AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

80
1 AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH Skripsi Di ajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk memenuhi syarat-syarat mencapai Gelar Sarjana S1 Di susun oleh: THARI MAYARATU NIM. 106032101083 JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011

Transcript of AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

Page 1: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

1

AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

Skripsi

Di ajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Untuk memenuhi syarat-syarat mencapai Gelar Sarjana S1

Di susun oleh:

THARI MAYARATU

NIM. 106032101083

JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011

Page 2: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

2

AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

Skripsi

Di ajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Untuk memenuhi syarat-syarat mencapai Gelar Sarjana S1

Oleh:

THARI MAYARATU

NIM. 106032101083

Dibawah Bimbingan

Hj. Siti Nadroh M.Ag

NIP. 150 282 310

JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011

Page 3: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

3

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “Ajaran Ketuhanan Dalam Agama Sikh” telah

diujikan dalam siding Munaqosyah Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus pada tanggal

16 Desember 2010 di hadapan dewan penguji. Skripsi ini telah diterima sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) pada jurusan

perbandingan agama.

Jakarta, 16 Desember 2010

Panitia Ujian Munaqosyah

Ketua Sekertaris

Drs. M. Nuh Hasan, MA Maulana, MA

NIP. 19610312 198903 1 003 NIP. 19650207 199903 001

Penguji I Penguji II

Drs. M. Nuh Hasan, MA Media Zainul Bahri, MA

NIP. 19610312 198903 1 003 NIP. 19751019 200031 21 003

Di Bawah Bimbingan

Hj. Siti Nadroh, M.Ag

NIP. 150 282 310

Page 4: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

i

KATA PENGANTAR

Assalaamu‘alaykum Wr.Wb.

Bismillahirrahmanirrahiim..Alhamdulillah..Walaa haulaa walaa quwwata illaa

billaahil‘aliyyil ‗adzim...(Amma Ba‘du)..

Puji dan syukur selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang Maha

Pengasih dan Penyayang, yang selalu memberikan nikmat kasih dan sayang-Nya

kepada kita. Memberikan hidayah bagi manusia dan selalu menaungi manusia

dengan kasih dan sayang-Nya, khususnya kepada Penulis. Sehingga Penulis

mampu menyelesaikan skripsi ini, walaupun di dalamnya masih terdapat banyak

kesalahan, kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, karena kesempurnaan

hanyalah milik Allah SWT. Mudah-mudahan ini menjadi hal yang bermanfaat

untuk menambah pengetahuan kita semua, Amin.

Shalawat beriring salam, semoga selalu tercurahkan kepada Baginda kita

Nabi Besar Muhammad SAW, Sang pendobrak pintu kebathilan dan kejahilan,

yang membawa umat-Nya kepada zaman yang sekarang kita rasakan. Semoga

Allah selalu mencurahkan ridha-Nya kepada beliau, Amin.

Selanjutnya, tiada kata yang sanggup Penulis ucapkan, khususnya kepada

semua pihak yang telah membantu dan mendoakan Penulis dalam proses

penulisan skripsi ini, terutama kepada:

1. Papa ―Teuku Raja Arham‖ dan Mama ―Flora Irama‖-ku tercinta, inspirator

dalam hidup saya, karena mereka saya mampu survive sampai saat ini,

Semoga Papa dan Mama selalu dalam lindungan-Nya, amien…

Page 5: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

ii

2. Tanteku ―Nurhayati‖, Ibu negara yang menjadi donatur tetap dalam

kehidupan saya. ―makasih ya mami dah membantu banyak hal dalam hidup

Maya..i love you..‖ Semoga segala amal ibadah mami di ridhai-Nya, amien…

3. Ibu Hj. Siti Nadroh, selaku pembimbing dalam proses pembuatan skripsi ini.

Saya sangat berterima kasih kepada Ibu, yang selalu memberikan arahan-

arahan dan bimbingan kepada saya selama proses penulisan. Saya mohon

maaf jika banyak kesalahan baik yang disadari atau tidak disadari. ―Maaf ya

bu..Thari belum mampu membalas dan memberikan apa-apa untuk Ibu, tapi

Thari tidak akan melupakan segala kebaikan ibu..‖ Semoga Allah SWT selalu

memberikan ridho dan kebahagiaan kepada Ibu dan keluarga di dunia dan

akhirat, Amin…

4. KAJUR dan SEKJUR Perbandingan Agama, Bapak M. Nuh Hasan dan Bapak

Maulana. Terima kasih atas semua bimbingan dan pengajaran yang telah

Bapak berikan. Semoga Bapak bisa mengangkat nama Jurusan ke prestasi

yang lebih baik lagi dan semoga Allah membalas kebaikan Bapak dengan

berjuta-juta nikmat dan kebahagiaan, Amin…

5. Dekan dan Pembantu-Pembantu Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat,

Semoga selalu diberikan kesehatan dan kekuatan dalam membangun Fakultas

dengan lebih baik lagi dan menciptakan generasi-generasi yang bermanfaat

untuk masyarakat dan negara. Cayyoo Ushuluddin, semangat semangat !!!

6. Rektor UIN Syarif Hidayatullah, Bapak Komaruddin Hidayat beserta staf-

stafnya, yang tak bisa Penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas

semuanya. Ciptakan terus generasi yang dapat dibanggakan oleh bangsa dan

negara. Jaya Terus Kampusku Tercinta UIN Jakarta !!!

Page 6: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

iii

7. Seluruh Dosen Perbandingan Agama yang tidak bisa Penulis sebutkan

namanya satu-persatu, namun tidak mengurangi rasa terima kasihku untuk

Bapak dan Ibu. Terima kasih atas ilmu dan bimbingan yang telah Bapak dan

Ibu berikan kepada Penulis, semoga bermanfaat dan bisa Penulis terapkan

dalam sehari-hari, khususnya dalam bermasyarakat. Penulis mohon maaf jika

selama masa perkuliahan ada kelakuan dan perkataan yang kurang berkenan di

hati Bapak dan Ibu. Semoga Allah membalas jasa-jasa Bapak dan Ibu, Jazaa

Kumullahu, Syukron Katsiron…

8. Seluruh karyawan Perpustakaan Fakultas Ushuluddin, yang telah

menyediakan fasilitas dan pelayanan yang Penulis dan mahasiswa lain

butuhkan. Semoga perpustakaan Fakultas Ushuluddin bisa terus berkembang

dan mempunyai koleksi buku-buku yang lebih lengkap lagi, khususnya

mengenai materi-materi dari jurusan yang terkait. Terima kasih semuanya…

9. Pihak-pihak yang berkaitan dengan penulisan ini (Gurdwara ―Sikh Temple‖

Pasar Baru dan Pusat Kebudayaan India, Jawaharlal Nehru, Menteng). Terima

kasih atas partisipasinya (sambutan dan penerimaan) sehingga bisa membantu

Penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini dengan baik. ―Terima kasih banyak

untuk Mr. Golraj Singh yang telah membuka pikiran saya bahwa hidup

beragama itu tidak rumit dan jangan dibuat rumit, karena penjelasan bapak

membuat saya menjadi lebih mencintai Allah..‖ Semoga kita selalu diberikan

hidayah-Nya. Amien.

10. Untuk saudara kandungku, abang Arief Shilvo, adek Mekar Ayu Lestari dan

adek Rachmat. Semoga kita semua selalu dalam lindungan-Nya (amien..) dan

selalu menjadi saudara yang bersatu-padu memberantas kebathilan,

hallaaaaahhh..

Page 7: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

iv

11. Saudara-saudaraku, yang telah banyak membantu memberikan ide dan

sumbangsih dana ketika saya ‖limits money‖ alias bokek, juga keponakan-

keponakan yang telah banyak membantu membuyarkan ide-ide saya dengan

―kelucuan‖nya, Dek Gam Ndut Sinchan-ku, Nisa teman bubu-ku, Aisyah

‗kembaran‘-ku, Tasya ―ndut-ku‖, Rayhan, Rafi, Dek Arya ―Cinta untukmu

luwwal biatccaaa..‖ dan semua yang tidak dapat disebutkan disini, terima

kasih ya untuk segala ‗keramaian‘ yang ada..semoga kita selalu menjadi

saudara yang menjunjung tinggi ke-solid-an, selalu dalam lindungan-

Nya..amien..

12. Ihya Ulumuddin-ku tercinta, yang punya segudang kasih sayang..sejuta kata-

kata puitis..Terima kasih atas perhatian yang besar..atas pengertian yang

dalam..atas sayang yang dahsyat..terima kasih telah menjadi ‗pelangi‘ dalam

hari-hariku..everytime is happiness..Semoga Allah SWT memberikan yang

terbaik untuk kita dan selalu hidup dalam keberkahan-Nya..amien..

13. Selanjutnya untuk sahabat-sahabatku: Ay Shumyati, Mariya Seni, Gank

Fantastic 4: M. Syahid Juli Ashari, Dwiki Aribowo dan Pajri Akromani

(Moga perjuangan kita untuk lulus sekarang berkah ke depannya

yaa..seru!!!), anak-anak Perbandingan Agama, khususnya angkatan 2006:

Iskandar Hidayat (Is lo meski eror.com tapi solid banget yaa..Thanks

pren..semangat untuk skripsinya..), Enung Sholihah, Samsul ―opa‖, Ikbal

Kaukabudin, Yudha Bhakti, Abbas Sambas (Semangat ya pren..orang itu

pandai menilai orang lain tapi ga cerdas menilai diri sendiri, stay cool

ajahh..), Ady Sophian, Abdul Jabbar, Muh. Subhi, Shumi Sri Wahyuni (lo

tetap bagian dari PA ‘06 kok..kapan kita bersua kembali ???), Alumni

Page 8: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

v

14. Persada Ma’had Al-zaytun Indramayu (kangeeeeeeennnn…), para Pemuja

Rahasia (lho???) friendship better than love, dan semua sahabat seiman yang

tak mungkin disebutkan satu-persatu disini, terima kasih ya atas support nya..

Jazaa Kumullahu..

15. Terimakasih juga kepada Driver angkot: Depok-Ciputat, Ciputat-Bintaro,

Bintaro-Lebak Bulus, Ciputat-Tanjung Priok, Abang tukang ojek, Abang

tukang Bajaj, Busway, Abang tukang fotocopy-an, Facebooker, Laptop Aang

(Compaq 510), Motorola yang doyan ngadat..semangat yaaa, BenQ, sepatu

bututku yang paling keren sedunia, jam Casio membawa kenangan, Honda

Beat-nya Aang dan semua sponsor yang telah mendukung Penulis dalam

penggarapan skripsi ini.

Terima kasih kepada semuanya yang tidak tersebut diatas, mohon maaf

jika Penulis mempunyai kesalahan baik dari sikap maupun ucapan. Semoga

Allah memberikan hidayah dan maghfirah-Nya kepada kita semua, agar

terciptanya kehidupan yang harmonis dan selalu dalam ridho-Nya, Amin…

Depok, 16 Desember 2010

Thari Mayaratu

Page 9: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

vi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah..................................... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ............................................... 5

D. Metodologi Penelitian ............................................................ 6

E. Sistematika Penulisan ............................................................ 7

BAB II SEJARAH DAN PERKEMBANGAN AGAMA SIKH

A. Sekilas Sejarah Sikhisme ....................................................... 9

B. Perkembangan Sikh di Indonesia ........................................... 20

BAB III AJARAN KETUHANAN DALAM HINDUISME DAN ISLAM

A. Pandangan Manusia Tentang Tuhan ...................................... 23

B. Ajaran Ketuhanan Dalam Agama Hindu ............................... 25

C. Ajaran Ketuhanan Dalam Agama Islam ................................ 31

BAB IV AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

A. Monotheisme Dalam Sikhisme .............................................. 36

B. Keterpengaruhan Ajaran Ketuhanan Dalam Sikhisme

Page 10: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

vii

a. Pengaruh Ajaran Ketuhanan Hindu ................................. 39

b. Pengaruh Ajaran Ketuhanan Islam ................................. 43

C. Tuhan Dalam Diri-Nya (Realitas Transenden) ...................... 45

D. Tuhan Dalam Kaitannya Dengan Penciptaan (Realitas

Imanen) .................................................................................. 50

E. Tuhan Dalam Kaitannya Dengan Manusia ........................... 52

F. Tuhan Ada Dimana-mana ...................................................... 55

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................ 58

B. Saran ....................................................................................... 59

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 60

LAMPIRAN

Page 11: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam sejarah agama Hindu Brahma, sejak zaman dahulu telah banyak

muncul tokoh-tokoh yang membawa aliran perubahan, perubahan ini sebagai

tantangan terhadap ajaran dalam agama Hindu tersebut. Perubahan tersebut

ada yang bertalian dengan konsep ketuhanannya, cara mencapai akhirat

(nirwana1 atau moksa

2) atau sistem kemasyarakatannya yang menganut sistem

kasta,3 dimana sebagian manusia dipandang sangat mulia (Brahma, Ksatria

dan Waisya), sedangkan sebagian yang lain dipandang sangat hina (Sudra,

Paria dan Harijan).

Salah satu dari agama yang muncul akibat dari gerakan perubahan itu

adalah agama Sikh (Sikhisme), di mana sebelumnya telah ada agama Buddha

dan Jaina yang mendahului gerakan ini. Agama Buddha dan Jaina sama-sama

tidak setuju kepada paham Brahma yang mengakui banyak Tuhan, serta

menyembah kepada berhala (walaupun penganut agama Buddha masa kini

menyembah patung) dan tidak setuju kepada pembedaan derajat manusia yang

1 Nirwana adalah tujuan akhir dari umat Buddha, yang mana merupakan ―tempat

kesejukan,‖ keadaan dimana nafsu yang berkobar-kobar dan keserakahan dipadamkan. Untuk

lebih jelasnya lihat Michael Keene, Agama-Agama Dunia (Yogyakarta: Kanisius, 2006), h. 77. 2 Moksa adalah akhir dari pengembaraan jiwa seseorang dan merupakan tujuan setiap

orang Hindu. 3 Menurut tradisi Hindu, kasta adalah pembagian-pembagian di dalam masyarakat yang

didasarkan pada kedudukan manusia dan ribuan kasta serta sub-kasta masih terdapat di India. Ada

empat kasta yang terdapat dalam tradisi Hindu, yaitu kasta Brahmana yang mana terdapat di

dalamnya para pendeta yang memimpin pelayanan dan upacara-upacara keagamaan serta

menyanyikan ayat-ayat Kitab Suci. Kasta Kesatria, dimana di dalamnya membentuk para prajurit

dan penguasa India, kasta Waisya membentuk pusat-pusat kehidupan ekonomi dan sosial negara,

seperti petani dan pebisnis. Kasta Sudra adalah yang termasuk di dalamnya para pekerja, yang

memberikan pelayanan di tingkat paling dasar kepada orang lain. Yang terakhir kasta paling

rendah tingkatannya yaitu kasta Paria dan Harijan, dimana disebut juga orang ―yang hina dina.‖

Lihat Keene, Agama-agama, h. 12-13.

Page 12: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

2

membagi manusia kepada berbagai kasta. Bagi kedua agama ini, syarat utama

untuk mencapai nirwana atau moksa ialah agar setiap orang harus menjadikan

dirinya sebagai manusia yang baik, berpikiran baik, berbuat baik,

berkeinginan baik, dan menjauhi semua perbuatan yang tidak baik. Untuk

mencapai nirwana, tidak harus terlahir dari kasta Brahmana, tetapi siapapun

dapat mencapainya asal ia berlaku sebagaimana yang telah disebutkan tadi.

Demikianlah, tantangan ini sudah tumbuh pada abad kelima sebelum masehi.4

Pada abad ke tujuh Masehi, agama Islam mulai masuk dan bertapak di

negeri India yang dibawa oleh kafilah yang dipimpin oleh Muhammad bin

Qasim.5

Ajaran Islam yang menanamkan keyakinan tauhid, meyakinkan bahwa

Maha Pencipta Alam Semesta ini adalah Dzat Yang Maha Esa dan Maha

Kuasa dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Di samping itu, Islam tidak memandang

manusia dari asal keturunannya. Ternyata ajaran Islam ini membawa pengaruh

yang sangat besar kepada masyarakat India. Sebagian masyarakat India telah

menerima ajaran Islam sebagai agama mereka, namun ada pula yang tidak

mau melepaskan diri dari sebagian paham Brahma. Mereka mengakui keesaan

Tuhan, mereka setuju tentang persamaan manusia, tetapi tentang akhirat

mereka masih mempercayai nirwana, yakni akhir tujuan ruh bersatu dengan

Tuhan. Sebagai contoh, dalam ajaran Ramanand—seorang pujangga Hindu

yang tidak setuju kepada paham yang bertuhan banyak dan sangat mencela

4 Agus Hakim, Perbandingan Agama : Pandangan Islam Mengenai Kepercayaan Majusi-

Shabiah-Yahudi-Kristen-Hindu-Buddha-Sikh (Bandung: CV. Diponegoro, 1993), h. 182. 5 Hakim, Perbandingan Agama, h. 182.

Page 13: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

3

kebaktian kepada berhala—yang mana syair-syairnya telah menjadi inspirasi

bagi terciptanya agama Sikh. 6

Sikhisme sendiri merupakan sinkronisasi dari agama Hindu serta Islam

sufi.7 Dewasa itu anak benua India berada di bawah kekuasaan imperium

Mughal (1525 - 1858 M), imperium Islam yang berkedudukan di ibukota

Delhi. Sebelum kedatangan Guru Nanak, pendiri agama Sikh, ikhtiar ke arah

sinkronisasi antara agama Hindu dan agama Islam telah dimulai lebih dahulu

oleh Kabir (1488 - 1512), seorang penyair India, hingga himpunan sajaknya

dimasukkan menjadi bagian di dalam Guru Granth Sahib, Kitab Suci agama

Sikh.

Sikhisme berangkat dari adat-adat sosial dan struktur dalam agama

Hindu dan Islam, seperti sistem kasta dan purdah8. Filsafat dalam Sikhisme

bercirikan logika, keseluruhan (bersifat komprehensif) dan pendekatan yang

sederhana terhadap masalah-masalah spiritual maupun material. Teologi

dalam agama ini penuh kesederhanaan.

Dalam hal ajaran ketuhanan, definisi terbaik yang dapat diberikan oleh

orang-orang Sikh adalah konsep ―Mul Mantra,‖ yang terdapat dalam Japji9—

doa yang diucapkan setiap pagi saat meditasi—dan konsep ini menjadi

landasan fundamental agama Sikh yang termuat dalam bagian permulaan Guru

Granth Sahib. Di dalam Mul Mantra di jelaskan:

6 Hakim, Perbandingan Agama, h. 182.

7 Tradisi spiritual agama Islam di Anak Benua India telah mengembangkan corak yang

unik dan khas, tetapi sebagaimana di bagian lain dunia Islam, mereka masih berakar kuat pada Al-

Quran, Hadist dan ajaran-ajaran para khalifah yang adil serta keturunan Ali bin Abi Thalib. Lihat

Sayyed Hosein Nasr, Ensiklopedi Tematis Spiritualitas Islam: Manifestasi (Bandung: Mizan,

2003), h. 313. 8 Purdah adalah kain penutup kepala yang biasanya digunakan oleh wanita.

