AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

83
HUBUNGAN TINGKAT AKTIVITAS DAN PERILAKU MAKAN DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA SISWA-SISWI MADRASAH IBTIDA’IYAH PEMBANGUNAN JAKARTA Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH: Ahmad Riza Faisal Herze NIM :1111103000034 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M

Transcript of AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

Page 1: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

HUBUNGAN TINGKAT AKTIVITAS DAN PERILAKU

MAKAN DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA

SISWA-SISWI MADRASAH IBTIDA’IYAH

PEMBANGUNAN JAKARTA

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

OLEH: Ahmad Riza Faisal Herze

NIM :1111103000034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M

Page 2: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf
Page 3: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf
Page 4: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf
Page 5: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat

dan karunia yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian

ini dengan baik. Shalawat serta salam penulis curahkan kepada Nabi Muhammad

SAW beserta para sahabat dan seluruh umatnya hingga akhir zaman.

Laporan penelitian ini berjudul “Hubungan Tingkat Aktivitas dan Perilaku

Makan dengan Kejadian Obesitas Pada Siswa-Siswi Madrasah Ibtida’iyah

Pembangunan Jakarta”. Dalam penyusunan laporan penelitian ini, penulis banyak

menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menghaturkan ucapan

terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Prof. DR. (hc). Dr. M.K. Tadjudin, SpAnd selaku Dekan FKIK UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Witri Ardini, M. Gizi, Sp.GK selaku ketua Program Studi

Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. dr. Riva Auda, M.Kes, Sp.A selaku dosen pembimbing I dan dr.

Debbie Latupeirissa, Sp.A (K) sebagai pembimbing II yang telah

banyak menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing

dan mengarahkan saya dalam pengerjaan penelitian dan penyusunan

laporan penelitian ini.

4. dr. Yanti Susianti, Sp.A dan dr. Witri Ardini, M. Gizi, Sp.GK selaku

penguji sidang riset yang memberi banyak masukan pada revisi

laporan penelitian ini.

5. dr. Flori Ratnasari Ph.D selaku penanggung jawab riset Pendidikan

Dokter 2011 yang selalu membantu pelaksanaan proses penelitian dan

mengingatkan kami untuk segera menyelesaikan penelitian.

6. Bapak, Ibu dosen dan segenap Civitas Akademika FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan ilmu dan

pengalaman kepada penulis.

Page 6: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

vi

7. Drs. Sugiono Kepala Sekolah Madrasah Ibtida’iyah Pembangunan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan izin dan

bantuan kepada penulis dalam melakukan proses pengumpulan data di

lokasi penelitian.

8. Ayahanda Drs. H. Romli RR dan Ibunda Dra. Iyos Rosmani, sumber

kekuatan utama penulis yang selalu memberikan motivasi baik moril

maupun materil, kasih sayang dan doa tiada henti yang tulus kepada

penulis. Serta kepada Muhammad Haekal Zakaria Zamzami dan

Dhavira Nailul Farah yang telah memberikan semangat tiada henti

kepada penulis sampai penulisan laporan penelitian ini selesai.

9. Indra Nur Akhir Raharja, Bentito Zulyan Pamungkas, dan Diana

Nurmalasari teman satu kelompok riset ini yang telah setia bepergian

jauh untuk bimbingan dan memberikan semangat kepada penulis.

10. Teman-teman seangkatan penulis di Program Studi Pendidikan Dokter

2011 yang telah berbagi banyak ilmu dan kebersamaan selama tiga

tahun terakhir ini.

11. Teman-teman dan pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu

per satu.

Ciputat, 10 September 2014

Penulis

Page 7: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

vii

ABSTRAK

Ahmad Riza Faisal Herze. Hubungan Tingkat Aktivitas dan Perilaku Makan

dengan Kejadian Obesitas Pada Siswa-Siswi Madrasah Ibtida’iyah Pembangunan

Jakarta. 2014.

Latar Belakang: Angka kejadian obesitas meningkat tajam dalam dekade terakhir

diseluruh dunia. Hal ini disebabkan oleh berbagai macam faktor, diantaranya kurangnya

aktivitas fisik dan perilaku makan yang buruk. Jika beberapa faktor tersebut terjadi dalam

waktu lama, maka akan terjadi penumpukan lemak sehingga obesitas bisa terjadi.Tujuan:

Mengetahui kurangnya aktivitas fisik dan perilaku makan yang buruk dengan kejadian

obesitas pada siswa-siswi Madrasah Ibtida’iyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Metode: Disain penelitian ini adalah case control dengan teknik pengambilan sampel

simple random sampling dan total sampel 104. Data dikumpulkan menggunakan

kuesioner pada Juli-Agustus 2014 dan dianalisa dengan SPSS 16 menggunakan

Spearman Correlation.

Hasil: Terdapat hubungan perilaku makan dengan kejadian obesitas pada beberapa

variabel (Food Responsiveness, Emotional Over-Eating, Enjoyment of Food, Satiety

Responsiveness, Slowness in Eating, Emotional Under-Eating dan Food Fussiness)

dengan hasil p< 0,05 dengan nilai kekuatan hubungan sedang (r= 0,3 – 0,6). Pada variabel

tingkat aktivitas tidak ditemukan hubungan dengan kejadian obesitas.

Kesimpulan: Perilaku makan yang buruk bisa menyebabkan terjadinya obesitas

sedangkan tingkat aktivitas fisik yang kurang belum tentu memicu terjadinya obesitas.

Kata Kunci: Obesitas, tingkat aktivitas, perilaku makan.

ABSTRACT

Ahmad Riza Faisal Herze. The Relation Between Activity Level and Eating

Behavior With Obesity in Madrasah Ibtida’iyah Pembangunan Jakarta Students.

2014.

Background: The incidence of obesity is increasing sharply in last decade around the

world. Obesity can occur by a variety factor, including a lack of physical activity and bad

eating behavior. If some of these factor occur in a long time, there will be a buildup of fat

so that obesity can occur.

Aim: To identify the relation between lack of physical activities and bad eating behavior

with obesity in Madrasah Ibtida’iyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Method: The study design was case control using simple random sampling technique with

total sample 104. Data was collected from July-August 2014 using and analyzed by SPSS

16 using Spearman Correlation.

Result: There is correlation of eating behaviour with obesity on some variables including

food responsiveness, emotional over-eating, enjoyment of food, satiety responsiveness,

slowness in eating, emotional under-eating and food fussiness with p<0,05 with moderate

correlation power (r= 0,3 - 0,6).

Conclusion: Bad eating behavior can lead to obesity, while physical activity levels do not

necessarily lead obesity.

Key Words: Obesity, activity levels, eating behavior.

Page 8: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................

LEMBAR PERSETUJUAN ...........................................................................

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................

KATA PENGANTAR .....................................................................................

ABSTRAK ........................................................................................................

DAFTAR ISI ....................................................................................................

DAFTAR TABEL ............................................................................................

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ..................................................................................

1.2 Rumusan masalah .............................................................................

1.3 Hipotesis ...........................................................................................

1.4 Tujuan penelitian ..............................................................................

1.4.1 Tujuan umum ..........................................................................

1.4.2 Tujuan khusus .........................................................................

1.5 Manfaat penelitian ............................................................................

1.5.1 Bagi peneliti ............................................................................

1.5.2 Bagi institusi ...........................................................................

1.5.3 Bagi masyarakat ......................................................................

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan teori ...................................................................................

2.1.1 Definisi Obesitas .....................................................................

2.1.2 Klasifikasi Obesitas ................................................................

2.1.3 Manifestasi Klinis Obesitas .....................................................

2.1.4 Pengukuran Obesitas ..............................................................

2.1.5 Epidemiologi ..........................................................................

2.1.6 Faktor Risiko ..........................................................................

2.1.7 Aktivitas Fisik ........................................................................

2.1.8 Hubungan Aktivitas Fisik dan Obesitas ..................................

2.1.9 Perilaku Makan Pemicu Timbulnya Obesitas ........................

2.1.10 Proses Lapar dan Kenyang .....................................................

2.1.11 Proses Metabolisme Lemak dan Lipogenesis ........................

2.1.12 Evaluasi dan Dampak Obesitas ..............................................

2.1.13 Tatalaksana dan Pencegahan Obesitas ...................................

2.2 Kerangka Teori .................................................................................

2.3 Kerangka Konsep ..............................................................................

2.4 Definisi Operasional .........................................................................

ii

iii

iv

v

vii

viii

x

xi

xii

1

3

3

4

4

4

4

4

4

4

5

5

5

6

7

8

9

11

14

15

17

22

25

27

33

33

34

Page 9: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

ix

BAB 3 METODE PENELITIAN

1.1 Disain Penelitian ...............................................................................

1.2 Waktu dan Tempat Penelitian ...........................................................

1.2.1 Waktu Penelitian .................................................................

1.2.2 Tempat Penelitian ...............................................................

1.3 Populasi dan Sampel Penelitian .......................................................

1.4 Cara Kerja Penelitian .......................................................................

1.5 Pengolahan dan Analisis Data ..........................................................

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN .................................................................

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

LAMPIRAN .....................................................................................................

35

35

35

35

35

36

37

38

56

57

59

Page 10: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1.2.1 Klasifikasi obesitas................................................................... 6

Tabel 2.1.4.1 Indeks Massa Tubuh ................................................................ 7

Tabel 4.1.4.1 Karakteristik Responden Penelitian (Non-Obesitas) ............... 39

Tabel 4.1.4.2 Karakteristik Responden Penelitian (Obesitas) ........................ 39

Tabel 4.1.4.3 Karakteristik Nilai Food Responsiveness................................. 40

Tabel 4.1.4.4 Hubungan Food Responsiveness dengan Kejadian Obesitas ... 41

Tabel 4.1.4.5 Karakteristik Nilai Enjoyment of Food .................................... 41

Tabel 4.1.4.6 Hubungan Enjoyment of Food dengan Kejadian Obesitas ....... 42

Tabel 4.1.4.7 Karakteristik Nilai Desire to Drink .......................................... 42

Tabel 4.1.4.8 Hubungan Desire to Drink dengan Kejadian Obesitas ............ 43

Tabel 4.1.4.9 Karakteristik Nilai Satiety Responsiveness .............................. 43

Tabel 4.1.4.10 Hubungan Satiety Responsiveness dengan Kejadian

Obesitas .................................................................................... 44

Tabel 4.1.4.11 Karakteristik Nilai Food Fussiness .......................................... 44

Tabel 4.1.4.12 Hubungan Food Fussiness dengan Kejadian Obesitas ............ 45

Tabel 4.1.4.13 Karakteristik Nilai Slowness in Eating .................................... 45

Tabel 4.1.4.14 Hubungan Slowness in Eating dengan Kejadian Obesitas ....... 46

Tabel 4.1.4.15 Karakteristik Nilai Emotional Over-Eating ............................. 47

Tabel 4.1.4.16 Hubungan Emotional Over-Eating dengan Kejadian

Obesitas .................................................................................... 47

Tabel 4.1.4.17 Karakteristik Nilai Emotional Under-Eating ........................... 48

Tabel 4.1.4.18 Hubungan Emotional Under Eating dengan Kejadian

Obesitas .................................................................................... 48

Tabel 4.1.4.19 Karakteristik Nilai Indeks Waktu Kerja ................................... 49

Tabel 4.1.4.20 Hubungan Indeks Waktu Kerja dengan Kejadian Obesitas ..... 49

Tabel 4.1.4.21 Karakteristik Nilai Indeks Waktu Luang ................................. 50

Tabel 4.1.4.22 Hubungan Indeks Waktu Luang dengan Kejadian Obesitas .... 50

Tabel 4.1.4.23 Hubungan Indeks Olahraga dengan Kejadian Obesitas ........... 51

Page 11: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1.5.1 Prevalinsi status gizi gemuk dan sangat gemuk usia 5-12 tahun

di berbagai Provinsi di Indonesia ........................................... 8

Gambar 2.1.10.1 Faktor endokrin dan interaksinya ........................................... 20

Gambar 2.1.10.2 Efek penglihatan, rasa, bau, dan sentuhan terhadap asupan

makanan .................................................................................. 22

Page 12: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil SPSS ..................................................................................... 59

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian ...................................................................... 66

Lampiran 3 Riwayat Penulis .............................................................................. 71

Page 13: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obesitas selama beberapa dekade terakhir ini angka kejadiannya terus

meningkat di seluruh dunia. Obesitas atau sangat gemuk adalah keadaan

penumpukkan atau akumulasi lemak yang terjadi di jaringan adiposa yang dapat

mengganggu kesehatan. Dampak yang bisa ditimbulkan oleh anak yang

mengalami obesitas salah satunya adalah resistensi insulin sehingga akan

menyebabkan hiperinsulinemia, intoleransi glukosa/diabetes melitus, dislipidemia,

dan hipertensi.1,2

Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013, pada kelompok usia 5-12

tahun masalah kegemukan secara nasional terbilang tinggi yaitu 18.8 %, 10 %

kegemukan (overweight) dan 8.8 % sangat gemuk (obesitas). Pada kelompok usia

13-15 tahun didapatkan sekitar 10.8% kasus kegemukan, 8.3% gemuk

(overweight) dan 2.5 % sangat gemuk (obesitas). Provinsi yang paling tinggi

angka kegemukannya yaitu di Jakarta sekitar 30.1% dan yang terendah terdapat di

Nusa Tenggara Timur 8.7 %.3

Faktor yang menyebabkan seorang anak menjadi obesitas ada berbagai

macam, dua faktor utama yang dapat membuat anak menjadi obesitas yaitu

genetik dan gaya hidup yang buruk. Faktor genetik, mempengaruhi nafsu makan

pada anak sehingga konsumsi energi menjadi lebih besar dan akan terjadi

keseimbangan energi positif sehingga bisa menjadi salah satu faktor timbulnya

obesitas. Beberapa contoh gaya hidup yang buruk adalah kurangnya aktivitas fisik

dan perilaku makan yang tidak sesuai. Karena semakin berkembangnya teknologi,

seperti ditemukannya video game, membuat anak menjadi lebih sering bermain di

dalam rumah daripada menghabiskan waktu bersama temannya bermain di luar.

Hal ini merupakan salah satu faktor penyebab kurangnya aktivitas fisik pada anak

dan saat bermain video game, keinginan anak untuk memakan camilan menjadi

Page 14: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

2

lebih tinggi yang berakibat pada lebihnya asupan energi per hari sehingga memicu

juga terjadinya obesitas.4,5

Banyak dampak yang akan terjadi bila anak menderita obesitas, dampak

tersebut bisa langsung dirasakan efeknya ataupun menjadi sebuah penyakit kronis

saat anak dewasa nantinya. Dampak dari obesitas meliputi penyakit

kardiovaskuler, obstructive sleep apnea, gangguan fungsi hati, masalah ortopedik

terutama yang berkaitan erat dengan berat badan yang berlebih, kelainan kulit,

potensi timbulnya gangguan psikiatri. Dampak yang perlu diperhatikan adalah

efek terhadap kardiovaskular terutama apabila ada riwayat sakit jantung pada

keluarga. Obstructive sleep apnea juga harus diperhatikan, terutama bila ada

laporan anak dari pihak sekolah bahwa anak sering mengantuk saat jam pelajaran.

