AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian...

285
\H AGUNG RI 13.07 Ind k MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BADAN PERADILAN AGAMA TAHUN 2011 / ' EDISI REVISI

Transcript of AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian...

Page 1: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

\H AGUNG RI 13.07 Ind k

MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BADAN PERADILAN AGAMA

TAHUN 2011

/ ' EDISI REVISI

Page 2: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

KOMPILASIHUKUM EKONOMI SYARI'AH

M i l i kPerpustakaan

Mahkamah Agung - R)

MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BADAN PERADILAN AGAMA

TAHUN 2011EDISI REVISI

Page 3: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

Mi l i kPerpustakaan

Mahkamah Agung - RI

Tanggal : No. InHuk r No. Kias

]ieH/Tladiah:

"5 - 8 ' 20lf>

8 U3 HS . o l • (irv̂ • U-

&aztila a............ - . .U «v/ » f

Page 4: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 02 Tahun 2008 tentang Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah merupakan payung hukum dan pedoman bagi para hakim peradilan agama dalam memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara ekonomi syariah yang merupakan salah satu kewenangan peradilan agama berdasarkan Pasal 49 huruf i Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama.

Mengingat keberadaan Buku Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah demikian penting bagi para hakim beserta segenap aparat peradilan agama, Alhamdulillah, Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI dapat menerbitkan Buku Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah tersebut melalui dukungan dana DIPA Tahun 2010.

Mudah-mudahan kehadiran Buku Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah ini bermanfaat bagi aparat peradilan agama dalam pelaksanaan tugas mereka memberikan pelayanan kepada masyarakat pencari keadilan.

Demikian dan Terima kasih.

WassalamJakartaDirektur Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI,

Wahyu W idiana^

11

Page 5: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;
Page 6: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

DAFTAR ISI

i i i

DAFTAR ISI

PENGANTAR DIRJEN BADILAG iiDAFTAR ISI iiiPERMA N0.02 TH 2008 xiBUKU I SUBYEK HUKUM DAN AMWAL 1BAB I KETENTUAN UMUM 1

BAB II SUBYEK HUKUM 3Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3Bagian Kedua; Pewalian 4

BAB III AMWAL 7Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8Bagian Ketiga; Sifat Pemilikan Amwal 9

BUKU II TENTANG AKAD 10BAB I KETENTUAN UMUM 10

BAB II ASAS AKAD 15

BAB III RUKUN, SYARAT, KATEGORI HUKUM, 'AIB, AKIBAT, 16 DAN PENAFSIRAN AKADBagian Pertama; Rukun dan Syarat Akad 16Bagian Kedua; Kategori Hukum Akad 17Bagian Ketiga; 'Aib Kesepakatan 18Bagian Keempat; Ingkar Janji dan Sanksinya 20Bagian Kelima; Keadaan Memaksa 21Bagian Keenam; Risiko 22Bagian Ketujuh; Akibat Akad 23Bagian Kedelapan; Penafsiran Akad 23

DAFTAR ISI | kompilasi hukum ekonomi syari'ah 111

Page 7: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

DAFTAR ISI

BAB IV BAI' 25Bagian Pertama; Rukun Ba'i 25Bagian Kedua; Kesepakatan Penjual dan Pembeli 26Bagian Ketiga; Tempat dan Syarat Pelaksanaan Bai' 28 Bagian Keempat; Bai' dengan Syarat Khusus 29Bagian Kelima; Berakhirnya Akad Bai' 29Bagian Keenam; Objek Bai' 29Bagian Ketujuh; Hak yang Berkaitan dengan Harga dan Barang Setelah Akad Ba'i 31Bagian Kedelapan; Serah Terima Barang 32

BAB V AKIBAT BAI' 35Bagian Pertama; Akibat Bai' 35Bagian Kedua; Bai' Salam 37Bagian Ketiga; Bai' Istisna 38Bagian Keempat; Bai' yang Dilakukan oleh Orang Yang Sedang Menderita Sakit Keras 39Bagian Kelima; Bai' Wafa 40Bagian Keenam; Bai' Murabahah 41Bagian Ketujuh; Konversi Akad Murabahah 43

BAB VI SYIRKAH 45Bagian Pertama; Ketentuan Umum Syirkah 45Bagian Kedua; Syirkah Amwal 47Bagian Ketiga; Syirkah Abdan 48Bagian Keempat; Syirkah Mufawadhah 51Bagian Kelima; Syirkah Inan 53Bagi a n Keen a m; Syi rka h M usyta ra ka h 54

BAB VII SYIRKAH MILK 56Bagian Pertama; Ketentuan Syirkah Milk 56Bagian Kedua; Pemanfaatan Syirkah Milk 57

IV DAFTAR ISI | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 8: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

Bagian Kedua; Perampasan Benda Tetap 114Bagian Ketiga; Merampas Harta Hasil Rampasan 114Bagian Keempat; Perusakan Harta Secara Langsung 115 Bagian Kelima; Perusakan Harta Secara Tidak 116Langsung

BAB XVII WAKALAH 116Bagian Pertama; Rukun dan Macam Wakalah 116Bagian Kedua; Syarat Wakalah 117Bagian Ketiga; Ketentuan Umum tentang Wakalah 119Bagian Keempat; Pemberian Kuasa untuk Pembelian 121 Bagian Kelima; Pemberian Kuasa untuk Penjualan 125Bagian Keenam; Pemberian Kuasa untuk Gugatan 131Bagian Ketujuh; Pencabutan Kuasa 132

BAB XVIII SHULH 134Bagian Pertama; Ketentuan Umum Shulh 134Bagian Kedua; Penggantian Obyek Shulh 136Bagian Ketiga; Gugatan dalam Shulh 137

BAB XIX PELEPASAN HAK 140

BAB XX TA'Ml N 141Bagian Pertama; Ta'min dan Tadah Ta'min 141Bagian Kedua; Akad Mudharabah Musytarakah pada Ta'min dan Tadah Ta'min 144Bagian Ketiga; Akad Non Tabungan pada Ta'min dan Tadah Ta'min 146Bagian Keempat; Ta'min Haji 149

BAB XXI OBLIGASI SYARIAH MUDHARABAH 150

DAFTAR ISJ

DAFTAR ISI | kompilasi hukum ekonomi syari’ah

Page 9: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

DAFTAR ISI

v ii i

BAB XXII PASAR MODAL 151Bagian Pertama; Prinsip Pasar Modal Syariah 151Bagian Kedua; Emiten yang Menerbitkan Efek Syariah 152 Bagian Ketiga; Transaksi Efek 153

BAB XXIII REKSADANA SYARIAH 154Bagian Pertama; Mekanisme Kegiatan Reksadana 154SyariahBagian Kedua; Hubungan, Hak dan Kewajiban 155Bagian Ketiga; Pemilihan dan Pelaksanaan Investasi 157 Bagian Keempat; Penentuan dan Pembagian Hasil 159 Investasi

BAB XXIV SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH 161(SBI SYARIAH)

BAB XXV OBLIGASI SYARIAH 162

BAB XXVI PEMBIAYAAN MULTI JASA 163

BAB XXVII QARDH 164Bagian Pertama; Ketentuan Umum Qardh 164Bagian Kedua; Sumber Dana Qardh 165

BAB XXVIII PEMBIAYAAN REKENING KORAN SYARIAH 165

BAB XXIX DANA PENSIUN SYARIAH 166Bagian Pertama; Jenis dan Status Hukum Dana 166Pensiun SyariahBagian Kedua; Pembentukan dan Tata Cara 167PengesahanBagian Ketiga; Kepengurusan Dana Pensiun Syariah 170

Vlll DAFTAR ISI | kompilasi hukum ekonomi syari’ah

Page 10: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

DAFTAR ISI

Bagian Ketiga; Hak Atas Piutang Bersama 59Bagian Keempat; Pemisahan Hak Milik Bersama 61Bagian Kelima; Syarat-Syarat Pemisahan 63Bagian Keenam; Cara Pemisahan 64

BAB VIII MUDHARABAH 65Bagian Pertama; Syarat dan Rukun Mudharabah 65Bagian Kedua; Ketentuan Mudharabah 66

BAB IX MUZARA'AH DAN MUSAQAH 70Bagian Pertama; Rukun dan Syarat Muzara'ah 70Bagian Kedua; Rukun dan Syarat Musaqah 72

BAB X KHIYAR 73Bagian Pertama; Khiyar Syarth 73Bagian Kedua; Khiyar Naqdi 74Bagian Ketiga; Khiyar Ru'yah 75Bagian Keempat; Khiyar 'Aib 76Bagian Kelima; Khiyar Ghabn dan Taghrib 78

BAB XIIJARAH 80Bagian Pertama; Rukun Ijarah 80Bagian Kedua; Syarat Pelaksanaan dan Penyelesaian 81 IjarahBagian Ketiga; Uang Ijarah dan Cara Pembayarannya 82Bagian Keempat; Pengunaan Ma'jur 83Bagian Kelima; Pemeliharaan Ma'jur, Tanggung 83Jawab KerusakanBagian Keenam; Harga dan Jangka Waktu Ijarah 84Bagian Ketujuh; Jenis Ma'jur 85Bagian Kedelapan; Pengembalian Ma'jur 85Bagian Kesembilan; Ijarah Muntahiyah bitTamlik 86

DAFTAR ISI | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 11: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

DAFTAR ISI

Bagian Kesepuluh; Shunduq Hifzi Ida'/Safe Deposite 88 Box

BAB XII KAFALAH 89Bagian Pertama; Rukun dan Syarat Kafalah 89Bagian Kedua; Kafalah Muthlaqah dan Muqayyadah 91 Bagian Ketiga; Kafalah atas Diri dan Harta 91Bagian Keempat; Pembebasan dari Akad Kafalah 94

BAB XIII HAWALAH 95Bagian Pertama; Rukun dan Syarat Hawalah 95Bagian Kedua; Akibat Hawalah 97

BAB XIV RAHN 98Bagian Pertama; Rukun dan Syarat Rahn 98Bagian Kedua; Penambahan dan Penggantian Harta 99RahnBagian Ketiga; Pembatalan Akad Rahn 100Bagian Keempat; Rahn Harta Pinjaman 100Bagian Kelima; Hak dan Kewajiban dalam Rahn 101Bagian Keenam; Hak Rahin dan Murtahin 103Bagian Ketujuh; Penyimpanan Marhun 104Bagian Kedelapan; Penjualan Harta Rahn 105

BAB XV WADI'AH 106Bagian Pertama; Rukun dan Syarat Wadi'ah 106Bagian Kedua; Macam Akad Wadi'ah 107Bagian Ketiga; Penyimpanan dan Pemeliharaan 107Obyek Wadi'ahBagian Keempat; Pengembalian Obyek Wadi'ah 110

BAB XVI GASHB dan ITLAF 111Bagian Pertama; Rukun dan Syarat Gashb 111

VI DAFTAR ISI | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 12: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

IX

DAFTAR ISI

Bagian Keempat; Iuran Dana Pensiun Syariah Bagian Kelima; Hak Peserta

171174

Bagian Keenam; Kekayaan Dana Pensiun Syariah dan 179 PengelolaannyaBagian Ketujuh; Pembubaran dan Penyelesaian Dana 182 PensiunBagian Kedelapan; Dana Pensiun Lembaga Keuangan 184 SyariahBagian Kesembilan; Pembinaan dan Pengawasan 186

BUKU III ZAKAT DAN HIBAHBAB I KETENTUAN UMUM 189

BAB II KETENTUAN UMUM ZAKAT 190

BAB III HARTA YANG WAJIB DIZAKATI 191Bagian Pertama; Zakat Emas dan Perak 191Bagian Kedua; Zakat Uang dan yang Senilai dengannya 191Bagian Ketiga; Zakat Perdagangan 192Bagian Keempat; Zakat Pertanian 193Bagian Kelima; Zakat Pendapatan 193Bagian Keenam; Zakat Madu dan Sesuatu yang 194Dihasilkan dari BinatangBagian Ketujuh; Zakat Profesi 194Bagian Kedelapan; Zakat Barang Temuan dan Barang 195 TambangBagian Kesembilan; Zakat Fitrah 195Bagian Kesepuluh; Mustahik Zakat 195Bagian Kesebelas; Hasil Zakat dan Pendistribusiannya 196

DAFTAR ISI | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 13: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

DAFTAR ISI

BAB IV HIBAH 197Bagian Pertama; Rukun Hibah dan Penerimaannya 197 Bagian Kedua; Persyaratan Akad Hibah 200Bagian Ketiga; Menarik Kembali Hibah 201Bagian Keempat; Hibah Orang yang Sedang Sakit Keras 204

BUKU IV AKUNTANSI SYARIAH 205

BAB I CAKUPAN AKUNTANSI SYARIAH 205

BAB II AKUNTANSI PIUTANG 208

BAB III AKUNTANSI PEMBIAYAAN 209

BAB IV AKUNTANSI KEWAJIBAN 218

BAB V AKUNTANSI INVESTASI TIDAK TERIKAT 223

BAB VI AKUNTANSI EQUITAS 224

BAB VII AKUNTANSI ZIS DAN QARDH 226

LAMPIRAN

X DAFTAR ISI | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 14: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

XI

DAFTAR ISI

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : 02 TAHUN 2008 TENTANG

KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARI'AH KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. Bahwa untuk kelancaran pemeriksaan danpenyelesaian sengketa ekonomi syari'ah sebagaimana dimaksud Pasal 49 huruf i beserta Penjelasan, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Peradilan Agama, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syari'ah Negara, Pasal 55 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syari'ah, perlu dibuat pedoman bagi hakim mengenai hukum ekonomi menurut prinsip syari'ah;

b. Bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a perlu menetapkan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Tentang Kompilasi Hukum Ekonomi Syari'ah;

Mengingat : 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989

XI

Page 15: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

DAFTAR ISI

Tentang Peradilan Agama sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang Undang Nomor 3 Tahun 2006, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 4611;

2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syari'ah Negara Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 70 Tambahan Lembaran Negara 4852;

3 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syari'ah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 941 Tambahan Lembaran Negara 4867;

4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 9;

MEMUTUSKANMenetapkan : PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK

INDONESIA TENTANG KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARI'AH

Pasal 1(1) Hakim pengadilan dalam lingkungan peradilan agama yang

memeriksa, mengadili dan menyelesaikan perkara yang berkaitan dengan ekonomi syari'ah, mempergunakan sebagai pedoman prinsip syari'ah dalam Kompilsai Hukum Ekonomi Syari'ah.

(2) Mempergunakan sebagai pedoman prinsip syari'ah dalam Kom pilasi Hukum Ekonomi Syari'ah sebagaimana dimaksud ayat

Page 16: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

DAFTAR ISI

x i i i

(1), tidak mengurangi tanggung jawab hakim untuk menggalj dan menemukan hukum untuk menjamin putusan yang adil dan benar.

Pasal 2

Kompilasi Hukum Ekonomi Syari'ah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 adalah Kompilasi Hukum Ekonomi Syari'ah yang menjadi lampiran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Mahkamah Agung ini.

Pasal 3

Peraturan Mahkamah Agung ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

X111

Page 17: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;
Page 18: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU I

SUBJEK HUKUM DAN AMWAL

1

BUKU ISUBYEK HUKUM DAN AMWAL

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Kompilasi ini yang dimaksud dengan :1. Ekonomi syariah adalah usaha atau kegiatan yang

dilakukan oleh orang perorang, kelompok orang, badan usaha yang berbadan hukum atau tidak berbadan hukum dalam rangka memenuhi kebutuhan yang bersifat komersial dan tidak komersial menurut prinsip syariah.

2. Subyek hukum adalah orang perseorangan, persekutuan, atau badan usaha yang berbadan hukum atau tidak berbadan hukum yang memiliki kecakapan hukum untuk mendukung hak dan kewajiban.

3. Kecakapan hukum adalah kemampuan subyek hukum untuk melakukan perbuatan yang dipandang sah secara hukum.

4 . Anak adalah seseorang yang berada di bawah umur 18 tahun yang dipandang belum cakap melakukan perbuatan hukum atau belum pernah menikah.

5. Pewalian adalah kewenangan yang diberikan kepada wali untuk melakukan perbuatan hukum atas nama dan untuk kepentingan muwalla.

6. Muwalla adalah seseorang yang belum cakap melakukan perbuatan hukum, atau badan usaha yang dinyatakan taflis/p ailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

7. Wali adalah seseorang atau kurator badan hukum yang ditetapkan oleh pengadilan untuk melakukan perbuatan hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan, untuk kepentingan terbaik bagi muwalla.

BUKU I | kompilasi hukum ekonomi syari'ah 1

Page 19: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

2SUBJEK HUKUM DAN AMWAL

BUKU I

8. Pengadilan adalah pengadilan/mahkamah syar'iyah dalam lingkungan peradilan agama.

9. Amwal adalah benda yang dapat dim iliki, dikuasai, diusahakan, dan dialihkan, baik benda berwujud maupun tidak berwujud, baik benda yang terdaftar maupun yang tidak terdaftar, baik benda yang bergerak maupun yang tidak bergerak, dan hak yang mempunyai nilai ekonomis.

10. Benda berwujud adalah segala sesuatu yang dapat diindera.

11. Benda tidak berwujud adalah segala sesuatu yang tidak dapat diindera.

12. Benda bergerak adalah segala sesuatu yang dapat dipindahkan dari suatu tempat ke tempat lain.

13. Benda tidak bergerak adalah segala sesuatu yang tidak dapat dipindahkan dari suatu tempat ke tempat lain yang menurut sifatnya ditentukan oleh undang-undang.

14. Benda terdaftar adalah segala sesuatu yang kepemilikannya ditentukan berdasarkan warkat yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang.

15. Benda tidak terdaftar adalah segala sesuatu yang kepemilikannya ditentukan berdasarkan alat bukti pertukaran atau pengalihan di antara pihak-pihak.

16. Kepemilikan benda adalah hak yang dim iliki seseorang, kelompok orang, atau badan usaha yang berbadan hukum atau tidak berbadan hukum untuk melakukan perbuatan hukum.

17. Penguasaan benda adalah hak seseorang, kelompok orang, atau badan usaha yang berbadan hukum atau tidak berbadan hukum untuk melakukan perbuatan hukum, baik miliknya maupun m ilik pihak lain.

2 BUKU I I kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 20: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

18. Pengusahaan benda adalah hak seseorang atau badan usaha yang berbadan hukum atau tidak berbadan hukum untuk mendayagunakan benda, baik m iliknya maupun m ilik pihak lain.

19. Pengalihan hak kebendaan adalah pemindahan hak kepem ilikan dari subjek hukum yang satu ke subjek hukum yang lain.

20. Uang adalah alat tukar atau pembayaran yang sah, bukan sebagai komoditas.

21. Orang adalah seseorang, orang perorangan, kelompok orang, atau badan hukum.

BAB IISUBYEK HUKUM

Bagian Pertama Kecakapan Hukum

BUKU I 3

SUBJEK HUKUM DAN AMWAL

Pasal 2

(1) Seseorang dipandang m em iliki kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum dalam, hal telah mencapai umur paling rendah 18 (delapan belas) tahun atau pernah menikah.

(2) Badan usaha yang berbadan hukum atau tidak berbadan hukum, dapat melakukan perbuatan hukum dalam hal tidak dinyatakan taflis/p a ilit berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

BUKU I | kompilasi hukum ekonomi syari'ah 3

Page 21: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

4

SUBJEK HUKUM DAN AMWAL

BUKU I

(1) Dalam hal seseorang anak belum berusia 18 (delapan belas) tahun dapat mengajukan permohonan pengakuan cakap melakukan perbuatan hukum kepada pengadilan,

(2) Pengadilan dapat mengabulkan dan atau menolak permohonan pengakuan cakap melakukan perbuatan hukum.

Pasal 3

Bagian Kedua Pewalian

Pasal 4

Orang yang tidak cakap melakukan perbuatan hukum berhak mendapat pewalian.

Pasal 5

(1) Dalam hal seseorang sudah berumur 18 tahun atau pernah menikah, namun tidak cakap melakukan perbuatan hukum, maka pihak keluarganya dapat mengajukan permohonan kepada pengadilan untuk menetapkan wali bagi yang bersangkutan.

(2) Dalam hal badan hukum terbukti tidak mampu lagi berprestasi sehingga menghadapi kepailitan, atau tidak mampu membayar utang dan meminta permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang, maka pengadilan dapat menetapkan kurator atau pengurus bagi badan hukum tersebut atas permohonan pihak yang berkepentingan.

BUKU I I kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 22: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU I

SUBJEK HUKUM DAN AMWAL

5

(1) Pengadilan berwenang untuk menetapkan pewalian bagi orang yang dipandang tidak cakap melakukan perbuatan hukum.

(2) Pengadilan berwenang untuk menetapkan orang untuk bertindak sebagai wali sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1).

Pasal 6

Pasal 7

Pengadilan dapat menetapkan orang yang berutang berada dalam pewalian berdasarkan permohonan orang yang berpiutang.

Pasal 8

Pengadilan berwenang menetapkan pewalian bagi orang yangtindakannya menyebabkan kerugian orang banyak.

Pasal 9

(1) Muwalla dapat melakukan perbuatan hukum yang menguntungkan dirinya, meskipun tidak mendapat izin w ali.

(2) Muwalla tidak dapat melakukan perbuatan hukum yang merugikan dirinya, meskipun mendapat izin w ali.

(3) Keabsahan perbuatan hukum muwalla atas hak kebendaannya yang belum je las akan menguntungkan atau merugikan dirinya bergantung pada izin w ali.

BUKU I | kompilasi hukum ekonomi syari’ah 5

Page 23: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

6 BUKU I

SUBJEK HUKUM DAN AMWAL

(4) Apabila terjadi perselisihan antara muwalla dengan wali sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), muwalla dapat mengajukan permohonan ke pengadilan untukditetapkan bahwa yang bersangkutan memilikikecakapan melakukan perbuatan hukum.

Pasal 10

Izin pewalian yang dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) dan ayat(3) dapat dinyatakan secara tulisan atau lisan.

Pasal 11

Wali terdiri atas :a. orang tua muwalla;b. orang yang menerima wasiat dari orang tua muwalla;c. bapak/ibu angkat muwalla;d. orang lain atau badan hukum yang ditetapkan oleh

pengadilan.

Pasal 12

Kekuasaan wali sebagaimana dimaksud pada pasal 11 huruf c, mulai berlaku sejak penetapan pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap.

Pasal 13

Wali wajib menjamin dan melindungi muwalla dan hak- haknya sampai cakap melakukan perbuatan hukum.

6 BUKU I I kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 24: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU I

SUBJEK HUKUM DAN AMWAL

7

Wali dapat menolak memberi izin kepada muwalla untuk melakukan perbuatan hukum tertentu dengan mempertimbangkan keuntungan atau kerugian dari perbuatan hukum tersebut.

Pasal 14

Pasal 15

Kekuasaan wali berakhir karena:a. meninggal dunia;b. muwalla telah memiliki kecakapan melakukan perbuatan

hukum; atauc. dicabut berdasarkan penetapan pengadilan.

Pasal 16

(1) Wali wajib mengganti kerugian yang diderita muwalla atas kesalahan perbuatannya.

(2) Penetapan kesalahan perbuatan wali dan penggantian kerugian muwalla ditetapkan oleh pengadilan.

BAB III AMWAL

Bagian Pertama Asas Pemilikan Amwal

Pasal 17

Pemilikan amwal didasarkan pada asas:a. amanah, bahwa pemilikan amwal pada dasarnya

merupakan titipan dari Allah Subhanahu wata’ala untuk didayagunakan bagi kepentingan hidup.

BUKU I | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 25: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

b. infiradiyah, bahwa pemilikan benda pada dasarnya bersifat individual dan penyatuan benda dapat dilakukan dalam bentuk badan usaha atau korporasi.

c. ijtim a'iyah, bahwa pemilikan benda tidak hanya memiliki fungsi pemenuhan kebutuhan hidup pemiliknya, tetapi pada saat yang sama di dalamnya terdapat hak masyarakat.

d. manfaat, bahwa pemilikan benda pada dasarnya diarahkan untuk memperbesar manfaat dan mempersempit madharat.

8 BUKU I

SUBJEK HUKUM DAN AMWAL

Bagian Kedua Cara Perolehan Amwal

Pasal 18

Benda dapat diperoleh dengan cara:a. pertukaran;b. pewarisan;c. hibah;d. wasiat;e. pertambahan alamiah;f. jual-beli;g. luqathah;h. wakaf, dani. cara lain yang dibenarkan menurut syariah.

8 BUKU I I kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 26: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

Bagian Ketiga Sifat Pemilikan Amwal

Pasal 19

Prinsip pem ilikan amwal adalah:a. pemilikan yang penuh, menimbulkan adanya

kepemilikan manfaat dan tidak dibatasi waktu;b. pemilikan yang tidak penuh, mengharuskan adanya

kepemilikan manfaat dan dibatasi waktu;c. pemilikan yang penuh tidak bisa dihapuskan, tetapi bisa

dialihkan.d. pemilikan syarikat yang tidak penuh sama dengan

kepemilikan terpisah tasharrufnya.e. Pem ilikan syarikat yang penuh ditasharrufkan dengan

hak dan kewajiban secara proporsional.

BUKU I

SUBJEK HUKUM DAN AMWAL

BUKU I | kompilasi hukum ekonomi syari'ah 9

Page 27: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

Mi l i kPerpustakaan

BUKU it

TENTANG AKAD

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 20

Dalam Kompilasi ini, yang dimaksud dengan:

1. Akad adalah kesepakatan dalam suatu perjanjian antara dua pihak atau lebih untuk melakukan dan atau tidak melakukan perbuatan hukum tertentu.

2. Bai’ adalah jual beli antara benda dengan benda, atau pertukaran benda dengan uang.

3. Syirkah adalah kerjasama antara dua orang atau lebih dalam hal permodalan, keterampilan, atau kepercayaan dalam usaha tertentu dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah yang disepakati oleh pihak-pihak yang berserikat.

4. Mudharabah adalah kerjasama antara pemilik dana atau penanam modal dengan pengelola modal untuk melakukan usaha tertentu dengan bagi h a sil.

5. Muzaraah adalah kerjasama antara pemilik lahan dengan penggarap untuk memanfaatkan lahan.

6. Murabahah adalah pembiayaan saling menguntungkan yang dilakukan oleh shahib al-mal dengan pihak yang membutuhkan melalui transaksi jual beli dengan penjelasan bahwa harga pengadaan barang dan harga jual terdapat nilai lebih yang merupakan keuntungan atau laba bagi shahib al-mal dan pengembaliannya dilakukan secara tunai atau angsur.

BUKU" Mahkamah Agung - RiTEN TAN G A KA D

10 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 28: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

11

7. Musaqah adalah kerjasama antara pihak-pihak dalam pemeliharaan tanaman dengan pembagian hasil antara pem ilik dengan pemelihara tanaman dengan nisbah yang disepakati oleh pihak-pihak yang terikat.

8. Khiyar adalah hak pilih bagi penjual dan pembeli untuk melanjutkan atau membatalkan akad jual-beli yang dilakukannya.

9. Ijarah adalah sewa barang dalam jangka waktu tertentu dengan pembayaran.

10. Istisna adalah jual-beli barang atau jasa dalam bentuk pemesanan dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pihak pemesan dengan pihak penjual.

11.Shunduq hifzi ida’ /Safe Deposit Box adalah tempat penyimpan barang berharga sebagai titipan yang disediakan bank dengan sistem ijarah menyewa/ijarah dengan risiko ganti rugi.

12. Kafalah adalah jaminan atau garansi yang diberikan oleh penjamin kepada pihak ketiga/pemberi pinjaman untuk memenuhi kewajiban pihak kedua/peminjam.

13. Hawalah adalah pengalihan utang dari muhil al-ashil kepada muhal ‘alaih.

14. Rahn/gadai adalah penguasaan barang m ilik peminjam oleh pemberi pinjaman sebagai jaminan.

15. Ghasb adalah mengambil hak m ilik orang lain tanpa izin dan tanpa berniat untuk memilikinya.

16. Itlaf/perusakan adalah pengurangan kualitas nilai suatu barang.

17. Wadi’ah adalah penitipan dana antara pihak pemilik dana dengan pihak penerima titipan yang dipercaya untuk menjaga dana tersebut.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 11

Page 29: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

12 BUKU II

TENTANG AKAD

18. Ju ’alah adalah perjanjian imbalan tertentu dari pihak pertama kepada pihak kedua atas pelaksanaan suatu tugas/pelayanan yang dilakukan oleh pihak kedua untuk kepentingan pihak pertama.

19. Wakalah adalah pemberian kuasa kepada pihak lain untuk mengerjakan sesuatu.

20. Mabi’/barang dagangan adalah barang-barang yang dapat dipertukarkan.

21. Saham adalah segala sesuatu yang dim iliki seseorang atau badan usaha yang disatukan sebagai bagian dari harta m ilik bersama.

22. Obligasi Syariah adalah surat berharga yang diterbitkan berdasarkan prinsip syari’ah sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset surat berharga baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing.

23. Sukuk maliyah/reksa dana syariah adalah lembaga jasa keuangan non bank yang kegiatannya berorientasi pada investasi di sektor portofolio atau nilai kolektif dari surat berharga.

24. Efek Beragun Aset Syariah adalah efek yang diterbitkan oleh akad investasi kolektif Efek Beragun Aset Syariah yang portofolio-nya terdiri atas aset keuangan berupa tagihan yang timbul dari surat berharga komersial, tagihan yang timbul di kemudian hari, jual beli pemilikan aset fisik oleh lembaga keuangan, efek bersifat investasi yang dijam in oleh pemerintah, sarana peningkatan investasi/arus kas serta aset keuangan setara, yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

25. Surat berharga komersial syariah adalah surat pengakuan atas suatu pembiayaan dalam jangka waktu tertentu yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah .

12 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 30: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

13

26. Ta’min/asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, yang pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi ta’min untuk menerima penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung-jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti.

27. Suq maliyah/pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.

28. Nuqud i ’timani/pembiayaan adalah penyediaan dana dan atau tagihan berdasarkan akad mudharabah atau musyarakah dan atau pembiayaan lainnya berdasarkan prinsip bagi hasil.

29. Dain/utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang, baik dalam mata uang Indonesia atau mata uang lainnya, secara langsung atau kontinjen.

30. Hisab mudayyan/piutang adalah tagihan yang timbul dari transaksi jual-beli dan atau ijarah berdasarkan akad murabahah, salam, istisna, dan atau ijarah.

31. Da’in/pemberi pinjaman adalah pihak yang mempunyai piutang karena perjanjian atau berdasarkan undang- undang.

32. Mudayin/Peminjam adalah pihak yang mempunyai utang karena perjanjian atau berdasarkan undang-undang.

33. Waraqah tijariah/surat berharga syariah adalah surat bukti berinvestasi berdasarkan prinsip syariah yang lazim diperdagangkan di pasar dan atau pasar modal, antara lain wesel, obligasi syariah, sertifikat reksadana

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 13

Page 31: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

14 BUKU II

TENTANG AKAD

antara lain wesel, obligasi syariah, sertifikat reksadana syariah, dan surat berharga lainnya berdasarkan prinsip syariah.

34. Salam adalah jasa pembiayaan yang berkaitan dengan jua l beli yang pembayarannya dilakukan bersamaan dengan pemesanan barang.

35. Tsam an/harga adalah jum lah uang yang harus dibayarkan untuk barang dagangan.

36. Qard adalah penyediaan dana atau tagihan antara lembaga keuangan syariah dengan pihak peminjam yang mewajibkan pihak peminjam untuk melakukanpembayaran secara tunai atau cicilan dalam jangka waktu tertentu.

37. T a ’w idh/ganti rugi adalah penggantian atas kerugian riilyang dibayarkan oleh pihak yang melakukanwanprestasi.

38. Lembaga Keuangan Syariah adalah korporasi yang melaktlkan penghimpunan dana pihak ketiga dan menyalurkannya dalam bentuk pembiayaan kepada nasabah, baik bank maupun non-bank.

39. Sunduq mu’asyat taqa’udi/dana pensiun syariah adalah badan usaha yang mengelola dan m enjalankan program yang m enjanjikan manfaat pensiun berdasarkan prinsip- prinsip syariah.

40. Hisabat jariyat/rekening koran syariah adalah pembiayaan yang dananya setiap saat dapat ditarik atau disetor oleh pem iliknya yang dijalankan berdasarkan prinsip syariah.

41. Bai’ w afa’/jua l beli dengan hak membeli kembali adalah jual-beli yang dilangsungkan dengan syarat bahwa barang yang dijual tersebut dapat dibeli kembali oleh penjual apabila tenggang waktu yang disepakati telah tiba.

14 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 32: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

15

oleh penjual apabila tenggang waktu yang disepakati telah tiba.

42. Menteri adalah Menteri Keuangan Republik Indonesia.

BAB II ASAS AKAD

Pasal 21

Akad dilakukan berdasarkan asas:

a. ikhtiyari/sukarela; setiap akad dilakukan atas kehendak para pihak, terhindar dari keterpaksaan karena tekanan salah satu pihak atau pihak lain.

b. amanah/menepati jan ji; setiap akad wajib dilaksanakan oleh para pihak sesuai dengan kesepakatan yang ditetapkan oleh yang bersangkutan dan pada saat yang sama terhindar dari cidera-janji.

c. ikhtiyati/kehati-hatian; setiap akad dilakukan dengan pertimbangan yang matang dan dilaksanakan secara tepat dan cermat.

d. luzum /tidak berobah; setiap akad dilakukan dengan tujuan yang jelas dan perhitungan yang cermat, sehingga terhindar dari praktik spekulasi atau m aisir.

e. saling menguntungkan; setiap akad dilakukan untuk memenuhi kepentingan para pihak sehingga tercegah dari praktik manipulasi dan merugikan salah satu pihak.

f. taswiyah/kesetaraan; para pihak dalam setiap akad memiliki kedudukan yang setara, dan mempunyai hak dan kewajiban yang seimbang.

g. transparansi; setiap akad dilakukan denganpertanggungjawaban para pihak secara terbuka.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 15

Page 33: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

16 BUKU II

TENTANG AKAD

h. kemampuan; setiap akad dilakukan sesuai dengan kemampuan para pihak, sehingga tidak menjadi beban yang berlebihan bagi yang bersangkutan.

i. taisir/kemudahan; setiap akad dilakukan dengan cara saling memberi kemudahan kepada masing-masing pihak untuk dapat melaksanakannya sesuai dengan kesepakatan.

j. itikad baik; akad dilakukan dalam rangka menegakan kemaslahatan, tidak mengandung unsur jebakan dan perbuatan buruk lainnya.

k. sebab yang halal; tidak bertentangan dengan hukum, tidak dilarang oleh hukum dan tidak haram.

l. Al-hurriyah (kebebasan berkontrak)

m. Al-kitabah (tertulis)

BAB 111

RUKUN?, SYARAT, KATEGORI HUKUM, ‘AIB, AKIBAT, DAN PENAFSIRAN AKAD

Bagian Pertama

Rukun dan Syarat Akad

Pasal 22

Rukun akad terdiri atas:

a. pihak-pihak yang berakad;

b. obyek akad;

c. tujuampokok akad; dan

d. kesepakatan.

16 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 34: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

17

(1) Pihak-pihak yang berakad adalah orang perseorangan, kelompok orang, persekutuan, atau badan usaha;

(2) Orang yang berakad harus cakap hukum, berakal, dan tam yiz.

Pasal 24

(1) Obyek akad adalah amwal atau jasa yang dihalalkan yang dibutuhkan oleh masing-masing pihak.

(2) Objek akad harus suci, bermanfaat, m ilik sempurna dan dapat diserahterimakan.

Pasal 25

(1) Akad bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan pengembangan usaha masing-masing pihak yang mengadakan akad.

(2) Sighat akad dapat dilakukan dengan jelas, baik secara lisan, tulisan, dan/atau perbuatan.

Bagian Kedua

Kategori Hukum Akad

Pasal 26

Akad tidak sah apabila bertentangan dengan:

a. syariat islam;

b. peraturan perundang-undangan;

c. ketertiban umum; dan/atau

d. kesusilaan;Pasal 27

Hukum akad terbagi ke dalam tiga kategori, yaitu:

Pasal 23

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 17

Page 35: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

18 BUKU II

TENTANG AKAD

a. akad yang sah.

b. akad yang fasad/dapat dibatalkan.

c. akad yang batal/batal demi hukum.

Pasal 28

(1) Akad yang sah adalah akad yang terpenuhi rukun dan syarat-syaratnya;

(2) Akad yang fasad adalah akad yang terpenuhi rukun dan syarat-syaratnya, tetapi terdapat segi atau hal lain yang merusak akad tersebut karena pertimbangan maslahat

(3) Akad yang batal adalah akad yang kurang rukun dan atau syarat-syaratnya

Bagian Ketiga

‘Aib Kesepakatan

Pasal 29

(1) Akad yang sah sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 huruf a adalah akad yang disepakati dalam perjanjian, tidak mengandung unsur ghaiath atau khilaf, dilakukan di bawah ikrah atau paksaan, taghrir atau tipuan, dan ghubn atau penyamaran.

(2) Akad yang disepakati harus memuat ketentuan:a. kesepakatan mengikatkan diri;b. kecakapan untuk membuat suatu perikatan;c. terhadap sesuatu hal tertentu;d. suatu sebab yang halal menurut syari’at Islam.

1 8 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 36: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

19

Kekhilafan tidak mengakibatkan batalnya suatu akad kecuali kekhilafan itu terjadi mengenai hakikat yang menjadi pokok perjanjian.

Pasal 31

Paksaan adalah mendorong seorang melakukan sesuatu yang tidak diridlainya dan tidak merupakan pilihan bebasnya.

Pasal 30

Pasal 32

Paksaan dapat menyebabkan batalnya akad apabila :

a. pemaksa mampu untuk melaksanakannya;

b. pihak yang dipaksa m emiliki persangkaan kuat bahwa pemaksa akan segera melaksanakan apa yang diancamkannya apabila tidak mematuhi perintah pemaksa tersebut;

c. yang diancamkan menekan dengan berat jiw a orang yang diancam, hal ini tergantung kepada orang perorang;

d. ancaman akan dilaksanakan secara serta merta;

e. paksaan bersifat melawan hukum.

Pasal 33

Penipuan adalah mempengaruhi pihak lain dengan tipu dayauntuk membentuk akad, berdasarkan bahwa akad tersebutuntuk kemaslahatannya, tetapi dalam kenyataannyasebaliknya.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 19

Page 37: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

2 0 BUKU II

TENTANG AKAD

Penipuan merupakan alasan pembatalan suatu akad, apabila tipu muslihat yang dipakai oleh salah satu pihak, adalah sedemikian rupa hingga terang dan nyata bahwa pihak yang lain tidak membuat akad itu apabila tidak dilakukan tipu muslihat.

Pasal 34

Pasal 35

Penyamaran adalah keadaan di mana tidak ada kesetaraan antara prestasi dengan imbalan prestasi dalam suatu akad.

Bagian Keempat

Ingkar Janji dan Sanksinya

Pasal 36

Pihak dapat dianggap melakukan ingkar ja n ji, apabila karena kesalahannya:

a. tidak melakukan apa yang dijanjikan untukmelakukannya;

b. melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi tidak sebagaimana dijanjikannya;

c. melakukan apa yang dijanApabilannya, tetapiterlambat; atau

d. melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.

Pasal 37

Pihak dalam akad melakukan ingkar jan ji, apabila dengan surat perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan ingkar jan ji atau demi perjanjiannya sendiri menetapkan, bahwa pihak dalam akad harus dianggap ingkar jan ji dengan lewatnya waktu yang ditentukan.

2 0 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 38: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

2 1

Pihak dalam akad yang melakukan ingkar jan ji dapat dijatuhisanksi:

a. membayar ganti rugi;

b. pembatalan akad;

c. peralihan risiko;

d. denda; dan/atau

e. membayar biaya perkara

Pasal 39

Sanksi pembayaran ganti rugi dapat dijatuhkan apabila :

a. pihak yang melakukan ingkar jan ji setelah dinyatakan ingkar ja n ji, tetap melakukan ingkar jan ji;

b. sesuatu yang harus diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu yang telah dilampaukannya;

c. pihak yang melakukan ingkar jan ji tidak dapat membuktikan bahwa perbuatan ingkar jan ji yang dilakukannya tidak di bawah paksaan.

Pasal 38

Bagian Kelima

Keadaan Memaksa

Pasal 40

Keadaan memaksa atau darurat adalah keadaan dimana salah satu pihak yang mengadakan akad terhalang untuk melaksanakan prestasinya

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 2 1

Page 39: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

2 2 BUKU II

TENTANG AKAD

Syarat keadaan memaksa atau darurat adalah se p e rti:

a. peristiwa yang menyebabkan terjadinya darurat tersebut tidak terduga oleh para pihak;

b. peristiwa tersebut tidak dapat dipertanggung jawabkan kepada pihak yang harus melaksanakan prestasi;

c. peristiwa yang menyebabkan darurat tersebut di luar kesalahan pihak yang harus melakukan prestasi;

d. pihak yang harus melakukan prestasi tidak dalam keadaan beriktikad buruk.

Pasal 41

Bagian Keenam

Risiko

Pasal 42

Kewajiban memikul kerugian yang tidak disebabkankesalahan salah satu pihak dinyatakan sebagai risiko.

Pasal 43

(1) Kewajiban menanggung kerugian yang disebabkankejadian di luar kesalahan salah satu pihak dalamperjanjian sepihak dipikul oleh pihak peminjam.

(2) Kewajiban menanggung kerugian yang disebabkan olehkejadian di luar kesalahan salah satu pihak dalamperjanjian tim bal balik, dipikul oleh pihak yangmeminjamkan.

2 2 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 40: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

23

Bagian Ketujuh

Akibat Akad

Pasai 44

Semua akad yang dibuat secara sah berlaku sebagai nash syari’ah bagi mereka yang mengadakan akad.

Pasal 45

Suatu akad tidak hanya mengikat untuk hal yang dinyatakan secara tegas didalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu menurut sifat akad yang diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan, dan nash-nash syari’ah.

Pasal 46

Suatu akad hanya berlaku antara pihak-pihak yang mengadaakan akad.

Pasal 47

Suatu akad dapat dibatalkan oleh pihak yang berpiutang apabila pihak yang berutang terbukti melakukan perbuatan yang merugikan pihak yang berpiutang.

Bagian Kedelapan

Penafsiran Akad

Pasal 48

Pelaksanaan akad atau hasil akh ir akad harus sesuai dengan m aksud dan tu juan akad , bukan hanya pada kata dan kalim at.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 23

Page 41: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

24 BUKU II

TENTANG AKAD

(1) Pada prinsipnya akad harus d iartikan denganpengertian aslin ya bukan dengan pengertian kiasan n ya.

(2) Apabila teks suatu akad sudah jelas maka tidak perlu ada penafsiran.

Pasal 50

Pelaksanaan akad atau hasil akh ir akad harus sesuai dengan m aksud dan tujuan akad , bukan hanya pada kata dan kalim at.

Pasal 51

(1) Pada prinsipnya akad harus d iartikan denganpengertian aslin ya bukan dengan pengertian kiasan n ya.

