AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH...

95
AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH SITI JENAR Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin Untuk Memenuhi Persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag.) Oleh : Dalilah Ukhriyati 1113033100080 PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H./2017 M.

Transcript of AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH...

Page 1: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN

SYEKH SITI JENAR

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin Untuk Memenuhi Persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S. Ag.)

Oleh :

Dalilah Ukhriyati

1113033100080

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H./2017 M.

Page 2: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang
Page 3: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang
Page 4: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang
Page 5: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

ii

ABSTRAK

Dalilah Ukhriyati

“Ajaran Makrifat Sunan Kalijaga dan Syekh Siti Jenar”

Penelitian ini akan menjelaskan tentang persamaan dan perbedaan ajaran

makrifat Sunan Kalijaga dan Syekh Siti Jenar. Metode Penelitian ini

menggunakan metode deskriptif analitis untuk mengetahui permasalahan yang

mengenai persamaan dan perbedaan ajaran Sunan Kalijaga dan Syekh Siti Jenar,

terdapat dua naskah yang menjadi rujukan primer yaitu Suluk Linglung dan Serat

Natarata (Serat Siti Jenar). Sehingga penulis mendeskripsikannya secara

terperinci dalam pemahaman yang komprehensif. Dalam teknik pengumpulan

data, penulis menggunakan kepustakaan murni terhadap sumber primer maupun

sekunder.

Hasil Penelitian ini adalah kedua tokoh tersebut mempunyai persamaan

dalam ajaran makrifat yaitu Manunggaling Kawula Gusti. Manunggaling kawula

Gusti yang diartikan sebagai menyatunya (manunggaling) manusia (kawula)

dengan Allāh (Gusti). Dalam ajaran makrifat Sunan Kalijaga yang melalui

manunggaling kawula Gusti adalah suatu hal yang istimewa dan tidak terdapat

pada sembarangan orang melainkan atas petunjuk dan hidayah dari Allāh, karena

segala sesuatu perbuatan manusia yang menentukan adalah Allāh SWT,

sedangkan dalam ajaran makrifat Syekh Siti Jenar yang melalui manunggaling

kawula Gusti adalah manusia di ajak untuk membuktikkan keberadaan Allāh

secara langsung (adanya alam semesta), bukan hanya memahami keberadaan

Allāh dari sisi nalar pikiran (ilmu) dan rasa sentimen makhluk (perasaan yang

dipaksa dengan doktrin surga dan neraka). Adapun, cara menyampaikan ajaran

makrifat kepada pengikutnya dari kedua tokoh tersebut mempunyai gaya yang

berbeda. Sunan Kalijaga cara mengajarkannya lebih memfokuskan pada

pengalaman kehidupan sehari-hari orang Jawa dalam memahami sangkan paran

(tujuan hidup manusia) melalui konsep kesenian budaya yaitu tembang dan

wayang. Sedangkan Syekh Siti Jenar, cara mengajarkannya lebih memfokuskan

pada olah batin untuk mencapai diri sejati (diri yang telah mencapai

kesempurnaan).

Kata Kunci : Ajaran Makrifat, Manunggaling Kawula Gusti

Page 6: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allāh SWT yang telah memberikan kenikmatan

kepada hambanya, berupa nikmat iman dan kesehatan. Sehingga penulis bisa

menyelesaikan tugas akhir studi. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada

baginda Rasūlullah SAW yang telah memberikan suri tauladan kepada umatnya.

Skripsi yang berjudul Ajaran Makrifat Sunan Kalijaga dan Syekh Siti Jenar,

disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata

Satu (S1) Fakultas Ushuluddin di Universtas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan

saran-saran dari berbagai pihak sehingga penyusunan skripsi ini dapat

terselesaikan. Untuk itu penulis meyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Prof. Dr. Masri Mansoer, MA. Selaku Dekan

Fakultas Ushuluddin.

2. Dr. Wiwi Siti Sajaroh, MA., selaku Dosen Pembimbing yang telah

membimbing dan menasihati dengan setulus hati dalam memberi masukan

serta arahan yang baik kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

tugas akhir atau skripsi ini.

3. Dra. Tien Rohmatin, MA., selaku Ketua Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam, Dr.

Abdul Hakim Wahid, MA. Selaku Sekertaris Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam

Page 7: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

iv

dan juga jajarannya yang telah membantu penulis dalam mengurus segala

keperluan untuk menyelesaikan penulisan judul skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang

tidak bisa penulis sebut namanya satu persatu. Semoga ilmu yang telah

diajarkan kepada penulis dapat diamalkan dan semoga kelak mendapat balasan

dari Allah.

5. Kiai Moh. Afif Zuhri yang telah membantu penulis dalam mencari data demi

kesempurnaan penulisan skripsi ini, dan Achmad Fadloli menantu dari Alm.

Drs. Muhammad Khafid Kasri (penerjemah Suluk Linglung) yang telah

memberi buku Suluk Linglung Sunan Kalijaga.

6. Kedua orang tua tercinta, Ustad. Atwi dan Nurpatila, S.Pd. yang telah

mendo’akan dan mendukung kepada penulis selama melanjutkan

pendidikannya di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

karena berkat do’a orang tualah akhirnya penulis dapat menyelesaikan masa

pendidikannya dengan baik. Adikku tercinta, Ainun Shafira yang sudah

memberi semangat kepada penulis agar penulis dapat menyelesaikan tugas

akhirnya.

7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang berada di

Madura yang sudah memberi do’a dan dukungan kepada penulis, karena itu

penulis semangat untuk menyelesaikan tugas akhirnya.

8. Temanku Tercinta, Rizka Widayanti dan Triana Sugesti yang telah memberi

motivasi, dukungan dan do’a kepada penulis, dan juga menemani penulis untuk

Page 8: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

v

mencari data-data skripsi dari awal hingga akhir, karena itu lah penulis bangga

kepada mereka berdua. Teman seperjuanganku, Teti Pujiawati, Nur Amalia

Dini, Fitrohtul Azizah, Siti Salbiyah, Rusmiyanah, Nur Intan, Cici Zulaika, Siti

Nurliha, dan Anita Ayu Amalia yang juga memberi semangat kepada penulis.

Aulia Ning Ma’rifati , Mursyidah Mahmud dan Mahesa yang sudah membantu

penulis dalam menulis skripsi dengan baik dan benar.

9. Teman-teman Aqidah dan Filsafat Islam angkatan 2013, yang tidak bisa

disebutkan namanya satu persatu. Terimakasih banyak sudah memberi support,

diskusi bersama dan membagi pengalamannya kepada penulis agar penulis

cepat menyelesaikan tugas akhirnya.

10. Teman-teman MAN, Ayu Tri Astuti, Firda Afrilina, Hasrida Lutfiana, Juni

Rosmaliza, dan Siti Masyitoh yang sudah memberi semangat agar penulis

tidak males-malesan untuk mengerjakan tugas akhirnya. Teman Rumah, Dita

Andriani yang selalu memberi motivasi dan do’a kepada penulis agar cepat

menyelesaikan tugas akhirnya.

Penulis hanya bisa mengucapkan terimakasih banyak atas do’a, dukungan

dan motivasinya kepada semua pihak, dan mohon maaf apabila pihak yang belum

disebutkan satu-persatu. Semoga segala kebaikkan yang telah diberikan menjadi

amal baik dan diberi balasan oleh Allah SWT.

Jakarta, 07 Desember 2017

Dalilah Ukhriyati

Page 9: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

LEMBAR PERNYATAAN ...............................................................................i

ABSTRAK ..........................................................................................................ii

KATA PENGANTAR ......................................................................................iii

DAFTAR ISI ......................................................................................................vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ....................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..........................................................................................1

B. Batasan dan Rumusan Masalah .................................................................8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................................9

D. Tinjauan Pustaka ......................................................................................10

E. Metodologi Penelitian ..............................................................................12

F. Sistematika Penulisan ...............................................................................14

BAB II KEHIDUPAN SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH SITI JENAR

A. Biografi .....................................................................................................16

1. Sunan Kalijaga ....................................................................................16

2. Syekh Siti Jenar ...................................................................................18

B. Pendidikannya ...........................................................................................21

1. Sunan Kalijaga ....................................................................................21

2. Syekh Siti Jenar .................................................................................. 23

C. Perjalanan Dakwah ....................................................................................26

1. Sunan Kalijaga ....................................................................................26

2. Syekh Siti Jenar ...................................................................................31

D. Karya-Karyanya ........................................................................................34

1. Sunan Kalijaga ....................................................................................34

2. Syekh Siti Jenar ...................................................................................37

BAB III AJARAN MAKRIFAT DALAM TASAWUF

A. Pengantar Tasawuf ....................................................................................38

B. Makrifat Menurut Beberapa Tokoh Sufi .................................................. 40

C. Tahapan Untuk Mencapai Makrifat ..........................................................42

Page 10: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

vii

BAB IV AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH SITI

JENAR

A. Ajaran Makrifat Sunan Kalijaga ...............................................................52

B. Ajaran Makrifat Syekh Siti Jenar ..............................................................64

C. Manunggaling Kawula Gusti Sebagai Muara dari Ajaran Makrifat .........74

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...............................................................................................78

B. Saran-Saran ...............................................................................................80

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................81

Page 11: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

viii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Arab Indonesia Arab Indonesia

ṭ ط a ا

ẓ ظ B ب

‘ ع t ت

gh غ Ts ث

f ف J ج

q ق ḥ ح

k ك kh خ

l ل D د

m م Dz ذ

n ن r ر

w و Z ز

h ه s س

’ ء sy ش

y ي ṣ ص

h ة ḍ ض

VOKAL PANJANG

Arab Indonesia

Ā ٱ

Ī اى

Ū او

Page 12: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam merupakan agama yang rahmatan lil ’alamiin bagi seluruh umat

Muslim yang di bawakan oleh Nabi Muhammad SAW. Dari sinilah Islam

lahir dalam beragam macam cabang ilmu di bidang keagamaan. Masing-

masing dari cabang ilmu tersebut mempunyai pembahasan masing-masing.

Salah satu cabang ilmu tersebut adalah ilmu tasawuf.1 Ilmu tasawuf

merupakan kajian ilmu yang menjelaskan tentang cara-cara untuk

menyucikan jiwa, menjernihkan akhlaq, membangun dhahir dan batin.

Sedangkan, tasawuf merupakan sikap yang selalu memelihara kesuciaan diri,

beribadah, hidup sederhana, rela berkoban untuk kebaikan dan selalu bersikap

bijaksana.2

Sejak masuknya Islam di Indonesia telah tampak unsur tasawuf yang

mewarnai kehidupan keagamaan masyarakat, bahkan hingga saat ini pun

nuansa tasawuf masih kelihatan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari

pengalaman keagamaan sebagian kaum muslim Indonesia.3 Seiring

berkembangnya zaman, maka bermunculan tokoh-tokoh tasawuf, dari

merekalah lahir berbagai pemikiran ajaran tasawuf. Tokoh-tokoh tersebut

adalah Hamzah al-Fansuri, Syamsuddin as-Sumatrani, Nuruddin ar-Raniry,

Abdul Rauf as-Singkil, Abdus Samad al-Palimbani, Muhammad Nawawi al-

1 Sokhi Huda, Tasawuf Kultural: Fenomena Shalat Wahidiyah (Jakarta: Lkis, 2008), h. 25-

27. 2Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h. 155.

3Sri Mulyati, Tasawuf Nusantara : Rangkaian Mutiara Sufi Terkemuka (Jakarta: Kencana,

2005), h. 1.

Page 13: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

2

Bantani, Muhammad Nafis al-Banjari, dan termasuk tokoh tasawuf di Pulau

Jawa yaitu Syekh Siti Jenar dan Wali Songo.

Kemudian pada kesempatan ini saya akan memaparkan tokoh yang

dikenal dalam dunia tasawuf di Pulau Jawa yaitu Sunan Kalijaga dan Syekh

Siti Jenar yang membahas tentang ajaran makrifatnya. Penyebaran agama

Islam di Indonesia tidak terlepas dari dakwah yang dilakukan oleh Wali

Songo, salah satu dari anggota Wali Songo yaitu Sunan Kalijaga dan juga

Syekh Siti Jenar khususnya di Pulau Jawa. Sumber tradisi lisan, umumnya

mengidentifikasikan Wali dengan gelar Sunan, kecuali Siti Jenar yang disebut

Syekh.4 Di Indonesia lebih tepatnya didalam sejarah Wali Songo dapat

diriwayatkan tokoh seperti Sunan Kalijaga yang mempertahankan pendirian

ahli sunah bersama-sama anggota lainnya dan juga Syekh Siti Jenar yang

mempertahankan pendirian fanā’, kesatuan Allah dan makhluk.5

Dari segi bahasa Makrifat berasal dari kata arafa, ya’rifu, i’rif, ma’rifah

yang artinya pengetahuan atau pengalaman. Dari segi istilah makrifat bukan

hanya berupa pengetahuan yang diperoleh hasil batin dan spiritual manusia6,

namun berupa pengalaman orang yang menempuh jalan tarikat tujuannya

adalah untuk sampai kepada Allah yang diibaratkan sebagai musyafir atau

salik.

4Tradisi Islam adalah pesan atau kesaksian yang disampaikan secara turun-menurun dari satu

generasi ke generasi berikutnya. Pesan atau kesaksiannya itu disampaikan melalui ucapan, pidato,

nyanyian atau berbentuk pantun, cerita rakyat, nasihat dan lagu. Sunan adalah susunan dari nama

tempat yang ia ajarkan kepada pengikutnya. Sjamsudduha, Wali Sanga Tidak Pernah Ada ;

Menyingka Misteri Para Wali dan Perang Demak-Majapahit (Surabaya : JP Books, 2006). h. 1. 5Sri Mulyati, Tasawuf Nusantara : Rangkaian Mutiara Sufi Terkemuka (Jakarta: Kencana,

2005), h. 8. 6Nasaruddin Umar, Tasawuf Modern (Jakarta: Republika, 2014), h. 31.

Page 14: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

3

Beberapa tokoh yang menjelaskan arti tentang makrifat, dalam buku

yang berjudul Akhlak Tasawwuf yang ditulis oleh A Mustofa mengatakan bahwa:

a. Al-Ghazali, menjelaskan bahwa “makrifat berarti ilmu yang tidak

menerima keraguan yaitu pengetahuan yang mantap dan mapan, yang

tidak tergoyahkan oleh siapapun dan apapun, karena ia adalah

pengetahuan yang telah mencapai tingkat haqqul yaqin”.7

b. Mustafa Zahri, mengatakan bahwa “makrifat ialah ketepatan hati (dalam

mempercayai hadirnya) wujud yang wajib adanya (Allah) yang

menggambarkan segala kesempurnaan”.8

c. Harun Nasution mengatakan bahwa “makrifat berarti mengetahui Tuhan

dari dekat, sehingga hati sanubarinya dapat melihat Tuhan”.9

Dalam tasawuf ada empat tahapan untuk mencapai makrifat, yaitu :

a. Syariat (segala ketentuan hukum Islam yang ditetapkan oleh Allah untuk

para hambanya).

b. Tarekat (perjalanan yang menempuh jalan menuju Allah).

c. Hakikat (kebenaran).

d. Makrifat (pengetahuan atau pengalaman).

7Haqqul Yaqin adalah keyakinan yang dimiliki oleh orang yang telah menyadari bahwa alam

semesta ini pada hakekatnya adalah bayangan dari penciptannya, sehingga dia dapat merasakan

wujud yang sejati itu hanyalah Allah, sedangkan lainnya hanyalah bukti dari wujud yang sejati

tersebut yaitu Allah. A Mustofa, Akhlak Tasawwuf (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h. 20. 8A Mustofa, Akhlak Tasawwuf (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h. 20.

9Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme dalam Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 2014), h. 59.

Page 15: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

4

Kemudian dalam ajaran makrifat Sunan Kalijaga ada 6 tahapan, yaitu:

a. Memahami hakikat (menyatukan diri dengan Tuhan atau mengenal diri).10

b. Asal-usul sangkan paran (tujuan hidup manusia).11

c. Roh Ilafi (roh yang senantiasa pasrah pada Dzat Allah).12

d. Insān Kāmil adalah manusia yang sempurna.13

e. Fanā’ dan bāqa. Fanā’ (lenyap atau penghancuran diri)14

dan bāqa

(memasuki alam kekal).15

f. Etika hubungan guru dan murid (bersungguh-sungguh dalam berguru

seperti bertaat dan setia pada guru).16

Setelah ajaran makrifat yang sudah dijelaskan di atas, kemudian akan

dijelaskan tentang biografi Sunan Kalijaga. Sunan Kali adalah nama

panggilan dari Sunan Kalijaga. Nama Sunan Kalijaga sangat terkenal dalam

Babad Tanah Jawi. Ia dipandang sebagai salah satu dari sembilan wali yang

banyak dengan memperlihatkan karāmah.17 Nama asli Sunan Kalijaga yaitu

10

Achmad Chodjim, Sunan Kalijaga : Mistik dan Makrifat (Jakarta: Serambi, 2003), h. 240. 11

Rahmat Hidayat, Ensiklopedi Tasawuf (Bandung: Angkasa, 2008), h. 1142. 12

Achmad Chodjim, Sunan Kalijaga : Mistik dan Makrifat , h. 256. 13

Maksud dari kata” manusia yang sempurna” adalah manusia yang berhasil mencapai

puncak prestasi tertinggi (mencapai puncak makrifat). 14

Menurut bahasa, fanā’ adalah lenyap, hancur, sirna atau hilang. Menurut istilah, fanā’

adalah lenyap atau hilang dari sifat-sifat tercela. Jika telah hancur sifat-sifat tercelanya, maka yang

tertinggal di dalam dirinya adalah pengetahuan, takwa dan kelakuan baik. Dari situlah, manusia

akan terserap atau bersatu oleh Allah. 15

Achmad Chodjim, Sunan Kalijaga : Mistik dan Makrifat, h. 268. 16

Rahmat Hidayat, Ensiklopedi Tasawuf (Bandung: Angkasa, 2008), h. 1143. 17

Menurut Bahasa, karāmah berarti kemuliaan, keluhuran dan anugerah. Menurut Istilah,

karamah adalah keadaan yang luar biasa yang diberikan oleh Allah SWT kepada para wali-Nya,

diluar kemampuan manusia biasa karena ketaqwaannya kepada Allah. Sri Mulyati, Tasawuf

Nusantar : Rangkaian Mutiara Sufi Terkemuka (Jakarta: Kencana, 2005), h. 52.

Page 16: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

5

Raden Said atau Jaka Setiya.18 Ia merupakan anggota Wali Songo yang amat

populer di tanah Jawa. Ia juga merupakan seorang putra dari Adipati Tuban

Tumenggung Wilatika.19

Sejak kecil Raden Said atau Sunan Kalijaga sudah tampak bahwa dia

adalah calon yang berjiwa luhur. Ia seorang yang selalu taat kepada agama

dan berbakti kepada kedua orang tua serta kepada orang-orang lemah yang

mempunyai sifat dan sikap welas asih (belas kasih).20

Raden Said dari kecil

pun sudah mempunyai solidaritas yang tinggi terhadap kawan-kawannya.

Bahkan ia tidak segan-segan masuk dan bergaul ke dalam lingkungan rakyat

jelata. Ketika itulah ia tidak tahan lagi melihat penderitaan orang-orang

miskin di pedesaannya.21

Selanjutnya, dalam ajaran makrifat Syekh Siti Jenar menjelaskan

tentang:

a. Tuhan (yang menciptakan alam semesta).22

b. Kehidupan dan kematian (dunia dipandang sebagai alam kematian dan

manusia yang hidup di dunia dipandang sebagai mayat).23

18

Badlowi Syamsuri, Kisah Wali Songo; Penyebar Agama Islam di Tanah Jawa (Surabaya:

Appolo, 1995). h. 86. 19

Achmad Chodjim, Sunan Kalijaga : Mistik dan Makrifat (Jakarta: Serambi, 2003), h. 8. 20

Badlowi Syamsuri, Kisah Wali Songo; Penyebar Agama Islam di Tanah Jawa (Surabay :

Appolo, 1995), h. 87. 21

Sri Mulyati, Tasawuf Nusantara : Rangkaian Mutiara Sufi Terkemuka (Jakarta: Kencana,

2005), h. 554. 22

Muhammad Solikhin, Sufisme Syekh Siti Jenar : Kajian Kitab Serat dan Suluk Syekh Siti

Jenar, h. 128. 23

Dalam kata “dunia sebagai alam kematian” adalah untuk menjalani kodrat (kekuasaan

Allah) yang ditetapkan oleh Allah atas setiap roh sejak sebelumnya dilahirkan didunia. Dalam kata

“manusia sebagai mayat” bahwa manusia hidup di dunia ini hanya membutuhkan sarana sandang,

pangan dan papan, maka manusia hidup di dunia ini kurang atau tidak mampu untuk menjalin

Page 17: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

6

c. Kewajiban rukun Islam. Syahadat adalah persaksian batin.24

Shalat ada

dua macam yaitu shalat tarek dan shalat daim.25

Puasa, jenis puasa yang

tertinggi adalah puasa hakiki atau puasa yang sebenarnya.26

Zakat,

sebagai sikap menolong orang lain dari penderitaan dan kekurangan.27

Terakhir haji, bagi Syekh Siti Jenar haji yang terkait dengan prinsip-

psinsip keyakinan yang dianut Nabi Ibrahim as.28

Selanjutnya, biografi Syekh Siti Jenar dikenal dengan banyak nama,

antara lain Syekh Lemah Abang, Syekh Sitibrit, Syekh Jabaranta, Syekh

Abdul Jalil, Syekh Siti Luhung dan Susuhunan Kajenar. Nama Syekh Siti

Jenar berasal dari kata “Siddi Jinnar” yang berarti Tuan yang kekuatannya

seperti api. Ia lebih populer disebut dengan Siti Jenar. Kata Siti dalam bahasa

Jawa berarti lemah atau tanah dan kata Jenar adalah bahasa Kawi yang berarti

komunikasi aktif dengan Allah. Sri Mulyati, Tasawuf Nusantara : Rangkaian Mutiara Sufi

Terkemuka (Jakarta: Kencana, 2005), h. 66. 24

Muhammad Solikhin, Sufisme Syekh Siti Jenar: Kajian Kitab Serat dan Suluk Syekh Siti

Jenar, h. 304. 25

Shalat tarek sebagai shalat yang dilakukan untuk dapat melepaskan diri dari alam kematian,

menuju kemanunggalan. Shalat daim sebagai shalat yang sebenarnya dari kesadaran akan

kehadiran dan keberadaan Hyang Maha Agung di dalam dirinya, dan dia merasakan dirinya itu

sirna. 26

Puasa hakiki adalah puasa dengan menahan hati dari menyembah, memuji, memuja,

mencari yang ghairullah (selain Alah). Puasa dalam ketentuan syariat adalah menahan diri dari

makan, minum dan bersetubuh, sejak masuk waktu subuh hingga masuk waktu maghrib. Puasa

dari segi rohani adalah membersihkan semua panca indra dan pikiran dari hal-hal yang haram.

Muhammad Solikhin, Ajaran Makrifat Syekh Siti Jenar: Panduan Menuju Kemenyatuan dengan

Allah, Refleksi dan Pengalaman Syekh Siti Jenar, h. 290. 27

Makna kata “zakat” adalah arena pembersihan harta dan jiwa. Terutama membersihkan dari

keegoan, sehingga zakat rohani dapat tercapai. Bahwa harta adalah milik Allāh, dimana manusia

diberi limpahannya agar digunakan sebagai alat bagi perjalanan rohaninya menuju Allāh.

