Agama Ready Print!

72
KATA PENGANTAR Puji syukur kami haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan karunia-Nya kami dapat menyelesaiakan makalah kami yang berjudul “Kesehatan Jiwa Dalam Perspekstif Islam”. Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, kami berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu dan membimbing kami dalam mengerjakan makalah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini. Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada masyarakat dari hasil makalah ini. Karena itu kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama. Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna sempurnanya makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini bisa i

description

agama

Transcript of Agama Ready Print!

Page 1: Agama Ready Print!

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan

karunia-Nya kami dapat menyelesaiakan makalah kami yang berjudul

“Kesehatan Jiwa Dalam Perspekstif Islam”. Meskipun banyak hambatan yang

kami alami dalam proses pengerjaannya, kami berhasil menyelesaikan makalah

ini tepat pada waktunya.

Tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah

membantu dan membimbing kami dalam mengerjakan makalah ini. Kami juga

mengucapkan terimakasih kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah

memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan

makalah ini.

Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada masyarakat dari hasil

makalah ini. Karena itu kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi

sesuatu yang berguna bagi kita bersama.

Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun guna sempurnanya makalah ini. Kami berharap semoga

makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada

umumnya.

Jakarta,  Desember 2013

Penyusun

i

Page 2: Agama Ready Print!

DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................................. i

Daftar Isi........................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................................2

C. Tujuan...................................................................................................................2

D. Sistematika Penulisan...........................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................4

A. Pengertian Kesehatan Jiwa...................................................................................4

1. Menurut Ilmuwan.....................................................................................................4

2. Menurut Pandangan Islam.......................................................................................7

B. Bentuk – Bentuk Penyakit Jiwa dan Gejalanya....................................................19

C. Penyebab Timbulnya Penyakit Kejiwaan.............................................................27

D. Pengaruh Kesehatan Mental...............................................................................28

E. Amal Ibadat yang Dapat Mengatasi atau Mengurangi Penyakit Kejiwaan..........33

BAB III PENUTUP............................................................................................................46

A. Kesimpulan.........................................................................................................46

B. Saran...................................................................................................................46

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................47

DAFTAR NAMA ANGGOTA KELOMPOK IX......................................................................48

ii

Page 3: Agama Ready Print!

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan modern dewasa telah tampil dalam dua wajah yang

antagonistik. Di satu sisi modernisme telah berhasil mewujudkan kemajuan

yang spektakuler, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

Di sisi lain, ia telah menampilkan wajah kemanusiaan yang buram berupa

kemanusiaan modern sebagai kesengsaraan rohaniah. Modernitas telah

menyeret manusia pada kegersangan spiritual. Akses ini merupakan

konsekuensi logis dari paradigma modernisme yang terlalu bersifat

materialistik dan mekanistik, dan unsur nilai-nilai normatif yang telah

terabaikan. Hingga melahirkan problem-problem kejiwaan yang variatif.

Ironisnya, masalah kejiwaan yang dihadapi individu sering mendapat reaksi

negatif dari orang-orang yang berada di sekitarnya.

Berbagai tingkah laku masyarakat yang beraneka ragam mendorong

para ahli ilmu jiwa untuk menyelidiki apa penyebab perbedaan tingkah laku

orang-orang dalam kehidupan bermasyarakat sekalipun dalam kondisi yang

sama. Selain itu, juga menyelidiki penyebab seseorang tidak mampu

mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan dalam hidupnya. Usaha ini

kemudian menimbulkan satu cabang ilmu jiwa yaitu kesehatan mental.

Dengan memahami ilmu kesehatan mental dalam arti mengerti, mau,

dan mampu mengaktualisasikan dirinya, maka seseorang tidak akan

mengalami bermacam-macam ketegangan, ketakutan, dan konflik batin.

Selain itu, ia melakukan upaya agar jiwanya menjadi seimbang dan

kepribadiannya pun terintegrasi dengan baik. Ia juga akan mampu

memecahkan segala permasalahan hidup.

Kematangan dan kesehatan mental berhubungan erat antara satu sama

lainnya dan saling tergantung. Apabila kita bicara tentang keduanya secara

terpisah maka hanya sekadar untuk memudahkan penganalisaannya.

1

Page 4: Agama Ready Print!

Karena sangat sulit untuk membanyangkan seseorang yang matang dari

segi sosial dan tidak matang dari segi kejiwaan.

Orang yang matang bukanlah orang yang telah sampai kepada ukuran

tertentu dari perkembangan, kemudian berhenti sampai disitu. Akan tetapi ia

adalah orang yang selalu dalam keadaan matang. Artinya orang yang selalu

bertambah kuat dan subur hubungannya dengan kehidupan. Karena

sikapnya mendorong untuk tumbuh, bukan berhenti dari pertumbuhan. Oleh

karena itu seorang yang matang, bukanlah orang yang mengetahui

sejumlah besar fakta akan tetapi orang yang matang adalah orang yang

kebiasaan-kebiasaan mentalnya membantu untuk mengembangkan

pengetahuannya dan mengunakannya dengan bijaksana.

Terdapat beberapa istilah kesehatan mental dalam Al-Qur`an dan Hadits

seperti najat (keselamatan) fawz (keberuntungan), falah (kemakmuran), dan

sa`adah (kebahagiaan) berikut dengan berbagai akar katanya. Bentuk

kebahagiaannya atau kesehatan mental meliputi yang berlaku di dunia ini

dan yang berlaku dalam kehidupan akhirat. Yang pertama berarti selamat

dari hal yang mengancam kehidupan dunia ini. Sedang yang kedua selain

dari pada selamat dari kecelakaan dan siksa, juga menerima ganjaran dan

kebahagiaan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sehat jiwa menurut ilmuwan dan pandangan islam?

2. Apa saja bentuk penyakit kejiwaan dan gejalanya?

3. Apa penyebab dari timbulnya penyakit kejiwaan?

4. Apa pengaruh kesehatan mental terhadap perasaan, kecerdasan,

tingkah laku dan kesehatan badan?

5. Amal ibadah apa saja yang dapat mengatasi atau mengurangi

penyakit kejiwaan?

C. Tujuan

Makalah ini kami buat agar mahasiswa dapat membedakan sehat jiwa

menurut ilmuwan dan pandangan islam, untuk mengetahui bentuk penyakit

kejiwaan dan gejalanya menurut pandangan islam, untuk mengetahui

2

Page 5: Agama Ready Print!

penyebab timbulnya penyakit kejiwaan, dapat mengetahui pengaruh

kesehatan mental, serta menemukan solusi penyakit jiwa dalam pesrpektif

islam.

D. Sistematika Penulisan

Dalam makalah yang kami susun ini, terdapat tiga bab utama. Bab I

merupakan pendahuluan yang membahas mengenai latar belakang

makalah, rumusan masalah, tujuan penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II merupakan pembahasan dari makalah kami yang tersusun atas

materi dan sub-materi yang akan membahas tema makalah kami secara

menyeluruh. Kemudian Bab III merupakan penutup yang berisikan

kesimpulan dan saran.

3

Page 6: Agama Ready Print!

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesehatan Jiwa.

1. Menurut IlmuwanJiwa atau Jiva berasal dari bahasa sanskerta yang artinya benih

kehidupan, dalam bahasa inggris disebut "soul". Dalam

berbagai agama dan filsafat, jiwa adalah bagian yang bukan jasmaniah

(immaterial) dari seseorang. Biasanya jiwa dipercaya mencakup pikiran

dan kepribadian dan sinonim dengan roh, akal, atau awak diri. Di

dalam teologi, jiwa dipercaya hidup terus setelah seseorang meninggal,

dan sebagian agama mengajarkan bahwa Tuhan adalah pencipta jiwa.

Di beberapa budaya, benda-benda mati dikatakan memiliki jiwa,

kepercayaan ini disebut animisme.

Penggunaan istilah jiwa dan roh seringkali sama, meskipun kata yang

pertama lebih sering berhubungan dengan keduniaan dibandingkan kata

yang kedua. Jiwa dan psyche bisa juga digunakan secara sinonimous,

meskipun psyche lebih berkonotasi fisik, sedangkan jiwa berhubungan

dekat dengan metafisik dan agama. Sedangkan menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia, kata jiwa memiliki arti roh manusia (yang ada di tubuh

dan menyebabkan seseorang hidup atau nyawa. Jiwa juga diartikan

sebagai seluruh kehidupan batin manusia (yang terjadi dari perasaan,

pikiran, angan-angan, dan sebagainya).

Kesehatan mental sebagai salah satu cabang ilmu jiwa sudah dikenal

sejak abad ke-19, seperti di Jerman tahun 1875 M, orang sudah

mengenal kesehatan mental sebagai suatu ilmu walupun dalam bentuk

sedarhana.

4

Page 7: Agama Ready Print!

Istilah “Kesehatan Jiwa (mental)” telah menjadi populer di kalangan

orang-orang terpelajar, seperti istilah-istilah ilmu jiwa lainnya; misalnya

kompleks jiwa, sakit saraf dan histeria; banyak diantara mereka

menggunakan kata-kata tersebut baik pada tempatnya atau tidak dalam

pengertian yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah dan istilah-istilah

tersebut. Apabila ditinjau dari etimologi, kata mental berasal dari kata

latin mens atau mentis yang berarti roh, sukma, jiwa atau nyawa.

Ilmu kesehatan mental adalah ilmu yang mempelajari masalah

kesehatan jiwa atau mental yang bertujuan mencegah timbulnya

gangguan atau penyakit mental dan gangguan emosi, dan berusaha

mengurangi atau menyembuhkan penyakit mental serta memajukan

kesehatan jiwa rakyat.

Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gejala jiwa

(neurose) dan gejala penyakit jiwa (psikose). Jadi menurut definisi ini,

seseorang dikatakan bermental sehat bila orang yang terhindar dari

gangguan dan penyakit jiwa yaitu adanya perasaan cemas tanpa

diketahui sebabnya. Malas dan hilangnya kegairahan bekerja pada

seseorang. Bila gejala ini meningkat maka akan menyebabkan penyakit

anxiety, neurasthenis, atau hysteria dan sebagainya. Adapun orang sakit

jiwa biasanya memiliki pandangan yang berbeda dengan pandangan

orang pada umumnya.

Kesehatan mental (mental bygiene) juga meliputi sistem tentang

prinsip-prinsip, peraturan-peraturan serta prosedur-prosedur untuk

mempertinggi kesehatan rohani. Orang yang sehat mentalnya ialah

orang yang dalam rohani atau dalam hatinya selalu merasa tenang,

aman, dan tenteram.

Kesehatan mental dalam kehidupan manusia merupakan masalah

yang amat penting karena menyangkut soal kualitas dan kebahagian

manusia. Tanpa kesehatan yang baik orang tidak akan mungkin

mendapatkan kebahagian dan kualitas sumber daya manusia yang

5

Page 8: Agama Ready Print!

tinggi, karena kesehatan mental tersebut menyangkut segala aspek

kehidupan yang menyelimuti manusia mulai dari kehidupan pribadi,

keluarga, sosial, politik, agama serta sampai pada bidang pekerjaaan

dan profesi hidup manusia. Kehidupan mewah dan kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi tidak akan menjamin kebahagiaan manusia.