(2) Apabila teks suatu akad sudah jelas, maka tidak perlu ada penafsiran.

Pasal 52

Melaksanakan suatu kalimat dalam akad lebih diutamakan daripada tidak melaksanakan kalimat tersebut.

Pasal 53

Apabila arti tersurat tidak dapat diterapkan, maka dapat digunakan makna yang tersirat.

Pasal 54

Kata yan g pengertiannya tid ak d ib atasi, d iterapkan apa ad an ya, sepan jan g tid ak terbukti ketentuan syari'ah atau hasil pem aham an yang m endalam , m em batasinya.

Pasal 49

24 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari’ah

Page 42: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

25

Apabila suatu akad dapat diberikan dua macam pengertian, maka harus dipilihnya pengertian yang sedemikian yang memungkinkan akad itu dilaksanakan daripada memberikan pengertian yang tidak memungkinkan suatu pelaksanaan.

Pasal 55

BAB IV

B A l’

Bagian Pertama

Rukun Bai’

Pasal 56

Rukun bai’ terdiri atas :

a. pihak-pihak;

b. obyek; dan

c. kesepakatan.

Pasal 57

Pihak-pihak yang terikat dalam perjanjian jual-beli terdiri atas penjual, pembeli, dan pihak lain yang terlibat dalam perjanjian tersebut.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 25

Page 43: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

26 BUKU II

TENTANG AKAD

Obyek jual-beli terdiri atas ben‘da yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang bergerak maupun tidak bergerak, dan yang terdaftar maupun yang tidak terdaftar.

Pasal 59

(1) Kesepakatan dapat dilakukan dengan tulisan, lisan, dan isyarat.

(2) Kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memiliki makna hukum yang sama.

Pasal 60

Kesepakatan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dan harapan masing-masing pihak, baik kebutuhan hidup maupun pengembangan usaha.

Pasal 58

Pasal 61

Ketika terjadi perubahan akad jual-beli akibat perubahan harga, maka akad terakhir yang dinyatakan berlaku.

Bagian Kedua

Kesepakatan Penjual dan Pembeli

Pasal 62

Penjual dan pembeli wajib menyepakati nilai obyek jual-beli yang diwujudkan dalam harga.

26 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 44: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

(1) Penjual w ajib menyerahkan obyek jual-beli sesuai dengan harga yang telah disepakati.

(2) Pembeli w ajib menyerahkan uang atau benda yang setara nilainya dengan obyek jual-beli.

Pasal 64

Jual-beli terjadi dan mengikat ketika obyek jual-beli diterima pembeli, sekalipun tidak dinyatakan secara langsung.

Pasal 65

Penjual boleh menawarkan penjualan barang dengan harga borongan, dan persetujuan pembeli atas tawaran itu mengharuskannya untuk membeli keseluruhan barang dengan harga yang disepakati.

Pasal 63

Pasal 66

Pembeli tidak boleh memilah-milah benda dagangan yang diperjualbelikan dengan cara borongan dengan maksud membeli sebagiannya saja.

Pasal 67

Penjual dibolehkan menawarkan beberapa jenis barang dagangan secara terpisah dengan harga yang berbeda.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 27

Page 45: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

28 BUKU II

TENTANG AKAD

Bagian Ketiga

Tem pat dan Syarat Pelaksanaan Bai’

Pasal 68

Tempat jual-beli adalah tempat pertemuan pihak-pihak dalam melaksanakan akad jual beli.

Pasal 69

Penjual dan pembeli mempunyai hak khiyar/pilih selama berada di tempat jual beli, sejak ijab dilakukan hingga berakhirnya pertemuan tersebut.

Pasal 70

Ijab menjadi batal apabila salah satu pihak menunjukkan ketidaksungguhan dalam mengungkapkan ijab dan kabul, baik dalam perkataan maupun perbuatan, sehingga tidak ada alasan untuk melanjutkan jual-beli.

Pasal 71

Ijab dianggap batal apabila penjual menarik kembali pernyataan ijab sebelum pembeli mengucapkan pernyataan kabul.

Pasal 72

Perubahan ijab sebelum kabul membatalkan ijab .

28 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 46: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

29

Bagian Keempat

Bai’ dengan Syarat Khusus

Pasal 73

Syarat khusus yang dikaitkan dengan akad jual-beli dipandang sah dan mengikat apabila menguntungkan pihak-pihak.

Pasal 74

Apabila jual-beli bersyarat hanya menguntungkan salah satu pihak, maka jual-beli tersebut dipandang sah, sedangkan persyaratannya batal.

Bagian Kelim a

Berakhirnya Akad Bai’

Pasal 75

(1) Penjual dan pembeli dapat mengakhiri akad jual-beli.

(2) Mengakhiri akad jual-beli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan kesepakatan para pihak.

(3) Selesainya akad jual-beli harus dilakukan dalam satu rangkaian kegiatan forum.

(4) Akad jual beli berakhir ketika terjadi pembayaran dan penyerahan barang.

Bagian Keenam

Objek Bai’

Pasal 76

Syarat obyek yang diperjualbelikan adalah:

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 29

Page 47: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

30 BUKU II

TENTANG AKAD

a. barang yang dijualbelikan harus sudah ada.

b. barang yang dijualbelikan harus dapat diserahkan.

c. barang yang dijualbelikan harus berupa barang yang memiliki nilai/harga tertentu.

d. barang yang dijualbelikan harus halal.

e. barang yang dijualbelikan harus diketahui oleh pembeli.

f. kekhususan barang yang dijualbelikan harus diketahui.

g. penunjukkan dianggap memenuhi syarat kekhususan barang yang dijualbelikan apabila barang itu ada di tempat jual beli.

h. sifat barang yang dapat diketahui secara langsung oleh pembeli tidak memerlukan penjelasan lebih lanjut.

i. barang yang dijual harus ditentukan secara pasti pada waktu akad.

Pasal 77

Jual-beli dapat dilakukan terhadap:

a. Barang yang terukur menurut porsi, jum lah, berat, atau panjang, baik berupa satuan atau keseluruhan.

b. Barang yang ditakar atau ditimbang sesuai jumlah yang telah ditentukan, sekalipun kapasitas dari takaran dan timbangan tidak diketahui.

c. Satuan komponen dari barang yang sudah dipisahkan dari komponen lain yang telah terjual.

Pasal 78

Beberapa hal yang termasuk ke dalam jual-beli, sekalipuntidak disebutkan secara tegas dalam akad, adalah:

30 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 48: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

31

a. Dalam proses jual-beli biasanya disertakan segala sesuatu yang menurut adat setempat biasa berlaku dalam barang yang dijual, meskipun tidak secara spesifik dicantumkan.

b. Sesuatu yang dianggap sebagai bagian dari suatu barang yang dijual.

c. Barang-barang yang dianggap bagian dari benda yang dijual.

d. Sesuatu yang termasuk dalam pernyataan yang dinyatakan pada saat akad jual beli, termasuk hal yang dijual.

e. Tambahan hasil dari barang yang dijual yang akan muncul kemudian setelah berlakunya akad dan sebelum serah terima barang dilaksanakan, menjadi m ilik pembeli.

Bagian Ketujuh

Hak yang Berkaitan dengan Harga dan Barang

Setelah Akad Bai’

Pasal 79

(1) Penjual mempunyai hak untuk ber-tasharuf terhadap harga barang yang dijual sebelum menyerahkan barang tersebut.

(2) Apabila barang yang dijual itu adalah sebuah barang yang tidak bergerak, pembeli dapat langsung menjual barang yang tidak bergerak itu kepada pihak lain sebelum penyerahan barang tersebut.

(3) Ketentuan sebagaimana tersebut pada ayat (2) tidak berlaku bagi barang yang bergerak.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 31

Page 49: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

32 BUKU II

TENTANG AKAD

Penambahan dan pengurangan harga, serta jum lah barang yang dijual setelah akad, dapat diselesaikan sesuai dengan kesepakatan para pihak.

Bagian Kedelapan

Serah Terima Barang

Pasal 81

(1) Setelah akad dilakukan, pembeli wajib membayar harga dan penjual wajib menyerahkan barang.

(2) Tata cara serah-terima barang bergantung pada sifat, jenis dan/atau kondisi barang yang dijual tersebut.

(3) Tatacara serah terima barang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib memperhatikan kebiasaan dan kepatutan dalam masyarakat.

Pasal 82

Apabila pembeli berada pada pelataran, atau di tanah yang akan dijual, atau apabila pembeli dari jarak dekat bisa melihat sebidang lahan atau tempat tersebut, setiap izin yang diberikan oleh penjual untuk menerima penyerahan barang dianggap sebagai penyerahan barang tersebut.

Pasal 83

(1) Dalam pembayaran tunai, penjual berhak menahan barang sampai pembeli membayar keseluruhan harga yang telah disepakati.

Pasal 80

32 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 50: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

33

(2) Dalam penjualan secara borongan, penjual berhakmenahan sebagian atau seluruh barang yang belum dilunasi tanpa mengubah harga dari setiap jenis barang.

(3) Hak penahanan barang hilang ketika penjualmenyerahkan barang yang dijualnya sebelum menerima pembayaran.

(4) Hak penahanan barang hilang ketika penjualmengalihkan hak untuk menerima pembayaran hargabarang yang dijual dari pembeli kepada orang lain dengan persetujuan pembeli mengenai pengalihan hak ini.

Pasal 84

(1) Penjual tidak memiliki hak penahanan barang dalam penjualan secara kredit.

(2) Hak penahanan barang hilang apabila penjual meminta pembeli menangguhkan pembayaran barang yang dijual dengan pembayaran tunai.

Pasal 85

(1) Barang yang sudah dijual melalui akad tanpa syarat harus diserahkan pada tempat barang itu berada pada saat jual-beli berlangsung.

(2) Pembeli memiliki hak memilih untuk membatalkan akad atau menerima barang di tempat barang itu berada pada saat akad jual beli, apabila ia baru menerima informasi mengenai tempat barang tersebut setelah selesai proses akadnya.

(3) Pembeli harus menerima barang di tempat yang sesuai dengan apa yang telah dipersyaratkan dalam akad.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 33

Page 51: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

34 BUKU II

TENTANG AKAD

(1) Seluruh komponen biaya yang terkait dengan jual belidibebankan kepada para pihak berdasarkankesepakatan.

(2) Apabila dalam akad tidak ditentukan pihak-pihak yangberkewajiban untuk menanggung komponen-komponen jual beli, maka pihak yang berkewajibanmenanggungnya ditetapkan berdasarkan kebiasaan.

Pasal 87

(1) Apabila barang yang dijual itu rusak ketika masih berada pada tanggungan penjual sebelum diserahkan kepada pembeli, harta tersebut masih harta m ilik penjual dan kerugian itu ditanggung oleh penjual.

(2) Apabila barang yang dijual rusak setelah diserahkan kepada pembeli, tidak ada pertanggungjawaban yang dibebankan kepada penjual, dan kerugian yang ditimbulkannya menjadi tanggungan pembeli.

Pasal 88

(1) Apabila pembeli jatuh pailit setelah menerima barang yang dibelinya kemudian meninggal dunia sebelum membayarnya, maka penjual boleh menuntut ahli waris pembeli untuk mengembalikan barang yang telah dijualnya.

(2) Apabila pembeli meninggal dan jatuh pailit sebelum penerimaan barang yang dibeli dan sebelum pembayaran, maka penjual mempunyai hak untuk menahan barangnya.

(3) Ahli waris pembeli sebagaimana dalam ayat (2) berhak meneruskan atau membatalkan jual beli yang telah dilakukan pembeli.

Pasal 86

34 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 52: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

35

(1) Apabila penjual jatuh pailit setelah menerima pembayaran tetapi belum menyerahkan barang yang dijual kepada pembeli, barang tersebut dianggap barang titipan kepunyaan pembeli yang ada di tangan penjual.

(2) Pembeli sebagaimana tersebut pada ayat (1) di atas berhak mengambil barang yang telah dibelinya dan pihak lain tidak bisa mengintervensi hal tersebut.

Pasal 90

(1) Apabila pembeli telah menerima barang dan harganya telah disepakati, kemudian barang itu rusak atau hilang, maka ia harus membayar harga barang tersebut.

(2) Apabila barang yang rusak atau hilang sebagaimana tersebut, pada ayat (1) dijumpai di pasaran, maka ia harus mengganti dengan barang yang sama.

BAB V

AKIBAT BAI’

Bagian Pertama

Akibat Bai’

Pasal 91

Jual-beli yang sah dan mengikat berakibat berpindahnyakepemilikan objek jua l beli.

Pasal 92

(1) Jual-beli yang batal tidak berakibat berpindahnya kepemilikan.

Pasal 89

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 35

Page 53: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

36 BUKU II

TENTANG AKAD

(2) Barang yang telah diterima pembeli dalam jual beli yang batal adalah barang titipan.

(3) Pembeli harus mengganti barang yang telah diterima sebagaimana tersebut pada ayat (2) di atas, apabila barang itu rusak karena kelalaiannya.

(4) Apabila barang yang harus diganti itu tidak ada di pasar, maka pembeli harus mengganti dengan uang seharga barang tersebut pada saat penyerahan.

Pasal 93

(1) Dalam jual-beli yang fasad, masing-masing pihak mempunyai hak untuk membatalkan akad jual beli.

(2) Apabila pembeli telah mengubah barang yang telah diterimanya maka ia tidak punya hak untuk membatalkan akad jual beli.

Pasal 94

Dalam hal pembatalan jual-beli fasad, apabila harga telah dibayar dan diterima oleh penjual, maka pembeli mempunyai hak untuk menahan barang yang dijual sampai penjual mengembalikan uangnya.

Pasal 95

Jual-beli yang memenuhi syarat dan rukunnya adalah sah.

Pasal 96

Jual-beli yang sah tidak dapat dibatalkan.

Pasal 97

Dalam jual-beli yang belum menimbulkan hak dan kewajiban (ghayr lazim ), penjual dan pembeli memiliki hak pilihan (khiyar) untuk membatalkan jual-beli itu.

36 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 54: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

37

Jual-beli yang dilakukan oleh pihak yang tidak cakap hukum adalah sah apabila mendapat izin dari pem ilik barang atau wakilnya.

Pasal 98

Pasal 99

Persyaratan yang berlaku pada jual-beli juga berlaku pada barter.

Bagian Kedua

Bai‘ Salam

Pasal 100

(1) Akad bai’ salam terikat dengan adanya ijab dan kabul seperti dalam penjualan biasa.

(2) Akad bai’ salam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan kebiasaan dan kepatutan.

Pasal 101

(1) Bai’salam dapat dilakukan dengan syarat kuantitas dan kualitas barang sudah jelas.

(2) Kuantitas barang dapat diukur dengan takaran atau timbangan dan/atau meteran.

(3) Spesifikasi barang yang dipesan harus diketahui secara sempurna oleh para pihak.

Pasal 102

Bai’ salam harus memenuhi syarat bahwa barang yang dijual,waktu, dan tempat penyerahan dinyatakan dengan jelas.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari’ah 37

Page 55: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

38 BUKU II

TENTANG AKAD

Pembayaran barang dalam bai’ salam dapat dilakukan pada waktu dan tempat yang disepakati.

Bagian Ketiga

Bai' Istishna

Pasal 104

Bai’ istisna mengikat setelah masing-masing pihak sepakat atas barang yang dipesan.

Pasal 103

Pasal 105

Bai’ istisna dapat dilakukan pada barang yang dapat dipesan.

Pasal 106

Dalam bai’ istisna, identifikasi dan deskripsi barang yang dijual harus sesuai permintaan pemesan.

Pasal 107

Pembayaran dalam bai’ istisna dilakukan pada waktu dan tempat yang disepakati.

Pasal 108

(1) Setelah akad jual-beli pesanan mengikat, tidak satu pihak pun boleh tawar-menawar kembali terhadap isi akad yang sudah disepakati.

(2) Apabila objek dari barang pesanan tidak sesuai dengan spesifikasinya, maka pemesan dapat menggunakan hak pilihan (khiyar) untuk melanjutkan atau membatalkan pesanan.

38 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 56: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

39

Bagian Keempat

Bai’ yang Dilakukan oleh Orang yang Sedang MenderitaSakit Keras

Pasal 109

(1) Apabila orang yang sedang menderita sakit keras menjual suatu barang kepada salah seorang ahli warisnya, maka keabsahan jual-beli itu bergantung pada izin dari ahli waris yang lain.

(2) Apabila ahli waris sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberi izin setelah orang yang sakit keras itu meninggal, maka penjualan itu dapat dilaksanakan dan sah.

Pasal 110

(1) Apabila seseorang yang sedang menderita sakit keras menjual suatu barang kepada pihak lain yang tidak termasuk ahli warisnya dengan harga yang sesuai dengan nilai barang tersebut, maka jual-beli itu sah.

(2) Apabila barang itu dijual sebagaimana dimaksud ayat (1) dengan harga yang lebih rendah dari nilai harga yang sebenarnya dan tidak melebihi sepertiga dari harta m iliknya, kemudian orang itu meninggal, maka penjualan itu sah.

(3) Apabila barang yang dijual sebagaimana dimaksud ayat (1) melebihi dari sepertiga hartanya, maka ahli waris dapat membatalkan penjualan tersebut.

Pasal 111

(1) Apabila jumlah kekayaan seseorang yang sakit kurang dari jumlah utangnya, dan menjual seluruh kekayaannya dengan harga yang lebih rendah, kemudian orang itu meninggal, maka para pemberi pinjaman dapat meminta

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 39

Page 57: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

40 BUKU II

TENTANG AKAD

untuk menyesuaikan harga jua l barang tersebut sesuai harga yang sebenarnya.

(2) Apabila pembeli tidak mau melakukan penyesuaian harga barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka para pemberi pinjaman dapat mengajukan permohonan ke pengadilan untuk membatalkan penjualan tersebut.

Bagian KelimaBai‘ Wafa

Pasal 112

(1) Dalam jual-beli yang bergantung pada hak penebusan, penjual dapat mengembalikan uang seharga barang yang dijual dan menuntut barangnya dikembalikan.

(2) Pembeli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkewajiban mengembalikan barang dan menuntut uangnya kembali seharga barang itu.

Pasal 113

Barang dalam jual-beli yang bergantung pada hak penebusan, tidak boleh dijual kepada pihak lain, baik oleh penjual maupun oleh pembeli, kecuali ada kesepakatan di antarapara pihak.

Pasal 114

(D Kerusakan barang dalam jual-beli dengan hakpenebusan adalah tanggung jawab menguasainya.

pihak yang

(2) Penjual dalam jual-beli dengan hak penebusan berhak untuk membeli kembali atau tidak terhadap barang yangtelah rusak.

40 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 58: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

41

Hak membeli kembali dalam bai’ wafa dapat diwariskan.

Bagian Keenam

Bai’ Murabahah

Pasal 116

(1) Penjual harus membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati spesipikasinya.

(2) Penjual harus membeli barang yang diperlukan pembeli atas nama penjual sendiri, dan pembelian ini harus bebas riba.

(3) Penjual harus memberi tahu secara ju jur tentang harga pokok barang kepada pembeli berikut biaya yang diperlukan.

Pasal 117

Pembeli harus membayar harga barang yang telah disepakati dalam murabahah pada waktu yang telah disepakati.

Pasal 118

Pihak penjual dalam murabahah dapat mengadakan perjanjian khusus dengan pembeli untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan akad.

Pasal 119

Apabila penjual hendak mewakilkan kepada pembeli untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual-beli murabahah harus dilakukan setelah barang secara prinsip sudah menjadi m ilik penjual.

Pasal 115

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 41

Page 59: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

Apabila penjual menerima permintaan pembeli akan suatu barang atau aset, penjual harus membeli terlebih dulu aset yang dipesan tersebut dan pembeli harus menyempurnakan jual-beli yang sah dengan penjual.

Pasal 121

Penjual boleh meminta pembeli untuk membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan dalam jual-beli murabahah.

Pasal 120

Pasal 122

Apabila pembeli kemudian menolak untuk membeli barang tersebut, biaya riil penjual harus dibayar dari uang muka tersebut.

Pasal 123

Apabila nilai uang muka dari pembeli kurang dari kerugian yang harus ditanggung oleh penjual, penjual dapat menuntut pembeli untuk mengganti sisa kerugiannya.

Pasal 124

(1) Sistem pembayaran dalam akad murabahah dapat dilakukan secara tunai atau cicilan dalam kurun waktu yang disepakati.

(2) Dalam hal pembeli mengalami penurunan kemampuan dalam pembayaran cicilan, maka ia dapat diberi keringanan.

(3) Keringanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) di atas dapat diwujudkan dalam bentuk konversi dengan membuat akad baru dalam penyelesaian kewajiban.

42 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 60: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

43

Bagian Ketujuh

Konversi Akad Murabahah

Pasal 125

(1) Penjual dapat melakukan konversi dengan membuat akad baru bagi pembeli yang tidak bisa melunasi pembiayaan murabahah-nya sesuai jumlah dan waktu yang telah disepakati.

(2) Penjual dapat memberikan potongan dari total kewajiban pembayaran kepada pembeli dalam akad murabahah yang telah melakukan kewajiban pembayaran cicilannya dengan tepat waktu dan/atau pembeli yang mengalami penurunan kemampuan pembayaran.

(3) Besar potongan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) di atas diserahkan pada kebijakan penjual.

Pasal 126

Penjual dapat melakukan penjadwalan kembali tagihan murabahah bagi pembeli yang tidak bisa melunasi sesuai dengan jumlah dan waktu yang telah disepakati dengan ketentuan:

a. tidak menambah jumlah tagihan yang tersisa;

b. pembebanan biaya dalam proses penjadwalan kembali adalah biaya riil;

c. perpanjangan masa pembayaran harus berdasarkan kesepakatan para pihak.

Pasal 127

Penjual dapat meminta kepada pembeli untuk menyediakan jaminan atas benda yang dijualnya pada akad murabahah.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 43

Page 61: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

44 BUKU II

TENTANG AKAD

Lembaga Keuangan Syariah boleh melakukan konversi dengan membuat akad baru bagi nasabah yang tidak bisa menyelesaikan/melunasi pembiayaan murabahahnya sesuai jumlah dan waktu yang telah disepakati, dengan syarat yang bersangkutan masih prospektif.

Pasal 129

Akad murabahah dapat diselesaikan dengan cara menjual obyek akad kepada Lembaga Keuangan Syariah dengan harga pasar, atau nasabah melunasi sisa utangnya kepada Lembaga Keuangan Syariah dari hasil penjualan obyek akad.

Pasal 130

Apabila hasil penjualan obyek akad murabahah melebihi sisa utang, maka kelebihan itu dikembalikan kepada pemi n j am / nasabah.

Pasal 131

Apabila hasil penjualan lebih kecil dari sisa utang, maka sisa utang tetap menjadi utang nasabah yang harus dilunasi berdasarkan kesepakatan.

Pasal 128

Pasal 132

Lembaga Keuangan Syariah dan nasabah ex-murabahah dapat membuat akad baru dengan akad ijarah al-muntahiyah bi al- tam lik, mudharabah, dan atau musyarakah.

Pasal 133

Apabila salah satu pihak konversi murabahah tidak dapat menunaikan kewajibannya, atau apabila terjadi perselisihan di antara pihak-pihak terkait, maka penyelesaiannya dilakukan melalui shulh/shulh, dan atau pengadilan.

44 BUKU II j kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 62: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

45

BAB VI

SYIRKAH

Bagian Pertama

Ketentuan Umum Syirkah

Pasal 134

Syirkah dapat dilakukan dalam bentuk syirkah amwal, syirkah abdan, dan syirkah wujuh.

Pasal 135

Syirkah amwal dan syirkah abdan dapat dilakukan dalam bentuk syirkah ‘inan, syirkah mufawwadhah, dan syirkah mudharabah.

Pasal 136

Kerjasama dapat dilakukan antara dua pihak pem ilik modal atau lebih untuk melakukan usaha bersama dengan jumlah modal yang tidak sama, masing-masing pihak berpartisipasti dalam perusahaan, dan keuntungan atau kerugian dibagi sama atau atas dasar proporsi modal.

Pasal 137

Kerjasama dapat dilakukan antara dua pihak pem ilik modal atau lebih untuk melakukan usaha bersama dengan jumlah modal yang sama dan keuntungan atau kerugian dibagi sama.

Pasal 138

Kerjasama dapat dilakukan antara dua pihak atau lebih yang m em iliki keterampilan untuk melakukan usaha bersama.

Pasal 139

(1) Kerjasama dapat dilakukan antara pem ilik modal

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 45

Page 63: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

46 BUKU II

TENTANG AKAD

dengan pihak yang mempunyai keterampilan untuk menjalankan usaha.

(2) Dalam kerjasama mudharabah, pemilik modal tidak turut serta dalam menjalankan perusahaan.

(3) Keuntungan dalam kerjasama mudharabah dibagi berdasarkan kesepakatan; dan kerugian ditanggung hanya oleh pemilik modal.

Pasal 140

(1) Kerjasama dapat dilakukan antara pihak pem ilik benda dengan pihak pedagang karena saling percaya.

(2) Dalam kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di atas, pihak pedagang boleh menjual benda m ilik pihak lain tanpa menyerahkan uang muka atau jaminan berupa benda atau surat berharga lainnya.

(3) Pembagian keuntungan dalam syirkah al-wujuh ditentukan berdasarkan kesepakatan.

(4) Benda yang tidak laku dijual, dikembalikan kepada pihak pemilik.

(5) Apabila barang yang diniagakan rusak karena kelalaian pihak pedagang, maka pihak pedagang wajib mengganti kerusakan tersebut.

Pasal 141

(1) Setiap anggota syirkah mewakili anggota lainnya untuk melakukan akad dengan pihak ketiga dan atau menerima pekerjaan dari pihak ketiga untuk kepentingan syirkah.

(2) Masing-masing anggota syirkah bertanggung jawab atas risiko yang diakibatkan oleh akad yang dilakukannya dengan pihak ketiga dan atau menerima pekerjaan dari pihak ketiga untuk kepentingan syirkah.

46 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 64: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

47

(3) Selur,uh anggota syirkah bertanggung jawab atas risiko yang diakibatkan oleh akad dengan pihak ketiga yang dilakukan oleh salah satu anggotanya yang dilakukan atas persetujuan anggota syirkah lainnya.

Pasal 142

Semua bentuk akad syirkah disyaratkan agar pihak-pihak yang bekerjasama harus cakap melakukan perbuatan hukum.

Pasal 143

Akad kerjasama dengan saham yang sama, terkandung syarat suatu akad jam inan/kafalah.

Pasal 144

Syirkah dengan saham yang tidak sama, hanya termasuk akad keagenan/wakalah, dan tidak mengandung akad jam inan/kafalah.

Pasal 145

Akad yang tidak disertai dengan jaminan tidak berakibat saling menjamin.

Bagian Kedua Syirkah Amwal

Pasal 146

Dalam kerjasama modal, setiap anggota syirkah harus menyertakan modal berupa uang tunai atau barang berharga.

Pasal 147

Apabila kekayaan anggota yang akan dijadikan modal syirkah bukan berbentuk uang tunai, maka kekayaan tersebut harus dijual dan atau dinilai terlebih dahulu sebelum melakukan akad kerjasama.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 47

Page 65: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

48 BUKU II

TENTANG AKAD

Pasal 148

(1) Suatu pekerjaan mempunyai nilai apabila dapat dihitung dan diukur.

(2) Suatu pekerjaan dapat dihargai dan atau dinilai berdasarkan jasa dan atau hasil.

Pasal 149

(1) Jaminan boleh dilakukan terhadap akad kerjasama- pekerjaan.

(2) Penjamin akad kerjasama-pekerjaan berhak mendapatkan imbalan sesuai kesepakatan.

Pasal 150

(1) Suatu akad kerjasama-pekerjaan dapat dilakukan dengan syarat masing-masing pihak mempunyai keterampilan untuk bekerja.

(2) Pembagian tugas dalam akad kerjasama-pekerjaan, dilakukan berdasarkan kesepakatan.

Pasal 151

(1) Para pihak yang melakukan akad kerjasama-pekerjaan dapat menyertakan akad ijarah tempat dan atau upah karyawan berdasarkan kesepakatan.

(2) Dalam akad kerjasama-pekerjaan dapat berlaku ketentuan yang mengikat para pihak dan modal yang disertakan.

Pasal 152

Para pihak dalam syirkah abdan dapat menerima danmelakukan perjanjian untuk melakukan pekerjaan.

Bagian KetigaSyirkah Abdan

48 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 66: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

49

(1) Para pihak dalam syirkah abdan dapat bersepakat untuk mengerjakan pesanan secara bersama-sama.

(2) Para pihak dalam syirkah abdan dapat bersepakat untuk menentukan satu pihak untuk mencari dan menerima pekerjaan, serta pihak lain yang melaksanakan.

Pasal 154

(1) Semua pihak yang terikat dalam syirkah abdan wajib melaksanakan pekerjaan yang telah diterim a oleh anggota syirkah lainnya.

(2) Semua pihak yang terikat dalam syirkah abdan dianggap telah menerima imbalan apabila imbalan tersebut telah diterim a oleh anggota syirkah lain.

Pasal 155

(1) Bila pemesan mensyaratkan agar salah satu pihak dalam akad kerjasama-pekerjaan melakukan sesuatu pekerjaan, maka pihak yang bersangkutan harus mengerjakannya.

(2) Pihak yang akan mengerjakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di atas, dapat melaksanakan pekerjaan setelah mendapat izin dari anggota syirkah yang lain.

(3) Pihak yang melakukan pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) di atas, berhak mendapatkan imbalan- tambahan dari pekerjaannya.

Pasal 156

(1) Pembagian keuntungan dalam akad kerjasama-pekerjaan dibolehkan berbeda dengan pertimbangan salah satu pihak lebih ahli.

Pasal 153

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 49

Page 67: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

50 BUKU II

TENTANG AKAD

(2) Apabila pembagian keuntungan yang diterima oleh para pihak tidak ditentukan dalam akad, maka keuntungan dibagikan berimbang sesuai dengan modal

Pasal 157

Kesepakatan pembagian keuntungan dalam akad kerjasama- pekerjaan didasarkan atas modal dan atau kerja.

Pasal 158

Para pihak yang melakukan akad kerjasama-pekerjaan boleh menerima uang muka.

Pasal 159

Karyawan yang bekerja dalam akad kerjasama-pekerjaan dibolehkan menerima sebagian upah sebelum pekerjaannya selesai.

Pasal 160

Penjamin dalam akad kerjasama-pekerjaan dibolehkan menerima sebagian imbalan sebelum pekerjaannya selesai.

Pasal 161

Para pihak yang tidak menjalankan pekerjaan sesuai dengan kesepakatan dalam akad kerjasama-pekerjaan, harus mengembalikan uang muka yang telah diterimanya.

Pasal 162

Hasil pekerjaan dalam transaksi kerjasama-pekerjaan yang tidak sama persis dengan spesifikasi yang telah disepakati, diselesaikan secara musyawarah.

50 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 68: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

51

Kerusakan hasil pekerjaan yang berada pada salah satu pihak yang melakukan akad kerjasama-pekerjaan bukan karena kelalaiannya, pihak yang bersangkutan tidak wajib menggantinya.

Pasal 163

Pasal 164

{1) Akad kerjasama-pekerjaan berakhir sesuai dengan kesepakatan.

(2) Akad kerjasama-pekerjaan batal apabila terdapat pihak yang melanggar kesepakatan.

Bagian Keempat

Syirkah Mufawadhah

Pasal 165

Kerjasama untuk melakukan usaha boleh dilakukan dengan jumlah modal yang sama dan keuntungan dan atau kerugian dibagi sama.

Pasal 166

Pihak dan atau para pihak yang melakukan akad kerjasama- mufawwadhah terikat dengan perbuatan hukum anggota syirkah lainnya.

Pasal 167

Perbuatan hukum yang dilakukan oleh para pihak yang melakukan akad kerjasama-mufawwadhah dapat berupa pengakuan utang, melakukan penjualan, pembelian, dan atau penyewaan.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 51

Page 69: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

52 BUKU II

TENTANG AKAD

Benda yang rusak yang telah dijual oleh salah satu pihak anggota akad kerjasama-mufawwadhah kepada pihak lain,

dapat dikembalikan oleh pihak pembeli kepada salah satu pihak anggota syirkah.

Pasal 168

Pasal 169

(1) Suatu benda yang rusak yang sudah dibeli oleh salah satu pihak anggota akad kerjasama-mufawwadhah, dapat dikembalikan oleh pihak anggota yang lain kepada pihak penjual.

(2) Pihak penjual dan atau pembeli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di atas, dapat menuntut harga barang itu dari anggota syirkah yang lain berdasarkan jaminan.

Pasal 170

Kerjasama-rnufawwadhah disyaratkan tiap anggota syirkah harus sama, baik dalam modal maupun hasil.

Pasal 171

Setiap anggota dalam akad kerjasama-mufawwadhah dilarang menambah harta dalam bentuk modal (uang tunai atau harta tunai) yang melebihi dari modal kerjasama.

Pasal 172

Apabila syarat dalam akad syirkah mufawadhah tidak terpenuhi, maka kerjasama tersebut dapat diubah berdasarkan kesepakatan para pihak menjadi syirkah al- ‘inan.

52 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 70: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

53

Pasal 173

(1) Syirkah ‘inan dapat dilakukan dalam bentuk kerjasama modal sekaligus kerjasama keahlian dan atau kerja.

(2) Pembagian keuntungan dan atau kerugian dalam kerjasama modal dan kerja ditetapkan berdasarkan kesepakatan.

Pasal 174

Dalam syirkah a l-‘inan berlaku ketentuan yang mengikat para pihak dan modal yang disertakannya.

Pasal 175

(1) Para pihak dalam syirkah a l-‘inan tidak wajib untuk menyerahkan semua uangnya sebagai sumber dana modal.

(2) Para pihak dibolehkan mempunyai harta yang terpisah dari modal syirkah a l-‘inan.

Pasal 176

Akad syirkah ‘inan dapat dilakukan pada perniagaan umum dan atau perniagaan khusus.

Pasal 177

(1) Nilai kerugian dan kerusakan yang terjadi bukan karena kelalaian para pihak dalam syirkah a l-‘inan, wajib ditanggung secara proporsional.

(2) Keuntungan yang diperoleh dalam syirkah ‘inan dibagi secara proporsional.

Bagian Kelima

Syirkah ‘inan

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 53

Page 71: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

54 BUKU II

TENTANG AKAD

Pasal 178

Perubahan bentuk kerjasama dapat dilakukan dengan syaratdisetujui oleh para pihak yang bekerjasama.

Pasal 179

(1) Pembagian keuntungan dan atau kerugian dalam kerjasama modal dinilai secara proporsional.

(2) Apabila para pihak tidak memperjanapabilan mengenai pembagian keuntungan dan kerugian, maka keuntungan dan kerugian dibagi berdasarkan keseimbangan, sedangkan mereka yang hanya menyertakan keahliannya mendapatkan bagian yang sama dengan pemodal terendah.

Bagian KeenamSyirkah Musytarakah

Pasal 180

Dalam kerjasama modal yang disertai dengan kerjasama pekerjaan, maka pekerjaan dinilai berdasarkan porsi tanggungjawab dan prestasi.

Pasal 181

Setiap pihak yang melakukan kerjasama berhak menjual harta bersama untuk mendapatkan uang tunai atau cicilan, sesuai harga pasar.

Pasal 182

Apabila salah satu pihak yang bekerjasama menggunakan modal syirkah untuk membeli benda yang sejenis dengan benda yang mereka perniagakan, maka benda itu menjadi benda syirkah.

54 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 72: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

55

(1) Apabila salah satu pihak yang bekerjasama yang telah melakukan transaksi, menunjuk orang lain untuk menjadi wakilnya agar menerima uang dan atau surat berharga lainnya dari harta yang dijual, maka pihak lain tidak dapat memecat wakil itu.

(2) Hanya pihak yang menunjuk yang berhak memecat wakil yang ditunjuknya.

(3) Pemecatan wakil oleh pihak lain yang bekerjasama dapat dilakukan apabila telah menerima pendelegasian dari pihak lain yang berhak.

Pasal 184

Tidak satu pihak pun yang boleh meminjamkan harta syirkah kepada pihak ketiga tanpa izin dari anggota syirkah lainnya.

Pasal 185

Biaya perjalanan yang dilakukan oleh salah satu pihak yang bekerjasama untuk kepentingan usaha bersama, dibebankan pada biaya syirkah.

Pasal 183

Pasal 186

Setiap pihak anggota syirkah boleh menggadaikan harta syirkah atau menerima harta gadai; mengembangkan usaha dengan barang syirkahnya ke luar negeri; dan membuat kerjasama dengan pihak ketiga, dengan izin semua pihak yang bekerjasama.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 55

Page 73: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

56 BUKU II

TENTANG AKAD

BAB VIISYIRKAH MILK

Bagian Pertama

Ketentuan Syirkah Milk

Pasal 187

Syirkah milk/hak milik bersama atas harta dengan kepemilikan penuh terjadi apabila ada dua pihak atau lebih, bergabung dalam suatu kepemilikan atas harta tertentu.

Pasal 188

Apabila terjadi kehilangan sebagian dari hak m ilik bersama atas harta dengan kepemilikan penuh, maka bagian kepemilikan dari sisa hak m ilik tersebut ditentukan berdasarkan prosentase awal masing-masing pem ilik.

Pasal 189

Hak m ilik bersama atas harta dengan kepemilikan penuh terbagi atas syirkah ikhtiyari/hak m ilik bersama secara sukarela dan syirkah ijbari/hak m ilik bersama bukan karena usaha manusia.

Pasal 190

(1) Syirkah ikhtiyari terjadi karena adanya kehendak untuk melakukan perbuatan dari para pem ilik sendiri.

(2) Syirkah i j ban' terjadi bukan karena adanya kehendak untuk melakukan perbuatan dari para pem ilik sendiri.

Pasal 191

Hak m ilik bersama melahirkan adanya tanggung jawab bersama dari para pihak.

56 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 74: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

57

Hak m ilik bersama atas harta dengan kepemilikan sempurna terdiri atas hak m ilik bersama atas harta dan hak m ilik bersama atas piutang.

Pasal 192

Bagian Kedua

Pemanfaatan Syirkah Milk

Pasal 193

Pemanfaatan syirkah m ilk dapat dilakukan sesuai dengan kesepakatan.

Pasal 194

Tidak satu pihak pun dari para pemilik syirkah m ilk dapat memaksa pihak-pihak lain untuk menjual atau membeli sahamnya.

Pasal 195

(1) Hasil yang diperoleh dari harta m ilik bersama dengan kepemilikan penuh harus dibagi di antara para pihak secara proporsional.

(2) Perubahan pembagian saham hanya dapat dilakukan sesuai dengan kesepakatan masing-masing pihak.

Pasal 196

(1) Para pem ilik harta bersama dengan kepemilikan penuh, ditinjau dari segi kepemilikan sahamnya, hanya dapat bertindak untuk dirinya sendiri.

(2) Tindakan untuk atas nama pem ilik yang lain hanya bisa terjadi setelah ada izin dari pem ilik yang lain tersebut.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 57

Page 75: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

58 BUKU II

TENTANG AKAD

Apabila satu pihak menyewakan harta m ilik bersama, maka ia wajib membayar hasil ijarah kepada pihak lainnya secara proporsional.

Pasal 197

Pasal 198

Pemanfaatan syirkah m ilk oleh salah satu pihak pem ilik hanya boleh dilakukan apabila tidak menyebabkan perubahan nilai manfaat pada hak m ilik bersama tersebut dan setelah ada izin dari pihak lainnya.

Pasal 199

(1) Salah satu pihak pemilik bersama tidak boleh mengubah peruntukan harta m ilik bersama tanpa persetujuan pem ilik lainnya.

(2) Apabila dalam keadaan memaksa untuk merubah peruntukan, sementara tidak semua pem ilik bersama dapat memberikan persetujuan, maka hakim dapat bertindak untuk atas nama pemilik yang tidak dapat memberikan persetujuan tersebut.

Pasal 200

Apabila salah satu pihak pem ilik bersama dititip i harta m ilik bersama, maka ia bertanggungjawab atas keamanan harta m ilik bersama tersebut.

Pasal 201

(1) Penjualan saham dari harta yang tidak tercampur bisa dilakukan oleh salah satu pihak pem ilik bersama tanpa adanya persetujuan pihak lainnya.

58 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 76: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

59

(2) Penjualan saham dari harta yang tercampur hanya bisa dilakukan oleh salah satu pihak dari pem ilik bersama setelah adanya persetujuan pihak-pihak lainnya.

Pasal 202

Apabila seseorang dari sejumlah ahli waris, tanpa seizin yang lainnya, mengambil dan menggunakan sejumlah uang dari harta yang belum dibagikan, maka ia harus menanggung segala kerugian akibat perbuatannya itu.

Bagian Ketiga

Hak Atas Piutang Bersama

Pasal 203

Apabila salah satu pihak atau lebih meminjamkan harta warisan yang menjadi hak m ilik bersama kepada pihak lain, maka piutang itu menjadi hak m ilik bersama.

Pasal 204

Piutang dari seorang yang meninggal merupakan hak m ilik bersama para ahli warisnya sesuai dengan bagiannya masing- masing.

Pasal 205

Utang pengganti kerugian akibat salah satu pihak merusak harta bersama, maka utang ditanggung oleh para pem ilik.

Pasal 206

(1) Apabila harta m ilik bersama dijual dan pembayarannya ditangguhkan, maka sejumlah uang yang harus dibayarkan oleh pembeli menjadi piutang bersama.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 59

Page 77: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

60 BUKU II

TENTANG AKAD

(2) Apabila harta m ilik bersama dijual dan disebutkan bagian masing-masing pem ilik, maka masing-masing pihak memiliki piutang masing-masing dari pembeli.

Pasal 207

Salah satu pem ilik piutang bersama dapat meminta dan menerima pembayaran untuk bagiannya sepdiri, secara terpisah, dari yang berutang.

Pasal 208

Pembayaran yang diterima oleh salah satu pihak dari piutang yang dim iliki bersama, menjadi hak m ilik bersama.

Pasal 209

(1) Apabila satu pihak pemilik piutang bersama membeli sesuatu dari yang berutang seharga sahamnya maka pem ilik lainnya tidak menjadi pemilik harta yang dibeli tersebut.

(2) Pemilik lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di atas dapat menuntut kerugian senilai sahamnya bila harga harta yang dibeli melebihi harga saham miliknya.

Pasal 210

Apabila salah satu pihak pem ilik piutang bersama melakukan shulh dengan yang berutang mengenai bagiannya, maka pem ilik lainnya tetap menerima bagiannya senilai sahamnya masing-masing.

Pasal 211

(1) Apabila salah satu pihak pem ilik piutang bersama menerima bagiannya dari yang berutang , dan secara tidak sengaja rusak ketika berada di tangannya, maka ia

60 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 78: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

61

tidak bertanggung jawab untuk mengganti kerugian berkaitan dengan saham pem ilik lainnya.

(2) Sisa utang yang belum dibayar oleh yang berutang adalah m ilik pem ilik lainnya.

