Ahlul Halli Wal Aqdi

12
Ahlul Halli wal Aqdi Ahlul halli wal aqdi merupakan institusi khusus yang berfungsi sebagai badan legislatif yang ditaati, berisi orang-orang berpengaruh dalam jamiyyah NU, dibentuk karena keperluan khusus pula. Secara bahasa, ahlul halli wal aqdi berarti “orang yang berwenang melepaskan dan mengikat.” Disebut “mengikat” karena keputusannya mengikat orang-orang yang mengangkat ahlul halli; dan disebut “melepaskan” karena mereka yang duduk disitu bisa melepaskan dan tidak memilih orang-orang tertentu yang tidak disepakati. Tradisi ahlul hali dicontohkan oleh sahabat Umar bin Khattab ketika akan meninggal. Dia memilih orang-orang terpercaya sebagai wakil dari kaum Muslimin untuk mencari jalan keluar pasca meninggalnya sang khalifah (Umar bin Khattab). Mereka yang terpilih kemudian bermusyawarah, berdebat, dan memutuskan sesuatu yang harus ditaati anggota ahlul halli dan kaum Muslimin. Keputusannya saat itu, diantaranya adalah memilih Utsman bin Affan sebagai pengganti Khalifah Umar bin Khattab. Tradisi ini semakin dikenal umat Islam setelah para Faqih memformulasikan dalam bentuk ilmu Fikih yang dipelajari oleh kaum Muslimin, seperti yang dilakukan Imam al-Mawardi dalam kitab al- Ahkam as-Sulthoniyah. Al Mawardi memasukkan lembaga ahlul halli wal aqdi sebagai institusi tersendiri yang berfungsi semacam legislatif disamping institusi-institusi lain yang membantu

