Airlangga materi seminar iacf dpr

14
Korupsi di Sektor Perijinan dan Investasi Ir. H. Airlangga Hartarto, MMT., MBA Ketua Komisi VI DPR RI

description

 

Transcript of Airlangga materi seminar iacf dpr

Page 1: Airlangga materi seminar iacf dpr

Korupsi di Sektor Perijinan dan Investasi

Ir. H. Airlangga Hartarto, MMT., MBAKetua Komisi VI DPR RI

Page 2: Airlangga materi seminar iacf dpr

Outline

Peran strategis investasi dalam perekonomian; Tantangan perekonomian nasional; Tantangan di sektor perijinan dan investasi

Iklim investasi yang masih buruk; Reformasi birokrasi yang lamban; Tumpang tindih kebijakan antar sektor/antara

pusat dan daerah/antar daerah Implikasi ketidakpastian di sektor perijinan dan

investasi Contoh kasus masalah merijinan dan investasi

Sektor pertambangan mineral dan batubara; Sektor migas; Sektor penanaman modal

Upaya-upaya prioritas

2

Page 3: Airlangga materi seminar iacf dpr

3

Peranan Strategis Investasi dalam Perekonomian Investasi, baik yang bersumber dari dalam negeri (PMDN) maupun

luar negeri (PMA), sangat berperan, antara lain bagi: Sumber pembiayaan bagi kegiatan pembangunan; Pemerataan kegiatan pembangunan; Pembiayaan kegiatan riset dan pengembangan teknologi; Peningkatan nilai tambah dan daya saing ekonomi nasional; dan Pengembangan SDM & Penciptaan lapangan kerja; Peningkatan kesejahteraan masyarakat;

Peluang Indonesia sebagai tujuan investasi cukup besar, didukung oleh: Kepemilikan atas sumberdaya alam; Jumlah penduduk/pasar ekonomi yang besar; dan Situasi politik yang relatif stabil;

Sejumlah faktor yang mempengaruhi kegiatan investasi, antara lain:Kemudahan dalam berinvestasi; Kepastian hak dan kewajiban;Keterbukaan informasi; Jaminan kepastian hukum;Jaminan kepastian berusaha; Jaminan keamanan berusahaJaminan perlakuan yang adil

Page 4: Airlangga materi seminar iacf dpr

4

Tantangan Perekonomian Nasional

Infrastruktur yang belum memadai, antara lain terkait: Sistem logistik; Jaringan transportasi; Bandara & pelabuhan; dan Listrik/energi

Tingkat korupsi yang masih tinggi; Menyebabkan output dari kegiatan

pembangunan dan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat tidak optimal;

Menghambat investasi

Ekonomi Biaya Tinggi

Daya Saing Rendah

Permasalahan daya saing harus menjadi prioritas di tengah persaingan yang makin ketat;

Tahun depan kita mulai menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan negara-negara tetangga di kawasan ASEAN, melalui implementasi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

Page 5: Airlangga materi seminar iacf dpr

5

Tantangan di Sektor Perijinan & Investasi…(1)Dalam 5 tahun terakhir upaya untuk

perbaikan iklim investasi mengalami stagnasi;

Berdasarkan indikator Ease of Doing Business, pada tahun 2010 Indonesia berada di peringkat 122, dan 2014 berada di peringkat 120, tidak mengalami perkembangan signifikan;

Bandingkan dengan sejumlah negara berikut:Singapura tetap di peringkat 1Malaysia meningkat dari peringkat

23 ke peringkat 6;Brunei, meningkat dari peringkat 96

ke peringkat 59;Filipina, meningkat dari peringkat

144 ke peringkat 108;Brazil, meningkat dari peringkat 129

ke peringkat 116;

2010 2011 2012 2013 2014

122121

129128

120

Ease of Doing Business (DB) Indonesia 2010-2014

Peringkat

89

129 133

1

23

12

9396

144

96

116

134

16 18

99

59

108

Perkembangan DB Beberapa Negara

2010 2014

Page 6: Airlangga materi seminar iacf dpr

6

Tantangan di Sektor Perijinan & Investasi…(2)