Pasal 212

(1) Apabila salah satu pihak pem ilik piutang bersama mempekerjakan yang berutang dengan upah yang diperhitungkan dari sahamnya, maka pem ilik lainnya dapat menuntut bagiannya sesuai dengan sahamnya dari sejumlah upah yang diberikan.

(2) Sisa piutang dari yang berutang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) menjadi piutang bersama.

Pasal 213

Apabila satu pihak pem ilik piutang bersama membebaskan utang yang berutang sesuai dengan sahamnya, maka sisa utang wajib dibayar oleh pem ilik saham lainnya.

Pasal 214

?ara pihak pem ilik piutang bersama tidak boleh memperpanjang atau memperpendek tanggal pembayaran tanpa ada kesepakatan dari pihak lainnya.

Bagian Keempat

Pemisahan Hak M ilik Bersama

Pasal 215

Pemisahan hak m ilik bersama dapat dilakukan selama dapat dihitung ukurannya dengan penetapan pembagian atau pertukaran.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 61

Page 79: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

62 BUKU II

TENTANG AKAD

(1) Pemisahan dengan cara pembagian dilakukan pada harta yang sama jenisnya atau yang dapat dijumpai di pasar.

(2) Setiap pem ilik bersama dari harta-harta m ilik bersama yang sama jenisnya bisa mengambil bagiannya dengan memberitahukan pemilik lainnya.

(3) Pembagian pada ayat (2) di atas belum sempurna sampai bagian saham m ilik pemilik yang tidak ada di tempat diserahkan kepadanya.

(4) Apabila bagian pem ilik lain yang tidak ada di tempat itu rusak sebelum diserahkan kepadanya, maka bagian yang telah diterim a oleh pem ilik yang telah menerima menjadi m ilik bersama.

Pasal 217

(1) Dalam hal harta yang jenisnya tidak dapat dijumpai di pasar, maka pemisahan dilakukan dengan cara pertukaran dan bisa dilangsungkan melalui kesepakatan di antara para pihak.

(2) Untuk pertukaran yang disebutkan pada ayat (1) di atas, salah satu pihak dari para pem ilik bersama tidak berhak mengambil bagiannya bila pem ilik lainnya tidak ada di tempat atau tidak ada izin.

Pasal 218

Pemisahan dapat dilakukan berdasarkan kesepakatan atauketetapan pengadilan.

Pasal 216

6 2 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 80: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

63

Bagian Kelima Syarat-Syarat Pemisahan

Pasal 219

Pemisahan hak m ilik bersama hanya dapat dilakukan pada harta yang berwujud dengan status kepemilikan sempurna.

Pasal 220

Pemisahan harus dilakukan setelah bagian sahamnya diidentifikasi dan bisa dibedakan.

Pasal 221

Pemisahan harus dilakukan sesuai dengan saham yang dim iliki masing-masing pem ilik.

Pasal 222

Pemisahan berdasarkan kesepakatan harus dinyatakan para pem ilik baik dengan lisan, tulisan, atau isyarat.

Pasal 223

Pemisahan berdasarkan penetapan pengadilan dapat dilakukan atas adanya permohonan salah satu pihak atau para pihak.

Pasal 224

Pemisahan dapat dilakukan terhadap harta yang manfaatnya ^ak boleh hilang dengan adanya pemisahan tersebut.

'V

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 63

Page 81: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

64 BUKU II

TENTANG AKAD

Pemisahan tidak boleh merugikan pihak lainnya atau pihak- pihak yang memiliki hak manfaat atas hak m ilik bersama tersebut.

Pasal 225

Bagian Keenam

Cara Pemisahan

Pasal 226

Hak m ilik bersama yang dapat diukur dipisahkan berdasarkan ukuran.

Pasal 227

Hak m ilik bersama yang tidak dapat diukur dipisahkan berdasarkan nilainya.

Pasal 228

Apabila salah satu pihak dari pem ilik menggunakan hak m ilik bersama, maka ia wajib mengganti kerugian untuk diserahkan kepada para pem ilik lainnya sesuai dengan sahamnya, apabila penggunaan tersebut menimbulkan kerugian.

Pasal 229

Apabila salah satu pem ilik merusak hak m ilik bersama, maka ia wajib mengganti kerugian untuk diserahkan kepada para pem ilik lainnya sesuai dengan sahamnya.

Pasal 230

Apabila salah satu pihak pem ilik menerima pembayar*r piutang bersama kemudian menghilangkannya, m^' lainnya dapat menuntut ganti rugi.

64 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 82: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

65

BAB VIII

MUDHARABAH

Bagian Pertama Syarat dan Rukun Mudharabah

Pasal 231

(1) Pem ilik modal wajib menyerahkan dana dan atau barang yang berharga kepada pihak lain untuk melakukan kerjasama dalam usaha.

(2) Penerima modal menjalankan usaha dalam bidang yang disepakati.

(3) Kesepakatan bidang usaha yang akan dilakukan ditetapkan dalam akad.

Pasal 232

Rukun kerjasama dalam modal dan usaha adalah:

a. shahib al-m al/pem ilik modal;

b. mudharib/pelaku usaha; dan

c. akad.

Pasal 233

Kesepakatan bidang usaha yang akan dilakukan dapat bersifat mutlak/bebas dan muqayyad/terbatas pada bidang usaha tertentu, tempat tertentu, dan waktu tertentu.

Pasal 234

Pihak yang melakukan usaha dalam syirkah al-mudharabah harus m em iliki keterampilan yang diperlukan dalam usaha.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 65

Page 83: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

66 BUKU II

TENTANG AKAD

Pasal 235

(1) Modal harus berupa barang, uang dan atau barang yang berharga.

(2) Modal harus diserahkan kepada pelaku usaha/mudharib.(3) Jumlah modal dalam suatu akad mudharabah harus

dinyatakan dengan pasti.

Pasal 236

Pembagian keuntungan hasil usaha antara shahib al-m aldengan mudharib dinyatakan secara jelas dan pasti.

Pasal 237

Akad mudharabah yang tidak memenuhi syarat, adalah batal.

Bagian Kedua

Ketentuan Mudharabah

Pasal 238

(1) Status benda yang berada di tangan mudharib yang diterima dari shahib al-m al, adalah modal.

(2) Mudharib berkedudukan sebagai wakil shahib al-m al dalam menggunakan modal yang diterimanya.

(3) Keuntungan yang dihasilkan dalam mudharabah, menjadi m ilik bersama.

Pasal 239

(1) Mudharib berhak membeli barang dengan maksud menjualnya kembali untuk memperoleh untung.

(2) Mudharib berhak menjual dengan harga tinggi atau rendah, baik dengan tunai maupun cicilan.

66 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 84: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

67

(3) Mudharib berhak menerima pembayaran dari harga barang dengan pengalihan piutang.

(4) Mudharib tidak boleh menjual barang dalam jangka waktu yang tidak biasa dilakukan oleh para pedagang.

Pasal 240

Mudharib tidak boleh menghibahkan, menyedekahkan, dan atau meminjamkan harta kerjasama, kecuali bila mendapat izin dari pem ilik modal.

Pasal 241

(1) Mudharib berhak memberi kuasa kepada pihak lain untuk bertindak sebagai wakilnya untuk membeli dan menjual barang apabila sudah disepakati dalam akad mudharabah.

(2) Mudharib berhak mendepositokan dan menginvestasikan harta kerjasama dengan sistem syariah.

(3) Mudharib berhak menghubungi pihak lain untuk melakukan jual-beli barang sesuai dengan kesepakatan dalam akad.

Pasal 242

(1) Mudharib berhak atas keuntungan sebagai imbalan pekerjaannya yang disepakati dalam akad.

(2) Mudharib tidak berhak mendapatkan imbalan apabila usaha yang dilakukannya rugi.

Pasal 243

(1) Pem ilik modal berhak atas keuntungan berdasarkan modalnya yang disepakati dalam akad.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 67

Page 85: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

68 BUKU II

TENTANG AKAD

(2) Pem ilik modal tidak berhak mendapatkan keuntungan apabila usaha yang dilakukan oleh mudharib merugi.

Pasal 244

Mudharib tidak boleh mencampurkan kekayaanya sendiri dengan harta kerjasama dalam melakukan mudharabah, kecuali bila sudah menjadi kebiasaan di kalangan pelaku usaha.

Pasal 245

Mudharib dibolehkan mencampurkan kekayaannya sendiri dengan harta mudharabah apabila mendapat izin dari pem ilik modal dalam melakukan usaha-usaha khusus tertentu.

Pasal 246

Keuntungan hasil usaha yang menggunakan modal campuran/shahib al-m al dan mudharib, dibagi secara proporsional atau atas dasar kesepakatan semua pihak.

Pasal 247

Biaya perjalanan yang dilakukan oleh mudharib dalam rangka melaksanakan bisnis kerjasama, dibebankan pada modal dari shahib al-m al.

Pasal 248

Mudharib wajib menjaga dan melaksanakan ketentuan- ketentuan yang ditetapkan oleh pem ilik modal dalam akad.

Pasal 249

Mudharib wajib bertanggungjawab terhadap risiko kerugian dan atau kerusakan yang diakibatkan oleh usahanya yang melampaui batas yang diizinkan dan atau tidak sejalan dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditentukan dalam akad.

68 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 86: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

69

Akad mudharabah selesai apabila waktu kerjasama yangdisepakati dalam akad telah berakhir.

Pasal 251

(1) Pem ilik modal dapat mengakhiri kesepakatan apabila ada pihak yang melanggar kesepakatan dalam akad mudharabah.

(2) Pemberhentian kerjasama oleh pemilik modal diberitahukan kepada mudharib.

(3) Mudharib wajib mengembalikan modal dan keuntungan kepada pemilik modal yang menjadi hak pemilik modal dalam kerjasama mudharabah.

(4) Perselisihan antara pemilik modal dengan mudharib dapat diselesaikan dengan shulh/al-shulh dan atau melalui pengadilan.

Pasal 250

Pasal 252

Kerugian usaha dan kerusakan barang dagangan dalam kerjasama mudharabah yang terjadi bukan karena kelalaian mudharib, dibebankan pada pemilik modal.

Pasal 253

Akad mudharabah berakhir dengan sendirinya apabila pemilik modal atau mudharib meninggal dunia, atau tidak cakap melakukan perbuatan hukum.

Pasal 254

(1) Pem ilik modal berhak melakukan penagihan terhadap pihak-pihak lain berdasarkan bukti dari mudharib yang telah meningal dunia.

(2) Kerugian yang diakibatkan oleh meninggalnya mudharib, dibebankan pada pemilik modal.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 69

Page 87: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

70 BUKU II

TENTANG AKAD

BAB IX

MUZARA’AH DAN MUSAQAH

Bagian Pertama

Rukun dan Syarat M uzara'ah

Pasal 255

Rukun muzara’ah adalah :

a. pem ilik lahan;

b. penggarap;

c. lahan yang digarap; dan

d. akad.

Pasal 256

Pem ilik lahan harus menyerahkan lahan yang akan digarap kepada pihak y&ng akan menggarap.

Pasal 257

Penggarap wajib memiliki keterampilan bertani dan bersedia menggarap lahan yang diterimanya.

Pasal 258

Penggarap wajib memberikan keuntungan kepada pem ilik lahan bila pengelolaan yang dilakukannya menghasilkan keuntungan.

Pasal 259

(1) Akad muzara’ah dapat dilakukan secara mutlak dan atau terbatas.

70 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 88: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

71

(2) Jenis benih yang akan ditanam dalam muzara’ah terbatas harus dinyatakan secara pasti dalam akad, dan diketahui oleh penggarap.

(3) Penggarap bebas memilih jenis benih tanaman untuk ditanam dalam akad muzara’ah yang mutlak.

(4) Penggarap wajib memperhatikan dan mempertimbangkan kondisi lahan, keadaan cuaca, serta cara yang memungkinkan untuk mengatasinya menjelang musim tanam.

Pasal 260

Penggarap w ajib menjelaskan perkiraan hasil panen kepada pem ilik lahan dalam akad muzara’ah mutlak.

Pasal 261

Penggarap dan pem ilik lahan dapat melakukan kesepakatan mengenai pembagian hasil pertanian yang akan diterim a oleh masing-masing pihak.

Pasal 262

(1) Penyimpangan yang dilakukan penggarap dalam akad muzara’ah, dapat mengakibatkan batalnya akad itu.

(2) Seluruh hasil panen yang dilakukan oleh penggarap yang melakukan pelanggaran sebagaimana dalam ayat (1), menjadi m ilik pem ilik lahan.

(3) Dalam hal terjadi keadaan seperti pada ayat (2), pem ilik lahan dianjurkan untuk memberi imbalan atas kerja yang telah dilakukan penggarap.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 71

Page 89: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

72 BUKU II

TENTANG AKAD

(1) Penggarap berhak melanjutkan akad muzara’ah apabila tanamannya belum layak dipanen, meskipun pem ilik lahan telah meninggal dunia.

(2) Ahli waris pemilik lahan wajib melanjutkan kerjasama muzara’ah yang dilakukan oleh pihak yang meninggal, sebelum tanaman pihak penggarap bisa dipanen.

Pasal 264

(1) Hak menggarap lahan dapat dipindahkan dengan cara diwariskan bila penggarap meninggal dunia, sampai tanamannya bisa dipanen.

(2) Ahli waris penggarap berhak untuk meneruskan atau membatalkan akad muzara’ah yang dilakukan oleh pihak yang meninggal.

Pasal 263

Pasal 265

Akad muzara’ah berakhir apabila waktu yang disepakati telah berakhir.

Bagian KeduaRukun dan Syarat Musaqah

Pasal 266

Rukun musaqah adalah:

a. pihak pemasok tanaman;

b. pemelihara tanaman;

c. tanaman yang dipelihara; dan

d. akad.

72 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 90: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

73

(1) Pem ilik tanaman wajib menyerahkan tanaman kepada pihak pemelihara.

(2) Pemelihara wajib memelihara tanaman yang menjadi tanggungjawabnya.

Pasal 267

Pasal 268

Pemelihara tanaman disyaratkan memiliki keterampilan untuk melakukan pekerjaannya.

Pasal 269

Pembagian hasil dari pemeliharaan tanaman harus dinyatakan secara pasti dalam akad.

Pasal 270

Pemelihara tanaman wajib mengganti kerugian yang timbul dari pelaksanaan tugasnya apabila kerugian tersebut disebabkan oleh kelalaiannya.

BAB X

KHIYAR

Bagian Pertama Khiyar Syarth

Pasal 271

(1) Penjual dan atau pembeli dapat bersepakat untuk mempertimbangkan secara matang dalam rangka melanjutkan atau membatalkan akad jual-beli yang dilakukannya.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 73

Page 91: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

74 BUKU II

TENTANG AKAD

(2) Waktu yang diperlukan dalam ayat (1) adalah tiga hari, kecuali disepakati lain dalam akad.

Pasal 272

Apabila masa khiyar telah lewat, sedangkan para pihak yang mempunyai hak khiyar tidak menyatakan membatalkan atau melanjutkan akad jual-beli, akad jual-beli berlaku secara sempurna.

Pasal 273

(1) Hak khiyar syarth tidak dapat diwariskan.

(2) Pembeli menjadi pemilik penuh atas benda yang dijual setelah kematian penjual pada masa khiyar.

(3) Kepemilikan benda yang berada dalam rentang waktu khiyar berpindah kepada ahli waris pembeli apabila pembeli meninggal dalam masa khiyar.

Pasal 274

Pembeli wajib membayar penuh terhadap benda yangdibelinya apabila benda itu rusak ketika sudah berada ditangannya sesuai dengan harga sebelum rusak.

Bagian Kedua

Khiyar Naqdi

Pasal 275

(1) Penjual dan pembeli dapat melakukan akad dengan pembayaran yang ditangguhkan.

(2) Jual-beli sebagaimana ditetapkan pada ayat (1) batal apabila pembeli tidak membayar benda yang dibelinya pada waktu yang dijanjikan.

74 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 92: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

75

(3) Jual-beli sebagaimana ditetapkan pada ayat (1) batal apabila pembeli meninggal pada tenggang waktu khiyar sebelum melakukan pembayaran.

Bagian Ketiga

Khiyar Ru’yah

Pasal 276

(1) Pembeli berhak memeriksa contoh benda yang akan dibelinya.

(2) Pembeli berhak untuk meneruskan atau membatalkan akad jual-beli benda yang telah diperiksanya.

(3) Pembeli berhak untuk meneruskan atau membatalkan akad jual-beli apabila benda yang dibelinya tidak sesuai dengan contoh.

(4) Hak untuk memeriksa benda yang akan dibeli, dapat diwakilkan kepada pihak lain.

Pasal 277

(1) Pembeli benda yang termasuk benda tetap, dapat memeriksa seluruhnya atau sebagiannya saja.

(2) Pembeli benda bergerak yang beragam jenisnya, harus memeriksa seluruh jenis benda-benda tersebut.

Pasal 278

(1) Pembeli yang buta boleh melakukan jual-beli dengan hak ru’yah melalui media.

(2) Pemeriksaan benda yang akan dibeli oleh pembeli yang buta dapat dilakukan secara langsung atau oleh wakilnya.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 75

Page 93: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

76 BUKU II

TENTANG AKAD

(3) Pembeli yang buta kehilangan hak pilihnya apabila benda yang dibeli sudah dijelaskan sifat-sifatnya, dan telah diraba, dicium, atau dicicipi olehnya.

Bagian Keempat

Khiyar ‘Aib

Pasal 279

Benda yang diperjualbelikan harus terbebas dari ‘aib, kecuali telah dijelaskan sebelumnya.

Pasal 280

Pembeli berhak meneruskan atau membatalkan akad jual- beli yang obyeknya ‘aib tanpa penjelasan sebelumnya dari pihak penjual.

Pasal 281

(1) ‘Aib benda yang menimbulkan perselisihan antara pihak penjual dan pihak pembeli diselesaikan oleh Pengadilan.

(2) ‘Aib benda diperiksa dan ditetapkan oleh ahli dan atau lembaga yang berwenang.

(3) Penjual wajib mengembalikan uang pembelian kepada pembeli apabila obyek dagangan ‘aib karena kelalaian penjual.

(4) Pengadilan berhak menolak tuntutan pembatalan jual- beli dari pembeli apabila ‘aib benda terjadi karena kelalaian pembeli.

Pasal 282

Pengadilan berhak menetapkan status kepemilikan benda tambahan dari benda yang ‘aib yang disengketakan.

76 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari’ah

Page 94: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

77

(1) Pembeli bisa menolak seluruh benda yang dibeli secara borongan apabila terbukti beberapa diantaranya sudah ‘aib sebelum serah terima.

(2) Pembeli dibolehkan hanya membeli benda-benda yang tidak ‘aib.

Pasal 283

Pasal 284

Obyek jual-beli yang telah digunakan atau dimanfaatkansecara sempurna tidak dapat dikembalikan.

Pasal 285

(1) Penjualan benda yang ‘aibnya tidak merusak kualitas benda yang diperjualbelikan yang diketahui sebelum serah terima, adalah sah.

(2) Pembeli dalam penjualan benda yang 'aib yang dapat merusak kualitasnya, berhak untuk mengembalikan benda itu kepada penjual dan berhak memperoleh seluruh uangnya kembali.

Pasal 285

(1) Penjualan benda yang tidak dapat dimanfaatkan lagi, tidak sah.

(2) Pembeli berhak untuk mengembalikan barang sebagaimana dalam ayat (1) kepada penjual, dan berhak menerima kembali seluruh uangnya.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari’ah 77

Page 95: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

78 BUKU II

TENTANG AKAD

Bagian Kelima

Khiyar Ghabn dan Taghrib

Pasal 287

Pembeli berhak untuk meneruskan atau membatalkan akad karena penjual memberi keterangan yang salah mengenai kualitas benda yang dijualnya.

Pasal 288

(1) Pembeli dapat menuntut pihak penjual untukmenyediakan barang yang sesuai dengan keterangannya.

(2) Pembeli dapat mengajukan ke pengadilan untuk menetapkan agar pemberi keterangan palsu untuk menyediakan barang yang sesuai dengan keterangannya atau didenda.

Pasal 289

(1) Hak menuntut karena salah memberi keterangan sebagai ditetapkan pada ayat (1) Pasal 288 dapat dilanjutkan oleh ahli warisnya.

(2) Pembeli kehilangan hak pilihnya sebagaimana ditetapkan pada ayat (1) dan (2) Pasal 288, apabila ia telah memanfaatkan benda yang dibelinya secara sempurna.

Pasal 290

Penjualan benda yang didasarkan keterangan yang salah yang dilakukan dengan sengaja oleh penjual atau wakilnya, dapat dibatalkan.

Pasal 291

(1) Pembelian benda yang haram diperjualbelikan, tidak sah.

78 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 96: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

79

(2) Pembeli benda yang disertai keterangan yang salah yang dilakukan tidak sengaja, adalah sah.

(3) Pembeli dalam akad yang diatur pada ayat (2) di atas, berhak untuk membatalkan atau meneruskan akad tersebut.

Pasal 292

(1) Pihak yang merasa tertipu dalam akad jual-beli dapat membatalkan penjualan tersebut.

(2) Persengketaan antara korban penipuan dengan pelaku penipuan dapat diselesaikan dengan dam ai/al-shulh dan atau ke pengadilan.

Pasal 293

Pembeli yang menjadi korban penipuan, kehilangan hak untuk membatalkan akad jua l-b e li apabila benda yang dijadikan obyek akad telah dimanfaatkan secara sempurna.

Pasal 294

(1) , Hak untuk melakukan pembatalan akad jual-beli yangdisertai dengan penipuan, tidak dapat diwariskan.

(2) Hak untuk melakukan pembatalan akad jual-beli yang disertai dengan penipuan, berakhir apabila pihak yang tertipu telah mengubah dan atau m emodifikasi benda yang dijadikan obyek jual-b eli.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 79

Page 97: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

80 BUKU II

TENTANG AKAD

BAB XI

IJARAH

Bagian Pertama

Rukun Ijarah

Pasal 295

Rukun ijarah adalah:

a. m usta'jir/pihak yang menyewa;

b. mu’ajir/p ihak yang menyewakan;c. ma’jur/benda yang diijarahkan; dand. akad.

Pasai 296

(1) Shigat akad ijarah harus menggunakan kalim at yang jelas.

(2) Akad ijarah dapat dilakukan dengan lisan, tulisan, dan atau isyarat.

Pasal 297

Akad ijarah dapat diubah, diperpanjang, dan atau dibatalkan berdasarkan kesepakatan.

Pasal 298

(1) Akad ijarah dapat diberlakukan untuk waktu yang akan datang.

(2) Para pihak yang melakukan akad ijarah tidak boleh membatalkannya hanya karena akad itu masih belum berlaku.

80 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 98: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

81

Akad ijarah yang telah disepakati tidak dapat dibatalkan karena ada penawaran yang lebih tinggi dari pihak ketiga.

Pasal 300

(1) Apabila musta’jir menjadi pem ilik dari ma’jur, maka akad ijarah berakhir dengan sendirinya.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku juga pada ijarah jam a’i/kolektif.

Bagian Kedua

Syarat Pelaksanaan dan Penyelesaian Ijarah

Pasal 301

Untuk menyelesaikan suatu proses akad ijarah, pihak-pihak yang melakukan akad harus mempunyai kecakapan melakukan perbuatan hukum.

Pasal 302

Akad ijarah dapat dilakukan dengan tatap muka maupun jarak jauh.

Pasal 303

Mu’a jir haruslah pem ilik, wakilnya, atau pengampunya.

Pasal 304

(1) Penggunaan ma’ju r harus dicantumkan dalam akad ijarah.

(2) Apabila penggunaan ma’ju r tidak dinyatakan secara pasti dalam akad, maka ma’ju r digunakan berdasarkan aturan umum dan kebiasaan.

Pasal 299

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 81

Page 99: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

82 BUKU II

TENTANG AKAD

Apabila salah satu syarat dalam akad ijarah tidak ada, maka akad itu batal

Pasal 305

Pasal 306

(1) Uang ijarah tidak harus dibayar apabila akad ijarahnya batal.

(2) Harga ijarah yang w ajar/ujrah-al-m itsli adalah harga ijarah yang ditentukan oleh ahli yang berpengalaman dan ju jur.

Bagian Ketiga

Uang Ijarah dan Cara Pem bayarannya

Pasal 307

(1) Jasa ijarah dapat berupa uang, surat berharga, dan atau benda lain berdasarkan kesepakatan.

(2) Jasa ijarah dapat dibayar dengan atau tanpa uang muka, pembayaran didahulukan, pembayaran setelah ma’ju r selesai digunakan, atau diutang berdasarkan kesepakatan.

Pasal 308

(1) Uang muka ijarah yang sudah dibayar tidak dapat dikembalikan kecuali ditentukan lain dalam akad.

(2) Uang muka ijarah harus dikembalikan oleh mu’a jir apabila pembatalan ijarah dilakukan olehnya .

(3) Uang muka ijarah tidak harus dikembalikan oleh mu’a jir apabila pembatalan ijarah dilakukan oleh musta’jir .

82 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 100: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

83

Bagian Keempat

Penggunaan Ma’jur

Pasal 309

(1) Musta’jir dapat menggunakan ma’ju r secara bebas apabila akad ijarah dilakukan secara mutlak.

(2) Musta’jir hanya dapat menggunakan ma’ju r secara tertentu apabila akad ijarah dilakukan secara terbatas.

Pasal 310

Musta’jir dilarang menyewakan dan meminjamkan ma’jur kepada pihak lain kecuali atas izin dari pihak yang menyewakan.

Pasal 311

Uang ijarah w ajib dibayar oleh pihak musta’jir meskipun ma’ju r tidak digunakan.

Bagian Kelima

Pemeliharaan Ma’jur, Tanggungjawab Kerusakan

Pasal 312

Pemeliharaan m a'jur adalah tanggungjawab musta’jir kecuali ditentukan lain dalam akad.

Pasal 313

(1) Kerusakan ma’ju r karena kelalaian musta’jir adalah tanggung jawabnya, kecuali ditentukan lain dalam akad.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 83

Page 101: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

84 BUKU II

TENTANG AKAD

(2) Apabila ma’ju r rusak selama masa akad yang terjadi bukan karena kelalaian musta’jir , maka mu’a jir wajib menggantinya.

(3) Apabila dalam akad ijarah tidak ditetapkan mengenai pihak yang bertanggungjawab atas kerusakan ma’jur, maka hukum kebiasaan yang berlaku di kalangan mereka yang dijadikan hukum.

Pasal 314

(1) Apabila terjadi kerusakan ma’jur sebelum jasa yang diperjanjikan diterima secara penuh oleh m usta'jir, musta’jir tetap wajib membayar uang ijarah kepada mu’a jir berdasarkan tenggat waktu dan jasa yang diperoleh.

(2) Penentuan nominal uang ijarah sebagaimana tersebut pada ayat (1) dilakukan melalui musyawarah.

Bagian Keenam

Marga dan Jangka Waktu Ijarah

Pasal 315

(1) Nilai atau harga ijarah antara lain ditentukan berdasarkan satuan waktu.

(2) Satuan waktu yang dimaksud dalam ayat (1) adalah menit, jam , hari, bulan, dan atau tahun.

Pasal 316

(1) Awal waktu ijarah ditetapkan dalam akad atau atas dasar kebiasaan.

(2) Waktu ijarah dapat diubah berdasarkan kesepakatan para pihak.

84 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 102: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

85

Kelebihan waktu dalam ijarah yang dilakukan oleh musta’jir ,harus dibayar berdasarkan kesepakatan atau kebiasaan.

Bagian Ketujuh

Je n is Ma’ju r

Pasal 318

(1) Ma’ju r harus benda yang halal atau mubah.

(2) Ma’ju r harus digunakan untuk hal-hal yang dibenarkan menurut syari'at.

(3) Setiap benda yang dapat dijadikan obyek bai’ dapat dijadikan ma’jur.

Pasal 319

(1) Ijarah dapat dilakukan terhadap keseluruhan ma’jur atau sebagiannya sesuai kesepakatan.

(2) Hak-hak tambahan musta’jir yang berkaitan dengan ma’ju r ditetapkan dalam akad .

(3) Apabila hak-hak tambahan musta’jir sebagaimana dalam ayat (2) tidak ditetapkan dalam akad, maka hak- hak tambahan tersebut ditentukan berdasarkan kebiasaan.

Pasal 317

Bagian Kedelapan

Pengembalian Ma’ju r

Pasal 320

Ijarah berakhir dengan berakhirnya waktu ijarah yang ditetapkan dalam akad.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 85

Page 103: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

8 6 BUKU II

TENTANG AKAD

(1) Cara pengembalian ma’ju r dilakukan berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam akad.

(2) Bila cara pengembalian ma’jur tidak ditentukan dalam akad, maka pegembalian ma’ju r dilakukan sesuai dengan kebiasaan.

Bagian Kesembilan

Ijarah Muntahiyah bi Tamlik

Pasal 322

Rukun dan syarat dalam ijarah dapat diterapkan dalam pelaksanaan Ijarah Muntahiyah.bi Tam lik.

Pasal 323

(1) Akad Ijarah Muntahiyah bi Tam lik atas suatu benda antara mu’a jir dengan musta’jir diakhiri dengan kepindahan kepem ilikan;

(2) Pemindahan kepemilikan sebagaimana ditetapkan dalam ayat (1), dapat dilakukan dengan akad bai’ atau hibah.

Pasal 324

(1) Ijarah Muntahiyah bi Tam lik harus dinyatakan secara eksplisit dalam akad.

(2) Akad pemindahan kepemilikan hanya dapat dilakukan setelah masa Ijarah Muntahiyah bi Tam lik berakhir.

Pasal 325

Musta’jir dalam akad ijarah muntahiyah bi tam lik dilarang menyewakan dan/atau menjual ma’jur,kecuali ditetapkan lain dalam akad

Pasal 321

8 6 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 104: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

87

Harga ijarah dan pembelian objek akad ijarah muntahiyah bi tam lik ditetapkan dalam akad.

Pasal 327

(1) Pihak mu’a jir dapat melakukan penyelesaian akad ijarah melunasi pembiayaan sesuai tenggat waktu yang muntahiyah bi tam lik bagi musta’jir yang tidak mampu disepakati.

(2) Penyelesaian sebagaimana dalam ayat (1) dapat dilakukan melalui shulh/damai dan/atau pengadilan.

Pasal 328

Pengadilan dapat menentukan untuk menjual ma’jur muntahiyah bi tam lik yang tidak dapat dilunasi oleh musta’jir dengan harga pasar untuk melunasi utang musta’jir .

Pasal 326

Pasal 329

(1) Apabila harga ju a l ma’ju r dalam Ijarah Muntahiyah bi Tam lik melebihi sisa utang, maka pihak mu’a jir harus mengembalikan sisanya kepada musta’jir .

(2) Apabila harga jual ma’ju r dalam Ijarah Muntahiyah bi Tam lik lebih kecil dari sisa utang, maka sisa utang tetap wajib dibayar oleh musta’jir .

(3) Apabila musta’jir sebagaimana dalam ayat (2) tidak dapat melunasi sisa utangnya, Pengadilan dapat membebaskannya atas izin pihak muajir.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 87

Page 105: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

88 BUKU II

TENTANG AKAD

Bagian Kesepuluh

Shunduq Hifzi Ida’/Safe Deposit Box

Pasal 330

Penggunaan shunduq hifzi ida’/safe deposit box dapat dilakukan dengan akad ijarah.

Pasal 331

Penggunaan shunduq hifzi ida’ /safe deposit box berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud dalam rukun dan syarat ijarah.

Pasal 332

Benda-benda yang dapat disimpan dalam shunduq hifzi ida’ /safe deposit box adalah benda yang berharga yang tidak diharamkan dan tidak dilarang oleh negara.

Pasal 333

Besar biaya ijarah shunduq hifzi ida'/safe deposit box ditetapkan berdasarkan kesepakatan dalam akad.

Pasal 334

Hak dan kewajiban m u'ajir dan musta’jir ditentukan berdasarkan kesepakatan sepanjang tidak bertentangan dengan rukun dan syarat ijarah.

88 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 106: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

89

BAB XII

KAFALAH

Bagian Pertama

Rukun dan Syarat Kafalah

Pasal 335

(1) Rukun akad kafalah terdiri atas:

a. kafil/penjam in;

b. makful ‘anhu/pihak yang dijam in;

c. makful lahu/pihak yang berpiutang;

d. makful bihi/objek kafalah; dan

e. akad.

(2) Akad yang dimaksud pada ayat (1) harus dinyatakan para pihak baik dengan lisan, tulisan, atau isyarat.

Pasal 336

Para pihak yang melakukan akad kafalah harus memiliki kecakapan hukum.

Pasal 337

(1) Makful ‘anhu/peminjam harus dikenal oleh kafil/ penjamin dan sanggup menyerahkan jaminannya kepada kafil/penjam in.

(2) Makful lahu/pihak pemberi pinjaman harus diketahui identitasnya.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 89

Page 107: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

90 BUKU II

TENTANG AKAD

Makful bih/objek jaminan harus:

a. merupakan tanggungan peminjam baik berupa uang, benda, atau pekerjaan;

b. dapat dilaksanakan oleh penjamin;

c. merupakan piutang m engikat/lazim yang tidak mungkin hapus kecuali setelah dibayar atau dibebaskan;

d. je las nilai, jum lah, dan spesifikasinya; dan

e. tidak diharamkan.

Pasal 339

(1) Jaminan berlaku sesuai dengan syarat dan batas waktu yang disepakati.

(2) Jaminan berlaku sampai terjadinya penolakan dari pihak peminjam.

Pasal 340

Kafil/penjam in dibolehkan lebih dari satu orang.

Pasal 341

Barang yang sedang digadaikan atau berada di luar tanggung- jawab kafil/penjam in tidak dapat dijadikan makful bihi.

Pasal 338

90 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 108: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

91

Bagian Kedua

Kafalah Muthlaqah dan Muqayyadah

Pasal 342

Kafalah dapat dilakukan dengan cara muthlaqah/tidak dengan syarat atau muaqayyadah/dengan syarat.

Pasal 343

Dalam akad kafalah yang tidak terikat persyaratan, kafalah dapat segera dituntut apabila utang itu harus segera dibayar oleh debitur.

Pasal 344

Dalam akad kafalah yang terikat persyaratan, penjamin tidak dapat dituntut untuk membayar sampai syarat itu dipenuhi.

Pasal 345

Dalam hal kafalah dengan jangka waktu terbatas, tuntutan hanya dapat diajukan kepada penjamin selama jangka waktu kafalah.

Pasal 346

Penjamin tidak dapat menarik diri dari kafalah setelah akad ditetapkan kecuali dipersyaratkan lain.

Bagian Ketiga

Kafalah atas Diri dan Harta

Pasal 347

Akad kafalah terdiri atas kafalah atas diri dan kafalah atas harta

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 91

Page 109: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

92 BUKU II

TENTANG AKAD

(1) Pihak pemberi pinjaman memiliki hak memilih untuk menuntut pada penjamin atau kepada pihak peminjam.

(2) Dalam melaksanakan hak tersebut kepada salah satu pihak dari kedua pihak itu tidak berarti bahwa pihak pemebri pinjaman kehilangan hak terhadap yang lainnya.

Pasal 348

Pasal 349

Pihak-pihak yang mempunyai utang bersama berarti salingmenjamin satu sama lain, dan salah satu pihak dari merekabisa dituntut untuk membayar seluruh jumlah utang.

Pasal 350

(1) Apabila ada suatu syarat pada akad jaminan bahwa peminjam menjadi bebas dari tanggung jawabnya, maka akad itu berubah menjadi hawalah/pemindahan utang.

(2) Apabila peminjam melakukan hawalah/pemindahan utang, maka debitur lain yang dipindahkan utangnya berhak menuntut pembayaran kepada salah satu pihak dari mereka yang diinginkannya.

Pasal 351

(1) Apabila penjamin meninggal dunia, ahli warisnya berkewajiban untuk menggantikannya atau menunjuk penggantinya.

(2) Apabila ahli waris gagal dalam menghadirkan peminjam, maka harta peninggalan penjamin harus digunakan untuk membayar utang yang dijam innya.

92 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 110: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

93

(3) Apabila pemberi pinjaman meninggal dunia, maka ahli warisnya dapat menuntut sejumlah uang jaminan kepada penjamin.

Pasal 352

Apabila pihak pemberi pinjaman menangguhkan tuntutannya kepada peminjam maka ia dianggap telah pula menangguhkan tuntutannya kepada penjamin.

Pasal 353

(1) Pihak pemberi pinjaman dapat memaksa peminjam untuk membayar utang dengan segera apabila diduga yang bersangkutan akan melarikan diri dari tanggungjawabnya.

(2) Pengadilan dapat memaksa peminjam untuk mencari penjamin atas permohonan pihak pemberi pinjaman.

Pasal 354

(1) Apabila penjamin telah melunasi utang peminjam kepada pihak pemberi pinjaman, maka penjamin berhak menuntut kepada peminjam sehubungan dengan kafalahnya.

(2) Apabila penjamin seperti dimaksud ayat (1) di atas hanya mampu melunasi sebagian utang peminjam, maka ia hanya berhak menuntut sebesar utang yang telah dibayarkannya.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 93

Page 111: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

94 BUKU II

TENTANG AKAD

Bagian Keempat

Pembebasan dari Akad Kafalah

Pasal 355

Apabila penjamin telah menyerahkan barang jaminan kepada pihak pemberi pinjaman di tempat yang sah menurut hukum, maka penjamin bebas dari tanggungjawab.

Pasal 356

Apabila penjamin telah menyerahkan peminjam kep&da pihak pemberi pinjaman sesuai dengan ketentuan dalam akad atau sebelum waktu yang ditentukan, maka penjamin bebas dari tanggungjawab.

Pasal 357

(1) Penjamin dibebaskan dari tanggungjawab apabila peminjam meninggal dunia.

(2) Penjamin dibebaskan dari tanggungjawab apabila peminjam membebaskannya.

(3) Pembebasan penjamin tidak mengakibatkan pembebasan utang peminjam.

(4) Pembebasan utang bagi peminjam mengakibatkan pembebasan tanggungjawab bagi penjamin.

Pasal 358

Penjamin dibebaskan dari tanggungjawab apabila pihakpemberi pinjaman meninggal apabila peminjam adalah ahliwaris tunggal dari pihak pemberi pinjaman.

94 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 112: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

95

Apabila penjamin atau peminjam berdamai dengan pihak pemberi pinjaman mengenai sebagian dari utang, keduanya dibebaskan dari akad jaminan apabila persyaratan pembebasan dimasukkan ke dalam akad shulh mereka.

Pasal 360

Apabila penjamin memindahkan tanggung jawabnya kepada pihak lain dengan persetujuan pihak pemberi pinjaman dan peminjam, maka penjamin dibebaskan dari tanggungjawab.

Pasal 361

(1) Penjamin w ajib bertanggung jawab untuk membayar utang peminjam apabila peminjam tidak melunasi utangnya.

(2) Penjamin w ajib mengganti kerugian untuk barang yang hilang atau rusak karena kelalaiannya.

BAB XIII

HAWALAH

Bagian Pertama

Rukun dan Syarat Hawalah

Pasal 362

(1) Rukun Hawalah/pemindahan utang terdiri atas:a. muhil/peminjam;b. muhal/pemberi pinjaman;c. muhal ‘alaih/penerima hawalah;d. muhal bihi/utang; dane. akad.

Pasal 359

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 95

Page 113: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

96 BUKU II

TENTANG AKAD

(2) Akad sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e dinyatakan oleh para pihak secara lisan, tulisan, atau isyarat.

Pasal 363

Para pihak yang melakukan akad hawalah/pemindahan utangharus memiliki kecakapan hukum

Pasal 364

(1) Peminjam harus memberitahukan kepada pemberi pinjaman bahwa ia akan memindahkan utangnya kepada pihak lain.

(2) Persetujuan pemberi pinjaman mengenai rencana peminjam untuk memindahkan utang seperti yang dimaksud pada ayat (1), adalah syarat dibolehkannya akad hawalah/pemindahan utang.

(3) Akad hawalah/pemindahan utang dapat dilakukan apabila pihak penerima hawalah/pemindahan utang menyetujui keinginan peminjam pada ayat (1).

Pasal 365

(1) Hawalah/pemindahan utang tidak disyaratkan adanya utang dari penerima hawalah/pemindahan utang, kepada pemindah utang.

(2) Hawalah/pemindahan utang tidak disyaratkan adanya sesuatu yang diterima oleh pemindah utang dari pihak yang menerima hawalah/pemindahan utang sebagai hadiah atau imbalan.

96 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 114: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

97

Bagian Kedua

Akibat Hawalah

Pasal 366

(1) Pihak yang utangnya dipindahkan, wajib membayar utangnya kepada penerima hawalah.

(2) Penjamin utang yang dipindahkan, kehilangan haknya untuk menahan barang jaminan.

Pasal 367

(1) Utang pihak peminjam yang meninggal sebelum melunasi utangnya, dibayar dengan harta yang ditinggalkannya.

(2) Pembayaran utang kepada penerimahawalah/pemindahan utang harus didahulukan atas pihak-pihak pemberi pinjaman lainnya apabila harta yang ditinggalkan oleh peminjam tidak mencukupi.

Pasal 368

Akad hawalah/pemindahan utang yang bersyarat menjadi batal dan utang kembali kepada peminjam apabila syarat- syaratnya tidak terpenuhi.

Pasal 369

Peminjam wajib menjual kekayaannya apabila pembayaran utang yang dipindahkan ditetapkan dalam akad bahwa utang akan dibayar dengan dana hasil penjualan kekayaannya.

Pasal 370

Pembayaran utang yang dipindahkan dapat dinyatakan dan dilakukan dengan waktu yang pasti, dan dapat pula dilakukan tanpa waktu pembayaran yang pasti.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 97

Page 115: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

98 BUKU II

TENTANG AKAD

Pihak peminjam terbebas dari kewajiban membayar utang apabila penerima hawalah/pemindahan utang membebaskannya.

Pasal 371

Pasal 372

Apabila terjadi hawalah pada seseorang, kemudian orang yang menerima pemindahan utang tersebut meninggal dunia, maka pemindahan utang yang telah terjadi tidak dapat diwariskan.

BAB XIV

RAHN

Bagian Pertama

Rukun dan Syarat Rahn

Pasal 373

(1) Rukun akacf rahn terdiri dari: murtahin, rahin, marhun, marhun bih/utang, dan akad.

(2) Dalam akad gadai terdapat 3 (tiga) akad paralel yaitu: qardh, rahn, dan ijarah.

(3) Akad yang dimaksud dalam ayat (1) di atas harus dinyatakan oleh para pihak dengan cara lisan, tulisan, atau isyarat.

Pasal 374

Para pihak yang melakukan akad rahn harus memiliki kecakapan hukum.

98 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 116: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

99

Akad rahn sempurna apabila marhun telah diterim a oleh murtahin.

Pasal 375

Pasal 376

(1) Marhun harus bernilai dan dapat diserahterimakan.

(2) Marhun harus ada ketika akad dilakukan.

Bagian Kedua

Penambahan dan Penggantian Harta Rahn

Pasal 377

Segala sesuatu yang termasuk dalam marhun, maka turut digadaikan pula.

