AGUSSALIM-dou-1-agussalim.pdf

11
Jurnal Ilmiah STIKES U’Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012 1 HUBUNGAN PENGETAHUAN, STATUS IMUNISASI DAN KEBERADAAN PEROKOK DALAM RUMAH DENGAN PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT PADA BALITA DI PUSKESMAS PEUKAN BADA KABUPATEN ACEH BESAR AGUSSALIM 1 1 Tenaga Pengajar Pada STiKes Ubudiyah Banda Aceh ABSTRACT Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada di negara berkembang dan negara maju. Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan prevalensi nasional ISPA 25,5%, Puskesmas Peukan Bada pada tahun 2010 jumlah kasus ISPA mencapai 778 kasus dan selama tahun 2011 dari bulan Januari sampai dengan Mei adalah 229 kasus. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara pengetahuan, status imunisasi dan keberadaan perokok dalam rumah dengan penyakit Ispa pada balita. Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional. Uji statistik yang digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independent dengan dependent yaitu dengan perhitungan Chi- Square. Dengan ketentuan bermakna jika p value < α (0,05). Populasi dalam penelitian ini sebanyak 112 orang balita. Sampel penelitian sebanyak 53 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner. Hasil penelitian di ketahui responden dengan Ispa (62,3%), non Ispa (37,7%), pengetahuan baik (30,2%), kurang (69,8%), status imunisasi lengkap (35,8%), tidak lengkap (64,2%), keberadaan perokok ada (66%) dan tidak ada (34%). Dari hasil uji chi square dapat disimpulkan ada hubungan antara pengetahuan (p value 0,006), status imunisasi (p value 0,049) dan keberadaan perokok ( p value 0,027) dengan dengan kejadian ISPA pada balita di Puskesmas Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar. Diharapkan Agar petugas kesehatan secara intensif dapat memberikan informasi yang lengkap kepada masyarakat khususnya ibu bayi tentang, pentingnya pemberian imunisasi dan kepada anggota keluarga agar tidak merokok di dalam rumah sehingga dapat mengurangi risiko ISPA. Kata Kunci : ISPA, Imunisasi, Pengetahuan, perokok. PENDAHULUAN Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada di negara berkembang dan negara maju. Hal ini disebabkan karena masih tingginya angka kesakitan dan angka kematian karena ISPA khususnya pneumonia, terutama pada bayi dan balita. Di Amerika pneumonia menempati peringkat ke-6 dari semua penyebab kematian dan peringkat pertama dari seluruh penyakit infeksi. Di Spanyol angka kematian akibat pneumonia mencapai 25%, sedangkan di Inggris dan Amerika sekitar 12% atau 25-30 per 100.000 penduduk (Heriana, 2005). Menurut WHO beberapa faktor yang telah diketahui mempengaruhi pneumonia dan kematian ISPA adalah malnutrisi, pemberian ASI kurang cukup, imunisasi tidak lengkap, defisiensi vitamin A, BBLR, umur muda, kepadatan hunian, udara dingin, jumlah kuman yang banyak di

Transcript of AGUSSALIM-dou-1-agussalim.pdf

Page 1: AGUSSALIM-dou-1-agussalim.pdf

Jurnal Ilmiah STIKES U’Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

1

HUBUNGAN PENGETAHUAN, STATUS IMUNISASI DANKEBERADAAN PEROKOK DALAM RUMAH DENGANPENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT

PADA BALITA DI PUSKESMAS PEUKAN BADAKABUPATEN ACEH BESAR

AGUSSALIM1

1Tenaga Pengajar Pada STiKes Ubudiyah Banda Aceh

ABSTRACT

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada di negaraberkembang dan negara maju. Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007,menunjukkan prevalensi nasional ISPA 25,5%, Puskesmas Peukan Bada pada tahun 2010 jumlah kasus ISPAmencapai 778 kasus dan selama tahun 2011 dari bulan Januari sampai dengan Mei adalah 229 kasus.Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara pengetahuan, status imunisasi dan keberadaan perokokdalam rumah dengan penyakit Ispa pada balita. Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan crosssectional. Uji statistik yang digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independent dengan dependentyaitu dengan perhitungan Chi- Square. Dengan ketentuan bermakna jika p value < α (0,05). Populasi dalampenelitian ini sebanyak 112 orang balita. Sampel penelitian sebanyak 53 orang. Pengumpulan data dilakukandengan cara wawancara menggunakan kuesioner. Hasil penelitian di ketahui responden dengan Ispa (62,3%),non Ispa (37,7%), pengetahuan baik (30,2%), kurang (69,8%), status imunisasi lengkap (35,8%), tidak lengkap(64,2%), keberadaan perokok ada (66%) dan tidak ada (34%). Dari hasil uji chi square dapat disimpulkan adahubungan antara pengetahuan (p value 0,006), status imunisasi (p value 0,049) dan keberadaan perokok ( pvalue 0,027) dengan dengan kejadian ISPA pada balita di Puskesmas Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar.Diharapkan Agar petugas kesehatan secara intensif dapat memberikan informasi yang lengkap kepadamasyarakat khususnya ibu bayi tentang, pentingnya pemberian imunisasi dan kepada anggota keluarga agartidak merokok di dalam rumah sehingga dapat mengurangi risiko ISPA.

Kata Kunci : ISPA, Imunisasi, Pengetahuan, perokok.

PENDAHULUAN

Infeksi Saluran PernapasanAkut (ISPA) merupakan salah satumasalah kesehatan yang ada dinegara berkembang dan negaramaju. Hal ini disebabkan karenamasih tingginya angka kesakitandan angka kematian karena ISPAkhususnya pneumonia, terutamapada bayi dan balita. Di Amerikapneumonia menempati peringkatke-6 dari semua penyebabkematian dan peringkat pertamadari seluruh penyakit infeksi. DiSpanyol angka kematian akibat

pneumonia mencapai 25%,sedangkan di Inggris dan Amerikasekitar 12% atau 25-30 per100.000 penduduk (Heriana,2005).

Menurut WHO beberapafaktor yang telah diketahuimempengaruhi pneumonia dankematian ISPA adalah malnutrisi,pemberian ASI kurang cukup,imunisasi tidak lengkap, defisiensivitamin A, BBLR, umur muda,kepadatan hunian, udara dingin,jumlah kuman yang banyak di

Page 2: AGUSSALIM-dou-1-agussalim.pdf

Jurnal Ilmiah STIKES U’Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

2

tenggorokan, terpapar polusi udaraoleh asap rokok, gas beracun danlain-lain. Sedangkan menurutDepkes bahwa faktor penyebabISPA pada balita adalah beratbadan bayi rendah (BBLR), statusgizi buruk, imunisasi yang tidaklengkap, kepadatan tempat tinggaldan lingkungan fisik. Lingkunganyang berpengaruh dalam prosesterjadinya ISPA adalahlingkungan perumahan, dimanakualitas rumah berdampakterhadap kesehatan anggotanya.Kualitas rumah dapat dilihat darijenis atap, jenis lantai, jenisdinding, kepadatan hunian danjenis bahan bakar masak yangdipakai (Depkes RI, 2009).

Menurut penelitian Abdullah(2003), faktor risiko terjadinyaISPA pada balita umur 0-4 bulanadalah berat badan lahir (BBL),status gizi, pemberian ASI,pendidikan ibu, kepadatan hunian,keadaan ventilasi, asappembakaran, asap rokok dan letakdapur.

Di Indonesia berdasarkanhasil Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas) tahun 2007,menunjukkan; prevalensi nasionalISPA: 25,5% (16 provinsi di atasangka nasional), angka kesakitan(morbiditas) pneumonia padaBayi: 2.2 %, Balita: 3%, angkakematian (mortalitas) pada bayi23,8%, dan Balita 15,5% (DepkesRI, 2010).

Di Provinsi Aceh penyakitISPA pada tahun 2010 mencapai41.780 kasus, sementara di

Kabupaten Aceh Besar pada tahun2010 dari 25 Puskesmas diketahuijumlah kasus ISPA sebanyak 699kasus. Penyakit ISPA merupakansalah satu penyakit urutan pertamadalam sepuluh besar penyakitrawat jalan dimana pada DiPeukan Bada pada tahun 2010jumlah kasus ISPA mencapai 778kasus dan selama tahun 2011 daribulan Januari sampai dengan Meiadalah 229 kasus.

Perumusan Masalah.