9 Sangat Singh, Japji; The Divine Prayer Of Guru Nanak Giving The Quintessence Of the

Sikh Faith (Delhi: Hind Pocket Books, 1987), h. 57-58.

Page 14: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

4

―Hanya ada satu Allah, yang nama-Nya adalah kebenaran. Dia

adalah Pencipta segala yang ada, tidak mengenal takut, tidak terbatas

waktu, tidak mempunyai wujud. Ia tidak dilahirkan dan tidak dapat

mati, Ia bijaksana, Ia dikenal melalui Anugerah Guru.‖10

Agama Sikh ini secara tegas menyatakan diri sebagai agama

monotheisme, yaitu percaya kepada satu Tuhan. Tuhan Yang Maha Kuasa

yang tidak tampak wujudnya yang disebut ―Ekankar,‖ sedangkan Tuhan yang

tampak wujudnya disebut ―Oankar.‖

Dari uraian-uraian di atas dan dengan semangat Rahmatan Lil ‗Alamin,

selanjutnya Penulis ingin sekali mengangkat tema tersebut, yakni mengenai

ajaran ketuhanan dalam Sikhisme secara mendalam yang diperjelas dengan

memberi judul ―Ajaran Ketuhanan Dalam Agama Sikh‖.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Adapun pembahasan yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh

Penulis, yaitu bagaimana sejarah dan perkembangan agama Sikh,

perkembangannya di Indonesia serta ajaran ketuhanan Hinduisme dan Islam

yang mempengaruhi ajaran ketuhanan Sikhisme dewasa ini.

Begitu luasnya pembahasan mengenai Sikhisme ini, maka dalam

skripsi ini Penulis membatasi penelitian hanya pada:

1. Sejarah perkembangan agama Sikh sebagai bentuk sinkronisasi Bhakti

Hindu dan sufisme Islam.

2. Ajaran ketuhanan agama Sikh dewasa ini.

Dari pembatasan masalah tersebut, dapat diperjelas dengan rumusan

pertanyaan-pertanyaan dibawah ini:

10

Singh, Japji, h. 59.

Page 15: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

5

1. Apa dasar teologis yang mendasari ajaran ketuhanan dalam agama Sikh ?

2. Bagaimana pengaruh Bhakti Hindu dan sufisme Islam dalam ajaran

ketuhanan agama Sikh ?

3. Bagaimana ajaran ketuhanan dalam agama Sikh ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Dari latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan di

atas, dapat diketahui bahwa tujuan dari penulisan ini adalah:

1. Untuk mengetahui sejarah timbulnya Sikhisme.

2. Mencoba untuk memberikan gambaran secara mendalam tentang

ketuhanan dalam Sikhisme.

Adapun beberapa kegunaan dan manfaat dari penelitian ini diantaranya

dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

bagi ilmu Perbandingan Agama dan sekaligus dapat memberikan

penjelasan tentang ajaran ketuhanan dalam agama Sikh.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa

bacaan perpustakaan di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

Khususnya di Fakultas Ushuluddin jurusan Perbandingan Agama.

Page 16: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

6

D. Metodologi Penelitian

Untuk mengkaji pokok permasalahan ini secara akurat, Penulis

menggunakan metode kepustakaan (library research).11

Library research

sendiri adalah suatu metode penelitian yang menggunakan bahan-bahan dan

data-data melalui berbagai literatur seperti buku-buku, internet, artikel surat

kabar dan data-data tulisan lainnya yang akan diambil pokok inti pembahasan

yang bersangkutan dengan judul yang diangkat sehingga dianggap relevan

dengan pembahasan skripsi ini.

Oleh sebab itu, untuk penelitian ini Penulis mendapatkan bahan-bahan

dan data-data dengan mengunjungi Pusat Kebudayaan India Jawaharlal Nehru,

di Jln. Paneglang No.44, Menteng, Jakarta Pusat, Perpustakaan Gandhi

International School di Jakarta Pusat dan Gurdwara Sikh Temple, di Pasar

Baru, Jakarta Pusat. Dengan metode ini, Penulis mendapatkan informasi dan

pemahaman secara langsung yang signifikan.

Adapun metode pendekatan yang digunakan dalam pembahasan skripsi

ini adalah penulis menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, yang

digunakan dalam bentuk studi dan diharapkan dapat mempunyai nilai lebih

dalam meneliti atau memahami fenomena sosial yang ada.12

Menurut Sugiyono, metode penelitian kualitatif adalah metode yang

digunakan untuk meneliti kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah

sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara

11

Moh. Nasir, Metode Penelitian (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), h. 40. 12

Robert K. Yin, Studi Kasus (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1997), h. 4.

Page 17: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

7

trianggulasi (gabungan),13

analisa data bersifat induktif (penyimpulrataan) dan

hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.14

Teknik penulisan dalam skripsi ini berpedoman pada ketentuan yang

ditetapkan oleh Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu:

buku ―Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi Fakultas Ushuluddin

dan Filsafat, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,‖ yang diterbitkan oleh UIN

Press tahun ajaran 2006/2007.

E. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang apa yang

akan diuraikan dalam penelitian ini, maka perlu penulis kemukakan susunan

atau sistematika penyusunan sebagai berikut:

BAB I Mencakup lima pasal pembahasan yang terdiri dari Latar Belakang

Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan

manfaat penelitian, Metode penelitian, Sistematika Penyusunan.

BAB II Memuat pembahasan menyeluruh tentang Sejarah Sikhisme dan

Perkembangan Sikh di Indonesia.

BAB III Memuat pembahasan tentang Pandangan manusia tentang Tuhan,

Ajaran ketuhanan dalam agama Hindu, Ajaran ketuhanan dalam

agama Islam.

BAB IV Memuat pembahasan mengenai Monoteisme dalam agama Sikh,

Keterpengaruhan ajaran ketuhanan Sikhisme, Tuhan dalam diri-

Nya (Realitas Transenden), Tuhan dalam kaitannya dengan

13

Penulisan dalam skripsi ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui

trianggulasi yaitu Dokumentasi Pustaka atau Fotografi, Wawancara dan Observasi lapangan. 14

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: CV. Alvabeta, 2005), h. 1.

Page 18: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

8

penciptaan (Realitas Imanen), Tuhan dalam kaitannya dengan

manusia dan Tuhan ada di mana-mana.

BAB V Merupakan bab terakhir dari penyusunan penelitian ini yang

memuat kesimpulan dari seluruh pembahasan dan ditutup dengan

saran-saran untuk berbagai pihak.

Page 19: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

9

BAB II

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN AGAMA SIKH

A. Sekilas Sejarah Sikhisme

Sikhisme berasal dari anak benua Indo-Pakistan, tepatnya wilayah

Punjab, pada abad kelima belas Masehi. Sikh berarti ―murid‖ dan Sikha berarti

―murid atau pengikut Sikh.‖ Sikhisme dikatakan sebagai agama ―sinkretis,‖1

karena ia didirikan dengan maksud ―memperdamaikan antara Islam dan

Hindu.‖2

Ajaran-ajaran yang disampaikan oleh Guru Nanak ini banyak

terinspirasi dari Kabir (1488-1512 M), seorang penyair India, sehingga

himpunan sajak dari tokoh ini dimasukkan ke dalam Guru Granth Sahib,

Kitab Suci Sikhisme.3

Kabir lahir di awal abad kelima belas Masehi, di Benares. Semasa

hidupnya beliau gemar sekali belajar dan memiliki jiwa seni yang tinggi.

Dalam usia enam belas tahun saja ia telah banyak mempelajari agama Islam

dan Hindu. Beliau tertarik pada syair-syair Ramanand (abad ke-15 M),

seorang pujangga Hindu yang tidak setuju kepada faham bertuhan banyak dan

sangat mencela kebaktian kepada berhala. Dalam syairnya itu, Ramanand

1 Secara etimologis, sinkretisme berasal dari kata Syin dan Kretiozein atau Kerannynai,

yang berarti mencampurkan elemen-elemen yang saling bertentangan. Adapun pengertiannya

adalah suatu gerakan di bidang filsafat dan teologi untuk menghadirkan sikap kompromi pada hal

yang agak berbeda dan bertentangan. Sinkretisme dalam beragama adalah suatu sikap atau

pandangan yang tidak mempersoalkan murni atau tidaknya suatu agama. Oleh karena itu, mereka

berusaha memadukan unsur-unsur yang baik dari berbagai agama, yang tentu saja berbeda antara

satu dengan yang lainnya, dan dijadikannya sebagai satu aliran, sekte, dan bahkan agama.

Lihat M. Darori Amin, Islam dan Kebudayaan Jawa, artikel diakses pada 26 Oktober 2010 dari

www.diidanxfiz.blogspot.com. 2 Burhanuddin Daya, ―Agama Sikh,‖ dalam Mukti Ali, ed. Agama-Agama Di Dunia

(Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga, 1988), h. 184. 3 Joesoef Sou‘yb, Agama-agama Besar Di Dunia (Jakarta: Pustaka Alhusna, 1993), h.

144, 146.

Page 20: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

10

mengajarkan bahwa Tuhan itu Esa, kebenaran itu adalah kawan yang terbaik

dan terbesar bagi manusia serta hidup sederhana itu adalah jalan terbaik untuk

mencapai nirwana.4

Dalam syair-syair Ramanand yang menginspirasikan Kabir tersebut,

tampak sekali ia belum terlepas dari ajaran Hindu yang memandang bahwa

nirwana sebagai balasan bagi orang-orang yang berbuat baik. Selain itu, ia

masih mempercayai karma, yakni balasan bagi perbuatan yang telah dilakukan

manusia selama hidupnya dan reinkarnasi, yakni terlahir kembali ke dunia

bagi orang-orang yang belum baik untuk menerima balasan kejahatannya.5

Di samping bekerja sebagai penenun, Kabir pun menulis syair-syair

untuk mengemukakan pandangan hidup dan ajaran-ajarannya. Beliau giat

mengajarkan keyakinan kepada satu Tuhan, mencela perbuatan menyembah

berhala, menyerukan persamaan derajat manusia dan mencela sifat-sifat

sombong. Salah satu syair Kabir yang menginspirasikan Guru Nanak, yaitu:

―Bagaimana cinta antara Engkau dan aku bisa dipisah? Ibarat daun

bunga teratai berada di air, sungguh Engkau adalah Tuanku dan aku

adalah hamba-Mu. Serupa burung pungguk merindukan bulan

sepanjang malam; begitu pula ya Tuhan, Engkau adalah Tuanku dan

aku adalah hamba-Mu. Dari awal sampai akhir zaman, tetap ada cinta

antara Engkau dan aku. Bagaimana cinta seperti itu akan bisa

dipadamkan.‖6

Kabir meninggal dunia di Maghar dalam usia 79 tahun. Para

pengikutnya mengumpulkan kata-kata beliau, syair-syair serta pidato-

pidatonya menjadi sebuah buku yang mereka namai ―Bijak.‖7

4 Agus Hakim, Perbandingan Agama : Pandangan Islam Mengenai Kepercayaan Majusi-

Shabiah-Yahudi-Kristen-Hindu-Buddha-Sikh (Bandung: CV. Diponegoro, 1993), h. 184. 5 Hakim, Perbandingan Agama, h. 184.

6 Daya, ―Agama Sikh‖, h. 181.

7 Hakim, Perbandingan Agama, h. 186.

Page 21: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

11

Sejak Islam masuk ke India pada masa Umayyah, yakni pada masa

khalifah al-Walid I (705-715), melalui ekspedisi yang di pimpin oleh

panglima Muhammad Ibn Qasim sekitar tahun 711-712, peradaban Islam

mulai tumbuh dan berkembang di anak benua India.8

Kemudian pasukan Ghaznawiyah di bawah pimpinan Sultan Mahmud

mengembangkan kedudukan Islam di wilayah ini dan berhasil menaklukkan

seluruh kekuasaan Hindu dan mengislamkan sebagian masyarakat India pada

tahun 1020 M.

Setelah Ghaznawiyah hancur, maka muncullah beberapa dinasti kecil

yang menguasai negeri India, seperti : Dinasti Khalji (1296-1316 M), Dinasti

Tuglag (1320-1412), Dinasti Sayyid (1414-1451) dan Dinasti Lodi (1451-

1526).9

Hal ini menunjukan bahwasanya kerajaan Mughal—yang didirikan

oleh Zahiruddin Babur (1482-1530)—bukanlah kerajaan Islam pertama di

India. Keberadaan kerajaan ini dalam periodisasi sejarah Islam dikenal sebagai

masa kejayaan kedua, setelah sebelumnya mengalami kecemerlangan pada

dinasti Abbasiyah.10

Dalam abad ke-15 dimulailah gerakan Bhakti11

di India. Kampanye ini

banyak persamaannya dengan ―Reformasi Agama di Eropa‖12

dimana para

8 Muhammad Nasir, Kerajaan Mughal Di India: Asal-usul, Kemajuan, Kemunduran dan

Keruntuhannya, artikel diakses pada 26 Oktober 2010 dari www.nasirsalo.blogspot.com. 9 Nasir, Kerajaan Mughal Di India.

10 Nasir, Kerajaan Mughal Di India.

11 Bhakti, sebagai konsep cinta kasih dan ketaatan yang utama dalam hal ketuhanan.

Dipandang sebagai salah satu cara yang populer dalam mencapai keselamatan serta mencapai

spiritualitas. Bhakti mengandung arti gagasan dan praktek dedikasi yang tak terpisahkan dari Sang

Pencipta Yang Maha Tunggal, yang universal dari semua kehidupan dan alam semesta yang tak

terbatas. Agar lebih berarti, dedikasi haruslah diungkapkan lewat pikiran, kata-kata dan perbuatan.

Dalam hindu, tradisi Bhakti ini mengajarkan bahwa Tuhan hanya satu dan Realitas; sisanya adalah

maya (ilusi). Cara terbaik untuk melayani Tuhan adalah dengan penyerahan mutlak kepada

Page 22: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

12

reformis memprotes terhadap norma-norma ritual dalam agama dan takhayul

pada zaman itu. Para penganjur falsafah Bhakti ini mengajarkan bahwa etika

pribadilah yang merupakan inti dari agama; bahwa bentuk dan tempat

bersembahyang adalah tidak banyak artinya. Mereka mengajarkan bahwa

tujuan dari Hinduisme dan Islam adalah sama, bahwa semua perbedaan sosial

dan kebudayaan di antara keduanya tidak perlu dan salahlah bila membuat

perbedaan ini sebagai tujuan perjuangan, kebencian dan permusuhan agama.13

Pada masa inilah Guru Nanak lahir dan pada selanjutnya gerakan Bhakti ini

ikut mewarnai ajaran-ajaran dalam agama Sikh.

Guru Nanak dilahirkan pada tanggal 15 April 1469 di sebuah desa

kecil bernama Talwandi, yang kemudian dikenal dengan nama Nankana

Sahib, dekat Lahore, Pakistan.14

Ayahnya, Mehta Kalu, adalah seorang Hindu

yang bekerja sebagai pejabat kecil pada kekuasaan Islam setempat. Sedangkan

ibunya, Tripta, seorang yang taat kepada agama Hindu. Guru Nanak berasal

dari keturunan kasta Ksatrya.

Sejak kanak-kanak, Guru Nanak memang sudah menunjukkan kualitas

kebijaksanaan dan pemahaman spiritual yang terkenal.15

Beliau menghabiskan

banyak waktu pada masa mudanya untuk bercakap-cakap dengan umat Hindu

dan umat Islam yang saleh, ia senang bermeditasi dan menjauhkan dirinya dari

kehendak-Nya. Cara terbaik untuk menemukan kehendak-Nya adalah melalui bimbingan seorang

pembimbing rohani, seorang Guru. Cara terbaik untuk mendekati Tuhan adalah dengan

bermeditasi dan menyanyikan himne cinta dan pujian. Untuk lebih jelas lihat M. L. Ahuja, Para

Guru spiritual India Abad Kedua Puluh; Esei-esei Tentang Kehidupan dan Ajaran Beberapa Guru

Spiritual dan Yogi Ternama India (Surabaya: Paramita, 2007), h. xx-xxi. 12

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam; Dirasah Islamiyah II (Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada, 2003), h. 87-108. 13

Njoman S. Pendit, Guru nanak dan Agama Sikh (Jakarta: Yayasan Sikh Gurdwara

Mission, 1988), h. 26-27. 14

S. Pendit, Guru Nanak, h. 27. 15

Keene, Agama-agama, h. 148.

Page 23: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

13

kehidupan dunia dan menjalani kehidupan mistik. Guru Nanak juga

menentang adat-istiadat kolot agama Hindu yang tidak masuk di akalnya,

seperti pemakaian benang suci pada upacara Yajnopayitam—upacara

pembaptisan untuk seorang Hindu dari kasta tinggi.16

Pada saat Guru Nanak berumur enam belas tahun, ia bekerja sebagai

Akuntan di Dinas Gubernur, Daulat Khan. Kemudian beliau menikah pada

usia sembilan belas tahun dengan Sulakhani, pada tahun 1488—dan dikaruniai

dua orang putera.

Pada saat ia berumur tiga puluh tahun, Guru Nanak mengalami

kejadian spiritual yang mengubah hidupnya. Suatu hari ketika mandi di sungai

Bein, ia menghilang dan dikira telah tenggelam. Menurut Janamsakhi,17

Guru

Nanak telah di panggil oleh Tuhan untuk memimpin misi spiritual. Dikatakan

bahwa Guru Nanak menghilang selama tiga hari dan muncul pada hari

keempat, dengan mewartakan bahwa, ―tidak ada Hindu dan tidak ada

Muslim.‖ Guru Nanak berkata:

―tidak ada Hindu ataupun Muslim, maka jalan siapakah yang aku

ikuti? Aku akan mengikuti jalan Allah. Allah bukanlah Hindu dan bukan pula

Muslim. Dan jalan yang aku ikuti adalah jalan Allah.‖18

Sejak peristiwa tersebut, ia memutuskan untuk mengabdikan hidupnya

bagi kepentingan pembaharuan umat. Pahamnya yang baru mulai

disebarkannya. Ia tidak berusaha mendirikan lembaga semacam biara atau

kuil, tetapi dengan melakukan perjalanan ke setiap daerah-daerah untuk

16

S. Pendit, Guru Nanak, h. 28. 17

Janamsakhi adalah Kitab yang bermakna kisah-kisah kehidupan. Kitab ini telah disalin

ke dalam bahasa Inggris oleh Max Arthur Macauliffe dengan judul The Sikh Religion: it‘s Guru‘s,

Sacred Writings, and Author. Lih Max Arthur Macauliffe, The Sikh Religion: it‘s Guru‘s, Sacred

Writings, and Author (London: Oxford University Press, 1909). 18

Keene, Agama-Agama, h. 149.