Pasal 378

Marhun dapat diganti dengan marhun yang lain berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.

Pasal 379

Marhun bih/utang yang dijam in dengan marhun bisa ditambah secara sah dengan jaminan marhun yang sama.

Pasal 380

Setiap tambahan dari marhun merupakan bagian dari marhun asal.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 99

Page 117: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

1 0 0 BUKU II

TENTANG AKAD

Bagian Ketiga

Pembatalan Akad Rahn

Pasal 381

Akad rahn dapat dibatalkan apabila marhun belum diterim a oleh murtahin .

Pasal 382

Murtahin dengan kehendak sendiri dapat membatalkan akadnya.

Pasal 383

(1) Rahin tidak dapat membatalkan akad rahn tanpa persetujuan dari murtahin.

(2) Rahin dan murtahin dapat membatalkan akad dengan kesepakatan^

Pasal 384

Murtahin boleh menahan marhun setelah pembatalan akad sampai marhun bih /utang yang dijam in oleh marhun itu dibayar lunas.

Bagian Keempat

Rahn Harta Pinjaman

Pasal 385

(1) Pada prinsipnya harta pinjaman tidak boleh digadaikan kecuai dengan seizin pemiliknya.

1 0 0 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 118: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

1 0 1

(2) Apabila pem ilik harta memberi izin secara mutlak, maka peminjam boleh menggadaikannya secara mutlak; dan apabila pem ilik harta memberi izin secara terbatas maka peminjam harus menggadaikannya secara terbatas.

(3) Pemilik harta yang mengizinkan hartanya dijadikan jaminan dalam rahn harus mengetahui dan memahami risikonya.

(4) Pemilik harta yang dipinjamkan dan telah digadaikan, mempunyai hak untuk meminta kepada pemberi gadai guna menebus harta gadai serta mengembalikan kepadanya.

Bagian Kelim a

Hak dan Kew ajiban dalam Rahn

Pasal 386

(1) Murtahin mempunyai hak menahan marhun sampai marhun bih/utang dibayar lunas.

(2) Apabila rahin meninggal, maka murtahin mempunyai hak istimewa dari pihak-pihak yang lain dalam mendapatkan pembayaran utang.

Pasal 387

Adanya marhun tidak menghilangkan hak murtahin untuk menuntut pembayaran utang.

Pasal 388

Rahin dapat menuntut salah satu marhun apabila ia telah membayar lunas utang yang didasarkan atas jam inan marhun tersebut.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 1 0 1

Page 119: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

1 0 2 BUKU II

TENTANG AKAD

Akad rahn tidak batal karena rahin atau murtahinmeninggal.

Pasal 390

(1) Ahli waris yang memiliki kecakapan hukum dapat menggantikan rahin yang meninggal.

(2) Perbuatan hukum ahli waris dari rahin yang tidak cakap hukum dilakukan oleh walinya

(3) Wali sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat menjual harta gadai setelah mendapat izin dari murtahin untuk melunasi utang.

Pasal 391

(1) Apabila rahin meninggal dunia dalam keadaan pailit, pinjaman tersebut tetap berada dalam status marhun.

(2) Marhun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di atas tidak boleh dijual tanpa persetujuan rahin.

(3) Apabila rahin bermaksud menjual marhun sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), marhun harus dijual meskipun tanpa persetujuan murtahin.

Pasal 392

(1) Apabila pemberi pinjaman harta yang digadaikan meninggal dunia dan utangnya lebih besar dari kekayaannya, maka rahin harus segera membayar utang/menebus marhun yang telah dipinjam dari yang meninggal.

(2) Apabila rahin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak mampu membayar utang/menebus marhun, maka harta yang dipinjamnya/marhun akan terus dalam status sebagai marhun dalam kekuasaan murtahin .

Pasal 389

1 0 2 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 120: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

103

(3) Ahli waris dari pemberi pinjaman harta yang dijadikan marhun dapat menebus harta itu dengan cara membayar utang rahin.

Pasal 393

(1) Apabila ahli waris rahin tidak melunasi utang pewaris/rahin, maka murtahin dapat menjual marhun untuk melunasi utang pewaris.

(2) Apabila hasil penjualan marhun melebihi jumlah utang rahin, maka kelebihan tersebut harus dikembalikan kepada ahli waris rahin.

(3) Apabila hasil penjualan marhun tidak cukup untuk meluhaslTtitang rahin, maka murtahin berhak menuntut pelunasan utang tersebut kepada ahli warisnya.

Pasal 394

Kepemilikan marhun beralih kepada ahli waris apabila rahinmeninggal.

Bagian Keenam

Hak Rahin dan Murtahin

Pasal 395

Rahin dan murtahin dapat melakukan kesepakatan untuk meminjamkan marhun kepada pihak ketiga.

Pasal 396

Murtahin tidak boleh memanfaatkan marhun tanpa izin rahin.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 103

Page 121: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

104 BUKU II

TENTANG AKAD

Bagian Ketujuh

Penyimpanan Marhun

Pasal 397

Murtahin dapat menyimpan sendiri marhun atau pada pihak ketiga.

Pasal 398

Kekuasaan penyimpan harta gadai sama dengan kekuasaan penerima harta gadai.

Pasal 399

Penyimpan harta gadai tidak boleh menyerahkan harta tersebut baik kepada pemberi gadai maupun kepada penerima gadai tanpa izin dari salah satu pihak.

Pasal 400

(1) Harta gadai dapat dititipkan kepada penyimpan yang lain apabila penyimpan yang pertama meninggal, dengan persetujuan pemberi dan penerima gadai.

(2) Pengadilan dapat menunjuk penyimpan harta gadai apabila pemberi dan penerima gadai tidak sepakat.

Pasal 401

Pemberi gadai bertanggung jawab atas biaya penyimpanan dan pemeliharaan harta gadai, kecuali ditentukan lain dalam akad.

104 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 122: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

105

Bagian Kedelapan

Penjualan Harta Rahn

Pasal 402

Apabila telah jatuh tempo, pemberi gadai dapat mewakilkan kepada penerima gadai atau penyimpan atau pihak ketiga untuk menjual harta gadainya.

Pasal 403

(1) Apabila jatuh tempo, penerima gadai harus memperingatkan pemberi gadai untuk segera melunasi utangnya.

(2) Apabila pemberi gadai tidak dapat melunasi utangnya maka harta gadai dijual paksa melalui lelang syariah.

(3) Hasil penjualan harta gadai digunakan untuk melunasi utang, biaya penyimpanan dan pemeliharaan yang belum dibayar serta biaya penjualan.

(4) Kelebihan hasil penjualan menjadi m ilik pemberi gadai dan kekurangannya menjadi kewajiban pemberi gadai.

Pasal 404

Apabila pemberi gadai tidak diketahui keberadaannya, maka penerima gadai boleh mengajukan kepada pengadilan agar pengadilan menetapkan bahwa penerima gadai boleh menjual harta gadai untuk melunasi utang pemberi gadai.

Pasal 405

Apabila penerima gadai tidak menyimpan dan atau memelihara harta gadai sesuai dengan akad, maka pemberi gadai dapat menuntut ganti rugi

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 105

Page 123: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

106 BUKU II

TENTANG AKAD

Apabila harta gadai rusak karena kelalaiannya, penerima gadai harus mengganti harta gadai.

Pasal 407

Apabila yang merusak harta gadai adalah pihak ketiga, maka yang bersangkutan harus menggantinya.

Pasal 408

Penyimpan harta gadai harus mengganti kerugian apabila harta gadai itu rusak karena kelalaiannya.

BAB XV

WADI’AH

Bagian Pertama

Rukun dan Syarat Wadi’ah

Pasal 409

(1) Rukun wadi’ah terdiri atas:a. muwaddi’ /penitip;b. mustauda’ /penerima titipanc. obyek wadi’ah/harta titipan; dand. akad.

(2) Akad dapat dinyatakan dengan lisan, tulisan, atau isyarat.

Pasal 410

Para pihak yang melakukan akad wadi’ah harus memiliki kecakapan hukum

Pasal 406

106 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 124: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

107

Obyek w adi’ah harus dapat dikuasai dan diserahterimakan.

Pasal 412

Muwaddi’ dan mustaudi’ dapat membatalkan akad wadi'ahsesuai kesepakatan.

Bagian Kedua

Macam Akad Wadi’ah

Pasal 413

(1) Akad wadi’ah terdiri atas akad wadi’ah amanah dan akad wadi’ah dhamanah.

(2) Dalam akad wadi’ah amanah, mustaudi’ tidak dapat menggunakan obyek wadi’ah, kecuali atas izin muwaddi’ .

(3) Dalam akad wadi’ah dhamanah, mustaudi’ dapat menggunakan obyek wadi’ah tanpa seizin muwaddi’.

Pasal 414

(1) Mustaudi’ dalam akad wadi’ah dhamanah dapat memberikan imbalan kepada muwaddi’ atas dasar sukarela.

(2) Imbalan yang diberikan sebagaimana pada ayat (1) tidak boleh dipersyaratkan di awal akad.

Bagian Ketiga

Penyimpanan dan Pemeliharaan Obyek Wadi’ah

Pasal 415

Mustaudi’ boleh meminta pihak lain yang dipercaya untukmenyimpan obyek wadi’ah.

Pasal 411

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 107

Page 125: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

108 BUKU II

TENTANG AKAD

Mustaudi’ harus menyimpan obyek wadi’ah di tempat yang layak dan pantas.

Pasal 416

Pasal 417

Apabila mustaudi’ terdiri atas beberapa pihak, dan obyek wadi’ah tidak dapat dibagi-bagi, maka salah satu pihak dari mereka dapat menyimpannya sendiri setelah ada persetujuan dari pihak yang lain, atau mereka menyimpannya secara bergiliran.

Pasal 418

(1) Apabila obyek wadi’ah dapat dipisah-pisah, maka masing-masing muwaddi’ dapat membagi-bagi obyek wadi’ah sama besarnya, sehingga setiap pihak menyimpan bagiannya.

(2) Setiap pihak yang menyimpan bagian dari obyek wadi’ah sebagaimana dalam ayat (1), dilarang menyerahkan bagian yang menjadi tanggung-jawabnya kepada pihak lain tanpa izin dari muwaddi’ .

Pasal 419

(1) Apabila muwaddi’ tidak diketahui keberadaannya, mustaudi’ tetap harus menyimpan obyek wadi’ah sampai diketahui dan/atau dibuktikan bahwa muwaddi’ telah tiada.

(2) Mustaudi’ dibolehkan memindahtangankan obyek wadi’ah sebagaimana dalam ayat (1) setelah mendapat persetujuan dari pengadilan.

1 0 8 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 126: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

109

(1) Apabila obyek wadi’ah termasuk harta yang rusak bila disimpan lama, maka mustaudi' berhak menjualnya, serta hasil penjualannya disimpan berdasarkan amanah.

(2) Apabila harta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dijual dan rusak, maka mustaudi' tidak wajib mengganti kerugian.

Pasal 420

Pasal 421

(1) Apabila obyek wadi’ah memerlukan biaya perawatan dan pemeliharaan, maka muwaddi’ harus bertanggung jawab atas biaya tersebut.

(2) Apabila muwaddi’ tidak diketahui keberadaannya, maka mustaudi’ dapat memohon ke pengadilan untuk menetapkan penyelesaian terbaik guna kepentingan muwaddi’ .

Pasal 422

(1) Mustaudi’ dilarang mencampurkan obyek wadi’ah dengan harta lainnya yang sejenis sehingga tidak bisa dibedakan tanpa seizin muwaddi’ .

(2) Apabila obyek wadi’ah bercampur dengan arta lain tanpa sengaja, sehingga tidak dapat dibedakan antara satu dengan yang lainnya, maka akibat percampuran tersebut bukan tanggung jawab mustaudi’ .

Pasal 423

Mustaudi’ tidak boleh mengalihkan obyek wadi’ah kepadapihak lain tanpa seizin muwaddi’ .

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 109

Page 127: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

110 BUKU II

TENTANG AKAD

Bagian Keempat

Pengembalian Obyek Wadi’ah

Pasal 424

(1) Muwaddi’ dapat mengambil kembali obyek wadi’ah sesuai ketentuan dalam akad.

(2) Setiap biaya yang berkaitan dengan pengembalian obyek wadi’ah menjadi tanggung jawab muwaddi’ .

Pasal 425

(1) Apabila mustaudi’ meninggal dunia, maka ahli waris harus mengembalikan obyek wadi’ah.

(2) Mustaudi’ tidak bertanggung jawab atas kerusakan dan/atau kehilangan obyek wadi’ah yang terjadi sebelum diserahkan kepada muwaddi’ dan bukan karena kelalaiannya.

Pasal 426

Segala sesuatu yang dihasilkan oleh obyek wadi'ah menjadi m ilik muwaddi’ .

Pasal 427

(1) Apabila muwaddi’ tidak diketahui lagi keberadaannya, mustaudi’ harus menyerahkan obyek wadi’ah kepada keluarga muwaddi’ , setelah mendapat penetapan dari pengadilan.

(2) Apabila mustaudi’ memberikan obyek wadi’ah tanpa penetapan pengadilan, maka ia harus menanggung kerugian akibat perbuatannya itu.

n o BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 128: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

111

(1) Apabila mustaudi’ meninggal dunia damsebagian harta peninggalannya merupakan obyek wadi’ah, maka ahli warisnya wajib mengembalikan harta tersebut kepada muwaddi’ .

(2) Apabila obyek wadi’ah hilang bukan karena kelalaian ahli waris, maka mereka tidak harus menggantinya.

Pasal 429

Apabila muwaddi' meninggal, maka obyek wadi’ah harusdiserahkan kepada ahli warisnya.

BAB XVI

GASHB DAN ITLAF

Bagian Pertama

Rukun dan Syarat Gashb

Pasal 430

Rukun gashb/perampasan terdiri atas:

a. pelaku gashb/perampasan;

b. korban perampasan;

c. harta rampasan; dan

d. perbuatan perampasan.

Pasal 431

(1) Menghalang-halangi pihak atau pihak-pihak untuk menggunakan kekayaannya termasuk perampasan.

(2) Mengingkari keberadaan wadi’ah bih termasuk perampasan.

Pasal 428

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 111

Page 129: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

112 BUKU II

TENTANG AKAD

(1) Pelaku perampasan diharuskan mengembalikan harta yang dirampasnya apabila harta itu masih ada dalam kekuasaannya.

(2) Segala biaya yang berhubungan dengan transportasi yang berkaitan dengan penyerahan harta rampasan adalah tanggungjawab pelaku perampasan

Pasal 433

(1) Pelaku perampasan wajib memperbaiki dan atau mengganti kerusakan harta yang telah dirampasnya.

(2) Pelaku perampasan wajib mengganti harta yang telah dirampasnya Apabila harta tersebut telah hilang atau telah dipindahtangankan.

(3) Penggantian harta dapat dilakukan dengan harta yang sama a|au dengan nilai harganya.

Pasal 434

Pelaku perampasan telah terbebas dari tanggungjawab penggantian bila ia telah menyerahkan kembali harta yang telah dirampasnya kepada pemiliknya.

Pasal 435

Perampasan dianggap tidak terjadi Apabila pelaku perampasan mengembalikan harta yang dirampasnya kepada korban perampasan sebelum korban perampasan mengetahui bahwa hartanya telah dirampas.

Pasal 432

1 1 2 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 130: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

113

Pelaku perampasan berhak mengadu ke pengadilan apabila korban perampasan menolak untuk menerima harta yang telah dirampasnya.

Pasal 436

Pasal 437

Pelaku perampasan harus mengembalikan harta yang dirampasnya kepada korban perampasan atau kepada wali yang mengampu orang yang hartanya dirampas.

Pasal 438

Korban peram pasan berhak m em inta penggantian harta yang se je n is atau m em inta ganti uang yang sen ila i dengan benda yang d iram pas, kepada pelaku peram pasan apabila harta yang d iram pas yan g akan d ikem balikan telah d im o difikasi atau telah berkurang ku a litasn ya .

Pasal 439

Pelaku perampasan wajib membayar harga penyusutan nilai dari harta yang dirampasnya apabila penyusutan nilai terjadi karena perbuatannya.

Pasal 440

Setiap pertambahan nilai dari harta rampasan menjadi m ilik korban perampasan.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 113

Page 131: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

114 BUKU II

TENTANG AKAD

Bagian Kedua

Perampasan Benda Tetap

Pasal 441

Pelaku perampasan benda tetap w ajib mengembalikan benda itu kepada pemiliknya tanpa penambahan atau pengurangan.

Pasal 442

Pelaku perampasan w ajib membongkar bangunan dan atau menebang tanaman yang dilakukannya di atas tanah yang dirampasnya atau mengeluarkan dana untuk biaya penebangan dan pembongkaran, apabila tanah rampasan akan dikembalikan kepada pemiliknya.

Pasal 443

Pelaku perampasan dapat menghibahkan bangunan dan tanamannya kepada pemilik apabila pem ilik tanah yang dirampas menerimanya.

Bagian Ketiga

Merampas Harta Hasil Rampasan

Pasal 444

Merampas harta hasil rampasan dari pelaku perampasan adalah merampas juga.

Pasal 445

Pelaku perampasan kedua yang mengembalikan harta rampasan kepada pelaku perampasan pertama, terbebas dari tanggungjawab.

114 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 132: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

115

Bagian Keempat

Perusakan Harta Secara Langsung

Pasal 446

(1) Pihak yang melakukan perusakan harta orang lain, wajib mengganti kerugian.

(2) Pem ilik berhak menuntut ganti rugi kepada perusak harta m iliknya walaupun harta tersebut ketika dirusak berada di bawah kekuasaan orang lain.

Pasal 447

(1) Barang siapa yang merusak harta m ilik orang lain, maka ia harus mengganti kerugian walaupun tidak sengaja.

(2) Apabila perusakan yang dimaksud dalam ayat (1), merusak keseluruhannya, maka ia harus mengganti seluruh harga harta itu.

(3) Apabila perusakan yang dimaksud dalam ayat (1), tidak merusak keseluruhannya, maka ia harus mengganti senilai yang dirusaknya.

Pasal 448

Seseorang yang melakukan sesuatu yang mengakibatkanpenyusutan nilai harta m ilik orang lain, maka ia harusmengganti kerugian.

Pasal 449

(1) Orang yang merusak sebuah bangunan atas perintah yang berwajib demi kepentingan umum, tidak wajib membayar ganti rugi.

(2) Orang yang merusak sebuah bangunan atas inisiatifnya sendiri meskipun demi kepentingan umum, wajib membayar ganti rugi.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 115

Page 133: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

116 BUKU II

TENTANG AKAD

Bagian Kelim a

Perusakan Harta secara Tidak Langsung

Pasal 450

(1) Perusakan dapat terjadi dengan perbuatan langsung dan perbuatan tidak langsung; serta dilakukan secara sengaja dan tidak sengaja.

(2) Perusak tidak langsung yang dilakukan secara sengaja, w ajib membayar ganti rugi.

(3) Perusak tidak langsung yang terjadi karenakelalaiannya, w ajib membayar ganti rugi.

(4) Ganti rugi perusakan tidak langsung dapat dilakukan secara langsung, melalui mediator, dan atau pengadilan.

Pasal 451

(1) Pihak-pihak penyebab langsung atas kerusakan atau penyusutan nilai suatu harta, harus bertanggungjawab.

(2) Hakim berhak memutuskan tentang pelaku yang harus bertanggungjawab apabila terdapat dua sebab yang tidak langsung yang mengakibatkan kerusakan atau penyusutan nilai suatu harta.

BAB XVII WAKALAH

Bagian Pertama

Rukun dan Macam W akalah

Pasal 452

(1) Rukun wakalah terdiri atas :a. wakil;b. muwakkil;c. akad.

1 1 6 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 134: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

117

(2) Akad pemberian kuasa terjadi apabila ada ijab dan kabul.

(3) Penerimaan diri sebagai penerima kuasa bisa dilakukan dengan lisan, tertulis, isyarat, dan atau perbuatan.

(4) Akad pemberian kuasa batal apabila pihak penerima kuasa menolak untuk menjadi penerima kuasa.

Pasal 453

Izin dan persetujuan sama dengan pemberian kuasa untuk bertindak sebagai penerima kuasa.

Pasal 454

Persetujuan yang terjadi kemudian, hukumnya sama dengan hukum pemberian kuasa yang terdahulu untuk bertindak sebagai penerima kuasa.

Pasal 455

(1) Suruhan tidak sama dengan pemberian kuasa

(2) Suatu perintah dapat bersifat pemberian kuasa, dan atau bersifat suruhan.

Pasal 456

Transaksi pemberian kuasa dapat dilakukan dengan mutlak dan atau terbatas.

Bagian Kedua Syarat Wakalah

Pasal 457

(1) Orang yang menjadi penerima kuasa harus cakap bertindak hukum.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 117

Page 135: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

118 BUKU II

TENTANG AKAD

(2) Orang yang belum cakap melakukan perbuatan hukum tidak berhak mengangkat penerima kuasa.

(3) Seorang anak yang telah cakap melakukan perbuatan hukum yang berada dalam pengampuan, tidak boleh mengangkat penerima kuasa untuk melakukan perbuatan yang merugikannya.

(4) Seorang anak yang telah cakap melakukan perbuatan hukum yang berada dalam pengampuan, boleh mengangkat penerima kuasa untuk melakukan perbuatan yang menguntungkannya.

(5) Seorang anak yang telah cakap melakukan perbuatan hukum yang berada dalam pengampuan, boleh mengangkat penerima kuasa untuk melakukan perbuatan yang mungkin untung dan mungkin rugi dengan seizin walinya.

Pasal 458

(1) Seorang penerima kuasa harus sehat akal pikirannya dan mempunyai pemahaman yang sempurna serta cakap melakukan perbuatan hukum, meski tidak perlu harus sudah dewasa.

(2) Seorang anak yang sudah mempunyai pemahaman yang sempurna serta cakap melakukan perbuatan hukum sah m enjadi seorang penerima kuasa.

(3) Seorang anak penerima kuasa seperti disebut pada ayat (2) di atas, tidak m em iliki hak dan kewajiban dalam transaksi yang dilakukannya.

(4) Hak dan kewajiban dalam transaksi seperti disebut pada ayat (3) di atas dim iliki oleh pemberi kuasa.

1 1 8 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 136: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

119

Seseorang dan atau badan usaha berhak menunjuk pihak lain sebagai penerima kuasanya untuk melaksanakan suatu tindakan yang dapat dilakukannya sendiri, memenuhi suatu kewajiban, dan atau untuk mendapatkan suatu hak dalam kaitannya dengan suatu transaksi yang menjadi hak dan tanggungjawabnya.

Pasal 459

Bagian KetigaKetentuan Umum tentang Wakalah

Pasal 460

(1) Suatu transaksi yang dilakukan oleh seorang penerima kuasa dalam hal hibah, pinjaman, gadai, titipan, peminjaman, kerjasama, dan kerjasama dalam modal/usaha, harus disandarkan kepada kehendak pemberi kuasa.

(2) Apabila transaksi tersebut seperti disebut pada ayat (1) di atas tidak merujuk untuk diatasnamakan kepada pemberi kuasa, maka transaksi itu tidak sah.

Pasal 461

Transaksi pemberian kuasa sah apabila kekuasaannya dilaksanakan oleh penerima kuasa dan hasilnya diteruskan kepada pemberi kuasa.

Pasal 462

Hak dan kewajiban di dalam transaksi pemberian kuasa dikembalikan kepada pihak pemberi kuasa.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 119

Page 137: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

120 BUKU II

TENTANG AKAD

Barang yang diterima pihak penerima kuasa dalam kedudukannya sebagai penerima kuasa penjualan,pembelian, pembayaran, atau penerimaan pembayaran utang atau barang tertentu, maka dianggap menjadi barang titipan.

Pasal 464

(1) Apabila seorang atau badan usaha yang berutang mengirim sejumlah uang sebagai pembayaran utangnya melalui penerima kuasa kepada yang berpiutang dan uang itu hilang ketika ada di tangan penerima kuasanya sebelum diterima oleh yang berpiutang, maka yang berutang itu harus bertanggung jawab mengganti kerugian.

(2) Bila penerima kuasa berasal dari pihak yang berpiutang, maka yang berpiutang harus bertanggung jawab mengganti kerugian.

Pasal 465

Apabila seseorang atau badan usaha menunjuk dua orang secara bersamaan untuk menjadi penerima kuasanya, maka tidak cukup satu orang saja yang bertindak sebagai penerima kuasa.

Pasal 463

Pasal 466

(1) Pihak yang telah ditunjuk sebagai penerima kuasa untuk suatu masalah tertentu, tidak berhak menunjuk yang lain sebagai penerima kuasa tanpa izin yang memberikan kuasa.

(2) Pihak yang ditunjuk oleh penerima kuasa pada ayat (1) akan menjadi penerima kuasa dari yang memberikan kuasa.

1 2 0 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 138: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

121

Penerima kuasa yang diberi kuasa untuk melakukanperbuatan hukum secara mutlak, maka ia bisa melakukanperbuatan hukum secara mutlak.

Pasal 468

Penerima kuasa yang diberi kuasa untuk melakukanperbuatan hukum secara terbatas, maka ia hanya bisamelakukan perbuatan hukum secara terbatas.

Pasal 469

(1) Apabila disyaratkan upah bagi penerima kuasa dalam transaksi pemberian kuasa , maka penerima kuasa berhak atas upahnya setelah memenuhi tugasnya.

(2) Apabila pembayaran upah tidak disyaratkan dalam transaksi, dan penerima kuasa itu bukan pihak yang bekerja untuk mendapat upah, maka pelayanannya itu bersifat kebaikan saja dan ia tidak berhak meminta pembayaran.

Pasal 467

Bagian Keempat

Pem berian kuasa Untuk Pembelian

Pasal 470

(1) Sesuatu yang dikuasakan kepada penerima kuasa harus diketahui dengan jelas agar bisa dilaksanakan.

(2) Pemberi kuasa harus menyatakan jenis barang yang harus dibeli.

(3) Apabila jenis barang itu sangat bervariasi, maka pemberi kuasa harus menyebutkan variannya.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 1 2 1

Page 139: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

122 BUKU II

TENTANG AKAD

(4) Apabila syarat yang terdapat dalam ayat (1), (2), dan(3) tidak terpenuhi, maka transaksi pemberian kuasa tidak sah.

Pasal 471

(1) Apabila penerima kuasa menyalahi akad, maka pemberi kuasa berhak menolak atau menerima perbuatan tersebut.

(2) Meskipun barang yang dibeli seperti disebutkan pada ayat (1) itu menguntungkan pemberi kuasa, penerima kuasa dianggap telah membeli barang untuk dirinya sendiri

Pasal 472

Apabila harga suatu barang tidak disebutkan dalam akad, maka pihak yang ditunjuk sebagai penerima kuasa bisa membeli barang itu dengan harga pasar, atau pada suatu harga yang sedikit perbedaannya dari harga pasar.

Pasal 473

(1) Apabila harga suatu barang tidak disebutkan dalam akad, maka pihak yang ditunjuk sebagai penerima kuasa bisa membeli barang itu dengan harga pasar, atau pada suatu harga yang sedikit perbedaannya dari harga pasar.

(2) Apabila nilai dan harga barang telah ditentukan dalam akad, maka barang itu tidak boleh dibeli bila tidak sesuai dengan harga yang telah ditentukan

(3) Apabila penerima kuasa membeli sesuatu dengan hargayang sangat jauh berbeda dengan harga yang wajar, maka pemberi kuasa tidak terikat oleh pembelian itu.

1 2 2 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 140: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

123

Apabila pihak yang ditunjuk sebagai penerima kuasa pembelian membeli suatu barang dengan caramenukarkannya dengan barang lain, maka transaksi pemberian kuasa itu berlaku untuk musim tersebut.

Pasal 475

Apabila satu pihak menunjuk pihak lain sebagai penerima kuasa untuk membeli suatu barang tertentu tidak boleh membeli barang itu untuk dirinya sendiri.

Pasal 476

(1) Apabila setelah membeli barang itu penerima kuasa mengatakan bahwa ia telah membeli barang itu untuk dirinya sendiri, barang itu tetap menjadi m ilik pemberi kuasa.

(2) Apabila penerima kuasa membeli barang dengan harga lebih tinggi dari harga yang telah ditetapkan oleh pemberi kuasa, atau membelinya dengan harga yang tidak w ajar, maka barang itu jad i m ilik penerima kuasa.

(3) Barang yang dibeli oleh penerima kuasa menjadi m iliknya apabila telah mendapat izin dari pemberi kuasa untuk membeli barang atas nama penerima kuasa.

Pasal 477

Apabila penerima kuasa menyatakan bahwa ia akan membeli barang untuk dirinya di hadapan pemberi kuasa, maka barang itu menjadi m iliknya.

Pasal 478

Apabila dua pihak secara terpisah menunjuk pihak yang sama sebagai penerima kuasanya untuk membeli sesuatu barang, maka barang itu akan menjadi m ilik pihak pemberi kuasa.

Pasal 474

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 123

Page 141: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

124 BUKU II

TENTANG AKAD

Pihak penerima kuasa yang ditunjuk untuk melakukan pembelian suatu barang tidak boleh menjual barang miliknya sendiri kepada pemberi kuasa.

Pasal 480

Apabila penerima kuasa khawatir akan terjadi kerusakan pada barang yang dibelinya sebelum diserahkan kepada pemberi kuasa, maka ia sendiri berhak mengembalikan barang tersebut kepada penjual.

Pasal 481

(1) Pembelian benda yang ‘aib karena kekeliruan yang diakukan oleh penerima kuasa dapat dibatalkan.

(2) Penerima kuasa dalam ayat (1) dapat membatalkan jual beli setelah mendapat izin dari pemberi kuasa.

Pasal 482

Penerima kuasa tidak berhak mengembalikan barang yang ‘aib karena kekeliruan kepada pihak penjual kecuali setelah mendapat izin dari pihak pemberi kuasa pembelian.

Pasal 483

(1) Apabila pihak penerima kuasa membeli suatu barang untuk dibayar pada waktu yang akan datang, penerima kuasa tidak berhak meminta pembayaran tunai kepada pemberi kuasa.

(2) Apabila penerima kuasa itu membeli dengan pembayaran tunai saat itu juga, dan penjual kemudian menangguhkan tanggal pembayaran, maka penerima kuasa itu berhak menuntut pembayaran tunai dari pemberi kuasanya.

Pasal 479

124 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 142: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

125

(1) Apabila penerima kuasa untuk pembelian membayar harga dari uangnya sendiri lalu mengambil barang yang dibelinya, maka ia bisa menuntut hak pertanggungannya kepada pemberi kuasa.

(2) Seorang penerima kuasa yang disebut pada ayat (1) di atas bisa mendapat ganti uang yang telah dibayarkannya, atau melakukan hak penahanan atas barang itu sampai pemberi kuasa membayarnya.

Pasal 485

(1) Apabila barang yang dibeli oleh penerima kuasa secara tak sengaja rusak atau hilang tatkala masih berada di tangannya, maka ganti rugi dibayar oleh pemberi kuasa dan tidak boleh ada potongan harga.

(2) Apabila penerima kuasa melakukan hak penahanan atas barang untuk mendapatkan pembayaran, namun barang tersebut rusak atau hilang karena kelalaiannya, maka penerima kuasa harus mengganti kerugian.

Pasal 486

Pihak penerima kuasa pembelian tidak boleh menghapuskan suatu transaksi jual-beli tanpa izin dari pemberi kuasa.

Bagian Kelim a

Pem berian kuasa Untuk Penjualan

Pasal 487

Pihak penerima kuasa yang telah diberi kekuasaan penuh untuk melaksanakan suatu proses transaksi jual-beli berhak menjual harta m ilik pemberi kuasa dengan harga yang wajar.

Pasal 484

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 125

Page 143: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

126 BUKU II

TENTANG AKAD

(1) Apabila pemberi kuasa telah menentukan harga, maka penerima kuasa itu tidak boleh menjual lebih rendah dari harga yang telah ditentukan.

(2) Apabila penerima kuasa menjual dengan harga yang lebih rendah, maka transaksi tersebut dihentikan sementara (mauquf) atau tergantung pada izin pemberi kuasa.

(3) Pemberi kuasa berhak menuntut ganti rugi kepada penerima kuasa yang menjual barang dengan harga yang lebih rendah dari harga pasar atau lebih rendah dari harga yang disepakati dalam akad tanpa izin.

Pasal 489

Penerima kuasa tidak boleh membeli barangnya sendiri untuk dan atas nama pemberi kuasa kecuali atas izin pemberi kuasa.

Pasal 488

Pasal 490

(1) Penerima kuasa dibolehkan menjual secara mutlak apabila kuasa penjualan bersipat mutlak.

(2) Penerima kuasa dibolehkan menjual secara terbatas apabila kuasa penjualan bersipat terbatas.

Pasal 491

(1) Apabila dalam kuasa penjualan dinyatakan secaramutlak, maka penerima kuasa boleh menjual harta secara tunai atau cicilan.

(2) Apabila dalam kuasa penjualan dinyatakan bahwapenjualan barang harus dilakukan secara tunai, maka penerima kuasa hanya boleh menjualnya secara tunai.

126 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 144: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

127

Apabila dalam kuasa penjualan dinyatakan bahwa penerima kuasa hanya boleh menjual harta secara keseluruhan, maka penerima kuasa tidak boleh menjual sebagiannya saja kecuali setelah mendapat izin dari pemberi kuasa.

Pasal 493

Penerima kuasa berhak menuntut jaminan dari pembeli benda yang pembayarannya d icicil meskipun tanpa izin dari pemberi kuasa.

Pasal 492

Pasal 494

Penerima kuasa boleh menjual harta jaminan dari pembayaran cicilan yang macet setelah mendapat izin dari pemberi kuasa.

Pasal 495

Penerima kuasa tidak bertanggung jawab atas pembiayaan yang macet yang terjadi bukan karena kelalaiannya.

Pasal 496

Pemberi kuasa dibolehkan menerima pembayaran secara langsung dari benda yang dijual oleh penerima kuasa dengan sepengetahuan penerima kuasa.

Pasal 497

(1) Penerima kuasa penjualan berhak menerima imbalan dari prestasinya berdasarkan kesepakatan dalam akad.

(2) Apabila dalam akad tidak ditentukan mengenai imbalan bagi penerima kuasa, maka penerima kuasa tidak berhak menuntut imbalan.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 127

Page 145: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

128 BUKU II

TENTANG AKAD

(3) Pihak penerima kuasa secara profesional berhak mendapatkan imbalan berdasarkan peraturan perundang-undangan dan kesepakatan.

Pasal 498

(1) Apabila seseorang memberi kuasa kepada orang lain untuk membayarkan sejumlah uang kepada pihak ketiga, atau kepada negara, dan orang ini membayarkan uang yang diambil dari hartanya sendiri, maka ia boleh melaksanakan pertanggungan itu kepada orang yang memberi kuasa , baik pertanggungan itu disyaratkan atau tidak.

(2) Pelaksanaan tersebut berlaku baik ia menggunakan ungkapan yang menunjukkan pertanggungan, atau tidak.

Pasal 499

(1) Apabila seseorang memberi kuasa kepada pihak lain untuk membayar utangnya, maka ia hanya dapat membayar sesuai dengan apa yang diperintahkan.

(2) Apabila seseorang yang telah mendapat kuasa untuk membayar utangnya, lalu menjual kekayaan miliknya kepada yang berpiutang, dan selanjutnya ia membayar utang orang itu dengan hasil penjualan tersebut, maka penerima kuasa yang membayar utang itu berhak mendapat ganti sejumlah itu dari pemberi kuasa.

(3) Apabila penerima kuasa menjual kekayaan pemberi kuasa kepada pihak ketiga yang berpiutang dengan pemberi kuasa, yang nilainya lebih kecil dari nilai penjualan, maka penerima kuasa tidak boleh menerima pembayaran barang yang sudah dikurangi dengan pembayaran utang pemberi kuasa.

128 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 146: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

129

Apabila seseorang memerintah orang lain untuk menanggung pembiayaan dirinya, atau keluarganya, maka orang tersebut berhak mendapat ganti sejumlah uang yang pantas dari orang yang memberi perintah, baik penggantian sejumlah uang tersebut disyaratkan ataupun tidak.

Pasal 501

(1) Apabila seseorang memerintahkan orang lain agar meminjamkan sejumlah uang, atau memberi hibah kepada orang ketiga, dan orang tersebut mengerjakan perintah itu, maka ia berhak mendapat ganti sejumlah uang dari orang yang telah memberi perintah.

(2) Apabila orang yang memberi perintah itu tidak membuat persyaratan semacam pertanggungan dengan mengatakan bahwa ia akan menggantinya dengan uang, atau bahwa orang yang membayarkan uangnya, bisa kemudian mendapat ganti dari dia, tetapi ia hanya memerintahkan untuk membayar, maka orang yang membayar tadi tak mempunyai pertanggungan terhadap orang pemberi perintah.

Pasal 502

Suatu perintah yang diberikan oleh orang tertentu, hanya berlaku untuk barang m ilik orang itu saja.

Pasal 503

Apabila seseorang memerintahkan orang lain untuk membayar utangnya dengan menyebut jumlahnya yang harus dibayar dari harta orang yang diperintah dan orang ini berjanji akan melakukan hal itu, tapi nyatanya gagal membayar utang itu, maka orang itu tidak bisa dipaksa untuk membayar utang itu hanya karena ia telah berjanji untuk melakukan hal itu.

Pasal 500

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 129

Page 147: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

130 BUKU II

TENTANG AKAD

(1) Apabila orang yang diperintah untuk itu ternyata mempunyai utang kepada orang yang memerintah, atau ia menyimpan uang yang dititipkan oleh pemberi perintah untuk pengamanan, kemudian ia diperintah untuk membayar utang yang memerintah, maka ia dipaksa untuk membayar utangnya.

(2) Apabila orang yang memberi perintah itu, meminta agar barang tertentu m ilik orang yang memerintah dijual dan utangnya dibayar dari hasil penjualan barangnya itu, maka orang yang diperintah itu tidak wajib untuk menjual dan membayar utangnya tersebut, Apabila ia seorang penerima kuasa yang tidak diupah.

(3) Apabila seseorang penerima kuasa yang diupah, maka ia wajib untuk menjual hartanya dan membayar utangnya dari hasil penjualan tersebut.

Pasal 505

Apabila seseorang memberi sejumlah uang kepada orang lain dengan memerintahkan agar ia membayarkan uang itu kepada seseorang yang meminjaminya, maka orang lain yang berpiutang kepada orang yang memberi perintah itu tidak m emiliki hak menuntut bagian dari uang itu dan orang yang diperintah hanya boleh memberikan uang itu kepada yang berpiutang yang disebut dalam perintah itu.

Pasal 506

Apabila seseorang memberikan sejumlah uang kepada orang lain dengan perintah untuk dibayarkan pada utang dari orang ketiga, dan kemudian diketahui bahwa pemilik uang itu telah meninggal sebelum uang itu diserahkan kepada yang berpiutang, maka uang itu harus disatukan dulu dengan harta peninggalannya, dan yang berpiutang itu baru bisa menuntut pembayarannya dari harta peninggalan orang itu.

Pasal 504

130 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 148: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

131

(1) Apabila seseorang memberikan sejumlah uang kepada orang lain, untuk dibayarkan kepada orang yang meminjaminya dengan suatu perintah bahwa uang itu tidak boleh diserahkan, kecuali tanda penerimaan ditandatangani pada kwitansi atau tanda penerimaan yang disiapkan untuk itu, dan orang yang diperintah itu menyerahkan uang itu tanpa mendapat tanda bukti penerimaan uang, kemudian yang berpiutang itu menyangkal bahwa ia telah menerima uang itu, sedangkan yang berutang tidak dapat membuktikan pembayaran tersebut, maka yang berutang wajib membayar utang untuk kedua kalinya.

(2) Seseorang yang berutang dapat menuntut orang yang pernah diserahi uang untuk mengganti kerugiannya.

Bagian KeenamPemberian Kuasa untuk Gugatan

Pasal 508

Baik penggugat maupun tergugat boleh menguasakan kepadaorang lain yang mereka pilih untuk bertindak sebagaipenerima kuasa dalam perkara gugatan.

Pasal 509

(1) Seseorang yang menunjuk orang lain sebagai penerima kuasanya untuk perkara gugatan, secara sah boleh melarangnya untuk membuat suatu pengakuan terhadapnya, maka suatu pengakuan yang dibuat oleh penerima kuasa terhadap kliennya adalah tidak sah.

(2) Apabila penerima kuasa membuat pengakuan di Pengadilan, dan ia tidak diberi wewenang (kuasa) untuk hal itu, maka kekuasaan penerima kuasa tersebut dapat dicabut.

Pasal 507

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 131

Page 149: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

132 BUKU II

TENTANG AKAD

Pemberian kuasa untuk gugatan tidak termasuk pemberian kuasa untuk menerima barang kecuali dinyatakan lain secara khusus dalam surat kuasa.

Bagian Ketujuh Pencabutan Kuasa

Pasai 511

(1) Pemberi kuasa berhak mencabut kuasa dari penerima kuasanya.

(2) Apabila seseorang yang berutang menyerahkan hartanya sebagai jaminan utang pada waktu transaksi atau beberapa waktu kemudian, lalu menunjuk seseorang tatkala utangnya jatuh tempo, maka pemberi kuasa tersebut tidak dapat mencabut kuasa tanpa ada persetujuan dari yang berpiutang.

Pasal 510

Pasal 512

Suatu kuasa yang dicabut oleh pemberi kuasa, maka pencabutan kuasa itu baru akan berlaku setelah diberitahukan kepada penerima kuasa.

Pasal 513

Apabila penerima kuasa mengundurkan diri dari kuasa, maka ia harus memberitahukan pengunduran diri itu kepada pemberi kuasa.

Pasal 514

(1) Pemberi kuasa berhak memberhentikan penerima kuasa yang ditunjuk untuk menerima hutang pada waktu yang berutang tidak hadir.

132 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 150: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

133

(2) Apabila yang berutang membayar utangnya kepada penerima kuasa sebelum diberi tahu tentang pemberhentiannya, maka yang berutang tadi bebas dari utangnya.

Pasal 515

Pemberian kuasa berakhir setelah ia menyelesaikan kewajiban yang menjadi tanggung jawabnya sebagaimana dinyatakan dalam surat kuasa.

Pasal 516

Meninggalnya pemberi kuasa menjadikan kuasa berakhir demi hukum kecuali masih ada hubungan hukum dengan pihak ketiga.

Pasal 517

Akad pemberian kuasa tidak dapat dialihkan dengan cara diwariskan.

Pasal 518

Apabila pemberi kuasa atau penerima kuasa menjadi gila,maka akad pemberian kuasa menjadi batal.

Pasal 519

(1) Penerima kuasa yang menyalahgunakan kekuasaan dapat dikenai sanksi.

(2) Pengadilan dapat memutuskan sanksi denda atau ta’zir dalam bentuk lain kepada pihak penerima kuasa yang menyalahgunakan kekuasaannya atas gugatan pihak pemberi kuasa.