description

nu

Transcript of Ahlul Halli Wal Aqdi

Ahlul Halli wal Aqdi

Ahlul halli wal aqdi merupakan institusi khusus yang berfungsi sebagai badan legislatif yang ditaati, berisi orang-orang berpengaruh dalam jamiyyah NU, dibentuk karena keperluan khusus pula.Secara bahasa, ahlul halli wal aqdi berarti orang yang berwenang melepaskan dan mengikat. Disebut mengikat karena keputusannya mengikat orang-orang yang mengangkat ahlul halli; dan disebut melepaskan karena mereka yang duduk disitu bisa melepaskan dan tidak memilih orang-orang tertentu yang tidak disepakati.Tradisi ahlul hali dicontohkan oleh sahabat Umar bin Khattab ketika akan meninggal. Dia memilih orang-orang terpercaya sebagai wakil dari kaum Muslimin untuk mencari jalan keluar pasca meninggalnya sang khalifah (Umar bin Khattab). Mereka yang terpilih kemudian bermusyawarah, berdebat, dan memutuskan sesuatu yang harus ditaati anggota ahlul halli dan kaum Muslimin. Keputusannya saat itu, diantaranya adalah memilih Utsman bin Affan sebagai pengganti Khalifah Umar bin Khattab.Tradisi ini semakin dikenal umat Islam setelah para Faqih memformulasikan dalam bentuk ilmu Fikih yang dipelajari oleh kaum Muslimin, seperti yang dilakukan Imam al-Mawardi dalam kitabal-Ahkam as-Sulthoniyah.Al Mawardi memasukkanlembagaahlul halli wal aqdi sebagai institusi tersendiri yang berfungsi semacam legislatif disamping institusi-institusi lain yang membantu khalifah dalam menjalankan pemerintahan. Dalam fikih, institusi ini adalah wujud dari perintah Al-Quran dalam ayat:dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. (QS Ali Imran (3): 159). Anggota Ahlul halli adalah perwakilan dari orang-orang yang berpengaruh dan penting di dalam umat, karena dalam wilayah yang luas dan umat yang banyak tidak mungkin satu orang diwakili satu orang, dan semua menjadi anggota ahlul halli.Jamiyah NU kemudian menggunakan tradisi ini dalam bentuk badan resmi bernama syuriyah dan berfungsi sebagai ahlul halli. Karena posisi demikian, mestilah ditaati, karena syuriyah menjadi institusi tertinggi, terdiri dari rais aam, yang diangkat oleh muktamar dan para ahlul halli yang dipilih formatur.Di masa awal NU, ahlul halli sebagai fungsi juga pernah dikemukakan NU ketika mengusulkan Indonesiaberparlemen, sebagaimana dituntut GAPI dalam Korindo. NU membuat sebuah maklumat yang menyebut badan yang perlu ada itu sebagai ahlul halli wal aqdi:Menimbang bahwa pada pertama kalinya parlemen dalam arti yang sebenar-benarnya, yaitu permusyawaratannya Ahcoelchilli wal-aqdi yang dipilih oleh umat Islam memang tuntunan (tata cara) Islam. Dipandang dari jurusan ini, syuriyah dantanfidziyahmenyetujui Indonesia berparlemen dengan arti tersebut.Diluaritu, sebagai fungsi, NU juga pernah mempraktekkan konsep ahlul halli bagi lembaga-lembaga kenegaraan Indonesia, yang saat itu dipimpin Presiden Soekarno, karena mendapatkan tantangan legitimasi dari berbagai pemberontakan, termasuk dari Darul Islam. NU memberikan gelar Soekarno sebagaiwaliyul amri adh-dharuribissyaukah(pemimpin dalam keadaan darurat yang memiliki kekuasaan sah). Ini dilakukan NU karena didorong salah satunya oleh pandangan keagamaan, yaitu untuk menikahkan seorang perempuan yang tidak memiliki wali nasab, dilakukan oleh hakim. Sementara wali hakim itu, menurut mazhab Syafii, hanya dianggap sah kalau ia diangkat karena memperoleh kuasa dari pemerintah yang telah dianggap sah pula. Dari sudut ini, kemudian NU menganggap badan-badan yang dibentuk pemerintah yang sah berfungsi harus ditaati.A. Khulafaur Rasyidin1. Abu Bakr Ash-Shiddiq ra.Abu Bakr Ash-Shiddiq ra. terpilih dan dibaiat untuk menjadi Khalifah oleh lima shahabat dari para shahabat Muhajirin dan Anshar yang pada saat itu sedang berkumpul di Saqifah Bani Saidah. Dihadapan mereka, pemilihan dan baiat untuk Abu Bakr Ash-Shiddiq ra. berlangsung sebelum Rasulullah SAW. dimakamkan.Penjelasan:a. Lima shahabat yang memilih dan membaiat Abu Bakr Ash-Shiddiq; Umar ibn Al-Khath-thab ra., Abu Ubaidah ibn Al-Jarrah ra, Usaid ibn Hudlair ra, Bisyr ibn Sad ra., dan Salim maula Abi Hudzaifah ra.b. Pemilihan dan baiat Abu Bakr Ash-Shidiq ra. untuk menduduki jabatan Khalifah, semula diusulkan oleh Umar ibn Al-Khaththab ra. yang kemudian disetujui oleh para shahabat Muhajirin dan Anshar.c. Mendengar usulan Umar ibn Al-Khaththab ra., terjadilah ketegangan di kalangan para shahabat Anshar di Saqifah Bani Saidah. Ketegangan tersebut mereda setelah Umar ibn Al-Khaththab ra. mengajak Abu Bakr Ash-Shiddiq ra. untuk mengunjungi mereka untuk menyampaikan penjelasan.d. Ali ibn Abi Thalib ra. pada hari yang lain menyusul membaiat Abu Bakr Ash-Shiddiq ra. setelah sembuh dari sakit karena wafat Rasulullah SAW.2. Umar ibn Al-Khatthab ra.Umar ibn Al-Khatthab ra. terpilih secara sepakat oleh beberapa shahabat atasmandatdari Abu Bakr Ash-Shiddiq ra. setelah kondisi kesehatannya semakin menurun. Para shahabat Muhajirin dan Anshar menyepakati, ketika Abu Bakr As-Shiddiq ra. menyampaikan di hadapan mereka, bahwa Umar ibn Al-Khaththab ra. yang akan menggantikannya setelah ia wafat.Penjelasan:Beberapa shahabat yang memilih; Utsman ibn Affan ra.,Abdur Rahmanibn Auf ra., Said ibn Zaid ra., Usaid ibn Khudlair ra., dan lainnya.3. Utsman ibn Affan ra.Utsman ibn Affan ra. terpilih menggantikan Umar ibn Al-Khaththab ra. setelah wafat berdasarkan suara terbanyak oleh beberapa shahabat yang person dan jumlahnya ditentukan Umar ibn Al-Khaththab ra.Penjelasan:a. Umar ibn Al-Khaththab ra. membentuk Ahlus Syuro terdiri dari enam shahabat agar memilih satu diantara mereka untuk menggantikannya setelah ia wafat.a. Enam shahabat yang ditunjuk itu; Ali ibn Abi Thalib ra., Zubair ibn Al-Awwam ra., AbdurRahmanibn Auf ra., Utsman ibn Affan ra., Thalhah ibn Ubaidillah ra., dan Sad ibn Abi Waqqash ra.b. Umar ibn Al-Khaththab ra. memberikan ketentuan:1) Musyawarah dilaksanakan dalambataswaktu tiga hari, dan pemilihan dilaksanakan secara terbuka (dinyatakan secara lisan).2) Pemenang adalah peraih suara terbanyak. Apabila jumlah suara sama, maka yang terpilih adalah nama yang di dalam jumlah suara terdapat Abdullah ibn Umar ra. Dan apabila dalam hal ini tidak ada kesepakatan, maka yang terpilih adalah nama yang di dalam jumlah suara terdapat Abdurrahman ibn Auf ra.c. Para shahabat diluarmengusulkan satu antara Utsman ibn Affan ra. dan Ali ibn Abi Thalib ra. Sedangkan suara terbanyak oleh Ahlus Syuro memilih Utsman ibn Affan ra. karena berbagai kelebihannya.d. Selanjutnya Abdur ibn Auf ra. mengumpulkan ummat di dalam masjid, dan kemudian membaiat Utsman ibn Affan ra., dan disaksikan pula oleh Ali ibn Abi Thalib ra.4. Ali ibn Abi Thalib ra.Ali ibn Abi Thalib ra. dibaiat oleh beberapa shahabat Muhajirin dan Anshar, sertakaummuslimin negeri Mesir. Namun baiat itu mendapat penolakan dari kaum muslimin negeri Syam, dan Bani Umaiyah yang dipelopori oleh Muawiyah ibn Abi Sufyan ra.Penjelasan:a. Dua orang shahabat, Thalhah ibn Ubaidillah ra. dan Zubair ibn Al-Awwam segera membaiat Ali ibn Abi Thalib ra. karena terpaksa atas kehendak kelompok tertentu setelah terbunuhnya Utsman ibn Affan ra. yang berlanjut terjadinya pemberontakan diMadinah.b. Kejadian tragis tersebut berpengaruh pada berbagai kejadian yang memprihatinkan menimpa kaum muslimin ketika itu sejak awal pemerintahan Ali ibn Abi Thalib ra., seperti terjadinya perang jamal, dan seterusnya.

