Aids Dan Pencegahan Penularannya Pada Praktek Dokter Gigi

23
AIDS DAN PENCEGAHAN PENULARANNYA PADA PRAKTEK DOKTER GIGI SONDANG PINTAULI Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Dalam bidang kesehatan masyarakat, para ahli senantiasa memusatkan perhatian pada masalah-masalah kesehatan yang menyangkut orang banyak. Di masa lampau wabah penyakit dan bencana alam silih berganti mengancam kehidupan umat manusia, namun berkat kemajuan ilmu kedokteran, dewasa ini banyak diantara wabah penyakit tersebut telah dapat dikendalikan (11). Pada umumnya negara maju dapat menikmati taraf kesehatan rata-rata lebih baik, akan tetapi negara yang sedang berkembang masih berjuang untuk mendapatkan pemerataan kesehatan. Dalam suasana demikian ini kita dihadapkan pada kenyataan bahwa ada satu jenis penyakit yang dapat berjangkit dengan cepat tanpa memandang bulu baik dinegara maju maupun dinegara sedang berkembang, yakni penyakit AIDS. Dewasa ini, Acquired Immune Deficiency (AIDS) merupakan salah satu masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian dunia. WHO meramalkan bahwa

description

gigi

Transcript of Aids Dan Pencegahan Penularannya Pada Praktek Dokter Gigi

Page 1: Aids Dan Pencegahan Penularannya Pada Praktek Dokter Gigi

AIDS DAN PENCEGAHAN PENULARANNYA PADA PRAKTEK DOKTER GIGI

SONDANG PINTAULI

Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan Kesehatan Gigi Masyarakat

Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bidang kesehatan masyarakat, para ahli senantiasa memusatkan

perhatian pada masalah-masalah kesehatan yang menyangkut orang banyak. Di

masa lampau wabah penyakit dan bencana alam silih berganti mengancam

kehidupan umat manusia, namun berkat kemajuan ilmu kedokteran, dewasa ini

banyak diantara wabah penyakit tersebut telah dapat dikendalikan (11).

Pada umumnya negara maju dapat menikmati taraf kesehatan rata-rata lebih

baik, akan tetapi negara yang sedang berkembang masih berjuang untuk

mendapatkan pemerataan kesehatan. Dalam suasana demikian ini kita dihadapkan

pada kenyataan bahwa ada satu jenis penyakit yang dapat berjangkit dengan cepat

tanpa memandang bulu baik dinegara maju maupun dinegara sedang berkembang,

yakni penyakit AIDS.

Dewasa ini, Acquired Immune Deficiency (AIDS) merupakan salah satu

masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian dunia. WHO meramalkan bahwa

jumlah penderita AIDS dan kematian akibat AIDS seluruh dunia akan meningkat 10

persen dalam waktu 8 tahun mendatang, yaitu dari satu setengah juta saat ini

menjadi 12-18 juta pada tahun 2000 (4,5,6,7,8). Penyakit ini memang mempunyai

angka kematian yang tinggi dimana hampir semua penderita AIDS meninggal dalam

waktu lima tahun sesudah menunjukkan gejala pertama AIDS (Depkes 1988) (5).

Di Indonesia, kasus AIDS yang pertama kali dilaporkan adalah seorang

wisatawan laki-laki berkebangsaan Belanda yang meninggal di Bali pada tahun 1987.

Page 2: Aids Dan Pencegahan Penularannya Pada Praktek Dokter Gigi

Kasus kedua juga orang asing sedangkan kasus berikutnya terjadi pada seorang pria

Indonesia yang juga meninggal di Bali (1,2). Sejak itu, jumlah penderita AIDS terus

meningkat. Hal ini terlihat dalam data kumulatif Depkes RI dari 15 Propinsi dimana

sampai bulan Maret 1995 kasus AIDS sudah mencapai 288 orang (7,9). Di propinsi

Sumatera Utara dilaporkan adanya dua kasus yang menderita HIV positif dan

kemungkinan kasus ini akan bertambah banyak.

AIDS merupakan penyakit yang fatal, menular dan sampai sekarang belum

ada obatnya. Penderita AIDS tetap menularkan penyakit sepanjang hidupnya dan

biasanya HIV menyerang usia produktif. Masalah AIDS menjadi lebih berat lagi

karena pada kasus seropositif, penderita biasanya merasa sehat dan dari penampilan

luar juga tampak sehat namun merupakan pembawa virus yang asimtomatik dan

dapat menularkan HIV kepada orang lain (12).

