Afrida, S.Pd
-
Author
risna-mira-bosar -
Category
Documents
-
view
1.628 -
download
5
Embed Size (px)
Transcript of Afrida, S.Pd
PENERAPAN METODE CERITA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SD KELAS RENDAH DENGAN BONEKA BERKARAKTER SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN
Ditulis Untuk Memenuhi Persyaratan Lomba Karya Tulis Ilmiah
OLEH : AFRIDA, S.Pd.
YAYASAN PENDIDIKAN CEMARA ASRI SD CHANDRA KUSUMA DELISERDANG 2011
2
i
LEMBAR PENGESAHAN
Judul
: Penerapan Metode Cerita untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa SD Kelas Rendah dengan Boneka Berkarakter sebagai Media Pembelajaran
Nama
: Afrida, S.Pd.
Sekolah : SD Chandra Kusuma Deliserdang
Mengesahkan, Kepala Sekolah SD Chandra Kusuma
Deliserdang, 14 Februari 2011 Penulis
Dra.Helena Moore
Afrida, S.Pd.
ii
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Wr.Wb. Alhamdulillahi RabbilAlamin, penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah ini. Sholawat beriringan salam juga penulis persembahkan kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa kabar tentang pentingnya ilmu bagi kehidupan di dunia dan akhirat kelak. Penulis dalam hal ini memberanikan diri untuk menulis sebuah karya tulis ilmiah yang berjudul Penerapan Metode Cerita untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa SD Kelas Rendah dengan Boneka Berkarakter sebagai Media Pembelajaran . Dalam merampung tulisan ini, penulis banyak menghadapi hambatan baik dari segi teknis, waktu, tenaga, serta biaya. Namun, dengan petunjuk dan rahmat Allah SWT serta bantuan bimbingan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis dari berbagai pihak, maka penulisan karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. Dalam kesempatan ini, dengan ketulusan hati penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ibu Malahayati Holland, selaku Kepala Yayasan Pendidikan Cemara Asri Sekolah Chandra Kusuma Deliserdang yang telah memberikan kesempatan
iii
dan kepercayaan kepada penulis untuk ikut serta dalam perlombaan karya tulis ilmiah pada kegiatan Science Competition Expo 2011. 2. Ibu Dra.Helena Moore, selaku Kepala Sekolah SD Chandra Kusuma Deliserdang yang telah memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis dalam penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini. 3. Ibunda dan Alm.Ayahanda, selaku orang tua penulis yang selalu mendoakan penulis serta memberikan bantuan baik moril maupun materil yang tiada putus-putusnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan karya ilmiah ini. Kepada semua pihak yang telah membantu, saya tidak bisa membalas jasa yang telah diberikan kepada saya, hanya kepada Allah SWT jualah saya berserah diri dan semoga semua apa yang telah diberikan itu mendapat imbalan yang setimbalnya. Penulis menyadari dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini mungkin masih banyak kekurangan-kekurangan yang terdapat di dalamnya, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Akhir kata penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis sendiri dan orang lain pada masa yang akan datang Deliserdang, Februari 2011 Penulis
Afrida, S.Pd.
iv
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN. i KATA PENGANTAR.. ii DAFTAR ISI..... iv DAFTAR LAMPIRAN........................ v ABSTRAK.... vi BAB I PENDAHULUAN.... B. Perumusan Masalah.. C. Tujuan Penulisan... D. Manfaat Penulisan......... A. Landasan Teori.. B. Penelitian yang Relevan........ C. Kerangka Berfikir. A. Informasi Mengenai Metode Cerita...... B. Metode Cerita dapat Meningkatkan Pemahaman Siswa SD Kelas Rendah C. Bentuk Penerapan Metode Cerita untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa SD Kelas Rendah 22 D. Contoh Cerita yang Digunakan dalam Metode Cerita.. E. Boneka Berkarakter Dijadikan sebagai Media Pembelajaran dalam Penerapan Metode Cerita untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa SD Kelas Rendah 27 BAB IV PENUTUP. 31 A. Kesimpulan 31 B. Saran.. 32 DAFTAR PUSTAKA.. LAMPIRAN-LAMPIRAN. 34 35 25 20 1 3 4 4 5 15 16 19 A. Latar Belakang Masalah........ 1
BAB II LANDASAN TEORI.. 5
BAB III PEMBAHASAN 19
v
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara 2. Contoh Cerita untuk Mata Pelajaran Sains 3. Contoh Cerita untuk Mata Pelajaran Matematika 4. Pernyataan Keaslian Tulisan 5. Biodata Penulis
vi
Penerapan Metode Cerita untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa SD Kelas Rendah dengan Boneka Berkarakter sebagai Media Pembelajaran Afrida, S.Pd. SD Chandra Kusuma Deliserdang ABSTRAK Permasalahan dalam karya tulis ilmia ini yaitu : (1) Apa yang dimaksud dengan metode cerita, (2) Mengapa metode cerita dapat meningkatkan pemahaman siswa SD kelas rendah, (3) Bagaimanakah bentuk penerapan metode cerita untuk meningkatkan pemahaman siswa SD kelas rendah dan (4) Mengapa boneka berkarakter dapat dijadikan sebagai media pembelajaran dalam penerapan metode cerita untuk meningkatkan pemahaman siswa SD kelas rendah. Tujuan penulisan karya ilmiah ini yaitu : (1) Mengetahui informasi mengenai metode cerita, (2) Mengetahui alasan mengapa metode cerita dapat meningkatkan pemahaman siswa SD kelas rendah, (3) Mendeskripsikan bentuk penerapan metode cerita untuk meningkatkan pemahaman siswa SD kelas rendah dan (4) Mengetahui alasan mengapa boneka berkarakter dapat dijadikan sebagai media pembelajaran dalam penerapan metode cerita untuk meningkatkan pemahaman siswa SD kelas rendah. Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa : (1) Metode cerita merupakan metode yang efektif dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman siswa SD kelas rendah karena metode cerita dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan menggembirakan dengan penuh dorongan dan motivasi sehingga pelajaran atau materi pendidikan itu dapat mudah diberikan, (2) Dalam melaksanakan metode cerita guru harus memiliki persiapan yang matang mulai dari mempersiapkan materi yang akan diajarkannya, mempersiapkan cerita yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan, mempersiapkan alat peraga yang sesuai untuk digunakan dan mempersiapkan diri untuk menceritakan sebuah cerita dengan gaya bahasa dan mimik yang baik sehingga para siswa tertarik untuk mendengarnya, (3) Metode cerita dapat digunakan dalam setiap mata pelajaran baik di bidang Sains, Matematika dan Sosial hanya saja tugas gurulah untuk mencari atau mengarang cerita yang sesuai dengan materi pelajaran yang akan diajarkan dan (4) Boneka berkarakter dapat dijadikan sebagai media pembelajaran yang edukatif dalam melaksanakan metode cerita. Kegiatan pertunjukkan boneka berkarakter dapat memberikan cara yang baik untuk menyalurkan dan menyampaikan masalah dan perilaku siswa. Dalam memanfaatkan media ini dapat memberikan kondisi pembelajaran yang menyenangkan dan saling melengkapi antara guru dan siswa untuk memasukkan ide-ide dan pengalaman individu masing-masing. Kata kunci : metode cerita, boneka berkarakter, media pembelajaran, pemahaman siswa SD kelas rendah
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Penggunaan metode pembelajaran dan pengembangannya dapat dikatakan berhasil, harus dilihat dari sudut input, proses, hingga output pembelajaran. Pada sisi input, pembelajaran harus memiliki konsep-konsep yang jelas, pebelajar yang jelas, dan perencanaan pembelajaran yang disiapkan secara terencana sesuai dengan tuntutan kurikulum dan silabus. Dari sudut proses, sebuah pembelajaran harus memiliki sumber-sumber yang sesuai, memiliki model yang pas dengan bidang studi yang akan diajarkan, dan memiliki kesesuaian antara audien pebelajar dengan suasana belajar yang berlangsung. Dari sudut output, pembelajaran harus dapat memberikan kontribusi kepada siswa dan dapat dikembangkan bagi proses pendewasaan, pengayaan keterampilan, dan penguatan ilmu pengetahuan. Memang tidak gampang mewujudkan pembelajaran yang berhasil dan efektif. Hal ini selain membutuhkan kesungguhan guru untuk mau
mengembangkan metode-metode pembelajarannya, sesuai dengan kriteria siswa yang dihadapi, juga dituntut adanya kreativitas dan kecerdasan guru yang tinggi untuk mengkreasikan sumber-sumber pembelajaran yang ada dan
memanfaatkannya secara proporsional.