B. Tinjauan Hukum FiqhPraktek pemilihan dan pengangkatan Khalifah/Amir/Imam pada masa Al-Khulafa Ar-Rasyidin sebagaimana di atas menjadi dasar istidlal dan istinbath dalam menetapkan hukum fiqh oleh para mujtahid. Diantara beberapa ketetapan hukum fiqh :1. Memilih dan mengangkat imam (pemimpin) negara dan ummat adalah wajib. Adapun imam yang wajib dipilih adalah orang yang terpenuhi beberapa syarat. Dan diantara orang-orang yang sama-sama terpenuhi syarat-syarat, orang yang lebih berhak dipilih adalah orang yang terbaik dalam persyaratan.2. Pemilihan dan pengangkatan imam berdasarkan keterwakilan oleh beberapa orang ahli adalah ashlah dan afdlal dibanding pemilihan secara langsung oleh setiap pribadi. Beberapa orang ahli tersebut oleh Imam Ahmad ibn Hanbal disebut dengan istilah Ahlul Halli Wal-Aqdi yang kemudian diikuti oleh para ulama generasi berikutnya. Adapun istilah lain sesuai fungsinya, disebut Ahlusy Syuro.3. Ahlul Halli Wal-Aqdi ialah beberapa orang ahli yang bertugas memilih dan mengangkat imam berdasarkan keterwakilan yang meliputi unsur golongan, wilayah/daerah, dan lainnya melalui musyawarah.4. Ahlul Halli Wal-Aqdi terdiri dari unsur ulama,tokoh, pemikir, ilmuan dengan syarat:a. Memiliki kepribadian yang adil, jujur dan terpercaya.b. Memiliki pengetahuan untuk memilih orang yang berkemampuan memimpin dengan syarat-syarat yang telah ditentukan.c. Memiliki pandangan yang cermat dan arif sebagai ( ) dalam memilih calon pemimpin terbaik yang akan dapat membawa lebih banyak mashlalah.5. Jumlah Ahlul Halli Wal-Aqdi menurut jumhur ulama Bashrah, terdiri dari lima orang. Sedangkan menurut suatu pendapat, cukup tiga orang. Adapun menurut pendapat lain, tidak ada ketentuan jumlah yang baku, tetapi relatif atas dasar mashlahah.6. Setiap anggota Ahlul Halli Wal-Aqdi dibolehkan memilih sesama Ahlul Halli Wal-Aqdi.7. Pemilihan dan pengangkatan pemimpin oleh Ahlul Halli Wal-Aqdi bolehdan dantepat diterapkan dalam setiap institusi berorientasi keagamaan.

