Agama

90
01 SYARI’AT, AQIDAH, IBADAH, MU’AMALAH, AHLAQ, SUNNAH, dan BID’AH Syari’at secara etimologi berasal dari kata syara’a yang artinya jalan keluarnya air untuk minum atau tempat berlalunya air di sungai. Dalam perkembangannya, kata syari’at di gunakan oleh orang arab untuk mengkonotasikan jalan yang lurus. Dalam Al Quran surat Al Maidah ayat 48, Al A’raf ayat 163, As Syura ayat 13 dan ayat 21 serta Al Jatsiyah ayat 18 syari’at mengandung arti jalan yang lurus dan jelas menuju kebahagian hidup. َ نۡ لَ ز نَ َ وَ كۡ نَ ل َ بٰ َ ت كۡ ل ّ قَ حۡ ل ٱ بَ $ ن م هۡ يَ دَ بَ $ نۡ , يَ ب َ م ّ لٗ ق ّ دَ صُ م بٰ َ ت كۡ ل مُ كۡ ح َ ق ۡ يَ لَ ع ً ن مۡ يَ هُ مَ و ه مُ هَ نۡ , يَ D بَ لَ ز نَ َ م بَ ّ ُ هَ $ ن مَ كَ ء َ ح َ ّ مَ عۡ مُ هَ ء َ وۡ هَ ۡ ع بَ ّ P يَ P ب اَ لَ و َ حۡ ل ّ قٗ هَ عۡ ر V شۡ مُ ك ن م َ نۡ لَ عَ جٖ ّ ل ُ ك لَ ء َ V شۡ و َ لَ و ٗ ح َ هۡ ن مَ و ُ َ ّ ْ وُ ق بَ يۡ ش َ قُ كٰ نَ P ت َ ء ٱ َ م ي فۡ مُ كَ و ُ لۡ نَ , ي ّ ل$ ن كٰ َ لَ وٗ ةَ د حٰ َ وٗ ه َ ّ مُ ۡ مُ كَ لَ عَ حَ لۡ م تٰ َ رۡ يَ خۡ ل ىَ ل َ ّ َ $ ونُ ق لَ تۡ خَ ت ه يِ فۡ مُ ت يُ ك َ م ب مُ كُ ت ّ يَ نُ يَ ق ٗ ع ب مَ جۡ مُ كُ ع جۡ رَ م٤٨ Artinya: Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah

description

ALislam

Transcript of Agama

01

SYARIAT, AQIDAH, IBADAH, MUAMALAH, AHLAQ, SUNNAH, dan BIDAH

Syariat secara etimologi berasal dari kata syaraa yang artinya jalan keluarnya airuntuk minum atau tempat berlalunya air di sungai. Dalam perkembangannya, kata syariat di gunakan oleh orang arab untuk mengkonotasikan jalan yang lurus. Dalam Al Quran surat Al Maidah ayat 48, Al Araf ayat 163, As Syura ayat 13 dan ayat 21 serta Al Jatsiyah ayat 18 syariat mengandung arti jalan yang lurus dan jelas menuju kebahagian hidup.

Artinya: Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu. (QS. Al Maidah: 48)

Artinya: Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik. (QS. Al Araf: 163)

Artinya: Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya). (QS. As Syura: 13) Artinya: Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan memperoleh azab yang amat pedih. (QS. As Syura: 21) Artinya: Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. (QS: Al Jatsiyah: 18) Dari ke lima ayat di atas pengeretian syariat identik dengan pengertian agama. Dimana hanya agamalah yang dapat membimbing manusia kepada kebenaran yang hakiki untuk memperoleh kemenangan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Dalam Al Quran surat Al Jathiyah ayat 18 dan As Syura ayat 13 ditegaskan bahwa kata syariat tampak identik dengan agama yang mengandung arti mengesakan Allah, mematuhi, dan mengaimani utusan-Nya, kitab-kitab-Nya, hari pembalasan, dan menaati segala sesuatu yang membawa seseorang menjadi muslim yang sesunguhnya. Sedangkan menurut para ulama syariat adalah Hukum-hukum yang telah ditetapkan Allah agar manusia beriman dan beramal saleh, yang dapat membuat mereka bahagia di dunia dan di akhirat.

Hukum-hukum tersebut yang mengatur persoalan-persoalan amaliah yang terdiri dari dua kategori yaitu ketentuan-ketentuan hukum yang secara langsung ditetapkan oleh Syariat (Allah dan Rasul-Nya di dalam Al-Qur`an dan Sunnah). Ketentuan-ketentuan tersebut bersifat abadi dan tidak berubah, karena tidak ada yang punya wewenang merubahnya kecuali Allah. Kedua adalah ketentuan hukum hasil kajian para ulama mujtahid yang merujuk pada Al Quran dan Sunnah dengan menggunakan metode-metode istinbath hukum seperti kias, mashlahatul mursalah, istihsan, sadd al-dzariah ataupun metode ijtihad lainnya. Ketentuan-ketentuan hukum kategori kedua ini tidak memiliki sifat keabadian dan bisa berubah-ubah dan amat dipengaruhi oleh keilmuan mujtahid yang bersangkutan serta lingkungan dan dinamika kultur masyarakat.Aqidah secara bahasa berasal dari kata () yang berarti ikatan. Secara istilah adalah keyakinan hati atas sesuatu. Kata aqidah tersebut dapat digunakan untuk ajaran yang terdapat dalam Islam, dan dapat pula digunakan untuk ajaran lain di luar Islam. Dalam ajaran Islam, aqidah Islam (al-aqidah al-Islamiyah) merupakan keyakinan atas sesuatu yang terdapat dalam apa yang disebut dengan rukun iman, yaitu keyakinan kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta taqdir baik dan buruk.

Dalam ajaran Islam, aqidah memiliki kedudukan yang sangat penting. Ibarat suatu bangunan, aqidah adalah pondasinya, sedangkan ajaran Islam yang lain, seperti ibadah dan akhlaq, adalah sesuatu yang di bangun di atasnya. Rumah yang di bangun tanpa pondasi adalah suatu bangunan yang sangat rapuh. Tidak usah ada gempa bumi atau badai, bahkan untuk sekedar menahan atau menanggung beban atap saja, bangunan tersebut akan runtuh dan hancur berantakan. Maka, aqidah yang benar merupakan landasan (asas) bagi tegak agama (din) dan diterimanya suatu amal. Allah subahanahu wata`ala berfirman,

Artinya:Maka barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya (di akhirat), maka hendaklah ia beramal shalih dan tidak menyekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.(Q.S. al-Kahfi: 110)Allah subahanahu wata`ala juga berfirman,

Artinya:Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada nabi-nabi sebelummu, bahwa jika engkau betul-betul melakukan kesyirikan, maka sungguh amalmu akan hancur, dan kamu benar-benar akan termasuk orang-orang yang merugi.(Q.S. Az-Zumar: 65)Mengingat pentingnya kedudukan aqidah di atas, maka para Nabi dan Rasul mendahulukan dakwah dan pengajaran Islam dari aspek aqidah, sebelum aspek yang lainnya. Rasulullah salallahu `alaihi wasalam berdakwah dan mengajarkan Islam pertama kali di kota Makkah dengan menanamkan nilai-nilai aqidah atau keimanan, dalam rentang waktu yang cukup panjang, yaitu selama kurang lebih tiga belas tahun. Dalam rentang waktu tersebut, kaum muslimin yang merupakan minoritas di Makkah mendapatkan ujian keimanan yang sangat berat.

Ujian berat itu kemudian terbukti menjadikan keimanan mereka sangat kuat, sehingga menjadi basis atau landasan yang kokoh bagi perjalanan perjuangan Islam selanjutnya. Sedangkan pengajaran dan penegakan hukum-hukum syariat dilakukan di Madinah, dalam rentang waktu yang lebih singkat, yaitu kurang lebih selama sepuluh tahun. Hal ini menjadi pelajaran bagi kita mengenai betapa penting dan teramat pokoknya aqidah atau keimanan dalam ajaran Islam.

Ibadah () secara etimologi berarti merendahkan diri serta tunduk. Di dalam syara, ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain Ibadah adalah taat kepada Allah dan Rasul-Nya dengan melaksanakan perintah-Nya, (yang digariskan) melalui lisan, contoh dari para Rasul-Nya. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah, tingkatan ketundukan yang tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang tinggi pula. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh yang dicintai dan diridhai Allah, berupa ucapan, perbuatan, yang dzahir maupun bathin. Ini adalah definisi ibadah yang paling lengkap.

Ibadah, menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah memberitahukan, hikmah penciptaan jin dan manusia agar mereka melaksanakan ibadah kepada Allah. Allah Maha Kaya, tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkan-Nya. Karena ketergantungan mereka kepada Allah, mereka menyembah-Nya sesuai dengan aturan syariat-Nya (Quran dan Hadits). Ibadah adalah bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah dengan jalan mentaati segala perintah-perintah-Nya, menjauhi larangan-larangan-Nya dan mengamalkan segala yang diinginkan Allah. Ibadah itu ada yang umum dan ada khusus; yang umum ialah segala amalan yang diizinkan Allah. Yang khusus ialah apa yang telah ditetapkan Allah akan perincian-perinciannya, tingkah dan cara-caranya yang tertentu. Allah berfirman dalam surat Adz Dzuriat ayat 56-58 yaitu Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (QS. Adz Dzuriat: 56) Artinya: Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. (QS. Adz Dzuriat: 57) Artinya: Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh. (QS. Adz Dzuriat: 58)Muamalah adalah hubungan antar manusia, hubungan sosial atau hablumminanas. Dalam syariat Islam hubungan antar manusia tidak dirinci jenisnya, tetapi diserahkan kepadamanusia mengenaibentuknya. Islam hanya membatasi bagian-bagian yang penting dan mendasar berupa larangan-larangan Allah dalam Al Quran atau larangan Rosul-Nya yang didapatkan dalam As Sunnah. Dari segi bahasa, muamalah berasal dari kata aamala, yuamilu, muamalat yang berarti perlakuan atau tindakan terhadap orang lain, hubungan kepentingan.

Kata-kata semacam ini adalah kata kerja aktif yang harus memiliki dua buah pelaku yaitu yangsatuterhadapyanglainsalingmelakukanpekerjaansecaraaktif, Pengertian Muamalah dari segi istilah dapat diartikan dengan arti yang luas dan dapat pula dengan arti yang sempit. Di bawah ini dikemukakanbeberapa pengertian muamalah:

Menurut Louis Maluf, pengertian muamalah adalah hukum-hukum syara yang berkaitan dengan urusan dunia dan kehidupan manusia, seperti jualbeli, perdagangan, dan lain sebagainya. Menurut Ahmad Ibrahim Bek, menyatakan muamalah adalah aturanmengenaitiapyangberhubungandenganurusandunia,sepertiperdaganganserta semuamengenaikebendaan,perkawinan,thalak,sanksi-sanksi, peradilan, dan yang berhubungan dengan manajemen perkantoran, baikumum ataupun khusus, yang telah ditetapkan dasar dasarnya secara umum atau global dan terperinci untuk dijadikan petunjuk bagi manusia dalambertukar manfaat di antara mereka. Arti sempit muamalah adalah semua transaksi atau perjanjian yang dilakukan oleh manusia dalam hal tukar menukar manfaat.Ahlaq berasal dari bahasa Arab yang biasa berartikan tabiat, perangai kebiasaan, bahkan agama, namun kata seperti itu tidak ditemukan dalam Al,Quran. Yang ditemukan hanyalah bentuk tunggal kata tersebut yaitu khuluq yang tercantum dalam Al Quran Surat Al Qalam ayat 4 yaitu:

Artinya: Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS. Al Qalam: 4)Kata akhlak banyak ditemukan di dalam hadist-hadist Nabi SAW, dan salah satunya adalah "Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." Bertolak dari pengertian bahasa di atas,yakni akhlak sebagai kelakuan,kita selanjutnya dapat berkata bahwa akhlak atau kelakuan manusia sangat beragam, dan bahwa firman Allah berikut ini dapat menjadi salah satu argumen keaneka-ragaman tersebut dalam QS Al Lail ayat 4 yaitu:

Artinya: Sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda. (QS. AL Lail: 4)Adapun pengertian Akhlak Menurut para Ahli adalah sebagai berikut:

Pengertian Akhlak Menurut Abu Hamid Al Ghazali:Akhlak adalah satu sifat yang terpatri dalam jiwa yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memikirkan dirinya dan merenung terlebih dahulu.