2
Metode pembelajaran yang berhasil lebih menekankan kesimbangan antara kebutuhan si pebelajar dengan pemenuhan pembelajaran yang dilaksanakan guru. Metode pembelajaran yang berhasil lebih mengutamakan kekuatan siswa dan sumber yang dihadapi. Saat ini banyak metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran salah satunya adalah metode cerita. Metode cerita merupakan metode pembelajaran yang dilakukan guru kepada siswa-siswanya atau guru bercerita kepada pendengarnya. Cerita adalah penggambaran tentang sesuatu secara verbal (Rahman, 2002:89). Cerita dapat digunakan sebagai alat untuk merangsang aspek perkembangan anak karena cerita dan aktivitas bercerita identik dengan anak-anak. Jika dikaitkan dengan proses belajar mengajar, maka metode cerita sangat sesuai diterapkan bagi siswa SD kelas rendah yakni kelas 1, 2 dan 3. Karena dunia anak berbeda dengan dunia orang dewasa, dunia anak itu dunia bermain, dunia yang penuh imajinasi, dunia berkembangnya aktivitas motorik, dan perkembangan fisik, dunia mengenal konsep-konsep baru, dunia berkembangnya moral dan emosi, dan sebagainya. Selanjutnya Musfiroh (2005:78) mengungkapkan bahwa anak memperoleh beberapa manfaat melalui cerita antara lain, mengasah imajinasi anak, mengembangkan kemampuan berbahasa, mengembangkan aspek sosial, mengembangkan aspek moral, mengembangkan aspek emosi, menumbuhkan semangat berprestasi, dan melatih konsentrasi anak. Cerita dijadikan sebagai
metode pembelajaran yang menyenangkan. Namun, seorang guru atau orang tua harus membaca terlebih dahulu cerita-cerita yang akan diberikan, guna menyeleksi kelayakannya untuk dibaca oleh anak-anak agar cerita-cerita itu tidak
3
merusak mental anak. Sebab banyak cerita-cerita yang menanamkan cara berfikir yang salah pada anak dan bertentangan dengan watak manusia. Metode cerita merupakan salah satu metode pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan pemahaman siswa dan menarik minat belajar siswa di kelas khususnya siswa SD kelas rendah. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk menulis karya ilmiah yang berjudul Penerapan Metode Cerita untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa SD Kelas Rendah dengan Boneka Berkarakter sebagai Media Pembelajaran .
B.
Perumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang akan dikaji adalah : 1. Apa yang dimaksud dengan metode cerita? 2. Mengapa metode cerita dapat meningkatkan pemahaman siswa SD kelas rendah? 3. Bagaimanakah bentuk penerapan metode cerita untuk meningkatkan pemahaman siswa SD kelas rendah? 4. Mengapa boneka berkarakter dapat dijadikan sebagai media pembelajaran dalam penerapan metode cerita untuk meningkatkan pemahaman siswa SD kelas rendah?
4
C.
Tujuan Penulisan Penulisan ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui informasi mengenai metode cerita. 2. Mengetahui alasan mengapa metode cerita dapat meningkatkan
pemahaman siswa SD kelas rendah. 3. Mendeskripsikan bentuk penerapan metode cerita untuk meningkatkan pemahaman siswa SD kelas rendah. 4. Mengetahui alasan mengapa boneka berkarakter dapat dijadikan sebagai media pembelajaran dalam penerapan metode cerita untuk meningkatkan pemahaman siswa SD kelas rendah.
D. Manfaat Penulisan Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan ini adalah : 1. Penulisan ini diharapkan bermanfaat bagi penulis untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam penulisan karya ilmiah. 2. Penulisan ini diharapkan bermanfaat bagi para pendidik untuk dapat menerapkan dan mengembangkan metode cerita dalam upaya
meningkatkan pemahaman siswa SD kelas rendah dengan boneka berkarakter sebagai media pembelajaran. 3. Penulisan ini diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmu pengetahuan dan dapat pula memberikan dukungan untuk membentuk metode pembelajaran yang inovatif dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di bidang Sains, Matematika, dan Sosial.
5
BAB II LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori 1. Metode Cerita sebagai Metode Pembelajaran Dalam proses pembelajaran banyak metode yang digunakan oleh seorang guru untuk menyampaikan informasi atau massage lisan kepada siswa tentu berbeda dengan cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan, keterampilan, serta sikap. Metode yang digunakan untuk memotivasi siswa agar mampu menggunakan pengetahuan untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi ataupun untuk menjawab suatu pertanyaan akan berbeda dengan metode yang digunakan untuk tujuan agar siswa mampu berpikir dan mengemukakan pendapatnya sendiri di dalam menghadapi segala persoalan. Macam-macam metode pembelajaran menurut Roestiyah (2001:5-7) adalah sebagai berikut: a. Metode Diskusi Metode diskusi adalah salah satu teknik belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Di dalam diskusi ini proses interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat terjadi juga semuanya aktif tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja. b. Metode Kerja kelompok Metode ini sebagai salah satu cara mengajar, dimana siswa di dalam kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok. c. Penemuan (Discovery) Teknik penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund discovery adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Yang dimaksudkan dengan proses mental tersebut antara lain ialah : mengamati,
6
mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. d. Simulasi Simulasi adalah tingkah laku seseorang untuk berlaku seperti yang dimaksudkan, dengan tujuan agar orang itu dapat mempelajari lebih mendalam tentang bagaiman orang itu merasa dan berbuat sesuatu. e. Unit Teaching Unit teaching sebagai teknik mengajar mempunyai pengertian yang khusus ialah metode ini memberi kesempatan kepada siswa belajar secara aktif dan guru dapat mengenal dan menguasai cara belajar secara unit. f. Micro Teaching Mikro teaching berarti sesuatu kegiatan pembelajaran dimana segalanya dikecilkan atau disederhanakan. g. Sumbang Saran (Brain-Storming) Sumbang saran adalah suatu teknik atau metode pembelajaran yang dilaksanakan oleh siswa di dalam kelas dengan melontarkan suatu masalah ke kelas oleh guru, kemudian siswa menjawab atau menyatakan pendapat, atau komentar sehingga mungkin masalah tersebut berkembang menjadi masalah baru, atau dapat diartikan pula sebagai suatu cara untuk mendapatkan banyak ide dari sekelompok manusia dalam waktu yang sangat singkat. h. Inquiry Inquiry adalah istilah dalam bahasa Inggris, ini merupakan suatu teknik atau metode yang digunakan dosen untuk mengajar di depan kelas. Adapun pelaksanaannya adalah sebagai berikut : guru membagi tugas meneliti sesuatu masalah ke kelas, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan. i. Eksperimen Eksperimen yang dimaksud adalah salah satu metode pembelajaran, dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang suatu hal, mengenai prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampai-kan ke kelas dan dievaluasi oleh dosen. j. Demonstrsi Demonstrasi adalah metode pembelajaran dimana seorang instruktur/tim guru menunjukkan, memperlihatkan sesuatu proses misalnya merebus air sampai mendidih, sehingga mahasiswa dalam kelas dapat melihat, mengamati, mendengar mungkin meraba-raba dan merasakan proses yang ditunjukkan oleh dosen tersebut. k. KaryaWisata Metode karya wisata, ialah metode pembelajaran yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau objek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari/menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu, suatu bengkel mobil, toko serba ada, suatu peternakan atau perkebunan, museum dan sebagainya.