Page 24: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

14

menyebarkan ajarannya tersebut.19

Beliau pergi ke seluruh India dan negara-

negara yang beragama Islam, mengunjungi semua tempat suci Hindu dan

Islam dengan ditemani oleh seorang musikus muslim, Mardana Bhai.

Guru Nanak membagi perjalanannya menjadi lima bagian yang

memakan waktu kira-kira tigapuluh tahun untuk meluaskan daerah ajarannya.

Ia mengelilingi seluruh India, Srilanka, kemudian meluas ke Assam dan Birma

di Timur, Tibet, Turkistan dan Siberia Selatan di Utara, Afganistan, Iran, Arab

Saudi dan Turki Barat. Sesudah mengakhiri perjalanannya ke Selatan, Timur

dan Utara, Guru Nanak kembali lagi ke Punjab dan dari sini ia mulai lagi

perjalanannya ke arah Barat. Ia mengunjungi Lahore, Peshawar, Bagdad,

Mekah, Madinah, Jerusalem, Damaskus, Alleppo dan lain-lainnya.20

Pada setiap tempat yang didatanginya itu Mardana mula-mula

memperdengarkan musiknya, setelah orang semakin ramai berkumpul, barulah

Guru Nanak mulai memperdengarkan khotbah yang berisikan ajaran-

ajarannya. Himne ini pada masa selanjutnya dimasukkan ke dalam himnologi

suci Sikh dan sampai sekarang dinyanyikan dengan musik (ragas).21

Pada saat Guru Nanak kembali ke rumahnya di Kartapur, ia terlalu tua

untuk melakukan perjalanan dan ia memutuskan untuk tinggal dengan

keluarganya. Masyarakat Kartapur mengelompokkan diri mereka di sekitar

Guru Nanak dan bersatu dalam kesetiaan terhadap pesan yang ia ajarkan. Ini

adalah awal dari Sikhisme.22

19

Daya, ―Agama Sikh‖, h. 187. 20

S. Pendit, Guru Nanak, h. 19-20. 21

Khushwant Singh, ―Sikhism‖, dalam Mircea Eliade, The Encyclopedia of Religion

(New York: Macmillan Library Reference, 1993), Vol 13, h. 315. 22

Bansi Pandit, Pemikiran Hindu (Surabaya: Paramita, 2003), h. 108.

Page 25: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

15

Dua puluh hari sebelum kematiannya, Guru Nanak kemudian

menginisiasi salah satu murid setianya, Lehna, sebagai Guru dan menamainya

Angad. Guru Nanak wafat pada tanggal 22 September 1539. Kemudian, guru

yang lain mengikuti dan pemimpin keagamaan diserahkan pada Guru Nanak.

Terdapat sembilan guru sebagai penerus ajaran Sikh dan ditutup dengan Guru

Granth Sahib.23

Guru Angad Dev (1504-1552) menjadi guru pada tahun 1539, beliau

mempelopori penyusunan naskah Punjabi24

, Gurmukhi25

dan memasukkan ke

dalamnya syair-syair serta fatwa-fatwa Guru Nanak. Naskah-naskah ini

merupakan embrio kitab suci-kitab suci agama Sikh yang akhirnya

berkembang menjadi Adi Granth.

Guru ketiga adalah Guru Amar Das (1479-1574). Beliau menjadi guru

pada tahun 1552, peran utamanya adalah mengorganisasikan orang-orang Sikh

menjadi 22 sangat atau jamaah dan mendirikan lembaga yang dikenal dengan

Guru-ka-Langar atau ―dapur umum‖, tempat semua orang dari seluruh kasta

dapat dengan bebas mengambil makanan bersama-sama. Beliau berusaha

keras mengadakan perubahan sosial, bahwasanya setiap manusia adalah sama,

tidak ada perbedaan derajat (seperti kasta dalam Hindu) antara manusia.

Guru keempat adalah Guru Ram Das (1534-1581): menjadi guru pada

tahun 1574, beliau mendirikan kota suci Amritsar di Afrika Utara dan juga

menulis puji-pujian untuk dipakai sebagai dasar upacara perkawinan Sikh

sehingga orang-orang Sikh tidak perlu lagi menggunakan Kitab Suci dan

pandita Hindu. Beliau merupakan guru pertama yang menunjuk putranya

23

Keene, Agama-Agama, h. 150-151. 24

Naskah yang menggunakan bahasa Punjabi, yaitu India. 25

Naskah yang disesuaikan dengan bahasa setempat.

Page 26: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

16

sebagai pengganti, sehingga ini merubah tradisi guru-guru sebelumnya dan

membuat jabatan guru menjadi jabatan yang diwariskan kepada anak.26

Guru Arjun Dev (1563-1606) menjadi guru kelima pada tahun 1581.

Beliau membangun sebuah kuil indah, Harimandir, di tengah-tengah danau

buatan di Amritsar – yang kemudian menjadi Kuil Emas. Beliau juga seorang

martir Sikh yang pertama karena menghimpun puji-pujian yang ditulis oleh

Guru-Guru sebelumnya dan menambahkan beberapa dari karangannya sendiri,

kemudian menerbitkannya dalam Adi Granth – ―kitab pertama‖. Adi Granth

kemudian dikenal sebagai Guru Granth Sahib. Arjun adalah guru pertama

yang berperan aktif dalam politik, sehingga terlibat dalam konflik dengan

kaisar Jehangir27

(1605-1627).

Guru Har Gobind (1595-1644) menjadi guru keenam pada tahun 1606.

Beliau yang menanamkan semangat berperang kepada para pengikut Sikh,

membawa dua bilah pedang yang melambangkan peperangan dan semangat.

Sejak saat itu, unsur-unsur fisik dan spiritual telah dipersatukan dalam

Sikhisme.

Guru ketujuh adalah Guru Har Rai (1630-1661), menjadi guru pada

tahun 1644. Beliau adalah cucu dari Har Gobind. Untuk meningkatkan

semangat kemiliteran kaum Sikh, ia bekerjasama dengan Dara Shikoh,

seorang moderat, putra dari Shah Jehan.28

Har Rai pernah membantu Shikoh

26

Daya, ―Agama Sikh‖, h. 193. 27

Jehangir adalah pemimpin kerajaan Mughal menggantikan kaisar Akbar (1556-1605).

Lihat Nasir, Kerajaan Mughal Di India. 28

Nasir, Kerajaan Mughal di India.

Page 27: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

17

dalam peperangannya melawan Kaisar Aurangzeb29

sampai mencapai

kemenangan.

Dilanjutkan dengan Guru Har Krishan (1656-1664) yang menjadi guru

pada tahun 1661, Guru Tegh Bahadur (1621-1675) yang menjadi guru pada

tahun 1665.

Guru Gobind Singh (1666-1708), menjadi Guru pada tahun 1675,

beliau menetapkan adanya upacara yang disebut khanda-di-Pahul

(pembaptisan dengan mata pedang), mendirikan Khalsa—persaudaraan Sikh

dan memerintahkan tambahan akhiran nama Singh, yang bermakna ―Singa‖

bagi setiap penganut Sikh laki-laki dan Kaur, ―puteri‖, untuk perempuannya.

Guru Gobind Singh adalah seorang reformer sosial yang besar, beliau

putera dari Tegh Bahadur. Untuk membalaskan dendam pada orang yang

membunuh ayahnya, beliau menyusun rencana untuk menjadikan dirinya

sebagai pahlawan Hindu dengan melawan para penguasa kerajaan Mughal.

Oleh sebab itu, beliau berusaha memperbesar masuknya pengaruh Hindu ke

dalam agama Sikh. Ia mulai menulis beberapa cerita tentang dewa-dewi

Hindu, syair-syair agama Hindu yang dikutipnya dari Ramayana30

dan

Mahabharata,31

dikembangkannya di dalam kuil-kuil Sikh bersama dengan

Adi Granth.32

29

Nasir, Kerajaan Mughal di India. 30

Ramayana berasal dari kata Rāma dan Ayaṇa, yang berarti "Perjalanan Rama," adalah

sebuah cerita epos dari India yang digubah oleh Walmiki (Valmiki) atau Balmiki. Lihat

www.wikipedia.com, dengan judul artikel ―Ramayana‖, diakses pada 03 November 2010. 31

Mahabharata adalah sebuah karya sastra kuno yang konon ditulis oleh Begawan Byasa

atau Vyasa dari India. Buku ini terdiri dari delapan belas kitab, maka dinamakan Astadasaparwa

(asta= 8, dasa= 10, parwa= kitab). Namun, ada pula yang meyakini bahwa kisah ini sesungguhnya

merupakan kumpulan dari banyak cerita yang semula terpencar-pencar, yang dikumpulkan

semenjak abad ke-4 sebelum Masehi. Secara singkat, Mahabharata menceritakan kisah konflik

para Pandawa lima dengan saudara sepupu mereka sang seratus Korawa, mengenai sengketa hak

pemerintahan tanah negara Astina. Puncaknya adalah perang Bharatayuddha di medan Kurusetra

Page 28: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

18

Gobind Singh juga melibatkan kaum Sikh dalam peperangan melawan

orang Islam dan beliau telah pula mempersiapkan kaum Sikh untuk

menempuh jalan perang bagi pencapaian cita-cita mereka, yaitu memiliki

negara sendiri. Beliau wafat pada tahun 1708.33

Ia meninggalkan kaum Sikh di

bawah pimpinan seorang jenderal dan penganutnya yang militan, yaitu

Gurbakhash Singh Bhai – juga terkenal dengan nama Banda Bahadur (Yang

Berani) yang memimpin mereka dalam perjuangan melawan penindasan.34

Pemerintah pada waktu itu kemudian memutuskan untuk melarang

kepercayaan Sikh ini. Kaum Sikh lalu mundur ke pegunungan dan hutan di

mana mereka lalu menyerang dan diserang; mereka senantiasa siap sedia

menolong yang lemah dan miskin dan menghukum yang bersalah.

Tentara Mughal diperintahkan untuk menyapu bersih kaum Sikh dari

negaranya. Hadiah Rs 80,- disediakan bagi setiap orang Sikh yang bisa

dibunuh atau bila ditangkap hidup-hidup. Banyak yang disalib dan dipotong-

potong anggota badannya, namun betapapun siksaan dan penderitaan mereka

tidak seorangpun yang menyerah.35

Betapa usaha orang-orang Mughal untuk menyapu bersih mereka,

kaum Sikh senantiasa bertambah jumlahnya. Pada tahun 1751 sebagian besar

dari Punjab, Propinsi India Utara dikuasai oleh kaum Sikh. Para pemimpin

kaum Sikh telah membentuk berbagai republik kecil bagi mereka sendiri

dalam bentuk ―misal‖ atau pemerintah militer.

dan pertempuran berlangsung selama delapan belas hari. Lihat www.wikipedia.com, dengan judul

artikel ―Mahabharata‖, diakses pada 03 November 2010. 32

Daya, ―Agama Sikh‖, h. 194-195. 33

S. Pendit, Guru Nanak, h. 36. 34

Penindasan akibat peperangan antara kaum Sikh dengan raja-raja kecil yang

mendukung kerajaan Mughal, lihat Daya, ―Agama Sikh‖, h. 196-201. 35

S. Pendit, Guru Nanak, h. 36.

Page 29: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

19

Dalam tahun 1757 orang-orang Sikh masuk ke Lahore, ibukota

kerajaan Mughal di Punjab dan mengusir orang-orang Mughal dari kota

tersebut. Timbullah masa kacau balau di mana orang-orang Sikh, orang-orang

Afganistan dan orang-orang Mughal Punjab bergantian memerintah dan

mengakibatkan perubahan-perubahan dalam perbatasan republik-republik

kecil tersebut. Dalam tahun 1765, agama Sikh diproklamirkan sebagai agama

yang paling besar di bagian Punjab.36

Jalan perang juga ditempuh oleh Ranjit Singh, Maharaja Sikh yang

pertama, yang meluaskan kerajaannya sampai ke perbatasan Afghanistan,

termasuk Kashmir. Maharaja Ranjit Singh lahir dari negara Sukarchakia, putra

dari Pemimpin Negara tersebut. Ketika naik tahta ia menyatakan sebelas

‗misal‘ Sikh dan membangun satu kerajaan Sikh dalam Propinsi Punjab.

Orang Afganistan mengakui ia sebagai raja dan memanggilnya Maharaja

Ranjit Singh.37

Kerajaan Sikh yang baru berumur lima puluh tahun kemudian harus

berperang melawan Inggris yang telah menguasai bagian-bagian lain dari

India. Ketika Maharaja Ranjit Singh meninggal dunia pada tahun 1839, kaum

Sikh mulai berubah pendirian. Persahabatan yang awalnya terbina dengan

Inggris berangsur-angsur berubah menjadi permusuhan. Dalam permusuhan

ini terjadi dua kali perang besar antara Sikh dan Inggris, yang dikenal dengan

Perang Sikh.38

Akhirnya kerajaan Sikh kalah dan dijadikan bagian dari negara

jajahan Inggris di India.

36

S. Pendit, Guru Nanak, h. 36. 37

S. Pendit, Guru Nanak, h. 37. 38

Daya, ―Agama Sikh‖, h. 198-200.

Page 30: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

20

Di masa penjajahan Inggris di India, orang-orang Sikh banyak diterima

sebagai tentara, karena semangat dan keberaniannya. Setelah India

mendapatkan kemerdekaannya, mereka menuntut agar negeri mereka

dijadikan daerah otonom. Masalah ini menimbulkan ketegangan antara mereka

dengan pusat pemeritahan India di New Delhi hingga sekarang.39

Setelah mengalami kekacauan dan peperangan selama kurang lebih

dua abad, kaum Sikh mulai menjalani hidup baru, teratur dan damai. Hingga

dewasa ini, walaupun jumlah orang Sikh hanya sebagian kecil saja dari

penduduk India, namun telah memainkan peranan besar dalam kemajuan dan

stabilitas negara India. Berkat keberanian dan kepandaian berperang, mereka

merupakan bagian terbesar dari angkatan perang India. Pekerjaan yang biasa

mereka pegang adalah bidang pertanian, angkatan perang (militer), bidang

tehnik, bahkan orang akan menemukan dokter-dokter dan insinyur-insinyur

dari kaum Sikh yang melebihi proporsi jumlah kaumnya.40

B. Perkembangan Sikh di Indonesia

Sikhisme sudah sejak lama berada di Indonesia, tetapi jarang diketahui

masyarakat luas. Tidak diketahui pasti kapan tepatnya agama ini berada di

Indonesia. Dari wawancara yang penulis dapatkan, orang-orang Sikh sudah

ada yang datang ke Indonesia sebelum Perang Dunia II ketika masa

penjajahan Inggris. Mereka masuk ke Indonesia melalui Singapura yang kala

itu dijajah pula oleh Inggris, kemudian Malaysia dan sampai ke Indonesia

melalui Sumatera, yaitu Medan. Setelah Perang Dunia II selesai, tentara-

39

Hakim, Perbandingan Agama, h. 189. 40

S. Pendit, Guru Nanak, h. 37-38.

Page 31: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

21

tentara dari India yang kebanyakan orang-orang Sikh, tidak semuanya kembali

ke India. Sebagian dari mereka menetap di Indonesia, yaitu di Cirebon dan

menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia.41

Di Jakarta, orang-orang Sikh pertamakali tinggal di Tanjung Priok,

yang ketika itu Batavia (sebelum berubah menjadi Jakarta) sedang dijajah oleh

Belanda. Kebanyakan dari mereka bekerja sebagai penarik delman dan

berdagang. Hasil yang mereka dapat dikumpulkan kepada rentenir (sejenis

Bank), setelah terkumpul mereka membuka usaha pertokoan.

Dikarenakan Tanjung Priok digunakan untuk sektor pelabuhan dan

penjajah Belanda pun telah meninggalkan Batavia, sekitar tahun 1950-an

mereka diizinkan pindah ke Pasar Baru—yang sebelumnya memang sudah ada

beberapa orang Sikh yang tinggal disana. Di Pasar Baru, mereka membangun

pertokoan-pertokoan dan tinggal di perumahan-perumahan elite.42

Hingga sekarang pengikut Sikh ini sudah mencapai 80.000 jiwa di

Indonesia, mereka kebanyakan tinggal di Medan, Jakarta, Pematang Siantar,

Tebing Tinggi, Binjai, Palembang, Jawa dan lain-lain. Umatnya kebanyakan

dari suku Punjabi (salah satu etnis di India).43

Kelompok masyarakat Punjab dari India utara banyak terdapat di kota-

kota besar di Jawa, seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan lain-

lain. Pada umumnya mereka hidup sebagai pedagang. Beberapa tokoh

terkemuka dari masyarakat ini misalnya Raam Punjabi, Raja Sinetron

41

Wawancara pribadi dengan Golraj Singh, Ketua Pengawas Sikh Temple, Pasar Baru,

Jakarta Pusat, 21 Juli 2010. 42

Wawancara Pribadi dengan Golraj Singh, pada tanggal 01 Oktober 2010. 43

Perkenalan Agama Sikh, diakses pada 10 Juli 2010 dari www.Indonesiaindonesia.com.

Page 32: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

22

Indonesia dan Istrinya, Rakhee Punjabi. HS. Dillon, pakar ekonomi pertanian

dan masih banyak lagi.44

Sejarah mencatat bagaimana semangatnya kaum Sikh melakukan

berbagai peperangan dan betapa militannya mereka melakukan gerakan-

gerakan kekerasan. Mereka menimbulkan benturan-benturan yang menodai

sejarah dan menggoyahkan haluan hidupnya semenjak aspirasi politik mulai

mempengaruhi mereka di bawah pembinaan guru yang kelima, yaitu Guru

Arjun.

44

Perkenalan Agama Sikh.

Page 33: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

23

BAB III

AJARAN KETUHANAN DALAM HINDUISME DAN ISLAM

A. Pandangan Manusia Tentang Tuhan

Kata Tuhan (Allah) merujuk kepada suatu zat abadi dan supranatural,1

biasanya dikatakan mengawasi dan memerintah manusia dan alam semesta.

Hal ini bisa juga digunakan untuk merujuk kepada beberapa konsep-konsep

yang mirip dengan ini, misalkan sebuah bentuk energi atau kesadaran yang

merasuki seluruh alam semesta, di mana keberadaan-Nya membuat alam

semesta menjadi ada; sumber segala yang ada; kebajikan yang terbaik dan

tertinggi dalam semua makhluk hidup; atau apapun yang tak bisa dimengerti

atau dijelaskan.2

Menurut paham sufisme dalam Islam,3 Tuhan adalah satu-satunya

yang hakiki, dalam arti yang betul-betul ada, keberadaan yang absolut,

sedangkan yang lain keberadaannya tidaklah hakiki, dalam arti tergantung

pada kemurahan Tuhan. Dialah yang Awal dan yang Akhir, yang Lahir dan

1 Supranatural berasal dari kata Latin ―super‖ dan ―natural,‖ yang berarti di atas (luar)

ambang kodrati ―adikodrati,‖ yang tidak melekat-serta pada kondisi kelahiran atau munculnya

sesuatu. Para teolog menggunakan kata ―supranatural‖ dalam arti ―karunia Allah bagi ciptaan-Nya

untuk mengambil bagian dalam kehidupan Allah sendiri dalam seluk beluk diri-Nya sendiri.‖

J. Sunarka S.J, Dunia Iman dan Supranatural, artikel diakses pada 12 September 2010 dari

www.indonesiamedia.com, 2 Diakses dari www.wikipedia.com, dengan judul artikel ―Tuhan,‖ pada 18 Agustus 2010.