Pengertian Akhlak Menurut Muhammad bin Ali Asy Syariif Al Jurjani:Akhlak adalah sesuatu sifat (baik atau buruk) yang tertanam kuat dalam diri yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah dan ringan tanpa perlu berpikir dan merenung.

Pengertian Akhlak Menurut Ahmad bin Mushthafa:Akhlak adalah ilmu yang darinya dapat diketahui jenis-jenis keutamaan dan keutamaan itu adalah terwujudnya keseimbangan antara tiga kekuatan; kekuatan berpikir, kekuatan marah, dan kekuatan syahwat.

Pengertian Akhlak Menurut Ibnu Maskawaih:Akhlak adalah'hal li an-nafsi daa'iyatun lahaa ila af'aaliha min goiri fikrin walaa ruwiyatin'yakni sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

Jadi, dari beberapa pendapat tentang akhlak di atas pada hakekatnya tidak ada perbedaan yang mendasar mengenai pengertian tersebut. Akhlak merujuk pada kebiasaan kehendak. Ini berarti bahwa kalau kehendak itu dibiasakan maka kebiasaan itulah yang dinamakan akhlak. Misalnya, kalau kehendak untuk membiasakan memberi maka ini dinamakan akhlak dermawan. Budi adalah sifat jiwa yang tidak kelihatan, sedangkan akhlak adalah kelihatan melalui kelakuan atau muamalah. Kelakuan adalah bukti dan gambaran adanya akhlak.

Sunnah menurut bahasa Arab adalah ath-thariqah, yang berarti metode, kebiasaan, perjalanan hidup atau perilaku, baik terpuji maupun tercela. Kata tersebut berasal dari kata as-sunan yang bersinonim dengan ath-thariq (berarti "jalan"). Dalam sebuah hadits disebutkan,"Barangsiapa melakukan sunnah yang baik dalam Islam, maka selain memperoleh pahala bagi dirinya, juga mendapat tambahan pahala dari orang yang mengamalkan sesudahnya, dengan tanpa mengurangi sedikit pun pahala mereka. Dan barang siapa melakukan sunnah yang jelek dalam Islam, maka selain memperoleh dosa bagi dirinya, juga mendapat tambahan dosa dari orang yang melakukan sesudahnya dengan tanpa mengurangi sedkitpun dosa mereka."(HR Muslim).

Al-Qadli lyadl berkata bahwa Nabi Shalallahu alaihi wassalam pernah bersabda,"Sungguh kamu akan mengikuti sunnah-sunnah orang sebelum kamu." Tulisan (Sin, Nun, Nun) dalam kalimat hadits tersebut jika dibaca sananun berarti "jalan" atau "metode." Adapun jika dibaca sununun atau sanunun keduanya merupakan bentuk jamak dari sunnah maka artinya "perjalanan hidup"

Menurut lbnul Atsir, kata sunnah dengan segala variasinya disebutkan berulang-ulang dalam hadits, yang arti asalnya adalah "perjalanan hidup" dan "perilaku" (an-Nihayah 2: 409).

Adapun pengertian sunnah dalam istilah syara', menurut para Ahli Hadits adalah segala sesuatu yang diriwayatkan dari Nabi Shalallahu alaihi wassalam, yang berupa perkataan, perbuatan, ketetapan, karakter, akhlak, ataupun perilaku, baik sebelum maupun sesudah diangkat menjadi nabi. Dalam hal ini pengertian sunnah, menurut sebagian mereka, sama dengan hadits.

Menurut Ahli Ushul,"Sunnah ialah sesuatu yang dinukil dari Nabi Shalallahu alaihi wassalam secara khusus. la tidak ada nashnya dalam Alquran, tetapi dinyatakan oleh Nabi Shalallahu alaihi wassalam dan sekaligus merupakan penjelasan awal dari isi Alquran."(asy-Syatibi, al-Muwafaqat 4: 47). Adapun menurut Fuqaha,"Sunnah itu berarti ketetapan dari Nabi Shalallahu alaihi wassalam yang bukan fardhu dan bukan wajib."(asy-Syaukani, lrsyadul Fuhul, him. 31).

Bidah adalah diambil dari katabidayaitu al ikhtira mengadakan sesuatu tanpa adanya contoh sebelumnya. Seperti yang termaktub dalam Kitab Shahih Muslim bi Syarah Imam Nawawi dijelaskan sebagai berikut:Dan yang dimaksud bidah, berkata ahli Bahasa, dia ialah segala sesuatu amalan tanpa contoh yang terlebih dahulu, sedangkan jika ditujukan dalam hal ibadah pengertian-pengertian bidah tersebut diantaranya: Bidah adalahsuatu jalan yang diada-adakan dalam agama yang dimaksudkan untuk taabudi, bertentangan dengan al Kitab (al qur`an), As Sunnah dan ijma umat terdahulu.

Bidah adalahkebalikannya dari sunnah, dan dia itu apa-apa yang bertentangan dengan al qur`an, as sunnah, dan ijma umat terdahulu, baik keyakinnanya atau peribadahannya, atau dia itu bermakna lebih umum yaitu apa-apa yang tidak di syariatkan Allah dalam agamamaka segala dari sesuatu yang tidak disyariatkan oleh Allah maka yang demikian adalah bidah. Bidah dalam syariah adalahapa yang diada-adakan yang tidak ada perintah Rasulullah shalallahu taala alaihi sallam.

Menurut Al Harawi bahwa bidah ialahpendapat pikiran yang tidak ada padanya dari kitab (al Qur`an) dan as Sunnah.

Menurut Ibnu Hajar al As Qalani dalam Fathul Bari menjelaskan Dan yang dimaksud dengan sabdanyaSetiap bidah adalah sesatyakni apa yang diadakan dan tanpa dalil padanya dari syariat baik dengan jalan khusus maupun umum

Menurut Ibnu Taimiyah Bidah dalam agama ialah sesuatu yang tidak disyariatkan oleh Allah dan rasul-Nya yaitu tidak diperintahkan dengan perintah wajib atau perintah sunnah. Adapun yang diperintahkan dengan perintah wajib dan sunnah serta diketahui perintah-perintah tersebut dengan dalil-dalil syari, maka hal itu termasuk yang disyariatkan oleh Allah, meskipun terjadi perselisihan diantara ulama di beberapa masalah dan sama saja, baik hal itu sudah diamalkan pada masa Rasulullah atau tidak.

Menurut As-Syahtibi:Bidah adalah suatu cara di dalam agama yang diada-adakan (baru) menyerupai agama dan dimaksudkan dalam melakukannya untuk bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah taala.

Menurut Ibnu Rajab: Yang dimaksudkan dengan bidah adalah sesuatu yang diadakan tanpa ada dasarnya di dalam syariat. Adapun suatu yang ada dasarnya dalam syara, maka bukan bidah meskipun dikatakan bidah menurut bahasa.

Menurut As-Suyuti: Bidah ialah suatu ungkapan tentang perbuatan yang bertentangan dengan syariat karena menyelisihinya atau perbuatan yang menjadikan adanya penambahan dan pengurangan syariat.

Ulama bersefaham bahwa dari beberapa pengertian bidah tersebut diatas yang paling mengena pada maksud bidah yang dapat dikatakan sesat adalah yang diartikan oleh Iman As- Syathibi. Dari definisi-definisi tersebut dapat diambil pokok-pokok pengertian bidah menurut syara sebagai berikut:

Bidah ialah sesuatu yang diadakan di dalam agama. Maka tidak termasuk bidah sesuatu yang diadakan di luar agama untuk kemaslahatan dunia seperti pengadaan hasil-hasil industri dan alat-alat untuk mewujudkan kemaslahatan manusia yang bersifat duniawi.

Bidah tidak memiliki dasar yang menunjukkannya dalam syariat. Adapun hal-hal yang memiliki dasar-dasar syariat, maka bukan bidah meskipun tidak ada dalilnya dalam syariat secara khusus. Contohnya pada zaman kita ini orang yang membuat alat alat seperti kapal terbang, roket, tank, dll. dari alat-alat perang modern dengan tujuan persiapan memerangi orang-orang kafir dan membela kaum muslimin. Maka perbuatannya bukan bidah meskipun syariat tidak menjelaskannnya secara rinci, dan Rasulullah tidak menggunakan alat-alat tersebut untuk memerangi orang-orang kafir. Begitu pula perbuatan-perbuatan lain yang semisal. Maka setiap sesuatu yang memiliki dasar dalam syara, ia termasuk syariat dan bukan bidah.

Bidah di dalam agama kadang-kadang dikurangi dan kadang-kadang ditambah, sebagaimana dijelaskan oleh As-Suyuti meskipun perlu pembatasan bahwa sebab menguranginya adalah agar lebih mantap dalam beragama. Adapun jika sebab menguranginya bukan agar lebih mantap dalam beragama, maka bukan bidah. Seperti meninggalkan perintah yang wajib tanpa udzur. Itu disebut maksiat bukan bidah begitu pula meninggalkan perkara sunnat tidak dianggap bidah.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Muhammad Hadi. 2010. Definisi As Sunnah. [Online]. Tersedia: http://hariswanindra.blogspot.com/2010/04/definisi-as-sunnah.html. [06 Maret 2014].

Abdul, Muhammad T. Mengenal Seluk Beluk Bidah. [Online]. Tersedia: http://muslim.or.id/manhaj/mengenal-seluk-beluk-bidah-1.html. [06 Maret 2014].

Akidah. [Online]. Tersedia: http://www.islamgrid.gov.my/articles/akidah/akidah.php. [06 Maret 2014].

AlFauzan, Shalih. 2012. Makna Dari Ibadah. [Online]. Tersedia: http://kaahil.wordpress.com/2012/08/25/lengkap-definisi-makna-pengertianarti-ibadah-yang-benar-dalam-islam-definisi-ibadah-menurut-syaikhul-islam-ibnu-taimiyyah-macam-macam-ibadah-syarat-syarat-diterimanya-ibadah-pilar-pilar/. [06 Maret 2014].

Apa Itu Syariat, Tarekat, Hakikat, Makfirat. [Online]. Tersedia: http://khazanahislamku.blogspot.com/2013/02/apa-itu-syariat-tarekat-hakikat-makrifat.html. [06 Maret 2014].

Arsip Penegrtrian, Dasar, dan Tujuan Akidah Akhlak. [Online]. Tersedia: http://aqidahakhlak4mts.wordpress.com/tag/pengertian-akidah-akhlak/. [06 Maret 2014].Nur Baits, Ammi. 2013. Apa Itu Syariah?. [Online]. Tersedia: http://www.konsultasisyariah.com/apa-itu-syariah/. [06 Maret 2014].

Aqidah. [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Aqidah. [06 Maret 2014].

Dani, Permana A. 2009. Pengertian Bidah. [Online]. Tersedia: http://alhikmah.web.id/2009/06/pengertian-bidah/. [06 Maret 2014].

Definisi Bidah. [Online]. Tersedia: http://pustakaimamsyafii.com/definisi-bidah.html. [06 Maret 2014].

Lambe, Sawaty. 2014. Pengertian Ibadah. [Online]. Tersedia: http://sawatyl.blogspot.com/2013/03/bab-i-pengertian-ibadah.html. [06 Maret 2014].

Hukum Islam Tentang Muamalah. [Online]. Tersedia: http://nitehawkripper.blogspot.com/2011/06/hukum-islam-tentang-muamalah.html. [06 Maret 2014].

M, Mursal. 2010. Pengertian Syariat, Fikih, dan Hukum Islam. [Online]. Tersedia: http://fuadiqudwah.blogspot.com/2010/03/pengertian-syariat-fikih-dan-hukum.html. [06 Maret 2014].

Mengkaji Pengertian Hadist dan Sunnah. [Online]. Tersedia: http://lebak-kauman.blogspot.com/2013/02/mengkaji-pengertian-hadits-dan-sunnah_28.html. [06 Maret 2014].

Muamalah Dalam Islam. [Online]. Tersedia: http://rumahbuku.weebly.com/3/post/2012/12/muamalah-dalam-islam.html. [06 Maret 2014].

Pengertian Akhlak dalam Islam. [Online]. Tersedia: https://id-id.facebook.com/notes/al-quran-islam-yg-bahagia/pengertian-akhlah-dalam-islam/150089633762. [06 Maret 2014].