Sebagaimana diketahui bahwa penularan HIV/AIDS dapat terjadi melalui

hubungan seksual, pemakaian jarum suntik secara bergantian, tranfusi darah serta

oleh ibu yang terinfeksi kepada bayi yang dikandungnya (2,4,5,6). Yang perlu

diperhatikan bahwa seorang pengidap HIV dapat tampak sehat tetapi potensial

sebagai sumber penularan seumur hidup (1).

Ketakutan terkena infeksi AIDS telah melanda semua orang termasuk dokter

gigi sebagai salah seorang tenaga kesehatan oleh karena dalam prakteknya mereka

selalu berkontak dengan saliva dan darah. Cara penularannya dapat berupa infeksi

silang antara pasien ke pasien melalui alat-alat tercemar (6). Dibidang kedokteran gigi, tindakan perawatan yang beresiko penularan antara lain berupa pencabutan

gigi, pembersihan karang gigi, pengesahan gigi terutama didaerah servikal, insisi

serta tindakan lain yang dapat menimbulkan luka. Walaupun kemungkinan kecil,

tetapi mempunyai resiko yang pasti (6,8). Atas dasar itulah Oral Health Department

WHO menghimbau para dokter gigi di seluruh dunia agr melakukan tindakan

pencegahan untuk melindungi pasien maupun dirinya sendiri (6).

Di Amerika Serikat dilaporkan 2 orang penderita tertular HIV dipraktek dokter

Page 3: Aids Dan Pencegahan Penularannya Pada Praktek Dokter Gigi

gigi serta diperoleh bukti bahwa mereka tertular ditempat praktek dokter gigi yang

tidak melakukan tindakan pencegahan secara ideal (FDI, 1991). Apabila di negara

maju masih terdapat hal semacam itu, maka dapat diasumsikan bahwa di negara

berkembang seperti Indonesia tindakan pencegahan masih belum memadai.

Perkembangan AIDS sejauh ini telah memberikan banyak perubahan dalam

mutu pelayanan kesehatan, bukan saja karena penyakit ini merupakan penyakit baru

tetapi juga merupakan penyakit yang telah memakan banyak porsi dana kesehatan.

Hal ini merupakan suatu tantangan bagi tenaga kesehatan untuk mempersiapkan diri

dan agar dapat menciptakan sistem perawatan yang semakin baik (6).

BAB 2

ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME

(AIDS)

AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome, diterjemahkan secara

bebas sebagai sekumpulan gejala penyakit yang menunjukkan kelemahan atau

kerusakan yang didapat dari faktor luar dan bukan bawaan yang sejak lahir. Jadi,

sebenarnya AIDS merupakan kumpulan gejala-gejala penyakit infeksi atau

keganasan tertentu yang timbul sebagai akibat menurunnya daya tahan tubuh atau

kekebalan penderita (12).

2.1. Sejarah AIDS dan Perkembangannya

Sindrome ini pertama sekali dilaporkan oleh Michael Gottlieb pada

pertengahan tahun 1981 pada penderita pria homoseksual dan pecandu narkotik

suntik di Los Angeles, Amerika Serikat. Sejak penemuan pertama inilah, dalam

beberapa tahun dilaporkan lagi sejumlah penderita dengan sindrome yang sama dari

46 negara bagian Amerika Serikat lainnya (2).

Cepatnya penyebaran AIDS ini keberbagai benua, serta dampak yang terlihat

pada penderita beserta keluarganya, disamping belum diketahuinya cara

penanganan dan pengobatannya menyebabkan keresahan psikososial yang sangat

Page 4: Aids Dan Pencegahan Penularannya Pada Praktek Dokter Gigi

besar dikalangan masyarakat dimana kasus AIDS banyak terjadi.

Pada tahun-tahun pertama ditemukannya penyakit ini belum diketahui bahwa

agennya adalah retrovirus, namun diperkirakan bahwa penyebabnya adalah agen

yang dapat menular. Baru pada akhir tahun 1983, para peneliti menemukan satu

jenis retrovirus yang mulanya diberi nama Lympadenopati associated virus, dan

pada bulan Mei tahun 1986 disepakati menggunakan satu nama saja yaitu Human

Immunodeficiency Virus (HIV) (5,12,14,22.24,25).