7
l. Kerja Lapangan Yang dimaksud dengan metode kerja lapangan ialah cara mengajar dengan jalan mengajak siswa kesuatu tempat di luar sekolah, yang bertujuan tidak hanya sekedar melakukan observasi atau peninjauan saja, tetapi langsung terjun turut aktif/berpartisipasi kelapangan kerja, agar siswa dapat menghayati sendiri serta mengadakan penyelidikan serta bekerja sendiri di dalam pekerjaan yang ada di masyarakat. m. Sosiodrama dan Bermain Peranan (Role Playing) Kadang-kadang banyak peristiwa psikologis atau sosial yang sukar bila dijelaskan dengan kata-kata. Maka perlu didramatisasikan, atau siswa dapat dipartisipasikan untuk berperanan dalam peristiwa sosial itu. Sosiodra-ma ialah siswa mampu mendramatisasikan tingkah laku, atau ungkapan gerak-gerik wajah seseorang dalam hubungan sosial antar manusia. n. Metode Penyajian Secara Kasus Penyajian secara kasus dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran dengan memanfaatkan kasus yang ditemui oleh siswa, digunakan sebagai bahan pembelajaran kemudian kasus tersebut dibahas bersama untuk mendapatkan penyelesaian atau jalan keluar. o. Metode Secara Sistem Regu (Team Teaching) Sistem regu ini dilaksanakan dengan tujuan untuk membantu anak didik agar lebih lancar terjadinya interaksi pembelajaran secara kuantitatif maupun kualitatif, juga meringankan pengajar sehingga bisa bertanggung jawab bersama terhadap informasi yang diberikannya; dapat saling membantu antar pengajar, meningkatkan kerja sama, saling mengisi, dan saling memikirkan bersama pengembangan mata pelajarannya. p. Metode Pengembangan Sistem Intruksional Sistem intruksional menunjukkan pada pengertian pengajaran sebagai suatu sistem, yaitu sebagai satu kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling berhubungan satu sama lain dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. q. Metode Latihan (Drill) Metode drill ialah suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara pembelajaran dimana anak didik melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, agar anak didik memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari. r. Metode Tanya Jawab (Dialog) Tanya jawab ialah suatu teknik untuk memberi motivasi pada anak didik agar membangkitkan pemikirannya untuk bertanya, selama mendengarkan pelajaran atau pengajar yang mengajukan pertanyaanpertanyaan itu, kemudian anak didik menjawab. s. Metode Pemberian Tugas dan Resitasi Teknik pemberian tugas atau resitasi biasanya digunakan dengan tujuan agar anak didik memiliki hasil belajar yang lebih mantap, karena anak didik melakukan latihan-latihan selama mengerjakan
8
tugas, sehingga pengalaman anak didik dalam mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi. t. Metode Ceramah Cara mengajar yang paling tradisional dan telah lama dijalankan dalam sejarah pendidikan ialah cara mengajar dengan ceramah. Biasanya pengajar menggunakan metode ini bila memiliki tujuan agar anak didik mendapatkan informasi tentang suatu pokok bahasan atau persoalan tertentu. u. Metode dengan Interaksi Massa Beberapa bagian dari metode interaksi massa adalah panel, simposium, seminar, musyawarah kerja, forum dan sebagainya. v. Metode dengan Mempergunakan Komputer Metode pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan karena pertamatama sudah jelas pada kehidupan modern dimasa depan, komputer merupakan suatu alat yang sangat penting. w. Metode Non-Directive Cara mengajar ini dilakukan agar anak didik mampu melaksanakan observasi mereka sendiri, mampu mengadakan analisis mereka sendiri, dan mampu berpikir sendiri. x. Metode Berdasarkan Prinsip-Prinsip Interdisiplinaritas Metode ini dikembang berdasarkan kesadaran, bahwa masalahmasalah nyata yang dijumpai dalam kehidupan modern ini tidak dapat lagi diselesaikan dengan berdasarkan ajaran-ajaran yang diberikan oleh suatu disiplin ilmu pengetahuan saja. Berdasarkan pendapat diatas, bahwa dalam melaksanakan proses belajar mengajar guru dapat memilih salah satu jenis metode pembelajaran. Dalam hal ini metode cerita bukanlah termasuk dari salah satu metode-metode di atas, namun metode cerita adalah salah satu metode pembelajaran yang terbaru yang lebih efektif digunakan untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam proses pembelajaran dan dapat membuat siswa lebih tertarik khususnya untuk siswa SD kelas rendah. Menurut Egan (2009:3), cerita merupakan salah satu alat kognisi paling ampuh yang dimiliki para siswa, yang tersedia untuk keterlibatan imajinatif dengan ilmu pengetahuan. Cerita membentuk pemahaman emosional kita terhadap isi.
9
Rahman (2002:210) mengungkapkan bahwa cerita adalah penggambaran tentang sesuatu secara verbal. Melalui bercerita anak diajak berkomunikasi, berfantasi, berkhayal, dan mengembangkan kognisinya. Bercerita merupakan suatu stimulan yang dapat membangkitkan anak terlibat secara mental. Menurut Musfiroh (2005:83), cerita dapat menjadi metode pembelajaran yang menyenangkan. Selain karena mengandung hiburan (entertaint), cerita juga menjadi metode pembelajaran yang tidak menggurui dan fleksibel. Menurut Santoso (2002:57) beberapa aspek yang perlu dikembangkan melalui cerita anak, yaitu : bermain, berdisiplin, berhati lembut, berinisiatif, bersahaja, bersyukur, bertanggungjawab, bertenggang rasa, bijaksana, cerdik, cermat, gigih, hemat, jujur, kemauan keras, kreatif, mandiri, menghargai orang lain, pemaaf, pemurah, pengabdi, rajin, ramah tamah, rasa kasih sayang, rasa percaya diri, rela berkorban, rendah hati, sabar, setia, sikap adil, sikap hormat, sikap tertib, sopan santun, sportif, susila, tegas, tekun, tetap janji dan ulet. Kusmarwanti (dalam Musfiroh, 2005:62-68) mengungkapkan bahwa cerita anak ada tiga bentuk, yaitu sebagai berikut: a. Cerita lisan, yaitu: konsekuensi utamanya terletak pada kemampuan pencerita menyampaikan cerita kepada audiens. b. Cerita tulis, yaitu: konsekuensi utamanya terletak pada kemampuan menyampaikan cerita secara hidup dengan bahasa dan pemilihan kata yang tepat. c. Cerita panggung, yaitu: konsekuensi utamanya terletak pada kemampuan dalam tampilan visualisasi gerak atau akting dengan dukungan tata panggung yang menarik. Menurut Rahman (2002:89-90), penerapan kegiatan bercerita dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, seperti:
10
a. Bercerita tanpa alat peraga, hanya mengandalkan kemampuan verbal orang yang memberikan cerita. b. Bercerita dengan menggunakan alat peraga seperti boneka, gambargambar, dan benda lain. c. Bercerita dengan cara membaca buku cerita (reading story), dalam hal ini tidak diperlukan kemampuan fantasi, imajinasi, dan olah kata dari orang yang bercerita melainkan hanya intonasi dan suara. d. Bercerita dengan menggunakan bahasa isyarat atau gerakan, seperti; pantomim, film kartun tanpa bicara, opera, dan sebagainya. e. Bercerita melalui alat pandang dengar (audio visual aids), yaitu dapat berupa kaset, televisi, video, dan sebagainya. Menurut Hapinudin dan Gunarti (1996:62), tujuan metode bercerita adalah sebagai berikut : a. b. c. d. Melatih daya tangkap dan daya pikir. Melatih daya konsentrasi. Membantu perkembangan fantasi. Menciptakan suasana yang menyenangkan di kelas.
Sedangkan menurut Moesliehatoen.R (2004:170), bahwa tujuan metode bercerita adalah : salah satu cara yang ditempuh guru untuk memberi pengalaman belajar agar anak memperoleh penguasaan isi cerita yang disampaikan lebih baik. Melalui metode cerita maka anak akan menyerap pesan-pesan yang dituturkan melalui kegiatan bercerita. Penuturan cerita yang sarat informasi atau nilai-nilai dapat dihayati anak dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 2. Pemahaman Siswa SD Kelas Rendah Usia anak SD kelas rendah (kelas 1, 2 dan 3) merupakan awal bagi pertumbuhan dan perkembangan anak yang akan membawa dampak bagi sepanjang kehidupan anak selanjutnya. Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek yang ada pada setiap anak, antara lain aspek gerakan, berfikir dan interaksi baik
11
dengan sesama maupun dengan benda-benda yang ada dalam lingkungan di sekitarnya. Masa kanak-kanak sering juga disebut sebagai Golden Age atau masa keemasan. Hal tersebut dikarenakan pada masa ini anak sangat peka untuk mendapatkan rangsangan-rangsangan baik berkaitan dengan aspek fisik, motorik, intelektual, sosial, emosi, maupun bahasa. Saat masa kanak-kanak inilah perkembangan otak terjadi dengan cepat. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan anak usia SD yaitu faktor bawaan dan faktor lingkungan. Faktor bawaan merupakan faktor yang diturunkan dari kedua orang tuanya secara genetik, sedangkan faktor lingkungan, yaitu faktor yang berasal dari luar faktor bawaan. Faktor lingkungan meliputi semua faktor yang ada di sekitar anak yaitu, lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat atau lingkungan teman sebaya, dan lingkungan sekolah. Melalui keluarga dan lingkungan di sekitar anak tersebut, maka anak akan belajar mengenai berbagai hal. Anak mulai tertarik untuk mengenal dunia di luar lingkungan keluarga. Hal tersebut terjadi karena anak mengalami perkembangan sosialisasi. Perkembangan sosialisasi anak akan semakin tampak ketika anak memasuki lingkungan sekolah. Hal tersebut dikarenakan di lingkungan sekolah anak akan menemukan suasana kehidupan yang berbeda. Di lingkungan sekolah anak akan beradaptasi dengan teman sebaya, guru, atau aturan-aturan yang berlaku di sekolah, yang tentunya berbeda dengan lingkungan keluarga. 3. Boneka Berkarakter sebagai Media Pembelajaran Menurut Arsyad (2009:3), kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar.
12
Gerlach dan Ely (dalam Arsyad, 2009:3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Pengelompokan berbagai jenis media apabila dilihat dari segi
perkembangan teknologi oleh Seels dan Glasglow (dalam Arsyad, 2009:33-35) dibagi ke dalam dua kategori luas, yaitu pilihan media tradisional dan pilihan media teknologi mutakhir. a. Pilihan Media Tradisional 1) Visual diam yang diproyeksikan proyeksi opaque (tak-tembus pandang) - proyeksi overhead - slides - filmstrips 2) Visual yang tak diproyeksikan - gambar, poster - foto - charts, grafik, diagram - pameran, papan info, papan-bulu 3) Audio - rekaman piringan - pita kaset, reel, cartridge 4) Penyajian Multimedia - slide plus suara (tape) - multi-image 5) Visual dinamis yang diproyeksikan - film - televise - video
-
13
6) 7) 8) -
Cetak buku teks modul, teks terprogram workbook majalah ilmiah, berkala lembaran lepas (hand-out) Permainan teka-teki simulasi permainan papan Realia model specimen (contoh) manipulatif (peta, boneka)
b. Pilihan Media Teknologi Mutakhir 1) Media berbasis telekomunikasi - Telekonferen - Kuliah jarak jauh 2) Media berbasis mikroprosesor - Computer-assisted instruction - Permainan computer - Sistem tutor intelijen - Interaktif - Hypermedia - Compact (video) disc Dari beberapa media pembelajaran di atas, boneka berkarakter merupakan salah satu media pembelajaran yang bersifat manipulatif yang sangat efetif untuk digunakan dalam proses pembelajaran khususnya dalam metode bercerita untuk siswa SD kelas rendah. Secara khusus menurut Suhartono (2010:5-6), pengertian boneka adalah: tiruan bentuk manusia dan bentuk binatang. Jadi sebenarnya boneka merupakan salah satu model perbandingan. Boneka dalam penampilannya memiliki karakteristik khusus, maka dalam bahasan ini dibicarakan tersendiri. Dalam penggunaan boneka dimanfaatkan sebagai media pembelajaran dengan cara dimainkan dalam sandiwara boneka. Boneka merupakan model dari manusia, atau yang menyerupai manusia, atau hewan. Seringkali boneka dimaksudkan untuk dekorasi atau koleksi untuk anak yang sudah besar atau orang dewasa, namun kebanyakan boneka ditujukan sebagai mainan untuk anak-anak, terutama anak perempuan.
14
Suhartono (2010:6-7) membagi beberapa jenis boneka dilihat dari bentuk dan cara memainkannya, antara lain: a. Boneka Jari Boneka ini dibuat dengan alat sederhana seperti tutup botol, bola pingpong, bambu kecil yang dapat dipakai sebagai kepala boneka. Sesuai dengan namanya boneka ini dima-inkan dengan menggunakan jari tangan. Kepala boneka diletakkan pada ujung jari kita/ dalam. Dapat juga dibuat dari semacam sarung tangan, dimana pada ujung jari sarung ta-ngan tersebut sudah berbentuk kepala boneka dan dengan demikian kita/ dalam tinggal memainkannya saja. b. Boneka Tangan Kalau boneka dari setiap ujung jari kita dapat memainkan satu tokoh, lain halnya dengan boneka tangan. Pada boneka tangan ini satu tangan kita hanya dapat memainkan satu boneka. Disebut boneka tangan, karena boneka ini hanya terdiri dari kepala dan dua tangan saja, sedangkan bagian badan dan kakinya hanya merupakan baju yang akan menutup lengan orang yang memainkannya disamping cara memainkannya juga hanya memakai tangan (tanpa menggunakan alat bantu yang lain). Cara memainkanya adalah jari telunjuk untuk memainkan atau menggerakkan kepala, ibu jari, dan jari tangan untuk menggerakkan tangan. Di Indonesia penggunaan boneka tangan sebagai media pendidikan/pembelajaran di sekolah-sekolah sudah dilak-sanakan, bahkan dipakai diluar sekolah yaitu pada siaran TVRI dengan film seri boneka Si Unyil c. Boneka Tongkat Disebut boneka tongkat karena cara memainkannya dengan menggunakan tongkat. Tongkat-tongkat ini dihubungkan dengan tangan dan tubuh boneka. Wayang Golek di Jawa Barat misalnya adalah termasuk boneka jenis ini. Untuk keperluan penggunaan boneka tongkat sebagai media pendidikan/ pembelajaran di sekolah, maka tokoh-tokohnya dibuat sesuai dengan keadaan sekarang. Misalnya dibuat tokoh tentara, pedagang, lurah, nelayan dan sebagainya. Boneka tongkat dapat dibuat dari kayu yang lunak seperti kayu kemiri, randu, dan sebagainya. d. Boneka Tali Boneka tali atau Marionet banyak dipakai dinegara barat. Perbedaan yang menyolok antara boneka tali dengan boneka yang lain adalah, boneka tali bagian kepala, tangan, dan kaki dapat digerak-gerakkan menurut kehendak kita/dalangnya. Cara menggerakkannya dengan tali. Dengan demikian maka kedudukan tangan orang yang memain-kannya
15
berada di atas boneka yang dimainkannya. Untuk memainkan boneka tali diperlukan latihan-latihan yang teratur, sebab memainkan boneka tali ini memerlukan keterampilan yang lebih sulit dibandingkan dengan memainkan boneka-boneka yang lainnya. Adakan tetapi memiliki kelebihan lebih hidup dari pada boneka yang lain, karena mendekati gerak manusia atau tokoh yang sebenarnya. e. Boneka Bayang-bayang Boneka bayang-bayang (Sadhow Puppet) adalah jenis boneka yang cara memainkannya dengan mempertontonkan gerak bayang-bayang dari boneka tersebut. Di Indonesia khususnya di Jawa dikenal dengan Wayang kulit. Namun untuk keperluan sekolah, wayang semacam ini dirasakan kurang efektif, karena untuk memainkan boneka ini diperlukan ruangan gelap/tertutup. lagi pula diperlukan lampu untuk membuat bayang-bayang layar.
B. Penelitian yang Relevan Sejumlah riset telah dilakukan berkaitan dengan penerapan metode cerita dengan boneka berkarakter sebagai media pembelajaran. Riset tersebut secara konsisten menunjukkan bahwa metode cerita dengan boneka berkarakter sebagai media pembelajarannya dapat meningkatkan pemahaman siswa khususnya siswa SD kelas rendah yakni kelas 1,2 dan 3 SD. Penerapan metode ini juga memberi dampak positif bagi siswa dalam proses pembelajaran, metode ini dapat menarik minat siswa dalam belajar dan dapat menghilangkan tingkat kejenuhan siswa dalam proses pembelajaran. Beberapa penelitian yang pernah berkaitan terhadap hal di atas, antara lain: 1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suhartono (2010), yang mendesain pertunjukkan boneka berkarakter dalam cerita rakyat nusantara untuk pembelajaran SD. Suhartono menggunakan boneka berkarakter sebagai media pembelajaran dan dibantu dengan teknik bercerita untuk pembelajaran siswa
16
SD dan boneka berkarakter tersebut dapat dijadikan media edukatif yang menarik bagi siswa untuk pembelajaran. 2. Hasil penelitian yang dilakukan Novi Romawati (2007), yang mengungkapkan bahwa metode cerita dapat menimbulkan rasa semangat dan pemahaman kepada siswa SD kelas rendah terhadap pelajaran yang diterima dari cerita yang disajikan. Metode cerita dapat pula merangsang siswa agar tertarik dalam kegiatan pembelajaran. 3. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Abdul Aziz (2002), yang menggunakan metode cerita di kelas 1 dan 2 SD pada pelajaran Bahasa Indonesia. Dalam penelitiannya juga dijelaskan beberapa langkah yang harus dilakukan guru dalam melaksanakan metode cerita di kelas.
C. Kerangka Berfikir Di dalam melaksanakan penulisan ini, penulis menyusun kerangka berfikir untuk mempermudah penulisan karya ilmiah dan sistematika pembahasan, selain itu juga dengan adanya kerangka berfikir maka penulisan ini akan lebih terarah. Dalam proses belajar mengajar peranan guru sangat penting dalam proses pembelajaran. Untuk mencapai hasil belajar atau meningkatkan pemahaman siswa maka metode merupakan cara yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan mengajar di kelas sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Karena itu guru harus memiliki berbagai metode dalam hal menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa agar siswa dapat belajarsecara efektif dan efesien sehingga dalam proses belajar dapat menghidupkan suasana belajar.
17
Dari beberapa metode pembelajaran, metode cerita adalah salah satu metode yang juga digunakan oleh guru khususnya bagi guru SD kelas rendah. Metode cerita merupakan metode baru yang sangat jarang digunakan oleh beberapa guru SD, akan tetapi metode ini merupakan metode yang sangat efektif untuk digunakan dikalangan siswa SD. Karena metode ini dapat meningkatkan pemahaman siswa dan daya tarik siswa terhadap materi yang diajarkan khususnya siswa SD kelas 1, 2 dan 3. Dengan metode cerita ini para siswa tidak merasa bosan dan akan membuat suasana kelas menjadi menyenangkan. Metode ini juga memiliki banyak manfaat yang sangat berguna dalam proses pembelajaran, selain membantu untuk meningkatkan daya pikir siswa, metode ini juga dapat meningkatkan daya imajinasi siswa. Penggunaan metode cerita ini hendaknya lebih baik menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan kriteria cerita atau topik dari materi yang disampaikan. Banyak media pembelajaran yang seringa digunakan dalam metode cerita, seperti boneka berkarakter, gambar atau buku cerita secara langsung.
Namun, yang sering menarik perhatian siswa khususnya siswa SD kelas rendah adalah media pembelajaran boneka berkarakter. Dalam hal ini, siswa tidak merasakan seperti belajar di kelas dengan sesungguhnya tetapi mereka akan merasakan seperti sedang menyaksikan jalannya sebuah cerita di atas panggung. Sehingga para siswa tidak merasa kaku dan dapat menikmati proses pembelajaran dengan menyenangkan. Situasi yang demikian tersebut tentu berpengaruh pada tingkat pemahaman siswa. Jika siswa merasa senang dalam mengikuti proses
18
pembelajaran di kelas, tentu siswa tersebut memahami materi yang disampaikan oleh guru dengan metode yang dijalankan. Dalam kerangka berfikir ini, penulis berharap agar para guru SD khususnya kelas rendah dapat menggunakan dan mengembangkan metode cerita ini dengan cara yang dapat menarik perhatian siswa. Menurut penulis, metode cerita mampu meningkatkan pemahaman siswa SD kelas rendah yang dibantu dengan boneka berkarakter sebagai media pembelajarannya. Metode cerita merupakan metode yang efektif bagi dunia anak SD kelas rendah, karena daya imajinasi anak SD masih digunakan dalam proses pembelajaran mereka. Metode ini merupakan metode pembelajaran yang inovatif dan dapat diterapkan dalam pelajaran apapun baik di bidang Sains, Matematika dan Sosial. Jadi, metode cerita adalah metode yang cukup menarik untuk digunakan dan dikembangakann di lingkungan siswa SD dalam mata pelajaran apapun.
19
BAB III PEMBAHASAN
A. Informasi Mengenai Metode Cerita Cerita adalah instrumen untuk mengoreintasikan emosi manusia kepada isi cerita itu. Atau, cerita tidak hanya sekadar menyampaikan informasi tentang kejadian dan karakter, atau hanya sekadar menyampaikan informasi dengan cara melibatkan emosi kita. Cerita mengarahkan atau membentuk emosi kita terhadap kejadian dan karakter dengan cara tertentu dan cerita mengatakan pada kita cara untuk merasakan isi cerita. Cerita itu seperti notasi musik dan emosi manusia adalah instrument yang didesain untuk memainkannya. Nilai sebuah cerita untuk dijarkan tepatnya merupakan kekuatannya melibatkan emosi siswa dan juga secara terkait imajinasi-imajinasi mereka dengan materi dan kurikulum. Guru dapat menggunakan cerita secara rutin dalam pengajaran pelajaran apapun, tanpa harus memfiksionalisasikannya. Cerita lebih berkaitan dengan bentuk yang diberikan pada isi daripada berurusan dengan benar atau tidaknya. Guru sering menggunakan cerita dalam pembelajaran di kelas khususnya bagi siswa SD, sehingga mereka lebih tertarik untuk belajar dan lebih cepat memahami informasi yang disampaikan melalui cerita tersebut yang berhubungan dengan materi pelajaran yang ingin disampaikan. Oleh sebab itu, teknik ini disebut sebagai metode cerita dalam pembelajaran. Metode cerita berbeda dengan metode ceramah. Metode cerita adalah suatu metode pembelajaran dimana guru bercerita tentang suatu cerita yang berhubungan
20
dengan materi pelajaran dengan maksud untuk menarik perhatian siswa di kelas. Sementara metode ceramah merupakan metode pembelajaran dimana guru hanya bersifat menjelaskan di depan kelas untuk menyampaikan informasi-informasi yang berhubungan dengan materi pelajaran tanpa menceritan suatu cerita. Metode cerita memiliki manfaat yang signifikan dalam pembelajaran, antara lain : a. Melatih daya tangkap dan daya pikir siswa. b. Melatih daya konsentrasi siswa. c. Membantu mengembangkan imajinasi siswa. d. Menciptakan suasana yang menyenangkan di kelas. Dengan beberapa manfaat di atas, maka dapat dinyatakan bahwa metode cerita sangat membantu guru dalam menyampaikan materi pelajaran untuk meningkatkan pemahaman siswa. Dengan menciptakan suasana yang
menyenangkan di kelas berarti membuat siswa-siswa tertarik mengikuti pelajaran di kelas dan membuat siswa-siswa memahami materi yang disampaikan oleh guru.
B. Metode Cerita dapat Meningkatkan Pemahaman Siswa SD Kelas Rendah Belajar untuk mengikuti cerita merupakan pencapaian intelektual yang vital. Secara efisien mengikuti cerita berarti mampu membagi kepentingan, mengenali apa yang penting, menyelaraskan bagian-bagian menjadi satu dari petunjuk-petunjuk tekstual, membangun makna emosional sambil mencatat kejadian-kejadian dan fakta-fakta, mengenali urutan-urutan melalui emosi-emosi
21
di antara jurang-jurang logis di dalam cerita. Mampu mengikuti cerita penting bagi pembelajaran yang efisien dan pemahaman dari hamper semua topik dalam kurikulum. Hal ini juga memanipulasi kita akan kemungkinan-kemungkinan, yaitu apa yang memungkinkan parasiswa untuk mengaplikasikan sesuatu yang telah dipelajari dalam satu konteks ke konteks yang lain. Memberikan perhatian lebih pada cerita di dalam pendidikan lebih disukai karena cara ini terbuka untuk siapa saja. Selain itu, metode cerita sangat cocok diterapkan di kalangan siswa SD khususnya kelas rendah. Metode cerita memiliki beberapa tujuan yang nantinya akan berpengaruh pada tingkat pemahaman siswa SD, antara lain : 1. Melatih daya tangkap dan daya pikir. 2. Melatih daya konsentrasi. 3. Membantu perkembangan imajinasi. 4. Menciptakan suasana yang menyenangkan di kelas. 5. Membantu pengetahuan siswa secara umum. Selain tujuan di atas, metode cerita juga bertujuan sebagai salah satu cara yang ditempuh oleh guru untuk memberikan pengalaman belajar agar anak memperoleh penguasaan isi cerita yang disampaikan. Melalui metode cerita maka anak-anak akan menyerap pesan-pesan yang dituturkan melalui kegiatan bercerita dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Bercerita bukan hanya berfungsi sebagai hiburan tetapi juga merupakan suatu cara yang dapat digunakan dalam mencapai sasaran-sasaran atau target pendidikan. Metode cerita dapat menciptakan suasana belajar yang
22
menyenangkan dan menggembirakan dengan penuh dorongan dan motivasi sehingga pelajaran atau materi pendidikan itu dapat mudah diberikan. Jika materi pelajaran mudah diberikan dengan suasana kelas yang menyenangkan tentu siswa dapat dengan mudah memahami isi sekaligus materi yang disampaikan dari cerita karena dengan metode cerita ini biasanya para siswa akan lebih fokus untuk mendengarkan dan memahami kejadian-kejadian di dalam cerita yang membuat mereka penasaran sehingga pada akhir cerita mereka tetap mendengarkan isi cerita dan mendapatkan materi atau pesan yang disampaikan oleh cerita tersebut.
C. Bentuk Penerapan Metode Cerita untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa SD Kelas Rendah
Metode cerita merupakan metode yang dapat diterapkan di seluruh kalangan mulai dari kalangan anak-anak hingga orang dewasa. Namun, penerapan metode cerita untuk anak-anak tentu berbeda dengan penerapan metode cerita orang dewasa. Biasanya pada kalangan anak-anak metode cerita diterapkan dengan alat peraga seperti boneka atau gambar dan tema cerita lebih condong kepada dunia fantasi. Sementara metode cerita yang diterapkan di kalangan orang dewasa biasanya besifat nyata dan tidak begitu menggunakan alat peraga. Siswa SD kelas rendah adalah siswa SD yang berada di kelas 1, 2, dan 3. Tema cerita yang sesuai dengan siswa SD kelas rendah adalah Tema Imajinasi Bebas. Tema ini ditujukan untuk anak yang berusia kira-kira 5-8/9 tahun. Pada fase ini anak telah melewati masa pengenalan lingkungan sekitarnya yang terbatas
23
pada rumah dan jalan-jalan. Ia ingin membayangkan sesuatu yang tidak diketahuinya, yang tidak ada dalam lingkungannya. Kebiasaan mendengarkan cerita, anak-anak akan mengerti bahwa cerita itu hanya fantasi dan tidak akan mempercayainya. Dalam melaksakan metode cerita hendaknya guru memiliki persiapan seperti metode-metode pembelajaran lainnya. Seorang guru harus memiliki persiapan yang matang mulai dari mempersiapkan materi yang akan diajarkannya, mempersiapkan cerita yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan, mempersiapkan alat peraga yang sesuai untuk digunakan dan mempersiapkan diri untuk menceritakan sebuah cerita dengan gaya bahasa dan mimik yang baik sehingga para siswa tertarik untuk mendengarnya. Berikut ini ada beberapa langkah dalam melaksanakan metode cerita, yaitu : 1. Mengkomunikasikan tujuan dan tema dalam kegiatan siswa. 2. Mengatur tempat duduk agar dapat mendengarkan dengan jelas. 3. Pembukaan kegiatan bercerita, guru menggali pengalaman-pengalaman siswa sesuai dengan tema cerita. 4. Menggunakan alat peraga/media untuk menarik perhatian dan menetapkan rancangan cara-cara bertutur yang dapat menggetarkan perasaan siswa. 5. Penutup kegiatan bercerita dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita. Langkah-langkah pelaksanaan metode cerita di atas adalah langkahlangkah pelaksanaan secara umum yang seharusnya dilakukan oleh seorang guru. Dalam hal menggunakan alat peraga seperti boneka berkarakter, guru dapat menggunakan berbagai macam boneka berkarakter sesuai dengan isi cerita yang
24
disampaikan. Berikut ini akan diuraikan pelaksanaan metode cerita dengan bonekan berkarakter untuk meningkatkan pemahaman siswa SD kelas rendah. Pada awal memulai bercerita hendaknya guru menyampaikan terlebih dahulu judul cerita yang akan disampaikan kemudian mengatur posisi duduk siswa, agar seluruh siswa dapat mendengar dan menyimak cerita yang disampaikan. Setelah posisi duduk siswa selesai diatur dengan nyaman, selanjutnya guru memulai cerita dengan alat peraga boneka berkarakter yang berada ditangannya (contoh : boneka tangan) dan memperkenalkan nama boneka tersebut. Kemudian guru dapat bercerita dengan gaya bahasa cerita dan mimik yang menarik sambil menggerak-gerakkan boneka ditangannya dan mendalami karakter tokoh yang ada di cerita. Jika guru tersebut bercerita dengan gaya bahasa dan mimik yang bagus dan dapat menggerakkan boneka yang ada di tangannya sesuai denga jalannya cerita, biasanya para siswa akan terdiam dan menghayati cerita dengan tenang. Ketika siswa menghayati cerita dengan tenang berarti mereka fokus pada isi cerita dan dengan mudah memahami isi cerita dan materi yang disampaikan. Jika cerita yang disampaikan besifat cerita jenaka, biasanya para siswa akan senang dan tertawa sehingga membuat suasana kelas menjadi menyenangkan. Dan ketika suasana kelas menjadi menyenangkan berarti siswa mendengar sekaligus memahami jalanya suatu cerita sehingga membuat siswa lebih memahi materi dengan cara bercerita dari pada sekadar menyampaikan informasi materi pelajaran melalui ceramah.
25
Pada penutupan kegiatan bercerita hendaknya guru menanyakan beberapa pertanyaan kepada para siswa yang berkaitan dengan isi cerita yang disampaikan untuk mengevaluasi apakah siswa benar-benar menyimak cerita atau tidak. Setelah itu guru menghubungkan isi cerita dengan materi pelajaran yang ada di buku sehingga siswa-siswa memahami bahwa cerita yang disampaikan tersebut berhubungan dengan materi pelajaran yang sedang mereka bahas. Pelaksanaan metode cerita memakan waktu yang cukup panjang dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu, guru dan siswa yang melaksanakan metode cerita tidak merasakan panjangnya waktu yang berjalan karena mereka menikmati cerita yang sama-sama mereka dengarkan. Jika cerita yang disajikan cukup menarik bagi para siswa, tentu hal ini dapat mendorong minat siswa untuk mengikuti pelajaran selanjutnya dan lebih menikmati pelajaran di kelas dengan baik.
D. Contoh Cerita yang Digunakan dalam Metode Cerita Metode cerita dapat digunakan dalam setiap mata pelajaran hanya saja tugas gurulah untuk mencari atau mengarang cerita yang sesuai dengan materi pelajaran yang akan diajarkan. Banyak cerita yang dapat disajikan untuk siswa dalam proses pembelajaran sesuai dengan mata pelajarannya. Berikut ini beberapa contoh cerita yang dapat digunakan dalam beberapa mata pelajaran, antara lain : 1. Bidang Sosial Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, PKn dan IPS adalah mata pelajaran yang termasuk dalam bidang sosial. Cerita yang sesuai untuk mata pelajaran
26
Bahasa Indonesia adalah cerita non fiksi atau tidak nyata dan di dalamnya terdapat beberapa unsur cerita yang merupakan materi pelajaran yang sedang dibahas. Sama halnya dengan Bahasa Indonesia, cerita non fiksi juga sesuai untuk mata pelajaran Bahasa Inggris. Namun, dalam cerita tersebut harus terdapat beberapa kalimat yang berhubungan dengan materi pelajaran yang sedang dibahas. Misalnya, materi yang diajarkan mengenai Simple Past Tense maka guru harus mencerita ssebuah cerita yang berbentuk past tense sehingga dari cerita tersebut siswa dapat mendengar kata-kata kerja dan tanda waktu yang digunakan dalam bentuk past. Sementara itu untuk PKn dan IPS, guru dapat menyiapkan beberapa cerita rakyat yang berhubungan dengan materi PKn dan IPS sehingga para siswa tidak terlalu kaku terfokus untuk mempelajari materi-materi yang terdapat pada mata pelajaran PKn dan IPS. 2. Bidang Sains Di bidang Sains pada mata pelajaran IPA, guru juga bisa menggunakan metode cerita dalam proses pembelajaran. Namun, guru harus dapat mengarang sebuah cerita dan menghubungkannya dengan materi pelajaran. Misalnya, materi mengenai Siklus Metamorfosis Ulat Menjadi Kupu-Kupu. Pada bagian lampiran tulisan ini penulis melampirkan sebuah cerita yang dapat diceritakan oleh guru untuk mengajar siklus metamorfosis ulat menjadi kupu-kupu kepada para siswa SD kelas 3. Dari cerita tersebut para siswa akan mendapatkan informasi mengenai transformasi kupu-kupu yang tidak akan berbeda dengan biasanya dalam pelajaran IPA, yang berbeda adalah bentuk cerita di mana kita melihat setiap perubahan sebagai bagian daya tarik untuk mencari kebebasan dari
27
kungkungan yang pada awalnya berbentuk telur, ulat dan kepompong. Perubahan dramatis memiliki makna lain di dalam cerita. 3. Bidang Matematika Metode cerita sebenarnya sering digunakan dalam pelajaran matematika, namun metode cerita yang dimaksud adalah membahas soal-soal cerita yang ada pada pelajaran matematika. Selain membahas soal cerita pada pelajaran matematika, seorang guru dapat menggunakan metode cerita dengan mengarang sebuah cerita yang berhubungan dengan materi pelajaran dan menceritakannya kepada para siswa. Misalnya, materi mengenai Nilai Tempat, guru dapat mengarang sebuah cerita yang berhubungan dengan materi nilai tempat. Pada bagian lampiran penulis juga menyajikan contoh cerita mengenai materi nilai tempat. Cerita tersebut terfokus pada daya kreativitas berhitung yang sangat cerdas tentang sistem desimal untuk menghitung jumlah objek yang besar dan menunjukkan kepada para siswa mengapa nilai tempat itu penting. Sisa dari pelajaran atau pelajaran berikutnya dapat melibatkan siswa dalam menghitung objek dengan menggunakan metode ini.
E. Boneka Berkarakter Dijadikan sebagai Media Pembelajaran dalam Penerapan Metode Cerita untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa SD Kelas Rendah Secara khusus pengertian boneka adalah tiruan bentuk manusia dan bentuk binatang. Jadi sebenarnya boneka merupakan salah satu model perbandingan. Boneka dalam penampilannya memiliki karakteristik khusus, maka dalam
28
bahasan ini dibicarakan tersendiri. Dalam penggunaan boneka dimanfaatkan sebagai media pembelajaran dengan cara dimainkan dalam sandiwara boneka. Boneka merupakan model dari manusia, atau yang menyerupai manusia, atau hewan. Seringkali boneka dimaksudkan untuk dekorasi atau koleksi untuk anak yang sudah besar atau orang dewasa, namun kebanyakan boneka ditujukan sebagai mainan untuk anak-anak, terutama anak perempuan. Sejak tahun 1940-an pemakaian boneka sebagai media pendidikan menjadi populer dan banyak digunakan di Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan di Amerika. Di Eropa seni pembuatan boneka telah sangat tua dan sangat populer serta lebih tinggi tingkat keahliannya dibandingkan di Amerika. Di Indonesia penggunaan boneka sebagai media pendidikan massa bukan merupakan sesuatu yang asing. Di Jawa Barat dikenal boneka tongkat yang disebut Wayang Golek dipakai untuk memainkan cerita-cerita Mahabarata dan Ramayana. Di Jawa Timur dan di Jawa Tengah dibuat pula boneka tongkat dalam dua dimensi yang dibuat dari kayu dan disebut dengan nama Wayang Krucil. Di Jawa Tengah dan di Jawa Timur pula dikenal dengan boneka baying-bayang yang disebut Wayang Kulit. Untuk keperluan sekolah dapat dibuat boneka yang disesuaikan dengan cerita-cerita jaman sekarang. Untuk tiap daerah pembuatan boneka ini disesuaikan dengan keadaan daerah masing-masing. Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis mengungkapkan bahwa boneka berkarakter merupakan media pembelajaran yang sesuai dalam penerapan metode cerita untuk meningkatkan pemahaman siswa SD kelas rendah. Hal ini disebabkan karena boneka karakter merupakan media yang paling sering
29
digunakan oleh guru dan sangat menarik perhatian siswa SD kelas rendah. Selain dari boneka berkarakter sesungguhnya ada beberapa media yang dapat digunakan dalam metode cerita, misalnya gambar atau media elektronik seperti TV. Mendesain pertunjukkan boneka sebagai media pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang penting dalam pelatihan partisipatif antara guru dan siswa di kelas. Cara ini dapat memberdayakan semua siswa untuk berdikusi tentang masalah-masalah di lingkungannya. Kegiatan pertunjukkan boneka berkarakter dapat memberikan cara yang baik untuk menyalurkan dan menyampaikan masalah dan perilaku siswa. Dalam memanfaatkan media ini dapat memberikan kondisi pembelajaran yang menyenangkan dan saling melengkapi antara guru dan siswa untuk memasukkan ide-ide dan pengalaman individu masing-masing. Pertunjukan boneka berkarakter menggambarkan adanya suatu pola yang dapat menggali sikap siswa untuk mau mengutarakan pengalamannya sehingga menjadi hal yang unik dan menghilangkan rasa takut dalam berkomunikasi. Berdasarkan hasiil penelitian yang dilakukan oleh Suhartono (2010) ada beberapa manfaat penggunaan boneka sebagai media pembelajaran, antara lain: 1. Tidak memerlukan waktu yang banyak, biaya dan persiapan yang tidak terlalu rumit. 2. Tidak banyak memakan tempat, panggung pertunjukkan boneka dapat dibuat cukup kecil dan sederhana dari bahan-bahan daur ulang yang ada di sekitar lingkungan sekolah. 3. Tidak menuntut keterampilan yang rumit bagi yang akan memainkannya. 4. Dapat mengembangkan imajinasi siswa, mempertinggi keaktifan dan menambah suasana gembira.
30
Hasil penelitian Suhartono (2010) menyatakan agar media boneka dapat menjadi media instruksional yang efektif, maka perlu di perhatikan beberapa hal, antara lain: 1. Rumusan tujuan pembelajaran dengan jelas. Dengan demikian akan dapat diketahui, apakah tepat digunakan permainan pertunjukkan boneka atau pertunjukkan yang lain. 2. Guru dapat membuat naskah atau skenario pertunjukkan boneka yang akan dimainkan secara terperinci. Baik dialognya, settingnya dan adegannya harus disusun secara cermat, sekalipun dalangnya dimungkinkan untuk berimprovisasi saat ia mendalang/memainkan boneka tersebut. 3. Permainan boneka mementingkan gerak dari pada kata. Karena itu pembicaraan jangan terlalu panjang, sehingga tidak menjemukan siswa. Untuk anak-anak usia kelas rendah sekolah dasar atau anak-anak TK, sebaiknya permainan boneka dirancang untuk banyak melibatkan dialog dengan anak pada saat permainan. 4. Permainan pertunjukkan boneka jangan terlalu lama, kira-kira 10 sampai 15 menit. Agar pesan khusus yang disampaikan kepada siswa dalam pertunjukkan tersebut dapat ditangkap/dimengerti oleh siswa. 5. Hendaknya diselingi dengan nyanyian/tembang/kidung/puisi bebas, jika perlu siswa diajak terlibat langsung dan bersama. Bila perlu dilanjutkan dengan dialog atau diskusi dengan siswa untuk memantapkan pesan nilai yang diajarkan. 6. Isi cerita hendaknya sesuai dengan umur dan kemampuan serta daya imajinasi siswa yang menonton. 7. Selesai permainan pertunjukkan, hendaknya diadakan kegiatan lanjutan seperti tanya jawab, diskusi atau menceritakan kembali tentang isi cerita yang disajikan. 8. Jika memungkinkan, berilah kesempatan kepada siswa untuk memainkan pertunjukkan.
31
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada Bab III, maka dapat disimpulkan : 1. Metode cerita berbeda dengan metode ceramah. Metode cerita adalah suatu metode pembelajaran dimana guru bercerita tentang suatu cerita yang berhubungan dengan materi pelajaran dengan maksud untuk menarik perhatian siswa di kelas. Sementara metode ceramah merupakan metode pembelajaran dimana guru hanya bersifat menjelaskan di depan kelas untuk menyampaikan informasi-informasi yang berhubungan dengan materi pelajaran tanpa menceritan suatu cerita. 2. Bercerita bukan hanya berfungsi sebagai hiburan tetapi juga merupakan suatu cara yang dapat digunakan dalam mencapai sasaran-sasaran atau target pendidikan. Metode cerita dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan menggembirakan dengan penuh dorongan dan motivasi sehingga pelajaran atau materi pendidikan itu dapat mudah diberikan. Jika materi pelajaran mudah diberikan dengan suasana kelas yang menyenangkan tentu siswa dapat dengan mudah memahami isi sekaligus materi yang disampaikan dari cerita tersebut. 3. Dalam melaksakan metode cerita hendaknya guru memiliki persiapan seperti metode-metode pembelajaran lainnya. Seorang guru harus memiliki persiapan
32
yang matang mulai dari mempersiapkan materi yang akan diajarkannya, mempersiapkan cerita yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan, mempersiapkan alat peraga yang sesuai untuk digunakan dan mempersiapkan diri untuk menceritakan sebuah cerita dengan gaya bahasa dan mimik yang baik sehingga para siswa tertarik untuk mendengarnya. 4. Metode cerita dapat digunakan dalam setiap mata pelajaran baik di bidang Sains, Matematika dan Sosial hanya saja tugas gurulah untuk mencari atau mengarang cerita yang sesuai dengan materi pelajaran yang akan diajarkan. 5. Mendesain pertunjukkan boneka sebagai media pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang penting dalam pelatihan partisipatif antara guru dan siswa di kelas. Kegiatan pertunjukkan boneka berkarakter dapat memberikan cara yang baik untuk menyalurkan dan menyampaikan masalah dan perilaku siswa. Dalam memanfaatkan media ini dapat memberikan kondisi pembelajaran yang menyenangkan dan saling melengkapi antara guru dan siswa untuk memasukkan ide-ide dan pengalaman individu masing-masing.
B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang diuraikan di atas, maka penulis membuat saran-saran sebagai berikut : 1. Penerapan metode cerita hendaknya dapat digunakan dan dikembangkan dengan lebih baik dalam proses pembelajaran di kelas, tidak hanya pada siswa SD tetapi juga pada siswa SMP atau SMA.
33
2. Penerapan metode cerita hendaknya dapat dilaksanakan dengan menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan tema cerita seperti halnya boneka, gambar ataupun alat peraga lainnya sehingga dapat menarik perhatian siswa khususnya siswa SD kelas rendah. 3. Dalam penerapan metode cerita hendaknya guru dapat mempersiapkan segala sesuatu yang harus dipersiapkan sebelum memulai metode cerita sehingga para siswa dapat menghayati jalannya cerita seperti menyaksikan cerita di atas panggung dan seluruh siswa dapat memahami isi cerita yang disampaikan.
34
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers. Aziz, Abdul. 2002. Mendidik dengan Cerita. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. Egan, Kieran. 2009. Pengajaran yang Imajinatif. Jakarta: PT.Indeks. Gunarti, Winda dan Hapinudin. 1996. Pedoman Perencanaan dan Evaluasi Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta: PGTK Darul Qolam. Moesliehatoen, R. 2004. Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta: PT.Asdi Mahasatya. Musfiroh, Tadkiroatun. 2005. Cerita dan Perkembangan Anak. Yogyakarta: Novila. Romawati, Novi. 2007. Metode Bercerita sebagai Penanaman Pendidikan Agama Islam pada Anak Usia Pra-Sekolah di Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah Pondok Ranji. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Rahman, Hibana. 2002. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT.Alex Media. Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Santoso, Soegeng. 2002. Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Citra Pendidikan. Suhartono. 2010. Mendesain Pertunjukkan Boneka Berkarakter Cerita Rakyat Nusantara untuk Pembelajaran di SD. Tangerang: PGSD FKIP UT. Yamin, Martinis dan Mukhtar. 2005. Metode Pembelajaran yang Berhasil. Jakarta: PT.Nimas Multima.
35
Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. Judul Cerita Rakyat Raja Parakeet Aryo Menak Danau Lipan Batu Golog Ular nDaung Tupai dan Ikan Gabus Putri Junjung Buih Kutukan Raja Pulau Mintin Buaya Perompak Candi Prambanan Si Rusa dan Si Kulomang Manik Angkeran Buaya Ajaib Si Lancang Sangkuriang Si Pitung La Dana dan Kerbaunya Tadulako Bulili Kera dan Ayam Asal Daerah Aceh Madura Kutai NTB Bengkulu Kalimantan Barat Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Lampung Jawa Tengah Maluku Bali Papua Riau Jawa Barat Betawi Pesan Cerita Kebebasan Sikap lalai Peperangan Rasa sayang pada anak Perbuatan sirik Persahabatan Pengambilan keputusan Kepercayaan Sikap penolong Ingkar janji Sikap congkak (sombong) Berubah ke yang terpuji sikap
Berpegang teguh Anak durhaka Rasa kasih Berjuang membela kaum miskin
Sulawesi Selatan Kesabaran Sulawesi Tengah Sulawesi Ketamakan Sikap rakus
36
Tenggara 20. 21. 22. 23. 24. Si Sigarlaki dan Si Limbat Terjadinya Danau Toba Pa Lebai Malang Si Pahit Lidah Suri Ikun dan Dua Burung Sulawesi Utara Sumatera Utara Sumatera Barat Sumatera Selatan NTT Sikap menuduh Sikap menghardik Tidak memiliki pendirian (plin plan) Pengorbanan Ketekunan dan Bersabar diri
37
Contoh Cerita untuk Mata Pelajaran Sains Di dalam penjara cangkang-cangkang ini makhluk-makhluk sedang mempersiapkan pelarian besar mereka, tetapi untuk dapat mencapai keinginan ini, mereka perlu mentransformasi diri beberapa kali; mereka menghadapi serangkaian hambatan yang mencegah mereka bebas. Ulat-ulat kecil muncul, memakan jalan keluar mereka, dan kemudian mereka memakan seluruh cangkang itu dan kemudian terus mevierus makan. Mereka merupakan pemakan yang paling bodoh dan rakus di dalam dunia binatang, terus tumbuh hingga mereka meretakkan kulit mereka, berganti kulit, kemudian makan dan makan lagi hingga kulit mereka retak kembali. Semua upaya makan ini merupakan persiapan untuk meloloskan diri. Bagaimana caranya? Bagaimana bisa dengan bertambah besar membuat mereka dapat melarikan diri dari daun-daun yang belum pernah mereka tinggalkan dan hanya bergerak ketika menemukan hal-hal baru untuk dimakan? Mereka makan ratusan kali lebih banyak dari berat tubuh mereka, pada beberapa spesies bahkan ribuan kali lebih banyak. Tubuh mereka sebagian besar hanya berupa rahang, cakar, jepitan, dan sistem pencemaan. Potret-potret diri mereka yang diperbesar menampilkan mereka sebagai monster-monster jelek, menakutkan. Tetapi, tiba-tiba, mereka berhenti makan. Mereka berganti kulit sekali lagi dan membuat kepompong di sekeliling diri mereka, di dalamnya mereka berbaring tak bergerak, pasrah dan kedinginan. Bagaimana mereka dapat melarikan diri bila berada di dalam kepompong? Sudan pasti mereka berubah lagi. Kita dapat melihat kepompong keras itu mulai membentuk kepala yang sedang berkembang, dada dan kaki-kaki. Tetapi apapun yang sedang terjadi, kondisi itu sepertinya tidak menunjukkan pelarian dari penjara kepompong. Mereka tidak dapat bergerak jauh, mereka terikat pada sumber makanan mereka kemudian kepacla kepompong mereka, mereka satu warna, lamban dan agak menakutkan.
38
Kemudian
kepompong-kepompong
itu
terbelah
dengan
perlahan.
Kebebasan macam apa yang diharapkan kepompong-kepompong itu bila mereka keluar? Yang pertama keluar adalah kepala yang telah berubah kemudian makhluk yang gemetaran dengan sayap-sayap yang kusut. Aliran darah mengalir ke seluruh tubuh yang rapuh itu dan sayap-sayap menjadi lurus dan kemudian mengayun dan mengepak, dan warna-warnanya bersinar. Dan makhluk itu dapat terbang. Kupu-kupu rapuh sering kali dapat berpinclah lebih dari seribu mil. Bahkan meskipun kupu-kupu sudah tidak lagi makan, ia masih kembali untuk bertelur di dekat sumber makanan sehingga ulat yang rakus dan terkungkung yang muncul dapat menyiapkan diri mereka demi mendapatkan kebebasan bersayap tak disangka menjadi kupu-kupu.
39
Contoh Cerita untuk Mata Pelajaran Matematika Pada zaman dahulu kala ada seorang raja yang ingin menghitung laskarnya, tetapi para penasihat yang ia suruh untuk menghitung tidak dapat melakukannya dengan satu cara yang sederhana. Salah seorang menyarankan penggunakan tongkat penanda, dengan memotong sebatang ranting pada setiap tentara, yang lain menyarankan beberapa cara untuk menyamakan tentara dengan objek terpasang yang dapat mereka hitung dan beberapa lainnya mengatakan bahwa jumlah laskar itu 'sangatlah banyak'. Tidak satu pun penasihat yang mampu menemukan sistem yang baik untuk menghitung laskar itu. Maka, sang raja dengan putus asa berpaling pada putrinya yang ia ketahui cukup cerdas. Sang putri berkata bahwa ia dapat menghitung berapa banyak jumlah laskar sang raja. Pertama-tama, ia menyuruh lima orang penasihat yang tidak mengerti apa-apa itu untuk mengambil masing-masing sepuluh batu. Kemudian ia menyuruh pelayan meletakkan meja di lapangan tempat para tentara akan berbaris dari tenda-tenda mereka. Kelima penasihat tadi diminta untuk berdiri dalam barisan di belakang meja dan mangkokdiletakkan di hadapan masing-masing. Begitu para tentara mulai bergerak, penasihat pertama yang berada di ujung meja memasukkan sebuah batu ke dalam mangkoknya untuk setiap tentara yang melewatinya. Setelah sepuluh batu dimasukkan ke dalam mangkok, penasihat pertama mengambil semua batu dan mengulangi lagi pola tersebut, memasukkan satu batu untuk setiap tentara yang melewatinya dan bila sepuluh batu sudah dimasukkan, ia harus mengambil semua batu dan mengulangi lagi tindakan tersebut. Penasihat kedua yang berada di sebelah kiri penasihat pe,rtama melakukan pekerjaan yang kurang membosankan yaitu memerhatikan penasihat pertama melakukan tugasnya dan setiap kali si penasihat pertama mengambil ke sepuluh batu dari dalam mangkoknya, penasihat kedua harus memasukkan satu batu ke dalam mangkoknya sendiri. Ketika semua batu sudah dimasukkan si penasihat kedua ke dalam mangkoknya, si kedua ini pun harus mengambil kesepuluh batu itu dan mengulangi lagi pola kerjanya yaitu memasukkan satu batu ke dalam mangkok setiap kali penasihat pertama mengambil sepuluh batu dari
40
dalam mangkoknya sendirinya. Penasihat ketiga hanya perlu memerhatikan mangkok penasihat kedua dan setiap kali penasihat kedua mengambil sepuluh batu dari dalam mangkoknya, penasihat ketiga memasukkan satu batu ke dalam mangkoknya sendiri. Dan begitulah pola kerjanya hingga penasihat kelima menjalani saat siang yang panjang, memasukan satu batu setelah penasihat keempat mengambil kesepuluh batunya. Pada penghujung siang itu, penasihat kelima memiliki satu batu di dalam mangkoknya, penasihat keempat memiliki tujuh batu, tidakada batu dalam mangkok penasihat ketiga, penasihat kedua memiliki satu batu dan yang pertama, dengan lelah, memiliki enam buah batu dalam mangkoknya. Sang putri melihat isi mangkok-mangkok itu dan berkata kepada sang raja bahwa ia memiliki 17, 016 orang tentara dalam pasukannya.
41
PERNYATAAN KEASLIAN TULISANSaya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama Sekolah Jabatan : Afrida, S.Pd. : SD Chandra Kusuma : Guru SD
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tulisan karya ilmiah yang saya tulis ini benar merupakan hasil kerja saya sendiri dan bukan merupakan pengambilan alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan tulisan ini hasil jiplakan atau plagiat, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Deliserdang, 14 Februari 2011 Yang Membuat Pernyataan
Afrida
42
BIODATA PENULISNama Umur Tempat tanggal lahir Jenis kelamin Status Bangsa Agama Alamat No.HP PENDIDIKAN 1. SD Al-Wasliyah 14 Medan (Tahun 1994-2000) 2. SMP Nurul Islam Indonesia Medan (Tahun 2000-2003) 3. SMA Negeri 5 Medan (Tahun 2003-2006) 4. Universitas Negeri Medan (Tahun 2006-2010) P RESTASI YANG DIRAIH 1. Juara I Lomba Pemilihan Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) Tahun 2008 tingkat Fakultas di Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan 2. Juara III Lomba Pemilihan Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) Tahun 2008 tingkat Universitas di Universitas Negeri Medan 3. Mahasiswa Pemegang Indeks Prestasi Komulatif Tertinggi di Universitas Negeri Medan Tahun 2010 : Afrida, S.Pd. : 23 Tahun : Medan, 06 Juni 1987 : Perempuan : Belum Nikah : Indonesia : Islam : Jl.Menteng II No.58 Medan : 085270087209