Muhammad Solikhin, Ajaran Makrifat Syekh Siti Jenar: Panduan Menuju Kemenyatuan dengan

Allah, Refleksi dan Pengalaman Syekh Siti Jenar, h. 294. 28

Dalam kata “yang dianut Nabi Ibrahim as.” bahwa ada 3 prinsip keyakinan, pertama,

pengakuan keesaan Allah dan menolak segala macam bentuk kemusyrikan. Kedua, adanya

keadilan Allah dalam kehidupan ini yang akan diperoleh manusia pada hari kebangkitan kelak.

Ketiga, tiada perbedaan dalam kemanusiaan satu dengan yang lainnya. Muhammad Solikhin,

Ajaran Makrifat Syekh Siti Jenar: Panduan Menuju Kemenyatuan dengan Allah, Refleksi dan

Pengalaman Syekh Siti Jenar, h. 296.

Page 18: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

7

kuning.29

Jadi, Siti Jenar berarti lemah kuning atau tanah kuning. Meskipun,

kuning dan merah itu berbeda, tetapi dalam hal ini keduanya dianggap sama

saja. Artinya, Syekh Siti Jenar identik dengan Syekh Lemah Abang.30

Syekh Siti Jenar, ia adalah seseorang yang cerdas dan memiliki

pengetahuan agama yang tinggi. Keberadaan Syekh Siti Jenar diantara wali-

wali berbeda dan malahan ia tidak dianggap sebagai wali. Hanya saja secara

objektif, dengan memiliki berbagai ajaran-ajarannya, maka jelas bahwa posisi

Syekh Siti Jenar sebagai wali tersebut kurang menemukan saran yang kuat.31

Kemudian pemikiran Syekh Siti Jenar dianggap amat liberal dan

kontroversial, Syekh Siti Jenar dinilai melawan arus besar keagamaan yang

dibangun oleh kolaborasi kekuasaan (Kerajaan Demak Bintara pimpinan

Sultan Fatah) dan elite agamawan terdiri dari Wali Songo.32

Selanjutnya, konflik antara kubu Sunan Kalijaga dan pendukung Syekh

Siti Jenar bahkan makin runyam hingga menyentuh ranah politik. Apalagi

diantara murid dan pengikut Syekh Siti Jenar terdapat tokoh yang bernama

pangeran Kebo Kenanga atau Ki Ageng Pengging.33 Raden Patah menuduh

bahwa Syekh Siti Jenar telah membangkang peraturan yang ditentukan

29

Bahasa Kawi adalah bahasa Jawa Kuno. Jenis bahasa ini yang pernah berkembang di Pulau

Jawa pada zaman kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha Nusantara dan bahasa ini dipakai dalam

penulisan karya-karya sastra. 30

Rahmat Hidayat, Ensiklopedi Tasawuf, (Bandung : Angkasa, 2008), h.1168. 31

Muhammad Solikhin, Manunggaling Kawula Gusti : Filsafat Kemanunggalan Syekh Siti

Jenar (Yogyakarta: Narasi, 2014), h. 137. 32

Sri Mulyati, Tasawuf Nusantara: Rangkaian Mutiara Sufi Terkemuka (Jakarta: Kencana,

2005), h. 59. 33

Kebo Kenanga atau Ki Ageng Pengging adalah putra pasangan dari Handayaningrat dan

Ratu Pembayun. Handayaningrat atau Ki Pengging adalah nama gelar ayahnya Kebo Kenanga dan

nama asli ayahnya adalah Jaka Sengara Jumeneng. Setelah ayahnya meninggal, Kebo Kenangalah

yang menggantikan posisi ayahnya yaitu menjadi raja majapahit. Mohammad Zazuli, Syekh Siti

Jenar ; Mengungkap Misteri dan Rahasia Kehidupan(Jakarta : Serambi Ilmu Semesta, 2011). h.

20.

Page 19: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

8

olehnya yaitu tidak boleh menyebar dakwah Islamnya yang mengenai alam

kehidupan manusia dunia ini sebagai kematian serta keberadaan manusia di

dunia ini sebagai mayat berjalan atau bangkai dan Syekh Siti Jenar

menghalangi penyiaran agama para Wali Songo.34

Kemudian Walisongo memberitahu bahwa Syekh Siti Jenar harus

tunduk kepada Raden Patah.35

Akhirnya, Kebo Kenanga dan Syekh Siti Jenar

memilih hidup di luar istana dan tidak bersedia tunduk pada kekuasaan Raden

Patah putra Ki Ageng Pengging. Karena Kebo Kenanga dan Syekh Siti Jenar

tidak mau tunduk pada Raden Patah, maka hukuman matilah yang akan

dilakukan. Kemudian, tahun kematian Syekh Siti Jenar adalah pada zaman

pemerintahan Raden Patah (1517 M), vonis hukuman mati oleh Dewan Wali

Songo yang dipimpin oleh Sunan Giri dan seluruh ajaran-ajaran Syekh Siti

Jenar dinyatakan dilarang berada di seluruh wilayah Demak.36

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Agar penelitian ini dapat dilakukan lebih fokus, sempurna dan

mendalam, maka penulis memandang penelitian ini perlu dibatasi. Batasan

masalah adalah dalam memahami skripsi ini, penulis membatasi pembahasan

mengenai Ajaran Makrifat Sunan Kalijaga dan Syekh Siti Jenar. Kemudian,

Yang meliputi inti ajaran makrifatnya, persamaan dan perbedaan dalam

34

Muhammad Solikhin, Sufisme Syekh Siti Jenar : Kajian Kitab dan Suluk Syekh Siti

Jenar(Yogyakarta : Narasi, 2014), h. 172. 35

Raden Patah adalah Raja kerajaan Demak, yang lahir di Palembang tahun 1455 Masehi dan

wafat di Demak pada tahun 1518 Masehi. Ia memiliki nama Tionghoa yaitu Jin Bun, karena

ibunya yang berdarah Tionghoa. Jin Bun artinya orang kuat. Ia juga adalah putra dari Prabu Kerta

Bhuini Brawijaya VII yang memerintah Kerajaan Majapahit pada tahun 1468-1478 Masehi. 36

Muhammad Solikhin, Manunggaling Kawula Gusti : Filsafat Kemanunggalan Syekh Siti

Jenar (Yogyakarta: Narasi, 2014), h. 207.

Page 20: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

9

ajaran makrifat dari kedua tokoh tersebut. Rumusan Masalah adalah

berdasarkan latar belakang masalah seperti yang telah diuraikan diatas, maka

penulis membuat rumusan masalah, sebagai berikut :

1. Apa saja ajaran makrifat Sunan Kalijaga dan Syekh Siti Jenar ?

2. Apa saja persamaan dan perbedaan dalam ajaran makrifat Sunan Kalijaga

dan Syekh Siti Jenar ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Agar penelitian ini terarah maka penelitian ini memiliki tujuan yaitu :

1. Memahami ajaran makrifat Sunan Kalijaga dan Syekh Siti Jenar.

2. Memahami persamaan dan perbedaan dalam ajaran makrifat Sunan

Kalijaga dan Syekh Siti Jenar.

3. Memenuhi salah satu persyaratan guna meraih gelar kesarjanaan Strata 1

(S1) di Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam pada Fakultas Ushuluddin,

Univeritas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sedangkan manfaat penelitiannya adalah :

1. Ikut melestarikan pemikiran tokoh Islam khususnya tokoh di Indonesia

seperti Sunan Kalijaga dan Syekh Siti Jenar.

2. Dapat memberikan informasi dan wawasan keilmuan mengenai ajaran

makrifat Sunan Kalijaga dan Syekh Siti Jenar kepada Mahasiswa/i

khususnya Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam .

Page 21: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

10

3. Dapat menjadikan bahan bacaan dan literatur kepada Mahasiswa/i Fakultas

Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

D. Tinjauan Pustaka

Sebenarnya untuk meneliti dan mengkaji pemikiran tasawuf di

Indonesia yaitu Sunan Kalijaga dan Syekh Siti Jenar bisa dibilang cukup sulit.

Karena hal ini disebabkan karya-karya Sunan Kalijaga dan Syekh Siti Jenar

sendiri sudah tidak banyak ditemui oleh para peneliti saat ini. Dan apresiasi

besar pantas diberikan pada peneliti yang telah melahirkan sebuah karya yang

bisa dijadikan rujukan dalam melakukan penelitian terhadap Sunan Kalijaga

dan Syekh Siti Jenar.

Karya-karya ilmiah atau buku-buku yang membahas tokoh tasawuf di

Indonesia yaitu Sunan Kalijaga dan Syekh Siti Jenar yang mungkin akan

sangat mendukung data dalam penelitian ini diantaranya adalah :

I. Skripsi ditulis oleh Sendi Satriyo Munif dengan judul “Corak Monotaisme

Sunan Kalijaga Dalam Suluk Linglung”. Skripsi ini diajukan kepada

Fakultas Ushuluddin Dan Humaniora, Universitas Islam Negeri (UIN)

Walisongo Semarang, tahun 2015. Dalam skripsi tersebut menjelaskan

bahwa Tuhan tidak bisa di deskripsikan dengan kata-kata, hanya Tuhan

yang bisa mendeskripsikan Tuhan (Tan Kino Kinayangan). Begitu di

dalam Suluk Linglung menceritakan keesaan Tuhan yang disembah,

manusia diharapkan mampu mencerna penamaan dan pensifatan Tuhan

yang telah ada dari zaman dahulu hingga sekarang, sehingga tidak salah

Page 22: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

11

arti dalam menafsirkan, sehingga dalam penyembahan Tuhan menjadi

benar.

II. Buku yang berjudul Mistik dan Makrifat Sunan Kalijaga, yang ditulis oleh

Achmad Chodjim dan diterbitkan oleh Serambi Jakarta pada tahun 2013.

Ajaran makrifat Sunan Kalijaga yang ditulis dalam buku ini adalah masih

bersifat umum dan tidak berdasarkan serat atau karya yang langsung

ditulis oleh Sunan Kalijaga. Dengan kata lain makrifat yang ditulis Ahmad

Chodjim hanya arti makrifat secara umum dan tidak merujuk kepada

literatur yang asli atau sumber utamanya, oleh karena itu penelitian

tersebut perlu dikembangkan lagi atau dikaji kembali secara khusus.

III. Skripsi ditulis oleh Hasriyanto dengan judul “Konsep Manunggaling

Kawula Gusti Syekh Siti Jenar”. Skripsi ini diajukan kepada Fakultas

Ushuluddin dan Politik, Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin

Makassar, 2015. Dalam skripsi tersebut dijelaskan bahwa ajaran

Manunggaling Kawula Gusti Syekh Siti Jenar dapat dilihat dalam rukun

perjalanan menuju Allah, yang utamanya adalah ilmu dan zikir. Dimana

ilmu sebagai penerang jalan dan zikir adalah bekal perjalanan dan sarana

pendakian pada jenjang yang lebih tinggi.

IV. Buku yang berjudul Ajaran Makrifat Syekh Siti Jenar yang ditulis oleh

Muhammad Sholikhin dan diterbitkan oleh Narasi pada tahun 2014. Buku

ini menjelaskan tentang pengetahuan kesufian, pengalaman kerohanian

real dan juga terutama konsep kesufian Syekh Siti Jenar dengan puncak

pengalamannya yaitu Manunggaling Kawula Gusti.

Page 23: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

12

E. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Sebagaimana dalam

penelitian ini menggali informasi melalui data kepustakaan (library reseach)

yang berupa teks naskah atau dokumen yang berhubungan dengan judul

penelitian yaitu “Ajaran Makrifat Sunan Kalijaga dan Syekh Siti Jenar”.

Berikut penjelasan-penjelasan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yakni sumber

data primer dan sumber data sekunder. Sumber primer yang dimaksud adalah

buku-buku yang secara langsung berkaitan dengan obyek material penelitian

atau karya asli tokoh tersebut. Oleh karena itu, obyek dari penelitian ini

adalah ajaran makrifat Sunan Kalijaga dan Syekh Siti Jenar, maka sumber

primernya adalah Suluk Linglung Sunan Kalijaga dan Serat Natarata (Serat

Siti Jenar) .

Sedangkan sumber data sekunder adalah data yang membantu peneliti

untuk meneliti ajaran makrifat Sunan Kalijaga dan Syekh Siti Jenar. Sumber

data sekunder yang berupa buku, seperti : Achmad Chodjim, Sunan Kalijaga

: Mistik dan Makrifat, Jakarta : Serambi 2013. Agus Sunyoto, Suluk Malang

Sungsang : Konflik dan Penyimpangan Ajaran Syaikh Siti Jenar, Yogyakarta

: Pustaka Sastra, 2005. Badlowi Syamsuri, Kisah Wali Songo ; Penyebar

Agama Islam di Tanah Jawa, Surabaya : Appolo, 1995. Harun Nasution,

Falsafah dan Mistisisme dalam Islam, Jakarta : Bulan Bintang, 1983.

Muhammad Solikhin, Ajaran Makrifat Syekh Siti Jenar : Panduan Menuju

Page 24: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

13

Kemenyatuan dengan Allah, Refleksi dan Pengalaman Syekh Siti Jenar,

Yogyakarta : Narasi, 2014. Muhammad Solikhin, Manunggaling Kawula

Gusti : Filsafat Kemanunggalan Syekh Siti Jenar, Yogyakarta : Narasi, 2014.

Muhammad Solikhin, Sufisme Syekh Siti Jenar: Kajian Kitab Serat dan Suluk

Syekh Siti Jenar, Yogyakarta : Narasi, 2014. Munawar J. Khaelany, Sunan

Kalijaga Guru Orang Jawa, Yogyakarta : Araska, 2014. Sri Mulyati,

Tasawuf Nusantara : Rangkaian Mutiara Sufi Terkemuka, Jakarta : Kencana,

2005. Sudirman Tebba, Syekh Siti Jenar : Pengaruh Tasawuf al-Hallaj di

Jawa, Jakarta : Penerbit Pustaka irVan, 2008.

2. Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data

ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga ditemukan tema dan

dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Analisi

data dalam penelitian ini mengunakan deskriptif-analitis yaitu suatu analisa

yang menyelidiki keadaan obyek dan subyek berdasarkan data yang ada.37

Dalam Metode Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis.

Deskriptif adalah menggambarkan secara jelas yang terkait dengan masalah

yang akan diteliti yaitu persamaan dan perbedaan ajaran Sunan Kalijaga dan

Syekh Siti Jenar, sedangkan analisis adalah menyelidiki masalah yang

diperoleh untuk mendapatkan pemahaman yang luas. Maka dalam penelitian

ini, peneliti berusaha membahas yang terkait dengan ajaran makrifat Sunan

37

Hasan Umar, Metode Penelitian Sosial (Jakarta: Bina Aksara 1998), h. 40.

Page 25: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

14

Kalijaga dan Syekh Siti Jenar, melalui data kepustakaan yang dijadikan

referensi.

F. Sistematika Penulisan

Agar mendapatkan gambaran yang sistematis, maka pembahasan dari

skripsi ini akan dibagi perbab dan juga dibagi menurut bab-bab. Bab-bab

tersebut berisi tentang uraian dengan focus yang berbeda-beda, tetapi

mempunyai susunan yang teratur sehingga mampu terbaca dan sistematik

mulai dari bab pertama yang membahas tentang tetang pendahuluan sampai

bab lima membahas tentang penutup. Untuk memudahkan penulisan skripsi

ini, maka penulis menyusun sistematikanya kedalam lima bab , yaitu :

Bab I ini merupakan pendahuluan yang menjelaskan tentang : Pertama,

latar belakang masalah. Kedua, permasalahan yang di dalamnya memaparkan

batasan dan rumusan masalah. Ketiga, tujuan dan manfaat penelitian.

Keempat, tinjauan pustaka. Kelima, metodologi penelitian ini menjelaskan

tentang secara keseluruhan tentang bagaimana dan melalui apa penelitian

yang akan dilakukan. Keenam sistematika penulisan yang menjelaskan

tentang bagian-bagian bab secara keseluruhan.

Bab II ini merupakan kajian teori yang menjelaskan tentang Kehidupan

Sunan Kalijaga dan Syekh Siti Jenar, yaitu biografi dari kedua tokoh,

pendidikannya, perjalanan dakwah dan juga tentang karya-karyanya.

Page 26: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

15

Bab III ini merupakan gambaran umum yang menjelaskan tentang

ajaran makrifat dalam tasawuf, yaitu pengantar tasawuf, pengertian makrifat

yang dijelaskan oleh beberapa tokoh sufi dan tahapan untuk mencapai

makrifat.

Bab IV ini merupakan inti dari penulisan skripsi, yaitu berisi tentang

ajaran makrifat Sunan Kalijaga, ajaran Syekh Siti Jenar dan manunggaling

sebagai muara dari ajaran makrifat.

Bab V ini merupakan bab terakhir yaitu penutup. Dalam bab ini berisi

uraian kesimpulan dari penjelasan berupa jawaban dari rumusan masalah

yang telah penulis tetapkan diatas. Selain itu tercantum pula saran untuk

penelitian selanjutnya. Dan yang terakhir yaitu kata penutup. Pada akhir

skripsi juga ditampilkan daftar pustaka dan lampiran-lampirannya.

Page 27: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

16

BAB II

KEHIDUPAN SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH SITI JENAR

A. Biografi

1. Sunan Kalijaga

Nama aslinya adalah Raden Said atau Jaka Setiya.1 Waktu mudanya

nama Raden Said itu adalah nama yang diidentifikasikan dengan Gan Si Cang

(kapten Cina Semarang), putra dari Gan Eng Cu alias Arya Tedja.2 Raden

Said yang dikenal sebagai Sunan Kalijaga, ia adalah putra dari Bupati Tuban

yang bernama Tumenggung Wilatika dan Dewi Retno Dumilah lahir pada

tahun 1430an. Tumenggung Wilatika merupakan keturunan dari Ranggalawe

yang hidup semasa pemerintahan Raden Wijaya di Majapahit.3

Tumenggung Wilatika disebut juga sebagai Aria Teja IV, merupakan

keturunan Aria Teja III, Aria Teja II, dan berpangkal pada Aria Teja I,

sedangkan Aria Teja I adalah putra dari Aria Adikara atau Ranggalawe. Yang

terakhir Aria Teja IV adalah salah seorang Raja Majapahit.4

1Badlowi Syamsuri, Kisah Wali Songo; Penyebar Agama Islam di Tanah Jawa (Surabaya:

Apollo, 1995), h. 86. 2Sri Mulyati, Tasawuf Nusantara: Rangkaian Mutiara Sufi Terkemuka (Jakarta: Kencana,

2005), h. 53. 3Munawar J. Khaelany, Sunan Kalijaga Guru Orang Jawa (Yogyakarta: Araska, 2014), h.

18. 4Pendiri Kerajaan Majapahait adalah Ranggalawe, setelah ia meninggal gelar itu pun turun-

temurun kepada anaknya yaitu Aria Teja I, Aria Teja II, Aria Teja III dan yang terakhir adalah

Aria Teja 1V. Aria Teja IV inilah adalah ayah Sunan Kalijaga yaitu Tumenggung Wilatika.

Achmad Chodjim, Sunan Kalijaga: Mistik dan Makrifat (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2013), h.

8.

Page 28: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

17

Sejak kecil Sunan Kalijaga sudah tampak bahwa ia adalah calon yang

berjiwa luhur. Ia seorang yang selalu taat kepada agama dan berbakti kepada

kedua orang tua serta kepada orang-orang lemah yang mempunyai sifat dan

sikap welas asih (belas kasih).5 Ia juga sejak kecil sudah mempunyai

solidaritas yang tinggi terhadap kawan-kawannya. Bahkan ia tidak segan

untuk masuk dan bergaul ke dalam lingkungan rakyat jelata. Ketika itulah ia

tidak tahan lagi melihat penderitaan orang-orang miskin di pedesaannya.6

Sunan Kalijaga juga dikenal sebagai Syekh Malaya. Nama Syekh

Malaya merupakan panggilan bagi Sunan Kalijaga yang pernah menjadi juru

dakwah di wilayah Malaya. Dalam khazanah makrifat Jawa, gelar Syekh

“Malaya” itu berasal dari Jawa. Kata “Malaya” berasal dari kata “ma-laya”

yang artinya mematikan diri. Dia telah mengalami “mati sajroning urip, urip

sajroning pati” maksud dari kata tersebut adalah merasakan mati dalam hidup

ini. Kematian dalam hidup seseorang akan mengetahui hakikat hidup.7

Nama Sunan Kalijaga berasal dari Desa Kalijaga (Tuban). Sewaktu

Sunan Kalijaga tinggal di sana, ia sangat suka berendam atau berlama-lama

duduk di tepian sungai. Secara harfiah, nama Kalijaga menunjukkan bahwa

Sang Sunan suka menjaga sungai. Namun secara simbolik, nama Kalijaga

5Badlowi Syamsuri, Kisah Wali Songo; Penyebar Agama Islam di Tanah Jawa (Surabaya:

Apollo, 1995), h. 87. 6Sri Mulyati, Tasawuf Nusantara: Rangkaian Mutiara Sufi Terkemuka (Jakarta: Kencana,

2005), h. 54. 7Achmad Chodjim, Sunan Kalijaga : Mistik dan Makrifat (Jakarta: Serambi,2013), h. 11.

Page 29: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

18

menunjukkan bahwa sang Sunan senantiasa menjaga semua aliran

(kepercayaan) yang ada di dalam masyarakat.8

Sunan Kalijaga adalah salah satu murid dari Sunan Bonang, dalam

berdakwah Sunan Kalijaga lebih menggunakan jalur kesenian dan

kebudayaan.9 Sunan Kalijaga juga merupakan salah satu seorang anggota

Wali Songo yang namanya lebih populer dibandingkan dengan anggota

lainnya di tanah Jawa.

Karena kepopulerannya itu Sunan Kalijaga tidak dapat dilepaskan

perannya sebagai da‟i keliling dan juga salah seorang Wali yang turut

membangun Masjid Agung Demak, ia juga sebagai pengembang sastra, seni

dan kebudayaan di lingkup masyarakat Jawa.10

Namun tidak banyak orang

yang mengetahui ajarannya. Umumnya, orang mengenal ajarannya lewat

kidung atau tembang. Diantaranya tembang “lir-ilir” yang biasa dinyanyikan

oleh anak-anak SD di Jawa.11

2. Syekh Siti Jenar

Banyak versi yang menjelaskan tentang riwayat hidup Syekh Siti Jenar

dan tidak ada yang dapat memastikan tahun kelahirannya dan tahun

kematiannya. Dari berbagai versi tersebut, ada sebagian versi cerita yang

menjelaskan tentang perkiraan riwayat hidup Syekh Siti Jenar. Pada masa

8Munawar J. Khaelany, Sunan Kalijaga Guru Orang Jawa (Yogyakarta: Araska, 2014), h.

19. 9Muhaji Fikriono, Puncak Makrifat Jawa: Pengembaran Batin Ki Ageng Suryomentaram

(Jakarta: Mizan Publika, 2012), h. 63. 10

Munawar J. Khaelany, Sunan Kalijaga Guru Orang Jawa, h. 5. 11

Achmad Chodjim, Sunan Kalijaga: Mistik dan Makrifat (Jakarta: Serambi, 2013), h. 7.

