Agama Nita

26
Kedudukan manusia yang paling utama adalah sebagai Abdullah yang artinya sebagai Hamba Allah. Oleh karena itu, sebagai hamba Allah maka manusia harus menuruti kemauan Allah, yang tidak boleh membangkan kepada-Nya. Dalam hal ini, manusia mempunyai dua tugas yaitu: pertama ia harus beribadah kepada Allah baik dalam pengertian sempit (sholat, puasa, haji, dsb.) maupun luas (melaksanakan semua aktifitas baik dalam hubungan dengan secara vertikal kepada Allah SWT maupun bermuamalah dengan sesama manusia untuk memperoleh keridoan Allah sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah SWT dan Hadist). Kedua, sebagai khalifatullahi. 1. Manusia Sebagai Abdullah Posisi manusia di alam atau kehidupan dunia ini, juga merupakan tujuan penciptaan manusia oleh Allah SWT, adalah sebagai hamba (‘abid). Sebagai hamba, tugas utama manusia adalah mengabdi (beribadah) kepada Sang Khaliq; menaati perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Hubungan manusia dengan Allah SWT bagaikan hubungan seorang hamba (budak) dengan tuannya. Si hamba harus senantiasa patuh, tunduk, dan taat atas

description

agama

Transcript of Agama Nita

Kedudukan manusia yang paling utama adalah sebagai Abdullah yang artinya sebagai Hamba Allah. Oleh karena itu, sebagai hamba Allah maka manusia harus menuruti kemauan Allah, yang tidak boleh membangkan kepada-Nya. Dalam hal ini, manusia mempunyai dua tugas yaitu: pertama ia harus beribadah kepada Allah baik dalam pengertian sempit (sholat, puasa, haji, dsb.) maupun luas (melaksanakan semua aktifitas baik dalam hubungan dengan secara vertikal kepada Allah SWT maupun bermuamalah dengan sesama manusia untuk memperoleh keridoan Allah sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah SWT dan Hadist). Kedua, sebagai khalifatullahi. 1. Manusia Sebagai AbdullahPosisi manusia di alam atau kehidupan dunia ini, juga merupakan tujuan penciptaan manusia oleh Allah SWT, adalah sebagai hamba (abid). Sebagai hamba, tugas utama manusia adalah mengabdi (beribadah) kepada Sang Khaliq; menaati perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.Hubungan manusia dengan Allah SWT bagaikan hubungan seorang hamba (budak) dengan tuannya. Si hamba harus senantiasa patuh, tunduk, dan taat atas segala perintah tuannya. Demikianlah, karena posisinya sebagai abid, kewajiban manusia di bumi ini adalah beribadah kepada Allah dengan ikhlas sepenuh hati.Muslim yang sudah ter-shibgah, segala perilaku kesehariannya berpedoman pada ajaran Islam, setiap gerak langkah dan perbuatannya dikendalikan oleh syariat Islam, sehingga ia selalu berbuat kebaikan dalam segala hal. Kedudukan Manusia Sebagai HambaManusia bertugas sebagai abdullah yaitu bisa dikaitkan dengan proses kejadian manusia yang telah dikemukakan terdahulu. Dari uraian terdahulu dapat difahami bahwa pada dasarnya manusia terdiri atas dua substansi, yaitu jasad/materi dan roh/immateri. Jasad manusia berasal dari alam materi (saripati yang berasal dari tanah), sehingga eksistensinya mesti tunduk kepada aturan-aturan atau hukum Allah yang berlaku di alam materi (Sunnatullah). Sedangkan roh-roh manusia, sejak berada di alam arwah, sudah mengambil kesaksian di hadapan Tuhannya, bahwa mereka mengakui Allah sebagai Tuhannya dan bersedia tunduk dan patuh kepadaNya (Q.S. al-Araf: 172). Artinya :Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)"Karena itulah, kalau manusia mau konsisten terhadap eksistensi dirinya atau naturnya, maka salah satu tugas hidup yang harus dilaksanakannya adalah abdullah (hamba Allah yang senantiasa tunduk dan patuh kepada aturan dan KehendakNya serta hanya mengabdi kepadaNya).2. Fungsi Manusia sebagai KhalifahYang dimaksud dengan