Hal itu karena yang bisa menjamin kebahagian manusia tersebut adalah

kejiwaan, kesehatan dan keberagamaan yang dimiliki manusia. Tiga

faktor tersebut sangat sejalan dalam mencapai kebahagian hidup

manusia di dunia dan akhirat, karena kebahagian yang harus dicapai itu

tidak hanya kebahagian di dunia melainkan juga kebahagian di akhirat

kelak.

Banyak teori yang dikemukan oleh ahli jiwa tentang kesehatan

mental, misalnya teori psikoanalisis, behavioris dan humamisme.

Sungguhpun demikian teori tersebut memiliki batasan-batasan dan tidak

menyentuh seluruh dimensi (aspek) dan aktivitas kehidupan manusia

sebagai makhluk multidimensional dan multipotensial.

Menurut American Nurses Associations (ANA), Keperawatan jiwa

adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan

ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri

secara teraupetik dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan

kesehatan mental klien dan kesehatan mental masyarakat dimana klien

berada (American Nurses Associations).

Menurut World Health Organization (WHO), Kesehatan Jiwa bukan

hanya suatu keadaan tindak ganguan jiwa, melainkan mengandung

berbagai karakteristik yang adalah perawatan langsung, komunikasi dan

management, bersifat positif yang menggambarkan keselarasan dan

keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadian

yang bersangkutan.

6

Page 9: Agama Ready Print!

Menurut UU kesehatan jiwa NO 03 tahun 1966, Kondisi yang

memungkinkan perkembangan fisik, intelektual emosional secara optimal

dari seseorang dan perkebangan ini selaras dengan orang lain.

2. Menurut Pandangan Islam

Kata jiwa berasal dari bahasa arab (النفس) atau nafs’ yang secara

harfiah bisa diterjemahkan sebagai diri atau secara lebih sederhana bisa

diterjemahkan dengan jiwa. Jiwa merupakan kesempurnaan pertama

bagi fisik alamiah dan bukan bagi fisik material.

kesehatan mental dalam pandangan islam adalah pengembangan

dan pemanfaatan potensi-potensi tersebut semaksimal mungkin, dengan

niat ikhlas beribadah hanya kepada Allah. Dengan demikian orang yang

sehat mentalnya, adalah orang yang mengembangkan dan

memanfaatkan seganap potensinya seoptimal mungkin melalui jalan

yang diridhai Allah, dengan motif beribadah kepada-Nya.

Menurut pandangan Islam orang sehat mentalnya ialah orang yang

berprilaku, pikiran, dan perasaannya mencerminkan dan sesuai dengan

ajaran Islam. Ini berarti, orang yang sehat mentalnya ialah orang yang

didalam dirinya terdapat keterpaduan antara perilaku, perasaan,

pikiranya dan jiwa keberagamaannya. Dengan demikian, tampaknya sulit

diciptakan kondisi kesehatan mental dangan tanpa agama. Bahkan

dalam hal ini Malik B. Badri berdasarkan pengamatanya berpendapat,

keyakinan seseorang terhadap Islam sangat berperan dalam

membebaskan jiwa dari gangguan dan penyakit kejiwaan. Disinilah

peran penting Islam dalam membina kesehatan mental. Zakiah Daradjat

merumuskan pengertian kesehatan mental dalam pengertian yang luas

dengan memasukkan aspek agama didalamnya seperti berikut:

Kesehatan mental adalah terwujudnya keserasian yang sungguh-

sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan yang terciptanya penyusuai diri

antara manusia dangan dirinya sendiri dan lingkungannya, berlandaskan

7

Page 10: Agama Ready Print!

keimanan dan ketaqwaan, serta bertujuan untuk mencapai hidup yang

bermakna dan bahagia di dunia dan di akhirat.

Al-Qur’an memberikan apresiasi yang sangat besar bagi kajian jiwa

(nafs) manusia. Hal ini bisa dilihat ada sekitar 279 kali Al-Qur’an

menyebutkan kata jiwa (nafs). Dalam Al-Qur’an kata jiwa mengandung

makna yang beragam (lafzh al-Musytaraq). Terkadang

lafaz nafs bermakna manusia (insan), “Takutlah kalian kepada hari di

mana seorang manusia (nafs) tidak bisa membela manusia (nafs) yang

lainnya sedikitpun. “Sesungguhnya orang yang membunuh seorang

manusia (nafs) bukan karena membunuh (nafs) manusia yang lainnya,

atau melakukan kerusakan di muka bumi, seolah-olah dia membunuh

seluruh manusia.

Kata nafs juga menunjukkan makna Zat Tuhan, “Aku pilih engkau

untuk Zat (nafs)-Ku.” Juga bermakna hakikat jiwa manusia yang terdiri

dari tubuh dan ruh, ”Dan kalau Kami menghendaki, niscaya Kami akan

berikan kepada tiap-tiap jiwa petunjuk.”  Dan “Allah tidak membebani

(jiwa) seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” Selain itu

ditujukan maknanya kepada diri manusia yang memiliki kecenderungan,

“Maka, hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah

membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia

seorang di antara orang yang merugi.” Lafaz nafs yang bermakna bahan

(mahiyah) manusia. Kehendak (thawiyah) dan sanubari (dhamir), Dan

beberapa makna lain yang secara umum dijelaskan dalam al-Qur’an

yang tidak mungkin dijelaskan satu persatu.

Selain dalam Al-Qur’an, beberapa Hadist Rasulullah SAW. juga

membahasa persoalan jiwa. Sama halnya dengan Al-Qur’an kata nafs

(jiwa) juga digunakan dalam makna yang beragam. Dalam hadist

Rasulullah SAW penggunaan kata nafs (jiwa) dapat ditemukan dalam

berbagai bentuk, diantaranya:

8

Page 11: Agama Ready Print!

1. Nafs dalam arti perasaan dan perilaku.

Lafaz nafs dalam hadist sering mengandung makna wijdaan,

suluuk, syu’uur (feeling), maupun ihsaas (sensasion) yang semuanya

menunjuk kepada sesuatu yang terbetik atau bergejolak di dalam diri

manusia. Dengan sesuatu inilah manusia kemudian memiliki

perasaan dan emosi terhadap sesuatu yang selanjutnya

diterjemahkan ke dalam tingkah laku.

Ummul Mu’minin ‘Aisyah berkata, “Suatu hari, Rasulullah SAW.,

keluar dari kediaman saya dengan perasaan gembira (thibb an-nafs).

Akan tetapi ketika kembali beliau terlihat sedih sehingga saya

terdorong untuk menanyakan penyebabnya. Beliau kemudian

menjawab:

“Sesungguhnya saya tadi masuk ke dalam Ka’bah. Tiba-tiba

muncul pemikiran kalau saya tadi tidak melakukan hal tersebut. Hal

itu disebabkan saya khawatir akan memberatkan umat saya yang

dating kemudian.” (HR. Muslim).

Dalam hadist lain, Rasulullah SAW mengisyaratkan bahwa

ketenangan dan ketenteraman hati seorang mukmin sangat terkait

dengan keridhaan Allah SWT. dan pencapaian pahala dari-Nya.

Diriwayatkan bahwa Abu Thalhah al-Anshari berkata, “Suatu pagi,

Rasulullah SAW Terlihat gembira (thibb an-nafs). Bisa-bisa

kegembiraan tersebut terpancar jelas dari wajah beliau sehingga para

sahabat berkomentar, “Wahai Rasulullah SAW, engkau terlihat

gembira sekali hari ini. Wajah engkau tampak berseri-seri. Rasulullah

SAW, Kemudian bersabda:

“Benar, tadi malaikat datang kepadaku dari Tuhanku azza Wajalla

dan seraya berkata, “siapa saja di antara umatmu yang bershalawat

satu kali kepada mu maka Allah SWT. Akan menuliskan baginya

sepuluh kebaikan, menghapus sepuluh kesalahannya, mengangkat

9

Page 12: Agama Ready Print!

derajatnya sepuluh tingkat, serta menjauhkannya dari kebalikannya

(kehinaan) sebanyak itu pula.” (HR. Ahmad).

Lebih lanjut, Rasulullah SAW juga menerangkan bahwa fitrah

(karakter dasar) manusia adalah baik (cenderung kepada kebaikan)

dan sesungguhnya Allah menjadikannya sebagai tolak ukur (hakim)

terhadap apa-apa yang akan dilakukan atau diusahakannya. Artinya,

jika nurani merasa tenang dan mantap terhadap sesuatu maka

sesuatu itu halal dan baik. Sebaliknya, jika nurani menentang maka

hal itu menandakan sesuatu itu dosa dan penyimpangan dari

kebenaran. Walaupun demikian, walaupun demikian, hal tersebut

mempunyai persyaratan bahwa nurani yang dimaksud adalah yang

senantiasa berserah diri kepada Allah.

Diriwayatkan bahwa Muslim bin Musykam berkata bahwa dia

mendengar al-Khusyani berkata, “saya pernah bertanya kepada

Rasulullah SAW, ‘beri tahukanlah kepada saya bagaimana caranya

mengetahui bahwa sessuatu itu di halalkan atau diharamkan bagi

saya.’ Rasulullah SAW. Kemudian berdiri. Setelah meluruskan

pandangannya beliau bersabda:

“Sesuatu yang baik itu adalah yang membuat perasaan (nafs)

tenteram dan hati tenang. Sebaliknya, dosa itu adalah yang membuat

perasaan tidak tenang dan hati gelisah sekalipun orang banyak

memberikan fatwa.” (HR. Ahmad).

2. Nafs dalam arti zat atau esensi manusia

Disamping makna di atas, kata nafs juga dipakai dalam arti

zat/esensi manusia itu sendiri yang dengan keberadaannya setiap

tindakan manusia menjadi bernilai. Seperti dalam hadist Rasulullah

saw, Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pernah bertanya kepada

Abdullah bin Amru bin ‘Ash, “Engkau orang yang senatiasa puasa

sepanjang hari dan melakukan shalat sepanjang malam? ” Abdullah

10

Page 13: Agama Ready Print!

menjawab, “Benar.” Rasulullah saw. kemudian berkata, “Jika kamu

teruskan kebiasaan seperti itu maka matamu akan sakit dan jiwamu

akan menjadi letih. Tidak dibolehkan melakukan puasa dahr (setiap

hari). Berpuasa tiga hari (disetiap pertengahan bulan) adalah laksana

berpuasa sepanjang tahun.”Abdullah lalu berkata, “Akan tetapi, saya

merasa sanggup melakukan yang lebih dari itu.”. Rasulullah SAW

selanjutnya menjawab, “Jika demikian maka berpuasalah seperti

puasanya Dawud a.s., yaitu berpuasa sehari kemudian berbuka

sehari…” (HR Bukhari).

