Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

133
al-ikhwan.net Abu Ahmad KIAT SUKSES BERINTERAKSI KIAT SUKSES BERINTERAKSI KIAT SUKSES BERINTERAKSI KIAT SUKSES BERINTERAKSI DENGAN AL DENGAN AL DENGAN AL DENGAN AL-QUR’AN QUR’AN QUR’AN QUR’AN ABU AHMAD ABU AHMAD ABU AHMAD ABU AHMAD

description

Al-Qur'an di Mata (Rasulullah, Sahabat, Tabi'in), Nama dan Karakteristik Al-Qur’an, Adab-adab Membaca Al-Quran, Teori Pergerakan Dalam Mentadabburkan dan Berinteraksi Dengan Al-Quran, Langkah-Langkah Praktis Dalam Memahami dan Berinteraksi dengan Al-Quran, Menjadikan Al-Qur’an Sebagai Wirid Harian, Berinteraksi dan Mentadabburkan Al-Qur’an Secara Aplikatif

Transcript of Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

Page 1: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

KIAT SUKSES BERINTERAKSI KIAT SUKSES BERINTERAKSI KIAT SUKSES BERINTERAKSI KIAT SUKSES BERINTERAKSI DENGAN ALDENGAN ALDENGAN ALDENGAN AL----QUR’ANQUR’ANQUR’ANQUR’AN

ABU AHMADABU AHMADABU AHMADABU AHMAD

Page 2: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

Page 3: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

Daftar Isi

AlAlAlAl----Qur’an di Mata Rasulullah SAWQur’an di Mata Rasulullah SAWQur’an di Mata Rasulullah SAWQur’an di Mata Rasulullah SAW

AlAlAlAl----Qur’an di Mata Para Sahabat Nabi SAWQur’an di Mata Para Sahabat Nabi SAWQur’an di Mata Para Sahabat Nabi SAWQur’an di Mata Para Sahabat Nabi SAW

AlAlAlAl----Qur’an di Mata Para Tabi’inQur’an di Mata Para Tabi’inQur’an di Mata Para Tabi’inQur’an di Mata Para Tabi’in

Nama dan Karakteristik AlNama dan Karakteristik AlNama dan Karakteristik AlNama dan Karakteristik Al----Qur’anQur’anQur’anQur’an

AdabAdabAdabAdab----adab Membacadab Membacadab Membacadab Membaca Ala Ala Ala Al----QuranQuranQuranQuran

Teori Pergerakan Dalam Mentadabburkan dan Berinteraksi Dengan AlTeori Pergerakan Dalam Mentadabburkan dan Berinteraksi Dengan AlTeori Pergerakan Dalam Mentadabburkan dan Berinteraksi Dengan AlTeori Pergerakan Dalam Mentadabburkan dan Berinteraksi Dengan Al----QuranQuranQuranQuran

LangkahLangkahLangkahLangkah----Langkah Praktis Dalam Memahami dan Berinteraksi dengan AlLangkah Praktis Dalam Memahami dan Berinteraksi dengan AlLangkah Praktis Dalam Memahami dan Berinteraksi dengan AlLangkah Praktis Dalam Memahami dan Berinteraksi dengan Al----QuranQuranQuranQuran

Menjadikan AlMenjadikan AlMenjadikan AlMenjadikan Al----Qur’an Sebagai Wirid HarianQur’an Sebagai Wirid HarianQur’an Sebagai Wirid HarianQur’an Sebagai Wirid Harian

Berinteraksi dan Mentadabburkan AlBerinteraksi dan Mentadabburkan AlBerinteraksi dan Mentadabburkan AlBerinteraksi dan Mentadabburkan Al----Qur’an Secara Aplikatif Qur’an Secara Aplikatif Qur’an Secara Aplikatif Qur’an Secara Aplikatif

� Menelaah dan Memahami AlMenelaah dan Memahami AlMenelaah dan Memahami AlMenelaah dan Memahami Al----Quran Secara MenyeluruhQuran Secara MenyeluruhQuran Secara MenyeluruhQuran Secara Menyeluruh

� Mempehatikan Misi Da’wah Pergerakan AlMempehatikan Misi Da’wah Pergerakan AlMempehatikan Misi Da’wah Pergerakan AlMempehatikan Misi Da’wah Pergerakan Al----QuranQuranQuranQuran

� Menghindari diri dariMenghindari diri dariMenghindari diri dariMenghindari diri dari Penguluran Waktu dan Memperpanjang Penguluran Waktu dan Memperpanjang Penguluran Waktu dan Memperpanjang Penguluran Waktu dan Memperpanjang

Permasalahan yang Terdapat dalam AlPermasalahan yang Terdapat dalam AlPermasalahan yang Terdapat dalam AlPermasalahan yang Terdapat dalam Al----Qur’anQur’anQur’anQur’an

� Memahami Tujuan Pokok AlMemahami Tujuan Pokok AlMemahami Tujuan Pokok AlMemahami Tujuan Pokok Al----Qur’anQur’anQur’anQur’an

� Memelihara Keabsahan NashMemelihara Keabsahan NashMemelihara Keabsahan NashMemelihara Keabsahan Nash----nashnashnashnash Al Al Al Al----QuranQuranQuranQuran

� Membersihkan AlMembersihkan AlMembersihkan AlMembersihkan Al----Quran Dari Israiliyat dan Mubhamat (SamarQuran Dari Israiliyat dan Mubhamat (SamarQuran Dari Israiliyat dan Mubhamat (SamarQuran Dari Israiliyat dan Mubhamat (Samar----samar)samar)samar)samar)

� Memasuki Alam AlMemasuki Alam AlMemasuki Alam AlMemasuki Alam Al----Quran Dengan Background Yang JelasQuran Dengan Background Yang JelasQuran Dengan Background Yang JelasQuran Dengan Background Yang Jelas

� TsiqahTsiqahTsiqahTsiqah Terhadap KeaTerhadap KeaTerhadap KeaTerhadap Keabsahan Nash Albsahan Nash Albsahan Nash Albsahan Nash Al----QuranQuranQuranQuran

� Hidup di Bawah Sentuhan, Naungan dan Kelembutan NashHidup di Bawah Sentuhan, Naungan dan Kelembutan NashHidup di Bawah Sentuhan, Naungan dan Kelembutan NashHidup di Bawah Sentuhan, Naungan dan Kelembutan Nash----nashnashnashnash AlAlAlAl----

QuranQuranQuranQuran

� Menghindarkan Nash AlMenghindarkan Nash AlMenghindarkan Nash AlMenghindarkan Nash Al----Quran DariQuran DariQuran DariQuran Dari Penetapan Waktu Dan Tempat Penetapan Waktu Dan Tempat Penetapan Waktu Dan Tempat Penetapan Waktu Dan Tempat

Yang SempitYang SempitYang SempitYang Sempit

� Nash AlNash AlNash AlNash Al----Quran Kaya Akan Nilai dan PetunjukQuran Kaya Akan Nilai dan PetunjukQuran Kaya Akan Nilai dan PetunjukQuran Kaya Akan Nilai dan Petunjuk

� Memahami NilaiMemahami NilaiMemahami NilaiMemahami Nilai----nilai Alnilai Alnilai Alnilai Al----Quran Seperti Yang Dipahami oQuran Seperti Yang Dipahami oQuran Seperti Yang Dipahami oQuran Seperti Yang Dipahami oleh Para leh Para leh Para leh Para

SahabatSahabatSahabatSahabat

� Memperhatikan aspek realita terhadap nashMemperhatikan aspek realita terhadap nashMemperhatikan aspek realita terhadap nashMemperhatikan aspek realita terhadap nash----nash Alnash Alnash Alnash Al----QuranQuranQuranQuran

� Menghindarkan Diri Dari Materialisme JahiliMenghindarkan Diri Dari Materialisme JahiliMenghindarkan Diri Dari Materialisme JahiliMenghindarkan Diri Dari Materialisme Jahili

� Memperluas Penafsiran AlMemperluas Penafsiran AlMemperluas Penafsiran AlMemperluas Penafsiran Al----Quran Yang Mencakup Sirah Dan Kehidupan Quran Yang Mencakup Sirah Dan Kehidupan Quran Yang Mencakup Sirah Dan Kehidupan Quran Yang Mencakup Sirah Dan Kehidupan

Para SahabatPara SahabatPara SahabatPara Sahabat

Page 4: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

� Merasakan Bahwa AlMerasakan Bahwa AlMerasakan Bahwa AlMerasakan Bahwa Al----Quran Ditujukan KepadanyaQuran Ditujukan KepadanyaQuran Ditujukan KepadanyaQuran Ditujukan Kepadanya

� Memiliki AdabMemiliki AdabMemiliki AdabMemiliki Adab Y Y Y Yang Baik Terhadap Alang Baik Terhadap Alang Baik Terhadap Alang Baik Terhadap Al----QuranQuranQuranQuran

� Mendokumentasikan NilaiMendokumentasikan NilaiMendokumentasikan NilaiMendokumentasikan Nilai----nilai Dan Ma’ani yang terkandung Dalam Alnilai Dan Ma’ani yang terkandung Dalam Alnilai Dan Ma’ani yang terkandung Dalam Alnilai Dan Ma’ani yang terkandung Dalam Al----

QuranQuranQuranQuran

� Berpedoman Pada PokokBerpedoman Pada PokokBerpedoman Pada PokokBerpedoman Pada Pokok----pokokpokokpokokpokok Dasar Ilmu TafsirDasar Ilmu TafsirDasar Ilmu TafsirDasar Ilmu Tafsir

� Menselaraskan NilaiMenselaraskan NilaiMenselaraskan NilaiMenselaraskan Nilai----nilai Alnilai Alnilai Alnilai Al----Quran dengan pengetahuan dan tsaqafah Quran dengan pengetahuan dan tsaqafah Quran dengan pengetahuan dan tsaqafah Quran dengan pengetahuan dan tsaqafah

kontemporerkontemporerkontemporerkontemporer

� Selalu Memperbaharui Dalam MemahSelalu Memperbaharui Dalam MemahSelalu Memperbaharui Dalam MemahSelalu Memperbaharui Dalam Memahami ayatami ayatami ayatami ayat----ayat Alayat Alayat Alayat Al----QuranQuranQuranQuran

� Memahami Karakteristik Setiap Surat Dalam AlMemahami Karakteristik Setiap Surat Dalam AlMemahami Karakteristik Setiap Surat Dalam AlMemahami Karakteristik Setiap Surat Dalam Al----QuranQuranQuranQuran

� Selalu Memutaba’ah Penggunaan AyatSelalu Memutaba’ah Penggunaan AyatSelalu Memutaba’ah Penggunaan AyatSelalu Memutaba’ah Penggunaan Ayat----ayat Alayat Alayat Alayat Al----Quran dengan Istilah yang Quran dengan Istilah yang Quran dengan Istilah yang Quran dengan Istilah yang

SamaSamaSamaSama

� Memperhatikan Adanya Perbedaan Dari Para Mufasirin Dan Kembali Memperhatikan Adanya Perbedaan Dari Para Mufasirin Dan Kembali Memperhatikan Adanya Perbedaan Dari Para Mufasirin Dan Kembali Memperhatikan Adanya Perbedaan Dari Para Mufasirin Dan Kembali

Pada Ketentuan AlPada Ketentuan AlPada Ketentuan AlPada Ketentuan Al----QuranQuranQuranQuran

� Mengatur Strategi DalMengatur Strategi DalMengatur Strategi DalMengatur Strategi Dalam Berinteraksi Dengan Alam Berinteraksi Dengan Alam Berinteraksi Dengan Alam Berinteraksi Dengan Al----QuranQuranQuranQuran

� Memetik Buah Dari Berinteraksi Dengan AlMemetik Buah Dari Berinteraksi Dengan AlMemetik Buah Dari Berinteraksi Dengan AlMemetik Buah Dari Berinteraksi Dengan Al----QuranQuranQuranQuran

Page 5: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

ALALALAL----QUR’AN DI MATA RASULULLAH SAWQUR’AN DI MATA RASULULLAH SAWQUR’AN DI MATA RASULULLAH SAWQUR’AN DI MATA RASULULLAH SAW

Al-Quran yang mulia adalah kitab yang menakjubkan dan penuh dengan mukjizat;

menakjubkan dalam sifat-sifat dan karakteristiknya, kaya akan nilai-nilai dan

petunjuknya, berlimpah akan isi dan hakekat-hakekatnya, berharga akan nash-nashnya

dan taujihatnya, kuat dalam memaparkan tujuan dan misinya, aktual dalam menjalankan

misi dan risalahnya, aplikatif dalam peranan dan pengaruhnya.

Mukjizat yang sarat dengan konsep dan petunjuknya, kontinyu dalam memberi nilai-

nilai positif, memberi secara berkesinambungan dan sesuatu yang baru, yang dapat

diterima oleh kaum muslimin disepanjang sejarah Islam hingga mereka mendapati

didalamnya apa yang mereka inginkan untuk dijadikan bekal dalam mengarungi hidup

di dunia dan menggapai keridloan Allah swt dengan membaca dan mentadabburinya

serta berinteraksi dengannya dan menelaah nash-nashnya, mereka bahkan menafsirkan –

dalam mengambil- ayat-ayatnya, menjelaskan syariat-syariat yang terkandung

didalamnya, mengambil taujihat-taujihatnya, mengambil inti-inti dari dalamnya, dan

memetik intisarinya.

Para ulama, para mufassirin dan para mutadabbirin –penelaah- mengambil ini semua isi

Al-Quran di sepanjang zaman dan abad –tahun- dan mendokumentasikannya pada

setiap masa, hingga Al-Quran tetap utuh memberikan sesuatu yang positif, nilai-nilainya

sangat berharga yang tidak akan habis meskipun banyak orang telah mengambilnya, air

yang segar mengalir deras dan tidak akan surut walau benyak yang meminumnya,

naungannya yang begitu luas dan lapang yang tidak akan hilang walaupun orang

berduyun-duyun menggunakannya. Cahayanya bersinar terang tidak akan padam,

sedangkan risalah dan misi yang dibawanya selalu mengalami pembaharuan hingga

datang abad ke 20 dan bahkan setelahnya hingga alam seluruhnya hancur !!!

Sungguh benar apa yang dikatakan oleh Ali bin Abi Thalib dalam memberikan sifat Al-

Quran : “Dia adalah kitabullah, didalamnya terdapat kabar –berita- orang-orang

sebelum kalian, dan orang-orang setelah kalian, pemberi hukum diantara kalian, dia

adalah pemisah yang tidak pernah main-main, barangsiapa yang meninggalkannya

karena angkuh maka Allah akan membinasakannya, dan bagi siapa yang mencari

hidayah selainya maka Allah akan menyesatkannya, Al-Quran adalah Tali Allah yang

erat, Al-Quran adalah pemberi peringatan yang bijaksana, Al-Quran adalah jalan lurus,

Al-Quran adalah kitab yang tidak akan melencengkan hawa nafsu, menyimpangkan

lisan, dan memberikan kepuasan para ulama, tidak menciptakan keraguan dan tidak

akan habis keajaiban-keajaiban yang terkandung didalamnya… Al-Quran adalah kitab

yang tidak pernah bosan didengar oleh bangsa Jin sehingga mereka berkata : “Sungguh

kami telah mendengar Al-Quran yang menakjubkan, memberi petunjuk ke jalan yang

lurus maka kami beriman kepadanya”. (Surat Al- jin : 1-2). Barangsiapa yang berkata

dengannya akan benar, yang mengamalkannya akan mendapat ganjaran, yang berhukum

dengannya akan adil dan yang menyeru kepadanya akan dapat petunjuk kejalan yang

lurus”.

Page 6: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

Al-Quran tidak akan pernah memberikan kepuasan kepada para ulama, dan tidak akan

habis keajaiban-keajaibannya, ibarat lautan yang dalam dan tidak diketahui batas

kedalamannya, namun semakin diselami kedalaman lautan maka akan ditemukan

banyak barang yang bernilai tinggi dan mahal harganya. Para ulama dengan keragaman

ilmu dan pengetahuan serta kebudayaan mereka pasti akan menerima dan memetik

nilai-nilai yang banyak darinya, bahkan mereka tidak akan pernah merasa puas dan

selesai mencari ilmu yang terkandung didalamnya, semakin diselami Al-Qur’an maka

akan semakin didapati banyak pelajaran, nilai-nilai, hikmah, arahan dan petunjuk-

petunjuknya serta lain-lainnya. etapa banyak nilai-nilai yang telah mereka

dokumentasikan, mengeluarkan kandungannya, namun Al-Quran tetap masih memberi

dan memberi, bahkan terus menyeru kepada para pecinta yang lainnya untuk ikut

mengambil seperti yang dilakukan oleh para pendahulunya, mencari nilai-nilai yang

terkandung dan mendokumentasikannya.

Seorang Mu’min saat mentadabburkan dan berinteraksi dengan Al-Quran dengan baik

dan benar, menelaah apa yang terkandung didalamnya akan nilai-nilai, petunjuk dan

ajaran-ajarannya. Jika dibandingkan dengan para pendahulu mereka, maka akan

dijumpai banyak inovasi dan inspirasi sehingga dapat memperbaiki persepesi yang salah

terhadap orang-orang yang berkeinginan menutup pintu tadabbur terhadap Al-Quran

dan berinteraksi dengannya.

Pintu interpretasi –menafsirkan- Al-Quran tidak akan pernah tertutup, luasnya lahan

tafsir tidak akan pernah habis, bahkan umat manusia dipanjang zaman akan terus

membutuhkan kepada penafsiran baru terhadap Al-Quran yang dapat memberikan

solusi terhadap permasalahan yang dialami di zaman mereka, menyelesaikan problema

yang dihadapi masyarakat, menjawab segala syubhat baru yang disebarkan oleh musuh-

musuhnya, mempererat tali silaturrahim umat Islam dengan Al-Quran dan memperbaiki

hubungan diantara mereka dan kehidupan mereka.

Kita dizaman modern saat ini lebih membutuhkan kepada Al-Quran, membaca dan

mentadabburkannya, memahami dan menafsirkannya, hidup dan berinteraksi

dengannya, mengeluarkan nilai-nilai yang berharga darinya, bergerak dengannya,

berjihad melawan musuh dengannya, mengislah diri kita dan masyarakat melalui

hidayahnya, menegakkan manhaj-manhaj hidup kita dengan panji-panji, system dan

taujihat-taujihatnya. Karena saat ini merupakan zaman yang banyak kesesatannya

seperti yang telah disebarkan tiga golongan sesat –yahudi, nasrani dan musyrik-

terhadap umat manusia, dan melubangi garis pertahanan utama, menguasai tempat-

tempat penting didalam akal, hati, masyarakat dan kehidupan umat manusia, sehingga

jalan akhirnya adalah harus kembali kepada Al-Quran dan menerimanya untuk

menghadapi musuh dan berjihad melawan mereka dengan petunjuknya.

Kita yang saat ini hidup dizaman yang penuh dengan kebobrokan dan penyakit, hampir

terjerumus kelembah apinya, kita telah diuji oleh Allah untuk menghadapi musuh-

musuhnya, diuji untuk tegak berdiri di medan pertempuran bersama mereka, menambal

segala kebocoran yang terjadi ditengah mereka, memberikan kepada kita menjadi

prajurit dan penerusnya, pengmban amanah dan pemerhati terhadap Al-Quran. Kita

Page 7: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

berharap Allah menolong kita dari ujian ini, memberikan kebehasilan dan taufik

dimedan ini, teguh dan tegar menuju kemenangan disegala pertempuran, mengharap

ganjaran dan pahala di dunia serta surga dihari kiamat.

Allah dengan karunia-Nya telah menganugrahkan kepada kita untuk menelaah Al-

Quran dengan cara mentadabburkannya, memahaminya dan menafsirkannya, walaupun

sebagai usaha yang masih terbatas, kurang dan sedikit, namun kita memohon kepada

Allah yang Maha Esa untuk selalu hidup dibawah naungan Al-Quran, selalu

bersamanya dalam mengarungi perjalanan yang indah dan menyenangkan, berusaha

merengkuh darinya nilai-nilai yang berharga, meneguk telaga yang jernih,

menggunakan kunci-kunci yang bermanfaat lagi baik, agar bisa berinteraksi dengan Al-

Quran, mendapatkan sentuhan-sentuhannya dan hidup dibawah naungannya.

Rasulullah saw memberikan Al-Quran beberapa sifat dengan benar sebagaimana yang

diisyaratkan dalam hadits-haditsnya yang menunjukkan sebagian karakteristik,

keutamaan dan keistimewaan Al-Quran, menyebutkan beberapa pengaruh-pengaruhnya

dan misinya dalam kehidupan, menjelaskan kedudukan para sahabat, pemerhati,

perealisasi dan penyeru Al-Quran di dunia dan di akhirat.

Kalam Rasulullah saw tentang Al-Quran merupakan kalam yang baik, dicintai dan

selalu mengandung ilmu, dikenal akan keistimewaannya, karakteristiknya, peranannya

dan misinya, karena Al-Quran diturunkan kepadanya, sehingga beliaulah yang lebih

faham diantara manusia akan kalamullah – Al-Quran-, lebih banyak pengalamannya,

karena itu bertolak belakang dari sifat-sifat ini terhadap ucapan dan perkataannya, dan

karena itu pula ucapannya tentang Al-Quran merupakan warna khusus, dalil yang

istimewa dan wahyu tersendiri.

Kami hadirkan disini beberapa hadits shohih Rasulullah saw bagian pertama tentang

bagaimana berinteraksi dengan Al-Qur’an bagian pertama, -mudah-mudahan akan dapat

kita lanjutkan lagi bagian-bagian lainnya- tentang pandangan nabi saw. terhadap Al-

Quran, sehingga -dengan pemaparan ini- niscaya semakin menambah pengenalan kita

tentang karakteristik, sifat, keistimewaan, keutamaan, misi dan tujuan Al-Quran.

1. Diriwayatkan oleh Imam Bukhori, Turmudzi dan Abu Daud dari Utsman bin Affan

ra. bahwa Rasulullah saw bersabda : “Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Quran

dan mengajarkannya”.

2. Diriwayatkan oleh Imam Bukhori, Imam Muslim, Turmudzi, Nasa’I dan Abu Daud

dari Abu Musa Al-Asy’ari ra. bahwa Rasulullah saw bersabda : “Perumpamaan orang

mu’min yang membaca Al-Quran seperti buah utrujah : baunya wangi dan rasanya

enak –manis-, dan perumpamaan orang beriman yang tidak membaca Al-Quran seperti

buah Tamr –Korma- tidak memiliki bau namun rasanya manis, dan perumpamaan

orang munafik yang membaca Al-Quran seperti Raihanah –parfum- baunya wangi

namun rasanya pahit, dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al-Quran

seperti buah handzolah : tidak ada bau dan rasanya pahit…”

Page 8: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

3. Diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim dari Abu Musa Al-Asy’ari ra.

berkata: Rasulullah saw bersabda : “Berjanjilah untuk mengamalkan Al-Quran ini, demi

jiwa Muhammad yang berada digenggamannya yang demikian lebih besar dosanya jika

dilupakan dari seekor unta yang kehilangan akalnya”.

4. Diriwayatkan oleh Imam Bukhori, Imam Muslim dan Nasa’i dari Abdullah bin Umar

bin Al-Khattab ra. bahwa Rasulullah saw bersabda : “Sesungguhnya perumpamaan

penghapal Al-Quran seperti pemilik seekor unta yang ditambatkan, jika dia

mengikatnya maka dia tidak akan lepas dan pergi, namun jika dia melepas ikatannya

maka dia akan pergi…” dan ditambahkan oleh imam Muslim : “Dan jika penghapal Al-

Quran membaca dan menikmati kandungannya, maka dia akan datang pada hari

kiamat memberi syafaat kepadanya”.

5. Diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim dari Aisyah ra. berkata : Rasulullah

saw bersabda : “Bagi siapa yang membaca Al-Quran dengan mahir maka ganjarannya

akan didudukkan bersama para malaikat yang mulia dan baik, dan bagi siapa yang

membaca Al-Quran namun terbata-bata didalamnya dan terasa berat atasnya maka

baginya dua ganjaran”.

6. Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Umamah ra. berkata : Saya mendengar

Rasulullah saw bersabda : “Bacalah kalian Al-Quran karena sesungguhnya ia akan

datang datang pada hari kiamat memberi syafaat kepada yang membaca”.

7. Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari An-Nawas bin Sam’an berkata : Saya

mendengar ra. Rasulullah saw bersabda : “Akan didatangkan pada hari Kiamat dengan

Al-Quran dan orang-oarng yang mengamalkannya di dunia terutama –yang

mengamalkan- surat Al-Baqoroh dan Ali Imron yang akan memberi hujjah –

pembelaan- bagi pembaca dan mengamalkannya”.

8. Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Umar bin Al-Khattab ra. bahwa Rasulullah saw

bersabda : “Sesungguhnya Allah mengangkat derajat suatu kaum melalui Kitab ini –Al-

Quran- dan merendahkan yanglainnya..”.

9. Diriwayatkan oleh Abu Daud dan Turmudzi dari Abdullah bin Amru bin Al-Ash ra.

dari Nabi saw bersabda : “Akan dikataktan kepada siapa yang membaca Al-Quran :

Bacalah dan lemah lembutnya, bacalah dengan tartil sebagaimana kamu membacanya

di dunia dengan tartil, karena sesungguhnya kedudukanmu dengan yang lainnya

terdapat pada satu ayat yang kamu baca…”.

10. Diriwayatkan oleh At-Turmudzi dari Abdullah bin Mas’ud berkata ra. Rasulullah

saw bersabda : “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah -Al-Quran-

maka baginya satu ganjaran, dan satu ganjaran akan dilipat gandakan sepuluh kali,

Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim satu huruf, namun Alif satu huruf, Lam satu huruf

dan Mim satu huruf…”.

Page 9: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

11. Diriwayatkan oleh At-Turmudzi dari Abdullah bin Abbas ra. berkata Rasulullah saw

bersabda : “Sesungguhnya orang yang dimulutnya tidak ada sedikitpun dari ayat-ayat

Al-Quran seperti rumah yang kosong”.

12. Diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim dari Abdullah bin Umar bin

Al-Khattab ra. dari Nabi saw bersabda : “Tidak boleh ada Hasad –dengki- kecuali pada

dua hal : kepada seseorang yang diberi oleh Allah Al-Quran lalu ia mengamalkannya

sepanjang malam dan siang hari, dan kepada seseorang yang Allah anugrahkan

kepanya harta dan ia menginfakkannya sepanjang malam dan siang hari…”.

13. Diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Abu Daud dari Abu Hurairah ra. bahwa

Rasulullah saw bersabda : “…Dan tidaklah berkumpul suatu kaum di dalah satu rumah

dari rumah-rumah Allah, mereka membaca Kitabullah –Al-Quran-, dan saling

mengajarkannya diantara mereka kecuali turun ditengah-tengah mereka ketentraman,

dinaungi rahmat dan dikelillingi para malaikat serta Allah SWT menyebut-nyebut

mereka kepada siapa yang berada disisinya”.

14. Diriwayatkan oleh At-Turmudzi dari Imron bin Hasin ra. bahwasannya saat dia

melewati orang yang sedang membaca Al-Quran kemudian meminta ganjaran dari

manusia, maka Imron menggelengkan kepala –atau dia berkata : Inna Lillahi wa Inna

Ilaihi Rajiun –Sesungguhnya kita milik Allah dan kepada-Nyalah kita akan kembali,

dan berkata lagi ; saya mendengar Rasulullah saw bersabda : “Barangsiapa yang

membaca Al-Quran maka hendaknya dia mengharap ganjaran dari Allah, maka

sesungguhnya akan datang suatu kaum yang mereka membaca Al-Quran lalu meminta

upah kepada manusia kecuali akan dihinakan”.

15. Diriwayatkan oleh Abu Daud dari Jair bin Abdullah ra. berkata : ketika kami pergi

bersama Rasulullah saw sambil membaca Al-Quran dan ditengah-tengah kami ada

orang arab dan ‘ajam -non arab- maka Rasulullah saw bersabda : “Bacalah Al-Quran,

karena semuanya banyak mengandung kebaikan. Dan akan datang suatu kaum mereka

membacanya seperti Al-Qodh tergesa-gesa namun tidak berlambat-lambat –tartil-…”.

16. Diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim dari Jundub bin Abdullah ra.

berkata : Rasulullah saw bersabda : “Bacalah Al-Quran apa-apa yang dapat

menyatukan hati kalian, namun jika kalian berselisih maka luruskanlah darinya”. Dan

banyak lagi hadits-hadits nabi saw tentang pandangan nabi saw. terhadap Al-Quran.

Demikianlah pandangan Rasulullah saw tentang Al-Qur’an, mengandung banyak

hikmah dan mauidzah untuk memotivasi kita berpegang teguh kepada Al-Quran,

dengan membaca, mentadabburkan, menghafal dan mengamalkan Al-Quran. Karena

Al-Quran merupakan sumber kekuatan dan izzah umat Islam yang tidak dapat

ditandingi oleh kitab manapun. Bahkan orang kafir sendiri begitu faham akan sumber

kekuatan dan izzah ini, sehingga secara gamblang Allah swt. mengungkapkan akan

pengakuan mereka agar bisa mengalahkan umat Islam secara menyeluruh; Allah

berfirman : “Dan orang-orang yang kafir berkata: “Janganlah kamu mendengar

Page 10: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

dengan sungguh-sungguh akan Al Quran ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya,

supaya kamu dapat mengalahkan mereka”. (Fushilat : 26)

Page 11: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

ALALALAL----QUR’AN DI MATA PARA SAHABAT NABI SAWQUR’AN DI MATA PARA SAHABAT NABI SAWQUR’AN DI MATA PARA SAHABAT NABI SAWQUR’AN DI MATA PARA SAHABAT NABI SAW

Ketika dakwah yang diemban oleh Rasulullah saw berhasil ditancapkan di semenanjung

arab, terutama di dua kota al-haram (kota Mekkah dan Madinah) dalam kurun waktu

yang singkat, dengan dinaungi Al-Quran, akhirnya mampu melahirkan satu generasi

manusia, generasi –yang menurut bahasa Sayyid Qutb- yang unik; generasi sahabat

Rasulullah SAW, Ridhwanullahi alaihim, yaitu suatu generasi yang paling istimewa di

dalam sejarah Islam dan di dalam sejarah kemanusiaan seluruhnya.

Sebuah Generasi yang tidak akan pernah muncul kembali sesudahnya, sekalipun ada

namun segolongan besar manusia, di satu waktu dan satu tempat yang tertentu seperti

yang telah muncul di era awal dakwah.

Generasi yang lahir dengan fakta dan realita nyata bukan sekedar dongengan dan

khayalan, mereka hidup dalam satu lingkungan dan komunitas yang benar-benar nyata

bukan sekedar cerita dan bualan belaka. Kisah mereka sangatlah terang seterang sinar

matahari di siang hari. Generasi yang kelak menjadi contoh dan tauladan sepanjang

masa, sehingga dengan itu semua kita perlu memperhatikan dan merenungkannya dan

menyelami rahasia dibalik keberhasilan mereka menjadi generasi yang unik.

Sebenarnya sumber pokok yang membuat generasi pertama menjadi generasi unik

adalah Al-Quran, hanya Al-Quran yang menjadi sumber panduan, perjalanan hidup dan

prilaku mereka. walaupun bukan berarti pada saat itu umat manusia di zaman itu tidak

memiliki kebudayaan, tidak memiliki peradaban dan tidak punya buku karangan!

Karena kebudayaan Romawi sebagai Negara adi daya saat itu, buku-buku dan undang-

undangnya dijadikan kiblat dan panduan hidup oleh orang-orang Eropa. Peradaban

Yunani (Greek), falsafah dan kebudayaannya, yang juga masih menjadi sumber

pemikiran Barat hingga sekarang, bahkan juga ada peradaban Persia yang

kebudayaannya, keseniannya, sajaknya, syair dan dongengnya, serta kepercayaan dan

sistem perundangannya menjadi acuan, serta peradaban dan kebudayaan lainnya, seperti

India, China dan lain-lainnya.

Romawi dan Persia berada di sekeliling semenanjung Arab, baik di utara maupun di

selatan, ditambah lagi oleh agama Yahudi dan Nasrani yang telah lama berada di

tengah-tengah semenanjung arab.

Adanya Kitabullah (Al-Quran) merupakan “planning” yang telah ditentukan dan

diprogram oleh Allah untuk mengubah peradaban yang telah gagal menuntun manusia

pada hidayah Allah. Dan diutusnya Rasulullah saw sebagai nabi akhir zaman guna

menjelaskan maksud diturunkannya Al-Quran kepada mereka; membentuk satu generasi

yang bersih hatinya, bersih pemikirannya, bersih pandangan hidupnya, bersih

perasaannya, dan mumi jalan hidupnya dari segala unsur yang yang bertolak belakang

dengan Al-Quranul Karim.

Page 12: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

Dan subhanallah dalam waktu 23 tahun generasi sahabat-sahabat berhasil mengubah

cara pandang, gaya hidup dan prilaku ketingkat yang lebih tinggi dan mulia, mereka

dengan senang hati menerima Al-Quran, menghafal dan mengamalkannya dalam segala

gerak-gerik dan prilaku mereka sehari-hari, menjadi sumber yang tunggal dan panduan

semata. Oleh kerana itulah generasi itu telah berhasil membentuk sejarah gemilang di

zamannya.

Para sahabat Rasulullah di dalam generasi pertama itu tidak mendekatkan diri mereka

dengan Al-Quran dengan tujuan mencari pelajaran dan bacaan belaka, bukan juga

dengan tujuan mencari hiburan dan pelipur lara. Tiada seorang pun dari mereka yang

belajar Al-Quran dengan tujuan menambah bekal dan bahan ilmu semata-mata untuk

ilmu dan bukan juga dengan maksud menambah bahan ilmu dan akademi untuk mengisi

dada mereka saja. Namun mereka mempelajari Al-Quran itu dengan maksud hendak

belajar bagaimanakah arahan dan perintah Allah dalam urusan hidup peribadinya dan

hidup bermasyarakat. Mereka belajar untuk dilaksanakan “sami’na wa ‘ata’na, seperti

seorang perajurit yang siap menerima “ruh al-istijabah” dan membuka dada untuk

selalu mengambil arahan yang turun.

Ruhul istijabah yang hanya mau menerima sepuluh ayat saja dan tidak mau

menambahnya sehingga benar-benar dapat dihafal dan dilaksanakan sebagaimana yang

diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud r.a. Perasaan inilah perasaan belajar untuk

melaksanakan, yang telah menambah luasnya lapangan hidup mereka, menambah

luasnya ma’rifat dan pengalaman mereka dari ajaran Al-Quran.

Perasaan belajar untuk melaksanakan ini juga yang telah memudahkan mereka bekerja

dan meringankan beban mereka yang berat, kerana Al-Quran telah menjadi hati,

menjadi daging dan darah mereka. Perasaan yang telah tertanam dalam jiwa mereka

hingga meresap menjadi panduan dalam gerak dan melahirkan pelajaran yang

memotivasi aktivitas, pelajaran yang bukan sekedar teori yang hanya bersarang di dalam

otak kepala manusia atau tertulis di halaman kertas namun menjadi kenyataan yang

melahirkan kesan dan peristiwa yang mengubah garisan hidup.

Bagaimanakah pandangan para sahabat nabi terhadap Al-Quran, mari kita simak

penuturan mereka:

1. Ali bin Abi Thalib dalam memberikan sifat Al-Quran : “Dia adalah kitabullah,

didalamnya terdapat kabar –berita- orang-orang sebelum kalian, dan orang-orang

setelah kalian, pemberi hukum diantara kalian, dia adalah pemisah yang tidak pernah

main-main, barangsiapa yang meninggalkannya karena angkuh maka Allah akan

membinasakannya, dan bagi siapa yang mencari hidayah selainya maka Allah akan

menyesatkannya, Al-Quran adalah Tali Allah yang erat, Al-Quran adalah pemberi

peringatan yang bijaksana, Al-Quran adalah jalan lurus, Al-Quran adalah kitab yang

tidak akan melencengkan hawa nafsu, menyimpangkan lisan, dan memberikan kepuasan

para ulama, tidak menciptakan keraguan dan tidak akan habis keajaiban-keajaiban yang

terkandung didalamnya… Al-Quran adalah kitab yang tidak pernah bosan didengar oleh

bangsa Jin sehingga mereka berkata : “Sungguh kami telah mendengar Al-Quran yang

Page 13: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

menakjubkan, memberi petunjuk ke jalan yang lurus maka kami beriman kepadanya”.

(Surat Al- jin : 1-2). Barangsiapa yang berkata dengannya akan benar, yang

mengamalkannya akan mendapat ganjaran, yang berhukum dengannya akan adil dan

yang menyeru kepadanya akan dapat petunjuk kejalan yang lurus…”

2. Abdullah bin Abbas berkata : Allah mengumpulkan dalam Kitab ini ilmu –

pengetahuan- para pendahulu dan sekarang, ilmu yang telah terjadi dan akan terjadi,

ilmu tentang Sang Pencipta, perintah-Nya dan Ciptaan-Nya…” (Jami Al-Usul : 8 : 464-

465)

3. Diriwayatkan oleh Amir bin Wailah bahwa Nafi’ bin Abdul Harits bertemu dengan

Umar di Asfan –saat itu Umar mengangkatnya menjadi Imam di Mekkah- beliau

berkata : “Siapa yang menjadi imam pada penduduk dusun ? dia berkata : Ibnu Ibzi …

beliau berkata : Siapa Ibnu Ibzi ? dia berkata : salah satu pemimpin dari pemimpin kami

! beliau berkata : anda telah mengangkat atas mereka seorang pemimpin ? dia berkata :

dia adalah seorang qori –hafidz- kitabullah, dia adalah alim dalam ilmu Faraidl, Umar

berkata : adapun Nabi kalian bersabda : “Sesungguhnya Allah telah mengangkat suatu

kaum dengan Kitab ini dan menghinakan kaum lainnya..” ( Jami’ Al-Usul : 8 : 507)

4. Diriwayatkan oleh Abu Al-Aswad Ad-Duuli berkata : Abu Musa Al-Asy’ari diutus

kepada para huffadz kota Basrah, maka menemui 300 orang yang telah hafal Al-Quran,

maka beliau berkata : kalian adalah umat yang dipilih dari kota Basrah, menghafal Al-

Quran karena itu bacalah dengan baik dan janganlah memanjang-manjangkan bacaan

sehingga hati kalian menjadi keras seperti umat sebelum kalian..” (Jami Al-Usul : 2 :

452)

5. Aisyah –RA- berkata : “Abu Bakar jika membaca Al-Quran selalu menangis baik

dalam sholat atau lainnya. Beliau juaga berkata : “Al-Quran lebih mulia daripada

hilangnya akal manusia…”. (Jami Al-Usul : 2 : 466-467)

6. Asma binti Abu Bakar –RA- berkata : “Tidak ada seorangpun dari salafussolih tidak

tergerak dan merasakan kenikmatan saat membaca Al-Quran, namun mereka selalu

menangis dan bergetar kemudian kulit dan hati mereka lunak dengan menyebut nama

Allah”. (Jami Al-Usul : 2 : 467)

7. Hudzaifah bin Al-Yaman berkata : “Wahai sekalian para huffadzul Quran,

beristiqomahlah kalian karena kalian telah melangkah lebih jauh, jika kalian mengambil

jalan kanan lalu kekiri maka sesungguhnya kalian telah tersesat dalam kesesatan yang

jauh”. (Jami Al-Usul : 2 : 471)

8. Ibnu Abbas berkata : “Para penghafal Al-Quran merupakan para pendamping majlis

Umar dan musyawarah, orang tua dan kalangan muda”. (At-Tibyan fi Adab Hamlatil

Al-Quran, Imam Nawawi : 11)

Page 14: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

9. Berkata Al-Hasan bin Ali : “sesungguhnya umat sebelum kalian memandang Al-

Quran sebagai surat dari Tuhan mereka, mereka mendatabburkannya di malam hari dan

mencarinya disiang hari –mempelajarinya-.” (At-Tibyan : 28)

10. Sekelompok manusia dari Yaman menghadap Abu Bakar Ash-Shiddiq, mereka

membaca Al-Quran sambil menangis, maka Abu Bakar berkata : begitulah kami dahulu.

(At-Tibyan : 28).

11. Seseorang berkata kepada Abdullah bin Mas’ud : “Saya membaca Al-Quran –surat

al-mufashol- pada rakaat pertama –al-mufashol adalah surat-surat pendek dalam Al-

Quran mulai dari surat Al-Hujurat hingga An-Naas, dinamakan demikian karena

banyaknya pemisahan antara surat dengan basmalah- maka Ibnu Mas’ud berkata

kepadanya : Demikianlah, demikianlah Syair, sesungguhnya sebagian kaum ada yang

membaca Al-Quran tidak sampai tenggorokan mereka, seandainya masuk kedalam hati

maka akan bersih hatinya dan bermanfaat”. (At-Tibyan : 49)

12. Abdullah bin Mas’ud berkata : “Seorang hamba tidak akan ditanya akan dirinya

kecuali Al-Quran, jika dia mencintainya maka Allah dan Rasul-Nya akan cinta

kepadanya, namun jika ia murka kepadanya maka Allah dan Rasul-Nya akan murka

juga kepadanya…” (Fadhail Al-Quran, Imam Ibnu Katsir : 6)

13. Abdullah bin Mas’ud berkata tentang sebagian surat yang mulia dan selalu

dibacanya dengan melagukannya, yaitu surat : Al-Isro, Al-Kahfi, Maryam, Thoha, Al-

Anbiya, sesungguhnya kesemuanya itu merupakan punggung utama dan merupakan

taladi”. (Fadhail Al-Quran : 25)

14. Ibnu Abbas berkata : “Sekiranya para penghafal Al-Quran mengambilny adengan

benar dan yang layak baginya maka Allah akan cinta kepada mereka, namun sebagian

mereka banyak yang mencari dunia sehingga Allah murka kepada mereka dan

menghinakannya dihadapan manusia”. (Tafsir Al-Qurtubi : 1 :20)

15. Abdullah bin Amru bin Al-Ash berkata : “Tidak layak bagi penghafal Al-Quran

masuk ke dalam lingkaran orang yang lalai, tidak ikut bodoh bersama orang-orang yang

bodoh, namun memiliki sifat pemaaf dan melebarkan tangan melalui kebenaran Al-

Quran, karena di dalam mulutnya ada kalam Allah”. (Al-Qurtubi : 1 : 21)

16. Dari Abdullah bin Mas’ud berkata : “Sesungguhnya pada awal kami sangat sulit Al-

Quran namun mudah bagi kami mengamalkannya, namun umat setelah kami mudah

bagi mereka menghafal Al-Quran namun sulit bagi mereka untuk mengamalknnya”.

(Al-Qurtubi : 1 : 40)

17. Abdullah bin Mas’ud berkata : “Jika kalian menginginkan ilmu maka carilah Al-

Quran karena didalamnya terdapat ilmu umat dahulu dan mendatang”. (Ihya Ulumuddin

: 1 : 498)

Page 15: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

18. Anas bin Malik berkata : “Betapa banyak orang yang membaca Al-Quran namun

Al-Quran melaknatnya”. (Al-Ihya : 1 : 499)

19. Abdullah bin Umar bin Al-Khattab berkata : “Kami hidup pada zaman yang panjang

dan diantara kami ada yang diberi iman lebih dahulu sebelum Al-Quran, lalu turunlah

surat kepada nabi Muhammad saw hingga bisa belajar yang halal dan haram, perintah

dan larangan, apa yang seharusnya dilakukan dari sisinya, namun ada sebagain kalian

seperti yang saya lihat yang diberi lebih Al-Quran sebelum iman, dia membaca antara

surat Al-Fatihah hingga akhir namun tidak memahami mana perintah dan larangan, dan

apa yang seharusnya dia lakukan darinya…? (Al-Ihya : 1 : 500)

20. Utsman bin Affan dan Hudzaifah bin Al-Yaman berkata : “Seandainya hati-hati itu

bersih maka tidak akan pernah merasa puas dalam membaca Al-Quran”. (Al-Ihya : 1 “

522)

21. Abdullah bin Mas’ud berkata : “Sesungguhnya Al-Quran itu merupakan tempat

pendidikan dari Allah barangsiapa yang masuk ke dalamnya maka ia akan aman.” (AZ-

Zuhud, ibnu Al-Mubarak : 272)

22. Abu Hurairah berkata : “Rumah yang dibacakan didalamnya Kitabullah maka akan

berlimpahlah kebaikan dan didatangi para Malaikat serta syetan akan keluar

darinya..sedangkan rumah yang tidak pernah dibacakan didalmnya Kitabullah maka

penghuninya akan merasa sempit, sedikit kebaikannya, syetan akan singgah didalamnya

sedangkan para malaikat akan keluar..” (Az-Zuhud, Ibnu Al-Mubarak : 273)

23. Abdullah bin Amru bin Al-Ash berkata : “Barangsiapa yang membaca Al-Quran

maka derajatnya akan setara dengan kenabian namun dia tidak diberi wahyu, dan

barangsiapa yang membaca Al-Quran lalu dia melihat salah seorang dari makhluk Allah

yang diberikan lebih baik maka sungguh ia telah menghinakan kebesaran Allah, dan

besar dosa dalam menghina Allah, tidak layak begi penghafal Al-Quran tidak

mengetahui apa yang tidak diketahui oleh manusia, tidak membatasi dirinya dari mereka

yang membatasi dirinya, namun hendaknya mau memaafkan dan melebarkan tangan.”

(Az-Zuhud : 275-276)

Page 16: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

ALALALAL----QUR’AN DI MATA QUR’AN DI MATA QUR’AN DI MATA QUR’AN DI MATA PARA TABI’INPARA TABI’INPARA TABI’INPARA TABI’IN

Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Sebaik-

baik umatku adalah yang hidup pada kurun sahabatku, kemudian setelah kurun mereka

(tabiin), kemudian setelah kurun mereka (tabiit tabiin)…” (HR. Al-Haris bin Abi

Usamah dan Ibnu Hibban dalam shahihnya).

Secara praktek memang hampir sulit membedakan antara dua masa salafus shalih, masa

sahabat dan masa tabi’in, karena begitu dekat jaraknya antara zaman tabi’in dengan

masa nabi Muhammad saw, namun secara ilmiyah dan historis, kita dapat menemukan

akan perbedaan yang detail dan gamblang antara dua periode tersebut, karena dengan

meninggalnya nabi saw telah menjadi batasan secara ilmiyah akan awal masa sahabat,

sehingga umat yang hidup pada masa itu dianggap bahagiaan dari masa tabi’in,

terutama mereka-mereka yang menjadi murid pada sahabat, menimba ilmu dari mereka;

baik ilmu Al-Quran (tafsir) ataupun Sunnah.

Sedangkan dari sisi sejarah juga dapat ditemukan akan perbedaan dua masa tersebut,

yaitu sejak meninggalnya sahabat nabi saw. Namun dapat kita simpulkan disini bahwa

masa keemasan Islam itu terdapat pada ini juga, seperti yang telah disampaikan oleh

nabi dalam hadits yang tertera di atas.

Adapun yang dimaksud dengan tabi’in adalah orang-orang beriman yang tidak bertemu

dengan Nabi Muhammad saw, akan tetapi bertemu dan belajar agama Islam dengan

Sahabat-Sahabat Nabi Muhammad saw.

Diantara para tabi’in yang terkenal pada masanya adalah mereka yang telah banyak

menimba ilmu dari para sahabat. Hal itu terjadi karena semasa hidupnya para sahabat

tidak tinggal diam, namun terus berdakwah menyampaikan apa yang telah didapat,

dilihat dan didengar dari nabi mereka. Sehingga tidak salah kalau diantara mereka

banyak mendirikan madrasah tafsir; seperti

1. Madrasah Mekkah yang dipimpin oleh Abdullah bin Abbas.

2. Madrasah Madinah yang dipimpin oleh Ubay bin Ka’ab.

3. Madrasah Kufah, Iraq yang dipimpin oleh Abdullah bin Mas’ud.

Ibnu Taimiyah berkata: “Adapun tafsir, yang paling memahaminya adalah penduduk

Makkah, karena mereka adalah murid dari Abdullah bin Abbas, seperti Mujahid, Atho

bin Abi Rabah, Ikrimah maula Ibnu Abbas, Sa’id bin Jubair, Thawus, dan ulama tabi’in

lainnya. Begitupun penduduk Kufah dari murid imam Abdullah bin Mas’ud seperti Al-

qamah bin Qais, Masruq, AL-Aswad bin Zaid, Murrah Al-Hamdani, ‘Amir As-Sya’bi,

Al-Hasan Al-Basri dan Qatadah bin Da’amah As-sudusi serta ulama tabi’in lainnya, dan

ulama penduduk Madinah, murid dari imam Ubay bin Ka’ab, seperti Zaid bin Aslam,

Page 17: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

Abdurrahman dan Abdullah bin Wahab, dan ulama tabi’in lainnya”. (Lihat Tafsir wal

mufassirun: jil. 1 hal 101)

Dan dari tiga madrasah itulah para tabi’in menimba ilmu dari para sahabat dimana

mereka tinggal, terutama ilmu yang berkaitan dengan tafsir dan hadtis nabi saw, dan

mereka mendapatkan riwayat hadits nabi langsung dari lisan para sahabat, menerima

penjabaran tafsir Al-Quran sehingga setelah itu mereka menjadi ulama tafsir dan hadits

terkemuka. dan dari merekalah tersebar ilmu-ilmu tafsir, ilmu hadits dan ilmu-ilmu

lainnya, walaupun pada masa saat itu ilmu-ilmu yang disampaikan belum dibukukan

namun hanya disampaikan melalui talaqqi dan tadris saja.

Dan secara histori interaksi mereka terhadap Al-Quran begitu intens, sehingga dengan

pemahaman mereka terhadap Al-Quran menjadikan dunia cerah dan mampu

mempertahankan posisi mereka sebagai sebaik-baik zaman dan abad sebagaimana yang

disabdakan oleh nabi saw sebelumnya.

Adapun pandangan mereka terhadap kitab Al-Quran adalah sebagai berikut:

1. Al-Fudhoil bin Iyadl berkata : “Selayaknya bagi para penghapal Al-Quran tidak

membutuhkan kepada seorangpun dari penguasa dan orang yang berada dibawah

mereka, namun hendaknya merekalah yang membutuhkan kepadanya”. Beliau juga

berkata : “Para penghafal Al-Quran adalah para pembawa panji Islam, tidak layak bagi

mereka ikut lalai bersama orang yang lalai, lupa bersama orang yang lupa, tidak sesat

bersama orang yang sesat, demi mengagungkan Al-Quran…” (At-Tibyan 28-29, dan

Ihya Ulumuddin : 1 : 499)

2. Ibrahim Al-Khowash –disebutkan namanya Ibrahim An-Nak’I- berkata : “Obat hati

ada lima : membaca Al-Quran dan mentadabburkannya, mengosongkan perut,

qiyamullail, memohon ampun di waktu sahur dan duduk bersama para shalihin”.

