Aging Theoris Dan Promosi Kesehatan

17
AGING THEORIS DAN PROMOSI KESEHATAN Penuaan/Aging menurut Constantinides (1994) ialah proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Sedangkan menurut Ignativicus et al (1999) menua merupakan proses yang dapat dilihat sebagai sebuah kontinum kejadian dari lahir sampai meninggal. Penuaan memiliki 3 perspektif yang saling melengkapi. Hal tersebut ialah usia biologis, usia psikologis, dan usia sosial. Selain itu ada 1 aspek yang dapat melengkapi 3 hal diatas, yaitu moral/spiritual. Untuk usia biologis lebih menekankan pada proses fisiologis sistem oran pada tubuh. Ada beberapa teori yang menyangkut usia biologis, yaitu error theory, free radical theory, cross-lingkage theory, wear and tear theory, programmed theory dan immunity theory. Lanjut usia (lansia) merupakan salah satu tahap kehidupan yang biasanya sudah mengalami proses menua. Orang yang bisa dikatakan lansia ialah berumur 65 tahun keatas. Di dunia jumlah penduduk lansia terus bertambah seiring dengan membaiknya pelayanan kesehatan dan meningkatnya usia harapan hidup. Dimana sekitar 71%nya

description

Aging Theoris Dan Promosi Kesehatan

Transcript of Aging Theoris Dan Promosi Kesehatan

AGING THEORIS DAN PROMOSI KESEHATANPenuaan/Aging menurut Constantinides (1994) ialah proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Sedangkan menurut Ignativicus et al (1999) menua merupakan proses yang dapat dilihat sebagai sebuah kontinum kejadian dari lahir sampai meninggal.Penuaan memiliki 3 perspektif yang saling melengkapi. Hal tersebut ialah usia biologis, usia psikologis, dan usia sosial. Selain itu ada 1 aspek yang dapat melengkapi 3 hal diatas, yaitu moral/spiritual. Untuk usia biologis lebih menekankan pada proses fisiologis sistem oran pada tubuh. Ada beberapa teori yang menyangkut usia biologis, yaitu error theory, free radical theory, cross-lingkage theory, wear and tear theory, programmed theory dan immunity theory.Lanjut usia (lansia) merupakan salah satu tahap kehidupan yang biasanya sudah mengalami proses menua. Orang yang bisa dikatakan lansia ialah berumur 65 tahun keatas. Di dunia jumlah penduduk lansia terus bertambah seiring dengan membaiknya pelayanan kesehatan dan meningkatnya usia harapan hidup. Dimana sekitar 71%nya berada di Negara-negara berkembang. Di Indonesia sendiri dari data statistik menunjukan jumlah lansia sekitar 5,3 juta jiwa pada tahun 1971 dan 14,4 juta jiwa tahun 2000. Diperkirakan pada tahun 2020 jumlah lansia akan menjadi 2 kali lipat yaitu sekitar 28,8 juta jiwa. Pada saat lansia, seseorang cenderung lebih mudah terjangkit penyakit. Dimana biasanya bersifat multiple disease dan degeneratif. Ilmu kedokteran umum yang fokus pada aspek klinis, pencegahan, aspek sosial dan medis dari penyakit pada lansia disebut dengan geriatric. Istilah ini dikemukakan pertama kali oleh ayah geriatric yaitu Ignatz L. Nascher. Sedangkan Majory Warren disebut sebagai ibu geriatric.Namun dilain sisi, lansia dianjurkan aktif untuk meningkatkan derajat kesehatannya dan kualitas kehidupannya. Aktif tersebut bisa dengan patisipasi dalam sosial, ekonomi, budaya, spiritual dan urusan sipil. Selain itu lansia juga masih bisa bekerja apabila hal tersebut menambah kebahagian dalam hidupnya.Dalam rangka memberi kesejahteraan pada lansia, maka diperlukan upaya-upaya untuk mencegah penyakit pada lansia tersebut. Orang-orang yang berperan didalamnya antara lain lansia, perawat, fisioterapis, pekerja sosial dan ahli kesehatan. Upaya-upaya tersebut meliputi pola hidup dan penuaan sehat seperti mengatur diet dan nutrisi yang baik, olahraga, beraktivitas sosial dan tidak merokok maupun minum minuman beralkohol. Manajemen pada penangan geriatric ialah memperbaiki status kesehatannya, deteksi awal dan perawatan, memperbaiki kehidupan pribadi pada lansia yang memiliki penyakit kronis dan kecacatan, serta memberikan simpati dan dukungan untuk melupakan rasa sakit yang dirasakan.