Anak yang mengalami obesitas masalah psikologisnya perlu menjadi perhatian

khusus, biasanya anak yang mengalami obesitas akan menjadi bahan olok-olokan

teman sekolahnya, jadi diperlukan perhatian yang lebih dari pihak orangtua agar

anak tidak merasa minder dan tetap bersemangat untuk sekolah.4,6

Pencegahan ataupun pengobatan pada anak yang mengalami obesitas

mudah untuk dilakukan. Seperti pembahasan sebelumnya, faktor yang

menyebabkan timbulnya obesitas berasal dari faktor genetik ataupun gaya hidup.

Faktor genetik tidak bisa diubah kecuali menggunakan terapi gen, akan tetapi

faktor gaya hidup sangatlah mudah untuk dimodifikasi diantaranya adalah

peningkatan aktivitas fisik dan juga memodifikasi perilaku makan anak.4,7

Pengaturan aktivitas fisik pada program pencegahan obesitas bisa berupa

latihan (renang, sepak bola, bulu tangkis, basket, dll) dan meningkatkan aktivitas

harian seperti les sepulang sekolah dan bermain pada sore hari. Aktivitas harian

dianjurkan juga dilakukan selama 20-30 menit perharinya. Menurut rekomendasi

yang dikeluarkan oleh World Health Organization (WHO), aktivitas fisik yang

bersifat sedang serta dilakukan selama 30 menit bisa meningkatkan kesehatan,

sedangkan pada anak dan remaja WHO merekomendasikan tambahan waktu

aktivitas fisik yang bersifat berat selama 20 menit dalam 3 kali seminggu.4,8

Page 15: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

3

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh JL Santos pada tahun 2011

dan PW Jansen pada tahun 2012 dengan menggunakan kuesioner yang sama,

menunujukkan adanya hubungan antara perilaku makan dengan kejadian obesitas.

Untuk penelitian aktivitas fisik yang dilakukan B Deforche tahun 2003 dengan

menggunakan kuesioner yang sama dengan penelitian ini, menunjukkan tidak ada

hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan kejadian obesitas. Penelitian ini

dilakukan di Madrasah Ibtida’iyah Pembangunan karena belum pernah dilakukan

penelitian sebelumnya, jenis kuesioner yang digunakan pun belum ada yang

dalam bentuk bahasa Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut:

Apakah terdapat hubungan antara kurangnya aktivitas pada anak dan

perilaku makan yang tidak sesuai dengan kemungkinan seorang anak menderita

obesitas?

1.3 Hipotesis

Pada anak yang memiliki aktivitas kurang dan perilaku makan yang tidak

sesuai, maka akan terjadi penumpukan lemak akibat adanya ketidakseimbangan

kalori yang masuk dengan kalori yang dikeluarkan, sehingga menyebabkan

obesitas.

Page 16: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

4

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Mencari hubungan faktor risiko gaya hidup yang buruk pada anak yang

menyebabkan munculnya obesitas.

1.4.2 Tujuan Khusus

Mencari hubungan tingkat aktivitas anak yang berhubungan dengan

obesitas.

Mencari hubungan makan anak yang yang berhubugan dengan

obesitas.

1.5 Manfaat Penilitian

1.5.1 Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan mengenai obesitas dan bagaimana cara

pencegahannya terutama yang berkaitan dengan aktivitas serta perilaku

makan dan asupan nutrisi.

Sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran di

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

1.5.2 Bagi Instusi

Menambah referensi penelitian di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

sehingga dapat digunakan sebagai bahan untuk melakukan penelitian

lebih dalam bagi peneliti yang lain.

1.5.3 Bagi Masyarakat

Menjadi sumber informasi dan edukasi bagi masyarakat tentang

aktivitas fisik apa yang seharusnya dilakukan oleh anak mereka untuk

mencegah terjadinya obesitas.

Menjadi sumber informasi dan edukasi bagi masyarakat tentang

perilaku makan dan asupan nutrisi apa yang akan diberikan kepada

anak mereka untuk mencegah terjadinya obesitas.

Page 17: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Obesitas

Obesitas atau sangat gemuk adalah keadaan penumpukan atau

akumulasi lemak yang terjadi di jaringan adiposa yang dapat mengganggu

kesehatan. Disebut obesitas juga apabila berat badan seseorang lebih besar

20 % dari berat normal yang sesuai dengan tinggi badan dan usianya.

Dampak yang bisa ditimbulkan oleh seseorang yang mengalami obesitas

diantaranya adalah resistensi insulin sehingga akan menyebabkan

hiperinsulinemia, intoleransi glukosa/diabetes melitus, dislipidemia, dan

hipertensi.1,2,9

2.1.2 Klasifikasi Obesitas

Obesitas bisa terjadi karena tidak seimbangnya antara asupan

energi dengan energy expenditures (pengeluaran energi) sehingga

berlebihnya asupan tersebut akan menumpuk di jaringan adiposa,

penumpukan kelebihan energi tersebut yang akan membuat anak menjadi

obesitas. Terdapat dua kemungkinan timbulnya kelebihan energi tersebut

yaitu berlebihnya asupan energi atau kurangnya/rendahnya pengeluaran

energi.4

Akan terjadi keseimbangan tubuh (homeostatis) terhadap energi

ketika seseorang menyantap makanan, keseimbangan tersebut terjadi

karena energi yang masuk (melalui makanan) akan dikeluarkan melalui

panas tubuh dan kegiatan lain yang membutuhkan energi. Berlebihnya

asupan energi karena masuknya makanan yang terlalu berlebihan dan juga

keluarnya energi lebih rendah yang disebabkan oleh rendahnya

metabolisme tubuh dan kurangnya aktivitas fisik.4

Gangguan sistem keseimbangan disebabkan oleh dua faktor yaitu

idiopatik ataupun terdapat kelainan pada sistem hormonal dan sindrom

atau defek genetik. Obesitas yang terjadi karena idiopatik disebut obesitas

Page 18: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

6

idiopatik, sedangkan obesitas yang terjadi karena adanya sebab yang jelas

disebut obesitas endogen.4

Tabel 2.1.2.1 Klasifikasi Obesitas

Obesitas Idiopatik Obesitas Endogen

>90% kasus <10% kasus

Perawakan tinggi (umumnya >50th

persentil TB/U)

Perawakan pendek (umumnya <50th

persentil TB/U)

Riwayat obesitas umunya positif Riwayat obesitas umumnya negatif

Fungsi mental normal Fugsi mental seringkali retardasi

Usia tulang : normal atau advanced Usia tulang : terlambat (delayed)

Pemeriksaan fisis umumnya normal Terdapat stigmata pada pemeriksaan

fisis

Sumber : Damayanti, 2011

2.1.3 Manifestasi Klinis Obesitas

Seseorang yang menderita obesitas biasanya mudah dikenali,

terutama pada anak-anak. Ciri yang khas pada obesitas diantaranya adalah

wajah membulat, pipi tembem, dagu rangkap, leher pendek, payudara

membesar karena adanya deposit lemak, kedua tungkai membentuk X

serta pangkal paha bergesekan dan menempel yang akan menimbulkan

ulserasi, dan perut yang membuncit. Pada anak laki-laki penis terlihat kecil

karena tertutup oleh jaringan lemak (burried penis).4

Distribusi lemak pada obesitas juga mempengaruhi bentuk fisik

seseorang yang menderitanya. Pada obesitas terdapat 3 bentuk distribusi

lemak yaitu apple shape body (andorid), pear shape body (gynoid), dan

intermediate. Pada apple shape body, distribusi lemak cenderung

bertumpuk pada bagian atas tubuh (dada dan pinggang), bentuk tubuh

seperti ini juga berisiko tinggi mengalami penyakit kardiovaskular

hipertensi dan diabetes. Pear shape body distribusi lemak cenderung lebih

banyak pada bagian bawah (pinggul dan paha). Sedangkan bentuk tubuh

intermediate lemak terdistribusi ke seluruh bagian tubuh secara hampir

merata.4

Page 19: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

7

2.1.4 Pengukuran Obesitas

Penentuan obesitas pada anak bisa dilakukan menggunakan 3

metode, yaitu :4

1. Menggunakan kurva Centers for Disease and Prevention (CDC).

Jika menggunakan cara ini yang dilakukan adalah mengukur berat

badan dan hasilnya dibandingkan dengan berat badan ideal sesuai

tinggi badan (BB/TB). Disebut sebagai obesitas, jika berat badan

menurut tinggi badan di atas persentil 90% atau 120%

dibandingkan berat badan ideal.

2. Pengukuran Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh

(IMT). The World Health Organization (WHO) 1997, The National

Institutes of Health di tahun 1998, dan The Expert Committee on

Clinical Guidelines for overweight in adolescent Preventive Service

merekomendasikan penggunaan BMI atau IMT sebagai tolak ukur

obesitas pada anak di atas 2 tahun. Cara yang dilakukan untuk

pengukuran IMT, yaitu :

IMT = Berat Badan (BB) / Tinggi Badan dalam meter (m)2

Setelah mendapatkan hasil IMT, selanjutnya menentukan klasifikasi

IMT tersebut dengan menggunakan tabel klasifikasi obesitas Asia-

Pasifik oleh WHO untuk usia 18 tahun ke atas.

Tabel 2.1.4.1 Indeks Massa Tubuh

Sumber : WHO, 2000

NO. Indeks Massa Tubuh

(IMT)

Status

1 < 18.5 Underweight

2 18.5-22.9 Normal Weight

3 23-24.9 Overweight

4 >25 Obesitas

Page 20: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

8

3. Pengukuran langsung lemak subkutan. Cara yang dilakukan untuk

cara ini adalah dengan mengukur tebal lipatan kulit (TLK). Empat

macam cara yang bisa digunakan untuk mengukur TLK yang tepat

untuk mendapatkan proporsi lemak tubuh yaitu TLK biseps, triseps,

subskapular, dan suprailiaka. Dikatakan obesitas jika, TLK triseps

persentil ke-85.

2.1.5 Epidemiologi

Obesitas bukan lagi penyakit yang hanya meningkat angka

kejadiannya di negara maju akan tetapi di negara berkembang pun obesitas

turut meningkat angka kejadiannya. Meningkatnya angka kejadian

obesitas diakibatkan mulai berkembangnya teknologi sehingga memicu

kurangnya aktivitas fisik contohnya adalah dengan adanya kendaraan

bermotor maka akan mengurangi keinginan seseorang untuk berjalan ke

tempat yang ingin dituju, selain itu juga pengkonsumsian makanan cepat

saji yang berlebihan pun ditengarai memicu timbulnya obesitas.4

Terdapat 13 provinsi yaitu Jawa Timur, Kepulauan Riau, DKI

Jakarta, Sumatera Selatan, Kalimantan barat, Bangka Belitung, Bali

Kalimantan Timur, Lampung, Sulawesi Utara, dan Papua yang memiliki

presentase tingkat kejadian obesitas lebih tinggi daripada nasional.3

Gambar 2.1.5.1 Prevalensi status gizi gemuk dan sangat gemuk usia 5-12 tahun di

berbagai Provinsi di Indonesia

Sumber : Riskesdas, 2013

Page 21: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

9

2.1.6 Faktor Risiko

Banyak faktor yang menyebabkan seorang anak menjadi obesitas,

diantaranya yaitu genetik, kurangnya aktivitas fisik, dan perilaku makan

yang berlebihan. Dari berbagai faktor tersebut dikelompokkan menjadi dua

faktor utama yaitu :4

a. Faktor genetik.

a.1. Parental fatness: faktor keturunan orangtua yang memiliki

riwayat obesitas akan diturunkan kepada anaknya bahkan

ketika saat bayi dan ada kemungkinan sekitar 80% akan

menetap sampai dewasa.4

a.2. Gangguan jalur sinyal leptin: resistensi leptin banyak

ditemukan dan berkaitan dengan timbulnya obesitas. Fungsi

leptin adalah menekan nafsu makan sehingga menurunkan

konsumsi makanan hingga akhirnya terjadilah penurunan berat

badan. Leptin bekerja dengan menghambat sinyal

Neuropeptida Y (NPY) (perangsang nafsu makan) dan

merangsang pengeluaran sinyal melanokortin (penekan nafsu

makan). Pada resistensi leptin, otak tidak mendeteksi sinyal

leptin yang berfungsi menurunkan nafsu makan.1

a.3. Gen spesifik yang mengatur obesitas: pada hewan coba yang

mengalami obesitas, ditemukan adanya mutasi pada suatu gen

ob (Lepob), dengan adanya mutasi pada gen ini menyebabkan

sinyal lapar dan kenyang menjadi terganggu dan tikus

cenderung makan lebih banyak akibat adanya mutasi pada gen

ini.2 Beberapa gen juga bisa mengakibatkan terjadinya

obesitas yang sangat parah, seperti adanya mutasi pada gen

yang mengkode propiomelanocortin (POMC), mutasi pada

gen ini menyebabkan terjadinya kegagalan sintesis dari α

melanocyte-stimulating hormone yang memiliki fungsi untuk

menekan nafsu makan.1,2

Page 22: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

10

Faktor psikososial, lingkungan, dan faktor lainnya :

a.4. Kurangnya aktivitas fisik: kemajuan teknologi menjadi salah

satu faktor yang menyebabkan kurangnya aktivitas fisik pada

seseorang, misalkan saja dengan ditemukan kendaraan

bermotor, banyak orang yang malas pergi ke suatu tempat

dengan berjalan kaki ataupun bersepeda. Dengan kemajuan

teknologi juga menurunkan aktivitas anak, anak lebih banyak

menghabiskan waktu di depan komputer dan televisi. Pada

anak obesitas juga aktivitas fisik akan cenderung berkurang,

hal ini disebabkan karena butuh energi yang besar untuk

melakukan suatu aktivitas selain itu juga pada anak yang super

obesitas pada saat melakukan pergerakan akan terjadi

pergesekan antar kedua pangkal paha sehingga anak

cenderung mengurangi aktivitasnya.1,4

a.5. Pola makan yang tidak seimbang dan sesuai : mengkonsumsi

junk foods dan fast foods mendorong timbulnya peningkatan

deposit lemak, hal ini dikarenakan kandungan dari junk foods

dan fast foods mengandung lemak sekitar 40-50%.1,4,10

Kecenderungan untuk mengkonsumsi susu formula lebih cepat

juga bisa berakibat pada timbulnya obesitas, pengurangan

konsumsi buah, sayur, dan makanan berserat lainnya juga

merupakan faktor yang memicu timbulnya obesitas.10

a.6. Perbedaan “fidget factor”: nonexercise activity thermogenesis

(NEAT) atau fidget factor adalah energi yang dikeluarkan saat

melakukan aktivitas fisik di luar olahraga yang sudah

direncakan. Salah satu contoh dari NEAT adalah, kebiasaan

menggerak-gerakkan kaki di saat menunggu, aktivitas kecil

seperti ini jika dilakukan berulang dan cukup lama dapat

menghabiskan kilo kalori yang cukup besar.4

Page 23: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

11

a.7. Ketersediaan makanan yang melimpah, lezat, berbau enak,

dan murah: pada penelitian menggunakan tikus yang

diberikan makanan manusia yang punya cita rasa yang enak,

tekstur yang nikmat sehingga memicu peningkatan nafsu

makan, hasil penilitian tersebut berat tikus meningkat 70%-

80% dari berat normalnya. Percobaan tersebut dilakukan

kembali dengan menggunakan menu yang biasa dikonsumsi

oleh tikus namun seimbang gizinya, hasilnya didapatkan

penurunan kembali berat badan sesuai berat normal tikus.