3. Al-A’masy berkata : “Ketika saya masuk kerumah Ibrahim (An-Nakh’I) yang sedang

membaca Mushaf, namun ada seseorang meminta izin kepadanya maka belaiupun

menutup mushafnya !! dan dia berkata : Tidak seorangpun saya melihat seseorang

membaca Al-Quran setiap saat kecuali anda”. Dari Abu Al-‘Aliyah berkata : Saat duduk

bersama sahabat Rasulullah saw maka seorang dari mereka berkata : Semalam saya

membaca Al-Quran segini…, mereka berkata : ini adalah nasibmu-ganjaran- darinya”.

Seakan-akan tidak ada ganjaran lain dari sisi Allah, karena meminta pujian dari

manusia, karena itu dia mengambilkan upah sebagai pujian dari manusia. (At-Tibyan :

60)

4. Dari Thowus berkata : “Sebaik-baik manusia yang indah bacaan Al-Quran adalah

yang lebih takut kepada Allah”. (Fadoil Al-Quran, Ibnu Katsir : 36)

5. Abu Abdurrahman bin Habib As-Sulmi Al-Kufi telah pensiun dari mengajarkan Al-

Quran kepada manusia semenjak Utsman menjadi khalifah sampai musim haji

Page 18: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

tiba…mereka berkata; bahwa batas beliau mengajarkan Al-Quran selama 70 tahun”.

(Fadail Al-Quran : 40)

6. Ad-Dhohak bin Muzahim berkata : “Tidak ada seoranpun yang belajar Al-Quran lalu

dia melupakannya kecuali akan menerima dosa, karena Allah SWT berfirman : “Tidak

ada musibah yang menipa seseorang kecuali karena ulah mereka sendiri”. (Asy-Syura

: 30) karena sesungguhnya melupakan Al-Quran adalah merupakan musibah terbesar”.

7. Ibnu Abu Al-Jawari menyebutkan : “Saat kami datang menghadap Fudhoil bin Iyadl

beliau sedang berjamaah, lalu kami berdiri di depan pintu dan tidak diizinkan masuk,

akhirnya sebagian dari kami berkata : jika beliau menginginkan sesuatu maka akan kami

persilahkan dari kami membaca Al-Quran ! maka kamipun memerintahkan salah

seorang membaca Al-Quran lalu iapun membaca, maka muncullah suara

memerintahkan kami ke dalam, maka kamipun berkata : Assalamua ‘alaika

warahmatullah, beliau menjawab : Wa’alikumussalam. Kami berkata kepadany a:

Bagaimana keadaan anda wahai Abu Ali, dan keadaanmu ? baliau menjawab : Berkat

Allah SWT dalam keadaan sehat, dan diantara ada yang sakit, dan sesungguhnya tidak

ada diantara kalian yang menimpanya dalam Islam, sungguh kami adalah milik Allah

dan kepada-Nya-lah kami akan kemabli ! bukan begini kami menuntut ilmu, namun

kami datang kepada guru dan kami menyangka kami tidak berhak duduk bersama

mereka, maka kami duduk ditempat lain dan menjadi pendengar, jika ada penjelasan

terhadap suatu hadits maka kami bertanya kepada mereka pengulangannya dan kami

ikat –hapal- terus, namun kalian ingin menuntut ilmu karena kebodohan, dan kalian

telah menyia-nyiakan Kitabullah, seandainya kalian menerapkan Kitabullah maka

kalian mendapati didalamnya Syifa –penyembuh yang ampuh- sesuai dengan keinginan

kalian. Kami berkata : Kami telah belajar Al-Quran ! beliau berkata : Kalian belajar Al-

Quran hanyalah sekedar kesibukan untuk menghabiskan umur kalian dan anak-anak

kalian. Apa maksudnya wahai Abu Ali ? beliau berkata : kalian jangan belajar Al-Quran

sampai kalian memahami I’rabnya, muhkam dari mutasyabihnya, naskh dari

mansukhnya, jika kalian telah mengetahui hal tersebut maka tidak perlu kalian

mendengar ucapan Fudhoil dan Ibnu uyainah”. (Al-Qurtubi : 1 : 23)

8. Mujahid berkata : “Makhluk yang paling dicintai Allah adalah orang yang

mengamalkan apa yang telah Allah turunkan – Al-Quran-“. (Al-Qurtubi 1 : 26)

9. Al-Hasan Al-Basri berkata : “Demi Allah, tidak pernah Allah menurunkan ayat

kecuali Dia akan cinta kepada seseorang yang mengajarkan apa yang telah diturunkan

dan memahami maksud yang terkandung didalamnya”. (Ihya Ulumuddin : 1 : 1 : 499)

10. Abu Sulaiman Ad-Darami berkata : “Az-Zabaniyah akan lebih cepat menuju kepada

para penghafal Al-Quran yang berbuat maksiat kepada Allah dari mereka ketimbang

orang yang menyembah berhala…” (Ihya ulumuddin : 1 : 499)

11. Al-Hasan Al-Basri berkata : “Sesungguhnya kalian menjadikan Al-Quran beberapa

fase, sedangkan dimalam harinya kalian jadikan satu kumpulan, kalian mengendarainya

namun kalian jadikan beberapa etape..padahal umat sebelum kalian memandangnya

Page 19: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

surat-surat dari Tuhan mereka, mereka mentadabburkannya di malam hari dan

mengamalkannya disiang hari”. (Al-Ihya : 1 : 500)

12. Malik bin Dinar berkata : “Apa yang telah Al-Quran tanamkan di dalam hati kalian

wahai para penghafal Al-Quran ? sesungguhnya Al-Quran adalah seperempat orang

beriman, sebagaimana hujan bagian dari seperempatnya bumi…

13. Qatadah berkata : “Tidak duduk seseorang belajar Al-Quran kecuali baginya

penambahan dan atasnya kekurangan. Allah SWT berfirman : “Dan Kami turunkan Al-

Quran yang terdapat didalamnya Penyembuh dan Rahmat bagi orang-orang beriman

dan tidak akan bertambah bagi orang-orang yang dzalim kecuali kerugian”. (Al-Isra :

82)

14. Tsabit Al-Banani berkata : “Al-Quran direngkuh selama 20 tahun kemudian

memberikan kenikmatan selama 20 tahun pula”. (Al-Ihya : 1 : 522)

15. Berkata Mujahid dalam menafsirkan Firman Allah : “Meraka membaca Al-Quran

dengan penuh kesungguhan”. (Al-Baqarah : 121) Mereka mengamalkan Al-Quran

dengan benar”.

16. Al-Hasan Al-Basri berkata : “Sesungguhnya Al-Quran dapat dibaca oleh seorang

hamba dan anak kecil yang mereka tidak mengetahui cara membacanya…tidak bisa

mentadabburkan Al-Quran kecuali hanya mengikuti, tidak bisa menghafal huruf-

hurufnya dan batasan-batasannya…sampai salah seorang dari mereka berkata : Saya

telah membaca Al-Quran seluruhnya dan tidak ada yang tertinggal satu hurufpun.

Padahal demi Allah dia telah menggugurkan seluruhnya, Al-Quran tidak dia aplikasikan

dalam prilaku dan amalnya..yang lainnya berkata saya telah membaca Al-Quran dengan

satu nafas ! Demi Allah mereka bukanlah orang membaca Al-Quran, bukan para ulama,

para pemimpin dan ahli waro, ketika muncul para huffadz seperti demikian, maka Allah

tidak akan mengembangbiakkan orang seperti itu…”. (Az-Zuhd : 274)

17. Qatadah berkata dalam menafsirkan firman Allah : “Dan orang-orang yang

menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna”. (Al-Mu’minun :

3) Telah datang kepada mereka Al-Quran, demi Allah merupakan perintah dari Allah,

mereka tidak pernah terjerumus dalam kebatilan, maksudnya adalah mereka berusaha

menghindar dan menjauhi”. (Az-Zuhd : 276)

Page 20: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

NAMA DAN KARAKTERISTIK ALNAMA DAN KARAKTERISTIK ALNAMA DAN KARAKTERISTIK ALNAMA DAN KARAKTERISTIK AL----QUR’ANQUR’ANQUR’ANQUR’AN

Sebelumnya telah kita bahas tentang bagaimana pandangan Nabi saw dan para ulama

salaf -para sahabat dan para tabi’in- terhadap Al-Qur’an. Yang mana hal itu semua tidak

bisa dilakukan kecuali karena interaksi mereka yang intens dan diiringi pemahaman

mereka yang mendalam, sehingga dapat memberikan pandangan yang begitu terhadap

Al-Qur’an.

Karena itu pada kesempatan ini dan kesempatan selanjutnya akan kita bahas tentang

nama dan karakteristik Al-Qur’an dan bagaimana kiat kita untuk bisa sukses

berinteraksi dengan Al-Qur’an.

Di dalam Al-Quran Al-Karim banyak disebutkan beberapa nama dan karakteristik

Kitabullah (Al-Quran Al-Karim), dan dalam ayat-ayatnya disebutkan juga beberapa

sifat dan keistimewaan secara gamblang akan kitab ini; sehingga dapat memberikan

pengaruh yang baik terhadap individu dan sosial, memperlihatkan fenomena-

fenomena kemuliaan yang mendalam seperti yang pernah dilakukan oleh Rasulullah dan

para sahabatnya serta para tabi’in dalam berinteraksi dengan Al-Quran, membawa

mereka pada kehidupan yang bersih dibawah naungannya…

Sebelum membaca dan mentadabburkan Al-Quran, maka kita mesti mengetahui dan

memahami lebih dahulu sifat-sifat dan karakteristik-karakteristik, serta

keistimewaan Al-Qur’an, menelaah lebih cermat saat berada dihadapan ayat-ayat yang

diungkapkan, mehidupkan dengan segala kemampuan dan perasaan seakan seluruh

detik kehidupan kita diserahkan untuknya…

Sesungguhnya Allah SWT mengajarkan kepada kita melalui firman-Nya yang Mulia

untuk selalu memperhatikan kehidupan yang penuh berkah di dalamnya, mengarungi

kehidupan yang tentram saat berada di bawah naungannya. Karena itu, Allah

SWT memaparkan kepada kita beberapa nama-nama, sifat-sifat, karakteristik dan

keistimewaan Al-Quran, sehingga kita bisa menerimanya dengan penuh kesadaran,

pemahaman, dan optimisme, guna mengenal lebih dekat akan karakteristik, misi,

peranan dan risalah Al-Quran itu sendiri. Karena tidak ada seorangpun yang lebih tahu

kalam Allah kecuali Allah SWT itu sendiri. Dan karunia Allah atas kita adalah

diberikannya pengenalan terhadap Al-Quran, yang merupakan kenikmatan yang

terbesar dan sangat berharga, sebagai Rahmat yang tak terkira sehingga kita seharusnya

menerimanya dengan menghadapkan wajah kepada Allah dengan pujian dan syukur,

ikhlas dan cinta. Menerima secara penuh akan kitab-Nya dengan tadabbur, perasaan,

komitmen dan aplikasi. Agar kita dapat merasakan nikmatnya hidup melalui keragaman

corak dan fenomena.

Dalam pembahasan ini akan coba kami hadirkan beberapa nama-nama Al-Quran dan

karakteristiknya, keistimewaan dan sifat-sifatnya, keutamaan-keuatamaan dan nilai-nilai

Page 21: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

positif yang terkandung dalam Al-Qur’am, sebgaimana yang termaktub dalam nash-

nash dan ayat-ayatnya.

1. Al-Quran

Adapun nama yang pertama yang kita kenal terhadap kitabullah adalah Al-Qur’an,

bahkan nama inilah yang banyak disebut dalam ayat-ayat-Nya, sehingga nama

ini merupakan nama yang paling masyhur dan dikenal, Allah SWT telah

mengkhususkan kitab-Nya yang diturunkan kepada Rasulullah saw dengan nama ini,

dan bahkan tidak diberikan kepada kitab-kitab samawiyah sebelumnya.

Dan kalimat “Al-Quran” berasal dari akar kata “Al-Qiraah” (sebagaimana yang telah

disepakati oleh para ulama di bidangnya), dan telah menjadi ciri khusus atas kitab yang

diturunkan kepada nabi Muhammad saw, sehingga menjadi ilmu tersendiri.

Imam Ar-Ragib al-asfahani dalam kitabnya “Mufrodatul Quran” menyebutkan pendapat

salah seorang ulama “kitab ini disebut “Al-Quran” dihadapan kitab-kitab Allah yang

lainnya karena merupakan kumpulan dari intisari kitab-kitab tersebut bahkan

merupakan rangkuman dari berbagai macam ilmu” sebagaimana yang telah disebutkan

dalam firman Allah SWT : “-Dengan Al-Quran”- menjelaskan segala sesuatu”. (Yusuf

: 111) [1]

Dipilihnya nama kitabullah dengan Al-Quran –sebagai nama unggulan dan nama

tersendiri- memberikan gambaran yang gamblang akan kewajiban, keistimewaan dan

keunggulan umat Islam – sebagai pemelihara Al-Quran akan eksistensinya di tengah

umat yang disekitarnya- karena tidak ada yang boleh mengambil sesuatu untuk menjadi

manhajul hayah (sistem hidup) selain dari Al-Quran Al-Karim.

Allah menceritakan kronologi awal diturunkannya Al-Quran; yaitu pada bulan

Ramadlan Al-Mubarak, dengan Firman-Nya “Bulan Ramadlan adalah bulan di

dalamnya diturunkan Al-Quran pemberi petunjuk untuk manusia, pemberi penjelasan

akan hidayah itu dan Al-Furqon –pembeda antara yang haq dan bathil-”. (Al-baqoroh

: 185)

Allah berfirman dalam mensifati Al-Quran : “Qof..Demi Al-Quran yang Mulia” (Qaf :

1) “Shad. Demi Al-Quran yang memberi peringatan” (Shad : 1) begitupun Al-Quran

disifatkan dengan kitab berbahasa arab yang nyata –fasih- di dalam Firman Allah :

“Kitab yang telah dirincikanm ayat-ayatnya, Al-Quran yang berbahasa arab untuk

kaum yang mengetahui”. (Fushilat : 3)

Allah menetapkan bahwa Al-Quran adalah kitab yang mudah diingat –dihapal- bagi

siapa yang ingin mengingat dan mengahapalnya, dan bagi siapa yang berinteraksi

dengannya dengan hati yang hidup dan terbuka- Alalh SWT berfirman : “Sungguh

Kami telah jadikan Al-Quran mudah diingat, maka adakah orang yang mengingatnya”.

(Al-Qomar : 17)

Page 22: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

Sebagaimana pula Allah menjelaskan bahwa dalam Al-Quran telah disebutkan dari

setiap sesuatu permisalan agar manusia mau berfikir atau mengingatnya namun mereka

lalai dari permisalan ini bahkan ada yang membangkang darinya, dan memilih hidup

dalam kebimbangan, kufur dan linglung. Allah berfirman : “Sungguh telah berikan

untuk manusia didalam Al-Quran permisalan dari sesuatu, maka kebanyakan manusia

enggan sehingga mereka menjadi kufur” (Al-Isra : 89)

Allah mengajarkan kepada kita bahwa mereka -orang-orang kafir- tidak suka

mendengar bacaan Al-Quran, dan setiap Rasulullah saw membaca Al-Quran maka

penghalang yang tinggi dan tirai yang tebal menutupi antaranya dan orang-orang kafir,

hijab ini diumpamakan dalam tutup yang terletak didalam hati, mulut dan

telinga, sehingga tidak bisa menghayati dan mentadabburkan kalam Allah. Karena itu

mereka akan berpaling dari orang yang membaca kalamullah, pergi dan lari darinya,

Allah SWT berfirman : “Dan jika Engkau membacakan Al-Quran kepada mereka,

Kami jadikan antaramu dan orang-oran gyang tidak beriman hijab diakhirat. Dan

Kami jadikan hati mereka tertutup dari memahami Al-Quran, telinga mereka tuli. Dan

jika engkau ingatkan Tuhanmu kepada mereka dalam Al-Quran maka mereka akan

berpaling dan meniggalkan kamu jauh-jauh.” (Al-Isra : 45-46)

Allah juga menyeru kepada kita untuk bersemangat dalam membaca Al-Quran, selalu

siap dengan persiapan khusus, menghadapkan wajah kepada Allah, memohon

perlindungan kepada-Nya dari godaan syetan, agar doa ini menjadi wasilah suatu

kemudahan dalam mentadabburkan Al-Quran, Allah berfirman : “Maka jika engkau

hendak membaca Al-Quran, mohonlah perlindungan dari godaan syetan yang

terkutuk”. (An-Nahl : 98)

Allah juga meminta kepada kita untuk memliki adab yang baik terhadap Al-Quran, saat

kita mendengar alunan ayat yang dibaca, maka kita wajib mendengar dengan sepenuh

jiwa, membuka pintu-pintu hati agar dapat memiliki hubungan dan interaksi yang baik

dengannya. Bedakan antara mendengar dan mendengarkan, karena mendengar hanyalah

sekedar sampainya suara ke telinga, namun kadangkala hanya sekedar mendengar tanpa

disengaja. Adapun mendengarkan berarti mengikut sertakan indra dan seluruh

pensendian –anggota tubuh- yang lain seperti telinga untuk berinteraksi, tadabbur,

talaqqi dan konsentrasi. Allah SWT berfirman : “Maka jika dibacakan Al-Quran maka

dengarkanlah bacaan itu dan diamlah –heninglah- agar kalian mendapat Rahmat”.

(Al-A’raf : 204).

Allah juga menjelaskan pengaruh yang sangat besar akan tunduknya gunung yang besar

–saat diberikan amanah kepadanya- dan berinteraksi dengannya, menampakkan

fenomena yang sangat dahsyat dan menakjubkan, Allah berfirman : “Kalau sekiranya

Kami menurunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya

tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah, dan perumpamaan-

perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir”. (Al-Hasyr : 21)

dan Firman-Nya : “Dan sekiranya ada suatu bacaan )kitab suci) yang dengan bacaan

itu gunun-gunung dapat digoncangkan atau bumi menjadi terbelah atau oleh karenaya

Page 23: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

orang-orang yang sudah mati dapat berbicara (tentu Al-Quran itulah dia). Sebenarnya

segala urusan itu adalah kepunyaan Allah”. (Ar-Ra’ad : 31)

Allah telah memerintahkan kepada kita untuk mentadabburkan Al-Quran, bersimpuh di

hadapannya untuk menelaah ayat-ayat-Nya, mengkaji akan wahyu-wahyu-Nya, arahan-

arahan-nya, nilai-nilai dan hakekat-hakekat-nya, sehingga mampu menghilangkan

penyakit yang ada pada dua telapak tangan yang dapat menjadi penghalang antara kita

dengan tadabbur ini, menghilangkan penyakit yang selalu mengganjal kita saat ingin

mengamalkannya, sehingga sirna penyakit tersebut atau hilang secara keseluruhan yaitu

tertutupnya hati yang sering menjadi penghalang masuknya cahaya hidayah, kebaikan

dan kehidupan, adapun penutup itu adalah syahwat, maksiat dan cinta kepada dunia;

sehingga hati sibuk dengan itu semua dan tidak ada tempat yang cukup untuk bisa

mentadabbutkan, mendapat hidayah dan cahaya iman. Allah berfirman : “Maka apakah

mereka tidak memperhatikan Al-Quran ataukah hati mereka terkunci ?”. (Muhammad :

24)

Allah memberi petunjuk agar kita menjadikan tadabbur sebagai wasilah (sarana) bukan

tujuan, tidak sambil melakukan pekerjaan dan sibuk karenanya; sesuai dengan tujuan

yang didambakan, yaitu bertambahnya Iman, tisqoh dan yakin terhadap Kalamullah,

memperhatikan rangkaian kalimat-kalimatnya, hubungan kesesuaian, dan memahami

misi dan tujuannya serta menemukan hakekat-hakekat dan ketentuan-ketantuannya.

Allah SWT berfirman : “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Quran ? Kalau

kiranya Al-Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan

yang banyak di dalamnya “. (An-Nisa : 83)

Allah telah menganugrahkan kepada kita dengan memberikan kabar bahwa jika kita

berinteraksi, membaca dan mentadabburkan Al-Quran, akan mendapatkan hidayah yang

dapat membimbing ke jalan yang lurus, cahaya yang menerangi, obat yang ampuh.

Karena Al-Quran adalah hidayah untuk individu dan jamaah, cahaya bagi seluruh aspek

kehiduoan baik individu dan sosial, obat bagi segala penyakit umat. Allah berfirman :

“Sesungguhnya Al-Quran ini memberikan petunjuk kepda (jalan) yang lebih lurus dan

memberi kabar gembira kepada orang-orang mu’min yang mengerjakan amal soleh

behwa bagi mereka ada pahala yang besar” (Al-Isra : 9) dan Firman Allah “Dan Kami

turunkan Al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang

beriman dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepda orang-orang yang zalim selain

kerugian” (Al-Isra : 82)

Maha Benar Allah ketika mensifati kitab-Nya dengan sifat bijaksana, yaitu sifat yang

agung yang tidak diberikan kepada siapapun kecuali orang yang berakal !! kita

diharapkan dapat berinteraksi dengan Al-Quran sesuai dengan kehendak Allah, hidup di

bawah naungannya yang sesuai dengan manhaj –sistem- Allah, kita telaah sebagian sisi

hikmah dalam Al-Quran yang agung dan mulia ! Allah berfirman : “Yasin, Demi Al-

Quran yang memiliki hikmah”. (Yasin : 1-2)

Allah mencela orang-orang kafir yang membagi-bagi Al-Quran, memberikan sifatnya

secara bathil –guna menghalangi manusia untuk beriman kepada Al-Quran- mereka

Page 24: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

berkata : sihir, sya’ir, dukun –mantera-…, celaan ini diberikan kepada Yahudi dan

Nasrani yang membagi-bagi kitab-kitab samawiyah beberapa bagian, mereka beriman

kepada sebagiannya dan mengingkari sebagian lainnya, karena menuruti hawa nafsu

mereka. Kita juga berpendapat bahwa celaan tersebut juga ditujukan kepada orang-

orang beriman yang membagi-bagi dan memilah-milah Al-Quran, mengambil sebagian

dan membuang yang lainnya, menampakkan sebagian dan menyembunyikan sebagian

lainnya, beriman kepada satu bidang dan mengingkari sebagian lainnya !! Allah

berfirman : “Sebagaimana (Kami telah memberi peringatan), Kami telah menurunkan

(azab) kepada orang-orang yang membagi-bagi (kitab Allah). (Yaitu) orang-orang

yang telah menjadikan Al-Quran terbagi-bagi”. (Al-Hijr : 90-91) makna : “’dilin disini

adalah membagi-bagi, kadang mereka berkata dukun –mantera, kadang dongengan

orang dahulu dan lain-lainnya seperti yang mereka sifatkan. [2]

Allah mendokumentasikan pengaduan Rasulullah saw kepada Tuhannya tentang orang-

orang kafir yang menentang Al-Quran dan acuh terhadapnya. Allah berfirman : “Dan

Rasulullah saw berkata : “Ya Tuhanku Sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Quran

sesuatu yang diacuhkan”. (Al-Furqon : 30)

Bahkan Allah juga mendokumentasikan akan uslub-cara- dari orang-orang kafir dalam

menghadapi Al-Quran; berusaha memerangi dan memusuhi, usaha yang begitu gencar

dengan mengerahkan segala potensi, berusaha meredupkan cahaya Al-Qur’an dan

menguasainya. Sungguh sangat jauh, sungguh sangat hina, apa yang mereka usahakan

dan mereka lakukan !! sesungghnya mereka pindah dari cara yang buruk yang

mengisyaratkan akan kekalahan mereka secara internal di hadapan Al-Quran, tekanan

jiwa dan pengakuan mereka dihadapan hakekat-hakekatnya –yang terpelihara dan

terjaga- dengan kelemahan mereka dalam mengahadapinya dan kegagalan memerangi

Al-Qur’an. Mereka meminta kepada para umat yang tertipu dan terpedaya serta

lalai agar tidak mendengar bacaan Al-Quran dengan seksama, dan

menggantinya sebagai sebuah permainan, teriakan, kebisingan, sekedar alat

komunikasi, tarik suara secara berlebihan, kelalaian dan main-main, keangkuhan, suara

cempreng dan lain-lain. Allah berfirman : “Dan berkata orang-orang kafir :

“Janganlah kalian mendengarkan dan menyimak ayat-ayat Al-Quran ini, dan

batalkanlah –hukum-hukumnya agar kalian dapat menga;ahkan mereka” (Fushilat : 26)

2. Al-Kitab

Al-kitab merupakan nama kedua dari Al-Quran Al-karim, nama ini juga banyak

disebutkan dalam ayat-ayatnya, selalu diulang dalam surat-suratnya, dan merupakan

nama kedua yang terkenal setelah Al-Quran serta sering disebutkan, Al-Kitab

merupakan kata yang berarti tertulis, huruf-huruf, kalimat dan ayat-ayatnya terangkai

dalam bentuk tulisan dan khot yang rapi…

Dan diantara nama kalamullah yang banyak dikenal adalah dengan dua nama ini Al-

Quran dan Al-Kitab, yang berarti penyatuan dan kumpulan, karena Al-Quran berasal

dari akar kata “Al-Qiraah” dan “Al-Qaraah” –sebagaimana yang dikatakan oleh Ar-

Ragib dalam Mufrodatnya- “yang berarti kumpulan huruf-huruf dan kalimat-kalimat

Page 25: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

sebagiannya dengan sebagian lain dalam bacaan” [3], sedangkan kata “Al-Kitab”

berasal dari akar kata “Al-Kitabah” yang berarti kumpulan huruf-huruf sebagiannya

dengan sebagian lain dalam bentuk tulisan…demikian juga dikatakan kumpulan

sebagiannya dengan sebagian lain dalam bentuk lafadz. Maka asal kata “Al-Kitabah”

adalah susunan dalam bentuk tulisan, namun dipinjam dalam bentuk yang lain yang

karena itu kalamullah dinamakan –walaupun tidak tertulis- dengan “kitaban” [4].

Adapun hikmah lain dinamakannya kalamullah dengan dua nama ini : Al-Quran dan Al-

ki tab, sebagaimana yang disebutkan oleh DR. Muhammad Abdullah Darraz dalam

bukunya “An-nabaul Adzim” yang ringkasannya adalah : “Bahwa Allah SWT

menginginkan dari pemberian dua nama ini untuk merealisasikan penggabungan yang

erat terhadap firman-firmannya, mengisyaratkan akan terpeliharanya secara sempurna

dan mutlak pada setiap surat, ayat-ayatnya, kalimat-kalimatnya dan huruf-hurufnya,

sehingga tidak memberikan kebimbangan terhadap diri seorang muslim walaupun hanya

sedikit sehingga timbul pertentangan, penyimpangan atau penghapusan dan

pengurangan darinya…karena itu Al-Quran benar-benar terpelihara dengan dua cara

yang kongkret yang keduanya merupakan cara yang efektif dalam menghafal dan

memelihara, yaitu “Al-Qiraah” bacaan dan “Al-Kitabah” tulisan; Maka tidak diterima

Al-Quran yang dibaca kalau tidak sesuai dengan mushaf Utsmani yang telah ditulis dan

disepakti oleh ijma ulama, dan tidak diterima tulisan ayat-ayat Al-Quran kalau tidak

sesuai dengan apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah saw kepada para sahabatnya

tentang Al-Quran, mereka membaca –talaqqi- dihadapan beliau, dan Rasulullah

membacakan Al-Quran dihadapan mereka”… [5].

Kitab yang telah Allah turunkan kepada Rasulullah saw adalah merupakan kebenaran

yang mutlak tidak ada keraguan di dalamnya, sebagai hidayah bagi orang-orang yang

bertaqwa, sebagaimana firman Allah SWT :

�� .������ ��� ����� ����� ������ ��� ������ �� �����

“Alif Lam Mim, itulah Al-Kitab yang tidak ada keraguan didalamnya, pemberi petunjuk

bagi orang-orang yang bertaqwa…” (Al-Baqoroh : 1-2)

Merupakan kitab yang mengandung hikmah sebagaimana Al-Quran juga mengandung

hikmah :

!"����# �� !����� �� �$���%& �� ��' (��

“Alif Lam Ra, inilah Ayat-ayat Al-kitab yang mengandung hikmah” (Yunus : 1)

Ayat-ayatnya merupakan hukum yang pasti kemudian diberikan penjelasan, dijabarkan

dan diterangkan, lalu diberikan kepada manusia untuk diimani oleh mereka

Page 26: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

)*!+�, )"����- .���� �/�0 �1��2�34� 2�"45 ���'���& �1�����-46 7����8 (�� “Alif Lam Ra. Inilah dustur Kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta

dijaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Maha Bijaksana lagi

Maha Tahu”. (Hud : 1)

Allah SWT dan Rasul-Nya saw mengabarkan bahwa telah diturunkan kepadanya Al-

Quran untuk mengelurakan manusia dari kegelapan kepada cahaya, dari kedzaliman

kufur menuju cahaya iman, dan kitabullah merupakan satu-satunya wasilah –sarana-

untuk mengelurkannya dari kegelapan, dan tidak sarana lain selainnya kecuali hanya

hayalan, prasangka dan dongengan belaka dan bahkan tidak akan menambah iman

kecuali kegelapan.

Allah SWT berfirman :

�. !9!: !�;<=�� >��!? �$���4�@A�� �/�0 �B�=�� �C!(�D��� ������!? �E��= ��F�G�6 7����8 (�� ������# �� !F�!F�H �� �I��(�J >��!? �"!KL:��

“Alif Lam Ra. Inilah kitab yang Kami turunkan kepadamu –Muhammad saw- agar

kamu dapat mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya dengan izin Tuhan

mereka menuju jalan Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji”. (Ibrahim : 1)

Diberitahukan bahwa telah diturunkan kepadanya peringatan dan Al-Kitab sebagi

pemberi penjelasan terhadap segala sesuatu dan merincikannya, dan dengan penjelasan

ini tampak hidayah –petunjuk- rahmat dan kabar gembira bagi kaum muslimin.

Allah SWT berfirman :

��(�M�:�N OP���-���N ������N QR�S�T UV4��� ��G����+�' ������ �� �������W ��= �F�G�N�������X�� ���

“Dan telah Kami turunkan kepadamu Al-Kitab pemberi penjelasan terhadap segala

sesuatu, petunjuk rahmat dan kabar gembira untuk keum muslimin (An-Nahl : 89)

dan firman Allah SWT :

Page 27: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

�.N�(Y��Z��� �"�KY��H���N �"!K����!? �[LF�G ��0 !B�=��� �/L��+��� �( 8U\�� ������!? ��= ��F�G�6�N “Dan telah Kami turunkan kepadamu -Al-Quran- pemberi peringatan agar dapat kamu

beri penjelasan kepada manusia atas apa yang telah diturunkan kepada mereka agar

mereka mau berfikir”. (An-Nahl : 44)

Bahkan Allah SWT meringkas akan tujuan diturunkannya Al-Kitab selain sebagai

pemberi penjelasan, disamping itu Rasulullah saw dituntut untuk melaksanakan dakwah

dan menyampaikannya…

������N ����� �;4Z����,� ]�\2��� �"�K�� �/2!��+��� ^!? ������ �� �������W ��= ��F�G�6 ��0�N�.;�=�0�_�� ) �;���� OP���-���N

”Dan tidaklah Kami turunkan Al-Kitab kecuali untuk memberi penjelasan kepada

mereka yang selalu berselisih didalamnya, pemberi petunjuk, rahmat beri kaum yang

beriman”. (An-Nahl : 64).

Disebutkan dalam 3 ayat yang mulia diatas dalam satu surat –yaitu surat An-Nahl-

menejalskan tujuan diturunkan Al-Kitab yaitu untuk menjelaskan dan memberikan

penjelasan, memerintahkan kepada Rasulullah saw untuk menyampaikan, sehingga hal

ini menunjukkan secara khusus akan masalah ini serta menunjukkan akan satu-satunya

surat yang membicarakan hal tersebut –yaitu sebagai surat ni’mat, karena adakah ni’mat

yang lebih baik dari ni’mat hidayah dan petunjuk yang memberi penjelasan yang

terkandung dalam Al-Quran-…sebagaimana menjelaskan akan sighat ayat-ayat yang

mulia dengan menggunakan penjelasan Al-Quran dalam bentuk umum kepada manusia

seluruhnya, dan dikhususkan lagi di dalamnya dengan memberikan rahmat, petunjuk

dan kabar gembira kepada kaum muslimin saja, karena ketiga hal tersebut sangat

berkaitan dengan iman, dan tidak akan didapati jika iman tidak dimiliki.

Allah SWT memrintahkan kepada Rasul-Nya untuk memberikan penjelasan,

menyampaikan dan memberikan peringatan kepada manusia dan tidak dibolehkan

memberikan keringanan atau kesempitan sedikitpun dalam menerapkannya, karena hal

tersebut akan menjadi penghalang baginya dalam melaksanakan kewajiban ini, sehingga

tidak ada keluh kesah di dalamnya walaupun umat manusia menentangnya dan

membuat kejutan terhadap apa yang mereka tidak duga !!! kenapa Rasulullah saw

merasa berat padahal beliau tidak pernah mendapatkan hakekat, nilai-nilai, adat,

timbangan, prinsip-prinsip dan arahan-arahan dari manusia, namun semua itu berasal

dari Tuhan manusia, dan cukuplah Allah SWT yang menjadi saksi, menjadi

pendamping bersamanya, menolongnya, meneguhkan hatinya dan memberinya ganjaran

atas segala perbuatannya…

Page 28: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

Allah SWT berfirman :

ab� .����� ������!? �[!F�G46 7����8 ��!: ���\�=��� ���=�0 7C�(�- �c!����J S�� �/4��� ��!=�0�_�� ��� ��( 8� �N

“Alif Lam Mim Shad. Inilah Al-Kitab yang diturunkan kepadamu, maka jangan hatimu

menjadi sempit karenanya, agar kamu dapat memberi peringatan dan pelajaran untuk

orang-orang yang beriman”. (Al-A’raf : 1-2)

Allah mengabarkan kepada Rasul-Nya saw akan tugas ini, dengan diturunkan

kepadanya Al-Kitab sehingga memiliki eksistensi dan misi, dan membuat kehidupan

lebih cerah dengannya, menampakkan pengaruh-pengaruhnya dan memetik buahnya,

demikianlah –Al-Kitab- yang memiliki hikmah diantara manusia dengan benar..

Allah SWT berfirman :

�N ��2���� �c����6 ���!: !B�2�=�� �/���: �"4��#��� 2!d�# ��!: ������ �� ������!? ��= ��F�G�6 �2�G!?�����3�, ��!=�e��D ��� �/4��'

“Sesungguhnya Kami telah menurukan Al-Kitab kepadamu dengan benar, agar kamu

dapat menentukan hukum diantara manusia dengan apa-apa yang Allah berikan

kepadamu…”. (An-Nisa : 105)

Allah SWT juga menjelaskan kepada kita sarana yang terkait dengan Al-Kitab al-haq

agar dapat merealisasikan eksistensinya secara amali, menjelaskan bahwa yang haq

adalah haq sedangkan yang bathil adalah bathil, menuntun umat manusia kepada al-haq,

sebagai sarana yang kuat kepada untuk dapat dijaga dan dipelihara, yang dapat

menggerakkan pembela kemanusiaan bagi yang menegakkannya dan melaksanakan

hukum-hukumnya. tanpa kekuatan ini maka kebenaran hanya sekedar teori jauh dan dari

amal di alam realita, lalu berubah menjadi kebenaran yang sia-sia, yang hanya

dilakukan oleh para pengecut dan diminimalisir oleh kaum yang lemah, serta diajauhi

oleh mereka yang benci !!

Allah SWT berfirman :

Page 29: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

�= ��f���6 ������ �B�2�=�� � ;4����� �.��F��� ���N ������ �� �"�K�H�0 ��= ��F�G�6�N �$��=2!��+ ��!: ��=���f�� � �/�0 ��2���� �"���H�����N !B�2�=��� �g����=�0�N 7�����T 7B h�: ����� ������# �� ��= ��F�G�6�N �i�X�� ��!:

27]!;�j ��2���� 2�.!? !����k ��!: �����f���N �E�(�3�=��7F�!F�W

“Sungguh Kami telah mengutus para Rasul Kami dengan jelas. Dan Kami turunkan

bersama mereka Al-Kitab dan Mizan –Timbangan- agar dapat menegakkan keadilan

diantara manusia, dan Kami juga menurunkan besi, yang didalamnya terdapat

mudlorat yang besar dan manfaat untuk manusia, dan agar Allah dapat mengetahui

siapa yang menolong-Nya dan para Rasul-Nya dengan ghaib, Sesungguhnya Allah

Maha Kuat lagi Maha Pekasa”. (Al-Hadid : 25).

Al-Quran juga mengisyaratkan akan kewajiban Rasulullah saw untuk mengajarkan umat

manusia akan Kitabullah, karena di dalamnya terdapat kisah dakwah nabi Ibrahim,

Isma’il AS semenjak zaman yang lampau, Allah memerintahkan kepada keduanya

untuk berdoa kepada Allah SWT agar dibangkitkan di tengah umat manusia seorang

Rasul yang menmbawa kebaikan, kesucian, cahaya dan petunjuk…

������ �� �"�K��2���H���N ���'���& �"!K�����W ;4���� �"�K�=�0 ^;�f�� �"!K��� l�H�:��N ��=2�:���"����# �� �F�!F�H �� �1�G�6 ��2�G!? �"!K�2�8�F���N �P�� ��# ���N

”Ya Tuhan kami, bangkitkanlah ditengah-tengah mereka seorang Rasul dari golongan

mereka yang mebecakan ayat-ayat-Mu kepada mereka, mengajarkan Al-Kitab dan

hikmah dan mensucikan jiwa mereka, sesungguhnya Engkau Maha Perkasalagi Maha

Bijaksana”. (Al-Baqoroh : 129).

Allah SWT mengabarkan kepada kita bahwasannya Dia mengabulkan doa dua nabi

yang soleh, sebagimana Firman-Nya :

�"4���2���H���N �"4��2�8�F���N ��=�'���& �"4������W ;4���� �"4��=�0 ^;�f�� �"4���� ��= ��f���6 ����8�.;�����H�' �;�G;4��' �"�� ��0 �"4���2���H���N �P�� ��# ���N ������ �� “Sebagaimana Kami telah mengutus ditengah-tengah kalian seorang Rasul dari

golongan kalian untuk membacakan kepada kalian ayat-ayat Kami, mensucikan kalian

dan mengajarkan Al-Kitab dan hikmah serta mengajarkan apa yang kalian belaum

ketahui”. (Al-Baqoroh : 151).

Page 30: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

Allah juga berfirman menjelaskan akan karunia Rabbaniyah atas kita dengan

dibangkitkannya seorang nabi saw, yang mengeluarkan umat ini dengan izin Tuhannya

dari kedzaliman kepada cahaya ilahi, dari kesesatan kepada petunjuk, dari kematian

kepada kehidupan :

;4���� �"!KmX4Z�G�6 �/�0 ^;�f�� �"!K��� �l�H�: !? ��!=�0�_�� �� >���W ��2���� 2�/�0 ������ 4V�+�j �/�0 �;�G��8 .!?�N �P�� ��# ���N ������ �� �"�K��2���H���N �"!K�2�8�F���N ���'���& �"!K�����W

)�!+�0 )[n�o S�Z�� “Sungguh Allah telah memberikan karunia atas orang-orang beriman saat Allah

membangkitkan di tengah mereka seorang Rasul dari golongan mereka, membacakan

kepada mereka ayat-ayat-Nya dan mensucikan mereka, mengajarkan Al-Kitab dan

Hikmah, padahal mereka sebelumnya berada dalam sesat yang nyata”. ( Ali Imron :

164)

Kita sebutkan dalam surat Al-Jumuah yang berkaitan dengan hal diatas, berbicara akan

hubungan tema surat dan karakteristiknya yang unik, Allah berfirman :

�"!K�2�8�F���N ���'���& �"!K�����W ;4���� �"�K�=�0 ^;�f�� ��2!�2�0p� S�� �l�H�: ]�\2��� �;��)�!+�0 )[n�o S�Z�� 4V�+�j �/�0 �;�G��8 .!?�N �P�� ��# ���N ������ �� �"�K��2���H���N

“Dialah –Allah- yang membangkitkan ditengah umat yang ummi seorang Rasul dari

golongan mereka membacakan ayat-ayat-Nya mensucikan jiwa mereka dan

mengajarkan Al-Kitab dan Al-Hikmah, padahal mereka sebelumnya dalam keadaan

sesat yang nyata”. (Al-Jumuah : 2)

Kita perhatikan sighot 3 ayat diatas yang menarik ditelaah, memiliki arahan tarbawiyah

yang dalam, seakan dengan 3 ayat ini menunjukkan akan manhaj tarbawi yang baik dan

lurus, menyeru kepada para guru, duat, penasehat dan pendidik saat ini, para pembuat

konsep dan system pendidikan dan buku-buku ilmiyah untuk meneliti kembali akan

isyarat quraniyah ini dengan tinjauan pendidikan…yaitu urutan pendidikan dan

pengajaran yang diarahkan oleh Rasulullah saw yang menggunakan “Athof’ dengan

huruf “al-waw” mengutamakan atsar (pengaruh) dari membuat bangunan, pendahuluan

atas tema, benih dan pohon atas buah dan dahan, muqaddimah atas natijah –hasil-, kita

ambil dari sini “athof fiil mudhori” dalam firman-Nya : “Membacakan kepada mereka

Ayat-ayat-Nya….dan mensucikan mereka…dan mengajarkan Al-Kitab dan Al-

Hikmah..” yang demikian merupakan 3 fase yang berjenjang dan beriringan dan urutan :

pertama membaca Al-Quran sebagai pendahuluan, pengisian, persiapan dan mobilisator,

Page 31: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

kemudian membersihkan jiwa dan mensucikannya dari penyakit, kotoran, kekurangan

dan dosa-dosa, dan terkakhir baru memberikan pengajaran yang dapat mencerahkan dan

memberikan wawasan.

Praktek ini merupakan hasil keberkahan dari pohon keimanan dan kebersihan jiwa, hasil

yang dicapai dari pendahuluan pengajaran yang benar, sebagai hidayah, rahmat,

kebaikan dan kebahagiaan bagi para guru, untuk umat dan manusia sekitar mereka…

Allah mensifatkan Kitab-Nya dengan Al-Barakahi, dan menyeru kita untuk memiliki

sifat-sifat ini, menapaki ragam keberkahan Al-Quran yang menyeluruh dan universal.

Keberkahan tidak bermakna biasa dan dikenal kaum muslimin –walaupun hal

tersebut tidak bisa dinafikan dalam Al-Quran yaitu memberi al-barokah- namun yang

dimaksud dari Al-barokah dari segi Al-Quran -sebagaimana yang diungkapkan oleh Ar-

Rogib Al-Asfahani dalam kitabnya “Al-Mufrodat”- adalah : “Al-barokah adalah

kebaikan ilahi yang menyeluruh pada segala hal, dinamakan hal tersebut seperti

tetapnya air dalam kolam, dan “al-Mubarok” adalah didalamnya terdapat kebaikan,

seperti firman-Nya

�=�0 ���� �"��G�h���6 �E��= ��F�G�6 7c����+�0 7( 8� ��\���N�.N�(��

“Inilah –kitab- yang memberi peringatan, keberkahan yang telah Kami turunkan”. (Al-

Anbiya : 50

sebagai peringatan akan banyaknya kebaiakn ilahi..” sampai kepada ungkapan :

“…selama kebaikan ilahi mengeluarkan sesuatu yang tidak dapat dirasakan,- yang tidak

terhitung dan tidak terbatas, maka dikatakan segala sesuatu yang datang darinya

merupakan tambahan yang tidak terasa adalah keberkahan dan didalamnya barakah…”

[6]

Maka Kitabullah yang mulia ini memberikan keberkahan dengan segala aspek dan

ragamnya, memunculkan penomena keberkahan dan wacana-wacannya, dasar-dasar dan

cabang-cabangnya…

Allah berfrman :

��(4� �� 2� 46 ���\�=����N �������� �/���: ]�\2��� �q2���3�0 7c����+�0 �E��= ��F�G�6 7����8 ��\���N �"!K�'n�J >���W �"���N ��!: �.;�=�0�_�� �r�(�,s�!: �.;�=�0�_�� �/��\2����N ��K���;�- �/�0�N

�.;4A����#��

Page 32: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

“Dan inilah Kitab yang telah Kami turunkan sebagai pemberi berkah, pemberi

kebenaran dari hadapannya, dan untuk m emberikan peringatan Ummul Qora dan

penduduk sekitarnya…” (Al-An’am : 92)

Dan Firman Allah :

�.;���-�(�' �"4�2���H�� �;4�2�'��N �E;�H!+2�'��� 7c����+�0 �E��= ��F�G�6 7����8 ��\���N “Dan inillah Al-Kitab yang telah Kami turunkan, maka ikutilah dan bertaqwalah agar

kalian mendapat rahmat”. (Al-An’am : 155)

Dan Firman Allah :

!���+ �p� ;4�N46 �(2�8�\������N ���'���& �N�(2�:2������ 7c����+�0 ������!? �E��= ��F�G�6 7����8

“Kitab yang telah Kami Turunkan kepadamu memberikan barokah, agar mereka mau

mentadabburkan ayat-ayt-Nya dan menjadi ingatan bagi ulul albab”. (Shad : 29)

Dalam Al-Quran terdapat ayat yang mulia yang membagi umat Islam tiga

golongan ketika berinteraksi dengan Al-Quran, padahal mereka telah diwariskan Al-

Quran –kitabullah-, namun mereka tidak berada dalam satu tingkatan dalam menerima

warisan ini, mereka tidak dalam satu tingkatan dalam mengemban amanah ini –warisan

yang mulia-, harta yang berharga, dan barokah yang luas; maka diantara mereka ada

yang mendzlalimi diri mereka sendiri dalam berinteraksi dengan kitabullah sehingga

mereka kurang dalam menunaikan kewajiban dan selalu melanggar kesalahan, dan

diantara mereka ada yang pertengahan, tidak ingin meningkatkan ketaatannya dari

kemaksiatan dan sebaliknya, adapun golongan ketiga adalah yang mendapat

kemenangan yaitu yang berlomba dalam mengamalkan kebajikan, meningkatkan

ketaatan, serta banyak melakukan kebaikan-kebaikan.

Allah berfirman :

�"�K�=�0�N ��mX Z�=�� 7"����t �"�K�=���� ��G�u��+�W �/�0 ��=���Z�v�J� �/��\2��� ������ �� ��= 5���N�6 2�"45�*!+�� �� 4V�w�Z �� �;�� ����� ��2���� �. !9!: �$��(���D ��!: 7d!:��f �"�K�=�0�N 7��3� ��0

“Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih diantara

hamba-hamba Kami, lalu diantara mereka ada yang menganiaya diri sendiri dan

diantara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih

dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang

sangat besar”. (Fathir : 32).

Page 33: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

Pada pembahasan sebelumnya telah kami sebutkan nama-nama lain dari Al-Qur’an; Al-

Qur’an dan Al-Kitab. Dan pada kesempatan ini kita membahas nama-nama lain dari Al-

Qur’an, dan merupakan pembahasan terakhir -insya Allah- tentang nama-nama Al-

Qur’an:

3. Ad-dzikru (Keagungan)

Allah SWT berfirman : “Shad. Demi Al-Quran yang mempunyai keagungan”. (Shad : 1-

2) dan Firman Allah : “Dan Kami turunkan kepadamu Al-Quran, agar kamu

menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan

supaya mereka memikirkan” (An-Nahl : 44).

Dalam Al-Quran kata “Adz-Dzikru Al-Majid –Keagungan yang mulia”

ditujukan kepada umat Islam, karena sebelumnya Al-Quran diingkari dengan

pengingkaran yang keras, hidup dan mati tidak dirasakan oleh seorangpun. Kemudian

Al-Quran meninggikan kedudukannya dan menempatkan ke tempat yang mulia,

menyelamatkan kehidupan manusia, dan menjadikannya sebagai pemimpin dan

panutan, menjadi pusat guru/pembimbing, penasehat dan pelindung. Dan umat –umat

islam- ini tidak dikenal kecuali karena komitmen dengan nasehat robbani, muncul

dengannya dan menonjol dari sisinya. Allah berfirman : “Sesungguhnya telah Kami

turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab

kemuliaan. Maka apakah kamu tidak memahaminya”. (Al-Anbiya : 10) dan Firman

Allah : “Dan sesungguhnya Al-Quran itu benar-benar adalah suatu kemuliaan besar

bagimu dan bagi kaummu dan kelak kamu akan diminta pertanggungan jawab” (Az-

Zukhruf : 44)

“Adz-Dzikru” yang membawa berkah ini tidak akan memberikan faedah darinya kecuali

bagi siapa yang memiliki hati yang hidup dan bergerak, sehingga keagungan Rabbani

menyatu dengan hati dengan iman, hidup akan berjalan bersama Al-Quran menuju hati

hinnga mampu menghidupkannya lebih bergairah. Akan tampak karakteristik kehidupan

Qurani pada gerak-geriknya, dan tampak melalui prilaku yang menjadi buah yang

matang baginya di tengah realita kehidupan. Allah berfirman : “Dan Kami tidak

mengajarkan Sya’ir kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah layak baginya.

Al-Quran itu tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab yang memberi peringatan.

Supaya dia –Muhammad- memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup –

hatinya- dan supaya pastilah –ketetapan – azab terhadap orang-orang kafir”. (Yasin :

69-70)

4. Ar-Ruh

Allah berfirman : “Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu – Al-Quran-

dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui Al-Kitab – Al-Quran-

dan tidak pula mengetahui apakah iman itu. Tetapi Kami menjadikan Al-Quran itu

cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki diantar hamba-

hamba Kami. Dan sesungguhnya benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang

lurus”. (Asy-Syura : 52) kita ambil ayat ini berdasarkan hakekatnya, dan kita ambil

Page 34: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

karakteristik ini berdasarkan lahirnya. Karena Ruh yang sebenarnya hidup adalah

kehidupan itu sendiri. Manusia dianggap mati diantara mayit yang lainnya, maka akan

mati hatinya, begitupan perasaan dan panca indranya. Namun kemudian, akan hidup

kembali bersama ruh Qura’ni yang menghidupkan, dengan ruh ini akan terbuka hatinya,

indranya dan eksistensinya, sehingga dapat bergerak di dalam hatinya suatu kehidupan.

Maha benar Allah yang telah berfirman : “Dan apakah orang yang sudah mati dia

Kami hidupkan dan Kami berikan dengan cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu

dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang

keadaannya berada gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya?