Dalam hadist lain, Rasulullah SAW. bersabda,

“Mimpi itu muncul dari tiga sumber: ucapan batin (nafs) manusia,

gangguan setan, serta berita gembira dari Allah swt.. oleh karena itu,

siapa yang bermimpi melihat sesuatu yang tidak disukainya maka

janganlah menceritakannya kepada orang lain, tetapi hendaklah ia

segera bangun dan melakukan shalat.” (HR. Bukhari).

3. Nafs dalam arti ruh manusia

Lafaz nafs kebanyakan dipergunakan dalam makna ruh. Dalam

hal ini bisa dilihat dari beberapa hadist Anas bin Malik r.a,

meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pernah ditanya tentang

perbuatan-perbuatan yang dikategorikan dosa besar. Beliau lalu

menjawab,

“Mempersekutukan Allah SWT durhaka terhadap kedua orang tua,

membunuh jiwa dan melakukan sumpah palsu.” (HR Bukhari).

Abu Hurairah r.a juga diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW

bersabda: “hindarilah tujuh perkara yang menghancurkan!”. Para

sahabat lalu bertanya, “apa saja ke tujuh perkara itu, wahai

Rasulullah SAW?”. Beliau menjawab, “Mempersekutukan Allah SWT,

(melakukan) sihir, membunuh jiwa yang diharamkam Allah SWT

11

Page 14: Agama Ready Print!

kecuali dengan alasan yang benar, memakan riba, memakan harta

anak yatim, lari dari medan perang, serta menuduh perempuan

mukmin yang baik dan shaleh (melakukan perbuatan perzinaan.” (HR

Bukhari).

Beberapa hadist di atas hanya sebagai contoh lafaz nafs yang

menjadi referensi utama dalam kajian jiwa. Tentu masih banyak

hadist-hadist yang lainnya yang menjelaskan secara lebih detail

hingga sifat-sifat, karakter dan tabiat jiwa.

Konsep jiwa yang terkandung dalam al-Qur’an dan hadist

Rasulullah SAW tersebut dan beberapa yang lainnya yang tidak

tersebutkan dalam pembahasan di atas kemudian menjadi perhatian

oleh para ulama hingga mengembangkannya menjadi sebuah konsep

dalam keilmuan Islam, terutama bagi para filosof muslim dan

kalangan sufi yang secara intens dan mendalam membahas tentang

persolan jiwa.

Manusia sebagai makhluk multidimensional setidak-tidaknya

memiliki dimensi jasmani, rohani, agama, akhlak, sosial, akal, dan

seni (estetika). Sedangkan sebagai makhluk multipotensial manusia

memiliki potensi yang amat banyak yang dikaruniakan Allah SWT

kepadanya yang dalam islam terkandung dalam asmaul husna. Salah

satunya adalah agama. Agama adalah jalan utama menuju

kesehatan mental, karena dalam agama ada kebutuhan-kebutuhan

jiwa manusia, kekuatan untuk mengendalikan manusia dalam

memenuhi kebutuhaan, serta sampai kepada kekuatan untuk

menafikan pemenuhan kebuthan manusia tanpa membawa dampak

psikologis yang negative. (Yahya Jaya, Kesehatan Mental. 2002).

Menurut Hasan Langgulung, kesehatan mental dapat disimpulkan

sebagai “akhlak yang mulia”. Oleh sebab itu, kesehatan mental

didefinisikan sebagai “keadaan jiwa yang menyebabkan merasa rela

(ikhlas) dan tentram ketika ia melakukan akhlak yang mulia.

12

Page 15: Agama Ready Print!

Didalam buku Yahya Jaya menjelaskan bahwa kesehatan mental

menurut islam yaitu, identik dengan ibadah atau pengembangan

potensi diri yang dimiliki manusia dalam rangka pengabdian kepada

Allah dan agama-Nya untuk mendapatkan Al-nafs Al-muthmainnah

(jiwa yang tenang dan bahagia) dengan kesempurnaan iman dalam

hidupnya.

Sedangkan dalam bukunya Abdul Mujib dan Yusuf Mudzkir

kesehatan menurut islam yang dikutip dari Musthafa Fahmi,

menemukan dua pola dalam mendefenisikan kesehatan mental:

1. Pola negatif (salaby), bahwa kesehatan mental adalah

terhindarnya seseorang dari neurosis (al-amhradh

al-’ashabiyah) dan psikosis (al-amhradh al-dzihaniyah).

2. Pola positif (ijabiy), bahwa kesehatan mental adalah

kemampuan individu dalam penyesuaian terhadap diri sendiri

dan terhadap lingkungan sosial.

Islam sebagai suatu agama yang bertujuan untuk membahagiakan

dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sudah barang tentu

dalam ajaran-ajaranya memiliki konsep kesehatan mental. Begitu juga

dengan kerasulan Nabi Muhammad SAW adalah bertujuan untuk

mendidik dan memperbaiki dan membersihkan serta mensucikan jiwa

dan akhlak.

Di dalam Al-Qur’an sebagai dasar dan sumber ajaran islam banyak

ditemui ayat-ayat yang berhubungan dengan ketenangan dan

kebahagiaan jiwa sebagai hal yang prinsipil dalam kesehatan mental.

Ayat-ayat tersebut adalah:

13

Page 16: Agama Ready Print!

Artinya: Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang

beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari

golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat

Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka

al-kitab dan al-hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (keadaan nabi) itu,

mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (Qur’an Surah

Ali – ‘Imran: 164)

Dengan kejelasan ayat Al-Qur’an diatas dapat ditegaskan bahwa

kesehatan mental (shihiyat al nafs) dalam arti yang luas adalah tujuan

dari risalah Nabi Muhammad SAW diangkat jadi rasul Allah SWT, karena

asas, ciri, karakteristik dan sifat dari orang yang bermental itu

terkandung dalam misi dan tujuan risalahnya. Dan juga dalam hal ini al-

Qur’an berfungsi sebagai petunjuk, obat, rahmat dan mu’jizat

(pengajaran) bagi kehidupan jiwa manusia dalam menuju kebahagian

dan peningkatan kualitasnya sebagai mana yang ditegaskan dalam ayat

berikut:

Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang

menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan

mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.

(Qur’an Surah Al-Imran:104).

14

Page 17: Agama Ready Print!

Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah menjanjikan kemenangan

kepada orang-orang yang mengajak kepada kebaikan,menyuruh kepada

yang makruf dan mencegah kapada yang mungkar. Keimanan,

kataqwaan, amal saleh, berbuat yang makruf, dan menjauhi perbuatan

keji dan mungkar merupakan faktor yang penting dalam usaha

pembinaan kesehatan mental.

Artinya: Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati

orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping

keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara

langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

(Qur’an Surah Al-Fath: 4)

Ayat tersebut menerangkan bahwa Allah menyifati diriNya bahwa

Dia-lah Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Bijaksana yang dapat

memberikan ketenangan jiwa ke dalam hati orang yang beriman.

Artinya: Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan)

yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mu

´min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang

besar. (Qur’an Surah Al-Isra: 9)

15

Page 18: Agama Ready Print!

Artinya: Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar

dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah

menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (Qur’an

surah Al-Isra: 82).

Artinya: Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran

dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit - penyakit (yang berada)

dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.

(Qur’an Surah Yunus: 57)

Berdasarkan kejelasan keterangan ayat-ayat Al-Qur’an diatas, maka

dapat dikatakan bahwa semua visi dan misi dari ajaran Al-Qur’an (islam)

yang berintikan kepada akidah, ibadah, syariat, akhlak dan muamalata

adalah bertujuan dan berperan bagi pembinaan dan pengembangan

sumber daya manusia yang berkualitas dan berbahagia. Islam memiliki

konsep tersendiri dan khas tentang kesehatan mental. Pandangan islam

16

Page 19: Agama Ready Print!

tentang kesehatan jiwa berdasarkan atas prinsip keagamaan dan

pemikiran falsafat yang terdapat dalam ajaran-ajaran islam.

Berdasarkan pemikiran diatas maka setidak-tidaknya ada enam

prinsip keagamaan dan pemikiran filsafat yang mendasari konsep dan

pemahaman islam tentang kesehatan jiwa yang dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1. Prinsip dan filsafat tentang maksud dan tujuan manusia dan alam

jagad dijadikan oleh Allah SWT. Diantara maksud dan tujuan

manusia dijadikan Allah adalah untuk beribadah dan menjadi

khalifah di bumi.

2. Prinsip dan filsafat tentang keadaan sifat Allah dan hubungannya

dengan sifat manusia. Dalam keyakinan islam Allah SWT memiliki

sifat dan nama-nama yang agung, yakni asmaul husna yang

jumlahnya ada 99 nama atau sifat.

3. Prinsip dan filsafat tentang keadaan amanah dan fungsi manusia

dijadikan Allah sebagai khalifah di bumi. Manusia dijadikan Allah

berfungsi sebagai khalifah di muka bumi. Sebagai khalifah Allah

membekali manusia dengan dua kualitas (kemampuan), yakni

ibadah dan siyadah atau imtak dan ipteks, agar manusia itu

berhasil dalam mengelola bumi.

4. Prinsip dan filsafat tentang perjanjian (mistaq) antara manusia dan

Allah sewaktu manusia masih berada dalam kandungan ibunya

masing-masing. Allah menjadikan manusia dalam bentuk kejadian

yang sebaik-baiknya, dan kemudian menyempurnakan kejadian

dengan meniupkan ruh ke dalam tubuhnya (basyar), sehingga

membuat para malaikat menaruh hormat yang tinggi kepada

manusia.

5. Prinsip dan filsafat tentang manusia dan pendidikannya. Manusia

dalam pandangan islam adalah makhluk multidimensional dan

multipotensial.

17

Page 20: Agama Ready Print!

6. Prinsip dan filsafat tentang hakikat manusia Dalam pandangan

islam hakikat dari manusia itu adalah jiwanya, karena jiwa itu

berasal dari Tuhan dan menjadi sumber kehidupan.

Berdasarkan pandangan dan pemikiran tersebut, maka dapat

dikemukakan pengertian kesehatan jiwa/mental dalam islam

sebagai berikut. Kesehatan jiwa menurut islam tidak lain adalah

ibadah yang amat luas atau pengembangan dimensi dan potensi

yang dimiliki manusia dalam dirinya dalam rangka pengabdian

kepada Allah yang diikuti dengan perasaan amanah, tanggung

jawab serta kepatuhan dan ketaatan kepada Allah dan ajaran

agama-Nya, sehingga dengan demikian terwujud nafsu

muthmainnah atau jiwa sakinah. (Yahya Jaya, Kesehatan Mental.

2002).

Di samping itu dalam sejarah perkembangan pemikiran dalam islam

tentang kejiwaan dan hidup kerohanian banyak pula ditemukan konsep

islam tentang kesehatan jiwa (shihhat al nafs) yang ditulis oleh ulama

klasik.