Faktor pengelihatan, penciuman, dan rasa akan memicu

seseorang untuk makan yang lebih dari yang biasa disantapnya

sehari-hari.1,11

a.8. Sosial ekonomi: perubahan pemilihan jenis makanan

merupakan multifaktorial, faktor-faktor yang mendorong

perubahan pemilihan jenis makanan di antaranya pengetahuan,

sikap, perilaku hidup, gaya hidup, pola makan, jumlah

konsumsi dalam sehari, dan faktor pendapatan. Contoh

perilaku dan gaya hidup dapat dilihat dari fungsi seorang Ibu

di rumah, trend yang sedang dianut saat ini adalah ibu yang

memiliki dua peran dalam sebuah keluarga, yaitu sebagai ibu

rumah tangga dan sebagai wanita karier, dua peran tersebut

lah yang mempengaruhi pola dan jenis makanan yang akan

dikonsumsi oleh keluarganya. Peningkatan jumlah konsumsi

makanan dalam sehari diakbatkan juga karena anak diberi

uang jajan sehingga frekuensi makan semakin banyak dan

akan meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas.1,4

2.1.7 Aktivitas Fisik

2.1.7.1 Definisi Aktivitas Fisik

Definisi dari aktivitas fisik ialah pergerakan dari setiap

anggota badan yang melibatkan otot skeletal sehingga pengeluaran

Page 24: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

12

energi akan lebih besar dari energi basal tubuh. Yang dimaksud

exercise (latihan) adalah aktivitas fisik yang dilakukan secara

berulang, disengaja, terjadwal dan terstruktur untuk mencapai

kesehatan tubuh yang prima baik segi fisik ataupun psikis.8

Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur merupakan hal

penting dalam penurunan berat badan dan bisa meningkatan

sensitivitas, selain itu keuntungan lainnya dari melakukan aktivitas

fisik secara reguler adalah ketahanan kardiorespirasi, kekuatan

otot, fleksibilas, peningkatan kemampuan motorik, dan

ketangkasan.8,10 Selain itu, aktivitas fisik yang berhubungan

dengan menahan berat badan seperti, melompat, berjalan kaki,

berlari, dan yang lainnya bisa membantu pertumbuhan tulang

anak.8

2.1.7.2 Rekomendasi Aktivitas Fisik Untuk Tiap Usia

Menurut rekomendasi yang dikeluarkan oleh WHO,

aktivitas fisik yang bersifat sedang serta dilakukan selama 30 menit

bisa meningkatkan kesehatan, sedangkan pada anak dan remaja

WHO merekomendasikan tambahan waktu aktivitas fisik yang

bersifat berat selama 20 menit dalam 3 kali seminggu.8 Menurut

CDC dan The United Kingdom Health Education Authority

aktivitas fisik yang direkomendasikan untuk anak dan remaja yaitu

aktivitas fisik yang bersifat sedang sampai berat dan dilakukan

dengan total minimal 60 menit dalam sehari. Guidelines yang

dikeluarkan oleh Health Canada merekomendasikan

menambahkan waktu aktivitas fisik yang telah direkomendasikan

selama 30 menit (10 menit merupakan aktivitas yang bersifat berat)

dan mengurangi kegiatan menonton televisi, bermain komputer,

dan kegiatan lainnya yang tidak membutuhkan gerak otot skeletal

lebih banyak.10 Rekomendasi aktivitas fisik yang sesuai usia

yaitu:10

Page 25: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

13

a. Infants dan Toddlers :

Tidak ada rekomendasi pasti aktivitas fisik untuk kelompok

usia ini. Pada tahapan usia ini diberikan kebebasan untuk

melakukan aktivitas fisik yang menyenangkan menurut

anak dibawah pengawasan orang dewasa.

b. Preschool-Aged Children (4-6 tahun)

Kelompok anak usia ini diberi semangat untuk melakukan

aktivitas luar rumah yang menyenangkan, yang mampu

mengeksplorasi motorik halus dan kasar, yang bersifat

eksperimen bagi mereka dan adanya pengawasan dari orang

dewasa.

c. Elementary School-Aged Children (6-9 tahun)

Pada usia ini, perkembangan motorik anak sudah

berkembang makin pesat. Orangtua mengajak anak-anak

untuk melakukan kegiatan di luar rumah seperti berjalan

santai, menari, bermain lompat tali, dan bermain golf mini.

Olahraga yang terorganisir (sepak bola, basket, dll) sudah

bisa diperkenalkan, peraturan yang dibuat jangan terlalu

sulit dan lebih mengutamakan kesenangan bermain di

dalamnya.

d. Middle School-Aged (10-12 tahun)

Aktivitas fisik yang terorganisir dan taktis. Aktivitas fisik

yang bisa dianjurkan oleh para orangtua berupa sepak bola,

bulu tangkis, basket, dan yang lainnya. Olahraga angkat

berat pada kelompok usia ini dilarang karena bisa

menyebabkan gangguan pada pertumbuhan.

e. Adolescents

Aktivitas yang bisa disarankan cenderung yang

berkelompok dan menyenangkan. Kelompok yang dipilih

lebih baik berasal dari teman sekitar (sekolah, kampus, atau

Page 26: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

14

tempat bekerja) untuk mendapatkan efek jangka panjang

dari aktivitas yang dilakukan. Aktivitas yang dilakukan

bersama tersebut bisa berupa menari, bersepeda, yoga, dan

lainnya.

2.1.8 Hubungan Aktivitas Fisik dan Obesitas

Aktivitas fisik secara teori akan membuat seseorang mengeluarkan

energi lebih banyak sehingga bisa mencegah terjadinya perkembangan

obesitas. Aktivitas fisik bisa mencegah obesitas melalui dua cara, yaitu :

a. Aktivitas fisik meningkatkan pengeluaran energi. Teori

mengenai energi adalah energi tidak dapat dimusnahkan,

hanya dapat berubah bentuknya saja. Maka dari itu apabila

mengkonsumsi makanan haruslah sesuai dengan

pengeluaran yang dilakukan.

Masukan energi = pengeluaran energi

Energi makanan terkonsumsi kerja eksternal + panas

internal ± energi yang disimpan

Dari persamaan di atas bisa terdapat 3 kemungkinan,

adanya keseimbangan energi netral (energi masuk = energi

keluar), keseimbangan energi negatif (energi masuk <

energi keluar), dan keseimbangan energi positif (energi

masuk > energi keluar), maka dari itu bila seseorang ingin

mengurangi kemungkinan penyimpanan energi melalui

makanan, faktor yang harus ditingkatkan adalah kerja

eksternal dan panas internal. Melalui aktivitas fisik yang

sesuai rekomendasi, maka kerja eksternal akan semakin

besar yang akan menyebabkan penyimpanan energi lebih

kecil. Pada sebuah penelitian, apabila terjadi keseimbangan

energi positif dalam jangka waktu panjang, bisa

menyebabkan timbulnya obesitas.1,12,13

Page 27: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

15

b. Aktivitas fisik memliki efek yang bermanfaat bagi

metabolisme substrat. Metabolisme substrat tersebut

bergantung pada peningkatan lemak, dan secara relatif

terhadap karbohidrat. Metabolisme substrat tersebut

berguna untuk penggunaan energi.12

2.1.9 Perilaku Makan Pemicu Terjadinya Obesitas

Faktor asupan makanan dan pola makan bisa mempengaruhi kasus

obesitas, pengaruh positif (terkait dengan asupan makanan yang berlebih)

yaitu bisa menyebabkan atau memperparah obesitas dan pengaruh negatif

(asupan makanan yang cukup) bisa menurunkan kemungkinan terjadinya

obesitas. Pola makan yang berubah seiring dengan perkembangan zaman,

ditenggarai sebagai faktor pencetus tersering timbulnya obesitas.

Penurunan harga minyak sayur dan gula merupakan salah satu faktornya,

dengan mudahnya mengakses bahan-bahan makanan tersebut maka akan

terjadi peningkatan pengkonsumsian energi.14

Populasi dunia saat ini menjadi lebih urban dan pendapatan

perkapita tiap negara mulai meningkat. Hal tersebut menjadikan

masyarakat semakin meningkat konsumsi gula, lemak (terutama berasal

dari junk foods), dan produk-produk hewani sehingga asupan karbohidrat

kompleks serta serat menurun, akibatnya terjadi peningkatan konsumsi

energi. Apabila peningkatan konsumsi energi tersebut tidak diimbangi

dengan pengeluaran energi yang sesuai maka akan terjadi keseimbangan

energi positif yang artinya energi sisa tersebut akan disimpan dan hal

inilah yang merupakan faktor terjadinya obesitas.1,14 Selain itu, tingkat

stress akibat pekerjaan juga mempengaruhi kebiasaan makan seseorang,

seseorang yang stress cenderung menjadi lebih banyak makan sehingga

keseimbangan energi positif akan terjadi pada kasus ini jika tidak

diimbangi dengan pengeluaran energi yang sesuai.15 Maka dari itu,

perilaku makan seseorang merupakan faktor yang paling mudah untuk

dikontrol sehingga melalui faktor inilah bisa dilakukannya pencegahan

Page 28: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

16

dari obesitas.16 Perilaku makan yang bisa menyebabkan terjadinya obesitas

di antaranya yaitu :14

a. Frekuensi memakan snack yang tidak terkontrol

Memakan snack di antara waktu makan memang bisa mencegah

terjadinya hipoglikemia, akan tetapi konsumsi snack saat menonton

televisi atau setelah makan besar, bisa menyebabkan peningkatan

konsumsi energi yang signifikan. Tidak hanya frekuensinya saja,

kandungan bahan-bahan yang ada dalam snack pun menjadi salah

satu faktornya.

b. Makan di luar rumah

Makanan yang bisa didapatkan di luar rumah cenderung memiliki

tingkat energi, kadar lemak, lemak jenuh, kolesterol, dan sodium

lebih tinggi daripada makanan rumahan. Selain itu porsi makanan

yang disajikan biasanya lebih besar dan tidak sesuai dengan porsi

tiap individu. Porsi yang lebih besar meningkatkan konsumsi

energi per harinya, sehingga timbul keseimbangan energi positif

dan memicu terjadinya obesitas.

c. Komposisi kandungan makanan tidak sesuai

Komposisi kandungan makanan berperan penting pada proses

timbulnya obesitas. Makanan yang mengandung lemak jenuh

tinggi bisa berpotensi menimbulkan obesitas dan penyakit lainnya.

Makanan yang mengandung gula buatan memiliki kadar indeks

glikemik yang tinggi sehingga proses lapar menjadi lebih cepat dan

seseorang akan makan lagi dalam waktu yang berdekatan.

Kurangnya karbohidrat kompleks dan serat juga cepat memicu

terjadinya lapar sehingga orang akan cenderung makan dalam

waktu yang berdekatan juga.

Page 29: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

17

2.1.10 Proses Lapar dan Kenyang

Proses di dalam otak yang melibatkan sensor fisiologis mengenai

makanan serta proses regulasi lapar dan kenyang yang sangat progresif

perkembangannya. Di otak, terdapat mekanisme pengontrolan nafsu

makan, akan tetapi pengontrolan itu tidak bergantung pada otak saja,

terdapat berbagai faktor yang meningkatkan stimulasi dari proses tersebut,

diantaranya adalah hormon dan faktor lingkungan.11 Faktor kimiawi juga

memegang peranan penting dalam regulasi ini, banyak lemak yang

tersimpan dalam tubuh misalnya atau status kenyang dan lapar. Akibat

faktor sinyal molekuler yang multipel ini, perilaku makan akhirnya

disesuaikan dengan kebutuhan energi jangka panjang dan jangka pendek

tubuh. Dalam regulasi jangka pendek, informasi yang digunakan untuk

membantu mengontrol fungsi dan frekuensi makan. Sedangkan dalam

regulasi jangka panjang, asupan kalori total dan pengeluaran energi total

baik maka kandungan energi total tubuh relatif konstan.1

a. Faktor endokrin dan interaksinya dengan sistem yang lebih tinggi :

(Gambar 2.1.10.1)

a.1. Peran nukleus arkuatus : NPY dan melanokortin.

Hipotalamus berperan penting dalam kontrol keseimbangan

energi dan asupan makanan, bagian dari hipotalamus yaitu

nukleus arkuatus. Nukleus arkuatus berperan dalam kontrol

jangka panjang keseimbangan energi dan berat tubuh serta

kontrol jangka pendek asupan makanan sehari-hari. Nukleus

arkuatus mengeluarkan dua subset yaitu NPY dan

melanokortin yang mempunyai fungsi yang berlawanan. NPY

berperan dalam peningkatan asupan makanan sehingga terjadi

pertambahan berat badan. Melanokortin merupakan hormon

untuk menentukan warna kulit, akan tetapi α melonocyte

stimulating hormone yang ada pada manusia berfungsi untuk

menekan nafsu makan.1

Page 30: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

18

a.2. Leptin dan insulin dalam pengaturan jangka panjang

keseimbangan energi.

Adiposit (sel lemak) berfungsi untuk tempat menyimpan

lemak trigliserida, fungsi lain dari adiposit adalah

mengeluarkan hormon yaitu adipokin yang berperan untuk

keseimbangan energi dan metabolisme. Adipokin dalam peran

keseimbangan energi dan metabolisme adalah leptin yang

memiliki fungsi untuk regulasi berat normal tubuh. Leptin

secara spesifik berfungsi untuk penanda kenyang melalui

penghantaran sinyal molekuler ke NPY. Leptin bekerja

dengan menghambat NPY (perangsang nafsu makan) dan

merangsang pengeluaran melanokortin (penekan nafsu

makan). Kontrol jangka panjang keseimbangan energi juga

dipengaruhi oleh insulin. Insulin akan terangsang produksinya

jika ada peningkatan konsentrasi glukosa dan nutrien lain,

peningkatan sekresi insulin tersebut menghambat sel penghasil

NPY nukleus arkuatus sehingga terjadi penekanan asupan

makanan.1

a.3. Ghrelin dan peptida YY3-36 (PYY3-36) dalam perilaku makan

jangka pendek.

Ghrelin merupakan hormon yang dihasilkan lambung yang

memiliki fungsi untuk mengatur lapar, mekanisme kerja

ghrelin adalah dengan pengaktifan neuron penghasil NPY di

hipotalamus sehingga merangsang nafsu makan. Peningkatan

sekresi ghrelin terjadi paling tinggi ketika sebelum makan

sehingga timbul keinginan untuk makan, kemudian akan mulai

menurun saat makanan telah dimakan. PYY3-36 memiliki

mekanisme kerja dan fungsi yang berlawanan dengan ghrelin,

PYY3-36 paling tinggi kadarnya saat setelah makan yang

fungsinya adalah memberikan sinyal kenyang, mekanisme

Page 31: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

19

kerjanya adalah dengan menghambat neuron penghasil NPY

di hipotalamus.1

a.4. Oreksin dan neuropeptida lainnya.