2.2. Epidemiologi AIDS

Di Amerika Serikat, pengumpulan data epidimiologi dilakukan oleh Centres for

Disease Control (CDC) yang berasal dari daerah epidemi mulai tahun 1991,

ditemukan bahwa mayoritas penderita AIDS dewasa dilaporkan kaum

homoseksual/biseksual adalah 59%, pengguna obat secara intravena 22% dan lakilaki

homoseksual yang menggunakan obat secara intravena 7%. Pasangan seksual dari orang-orang tersebut diatas merupakan kelompok beresiko tinggi. Sekitar 90%

kasus tersebut dilaporkan terjadi pada pria dan 19% pada wanita. Wanita yang

berusia 20-44 tahun adalah kelompok usia terinfeksi yang tercepat. Sekitar 40-50%

anak yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV ternyata seropositif terhadap HIV. Pasien

hemofilia dan penerima tranfusi darah merupakan kelompok terkecil dan jumlahnya

terus berkurang sejak dilakukan screening terhadap donor yang terkontaminasi HIV

yang dilaksanakan sejak tahun 1985.

Secara umum dapat dipercaya bahwa kebanyakan penderita infeksi HIV akan

menjadi penderita AIDS. Walaupun waktu terinfeksi HIV dengan diagnosa AIDS

bervariasi, hasil penelitian melaporkan bahwa periode inkubasi sekitar 5-10. Dengan

ditemukannya obat seperti zidovidume, yang juga dikenal sebagai azidothymidine

(AZT), ternyata bahwa dapat memperpanjang masa inkubasi. Diperkirakan angka

kematian 90% selama 3 tahun dengan diagnosa AIDS.

2.3. Patogenesis

HIV secara selektif akan menginfeksi sel yang berperan membentuk zat anti

Page 5: Aids Dan Pencegahan Penularannya Pada Praktek Dokter Gigi

pada sistem immunitas selluler yaitu sel limfosit T4. Limfosit T4 menjadi sasaran dari

virus ini karena sel tersebut mempunyai CD4 antigen pada membrannya, yang dapat

berperan sebagai reseptor untuk virus tersebut. Selain sel limfosit T4 yang yang

menjadi sasaran HIV, terbukti kemudian adalah sel lain yang juga mempunyai CD4

antigen pada membrannya sehingga menjadi target dari HIV. Sel lain tersebut

adalah sel monosit-makrofag, dan beberapa sel hemopoesis di dalam sum-sum

tulang (8).

HIV sebagai virus RNA mempunyai enzim reverse transcriptase dimana pada

kejadian infeksi mampu membentuk virus DNA. Virus DNA yang terbentuk ini masuk

kedalam inti sel target dan berintergrasi dengan DNA dari host dan menjadi provirus

(DNA Provirus). DNA provirus yang telah berintergrasi dengan sel DNA dari host (sel

limfosit T4) akan ikut mengalami replikasi pada setiap terjadi proliferasi sel. Setiap

hasil replikasi DNA ini selanjutnya akan menghasilkan virus RNA, enzim reverse

transcriptase dan protein virus. Demikian peristiwa infeksi HIV ini berlangsung

(4,14,15).

2.4. Gambaran Penyakit

Secara klinis gambaran penyakit yang diakibatkan oleh infeksi HIV ini dapat

terlihat dalam 4 tahap berurutan. Tahap-tahap ini sangat berkolerasi dengan

gambaran laboratorium akibat perubahan fungsi imunitas dan aktivitas virus.

1. Tahap pertama, tahap infeksi primer (primary infection)

Tahap ini terlihat setelah beberapa minggu terpapar HIV, ditandai dengan

gejala demam, sakit tenggorokan, lesu dan lemas, sakit kepala, fotofobia,

limpadenopati serta berecak makulopapular. Tahap ini biasanya berlangsung

sekitar satu atau dua minggu lebih dan ditemukan pada hampir 70%

peristiwa infeksi HIV.

2. Tahap kedua, tahap infeksi dini (early infection)

Tahap ini merupakan nama laten virus yang dapat berlangsung selama

Page 6: Aids Dan Pencegahan Penularannya Pada Praktek Dokter Gigi

beberapa bulan sampai beberapa tahun. Umumnya penderita asimtomatik

kecuali beberapa diantaranya dengan limpadenopati umum.

3. Tahap ketiga, tahap infeksi menengah (middle infection)

Tahap ini itandai dengan munculnya kembali antigen HIV serta penurunan sel

limfosit T sehinngga penderita menjadi sangat rentan terhadap berbagai kondisi dan infeksi. Kandiasis di mulut dan oral hairy leukoplakia serinng

terlihat pada tahap ini.