3 Sufisme adalah tradisi tasawuf Islam yang merangkumi berbagai kepercayaan dan

amalan, diantaranya ialah aspek esoterik mengenai komunikasi dan dialog langsung antara

manusia dengan Allah. Tariqa (mazhab Sufi) dipengaruhi oleh ajaran Syiah, Sunni, serta aliran

Islam yang lain, atau dengan satu gabungan tradisi berkelompok. Pemikiran Sufi muncul

pertamakali di Timur Tengah pada abad ke-8 dan penganut-penganutnya kini terdapat di seluruh

dunia. Merupakan suatu ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihkan

akhlaq, membangun dhahir dan batin dan untuk memperoleh kebahagiaan yang abadi, yaitu

bersatunya roh dengan Tuhan. Artikel diakses dari Wikipedia Bahasa Indonesia, ensiklopedia

bebas id.wikipedia.org/wiki/Sufisme, pada 26 Oktober 2010.

Page 34: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

24

yang Bathin, penyebab dari segala yang ada dan tujuan akhir, tempat semua

makhluk kembali.4

Sedangkan menurut Mulyadhi Kartanegara, Tuhan adalah prinsip asal

dari segala yang ada (mawjudat) dan Dia wajib adanya (wajib al-wujud).

Sedangkan selain-Nya, yang biasa disebut alam atau makhluk, hanyalah

mungkin adanya (mumkin al-wujud). Bukti keberadaan Tuhan adalah fakta

bahwa alam ini ada. Keesaan Tuhan tercermin dalam kesatuan sistem perintah

(amr) yang mengendalikan alam semesta.

Kenyataan bahwa hanya ada satu sistem yang berlaku di alam semesta

pada suatu saat, menunjukkan bahwa hanya ada satu sistem perintah yang

berlaku. Pada gilirannya, ini menunjukkan keesaan Pemberi perintah tersebut,

yakni Sang Pencipta alam semesta yang tak lain adalah Tuhan.5

Tuhan Sang Pencipta itu Esa, maka tak ada suatu apapun yang bisa

dipandang serupa atau setara dengan-Nya. Segala pandangan yang

mengisyaratkan penyekutuan Tuhan adalah kekeliruan yang nyata. Karena

tidak ada yang menyerupai-Nya, maka pengenalan manusia terhadap-Nya

hanya melalui akal saja. Hanya Tuhanlah melalui wahyu-Nya, yang dapat

menggambarkan diri-Nya secara positif. Pengetahuan manusia mengenai

Tuhan hanya bersifat majazi (alegoris, yaitu pengungkapan) dan tidak bisa

disebut mutlak.6

4 Mulyadhi Kartanegara, Menyelami Lubuk Tasawuf (Jakarta : Erlangga, 2006), h. 6.

5 Mulyadhi Kartanegara, Nalar Religius: Memahami Hakikat Tuhan, Alam dan Manusia

(Jakarta: Erlangga, 2007), h. 2-4. 6 Kartanegara, Nalar Religius, h. 2-4.

Page 35: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

25

B. Ajaran Ketuhanan Dalam Agama Hindu

Hinduisme muncul sekitar tahun 1800 sebelum Masehi di India7 dan

termasuk agama paling tua di dunia yang masih hidup hingga sekarang. Dalam

hal ajaran ketuhanannya, agama Hindu merupakan agama monotheistik

politeisme8, yang pengikut-pengikutnya percaya pada satu Tuhan, yaitu

Brahman (Roh yang mutlak), yang tak dapat dijangkau dan dimengerti oleh

manusia, namun terdapat berjuta-juta gambar yang membuat Brahman bisa

dilihat dan dikenal oleh para pemujanya, yang mana disebut dengan Dewa-

Dewi.9

Menurut pandangan Hindu, Kenyataan (Brahman dalam Kitab

Upanishad10

) dapat dilihat dari dua aspek, yaitu transendental (Impersonal11

)

dan tetap ada (Personal12

). Dalam aspek transendental-Nya, Kenyataan13

disebut dengan Nirguna Brahman, yaitu Brahman tanpa atribut. Nirguna

Brahman bukanlah objek doa, tetapi objek meditasi dan pengetahuan. Tidak

dapat digambarkan, pengetahuan yang mutlak dan kebahagiaan yang mutlak

dan orang mengatakan ini sebagai keberadaan yang mutlak, pengetahuan dan

kebahagiaan yang absolut (sat-cit-ananda14

).15

Dalam Brahma Sutra I. 1. 1

7 Michael Keene, Agama-Agama Dunia (Yogyakarta: Kanisius, 2006), h. 10.

8 Monotheisme adalah paham yang percaya pada Tuhan yang satu dan berkuasa penuh

atas segala sesuatu, sedangkan monotheistik politeisme adalah pengakuan tentang Tuhan yang

diketahui dengan berbagai cara dan dipuja dalam berbagai bentuk. Lihat Bansi Pandit, Pemikiran

Hindu (Surabaya: Paramita, 2003), h. 43-46. 9 Keene, Agama-Agama, h. 14.

10 Kitab Upanishad adalah penafsiran filosofis atas kitab Veda, yang berisi tantang filsafat

Hindu, baik berisi mantera-mantera ataupun berbagai teori mengenai aspek ketuhanan. Lihat Gde

Sara Sastra, Konsepsi Monotheisme dalam Agama Hindu (Surabaya: Paramita, 2005). 11

Impersonal atau transendental berarti pengenalan Tuhan tentang diri-Nya. 12

Personal atau imanen berarti pengenalan Tuhan melalui ciptaan-Nya. 13

Kenyataan maksudnya Tuhan, Dzat Yang Maha Esa. 14

Brahman memiliki 3 aspek, yaitu: Sat sebagai Maha Ada satu-satunya, tidak ada

keberadaan yang lain di luar beliau. Dengan kekuatanNya Brahman telah menciptakan bermacam-

macam bentuk, warna, serta sifat banyak di alam semesta ini. Planet, manusia, binatang, tumbuh-

tumbuhan serta benda yang disebut benda mati berasal dari Tuhan dan kembali pada Tuhan bila

saatnya tiba. Cit sebagai Maha Tahu, Dialah sumber ilmu pengetahuan, bukan pengetahuan agama,

Page 36: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

26

dijelaskan bahwa asal dari asal itu adalah Brahman, Ia yang tahu dan Ia adalah

akibat dari yang ada. Sloka tersebut berbunyi ―Athato Brahma jijnasa‖.

Artinya : ―Brahman (Tuhan) adalah asal dari akibat tahu dan melihat

segala ciptaan yang merupakan hasil yadnya-Nya‖.16

Sedangkan aspeknya yang selalu ada dimana-mana (imanen),

Kenyataan disebut dengan Sadguna Brahman, yaitu Brahman dengan

Atributnya. Sadguna Brahman adalah Personal Tuhan, Pencipta, Pemelihara

dan Pengendali dari jagat raya ini.17

Dalam agama Hindu, aspek personal

dipuja dalam bentuk pria dan wanita (Ardhanareswari). Dari aspek pria,

Kenyataan ini disebut dengan berbagai nama dalam bahasa Sanskerta, seperti

Isvara, Paramesvara, Paramatma, Mahesvara dan Purusa. Walaupun ada

perbedaan yang mendasar dalam arti dari kata Sanskerta tersebut, secara

umum menyatakan Kenyataan sebagai Pencipta, Pemelihara dan Pengendali

dari seluruh jagat raya. Dari aspek wanita, Kenyataan ini disebut dengan nama

seperti Ibu Mulia, Durga dan Kali. Terdapat dalam Adhyaya IV. 2 Sweta

Swatara Upanisad yang berbunyi :

―Tat ewa gnis tad adityas tad wwyus tad u candramah, tad ewa

sukram tad brahma tad apas tad prajapatih.‖

Artinya : ―Itu (Brahman) sesungguhnya juga adalah Agni, juga adalah

Sang Aditya, juga adalah Sang Wayu dan juga Sang Candrama atau Sang

Bulan. Beliau itu juga adalah bintang-bintang yang ada di langit Brahman itu

tetapi sumber segala pengetahuan. Ananda adalah kebahagiaan abadi yang bebas dari penderitaan

dan suka duka. Lihat, www.ang-gun.blogspot.com, dengan judul artikel ―Konsep Ketuhanan

Dalam Agama Hindu, diakses pada 26 oktober 2010. 15

Pandit, Pemikiran, h. 40-41. 16

Sastra, Konsepsi Monotheisme, h. 61. 17

Pandit, Pemikiran, h. 41.

Page 37: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

27

juga Hiranyagarbha (pencipta semua yang ada), juga adalah Prajapati (asal

dari segala yang ada).‖18

Dalam pemahaman agama Hindu, Tuhan menjelma dalam banyak

wujud. Konsep satu Tuhan dalam banyak perwujudan ini berfungsi untuk

memudahkan manusia dalam memahami Tuhan Yang Maha Esa. Trinitas

Hindu atau Trimurti, wujud Dewa dan Dewi, para Avatara atau titisan dari

Wishnu Sang Tuhan, Dewata-Dewata, titisan Dewa-Dewa dalam bentuk

planet dan binatang merupakan perpanjangan bentuk (manifestasi) dari

Tuhan.19

Trimurti terdiri dari Brahma, Wishnu dan Shiwa, bukanlah tiga yang

berdiri sendiri atau dewa yang terpisah satu sama lain, tetapi merupakan tiga

aspek yang berbeda dari satu Tuhan. Brahma mewakili aspek Maha Pencipta,

Wishnu Sang Pemelihara dan Shiwa mewakili aspek Pemusnah alam semesta.

dari ketiga dewa-dewa ini lalu berkembang menjadi dewa-dewa yang lainnya.

Pemberian nama terhadap sifat-sifat Tuhan ini adalah suatu hal yang

tak dapat dielakkan, namun tidak mempengaruhi hakikat-Nya yang hakiki.

Karena menurut Kitab Suci Veda20

yang absolut (Tuhan) itu adalah satu,

hanya orang-orang bijaksana yang menyebutkan dengan banyak nama. Hal ini

tercantum dalam syair mantera Veda, yaitu Rg Veda mandala 10. 90. 1 – 2

yang berbunyi :

18

Sastra, Konsepsi Monotheisme, h. 66. 19

Bagus Takwin, Filsafat Timur: Sebuah Pengantar Ke Pemikiran-Pemikiran Timur

(Yogyakarta: Jalasutra, 2003), h. 52. 20

Veda adalah sumber dari agama Hindu. Veda ini diucapkan sebagai nafas Tuhan,

kalimat-kalimat Veda disebut mantera yang meliputi bunyi dan arti dalam kesatuannya. Menurut

sifatnya, isi dari Veda dibagi atas tiga bagian: Bagian Mantera, terdiri dari empat himpunan (Catur

Veda Samhita) yaitu Rg Veda, Sama Veda, Yajur Veda dan Atharwa Veda. Bagian Brahmana

(Karma Kanda) dan Bagian Upanishad dan aranyaka (Jnana Kanda), lihat Sastra, Konsepsi

Monotheisme, h. 6, 59.

Page 38: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

28

―Sahasra sirsa purusah, Sahasraksah sahasrapat, Sa bhumim vis ‗vato

vrtva, Tyatisthad das angulam, Purusa evedam sarvam, Yadbhutam yacca

bhavyam.‖ 21

Artinya : ―Purusa mempunyai kepala, seribu mata dan seribu kaki

(Purusa tak terbatas), beliau meliputi alam semesta ini dari semua arah,

tetapi diri-Nya sendiri (Purusa) lebih dari alam semesta itu dengan ukuran

sepuluh jari. Semua ini, semua yang sudah jadi dan semua yang akan jadi

adalah sama dengan Purusa atau Purusa adalah sama dengan semua ini,

yaitu semua yang sudah jadi semua yang akan jadi.‖

Kitab-kitab suci Hindu, Veda dan Upanishad, telah membuka jalan ke

pemikiran filosofis mendalam dimana akhirnya segala-galanya dipahami

sebagai Satu. Dzat paling mendasar adalah Brahman sebagai Atman (jiwa)

meresapi segala-galanya. Ada yang berpendapat bahwa yang sebenarnya ‗ada‘

hanyalah Brahman sebagai realitas satu-satunya, sedangkan segala apa yang

kelihatan, seluruh alam inderawi adalah maya (tipuan belaka).22

Namun dalam penghayatan lebih umum, yang Satu mengungkapkan

diri dalam Trimurti, dengan tiga wajah-Nya yang kemudian juga bisa menjadi

tiga Dewa—Brahman, Wishnu dan Shiwa. Bagi rakyat biasa, ketuhanan

tersebut terungkap dalam ribuan Dewa dan Dewi yang sebagian kita kenal dari

kisah Ramayana dan Mahabharata. Dengan demikian, seluruh realitas

terpenuhi oleh kehadiran dimensi adi-duniawi. Dewa-Dewi ini merupakan

personifikasi ketuhanan yang satu, yang begitu abstrak. Melalui Dewa-Dewi

ini, ketuhanan menjadi kehadiran dalam lingkungan hidup nyata.23

Hinduisme memberikan tiga cara yang unik kepada pengikutnya untuk

menyembah Brahman, yaitu dengan kata-kata suci, melagukan mantera dan

21

Sastra, Konsepsi Monotheisme, h. 45. 22

Franz magnis Suseno, Menalar Tuhan (Yogyakarta: Kanisius, 2006), h. 29-30. 23

Magnis Suseno, Menalar, h. 29-30.

Page 39: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

29

penggunaan Mandala24

(pola geometris yang kompleks). Banyak dari umat

Hindu yang melakukan ibadat di rumah, di rumah dan kuil atau hanya

beribadat di kuil saja.

1. Kata-kata suci

Kata-kata suci atau kata keramat, AUM atau OM, adalah kata yang

pertama muncul dalam kitab-kitab Upanishad dan tersusun dari tiga unsur

bunyi—‗a‘, ‗u‘ dan ‗m‘—menjadi satu kata yang disenandungkan dengan

alunan suara yang dalam. Orang Hindu percaya bahwa jika diucapkan,

bunyi yang terdiri dari tiga unsur bunyi ini menyatakan:

a. Tiga Kitab Veda dari bagian pertama;

b. Tiga dunia—bumi, atmosfer dan langit.

c. Tiga dewa utama—Brahma, Wishnu dan Shiwa.

Namun demikian, bagi kebanyakan umat Hindu, kata keramat ini

menyatakan lebih daripada hal yang dinyatakan diatas. Mereka meyakini

bahwa bunyi itu menjangkau seluruh alam semesta dan kesatuannya

dengan Brahman. Dalam Mandukya Upanishad dikatakan:

―OM. Bunyi yang tidak bisa mati adalah benih dari segala yang

ada. Kemarin, sekarang dan yang akan datang, semuanya adalah OM

yang kelihatan.‖25

24

Mandala adalah istilah untuk lingkaran. Dalam meditasi Hindu dan Buddha digunakan

untuk meningkatkan kesadaran. Dalam meditasi, orang tersebut perbaikan pikirannya di tengah

lingkaran "suci." desain geometrik yang umum. Pusat beberapa Mandala menunjukkan segitiga

dengan Bindu (dot) di dalam lingkaran. Ini merupakan penggabungan kekuatan laki-laki dan

perempuan, contoh dari mandala ini misalkan Candi Prambanan untuk agama Hindu dan Candi

Borobudur untuk agama Buddha. Lih Keene, Agama-Agama, h. 24, dan

https://www.paradetect.com, diakses pada 03 November 2010. 25

Keene, Agama-Agama, h. 24.

Page 40: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

30

2. Melagukan Mantera

Mantera mempunyai peranan penting dalam semua peribadatan

Hindu. Mantera adalah suatu ayat, kata atau sederet kata-kata yang

dipercaya memiliki daya kekuatan Ilahi. Mantera diulang-ulang untuk

meningkatkan pengertian dan kesadaran umat Hindu terhadap Allah.

Mantera dipercayai dapat membawa pembebasan dari keduniawian dan

hal-hal sepele yang biasanya menguasai pikiran manusia ke dalam alam

spiritual yang sekaligus beraneka ragam. Dalam Katha Upanishad,

2;16,17 di sebutkan:

―Bermeditasi dengan menggunakan mantera akan memenuhi

setiap kebutuhan dan akhirnya membawa pada pembebasan.‖

3. Mandala

Mandala adalah pola geometris yang kompleks, yang digunakan di

dalam ibadat, untuk melahirkan seluruh kosmos. Dalam upacara

keagamaan yang penting, mandala digambarkan di atas tanah yang

diberkati dengan menggunakan serbuk warna-warni dan dihapus

setelahnya. Ruang-ruang dalam mandala melambangkan Dewa-Dewi

terkenal atau Dewa-Dewi pujaan pribadi, dengan Wishnu ditengahnya.26

Dari ketiga cara unik tersebut, pada intinya itu semua adalah

bentuk penyembahan umat Hindu kepada Brahman, Dzat Tertinggi,

sebagai bentuk dari rasa syukur dan penghormatan atas nikmat dan karunia

yang telah diberikan-Nya.

26

Keene, Agama-Agama, h. 25.

Page 41: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

31

C. Ajaran Ketuhanan Dalam Islam

Dalam ensiklopedia Islam, Allah adalah ―Ism al-Jalah wal Ism al-

A‘zham,‖ yang artinya Nama Keagungan dan Kemuliaan. Tuhan merupakan

Nama suatu Hakikat, atau keniscayaan yang bersifat mutlak. Secara bahasa, Ia

membentuk kembali sebuah pengertian yaitu sebuah realitas yang tidak dapat

dipersamakan dengan kandungan kata manapun. Kata Allah merupakan

sebuah nama yang hanya pantas dan tepat untuk Tuhan, dimana melalui kata

tersebut kita dapat memanggil-Nya secara langsung.27

Allah dapat dilihat dari dua segi, yaitu dari segi Dzat-Nya (Esensi-

Nya) dan dari segi hubungan dengan makhluk-Nya. Dalam perspektif pertama,

Allah tidak dapat dipahami. Allah berada jauh dari kita. Allah bersifat

transenden. Kepada Allah yang ini, kita harus melakukan tanzîh

(membersihkan Tuhan dari segala kesamaan dengan makhluk). Dia berbeda

dengan segala apapun selain Dia. Dia adalah Theos Agnotos—Allah benar-

benar tidak diketahui dan tak terjangkau oleh manusia. Oleh karena itu, kita

dilarang untuk memikirkan esensi Sang Pencipta. ―Tafakkarû ƒî khalqi Allâh

wa lâ tafakkarûƒî dzât Allâh—Renungkanlah ciptaan Allah dan jangan

merenungkan Dzat-Nya,‖ sabda Nabi Saw.