khalifah ialah bahwa manusia diciptakan untuk menjadi penguasa yang mengatur apa-apa yang ada di bumi, seperti tumbuhannya, hewannya, hutannya, airnya, sungainya, gunungnya, lautnya, perikanannya dan seyogyanya manusia harus mampu memanfaatkan segala apa yang ada di bumi untuk kemaslahatannya. Jika manusia telah mampu menjalankan itu semuanya maka sunatullah yang menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi benar-benar dijalankan dengan baik oleh manusia tersebut, terutama manusia yang beriman kepada Allah SWT dan Rasulullah SWT.Tugas utama manusia sebagai khalifah di bumi ini,yaitu beribadah kepada Allah,manusia Allah turunkan dengan segala fasilitas yang telah disediakan,tentunya bukan hanya untuk dipergunakan begitu saja,melainkan juga untuk dijaga,dirawat,dilestarikan,dan dimanfaatkan keberadaannya.Manusia adalah makhluk yang paling sempurna dibanding makhluk ciptaan Allah lainnya.Karena manusia diberikan Allah pikiran dan dapat memikir dengan akal.Karena itu Allah mempercayakan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini.Tidak ada yang dapat manusia lakukan tanpa adanya campur tangan dari Allah swt,karena itu beribadah adalah satu wujud bakti sebagai hamba Allah.Allah tidak akan menyulitkan hambanya,telah ia berikan umat Islam pedoman berupa Al-quran untuk kita ikuti petunjuk yang ada di dalamnya,dan juga telah Allah kirimkan Rasulullah sebagai pemimpin bagi umat Islam,yaitu nabi Muhammad SAW.Menyembah hanya kepada Allah dan beribadah kepadanya adalah sebuah kewajiban kita sebagai khalifah,kita hanya harus menyembah dan berserah diri kepadanya.Mengikuti aturannya dan menjauhi larangannya.Perilaku yang mencerminkan surat Adz Dzariyat ayat 56Allah SWT menganjurkan setiap umat islam untuk berdzikir kepada-Nya, artinya manusia dianjurkan untuk mengiat kebesaran, kemuliaan, dan keagungan Allah SWT dengan perasaan harap dan takut dengan khusyuk dan rendah diri di hadapan-Nya. Zikir merupakan pintu pembuka hubungan dengan hamba-Nya, menjadi obat penawar hati, penyehat badan, cahaya mata, dan zikir merupakan jenis ibadah yang dapat dikerjakan kapan saja, tidak tergantung pada tempat, waktu, keadaan, dan dapat dikerjakan sendiri ataupun secara bersama-sama. Berikut ini tugas manusia lainnya di bumi ini selain menyembah kepada Allah SWT. Manusia Sebagai Khalifah di bumi-Pemimpin Dirinya SendiriManusia sebagai khalifah di bumi artinya setiap manusia adalah khalifah, pemimpin dirinya sendiri sebelum memimpin saudaranya yang lain.Dengan belajar mengontrol apa yang dipikirkan kita,hati kita,tingkah laku kita,perasaan kita,dan sikap yang seharusnya bagaimanaharus ditampilkan,tanpa kita sadari bahwa kita sedang memimpin diri kita sendiri.Kita hidup di dunia ini akan selalu dihadapkan pada dua pilihan,yaitu dengan berujung denganbaik atau buruk.Itulah kelebihan kita lainnya yaitu diberi pilihan.Tugas Manusia Sebagai Khalifah di Bumi-menjaga alam dan saling menyayangi. Selain tugas manusia sebagai khalifah di bumi ini yaitu beribadah kepada Sang Maha Pencipta,tugas lain manusia di bumi ini yaitu menjaga alam dan isinya.Alam yang memberikan kita keberadaan hidup,oleh karena itu kita harus menjaga dan melestarikannya.Dengan cara menggunakan apa yang ada di alam ini dengan secukupnya tanpa berlebihan.Tidak merusak apa yang ada di alam ini,karena itu akan merugikan diri kita sendiri. Pada dasarnya, akhlak yang diajarkan Alquran terhadap lingkungan bersumber dari fungi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta pembimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya. Dalam pandangan akhlak Islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah sebelum matang, atau memetik bunga sebelum mekar, karena