4. Tahap keempat, tahap sakit HIV berat (severe HIV disease)

Tahap ini ditandai dengan timbulnya infeksi oportunistik dan neoplasma yang

menyebabkan keadaan sakit berat dengan angka kematian yang tinggi.

Tahap inilah yang disebut AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)

Pengalaman menunjukkan bahwa resiko masuknya ketahap sakit HIV berat

atau AIDS meningkat sejalan dengan lamanya infeksi. Dalam keadaan penderita

tidak mendapatkan pengobatan terhadap retrovirusnya, sekitar 50% penderita HIV

ini sampai ketahap AIDS kira-kira sesudah 10 tahun.

2.5. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium sangat besar perananya dalam menetapkan

diagnosis dan gambaran perjalanan penyakit serta dalam menentukan tindakan

pengobatan, karenadalam banyak hal tidak dapat memberi petunjuk terhadap

perkembangan penyakit khususnya padamasa asintomatik laten (20).

Pemeriksaan laboratorium menunjukkan antigen atau antibody terhadap HIV

didalam darah. Untuk itu digunakan pemeriksaan dengan tes Elisa (Enzim linked

immunosorbent assay) sebagai pemeriksaan penyaring, yang apabila positif lebih

lanjut dikonfirmasikan dengan pemeriksaan Westren Immunoblot (WB) (12, 14,18,25).

Baru-baru ini diperkenalkan dengan satu cara pemeriksaan yang lebih akurat yaitu

tes PCR atau Polymerase Chain Reactions.

2.6. Cara Penularan

AIDS adalah merupakan penyakit yang fatal dan menular. Jalan utama untuk

Page 7: Aids Dan Pencegahan Penularannya Pada Praktek Dokter Gigi

tranmisi HIV adalah kontak seksual (homoseksual atau heteroseksual) tranmisi

jarum suntik dan alat kesehatan lain, tranmisi perinatal (dari ibu ke anak dalam

persalinan), tranmisi darah dan produk darah serta tranmisi dalam pelayanan

kesehatan yaitu pada pekerja rumah sakit yang berkontak dengan darah atau cairan

tubuh pasien dengan infeksi HIV (4,5,8,10,14,15,25).

Sekalipun penyelidikan secara epidemologi menunjukkan bahwa darah dan

semen merupakan jalur penularan utama virus AIDS, telah dilaporkan bahwa HIV

juga ditemukan dalam saliva, air mata, air susu ibu dan urin (8,10). Penularan melalui

saliva sampai saat ini memang diragukan karena jumlah virus dalam saliva amat

kecil sehingga tidak potensial untuk penularan. Hasil beberapa penyelidikan

menunjukkan bahwa sebenarnya saliva dapat menghambat virus HIV agar tidak

menginfeksi limfosit manusia disamping fungsi saliva sendiri sebagai pelindung

karena mengandung sejumlah protein saliva. Resiko penularan dalam tindakan

kedokteran diperkirakan melalui saliva yang tercampur darah karena luka yang

timbul dalam perawatan (24).

Disamping perawatan gigimemungkinkan terjadinya pendarahan, penggunaan

hanplece berkecepatan tinggi, alat ultrasonic dan adanya kontak dengan sejumlah

besar pasien juga memungkinkan terjadinya infeksi dan kontaminasi bagi dokter gigi

sangat besar (24). Prosedur perawatan yang berakibat terjadinnya pendarahan adalah

pencabutan gigi, pembedahan, perawatan periodontal, pembersihan karang gigi dan

lain-lain. Pada dasarnya, instrumen yang menembus jaringan lunak atau yang akan

menyebabkan pendarahan atau kontak dengan selaput lendir yang utuh seperti

jarum suntik, jarum endodontik, tang ekstaksi merupakan instrumen yang tergolong

beresiko tinggi (8). Hingga saat ini belum terbukti bahwa AIDS dapat ditularkan oleh gigitan

serangga, minuman, makanan atau kontak biasa dalam keluarga, sekolah, kolam

renang, WC umum atau tempat kerja dengan penderita AIDS (5).