Ibnu Rusyd mengartikan kesehatan jiwa itu dengan takwa. Dalam

pengertian ini orang yang sangat sehat jiwanya adalah orang yang

memiliki keimanan dan ketakwaan dalam kehidupan jiwanya. Takwa

sebagai konsep kesehatan jiwa dalam islam bagi Ibnu Rasyd dapat

dimaklumi dan dipahami, karena makna takwa itu luas dan tinggi.

Tegasnya Ibnu Rusyd mengatakan takwa adalah kesehatan jiwa dan

hawa nafsu adalah unsur jiwa yang membuat kehidupan jiwa terganggu

dan sakit. Kesehatan jiwa dalam arti takwa itu berasal dari Allah SWT.

Adapun al-Ghazali mengistilahkan kesehatan jiwa itu dengan tazkiyat

al-nafs yang artinya identik dengan iman dan takwa sebagai yang telah

dijelaskan. Ia mengartikan tazkiyat al nafs itu dengan ilmu penyakit jiwa

dan sebab musababnya, serta ilmu tentang pembinaan dan

pengembangan hidup kejiwaan manusia, suatu pengertian yang identik

dengan kesehatan jiwa. Pengertian tersebut tidak terbatas pada

18

Page 21: Agama Ready Print!

konsepnya pada gangguan dan penyakit kejiwaan serta perawatan dan

pengobatannya, tetapi juga meliputi pembinaan dan pengembangan jiwa

manusia setinggi mungkin menuju kesehatan dan kesempurnaannya

sesuai dengan arti kata tazkiyat itu sendiri dalam pendidikan Al-Qur’an

berikut:

Artinya: demi jiwa dan kesempurnaan (ciptaan)-Nya. Allah

menghilangkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan.

Sesungguhnya beruntunglah orang yang melakukan proses tazkiyah

(pembinaan takwa) dalam dirinya, sebaliknya merugilah orang-orang

yang mengotori jiwa (mengikuti hawa nafsu dalam pembinaan jiwanya)

atau tadsiyat al-nafs. (Qur’an Surah Asy Syamsu: 7-10).

Dari keterangan ayat diatas dapat pula diambil suatu pedoman

bahwa tujuan dari pembinaan dan pengembangan jiwa itu dalam islam

adalah untuk mewujudkan kondisi kesehatan jiwa yang baik. (al-falah)

yang diperoleh melalui pendidikan tazkiyah atau pembinaan potensi jiwa

takwa dalam diri. Sehingga jiwa muthmainnah menyempurnakan

kehidupan mental manusia, dan inilah tujuan yang paling tinggi dari

usaha pembinaan dan pengembangan kesehatan jiwa dalam Islam yang

harus dicapai oleh setiap muslim muslimah.

Dengan demikian kesehatan jiwa itu juga identik bagi Al-Ghazali

dengan keimanan dan ketakwaan dalam arti Tazkiyat Al-Nafs. Dari

uraian yang telah dikemukakan di atas dapat ditegaskan bahwa iman

19

Page 22: Agama Ready Print!

dan takwa memiliki relevansi yang sangat erat sekali dengan soal

kejiwaan. Iman dan takwa itulah arti psikologi dan kesehatan mental

yang sesungguhnya bagi manusia dalam Islam.

B. Bentuk – Bentuk Penyakit Jiwa dan Gejalanya

Menurut Zakiah Daradjat, penyakit jiwa (mental) adalah kumpulan dari

keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik,

maupun dengan psikis. penyakit tersebut tidak disebabkan oleh sakit atau

rusaknya bagian-bagian anggota badan meskipun kadang-kadang gejalanya

terlihat pada fisik. Keabnormalan dapat dibagi atas dua bagian, yaitu

gangguan mental (jiwa atau neurose), dan sakit mental (jiwa atau

psychose).

Dalam perspektif Islam sehat atau tidaknya mental seseorang berpijak

pada aspek spiritualitas keagamaan. Seberapa jauh keimanan seseorang

yang tercermin dalam kehidupan keberagamaan dalam kesehariannya

menjadi titik tolak penting dalam menentukan sehat atau tidaknya mental

seseorang. Dalam perspektif Islam gangguan dan tidak sakit mental tidak

hanya diukur dengan ukuran humanistik saja, sebagaimana diikut oleh

semua aliran psikologi kontemporer. Akan tetapi Islam juga melihat

bagaimana kaitannya dengan iman dan akhlak.

Al-Ghazali memandang bahwa keabnormalan mental indetik dengan

akhlak yang buruk. Akhlak yang baik dikategorikan sebagai sifat para rasul

Allah, perbuatan para al-Shiddiqin paling utama. Sedangkan akhlak yang

buruk dinyatakan sebagai racun yang berbisa yang dapat membunuh, atau

kotoran yang bisa menjauhkan seseorang dari Allah SWT. Disamping itu

akhlak yang buruk juga termasuk ke dalam langkah setan yang bisa

menjerumuskan manusia masuk dalam perangkapnya.

Gangguan mental dalam Islam berkaitan dengan penyimpangan-

penyimpangan sikap batin. Inilah yang menjadi dasar dan awal dari semua

penderita batin. Ada aspek penting yang menjadi ciri-ciri gangguan mental

20

Page 23: Agama Ready Print!

menurut islam yaitu qalb dan af’al (hati dan perbuatan). Gejala-gejala

gangguan mental semacam ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Hati yang menyimpang dari keikhlasan dan ketundukan kepada

Allah sehingga menjadi lupa terhadap posisinya sebagai hamba

Allah.

2. Perilaku yang terbiasa dengan pelanggaran ajaran agama

disebabkan oleh dominannya peran nafs al-ammarah dalam

kehidupan.

Rasulullah SAW memberikan jalan keluar kepada seorang pemuda

berupa do’a, yang sekaligus merupakan petunjuk kepada manusia tentang

penyakit jiwa yang seharusnya dihindari. Berikut penyakit jiwa menurut

Islam:

1. Hammi (ragu-ragu menghadapi masa depan)

Sesungguhnya tiap manusia telah dikarunai akal, ketrampilan dan

kemauan. Sesuatu yang dimiliki (jika ia tahu dan bisa menggunakan

dengan baik) pasti akan bisa mengatasi kesulitan hidupnya dan mencari

jalan keluarnya. Sebaliknya kalau hatinya senantiasa ragu, bimbang,

maka otaknya akan tertutup, geraknya tanpa kepastian. Langkahnya

selalu maju-mundur, sehingga peluang yang ada kabur, dan ia hanya

bisa menyesal.

2. Hazan (berduka, menyesali diri dan kecewa akan kegagalan masa

lalu)

Kegagalan dalam hidup adalah biasa dan wajar. Namun kegagalan

bukanlah menjadikan hati kecut dan kecewa serta berputus asa,

melainkan seharusnya menjadi cambuk untuk melecut semangat dalam

berusaha dan merupakan pedoman untuk menghindari kegagalan dan

meraih keberhasilan. Merintih, meratapi masa lalu dan berandai-andai

adalah perbuatan yang sia-sia dan tidak disukai oleh Nabi SAW.

21

Page 24: Agama Ready Print!

3. ‘Ajzi (pesimis, merasa tak berdaya)

Karena kurang percaya pada diri sendiri, maka ia akan senantiasa

merasa dirinya lemah, tidak berguna. Bila diajak orang senantiasa

menolak, karena merasa khawatir selalu mencekam, takut salah.

Pembicaraannya menggambarkan suatu yang suram, sedih, lemah, tidak

punya inisiatif, tidak bergairah.

4. Kasl (malas)

Ada orang yang bila diajak untuk melakukan sesuatu ia selalu

berusaha menghindar dengan berbagai alasan yang tak jelas, suka

menunda pekerjaan, dan apabila diajak bermusyawarah tidak mau

berpendapat dengan dalih hal tersebut tidak penting untuk dipikirkan.

Orang seperti ini, kalau ia tidak mau bertindak, bukanlah karena fisiknya

lemah atau sakit, tidak punya ketrampilan atau otaknya buntu, melainkan

semata karena malas. Padahal menunda pekerjaan berarti menambah

beban, menghindari pekerjaan berarti membiarkan peluang berlalu.

Padahal waktu itu ibarat mata pedang, bila tidak mampu menggunakan

dengan baik dan benar, akan membunuh diri sendiri.

5. Jubni (penakut)

Penyakit ini membuat orang merasa takut tidak berani berjalan,

berpikir, dan berbuat sendiri, ia tidak berani menyatakan sikapnya sendiri

kepada orang lain, apalagi memperbaiki kesalahan diri atau orang lain

walaupun ia mengetahui. Sesungguhnya tiap manusia punya rasa takut,

dan ini bermanfaat agar orang waspada dan hati-hati dalam bertindak.

Namun bila berlebihan, maka akan merugikan bagi diri maupun orang

lain.

6. Bakhil (Kikir)

22

Page 25: Agama Ready Print!

Bakhil atau Kikir tidak hanya terkait dengan harta, melainkan bisa

pula kikir dalam ilmu dan budi. Orang kikir tidak mau memberikan

miliknya kepada orang lain, kecuali sangat sedikit. Kalau ia punya harta,

ia hitung-hitung terus hartanya dan disimpan di tempat seaman-amannya

karena takut berkurang atau hilang. Kalau ia punya ilmu tak mau

mengajarkannya kepada orang lain takut akan tertandingi dirinya.

Bahkan orang kikir tidak mau memberikan senyum kepada orang lain.

Padahal Nabi SAW bersabda: ”Senyummu adalah sedekah”

7. Riya’

Menurut bahasa riya berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata "  �اُء� �رَي " ال

yang berarti  memperlihatkan atau pamer. Sedangkan menurut istilah

riya adalah memperlihatkan diri kepada orang lain, supaya diketahui

kehebatan perbuatannya, baik melalui pembicaraan, tulisan dan sikap

dengan tujuan mendapat kan perhatian, kedudukan,  pujian,  sanjungan

dan  tujuan – tujuan lain  yang bersifat keduniawian.

Kata lain yang mempunyai arti serupa dengan riya ialah Sum`ah.

Kata sum`ah berasal dari bahasa Arab �ْم�َع�ُة �لُس� “  atau “ "ا   ْم�َع�ُة� yang ”ُس�

berarti kemasyhuran nama, baik sebutannya. Orang yang sum`ah

dengan perbuatan baiknya, berarti ingin mendengar pujian orang lain

terhadap kebaikan yang ia lakukan. Dengan adanya pujian tersebut,

akhirnya masyhurlah nama baiknya dilingkungan masyarakat.

8. Hasad

Hasad adalah merasa tidak suka dengan nikmat yang telah Allah

berikan kepada orang lain atau mengharapkan hilangnya nikmat Allah

dari orang lain. Bahkan semata-mata merasa tidak suka dengan nikmat

yang Allah berikan kepada orang lain itu sudah terhitung hasad diiringi

harapan agar nikmat tersebut hilang ataupun sekedar merasa tidak suka.

Demikianlah hasil pengkajian yang dilakukan oleh Syaikul Islam Ibnu

23

Page 26: Agama Ready Print!

Taimiyyah. Beliau menegaskan bahwa definisi hasad adalah merasa

tidak suka dengan nikmat yang Allah berikan kepada orang lain.