Penelitian ini akanmenganalisa faktor resikopenyakit ISPA pada balita diPuskesmas Peukan BadaKabupaten Aceh Besar tahun2011.

Tujuan Penelitian.

Tujuan Umum.

Mengetahui hubunganantara pengetahuan, statusimunisasi dan keberadaan perokokdalam rumah dengan penyakit Ispapada balita di Puskesmas PeukanBada Kabupaten Aceh Besar tahun2011.

Tujuan Khusus.

a. Mengetahui hubungan antarapengetahuan denganpenyakit ISPA pada balita diPuskesmas Peukan BadaKabupaten Aceh Besar tahun2011.

Page 3: AGUSSALIM-dou-1-agussalim.pdf

Jurnal Ilmiah STIKES U’Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

3

b. Mengetahui hubungan antarastatus imunisasi denganpenyakit ISPA pada balita diPuskesmas Peukan BadaKabupaten Aceh Besar tahun2011.

c. Mengetahui hubungan antarakeberadaan anggota keluargayang merokok denganpenyakit ISPA pada balita diPuskesmas Peukan BadaKabupaten Aceh Besar tahun2011.

Manfaat Penelitian.

1. Sebagai masukan dalamupaya pencegahanpenyakit dan peningkatanupaya pelaksanaanprogram melalui kegiatanpenyuluhan olehPuskesmas.

2. Sebagai bahan masukanperbaikan terhadap ibuyang memiliki balitakhususnya danmasyarakat padaumumnya sehingga dapatmeningkatkan sumberdaya manusia yang dapatdihandalkan.

METODE PENELITIANKerangka Pemikiran

Berdasarkan teori yangdikemukakan oleh Depkes RI(2001), Anies (2003), dan Prabu(2009) mengenai penyakit ISPA,maka konsep pemikiran dapatdigambarkan sebagai berikut :

Variabel Penelitian

Dalam Penelitian ini terdapatbeberapa variabel yang diteliti,yaitu sebagai berikut:

1. Penyakit ISPA: Infeksisaluran pernafasan Akutmencakup penyakit salurannafas bagian atas dan saluranbagian bawah yang terjadisecara Akut.

2. Pengetahun: Pemahaman ibutentang penyakit ISPA yangmeliputi definisi, etiologi,mekanisme, pengobatan danpencegahan ISPA olehresponden.

3. Status imunisasi: Anak yangtelah mendapatakan imunisasidasar BCG, DPT I,II, III PolioI, II, III, dan IV, Hepatitis 0, I,II, III dan Campak.

4. Keberadaan anggota keluargayang merokok: Kegiatanmerokok yang seringdilakukan oleh orang tua danatau anggota keluarga didalam rumah tempat tinggalbalita.

Hipotesis

1. Ada hubungan antarapengetahuan dengankejadian ISPA pada balita

2. Ada hubungan antarastatus imunisasi dengankejadian ISPA pada balita

3. Ada hubungan antarakeberadaan anggota

Page 4: AGUSSALIM-dou-1-agussalim.pdf

Jurnal Ilmiah STIKES U’Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

4

keluarga yang merokokdengan kejadian ISPApada balita

Populasi dan Sampel

1. PopulasiPopulasi dalam penelitian

ini yaitu sebanyak 112 orang2. Sampel

Jumlah sampel sebanyak 53orang, dengan kriteria sampeladalah sebagai berikut:

a. Ibu yang memiliki balita 1sampai 5 tahun.

b. Ibu- ibu yang memilikibalita menderita Ispa.

c. Bersedia menjadiresponden

Desain penelitian.

Penelitian ini bersifatanalitik dengan pendekatan CrossSectionalTempat dan Waktu

Penelitian dilakukan diPuskesmas Peukan BadaKabupaten Aceh Besar ,waktupenelitian dari tanggal 20 sampaidengan 27 Oktober tahun 2011.