BAB 3

Page 8: Aids Dan Pencegahan Penularannya Pada Praktek Dokter Gigi

GEJALA KLINIS DAN MANIFESTASI AIDS DIRONGGA MULUT

3.1. Gejala Klinis AIDS

AIDS mempunyai spectrum yang luas pada gambaran klinis. Pada awal

permulaan terdapat gejala-gejala seperti terkena flu. Penderita merasa lelah yang

berkepanjangan dan tanpa sebab, kelenjar-kelenjar getah bening dileher, ketiak,

pangkal paha membengkak selama berbulan bulan, nafsu makan menurun/hilang,

demam yang terus menerus mencapai 39 derajat Celcius atau berkeringat pada

malam hari, diarrhea, berat badan turun tampa sebab, luka-luka hitam pada kulit

atau selaput lendir yang tidak bias ssembuh, batuk-batuk yang berkepanjangan dan

dalam kerongkongan, mudah memar atau pendarahan tanpa sebab. Gejala-gejala

awal ini sering disebut AIDS Related Complex (ARC). Bila keadaan penyakit ini

meningkat, penyakit ganas lain berkembang seperti: radang paru (penumocytis

carinii), kandiasis oesophagus, cytomegalovirus atau herpes, sarcoma kaposi, tumor

ganas pembuluh darah (3,19,23).

3.2. Manifestasi AIDS dirongga mulut

Sekitar 95% penderita AIDS mengalami manifestasi pada daerah kepala dan

leher sebagaimana juga menurut Shiod dan Pinborg 1987. Manifestasi di mulut

seringkali merupakan tanda awal infesi HIV (16).

3.2.1 Infeksi karena jamur (Oral Candidiasis)

Kandiasi nulut sejauh ini merupakan tanda di dalam mulut yang paling sering

dijumpai baik pada penderita AIDS maupun AIDS related complex (ARC) dan

merupakan tanda dari manifestasi klinis pada penderita kelompok resiko tinggipada

lebih 59% kasus.

Kandiasis mulut pada penderita AIDs dapat terlihat berupa oral thrush, acute

atrophic candidiasis, chronic hyperplastic candidiasis, dan stomatis angularis

(Perleche).

3.2.2 Infeksi karena virus

Page 9: Aids Dan Pencegahan Penularannya Pada Praktek Dokter Gigi

Infeksi karena virus golongan herpes paling sering dijumpai pada penderita AIDS

dan ARC. Infeksi virus pada penderita dapat terlihat berupa stomatis herpetiformis,

herpes zoster, hairy leukoplakia, cytomegalovirus.

3.2.3 Infeksi karena bakteri

Infeksi karena bakteri dapat berupa HIV necrotizing gingivitis maupun HIV

periodontitis.

a. HIV necrotizing gingivitis

HIV necrotizing gingivitis dapat dijumpai pada penderita AIDS maupun

ARC. Lesi ini dapat tersembunyi atau mendadak disertai pendarahan waktu

menggosok gigi, rasa sakit dan halitosis.

Necrotizing gingivitis paling sering mengenai gingiva bagian anterior. Pada

situasi ini, pabila interdental dan tepi gingiva akan tampak berwarna merah,

bengkak, atau kuning keabu-abuan karena nekrosis, bakan sering terjadi

necrotizing ulcrerative gingivitis yang parah dan penyakit periodontal yang progresif sekalipun kebersihan mulut terjaga dengan baik dan walaupun telah

diberikan antibiotika.

b. HIV periodontitis

Penyakit periodontal yang berlangsung secara progresif mungkin

merupakan indicator awal yang dapat ditemukan pada infeksi HIV. Dokter gigi

seyogyanya mendiagnosa secara dini proses kerusakan tulang alveolar

tersebut dengan tetap mempertimbangkan kemungkinan adnya infeksi HIV.

Hal ini disebabkan terutama oleh adanya fakta bahwa sejumlah penderita

AIDS yang mengalami kerusakan tulang alveolar yang cepat.

3.2.4 Neoplasma

Sarkoma kaposi yang berhubungan dengan AIDS tampak sebagai penyakit

yang lebih ganas dan biasanya telah menyebar pada saat dilakukan diagnosa awal.

Kira-kira 40% penderita AIDS dengan sarcoma kaposi akn meninggal dalam waktu

kurang lebih satu tahun dan biasanya disertai dengan infeksi opotunistik yang lain

Page 10: Aids Dan Pencegahan Penularannya Pada Praktek Dokter Gigi

(misalnya pneumocystic carinii, jamur, virus, bakteri).

Manifestasi mulut sarcoma kaposi biasanya merupakan tanda awal AIDS dan

umumnya (50%) ditemukan dalam mulut pria homoseksual. Selain mulut, sarcoma

ini juga dapat ditemukan dikulit kepala dan leher. Sarkoma kaposi pada mulut

biasanya terlihat mula –mula sebagai macula, nodul dan plak yang datar atau

menonjol, biasanya berbewntuk lingkaran dan berwarna merah atau keunguan.