Demikianlah Kami jadikan oran gyang kafir itu memandang baik apa yang mereka

kerjakan”. (Al-An’am : 122)

5. An-Nur (Cahaya)

Al-Quran merupakan cahaya yang menyinari hati orang yang beriman yang hidup

dengan keimanan, menyinari kehidupannya hingga hidup menjadi cerah baginya,

menyinari di bawah langit umat ini hingga menjadi sinar yang menerangi, memberi

kebahagiaan, petunjuk dan kebaikan, menyinari umat manusia hingga dapat mengenal

asalnya dan memberi petunjuk pada jalannya –jika hanya menginginkan jalan yang

lurus-. Allah berfirman : “Sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami,

menjelaskan kepadasmu banyak dari isi Al-Kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak

(pula yang ) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah

dan Kitab yang menerangkan. Dengan Kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang

mengikuti keridloan-Nya ke jalan keselamatan. Dan (dengan kitab itu pula) Allah

mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang

dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka kejalan yang lurus”. (Al-Maidah : 15-16)

dan Firman Allah : “Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada

cahaya (Al-Quran) yang telah Kami turunkan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang

kamu kerjakan”. (At-Taghobun:8)

6. Al-Furqan (Pembeda antara yang haq dan bathil)

Dengan Al-Quran seseorang dapat membedakan antara yang haq dan bathil, antara

petunjuk dan kesesatan, antara cahaya dan kegelapan, di dalamnya terdapat satu-satunya

kebenaran, hidayah dan cahaya, selainnya adalah bathil, sesat dan gelap…Allah

berfirman : “Dia menurunkan Al-Kitab (Al-Quran ) kepadamu dengan sebenarnya;

membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan

Injil. Sebelum (Al-Quran ), menjadi petunjuk bagi manusia. dan Dia menurunkan Al-

Furqon”. (Ali Imron : 3-4) dan Firman-Nya : “Maha suci Allah yang telah menurunkan

Al-Furqon (Al-Quran) kepada hamba-Nya agar dia mengambil peringatan kepada

seluruh alam”. (Al-Furqon : 1)

7. Al-Burhan (Bukti yang Nyata)

Al-Quran adalah bukti yang datang dari Allah untuk hamba-hamba-Nya, memberikan

dengannya hujjah atas mereka, menampakkan darinya dalil-dalil yang jelas dan kuat

Page 35: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

terhadap tema-tema, nilai-nilai dan hakekat-hakekatnya baik dalam hal akidah dan

kehidupan. Dan setiap orang yang berinteraksi dengan dalil-dalil Al-Quran dalam

kemudahannya dan kegamblangannya, disertai dengan interaksi hati dan akal, lalu

dihubungkan dengan dalil-dalil dan bukti-bukti serta neraca yang diberikan, ditentukan

dan dibangun oleh akal manusia. Bagi siapa yang melakukan itu semua akan dapat

memahami sebagian sisi dari bukti Al-Quran, kemudahan dan kegamblangannya. Allah

berfirman : “Wahai sekalian manusia telah datang kepada kalian bukti yang nyata dari

Tuhan kalian, dan Kami turunkan kepada kelian Cahaya yang nyata..Maka bagi siapa

yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepadanya maka kelak akan

dimasukkan ke dalam rahmat yang datang dari-Nya dan karunia, dan diberikan

petunjuk kejalan yang lurus”. (An-Nisa : 174-175)

8. Mauidzhah (Nasehat) dan Syifa (Penyembuh), Petunjuk dan Rahmat bagi

orang-orang yang beriman

Allah berfirman : “Wahai manusia, telah datang kepadamu (Al-Quran ) Pemberi

nasehat dari Tuhanmu, penyembuh dari apa yang ada didadamu, petunjuk dan Rahmat

untuk orang-orang yang beriman”. (Yunus : 57)

Al-Quran adalah nasehat dari Allah, apakah ada nasehat yang lebih baik selain nasehat

rabbaniyah? adakah ada nasihat yang lebih diterima oleh hati dan dlomir daripada

nasihat yang terdapat dalam Al-Qur’an? Sesungguhnya nasehat-nasehat manusia

walaupun memiliki balaghoh pengaruh yang tinggi, akan lemah berhadapan dengan

nasehat Quraniyah atau mendekat darinya. Sekiranya para duat, pemberi

nasehat menggunakan nasehat Quraniyah dan mengajarkan kepada umat Islam

dengannya, maka akan lebih cepat merasuk ke dalam hati dan memberikan pengaruh

kepada prilaku mereka serta memberikan kebaikan pada kehidupan mereka. Jika ada

hati yang tidak mau menerima nasehat Quraniyah maka sebenarnya hatinya

telah mati sehingga tidak bisa dimanfaatkan kembali.

Nasehat Quraniyah akan melahirkan penyembuh di dalam dada, menyelesaikan apa

yang ada di dalam hati dari berbagai penyakit, kotoran dan najis, untuk dikembalikan

kepada asalnya, malakukan aktivitas sesuai dengan fitrahnya seperti yang telah Allah

tetapkan fitrah tersebut kepada manusia, dan Al-Quran mampu –dengan seizin Allah-

menyembuhkan dada dan hati dari berbagai penyakit materi dan jiwa, penyakit syubhat

dan syahwat, penyakit mengikuti hawa nafsu dan penyimpangan, penyakit keraguan

dan syirik, penyakit jiwa, penyakit panca indra dan anggota badan lainnya, penyakit

politik, ekonomi, akhlak, masyarakat, kehidupan dan kebudayaan.

Dengan pemahaman yang luas dan universal ini, maka kita wajib memperhatikan akan

kesembuhan hati, menerimanya dengan lapang dada dan teliti, tidak melemahkan kita

atas berbagai penyakit. Maha Benar Allah dengan Firman-Nya : “Dan Kami

menurunkan Al-Quran yang terdapat di dalamnya Syifa (Penyembuh) dan Rahmat

untuk orang-orang yang beriman”. (Al-Isra : 82).

Page 36: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

Dalam ayat dijelaskan bahwa nasehat pada suatu penyakit, kesembuhan Al-Quran untuk

umat manusia secara keseluruhan, sebagaimana tahmat dan hidayah-Nya dikhususkan

untuk orang-orang yang beriman, karena iman merupakan syarat utama untuk

mendapatkan hidayah dan rahmat tersebut.

9. Bashair tahdi (Cahaya Hidayah)

Allah berfirman : “Sesungguhnya telah datang dari Tuhanmu bukti-bukti yang terang;

maka barangsiapa melihat (kebenaran itu) maka (manfaatnya) bagi dirinya sendiri;

dan barangsiapa buta (tidak melihat kebenaran itu) maka kemudharatannya kembali

kepadanya. Dan aku Muhammad sekali-kali bukanlah pemeliharamu”. (Al-An’am :

104) Allah juga berfirman : “Inilah bukti-bukti yang nyata dari Tuhanmu, pemberi

petunjuk dan Rahmat bagi kaum yan gberiman”. (Al-A’raf : 203) Allah berfirman :

inilah bukti-bukti yang nyata untuk manusia petunjuk dan rahmat bagi kaum yang

yakin”. (Al-Jatsiah : 20)

Dan inilah bukti-bukti Al-Quran; Pemberi petunjuk yang diberikan kepada manusia

seluruhnya, namun bukti ini tidak bisa difahami kecuali dengan hati yang hidup,

sehingga dirinya memiliki semangatan dalam berinteraksi dengannya, dan petunjuk

dengannya dan memberi hidayah atas asasnya. Sesungguhnya setiap tubuh memiliki

mata yang digunakan untuk melihat, hati memliki bashair yang dapat menerima

petunjuk. Mata adalah bagian dari badan sedangkan bashair adalah hati, jika badan dan

anggota tubuhnya tidak rusak maka manusia bisa hidup tanpanya, namun jika hati yang

rusak maka ia akan buta dan tidak bermanfaat setelahnya kebaikan-kebaikan. Maha

Benar Allah dalam Firman-Nya : “Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi,

lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai

telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? karena sesungguhnya bukanlah

mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang didalam dada”. (Al-Hajj : 46)

Bashoir Quraniyah yang memberi petunjuk ini dapat diterima oleh hati yang beriman

dapat membuka jendela-jendela dan celah-celahnya sehingga imannya, petunjuk,

istiqomah dan keyakinannya terus bertambah, adapun hati yang keras dan kufur, maka

akan tertutup pintunya di hadapan bukti-bukti ini, tdak ada yang dapat menutupnya

selainnya, dan akan tetap tertutup. Maka bagaimanakah hidayah akan masuk ke

dalamnya, kecuali akan bertambah kekufuran, najis, kegelapan dan buta. Allah SWT

berfirman : “Dan apabila diturunkan suatu surat, maka diantara mereka (orang-orang

munafik) ada yang berkata : “Siapakah diantar kamu yang bertambah imannya dengan

(turunnya) surat ini ?” Adapun orang-orang yang beriman , maka surat ini menambah

imannya, sedang mereka merasa gembira. Dan adapun orang-orang yang didal hati

mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, disamping

kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir”. (At-Taubah :

124-125)

Kita tutup pembicaraan tentang karakteristik, nama-nama, sifat-sifat, pengaruh-

pengaruh dan nilai-nilainya dengan ayat ini yang menjelaskan tabiat Al-Quran,

kehidupan yang produktif dan kegairahan orang-orang beriman dengannya saat

Page 37: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

mendengar ayat-ayat Al-Quran, menggerakkan hati orang-orang yang beriman, jeli,

lemah lembut, pengaruh yang berurutan dari itu semua akan tampak atas anggota badan

dan kulit, kemudian hasil dari ini semua adalah petunjuk robbani yang dijadikan sebagai

buah keberkahan yang telah matang dari pohon Quraniyah yang kekal. Allah berfirman

: “Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari

langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air dibumi kemudian ditumbuhkan-Nya

dengan air itu tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu

kamu melihatnya kekuning-kuningan,kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-

orang yang mempunyai akal. Maka apakah orang-orang yanr dibukakan Allah hatinya

untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan

orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang

telah membatu h atinya untuk mengingat Allah. Merek aitu dalam kesesatan yang nyata.

Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Quran yang serupa

(mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetear karenanya kulit orang-orang yang

takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka diwaktu

mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang

dikehendaki-Nya.d an barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorangpun

pemberi petunjuk baginya”. (Az-Zumar : 21-23)

______________________________________

[1]. Mufrodat Al-Qur’an, hal. 402

[2]. Mufrodat Al-Qur’an, hal. 238

[3]. Mufrodat al-Qur’an, hal. 402

[4]. Mufrodat al-Qur’an, hal. 423

[5]. Lihat: An-Nabaul Adzim

[6]. Mufrodat al-Qur’an, hal. 44

Page 38: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

ADABADABADABADAB----ADAB MEMBACA ALADAB MEMBACA ALADAB MEMBACA ALADAB MEMBACA AL----QUR’ANQUR’ANQUR’ANQUR’AN

Agar bacaan Al-Quran kita berkualitas dan bermanfaat, dan dapat memberikan nilai dan

ganjaran dari hasil tadabbur kepadanya, serta memberikan pengaruh positif dan

istiqomah kepadanya, sehingga dapat mengamalkannya seperti yang telah dicontohkan

oleh Rasulullah saw dan para sahabatnya serta para salafus salih, maka selayaknya

memperhatikan terlebih dahulu beberapa adab dan etika yang mesti dijalani dan

komitmen dengan aturan-aturannya; baik sebelum atau saat membaca Al-Qur’an.

Sebagian ulama banyak memberikan masukan tentang adab-adab dalam

berinteraksi dengan Al-Qur’an, yang mana hal tersebut mereka dapati dari hadits-hadits

Rasulullah saw dan sirah –sejarah- para sahabat, begitupun yang mereka dapati dari

hasil interaksi mereka dengan Al-Qur’an, dan pengalaman mereka yang berharga dalam

mentadabburkan Al-Qur’an.

Para ulama yang menyusun cara membaca Al-Quran, juga menjabarkan beberapa adab-

adab dan sesuatu yang dibolehkan dalam membaca Al-Qur’an dan memberikan

peringatan dari hal-hal yang makruh. Dan diantara ulama terkenal yang mempunyai

pehatian terhadap adab-adab ini adalah Hujjatul Islam; Abu Hamid Al-Ghozali. Beliau

berkata dalam kitabnya “Ihya Ulumuddin”; ada sepuluh adab dalam membaca Al-Quran

untuk bisa dijadikan amalan zhahiri, dan sepuluh lainnya sebagai amalan bathini yang

harus diterapkan oleh pembaca Al-Qur’an.

Dan diantara ulama lainnya, Imam An-Nawawi yang menyusun kitab yang begitu indah

dan bermanfaat yaitu “At-Tibyan Fi Adabi Hamlatil Quran” ; dalam dua bab; lima dan

enam beliau mengkhususkan pembahasan tentang adab-adab membaca Al-Quran

Begitupan Imam Suyuthi menyebutkan apa yang disebutkan Imam Al-Ghozali dan An-

Nawawi tentang Adab-adab membaca Al-Quran, sehingga beliau dapat menyusun kitab

yang berjudul : ”Al-Itqon fi Ulumul Quran” bebrapa bagian dari adab-adab membaca.

Adapun Adab-adab dalam membaca Al-Qur’an adalah sebagai berikut :

1. Memilih waktu yang cocok untuk membaca Al-Quran, dan seperti yang Allah telah

tampakkan kepada para hamba-Nya, sehingga turun di dalamnya Limpahan Rahmat,

adapun waktu yang cocok adalah sepertiga terakhir di waktu malam hari yaitu waktu

sahur, kemudian yang lainnya pada siang hari.

2. Memilih tempat yang cocok seperti masjid sebagai salah satu dari rumah Allah, atau

di pojokan dari bagaian rumahnya yang sengaja disediakan untuk ibadah, sehingga

terhidar dari halangan-halangan, kesibukan-kesibukan lain dan suara gaduh, hendaknya

menjauh dari kebisingan, teriakan dan pembicaraan tentang dunia, permainan dan canda

anak-anak. Dan sangat baik jika membacanya di tengah kebun yang rindang, atau dekat

pohon bunga yang harum dan pemandangan-pemandangan yang menyegarkan. Boleh

Page 39: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

juga membaca Al-Quran di tengah kegaduhan dan keramaian seakan ia ingin

memperlihatkan kepada yang lainnya, atau sambil jalan di jalan raya, atau saat

mengendarai mobil atau kendaraan lainnya, walaupun tadabbur dalam kondisi demikian

sangat sedikit.

3. Memilih tempat duduk yang cocok, keadaan yang khusus dan perkumpulan orang-

orang saleh sehingga ia dapat merasakan kehadiran Allah. Dan sehingga dapat

membangkitakan ubudiyahnya kepada Allah, menampakkan ketundukan dan

kerendahan hatinya. Jalsah yang paling baik bagi pembaca Al-Quran adalah :

menghadap kiblat, sambil duduk seperti saat orang melakukan duduk tahiyat dalam

shoalt –guna menampakkan jalsah ubudiyah- dan jika merasa letih dari jalsah ini, maka

tetap diusahakan dengan posisi lain yang cocok dan menghadap kiblat. Dan ia berhak

menentukan jalsah ini semaunya sehingga menampakan akan penghormatannya

terhadap Al-Quran, kerendahan hati dan ketundukannya kepada Allah.

4. Suci lahiriyah; yaitu harus suci dari junub –hadats besar-, dan bagi wanita harus suci

lebih dahulu dari junub, haid dan nifas, dan diutamakan juga suci dari hadats kecil yaitu

dengan selalu dalam keadaan berwudlu, agar dapat merasakan pertemuan dengan Allah.

Boleh juga membaca Al-Quran –baik untuk ibadah, manghafal atau belajar dan

mengajar- tanpa harus berwudlu, karena tidak ada dalil dari Al-Quran yang menegaskan

akan hal itu, begitupun dari hadits-hadits Nabi yang shohih tidak mensyaratkan

demikian. Para ulama juga memberikan fatwa bagi seorang wanita yang punya gairah

belajar dan mengajar –guru atau murid- dalam membaca Al-Quran untuk belajar dan

mengajar walaupun dalam keadaan haid atau nifas atas dasar darurat”.

5. Mensucikan sarana-sarana digunakan untuk membaca Al-Quran, membersihkan hal-

hal yang berhubungan dengan kemaksiatan, dosa dan kemungkaran, karena kebersihan

dan kesucian tempat merupakan syarat mendapatkan manfaat ! bagaimana seseorang

bisa baik membaca dan membersihkan, mentadabburkan dan memahaminya dengan

mata yang berhadapan dengan kotoran ? atau dengan telinga yang dikotori suara

kemungkaran dan seruling syetan ? atau dengan lisan yang berlumuran dengan najis

ghibah, namimah –adu domba-, dusta, olok-olok, penghinaan, dan pelecehan ?

bagaimana mungkin seseorang bisa berinteraksi padahal hatinya terkunci,

tertutup, terdapat tembok penghalang dari syubhat-syubhat, syahwat, kecendrungan

berbuat maksiat dan kemungkaran, mendekati perbuatan tercela dan haram, dirusak oleh

penyakit dan amal riya, ujub dan takabbur ?

Al-Quran seperti air hujan, hujan tidak akan memberi pengaruh pada bumi yang tandus

dan bebatuan, tidak bisa hinggap diatasnya kecuali debu-debu yang beterbangan,

demikian juga Al-Quran harus turun pada lingkungan yang baik agar dapat berinteraksi

dengannya, memberi pengaruh dengannya dan hidup di bawah naungannya, yaitu panca

indra dan hati.

6. Menghadirkan niat saat membaca Al-Qur’an, ikhlas karena Allah dan menjauhkan

diri dari keinginan duniawi, agar dapat memperoleh ganjaran dalam membaca,

mengamalkan dan beribadah dengannya, karena setiap amal bergantung pada niatnya,

Page 40: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

dan Allah Maha Kaya tidak butuh akan kemusyrikan dan agar juga mendapat

memahami Al-Quran dengan baik. Karena Ilmu, pemahaman dan tadabbur merupakan

ni’mat dari Allah dan Rahmat-Nya, sedangkan Rahmat Allah tidak bisa bercampur

dengan kemaksiatan, kedustaan dan kemungkaran !!

7. Mengembalikan jiwa kepada Allah dan berlindung dengan-Nya, memohon naungan-

Nya, menerimanya dengan penuh keridhaan, atau seperti orang yang tenggelam

memohon pertolongan, berlepas diri dari setiap daya dan upaya, atau ilmu dan akal,

pemahaman dan kecerdasan, berkeyakinan dengan penuh bahwa semua itu tidak

bermanfaat jika Allah tidak menganugrahkan kepadanya ilmu dan pengetahuan.

8. Membaca isti’adzah dan basmalah, sebagaimana Firman Allah : “Maka jika engkau

akan membaca Al-Quran mohonlah perlindungan kepada Allah dari godaan syetan

yang terkutuk yaitu dengan membaca “Audzubillah minassyaitanirrajim”. (An-Nahl :

98) menghidupkan makna “Istiadzah”, mentadabburkannya, mengakuinya dengan jujur

dalam melafadzkannya, agar terealisasi makna istiadzah secara mutlak kepada Allah,

agar Allah memberikan perlindungan kepadanya dari tipu daya syetan sebagai janji

Allah kepada orang mu’min jika membaca Istiadzah –baik manusia maupun jin-

sehingga dia akan dilindungi dan dijauhkan darinya : “Dan apabila kamu membaca Al-

Quran niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang beriman kepada

kehidupan akhirat, suatu dinding yang tertutup. Dan Kami adakan tutupan di atas hati

mereka dan sumbatan di telinga mereka, agar mereka tidak dapat memahaminya. Dan

apabila kamu menyebut Tuhanmu saja dalam Al-Quran, niscaya mereka berpaling ke

belakang karena bencinya”. (Al-Isra : 45-46)

Adapun Basmalah merupakan bacaan pertama saat ingin membaca Al-Quran pada

setiap surat -kecuali surat baraah- dan boleh juga dibaca saat memulai bacaan

dipertengahan surat, atau dipotongan ayat, jika saat membaca Al-Quran terhenti sejenak

lalu ingin memulainya kembali. Membaca Al-Quran merupakan pintu memohon

barokah dan memulai dengan menyebut nama Allah, mengharap limpahan-Nya,

kebekahan-Nya dan Rahmat-Nya.

9. Mengosongkan diri dari kesibukan dan dari menyelesaikan hajat lainnya, seseorang

yang membaca Al-Qur’an hendaknya –saat membaca- tidak dalam keadaan lapar,

dahaga dan dalam keadaan bimbang dan cemas, dalam keadaan dingin yang dahsyat

atau panas yang menyiksa, duduk di depan televisi, matanya membaca Al-Quran

sedangkan telinganya mendengarkan televisi, atau sambil menunggu makanan

sedangkan jiwanya dan perasaannya sibuk menerima hidangan tersebut.

10. menghadirkan akal dan fikiran saat membaca Al-Quran dan memfokuskannya

kepada Al-Quran saja, menghayalkan akan ayat-ayat yang dibaca, mencegahnya dari

keterlantaran dan mengawang-awang dari fenomena-fenomena kehidupan,

menggunakan segala celah pengetahuan, sarana tadabbur, perangkat talaqqi dalam jiwa

dan perasaan, indra, akal, hati dan khayalan. Memfokuskan diri hanya kepada Al-Quran

saja.

Page 41: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

11. Menghadirkan kekhusyuan yang laik menuju Kitabullah, saat membacanya,

berusaha mendapatkan pengaruh positif dan interaksi, memperhatikan sebagain tauladan

orang-orang yang khusyu dan merasuk saat membaca Al-Quran dari orang-orang salih.

12. menangis saat membaca, khususnya pada ayat-ayat tentang azab, atau tentang hari

kiamat, yaitu saat melintasi ayat tentang peristiwa hari kiamat dan hari akhir, fenomena

dan ketakutan yang akan terjadi didalamnya. Memperhatikan kekurangan dalam

melaksanakan hak-hak dan berlebihan akan larangan Allah. Jika tidak bisa menangis

maka usahakanlah berpura-pura menangis dan jika tidak mempu juga untuk menangis

begitupun pura-pura menangis maka usakanlah untuk menangis dalam diri sendiri yaitu

dalam hati.

13. mengagungkan Allah Yang telah menurunkan Al-Quran, merasakan akan

kemuliaan-Nya, limpahan karunia dan rahmat-Nya, yang telah memerintahkan kepada

hamba-Nya yang lemah. Pengagungan ini merupakan seruan –secara global- untuk

mengagunkan Firman-firman-Nya, menerimanya untuk bisa berinteraksi, bertadabbur,

bertarbiyah dan berkomitmen dengannya. Seakan dengan pengagungan kepada Allah

dan dan Firman-Nya maka si pembaca komitmen dengan adab-adab tilawah lainnya dan

menghadirkannya. Dan sarana yang paling penting untuk tilawah adalah dengan bekal

yang besar dari nilai-nilai, hakikat-hakikat, pelajaran-pelajaran dan petunjuk-

petunjuknya.

14. Berhenti sejenak pada ayat-ayat yang dianggap perlu untuk ditadabburkan,

memahami maknanya dan mengenal hakikat-hakikat yang terkandung di dalamnya,

memperhatikan ilmu dan pengetahuan, pelajaran-pelajaran dan petunjuk-petunjuknya.

Karena hal tersebut merupakan tujuan dari membaca Al-Quran, dan tidak akan

bermanfaat tilawah jika tidak diiringi tadabbur ? tidak melahirkan pemahaman ? dan

tidak memberikan kebaikan ?

15. Hanyut dan terpengaruh dengan ayat-ayat yang sesuai dengan tema dan alurnya,

bergenbira saat membaca ayat-ayat yang berkenaan dengan kabar gembira, harapan dan

cita-cita, sedih dan menangis saat mendapatkan ayat tentang peringatan, ancaman dan

kecaman, senang ketika membaca ayat-ayat tentang ni’mat, takut dan khawatir saat

melintasi ayat tentang azab, merenungi diri saat menemui ayat berkenaan dengan sifat-

sifat orang beriman agar berusaha melengkapi diri dari kekurangan. Dan ayat-ayat

tentang sifat orang-orang kafir agar berusaha untuk menghindar dan menjauhinya.

Membuka seluruh indranya ketika membaca ayat tentang perintah, kewajiban –taklif-

rabbani untuk bisa diamalkan, dan terhadap larangan dan hal-hal yang haram agar bisa

dijauhkan.

Jika membaca ayat tentang kenikmatan dia berharap kepada Allah menjadi pemiliknya,

jika membaca ayat tentang azab memohon perlindungan kepada Allah agar dijauhi

darinya, dan menjawab terhadap pertanyaan-pertanyaan Al-Quran, mengamalkan segala

perintah dn taklif –kewajiban, berlepas diri dari kekufuran dan sifat-sifatnya, pakewuh

terhadap orang –orang beriman dan menjadikan mereka sebagai pemimpin.

Page 42: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

16. Pembaca hendaknya merasa bahwa dirinyalah seakan yang diajak bicara –objek-

dari ayat yang dibacanya, dia yang diberikan atas taklifat –kewajiban-, menghidupkan

perasaan ini, mencari hasil-hasil dan pengaruhnya terhadap dirinya dan persendiannya.

Karena itu, boleh berhenti lama saat berhadapan dengan ayat tentang apa yang di minta

dan dilarang. Berhenti sejenak saat membaca ayat yang berbunyi : “Wahai orang-orang

yang beriman” “Wahai sekalian manusia” “Wahai manusia” membuka celah-celah

hatinya untuk dapat menerima, berinteraksi dan memenuhi panggilan, karena setelah

seruan tersebut bisa berupa perintah yang harus dilaksanakan atau larangan tentang

yang harus dijauhi, atau celaan yang harus diperhatikan atau peringatan yang harus

dijadikan pelajaran, atau taujih –arahan- menuju kebaikan dan hidayah yang harus

diraih segera.

17. Menghindarkan diri dari tembok yang dapat menghalangi untuk memahami dan

mentadabburkan Al-Quran, seperti bertolak belakangnya adab dan kaedah seperti yang

telah disebutkan sebelumnya, karena jika terjadi pencampuaran dengan yang

bertentangan maka muncul hijab yang dapat menutupi antara si pembaca dan Al-Quran

itu sendiri, penutup tirai yang tebal yang dapat menutupi cahaya Al-Quran dan

petunjuknya.

18. Bagi yang mendengar dan mentadabburkan Al-Quran terhadap bacaan orang lain

atau di dengar melalui radio atau kaset rekaman, hendaknya juga memperhatikan etika

dan adab-adab yang telah disebutkan, lebih giat lagi untuk mendengarkannya, berdiam

diri, tadabbur dan talaqqi, jangan membuka kedua telinga saja namun juga membuka

segala celah-celahnya seperti talaqqi, interaksi di dalam dirinya, baik indra dan

perasaan, khusyu’ dalam mendengarkannya, terutama yang terkait dengan arahan

Rabbani yang lurus sesuai dengan Firman Allah SWT : “Dan Apabila dibacakan ayat-

ayat Al-Quran maka dengarkanlah dan diamlah agar kalian dirahmati”. (Al-A’rof :

204)

.

Page 43: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

TEORI PERGERAKAN DALAM MENTADABBURKAN TEORI PERGERAKAN DALAM MENTADABBURKAN TEORI PERGERAKAN DALAM MENTADABBURKAN TEORI PERGERAKAN DALAM MENTADABBURKAN

DAN BERINTERAKSI DENGAN ALDAN BERINTERAKSI DENGAN ALDAN BERINTERAKSI DENGAN ALDAN BERINTERAKSI DENGAN AL----QURANQURANQURANQURAN

Mentadabburkan Al-Quran merupakan kewajiban dan berinteraksi dengannya

merupakan dharuri -keharusan –, sedangkan hidup di bawah naungannya merupakan

keni’matan yang tidak dapat dimiliki kecuali orang yang dapat merasakannya,

keni’matan yang memberikan keberkahan hidup, mengangkat dan mensucikannya. Hal

ini tidak akan dirasakan kecuali bagi siapa yang benar-benar hidup dibawah

naungannya, merasakan berbagai keni’matan yang bisa dirasakan, mengambil dari

pengaruh-pengaruhnya dari hal-hal yang dapat diraih, mendapatkan darinya

kelembutan, kebahagiaan, ketenangan, ketentraman, kenyamanan dan kelapangan. [1]

Disini kami ingin memberikan kepada pembaca yang budiman ungkapan-ungkapan

yang baik dan bermutu tentang pengalaman nyata yang dilakukan oleh seorang pemikir

muslim kontemporer Asy-Syahid Sayyid Qutb yang terekam dalam kitabnya Fi Dzilali

Al-Quran, kami akan meringkas ungkapan-ungkapan tersebut sesuai dengan kebutuhan

zaman dan dapat memberikan penerangan bagi para pembaca jalan yang benar dalam

rangka mentadabburkan Al-Quran dan memahaminya, menelaah teori yang benar dalam

berinteraksi dengan Al-Quran, beraktivitas dan hidup di bawah naungannya.

Teori ini harus diketahui oleh kaum muslimin, agar mereka dapat memahami kunci

pergerakan dalam membuka rahasia-rahasia pergerakan Al-Quran yang sangat berharga.

Kami menyerukan seperti yang telah diserukan oleh guru kita Ustadz Sayyid Qutb,

dengan teori yang baru dalam memahami, mentadabburkan dan menafsirkan Al-Quran,

yaitu teori Tafsir al-haraki “Tafsir Pergerakan” yang oleh Ustadz Sayyid Qutb dianggap

sebagai puncak dan pemberi penjelasan akan dasar-dasarnya, peletak madrasah “tafsir

pergerakan” yang menjadikan Al-Quran hidup dengan nyata dan memberi

pengaruh positif bagi kaum muslimin kontemporer. Yang mana Allah telah

menganugrahkan kepadanya kunci yang fundamental “kunci pergerakan” yang dapat

membuka rahasia-rahasia Al-Quran, yang ingin dihadirkan dalam kitabnya Fi Dzilal Al-

Quran. [2]

Sesungguhnya masalah ini –dalam memahami petunjuk-petunjuk Al-Quran dan

sentuhan-sentuhannya- bukanlah terletak dalam memahami lafazh-lafazh dan kalimat-

kalimatnya, dan bukan pada tafsir Al-Qur’an – sebgaimana yang kita sangka !- . Namun

masalahnya adalah kesiapan jiwa dengan menghadirkan perasaan, indra dan

pengalaman : persis seperti kesiapan perasaan, indra dan pengalaman saat

diturunkannya Al-Quran, yang selalui menyertai kehidupan jamaah muslimah yang

bergelut dalam peperangan, bergelut dalam jihad; jihadun nafs –jihad melawan hawa

nafsu-, dan jihadun nas –jihad melawan manusia-; jihad melawan nafsu angkara dan

jihad melawan musuh; Dengan melakukan usaha dan pengorbanan, takut dan harap,

kuat dan lemah, jatuh dan bangkit; Dalam lingkungan kota Mekkah yang keras dan saat

da’wah berkembang; dalam kondisi minoritas dan lemah serta asing di tengah-tengah

umat yang kafir; di tengah lingkungan yang terkucil dan terkepung, lapar dan sakit,

Page 44: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

tertekan dan terusir, dan terembargo –terputus- dari berbagai sarana kecuali hanya

mengharap dari Allah. Atau di tengah dan lingkungan Madinah : lingkungan pergerakan

pertama bagi masyarakat muslim yang berada dan menghadapi antara tipu daya,

kemunafikan, penuh kedisiplinan dan kebebasan menunaikan perintah Allah; suasana

perang Badar, perang Uhud dan perang Khondaq serta perjanjian Hudaibiyah. Pada

suasana “Al-Fath” (kemenanagan), saat perang Hunain, perang Tabuk. Pada

saat pertumbuhan umat Islam yang pesat, perkembangan sistem kemasyarakatan yang

cepat dan persatuan yang hidup antara perasaan, kemaslahatan dan prinsip dalam

memuliakan pergerakan dan dalam naungan sistem.

Dalam suasana seperti itu semua ayat-ayat Al-Quran diturunkan, sehingga memberi

kehidupan yang baik dan faktual; melalui kalimat-kalimat yang penuh hikmah,

ungkapan-ungkapan yang penuh pelajaran,petunjuk-petunjuk yang penuh berkah serta

sentuhan-sentuhannya yang penuh dengan kelembutan.

Dalam suasana seperti itu dan dalam menyertai awal pergerakan pelaksanaan kehidupan

Islam yang baru; Al-Quran diturunkan dengan membawa kandungan ayat

yang membukakan hati yang tertutup dan melembutkan jiwa yang keras, dan memberi

petunjuk pribadi yang sesat; memberikan rahasia-rahasianya, menebarkan keharuman,

dan membimbing kepada petunjuk dan cahaya” [3]

Dari paargraf diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa pokok utama yang harus kita

jadikan pegangan dalam menafisrkan Al-Quran dan mentadabburkannya adalah sebagai

berikut :

1. Membekali diri dengan persiapan perasaan, pengetahuan –indra- dan

pengalaman dalam memahami nash-nash Al-Quran dan merasakan sentuhan-

sentuhannya.

2. Mempokuskan diri –dengan instink, perasaan dan indranya- pada suasana dan

lingkungan saat diturunkannya Al-Quran, baik lingkungan di Mekkah atau di Madinah,

agar dapat menemukan jejak rahasia dan pengaruh Al-Quran dalam memberikan

petunjuk kepada generasi salaf.

3. Memperhatikan sikap para sahabat –lingkungan Mekkah dan Madinah- dengan

memahami dan berinteraksi dengan Al-Quran serta kehidupan mereka bersama Al-

Quran.

4. Menenliti beberapa tujuan utama Al-Quran, metode aktual pergerakan yang di

celupkan terhadap kehidupan umat Islam, serta diturunkannya Al-Quran secara realita;

dengan sungguh-sungguh, sadar dan giat.

5. Mengamalkannya dan menerapkannya dalam kehidupan da’wah dalam jihad; seperti

halnya yang diterapkan oleh para sahabat –khususnya pada periode “Mekkah”- dan

pergerakan teoritis jihad bersama Al-Quran, mensibukkan diri, perasaan dan angoota

Page 45: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

tubuh lainnya dengan Al-Qur’an, dan memahami kondisi jiwa yang berat saat dan

siksaan diterima saat menerapkan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.

6. Menerima Al-Quran dengan sepenuh hati, sehingga didapati darinya jawaban yang

nyata dan obat penyembuh dari segala permasalahan yang dihadapi dan penyakit yang

diderita; baik jiwa, ruh dan jasad serta akal fikiran.

Jika kita pindahkan perhatian kita kepada “Fi Dzilal Al-Quran” untuk membahas

ungkapan-ungkapan yang menjelaskan teori pergerakan dalam mentadabburkan dan

menafsirkan Al-Quran. Maka akan kita dapatkan banyak sekali hal-hal yang terkait

dengan kenikmatan hidup bersama Al-Qur’an.

Ustadz Sayyid Qutb menyeru kepada kita untuk hidup di bawah naungan Al-Quran –

sebagaimana ia hidup di dalamnya- untuk menemukan rahasia, tabiat dan kunci-

kuncinya.

Hidup di bawah naungan Al-Quran, bukan berari mempelajari Al-Quran dan

membacanya serta menelaah ilmu-ilmu yang berkaitan dengannya. Namun yang

dimaksud disini adalah hidup di bawah naungna Al-Quran: Manusia berada di bawah

naungannya; dalam berbagai suasana dan kondisi; dalam bergerak, saat lelah, saat

bertarung, dan saat sedih serta saat bergembira dan senang. Seperti yang terjadi pada

masa awal turunnya Al-Quran..!! ;Hidup dengannya dalam menghadapi kejahiliaan

yang menggejala dipermukaan bumi saat ini; dalam hatinya, niatnya dan geraknya;

terpatri dalam jiwanya yang selalu bergelora akan ruh Islam; dalam jiwa umat

manusia dan dalam kehidupannya dan kehidupan seluruh manusia juga.

Hidup yang berhadapan dengan kejahiliaan; dengan berbagai penomena-fenomenanya,

tindak-tanduknya dan adat istiadatnya; dengan seluruh geraknya dan tekanan yang

dilancarkannya, bahkan -jika perlu- perang dengannya sebagai usaha untuk

mempertahankan aqidah rabbaniyah, sistem rabbani, segala methode dan gerak

yang bermanhaj robbani.

Inilah lingkungan Al-Quran yang mungkin manusia bisa hidup di dalamnya, merasakan

kenikmatan hidup di dalamnya, karena dengan lingkungan demikianlah Al-Quran turun,

sebagaimana dalam lingkungan begitu pula Al-Quran diamalkan. Bagi siapa yang tidak

mau menjalani kehidupan seperti itu, maka dirinya akan jauh dan terkucil dari hidayah

Al-Quran, walaupun mereka tenggelam dalam mempelajarinya, membacanya dan

menelaah ilmu-ilmu yang berkaitan dengannya.

Usaha yang mesti kita kobarkan untuk membangun jembatan antara orang-orang yang

mukhlis dan Al-Quran bukanlah tujuan kecuali setelah melintasi jembatan tersebut

hingga sampai pada satu tempat lain dan berusaha menghidupkan lingkungan Al-Quran

secara baik; dengan amal dan pergerakan. Hingga pada saatnya nanti mereka akan

merasakan keberadaan Al-Quran; menikmati kenikmatan yang telah Allah anugrahkan

kepada siapa yang Dia kehendaki. [4]

Page 46: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

Dan menunjukkan kepada kita cara yang terbaik dalam membaca, mentadabburkan, dan

mendapatkan rahasia-rahasia dan kandungan Al-Quran, beliau berkata : “Sesungguhnya

Al-Quran harus dibaca, para generasi umat islam hendaknya menelaahnya dengan

penuh kesadaran. Harus ditadabburi bahwasannya Al-Quran memiliki arahan-arahan

yang hidup, selalu diturunkan hingga hari ini guna memberikan solusi pada masalah

yang terjadi saat ini dan menyinari jalan menuju masa depan yang gemilang. Bukan

hanya sekedar ayat dibaca dengan merdu dan indah, atau sekedar dokumentasi akan

hakekat peristiwa yang terjadi pada masa lampau.

Kita tidak akan bisa mengambil manfaat dari Al-Quran ini sampai kita mendapatkan

darinya arahan-arahan tentang kehidupan realita kita pada saat ini dan mendatang,

sebagaimana yang telah didapati oleh para generasi islam pertama, saat mereka

mengambil dan mengamalkan arahan-arahan dan petunjuk-petunjuk Al-Quran dalam

kehidupan mereka. Saat kita membaca Al-Quran dengan penuh penghayatan, maka kita

akan dapati apa yang kita inginkan; Kita akan dapati keajaiban yang tidak terbetik

dalam jiwa kita yang pelupa ! kita juga akan dapati kalimat-kalimatnya yang teratur,

ungkapan-ungkapannya yang indah, dan petunjuk-petunjuknya yang hidup, mengalir

dan bergerak serta mengarahkan menuju petunjuk jalan yang lurus” [5]

Disebutkan –dalam pembukaan surat Ali Imron sebagai surat peperangan dan

pergerakan- tentang kenikmatan hidup dengan Al-Quran dan syarat-syarat untuk

mencapai dan meraihnya. Akan tampak disana kerugian yang mendalam antara kita dan

Al-Quran jika kita tidak berusaha mengamalkannya secara baik, menghadirkan dalam

persepsi kita bahwa Al-Quran ini diberikan kepada umat yang giat dan punya

kesemangatan hidup, memiliki eksistensi diri dengan baik, dan menghadapi berbagai

peristiwa-peristiwa yang menimpa dalam kehidupn umat ini.

Akan tampak disana dinding pemisah yang sangat tinggi antara jiwa kita dan Al-Quran,

selama kita membacanya atau mendengarnya seakan ia hanya sekedar bacaan ibadah

saja dan tidak memiliki hubungan denga realita kehidupan manusia saat ini.

Mukjizat Al-Quran yang mengagumkan meliputi, saat dia diturunkan guna menghadapi

realita tertentu dan umat tertentu, pada masa dari masa-masa sejarah yang tertentu,

khususnya umat ini yang berada dalam menghadapi perang yang sangat besar yang

berusaha mengubah sejarah ini dan sejarah umat manusia seluruhnya. Namun –

besamaan dengan ini- Al-Quran diperlakukan, dihadirkan dan dimiliki hanya untuk

menghadapi kehidupan modern saja, seakan-akan dia diturunkan pada

saat menanggulangi jamaah Islam pada permasalahan yang sedang berlangsung, dalam

peperangan yang terjadi dengan jahiliyah disekitarnya.

Agar kita dapat meraih kekuatan yang dimiliki Al-Quran, mendapatkan hakekat yang

terdapat di dalamnya dari kehidupan yang menyeluruh, meraih petunjuk yang tersimpan

untuk jamaah muslimah pada setiap generasi. Maka selayaknya kita harus

menghadirkan persepsi kita seperti generasi Islam pertama saat diturunkan kepada

mereka Al-Quran pertama kali sehingga mereka bergerak dalam realita kehidupan

mereka secara nyata.

Page 47: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

Dengan teori ini kita akan dapat melihat kehidupan yang bergerak di tengah kehidupan

generasi Islam pertama, dan begitupun dengan kehidupan kita saat ini; kita merasakan

bahwa Al-Qur’an akan selalu bersama kita saat ini dan nanti –masa mendatang-, dan Al-

Qur’an bukan hanya sekedar bacaan saja yang jauh dari kehidupan nyata yang terbatas.

[6]

“Bahwa nash-nash Al-Quran tidak akan dapat difahami dengan baik hanya melalui

pemahaman dari petunjuk-petunjuk secara bayan dan bahasa saja, namun yang pertama

kali -dan sebelum yang lainnya- yang harus dilakukan adalah dengan merasakan

kehidupan dalam suasana sejarah pergerakan dan dalam realita positif, dan

menghubungkannya dengan realita kehidupan nyata. Karena Al-Qur’an tidak akan

terbuka rahasianya hanya melalui pandangan yang jauh ini kecuali dalam wujud

persesuaian realita sejarah, sehingga akan tampak sentuhan-sentuhannya yang kontinyu,

objektivitasnya yang terus menerus. Namun bagi siapa yang bergerak dengan ajarannya

saja, yaitu mereka yang hanya membahas nash-nash Al-Quran dari segi bahasa dan

bayan saja, maka hanya akan mendapat luarnya saja, sementara bagian dalamnya jauh

dari hatinya. [7]

Sesungguhnya Al-Quran memiliki tabiat pergerakan dan misi yang nyata, hidup dan

bergerak, dari sini berarti Al-Quran tidak akan bisa dirasakan dan dinikmati dengan

baik kecuali bagi siapa yang bergerak secara benar dan pasti dalam realita

kehidupannya. Beliau berkata : “sesungguhnya Al-Qur’an tidak bisa dirasakan kecuali

yang turun dan bergelut dalam kancah peperangan ini, bergerak seperti yang terjadi

sebelumnya saat pertama kali diturunkan Al-Quran. Sedangkan mereka Mempelajari

Al-Quran dari segi bayan atau sekedar seninya saja, maka tidak akan dapat memiliki

hakekat kebenaran sedikitpun darinya hanya sekedar duduk-duduk, berdiam diri dan

merasa tenang, namun jauh dari kancah pertempuran dan jauh dari pergerakan.

Bahwa hakekat Al-Quran ini, selamanya tidak akan dapat direngkuh oleh orang-orang

yang malas; dan bahwa rahasia yang terkandung didalamnya tidak akan muncul bagi

siapa yang terpengaruh dengan ketentraman dan ketenangan beribadah kepada selain

Allah, bergaul untuk thogut-thogut musuh Allah dan umat Islam. [8]

Bahwa pengertian diatas dikuatkan dengan pernyataan lainnya : “Demikianlah Al-

Quran akan terus bergerak pada hari ini dan esok –masa mendatang- dalam

memunculkan kebangkitan Islam, menggerakannya dalam jalan da’wah yang

terprogram”.

Gerakan ini tentunya butuh kepada Al-Quran yang memberikan ilham dan wahyu.

Ilham dalam manhaj haraki, konsep dan langkah-langkahnya, sedangkan wahyu

mengarahkan konsep dan langkah tersebut jika dibutuhkan, dan memberi kekuatan batin

terhadap apa yang akan dihadapi di penghujung jalan.

Al-Quran –dalam persepsi ini- tidak hanya sekedar ayat-ayat yang dibaca untuk

meminta berkah, namun didalamnya berlimpahan kehidupan yang selalu turun atas

Page 48: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

jamaah muslimah yang bergerak bersamanya, mengikuti arahan-arahannya, dan

mengharap ganjaran dan janji Allah SWT.

Inilah yang kami maksud bahwa Al-Quran tidak akan terbuka rahasia-rahasianya

kecuali bagi golongan muslim yang berinteraksi dengannya untuk merealisasikan

petunjuk-petunjuknya di alam realita, bukan bagi mereka yang hanya sekedar

membacanya untuk meminta berkah ! bukan bagi mereka yang membacanya hanya

untuk belajar seni dan keilmuan, dan juga bukan bagi mereka yang hanya mempelajari

dan membahas dalam bidang bayan saja !

Mereka semua sama sekali tidak akan mendapatkan dari Al-Quran sesuatu apapun,

karena Al-Quran tidak diturunkan bukan untuk sekedar dipelajari dan dijadikan mata

pelajaran namun sebagai pelajaran pergerakan dan taujih –pemberi petunjuk dan arahan-

.” [9]

Karena itu, bersegeralah memperbaiki pemahaman Al-Quran dan mentadabburkannya,

berinteraksi dengannya seputar teori pergerakan, menggunakan kunci-kunci yang

memberi petunjuk dalam berinteraksi dan mentadabburkan Al-Qur’an. Karena yang

demikian sesuai dengan tabiat dasar Al-Quran yang mulia dan karakteristiknya yang

unik. Dan ketahuilah bahwa yang demikian itu adalah “Realita pergerakan” sebagai

kunci dalam berinteraksi dengan Al-Kitab yang mengagumkan dan mukjizat yang indah

dan memberi petunjuk.

”Karena itu gerakan Islam akan selalu berhadapan –yang menjadi kebutuhan dan

tuntutan- setiap kali berulang masa ini (masa penghalangan da’wah Islam di Mekkah

antara tahun kesedihan dan Hijrah), seperti yang dihadapi gerakan Islam sekarang di era

modern ini.

Dan yang demikian harus disertai dengan keadaan, situasi, kondisi, kebutuhan, dan

tuntuan realita amaliyah seperti saat diturunkannya Al-Quran pertama kali. Dan hal

tersebut guna mengetahui arah tujuan nash dan aspek-aspek petunjuk-petunjuknya,

meneropong sentuhan-sentuhannya yang selalu bergerak di tengah kehidupan yang

selalu berhadapan dengan realita sebagaimana makhluk hidup yang bergerak –

berinteraksi dengannya atau berseberangan dengannya. Pandangan ini merupakan

perkara yang sangat urgen guna memahami hukum-hukum yang terkandung dalam Al-

Quran dan merasakan kenikmatan bersamanya. Sebagaimana ia juga sangat penting

untuk dapat memanfaatkan petunjuk-petunjuknya setiap kali berulang suasana dan

situasi di masa sejarah yang akan datang, khususnya zaman yang sedang kita hadapi

saat ini, saat kita bergelut dalam pergerakan da’wah islam.

Bahwa tidak akan ditemukan pandangan ini kecuali mereka yang bergerak secara pasti

dengan agama ini dalam menghadapi dan memberantas kejahilian modern, karena umat

akan menghadapi peristiwa, suasana dan situasi seperti yang di hadapi oleh generasi

awal da’wah dan kaum kaum muslimin bersamanya. [10]

Page 49: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

____________________________________

Maraji’

[1]. lihat: Muqaddimah Fi Zhilalil Quran dan Biodata Sayyid Qutb pada surat Al-A’raf.

[2]. Lihat: Al-Manhaj Al-Haraki Fi Az-Zhilal.

[3]. Lihat: Khasais At-Tashawur Al-Islami, Sayyid Qutb, hal. 7-8

[4]. Lihat: Fi Zhilalil Qur’an, jil. 2, hal. 1016-1017

[5]. Lihat: Fi Zhilalil Quran, jil. 1, hal. 61

[6]. Lihat: Fi Zhilalil Quran, jil. 1, hal. 348-349

[7]. Lihat: Fi Zhilalil Quran, jil 3, hal. 1453

[8]. Lihat: Fi Zhilalil Quran, jil. 4, hal. 1864

[9]. Lihat: Fi Zhilalil Quran, jil. 4, hal. 1948

[10]. Fi Zhilalil Quran, jil. 4, hal. 2121-2122

Page 50: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

LANGKAHLANGKAHLANGKAHLANGKAH----LANGKAH PRAKTIS DALAM MEMAHAMI LANGKAH PRAKTIS DALAM MEMAHAMI LANGKAH PRAKTIS DALAM MEMAHAMI LANGKAH PRAKTIS DALAM MEMAHAMI

DAN BERINTERAKSI DENGAN ALDAN BERINTERAKSI DENGAN ALDAN BERINTERAKSI DENGAN ALDAN BERINTERAKSI DENGAN AL----QURANQURANQURANQURAN

Bagi pembaca Al-Quran hendaknya lebih dahulu memperbaiki bacaannya,

pemahamannya, dan bertadabbur di dalamnya, berhenti sejenak untuk menafsirkannya

dengan singkat yang memiliki hubungan dengan petunjuk, memahami bagaimana

berinteraksi dengannya, menelaan dan hidup dengannya..kaena itu hendaknya ia

mengikuti –dalam bacaannya- petunjuk yang telah ditentukan yang memiliki langkah-

langkah yang berjenjang dan jelas serta pase yang berkesinambungan. Disini kami

mencoba menyebutkan langkah-langkah praktis agar dapat memahami dan berinteraksi

dengan Al-Quran, dan hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan petunjuk.

1. Hendaknya memperhatikan lebih dahulu adab-adab tilawah –yaitu seperti yang telah

kami jabarkan inti-intinya sebelumnya- merenungkannya, komitmen terhadapnya dan

menerapkannya semaksimal mungkin, agar dia dapat masuk dan mengrungi alam Al-

Quran, tentram hidup dibawah naungan dengan Al-Quran, menghadirkan nilai-nilai dan

hakekat-hakekat yang terkandung di dalamnya, menyingkap petunjuk-petunjuk dan

arahan-arahannya, merasakan naungan dan sentuhan-sentuhannya. Bagi siapa yang

tidak komitmen dengan adab-adab tersebut, maka bagaimana bisa menyatu dengan Al-

Quran ?.