Page 30: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

19

peralihan kerajaan Hindu ke kerajaan Islam di Jawa, dengan ibu kota Demak,

pada akhir abad ke-15 atau awal abad ke-16 Masehi.12

Syekh Siti Jenar lahir pada tahun (829-930 Hijriah./1348-1446 Masehi.)

dan wafat pada tahun (1524 Masehi.). Sejak kecil Syekh Siti Jenar bernama

San Ali dan dikenal sebagai Syekh Abdul Jalil, ia adalah putra seorang ulama

asal Malaka, Syekh Datuk Shaleh al-„Alawi binSyekh „Isa „Alawi bin

Ahmadsyah Jalaluddin Husain bin Syekh „Abdullah Khannuddin „Azamat

Khan bin Syekh Sayid „Abdul Malik al-Qazam. Syekh Siti Jenar diasuh oleh

Ki Danusela,13

serta penasihatnya Ki Samadullah sang Kian Santang atau

Pangeran Walangsungsang yang sedang nyantri di Cirebon di bawah asuhan

Syekh Datuk Kahfi.

Sebuah nama (Syekh Siti Jenar) yang sangat akrab bagi masyarakat

Indonesia, terutama di kalangan Jawa. Nama Syekh Siti Jenar sampai saat ini

masih banyak di selubungi misteri. Hingga detik ini, riwayat biografisnya

masih banyak diselimuti oleh dongeng. Sedangkan nama legendaris Syekh

Siti Jenar sebagai nama filosofis dan mistik, di mana yang mempunyai arti

yaitu Siti berarti “tanah” dan Jenar berarti “merah”.14

12

Sudirman Tebba, Syekh Siti Jenar: Pengaruh Tasawuf al-Hallaj di Jawa (Jakarta: Penerbit

Pustaka irVan, 2008), h. 15. 13

Ki Danusela adalah adik dari Ki Danuwarsih, seorang tokoh pendeta Hindu di Gunung

Dieng Wonosobo, yang kemudian memeluk agama Islam. Ki Danuwarsih memiliki anak Endang

Geulis yang kemudian menjadi istri Ki Santang atau Pangeran Walangsungsang, yang juga dikenal

dengan sebutan Kiai Samadullah. Semula, Ki Danusela adalah seorang Kuwu (Kepala Wisaya) di

Caruban, namun kemudian dilengserkan oleh Rsi Bungsu. Kemudian hari Rsi Bungsu ini

digantikan oleh Ki Samadullah atau Pangeran Cakrabuana Adipati Sri Mangana. Muhammad

Solikhin, Sufisme Syekh Siti Jenar: Kajian Kitab Serat dan Suluk Syekh Siti Jenar (Yogyakarta:

Narasi, 2014), h. 47. 14

Muhammad Solikhin, Sufisme Syekh Siti Jenar: Kajian Kitab Serat dan Suluk Syekh Siti

Jenar, h. 35-37.

Page 31: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

20

Syekh Siti Jenar dikenal dengan banyak nama, antara lain Syekh Lemah

Abang, Syekh Sitibrit, Syekh Jabaranta, Syekh Abdul Jalil, Syekh Siti

Luhung dan Susuhunan Kajenar. Nama Syekh Siti Jenar berasal dari kata

“Siddi Jinnar” yang berarti Tuan yang kekuatannya seperti api. Ia lebih

populer disebut dengan Siti Jenar. Kata Siti dalam bahasa Jawa berarti lemah

atau tanah dan kata Jenar adalah bahasa Kawi yang berarti kuning.15

Jadi, Siti

Jenar berarti lemah kuning atau tanah kuning. Meskipun, kuning dan merah

itu berbeda, tetapi dalam hal ini keduanya dianggap sama saja. Artinya,

Syekh Siti Jenar identik dengan Syekh Lemah Abang.16

Ada juga yang mengatakan Syekh Siti Jenar atau Lemah Abang berasal

dari nama dukuh atau padepokan yang pernah ia pimpin.17 Menurut cerita

Jawa, Syekh Siti Jenar berasal dari Krendhsawa dekat Cirebon. Memang

antara Krendhsawa-Cirebon ada desa yang bernama Lemah Abang.18 Daerah

yang disebut Lemah Abang yaitu terletak antara Bekasi dan Karawang, Jawa

Barat, tetapi jelas bahwa daerah itu bukan tempat asal Syekh Siti Jenar. Tidak

mustahil jika Syekh Siti Jenar berasal dari daerah sekitar Cirebon, karena

pada masa pemerintahan Islam berpusat di Demak, Cirebon sudah menjadi

salah satu tempat atau pusat penyiaran Islam yang penting di Jawa dengan

Sunan Gunung Jati sebagai tokoh utamanya.

15

Bahasa Kawi adalah bahasa Jawa Kuno. Jenis bahasa ini yang pernah berkembang di Pulau

Jawa pada zaman kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha Nusantara dan bahasa ini dipakai dalam

penulisan karya-karya sastra. 16

Rahmat Hidayat, Ensiklopedi Tasawuf (Bandung: Angkasa, 2008), h.1168. 17

Mohammad Zazuli, Syekh Siti Jenar; Mengungkap Misteri dan Rahasia Kehidupan

(Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2011). h. 18. 18

Muhammad Solikhin, Melacak Pemikiran Tasawuf Di Nusantara (Jakarta: Raja Grafindo,

2005), h. 151.

Page 32: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

21

B. Pendidikan

1. Sunan Kalijaga

Dalam dunia pendidikan, Sunan Kalijaga memiliki banyak guru. Para

mubaligh yang pernah menjadi guru Sunan Kalijaga tidak hanya datang dari

tanah Jawa, melainkan pula datang dari luar tanah Jawa atau bumi Nusantara

(luar negeri). Beberapa guru Sunan Kalijaga yang sangat terkenal adalah

Sunan Bonang, Syekh Sutabris dan Sunan Gunung Jati.19

Pada awalnya Sunan Kalijaga berguru dengan Sunan Bonang. Karena,

Sunan Bonang merupakan guru spiritual pertama bagi Sunan Kalijaga atau

Raden Said. Ia diperintahkan untuk tetap berada di tepi sungai sampai Sang

Sunan Bonang kembali menemuinya. Agar Sunan Kalijaga tetap sikap tunduk

dalam berguru spiritualnya. Bukan hanya teori yang dipelajari, melainkan

mujāhadah (berjuang untuk mengalami kebenaran).20

Setelah Sunan Kalijaga sudah mengikuti aturan Sunan Bonang, lalu

Sunan Bonang memberi gelar kepada Raden Said sebagai Sunan Kalijaga.

Sunan Bonang juga mengajarkan kepada Sunan Kalijaga yaitu sangkan

paraning dumadi, suatu ilmu pada hakikatnya menjelaskan tentang asal-usul

kejadian alam semesta dan seisinya, kepergian roh yang sudah mati di dalam

raganya, dan hakikat hidup dan mati.21

Sunan Bonang pun mengajarkan

19

Munawar J. Khaelany, Sunan Kalijaga Guru Orang Jawa (Yogyakarta: Araska, 2014), h.

25. 20

Achmad Chodjim, Sunan Kalijaga: Mistik dan Makrifat (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta,

2013), h. 10. 21

Sangkan Paraning Dumadi berasal dari bahasa Jawa, Sangkan artinya asal, paran itu tujuan

dan dumadi adalah kejadian. Jadi intinya sangkan paraning dumadi itu adalah asal manusia, alam

Page 33: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

22

Sunan Kalijaga/Raden Said untuk mewariskan ilmu-ilmu agama dan spiritual

kepadanya.22

Setelah dianggap cukup belajarnya dengan Sunan Bonang, oleh karena

itu Sunan Bonang menganjurkan agar Sunan Kalijaga meneruskan ilmunya

kepada Syekh Sutabaris di Palembang.23 Syekh Sutabaris adalah seorang guru

agama yang tinggal di pulau Upih, bagian kota Malaka dan terletak di sebelah

utara sungai. Sebenarnya Sunan Kalijaga tidak untuk berguru kepada Syekh

Sutabaris melainkan menyusul Sunan Bonang untuk naik haji ke Makkah.

Sunan Kalijaga yang naik haji ke Makkah itu bukan karena menyusul Sunan

Bonang, tetapi memenuhi perintahnya.24

Di pulau Upihlah, Sunan Kalijaga

mendapatkan perintah dari Syekh Maulana Maghribi agar kembali ke Jawa

untuk membangun masjid dan menjadi penggenap Wali.25

Setelah berguru kepada Syekh Sutabaris, Sunan Kalijaga melanjutkan

bergurunya dengan Sunan Gunung Jati. Ternyata, Syekh Siti Jenar pun

berguru dengan Sunan Gunung Jati. Lalu, keduanya (Sunan Kalijaga dan

Syekh Siti Jenar) pun diajarkan ilmu makrifat selama empat tahun.26

Setelah

berguru dengan 3 gurunya itu (Sunan Bonang, Syekh Sutabaris dan Sunan

Gunung Jati), Sunan Kalijaga ke Pasai dan berdakwah di wilayah

semesta itu tercipta dari Allah dan akan kembali kepada Allah. Munawar J. Khaelany, Sunan

Kalijaga Guru Orang Jawa (Yogyakarta: Araska, 2014), h. 26. 22

Achmad Chodjim, Sunan Kalijaga: Mistik dan Makrifat (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta,

2013), h. 10. 23

Baidlowi Syamsuri, Kisah Wali Songo; Penyebar Agama Islam di Tanah Jawa, (Surabaya:

Apollo, 1995), h. 94. 24

Munawar J. Khaelany, Sunan Kalijaga Guru Orang Jawa (Yogyakarta: Araska, 2014), h.

27. 25

Syekh Maulana Maghribi, nama aslinya adalah Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik.

Ia adalah salah seorang anggota Wali Songo, yang dianggap pertama kali yang menyebarkan

agama Islam di tanah Jawa. 26

Munawar J. Khaelany, Sunan Kalijaga Guru Orang Jawa, h. 29.

Page 34: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

23

Semenanjung Malaya hingga wilayah Patani di Thailand Selatan. Dalam

hikayat Patani, Sunan Kalijaga dikenal sebagai seorang tabib.27

Bahkan di

sana ia mengobati Raja Patani yang sedang sakit kulit berat hingga sembuh.

Di wilayah Patani juga Sunan Kalijaga atau Raden Said dikenal dengan nama

Syekh Sa‟id.28

Setelah beberapa tahun ia berguru di Pasai dan berdakwah di wilayah

Malaya dan Patani, Sunan Kalijaga kembali ke Jawa. Tiba di Tanah Jawa,

Sunan Kalijaga diangkat menjadi anggota Wali Songo, sembilan pemuka dan

penyebar agama Islam di Jawa.29 Wali Songo adalah sembilan para penguasa

wilayah dalam menyebarkan agama Islam di Jawa.30

2. Syekh Siti Jenar

Dalam buku yang berjudul Babad Tanah Jawa yang ditulis oleh

Wiryapanitra dijelaskan bahwa Syekh Lemah Abang (Siti Jenar) yang tinggal

di Lemah Abang yang termasuk wilayah Majapahit, ia berasal dari keturunan

Buddha. Ia berguru dengan Sunan Ampel Denta atau Raden Rahmat (guru

ngaji). Setelah cukup lima tahun di Ampeldenta, ia diajarkan mengaji dengan

kitab-kitab seperti hukum Islam, tafsir, fiqih dan lain sebagainya. Syekh

Lemah Abang juga diajari ilmu mengenai syariat, tarikat, hakikat dan

makrifat, sembahyang lima waktu, puasa dan zakat fitrah. Semua itu sudah

27

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Tabib adalah orang yang pekerjannya

mengobati orang sakit dengan metode atau cara tradisional baik menggunakan ayat-ayat suci al-

qur‟an atau herbal. 28

Achmad Chodjim, Sunan Kalijaga: Mistik dan Makrifat (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta,

2013), h. 10. 29

Achmad Chodjim, Sunan Kalijag : Mistik dan Makrifat, h. 10. 30

W.Saksono, Mengislamkan Tanah Jawa: Telah Atas Metode Dakwah Wali Songo(Bandung

: Mizan, 1995), h. 11.

Page 35: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

24

dapat terima dan dipahami oleh Syekh Lemah Abang selama 7 tahun di

Ampeldenta. Syekh Lemah Abang ingin pergi berkelana ke dalam hutan.

Disitu Ia menemukan sebongkah batu besar yang rata halus bagaikan tikar,

kemudian istirahat disitu. Oleh karena itu hari Jumat, ia pun bersembahyang

lohor. Ia merasa kerasan tinggal disitu sampai 7 bulan lamanya. Banyak

pohon-pohonan yang tumbuh subur disekitar tempat itu, sampai Syekh Siti

Jenar tidak mengerti arah utara dan selatan.31

Kemudian Ia melanjutkan

bergurunya ke Padepokan Giri Amparan Jati, disana ia diserahkan ke Syekh

Datuk Kahfi (Pengasuh Padepokan Giri Amparan Jati) agar ia di didik agama

Islamnya. Ia diajarkan tentang berbagai pelajaran keagamaan, seperti nahwu,

sharaf, ilmu tafsir, hadits, dan ushul fiqih.

Sekitar tahun 1446 M, setelah 15 tahun Syekh Siti Jenar menimba ilmu

di Padepokan Giri Amparan Jati, ia bertekad untuk keluar pondok, dan mulai

berniat untuk mendalami kerohaniannya (sufi). Sebagai titik pijaknya, ia

bertekad untuk mencari “sangkan paran” dirinya. Tujuan pertamanya adalah

di Pajajaran, yang dipenuhi oleh para pertapa dan ahli hikmah Hindu-Buddha.

Di Pajajaran ini, Syekh Siti Jenar mempelajari kitab Catur Viphala warisan

Prabu Kertawijaya Majapahit.32 Di dalam Kitab tersebut bahwa terdapat

banyak mutiara hikmah dari Prabu Kertawijaya yang sebagian di antaranya

adalah hasil pengajaran Islam dari Syekh Maulana Malik Ibrahim.

31

Wiryapanitra R, Babad Tanah Jawa (Semarang: Dahara Prize, 1991), h. 81-82. 32

Kitab Catur Viphala ini ada 4 pokok, yaitu : Nihsprha (suatu keadaan dimana tidak ada lagi

sesuatu yang ingin dicapai manusia), Nirhana (seseorang yang tidak memiliki tujuan), Niskala

(proses rohani yang bersatu dengan Tuhan), dan Nirasraya (suatu keadaan jiwa yang meninggalkan

bersatunya dengan Tuhan). Muhammad Solikhin, Sufisme Syekh Siti Jenar : Kajian Kitab Serat

dan Suluk Syekh Siti Jenar, ( Yogyakarta : Narasi, 2014), h. 49

Page 36: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

25

Selanjutnya Syekh Siti Jenar menuju ke Palembang ia juga berguru

kepada Aria Damar. Ia mempelajari pengetahuan tentang hakikat ketunggalan

alam semesta, yang dijabarkan dari konsep “nurun ‘ala nuril” maksudnya

adalah Cahaya Maha Cahaya atau yang kemudian dikenal sebagai kosmologi

emanasi (martabat tujuh).33

Aria Damar adalah seorang penguasa ksetra

Bhairawa.34

Setelah dari Palembang, Syekh Siti Jenar pun melanjutkan

perjalanannya ke Malaka. Di Malaka, ia memasuki dunia bisnis dengan

menjadi saudagar emas dan barang kelontong. Di dunia bisnis tersebut

dimanfaatkan oleh Syekh Siti Jenar untuk mempelajari berbagai karakter

nafsu manusia, sekaligus menguji laku zuhudnya di tengah gelimpang harta.

Selain menjadi Saudagar, ia juga menyiarkan agama Islam, yang diberi gelar

oleh masyarakat setempat yaitu Syekh Jabaranta. Ia juga bertemu dengan

Datuk Musa, putra Syekh Datuk Ahmad.35

Dari Palembang, ia melanjutkan perjalanan ke Malaka, dan bergaul

dengan para bangsawan suku Tamil maupun Melayu. Dari hubungan baiknya

itu, ia memasuki dunia bisnis dengan menjadi saudagar emas dan barang

33

Martabat 7 adalah tingkatan kezahiran rahasia Allāh Ta‟ala, seperti : pertama, ahdiyah

(Dzat-Nya atau keesaan-Nya). Kedua, wahdah (Hakikatul Muhammadiyah atau sifatullah). Ketiga,

wahiddiyah (Hakikat Insan, Asma dan Roh). Keempat, alam arwah (hakikat segala makhluk yang

bernyawa dan Roh hayat). Kelima, alam mitsal (hakikat segala bentuk rupa). Keenam, alam ajsam

(hakikat segala bentuk tubuh atau raga). Ketujuh, alam Insan (hakikat segala manusia).

Muhammad Solikhin, Sufisme Syekh Siti Jenar: Kajian Kitab Serat dan Suluk Syekh Siti Jenar

(Yogyakarta : Narasi, 2014), h. 50. 34

Aria Damar adalah seorang pemimpin yang berkuasa di Palembang pada pertengahan abad

ke-14 sebagai bawahan Kerajaan Majapahit. Aria Damar meninggal dalam usia sekitar 85 tahun

dan dimakamkan di seberang makam Pahlawan Seguntang Sakura Palembang. Jalan menuju

makam tersebut , dinamai jalan Ariadilah. Sedangkan kampungnya dinamakan sebagai kampung

Pedamaran. 35

Muhammad Solikhin, Sufisme Syekh Siti Jenar: Kajian Kitab Serat dan Suluk Syekh Siti

Jenar (Yogyakarta : Narasi, 2014), h. 51.

Page 37: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

26

kelontong. Di dunia bisnislah ia mempelajari berbagai karakter nafsu manusia

dan menguji zuhudnya di tengah gelimpang harta. Ia juga menyiarkan agama

Islam, dan disana ia diberi gelar sebagai Syekh Jabaranta.

Kemudian Syekh Siti Jenar juga pernah berguru kepada Sunan Giri,

namun ia merasa tidak memperoleh apa-apa dari pesantren Sunan Giri lebih

tepatnya lagi, proses bergurunya Syekh Siti Jenar terhadap Sunan Giri dan

beberapa wali yang lain adalah sebagai bentuk kesantunan (sikap tawadhu‟

dan wara‟nya) terhadap ulama sufi yang lain.36

C. Perjalanan Dakwah

1. Sunan Kalijaga

Daerah operasi dakwah Sunan Kalijaga tidak terbatas, bahkan sebagai

mubaligh ia berkeliling dari satu daerah ke daerah lainnya. Karena

dakwahnya yang intelek, maka para bangsawan dan cendikiawan sangat

simpati kepada Sunan Kalijaga, demikian juga para masyarakat awam,

bahkan juga pengusaha.37 Sunan Kalijaga dalam melaksanakan Syi‟ar Islam

juga menggunakan media kesenian dan kebudayaan Jawa. Sehingga syi‟ar

Islam yang dilakukannya dapat berjalan dengan efektif dan relatif lebih

mudah. Sunan kalijaga tidak hanya dikenal sebagai mubaligh, pujangga atau

filsuf, akan tetapi juga dikenal sebagai seorang seniman atau budayawan.38

36

Muhammad Solikhin, Ajaran Makrifat Syekh Siti Jenar: Panduan Menuju Kemenyatuan

dengan Allah, Refleksi dan Pengalaman Syekh Siti Jenar (Yogyakarta: Narasi, 2014), h.18. 37

Muhammad Solihin, Melacak Pemikiran Tasawuf Di Nusantara (Jakarta: Raja Grafindo,

2005), h. 125. 38

Munawar J. Khaelany, Sunan Kalijaga Guru Orang Jawa (Yogyakarta: Araska, 2014), l.

34.

Page 38: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

27

Beberapa bidang kesenian yang disyi‟arkan oleh Sunan Kalijaga

tersebut tidak hanya seni suara yang menciptakan lagu tembang macapat

Dhandhanggula dan Dhandhanggula Semarangan ataupun seni gamelan (seni

musik) yaitu menciptakan gamelan yang berupa gong sekaten dengan nama

shahadatain. Namun pula dalam seni wayang kulit (drama) yaitu wayang

semula bersumber dari Kakawin Mahabarata. Seni rupa (batik dan ukir) yaitu

seni ukir yang dikembangkan oleh berbentuk dedaunan.

Kesusastraan yaitu mewariskan syair tembang lir-ilir, namun juga serat

Dewa Ruci dan Serat Duryat (Suluk Linglung).39 Apabila Sunan Kalijaga

berdakwah menggunakan kesenian wayang kulit, di tiap daerah ia

mengenalkan dirinya dengan menamai dirinya berbeda-beda, seperti di Jawa

Barat ia mengenal dirinya sebagai dalang Ki Sida Brangti. Kalau di daerah

Tegal, ia mengenal dirinya sebagai Ki Dalang Bengkok dan di Purbalingga ia

mengenal namanya sebagai Ki Dalang Kumendung.40

Selanjutnya pesan-pesan agama Islam yang disampaikan oleh Sunan

Kalijaga melalui tokoh lakon dalam pewayangan maupun dalam kidung-

kidungnya. Dalam pewayangan, melalui tokoh Bima inilah, Sunan Kalijaga

menceritakan makna dimensi rohani yang mempesona secara terbuka dalam

pagelaran wayang, seperti dalam pagelaran lakon Dewa Ruci, yang bertubuh

sebesar ibu jari. Saat Bima mencari susuhing angin atau sarang angin,

sekalipun tubuh Dewa Ruci hanya sebesar ibu jari, Bima dapat masuk ke

39

Munawar J. Khaelany, Sunan Kalijaga Guru Orang Jawa, h. 35-40. 40

Badlowi Syamsuri, Kisah Wali Songo; Penyebar Agama Islam di Tanah Jawa (Surabaya :

Apollo, 1995), h. 95.

Page 39: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

28

dalam tubuh Dewa Ruci. Saat itulah Bima mengetahui berbagai dimensi

kerohanian tergelar.

Kemudian dalam kidung, Sunan Kalijaga menyampaikan pesan bahwa

agama Islam telah tumbuh dengan suburnya seperti tanaman yang ijo, bahkan

saking senangnya sambutan masyarakat Islam, digambarkan rasa senang itu

seperti kemanten anyar (penganten baru), seperti dalam kidung Lir-ilir

sebagai berikut :

“Lir ilir, lirilir tandure wis sumilir/sing ijo royo-royo tek sengguh

penganten anyar/cah angon-cah angon penekno blimbing kuwi/lunyu-

lunyu penekna kanggo mbasuh dodotiro/dodotiro-dodotiro kumitir

bedah ing pinggir dondomana jlumatana kanggo sebo mengko sore/

mumpung padang rembulane mumpung jembar kalangane/yo surako

surak hore.”41

Artinya adalah Bangun-bangunlah, bangun tanamannya sudah bersemi/

tanaman hijau dan subur seperti pengantin baru/ anak-anak gembala

panjat dan petiklah buah belimbing itu/ sekalipun licin pohonnya,

panjatlah untuk mencuci pakaianmu/ pakaianmu-pakaianmu berumbai

robek di tepu jahit dan sulamlah untuk menghadap nanti sore / selagi

besar rembulannya selagi luas kalangannya/ mari bersorak bersorak

hore.42

Maksud kalimat dari tembang lir-ilir sebagai kearifan budaya tersebut

adalah, Lir-ilir Lir-ilir artinya “bangun, bangunlah, bangun” atau “sadar,

sadarlah, sadar” maknanya bahwa setelah manusia bangun atau sadar maka

segeralah berbakti, beriman dan bertakwa kepada Allah. Salah satunya

dengan melakukan dzikir dan sembahyang (dalam rukun Islam). Tandure wis

sumilir artinya “tanamannya sudah bersemi” maknanya bahwa peliharalah

41

Agus Sunyoto, Atlas Wali Songo (Bandung: Mizan, 2012), h. 212. 42

Munawar J. Khaelany, Sunan Kalijaga Guru Orang Jawa (Yogyakarta: Araska, 2014), h.