Terletak pada palatum dan besarnya dari hanya beberapa millimeter sampai

centimeter. Bentuknya tidak teratur, dapat tunggal atau multiple dan biasanya

asintomatik, sehingga baru disadari oleh pasien bila lesi sudah menjadi agak besar.

3.2.5 Kelainan lain didalam mulut

Kelainan-kelainan ini tidak diketahui sebabnya, dapat timbul berupa :

a. Stomatis aphtosa rekuren, terutama tipe mayor.

b. Ulkus nekrotik yang meluas sampai ke fausia.

c. Xerostomia

d. Pembesaran kelenjar parotis, terutama penderita AIDS anak-anak.

e. Idiophatic thrombocytopenia purpura.

f. Palsi wajah

g. Addisonian mucosal hyperpigmentation

h. Limfadenopati submandibula.

i. Hiperpigmentasi melanotik

j. Penyembuhan luka yang lama

k. Bayi yang lahir dengan infeksi AIDS dapat mengalami deformasi wajah.

BAB 4

PENCEGAHAN PENULARAN AIDS UNTUK DOKTER GIGI

Setelah gejala klinis dimulut diketahui, maka perlu diambil upaya pencegahan

penyebaran penyakit ini melalui praktek dokter gigi, sebab ketakutan terkena infeksi

AIDS telah melanda kalangan dokter gigi, pasien maupun perawat gigi (24). Sampai

Page 11: Aids Dan Pencegahan Penularannya Pada Praktek Dokter Gigi

sekarang upaya pencegahan kontaminasi atau penularan infeksi HIV pada praktek

dokter gigi masih dilakukan seperti upaya pencegahan infeksi silang lainnya. Pada dasarnya tindakan pencegahan harus mencakup lima komponen penting

yaitu penjaringan pasien, perlindungan diri, dekontaminasi peralatan, desinfeksi

permukaaan lingkaran kerja dan penanganan limbah kllinik (1,2,13,14,17).

Penjaringan Pasien

Dalam hal ini harus disadari bahwa tidak semua pasien dengan penyakit

infeksi dapat terjaring dengan rekam medik sehingga system penjaringan pasien

tidak menjamin sepenuhnya pencegahan penularan penyakit. Konsep Universal

precaution pertama kali dianjurkan oleh Centers For disease Control (CDC) pada

tahun 1987 yaitu mempermalukan semua pasien seolah-olah mereka terinfeksi HIV.

Perlindungan diri

Perlindungan diri meliputi cuci tangan, pemakaian sarung tangan, cadar, kaca

mata, dan mantel kerja. Prosedur cuci tangan dilakukan dengan sabun antiseptik di

bawah air mengalir. Persyaratan yang harus dipenuhi sarung tangan adalah bdasar

tidak mengiritasi tangan, tahan bocor, dan memberikan kepekaan yang tinggi bagi

pemakainya. Cadar berfungsi untuk melindungi mukosa hidung dan kontaminasi

percikan saliva dan darah pada mata karena conjunctiva mata merupakan salah satu

port entry sebagian besar infeksi virus. Sedangkan mantel kerja dianjurkan

digunakan sewaktu melayani pasien yang setiap saat terkancing baik.

Dekontaminasi Peralatan

Dekontaminasi adalah suatu istilah umum yang meliputi segala metode

pembersihan, desenfeksi dan sterilisasi yang bertujuan untuk menghilangkan

pencemaran mikroorganisme yang melekat pada peralatan medis sedemikian rupa

sehingga tidak berbahaya. Metode dekontaminasi yang utama adalah penguapan

dibawah tekana (autklav), pemanasan kering (oven udara panas), air mendidih dan

desinfektan kimia dengan menggunakan hipoklorit atau glutaraldehid 2%.

Desinfeksi permukaan lingkungan kerja

Page 12: Aids Dan Pencegahan Penularannya Pada Praktek Dokter Gigi

Setiap permukaan yang dijamah oleh tangan operator harus disterilkan

(misalnya instrumen) atau desinfeksi (misalnya meja kerja, kaca pengaduk, tomboltombol

atau pegangan laci dan lampu). Meja kerja, tombol-tombol, selang

as[pirator, tabung, botol material dan pegangan lampu unit harus diulas dengan

klorheksidin 0,5% dalam alcohol atau hipoklorit 1000 bagian perjuta (bpj) dari

klorida yang tersedia, dalam setiap sesi atau setiap pergantian pasien. Piston harus

dicuci dan debris dari pelastik penyaring dibersihkan setiap selesai satu pasien.