2. Membaca surat, juz atau potongan ayat dengan tenang, khusu’ dan tadabbur; santai,

tidak tergesa-gesa dan tidak terlalu keras. Jangan niatkan diri hanya ingin

menyelesaikan bacaannya saja dan menghatamkan satu juz, atau tujuannya berapa

halaman telah dibaca dan berapa ayat telah dilalui, dan berapa ganjaran yang telah

dikumpulkan. Jangan menghayalkan akan perkara ini sehingga dirinya tidak melakukan

tadabbur, atau bisa jadi ada tembok tinggi yang menghalangi cahaya Al-Quran yang

akan masuk ke dalam hatinya.

3. Berhenti sejenak di depan ayat yang dibacanya, dengan tenang dan penuh

ketelitian serta -sebisa mungkin- diulang-ulang, agar dapat mengambil sebagian karunia

Allah dari rahasia, ilmu, pengetahuan dan nilai-nilainya. Jangan membaca Al-Quran

dengan matanya saja, atau dengan pendengaran dari telinganya saja, namun dibaca oleh

seluruh anggota tubuhnya, didengar oleh perasaan dan indranya, dihidupkan dengan

seluruh jiwa kemanusiaannya, berinteraksi dengannya untuk mendapatkan pengaruh

darinya serta membuka segala sendi kehidupannya.

4. Dirinya harus betul-betul menghayati ayat yang dibaca, mengulangi bacaannya

beberapa kali, jangan bosan dengan hal tersebut atau merasa letih, walaupun herus

dilakukan dalam waktu lama dan diulang berpuluh-puluh kali. Banyak dari para ulama

yang berlama-lama dalam mengamati satu ayat Al-Qur’an yang ada dihadapannya,

membacanya di malam hari secara keseluruhan.

Page 51: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

5. Menelaah dengan rinci konteks ayat : susunannya, alurnya, maknanya dan kapan dan

dimana turunnya, kata-kata yang asing dan I’rabnya, memperhatikan makna-maknanya,

petunjuk-petunjuk dan arahan-arahannya. Dan tidak boleh meninggalkannya ke tempat

lain kecuali setelah mendalami betul apa yang dibaca sebelumnya, dan bisa menafsirkan

dan memahaminya.

6. Memperhatikan aspek realitas ayat, kesesuaiannya dengan realita dan solusi yang

terdapat di dalamnya, dengan menjadikan ayat sebagai tolok ukur untuk menyelesaikan

permasalahan hidup, timbangan yang memberikan solusi disekitar permasalahan dan

apa yang berhubungan dengannya, cahaya yang menyinari jalan hidupnya. Sekiranya

hal tersebut dapat dilakukan secara baik, niscaya dapat mudah mengambil intisari dari

ayat yang tidak akan pernah habis, bahkan menambah keagungan Al-Quran.

7. Kembali kepada pemahaman para salafussolih –khususnya para sahabat- terhadap

ayat, tadabbur mereka dan kehidupan mereka dengannya, menelaah penerimaan dan

interaksi mereka dengan Al-Quran, memperhatikan kondisi, situasi, keadaan dan

kebutuhan yang menjadi solusi darinya, merenungkan dan mentadabburkan dari apa

yang diriwayatkan dari mereka tentang ungkapan-ungkapan dalam memahami dan

menafsirkannya. (lihat materi ini pada judul: Al-Qur’an di mata para nabi, di mata para

sahabat dan di mata para tabi’in)

7. Mengungkap pendapat sebagian para mufassirin terhadap ayat Al-Quran, memilih

kitab-kitab tafsir yang bermutu dan ilmiyah, original, bagus, sistematis dan

terpercaya. Sehingga dapat meluruskan pandangannya terhadap Al-Quran dan

merasakan kenikmatan darinya, dan apa yang telah dikeluarkan dari hukum-hukum,

nilai-nilai, petunjuk-petunjuk dan sentuhan-sentuhannya, dan juga dapat menjauhi apa-

apa yang bertentangan dengan dasar-dasar keilmuan yang telah ditetapkan oleh para

ulama Al-Quran.

jika kita ingin mendapatkan nasehat dengan kitab-kitab tafsir yang berinteraksi dengan

Al-Quran maka hendaknya menelaah pada pase pertama terhadap kitab yang ringkas

yang memberikan makna ayat-ayat yang asing dalam alur Qurani. Sedangkan kitab

tafsir yang baik pada masalah ini dan paling ringkas adalah “Kalimat Al-Quran tafsir

dan bayan” Syekh Hasanin Makhluf.

Setelah membaca Al-Quran dan menelaah makna-maknanya dari kitab ini maka

hendanya mencari buku tafsir kontemporer yang banyak memberikan apa yang menjadi

tuntutan dalam ayat tersebut, dan hal ini tidak akan ditemui kecuali dalam kitab tafsir

“Fi Dzilal Al-Quran” As-Syahid Sayyid Qutb. Kemudian menelaah juga kitab

tafsir klasik yang banyak memberikan pemahaman tentang ayat-ayat, konteknya,

i’rabnya, tempat turunnya dan hukum-hukumnya –dengan bermacam buku sesuai

dengan zaman, pendidikan dan sekolah setiap para mufassir mereguk ilmu- bisa juga

dengan memilih kitab “Tafsir Al-Quran Al-Adzim” Imam Ibnu Katsir, atau kitab “Al-

Jami Li Ahkam Al-Quran” Imam Al-Qurtubi, atau kitab “Fathul Qodir” Imam Asy-

Syaukani, atau kitab “Raghaib Al-Quran” Al-Qami An-Naisaburi atau kitab-kitab

lainnya.

Page 52: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

MENJADIKAN ALMENJADIKAN ALMENJADIKAN ALMENJADIKAN AL----QUR’AN SEBAGAI WIRID HARIANQUR’AN SEBAGAI WIRID HARIANQUR’AN SEBAGAI WIRID HARIANQUR’AN SEBAGAI WIRID HARIAN

Dalam pembahasan ini kami akan menghadirkan kepada para pembaca dan pecinta Al-

Qur’an dan bersuka ria dapat berinteraksi dengannya setiap hari, beberapa nasehat akan

urgensi menjadikan Al-Quran sebagai bagian dari wirid harian dan amalan wajib yang

tidak boleh dilanggar walau hanya sehari sekalipun, walaupun kesibukan yang banyak

dan kewajiban yang bertumpuk ada dihadapannya.

Paling tidak ada 3 wirid harian Qur’ani yang mesti kita jalankan, agar kita mendapatkan

julukan sebagai ahlul Qur’an dan ingin mendapatkan karomah (kemuliaan) Al-Qur’an

serta kelak mendapatkan syafaat pada hari kiamat. sebagaimana yang disabdakan oleh

nabi saw:

��!:��#�J%p ��H��Z�T �P�0����� �� � �;�� xRS!y�� ��G!9�� �.&�(4� �� �N�z�( j� “Bacalah Al-Qur’an, niscaya dia (Al-Qur’an) akan datang pada hari kiamat -nanti-

memberikan syafaat kepada orang yang membacanya”. (Muslim)

Wirid Pertama : Wirid Dalam Membaca

Membca Al-Quran hendaknya –dengan adab-adab yang telah kami sebutkan

sebelumnya- jangan mengurangi wirid tersebut kurang dri satu juz Al-Quran, sehingga

bisa mengkhatamkan Al-Quran setiap bulan satu kali, -sebagai batasan terendah yang

ditetapkan oleh Rasulullah saw kepada pembaca Al-Quran-.

Wirid Kedua : Wirid Menghafal

Yaitu berusaha menghafal Al-Quran setiap hari satu ayat atau dua atau tiga ayat, lalu

mengulangi hafalannya dan memperbaikinya setiap hari, sehingga waktu yang berjalan

beberapa tahun dapat menghafal Al-Quran secara keseluruhan dengan baik dan benar…

Wirid Ketiga : Wirid Tadabbur

Yaitu dengan melakukan langkah-langkah yang terprogram; dengan menerapkan

program ini setiap hari satu ayat, dua , atau tiga ayat atau boleh lebih dari itu. Berusaha

untuk hidup dengannya atas dirinya dan anggota tubuhnya. Dan dengan

demikian, waktu-waktunya akan selalu dilewati dengan mentadabburkan Al-Qur’an,

dalam beberapa tahun lamanya akan mampu mengkhatamkannya, khususnya dalam

mentadabburkan Al-Quran, berinteraksi dengannya, menafsirkannya, memahaminya

dan menguasainya.

Page 53: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

BERINTERAKSI DAN MENTADABBURKAN ALBERINTERAKSI DAN MENTADABBURKAN ALBERINTERAKSI DAN MENTADABBURKAN ALBERINTERAKSI DAN MENTADABBURKAN AL----QUR’AN QUR’AN QUR’AN QUR’AN

SECARA APLIKATIFSECARA APLIKATIFSECARA APLIKATIFSECARA APLIKATIF

1. Menelaah dan Memahami Al-Quran Secara Menyeluruh

Al-Qur’an merupakan kitab suci yang universal, system hidup yang sempurna, yang

memiliki tugas realistis dan mengagumkan, memiliki ciri pergerakan yang penuh

vitalitas, dan sebagai risalah peradaban yang potensial yang memilik wujud dan

pengaruh yang besar dan kontinyu terhadap seluruh umat manusia hingga Allah

mewariskan bumi kepada mereka yang diinginkan-Nya.

Bagi pembaca yang ingin berinteraksi dengan baik terhadap Al-Qur’an, talaqqi

kepadanya dan mendapatkan arahan darinya maka pertama kali yang harus dilakukan

adalah memiliki pandangan yang positid terhadap Al-Qur’an, karena sisi pandang

seseorang terhadap sesuatu akan memberikan pengaruh terhadap apa yang dapat dipetik

darinya, sebagai cermin yang dijadikan untuk mengaca, gambaran yang dapat dijadikan

pegangan dan essensi yang dapat diambil dari manfaat , seluruh perkara tersebut

memiliki ikatan yang erat dalam tata cara berinteraksi kepada Al-Qur’an.

Ada sebagian pembaca, pemerhati atau peminat untuk bisa berinteraksi dengan Al-

Qur’an, memandangnya secara juz iy (parsial), dan setengah-setengah, dan sebagain

yang lain menganggap Al-Qur’an hanya sebagai alat penyembuh, pemelihara diri dari

gangguan syetan (roh) jahat, dan hanya digunakan untuk meruqiyah, sedangkan yang

lainnya ada yang beranggapan bahwa Al-Qur’an merupakan kitab yang universal, yang

mencakup berbagai bidang keilmuan, pengetahuan dan kebudayaan; kelompok ketiga

ini adalah kelompok yang berpendapat bahwa Al-Qur’an memiliki retorika, penjelasan,

balaghah dan seni yang tinggi, sebagaimana ia juga merupakan kitab yang menceritakan

tentang kisah umat terdahulu, kisah-kisah masa lalu, dan keadaan mereka pada masa

lampau, sebgaimana Al-Qur’an juga mencakup tentang fiqh dan hukum, bahasa dan

sastra, ideologi dan hayalan, begitupun Al-Qur’an merupakan kitab yang memiliki

keberkahan dan kebaikan, yang kesemuanya merupakan ladang ganjaran dan

pahala, sehingga siapa yang membacanya maka baginya 10 kebaikan dari setiap

hurufnya satu ganjaran lalu dilipat gandakan 10 kali lipat.

Kita tidak mengingkari akan banyaknya pandangan tersebut terhadap Al-Qur’an;

keuniversalitasannya, isyarat yang dimilikinya, karena kita tidak boleh memisahkan

dari semua perkara tersebut, namun jika disatukan seluruh pandangan diatas akan

menghasilkan sesuatu yang berguna, sedangkan kurangnya pandangan kita terhadapnya

juga memberikan sesuatu yang lain pula. Karena jika kita melakukan hal tersebut, maka

kita akan menghilangkan sebagian isinya, menafikan peran dan misinya, dan dapat

mengakibatkan kita terjerumus pada kesalahan pada pandangan yang parsial dan tidak

sempurna.

Page 54: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

Sebagian peneliti tentang Al-Qur’an membaginya pada beberapa tema, membahas kosa

kata dan idiomnya, tentang simbol-simbol terhadap setiap tema yang ada di dalamnya;

satu sisi ada yang membahas tentang kisah-kisah yang terdapat dalam Al-Qur’an, pada

sisi lain ada yang membahas tentang hal-hal yang gaib, ada juga yang membahas

tentang keilmuan yang terkait dengannya, atau tentang perundang –undangan atau

isyarat-isyarat tentang sejarah, ilmu nafs (kejiwaan), administrasi, kebudayaan,

ekonomi, sosial atau yang lainnya, dan juga diantara mereka ada juga yang membahas

tentang idiomnya, kosa kata-kosa katanya seperti kata sabar, sholat, taqwa, khilafah,

hukum, jihad, dan yang lainnya, sebagaimana diantara mereka ada yang berusaha

mengklasifikasi surat-suratnya, ayat-ayatnya, indeks-indeksnya dan penjelasan yang

tergabung dari tema-temanya, keilmuan-keilmuannya dan pengetahuan-pengetahuan.

Hal tersebut diatas merupakan salah satu usaha yang baik dan benar, dimana para

pelakunya insya Allah mendapatkan ganjaran dari Allah –tergantung motivasi niat

mereka- namun belum dikatakan sebagai usaha yang menyeluruh dan sempurna, karena

temanya belum mencapai segala aspeknya dan menyeluruh dari setiap seginya, karena

akan dapat menghilangkan berbagai sudut pandang, isyarat-isyarat dan symbol-symbol

yang terdapat dalam Al-Qur’an terhadap tema yang dibahas oleh mereka.

Dan memberikan pandangan dengan teliti atas usaha mereka dalam lingkup yang luas

merupakan solusi yang cukup baik akan hakekat ini, dan jangan dipahami dari

pembicaraan secara parsial sehingga dapat menafikan validitas kerja dan penelitian pada

tema ini, tentang keabsahan, keotentikan dan legalitasnya, dan tidak menghargai buku-

buku, hasil-hasil penelitian dan pengkajian-pengkajian !!! karena yang demikian

merupakan suatu keharusan, namun yang kami inginkan dari hakekat ini adalah bahwa

para peneliti dan penelaah harus dapat memberikan niali dan penalaran mereka ; bahwa

Al-Qur’an merupakan kitab suci yang besar dan agung, besar dari segi tabiatnya,

perannya, risalah yang dibawanya, i’jaznya, keilmuannya dan tema-temanya, metode-

metodenya, susunan kalimatnya dan perundang-undangan yang terkandung di

dalamnya, dan dalam setiap hembusan yang diisyaratkan olehnya. Besar dan agung

yang tidak bisa dipisah-pisahkan dan sulit dibagi-bagi.

Kontemplasi secara menyeluruh dan universalitas Al-Qur’an merupakan kunci pertama

untuk dapat berinteraksi bersamanya, sebagai tolok ukur utama untuk bisa

memahaminya, mentadabburkannya dan mempelajarinya, sehingga akan ditemui di

dalamnya.

Bagi pembaca yang hendak melakukan kontemplasi secara menyeluruh dan universal,

dapat melakukan penalaran tentang ayat-ayat yang menerangkan tentang sifat-sifatnya

dan keistimewaan-keistimewaannya, yang mengisyaratkan akan tabiatnya, risalah yang

diembannya dan misi yang dibawanya, kemudian mengalihkan pandangan pada para

sahabat –dengan pandangan yang menyeluruh dan universal- agar dapat diketahui

bagaimana mereka berinteaksi dengan Al-Qur’an dan menyadari akan kebesarannya,

sebagaimana dapat dijadikan starting point dari pembicaraan kita yang akan datang

dalam buku ini, saat kita akan menjabarkan Al-Qur’an dengan Al-Qur’an, tentang

Page 55: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

kehidupan Rasulullah saw dan ungkapan para sahabat dan tabi’in terhadap sifat Al-

Qur’an.

2. Mempehatikan Misi Da’wah Pergerakan Al-Quran

Pembaca Al-Quran yang jeli hendaknya melihat dan memperhatikan misi da’wah

pergerakan yang dibawa oleh Al-Quran, pedomannya adalah dua kiat yang telah

disebutkan sebelumnya “Menelaah dan memahami Al-Quran secara keseluruhan” dan

“Memahami Tujuan Pokok Al-Quran”.

Jika kita dapat menggunakan akal sehat dalam memahami dua kunci tersebut, maka kita

akan menemukan tujuan dan risalah yang dibawa Al-Quran, yaitu da’wah pergerakan

yang realistis.

Sesungguhnya salah satu karakteristik yang gamblang dari karakteristik-karakteristik

Al-Quran adalah “Realita Pergerakan” yaitu sebagai kunci dalam berinteraksi

dengannya, mengetahui misi dan tujuannya, mengerti, memahami dan mendalami –

sebgaimana yang diucapkan oleh Asy-Syahid Sayyid Qutb sebelumnya- adalah realitas

pergerakan yang menjelaskan “Misi Da’wah Pergerakan” Al-Quran Al-Karim; yang

menjelaskan risalah yang gamblang dan realistis di alam kehidupan insan.

Allah SWT mensifati Kitab-Nya dengan sifat yang mengagumkan, yang menunjukkan

dengan jelas akan tujuan da’wah pergerakan , sebagaimana yang difirmankan Allah

dalam kitab-Nya !

{� .!"����# �� �.%&�(4� ���N

“Yasin. Demi Al-Quran yang agung”. (Yasin : 1-2)

dan firman-Nya :

7"����- |S���H�� ��=������ !����� �� L 46 S�� ��G!?�N “Dan sesungguhnya Al-Quran itu dalam induk Al-Kitab Lauh Mahfudz di sisi Kami,

adalah benar-benar tinggi (nilainya) dan amat banyak mengandung hikmah”. (Az-

Zukhruf : 4)

Hikmah adalah sifat orang yang berakal. Karena itu Al-Quran merupakan sifat bagi

orang yang berakal. Al-Quran benar-benar tinggi nilainya dan amat banyak

mengandung hikmah, mendidik dengan hikmah, berprilaku dengan hikmah,

membimbing umat dengan hikmah, melaksanakan misinya dan risalahnya dengan

hikmah.

Page 56: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

Dengan hikmah Quraniyah, Al-Quran bekerja seperti yang dilakukan dalam kehidupan

para sahabat. Dengan misi da’wah pergerakan ini, Al-Quran mengeluarkan para sahabat

dengan baik dari ketiadaan menuju kepemimpinan, dari kematian menuju kehidupan.

Dan dengan karakteristik “Realita Pergerakan” Al-Quran hadir dengan amal nyata,

memberi petunjuk yang baik. Para sahabat –sebagai generasi Al-Quran yang unik-

mendapatkan karakteristik ini, menemukan hikmah dan memahami misi ini, sehingga

menciptakan keajaiban dalam kehidupan manusia yang menakjubkan dan penuh dengan

ibrah dan pelajaran.

Kita harus banyak memperhatikan misi Al-Quran di tengah kehidupan kita, berinteraksi

dengannya, mentadabburkan realita pergerakan yang terkandung di dalamnya, sehingga

kita dapat mengambil intisari darinya dengan baik dan beraktivitas dengannya secara

tepat. Jika kita ingin berhasil dengan ini semua, maka kita harus merobohkan

penghalang yang mentupi hati kita dengan Al-Quran, menghilangkan jurang yang dalam

yang memisahkan antara kita dengan Al-Quran, membersihkan hati dari hal-hal

yang dapat menjadi penutup, penghalang, tirai dan syahwat yang membuat jauh hati

dengan cahaya Al-Quran. Kita harus melangkah mendekati Al-Quran, masuk ke alam

yang indah dengan seluruh anggota tubuh kita, mencari dengan seluruh perangkat jiwa

kita memenuhi panggilannya, mendapati darinya tujuan da’wah pergerakan yang

realistis, memperhatikan dalam setiap suratnya, ayat-ayatnya sehingga kita dapat

melihat Al-Quran hidup dan bergerak; sebagai hakim yang mengarahkan kehidupan,

pemimpin yang mendidik, yang akan mengeluarkan kita dengan izin Allah dengan

penuh keberkahan, mengajarkan dengan penuh kebaikan, dan menghantarkan kita

menuju pusat kepemimpinan dan qiyadah serta soko guru bagi manusia di seluruh

dunia.

Setiap ayat-ayat Al-Quran mewahyukan akan misinya tentang da’wah pergerkan,

mengisyaratkan akan realitas pergerakan yang optimistis, mengalirkan kehidupan yang

penuh dengan kesemangatan. Karena itu Allah berfirman :

!(���=�� �� !/�W �.�;�K�=�'�N �}N�(�H�� ��!: �.N�(�0 h�' !B�2�=��� �1�~!(�,46 �P2�046 �(���, �"��=48 �.;�=�0�_�� �� �"�K�=�0 �"�K�� ��(���, �.����� !����� �� 4V���6 �/�0& �;���N ��2����!: �.;�=�0�_�'�N

�.;4��f��Z �� �"���(�� 8�6�N “Kalian adalah umat yang terbaik yang dikeluarkan untuk manusia, menyeru pada

kebajikan dan mencegah akan kemungkaran dan beriman kepada Allah”. (Ali Imron :

110)

Umat Islam dikeluarkan untuk seluruh manusia lainnya dari ketiadaan, muncul dari

hadapan nash-nash Al-Quran, malahirkan generasi baru di tengah naungan Al-Quran,

bekembang dan hidup di bawah naungan Al-Quran. Karena itu mereka adalah umat

Page 57: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

yang terbaik. Dan siapakah umat yang mendekati dari kebaikan ini, atau sama

derajatnya bahkan lebih tinggi derajatnya daripadanya ?? apakah kaum muslimin saat

ini menikmati akan kebaikan yang ada dalam Al-Qur’an ? melaksanakan tugas ini,

membimbing dan memakmurkan dunia dengan kepemimpinan dan ketauladanan ?

jawabannya sangat jelas. Benar. Dan rahasianya adalah berada pada pendangannya

terhadap Al-Quran, interaksi dan hubungan yang erat dengannya.

Berapa yang akan di dapati dari keuntungan dan manfaat interaksi dengan Al-Quran,

apa hasil yang akan diraih dan kekayaan yang akan di dapat oleh diri dari

memiliki pengetahuan, petunjuk-petunjuk, hakekat-hakekat, sentuhan-sentuhan yang

dihasilkan saat membaca nash-nash Al-Quran dengan menggunakan kiat ini??

terutama dia juga memahami akan karakteristik “Realitas pergerakan dalam Al-Quran” !

kami sarankan untuk membaca ayat-ayat di bawah ini –sebagai contoh kecil- dari

ungkapan diatas :

����� 2�.!? V4j �"�K�2���0 �g!+2��' >2��- �����32�=�� ^�N �u;�K�� �� ���=�W >�o�(�' �/���N ���� ��0 !" ��H �� �/�0 �c%R��~ ]�\2��� ���H�: �"��%R��;���6 �1�H�+2�'� !/�����N ����K �� �;�� ��2����

)*�3�G ^�N 2)S���N �/�0 ��2���� �/�0 “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu

mengikuti agama mereka. Katakanlah : “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk

(yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah

pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong

bagimu”. (Al-Baqoroh : 120)

4P�+�j��W �.��8 �����8 �N�(4A�G��� !����h �� S�� �N�*mX�� 7/�=�f �"4����+�j �/�0 �1���, ���j��!:U\���� �� .������ ��� �P�A�W�;�0�N ������N !B�=��� �.����: ��\��

“Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah; Karena itu

berjalanlah kamu di muka bumi, dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang

yang mendustakan (rasul-rasul). (Al-Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh

manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertaqwa”. (Ali Imron :

137-138).

Page 58: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

2��� ��K2���6 ��� �"��������� �� !? 2�V�o �/�0 �"482�(�w�� ^ �"4��X4Z�G�6 �"4������W �;�=�0& �/��\�.;4����H�' �"��=48 ���!: �"4�4�2!+�=���� ��H����~ �"4��H!~�(�0 ��2���� >��!?

“Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan

memberi mudlorat kepdamu apabila kamu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada

Allah kemu kembali semuanya, maka Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah

kemu kerjakan”. (Al-Maidah : 105)

�+�W��� QR�S�T UV48 �d����, �;�� �Y�!? ����!? ��� �"4�<:�� ��Y��� �"4���� UV48 >���W �;���N �EN�� �V��8�N QR�S�T . ����vY��� �;���N ����3�:�h �� �c!����� �;���N ����3�:�h �� ��48!����' ���

�*!+�D �� . �S���W �/�0�N ��mX Z�=���� �(�3�:�6 �/���� �"4�L:�� �/�0 �(�e��3�: �"48%R��~ ���j��Z�#!: �"4������W ��G�6 ��0�N ��K�����H�� �� . �;4�;4������N �$���%� �� �}L(�3�G �����\�8�N

�.;�����H�� ) �;���� ���=L��+�=���N �1�f���u . �Y�!? ����!? ��� ��L:�� �/�0 ������!? �S�-N46 ��0 �g!+'� ���8!(�M�� �� !/�W ��!(�W�6�N �;�� . �c��= ��H�~ ��0�N �;48�(�T�6 ��0 ��Y��� %R��T �;���N

���W)V��8�;!: �"!K�����W �1�G�6 ��0�N �OA��Z�- �"!K��

“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh yaitu syaitan-ayaitan

(dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada

sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).

jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka

tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan. Dan (juga) agar hati kecil

orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat cenderung kepada bisikan

itu, mereka merasa senang kepadanya dan supaya mereka mengerjakan apa yang

mereka (syaitan) kerjakan. Maka patutkah aku mencari hakim selain daropada Allah,

padahal Dialah yang telah menurunkan kita (Al-Quran) kepadamu dengan terperinci ?

Orang-orang yang telah Kami datangkan kitab kepada mereka, mereka mengetahui

bahwa Al-Quran itu diturunkan dari Tuhanmu dengan sebenarnya. Maka janganlah

kamu sekali-kali termasuk orang yang ragu-ragu. Telah sempurnalahkalimat Tuhanmu

(Al-Quran) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah-rubah

kalimat-kalimat-Nya dn Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha mengetahui. Dan

jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka buni ini, niscay amereka

akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti

Page 59: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).

Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui tentang orang yang tersesat

dari jalan-Nya dan Dia lebih mengetahui tentang orang-orang yang mendapat

petunjuk”. (Al-An’am : 102-107)

3. Menghindari diri dari Penguluran Waktu dan Memperpanjang Permasalahan

yang Terdapat dalam Al-Qur’an

Sebelumnya kita telah menjelaskan bagaimana berinteraksi dan mentadabburkan Al-

Qur’an secara aplikati; baik dengan menelaah dan memahami Al-Qur’an secara

menyeluruh dan dengan memperhatikan misi dakwah Al-Qur’an. Maka dalam

pembahasan ini, kita akan mencoba membahas tentang tidak boleh mengulur waktu

dalam beriteraksi dengan Al-Qur’an sehingga dapat membuat hati keras dan malas dan

menjadikan dirinya dengan Al-Qur’an ada penghalang yang begitu tebal dan jurang

yang begitu dalam, dan pada akhirnya sulit untuk bisa berinteraksi dan memahami Al-

Qur’an secara baik.

Dan diantara kecaman yang dilontarkan Allah atas ahlul kitab adalah karena terlalu

lamanya mereka beinteraksi degnan kitab Allah yang kepada para nabi sehingga

membuat hati mereka keras dan jauh dari hidayah. Allah berfirman:

�F�G ��0�N ��2���� !( 8�\�� �"�K�:;4�4j �g�M�D�' .�6 �;�=�0& �/��\2���� �. h�� �"���6 2!d�# �� �/�0 �[ �1�X���� ���0p� �"!K�����W �[��v�� 4V�+�j �/�0 ������ �� �;�'N46 �/��\2����8 �;�G;4��� ^�N

�.;4��f��� �"�K�=�0 7*���8�N �"�K�:;4�4j “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati

mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan

janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al kitab

kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka

menjadi keras. dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik”. (Al-

Hadiid:16)

Bahawa pembahasan ini merupakan pelengkap dan penyempurna dari yang sebelumnya,

karena diantara tanda-tanda pemeliharaan nash Al-Quran adalah dengan tidak boleh

mengulur waktu begitu lama sehingga dapat meleset dari tujuan utama, menghalangi

cahaya Al-Quran, mendapatkan sentuhan dan petunjuk-petunjuknya. Bahasa

pembahasan yang banyak terdapat di dalam kitab-kitab tafsir yang ditulis oleh para

mufassirin adalah untuk memberikan kepada para pembaca tafsir dan membekalinya

dengan wawasan yang lebih banyak. mereka memberikan sesuatu yang memilki tujuan

mulia dan niat baik, dan mereka akan mendapatkan ganjaran dari sisi Allah –Insya

Allah-. dan sungguh banyak para pembaca yang dapat mengambil faedah bahkan

Page 60: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

memberikan komentar dan tambahan yang konstruktif sehingga dapat meningkatkan

wawasan tafsir mereka. Tidak mengapa seseorang menerima akan tambahan-tambahan,

pembahasan-pembahasan, tentang permasalahan dan qodloya dari sebagian para

mufassirin. Namun yang harus disadari adalah bahwa seluruhnya harus kembali bahwa

dirinya adalah sebagai pelajar tafsir, pembaca Al-Quran, dan sekalipun ada tambahan-

tambahan yang beragam bukan merupakan tujuan dari belajar dan membaca, tujuan dari

menelaah Al-Quran, dan juga bukan merupakan buah yang dapat dipetik dari hasil

berinteraksi dengannya, karena jika demikian terjadi pada hakikatnya akan membuat

antara dirinya dan Al-Qur’an, karena ketika menelaah dan mentadabburkan Al-Qur’an

dirinya hanya sibuk dengan ilmu-ilmu cabang Al-Qur’an sementara substansi hakiki

yang terkandung dalam Al-Qur’an tidak didapatkan.

Tentunya, pembaca Al-Quran tidak akan berkurang sedikitpun dari hasil membaca dan

mempelajari Al-Quran walau tidak menelaah tambahan-tambahan ini, dan tidak akan

hilang sedikitpun dari mendapatkan petunjuk dan pelajaran yang terkandung dalam Al-

Quran walau dirinya tidak menyadari akan hal tersebut, dan tidak akan berkurang

ilmunya dengan membaca dan menelaah Al-Quran walau ia tidak berinteraksi

dengannya secara mutlak.

Adapun model pembahsan dan penelaahan Al-Qur’an memiliki ragam yang banyak :

diantaranya ada ilmu nahwu yang berhubungan dengan perselisihan –perbedaan

pendapat- para ahli nahwu seputar i’rab kalimat-kalimat Al-Quran, perdebatan dan

penyelesaian-penyelasaiannya. Ada pembahasan tentang ilmu balaghoh yang berhungan

dengan gaya bahasa ayat-ayat Al-Quran, makna-maknanya, hubungan-hubungannya,

perbedaan pendapat dan penyelesaian di dalamnya. Ada pembahasan tentang ilmu fiqh

yang berhubungan dengan perbedaan para fuqoha dalam hukum-hukum fiqh yang

diambil dari nash-nash Al-Quran, penolakan, dalil-dalil dan pengarahan-pengarahan

mereka. Ada juga tentang ilmu sejarah yang berhubungan dengan masa diturunkannya

ayat-ayat Al-Quran, sebab-sebab turunnya, tempatnya dan pendapat-pendapat yang

tsiqoh dan yang bertentangan dengan para salaf dalam menfsirkannya. Sebagaimana

juga ada tentang ilmu kisah-kisah; yaitu yang berhubungan dengan cerita-cerita Al-

Quran dan kisah umat pada masa lampau, perbedaan dalam membatasi cerita tersebut,

atau waktunya, atau para pelakunya, rinciannya, peristiwanya, dan perjalanannya, dan

lain sebagainya dari kisah yang dibuat-buat, israiliyat dan khurafat-khurafat yang

dilakukan oleh manusia.

Jika seseorang membaca firman Allah :

4V�H�y�'�6 �;4���j OP�Z����, !���p� S�� �V�W��~ S2!G!? �P���en�� ��� ��2�:�� �[��j !?�N ���� �B2�����G�N �c�����#!: ��2!+�X�G �/�#�G�N %R��02���� ���Z�X���N ��K��� ��mX Z�� �/�0 ��K���

Page 61: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

�.;�����H�' ^ ��0 �"���W�6 S2!G!? �[��j ,%R����fp� � �u& �"2���W�N �"�K�o�(�W 2�"45 ��K2��48 ���j�u��J �"��=48 .!? mR^�_�� mR����f�h!: S!G;4�!+�G�6 �[����� �P���en�� �� >���W

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat : “Sesungguhnya Aku

hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata : “Mengapa

Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan

padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji

Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman : “Sesungguhnya Aku mengetahui

apa yang tidak kamu ketahui. Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-

benda) seluruhnya. Kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman

: “Sebutkanlah kepda-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang

benar”. (Al-Baqoroh : 30-31)

Maka hendaknya di berada dalam suasana ayat ini yang menjelaskan tentang kisah nabi

Adam agar ia mendapatkan sentuhan-sentuhannya, jangan mencoba keluar dari

pembahasan yang tidak diterima seperti yang dilakukan oleh para pendahulu, sehingga

dirinya sibuk dalam berinteraksi dengan nash-nash ini dan menutupi cahaya-cahaya

Qurani : jangan perhatikan adanya perkhilafan dalam akar kata kalimat “Al-Malaikat”

dan perdebtan antara berbagai pendapat dan perselisihan di dalamnya! jangan mencoba

masuk kedalam penafsiran dan ta’wil yang tertolak belakang tentang bagaimana Allah

berbicara dengan mengatakan “Limalaikatihi”, dan jawaban mereka atasnya.

Tentang penafsiran dan perkiraan mereka tentang pengrusakan dan pertumpahan darah

dari keturunan sang khalifah di muka bumi ini dan dalil-dalil mereka atasnya, dan

rincian apa yang terjadi antara nabi Adam dan Iblis, letak surga yang menjadi bagian

dari kisah tersebut. Namun jangan lewatkan dalam membicarakan tentang ilmu, syarat-

syarat, corak dan keutamaannya dan lain sebagainya.

Jika pembaca menelaah kisah anak-anak Nabi Adam dalam surat Al-Maidah, Allah

menyebutkan:

�"���N ��������-�6 �/�0 �VL+4���� ��G��:�(4j ��:(�j !? Ld�# ��!: � �u%& �S�=�:� �h�+�G �"!K�����W 4V�'��N� j�h�� �[��j !(�,%� �� �/�0 V+����������� �� �/�0 ��Y��� 4V+����� ���G!? �[��j ��=�� . �/����

�}��,�6 SLG!? ����� j�h�� ������!? �]���� �i�f��+!: ��G�6 ��0 S!=��� ���� �c���� S��!? �1 v�X�:��������H �� ��� ��Y��� .��� ���� 5!?�N S�� 5!9!: %R;�+�' .�6 ���!�46 SLG!? �/�0 �.;4�

�������YA�� xR��F�~ ����� �N !��=�� !���#�J�6 . ����,�6 �V��j ���X Z�G ���� �1�W;�v��

Page 62: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

�/�!(�f��D �� �/�0 ���+�J�h�� ��������� . ����!(���� !����h �� S�� 4l�#�+�� ��:��(4� ��Y��� �l�H�+�������N ��� �[��j ����,�6 �r�6�;�f ]!���;�� �����8 ��\�� �V ��0 �.;48�6 .�6 �$�F�y�W�6 ��

��=�+��8 ����� !V�~�6 �/�0 ���0�u�=�� �/�0 ���+�J�h�� S�,�6 �r�6�;�f �]!���N4h�� !���(�k �� !����h �� S�� �u��X�� �N�6 ){ Z�G !(���k!: ��X Z�G �V��j �/�0 ��G�6 �V��e��(�f!? S!=�: >���W

�� �V��j ���G�h���� �������N ��H����~ �B�=�� ����-�6 ���G�h���� �������-�6 �/�0�N ��H����~ �B�= !����h �� S�� ����� ���H�: �"�K�=�0 ��*���8 Y.!? "45 �$��=L��+ ��!: ��=4��f�� �"�K�'%R��~

�.;4�!(�X����

“Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut

yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, Maka diterima dari

salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). ia

berkata (Qabil): “Aku pasti membunuhmu!”. berkata Habil: “Sesungguhnya Allah

hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa”. “Sungguh kalau kamu

menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan

menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut

kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam.” “Sesungguhnya aku ingin agar kamu

kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, Maka kamu akan

menjadi penghuni neraka, dan yang demikian Itulah pembalasan bagi orang-orang

yang zalim.” Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh

saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, Maka jadilah ia seorang diantara orang-orang

yang merugi. Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi

untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat

saudaranya. berkata Qabil: “Aduhai celaka Aku, mengapa aku tidak mampu berbuat

seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?” karena

itu jadilah Dia seorang diantara orang-orang yang menyesal. Oleh karena itu Kami

tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: Barangsiapa yang membunuh seorang

manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat

kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia seluruhnya.

dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah-olah Dia

telah memelihara kehidupan manusia semuanya. dan Sesungguhnya telah datang

kepada mereka Rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang

jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui

batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi”. (Al-Maidah:27-32)

Page 63: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

Maka jangan masuk di bawah pengaruh penjelasan dan perincian serta benang

merahnya tanpa adanya dalil yang menguatkan dari para mufasirin sebelumnya dalam

menetapkan perincian kisah ini tanpa dasar yang jelas, dan tidak ada nash yang kuat.

Jika membaca a yat-ayat yang menjabarkan tentang hukum-hukum puasa dalam surat

Al-Baqoroh ayat 183-187 atau ayat yang menetapkan tentang hukum membunuh dan

macam-macamnya, kafarahnya bagi wanita; surat Al-Baqoroh, ayat 92-93 atau yang

berhubungan dengan sembelihan dan penamaan atasnya dalam surat Al-An’am ayat

118-121 atau yang berhubungan dengan had zina, qadzaf dan li’an dalam surat An-Nur

ayat 1-10. Jika membaca ayat-ayat ini dan yang lainnya dari ayat-ayat hukum, maka

hendaknya berada dalam nash Al-Quran yang tidak pernah lepas dari penjelasan para

fuqoha. Jangan mengalihkannya pada pandangan dan renungannya dalam ayat-ayat

tersebut pada enslikopedi –perluasan- fiqh madzhab, perdebatan para pendapat yang

saling bertentangan. Hendaknya semua permasalahan yang ada diserahkan kepada ahli

fiqh yang berkecimpung dalam pelajaran-pelajaran fiqh, dan hendaknya pula ia hanya

berusaha menyibukkan diri dalam mencari tinjauan Al-Quran yang tidak ada di

dalamnya perincian, perluasan penjabaran yang panjang pada tema-tema dan

pembahasan yang diwariskan untuk islam atas petunjuk yang sesuai dengan realita.

4. Memahami Tujuan Pokok Al-Qur’an

Selain memandang Al-Qur’an secara universal, Mempehatikan Misi Da’wah

Pergerakan Al-Qur’an dan Menghindari diri dari Penguluran Waktu dan

Memperpanjang Permasalahan yang Terdapat dalam Al-Qur’an, hendaknya bagi

sesorang yang membaca Al-Qur’an menolehkan perhatiannya terhadap tujuan asasi Al-

Qur’an, karena kejelian dan keabsahan pandangan –sebagaimana yang telah kami

jelaskan dalam kiat yang pertama- akan mendorongnya pada interaksi yang baik,

memahami dan mentadabburkan Al-Qur’an secara maksimal, dan dapat memberikan

pemahaman kepada pembacanya akan hakekat, tujuan, misi utama dan maksud-maksud

Al-Qur’an.

Secara realita; kebanyakan dari kaum muslimin keliru dalam menetapkan tujuan dan

misi Al-Qur’an, karena diantara mereka ada yang hanya melakukannya secara parsial

dan tidak komprehensif, atau mengkaitkannya dengan sesuatu yang tidak berkaitan

dengan Al-Qur’an atau tidak ada korelasinya sama sekali dengan Al-Qur’an.

Sebagian umat ada yang menganggap bahwa Al-Qur’an diturunkan untuk orang mati

saja bukan untuk yang hidup, sehingga -dengan pandangan sempit ini- perhatian mereka

terhadap Al-Qur’an hanyalah jika ada orang yang meninggal; ada yang menggunakan

perangkat radio di rumah-rumah mereka agar dapat diperdengarkan suara Al-Qur’an

selama beberapa hari dari orang yang meninggal, atau mengundang para Qori Al-

Qur’an secara khusus untuk membaca ayat-ayat Al-Qur’an di rumah dari orang yang

meningga atau di kuburan; baik dalam rangka pada acara kematian atau memperingati

hari kematian. Adapun interaksi orang yang masih hidup dengan Al-Qur’an; dengan

membahas tujuan dan misinya agar dapat diaplikasikan dalam kehidupan mereka dan

masyarakat, tidak ada perhatian sama sekali dalam benak mereka.

Page 64: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

Adapun sebagian yang lain beranggapan bahwa Al-Qur’an diturunkan untuk

memberikan keberkahan; mereka menjadikannya sebagai jimat, penangkal teluh dan

ruqiah yang mereka letakkan diatas tubuh mereka, atau dirumah dan dimobil

mereka; hanya untuk mendapatkan keberkahan darinya dan mencegah bala. Mereka

juga hanya menjadikannya sebagai bahan mukaddimah dalam setiap ceramah,

muktamar-muktamar, pertemuan-pertemuan, majlis-majlis ta’lim, perayaan-perayaan

dan siaran-siaran radio dan televisi mereka dengan ayat-ayat Al-Qur’an, karena hanya

mengharap kebaikan dan keberkahan, menghiasi suasana dengan membacanya, atau

hanya sekedar urf, adat, kebiasaan kehidupan dan hanya menciptakan nuansa religius,

serta menjadikan suasana bahwa mereka hidup dengan Al-Qur’an. Namun -disisi lain-

jiwa, perasaan, hati, dan eksistensi mereka sama sekali tidak mau membuka Al-Qur’an

guna mendapatkan sesuatu yang ada di dalamnya dari kehidupan, mereka tidak mau

membahasnya dalam lembaga-lembaga mereka, metode riset, departemen-departemen

dan perundang-undangan mereka sehingga mendapatkan petunjuk, rahmat dan

keberkahan dan keadilan darinya. Sebagaimana mereka juga -dalam kehidupan

masyarakat dan bangsa- tidak mau menelaah Al-Qur’an sehingga dapat

mengubah eksistensi mereka sebagai pembawa kebaikan dan penyeru kebenaran,

pemuka dan soko guru (tauladan) bagi umat manusia seluruhnya.

Bagaimanakah tujuan-tujuan utama yang terkandung dalam Al-Qur’an, agar kita dapat

memetiknya ayat demi ayat dan surat demi surat saat kita membaca dan

mentadabburkannya, dan agar kita dapat mencari kesempatan untuk

mengaplikasikannya dalam kehidupan kita sehari-hari, baik kehidupan

masyarakat atau kehidupan negara.

Adapun diantara tujuan-tujuan pokok diturunkannya Al-Qur’an ada empat yaitu :

1. Bahawa Al-Qur’an membawa petunjuk dari Allah; petunjuk yang lurus, petunjuka

yang fundamental, memiliki target yang jelas, misi yang gamblang dan

berkesinambungan, dan yang terlebih penting lagi Al-Qur’an membawa petunjuk yang

universal bagi setiap individu akan segala eksistensinya, perasaannya, inderanya dan sisi

kehidupan lainnya, dan bahkan petunjuk yang menyeluruh terhadap umat dari setiap

individu dan kelompoknya; petunjuk yang komprehensip untuk manusia seluruhnya

menuju Tuhannya yang Maha Suci dan Maha Tinggi.

Allah SWT berfirman :

`�; j�6 �S�� S�Y��� ]���K�� �.%&�(4� �� ��\�� Y.!?x

“Sesungguhnya Al-Qur’an memberikan hidayah (petunjuk) kejalan yang lurus” (Al-Isra

: 9)

Maksud hidayah disini adalah umum dan universal; yaitu menjadikan hidup lebih

berarti kepada yang diserukan kepadanya secara umum dan univesal.

Page 65: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

Allah juga berfirman :

���' �1�=48 ��0 ��G!(�0�6 �/�0 ��-N�� ������!? ��=���-�N�6 �����\�8�N ����N ������ �� ��0 ]!� ]���K��� ��G!?�N ��G�u��+�W �/�0 xR��M�G �/�0 ��!: ]���K�G ���;�G �E��= ��H�~ �/�����N 4.���!9 ��

)"�����X�0 �I��(�J >��!? “Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu – Al-Qur’an- dengan perintah

Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui Al-Kitab – Al-Qur’an- dan tidak pula

mengetahui apakah iman itu. Tetapi Kami menjadikan Al-Qur’an itu cahaya, yang

Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki diantara hamba-hamba Kami.

Dan sesungguhnya benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus”. (Asy-

Syura : 52)

Al-Qur’an merupaka ruh dan tidak akan memberi petunjuk kecuali yang memiliki ruh,

Al-Qur’an adalah nur –cahaya- dan Allah SWT yang memberinya dengan ruh ini,

memberi petunjuk dengan cahaya ini, dan Dialah yang memberikan perintah kepada

Rasulullah saw untuk memberi petunjuk melalui Al-Qur’an kejalan Allah SWT yang

lurus, Dialah yang memberi taklif kepada setiap mu’min yang diberi petunjuk dengan

hidayah Al-Qur’an untuk menyeru kepada yang lainnya memberi petunjuk seperti

mereka diberi petunjuk.

Allah berfirman:

�.;4Z�D�' �"��=48 �2���0 ��*���8 �"4��� �/2!��+�� ��=4�;�f�� �"48%R��~ ���j !����� �� �V���6 ���7�!+�0 7����8�N 7�;�G ��2���� �/�0 �"48%R��~ ���j )*���8 �/�W ;4Z�H���N !����� �� �/�0 ,

!n2�X�� �V�+�f ���G��;�o!� �g�+2�'� !/�0 ��2���� ��!: ]���K�� �$���4�24A�� �/�0 �"�K�~!(�D���N )"�����X�0 �I��(�J >��!? �"!K����K���N ��!G !9!: !�;2�=�� >��!?

“Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab yang

menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti

keredhaan-Nya kejalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan

orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-

Nya, dan menunjuki mereka kejalan yang lurus. (Al-Maidah : 15-16)

Page 66: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

2. Al-Qur’an mewujudkan pembentukan pribadi dan karakter muslim yang sempurna

dan seimbang; diwujudkan dari kepunahan dan yang ditemukan dari realita kejahilian

yang telah menyia-nyiakan jiwa, menafikan akal dan menelantarkan pengetahuan, indra

dan kepercayaan. Sebagaimana Al-Qur’an juga menyuburkan iman di dalam jiwa

manusia, menyinari pada setiap sisi kehidupan dengan cahaya ilahi, menumbuhkan

kebaikan dan kesalehan di dalamnya, mengaktifkan apa yang telah Allah berikan

kepada manusia dari kemampuan, keahlian dan tenaga secara positif lagi baik, sehingga

dapat merealisasikan misi dan tujuan, melebarkan sarana-sarana dan sistem yang telah

ditentukan risalahnya dan membantunya secara kontinyu dalam pelaksanaannya, dan

meletakkan dihadapan kedua tangannya kaidah-kaidah dan dasar-dasar yang

memungkinkan dirinya melakukan kreasi, innovasi dan dan mencipta.

Al-Qur’an telah berhasil secara gemilang dalam merealisasikan tujuan ini dalam

kehidupan para sahabat yang mulia, mereka adalah ahlul Quran, yang hidup dengan Al-

Qur’an; di dalamnya dan untuknya, sebagaimana telah mewujudkan juga generasi

Qurani yang memiliki sifat-sifat keislaman dan Qur’ani. Dan Al-Qur’an masih saja siap

dan mampu –dengan izin Allah- memberi dan mencetak generasi, siap melaksanakan

misi dan merealisasikan tujuan, dengan syarat seorang pembaca hendaknya

memperhatikan akan hal ini, menelaahnya, berusaha berinteraksi secara baik dengannya

dan talaqqi darinya, bekerja sama dengannya dalam rangka mencetak, membangun dan

mendidik.

Allah SWT berfirman:

�-�h�� �����0 �.��8 �/�0�N�6 ��4����0 �/���8 !B�2�=�� S�� ��!: S�M���� ���;�G ���� ��= ��H�~�N �E��=���� �;�G��8 ��0 �/�!(����� ��� �/2!��� �����\�8 ��K�=�0 )C!���D!: �{���� �$���4�24A�� S��

�.;4����H�� “Dan apakah orang yang sudah mati dia Kami hidupan dan Kami berikan dengan

cahaya yang terang, yan gdengan cahay aitu dia dapat berjalan ditengah-tengah

masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaanny aberada gelap gulita yang

sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya ?”. (Al-An’am : 122)

Manusia tanpa Al-Qur’an akan mati hati, indra, perasaan dan kehidupan mereka.

Page 67: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

�*�3�+ ���N >���Wp� ]!;��X�� ��0�N ,��;2�=�� ^�N �$���4�24A�� ^�N , �N 24V2�A�� ^�N��N�(�# �� , xR��M�� �/�0 �g���X�� ��2���� 2�.!? �$��;�0p� ^�N xR����-p� ]!;��X�� ��0�N

!�;�+4� �� S�� �/�0 )g���X��!: �1�G�6 ��0�N “Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat. Dan tidak (pula)

sama gelap gulita dengan cahaya. Dan tidak (pula) sama yang teduh dengan panas.

Dan tidak (pula) sama orang-orang yang hidup dan orang-orang yang mati.

Sesungguhnya Allah memberikan pendengaran kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan

kamu sekali-kali tiada sanggup menjadikan orang yang di dalam kubur dapat

mendengar”. (Fathir : 19-22)

Maka Al-Qur’an tidak akan dapat diraih kecuali pada orang yang hidup, dan tidak akan

berinteraksi dengannya kecuali orang yang hidup :

7�!+�0 �.&�(4j�N 7( 8� ^!? �;�� .!? ���� S�k�+�=�� ��0�N �(�H2�M�� �E��=��2���W ��0�N , �/�0 ���\�=�����/�!(����� �� >���W 4[�;�� �� 2�d�#���N �2���- �.��8

“Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidak

layak baginya. Al-Qur’an itu tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab yang memberi

penerangan. Supaya dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang

hidup (hatinya) dan supaya pastilah (ketetapan azab) terhadap orang-orang kafir”.

(Yasin : 69-70)

3. Al-Qur’an mewujudkan eksistensi masyarakat islami dan Qurani; yaitu masyarakat

yang terbentuk dari individu Qurani yang dibentuk oleh Al-Qur’an – membangun

masayarakat atas dasar sistem Al-Qur’an, dasar-dasar, prinsip-prinsip dan arahan-

arahannya, memantapkan masyarakat islam dan sistem kehidupannya, membekalinya

dengan seluruh apa yang dibutuhkan dari ini semua. Dan ketika masyarakat sudah

terpatri dari nash-nash Al-Qur’an, hidup dibawah naungannya, berkembang

dilingkungannya dan berjalan di bawah cahaya Al-Qur’an akan menjadi masyarakat

yang hidup dengan kehidupan yang mulia, bebas dan sejahtera, namun jika tidak

demikian maka masyarakat tersebut akan mati, akan merasakan sakit dan pedihnya,

merasakan kehinaannya, kepengecutannya, kerendahannya dalam setiap saat.