Dalam perspektif kedua—dalam hubungan-Nya dengan makhluk—

Allah dapat kita pahami. Dia mempunyai sifat-sifat yang ―sama‖ dengan

makhluk-Nya. Dia imanen. Inilah Theos Relevatus—Tuhan yang

menampakkan diri-Nya dalam diri manusia dan alam semesta.

27

Cyril Glasse, Ensiklopedi Islam (Ringkas), terj. Ghufron A. Mas‘adi (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 1999), h. 23.

Page 42: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

32

Jika dalam perspektif pertama Allah begitu jauh, dalam perspektif

kedua Tuhan ini begitu dekat. Bahkan, Dia tidak hanya dapat dikenal,

melainkan benar-benar bisa dicintai.28

Artinya: ―Kami lebih dekat kepada manusia ketimbang urat lehernya sendiri.‖

(QS. Qaaf (50):16).

Dalam Islam, Tuhan (Allah) diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang

Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi,

Penentu Takdir, dan Hakim bagi semesta alam.29

ۥ

Artinya: ―Tuhan adalah Esa (satu), Allah tempat berlindung segala sesuatu,

Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan dan tidak ada

sesuatu yang sebanding dengan-Nya.‖ (QS. Al-Ikhlas: 1-4).

Oleh sebab itu, Islam menitikberatkan konseptualisasi Allah sebagai

Yang Maha Tunggal dan Maha Kuasa (Tauhid). Dia adalah wahid dan Esa

(ahad), Maha Pengasih dan Maha Kuasa. Menurut al-Qur'an terdapat 99 Nama

Allah (Asma'ul Husna, "Nama-nama yang Terbaik") yang mengingatkan

setiap sifat-sifat Tuhan yang berbeda. Nama-nama tersebut terbagi dalam dua

jenis : asma‘ al-zat (Nama Esensi) dan asma‘ al-shifat (nama Sifat). Diantara

99 nama Allah tersebut, yang paling terkenal dan paling sering digunakan

adalah "Maha Pengasih" (ar-rahman) dan "Maha Penyayang" (ar-rahim).30

28

Syekh Tosun Bayrak al-Jerrahi, Asmaul Husna: Makna dan Khasiat, terj. Nuruddin

Hidayat (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2003), h. 8-9. 29

John L. Esposito, Islam: The Straight Path (London: Oxford University Press, 1998), h.

22. 30

Glasse, Ensiklopedi, h. 24.

Page 43: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

33

ۥ

Artinya: Dia adalah Allah, Tiada Tuhan selain Dia, Maha Mengetahui yang

ghaib dan yang nyata, Dia Maha Pemurah serta Maha Penyayang,

Dia adalah Allah, Yang tiada Tuhan selain Dia, Dia raja yang

menguasai segala kesucian, segala kesejahteraan, yang Memberi

Keamanan, Yang Maha Memelihara, Maha Kuasa dan Pemilik

segala keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka

persekutukan. Dia adalah Allah, Yang Maha menciptakan,

Mengadakan dan Yang membentuk segala rupa. Pemilik Nama-

Nama yang paling baik, Seluruh yang ada di langit dan di bumi

bertasbih kepada-Nya, Dia Maha Perkasa serta Maha Bijaksana.

(QS. Al-Hasyr (59): 22-24).

Fikiran ketuhanan dalam Islam adalah ―Fikiran yang sempurna‖

dimana satu segi mengalahkan segi yang lain dan tidak diperbolehkan tertimpa

oleh sifat-sifat syirik dan pemiripan (dengan makhluk), juga tidak membuat

perbandingan bagi Allah menurut indera maupun menurut hati, melainkan

baginya ―perumpamaan yang paling tinggi (al- Matsalul a‘la)‖ dan ―tidak ada

sesuatu yang seperti-Nya.‖31

Islam menolak patung-patung dalam bentuk apapun dari bentuk-

bentuk percontohan atau lambang (pendekatan). Bagi Allah adalah contoh

yang tinggi dari sifat-sifat kesempurnaan seluruhnya dan bagi-Nya adalah

nama-nama yang baik. Maka, sifat kekuatan dan kekuasaan pada Allah

mengalahkan sifat-sifat kasih sayang dan cinta. Ia berkuasa atas segala

31

Abbas Mahmoud Al-‗Akkad, Ketuhanan; Sepanjang Ajaran Agama-Agama dan

Pemikiran Manusia (Jakarta: Bulan Bintang, 1981), h. 111.

Page 44: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

34

sesuatu, Ia Maha Kuat dan memiliki Pembalasan. Ia adalah Dzat Penyayang

dan Pengasih, Maha Pengampun dan Maha Pemurah. Rahmat-Nya meliputi

segala sesuatu.32

Dalam tasawuf—salah satu cabang ilmu Islam yang menekankan

aspek spiritual dalam Islam—manusia memiliki dua rumah, satu rumah untuk

jasadnya, yaitu dunia rendah ini, yang lain rumah rohnya, yaitu alam yang

tinggi. Tetapi, karena hakikat manusia terletak pada rohnya, oleh sebab itu

manusia merasa terasing di dunia ini, karena alam rohanilah tempat roh atau

jiwa manusia yang sesungguhnya. Perasaan yang terasing inilah yang

kemudian memicu sebuah ―pencarian mistik‖ dari seorang manusia, dengan

itu pula manusia memulai perjalanan spiritualnya menuju Tuhan (tarekat).33

Namun, karena Tuhan sebagai ―tujuan akhir perjalanan manusia‖ yang

bersifat rohani, manusia harus berjuang menembus rintangan-rintangan materi

agar rohnya menjadi suci. Itulah sebabnya kata ―tasawuf‖ berasal dari ―shafa‖,

yang artinya kesucian, yakni kesucian jiwa sang sufi setelah mengadakan

―penyucian‖ jiwa dari kotoran-kotoran atau pengaruh jasmani. Penyucian ini

dalam rangka mendekatkan diri kepada Yang Mahasuci, yaitu Allah SWT.

Dari keyakinan ini, muncullah cara hidup spiritual yang bertujuan pada

―pendekatan‖ dengan Allah, cara tersebut dapat berupa bentuk menyebut-

nyebut nama-nama Allah, yang mana seorang sufi memenuhi jiwanya dengan

nama-nama (asma‘) Allah, sehingga dapat merasakan kehadiran dan

kedekatan-Nya; atau dalam bentuk merenungkan dan berulang-ulang

membaca firman-Nya, dengan penuh kecintaan agar dengan begitu seorang

32

Al-‗akkad, Ketuhanan, h. 112. 33

Kartanegara, Menyelami, h. 2.

Page 45: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

35

sufi dapat memahami ―kehendak‖ Allah dan menghayati hikmah yang

terkandung di dalamnya; atau dalam bentuk ―bersendirian dengan Allah‖ di

tengah malam buta, sehingga tercapai hubungan intim dan personal dengan

Allah.34

Menurut Penulis, dalam Hinduisme maupun Islam, kedua agama ini

sama-sama percaya pada Satu Realitas Tertinggi, yaitu Tuhan. Hanya saja

dalam aplikasi terhadap Tuhan kedua agama ini mempunyai cara atau sistem

yang berbeda. Jika Islam dalam penyembahan terhadap Tuhan tidak

memerlukan bentuk atau wujud, lain halnya dengan Hindu. Dalam Hinduisme,

Tuhan di puja dengan berbagai bentuk dengan tujuan untuk mempermudah

memahami-Nya.

34

Kartanegara, Menyelami, h. 3-5.

Page 46: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

36

BAB IV

AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

A. Monotheisme Dalam Agama Sikh

Semua orang yang beragama mufakat dalam mengartikan Allah

sebagai Yang Maha Tinggi, tetapi arti dari Yang Maha Tinggi itu berbeda-

beda. Secara global agama-agama dibagikan menurut tiga bentuk, yaitu:

1. Menurut panteisme: Semesta alam, termasuk manusia, merupakan

sebagian dari Allah. Pandangan ini sesuai dengan pengalaman manusia

tentang kesatuan fundamental dari segala yang ada.

2. Menurut politeisme: Terdapat lebih dari satu Allah. Ini sesuai dengan

pengalaman manusia, bahwa semesta alam mempunyai segi-segi yang

berbeda-beda, yang semuanya mencerminkan suatu kekuatan Ilahi.

3. Menurut Monoteisme: Allah tidak boleh dicampurkan dengan hal-hal

dunia, disadari bahwa Allah itu satu dan tak dapat dibagikan kemuliaan-

Nya.1

Dalam monotheisme, Allah di pandang sebagai Pribadi yang berlainan

dari dunia. Allah bukanlah suatu objek seperti benda-benda dunia, melainkan

suatu wujud yang transenden, yang serentak bersifat imanen dalam hal-hal

dunia pula.2

Sedangkan dalam agama Sikh, Keyakinan tentang ketuhanan dapat

dijabarkan dalam istilah Mystic Monotheism. Guru Nanak menerima pokok

keyakinan di dalam agama Islam tentang keesaan Allah Maha Kuasa, tidak

1 Theo Huijber, Manusia Mencari Allah Suatu Filsafat Ketuhanan (Yogyakarta: Kanisius,

1977), h. 18-19. 2 Huijber, Manusia Mencari Allah, h. 20-21.

Page 47: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

37

beranak, tidak diperanakkan, tanpa ada suatu apapun yang mirip dengan-Nya,

yang menciptakan alam semesta dan mempunyai wewenang penuh atas

makhluk-Nya. Dengan begitu, Guru Nanak menolak Polytheisme yang dianut

agama Hindu. Tetapi, Guru Nanak menerima pokok keyakinan di dalam

agama Hindu yang menyatakan bahwa Dzat Allah Maha Kuasa itu meresapi

seluruh alam, yakni Pantheisme.3

Keyakinan serupa itulah yang disebut dengan Mystic Monotheism,

yakni yakin akan keesaan Allah secara mistik. Melalui tatacara mistik akan

dapat dicapai penggabungan kembali antara Dzat Insan dengan Dzat Tuhan

dalam satu kesatuan—wujud4 (Wihdatul-Wujud), pada saat-saat yang sangat

singkat. Dengan meminjam istilah Hindu (moksha), yakni persatuan Dzat

Atman dengan Dzat Brahman menurut konsepsi Upanishad di dalam agama

Hindu.5

Orang-orang Sikh percaya hanya ada satu Allah dan bahwa Dia bukan

sesuatu yang substansial atau manusia super, tetapi merupakan prinsip

kebenaran mutlak. Para guru dalam agama Sikh bersikeras bahwa Allah tidak

memiliki bentuk atau substansi dan sangat menentang penyembahan terhadap

berhala.

3 Joesoef Sou‘yb, Agama-agama Besar Di Dunia (Jakarta: Pustaka Alhusna, 1993), h.

158. 4 konsep ini berisi keyakinan bahwa manusia dapat bersatu dengan Tuhan. Penganut

paham kesatuan wujud ini mengambil dalil Al Quran yang dianggap mendukung penyatuan antara

ruh manusia dengan Ruh Allah dalam penciptaan manusia pertama, Nabi Adam AS:Sehingga ruh

manusia dan Ruh Allah dapat dikatakan bersatu dalam salat karena salat adalah me-mi'rajkan ruh

manusia kepada Ruh Allah SWT. Atas dasar pengaruh 'penyatuan' inilah maka kezuhudan dalam

sufi dianggap bukan sebagai kewajiban tetapi lebih kepada tuntutan bathin karena hanya dengan

meninggalkan/ tidak mementingkan dunia lah kecintaan kepada Allah semakin meningkat yang

akan bepengaruh kepada 'penyatuan' yang lebih mendalam. Lih Wikipedia Bahasa Indonesia,

ensiklopedia bebas id.wikipedia.org/wiki/Sufisme, pada 26 Oktober 2010. 5 Sou‘yb, Agama-Agama, h. 159.

Page 48: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

38

Guru Nanak percaya hanya ada Satu Yang Tunggal, Tidak Terbatas,

Maha Tertinggi, Tuhan, Imanen dalam ciptaan-Nya. Konsep tentang Allah

yang diuraikan oleh Guru Nanak terdapat dalam Mul Mantra, yaitu Doa, yang

mana menyediakan saripati pemikiran dan filsafat. Seluruh Japji menguraikan

doa ini dan menyediakan ringkasan, atau inti dari Adi Granth.6

Japji berarti meditasi. Objek meditasi dalam Sikh adalah Allah yang

dikonsepkan dalam uraian Mul Mantra. Secara teknis, Mul Mantra bukan

merupakan bagian dari Japji, yang telah dijelaskan oleh Guru Nanak di dalam

objek meditasi sloka pertama.7 Dalam Mul Mantra disebutkan:

―Hanya ada Satu Allah, yang Nama-Nya adalah Kebenaran. Dia

adalah Pencipta segala yang ada, tidak mengenal takut, tidak terbatas

waktu, tidak mempunyai wujud. Ia tidak dilahirkan dan tidak dapat

mati, Ia bijaksana, Ia dikenal melalui Anugerah Guru.‖8

Dia adalah Maha Tinggi yang Abadi sebelum waktu dimulai

pertamakali, sekarang dan untuk semua waktu yang akan datang.9

Menurut esensinya, Tuhan dalam Sikh adalah Allah yang impersonal

(Nirguna) dan Allah yang personal (Sadguna). Impersonal dan tidak

berbentuk (abstrak); Allah berada di luar jangkauan, tak berbatas, Mutlak ada-

Nya. Kemudian Allah meniupkan cahaya-Nya sendiri ke dalam ciptaan-Nya,

oleh sebab itu, berkaitan dengan ciptaan-Nya ini, Ia adalah pribadi (nyata),

meskipun memiliki bentuk yang tak berbatas (Sadguna).10

6 Sangat Singh, Japji; The Divine Prayer Of Guru Nanak Giving The Quintessence Of the

Sikh Faith (Delhi: Hind Pocket Books, 1987), h. 9. 7 JAPJI dikenal sebagai Japji Sahib, memiliki hak istimewa yang menjadi wasiat pertama

setelah Doa di dalam Kitab Adi-Granth. Japji memiliki dua sloka, yaitu satu berada di awal, yang

lainnya di akhir dan diantaranya terkandung 38 Pauris (bait). 8 Singh, Japji, h. 59.

9 Singh, Japji, h. 15.

10 Singh, Japji, h. 50-51.

Page 49: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

39

B. Keterpengaruhan Ajaran Ketuhanan dalam Sikhisme

1. Pengaruh Ajaran Ketuhanan Hindu

Sikhisme muncul dari tradisi orang-orang suci India (sant Indian),

yang berada dalam lingkungan budaya Hindu. Guru Nanak sendiri adalah

seorang Hindu dari kasta Ksatrya, begitu juga dengan semua penerus Guru

dalam Sikh.11

Pada mulanya hampir tidak ada keserupaan antara Hindu dengan

ajaran Sikh yang pertamakali diajarkan oleh Guru Nanak. Keduanya

mempunyai ajaran yang sangat berbeda tentang Tuhan, juga tentang

penciptaan, tentang alam semesta, hubungan antara Tuhan dan alam

semesta, pandangannya tentang manusia, ide tentang keselamatan, ajaran

tentang kemasyarakatan, penyucian, upacara peribadatan dan lain-lain

semuanya berlawanan. Dari segi ini benarlah apa yang dikatakan Guru

Nanak bahwa, ―tidak ada Hindu.‖ 12

Walaupun dalam waktu yang sama Guru Nanak juga berkata

bahwa ―tidak ada muslim,‖ tetapi antara Guru Nanak dengan Islam sangat

dekat, juga dengan ajarannya. Sementara Guru Nanak menampakkan

antipatinya yang keras terhadap Hindu—terutama pada ritual-ritual Hindu,

seperti penggunaan benang suci, acara mandi suci, inkarnasi, menyembah

berhala dan sebagainya—namun ia memperlihatkan simpati yang nyata

terhadap Islam, terutama pada konsep ketuhanan Islam dan persamaan

derajat manusia.13

11

Khushwant Singh, The Sikhs Today (New Delhi: Sangam Books, 1976), h. 22. 12

Burhanuddin Daya, ―Agama Sikh,‖ dalam Mukti Ali, ed. Agama-Agama Di Dunia

(Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga, 1988), h. 210-211. 13

Daya, ―Agama Sikh", h. 210-211.

Page 50: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

40

Akan tetapi, setelah Guru Nanak wafat dan guru-guru Sikh silih

berganti menggantikannya, kecenderungan kaum Sikh mengalami perubahan.

Mereka menjauh dari Islam, sebaliknya membina hubungan baik dengan

Hindu. Bahkan, pada masa Guru Gobind Singh, mereka sadur bagian-bagian

tertentu dari Kitab Suci Hindu—Mahabharata dan Ramayana—kemudian

mereka masukkan pula ke dalam Adi Granth (Kitab asli).

Jika pada masa-masa sebelumnya, orang-orang Hindu berduyun-duyun

memasuki agama Sikh, terutama mereka yang berasal dari kasta bawah,

sekarang keadaannya terbalik: kaum Sikh banyak yang pindah memeluk

agama Hindu dan jarang terdengar berita adanya kaum Sikh yang menjadi

penganut Islam.14

Dalam ajaran yang disampaikannya, Guru Nanak menerima ajaran dari

Upanishad,15

tetapi menerima ritualisme dari Veda.16

Jika Hindu mengajarkan

bahwa Karma (sebab-akibat), Raja Yoga (disiplin spiritual terhadap latihan-

latihan fisik dan mental), Jnana Yoga (disiplin menguasai Kitab Suci), dan

Bhakti Yoga (ibadah penuh kasih) sebagai empat jalan utama untuk menyadari

14

Daya, ―Agama Sikh‖, h. 214-215. 15

Pokok kebaktian di dalam Sikh dalam mencapai keselamatan menurut konsepsi

Upanishad Hindu, yaitu Dhyana—yoga dan Samadhi. Samadhi dengan menyebut nama Tuhan

terus-menerus. Pada dasarnya uraian-uraian di dalam Upanishad mengandung tuntunan-tuntunan

yang mengarah kepada praktek spiritual secara langsung. Teori-teori yang disuguhkan adalah

untuk mendukung praktek spiritual, yang mana ini merupakan inti dari ajaran-ajaran Veda. Hanya

Atman yang kekal yang ada di dalam diri kita yang bisa menuntun kita mencapai Keabadian Yang

Agung. Apabila seseorang bisa menyadari Atman di dalam dirinya maka dia bisa mengatakan

‗saya adalah Dia‘. Latihan agar sang diri mencapai visi yang manunggal antara Atma dengan

Brahma disebut Yoga.Visi sentral dari Upanishad adalah Brahma. Orang harus mengingat,

mengucapkan, memahami dan lalu mempraktekkan langsung setiap saat. Lih Ac. Sarva‘nanda

Avadhuta, Pengantar Upanishad, diakses dari www.anandamarga.tripod.com, pada 03 November

2010. 16

Ritualisme dalam Veda misalkan cara atau irama untuk mengucapkan doa dan

nyanyian pujian. Oleh karena itu, syair-syair Sama Veda dikarang secara khusus untuk dilagukan

dan digunakan untuk belajar bernyanyi. Lih Tentang Kitab Veda, diakses dari

www.djanurkuning.wordpress.com /2010/03/06/ pada tanggal 03 November 2010.