Lateral hypotalamic area (LHA) dan paraventricular

hypotalamic nucleus (PVN) mengeluarkan pembawa pesan

kimiawi sebagai respons terhadap masukan dari neuron-

neuron nukleus arkuatus. LHA menghasilkan neuropeptida

oreksin yang merupakan stimulus asupan makanan.

Sedangkan PVN, mengeluarkan pembawa pesan kimiawi

salah satunya adalah corticotropin-releasing hormone,

berfungsi untuk mengurangi nafsu makan dan asupan

makanan. Terdapat suatu bagian di batang otak yang dikenal

sebagai nukleus traktus solitarius (NTS) yang merupakan

pusat kenyang. NTS menerima respon kenyang dari

hipotalamus dan juga dari saluran cerna serta bagian lain yang

menandakan kenyang.1

a.5. Kolesistokinin (CCK) berfungsi sebagai sinyal kenyang.

Kolesistokinin (CCK) merupakan salah satu hormon yang

bekerja pada traktus gastrointestinal, dikeluarkan oleh mukosa

duodenum sewaktu pencernaan berfungsi sebagai sinyal

kenyang yang akan menghambat jumlah makanan yang akan

dimakan.1

Page 32: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

20

Gambar 2.1.10.1 Faktor endokrin dan interaksinya

Sumber: Sherwood, 2010

b. Cita rasa makanan. (Gambar 2.1.10.2)

Cita rasa makanan bisa mengubah sinyal dari faktor endokrin dan

interaksinya sehingga bisa yang berakibat pada peningkatan nafsu

makan salah satunya.11

c. Sensor spesifik kenyang dan efek berbagai macam asupan

makanan . (Gambar 2.1.10.2)

Yang dimaksud dengan sensor spesifik kenyang yaitu, perasaan

kenyang yang dimiliki seseorang terhadap satu jenis makanan

tetapi tidak untuk makanan yang lain. Faktor tersebut merupakan

faktor penting banyaknya makanan yang dimakan dalam satu kali

makan. Banyaknya jenis, rasa, dan tampilan dari berbagai makanan

Page 33: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

21

pun merupakan faktor yang meningkatkan berlebihnya asupan

makanan.11

d. Jadwal makan yang teratur dan ketersediaan makanan.

Jadwal makan yang sudah diatur sebelumnya menyebabkan

seseorang makan walaupun dalam keadaan tidak lapar. Mudahnya

mencari dan membuat suatu makanan juga berperan dalam

peningkatan asupan makanan seseorang.11

e. Tampilan dan porsi makanan :

Tampilan makanan melalui sebuah iklan yang “menggoda” akan

meningkatkan stimulus visual dan yang lainnya dan akan

merangsang pusat makan di otak, hal ini ditingkatkan juga dengan

jumlahnya yang banyak, maka akan berpengaruh pada asupan yang

berlebih pula.11

f. Kecepatan makan :

Saat memulai makan maka akan timbul sinyal yang mengatur

mulainya proses pencernaan, jika proses makan terlalu cepat, maka

saluran pencernaan belum siap untuk menerima makanan sehingga

sinyal kenyang yang dikirimkan ke otak akan lebih lama waktunya

yang berakibat pada lebih banyaknya makanan yang dimakan oleh

seseorang.11

Page 34: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

22

Gambar 2.1.10.2 Efek penglihatan, rasa, bau, dan sentuhan terhadap asupan

makanan

Sumber: E.T. Rolls, 2007

2.1.11 Proses Metabolisme Lemak dan Lipogenesis

2.1.11.1 Metabolime Lemak

Lemak yang paling banyak kandungannya pada diet sehari-

hari adalah trigliserida, yang mengandung molekul gliserol yang

diikat oleh molekul asam lemak. Lipase adalah sebuah enzim

yang akan memisahkan trigliserida dan fosfolipid. Terdapat 3

jenis lipase yang akan berperan dalam proses pencernaan lemak

yaitu : lingual lipase, gastric lipase, dan pancreatic lipase.

Pencernaan lemak berlangsung paling banyak di usus halus

dengan bantuan pancreatic lipase, trigliserida akan dipecah

menjadi asam lemak dan monogliserida.17

Terjadi proses emulsifikasi sebelum globus besar lemak

yang mengandung trigliserida dapat dicerna di usus halus,

emulsifikasi adalah proses pemecahan globus lemak yang besar

menjadi misel lemak yang lebih kecil dibantu oleh garam

empedu. Garam empedu memiliki sifat amphipathic yang artinya

memiliki kandungan hydrophobic dan hydrophilic. Hydrophobic

Page 35: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

23

pada asam empedu akan berinteraksi dengan globus lipid yang

besar, sedangkan regio hidrofilik akan berinteraksi dengan kimus

saluran pencernaan yang encer. Proses ini menyebabkan

terpecahnya globus lemak tersebut menjadi misel, setelah proses

emulsifikasi ini, area cerna akan lebih besar sehingga akan

mempermudah kerja pancreatic lipase. Misel mengandung

monogliserida dan asam lemak bebas, ketika misel tersebut

mencapai sel epitel membran luminal, secara difusi pasif

monogliserida dan asam lemak bebas tersebut melepaskan diri

dari misel dan menuju bagian interior sel epitelial membran

luminal.1,17

Garam empedu melakukan fungsinya sebagai pelarut lemak

sepanjang usus halus hingga seluruh lemak telah diabsorpsi.

Sementara itu, garam empedu akan direabsorpsi di ileum melalui

transport aktif. Monogliserida dan asam lemak bebas yang berada

pada interior sel epitelial luminal diresintesis kembali menjadi

trigliserida. Trigliserida tersebut kemudian membentuk suatu

gumpalan yang diselimuti oleh lipoprotein (disintesis oleh

retikulum endoplasma sel epitelial). Gumpalan trigliserida yang

diselimuti oleh lipoprotein ini dinamakan kilomikron dan bersifat

larut air. Melalui proses eksositosis oleh sel epitelial, kilomikron

ditekan menuju cairan intersisial dalam villus. Sesudah itu

kilomikron akan masuk ke dalam pembuluh limfe, kilomikron

tidak masuk ke pembuluh darah karena membran basalis darah

mengandung polisakarida. Saat berada dalam pembuluh limfe,

kilomikron baru mengalami penyerapan secara langsung.1

Page 36: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

24

Gambar 2.1.11.1.1 Proses absorpsi lemak

Sumber: Sherwood, 2010

2.1.11.2 Lipogenesis

Lipogenesis merupakan proses deposisi lemak dan meliputi

proses sintesis asam lemak dan kemudian kemudian sintesis

trigliserida yang terjadi di hati pada daerah sitoplasma dan

mitokondria dan jaringan adiposa. Lipogenesis dirangsang oleh

diet tinggi karbohidrat, gula, dan lemak.9

Asam lemak, dalam bentuk trigliserida dan asam lemak

yang terikat pada albumin didapat dari asupan makanan atau

hasil sintesis lemak di hati. Trigliserida yang dibentuk dari

kilomikron atau lipoprotein akan dihidrolisis menjadi gliserol dan

asam lemak bebas oleh enzim lipoprotein lipase (LPL) yang

dibentuk oleh adiposit dan disekresi ke dalam sel endotelial yang

berdekatan dengannya. Aktivasi LPL dilakukan oleh apoprotein

C-II yang dikandung oleh kilomikron dan lipoprotein (VLDL).

Page 37: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

25

Kemudian asam lemak bebas akan diambil oleh sel adiposit

sesuai dengan derajat konsentrasinya oleh suatu protein

transmembran. Bila asam lemak sudah masuk ke dalam adiposit

maka akan membentuk pool asam lemak. Pool ini akan

mengandung asam lemak yang berasal baik dari yang masuk

maupun yang akan ke luar.9

2.1.12 Evaluasi dan Dampak Obesitas

2.1.12.1 Evaluasi Obesitas

Hal yang dilakukan jika anak datang dengan keluhan

obesitas adalah mengukur terlebih dahulu menggunakan salah

satu dari tiga cara yang sudah disebutkan sebelumnya. Apabila

kriteria obesitas sudah ditegakkan dengan menggunakan satu dari

tiga cara tersebut maka perlu dilakukan penelusuran riwayat

obesitas dalam keluarga dan faktor pendukung lainnya (aktivitas

fisik dan pola makan), selanjutnya melakukan juga penelusuran

dampak penyakit yang mungkin terjadi. Penyakit yang terjadi

pada seseorang yang mengalami obesitas bergantung juga pada

tingkat keparahan obesitasnya, makin parah obesitasnya makin

parah juga kemungkinan komplikasi yang akan terjadi.4,18

2.1.12.2 Dampak Obesitas

Hal-hal yang perlu diperhatikan sebagai dampak dari

obesitas meliputi, penilaian risiko kardiovaskuler, obstructive

sleep apnea syndrome (OSAS), gangguan fungsi hati, masalah

ortopedik terutama yang berkaitan erat dengan berat badan yang

berlebih, kelainan kulit, potensi timbulnya gangguan psikiatri.4

Faktor risiko kardivaskuler pada seseorang yang menderita

obesitas harus memiliki tiga dari faktor lain yaitu : riwayat

keluarga dengan penyakit jantung atau kematian pada usia dini

(<55 tahun), dislipidemia (LDL-kolesterol >160 mg/dL, HDL-

Page 38: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

26

kolesterol <35 mg/dL) dan peningkatan tekanan darah, merokok,

adanya diabetes melitus, dan rendahnya aktivitas fisik.19

Pada anak yang mengalami obesitas juga rentan terjadinya

OSAS. Gejala yang timbul dari OSAS yaitu mengorok dan

mengompol. OSAS disebabkan oleh adanya penumpukan atau

penebalan jaringan lemak di daerah faringeal yang diperberat

juga dengan adanya hipertrofi adenotonsilar. Karena adanya

obstruksi nafas yang intermiten pada malam hari menyebabkan

berkurangnya oksigenasi otak sehingga di siang hari anak yang

menderita OSAS cenderung mengantuk di sekolah. Cara untuk

menghilangkan OSAS diantaranya adalah dengan melakukan

pengaturan makan sehingga bisa menurunkan berat badan,

adenotonsilektomi, dan pemakaian continous positive airway

pressure (CPAP).4

Kelainan kulit pada anak yang mengalami obesitas terutama

terjadi di daerah lipatan, kemungkinan penyakit kulit yang

diderita anak obesitas di antaranya adalah ruam panas, intertigo,

dermatitis moniliasis, dan acanthosis nigricans (pertanda dari

hipersensitivitas insulin), dan jerawat yang bisa menurunkan rasa

percaya diri anak. Pada anak yang mengalami obesitas akan

mengalami juga masalah psikososial, hal ini disebabkan karena

anak yang obesitas cenderung sering diejek oleh teman

sebayanya. Anak yang mengalami obesitas sering didapatkan

rasa kurang ingin bermain, memisahkan diri dari tempat bermain,

tidak diikutkan dalam permainan, serta hubungan sosial

canggung atau menarik diri dari kontak sosial.4,20

Page 39: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

27

2.1.13 Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas

Obesitas adalah kalori yang masuk lebih banyak dari kalori yang

dikeluarkan sehingga terjadi penumpukan lemak. Ada beberapa hal yang

bisa dilakukan untuk mencegah obesitas di antaranya : pengaturan diet,

pengaturan aktivitas fisik anak, modifikasi perilaku, peran orang tua dalam

memantau hal tersebut, dan terapi intensif.4

a. Pengaturan diet.

Prinsip yang harus diterapkan dalam mengatur diet agar

kalori yang dibutuhkan anak sesuai. Anak masih membutuhkan

kalori untuk berkembang sehingga retriksi kalori tidak perlu terlalu

ketat.

Pengaturan diet pada anak tidaklah mudah. Pertama kali

yang dapat dilakukan oleh orang tua adalah menumbuhkan

motivasi anak untuk menurunkan berat badan, hal ini dilakukan

dengan syarat anak sudah mengetahui berat badan ideal yang

sesuai dengan tinggi badan dan umurnya.

Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk

pengaturan diet anak melalui “the traffic light diet”. Program ini

dilakukan dengan cara memberi 3 macam label dengan 3 macam

warna, seperti green, yellow, dan red label. Green label merupakan

makanan yang rendah kalori dan dapat dikonsumsi setiap hari

seperti buah-buahan, susu, dan sayur-sayuran, yellow label adalah

makanan yang mengandung kalori sedang serta rendah lemak yang

boleh dimakan akan tetapi terbatas asupannya seperti hati ayam,

bakso, dan daging kambing. Yang terakhir red label adalah

makanan yang tingi kalori serta tinggi lemak yang sangat dibatasi

jumlah pengkonsumsiannya seperti sosis, corned beef, dan daging

bebek. Diet yang dilakukan dengan seimbang disertai juga

komposisi makanan yang sesuai.

Page 40: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

28

Penurunan kalori disesuaikan, mulai dengan 200-500 kalori

dengan target 0.5 kg per minggu. Penurunan berat badan sampai

10% berat badan ideal dan dipertahankan. Diet seimbang juga

haruslah memperhatikan persentase dari 3 kandungan penting pada

makanan yaitu karbohidrat, protein, dan lemak. Selama pengaturan

diet yang seimbang itu persentase ketiga kandungan penting

makanan tersebut adalah : karbohidrat 50-60 %, lemak 30 %, dan

protein yang sesuai untuk tumbuh kembang normal 15-20 %.4

b. Pengaturan aktivitas fisik.

Pengaturan aktivitas fisik pada program pencegahan

obesitas bisa berupa latihan (renang, sepak bola, bulu tangkis,

basket, dll) dan meningkatkan aktivitas harian (melakukan les

sepulang sekolah, bermain di sore hari) aktivitas harian dianjurkan

juga dilakukan selama 20-30 menit perharinya. Menurut sebuah

studi, peningkatan aktivitas fisik pada anak gemuk (yang

mengalami obesitas) bisa menurunkan nafsu makan dan

meningkatkan laju metabolisme. Kombinasi antara latihan aerobik

(lari, renang, sepak bola, bulu tangkis, basket, dll) dan pengaturan

diet yang seimbang akan menghasilkan penurunan berat badan

yang lebih signifikan daripada hanya dilakukan salah satunya saja.4

c. Modifikasi perilaku.

Selain melakukan pengaturan diet dan aktivitas fisik,

pengaturan perilaku dalam hal mengkonsumsi makanan dan

melakukan kegiatan juga penting untuk dilakukan. Perubahan

perilaku tersebut meliputi :4

Pengawasan yang dilakukan oleh anak terhadap berat

badan, makanan yang dimakan setiap harinya, dan aktivitas

fisik.

Page 41: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

29

Mengontrol stimulus/rangsangan untuk makan, contohnya

adalah ketika menonton jangan mendekatkan camilan di

sekitar anak.

Mengubah perilaku makan, hal ini bisa dilakukan dengan

cara makan yang awalnya dengan cepat bisa memperlambat

makan, mengurangi camilan, dan menurunkan porsi.

Reward and punishment, cara ini dilakukan oleh orang tua

dengan memberi dorongan kepada anak untuk menjaga

berat badan tubuh, memberikan pujian jika anak berhasil

melakukan perilaku sehat, makan sudah sesuai standar, mau

melakukan olahraga, dan berat badannya bisa turun.