C. Penerapan dalam LingkunganNahdlatul Ulama

1. Menerapkan pemilihan pemimpin dalam lingkungan Nahdlatul Ulama melalui Ahlul Halli Wal-Aqdi adalah wajib atas dasar prinsip saddudz-dzariah untuk menghindarkan perselisihan dan perpecahan serta praktek pemilihan yang tidak bersih.2. Konsep Ahlul Halli Wal-Aqdi telah diterapkan dalamsejarahperkembangan NU dalam penetapan kepemimpinan sejak NU berdiri tahun 1926 sampai tahun 1952 ketika NU menjadi partai politik. Kemudian diterapkan kembali pada muktamar NU ke-27 di Situbondo tahun 1984 ketika NU kembali ke khitthah tahun 1926.3. Ahlul Halli Wal-Aqdi terdiri dari unsur ulama,tokoh, pemikir, ilmuan dengan syarat:a. Memiliki kepribadian yang adil, jujur dan terpercaya.b. Memiliki pengetahuan untuk memilih orang yang berkemampuan memimpin dengan syarat-syarat yang telah ditentukan.4. Syarat-Syarat Ahlul Halli Wal-Aqdi Dalam Nahdlatul Ulama :a. Memiliki kepribadian yang adil, jujur dan terpercaya.b. Memiliki pengetahuan untuk memilih orang yang berkemampuan memimpin dengan syarat-syarat yang telah ditentukan.c. Memiliki pandangan yang cermat dan arif sebagai ( ) dalam memilih calon pemimpin terbaik yang akan dapat membawa lebih banyak mashlalah.5. Proses pembentukan Ahlul Halli Wal-Aqdi :a. PBNU perlu membentuk team untuk mempersiapkan pembentukan Ahlul Halli Wal-Aqdi.b. Team bertugas menyusun tata cara penjaringan, kreteria calon dan melakukan penjaringan calon anggota Ahlul Halli Wal-Aqdi.c. Jumlah Ahlul Halli Wal-Aqdi sebanyak 9 (sembilan) orang yang mencakup unsur jamiyyah (struktural) dan jamaah (non struktural).6. Tugas Ahlul Halli Wal-Aqdi Dalam Nahdlatul Ulama :a. Memberikan garis-garis besar kepemimpinan Nahdlatul Ulama.b. Menetapkan haluan dasar Nahdlatul Ulama.c. Memilih Rois Am yang bukan anggota Ahlul Halli Wal-Aqdi.d. Masa tugas Ahlul Halli Wal-Aqdi berakhir sampai terpilihnya Rois Am, Wakil Rais Aam, dan terbentuknya kepengurusan harian Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.7. Syarat-Syarat Calon Rois Am Nahdlatul Ulama :a. Lelaki, muslim dan sehat jasmani dan rohani.b. Memiliki kepribadian yang adil, jujur dan terpercaya.c. Memiliki jiwa kepemimpinan, tegas, arif dan bijak dalam melaksanakan tugas-tugasnya.d. Memiliki keilmuan agama yang mendalam serta pemahaman yang tawassuth.e. Memiliki kemampuan mengendalikan diri (), dan bersikap zuhud serta wara.f. Mampu menjaga kemaslahatan umum untuk ummat.

1. Beberapa istilah dari Ahlul Halli wal Aqdi menjadi Ahlus Syuro atau Ahlul Ikhtiyar atau Ahlu ar-Rayi wa at-Tadbir untuk memilih Rais Aam.2. Periode Ahlul Halli Wal Aqdi adalah permanen-nonlembaga, dengan alasan agar Rais Aam tidak merasa dibayang-bayangi oleh Ahlul Halli Wal Aqdi.3. Rais Aam dibaiat oleh Ahlul Halli wal Aqdi.4. PBNU memilih Tim untuk menunjuk Ahlul Halli Wal Aqdi dengan kriteria:1. Ulama2.TokohMasyarakat3. Cendikiawan

5. Yang memenuhi syarat-syarat dan sifat-sifat sbb:Syarat Pokok:1. Dewasa dan Berakal Sehat ( )2. Beragama Islam ()3. Bersikap adil ()4. Berilmu ()5. Punya mata bathin ( )6. Memiliki pengaruh yang kuat ()7. Laki-laki ()

Syarat Penyempurna:1. Wara dan Zuhud ( )2. Cerdas dan teruji ( )3. Mampu berijtihad dlm syariat islam ( )

6. Rais Aam dibaiat oleh Ahlul Halli wal Aqdi.

7. Syarat pemilih Ahlul Halli (berjumlah 9 orang):1. Memiliki integritas-moral2. Diterima/acceptable3. Tidak ambisius4. Memiliki pengaruh5. Ada dalam pengurusan NU

8. Tugas Tim Pemilih Ahlul Halli:1. Merumuskan konsep akademik dan teknis pelaksanaan2. Mensosialisasikan3. Mengidentifikasi calon Ahlul Halli4. Memilih & menetapkan anggota Ahlul Halli

9. Langkah strategis sosialisasi:

1. Lokakarya gabungan Syuriyah-TanfidziyahPBNU2. Mengunjungi ulama2 strategis (Jawa)3. SilaturrahimpengurusNU strategis4. Seminar/Lokakarya terbatas.