hal ini berarti tidak memberi kesempatan kepada makhluk untuk mencapai tujuan penciptaannya.Ini berarti manusia dituntut untuk mampu menghormati proses-proses yang sedang berjalan, dan terhadap semua proses yang sedang terjadi. Yang demikian mengantarkan manusia bertanggung jawab, sehingga ia tidak melakukan perusakan, bahkan dengan kata lain, Setiap perusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai perusakan pada diri manusia sendiri. Binatang, tumbuhan, dan benda-benda tak bernyawa semuanya diciptakan oleh Allah Swt. dan menjadi milik-Nya, serta semua memiliki ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini mengantarkan sang Muslim untuk menyadari bahwa semuanya adalah umat Tuhan yang harus diperlakukan secara wajar dan baik.Karena itu dalam Alquran ditegaskan bahwa : Dan tidaklah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti manusia... (QS. Al-Anam [6] : 38)Bahwa semuanya adalah milik Allah, mengantarkan manusia kepada kesadaran bahwa apapun yang berada di dalam genggaman tangannya, tidak lain kecuali amanat yang harus dipertanggungjawabkan. Setiap jengkal tanah yang terhampar di bumi, setiap angin yang berhembus di udara, dan setiap tetes hujan yang tercurah dari langit akan dimintakan pertanggungjawabannya, manusia menyangkut pemeliharaan dan pemanfaatannya, demikian kandungan penjelasan Nabi Saw. tentang firman-Nya dalam AlquranKemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kemikmatan (yang kamu peroleh). (At-Takatsur, [102]: 8)Dengan demikian manusia bukan saja dituntut agar tidak alpa dan angkuh terhadap sumber daya yang dimilikinya, melainkan juga dituntut untuk memperhatikan apa yang sebenarnya dikehendaki oleh Pemilik (Tuhan) menyangkut apa yang berada di sekitar manusia.Kami tidak menciptakan langit dan bumi serta yang berada di antara keduanya, kecuali dengan (tujuan) yang hak dan pada waktu yang ditentukan (QS Al-Ahqaf [46]: 3).Pernyataan Allah ini mengundang seluruh manusiauntuk tidak hanya memikirkan kepentingan diri sendiri, kelompok, atau bangsa, dan jenisnya saja, melainkan juga harus berpikir dan bersikap demi kemaslahatan semua pihak. Ia tidak boleh bersikap sebagai penakluk alam atau berlaku sewenang-wenang terhadapnya. Memang, istilah penaklukan alam tidak dikenal dalam ajaran Islam. Istilah itu muncul dari pandangan mitos Yunani yang beranggapanbahwa benda-benda alam merupakan dewa-dewa yang memusuhi manusia sehingga harus ditaklukkan.Yang menundukkan alam menurut Alquran adalah Allah. Manusia tidak sedikit pun mempunyai kemampuan kecuali berkat kemampuan yang dianugerahkan Tuhan kepadanya.Mahasuci Allah yang menjadikan (binatang) ini mudah bagi kami, sedangkan kami sendiri tidak mempunyai kemampuan untuk itu. (QS. Az-Zukhruf [43]: 13)Jika demikian, manusia tidak mencari kemenangan, tetapi keselarasan dengan alam. Keduanya tunduk kepada Allah, sehingga mereka harus dapat bersahabat. Aquran menekankan agar umat Islam meneladani Nabi Muhammad Saw.yang membawa rahmat untuk seluruh alam (segala sesuatu). Untuk menyebarkan rahmat itu, Nabi Muhammad Saw. bahkan memberi nama semua yang menjadi milik pribadinya, sekalipun benda-benda itu tak bernyawa. Nama memberikankesanadanya kepribadian, sedangkan kesan itu mengantarkan kepada kesadaran untuk bersahabat dengan pemilik nama.Ini berarti bahwa manusia dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Namun pada saat yang sama, manusiatidak boleh tunduk dan merendahkandiri kepada segala sesuatu yang telah direndahkan Allah untuknya, berapa pun harga benda-benda itu. Ia tidak boleh diperbudak oleh benda-benda itu. Ia tidak boleh diperbudak oleh benda-benda sehinggamengorbankan kepentingannya sendiri. Manusia dalam hal ini