Birokrasi yang belum efektif masih menjadi salah satu kendala utama dalam kegiatan investasi dan upaya percepatan pembangunan ekonomi nasional;

Proses reformasi birokrasi yang berjalan lamban, antara lain terkait permasalahan: Kapasitas kelembagaan pemerintahan di daerah; Standar dan prosedur:

• persyaratan; • proses yang berbelit-belit; • ketidakpastian waktu;• ketidakpastian biaya; dan• pungutan liar

Transparansi/akses dan keterbukaan informasi; Kebijakan-kebijakan yang bersifat reaksioner dan

temporer; Kualitas, profesionalisme dan integritas penyelenggara

birokrasi;

Page 7: Airlangga materi seminar iacf dpr

7

Tantangan di Sektor Perijinan & Investasi…(3)

Tumpang tindih kebijakan antar sektor, antara lain: Pertambangan dan industri vs kehutanan; Program infrastruktur vs pertanahan Pasar modern vs pasar rakyat

Konflik dan ketidakselarasan kebijakan antara pusat dan daerah, antara lain: Banyaknya peraturan daerah yang bermasalah pasca

implementasi otonomi daerah:Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri, Pemerintah Pusat telah membatalkan/merevisi lebih dari 1.800 Perda selama periode periode 2002-2009, dan sekitar 1.000 Perda selama periode 2010-2013

Konflik batas wilayah, dan tumpang tindih perijinan yang berimbas pada ketidakpastian ijin:

Hingga saat ini, terdapat lebih dari 700 sengketa batas wilayah antar daerah (berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri);Berdasarkan data bulan Juni 2013, dari sekitar 11 ribu Izin Usaha Pertambangan (IUP), sekitar 5 ribu masih bermasalah/mengalami tumpang tindih (Data Kementerian ESDM);

Page 8: Airlangga materi seminar iacf dpr

8

Implikasi Ketidakpastian di Sektor Perijinan & Investasi

Munculnya pihak-pihak dari kalangan swasta yang melakukan suap kepada pejabat publik/jajaran birokrasi agar: Mendapatkan kemudahan/fasilitas dan keuntungan secara

tidak fair; Memenangkan persaingan secara tidak fair; Mengamankan dan memproteksi investasi yang dilakukan;

Munculnya oknum-oknum di lembaga publik/birokrasi yang melakukan penyalahgunaan kewenangan (abuse of power) demi untuk keuntungan pribadi/kelompok, antara lain melalui: Pemberian informasi yang bersifat rahasia (rencana tender,

rencana kebijakan/regulasi, data pesaing); Perubahan regulasi yang hanya menguntungkan pihak-

pihak tertentu; Pungutan liar dalam proses perijinan dan investasi;

Munculnya oknum-oknum pihak ketiga (rent seekers), yang menjembatani pihak investor dan pejabat publik dalam rangka kemudahan perijinan dan investasi, yang dilakukan secara tidak fair;

Page 9: Airlangga materi seminar iacf dpr

9

Contoh Kasus Masalah Perijinan & Investasi…(1)Sektor Pertambangan Mineral dan Batubara

Banyak pengusaha, yang hanya bermodalkan kedekatan dengan pejabat di daerah, mendapatkan ijin usaha di bidang pertambangan mineral dan batubra, namun tidak bermaksud melakukan kegiatan eksplorasi dan produksi, melainkan hanya untuk: Mendapatkan pendanaan;Dijual ke pihak lain;

Sebagai upaya mengatasi hal tersebut, maka melalui UU No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Minerba dilakukan pengaturan lebih ketat (dalam Pasal 93), sebagai berikut:

1)Pemegang IUP dan IUPK tidak boleh memindahkan IUP dan IUPK-nya kepada pihak lain.

2)Untuk pengalihan kepemilikan dan/atau saham di bursa saham Indonesia hanya dapat dilakukan setelah melakukan kegiatan eksplorasi tahapan tertentu.