Al-Qur’an telah membentuk masyarakat generasi awal sahabat –masyarakat Qurani

yang indah dan unik- yang mampu mewujudkan masyarakat sosial, mambangunnya dan

memakmurkannya saat mereka benar-benar menerima Al-Qur’an dan berinteraksi

bersamanya serta hidup dengannya.

Page 68: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

Allah berfirman :

�"4��!��#�� ����� �"48��W�u �� !? ![;�f2�(����N ��2���� �;�+�!y��f� �;�=�0& �/��\2��� ��K2���6 ����.N�(�M�#�' ������!? ��2�G�6�N ��!+ ��j�N mR�(�� �� �/���: 4[;�#�� ��2���� 2�.�6 �;�����W��N

“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila

Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu…”. (Al-

Anfal : 24)

Al-Qur’an adalah da’wah nabi saw; da’wah untuk menuju kepada kehidupan yang layak

untuk anak manusia, kehidupan Qur’ani dalam berbagai aspek, sisi dan fenomena-

fenomenanya. Karena itu, barangsiapa yang menolak da’wah ini maka sebenarnya dia

telah menolak kehidupannya sendiri dan memvonis dirinya untuk mati, mati secara

ma’nawi yang tidak sama dengan mati secara materi.

Allah berfirman :

�.;�H�~�(�� ������!? 2�"45 ��2���� �"�K4��H�+�� >�'�;�� ���N �.;�H���X�� �/��\2��� ���!y��X�� ���2�G!? “Hanya orang-orang yang mendengar sajalah yang mematuhi (seruan Allah) dan

orang-orang yang mati (hatinya) akan dibangkitkan oleh Allah kemudian kepada-Nya-

lah mereka dikembalikan”.(Al-An’am : 36)

Dan Allah juga berfirman :

��=�!+�0 ���;�G �"4�����!? ��= ��F�G�6�N �"4�2!:�� �/�0 �.����(�: �"48%R��~ ���j �B�2�=�� ��K2���6 ��� ,�-�� S�� �"�K4��,�����X�� ��!: �;���3��W��N ��2����!: �;�=�0& �/��\2��� �2�0�h�� )V�w���N ���=�0 �P��

��������X�0 �O���(�J ������!? �"!K����K���N “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu,

Muhammad dengan mu’jizatnya) den telah Kami turunkan kepdamu cahaya yang

terang benderang (Al-Qur’an). Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan

berpegang teguh kepada (agama)-Nya, niscaya Allah akan memasukkan mereka

kedalam rahmat yang besar dari-Nya (surga) dan limpahan karunia-Nya. Dan

menunjuki mereka kepada jalan yang lurus (untuk sampai) kepada-Nya”. (An-Nisa :

174-175)

Page 69: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

Kalimat “al-Hayah” –dalam uslub Al-Qur’an- memiliki enam makna, seperti yang

disebutkan oleh imam Ar-Raghib dalam kitabnya “Al-Mufrodat” dan menyebutkan

dalil-dalil dan contohnya dari ayat-ayat Al-Qur’an;

1. Al-Quwwah An-Namiyah –kekuatan yang selalu berkembang- yang terdapat pada

tumbuhan dan hewan:

�S�- QR�S�T YV48 mR��� �� �/�0 ��= ��H�~�N “Dan Kami jadikan dari air segala sesuatu menjadi hidup”. (Al-Anbiya : 30)

2. Al-Quwwah Al-Hasasiyah bihi–kekuatan perasaan- karena itu dinamakan hewan

berasal dari kata “Hayawan” :

�$��;�0�h �� ����N xR����-�h �� ]!;��X�� ��0�N

“Dan tidaklah sama antara yang masih hidup dengan yang sudah mati”. (Fathir : 22)

3. Al-Quwwah Al-Amilah Al-Aqilah –Kekuatan produktif dan berakal :

أو� آ�ن �� ������� �� “Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan”. (Al-An’am : 122)

4. Irtifaul Al-gom –hilangnya rasa khawatir/takut-, seperti Firman Allah SWT :

=��!��#�=���� 7/�0�_�0 �;���N >���G46 �N�6 )(�8� �/�0 ��#����J �V���W �/�0OP�+L��� Or����- ��

“Barangsiapa yang melakukan kebaikan baik laki-laki maupun perempuan dalam

keadaan beriman maka akan Kami hidupkan dengan kehiupan yang lebih baik” (An-

Nahl : 97)

5. Al-Hayah Al-Ukhrawiyah Al-Abadiyah –kehidupan ukhrawi yang abadi-, dan yang

demikian sampai karena kehidupan yang berdasar akal dan pengetahuan. Allah

berfirman:

ی �ل ی� ����� ����� ����ت�

Page 70: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

“Dia mengatakan : “Alangkah baiknya kiranya aku dahulu menngerjakan (amal saleh)

untuk hidupku ini”. (Al-Fajr : 24)

6. Kehidupan yang mensifati oleh Dzat Allah SWT yaitu kehidupan itu sendiri yang

tidak pernah mati. Allah berfirman :

;�� �Y�!? ����!? ��� <S�# �� �;�� “Dialah Allah Yang Maha Hidup tiada tuhan selain Dia”. (Ghofir : 65)

4. Al-Qur’an Membina ummat Islam dalam menghadapi pergulatan yang lazim dengan

jahiliyah di sekitarnya

Begitupun dengan musuh-musuhnya yang selalu mengintainya, yang tidak memata-

matai, tidak meninggalkan dalam perang tata cara dan warna sedikitpun. Maka Al-

Qur’an membimbing umat Islam menuju medan pertempuran, memobilisasinya dan

membentangkan sarana-sarana menuju kemenangan, senjata perang, dan tata cara

perang, memberitahukan akan sebab-sabab kecurangan musuh dalam perang, tujuan

mereka, persekongkolan mereka dalam perang, penggunaan dengan berbagai senjata

untuk menghancur apa saja, karakteristik dan kejiwaan mereka, tata cara dan tipu daya

mereka, makar dan muslihat mereka, syubhat dan propaganda mereka, senjata dan

peralatan mereka. Memberikan dihadapan mereka jalan-jalan kemenangan, memberi

bekal dan kekuatan perang, dengan mengikatkan mereka dengan tali Allah, den

mengeratkan hubungan dan Islamnya. Sehingga keluarmenuju medan pertempuran yang

diwajibkan atasnya –dengan pimpinan Al-Qur’an, arahan dan petunjuk-petunjuknya-

meraih kemenangan yang mulia dan meraih kemerdekaan.

Inilah yang dilakukan oleh para sahabat dengan Al-Qur’an dalam jihad mereka, dan ini

juga yang dilakukan oleh kaum muslimin saat berjumpa dan berusaha merealisasikan

tujuan ini. Sehingga, Al-Qur’an tetap prima, siap dan mampu –dengan izin Allah- untuk

memberi, namun dimanakah para mujahid yang siap menyambutnya ? para

pemerhatinya kesuciannya? Para aktivisnya ? dan para mujahid yang siap menghadang

musuh dengan petunjuk dan hidayahnya? Allah SWT berfirman :

��*!+�8 ��u��K!~ ��!: �"��������~�N �/�!(����� �� !g�v�' �����

“Dan janganlah engkau turuti orang-orang kafir, namun perangilah mereka dengan

jihad yang besar”. (Al-Furqan : 52)

Inilah arahan Rabbani kepada Rasulullah saw dan umat setelahnya; untuk menjadikan

Al-Qur’an sebagai perangkat dan sarana yang dapat membantu dalam

berperang melawan orang-orang kafir, dan yang menjadi senjata utama, mendasar dan

pasti dalam berjihad.

Page 71: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

Adapun yang menyayat hati pada saat ini adalah bahwa kebanyakan dari umat manusia

yang menjadi pemimpin atau anggota lagislatif dan mengaku turut berjuang bersama

umat dalam memerangi musuh-musuh Islam dan Al-Qur’an, justru membantu mereka

dalam memerangi Al-Qur’an dan menghancurkannya, melakukan sumpah bersama

mereka dengan semangat petunjuknya, namun, dibalik itu mereka mematikan

cahayanya dan menghancurkannya. Mereka tidak sadar bahwa sebenarnya mereka

sedang memerangi Allah sedangkan tempat kembali setiap orang yang memerangi Allah

adalah neraka jahannam. Dan benarlah Allah dalam firman-Nya :

�.N�(����� �� �E!(�8 �;���N �E!�;�G <"��0 ��Y����N �"!K����; ��h!: ��Y��� ��;�G �;4��Z v���� �.N���!(�� . ��U�48 !/�L��� >���W �E�(!K A���� Ld�# �� !/��u�N ����K ��!: ����;�f�� �V�f���6 ]�\Y�� �;��

�.;48!(�M�� �� �E!(�8 �;���N

“Mereka menghendaki mematikan cahaya Allah dengan mulut mereka dan Allah Maha

Sempurna akan cahaya-Nya walaupun orang-orang kafir membencinya. Dialah –Allah-

yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar

agar ditampakkan atas seluruh agama walau orang-orang musyrik tidak

menyukainya”. (As-Shaf : 8-9)

5. Memelihara Keabsahan Nash-nash Al-Quran

Pembaca Al-Quran kadang disibukkan dengan dirinya saat membaca Al-Quran,

berkhayal sehingga menjadi penghalang masuknya cahaya Al-Quran ke dalam dirinya,

kadang jiwanya mengawang dan berkhayal ke ufuk yang jauh. Hal ini telah disebutkan

pada pembahasan Adab-adab membaca Al-Quran.

Namun yang ingin kami sampaikan disini adalah hendaknya pembaca Al-Quran tetap

dalam suasana membaca nash-nash Al-Quran, menghadirkan seluruh perangkat dan

anggota tubuhnya untuk talaqqi, memenuhi, menelusuri dan menelaahnya dengan

seksama, agar dapat berinteraksi dengan Al-Quran dan meraih apa-apa yang terkandung

di dalamnya. Pembaca Al-Quran hendaknya juga memelihara suasana Qur’ani yang

penuh berkah, berusaha melestarikan, menjaga dan menambah keseriusannya setiap kali

akan menbaca Al-Quran, dan terus meningkatkannya setiap kali ingin mengulang-ulang

bacaannya dan kembali menelaah kitabullah.

Saat membaca ayat-ayat Al-Quran kadang ditemukan sekelompok ayat yang menarik

mengajak untuk memperluas dalam mentadabburkannya dan mengeluarkan apa-apa

yang terkandung di dalamnya, tidak mengapa berlama-lama dalam menelusuri hal ini,

guna memenuhi panggilan da’wah yang termaktub dalam isyarat ayat tersebut !! namun

dengan syarat jangan keluar dari suasana nash Al-Quran Al-Karim, harus tetap dalam

menjaga diri dan perasaannya, pikiran dan pandangannya, telaah dan perhatiannya

Page 72: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

berada bersama ayat-ayat, dan di bawah naungannya dan sentuhan-sentuhannya. Jika

jiwanya terlena untuk keluar kepada perhatian lainnya maka jangan hiraukan, jika

perasaannya terus menghiasi diri untuk mencari masalah, problema atau pembahasan

lainnya yang tidak ada hubungannya dengan ayat-ayat yang sedang ditelaah, dan tidak

memberikan pengaruh dalam memahami dan mentadabburkan ayat, maka jangan

dilayani dan minta dilayani, hendaknya tetap memfokuskan diri dan kembali suasana

membaca dan menelaah nash Al-Quran, hendaknya ia waspada dan hati-hati saat

membaca Al-Quran…

Bahwa tetap pada suasana membaca Al-Quran dan konsisten terhadapan adalah

merupakan kunci yang harus dipelihara agar dapa membuka rahasia-rahsaia Al-Quran

dan dapat berinteraksi dengan baik serta menelaah dan memenuhi seruannya secara

optimal. Kadang kita tidak mengerti bagaimana mungkin seorang pembaca, penulis atau

penelaah Al-Quran membolehkan dirinya dan akalnya untuk keluar dari menyertai Al-

Quran yang dicintai, meninggalkan naungannya, cahayanya dan keteduhannya, bahkan

keindahan, keharuman dan keagungannya, menuju realita, permasalahan, problema dan

kesibukan-kesibukan yang lain dan dibuat-buat oleh manusia itu sendiri.

Sesungguhnya nash Al-Quran memberikan dan mengandung berbagai nilai-nilai yang

berharga, penuh dengan limpahan cahaya, namun dia tidak dapat ditelusuri dan dibuka

kecuali bagi siapa yang memiliki kesadaran dan kemantapan diri, mengerahkan seluruh

jiwanya untuk menelaahnya.

Pembaca Al-Quran hendaknya –sebagai contoh dari kiat ini- membaca nash-nash Al-

Quran dengan seluruh anggota badannya, hidup di dalam suasana keteduhannya,

kemudian memantau pemahamannya yang meningkat dalam kehidupan di bawah

naungan Al-Quran, sebagai harta yang paling berharga yang dikeluarkan dari qaidah ini,

buah yang matang yang dapat dipetik dari hasil kebersamaan dengan Al-Quran ini.

Hendaknya dirinya menelaah lebih lama tentang firman Allah :

��!y�� ����N ��!: �F�y�� ��R;�f V���H�� �/�0 !����� �� !V���6 LS!G��0�6 ����N �"4�L�!G��0�h!: �{������*�3�G ����N ������N ��Y��� �.N�u �/�0 ���� . �3�� �/�0 V���H�� �/�0�N )(�8� �/�0 �$��#��

��*���G �.;���� A�� ����N �P=�y �� �.;4��,���� ������N4h�� 7/�0�_�0 �;���N >���G46 �N�6 “(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-angan yang kosong dan tidak (pula)

menurut angan-angan Ahli Kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya

akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan

tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah. Barangsiapa yang mengerjakan amal-

amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yan gberiman, maka mereka

Page 73: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun”. (An-Nisa :

123-124)

kata “An-Naqir adalah bagian terkecil dari biji korma, dan inilah yang paling ditakuti di

dalam kitabullah !!

Dan hendaknya seorang pembaca merenungi ayat Allah secara seksama :

���H�: ��=!:����W�6 >���W <u�(�G�N ��G<(�w�� ����N ��=�H�Z�=�� ��� ��0 ��Y��� �.N�u �/�0 ;�W���G�6 V4j 7���#�J�6 ���� �.��(���- !����h �� S�� �������M�� ���'�;�K��f� ]�\Y���8 ��Y��� ��G����� !?

e� ����K �� >��!? ���G;�W���� �"���X�=�� ��G�(�046�N ����K �� �;�� ��Y��� ����� Y.!? V4j ��=���������H �� L��(��

“Katakanlah : “Apakah kita akan menyeru selain daripada Allah, sesuatu yang tidak

dapat mendatangkan kemanfa’atan kepada kita dan tidak (pula) mendatangkan

kemudharatan kepada kita dan (apakah) kita akan dikembalikan kebelakang sesudah

Allah memberi petunjuk kepda kita, seperti orang yang telah disesatkan oleh syetan di

pesawangan yang menekutkan ; dalam keadaan bingung, dia mempunyai kawan-kawan

yang memanggilnya kepada jalan yang lurus (dengan mengatakan) : “Marilah ikuti

kami” katakanlah : “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (yang sebenarnya) petunjuk;

dan kita dsuruh agar menyerahkan diri kepada Tuhan semesta alam. (Al’An’am : 71)

Dan firman Allah :

�.;4��'����� �P=�y �� �"�K�� Y.�h!: �"�K����;�0�6�N �"�K�X4Z�G�6 ��!=�0�_�� �� �/�0 ��(��T� ��Y��� Y.!? !V�!y�G!9 ���N �r����;�� S�� ����- �������W ����W�N �.;4�� ����N �.;4�� ����� ��Y��� !V�!+�f S��

�0 �E���K�H!: >���N�6 �/�0�N �.%&�(4� ���N ��!: �"��H����: ]�\Y�� �"4��H���+!: �N�(�M�+��f��� ��Y��� �/�"��A�H �� ���;�Z �� �;�� ����� �N

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta mereka

dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu

mereka membunuh atau terbunuh. (itu telah menjadi) janji yan gbenar dari Allah di

dalam Taurat, Injil dan Al-Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain)

Page 74: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

daripada Allah ? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu,

dan itulah kemenangan yang besar”. (At-Taubah : 111)

Dan firman Allah :

��Y��� !V���w�� �/�0�N ��!GN�u �/�0 �/��\Y��!: ���G;4�L;�D���N �E���+�W �}���!: ��Y��� �{�����6�u��� �/�0 ���� ����� . ]� )F�!F�H!: ��Y��� �{�����6 �V�w�0 �/�0 ���� ����� ��Y��� ���K�� �/�0�N

) �����G� “Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya. Dan meminta mereka

mempertakuti kamu dengan (sembahan-sembahan) yang selain Allah ? Dan siapa yang

disesatkan Allah maka tidak seorangpun pemberi petunjuk baginya. Dan barangsiapa

yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak seorangpun yang dapat menyesatkannya.

Bukankah Allah Maha Perkasa lagi mempunyai (kekuasaan untuk) mengazab ?”. (Az-

Zumar : 36-37)

6. Membersihkan Al-Quran Dari Israiliyat dan Mubhamat (Samar-samar)

Kisah-kisah yang terdapat dalam Al-Quran Al-Karim tentang masa lalu; banyak

disebutkan bahwa sumber cerita dan beritanya tidak mengikuti manhaj (metode)

terperinci dan detail, baik dalam penjabaran tentang masa, tempat, pelaku atau perincian

tentang kisah-kisahnya tidak terlalu luas, baik dalam menceritakan setiap peristiwa,

sebagian atau potongan yang di dalamnya menjelaskan rincian peristiwa, pelaku dan

background peristiwa tersebut. Dan Al-Quran tidak melakukan seperti hal tersebut,

karena memang bukan merupakan tujuan yang utama dalam menceritakan kisah-kisah

secara terperinci dan detail, namun yang diinginkan adalah menjabarkan hakekat dan

menetapkan nilai-nilai dan pandangan-pandangan, memberikan mengambil ibrah-

nasehat- dan pelajaran, arahan dan petunjuk serta memetik manfaat yang terdapat di

dalamnya melalui berbagai sudut pandang. Inilah yang menjadi tujuan utama akan

adanya kisah-kisah dalam Al-Quran…

Namun yang mesti menjadi perhatian dari para pemerhati dan penelaah Al-Quran –yang

ingin mengambil cerita dari Israiliyat dan dongeng-dengeng- hendaknya melihat lebih

jeli dan teliti akan kisah-kisah yang disebutkan dalam Al-Quran, berusaha memetik

manfaat dari metode dan cara Al-Quran dalam membuat kisah dan cerita,

guna mendapatkan petunjuk dan pelajaran darinya, dan tidak merujuk pada sumber-

sumber yang dibuat oleh manusia yang lemah sumbernya, apalgi ketika ingin merinci

kisah yang disebutkan oleh Al-Quran atau mencari penjelasan hal-hal yang mubham –

samar- atau sesuatu yang tidak atau belum diketahui dan difahami!!

Page 75: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

Hendaknya -para pemerhati kisah-kisah Al-Qur’an- mencari sumber-sumber yang

terpercaya yang dapat memberinya pengetahuan dan keyakinan, dan jangan mencarinya

dari sumber-sumber yang menyimpang dan dusta, tidak mencari fatwa dari orang-orang

kafir dzalim dan menyimpang dari agama mereka atau tidak dengan bertanya kepada

keturunan Bani Israil guna mendapatkan kisah-kisah Israiliyat sehingga mendapatkan

tambahan ilmu dan pengetahuan, menerima penafsiran, penelitian dan ajaran-ajaran

mereka yang menyimpang dari inti Al-Qur’an itu sendiri. Dan juga tidak

menghubungkan kebohongan dan kedustaan ini kepada nash-nash Al-Quran, dalam

menjelaskan ayat-ayat mubhamat Al-Quran, atau mengungkapkan pendapat yang

mereka buat tentang kisah-kisah masa lalu yang mereka tidak ketahui.

Jangan lupa bahwa ada arahan Al-Quran yang melarang membahas sesuatu yang tidak

berdasarkan dalil atasnya, seperti kisah masa lalu yang merupakan masalah ghoib, tidak

bertanya kepada yang tidak mengetahui hukum dan sumbernya, tidak mengiktui sesuatu

tanpa adanya dalil, karena setiap perkataan pasti akan ditanya nanti pada hari Kiamat :

������N46 @V48 �u��_4Z ���N �(�3�+ ���N �g��X�� Y.!? 7" ��W ��!: ���� �{���� ��0 �� ��' ����N4��X�0 ���=�W �.��8�O�;

“Dan janganlah kamu mengatakan apa yang kamu tidak ada ilmu dengannya, karena

sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semua itu akan ditanya

pertanggungjawabannya”. (Al-Isra : 36)

begitupun jangan lupa bahwa ada larangan Al-Quran yang ditujukan langsung kepada

kaum muslimin untuk tidak mengambil kisah-kisah masa lalu dari Ahli Kitab, jangan

meminta dari mereka fatwa sedikitpun darinya, seperti Firman Allah –saat berbicara

tentang jumlah Ashabul kahfi -penghuni gua- :

��H!: �"���W�6 SL:�� V4j ��(����t �R��(�0 �Y�!? �"!K��� !�����' ����� �V����j �Y�!? �"�K�����H�� ��0 �"!K�'����-�6 �"�K�=�0 �"!K��� �1 Z��X�' ����N

“Katakanlah Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka, tidak ada orang yang

mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit”. Karena itu janganlah kamu

(Muhammad) bertengkar tentang hal mereka, kecuali pengkaran lahir saja dan jangan

kamu menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorangpun di antara

mereka”. (Al-Kahfi : 22)

Dan juga jangan lupa bahwa Al-Quran menafikan secara jelas akan

pengetahuan manusia tentang berbagai peristiwa sejarah masa lalu, bahwa peristiwa

Page 76: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

yang terjadi di masa lalu itu tidak seorangpun yang tahu kecuali Allah, sebagaimana

firman Allah :

�/�0 �/��\Y���N �u;���5�N �u��W�N )�;�G ! �;�j �"4����+�j �/�0 �/��\Y�� 4h�+�G �"4��' h�� �"���6��Y��� �Y�!? �"�K�����H�� ��� �"�����H�:

“Belumkah sampai kepadamu berita orang-orang sebelum kamu (yaitu) kaum Nuh,

‘Ad, Tsamud dan orang-orang sesudah mereka. Tidak ada yang mengetahui mereka

selain Allah”. (Ibrahim : 9)

Dan jangan lupa akan petunjuk Al-Quran untuk melakukan klarifikasi terhadap berita-

berita yang berasal dari orang-orang fasik, maka bagaimana terhadap orang-orang kafir

dan Ahli Kitab :

���;�=��+��� )9�+�=!: 7d�f��� �"48%R��~ .!? �;�=�0%& �/��\Y�� ��K<��6 � “Wahai orang-orang yang beriman jika datang kepada kamu orang fasik membawa

berita maka lakukanlah klarifikasi”. (Al-Hujurat : 6)

Dan atas dasar petunjuk dari kiat sukses berinteraksi dengan Al-Quran khususnya pada

masalah kisah-kisah masa lalu, kami menyerukan kepada para pembaca Al-Quran untuk

berhati-hati dan cermat serta teliti mengambil cerita-cerita Israiliyat, khurafat dan

dongengan yang menceritakan kisah-kisah Al-Quran yang banyak disebutkan oleh para

mufassir dan penelaah kitab-kitab mereka hingga dapat menutup berbagai cahaya Al-

Quran di dalam hati yang gelap.

Para pembaca hendaknya membersihkan Al-Quran dari kisah-kisah Israiliyat, tidak

melampaui nash-nash Al-Quran dan yang disebutkan dalam hadits Rasulullah saw, tidak

menerima ucapan orang lain setelah itu jika tidak ada penjelasan lebih lanjut dalil-

dalilnya dan sumber-sumbernya yang jelas.

Jika para pembaca melakukan ini, maka betapa banyak yang akan berguguran dari

lembaran-lembaran tafsir dari kitab-kitab tafsir masa lalu..?! Akan banyak menghapus

kitab-kitab, hikayat-hikayat yang dibuat-buat ? sehingga mendapat ketenangan dan

kenyamanan jika khurafat-khurafatnya telah hilang dan berada dalam sinar dan cahaya

Al-Quran.

Diantara kisah Israiliyat yang banyak kita temukan adalah kisah tentang kerbau Bani

Israel dalam surat Al-Baqoroh, tentang kelahiran nabi Isa AS dalam surat Ali Imron,

mangkatnya beliau dalam surat An-Nisa, Kisah hidangnan orang-orang Nasrani dalam

Page 77: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

surat Al-Maidah, Kisah nabi Ibrahim bersama kaumnya dalam surat Al-An’am, dan

kisah nabi Musa bersama Firaun dan Bani Israel dalam surat Al-A’raf dan sebagainya…

Adapun yang berkaitan dengan kaidah ini adalah sikap seorang pembaca dari mubhamat

Al-Quran, yaitu ayat-ayat yang samar-samar dalam Al-Quran dari nama-nama pelaku

dan tempat dalam kisah-kisah masa lalu, yang merupakan sesuatu yang mustahil untuk

dijelaskan secara detail begitupun dengan menentukan nama-namanya, karena kita tidak

pernah menyaksikannya dan karena riwayat-riwayat dari Ahli Kitab terdapat banyak

kebohongan dan kedustaan di dalamnya, dan tertolak secara ilmiyah untuk menghindar

dari penyimpangan, dusta dan pengaruh.

Sikap pembaca adalah hendaknya merujuk kembali kepada Al-Quran, jika menemukan

apa-apa yang mubham pada suatu tempat boleh jadi penjelasan di tempat lain yang

dapat ditemukan, dan jika tidak ditemukan dalam Al-Quran maka hendaknya merujuk

ke hadits-hadits dari Rasulullah saw yang shohih, jika ditemukan penjelasannya

maka dapat dijadikan hujjah. Dan jangan menceari rujukan selain dari dua sumber yang

benar tersebut, lalu setelah itu meninggalkan hal-hal yang mubham, memperluas

bahasan apa-apa yang dilakukan oleh Rasulullah saw dan sahabatnya dalam

mensikapinya. Jika tidak melakukan hal tersebut maka dia telah mengatakan ayat-ayat

Allah tanpa ada dasar ilmu, mengikuti seseorang yang tidak memiliki ilmu,

menyibukkan dirinya pada sesuatu yagn tidak bermanfaat, keluar dari kontek –nash- Al-

Quran, sehingga menjadikan penghalang dan tirai yang dapat menghalangi masuknya

nur Al-Quran ke dalam jiwanya serta berakibat pada penyimpangan dari petunjuk

Rasulullah saw dan sahabatnya dalam menjalin hubungan dengan Al-Quran, jauh dari

meraih kiat-kiat yang tepat dalam berinteraksi dengan Al-Quran.

Diantara mubhamat yang tidak boleh dicari-cari penjelasannya adalah : pohon yang

dimakan oleh nabi Adam AS, kayu yang digunakan nabi Nuh dalam membuat perahu,

nama dan jenis burung yang diperintahkan oleh Allah untuk dijadikan contoh oleh nabi

Ibrahim AS dalam menjelaskan kekuasaan Allah dalam menghidupkan makhluk yang

sudah mati, jenis tongkat nabi Musa AS, nama-nama pemuda Ashabul kahfi dan anjing

yang bersama mereka, jumlah uang yang dihargai untuk membeli nabi Yusuf, nama raja

yang mendebat nabi Ibrahim pada masalah ketuhanan, nama kaum atau seseorang yang

berjalan melewati suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya, nama

seseorang yang memiliki ilmu dari Al-Kitab pada zaman nabi Sulaiman dan

sebagainya.

7. Memasuki Alam Al-Quran Dengan Background Yang Jelas

Kadang seorang pembaca dan penelaah Al-Quran memiliki background –latar belakang-

dan pengetahuan yang berasal dari sumber yang beragam, bahkan kadang kala berasal

dari sumber yang betolak belakang atau bersebrangan, sehingga memiliki perbedaan

atas ketetapan-ketetapan yang diambil dan pengetahuan yang dimilikinya, ideologinya

ngawur dan pandangan-pandangannya selalu bertolak belakang dan berbenturan dengan

wawasannya…demikianlah keadaan para ilmuwan saat ini, yang telah menimba ilmu

Page 78: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

dari sumber yang terkontaminasi oleh ajaran sekuler dan mencari ilmu dari barat yang

penuh dengan kedustaan dan kebohongan.

Al-Quran Al-Karim adalah satu-satunya sumber yang bersih dan fundamental, yang

dapat mengeluarkan manusia menjadi muslim yang seimbang, memberikan mereka

bekal dengan pandangan-pandangan, hakekat-hakekat, nilai-nilai, dan pengetahuan-

pengetahuan yang benar, jujur dan yakin. Namun Al-Quran tidak akan memberikan ini

semua kecuali dengan syarat; bahwa para penelaah dan pemerhati Al-Quran hendaknya

menghilangkan dahulu background yang dimiliki, yang berasal dari berbagai sumber

yang dibuat oleh manusia sebelum masuk ke dalam dunia Al-Quran, membuang semua

pengetahuan yang bertentangan dengan Al-Quran dan membersihkan hatinya, lalu -

setelah itu- mulai berinteraksi dengan jiwa yang bersih sehingga dapat meraih nilai-

nilai, sentuhan-sentuhan dan petnjuk-petnjuk Al-Quran secara kaffah.

Inilah yang pernah dilakukan oleh para sahabat dalam berinteraksi dengan Al-Quran –

sebagai generasi Al-Quran yang unik-. Bahkan seorang diantara mereka dengan suka

rela membuang setiap pandangan yang bertolak belakang dengan Al-Quran sehingga

memasuki alam Al-Qur’an dengan lapang dada, bersih dan tangan terbuka, membangun

dirinya dengan bangunan yang seimbang, merengkuh darinya ketetapan-ketetapan,

pengetahuan dan system hidup yang kulli -menyeluruh- sehingga ketika keluar dari

madrasah tersebut menjadi generasi yang beriman dan seimbang.

Al-Quran Al-Karim memberikan kepada pembacanya akan banyak nilai-nilai dan

hakekat, membekali berbagai cabang pengetahuan dan ilmu, dan menganugrahkan akan

banyak arahan dan petunjuk-petunjuk, serta memperluas akan banyak ketetapan dan

wawasan. Melalui nur Al-Quran hidup seseorang akan menjadi cerah dan bercahaya,

melaluinya akan menyebarkan naungan dan Rahmat, ketenangan dan ketentraman. Itu

semua dengan syarat jangan melakukan interaksi dengan background masa lalu yang

asing dan kebohongan pada tashawwur –pandangan- yang bertentangan dengan Islam.

Sebagian manusia salah dalam menjalin hubungan dengan Al-Quran, tidak cermat

dalam memasuki alam Al-Quran yang luas. Dan sebagian lain ada yang hadir

bersamanya dengan beban yang berat dari pengetahuan, ilmu, akhlak, adat, urf dan

prilaku –yang semuanya bertolak belakang dengan arahan-arahan Al-Quran- sehingga

antara dirinya dan Al-Qur’an ada tirai yang menutupi cahaya Al-Quran. Begitupun

sebagian lainnya ada yang memasuki alam Al-Quran dengan ideologi klasik yang

bersumber pada daya khayal saat menelaah Al-Quran, sehingga menutupi wawasannya

dan menjerumuskan dirinya dalam tipudaya dan pencampur adukkan dan -pada

akhirnya- terjadi penyimpangan, membuat dalil-dalil yang membebani, menanggalkan

inti utama akan nashnya, dan mengatakan sesuatu yang tidak diketahui untuk dijadikan

penguat baginya.

Mereka semua telah keluar dengan membawa hasil yang salah, background yang

tertolak belakang yang mereka hubungkan dengan Al-Quran, padahal yang demikian

tidak lain kecuali tipu daya dan muslihat belaka, dan pada akhirnya menjadi pintu yang

menutupi cahaya Al-Quran dan hakekat-hakekatnya.

Page 79: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

Diantara contoh prilaku yang memasuki Al-Quran dengan latar belakang klasik dan

bertolak belakang dengan nash serta menyesatkan adalah dalil dari Al-Quran yang

menyatakan bahwa agama-agama samawiyah seluruhnya adalah satu, dan para

pengikutnya seluruhnya akan masuk surga, dan sesungguhnya Yahudi dan Nasrani –

setelah turunnya Al-Quran- mereka diterima disisi Allah, sesuai dengan firman Allah :

�0 �����3=���N �.;4�!:�3���N �N�u��� �/��\Y���N �;�=�0%& �/��\Y�� Y.!? ��Y���!: �/�0%& �/�.;�G�F�#�� �"�� ����N �"!K�����W 7}�;�, ����� ��#����J �V���W�N !(�,%� �� ! �;�� ���N

“Sesungguhnya oang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, Shobiun dan Nasrani

yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir serta beramal Salih maka tidak ada rasa

takut atas mereka dan cemas” (Al-Maidah : 69)

Demikian pula dalil yang mereka pergunakan :

��0 �"4�4�����0�6 7"�046 �Y�!? �����-��=�y!: �*�v�� )(�e��� ����N !����h �� S�� �P:��u �/�0 ��0�N�� >��!? "45 QR�S�T �/�0 !����� �� S�� ��= �(���.N�(�M�#�� �"!KL:

“Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang

dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami

Alpakan sesuatupun di dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka

dihimpunkan”. (Al-An’am : 38)

bahwa Al-Quran memberikan berbagai ilmu dan pengetahuan.

Dalil yang banyak digunakan para pemimpin –hakim- yang dzalim dan selalu

memerangi Allah dan Rasul-Nya serta agama-Nya, mereka mencari-cari ayat yang

mewajibkan untuk taat kepada mereka dan melaksanakan/mentaati peraturan-peraturan

mereka, seperti firman Allah :

�"4��=�0 !(�0�h �� S��N46�N �[;�f(�� �;�H����6�N ��Y��� �;�H����6 �;�=�0%& �/��\Y�� ��K<��6 ��� “Wahai orang-orang yang beriman taat kamu kepada Allah, taatilah kamu kepada

Rasul dan ulil Amru –pemimpin- kalian” (An-Nisa : 59)

Begitupun seseorang yang menjual agama dengan agama lainnya dari para pemimpin

yang dzalim, sehingga -pada hakikatnya- keduanya merugi secara bersamaan,

menghalalkan perbuatan keji dan sesat, dengan mengambil dalih dari ajaran islam,

Page 80: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

payung Al-Quran dan ayat-ayat Al-Quran untuk menguatkan ucapan mereka. Jika

diminta kepada mereka fatwa tentang bunga yang diharamkan, riba yang tercela,

ditemukan dalam ayat :

OP�Z�W��w�0 �O���H�o�6 ��:L(�� �;4�48 h�' ��� �;�=�0%& �/��\Y�� ��K<��6 ��� “Wahai orang-orang yang beriman janganlah kalian memakan harta riba dengan

berlipat ganda”. (Ali Imron : 130)

Jika mereka berteman dengan orang-orang Nasrani, mencintai dan dekat dengan

mereka, mereka memberi dalil dengan ayat :

Y.�h!: ����� �����3�G �G!? �;4���j �/��\Y�� �;�=�0%& �/��\Y��� Oru�;�0 �"�K�:�( j�6 Y.��!y����N�.N�(!+ ���X�� ��� �"�KG�6�N ��G��+�����N ��mX�LX�j �"�K�=�0

“Dan Kalian akan dapati orang yang paling dekat kecintaan kepada orang-orang yang

beriman orang-orang yang berkata sesungguhnya kami adalah orang-orang Nasrani,

yang demikian karena mereka dari pastur dan Rahib dan mereka bukanlah orang-

orang yang menyobongkan diri” (Al-Maidah : 82)

Jika mereka merendah kepada para musuh dan takut memerang mereka serta mau

bernegoisasi dan berdamai, mereka membolehkannya dengan ayat :

��K�� ���=�~��� !" �X��� �;�#�=�~ .!?�N “Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya”. (Al-

Anfal : 61)

Jika mereka menyerang prajurit Allah, memerangi para wali Allah, menyiksa para

kekasih Allah, menuduh mereka dengan kekejian, mencemoohkan dengan segala

keaiban, menjerat dengan segala tuduhan dan melebarkan sayap dan lidah mereka

dengan berbagai siksan, permusuhan, tekanan dan siksaan. Pedagang agama dan Al-

Quran akan menganggap para pejuang Allah sebagai pembangkang yang harus

diperangi dan harus dijatuhkan hukum had atas mereka dengan dalil ayat Al-Quran :

Page 81: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

.�6 ��u��X�� !����h �� S�� �.�;�H�X���N ����;�f���N ��Y��� �.;�:!���#�� �/��\Y�� xR��F�~ ���G!? �/�0 ��;�Z�=�� �N�6 �}����, �/�0 �"�K4��~���6�N �"!K������6 �gYv���' �N�6 �;�+Y��3�� �N�6 �;4�����

!����h �� “Sesungguhnya ganjaran orang-orang yang memerangi Allah dan Rasulnya dan

melakukan kerusakan di muka bumi dengan diperangi –dibunuh- atau disalib atau

dipotong tangan dan kaki mereka secara silang atau dibuang dari negeri mereka’”.

(Al-Maidah : 33)

8. Tsiqah Terhadap Keabsahan Nash Al-Quran

Al-Quran adalah kalamullah –Firman Allah- dan harus diyakini. Ketika berinteraksi

dengannya seseorang harus percaya dan membenarkan bahwa Al-Qur’an adalah

kalamullah. Al-Quran adalah kebenaran, keabsahan dan petunjuk Allah secara mutlak.

Allah berfirman :

�O�����- ��Y��� �/�0 �q���J�6 �/�0�N “Dan siapakah yang paling benar ucapannya dari (selain) Allah”. (An-Nisa : 87)

Dan firman Allah juga:

�O���j ��Y��� �/�0 �q���J�6 �/�0�N “Dan siapakah yang paling benar perkataannya dari (selain) Allah”. (An-Nisa : 122)

Sikap pemerhati Al-Quran hendaknya menerima Al-Qur’an secara penuh dan tisqoh

terhadap nash-nashnya, membenarkannya secara mutlak akan nilai-nilai yang

dibawanya, hakekat dan petunjuk-petunjuk yang dibawa olehnya. Bahwa ayat-ayat yang

dikatakan olehnya adalah hak, undang-undang yang ditetapkan olehnya adalah

kebenaran, ketentuan-ketentuan yang diisyaratkan olehnya dan disandarkan kepadanya

adalah kebaikan, apa-apa yang diperintahkan olehnya adalah petunjuk dan kebenaran

dan apa-apa yang dilarang adalah keburukan dan kerusakan.

Demikianlah Al-Quran, bagi siapa yang berkata dengannya akan benar, bagi siapa

berhukum dengannya akan adil, bagi siapa yang komitmen kepadanya akan lurus, dan

bagi siapa yang membenarkannya akan mendapatkan ketentraman dan petunjuk dan

Page 82: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

bagi siapa yang mempercayainya akan mendapat petunjuk dan bagi siapa menyeru

kepadanya akan diberi petunjuk ke jalan yang lurus.

Bagaimana mungkin seorang muslim membolehkan dirinya mengajarakan kepada Allah

dalam kitab-Nya, menjadikan akalnya yang dangkal melebihi kalam-nya atau sekutu

baginya, memperlakukan nash-nash Al-Quran dengan penyimpangan, berlebihan, ta’wil

tanpa dasar, perubahan, jiwa yang hampa dan capur aduk. Ragu pada nilai-nilai,

ketetapan-ketetapan dan hakekat-hakekatnya, atau bermain filsafat pada dalil-dalil dan

wahyu-wahyunya, atau memilah-milah sesuai kehendaknya terhadap hukum-hukum dan

prinsip-prinsip yang terdapat di dalamnya?.

Pemerhati yang teliti hendaknya memiliki kejelian terhadap nash Al-Quran, berinteraksi

dengannya secara intensif, merasa puas dan menerima secara penuh terhadap ayat-

ayatnya, sebagaimana firman Allah :

�N��!y�� ��� "45 �"�K�=���: �(�y�T ������ �c;��U��#�� >�- �.;�=�0�_�� ��� ��L:���N ���������X�' �;��U��X���N �1���w�j ���0 ��~�(�- �"!KmX4Z�G�6 S�����

“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka

menjadikanmu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka

tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan

mereka menerima dengan sepenuhnya” . (An-Nisa : 65)

Dan firman Allah :

�"�K�� �.;4��� .�6 ��(�0�6 ��4�;�f���N ��Y��� >�w�j �� !? �P�=�0�_�0 ����N )/�0�_���� �.��8 ��0�N��=�!+�0 �O�����o YV�o ������ ����;�f���N ��Y��� !a�H�� �/�0�N �"��!(�0�6 �/�0 4r�(���D ��

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula) bagi perempuan yang

mu’min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan sesuatu ketetapan, akan ada

bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai

Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata”. (Al-Ahzab :

36) .

Jangan hanya sekedar main-main dalam berinteraksi dengan Al-Quran sehingga

berprilaku seperti orang-orang yahudi terhadap taurat, prilaku yang hanya dilakukan

dengan main-main dan hawa nafsu, sebagaiman Allah mengecam akan prilaku tersebut :

Page 83: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

����� 4V�H Z�� �/�0 xR��F�~ ����� )��H�+!: �.N�(4Z ��'�N !����� �� !��H�+!: �.;�=�0�_����6 !���\�H �� L��T�6 >��!? �.N<u�(�� �P�0����� �� � �;���N ����G<��� �r����# �� S�� 7]�F�, �Y�!? �"4��=�0

�N�.;4����H�' ���W )V����k!: ��Y��� ��0

“Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al-Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap

sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian

daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat

mereka dikembalikan pada siksa yang sangat berat”. (Al-Baqoroh : 85)

Dan firman Allah :

�"��:Y\�8 �O��!(�Z�� �"�'�(�+ ���f� �"4��X4Z�G�6 ��;�K�' ��� ���!: �[;�f�� �"48%R��~ ���Y�4����6�.;4�� ��' �O��!(���N

“Apakah setiap datang kepadamu seorang Rasul membawa satu (pelajaran) yang tidak

sesuai dengan keinginanmu lalu kamu angkuh; maka beberapa orang (diantara

mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh? (Al-Baqoroh :

87)

Karena yang demikian memiliki hubungan yang erat dengan sifat orang-orang yahudi

yang menjadikan taurat seperti lembaran-lembaran kertas, mencabik-cabik, melempar

dan meredupkan cahaya hidayahnya, sebagaimana Firman Allah :

���G;4��H�y�' !B�=��� ������N ���;�G >�f;�0 ��!: %R��~ ]�\Y�� ������ �� �[�F�G�6 �/�0 V4j��*���8 �.;4Z�D�'�N ��K�GN���+�' �{�����(�j

“Katakanlah : “Siapakah yang menurunkan Kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa

sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu menjadai lembaran-

lembaran kertas yang bercerai berai, kamu perlihatkan (sebahagiannya)”. (Al- An’am

: 91)

Namun ironisnya, betapa banyak kita lihat sebagian kaum muslimin saat ini yang

mempermainkan nash-nash Al-Quran dalam kehidupan mereka ! Betapa banyak kita

perhatikan mereka yang berhukum dalam pendapat mereka sesuai dengan hawa nafsu,

syahwat, kepentingan pribadi dan kecondongan hawa nafsu. Betapa banyak kita lihat

Page 84: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

mereka yang menjadinya seperti hukum-hukum, susunannya dan undang-undang

menjadi lembaran kertas yang hina, tercela seperti kertas kaum Yahudi terhadap kitab

mereka –Taurat- mereka sehingga memurtadkan mereka dari agama agama Allah.

Jika diberitakan tentang keberadaan para malaikat dan sifat-sifatnya adalah merupakan

kebenaran yang harus diimani dan tsiqoh kepadanya. Pemberitaan tentang bangsa iblis,

syetan dan jin, tentang para nabi dan mukjizat mereka, musuh-musuh Allah dan

kebinasaan mereka, dzikir dan sujud para makhluk Allah di alam semesta milik Allah,

tentang surga dan kenikmatan-kenikmatannya, dan tentang neraka dan azab-azabnya

dan lain sebagainya maka harus diyakini dan diimani..!

Jika nash-nash Al-Quran mengandung hukum dan syariat maka harus dipercaya dan

diterima secara penuh. Karena itu khamr, daging babi, riba, pandangan yang

diharamkan dan zina, dusta dan tipu daya, menjadikan musuh-musuh Allah sebegai

pelindung dan pemimpin, berdamai, merendah diri dan hina dihadapan mereka dan

menyiksa para Waliyullah dan siksaan mereka. Semuanya adalah haram menurut agama

Allah karena mengandung banyak kerusakan, kehancuran dan kebinasaan.

Jika Al-Quran menetapkan satu perkara, atau datang dari Allah sebuah hukum atau

janji, menjabarkan sunnah dan hakekat, kemudian pemerhati Al-Quran melihat bahwa

realita hidupnya bertentangan dengan ketetapan-ketetapan Al-Quran, bersebrangan dan

berbeda pendapat dengannya. Maka janganlah diri anda secara mutlak diterima,

sehingga bertentangan dengan nash-nash Al-Quran, jangan ragu dalam mempercayai

dan menerimanya secara penuh, jangan terima terhadap ini dengan nash yang

menympang, bertenangan dan bersebrangan, jangan jadikan apa yang dilihatnya dari

perbedaan ini sebagai kebenaran, dan apa-apa yang diwahyukan adalah harus diikuti

dan tunduk kepadanya dan jangan ditafsirkan sesuai dengan kehendaknya.

Nash Al-Quran adalah sebagai dasar, kaidah dan kebenaran, dan kehidupan realitalah

yang harus mengikutinya, jika ada yang bertentangan dengan permasalahan yang utama

maka harus diteliti bahwa ada sesuatu dalam perkara tersebut, berarti ada syarat-syarat

dan muwashofat -kriteria- yang ditetapkan oleh Al-Quran yang belum direalisasikan,

atau ada sebab-sebab yang belum ditemukan. Namun, jika ditemukan sebab-sebabnya

secara keseluruhan dan terealisasi syarat-syaratnya secara sempurna maka hendaknya

meneliti lagi kesesuaiannya dengan realita. Jadi hendaknya realita yang bersebrangan

harus mengikuti ketetapan-ketetapan dan hakekat yang terdapat dalam Al-Quran.

Allah SWT berfirman :

�O��!+�f ��!=�0�_�� �� >���W �/�!(����� ��� ��Y��� �V�H�y�� �/���N “Dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk

memusnahkankan orang-orang yang beriman”. (An-Nisa : 141) adalah sebagai

kebenaran dan realita yang harus diikuti.

Page 85: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

Allah juga berfirman :

�/�!(�,%& ��G�(�j �"�����H�: �/�0 ��G h�M�G�6�N �"!K!:;�G4\!: �"����= ������h�� “Maka Kami binasakan mereka akibat dosa-dosa (yang mereka lakukan)”. (Al-An’am :

6) sebagai sunnatullah yang tidak pernah terabaikan, dan “Al-Bashir” adalah yang

mampu melihat masa depan.

Allah berfirman tentang ancaman pemakan harta riba :

����;�f���N ��Y��� �/�0 )��(�#!: �;�G� h�� �;4��H Z�' �"�� .!9�� “Jika kamu tidak menerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah, bahwa Allah

dan Rasul-Nya akan memerangimu”. (Al-Baqoroh : 279) mengumumkan perang atas

mereka dan orang mu’min adalah yang mampu melihat keadan saat ini perang yang

diiklankan Allah kepada alam adalah kepada pamakan harta riba.

Sebagaiman firman Allah dalam ayat lain :

�d�#�����$��j��3�� S!:�(���N ��:L(�� ��Y���

“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah”. (Al-baqoroh : 276)

Allah berfirman tentang orang Yahudi :

!B�=�� �/�0 )V�+�-�N ��Y��� �/�0 )V�+�#!: �Y�!? �;4Z��45 ��0 �/���6 4PY�U\�� �"!K�����W �1�:!(�o

“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang

kepada tali (Agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia”. (Ali Imron : 112)

sebagai hukum yang qoth’i dan berkesinambungan yang mencakup pada pengecualian

tali yang dibentangkan kepada mereka hari-hari ini, tali Allah dengan pengindahan, tali

Amerika dengan bantuan-bantuan materi, tali Rusia dengan bantuan kemanusiaan, tali

para antek-antek yang melakukan negosisasi dan perjanjian damai, dan tali umat dengan

kepengecutan, kehinaan dan meninggalkan jihad.

Allah berfirman :

�"4��0��� j�6 �1L+�����N �"48�(�3�=�� ��Y��� �N�(�3�=�' .!?

Page 86: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

“Jika kamu membela (agama) Allah maka Dia akan membela kamu dan meneguhkan

kakimu”. (Muhammad : 7) sebagai dalil tentang rahasia kemenangan umat Islam masa

lalu, dalil akan rahasia kekalahan kaum muslimin saat ini, yaitu menetapkan qaidah

secara umum, sunnah Rabbaniyah, qoth’I –paten- yang mencakup pada syarat dengan

syarat sebagai pelaku dalam mengaplikasikan syarat dan jawabannya.

9. Hidup di Bawah Sentuhan, Naungan dan Kelembutan Nash-nash Al-Quran

Nash-nash Al-Quran memiliki sentuhan-sentuhan khusus, petunjuk yang lurus, naungan

yang lembut nan teduh dan kelebihan-kelebihan yang berharga dan bermanfaat. Nash-

nash Al-Qur’an kaya akan nilai dan pelajaran, sehingga memberikan sentuhan-

sentuahan dan naungan secara menyeluruh, menyeru untuk meraih kelebihan-kelebihan

tersebut. Namun kebanyakan dari para pembaca dan pemerhati Al-Quran yang

memahami hal tersebut; boleh jadi karena mereka memang tidak memiliki keahlian

untuk memahaminya dan kiat untuk berinteraksi dengannya. Permasalahan diatas

sebenarnya membutuhkan kejelian pembaca, menempatkan iman lebih dahulu

kemudian berinteraksi dengan Al-Quran dengan seluruh jiwa raganya, baru setelah itu

memahami apa-apa yang diwahyukan dari ayat-ayat Al-Quran, menelaah dan hidup

dibawah naungannya dengan penuh, sehingga dapat meraih ketenangan dan keberkahan

darinya, kehidupan yang dapat memuliakan, memberkahi dan mensucikan kehidupan

manusia itu sendiri.