PROMOSI KESEHATAN PADA BERBAGAI TATANAN Untuk melakukan upaya-upaya peningkatan kesejahteraan terutama dalam bidang kesehatan, maka diperlukan suatu cara preventif yang salah satunya melalui promosi kesehatan. Promosi kesehatan dilakukan dalam berbagai bidang, dari unit pelayanan kesehatan, sekolah hingga tempat kerja. Sebelum melakukan promosi, disini diperlukan pengetahuan mengenai pelayanan kesehatan dasar. Dari strukturnya ada berbagai tingkatan dalam pelayanan kesehatan. Dari tingkat paling rendah yaitu masyarakat/keluarga hingga tingkat paling atas yaitu strata ketiga. Di Indonesia kita mengenal pelayanan dasar berdasarkan perorangan dan masyarakat. Untuk upaya kesehatan perorangan, pada tingkat keluarga pelayanan difokuskan di posyandu, poskesdes, atau keluarga itu sendiri. Tingkat selanjutnya yaitu strata pertama bertempat di pelayanan puskesmas dan dokter praktek. Untuk tingkat strata kedua dilakukan di RSUD, balai kesehatan masyarakat, dan praktek spesialis. Dan yang paling tinggi untuk upaya kesehatan perorangan pada strata ketiga, pelayanan kesehatan difokuskan di RSUP dan RS vertikal.Pada lingkungan masyarakat, upaya pelayanan kesehatan dilakukan pertama kali di posyandu, poskesdes, dan keluarga. Selanjutnya, pada strata pertama dilakukan oleh puskesmas dan pada strata kedua oleh dinas kesehatan kabupaten/kota dan balai kesehatan masyarakat. Untuk tingkat paling atas pada strata ketiga pelayanan kesehatan masyarakat dilakukan oleh departemen kesehatan dan dinas kesehatan provinsi.Untuk lebih jelasnya pada pelayanan kesehatan strata pertama pada perorangan, pelayanannya meliputi promotif, preventif, kuratif, dan reahabilitatif. Hal tersebut seperti rawat jalan tingkat pertama, rawat inap tingkat pertama, persalinan, pertolongan gawat darurat dan puskesmas keliling. Pada upaya kesehatan di masyarakat, pelayanannya meliputi promosi kesehatan, kesehatan ibu dan anak, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, kesehatan lingkungan, perbaikan gizi, dan berbagai program lainnya.Untuk melakukan upaya pencegahan suatu penyakit, kita harus memahami fase-fase pada suatu penyakit tersebut. Pada umumnya dibagi menjadi 2, yaitu prepatogenesa dan patogenesa. Fase prepatogenesa merupakan fase dimana interaksi antara host-agent-environment sebelum terjadinya penyakit yang dapat menimbulkan rangsangan menjadi sakit. Sedangkan fase patogenesa merupakan perjalanan penyakit mulai dari rangsangan pertama sampai timbul perubahan bentuk dan fungsi jaringan, serta sampai keseimbangan tercapai (bisa sembuh, cacat, atau mati). Dalam fase patogenesa dikenal ada 4 tahapan penyakit, yaitu suseptibilitas (terjangkit tapi belum memiliki tanda-tanda), subklinis (tanda-tanda penyakit mulai bermunculan), klinis (sudah seperti sakit sesungguhnya), dan terakhir konvalens yang menentukan apakah kita dapat sembuh atau malah megantarkan kita pada kematian.Dari fase-fase tersebut, pada fase prepatogenesa kita bisa melakukan upaya preventif dengan promosi kesehatan dan proteksi diri secara khusus. Kemudian pada fase patogenesa kita bisa melakukan diagnosis dini, pengobatan, meminimalisir kecacatan dan rehabilitasi. Untuk promosi kesehatan dan proteksi diri secara khusus bisa dikatagorikan sebagai primary prevention. Kemudian untuk diagnosis dini, pengobatan dan meminimalisir kecacatan dikatagorikan