Afiksia Neonatorum

40
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Pengembangan paru bayi baru lahir terjadi pada menit-menit pertama kelahiran dan kemudian disusul dengan pernafasan teratur, bila terdapat pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari ibu ke Janin, akan terjadi asfiksia janin atau neonatus. Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir. Towell (1966) mengajukan penggolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi yang terdiri dari: Faktor Ibu, Faktor plasenta, Faktor Fetus, Faktor Neonatus.

description

o

Transcript of Afiksia Neonatorum

BAB I

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir.

Pengembangan paru bayi baru lahir terjadi pada menit-menit pertama kelahiran dan kemudian disusul dengan pernafasan teratur, bila terdapat pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari ibu ke Janin, akan terjadi asfiksia janin atau neonatus. Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir.

Towell (1966) mengajukan penggolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi yang terdiri dari: Faktor Ibu, Faktor plasenta, Faktor Fetus, Faktor Neonatus.

Asfiksia neonatrum dibagi dalam:

1. Vigrous Baby. Skor Apgar 7-10 dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan istimewa.2. Mild Moderate Asphyxia (Asfiksia sedang). Skor Apgar 4-6. Pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100 / menit, tonus otot kurang baik / baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.3. a). Asfiksia berat, skor apgar 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100/m, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada

b). Asfiksia berat dengan henti jantung, bunyi jantung terus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap, bunyi jantung bayi menghilang post partum. Dalam hal ini pemeriksaan fisik lainnya sesuai dengan yang ditemukan pada penderita asfiksia berat.B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

1. Apakah pengertian sebenarnya dari Asifiksia neonatorum serta penyebab terjadinya Asifiksia Neonatorum?

2. Bagaimana patogenesis dan gambaran klinis dari Asifiksia Neonatorum?

3. Bagaimana cara mendiagnosis pada pasien yang dikatakan Asifiksia Neonatorum?

4. Apa saja faktor resiko terkena Asifiksia Neonatorum?

5. Bagaimana penatalaksanaan dari Asifiksia Neonatorum?C. Tujuan Penulisan1. Untuk memahami pengertian dari Asifiksia neonatorum dan mengetahui penyebab terjadinya asifiksia neonatorum.2. Memahami patogenesis dari Asifiksia Neonatorum dan mengetahui gambaran klinisnya.

3. Melakukan proses diagnosa dengan benar tentang Asifiksia Neonatorum.

4. Mengetahui faktor-faktor resiko apa saja yang bisa menimbulkan Asifiksia Neonatorum.5. Memberikan penatalaksanaan yang benar dalam menangani Asifiksia Neonatorum.

D. Sistemika Penulisan1. PENDAHULUANa. Latar Belakang

b. Rumusan Masalah

c. Tujuan

d. Sistematika penulisan

2. TINJAUAN PUSTAKA

a. Pengertian

Kriteria afiksia neonatorum

Apgar skor

Kalsifikasi afiksia neonatorum

b. Etiologi

Faktor ibu

Faktor tali pusat

Faktor bayi

c. Gambarab Klinis

d. Gejala

e. Diagnosis

f. Penanganan Asfiksia pada Bayi Baru Lahir

g. Penatalaksanaan

h. Prognosis

3. PENUTUP

a. Kesimpulan

b. Saran

4. DAFTAR PUSTAKABAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Pengertian

Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan Persalinan Normal, 2007).

Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul. (Wiknjosastro, 1999)

1. Kriteria Asfiksia NeonatorumPenilaian secara apgar score dianggap paling ideal dan telah banyak digunakan dimana-mana. Patokan klinis yang dinilai adalah :

a. Menghitung frekuensi Jantung

b. Melihat usaha bernafas

c. Menilai tonus otot

d. Menilai reflek rangsangan

e. Memperhatikan warna kulit.

2. Skor Apgar

3. Kalsifikasi Asfiksia NeonatorumAsfiksia neonatrum dibagi dalam:

a. Vigrous Baby. Skor Apgar 7-10 dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan istimewa.

b. Mild Moderate Asphyxia (Asfiksia sedang). Skor Apgar 4-6. Pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100 / menit, tonus otot kurang baik / baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada

c. 1) Asfiksia berat, skor apgar 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100/m, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada

2) Asfiksia berat dengan henti jantung, bunyi jantung terus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap, bunyi jantung bayi menghilang post partum. Dalam hal ini pemeriksaan fisik lainnya sesuai dengan yang ditemukan pada penderita asfiksia berat.

B. Etiologi

Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.

Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan bayi berikut ini:

1. Faktor ibu Preeklampsia dan eklampsia

Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)

Partus lama atau partus macet

Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)

Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)

2. Faktor Tali Pusat Lilitan tali pusat

Tali pusat pendek

Simpul tali pusat

Prolapsus tali pusat

3. Faktor Bayi Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)

Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)

Kelainan bawaan (kongenital)

Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)

Depresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal yaitu:

a). Pemakaian obat anastesia/analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin.

b). Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya pendarahan intracranial.

c). Kelainan congenital pada bayi misalnya hernia difragmita, atresia / stenosis saluran pernafasan dan lain-lain.

Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi untuk menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali atau (sepengetahuan penolong) tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu, penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan persalinan.

C. Gambaran Klinis

Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transient). Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen selama kehamilan / persalinan, akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat reversible atau tidak bergantung kepada berat dan lamanya asfiksi. Hal ini sesuai dengan observasi klinis yang tampak pada bayi asfiksi. Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode Apnu (Primary Apneu) disertai dengan penurunan frekuensi jantung. Selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas (Gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada pada periode apneu kedua (Secondary Apneu). (FKUI :1985:1073)

Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme dan perubahan keseimbangan asam-basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama hanya terjadi asidosis respioratorik. Bila berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme an aerobic yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskular yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya :

1. Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung.

2. Terjadinya asidosis metabolik yang akan menimbulkan kelemahan otot jantung.

3. Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan mengakibatkan tetap tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan ke sistem sirkulasi tubuh lain akan mengalami gangguan. (Rustam, 1998).D. Gejala1. Tidak bernafas atau bernafas megap-megap

2. Warna kulit kebiruan

3. Kejang

4. Penurunan kesadaran

E. Diagnosis

Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia / hipoksia janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat perhatian yaitu :

1. Denyut jantung janin

Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per menit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya

2. Mekonium dalam air ketuban

Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus diwaspadai. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.

3. Pemeriksaan pH darah janin

Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya gawat janin mungkin disertai asfiksia.(Wiknjosastro, 1999)

Diagnosis juga dapat secara obyektif dinilai menggunakan skor Apgar-sebuah rekaman kesehatan fisik bayi baru lahir, ditentukan setelah pemeriksaan kecukupan pernapasan, kerja jantung, otot, warna kulit, dan refleks. Biasanya, skor Apgar adalah dari 7 sampai 10. Bayi dengan skor antara 4 dan 6 mengalami depresi moderat tanda vital mereka sementara bayi dengan skor 0 sampai 3 telah mengalami depresi berat tanda-tanda vital dan beresiko besar untuk meninggal kecuali aktif hidup kembali.

a. Pemeriksaan penunjang :- Foto polos dada

- USG kepala

- Laboratorium : darah rutin, analisa gas darah, serum elektrolit

b. PenyulitMeliputi berbagai organ yaitu :

- Otak : hipoksik iskemik ensefalopati, edema serebri, palsi

serebralis

- Jantung dan paru : hipertensi pulmonal persisten pada neonatus,

perdarahan paru, edema paru

- Gastrointestinal : enterokolitis nekrotikans

- Ginjal : tubular nekrosis akut, SIADH

- Hematologi : DICF. Penanganan Asfiksia pada Bayi Baru Lahir

Tujuan utama mengatasi asfiksia ialah untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dalam membatasi gejala sisa (sekuele) yang mungkin timbul dikemudikan hari. Tindakan pada bayi lazim disebut resusitasi bayi baru lahir.1. Sebelum resusitasi dikerjakan, perlu diperhatikan bahwa:a. Faktor waktu sangat penting. Makin lama bayi menderita asfiksia, perubahan homeostatis yang timbul makin berat, resusitasi akan lebih sulit.b. Riwayat kehamilan dan partus akan memberikan keterangan yang jelas tentang faktor penyebab terjadinya depresi pernafasan pada bayi baru lahir.c. Resusitasi yang dilakukan harus adekuat sesuai dengan penilaian yang diperoleh pada bayi baru lahir.

2. Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal sebagai ABC resusitasi, yaitu :

a. Memastikan saluran terbuka- Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm.

- Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea.

- Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastika saluran pernafasan terbuka.

b. Memulai pernafasan- Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasan

- Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ETdan balon atau mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).

c. Mempertahankan sirkulasi- Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara

Kompresi dada.