Allah SWT berfirman:

�"���N �1�+�X�8 ��0 ){ Z�G @V48 >Y��;�' "45 ��Y��� >��!? ����� �.;�H�~�(�' ��0�;�� �;4�'��N�.;���� A�� ���

“Dan takutlah kamu kepada hari tempat kalian dikembalikan kepada Allah lalu setiap

jiwa akan diberikan ganjaran sesuai dengan perbuatan mereka sedang mereka tidak

didzalimi”. (Al-Baqoroh : 281)

Ayat tersebut mengisyaratkan beberapa sisi, mewahyukan beberapa sentuhan-sentuhan

yang dapat diambil inti sari darinya beberapa petunjuk :

Thema yang dibawa adalah masalah aqidah, mengikat kaum mu’minin kepada Allah

dan menuntut mereka untuk takut kepada Allah, menyadarkannya pada dirinya adanya

perasaan selalu diawasi oleh-Nya, memandang ke depan tentang hari kiamat serta takut

dan khawatir darinya, menetapkan kaidah pemberian ganjaran pada hari itu yang akan

diberikan hanya kepada orang yang beramal di dunia dan menafikan adanya kedzaliman

dari Allah, ini semua mereupakan tema aqidah, permasalahan dan cabang-cabangnya.

Yang menjadi perhatian kita disini adalah bahwa pembukaan ayat Al-Quran –menurut

urutan turunnya- adalah tentang aqidah, dan di tutup dengan ayat tentang aqidah, dan

Page 87: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

antara dua ayat pada fase Makkiyah selama 13 tahun, turun di dalamnya ayat-ayat yang

bertemakan tentang aqidah, petunjuk-petunjuk, prinsip-prinsip dan undang-undangnya.

Karena itu aktivitas tarbawiyah dan pengajaran hendaknya yang pertama kali

dimunculkan adalah aqidah, dan harus selalu diingatkan dan difokuskan kepadanya,

mengikat segala sistem dan undang-undang untuk menjamin komitmen kepadanya dan

menerapkan petunjuk yang ada di dalamnya. Para murabbi –pendidik- dan mentor

hendaknya menjadikan materi aqidah sebagai dasar dan pokok materi yang

akan diajarkan, sealalu mengingatkan akan hari akhir dan mengikatkannya di dalam hati

para mutarabbi agar selalu istiqomah dalam hidupnya dan lain sebagainya dari petunjuk

dan arahan-arahan Al-Quran.

Jika seorang pembaca benenti sejenak pada ayat :

"45 ��;<=���N �$���4�@A�� �V�H�~�N �����h ���N �$��N���X�� �d���, ]�\Y�� ��Y��� �����# ���.;4����H�� �"!KL:�(!: �N�(�Z�8 �/��\Y��

“Segala puji hanya miliki Allah yang telah Menciptakan langit dan bumi dan

menjadikan gelap dan cahaya –terang- sedangkan orang-orang kafir dihadapan Tuhan

mereka adalah ingkar”. (Al-An’am : 1).

Terdapat banyak inti sari dari petunjuk-petunjuk dan sentuhan-sentuahnnya pada ayat

diatas, diantaranya :

1. Bahwa pujian, syukur dan pujaan pada hakekatnya yang berhak memiliki adalah

Allah, karena Dialah sumber kebaikan dan kenikmatan, pujian manusia kepada-Nya

adalah merupakan suatu keharusan, karena lantaran Allah dan melalui perantara-Nya

mereka ada, Dialah pada hakekatnya yang berhak mendapatkan pujian yang telah

menciptakan hati para muhsinin dan orang yang diberi kenikmatan hati yang lembut dan

kasih sayang sesama manusia.

2. Diantaranya juga menegaskan bahwa Allah-lah yang telah menciptakan langit dan

bumi, ini menolak anggapan orang-orang yang kafir yang menisbatkan ciptaan pada

alam. Allah yang telah menjadikan kegelapan dan cahaya, hal ini untuk menolak

anggapan para penyembah berhala, majusi yang menjadikan alam dua tuhan : tuhan

kebaikan dan tuhan kejahatan, bahwa sesungguhnya Allah Maha Esa tidak ada sekutu

bagi-Nya, karena orang-orang musyrik telah tersesat yang menyamakan dengan-Nya

berhala-berhala dan patung-patung.

3. Menetapkan akan hakekat orang-orang kafir terhadap pandangan, wawasan dan

sistem hidup mereka, bahwa mereka tidak ada ada-apanya, mereka tidak memiliki

metode yang sitematis, ilmiyah, tidak otentik dan tidak memiliki keseimbangan, karena

mereka telah keluar dari prinsip-prinsip dasar yang benar sehingga memberikan hasil

Page 88: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

yang salah dan bathil. Padahal hanya Allah yang menciptakan manusia, bagaimana

mungkin mereka bisa menyimpang darinya ? menyamakan dengan selain-Nya sedang

dirinya dan yang disekutukannya itu adalah lemah dari melakukn sesuatu apapun ?…

4. Mengisyaratkan bahwa keadilan itu ada dua : keadilan yang terpuji yaitu keadilan

yang menerapkan syariat dan berdasarkan pada ketentuan hukum atas dasar kebenaran

dan jauh dari hawa nafsu dan kepentingan pribadi dan orang lain. Yang dimikian

merupakan tuntutan kepada kaum muslimin untuk menjadi guru alam sehingga mampu

menerapkan hukum secara adil di tengah umat manusia seluruhnya. Dan Keadilan yang

tercela yang pada hakekatnya adalah kedzaliman yaitu menyamakan antara perkara

yang tidak sama tidak memperhatikan perbedaan diantara keduanya, seperti persamaan

antara orang mu’min dan kafir dalam memberikan penghormatan, persamaan antara

mu’min dan musuh dalam memilih pemimpin dan teman atau persamaan antara kaum

mu’minin dengan para kriminalis dalam kehidupan realita, apalagi

memberikan persamaan antara Allah dengan Keagungan-Nya dengan manusia dengan

kelemahan yang mereka miliki; baik dalam beribadah, beragama dan tunduk kepada

hukum-hukum Allah dan lain sebagainya.

Apa sentuhan dan petunjuk yang dapat dipetik dari firman Allah yang mensifati kaum

anshor :

�"!K����!? �(�~��� �/�0 �.;<+�#�� �"!K���+�j �/�0 �.���!9 ���N ������ �NxR;�+�' �/��\Y���N “Dan mereka yang lebih dahulu tinggal di Madinah dan sebelumnya beriman mencintai

orang yang berhijrah kepada mereka”. (Al-Hasyr : 9)

Yaitu petunjuk dan isyarat yang digambarkan dengan jelas pada menetapnya iman –

setelah merasakan keindahan yang ada di dalamnya melalui pembentukan iman secara

teori, sehingga digambarkan disini dalam bentuk materi seperti rumah yang dimasuki

oleh mereka –para muhajirin-, duduk dan tinggal di dalamnya, yang mesti

diperhatikan adalah daya khayal yang hidup terhadap gerakan iman ini, berubah

menjadi tempat tinggal yang nyaman disinggahi, prilaku orang beriman yang

memberikan rumah keimanan ini cocok untuk dijadikan tempat tinggal- bahwa yang

demikian menggambarkan akan isyarat yang baik, naungan yang memberikan

keteduhan. Menuntut setiap mu’min untuk membangun rumah yang berasaskan iman

yang bersih, menetapkan diatasnya kubah dari keimanan, membuat naungan dengan

naungan iman, dan tidak meninggalkannya sedetikpun dari kehidupannya, sehingga

dapat mengubah keimanannya dari iman yang fasif dan beku menjadi iman islami yang

penuh rasa optimistis, aktif, inovatif, kreatif dan hidup. Sesungguhnya kondisi ini akan

terus menjadi benteng yang kokoh dan akan selalu berada pada tempat yang kuat selama

iman masih terpatri dalam diri. Dan jika keluar dari rumah iman atau mengeluarkan

sebagian kecil dari keimanan maka syaitan yang selalu mengintainya akan masuk untuk

menjerumuskannya ke jurang kegelapan, menghancurkan rumahnya, menyesatkan

Page 89: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

kehidupannya, meracuni langkah-langkahnya dan menjatuhkannya ke dalam neraka

jahannam.

10. Menghindarkan Nash Al-Quran Dari Penetapan Waktu Dan Tempat Yang

Sempit

Al-quran adalah kitabullah yang kekal, elastis sepanjang zaman dan tempat;

bahwa nash-nashnya selalu memberikan petunjuk kepada setiap keturunan anak bani

Adam ketika mau berinteraksi dengannya secara baik, walaupun tingkat materi, ilmu

dan kebudayaannya memiliki perbedaan, tetap memberikan arahan, petunjuk dan

pelajaran pada setiap negeri tempat di muka bumi ini di sepanjang sejarah umat

manusia.

Para sahabat menerima nash-nash Al-Quran dan berinteraksi dengannya tanpa

membatasi waktu dan tempat pada turunnya ayat, dan tidak mengekang Al-Qur’an

dalam lingkup kehidupan mereka yang terbatas dan tidak mengurangi isi kandungan Al-

Qur’an kecuali mengambilnya dan memahaminya dengan sebaik-baiknya. Dan para

tabiinpun menerima dan berinteraksi dengan Al-Qur’an sepenuh hati. Sebagaimana para

pengikut setelahnya dari para ulama; mereka menerima dan berinteraksi dengannya juga

dengan sepenuh jiwa mereka, sehingga mereka menemukan dalam Al-Quran apa yang

mereka inginkan dan mendapatkan apa yang mereka butuhkan.

Begitu pula hendaknya para pembaca Al-Quran mentauladani contoh diatas;

berusaha berinteraksi dengan pedoman yang telah di contohkan oleh umat

sebelumnya, tidak mengekang nash-nash Al-Quran dengan satu keadaan dari keadaan

lainnya atau satu masa pada masa tertentu –kecuali apa yang telah ditentukan oleh Allah

sebelumnya-, tidak menguranginya dari penjelasan seseorang atau golongan –kecuali

yang telah ditetapkan sebelumnya- Al-Quran harus terbebas dari ikatan zaman, tempat,

perorangan dan golongan sehingga dapat memberikan petunjuk-petunjuknya kepada

seluruh manusia, menyebarkan cahaya Qur’an kepada setiap generasi, dan sinarnya

menaungi sekalian alam.

Karena jika nash-nash Al-Qur’an terbatas pada satu keadaan, masa, seseorang, negeri

atau abad maka akan mengikatkan dan menghilangkannya dari nilai-nilai yang

terkangung di dalamnya, manjauhkan Al-Quran dari petunjuk-petunjuknya,

mengharamkan dari aplikasi tujuan diturunkannya, seakan Al-Qur’an seperti tahanan

yang dibelenggu, tawanan yang diikat, barang gadaian yang disita, sehingga tidak

memiliki harga dan nilai sama sekali dan mematikan nash-nash yang ada di dalamnya

lalu mengubahnya menjadi ungkapan-ungkapan yang kosong tiada arti dan makna;

kisah-kisah tentang masa lalu yang diceritakan di dalamnya tidak memiliki ibrah dan

hikmah.

Seorang muslim tidak boleh mematikan nash-nash Al-Quran dalam dirinya, namun

hendaknya membuka hati dan jiwanya untuk menerimanya, melebarkan jalan untuknya

sehingga dapat menggairahkan hidup dan menenunaikan risalah yang dibawanya, lalu

Page 90: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

memberikan pengaruh positif kepada umat manusia seluruhnya dengan menebarkan

cahaya Al-Quran kepada seluruh umat.

Setiap generasi muslim dapat menemukan nash-nash Al-Quran yang berbicara sesuai

dengan realita dan kehidupannya, seakan ayat Al-Quran turun saat itu. Dan para

mufassirin juga banyak yang menjadikan nash-nash Al-Quran untuk mendidik umatnya

dan melakukan perbaikan terhadap permasalahan dan perkara yang terjadi di tengah

mereka. Oleh karena itu setiap tafsir dari tafsir-tafsir mereka mungkin dapat diambil

manfaatnya yang sesuai dengan keadaan pengetahuan dan derajat keilmuan mereka,

sesuai dengan kondisi akhlak, masyarakat, iman dan prilaku umat pada masa saat

mufassir tersebut hidup di zaman itu. Sehingga -boleh jadi- tafsir tersebut sebagai

dokumen akan keilmuan, sejarah dan kebudayaan pada masa saat itu. Hal tersebut

terjadi karena nash-nash Al-Quran sangat sesuai dengan zaman dan tempat saat

mufassir hidup dan berusaha menjadikan Al-Quran dapat memberikan petunjuk kepada

umat manusia seluruhnya.

Karena itulah, amirul mu’minin Ali bin Abi Tholib yang memiliki kecerdasan, kejelian

dan kejujuran mensifati Al-Quran dengan sifat yang sesuai dengan qaidah ini, beliau

berkata : “Al-Quran tidak akan pernah membuat para ulama puas, tidak akan membuat

banyak orang menolak dan tidak akan habis menemukan keajaiban-keajaibannya…”

Kita tidak mengingkari adanya sebagian pemerhati Al-Quran pada masa lalu yang salah

dalam berinteraksi dengan Al-Quran sehingga mengurangi sebagian nilai dari nash-nash

Al-Quran atas umat manusia sebelumnya, membatasi sebagiannya tentang cerita masa

lalu, menghilangkan dan bahkan meminalisir nilai-nilai yang terkandung di dalamnya,

membuat tirai untuk para pembaca meraih berbagai petunjuk-petunjuknya.

Allah berfirman –sabagai contoh- tentang bertahkim :

�G�6 ���!: �"4��#�� �"�� �/�0�N�.N�(����� �� �"�� ������N4h�� ��Y��� �[�F

“Barangsiapa yang berhukum kepada selain apa yang diturunkan Allah maka mereka

termasuk orang-orang kafir”. (Al-Maidah : 44)

dalam ayat lain :

���YA�� �"�� ������N4h�� ��Y��� �[�F�G�6 ���!: �"4��#�� �"�� �/�0�N�.;��

“Barangsiapa yang berhukum kepada selain apa yang diturunkan Allah maka mereka

termasuk orang-orang dzalim” (Al-Maidah : 45)

dan juga disebutkan:

Page 91: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

.;4��f��Z �� �"�� ������N4h�� ��Y��� �[�F�G�6 ���!: �"4��#�� �"�� �/�0�N “Barangsiapa yang berhukum kepada selain apa yang diturunkan Allah maka mereka

termasuk orang-orang fasik” Al-Maidah : 47)

Hanya khusus bagi mereka kaum Bani Israel sebelum datang Islam, dan tidak sesuai

jika orang Islam menolak hukum Allah dan taat kepada yang lain –baik pemimpin atau

atau yang dipimpin-, bahwa mereka telah menyimpangkan ayat dan menjadikannya

tarbelenggu pada masa lalu saja, padahal ayat tersebut juga sesuai dan relevan atas

seluruh umat manusia dimanapun mereka berada dan kapanpun mereka hidup, bahwa

menolak hukum Allah dan mentaati hukum yang lainnya sesuai dengan pilihan hawa

nafsunya dan lebih condong dalam berhukum kepada hukum thogut adalah termasuk

kekufuran, kedzaliman dan kefasikan serta bertentangnan dengan nash Al-Quran.

Allah SWT berfirman :

�y �� �" ��#���6�.;�=�j;�� ) �;���� ��� ��- ��Y��� �/�0 �/�X�-�6 �/�0�N �.;�k�+�� �P������

“Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki ? dan (hukum) siapakah yang lebih

baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin”. (Al-Maidah : 50)

Maksudnya adalah menolak terhadap hukum jahiliyah dan orang-orang jahil.

Menurut sebagian orang bahwa jahiliyah adalah keadaan masyarakat arab sebelum

datang Islam, peringkat terendah mereka barasal dari kebodohan dan kejahilan, tidak

memiliki pengetahuan, ilmu dan kebudayaan, orang-orang yang jahil adalah manusia

pada saat itu saja.

Pemahaman seperti ini adalah suatu kekeliruan yang dapat menghilangkan ayat dan

menjauhkannya dari nilai-nilai Al-Quran, mematikan ruh Al-Qur’an pada orang yang

pembacanya, karena -seperti yang difahami keliru- Al-Qur’an seakan hanya berbicara

tentang manusia yang sudah mati di masa lalu. Padahal ayat-ayat Al-Quran dapat

sesuai untuk seluruh umat manusia, sesuai pada setiap zaman, dan berlaku pada setiap

tempat dan umat, bahkan kejahiliaan dapat juga diletakkan pada masalah berhukum

kepada Allah, maka maksud dari kejahiliaan disini adalah kejahiliaan pada setiap masa,

keadaan, undang-undang, sistem, masyarakat, jalan hidup atau arahan-arahan yang

menolak berhukum kepada syariat Allah dan mengambil hukum kepada selainnya.

Kejahiliaan ini terus ada disetiap masa dan sepanjang sejarah, pada setiap tempat yang

masyarakatnya jahil walaupun keadaan mereka secara materi, keilmuan, tekhnologi dan

pengetahuan maju begitu pesat.

Allah berfirman tertang permusuhan orang-orang kafir atas orang-orang beriman dan

tujuan mereka memerangi orang-orang beriman :

Page 92: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

�;�W��v��f� �.!? �"4�!=��u �/�W �"48N<u�(�� >�- �"4��G;4��'����� �.;4���F�� ����N “Mereka akan terus berusaha memerangi kalian hingga mereka mampu

mengembalikan kalian dari agama kalian.” (Al-Baqoroh : 217)

Ayat diatas bukan hanya terbatas pada kaum Quraisy yang memerangi Rasulullah saw

dan kaum muslimin di Madinah –walaupun ayat itu turun sesuai dengan kejadian

tersebut-. Namun ayat tersebut juga berbicara pada tujuannya secara umum tentang

sifat-sifat orang kafir dimana saja mereka berada yang selalu berkeinginan memerangi

kaum muslimin dimana saja mereka menemukan kaum muslimin. Ayat ini sangat sesuai

dengan perang yang dilakuakn oleh pasukan Romawi terhadap kaum muslimin, perang

di Persia, di Cina, di India, di Mongolia, pasukan Salib, perang di eropa pada abad

pertengahan; pasukan Rusia yang ortodok dan pasukan Rusia yang modern, perang

Inggris oleh pasukan imperialis abad modern, perang Amerika, Komunis, Yahudi,

Nasroni dan aliran kebatinan dari kaum muslimin sendiri pada saat ini.

Dan ayat Al-Quran akan terus memberikan petunjuk yang sesuai dan selaras dengan

perang apapun antara kaum muslimin dan orang-orang kafir hingga hari Kiamat.

Sesungguhnya sebab-sebab turunnya ayat harus diteliti kembali di dalamnya dan

menerimanya jika di dapati dalilnya secara benar dan menambahkan tinjauan baru

terhadap nash yang berdasarkan nashnya, tapi jangan membatasi nash dan mengikatnya

namun coba diselaraskan pada setiap keadaan dan kondisi serupa kejadian yang serupa,

sebagai contoh yang sesuai dan selalu berulang hingga hari kiamat. Karena itu para

ulama dalam menetapkan kaidah yang dapat melepaskan nash-nash Al-Quran dari

kekangan –ikatan- zaman dan tempat :

!��+X�� !��;�3�D!: � �� ZY��� ! �;���H!: 4r�(�+�H�� ”Pelajaran yang dapat diambil adalah berdasarkan keumuman lafadz- ayat- bukan

pada kekhusun peristiwa –sebab-“.

11. Nash Al-Quran Kaya Akan Nilai dan Petunjuk

Allah SWT memsifatkan Al-Quran Al-Karim dengan mubarak –memberikan

keberkahan- sebagaimana Allah berfirman :

�������� �/���: ]�\Y�� �qL��3�0 7c����+�0 �E��= ��F�G�6 7����8 ��\���N “Dan inilah Kitab yang kami turunkan, memberikan keberkahan dan kebenaran yang

ada dihadapannya”. (Al-An’am : 92)

Page 93: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

Kata Al-Barokah dalam Al-Quran bersifat umum dan universal; memberikan kebaikan

pada setiap nash-nashnya, menampakkan tema secara gamblang yang ada di dalamnya,

menerangkan pada setiap sisi-sisinya secara jelas dan terang.

Dan di antara bentuk dan gambaran Al-Barokan adalah Al-Quran memberikan

keberkahan pada setiap nash-nashnya yang padat akan makna dan nilai-nilai, kalimat-

kalimatnya yang singkat namun mengandung banyak petunjuk, luas akan makna, tinggi

petunjuk-petunjuknya dan besar akan sentuhan-sentuhannya.

Dan diantara karakteristik dan uslub Al-Quran -sebagaimana yang disebutkan oleh Al-

Marhum DR. Muhammad Abdullah Darraz dalam kitabnya “An-Nabaul Adzim”-

adalah bahwa Al-Qur’an memiliki ketepatan sasaran dan sesuai dengan makna yang

dimaksud, karena itu seluruh uslub Al-Quran singkat dan padat, tepat sasaran dan tidak

bertele-tele, tidak terlalu penjang dan tidak membuat orang bosan. Jika kita menelaah

isinya maka akan kita dapati “penjelasan yang baik dan sesuai dengan kebutuhan diri

manusia, tidak akan terasa di dalamnya tabzir (sesuatu yang sia-sia) dalam kalimatnya -

sehingga secara jelas- akan memberikan pembelajaran secara praktek akan nash-nash

Al-Quran “Ambil mushaf dan bukalah lembaran-lembarannya, hitung semampu anda

kalimat-kalimatnya, kemudian pilih dari ayat-ayat yang cocok untuk dipilih dan

perhatikan ayat yang diwahyukan tersebut dan makna-maknanya, lalu perhatikan berapa

kalimat yang dapat anda gugurkan –selahkan- atau anda ganti dari ayat tersebut tanpa

melepas tujuan Dzat yang telah menurunkannya? Kalimat mana yang dapat anda

gugurkan atau ganti?”. (An-Nanbaul Adzim : 105)

Imam Sayyid Qutb berkata tentang kandungan nash-nash Al-Quran yang kaya akan

petunjuk, keotentikan, keindahannya, beliau berkata : “sesungguhnya satu nash saja

dalam Al-Qur’an mengandung banyak petunjuk yang beragam dan saling berkaitan

dalam nash yang lainnya, setiap petunjuk darinya memberikan penjelasan dan petunjuk

yang tidak bertentangan atau terjadi benturan antara petunjuk yang satu dengan

petunjuk yang lainnya. Setiap permasalahan dan hakekat akan mendapatkan porsi yang

sesuai…karena setiap satu teks ayat mengandung beragam dimensi, tampak sekali

kebenaran dalam tempat yang mendukung di dalamnya, seakan-akan pada mulanya

diberikan pada sisi ini dan tempat itu ! hal tersebut merupakan fenomena Al-Quran yang

membutuhkan banyak isyarat –penafsiran- kepadanya…” (Ad-Dzilal : 1787)

Pembaca yang ingin menapaki hidupnya dengan sentuhan-sentuhan Al-Quran secara

jeli, menikmati naungan dan kelembutannya –sebagaimanana yang telah kami jelaskan

pada kiat sebelumnya- harus memulai pada kaidah ini, menelaahnya dengan seksama,

membuka rahasia-rahasianya yang berharga melalui kiat ini, menjabarkannya,

menelaahnya, hidup bersamanya dan mengungkap isyarat-isyarat yang terdapat di

dalamnya.

Ayat yang kami sebutkan sebelumnya –sebagai contoh—betapa banyak dalil-dalil dan

nilai-nilai yang dapat dipetik darinya ? betapa banyak fenomena, bentuk dan ragam

keberkahan yang dapat diambil darinya ? –berdasarkan kaidah balaghoh

“menghilangkan objek berarti bersifat umum” maka Al-Quran memberikan kebekahan

Page 94: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

pada segala hal, keberkahan yang umum dan universal- ; memberikan keberkahan pada

sumbernya karena ia merupakan kalamullah, memberikan keberkahan pada tempatnya

yaitu di Al-Lauhul Mahfudz, memberikan keberkahan pada pembawanya yaitu Jibril

AS, memberikan keberkahan kepada yang mendukungnya yaitu para malaikat,

memberikan keberkahan kepada yang meneriman dan mengajarkannya yaitu nabi

Muhammad saw, memberikan keberkahan pada seseorang yang tenang dan tentram di

dalamnya yaitu hati Rasulullah saw, memberikan keberkahan pada ayat-ayatnya yaitu

singkat namun padat dan kaya akan makna, memberikan keberkahan pada bentuknya

yang kecil namun mengandung berbagai macam keilmuan, memberikan keberkahan

dalam kandungan ilmu dan pengtahuan –pustaka tafsir, ulumul Quran sepanjang sejarah

sehingga menjadi bukti akan hal tersebut- memberikan keberkahan pada syariat-

syariatnya, manhaj-manhajnya dan prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya,

memberikan keberkahan pada risalah, misi dan tujuannya, memebrikan keberkahan

pada jejak, pengaruh dan petunjuknya dan lain sebagainya dari bentuk keberkahan yang

terkandung dalam Al-Quran…

Sayyid Qutb menjelaskan gambaran tentang kalimat Al-Barokah dan cakupannya :

“sesungguhnya Al-Quran merupakan lembaran-lembaran kecil dibanding kitab-kitab

yang besar bentuknya seperti yang ditulis oleh manusia, namun mengandung berbagai

petunjuk, dalil, penjelasan, arahan pada setiap paragraf yang ada di dalamnya, yang

tidak dapat dijawab oleh beribu-ribu kitab yang besar sekalipun, bahkan dari berbagai

macam bentuk dan modelnya! sesungguhnya yang berkecimpung dalam seni berbicara

pada dirinya sendiri dan orang lain, menyesuaikan diri terhadap permasalahan yang

terdapat pada lafadz-lafadz dan petunjuk-petunjuknya guna memberikan

petunjuk kepada seseorang dalam mengungkapkan pendapatnya. Bahwa susunan Al-

Quran yang mengandung keberkahan, dari sisi ini –walaupun mustahil bagi manusia

membuat ungkapan seperti itu- untuk memahami terhadap apa yang dibawa oleh Al-

Quran dari berbagai macam dalil, ungkapan, pemahaman, sentuhan dan pengaruh-

pengaruhnya! bahwa satu ayat saja dapat memberikan banyak makna dan menjelaskan

beberapa ketentuan, yang tidak dapat dibuat oleh petunjuk lain dari berbagai macam

seni, ketetapan dan arahan sedikitpun, tidak ada bandingannya dari semua ucapan

manusia” (Fi Dzilal Al-Quran : 2 : 1147)

Surat Al-Asr –sebagai contoh- adalah surat terpendek dalam Al-Quran yang jumlah

ayatnya hanya 3 ayat, namun di dalamnya mengandung banyak makna dan petunjuk,

yang dapat membuat banyak tulisan dan kitab dengan berjilid-jilid jumlahnya oleh

karena makna dan nilai yang terkandung di dalamnya sangat banyak, sehingga benar

ucapan Syafi’I : “Kalau manusia mau mentadabburkan surat Al-Asr maka akan

mendapatkan wawasan yang luas”.

Betapa banyak pembaca Al-Quran mendapatkan bekal dari nilai-nilai dan petunjuk-

petunjuk Al-Quran, betapa banyak pembaca Al-Qur’an dapat mengambil inti sari dan

petunjuk-petunjuk yang ada di dalamnya, betapa banyak dari Al-Qur’an ditemukan

berbagai makna dan ketetapan dari nash-nashnya.

Page 95: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

Ketika seseorang mau berinteraksi dengannya atas dasar qaidah yang ini, maka,

pasti akan membutuhkan banyak lembaran guna mendokumentasikan atas apa yang

diwahyukan olehnya dari berbagai sisi dan arah.

Allah berfirman :

4[�;�� �� ��K�����W d�#�� ��K��� �;4��X�Z�� ��K����(��0 ��G�(�0�6 OP���(�j �����K�G .�6 ��G�u���6 �� !?�N��*�0���' �����G�(0����

“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, Maka Kami perintahkan kepada

orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menta’ati Allah) tetapi mereka

melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku

terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu

sehancur-hancurnya”. (Al-Isro : 16)

Y��� �.N<u��#�� �/��\Y�� Y.!? ���j�N �"!K���+�j �/�0 �/��\Y�� �1!+48 ����8 �;�!+48 ����;�f���N ��7�!K�0 7���\�W �/�!(����� ����N �$��=L��: �$���%& ��= ��F�G�6

“Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya pasti mendapat

kehinaan sebagaimana orang-orang yang sebelum mereka telah mendapat kehinaan.

Sesungguhnya kami telah menurunkan bukti-bukti yan gnyata. Dan bagi orang-orang

kafir ada siksa yang menghinakan”. (Al-Mujadilah : 5)

��X�� ����N OP�W��f �.N�(�, h��X�� ��� �"�K4��~�6 %R��~ �� !9�� �V�~�6 �P046 UV4����N�.;�0�� �

“Tiap-tiap uamat mempunyai ajal –batas waktu- ; maka apabila telah datang waktunya

mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaapun dan tidak dapat (pula) mereka

bersedihhati”. (Al-A’rof : 34)

OP�M��H�0 ���� Y.!9�� ]!( 8� �/�W ���(�W�6 �/�0�N �P�0����� �� � �;�� �E�(�M�#�G�N �O��=�o >���W�6

“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya

penghidupan yan gsempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam

keadaan buta”. (Toha : 124)

Page 96: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

12. Memahami Nilai-nilai Al-Quran Seperti Yang Dipahami oleh Para Sahabat

Para sahabat hidup di bawah naungan Al-Quran; mereka menikmati ayat-ayatnya,

berinteraksi dengan nash- nashnya, mendapatkan hidayah darinya, menerangi

kehidupannya dengan sinar dan cahayanya…Merekalah generasi Al-Quran yang unik.

Kadang mereka meriwayatkan sebagian yang mereka rasakan dari pengaruh Al-Quran

dalam kehidupan mereka, mendapatkan sentuhan-sentuhan dan nilai-nilainya yang

indah dan mempesona…Dan hal ini sangatlah jarang dan sedikit sekali yang mampu

merasakannya kecuali bagi orang yang benar-benar merasakan dan menikmati sentuhan

niali-nilainya.

Dan sejarah interaksi mereka dengan Al-Qur’an adalah merupakan riwayat-riwayat

yang memiliki petunjuk tentang metode berinteraksi yang baik dengan Al-Quran,

hubungan yang erat dan pandangan yang jernih terhadap Al-Qur’an, yang

memungkinkan para pembaca dan pemerhati Al-Quran dapat mentauladani dan

mengikuti jejak langkah mereka , guna mendapatkan secercah nilai-nilai dari Al-Quran

seperti yang telah didapatkan oleh para sahabat, meneguk kehidupan yang damai

darinya seperti yang mereka lakukan dan meraka jalani, mengkaji perkara yang telah

mereka riwayatkan sebagai sarana utama dalam rangka mendapatkan petunjuk Allah

dan nur Ilahi.

Sebelum ini kami telah menyebutkan ungkapan Ibnu Mas’ud : “Sesungguhnya kami

kesulitan menghafal lafadz-lafadz Al-Quran namun mudah bagi kami mengamalkannya,

dan umat setelah kami mudah bagi mereka menghafal ayat-ayat Al-Quran namun sulit

bagi mereka mengamalkannya”.

Abdullah bin Umar bin Al-Khattab berkata: “Kami hidup di masa yang panjang dan

salah seorang dari kami lebih dahulu diberi iman sebelum Al-Quran, surat-surat turun

kepada nabi Muhammad saw lalu mengajarkan yang halal dan yang haram, perintah dan

larangan dan hal-hal yang harus ditinggalkan dari sisinya, namun saya telah melihat dan

menyaksikaan orang-orang pada masa sekarang yang lebih dahulu diberi Al-Quran

sebelum iman, lalu membacanya dari surat Al-Fatihah hingga akhir namun tidak

memahami dan tidak mengetahui mana perintah dan mana larangan, mana yang

seharusnya ditinggalkan dari sisinya, mereka membacanya seakan seperti kambing yang

mengembik…”

Bagi para pembaca Al-Quran, dalam memperhatikan dan menelaah bagaimana para

berinteraksi dengan Al-Quran, mengamalkan nilai-nilai dan sentuhan-sentuhannya

sehingga menghasilkan kehidupan berada di bawah naungan Al-Quran akan diperoleh

hakikat jiwa dan hati yang bersih dapat menerima Al-Quran dan berinteraksi

dengannya, sehingga memotivasi jiwa untuk bisa melakukan seperti yang mereka

lakukan dan merasakan nikmatnya hidup di bawah naungan Al-Qur’an seperti yang

mereka rasakan, bahagia hidup bersama Al-Qur’an melalui nilai-nilai dan sentuhan-

sentuhannya seperti kebagiaan yang telah mereka raih serta lurus kehidupannya bersama

Page 97: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

arahan dan petunjuk Al-Qur’an sebagaimana yang dijalankan oleh para sahabat dan

salafussalih.

Contoh dari itu semua sangatlah banyak, akan kami sebutkan beberapa contoh saja

seperti yang disebutkan pada tulisan dibawah ini :

1. Diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam Abu Dawud dari Anas bin Malik bahwa

Rasulullah saw saat sholat di baitul maqdis, lalu turun ayat : “Sungguh Kami (sering)

melihatmu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke

kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. (Al-Baqoroh :

144) maka lewat seseorang dari bani Salmah saat mereka sedang ruku pada sholat fajar,

mereka telah melewati satu raka’at, dia berseru : ketahuilah bahwa qiblat telah dirubah,

maka marekapun memaligkan ruku’ ke arah Ka’bah.

Ayat di atas menunjukkan kepada kita akan ketaatan para sahabat terhadap tuntunan,

petunjuk dan taklif rabbani -pembebanan yang Allah berikan kepada mereka- hati

mereka yang subur dengan iman yang cepat dan siap berinteraksi dengan Al-Quran;

ketaatan mereka yang begitu cepat dalam mengamalkan dan komitmen terhadap

perintah.

2. Diriwayatkan oleh Imam Bukkhori, Imam At-Turmudzi, Imam An-Nasa’I dan Imam

Abu Dawud -riwayatnya dari Abu Dawud- dari Zaid bin Tsabit berkata : saat saya

berada disamping Rasulullah saw, yang selalu mendapatkan ketenangan, lalu paha

Rasulullah saw berada diatas paha saya, saya tidak mendapati paha yang begitu berat

kecuali paha Rasulullah saw, kemudian beliau melirik saya dan berkata : tulislah, maka

sayapun menulis di awal ayat : “Tidak sama antara orang yang duduk-duduk dari orang

beriman…(An-Nisa : 95) maka berdirilah Abdullah bin Ummi Maktum -seorang lelaki

yang buta- saat mendengar keutamaan orang-orang yang berjihad di jalan Allah, beliau

berjata : Wahai Rasulullah, bagaimana dengan orang yang tidak bisa berjihad dari orang

yang beriman ? sebelum ucapannya berkahir, Rasulullah saw kembali menenangkan

diri, maka pahanya jatuh keatas paha saya, dan saya dapati pahanya lebih berat dari

sebelumnya, kemudian dia melirik saya dan berkata : Bacalah wahai Zaid. Maka

sayapun membaca : “Tidak sama antara orang yang duduk-duduk dari orang yang

beriman”. Lalu Rasulullah saw berkata : “Yang tidak mempunyai uzur”. Ayat secara

keseluruhan. Zaid berkata, Allah menurunkan semuanya beruntun”.

3. Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan imam Muslim, At-Turmudzi dari Ibnu Mas’ud

berkata : ketika turun : “orang-orang yang beriman dan tidak mencampur keimanan

mereka dengan kedzlaliman, merekalah yang mendapat ketentraman”. (Al-An’am : 82)

kaum mulimin merasa berat, mereka berkata : bagaimana mungkin kami tidak

mendzolimi diri sendiri, Rasulullah saw bersabda : bukan begitu yang dimaksud, yang

dimaksud pada ayat adalah Syirik, apakah kalian tidak mendengar perkataan seorang

hamba yang salih : “Wahai anakku janganlah engkau mensyirikkan Allah karena

kesyirikan merupakan kedzoliman dan kezhaliman merupakan dosa besar”. (Luqman :

13)

Page 98: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

4. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya dari Abu Bakar Ash-Shiddiq

bahwa beliau berkata : Wahai Rasulullah : bagaimana maksud kemenangan pada ayat

ini : “(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak

(pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barangsiapa yang berbuat kejahatan niscaya

akan diberi pembalasan..”. (An-Nisa : 123) Apakah seluruh kejahatan yang kami

lakukan akan diberi pembalasan darinya -dalam riwayat lain berkata : saya tidak

mengetahui apakah saya melakukan kejahatan pada pundak saya sehingga menjadi

lemah !! maka Rasulullah bersabda : apa yang engkau lakukan wahai Abu Bakar ? saya

berkata : Demi bapakku dan ibuku engkau wahai Rasulullah bagaiamana mungkin kami

tidak pernah melakukan kejahatan, dan kami pasti menerima pembalasan dari setiap

kejahatan yang kami lakukan -maka nabi pun bersabda : Semoga Allah mengampunimu

wahai Abu Bakar, bukankah engkau pernah sakit ? bukankah engkau memiliki nasib ?

bukankah engkau pernah bersedih hati ? bukankah engkau pernah mendapatkan

musibah ? beliau berkata : benar. Rasulullah bersabda : demikianlah apa yang dijadikan

pembalasan dengannya”.

5. Diriwayatkan dari Imam Ibnu Jarir At-Tobari berkata : Abu Tolhah membaca surat

Baraah (At-taubah), lalu sampai pada ayat : “Berangkatlah kamu baik dalam keadaan

merasa ringan ataupun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan

Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”. (At-Taubah

: 41) beliau berkata : saya melihat Tuhan kami telah memerintahkan kami para orang

tua dan pemuda, maka persiapkanlah untukku wahai anakku untuk berperang, anak-

anaknya pun berkata kepadanya : Semoga Allah merahmatimu saat ikut berperang

bersama Rasulullah saw hingga syahid, bersama Abu Bakar hingga syahid, bersama

Umar hingga Syahid, maka berikanlah kami kesempatan untuk berperang

menggantikanmu, beliaupun menolaknya, lalu beliau menyebrang lautan hingga

meninggal, namun mereka tidak menemukan pulau untuk mengubur mayatnya kecuali

setelah 9 hari berjalan, namun sedikitpun mayatnya tidak mengalami pembusukan,

hingga mereka menguburnya…”.

Demikianlah contoh-contoh yang dapat ditemui oleh pembaca Al-Quran, ucapan dan

riwayat dari para sahabat yang terdapat dalam kitab-kitab tafsir bil ma’tsur, kitab-kitab

asbabun nuzul, kitab-kitab hadits dan sunan yang shohih, dan kitab-kitab sirah dan

kehidupan para sahabat…dan banyak sekali…

13. Memperhatikan aspek realita terhadap nash-nash Al-Quran

Saat mengawali pembahasan tentang tujuan-tujuan pokok Al-Quran, menerapkan misi

gerakannya, seorang pembaca yang jeli hendaknya memperhatikan sisi faktual ayat-ayat

Al-Quran, meneliti kesesuaiannya dengan kondisi kontemporer, memahami solusinya

dan meluruskan permasalahan -permasalahannya serta memperbaiki manhaj dan sistem

hidup yang terdapat di dalamnya.

Saat membaca Al-Quran hendaknya menghilangkan belenggu zaman dan tempat,

sehingga akan ditemui darinya ayat-ayat tentang mukjizat yang seakan hidup, mensifati

keberadaannya yang hidup, membicarakan realita kehidupan yang nyata, menjelaskan

Page 99: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

qodhoya –problema- dan permasalahan yang terdapat disekitarnya. Pada saat membaca

surat-surat dalam Al-Quran dengan metode ini, maka akan ditemui surat-surat yang

hidup, bergerak, menuntun dan memberi petunjuk. Sehingga ketika menelaah ayat-ayat

Al-Quran dengan metode diatas maka akan ditemukan kejujuran, kasih sayang ,

kelembutan, kesatuan dan kecintaan yang memanggilnya, seakan indah berinteraksi

bersamanya. Ia selalu menyertainya dalam perjalanan yang indah dan menyenangkan,

membimbingnya dalam suasana yang bijak sesuai dengan dunia realitanya dan

kehidupannya yang nyata. Pembaca Al-Quran akan mendapatkan Al-Quran dan surat-

suratnya sebagaimana yang telah ditemukan oleh Sayyid Qutb saat menyadari indahnya

berinteraksi dengan Al-Quran, memperhatikan sisi realitas terhadap nash-nash Al-Quran

dan arahan-arahannya, mengungkapkan dari apa yang ditemui di dalamnya, beliau

berkata : “Begitulah saat saya kembali memandang surat-surat dan ayat-ayat dalam Al-

Quran. Begitulah saya merasakannya, dan begitu pulalah saya kembali berinteraksi

dengannya. Setelah melewati masa yang panjang untuk hidup bersamanya, sekian lama

bersatu, sekian lama berinteraksi dengannya sesuai dengan tabiatnya, petunjuknya,

fenomenanya dan karakteristiknya.

Saya menemukan dalam Al-Quran wawasan yang begitu luas oleh adanya keragaman

contoh, menemukan kelembutan yang begitu halus oleh karena interaksi individu yang

intens, serta menemukan kenikmatan yang berlimpah oleh karena keragaman sifat dan

tabiat, petunjuk-petunjuk dan arahan-arahan yang terdapat di dalamnya.

Semuanya adalah kebenaran, seluruhnya adalah kejujuran, seluruhnya adalah belas

kasih, seluruhnya adalah kecintaan, seluruhnya adalah kenikmatan, dan seluruhnya akan

membarikan hati keragaman perhatian yang menyenangkan, keragaman kenikmatan

yang berlimpah, keragaman sentuhan yang lembut, keragaman dampak yang menuntun,

sehingga dapat memberikan citq rasa khusus dan suasana yang unik.

Hidup bersama Al-Quran dari awal hingga akhir merupakan perjalanan

indah…perjalanan dalam alam nyata dan abstrak, teori dan praktek, ketetapan dan

sentuhan yang tenggelam ke dalam jiwa yang paling dalam, sehingga menampakkan

peristiwa-peristiwa alam secara konkrit. Rihlah yang memiliki keistimewaan karakter

pada setiap surat dan tiap-tiap surat…” (Ad-Dzilal : 3 : 1243)

Setiap ayat-ayat dalam Al-Quran memiliki sisi realita masa depan, baik ayat yang

berhubungan dengan aqidah, kisah-kisah, berita tentang umat masa lalu, arahan, hukum,

atau yang berhubungan dengan sunatullah, prinsip-prinsip, nilai-nilai dan etika-etika

atau lain-lainnya.

Ayat-ayat yang dapat mengenalkan tentang Allah SWT, dan menjelaskan kepada kita

tentang kerajaan-Nya dan kekuasaan-Nya yang agung dan mulia, mengajarkan sifat-

sifat Allah SWT dan nama-nama-Nya yang mulia, sehingga kita dapati aspek realita

tentang masa depan secara nyata. Bahwa sifat-sifat Allah SWT yang terdapat dalam

nash-nash Al-Quran merupakan sifat yang konkrit dan positif…seperti sifat ilmu Allah

yang universal yang mencakup segala sesuatu yang ada di muka bumi.

Page 100: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

Allah berfirman :

��0�N mR���X�� �/�0 4[!F�=�� ��0�N ��K�=�0 �C�(�D�� ��0�N !����h �� S�� ������ ��0 �"���H���"4��H�0 �;���N ��K��� �C�(�H��7*�3�: �.;4����H�' ���!: ��Y����N �"��=48 ��0 �/���6

“Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya,

dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia berada

bersamamu dimana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu

kerjakan”. (Al-Hadid : 4)

Jika realita kehidupan selalu disertai oleh dalil pada ayat ini maka akan menjadikan

hatinya dan seluruh tubuhnya hidup; menghadirkan kebersamaan Allah dalam dirinya,

Dia Maha Mengetahui terhadap seluruh jiwanya, geraknya dan keadaannya, sehingga

dirinya akan selalu istiqomah atas manhaj Allah, merasa diawasi dan takut kepada-Nya.

Ayat tersebut secara faktual akan dapat menyinari kehidupan dan membuat jalan hidup

manusia menjadi cerah.

Kisah-kisah Al-Quran yang menceritakan tentang umat pada masa lalu dan preilaku-

perilaku mereka juga memiliki sisi realita masa depan, seakan dengan membicarakan

keadaan manusian dan sifat-sifat mereka dan karakteristik kehidupan mereka, seorang

pembaca dapat menjadikannya sebagai pelajaran dalam beraqidah, berda’wah, bergerak,

memberikan inspirasi tentang pendidikan, ghazwah dan jihad, serta memberikan

pengetahuan tentang karakterstik Al-Quran dan cahayanya yang mampu menyingkap

berbagai wawasan dan petunjuk.

Kita berharap kepada Allah menolong kita dalam mempersiapkan aktualisasi tentang

kisah-kisah dalam Al-Quran dan menjadikannya sebagai pelajaran dan ibroh dalam

beraqidah, berda’wah, bergerak dan berjihad. Contoh dari kisah dalam Al-Qur’an

adalah “Ma’a qishos As-Sabiqin fi Al-Quran” akan di dapat berbagai pelajaran yang

unik, untuk dapat dijadikan pegangan hidup di masa mendatang.

Kami mengajak para pembaca untuk memperhatikan sisi aktualisasi terhadap ayat-ayat

berikut ini:

Dalam kisah nabi Ibrahim Allah berfirman :

�������YA�� �/���� ��G!? ��=��K��%�!: ��\�� �V�H�� �/�0 �;4���j . �"���(48 \�� >��� ��=�H���f �;4���j �"�����(�:!? ���� 4[����� .�.N���K�M�� �"�KY��H�� !B�=�� !/���W�6 >���W ��!: �;�' h�� �;4���j

Page 101: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

“Mereka berkata : “Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan

kami, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zalim. Mereka berkata : “kami

dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim.

Mereka berkata : “(kalau demikian) bawalah dia dengan cara yang dapat dilihat orang

banyak, agar mereka mau menyaksikan”. (Al-Anbiya : 59-61)

dan Firman Allah tentang kisah ashabul kahfi:

��= �!+�� �;4���j �"� �!+�� �"�8 �"�K�=�0 �V�e��j �[��j �"�K�=���: �;4�%R��X����� �"����= ��H�: �����\�8�N �"4��j!��;!: �"48���-�6 �;4��H�:��� �"� �!+�� ���!: �"���W�6 �"4�<:�� �;4���j ) �;�� ���H�: �N�6 ��0�;��

�6 �(4A�=�� ��� �P�=����� �� >��!? �E�\�� ��Yv����� ��N ���=�0 )q��!(!: �"4��' h�� ��� ��0��H�� >�8���6 ��K<� ����-�6 �"4�!: Y.�(�H�M�� ����N . �N�6 �"48;���~�(�� �"4������W �N�(�K A�� .!? �"�KG!?

����:�6 �O !? �;�#�� Z�' �/���N �"!K�Y��0 S�� �"48N����H�� “Mereka berkata : Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada

(disini). Maka suruhlah salah seorang diantara kamu pergi ke kota dengan membawa

uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka

hendaklah dia membawa makanan itu untukmu,d an hendaklah dia berlaku lemah

lembut dan janganlah sekali-kali memberitakan helmu kepada seorangpun.

Sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui tempatmu, niscaya mereka akan

melempar kamu dengan batu, atau memaksamu kembali kepada agama mereka, danjika

demikian niscaya kamu tidak akan beruntung selama-lamanya”. (Al-Anbiya : 19-20)

dan firman Allah pada saat men yeru nabi Zakaria untuk memberikan rizkinya kepada

anak kecil : “…Maka anugrahilah aku dari sisi Engkau. Yang akan mewarisi aku dan

mewarisi sebahagian keluarga Ya’qub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang

diridloi” (Maryam : 19-20)

Alalh berfirman tentang raja fir’aun yang menjadi contoh nyata bagi setiap pemimpin

yang zhalim dan pemimpin yang durjana :

�"�K�=�0 OP�Z�e��� ���H�w��X�� ��H���T ��K�����6 �V�H�~�N !����h �� S�� ����W �.�;�W�(�� Y.!?�/���mX Z�� �� �/�0 �.��8 ��G!? �"��%R��X!G S!��#��X���N �"��%R��=�:�6 ��L:�\��

“Sesungguhnya Firaun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan

penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih

Page 102: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka.

Sesungguhnya Firaun termasuk orang-orang yan gberbuat kerusakan”. (Al-Qoshosh:

4)

Allah berfirman tentang penyiksaan dan penghinaan yang dilakukan oleh orang-orang

kafir terhadap orang-orang beriman:

�.;4��#�w�� �;�=�0%& �/��\Y�� �/�0 �;�G��8 �;�0�(�~�6 �/��\Y�� Y.!? . �"!K!: �N<(�0 �� !?�N �.N�F�0��k��� . ��!K���� �;�+�����G� �"!K�����6 >��!? �;�+�����G� �� !?�N . �;4���j �"���N�6�� �� !?�N

�.;@���w�� mR����_�� Y.!? “Sesungguhnya orang-orang yang berdosa, adalah mereka yang dulunya (di dunia)

menertawakan orang-orang yang beriman. Dan apabila orang-orang yang beriman

lalu dihadapan mereka,mereka saling mengedip-ngedipkan. Dan apabila orang-orang

yang berdosa kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira. Dan apabila

mereka melihat orang-orang mu’min, mereka mengatakan : “ Sesungguhnya mereka itu

benar-benar orang-orang yang sesat”. (Al-Muthaffifin : 29-32)

Hendaknya pembaca Al-Quran memperhatikan sisi realita pada bidang ekonomi dalam

ayat berkut ini :

��K��� �"��;4j������N ��0����j �"4��� ��Y��� �V�H�~ S�Y�� �"4�����;�0�6 %R��K�Z<X�� �;�'�_�' ����N�O�N�(�H�0 �O��;�j �"�K�� �;4�;4j�N �"��;�X 8��N

“Janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta

(mereka yang berada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok

kehidupan”. (An-Nisa : 5)

Sisi realitas tentang sunnah Rabbaniyah :

mR���X�� �/�0 �$��8�(�: �"!K�����W ��=�#��Z�� ��;��'��N �;�=�0%& ��(4� �� �V���6 Y.�6 �;���N �/�����N !����h ���N�.;�+mX ��� �;�G��8 ���!: �"����G \�,�h�� �;�:Y\�8

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan

melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka endustakan

Page 103: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

(ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. ( Al-A’rof :

96)

Sisi realitas tentang keluarga :

�O����T �;���( ��' .�6 >�X�H�� /��;�����!(�8 .!9�� �}N�(�H�� ��!: /��N�(�T��W�N��*���8 ��(���, ����� ��Y��� �V�H�y���N

“Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian apabila kamu tidak menyukai

mereka, (maka bersabarlah) kerena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal

Allah menjdaikan padanya kebaikan yang banyak”. (An-Nisa : 19)

Sisi realitas tentang ayat yang menetapkan akibat memerangi agama ini, kekalahan

tentaranya dimana saja mereka :

�.N�(����� �� �E!(�8 �;���N �E!�;�G <"��0 ��Y����N �"!K����; ��h!: ��Y��� ��;�G �;4��Z v���� �.N���!(�� . ��U�48 !/�L��� >���W �E�(!K A���� Ld�# �� !/��u�N ����K ��!: ����;�f�� �V�f���6 ]�\Y�� �;��

�.;48!(�M�� �� �E!(�8 �;���N “Mereka ingin hendak memadamkan cahaya (agama) Alalh dengan mulut (ucapan-

ucapan) mereka. Dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang

kafir benci. Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama

yang benar agar Dia memenangkannya diatas segala agama-agama meskipun orang-

orang musyrik benci”. (As-Shof : 8-9)

Dan contoh-contoh lainnya…

14. Menghindarkan Diri Dari Materialisme Jahili

Sebelumnya telah kami sampaikan bahwa di antara misi pokok Al-Quran adalah

membimbing umat dalam menghadapi kejahiliaan dan kebodohan yang ada

disekitarnya. Hal itu karena kejahiliaan tidak akan membiarkan umat Islam untuk bisa

hidup yang lebih baik namun akan terus memeranginya tanpa belas kasih. Dan hal ini

merupakan realita yang mesti disadari oleh seseoarang yang ingin mentadabburkan Al-

Quran, menoropong pada sejarah umat manusia sebelumnya, terutama tentang rekaman

peperangan antara para pendukung kebenaran dan pendukung kebatilan. Intinya adalah

memahami misi kongkret pergerakan Al-Quran, misi ini yang dapat membantu pembaca

dan pemerhati Al-Quran untuk mengenal sisi realitas nash-nash Al-Quran, pergerakan

Page 104: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

alam nyata, telaah tentang peristiwa kehidupan yang ada disekitarnya menurut tinjauan

Al-Quran.