Page 51: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

41

adanya Tuhan,17

maka dalam Sikhisme, agama ini tidak menolak Jnana Yoga

dan Raja Yoga dalam Hindu, hanya saja perbedaannya Sikh lebih menekankan

kepada Bhakti Yoga, yang mana kemudian berkonjungsi dengan Karma Yoga,

sebagai disiplin spiritual yang disiplin untuk kehidupan keduniawian dan juga

untuk menyadari adanya Tuhan.18

Pada dasarnya dalam Sikhisme maupun Hindu, kedudukan Bhakti

Yoga ini merupakan bagian yang integral dengan Karma dan Jnana. Artinya,

seseorang yang melaksanakan Karma Yoga tanpa disertai dengan rasa bhakti,

maka akan kehilangan kehalusan rasa dan etika, sehingga menimbulkan

perbuatan yang kasar dan memungkinkan melanggar tatakrama. Demikian

pula bila seseorang melaksanakan Jnana tanpa disertai dengan rasa bhakti

kehadapan Tuhan, maka akan terasa kering dan hampa.19

Tidak seperti Hindu, Agama Sikh tidak percaya pada inkarnasi dari

Tuhan dalam bentuk manusia. Agama Sikh juga menolak ritualisme dari

Hindu, seperti mandi di air suci, dan sebagainya. Dalam Hindu, ritualisme

digunakan sebagai alat untuk para pemula—untuk mencapai konsentrasi dan

meditasi.20

Meskipun menolak inkarnasi dalam Hindu, Guru Nanak tetap

mempertahankan penggunaan istilah Brahma, Wisnu, Siwa, Siddh, Buddh,

Nath, Ram, Bhagwan, Damodar, Murari, Gopal, Gobind, Shyam, Prabhu,

17

Walaupun jalan ini bukanlah jalan satu-satunya bagi para pencari kebenaran yang

berada pada jalan spiritual, dapat juga memilih satu atau jalan lain yang sesuai dengan sifatnya. 18

Bansi Pandit, Pemikiran Hindu (Surabaya: Paramita, 2003), h. 110-111. 19

I Gusti Komang Widana, Kedudukan Bhakti di Dalam Kerangka Dasar Agama Hindu,

diakses dari www.parisada.org/index.php?option=com pada 26 Oktober 2010. 20

Pandit, Pemikiran, h. 111.

Page 52: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

42

Manohar, Bithal21

dan lain-lain dalam Hindu hanya untuk menggambarkan

aspek yang berbeda dan beragam fungsi dari Yang Maha Kuasa—untuk

kelompok masyarakat yang berbeda dalam bahasa yang mereka mengerti.22

Guru Nanak mengambil aspek lain dari Tuhan menurut Veda, seperti

konsep bahwa Allah adalah Nirguna (transenden) dan dalam sunya Samadhi

(keadaan meditasi yang mendalam) sebelum penciptaan. Setelah penciptaan,

kemudian Allah menjadi tempat penyimpanan dari semua kualitas atau imanen

(sadguna).

Demikian pula, representasi simbolis Allah sebagai suku kata mistik

atau suara dari OM (dalam Mandukya dan Prasna Upanisad) yang ―berisi

semua yang lalu, sekarang dan masa depan‖—―bhutam, bhavad, sarvam iti

bhavisyad aumkar evah.‖23

Om berasal dari tiga huruf (a), (o) dan (m) yang

diinterpretasikan untuk mewakili Trimurti dalam Hindu, yaitu Brahma, Wisnu

dan Siwa.24

Jika diperhatikan, dalam hal bersembahyang, Sikh lebih mirip dengan

Hindu di Bali daripada di India, karena sama-sama tidak memakai berhala dan

tata cara pelaksanaannya pun berbeda. Sedangkan di India, orang-orang Hindu

memakai berhala atau patung-patung dan gambar. Cara Sikh beribadah yang

berbeda ini disebabkan pengaruh dari Islam yang masuk ke India.25

21

Gopal Singh, Sri Guru Granth Sahib (English Version) (Delhi: Gus Dar Kapur & Sons

Privat Ltd, 1960), Vol. 1, h. XXVII. 22

Singh, Japji, h. 46. 23

Singh, ―Sikhisme‖, h. 317. 24

Singh, Japji, h. 46. 25

Wawancara Pribadi dengan Golraj Singh.

Page 53: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

43

2. Pengaruh Ajaran Ketuhanan Islam

Tasawuf merupakan salah satu cabang ilmu Islam yang menekankan

aspek spiritualitas dari Islam.26

Ini karena para ahli tasawuf, yang kita sebut

sufi, lebih memercayai dunia ―spirit‖ daripada ―jasad‖—mempercayai dunia

spiritual ketimbang dunia material. Secara ontologis, mereka percaya bahwa

dunia spiritual lebih hakiki dan real daripada dengan dunia jasmani. Bahkan,

sebab terakhir dari segala yang ada ini, yaitu Tuhan, juga bersifat spiritual.

Oleh karena itu, realitas sejati bersifat spiritual.

Lebih dari seribu tahun yang lalu, benih Sufisme yang kemudian

berkembang menjadi madzhab-madzhab meditasi yang dianggap bersumber

dari Hindu itu telah tertanam di India.27

Aliran mistik Cinta, yaitu bhakti

adalah salah satu bukti yang diungkap Tara Chand, mantan menteri

Baluchistan Tengah, dalam bukunya Cultural History of India:

―Beberapa ciri pemikiran orang India Selatan sejak abad kesembilan

menunjukkan adanya pengaruh Islam yang sangat kuat. Di antara

pengaruh-pengaruh Islam itu adalah meningkatnya perhatian pada

monotheisme, kekhusyu‘an beribadah, penyerahan diri (Parpatti) dan

kebaktian kepada guru (Guru Bhakti). Pengaruh lainnya adalah

kelonggaran sistem kasta, pengabaian terhadap ritual yang hampa …

menyatu dengan Tuhan, pengabdian kepada seorang guru … Konsepsi

Sufi tentang pengabdian guru itu telah terkenal pada zaman Hindu

Pertengahan.‖28

Ajaran tauhid Islam ini sangat berpengaruh dalam diri Guru Nanak.

Hal ini nampak jelas dari ajaran-ajarannya, seperti percaya bahwa Allah

adalah Esa dan menentang penyembahan Tuhan dengan berhala. Gokal Chan

26

Mulyadhi Kartanegara, Menyelami Lubuk Tasawuf (Jakarta : Erlangga, 2006), h. 2. 27

Idries Shah, Sufisme di India: Mahkota Sufi Menembus Dunia Ekstra Dimensi, diakses

dari teguhimanprasetya.wordpress.com, pada tanggal 26 oktober 2010. 28

Idries Shah, Sufisme di India.

Page 54: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

44

Narang, seorang tokoh terkemuka dari gerakan Arya Samaj,29

tidak dapat

menyangkal betapa besar pengaruh Islam terhadap agama Sikh. Ia

mengemukakan hal ini dengan caranya sendiri, ia berkata:

―memang kemungkinan dapat diterima, bahwa Islam telah berbuat

sesuatu terhadap perkembangan Sikhisme. Mungkin tidak akan ada Sikhisme,

atau setidak-tidaknya Sikhisme itu tidak akan pernah tampil dalam bentuknya

yanng serupa ini, jika Islam tidak menembusi wilayah-wilayah India ini.‖30

Guru Nanak dianggap sebagai orang yang sangat terpengaruh oleh

seorang sufi besar India, yaitu Kabir. Bahkan dinyatakan, bahwa Guru Nanak

adalah sama dengan Kabir, yaitu seorang sufi. Kabir dianggap sebagai

pendahulu langsung dari Guru Nanak. Kabir pernah berkata, ―seperti sungai

menuju ke samudera, begitu jugalah hatiku menyentuh Engkau‖.31

Ia juga

mengekspresikan keesaan Tuhan dalam nyanyian-nyanyiannya. Ia telah

memisahkan pertentangan abadi antara personal dan impersonal, antara

transenden dan imanen dari hakekat ketuhanan. Kabir percaya pada kesatuan

manusia dan juga sangat mengutuk ajaran Hindu tentang kasta, inkarnasi dan

mandi suci di sungai, ia berkata:

―adalah omong kosong tentang air dan tempat-tempat pemandian

yang suci, dan aku tahu bahwa mereka itu tidak berguna, sebab aku mandi di

dalamnya. Patung-patung itu semuanya tidak bernyawa, mereka tidak bisa

berkata-kata, saya tahu sebab saya sudah memanggil mereka keras-keras.‖32

Kabir juga menentang ajaran Hindu tentang hidup membujang dan

membiara, karena ia sendiri mempunyai istri dan memperoleh dua orang anak,

serta menopang hidupnya sebagai seorang tukang tenun yang sederhana.

29

Arya Samaj adalah suatu sekte dari Hinduisme, yang sangat setia pada Hinduisme dan

terkenal sikap permusuhannya terhadap Islam. 30

Daya, ―Agama Sikh‖, h. 213. 31

Daya, ―Agama Sikh‖, h. 213. 32

Daya, ―Agama Sikh‖, h. 214.

Page 55: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

45

Semua ungkapan Kabir di atas termuat dalam Adi Granth. Guru Nanak

dianggap sebagai produk dari dorongan dan pengaruh yang sama dan

mengajarkan ajaran yang sama pula.

C. Tuhan Dalam Diri-Nya (Realitas Transenden)

Budi Munawar Rahman mendefenisikan Tuhan personal sebagai

pandangan yang menyatakan bahwa Tuhan seperti manusia dalam artian

memiliki pribadi. Konsep tentang Tuhan personal adalah konsep tentang

Tuhan sebagai The Other yang berbeda secara diametral dengan semesta.

Tuhan personal adalah Tuhan yang transenden dan cenderung

memproyeksikan Tuhan sebagai obyek yang antropomorphis.33

Menurut Ludwig Van Feurbach, kesadaranlah yang menggerakkan

manusia untuk mempersepsi dan selanjutnya menilai realitas, lalu ia bertindak

berdasarkan persepsi dan penilaian tersebut. Ketika manusia menyelami

samudera kesadarannya hingga di titik terdalam, sampailah manusia pada

kesadaran dan persepsi tentang kesempurnaan, kecerdasan, keagungan,

kesucian, dan segala keluarbiasaan lainnya. Namun, realitas yang dihadapi

oleh manusia berbanding terbalik dengan semua persepsi tersebut. Yang

ditemui oleh manusia adalah kelemahan, kenistaan, kebodohan, dan segala hal

yang mengantarkannya pada persepsi tentang inferioritas manusia. Namun,

kesadaran dan persepsi tentang adanya realitas yang superior (Maha) tersebut

tak bisa ditolak oleh manusia.

33

Paradigma Tuhan berPribadi atau paradigma Penciptaan.

Page 56: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

46

Akhirnya sampailah manusia pada kesimpulan bahwa segala atribut

yang Maha tersebut adalah sosok lain yang bukan dirinya dan benar-benar

berbeda dengan dirinya. Dari sinilah kesadaran manusia mempersepsi tentang

adanya sosok Tuhan yang benar-benar Maha. Kemudian manusia memasang

jarak antara dirinya dan sosok yang diciptakannya tersebut yang ia sebut

sebagai Tuhan.

Tuhan Maha Perkasa-manusia maha lemah, Tuhan Maha Kuasa-

manusia maha tak berdaya, Tuhan Maha Suci-manusia maha nista, Tuhan

Maha Cerdas-manusia maha bodoh, Tuhan Maha Superior-manusia maha

inferior, Tuhan Maha Sempurna-manusia tak akan pernah sempurna.

Kesimpulannya, menurut Feurbach konsep Tuhan hadir karena kegagalan

kesadaran manusia dalam memahami dirinya, atau Tuhan hanyalah proyeksi

pikiran manusia akibat ketidakmampuan manusia memahami dirinya. Maka,

Tuhan yang personal adalah hasil dari intelegibilitas34

yang tertinggi dan

merupakan ―hasrat manusia yang terwujud‖.35

Dalam Sikhisme, Allah tidak beranak dan diperanakkan, Dia

merupakan kenyataan Mutlak yang harus diterima sebagai kesatuan dari

semua keberadaan. Tuhan itu Esa, namanya: Yang Maha Benar (Sati), Sang

Pencipta (Karta), Maha Kuasa yang berada diluar batas kelahiran dan

kematian (Ajuni), tidak memiliki awal dan akhir (Akal), sunyi dari takut dan

permusuhan (Nirbhau), abadi (Murti), ada sepanjang Dzat-Nya, Maha Besar

dan Maha Pengasih (Prasadi). Yang Maha Benar dan Maha Esa itu adalah

34

Kenyataan bahwa Tuhan dapat dimengerti. 35

Sabara, Putra Borneo, Tuhan Personal dan Tuhan Impersonal, diakses dari

hminews.com pada tanggal 5 November 2010.

Page 57: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

47

mula dari segala permulaan dan itu adalah azali dan baka.(Adi Granth, 35,

195).36

Allah tidak menyerupai sesuatu, baik yang nyata maupun yang ghaib

(tersembunyi), baik yang muncul dalam fikiran, khayalan atau perasaan. Dia

melampaui apa juga sifat yang disifatkan kepada-Nya. Dia melampaui bahasa

apa juga yang digunakan untuk menceritakan mengenai-Nya. Manusia dituntut

agar beriman kepada-Nya. Cukuplah dengan beriman bahwa Allah adalah

Tuhan dan teguhkan iman tersebut tanpa membongkar rahasia Diri-Nya,

karena tidak ada jalan untuk meruntuhkan benteng keperkasaan-Nya.37

Dalam ajaran Guru Nanak, Allah bukan saja suatu ide yang khayal

atau abstrak, tetapi termasuk suatu kekuatan moral yang bersifat impersonal.

Karena menurut Guru Nanak, Tuhan adalah wujud yang personal, Maha

Pencipta, Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Tuhan Yang Maha Kuasa

yang tidak tampak wujudnya tersebut di dalam agama Sikh disebut dengan

―Ekankar‖.

Ekankar adalah kombinasi dari tiga kata, yaitu: ek (satu), an (tak

terbatas) dan kar (Tunggal). Oleh karena itu, Ekankar berarti Tunggal yang

Tak Terbatas, atau Hanya Satu yang Tak Terbatas.38

Penekanan Guru Nanak pada yang satu ini berasal dari dua aspek

pemikirannya. Pertama, bahwa Dia hanya Satu saja dan tidak ada yang

menyamai-Nya. Kata-kata dan konsep dapat berubah maknanya dalam proses

waktu, namun konotasi dari angka yang selalu sama tidak akan berubah. Ini

menekankan kesatuan Tuhan dalam istilah yang jelas. Menurut Guru Nanak,

36

Sou‘yb, Agama-Agama, h. 159. 37

Konsep Ketuhanan. Artikel diakses pada 26 Oktober 2010 dari www.jalansufi.com. 38

Singh, Japji, h. 46.

Page 58: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

48

masyarakat telah banyak melupakan yang Satu tersebut, Satu Allah, malah

menuruti para Dewa-Dewi kecil yang telah diciptakan-Nya.

Kedua, Guru Nanak menggunakan angka 1 dan bukan kata, karena ia

ingin menekankan bahwa alam semesta ini berasal dari Satu Allah dan bukan

dari nol, atau kehampaan, keadaan tidak memihak, atau mati, yang berarti

dibawah sadar.39

Menurut Guru Nanak, di dalam Rag Maru,40

dijelaskan bahwa

sebelum awal penciptaan, yang ada hanya kekacauan dan kekacauan pada

suatu masa berabad-abad lamanya, tetapi ketika itu Satu Yang Tak Terbatas

tetap berada di sana, Ia membungkus diri-Nya dalam kekekalan-Nya, dalam

keadaan tak sadarkan diri sepenuhnya, sendirian dan tak memihak (obyektif),

tidak memiliki saingan dan duduk dalam pengadilan atas diri-Nya. Hanya ada

perintah-Nya, Hukam, dimenangkan dan Ia ciptakan alam semesta.41

Nama Ilahi (Namu) yang paling dimuliakan di dalam agama Sikh

disebut dengan Sat Nam (Yang Maha Benar). Nama Ilahi tersebut termuat

pada Ayat Pertama di dalam Adi Granth dan pada setiap bagian dalam Kitab

tersebut. Namun, suatu panggilan yang dapat dikatakan khusus dalam agama

Sikh adalah Guru. Justru setiap orang yang beriman dengan Guru Maha

Agung disebut dengan para murid (Sikh). 42

Dalam Adi Granth banyak menggunakan berbagai nama Allah yang

lazim pada saat itu, seperti Bhagvan, Gobind, Gopal, Ishwar, Ram, Allah,

Rabb, Rahim, Khuda, Khaliq, Brahma, Param Brahma (Brahma Maha

39

Singh, Japji, h. 44. 40

Adi Granth, h. 1023-1038. 41

Singh, Japji, h. 44. 42

Sou‘yb, Agama-Agama, h. 159.

Page 59: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

49

Agung), Parameshvara (Tuhan Maha Agung), Hari (Yang Maha Asih), Rama,

Govind, Maryan dan sebagainya. Tetapi ini tidak penting, karena Namu

(Nama Ilahi) merupakan ekspresi total dari Allah, nyata dan bukan

manifestasi. Itu adalah ekspresi dari cahaya-Nya atau Roh yang imanen dalam

ciptaan-Nya.43

Dalam Adi Granth, 310, 504, 400 disebutkan bahwa, ―Engkau,

O Tuhan, Maha Esa. Tapi manifestasi-Mu banyak sekali.‖44

Dalam Japji (19), Guru Nanak berkata, "apapun yang diciptakan-Nya

merupakan manifestasi dari Nama-Nya; Tidak ada tempat di mana Nama-Nya

tidak menyerap." Oleh karena itu, Namu adalah cahaya atau Roh Universal

yang meliputi segala sesuatu dan tetap ada dalam semua ciptaan-Nya.45

Selain

itu, Namu juga merupakan obyek dari meditasi. Kontemplasi Nama Ilahi

membantu manusia dalam merealisasikan Tuhan dalam dirinya.