182.

Page 40: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

29

kebaktian, kesadaran, keimanan dan ketaqwaan pada Tuhan agar tetap dijaga

untuk menerangi jalan hidup dari dunia hingga akhirat.43

Tak ijo royo-royo tek sengguh penganten anyar artinya “tanaman padi

yang telah subur menghijau seperti pengantin baru” maknanya bahwa

pengantin baru tentu akan merasa bahagia dan tampak berseri-seri wajahnya.

Cah angon, cah angon, penekna blimbing kuwi artinya “anak-anak gembala

panjat dan petiklah buah belimbing itu” maknanya bahwa buah belimbing itu

memiliki warna kuning keemasan serupa dengan bintang. buah belimbing ini

melambangkan lima watak utama (rela, tawakal, jujur, sabar dan berbudi

luhur) agar manusia dapat menyempurnakan kebaktian, keimanan dan

ketakwaannya kepada Allāh.44

Lunyu-lunyu penekna kanggo masuh dodotiro artinya “sekalipun licin

pohonnya, panjatlah untuk mencuci pakaianmu” maknanya bahwa buah

belimbing digunakan untuk mencuci pakaian dan pakaian memiliki makna

simbolik sebagai hati manusia, agar bersih dan suci. Hati manusia harus

selalu dicuci dengan melaksanakan lima watak utama (rela, tawakal, jujur,

sabar dan berbudi luhur) agar manusia akan selalu dekat dengan Allāh.

Dodotiro kumitir bedhahing pinggir domana jlumatana kanggo seba

mengko sore artinya “pakaianmu-pakaianmu berumbai robek di tepu jahit dan

sulamlah untuk menghadap nanti sore” maknanya bahwa pakaian

dilambangkan sebagai agama (iman dan takwa), karena agama harus tetap

43

Munawar J. Khaelany, Sunan Kalijaga Guru Orang Jawa (Yogyakarta: Araska, 2014), h.

186. 44

Munawar J. Khaelany, Sunan Kalijaga Guru Orang Jawa, h. 187.

Page 41: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

30

utuh dan selalu dijaga sampai rusak bahkan sampai hancur berantakan. Jika

agama itu masih berlobang ataupun rusak maka orang tersebut belum

sempurna dalam melaksanakan ajarannya. Kata mengko sore sebagai tanda

bahwa waktu ajal sudah dekat, walaupun belum tahu kapan waktunya

dipanggil maka manusia harus mempersiapkan diri sewaktu menerima

panggilan itu.45

Mumpung padang rembulane mumpung jembar kalangane artinya

“selagi besar rembulannya selagi luas kalangannya” maknanya bahwa agar

setiap manusia jangan suka menunda waktu selagi muda, sehat, gagah

perkasa dan memiliki waktu yang panjang maka segeralah menghadap Allah

melalui do‟a dan sembahyang (Shalat lima waktu) sebelum datangnya ajal. yo

surako surak hore artinya “mari bersorak bersorak hore” maknanya bahwa

menggambarkan perasaan manusia yang merasa bahagia karena telah mampu

melaksanakan lima watak utama (rela, tawakal, jujur, sabar dan berbudi

luhur) .46

Tembang lir-ilir ini mengandung nasihat hidup bagi setiap manusia

untuk mengolah budi pekertinya agar mencapai kesempurnaan. Budi perkerti

itulah manusia harus diolah setiap hari agar dapat melaksanakan lima watak

utama. Jika lima watak utama tersebut dilaksanakan maka itu akan mudah

dilewati tetapi jika tidak maka itu tergantung pada manusia itu sendiri.

Bahasa tembang lir-ilir tampak sederhana, kosakata yang digunakan

hampir semuanya ada didalam kehidupan sehari-hari. Seolah-olah syair

45

Munawar J. Khaelany, Sunan Kalijaga Guru Orang Jawa, h. 189. 46

Munawar J. Khaelany, Sunan Kalijaga Guru Orang Jawa, h. 190.

Page 42: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

31

tembang yang bahasanya tampak sederhana itu memiliki daya pesona yang

kuat dan menyentuh dasar hati terdalam sehingga yang mendengarkannya

merasa tenteram. Oleh karena itu, tembang lir-ilir dianggap memiliki nilai

edipeni (baik).47

2. Syekh Siti Jenar

Agama bagi Syekh Siti Jenar bukan teori yang harus dihafal. Agama

adalah sebuah jalan yang harus dilalui. Dia tidak ambil pusing dengan nama

agama, walaupun agama yang disandangnya adalah Islam. Kenyataannya,

keberadaan diri itulah yang menjadi bagian kesadaran Syekh Siti Jenar.48

Awal mula memasuki tahun kelima abad dari pedalaman Nusa Jawa,

sampailah Abdul Jalil atau Syekh Siti Jenar berada di Dukuh Lemah Abang

yang terletak di kaki utara Gunung Mahendra (Lawu) di Lembah Selatan

Bengawan Sori, tetapi Abdul Jalil memutuskan tidak tinggal disana. Ketika di

Dukuh Lemah Abang, murid-murid dan pengikutnya menyebut nama baru

sesuai dengan nama dukuh tempat ia mengajar, yaitu Syekh Siti Jenar yang

artinya guru suci dari Dukuh Siti Jenar. Sebelumnya nama Syekh Siti Jenar

itu adalah Syekh Jabarantas.

Ketika di Dukuh Siti Jenar yang terpencil itu ia tidak pernah berhenti

mengajarkan Sasyahidan, belajar mati, menaklukan setan, dan menjadi

manusia yang tanpa memandang seseorang dari derajat maupun pangkatnya,

47

Edipeni merupakan dua sifat untuk tempat dan tempat yang berarti sarwa bercik (serba baik

atau serba indah). Biasanya kata edipeni ini digunakan untuk menyebut dan menghargai sesuatu

hal, barang dan tempat yang tampak secara visual atau segi fisiknya. Munawar J. Khaelany, Sunan

Kalijaga Guru Orang Jawa (Yogyakarta: Araska, 2014), h. 183. 48

Muhammad Solikhin, Melacak Pemikiran Tasawuf Di Nusantara (Jakarta: Raja Grafindo,

2005), h. 157.

Page 43: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

32

sehingga keberadaan ia sebagai guru yang ditandai dari berbagai kelebihan

dalam waktu singkat, ia telah menjadi buah bibir penduduk yang ada disekitar

dukuh Siti Jenar.

Kemudian Syekh Siti Jenar pun menjadi buah bibir dari satu mulut ke

mulut yang lainnya, lalu tersebarlah nama Syekh Siti Jenar yang sebelumnya

itu adalah Syekh Jabarantas, beribu-ribu orang datang meminta keberkahan

dalam keselamatan dan limpahan kekeramatan kepada seorang guru. Bahkan

diantara mereka ada yang mencium tangannya, mencium lututnya, sampai

mencium kakinya.

Perubahan demi perubahan yang terkait dengan mahsyurnya nama

Syekh Siti Jenar, sedikit pun ia tidak sadar bahwa ia sebagai manusia yang

diberhalakan oleh pengikutnya. Lalu istrinya menegur dengan keras karena

selama berhari hari ia membiarkan para pengikutnya memperlakukan Syekh

Siti Jenar tidak semestinya dan Syekh Siti Jenar pun baru sadar kalau dia

sebagai manusia yang diberhalakan oleh pengikutnya. Setelah Syekh Siti

Jenar sadar, ia dan istrinya pun buru-buru mengambil keputusan untuk

meninggalkan Dukuh Siti Jenar.49

Setelah ia meninggalkan Dukuh Siti Jenar,

ia menimba ilmu sampai ke Baghdad, yang pada saat itu masih menjadi pusat

ilmu Islam dan kebatinan. Jika dilihat ilmunya Syekh Siti Jenar, ia sangat

49

Agus Sunyoto, Suluk Malang Sungsang : Konflik dan Penyimpangan Ajaran Syaikh Siti

Jenar (Yogyakarta : Pustaka Sastra, 2005), h. 323-328.

Page 44: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

33

dalam menimba ilmu dari Al-qur‟an, sampai-sampai beliau menerima gelar

“Syekh” yang berarti maha guru atau profesor.50

Sekitar tahun 1463 Masehi., Syekh Siti Jenar kembali dari masa

perantauannya, setelah menimba ilmu di Baghdad dan Makkah. Syekh Siti

Jenar bertekad untuk mengadakan perubahan pada masyarakat Islam di Jawa,

serta masyarakat keseluruhannya, menuju masyarakat yang lebih maju.

Tepatnya di wilayah Cirebon, ia bisa menjadi penyiar dakwah Islamnya,

dengan cara mengambil lokasi di bukit Amparan Jati, dan menyatupadukan

langkah dakwah bersama Syekh Datuk Kahfi.51

Sementara di bukit Amparan Jati, umat Islam pada saat itu belum siap

menerima ajaran semacam ajaran Syekh Siti Jenar, karena banyak dari

mereka yang baru pindah dari agama Hindu, Buddha, dan Animisme yang

imannya pun masih lemah. Karena itu, akhirnya ajaran Syekh Siti Jenar

dianggap meresahkan oleh masyarakat.52 Kemudian dengan munculnya Islam

sebagai agama mayoritas baru, banyak pengikut agama Hindu, Buddha dan

Animisme melakukan perlawanan secara sembunyi-sembunyi. Untuk

mendomplengkan kepada salah satu anggota walisongo yang terkenal, yaitu

Sunan Kalijaga.

Agar Sunan Kalijaga mengajarkan agama Islam yang benar kepada

pengikut Hindu, Buddha dan Animisme. Tetapi sebenarnya Syekh Siti Jenar

50

Muhammad Solikhin, Melacak Pemikiran Tasawuf di Nusantara (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2005), h. 152. 51

Muhammad Solikhin, Manunggaling Kawula Gusti: Filsafat Kemanunggalan Syekh Siti

Jenar (Yogyakarta: Narasi, 2014), h. 128. 52

Sudirman Tebba, Syekh Siti Jenar : Pengaruh Tasawuf al-Hallaj di Jawa (Jakarta: Pustaka

irVan, 2008), h. 32.

Page 45: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

34

hanya mengajarkan sebuah gerakan anti reformasi, anti perubahan dari Hindu,

Buddha dan Animisme, Jawa ke agama Islam. Oleh karena itu, menurut

pengikutnya isi gerakan Syekh Siti Jenar itu selalu sinis terhadap ajaran Islam

dan hanya mengambil potongan-potongan ajarannya yang secara sepintas dan

tampak tidak masuk akal.53

Ajaran Syekh Siti Jenar tidak diterima oleh pengikut Hindu, Buddha

dan Animisme, kemudian ia meluaskan dakwahnya ke Banten (arah barat), ke

Sumatera, sebelum akhirnya ia kembali menetap di Cirebon hingga diadili

oleh dewan Walisongo di bawah keputusan trio-wali (pengadilan pertama

oleh Sunan Giri, pengadilan kedua dan vonis hukuman mati di bawah

kepemimpinan Sunan Bonang dan atas persetujuan Sunan Gunung Jati yang

pernah menjadi muridnya).54

D. Karya-Karyanya

1. Sunan Kalijaga

Salah satu karya seni Sunan Kalijaga adalah menciptakan bentuk ukiran

wayang kulit, dari bentuk manusia menjadi bentuk kreasi baru yang mirip

karikatur. Misalnya, orang yang menghadap ke depan diukir dengan letak

bahu di depan dan di belakang. Tangan wayang kulit dibuat panjang hingga

menyentuh kakinya. Bahkan meski menghadap ke depan, matanya dibuat

tampak utuh. Seni wayang adalah salah satu media yang digunakan oleh

53

Muhammad Solikhin, Melacak Pemikiran Tasawuf Di Nusantara (Jakarta: Raja Grafindo,

2005), h. 172-173. 54

Muhammad Solikhin, Ajaran Makrifat Syekh Siti Jenar: Panduan Menuju Kemenyatuan

dengan Allah, Refleksi dan Pengalaman Syekh Siti Jenar (Yogyakarta: Narasi, 2014), h. 21.

Page 46: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

35

Sunan Kalijaga untuk melakukan syi‟ar agama Islam. Dalam seni wayang di

tangan Sunan Kalijaga dapat ditunjukkan 2 cerita wayang sebagai berikut:

a. Lakon Babon, ada 2 kisah wayang dalam babon yaitu Mahabbrata dan

Ramayana. Mahabbrata menjelaskan tentang kisah darah Barata atau berisi

seputar kehidupan kenegaraan, sosial dan budaya. Mahabbrata ini lebih

mendekati kehidupan realitas dan keberhasilan para Pandawa guna untuk

mendapatkan kemerdekaannya. Sedangkan Ramayana menjelaskan

tentang kisah cinta dan pengorbanan. Hubungan cinta kasih dua insan yang

akhirnya berlabuh pada pertikaian besar-besaran dan keberhasilan Rama

dalam memperjuangkan Shinta.

b. Lakon Carangan, hasil karya para pujangga dan ahli pewayangan di tanah

Jawa. Tokoh pewayangan yang muncul dan benar-benar merupakan asli

produk orang Jawa, seperti Petruk, Gareng, Semar, Bagong dan Bima

Suci. Contohnya, lakon Petruk Dadi Ratu adalah lakon improvisasi

dimana dalang memberikan sesuatu yang lebih aktual dan sesuai dengan

realitas yang ada di dalam kehidupan sebagai wujud kritik sosial politik

terhadap apa yang terjadi di dalam pemerintahan saat ini. Tokoh pemain

dalam lakon Petruk Dadi Ratu ialah Pandawa, Punakawan, Kurawa, Para

Dewa.

Karya kesustraannya adalah tembang yang merupakan ajaran makrifat,

ajaran mistis dalam agama Islam. Meski banyak tembang yang telah

diciptakannya, hanya tembang “Lir-ilir” yang dikenal masyarakat Jawa.

Page 47: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

36

Tembang ini diajarkan kepada anak-anak SD di Jawa.55 Sunan Kalijaga juga

menciptakan Gong Sekaten, artinya Gong Syahadataini yang maknanya dua

kalimat syahadat.56

Adapun makna dari bunyi beberapa jenis gamelan, yaitu Kenong yang

berbunyi “nong, nong, nong” dan saron yang berbunyi “ning, ning, ning”

memiliki makna nongkana dan ningkene (di sana dan di sini). Kempul yang

berbunyi “pung, pung, pung” memiliki makna mumpung memiliki waktu dan

kesempatan. Kendang yang berbunyi “tak ndang, tak ndang, tak ndang”

memiliki makna segeralah datang. Genjur yang berbunyi “nggur” memiliki

makna segera njegur (masuk) ke dalam masjid.57

Kemudian karya sastra Sunan Kalijaga yaitu Suluk Linglung. Dalam

sastra Jawa, suluk dimaknai sebagai ajaran atau falsafah untuk mencari

hubungan dan persatuan antara kawula dan Gusti. Sedangkan linglung dalam

bahasa Jawa yaitu bingung. Bingung disini dimaknai dengan ketidakpastian

atau sebagai kumpulan cerita ritual tasawuf Sunan Kalijaga ketika ia tengah

mengalami kebingungan dalam mencapai hakikat kehidupan.58

Selanjutnya Karya Sunan Kalijaga dalam sejarah, yaitu Pembangunan

Masjid Agung di Demak. Sunan Kalijaga sangat berjasa dalam membangun

Masjid Agung di Demak, karena di dalam Masjid tersebut ada sebuah tiang

55

Achmad Chodjim, Sunan Kalijaga: Mistik dan Makrifat (Jakarta: Serambi,2013), h. 14-15. 56

Baidlowi Syamsuri, Kisah Wali Songo; Penyebar Agama Islam di Tanah Jawa, (Surabaya:

Apollo, 1995), h. 97. 57

Munawar J. Khaelany, Sunan Kalijaga Guru Orang Jawa (Yogyakarta: Araska, 2014), h.

38. 58

Suluk Linglung merupakan salah satu karya sastra Sunan Kalijaga yang kini masih jarang

ditemukan dalam literatur Jawa. Kitab kuno ini menggunakan simbol-simbol prasasti penulisan

ngrasa sirna sarira aji (1806 caka atau 1884 Masehi.) Munawar J. Khaelany, Sunan Kalijaga Guru

Orang Jawa, (Yogyakarta : Araska, 2014), h. 129 – 130.

Page 48: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

37

utama yang terbuat dari potongan-potongan kayu jati yang disatukan yang

langsung di buat oleh Sunan Kalijaga.59

2. Syekh Siti Jenar

Serat Natarata. Natarata adalah bentuk serat atau tembang yang

menjelaskan tentang Ngelmu Kasunyatan. Ngelmu kasunyatan membahas

tentang hakikat Tuhan dan manusia serta keduanya ada hubungan dalam serat

ini. Ngelmu kasunyatan juga yang dipilihnya pun lebih condong

membicarakan sangkan paraning dumadi. Serat Natarata banyak diminati

pembaca dan bahkan menjadi pembicaraan kontroversial tentang ajaran-

ajaran yang disampaikan dinilai sebagai menggugat kemapanan. Karena serat

natarata, mengulas keberadaan Tuhan beserta alam semesta yang ciptaannya

dianggap nyeleneh menurut tradisi yang sesuai dengan jamannya. Serat

Natarata ini ditulis oleh Kulawarga pada tahun 1958, serat ini ditulis dalam

huruf latin.60

59

Munawar J. Khaelany, Sunan Kalijaga Guru Orang Jawa, h. 37. 60

Muhammad Solikhin, Ajaran Makrifat Syekh Siti Jenar: Panduan Menuju Kemenyatuan

dengan Allah, Refleksi dan Pengalaman Syekh Siti Jenar (Yogyakarta: Narasi, 2014), h. 18.

Page 49: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

38

BAB III

AJARAN MAKRIFAT DALAM TASAWUF

A. Pengantar Tentang Tasawuf

Dari hari ke hari, perhatian berbagai lapisan masyarakat terhadap

tasawuf semakin berkembang. Tasawuf yang semula merupakan bentuk

pemaknaan terhadap hadits Rasulullah tentang al-ihsūān (baik), dapat

berkembang yang mengalami perluasan penafsiran. Hal ini lebih banyak

disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi perspektif penafsiran dan

beberapa indikasi yang paling menonjol dalam praktik-praktiknya.1

Secara etimologi, kata tasawuf berasal dari bahasa Arab, yaitu

tashawwafa, yatashawwafu, tashawwufan. Ada yang mengatakan dari kata

shuf yaitu bulu domba, shaff yaitu barisan, shafa yaitu jernih, dan shuffah

yaitu serambi masjid Nabawi yang ditempati oleh sebagian sahabat

Rasulullah.2 Tasawuf juga merupakan jalan menuju kedekatan diri kepada

Allāh swt. Dengan cara melepaskan diri dari segala sesuatu yang rendah, hina

dan berpegang teguh kepada sunnah Rasūlullah saw.3

Secara Terminologi, menurut Harun Nasution, ada lima istilah yang

berkenaan dengan tasawuf, yaitu al-shuffāh/ahl al-suffāh (orang yang ikut

pindah dengan Nabi dari Mekkah ke Madinah), saf (Barisan), sufi (suci),

1Sokhi Huda, Tasawuf Kultural : Fenomena Shalawat Wahidiyah (Yogyakarta: Lkis, 2008),

h. 21. 2Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf (Jakarta: Amzah, 2014), h. 3.

3Muhammad Zaki Ibrahim, Tasawuf Salafi : Menyucikan Tasawuf dari Noda-Noda (Jakarta:

Hikmah, 2002), h. 5.

Page 50: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

39

sophos (bahasa Yunani yaitu hikmat) dan suf (kain wol).4 Kata ahl al-suffah

misalnya menggambarkan keadaan orang yang rela mencurahkan jiwa

raganya, harta benda dan lain sebagainya hanya untuk Allah. Kata saf juga

menggambarkan orang yang selalu berada di barisan depan dalam beribadah

kepada Allah dan melakukan amal kebajikan. Kata sufi menggambarkan

orang yang selalu memelihara dirinya dari berbuat dosa dan maksiat. Kata suf

menggambarkan orang yang hidup sederhana dan tidak mementingkan dunia.

Dan kata sophos menggambarkan keadaan jiwa yang senantiasa cenderung

kepada kebenaran.

Menurut Saifulloh al-Aziz, tasawuf berasal dari istilah yang

dikonotasikan dengan ahl ash-shuffah yang berarti sekelompok orang di masa

Rasulullah yang banyak berdiam di serambi-serambi masjid dan mereka

mengabdikan hidupnya untuk beribadah kepada Allah. Mereka yang

dimaksud ini adalah orang-orang yang ikut pindah dengan Rasulullah dari

Mekah ke Madinah, kehilangan harta dan berada dalam keadaan miskin dan

tidak mempunyai apa-apa.5

Menurut Amin Syukur, tasawuf adalah cabang keilmuan atau hasil

kebudayaan Islam yang lahir setelah Rasulullah wafat. Ketika beliau hidup,

istilah (tasawuf) ini belum ada dan hanya sebutan bagi sahabat orang Islam

4Harun Nasution, Falsafah dan Mistisime dalam Islam(Jakarta : Bulan Bintang, 1983), h. 56-

57. 5Saifulloh al-Aziz, Risalah Memahami Ilmu Tasawuf, (Surabaya : Terbit Terang, 1998), h.

10-11

Page 51: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

40

yang hidup pada masa Rasulullah dan sesudah itu generasi Islam disebut

tabi‟in. Istilah tasawuf baru terdengar pada masa pertengahan abad II Hijriah.6

B. Makrifat Menurut Beberapa Tokoh Sufi

Beberapa tokoh sufi menjelaskan tentang pengertian makrifat, seperti :

Dalam buku Akhlak Tasawuf, menurut penulis yaitu A. Mustofa bahwa

Abu Hamid Al-Ghazali, mengatakan “Makrifat berarti ilmu yang tidak

menerima keraguan seperti pengetahuan yang mantap dan mapan, yang tak

tergoyahkan oleh siapapun dan apapun, karena ia (makrifat) adalah

pengetahuan yang telah mencapai tingkat haqq al-yaqin”. Mustafa Zahri,

mengatakan bahwa “Makrifat ialah ketepatan hati (dalam mempercayai

hadirnya) wujud yang wajib adanya (Allah) yang menggambarkan segala

kesempurnaan”.7

Sedangkan dalam buku Kecerdasan Sufistik Jembatan Menuju Makrifat,

menurut penulis yang bernama Sudirman Tebba bahwa Abul Qasim Abdul

Karim Hawazin Al-Qusyairi, mengatakan “Makrifat merupakan sifat-sifat

orang yang mengenal Allah dengan nama dan sifat-Nya, kemudian

membenarkan Allah dengan melaksanakan ajarannya dalam perbuatan. Abul

Faidh Tsauban Dzun-Nun al-Mishri, mengatakan bahwa, “Aku mengetahui

Tuhan dengan Tuhan dan sekiranya tidak karena Tuhan aku tak tahu Tuhan”.