Pengertian dan Kedudukan Aqidah Dalam Islam. [Online]. Tersedia: https://id-id.facebook.com/notes/mencari-cahaya-sunnah/pengertian-dan-kedudukan-aqidah-dalam-islam/649128465101581. [06 Maret 2014].

Rara, Atik S.P. Makalah Agama tentang Muamalah. [Online]. Tersedia: http://www.academia.edu/4824088/Makalah_agama_tentang_muamalah. [06 Maret 2014].

Said. 2004. Pengertian Sunnah. [Online]. Tersedia: http://almanhaj.or.id/content/611/slash/0/pengertian-sunnah/. [06 Maret 2014].

Sunnah. [Online]. Tersedia: http://ms.wikipedia.org/wiki/Sunnah. [06 Maret 2014].Pengertian Akhlak Menurut para Ahli. [Online]. Tersedia: http://www.pengertianahli.com/2013/10/pengertian-akhlak-menurut-para-ahli.html. [06 Maret 2014].

Yazid. 2007. Pengertian Ibadah Dalam Islam. [Online]. Tersedia: http://almanhaj.or.id/content/2267/slash/0/pengertian-ibadah-dalam-islam/. [06 Maret 2014].

Yazid. 2012. Pengertian Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah. [Online]. Tersedia: http://almanhaj.or.id/content/3429/slash/0/pengertian-aqidah-ahlus-sunnah-wal-jamaah/. [06 Maret 2014].

02

IBADAH MAHDHOH DAN IBADAH GHOIR MAHDHOH

IbadahSecara etomologis ibadah diambil dari kata abada, yabudu, abdan, fahuwa aabidun, abid berarti hamba atau budak, yakni seseorang yang tidak memiliki apa-apa, harta dirinya sendiri milik tuannya, sehingga karenanya seluruh aktifitas hidup hamba hanya untuk memperoleh keridhaan tuannya dan menghindarkan murkanya.

Manusia adalah hamba Allah Ibaadullaah jiwa raga haya milik Allah, hidup matinya di tangan Allah, rizki miskin kayanya ketentuan Allah, dan diciptakan hanya untukibadah atau menghamba kepada-Nya.

Artinya: Tidak Aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk beribadah kepadaKu.(QS. Adz Dzariyat : 56)Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis yaitu Ibadah Mahdhah dan Ibadah Ghair Mahdhah. Ibadah Mahdhah artinyapenghambaan yang murni hanya merupakan hubungan antara hamba dengan Allah secara langsung. Ibadah Mahdhah memiliki 4 prinsip:

Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari Al Quran maupun As Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu tidak boleh ditetapkan oleh akal atau logika keberadaannya.

Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul SAW. Salah satu tujuan diutus rasul oleh Allah adalah untuk memberi contoh: QS. An Nisa: 64 dan QS. Al Hashr: 7.

Artinya: Dan Kami tidak mengutus seseorang rasul melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah. Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (QS. An Nisa: 64) Artinya: Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya (QS. Al Hashr: 7) Bersifat suprarasional (di atas jangkauan akal)artinya ibadah bentuk ini bukan ukuran logika karena bukan wilayah akal melainkan wilayah wahyu. Akal hanya berfungsi memahami rahasia dibaliknya yang disebuthikmah tasyri. Shalat, adzan, tilawatul Quran, dan ibadah mahdhah lainnya, keabsahannnya bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak melainkan ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan syariat atau tidak. Atas dasar ini maka ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat.

Azasnya taat, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini adalah kepatuhan atau ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama diutus Rasul adalah untuk dipatuhi.

Contoh ibadah yang termasukIbadah Mahdhah, adalah Wudhu, Tayammum, Mandi hadats, Adzan, Iqamat, Shalat, Membaca Al Quran, Itikaf, Shiyam (Puasa), Haji, Umrah, Tajhiz Al- Janazah.

Ibadah Ghair Mahdhah (tidak murni semata hubungan dengan Allah) yaitu ibadah selain sebagai hubunganhamba dengan Allah juga merupakan hubungan atau interaksi antara hamba dengan makhluk lainnya. Prinsip-prinsip dalam ibadah ini ada 4 yaitu

Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. Selama Allah dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh diseleng garakan.

Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, karenanya dalam ibadah bentuk ini tidak dikenal istilah bidah atau jika ada yang menyebutnya, segala hal yang tidak dikerjakan rasulbidah, makabidah disebutbidah hasanah, sedangkan dalam ibadahmahdhahdisebutbidah dhalalah.

Bersifat rasional,ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya, manfaat ataumadharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika, sehingga jika menurut logika sehat, buruk, merugikan, danmadharat maka tidak boleh dilaksanakan.

Azasnya Manfaat, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh dilakukan.

Conto Ibadah Ghairu Mahdhah adalah bekerja untuk mencari nafkah, tersenyum dengan orang lain, saling tolong menolong sesama, menafkahkan harta di jalan Allah, membangun sekolahan, madrasah, jembatan, dll.Hikmah Ibadah MahdhahPokok dari semua ajaran Islam adalah Tawhiedul ilaah (KeEsaan Allah) danibadah mahdhahitu salah satu sasarannya adalah untuk mengekpresikan KeEsaan Allah itu, sehingga dalam pelaksanaannya diwujudkan dengan:

Tawhiedul wijhah(menyatukan arah pandang). Shalat semuanya harus menghadap ke arah kabah, itu bukan menyembah Kabah, dia adalah batu tidak memberi manfaat dan tidak pula memberi madharat, tetapi syarat sah shalat menghadap ke sana untuk menyatukan arah pandang, sebagai perwujudan Allah yang diibadati itu Esa. Di mana pun orang shalat ke arah sanalah kiblatnya (QS. 2: 144).

Artinya: Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan. (QS. Al Baqarah: 144) Tawhiedul harakah(Kesatuan gerak). Semua orang yang shalat gerakan pokoknya sama, terdiri dari berdiri, membungkuk (ruku), sujud dan duduk. Demikian halnya ketikathawafdansai, arah putaran dan gerakannya sama, sebagai perwujudan Allah yang diibadati hanya satu.

c. Tawhiedul lughah(Kesatuan ungkapan atau bahasa). Karena Allah yang disembah (diibadati) itu satu maka bahasa yang dipakai mengungkapkan ibadah kepadanya hanya satu yakni bacaan shalat, tak peduli bahasa ibunya apa, apakah dia mengerti atau tidak, harus satu bahasa, demikian juga membaca Al Quran, dari sejak turunnya hingga kini Al Quran adalah bahasa Al Quran yang membaca terjemahannya bukan membaca Al Quran.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Muhammad T. 2010. Ibadah Mahdhoh dan Ghairu Mahdhoh. [Online]. Tersedia: http://mintlisim.wordpress.com/2010/11/15/ibadah-mahdhoh-dan-ghairu-mahdhoh/. [07 Maret 2014].

Antara Ibadah Mahdhoh dan Ibadah Ghoiru Mahdhoh. [Online]. Tersedia: http://abunamira.wordpress.com/2012/07/09/antara-ibadah-mahdhoh-dan-ibadah-ghoiru-mahdhoh/. [07 Maret 2014].

Hilya, Abu. 2013. Penjelasan Tentang Ibadah Mahdhoh dan Ibadah Ghoiru Mahdhoh. [Online]. Tersedia: http://www.islam-institute.com/penjelasan-tentang-ibadah-mahdhoh-dan-ibadah-ghoiru-mahdhoh.html. [07 Maret 2014].

Ibadah Mahdhoh dan Ghoiru Mahdhoh. [Online]. Tersedia: http://udayefri.wordpress.com/2013/10/08/ibadah-madhoh-dan-ghoiru-mahdhoh/. [07 Maret 2014].

M, Umay Djafar. 2008. Ibadah Mahdhah dan Ghairu Mahdhah. [Online]. Tersedia: http://umayonline.wordpress.com/2008/09/15/ibadah-mahdhah-ghairu-mhadhah/. [07 Maret 2014].

03

ZAKAT

Istilah zakat berasal dari kata Arab yang berarti suci atau kesucian, atau arti lain yaitu keberkahan. Menurut istilah Agama Islam zakat adalah ukuran/ kadar harta tertentu yang harus dikeluarkan oleh pemiliknya untuk diserahkan kepada golongan/orang-orang yang berhak menerimanya dengan syarat-syarat tertentu. Jadi seorang muslim yang telah memiliki harta dengan jumlah tertentu (nisab) sesuai dengan ketentuan dan waktu tertentu (haul) yaitu satu tahun, wajib mengeluarkan zakatnya. Oleh sebab itu Hukum dari melaksanakan zakat adalah Fardhu Ain (wajib bagi setiap orang) bagi oarang yang mampu. Adapun Tujuan zakat adalah sebagaimana firman Allah dalam surat At- Taubah ayat 103

Artinya: Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketentraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.(QS. At Taubah: 103)Jadi tujuan Allah memerintahkan umat Islam untuk membayar zakat adalah agar harta yang dimilikinya menjadi bersih dan suci. Karena kalau tidak dibayarkan zakatnya, harta yang dimiliki menjadi kotor dan haram karena tercampur hak orang lain yang dititipkan kepada orang yang berhak mengeluarkan zakat. Allah berfirman dalam surat Adz-Dzariyat ayat 19 yaitu

Artinya: Dan pada harta benda mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta, dan orang miskin yang tidak meminta. (Q.S. Adz-Dzariyat: 9) Macam-macam Zakat

Zakat dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) macam yaitu :

Zakat FitrahZakat fitrah juga disebut zakat jiwa yaitu setiap jiwa/orang yang beragama Islam harus memberikan harta yang berupa makanan pokok kepada orang yang berhak menerimanya, dan dikeluarkan pada bulan Ramadhan sampai dengan sebelum shalat Idul Fitri pada bulan Syawal

Zakat Maal

Zakat Maal juga disebut zakat harta yaitu kewajiban umat Islam yang memiliki harta benda tertentu untuk diberikan kepada yang berhak sesuai dengan ketentuan nisab (ukuran banyaknya) dan dalam jangka waktu tertentu. Penjelasan rinci mengenai

Zakat Fitrah merupakan salah satu bagian dari zakat, dimana kewajibannya dibebankan kepada semua orang yang beragama Islam, baik yang baru lahir sampai yang sakaratul maut. Jadi siapapun baik kaya, miskin, laki-laki maupun perempuan, tua, muda maupun bayi, semuanya harus membayar zakat fitrah. Mengapa disebut Zakat Fitrah? karena fitrah berarti suci, sehingga tujuan kegiatan itu untuk mensucikan setiap jiwa seorang muslim pada setiap tahunnya.Ketentuan bagi orang yang wajib membayar zakat fitrah (Muzaki) adalah :

Orang tersebut beragama Islam

Orang tersebut, ketika sebelum matahari terbit pada Hari Raya Idul Fitri masih hidup (yang baru lahir maupun dalam sakaratul maut)

Orang tersebut pada waktu itu mampu menafkahi dirinya dan keluarganya

Orang yang tidak berada di bawah tanggung jawab orang lain

Untuk lebih jelasnya kita perhatikan hadis dari Rasulullah berikut: Rasulullah saw. mewajibkan zakat fitrah untuk membersihkan orang yang berpuasa dari hal-hal yang tidak bermanfaat, kata-kata kotor, dan memberi makan orang-orang miskin. Barang siapa mengeluarkannya sebelum shalat Idul Fitri , zakatnya diterima , dan barang siapa yang mengeluarkannya setelah shalat idul fitri, hal itu merupakan salah satu dari sedekah. (Hadits Riwayat Abu Dawud dari Ibnu Abbas)Sekarang kita pelajari apakah yang dapat kita berikan dalam zakat fitrah ini? Berikut hadis Rasulullah mengenai hal ini: Dari Ibnu Umar bahwasannya, Rasulullah saw. mewajibkan zakat fitrah pada bulan Ramadlan kepada semua orang Islam, orang yang merdeka, atau hamba sahaya laki-laki atau perempuan, sebanyak 1 sha (3,1 liter) kurma atau gandum.(HR.Muslim: 1635)

Jadi jelaslah bagi kita dari hadits Rasulullah di atas apa yang harus diberikan dari kewajiban zakat fitrah ini, yaitu gandum atau tamar ataupun makanan pokok pada suatu daerah tertentu seperti beras di Indonesia pada umumnya, jagung di Madura, sagu di Paupua dan lain-lain. Kemudian banyaknya yang harus kita berikan perorang/jiwa sebanyak 3,1 Liter atau sekitar 2,5 Kg dan hanya diberikan dalam setahun sekali. Melihat ketentuan yang harus diberikan adalah makanan pokok berarti pemberian lain tidak diperkenankan seperti memberikan suatu benda elektronik, baju, kendaraan bahkan uang atau yang lainnya.