Pengendalian diri, yang dimaksud dengan pengendalian diri

adalah ketika anak datang ke pesta ulang tahun ataupun

pernikahan hendaknya memilih makanan yang berkalori

rendah atau apabila sudah memakan kalori tinggi bisa

diimbangi dengan latihan yang ditingkatkan.

d. Peran serta orangtua, anggota keluarga, teman, dan guru.

Peran orangtua sangat penting dalam membantu penurunan

berat badan anak. Hal-hal yang bisa dilakukan oleh orangtua

diantaranya adalah penyiapan makanan yang seimbang sesuai saran

dari dokter ataupun ahli gizi, memberikan dorongan kepada anak,

serta memantau pola makan, dan aktivitas anak. Anggota keluarga

juga turut berperan diantaranya dengan melakukan penurunan

asupan makanan dan peningkatan aktivitas fisik. Guru dan teman

punya peran yang tidak kalah penting untuk mendukung penurunan

berat badan pada anak.4

e. Terapi intensif.

Terapi obesitas pada anak dan remaja dilakukan apabila

disertai penyakit penyerta, terapi konvensional tidak memberikan

efek. Terapi intensif meliputi 3 kriteria yang terdiri dari diet

Page 42: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

30

berkalori sangat rendah (very low calorie diet), farmakoterapi, dan

terapi bedah.4

Jika anak memiliki berat badan (BB) >140% BB ideal

(superobesitas) maka diindikasikan untuk melakukan diet kalori

sangat rendah (very low calorie diet). Formula diet yang paling

sering diterapkan adalah protein-sparing modified fast (PSMF),

PSMF adalah formula diet dengan membatasi asupan kalori hanya

600-800 kalori/hari, protein hewani 1,5-2,5 g/kg berat badan,

suplementasi vitamin dan mineral, serta minum lebih dari 1,5 L

cairan per hari. Diet ini harus lah dengan pantauan dokter dan

hanya dilakukan selama 12 minggu.4

Farmakoterapi sebagai terapi untuk obesitas

dikelompokkan menjadi tiga, yaitu penekan nafsu makan misalnya

sabutramin, penghambat absorpsi zat-zat gizi misalnya orlistat, dan

kelompok-kelompok lain termasuk leptin, octreotide, dan

metformin. Untuk terapi obesitas secara farmakologi di tahun 2003

U.S Food and Drug Administration menyetujui bahwa Orlistat 120

mg disertai dengan ekstra suplementasi yang larut dalam lemak.4

Untuk terapi bedah pada kasus obesitas (bedah bariatrik)

ada dua, yaitu gastric banding dan vertical-banded gastroplasty

yang memiliki untuk mengurangi retriksi makanan dan

memperlambat pengosongan lambung, prinsip kedua yaitu gastric

bypass dari lambung menuju akhir usus halus yang berfungsi

mengurangi absorbsi makanan. Akan tetapi, sampai saat ini efek

jangka panjang dari terapi bedah pada obesitas masih belum diteliti

lebih jauh lagi.4

f. Pencegahan.

Pencegahan dilakukan dengan dua macam strategi yaitu

strategi pendekatan populasi dan pendekatan pada kelompok yang

berisiko tinggi menjadi obesitas. Strategi pendekatan populasi

Page 43: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

31

dilakukan dengan cara mempromosikan cara hidup sehat pada

smua anak dan remaja beserta orangtuanya, sedangkan pendekatan

pada kelompok yang berisiko tinggi menjadi obesitas yaitu edukasi

mengenai faktor risiko dan dampak yang terjadi apabila anak

menderita obesitas. Upaya yang dilakukan bisa berupa promosi

pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan pada anak yang

punya kerentanan menderita obesitas. Penelitian membuktikan

bahwa menunda pemberian makanan dan memperpanjang jangka

pemberian ASI dapat menurunkan kemungkinan terjadinya

obesitas.4

Untuk orangtua diberikan pengetahuan mengenai pola diet

dan aktivitas fisik seperti :4

Hargai selera makan anak, jangan memaksakan anak untuk

menghabiskan porsi makan setiap kali makan, sebaiknya

biarkan anak yang mengambil makanannya sendiri agar

sesuai dengan porsi yang diinginkan.

Menghindari makanan siap saji atau makanan manis sebisa

mungkin.

Batasi jumlah makanan berkalori tinggi terutama yang

disimpan di rumah.

Penyediaan makanan dengan komposisi lemak lebih rendah

dari 30% kalori total.

Jika ada makanan berlemak sebaiknya disediakan pula

makanan yang mengandung sejumlah serat.

Membatasi camilan.

Batasi menonton televisi dan dorong anak agar aktif

bermain dengan teman sebaya.

Mendorong anak untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

sekolah.

Page 44: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

32

Jadwalkan kegiatan keluarga yang menyenangkan namun

mampu membakar kalori tinggi (berlari, bersepeda, renang,

dan lain - lain).

2.1.12 Kuesioner Penelitian

Untuk menilai tingkat aktivitas responden, penelitian ini menggunakan

“Baecke Questionnaire for Physical Activities”. Pada “Baecke Questionnaire for

Physical Activities” terdapat 3 kategori utama untuk penilaian tingkat aktivitas

fisik responden, kategori tersebut yaitu : indeks waktu kerja, indeks olahraga, dan

indeks waktu luang. Pada penelitian ini, Baecke Questionnaire for Physical

Activities dilakukan sedikit modifikasi pada beberapa pertanyaannya, hal ini

ditujukan agar kuesioner ini sesuai dengan kegiatan yang dilakukan para

responden sehari-harinya. Dari 3 kategori utama tersebut, pertanyaan kembali

dilakukan perincian sehingga terdapat 13 pertanyaan dan 1 pernyataan. Untuk

kategori indeks waktu kerja terdapat 7 pertanyaan, indeks olahraga 1 pertanyaan

dan 1 penyataan, dan indeks waktu luang 4 pertanyaan.

Perilaku makan responden dinilai dengan menggunakan “Child Eating

Behavior Questionnaire”. Pada kuesioner tersebut terdapat 35 pertanyaan yang

dibagi menjadi 8 kategori, yaitu: food responsiveness (FR), emotional over-eating

(EOE), enjoyment of food (EF), desire to drink (DD), satiety responsiveness (SR),

slowness in eating (SE), emotional under-eating (EUE), dan food fussiness (FF).

Dari 8 kategori tersebut, dibagi kembali menjadi 2 kategori utama, yaitu food

approach dan food avoidant. Kategori food approach memiliki hubungan dengan

4 kategori pertama yang sudah disebutkan sebelumnya (FR, EOE, EF, dan DD),

sedangkan kategori food avoidant memiliki hubungan dengan SR, SE, EUE, dan

FF.

Page 45: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

33

2.2 Kerangka Teori

2.3 Kerangka Konsep

Keterangan :

= dilakukan penelitian

Glikogenesis di hati

dan otak

Glikogen di hati dan

otak Lipogenesis

Trigliserida

di Hati

VLDL

Complex

Terjadi dalam

kurun waktu yang

lama

OBESITAS

Glukosa

Darah

Insulin

Asam

Amino

Glukosa

Tubuh

Trigliserida

adiposit

Kurangnya

aktvititas fisik

Faktor Resiko

Genetik Psikososial dan

Lingkungan

Sensitivitas

Reseptor Leptin

di Otak

Inhibisi melanocortin

Nafsu Makan

Diet Kalori

Genetik

Aktivitas

Fisik

kurang

Pola

Makan

Penyimpanan

lemak pada

tubuh

Perubahan lemak

menjadi energi

Asupan kalori >

Kalori yang

dibakar

Obesitas

Page 46: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

34

2.4 Definisi Operasional

No Variabel Definisi

operasional

Alat Ukur Cara Pengukuran Skala

Pengukura

n

1 Tinggi

badan

(TB)

Ukuran yang

digunakan untuk

mengukur tinggi

seseorang

Meteran Siswa/siswi diukur

dengan badan

menempel pada

dinding, tumit

merapat ke

dinding, siswa-

siswi menghadap

ke pemeriksa,

mata lurus ke

depan dan kepala

tegak, kemudian di

ukur di atas kepala

dengan

menggunakan

bidang datar.

Numerik

2 Berat

badan

(BB)

Ukuran yang

lazim atau sering

untuk mengukur

keadaan gizi

Timbangan BB Siswa/siswi naik

di atas timbangan

selanjutnya dilihat

angka pada

timbangan. Angka

tersebut

merupakan BB

siswa/siswi

Numerik

3 Indeks

Massa

Tubuh

(IMT)

Massa tubuh yang

diukur dengan

membandingkan

BB dengan TB

Hasil dari

pengukuran TB

dan BB kemudian

dihitung dengan

menggunakan

rumus IMT.

Angka hasil

merupakan IMT

dari siswa/siswi

tersebut.

Numerik

Page 47: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

35

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Disain Penelitian

Disain yang digunakan pada penelitian ini adalah disain case control.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus 2014.

3.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Madrasah Pembangunan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, jl. Ibnu Taimia IV Komplek IAIN, Pisangan, Ciputat

15419, Tangerang Selatan.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah siswa-siswi Madrasah

Ibtidaiyah Pembangunan yang berusia 7-15 tahun dan menderita obesitas.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sedangkan untuk sampel penelitian adalah para siswa-siswi

obesitas. Variabel terikat pada penilitian kali ini adalah siswa/siswi yang

obesitas, sedangkan variabel bebas adalah tingkat aktivitas fisik dan

perilaku makan dari tiap siswa/siswi tersebut.

Untuk menentukan jumlah sampel penelitian digunakan rumus

yaitu :

n= {(𝑍𝛼+𝑍𝛽)

0.5𝑙𝑛[(1+𝑟)

(1−𝑟)⁄ ]} 2 + 3

Zα = 1.96 Zβ = 0.84 r = 0.4

Dari hasil rumus di atas didapatkan sampel sebesar 52.

Page 48: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

36

3.4 Cara Kerja Penelitian

3.4.1 Pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT)

Peneliti datang ke Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta.

Meminta izin dari pihak sekolah untuk melakukan pengukuran IMT.

Pengukuran IMT dihitung berdasarkan berat badan dan tinggi badan

kemudian anak yang memiliki IMT kategori obesitas, akan diberikan

kuesioner esok harinya.

3.4.2 Pembuatan Kuesioner

Pembuatan kuisioner ini berisi tentang poin-poin apa yang

mendukung penelitian, yaitu mengenai berat badan dari anak dan orang

tua, berbagai aktivitas yang dilakukan anak dan perilaku makan (frekuensi

makan dan pola makan) setiap harinya.

3.4.3 Penyebaran Kuesioner di Madrasah Pembangunan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Setelah dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan

terlebih dahulu untuk mengetahui IMT dari para siswa/siswi. Kuisioner

barulah disebar ke siswa-siswi Madrasah Pembangunan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang obesitas dan berusia 7-15 tahun. Kuisioner

tersebut diberikan kepada siswa/siswi yang kemudian akan diserahkan

kepada orangtua dan diisi oleh para orangtua.

3.4.4 Penghitungan Sampel

Setelah kuesioner kembali, maka akan dimulai perhitungan sample.

Kriteria inklusi pada penelitian kali ini adalah siswa-siswi Madrasah

Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berusia 7-15 tahun yang

obesitas dan untuk kontrol adalah siswa-siswi yang non-obesitas. Kriteria

eksklusi pada penelitian ini adalah siswa-siswi yang diberikan kuesioner

tetapi tidak mengembalikan kuesioner.

3.4.5 Alur Penelitian

Menghitung BMI

siswa/i Madrasah

Pembangunan

Penghitungan besar sample

dan membuat surat izin

penelitian di Madrasah

Pembangunan

Membagikan kuisioner kepada

siswa/i yang obesitas menurut

BMI dan juga non-obesitas

Mengolah data

menggunakan SPSS

Page 49: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

37

3.4.6 Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan dan Analisis data menggunakan SPSS 16.0.

Page 50: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

38

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan data primer di Madrasah

Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah, Tangerang Selatan pada bulan Juli dan

Agustus 2014. Siswa-siswi yang akan diberikan kuesioner sebelumnya dilakukan

pengukuran berat badan dan tinggi badan untuk menentukan Body Mass Index

(BMI). Setelah diberikan kuesioner, siswa-siswi tersebut diminta untuk

memberikan kuesioner tersebut kepada salah satu orangtua nya untuk diisi. Dari

200 kuesioner yang disebarkan (100 obesitas dan 100 non-obesitas), didapatkan

sebanyak 144 kuesioner (72 obesitas dan 72 non-obesitas) yang kembali.

Kemudian, dengan teknik simple random sampling dari masing-masing kelompok

diambil sebanyak 52, sehingga yang kuesioner diolah sebanyak 104 kuesioner.

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Gambar Umum Lokasi Penelitian

4.1.1.1.Lokasi Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jl. Ibnu Taimia IV Komplek IAIN, Pisangan, Ciputat 15419, Tangerang Selatan.

4.1.1.2.Jumlah Siswa

Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki 6

angkatan, 1 angkatan berjumlah 8 kelas, untuk total murid tiap angkatan yaitu

sebagai berikut:

1. Kelas 1 = 232 anak

2. Kelas 2 = 240 anak

3. Kelas 3 = 228 anak

4. Kelas 4 = 245 anak

5. Kelas 5 = 237 anak

6. Kelas 6 = 240 anak

Page 51: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

39

4.1.2. Uji Validitas Kuesioner

Kuesioner yang digunakan untuk menilai perilaku makan menggunakan

Child Eating Behavior Questionnaire (CEBQ) dan untuk menilai tingkat aktivitas

fisik digunakan Baecke Questionnaire for Physical Activities. Kuesioner untuk

menilai perilaku makan terdapat 35 pertanyaan yang terbagi menjadi 8 kategori,

yaitu: EF (5), EOE (4), EF (4), DD (3), SR (5), SE (4), EUE (4), dan FF (6)

sedangkan kuesioner untuk menilai tingkat aktvitas fisik terdapat 13 pertanyaan

dan 1 pernyataan yang terbagi menjadi 3 kategori, yaitu: Indeks Waktu Kerja (7),

Indeks Olahraga (1+1 pernyataan), dan Indeks Waktu Luang (4). Pada Kuesioner

dijawab dengan pilihan ‘Tidak Pernah’, ‘Jarang’, ‘Kadang-Kadang’,’Sering’dan

‘Sangat Sering’. Masing-masing pertanyaan akan diberikan skor sebagai berikut:

skor 1 untuk jawaban ‘Tidak Pernah’, skor 2 untuk jawaban ‘Jarang’, skor 3 untuk

jawaban ‘Kadang-Kadang’, skor 4 untuk jawaban ‘Sering’, dan skor 5 untuk

jawaban ‘Sangat Sering’. Jumlah skor dari tiap kategori akan dibagi dengan

banyaknya soal untuk tiap kategori yang dihitung, sehingga akan didapatkan nilai

terendah yaitu 1 dan nilai tertinggi 5 untuk setiap kategori yang ada pada tiap

kuesioner. Kuesioner didapatkan dari penelitian sebelumnya, kemudia sudah di

alih bahasa menjadi Bahasa Indonesia, dan telah dilakukan uji validitas dan uji

reliabilitas dengan Croanbach Alfa dan didapatkan hasil Croanbach Alfa=0,605

untuk Child Eating Behavior Questionnaire dan Croanbach Alfa=0,687 untuk

Baecke Questionnaire for Physical Activities. Suatu instrumen dikatakan memiliki

tingkat reliabilitas tinggi jika nilai koefisien Cronbach Alfa > 0,60.