3)Pengalihan kepemilikan dan/atau saham sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan dengan syarat: a. harus memberitahu kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya; dan b. sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Page 10: Airlangga materi seminar iacf dpr

10

Contoh Kasus Masalah Perijinan & Investasi…(2)Sektor Migas

Pengaturan mengenai jenis-jenis pengeluaran yang bisa mendapatkan cost recovery dalam PSC tidak spesifik, sehingga memberikan ruang kepada kontraktor migas mendapatkan pengembalian biaya untuk kegiatan-kegiatan yang mestinya tidak layak mendapatkan cost recovery;

Ketidakjelasan pengaturan jenis-jenis biaya operasi yang bisa atau tidak bisa mendapatkan pengembalian biaya, telah menyebabkan in-efisiensi cost recovery, dan juga membuka peluang untuk terjadinya negosiasi antara pihak kontraktor dan wakil pemerintah;

Untuk mengatasi hal tersebut, kemudian dilakukan pengaturan mengenai negative list cost recovery melalui Permen ESDM No. 22 Tahun 2008, yang diatur kembali dalam PP No. 79 Tahun 2010. Terdapat 24 item biaya yang tidak bisa mendapatkan pengembalian biaya (dalam Pasal 13), antara lain: Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan

pribadi dan/atau keluarga; Biaya pengembangan lingkungan dan masyarakat setempat

pada masa eksploitasi; Biaya pelatihan teknis untuk tenaga kerja asing; dan Biaya terkait merger, akuisisi, atau biaya pengalihan

participating interest;

Page 11: Airlangga materi seminar iacf dpr

11

Contoh Kasus Masalah Perijinan & Investasi…(3)Sektor Penanaman Modal

Ijin untuk usaha penanaman modal masih dihadapkan pada sejumlah kendala, antara lain: standar dan prosedur perijinan, akses informasi, proses yang berbelit-belit, dan tidak adanya kepastian waktu dan biaya;

Untuk mengatasi permasalahan perijinan tersebut di atas, dalam UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal telah diamanatkan agar proses perijinan dilakukan melalui pelayanan terpadu satu pintu (Pasal 25 & 26), yaitu sebagai berikut:

Pasal 25 ayat 4 dan 5: (4) Perusahaan penanaman modal yang akan melakukan kegiatan usaha wajib memperoleh izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dari instansi yang memiliki kewenangan, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang; (5) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diperoleh melalui pelayanan terpadu satu pintu.

Pasal 26: 1) Pelayanan terpadu satu pintu bertujuan membantu penanam modal dalam memperoleh kemudahan pelayanan, fasilitas fiskal, dan informasi mengenai penanaman modal; (2) Pelayanan terpadu satu pintu dilakukan oleh lembaga atau instansi yang berwenang di bidang penanaman modal yang mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan perizinan dan nonperizinan di tingkat pusat atau lembaga atau instansi yang berwenang mengeluarkan perizinan dan nonperizinan di provinsi atau kabupaten/kota.

Page 12: Airlangga materi seminar iacf dpr

12

Upaya-Upaya Prioritas …(1)

Kontinuitas dan percepatan proses reformasi birokrasi dalam rangka perbaikan iklim investasi, sekaligus dapat memperkecil atau menutup ruang bagi terjadinya praktek korupsi, antara lain melalui: Peningkatan kapasitas kelembagaan; Peningkatan kualitas, profesionalisme dan integritas

penyelenggara birokrasi; Peningkatan transparansi dan akuntabilitas;

Perluasan jumlah Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal (PTSP);

Optimalisasi pelaksanaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal, antara lain melalui:

Peningkatan kualitas SDM; dan

Penyediaan sarana dan prasarana;

Pengembangan standar dan prosedur yang lebih efisien;

Page 13: Airlangga materi seminar iacf dpr

13

Upaya-Upaya Prioritas …(2)

Konsistensi, kesinambungan kebijakan dan aturan yang dapat membantu mencegah terjadinya praktek korupsi;

Harmonisasi kebijakan baik antara pemerintah pusat dan daerah, maupun antar pemerintah daerah;

Penguatan kapasitas, dan peningkatan koordinasi serta kerja sama antar lembaga penegak hukum;

Penegakan hukum secara adil dan tidak diskriminatif;

Peningkatan partisipasi masyarakat;

Page 14: Airlangga materi seminar iacf dpr

14

Terimakasih