(3) Pengadilan dapat menetapkan pihak penerima kuasa yang menyalahgunakan kekuasaanya ke dalam daftar orang tercela.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 133

Page 151: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

134 BUKU II

TENTANG AKAD

(1) Pihak pemberi kuasa yang membatalkan kuasanya secara sepihak kepada pihak penerima kuasa sehingga menimbulkan kerugian pada pihak penerima kuasa dapat dikenai sanksi.

(2) Pengadilan dapat memutuskan sanksi denda atau ta’zir dalam bentuk lain kepada pihak pemberi kuasa yang yang membatalkan pemberian kuasa secara sepihak yang merugikan pihak penerima kuasa.

(3) Pengadilan dapat menetapkan pihak pemberi kuasa yang menyalahgunakan kekuasaanya ke dalam daftar orang tercela.

BAB XVIII SHULH

Bagian Pertama Ketentuan Umum Shulh

Pasal 521

(1) Orang yang membuat suatu akad shulh harus cakap melakukan perbuatan hukum.

(2) Suatu akad shulh yang dibuat oleh anak yang telah diberi izin oleh walinya adalah sah, selama shulh itu tidak berakibat kerugian yang nyata.

(3) Apabila seseorang mengajukan gugatan yang ditujukan kepada seorang anak yang telah diberi izin, dan anak itu membuat pengakuan atas hal itu, maka hasilnya adalah suatu bentuk akad shulh yang sah melalui pengakuan.

(4) Seorang anak yang telah diberi izin, berhak untuk membuat suatu akad shulh yang sah dengan catatan ia diberi waktu untuk memikirkan tuntutannya.

Pasal 520

134 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari’ah

Page 152: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

135

(5) Apabila seorang anak menyetujui suatu akad shulh tentang sebagian dari tuntutannya dan di samping itu ia juga memiliki bukti untuk menunjang tuntutannya tersebut, maka akad shulh itu tidak sah. Tetapi, Apabila ia tidak memiliki bukti semacam itu, serta lawannya bersedia untuk diangkat sumpah, maka akad shulh itu sah.

(6) Apabila seorang anak melakukan gugatan untuk mendapatkan kembali barang dari orang lain, dan kemudian membuat akad shulh tentang nilai tuntutannya maka akad shulh itu adalah sah.

Pasal 522

Wali seorang anak dibolehkan melakukan akad shulh atas gugatan terhadap harta anak, dengan ketentuan shulh tersebut tidak mengakibatkan kerugian yang nyata bagi anak itu.

Pasal 523

(1) Shulh dapat dilakukan sendiri oleh pihak yang berperkara atau orang yang dikuasakan untuk itu sepanjang disebutkan dalam surat kuasa.

(2) Pemberi kuasa tidak dibenarkan menyelesaikan sendiri perkaranya tanpa diketahui oleh penerima kuasa.

Pasal 524

(1) Apabila seseorang menunjuk orang lain sebagai penerima kuasanya untuk melakukan shulh atas suatu gugatan, maka pemberi kuasa terikat dengan shulh itu.

(2) Apabila seorang penerima kuasa membuat suatu shulh dengan cara pengakuan bahwa ia akan mengganti harta dengan harta lain, lalu ia membuat shulh atas namanya

B U K U II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 135

Page 153: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

136 BUKU II

TENTANG AKAD

sendiri, maka penerima kuasa semacam ini menjadi bertanggungjawab atas suatu tuntutan yang diajukan bertalian dengan hal tersebut, dan sejumlah uang yang diselesaikan dengan cara itu, bisa diperoleh kembali dari penerima kuasa tersebut, dan penerima kuasanya sendiri bisa menuntut terhadap pemberi kuasanya.

Bagian Kedua

Penggantian Objek Shulh

Pasal 525

(1) Apabila penggantian objek shulh berupa barang tertentu, maka barang itu dianggap sebagai suatu barang sah sebagaimana barang asal.

(2) Apabila penggantian objek shulh itu berupa piutang, maka penggantian objek shulh dianggap sebagai pembayaran harga.

Pasal 526

Penggantian objek shulh dari suatu shulh harus berupa harta m ilik dari orang yang membuat shulh.

Pasal 527

Apabila penggantian objek shulh berupa barang yang membutuhkan transaksi barang, maka penggantian objek shulh harus dinyatakan dengan jelas.

136 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 154: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

137

Bagian Ketiga

Gugatan dalam Shulh

Pasal 528

(1) Apabila akad shulh dibuat dengan materi yang berupa pengakuan atas harta yang disengketakan, maka shulh itu diakui sebagai sebab kepemilikan.

(2) Apabila seluruh atau sebagian dari pengganti objek shulh diambil dari seseorang yang berhak atas penggantian itu, maka penggantian objek shulh berupa barang yang digugat dari shulh itu, yakni bisa seluruhnya atau sebagiannya, dinyatakan sah.

Pasal 529

Apabila akad shulh dibuat dengan pengakuan tentangmanfaat suatu harta, maka hukum akad shulh itu adalahsama dengan hukum akad ijarah.

Pasal 530

(1) Suatu shulh dengan cara penolakan atau bersikap diam saja, maka penggugat berhak atas harta penggantiannya, sedangkan tergugat berhak untuk tidak melakukan sumpah dan selesainya sengketa.

(2) Hak syufah (hak untuk didahulukan/preverence) yang melekat pada suatu benda tidak bergerak berlaku sebagai pengganti objek shulh.

(3) Apabila seseorang yang berhak atas harta itu lalu mengambil sebagian atau seluruh benda tidak bergerak itu, maka penggugat harus mengembalikan sejumlah pengganti shulh itu kepada tergugat seluruhnya atau sebagian, dan penggugat itu berhak mengajukan gugatan itu kepada orang yang menuntut dan yang punya hak tersebut.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 137

Page 155: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

138 BUKU II

TENTANG AKAD

(4) Apabila seluruh atau sebagian dari pengganti kerugian itu diambil oleh penggugat, maka penggugat berhak mengajukan gugatan atas penggantian shulh.

Pasal 531

Apabila pihak penggugat berkeinginan memperoleh kembali hartanya, dan menyetujui suatu shulh Untuk mendapat sebagian dari padanya, serta membebaskan tergugat dari sisa perkara yang diajukan, maka penggugat dianggap telah menerima pembayaran sebagian dari tuntutannya dan membebaskan sisanya.

Pasal 532

Apabila seseorang melaksanakan suatu shulh dengan orang lain tentang sebagian dari tuntutannya kepada orang itu, maka orang yang melaksanakan shulh itu dianggap telah menerima pembayaran sebagian dari tuntutannya dan telah melepaskan haknya terhadap sisanya.

Pasal 533

Apabila seseorang melaksanakan suatu shulh di mana suatu utang yang segera harus dibayar, diubah menjadi utang yang dapat dibayarkan kembali di kemudian hari, maka ia dianggap telah melepaskan haknya untuk pembayaran segera.

Pasal 534

Apabila seseorang melaksanakan suatu shulh tentang suatu utang yang harus dibayar kembali dengan sesuatu barang, bisa dibayar dengan barang lain yang sama nilainya, maka orang itu dianggap telah menunaikan kewajibannya.

138 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 156: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

139

(1) Apabila suatu proses shulh telah diselesaikan, maka tidak satu pun dari kedua pihak berhak mempermasalahkannya lagi.

(2) Dengan disetujuinya shulh itu, maka penggugat berhak atas penggantian shulh yang tercantum dalam transaksi shulh itu.

Pasal 535

Pasal 536

Apabila salah satu pihak yang melakukan transaksi shulh meninggal dunia, maka ahli warisnya tidak berhak membatalkan shulh itu.

Pasal 537

Apabila shulh itu dibuat dalam bentuk pertukaran barang, maka kedua pihak boleh menghapuskan dan menggugurkan shulh itu atas kehendak mereka sendiri.

Pasal 538

Apabila suatu transaksi shulh yang dibuat berisi suatu pembayaran yang dilakukan agar dapat menghindari pengucapan sumpah, maka penggugat dianggap telah dapat memaksa tergugat untuk bersumpah.

Pasal 539

(1) Apabila objek pengganti dalam shulh rusak sebagian atau seluruhnya sebelum diserahkan kepada penggugat, dan pengganti kerugian itu berupa barang tertentu, maka ini dianggap sama halnya dengan suatu barang yang diambil seseorang yang berhak atas barang itu.

(2) Apabila suatu shulh dibuat dengan cara pengakuan, maka penggugat berhak menuntut seluruh atau sebagian barang yang dituntutnya dari shulh tersebut "dari tergugat.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 139

Page 157: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

140 BUKU II

TENTANG AKAD

(3) Apabila pengganti kerugian dalam shulh berupa suatu piutang atau berupa barang yang tidak tertentu, maka shulh itu tidak akan terpengaruh oleh hal tersebut, dan penggugat berhak untuk menerima sejumlah yang sama dengan kerugiannya, dari tergugat.

BAB XIX

PELEPASAN HAK

Pasal 540

Pelepasan hak yang dilakukan oleh orang yang tidak cakap melakukan perbuatan hukum adalah tidak sah.

Pasal 541

Apabila seseorang menyatakan bahwa ia tidak memiliki tuntutan atau perselisihan dengan orang lain, atau menyatakan bahwa ia tidak mempunyai hak apapun dari orang lain, atau ia menyatakan telah mengakhiri atau menghentikan tuntutannya pada orang lain, atau ia menyatakan tidak lagi berhak apapun dari orang lain itu, atau ia menyatakan telah menerima haknya dengan penuh dari orang lain itu, maka orang tersebut dianggap telah melepaskan haknya dari orang lain itu.

Pasal 542

Apabila seseorang telah melepaskan haknya dari orang lain, maka haknya menjadi hapus, dan seseorang itu tidak lagi berhak mengajukan tuntutan mengenai hal itu.

Pasal 543

Suatu pelepasan hak tidak berlaku terhadap hak-hak yang timbul kemudian setelah pelepasan itu.

140 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari’ah

Page 158: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

141

(1) Seseorang melepaskan hak orang lain dari suatu gugatan tentang perkara tertentu merupakan hak khusus.

(2) Seseorang menyatakan telah melepaskan hak orang lain dari semua gugatan, atau ia tidak menuntut apapun dari orang lain itu, maka merupakan hak umum.

Pasal 545

Orang yang dilepaskan haknya harus diketahui dengan jelasdan tertentu.

Pasal 544

Pasal 546

(1) Pelepasan hak tidak tergantung kepada kabul.

(2) Apabila pelepasan hak ditolak maka penolakan ini tidak mempunyai kekuatan hukum.

Pasal 547

(1) Pelepasan hak utang dari seseorang yang sedang menderita sakit keras kepada anggota keluarganya, dinyatakan tidak sah dan tidak mempunyai akibat hukum.

(2) Apabila pelepasan hak utang kepada seseorang yang bukan anggota keluarganya, maka pelepasan hak itu adalah sah apabila tidak lebih dari 1 /3 hartanya.

BAB XXTA’MIN

Bagian Pertama Ta’min dan l’adah Ta’min

Pasal 548

Akad yang digunakan pada ta’min dan i ’adah ta’min adalah :

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 141

Page 159: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

142 BUKU II

TENTANG AKAD

a. wakalah bil ujrah;

b. mudharabah; dan

c. tabarru’ .

Pasal 549

Prinsip wakalah bil ujrah pada ta’min dan i ’adah ta’min adalah:

a. wakalah bil ujrah boleh dilakukan antar perusahaan ta’min, agen sebagai bagian dari perusahaan dengan peserta.

b. wakalah bil ujrah dapat diterapkan pada produk ta’min syariah yang mengandung unsur tabungan maupun unsur non tabungan

Pasal 550

Objek wakalah bil ujrah meliputi antara lain:

a. kegiatan administrasi;

b. pengelolaan dana;

c. pembayaran klaim;

d. dhaman ishdar/underwriting;

e. pengelolaan portofolio risiko;

f. pemasaran; dan

g. investasi.Pasal 551

Akad wakalah bil ujrah harus mencantumkan, antara lain :

a. hak dan kewajiban peserta dan perusahaan;

b. besaran, cara dan waktu pemotongan ujrah fee dari premi;

142 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 160: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

143

c. syarat yang disepakati, sesuai dengan jenis ta ’min yang ditransaksikan.

Pasal 552

Kedudukan para pihak dalam akad wakalah bil ujrah:

a. perusahaan bertindak sebagai wakil yang mendapat kuasa untuk mengelola dana;

b. peserta/pemegang polis sebagai individu, dalam produk tabungan dan non tabungan bertindak sebagai pemberi kuasa untuk mengelola dana;

c. peserta sebagai suatu badan/kelompok, dalam akun non tabungan, bertindak sebagai pemberi kuasa untuk mengelola dana;

d. wakil tidak boleh mewakilkan kepada pihak lain atas kuasa yang diterimanya, kecuali atas izin pemberi kuasa /pemegang polis;

e. akad wakalah bersifat amanah dan bukan tanggungan sehingga wakil tidak menanggung risiko terhadap kerugian investasi dengan mengurangi imbalan yang telah diterima oleh perusahaan ta’min, kecuali karena kecerobohan, wanprestasi, dan perbuatan melawan hukum, di samping sifat akad pada umumnya.

f. perusahaan ta ’min sebagai wakil tidak berhak memperoleh bagian dari hasil investasi apabila transaksi yang digunakan adalah pelaksanaan akad wakalah.

Pasal 553

(1) Perusahaan selaku pemegang amanah wajib menginves'tasikan dana yang terkumpul dan investasi wajib dilakukan sesuai dengan syariah.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 143

Page 161: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

144 BUKU II

TENTANG AKAD

(2) Dalam pengelolaan dana investasi, baik tabungan maupun non tabungan, dapat digunakan Akad Wakalah bil Ujrah dengan mengikuti ketentuan seperti di atas atau Akad Mudharabah dengan mengikuti ketentuan Mudharabah.

Bagian Kedua

Akad Mudharabah Musytarakah

pada Ta’min dan l’adah Ta'min

Pasal 554

Ketentuan hukum dari akad mudharabah musytarakah padata’min dan i ’adah ta ’min:

a. akad yang digunakan adalah akad mudharabah musytarakah merupakan perpaduan antara pelaksanaan transaksi mudharabah dengan transaksi musyarakah dengan ketentuan yang mengikat pada masing-masing transaksi.

b. perusahaan ta’min sebagai mudharib menyertakan modal atau dananya dalam investasi bersama peserta.

c. modal atau dana perusahaan ta’min dan dana peserta diinvestasikan secara bersama-sama dalam portofolio.

d. perusahaan ta’min sebagai mudharib mengelola investasi dana tersebut.

Pasal 555

Dalam transaksi mudharabah musytarakah harus disebutkan paling sedikit:

a. hak dan kewajiban peserta dan perusahaan ta ’min;

b. besaran, cara dan waktu pembagian hasil investasi;

c. syarat-syarat lain yang disepakati, sesuai dengan produk ta’min yang ditransaksikan.

1 4 4 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 162: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

145

Ketentuan hukum dari transaksi mudharabah musytarakah pada ta'm in dan i ’adah ta’min:a. mudharabah musytarakah boleh dilakukan oleh

perusahaan ta’min, karena merupakan bagian dari hukum mudharabah.

b. mudharabah musytarakah dapat diterapkan pada produk ta’min dan i ’adah ta ’min yang mengandung unsur tabungan maupun non tabungan.

Pasal 557

Pembagian hasil investasi dapat dilakukan dengan salah satu alternatif sebagai berikut:a. Hasil investasi dibagi a n ta ra perusahaan sebagai

pengelola modal dan peserta sebagai pem ilik modal sesuai dengan nisbah yang disepakati, atau hasil investasi sesudah diam bil o leh /d ip isah kan u ntu k/d isisih kan untuk perusahaan sebagai pengelola modal, d ibagi antara perusahaan dengan para peserta sesuai dengan porsi masing-masing.

b. Hasil investasi dibagi secara proporsional atau bagian hasil investasi sesudah diam bil/dipisahkan/disisihkan untuk perusahaan, dibagi antara perusahaan sebagai pengelola modal dengan peserta sesuai dengan nisbah yang disepakati.

Pasal 558

A pabila te rja d i kerugian maka lem baga keuangan syariah sebagai m usytarik m enanggung kerugian sesuai dengan porsi m odal yang disertakan

Pasal 556

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 145

T/

Page 163: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

146 BUKU II

TENTANG AKAD

(1) Perusahaan ta’min selaku pemegang amanah wajib melakukan investasi dari dana yang terkumpul.

(2) Investasi sebagaimana dalam ayat (1) wajib dilakukan sesuai dengan prinsip syariah.

Bagian Ketiga

Akad Non Tabungan

pada T a ’min dan l’adah T a ’min

Pasal 560

Ketentuan umum dari ta ’min dan i ’adah ta’min non tabungan adalah:

a. Akad non tabungan harus melekat pada semua produk ta’min dan i ’adah ta’min.

b. Akad non tabungan pada ta’min dan i ’adah ta'm in berlaku pada semua bentuk transaksi yang dilakukan antar peserta pemegang polis.

c. Ta ’min dan i ’adah ta’min yang dimaksud pada huruf a adalah:

1) ta’min ‘ala hayat/ta’min jiwa;

2) ta’min ‘ala khasarah/ta’min kerugian.

Pasal 561

Akad non tabungan pada ta’min dan i ’adah ta’min mengikat semua bentuk transaksi yang dilakukan dalam bentuk hibah dengan tujuan tolong menolong antar peserta, bukan untuk tujuan komersial

Pasal 559

146 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 164: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

147

Dalam akad non tabungan, sekurang-kurangnya harusdisebutkan:

a. hak dan kewajiban masing-masing peserta secara individu;

b. hak dan kewajiban antara peserta secara individu dalam akun non tabungan selaku peserta dalam arti badan/kelompok;

c. cara dan waktu pembayaran premi dan klaim; dan

d. syarat-syarat lain yang disepakati sesuai dengan jenis ta ’min yang ditransaksikan.

Pasal 563

Kedudukan para pihak dalam transaksi non tabungan:

a. dalam transaksi non tabungan, peserta memberikan dana hibah yang digunakan untuk menolong peserta atau peserta lain yang terkena musibah;

b. peserta secara individu merupakan pihak yang berhak menerima dana non tabungan dan secara kolektif selaku penanggung; dan

c. perusahan bertindak sebagai pengelola dana hibah, atas dasar transaksi wakalah dari para peserta di luar pengelolaan investasi.

Pasal 562

Pasal 564

(1) Pengelolaan ta’min dan i ’adah ta ’min hanya boleh dilakukan oleh suatu lembaga yang berfungsi sebagai pemegang amanah.

BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah 147

Page 165: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

148 BUKU II

TENTANG AKAD

(2) Pembukaan dana non tabungan harus terpisah dari dana lainnya.

(3) Hasil investasi dari dana non tabungan menjadi hak kolektif peserta dan dibukukan dalam akun non tabungan.

, (4) Dari hasil investasi, perusahaan ta’min dan i'adah ta'm in dapat memperoleh bagi hasil berdasarkan transaksi mudharabah atau transaksi mudharabah musytarakah atau memperoleh upah berdasarkan transaksi wakalah bil ujrah.

Pasal 565

Apabila terjadi kelebihan dana non tabungan maka bolehdilakukan beberapa alternatif sebagai berikut:

a. diperlakukan seluruhnya sebagai dana cadangan dalam akun non tabungan;

b. disimpan sebagian sebagai dana cadangan dan dibagikan sebagian lainnya kepada para peserta yang memenuhi syarat aktuaria/manajemen risiko; dan

c. disimpan sebagian sebagai dana cadangan dan dapat dibagikan sebagian lainnya kepada perusahaan ta’min dan i ’adah ta ’min dan para peserta sepanjang disepakati oleh para peserta.

Pasal 566

(1) Apabila terjadi kekurangan dana kebajikan, maka perusahaan ta ’min dan i ’adah ta’min w ajib menanggulangi kekurangan tersebut dalam bentuk pinjaman.

(2) Pengembalian dana pinjaman kepada perusahaan ditutup dari surplus dana non tabungan.

148 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 166: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

149

Bagian Keempat

T a ’min Haji

Pasal 567

Penyelenggaraan ta ’min haji dilakukan dengan prinsip sebagai berikut:

a. berdasarkan prinsip-prinsip syariah;

b. bersifat tolong menolong antar sesama jamaah haji;

c. transaksi bertujuan untuk menolong sesama jamaah haji yang terkena musibah kecelakaan atau kematian; dan

d. transaksi dilakukan antara jamaah haji sebagai peserta ta ’min non tabungan dengan Lembaga Asuransi Syariah yang bertindak sebagai pengelola dana non tabungan.

Pasal 568

(1) Dalam penyelenggaraan ta’min h a ji:

a. Menteri Agama bertindak sebagai pemegang polis induk dari seluruh jamaah haji dan bertanggung jawab atas pelaksanaan ibadah haji, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b. Jamaah haji berkewajiban membayar premi sebagai dana non tabungan yang merupakan bagian dari komponen Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH).

(2) Premi ta’min haji yang diterima harus dipisahkan dari premi ta’min lainnya.

(3) Perusahaan ta ’min dapat menginvestasikan dana kebajikan.

(4) Perusahaan ta ’min berhak memperoleh imbalan atas pengelolaan dana non tabungan yang besarnya ditentukan sesuai dengan prinsip adil dan wajar.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 149

Page 167: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

150 BUKU II

TENTANG AKAD

(5) Perusahaan ta’min berkewajiban membayar klaim kepada jamaah haji sebagai peserta ta ’min berdasarkan kesepakatan yang disepakati pada awal perjanjian.

(6) Kelebihan biaya operasional haji adalah hak jamaah haji yang pengelolaannya diamanatkan kepada Menteri Agama sebagai pemegang polis induk untuk kemaslahatan umat.

BAB XXI

OBLIGASI SYARIAH MUDHARABAH

Pasal 569

Transaksi yang digunakan dalam Obligasi Syariah Mudharabah adalah akad Mudharabah.

Pasal 570

Jenis usaha yang dilakukan emiten tidak boleh bertentangandengan syariah dengan memperhatikan ketentuan dan prinsipReksa Dana Syariah.

Pasal 571

(1) Pendapatan/hasil investasi yang dibagikan emiten kepada pemegang Obligasi Syariah Mudharabah harus bersih dari unsur non halal;

(2) Nisbah keuntungan dalam Obligasi Syariah Mudharabah ditentukan sesuai kesepakatan, sebelum penerbitan Obligasi Syariah Mudharabah;

(3) Pembagian pendapatan/hasil dapat dilakukan secara periodik sesuai kesepakatan, dengan ketentuan pada saat jatuh tempo diperhitungkan secara keseluruhan.

150 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 168: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

151

Apabila emiten lalai dan/atau melanggar syarat perjanjian dan/atau melampaui batas, maka emiten berkewajiban menjamin pengembalian dana mudharabah, dan pemegang obligasi syariah mudharabah dapat meminta emiten untuk membuat surat pengakuan utang.

Pasal 573

Apabila emiten diketahui lalai dan/atau melanggar syarat perjanjian dan/atau melampaui batas kepada pihak lain, pemegang obligasi syariah mudharabah dapat menarik dana obligasi syariah mudharabah.

Pasal 574

Kepemilikan obligasi syariah mudharabah dapat dialihkan kepada pihak lain, selama disepakati dalam akad.

BAB XXII

PASAR MODAL

Bagian Pertama

Prinsip Pasar Modal Syariah

Pasal 575

(1) Pasar modal beserta seluruh mekanisme kegiatannya terutama mengenai emiten, jenis efek yang diperdagangkan dan mekanisme perdagangannya dipandang telah sesuai dengan syariah apabila telah memenuhi prinsip syariah.

(2) Suatu efek dipandang telah memenuhi prinsip syariah apabila telah memperoleh pernyataan kesesuaian syariah.

Pasal 572

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 151

Page 169: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

152 BUKU II

TENTANG AKAD

Bagian Kedua

Emiten yang Menerbitkan Efek Syariah

Pasal 576

(1) Jenis usaha, produk barang, atau jasa yang diberikan dan akad, transaksi serta cara pengelolaan perusahaan emiten atau perusahaan publik yang menerbitkan efek syariah tidak boleh bertentangan dengan prinsip syariah.

(2) Jenis kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip syariah, antara lain:

a. perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang;

b. lembaga keuangan konvensional/ribawi, termasuk perbankan dan ta’min konvensional;

c. produsen, distributor, serta pedagang makanan dan minuman yang haram;

d. produsen, distributor, dan/atau penyedia barang- barang Ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat; dan

e. melakukan investasi pada emiten/perusahaan yang pada saat akad tingkat nisbah utang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawi yang lebih dominan dari modalnya;

(3) Emiten yang bermaksud menerbitkan efek syariah wajib menandatangani dan memenuhi ketentuan transaksi yang sesuai dengan syariah atas efek syariah yang dikeluarkan.

(4) Emiten yang menerbitkan efek syariah wajib menjamin bahwa kegiatan usahanya memenuhi prinsip syariah dan memiliki shariah compliance officer.

152 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari’ah

Page 170: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

153

(5) Dalam hal emiten yang menerbitkan efek syariah ijarah pada saat tertentu tidak memenuhi persyaratan, maka efek yang diterbitkan bukan lagi disebut sebagai efek syariah.

Bagian Ketiga

Transaksi Efek

Pasal 577

(1) Pelaksanaan transaksi efek harus dilakukan menurut prinsip kehati-hatian serta tidak diperbolehkan melakukan spekulasi dan manipulasi yang di dalamnya mengandung unsur dharar, gharar, riba, maisir, risywah, maksiat dan kezhaliman.

(2) Tindakan spekulasi transaksi efek yang mengandungunsur dharar, gharar, riba, maisir, risywah, maksiat dan kezhaliman mencakup:

a. najsy; melakukan penawaran palsu;

b. bai’ al-ma'dum; melakukan penjualan atas barang/ efek syariah yang belum dim iliki/short selling;

c. insider trading; memakai informasi orang dalam untuk memperoleh keuntungan atas transaksi yang dilarang;

d. menimbulkan informasi yang menyesatkan;

e. melakukan investasi pada emiten/perusahaan yang pada saat transaksi tingkat/nisbah utang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawi lebih dominan dari modalnya;

f. margin trading; melakukan transaksi atas efek syariah dengan fasilitas pinjaman berbasis bunga atas kewajiban penyelesaian pembelian Efek Syariah tersebut;

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 153

Page 171: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

154 BUKU II

TENTANG AKAD

g. ihtikar/penimbunan; melakukan pembelian dan/atau pengumpulan suatu efek syariah untuk menyebabkan perubahan harga efek syariah, dengan tujuan mempengaruhi pihak lain; dan

h. transaksi-transaksi lain yang mengandung unsur- unsur di atas.

Pasal 578

Harga pasar dari efek syariah harus mencerminkan nilai valuasi kondisi yang sesungguhnya dari aset yang menjadi dasar penerbitan efek tersebut dan/atau sesuai dengan mekanisme pasar yang teratur, wajar dan efisien serta tidak direkayasa.

BAB XXIII

REKSADANA SYARIAH

Bagian Pertama

Mekanisme Kegiatan Reksadana Syariah

Pasal 579

(1) Mekanisme operasional dalam reksadana syariah terdiriatas :

a. antara pemodal dengan manajer investasi dilakukan dengan wakalah; dan

b. antara manajer investasi dengan pengguna investasi dilakukan dengan sistem mudharabah.

(2) Karakteristik sistem mudharabah adalah:

a. Pembagian keuntungan modal antara pemodal yang diwakili oleh manajer investasi dan pengguna

154 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 172: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

155

investasi berdasarkan pada proporsi yang telah disepakati kedua belah pihak melalui manajer investasi sebagai wakil dan tidak ada jaminan atas hasil investasi tertentu kepada pemodal.

b. Pemodal hanya menanggung risiko sebesar dana yang telah diberikan.

c. Manajer investasi sebagai wakil tidak menanggung risiko kerugian atas investasi yang dilakukannya sepanjang bukan karena kelalaiannya.

Bagian Kedua

Hubungan, Hak, dan Kewajiban

Pasal 580

(1) Transaksi antara pemodal dengan manajer investasi dilakukan berdasarkan akad wakalah

(2) Dengan akad wakalah sebagaimana dimaksud ayat (1) pemodal memberikan kuasa kepada manajer investasi untuk melaksanakan investasi bagi kepentingan pemodal, sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam prospektus.

(3) Para pemodal secara kolektif mempunyai hak atas hasil investasi dalam reksadana syariah.

(4) Pemodal menanggung risiko yang berkaitan dalam reksadana syariah.

(5) Pemodal berhak untuk sewaktu-waktu menambah atau menarik kembali penyertaannya dalam reksadana syariah melalui manajer investasi.

(6) Pemodal berhak atas bagi hasil investasi sampai saat ditarik kembali penyertaan tersebut.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 155

Page 173: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

156 BUKU II

TENTANG AKAD

(7) Pemodal yang telah memberikan dananya akan mendapatkan jaminan bahwa seluruh dananya akan disimpan, dijaga, dan diawasi oleh Bank Kustodian.

(8) Pemodal akan mendapatkan bukti kepemilikan yang berupa unit penyertaan reksadana syariah.

Pasal 581

Hak dan kewajiban manajer investasi dan Bank Kustodianadalah:a. manajer investasi berkewajiban untuk melaksanakan

investasi bagi kepentingan pemodal sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam prospektus;

b. Bank kustodian berkewajban menyimpan, menjaga, dan mengawasi dana pemodal dan menghitung nilai bersih per unit penyertaan dalam reksadana syariah untuk setiap hari bursa;

c. atas pemberian jasa dalam pengelolaan investasi dan penyimpanan dana kolektif tersebut, manajer investasi dan bank kustodian berhak memperoleh imbal jasa yang dihitung atas persentase tertentu dari nilai aktiva bersih reksadana syariah; dan

d. dalam hal manajer investasi dan/atau bank kustodian tidak melaksanakan amanat dari pemodal sesuai mandat yang diberikan atau manajer investasi dan/atau bank kustodian bertanggung jawab atas risiko yang ditimbulkan tersebut.

Pasal 582

Manajer investasi berkewajiban untuk:

a. mengelola portofolio investasi sesuai dengan kebijakan investasi yang tercantum dalam akad dan prospektus;

156 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 174: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

157

b. menyusun tatacara dan memastikan bahwa semua dana para calon pemegang unit-penyertaan disampaikan kepada bank kustodian selambat-lambatnya pada akhir hari kerja berikutnya;

c. melakukan pengembalian dana unit-penyertaan; dan

d. memelihara semua catatan penting yang berkaitan dengan laporan keuangan dan pengelolaan reksadana sebagaimana ditetapkan oleh investasi yang berwenang.

Pasal 583

Bank kustodian berkewajiban untuk:

a. memberikanpelayanan penitipan kolektif sehubungan dengan kekayaan reksadana;

b. menghitung nilai aktiva bersih dari unit-penyertaan setiap hari bursa;

c. membayar biaya-biaya yang berkaitan dengan reksadana atas perintah manajer investasi;

d. menyimpan catatan secara terpisah yang menunjukkan semua perubahan dalam jumlah unit penyertaan, jumlah unit penyertaan, serta nama, kewarganegaraan, alamat, dan identitas lainnya dari para pemodal;

e. mengurus penerbitan dan penebusan dari unit penyertaan sesuai dengan akad; dan

f. memastikan bahwa unit penyertaan diterbitkan hanya atas penerimaan dana dari calon pemodal.

Bagian Ketiga

Pemilihan dan Pelaksanaan Investasi

Pasal 584

(1) Investasi hanya dapat dilakukan pada instrumen keuangan yang sesuai dengan syariah Islam.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 157

Page 175: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

158 BUKU II

TENTANG AKAD

(2) Instrumen keuangan yang dimaksud ayat (1) m eliputi:

a. Instrumen saham yang sudah melalui penawaran umum dan pembagian deviden didasarkan pada tingkat laba usaha.

b. Penempatan dalam deposito pada Bank Umum Syariah

c. Surat hutang jangka panjang dan jangka pendek yang sesuai dengan prinsip syariah.

Pasal 585

(1) Investasi hanya dapat dilakukan pada efek-efek yang diterbitkan oleh para pihak (emiten) yang jenis kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah.

(2) Jenis kegiatan usaha yang bertentangan dengan syariah antara lain:

a. usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang;

b. usaha lembaga keuangan konvensional/ribawi, termasuk perbankan dan ta ’min konvensional;

c. usaha yang memproduksi, mendistribusi, serta memperdagangkan makanan dan minuman yang haram; dan

d. usaha yang memproduksi, mendistribusi, dan/atau menyediakan barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat madarat.

Pasal 586

(1) Pemilihan dan pelaksanaan transaksi investasi harus dilaksanakan menurut prinsip kehati-hatian, serta tidak diperbolehkan melakukan spekulasi yang didalamnya mengandung unsur tipuan.

158 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 176: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II 159

TENTANG AKAD

(2) Tindakan yang dimaksud ayat (1) meliputi:

a. najsyi; melakukan penawaran palsu.

b. bai’ ma’dum/short selling; melakukan penjualan atas barang yang belum dim iliki.

c. insider trading; memperluas informasi yang menyesatkan atau memakai informasi orang dalam untuk memperoleh keuntungan transaksi yang dilarang; dan

d. melakukan investasi pada perusahaan yang pada saat transaksi tingkat hutangnya lebih dominan daripada modalnya.

Kondisi emiten tidak layak diinvestasikan oleh reksadana

a. apabila struktur hutang terhadap modal sangat bergantung pada pembiayaan dari hutang yang pada intinya merupakan pembiayaan yang mengandung unsur riba;

b. apabila suatu emiten memiliki nisbah hutang terhadap modal lebih dari 82% (hutang 45%, modal 55%); dan

c. apabila manajemen suatu emiten diketahui telah bertindak melanggar prinsip usaha yang Islami.

(1) Hasil investasi yang diterima dalam harta bersama m ilik pemodal dalam reksadana syariah dibagikan secara proporsional kepada para pemodal

Pasal 587

syariah:

Bagian Keempat

Penentuan dan Pembagian Hasil Investasi

Pasal 588

BUKU II i kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 177: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

162

bUKU „

I

I

C

BUKU II

TENTANG AKAD

Pasal 596

(1) Sertifikat Bank Indonesia Syari’ah dapat diagunkan kepada Bank Indonesia.

(2) Sertifikat Bank Indonesia Syari’ah tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder.

Pasal 597

Akad yang digunakan untuk instrumen Sertifikat Bank Indonesia Syari’ah adalah akad ju ’alah

Pasal 598

(1) Bank Indonesia menetapkan dan memberikan imbalan atas Sertifikat Bank Indonesia Syari’ah yang diterbitkan.

(2) Bank Indonesia memberikan imbalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada saat Sertifikat Bank Indonesia Syari’ah jatuh tempo/waktu.

BAB XXV

OBLIGASI S Y A R IA H

Pasal 599

Penerbitan obligasi dapat digunakan antara lain dalam transaksi:

a. mudharabah/muqaradhah/qiradh;

b. musyarakah;

c. murabahah;

d. salam;

e. istishna; dan

f. ijarah.

162 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 178: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

163

Jenis usaha yang dilakukan emiten tidak boleh bertentangan dengan pedoman tentang pelaksanaan investasi untuk reksadana syariah.

Pasal 601

(1) Pendapatan/hasil investasi yang dibagikan emiten kepada pemegang Obligasi Syariah Mudharabah harus bersih dari unsur non halal.

(2) Pendapatan/hasil yang diperoleh pemegang Obligasi Syariah sesuai akad yang digunakan.

Pasal 602

Pemindahan kepemilikan obligasi syariah mengikuti transaksi- transaksi yang digunakan.

Pasal 600

BAB XXVI

PEMBIAYAAN MULTI JASA

Pasal 603

Pembiayaan M ultijasa boleh dilakukan dengan menggunakan transaksi Ijarah atau Kafalah.

Pasal 604

(1) Lembaga Keuangan Syari’ah yang menggunakan akad ijarah, harus mengikuti semua ketentuan Ijarah.

(2 ) Lembaga Keuangan Syari’ah menggunakan transaksi Kafalah, harus mengikuti semua ketentuan Kafalah.

(3) Lembaga Keuangan Syariah yang melakukan akad ijarah atau kafalah berhak memperoleh imbalan jasa.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari’ah 163

Page 179: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

164 BUKU II

TENTANG AKAD

Besar imbalan harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal bukan dalam bentuk prosentase.

BAB XXVII

QARDH

Bagian Pertama

Ketentuan Umum Qardh

Pasal 606

Nasabah qardh wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterim a pada waktu yang telah disepakati bersama.

Pasal 607

Biaya administrasi qardh dapat dibebankan kepada nasabah.

Pasal 608

Pemberi pinjaman qardh dapat meminta jaminan kepada nasabah apabila dipandang perlu.

Pasal 609

Nasabah dapat memberikan tambahan/sumbangan dengan sukarela kepada pemberi pinjaman selama tidakdiperjanApabilan dalam transaksi.

Pasal 610

Apabila nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya pada saat yang telah disepakati dan pemberi pinjaman/Lembaga Keuangan Syari’ah telah memastikan ketidakmampuannya, maka pemberi pinjaman dapat:

Pasal 605

164 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 180: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

165

a. memperpanjang jangka waktu pengembalian; atau

b. menghapus/write off sebagian atau seluruh kewajibannya.

Bagian Kedua

Sumber Dana Qardh

Pasal 611

Sumber dana qardh berasal dari:

a. bagian modal Lembaga Keuangan Syari’ah;

b. keuntungan Lembaga Keuangan Syari’ah yang disisihkan; dan/atau

c. lembaga lain atau individu yang mempercayakan penyaluran infaknya kepada Lembaga Keuangan Syari’ah.

BAB XXVIII

PEMBIAYAAN REKENING KORAN SYARIAH

Pasal 612

Pembiayaan rekening koran syariah dilakukan dengan perjanjian untuk perwakilan.

Pasal 613

Pembiayaan rekening koran syariah berlaku dalam pembelian barang yang diperlukan oleh nasabah dan menjualnya secara murabahah kepada nasabah tersebut.

Pasal 614

Pembiayaan rekening koran syariah juga berlaku dalam ijarah/mengupah barang/jasa yang diperlukan oleh nasabah dan menyewakannya lagi kepada nasabah tersebut.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 165

Page 181: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

166 BUKU II

TENTANG AKAD

Besar keuntungan yang diminta oleh Lembaga Kuangan Syariah harus disepakati ketika perjanjian dilakukan.

Pasal 616

Transaksi murabahah dan/atau ijarah antara Lembaga Keuangan Syari’ah dengan nasabah harus dinyatakan dalam akta perjanjian secara tegas dan jelas.

Pasal 617

Pembiayaan rekening koran syari'ah dapat dilakukan dengan perjanjian untuk memberikan fasilitas pinjaman.

Pasal 618

(1) Penarikan dana tidak boleh dilakukan secara langsung oleh nasabah dalam penggunaan transaksi pembiayaan rekening koran syari’ah.

(2) Penarikan dana dalam transaksi pembiayaan rekening koran syariah hanya boleh dilakukan dengan mempergunakan warkat dari nasabah.

Pasal 619

Apabila salah satu pihak dalam pembiayaan rekening koran tidak dapat menunaikan kewajibannya, atau apabila terjadi perselisihan di antara pihak-pihak terkait, maka penyelesaiannya dilakukan melalui shulh dan/atau pengadilan.

BAB XXIX

DANA PENSIUN SYARIAH

Bagian Pertama

Jenis dan Status Hukum Dana Pensiun Syari'ah

Pasal 615

166 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 182: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

167

Jenis Dana Pensiun terdiri atas:

a. dana Pensiun Pemberi Kerja Syari'ah; dan atau

b. dana Pensiun Lembaga Keuangan Syari'ah.

Pasal 621

Setiap pihak yang dengan atau tanpa iuran, mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan sejumlah uang yang pembayarannya dikaitkan dengan pencapaian usia tertentu, wajib terlebih dahulu memperoleh pengesahan Menteri Keuangan Republik Indonesia berdasarkan Undang- undang, kecuali apabila program yang menjanjikan dimaksud didasarkan pada Undang-undang tersendiri.

Pasal 620

Bagian Kedua

Pembentukan dan Tata Cara Pengesahan

Pasal 622

Pembentukan dana pensiun pemberi kerja syariah didasarkanpada:

a. pernyataan tertulis pendiri yang menyatakan keputusannya untuk mendirikan dana pensiun syariah dan memberlakukan peraturan dana pensiun syari'ah;

b. Peraturan dana pensiun syariah yang ditetapkan oleh pendiri; dan

c. penunjukan pengurus, Dewan Pengawas Syariah, dan penerima titipan.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 167

Page 183: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

168 BUKU II

TENTANG AKAD

Dalam hal dana pensiun syariah dibentuk untuk menyelenggarakan program pensiun bagi karyawan lebih dari 1 (satu) pemberi kerja, maka pembentukannya didasarkan pada:

a. pernyataan tertulis pendiri yang menyatakankeputusannya untuk mendirikan dana pensiun syari'ah, memberlakukan peraturan dana pensiun syariah dan menegaskan persetujuannya atas keikutsertaan karyawan mitra pendiri syari'ah;

b. pernyataan tertulis mitra pendiri syariah yang menyatakan kesediannya untuk tunduk pada peraturan dana pensiun syariah yang ditetapkan pendiri bagi kepentingan karyawan mitra pendiri yang memenuhi persyaratan untuk menjadi peserta, serta pemberian kuasa penuh kepada pendiri untuk melaksanakan peraturan dana pensiun syari'ah;

c. peraturan dana pensiun syariah yang ditetapkan oleh pendiri; dan

d. penunjukan pengurus syari'ah, Dewan Pengawas Syariah dan penerima titipan.

Pasal 623

Pasal 624

(1) Pendiri mengajukan permohonan pengesahan dana pensiun syariah kepada ’’Menteri Keuangan Republik Indonesia” dengan melampirkan:

a. peraturan dana pensiun syari'ah;

b. pernyataan tertulis pendiri syariah dan mitra pendiri syariah bila ada;

c. keputusan pendiri tentang penunjukan pengurus, Dewan Pengawas Syari'ah, dan penerima titipan;

1 6 8 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari’ah

Page 184: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

169

d. arahan investasi syari'ah;

e. laporan aktuaris, apabila dana pensiun syariah menyelenggarakan program pensiun manfaat pasti syari'ah; dan

f. surat perjanjian antara pengurus dengan penerima titipan.

(2) Dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak diterimanya permohonan pengesahan dana pensiun syariah secara lengkap dan memenuhi ketentuan undang-undang dan peraturan pelaksanaannya, maka peraturan dana pensiun syariah tersebut wajib disahkan dengan keputusan menteri dan dicatat dalam buku daftar umum yang disediakan untuk itu, dan dalam hal permohonan ditolak, pemberitahuan penolakan harus disertai alasan.

Pasal 625

(1) Dana Pensiun Syariah memiliki status sebagai badan hukum dan dapat memulai kegiatannya sebagai suatu Dana Pensiun Syariah sejak tanggal pengesahan Menteri Keuangan Republik Indonesia.