Dengan demikian kuesioner tersebut dapat digunakan sebagai alat

pengumpul data karena kuesioner tersebut sudah memenuhi syarat kelayakan

suatu instrumen.

4.1.3. Data Hasil Penelitian

Penelitian dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta pada bulan Juli-Agustus 2014. Didapatkan responden

sebanyak 104 anak, yang terdiri dari 52 anak yang dari hasil pengukuran

Page 52: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

40

mengalami obesitas dan 52 anak yang dari hasil pengukuran tidak mengalami

obesitas.

Tabel 4.1.4.1 Karakteristik Responden Penelitian (Non-Obesitas)

Tabel 4.1.4.2 Karakteristik Responden Penelitian (Obesitas)

Frekuensi responden pada penilitian ini didapatkan untuk kelompok usia

tertinggi, pada obesitas terdapat pada usia 7 tahun (36,5%) dan pada kelompok

non-obesitas tertinggi pada usia 8 tahun (25%). Sedangkan, untuk jenis kelamin

No. Kategori Responden

1. Usia

7 tahun 7 13,5%

8 tahun 13 25%

9 tahun 12 23,1%

10 tahun 9 17,3%

11 tahun 7 13,5%

12 tahun 4 7,7%

Jumlah 52

2. Jenis Kelamin

Laki-laki 46 88,5%

Perempuan 6 11,5%

Jumlah 52

3. Indeks Olahraga

Rendah 11 21,2%

Sesuai 21 40,4%

Tinggi 20 38,5%

Jumlah 52

No. Kategori Responden

1. Usia

7 tahun 19 36,5%

8 tahun 10 19,2%

9 tahun 7 13,5%

10 tahun 7 13,5%

11 tahun 5 9,6%

12 tahun 4 7,7%

Jumlah 52

2. Jenis Kelamin

Laki-laki 40 76,9%

Perempuan 12 23,1%

Jumlah 52

3. Indeks Olahraga

Rendah 19 36,5%

Sesuai 19 36,5%

Tinggi 14 26,9%

Jumlah 52

Page 53: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

41

tertinggi untuk kedua kelompok tersebut yaitu laki-laki sebesar 46 responden

(88,5%) non-obesitas dan 40 responden (76,9%) obesitas. Sedangkan untuk

indeks olahraga yang akan digunakan untuk menilai tingkat aktivitas fisik,

didapatkan kategori tertinggi pada kelompok non-obesitas terdapat pada kategori

sedang yaitu sebanyak 21 responden (40,4%) dan pada kelompok obesitas

kategori tertinggi ada pada kategori sedang dan rendah yaitu sebanyak 19

responden (36,5%).

Tabel 4.1.4.3 Karakteristik Nilai Food Responsiveness

Frekuensi responden pada nilai rata-rata untuk kategori food

responsiveness ini didapatkan untuk kelompok nilai tertinggi pada nilai rata-rata

yaitu 3.8 dengan satu responden (1%) sedangkan nilai rata-rata terendah yaitu 2

dengan dua responden (1.9%). Rata-rata nilai kategori food responsiveness yang

memiliki responden paling tinggi yaitu 3.2 dengan 21 responden (20.2%).

No. Rata-rata Food

Responsiveness Responden

1. 2 2 1.9%

2. 2.2 12 11.5%

3. 2.4 9 8.7%

4. 2.6 14 13.5%

5. 2.8 4 3.8%

6. 3 18 17.3%

7. 3.2 21 20.2%

8. 3.4 13 12.5%

9. 3.6 10 9.6%

10. 3.8 1 1.0%

Jumlah 104

Page 54: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

42

Tabel 4.1.4.4 Hubungan Food Responsiveness dengan Kejadian Obesitas

Pada tabel hubungan antara Food Responsiveness dengan kejadian

obesitas didapatkan nilai p < 0,05 yang berarti terdapat hubungan antara

keduanya. Nilai r= 0,641 yang artinya antara kedua variabel memiliki hubungan

yang kuat.

Tabel 4.1.4.5 Karakteristik Nilai Enjoyment of Food

Frekuensi responden pada nilai rata-rata untuk kategori enjoyment of food

ini didapatkan untuk kelompok nilai tertinggi pada nilai rata-rata yaitu 5 dengan

satu responden (1%) sedangkan nilai rata-rata terendah yaitu 1.75 dengan tiga

responden (2.9%). Rata-rata nilai kategori enjoyment of food yang memiliki

responden paling tinggi yaitu 3.25 dengan 18 responden (17.3%).

Obesitas

Food Responsiveness r 0,641

p 0,000

n 104

No. Rata-rata Enjoyment

of Food Responden

1. 1.75 3 2.9%

2. 2 2 1.9%

3. 2.25 9 8.7%

4. 2.5 15 14.4%

5. 2.75 13 12.5%

6. 3 10 9.6%

7. 3.25 18 17.3%

8. 3.5 15 14.4%

9. 3.75 7 6.7%

10. 4 9 8.7%

11. 4.5 2 1.9%

12. 5 1 1.0%

Jumlah 104

Page 55: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

43

Tabel 4.1.4.6 Hubungan Enjoyment of Food dengan Kejadian Obesitas

Pada tabel hubugan antara Enjoyment of Food dengan kejadian obesitas

didapatkan nilai p < 0,05 yang berarti terdapat hubungan antara keduanya.

Didapatkan nilai r= 0,685 yang artinya antara kedua variabel memiliki hubungan

yang kuat.

Tabel 4.1.4.7 Karakteristik Nilai Desire to Drink

Frekuensi responden pada nilai rata-rata untuk kategori desire to drink ini

didapatkan untuk kelompok nilai tertinggi pada nilai rata-rata yaitu 4.67 dengan

dua responden (1.9%) sedangkan nilai rata-rata terendah yaitu 1.33 dengan tiga

responden (2.9%). Rata-rata nilai kategori desire to drink yang memiliki

responden paling tinggi yaitu 3.67 dengan 22 responden (21.2%).

Obesitas

Enjoyment of Food r 0,685

p 0,000

n 104

No. Rata-rata Desire to

Drink Responden

1. 1.33 3 2.9%

2. 1.67 2 1.9%

3. 2 4 3.8%

4. 2.33 4 3.8%

5. 2.67 16 15.4%

6. 3 20 19.2%

7. 3.33 21 20.2%

8. 3.67 22 21.2%

9. 4 8 7.7%

10. 4.17 1 1.0%

11. 4.33 1 1.0%

12. 4.67 2 1.9%

Jumlah 104

Page 56: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

44

Tabel 4.1.4.8 Hubungan Desire to Drink dengan Kejadian Obesitas

Pada tabel hubungan antara Desire to Drink dengan Kejadian obesitas

didapatkan nilai p > 0,05 yang berarti tidak terdapat hubungan antara keduanya.

Dan memiliki hubungan yang lemah. Didapatkan nilai r= -0,014 artinya

hubungannya sangat lemah.

Tabel 4.1.4.9 Karakteristik Nilai Satiety Responsiveness

Frekuensi responden pada nilai rata-rata untuk kategori satiety

responsiveness ini didapatkan untuk kelompok nilai tertinggi pada nilai rata-rata

yaitu 4 dengan dua responden (1%) sedangkan nilai rata-rata terendah yaitu 1.8

dengan dua responden (1.9%). Rata-rata nilai kategori satiety responsiveness yang

memiliki responden paling tinggi yaitu 2.6 dengan 17 responden (16.3%).

Obesitas

Desire to Drink r - 0,014

p 0,888

n 104

No. Rata-rata Satiety

Responsiveness Responden

1. 1.8 2 1.9%

2. 2 4 3.8%

3. 2.2 8 7.7%

4. 2.4 12 11.5%

5. 2.6 17 16.3%

6. 2.8 11 10.6%

7. 3 16 15.4%

8. 3.2 13 12.5%

9. 3.4 15 14.4%

10. 3.5 1 1.0%

11. 3.6 4 3.8%

12. 4 1 1.0%

Jumlah 104

Page 57: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

45

Tabel 4.1.4.10 Hubungan Satiety Responsiveness dengan Kejadian Obesitas

Pada tabel hubungan antara Satiety Responsiveness dengan Kejadian

Obesitas didapatkan nilai p < 0,05 yang berarti terdapat hubungan antara

keduanya, didapatkan juga nilai r= -0,651 yang berarti terdapat hubungan terbalik

yang nilai kekuatannya kuat. Hubungan terbalik adalah, semakin besar hasil nilai

kuesioner pada kategori Satiety Responsiveness akan menurunkan kejadian

obesitas pada responden, sedangkan apabila nilai kuesioner kategori Satiety

Responsiveness kecil, maka akan meningkatkan kejadian obesitas pada responden.

Tabel 4.1.4.11 Karakteristik Nilai Food Fussiness

Frekuensi responden pada nilai rata-rata untuk kategori food fussiness ini

didapatkan untuk kelompok nilai tertinggi pada nilai rata-rata yaitu 3.5 dengan

lima responden (4.8%) sedangkan nilai rata-rata terendah yaitu 1.33 dengan satu

Obesitas

Satiety Responsiveness r - 0,651

p 0,000

n 104

No. Rata-rata Food

Fussiness Responden

1. 1.33 1 1.0%

2. 1.67 1 1.0%

3. 2 5 4.8%

4. 2.17 2 1.9%

5. 2.33 6 5.8%

6. 2.5 12 11.5%

7. 2.67 22 21.2%

8. 2.83 10 9.6%

9. 3 20 19.2%

10. 3.17 6 5.8%

11. 3.33 14 13.5%

12. 3.5 5 4.8%

Jumlah 104

Page 58: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

46

responden (1%). Rata-rata nilai kategori food fussiness yang memiliki responden

paling tinggi yaitu 2.67 dengan 22 responden (21.2%).

Tabel 4.1.4.12 Hubungan Food Fussiness dengan Kejadian Obesitas

Pada tabel hubungan Food Fussiness dengan kejadian obesitas didapatkan

nilai p < 0,05 yang artinya terdapat hubungan antara keduanya. Didapatkan juga

nilai r= -0,585 yang berarti terdapat hubungan terbalik yang nilai kekuatannya

sedang. Hubungan terbalik adalah, apabila nilai kueisoner pada kategori Food

Fussiness besar maka akan menurunkan kejadian obesitas, sedangkan jika nilai

kuesioner kategori Food Fussiness rendah maka akan meningkatkan kejadian

obesitas.

Tabel 4.1.4.13 Karakteristik Nilai Slowness in Eating

Frekuensi responden pada nilai rata-rata untuk kategori slowness in eating

ini didapatkan untuk kelompok nilai tertinggi pada nilai rata-rata yaitu 4.67

Obesitas

Food Fussiness r - 0,585

p 0,000

n 104

No. Rata-rata Slowness in

Eating Responden

1. 1.33 3 2.9%

2. 1.67 2 1.9%

3. 2 4 3.8%

4. 2.33 4 3.8%

5. 2.67 16 15.4%

6. 3 20 19.2%

7. 3.33 21 20.2%

8. 3.67 22 21.2%

9. 4 8 7.7%

10. 4.17 1 1.0%

11. 4.33 1 1.0%

12. 4.67 2 1.9%

Jumlah 104

Page 59: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

47

dengan dua responden (1.9%) sedangkan nilai rata-rata terendah yaitu 1.33

dengan tiga responden (2.9%). Rata-rata nilai kategori slowness in eating yang

memiliki responden paling tinggi yaitu 3.67 dengan 22 responden (21.2%).

Tabel 4.1.4.14 Hubungan Slowness in Eating dengan Kejadian Obesitas

Pada tabel hubungan Slowness in Eating dengan kejadian obesitas

didapatkan nilai p < 0,05 yang artinya terdapat hubungan antara keduanya,

didapatkan juga nilai r= -0,321 yang berarti terdapat hubungan terbalik yang nilai

kekuatannya lemah. Hubungan terbalik adalah semakin besar hasil kuesioner pada

kategori Slowness in Eating akan menurunkan kejadian obesitas pada responden,

sedangkan apabila nilai kategori ini kecil maka akan meningkatkan kemungkinan

terjadinya obesitas.

Obesitas

Slowness in Eating r - 0,321

p 0,001

n 104

Page 60: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

48

Tabel 4.1.4.15 Karakteristik Nilai Emotional Over-Eating

Frekuensi responden pada nilai rata-rata untuk kategori emotional over-

eating ini didapatkan untuk kelompok nilai tertinggi pada nilai rata-rata yaitu 3.75

dengan tiga responden (2.9%) sedangkan nilai rata-rata terendah yaitu 1 dengan

satu responden (1%). Rata-rata nilai kategori emotional under-eating yang

memiliki responden paling tinggi yaitu 2.25 dengan 30 responden (28.8%).

Tabel 4.1.4.16 Hubungan Emotional Over-Eating dengan Kejadian Obesitas

Pada tabel hubungan antara Emotional Over-Eating dengan kejadian

obesitas didapatkan nilai p < 0,05 yang berarti terdapat hubungan antara

keduanya, didapatkan juga r= 0,502 yang artinya antara kedua variabel memiliki

hubungan yang sedang.

No. Rata-rata Emotional

Over-Eating Responden

1. 1 1 1.0%

2. 1.5 4 3.8%

3. 1.75 1 1.0%

4. 2 4 3.8%

5. 2.25 30 28.8%

6. 2.5 22 21.2%

7. 2.75 15 14.4%

8. 3 16 15.4%

9. 3.25 4 3.8%

10. 3.5 4 3.8%

11. 3.75 3 2.9%

Jumlah 104

Obesitas

Emotional Over-Eating r 0,502

p 0,000

n 104

Page 61: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

49

Tabel 4.1.4.17 Karakteristik Nilai Emotional Under-Eating

Frekuensi responden pada nilai rata-rata untuk kategori emotional under-

eating ini didapatkan untuk kelompok nilai tertinggi pada nilai rata-rata yaitu 4.75

dengan satu responden (1%) sedangkan nilai rata-rata terendah yaitu 1.5 dengan

empat responden (3.8%). Rata-rata nilai kategori emotional under-eating yang

memiliki responden paling tinggi yaitu 2.5 dengan 26 responden (25%).

Tabel 4.1.4.18 Hubungan Emotional Under-Eating dengan Kejadian Obesitas

Pada tabel hubungan Emotional Under-Eating dengan kejadian obesitas

didapatkan nilai p < 0,005 yang artinya terdapat hubungan antara keduanya,

didapatkan juga nilai r= -0,213 yang berarti terdapat hubungan terbalik yang nilai

kekuatannya lemah. Hubungan terbalik adalah semakin besar hasil kuesioner pada

kategori Emotional Under-Eating akan menurunkan kejadian obesitas pada

responden, sedangkan apabila nilai kategori ini kecil maka akan meningkatkan

kemungkinan terjadinya obesitas.