Jika pembaca memahami hal tersebut diatas dan mau merenunginya maka pada

selanjutnya akan menghadapi musuh-musuhnya sesuai dengan Al-Quran, berinteraksi

dengan mereka menurut petunjuk-petunjuknya, memerangi mereka dengan cara dan

metode yang telah diajarkannya, menghindari diri dan berhati-hati terhadap tipu daya

dan konspirasi mereka, dan menjadikan Al-Quran Al-Karim secara keseluruhan sebagai

bekal utama, sehingga dengan izin Allah, Al-Quran akan mampu memberikan ini semua

dalam bentuk yang sempurna, detail dan teliti.

Inilah yang pernah dipraktekkan oleh para salafussalih dalam menghadapi musuh-

musuh Islam, mereka telah menemukan apa yang mereka inginkan di dalam Al-Quran,

mereka berhasil mengalahkan musuh, tegak berdiri diatasnya dengan penuh

kewibawaan, meraih kemenangan karena menyerahkan jiwa mereka kepada Al-Quran

untuk memimpin, mengarahkan dan menggerakkan jiwa mereka dalam setiap

peperangan.

Saat ini kita dapat melihat bahwa kekuatan materi jahiliah –yang disebut dengan

“Kebudayaan Barat” memperdaya –dengan menggunakan berbagai sistem, cara, metode

dan gaya- umat Islam, berusaha memerangi dengan berbagai sarana dan cara, menjajah

tempat-tempat strategis di negeri islam dengan berbagai taktik; baik politik, ekonomi,

akhlak, sosial, budaya dan pendidikan.

Namun, bagi sebagian umat Islam yang memiliki kesadaran tinggi –loyal terhadap

Islam, berpegang teguh pada aqidah, ibadah, sistem hidup yang sesuai dengan aturan

Islam- akan mampu bangkit dan barani melawan serangan yang berasal dari kekuatan

materi jahili, berdiri tegak untuk menghadang dan menolak penggunaan senjata dan cara

mereka.

Karena itu, bagi siapa yang ingin menghadapi serangan jahili ini seyogyanya menerima

Al-Quran dengan sepenuh hati..!! Agar dirinya bisa bergerak dan berjihad bersamanya,

memperhatikan sisi kekuatan materi jahili dan menghadapinya sesuai dengan petunjuk

Al-Quran. Memandang Al-Quran dengan pandangan yang dilakukan oleh Sayyid Qutb,

yang selalu merujuk pertolongannya dengan menelaah dan membaca Al-Quran dan

berhasil, karena itulah beliau berkata : “Saya hidup –di bawah naungan Al-Quran-

melihat keangkuhan jahiliyah yang bergerak di muka bumi ini, diiringi dengan

para pengikutnya yang hina dina, saya memperhatikan akan keheranan orang-orang

jahili terhadap pengetahuan mereka tentang anak-anak, wawasan anak-anak, dan

perhatian anak-anak, seperti halnya orang dewasa memandang anak-anak sebagai sosok

yang tidak memiliki faedah; baik perbuatannya, keceriaannya dan lain-lain. Saya

heran…apa yang dilakukan umat manusia saat ini?

Saya hidup dengan mengisi pandangan secara sempurna, menyeluruh, mulia dan

bersih terhadap alam ini…saya bandingkan dengan pandangan orang-orang jahiliyah di

Timur dan di Barat, di Utara dan di Selatan. Saya bertanya-tanya, bagaimana mungkin

Page 105: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

kehidupan manusia berada dalam kehinaan yang dalam seperti ini, kenistaan yang

mengenaskan, kegelapan yang gulita, padahal di sisinya ada penuntun yang bersih,

petunjuk yang tinggi dan cahaya yang terang benderang?” [1]

Saat seorang mu’min berhenti sejenak bersama Al-Quran memperhatikan kemajuan

jahiliyah dalam bidang materi, maka hatinya tidak akan pernah merasa gentar olehnya,

tidak merasa takut terhadapnya bahkan tidak akan pernah merasa terhina, cemas, putus

asa dan menyerah …namun dirinya akan selalu menyadari hakekat sebenarnya; atas

penyimpangan, kesesatan dan kehinaannya…atas kebimbangan dan keraguan.., dan atas

tipuan dan propagandanya…karena Al-Quran meletakkannya dihadapan orang beriman

dalam bentuk yang asli, aturan-aturan yang natural tanpa ada yang dibuat-buat.

Generasi kaum materialis jahili ini dalam pandangan Al-Quran adalah generasi yang

buta…, dan produksi yang mereka hasilkan oleh negara mereka adalah nilai-nilai

kebutaan :

�(Y8�\��� ���G!? >���W�6 �;�� �/���8 <d�# �� ��L:�� �/�0 ������!? �[!F�G46 ���G�6 �"���H�� �/�����6 �(Y8�\��� ���G!? >���W�6 �;�� �/���8 <d�# �� ��L:�� �/�0 ������!? �[!F�G46 ���G�6 �"���H�� �/�����6 �(Y8�\��� ���G!? >���W�6 �;�� �/���8 <d�# �� ��L:�� �/�0 ������!? �[!F�G46 ���G�6 �"���H�� �/�����6 �(Y8�\��� ���G!? >���W�6 �;�� �/���8 <d�# �� ��L:�� �/�0 ������!? �[!F�G46 ���G�6 �"���H�� �/�����6!���+ ��h �� ;4�N46!���+ ��h �� ;4�N46!���+ ��h �� ;4�N46!���+ ��h �� ;4�N46

“Adakah orang yang mengetahu bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari

Tuhanmu itu benar sama orang yang buta ? Hanyalah orang-orang yang berakal saja

yang dapat mengambil pelajaran”. (Ar-Ra’d : 19)

Misi, tujuan dan ambisi hidup mereka tidak lain kecuali senda gurau dan sandiwara :

�.;�+�H ��� )��;�, S�� �"�� �/��\Y���.;�+�H ��� )��;�, S�� �"�� �/��\Y���.;�+�H ��� )��;�, S�� �"�� �/��\Y���.;�+�H ��� )��;�, S�� �"�� �/��\Y��

“(yaitu) orang-orang yang bermain dalam kebatilan”. (Ath-Thur : 12)

��;�K���N ��+�H�� �"�K�=��u �N4\�D'� �/��\Y�� !�� �N��;�K���N ��+�H�� �"�K�=��u �N4\�D'� �/��\Y�� !�� �N��;�K���N ��+�H�� �"�K�=��u �N4\�D'� �/��\Y�� !�� �N��;�K���N ��+�H�� �"�K�=��u �N4\�D'� �/��\Y�� !�� �N

“Dan Tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agama sebagai main-main dan

senda gurau…” (Al-An’am : 70)

Mereka pada hakekatnya seperti binatang, baik dalam kehidpan dan akal mereka :

�T Y.!?�T Y.!?�T Y.!?�T Y.!?.;�=�0�_�� ��� �"�K�� �N�(�Z�8 �/��\Y�� ��Y��� ���=�W L���N��� (.;�=�0�_�� ��� �"�K�� �N�(�Z�8 �/��\Y�� ��Y��� ���=�W L���N��� (.;�=�0�_�� ��� �"�K�� �N�(�Z�8 �/��\Y�� ��Y��� ���=�W L���N��� (.;�=�0�_�� ��� �"�K�� �N�(�Z�8 �/��\Y�� ��Y��� ���=�W L���N��� (

Page 106: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

“Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk disisi Allah adalah orang-orang

kafir, karena mereka itu tidak beriman”. (Al-Anfal : 55)

Mereka makan, minum dan hidup layaknya seperti binatang :

�"�K�� ��; ��0 ���=���N � ��H�G�h �� 4V48 h�' ����8 �.;4�48 h���N �.;�H����� �N�(�Z�8 �/��\Y���N�"�K�� ��; ��0 ���=���N � ��H�G�h �� 4V48 h�' ����8 �.;4�48 h���N �.;�H����� �N�(�Z�8 �/��\Y���N�"�K�� ��; ��0 ���=���N � ��H�G�h �� 4V48 h�' ����8 �.;4�48 h���N �.;�H����� �N�(�Z�8 �/��\Y���N�"�K�� ��; ��0 ���=���N � ��H�G�h �� 4V48 h�' ����8 �.;4�48 h���N �.;�H����� �N�(�Z�8 �/��\Y���N

“Dan orang-orang yang kafir itu bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan

seperti makannya binatang-binatang. Dan neraka adalah tempat tinggal mereka”.

(Muhammad : 12)

Binatang yang dipimpin oleh syaitan dan tunduk dan berserah diri kepada syaitan

seperti halnya binatang yang dituntun oleh pemiliknya saat digiring dengan tongkatnya

�/���� S���W �1�0(�8 ]�\Y�� ��\�� ������6���6 �[��j�/���� S���W �1�0(�8 ]�\Y�� ��\�� ������6���6 �[��j�/���� S���W �1�0(�8 ]�\Y�� ��\�� ������6���6 �[��j�/���� S���W �1�0(�8 ]�\Y�� ��\�� ������6���6 �[��j �P�0����� �� ! �;�� >��!? !/�'�(,�6 �P�0����� �� ! �;�� >��!? !/�'�(,�6 �P�0����� �� ! �;�� >��!? !/�'�(,�6 �P�0����� �� ! �;�� >��!? !/�'�(,�6 �O�����j �Y�!? ����L�4 /��!=��-�h���O�����j �Y�!? ����L�4 /��!=��-�h���O�����j �Y�!? ����L�4 /��!=��-�h���O�����j �Y�!? ����L�4 /��!=��-�h��

“Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya

benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebahagian kecil”. (Al-Isro : 62)

Mereka seperti anak kecil dalam berfikir dan berprilaku, kesenangan mereka hanyalah

bermain, dan mereka tertipu oleh keindahan dunia seperti halnya anak kecil yang mudah

terpedaya:

;�� L/!y ���N !{�G!9 �� ��������T ��N���W �S!+�G UV4��� ��= ��H�~ �����\�8�N;�� L/!y ���N !{�G!9 �� ��������T ��N���W �S!+�G UV4��� ��= ��H�~ �����\�8�N;�� L/!y ���N !{�G!9 �� ��������T ��N���W �S!+�G UV4��� ��= ��H�~ �����\�8�N;�� L/!y ���N !{�G!9 �� ��������T ��N���W �S!+�G UV4��� ��= ��H�~ �����\�8�N �"�K�w�H�: S�- �"�K�w�H�: S�- �"�K�w�H�: S�- �"�K�w�H�: S�- ��0�N �"�����\�� �E;4��H�� ��0 ��<:�� %R��T �;���N ���N�(4� ![�;�� �� �}�(�,�� )��H�: >��!? ��0�N �"�����\�� �E;4��H�� ��0 ��<:�� %R��T �;���N ���N�(4� ![�;�� �� �}�(�,�� )��H�: >��!? ��0�N �"�����\�� �E;4��H�� ��0 ��<:�� %R��T �;���N ���N�(4� ![�;�� �� �}�(�,�� )��H�: >��!? ��0�N �"�����\�� �E;4��H�� ��0 ��<:�� %R��T �;���N ���N�(4� ![�;�� �� �}�(�,�� )��H�: >��!?

�.N�(� Z���.N�(� Z���.N�(� Z���.N�(� Z��

“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tia-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan

(dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada

sebahagian lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia)…”.

(Al-An’am : 112)

Mereka merasa dirinya orang berilmu dan mengklaim sebagai orang yang pandai dalam

keilmuan, sistematis dan teoritis namun mereka sama sekali tidak merasakan

kenikmatan darinya, sekiranya mereka melihat sebagian darinya saja untuk dapat

Page 107: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

menuntun mereka dalam memandang dunia dan kehidupannya untuk selalu tunduk

secara kaffah dan sepenuh hati kepada Allah yang sesuai dengan manhaj agama ini.

Maka permualaan yang baik akan memberikan kepada orang yang berakal dan hidup

seimbang hasil yang baik pula, namun sebaliknya, mereka akan mendapatkan hasil yang

bathil dan salah :

@A�� �V�H�~�N �����h ���N �$��N���X�� �d���, ]�\Y�� ��Y��� �����# ��@A�� �V�H�~�N �����h ���N �$��N���X�� �d���, ]�\Y�� ��Y��� �����# ��@A�� �V�H�~�N �����h ���N �$��N���X�� �d���, ]�\Y�� ��Y��� �����# ��@A�� �V�H�~�N �����h ���N �$��N���X�� �d���, ]�\Y�� ��Y��� �����# �� "45 ��;<=���N �$���4� "45 ��;<=���N �$���4� "45 ��;<=���N �$���4� "45 ��;<=���N �$���4��.;4����H�� �"!KL:�(!: �N�(�Z�8 �/��\Y���.;4����H�� �"!KL:�(!: �N�(�Z�8 �/��\Y���.;4����H�� �"!KL:�(!: �N�(�Z�8 �/��\Y���.;4����H�� �"!KL:�(!: �N�(�Z�8 �/��\Y��

“Segala puji bagi Allah Yang teleh menciptakan langit dan bumi,d an mengadakan

gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan

Tuhan mereka”. (Al-An’am :1)

Mereka adalah orang yang linglung , yang berprilaku kasar dan sangar dalam

memerangi agama dan para penganutnya, karena mereka pada hakekatnya memerangi

Allah, jauh dari cahaya ilahi…apakah ada yang melakukan ini sedang ia memiliki akal

yang jernih dan lurus ?

Sesungguhnya Allah menghinakan dan mencela mereka dengan akal mereka sendiri,

menghujamkan di dalam hati mereka perasaan putus asa, saat melihat kemenangan

orang-orang beriman dalam perang yang mereka lakukan, apalagi setelah mengeluarkan

harta begitu banyak namun sia-sia, terjun ke kancah peperangan namun hasilnya sangat

menyedihkan, betapa banyak kerugian dan kesedihan yang mereka rasakan, mereka

mati dalam kemarahan.

Y��� !V�!+�f �/�W �N<��3���� �"�K����;�0�6 �.;4��Z�=�� �N�(�Z�8 �/��\Y�� Y.!?Y��� !V�!+�f �/�W �N<��3���� �"�K����;�0�6 �.;4��Z�=�� �N�(�Z�8 �/��\Y�� Y.!?Y��� !V�!+�f �/�W �N<��3���� �"�K����;�0�6 �.;4��Z�=�� �N�(�Z�8 �/��\Y�� Y.!?Y��� !V�!+�f �/�W �N<��3���� �"�K����;�0�6 �.;4��Z�=�� �N�(�Z�8 �/��\Y�� Y.!? "45 ��K�G;4��Z�=���X�� �� "45 ��K�G;4��Z�=���X�� �� "45 ��K�G;4��Z�=���X�� �� "45 ��K�G;4��Z�=���X�� ���.N�(�M�#�� �"=�K�~ >��!? �N�(�Z�8 �/��\Y���N �.;�+���k�� "45 Or�(�X�- �"!K�����W 4.;4��'�.N�(�M�#�� �"=�K�~ >��!? �N�(�Z�8 �/��\Y���N �.;�+���k�� "45 Or�(�X�- �"!K�����W 4.;4��'�.N�(�M�#�� �"=�K�~ >��!? �N�(�Z�8 �/��\Y���N �.;�+���k�� "45 Or�(�X�- �"!K�����W 4.;4��'�.N�(�M�#�� �"=�K�~ >��!? �N�(�Z�8 �/��\Y���N �.;�+���k�� "45 Or�(�X�- �"!K�����W 4.;4��' . . . .

)��H�: >���W ���w�H�: �l�!+�D �� �V�H�y���N !�L�Yv�� �/�0 �l�!+�D �� ��Y��� �F������� )��H�: >���W ���w�H�: �l�!+�D �� �V�H�y���N !�L�Yv�� �/�0 �l�!+�D �� ��Y��� �F������� )��H�: >���W ���w�H�: �l�!+�D �� �V�H�y���N !�L�Yv�� �/�0 �l�!+�D �� ��Y��� �F������� )��H�: >���W ���w�H�: �l�!+�D �� �V�H�y���N !�L�Yv�� �/�0 �l�!+�D �� ��Y��� �F��������K�~ S�� �����H�y���� ��H����~ ����48�(�����K�~ S�� �����H�y���� ��H����~ ����48�(�����K�~ S�� �����H�y���� ��H����~ ����48�(�����K�~ S�� �����H�y���� ��H����~ ����48�(�����.N�(�f��D �� �"�� ������N46 �"=�.N�(�f��D �� �"�� ������N46 �"=�.N�(�f��D �� �"�� ������N46 �"=�.N�(�f��D �� �"�� ������N46 �"=

”Sesungguhnya orang-orang kafir itu, menafkahkan harta mereka untuk menghalangi

(orang) di jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan

bagi mereka,d an mereka akan dikalahkan. Dan kedalam neraka jahanamlah orang-

orang yang kafir itu dikumpulkan. Supaya Allah memisahkan (golonga) yang buruk dari

yang baik dan menjadikan (golongan) yang buruk itu sebagiannya di atas sebagian yang

Page 108: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

lain, lalu kesemuanya ditumpukkan-Nya dan dimasukkan-Nya ke dalam neraka

jahannam. Mereka itulah orang-orang yang merugi”. (Al-Anfal : 36-37)

15. Memperluas Penafsiran Al-Quran Yang Mencakup Sirah Dan Kehidupan

Para Sahabat

Sebagian pelajar dan pemerhati Al-Quran terbatas pengetahuannya dalam menafsirkan

pada jaman Rasulullah saw dari sisi teori saja sehingga mereka mencarinya dalam kitab-

kitab hadits dan kitab-kitab tafsir bil ma’tsur yang terdapat pada riwayat-riwayat dan

hadits-hadits dari Rasulullah saw yang berhubungan dengan penjelasan makna ayat Al-

Quran atau hukum Al-Quran dan sebagian mereka ada merasa cukup dengan itu semua

sebagai contoh dari tafsir Rasulullah saw, kemudian setelah menuju kepada pendapat

dan ucapan para sahabat dalam menafsirkan Al-Quran, mereka membatasinya pada

penjelasan dari para sahabat terhadap makna kalimat yang asing atau tentang asbabun

nuzul (sebab-sebab turun ayat) saja, penjelasan tentang hukum, tentang ayat-ayat nasikh

dan mansukh atau lain sebagainya…riwayat-riwayat ini dapat kita temukan dalam kitab-

kitab hadits dan sunah. Seperti yang termaktub dalam kitab-kitab tafsir bil ma’tsur;

yaitu kitab “Al-Jami’ Al-Bayan”, Imam Thobari, kitab “Tafsir Al-Quran Al-‘adzim”

Imam Ibnu Katsir, dan kitab “Ad-Dur Al-Mantsur Fi Tafsir bil Ma’tsur” Imam

Suyuthi…

Sesungguhnya tafsir di jaman Rasulullah saw dan para sahabat tidak terbatas pada sisi

teori saja karena mereka tidak membatasinya seperti itu, betapa kerugian yang menimpa

kita kalau kita membatasi pada teori saja…padahal mereka –Nabi dan para sahabat-

paling jeli terhadap Al-Quran daripada kita, lebih banyak memahami tujuan

diturunkannya Al-Quran daripada kita, lebih erat ikatan dan ketergantungannya dengan

Al-Quran daripada kita, dan paling gigih dalam berinteraksi dan mempraktekkan isi

kandungan Al-Quran dari pada kita, namun mereka juga menjadikan petunjuk-petunjuk

teoritis kepada hakekat-hakekat yang hidup sehingga mereka menjadi gambaran yang

nyata dan hidup terhadap nash-nash Al-Quran dan ayat-ayatnya…

Tafsir pada jaman Rasulullah dan para sahabat mencakup pada berbagai aspek ;

1. Aspek teori yaitu seperti yang kita telah sebutkan sebelumnya;

2. Aspek amali dan praktek; yaitu bahwa Rasulullah saw hidup dengan Al-Quran

secara amali, beliau sangat bersemangat dalam mengamalkan petunjuk-petunjuk dan

hukum-hukum yang terdapat di dalamnya, melaksanakan perintah-perintah dan

kewajiban-kewajiban yang diisyaratkan olehnya, seakan sejarah kehidupan dan amalnya

merupakan tafsiran pertama terhadap ayat-ayat Al-Quran…karena itu Sayyidah Aisyah

RA yang mulia dan cerdas, luas akan pandangan dan wawasannya saat menjawab

pertanyaan yang dilontarkan kepadanya tentang akhlak Rasulullah saw, beliau berkata :

“Akhlak beliau adalah Al-Quran” seakan sesuai dengan apa yang k ita isyaratkan

bahwa sirahnya, kehidupannya, akhlaknya dan prilakunya merupakan tafsiran dari

petunjuk ayat-ayat Al-Quran…

Page 109: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

Dan dengan pemahaman tafsir ini kita bisa melihat akan adanya hubungan para sahabat

dengan Al-Quran, antusiasme mereka dalam hidup secara nyata berinteraksi dengan Al-

Quran setiap hari, mereka adalah generasi yang unik yang begitu giat berinteraksi

dengan Al-Quran secara nyata, Al-Quran hadir dalam kehidupan mereka.

Mungkin kita bisa mengambil intisarinya dari gambaran hidup yang sempurna

adalah karena interaksi para sahabat dan ketinggian iman mereka, komitmen amali

mereka, kekhilafan dan kesalahan mereka yang langsung diperbaiki oleh Al-Quran saat

itu juga…Seseorang yang mempelajari sebab-sebab turunnya ayat dalam sejarah

kehidupan Rasulullah saw, baik dalam perang dan jihadnya, dan kitab yang

menceritakan tentang kehidupan para sahabat, peringkat dan derajat mereka…akan

didapati banyak sekali kemuliaan, yang membenarkan bahwa kehidupan mereka adalah

tafsir amali ayat-ayat Al-Quran…kenapa kita menjauhi harta karun yang begitu

berharga ini, yang hanya puas dengan lafadz-lafadz dan kalimat-kalimat yang dinukil

dari tafsir Al-Quran saja ? padahal banyak dari kitab tersebut yang belum jelas

kebenarannya ?

Maka dari itu ketika para pembaca dan pemerhati Al-Quran hendaknya memperluas

wawasannya terhadap Al-Quran, memasukkan di dalamnya setiap sejarah kehidupan

Rasulullah saw dan kebiasaannya, perilaku dan akhlaknya, dan seluruh kehidupan para

sahabat yang diriwayatkan secara benar tentang interaksi mereka dengan Al-Quran,

kesungguhan dan kegigihan mereka untuk bisa bertahan di atas bentang yang diberikan

kepada mereka; yaitu Al-Quran…dan pada saat itu juga pembaca akan dapat mengambil

faedah yang banyak sekali; baik secara tafsiriyah (ilmu tafsir), tarbawi –pendidikan-,

sulukiyah –prilaku-, imaniyah –keimanan dan amaliyah –praktek…

16. Merasakan Bahwa Al-Quran Ditujukan Kepadanya

Sebelumnya kami telah menyebutkan dalam adab-adab membaca Al-Quran bahwa

seseorang yang ingin membaca Al-Quran harus merasakan bahwa Al-Quran ditujukan

kepadanya, bahwa objeknya adalah dirinya sendiri…dalam pembahasan ini akan kami

sampaikan urgensi merasakan Al-Quran ditujukan kepadanya guna memperbaiki diri

dalam mentadabburkan Al-Quran, berinteraksi dengannya dan memahaminya nilai-nilai

yang terkandung di dalamnya…

Sebelum membicarakan hal tersebut alangkah baiknya kita melihat apa yang diucapkan

oleh imam Al-Ghazali dalam kitabnya “Ihya Ulumuddin”; beliau berkata: “At-Takhsis”

adalah kemampuan mengukur dan menganalisa, bahwa dirinya adalah yang dimaksud

pada setiap khitab –ayat-ayat- dalam Al-Quran, jika mendengar suatu perintah atau

larangan maka seakan hal tersebut ditujukan kepadanya, jika mendengar ayat tentang

janji atau ancaman yang dirasakan adalah tertuju kepadanya, jika mendengar tentang

kisah umat masa lama dan kisah para nabi dia menyadari bahwa yang dimaksud

bukanlah sekedar cerita, namun yang diinginkan adalah mengambil pelajaran dan

mengambil ibrah dan berbagai manfaat yang sangat dibutuhkan…” sampai pada

perkataan beliau : walaupun jika yang ditujukan dalam ayat adalah seluruh manusia

maka seorang pembaca menyadari yang dimaksud adalah dirinya sendiri, karena

Page 110: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

itu, walaupun untuknya atau seluruh manusia maka rasakanlah bahwa itu semua adalah

untuk dirinya, Allah SWT berfirman :

�/�0�N ��!: �"48���\�Gp 4.&�(4� �� ��\�� 2�S��!? �S�-N46�N�����:

“…Dan Al-Quran ini diwahyukan kepadaku supaya dengannya aku memberi

peringatan kepadamu dan kepada orang yang sampai Al-Quran (kepadanya)…”. (Al-

An’am : 19)

Muhammad bin Ka’ab Al-Qurtubi berkata : “Barangsiapa yang samapi kepadanya Al-

Quran maka sesungguhnya Allah berbicara kepadanya…jika dapat melakukan ini

semua apa yang belum dapat dilakukan dari membaca Al-Quran melalui perbuatannya

namun hanya sekedar membacanya sebagaimana seorang hamba sahaya yang membaca

buku yang ditulis tuannya kepadanya dengan penuh ketenangan dan mengamalkan apa

yang adal di dalam surat tersebut…

Sebagian ulama lainnya berkata : Al-Quran ini merupakan surat-surat yang diberikan

kepada kita dari Tuhan kita dengan benar, maka renungkanlah dalam setiap sholat,

menelaahnya dalam setiap langkah, melaksanakan dan mengamalkan dalam setiap amal

yang menuju pada ketaatan…” (Ihya Ulumuddin : 1 : 517-518 secara ringkas)

Pembaca Al-Quran yang beriman ditntut untuk menelaah melalui pandangan ini,

berinteraksi bersamanya dengan pedoman ini, menyingkap rahasia yang terkandung

dengan menggunakan kiat ini…kalau setiap pembaca Al-Quran melakukan ini semua,

maka niscaya akan mendapatkan bekal yang banyak dan benar; baik dalam keimanan,

komitmen, amal dan aktivitas, dan akan menjadi pribadi yang unik, amali –aktif-,

bermanfaat dan memiliki wibawa…

Namun yang menjadi ironi adalah hubungan kaum muslimin saat ini dengan agama

mereka dan Al-Quran bahkan hubungan mereka dengan Allah bertolak belakang dengan

kaidah di atas…bahwa sebagian mereka ada yang tidak merasa bahwa dirinya adalah

yang dimaksud dalam perintah atau ajakan, bahwa dirinyalah yang dituntut oleh Al-

Qur’an, bahwa dirinya secara pribadi yang dimaksud…namun sayangnya, mereka

merasa bahwa objek yang dimaksud adalah untuk si Fulan atau si Alan…dirinya

melemparkan tanggung jawab bahkan menafikan objek yang dituju kepadanya untuk

diarahkan kepada orang lain…dia memberikan kewajiban-kewajiban yang ditujukan

kepadanya kepada orang lain setelah dirinya merasa tidak mampu mengamalkannya

karena memang tidak mau berinteraksi dengannya dan melapangkan dadanya agar

dirinya bisa komitmen dengannya…

Jika membaca ayat-ayat tentang kisah masa lalu maka hal itu dianggap hanya sekedar

cerita umat masa lalu, jika membaca ayat yang berhubungan dengan perintah atau

pembebanan atas Rasulullah saw, maka dianggap hanya khusus untuk Rasulullah saw.

Jika dalam ayat terdapat potongan kisah para sahabat maka dianggap sebagai kisah

Page 111: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

mereka saja…dan jika mendengar ayat : “Wahai orang-orang yang beriman..” maka

menurutnya hanya ditujukan kepada para sahabat atau orang-orang yang beriman di

negara lain, ayat-ayat tentang zakat, sedekah hanya untuk orang yang punya –kaya-

saja. Ayat tentang hukum, komitmen dan taat kepadanya hanya ditujukan untuk para

pemimpin saja. Ayat tentang jihad dan perang hanya ditujukan untuk para prajurit saja.

Ayat tentang loyalitas, cinta dan kemenangan hanya untuk para politikus. Ayat tentang

da’wah dan pidato –ceramah- hanya untuk para syekh dan ulama saja..demikian

seterusnya..dan jika seorang muslim tidak merasa dirinya bukan yang dimaksud pada

ayat dan tidak merasa dituntut dalam suatu hukum bahkan tidak merasa diberikan

beban, maka jika sampai pada orang lain mereka pun akan merasa seperti itu dan boleh

jadi akan mereka alihkan kepada orang lain. Sehingga yang kita dapati adalah bahwa

Al-Quran hanya ditujukan ke planet lain, kepada umat yang ada dalam mimpi, khayal

dan dongeng belaka…

Maka dari itu pembaca Al-Quran yang jeli hendaknya meyakini bahwa dirinyalah yang

dimaksud oleh ayat, Al-Quran hanya tertuju kepadanya, khusus untuknya, hanya dia

objeknya, dirinya yang dituntut dan diajak bicara…saat membaca, bukan perangkat

yang ada dalam dirinya yang siap menerima, memenuhi panggilannya dan mentaati

segala perintah dan arahan-arahannya tapi seluruh jiwa dan raganya, fikiran dan

hatinya…

Allah berfirman:

��N�(�� .!?�N Ld�# �� !(���k!: !����h �� S�� �.N�(+����� �/��\Y�� �S�'���%& �/�W �}!(�J�h�f�N �O��!+�f �EN4\�D�� ��� ���T<(�� �V�!+�f ��N�(�� .!?�N ��K!: �;�=�0�_�� ��� �P��%& YV48 ��N�(�� .!? ��K�=�W �;�G��8�N ��=�'���%�!: �;�:Y\�8 �"�KG�h!: ����� �O��!+�f �EN4\�D�� LS�k �� �V�!+�f

��������� . V�� �"�K4�����W�6 �1�v!+�- �r�(�,%� �� mR������N ��=�'���%�!: �;�:Y\�8 �/��\Y���N.;4����H�� �;�G��8 ��0 �Y�!? �.�N�F�y��

“Aku (Allah) akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka

bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. mereka jika melihat

tiap-tiap ayat(Ku), mereka tidak beriman kepadanya. dan jika mereka melihat jalan

yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka

melihat jalan kesesatan, mereka terus menempuhnya. yang demikian itu adalah karena

mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai dari padanya. Dan orang-

orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan mendustakan akan menemui akhirat, sia-

sialah perbuatan mereka. mereka tidak diberi Balasan selain dari apa yang telah

mereka kerjakan”. (Al-A’raf:146-147)

Page 112: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

17. Memiliki Adab Yang Baik Terhadap Al-Quran

Al-Quran adalah kalam Allah, Dialah yang membantu seseorang dari makhluk-Nya

untuk bisa Talaqqi –bertatap muka langsung- dengannya – Al-Quran- bagi siapa

yang mau melintasi jalan yang Allah telah jelaskan, menggapai rahmat dan hidayah-

Nya, serta meraih pahala, kasih sayang dan ridha-Nya, dengan menghadirkan dalam

dirinya berbagai sarana dan perangkat untuk dapat memahami dan mentadabburkan Al-

Quran, sehingga tidak ada dalam dirinya penghalang, tirai atau dinding yang menutupi

dirinya dari Al-Quran dan sentuhan-sentuhannya…

Pembaca Al-Quran hendaknya meyakini bahwa bisa memahami Al-Quran adalah

merupakan ni’mat yang begitu besar dan mulia yang telah Allah anugrahkan dan

karuniakan kepadanya, merupakan pemberian dan rahmat-Nya yang tiada terhingga…

sehingga dengannya mendapatkan pemahaman, melakukan talaqqi, mampu tadabburkan

Al-Qur’an dan mampu “menafsirkan” Al-Qur’an, dan hal tersebut -tentunya-

merupakan kemenangan yang datang dari Allah, yang dengannya dapat membuka atas

siapa yang dikehendaki dari hamba-hamba-Nya menjadi pemilik kemenangan, dan

sarana terbaik menggapai limpahan karunia yang lainnya. Karena sesungguhnya

pemahaman, tadabbur dan tafsir merupakan cahaya yang datang dari Allah, rahmat dan

hadiah dari Allah yang tidak diberikan kepada ahli maksiat karena rahmat Allah tidak

akan membuka hati mereka…

Kami sebutkan disini ungkapan Imam Abu Thalib At-Thabari pada awal-awal tafsirnya

–seperti yang ditulis oleh Imam Suyuti dalam kitabnya “Al-Itqon”- tentang masalah

syarat-syarat dan adab-adab abagi seorang para pembaca, pemerhati, mufassir Al-

Qur’an. Yang mana hal tersebut cocok untuk para mutadabbir –pemrhati- Al-Quran dan

yang ingin berinteraksi secara baik dengannya, beliau berkata : “Ketahuilah bahwa

diantara syarat-syaratnya adalah aqidah yang bersih, komitmen yang tinggi terhadap

perintah agama yang terdapat di dalamnya, karena jika ia adalah seorang yang plin-plan

terhadap agamanya maka tidak memiliki amanah atas kehidupan dunianya maka

bagaimana mungkin dapat melaksanakan amanah terhadap agamanya, tidak memiliki

amanah pada berita-berita dari seorang yang alim, maka bagaimana bisa amanah pada

rahasia-rahasia Allah -karena dia tidak beriman- jika hanya dituduh sebagai orang yang

ingkar –mencari fitnah, memperdaya menusia dengan tipuan dan muslihatnya…sampai

pada ungkapannya : “dan diantara syaratnya adalah niat yang suci dari apa yang akan

diucapkan, Allah SWT berfirman :

S!=mX�#�� �� �g���� ��Y��� Y.!?�N ��=���+�f �"�K=�����K�=�� ��=��� �N������~ �/��\Y���N “Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh berada di jalan Kami maka akan Kami

tunjukkan jalan Kami kepadanya”. (Al-Ankabut : 69)

Page 113: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

Yaitu ikhlas dalam niat. Karena jika ada kecendrungan lain di dalamnya maka tidak

menjamin dirinya akan sampai pada tujuan yang dapat menghalanginya menuju

kebenaran yang diinginkan, hingga dapat merusak kesempurnaan amalnya… [2]

Sebelumnya, telah kita bicarakan tentang kiat yang mendesak untuk bisa berinteraksi

dengan Al-Quran, yaitu seorang pembaca masuk ke alam Al-Quran tanpa diiringi oleh

background masa lalu, hal tersebut memiliki keterkaitan dengan dasar yang ditetapkan

disini. Jika disana ada syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu tempat masuk yang baik

ke alam Al-Quran, memiliki persiapan yang prima dan hubungan yang baik

kepadanya, maka disini syaratnya adalah tetap tinggal bersamanya (tsabat) secara

baik, berhadap-hadapannya dengannya secara baik, berusaha menggapai

cahayanya secara baik, berinteraksi bersamanya secara baik guna mendapatkan karunia

Allah, Rahmat-Nya dan anugrah-Nya…sesungguhnya hawa nafsu, bid’ah, kesesatan

dan pen yimpangan merupakan penghalang dan penutup hati pemiliknya terhadap

cahaya Al-Qur’an, dan kemungkaran, perbuatan haram, maksiat dan dosa merupakan

penutup dan penghalang juga diri seseorang terhadap hidayah Al-Qur’an. Adapun buruk

dan jeleknya niat dan motivasi seseorang, serta niat yang tidak benar dalam berinteraksi

dengan Al-Quran, maka manjadi sarana semakin jauh dirinya terhadap Al-Qur’an.

Karena itu, niat harus ikhlas karena Allah, berusaha terus melakukan taubat, memohon

pertolongan kepada-Nya dan talaqqi darinya untuk dapat mengambil manfaat dan

faedah dari apa yang terkandung dalam Al-Qur’an…Hendaknya juga jangan

menafsirkan atau memahami Al-Quran sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki

sebelumnya terutama yang bertentangan dengan petunjuk-petunjuk Al-Quran, tidak

karena karena hawa nafsunya, dan tidak mengedepankan kecendrungan dan

kecondongan yang tidak ditetapkan oleh Al-Quran…namun seseorang hendaknya

berusaha memahami perintah-perintah Allah dari kalam-Nya, mengambilnya,

berinteraksi dengannya dan komitmen dengannya, karena sesungguhnya hal tersebut

tidak bisa diterima oleh seseorang yang ingin memahami dan berinteraksi dengan Al-

Qur’an atas dasar kemaslahatan oportuniti dan maslahat pribadi, memperlakukannya

hanya untuk kepentigan materi dan kehidupan duniawi saja, mengedepankan hawa

nafsu dan syahwat, mengikat nash-nash Al-Qur’an dengan ilmu dan pengetahuan yang

bertentangan dengan Al-Quran…mereka itulah yang dirinya akan tertutup oleh Al-

Quran; yang salah dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an…

18. Mendokumentasikan Nilai-nilai Dan Ma’ani yang terkandung Dalam Al-

Quran

Saat pembaca berinteraksi dengan Al-Quran dengan segala kemampuannya,

berkomunikasi dengannya secara seksama, memenuhi seruannya dengan penuh

kesungguhan, maka dirinya akan dapat memetik nilai-nilai dan sentuhan-sentuhan yang

terkandung dalam Al-Quran, merasuk ke dalam jiwanya dan perasaannya percikan-

percikan hidayah dan dalil-dalilnya, merasakan keindahan ayat-ayatnya, meraih

ketenangan dan kebahagiaan jiwa, dan mendapatkan manisnya keimanan, ketentraman

dan keyakinan…

Page 114: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

Ada sesuatu yang diraihnya, dirasakannya dan dicapainya mungkin saja bisa hilang dan

berakhir serta sirna dari dirinya, tapi tidak dengan ayat-ayat Al-Qur’an, karena

seseorang akan menemukan nilai-nilai yang baru dan mendapatkan cita rasa yang

berbeda dengan yang lainnya, namun itupun akan hilang dan berakhir jika dirinya

meninggalkan Al-Quran dan mengalihkan diri kepada dunia berupa kesibukan dan

aktivitas, Al-Qur’an akan hilang dan sirna jika syaitan menjerumuskannya pada

kemaksiatan, kelalaian dan syahwat…

karena itu kepada pembaca Al-Quran hendaknya merekam apa yang dirasakannya

pertama kali, merengkuhnya dengan erat petunjuk-petunjuk yang telah diraihnya,

memegang dengan erat percikan hidayah yang telah didapatkannya, berusaha

mendalami dan menghafal nilai-nilai dan hakekat-hakekat ini sebelum ia lupa dan

melakukan kegiatan lainnya. Dan bersamaan dengan itu semua, kelak dirinya akan

meraih dua kebahagiaan: kebahagiaan saat bisa hidup di bawah naungan Al-Quran dan

merasakan kenikmatan bersamanya, dan kebahagiaan saat mampu menyimpan di dalam

jiwanya, mampu menggapainya, mampu merasakan anugrahnya dan petunjuk yang ada

di dalamnya, sehingga dapat dijadikan harta karun yang berharga dan pundamental,

kaya akan ilmu, pengetahuan, nilai-nilai dan keyakinan, serta dapat membantunya saat

ia kembali kepadanya dan membutuhkannya guna menambah perbekalan, pelita

kebenaran, kepercayaan, keimanan dan keteguhan…

Kepada para pembaca hendaknya saat membaca Al-Quran ada disisinya secarik kertas

atau buku catatan sehingga dapat mencatat setiap apa hal-hal penting yang ditemui, dan

hendaknya jauhkan diri dari niat- khususnya saat melakukan tadabbur seperti yang telah

saya katakan sebulumnya- menyelesaikan satu ayat atau beberapa ayat dalam waktu

yang singkat, bergegas mengkhatamkan bacaan dalam waktu yang singkat,

sehingga dapat menjadi penghalang untuk bisa mentadabburkan Al-Quran secara

seksama, karena kuantitas bacaan Al-Quran dan berusaha membacanya sebanyak

mungkin secara cepat dapat menjadi penghalang untuk bisa memahami ayat-ayat Al-

Quran dengan baik, jangan perhatikan pada banyaknya bacaan tapi tidak disertai

tadabbur, jangan perhatikan waktu yang telah dilewatkan dalam membaca Al-Qur’an,

karena betapa banyak waktu yang telah dilewatkan oleh para sahabat, para ulama dan

para penelaah Al-Quran dalam mentadabburkan ayat demi ayat, lalu mengulangnya

kembali waktu demi waktu yang kadang menghabiskan satu malam suntuk, walupun

waktunya berlalu begitu cepat namun perasaan mereka dengan petunjuk dan nilai-nilai

sangat berharga dan mereka khawatir akan hilang begitu saja

Karena itulah mereka bersungguh-sungguh untuk bisa bertadabbur dan berinteraksi di

bawah naungan Al-Quran dan bisa menghadirkannya dengan penuh ketenangan,

kemuliaan dan keyakinan…

Waktu menurut para pembaca yang jeli adalah pembantu Al-Quran dan harus ikut

kepadanya, menggunakannya dengan penuh manfaat, dan menggunakannya dengan

penuh kemuliaan dan kemurahan tanpa ada celaan dan kehinaan…

Page 115: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

Jika seorang pembaca tidak bisa melakukan ini dalam kesehariannya oleh karena

kesibukan atau kebutuhan lain, atau oleh karena urusan mencari nafkah, atau perjalanan

yang panjang pada siang harinya, maka dengan apa dia bisa menyibukkan fikrah dan

perasaannya saat perjalanannya? kemana dia akan mengirim pendapat dan ide-ide, dan

daya khayalnya? jangan sampai hal tersebut keluar dari dunia Al-Quran, namun

hendaknya dia memilih ayat mana yang dia bisa bersamanya, mengulangnya berkali-

kali dengan perasaannya dan indranya guna mendapatkan naungannya dan sentuhan-

sentuhannya…setelah dia berusaha mencatat dan mendokumentasikan apa yang

didapatkan darinya…jika saat perjalanannya tidak bisa melakukan hal tersebut maka

hendaknya dia bisa melakukannya setelah sampai tujuan dan saat waktu istirahat…

Begitupun jika membaca Al-Quran dalam shalatnya hendaknya selalu dengan

mentadabburkannya, berkomunikasi dan berinteraksi dengannya, karena dengan hal

tersebut ia akan mendapatkan banyak nilai, hakekat dan petunjuk-petunjuknya? lalu

ketika selesai menunaikan shalatnya, ia menulils apa yang telintas dalam dirinya saat

shalat…

Semoga Allah menjadikan kita sebagai ahlul qur’an, dan memberikan kemampuan

kepada kita untuk dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik bersama Al-

Qur’an, mampu mentadabburkan dan meresapi nilai-nilai yang terkandung dalam Al-

Qur’an, menjiwai segala isi yang terdapat di dalamnya dan merasakan kenikmatan

hidup di bawah naungan Al-Qur’an..

“Ya Allah limpahkanlah kepada kami Rahmat-Mu melalui -bacaan- Al-Qur’an, dan

jadikanlah Al-Qur’an sebagai imam yang dapat menuntun hidup kami, pembawa

cahaya, petunjuk dan kasih sayang. Ya Allah, berikanlah kepada kami kekuatan untuk

selalu ingat akan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an dari selau yang kami

lupa, ajarkanlah kepada kami sesuatu yang kami tidak tahu, dan karuniakanlah kepada

kami kekuatan untuk selalu bertilawah sepanjang malam dan siang hari, dan

jadikanlah Al-Qur’an sebagai hujjah bagi kami wahai Tuhan pemilik sekalian alam”.

18. Berpedoman Pada Pokok-pokok Dasar Ilmu Tafsir

Ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh orang yang ingin berentuhan

dengan Al-Qur’an, sehingga memberikan pembacanya hasil yang benar dan petunjuk

yang dapat diterima, pandangan-pandangannya menjadi benar, tadabburnya menjadi

ilmiyah dan sistematis, hasil yang dicapainya merupakan keyakinan yang pasti dan

qoth’i, dan sampai pada bisa berkomunikasi dan memahami dengan baik, serta dapat

menjauhi pemahaman terhadap nash-nash yang mengarah pada kebatilan, kesalahan

atau mengucapkan perkataan dari apa yang tidak diketahui, atau membuat statement

yang dia tidak mengerti dan memahamiinya.

Para ulama banyak menyusun berbagai ilmu dan pengetahuan yang berkaitan dengan

Al-Qur’an dan ilmu-ilmunya, guna membantu dan memberi pemahaman bagi pembaca

terhadap Al-Quran, mentadabburkan dan menafsirkannya dengan baik, baik berupa ilmu

teoritis yang bermanfaat dan dapat membantu meraih hasil yang tepat.

Page 116: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

Seperti ilmu-ilmu tentang bahasa; pembahasan dan permasalahannya, ilmu nahwu dan

tema-temanya, uslub al-bayan, ilmu balaghoh dalam bentuk dan coraknya yang

beragam, pembahasan dasar-dasar dan cabang-cabangnya, permasalahan fiqh dan

hukum-hukumnya. Kemudian tema-tema ilmu-ilmu Al-Quran baik yang bersifat biasa

atau dharuri setiap penelaah Al-Quran dan mentadabburkannya, seperti : ilmu asbabun

nuzul (sebab-sebab turun ayat), kondisi turunnya, waktu turunnya, cakupan turunnya,

Makki dan Madani dalam Al-Quran, nasikh dan mansukh dalam Al-Quran, uslub

albayan Al-Quran, gambaran seni Al-Quran, kemukjizatan Al-Quran, badi’ Al-Quran,

qohosh (kisah-kisah) dalam Al-Quran, Amtsal (perumpamaan-perumpamaan) dalam Al-

Quran, Aqsam (sumpah) dalam Al-Quran, ahkam (hukum-hukum) dalam Al-Quran,

jadal (debat- dalam) Al-Quran dan lain sebagainya.

Seluruh pengetahuan, ma’rifat, masalah, problema dan pembahasan ini sangatlah urgen

sekali agar bisa berinteraksi bersama Al-Quran, mentadabburkannya dan mengambil inti

sarinya, sehingga pembaca terjaga dari kesalahan dan ketergelinciran; jika niatnya

benar, lurus hidupnya dan selalu berlindung kepada Allah.

Kadang hal tersebut terasa berat bagi sebagian pembaca, sehingga mereka merasa lelah

dan susah, dan mereka menganggap dirinya tidak ahli, tidak cocok dan tidak mampu

melakukannya, dan menyerahkannya kepada para ulama dibidangnya dalam

mempelajari Al-Quran dan tafsirnya yang memiliki titel akademis dan para pemilik

ijazah tertinggi atau kepada para pengajar risalah tadris (pengajaran), pendidikan dan

taujih (nasehat).

Hal tersebut adalah merupakan prasangka yang bathil dan dugaan yang tidak beralasana,

karena Al-Quran tidak ditujukan pada satu kelompok saja dari para

ulama atau pada cendikiawan saja, namun Al-Quran ditujukan kepada umat islam –laki-

laki dan perempuan, karena mereka diminta membacanya, menelaah dan

mentadabburkannya. Kita telah membicarakan tentang urgensi menghadirkan perasaan

pembaca bahwa Al-Quran ditujukan kepadanya, maka jika ini semua diserahkan kepada

para jurusannya maka betapa banyak orang yang akan mendapat kerugian… ???

Sesungguhnya berpedoman pada dasar-dasar ilmu-ilmu tafsir dan memahami tema-tema

ulumul Quran tidaklah berat dan mustahil, saat dimeminta kepada para pembaca untuk

melakukan ini semua bukan berarti harus dengan ilmu khusus pada setiap tema dari

tema-tema Al-Quran dan ilmu-ilmunya, memahami dengan sedetail-detailnya,

rinciannya, cabang-cabangnya, titik-titiknya, tanda-tandanya dan jalan-jalannya. Namun

hendaknya serahkan saja perncian dan detail-detailnya kepada para ahlinya, namun

yang diminta darinya adalah memahami apa-apa yang dibutuhkan dari ilmu-ilmu

tersebut, meneleaahnya secara seksama sesuatu yang dharuri darinya untuk bisa

berinteraksi dengan Al-Quran, mengambil tema globalnya secara singkat dan ringkas

dalam mencari tujuan yang dimaksud. Mungkin baginya cukup mempelajari dari satu

kitab saja dari kitab-kitab yang menjelaskan tentang ilmu, pengetahuan dan tema-

temanya secara singkat, tepat, padat dan berfaedah.

Page 117: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

Sehingga hal tersebut dapat diyakini, bahwa para pembaca saat merasakan manisnya

ilmu-ilmu ini dan tema-temanya dan mendapatkan kelezatan dan kenikmatannya,

senang dan gembira mendapatkan nilai-nilai, sentuhan dan tambahan-tambahan yang

dicapai olehnya, dan dia berusaha dengan penuh keinginan, kerinduan dan semangat

yang tinggi untuk mendapatkan ketenangan darinya, mendapat bekalan yang baru

darinya. Meraihnya secara berkesinambungan latoif (sentuhan-snthan), isyarat-isyarat,

tanda-tanda yang memperkaya dan memberkahinya, setiap kali bertambah

penemuannya dari Al-Quran maka setiap itu pula akan bertambah tuntutannya terhadap

berbagai ilmu dan keinginannya serta kehati-hatiannya dalam menelaah Al-Qur’an dan

mentadabburkannya.