dituntut untuk selalu mengingat-ingat, bahwa ia boleh meraih apapun asalkan yang diraihnya serta cara meraihnya tidak mengorbankan kepentingannya di akhirat kelak.Ketika memerankan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, ada dua peranan penting yang diamanahkan dan dilaksanakan manusia sampai hari kiamat. Pertama, memakmurkan bumi (al imarah). Kedua, memelihara bumi dari upaya-upaya perusakan yang datang dari pihak manapun (ar riayah).1. Memakmurkan BumiManusia mempunyai kewajiban kolektif yang dibebankan Allah SWT. Manusia harus mengeksplorasi kekayaan bumi bagi kemanfaatan seluas-luasnya umat manusia. Maka sepatutnyalah hasil eksplorasi itu dapat dinikmati secara adil dan merata, dengan tetap menjaga kekayaan agar tidak punah. Sehingga generasi selanjutnya dapat melanjutkan eksplorasi itu.2. Memelihara BumiMelihara bumi dalam arti luas termasuk juga memelihara akidah dan akhlak manusianya sebagai SDM (sumber daya manusia). Memelihara dari kebiasaan jahiliyah, yaitu merusak dan menghancurkan alam demi kepentingan sesaat. Karena sumber daya manusia yang rusak akan sangata potensial merusak alam. Oleh karena itu, hal semacam itu perlu dihindari.Allah menciptakan alam semesta ini tidak sia-sia. Penciptaan manusia mempunyai tujuan yang jelas, yakni dijadikan sebagai khalifah atau penguasa (pengatur) bumi. Maksudnya, manusia diciptakan oleh Allah agar memakmurkan kehidupan di bumi sesuai dengan petunjukNya. Petunjuk yang dimaksud adalah agama (Islam). Mengapa Allah memerintahkan umat nabi Muhammad SAW untuk memelihara bumi dari kerusakan, karena sesungguhnya manusia lebih banyak yang membangkang dibanding yang benar-benar berbuat shaleh sehingga manusia akan cenderung untuk berbuat kerusakan, hal ini sudah terjadi pada masa nabi nabi sebelum nabi Muhammad SAW dimana umat para nabi tersebut lebih senang berbuat kerusakan dari pada berbuat kebaikan, misalnya saja kaum bani Israil, seperti yang Allah sebutkan dalam firmannya dalam surat Al Isra ayat 4 Artinya :Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu. Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar. Sebagai seorang muslim dan hamba Allah yang taat tentu kita akan menjalankan fungsi sebagai khalifah dimuka bumi dengan tidak melakukan pengrusakan terhadap Alam yang diciptakan oleh Allah SWT karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. Seperti firmannya dalam surat Al Qashash ayat 77 Artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

3. Tanggung Jawab Manusia Sebagai Hamba Allah Dan Sebagai Khalifah AllahA. Tanggung Jawab Manusia Sebagai Hamba Allah. Allah SWT dengan kehendak kebijaksanaanNya telah mencipta makhluk- makhluk yang di tempatkan di alam penciptaanNya. Manusia di antara makhluk Allah dan menjadi hamba Allah SWT. Sebagai hamba Allah tanggungjawab manusia adalah amat luas di dalam kehidupannya, meliputi semua keadaan dan tugas yang ditentukan kepadanya. Tanggungjawab manusia secara umum digambarkan oleh Rasulullah SAW di dalam hadis berikut. Dari Ibnu Umar RA katanya; Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: Semua orang dari engkau sekalian adalah pengembala dan dipertanggungjawabkan terhadap apa yang digembalainya. Seorang laki-laki adalah pengembala dalam keluarganya dan akan ditanya tentang pengembalaannya. Seorang isteri adalah pengembala di rumah suaminya dan akan ditanya tentang pengembalaannya.Seorang khadam juga pengembala dalam harta tuannya dan akan ditanya tentang pengembalaannya. Maka semua orang dari kamu sekalian adalah pengembala dan akan ditanya tentang pengembalaannya. (Muttafaq alaih) Allah mencipta manusia ada tujuan-tujuannya yang tertentu. Manusia diciptakan untuk dikembalikan semula kepada