No. Rata-rata Emotional

Under Eating Responden

1. 1.5 4 3.8%

2. 1.75 1 1.0%

3. 2 1 1.0%

4. 2.25 16 15.4%

5. 2.5 26 25.0%

6. 2.75 9 8.7%

7. 3 15 14.4%

8. 3.25 20 19.2%

9. 3.5 8 7.7%

10. 3.75 1 1.0%

11. 4 2 1.9%

12. 4.75 1 1.0%

Jumlah 104

Obesitas

Emotional Under-Eating r - 0,213

p 0,030

n 104

Page 62: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

50

Tabel 4.1.4.19 Karakteristik Nilai Indeks Waktu Kerja

Frekuensi responden pada nilai rata-rata untuk kategori indeks waktu kerja

ini didapatkan untuk kelompok nilai tertinggi pada nilai rata-rata yaitu 3.13

dengan tujuh responden (6.7%) sedangkan nilai rata-rata terendah yaitu 1.88

dengan tiga responden (2.9%). Rata-rata nilai kategori indeks waktu kerja yang

memiliki responden paling tinggi yaitu 2.5 dengan 19 responden (18.3%).

Tabel 4.1.4.20 Hubungan Indeks Waktu Kerja dengan Kejadian Obesitas

Pada tabel hubungan Indeks Waktu Kerja dengan Kejadian Obesitas

didapatkan nilai p > 0,05 yang artinya tidak terdapat hubungan antara keduanya.

Didapatkan nilai r= 0,058 yang artinya hubungan keduanya sangat lemah.

No. Rata-rata Indeks

Waktu Kerja Responden

1. 1.88 3 2.9%

2. 2 2 1.9%

3. 2.13 6 5.8%

4. 2.25 7 6.7%

5. 2.38 8 7.7%

6. 2.5 19 18.3%

7. 2.62 3 2.9%

8. 2.63 15 14.4%

9. 2.75 15 14.4%

10. 2.88 11 10.6%

11. 3 8 7.7%

12. 3.13 7 6.7%

Jumlah 104

Obesitas

Indeks Waktu Kerja r 0,058

p 0,556

n 104

Page 63: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

51

Tabel 4.1.4.21 Karakteristik Nilai Indeks Waktu Luang

Frekuensi responden pada nilai rata-rata untuk kategori indeks waktu

luang ini didapatkan untuk kelompok nilai tertinggi pada nilai rata-rata yaitu 5

dengan tiga responden (2.9%) sedangkan nilai rata-rata terendah yaitu 1.5 dengan

tiga responden (2.9%). Rata-rata nilai kategori indeks waktu luang yang memiliki

responden paling tinggi yaitu 3 dengan 38 responden (36.5%).

Tabel 4.1.4.22 Hubungan Indeks Waktu Luang dengan Kejadian Obesitas

Pada tabel hubungan Indeks Waktu Luang dengan kejadian obesitas

didapatkan nilai p > 0,05 yang artinya tidak terdapat hubungan antara keduanya.

Nilai r= -0,125 terdapat hubungan terbalik yang kekuatannya sangat lemah.

Hubungan terbalik adalah, jika nilai indeks waktu luang semakin besar maka

menurunkan kemungkinan kejadian obesitas, jika nilai indeks waktu luangnnya

semakin kecil maka akan meningkatkan kemungkinan terjadinya obesitas.

No. Rata-rata Indeks

Waktu Luang Responden

1. 1.5 3 2.9%

2. 2 11 10.6%

3. 2.25 5 4.8%

4. 2.5 8 7.7%

5. 2.75 6 5.8%

6. 3 38 36.5%

7. 3.25 7 6.7%

8. 3.5 10 9.6%

9. 3.75 1 1.0%

10. 4 12 11.5%

11. 5 3 2.9%

Jumlah 104

Obesitas

Indeks Waktu Luang r -0,125

p 0,207

n 104

Page 64: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

52

Tabel 4.1.4.23 Hubungan Indeks Olahraga dengan Kejadian Obesitas

Pada tabel hubungan Indeks Olahraga dengan kejadian obesitas didapatkan

nilai p = 0,05 yang artinya tidak terdapat hubungan antara keduanya. Didapatkan

juga nilai r= -0,171 yang artinya terdapat hubungan terbalik yang kekuatannya

sangat lemah. Hubugan terbalik adalah, ketika nilai indeks olahraganya besar

maka akan menurunkan kejadian obesitas, jika nilai indeks olahraganya kecil

maka akan meningkatkan kejadian obesitas.

4.1.4. Pembahasan

Dari 11 kategori yang terbagi dalam 2 jenis kuesioner, didapatkan bahwa

kejadian obesitas memiliki hubungan dengan 7 kategori berikut, yaitu: Food

Responsiveness (FR), Emotional Over-Eating (EOE), Food Enjoyment (FE),

Satiety Responsiveness (SR), Slowness in Eating (SE), Emotional Under-Eating

(EUE) dan Food Fussiness (FF) untuk kuesioner yang menggunakan “Child

Eating Behavior Questionnaire”.

Pada kuesioner untuk menilai perilaku makan anak yaitu “Child Eating

Behavior Questionnaire” terdapat 2 kategori utama yaitu food approach dan food

avoidant. Dari hasil analisis menggunakan SPSS, didapatkan pada kategori food

approach terdapat 3 kategori yaitu FR, EOE, dan EF yang memiliki hubungan

dengan kejadian obesitas sedangkan pada kategori food avoidant terdapat 4

kategori yang memiliki hubungan terbalik dengan kejadian obesitas.

Yang dimaksud dengan kategori food approach dan enjoyment of food

adalah bagaimana perilaku anak sehari-harinya menyikapi makanan yang ada

disekitarnya serta untuk melihat apakah terdapat disfungsi pada nafsu makannya,

seperti keinginan untuk terus makan jika diberi kesempatan. Pada penelitian ini

didapatkan p < 0,05 pada 2 kategori tersebut dan nilai kekuatannya r= 0,641 dan

r= 0,685 yang berarti memiliki hubungan dengan kejadian obesitas dan efek dua

Obesitas

Indeks Olahraga r -0,171

p 0,083

n 104

Page 65: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

53

kategori tersebut tergolong kuat. Pada penelitian yang dilakukan sebelumnya,

untuk kategori food approach dan enjoyment of food didapatkan pula nilai p >

0,05 serta nilai r= 0.219 dan r= 0.155 yang berarti memiliki hubungan dengan

kejadian obesitas akan tetapi efek dua kategori tersebut tergolong menengah

kekuatannya.15

Kategori food avoidant yaitu satiety responsiveness dan food fussiness,

yang bermakna untuk menunjukkan respon kenikmatan anak terhadap suatu

makanan, jika anak cenderung tidak suka makanan tersebut konsekuensinya yaitu

anak bisa jadi menolaknya dan tidak menikmati makanan tersebut sehingga

respon kenyang lebih cepat. Pada penilitian ini didapatkan bahwa terdapat

hubungan yang berkebalikan pada kedua kategori ini terhadap kejadian obesitas

dengan nilai kekuatan yang kuat dan sedang (p = <0,05, r= -0,651 dan r= -0,585).

Penelitian yang dilakukan sebelumnya menyebutkan, kedua kategori ini memiliki

hubungan yang berkebalikan terhadap kejadian obesitas (p >0,05, r= -0,236, dan

r= -0,079) akan tetapi nilai kekuatan hubungannya berbeda, satiety responsiveness

memiliki nilai kekuatan sedang dan food fussiness memiliki nilai kekuatan yang

rendah.15

Pada kategori food avoidant yang lainnya slowness in eating yang

digunakan untuk menilai seberapa cepat anak menghabiskan makanannya dalam

satu kali makan menunjukkan adanya suatu hubungan dengan kejadian obesitas.

Hasil pada penelitian ini didapatkan nilai p < 0,05 dan nilai r= -0,321 yang artinya

memiliki hubungan berkebalikan dengan nilai kekuatan rendah. Penelitian

sebelumnya tidak menilai hubungan antara variabel slowness in eating dengan

kejadian obesitas.15

Pada kategori berikutnya yaitu emotional over-eating dan emotional

under-eating, menunjukan respon anak untuk makan ketika dia sedang

menghadapi stress. Pada penelitian ini didapatkan terdapat hubungan antara

emotional over-eating dengan kejadian obesitas (p < 0,05) dan memiliki tingkat

kekuatan yang sedang (r= 0,502), pada kategori emotional under-eating

didapatkan juga adanya hubungan yang berkebalikan dengan kejadian obesitas (p

Page 66: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

54

<0,05) dan memiliki nilai kekuatan rendah (r= -0,213). Penelitian sebelumnya,

menyebutkan bahwa emotional under-eating yang memiliki hubungan yang

berkebalikan dengan kejadian obesitas (p <0,05 dan r= -0,102), sedangkan pada

kategori emotional over-eating tidak ditemukan adanya hubungan dengan

kejadian obesitas (p >0,05), karena subjek penelitian anak usia 4 tahun.15

Hubungan antara indeks kerja dengan kejadian obesitas didapatkan p

>0,05 yang artinya tidak ada hubugan antara indeks kerja dengan kejadian dan

memiliki kekuatan hubungan yang rendah (r= 0,058). Hubungan antara indeks

olahraga dengan kejadian obesitas tidak didapatkan hubungan berkebalikan antara

keduanya, dengan nilai p >0,05 dan kekuatan hubungan yang lemah (r= -0,171).

Kriteria indeks waktu luang dihubungkan dengan kejadian obesitas pada

penelitian ini juga didapatkan tidak ada hubungan berkebalikan antara keduanya,

dengan nilai p >0,05 dan kekuatan hubungan yang lemah (r= -0,125). Penelitian

dengan menggunakan kuesioner yang sama Deforche B tahun 2003 didapatkan

hasil bahwa tidak ada hubungan antara ketiga kategori yang terdapat pada

kuesioner yang digunakan dengan kejadian obesitas.21

Obesitas bisa terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara kalori yang

masuk dengan kalori yang dikeluarkan. Sesuai dengan persamaan “Masukan

energi = pengeluaran energi Energi makanan terkonsumsi = kerja eksternal +

panas internal ± energi yang disimpan” serta dihubungkan dengan hasil

penelitian ini, didapatkan bahwa konsumsi makanan berlebihan yang menjadi

faktor utama sehingga kalori yang disimpan banyak dan akhirnya terjadi

penumpukkan lemak. Penumpukkan lemak yang terjadi dalam waktu yang lama

inilah yang mengakibatkan munculnya obesitas.1

Page 67: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

55

4.2. Keterbatasan Penelitian

4.2.1. Penelitian ini hanya dilakukan di satu sekolah saja yaitu Madrasah Ibtidaiyah

Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah sehingga penyebaran datanya kurang

merata.

4.2.2. Pada saat pengisian kuesioner harusnya dilakukan dengan metode wawancara. Hal

tersebut dilakukan agar tidak adanya manipulasi jawaban.

Page 68: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

56

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

5.1.1. Berdasarkan hasil penilitian ini, didapatkan bahwa faktor yang paling kuat

hubungannya dengan obesitas adalah perilaku makan, sedangkan tingkat aktivitas

fisik tidak ditemukan ada hubungan.

5.1.2. Dari 11 variabel yang dihubungkan dengan obesitas, didapatkan terdapat 7

variabel yang memiliki hubungan kuat (p <0,05) yaitu Food Responsiveness (FR),

Emotional Over-Eating (EOE), Food Enjoyment (FE), Satiety Responsiveness

(SR), Slowness in Eating (SE), Emotinal Under-Eating (EUE), dan Food

Fussiness (FF).

5.1.3. Sedangkan untuk nilai kekuatan hubungannya, didapatkan 2 kategori yang

memiliki nilai kekuatan lemah yaitu SE (r= -0,321) dan EUE (r= -0,231), 2 yang

memiliki nilai kekuatan sedang yaitu EOE (r= 0,502) dan FF (r= -0,585), dan 2

kategori lainnya memiliki nilai kekuatan hubungan kuat yaitu FR (r= 0,641), EF

(0,685), dan SR (-0,651).

5.1.4. Pada ketiga kategori yang terdapat pada tingkat aktivitas fisik (indeks kerja,

indeks waktu luang, dan indeks olahraga) tidak ditemukan adanya hubungan

dengan kejadian obesitas.

5.2. Saran

1. Bagi peneliti berikutnya

a. Melakukan penelitian selanjutnya tidak hanya pada satu tempat saja

untuk mendapatkan gambaran responden yang lebih merata.

b. Melakukan teknik untuk menjawab kuesioner dengan metode

wawancara dan juga penggunaan kuesioner untuk menilai perilaku

makan dan tingkat aktivitas fisik diperbaiki.

c. Untuk kuesioner perilaku makan bisa ditambahkan menggunakan food

recall yang dilakukan selama beberapa hari dalam seminggu.

Page 69: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

57

DAFTAR PUSTAKA

1. Sherwood Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, edisi 6. Jakarta:

EGC. 2010. 17: h. 701-708

2. Kasper, Dennis L, et al. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th

edition. New York: McGraw-Hill Company. 2005. 64: h. 422-426

3. Badan Pengembangan dan Penelitian Kesehatan Kementrian Kesehatan

Republik Indonesia. 2013. Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013. Diunduh

dari

www.litbang.depkes.go.id%2Fsites%2Fdownload%2Frkd2013%2FLapora

n_Riskesdas2013.PDF. Pada tanggal 28 Juni 2014. Pukul 7.59 PM

4. Sjarif DR. Buku Ajar Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolik. Jakarta :

Badan Penerbit IDAI. 2011. 13: h. 230-241

5. Dewi SRA. Faktor Resiko Obesitas pada Anak 5 -15 Tahun di Indonesia.

Depok, Indonesia. 2011. Makara Kesehatan Vol. 15: h. 37-43

6. Kruger Judy, et al. Behavioral Risk Factor Associated With Overweight

and Obesity Among Older Adults: the 2005 National Health Interview

Surgery. 2009. Vol. 6: h. 1-17

7. Paramitha AI. Hubungan Pola Makan Anak, Aktivitas Fisik Anak, dan

Status Ekonomi Orang Tua Dengan Obesitas Anak Di Sekolah Dasar

Kecamatan Pontianak Selatan. 2013. h. 1-15

8. Nowicka, P. Physical Activity-Key Issues in Treatment of Childhood

Obesity. 2006. h. 39-45

9. Sudoyo AW, et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III, edisi 5.

Jakarta: Interna Publishing. 2009. 310: h. 1973-1982

10. American Academy of Pediatrics. Active Healthy Living: Prevention of

Childhood Obesity Through Increased Physical Activity. Pediatrics. 2006.

h. 1834-1842

11. E. T. Rolls. Understanding The Mechanism of Food Intake And Obesity.

UK. University of Oxford. 2006. h. 67-72

12. Goran MI, et al. Role of Physical Activity In The Prevention of Obesity In

Children. International Journal of Obesity (23). 1999. h. S18-S33

Page 70: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

58

13. Must, A and Tybor, Dj. Physical Activity and Sedentary Behavior : A

Review Of Longitudinal Studies Of Weight And Adiposty In Youth.