Ucapan itu menjelaskan bahwa makrifat tidak diperoleh begitu saja, tetapi

merupakan pemberian dari Tuhan. Maksudnya adalah makrifat bukanlah hasil

6Amin Syukur, Tasawuf Sosial (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004), h. 3.

7A Mustofa, Akhlak Tasawwuf (Bandung : Pustaka Setia, 2008), h. 20.

Page 52: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

41

dari pemikiran manusia, tetapi tergantung kepada kehendak dan rahmat

Tuhan.8

Menurut Harun Nasution, bahwa “Makrifat berarti mengetahui Tuhan

dari dekat, sehingga hati sanubarinya dapat melihat Tuhan. Makrifat juga

menggambarkan hubungan rapat dalam bentuk gnosis, pengetahuan dengan

hati sanubari”.9 Kemudian dalam buku Ajaran Makrifat Syekh Siti Jenar,

menurut penulis yang bernama Muhammad Sholikhin bahwa Abu Yazid al-

Bushthami, menjelaskan bahwa “Makrifat itu adalah mengetahui bahwa

gerakan dan diamnya manusia bergantung kepada Tuhan.”10

Sedangkan dalam buku Kecerdasan Sufistik Jembatan Menuju Makrifat,

menurut penulis yang bernama Sudirman Tebba bahwa Abu Bakar al-

Kalabadzi berpendapat bahwa “Makrifat selalu bersama dengan mahabbah”.

Karena keduanya menggambarkan dua aspek dari hubungan rapat yang ada

bagi sufi dengan Tuhan. Mahabbah menggambarkan hubungan dalam bentuk

cinta, sedangkan makrifat menggambarkan hubungan dekat dalam bentuk

gnosis, pengetahuan dengan hati sanubari. Muhyiddin Ibnu „Arabi,

menjelaskan “ilmu dan makrifat untuk makna yang sama, yaitu keduanya

mengandung makna pengetahuan”. Tetapi, kedua ini mempunyai istilah yang

berbeda yaitu ilmu berarti pengetahuan lahiriah, sedangkan makrifat berarti

ilmu bathiniah (spiritual).11

8Sudirman Tebba, Kecerdasan Sufistik Jembatan Menuju Makrifat (Jakarta: Kencana, 2004),

h. 85. 9Harun Nasution, Falsafah dan Mistisisme dalam Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1983), h.

75. 10

Muhammad Sholikhin, Ajaran Makrifat Syekh Siti Jenar ; Panduan Menuju Kemenyatuan

dengan Allah, Refleksi dan Pengalaman Syekh Siti Jenar (Yogyakarta: Narasi, 2014), h. 114. 11

Sudirman Tebba, Kecerdasan Sufistik Jembatan Menuju Makrifat (Jakarta: Kencana, 2004),

h. 86.

Page 53: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

42

C. Tahapan Untuk Mencapai Makrifat

Dari segi istilah makrifat bukan hanya berupa pengetahuan yang

diperoleh hasil batin dan spiritual manusia12

, namun berupa pengalaman

orang yang menempuh jalan tarikat tujuannya adalah untuk sampai kepada

Allah yang diibaratkan sebagai musyafir atau salik. Yakni berasal dari bahasa

arab salaka al-thariqa (menempuh jalan tasawuf). Memasuki wilayah tarekat

ini di Indonesia sering disebut dengan suluk (memasuki tarekat).13

Kemudian untuk mencapai Makrifat telah ada dalam diri manusia, yaitu

qalb (hati), karena qalb selain alat untuk merasa adalah juga alat untuk

berfikir. Bedanya qalb dengan akal adalah akal tidak bisa memperoleh

pengetahuan yang sebenarnya tentang Tuhan, sedangkan qalb bisa

mengetahui hakikat dari segala yang ada dan jika dilimpahi cahaya Tuhan,

bisa mengetahui rahasia Tuhan. Qalb yang telah di bersihkan dari segala dosa

dan maksiat melalui dzikir dan wirid secara teratur akan dapat mengetahui

rahasia-rahasia Tuhan, yaitu setelah hati tersebut di sinari cahaya Tuhan

(emanasi).14

Dalam tasawuf ada tahapan-tahapan untuk mencapai makrifat yaitu :

1. Syariat

Secara harfiah syariat berarti jalan yang lempeng atau jalan yang seperti

air terjun. Dalam konteks Islam, syariat pada awalnya berarti segala ketentuan

yang ditetapkan oleh Allah untuk para hambanya melalui rasul-Nya, baik

12

Nasaruddin Umar, Tasawuf Modern (Jakarta: Republika, 2014), h. 31. 13

Simuh, Sufisme Jawa : Transformasi Tasawuf Islam ke Mistik Jawa, (Yogyakarta : Yayasan

Bentang Budaya, 1995), h. 26 14

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta : Rajawali Pers, 2012), h. 222

Page 54: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

43

ketentuan mengenai perbuatan lahiriah, yaitu ibadah dan muamalat maupun

bathiniah, seperti akidah, akhlak dan tasawuf yang mengatur hubungan

manusia dengan pencipta-Nya. Syariat juga merupakan cara formal untuk

melaksanakan peribadatan kepada Allāh yang dirujuk oleh al-Qur‟ān sebagai

tujuan utama penciptaan manusia.15

Dalam buku yang berjudul Merengkuh Makrifat Menuju Ekstase

Spiritual, menurut penulis yang bernama Sudirman Tebba, bahwa Seyyed

Hossein Nasr menjelaskan bahwa syariat diturunkan secara etimologis dari

kata “jalan”. Maksudnya adalah jalan yang membawa orang kepada Tuhan.16

Intinya adalah syariat ini berisi perintah agung yang mengatur segala

keadaan dalam kehidupan. Hukum sesuai dengan mana manusia harus hidup

seperti yang diinginkan oleh-Nya. Oleh karena itu, syariat menjadi petunjuk

bagi tindakan manusia dan mencakup segala segi kehidupan. Syariat juga

mengajarkan kepada manusia agar mengetahui pengetahuan tentang baik dan

buruknya jalan yang akan ia tempuh.

2. Tarekat

Kehidupan spiritual umat Islam banyak yang berhenti pada syariat,

padahal sebaiknya berkembang ke jenjang berikutnya, yaitu tarekat.17 Tarekat

yang berasal dari bahasa arab yaitu al-Tharq, jamaknya al-Thurūq merupakan

isim Musytarāq, yang secara etimologi berarti jalan, tempat lalu atau

metode.18 Istilah tarikat atau tarekat juga diartikan sebagai organisasi

15

Mulyadhi Kartanegara, Menyelami Lubuk Tasawuf (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006), h.

27. 16

Sudirman Tebba, Merengkuh Makrifat : Menuju Ekstase Spiritual (Jakarta: Pustaka Irvan,

2006), h. 1. 17

Sudirman Tebba, Merengkuh Makrifat : Menuju Ekstase Spiritual, h. 41. 18

Ris‟an Rusli, Tasawuf dan Tarekat (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 184.

Page 55: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

44

persaudaraan sufi, seperti Qadariyah, Naqsyabandiyah, dan sebagainya.

Tarekat baik dalam arti yaitu jalan spiritual maupun organisasi persaudaraan

sufi, yang memerlukan bimbingan guru yang disebut Mursyid, Syekh atau

Pir.19

Menurut istilah tasawuf sendiri, tarekat ialah perjalanan khusus bagi

para sufi yang menempuh jalan menuju Allah Swt. Perjalanan yang

mengikuti jalur yang ada melalui tahap dan seluk-beluknya.20 Tarekat juga

merupakan suatu ilmu yang mengkaji kaitannya pengamalan zikir kepada

Allah dengan praktek dalam beribadah setiap waktu yang telah ditentukan.21

Dalam membahas tarekat biasanya sufi membedakan antara hal

(kondisi spiritual) dengan maqam (jenjang spiritual). Dalam buku Merengkuh

Makrifat Menuju Ekstase Spiritual, penulis yang bernama Sudirman Tebba,

mengatakan bahwa Amatullah Armstrong, menjelaskan kondisi spiritual yang

masuk ke dalam hati sebagai anugerah dan karunia dari rahmat Allah yang

tidak terbatas kepada hamba-nya. Kondisi spiritual tidak bisa dicapai melalui

usaha, keinginan atau undangan, ia datang tanpa diduga-duga dan pergi juga

tanpa diduga-duga. Sedangkan maqam diperoleh dan dicapai melalui upaya

dan ketulusan sang penempuh jalan spiritual. Tetapi pencapaian ini

sebenarnya terjadi berkat rahmat Allah.22

Tetapi, menurut Mustaha Zahri, dalam buku Kunci Memahami Ilmu

Tasawuf menjelaskan bahwa tarikat dikalang sufiyah berarti sistem dalam

rangka mengadakan latihan jiwa, membersihkan diri dari sifat-sifat yang

19

Sudirman Tebba, Merengkuh Makrifat: Menuju Ekstase Spiritual, h. 41. 20

Alwi Shihab, Akar Tasawuf di Indonesia (Depok: Pustaka IIMaN, 2009), h. 183. 21

Hamka, Tasawuf Modern (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983), h. 2. 22

Sudirman Tebba, Merengkuh Makrifat : Menuju Ekstase Spiritual (Jakarta: Pustaka Irvan,

2006), h. 41.

Page 56: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

45

tercela dan mengisinya dengan sifat-sifat yang teruji dan memperbanyak zikir

dengan penuh ikhlas semata-mata untuk mengharakan bertemu dan bersatu

secara ruhiah dengan Tuhan.23

Intinya adalah tarekat merupakan jalan yang ditempuh untuk

mendekatkan diri kepada Allah yang sedekat-dekatnya atau mendapat maqam

(kedudukan yang harus ditempuh hambanya agar bisa sampai kepada Allah)

yang mempunyai sifat mahmudah (sifat baik). Dalam tingkatan ini bahwa

menghidupkan syariat itu sebagai amalan lahir atau amalan batin secara

sungguh-sungguh dan istiqamah dalam menguatkan keimanan dalam hati.

3. Hakikat

Perjalanan spiritual sebaiknya tidak berhenti pada tarekat, tetapi dapat

berkembang ke tahap berikutnya, yaitu hakikat atau haqiqah. Hakikat

mengacu pada makna terdalam dari praktek dan bimbingan yang dibangun

dalam syariat dan tarekat. Istilah hakikat mengandung banyak arti, yaitu

kebenaran, kenyataan, keaslian, hakiki (bukan kiasan), sesungguhnya,

sebenarnya, senyatanya, tentu dan pasti. Hakikat adalah kebenaran atau

benar-benar ada (Allah) sebagai sumber kebenaran dan tiada yang lebih indah

kecuali mencintai Allah. .Hakikat juga merupakan pengalaman langsung

kondisi mistis dalam tasawuf dan pengalaman langsung dari kehadiran Tuhan

dalam diri.24

Di dalam perjalanan menuju Hakikat itu, orang memulai dari dalam

dirinya sendiri untuk mengenal Allah, sebelum mengenal Allah maka

23

Mustaha Zahri, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf(Surabaya : Bina Ilmu, 1995), h. 57 24

Sudirman Tebba, Merengkuh Makrifat : Menuju Ekstase Spiritual, (Jakarta : Pustaka Irvan,

2006), h. 97

Page 57: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

46

manusia harus mengenali dirinya sendiri. Perjalanan itu dimulai dari dalam

dan ke dalam. Sehingga Alam dengan keindahan, hanyalah untuk jadi saksi

untuk pencari diri. Apabila Thariqat telah dijalani dengan segenap

kesunguhan, dan setia memegang segala syarat, maka tentulah bertemu

dengan Hakikat.25

4. Makrifat

Dari segi bahasa makrifat berasal dari kata arafa, ya’rifu, irfan,

makrifat yang artinya pengetahuan atau pengalaman. Makrifat adalah

pengetahuan yang obyeknya bukan pada hal-hal yang bersifat zahir, tetapi

lebih mendalam terhadap batinnya dengan mengetahui rahasianya. Hal ini

didasarkan pada pandangan bahwa akal manusia sanggup mengetahui hakikat

ketuhanan dan hakikat itu satu dan segala yang maujud berasal dari yang

satu.26 Jadi, manusia harus menyadari bahwa semua dan segala yang ada di

alam ini yang menciptakan dan menggerakan adalah Allāh.

Makrifat merupakan salah satu aspek dari kajian disiplin ilmu

tasawuf yang disandarkan kepada sumber ajaran Islam, yaitu al-Qur‟an

dan Hadis atau sunnah yang tercermin dalam praktek kehidupan

Rasulullah saw. Kata makrifat yang secara khusus menjadi konsep spiritual

Islam di dalam al-Qur‟an memang tidak ditemukan secara harfiahnya.27

Dalam buku Harun Nasution yang berjudul “Falsafat dan Mistisme

dalam Islam” ia mengatakan bahwa Al-Ghazali menjelaskan tentang makrifat

itu sendiri ialah memandang kepada wajah Allah swt. Artinya mengetahui

25

Hamka, Tasawuf Perkembangan Pemurniannya (Jakarta: Citra Serumpun Padi, Jakarta,

1994), h. 102-103. 26

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 219-220. 27

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, h. 181.

Page 58: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

47

segala peraturan-peraturan Tuhan tentang segala yang ada. Selanjutnya al-

Ghazali menjelaskan bahwa makrifat inilah setinggi-tingginya tingkat yang

dapat dicapai oleh seorang sufi. Dan pengetahuan yang diperoleh dari

makrifat lebih tinggi mutunya dari pengetahuan yang diperoleh dengan akal.28

Makrifat tidak bisa sepenuhnya diusahakan manusia. Pada tahap akhir

semuanya tergantung pada kemurahan Tuhan. Manusia hanya bisa melakukan

persiapan dengan cara membersihkan diri dari segala dosa dan penyakit-

penyakit jiwa lainnya atau akhlak yang tercela.29

Dalam pandangan Harun Nasution (wafat 1998 Masehi.) makrifat

berarti mengetahui Tuhan dari dekat, sehingga hati sanubari dapat

memandang Tuhan.30 hal itu memiliki ciri sebagai berikut :

1) Orang arif adalah bangga dalam kepapaannya, apabila disebut nama

Allah SWT dia bangga. Apabila disebut nama dirinya dia merasa

miskin.31

2) Jika mata yang terdapat dalam hati terbuka, mata kepalanya akan

tertutup, dan saat itu yang dilahatnya hanya Allah SWT.

3) Makrifat merupakan cermin, jika seorang arif melihat ke cermin

maka yang dilihatnya hanyalah Allah SWT.

4) Semua yang dilihat orang arif baik waktu tidur maupun saat terjaga

hanyalah Allah SWT.

28

Harun Nasution, Falsafah dan Mistisme dalam Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), h. 78. 29

Mulyadhi Kartanegara, Menyelami Lubuk Tasawuf (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006), h.

13. 30

Harun Nasution, Falsafat dan Mistisme dalam Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), h. 79. 31

Hamka, Tasawuf Perkembangan Pemurniannya (Jakarta: Citra Serumpun Padi, Jakarta,

1994), h. 91.

Page 59: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

48

5) Seandainya makrifat berupa bentuk materi, semua orang yang

melihat padanya akan mati karena tak tahan melihat betapa sangat

luar biasa cantik, serta indahnya, dan semua cahaya akan dikalahkan

dengan cahaya keindahan yang sangat gemilang tersebut.32

Dalam buku yang berjudul Falsafat dan Mistisime dalam Islam,

beberapa tokoh berbeda jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah,33

seperti:

1. Abu Hamid al-Ghazali

tobat- sabar- kefakiran- zuhud- tawakal- cinta- makrifat- kerelaan.

2. Abu Bakr Muhammad al-Kalabadi

tobat- zuhud- sabar- kefakiran- kerendahan hati- takwa- tawakal-

kerelaan- cinta- makrifat.

3. Abu Nasr al-Sarraj al-Tusi

tobat- wara‟- zuhud- kefakiran- sabar- tawakal- kerelaan hati.

Definisi-definisi dari kata tobat, zuhud, sabar, wara‟, kefakiran,

tawakal, cinta, kerelaan dan makrifat, yaitu :

1) Tobat adalah tobat yang sebenarnya dalam paham sufisme ialah lupa

pada segala hal kecuali Tuhan.

2) Zuhud adalah keadaan yang meninggalkan dunia dan hidup

kebendaan.

3) Sabar adalah menerima segala cobaan-cobaan yang ditimpakan-Nya

pada diri kita.

32

Sudirman Tebba, Merengkuh Makrifat : Menuju Ekstase Spiritual (Jakarta : Pustaka Irvan,

2006), h. 84 33

Harun Nasution, Falsafat dan Mistisime dalam Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 2014), h. 48.

Page 60: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

49

4) Wara’ adalah meninggalkan segala yang didalamnya terdapat

syubhat (keraguan) tentang halalnya sesuatu.

5) Kefakiran adalah tidak meminta lebih dari pada apa yang telah ada

pada diri kita.

6) Tawakal adalah menyerah kepada keadaan dan putusan dari Allah.

7) Cinta adalah memeluk kepada Allah dan membenci sikap melawan

pada-Nya.

8) Kerelaan adalah menerima kada dan kadar dengan hati senang.

9) Makrifat adalah mengetahui Allah dari dekat, sehingga hati sanubarri

dapat melihat Allah.

Menurut Muhammad Solikhin ada empat hal metode untuk mengenal

Allah, yaitu :

1. Memohon kepada Allah

Memohon kepada Allah agar Allah berkenan menjadikan kita

mengenal-Nya dengan sebenar-benarnya.

2. Janganlah sombong dan berbohong

Kesombongan adalah ketika kita meremehkan orang lain dan

menolak kebenaran. Bohong tentang kebenaran dan tentang hal yang

sudah kita lakukan tentang kebenaran itu. Maksudnya adalah

berbohong sudah melakukan kebenaran hanya untuk menutupi rasa

malu, jika diketahui bahwa belum melakukannya.

Page 61: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

50

3. Gemar mencari ilmu

Untuk mengenal Allah membutuhkan ilmu untuk diamalkan. Allah

menyuruh orang mukmin untuk menanyakan segala sesuatu hanya

kepada ahlinya.34

4. Amalkan setiap titik ilmu yang sudah diperoleh

Ketika mengetahui ilmu yang benar, maka cepatlah diamalkan.

Jangan menyediakan ruang alasan untuk tidak mengamalkannya.

Semua ilmu yang tidak diamalkan oleh Allah maka tidak memiliki

arti apapun di sisi-Nya.

Empat hal tersebut menjadi pengetahuan tentang asal mulanya

kehidupan dan pengetahuan tentang alam semesta serta pengetahuan tentang

kehidupan yang sejati. Empat hal tersebut juga merupakan cara menempuh

lima kunci (tahapan utama) untuk menggapai makrifatullah, yang meliputi

dzikrūllah, tafakkur, murāqabah, muhasabah dan wirid. Inilah metode dasar

makrifat dalam bentuk ilmu hening oleh Syekh Siti Jenar, sebagai berikut :

1. Dzikrullah, tujuan dzikir adalah memusatkan perhatian. Maksudnya

adalah mengingat Allah menghapus ingatan dari segala sesuatu

selain-Nya. Jika seseorang sudah memusatkan perhatiannya, maka ia

akan menyadari adanya berbagai godaan jiwa.35

2. Tafakkur adalah perenungan mendalam, yang menjadikan pembuka

atau awal proses meditasi (hening). Intinya, tafakkur ini untuk

34

Muhammad Solikhin, Ajaran Makrifat Syekh Siti Jenar : Panduan Menuju Kemenyatuan

dengan Allah, Refleksi dan Pengalaman Syekh Siti Jenar, (Yogyakarta : Narasi, 2014), h. 193 35

Muhammad Solikhin, Ajaran Makrifat Syekh Siti Jenar: Panduan Menuju Kemenyatuan

dengan Allah, Refleksi dan Pengalaman Syekh Siti Jenar, h. 194.

Page 62: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

51

merenungkan diri dari pikiran yang negatif agar pikiran menjadi

bersih atau positif.

3. Muqarabah adalah saling berdekatan. maksudnya adalah dua pihak

yang saling melindungi. Jadi sikap Allah menjaga dan melindungi

manusia, agar manusia di dalam hatinya juga menjaga dan

melindungi Allah. 36

4. Muhasabah adalah menyeimbangkan perhitungan atau tepat dalam

perhitungan. Maksudnya adalah memperhitungkan perbuatan dan

pikiran manusia untuk mengetahui bahwa Allah yang selalu

mencatat apa yang dilakukan manusia di dunia ini.37

5. Wirid

Wirid bukan hanya mencakup do‟a kepada Allah, tetapi juga

memohon ampunan di haribaan-Nya. Jika sikap manusia terus

menerus dalam mengamalkan wirid, maka seluruh ingatannya akan

terpusat hanya kepada Allah, baik dalam keadaan menyendiri

ataupun ditengah-tengah orang lain.38

36

Muhammad Solikhin, Ajaran Makrifat Syekh Siti Jenar: Panduan Menuju Kemenyatuan

dengan Allah, Refleksi dan Pengalaman Syekh Siti Jenar, h. 200. 37

Muhammad Solikhin, Ajaran Makrifat Syekh Siti Jenar: Panduan Menuju Kemenyatuan

dengan Allah, Refleksi dan Pengalaman Syekh Siti Jenar, h. 206. 38

Muhammad Solikhin, Ajaran Makrifat Syekh Siti Jenar: Panduan Menuju Kemenyatuan

dengan Allah, Refleksi dan Pengalaman Syekh Siti Jenar, h. 212.

Page 63: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

52

BAB IV

AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH SITI JENAR

A. Ajaran Makrifat Sunan Kalijaga

Dalam ajaran makrifat Sunan Kalijaga mengajarkan kepada

pengikutnya dengan menggunakan konsep tasawuf akhlaqi. Dimana tasawuf

akhlaqi ini adalah membersihkan tingkah laku baik akhlaq maupun budi

pekertinya, untuk mewujudkan perilaku yang baik (mahmudah) serta

menghindarkan diri dari sifat-sifat tercela (mazmumah). Sunan Kalijaga juga

mengikuti perintah syari’at, dimana pengalaman syari’at itu ada di dalam

Suluk Linglung yang merupakan salah satu kitab Sunan Kalijaga. Didalam

Suluk Linglung itulah menjelaskan bahwa Sunan Kalijaga telah menyinggung

pentingnya shalat dan ibadah haji dengan tertib dan sungguh-sungguh yang

diajarkan oleh Rasulullah SAW., untuk memahami makna shalat dan ibadah

haji yang diajarkan oleh Sunan Bonang kepada muridnya yaitu Sunan

Kalijaga.

Dalam tasawuf, Sunan Kalijaga menjelaskan tentang tahapan untuk

mencapai makrifat, yaitu :

1. Memahami hakikat adalah tahap manusia telah menyatukan dirinya

dengan Allah atau mengenal dirinya. Karena dengan mengenal dirinya

maka dia akan mengenal Allah. Mengenal Allah senyata-nyatanya, bukan

Page 64: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

53

saja mengenal-Nya di hari akhirat nanti, melainkan ketika masih di dunia

ini.1

2. Asal-usul sangkan paran (tujuan hidup manusia), pada mulanya Allāh

berkehendak untuk menciptakan manusia kemudian terciptalah nuqab gaib

atau johar awal. Nuqab gaib atau johar awal itu adalah garis kehidupan dan

garis kematian manusia. Kehidupan dan kematian manusia telah

digariskan dalam nuqab gaib. Setelah manusia hidup maka nuqad ghaib

berubah menjadi neqdu atau neptu (darah hidup yang menjadi tempat

merasakan sesuatu yang sebenarnya dan hidup bersama ruh dan raga).