Pengumpulan data

Pengolahan Data dan AnalisaDataData dalam penelitian ini dapatdiolah dengan cara editing,coding, transfering dan tabulating

Analisa data dilakukan secarabertahap dari analisa univariat danbivariat.

a. Analisa UnivariatAnalisa ini menghasilkandistribusi dan presentasedari tiap variabel.

b. Analisa BivariatUntuk menguji hipotesadilakukan analisa statistikdengan mengunakan ujidata kategori Chi squareTest (X2) pada tingkatkemaknaannya adalah 95%(P ≤ 0,05)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 5.1 Distribusi RespondenBerdasarkan Penyakit ISPA diPKM Peukan Bada KabupatenAceh Besar Tahun 2011

No Kategori Frekuensi Persentase

1 ISPA 33 62,3

2 Non ISPA 20 37,7

Jumlah 53 100

Dari tabel 5.1 diketahui dari 53orang responden pada umumnyadengan kategori Ispa yaitusebanyak 33 orang (62,3%).Tabel 5.2 Distribusi RespondenBerdasarkan Pengetahuan diPeukan Bada Kabupaten AcehBesar Tahun 2011

No Kategori Frekuensi Persentase

1 Baik 16 30,2

2 Kurang 37 69,8

Page 5: AGUSSALIM-dou-1-agussalim.pdf

Jurnal Ilmiah STIKES U’Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

5

Jumlah 53 100

Dari tabel 5.2 dapatdiketahui dari 53 orang respondenpada umumnya adalahpengetahuan kurang yaitusebanyak 37 orang (69,8%).

Tabel 5.3 Distribusi RespondenBerdasarkan Status Imunisasi diPuskesmas Peukan BadaKabupaten A. Besar Tahun 2011

No Kategori Frekuensi Persentase

1 Lengkap 19 35,8

2 Tidak lengkap 34 64,2

Jumlah 53 100

Dari tabel 5.3 dapatdiketahui dari 53 orang respondenpada umunya adalah statusimunisasi tidak lengkap yaitu 34orang (64,2%).

Tabel 5.4 Distribusi RespondenBerdasarkan Keberadaan Perokokdi Puskesmas Peukan BadaKabupaten Aceh Besar Tahun2011

No Kategori Frekuensi Persentase

1 Ada 36 66,0

2 Tidak ada 18 34,0

Jumlah 53 100

Dari tabel 5.3 dapatdiketahui dari 53 orang respondenpada umumnya adalah ada

perokok di dalam rumah yaitu 36orang (66%).

Tabel 5.5 Hubungan PengetahuanDengan Penyakit ISPA

No

Pengetahuan

Penyakit IspaTotal %

Pvalue

Ispa Non Ispa

F % F %

1 Baik 5 31,3 11 68,8 16 100

0,0062 Kurang 28 75,7 9 24,3 37 100

Jumlah 33 62,3 20 37,7 53 100

Dari tabel 5.5 diketahuidari 16 orang responden denganpengetahuan baik terdapat 11orang (68,8%) responden dengankategori non Ispa sedangkan dari37 orang responden denganpengetahuan kurang terdapat 28orang (75,7%) responden dengankategori Ispa.

Berdasarkan hasil uji Chi-Square pada tingkat kepercayaan95% (df=1) didapatkan nilai pvalue 0,006 < α (0,05) yangmenunjukkan ada hubungan antarapengetahuan dengan penyakit Ispapada Balita di Puskesmas PeukanBada Kabupaten Aceh Besar.

Tabel 5.6Hubungan StatusImunisasi Dengan Penyakit ISPA

No StatusImunisasi

Penyakit Ispa

Total %

Pvalue

Ispa Non Ispa

F % F %

1 Lengkap 8 42,1

11 57,9 19 1000,049

Page 6: AGUSSALIM-dou-1-agussalim.pdf

Jurnal Ilmiah STIKES U’Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

6

2 Tidaklengkap

25 73,5

9 26,5 34 100

Jumlah 33 62,3

20 37,7 53 100

Dari tabel 5.6 diketahuidari 19 orang responden denganstatus imunisasi lengkap terdapat11 orang (57,9%) respondendengan kategori non Ispasedangkan dari 34 orangresponden dengan status imunisasitidak lengkap terdapat 25 orang(73,5%) responden dengankategori Ispa.

Berdasarkan hasil uji Chi-Square pada tingkat kepercayaan95% (df=1) didapatkan nilai pvalue 0,049 < α (0,05) yangmenunjukkan ada hubungan antarastatus imunisasi dengan penyakitIspa pada Balita di PuskesmasPeukan Bada Kabupaten AcehBesar.