9. Ujub

Ujub merupakan perasaan kagum terhadap diri sendiri yang terbit

dihati seseorang insan yang beranggapan dirinya memiliki sifat yang

lebih baik atau sempurna berbanding dengan orang lain.

Imam Sufyan Ats-Tsauri r.h berkata: “Sifat ujub adalah kekagumanmu

pada dirimu sendiri, sehingga kamu merasa bahawa kamu lebih mulia

dan lebih tinggi derajatnya daripada saudara kamu. Sedangkan boleh

jadi kamu tidak beramal dengan benar seperti dia, atau barangkali dia

lebih baik daripada kamu terhadap hal-hal yang diharamkan Allah dan

lebih tulus amalnya.”

Imam Ibnu al-Mubarak r.h pula menyatakan: “Perasaan ujub adalah

ketika engkau merasakan dirimu memiliki kelebihan tertentu yang tidak

dimiliki oleh orang lain.”

Firman Allah SWT:

“Artinya: Dan janganlah engkau memalingkan mukamu (karena memandang

rendah) kepada manusia, dan janganlah engkau berjalan di bumi dengan

berlagak sombong;  sesungguhnya Allah tidak suka kepada tiap-tiap orang

yang sombong takbur, lagi membanggakan diri.” (Qur’an Surah Luqman :

18)

24

Page 27: Agama Ready Print!

“Artinya: …maka janganlah kamu memuji-muji diri kamu (bahawa kamu suci

bersih dari dosa). Dia-lah sahaja yang lebih mengetahui akan orang-orang

yang bertaqwa.” (Qur’an surah Najm : 32)

Ayat ini melarang seseorang itu dari memiliki persepsi bahawa dirinya

itu suci dari melakukan kesilapan dan menolak sikap narsisisme iaitu

perasaan cinta terhadap diri sendiri yang berlebihan.

10.Takabur

Takabur menurut bahasa artinya sombong atau membanggakan diri.

Sedangkan menurut istilah takabur adalah sikap berbangga diri dengan

beranggapan bahwa hanya dirinyalah yang paling hebat dan benar

dibandingkan dengan orang lain.

Takabur atau sombong merupakan sifat yang tercela dan berbahaya.

Bagi orang yang takabur, Allah SWT akan memberi balasan berupa

neraka jahanam, sebagaimana firman Allah SWT:

Artinya: “Maka masuklah pintu-pintu neraka Jahanam, kamu kekal di

dalamnya. Maka amat buruklah tempat orang-orang yang menyombongkan

diri.” (Qur’an Surah An Nahl: 29)

11.Fitnah

25

Page 28: Agama Ready Print!

Dalam bahasa sehari-hari kata ‘fitnah’ diartikan sebagai penisbatan

atau tuduhan suatu perbuatan kepada orang lain, dimana sebenarnya

orang yang dituduh tersebut tidak melakukan perbuatan yang

dituduhkan.

Didalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah: 191

“…Syirik lebih dahsyat dosanya daripada

membunuh…” (Qur’an Surah Al-Baqarah: 191)

Tak ada satupun ayat di dalam Al Qur’an yang mengartikan

kata “fitnah” dengan arti sebagaimana yang dipahami oleh orang Indonesia,

yakni menuduhkan satu perbuatan yang tidak dilakukan oleh orang yang

dituduh. Kata ‘fitnah’ di dalam Al Qur’an memang mengandung makna yang

beragam sesuai konteks kalimatnya. Ada yang bermakna bala bencana,

ujian, cobaan, musibah, kemusyrikan, kekafiran, dan lain sebagainya. Maka

memaknai kata ‘fitnah’ haruslah dipahami secara keseluruhan dari latar

belakang turunnya ayat dan konteks kalimat , dengan memperhatikan

pemahaman ulama tafsir terhadap kata tersebut.

12.Zalim (Aniaya)

Kata zalim berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata  �ُم� – �ْض�ِل َي �ُم� yang  َض�ِل

berarti gelap, aniaya,  rugi, atau menempatkan sesuatu bukan pada

tempatnya.

Sedangkan menurut istilah zalim adalah perbuatan yang melampaui

batas terhadap jiwa, harta atau kehormatan orang lain dan menentang

terhadap kebenaran.

13.Hutang

Pada hakikatnya, hutang adalah mengurangi jatah rizqi hari esok.

Lebih-lebih jika hutang itu untuk keperluan konsumtif, dan tanpa

26

Page 29: Agama Ready Print!

perhitungan. Resiko yang diderita orang berhutang adalah ketika ia tidak

bisa melunasi pada waktunya: takut ketemu orang, mempersempit

pergaulan, harga diri atau martabat turun tanpa terasa, bahkan bisa

menimbulkan pembunuhan.

14.Terintimidasi

Sebenarnya secara fisik perbudakan sudah “tidak ada” di dunia

modern seperti saat ini, namun kenyataannya banyak orang yang masih

hidup seperti budak. Seperti halnya seorang karyawan atau pembantu

yang dipekerjakan tanpa perikemanusiaan, diperas tenaga dan

pikirannya dengan upah yang sangat kecil, bahkan tak diberi

kesempatan istirahat, dan yang lebih parah tidak diperbolehkan

menunaikan kewajiban kepada Rabb-nya. Tapi ada pula manusia yang

bebas, namun ia diperbudak dirinya sendiri atau diperbudak oleh harta

atau tahta (kekuasaan) dan wanita. Segala sesuatu berpotensi

menimbulkan masalah, tapi bagi orang yang beriman, masalah bisa

menjadi wasilah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, mengasah

keuletan, memperpanjang galah kesabaran. Allah telah mengkaruniakan

kita akal untuk memilih, hati untuk memahami, akhlakul karimah untuk

menyikapi.

15.Diskriminasi

Diskriminasi menurut bahasa adalah perbedaan. Sedangkan menurut

istilah diskriminasi adalah bersikap membeda-bedakan atau memisahkan

antara sesama manusia, baik karena perbedaan derajat, suku, bangsa,

warna kulit, jenis kelamin, usia, golongan, ideologi dan sebagainya.

C. Penyebab Timbulnya Penyakit Kejiwaan

1. Faktor Individuala. Struktur Biologis

Gangguan jiwa juga tergolong ilmu kedokteran, dalam beberapa

penelitian yang dilakukan oleh para psikiater mengenai

27

Page 30: Agama Ready Print!

neutransmiter, anatomi dan faktor genetik juga ada hubungannya

dengan terjadinya gangguan jiwa. Dalam setiap individu berbeda-

beda struktur anatominya dan bagaimana menerima reseptor ke

hipotalamus sebagai respon dan reaksinya dari rangsangan tersebut

hingga menyebabkan gangguan jiwa.

b. Ansietas Dan Ketakutan

Kekhawatiran pada sesuatu hal yang tidak jelas dan perasaan

yang tidak menentu akan sesuatu hal menyebabkan individu merasa

terancam, ketakutan hingga terkadang mempersepsikan dirinya

terancam.

2. Faktor Psikologis

Hubungan antara peristiwa hidup yang mengancam dan gangguan

mental sangat kompleks tergantung dari situasi, individu dan bagaimana

setiap orang mampu berkomunikasi secara efektif. Hal ini sangat

tergantung pada bantuan teman, dan tetangga selama periode stres.

Struktur sosial, perubahan sosial dan tingkat sosial yang dicapai sangat

bermakna dalam pengalaman hidup seseorang hingga terkadang sampai

menarik diri dari huhungan sosial. Kepribadian merupakan bentuk

ketahanan relatif dari situasi interpersonal yang berulang-ulang yang

khas untuk kehidupan manusia. Perilaku yang sekarang bukan

merupakan ulangan impulsif dari riwayat waktu kecil, tetapi merupakan

retensi pengumpulan dan pengambilan kembali. Setiap penderita yang

mengalami gangguan jiwa fungsional memperlihatkan kegagalan yang

mencolok dalam satu atau beberapa fase perkembangan akibat tidak

kuatnya hubungan personal dengan keluarga, lingkungan sekolah atau

dengan masyarakat sekitarnya. Sebagaimana setiap individu mampu

mengontrol emosionalnya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Faktor Budaya Dan Sosial

Gangguan jiwa yang terjadi di berbagai negara mempunyai

perbedaan terutama mengenai pola perilakunya. Karakteristik suatu

28

Page 31: Agama Ready Print!

psikosis dalam suatu sosial budaya tertentu berbeda dengan budaya

lainnya. Perbedaan ras, golongan, usia dan jenis kelamin mempengaruhi

pula terhadap penyebab mula gangguan jiwa. Tidak hanya itu saja,

status ekonomi juga berpengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa.

4. Faktor Presipitasi

Menurut Stuart dan Sundeen (1995), faktor Stressor Presipitasi

mempengaruhi dalam kejiwaan seseorang. Sebagai faktor stimulus

dimana setiap individu mempersepsikan dirinya melawan tantangan,

ancaman, atau tuntutan. Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan

oleh setiap situasi dimana individu tidak mampu menyesuaikan.

Lingkungan dapat mempengaruhi konsep diri dan komponennya.

D. Pengaruh Kesehatan Mental

1. Terhadap Perasaan

Berbagai perasaan yang menyebabkan terganggunya kesehatan

mental ialah rasa cemas (gelisah), iri hati, sedih, merasa rendah diri,

pemarah, ragu (bimbang) dan sebagainya. Perasaan-perasaan tersebut

mungkin saja muncul bersamaan pada diri seseorang atau hanya

beberapa gejala yang terdapat pada satu orang. Berikut ini akan

diuraikan tiap-tiap persoalan.

a. Rasa Cemas

Adanya perasaan tidak menentu, panik, penakut, tanpa sebab

yang menyebabkan timbulnya perasaan gelisah pada diri seseorang.

Misalnya, perasaan seorang ibu yang gelisah karena anaknya

terlambat pulang, berbagai pikiran berkecamuk dalam dirinya, ia

merasa khawatir bila anaknya mendapat kecelakaan, diculik orang,

dan sebagainya, karena itu, sebaliknya berusaha mengatasi

kegelisahanitu dengan mencari cara penyelesaiannya atau solusinya.

b. Iri Hati

29

Page 32: Agama Ready Print!

Perasaan iri hati sering terjadi pada diri seseorang, namun

sebenarnya perasaan ini bukan karena adanya kedengkian dalam

dirinya melainkan karena ia sendiri tidak merasakan kebahagiaan

dalam hidupnya. Sebagai contoh adalah seorang ibu masih muda,

cantik dan kaya raya itu, merasa iri kepada suaminya karena anak-

anaknya lebih dekat kepadanya ketimbang dia yang merupakan

ibunya sendiri. Ia juga merasakan bahwa suaminya tidak

mengindahkan perasaannya. Hal ini menyebabkan terjadinya

pertengkaran dan perselisihan antara mereka karena kecurigaan istri

kepada suaminya. Kegelisahan dan iri hatinya makin memuncak,

sehingga istri merasa bosan tinggal dirumahnya. Ia tidak mau lagi

melihat anak-anak dan suaminya, kemudian pergi dari rumah nya

untuk melepaskan diri dari kegelisahan dan iri hatinya. Dalam contoh

kasus ini dapat disimpulkan bahwa ibu tersebut lari karena rasa iri hati

yang timbul akibat gangguan kesehatan mentalnya.

c. Rasa Sedih

Rasa sedih ini terkadang berpangkal dari hal-hal yang sepele yang

terjadi karena kesehatan mental yang terganggu, bukan karena

penyebab kesedihan secara langsung.