Selang aspirator sebaiknya memakai yang sekali pakai. Bila ada noda darah, cairan

tubuh atau nanah, permukaan harus didesinfeksidengan larutan hipoklorit yang

mengandung 10.000 bjp dari klorida yang tersedia dan kemudian dibersihkan

dengan lap sekali pakai. Larutan harus dibiarkan pada permukaan yang akan

dibersihkan minimal selama tiga menit, kemudian larutan tersebut dilap, serta

permukaan permukaan tersebut dibilas dan dikeringkan.

Posisi operator tertentu didalam melakukan tindakan perawatan gigi, juga

mempunyai rwesiko kontaminasi dari mulut pasien ke operator. Penelitian di

Universitas Bologna, Itali membuktikan bahwa resiko terbesar bagi operator bila ia

bekerja pada posisi kanan penderita diposisi jam 9.

Penanganan limbah klinik

Yang dimaksud dengan limbah klinik adlah semua bahan yang menular atau

kemungkinan besar menular atau zat-zat yang berbahaya yang berasal dari

lingkungan kedokteran dan kedokteran gigi. Sampah ini dikumpulkan untuk dibakar,

atau ditanam untuk jenis tertentiu. Limbah klinik seperti jarum dikumpulkan di dalam wadah plastik berwarna kuninguntuk dibakar dan jenis limbah tertentu

dikumpulkan untuk ditanam. Sebaiknya jarum suntik disposible setelah dipakai

langsung dibuang dalam wadah tanpa memasang kembali penutup jarum, hal ini

untuk menghindari tertusuknya tangan oleh jarum tersebut.

Limbah darah, adalah yang paling potensial mengandung HIV, maka bila ada

limbah darah misalnya kapas dengan darah, ekstraksi jaringan atau gigi jatuh ke

Page 13: Aids Dan Pencegahan Penularannya Pada Praktek Dokter Gigi

lantai ambillah limbah tersebut dengan mengggunakan sarung tangan, dibersihkan

dengan lap atau tissue kertas kemudian lap atau tissuedan daerah tumpahan

dituangkan larutan hipoklorit 10.000 bpj. Setelah 10 menit atau lebih, bilas tempat

tersebut dengan lap lain, dan lap serta tissue dapat dibuang sesuai dengan

tempatnya.

BAB 5

KESIMPULAN

AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit yang ditandai dengan rusaknya

system kekebalan tubuh sehingga mudah diserang berbagai macam infeksi. AIDS

disebabkan oleh virus Human Immunodeficiency Virus (HIV).

Sampai saat ini belum dapat diketahui dengan pasti dari mana mulai

berjangkitnya penyakit AIDS. Penyakit AIDS tidak ditularkan melalui kontak biasa,

namun ditularkan melalui hubungan seksual, kontak dengan darah yang tercemar

HIV dan melalui jarum suntik atau alat kedokteran lainnya yang tercemar HIV.

Sebaliknya AIDS tidak dapat ditularkan melalui gigitan serangga, minuman, atau

kontak biasa dalam keluarga, sekolah, kolam renanng, WC umum atau tempat kerja

dengan penderita AIDS.

Penderita yang terinfeksi HIV akanmengalami gejala klinis dan manifestasi di

rongga mulut. Manifestasi didalam rongga mulut oleh penderita AIDS terdiri atas

serangkaian infeksi oportunistik (kandiasi, leukoplakia) dan neoplasma.

Ketakutan terkena infeksi AIDS telah melanda kalangan dokter gigi sebagai

salah seorang tenaga kesehatan oleh karena dalam prakteknya mereka selalu

berkontak dengan saliva dan darah. Oleh karena itu dokter gigi perlu mawas diri

dalam melakukan upaya pencegahan yang semaksimal mungkin diprakteknya.

Sampai sekarang, upaya pencegahan kontaminasi atau penularan infeksi HIV

pada praktek dokter gigi masih dilakukan seperti upaya pencegahan infeksi silang

lainnya. Upaya pencegahan ini haru mencakup lima komponen penting yaitu

Page 14: Aids Dan Pencegahan Penularannya Pada Praktek Dokter Gigi

penjaringan pasien, perlindungan diri, dekontaminasi peralatan, desinfeksi

permukaan lingkaran kerja dan penanganan limbah klinik. Diharapkan dengan upaya

pencegahan ini setidaknya dokter gigi dapat terhindar dari kemungkinan tertularnya

virus HIV. DAFTAR RUJUKAN

1. Anton R. Pencegahan transmisi HIV dalam klinik perawatan gigi. Program

Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat 1994.