(2) Pengurus wajib mengumumkan pembentukan Dana Pensiun Syariah dengan menempatkan keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia tentang pengesahan atas peraturan Dana Pensiun pada Berita Negara Republik Indonesia.

Pasal 626

Dana Pensiun Syariah yang telah berdiri dapat menggabungkan diri dengan Dana Pensiun Syariah lain, atau memisahkan diri menjadi dua atau lebih Dana Pensiun Syari'ah.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 169

Page 185: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

170 BUKU II

TENTANG AKAD

Perubahan ketentuan Dana Pensiun Syariah tidak boleh mengurangi manfaat pensiun yang menjadi hak peserta yang diperoleh selama kepesertaannya.

Pasal 627

Bagian Ketiga

Kepengurusan Dana Pensiun Syari’ah

Pasal 628

(1) Pengurus Syariah ditunjuk oleh dan bertanggung jawab kepada pendiri dana pensiun syari'ah.

(2) Pihak yang berwenang dapat menetapkan ketentuan dan persyaratan bagi orang atau badan usaha, yang dapat ditunjuk sebagai pengurus syari'ah.

(3) Pengurus bertanggung jawab atas pelaksanaan peraturan dana pensiun syari'ah, pengelolaan dana pensiun syariah serta melakukan tindakan hukum untuk dan atas nama dana pensiun syari'ah, dan mewakili dana pensiun syariah di dalam dan di luar pengadilan.

Pasal 629

Untuk melaksanakan peraturan dana pensiun syari'ah, pengelolaan dana pensiun syari'ah, pengelolaan investasi syariah dan menjamin keamanan kekayaan dana pensiun syari’ah, pengurus dapat mengadakan perjanjian dengan pihak ketiga.

Pasal 630

(1) Keanggotaan dewan pengawas syariah terdiri dari wakil- wakil pemberi kerja syariah dan peserta dengan jumlah yang sama.

170 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 186: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

171

(2) Anggota dewan pengawas syariah diangkat oleh pendiri.

(3) Anggota dewan pengawas syariah tidak boleh merangkap sebagai pengurus.

Pasal 631

(1) Tugas dan wewenang Dewan Pengawas Syariah adalah:

a. melakukan pengawasan atas pengelolaan dana pensiun syariah oleh pengurus; dan

b. menyampaikan laporan tahunan secara tertulis atas hasil pengawasannya kepada pendiri, dan salinannya diumumkan agar peserta mengetahuinya.

(2) Tugas dan wewenang Dewan Pengawas Syariah diatur lebih lanjut oleh Dewan Syariah Nasional.

Pasal 632

Laporan keuangan dana pensiun syariah dilakukan setiap tahun dan harus diaudit oleh akuntan publik yang ditunjuk oleh Dewan Pengawas Syari'ah.

Bagian Keempat

Iuran Dana Pensiun Syari’ah

Pasal 633

(1) Iuran dana pensiun pemberi kerja syariah berupa:

a. iuran pemberi kerja syariah dan peserta syari’ah; atau

b. iuran pemberi kerja syari'ah.

(2) Seluruh iuran pemberi kerja syariah dan peserta syariah serta setiap hasil investasi syariah yang diperoleh harus disetor kepada dana pensiun syariah.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 171

Page 187: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

172 BUKU II

TENTANG AKAD

(1) Iuran pemberi kerja syariah harus dibayarkan dengan angsuran setidak-tidaknya setiap bulan kecuali bagi suatu dana pensiun berdasarkan keuntungan syariah yang wajib disetor selambat-lambatnya 120 (seratus dua puluh) hari sejak berakhirnya tahun buku pemberi kerja syari'ah.

(2) Apabila berdasarkan laporan aktuaris ternyata dana pensiun syariah memiliki kekayaan melebihi kewajibannya, maka kelebihan yang melampaui batas tertentu harus digunakan sebagai iuran pemberi kerja syari'ah.

(3) Dalam hal pendiri dana pensiun syariah tidak mampu memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) untuk jangka waktu 3 (tiga) bulan berturut-turut maka pengurus wajib memberitahukan hal tersebut kepada “pejabat yang berwenang."

(4) Dalam hal mitra pendiri syariah tidak mampu memenuhikewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan berturut-turut atau mitra pendiri syariah bubar, pengurus syariah wajib memberitahukan hal tersebut kepada pendiri syariah yang selanjutnya akan melakukan perubahan terhadap peraturan dana pensiun syariah dengan menetapkan:

a. penangguhan kepesertaan karyawan dari mitra pendiri syari'ah; atau

b. mengakhiri kepesertaan karyawan mitra pendiri syariah setelah pemisahan kekayaan dana pensiun syariah antara peserta dari mitra pendiri syariah dengan peserta lainnya.

Pasal 635

(1) Dalam hal peraturan Dana Pensiun Syariah menetapkan adanya iuran peserta maka pemberi kerja Syariah

Pasal 634

172 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 188: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

173

merupakan wajib pungut iuran peserta yang dipungut setiap bulan.

(2) Pemberi kerja Syariah wajib menyetor seluruh iuran peserta yang dipungutnya serta iurannya sendiri kepada Dana Pensiun Syariah selambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya.

(3) Iuran peserta dan iuran pemberi kerja Syariah yang belum disetor setelah melewati dua setengah bulan sejak jatuh temponya, dinyatakan:

a. sebagai hutang pemberi kerja Syariah yang dapat segera ditagih, dan dikenakan bagi hasil yang layak yang dihitung sejak hari pertama dari bulan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2); dan

b. sebagai piutang Dana Pensiun Syariah yang memiliki hak utama dalam pelaksanaan eksekusi keputusan pengadilan, apabila pemberi kerja Syariah dilikuidasi.

Pasal 636

(1) Besarnya iuran peserta Dana Pensiun Syariah yang menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti Syariah tidak boleh melebihi jumlah yang ditetapkan oleh Pejabat yang berwenang.

(2) Besarnya manfaat pensiun yang ditetapkan dalam peraturan Dana Pensiun Syari'ah, demikian pula iuran dan kekayaan yang diperlukan bagi pembiayaan program pensiun, tidak boleh melampaui jumlah yang ditetapkan oleh Pejabat yang berwenang.

(3) Pengaturan mengenai iuran pemberi kerja Syariah dalam Dana Pensiun Berdasarkan Keuntungan Syariah ditetapkan oleh Pejabat yang berwenang.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 173

Page 189: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

174 BUKU II

TENTANG AKAD

Bagian Kelim a Hak Peserta

Pasal 637

Setiap karyawan yang memenuhi syarat kepesertaan dalam Dana Pensiun Syariah yang didirikan oleh perusaaan, berhak menjadi peserta apabila telah berusia paling sedikit 18 (delapan belas) tahun atau telah kawin, dan telah memiliki masa kerja sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun.

Pasal 638

(1) Hak terhadap setiap manfaat pensiun yang dibayarkan oleh Dana Pensiun Syariah tidak dapat digunakan sebagai jam inan, dan tidak dapat dialihkan atau disita.

(2) Semua transaksi yang mengakibatkan penyerahan, pembebanan, pengikatan, pembayaran manfaat pensiun sebelum jatuh tempo atau menjaminkan manfaat pensiun yang diperoleh dari Dana Pensiun dinyatakan batal berdasarkan peraturan yang berlaku.

(3) Suatu pembayaran manfaat pensiun yang dilakukan oleh pengurus Syariah dengan itikad baik, membebaskan Dana Pensiun Syariah dari tanggung jawabnya.

Pasal 639

(1) Peserta yang memenuhi persyaratan berhak atasManfaat Pensiun Normal Syari’ah, Manfaat Pensiun ‘Aib Syari'ah, Manfaat Pensiun Dipercepat Syari'ah, atauPensiun Ditunda Syari’ah, yang besarnya dihitungberdasarkan rumus yang ditetapkan dalam peraturan Pana Pensiun Syari'ah.

(2) Peraturan Dana Pensiun Syariah wajib memuatketentuan mengenai besarnya hak atas manfaat pensiun

174 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 190: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

175

bagi janda/duda atau anak yang belum dewasa dari peserta.

(3) Dalam Dana Pensiun Syariah yang menyelenggarakan Program Pensiun Iuran Pasti Syari'ah, peraturan Dana Pensiun Syariah wajib memuat hak peserta untuk menentukan margin.

Pasal 640

(1) Dalam hal Dana Pensiun Syariah menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti Syari’ah, besarnya hak atas manfaat pensiun harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a. dalam hal pensiunan meninggal dunia, manfaat pensiun yang dibayarkan kepada janda/duda yang sah sekurang-kurangnya 60% (enam puluh perseratus) dari manfaat pensiun yang telah dibayarkan kepada pensiunan;

b. dalam hal peserta meninggal dunia dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun sebelum dicapainya usia pensiun normal, manfaat pensiun yang dibayarkan kepada janda/duda yang sah sekurang- kurangnya 60% (enam puluh perseratus) dari yang seharusnya dibayarkan kepada peserta apabila peserta pensiun sesaat sebelum meninggal dunia.

c. dalam hal peserta meninggal dunia lebih dari 10 (sepuluh) tahun sebelum dicapainya usia pensiun normal, manfaat pensiun yang dibayarkan kepada janda/duda yang sah sekurangkurangnya 60% (enam puluh perseratus) dari yang seharusnya menjadi haknya apabila ia berhenti bekerja.

(2) Dalam hal tidak ada janda/duda yang sah atau janda/duda meninggal dunia, manfaat pensiun dibayarkan kepada anak yang belum dewasa dari peserta.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 175

Page 191: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

176 BUKU II

TENTANG AKAD

(3) Pembayaran manfaat pensiun dapat dilakukan secara sekaligus.

Pasal 641

(1) Dalam hal Dana Pensiun Syariah menyelenggarakan Program Pensiun Iuran Pasti Syari'ah, besarnya hak atas manfaat pensiun harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a. dalam hal pensiunan meninggal dunia, manfaat pensiun yang dibayarkan kepada janda/duda yang sah tidak boleh kurang dari haknya berdasarkan margin yang telah ditentukan; dan

b. dalam hal peserta meninggal dunia sebelum dimulainya pembayaran dana pensiun, maka manfaat pensiun yang dibayarkan kepada janda/duda yang sah adalah sebesar 100% (seratus perseratus) dari jumlah yang seharusnya menjadi hak peserta apabila ia berhenti bekerja.

(2) Dalam hal peserta tidak menentukan margin, maka peserta dianggap setuju terhadap margin yang ditawarkan dalam pembayaran kepada janda/duda yang sama besarnya dengan pembayaran kepada pensiunan yang bersangkutan.

Pasal 642

(1) Peserta yang berhenti bekerja dan memiliki masa kepesertaan kurang dari 3 (tiga) tahun, sekurang- kurangnya berhak menerima secara sekaligus himpunan iurannya sendiri, ditambah bagi hasil yang layak.

(2) Peserta yang mengikuti Program Pensiun Manfaat Pasti Syariah apabila berhenti bekerja setelah memiliki masa kepesertaan sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dan

176 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 192: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

177

belum mencapai usia pensiun dipercepat, berhak menerima Pensiun Ditunda Syariah yang besarnya sama dengan jum lah yang dihitung berdasarkan rumus pensiun bagi kepesertaannya sampai pada saat pemberhentian.

(3) Peserta Dana Pensiun Syariah yang menyelenggarakan Program Pensiun Iuran Pasti Syariah apabila berhenti bekerja setelah memiliki masa kepesertaan sekurang- kurangnya 3 (tiga) tahun dan belum mencapai usia pensiun dipercepat, berhak atas jum lah iurannya sendiri dan iuran pemberi kerja Syariah beserta hasil pengembangannya yang harus dipergunakan untuk memperoleh pensiun ditunda.

Pasal 643

(1) Manfaat pensiun dari suatu Dana Pensiun Syariah tidak dapat dibayarkan kekpada peserta sebelum dicapainya usia pensiun dipercepat, kecuali ditentukan lain dalam akad.

(2) Manfaat Pensiun bagi peserta atau bagi janda/duda harus dalam bentuk angsuran tetap, atau meningkat guna mengimbangi kenaikan harga, yang pembayarannya dilakukan sekali sebulan untuk seumur hidup.

(3) Peraturan Dana Pensiun Syariah dapat memberikan pilihan bagi peserta pada saat pensiun atau pada saat pemberhentian dan bagi janda/duda atau anak pa<ja saat pesera meninggal dunia, untuk menerima sampai sebanyak-banyaknya 20% (dua puluh perseratus) dari manfaat pensiun secara sekaligus.

Pasal 644

(1) Peserta tidak dapat mengundurkan diri atau menuntut haknya dari Dana Pensiun Syariah apabila masih memenuhi syarat kepesertaan.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 177

Page 193: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

178 BUKU II

TENTANG AKAD

(2) Dalam hal peserta berhenti bekerja lebih dari 10 (sepuluh) tahun sebelum dicapainya usia pensiun normal, maka berdasarkan pilihan peserta, hak atas pensiun ditunda dapat tetap dibayarkan oleh Dana Pensiun Syariah yang bersangkutan, atau dapat dialihkan kepada Dana Pensiun Pemberi Kerja Syariah lainnya, dengan ketentuan yang bersangkutan masih hidup dalam waktu 30 (tiga puluh) hari setelah berhenti bekerja.

Pasal 645

(1) Peserta yang pensiun pada usia pensiun normal atau setelahnya, berhak ata manfaat pensiun yang dihitung berdasarkan rumus pensiun yang berlaku bagi kepesertaannya sampai saat pensiun.

(2) Usia pensiun normal wajib ditetapkan dalam peraturan Dana Pensiun Syariah dan tidak boleh melebihi usia yang ditetapkan oleh Menteri yang membidangi masalah ketenagakerjaan.

(3) Peserta yang pensiun sebelum mencapai usia pensiun normal berhak mengajukan pembayaran Manfaat Pensiun dipercepat dengan ketentuan:

a. berusia sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun sebelum usia pensiun normal; atau

b. dalam keadaan ‘aib.

(4) Nilai Manfaat Pensiun Dipercepat sekurang-kurangnya harus sama dengan nilai sekarang dari Pensiun Ditunda.

(5) Dalam peraturan Dana Pensiun dapat ditetapkan batas usia maksimum peserta wajib pensiun dalam hal peserta tetap bekerja setelah dicapainya usia pensiun normal, dengan ketentuan bahwa batas usia maksimum dimaksud sesuai dengan usia yang ditetapkan oleh Pejabat yang berwenang.

178 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari’ah

Page 194: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

179

Bagian Keenam

Kekayaan Dana Pensiun Syariah dan Pengelolaannya

Pasal 646

Kekayaan Dana Pensiun Syariah dihimpun dari:

a. iuran perusahaan/Pemberi Kerja Syari'ah;

b. iuran peserta;

c. hasil investasi syari'ah; dan

d. pengalihan dari Dana Pensiun Syariah lain.

Pasal 647

(1) Pengelolaan kekayaan Dana Pensiun Syariah harus dilakukan pengurus sesuai dengan:

a. arahan investasi yang digariskan oleh pendiri; dan

b. ketentuan tentang investasi yang ditetapkan oleh menteri.

(2) Dalam hal Dana Pensiun Syariah menyelenggarakan Program Pensiun Iuran Pasti Syari'ah, arahan investasi syariah ditetapkan oleh pendiri bersama dewan pengawas.

(3) Arahan investasi syariah dapat diubah, dan perubahan dimaksud wajib disampaikan kepada Menteri selambat- lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal ditetapkannya perubahan.

(4) Dengan persetujuan pendiri dan Dewan Pengawas Syari'ah, pengelolaan kekayaan Dana Pensiun Syariah dapat dialihkan oleh pengurus kepada Lembaga Keuangan Syariah yang memenuhi ketentuan.

(5) Kekayaan Dana Pensiun Syariah yang disimpan pada

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 179

Page 195: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

180 BUKU II

TENTANG AKAD

penerima titipan Syariah hanya dapat ditarik atau dialihkan atas perintah pengurus.

(6) Tanggung jawab pembayaran manfaat pensiun kepadapeserta atau pihak yang berhak atas manfaat pensiun dapat dialihkan pengurus dengan menawarkan margin dari perusahaan ta ’min jiw a, yang selanjutnyabertanggung jawab untuk melakukan pembayaran dimaksud.

(7) Pengurus dari Dana Pensiun Syariah yang menyelenggarakan Program Pensiun Iuran Pasti Syariah wajib mengalihkan tanggung jawab kepada perusahaan ta’min jiw a syariah yang dipilih oleh peserta atau pihak yang berhak atas manfaat pensiun.

Pasal 648

(1) Dana Pensiun Syariah tidak diperkenankan melakukan pembayaran, kecuali pembayaran yang ditetapkan dalam peraturan Dana Pensiun Syari'ah.

(2) Dana Pensiun Syariah tidak diperkenankan meminjam atau mengagunkan kekayaannya sebagai jaminan atas suatu pinjaman.

Pasal 649

(1) Kekayaan Dana Pensiun Syariah tidak dapat dipinjamkan atau diinvestasikan, baik secara langsung maupun tidak langsung, pada surat berharga yang diterbitkan oleh, atau pada tanah dan bangunan yang dim iliki atau yang dipergunakan oleh orang atau badan yang tersebut di bawah ini:

a. pengurus, pendiri, mitra pendiri atau penerima titipan;

b. badan usaha yang lebih dari 25% (dua puluh lima perseratus) sahamnya dim iliki oleh orang atau badan

180 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 196: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

181

yang terdiri dari pendiri, m itra pendiri, pengurus, penerima titipan, atau serikat kerja yang anggotanya adalah peserta Dana Pensiun Syariah yang bersangkutan; dan

c. pejabat atau direktur dari badan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, serta keluarganya sampai derajat kedua menurut garis lurus maupun garis ke samping, termasuk menantu dan ipar.

(2) Penyewaan tanah, bangunan atau harta tetap lainnya m ilik Dana Pensiun Syariah kepada pihak lain, hanya dapat dilakukan sepanjang hal tersebut m elalui transaksi yang didasarkan pada prinsip syariah dan harga pasar yang berlaku.

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku bagi investasi Dana Pensiun Syariah dalam bentuk surat berharga yang diperdagangkan di Pasar Modal Syariah di Indonesia, dengan memenuhi ketentuan tentang investasi Syariah yang ditetapkan pejabat yang berwenang.

(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (!) berlaku pula bagi kekayaan Dana Pensiun Pemberi Kerja Syariah yang dikelola oleh suatu lembaga keuangan Syariah.

(5) Perusahaan Dana Pensiun Syariah dapat menginvestasikan sebanyak-banyaknya 50% (lim a puluh perseratus) dari kekayaannya dalam bentuk saham biasa pada perusahaan pendiri atau mitra pendiri.

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 181

Page 197: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

1 8 2 BUKU II

TENTANG AKAD

Bagian Ketujuh

Pembubaran dan Penyelesaian Dana Pensiun

Pasal 650

(1) Pembubaran Perusahaan Dana Pensiun Syariah dapat dilakukan berdasarkan permintaan pendiri kepada pejabat yang berwenang.

(2) Perusahaan Dana Pensiun Syariah dapat dibubarkan apabila pejabat yang berwenang berpendapat bahwa Dana Pensiun Syariah tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada peserta, pensiunan dan pihak lain yang berhak, atau dalam hal terhentinya iuran dinilai dapat membahayakan keadaan keuangan Dana Pensiun Syariah dimaksud.

(3) Apabila pendiri perusahaan Dana Pensiun Syariah bubar, maka perusahaan Dana Pensiun Syariah bubar.

Pasal 651

(1) Pembubaran Perusahaan Dana Pensiun Syariah ditetapkan oleh pejabat yang berwenang yang sekaligus menunjuk likuidator, untuk melaksanakan tindakan yang diperlukan dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.

(2) Pengurus Dana Pensiun Syariah dapat ditunjuk sebagai likuidator.

(3) Biaya yang timbul dalam rangka pembubaran Dana Pensiun Syariah dibebankan pada Dana Pensiun Syari'ah.

Pasal 652

(1) Likuidator mempunyai tugas dan wewenang untuk:a. melakukan segala perbuatan hukum untuk dan atas

nama Dana Pensiun Syariah serta mewakilinya di dalam dan di luar Pengadilan;

182 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 198: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

183

b. melakukan pencatatan atas segala kekayaan dan kewajiban Dana Pensiun Syari'ah; dan

c. menentukan dan memberitahukan kepada setiap peserta, pensiunan dan ahli waris yang berhak, mengenai besarnya hak yang dapat diterima dari dana Pensiun Syari'ah.

(2) Likuidator menyampaikan rencana kerja dan mengusulkan tata cara penyelesaian likuidasi kepada pejabat yang berwenang dan melaksanakan proses penyelesaian setelah mendapat persetujuan pejabat yang berwenang.

Pasal 653

(1) Sebelum proses likuidasi selesai, pemberi kerja/perusahaan tetap bertanggung jawab atas iuran yang terutang sampai pada saat Dana Pensiun Syariah dibubarkan sesuai dengan ketentuan tentang pendanaan dan solvabilitas yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.

(2) Pengembalian kekayaan Dana Pensiun Syariah kepada pemberi kerja, dilarang.

(3) Setiap kelebihan kekayaan atas kewajiban pada saat pembubaran harus dipergunakan untuk meningkatkan manfaat pensiun bagi peserta sampai maksimum yang ditetapkan pejabat yang berwenang.

(4) Dalam hal masih terdapat kelebihan dana sesudah peningkatan manfaat sampai batas maksimum sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) maka sisa dana tersebut harus dibagikan kepada peserta, pensiun dan pihak yang berhak atas manfaat pensiun.

Pasal 654

Dalam pembagian kekayaan Dana Pensiun Syariah yangdilikuidasi, hak peserta dan hak pensiunan atau ahli warisnyamerupakan hak utama.

B U K U I I I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 183

Page 199: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

1 8 4 BUKU II

TENTANG AKAD

Pasal 655

Likuidator wajib melaporkan pelaksanaan dan penyelesaianlikuidasi kepada pejabat yang berwenang.

Pasal 656

(1) Likuidator w ajib mengumumkan hasil penyelesaian likuidasi yang telah disetujui pejabat yang berwenang.

(2) Status badan hukum Dana Pensiun berakhir terhitung sejak tanggal pemgumuman sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

Bagian Kedelapan

Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syari'ah

Pasal 657

(1) Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syariah hanya dapat menyelenggarakan Program Pensiun Iuran Pasti Syari’ah.

(2) Bank Syariah dan perusahaan ta ’min jiw a Syariah dapat bertindak sebagai pendiri Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syariah dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.

(3) Untuk dapat mendirikan Dana Pensiun Lembaga Keuangan, bank atau perusahaan ta’min jiwa sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) wajib mengajukan permohonan pengesahan kepada pejabat yang berwenang, dengan melampirkan peraturan Dana Pensiun.

Pasal 658

Setiap perubahan atas peraturan Dana Pensiun Syariah wajib mendapatkan pengesahan dari pejabat yang berwenang.

1 8 4 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 200: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

185

Pasal 659

(1) Kepesertaan dalam Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syariah terbuka bagi perorangan baik karyawan maupun pekerja mandiri.

(2) Peserta berhak atas iurannya, termasuk di dalamnya iuran pemberi kerja atas nama peserta, apabila ada, ditambah dengan hasil pengembangannya, terhitung sejak tanggal kepesertaannya yang dibukukan atas nama peserta pada Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syari'ah.

(3) Dalam hal peserta meninggal dunia, maka hak peserta menjadi hak ahli warisnya.

Pasal 660

Pendiri Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syariah bertindak sebagai pengurus dari Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syariah dan bertanggung jawab atas pengelolaan investasi syariah dari Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syariah dengan memenuhi ketentuan tentang investasi syariah yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.

Pasal 661

(1) Dalam hal bank Syariah atau perusahaan ta’min jiw a syariah sebagai pendiri Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syariah bubar, maka Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syariah bubar, dan pejabat yang berwenang menunjuk likuidator untuk melakukan penyelesaian.

(2) Likuidator bank Syariah atau perusahaan ta ’min jiwa pendiri Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syariah yang bubar dapat ditunjuk sebagai likuidator Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syari'ah.

Pasal 662

Kekayaan Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syariah harus dikecualikan dari setiap tuntutan hukum atas kekayaan bank

BUKU II I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 185

Page 201: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

186 BUKU II

TENTANG AKAD

atau perusahaan ta’min jiw a syariah pendiri Dana PensiunLembaga Keuangan Syari'ah.

Bagian Kesem bilan

Pembinaan dan Pengawasan

Pasal 663

(1) Pembinaan dan pengawasan terhadap perusahaan Dana Pensiun Pemberi Kerja Syariah dan Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syariah dilakukan oleh pejabat yang berwenang.

(2) Pembinaan dan pengawasan meliputi pengelolaan kekayaan Dana Pensiun Syariah dan penyelenggaraan program pensiun, baik dalam segi keuangan maupun teknis operasional.

(3) Ketentuan pelaksanaan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.

Pasal 664

(1) Dana Pensiun Syariah wajib dikelola dengan memperhatikan, kepentingan peserta serta pihak lain yang berhak atas manfaat pensiun sebagaimana ditetapkan dalam peraturan Dana Pensiun Syari'ah.

(2) Perusahaan Dana Pensiun Syariah wajib diselenggarakan sesuai dengan peraturan Dana Pensiun Syariah dan wajib memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku.

Pasal 665

(1) Setiap perusahaan Dana Pensiun Syariah wajib menyampaikan laporan berkala mengenai kegiatannya kepada pejabat yang berwenang yang terdiri dari:

1 8 6 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 202: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU II

TENTANG AKAD

187

a. laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik; dan

b. laporan teknis yang disusun oleh pengurus atau oleh pengurus dan aktuaris sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.

(2) Dalam melakukan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat di atas, pejabat yang berwenang melakukan pemeriksaan langsung terhadap Dana Pensiun Syari'ah.

(3) Setiap pendiri, mitra pendiri, pengurus, dan penerima titipan wajib memperlihatkan buku, catatan, dokumen serta memberikan keterangan yang diperlukan dalam rangka pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2 ).

(4) Dalam rangka pemeriksaan langsung sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) pejabat yang berwenang dapat menunjuk akuntan publik dan/atau aktuaris.

Pasal 666

(1) Dana Pensiun Syariah yang menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti Syariah wajib memiliki laporan aktuaris yang harus disampaikan kepada pejabat yang berwenang sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun sekali atau apabila dilakukan perubahan terhadap peraturan Dana Pensiun Syari'ah.

(2) Laporan aktuaris harus menyatakan:

a. besarnya iuran yang diperlukan untuk membiayai program pensiun;

b. cukup tidaknya kekayaan yang dim iliki Dana Pensiun Syariah untuk pembayaran manfaat pensiun; dan

c. besarnya angsuran iuran tambahan untuk menutupi kekurangan pendanaan, yang perlu dibayarkan

BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari’ah 187

Page 203: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

188 BUKU II

TENTANG AKAD

selama jangka waktu yang diperkenankan dalam ketentuan tentang pendanaan dan solvabilitas yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.

Pasal 667

(1) Setiap perusahaan Dana Pensiun Syariah wajib mengumumkan neraca dan perhitungan hasil usaha kepada peserta menurut bentuk, susunan dan waktu yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.

(2) Pengurus wajib menyampaikan keterangan kepadasetiap peserta mengenai hal-hal yang timbul dalam rangka kepesertaannya dalam bentuk dan pada waktu yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.

(3) Pengurus wajib menyampaikan keterangan kepadapeserta mengenai setiap perubahan peraturan Dana Pensiun Syari'ah.

188 BUKU II | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 204: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU III

ZAKAT DAN HIBAH

189

BUKU IIIZAKAT DAN HIBAH

BABI

KETENTUAN UMUM

Pasal 668

Yang dimaksud dengan:1. Infak adalah pendermaan atau pemberian rizki/karunia atau

penafkahan sesuatu kepada pihak lain, berdasarkan rasa ikhlas dengan tujuan untuk mendapatkan ridha Allah.

2. Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau lembaga yang dimiliki oleh muslim untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.

3. Zakat profesi adalah zakat yang dikeluarkan dari hasil usaha yang halal dan dapat mendatangkan hasil (uang) yang relatif banyak dengan cara yang mudah, baik melalui suatu keahlian tertentu ataupun tidak.

4. Zakat pertanian adalah zakat atas tanam-tanaman yang dimaksudkan untuk pertanian dan/atau hasilnya.

5. Zakat perdagangan adalah zakat atas transaksi barang dan/atau jasa.

6. Zakat fitrah adalah penyisihan harta yang didasarkan atas upaya untuk mensucikan jiwa yang dilakukan oleh muzaki yang wajib dikeluarkan pada bulan ramadhan.

7. Muzaki adalah orang atau lembaga yang dimiliki oleh muslim yang berkewajiban menunaikan zakat.

8. Mustahik adalah orang atau lembaga yang berhak menerima zakat.

BUKU III I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 189

Page 205: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

190 BUKU III

ZAKAT DAN HIBAH

9. Hibah adalah penyerahan kepemilikan suatu barang kepada orang lain tanpa imbalan apa pun.

10. Penghibah adalah orang yang memberikan barang dengan cara menghibahkan.

11. Penerima hibah adalah orang yang menerima hibah.12. M a u h u u b adalah barang yang dihibahkan.13. Hadiah (pemberian) adalah barang yang diberikan atau

dikirimkan kepada seseorang sebagai tanda penghormatan kepadanya.

14. Shadaqah adalah barang yang diberikan, semata-mata karena mengharapkan pahala.

BAB IIKETENTUAN UMUM ZAKAT

Pasal 669

Zakat wajib bagi setiap orang atau badan dengan syarat-syarat sebagai berikut:a. Muslimb. Mencapai nishab dengan kepemilikian sempurna walaupun sifat

harta itu berubah disela-sela haul.c. Memenuhi syarat satu haul bagi harta-harta tertentud. Harta itu tidak bergantung pada penggunaan seseorang.e. Harta itu tidak terikat oleh utang sehingga menghilangkan

nishab.f. Harta bersama dipersamakan dengan harta perseorangan dalam

hal mencapai nishab.

190 BUKU III I kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 206: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU III

ZAKAT DAN HIBAH

191

BAB IIIHARTA YANG WAJIB DIZAKATI

Bagian Pertama Zakat Emas dan Perak

Pasal 670

Zakat wajib pada emas dan perak apabila:a. telah melampaui satu haul.b. banyaknya nishab emas adalah 85 gram, sedangkan nishab

perak adalah 595 gram.c. besarnya zakat emas dan perak adalah 2,5 %.d. tidak disyaratkan emas dan perak yang dizakati itu harus dicetak

atau dibentuk.

Bagian KeduaZakat Uang dan yang Senilai Dengannya

Pasal 671

Zakat wajib pada uang baik uang lokal maupun asing, dan seluruh kertas-kertas berharga yang senilai dengan uang, harta-harta yang disimpan dengan ketentuan:a. harta-harta tersebut di atas harus mencapai nishab dan

melampaui satu haul.b. nishab harta tersebut senilai dengan 85 gram emas.c. besarnya zakat yang harus dibayarkan adalah 2,5 %.

BUKU III I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 191

Page 207: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

192 BUKU III

ZAKAT DAN HIBAH

Bagian Ketiga Zakat Perdagangan

Pasal 672

(1) Zakat perdagangan antara lain mencakup usaha industri, usaha perhotelan, dan usaha ekspor-impor, kontraktor, real estate, percerakan/penerbitan, swalayan dan supermarket.

(2) Zakat wajib pada barang-barang dagangan yang memiliki nilai ekonomis, baik barang bergerak maupun tidak bergerak, dengan syarat-syarat:a. mencapai nishab, dan adanya maksud atau niat

diperdagangkan;b. besarnya nishab zakat barang-barang perdagangan

adalah senilai dengan 85 gram emas;c. zakat yang harus dibayarkan adalah sebesar 2,5 %; dand. waktu pembayaran zakat barang-barang perdagangan

setelah melalui satu haul kecuali pada barang-barang tidak bergerak yang digunakan untuk perdagangan, zakatnya satu kali ketika menjualnya, dan untuk pertanian pada saat memanennya.

Pasal 673

Zakat diwajibkan terhadap barang-barang hasil produksi apabila telah memenuhi syarat.

Pasal 674

Zakat dikenakan juga pada produk lembaga keuangan syari'ah, baik bank maupun non-bank, yang ketentuannya disesuaikan menurut akad masing-masing produk.

192 BUKU III I kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 208: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU III

ZAKAT DAN HIBAH

193

Bagian Keempat Zakat Pertanian

Pasal 675

(1) Zakat hasil pertanian mencakup zakat tanam-tanaman dan/atau hasil dari tanaman.

(2) Nishab zakat hasil pertanian senilai dengan 1481 {seribu empat ratus delapan puluh satu) kg gabah atau 815 (delapan ratus lima belas) kg beras yang dikeluarkan pada setiap panen.

(3) Zakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dibayar oleh pemilik, penggarap, atau penyewa tanah.

(4) Kadar zakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah 10% jika pengairan tanah itu diperoleh secara alami dan 5% jika pengairan tanah itu menggunakan teknik irigasi.

Bagian Kelima Zakat Pendapatan

Pasal 676

(1) Zakat diwajibkan dari pendapatan angkutan baik angkutan darat, laut dan udara dan kendaraan-kendaraan lainnya.

(2) Nishab zakat pendapatan senilai dengan zakat emas yaitu 85 gram

(3) Besarnya zakat yang wajib dikeluarkan adalah 2,5%.

BUKU III I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 193

Page 209: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

194 BUKU III

ZAKAT DAN HIBAH

Bagian KeenamZakat Madu dan Sesuatu yang Dihasilkan dari Binatang

Pasal 677

(1) Zakat wajib dikeluarkan pada madu jika telah mencapai 70 Kg setelah dikurangi biaya produksi dengan besarnya zakat yang harus dikeluarkan sebanyak 5%.

(2) Zakat diwajibkan pula terhadap sesuatu yang dihasilkan dari binatang seperti susu, telur, sarang burung, sarang ulat sutera, dan lain-lain. Ketentuannya mengikuti ketentuan zakat barang-barang yang bernilai ekonomis.

(3) Zakat wajib dikeluarkan pula pada setiap yang dihasilkan dari laut seperti ikan, mutiara, dan lain-lain dengan besarnya zakat sebanyak 2,5%.

Bagian Ketujuh Zakat Profesi

Pasal 678

Yang berkewajiban zakat adalah orang atau badan hukum.

Pasal 679

(1) Zakat dihitung dari seluruh penghasilan yang didapatkan kemudian dikurangi oleh biaya kebutuhan hidup.

(2) Besarnya nishab sama dengan besarnya nishab pada zakat barang yang memiliki nilai ekonomis, yaitu 85 gram emas.

194 BUKU III I kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 210: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU III

ZAKAT DAN HIBAH

195

Bagian KedelapanZakat Barang Temuan dan Barang Tambang

Pasal 680

Zakat wajib dikeluarkan sebanyak 20% pada barang-barang temuan dan barang tambang yang dihasilkan baik dari dalam tanah maupun laut, baik berbentuk padatan, cairan, atau gas setelah dikurangi biaya penelitian dan produksi

Bagian Kesembilan Zakat Fitrah

Pasal 681

(1) Zakat fitrah diwajibkan atas setiap muslim baik tua atau muda, baik dikeluarkan oleh diri sendiri atau orang yang menanggungnya dan diserahkan kepada Faqir pada 15 hari terakhir pada bulan Ramadhan sampai sebelum melaksanakan shalat'Id.

(2) Seorang muslim yang terkena wajib zakat fitrah ini apabila memiliki kemampuan untuk makan selama sehari semalam.

(3) Besarnya zakat yang harus dikeluarkan adalah sebanyak satu sha' (2,5 kg) makanan pokok atau yang senilai dengannya.

Bagian Kesepuluh Mustahik Zakat

Pasal 682

Mustahik zakat adalah kelompok masyarakat yang berhak menerima zakat yang telah ditentukan dalam Alquran dan terdiri dari: fakir, miskin, 'amilin, muallaf, hamba sahaya, gharimin, di jalan Allah, dan ibnu sabil.

BUKU III I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 195

Page 211: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

196 BUKU III

ZAKAT DAN HIBAH

Bagian KesebelasHasil Zakat dan Pendistribusiannya

Pasal 683

(1) Yang berhak mengelola zakat adalah negara yang kemudian didistribusikan kepada 8 mustahik zakat.

(2) Zakat terlebih dulu didistribusikan kepada mustahik zakat yang berada di daerah pengumpulan zakat.

Pasal 684

Barang siapa yang melanggar ketentuan zakat ini maka akan dikenaisanksi sebagaimana diatur sebagai berikut:

a. Barangsiapa yang tidak menunaikan zakat maka akan dikenai denda dengan jumlah tidak melebihi dari besarnya zakat yang wajib dikeluarkan.

b. Denda sebagaimana dimaksud dalam angka (1) didasarkan pada putusan pengadilan.

c. Barangsiapa yang menghindar dari menunaikan zakat, maka dikenakan denda dengan jumlah tidak melebihi (20%) dari besarnya zakat yang harus dibayarkan.

d. Zakat yang harus dibayarkan ditambah dengan denda dapat diambil secara paksa oleh juru sita untuk diserahkan kepada badan amil zakat daerah kabupaten/kota.

196 BUKU III I kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 212: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU III

ZAKAT DAN HIBAH

197

BAB IV HIBAH

Bagian PertamaRukun Hibah dan Penerimaannya

Pasal 685

Rukun hibah terdiri dari:a. wahib/pemberi;b. mauhub lah/penerima;c. mauhub bih/benda yang dihibahkan;d. iqrar/pernyataan; dane. qabd/penyerahan.

Pasal 686

(1) Suatu akad hibah dapat terjadi dengan adanya ijab/pernyataan.

(2) Kepemilikan menjadi sempurna setelah barang hibah diterima oleh penerima hibah.

(3) Ijab dalam hibah dapat dinyatakan dengan kata-kata, tulisan, atau isyarat, yang mengandung arti beralihnya kepemilikan harta secara cuma-cuma.

Pasal 687

Transaksi hibah juga dapat terjadi dengan suatu tindakan seperti seseorang penghibah memberikan sesuatu dan diterima oleh penerima hibah.

Pasal 688

Pengiriman dan penerimaan barang hibah dan shadaqah adalah sama dengan pernyataan lisan dalam ijab dan kabul.

BUKU III I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 197

Page 213: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

198 BUKU III

ZAKAT DAN HIBAH

Penerimaan barang dalam transaksi hibah seperti penerimaan dalam transaksi jual beli.

Pasal 689

Pasal 690

Dalam penerimaan barang hibah, diharuskan ada izin dari penghibah baik secara tegas ataupun samar.

Pasal 691

Penghibah dianggap telah memberi izin kepada penerima hibah untuk menerima barang, dengan menyerahkan obyek hibah.

Pasal 692

Apabila penghibah telah memberi izin dengan jelas untuk penerimaan barang hibah, maka penerima berhak mengambil barang yang diberikan sebagai hibah, baik ditempat pertemuan ke kedua belah pihak, atau setelah mereka berpisah. Apabila izin itu hanya berupa isyarat atau tersamar, hal itu hanya berlaku sepanjang mereka belum berpisah di tempat itu.

Pasal 693

Seorang pembeli boleh secara sah memberikan suatu hibah kepada pihak ketiga, meskipun ia belum menerima penyerahan barang itu dari penjual, dan ia meminta penerima hibah untuk mengambilnya.

Pasal 694

Barangsiapa yang menghibahkan barang kepada seseorang yang barang tersebut telah ada di tangan sipenerima hibah, maka penyerahan itu sudah lengkap, tidak diperlukan penerimaan dan penyerahan kedua kalinya.

198 BUKU III I kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 214: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU III

ZAKAT DAN HIBAH

199

Hibah dapat terjadi dengan cara pembebasan utang dari orang yang memiliki piutang terhadap orang yang berutang dengan syarat orang yang berutang tidak menolak pembebasan utang tersebut.

Pasal 696

Hibah dapat terjadi dengan cara seseorang memberikan harta kepada orang lain padahal harta tersebut merupakan hibah yang belum diterimanya dengan syarat penerima hibah yang terakhir telah menerima hibah tersebut.

Pasal 697

Transaksi hibah dinyatakan batal jika salah seorang dari penghibah atau penerima hibah meninggal dunia sebelum penyerahan hibah dilaksanakan.

Pasal 695

Pasal 698

Dalam hal hibah yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya yang sudah dewasa, harta yang diberikan sebagai hibah itu harus diserahkan dan harus diterima oleh anak tersebut.

Pasal 699

Wali dapat menghibahkan mauhub kepada muwalla, baik diterima langsung maupun dititipkan kepada pihak ketiga.

Pasal 700

Suatu hibah yang diberikan kepada seorang anak bisa dinyatakan transaksi hibah telah terjadi dengan sempurna, bila walinya atau orang yang dikuasakan untuk memelihara dan mendidik anak itu mengambil hibah tersebut.

BUKU III I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 199

Page 215: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

2 0 0 BUKU III

ZAKAT DAN HIBAH

Apabila si penerima hibah adalah seorang anak yang sudah cakap bertindak (m u m a y iz), maka transaksi hibah itu dianggap telah sempurna bila anak itu sendiri yang mengambil langsung hibah itu, meskipun ia mempunyai seorang wali.

Pasal 702

Suatu hibah yang baru akan berlaku pada waktu yang akan datang, maka transaksi hibah itu tidak sah.

Pasal 703

Transaksi hibah adalah sah dengan syarat dan syarat tersebut mengikat penerima hibah.

Pasal 701

Bagian Kedua Persyaratan Akad Hibah

Pasal 704

Harta yang diberikan sebagai hibah disyaratkan harus sudah ada pada saat akad hibah.

Pasal 705

(1) Harta yang diberikan sebagai hibah disyaratkan harus berasal dari harta penghibah.

(2) Harta yang bukan milik penghibah jika dihibahkan dapat dianggap sah apabila pemilik harta tersebut mengizinkannya meskipun izin tersebut diberikan setelah harta tersebut diserahkan.

Pasal 706

Suatu harta yang dihibahkan harus pasti dan diketahui.

2 0 0 BUKU III I kompilasi hukum ekonomi syari’ah

Page 216: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU III

ZAKAT DAN HIBAH

2 0 1

Pasal 707

Seorang penghibah diharuskan sehat akalnya dan telah dewasa.

Pasal 708

Hibah yang terjadi karena ada paksaan batal.

Bagian Ketiga M enarik Kembali Hibah

Pasal 709

Peralihan kepemilikan mauhub bih kepada mauhub lah terjadi sejak diterimanya mauhub bih.

Pasal 710

Wahib dapat menarik kembali hibahnya atas keinginannya sendiri sebelum harta hibah itu diserahkan.

Pasal 711

Apabila wahib melarang penerima hibah untuk mengambil hibahnya setelah akad hibah, berarti ia menarik kembali hibahnya itu.

Pasal 712

Penghibah dapat menarik kembali harta hibahnya setelah penyerahan dilaksanakan, dengan syarat si penerima menyetujuinya.

Pasal 713

Apabila wahib menarik kembali mauhub yang telah diserahkan tanpa ada persetujuan dari mauhub lah, atau tanpa keputusan Pengadilan, maka wahib ditetapkan sebagai perampas barang orang lain; dan apabila barang itu rusak atau hilang ketika berada di bawah kekuasaannya, maka ia harus mengganti kerugian.

