Ai~-~---O--C)-M~i---QJ~/-~~-o-Ji!:=-(S--A~T--Q-S-~p-c5Okt...

1
~,~P,kl >'..:.J..li.') •••.. 'v- ~ .., < •. , •• <q .' .....:....:....~. • -" ,"." , •:.......:.....-..:::.... ••••~-_- __ - _' :......._~...;:.:..t __ • ......:-.:.;.._*.~_._ ...~:.....~_·_--_'._~~~~ '( o Senin Se/asa C) Rabu 0 Kamis 0 Jumat 0 Ssbtu 0 Millggu - (jJ2---3----4,- 5----6-----7----8-----9-----10--1-:,------1-2------13---- 14 15 16- 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 - ~',~:Qj;~--~c5P~b----OM~~---O Ai~---C)-M~i---QJ~/-~~-o-Ji!:=-(S--A~T--Q-S-~p-c5Okt--. No~---(5D;s- n akya Rurnah Sakit tanpa Kel s Oleh SYARIEF MAKHYA M INGGU, 23 Oktober 2011, Ketua Umum PDIP Megawati Soe- kamoputri menghadiri dan me- lakukan peletakan batu pertama pembangunan Rumah Sakit tanpa Kelas di Desa Gebang Kilir, Cirebon, Jawa Barat, sua- tu kawasan Kampung Nelayan di Cirebon. Pembangunan ru- mah sakit ini diperuntukkan ba- gikepentingan masyarakat yang berada di kalangan akar rumput yang sebagian besar masih me- merlukan bantuan pelayanan kesehatan yang layak. Ide dasar /pembangunan ini yaitu bahwa sesuai dengan konstitusi, selu- ruh warga negara berhak men- dapat perlakuan yang sarna, ter- masuk dalam mendapatkan ak- ses pelayanan kesehatan di ru- mahsakit. Pembangunan RS tanpa ke- las ini tidak banyak mengun- dang perhatian publik yang lu- as. Bisajadi, dianggap tidak la- zim karena selama ini model ru- mah sakit yang dikelola peme- rintah atau swasta menganut sistem pelayanan yang diskri- minatif atau rumah sakit berke- las. Padahal, rumah sakit tanpa kelas adalah suatu terobosan dan merupakan best practices untuk membangun pelayanan rumah sakit yang berkualitas, berkeadilan, dan tidak diskrimi- natif untuk semua warga negara dari mana pun berasal, Selama ini baik rumah sakit pemerintah maupun swasta di- kelola dengan sistem berkelas mulai dari kelas VIP sampai ke- las Ill. Tarif dan pelayanan me- disjuga berbeda. KelasVIP atau ,kelas I jelas akan lebih mahal dibandingkan dengan kelas Il atau kelas Ill. Demikian halnya, kualitas layanannya juga akan berbeda dari mulai fasilitas ruangan sampai dengan pela- yanan tindakan dokternya. Dengan pengelolaan rumah sakit berkelas tersebut, hampir dipastikan masyarakat yang berpenghasilan rendah atau berasal dari kelas bawah tidak memiliki akses finansial sehing- ga tidak mungkin mampu memperolehpelayanan rumah sakit di kelas VIP atau kelas I. Pilihan yang paling mungkin adalah dirawat di kelas III atau puskesmas rawat inap. Hasil penelitian yangpernah saya lakukan, pasien rumah sa- kit yang tidak memiliki pengha- silan yang cukup sekalipun ha- rus rawat inap di kelas III jika tidak sanggup lagi membiayai pelayanan kesehatan. Dengan demikian, pilihannya adalah pasrah menerima kenyataan sambil menunggu ajalkematian atau hengkang dari rumah sakit untuk mencari pengobatan al- ternatif. Kebijakan pemerintah de- ngan membebaskan biaya bagi kelompok masyarakat miskin dalam memperoleh pelayanan di rumah sakit pemerintah ti- dak bisa dijadikan ukuran bah- ~ wa pemerintah sudah membe- rikanjaminan pelayanan kese- hatan bagi kelompok masyara- kat miskin. Sebab, status pela- yanan baik dari sisi kualitas maupun dari peningkatan sta- tus kesehatan masyarakat mis- kin tidak mengalami per- ubahan. Bahkan, dalam perkem- bangan beberapa tahun terakhir ini, rumah sakit pemerintah de- ngan status BLUD (Badan Layanan Umum Daerah), tarif layanannya menjadi sangat ma- hal dan akses masyarakat mis- kin semakin jauh untuk mem- peroleh layanan yang layak dan berkualitas. Pelayanan rumah sakit yang berkualitas identik dengan tingginya biaya pelayanan. Se- makin mahal biaya pelayanan akan diperoleh kualitas pela- yanan yang lebih baik. Sebalik- nya, semakin murah biaya pe- layanan apalagi gratis, pelayan- an yang diberikan juga akan cenderung tidak layak dan ti- dak berkualitas. Hakdasar Kebijakan pelayanan kese- hatan di Indonesia berangkat dari UUD 1945, nilai-nilai Pan- casila, UU Kesehatan l dan Sis- tern Kesehatan Nasional. Dari berbagai regulasi tersebut bisa disimpulkan bahwa kesehatan merupakan hak dasar setiap warga negara dan penyediaan pelayanan kesehatan menjadi kewajiban pemerin ah. Jadi, hak dasar kesehatan s cara nor- matif diakui keberadaannya oleh negara. Oleh karena itu, konsekuensinya, ada pengaku- an hak dasar kesehatan oleh ne- gara. Untuk mengamati apakah hak dasar kesehatan terimple- mentasikan dalam be bagai ke- bijakan kesehatan antara lain akan tecermin dari adanya pe- merataan akses dalam mem- peroleh pelayanan kesehatan, Dalam perspektif i i, peme- rataan kesehatan tidak diarti- kan hanya dengan penyediaan pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit atau puskemas, te- tapi juga harus diberi interpre- tasi baru, yaitu adanya kelayak- an dan kualitas pelayanan sama bagi semua warga negara. Oleh karena itu, sangat tidak mung- kin hal itu bisa diwujudkan se- panjang masih dianut pengelo- laan rumah sakit berkelas. Kebijakan kesehat 1di Indo- nesia secara jelas belum me- nyentuh pada hak d sar kese- hatan yang sesungg nya. Sis- tern kesehatan yang prokelom- pok masyarakat yan beruang menunjukkan bahwa sistem pelayanan rumah sakit perne- rintah sangat berorientasi pada sistem kapitalis mews dengan tujuan memaksimalisasi keun- tungan dengan cara mengeks- ploitasi penyakit. Oleh karena itu, elayanan • kesehatan di rumah sakit peme- - rintah masih bias terhadap ke- lompok masyarakat t(elas me- nengah dan atas. Pendirian ru- mah sakit tanpa kelas bukan mimpi, tetapi kenyataan dan merupakan terobosan untuk memberikan jaminan keadilan dan kelayakan pelayanan kese- hatan bagi semua warga negara. Merdeka!!! Semoga bisa dicon- toh oleh pemerintah. H* Penulis, mahasiswa Pro- gram Doktor Pascasarjana • FISIP Universitas Pa4Jadjaran. K1i pin 9 Hum asUn pad 20 1 1 ------------------------------------