secondary prevention. Dan untuk rehabilitasi disebut tertiary prevention. Dalam melakukan promosi kesehatan, ada berbagai hal yang perlu diperhatikan. Yang pertama yaitu prinsip-prinsip dasarnya, seperti :1. Ditujukan untuk individu yang memerlukan pengobatan dan atau perawatan, pengunjung, keluarga pasien2. Memberikan pemahaman kepada pasien dan keluarga atas masalah kesehatan yang diderita pasien3. Memberdayakan pasien dan keluarga dalam kesehatan4. Menerapkan proses belajar di fasilitas pelayanan kesehatanSelanjutnya untuk tujuan promosi kesehatan ada yang ditujukan pada pasien itu sendiri, keluarga, dan fasilitas pelayanan kesehatan. Bagi pasien sendiri tujuannya untuk mengembangkan perilaku sehat dan dapat memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan dengan optimal. Bagi keluarga, tujuannya untuk membantu proses penyembuhan pasien, dan mencegah tejadinya penularan pada anggota keluarga dan orang lain. Yang terakhir, tujuan promosi kesehatan bagi fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan mutu pelayanan, menigkatkan citra, dan meningkatkan angka hunian.Promosi kesehatan juga memiliki berbagai sasaran, seperti penderita pada berbagai tingkat penyakit (pasien berpenyakit akut maupun kronis dan rawat jalan serta rawat inap), kelompok atau individu yang sehat (keluarga pasien dan tamu), dan petugas di fasilitas pelayanan kesehatan (petugas medis, paramedis, non medis, serta petugas administrasi dan teknis).Dalam melakukan promosi kesehatan di fasilitas mesehatan biasanya materi yang disampaikan berupa pesan kesehatan terkait dengan pemeliharan dan peningkatan kesehatan, pencegahan serangan penyakit (gejala, penyebab, cara penularan, cara pencegahan), dan proses penyembuhan dan pemulihan. Dengan berbagai metode penyampaian baik secara individu, kelompok, maupun massa melalui penyuluhan dan media (cetak dan elektronik).Untuk promosi kesehatan di sekolah, peran sekolah sangat penting dimana dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sekolah merupakan tempat suatu komunitas yang besar yang berisikan anak-anak yang peka terhadap perubahan. Di sekolah hal-hal yang dapat dilakukan untuk mempromosikan kesehatan, yaitu dengan menciptakan lingkungan sekolah yang sehat baik fisik (warga, bangunan dan lingkungan) maupun non-fisik (mental sosial), pendidikan kesehatan pada berbagai tahap (pengetahuan, prinsip, sikap, perilaku, dan kebiasaan); pemeliharaan dan pelayanan kesehatan. Komponen-komponen dalam melakukan promosi kesehatan di sekolah, yaitu penerapan kebijakan kesehatan, tersedianya sarana dan prasarana pencegahan dan pengobatan sederhana, dan lingkungan yang sehat.Setelah fasilitas kesehatan dan sekolah, promosi kesehatan bisa dilakukan di tempat kerja. Promosi kesehatan di tempat kerja dimaksudkan untuk meningkatkan produktifitas pekerja. Karekteristik pada promosi kesehatan di tempat kerja (PKDTK) yaitu kebijakan, sasaran, partisipasi, materi, kegiatan, waktu pelaksanaan, lokasi, durasi, pelaksana, dan manfaat yang didapat. Topik-topik yang bisa diangkat pada PKDTK ialah penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan, kesehatan reproduksi, manajemem stres, berhenti merokok, dan berbagai permasalah yang terjadi di dunia kerja. Dalam upaya PKDTK perlu adanya tahapan intervensi dari persiapan, pelaksanaan hingga monitoring dan evaluasi.

SISTEM RUJUKANMenurut Notoatmodjo, S (2008) mendefinisikan seistem rujukan sebagai suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal (dari unit yang lebih mampu menangani), atau secara horizontal (antar unit-unit yang setingkat kemampuannya). Rujukan sendiri dibagi menjadi medis dan kesehatan. Rujukan medis bertujuan untuk penyembuhan penyakit sedangkan rujukan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mencegah penyakit di masyarakat. Rujukan medis terdiri dari rujukan kasus/pasien, bahan, dan rujukan ilmu pengetahuan. Rujukan kesehatan terdiri dari rujukan sarana, tenaga, dan rujukan operasional.Rujukan pasien merupakan penatalaksanaan pasien dari strata pelayanan yang kurang mampu ke strata pelayanan yang lebih mampu, ataupun sebaliknya untuk tindakan lanjut. Rujukan bahan merupakan pengiriman bahan-bahan pemeriksaan laboratorium dari strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu ke strata yang lebih mampu atau sebaliknya, untuk tindak lanjut. Rujukan ilmu pengetahuan merupakan pengiriman dokter/tenaga kesehatan yang lebih ahli dari strata pelayanan kesehatan yang lebih mampu ke strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu atau sebaliknya untuk mengikuti pelatihan atau bimbingan.Rujukan sarana merupakan pengiriman berbagai peralatan medis/non medis dari strata pelayanan kesehatan yang lebih mampu ke strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu untuk menanggulangi masalah kesehatan di masyarakat, atau sebaliknya untuk tindak lanjut. Rujukan tenaga hampir sama dengan rujukan ilmu pengetahuan namun berbeda pada tujuannya, yaitu untuk menanggulangi masalah kesehatan yang ada di masyarakat. Rujukan operasional merupakan pelimpahan wewenang dan tanggung jawab penanggulangan masalah kesehatan masyarakat dari strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu ke strata pelayanan yang lebih mampu atau sebaliknya untuk pelayanan tindak lanjut. Untuk melayani sistem rujukan maka diperlukan organisasi dan pengelolaan yang benar dalam pelaksanaannya. Dalam hal tersebut, unit-unit pelayanan kesehatan menjalin mata rantai kewenangan dan tanggung jawab untuk menghasilkan sistem yang efektif dan efisien. Dalam unit-unit pelayanan kesehatan, ada berbagai jenjang yang bertanggung jawab. Hal ini dibagi berdasarkan fasilitas yang mendukung, keberadaan transportasi, dan kondisi geografis. Pada sistem rujukan harus melewati satu persatu jenjang tersebut, namun apabila keadaan darurat dapat dilakukan pengecualian untuk memperoleh fasilitas yang lebih baik.Untuk tingkatan pelayanan kesehatannya sendiri, untuk rujukan medis dari yang paling rendah yaitu pelayanan kesehatan individu, kemudian posyandu dan polindes, selanjutnya puskesmas dan dokter keluarga, pada tingkat kedua RSU kabupaten/kota dan balai kesehatan, dan yang paling atas RSU provinsi/pusat. Dalam rujukan kesehatan, untuk tingkat paling rendah sama dengan rujukan medis, kemudian atasnya ada posyandu dan sakabhakti, atasannya lagi ada puskesmas dan dokter keluarga, selanjutnya ada dinas kesehatan kabupaten/kota dan balai desa, dan yang paling tinggi ada departemen/dinas kesehatan provinsi.Pembagian wewenang dan tanggung jawab pada sistem rujukan ada yang disebut interval referral, collateral referral, cross referral, dan split referral. Untuk interval referral pelimpahan wewenang penanganan penderita kepada dokter konsultannya namun dokter tersebut tidak ikut untuk melakukan penanganan. Collateral referral menyerahkan wewenang penanganan penderita pada salah satu masalah kedokteran saja. Pada cross referral penyerahan wewenang penanganan penderita kepada dokter lain secara penuh. Dan untuk split referral penyerahan wewenang penanganan penderita sepenuhnya kepada beberapa dokter konsultan dalam jangka waktu tertentu dan dokter pemberi rujukan tidak boleh ikut campur.Dalam melakukan sistem rujukan terdapat beberapa kendala seperti tidak tersedianya petunjuk teknis yang terpadu bagi petugas lapangan, belum memadainya upaya konseling terhadap pasien atau keluarga pasien oleh petugas kesehatan, sarana dan prasarana rujukan yang kurang memadai, dan belum adanya tindak lanjut untuk menangani berbagai permasalahan tersebut. Dari masalah-masalah tersebut dapat menimbulkan dampak negatif seperti terlambatnya penanganan kegawatdaruratan akibat urusan administatif yang terkadang menghalangi penanganan segera, selain itu sistem ini menempatkan tenaga medis terlatih di lini belakang pelayanan.Dalam mengatasi permasalahan-permasalahan dalam sistem rujukan, ada beberapa strategi pemecahan, seperti mengupayakan pengadaan sarana dan prasarana, koordinasi yang lebih baik, pengiriman dokter spesialis, dan perbaikan mutu melalui akreditasi sarana kesehatan. Sistem rujukan tentunya memiliki langkah-langkah yang harus dilewati. Hal ini dari menentukan tempat rujukan, memberikan informasi kepada penderita dan keluarganya, mengirimkan informasi pada tempat yang dituju, persiapan penderita, pengiriman penderita, hingga tindak lanjut penderita. Ada pula standar prosedur untuk merujuk dan menerima pasien. Untuk melakukan perujukan pasien harus memenuhi salah satu kriteria perujukan. Kriteria tersebut yaitu : 1. Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan tidak mampu diatasi2. Hasil pemerikasaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis ternyata tidak mampu diatasi3. Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap tetapi pemeriksaan harus disertai pasien yang bersangkutan.4. Apabila telah diobati dan dirawat ternyata memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan perawatan di sarana kesehatan yang lebih mampu.Untuk merujuk dan menerima pasien ada prosedur klinis dan administratif. Selain merujuk dan menerima, ada pula prosedur untuk membalanya baik mebalas surat rujukan maupun penerimaan.

SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

Menurut SK menkes (2003) pengertian dari suveilans ialah pengamatan terus menerus dan dilaksanakan secara sistematis terhadap penyakit atau masalah kesehatan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya agar dapat dilakukan tindakan perbaikan atau penelitian melalui kegiatan pengumpulan, pengolahan, dan analisis/interpretasi data, diseminasi informasi dan komunikasi ke berbagai pihak terkait. Pengamatan atau pemantuan bisa dilakukan setiap hari, minggu maupun bulanan untuk penyakit yang kronis.Alur pada pelaksanakan surveilans ialah yang pertama dengan pengumpulan data-data yang didapat dari hasil pengukuran dan penilaian, kemudian dilanjutkan dengan kompilasi data dan terakhir data tersebut akan dianalisis dan interpretasi. Dari hasil interpretasi, dapat ditentukan keputusan maupun tindak lanjutnya. Jika dari hasil didapatkan peningkatan, maka dapat dilakukan investigasi untuk melakukan tindakan yang tepat. Apabila tidak dapat dilakukan tindakan, kita boleh saja melakukan pelaporan untuk nantinya kita lakukan investigasi. Dan apabila hasil tersebut positif kita bisa lakukan umpan balik ke masyarakat.Epidemiologi adalah ilmu yang mempelejari tentang frekuensi, distribusi masalah kesehatan/kejadian penyakit pada sekelompok manusia serta faktor-faktor yang mempengaruhi. Contoh pada penyebaran penyakit malaria di NTB jumlah kasusnya sebanyak 87 ribu kasus. Kemudian distribusinya di kawasan dataran pantai. Untuk variabel-variabel dari epidemiologi ialah orang, waktu, dan tempat.Jadi dari pengertian-pengertian diatas, maka pengertian dari surveilans epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari pola dan distribusi masalah kesehatan/kejadian penyakait pada sekelompok manusia dan faktor risiko serta upaya-upaya penanggulangan atau pemutusan rantai penularan.Manfaat dari pelaksanaan surveilans epidemiologi ialah untuk membantu perencanaan program kesehatan, menerangkan penyebab suatu masalah kesehatan, menerangkan perkembangan alamiah suatu penyakit, dan menerangkan keadaan suatu masalah kesehatan. Dalam rangka membantu perencanaan program kesehatan, maka diperlukan jumlah sarana dan prasarana pelayanan kesehatan, kebutuhan sumber daya manusia, kebutuhan pembiayaan, dan strategi kegiatan yang memadai. Untuk menerangkan keadaan suatu masalah kesehatan harus diketahui apakah endemis (memang biasa di daerah tersebut), epidemis (muncul peningkatan pada suatu kasus penyakit), pandemis (yang muncul baru pada suatu daerah), dan sporadis (terkait dengan kejadian luar biasa). Dalam manajemen data, harus ditentukan sumber datanya. Sumber data dapat berasal dari kegiatan masyarakat, puskesmas (buku registrasi, kartu pemeriksaan, dll), posyandu, pustu, dan rumah sakit baik negeri maupun swasta.Untuk surveilans biostatistika lebih mengarah ke data yang berupa angka-angka. Dari angka-angka pada data tersebut kita bisa menentukan skala datanya. Skala data terdiri dari skala nominal (membedakan), skala ordinal (tingkatan), dan skala rasio. Setelah itu kita bisa melakukan pengujiannya dengan menggunakan program komputer.