Apabila dalam kehidupan itu nafsu mutmainnah (mampu membawa hati

kepada ketenangan) maka dapat mengendalikan dan mengalahkan tiga

nafsu lainnya, yaitu : ammarah (mudah marah), supiyah (nafsu yang tidak

baik) dan lawwamah (menghalangi pikiran yang baik) maka seorang

hamba akan dapat menyatu dengan Allāh. Jika terjadi kematian, darah

hidup yang mengandung dalam kesatuan Jibril, Muhammad SAW dan

Allah SWT, maka kembali menjadi alip (darah hidup) dan bersatu dengan

ruh yang berwujud roh ilafi (roh manusia yang sempurna).2

3. Roh Ilafi (roh al-idhafi) atau disebut juga Sukma. Roh Ilafi adalah roh

yang senantiasa pasrah pada Dzat Allah. Roh ini menjadi penghubung

antara jiwa dan Allāh. Roh ini juga memancarkan cahaya yang berkilauan,

terang benderang dan tak berwarna. Daya cahayanya (pancaran sinar) yang

berkilauan itu disebut Premana. Dalam khazanah Jawa Premana juga

1Achmad Chodjim, Sunan Kalijaga: Mistik dan Makrifat (Jakarta: Serambi, 2013), h. 240.

2Rahmat Hidayat, Ensiklopedi Tasawuf (Bandung: Angkasa, 2008), h. 1142.

Page 65: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

54

dinamakan dengan nyawa.3 Jadi, roh (nyawa) inilah manusia dapat hidup,

bila roh tersebut keluar dari raga , maka manusia akan mati jasadnya.

4. Insān kāmil berasal dari bahasa arab yaitu dari dua kata insān dan kāmil.

Secara harfiah insān berarti manusia dan kāmil berarti yang sempurna.

Insān kāmil berati manusia yang sempurna.4 Insān kāmil adalah manusia

yang dapat mengetahui keberadaan Allah dengan sebenarnya-benarnya

baik mengenai sifat, zat dan perbuatan-Nya. Oleh karena itu, keberadaan

Allah itu bersifat gaib sehingga tanpa kehendak dan karunianya, manusia

tidak akan dapat mencapainya.5

Abuddin Nata, menjelaskan bahwa kata insān juga mempunyai tiga asal

kata, yaitu : pertama, berasal dari kata anāsa yang mempunyai arti melihat,

mengetahui dan minta izin. Yang kedua berasal dari kata nasiya yang artinya

lupa. Yang ketiga berasal dari kata al-uns yang artinya jinak, lawan dari kata

buas. Asal kata anasa, maka mengandung arti melihat, mengetahui dan

meminta izin, dan semua arti ini berkaitan dengan kemampuan manusia

dalam bidang penalaran, sehingga dapat menerima pengajaran. Asal kata

nasiya, insān mengandung arti lupa dan menunjukkan adanya kaitan dengan

kesadaran diri. Manusia telah melakukan sesuatu (perjanjian dengan Allah),

kemudian ia melupakannya. Karena lupa manusia kehilangan kesadaran

dirinya yang digoda oleh syaitan . Sedangkan kata insān jika dilihat dari

asalnya al-uns, atau anisa yang artinya jinak, mengandung arti bahwa

3Achmad Chodjim, Sunan Kalijaga: Mistik dan Makrifat (Jakarta: Serambi, 2013), h. 256-

257. 4Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia (Jakarta: Hidakarya, 1990). h. 51.

5Rahmat Hidayat, Ensiklopedi Tasawuf (Bandung: Angkasa, 2008), h. 1143.

Page 66: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

55

manusia sebagai makhluk yang dapat hidup berdampingan dan dapat

dipelihara, jinak.6

5. Fanā dan bāqa adalah tahap puncak dalam pendakian spiritual. Fanā

adalah lenyap atau penghancuran diri (perasaan atau kesadaran manusia

dalam melakukan hal-hal buruk) dan bāqa adalah memasuki alam kekal.

Setelah tahap fanā tercapai, maka dirinya akan terserap oleh Allah. Lalu,

masuk ke dalam wilayah ketuhanan atau memasuki keadaan bāqa. Di alam

ini pengalaman orang satu dengan yang lainnya akan sama.7 Intinya, ketika

seseorang bisa mencapai tahap ini, maka ia telah menemukan pusat dirinya

(mengenal dirinya) dan sudah sampai pada al-Haqq (kebenaran).

6. Etika hubungan guru dan murid, tanggung jawab guru sangat besar dalam

mengarahkan dan menjaga keselamatan murid dari kesesatan, sehingga

untuk dapat diterima menjadi murid biasanya guru akan menentukan

syarat-syarat tertentu yang harus dilakukan oleh murid untuk menguji

ketaatan dan kesetiannya, seperti Sunan Kalijaga yang berguru dengan

Sunan Bonang, ia harus melakukan syarat yang harus dilaksanakan dengan

penuh ketaatan. Selain taat dan setia pada guru, harus bersungguh-sungguh

dan tidak ingkar janji dalam berguru dan tidak boleh berguru kepada orang

lain kecuali telah mendapatkan izin dari guru yang pertama.8

Sedangkan ajaran makrifat Sunan Kalijaga dalam Suluk Linglung,

diantaranya adalah pertama, Sunan Kalijaga menuntut ilmu yang menjadi

6Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), h. 258-259.

7Achmad Chodjim, Sunan Kalijaga : Mistik dan Makrifat (Jakarta: Serambi, 2013), h. 268.

8Rahmat Hidayat, Ensiklopedi Tasawuf (Bandung: Angkasa, 2008), h. 1143.

Page 67: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

56

pegangan para Nabi Wali yang diibaratkan sebagai kumbang menghisap

madu atau Pupuh Dhandhanggula. Dalam bait pertama, dijelaskan bahwa :

“Pawartane pandhita linuwih, ingkang sampun saget sami pejah,

pejrah sajroning uripe, sanget kepenginipun, pawartane kang sampun

urip, marma ngelampahi kesah, tan uningeng luput, anderpati tan

katedah. warta ingkang kagem para Nabi Wali, mila wangsul kewala”.

Artinya adalah Raden Syahid putra Adipati, sudah menjadi alim ulama

yang cerdik dan pandai. Bahkan beliau sudah dapat merasakan mati,

mati di dalam hidup yang mempunyai keinginan besar untuk

memperoleh petunjuk dari seseorang yang sudah menemukan hakikat

kehidupan. Ia bernafsu untuk mendapatkan petunjuk yang dipegang

para Nabi Wali/ Iman Hidayah, itulah tujuan yang diharapkan semata-

mata.9

Dalam bait tersebut dijelaskan bahwa, Sunan Kalijaga mempunyai

tekad atau keinginan yang besar untuk menuntut ilmu yang menjadi pegangan

para Nabi Wali. Walaupun hati Sunan Kalijaga yang sedang bimbang dan

pikirannya pun bingung (linglung), tetapi tetap nafsu untuk menuntut ilmu itu

semakin membara tidak peduli lautan api yang sedang menghadang. Berbagai

usaha yang ditempuh agar nafsu itu tidak semakin bertambah maka Sunan

Kalijaga pun berserah diri kepada Allāh SWT, sehingga hatipun terasa

tentram. Itulah yang diibaratkan sebagai kumbang menghisap madu.

Maksud dari kata “Madu” adalah orang yang diberi kemuliaan oleh

Allāh maka ia tetap kokoh dalam pendiriannya yaitu menuntut ilmu. Segala

usaha yang ditempuh oleh Sunan Kalijaga tidak semudah yang ia pikirkan,

untuk mendapatkan petunjuk (iman hidayah) tersebut maka ia harus melewati

proses-prosesnya seperti menjalankan tapa dan rela lapar. Jika ada teman

yang datang lalu teman itu makan, maka ia pun harus mengikutinya. Tetapi

9Iman Anom, Suluk Linglung Sunan Kalijaga (Syekh Melaya), terj. Muhammad Khafid Kasri

(Demak: Yayasan Subulus Salam, 2000), h. 1.

Page 68: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

57

jika teman itu pergi dan tidak makan seumur hidup maka Sunan Kalijaga pun

harus mengikutinya.10

Kemudian, dari proses itulah yang membuat Sunan Kalijaga lelah dan

meminta upah kepada Allāh dari bertapa dan rela lapar itu. Jika Allāh yang

ditagih wajar kalau Allāh itu diam saja memang kenyataannya tidak

berhutang biarpun yang menagihnya (Sunan Kalijaga) itu selalu datang dan

pergi, semua itu tidak ada bedanya. Allāh itu Maha Kaya berhak tidak

melunasi karena tidak pernah berhutang kepada Sunan Kalijaga. Akhirnya

Sunan Kalijaga menyadari hal bodohnya tersebut dan tersenyum sendiri.

Lalu, Sunan Kalijaga memutuskan diri untuk berguru dengan Sunan Bonang,

mungkin dengan berguru tersebut ia akan mendapatkan petunjuk Nabi

Wali/Iman Hidayah.11

Kedua, Sunan Kalijaga berguru kepada Sunan Bonang atau Pupuh

Asmarandana.12

Sunan Kalijaga dapat dikatakan orang hebat, karena ia

mempunyai keinginan yang besar dan tekad batinnya yang kuat jadi tidak

dapat disandingkan dengan yang lainnya. Oleh karena itu, Sunan Kalijaga

berguru kepada Sunan Bonang agar mendapatkan petunjuk Iman Hidayah

(Hakikat Kehidupan).

10

Munawar J. Khaelany, Sunan Kalijaga Guru Orang Jawa (Yogyakarta: Araska, 2014), h.

132 11

Iman Anom, Suluk Linglung Sunan Kalijaga (Syekh Melaya), terj. Muhammad Khafid

Kasri (Demak: Yayasan Subulus Salam, 2000), h. 2-3. 12

Sunan Bonang adalah salah satu anggota dari Walisongo. ia juga merupakan putra Sunan

Ampel dan ia merupakan keturunan dari Nabi Muhammad. Ia banyak berdakwah melalui kesenian

untuk menarik penduduk Jawa agar memeluk agama Islam. Ia juga dikatakan sebagai penggubah

Suluk Wijil dan tembang “Tombo Ati” yang zaman sekarang masih dinyanyikan oleh orang-orang.

Lalu, hubungannya dengan Sunan Kalijaga, karena ia adalah guru spritualnya dan ia mengajarkan

kepada Sunan Kalijaga tentang Iman Hidayat atau Hakikat Kehidupan. Iman Anom, Suluk

Linglung Sunan Kalijaga (Syekh Melaya), terj. Muhammad Khafid Kasri h. 5.

Page 69: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

58

Kemudian Sunan Kalijaga berguru dengan Sunan Bonang, seseorang

yang mempunyai ilmu yang tinggi, ia harus bersunyi diri di desa Benang dan

harus melewati proses-proses untuk mendapatkan hakikat kehidupan, seperti

menunggu pohon gurda yang berada di tengah hutan belantara, bertapa atau

bertafakur di tepi sungai dan menjalankan laku seperti kijang.13

Ketika berada di tengah hutan belantara, tempat tumbuhnya pohon

gurda maka Sunan Kalijaga tidak boleh meninggalkan tempat tersebut selama

satu tahun. Lalu, Sunan Kalijaga disuruh “ngaluwat” yaitu menanam pohon

gardu tersebut yang berada di tengah hutan tepatnya di dalam goa Sorowati

Panceng, Tuban. Setelah setahun mulut goa tersebut yang mulanya ditutup

dengan batu, kemudian dibongkar oleh Sunan Bonang.

Selanjutnya Sunan Kalijaga melaksanakan tapa atau tafakur,14

di tepi

sungai dan tidak boleh tidur ataupun makan selama setahun. Lalu Sunan

Kalijaga ditinggal oleh Sunan Bonang ke Makkah. Nyatanya, sudah genap

setahun, Sunan Kalijaga ditengok dan ditemui oleh Sunan Bonang yang

masih saja bertapa.

Kemudian, Sunan Bonang berkata kepada Sunan Kalijaga, “Wahai

muridku sudahilah tafakurmu, mulai sekarang kamu sudah menjadi

Wali dan berjuluk dengan nama Sunan Kalijaga. Kamu diangkat

sebagai Wali penutup (maksudnya adalah melengkapi anggota

Walisongo yang saat itu jumlahnya kurang satu Wali). Tugasmu ikut

menyiarkan agama Islam dan perbaikilah ketidakaturan yang ada.

Agama itu tata krama, kesopanan untuk Kemuliaan Tuhan Yang Maha

13

Munawar J. Khaelany, Sunan Kalijaga Guru Orang Jawa (Yogyakarta: Araska, 2014), h.

133. 14

Tafakur juga dapat diartikan dengan merenung. Merenung bukan berarti memikirkan

sesuatu yang ada di angan-angan pikiran semata tetapi tafakur di sini adalah perenungan tentang

makna hidup manusia di dunia agar mengetahui tentang jati diri manusia yang sebenarnya. Atau

dengan kata lain tafakur adalah berfikir (merenungkan) segala hal sebagai sikap kehati-hatian

dalam melakukan sesuatu.

Page 70: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

59

Mengetahui. Kamu harus berpegang kepada syariat Islam, serta segala

ketentuan iman hidayah, hidayah itu dari Tuhan Yang Maha Agung,

yang sangat besar keanugerahan-Nya. Keanugerahan Tuhan, meliputi

dan menimbulkan keluhuran budi, adapun kekuasan-Nya

menumbuhkan kekuatan yang luar biasa dan keberanian serta meliputi

segala kebutuhan perang, yang demikian itu tidak lain adalah anugerah

yang besar, paling utama dari segala yang utama. Keutamaan ibarat

bayi, siapapun ingin memelihara, yang mencukupi bayi, menguasai pula

terhadap dirimu, tapi kamu tidak punya hak untuk menentukan, karena

kamu ini juga yang menentukan. Tuhan Yang Maha Agung, karena itu

mantapkanlah hatimu dalam pasrah diri pada-Nya.”15

Setelah Sunan Bonang menyampaikan penjelasannya untuk Sunan

Kalijaga, ia pun meninggalkan tempat itu. Sunan Kalijaga juga

berterimakasih kepada Sunan Bonang atas semua nasihat yang ia berikan.

Lalu, Sunan Kalijaga masuk ke hutan belantara untuk menjalankan proses

selanjutnya, yaitu laku kijang.

Ketiga, Sunan Kalijaga menjalankan laku kijang selama satu tahun, ia

berbaur dengan kijang menjangan, segala gerak yang dilakukan oleh kijang

maka Sunan Kalijaga menirunya, kecuali bila ingin tidur seperti manusia

biasa. Jika ia ingin pergi mencari makan maka ia mengikuti caranya seperti

anak kijang. Bila ada manusia yang mengetahuinya, para kijang itupun berlari

dengan kencang, begitupun dengan Sunan Kalijaga, ia mengikuti cara lari

anak kijang tersebut.16

Setelah cukup setahun, Sunan Kalijaga tetap menjalani laku kijang

bahkan menjalaninya itu lebih dari yang ditetapkan. Ketika Sunan Bonang

15

Nama Lengkapnya adalah Iman Anom, Ia adalah pujangga dari Surakarta yang merupakan

keturunan dekat dari Sunan Kalijaga. Ia yang menulis karya Sunan Kalijaga yang berjudul Suluk

Linglung Sunan Kalijaga (dalam bentuk naskah kuno dengan menggunakan tulis tangan). Nakah

itu pun terbit pada tahun 1884 Masehi. Iman Anom, Suluk Linglung Sunan Kalijaga (Syekh

Melaya), terj. Muhammad Khafid Kasri, h. 7. 16

Iman Anom, Suluk Linglung Sunan Kalijaga (Syekh Melaya), terj. Muhammad Khafid

Kasri, h. 10.

Page 71: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

60

bermaksud untuk sholat ke Makkah, dalam sekejap mata Sunan Bonang

sudah sampai di Hutan tersebut. Sesampainya di dalam hutan, Sunan Bonang

bermaksud untuk memberitahu kepada Sunan Kalijaga bahwa proses

menjalani laku kijangnya telah selesai, tetapi saat Sunan Bonang melihat

Sunan Kalijaga, ia masih dalam proses tersebut.

Ketika Sunan Bonang mendekatinya, ternyata Sunan Kalijaga malah

berlari kencang untuk menjauhinya. Sunan Bonang marah terhadap sikapnya

Sunan Kalijaga, ia pun berkata “Wali waddat pun aku tak peduli memanaskan

hati kau kijang, bagiku memegang angin yang lebih lembut saja tidak pernah

lolos, yang kasar akan lebih mudah ditangkap mustahil akan gagal! kalau

tidak berhasil sekali ini, lebih baik aku tidak usah jadi manusia, lebih pantas

kalau jadi binatang saja!”17

Sunan Bonang pun mengikuti Sunan Kalijaga dengan penuh amarah,

lalu ia melemparkan nasi satu kepal ke punggungnya Sunan Kalijaga, ia pun

berlari agak lambat. Kedua kalinya Sunan Bonang melemparkan ke arah

lambungnya, lalu Sunan Kalijaga jatuh terduduk dan ketiga kalinya Sunan

Bonang melemparkan nasi tersebut barulah Sunan Kalijaga ingat dan sadar, ia

pun langsung berbakti kepada Sunan Bonang. Ia berlutut hormat dengan

mencium kaki Sunan Bonang.18

Sunan Bonang berkata : “Jebeng wruhanira, yen sira nyuwun wikan,

kang sifat hidayatullah, mungga kajiya, mring Makkah marga suci.

Anbambila toya zam-zam mring Makkah, iya banyu kang suci, sarta

ngalap barkah, kanjeng Nabi panutan, Sunan Kalijaga angabekti,

angaras pada, pamit sigra lumaris.”19

17

Iman Anom, Suluk Linglung Sunan Kalijaga (Syekh Melaya), terj. Muhammad Khafid

Kasri, h. 11. 18

Munawar J. Khaelany, Sunan Kalijaga Guru Orang Jawa (Yogyakarta: Araska, 2014), h.

137. 19

Bahasa Jawa ini diambil dari aplikasi yang berada di playstore yang berjudul Suluk

Linglung. Karena naskah aslinya pun tidak ditemukan oleh penulis, jadi aplikasi ini hanya

membantu untuk melengkapi isi skripsi tersebut. Naskah aslinya yang ditulis oleh Iman Anom

yang berjudul Suluk Linglung Sunan Kalijaga itu sudah jarang sekali ditemukan di zaman

sekarang (2017), karena naskah tersebut diterbitkan pada tahun 1884.

Page 72: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

61

Artinya adalah“Anakku ketahuilah olehmu, bila kau ingin mendapatkan

kepandaian, yang bersifat Hidayatullah, naiklah haji, menuju Makkah

dengan hati tulus suci. Ambillah air zam-zam ke Makkah, itu adalah air

yang suci, serta sekaligus mengharapkan berkah syafaat, Kanjeng Nabi

Muhammad yang menjadi suri tauladan manusia, Sunan Kalijaga

berbakti, mencium kaki gurunya dan mohon diri untuk melaksanakan

tugas yaitu segera menuju Makkah.”20

Keempat, Sunan Kalijaga naik haji dan bertemu dengan Nabi Khidir

atau Pupuh Durma. Saat Sunan Kalijaga ingin ke Makkah, ia harus melewati

hutan, naik gunung, turun jurang, tebing yang didakinya, melintasi jurang dan

tanjakan. Seketika Sunan Kalijaga linglung (bingung), karena kesulitan untuk

menempuh jalan yang terhalang oleh samudera. Lalu, ia terdiam sejenak di

tepi samudera tersebut dan ia melihat ada seseorang yang mendekatinya yaitu

Sang Mahyuningrat atau Nabi Khidir.21

Sang Mahyuningrat memberitahu

segala cara perjalanan yang dialami oleh Sunan Kalijaga dengan sejuta

keprihatinan, karena ingin memperoleh iman hidayah tersebut. Berbagai cara

jalan yang ditempuh oleh Sunan Kalijaga, namun itu hasilnya mustahil dapat

menemukan iman hidayah tersebut dengan sekejap mata, kecuali kalau ia

mendapatkan keanugerahan Allah yang haqq.

Kemudian, Sunan Kalijaga melanjutkan perjalanannya, ternyata ia

sudah melewati lautan yang luas dengan cara berenang dan ia tidak

memperdulikan nasib jiwanya sendiri. Semakin lama akhirnya Sunan

20

Iman Anom, Suluk Linglung Sunan Kalijaga (Syekh Melaya), terj. Muhammad Khafid

Kasri (Demak: Yayasan Subulus Salam, 2000), h. 12. 21

Nabi Khidir adalah Hamba Allah SWT yang sangat khusus. Ia adalah salah satu Nabi dari

keempat Nabi (Nabi Idris, Nabi Ilyas dan Nabi Isa) yang dikenal sebagai sosok yang tetap hidup

atau abadi. kata “abadi” karena ia dianggap telah meminum air kehidupan jadi umurnya pun

semakin panjang. Ia juga diutus oleh Allah SWT untuk memberi pelajaran makrifatnya kepada

para Wali, Sufi maupun kepada orang yang dengan tekun untuk mendekatkan diri kepada Allah

SWT, termasuk Sunan Kalijaga yang ingin berguru kepada Nabi Khidir untuk mencari Iman

Hidayat atau hakikat kehidupan. Iman Anom, Suluk Linglung Sunan Kalijaga (Syekh Melaya), terj.

Muhammad Khafid Kasri, h. 13.

Page 73: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

62

Kalijaga sampai di tengah samudera, ia pun terus mengikuti jalan untuk

mencapai pada hakikat yang tertinggi dari Allāh. Selama di perjalanan, Ia

kehabisan tenaga tetapi ia tetap berusaha untuk mempertahankan dirinya.

Disaat Sunan Kalijaga dalam keadaan yang kehabisan tenaga itu, ia tiba-tiba

melihat seseorang yang sedang berjalan di atas air dengan tenang, yang tidak

diketahui dari mana datangnya. Seketika itu pula, Sunan Kalijaga sudah dapat

duduk tenang berada di atas air tersebut walaupun dalam keadaan bingung.

Lalu, orang tersebut mendekati Sunan Kalijaga dan ternyata ia adalah Nabi

Khidir, ia berkata :

“Cucuku, disini ini banyak bahayanya, kalau tidak mati-matian berani

bertaruh nyawa, tentu tidak mungkin sampai disini. Di tempat ini

segalanya tidak ada yang dapat diharapkan hasilnya. Mengandalkan

pikiranmu saja masih belum apa-apa, biarpun kamu tidak takut mati.

Kutegaskan sekali lagi, disini kau tidak mungkin mendapatkan apa

yang kau maksudkan!”22

Intinya adalah Sunan Kalijaga ini tidak tahu apa yang ia harus perbuat

dan dia pun hatinya bingung, walaupun ia sudah melakukan ibadah haji,

tetapi tetap ia tidak tahu apa tujuan yang sebenarnya. Ia melakukan hal

tersebut karena nafsu untuk mendapatkan iman hidayah. Ia juga tetap

memohon kepada Nabi Khidir untuk memberitahu petunjuknya.