Tabel 5.7 Hubungan KeberadaanPerokok Dengan Penyakit ISPA

No

Keberadaanperok

ok

Penyakit Ispa

Total %

Pvalue

Ispa NonIspa

F % F %

1 Ada 26

74,3

9 25,7 35 100

0,0272 Tidak

ada7 38,

911

61,1 18 100

Jumlah 33

62,3

20

37,7 53 100

Dari tabel 5.7 diketahuidari 35 orang responden dengan

kategori ada perokok di dalamrumah terdapat 26 orang (74,3%)responden dengan kategori Ispasedangkan dari 18 orangresponden kategori tidak adakeberadaan perokok didalamrumah terdapat 11 orang (61,1%)responden dengan kategori nonIspa.

Berdasarkan hasil uji Chi-Square pada tingkat kepercayaan95% (df=1) didapatkan nilai pvalue 0,027 < α (0,05) yangmenunjukkan ada hubungan antarakeberadaan perokok di dalamrumah dengan penyakit Ispa padaBalita di Puskesmas Peukan BadaKabupaten Aceh Besar.

Pembahasan

Hubungan Pengetahuan denganPenyakit Ispa

Dari hasil tabel 5.5menunjukkan penyakit Ispa padaresponden dengan pengetahuanbaik adalah hanya 31,3%sedangkan pada responden denganpengetahuan kurang 75,7%. Darihasil Chi-Square pada tingkatkepercayaan 95% (df=1)didapatkan nilai p value 0,006 < α(0,05) yang berarti ada hubunganantara pengetahuan denganpenyakit Ispa, dengan demikianmenunjukkan semakin baikpengetahuan maka resiko penyakitispa akan semakin kecil.

Dari penelitian yangdilakukan oleh Bambang Sutrisnadi Indramayu didapatkan bahwa

Page 7: AGUSSALIM-dou-1-agussalim.pdf

Jurnal Ilmiah STIKES U’Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

7

salah satu faktor pengetahuan ibusangat berhubungan dengankeberhasilan penanganan penyakitISPA pada balita , hal ini terlihatdari 139 balita yang meninggalakibat penyakit ISPA 30 balita(22,0 %) tidak dibawa ke rumahsakit untuk berobat, hal inidisebabkan karena masihrendahnya pengetahuan ibutentang penyakit ISPA, keadaanini juga sesuai dengan hasilSurvey Demografi dan KesehatanIndonesia (1999) ,dari 13.260 anakyang menderita batuk dengannafas cepat, dan sebanyak 20,5 %diobati sendiri dan 11,7 % tidakdiobati (Depkes RI , 2001).

Dari penjelasan di atasmenunjukkan dengan adanyapengetahuan yang baik maka ibuakan dapat menjaga danmeningkatkan kesehatan balitanyakhususnya dalam pencegahanpenyakit Ispa, namun demikiandalam penelitian ini masihdijumpai 31,1% responden denganpengetahuan baik namun balitanyamenderita ISPA hal ini diasumsikan karena adnaya faktorlain yang berpengaruh sepertiadanya perokok di dalam rumah,sebaliknya terdapat 24,3%responden dengan pengetahuankurang namun balitanya tidakmenderita Ispa hal ini dapatdipengaruhi oleh status imunisasibalita yang sudah lengkap.

Hubungan Status Imunisasidengan Penyakit ISPA

Dari hasil tabel 5.6menunjukkan penyakit Ispa padaresponden dengan status imunisasilengkap adalah hanya 42,1%sedangkan pada responden denganstatus imunisasi tidak lengkap73,5%. Dari hasil Chi-Square padatingkat kepercayaan 95% (df=1)didapatkan nilai p value 0,049 < α(0,05) yang berarti ada hubunganantara status imunisasi denganpenyakit Ispa, dengan demikiandengan adanya pemberianimunisasi yang lengkap makaresiko penyakit ispa akan semakinkecil.