Zakat Maal memang berbeda dengan zakat fitrah. Zakat fitrah hanya diberikan dalam setahun sekali yaitu sebelum salat Idul fitri dan dengan jumlah yang sama setiap jiwanya yaitu 2,5 kg atau 3,1 liter beras (makanan pokok) tetapi ketentuan zakat maal berbeda-beda jumlahnya, antara satu benda dengan benda yang lainnya. Zakat maal yaitu kewajiban umat Islam yang memiliki harta benda tertetu untuk memberikan kepada yang berhak sesuai dengan ketentuan nisab (ukuran banyaknya) dan dalam jangka waktu tertentu. Dalam hadits Rasulullah menjelaskan sebagai berikut: Sesungguhnya Allah mewajibkan zakat pada harta orang-orang kaya dari kaum muslimin sejumlah yang dapat melapangi orang-orang miskin di antara mereka. Fakir miskin itu tiadalah menderita menghadapi kelaparan dan kesulitan sandang, kecuali perbuatan golongan orang kaya. Ingatkan Allah akan mengadili mereka nanti secara tegas dan menyiksa mereka dengan pedih. (Hadist Riwayat at-Tabrani)

Dalam Al Quran surat At Taubah ayat 103 dijelaskan bahwa Allah hanya mewajibkan kepada kaum muslim yang kaya saja untuk melaksanakan zakat maal itu, hal ini menunjukkan bahwa ketentuan agama Islam tidak memberatkan bagi umat Islam yang kurang mampu. Adapun tujuan dari pada zakat maal adalah untuk membersihkan dan mensucikan harta benda mereka dari hak-hak kaum miskin diantara umat Islam.

Ketentuan-Ketentuan Zakat MaalDari pengertian zakat maal yaitu kewajiban umat Islam yang memiliki harta benda tertetu untuk memberikan kepada yang berhak sesuai dengan ketentuan nisab (ukuran banyaknya) dan dalam jangka waktu tertentu, Hal diatas menimbulkan pertanyaan, apakah setiap umat islam wajib mengeluarkan zakat maal ini? Apakah setiap harta yang kita miliki harus dizakati? Apakah yang dimaksud dengan ukuran banyaknya harta/nisab itu? Apakah yang dimaksud dengan jangka waktu tertentu/haul itu?

Adapun harta benda yang wajib dizakati adalah : Binatang Ternak (zakat Anam)Binatang ternak yang wajib dizakati adalah : Unta

Jumlah peling sedikit yang harus dizakati bagi yang memiliki unta adalah 5 unta dan kelipatannya dengan zakat seekor kambing dan kelipatannya seperti pada tabel berikut ini:No.Jumlah UntaJumlah ZakatUsia

15 - 9 unta1 ekor kambing2 tahun lebih

210 - 14 unta2 ekor kambing2 tahun lebih

315 - 19 unta3 ekor kambing2 tahun lebih

420 - 24 unta4 ekor kambing2 tahun lebih

525 - 35 unta1 ekor unta1 tahun lebih

6Dan seterusnya

Contoh :

Pak Karta memiliki unta 6 ekor dan kepemilikannya lebih dari 1 tahun, maka pak Karta wajib berzakat 1 ekor kambing usia 2 tahun lebih.

Pak Husen memiliki unta 21 ekor dan kepemilikannya lebih dari 1 tahun, pak Husen wajib mengeluarkan zakat 4 ekor kambing.

Sapi/Kerbau

Jumlah minimal seseorang wajib mengeluarkan zakat sapi/kerbau yang kepemilikannya lebih dari 1 tahun adalah 30 sapi, maka wajib mengeluarkan zakat 1 ekor sapi/kerbau usia 1 tahun. Lihat tabel berikut :

No.Jumlah Sapi/ KerbauJumlah ZakatUsia

130 - 39 ekor sapi/kerbau1 ekor sapi/kerbau1 tahun lebih

240 - 59 ekor sapi/kerbau1 ekor sapi/kerbau2 tahun lebih

360 - 69 ekor sapi/kerbau2 ekor sapi/kerbau1 tahun lebih

470 - 79 ekor sapi/kerbau2 ekor sapi/kerbau2 tahun lebih

5Dan seterusnya

Kambing/domba

Jumlah minimal kepemilikan kambing yang harus dizakati adalah 40 ekor dengan zakat 1 ekor kambing dengan usia 2 tahun lebih atau domba dengan usia 1. lebih jelasnya lihat daftar berikut :

No.Jumlah Kambing/ Domba Jumlah ZakatUsia

140 - 120 ekor kambing/domba1 kambing

1 domba betina2 tahun lebih

1 tahun lebih

2121 - 200 ekor Kambing/domba2 ekor kambing

2 domba betina2 tahun lebih

1 tahun lebih

3Dan seterusnya

Unggas

Untuk ketentuan zakat unggas ini disamakan dengan batas nisab emas yaitu 93,6 gram. Jika harga emas Rp. 65.000/gram maka emas 93,6 gr x Rp. 65.000 = Rp. 6.084.000,00. Apabila seseorang memiliki usaha unggas dalam satu tahunnya memiliki keuntungan Rp. 6.084.000,00 maka yang bersangkutan telah wajib membayar zakat 2,5 % dari total keuntungan selama 1 tahun.

Contoh :

Pak Irfan memiliki usaha ayam potong 4.000 ekor. Setiap penjualan memiliki keuntungan rata-rata Rp. 2.000.000. dalam 1 tahun dapat menjual sebanyak 8 kali. Jadi total keuntungan dalam 1 tahun Rp. 16.000.000. Zakat yang dikeluarkan adalah Rp. 16.000.000 X 2,5 % = Rp. 400.000

Emas dan perak (zakat nuqud)

Apabila kita memiliki emas yang dipakai untuk perhiasan sebagian besar ulama berpendapat tidaklah dizakati, emas yang dimaksud disini adalah emas yang disimpan untuk kekayaan maka wajib dikeluarkan. Adapun zakat yang harus dikeluarkan adalah 2,5 %. Nisab barang mewah ini sebesar 93,6 gram.

Contoh:

Ibu Siti Khotijah memiliki emas untuk simpanan seberat 250 gr dan dimiliki lebih dari 1 tahun, maka zakat yang harus dikeluarkan adalah: 250 grm X 2,5 % = 6,25 grm

Harta perniagaan/perusahaan/perdagangan ( Zakat Tijarah)

Nisab harta dagangan ini disamakan dengan kekayaan emas seberat 93,6 grm, apabila seseorang dalam berdagang selama satu tahun keuntungannya minimal seharga emas 93,6 gram maka berdagang apapun seseorang telah wajib mengeluarkan 2,5 %.

Hasil pertanian dan perkebunan ( zakat Ziraah)

Zakat hasil pertanian dan perkebunan ini apabila hasilnya minimal seharga emas 93,6 gram, Apabila hasilnya lebih dari itu maka petani wajib zakat dengan ketentuan.

Apabila pertanian airnya alami (tadah hujan) atau sumber yang didapatkan dengan tidak mengeluarkan biaya maka zakatnya 20 %.

Apabila pertanian atau perkebunan irigaisi dan ada pengeluaran biaya untuk mendapatkan air tersebut maka zakat yang harus dikeluarkan adalan 5 %.

Barang Temuan ( Zakat Rikaz)

Yang dimaksud barang temuan/ rikaz adalah barang-barang berharga yang terpendam peninggalan orang-orang terdahulu. adapun jumlah nisabnya seharga emas 93,6 gram. Bagi seseorang yang menemukan emas maka minimal nisabnya adalah 93,6 gram dan dizakati 20 % dari nilai emas tersebut.

Contoh:

Pak Arman menemukan arca mini emas seberat 2 ons, maka zakat yang harus dkeluarkan adalah 2 x 20 %= 40 gram.

Bila yang ditemukan perak maka nisabnya seberat 624 gram dan nilai zakatnya sama dengan emas yaitu 20 %.

Yang Berhak Menerima Zakat Yang berhak menerima zakat tergolong menjadi 8 golongan/kelompok, seperti yang yang difirmankan Allah dalam surat At Taubah ayat 60:

Artinya: Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (muallaf), untuk (memerdekakan hamba sahaya), untuk membebaskan orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah, Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana. (QS. At Taubah: 60)Penjelasan dari ayat diatas yang menyebutkan tentang orang yang berhak menerima zakat diatas, dapat dirinci sebagai berikut :

Fakir adalah orang yang tidak memiliki harta benda dan tidak memiliki pekerjaan untuk mencarinya

Miskinadalah orang yang memiliki harta tetapi hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

Amil adalah orang yang mengelola pengumpulan dan pembagian zakat

Muallaf adalah orang yang masih lemah imannya karena baru mengenal dan menyatakan masuk Islam

Budak yaitu budak sahaya yang memiliki kesempatan untuk merdeka tetapi tidak memiliki harta benda untuk menebusnya.

Garim yaitu orang yang memiliki hutang banyak sedangkan dia tidak bisa melunasinya.

Fisabilillah adalah orang-orang yang berjuang di jalan Allah sedangkan dalam perjuangannya tidak mendapatkan gaji dari siapapu

Ibnu Sabil yaitu orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan, sehingga sangat membutuhkan bantuan

Manfaat pemberian zakat antara lain:

Mempererat hubungan si kaya dan si miskin.

Agar tidak terjadi kejahatan dari orang orang miskin dan susah yang dapat merusak ketertiban masyarakat. Firman Allah SWT, Sekali-kali janganlah orang orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu buruk bagi mereka. (Q.S. Ali Imran : 180)

Guna membersihkan diri. Firman Allah SWT, Ambillah zakat dari sebagian harta meraka. dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoakanlah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentraman mereka dan Allah Maha mendengar lagi mengetahui. (Q.S. At Taubah: 103).

Mengangkat derajat fakir miskin dan membantunya keluar dari kesulitan hidup serta penderitaan,

Membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh para gharimin, ibnu sabil, dan mustahiq lainnya,

Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat Islam dan manusia pada umumnya,

Menghilagkan sifat kikir dan atau loba pemilik harta,

Membersihkan diri dari sifat dengki dan iri (kecemburuan sosial) dalam hati orang-orang miskin,

Menjembatani jurang pemisah antara orang yang kaya dengan yang miskin dalam suatu masyarakat.,

Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang, terutama pada mereka yang mempunyai harta kekayaan,

Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan menyerahkan hak orang lain yang ada padanya,

Sarana pemerataan pendapatan (rezeki) untuk mencapai keadilan sosial.

Zakat Ditinjau dari Aspek EkonomiZakat berfungsi sebagai pembersih dan pensuci jiwa, juga berfungsi untuk mengembangkan harta muzakki (yang mengeluarkan zakat), sebagaimana sabda Rasulullah SAW : "Jika engkau telah menunaikan zakat kepada orang yang berhak menerimanya maka sesungguhnya engkau telah membuang dari dirimu kejahatan darinya" (Hadits dari Jabir yang diriwayatkan oleh Tabrani dalam kitab Al Mujam al Ausat jilid 4 bab man ismuhu Asmad h. 99 no. hadith 1639).

Harta zakat yang diperoleh seorang fakir akan membantu memberikan kemampuan berbelanja bagi dirinya, demikian juga sebaliknya bagi orang kaya, maka pertambahan demand terhadap barang pokok akan berakibat kepada pertambahan produk bahan pokok tersebut. Selain dari itu harta tidak boleh hanya beredar di sekitar orang kaya saja (lihat QS. Al-Hashr: 7), dan perpindahan harta dari orang kaya ke orang miskin berakibat kepada pertambahan manfaat penggunaan harta tersebut yaitu jika di tangan orang kaya harta tersebut memiliki manfaat yang banyak tetapi akan lebih banyak lagi jika harta tersebut berpindah ke tangan orang miskin karena akan meningkatkan kesejahteraan tarap hidup masyarakat secara umum.

Zakat pada tingkat mikro ekonomi memiliki implikasi ekonomi terhadap perilaku konsumsi dan tabungan individu serta perilaku produksi dan investasi perusahaan tanpa berpengaruh negatif pada insentif bekerja. Dalam perekonomian Islam dimana zakat diterapkan, maka muzakki akan menyalurkan pendapatannya kepada mustahiq. Hal ini akan membuat pendapatan mustahiq akan meningkat, peningkatan pendapatan ini akan meningkatkan pula konsumsi dan sekaligus akan memberikan kesempatan mustahiq untuk menabung.

Zakat pada tingkat makro ekonomi memiliki implikasi ekonomi terhadap efisiensi alokatif, penciptaan lapangan kerja, pertumbuhan ekonomi, stabilitas makro ekonomi, distribusi pendapatan, pengentasan kemiskinan dan jaring pengaman sosial. Zakat yang menyalurkan sebagian pendapatan muzakki kepada mustahiq akan berakibat meningkatkan permintaan barang dan jasa dari mustahiq, yang umumnya adalah kebutuhan dasar seperti pangan, sandang dan papan. Permintaan yang lebih tinggi untuk kebutuhan dasar masyarakat yang terkait zakat ini, akan mempengaruhi komposisi produksi barang dan jasa yang diproduksi dalam perekonomian, sehingga akan membawa pada alokasi sumber daya menuju ke sektor-sektor yang lebih diinginkan secara sosial. Hal ini akan meningkatkan efisiensi alokatif dalam perekonomian.

Zakat dalam perspektif sistem perekonomian Islam adalah sistem yang ramah terhadap dunia usaha (market friendly), karena zakat memiliki tarif yang rendah dan tetap serta tidak berubah karena sudah diatur dalam syariat. Contoh, zakat yang diterapkan pada basis luas seperti zakat perdagangan, tarifnya hanya 2,5 persen. Ketentuan tarif zakat ini tidak diubah oleh siapapun. Karena itu tidak akan mengganggu insentif investasi dan produksi serta memberikan kepastian usaha.

Kerangka sosial ekonomi perekonomian Islam mendorong penciptaan lapangan kerja melalui dua jalur, yaitu penciptaan pekerjaan dengan upah tetap dan penciptaan peluang wirausahawan. Dan salah satu kerangka institusional penting dalam perekonomian Islam untuk penciptaan lapangan kerja ini adalah zakat. Islam memberi jalan bagi entrepreneurial resources untuk terlibat dalam kegiatan di sektor riil dengan menyediakan kerangka kerja sama atau kemitraan seperti mudarabah, musharakah, dan muzaraah.

Program pengentasan kemiskinan adalah wajib dalam perekonomian Islam. Dampak zakat terhadap upaya pengentasan kemiskinan adalah sesuatu yang signifikan dan berjalan secara otomatis di dalam sistem Islam. Dalam surah At-Taubah ayat 60, disebut delapan golongan yang berhak menerima zakat. Fakir dan miskin adalah kelompok pertama dan kedua yang menerima zakat. Mereka yang mendapatkan prioritas dan pengutamaan mendapatkan zakat. Ini menunjukkan bahwa mengatasi masalah kemiskinan merupakan tujuan utama dari zakat. Karakteristik ini membuat zakat sangat efektif sebagai instrumen pengentasan kemiskinan karena sangat inheren bersifat pro-poor.

DAFTAR PUSTAKA

Fungsi Zakat dalam Kehidupan Sosial Ekonomi. [Online]. Tersedia: http://forum.kompas.com/ekonomi-umum/139935-fungsi-zakat-dalam-kehidupan-sosial-ekonomi.html. [12 Maret 2014].

Hidayat, Arif. 2013. Pengertian, Jenis, dan Golongan Penerima Zakat dan Ruang Lingkupnya. [Online]. Tersedia: http://basicartikel.blogspot.com/2013/03/pengertian-jenis-dan-golongan-penerima_24.html. [12 Maret 2014].

Mardani. 2010. Aspek Ekonomi dari Zakat dan Wakaf. [Online]. Tersedia: http://drmardani.blogspot.com/2010/05/aspek-ekonomi-dari-zakat-dan-wakaf.html. [12 Maret 2014]. Rajafi, Ahmad. 2011. Penjelasan Tentang Zakat. [Online]. Tersedia: http://ahmadrajafi.wordpress.com/2011/02/16/penjelasan-tentang-zakat/. [12 Maret 2014].

Ubay. 2011. Zakat Ditinjau dari Aspek Ekonomi. [Online]. Tersedia: http://ubayorengkampoeng.blogspot.com/2011/08/zakat-ditinjau-dari-aspek-ekonomi.html. [12 Maret 2014].

Pengertian Zakat dan Macam-macamnya. [Online]. Tersedia: http://azurahkio.wordpress.com/2008/09/22/pengertian-zakat-macam-macamnya/. [12 Maret 2014].

04

PUASA

Puasa adalah peperangan melawan kejahatan metafisik yaitu hawa nafsu dan penyakit-penyakit hati. Puasa ini termasuk sulit dilakukan,karena musuh kita yang sebenarnya kebanyakan berada dalam diri kita sendiri. Oleh karena itu, dalam puasa ini terjadi peperangan yang maha dahsyat antara hamba dan hawa nafsunya. Maka, Rasulullah SAW bersabda ketika pulang dari perang Badar Kalian baru saja kembali dengan sebaik-baik kepulangan, kalian baru saja kembali dari satu jihad kecil (perang), untuk menuju ke jihad yang lebih besar, yaitu pertempuran hamba melawan hawa nafsunya. Rasulullah s.a.w. juga menegaskan bahwa Sebaik-baik jihad adalah perang seorang lelaki melawan nafsunya di jalan Allah SWT. (H.R. Ibnu Najjar).Pengertian puasa atau shiyam/shaum secara bahasa berarti menahan diri dari sesuatu. Secara Istilah/SyarI puasa adalah menahan diri dari segala perbuatan yang membatalkan puasa (misalnya makan, minum, mutah dengan sengaja, hubungan suami istri, onani dll) sejak fajar terbit hingga matahari terbenam. Dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 183 dijelaskan

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS. Al Baqarah: 183)RUKUN PUASA Niat mengerjakan puasa pada tiap-tiap malam di bulan Ramadhan (puasa wajib) atau hari yang hendak berpuasa (puasa sunat). Waktu berniat adalah mulai dari pada terbenamnya matahari sehingga terbit fajar. Meninggalkan sesuatu yang membatalkan puasa mulai terbit fajar sehingga masuk matahari. SYARAT WAJIB PUASA Islam

Artinya bagi orang non-Muslim tidak diwajibkan berpuasa dan tidak diwajibkan pula untuk mengqadhaa(mengganti)-nya,begitulah menurut mayoritas ulama. Bahkan apabila non-Muslim ini ikut berpuasa, maka puasanya itu tetap dianggap tidak sah.

Aqil (Berakal) dan Baliqh (Sudah Melewati Masa Pubertas)Artinya tidak diwajibkan berpuasa bagi anak kecil, karena meraka belum baliqh. Juga bagi orang gila dan orang mabuk. Karena mereka tidak termasuk ke dalam golongan orang yang sudah masuk ke dalam kostitusi hokum (mukallaf) seperti yang disebutkan dalam hadist Seseorang tidak termasuk mukallaf pada saat belum baliqh,hilang ingatan dan dalam keadaan tidur.

MampuArtinya mampu melakukan puasa, dalam hal ini lebih di beratkan ke arah kemampuan fisiknya untuk berpuasa. Maka bagi orang sakit tidak diwajibkan untuk berpuasa tetapi diwajibkan untuk mengqadhanya ataupun bisa juga dengan mambayar fidyah.

MenetapMenetap dalam hal ini artinya sedang bepergian jauh, maka tidak diwajibkan untuk berpuasa, tetapi diwajibkan Mengqadha nya.

Artinya: (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barang siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (QS. Al Baqarah: 184)SYARAT SAH PUASA Menurut ulama Hanafiyah ada 3 yaitu Niat Tidak ada yang menghalanginya (seperti haid dan nifas) Tidak ada yang membatalkannya Menurut ulama Malikiyah ada 4 yaitu Niat Suci dari haid dan nifas Islam Pada waktunya dan juga disyaratkan orang yang berpuasa berakal. Menurut ulama Syafi'iyah ada 4 yaitu Islam Berakal Suci dari haid dan nifas sepanjang hari Dilaksanakan pada waktunya. (Sedangkan "niat", menurut Syafi'iyah, dimasukkan ke rukun puasa) Menurut ulama Hambaliyah ada 3 yaitu Islam Niat Suci dari haid dan nifasHAL-HAL YANG MEMBATALKAN PUASA Makan atau Minum dengan sengaja, namun apabila dilakukan dengan tidak sengaja maka tidak membatalkan puasa. Seperti sabda Rasulullah SAW yaitu Barang siapa lupa bahwa ia puasa, kemudian ia makan atau minum, maka hendaklah disempurnakan puasanya; sesungguhnya Allah yang mmeberi makan dan minum. (HR. Bukhari dan Muslim) Melakukan Jima(hubungan suami istri pada siang hari di bulan ramadhan). Bagi siapa yang melanggarnya, maka wajib membayar denda sesuai dengan kemampuanya. Boleh memilih salah satu dari tiga denda yaitu memerdekakan seorang budak, puasa dua bulan beturut-turut, atau memberi makan 60 orang fakir miskin dengan liter per orangnya.

Mengeluarkan air mani dengan cara onani atau masturbasi, mencium, memeluk, merangkul, menghayal dan lain-lainnya, serta memandang segala sesuatu yang dapat menggugah nafsu syahwat.

Keluar darah haidh dan nifas. Maka wajib mengganti puasanya pada hari yang lain. Dari Aisyah ra: Kami disuruh oleh Rasulullah saw mengganti puasa, dan tidak disuruhya mengganti sholat. (HR. Bukhari)

Mengeluarkan darah dengan jalan hijamah (membekam) atau yang serupa. Sedangkan keluar darah dengan sendirinya atau karena mencabut gigi dan yang semisalnya, tidak membatalkan puasa, karena hal tersebut tidak termasuk dalam pengertian hijamah.

Muntah disengaja, tetapi jika muntah tanpa disengajaatau dibuat-buat, maka tidak batal puasanya. Sabda Rasulullah saw: Barangsiapa terpaksa muntah, tidaklah wajib mengganti puasanya, dan barangsiapa yang mengusahakan muntah, maka hendaklah ia mengganti puasanya (pada hari yang lain). (HR. Abu Daud, Tirmidzi)

HAL-HAL YANG DAPAT MELENYAPKAN PAHALA PUASABerikut ini adalah hal-hal yang tidak membatalkan puasa, namun apabila kita melakukannya, maka akan menghilangkan pahala puasa kita. Sehingga sia-sia saja kita berpuasa.

Mengatakan tentang hal yang sia-sia atau tercela

Tentunya tidak jarang dari kita yang berpuasa berkata hal-hal yang sia-sia, contohnya adalah mengumpat. Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya puasa adalah tabir penghalang (dari perbuatan dosa). Apabila seseorang di antara kamu sedang berpuasa, janganlah ia mengucapkan sesuatu yang keji dan berbuat jahil. Andai ada orang lain yang mengajak berkelahi atau menunjukkan cercaan kepadanya, hendaknya ia berkata: aku sedang berpuasa, aku sedang berpuasa. (HR. Bukhari dan Muslim)

Mendengarkan segala sesuatu yang dibenci agama

Dalam hal ini segala sesuatu yang dilarang mengucapkannya,maka dilarang pula mendengarkannya,seperti sabda Rasulullah saw. yang artinya:Orang yang menggungjing dan mendengarkan gunjingan, sama dosanya. (HR. Thabrani)

Melakukan perbuatan tercela

Tentunya sudah kita ketahui hal-hal yang tercela tersebut. Contohnya adalah berjudi, pergi ke tempat maksiat dan lain-lain.

Hakekat Puasa dalam pandangan Rasyid Ridha adalah:

Tarbiyat aliradat (pendidikan keinginan)

Keinginan atau kemauan merupakan fitrah manusia. Tapi tidak jarang kemauan atau keinginan yang dimiliki manusia tidak selamanya baik dan tidak pula selamanya buruk. Karena itu puasa dapat mendidik atau membimbing kemauan manusia baik yang positif maupun yang negatif. Dengan puasa, kemauan positif akan terus termotifasi untuk labih berkembang dan meningkat. Adapun kemauan negatif, puasa akan membimbing dan mengarahkan agar kemauan tersebut tidak terlaksana.

Adapun yang menyebabkan kamauan seseoarang ada yang positif dan yang negatif, sesuai yang diungkapkan oleh Imam Al-Gazali bahwa di dalam diri manusia terdapat sifat-sifat sebagaimana berikut ini:

Sifat Rububiyah, yaitu sifat yang mendorong untuk selalu berbuat baik.

Sifat Syaithoniyah, inilah sifat yang mendorong seseorang untuk berbuat kesalahan dan kejahatan.

Sifat Bahimiyah (kehewanan), sesuai dengan istilah yang diberikan pada manusia sebagai mahluk biologis.

Sifat Subuiyah, yaitu sifat kejam dan kezaliman yang terdapat dalam diri manusia.

Thariqat almalaikat

Malaikat merupakan makhluk suci, yang selalu taat dan patuh terhadap segala perintah Allah. Begitupun orang yang puasa ketaatannya merupakan suatu bukti bahwa jiwanya tidak dikuasai oleh hawa nafsunya. Juga, orang puasa akan mengalami iklim kesucian laksana seorang bayi yang baru lahir, jiwanya terbebas dari setiap dosa dan kesalahan. Inilah janji Allah yang akan diberikan untuk orang yang berpuasa dan melaksanakan setiap amalan ibadah pada bulan ramadhan.

Tarbiyat alilahiyyat (pendidikan ketuhanan)

Puasa merupakan sistem pendidikan Allah SWT dalam rangka mendidik atau membimbing manusia. Sistem pendidikan ini mengandung dua fungsi yaitu:

Sebagai sistem yang pasti untuk mendidik manusia supaya menjadi hamba tuhan yang taat dan patuh.

Sebagai suatu sistem yang dapat mendidik sifat rubbubiyyah (ketuhanan) manusia untuk dapat berbuat adil, sabar, pemaaf dan perbuatan baik lainnya.

Tazkiyat annafsi (penyucian jiwa)

Hakekat puasa yang keempat ini diungkapkan oleh Ibnu Qayim al Jauzi. Puasa dapat menjadi sarana untuk membersihkan berbagai sifat buruk yang terdapat dalam jiwa manusia. Adakalanya jiwa manusia akan kotor bahkan sampai berkarat terbungkus oleh noda dan sikap keburukan yang terdapat didalamnya. Maka wajar kalau puasa dapat menjadi penyuci jiwa.

Dalam ayat Al Quran surat Al Baqarah ayat 183 dijelaskan bahwa puasa berkaitan dengan keimanan dimana orang yang merasa di dalam dirinya ada iman, tentu akan bersedia mengubah kebiasaannya, menahan nafsunya, bersedia bangun malam untuk shalat tarawih dan makan sahur. Kemudian bersedia menahan diri dari makan, minum, berhubungan suami isteri, sejak terbit fajar hingga maghrib. Dengan demikian, perintah berpuasa adalah perintah khusus untuk orang-orang beriman. Bahkan dalam hadist Bukhari yang diriwayatkan oleh Abu Said r.a disebutkan tentang penyelamatan dari neraka akibat adanya keimanan yang hanya sebesar biji sawi - alat untuk menunjukkan tingkatan iman. Iman adalah sumber keselamatan, maka Allah SWT memerintahkan kepada orang beriman bukan orang bertakwa untuk melakukan ibadah puasa. Perintah puasa pun ditempatkan dalam keutamaan ibadah paling spesial, dengan menempatkan puasa sebagai sarana untuk menuju ketakwaan. Dengan meningkatnya derajat keimanan seseorang maka tingkat ketakwaan akan meningkat pula. Dengan puasa maka ketika keimanan meningkat yang berakibat kepada peningkatan ketakwaan manusia, pada titik itu akan timbul keseimbangan antara iman dan takwa.

Puasa adalah sarana untuk melakukan penyadaran akan pentingnya memelihara iman dengan cara mengetahui tubuh karena tubuh adalah alat paling dekat untuk mendekati hati yang merupakan alat untuk melayani jiwa. Dalam konteks ini puasa menjadi sarana untuk memelihara dan meningkatkan hubungan dengan Allah SWT sekaligus alat untuk meningkatkan ketakwaan untuk menuju iman tertinggi yakni pembebasan jiwa.

Hubungan antara shaum dan iman, pertama, shaum adalah pilar penting bagi tegaknya iman seseorang. Kedua, mengabaikan shaum Ramadhan akan merusak nilai iman seseorang di hadapan Allah azza wa jalla. Hal ini mengingat sangat personalnya hubungan seorang hamba dengan Allah SWT dalam melakukan aktivitas shaumnya. Semua amal perbuatan Bani Adam adalah kepunyaan Bani Adam sendiri, kecuali puasa. Puasa itu kepunyaan-Ku, dan Aku yang akan memberikan balasan(HR. Muslim). Ketiga, hanya orang beriman yang sanggup menyambut seruan Allah ini dengan konsisten karena keyakinan di qalb dan ikrar di lisan serta seluruh gerak raga seorang mukmin telah bersatu untuk selalu siap tunduk dan taat pada perintah dan menjauhi larangan Allah walau berat dan berisiko tinggi sekalipun. Keempat, hanya orang yang berimanlah yang ditolong Allah untuk mampu ihsan (menyembah Allah walau tak melihat Allah dan merasa yakin bahwa Allah memperhatikan semua ibadahnya walau ia tak dapat melihat Allah) dalam shaum. Sebab, tak akan mampu seorang hamba untuk ihsan kepada Allah tanpa pertolongan Allah.

DAFTAR PUSTAKAAbdul, Rokhman R. 2011. Puasa Membina Kepribadian Utama. [Online]. Tersedia: http://pakroli.blogspot.com/2011/08/puasa-membina-kepribadian-utama.html. [13 Maret 2014].

Aiqon. 2012. Pengertian Puasa. [Online]. Tersedia: http://aiqonganteng.blogspot.com/. [13 Maret 2014].

Hadi, Abdul. 2013. Pengertian Puasa. [Online]. Tersedia: http://softilmu.blogspot.com/2013/12/pengertian-puasa.html. [13 Maret 2014].

N, Karundeng Ninoy. 2013. Puasa, Sarana Mencapai Iman Tertinggi dalam Hablumminallah. [Online]. Tersedia: http://filsafat.kompasiana.com/2013/07/07/puasa-sarana-mencapai-iman-tertinggi-dalam-hablumminallah-575007.html. [13 Maret 2014].

Nasir, Bachtiar. 2011. Hubungan Iman dan Shaum. [Online]. Tersedia: http://jalmilaip.wordpress.com/2011/08/04/hubungan-iman-dan-shaum/. [13 Maret 2014].

Pengertian, Syarat, dan Rukun Puasa. [Online]. Tersedia: http://risalahrasul.wordpress.com/2008/09/20/pengertian-syarat-dan-rukun-puasa/. [13 Maret 2014].

05

SHALAT

Shalat merupakan ibadah yang penting dan utama bagi umat Islam. Begitu pentingnya shalat sehingga untuk memberikan perintah shalat Allah mengutus sendiri Rasulullah SAW untuk menghadap-Nya secara langsung. Sedangkan untuk perintah-perintah Allah yang lain selalu disampaikan kepada Rasulullah melalui perantaraan malaikat Jibril. Karena shalat merupakan ibadah yang terpenting bagi kehidupan umat, maka tentulah banyak mengandung hikmah baik ditinjau secara moral (rohani) maupun fisik (jasmani).

Diantara hikmah disyariatkannya shalat adalah untuk mensucikan jiwa dan menyebabkan seorang hamba merasa dekat dengan Allah SWT. Shalat juga dapat menghindarkan pelakunya dari perbuatan keji dan mungkar, seperti dalam Firman Allah SWT dalam surat Al Ankabut ayat 45 yaitu

Artinya: "Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar."(QS. Al Ankabut 45)Shalat yang khusu mewujudkan suatu ibadah yang benar-benar ikhlas, pasrah terhadap zat Yang Maha Suci dan Maha Mulia. Di dalam shalat tersebut kita meminta segala sesuatu dari-Nya, memohon petunjuk untuk mendapatkan jalan yang lurus, mendapat limpahan rahmat, rizki, barokah dan pahala dari-Nya. Oleh karena itu orang yang shalatnya khusu dan ikhlas karena Allah SWT akan selalu merasa dekat kepada-Nya dan tidak akan menghambakan diri, tidak akan menjadikan panutan selain daripada Allah SWT. Dengan kata lain segala sesuatu yang dilakukan hanyalah karena Allah dan hanya untuk mendapatkan ridlo dari Allah. Maka pantaslah jika Allah berfirman:

Artinya: "Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman (yaitu) orang-orang yang khusu dalam sembahyangnya". (QS. Al Muminuun 1-2)Di samping itu shalat juga membersihkan jiwa dari sifat-sifat yang buruk, khususnya cara-cara hidup yang materialis yang menjadikan urusan duniawi lebih penting dari segala-galanya termasuk ibadah kepada Allah. Kebersihan dan kesucian jiwa ini digambarkan dalam sebuah hadits: "Jikalau di pintu seseorang diantara kamu ada sebuah sungai dimana ia mandi lima kali, maka apakah akan tinggal lagi kotorannya (yang melekat pada tubuhnya) ? Bersabda Rasulullah saw: Yang demikian itu serupa dengan shalat lima waktu yang (mana) Allah dengannya (shalat itu) dihapuskan semua kesalahan."(HR. Abu Daud)Yang dimaksud kesalahan disini adalah yang berupa dosa-dosa kecil, sedangkan yang berupa dosa besar tetap wajib dengan bertaubat kepada Allah. Jadi pada hakekatnya shalat itu mendidik jiwa kita agar terhindar dari sifat-sifat takabur, sombong, tinggi hati, dan sebagainya, serta mengarahkan kita agar selalu tawakal dan berserah diri kepada Allah SWT. Hal ini karena pada dasarnya manusia selalu berkeluh kesah apabila ditimpa kesusahan dan bersifat kikir apabila mendapat kebaikan, ini sesuai dengan salah satu firman Allah :

Artinya: "Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan, maka ia berkeluh kesah dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya" (QS. Al Maaarij: 19-23)Apabila kita mendapat suatu musibah maupun kesulitan, maka kita harus memohon pertolongan kepada Allah dengan mengerjakan shalat dan bersabar serta tawakal.

Artinya: "Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusu." (QS. Al Baqarah 45) Artinya: "Hai orang-orang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS. Al Baqarah 153)Di dalam salah satu firman-Nya Allah juga menegaskan nilai positif dari shalat:

Artinya: "(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram." (QS. Ar Rad: 28)Disamping hal-hal di atas, shalat juga membina rasa persatuan dan persaudaraan antara sesama umat Islam. Hal ini dapat kita lihat antara lain, apabila seseorang shalat tidak dalam keadaan yang khusus pasti selalu menghadap kiblat yaitu Kabah di Masjidil Haram Mekah. Umat Islam di seluruh dunia mempunyai satu pusat titik konsentrasi dalam beribadah dan menyembah kepada Khaliq-nya yaitu Kabah, hal ini akan membawa dampak secara psikologis yaitu persatuan, kesatuan, dan kebersamaan umat. Contoh lain adalah pada shalat berjamaah, shalat berjamaah juga mengandung hikmah kebersamaan, persatuan, persaudaraan dan kepemimpinan dimana pada setiap gerakan shalat mamum mempunyai kewajiban mengikuti gerakan imam, sedangkan imam melakukan kesalahan, maka mamum wajib mengingatkan. Sehingga pada shalat berjamaah keabsahan maupun kebenaran dalam shalat lebih terjamin, dan diantara jamaah akan timbul rasa kebersamaan dan persatuan untuk menyelamatkan jamaah mereka. Ibarat orang berkendaraan, penumpang akan selalu ikut menjaga keamanan dan keselamatan kendaraan yang ditumpanginya. Oleh karena itu tidaklah berlebihan jika shalat berjamaah mendapatkan tempat yang lebih dibandingkan dengan shalat sendiri. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW: "Shalat berjamaah lebih utama (pahalanya) dua puluh derajat" (HR. Bukhary & Muslim dari Ibnu Umar)Shalat disamping mengandung hikmah secara moral seperti diuraikan diatas, juga mengandung hikmah secara fisik terutama yang menyangkut masalah kesehatan. Hikmah shalat menurut tinjauan kesehatan ini dijelaskan oleh DR. A. SABOE yang mengemukakan pendapat ahli-ahli (sarjana) kedokteran yang termasyhur terutama di barat. Mereka berpendapat sebagai berikut : Bersedekap, meletakkan telapak tangan kanan diatas pergelangan tangan kiri merupakan istirahat yang paling sempurna bagi kedua tangan sebab sendi-sendi, otot-otot kedua tangan berada dalam posisi istirahat penuh. Sikap seperti ini akan memudahkan aliran darah mengalir kembali ke jantung, serta memproduksi getah bening dan air jaringan dari kedua persendian tangan akan menjadi lebih baik sehingga gerakan di dalam persendian akan menjadi lebih lancar. Hal ini akan menghindari timbulnya bermacam-macam penyakit persendian seperti rheumatik. Sebagai contoh, orang yang mengalami patah tangan, terkilir maka tangan/lengan penderita tersebut oleh dokter akan dilipatkan diatas dada ataupun perut dengan mempergunakan mitella yang disangkutkan di leher. Ruku yaitu membungkukkan badan dan meletakkan telapak tangan diatas lutut sehingga punggung sejajar merupakan suatu garis lurus. Sikap yang demikian ini akan mencegah timbulnya penyakit yang berhubungan dengan ruas tulang belakang, ruas tulang pungung, ruas tulang leher, ruas tulang pinggang, dsb. Sujud, sikap ini menyebabkan semua otot-otot bagian atas akan bergerak. Hal ini bukan saja menyebabkan otot-otot menjadi besar dan kuat, tetapi peredaran urat-urat darah sebagai pembuluh nadi dan pembuluh darah serta limpa akan menjadi lancar di tubuh kita. Dengan sikap sujud ini maka dinding dari urat-urat nadi yang berada di otak dapat dilatih dengan membiasakan untuk menerima aliran darah yang lebih banyak dari biasanya, karena otak (kepala) kita pada waktu itu terletak di bawah. Latihan semacam ini akan dapat menghindarkan kita mati mendadak dengan sebab tekanan darah yang menyebabkan pecahnya urat nadi bagian otak dikarenakan amarah, emosi yang berlebihan, terkejut dan sebagainya yang sekonyong-konyong lebih banyak darah yang di pompakan ke urat-urat nadi otak yang dapat menyebabkan pecahnya urat-urat nadi otak, terutama bila dinding urat-urat nadi tersebut telah menjadi sempit, keras, dan rapuh karena dimakan usia. Duduk Iftrasy (duduk antara dua sujud & tahiyat awal), posisi duduk seperti ini menyebabkan tumit menekan otot-otot pangkal paha , hal ini mengakibatkan pangkal paha terpijit. Pijitan tersebut dapat menghindarkan atau menyembuhkan penyakit saraf pangkal paha (neuralgia) yang menyebabkan tidak dapat berjalan. Disamping itu urat nadi dan pembuluh darah balik di sekitar pangkal paha dapat terurut dan tirpijit sehingga aliran darah terutama yang mengalir kembali ke jantung dapat mengalir dengan lancar. Hal ini dapat menghindarkan dari pengakit bawasir. Duduk tawaruk (tahiyat akhir), duduk seperti ini dapat menghindarkan penyakit bawasir yang sering dialami wanita yang hamil. Kemudian duduk tawaruk ini juga dapat untuk mempermudah buang air kecil. Salam, diakhiri dengan menoleh ke kanan dan ke kiri. Hal ini sangat berguna untuk memperkuat otot-otot leher dan kuduk, selain itu dapat pula untuk menghindarkan penyakit kepala dan kuduk kaku.Dari penjelasan di atas, maka dapatlah disimpulkan bahwa sholat di samping merupakan ibadah yang wajib dan istimewa ternyata juga mengandung manfaat yang sangat besar bagi kesejahteraan dan kebahagiaan hidup umat manusia.DAFTAR PUSTAKA

B, Umar. 2010. Hikmah Shalat. [Online]. Tersedia: http://puskafi.wordpress.com/2010/04/28/hikmah-shalat/. [18 Maret 2014].

Beragam Manfaat dan Hikmah Shalat. [Online]. Tersedia: http://www.anneahira.com/hikmah-shalat.htm. [06 Maret 2014].

Filosofi Shalat. [Online]. Tersedia: https://id-id.facebook.com/notes/indahnya-islam-dan-manisnya-iman/filosofi-sholat/152466374918. [06 Maret 2014].

Kusuma, Fajar Adi. Hikmah Shalat Dalam Kehidupan Umat. [Online]. Tersedia: http://f-adikusumo.staff.ugm.ac.id/artikel/hikmah2.html. [18 Maret 2014].

06

IBADAH HAJI

Ibadah haji merupakan rukun islam yang ke lima. Banyak orang yang menginginkan untuk pergi beribahah haji ke Mekkah. Adapaun sebelum seseorang pergi berhaji harus mengetahui apa tujuannya melakukannya selain tujuan utamanya adalah menyempurnakan rukun islam yang kelima. Al Quran telah dengan jelas menerangkan apa tujuan dari ibadah haji dalam surat Al Baqarah ayat 125 dan 197 yaitu

Artinya: Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang itikaf, yang ruku dan yang sujud.(QS. Al Baqarah: 125) Artinya: (Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barang siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal. (QS. Al Baqarah: 197)Tujuan dari ibadah haji adalah untuk meraih ketakwaan, dengan menapaktilasi perjalanan Nabi Ibrahim dan keluarganya, agar kita merenungkan apa hikmah dibalik semua itu. Simbol dan Makna yang terkandung di dalam ibadah Haji. Ibadah Haji seluruhnya adalah simbol dan makna yang harus diketahui oleh calon jamaah Haji yang akan melaksanakannya. Salah satunya Haji sebagai Simbol perjuangan kemanusiaan. Mari kita cermati mulai dari cara Ihram, Thawaf mengelilingi ka'bah, Sa'i, Wuquf di Arafah, Melontar jumrah, Hajar Aswad, Qurban dan Tahallul. Semuanya merupakan ibadah yang penuh hikmah, makna dan simbolik.

IhramIhram yakni pakaian yang terdiri dari hanya selembar kain, tanpa sepatu dan tutup kepala. Pakaian ini seperti pakaian pengemis yang menjadi simbol dari peminta-minta, pengemis tidak pantas menggunakan pakaian yang menggambarkan kehebatan manusia dari sisi duniawi. Karena itu, pada diri seorang jamaah haji, tidak boleh lekat tubuhnya simbol kesombongan dan pada saat menunaikan haji itu. Manusia tidak boleh memiliki kesibukan lain kecuali kesibukan dalam rangka mencari perhatian dari Allah. Di hadapan Allah, semua manusia sama, kecuali ketakwaannya. Sementara pakaian sering kali bisa menjadi simbol perbedaan dan menggambarkan status sosial dan pengaruh kejiwaan.

Ini berarti, seorang haji harus menanggalkan segala macam perbedaan, keangkuhan dan status sosial dalam berinteraksi dengan kebenaran yang datang dari Allah. Karena itu sebagai seorang muslim kita tidak boleh mengukur kebenaran dari jabatan status sosial, harta dan sebagainya. Ihram dalam simbol persamaan derajat manusia dalam menghadap Allah SWT. Pakaian seperti itulah yang akan dikenakan setiap Muslim dalam menghadap Allah sesudah kematiannya. Dan itu pula sebabnya mengapa ibadah haji disebut juga dengan latihan untuk mati atau kembali kepada Allah. Karena itu, seorang haji semestinya telah memilki kesiapan yang lebih baik dalam bentuk amal saleh yang banyak untuk menghadapi kematian, kapan pun, dimana pun dalam kondisi keadaan pun juga. Allah berfirman dalam surat Al Kahfi ayat 110 yaitu

Artinya: Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya. (QS. Al Kahfi: 110) Thawaf mengelilingi ka'bahThawaf Secara harfiah berarti berkeliling atau mengitari sesuatu. Dalam Haji berarti prosesi mengelilingi, mengitari bangunan Ka'bah sebanyak tujuh kali. Ka'bah menurut Al Quran adalah rumah paling awal dibangun manusia. Ia sengaja dibangun sebagai symbol pusat rotasi kehidupan semesta. Ka'bah bagai matahari yang menjadi pusat tata surya yang dikelilingi oleh planet-planet. Ini sesungguhnya hendak menggambarkan bahwa seluruh alam semesta berputar tak pernah berhenti mengitarinya, sambil menyenandungkan pujian dan memahasucikan Allah, Penciptanya. "Yusabbihu Lahu ma fi al Samawati wa al Ardh".

Thawaf adalah simbol perjuangan manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah, menyatukan langkah, pikiran dan hati manusia dalam nuansa hati yang sepenuhnya pasrah kepada dan menuju ke satu titik dari mana mereka berasal dan ke mana pula mereka akan kembali. Titik itu tidak lain adalah Allah. Dia adalah pusat eksisensi kepada siapa seluruh alam semesta, termasuk manusia harus mengabdidan menghambakan diri, karena Dialah Penciptanya. Perjuangan hidup manusia seharusnya memang di arahkan dalam kerangka ini dan bukan ke arah dan dalam kerangka yang lain. "Siapa yang mencari cara hidup selain menundukkan dan memasrahkan diri kepada Tuhan, maka tidak akan diterima, dan dia akan sengsara di hari kemudian".

Sa'i/Berlari KecilSa'i secara literal berarti berusaha dan bekerja keras. Dalam ibadah haji berarti prosesi berjalan kaki dan kadang-kadang berlari kecil, dari bukit Shafa ke bukit Marwah. Ini adalah simbol perjuangan manusia untuk mempertahankan eksistensi (hidup) yang tak pernah berhenti. Tujuh sering kali adalah angka kiasan untuk arti banyak dan tak terbatasi. Simbol ini pada mulanya ditampilkan melalui kisah seorang perempuan bernama Siti Hajar. Ia mencari air di lembah yang tandus untuk Ismail, seorang bayi yang baru saja dilahirkannya. Bayi ini anak hasil perkawinanya dengan Nabi Ibrahim As. Kelahirannya sudah lama diidamkan ayahnya. Sayang begitu lahir, atas perintah Allah, Ibrahim harus meninggalkan sang anak dan ibunya ke Palestina. Di tanah yang tandus, kering kerontang, tanpa tumbuhan itu, kedua anak manusia yang lemah itu harus berjuang untuk hidup. Sesuatu yang dicari sang ibu adalah air, karena air adalah sumber utama kehidupan, sekaligus kesuburan bagi manusia dan alam. Allah mengatakan:

Artinya: Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman. (QS.Al Anbiya: 30) Allah lalu menganugerahi nya air Zam-zam. Ada bilang "Tham-Tham" (Tha'am = makanan).

Wuquf di ArafahWuquf di Arafah. Makna harfiyahnya adalah berhenti, berdiam diri sejenak di area tanah yang maha luas dan kering, di Arafah yang konon merupakan bertemunya kembali nabi Adam As dan Siti Hawa. Dalam ibadah haji Wuquf berarti berada di Arafat untuk berizikir, berdoa, dan berkontempelasi. Wukuf adalah kegiatan yang paling utama. "Al Hajj Arafah",kata Nabi. Begitu utamanya sehingga para jamaah yang tidak sempat berada di tempat ini, belum dianggap telah melaksanakan haji. Dia harus mengulangi hajinya pada kesempatanyang lain. Prosesi ini merupakan contoh atau gambaran keberadaan manusia yang dicita-citakan Allah. Di tempat ini semua manusia dari berbagai pelosok dunia dengan berbagai bahasa, suku, warna kulit, tradisi, aliran keagamaan, kebangsaan, jabatan, pangkat dan lain-lain bersatu dan bersama-sama menghadap Allah sebagai penguasa alam semesta satu-satunya. Kedudukan mereka di hadapan Allah adalah sama. Orang yang paling dimuliakan dan dihargai Allah adalah orang yang paling taqwa, orang yang paling ikhlas mengesakan Allah dan paling banyak amal baiknya. Arafah juga merupakan gambaran di dunia bagaimana kelak di hari kiamat semua manusia akan dikumpulkan dan menunggu keputusan Allah akan nasib sesudahnya, apakah akan dimasukkan ke dalam surga atau ke neraka. Sama seperti di tempat ini, semua manusia di padang Mahshyar kelak, dalam keadaan tanpa membawa apa-apa dan hanya akan membawa iman dan amalnya masing-masing sekaligus mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah. Di Mahsyar kelak, tidak adalagi harta, kekuasaan, kekerabatan, pertemanan dan keluarga yang bisa menolongatau membantunya. Allah berfirman:

Artinya: "Hari di mana harta dan anak-anak tak akan berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. Dan di hari itu didekatkanlah surga kepada orang-orang yang bertaqwa, dan diperlihatkan dengan jelas neraka kepada orang-orang yang sesat. (QS.Ash Syu'ara: 88-89).

Di Arafah, 15 abad yang lalu, Nabi besar Muhammad saw, menyampaikan pidato sebagai pesan terakhirnya yang ditujukan kepada seluruh umat manusia. Pidato Nabi yang disampaikannya di atas untanya tersebut dihadiri oleh sekitar100 ribu orang. Isi dari pidato tersebut antara lain sebagai berikut: "Wahai manusia, dengarkanlah perkataanku ini, karena aku tidak tahu apakah aku dapat menjumpaimu lagi setelah tahun ini di tempat wukuf ini.

"Wahai manusia. Sesungguhnya darah kamu dan harta kekayaan kamu merupakan kemuliaan bagi kamu sekalian, sebagaimana mulianya hari ini di bulanyang mulia ini, di negeri yang mulia ini. Ketahuilah sesungguhnya segal atradisi jahiliyah mulai hari ini tidak berlaku lagi. Segala sesuatu yang berkaitan dengan perkara kemanusiaan (seperti pembunuhan, dendam, danlain-lain) yang telah terjadi di masa jahiliyah, semuanya batal dan tidak boleh berlaku lagi. "Wahai manusia. Aku berwasiat kepada kalian, perlakukanlah perempuan dengan baik. Kalian sering memperlakukan mereka seperti tawanan. Kalian tidakberhak memperlakukan mereka kecuali dengan baik (kesantunan)".

"Wahai manusia, aku berwasiat kepadamu, perlakukan isteri-isterimu dengan baik. Kalian telah mengambilnya sebagai pendamping hidupmu berdasarkan amanat Allah, dan kalian dihalalkan berhubungan suami-isteri berdasarkan sebuah komitmen untuk kesetiaan yang kokoh".Dan masih banyak Pidato Rasulullah ketika di arafah.

Melontar jumrahJumrah adalah melempar batu di tiga tempat di Mina, masing-masing tujuh kali. Pada tanggal 10 Dzulhijah para haji hanya dibolehkan melempar 7 batu di satu tempat saja, yang disebut Jumrah Aqabah/Kubra. Tanggal 11 dan 12 Dzulhijah, mereka wajib melakukannya di tiga tempat: Ula, Wusta, dan Aqabah. Jumrah adalah simbol perjuangan manusia untuk membersihkan hati dengan membuang dan melemparkannya jauh-jauh kecenderungan-kecenderungan egoistik yang seringkali menyesatkan bahkan menyengsarakan manusia yang lain. Jumrah sering digambarkan bagai mengusir setan, karena makhluk inilah punya karekter yang selalu ingin menyesatkan manusia. Angka tujuh menunjukkan sekali lagi bahwa perjuangan ini tidak boleh berhenti. Ini karena dalam diri manusia ada kecenderungan melampiaskan nafsunya secara tak terkendali dan acapkali diarahkan untk menghancurkan kemanusiaan. Allah menyatakan:

Artinya: "Sesungguhnya hawa nafsu selalu menggerakkan manusia ke arah tindakan-tindakan yang buruk". (QS.Yusuf: 53). TahallulTahalul artinya halal. Bagi jamaah haji, setelah tahalul dengan menggunting atau mencukur rambut, berarti apa-apa yang semula tidak diperbolehkan untuk dilakukan, sekarang menjadi boleh. Ini berarti, seorang haji hanya malakukan hal-hal yang dibolehkan oleh Allah dan Rasul-Nya, hal-hal yang diharamkan, baik itu yang menyenangkan atau menguntungkan, maka dia tidak akan melakukannya. Dengan demikian, setelah seorang muslim menunaikan ibadah haji, dia dituntut membuktikan kemabruran hajinya itu dengan sikap dan perilaku yang sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

Hajar Aswad

Mengapa Tuhan memilih Hajar sebagai simbol. Hajar diindentifikasi dengan sejumlah identitas sosial-kultural-politik. Hajar adalah perempuan, berkulit hitam, budak dan berkasta rendah. Seluruh identitasnya adalah rendah dalam pandangan masyarakatnya ketika itu. Akan tetapi ia adalah seorang perempuan yang bertanggung jawab. Ali Syari'ati mengatakan: "Ia seorang ibu yang mencinta,sendirian, mengelana, mencari dan menanggungkan penderitaan dan kekhawatiran,tanpa pembela dan tempat berteduh, terlunta-lunta, terasing dari masyarakatnya,tidak mempunyai kelas, tidak mempunyai ras dan tidak berdaya. Ia seorang yangkesepian, seorang korban seorang asing yang terbuang dan dibenci". (AliSyari'ati, Haji, hlm.47)

Melalui Hajar, Tuhan tengah memperlihatkan pembelaan dan perhatian-Nya kepada nya justru manakala masyarakat manusia mencampakkannya hanya karena jenis kelaminnya yang perempuan. Tuhan juga membelanya karena dia dilekati identitas-identias sosial yang juga sering dipandang rendah, kelas dua, tak berharga oleh masyarakatnya. Tetapi Allah justru menghargainya. Melalui Siti Hajar, Tuhan sedang menunjukkan bahwa manusia adalah sama di hadapan-Nya dan harus dihormati, apapun jenis kelamin dan apapun identitas sosialnya. Allah menyatakan: "Dan Sungguh, Kami (Allah), memuliakan Anak-anak Adam". Yang menarik lagi adalah bahwa Siti Hajar, isteri nabi Ibrahim, bapak para Nabi itu, sungguh, tidak berjuang hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk seorang anak manusia yang tidak berdaya, seorang bayi,yang kelak menjadi Nabi dan utusan Tuhan dan demi keluarganya. Maha Suci dan Maha Agung Allah, sangat menakjubkan, karena sampai hari ini air zam-zam terus mengalir deras, tanpa pernah kering sampai hari ini. Ia adalah air yang bersih dan jernih. Bermiliar orang dari seluruh dunia telah meminumnya. Zam-zam melambangkan sumber kehidupan yang bersih, sehat dan halal. Ini sesungguhnya mengarahkan manusia agar mencari sumber kehidupan yang bersih dan halal. "Tuhan adalah Maha Bersih dan hanya merestui makanan yang bersih (halal)", kata Nabi.

Qurban saat Haji

Simbol Haji yang Selanjutnya adalah Qurban. Secara harfiah qurban berarti dekat atau mendekatan diri. Dalam Haji qurban berarti mendekatkan diri kepada Allah, melalui penyembelihan ternak. Memenuhi seruan Tuhan dengan cara menyembelih hewan pada peristiwa ini adalah salah satu bentuk ketaqwaan kepada-Nya. Al Quran menyebutkan:

Artinya: "Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itusebagai bagian dari syiar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak dari halitu. Dan daging-daging unta dan darahnya sama sekali tidak akan dapat mencapaiTuhan. Tetapi ketaqwaan kamulah yang dapat mencapainya". (QS.Al Hajj: 36-37). Qurban adalah simbol perjuangan manusia mewujudkan solidaritas social ekonomi demi kesejahteraan bersama. Allah menyatakan: "Kemudian bila (hewan itu) telah roboh, maka makanlah sebagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan keberadaannya (kemiskinannya) dan orang yang minta-minta". Seorang penafsir modern Rasyid Ridha menyatakan bahwa ibadah qurban melambangkan perjuangan kebenaran yang menuntut tingkat kesabaran, ketabahan dan pengorbanan yang tinggi. Pandangan ini mengajak kita untuk menaruh perhatian yang tinggi kepada dimensi moral dan perjuangan kemanusiaan ini. Dan semua harus terus diperjuangkan bagi terwujudnya keadilan dan kesejahteraan sosial. Kepemihakan Islam terhadap komunitas manusia yang miskin atau dimiskinkan oleh struktur sosialnya merupakan komitmen utama Islam.Menyembelih hewan adalah menyembelih sifat-sifat kebinatangan yang menyesatkan dan yang sering kali tidak peka dan tak peduli terhadap penderitaan orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zaenal. 2012. Ibadah Haji Penuh Simbol dan Makna. [Online]. Tersedia: http://www.travelhajiumroh.web.id/2012/07/ibadah-haji-penuh-simbol-makna.html. [14 Maret 2014].

Arifin, Muhammad. 2001. Hikmah dan Makna Simbolik Ibadah Haji. [Online]. Tersedia: https://www.mail-archive.com/[email protected]/msg03619.html. [14 Maret 2014].

Diedit, Cita. 2014. Makna Ibadah Haji. [Online]. Tersedia: http://www.lebaran.com/kisah/item/391-makna-ibadah-haji.html. [14 Maret 2014].

Subakir. 2011. Makna dan Hikmah Dalam Ibadah Haji. [Online]. Tersedia: http://www.jernih.net/?p=528. [14 Maret 2014].

Cara Melaksanakan Shalat Fardu

Bila kamu hendak menjalankan shalat, maka bacalah: "Allahu Akbar" (1) dengan ikhlas niyatmu karena Allah (2) seraya mengangkat kedua belah tanganmu sejurus bahumu, mensejajarkan ibu jarimu pada daun telingamu (3) Lalu letakkanlah tangan kananmu pada punggung telapak tangan kirimu di atas dadamu (4) lalu bacalah do'a iftitah:"Alla-humma ba-'id baini-wa baina khatha-yaya-kama-ba-'adta bainal masyriqi wal maghrib. Alla-humma naqqini- minal-khatha-ya- kama-yunaqqats tsaubul abyadlu minad danas. Alla-hummaghsil-khatha-ya-ya bilma-i wats tsalji wal barad." (5) atau: "Wajjahtu wajhiya lilladzifatharas-sama-wa-ti wal ardla hani-fan musliman wa ma- ana minal musyriki-n. Inna shala-ti wa nusuki- wa mahya-ya wa mama-ti lillahi-hi rabbil 'a-lami-n. Lasyari-kalahu- wa bidza-lika umirtu wa ana awwalul muslimi-n (wa ana minal muslimi-n." Alla-humma antal maliku la-ila-ha illa-anta, anta rabbi- wa ana-'abduka, dlalamtu nafsi- wa'taraftu bidzambi- fagh firli- dzunu-bi- jami-'an. Layagh-firudz dzunu-ba illa- anta, wah dini-liahsanil akhla-qi la-yahdil liahsanihailla-anta. Washrif 'anni- sayyiaha- la-yashrifu 'anni- sayyiaha- illa- anta. Labbaika-wa sa'daika wal khairu kulluhu- fi-yadaika, wasysyarru laisa ilaika. Ana bika wailaika. Taba-rakta wa ta'a-laita astaghfiruka wa atu-bu ilaika." (6) Lalu berdo'a mohon perlindungan dengan membaca: "A'u-dzu billa-himinasy syaitha-nir raji-m" (7) dan membaca: "Bismilla-hirrahmani-nirrahi-m" (8) lalu bacalah surat al-Fatihah (9) dan berdo'alah sesudah itu :a-mi-n" (10)Kemudian bacalah salah satu surat daripada al-Qur'an (11) dengan diperhatikan artinya dan dengan perlahan-lahan (12) Kemudian angkatah kedua belah tanganmu seperti dalam takbir permulaan (13) lalu ruku'lah (14) dengan bertakbir (15) seraya melempangkan (meratakan)punggungmu dengan lehermu, memegang kedua lututmu dengan dua belahtanganmu (16) , sementara itu berdo'a: "Subha-nakalla-humma rabbana- wa-bihamdikalla-hummaghfirli." (17), atau berdo'alah dengan salah satu do'a dari Nabi saw. (18) Kemudian angkatlah kepala untuk i'tidal (19) dengan mengangkat kedua belah tanganmu seperti dalam takbiratul ihram dan berdo'alah: "Sami'allahu iman haidah" dan bila sudah lurus berdiri berdo'alah: "Rabbana- wa lakalhamd" (20). Lalu sujudlah (21) dengan bertakbir (22) letakkanlah kedua lututmu dan jari kakimu di atas tanah, lalu kedua tanganmu, kemudian dahi dan hidungmu (23) dengan menghadapkan ujung jari kakimu ke arah Qiblat serta merenggangkan tanganmu daripada kedua lambungmu dengan mengangkat sikumu (24). Dalam bersujud itu hendaklah kamu berdo'a: "Subha-nakalla-humma rabbana- wa bihamdikalla-hummaghfirli." (25) atau berdo'