Oleh karena itu, Tuhan yang bersifat transenden bahwasanya

sesungguhnya Allah yang terlalu jauh, tak bisa dijangkau, tak terlukiskan,

terucapkan, tak dapat dijelaskan, kekal, tak terbatas ruang dan waktu, tak

dapat dihancurkan, tak terduga, diketahui, diluar jangkauan indera, tertinggi

dari yang tinggi, absolut, berdiri sendiri, tanpa atribut, tak terlihat, bukan

perempuan ataupun laki-laki dan sebagainya.46

Menurut Guru Nanak, Allah tak terlukiskan dan jauh melebihi

konsepsi yang paling mulia dalam pandangan manusia. Orang yang

ditinggikan dan mencapai persekutuan dengan Allah bagaikan setetes air di

laut—dan tidak dalam posisi untuk menjelaskan lingkupnya, karena manusia

43

Singh, Japji, h. 47. 44

Sou‘yb, Agama-Agama, h. 160. 45

Singh, Japji, h. 47. 46

Gopal Singh, Sri Guru Granth Sahib (English version), Vol. I., (Delhi: Gur Das Kapur

& Sons Private Ltd, 1960), h. XXVII.

Page 60: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

50

tidak memiliki pengetahuan baik dan ekspresi untuk menggambarkan-Nya.

Hal ini di luar kapasitasnya. Bentangan-Nya tak terbatas. Allah Maha Besar

dan satu yang bisa menggambarkan-Nya, hanya jika Dia yang Besar. Allah

dapat juga disebut Agung, karena Dia bisa melampaui kebesaran yang dicapai

oleh orang lain. Dia tidak bisa menjadi ukuran. Dengan demikian, Dia tak

terduga. Hanya Allah yang tahu bagaimana Besar-Nya Ia. Dia adalah Asal-

muasal, tidak terbatas, tanpa awal, tanpa akhir dan tetap sama.47

Dia adalah Allah Yang Maha Besar dan Kebesaran-Nya tersebut

bersaksi pada ciptaan-Nya. Dia adalah Tuhan Yang Benar. Begitu juga Nama-

Nya, diucapkan dengan pengabdian tanpa henti kepada ciptaan-Nya, karena

Dia adalah Maha Melimpah dan tidak ada akhir untuk karunia-Nya. Ciptaan-

Nya berdoa dan memohon kepada-Nya, dan Ia memberi dan terus memberi.

Dia adalah Pemberi Abadi.48

Dalam hal ajaran ketuhanannya yang transenden, agama Sikh terlihat

lebih banyak terpengaruh oleh ajaran tauhid dalam Islam daripada Hinduisme.

Karena dalam konsep kepercayaannya, agama Sikh menentang inkarnasi atau

perwujudan Tuhan dalam bentuk-bentuk.

D. Tuhan Dalam Kaitannya Dengan Penciptaan (Realitas Imanen)

Tuhan yang impersonal menolak konsep Tuhan yang bersifat pribadi

atau antropomorphis. Tuhan bukanlah sosok yang berbeda secara diametral

dengan makhluknya, khususnya manusia, tetapi Tuhan sebagai entitas yang

dekat dan tak terpisah dari makhluknya.49

47

Singh, Japji, h. 21-22. 48

Singh, Japji, h. 25. 49

Sabara Putra Borneo, Tuhan Personal dan Tuhan Impersonal.

Page 61: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

51

Dalam realitas imanennya, Ciptaan-Nya banyak sekali dan karya-Nya

tak terhitung jumlahnya. Ciptaan-Nya tak terbatas dan batas-batas ciptaan-Nya

berada di luar pemahaman.50

Tuhan yang tampak wujudnya (Imanen) dalam Sikh disebut dengan

―Oankar‖. Guru Nanak mengadaptasi kata Oankar dan memberikan bentuk

yang berbeda maknanya. Merupakan kombinasi dari dua kata: Oan dan Kar.

Oan berarti Mahatinggi (Allah), dan Kar berarti "Tunggal".

Oankar merupakan kata kedua dalam doa, Ini juga kadang-kadang

ditulis sebagai Oamkar, namun ini adalah salah. Guru Nanak sendiri dalam

himnenya, Dakhani Oankar, menggunakan kata Oankar.51

Swami Vivekananda, seorang reformer Hindu, menegaskan bahwa

kata oankar dalam Sikh berasal dari Veda asli. Dia menulis "Oankar adalah

kata yang paling suci dalam Veda. Sebuah kata yang merupakan simbolis dari

Mahatinggi, Samudera Pengetahuan dan Kebahagiaan Mutlak.‖52

Namun, bentuk kata Sansekerta seperti itu nantinya akan mempunyai

bentuk lain dan terucap seperti Om. Dalam karya Dakhani Oankar, mantera

dari Guru Nanak disebut sebagai Onam, Jika diambil sebagai suara hidung,

akan terucap sebagai Om. Kata tersebut diinterpretasikan untuk mewakili

Trimurti dalam Hindu, yaitu Brahma, Wisnu dan shiva.

Namun, Guru Nanak mengadaptasi kata Oankar dan memberikannya

bentuk yang berbeda maknanya, menggabungkan dari dua kata: Oan dan Kar.

Oan berarti Mahatinggi (Allah), dan Kar berarti "Tunggal". Penekanan Guru

50

Singh, Japji, h. 22. 51

Singh, Japji, h. 44. 52

Singh, Japji, h. 45.

Page 62: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

52

Nanak terhadap Allah Yang Maha Agung, yang tidak memiliki saingan atau

sama dengan-Nya.53

Dengan menggabungkan Ek dan Oankar, itu bermakna Allah hanyalah

Satu, yang menciptakan alam semesta, tak Terbatas, Maha Tinggi, yang

dipancarkan melalui Mantera Bij, rumus dasar Sikh, yang mana merupakan

subjek dari meditasi.54

Dalam hal penciptaan, Guru Nanak menolak teori evolusi.

Menurutnya, satu Firman yang diucapkan Allah, maka seluruh alam semesta

berdenyut-denyut menjadi ada. Berjuta sungai kehidupan datang mengalir. Dia

membuat berbagai jenis perintah, warna, bumi, langit dan alam semesta.

Ciptaan-Nya tidak terbatas dan Dia tetap menjaga ciptaan-Nya. Alam semesta

diciptakan melalui Firman-Nya dan Nama-Nya.55

E. Tuhan Dalam Kaitannya Dengan Manusia

Manusia pada dasarnya memiliki jiwa di dalam tubuhnya. Jiwa ini

memiliki fungsi Atman, pikiran dan emosi. Jiwa dibentuk untuk persekutuan

dengan Allah, bila terpisah dari Allah jiwa akan menderita. Untuk sebuah jiwa

yang mengasihi Allah, tidak menyebabkan penderitaan di dalam tubuh. Dunia

bisa menjadi tempat yang indah untuk jiwa yang mencintai Allah dengan

benar, melalui cinta, manusia akan tertarik pada Allah atau terpisah darinya.56

Karena manusia makhluk yang unik, ia memiliki kemampuan untuk

mendiskriminasi dan membangun hubungan yang mulia dengan Allah. Ini

53

Singh, Japji, h. 46. 54

Singh, Japji, h. 46. 55

Singh, Japji, h. 22-23. 56

Warren Matthews, World Religion: Third Edition (Wadsworth Publishing Company,

Canada: 1999), h. 196.

Page 63: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

53

dikarenakan maya (ilusi) manusia dapat melihat dunia ini berbeda dengan

Allah. Dualisme ini menghasilkan keterikatan dengan benda duniawi dan

mengarahkannya untuk melupakan Allah pula. Oleh sebab itu, keterikatan

pada objek material adalah penyebab utama dari kelahiran kembali, yang

didasarkan pada karma (tindakan) masa lalu. Cara satu-satunya untuk

mencapai pembebasan (Mukti) dari siklus kelahiran dan kematian adalah

dengan menyadari adanya Allah.57

Inti dari ajaran Sikh adalah Allah, yang terdapat di dalam hati manusia.

Manusia mengarahkan batinnya untuk menemukan Allah. Dengan bermeditasi

atas Nama Allah dan mendengarkan Sabda Guru, manusia mulai mengenal

dan mencintai Allah. Karunia Allah kemudian membantu manusia mencintai-

Nya dan lebih sedikit mencintai keduniawian. Dosa melemah dan kebaikan

semakin diperkuat.58

Guru Nanak tidak begitu peduli dengan upacara-upacara atau ritual

dari Hindu maupun Islam. Beliau menggantikan ritual mereka dengan

menyanyikan puji-pujian kepada Allah. Guru Nanak menjelaskan ada lima

tahapan perkembangan seseorang yang mengarah ke persatuan dengan Allah,

antara lain:

1. Kepatuhan untuk memuliakan Allah dan hukum-Nya, Hukam, dan

berusaha untuk membantu orang lain.

2. Meningkatkan pengetahuan. Sikh belajar bahwa dunia berada di luar

pemahaman manusia dan bahwa manusia mempunyai pengalaman tentang

57

Pandit, Pemikiran, h. 109-110. 58

Matthews, World Religion, h. 196.

Page 64: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

54

Tuhan dalam hati mereka. Pengetahuan ini mengarahkan orang Sikh diluar

keterpusatan diri demi kebesaran cinta kepada Allah.

3. Usaha atau kerendahan hati yang berfokus pada pengenalan tentang Allah

dalam hati, Sikh merenungkan firman-Nya dalam hal penciptaan.

4. Terisi oleh kekuatan roh. Sikh menyadari jika Allah berada di dalam hati

mereka, maka mereka akan mengalami kedamaian dan kepuasan, serta

mengetahui setelah meninggal mereka dapat bergabung dengan Allah.

5. Manusia akan mengalami Kebenaran Mutlak, yang mana berarti

mengalami persatuan dengan Allah.59

Menurut Guru Nanak, tujuan utama dan satu-satunya kehidupan

manusia adalah untuk mencari persekutuan dengan Allah. Guru Nanak, oleh

karena itu, meninggalkannya pada pokok kalimat di bagian Japji—bukti

pertama dari Adi Granth setelah Doa— dan dalam pengertian luas pada

karakteristik, yaitu Allah sebagai Maha Penguasa, Tak Terlukiskan, Maha

Agung dan Maha Pengasih.

Cara untuk mencapai penyatuan dengan-Nya melalui kepatuhan pada

Hukam, perintah Ilahi, yang tertanam dalam diri sendiri, dan dengan meditasi

yaitu Namu, dengan satu tujuan dan pikiran yang bersih. Tanpa tindakan yang

baik dan hidup yang benar, tidak ada ibadah yang mengarah kepada

keagungan pikiran dan jiwa manusia. Meditasi adalah sarana untuk memahami

realitas Allah, menerima anugerah-Nya, mendapatkan berkah-Nya—yang

mengarah kepada persatuan dengan Allah.60

Tidak ada meditasi atas Nama-

Nya tanpa membuat kebajikan dalam diri seseorang.

59

Matthews, World Religion, h. 196. 60

Singh, Japji, h. 10.

Page 65: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

55

Manusia yang menaati-Nya, konsentrasi pada Nama-Nya di dalam

pikiran dan menyadari Tuhan dalam dirinya, dapat mencapai kebahagiaan

yang luar biasa. Pikiran, pengetahuan dan kesadarannya adalah acuan dari

Namu—dan ia memperoleh pengetahuan yang tinggi dari lingkungannya. Dia

menjadi manusia yang berbudi luhur, terbebas dari penderitaan dan terikat

pada Allah. Tidak ada halangan dalam perjalanannya dan dia meninggalkan

dunia ini dengan kemurnian dan kehormatan.61

Begitupun manusia yang

tunduk kepada Hukam-Nya, siapa saja yang sungguh-sunggguh percaya

kepada-Nya, menghayati Namu dan mematuhi-Nya, Allah akan meningkatkan

derajatnya. Nanak berkata: ―jika seseorang memahami Hukam, dia dapat

disingkirkan dari haumai (ke-aku-an).‖

F. Tuhan Ada Dimana – mana

Allah meliputi segala sesuatu (Purakhu); yang berarti meliputi setiap

unsur dalam kehidupan ini. Misalkan, dalam konteks tubuh manusia, Purakhu

memberikan makna jiwa, sedangkan dalam konteks alam semesta itu berarti

Allah. Arti harfiahnya adalah personal. Di dalam Adi Granth, Purakhu telah

digunakan dalam berbagai konteks arti; sebagai orang, manusia, orang besar,

Tuhan, Jiwa, yang meliputi segala sesuatu.62

Dalam ajarannya mengenai Allah Yang Maha Esa, Guru Nanak selalu

menandaskan bahwa Tuhan adalah Tunggal, Ia tidak termanifestasikan dalam

61

Sangat, Japji, h. 31. 62

Sangat, Japji, h. 48-49.

Page 66: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

56

segala hal, tidak terbatas dan Ia berada di mana-mana, termasuk di dalam

tubuh dan jiwa manusia.63

Allah tidak hanya berada di satu tempat saja, atau Allah hanya berada

di dalam rumah-rumah ibadah, tetapi Allah berada di mana-mana. Manusia

tidak perlu berkontemplasi (hidup menyendiri) agar dekat dengan-Nya, tidak

perlu berziarah ke tempat-tempat sakral untuk memuja-Nya, karena Tuhan

berada dalam jiwa manusia. Hanya manusia itu sendiri yang harus menyadari-

Nya dalam hati. Allah dan jiwa manusia adalah sesuatu yang tak terpisahkan.

Begitupun dengan alam semesta tempat makhluk-Nya bernaung, inilah yang

dinamakan Allah berada di mana-mana.64

Allah ada dimana-mana, maka manusia tetap harus bersosialisasi

dengan makhluk-makhluk Allah lainnya. Oleh karena itu, Dalam ajarannya,

Guru Nanak menekankan pentingnya persatuan umat manusia. Beliau

meletakkan dasar bagi pengangkatan martabat manusia di kalangan

masyarakat Hindu bukan atas dasar kasta, upacara-upacara singkat seperti

mantera-mantera, keajaiban-keajaiban, misteri-misteri, akan tetapi atas dasar

kodrat dan kecenderungan manusia itu sendiri. Derajat seseorang ditentukan

oleh amal kebajikan-Nya.65

Karena Allah berada dalam diri manusia, upacara-upacara tidaklah

penting, tetapi cukup dengan berbuat yang benar. Peranan Guru bukanlah

seseorang yang harus dipuja,tetapi Guru harus dihormati, diajak untuk

berkonsultasi dan tidak diabaikan.66

63

S. Pendit, Guru Nanak, h. 65. 64

Wawancara Pribadi Dengan Golraj singh. 65

Daya, Agama Sikh, h. 204. 66

Pandit, Pemikiran Hindu, h. 110.

Page 67: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

57

Oleh sebab itu, manusia sebagai makhluk yang diciptakan Allah

dengan akal pikiran dan lebih sempurna dibandingkan makhluk Allah yang

lainnya, harus bisa mencari dan merenungi kebesaran Allah yang meliputi

alam semesta ini. Guru Nanak menyatakan bahwa dengan menyanyikan nama

Allah, Nam Simran, dan menyanyikan lagu pengabdian (Kirtana) adalah cara

yang terbaik untuk mendekatkan diri kepada-Nya, yang secara perlahan dapat

menaklukan hawa nafsu, kemarahan, ketamakan, keterikatan dan rasa

bangga.67

Pada intinya, dalam mencari hakikat tentang Allah, dekat dengan-

nya, mengagungkan kebesaran-Nya dan ciptaan-Nya, yaitu dengan bagaimana

cara kita mencari Allah dalam sentuhan dan dirasakan dengan hati.68

67

Pandit, Pemikiran Hindu, h. 110. 68

Wawancara Pribadi Dengan Golraj Singh.

Page 68: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

58

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah penulis jabarkan di atas, dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Sikhisme merupakan sinkronisasi dari Hinduisme dan Islam yang masuk

ke India. Guru Nanak sebagai pendiri agama Sikh ingin menyatukan kedua

agama ini dalam semboyan ―tidak ada Hindu, tidak ada Muslim‖.

2. Sikhisme berangkat dari perjalanan sejarah antara Hindu dan Islam yang

sekian lama saling bermusuhan di India.

3. Pada dasarnya setiap agama percaya pada Satu Realitas Tertinggi, namun

disebutkan dan diaplikasikan dalam beragam cara. Dalam Islam

penyembahan terhadap Tuhan tidak diaplikasikan dengan bentuk atau

wujud apapun, lain halnya dalam Hinduisme yang menyembah Tuhan di

wujudkan dalam berbagai bentuk manifestasi Tuhan. Tetapi, pada intinya

penyembahan terhadap Tuhan ini tidak terlepas dari keyakinan Satu

Realitas Tertinggi.

4. Agama Sikh menolak formalism dari Hinduisme dan Islam, seperti mandi

suci, pemakaian benang suci,kasta dalam Hindu, berziarah ke tempat-

tempat suci, haji dan sebagainya. Namun Guru Nanak ingin

mensinkronisasikan kedua agama tersebut.

5. Agama Sikh dalam ajaran ketuhanannya percaya pada satu Tuhan

Tertinggi (monotheisme) dan tidak diaplikasikan dalam bentuk apapun.

Page 69: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

59

Agama Sikh sangat menentang penyembahan terhadap berhala, inkarnasi

Tuhan dalam bentuk manusia dan sebagainya yang terdapat di dalam

Hinduisme. Oleh sebab itu, dalam hal transendensi, Sikh lebih

menekankan kepada ajaran tauhid Islam, sedangkan dalam hal imanensi

Tuhan, Agama Sikh lebih menekankan kepada panteisme dalam Hindu.

B. Saran

Sejarah dan ajaran ketuhanan dalam agama Sikh begitu sangat luas.

Beberapa di dalamnya mengandung makna keruhanian dan keagamaan untuk

para pengikutnya. Hal yang terpenting adalah bagaimana manusia memahami

hakikat Tuhan walaupun berbeda cara penyampaiannya.

Selanjutnya, karena penulisan ini untuk memberikan gambaran dan

pengetahuan, namun karena terlalu luas dan banyak pembahasan mengenai

Ajaran Ketuhanan Dalam Agama Sikh, baik dari segi sejarah, pengertian

tentang Tuhan ataupun ajaran ketuhanannya, penulis merasa belum sempurna

dalam menyelesaikan skripsi ini, karena kesempurnaan sesungguhnya adalah

milik Sang Khaliq. Jadi apabila ada berbagai kekurangan di dalam penulisan

ini harap untuk memakluminya. Jika ingin mengetahui lebih jelasnya

mengenai pembahasan dalam penulisan ini harap untuk mencari informasi dan

bahan-bahan tulisan yang digunakan dengan merujuk kepada sumber-sumber

pembahasan tentang Ajaran Ketuhanan Dalam Agama Sikh.

Page 70: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

60

DAFTAR PUSTAKA

Ahuja, M. L. Para Guru spiritual India Abad Kedua Puluh; Esei-esei Tentang

Kehidupan dan Ajaran Beberapa Guru Spiritual dan Yogi Ternama India.

Surabaya: Paramita, 2007.

Al-‗Akkad Abbas Mahmoud. Ketuhanan; Sepanjang Ajaran Agama-Agama dan

Pemikiran Manusia. Jakarta: Bulan Bintang, 1981.

Al-Jerrahi, Syekh Tosun Bayrak. Asmaul Husna; Makna dan Khasiat. Jakarta: PT.

Serambi Ilmu Semesta, 2003.