Allah dan setiap manusia akan ditanya atas setiap usaha dan amal yang dilakukan selama ia hidup di dunia. Apabila pengakuan terhadap kenyataan dan hakikat wujudnya hari pembalasan telah dibuat maka tugas yang diwajibkan ke atas dirinya perlu dilaksanakan. B. Tanggung Jawab Manusia Sebagai Khalifah Allah. Antara anugerah utama Allah kepada manusia ialah pemilihan manusia untuk menjadi khalifah atau wakilNya di bumi. Dengan ini manusia berkewajiban untuk menegakkan kebenaran, kebaikan, mewujudkan kedamaian, menghapuskan kemungkaran serta penyelewengan dan penyimpangan dari jalan Allah. Firman Allah SWT dalam Q.S Al Baqarah ayat 30:Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat: Sesungguhnya Aku jadikan di bumi seorang Khalifah. Berkata Malaikat: Adakah Engkau hendak jadikan di muka bumi ini orang yang melakukan kerusakan dan menumpahkan darah, sedangkan kami sentiasa bertasbih dan bertaqdis dengan memuji Engkau? Jawab Allah: Aku lebih mengetahui apa yang kamu tidak ketahui. (Al-Baqarah:30) Di kalangan makhluk ciptaan Allah, manusia telah dipilih oleh Allah melaksanakan tanggungjawab tersebut. Ini sudah tentu kerana manusia merupakan makhluk yang paling istimewa. Firman Allah SWT dalam Q.S Al-Ahzab ayat 72:Sesungguhnya Kami telah kemukakan tanggungjawab amanah (Kami) kepada langit dan bumi serta gunung-ganang (untuk memikulnya), maka mereka enggan memikulnya dan bimbang tidak dapat menyempurnakannya (kerana tidak ada pada mereka persediaan untuk memikulnya); dan (pada ketika itu) manusia (dengan persediaan yang ada padanya) sanggup memikulnya. (Ingatlah) sesungguhnya tabiat kebanyakan manusia adalah suka melakukan kezaliman dan suka pula membuat perkara-perkara yang tidak patut dikerjakan. (Al-Ahzab: 72)

4. Pelanggaran Hukum IslamPelanggaran-pelanggaran hukum islam yang ada dalam masyarakat sering saya jumpai, hal-hal seperti itu sudah memarak sebagai kebiasaan. Contoh dari pelanggaran-pelanggaran hukum islam yang ada dalam masyarakat meliputi:a. Membuang sampah sembaranganb. Pergaulan remaja yang terlalu bebasc. Cara berpakaian yang serba tidak sepantasnyad. Ibu-ibu rumah tangga yang suka ngrumpiInilah pelanggaran-pelanggaran yang sering saya jumpai dikalangan masyarakat, mungkinsaja mereka (pelaku pelanggaran) belum tertegaskan oleh kandungan Al-Quran dan Al-Hadist yang telah memberi penegasan bahwa pelanggaran-pelanggaran tersebut adalah suatu hal yang melanggar hukum agama.Dapat saya uraikan lebih rinci lagi tentang masing-masing pelanggaran-pelanggaran tersebut, diantaranya adalah :A. Membuang sampah sembaranganDalam sabda Rasulullah SAW:Kebersihan Sebagian Dari Iman, ini adalah penegasan dalam al-Hadist. Maka dari itulah seorang muslim diwajibkan untuk selalu menjaga kebersihan lahir ataupun batin. Contoh fakta pelanggaran ini adalah Banjir, karena terjadinya banjir akibat pembuanangan sampah di sungai yang menyumbat aliran air sungai. Seharusnya pembuangan sampah pada tempat yang sesuai, dapat dibuang di tempat yang sesuai tempanya.

B. Pergaulan remaja yang terlalu bebasBukankah hal ini sering kita dengar dikalangan masyarakat sekitar , karena memang yang namanya anak muda masa kini seneng banget yang namanya pergaulan. Laki-laki dan perempuan sudah tidak ada batas dalam pergaulan.C. Cara berpakaian yang serba tidak sepantasnyaWanita muslimah yang seperti inilah yang nantinya akan dirindukan oleh siksa api neraka, karena wanita muslim sudah benar-benar ada penegasan dalam Al-Quran bahawa seorang wanita harus wajib menjaga aurotnyaD. Ibu-ibu rumah tangga yang suka ngrumpiNgrumpi kebaikan orang bukan masalah, tapi jika ngrumpi keburukan (husnul khotimah). Merurut saya nggunjingkan orang lain yang belum tentu salah.