International Journal of Obesity (29). 2005. h. S84-S96

14. Swinburn, BA, et al. Diet, Nutrition, and The Prevention of Excess Weight

Gain and Obesity. Public Health Nutrition (7). 2004. h. 123-146

15. Jansen PW, et al. Children’s Eating Behavior, Feeding Practics of Parents

and Weight Problems in Early Childhood: Results from The Population-

Based Generation R Study. International Journal of Behavioral Nutrition

and Physical Activitiy. 2012. h. 1-11

16. Santos, Jose L, et al. Association Between Eating Behavior Scores and

Obesity in Chilean Children. Nutrition Journal (10). 2011. h. 1-8

17. Torotora, J Gerard. Principles of Anatomy and Physiology. 12th edition.

USA: John Wiley and Sons. Inc. 2009. 24: h. 990-993

18. Behrman, Richard E, et al. Nelson Essentials of Pediatrics. Philadelphia:

El Sevier Inc. 2007. 29: h. 140-142

19. Barlow, S.E. Expert Committee Recommendations Regarding The

Prevention, Assessment, and Treatment of Child and Adolescent

Overweight and Obesity: Summary Report. 2007. h. 230-245

20. American Academy of Pediatrics. Effects of Fast-Food Consumption on

Energy Intake and Diet Quality Among Children in a National Household

Survey. 2004. h. 112-128

21. Deforche B. Physical Fitness and Physical Activity in Obese and

Nonobese Flemish Youth. 2003. h. 434-441

22. Dahlan, Muhammad Sopiyudin. Statistik untuk Kedokteran dan

Kesehatan: Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat, Dilengkapi Aplikasi

dengan Menggunakan SPSS. Jakarta: Salemba Medika. 2009

Page 71: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

59

Lampiran 1

DATA UJI STATISTIK

Analisis Univariat

1. Jenis Kelamin Responden

JenisKelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid L 38 73.1 73.1 73.1

P 14 26.9 26.9 100.0

Total 52 100.0 100.0

2. Usia Responden

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 7 10 19.2 19.2 19.2

8 20 38.5 38.5 57.7

9 12 23.1 23.1 80.8

10 6 11.5 11.5 92.3

11 2 3.8 3.8 96.2

12 2 3.8 3.8 100.0

Total 52 100.0 100.0

3. Tingkat Indeks Olahraga

IndeksOR_Baru

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Rendah 24 46.2 46.2 46.2

Sesuai 15 28.8 28.8 75.0

Page 72: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

60

Tinggi 13 25.0 25.0 100.0

Total 52 100.0 100.0

Analisis Bivariat

4. Hubungan Food Responsiveness dengan Kejadian Obesitas

Correlations

BMI_New Rerata_FR

Spearman's rho BMI_New Correlation Coefficient 1.000 .684**

Sig. (2-tailed) . .000

N 52 52

Rerata_FR Correlation Coefficient .684** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 52 52

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

5. Hubungan Emotional Over-Eating dengan Kejadian Obesitas

Correlations

BMI_New Rerata_EOE

Spearman's rho BMI_New Correlation Coefficient 1.000 .490**

Sig. (2-tailed) . .000

N 52 52

Rerata_EOE Correlation Coefficient .490** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 52 52

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

6. Hubungan Enjoyment of Food dengan Kejadian Obesitas

Correlations

BMI_New Rerata_EF

Spearman's rho BMI_New Correlation Coefficient 1.000 .749**

Sig. (2-tailed) . .000

Page 73: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

61

N 52 52

Rerata_EF Correlation Coefficient .749** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 52 52

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

7. Hubungan Desire to Drink dengan Kejadian Obesitas

Correlations

BMI_New Rerata_DD

Spearman's rho BMI_New Correlation Coefficient 1.000 .078

Sig. (2-tailed) . .583

N 52 52

Rerata_DD Correlation Coefficient .078 1.000

Sig. (2-tailed) .583 .

N 52 52

8. Hubungan Satiety Responsiveness dengan Kejadian Obesitas

Correlations

BMI_New Rerata_SR

Spearman's rho BMI_New Correlation Coefficient 1.000 -.577**

Sig. (2-tailed) . .000

N 52 52

Rerata_SR Correlation Coefficient -.577** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 52 52

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

9. Hubungan Slowness in Eating dengan Kejadian Obesitas

Correlations

BMI_New Rerata_SE

Page 74: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

62

Spearman's rho BMI_New Correlation Coefficient 1.000 -.250

Sig. (2-tailed) . .073

N 52 52

Rerata_SE Correlation Coefficient -.250 1.000

Sig. (2-tailed) .073 .

N 52 52

10. Hubungan Emotional Under-Eating dengan Kejadian Obesitas

Correlations

BMI_New Rerata_EUE

Spearman's rho BMI_New Correlation Coefficient 1.000 -.206

Sig. (2-tailed) . .143

N 52 52

Rerata_EUE Correlation Coefficient -.206 1.000

Sig. (2-tailed) .143 .

N 52 52

11. Hubungan Food Fussiness dengan Kejadian Obesitas

Correlations

BMI_New Rerata_FF

Spearman's rho BMI_New Correlation Coefficient 1.000 -.587**

Sig. (2-tailed) . .000

N 52 52

Rerata_FF Correlation Coefficient -.587** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 52 52

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Page 75: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

63

12. Hubungan Indeks Waktu Kerja dengan Kejadian Obesitas

Correlations

BMI_New Rerata_IWK

Spearman's rho BMI_New Correlation Coefficient 1.000 .091

Sig. (2-tailed) . .523

N 52 52

Rerata_IWK Correlation Coefficient .091 1.000

Sig. (2-tailed) .523 .

N 52 52

13. Hubungan Indeks Olahraga

IndeksOR_Baru

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 24 46.2 46.2 46.2

2 15 28.8 28.8 75.0

3 13 25.0 25.0 100.0

Total 52 100.0 100.0

14. Hubungan Indeks Waktu Luang dengan Kejadian Obesitas

Correlations

BMI_New Rerata_IWL

Spearman's rho BMI_New Correlation Coefficient 1.000 -.101

Sig. (2-tailed) . .477

N 52 52

Rerata_IWL Correlation Coefficient -.101 1.000

Sig. (2-tailed) .477 .

N 52 52

Page 76: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

64

Validasi Kuesioner

15. Validasi Child Eating Behavior Questionnaire

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.605 35

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

FR1 94.21 52.064 .197 .596

FR2 94.37 50.579 .334 .584

FR3 94.47 54.819 -.081 .619

FR4 94.16 51.474 .303 .589

FR5 94.68 53.895 -.006 .614

EOE1 95.26 50.316 .244 .589

EOE2 94.58 46.480 .553 .553

EOE3 95.47 48.596 .463 .568

EOE4 94.74 46.760 .616 .551

EF4 93.89 54.877 -.085 .615

EF1 93.79 53.287 .116 .602

EF2 94.05 53.386 .111 .602

EF3 94.37 57.912 -.338 .642

DD1 94.47 49.596 .237 .589

DD2 94.47 48.819 .365 .575

DD3 94.21 47.175 .529 .558

SR1 95.32 54.339 -.030 .613

SR2 95.32 54.117 -.007 .611

SR3 95.00 52.667 .133 .601

SR4 94.84 54.918 -.089 .617

SR5 94.63 56.579 -.221 .635

Page 77: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

65

SE1 95.00 58.778 -.586 .641

SE2 94.53 52.930 .083 .605

SE3 94.95 50.164 .252 .588

SE4 95.21 54.620 -.075 .624

EUE1 95.21 47.731 .481 .563

EUE2 94.95 54.719 -.070 .617

EUE3 95.16 50.474 .206 .593

EUE4 95.32 50.228 .255 .588

FF1 95.00 54.556 -.077 .628

FF2 95.16 49.029 .598 .567

FF3 95.21 49.509 .366 .578

FF4 95.42 47.702 .586 .558

FF5 94.95 51.164 .251 .590

FF6 95.32 56.006 -.180 .629

16. Validasi Baecke Questionnaire for Physical Activities

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.687 3

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

IWK5 6.32 2.895 .607 .525

IWK6 7.21 2.287 .533 .552

IWK7 6.68 2.339 .425 .720

Page 78: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

66

Lampiran 2

KUESIONER PENELITIAN

1. Pernyataan Bersedia Mengisi Kuesioner Penelitian

Assalalamu’alaikum Wr. Wb

Perkenalkan nama saya Ahmad Riza Faisal Herze, mahasiswa tingkat 3 Program

Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Saat ini, saya sedang melakukan penelitian yang berjudul

“Hubungan Tingkat Aktivitas dan Perilaku Makan dengan Kejadian Obesitas pada

Siswa/Siswi Madrasah Pembangunan”. Pada kuisioner ini terdapat beberapa pertanyaan

dan pernyataan yang harus diisi dan kesemuanya itu berhubungan dengan penilitian yang

saya kerjakan. Maka dari itu, untuk mengetahui kesediaan Bapak/Ibu dalam mengisi

kuisioner ini, maka bagian nama dan tanda tangan diharapkan untuk diisi.

Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama :

Usia :

Orang Tua Dari :

Bersedia membantu penelitian ini dengan cara mengisi setiap pertanyaan yang ada di

kuisioner ini dengan sebaik-baik nya.

Tanda Tangan,

Nama

Page 79: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

67

KUESIONER TINGKAT AKTIVITAS FISIK ANAK

Tulis nomer sesuai kebiasaan aktivitas anak Anda dikolom yang sudah disediakan

1. Jenis Pekerjaan? Pelajar [ ]

2. Selama disekolah/kelas apakah Anak anda sering duduk?

1. Tidak pernah 2. Jarang 3. Kadang-kadang 4. Sering 5. Sangat sering

[ ]

3. Selama disekolah/kelas apakah anak Anda sering bermain/berlarian dalam kelas

1. Tidak pernah 2. Jarang 3. Kadang-kadang 4. Sering 5. Sangat sering

[ ]

4. Apakah anak Anda ke sekolah dengan berjalan kaki/bersepeda?

1. Tidak pernah 2. Jarang 3. Kadang-kadang 4. Sering 5. Sangat sering

[ ]

5. Apakah anak Anda membawa tas yang berat saat pergi ke sekolah?

1. Tidak pernah 2. Jarang 3. Kadang-kadang 4. Sering 5. Sangat sering

[ ]

6. Apakah sepulang sekolah anak Anda merasa sangat lelah?

1. Tidak pernah 2. Jarang 3. Kadang-kadang 4. Sering 5. Sangat sering

[ ]

7. Apakah sepulang sekolah anak Anda berkeringat?

1. Tidak pernah 2. Jarang 3. Kadang-kadang 4. Sering 5. Sangat sering

[ ]

II. Indeks Olahraga 8. Apakah anak Anda biasa berolahraga?

1. Ya 2. Tidak (lanjut ke no. 10)

[ ]

9. Sebutkan jenis olahraga dan seberapa sering anak Anda berolahraga?

Jenis Olahraga

(Intensitas)

Jam/minggu

(waktu)

... Kali/Bulan

(proporsi)

9.a 9.b 9.c

III. Indeks Waktu Luang 10. Selama waktu luang apakah anak Anda sering menonton televisi?

1. Tidak pernah 2. Jarang 3. Kadang-kadang 4. Sering 5. Sangat sering

[ ]

11. Selama waktu luang apakah anak Anda bermain diluar rumah bersama temannya

1. Tidak pernah 2. Jarang 3. Kadang-kadang 4. Sering 5. Sangat sering

[ ]

12. Apakah di akhir pekan anak Anda menghabiskan waktu dengan berolahraga?

1. Tidak pernah 2. Jarang 3. Kadang-kadang 4. Sering 5. Sangat sering

[ ]

13. Berapa menit anak Anda berjalan/bersepeda/berolahraga diwaktu luangnya?

1. <5 menit 2. 10 – 15 menit 3. 15 – 30 menit 4. 30 – 45 menit 5. >45 menit

[ ]

I. Indeks Kerja

Page 80: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

68

Kuesioner Perilaku Makan Pada Anak Beri tanda ceklist atau silang pada setiap pernyataan dibawah

ini, pernyataan tersebut mengacu kepada kebiasaan makan anak

Anda

Tidak

perna

h

Jarang

Kada

ng-

kadan

g

Serin

g

Sangat

sering

Anak saya sangat suka makan3

Anak saya cenderung makan lebih banyak

saat stres/panik2

Anak saya punya nafsu makan yang besar5

Anak saya menyelesaikan makannya dengan

cepat6

Anak saya sangat tertarik pada makanan3

Anak saya banyak minum disaat

makan/waktu luang4

Anak saya menolak menu makanan baru saat

pertama kali mencoba8

Anak saya makan dengan perlahan6

Anak saya cenderung makan lebih sedikit

ketika marah7

Anak saya senang mencoba makanan baru8

Anak saya cenderung makan lebih sedikit

ketika lelah7

Anak saya sering meminta makanan di luar

waktu makannya1

Anak saya cenderung makan lebih banyak

Page 81: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

69

ketika ada yang mengganggunya disekolah2

Anak saya akan makan lebih banyak jika

diizinkan1

Anak saya cenderung makan lebih banyak

ketika merasa gelisah2

Anak saya senang berbagai jenis makanan8

Anak saya menyisakan makanan dipiring nya

setelah makan5

Anak saya makan lebih dari 30 menit dalam

satu kali waktu makan6

Tidak

perna

h

Jarang

Kada

ng-

kadan

g

Serin

g

Sangat

sering

Anak saya memilih untuk makan ketika

diberi beberapa pilihan1

Anak saya selalu memperhatikan waktu

makannya3

Anak saya merasa kenyang sebelum

makannya selesai5

Anak saya senang makan3

Anak saya cenderung makan lebih banyak

ketika merasa senang7

Anak saya sulit merasa puas dengan

makanannya8

Anak saya cenderung makan lebih sedikit

Page 82: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

70

ketika terganggu7

Anak saya merasa kenyang dengan cepat5

Anak saya cenderung makan lebih banyak

ketika tidak ada hal yang dikerjakan2

Walaupun sudah kenyang, anak saya masih

bisa makan makanan favoritnya1

Anak saya minum secara terus menerus

sepanjang hari4

Anak saya tidak makan setelah

mengkonsumsi snack5

Jika ada kesempatan, anak saya selalu

minum4

Anak saya cenderung ingin mencoba

makanan yang belum pernah dimakan8

Anak saya tidak suka pada makanan

walaupun belum mencoba nya8

Anak saya selalu menyisakan makanannya1

Anak saya makan dengan perlahan saat

waktu makan6

Sekian kuisioner untuk penilitian ini, terimakasih atas kerjasamanya semoga

kebaikan Bapak/Ibu diberikan balasan yang setimpal oleh Allah SWT.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Salam,

Ahmad Riza Faisal Herze

Program Studi Pendidikan Dokter

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 83: AHMAD RIZA FAISAL HERZE-FKIK.pdf

71

Lampiran 2

Riwayat Penulis

Identitas

Nama : Ahmad Riza Faisal Herze

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 05-Agustus-1992

Agama : Islam

Alamat : Jl. Cenderawasih No.29 Kampung Sawah

e-Mail : [email protected]

Riwayat Pendidikan

1997-1998 : TK Aisiyah 56

1998-2004 : MI Pembangunan UIN Jakarta

2004-2007 : MTS Pembangunan UIN Jakarta

2007-2010 : SMAN 47 Jakarta

2011 - sekarang : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta