Afrida, S.Pd

75
PENERAPAN METODE CERITA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SD KELAS RENDAH DENGAN BONEKA BERKARAKTER SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN Ditulis Untuk Memenuhi Persyaratan Lomba Karya Tulis Ilmiah OLEH : AFRIDA, S.Pd. YAYASAN PENDIDIKAN CEMARA ASRI

Transcript of Afrida, S.Pd

Page 1: Afrida, S.Pd

PENERAPAN METODE CERITA UNTUK MENINGKATKAN

PEMAHAMAN SISWA SD KELAS RENDAH DENGAN

BONEKA BERKARAKTER SEBAGAI

MEDIA PEMBELAJARAN

Ditulis Untuk Memenuhi Persyaratan Lomba Karya Tulis Ilmiah

OLEH :

AFRIDA, S.Pd.

YAYASAN PENDIDIKAN CEMARA ASRI

SD CHANDRA KUSUMA

DELISERDANG

2011

Page 2: Afrida, S.Pd

2

Page 3: Afrida, S.Pd

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Penerapan Metode Cerita untuk Meningkatkan Pemahaman

Siswa SD Kelas Rendah dengan Boneka Berkarakter sebagai

Media Pembelajaran

Nama : Afrida, S.Pd.

Sekolah : SD Chandra Kusuma Deliserdang

Mengesahkan, Deliserdang, 14 Februari 2011

Kepala Sekolah SD Chandra Kusuma Penulis

Dra.Helena Moore Afrida, S.Pd.

i

Page 4: Afrida, S.Pd

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillahi Rabbil’Alamin, penulis ucapkan kehadirat Allah SWT,

karena dengan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan

karya tulis ilmiah ini. Sholawat beriringan salam juga penulis persembahkan

kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa kabar

tentang pentingnya ilmu bagi kehidupan di dunia dan akhirat kelak.

Penulis dalam hal ini memberanikan diri untuk menulis sebuah karya tulis

ilmiah yang berjudul “Penerapan Metode Cerita untuk Meningkatkan

Pemahaman Siswa SD Kelas Rendah dengan Boneka Berkarakter sebagai

Media Pembelajaran “.

Dalam merampung tulisan ini, penulis banyak menghadapi hambatan baik

dari segi teknis, waktu, tenaga, serta biaya. Namun, dengan petunjuk dan rahmat

Allah SWT serta bantuan bimbingan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis

dari berbagai pihak, maka penulisan karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan

sebagaimana mestinya.

Dalam kesempatan ini, dengan ketulusan hati penulis mengucapkan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Malahayati Holland, selaku Kepala Yayasan Pendidikan Cemara Asri

Sekolah Chandra Kusuma Deliserdang yang telah memberikan kesempatan

ii

Page 5: Afrida, S.Pd

dan kepercayaan kepada penulis untuk ikut serta dalam perlombaan karya tulis

ilmiah pada kegiatan “Science Competition Expo 2011”.

2. Ibu Dra.Helena Moore, selaku Kepala Sekolah SD Chandra Kusuma

Deliserdang yang telah memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis

dalam penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini.

3. Ibunda dan Alm.Ayahanda, selaku orang tua penulis yang selalu mendo’akan

penulis serta memberikan bantuan baik moril maupun materil yang tiada

putus-putusnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan karya ilmiah

ini.

Kepada semua pihak yang telah membantu, saya tidak bisa membalas jasa

yang telah diberikan kepada saya, hanya kepada Allah SWT jualah saya berserah

diri dan semoga semua apa yang telah diberikan itu mendapat imbalan yang

setimbalnya.

Penulis menyadari dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini mungkin

masih banyak kekurangan-kekurangan yang terdapat di dalamnya, untuk itu

penulis sangat mengharapkan saran dan masukan yang bersifat membangun demi

kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Akhir kata penulis berharap semoga karya

tulis ilmiah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis sendiri dan orang lain

pada masa yang akan datang

Deliserdang, Februari 2011

Penulis

Afrida, S.Pd.

iii

Page 6: Afrida, S.Pd

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………. i

KATA PENGANTAR…………………………………………………….. ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………..... iv

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………........................ v

ABSTRAK……………………………………………………………….... vi

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….... 1

A. Latar Belakang Masalah………………………………………........ 1

B. Perumusan Masalah……………………………………………….. 3

C. Tujuan Penulisan…………………………………………………... 4

D. Manfaat Penulisan……………………………………………......... 4

BAB II LANDASAN TEORI…………………………………………….. 5

A. Landasan Teori…………………………………………………….. 5

B. Penelitian yang Relevan………………………………………........ 15

C. Kerangka Berfikir…………………………………………………. 16

BAB III PEMBAHASAN………………………………………………… 19

A. Informasi Mengenai Metode Cerita……………………………...... 19

B. Metode Cerita dapat Meningkatkan Pemahaman Siswa SD

Kelas Rendah……………………………………………………… 20

C. Bentuk Penerapan Metode Cerita untuk Meningkatkan

Pemahaman Siswa SD Kelas Rendah……………………………… 22

D. Contoh Cerita yang Digunakan dalam Metode Cerita…………….. 25

E. Boneka Berkarakter Dijadikan sebagai Media Pembelajaran

dalam Penerapan Metode Cerita untuk Meningkatkan Pemahaman

Siswa SD Kelas Rendah…………………………………………… 27

BAB IV PENUTUP………………………………………………………. 31

A. Kesimpulan………………………………………………………… 31

B. Saran……………………………………………………………….. 32

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 34

LAMPIRAN-LAMPIRAN………………………………………………. 35

iv

Page 7: Afrida, S.Pd

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara

2. Contoh Cerita untuk Mata Pelajaran Sains

3. Contoh Cerita untuk Mata Pelajaran Matematika

4. Pernyataan Keaslian Tulisan

5. Biodata Penulis

v

Page 8: Afrida, S.Pd

Penerapan Metode Cerita untuk Meningkatkan PemahamanSiswa SD Kelas Rendah dengan Boneka Berkarakter

sebagai Media Pembelajaran

Afrida, S.Pd.SD Chandra Kusuma Deliserdang

ABSTRAK

Permasalahan dalam karya tulis ilmia ini yaitu : (1) Apa yang dimaksud dengan metode cerita, (2) Mengapa metode cerita dapat meningkatkan pemahaman siswa SD kelas rendah, (3) Bagaimanakah bentuk penerapan metode cerita untuk meningkatkan pemahaman siswa SD kelas rendah dan (4) Mengapa boneka berkarakter dapat dijadikan sebagai media pembelajaran dalam penerapan metode cerita untuk meningkatkan pemahaman siswa SD kelas rendah. Tujuan penulisan karya ilmiah ini yaitu : (1) Mengetahui informasi mengenai metode cerita, (2) Mengetahui alasan mengapa metode cerita dapat meningkatkan pemahaman siswa SD kelas rendah, (3) Mendeskripsikan bentuk penerapan metode cerita untuk meningkatkan pemahaman siswa SD kelas rendah dan (4) Mengetahui alasan mengapa boneka berkarakter dapat dijadikan sebagai media pembelajaran dalam penerapan metode cerita untuk meningkatkan pemahaman siswa SD kelas rendah. Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa : (1) Metode cerita merupakan metode yang efektif dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman siswa SD kelas rendah karena metode cerita dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan menggembirakan dengan penuh dorongan dan motivasi sehingga pelajaran atau materi pendidikan itu dapat mudah diberikan, (2) Dalam melaksanakan metode cerita guru harus memiliki persiapan yang matang mulai dari mempersiapkan materi yang akan diajarkannya, mempersiapkan cerita yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan, mempersiapkan alat peraga yang sesuai untuk digunakan dan mempersiapkan diri untuk menceritakan sebuah cerita dengan gaya bahasa dan mimik yang baik sehingga para siswa tertarik untuk mendengarnya, (3) Metode cerita dapat digunakan dalam setiap mata pelajaran baik di bidang Sains, Matematika dan Sosial hanya saja tugas gurulah untuk mencari atau mengarang cerita yang sesuai dengan materi pelajaran yang akan diajarkan dan (4) Boneka berkarakter dapat dijadikan sebagai media pembelajaran yang edukatif dalam melaksanakan metode cerita. Kegiatan pertunjukkan boneka berkarakter dapat memberikan cara yang baik untuk menyalurkan dan menyampaikan masalah dan perilaku siswa. Dalam memanfaatkan media ini dapat memberikan kondisi pembelajaran yang menyenangkan dan saling melengkapi antara guru dan siswa untuk memasukkan ide-ide dan pengalaman individu masing-masing.Kata kunci : metode cerita, boneka berkarakter, media pembelajaran,

pemahaman siswa SD kelas rendah

vi

Page 9: Afrida, S.Pd

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penggunaan metode pembelajaran dan pengembangannya dapat dikatakan

berhasil, harus dilihat dari sudut input, proses, hingga output pembelajaran. Pada

sisi input, pembelajaran harus memiliki konsep-konsep yang jelas, pebelajar yang

jelas, dan perencanaan pembelajaran yang disiapkan secara terencana sesuai

dengan tuntutan kurikulum dan silabus. Dari sudut proses, sebuah pembelajaran

harus memiliki sumber-sumber yang sesuai, memiliki model yang pas dengan

bidang studi yang akan diajarkan, dan memiliki kesesuaian antara audien

pebelajar dengan suasana belajar yang berlangsung. Dari sudut output,

pembelajaran harus dapat memberikan kontribusi kepada siswa dan dapat

dikembangkan bagi proses pendewasaan, pengayaan keterampilan, dan penguatan

ilmu pengetahuan.

Memang tidak gampang mewujudkan pembelajaran yang berhasil dan

efektif. Hal ini selain membutuhkan kesungguhan guru untuk mau

mengembangkan metode-metode pembelajarannya, sesuai dengan kriteria siswa

yang dihadapi, juga dituntut adanya kreativitas dan kecerdasan guru yang tinggi

untuk mengkreasikan sumber-sumber pembelajaran yang ada dan

memanfaatkannya secara proporsional.

1

Page 10: Afrida, S.Pd

Metode pembelajaran yang berhasil lebih menekankan kesimbangan antara

kebutuhan si pebelajar dengan pemenuhan pembelajaran yang dilaksanakan guru.

Metode pembelajaran yang berhasil lebih mengutamakan kekuatan siswa dan

sumber yang dihadapi. Saat ini banyak metode pembelajaran yang dapat

digunakan oleh guru dalam pembelajaran salah satunya adalah metode cerita.

Metode cerita merupakan metode pembelajaran yang dilakukan guru kepada

siswa-siswanya atau guru bercerita kepada pendengarnya. Cerita adalah

penggambaran tentang sesuatu secara verbal (Rahman, 2002:89). Cerita dapat

digunakan sebagai alat untuk merangsang aspek perkembangan anak karena cerita

dan aktivitas bercerita identik dengan anak-anak.

Jika dikaitkan dengan proses belajar mengajar, maka metode cerita sangat

sesuai diterapkan bagi siswa SD kelas rendah yakni kelas 1, 2 dan 3. Karena dunia

anak berbeda dengan dunia orang dewasa, dunia anak itu dunia bermain, dunia

yang penuh imajinasi, dunia berkembangnya aktivitas motorik, dan perkembangan

fisik, dunia mengenal konsep-konsep baru, dunia berkembangnya moral dan

emosi, dan sebagainya. Selanjutnya Musfiroh (2005:78) mengungkapkan bahwa

anak memperoleh beberapa manfaat melalui cerita antara lain, mengasah imajinasi

anak, mengembangkan kemampuan berbahasa, mengembangkan aspek sosial,

mengembangkan aspek moral, mengembangkan aspek emosi, menumbuhkan

semangat berprestasi, dan melatih konsentrasi anak. Cerita dijadikan sebagai

metode pembelajaran yang menyenangkan. Namun, seorang guru atau orang tua

harus membaca terlebih dahulu cerita-cerita yang akan diberikan, guna

menyeleksi kelayakannya untuk dibaca oleh anak-anak agar cerita-cerita itu tidak

2

Page 11: Afrida, S.Pd

merusak mental anak. Sebab banyak cerita-cerita yang menanamkan cara berfikir

yang salah pada anak dan bertentangan dengan watak manusia.

Metode cerita merupakan salah satu metode pembelajaran yang efektif

untuk meningkatkan pemahaman siswa dan menarik minat belajar siswa di kelas

khususnya siswa SD kelas rendah. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk menulis

karya ilmiah yang berjudul “Penerapan Metode Cerita untuk Meningkatkan

Pemahaman Siswa SD Kelas Rendah dengan Boneka Berkarakter sebagai

Media Pembelajaran “.

B. Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan

masalah yang akan dikaji adalah :

1. Apa yang dimaksud dengan metode cerita?

2. Mengapa metode cerita dapat meningkatkan pemahaman siswa SD kelas

rendah?

3. Bagaimanakah bentuk penerapan metode cerita untuk meningkatkan

pemahaman siswa SD kelas rendah?

4. Mengapa boneka berkarakter dapat dijadikan sebagai media pembelajaran

dalam penerapan metode cerita untuk meningkatkan pemahaman siswa SD

kelas rendah?

3

Page 12: Afrida, S.Pd

C. Tujuan Penulisan

Penulisan ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui informasi mengenai metode cerita.

2. Mengetahui alasan mengapa metode cerita dapat meningkatkan

pemahaman siswa SD kelas rendah.

3. Mendeskripsikan bentuk penerapan metode cerita untuk meningkatkan

pemahaman siswa SD kelas rendah.

4. Mengetahui alasan mengapa boneka berkarakter dapat dijadikan sebagai

media pembelajaran dalam penerapan metode cerita untuk meningkatkan

pemahaman siswa SD kelas rendah.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan ini adalah :

1. Penulisan ini diharapkan bermanfaat bagi penulis untuk menambah

wawasan dan pengetahuan dalam penulisan karya ilmiah.

2. Penulisan ini diharapkan bermanfaat bagi para pendidik untuk dapat

menerapkan dan mengembangkan metode cerita dalam upaya

meningkatkan pemahaman siswa SD kelas rendah dengan boneka

berkarakter sebagai media pembelajaran.

3. Penulisan ini diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmu pengetahuan dan

dapat pula memberikan dukungan untuk membentuk metode pembelajaran

yang inovatif dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di bidang

Sains, Matematika, dan Sosial.

4

Page 13: Afrida, S.Pd

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Metode Cerita sebagai Metode Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran banyak metode yang digunakan oleh seorang

guru untuk menyampaikan informasi atau massage lisan kepada siswa tentu

berbeda dengan cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai

pengetahuan, keterampilan, serta sikap. Metode yang digunakan untuk

memotivasi siswa agar mampu menggunakan pengetahuan untuk memecahkan

suatu masalah yang dihadapi ataupun untuk menjawab suatu pertanyaan akan

berbeda dengan metode yang digunakan untuk tujuan agar siswa mampu berpikir

dan mengemukakan pendapatnya sendiri di dalam menghadapi segala persoalan.

Macam-macam metode pembelajaran menurut Roestiyah (2001:5-7)

adalah sebagai berikut:

a. Metode DiskusiMetode diskusi adalah salah satu teknik belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Di dalam diskusi ini proses interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat terjadi juga semuanya aktif tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja.

b. Metode Kerja kelompokMetode ini sebagai salah satu cara mengajar, dimana siswa di dalam kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok.

c. Penemuan (Discovery)Teknik penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund discovery adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Yang dimaksudkan dengan proses mental tersebut antara lain ialah : mengamati, mencerna,

5

Page 14: Afrida, S.Pd

mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya.

d. SimulasiSimulasi adalah tingkah laku seseorang untuk berlaku seperti yang dimaksudkan, dengan tujuan agar orang itu dapat mempelajari lebih mendalam tentang bagaiman orang itu merasa dan berbuat sesuatu.

e. Unit TeachingUnit teaching sebagai teknik mengajar mempunyai pengertian yang khusus ialah metode ini memberi kesempatan kepada siswa belajar secara aktif dan guru dapat mengenal dan menguasai cara belajar secara unit.

f. Micro TeachingMikro teaching berarti sesuatu kegiatan pembelajaran dimana segalanya dikecilkan atau disederhanakan.

g. Sumbang Saran (Brain-Storming)Sumbang saran adalah suatu teknik atau metode pembelajaran yang dilaksanakan oleh siswa di dalam kelas dengan melontarkan suatu masalah ke kelas oleh guru, kemudian siswa menjawab atau menyatakan pendapat, atau komentar sehingga mungkin masalah tersebut berkembang menjadi masalah baru, atau dapat diartikan pula sebagai suatu cara untuk mendapatkan banyak ide dari sekelompok manusia dalam waktu yang sangat singkat.

h. InquiryInquiry adalah istilah dalam bahasa Inggris, ini merupakan suatu teknik atau metode yang digunakan dosen untuk mengajar di depan kelas. Adapun pelaksanaannya adalah sebagai berikut : guru membagi tugas meneliti sesuatu masalah ke kelas, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan.

i. EksperimenEksperimen yang dimaksud adalah salah satu metode pembelajaran, dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang suatu hal, mengenai prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampai-kan ke kelas dan dievaluasi oleh dosen.

j. DemonstrsiDemonstrasi adalah metode pembelajaran dimana seorang instruktur/tim guru menunjukkan, memperlihatkan sesuatu proses misalnya merebus air sampai mendidih, sehingga mahasiswa dalam kelas dapat melihat, mengamati, mendengar mungkin meraba-raba dan merasakan proses yang ditunjukkan oleh dosen tersebut.

k. KaryaWisataMetode karya wisata, ialah metode pembelajaran yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau objek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari/menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu, suatu bengkel mobil, toko serba ada, suatu peternakan atau perkebunan, museum dan sebagainya.

6

Page 15: Afrida, S.Pd

l. Kerja Lapangan Yang dimaksud dengan metode kerja lapangan ialah cara mengajar dengan jalan mengajak siswa kesuatu tempat di luar sekolah, yang bertujuan tidak hanya sekedar melakukan observasi atau peninjauan saja, tetapi langsung terjun turut aktif/berpartisipasi kelapangan kerja, agar siswa dapat menghayati sendiri serta mengadakan penyelidikan serta bekerja sendiri di dalam pekerjaan yang ada di masyarakat.

m. Sosiodrama dan Bermain Peranan (Role Playing)Kadang-kadang banyak peristiwa psikologis atau sosial yang sukar bila dijelaskan dengan kata-kata. Maka perlu didramatisasikan, atau siswa dapat dipartisipasikan untuk berperanan dalam peristiwa sosial itu. Sosiodra-ma ialah siswa mampu mendramatisasikan tingkah laku, atau ungkapan gerak-gerik wajah seseorang dalam hubungan sosial antar manusia.

n. Metode Penyajian Secara KasusPenyajian secara kasus dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran dengan memanfaatkan kasus yang ditemui oleh siswa, digunakan sebagai bahan pembelajaran kemudian kasus tersebut dibahas bersama untuk mendapatkan penyelesaian atau jalan keluar.

o. Metode Secara Sistem Regu (Team Teaching)Sistem regu ini dilaksanakan dengan tujuan untuk membantu anak didik agar lebih lancar terjadinya interaksi pembelajaran secara kuantitatif maupun kualitatif, juga meringankan pengajar sehingga bisa bertanggung jawab bersama terhadap informasi yang diberikannya; dapat saling membantu antar pengajar, meningkatkan kerja sama, saling mengisi, dan saling memikirkan bersama pengembangan mata pelajarannya.

p. Metode Pengembangan Sistem IntruksionalSistem intruksional menunjukkan pada pengertian pengajaran sebagai suatu sistem, yaitu sebagai satu kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling berhubungan satu sama lain dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan.

q. Metode Latihan (Drill)Metode drill ialah suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara pembelajaran dimana anak didik melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, agar anak didik memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari.

r. Metode Tanya Jawab (Dialog)Tanya jawab ialah suatu teknik untuk memberi motivasi pada anak didik agar membangkitkan pemikirannya untuk bertanya, selama mendengarkan pelajaran atau pengajar yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan itu, kemudian anak didik menjawab.

s. Metode Pemberian Tugas dan ResitasiTeknik pemberian tugas atau resitasi biasanya digunakan dengan tujuan agar anak didik memiliki hasil belajar yang lebih mantap, karena anak didik melakukan latihan-latihan selama mengerjakan

7

Page 16: Afrida, S.Pd

tugas, sehingga pengalaman anak didik dalam mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi.

t. Metode CeramahCara mengajar yang paling tradisional dan telah lama dijalankan dalam sejarah pendidikan ialah cara mengajar dengan ceramah. Biasanya pengajar menggunakan metode ini bila memiliki tujuan agar anak didik mendapatkan informasi tentang suatu pokok bahasan atau persoalan tertentu.

u. Metode dengan Interaksi MassaBeberapa bagian dari metode interaksi massa adalah panel, simposium, seminar, musyawarah kerja, forum dan sebagainya.

v. Metode dengan Mempergunakan KomputerMetode pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan karena pertama-tama sudah jelas pada kehidupan modern dimasa depan, komputer merupakan suatu alat yang sangat penting.

w. Metode Non-DirectiveCara mengajar ini dilakukan agar anak didik mampu melaksanakan observasi mereka sendiri, mampu mengadakan analisis mereka sendiri, dan mampu berpikir sendiri.

x. Metode Berdasarkan Prinsip-Prinsip InterdisiplinaritasMetode ini dikembang berdasarkan kesadaran, bahwa masalah-masalah nyata yang dijumpai dalam kehidupan modern ini tidak dapat lagi diselesaikan dengan berdasarkan ajaran-ajaran yang diberikan oleh suatu disiplin ilmu pengetahuan saja.

Berdasarkan pendapat diatas, bahwa dalam melaksanakan proses belajar

mengajar guru dapat memilih salah satu jenis metode pembelajaran. Dalam hal ini

metode cerita bukanlah termasuk dari salah satu metode-metode di atas, namun

metode cerita adalah salah satu metode pembelajaran yang terbaru yang lebih

efektif digunakan untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam proses

pembelajaran dan dapat membuat siswa lebih tertarik khususnya untuk siswa SD

kelas rendah.

Menurut Egan (2009:3), “cerita merupakan salah satu alat kognisi paling

ampuh yang dimiliki para siswa, yang tersedia untuk keterlibatan imajinatif

dengan ilmu pengetahuan. Cerita membentuk pemahaman emosional kita terhadap

isi”.

8

Page 17: Afrida, S.Pd

Rahman (2002:210) mengungkapkan bahwa “cerita adalah penggambaran

tentang sesuatu secara verbal. Melalui bercerita anak diajak berkomunikasi,

berfantasi, berkhayal, dan mengembangkan kognisinya. Bercerita merupakan

suatu stimulan yang dapat membangkitkan anak terlibat secara mental”.

Menurut Musfiroh (2005:83), “cerita dapat menjadi metode pembelajaran

yang menyenangkan. Selain karena mengandung hiburan (entertaint), cerita juga

menjadi metode pembelajaran yang tidak menggurui dan fleksibel”.

Menurut Santoso (2002:57) beberapa aspek yang perlu dikembangkan

melalui cerita anak, yaitu :

“bermain, berdisiplin, berhati lembut, berinisiatif, bersahaja, bersyukur, bertanggungjawab, bertenggang rasa, bijaksana, cerdik, cermat, gigih, hemat, jujur, kemauan keras, kreatif, mandiri, menghargai orang lain, pemaaf, pemurah, pengabdi, rajin, ramah tamah, rasa kasih sayang, rasa percaya diri, rela berkorban, rendah hati, sabar, setia, sikap adil, sikap hormat, sikap tertib, sopan santun, sportif, susila, tegas, tekun, tetap janji dan ulet”.

Kusmarwanti (dalam Musfiroh, 2005:62-68) mengungkapkan bahwa cerita

anak ada tiga bentuk, yaitu sebagai berikut:

a. Cerita lisan, yaitu: konsekuensi utamanya terletak pada kemampuan pencerita menyampaikan cerita kepada audiens.

b. Cerita tulis, yaitu: konsekuensi utamanya terletak pada kemampuan menyampaikan cerita secara hidup dengan bahasa dan pemilihan kata yang tepat.

c. Cerita panggung, yaitu: konsekuensi utamanya terletak pada kemampuan dalam tampilan visualisasi gerak atau akting dengan dukungan tata panggung yang menarik.

Menurut Rahman (2002:89-90), penerapan kegiatan bercerita dapat

dilakukan dengan berbagai bentuk, seperti:

9

Page 18: Afrida, S.Pd

a. Bercerita tanpa alat peraga, hanya mengandalkan kemampuan verbal orang yang memberikan cerita.

b. Bercerita dengan menggunakan alat peraga seperti boneka, gambar-gambar, dan benda lain.

c. Bercerita dengan cara membaca buku cerita (reading story), dalam hal ini tidak diperlukan kemampuan fantasi, imajinasi, dan olah kata dari orang yang bercerita melainkan hanya intonasi dan suara.

d. Bercerita dengan menggunakan bahasa isyarat atau gerakan, seperti; pantomim, film kartun tanpa bicara, opera, dan sebagainya.

e. Bercerita melalui alat pandang dengar (audio visual aids), yaitu dapat berupa kaset, televisi, video, dan sebagainya.

Menurut Hapinudin dan Gunarti (1996:62), tujuan metode bercerita adalah

sebagai berikut :

a. Melatih daya tangkap dan daya pikir.b. Melatih daya konsentrasi.c. Membantu perkembangan fantasi.d. Menciptakan suasana yang menyenangkan di kelas.

Sedangkan menurut Moesliehatoen.R (2004:170), bahwa tujuan metode

bercerita adalah :

“salah satu cara yang ditempuh guru untuk memberi pengalaman belajar agar anak memperoleh penguasaan isi cerita yang disampaikan lebih baik. Melalui metode cerita maka anak akan menyerap pesan-pesan yang dituturkan melalui kegiatan bercerita. Penuturan cerita yang sarat informasi atau nilai-nilai dapat dihayati anak dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari”.

2. Pemahaman Siswa SD Kelas Rendah

Usia anak SD kelas rendah (kelas 1, 2 dan 3) merupakan awal bagi

pertumbuhan dan perkembangan anak yang akan membawa dampak bagi

sepanjang kehidupan anak selanjutnya. Dalam proses pertumbuhan dan

perkembangan anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek

yang ada pada setiap anak, antara lain aspek gerakan, berfikir dan interaksi baik

10

Page 19: Afrida, S.Pd

dengan sesama maupun dengan benda-benda yang ada dalam lingkungan di

sekitarnya. Masa kanak-kanak sering juga disebut sebagai “Golden Age” atau

masa keemasan. Hal tersebut dikarenakan pada masa ini anak sangat peka untuk

mendapatkan rangsangan-rangsangan baik berkaitan dengan aspek fisik, motorik,

intelektual, sosial, emosi, maupun bahasa. Saat masa kanak-kanak inilah

perkembangan otak terjadi dengan cepat.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan anak usia SD

yaitu faktor bawaan dan faktor lingkungan. Faktor bawaan merupakan faktor yang

diturunkan dari kedua orang tuanya secara genetik, sedangkan faktor lingkungan,

yaitu faktor yang berasal dari luar faktor bawaan. Faktor lingkungan meliputi

semua faktor yang ada di sekitar anak yaitu, lingkungan keluarga, lingkungan

masyarakat atau lingkungan teman sebaya, dan lingkungan sekolah. Melalui

keluarga dan lingkungan di sekitar anak tersebut, maka anak akan belajar

mengenai berbagai hal. Anak mulai tertarik untuk mengenal dunia di luar

lingkungan keluarga. Hal tersebut terjadi karena anak mengalami perkembangan

sosialisasi. Perkembangan sosialisasi anak akan semakin tampak ketika anak

memasuki lingkungan sekolah. Hal tersebut dikarenakan di lingkungan sekolah

anak akan menemukan suasana kehidupan yang berbeda. Di lingkungan sekolah

anak akan beradaptasi dengan teman sebaya, guru, atau aturan-aturan yang

berlaku di sekolah, yang tentunya berbeda dengan lingkungan keluarga.

3. Boneka Berkarakter sebagai Media Pembelajaran

Menurut Arsyad (2009:3), “kata media berasal dari bahasa Latin medius

yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’.

11

Page 20: Afrida, S.Pd

Gerlach dan Ely (dalam Arsyad, 2009:3) mengatakan bahwa “media

apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang

membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,

keterampilan, dan sikap”.

Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan

media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar

cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk

menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.

Pengelompokan berbagai jenis media apabila dilihat dari segi

perkembangan teknologi oleh Seels dan Glasglow (dalam Arsyad, 2009:33-35)

dibagi ke dalam dua kategori luas, yaitu pilihan media tradisional dan pilihan

media teknologi mutakhir.

a. Pilihan Media Tradisional1) Visual diam yang diproyeksikan

- proyeksi opaque (tak-tembus pandang)- proyeksi overhead- slides- filmstrips

2) Visual yang tak diproyeksikan- gambar, poster- foto- charts, grafik, diagram- pameran, papan info, papan-bulu

3) Audio- rekaman piringan- pita kaset, reel, cartridge

4) Penyajian Multimedia- slide plus suara (tape)- multi-image

5) Visual dinamis yang diproyeksikan- film- televise- video

12

Page 21: Afrida, S.Pd

6) Cetak- buku teks- modul, teks terprogram- workbook- majalah ilmiah, berkala- lembaran lepas (hand-out)

7) Permainan- teka-teki- simulasi- permainan papan

8) Realia- model- specimen (contoh)- manipulatif (peta, boneka)

b. Pilihan Media Teknologi Mutakhir1) Media berbasis telekomunikasi

- Telekonferen- Kuliah jarak jauh

2) Media berbasis mikroprosesor- Computer-assisted instruction- Permainan computer- Sistem tutor intelijen- Interaktif- Hypermedia- Compact (video) disc

Dari beberapa media pembelajaran di atas, boneka berkarakter merupakan

salah satu media pembelajaran yang bersifat manipulatif yang sangat efetif untuk

digunakan dalam proses pembelajaran khususnya dalam metode bercerita untuk

siswa SD kelas rendah.

Secara khusus menurut Suhartono (2010:5-6), pengertian boneka adalah:

“tiruan bentuk manusia dan bentuk binatang. Jadi sebenarnya boneka merupakan salah satu model perbandingan. Boneka dalam penampilannya memiliki karakteristik khusus, maka dalam bahasan ini dibicarakan tersendiri. Dalam penggunaan boneka dimanfaatkan sebagai media pembelajaran dengan cara dimainkan dalam sandiwara boneka. Boneka merupakan model dari manusia, atau yang menyerupai manusia, atau hewan. Seringkali boneka dimaksudkan untuk dekorasi atau koleksi untuk anak yang sudah besar atau orang dewasa, namun kebanyakan boneka ditujukan sebagai mainan untuk anak-anak, terutama anak perempuan”.

13

Page 22: Afrida, S.Pd

Suhartono (2010:6-7) membagi beberapa jenis boneka dilihat dari bentuk

dan cara memainkannya, antara lain:

a. Boneka Jari

Boneka ini dibuat dengan alat sederhana seperti tutup botol, bola pingpong, bambu kecil yang dapat dipakai sebagai kepala boneka. Sesuai dengan namanya boneka ini dima-inkan dengan menggunakan jari tangan. Kepala boneka diletakkan pada ujung jari kita/ dalam. Dapat juga dibuat dari semacam sarung tangan, dimana pada ujung jari sarung ta-ngan tersebut sudah berbentuk kepala boneka dan dengan demikian kita/ dalam tinggal memainkannya saja.

b. Boneka Tangan

Kalau boneka dari setiap ujung jari kita dapat memainkan satu tokoh, lain halnya dengan boneka tangan. Pada boneka tangan ini satu tangan kita hanya dapat memainkan satu boneka. Disebut boneka tangan, karena boneka ini hanya terdiri dari kepala dan dua tangan saja, sedangkan bagian badan dan kakinya hanya merupakan baju yang akan menutup lengan orang yang memainkannya disamping cara memainkannya juga hanya memakai tangan (tanpa menggunakan alat bantu yang lain). Cara memainkanya adalah jari telunjuk untuk memainkan atau menggerakkan kepala, ibu jari, dan jari tangan untuk menggerakkan tangan. Di Indonesia penggunaan boneka tangan sebagai media pendidikan/pembelajaran di sekolah-sekolah sudah dilak-sanakan, bahkan dipakai diluar sekolah yaitu pada siaran TVRI dengan film seri boneka “Si Unyil”

c. Boneka Tongkat

Disebut boneka tongkat karena cara memainkannya dengan menggunakan tongkat. Tongkat-tongkat ini dihubungkan dengan tangan dan tubuh boneka. Wayang Golek di Jawa Barat misalnya adalah termasuk boneka jenis ini. Untuk keperluan penggunaan boneka tongkat sebagai media pendidikan/ pembelajaran di sekolah, maka tokoh-tokohnya dibuat sesuai dengan keadaan sekarang. Misalnya dibuat tokoh tentara, pedagang, lurah, nelayan dan sebagainya. Boneka tongkat dapat dibuat dari kayu yang lunak seperti kayu kemiri, randu, dan sebagainya.

d. Boneka Tali

Boneka tali atau “Marionet” banyak dipakai dinegara barat. Perbedaan yang menyolok antara boneka tali dengan boneka yang lain adalah, boneka tali bagian kepala, tangan, dan kaki dapat digerak-gerakkan menurut kehendak kita/dalangnya. Cara menggerakkannya dengan tali. Dengan demikian maka kedudukan tangan orang yang memain-kannya

14

Page 23: Afrida, S.Pd

berada di atas boneka yang dimainkannya. Untuk memainkan boneka tali diperlukan latihan-latihan yang teratur, sebab memainkan boneka tali ini memerlukan keterampilan yang lebih sulit dibandingkan dengan memainkan boneka-boneka yang lainnya. Adakan tetapi memiliki kelebihan lebih hidup dari pada boneka yang lain, karena mendekati gerak manusia atau tokoh yang sebenarnya.

e. Boneka Bayang-bayang

Boneka bayang-bayang (Sadhow Puppet) adalah jenis boneka yang cara memainkannya dengan mempertontonkan gerak bayang-bayang dari boneka tersebut. Di Indonesia khususnya di Jawa dikenal dengan “Wayang kulit”. Namun untuk keperluan sekolah, wayang semacam ini dirasakan kurang efektif, karena untuk memainkan boneka ini diperlukan ruangan gelap/tertutup. lagi pula diperlukan lampu untuk membuat bayang-bayang layar.

B. Penelitian yang Relevan

Sejumlah riset telah dilakukan berkaitan dengan penerapan metode cerita

dengan boneka berkarakter sebagai media pembelajaran. Riset tersebut secara

konsisten menunjukkan bahwa metode cerita dengan boneka berkarakter sebagai

media pembelajarannya dapat meningkatkan pemahaman siswa khususnya siswa

SD kelas rendah yakni kelas 1,2 dan 3 SD. Penerapan metode ini juga memberi

dampak positif bagi siswa dalam proses pembelajaran, metode ini dapat menarik

minat siswa dalam belajar dan dapat menghilangkan tingkat kejenuhan siswa

dalam proses pembelajaran.

Beberapa penelitian yang pernah berkaitan terhadap hal di atas, antara lain:

1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suhartono (2010), yang mendesain

pertunjukkan boneka berkarakter dalam cerita rakyat nusantara untuk

pembelajaran SD. Suhartono menggunakan boneka berkarakter sebagai media

pembelajaran dan dibantu dengan teknik bercerita untuk pembelajaran siswa

15

Page 24: Afrida, S.Pd

SD dan boneka berkarakter tersebut dapat dijadikan media edukatif yang

menarik bagi siswa untuk pembelajaran.

2. Hasil penelitian yang dilakukan Novi Romawati (2007), yang mengungkapkan

bahwa metode cerita dapat menimbulkan rasa semangat dan pemahaman

kepada siswa SD kelas rendah terhadap pelajaran yang diterima dari cerita

yang disajikan. Metode cerita dapat pula merangsang siswa agar tertarik dalam

kegiatan pembelajaran.

3. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Abdul Aziz (2002), yang menggunakan

metode cerita di kelas 1 dan 2 SD pada pelajaran Bahasa Indonesia. Dalam

penelitiannya juga dijelaskan beberapa langkah yang harus dilakukan guru

dalam melaksanakan metode cerita di kelas.

C. Kerangka Berfikir

Di dalam melaksanakan penulisan ini, penulis menyusun kerangka berfikir

untuk mempermudah penulisan karya ilmiah dan sistematika pembahasan, selain

itu juga dengan adanya kerangka berfikir maka penulisan ini akan lebih terarah.

Dalam proses belajar mengajar peranan guru sangat penting dalam proses

pembelajaran. Untuk mencapai hasil belajar atau meningkatkan pemahaman siswa

maka metode merupakan cara yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan

kegiatan mengajar di kelas sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Karena itu guru harus memiliki berbagai metode dalam hal menyampaikan materi

pembelajaran kepada siswa agar siswa dapat belajarsecara efektif dan efesien

sehingga dalam proses belajar dapat menghidupkan suasana belajar.

16

Page 25: Afrida, S.Pd

Dari beberapa metode pembelajaran, metode cerita adalah salah satu

metode yang juga digunakan oleh guru khususnya bagi guru SD kelas rendah.

Metode cerita merupakan metode baru yang sangat jarang digunakan oleh

beberapa guru SD, akan tetapi metode ini merupakan metode yang sangat efektif

untuk digunakan dikalangan siswa SD. Karena metode ini dapat meningkatkan

pemahaman siswa dan daya tarik siswa terhadap materi yang diajarkan khususnya

siswa SD kelas 1, 2 dan 3. Dengan metode cerita ini para siswa tidak merasa

bosan dan akan membuat suasana kelas menjadi menyenangkan. Metode ini juga

memiliki banyak manfaat yang sangat berguna dalam proses pembelajaran, selain

membantu untuk meningkatkan daya pikir siswa, metode ini juga dapat

meningkatkan daya imajinasi siswa.

Penggunaan metode cerita ini hendaknya lebih baik menggunakan media

pembelajaran yang sesuai dengan kriteria cerita atau topik dari materi yang

disampaikan. Banyak media pembelajaran yang seringa digunakan dalam metode

cerita, seperti boneka berkarakter, gambar atau buku cerita secara langsung.

Namun, yang sering menarik perhatian siswa khususnya siswa SD kelas rendah

adalah media pembelajaran boneka berkarakter. Dalam hal ini, siswa tidak

merasakan seperti belajar di kelas dengan sesungguhnya tetapi mereka akan

merasakan seperti sedang menyaksikan jalannya sebuah cerita di atas panggung.

Sehingga para siswa tidak merasa kaku dan dapat menikmati proses pembelajaran

dengan menyenangkan. Situasi yang demikian tersebut tentu berpengaruh pada

tingkat pemahaman siswa. Jika siswa merasa senang dalam mengikuti proses

17

Page 26: Afrida, S.Pd

pembelajaran di kelas, tentu siswa tersebut memahami materi yang disampaikan

oleh guru dengan metode yang dijalankan.

Dalam kerangka berfikir ini, penulis berharap agar para guru SD

khususnya kelas rendah dapat menggunakan dan mengembangkan metode cerita

ini dengan cara yang dapat menarik perhatian siswa. Menurut penulis, metode

cerita mampu meningkatkan pemahaman siswa SD kelas rendah yang dibantu

dengan boneka berkarakter sebagai media pembelajarannya. Metode cerita

merupakan metode yang efektif bagi dunia anak SD kelas rendah, karena daya

imajinasi anak SD masih digunakan dalam proses pembelajaran mereka. Metode

ini merupakan metode pembelajaran yang inovatif dan dapat diterapkan dalam

pelajaran apapun baik di bidang Sains, Matematika dan Sosial. Jadi, metode cerita

adalah metode yang cukup menarik untuk digunakan dan dikembangakann di

lingkungan siswa SD dalam mata pelajaran apapun.

18

Page 27: Afrida, S.Pd

BAB III

PEMBAHASAN

A. Informasi Mengenai Metode Cerita

Cerita adalah instrumen untuk mengoreintasikan emosi manusia kepada isi

cerita itu. Atau, cerita tidak hanya sekadar menyampaikan informasi tentang

kejadian dan karakter, atau hanya sekadar menyampaikan informasi dengan cara

melibatkan emosi kita. Cerita mengarahkan atau membentuk emosi kita terhadap

kejadian dan karakter dengan cara tertentu dan cerita mengatakan pada kita cara

untuk merasakan isi cerita. Cerita itu seperti notasi musik dan emosi manusia

adalah instrument yang didesain untuk memainkannya.

Nilai sebuah cerita untuk dijarkan tepatnya merupakan kekuatannya

melibatkan emosi siswa dan juga secara terkait imajinasi-imajinasi mereka dengan

materi dan kurikulum. Guru dapat menggunakan cerita secara rutin dalam

pengajaran pelajaran apapun, tanpa harus memfiksionalisasikannya. Cerita lebih

berkaitan dengan bentuk yang diberikan pada isi daripada berurusan dengan benar

atau tidaknya. Guru sering menggunakan cerita dalam pembelajaran di kelas

khususnya bagi siswa SD, sehingga mereka lebih tertarik untuk belajar dan lebih

cepat memahami informasi yang disampaikan melalui cerita tersebut yang

berhubungan dengan materi pelajaran yang ingin disampaikan. Oleh sebab itu,

teknik ini disebut sebagai metode cerita dalam pembelajaran. Metode cerita

berbeda dengan metode ceramah. Metode cerita adalah suatu metode

pembelajaran dimana guru bercerita tentang suatu cerita yang berhubungan

19

Page 28: Afrida, S.Pd

dengan materi pelajaran dengan maksud untuk menarik perhatian siswa di kelas.

Sementara metode ceramah merupakan metode pembelajaran dimana guru hanya

bersifat menjelaskan di depan kelas untuk menyampaikan informasi-informasi

yang berhubungan dengan materi pelajaran tanpa menceritan suatu cerita.

Metode cerita memiliki manfaat yang signifikan dalam pembelajaran,

antara lain :

a. Melatih daya tangkap dan daya pikir siswa.

b. Melatih daya konsentrasi siswa.

c. Membantu mengembangkan imajinasi siswa.

d. Menciptakan suasana yang menyenangkan di kelas.

Dengan beberapa manfaat di atas, maka dapat dinyatakan bahwa metode

cerita sangat membantu guru dalam menyampaikan materi pelajaran untuk

meningkatkan pemahaman siswa. Dengan menciptakan suasana yang

menyenangkan di kelas berarti membuat siswa-siswa tertarik mengikuti pelajaran

di kelas dan membuat siswa-siswa memahami materi yang disampaikan oleh

guru.

B. Metode Cerita dapat Meningkatkan Pemahaman Siswa SD Kelas Rendah

Belajar untuk mengikuti cerita merupakan pencapaian intelektual yang

vital. Secara efisien mengikuti cerita berarti mampu membagi kepentingan,

mengenali apa yang penting, menyelaraskan bagian-bagian menjadi satu dari

petunjuk-petunjuk tekstual, membangun makna emosional sambil mencatat

kejadian-kejadian dan fakta-fakta, mengenali urutan-urutan melalui emosi-emosi

20

Page 29: Afrida, S.Pd

di antara jurang-jurang logis di dalam cerita. Mampu mengikuti cerita penting

bagi pembelajaran yang efisien dan pemahaman dari hamper semua topik dalam

kurikulum. Hal ini juga memanipulasi kita akan kemungkinan-kemungkinan,

yaitu apa yang memungkinkan parasiswa untuk mengaplikasikan sesuatu yang

telah dipelajari dalam satu konteks ke konteks yang lain.

Memberikan perhatian lebih pada cerita di dalam pendidikan lebih disukai

karena cara ini terbuka untuk siapa saja. Selain itu, metode cerita sangat cocok

diterapkan di kalangan siswa SD khususnya kelas rendah. Metode cerita memiliki

beberapa tujuan yang nantinya akan berpengaruh pada tingkat pemahaman siswa

SD, antara lain :

1. Melatih daya tangkap dan daya pikir.

2. Melatih daya konsentrasi.

3. Membantu perkembangan imajinasi.

4. Menciptakan suasana yang menyenangkan di kelas.

5. Membantu pengetahuan siswa secara umum.

Selain tujuan di atas, metode cerita juga bertujuan sebagai salah satu cara

yang ditempuh oleh guru untuk memberikan pengalaman belajar agar anak

memperoleh penguasaan isi cerita yang disampaikan. Melalui metode cerita maka

anak-anak akan menyerap pesan-pesan yang dituturkan melalui kegiatan bercerita

dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Bercerita bukan hanya berfungsi sebagai hiburan tetapi juga merupakan

suatu cara yang dapat digunakan dalam mencapai sasaran-sasaran atau target

pendidikan. Metode cerita dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan

21

Page 30: Afrida, S.Pd

dan menggembirakan dengan penuh dorongan dan motivasi sehingga pelajaran

atau materi pendidikan itu dapat mudah diberikan. Jika materi pelajaran mudah

diberikan dengan suasana kelas yang menyenangkan tentu siswa dapat dengan

mudah memahami isi sekaligus materi yang disampaikan dari cerita karena

dengan metode cerita ini biasanya para siswa akan lebih fokus untuk

mendengarkan dan memahami kejadian-kejadian di dalam cerita yang membuat

mereka penasaran sehingga pada akhir cerita mereka tetap mendengarkan isi

cerita dan mendapatkan materi atau pesan yang disampaikan oleh cerita tersebut.

C. Bentuk Penerapan Metode Cerita untuk Meningkatkan Pemahaman

Siswa SD Kelas Rendah

Metode cerita merupakan metode yang dapat diterapkan di seluruh

kalangan mulai dari kalangan anak-anak hingga orang dewasa. Namun, penerapan

metode cerita untuk anak-anak tentu berbeda dengan penerapan metode cerita

orang dewasa. Biasanya pada kalangan anak-anak metode cerita diterapkan

dengan alat peraga seperti boneka atau gambar dan tema cerita lebih condong

kepada dunia fantasi. Sementara metode cerita yang diterapkan di kalangan orang

dewasa biasanya besifat nyata dan tidak begitu menggunakan alat peraga.

Siswa SD kelas rendah adalah siswa SD yang berada di kelas 1, 2, dan 3.

Tema cerita yang sesuai dengan siswa SD kelas rendah adalah “Tema Imajinasi

Bebas”. Tema ini ditujukan untuk anak yang berusia kira-kira 5-8/9 tahun. Pada

fase ini anak telah melewati masa pengenalan lingkungan sekitarnya yang terbatas

22

Page 31: Afrida, S.Pd

pada rumah dan jalan-jalan. Ia ingin membayangkan sesuatu yang tidak diketahuinya,

yang tidak ada dalam lingkungannya. Kebiasaan mendengarkan cerita, anak-anak akan

mengerti bahwa cerita itu hanya fantasi dan tidak akan mempercayainya.

Dalam melaksakan metode cerita hendaknya guru memiliki persiapan seperti

metode-metode pembelajaran lainnya. Seorang guru harus memiliki persiapan yang

matang mulai dari mempersiapkan materi yang akan diajarkannya, mempersiapkan

cerita yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan, mempersiapkan alat peraga

yang sesuai untuk digunakan dan mempersiapkan diri untuk menceritakan sebuah

cerita dengan gaya bahasa dan mimik yang baik sehingga para siswa tertarik untuk

mendengarnya.

Berikut ini ada beberapa langkah dalam melaksanakan metode cerita, yaitu :

1. Mengkomunikasikan tujuan dan tema dalam kegiatan siswa.

2. Mengatur tempat duduk agar dapat mendengarkan dengan jelas.

3. Pembukaan kegiatan bercerita, guru menggali pengalaman-pengalaman siswa

sesuai dengan tema cerita.

4. Menggunakan alat peraga/media untuk menarik perhatian dan menetapkan

rancangan cara-cara bertutur yang dapat menggetarkan perasaan siswa.

5. Penutup kegiatan bercerita dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang

berkaitan dengan isi cerita.

Langkah-langkah pelaksanaan metode cerita di atas adalah langkah-

langkah pelaksanaan secara umum yang seharusnya dilakukan oleh seorang guru.

Dalam hal menggunakan alat peraga seperti boneka berkarakter, guru dapat

menggunakan berbagai macam boneka berkarakter sesuai dengan isi cerita yang

23

Page 32: Afrida, S.Pd

disampaikan. Berikut ini akan diuraikan pelaksanaan metode cerita dengan

bonekan berkarakter untuk meningkatkan pemahaman siswa SD kelas rendah.

Pada awal memulai bercerita hendaknya guru menyampaikan terlebih

dahulu judul cerita yang akan disampaikan kemudian mengatur posisi duduk

siswa, agar seluruh siswa dapat mendengar dan menyimak cerita yang

disampaikan. Setelah posisi duduk siswa selesai diatur dengan nyaman,

selanjutnya guru memulai cerita dengan alat peraga boneka berkarakter yang

berada ditangannya (contoh : boneka tangan) dan memperkenalkan nama boneka

tersebut.

Kemudian guru dapat bercerita dengan gaya bahasa cerita dan mimik yang

menarik sambil menggerak-gerakkan boneka ditangannya dan mendalami karakter

tokoh yang ada di cerita. Jika guru tersebut bercerita dengan gaya bahasa dan

mimik yang bagus dan dapat menggerakkan boneka yang ada di tangannya sesuai

denga jalannya cerita, biasanya para siswa akan terdiam dan menghayati cerita

dengan tenang. Ketika siswa menghayati cerita dengan tenang berarti mereka

fokus pada isi cerita dan dengan mudah memahami isi cerita dan materi yang

disampaikan. Jika cerita yang disampaikan besifat cerita jenaka, biasanya para

siswa akan senang dan tertawa sehingga membuat suasana kelas menjadi

menyenangkan. Dan ketika suasana kelas menjadi menyenangkan berarti siswa

mendengar sekaligus memahami jalanya suatu cerita sehingga membuat siswa

lebih memahi materi dengan cara bercerita dari pada sekadar menyampaikan

informasi materi pelajaran melalui ceramah.

24

Page 33: Afrida, S.Pd

Pada penutupan kegiatan bercerita hendaknya guru menanyakan beberapa

pertanyaan kepada para siswa yang berkaitan dengan isi cerita yang disampaikan

untuk mengevaluasi apakah siswa benar-benar menyimak cerita atau tidak.

Setelah itu guru menghubungkan isi cerita dengan materi pelajaran yang ada di

buku sehingga siswa-siswa memahami bahwa cerita yang disampaikan tersebut

berhubungan dengan materi pelajaran yang sedang mereka bahas.

Pelaksanaan metode cerita memakan waktu yang cukup panjang dalam

proses pembelajaran. Oleh sebab itu, guru dan siswa yang melaksanakan metode

cerita tidak merasakan panjangnya waktu yang berjalan karena mereka menikmati

cerita yang sama-sama mereka dengarkan. Jika cerita yang disajikan cukup

menarik bagi para siswa, tentu hal ini dapat mendorong minat siswa untuk

mengikuti pelajaran selanjutnya dan lebih menikmati pelajaran di kelas dengan

baik.

D. Contoh Cerita yang Digunakan dalam Metode Cerita

Metode cerita dapat digunakan dalam setiap mata pelajaran hanya saja

tugas gurulah untuk mencari atau mengarang cerita yang sesuai dengan materi

pelajaran yang akan diajarkan. Banyak cerita yang dapat disajikan untuk siswa

dalam proses pembelajaran sesuai dengan mata pelajarannya. Berikut ini beberapa

contoh cerita yang dapat digunakan dalam beberapa mata pelajaran, antara lain :

1. Bidang Sosial

Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, PKn dan IPS adalah mata pelajaran

yang termasuk dalam bidang sosial. Cerita yang sesuai untuk mata pelajaran

25

Page 34: Afrida, S.Pd

Bahasa Indonesia adalah cerita non fiksi atau tidak nyata dan di dalamnya terdapat

beberapa unsur cerita yang merupakan materi pelajaran yang sedang dibahas.

Sama halnya dengan Bahasa Indonesia, cerita non fiksi juga sesuai untuk mata

pelajaran Bahasa Inggris. Namun, dalam cerita tersebut harus terdapat beberapa

kalimat yang berhubungan dengan materi pelajaran yang sedang dibahas.

Misalnya, materi yang diajarkan mengenai “Simple Past Tense” maka guru harus

mencerita ssebuah cerita yang berbentuk past tense sehingga dari cerita tersebut

siswa dapat mendengar kata-kata kerja dan tanda waktu yang digunakan dalam

bentuk past. Sementara itu untuk PKn dan IPS, guru dapat menyiapkan beberapa

cerita rakyat yang berhubungan dengan materi PKn dan IPS sehingga para siswa

tidak terlalu kaku terfokus untuk mempelajari materi-materi yang terdapat pada

mata pelajaran PKn dan IPS.

2. Bidang Sains

Di bidang Sains pada mata pelajaran IPA, guru juga bisa menggunakan

metode cerita dalam proses pembelajaran. Namun, guru harus dapat mengarang

sebuah cerita dan menghubungkannya dengan materi pelajaran. Misalnya, materi

mengenai “Siklus Metamorfosis Ulat Menjadi Kupu-Kupu”. Pada bagian

lampiran tulisan ini penulis melampirkan sebuah cerita yang dapat diceritakan

oleh guru untuk mengajar siklus metamorfosis ulat menjadi kupu-kupu kepada

para siswa SD kelas 3. Dari cerita tersebut para siswa akan mendapatkan

informasi mengenai transformasi kupu-kupu yang tidak akan berbeda dengan

biasanya dalam pelajaran IPA, yang berbeda adalah bentuk cerita di mana kita

melihat setiap perubahan sebagai bagian daya tarik untuk mencari kebebasan dari

26

Page 35: Afrida, S.Pd

kungkungan yang pada awalnya berbentuk telur, ulat dan kepompong. Perubahan

dramatis memiliki makna lain di dalam cerita.

3. Bidang Matematika

Metode cerita sebenarnya sering digunakan dalam pelajaran matematika,

namun metode cerita yang dimaksud adalah membahas soal-soal cerita yang ada

pada pelajaran matematika. Selain membahas soal cerita pada pelajaran

matematika, seorang guru dapat menggunakan metode cerita dengan mengarang

sebuah cerita yang berhubungan dengan materi pelajaran dan menceritakannya

kepada para siswa. Misalnya, materi mengenai “Nilai Tempat”, guru dapat

mengarang sebuah cerita yang berhubungan dengan materi nilai tempat. Pada

bagian lampiran penulis juga menyajikan contoh cerita mengenai materi nilai

tempat. Cerita tersebut terfokus pada daya kreativitas berhitung yang sangat

cerdas tentang sistem desimal untuk menghitung jumlah objek yang besar dan

menunjukkan kepada para siswa mengapa nilai tempat itu penting. Sisa dari

pelajaran atau pelajaran berikutnya dapat melibatkan siswa dalam menghitung

objek dengan menggunakan metode ini.

E. Boneka Berkarakter Dijadikan sebagai Media Pembelajaran dalam

Penerapan Metode Cerita untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa SD

Kelas Rendah

Secara khusus pengertian boneka adalah tiruan bentuk manusia dan bentuk

binatang. Jadi sebenarnya boneka merupakan salah satu model perbandingan.

Boneka dalam penampilannya memiliki karakteristik khusus, maka dalam bahasan

27

Page 36: Afrida, S.Pd

ini dibicarakan tersendiri. Dalam penggunaan boneka dimanfaatkan sebagai media

pembelajaran dengan cara dimainkan dalam sandiwara boneka. Boneka

merupakan model dari manusia, atau yang menyerupai manusia, atau hewan.

Seringkali boneka dimaksudkan untuk dekorasi atau koleksi untuk anak yang

sudah besar atau orang dewasa, namun kebanyakan boneka ditujukan sebagai

mainan untuk anak-anak, terutama anak perempuan.

Sejak tahun 1940-an pemakaian boneka sebagai media pendidikan menjadi

populer dan banyak digunakan di Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan di

Amerika. Di Eropa seni pembuatan boneka telah sangat tua dan sangat populer

serta lebih tinggi tingkat keahliannya dibandingkan di Amerika. Di Indonesia

penggunaan boneka sebagai media pendidikan massa bukan merupakan sesuatu

yang asing. Di Jawa Barat dikenal boneka tongkat yang disebut “Wayang Golek”

dipakai untuk memainkan cerita-cerita Mahabarata dan Ramayana. Di Jawa Timur

dan di Jawa Tengah dibuat pula boneka tongkat dalam dua dimensi yang dibuat

dari kayu dan disebut dengan nama “Wayang Krucil”. Di Jawa Tengah dan di

Jawa Timur pula dikenal dengan boneka baying-bayang yang disebut “Wayang

Kulit”. Untuk keperluan sekolah dapat dibuat boneka yang disesuaikan dengan

cerita-cerita jaman sekarang. Untuk tiap daerah pembuatan boneka ini disesuaikan

dengan keadaan daerah masing-masing.

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis mengungkapkan bahwa

boneka berkarakter merupakan media pembelajaran yang sesuai dalam penerapan

metode cerita untuk meningkatkan pemahaman siswa SD kelas rendah. Hal ini

disebabkan karena boneka karakter merupakan media yang paling sering

28

Page 37: Afrida, S.Pd

digunakan oleh guru dan sangat menarik perhatian siswa SD kelas rendah. Selain

dari boneka berkarakter sesungguhnya ada beberapa media yang dapat digunakan

dalam metode cerita, misalnya gambar atau media elektronik seperti TV.

Mendesain pertunjukkan boneka sebagai media pembelajaran merupakan

suatu kegiatan yang penting dalam pelatihan partisipatif antara guru dan siswa di

kelas. Cara ini dapat memberdayakan semua siswa untuk berdikusi tentang

masalah-masalah di lingkungannya. Kegiatan pertunjukkan boneka berkarakter

dapat memberikan cara yang baik untuk menyalurkan dan menyampaikan masalah

dan perilaku siswa. Dalam memanfaatkan media ini dapat memberikan kondisi

pembelajaran yang menyenangkan dan saling melengkapi antara guru dan siswa

untuk memasukkan ide-ide dan pengalaman individu masing-masing. Pertunjukan

boneka berkarakter menggambarkan adanya suatu pola yang dapat menggali sikap

siswa untuk mau mengutarakan pengalamannya sehingga menjadi hal yang unik

dan menghilangkan rasa takut dalam berkomunikasi.

Berdasarkan hasiil penelitian yang dilakukan oleh Suhartono (2010) ada

beberapa manfaat penggunaan boneka sebagai media pembelajaran, antara lain:

1. Tidak memerlukan waktu yang banyak, biaya dan persiapan yang tidak terlalu rumit.

2. Tidak banyak memakan tempat, panggung pertunjukkan boneka dapat dibuat cukup kecil dan sederhana dari bahan-bahan daur ulang yang ada di sekitar lingkungan sekolah.

3. Tidak menuntut keterampilan yang rumit bagi yang akan memainkannya.

4. Dapat mengembangkan imajinasi siswa, mempertinggi keaktifan dan menambah suasana gembira.

29

Page 38: Afrida, S.Pd

Hasil penelitian Suhartono (2010) menyatakan agar media boneka dapat

menjadi media instruksional yang efektif, maka perlu di perhatikan beberapa hal,

antara lain:

1. Rumusan tujuan pembelajaran dengan jelas. Dengan demikian akan dapat diketahui, apakah tepat digunakan permainan pertunjukkan boneka atau pertunjukkan yang lain.

2. Guru dapat membuat naskah atau skenario pertunjukkan boneka yang akan dimainkan secara terperinci. Baik dialognya, settingnya dan adegannya harus disusun secara cermat, sekalipun dalangnya dimungkinkan untuk berimprovisasi saat ia mendalang/memainkan boneka tersebut.

3. Permainan boneka mementingkan gerak dari pada kata. Karena itu pembicaraan jangan terlalu panjang, sehingga tidak menjemukan siswa. Untuk anak-anak usia kelas rendah sekolah dasar atau anak-anak TK, sebaiknya permainan boneka dirancang untuk banyak melibatkan dialog dengan anak pada saat permainan.

4. Permainan pertunjukkan boneka jangan terlalu lama, kira-kira 10 sampai 15 menit. Agar pesan khusus yang disampaikan kepada siswa dalam pertunjukkan tersebut dapat ditangkap/dimengerti oleh siswa.

5. Hendaknya diselingi dengan nyanyian/tembang/kidung/puisi bebas, jika perlu siswa diajak terlibat langsung dan bersama. Bila perlu dilanjutkan dengan dialog atau diskusi dengan siswa untuk memantapkan pesan nilai yang diajarkan.

6. Isi cerita hendaknya sesuai dengan umur dan kemampuan serta daya imajinasi siswa yang menonton.

7. Selesai permainan pertunjukkan, hendaknya diadakan kegiatan lanjutan seperti tanya jawab, diskusi atau menceritakan kembali tentang isi cerita yang disajikan.

8. Jika memungkinkan, berilah kesempatan kepada siswa untuk memainkan pertunjukkan.

30

Page 39: Afrida, S.Pd

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada Bab III, maka dapat

disimpulkan :

1. Metode cerita berbeda dengan metode ceramah. Metode cerita adalah suatu

metode pembelajaran dimana guru bercerita tentang suatu cerita yang

berhubungan dengan materi pelajaran dengan maksud untuk menarik

perhatian siswa di kelas. Sementara metode ceramah merupakan metode

pembelajaran dimana guru hanya bersifat menjelaskan di depan kelas untuk

menyampaikan informasi-informasi yang berhubungan dengan materi

pelajaran tanpa menceritan suatu cerita.

2. Bercerita bukan hanya berfungsi sebagai hiburan tetapi juga merupakan suatu

cara yang dapat digunakan dalam mencapai sasaran-sasaran atau target

pendidikan. Metode cerita dapat menciptakan suasana belajar yang

menyenangkan dan menggembirakan dengan penuh dorongan dan motivasi

sehingga pelajaran atau materi pendidikan itu dapat mudah diberikan. Jika

materi pelajaran mudah diberikan dengan suasana kelas yang menyenangkan

tentu siswa dapat dengan mudah memahami isi sekaligus materi yang

disampaikan dari cerita tersebut.

3. Dalam melaksakan metode cerita hendaknya guru memiliki persiapan seperti

metode-metode pembelajaran lainnya. Seorang guru harus memiliki persiapan

31

Page 40: Afrida, S.Pd

yang matang mulai dari mempersiapkan materi yang akan diajarkannya,

mempersiapkan cerita yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan,

mempersiapkan alat peraga yang sesuai untuk digunakan dan mempersiapkan diri

untuk menceritakan sebuah cerita dengan gaya bahasa dan mimik yang baik

sehingga para siswa tertarik untuk mendengarnya.

4. Metode cerita dapat digunakan dalam setiap mata pelajaran baik di bidang

Sains, Matematika dan Sosial hanya saja tugas gurulah untuk mencari atau

mengarang cerita yang sesuai dengan materi pelajaran yang akan diajarkan.

5. Mendesain pertunjukkan boneka sebagai media pembelajaran merupakan

suatu kegiatan yang penting dalam pelatihan partisipatif antara guru dan siswa

di kelas. Kegiatan pertunjukkan boneka berkarakter dapat memberikan cara

yang baik untuk menyalurkan dan menyampaikan masalah dan perilaku siswa.

Dalam memanfaatkan media ini dapat memberikan kondisi pembelajaran yang

menyenangkan dan saling melengkapi antara guru dan siswa untuk

memasukkan ide-ide dan pengalaman individu masing-masing.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diuraikan di atas, maka penulis membuat

saran-saran sebagai berikut :

1. Penerapan metode cerita hendaknya dapat digunakan dan dikembangkan

dengan lebih baik dalam proses pembelajaran di kelas, tidak hanya pada siswa

SD tetapi juga pada siswa SMP atau SMA.

32

Page 41: Afrida, S.Pd

2. Penerapan metode cerita hendaknya dapat dilaksanakan dengan menggunakan

media pembelajaran yang sesuai dengan tema cerita seperti halnya boneka,

gambar ataupun alat peraga lainnya sehingga dapat menarik perhatian siswa

khususnya siswa SD kelas rendah.

3. Dalam penerapan metode cerita hendaknya guru dapat mempersiapkan segala

sesuatu yang harus dipersiapkan sebelum memulai metode cerita sehingga

para siswa dapat menghayati jalannya cerita seperti menyaksikan cerita di atas

panggung dan seluruh siswa dapat memahami isi cerita yang disampaikan.

33

Page 42: Afrida, S.Pd

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Aziz, Abdul. 2002. Mendidik dengan Cerita. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Egan, Kieran. 2009. Pengajaran yang Imajinatif. Jakarta: PT.Indeks.

Gunarti, Winda dan Hapinudin. 1996. Pedoman Perencanaan dan Evaluasi Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta: PGTK Darul Qolam.

Moesliehatoen, R. 2004. Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta: PT.Asdi Mahasatya.

Musfiroh, Tadkiroatun. 2005. Cerita dan Perkembangan Anak. Yogyakarta: Novila.

Romawati, Novi. 2007. Metode Bercerita sebagai Penanaman Pendidikan Agama Islam pada Anak Usia Pra-Sekolah di Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah Pondok Ranji. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Rahman, Hibana. 2002. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT.Alex Media.

Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Santoso, Soegeng. 2002. Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Citra Pendidikan.

Suhartono. 2010. Mendesain Pertunjukkan Boneka Berkarakter Cerita Rakyat Nusantara untuk Pembelajaran di SD. Tangerang: PGSD FKIP UT.

Yamin, Martinis dan Mukhtar. 2005. Metode Pembelajaran yang Berhasil. Jakarta: PT.Nimas Multima.

34

Page 43: Afrida, S.Pd

Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara

No. Judul Cerita Rakyat Asal Daerah Pesan Cerita

1. Raja Parakeet Aceh Kebebasan

2. Aryo Menak Madura Sikap lalai

3. Danau Lipan Kutai Peperangan

4. Batu Golog NTB Rasa sayang pada anak

5. Ular n’Daung Bengkulu Perbuatan sirik

6. Tupai dan Ikan Gabus Kalimantan Barat

Persahabatan

7. Putri Junjung Buih Kalimantan Selatan

Pengambilan keputusan

8. Kutukan Raja Pulau Mintin Kalimantan Tengah

Kepercayaan

9. Buaya Perompak Lampung Sikap penolong

10. Candi Prambanan Jawa Tengah Ingkar janji

11. Si Rusa dan Si Kulomang Maluku Sikap congkak (sombong)

12. Manik Angkeran Bali Berubah ke sikap yang terpuji

13. Buaya Ajaib Papua Berpegang teguh

14. Si Lancang Riau Anak durhaka

15. Sangkuriang Jawa Barat Rasa kasih

16. Si Pitung Betawi Berjuang membela kaum miskin

17. La Dana dan Kerbaunya Sulawesi Selatan Kesabaran

18. Tadulako Bulili Sulawesi Tengah

Ketamakan

19. Kera dan Ayam Sulawesi Sikap rakus

35

Page 44: Afrida, S.Pd

Tenggara

20. Si Sigarlaki dan Si Limbat Sulawesi Utara Sikap menuduh

21. Terjadinya Danau Toba Sumatera Utara Sikap menghardik

22. Pa Lebai Malang Sumatera Barat Tidak memiliki pendirian (plin plan)

23. Si Pahit Lidah Sumatera Selatan

Pengorbanan

24. Suri Ikun dan Dua Burung NTT Ketekunan dan Bersabar diri

36

Page 45: Afrida, S.Pd

Contoh Cerita untuk Mata Pelajaran Sains

Di dalam penjara cangkang-cangkang ini makhluk-makhluk sedang

mempersiapkan pelarian besar mereka, tetapi untuk dapat mencapai keinginan ini,

mereka perlu mentransformasi diri beberapa kali; mereka menghadapi

serangkaian hambatan yang mencegah mereka bebas. Ulat-ulat kecil muncul,

memakan jalan keluar mereka, dan kemudian mereka memakan seluruh cangkang

itu dan kemudian terus mevierus makan. Mereka merupakan pemakan yang paling

bodoh dan rakus di dalam dunia binatang, terus tumbuh hingga mereka

meretakkan kulit mereka, berganti kulit, kemudian makan dan makan lagi hingga

kulit mereka retak kembali. Semua upaya makan ini merupakan persiapan untuk

meloloskan diri. Bagaimana caranya? Bagaimana bisa dengan bertambah besar

membuat mereka dapat melarikan diri dari daun-daun yang belum pernah mereka

tinggalkan dan hanya bergerak ketika menemukan hal-hal baru untuk dimakan?

Mereka makan ratusan kali lebih banyak dari berat tubuh mereka, pada beberapa

spesies bahkan ribuan kali lebih banyak. Tubuh mereka sebagian besar hanya

berupa rahang, cakar, jepitan, dan sistem pencemaan. Potret-potret diri mereka

yang diperbesar menampilkan mereka sebagai monster-monster jelek,

menakutkan.

Tetapi, tiba-tiba, mereka berhenti makan. Mereka berganti kulit sekali lagi

dan membuat kepompong di sekeliling diri mereka, di dalamnya mereka

berbaring tak bergerak, pasrah dan kedinginan. Bagaimana mereka dapat

melarikan diri bila berada di dalam kepompong? Sudan pasti mereka berubah lagi.

Kita dapat melihat kepompong keras itu mulai membentuk kepala yang sedang

berkembang, dada dan kaki-kaki. Tetapi apapun yang sedang terjadi, kondisi itu

sepertinya tidak menunjukkan pelarian dari penjara kepompong. Mereka tidak

dapat bergerak jauh, mereka terikat pada sumber makanan mereka kemudian

kepacla kepompong mereka, mereka satu warna, lamban dan agak menakutkan.

37

Page 46: Afrida, S.Pd

Kemudian kepompong-kepompong itu terbelah dengan perlahan.

Kebebasan macam apa yang diharapkan kepompong-kepompong itu bila mereka

keluar? Yang pertama keluar adalah kepala yang telah berubah kemudian

makhluk yang gemetaran dengan sayap-sayap yang kusut. Aliran darah mengalir

ke seluruh tubuh yang rapuh itu dan sayap-sayap menjadi lurus dan kemudian

mengayun dan mengepak, dan warna-warnanya bersinar. Dan makhluk itu dapat

terbang. Kupu-kupu rapuh sering kali dapat berpinclah lebih dari seribu mil.

Bahkan meskipun kupu-kupu sudah tidak lagi makan, ia masih kembali untuk

bertelur di dekat sumber makanan sehingga ulat yang rakus dan terkungkung yang

muncul dapat menyiapkan diri mereka demi mendapatkan kebebasan bersayap tak

disangka menjadi kupu-kupu.

38

Page 47: Afrida, S.Pd

Contoh Cerita untuk Mata Pelajaran Matematika

Pada zaman dahulu kala ada seorang raja yang ingin menghitung

laskarnya, tetapi para penasihat yang ia suruh untuk menghitung tidak dapat

melakukannya dengan satu cara yang sederhana. Salah seorang menyarankan

penggunakan tongkat penanda, dengan memotong sebatang ranting pada setiap

tentara, yang lain menyarankan beberapa cara untuk menyamakan tentara dengan

objek terpasang yang dapat mereka hitung dan beberapa lainnya mengatakan

bahwa jumlah laskar itu 'sangatlah banyak'. Tidak satu pun penasihat yang mampu

menemukan sistem yang baik untuk menghitung laskar itu. Maka, sang raja

dengan putus asa berpaling pada putrinya yang ia ketahui cukup cerdas. Sang

putri berkata bahwa ia dapat menghitung berapa banyak jumlah laskar sang raja.

Pertama-tama, ia menyuruh lima orang penasihat yang tidak mengerti apa-apa itu

untuk mengambil masing-masing sepuluh batu. Kemudian ia menyuruh pelayan

meletakkan meja di lapangan tempat para tentara akan berbaris dari tenda-tenda

mereka. Kelima penasihat tadi diminta untuk berdiri dalam barisan di belakang

meja dan mangkokdiletakkan di hadapan masing-masing.

Begitu para tentara mulai bergerak, penasihat pertama yang berada di

ujung meja memasukkan sebuah batu ke dalam mangkoknya untuk setiap tentara

yang melewatinya. Setelah sepuluh batu dimasukkan ke dalam mangkok,

penasihat pertama mengambil semua batu dan mengulangi lagi pola tersebut,

memasukkan satu batu untuk setiap tentara yang melewatinya dan bila sepuluh

batu sudah dimasukkan, ia harus mengambil semua batu dan mengulangi lagi

tindakan tersebut. Penasihat kedua yang berada di sebelah kiri penasihat pe,rtama

melakukan pekerjaan yang kurang membosankan yaitu memerhatikan penasihat

pertama melakukan tugasnya dan setiap kali si penasihat pertama mengambil ke

sepuluh batu dari dalam mangkoknya, penasihat kedua harus memasukkan satu

batu ke dalam mangkoknya sendiri. Ketika semua batu sudah dimasukkan si

penasihat kedua ke dalam mangkoknya, si kedua ini pun harus mengambil

kesepuluh batu itu dan mengulangi lagi pola kerjanya yaitu memasukkan satu batu

ke dalam mangkok setiap kali penasihat pertama mengambil sepuluh batu dari

39

Page 48: Afrida, S.Pd

dalam mangkoknya sendirinya. Penasihat ketiga hanya perlu memerhatikan

mangkok penasihat kedua dan setiap kali penasihat kedua mengambil sepuluh

batu dari dalam mangkoknya, penasihat ketiga memasukkan satu batu ke dalam

mangkoknya sendiri. Dan begitulah pola kerjanya hingga penasihat kelima

menjalani saat siang yang panjang, memasukan satu batu setelah penasihat

keempat mengambil kesepuluh batunya. Pada penghujung siang itu, penasihat

kelima memiliki satu batu di dalam mangkoknya, penasihat keempat memiliki

tujuh batu, tidakada batu dalam mangkok penasihat ketiga, penasihat kedua

memiliki satu batu dan yang pertama, dengan lelah, memiliki enam buah batu

dalam mangkoknya. Sang putri melihat isi mangkok-mangkok itu dan berkata

kepada sang raja bahwa ia memiliki 17, 016 orang tentara dalam pasukannya.

40

Page 49: Afrida, S.Pd

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Afrida, S.Pd.

Sekolah : SD Chandra Kusuma

Jabatan : Guru SD

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tulisan karya ilmiah yang saya tulis ini

benar merupakan hasil kerja saya sendiri dan bukan merupakan pengambilan

alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran

saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan tulisan ini hasil jiplakan

atau plagiat, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Deliserdang, 14 Februari 2011

Yang Membuat Pernyataan

Afrida

41

Page 50: Afrida, S.Pd

BIODATA PENULIS

Nama : Afrida, S.Pd.

Umur : 23 Tahun

Tempat tanggal lahir : Medan, 06 Juni 1987

Jenis kelamin : Perempuan

Status : Belum Nikah

Bangsa : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Jl.Menteng II No.58 Medan

No.HP : 085270087209

P E N D I D I K A N

1. SD Al-Wasliyah 14 Medan (Tahun 1994-2000)

2. SMP Nurul Islam Indonesia Medan (Tahun 2000-2003)

3. SMA Negeri 5 Medan (Tahun 2003-2006)

4. Universitas Negeri Medan (Tahun 2006-2010)

P RESTASI YANG DIRAIH

1. Juara I Lomba Pemilihan Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) Tahun 2008

tingkat Fakultas di Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan

2. Juara III Lomba Pemilihan Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) Tahun 2008

tingkat Universitas di Universitas Negeri Medan

3. Mahasiswa Pemegang Indeks Prestasi Komulatif Tertinggi di Universitas

Negeri Medan Tahun 2010

42