Contoh yang sangat menarik dalam hal ini, adalah seperti yang

dialami oleh seorang laki-laki berusia 40 tahun, ia menderita karena

tidak dapat menahan sedihnya bila melihat orang miskin yang bekerja

keras untuk mencari sesuap nasi. Ia juga tidak tahan mendengar

cerita-cerita yang menyedihkan, kemudian emosinya tergugah, lalu ia

menangis dan hal-hal lainnya secara logis tidak akan menyebabkan

perasaan sedih.

Semua Perasaan itu menyebabkan ia terlihat jauh lebih tua dari

umurnya. Setelah dilakukanpenelitian dan perawatan jiwa

terhadapnya, terbukti bahwa kesedihannya diakibatkan pengalaman-

pengalaman pahit yang dialaminya antara lain kematian orang yang

30

Page 33: Agama Ready Print!

sangat disayanginya, penganiayaan dari kawan terdekat, dan

pengalaman-pengalaman yang menyedihkan yang bertubi-tubi

terjadinya, sehingga ia tidak dapat memahami dan menyesuaikan diri

kepada perubahan yang tidak menyenangkan itu.

d. Rasa Rendah Diri dan Hilangnya kepercayaan diri

Rasa rendah diri menyebabkan seseorang menjadi mudah

tersinggung sehingga menyebabkan orang yang bersangkutan tidak

mau bergaul karena merasa dikucilkan. Ia tidak mau mengemukakan

pendapat dan tidak memiliki inisiatif. Lama kelamaan kepercayaan

dirinya akan hilang bahkan ia akan mulai tidak mempercayai orang

lain. Ia menjadi mudah marah atau sedih hati, menjadi apatis dan

pesimis.

e. Pemarah

Seseorang yang sering marah-marah tanpa sebab biasanya

mengalami gangguan kesehatan mental. Pada dasarnya, marah

merupakan ungkapan kekecewaan, atau ketidakpuasan hati.

2. Terhadap Kecerdasan

Kecerdasan seseorang merupakan warisan dari orang tuanya. Hal ini

telah terbukti dari berbagai penelitian yang dilakukan para ahli. Namun

demikian, kecerdasan ini tidak akan berkembang bila tidak didukung oleh

lingkungan dan adanya kesempatan yang merangsang kecerdasan

tersebut. Ada berbagai pengaruh kesehatan mental atas pikiran,

diantaranya adanya perasaan sering lupa atau kurangnya konsentrasi

dalam berfikir, dan sebagainya. Bila hal ini dibiarkan terus menerus maka

ia akan menyebabkan gangguan kesehatan mental yang serius.

Anak yang pemurung, bodoh merupakan akibat terganggunya

ketenangan si anak. Ia menjadi tidak mampu mengarahkan daya pikirnya

sehingga ia kehilangan konsentrasinya dalam menerima pelajaran. Inilah

31

Page 34: Agama Ready Print!

yang menyebabkan ia menjadi bodoh, jadi bukan karena ia benar-benar

bodoh.

Penyebab lain terganggunya ketenangan si anak adalah perlakuan

orang tua yang terlalu mengekang kebebasan anak, terlalu banyak

campur tangan dalam urusan anak, suka membanding-bandingkan si

anak dengan anggota keluarga lain yang lebih pandai dari pada si anak,

dan sebagainya.

Terganggunya ketenangan anak disebabkan perilaku ibu bapaknya

yang sering bertengkar, mengekang si anak, sering dipukul oleh ibu

bapaknya, karena ia malas belajar atau karena kenakalannya. Suasana

menyababkan si anak merasa bingung dan mencoba mencari perhatian

orang dengan melakukan sesuatu yang dilarang.

3. Terhadap Tingkah Laku

Perilaku seserang sangat dipengaruhi oleh suasana hatinya. Bila

seseorang merasa gelisah atau merasa tertekan hatinya, dia akan

berusaha menghilangkannya dengan segala cara. Biasanya ia akan

berusaha mengeluarkan segala uneg-uneg dihatinya. Namun cara ini

pun tidak selalu berhasil mengurangi beban dihatinya. Hal ini karena

tidak semua orang dapat mengunkapkan kegelisahannya kepada orang

lain.

Contoh kasus dalam hal ini adalah seseorang anak yang dimarahi

orang tuanya. Dalam hatinya ia ingin memberontak perlakuan kedua

orang tuanya, tetapi ia tidak berani, sehingga terjadilah pertentangan

batin, antara ingin melawan (membela diri) dan takut akan hukuman dan

kekerasan orang tua. Hal ini mendorong hatinya untuk melakukan

sesuatu yang tidak disenangi oleh orang tua, atau melampiaskan

kekesalannya kepada teman sepermainannya atau kepada adiknya.

Dalam beberapa kasus, sering kita temukan orang yang suka

mengganggu ketenangan dan hak orang lain, misalnya dengan mencuri,

menyakiti atau memfitnah orang lain. Semua perlakuan buruk itu

32

Page 35: Agama Ready Print!

merupakan pelampiasan dari ketidak puasannya, yang timbul karena

kesehatan mental yang terganggu.

4. Terhadap Kesehatan Badan

Setiap orang yang mentalnya sehat cenderung memiliki badan yang

sehat. karena itu, setiap orang hendaknya berusaha semaksimal mungkin

agar mentalnya selalu sehat. Akhir-akhir ini banyak terdapat penyakit

yang dinamakan psychosomatic, yaitu penyakit pada badan yang

disebabkan oleh mental. Misalnya, seorang ibu menderita penyakit

jantung selama beberapa tahun. Ia telah berobat ke dokter dan

mengunjungi dukun-dukun, tetapi penyakitnya tak kunjung sembuh. Hal

ini membuatnya kecewa dan ia pun kehilangan kepercayaan dirinya.

Setelah diteliti latar belakang dan pengalaman hidupnya, terbukti bahwa

penyakitnya bukanlah disebabkan adanya penyakit atau kerusakan pada

jantungnya, tetapi karena adanya tekanan perasaan dalam dirinya. Dia

tidak dapat memahami suaminya, dan tidak dapat mengungkapkan

perasaannya kepada siapapun. Semua perasaan yang mengganggu

pikirannya dan ketenangan batinnya menyababkan jantungnya

terganggu.

Penyakit-penyakit lain akibat terganggunya perasaan dan fikiran

adalah tekanan darah tinggi, tekanan darah rendah, eksim, sesak nafas,

dan sebagainya.

E. Amal Ibadat yang Dapat Mengatasi atau Mengurangi Penyakit

Kejiwaan

Berbagai gejolak jiwa dalam diri manusia dapat menimbulkan gangguan

ketenangan hidupnya yang menyebabkan timbulnya gejala penyakit mental.

Konsep agama untuk mencari ketenangan hidup, meredam gejolak jiwa perlu

dilaksanakan secara konsisten dan produktif. Setiap orang hendaknya

menjalankan perintah agama dengan penuh tanggung jawab dan

meninggalkan larangan-larangannya.

33

Page 36: Agama Ready Print!

Dalam literatur yang berkembang ada beberapa cara untuk memelihara

kesehatan mental dalam Islam salah satunya adalah pola atau metode Iman

Islam Dan Ihsan yang didalamnya terdapat berbagai macam karakter

berdasarkan konsep Iman Islam dan Ihsan.

1. Iman

Didalam metode iman terdapat beberapa macam pola karakter:

a. Karakter Rabbani yang berasal dari kata rabb yang dalam

bahasa Indonesia berarti tuhan, yaitu tuhan yang memiliki,

memperbaiki, mengatur. Istilah rabbani dalam konteks ini

memiliki ekuivalensi dengan mentransformasikan asma dan sifat

tuhan kedalam dirinya untuk kemudian diinternalisasikan dengan

kehidupan nyata.

b. Karakter Malaki adalah kepribadian individu yang didapat setelah

mentransformasikan sifat-sifat malaikat kedalam dirinya untuk

kemudian di internalisasikan kedalam kehidupan nyata.

c. karakter Qurani yang pada intinya kepribadian qurani adalah

kepribadian yang melaksanakan sepenuh hati nilai-nilai al-Qur`an

baik pada dimensi I`tiqadiyah, Khulukqiyah, amaliyah, ibadah,

muamalah, daruriyyah, hajiyyah, ataupun tahsiniyah,

d. Karakter Rasuli yang. mengarah pada sifat-sifat khas seorang

rasul sebagai manusi pilihan (Al-Musthafa) berupa sifat Jujur,

Terpercaya, Menyampaikan perintah dan cerdas.

e. Karakter Yawm akhiri adalah kepribadian individu yang didapat

sesudah mengimani, mamahami dan mempersiapkan diri untuk

memasuki hari akhir dimana seluruh perilaku manusia dimintai

pertanggungjawaban. Kepribadian ini menuju kepada salah satu

konsekwensi perilaku manusia, dimana yang amalnya baik akan

mendapatkan kenikmatan syurga sementara bagi yang amalnya

buruk akan mendapatkan kesengsaraan neraka.

f. karakter Taqdiri, Pola-pola tingkah laku taqdiri antara lain;

pertama, bertingkah laku berdasarkan aturan dan hukum tuhan,

sehingga tidak semena-mena memperturutkan hawa nafsu.

34

Page 37: Agama Ready Print!

Kedua, membangun jiwa optimis dalam mencapai sesuatu tujuan

hidup. Tidak sombong ketika mendapatkan kesuksesan hidup.

Tidak pesimis, stress atau depresi ketika mendapatkan

kegagalan.

2. Islam

Didalam metode Islam terdapat beberapa macam pola karakter:

a. Kepribadian syahadatain adalah kepribadian individu yang

didapat setelah mengucapkan dua kalimat syahadat,

memahami hakikat dari ucapannya serta menyadari akan

segala konsekwensi persaksiannya tersebut.

b. Kepribadian syahadatain meliputi domanin kognitif dengan

pengucapan dua kalimat secara verbal; domain afektif dengan

kesadaran hati yang tulus dan domain psikomotorik dengan

melakukan segala perbuatan sebagai konsekwensi dari

persaksiannya itu. Karakter mushalli adalah kepribadian

individu yang didapat setelah melaksanakan shalat dengan

baik, konsisten, tertib, dan khusyu, sehingga ia mendapatkan

hikmah dari apa yang dikerjakan.

c. Karakter shaim adalah kepribadian individu yang didapat

setelah melaksanakan puasa dengan penuh keimanan dan

ketakwaan, sehingga ia dapat mengendalikan diri dengan baik.