2. Basuki S. Petunjuk praktik sterilisasi instrumen dan pengendalian infeksi

silang. Jakarta : EGC, 1993 : 1-43

3. Basyarahil H. AIDS dan profesi kedokteran gigi. Majalah PDGI 1987 : 49 : 55-

9.

4. DepKes RI. Penanggulangan AIDS. Jakarta : 1-25.

5. DepKes RI. Informasi mengenai AIDS. Jakarta 1991 : 1-17

6. Djaya S.A. Alphons Q. Djohansyah L. Pengetahuan dan sikap mahasiswa

kedokteran dan kedokterqan gigi terhadap penyakit dan penderita AIDS. MI

Kedokteran Gigi Edisi Foril IV, Jakarta 1993 : 375-87.

7. Muninjaya GAA. Beberapa pokok pikiran untuk pengembangan program

penelitian AIDS di Indonesia. JEN I 1994;3:49-52

8. Permana G. dkk. Tatalaksana kontrol infeksi sehubungan dengan upaya

pencegahan dan penularan HIV dalam pelayanan Kesehatan Gigi. Jurnal

jaringan Epidemiologi Nasional 1993; 3: 34-45

9. Hadi P, Imral Ch, S Notoatmojo. Studi tentang pengetahuan, sikap terhadap

HIV/AIDS dan praktek pencegahan resiko tertularnya dikalangan petugas

pelayanan perinatal di lima rumah sakit Pendidikan dan Rujukan Di Indonesia,

Jurnal JEN I 1994: 36-43

10. Jusuf B. AIDS, hubungannya dengan penyakit menular seksual lain. Cermin

Dunia Kedokteran 1992; 75: 23-5

11. Juwono R. Petunjuk pencegahan penularan HIV untuk petugas kesehatan.

Page 15: Aids Dan Pencegahan Penularannya Pada Praktek Dokter Gigi

Cermin Dunia Kedokteran 1992; 75: 40-2

12. Lubis I. Pemeriksaan Laboratorium untuk HIV, Cermin Dunia Kedokteran.

1992; 75:13-6

13. Madhin. Pencegahan ifeksi silang di klinik. Kumpulan Makalah Ilmiah, Medan:

FKG USU 1996: 1-10

14. Pederson GW. Oral Surgery In: Purwanto B (alih bahasa).Buku ajar praktis

bedah mulut. Jakarta: EGC, 1996: 1-13

15. Petrus A. AIDS dan penyakit kelamin lainnya. Jakarta: Penerbit arcan, 1992:

1-30. 16.Rachimhadhi T, Anthony RL. Hendarmin MLS. Sindrom AIDS, Penanggulangan

Penyebarannya dalam praktek dokter gigi. Cetakan I, Jakarta: EGC, 1992:24

-57

17.Rachmat J. Petunjuk pencegahan Penularan HIV untuk petugas kesehatan.

Cermin Dunia Kedokteran

18.Sihombing G. Berkenalan dengan AIDS. Jakarta: Yayasan penerbit IDI,

1992:1-37

19.Simatupang T. Mengapa AIDS begitu mematikan? Harian Analisa 1992

20.Soekidjo N. Pengantar perilaku kesehatan. Jakarta: FKM UI, 1994: 8-13

21.Soewarni, Retno PR. Mewaspadai Kontaminasi di Ruang Praktek dokter gigi.

Jurnal Kedokteran Gigi PDGI 1993:1:59-67

22.Suriadi E. Perkembangan Masalah AIDS, Cermin Dunia Kedokteran, 1992; 75:

5-9

23. Tejanegara J. Momok AIDS. MKI (Ina Med Assoc) 1987: 36: 189-92

24. Trijatmo R, dkk. Sindrome AIDS Penanggulangan Penyebarannya dalam

praktek dokter gigi. Jakarta: EGC, 1992:1-54

25. ------------.Kiat Sehat th IV/10-24 Mei 1995; no. 092

26. ------------. Facts about AIDS for the dental team, JADA Supplement 1991;

3rd: 1-10

Page 16: Aids Dan Pencegahan Penularannya Pada Praktek Dokter Gigi

27. -----------. Informasi Ringkas Kesehatan Kotamadya Medan. Dinas kesehatan

Kotamadya daerah Tingkat II Medan, 1995