BUKU III I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 2 0 1

Page 217: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

2 0 2 BUKU III

ZAKAT DAN HIBAH

(1) Apabila seseorang memberi hibah kepada orang tuanya, atau kepada saudara laki-laki atau perempuannya, atau kepada anak- anak saudaranya, atau kepada paman-bibinya, maka ia tidak berhak menarik kembali hibahnya.

(2) Apabila orang tua memberi hibah kepada anak-anaknya, maka ia berhak menarik kembali hibah tersebut selama anak tersebut masih hidup.

(3) Hibah orang tua kepada anaknya diperhitungkan sebagai warisan apabila hibah tersebut tidak disepakati oleh ahli waris lainnya.

Pasal 714

Pasal 715

Apabila suami atau isteri, tatkala masih dalam ikatan pernikahannya, saling memberi hibah pada yang lain, mereka tidak berhak menarik kembali hibahnya masing-masing setelah adanya penyerahan harta.

Pasal 716

Apabila sesuatu diberikan sebagai pengganti harta hibah dan diterima oleh penghibah, maka penghibah itu tidak berhak menarik kembali hibahnya.

Pasal 717

Apabila sesuatu ditambahkan dan menjadi bagian yang melekat pada harta hibah, maka hibah itu tidak boleh ditarik kembali. Tetapi suatu penambahan yang tidak menjadi bagian dari suatu barang hibah, tidak menghalangi dari kemungkinan penarikan kembali.

2 0 2 BUKU III | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 218: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU III

ZAKAT DAN HIBAH

203

Apabila orang yang menerima hibah memanfaatkan kepemilikannya dengan cara menjual hibah itu atau membuat hibah lain dari hibah itu dan memberikannya kepada orang lain, maka penghibah tidak mempunyai hak untuk menarik kembali hibahnya.

Pasal 719

Apabila barang hibah itu rusak ketika sudah berada di tangan orang yang menerima hibah, barang hibah seperti itu tidak boleh ditarik kembali.

Pasal 718

Pasal 720

Dalam hal penghibah atau penerima hibah meninggal dunia, maka hibah itu tak dapat ditarik kembali.

Pasal 721

Suatu shadaqah tidak dapat ditarik kembali jika sudah diserahkan dengan alasan apa pun.

Pasal 722

Apabila seseorang mengizinkan orang lain untuk memakan suatu makanan, maka orang yang diberi izin setelah mendapatkannya tidak boleh bertindak seolah-olah barang itu miliknya; misalnya dengan cara menjualnya, atau menghibahkan barang itu untuk diberikan kepada orang ketiga. Tetapi ia boleh memakan makanan itu dan pemiliknya tidak dapat menuntut harga barang yang telah dimakannya.

BUKU III I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 203

Page 219: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

204 BUKU III

ZAKAT DAN HIBAH

Hadiah yang diberikan pada saat selamatan khitanan atau pesta pernikahan adalah milik orang-orang yang diniatkan untuk diberi oleh si pemilik itu. Apabila mereka tidak mampu mengetahui untuk siapa dan masalah itu tidak dapat diselesaikan oleh mereka, maka masalah itu harus diselesaikan dengan berpegang kepada adat kebiasaan setempat.

Pasal 723

Bagian KeempatHibah Orang yang Sedang Sakit Keras

Pasal 724

Apabila seseorang yang tidak punya ahli waris menghibahkan seluruh kekayaannya pada orang lain ketika sedang menderita sakit keras lalu menyerahkan hibah itu, maka hibah tersebut adalah sah, dan b a it a l-m a l (balai harta peninggalan) tidak mempunyai hak untuk campur tangan dengan barang peninggalan tersebut setelah yang bersangkutan meninggal.

Pasal 725

Apabila seorang suami yang tidak memiliki keturunan atau ahli waris lainnya, atau seorang isteri yang tidak mempunyai keturunan dari suaminya atau ahli waris lainnya menghibahkan seluruh kekayaannya kepada isteri atau suami, ketika salah seorang dari mereka sedang menderita sakit keras dan lalu menyerahkannya, pemberian hibah itu adalah sah, dan b a it a l-m a l tidak mempunyai hak untuk campur tangan pada harta peninggalan dari salah seorang dari mereka yang meninggal.

Pasal 726

Apabila seseorang memberi hibah kepada salah seorang ahli warisnya ketika orang itu sedang menderita sakit keras, dan kemudian meninggal, hibah itu tidak sah kecuali ada persetujuan

204 BUKU III I kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 220: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU IV

AKUNTANSI SYARI'AH

205

dari ahli waris yang lain. Tetapi jika hibah itu diberi dan diserahkan kepada orang lain yang bukan ahli warisnya dan hibah itu tidak melebihi sepertiga harta peninggalannya, maka hibah itu adalah sah. Tetapi bila hibah itu melebihi sepertiganya dan para ahli waris tidak menyetujui hibah tersebut, hibah itu masih sah, untuk sepertiga dari seluruh harta peninggalan dan orang yang diberi hibah harus mengembalikan kelebihannya dari sepertiga harta itu.

Pasal 727

Apabila seseorang yang harta peninggalannya habis untuk membayar utang, dan orang tersebut waktu sakit keras menghibahkan hartanya kepada ahli warisnya atau kepada orang lain, lalu menyerahkannya dan kemudian meninggal. Maka kreditor berhak mengabaikan penghibahan tersebut, dan memasukkan barang yang dihibahkan tadi untuk pembayaran utangnya.

BUKU IVAKUNTANSI SYARI'AH

BABICAKUPAN AKUNTANSI SYARI'AH

Pasal 728

(1) Akuntansi syari'ah harus dilakukan dengan mencatat, mengelompokkan, dan menyimpulkan transaksi-transaksi atau kejadian-kejadian yang mempunyai sifat keuangan dalam nilai mata uang untuk dijadikan bahan informasi dan analistf bagi pihak-pihak yang secara proporsional berkepentingan.

(2) Pihak-pihak yang berkepentingan dalam ayat (1) adalah pemilik dana, kreditur, pembayar zakat, infak dan shadaqah (Z|S), pemegang saham, otoritas pengawasan, Bank Indonesia, pemerintah, lembaga penjamin simpanan dan masyarakat.

BUKU IV I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 205

Page 221: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

206 BUKU IV

AKUNTANSI SYARI'AH

Akuntansi syari'ah mencakup pencatatan seluruh transaksi syariah.

Pasal 730

Akuntansi keuangan harus mengungkapkan karakteristik dan jumlahkontinjensi yang berhubungan dengan:a. substitusi pembiayaan langsung;b. transaksi tertentu;c. garansi yang diterima dan diterbitkan dalam rangka pemberian

atau penerimaan pembiayaan dalam dan luar negeri;d. garansi bank atau jaminan yang diterbitkan secara sindikasi

sebesar porsi yang dijaminkan perusahaan yang bersangkutan;e. perdagangan yang sifatnya berakhir sendiri dan berjangka

pendek yang timbul dari pergerakan barang-barang; danf. pendapatan penyaluran dana dalam penyelesaian yang

merupakan perhitungan pendapatan dari aktiva produktif nonperforming yang belum dapat diakui sebagai pendapatan penyaluran dana periode berjalan.

Pasal 731

(1) Akuntansi aktiva wajib dilakukan dalam rangka menjelaskan keadaan kas, giro, dan investasi surat berharga.

(2) Giro sebagaimana dalam ayat (1) mencakup giro pada Bank Indonesia dan giro pada bank lain.

(3) Giro pada Bank Indonesia dapat berupa giro wadi'ah dan/atau sertifikat Bank Indonesia Syariah.

Pasal 732

Pengakuan dan pengungkapan perusahaan mengenai giro pada bank harus menjelaskan:a. jenis penempatan daiam bentuk sertifikat investasi mudharabah

atau tabungan mudharabah;

Pasal 729

206 BUKU IV I kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 222: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU IV

AKUNTANSI SYARI'AH

207

b. jumlah penempatan;c. jenis valuta;d. jangka waktu dan rata-ratanya;e. kualitas penempatan;f. tingkat bagi hasil atau bonus;g. hubungan istimewa;h. jumlah dana yang diblokir dan alasannya; dani. jumlah dana yang tidak dapat dicairkan pada bank bermasalah,

beku operasi, atau likuidasi.

Pasal 733

(1) Pengakuan investasi pada efek harus mengklasifikasi efek pada saat perolehan.

(2) Efek dapat diklasifikai menjadi:a. efek yang dimiliki hingga jatuh tempo;b. efek yang diperdagangkan; danc. efek yang tersedia untuk dijual.

Pasal 734

Efek harus disajikan berdasarkan tingkat likuiditasnya.

Pasal 735

Efek yang dimiliki hingga jatuh tempo harus disajikan sebesar biaya perolehan.

Pasal 736

Dalam laporan arus kas, arus kas yang digunakan untuk atau berasal dari pembelian, penjualan, dan jatuh tempo efek dalam kelompok yang dimiliki hingga jatuh tempo, harus diklasifikasi sebagai arus kas aktivitas investasi dan dilaporkan sebesar nilai bruto dalam laporan arus kas.

B U K U I V I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 207

Page 223: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

208 BUKU IV

AKUNTANSI SYARI'AH

BAB IIAKUNTANSI PIUTANG

Pasal 737

Pengungkapan dan pengakuan piutang dalam perusahaan yang menggunakan sistem syari'ah dapat berupa pengakuan piutang murabahah, piutang salam, dan piutang istishna'.

Pasal 738

Pengungkapan dan pengakuan piutang murabahah harus mencakup:a. pengakuan dan pengukuran uang muka atau urbun;b. pengkuan piutang;c. pengakuan keuntungan;d. pengakuan potongan pelunasan dini, dane. pengakuan denda.

Pasal 739

Pengungkapan dan pengakuan piutang salam harus mencakup:a. rincian piutang salam berdasarkan jumlah, jangka waktu, jenis

valuta, kualitas piutang, dan penyisihan kerugian piutang salam;b. piutang salam kepada penjual yang memiliki hubungan

istimewa;c. besarnya modal usaha salam; dand. jenis serta kuantitas benda yang dipesan.

Pasal 740

Pengungkapan dan pengakuan piutang istishna' harus mencakup:a. rincian piutang istishna' berdasarkan jumlah, jangka waktu, jenis

valuta, dan kualitas piutang; besarnya piutang istishna';b. penyisihan kerugian piutang istishna';

2 0 8 BUKU IV | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 224: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU IV

AKUNTANSI SYARI'AH

209

c. pendapatan dan keuntungan dari kontrak istishna' selama periode berjalan;

d. jumlah akumulasi biaya atas kontrak berjalan serta pendapatan dan keuntungan sampai dengan akhir periode berjalan;

e. jumlah sisa kontrak yang belum selesai menurut spesifikasi dan syarat kontrak;

f. klaim tambahan yang belum selesai dan semua denda yang bersifat kontinjen sebagai akibat keterlambatan pengiriman barang;

g. nilai kontrak istishna' pararel yang sedang berjalan serta rentang periode pelaksanaannya; dan

h. nilai kontrak istishna' yang telah ditandatangani perusahaan selama periode berjalan tapi belum dilaksanakan dan rentang periode pelaksanaannya.

BAB IIIAKUNTANSI PEMBIAYAAN

Pasal 741

Pengungkapan dan pengakuan pembiayaan harus berupa pengungkapan dan pengakuan atas:a. pembiayaan mudharabah;b. pembiayaan musyarakah;c. pinjaman qardh;d. penyaluran dana investasi terikat;e. penyisihan kerugian dan penghapusbukuan;f. tagihan dan kewajiban akseptasi;g. ijarah;h. aktiva istishna' dalam penyelesaian;i. penyertaan pada entitas lain;j. aktiva tetap dan akumulsi penyusutan; dank. aktiva lain-lain.

BUKU IV I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 209

Page 225: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

210 BUKU IV

AKUNTANSI SYARI'AH

Pasal 742

Aktiva lain-lain mencakup:a. piutang pendapatan bagi hasil;b. piutang pendapatan ijarah; danc. aktiva lainnya.

Pasal 743

Pengungkapan dan pengakuan pembiayaan mudharabah harusmenjelaskan:a. rincian jumlah mudharabah berdasarkan kas atau nonkas, jenis

penggunaan dan sektor ekonomi;b. jumlah pembiayaan mudharabah yang diberikan kepada pihak

yang mempunyai hubungan istimewa;c. jumlah pembiayaan mudharabah yang telah direstrukturisasi

dan informasi lain tentang pembiayaan mudharabah yang direstrukturisasi selama periode berjalan;

d. klasifikasi pembiayaan mudharabah menurut jangka waktu, kualitas pembiayaan, valuta dan tingkat bagi hasil rata-rata;

e. metode yang digunakan untuk menentukan penyisihan khusus dan umum;

f. kebijakan manajemen dalam pelaksanaan pengendalian risiko portofolio pembiayaan mudharabah;

g. besarnya pembiayaan mudharabah bermasalah danpenyisihannya untuk setiap sektor ekonomi;

h. kebijakan dan metode penyisihan dan penghapusan pembiayaan mudharabah bermasalah;

i. ikhtisar pembiayaan mudharabah yang dihapus buku yang menunjukan saldo awal, penghapusan selama tahun berjalan, penerimaan atas pembiayaan mudharabah yang telah dihapusbukukan dan pembiayaan mudharabah yang dihapus tagih dan saldo akhir pembiayaan mudharabah yang dihapus buku;dan

j. kerugian atas penurunan nilai pembiayaan mudharabah apabila ada.

210 BUKU IV I kompilasi hukum ekonomi syari’ah

Page 226: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU IV

AKUNTANSI SYARI'AH

2 1 1

Pengungkapan dan pengakuan pembiayaan musyarakah harusmenjelaskan:a. rincian jumlah musyarakah berdasarkan kas atau nonkas, jenis

penggunaan dan sektor ekonomi;b. klasifikasi pembiayaan musyarakah menurut jangka waktu,

kualitas pembiayaan, valuta dan tingkat bagi hasil rata-rata;c. jumlah pembiayaan musyarakah yang diberikan kepada pihak

yang mempunyai hubungan istimewa;d. jumlah pembiayaan musyarakah yang telah direstrukturisasi dan

informasi lain tentang pembiayaan musyarakah yangdirestrukturisasi selama periode berjalan;

e. kebijakan manajemen dalam pelaksanaan pengendalian risiko portofolio pembiayaan musyarakah;

f. besarnya pembiayaan musyarakah bermasalah danpenyisihannya untuk setiap sektor ekonomi;

g. kebijakan dan metode penyisihan dan penghapusanpembiayaan musyarakah bermasalah;

h. ikhtisar pembiayaan musyarakah yang dihapus buku yang menunjukan saldo awal, penghapusan selama tahun berjalan, penerimaan atas pembiayaan musyarakah yang telah dihapusbukukan dan pembiayaan musyarakah yang dihapustagih dan saldo akhir pembiayaan musyarakah yang dihapus buku; dan

i. kerugian atas penurunan nilai pembiayaan musyarakah apabila ada.

Pasal 745

Pengungkapan dan pengakuan pinjaman qardh harus menjelaskan:a. rincian jumlah pinjaman qardh berdasarkan sumber dana, jenis

penggunaan dan sektor ekonomi;b. jumlah pinjaman qardh yang diberikan kepada pihak yang

mempunyai hubungan istimewa;

Pasal 744

BUKU IV I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 211

Page 227: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

212 BUKU IV

AKUNTANSI SYARI'AH

c. kebijakan manajemen dalam pelaksanaan pengendalian risiko pinjaman qardh; dan

d. ikhtisar pinjaman qardh yang dihapus buku yang menunjukan saldo awal, penghapusan selama tahun berjalan, penerimaan atas pinjaman qardh yang telah dihapusbukukan dan pinjaman qardh yang dihapustagih dan saldo akhir pinjaman qardh yang dihapus buku.

Pasal 746

Pengungkapan dan pengakuan mengenai penyaluran dana investasiterikat (e x e cu tin g ) harus menjelaskan:a. rincian jumlah penyaluran dana investasi terikat berdasarkan

jenis penyaluran dana, bentuk penyaluran dana kas atau nonkas, jenis valuta, jenis penggunaan, sektor ekonomi, jangka waktu, kualitas pembiayaan, dan tingkat bagi hasil atau margin rata-rata;

b. jumlah penyaluran dana investasi terikat yang diberikan kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa;

c. jumlah penyaluran dana investasi terikat yang telah direstrukturisasi dan informasi lain tentang penyaluran dana investasi terikat yang direstrukturisasi selama periode berjalan;

d. kebijakan manajemen dalam pelaksanaan pengendalian risiko portofolio penyaluran dana investasi terikat;

e. besarnya penyaluran dana investasi terikat bermasalah dan penyisihannya untuk setiap sektor ekonomi;

f. kebijakan dan metode penyisihan dan penghapusan penyaluran dana investasi terikat bermasalah; dan

g. ikhtisar penyaluran dana investasi terikat yang dihapus buku yang menunjukan saldo awal, penghapusan selama tahun berjalan, penerimaan atas penyaluran dana investasi terikat yang telah dihapusbukukan dan penyaluran dana investasi terikat yang dihapustagih dan saldo akhir penyaluran dana investasi terikat yang dihapus buku.

212 BUKU IV I kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 228: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU IV

AKUNTANSI SYARI'AH

213

a. ikhtisar perubahan penyisihan kerugian dan penghapusbukuan aktiva produktif dalam tahun bersangkutan yang menyangkut saldo awal tahun, selisih kurs karena penjabaran penyisihan dalam valuta asing, penyisihan selama tahun berjalan, penerimaan aktiva produktif yang telah dihapus buku, penghapusan aktiva produktif tahun bersangkutan, dan saldo akhir tahun;

b. kebijakan dan metode akuntansi penyisihan, penghapusan, dan pengelolaan aktiva produktif bermasalah;

c. metode yang digunakan untuk menentukan penyisihan kerugian khusus dan umum; dan

d. penyisihan aktiva produktif bermasalah berdasarkan sektor ekonomi.

Pasal 747

P e n g u n g k a p a n d a n p e n g a k u a n m e n g e n a i p e n y is ih a n k e ru g ia n d an

p e n g h a p u s b u k u a n a k tiv a p ro d u k t if h a ru s m e n je la s k a n :

Pasal 748

Aktiva produktif dalam mata uang asing wajib dibentuk penyisihan kerugian ke dalam jenis mata uang yang sama.

Pasal 749

(1) Bank dapat mengasuransikan aktiva produktif.(2) Nilai asuransi tidak dapat diperhitungkan dalam penyisihan

kerugian aktiva produktif.

Pasal 750

Apabila aktiva produktif diasuransikan dan telah mendapat ganti rugi dari perusahaan asuransi atau penjamin, maka obyek asuransi

BUKU IV I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 213

Page 229: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

214 BUKU IV

AKUNTANSI SYARI'AH

tidak boleh mendapat ganti rugi dua kali. Oleh karena itu, setiap penerimaan setoran recoveries dari nasabah, secara proporsional diserahkan kepada perusahaan asuransi atau lembaga penjamin.

Pasal 751

Pengungkapan dan pengakuan mengenai persediaan harus menjelaskan:a. rincian saldo persediaan berdasarkan jenis akad, harga

perolehan, nilai realisasi bersih;b. jumlah dari setiap pemulihan nilai persediaan dari setiap

penurunan nilai persediaan yang diakui sebagai penghasilan selama periode pemulihan;

c. kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan;

d. kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan; dan

e. saldo benda pesanan yang masih harus diterima karena pemasok tidak dapat memenuhi janjinya.

Pasal 752

Pengungkapan dan pengakuan tagihan dan akseptasi harus menjelaskan:a. nilai Letter of Credit (L/C) yang dikonfirm dalam hal perusahaan

bertindak sebagai co n firm in g ; danb. kewajiban komitmen atau kontinjensi L/C kepada c o rre sp o n d e n t

b a n k diungkapkan sejumlah bruto kewajiban komitmen atau kontinjensi tanpa memperhitungkan setoran jaminan impor, dan dijabarkan dalam rupiah dengan menggunakan kurs yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

214 BUKU IV I kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 230: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU IV

AKUNTANSI SYARI'AH

2 1 5

Dalam pengakuan dan pengungkapan transaksi ekspor harus menjelaskan:a. tagihan dan kewajiban akseptasi transaksi ekspor dengan

acceptance L/C dan jangka waktu, dan counterparty;b. kualitas dan besar penyisihan kerugian yang dibentuk; danc. fasilitas diskonto wesel ekspor yang diberikan kepada eksportir

dan rata-rata tarif ujrahnya.

Pasal 754

Dalam pengakuan dan pengungkapan transaksi impor harus menjelaskan:a. tagihan dan kewajiban akseptasi transaksi impor dengan

Acceptance L/C dan jangka waktu, dan counterparty;b. fasilitas pembiayaan impor yang diberikan;c. tagihan wesel impor yang belum diselesaikan oleh importir; dand. kualitas dan besar penyisihan kerugian yang dibentuk.

Pasal 755

Tagihan karena transaksi ekspor dan impor, serta sisa jumlah L/C yang diterbitkan, harus dibentuk penyisihan kerugiannya.

Pasal 756

Pengungkapan dan pengakuan ijarah harus menjelaskan:a. sumber dana yang digunakan dalam pembiayaan ijarah;b. jumlah piutang cicilan ijarah yang akan jatuh tempo hingga dua

tahun terakhir;

Pasal 753

BUKU IV | kompilasi hukum ekonomi syari'ah 2 1 5

Page 231: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

216 BUKU IV

AKUNTANSI SYARI'AH

c. jumlah obyek ijarah berdasarkan jenis transaksi, jenis aktiva dan akumulasi penyusutannya apabila perusahaan sebagai pemilik obyek ijarah;

d. jumlah hutang ijarah yang jatuh tempo hingga dua tahun yang akan datang apabila perusahaan sebagai penyewa;

e. komitmen yang berhubungan dengan perjanjian ijarah muntahiyah bittamlik yang berlaku efektif pada periode laporan keuangan berikutnya; dan

f. kebijakan akuntansi yang digunakan atas transaksi ijarah dan ijarah muntahiyyah bittamlik.

Pasal 757

Pengungkapan dan pengakuan aktiva istishna' dalam penyelesaian, harus mengungkapkan metode yang digunakan dalam pengakuan pendapatan istishna' dan prosentase penyelesaian benda pesanaa

Pasal 758

Pengungkapan dan pengakuan penyertaan modal pada entitas lain harus mengungkapkan tambahan saham yang berasal dari dividen saham yang dikeluarkan oleh perusahaan asosiasi /investee.

Pasal 759

(1) Investasi yang berasal dari restrukturisasi pembiayaan wajib ditarik kembali apabila perusahaan debitur telah memperoleh laba bersih selama dua tahun berturut-turut.

(2) Apabila investasi sebagaimana dalam ayat (1) selama lima tahun belum ditarik kembali, maka wajib dihapusbukukan.

216 BUKU IV | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 232: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU IV

AKUNTANSI SYARI'AH

217

a. dasar-dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan jumlah bruto;

b. metode penyusutan yang digunakan;c. masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;d. jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan awal akhir

periode; dane. suatu rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode.

Pasal 761

Suatu rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode harus menjelaskan:a. penambahan;b. pelepasan;c. akuisisi melalui penggabungan usaha;d. revaluasi yang dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah,

penurunan nilai tercatat;e. penyusutan;f. perbedaan pertukaran neto yang timbul; dang. setiap pengklasifikasian kembali.

Pasal 762

Pengungkapan dan pengakuan tentang piutang pendapatan bagi hasil, harus mengungkapkan rincian piutang pendapatan bagi hasil berdasarkan jenis valuta, jumlah, jangka waktu, dan kualitas piutang.

Pasal 760

P e n g u n g k a p a n d a n p e n g a k u a n a k tiv a te ta p d an a k u m u la s i

p e n y u s u ta n , h a ru s m e n je la s k a n :

BUKU IV I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 217

Page 233: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

218 BUKU IV

AKUNTANSI SYARI'AH

Pengungkapan dan pengakuan tentang piutang pendapatan ijarah, harus mengungkapkan rincian tentang ijarah berdasarkan jumlah, jangka waktu, dan jenis valuta.

Pasal 764

Pengungkapan dan pengakuan tentang aktiva lainnya harus menyajikan secara gabungan sesuai dengan karakteristik jenis masing-masing aktiva lainnya, kecuali oleh otoritas pengawas atau ketentuan harus disajikan tersendiri.

BAB IVAKUNTANSI KEWAJIBAN

Pasal 765

Akuntansi kewajiban mencakup:a. pengakuan mengenai kewajiban segera;b. bagi hasil yang belum dibagikan;c. simpanan;d. simpanan dari perusahaan lain;e. hutang salam;f. hutang istishna';g. kewajiban dana investasi terikat dan kewajiban lain;h. hutang pajak;i. estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi;j. pinjaman yang diterima; dank. pinjaman subordinasi.

Pasal 763

218 BUKU IV I kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 234: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU IV

AKUNTANSI SYARI'AH

219

Pengungkapan dan pengakuan kewajiban segera harus menjelaskan:a. kiriman uang yang belum diambil oleh nasabah, dan penutupan

rekening;b. komponen dana pihak ketiga yang digunakan untuk Giro Wajib

Minimum (GWM) di Bank Indonesia; danc. dana yang dijaminkan sehingga diperhitungkan untuk premi

penjaminan yang harus dibayar.

Pasal 767

Pengungkapan dan pengakuan bagi hasil yang belum dibagikan harus disajikan di neraca sebesar jumlah kewajiban perusahaan yang wajib segera dibayarkan.

Pasal 768

Pengungkapan dan pengakuan simpanan dan simpanan dari perusahaan lain, harus menjelaskan:a. rincian simpanan mengenai jumlah dan jenis simpanan;b. jumlah simpanan yang diblokir untuk tujuan tertentu; danc. pemberian fasilitas istimewa kepada penyimpan.

Pasal 769

Pengungkapan dan pengakuan hutang salam harus menjelaskan:a. r in c ia n hutang salam berdasarkan jumlah dan jenis modal

salam, jangka waktu dan jenis mata uang;b. hutang salam kepada pembeli yang memiliki hubungan

istimewa; danc. jenis dan kuantitas benda pesanan.

Pasal 766

BUKU IV I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 219

Page 235: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

220 BUKU IV

AKUNTANSI SYARI'AH

a. rincian hutang istishna' berdasarkan jumlah, tujuan, jangka waktu dan jenis mata uang;

b. hutang istishna' kepada pembeli yang memiliki hubungan istimewa; dan

c. jenis dan kuantitas benda pesanan.

Pasal 771

Pengungkapan dan pengakuan hutang istishna' harus menjelaskan :a. rincian kewajiban;b. kebijakan akuntansi;danc. metode amortisasi serta masa manfaat.

Pasal 772

Pengungkapan dan pengakuan tentang kewajiban dana investasi terikat, harus menjelaskan:a. investasi terikat yang memiliki hubungan istimewa;b. rincian investasi terikat mengenai komposisi besarnya pemilikan

deposito mudharabah menurut jenis mata uang rupiah dan valuta asing; dan

c. jumlah simpanan yang diblokir untuk tujuan tertentu.

Pasal 773

Pengungkapan dan pengakuan tentang hutang pajak harus menjelaskan rincian hutang pajak berdasarkan jenis pajak yang dipungut dan dibayar atau disetorkan ke rekening penerimaan negara.

Pasal 770

P e n g u n g k a p a n d a n p e n g a k u a n h u ta n g is t is h n a ' h a ru s m e n je la s k a n :

220 BUKU IV I kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 236: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU IV

AKUNTANSI SYARI'AH

221

a. ikhtisar perubahan estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi dalam tahun bersangkutan; dan

b. kebijakan dan metode yang digunakan untuk menentukan estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi.

Pasal 775

Ikhtisar perubahan estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi harus menjelaskan:a. saldo awal tahun;b. selisih kurs penjabaran untuk estimasi dalam mata uang asing;c. pembentukan estimasi selama tahun berjalan;d. pengurangan pembentukan estimasi selama tahun berjalan;e. koreksi karena pengalihan komitmen dan kontinjensi ke dalam

neraca; danf. saldo akhir tahun.

Pasal 774

P e n g u n g k a p a n d a n p e n g a k u a n te n ta n g e st im a s i k e ru g ia n k o m itm e n

d a n k o n tin je n s i h a ru s m e n je la s k a n :

Pasal 776

Komitmen dan kontinjensi dalam mata uang asing wajib dibentuk estimasi kerugian dalam mata uang asing yang sama.

Pasal 777

Pengungkapan dan pengakuan tentang pinjaman yang diterima, harus menjelaskan:a. rincian pembiayaan yang diterima mengenai jenis dan sumber

dana yang diterima;

BUKU IV I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 221

Page 237: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

222 BUKU IV

AKUNTANSI SYARI'AH

b. jangka waktu, imbalan dan jatuh tempo pinjaman yang diterima;

c. jenis valuta;d. perikatan yang menyertainya;e. nilai aktiva perusahaan yang dijaminkan; danf. hubungan istimewa.

Pasal 778

Apabila pemerintah atau pihak lain menyediakan bantuan kepada perusahaan atau fasilitas pinjaman dengan tingkat imbalan yang lebih rendah dari tingkat imbalan di pasar, maka manajemen harus mengungkapkan bantuan tersebut dan dampaknya terhadap laba bersih.

Pasal 779

Pengungkapan dan pengakuan tentang pinjaman subordinasi harus menjelaskan:a. sumber dana pinjaman subordinasi;b. nisbah bagi hasil, jangka waktu, dan jatuh tempo;c. jenis valuta; dand. kontrak yang dipergunakan.

Pasal 780

Pengalihan pinjaman subordinasi menjadi setoran modal hanya dapat dilakukan berdasarkan ketentuan Bank Indonesia.

222 BUKU IV | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 238: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU IV

AKUNTANSI SYARTAH

223

BAB VAKUNTANSI INVESTASI TIDAK TERIKAT

Pasal 781

Akuntansi investasi terdiri atas investasi tidak terikat dari bukanbank, dan investasi tidak terikat dari bank lain.

Pasal 782

Pengungkapan dan pengakuan investasi tidak terikat dari bukanbank, harus menjelaskan:a. investasi tidak terikat yang memiliki hubungan istimewa;b. rincian investasi tidak terikat mengenai komposisi besarnya

pemilikan deposito mudharabah menurut jenis mata uang rupiah dan valuta asing; dan

c. jumlah simpanan yang diblokir untuk tujuan tertentu.

Pasal 783

Pengungkapan dan pengakuan investasi tidak terikat dari bank lain,harus menjelaskan:a. investasi tidak terikat yang memiliki hubungan istimewa;b. rincian investasi tidak terikat mengenai nisbah bagi hasil, jangka

waktu deposito, jumlah dan komposisi besarnya pemilikan deposito mudharabah menurut jenis mata uang rupiah dan valuta asing; dan

c. jumlah simpanan bank lain yang diblokir untuk tujuan tertentu.

BUKU IV I kompilasi hukum ekonomi syari'ah 223

Page 239: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

224 BUKU IV

AKUNTANSI SYARI'AH

BAB VIAKUNTANSI EQUITAS

Pasal 784

Komponen yang termasuk ekuitas adalah:a. modal disetor;b. tambahan modal disetor;c. selisih penilaian kembali aktiva tetap;d. laba atau rugi yang belum direalisasi atas perubahan nilai wajar;e. pendapatan komprehensif lain; danf. saldo laba.

Pasal 785

Pengungkapan dan pengakuan tentang modal disetor dantambahan modal disetor, harus menjelaskan:a. hal dan keistimewaan dari suatu golongan saham atas dividen

dan pelunasan modal pada saat likuidasi, dalam hal terdapat lebih dari satu jenis saham;

b. pembatasan yang melekat pada setiap jenis saham; jumlah tunggakan dividen atas saham preferen dengan hak dividen kumulatif tiap saham dan jumlah keseluruhan dividen periode sebelumnya;

c. perubahan atas modal yang ditanam dalam tahun berjalan;d. saham beredar yang diperoleh kembali;e. saham yang dikuasai oleh anak perusahaan atau perusahaan

asosiasi; danf. saham yang dicadangkan untuk hak opsi dan kontrak penjualan

termasuk nilai dan persyaratan.

224 BUKU IV I kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 240: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU IV

AKUNTANSI SYARI'AH

2 2 5

Pengungkapan dan pengakuan tentang saldo laba atau rugi harusmenjelaskan:a. penjatahan dan pemisahan saldo laba, penjelasan jenis

penjatahan dan pemisahan, tujuan penjatahan dan pemisahan saldo laba serta jumlahnya, dan perubahan akun-akun penjatahan atau pemisahan rugi laba;

b. peraturan perikatan, pembatasan dan jumlah pembatasan saldo laba;

c. koreksi masa lalu, baik bruto maupun netto setelah pajak, dengan menjelaskan bentuk kesalahan laporan keuangan terdahulu, dampak koreksi terhadap laba usaha, laba bersih dan nilai saham per lembar;

d. jumlah dividen dan dividen perlembar saham, termasuk keterbatasan saldo laba tersedia bagi dividen;

e. tunggakan dividen, baik jumlah maupun tunggakan perlembar saham;

f. deklarasi dividen setelah tanggal neraca, sebelum tanggal penerbitan laporan keuangan; dan

g. dividen saham dan pecah saham, termasuk jumlah yang dikapitalisasi dan saji ulang laba perusaham agar laporan keuangan berdaya banding.

Pasal 787

Pengungkapan dan pengakuan tentang laporan perubahan danainvestasi terikat, harus menjelaskan:a. periode yang dicakup oleh perubahan dana investasi terikat;b. saldo awal, keuntungan atau kerugian, dan saldo akhir dana

investasi terikat yang berasal dari revaluasi dana investasi tidak terikat;

Pasal 786

BUKU IV i kompilasi hukum ekonomi syari'ah 225

Page 241: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

226 BUKU IV

AKUNTANSI SYARI'AH

c. sifat dari hubungan antara perusahaan dan para pemilik dana investasi terikat, baik sebagai pengelola dana maupun sebagai agen investasi;

d. hak dan kewajiban yang dikaitkan dengan masing-masing jenis dana investasi terikat atau unit investasi; dan

e. rincian investasi terikat menurut jenis mata uang rupiah dan mata uang asing, tempat, jangka waktu, sektor usaha, dan komposisi besarnya pemilikan dana.

BAB VII

AKUNTANSI ZIS DAN QARDH

Pasal 788

Pengungkapan dan pengakuan tentang laporan sumber dana danpenggunaan dana ZIS harus menjelaskan:a. periode yang dicakup oleh laporan sumber dana dan

penggunaan dana ZIS;b. dasar penentlian zakat para pemegang saham jika perusahaan

diharuskan membayar zakat atas nama para pemegang saham;c. rincian sumber dana ZIS;d. dana ZIS yang disalurkan perusahaan selama dalam periode

laporan;e. dana ZIS yang belum disalurkan pada akhir periode laporan; danf. nama dan identitas pengelola dana ZIS jika perusahaan

menyerahkannya untuk disalurkan kembali oleh pengelola dana ZIS.

226 BUKU IV I kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 242: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BUKU IV

AKUNTANSI SYARI'AH

227

Pengungkapan dan pengakuan tentang laporan sumber dana dan penggunaan dana qardh, harus menjelaskan:a. periode yang dicakup oleh laporan sumber dana dan

penggunaan dana qardh al-hasan;b. rincian saldo qardh al-hasan pada awal dan akhir periode

berdasarkan sumbernya; danc. jumlah dana yang disalurkan dan sumber dana yang diterima

selama periode laporan berdasarkan jenisnya.

Pasal 790

Kompilasi Hukum Ekonomi Syari'ah ini tidak mengurangi tanggung jawab hakim untuk menggali dan menemukan hukum untuk menjamin putusan yang adil dan benar.

Pasal 789

BUKU IV 1 kompilasi hukum ekonomi syari'ah 227

Page 243: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

SEJARAH SINGKAT PENYUSUNAN

KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARIAH

MAHKAMAH AGUNG R.l.

LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN

Lahirnya Undang-Undang Nomor : 3 Tahun 2006

tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor : 7

Tahun 1989 tentang Peradilan Agama telah membawa

perubahan besar terhadap kedudukan dan eksistensi

Peradilan Agama di Indonesia. Di samping kewenangan

yang telah diberikan dalam bidang hukum keluarga

Islam, Peradilan Agama juga diberi wewenang untuk

menyelesaikan perkara dalam bidang ekonomi syariah

yang meliputi perbankan syariah, lembaga keuangan

mikro syariah, asuransi syariah, reasuransi syariah,

reksadana syariah, obligasi syariah dan surat berharga

berjangka menengah syariah, sekuritas syariah,

pembiayaan syariah, pegadaian syariah, dana

pensiunan lembaga keuangan syariah dan bisnis

syariah.

Mahkamah Agung RI dalam merealisasikan kewenangan

baru Peradilan Agama tersebut telah menetapkan

LAMPIRAN | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 244: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

LAMPIRAN

beberapa kebijakan antara lain p e rta m a : memperbaiki

sarana dan prasarana lembaga Peradilan Agama baik

hal-hal yang menyangkut phisik gedung maupun hal-hal

yang menyangkut peralatan, k e d u a : meningkatkan

kemampuan teknis sumber daya manusia (S0M)

Peradilan Agama dengan mengadakan kerjasama

dengan beberapa Perguruan Tinggi untuk mendidik

para aparat Peradilan Agama, terutama para hakim

dalam bidang ekonomi syariah, k e tig a : membentuk

hukum formil dan materil agar menjadi pedoman bagi

aparat Peradilan Agama dalam memeriksa, mengadili

dan memutuskan perkara ekonomi syariah, dan

k e e m p a t : membenahi sistem dan prosedur agar

perkara yang menyangkut ekonomi syariah dapat

dilaksanakan secara sederhana, mudah dan biaya

ringan.

Kegiatan yang menyangkut hukum formil dan materil

ekonomi syariah, Ketua Mahkamah Agung RI telah

membentuk tim Penyusunan Kompilasi Hukum Ekonomi

Syariah berdasarkan surat keputusan Nomor :

KMA/097/SK/X/2006 tanggal 20 Oktober 2006 yang

susunannya sebagai b eriku t:

LAMPIRAN | kompilasi hukum ekonomi syari'ah 11

Page 245: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

LAMPIRAN

iii

Pengarah

Ketua

Wakil Ketua

Sekretaris

Wakil Sekertaris

Anggota-anggota

: - Ketua Mahkamah Agung- Wakil Ketua Mahkamah Agung RI

Bidang Non Yudisial- Ketua Muda Mahkamah Agung RI

Urusan Lingkungan Peradilan Agama- Ketua Muda Mahkamah Agung RI

Bidang Pembinaan- Sekretaris Mahkamah Agung RI- Direktur Jenderal Badan Peradilan

Agama Mahkamah Agung RI

: Prof. Dr. H. Abdul Manan, SH,

S.IP, M.Hum.

: Dr. H. Rifyal Ka’bah, MA.

: Drs. H. Zainuddin Fajari, SH, MH.

: Drs. H. Farid Ismail, SH, MH.

: Dr. H. Abdurrahman, SH, MH.

Drs. H. Habiburrahman, M.Hum.

Drs. H. Zuffron Sabrie, SH, MH.

Drs. H. Hidayatullah, SH, MH.

Drs. H. Amran Suadi, SH, MM, M.Hum.

Drs. H. Edi Riadi, SH, MH.

111 LAMPIRAN | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 246: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

IV

LAMPIRAN

Sekretariat

Drs. H. Hasan Bisri, SH, M.Hum.

Drs. H. Said Munji, SH, MH.

Drs. H. Sayed Usman, SH, MH.

H. Empud Mahfuddin, SH, MH.

Drs. H. Endang Ali Maksum, MH.

: Drs. Hasbi Hasan, MH.

Arief Gunawan, SH, MH.

Umiyati, SH.

Drs. Asril Lusa, SH.

Drs. M. Fauzan, SH, MH.

Drs. Sahidin Mustafa, SH, MH.

Slamet Riyanto, SH.

Asep Nursobah, S.Ag.

Adapun tugas dari Tim Penyusunan Kompilasi Hukum

Ekonomi Syariah yaitu p e rta m a : menghimpun dan

mengolah bahan/materi yang diperlukan, k e d u a :

menyusun draft naskah kompilasi hukum ekonomi

syariah, k e tig a : menyelenggarakan diskusi dan seminar

yang mengkaji draft naskah tersebut dengan lembaga,

ulama dan para pakar ekonomi syariah, k e e m p a t :

menyempurnakan naskah kompilasi hukum ekonomi

LAMPIRAN | kompilasi hukum ekonomi syari'ah IV

Page 247: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

LAMPIRAN

syarlah, k e lim a : melaporkan hasil penyusunan

tersebut kepada Ketua Mahkamah Agung RI.

Agar Tim Penyusunan Kompilasi Hukum Ekonomi

Syariah dapat berkerja secara efektif, cepat dan dapat

menghasilkan sebagaimana yang telah ditetapkan,

maka tim dibagi kepada empat kelompok yang masing-

masing kelompok dipimpin oleh seorang koordinator.

Kelompok pertama dipimpin oleh Prof. Dr. H. Abdul

Manan, SH, S .IP, M.Hum. yang mengkordinir hal-hal

yang berhubungan dengan Perbankan Syariah,

kelompok kedua dipimpin oleh Dr. H. Rifyal Ka’bah,

MA. yang mengkordinir hal-hal yang berhubungan

dengan lembaga keuangan mikro syariah, obligasi dan

surat-surat berharga syariah, reksadana syariah dan

pasar modal syariah, kelompok ketiga dipimpin oleh

Dr. H. Abdurrahman, SH, MH. yang mengkordinir

hal-hal yang berhubungan dengan asuransi dan

reasuransi syariah, pergadaian syariah, dana pensiun

lembaga keuangan syariah, pembiayaan syariah dan

sekuritas syariah, kelompok keempat dipimpin oleh

Drs. H. Habiburrahman, M.Hum. yang mengkordinir hal-

hal yang berhubungan dengan bisnis syariah dan hal-hal

lain yang berhubungan dengan muamalah Islam.

LAMPIRAN | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 248: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

VI

II. PROLOG PENYUSUNAN KOMPILASI HUKUM EKONOMI

SYARIAH

Oleh karena kerja tim berakhir pada tanggal 31

Desember 2007, maka tim segera menyusun program

kerja dan menetapkan beberapa kebijakan agar hasil

kerja tim dapat selesai sesuai dengan jadwal yang

ditetapkan. Hasil kerja tim ini sangat diharapkan oleh

berbagai pihak, terutama aparat di lingkungan lembaga

Peradilan Agama untuk dijadikan pedoman di dalam

melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya.