Transcript of Ai~-~---O--C)-M~i---QJ~/-~~-o-Ji!:=-(S--A~T--Q-S-~p-c5Okt...

Page 1: Ai~-~---O--C)-M~i---QJ~/-~~-o-Ji!:=-(S--A~T--Q-S-~p-c5Okt ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/11/... · pembangunan Rumah Sakit tanpa Kelas di Desa Gebang Kilir,Cirebon,Jawa

~,~P,kl>'..:.J..li.') •••.. 'v- ~ .., < •. , •• <q .' .....:....:....~. • -" ,"." , • :.......:.....-..:::.... ••••~-_- __ - _' :......._~...;:.:..t __ • ......:-.:.;.._*.~_._ ...~:.....~_·_--_'._~~~~ '(o Senin • Se/asa C)Rabu 0 Kamis 0 Jumat 0 Ssbtu 0 Millggu -(jJ2---3----4,- 5----6-----7----8-----9-----10--1-:,------1-2------13---- 14 15 16-

17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31- ~',~:Qj;~--~c5P~b----OM~~---OAi~---C)-M~i---QJ~/-~~-o-Ji!:=-(S--A~T--Q-S-~p-c5Okt--.No~---(5D;s-

n akya

Rurnah Sakit tanpa Kel sOleh SYARIEF MAKHYA

M INGGU, 23 Oktober2011, Ketua UmumPDIP Megawati Soe-

kamoputri menghadiri dan me-lakukan peletakan batu pertamapembangunan Rumah Sakittanpa Kelas di Desa GebangKilir, Cirebon, Jawa Barat, sua-tu kawasan Kampung Nelayandi Cirebon. Pembangunan ru-mah sakit ini diperuntukkan ba-gikepentingan masyarakat yangberada di kalangan akar rumputyang sebagian besar masih me-merlukan bantuan pelayanankesehatan yang layak. Ide dasar/pembangunan ini yaitu bahwasesuai dengan konstitusi, selu-ruh warga negara berhak men-dapat perlakuan yang sarna, ter-masuk dalam mendapatkan ak-ses pelayanan kesehatan di ru-mahsakit.Pembangunan RS tanpa ke-

las ini tidak banyak mengun-dang perhatian publik yang lu-as. Bisajadi, dianggap tidak la-

zim karena selama ini model ru-mah sakit yang dikelola peme-rintah atau swasta menganutsistem pelayanan yang diskri-minatif atau rumah sakit berke-las. Padahal, rumah sakit tanpakelas adalah suatu terobosandan merupakan best practicesuntuk membangun pelayananrumah sakit yang berkualitas,berkeadilan, dan tidak diskrimi-natif untuk semua warga negaradari mana pun berasal,Selama ini baik rumah sakit