Bayi dan balita yangpernah terserang campak danselamat akan mendapat kekebalanalami terhadap pneumonia sebagaikomplikasi campak. Sebagianbesar kematian ISPA berasal darijenis ISPA yang berkembang daripenyakit yang dapat dicegahdengan imunisasi seperti difteri,pertusis, campak, makapeningkatan cakupan imunisasiakan berperan besar dalam upayapemberantasan ISPA. Untukmengurangi faktor yangmeningkatkan mortalitas ISPA,diupayakan imunisasi lengkap.Bayi dan balita yang mempunyaistatus imunisasi lengkap bilamenderita ISPA dapat diharapkanperkenbangan penyakitnya tidakakan menjadi lebih berat. Carayang terbukti paling efektif saatini adalah dengan pemberianimunisasi campak dan pertusis(DPT). Dengan imunisasi campakyang efektif sekitar 11% kematian

Page 8: AGUSSALIM-dou-1-agussalim.pdf

Jurnal Ilmiah STIKES U’Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

8

pneumonia balita dapat dicegahdan dengan imunisasi pertusis(DPT) 6% lematian pneumoniadapat dicegah (Prabu, 2009).

Pemberian imunisasilengkap sebelum anak mencapaiusia 1 tahun, anak akan terlindungdari beberapa penyebab yangpaling utama dari infeksipernafasan termasuk batuk rejan,difteri, tuberkulosa dan campak.Penderita difteri, pertusis apabilatidak mendapat pertolongan yangmemadai akan berakibat fatal.Dengan pemberian imunisasiberarti mencegah kematianpneumonia yang diakibatkan olehkomplikasi penyakit campak danPertusis (Kemenkes RI, 2007).

Hasil penelitian yangberhubungan dengan statusimunisasi menunjukkan bahwaada kaitan antara penderitapneumonia yang mendapatkanimunisasi tidak lengkap danlengkap dan bermakna secarastatistik. Menurut penelitian yangdilakukan Tupasi (2005)menyebutkan bahwaketidakpatuhan imunisasiberhubungan dengan peningkatanpenderita pneumonia. Penelitianlain yang dilakukan oleh Sievertpada tahun 2003 menyebutkanbahwa imunisasi yang lengkapdapat memberikan peranan yangcukup berarti mencegah kejadianpneumonia.

Dari penjelasan diatasmenunjukkan bahwa pemberianlima imunisasi dasar kepada balitaadalah untuk mencegah penyakit

menular, hal ini juga sejalandengan hasil penelitian dimanapenderita Ispa lebih banyakterdapat pada responden denganstatus imunisasi tidak lengkap,namun demikian dalam penelitianmasi dijumpai 42,1% respondendengan status imunisasi lengkapnamun menderita Ispa, hal ini diasumsikan karena adanyapengaruh faktor lain sepertipengetahuan ibu yang kurang,sebaliknya terdapat 26,5%responden dengan status imunisasitidak lengkap namun tidakmenderita ISPA hal ini diasumsikan karena tidak adanyaperokok di dalam rumah.Hubungan Keberadaan Perokokdengan Penyakit ISPA

Dari hasil tabel 5.7menunjukkan penyakit Ispa padaresponden dengan kategori adaperokok di dalam rumah 74,31%sedangkan pada responden tidakada perokok di dalam rumahhanya 38,9%. Dari hasil Chi-Square pada tingkat kepercayaan95% (df=1) didapatkan nilai pvalue 0,027 < α (0,05) yangberarti ada hubungan antarakeberadaan perokok didalamrumah dengan penyakit ISPA,dengan demikian dengan adanyaperokok didalam rumah makaresiko penyakit ispa akan semakinbesar.

Asap rokok dan asap hasilpembakaran bahan bakar untukmemasak dengan konsentrasitinggi dapat merusak mekanisme

Page 9: AGUSSALIM-dou-1-agussalim.pdf

Jurnal Ilmiah STIKES U’Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

9

pertahan paru sehingga akanmemudahkan timbulnya ISPA.Hal ini dapat terjadi pada rumahyang keadaan ventilasinya kurangdan dapur terletak di dalam rumah,bersatu dengan kamar tidur, ruangtempat bayi dan anak balitabermain. Hal ini lebihdimungkinkan karena bayi dananak balita lebih lama berada dirumah bersama-sama ibunyasehingga dosis pencemarantentunya akan lebih tinggi (Prabu,2009).

Kesehatan yang kianmengkuatirkan di Indonesiaadalah semakin banyaknya jumlahperokok yang berarti semakinbanyak penderita gangguankesehatan akibat merokok ataupunmenghirup asap rokok (bagiperokok pasif) yang umumnyaadalah perempuan dan anak-anak.Hal ini tidak bisa dianggap sepelekarena beberapa penelitianmemperlihatkan bahwa justruperokok pasiflah yang mengalamirisiko lebih besar daripadaperokok sesungguhnya (Dachroni,2003).