Langkah awal yang dilaksanakan oleh tim penyusunan

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah sebagai b eriku t:

1. Menyesuaikan pola pikir (u n it e d le g a l o p in io n ).

Untuk mencari kesatuan pola pikir dan pola tindak

dalam penyusunan Kompilasi Hukum Ekonomi

Syariah, tim telah mengadakan seminar tentang

ekonomi syariah di Hotel Sahid Kusuma Solo pada

tanggal 21 s/d 23 April 2006 dan di Hotel Sahid

Yogyakarta pada tanggal 4 s/d 6 Juni 2006. Pada

kedua seminar ini telah berbicara para pakar

ekonomi syariah, baik dari Perguruan Tinggi, Majelis

LAMPIRAN

LAMPIRAN | kompilasi hukum ekonomi syari'ah VI

Page 249: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

v ii

LAMPIRAN

Ulama Indonesia/Dewan Syariah Nasional, Badan

Arbitrase Syariah Nasional (B a sy a rn a s) dan para

praktisi perbankan syariah (B a n k M u a m a la t) serta

para hakim baik dari lingkungan Peradilan Umum

maupun dari Peradilan Agama.

2. Mencari format yang ideal (u n it e d le g a l f r im e

w o rk ).

Untuk mencari format yang ideal dalam menyusun

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, tim telah

mengadakan pertemuan dengan Bank Indonesia

dalam rangka mencari masukan tentang segala hal

yang berlaku pada Bank Indonesia terhadap ekonomi

syariah dan sejauh mana pembinaan yang telah

dilakukan oleh Bank Indonesia terhadap perbankan

syariah. Pertemuan tersebut dilaksanakan di Hotel

Bidakara Jakarta pada tanggal 7 Juni 2006.

Selain dari itu, tim juga telah mengadakan Semiloka

tentang ekonomi syariah di Hotel Grand Alia Cikini

Jakarta pada tanggal 20 November 2006. Dalam Semiloka

ini telah berbicara para pakar ekonomi syariah dari

Bank Indonesia, Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah

(P K E S ) , Majelis Ulama Indonesia (M U I), Ikatan Para

Ahli Ekonomi Syariah dan para praktisi hukum.

Vll LAMPIRAN | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 250: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

LAMPIRAN

3. Melaksanakan kajian pustaka ( L ib r a r y R e s e a rc h )

Sesuai dengan pembahagian tim kepada empat

kelompok sebagaimana yang telah disebutkan di

atas, masing-masing kelompok telah mengadakan

kajian terhadap berbagai literatur kitab fiqih klasik

dan literatur ekonomi kontemporer, baik yang

ditulis oleh para ahli hukum ekonomi syariah

maupun yang ditulis oleh para ahli hukum ekonomi

konvensional, baik dari dalam negeri maupun dari

luar negeri.

Guna melengkapi kajian pustaka, tim penyusunan

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah telah mengadakan

studi banding ke Pusat Kajian Ekonomi Islam

Universitas Islam Internasional (U li) Kuala Lumpur,

Pusat Takaful Malaysia Kuala Lumpur, Lembaga

Keuangan Islam dan Lembaga Penyelesaian Sengketa

Perbankan di Kuala Lumpur Malaysia. Studi banding

dilaksanakan pada tanggal 16 s/d 20 November

2006, dengan rombongan sebagai b eriku t:

A. Pimpinan rombongan :

Drs. H. Syamsuhadi Irsyad, SH, MH (Wakil KetuaMahkamah Agung RI Bidang Non Yu disia l).

LAMPIRAN | kompilasi hukum ekonomi syari'ah V l l l

Page 251: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

IX

B. Anggota-anggota :

1. Drs. H. Andi Syamsu Alam, SH, MH, Ketua Muda Mahkamah Agung RI Urusan Lingkungan Peradilan Agama.

2. Prof. DR. H. Kaimuddin Salle, SH, MH. Hakim Agung Mahkamah Agung RI.

3. Dr. H. Rifyal Ka’bah, MA. Hakim AgungMahkamah Agung RI.

4. Dr. H. Abdul Manan, SH, S .IP, M.Hum. Hakim Agung Mahkamah Agung RI.

5. Dr. H. Abdurrahman, SH, M.Hum, HakimAgung Mahkamah Agung RI.

6. Drs. H. Habiburrahman, M.Hum. Hakim Agung Mahkamah Agung RI.

7. Drs. H. Hamdan, SH, MH. Hakim AgungMahkamah Agung RI.

8. H. M. Imron Anwari, SH, Sp.N, MH. Hakim Agung Mahkamah Agung RI.

9. H. At j a Sondjaja, SH. Hakim AgungMahkamah Agung RI.

10. H. Widayatno Sastrohardjono, SH, M.Sc. Hakim Agung Mahkamah Agung RI.

11. H. Djoko Sarwoko, SH, MH, Ketua Muda Bidang Pengawasan Mahkamah Agung RI.

LAMPIRAN

IX LAMPIRAN | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 252: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

X

12. H. Ben Suhanda Syah, SH, Ketua Pengadilan Tinggi DKI Jakarta.

13. Drs. H. Nawawi Ali, SH, Ketua Pengadilan Tinggi Agama DKI Jakarta.

14. Drs. H. Zainuddin Fajari, SH, MH. Direktur Pranata dan Tata Laksana Perkara Perdata Agama Ditjen Badilag Mahkamah Agung RI.

Studi banding juga dilaksanakan di Pusat Pengkajian

Hukum Ekonomi Islam Universitas Islam Internasional

{U li) Islamabad, Federal Shariah Court Pakistan,

Mizan Bank Islamabad Pakistan, Bank Islam Pakistan

dan beberapa institusi lembaga keuangan syariah

yang ada di Islamabad Pakistan. Kunjungan ke

Islamabad Pakistan dilaksanakan pada tanggal 25 s/d

27 Juni 2007, dengan rombongan sebagai b eriku t:

A. Pimpinan Rombongan :

Prof. Dr. H. Abdul Manan, SH, S .IP, M.Hum.

Hakim Agung Mahkamah Agung Rl/Ketua Tim

Penyusunan Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah.

B. Anggota-anggota :

1. Dr. H. Rifyal Ka’bah, MA, Hakim Agung

Mahkamah Agung RI.

LAMPIRAN

LAMPIRAN | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 253: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

LAMPIRAN

2. Prof. Dr. H. Muchsin, SH, Hakim Agung Mahkamah Agung RI.

3. Drs.H.Habiburrahman, M.Hum, Hakim Agung Mahkamah Agung RI.

4. Drs. H. Hamdan, SH, MH. Hakim Agung Mahkamah Agung RI.

5. H. Djoko Sarwoko, SH, MH. Ketua Muda Pengawasan Mahkamah Agung RI.

6. Drs. H. Wahyu Widiana, MA, Dirjen Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI.

7. Drs. H. Zainuddin Fajari, SH, MH. Direktur Pranata dan Tata Laksana Perkara Perdata Agama Ditjen Badilag Mahkamah Agung RI.

8. Drs. H. Hasan Bisri, SH, M.Hum, Panitera Muda Perdata Agama Mahkamah Agung RI.

9. H. Parwoto Wignjosumarto, SH, Direktur Perdata Niaga Mahkamah Agung RI.

Agar data yang telah dikumpulkan oleh tim dapat

segera diolah dan dianalisis sebagaimana mestinya,

tim segera menunjuk tim konsultan untuk menyusun

draft Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah dengan

sebagian data telah disiapkan oleh tim dan sebagian

lagi disiapkan sendri oleh tim konsultan.

XI LAMPIRAN | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 254: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

LAMPIRAN

x ii

Kemudian, studi banding dilaksanakan juga ke

beberapa lembaga ekonomi Islam di Inggris.

Kegiatan di Inggris antara lain :

1. Melakukan kunjungan ke Islamic Bank of Britain

di Whitehal London dalam rangka memperoleh

informasi mengenai operasional/pelaksanaan

lembaga keuangan Islam di Inggris.

2. Mengikuti pelatihan di Markfield Institute of

Higher Education (MIHE), Leicester. Program

pelatihan di MIHE didesain secara khusus untuk

mengakomodasi keinginan delegasi Mahkamah

Agung RI untuk memperoleh informasi secara

mendalam mengenai pelaksanaan perbankan

syari’ah di Inggris serta mekanisme d is p u t e

s e t t le m e n t yang terkait dengan perbankan

syari’ah,baik melalui mediasi maupun

pengadilan.

Kunjungan ke London, Inggris, dilaksanakan pada

tanggal 31 Oktober s.d. 4 Nopember 2007, dengan

rombongan sebagai b eriku t:

1. H. Iskandar Kamil, SH (Ketua Muda Pidana Khusus Mahkamah Agung RI).

2. Dr. H. Rifyal Ka’bah, MA (Hakim Agung).

LAMPIRAN | kompilasi hukum ekonomi syari'ah XII

Page 255: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

LAMPIRAN

x iii

3. Prof. Dr. H. Abdul Marian, SH,S.IP,M.Hum (Hakim Agung).

4. Drs.H.Habiburrahman, M.Hum ( Hakim Agung).

5. Dr. H. Abdurrahman, SH, MH (Hakim Agung).

6. H. Imron Anwari, SH,SPN, MH (Hakim Agung).

7. Drs. H. Hamdan, SH, MH (Hakim Agung).

8. H. Atja Sondjaja, SH (Hakim Agung).

9. Drs. H. Wahyu Widiana, MA, (Dirjen Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI).

10. Drs. H. Zainuddin Fajari, SH, MH (Direktur Pranata dan Tata Laksana Perkara Perdata Agama Ditjen Badilag Mahkamah Agung RI).

11. Drs. H. Zufran Sabrie, MH (Direktur Pembinaan Tenaga Teknis Ditjen Badilag Mahkamah Agung RI).

12. Drs. H. Hidayatullah, MH (Direktur Pembinaan Administrasi Peradilan Ditjen Badilag Mahkamah Agung RI).

13. Drs. H.A. Nawawi Ali, SH (Ketua Pengadilan Tinggi Agama Jakarta).

Agar data yang telah dikumpulkan oleh Tim dapat

segera diolah dan dianalisis sebagaimana mestinya,

Tim segera menyusun Tim Konsultan untuk

X111 LAMPIRAN | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 256: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

XIV

menyusun draft Kompilasi Hukum Ekonomi Syari’ah

dengan sebagian data telah disiapkan oleh Tim dan

sebagian lagi disiapkan sendiri oleh Tim Konsultan.

Adapun susunan tim konsultan sebagai berikut

1. Koordinator : Prof. H. A. Djazuli

2. Anggota :

1) Prof. H. Endang Soetari, M.Si.

2) Prof. Dr. H. Rahmat Syafe'i, M.A.

3) Prof. Dr. H. I. Nurol Aen, M.A.

4) Prof. Dr. H. Juhaya S. Praja, M.A.

5) Drs. H. Taufiq, SH,MH

6) Drs. H. Syamsuhadi Irsyad, SH, MH.

7) Prof. Dr. H. Abdul Gani Abdullah, SH

8) Prof. Dr. H. Ahmad Sukardja, SH, MA

9) Prof. Dr. H. Muchsin, SH

10) Prof. Dr. H. Hendi Suhendi, M.Si.

11) Drs. H. Cik Hasan Bisri, MS.

12) Drs. H. Surahman Hidayat, MA.

13) Prof. Dr. Jaih Mubarok, M.Ag.

14) Dr. H. Anton Atoillah, M.M.

15) Drs. Deden Efendi, M.Ag.

16) Drs. Enceng Arif Faisal, M. Ag.

LAMPIRAN

LAMPIRAN | kompilasi hukum ekonomi syari'ah XIV

Page 257: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

XV

Tim Konsultan melakukan penyusunan Kompilasi Hukum

Ekonomi Syari’ah (KHES) dengan melakukan kajian

terhadap kitab-kitab dan literatur yang relevan dengan

topik-topik yang terdapat dalam KHES. Tim dibagi ke

dalam subtim yang bertugas menyusun topik-topik KHES

dalam bahasa peraturan perundang-undangan. Adapun

rinciannya sebagai b eriku t:

LAMPIRAN

No Topik Penyusun

1 Subyek Hukum dan Amwal

Drs. Cik Hasan Bisri, MS

2 Akad Prof. Dr. Jaih Mubarok, M. Ag.

Dr. H. Anton Atoillah, AAM

Drs. Deden Effendi, M.Ag.

Drs. Enceng Arif Faisal, M. Ag.

3 Zakat dan Hibah Drs. Deden Effendi, M.Ag. Drs. Enceng Arif Faisal, M. Ag.

4 Dana Pensiun Syari’ah Dr. H. Anton Atoillah, MM

5 Akuntansi Syari’ah Prof. Dr. Jaih Mubarok, M.Ag.

XV LAMPIRAN | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 258: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

XVI

Kitab-kitab yang dijadikan rujukan dalam penyusunan

KHES antara lain adalah:

1. Al-Fiqh al-lslami wa Adillatuh, karya Wahbah al- Zuahili, Damaskus : Dar al-Fikr.2006, Cet ke-9.

2. Al-Fiqh al-lslami fi Tsaubihi al-Jadid, karya Mustafa Ahmad Al-Zarqa Damaskus : Dar al-Fikr.2006, Cet ke-9.

3. Al-Mu’amalat al-Madiyah wa al-Adabiyah, karya Ali Fikri, Mesir, Mustafa al-babi al-Halabi. 1948.

4. Al-Wasith fi Syarh al-Qanun al-Madani al-Jadid, karya Abd. al-Razaq Ahmad al-Sanhuri, Beirut : Dar al-lhya’ al-Turats a l-‘Arabi.

5. Al-Muqaranat al-Tasyri’iyyah baina al-Qawanin al- Wadh’iyah al- Madaniyah wa al-Tasyri al-lslami, karya Sayyid Abdullah Ali Husaini, Mesir: Dar al- Salam. 2001, cet. ke 1.

6. Durar al-Hukkam; Syarh Majallat al- Ahkam, karya Ali Haidar, Beirut : Dar al-Kitab al-llmiyah. 1991, cet. ke-1.

7. Himpunan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional- MUI, Jakarta : DSN-MUI dan Bank Indonesia. 2006, edisi revisi.

8. Peraturan Bank Indonesia tentang Perbankan Syari'ah.

LAMPIRAN

LAMPIRAN | kompilasi hukum ekonomi syari'ah XVI

Page 259: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

XVII

9. PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) Nomor 59 tanggal 1 Mei 2002 tentang Perbankan Syari’ah.

LAMPIRAN

Masing-masing penyusun mempertanggungjawabkan

pekerjaannya di hadapan koordinator (Prof. K.H.A.

Djazuli) dengan disertai oleh Drs. Deden Effendi, M.Ag.

dan Drs. Enceng Arif Faisal, M.Ag. sebagai pendamping.

Setelah semua tim presentasi, dilakukanlah sinkronisasi

antara satu bab dengan bab lain sehingga akhirnya

didiskusikan untuk mendapatkan masukan dari tim

secara keseluruhan (pleno). Pembahasan dilakukan

beberapa kali dan di berbagai tempat : di kampus U IN

SGD, di Tirtawening, di Ciburial, di Cipanas Garut, dan

tempat-tempat lainnya. Akhirnya, hasil kerja tim yang

berupa Kompilasi Hukum Ekonomi Syari’ah (Academic

Draft) dibahas bersama antara tim konsultan dengan tim

dari Mahkamah Agung RI.

III. MATERI KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARIAH

Pertemuan pertama antara tiem penyusunan Kompilasi

Hukum Ekonomi Syariah dengan tiem Konsultan telah

melahirkan kesepakatan tentang out line academic

XVII LAMPIRAN | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 260: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

LAMPIRAN

x v iii

draft Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah yang akan

disusun sebagai b eriku t:

BUKU I : SUBYEK HUKUM DAN AMWAL

BAB I KETENTUAN UMUM

BAB II SUBYEK HUKUM

Bagian Pertama Kecakapan Hukum

Bagian Kedua Perwalian

BAB III AMWAL

Bagian Pertama Asas Pemilikan Amwal

Bagian Kedua Cara Perolehan Amwal

Bagian Ketiga Sifat Pemilikan Amwal

BUKU II : TENTANG AKAD

BAB I KETENTUAN UMUM

BAB II ASAS AKAD

BAB III RUKUN, SYARAT, KATEGORI HUKUM,

‘AIB, AKIBAT, DAN PENAFSIRAN AKAD Bagian Pertama Rukun dan Syarat Akad

Bagian Kedua Hukum Akad

Bagian Ketiga ‘Aib Kesepakatan

Bagian Keempat Ingkar Janji dan Sanksinya

Bagian Kelima Keadaan Memaksa

Bagian Keenam Risiko

Bagian Ketujuh Akibat Akad

Bagian Kedelapan Penafsiran Akad

LAMPIRAN | kompilasi hukum ekonomi syari'ah XV11I

Page 261: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

XIX

BAB IV AL- BAI’

Bagian Pertama Unsur Bai’

Bagian Kedua Kesepakatan Penjual dan

PembeliBagian Ketiga Tempat dan Syarat Pelaksanaan Jual Beli

Bagian Keempat Jual Beli dengan Syarat Khusus

Bagian Kelima Berakhirnya Akad Jual Beli

Bagian Keenam Objek Jual Beli

Bagian Ketujuh Hak yang berkaitan

dengan Harga dan Barang Setelah Akad

Jual Beli

Bagian Kedelapan Serah Terima Barang

LAMPIRAN

XIX LAMPIRAN | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 262: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BAB V

BAB VI

LAMPIRAN

x x

AKIBAT BAP

Bagian Pertama Akibat Bai'

Bagian Kedua Bai’ Salam

Bagian Ketiga Bai’ Istishna

Bagian Keempat Jual Beli yang

Dilakukan oleh Orang yang

Sedang Menderita Sakit Keras.

Bagian Kelima Bai’ al Wafa

Bagian Keenam Jual Beli

Murabahah

Bagian Ketujuh Akad Murabahah

SYIRKAH

Bagian Pertama Syirkah

Bagian Kedua Syirkah al Amwal

Bagian Ketiga Syirkah al Abdan

Bagian Keempat Syirkah al Mufawadhah

Bagian Kelima Syirkah ‘Inan

Bagian Keenam Syirkah Musytarakah

LAMPIRAN | kompilasi hukum ekonomi syari'ah XX

Page 263: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

BAB VII

x x i

LAMPIRAN

BAB VIII

BAB IX

BAB X

SYIRKAH MILK

Bagian Pertama Syirkah Milk

Bagian Kedua Pemanfaatan Syirkah Milk

Bagian Ketiga Hak Atas Piutang Bersama

Bagian Keempat Pemisahan Hak Milik BersamaBagian Kelima Syarat-syarat Pemisahan

Bagian Keenam Cara Pemisahan

MUDHARABAH

Bagian Pertama Syarat Mudharabah Bagian Kedua Ketentuan Mudharabah

MUZARA’AH DAN MUSAQAH

Bagian Pertama Rukun dan

Syarat Muzara’ah

Bagian Kedua Rukun dan

Syarat Musaqah

KHIYAR

Bagian Pertama Khiyar Syarth

Bagian Kedua Khiyar Naqdi

Bagian Ketiga Khiyar Ru’yah

Bagian Keempat Khiyar ‘Aib

Bagian Kelima Khiyar Ghabn

dan Taghrib

XXI LAMPIRAN | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 264: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

XXII

LAMPIRAN

BAB XI IJARAH

Bagian Pertama Rukun Ijarah

Bagian Kedua Syarat

Pelaksanaan dan Penyelesaian Ijarah

Bagian Ketiga Uang Ijarah dan

Cara Pembayarannya

Bagian Keempat Penggunaan

Obyek Ijarah

Bagian Kelima Pemeliharaan Obyek

Ijarah, Tangungjawab

Kerusakan, dan Nilai serta Jangka

Waktu Ijarah

Bagian Keenam Harga dan Jangka

Waktu Ijarah

Bagian Ketujuh Jenis Barang yang

Diijarahkan dan Pengembalian Obyek

Ijarah

Bagian Kedelapan Pengembalian Obyek

Ijarah

Bagian Kesembilan Ijarah Muntahiyah

bi Tamlik

Bagian Kesepuluh Shunduq Hifzi Ida’

/Safe Deposit Box

LAMPIRAN | kompilasi hukum ekonomi syari'ah XXII

Page 265: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

x x i i i

LAMPIRAN

BAB XII KAFALAH

Bagian Pertama Rukun dan Syarat

KafalahBagian Kedua Kafalah Muthlaqah

dan Muayyadah

Bagian Ketiga Kafalah atas Diri dan

Harta

Bagian Keempat Pembebasan dari

Akad Kafalah

BAB XIII HAWALAH

Bagian Pertama Rukun dan

Syarat Hawalah

Bagian Kedua Akibat Hawalah

BAB XIV R AH N

Bagian Pertama Rukun dan

Syarat Rahn

Bagian Kedua Penambahan dan

Penggantian Harta Gadai

Bagian Ketiga Pembatalan Akad Gadai

Bagian Keempat Gadai Harta Pinjaman

Bagian Kelima Hak dan Kewajiban

dalam Gadai

x x iii LAMPIRAN | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 266: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

XXIV

Bagian Keenam Hak Rahin dan

Murtahin

Bagian Ketujuh Penyimpanan

Harta Gadai

Bagian Kedelapan Penjualan

Harta Gadai

BAB XV WADI’AH

Bagian Pertama Rukun dan

Syarat Wadi’ah

Bagian Kedua Macam Akad

Wadi’ah

Bagian Ketiga Penyimpanan

dan Pemeliharaan Wadi’ah Bih

Bagian Keempat Pengambilan

Wadi’ah Bih

BAB XVI GASHB DAN ITLAF

Bagian Pertama Rukun dan

Syarat Gash b

Bagian Kedua Perampasan

Benda Tetap

Bagian Ketiga Merampas Harta

Hasil Rampasan

LAMPIRAN

LAMPIRAN | kompilasi hukum ekonomi syari'ah XXIV

Page 267: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

XXV

LAMPIRAN

BAB XVII

BAB XVIII

Bagian Keempat Perusakan

Harta Secara Langsung

Bagian Kelima Perusakan

Harta secara Tidak Langsung

WAKALAH

Bagian Pertama Rukun dan

Macam Wakalah

Bagian Kedua Syarat Wakalah

Bagian Ketiga Ketentuan Umum

tentang Wakalah

Bagian Keempat Pemberian

Kuasa untuk Pembelian

Bagian Kelima Pemberian

Kuasa untuk Penjualan

Bagian Keenam Pemberian

Kuasa untuk Gugatan

Bagian Ketujuh Pencabutan

Kuasa

SHULH

Bagian Pertama Ketentuan

Umum Shulh

XXV LAMPIRAN | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 268: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

XXVI

Bagian Kedua Penggantian

Obyek Perdamaian

Bagian Ketiga Gugatan dalam

Perdamaian

BAB XIX PELEPASAN HAK

BAB XX TA ’MIN

Bagian Pertama T a ’min dan

l’adah T a ’min

Bagian Kedua Akad Mudharabah

Musytarakah pada T a ’min dan

l’adah T a ’min

Bagian Ketiga Akad Non

Tabungan pada T a ’min

dan l’adah T a ’min

Bagian Keempat Ta'min Haji

BAB XXI OBLIGASI SYARIAH MUDHARABAH

BAB XXII PASAR MODAL

Bagian Pertama Prinsip Pasar

Modal Syariah

Bagian Kedua Emiten yang

Menerbitkan Efek Syariah

Bagian Ketiga Transaksi Efek

LAMPIRAN

LAMPIRAN | kompilasi hukum ekonomi syari'ah XXVI

Page 269: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

XXV11

BAB XXII!

LAMPIRAN

BAB XXIV

BAB XXV

BAB XXVI

BAB XXVII

BAB XXVIII

REKSADANA SYARIAH

Bagian Pertama Mekanisme

Kegiatan Reksadana Syariah

Bagian Kedua Hubungan, Hak,

dan Kewajiban

Bagian Ketiga Pemilihan dan

Pelaksanaan Investasi

Bagian Keempat Penentuan

dan Pembagian Hasil Investasi

SERTIFIKAT BANK INDONESIA

SYARI’AH (SBI SYARl’AH)

OBLIGASI SYARIAH

PEMBIAYAAN MULTI JASA

AL-QARDH

Bagian Pertama Ketentuan

Umum Qardh

Bagian Kedua Sumber Dana

Qardh

PEMBIAYAAN REKENING KORAN

SYARIAH

XXV11 LAMPIRAN | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 270: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

XXV111

BAB XXIX DANA PENSIUN SYARIAH

Bagian Pertama Jenis dan

Status Hukum Dana Pensiun

Syari’ah

Bagian Kedua Pembentukan

dan Tata Cara Pengesahan

Bagian Ketiga Kepengurusan

Dana Pensiun Syariah

Bagian Keempat Iuran Dana

Pensiun Syari’ah

Bagian Kelima Hak Peserta

Bagian Keenam Kekayaan Dana

Pensiun Syariah dan

Pengelolaannya

Bagian Ketujuh Pembubaran

dan Penyelesaian Dana Pensiun

Bagian Kedelapan Dana Pensiun

Lembaga Keuangan Syari’ah

Bagian Kesembilan Pembinaan

dan Pengawasan

LAMPIRAN

LAMPIRAN | kompilasi hukum ekonomi syari’ah x x v iii

Page 271: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

XXIX

LAMPIRAN

BUKU III : ZAKAT DAN HIBAH

BAB I KETENTUAN UMUM

ZAKATBAB II

Bagian Pertama Syarat-syarat

Umum Wajib Zakat

DIZAKATI

Bagian Pertama Zakat Emas

dan Perak

Bagian Kedua Zakat Uang dan

yang senilai

dengannya

Bagian Ketiga Zakat Barang

yang memiliki nilai ekonomis

dan Produksi

Bagian Keempat Zakat

Tanaman dan Buah-buahan

Bagian Kelima Zakat

Pendapatan

Bagian Keenam Zakat Madu

dan Sesuatu yang dihasil

kan dari binatang

LAMPIRAN | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

BAB 111 HARTA-HARTA YANG WAJIB

Page 272: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

XXX

Bagian Ketujuh Zakat Profesi

Bagian Kedelapan Zakat Barang

Temuan dan Barang Tambang Bagian Kesembilan Zakat Fitrah

Bagian Kesepuluh Mustahik

Zakat

Bagian Kesebelas Hasil Zakat

dan Pendistribusiannya Bagian Keduabelas Ketentuan

Sanksi

BAB IV HIBAH

Bagian Pertama Rukun Hibah

dan Penerimaannya

Bagian Kedua Persyaratan

Transaksi Hibah

Bagian Ketiga Menarik Kembali

Hibah

Bagian Keempat Hibah Orang

yang Sedang Sakit Keras

BUKU IV: AKUNTANSI SYARIAH

BAB I CAKUPAN AKUNTANSI SYARIAH

LAMPIRAN

LAMPIRAN | kompilasi hukum ekonomi syari'ah XXX

Page 273: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

XXXI

LAMPIRAN

BAB II AKUNTANSI PIUTANG

BAB III AKUNTANSI PEMBIAYAAN

BAB IV AKUNTANSI KEWAJIBAN

BAB V AKUNTANSI INVESTASI TIDAK

TERIKAT

BAB VI AKUNTANSI EQUITAS

BAB VII AKUNTANSI ZIS DAN QARDH

IV. PELAKSANAAN PENYUSUNAN KHES

Hasil kerja tiem konsultan selama empat bulan

telah menghasilkan draft Kompilasi Hukum Ekonomi

Syariah sebanyak 1015 pasal dan telah didiskusikan

bersama oleh pakar Hukum Islam dan para pakar

Ekonomi Syariah bersama tiem konsultan, anggota

POKJA Perdata Agama Mahkamah Agung RI dan tiem

penyusunan Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah di Hotel

Yasmin, Palasari, Pacet Cianjur Bogor tanggal 14 s/d 16

Juni 2007. Hadir dalam pertemuan ini adalah anggota

team KHES, para konsultan dan beberapa pakar Hukum

Ekonomi Syariah antara lain :

1. Drs. H. Syamsuhadi Irsyad, SH.,MH.

2. Drs. H. Andi Syamsu Alam, SH.,MH.

3. Drs. H. Ahmad Kamil, SH.,M.Hum.

XXXI LAMPIRAN | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 274: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

XXX11

LAMPIRAN

4. Drs. H. Taufiq, SH.,MH.5. Prof. Dr. H. Abdul Manan, SH.,S.IP.,M.Hum.6. Drs. H. Habiburrahman, SH.,M.Hum.7. Dr. H. Rifyal Ka’bah,MA.8. Drs. H. Hamdan, SH.,MH.9. Prof. Dr. H. Ahmad Sukardja, SH.,AAA.10. Prof. Dr. H. Muchsin, SH.11. Prof. Dr. H.M. Hakim Nya Pha, SH.,DEA.12. Prof. Dr. H. Kamimuddin Salle, SH.,MH.13. Dr. H. Abdurrahman, SH.,MH.14. H.M. Imron Anwari, SH., SPN.,MH.15. H.lmam Subechi, SH.,MH.16. H. Abas Said, SH.,MH.17. Drs. H.M. Rum Nessa, SH.,MH.18. Drs. H. Wahyu Widiana, AAA.19. Drs. H. Zainuddin Fajari, SH.,MH.20. Drs. H. Hasan Bisri, SH.,MH.21. Prof. KHA. Djazuli22. Prof. Dr. H. Endang Soetari, M.Si.23. Prof. Dr. H. Rahmad Syafei, AAA.24. Prof. Dr. H. I. Nurol Aen, AAA.25. Prof. Dr. H. Juhaya S. Praja26. Dr. Tajul Arifin, AAA27. Dr. H. Anton Atho’illah, AAM

LAMPIRAN | kompilasi hukum ekonomi syari'ah XXX11

Page 275: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

x x x iii

LAMPIRAN

28. Prof. Dr. Hendi Suhendi, M.Si

29. Dr. H. Surahman Hidayat, MA.

30. Prof. Dr. Jaih Mubarok, M.Ag.

31. Drs. H. Cik Hasan Bisri, MS.

32. Drs. Deden Effendi, M.Ag.

33. Drs. Enceng Arif Faisal,M.Ag.

34. Drs. KH. Abdurrahman

35. Drs. H. Edi Riadi, SH.,MH.

36. H. Empud Mahfuddin, SH.,MH.

37. Drs. H. Endang Ali Maksum, SH.,MH.

38. Drs. H. Zufron Sabrie, MH.

39. Drs. H. Hidayatullah, MH.

40. Drs. H. Farid Ismail, SH.,MH.

41. Drs. H. Kalyubi Kosasih, SH.,MH.

42. Drs. H. Sudirman Malaya, SH.,MH.

Dalam pertemuan ini telah dibagi empat komisi, yakni

komisi kesatu dipimpin oleh Prof. Dr. H. Abdul Manan,

SH, S.IP, M.Hum. yang membahas Buku I, Buku II, Buku

III dari Bab I sasnpai Bab VI, Komisi dua dipimpin oleh

Dr. H. Rifyal Ka’bah,MA yang membahas Buku III dari

Bab VII s/d Bab XI, Komisi tiga dipimpin oleh Drs. H.

Habiburrahman, M.Hum. yang membahas Buku III dari

x x x iii LAMPIRAN | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 276: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

XXXIV

Bab XII s/d XVIII dan komisi empat dipimpin oleh Dr. H.

Abdurrahman,SH,MH yang membahas Buku III dari Bab

XIX s/d Bab XXVIII.

Hasil pembahasan draft yang disusun oleh tim

konsultan sebagaimana tersebut di atas, telah

disepakati bahwa draft perlu disempurnakan terutama

dalam bidang sistimatika, metodologi dan beberapa

materi yang belum masuk dalam draft yang telah

disusun itu. Disepakati pula bahwa penyempurnaan

penyusunan itu akan diselesaikan oleh tim konsultan

dalam waktu satu bulan, sejak acara pertemuan itu

dilaksanakan. Selain dari itu disepakati pula bahwa

materi yang belum masuk dalam draft yang telah

disusun itu hendaknya diambil dari kitab-kitab fiqih

kontemporer dan kajian-kajian ilmiah yang

diselenggarakan oleh Pusat Kajian Ekonomi Islam

Internasional yang telah diberlakukan secara universal

dalam hukum ekonomi syariah.

Setelah satu bulan berlalu, tim penyusunan Kompilasi

Hukum Syariah mengadakan pertemuan lagi dengan tim

Konsultan di Hotel Panghegar Bandung pada tanggal 27

s/d 28 Ju li 2007 untuk mengadakan pembahasan lebih

LAMPIRAN

LAMPIRAN | kompilasi hukum ekonomi syari'ah XXXIV

Page 277: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

XXXV

lanjut tentang draft yang telah disempurnakan. Hadir

dalam pertemuan ini tim Penyusun KHES, para

konsultan dan beberapa orang ahli Hukum Ekonomi

Syariah antara lain :

1. Drs. H. Andi Syamsu Alam, SH.,MH.

2. Drs. H. Ahmad Kamil, SH.,M.Hum.

3. Prof. Dr. H. Abdul Manan, SH.,S.IP.,M.Hum.

4. Drs. H. Habiburrahman, M.Hum.

5. Dr. H. Rifyal Ka’bah,MA.

6. Prof. Dr. H. Ahmad Sukardja, SH.,MA.

7. Prof. Dr. H. Muchsin, SH.

8. Prof. Dr. H.M. Hakim Nya Pha, SH.,DEA.

9. Prof. Dr. H. Kaimuddin Salle, SH.,MH.

10. Drs. H. Hamdan, SH.,MH.

11. Dr. H. Abdurrahman, SH.,MH.

12. H. M. Imron Anwari, SH., SPN.,MH.

13. H. Imam Subechi, SH.,MH.

14. Drs. H. M. Rum Nessa, SH.,MH.

15. Drs. H. Wahyu Widiana, MA.

16. Drs. H. Zainuddin Fajari, SH.,MH.

17. Drs. H. Hasan Bisri, SH.,MH.

18. Drs. H. Taufiq, SH.,MH.

19. Drs. H. Syamsuhadi Irsyad, SH.,MH.

20. Prof. H.A Djazuli.

LAMPIRAN

XXXV LAMPIRAN | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 278: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

XXXVI

LAMPIRAN

21. Prof. Dr. H. Endang Soetari, M.Si.

22. Prof. Dr. H. Rahmad Syafei, MA.

23. Prof. Dr. H. I. Nurol Aen, MA.

24. Prof. Dr. H. Juhaya S. Praja

25. Dr. Tajul Arifin, MA

26. Dr. H. Anton Atho’illah,MM

27. Prof. Dr. Hendi Suhendi,M.Si.

28. Dr. H. Surahman Hidayat, MA.

29. Prof. Dr. Jaih Mubarok, M.Ag..

30. Drs. H. Cik Hasan Bisri, MS.

31. Drs. H. Deden Effendi, M.Ag.

32. Drs. Enceng Arif Faisal,M.Ag.

33. Drs. KH. Abdurrahman

34. Drs. H. Edi Riadi, SH.,MH.

35. H. Empud Mahfuddin, SH.,MH.

36. Drs. H. Endang Alt Maksum, SH.,MH.

37. Drs. H. Zufron Sabrie, MH.

38. Drs. H. Hidayatullah, MH.

39. Drs. H. Farid Ismail, SH.,MH.

40. Drs. H. Kalyubi Kosasih, SH.,MH.

41. Drs. H. Sudirman Malaya, SH.,MH.

Dalam pertemuan ini disepakati bahwa dari segi

sistimatis dan metodelogi sudah dianggap memadai,

LAMPIRAN | kompilasi hukum ekonomi syari'ah XXXVI

Page 279: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

XXXV11

tetapi dari segi substansial masih perlu disempurnakan

lagi, terutama dalam hal yang berhubungan dengan

wanprestasi (c id r a j a n j i ) , perbuatan melawan hukum,

ganti rugi dan overmach. Selain dari itu hal-hal yang

menyangkut sangsi dan pidana supaya dihapus karena

hal tersebut kewenangan lembaga legislatif yang

menentukannya. Selanjutnya finalisasi terakhir

dilaksanakan satu bulan ke depan dan semua peserta

pertemuan sepakat bahwa masalah-masalah yang masih

kurang tersebut akan digarap bersama oleh tim

penyusunan Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah dengan

tim konsultan.

Pada tanggal 16 sampai dengan 17 telah diadakan

pertemuan di Hotel Jaya Raya Serang untuk

merampungkan segala sesuatu yang berhubungan

dengan finalisasi Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah.

Dalam pertemuan tersebut telah dihadiri oleh tim inti

penulisan Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah antara lain

Bapak Drs. H. Taufiq, SH, MH., Prof. HA DJazuli, Dr. H.

Abdurrahman, SH, MH., Dr. H. Rifyal Ka’bah, MA, dan

Drs. H. Zainuddin Fajari, SH, MH., dalam pertemuan

tersebut telah dibicarakan secara mendalam tentang

perbuatan melawan hukum, wanprestasi, overmach dan

LAMPIRAN

XXXVII LAMPIRAN | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 280: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

XXXV111

ganti rugi, risiko dan lain-lain yang masih dianggap

perlu yang berhubungan dengan pelaksanaan ekonomi

syariah. Semua peserta menganggap pembahasan telah

cukup dan untuk selanjutnya draf yang telah disepakati

itu pada tahun 2007 ini segera akan di sosialisasikan di

empat tempat yakni Banda Aceh, Makassar,

Banjarmasin dan DKI Jakarta. Sosialisasi dilaksanakan

pada tanggal 24 November 2007. Dalam sosialisasi ini

dihadiri oleh para ulama, para akademisi, para pakar

ekonomi syariah/umum dan tokoh-tokoh masyarakat

setempat. Para peserta telah memberikan masukan

yang bermanfaat untuk kesempurnaan draf Kompilasi

Hukum Ekonomi Syariah ini.

Selanjutnya pada tanggal 26 s/d 28 Maret 2008

diadakan pertemuan lagi antara lain tim penyusun

KHES dengan para konsultan ditambah dengan

beberapa pakar Hukum Islam lainnya di Hotel Permata

Garden Bandung, para peserta pertemuan tersebut

sebagai b e riku t:

1. Drs. H. Taufiq, SH.,MH.

2. Drs. H. Andi Syamsu Alam, SH.,MH.

3. Drs. H. Ahmad Kamil, SH.,M.Hum.

4. Prof. Dr. H. Abdul Manan, SH .,S .IP.,M.Hum.

LAMPIRAN

x x x v iiiLAMPIRAN | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 281: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

XXXIX

5. Drs. H. Habiburrahman, M.Hum.

6. Prof. Dr. H. Muchsin, SH.

7. Dr. H. Rifyal Ka’bah,MA.

8. Prof. Dr. H. Ahmad Sukardja, SH.,MA.

9. Dr. H. Abdurrahman, SH.,MH.

10. Prof. Dr. H. Abdul Gani Abdullah, S.H.

11. Prof. Dr. H.M. Hakim Nya Pha, SH.,DEA.

12. Prof. Dr. H. Kaimuddin Salle, SH.,M.H.

13. H. Abbas Said, SH.

14. Drs. H. Mukhtar Zamzami, SH.,MH.

15. H. Imam Subechi, SH.,MH.

16. Drs. H. M. Rum Nessa, SH.,MH.

17. Drs. H. Wahyu Widiana, MA.

18. Drs. H. Zainuddin Fajari, SH.,MH.

19. Drs. H. Hasan Bisri, SH.,MH.

20. Drs. H. Sayed Usman, SH.,MH.

21. Drs. H. Said Mundji, SH.,MH.

Dalam pertemuan ini telah dibahas secara mendalam

tentang perbuatan melawan hukum, wanprestasi,

overmach, ganti rugi, risiko dan beberapa hal lain yang

berkaitan dengan syariat Islam dan aplikasinya dalam

menyusun Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah. Dalam

pertemuan ini juga telah disusun daftar isian masalah

LAMPIRAN

XXXIX LAMPIRAN | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 282: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

LAMPIRAN

untuk dikaji lebih lanjut dengan merujuk kepada

literatur-literatur yang aktual dan peraturan

perundangan yang berlaku.

Pada tangal 28 s/d 30 April 2008 diadakan lagi

pertemuan antara tim Penyusun KHES dengan para

konsultan dan beberapa pakar Hukum Islam Ekonomi

Syariah di Hotel Yasmin Cianjur, yang hadir dalam

pertemuan ini sebagai b e riku t:

1. Drs. H. Andi Syamsu Alam, SH.,MH.

2. Drs. H. Ahmad Kamil, SH.,MH.

3. Prof. Dr. H. Abdul Manan, SH .,S .IP.,M.Hum.

4. Drs. H. Habiburrahman, M.Hum.

5. Dr. H. Rifyal Ka’bah,MA.

6. Prof. Dr. H. Muchsin, SH.

7. Prof. Dr. H. Abdul Gani Abdullah, SH.,MH.

8. Drs. H. Zainuddin Fajari, SH.,MH.

9. Prof. KH A. Djazuli.

10. Dr. H. Anton Atho’illah, MM

11. Prof. Dr. Jaih Mubarok, M.Ag.

12. Drs. Edi Riadi,SH.,MH.

13. H. Empud Mahfuddin, SH.,MH.

14. Drs. Yusrizal, SH.,MH.

15. Drs. Kamaluddin, M.H.

16. Asep Nursobah, S.Ag.

LAMPIRAN | kompilasi hukum ekonomi syari'ah x l

Page 283: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

LAMPIRAN

V. PEMBIAYAAN

Kerja Tim Penyusunan Kompilasi Hukum Ekonomi

Syari'ah dalam upaya menyusun draft Kompilasi

Hukum Ekonomi Syari’ah (Draft KHES), dari mulai studi

banding, pembuatan naskah akademis Draft KHES,

sosialisasi dan pembahasan Draft KHES di berbagai

tempat sampai akhirnya menghasilkan Draft KHES yang

sudah final, tidak terlepas dari biaya. Biaya kegiatan

penyusunan Draft KHES tersebut berasal dari DIPA

Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

Agung RI Tahun 2007 dan Tahun 2008 serta Tahun

2009.

VI. PENUTUP

Demikianlah beberapa hal tentang informasi

penyusunan Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah yang

dilaksanakan oleh Mahkamah Agung RI. Oleh karena

terbatasnya waktu penulisan, sudah barang tentu

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah yang disusun ini

banyak kekurangannya. Kritik dan saran yang bersifat

membangun demi penyempurnaan Kompilasi Hukum

Ekonomi Syariah ini sangat diharapkan. Semoga usaha

xlv LAMPIRAN | kompilasi hukum ekonomi syari'ah

Page 284: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

LA M PIR A N

x lv i

yang kecil ini dapat bermanfaat untuk bangsa dan

negara.

Billahi taufiq wal hidayah.

Amien Ya Robbal Alamin

Jakarta, September 2009

Tim Penyusun KHES

Mi l i kPerpustakaan

Mahkamah Agung - RI

LAMPIRAN | kompilasi hukum ekonomi syari'ah xlv i

Page 285: AGUNG RI€¦ · Bagian Pertama; Kecakapan Hukum 3 Bagian Kedua; Pewalian 4 BAB III AMWAL 7 Bagian Pertama; Asas Pemilikan Amwal 7 Bagian Kedua; Cara Perolehan Amwal 8 Bagian Ketiga;

P ER P U ST A K A A N

' MAHKAMAH AGUNG RI

Tgl Pinjam Tgl Kembali Ttd Petugas