Kemudian yang terakhir kelima, Nabi Khidir memberi wejangan

kepada Sunan Kalijaga atau Pupuh Dhandhanggula tentang Iman Hidayah

(hakikat kehidupan). Nabi Khidir memberitahu caranya agar mendapatkan

iman hidayah tersebut. Ia menjelaskan kepada Sunan Kalijaga awal pertama

22

Iman Anom, Suluk Linglung Sunan Kalijaga (Syekh Melaya), terj. Muhammad Khafid

Kasri, h. 15.

Page 74: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

63

untuk mendapatkan petunjuk tersebut, ia harus masuk ke dalam tubuhnya

yang melalui telinga. Setelah masuk Sunan Kalijaga melihat ada empat warna

cahaya yaitu, hitam, merah, kuning, dan putih. Maksud empat warna ini

adalah penghalang hati untuk menghalangi manusia bersatu dengan Tuhan.

Penghalang hati ini mempunyai kelebihan yaitu hitam adalah mudah sakit

hati, marah dan membabi buta. Itulah hati menjadi tertutup kepada kebajikan.

Merah adalah nafsu yang tidak baik dan mudah emosi dalam mencapai

tujuan. Itulah hati yang sudah jernih akan tertutup dengan nafsu ini. Kuning

adalah menghalangi timbulnya pemikiran yang baik. Kecuali, putih adalah

membuat hati serta suci yang penuh kedamaian.23

Kemudian, Nabi Khidir mengajarkan kepada Sunan Kalijaga bahwa

Allāh adalah sumber kebahagiaan dan kedamaian melalui rasa yang ada di

dalam batin. Hakikat rasa ini merupakan kemampuan untuk merasakan

kehadirat Allāh. Sehingga jiwa menjadi mantap dalam menjalani kehidupan.

Jadi manusia harus menghadapi realitas yang mutlak berada di dalam diri

manusia itu sendiri, sehingga manusia dapat bersatu dengan Allāh baik di

dunia maupun di akhirat.24

Nabi Khidir juga memberitahu kepada Sunan Kalijaga tentang

mengetahui iman hidayah, ia berkata bahwa “Tauhid adalah

pengetahuan yang penting untuk menyembah pada Allāh, makrifat juga

harus kita miliki untuk mengetahui kejelasan yang terlihat, ru’yat

sebagai saksi adanya yang terlihat dengan nyata. Maka dari kita dalami

sifat Allāh yang sesungguhnya. Sesungguhnya segala perbuatan adalah

berasal dari Allāh. Kalau hidupmu senantiasa maka kamu gunakan

ru’yat, itu namanya khoiroti (kebajikan hidup). Makrifat itu hanya ada

23

Iman Anom, Suluk Linglung Sunan Kalijaga (Syekh Melaya), terj. Muhammad Khafid

Kasri, h. 22. 24

Munawar J. Khaelany, Sunan Kalijaga Guru Orang Jawa (Yogyakarta: Araska, 2014), h.

177.

Page 75: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

64

di dunia. Johar awal khoiroti (mutiara awal kebajikan) sudah berhasil

kau dapatkan. Untuk itu secara tidak langsung kamu sudah

mendapatkan pengawasan kāmil (penglihatan yang sempurna). Insān

kāmil (manusia yang sempurna) berasal dari Dzatullah (Dzatnya Allāh).

Sesungguhnya ketentuan ghaib yang telah tersurat adalah kehendak

Dzat yang sebenarnya. Sifat Allāh itu berasal dari Dzat Allāh. Bilamana

tidak tertulis namamu, di dalam nuqod ghaib insān kāmil itu bukan

berarti tidak tersurat. Itulah yang dinamakan puji budi (usaha yang

terpuji). Berusaha memperbaiki hidup, akan menjadikan kehidupan

nyawamu semakin baik. Serta badannya, akan disebut badan

Muhammad, yang mendapat kesempurnaan hidup.”25

Jadi hal ini dimaksudkan agar manusia jangan sampai melupakan tujuan

hidup yang sesungguhnya baik di dunia maupun di akhirat. Bagi seorang sufi

yang ingin mencapai makrifatnya, maka ia harus dekat dengan Allāh dan

dapat bersatu dengan-Nya. Sebelum bersatu dengan Allāh, maka ia harus

menghancurkan dirinya dengan hal-hal buruk dan yang tertinggal hanyalah

pengetahuan, taqwa dan kelakuan yang baik. Dalam Tasawuf, penghancuran

diri disebut dengan fāna.26

B. Ajaran Makrifat Syekh Siti Jenar

Ajaran Syekh Siti Jenar, telah banyak ditulis orang, sejak era

awal/klasik, hingga saat ini. Para pengikut yang mengamalkan ajaran Syekh

Siti Jenar juga masih cukup banyak. Sumber-sumber bacaan tentang

ajarannya sangat banyak. Maka tentu saja tidak mungkin ajaran Syekh Siti

Jenar muncul begitu saja, tanpa ada yang mengawali menyebarkan gagasan-

gagasan itu. Sehingga tidak mungkin jika kehadiran Syekh Siti Jenar secara

25

Iman Anom, Suluk Linglung Sunan Kalijaga (Syekh Melaya), terj. Muhammad Khafid

Kasri (Demak : Yayasan Subulus Salam, 2000), h. 33. 26

Munawar J. Khaelany, Sunan Kalijaga Guru Orang Jawa, h. 178.

Page 76: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

65

historis tidak terjadi dalam pentas kehidupan yang sesungguhnya. Terbukti

ajaran-ajarannya tetap eksis hingga saat ini.27

Dalam ajaran makrifat, Syekh Siti Jenar mengajarkan kepada

pengikutnya dengan menggunakan konsep tasawuf falsafi. Dimana tasawuf

falsafi ini adalah tasawuf yang mengenal Tuhan dengan pendekatan rasio

(filsafat) hingga menuju ke tempat yang lebih tinggi bukan hanya mengenal

Tuhan saja melainkan yang lebih tinggi yaitu kesatuan wujud. Ajaran Syekh

Siti Jenar tidak mengikuti perintah syari’at karena menurutnya shalat ada 2

jenis yaitu : shalat tarek dan shalat daim, dengan cara shalat seperti itulah

Syekh Siti Jenar mempercayai Allah dekat dengannya.

Kemudian, dalam ajaran makrifat Syekh Siti Jenar, ia menjelaskan

tentang Allah, tentang kehidupan dan kematian, serta kewajiban rukun Islam

yaitu syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji. Dalam buku yang berjudul

Tasawuf Nusantara, bagi Syekh Siti Jenar, Allah adalah Tuhan yang bersifat

Jalal (Maha Mulia) dan Jamal (Maha Indah). Ia menganggap bahwa Allahlah

satu-satunya penguasa alam ini dan Dia (Allah) pula yang berkuasa atas

segala kehendak-Nya.28

Allah juga merupakan dzat yang mendasari dan

sebagai sebab adanya manusia, flora, fauna dan segala yang ada di alam

semesta ini, sekaligus yang menjiwai segala sesuatu yang berwujud, yang

keberadaannya tergantung pada adanya dzat itu.29

27

Muhammad Solikhin, Sufisme Syekh Siti Jena : Kajian Kitab Serat dan Suluk Syekh Siti

Jenar (Yogyakarta: Narasi, 2014), h. 31. 28

Sri Mulyati, Tasawuf Nusantara: Rangkaian Mutiara Sufi Terkemuka (Jakarta: Kencana,

2005), h. 60-61. 29

Muhammad Solikhin, Sufisme Syekh Siti Jenar: Kajian Kitab Serat dan Suluk Syekh Siti

Jenar, h. 128.

Page 77: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

66

Syekh Siti Jenar beranggapan bahwa dunia ini adalah alam kematian

guna untuk menjalani kodrat (kekuasaan Allah) diri manusia masing-masing.

Menurut Syekh Siti Jenar manusia yang hidup di dunia ini seperti mayat

berjalan atau bangkai, bahwa manusia hidup di dunia ini hanya membutuhkan

sarana sandang, pangan dan papan, maka manusia hidup di dunia ini kurang

atau tidak mampu untuk menjalin komunikasi aktif dengan Allah. Kehidupan

di dunia sekarang ini bukanlah kehidupan yang sejati, karena masih akan

dihampiri oleh kematian. Karena itu bagi Syekh Siti Jenar, kewajiban

beragama tidak berlaku disini (dunia), tetapi nanti di alam abadi atau

kehidupan sejati (akhirat). Kehidupan sejati adalah kehidupan yang sudah

tidak tersentuh lagi oleh kematian. Hidup sejati adalah kehidupan yang tidak

lagi menumpang pada badan wadak yang bisa rusak atau musnah. Kehidupan

sejati tidak membutuhkan pemenuhan nafsu-nafsu badaniah.30

Ajaran tentang kehidupan dan kematian ini adalah ajaran yang tidak

mudah dipahami berdasarkan pandangan akal secara umum. Pemikiran Syekh

Siti Jenar dalam masalah hidup dan mati memiliki makna berbeda dari apa

yang diajarkan oleh para Wali Songo. Konsep kehidupan dan kematian ini

dikenal sebagai “lima langkah kebebasan”.31

Selanjutnya ajaran makrifat Syekh Siti Jenar, mengenai tentang

kewajiban rukun Islam yaitu syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji. Syahadat

dalam sistem ajaran Syekh Siti Jenar bukanlah hanya sekedar bentuk

pengakuan lisan yang berupa syahadat tauhid dan syahadat rasul mengandung

30

Muhammad Solikhin, Ternyata Syekh Siti Jenar tidak Dieksekusi Wali Songo (Jakarta:

Erlangga, 2011), h. 166. 31

Sri Mulyati, Tasawuf Nusantara: Rangkaian Mutiara Sufi Terkemuka (Jakarta: Kencana,

2005), h. 61.

Page 78: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

67

makna jatuhnya rasa (menjadi etos atau yakin), kesejatian rasa (unsur motorik

atau gerakan), bertemunya rasa (ide aktif dan kreatif), hasil karya yang

maujud atau benar-benar ada, serta dampak terhadap kesejatian kehidupan.

Syahadat adalah persaksian batin, dalam tindakan dzahir sebagai wujud

kemanunggalan kawula Gusti.32

Syekh Siti Jenar memberikan makna

syahadat sebagai etos gerak, etos kerja yang positif dan aktif.33

Itulah makna

syahadat yang sesungguhnya dari sang insān kāmil.34

Syekh Siti Jenar mengajarkan praktik shalat yang fungsional, berbeda

dengan para wali pada masanya. Shalat lima waktu hanya dilakukan

berdasarkan ukuran formalitas, bentuk tata krama atau keberagamaan. Syekh

Siti Jenar mengajarkan dua macam bentuk Shalat, yaitu Shalat tarek dan

shalat daim.35

Shalat tarek sebagai shalat yang dilakukan untuk dapat

melepaskan diri dari alam kematian, menuju kemanunggalan.36

Shalat daim

sebagai shalat yang sebenarnya dari kesadaran akan kehadiran dan

keberadaan Hyang Maha Agung di dalam dirinya, dan dia merasakan dirinya

itu sirna. Bagi Syekh Siti Jenar semua tingkah lakunya (diam, bicara, dan

semua gerakan tubuhnya) merupakan shalat. Maka, jelaslah bahwa shalat

lima waktu hanya dilakukan berdasarkan ukuran formalitas, hanya sebentuk

32

Muhammad Solikhin, Sufisme Syekh Siti Jenar : Kajian Kitab Serat dan Suluk Syekh Siti

Jenar, h. 304 33

Etos berasal dari bahasa Yunani, akar katanya adalah ethikos. Etos didefinisikannya

sebagai karakter, sikap, kebiasaan dan keyakinan yang berbeda dari individu atau kelompok,

sedangkan etos kerja adalah respon yang dilakukan oleh seseorang terhadap kehidupan sesuai

dengan keyakinannya masing-masing. 34

Muhammad Solikhin, Ajaran Makrifat Syekh Siti Jenar : Panduan Menuju Kemenyatuan

dengan Allah, Refleksi dan Pengalaman Syekh Siti Jenar(Yogyakarta : Narasi, 2014), h. 283 35

Muhammad Solikhin, Sufisme Syekh Siti Jenar: Kajian Kitab Serat dan Suluk Syekh Siti

Jenar, h. 309 36

Muhammad Solikhin, Sufisme Syekh Siti Jenar: Kajian Kitab Serat dan Suluk Syekh Siti

Jenar, h. 310

Page 79: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

68

tata krama atau keberagamaan.37

Shalat juga hanya sekedar melaksanakan

perintah syari’at adalah tindakan kebohongan dan merupakan kedurjanaan

budi.38

Menurut Syekh Siti Jenar, bahwa puasa secara lahir dengan

kemampuan untuk melaparkan diri. Bukan sekedar mengatur ulang pola

makan di bulan Ramadhan, tetapi mampu “ngelakoni weteng kudu luwe”,

membiasakan diri lapar, bukan membiarkan kelaparan. Maksudnya adalah

kemauan dan kesadaran untuk berbagi, untuk tidak hanya memuaskan apa

yang menjadi tuntutan hawa nafsunya.39

Syekh Siti Jenar menyebutkan ada

tiga jenis puasa, yaitu : puasa dalam ketentuan syari’at adalah menahan diri

dari makan, minum dan bersetubuh, sejak masuk subuh hingga masuk waktu

maghrib. Puasa dari segi rohani adalah membersihkan semua panca indra dan

pikiran dari hal-hal yang haram. Puasa hakiki adalah puasa dengan menahan hati

dari menyembah, memuji, memuja, mencari yang ghairūllah (selain Alah) dan

kesadaran batin untuk menjadikan hawa nafsu sebagai hal yang harus dikalahkan

serta kedzaliman sebagai hal yang harus ditundukkan.40

Bagi Syekh Siti Jenar,

jenis puasa yang tertinggi adalah puasa hakiki atau puasa yang sebenarnya.

Jika melakukan puasa hakiki, maka akan melahirkan watak manusia menjadi

pengasih, mengantarkan kesadaran untuk selalu ikut berperan serta mengangkat

37

Muhammad Solikhin, Ajaran Makrifat Syekh Siti Jenar: Panduan Menuju Kemenyatuan

dengan Allah, Refleksi dan Pengalaman Syekh Siti Jenar (Yogyakarta: Narasi, 2014), h. 289. 38

Muhammad Solikhin, Sufisme Syekh Siti Jenar: Kajian Kitab Serat dan Suluk Syekh Siti

Jenar, h. 310. 39

Muhammad Solikhin, Ajaran Makrifat Syekh Siti Jenar: Panduan Menuju Kemenyatuan

dengan Allah, Refleksi dan Pengalaman Syekh Siti Jenar, h. 292. 40

Muhammad Solikhin, Ajaran Makrifat Syekh Siti Jenar: Panduan Menuju Kemenyatuan

dengan Allah, Refleksi dan Pengalaman Syekh Siti Jenar, h.290-291.

Page 80: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

69

harkat dan derajat kemanusiaan, yang berperan aktif untuk memerangi kemiskinan

dan selalu menyertai sesama manusia yang berada dalam penderitaan.

Zakat terbagi menjadi dua jenis, yaitu: zakat yang ditentukan oleh

syari’at adalah zakat yang dikeluarkan untuk harta kekayaan yang diperoleh

secara halal di dunia, yang berasal dari kelebihan harta dalam keluarga, dan

diberikan kepada mereka yang memerlukan (fakir miskin). Zakat dari sudut

pandang thariqah adalah sebagian dari harta rohani (bentuk dari kecintaan,

keridhaan, rahmat, belah kasih, perhatian dari Allah) yang diperoleh

seseorang dan dibagikan kepada mereka yang memerlukannya, yakni fakir

miskin dalam bidang rohani.

Syekh Siti Jenar memberikan makna zakat, sebagai sikap menolong

orang lain dari penderitaan dan kekurangan. Menolong orang lain agar dapat

hidup, menikmati hidup, sekaligus mampu bereksis menjalani kehidupan.41

Zakat memiliki kegunaan sebagai arena pembersihan harta dan jiwa.

Terutama membersihkan dari keegoan, sehingga tujuan zakat menjadi

tercapai. Sehingga harta hanyalah titipan dari Allah dimana manusia diberi

kelimpahanya agar digunakan bagi perjalanan rohaninya menuju Allah.

Dan terakhir yaitu haji, keteladanan yang diwujudkan dalam bentuk-

bentuk ibadah haji tersebut dalam praktik-praktik ritualnya, pada hakikatnya

merupakan penegasan kembali pada setiap jamaah haji, tentang

keterkaitannya dengan prinsip-psinsip keyakinan yang dianut Nabi Ibrahim

41

Muhammad Solikhin, Ajaran Makrifat Syekh Siti Jenar: Panduan Menuju Kemenyatuan

dengan Allah, Refleksi dan Pengalaman Syekh Siti Jenar (Yogyakarta: Narasi, 2014), h. 294.

Page 81: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

70

as.42

Intinya dalam ibadah haji yang dianut Nabi Ibrahim as. adalah

pengakuan keesaan Tuhan serta penolakan terhadap segala macam bentuk

kemusyrikan dan keyakinan tentang adanya neraca keadilan Tuhan dalam

kehidupan ini, yang puncaknya akan diperoleh setiap makhluk pada hari

kebangkitan kelak dan yang terakhir keyakinan tentang kemanusiaan bersifat

universal, tiada perbedaan dalam kemanusiaan seseorang dengan yang

lainnya.43

Di dalam buku yang berjudul “Boekoe Siti Djenar Ingkang Toelen”

yang ditulis oleh Tan Khoen Swie terdapat percakapan antara Syekh

Siti Jenar dan Sunan Giri bahwa “Syekh Siti Jenar berkata: pedah

punapa mbibingung, ngangelaken ulah ngelmi. Njeng Sunan Giri

ngandika: bener kang kaya sireki, nanging luwih kaluputan, wong

wadheh ambuka wadi, telenge bae pinulung, pulunge tanpa ling aling,

kurang waskitha ing cipta, lunturing ngelmu sajati, sayekti kanthi

nugraha, tan saben wong anampani.”44

Artinya adalah Syekh siti Jenar berkata : untuk apa membuat bingung,

mempersulit ilmu. Kanjeng Sunan Giri berkata : benar apa yang Syekh

Siti Jenar katakan, orang berani membuka rahasia, kelihatannya saja

menolong, pertolongannya tanpa penghalang, kurang waspada dalam

cipta, akan berakibat lunturnya ilmu sejati, yang seharusnya diberikan

sebagai anugerah kepada mereka yang benar-benar telah matang, yang

diberikan kepada siapa saja”.

Maksudnya adalah hakikat Allah itu langsung diajarkan tanpa

dirahasiakan, itu tidaklah bijaksana. Semestinya ilmu itu hanya

dianugerahkan kepada mereka yang benar-benar matang dan tidak boleh

diberikan begitu saja kepada orang lain.

42

Nabi Ibrahim as. dikenal sebagai “Bapak para Nabi” atau juga disebut dengan “Bapak

Monotheisme” serta “proklamator keadilan Ilahi”, kepada beliaulah agama-agama samawi

(agama-agamayang muncul dari suatu tradisi semit kuno bersama dan ditelusuri oleh pemeluknya)

terbesar selama ini merujuk. 43

Muhammad Solikhin, Ajaran Makrifat Syekh Siti Jenar: Panduan Menuju Kemenyatuan

dengan Allah, Refleksi dan Pengalaman Syekh Siti Jenar (Yogyakarta: Narasi, 2014), h. 293-296. 44

Boekoe Siti Djenar Ingkang Toelen (buku Siti Jenar yang asli) terbitan Tan Khoen Swie

merupakan salinan dari Harwijaya atas karya Sunan Giri yang terbit pada tahun 1930 tepatnya di

Kediri, buku ini cetakan ke-4. Penulis hanya mendapatkan teks naskah dari link

Https://netlog.wordpress.com, tanggal posting 03 mei 2006 ditulis oleh wordpress. Karena buku

aslinya pun penulis tidak menemukannya.

Page 82: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

71

Dalam buku yang berjudul Serat Syekh Siti Jenar, yang ditulis oleh Ki

Sasrawidjaja, bahwa terdapat teks ucapan Syekh Siti Jenar yang mengenai

“Ana Al-Haqq”. Isi teks ini ada di buku Ajaran Makrifat Syekh Siti Jenar,

yang ditulis oleh Muhammad Solikhin , sebagai berikut :

“Shalat lima kali sehari, puji dan zikir itu adalah kebijaksanaan dalam

hati menurut kehendak pribadi. Benar atau salah pribadi sendiri yang

akan menerima, dengan segala keberanian yang dimiliki. Gagasan

adanya badan halus itu mematikan kehendak manusia. Di manakah

adanya Hyang Suksma, kecuali hanya diri pribadi. Kelilinglah

cakrawala dunia, membubunglah ke langit yang tinggi, selamilah dalam

bumi sampai lapisan ke tujuh, tiada ditemukan ujud yang Mulia. Saya

ini bukan budi, bukan angan-angan hati, bukan pikiran yang sadar,

bukan niat, bukan udara, bukan angin, bukan panas dan bukan ke

kosongan atau kehampaan. Ujud saya ini jasad, yang akhirnya menjadi

jenazah, busuk bercampur tanah dan debu. Napas saya mengelilingi

dunia, tanah, api, air dan udara kembali ke tempat asalnya atau aslinya,

sebab semuanya barang baru, bukan asli. Maka saya ini Dzat yang

sejiwa, menyukma dalam Hyang Widi. Pangeran saya bersifat Jalal

(Maha Mulia) dan Jamal (Maha Indah). Dialah yang luhur dan sangat

sakti, yang berkuasa Maha Besar, lagi pula memiliki dua puluh sifat,

kuasa atas segala kehendak-Nya. Dialah yang Maha Kuasa, pangkal

mula segala ilmu, Maha Mulia, Maha Indah, Maha Sempurna, rupa

warna-Nya tanpa cacat, seperti hamba-Nya. Di dalam raga manusia Ia

tiada tampak. Ia sangat sakti menguasai segala yang terjadi dan

menjelajahi seluruh alam semesta.”45

Jadi, ajaran Syekh Siti Jenar dituduh menyeleweng ajaran agama Islam

oleh Wali Songo. Tasawuf yang diikuti oleh Syekh Siti Jenar yaitu tasawuf

wujudiyyah. Inti ajaran wujudiyyah atau juga disebut emanasi, yaitu segala

sesuatu yang berwujud adalah percikan atau pancaran cahaya Ilahi.

Sedangkan manusia adalah salah satu wujud yang terdapat di dunia. Jadi,

manusia juga terdapat percikan atau pancaran cahaya Illahi itu. cahaya Illahi

45

Buku yang berjudul Serat Syekh Siti Jenar ini ditulis oleh Ki Sasrawidjaja (Raden Panji

Natarata) dari Ngijon Yogyakarta. Pertama kali terbit tahun 1900. Buku ini dijadikan bahan utama

dalam buku Falsafah Siti Djenar (1958) oleh Natarata Bratakesawa. oleh Muhammad Solikhin,

Ajaran Makrifat Syekh Siti Jenar: Panduan Menuju Kemenyatuan dengan Allah, Refleksi dan

Pengalaman Syekh Siti Jenar (Yogyakarta: Narasi, 2014), h. 9.