pemerintah maupun swasta di-kelola dengan sistem berkelasmulai dari kelas VIP sampai ke-las Ill. Tarif dan pelayanan me-dis juga berbeda. KelasVIP atau, kelas I jelas akan lebih mahaldibandingkan dengan kelas Ilatau kelas Ill. Demikian halnya,kualitas layanannya juga akanberbeda dari mulai fasilitasruangan sampai dengan pela-yanan tindakan dokternya.Dengan pengelolaan rumah

sakit berkelas tersebut, hampirdipastikan masyarakat yangberpenghasilan rendah atauberasal dari kelas bawah tidakmemiliki akses finansial sehing-ga tidak mungkin mampumemperolehpelayanan rumahsakit di kelas VIP atau kelas I.Pilihan yang paling mungkinadalah dirawat di kelas III ataupuskesmas rawat inap.Hasil penelitian yangpernah

saya lakukan, pasien rumah sa-kit yang tidak memiliki pengha-silan yang cukup sekalipun ha-rus rawat inap di kelas III jikatidak sanggup lagi membiayai

pelayanan kesehatan. Dengandemikian, pilihannya adalahpasrah menerima kenyataansambil menunggu ajal kematianatau hengkang dari rumah sakituntuk mencari pengobatan al-ternatif.Kebijakan pemerintah de-

ngan membebaskan biaya bagikelompok masyarakat miskindalam memperoleh pelayanandi rumah sakit pemerintah ti-dak bisa dijadikan ukuran bah- ~wa pemerintah sudah membe-rikanjaminan pelayanan kese-hatan bagi kelompok masyara-kat miskin. Sebab, status pela-yanan baik dari sisi kualitasmaupun dari peningkatan sta-tus kesehatan masyarakat mis-kin tidak mengalami per-ubahan.Bahkan, dalam perkem-

bangan beberapa tahun terakhirini, rumah sakit pemerintah de-ngan status BLUD (BadanLayanan Umum Daerah), tariflayanannya menjadi sangat ma-hal dan akses masyarakat mis-kin semakin jauh untuk mem-peroleh layanan yang layak danberkualitas.Pelayanan rumah sakit yang

berkualitas identik dengantingginya biaya pelayanan. Se-makin mahal biaya pelayananakan diperoleh kualitas pela-yanan yang lebih baik. Sebalik-nya, semakin murah biaya pe-layanan apalagi gratis, pelayan-an yang diberikan juga akancenderung tidak layak dan ti-dak berkualitas.

HakdasarKebijakan pelayanan kese-

hatan di Indonesia berangkatdari UUD 1945, nilai-nilai Pan-

casila, UU Kesehatanl dan Sis-tern Kesehatan Nasional. Dariberbagai regulasi tersebut bisadisimpulkan bahwa kesehatanmerupakan hak dasar setiapwarga negara dan penyediaanpelayanan kesehatan menjadikewajiban pemerin ah. Jadi,hak dasar kesehatan s cara nor-matif diakui keberadaannyaoleh negara. Oleh karena itu,konsekuensinya, ada pengaku-an hak dasar kesehatan oleh ne-gara. Untuk mengamati apakahhak dasar kesehatan terimple-mentasikan dalam be bagai ke-bijakan kesehatan antara lainakan tecermin dari adanya pe-merataan akses dalam mem-peroleh pelayanan kesehatan,Dalam perspektif i i, peme-

rataan kesehatan tidak diarti-kan hanya dengan penyediaanpelayanan kesehatan, sepertirumah sakit atau puskemas, te-tapi juga harus diberi interpre-tasi baru, yaitu adanya kelayak-an dan kualitas pelayanan samabagi semua warga negara. Olehkarena itu, sangat tidak mung-kin hal itu bisa diwujudkan se-panjang masih dianut pengelo-laan rumah sakit berkelas.Kebijakan kesehat 1di Indo-

nesia secara jelas belum me-nyentuh pada hak d sar kese-hatan yang sesungg nya. Sis-tern kesehatan yang prokelom-pok masyarakat yan beruangmenunjukkan bahwa sistempelayanan rumah sakit perne-rintah sangat berorientasi padasistem kapitalis mews dengantujuan memaksimalisasi keun-tungan dengan cara mengeks-ploitasi penyakit.Oleh karena itu, elayanan

• kesehatan di rumah sakit peme- -rintah masih bias terhadap ke-lompok masyarakat t(elas me-nengah dan atas. Pendirian ru-mah sakit tanpa kelas bukanmimpi, tetapi kenyataan danmerupakan terobosan untukmemberikan jaminan keadilandan kelayakan pelayanan kese-hatan bagi semua warga negara.Merdeka!!! Semoga bisa dicon-toh oleh pemerintah. H*

Penulis, mahasiswa Pro-gram Doktor Pascasarjana

• FISIP Universitas Pa4Jadjaran.

K1ipin 9 Hum a sUn pad 2 0 1 1 ------------------------------------