5. SEBAB ASFALA SAFILINMengapa manusia dapat menjadiasfala safilin? Jawabnya sederhana saja, yakni jika manusia tidak lagi menghamba kepada Tuhan. Bukankah Tuhan sudah tegas dan jelas berfirman bahwaAku ciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya, dan untuk itu Aku turunkan dan Aku ridhoi Islam sebagai agamamu? Islam dalam konteks ini yang arti harafiahnya adalah penyerahan diri. Agar manusia dapat kembali kepadaKu, maka Aku perintahkan ia hanya untuk beribadah kepadaKu. Dengan kata lain, ibadah dalam arti harafiahnya adalah penghambaan diri. Ibadah dapat berbentuk khusus(mahdoh)dan berbentuk ibadah umum.Ibadah mahdoh hanyalah metode dan bukan tujuan. Ibarat orang mau naik pohon, maka ibadahmahdohhanya tangga untuk menuju ke sana. Sialnya, manusia banyak yang mempersoalkan dan mempertentangkan soal tangga itu mati-matian dan lupa naik ke atas pohon. Karena Tuhan sudah merasa menciptakan manusia dalam keadaan yang sebaik-baiknya serta sudah menurunkan metode-Nya, maka Allah berani memberi tugas kepada manusia agar bertindak sebagai khalifah, meski pada awal penciptaan disertai protes berat para malaikat kepada Allah.Kembali kepada tugas utama manusia untuk beribadah. Dalam Islam jelas diajarkan bahwa inti utama ibadah adalah penghambaan diri hanya kepada Allah. Silakan manusia melakukan apa saja (jihaddanijtihad), hanya saja yang harus diingat adalah bahwa rumusnya harus pasti, bahwa segala perbuatan itu harus menghamba kepada-Nya dan tentu saja harus dikembalikan kepada-Nya. Ini adalah penyerahan total yang tidak dapat ditawar lagi. Mengapa manusia akhirnya banyak yang menjadiasfala safilin, bahkan lebih jelek dari binatang? Jawabnya pasti karena dalam beribadah manusia banyak yang menjalaninya secara keliru, yakni tidak lagi menghamba kepada Allah, namun justru menghamba kepada agama itu sendiri, menghamba kepada syariat, bahkan menghamba kepada harta, manusia, dan kekuasaan. Padahal firman Allah sudah jelas, yakniiyya ka nabud wa iyya ka nastain, hanya kepada-Mu aku menyembah (beribadah) dan hanya kepada-Mu aku memohon pertolongan.Manusia yang tidak menghamba kepada Allah dipastikan ia juga tidak akan dapat kembali kepada-Nya, karena memang ia sudah tidak manunggal lagi sejak awal. Manusia yang tidak menghamba kepada Allah adalah orang yang banyak dibebani ego pribadi, dan belum sampai kepada kesadaran diri yang sejati. Dalam Islam ada istilahwa fi sirri ana. Dalam sirr ada aku sejati. Jika aku sejati ini pecah menjadi ego-ego pribadi, maka manusia sudah dikuasai setan. Ia hanya mencari kenikmatan untuk ego pribadi itu, dan lupa memberi makan kepada aku sejati. Padahal memberi makan kepada aku sejati akan jauh lebih nikmat dari kekayaan duniawi. Orang yang belum pernah mencapai tataran ini pasti tidak percaya bahwa makan yang sejati ini akan memberikan kenikmatan dan ketenteraman yang luar biasa yang tidak pernah habis-habisnya.Dalam Islam tidak dilarang mencari kekayaan duniawi sejauh itu dapat ditransformasikan menjadi cahaya. Kekayaan duniawi adalah bendawadagyang kasar sehingga tidak dapat dibawa mati. Agar benda duniawi dapat dibawa mati maka harus dilembutkan bahkan diubah menjadi cahaya. Karenanya banyak orang yang masih menyangsikan apakah hadis Nabi yang mengatakancarilah dunia seakan kamu akan hidup selamanya dan beribadahlah seakan kamu akan mati besok pagibanyak diragukan orang. Apakah benar ini kata Nabi?Menghamba kepada Allah wujudnya adalah melayani ciptaan-Nya. Jika manusia hanya untuk dirinya sendiri dan tidak melayani ciptaan-Nya, maka ia tidak akan kembali kepada-Nya, apalagi menikmati surganya. Manusia hanya dapat dikelompokkan sebagai penghuni neraka dan penghuni surga. Jika manusia hanya melayani dirinya sendiri, apalagi dengan cara curang dan korup, maka pasti ia masuk dalam golongan penghuni neraka. Karena Allah saja maharahmandanrahim, mestinya manusia juga