Pengertian ini didasarkan pada asumsi bahwa orang yang

mampu menahan diri dari sesuatu yang membatalkan puasa

memiliki kepribadian lebih kokoh, tahan uji, dan stabil

ketimbang orang yang tidak mengerjakannya, sebab ia

mendapatkan hikmah dari perbuatannya.

d. Karakter muzakki adalah pribadi yang suci, fitrah dan tanpa

dosa. Ia memilki kepribadian yang seimbang, mampu

menyelaraskan antara aktifitas yang berdimensi vertikal dan

horizontal. Ia adalah sosok yang empatik terhadap penderitaan

pribadi lain.

35

Page 38: Agama Ready Print!

e. Karakter haji adalah orang yang telah melakukan ibadah haji

yang secara etimologi berarti menyengaja pada sesuatu yang

diagungkan. Orang yang melaksanakan haji hatinya selalu

tertuju pada yang maha tinggi. Orang yang berhaji memiliki

beberapa kepribadian antara lain : kepribadian muhrim,

kepribadian thawif, kepribadian waqif, kepribadian sa`i,

kepribadian mutahalli dan lain sebagainya.

3. Ihsan

Kata ihsan berasal dari kata hasuna yang berarti baik atau bagus.

Seluruh perilaku yang mendatangkan manfaat dan menghindarkan

kemudharatan merupakan perilaku yang ihsan. Namun karena

ukuran ihsan bagi manusia sangat relative dan temporal, maka

criteria ihsan yang sesungguhnya berasal dari Allah SWT. Karena itu

hadits Nabi Muhammad SAW menyebutkan bahwa ihsan bermuara

pada peribadatan dan muwajahah, dimana ketika sang hamba

mengabdikan diri pada-Nya seakan-akan bertatap muka dan hidup

bersama (ma`iyyah) dengan-Nya, sehingga seluruh perilakunya

menjadi baik dan bagus. Sang budak tidak akan berbuat buruk

dihadapan majikannya, apalagi sang hamba dihadapan tuhannya.

Dengan demikian, yang dimaksud dengan kepribadian muhsin adalah

kepribadian yang dapat memperbaiki dan mempercantik individu.

Baik berhubungan dengan diri sendiri, sesamanya, alam semesta

dan Tuhan yang diniatkan hanya untuk mencari ridha-Nya.

Dengan melaksanakan kehidupan beragama dan menjalankan ibadah,

seseorang yang meiliki kesadaran agama secara matang dan melaksakan

ibadahnya dengan penuh konsisten, stabil, mantap, dan penuh tanggung jawab

dengan dilandasi oleh wawasan agama yang luas. Dengan demikian ia akan

mendapatkan kebahagiaan dan dapat menikmati ketenangan jiwa yang

menyababkan kepribadiannya matang dan sehat mentalnya.

36

Page 39: Agama Ready Print!

Apabila seseorang belum matang jiwanya dan kesehatan mentalnya

terganggu, maka gejolak untuk melaksanakan ibadahnya kurang konsisten dan

kurang terintegrasi. Hal ini menyebabkan kesadaran agamanya berkurang,

tingkah lakunya kaku karena tidak disertai tanggung jawab.

Agama mampu memberikan jawaban dan menetapkan hukum atau

kaidah secara rasional dan logis. Agama tidak hanya memberikan pegangan

hidup yang logis dan rasioanal saja melainkan juga menunjukan dinamika

penyaluran dan kepuasan dalam dorongan emosional. Agama dapat

memberikan jawaban terhadap masalah yang berada diluar jangkauan logika

dan rasio, misalnya, persoalan kematian, hidup sesudah mati, alam akhirat, dan

sebagainya. Bahkan, agama juga memberikan dorongan lebih kuat dan

bermakna terhadap semangat dan arti hidup.

Selain menjalankan perintah agama, setiap oarang perlu membina

hubungan dengan lingkungan diluar dirinya sehingga ia mampu membina

hubunga baik dengan orang lain (muamalah). Selain itu ia juga harus mampu

melakukan ibadah (shalat) yang menjamin kebahagiaan diakhirat karena

kebahagiaan di dunia saja belum menjamin kebahagiaan diakhirat. Oleh karena

itu muamalah tanpa disertai ibadah tidak berarti apa-apa diakhirat. Untuk meraih

kehidupan yang sehat dan bahagia didunia dan akhirat manusia harus

beribadah yang baik dalam membina hubungannya dengan Allah SWT. Dan

bermuamalah yang baik dalam membina hubungan dengan manusia.

Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 77:

37

Page 40: Agama Ready Print!

Artinya: “Katakanlah, wahai Muhammad, bahwa bahagia didunia itu adalah kecil

dan bahagia diakhirat itu kekal dan lebih baik, terutama bagi orang-orang yang

bertaqwa.” (Qur’an surah An-Nisa: 77).

Dari semua bentuk ibadah kepada Allah SWT. (shalat, puasa, zakat, haji

dan lain-lainnya) dan ibadah yang tidak wajib lainnya, hanya sholat yang

diperintahkan Allah SWT, secara langsung kepada nabi Muhammad SAW,

dalam peristiwa isra’ Mi’raj. Karena itu pentingnya arti dan kedudukan shalat

bagi manusia melaksanakan kewajiban ibadah kepada Allah SWT. Sholat dalam

membentuk kepribadian mukmin serta mencegah perilaku keji dan munkar.

Amal ibadat yang bisa kita lakukan untuk mengurangi atau mengatasi

penyakit kejiwaan, antara lain:

1. Shalat Lima Waktu

Adapun yang terkandung dalam ibadah shalat, yaitu Menyembah dan

menyerahkan diri serta mengagungkan Allah SWT, Menyucikan diri kepada

Allah SWT, Memuji kepada Allah SWT, Memohon ampunan, pertolongan,

petunjuk kepada Allah SWT, Memohon rezeki kepada Allah SWT, Memohon

dijauhkan dari perbuatan tercela adn keselamatan didunia dan di akhirat,

Bersaksi atas ke-Esa-an Allah SWT dan kerosulan nabi Muhammad SAW,

Mendoakan keselamatan nabi Muhammad SAW dan keluarganya Nabi

Ibrahim a.s beserta keluarganya dan mendoakan keselamatan orang lain.

Kandungan shalat diatas menjelaskan ketinggian nilai-nilai yang terdapat

didalam shalat bagi manusia. Disamping itu shalat bermanfaat bagi

kesehatan jasmani sebab setiap hendak shalat, kita harus bersih dan suci.

Shalat juga dapat melatih otot-otot manusia secara teratur. Ini dapat dilihat

dan diamati dalam gerakan kontinuitas shalat. Dari segi kesehatan rohani,

manusia mendapatkan ketenangan hidup dalam jiwanya, sehingga mampu

mengendalikan diri dari hawa nafsu serta kesehatan sosial, shalat dapat

melatih disiplin waktu, mencegah sifat sombong dan hidup berlebihan, serta

menghargai orang lain.

38

Page 41: Agama Ready Print!

Sebagai bukti shalat dapat mencegah gangguan jiwa dan Al-Quran

diturunkan untuk mengobati gangguan kejiwaan dapat ditinjau dalam Al-

Quran :

a. Al-Quran surat Al-Isra’: 82

Artinya: “Dan kami (Allah) menurunkan Al-Quran yang ayat ayatnya

mengandung obat dan menjadi rahmat bagi mereka yang mempercayai,

dan bagi mereka yang mengingkari hanyalah akan menjadi kerugian dan

celaka.”

b. Al-Quran surat Yunus:57

Artinya: “wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepada mu Al-

Quran yang mengandung pelajaran dan tuntunan dari Tuhanmu dan

obat terhadap penyakit yang ada dalam dadamu dan hatimu serta

mengandung tuntunan kebahagiaan bagi mereka yang

mempercayainya.”

c. Al-Quran surat Al-Baqarah 155

39

Page 42: Agama Ready Print!

Artinya: “dan sesungguhnya akan kami berikan cobaan kepadamu,

dengan ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, gangguan jiwa dan

buah buahan. Dan berikanlah berita gembira bagi orang-orang yang

sabar.”

d. Al-Quran surat Al-Ma’arij: 19-23

Artinya: “sesungguhnya manusia diciptakan oleh Allah SWT, selalu

berkeluh kesah lagi kikir. Apabila ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah.

Tetapi ia mendapatkan kebaikan, ia bersifat kikir. Kecuali orang orang

yang mengerjakan shalat, dan mereka itu tetap mengerjakan shalatnya.

e. Al-Baqarah ayat 153

40

Page 43: Agama Ready Print!

Artinya: “hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat

sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah bersama orang-orang sabar.”

Apabila kita kaji ayat-ayat Al-Qur’an diatas, maka shalat merupakan

ibadah yang banyak manfaatnya bagi kehidupan manusia. Dengan shalat

manusia dapat mempertahankan kesehatan jiwa dan dapat terhindar dari

gangguan kesehatan jiwanya. Dengan terjaganya dan terobatinya kesehatan

jiwa manusia akan mendapatkan ketenangan dalam hidupnya didunia dan

diakhirat.

2. Shalat Diwaktu Malam

Seseorang yang rajin shalat tahajud akan mampu menghilangkan

kecemasan akan rasa kosong, hampa, dan tidak mempunyai makna hidup.

Karena dia menyadari hakikat kehidupan, dari mana dia berasal (min aina),

ke mana dia akan menuju (ila aina), untuk apa dia hidup (limadza).

Pemahaman ini dapat memicu gairah hidup dan tekad untuk berjuang demi

Allah SWT. 

Ketika orang lain tidur mendengkur, orang yang rajin bertahajud sedang

berzikir mengingat Allah SWT. sehingga pikirannya terasa lapang, hatinya

terasa tenang, jiwanya bahagia, dan perasaannya senang. Karena zikir

mengingat Allah SWT dalam shalat tahajud mengandung pengertian

tawakal, percaya, dan mengharap kemudahan dari-Nya. Dia maha dekat

jika diseru, Maha Mendengar jika dipanggil, dan Maha Memperkenankan

apabila diminta.

Sebuah penelitian membuktikan bahwa ketenangan dapat meningkatkan

ketahanan tubuh imunologik, mengurangi risiko terkena penyakit jantung,

meningkatkan harapan hidup (Mclelland, 1998)

Shalat tahajud memiliki banyak hikmah, diantaranya adalah:

a. Setelah melakukan ibadah tambahan (nafilah), baik dengan shalat

maupun membaca al-Quran, maka dirinya mendapatkan

kedudukan terpuji dihadapan Allah SWT.

41

Page 44: Agama Ready Print!

b. Memiliki kepribadian sebagaimana kepribadian orang-orang salih

yang selalu dekat (taqqarub) kepada Allah SWT, terhapus

dosanya dan terhindar dari perbuatan munkar.

c. Jiwanya selalu hidup sehingga mudah mendapatkan ilmu dan

ketenteraman, bahkan Allah SWT menjanjikan kenikmatan surga

baginya.

d. Do’anya diterima, dosanya mendapatkan ampunan dari Allah

SWT, dan diberi rizki yang halal dan lapang tanpa susah payah

mencarinya.

e. Sebagai ungkapan rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

oleh Allah SWT sebagai rasa syukur, nabi SAW sendiri selalu

melakukan tahajud walaupun tumit kakinya bengkak.