20. Menselaraskan Nilai-nilai Al-Quran dengan pengetahuan dan tsaqafah

kontemporer

Sebelumnya telah disebutkan urgensi berinteraksi dengan Al-Quran, menelaah nilai-

nilainya, mendalami hakekat yang terdapat di dalamnya, mengrungi ilmunya dan

rahasia-rahasianya dengan memperhatikan aspek faktual yang terdapat dengan ayat-ayat

tersebut, sebagaimana juga kami telah menyebutkan urgensi lainnya yaitu “memperluas

wawasan tafsir “ dan “menghindarkan nash-nash Al-Quran dari belenggu masa dan

tempat”, sehingga pembaca yang jeli dapat meraih realisasi masalah-masalah tersebut.

Dan dalam menggunakan kiat-kiat tersebut hendaknya menggunakan ilmu-ilmu dan

pengetahuan serta tsaqofah kontemporer, memahami dengan metode yang singkat

namun padat, menelaah darinya permasalahan-permasalahan dan problema yang

memiliki hubungan erat dengan ayat-ayat Al-Quran, sehingga ia dapat menggunakan

ilmu dan pengetahuan dalam koridor nash-nash Al-Quran, memperluas wawasan dan

menambah arahan dan petunjuknya secara ashalah.

Dapat difahami bahwa latar belakang kebudayaan yang dimiliki pembaca merupakan

sarana efektif untuk bisa berinteraksi dengan Al-Quran, dan hasil dari pengetahuan dan

tsaqofah kontemporer akan membantunya mempeluas wawasannya terhadap ayat-ayat

yang dijumpainya dan hidup dengannya. Hal ini tidak bertentangan dengan apa yang

telah dijelaskan sebelumnya kaidah-kaidah dan syarat-syarat untuk bisa memasuki alam

Al-Quran tanpa memiliki background masa lalu, sehingga tidak terhijab darinya untuk

mentadabburkannya, atau menuntunnya pada kesalahan berinteraksi dengannya. Bukan

berarti seorang pembaca melepas diri dari pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki

sebelumnya, kosong dari tsaqofah-tsaqofah Islamiyah dan yang lainnya, dan menafikan

ilmu dan pengetahun lainnya. Karena hal tersebut dapat membahayakannya, jika

dijadikan sebagai hakim atas Al-Quran, menghalangi masuknya cahaya Al-

Quran, namun sebaliknya, hal tersebut akan memberikan manfaat jika dijadikan sebagai

pembantu dalam memahami Al-Quran, dan untuk memperluas nilai-nilainya dan

mempebanyak bekalan dalam mentadabburkan dan memahaminya. Al-Quran akan

menjadi wasilah –sarana- yang bermanfaat dan alat yang tepat untuk bisa mamahami

kehidupan kontemporer sesuai dengan background yang dimilikinya.

Page 118: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

Pembaca hendaknya dapat memahami melalui pengetahuan sejarah, masa dan

peradabannya, dan menggunakannya dalam menafsirkan ayat-ayat yang memiliki aspek

sejarah dan petunjuk sejarah, seperti firman-Nya :

4P�+�j��W �.��8 �����8 �N�(4A�G��� !����h �� S�� �N�*mX�� 7/�=�f �"4����+�j �/�0 �1���, ���j��!:U\���� ��

“Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah; karena itu

berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang

yang mendustakan (rasul-rasul)”. (Ali Imron : 137)

dan firman-Nya :

�.�� & �N�6 ��K!: �.;4����H�� 7�;4�4j �"�K�� �.;4���� !���p� S�� �N�*mX�� �"�����6�K!: �.;�H���X�� S�� S�2��� ��;4�4� �� >���H�' �/�����N ����3�:p� >���H�' ^ ��K2�G!9�� �

!�N��2�3�� “Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang

dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka

dapat mendengar ? Karena sesunggyuhnya bukanlah mata itu buta, tetapi yang buta

ialah hati yang di dalam dada”. (Al-Hajj : 46)

Hendaknya seorang yang memahami ilmu Falak dapat menggunakannya untuk

memahami dan mentadabburkan ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan petunjuk

ilmu falak, terutama ayat yang memberikan perhatian terhadap apa yang ada di langit

dan planet-planetnya, seperti firman Allah :

���j !(�#�+ ���N 2!(�+ �� �$���4�4t S�� ��K!: �N����K��� � ;�y2�=�� �"4��� �V�H�~ ]�\2��� �;���N�.;�����H�� ) �;���� �$���s� ��= �2�3��

“Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya

petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan

tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang mengetahui”. (Al-An’am : 97)

dan firman-Nya :

Page 119: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

�(�3�+�0 !���K=�� �P��%& ��= ��H�~�N !V��Y��� �P��%& ��G�;�#���� !/�����%& ����K=���N �V��Y��� ��= ��H�~�N Or����X�# ���N ��!=LX�� �u���W �;�����H����N �"4�L:�� �/�0 �O��w�� �;�k��+���

“Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda

malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari kurnia Tuhanmu,d

an supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun…”. (Al-Isro : 12)

Bagi Memahami pengetahuan ilmiyah yang beragam, seperti kedokteran, ilmu tentang

janin dapat dapat menggunakannya untuk menafsirkan dan mentadabburkan ayat Al-

Qur’an yang berhubungan dengan ilmu tersebut, sebagaimana firman Allah :

������5 �$���4�4t S�� )d ��, ���H�: �/�0 �O� ��, �"4��'��K046 �.;4v�: S�� �"4�4�4��D�� “Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga

kegelapan…”. (Az-Zumar : 6),

tentang ilmu kelautan yaitu dalam firman-Nya :

���(�#�+ �� �C�(�0�.������ ��� !/ .�.����k�+�� ��� 7����(�: ����K�=���: . ���4�L:�� mR���%& L]�h!+���.��:U\���'. 4.��~�(�� ���N �_4��_@��� ����K�=�0 �C�(�D��

“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. antara

keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing. Maka ni’mat Tuhan

kamu yang manakah yang kamu dustakan. Dari keduanya keluar mutiara dan marjan”.

(Ar-Rahman : 19-22)

Ilmu tentang lapisan bumi :

7u;�f ���!:��(���N ��K�G��; ��6 7�����D�0 7(���-�N 7��!: 7u���~ ![��+!y �� �/�0�N “Dan diantara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka

macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat”. (Fathir : 27).

Ilmu keperdataan, seperti firman Allah :

Page 120: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

�.;�H�f;���� �G!?�N �����h!: �����=���=�: %R���X���N “Dan langit Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kamu benar-

benar meluaskannya”. (Ad-Dzariyat : 47,

dan lain sebagainya.

Sebagaimana juga yang memahami ilmu masalah kejiwaan (psikologi), sifat manusia,

perasaan dan kecendrungannya, dapa menafsirkan kalimat “Tarabbush al-iddah” –

menahan diri hingga m,elewati masa iddah- ayat dari :

QRN�(4j �P�5����5 /!KmX4Z�G�h!: �/�3:�(��� �$���Y��v�� ���N “Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru..”.

(Al-Baqoroh : 228).

Memahami rahasia tentang habisnya masa iddah dalam rumah suaminya dan

menyediakan rumah untuk wanita yang di talak

/!K�';���: �/�0 /��;�~!(�D�' ��� �"4�:�� ��Y��� �;4�'��N “..Bertakwalah kepada Tuhanmu. Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah

mereka…”. (At-Tholak : 1)

dan untuk menafsirkan periode terjerumusnya aseseorang dari bisikan syaitan dan

memenuhi rayuan-rayuannya. Allah berfirman :

�"�� ��0 �;4�!(� ������N �E�;�o�(�����N �r�(�,%� ��!: �.;�=�0�_�� ��� �/��\Y�� 4r���� ��6 ������!? >�k�3����N�.;4�!(� ��0

“Dan (juga) agar hati kecil orang-orang yang tidak berman kepada kehidupan akhirat

cenderung kepada bisikan itu, mereka merasa senang kepadanya dan supaya mereka

mengerjakan apa yang mereka (syaitan) kerjakan”. (Al-An’am : 113)

21. Selalu Memperbaharui Dalam Memahami ayat-ayat Al-Quran

Al-Quran sangat kaya akan nilai-nilai dan petunjuk-petunjuknya, ayat-ayat yang

menyebar dalam kehidupan manusia dapat dipahami nilai-nilai dan petunjuk-

Page 121: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

petunjuknya sesuai dengan keadaan dirinya dalam berinteraksi dengannya dan tingkat

kesiapannya dalam memabaca ayat tersebut.

Al-Quran tidak akan memberikan hidayahnya kepada pembaca yang hanya duduk dan

tidak mau beramal, tidak mau beraktivitas dan berjihad dengannya. Dan Al-Quran tidak

akan bisa disingkap rahasia-rahasaianya kecuali kepada orang yang mau bergerak dan

aktif, tidak akan menebarkan naungannya nan teduh kecuali kepada orang yang mau

menerimanya dengan sepenuh hati. Karena itu para pembaca hendaknya memiliki cara

dalam menapaki jalan dengan benar agar dapat memahami Al-Quran, berinteraksi dan

mendapatkan rahasia, nilai-nilai dan petunjuknya.

Kami tidak ingin berpanjang lebar dalam menjelaskan bahwa pembaca yang memiliki

perhatian penuh kepada Al-Quran akan mendapatkan begitu banyak faedah darinya,

buah yang manis dari rihlah bersamanya, hasil yang baik dari hidup di bawah

naungannya, karunia dari ilmu-ilmu, hakekat dan ketetapan-ketetapannya yang akan

terus tumbuh dan bertambah secara berkesinambungan, ditambah dengan hal-hal yang

baru dan bermanfaat, berlimpah dan indah.

Dalam merealisasikan ini semua maka setiap pembaca harus memperhatikan kaidah-

kaidah yang diterima olehnya, dalam meraih rahasia dan kunci untuk bisa berinteraksi

dengannya, hendaknya terus menelaah ayat-ayat Al-Quran yang dia hidup dengannya.

Sehingga dapat mengeluarkan hal-hal yang baru dari nilai yang terkandung di

dalamnya, dapat menambah wawasan dari sebelumnya, merasakan hal yang baru dari

hakekat-hakekat dan ketetapan-ketetapannya. Kemudian setelah itu melakukannya

kembali, untuk ketiga kalinya, keempat kalinya dan seterusnya, dengan maksud selalu

mengulangi telaahnya terhadap ayat-ayat Al-Quran secara kontinyu dan selalu

memperbaharuinya, menjadikan apa yang telah ditelaahnya sebagai

bahan perenungan dan inspirasi yang selalu.

Pembaca hendaknya menghidupkan Al-Quran dan memperbaharui cita rasa hidup

bersamanya, dan merasakan bahwa kehidupannya merupakan bagian dari kehidupan

dengannya, menyingkap lebih banyak hal-hal baru dari hakekat-hakekat yang

mercerahkan dan ketetapan-ketetapan yang mantap. Dan hendaknya ia melihat tingkatan

dari hakekat, nilai-nilai dan ketetapan-ketetapannya, berusaha menumbuhkannya dan

menambahnya sebagai ganti dari kekurangan, kelemahan, kealpaan dan kemalasan

dirinya.

Bahwa pembaca pada kondisi ini ada 3 kelompok :

Pertama :

Kelompok yang memahami bahwa hasil yang didapat dari nilai-nilai dan petunjuk-

petunjuk Al-Quran telah berkurang dari sebelumnya, lalu kembali membaca dan

menelaah untuk yang kedua kali jauh lebih sedikit yang tidak serupa dengan bacaannya

yang pertama, sehingga ia mendapatkan nilai-nilai lebih jauh lebih sedikit dari apa yang

didapatkan kali pertama. Dan jika ini terjadi dan yang dicapainya akan terus berkurang

Page 122: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

dan berkurang hingga menjadi sirna dan habis ketika menelaah ayat-ayat Al-Qur’an,

maka -pada hakikatnya- dirinya telah menjadi penghalang terhadap Al-Quran dan harus

berusaha untuk bangkit dan hidup bersamanya kembali.

Kedua :

Kelompok yang memahami bahwa hasil yang didapat sebagaimana mestinya tidak akan

beubah baik mengalami penambahan atau pengurangan, dan bahwasanya maklumat –

pengetahuan- itu akan tetap bersamanya seperti yang didapat, namun dia tidak bisa

menambah kepada yang baru atau mengingkatkannya dengan hal yang bermanfaat…hal

itu juga dapat menjadi penghalang dirinya terhadap Al-Quran, dan yang diraih

sebelumnya dari Al-Quran menjadi jumud dan keras, dan bisa jadi akan telah

mengalami penurunan atau jumud. Dirinya akan mengalami kemalasan, futur,

kelemahan dan maksiat, dan hal tersebut akan mempengaruhi hidupnya ilmu, tadabbur

dan pemahaman pada posisi stagnan dan berjalan di tempat.

Para pembaca hendaknya berusaha mengembangkan kehidupannya pada pengetahuan

dan mata pencahariannya, menambah ilmu pengetahuannya dan kehidupannya pada ruh,

cahaya dan nilai-nilai yang baru…yaitu dengan cara mempererat interaksinya dengan

Al-Quran, menerima dan menelaahnya secara seksama dan kontinyu serta berusaha

untuk menjadikannya sebagai sarana menambah ilmu dan hidayah.

Ketiga :

Kelompok yang memahami bahwa hasil yang didapat akan mengalami penambahan dan

peningkatan, dan ketika berusaha untuk kembali dalam menalaah untuk yang kedua,

keitga atau keempat kalinya akan terus memberikan peningkatan yang bermanfaat,

wawasannya yang luas, nilai-nilai yang baru yang belum didapati sebelumnya, mampu

menelaah atau hidup dengan hakekat dan ketentuan-ketentuan yang ada di dalamnya

Inilah model yang sesuai dalam menjalin hubungan dengan Al-Quran, hidup dengan Al-

Quran, bergerak dengan Al-Quran dan menjadi generasi Al-Quran. Hasil yang diraihnya

terus berlimpah, wawasannya terus menjadi luas, hubungan dengannya terus

bertambah erat dan kehidupannya terus berkembang dan mengalami pembaharuan…

Segala puji bagi Allah atas limpahan tersebut, dan kita berharap terus bertambah ilmu,

wawasan dan hidayah saat kita berinteraksi dengan Al-Qur’an…

22. Memahami Karakteristik Setiap Surat Dalam Al-Quran

Al-Quran merupakan kitab suci yang sangat universal yang mengandung banyak

pelajaran dan hikmah serta pelajaran, sekiranya bukan dari sisi Allah maka akan

mengalami perselisihan yang besar. Al-Qur’an memiliki susunan kalimat, ungkapan dan

kata-kata yang sangat indah, saling memiliki keterkaitan yang erat pada tema dan

ma’aninya, hubungan dan keserasian serta kesatuan pada setiap surat, setiap pelajaran,

setiap maqho’ –potongan ayat-, setiap ayat dan kalimatnya. Ibaratnya Al-Quran seperti

Page 123: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

bangunan yang kokoh, rapi, saling bersambung dan mangagumkan. Pada hakikatnya Al-

Quran seperti –menurut pendekatan dan penjelasannya- bangunan yang menakjubkan,

terlihat susunan dan kesatuan yang begitu rapi di dalamnya, seperti halnya dapat terlihat

pada tiap tingkatan dari tingkatan-tingkatan yang lainnya, pada tiap ruangan dari

ruangan-ruangan lainnya, pada tiap kamar dari kamar-kamar lainnya, pada tiap dinding

dari dinding-dinding kamarnya, dan pada tiap sisi dari sisi-sisi dindingnya.

Begitulah Al-Quran secara umum, pada setiap surat, pada setiap pelajaran, pada setiap

potongan ayatnya, kemudian pada setiap ayat dari potongan ayat, dan pada

setiap kata yang termaktub dalam kalimat-kalimatnya.

Bagi pembaca Al-Quran yang jeli dituntut untuk selalu menelaah tentang kesatuan

tematik Al-Quran dan surat darinya, memperhatikan susunan, hubungan dan saling

keterkaitan antara pelajaran dan potongan-potongannya, berinteraksi dengan surat

bahwa ia merupakan kesatuan tema yang sempurna dan indah, dan memahmi bahwa

surat-surat yang termaktub dalam Al-Quran memiliki karakteristik yang istimewa dan

unik, karakteristik yang mengikat tema-tema pokok dengan tema-tema, pelajaran-

pelajaran dan potongan-potongannya dengan benang secara detail, kuat yang hanya

mampu dilihat oleh para mutadabbir- pemerhati yang jeli.

Sayyid Qutb berkata : “Karena itu dapat dilihat bagi siapa yang hidup di bawah naungan

Al-Quran bahwa setiap surat dari surat-surat yang terdapat dalam Al-Quran memiliki

karakteristik yang istimewa ! keistimewaan yang memiliki ruh yang hidup bersamanya

hati sebagaimana jika ia hidup bersama ruh yang hidup memiliki tanda, cirri dan nafas

yang istimewa pula ! memiliki tema pokok atau beberapa tema pokok yang menjurus

pada pembahasan khusus ! memiliki suasana khusus yang menaungi seluruh tema-

temanya, menjadikan susunannya mencakup tema-tema ini dari sisi-sisi tertentu,

mewujudkan keterkaitan antara keduanya sesuai dengan suasana ini. Memiliki alunan

musik yang khusus –jika pada susunannya berubah maka sesungguhnya perubahan itu

hanya pada hubungan tema khusus saja.. dan ini merupakan karakteristik umum pada

seluruh surat-surat Al-Quran…”. [3]

Beliau berkata pada pendahuluan tafsir surat Al-A’raf : “Sesungguhnya setiap surat dari

surat-surat Al-Quran memiliki karakteristik dan keistimewaan tersendiri, memiliki cirri

khusus, manhaj yang khusus, uslub tertentu, sisi khusus dalam memberikan solusi pada

satu thema, dan qodhiah yang besar sekalipun…yang mana secara keseluruhan dapat

menyatukan akan tema dan tujuan kemudian memberikan ciri tersendiri, jalan yang

istimewa dan sisi yang khusus dalam memberikan solusi satu tempat dan merealisasikan

misi ini…

Keadaan dalam surat-surat Al-Quran –dari sisi ini- seperti keadaan pada manusia yang

Allah ciptakan dengan istimewa…semua manusia memiliki cirri kemanusiaan yang

khusus, semuanya memiliki bentuk tubuh dan tugas kemanuisaan…namun mereka

memiliki banyak keragaman…memiliki kemiripan cirri, dan didalamnya ada sifat

kecemburuan yang tidak bisa bersatu kecuali karakteristik kemanusiaan secara umum.

Page 124: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

Begitulah yang dapat saya gambarkan pada surat-surat Al-Quran, yang dapat saya

rasakan dan berinteraksi dengannya. Setelah lama menyertainya, menyatu dan

berinteraksi bersama setiap surat darinya sesuai dengan cirinya, tujuannya, sifat dan

karakteristiknya !”

Pembaca Al-Quran hendaknya berjalan bersama Al-Quran seperti yang dilakukan

Sayyid Qutb, berinteraksi dengannya seperti yang dilakukan oleh Sayyid Qutb,

mengambil setiap surat darinya sebagai teman, kekasih, sahabat dan kesayangan seperti

yang dilakukan oleh Sayyid Qutb….dari situ akan didapati karakteristik khusus

terhadap surat-surat dalam Al-Quran, yang memiliki ikatan yang kuat antara ayat-

ayatnya dan tema-temanya, dan mendapatkan benang yang tipis namun kuat di

dalamnya, mendapatkan bekal yang banyak dari nilai-nilainya dna hakekat-hakekatnya.

23. Selalu Memutaba’ah Penggunaan Ayat-ayat Al-Quran dengan Istilah yang

Sama

Sesungguhnya menajadikan surat-surat, ayat-ayatnya, kalimat-kalimatnya dan

mustolahat-mustolahatnya –kalimat yang mengandung istilah- dalam Al-Quran sebagai

sahabat merupakan kecendrungan lembut dan indah, karena -dengan demikian- akan

mampu membimbing pembaca pada perjalanan yang cenderung pada kelembutan dan

keindahan, memberikan kepadanya corak, bentuk dan contoh-contoh akan nilai-nilai,

hakekat, ketetapan, dan sentuhan-sentuhan Al-Qur’an, menempatkan berada dihadapan

harta karun yang tidak akan pernah habis dan kenikmatan yang selalu mengalir.

Al-Quran Al-Karim sangat teliti dalam memilih kosa kata dan menggunakan istilah-

istilahnya, menjabarkan pemahaman dan hakekat-hakekatnya secara lugas dan mudah

difahami, memilki keragaman cara dalam menggunakan satu istilah, sangat baik dan

cermat dalam menggunakannya, bahkan memberikan nilai-nilai yang selalu baru dari

susunan yang satu dengan susunan yang lainnya; kadang sesekali memberikan naungan

secara khusus dan memberikan kepada pembaca cita rasa yang baru dan nikmat.

Jika pembaca ingin mendapatkan kebahagiaan hidup dan berinteraksi bersama Al-Quran

maka dia harus menyerahkan dirinya kepadanya, berserah diri dihadapannya,

memfokuskan perasaannya, indranya, hatinya dan akalnya dan seluruh jiwanya dalam

rihlah Al-Quran yang menyenangkan, kembali darinya dengan bekal dan wawasan yang

agung.

Kami menyerukan kepada seluruh pembaca untuk mengikuti penggunaan Al-Quran

dalam satu istilah, menyatukan bentuk, uslub, dan corak penggunaannya,

memperhatikan apa yang ditemukan yang terus bertambah secara kontinyu dari

sebelumnya…mencatat fenomena perbedaan pendapat dalam penggunaan istilah

tersebut, dan memberikan manfaat kepada umat manusia, namun yang harus

diperhatikan adalah seorang pembaca hendaknya jangan hanya mencatat satu fenomena

saja tapi harus mengikuti jejak lain yang memberikan alasan pada fenomena ini;

menafsirkannya, menelitinya dan menjelaskan hukum darinya dan rahasia-rahasia yang

terkandung di dalamnya, pelajaran dan petunjuk-petnjuk yang dapat dipetik darinya.

Page 125: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

Pada tema ini dapat kami katakan : para ulama dahulu telah menelaah akan banyaknya

fenomena dalam uslub-uskub Al-Quran, mentadabburkannya, mencatatnya dan

mengajarkannya kepada umat manusia sehingga mereka dapat mengambil manfaat yang

besar, semoga Allah memberi ganjaran yang baik kepada mereka.

Namun yang perlu diperhatikan atas karya mereka adalah bahwa kebanyakan dari

mereka tidak memperhatikan akan fenomena ini dengan seksama, berhati-hati, teliti dan

cermat, tidak berusaha memberikan alasannya dan menafsirkannya, mencatat beberapa

hikmah yang terkandung di dalamnya dan menjelaskan secara jelas dan gamblang,

berbicara tentang keindahan dan kelembutannya.

Peran kita adalah membangun apa yang mereka sampaikan, menyempurnakan apa yang

mereka lewatkan, benarlah orang bijak yang mengatakan : “Berapa yang ditinggalkan

para pendahulu untuk masa mendatang ??”…jika kita ingin berhasil meringkas istilah-

istilah yang termaktub dalam Al-Quran maka kita harus smengikutinya pada uslub-

uslub Al-Quran kemudian menyatukannya dan memperhatikan pesan yang diwahyukan

darinya, kemudian menjabarkan dan menafsirkannya dan berusaha menggali hikmah

darinya, rahasia yang ada di dalamnya, dengan selalu mengulang pertanyaan mengapa,

mengapa disebutkan begini ? apa hikmah yang bisa kita ambil darinya? dan apa rahasia

yang dapat kita gali? dan apa petunjuk yang dapat kita jadikan pelajaran darinya ?

Seperti Istilah “Al-Kufr” misalnya Al-Quran menggunakannya dalam sepuluh tempat,

namun jika diperhatikan bahwa lafdz tersebut digunakan dalam berbagai bentuk:

bentuk fi’il (kata kerja), masdar (kata jadian/keterangan), ism fa’il (subejk), dan

sifat…digunakan sebagai kata kerja dalam bentuk lampau mujarrad –asli-, bentuk

lampau yang disandarkan pada “ta” al-mutakallim, “ta” al-mukhattab, “ta” at-ta’nits,

mukhotobin (orang kedua), mutakallimin (orang pertama) dan ghoibin (orang

ketiga)…dan juga digunakan pada kata kerja dalam bentuk yang sedang berlangsung

dan mendatang, baik yang disandarkan pada mufrod mutakallim (orang pertama

personal) hingga mukhotob mufrod dan mukhotob jamaah. Dan yang disandarkan pada

al-mutakallimin, ghoib dan ghoibin. Kata kerja dalam bentuk perintah untuk mufrod dan

jama’, kadang digunakan dalam bentuk lampau secara majhul.

Adapun penggunaannya sebgai ism maka disebutkan pada bentuk berikut : “Kufr-kafir-

kafirah-kufroh-kuffar-kafiroh-kufur-kafur-kufaron-kafaroh-kufron” … maka apa

hikmah dari banyaknya penggunaan, keragaman dan macamnya yang kadang bisa

mencakup seluruh asal kata kalimat tersebut ? hal ini dapat ditemui saat menelaah ayat-

ayatnya secara keseluruhan, mencari petunjuk-petunjuknya secara sempurna.

24. Memperhatikan Adanya Perbedaan Dari Para Mufasirin Dan Kembali Pada

Ketentuan Al-Quran

Pembaca hendaknya dalam memahadi Al-Qur’an hendaknya jangan seperti tawanan

untuk masa tertentu dari sejarah kaum muslimin saja, sehingga dapat memahami ayat-

ayat Al-Quran secara luas, dan juga jangan samapi menjadi tawanan pada golongan

tertentu dari berbagai golongan yang ada pada umat Islam, dan juga jangan menjadi

Page 126: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

tawanan pada madzhab –aliran- tertentu dari berbagai madzhab yang ada pada umat

Islam, begitupun jangan menjadi seperti tawanan pada seorang mufassir tertentu saja

dari para mufassirin kaum muslimin ketika menafsirkan Al-Quran…

para mufassirin dahulu telah berusaha dengan tenaga dan fikiran mereka untuk

menafsirkan Al-Quran, berusaha menjelaskan maksud dari ayat-ayat Allah SWT dan

firman-Nya, dan wajar jika ada keragaman dalam memahaminya, ada penambahan dari

apa yang mereka hadirkan, dan hendaknya kita mendukung mereka, menghormati,

memuliakan dan mendoakan mereka, ini satu sisi. Namun pada sisi lain, kita tidak

boleh tetap berada pada satu pendapat mereka saja bahkan -boleh jadi- berada pada

kesalahan yang mereka lakukan dalam menafsirkan Al-Quran –karena setiap manusia

pasti pernah melakukan kesalahan kecuali Rasulullah saw- . Kita tidak boleh mengikuti

kesalahan yang mereka perbuat, pada perselisihan yang tidak penting untuk dibicarakan,

namunpada hasil yang bermanfaat darinya, kita tidak boleh mengikuti dalam perdebatan

yang terjadi pada mereka, dalam mengungkap dalil-dalil yang begitu banyak dalam

mengambil inti sari, dan penerimaan dan penolakan mereka serta bukan pada

perdebatan sengit mereka . Namun yang kita tampilkan adalah tafsir mereka yang kita

pilih yaitu yang baik-baik dan sesuai dengan kita serta mendukung perjalanan hidup kita

menuju ridha Allah dan surga-Nya, mengambil darinya apa yang sesuai dengan Al-

Quran, apa yang diwahyukan dan dijadikan petunjuk atasnya, memiliki makna yang

diterima, sebagai bentuk penambahan wawasan yang bermanfaat, buah ilmu dan amal,

memiliki prospek tarbawi dan taujihi –petunjuk-, dan kebutuhan hidup nyata saat

ini…kita juga menelaahnya dengan pandangan keilmuan dan tidak banyak

berkecimpung pada nilai sejarah tradisional…

Karena itu hendaknya para pembaca menghindarkan diri dari perselisihan madzhab

yang terjadi antara kaum muslimin, perselisihan kalamiyah –ilmu tauhid- antara

pengikut golongan tersebut, perselisihan balaghoh, nahwu, sejarah, dan fiqh, lalu

kembali kepada ketentuan Al-Quran yang bersih dan suci serta mulia…mengambil

darinya hirupan air dan meminumnya walaupun hanya sedikit dan tidak mencapai

kepuasan, karena siapakah yang akan puas dengan ketentuan Al-Quran ? siapa yang

akan merasa kenyang dari perbekalan Al-Quran ? siapakah yang bosan dengan

menjadikannya sahabat ? dan siapakah yang dapat mengganti Al-Quran, yang

merupakan harta karun yang sangat berharga, kebaikan dan cahaya yang menyinari

dihadapan ucapan manusia, perselisihan, permasalahn dan perdebatan mereka ?

Bagaimana kita bisa mengambil pelajaran aqidah Islam? jawabannya ada pada Al-

Quran itu sendiri bukan pada pengikut suatu golongan dan ulama kalam dari mu’tazilah,

khowarij, syiah, murjiah, asy’ariah –pengikut dan loyal pada imam Asy-Ari- dan

hanabilah –pengikut madzhab imam hanbal- dan lain-lainnya…apa yang dikatakan saat

membaca tafsiran Al-Quran dan melihat tanda-tanda kebesaran Allah di dunia,

sementara penglihatan orang-orang kafir pada Allah sangatlah buruk dan kelak mereka

kekal serta diberi azab di hari kiamat.

Dan Bagaimanakah penglihatan kaum muslimin terhadap Tuhan mereka di hari kiamat

dan di Surga? pembaca hendaknya menghindar dari perselisihan yang sengit antara

beberapa golongan dari kaum muslimin di dalamnya..apa sifat-sifat dan nama-nama

Page 127: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

Allah yang disebutkan dalam Al-Quran, bagaimana kita bisa mengambilnya dan

menfsirkan seluruhnya, tidak boleh membatasinya pada lima, tujuh, sepuluah atau dua

puluh sifat saja !!! karena Al-Quran menyebutkan lebih banyak dari itu, bukan berasal

dari para ahli filsafat yang kosong sekitar sifat-sifat ini baik yang bersifat permanen

dalam bentuk Zat atau selain Zat, dan apa maksud pensifatan Allah dan bagaimana

caranya…dan juga harus menghindar dari itu semua dan mengalihkannya pada

pemahaman yang positif terhadap sifat-sifat Allah yang Maha memlihara, Maha

menentukan, Maha mengarahkan, Maha menghitung, Maha Memantau dan Maha

Menegetahui…tunduk kepada-Nya walaupun hal-hal yang kecil dan besar di alam ini

dan juga pada kehidupan manusia…kemudian setelah itu kita pindah untuk menoleh

pada atsar, nilai-nilai, pelajaran dan ibrah yang dapat diambil manfaatnya oleh orang

beriman akanpengetahuannya tentang sifat-sifat Allah dan menelaahnya terhadap Al-

Quran yang telah menjabarkannya dan menetapkannya…kemudian kita merasakan

kehidupan tarbawi dan imani guna dapat memahami sifat ini, mengambil faedah

darinya dalam rengka menambah keimanan, perasaan takut dan adanya muraqabah

(merasa terus dipantau) serta mengokohkan jiwa dan mengokohkan perjalanannya pada

jalan yang lurus.

25. Mengatur Strategi Dalam Berinteraksi Dengan Al-Quran

Saat pembaca ingin berinteraksi dengan Al-Quran maka hendaknya ia harus mengatur

lebih dahulu strategi dan membuat rancangan yang jelas, apa strategi utama yang harus

dilakukannya ? dari mana memulainya ? apa saja permulaan dan akhir dari kerja

tersebut ?

Dan tentunya, pada saat mengatur strategi tersebut hendaknya dilakukan dengan

sistematis, teratur, seimbang dan bertahap. Adapun diantara langkah yang mesti

dilakukan adalah sebagai berikut:

Langkah pertama :

Hendaknya terlebih dahulu menghadirkan suasana imani dan membuat kondisi

keimanan dengan prima agar dapat menyertai dalam memahami dan mentadabburkan

Al-Quran, menghadirkan anugrah dan nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepadanya

yaitu dengan memperhatikan adab-adab tilawah seperti yang telah disebutkan pada awal

tulisan ini.

Langkah kedua :

Hendaknya pembaca terlebih dahulu menerima dengan sepenuh hati kehadiran Al-

Quran di dalam jiwanya dan membaca ayat-ayatnya dengan tartil dan penuh khidmat,

sehingga seakan dirinya memulai dan hidup selalu berada di bawah naungan Al-Qur’an,

merengkuh nilai-nilai, hakekat, ketentuan dan sentuhan-sentuhannya, berkomunikasi

dengan seluruh jiwanya kepada Al-Quran. Sehingga dengan demikian dirinya akan

mendapatkan hasil yang besar, kenikmatan yang berlimpah dan harta yang berharga.

Page 128: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

Langkah ketiga :

Menelaah ringkasan kitab tafsir yang menjelaskan kalimat-kalimat gharibah (asing)

atau penjelasan yang menerangkan sebab-sebab turunnya ayat, atau pembahasan tentang

kata yang samar, dan hukum yang khusus. Hal tersebut guna membantu dalam

mendapatkan pemahaman para ulama sebelumnya, sehingga akan jelas baginya sesuatu

yang samar, menampakkan sesuatu yang tersembunyi, meluruskan seseuatu yang belum

jelas kebenarannya, atau menyadari akan kekurangan dirinya sehingga memberikan

tambahan pengetahuan darinya.Jadi telaah ini bertujuan untuk mengklarifikasi,

meluruskan dan mengaca diri dari berbagai kekurangan dan kekhilafan.

Langkah keempat :

Menelaah kembali kitab tafsir yang bear dan luas dalam pembahasan dan penjelasannya,

serta panjang tema-tamanya, menjabarkan ragam perkhilafan –perbedaan pendapat-.

Sehingga -dengan demikian- pembaca dapat berinteraksi –dengan kemampuan kritik

yang konstruktif- untuk mencari penjelasan-penjelasannya dan menambah wawasan

ilmu dan pengetahunnya, bergelut dengan ilmu dalam waktu yang lama dan penuh

berkah. Menumbuhkan jiwa intelektualnya dan kemampauannya beristimbat –

mengambil inti sari darinya.

Pada langkah ketiga diingatkan hendaknya pambaca memulai telaahnya dengan mencari

penjelasan makna-makna kalimat Al-Quran, dan kitab yang paling baik dalam hal ini

adalah “Kalimat Al-Quran tafsir dan bayan”, karangan ustadz hasanin makhluf.

Kemudian menelaah kitab tafsir kontemporer yang berbicara tentang masalah

problematika, permasalahan dan peristiwa kontemporer dan memfokuskannya hanya

pada pembahasan kontemporer, dan pembaca tidak akan mendapatkannya kecuali pada

kitab yang disusun oleh Sayyid Qutb dalam tafsirnya yang sangat fenomenal “Fi Dzilal

Al-Quran”. Dan kami berpendapat bahwa kitab tersebut sebagai wasilah utama untuk

dapat memhami tentang karakterisrik Al-Quran, kita yakin bahwa bagi siapa yang

menentangnya maka akan banyak sekali yang hilang darinya terhadap nilai-nilai Al-

Quran, hakekat dan ketentuan-ketentuannya yang termaktub dalam Al-Qur’an..

Kemudian setelah itu membandingkannya dengan kitab tafsir turats –bil ma’tsur- dan

kitab “tafsir Al-Quran Al-Adzim imam ibnu Katsir” merupakan rujukan yang paling

baik dalam hal ini.

Adapun pada langkah keempat, diingatkan kepada pembaca agar dalam menerima

penafsiran dari para ulama mufassirin secara mutlak, seperti kitab tafsir Muhammad

ibnu Jarir At-Thobari- yang diiringi dengan telaah di dalamnya secara seksama dan

menggunakan oto kritik- kemudian juga menerima kitab-kitab tafsir lainnya seperti

kitab tafsir Ar-Razi, An-Naisaburi, Az-Zumahsyari, Al-Qurtubi, Abu As-Su’ud, Al-

Alusi, Asy-Syaukani dan Rasyi ridlo dalam kitabnya Al-Manar.

Page 129: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

Jika dalam pelaksanaannya pembaca mengalami pencampur adukkan dan kebimbangan,

maka ia akan menemukan kesulitan yang banyak dan bahkan akan sulit baginya

mendapatkan keni’matan untuk bisa hidup bersama Al-Quran Al-Karim.

Semoga Allah senantiasa merahmati Imam As-syahid Hasan Al-Banna saat menjawab

pertanyaan yang ditujukan kepadanya tentang cara paling ampuh untuk bisa memahami

Al-Quran, beliau berkata : Hatimu.

Hati orang yang beriman tidak diragukan lagi merupakan seutama-utama tafsir terhadap

kitabullah. Dan cara paling baik untuk dapat memahaminya adalah membaca Al-Quran

dengan penuh tadabbur dan khusu’, berniat mencari kebenaran dan petunjuk, membuka

wawasan dan fikrahnya ketika membaca…menselaraskannya dengan sejarah hidup

Rasulullah saw, mengartikannya dengan corak yang khusus seperti melalui asbabun

nuzulnya –sebab-sebab turunnya ayat-, hubungannya dengan tema-temanya, sehingga ia

mendapatkan sarana yang baik dalam memahami Al-Quran secara benar dan bersih.

Jika setelah membaca kitab-kitab tafsir, dan menelaah makna lafadz, atau susunan yang

tersembunyi, memahami makna yang ada dihadapannya, atau membekali diri dengan

pengetahuan yang dapat memahami secara benar akan kitabullah, merupakan sarana

terbaik…sedangkan pemahaman adalah merupakan cahaya yang dapat menyinari lubuk

hatinya.

25. Memetik Buah Dari Berinteraksi Dengan Al-Quran

Adapun diantara kiat sukses berinteraksi dan mentadabburkan Al-Qur’an secara

aplikatif yang terakhir adalah bahwa pembaca hendaknya menghadirkan jiwa dengan

penuh semangat dan berusaha menyentuh hati pada saat membaca Al-Quran, berusaha

mentadabburkan dan berinteraksi dengan seluruh perasaan, indra dan gerak serta

dengan menggunakan seluruh jiwa dan hatinya. Dan jangan menjadikan tujuan dari

membaca Al-Quran sekedar ingin mendapatkan ganjaran, karena hal tersebut sudah

jelas dan wajar yang akan diberikan oleh Allah –insya Allah.

Begitupun jangan bertujuan hanya ingin mendapatkan “tsaqofah” –ilmu- yang terdapat

di dalam Al-Quran, hanya sekedar memperluas wawasan belaka, atau

ingin mendapatkan pencerahan dengan beragam corak ilmu dan pengetahuan yang

terkandung di dalam Al-Qur’an atau untuk menambah perbendaharaan berbagai bidang

ilmu, pengetahuan dan ma’rifah. Karena sesungguhnya berkutat pada ilmu dalam

menelaah Al-Quran tidak akan melahirkan amal, komitmen dan akhlak yang bersih.

Kalau hanya sekedar ingin mendapatkan pengetahuan, baik yang bersifat ilmu ataupun

teori, lalu dijadikan simpanan pada akalnya saja sehingga dirinya menjadi jumud –

keras- hingga pada titik lemah, bimbang kemudian sirna, atau akan tetap jumud dan

lemah untuk menggapai cahaya petunjuk, bimbingan dan pendidikan.

Hal tersebut dapat kita lihat pada seseorang yang mengulang-ulang apa yang dimiliki

dari pengetahuan dan ilmu yang dimiliki, berbicara tentangnya –dengan lihai dan fasih-

namun kepribadiannya dan keistiqomahannya tidak menyertai hidupnya. Akhlak dan

Page 130: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

prilakunya tidak mampu diwujudkan. Tidak ada perasaan keterikatan dan hubungannya

dari apa yang diucapkannya dan ilmu yang dimiliki.

Pembaca hendaknya memperhatikan apa yang termaktub dalam Al-Quran dengan penuh

perasaan, indra dan prilakunya, berusaha mendapatkan darinya berbagai

ilmu pengetahuan dan tsaqofah, ideologi dan wawasan, hakekat dan petunjuk-petunjuk,

nilai-nilai kehidupan, arahan-arahan, prinsip-prinsip, perintah untuk beramal secara

nyata sebagai petunjuk amali untuk kehidupannya di dunia. Berusaha untuk

menelaahnya melalui akal dan daya khayalnya, ideologi dan daya fikirnya. Melalui hati,

ruh, jiwa dan perasaannya. Melalui indra, himmah –keseungguhan- dan

kekuatannya, sehingga dapat mencapai apa yang dibutuhkan oleh dirinya,

menselaraskan berbagai aspek dijumpainya dengan penuh kejiwaan dan

kemudia menyatukannya dalam satu kesatuan, dan mengikatnya dalam ikatan yang kuat

dan rapi, lalu mengarahkannya pada program harian, prilaku kongkret, dan hakekat

kehidupan serta keimanan Qurani yang hidup, nyata dan menyentuh jiwa; yaitu dengan

mengikuti jejak Rasulullah saw –sebagaimana yang pernah diungkapkan oleh Sayyidah

Aisyah RA- bahwa akhlaknya adalah Al-Quran, dan mengikuti jejak para sahabat –

semoga Allah meridloi mereka- yang menjadikan Al-Quran sebagai ajaran yang harus

diamalkan dengan segera pada saat mendengarnya, memandangnya dengan pandangan

seorang tentara di medan perang yang siap melakukan perintah dari komandannya untuk

segera melakukan perang. [5]

Karena itu, pembaca saat menelaah Al-Quran hendaknya meresapi dan menghayati

dengan seksama dan penuh khidmat apa yang dibacanya, tidak sibuk dengan urusan lain

saat membacanya, atau melakukan sesuatu, atau menjadikan dirinya dan aktivitas

lainnya menjadi penghalang, namun hendaknya menyatukan segala yang ada dalam

dirinya, pemahamannya, himmahnya, fikrohnya, indranya, khayalnya, perasaannya,

hatinya, akalnya dan jiwanya kepada Al-Quran.

Pembaca juga tidak mencampur adaukkan antara sarana dan tujuan, karena betapa

banyak kerugian yang akan didapat jika hal tersebut dilakukan ! sesungguhnya setiap

sesuatu yang digunakan untuk membaca Al-Quran tidak mesti menjadi sarana untuk

mencapai tujuan..yaitu tilawah, tadabbur dan telaah, dan apa yang dihasilkan dari

hakekat-hakekat yang ditemuinya, lathoif –percikan-percikan Al-Qur’an-, pengetahuan,

ketetapan dan hal-hal yang dapat membuat hatinya terbuka sehingga dapat

memberikan pemahaman, prinsip dan oreintasinya; sehingga mampu membaca buku-

buku tafsir, mampu hidup bersama Al-Quran dalam beberapa saat atau jam. Yang mana

ini semua tidak dijadikan pada bentuk lain kecuali menjadikannya memiliki beberapa

tujuan.

Karena jika hanya merasa puas pada hal tersebut dan merasa cukup dengan satu arah

maka dirinya tidak akan dapat merasakan hidup yang indah bersama Al-Quran, hidup

dibawah naungannya, dan tidak akan mampu memahami bagaimana beriteraksi yang

baik bersama Al-Quran !.

Page 131: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

Kita menyadari bahwa sebagian umat Islam ada yang mereasa cukup dengan hal

tersebut, bermalas-malasan untuk berada disisinya, dan menjadikannya –membaca Al-

Quran- hanya pada satu obsesi dan satu tujuan dan satu misi, sedangkan mereka tidak

memahami Al-Quran secara benar dan tidak berusaha hidup dibawah naungannya !.

Seorang mu’min saat menyertai Al-Quran dalam perjalanan hidupnya yang

menyenangkan hendaknya memperhatikan apa yang dihasilkan dari hal tersebut, harus

meluruskan niat pada setiap perjalanannya, sehingga dirinya akan memperoleh banyak

keuntungan darinya, serta akan memetik keberkahan yang begitu besar.

Sesungguhnya buah yang diharapkan hasilnya tidak akan menyampaikan dirinya pada

tujuan yang telah dibatasi dan dicarinya. Dimana saat dia membaca Al-Quran maka Al-

Quran akan bertanya akan tujuan hidupnya; tujuan orang beriman dalam membacanya,

dan akan dijumpai jawabannya dalam Al-Quran dengan jelas dan gamblang.

Dan kita telah membicarakan tentang tujuan Al-Quran dalam kehidupan manusia pada

tema “Memahami Tujuan Pokok Al-Quran” dan “Memperhatikan Misi Da’wah

Pergerakan Al-Quran” dan yang liannya dari kiat-kiat sukses berinteraksi dengan Al-

Quran secara aplikatif.

Pada hal tesebut, Al-Quran memberikan batasan kepada orang yang beriman yang ingin

mentadabburkan Al-Qur’an dengan tujuan membaca, berinteraksi dan

mentadabburkannya.

Allah berfirman:

��� �V���;�� ��L:�� �/�0 )�;�G >���W �;�K�� ! ����f!9 ��� �E�����J ��Y��� ���(�T �/�����6 �P���f���)�!+�0 )[����o S�� ������N46 ��Y��� !( 8� �/�0 �"�K�:;4�4j . �l����# �� �/�X�-�6 �[F�G ��Y���

�����' "45 �"�K:�� �.�;�M�D�� �/��\Y�� �u;4��~ ���=�0 <(�H�M ��' �S!G����0 ��K!:��M��0 ��:���8Y��� !( 8� >��!? �"�K�:;4�4j�N �"���u;4��~ xR��M�� �/�0 ��!: ]���K�� ��Y��� ����� ����� ���u��� �/�0 ���� ����� ��Y��� !V���w�� �/�0�N

“Maka Apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama

Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu

hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya

untuk mengingat Allah. mereka itu dalam kesesatan yang nyata. Allah telah

menurunkan Perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-

ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada

Page 132: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah.

Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. dan

Barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun”.

(Az-Zumar : 22-23)

Sesungguhnya tujuan yang ditargetkan adalah “Al-Hidayah”..karena hidayah Allah

merupakan petunjuk bagi siapa yang di Kehendaki…seperti yang disebutkan pada

penutup dua ayat yang telah ditentukan bagaimana mambaca Al-Quran, mensifati

keadaan orang yang berkomunikasi dengannya, memperhatikan fenomena pengeruh,

perubaan dan interaksi atas mereka…kemudian menjelaskan buah dari tilawah ini dan

menentukan tujuan darinya, menyeru kepada orang beriman untuk menelaahnya dan

berusaha untuk mengaplikasikannya, rindu kepada buah tersebut dan berusaha untuk

memetiknya…yang dimaksud adalah “Al-Huda” yaitu hidayah Al-Quran…hidayah

Allah yang diberikan kepada siapa yang dikehendaki..hidayah secara mutlak dan syamil

–menyeluruh- serta universal untuk individu, masyarakat dan umat…

Dalam ayat lain yang menetapkan tujuan dari tilawah adalah firman Allah :

��4����0 �/���8 !B�=�� S�� ��!: S�M���� ���;�G ���� ��= ��H�~�N �E��=�����-�h�� �����0 �.��8 �/�0�N�6 �;�G��8 ��0 �/�!(����� ��� �/L��� �����\�8 ��K�=�0 )C!���D!: �{���� �$���4�@A�� S��

�.;4����H�� “Dan Apakah orang yang sudah mati kemudian Dia Kami hidupkan dan Kami berikan

kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu Dia dapat berjalan di tengah-

tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam

gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami

jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan”.(Al-

An’am : 122)

Yaitu kehidupan yang bebas, berwibawa dan mulia yang hanya layak untuk orang

beriman, kehidupan yang penuh kebahagiaan, keberkahan dan petunjuk yang juga

memberikan keberkahan pada umurnya, menaikkan derajatnya dan membersihkan

jiwanya..kehidupan yang harus dijadikan tujuan dalam membacanya, buah yang dapat

dipetiknya dari hasil interaksi dan perjalanan bersamanya, dan hasil amali yang

diaplikasikan dari interaksinya dengan Al-Quran.

Inilah tujan tilawah, buah interaksi, hasil tadabbur dalam berinteraksi dengan Al-

Qur’an…

Al-Quran adalah hidayah maka bagaimana kita bisa mendapatkan hidayah Al-Quran ?

Page 133: Akademi Al-Qur'an _ Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

al-ikhwan.net Abu Ahmad

Al-Quran adalah cahaya maka bagaimana kita bisa mendapatkan cahayanya ?

Al-Quran adalah kehidupan maka bagaimana kita bisa hidup dengannya ?

Al-Quran adalah harta karun yang tidak ternilai harganya maka bagaimana kita bisa

membukanya ?

Al-Qur’an adalah anugrah Allah SWT yang berlimpah maka bagaimana kita bisa hidup

di bawah naungannya,berusaha meraih kehadirannya dan memetik buahnya yang tidak

ada kehidupan selain dengannya ?

Inilah tujuan dari tilawah dan demikianlah buah dari mentadabburkannya…tujuan yang

menyeru kepada seluruh manusia, buah yang memotivasi untuk selalu hidup

bersamanya, mengarahkan untuk selalu rindu kepadanya.

Kita berharap menjadi seperti mereka yang mendapatkan kebahagiaan ketika dapat

hidup di bawah naungan Al-Quran, hidup di dalam hidayah Al-Quran, memetik buah

dari Al-Quran, merealisasikan tujuan-tujuannya, berinteraksi dengan baik bersamanya,

menggunakan kiat-kiat yang memberikan hidayah untuk membuka harta karun Al-

Quran, dan membimbing kita di dunia pada jalan kebaikan dan hidayah Allah dan kelak

memberikan hujjah pada hari kiamat, memberi syafaat untuk masuk ke surga Allah

dengan karunia-Nya, ampunan-Nya dan Rahmat-Nya.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan hidayah kepada jalan lurus kepada kita

semua. Segala puji hanya milik Allah SWT yang dengan ni’matnya segala kebaikan

menjadi sempurna

Dan shalawat serta salam semoga tercurah kepada nabi Muhammad saw, keluarga dan

para sahabatnya.

Wallahu a’lam bisshowab

______________________________________________

[1]. Fi Dzilal Al-Qur’an : jil. 1, hal 11)

[2]. Al-Itqan, Imam Suyuthi : 2 : 176

[3]. FI Ad-Dzilal Al-Qur’an, 1 : 28

[4]. Fi Ad-Dzilal Al-Qur’an, 3 : 1243

[5]. Ma’alim Fi At-Thoriq, Sayyid Qutb, hal : 17-20