Terdapat seorang perokok ataulebih dalam rumah akanmemperbesar risiko anggotakeluarga menderita sakit, sepertigangguan pernapasan,memperburuk asma danmemperberat penyakit anginapectoris serta dapat meningkatkanresiko untuk mendapat seranganISPA khususnya pada balita.Anak-anak yang orang tuanyaperokok lebih mudah terkena

penyakit saluran pernapasanseperti flu, asma pneumonia danpenyakit saluran pernapasanlainnya. Gas berbahaya dalamasap rokok merangsangpembentukan lendir, debu danbakteri yang tertumpuk tidak dapatdikeluarkan, menyebabkanbronchitis kronis, lumpuhnya seratelastin di jaringan parumengakibatkan daya pompa paruberkurang, udara tertahan di paru-paru dan mengakibatkan pecahnyakantong udara (Dachroni, 2003).

Dari penjelasan di atasmenunjukkan bahwa asap rokokdapat menyebabkan terjadinyaIspa pada balita, sebagaimanahasil penelitian di manasebagahagian besar penderita Ispaadalah terdapat pada lingkunganyang adanya perokok di dalamrumah, namun demikian dalampenelitian ini terdapat 25,7%responden yang ada perokok didalam rumah tetapi balitanya tidakmenderita Ispa hal ini diasumsikankarena balita tersebut telahmendapat imunisasi lengkapsehingga memiliki kekebalantubuh terhadap berbagai penyakit.

Kesimpulan

1. Ada hubungan antarapengetahuan dengankejadian ISPA pada balita

2. Ada hubungan antarastatus imunisasi dengankejadian ISPA pada balita

3. Ada hubungan antarakeberadaan perokok

Page 10: AGUSSALIM-dou-1-agussalim.pdf

Jurnal Ilmiah STIKES U’Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

10

dengan kejadian ISPApada balita

4.Saran

5. Diharapkan kepadapetugas kesehatanPuskesmas Peukan BadaKabupaten Aceh Besaragar dapat meningkatkanpenyuluhan-penyuluhantentang kesehatan terutamayang menyangkut denganpenyakit ISPA.

6. Kepada pemerintahGampong atau Desa agardapat menggerakkanmasyarakat dalam kegiatanposyandu dengan carapeningkatan partisipasikader posyandu sehinggaakan dapat meningkatkanstatus imunisasi.

7. Kepada para orang tua agartidak merokok di dalamrumah sehingga asap rokoktidak terhirup oleh balita.

DAFTAR PUSTAKA

Dachroni, Jangan Biarkan HidupDikendalikan Rokok,Jakarta: Interaksi MediaPromosi KesehatanIndonesia No XII, 2003

Depkes. RI, PeningkatanKualitas KesehatanAnak, Jakarta: DitjetPP2Pl, 2009,http://www.pppl.depkes.go.id/ [21 Mei 2011]

, Riset Kesehatan Dasar,Jakarta: 2007

, Profil KesehatanIndonesia tahun 2010,Jakarta: Kemenkes, 2010

, PedomanPemberantasan PenyakitInfeksi SaluranPernafasan Akut (ISPA), Jakarta: DepkesRI, 2001.

Heriana, Hubungan FaktorLingkungan danPrilaku DenganKejadian ISPA, Tesis,Kendarai, UnhaluKendari, 2005

Prabu, Faktor Resiko ISPA padaBalita, 2009,http://putraprabu.wordpress.com/2009/01/15/faktor-resiko-ispa-pada-balita/[27 Juni 2011]

Suhandayani, Faktor – FaktorYang BerhubunganDengan Kejadian IspaPada Balita DiPuskesmas Pati IKabupaten Pati, Tesis,Semarang: UniversitasNegeri Semarang, 2006

Tupasi Santoso. P. Faktor RisikoKejadian Pneumoniapada Balita di Wilayah

Page 11: AGUSSALIM-dou-1-agussalim.pdf

Jurnal Ilmiah STIKES U’Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

11

Kerja Puskesmas TanahKali KedindingKecamatan KenjeranKota Surabaya tahun2005,http://digilib.litbang.depkes.go.id, [ 21 Juni 2011]