Page 83: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

72

adalah pancaran cahaya dari Allah itu sendiri, maka manusia adalah ada

cahaya Illahi yang langsung dari Allah.

Ajaran Syekh Siti Jenar juga relatif sama dengan ajaran Abu Abdullah

Husain bin Mansur al-Hallaj atau disebut al-Hallaj yakni menyebutkan

kalimat ana al-haqq yang artinya adalah “Aku adalah Tuhan”. Di ajaran

itulah konflik dimulai antara Wali Songo termasuk Sunan Kalijaga dan Syekh

Siti Jenar.46

Apalagi diantara murid dan pengikut Syekh Siti Jenar terdapat

tokoh yang bernama Pangeran Kebo Kenanga. Kebo Kenanga adalah

keturunan Prabu Wijaya, penguasa terakhir Majapahit.47

Sultan atau Raden Fatah mengatakan bahwa Syekh Siti Jenar telah

membangkang peraturan yang ditentukan olehnya yaitu tidak boleh menyebar

dakwah Islamnya yang mengenai alam kehidupan manusia di dunia ini

sebagai kematian serta keadaan manusia di dunia ini sebagai mayat berjalan

atau bangkai dan Syekh Siti Jenar juga menghalangi penyiaran dakwah

Islamnya Wali Songo.48

Kemudian, Syekh Siti Jenar menjelaskan kepada Sultan Fatah tentang

asal-usul kehidupan (sangkaning dumadi). Ia juga menjelaskan pintu

kehidupan, baik yang tampak dalam fisik maupun dalam rohani manusia.

Ajaran mengenai hidup kekal dan abadi, materi mengenai kematian yang

dialami manusia di dunia sekarang ini. Mengenai jalan kematian yang bisa

46

Sri Mulyati, Tasawuf Nusantara: Rangkaian Mutiara Sufi Terkemuka (Jakarta: Kencana,

2005), h. 70. 47

Mohammad Zazuli, Syekh Siti Jenar; Mengungkap Misteri dan Rahasia Kehidupan

(Jakarta: Serambi Ilmu Semesta), h. 20. 48

Muhammad Solikhin, Sufisme Syekh Siti Jenar: Kajian Kitab dan Suluk Syekh Siti Jenar

(Yogyakarta: Narasi, 2014), h. 172.

Page 84: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

73

dikehendaki sendiri, setelah kehendaknya menyatu dengan kehendak Hyang

Manon,49

melalui penutupan berbagai jalan kehidupan untuk menyatu dengan

al-Haqq (kebenaran). Barulah Syekh Siti Jenar menjelaskan adanya Yang

Maha Luhur, Allah yang menjadikan langit dan bumi serta segala isinya

sebagai muara manusia sempurna (paraning dumadhi).50

Setelah Syekh Siti Jenar menjelaskan semua alasan tersebut, Sultan

Fatah hanya mendengarkannya saja sebagai omongan kosong. Kemudian,

Wali Songo memberitahu bahwa Syekh Siti Jenar harus tunduk kepada Sultan

Fatah. Namun, Kebo Kenanga dan Syekh Siti Jenar memilih hidup di luar

istana dan tidak bersedia tunduk pada Sultan Fatah putra Ki Ageng Pengging.

Karena mereka tidak mau tunduk, maka hukuman matilah yang akan

dilakukan. Tetapi menurut Kebo Kenanga dan Syekh Siti Jenar hukuman mati

bukanlah persoalan yang merisaukan. Hidup duniawi bagi mereka hanyalah

bayangan palsu dari hidup sesungguhnya yang baru dijalani manusia setelah

ajal tiba. Di alam abadi itulah ajaran Islam yang mengajarkan rukun Islam

baru berlaku, bukan di alam kematian di dunia ini hanya kepalsuan semata.51

Dalam alam kepalsuan, manusia dikendalikan jasad yang akan

membusuk dan hancur musnah. Panca indra, seperti jasad yang najis dan

palsu, hanya melahirkan pengetahuan palsu yang salah memahami yang

nyata. Pengetahuan yang palsu inilah yang menyebabkan manusia mengalami

neraka di dunia berupa kesengsaraan, kesedihan, kelaparan, kebingungan dan

49

Matahari dikenal sebagai Sang Hyang Manon atau lebih populer disebut Batara Guru yang

artinya adalah yang senantiasa memberikan atau menyampaikan penerangan sebagai cahaya

kehidupan. Kata Hyang Manon berasal dari bahasa Sunda. 50

Muhammad Solikhin, Sufisme Syekh Siti Jenar: Kajian Kitab dan Suluk Syekh Siti Jenar, h.

158. 51

Sri Mulyati, Tasawuf Nusantara: Rangkaian Mutiara Sufi Terkemuka, h. 68.

Page 85: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

74

konflik. Di alam nyata nanti, sesudah ajal tiba, manusia hidup mulia, bebas

dan mandiri atas diri pribadinya, tidak lagi butuh kekuasaan.52

Kemudian,

tahun kematian Syekh Siti Jenar adalah pada zaman pemerintahan Sultan

Fatah (1517 Masehi), vonis hukuman mati oleh Dewan Wali Songo yang

dipimpin oleh Sunan Giri dan pada zaman Sultan Tenggono (1530 Masehi),

seluruh ajaran-ajaran Syekh Siti Jenar dinyatakan dilarang berada di seluruh

wilayah Demak.53

C. Manunggaling Kawula Gusti Sebagai Muara dari Ajaran Makrifat

Dalam pandangan sufisme, Allah merupakan esensi. Syekh Siti Jenar

dan sebagian kaum sufi pada umumnya memiliki rumusan yang demikian.

Hal itu memungkinkan “bersatunya” Allah pada diri manusia, manunggal,

hulu, fana’ atau apapun namanya. Karena nama atau sebutan tersebut

sebenarnya bukan mengacu pada pengalaman yang diperoleh, tetapi lebih

pada proses yang ditempuh. Maka Syekh Siti Jenar dan sebagian kaum sufi

menjadikan gagasan tentang Tuhan sebagai esensi dan manusia yang sifat-

sifat Illahi sebagai doktrin yang kuat, yang sangat memungkinkan manusia

sempurna bisa sampai kepada tahapan spiritual ketika Tuhan berpindah ke

jasad manusia.

Sehingga seperti ungkapan-ungkapan mistik seperti “Aku adalah

Tuhan” adalah bukan sufi yang bersangkutan, tetapi melalui jasad sufi

tersebut Tuhan menyatakannya. Allah yang telah manunggal ke dalam diri

52

Sri Mulyati, Tasawuf Nusantara: Rangkaian Mutiara Sufi Terkemuka, h. 69. 53

Muhammad Solikhin, Manunggaling Kawula Gusti: Filsafat Kemanunggalan Syekh Siti

Jenar (Yogyakarta: Narasi, 2014), h. 207.

Page 86: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

75

manusia yang sempurna. Syekh Siti Jenar memberikan makna bahwa tidak

ada yang benar-benar ada kecuali esensi Illahi dengan makhluk-makhluk

yang mempunyai mode yang secara ciptaan yang bersifat kreatif.54

Manunggaling kawula Gusti yang diartikan sebagai menyatunya

manusia (kawula) dengan Allah (Gusti). Anggapan bahwa Gusti sebagai

personifikasi Allah kurang tepat. Gusti (Pangeran, Ingsun) yang dimaksud

adalah personifikasi dari Dzat Urip (Kesejatian Hidup), atau (emanasi,

pancaran) Allah. Dalam paham manunggaling kawula Gusti mengajarkan

bahwa cita hidup yang harus dicapai oleh manusia adalah mendapatkan

penghayatan kesatuan dengan Allah.55

Manunggal kawula Gusti juga

merupakan Dzat Allah yang bersifat Esa, yang meliputi hamba-Nya,

manunggal menjadi satu, akan sempurna karena kodrat-Nya.56

Dalam ajaran

ini merupakan ajaran kebatinan dalam artian luas, yang lebih menekankan

aspek kejiwaan dari pada aspek lahiriah. Sehingga ada juga yang

menyimpulkan bahwa konsepsi tujuan hidup manusia tidak lain adalah

bersatunya manusia dengan manusia (Manunggaling Kawula Gusti).57

Pemaknaan Allah sebagai Yang Esensi ini terjadi, karena justru Allah

menghendaki agar rahasia keIlahian-Nya bisa tersingkap oleh adanya alam

raya, dan alam raya sungguh-sungguh merupakan sifat-Nya. Alam merupakan

54

Muhammad Solikhin, Ajaran Makrifat Syekh Siti Jenar: Panduan Menuju Kemenyatuan

dengan Allah, Refleksi dan Pengalaman Syekh Siti Jenar (Yogyakarta: Narasi, 2014), h. 435. 55

Sudirman Tebba, Etika dan Tasawuf Jaw : Untuk Meraih Ketenangan Hati (Jakarta:

Pustaka Irvan, 2007), h. 169. 56

Agus Wahyudi, Makrifat Jawa; Makna Hidup Sejati Syekh Siti Jenar dan Wali Songo

(Yogyakarta: Pustaka Marwa, 2007), h. 100. 57

Muhammad Solikhin, Ternyata Syekh Siti Jenar tidak Dieksekusi Wali Songo, (Jakarta:

Erlangga, 2011), h. 53.

Page 87: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

76

perwujudan rahasia Ilahiah, yang harus ditembus oleh manusia, yang

merupakan bagian dari alam raya ini.

Memang manunggaling Kawula Gusti baru berada dalam tataran

pengertian yang diperoleh dengan kesadaran. Namun pengertian (kawruh)

adalah lebih dari sekedar pengetahuan. Pengertian adalah suatu kejadian yang

mengubah manusia itu sendiri, yang memberikan dimensi dan kedalaman

baru bagi eksistensinya, menjadi realitas baru manusia itu sendiri. Sehingga

pengertian yang sebelumnya seakan tertutup dan belum operasional,

kemudian diaktualisasikan. Disinilah maka nilai kawruh itu akan sanggup

mengantarkan kepada keadaan manunggal antara keakuan menjadi aku

Illahi.58

Berdasarkan pada aplikasi iman dalam bentuk keimanan Manunggaling

Kawula Gusti tersebut tampak bahwa fungsi manusia sebagai khalifatullah

(wakil real Allah) di muka bumi ini benar-benar nyata. Manusia adalah

cerminan dan pancaran wujud Allah, dengan fungsi iradah dan kodrat yang

berimbang.59

Semua bentuk syari’at agama ternyata memiliki wujud

implementasi bagi tekad hatinya, sekaligus dinampakkan melalui tingkah

lahiriahnya.

Ajaran Sunan Kalijaga melalui Manunggaling Kawula Gusti adalah

suatu hal yang istimewa dan tidak terdapat pada sembarang orang melainkan

atas petunjuk dan hidayah dari Allah, karena segala sesuatu perbuatan

58

Muhammad Solikhin, Ajaran Makrifat Syekh Siti Jenar: Panduan Menuju Kemenyatuan

dengan Allah, Refleksi dan Pengalaman Syekh Siti Jenar (Yogyakarta: Narasi, 2014), h. 436-437. 59 Iradah adalah sifat dzat yang merupakan kecintaan Tuhan terhadap dzat dan

kesempurnaan-Nya sendiri dan sebagai sifat perbuatan. Muhammad Solikhin, Manunggaling

Kawula Gusti : Filsafat Kemanunggalan Syekh Siti Jenar (Yogyakarta: Narasi, 2014). h. 399.

Page 88: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

77

manusia yang menentukan adalah Allah SWT. Sedangkan Ajaran Syekh Siti

Jenar melalui Manunggaling Kawula Gusti bahwa manusia di ajak untuk

membuktikkan keberadaan Allah secara langsung (dzat yang mendasari dan

sebab adanya manusia, flora, fauna dan segala yang ada di dunia ini), bukan

hanya memahami keberadaan dari sisi nalar pikir (ilmu) dan rasa sentimen

makhluk (perasaan yang dipaksa dengan doktrin surga dan neraka). dengan

seperti itu mereka akan bisa melalui pintu kematian untuk manunggal

kembali dengan Sang Maha Asal.60

Dalam cara menyampaikan ajaran makrifat kepada pengikutnya dari

kedua tokoh tersebut mempunyai gaya yang berbeda. Cara Sunan Kalijaga

dalam mengajarkannya lebih memfokuskan pada pengalaman kehidupan

sehari-hari orang Jawa dalam memahami sangkan paran (tujuan hidup

manusia) melalui konsep kesenian budaya yaitu tembang dan wayang.

Sedangkan Syekh Siti Jenar, cara mengajarkannya lebih memfokuskan pada

olah batin untuk pencapaian diri sejati (diri yang telah mencapai

kesempurnaan).

60

Muhammad Solikhin, Manunggaling Kawula Gusti: Filsafat Kemanunggalan Syekh Siti

Jenar, h. 399.

Page 89: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

78

78

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam ajaran makrifat Sunan Kalijaga menjelaskan bahwa ada 6 tahap,

yaitu: Tahap pertama, yaitu Memahami Hakikat (menyatukan dirinya dengan

Allah atau mengenal diri). Tahap kedua, yaitu Asal-usul sangkan paran

(tujuan hidup manusia). Tahap ketiga, yaitu Roh Ilafi atau roh al-idhafi (roh

yang senantiasa pasrah pada Dzat Allah). Tahap keempat, yaitu Insan Kamil

(manusia yang dapat mengetahui keberadaan Allah). Tahap Kelima, yaitu

Fana’ dan Baqa (tahap puncak dalam pendakian spiritual), Fanā’ (lenyap

atau penghancuran diri) dan bāqa (memasuki alam kekal). Tahap Keenam,

yaitu etika hubungan guru dan murid (taat dan setia kepada guru, harus

bersungguh-sungguh dan tidak ingkar janji dalam berguru dan tidak boleh

berguru kepada orang lain).

Kemudian dalam ajaran makrifat Syekh Siti Jenar menjelaskan tentang

Tuhan (bersifat Jalal/Maha Mulia dan Jamal/Maha Indah). Kehidupan dan

kematian (dunia bagaikan alam kematian dan kehidupan di dunia adalah

kekal, bagaikan manusia yang hidup di dunia seperti mayat atau bangkai).

Terakhir yaitu kewajiban dalam shalat (hanya sekedar melaksanakan perintah

syari’at) seperti shalat tarek dan shalat daim. Puasa (melaparkan diri

maksudnya adalah mampu membiasakan diri lapar, bukan membiarkan

kelaparan). Zakat (agar manusia lebih bersikap tolong menolong kepada

orang lain dan terhindar dari penderitaan dan kekurangan). Terakhir yaitu

Page 90: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

79

haji, (dalam praktik-praktik ritualnya, yaitu pengakuan dalam Keesaan Tuhan,

serta penolakan terhadap segala macam bentuk kemusyrikan. Keyakinan

tentang keadilan Tuhan dalam kehidupan dan keyakinan tentang kemanusiaan

yang bersifat universal)

Persamaan dan Perbedaan ajaran makrifat Sunan Kalijaga dan Syekh

Siti Jenar. Persamaannya yaitu ajaran makrifatnya melalui konsep Tuhan atau

disebut juga dengan Manunggaling Kawula Gusti. Manunggaling kawula

Gusti yang diartikan sebagai menyatunya manusia (kawula) dengan Tuhan

(Gusti). paham manunggaling kawula Gusti mengajarkan bahawa cita hidup

yang harus dicapai oleh manusia adalah mendapatkan penghayatan kesatuan

dengan Tuhannya. Intinya sama-sama mengajarkan pencapaiannya

manunggal hamba dengan Tuhan Yang Maha Esa.

Perbedaannya yaitu berbeda cara dalam menyampaikan ajaran makrifat

kepada para pengikutnya. Sunan Kalijaga cara menyampaikan ajaran

makrifatnya lebih memfokuskan pengalaman praktis kehidupan sehari-hari

orang jawa dalam memahami sangkan paran (asal usul kehidupan) melalui

konsep seni budayanya yaitu tembang dan wayangnya, sedangkan Syekh Siti

Jenar cara menyampaikan ajaran makrifatnya lebih memfokuskan pada olah

batin untuk mencapai diri sejati (diri yang telah mencapai kesempurnaan).

Kemudian, Syekh Siti Jenar mengajarkan dan mengajak pengikutnya

bersama-sama merasakan Allāh berada di dalam dirinya dengan seperti itu

mereka akan bisa melalui pintu kematian untuk manunggal (masuk) kembali

dengan Sang Maha Asal (Allah).

Page 91: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

80

80

B. Saran

Dalam skripsi tentang ajaran makrifat Sunan Kalijaga dan Syekh Siti

Jenar masih sangat terbatas dan referensi aslinya pun masih sulit didapatkan,

sehingga penulis menyarankan perlunya pendataan yang lebih sistematis dan

pelayanan yang lebih baik agar akses terhadap informasi tersebut lebih mudah

didapatkan, serta diperlukan adanya perhatian khusus terhadap karya-karya

langka tersebut, salah satunya seperti Suluk Linglung Sunan Kalijaga dan

Serat Natarata (Serat Siti Jenar) yang sebenarnya masih bermanfaat dan

berguna dalam kehidupan ini.

Setelah mengemukakan skripsi ini, penulis menyadari bahwa dalam

penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna baik dari teknis penulisan,

referensi, serta materi yang telah disampaikan. Besar harapan dalam kritik

dan saran bagi para pembaca, jika menemukan kekurangan dan kesalahan dari

apa yang penulis teliti, untuk mencapai penelitian yang lebih baik lagi.

Oleh karena itu, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pembaca dan penulis khususnya, serta dapat memberikan sumbangan positif

bagi masyarakat umum yakni bagi pengembangan agama Islam.

Page 92: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

81

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Samsul Munir, Ilmu Tasawuf, Jakarta : Amzah, 2014.

Anom, Iman, Suluk Linglung Sunan Kalijaga (Syekh Melaya), terj. Muhammad

Khafid Kasri, Demak : Yayasan Subulus Salam, 2000.

Al-Aziz, Saifulloh, Risalah Memahami Ilmu Tasawuf, Surabaya : Terbit Terang,

1998.

Chodjim, Achmad, Sunan Kalijaga : Mistik dan Makrifat, Jakarta : Serambi 2013.

Fikriono, Muhaji, Puncak Makrifat Jawa : Pengembaran Batin Ki Ageng

Suryomentaram, Jakarta : Mizan Publika, 2012.

Hamka, Tasawuf Modern, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983.

---------, Tasawuf Perkembangan Pemurniannya, Jakarta : Citra Serumpun Padi,

Jakarta, 1994.

Hidayat, Rahmat, Ensiklopedi Tasawuf, Bandung : Angkasa, 2008

Huda, Sokhi, Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah, Jakarta: Lkis,

2008.

Ibrahim, Muhammad Zaki, Tasawuf Salafi : Menyucikan Tasawuf dari Noda-

Noda, Jakarta : Hikmah, 2002.

J. Khaelany, Munawar, Sunan Kalijaga Guru Orang Jawa, Yogyakarta : Araska,

2014.

Kartanegara, Mulyadhi, Menyelami Lubuk Tasawuf, Jakarta : Penerbit Erlangga,

2006.

Mulyati, Sri, Tasawuf Nusantara : Rangkaian Mutiara Sufi Terkemuka, Jakarta :

Kencana, 2005.

Mustofa, A, Akhlak Tasawwuf, Bandung : Pustaka Setia, 2008.

Page 93: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

82

Nasution, Harun, Falsafah dan Mistisisme dalam Islam, Jakarta : Bulan Bintang,

1983.

Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996

-------------------, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, Jakarta : Rajawali Pers,

2015.

R, Wiryapanitra, Babad Tanah Jawa, Semarang : Dahara Prize, 1991.

Rusli, Ris’an, Tasawuf dan Tarekat, Jakarta: Rajawali Pers, 2013.

Saksono, W, Mengislamkan Tanah Jawa : Telah Atas Metode Dakwah Wali

Songo, Bandung : Mizan, 1995.

Shihab, Alwi, Akar Tasawuf di Indonesia, Depok: Pustaka IIMaN, 2009.

Simon, Hasanu, Misteri Syeikh Siti Jenar : Peran Walisongo dalam

Mengislamkan Tanah Jawa, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006.

Simuh, Sufisme Jawa : Transformasi Tasawuf Islam ke Mistik Jawa, Yogyakarta :

Yayasan Bentang Budaya, 1995.

Sjamsudduha, Wali Sanga Tidak Pernah Ada ; Menyingka Misteri Para Wali dan

Perang Demak-Majapahit, Surabaya : JP Books, 2006.

Solikhin, Muhammad, Ajaran Makrifat Syekh Siti Jenar : Panduan Menuju

Kemenyatuan dengan Allah, Refleksi dan Pengalaman Syekh Siti Jenar,

Yogyakarta : Narasi, 2014.

----------------------------, Manunggaling Kawula Gusti : Filsafat Kemanunggalan

Syekh Siti Jenar, Yogyakarta : Narasi, 2014.

----------------------------, Melacak Pemikiran Tasawuf Di Nusantara, Jakarta : Raja

Grafindo, 2005.

Page 94: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

83

----------------------------, Sufisme Syekh Siti Jenar: Kajian Kitab Serat dan Suluk

Syekh Siti Jenar, Yogyakarta : Narasi, 2014.

----------------------------, Ternyata Syekh Siti Jenar tidak Dieksekusi Wali Songo,

Jakarta: Erlangga, 2011.

Sunyoto, Agus, Atlas Wali Songo, Bandung : Mizan, 2012.

-------------------, Suluk Malang Sungsang : Konflik dan Penyimpangan Ajaran

Syaikh Siti Jenar, Yogyakarta : Pustaka Sastra, 2005.

Syamsuri, Badlowi, Kisah Wali Songo ; Penyebar Agama Islam di Tanah Jawa,

Surabaya : Appolo, 1995.

Syukur, Amin, Tasawuf Sosial, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004

Tebba, Sudirman, Etika dan Tasawuf Jawa : Untuk Meraih Ketenangan Hati, Jakarta :

Pustaka Irvan, 2007.

..........................., Kecerdasan Sufistik Jembatan Menuju Makrifat, Jakarta :

Kencana, 2004.

-----------------------, Merengkuh Makrifat : Menuju Ekstase Spiritual, Jakarta :

Pustaka Irvan, 2006.

-----------------------, Syekh Siti Jenar : Pengaruh Tasawuf al-Hallaj di Jawa,

Jakarta : Penerbit Pustaka irVan, 2008.

Umar, Hasan, Metode Penelitian Sosial, Jakarta : Bina Aksara 1998.

Umar, Nasaruddin, Tasawuf Modern, Jakarta : Republika, 2014.

Wahyudi, Agus Makrifat Jawa ; Makna Hidup Sejati Syekh Siti Jenar dan Wali

Songo, Yogyakarta : Pustaka Marwa, 2007.

Yunus, Mahmud, Kamus Arab Indonesia, Jakarta : Hidakarya, 1990.

Zahri, Mustaha, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf, Surabaya : Bina Ilmu, 1995.

Page 95: AJARAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37756...akhirnya. 7. Keluargaku tercinta, nenek, tante, om, mba, saudara dan sepupu yang

84

Zazuli, Mohammad, Syekh Siti Jenar ; Mengungkap Misteri dan Rahasia

Kehidupan, Jakarta : Serambi Ilmu Semesta, 2011.