demikian. Hanya karenahijabatau tabir, manusia menjadi tertutupi hingga tidak mengenal Allah yang sejati, kendati secara formal ia beragama. Manusia bisa saja beragama formal dengankhusuyang ditandai (misalnya) oleh pakaian atau dahinya yang hitam legam, namun ia barangkali tetap atheis, karena tidak percaya sifat-sifat-Nya, janji-janji-Nya, keagungan-Nya, dst, hingga ia terperosok kepada formalisme sempit. Ia bisa saja menjadi sekuler karena tidak mendayagunakan pengetahuan dan praktek keberagamaannya untuk melayani ciptaan-Nya. Artinya ia hanya puas telah merasa menyembah Allah dan merasa beragama, meski agamanya tidak berdampak terhadap kehidupan di sekitarnya. Artinya ia hanya mementingkaninputdan bukanoutputdalam beragama.Padahal manusia itu diciptakan oleh Allah dari cahaya yang terpuji, dan Allah itu sendiri adalah cahaya di atas cahaya,Nur ala nur(Q.S. 24 : 35), dan dalam bahasa Arab ada istilahal-haqiqah al-muhammadiyyahatauNur Muhammadyang lebih dahulu ada sebelum Nabi Adam diciptakan Allah. Selain diciptakan dari sumber yang sama, cahaya Nur Muhammad, manusia juga diberi oleh Allah kelengkapan dan perangkat sebagai penjaga dirinya. Dalam istilah Jawa ada sebutansedulur papat kelima pancer. Sejak lahir manusia sudah dijaga olehkakang kawah,adi ari-ari, serta adaJibril,Mikhail,IsrafildanIzrail. Malaikat yang diciptakan Allah merupakan alat kelengkapan atau manajemen Allah atas kehidupan manusia. Malaikat diciptakan dari cahaya sehingga mereka hanya tunduk kepada Allah, serta tidak memiliki akal dan nafsu seperti manusia. Selanjutnya dalam perjalanan hidupnya penjagaan itu terus diberikan Allah kepada manusia.Kekuatan Jibril sebagai alat manajemen Allah adalah sebagai pemberi informasi kepada manusia, dan itu ada dalam rohani manusia untuk menerima limpahan cahaya-Nya. Jika manusia sudah diberi informasi, mestinya ia harus berada di jalan-Nya. Dengan kata lain, Jibril tetapstand bydan bertugas hingga detik ini. Selanjutnya sang peniup terompet Isrofil, ia adalah penggengam alam semesta dan Mikhail yang akan melengkapinya sebagai pemelihara alam semesta serta membagikan rezeki kepada semua makhluk. Akhirnya Izroil adalah malaikat yang tidak dapat kita tolak kehadirannya untuk menjemput kita menghadap Allah. Masalahnya jemputan itu akan kembali kepada-Nya atau tidak, tergantung amal perbuatan kita.Lewat manajemen Allah itulah menjadi jelas bahwa sejak dilahirkan dalam keadan fitri sampai ajal maka akan terbentang proses revolusioner dan evolusioner manusia untuk menunaikan tugasnya sebagai khalifah. Untuk itu manusia harus Islam yakni menyerahkan secara total hidupnya hanya untuk menghamba-Nya, dan iman, yang berarti percaya. Jika orang beriman maka ia akanamanahdanmukmin(mengamankan). Dengan kata lain, para pemimpin yang membuat kerusakan di muka bumi ini bukan orang yang beriman. Ia bisa saja menjual negara kepada orang asing dengan berbagai bentuknya baik yang halus atau yang kasar serta melukai rakyatnya sendiri. Ia bisa saja dalam dadanya hanya penuh ke-aku-annya dan di dadanya tidak penuh dengan rakyat, apalagi Tuhan. Ia akan menghamba kepada kekuasaan, politikan sich, dan harta benda lainnya. Pemimpin atau pejabat yang tidak beriman tidak dapat menjadi seorang yangmukmin, karena meski ada dia, rakyat tetap tidak aman hartanya, jiwanya dan martabatnya. Bagi kita yang paham, kita akan tertawangakakjika ada seorang pejabat yang korup tiba-tiba saja ditunjuk menjadiamirul mukminin, meski hanya untuk memimpin rombongan jamaah haji, apalagi memimpin rombongan manusia dalam bernegara.Padahal orang yang tidak beriman tidak akan diseru oleh Allah. Bacalah dalam Quran, maka akan terbaca bahwa Allah banyak memanggil dan menyeru kepada orang-orang beriman. Maka jelaslah bahwa jika negara masih terus dikelola dengan cara yang korup, maka mereka akan termasuk orang yang tidak beriman, sekaligus kafir.