Shalat juga merupakan terapi psikis yang bersifat kuratif, preventif,

dan konstruktif sekaligus. Pertama, shalat membina seseorang untuk

melatih konsentrasi yang integral dan komprehensif. Hal itu tergambar

dalam niat dan khusyu’. Kedua, shalat dapat menjaga kesehatan

potensi-potensi psikis manusia, seperti potensi kalbu untuk merasa

(emosi), potensi akal untuk berpikir (kognisi), dan potensi syahwat

(appetite) dan ghadab (defense) untuk berkarsa (konasi). Dengan shalat,

seseorang dapat menjaga dua dari lima prinsip kehidupan.

Lima prinsip kehidupan itu adalah memelihara agama, memelihara jiwa,

memelihara akal, memelihara keturunan, dan memelihara kehormatan dan

harta benda. Dengan shalat ia mampu menjaga agamanya, sebab shalat

merupakan tiang agama. Demikian juga ia dapat menjaga akalnya agar

terhindar dari segala zat yang membahayakan. Shalat mengandung doa

yang dapat membebaskan manusia dan penyakit batin.

3. Membaca Al-Quran

Al-Quran dianggap sebagai terapi yang pertama dan utama, sebab

didalamnya memuat resep-resep mujarab yang dapat menyembuhkan

penyakit jiwa manusia.Tingkat kemujarabannya sangat tergantung seberapa

42

Page 45: Agama Ready Print!

jauh tingkat sugesti keimanan pasien. Dalam Al-Qur’an memiliki makna

“terapi ruhaniah” yang dapat menyembuhkan penyakit batin.

Al-Thabathaba’I mengemukakan bahwa Al-Quran dapat menyembuhkan

penyakit jasmani, baik melalui bacaan atau tulisan. Menurut Al-Faidh Al-

Kasyani dalam Tafsirnya mengemukakan bahwa lafal-lafal Al-Quran dapat

menyembuhkan penyakit badan, sedangkan makna-maknanya dapat

menyembuhkan penyakit jiwa.

Kemukjizatan lafal Al-Quran bukan hanya perkalimat, tetapi perkata,

bahkan perhuruf. Apabila Al-Quran dihadapkan pada orang yang sehat

mentalnya, maka ia bernilai konstruktif. Artinya, ia dapat memperkuat dan

mengembangkan integritas dan penyesuaian kepribadian dirinya.

Karena itu, berobat dengan menggunakan al-Quran, baik secara lahiriah

maupun batiniah, tidak hanya ketika dalam kondisi sakit, namun sangat

dianjurkan dalam kondisi sehat.

Ganjaran yang besar akan diberikan Allah bagi siapa pun yang

membaca al-Quran walaupun satu ayat. Waktu yang sesuai bagi kita untuk

membaca al-Quran ialah selepas shalat lima waktu dan waktu-waktu lain

seperti ketika beristirahat dan sebelum tidur. Oleh itu, jadikanlah al-Quran

sebagai teman paling akrab pada sepanjang waktu. Sesungguhnya ayat Al-

Quran adalah penenang jiwa yang paling mujarab.

4. Melakukan Puasa

Puasa disini adalah menahan diri dari segala perbuatan yang dapat

merusak citra fitri manusia. Pembagian puasa ada dua, yaitu:

a. Puasa fisik, yaitu menahan lapar, haus, dan berhubungan seks.

(bukan miliknya atau bukan pada tempatnya)

b. Puasa psikis, yaitu menahan hawa nafsu dari segala perbuatan

maksiat.

43

Page 46: Agama Ready Print!

Puasa juga mampu menumbuhkan efek emosional yang positif,

seperti menyadari akan kemaha kuasaan Allah SWT, menumbuhkan

solidaritas dan kepedulian terhadap orang lain, serta menghidupkan

nilai-nilai positif dalam dirinya untuk aktualisasi diri sebaik mungkin.

Hikmah lapar menurut Al-Ghazali:

a. Menjernihkan Qalbu dan mempertajam pandangan

b. Melembutkan Qalbu sehingga mampu merasakan kenikmatan

batin

c. Menjauhkan prilaku yang hina dan sombong

d. Mengingatkan jiwa manusia akan cobaan dan azab Allah

e. Memperlemah syahwat dan tertahannya nafsu amarah yang

buruk

f. Mengurangi jam tidur dan memperkuat kondisi terjaga dimalam

hari untuk ibadah

g. Mempermudah seseorang untuk selalu tekun beribadah

h. Menyehatkan badan dan jiwa serta menolak penyakit

i. Menumbuhkan sikap mendahulukan suka membantu orang lain

dan mudah bersedekah.

5. Zikir

Zikir dalam arti sempit memiliki makna menyebut asma-asma Allah

dalam berbagai kesempatan. Sedangkan dalam arti luas mengingat segala

keagungan dan kasih sayang Allah SWT yang telah diberikan,serta dengan

menaati perintahnya dan menjauhi larangannya.

Zikir dapat mengembalikan kesadaran seseorang yang hilang, sebab

aktivitas zikir mendorong seseorang untuk mengingat, menyebut kembali

hal-hal yang tersembunyi dalam hatinya. Zikir juga mampu mengingatkan

seseorang bahwa yang membuat dan menyembuhkan penyakit hanyalah

Allah SWT semata, sehingga zikir mampu memberi sugesti

penyembuhannya.

44

Page 47: Agama Ready Print!

Melakukan zikir sama halnya dengan terapi rileksasi, yaitu satu

bentuk terapi dengan menekankan upaya mengantarkan pasien

bagaimana cara ia harus beristirahat dan bersantai-santai melalui

pengurangan ketegangan atau tekanan psikologis. Kunci utama keadaan

jiwa mereka itu adalah karena melakukan zikir. firman Allah SWT:

Artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram

dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingat Allah-lah hati

menjadi tenteram.(QS. Al-Ra’d:28)

Zikir dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Zikir Jabar, yaitu zikir yang dikeraskan baik melalui suara maupun

gerakan. Fungsinya adalah untuk menormalisasikan kembali fungsi

sistem jaringan syaraf,sel-sel, dan semua organ tubuh.

b. Zikir Sirr, zikir yang diucapkan dalam hati.

6. Biasakan Diri Berada Dalam Keadaan Berwudhu

Jiwa kita akan menjadi tenang jika membiasakan diri mengambil wudhu

sebelum melakukan pekerjaan. Kerja yang susah akan menjadi senang dan

mudah diselesaikan. Para pelajar misalnya, disarankan agar membiasakan

diri mengambil wudhu sebelum mengulang kaji pelajaran agar apa yang

dibaca akan mudah diingati.

7. Beristigfar

Jika kita sedang dalam keadaan marah, sedih dan sebagainya kita bisa

beristighfar. Semasa melepaskan nafas, sebutkan “astagfirullah hal ‘aziim al-

lazi laa ila ha illa huwal hayyul qayyum wa atuubu ilaik” dan tumpukan fikiran

45

Page 48: Agama Ready Print!

yang anda sedang memohon ampun daripada Allah. Biasanya jika diulang

sebanyak 7 kali, insya Allah anda akan kembali tenang.

Kesimpulan terapi diatas adalah terapi dengan doa dan munajat. Doa

adalah permohonan kepada Allah SWT agar segala gangguan dan penyakit

jiwa yang dideritanya hilang. Allah yang memberikan penyakit dan Dia pula

yang memberikan kesembuhan.Doa dan munajah banyak didapat dalam

setiap ibadah, baik dalam shalat, puasa, haji, maupun dalam aktivitas sehari-

hari. Agar doa dapat diterima maka diperlukan syarat-syarat khusus,

diantaranya dengan membaca istigfar terlebih dahulu. Istigfar tidak hanya

berarti memohon ampunan kepada Allah, tetapi lebih esensial lagi yaitu

memiliki makna taubat.

46

Page 49: Agama Ready Print!

BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Menurut Pandangan Islam kebahagiaan terbagi menjadi dua, yaitu

duniawi dan ukhrawi. Disini perlu diperhatikan bahwa, menurut pandangan

Islam kedua kebahagiaan itu tidak dapat dipisahkan. Sebab kebahagiaan

dunia hanyalah jalan kearah kebahagiaan akhirat, sedangkan kebahagiaan

akhirat tidak dapat dicapai tanpa usaha didunia. Namun memang tumpuan

pembicaraan kita disini adalah kebahagiaan di dunia, dan inilah yang

biasanya diberi nama dengan kesehatan mental.

Menurut Al-Qur`an, keadaan yang merisaukan itu bersumber dari

manusia sendiri, yaitu sifat lupa. Oleh sebab itu manusia memerlukan

petunjuk dari penciptanya, agar dapat menyadari perasaan duka dan

nestapa yang dimilikinya bersumber dari Allah SWT yang telah

menjadikannya dan memberikan semua kepadanya dengan hikmah yang

dimiliki-Nya. Maka disinilah sumbangan besar agama dalam kesehatan

mental manusia.

B. Saran

Mengingat didalam Islam sangat memprioritaskan kesehatan baik

secara jasmani, rohani dan sosial, maka hendaknya kita sebagai umat

muslim selalu menjaga pola hidup dan berolahraga, menjaga

lingkungan,  senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dan

bersosialisasi dengan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

47

Page 50: Agama Ready Print!

Yusak Burhanuddin; Kesehatan Mental; Penerbit Pustaka Setia;

Bandung; 1999

Musthafa Fahmi; Penyesuaian Diri, Pengertian dan Peranannya Dalam

Kesehatan Mental; Bulan Bintang; Jakarta ; 1982; Hal. 96.

Ramayulis; Psikologi Agama; Kalam Mulia; Jakarta; 2002

Abdul Mujib, Jusuf Muzakkir; Nuansa-nuansa Psikologi Islam; Raja Grafindo Perkasa; Jakarta; 2002.

Jalaluddin; Psikologi Agama; Raja Grafindo Persada; Jakarta; 2008.

Al-jauiziyah, Ibn Al-qayim.1999. Terapi Penyakit Dengan Alqur’an dan

As-sunah. Jakarta: Pustaka Amani

http://mihwanuddin.wordpress.com/2011/05/02/penyakit-jiwa-dan-macam-

macamnya-menurut-islam/

http://kholid45.wordpress.com/kesehatan-jiwa/

https://www.facebook.com/ozha.offkillingmeinside/posts/422287877860528

www.quran.com

48

Page 51: Agama Ready Print!

DAFTAR NAMA ANGGOTA KELOMPOK IX

1. Nama : Nadira Wulandari

NIM : 11131030

2. Nama : Nia Maurita

NIM : 11131031

3. Nama : Saukani Sophi

NIM : 11131045

4. Nama : Selviana

NIM : 11131046

5. Nama : Sindi Nurfitri

NIM : 11131049

49