Bahm, Archie J. Filsafat Perbandingan; Filsafat Barat, India, Cina Dalam

Perbandingan. Yogyakarta: Kanisius, 2003.

Bakhtiar, Amsal. Tema-Tema Filsafat Islam. Jakarta: UIN Press, 2005.

Bowes, Pratima. The Hindu Religious Tradition; A Philosophical Approach.

London: Routledge & Kegan Paul, 1977.

Burhan, Bungin. Metode penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2004.

Daya, Burhanuddin. ―Agama Sikh‖. Dalam Mukti Ali, ed. Agama-Agama Di

Dunia. Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press, 1988.

Duggal, K.S. Sikhs Gurus; Their Lives and Teachings. Delhi: UBS Publisher‘s

Distributors Ltd, 1993.

______. The Akal Takht and Other Seats Of Sikh Polity. Delhi: UBS Publisher‘s

Distributors Ltd, 1995.

Glasse, Cyril. Ensiklopedi Islam (Ringkas), terj. Ghufron A. Mas‘adi. Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 1999.

Gupta, Hari Ram. History Of The Sikhs, Vol. I; The Sikh Gurus 1469-1708.

Munshiram Manoharlal Publishers.

Hadiwijono, Harun. Sari Filsafat India. Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1989.

Hakim, K.H. Agus. Perbandingan Agama; Pandangan Islam Mengenai

Kepercayaan Majusi- Shabiah- Yahudi- Kristen- Hindu- Buddha- Sikh.

Bandung: CV. Diponegoro, 1993.

Hardjana, Agus M. Religiusitas, Agama dan Spiritualitas. Yogyakarta: Kanisius,

2005.

Huijbers, Theo. Manusia Mencari Allah Suatu Filsafat Ketuhanan. Yogyakarta:

Kanisius, 1977.

Kartanegara, Mulyadhi. Nalar Religius; Memahami Hakikat Tuhan, Alam dan

Manusia. Jakarta: Erlangga, 2007.

Page 71: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

61

Keene, Michael. Agama-Agama Dunia. Yogyakarta: Kanisius, 2006.

K. Yin, Robert. Studi Kasus. Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1997.

L. Esposito, John. Islam: The Straight Path. London: Oxford University Press,

1998.

Macauliffe, Max Arthur. The Sikh Religion Vol I. London: Oxford University

Press, 1909.

______. The Sikh Religion: it‘s Guru‘s, Sacred Writings, and Author. London:

Oxford University Press, 1909.

Mansukhani, Gobind Singh. Hymns From The Holy Granth. Delhi: Hemkunt

Press, 1975.

Mangunhardjana. Isme-Isme Dalam Etika; Dari A Sampai Z. Yogyakarta:

Kanisius, 1997.

Matthews, Warren. World Religion; third Edition. Canada: Wadsworth Publishing

Company, 1999.

Maududi, Abul A‘la. Menjadi Muslim Sejati. Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2003.

Munawir, Ahmad Warson. Al-Munawir: Kamus Arab – Indonesia. Yogyakarta:

PP. Al-Munawiwir, 1984.

Nasr, Sayyed Hosein. Ensiklopedi Tematis Spiritualitas Islam: Manifestasi.

Bandung: Mizan, 2003.

Palmer, Martin dan Breuilly, Elizabeth. Religion of The World. A. Collins Fact

Book, t.t.

Pandit, Bansi. Pemikiran Hindu. Surabaya: Paramita, 2003.

Simad, Sri dan Prabhupada, Swami. Bhagavadgita Menurut Aslinya, terj. Jakarta:

Hanuman Sakti, t.t.

Sastra, Gde Sara. Konsepsi Monotheisme Dalam Agama Hindu. Surabaya:

Paramita, 2005.

Singh, Gopal. Sri Guru Granth Sahib (English version), Vol. I. Delhi: Gur Das

Kapur & Sons Private Ltd, 1960.

______.The Religion Of The Sikhs. Bombay: Asia Publishing House, 1971.

Singh, Ganda. A Brief Account of The Sikh People. Delhi: Delhi Sikh Gurdwara

Board Sis-Ganj. Chandni Chowk, 1971.

Singh, Khushwant. ―Sikhism‖. Dalam Mircea Eliade, ed. The Encyclopedia of

Religion, vol 13. New York: Macmillan Library Reference, 1993.

Page 72: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

62

______. The Sikhs Today. New Delhi: Sangam Books, 1976.

______. A History of the Sikhs, Vol. I; 1469-1839. New Delhi: Oxford University

Press, 1963.

______. A History of the Sikhs Vol. II; 1839-1974. New Delhi: Oxford University

Press, 1977.

______. How The Sikhs Lost Their Kingdom. Delhi: UBS Publisher‘s Distributors

Ltd, 1996.

Singh, Maharaj Sardar Bahadur Jagat. The Science Of The Soul. New Delhi: R.S.

Satsang Beas, 1972.

Singh, Trilochan. A Brief Life Sketch Of Guru Gobind Singh. Delhi: Gurdwara

Parbandhak Committee, Sis Ganj. Chandni Chowk, 1965.

Singh, Sangat. Japji; The Divine Prayer Of Guru Nanak Giving The Quintessence

Of the Sikh Faith. Delhi: Hind Pocket Books, 1987.

S. Pendit, Njoman. Guru Nanak dan Agama Sikh. Jakarta: Yayasan Sikh

Gurdwara Mission, 1988.

Sudarsono. Kamus Filsafat dan Fisika. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993.

Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alvabeta, 2005.

Suseno, Franz Magnis. Menalar Tuhan. Yogyakarta: Kanisius, 2006.

Soy‘ub, Joesoef. Agama-Agama Besar Di Dunia. Jakarta: Pustaka Alhusna, 1993.

Takwin, Bagus. Filsafat Timur: Sebuah Pengantar Ke Pemikiran-Pemikiran

Timur. Yogyakarta: Jalasutra, 2003.

Tjahjadi, Simon Petrus L. Tuhan Para Filsuf dan Ilmuwan; Dari Descartes

Sampai Whitehead. Yogyakarta: Kanisius, 2007.

Wawancara pribadi dengan Golraj Singh, Ketua Pengawas Sikh Temple, Pasar

Baru, Jakarta Pusat: 21 Juli 2010.

_______,01 Oktober 2010.

Wilkinson, Philip. Illustrated Dictionary Of Religions; Ritual, Beliefs and

Practices From Around the World. London: Dorling Kindersley Limited,

1999.

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam; Dirasah Islamiyah II. Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2003.

Zaehner, R.C. Mistisisme Hindu Muslim. Yogyakarta: PT. Lkis Pelangi Aksara,

1994.

Page 73: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

63

Website:

Amin, M. Darori. ―Islam dan Kebudayaan Jawa‖. Artikel diakses pada 26 Oktober

2010 dari www.diidanxfiz.blogspot.com.

Avadhuta, Sarva‘nanda. ―Pengantar Upanishad‖. artikel diakses pada 03

November 2010 dari www.anandamarga.tripod.com.

―Konsep Ketuhanan‖. Artikel diakses pada 26 Oktober 2010 dari

www.jalansufi.com.

―Konsep Ketuhanan Dalam Agama Hindu‖. Artikel diakses pada 26 oktober 2010

dari www.anggun.blogspot.com.

―Mahabharata‖. Artikel diakses pada 03 November 2010 dari

www.wikipedia.com.

Nasir, Muhammad. ―Kerajaan Mughal Di India: Asal-usul, Kemajuan,

Kemunduran dan Keruntuhannya‖. Artikel diakses pada 26 Oktober 2010

dari www.nasirsalo.blogspot.com.

―Perkenalan Agama Sikh‖. Artikel diakses pada 10 Juli 2010 dari

www.Indonesiaindonesia.com.

Putra Borneo, Sabara. ―Tuhan Personal dan Tuhan Impersonal‖. Artikel diakses

pada 05 November 2010 dari hminews.com.

Shah, Idries. ―Sufisme di India: Mahkota Sufi Menembus Dunia Ekstra Dimensi‖.

Artikel diakses pada 26 Oktober 2010 dari

teguhimanprasetya.wordpress.com.

S.J, J. Sunarka. ―Dunia Iman dan Supranatural‖. artikel diakses pada 12

september 2010 dari www.indonesiamedia.com.

―Sufisme‖. Artikel diakses pada 26 Oktober 2010 dari www.wikipedia.com.

―Tentang Kitab Veda‖. Artikel diakses pada 03 November 2010 dari

www.djanurkuning.wordpress.com.

―Tuhan‖. Artikel diakses pada 18 agustus 2010 dari www.wikipedia.com.

Widana, I Gusti Komang. ―Kedudukan Bhakti di Dalam Kerangka Dasar Agama

Hindu‖. artikel diakses pada 26 Oktober 2010 dari

www.parisada.org/index.php?option=com.

Page 74: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

64

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 75: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

65

Page 76: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

66

ANGKET WAWANCARA

1. Bagaimana sejarah masuknya agama Sikh ke Indonesia menurut bapak?

Sikh masuk ke Indonesia akibat pengaruh dari penjajahan Inggris di India.

Orang-orang Sikh yang bekerja di perkebunan-perkebunan milik Inggris dan

tentara-tentara yang kebanyakan adalah orang Sikh dibawa sampai ke Sumatera,

terutama Medan. Tetapi ada juga yang dibawa sampai ke Malaysia dan

sebagainya. Di Jakarta, orang Sikh pertama kali tinggal di Tanjung Priok, yang

ketika itu Batavia (sebelum berubah menjadi Jakarta) sedang dijajah oleh Belanda.

Kebanyakan dari mereka bekerja sebagai penarik delman dan berdagang. Hasil

yang didapat mereka kumpulkan ke rentenir (sejenis Bank), setelah terkumpul

mereka membuka usaha pertokoan. Karena Tanjung Priok dipakai untuk

pelabuhan dan penjajah Belanda pun meninggalkan Batavia, kemudian mereka

diizinkan pindah ke Pasar Baru yang memang sudah ada beberapa orang Sikh

yang tinggal disana. Di Pasar Baru, mereka membangun pertokoan dan

perumahan elite.

2. Kapan berdirinya Sikh Temple di Pasar Baru, Jakarta Pusat ?

Sikh Temple berdiri pada tahun 1954, oleh sebelas orang yang membentuk

asosiasi yang di kepalai oleh Pritam Singh. Mereka adalah S. Pritam Singh, S.

Karam Singh, S. Avtar Singh, S. Shiv Singh, S. Ajit Singh, S. Tarlok Singh, S.

Partap Singh, S. Kulwant Singh, S. Harchand Singh, Bhai R.L Seth dan Bhai G.L.

Vohra.

3. Bagaimana sejarah berdirinya Sikh Temple ?

Karena banyaknya orang Sikh yang pindah ke Pasar Baru, Pritam Singh

berniat untuk membangun gurdwara disana agar orang-orang Sikh tak perlu jauh-

Page 77: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

67

jauh lagi jika harus ke kuil yang berada di Tanjung Priok. Kebetulan ada seorang

teman Pritam Singh yang ingin menjual tanahnya karena beliau ingin kembali ke

negerinya, yaitu Belanda. Tanah tersebut dijual murah, sebagian tanah lagi didapat

dari sumbangan. Karena di kira ingin membangun Masjid maka banyak

masyarakat sekitar yang ikut menyumbang. Karena Pritam Singh kenal baik

dengan Ali Sadikin—yang kala itu menjadi Gubernur Jakarta, ditambah dengan

dana yang mencukupi, maka birokrasi pun berjalan lancar. Sikh Temple dibangun

atas gotong royong dari orang-orang Sikh sendiri dan masyarakat sekitarnya.

4. Bagaimana letak geografis Sikh Temple ?

Sikh Temple dibangun dengan ukuran luas 20x60 m², dibuat dengan

pondasi yang kokoh agar dapat bertahan ratusan tahun. Bangunan dalam memang

telah di renovasi, tetapi pondasinya tetap seperti itu sejak masa Ali Sadikin. Sikh

Temple menghadap ke Timur untuk mempermudahkan akses jalan. Awalnya

Granth Sahib diletakkan menghadap ke Timur, karena banyak yang protes

terutama dari ibu-ibunya, maka Granth Sahib dipindahkan menghadap ke Barat.

Tidak ada maksud religius atau simbol tertentu harus menghadap kemana, karna

dalam Sikh arah manapun tak mempengaruh ibadat yang dilakukan.

5. Apa saja yang terdapat di dalam bangunan Sikh Temple?

Kuil dibangun bertingkat dua. Lantai dasar digunakan untuk ruangan

tempat Granthi membaca Granth Sahib, orang Sikh yang baru datang langsung

masuk ke ruangan tersebut, kemudian melakukan sujud dihadapan Granth Sahib

sebagai lambang bahwa orang tersebut telah datang dan telah siap untuk

bersembahyang. Kemudian ada ruangan untuk Langar, dapur untuk memasak,

tempat cuci piring, ruangan besar untuk kumpul-kumpul dan ruangan-ruangan

Page 78: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

68

kecil berbentuk kamar untuk para pengurus gurdwara dan petugas cleaning

service. Lantai dua terdiri dari ruangan besar untuk tempat sembahyang bersama,

ruangan khusus Granth sahib diletakkan setelah dipakai, ruangan khusus untuk

orang Sikh yang ingin membaca Granth Sahib sendiri saja. Kemudian ada

ruangan-ruangan berbentuk kamar pula yang digunakan sebagai tempat anak-anak

kecil yang ingin belajar berkhutbah dan membaca Granth Sahib, disediakan pula

ruangan untuk para musafir atau tamu yang ingin menginap.

6. Apakah ada makna simbolisme dalam bangunan Sikh Temple?

Tidak ada symbol keagamaan khusus dalam gurdwara, semua

dimaksudkan untuk mempermudah orang-orang Sikh beribadah saja. Tirai-tirai

yang dipasang dimaksudkan agar tidak mengganggu orang lain, bendera yang

dipasang di luar dimaksudkan sebagai tanda bahwa tempat ibadah ini adalah

gurdwara dan poto-poto dipajang sebagai bentuk pengenalan kepada anak-anak

tentang Guru Nanak dan Guru-Guru yang lain.

7. Kegiatan apa saja yang dilakukan dalam Sikh Temple setiap hari?

Sikh Temple dibuka setiap hari. Umumnya orang Sikh sembahyang setiap

pagi mulai dari pukul 7.30 sampai pukul 08.30 dan sore ketika matahari terbenam.

membaca Japji, kemudian makan bersama dan pulang untuk melakukan aktifitas

masing-masing. Pada hari minggu barulah Sikh Temple ramai, karena hari libur

masing-masing orang Sikh membawa serta keluarganya berkumpul. Sikh Temple

juga digunakan untuk pernikahan dan pembaptisan bayi yang baru lahir. Sikh

Temple juga digunakan untuk acara-acara besar seperti lahirnya Guru Nanak,

Baisakhi, Akhand Path dan sebagainya.

Page 79: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

69

8. Bagaimana struktur organisasi dalam Sikh Temple ini?

Organisasi dalam Sikh Temple ini dilakukan secara sukarela dan tidak ada

pemilihan khusus. Mereka tidak di gaji, kecuali petugas-petugas cleaning service-

nya. Struktur organisasi dipegang oleh sebelas orang, yaitu dua orang Pembina

yang diketuai oleh Dilbag Singh, tiga pengawas yang diketuai oleh Golraj Singh

dan enam pengurus harian yang diketuai oleh Lal singh. Namun pada hakikatnya

semua suka rela saja, seperti masalah dana yang terkumpul dilakukan secara

transparan. Gudwara ini dulunya di kepalai oleh Pritam Singh yang menjabat

sebagai Presiden komunitas Sikh, pada tahun 1954 sampai tahun 2000.

9. Apakah Sikh Temple terbuka untuk umum ?

Ya, siapa saja boleh datang ke Sikh Temple. Sikh Temple terbuka untuk

umum, yang penting tidak mengganggu orang-orang yang beribadah.

10. Menurut bapak, bagaimana bapak mendefinisikan/memaknai Tuhan?

Menurut saya Allah itu Esa, dalam Sikh dikenal dengan ek omkara, yang

artinya Allah Yang Maha Esa yang menciptakan seluruh alam semesta. Dia

berada di dalam diri manusia. Karena sikh lahir di India yang mayoritas beragama

Hindu, kemudian datang sufi Islam, oleh karena itu Sikh campuran dari keduanya.

Sikh tidak menyembah berhala seperti dalam Hindu dan tidak pula pergi ke

tempat-tempat ziarah seperti dalam Islam. Allah tidak hanya berada di satu tempat

saja, atau Allah ada dirumah ibadah, tetapi allah ada dimana-mana. Kita tak perlu

berkontemplasi agar dekat dengan-nya, kita tak perlu kemana-mana, kita tetap

harus bersosialisasi dengan makhluk-makhluk Allah lainnya. Bagaimana cara kita

mencari Allah dalam sentuhan.

Page 80: AJARAN KETUHANAN DALAM AGAMA SIKH

70

11. Apakah ada symbol untuk melambangkan kebesaran Tuhan?

Ya, simbolnya Ek Omkara. Ek berarti satu yang dilambangkan dengan

garis lurus, Om yang berarti dunia dan kara yang berarti Pencipta, keduanya

dilambangkan dengan seperti angka tiga namun ujungnya naik ke atas, yang

mengartikan Pencipta alam semesta.

12. Apakah ada pengaruh ajaran ketuhanan Hindu dalam Sikh?

Sikh berasal dari India yang pada dasarnya beragama Hindu, sepuluh Guru

dalam Sikh pun beragama Hindu, tetapi kemudian bercampur dengan Islam sufi.

Sikh ini lebih dekat dengan Hindu Bali, karena dalam hal sembahyang Hindu Bali

tidak memakai berhala dan caranya pun berbeda. Sedangkan di India, orang-orang

Hindu memakai berhala atau patung-patung dan gambar. Cara beribadah yang

berbeda itu disebabkan pengaruh dari sufi Islam yang masuk ke India.

13. Bagaimana menurut bapak mengenai Allah sebagai Realitas transenden?

Allah yang transenden artinya Dia yang tak terjangkau oleh manusia.

Allah yang Maha Esa, karena Dia satu-satu-Nya dan tidak ada yang menyerupai-

Nya. Allah Maha Pencipta, karena Dia yang membuat alam semesta ini ada. Maha

Kuasa, karena Dia yang mempunyai semua yang ada dalam kehidupan ini dan

Hukam-Nyalah yang mutlak. Kita sebagai manusia ciptaan-Nya panggillah Dia

dengan nama-nama yang baik, Nam, Rabb, Allah, Akal Purakh, dan sebagainya.

14. Bagaimana kaitannya Allah dengan manusia?

Allah yang menciptakan manusia, maka manusia itu harus mengucapkan

syukur dengan puji-pujian kepada-Nya, datang ke gurdwara untuk Nam Simran

(bermeditasi). Manusia harus percaya bahwa Allah itu berada dimana-mana, Dia

tak terbatas pada suatu tempat, Dia ada didalam hati manusia, tinggal manusia itu

sendiri yang menyadari sepenuhnya.