Pengobatan

3. Persiapan resusitasi

Agar tindakan untuk resusitasi dapat dilaksanakan dengan cepat dan efektif, kedua faktor utama yang perlu dilakukan adalah :

a. Mengantisipasi kebutuhan akan resusitasi lahirannya bayi dengan depresi dapat terjadi tanpa diduga, tetapi tidak jarang kelahiran bayi dengan depresi atau asfiksia dapat diantisipasi dengan meninjau riwayat antepartum dan intrapartum.

b. Mempersiapkan alat dan tenaga kesehatan yang siap dan terampil. Persiapan minumum antara lain :

- Alat pemanas siap pakai Oksigen

- Alat pengisap

- Alat sungkup dan balon resusitasi

- Alat intubasi

- Obat-obatan

4. Detail Cara ResusitasiLangkah-Langkah Resusitasia. Letakkan bayi di lingkungan yang hangat kemudian keringkan tubuh bayi dan selimuti tubuh bayi untuk mengurangi evaporasi.b. Sisihkan kain yang basah kemudian tidurkan bayi terlentang pada alas yang datar.c. Ganjal bahu dengan kain setinggi 1 cm (snifing positor).d. Hisap lendir dengan penghisap lendir de lee dari mulut, apabila mulut sudah bersih kemudian lanjutkan ke hidung.e. Lakukan rangsangan taktil dengan cara menyentil telapak kaki bayi dan mengusap-usap punggung bayi.f. Nilai pernafasanJika nafas spontan lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil kalikan 10. Denyut jantung > 100 x / menit, nilai warna kulit jika merah / sinosis penfer lakukan observasi, apabila biru beri oksigen. Denyut jantung < 100 x / menit, lakukan ventilasi tekanan positif. 1) Jika pernapasan sulit (megap-megap) lakukan ventilasi tekanan positif.

2) Ventilasi tekanan positif / PPV dengan memberikan O2 100 % melalui ambubag atau masker, masker harus menutupi hidung dan mulut tetapi tidak menutupi mata, jika tidak ada ambubag beri bantuan dari mulur ke mulut, kecepatan PPV 40 60 x / menit.3) Setelah 30 detik lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil kalikan 10.

a) 100 hentikan bantuan nafas, observasi nafas spontan.b) 60 100 ada peningkatan denyut jantung teruskan pemberian PPV.c) 60 100 dan tidak ada peningkatan denyut jantung, lakukan PPV, disertai kompresi jantung.d) < 10 x / menit, lakukan PPV disertai kompresi jantung.e) Kompresi jantungPerbandingan kompresi jantung dengan ventilasi adalah 3 : 1, ada 2 cara kompresi jantung :

Kedua ibu jari menekan stemun sedalam 1 cm dan tangan lain mengelilingi tubuh bayi.

Jari tengah dan telunjuk menekan sternum dan tangan lain menahan belakang tubuh bayi.

g. Lakukan penilaian denyut jantung setiap 30 detik setelah kompresi dada.h. Denyut jantung 80x./menit kompresi jantung dihentikan, lakukan PPV sampai denyut jantung > 100 x / menit dan bayi dapat nafas spontan.i. Jika denyut jantung 0 atau < 10 x / menit, lakukan pemberian obat epineprin 1 : 10.000 dosis 0,2 0,3 mL / kg BB secara IV.j. Lakukan penilaian denyut jantung janin, jika > 100 x / menit hentikan obati

k. Jika denyut jantung < 80 x / menit ulangi pemberian epineprin sesuai dosis diatas tiap 3 5 menit.l. Lakukan penilaian denyut jantung, jika denyut jantung tetap / tidak rewspon terhadap di atas dan tanpa ada hiporolemi beri bikarbonat dengan dosis 2 MEQ/kg BB secara IV selama 2 menit. (Wiknjosastro, 2007)

5. Prinsip-prinsip resusitasi yang efektif :a. Tenaga kesehatan yang slap pakai dan terlatih dalam resusitasi neonatal harus rnerupakan tim yang hadir pada setiap persalinan.

b. Tenaga kesehatan di kamar bersalin tidak hanya harus mengetahui apa yang harus dilakukan, tetapi juga harus melakukannya dengan efektif dan efesien

c. Tenaga kesehatan yang terlibat dalam resusitasi bayi harus bekerjasama sebagai suatu tim yang terkoordinasi.

d. Prosedur resusitasi harus dilaksanakan dengan segera dan tiap tahapan berikutnya ditentukan khusus atas dasar kebutuhan dan reaksi dari pasien.

e. Segera seorang bayi memerlukan alat-alat dan resusitasi harus tersedia clan siap pakai.

G. PenatalaksanaanPenatalaksanaan untuk Asfiksia Neonatorum dengan cara resusitasi

Tahapan resusitasi tidak melihat nilai apgar Terapi medikamentosa :

1. Epinefrin

Indikasi : -Denyut jantung bayi < 60 x/m setelah paling tidak 30 detik dilakukan ventilasi adekuat dan pemijatan dada.

-Asistolik.

Dosis : 0,1-0,3 ml/kg BB dalam larutan 1 : 10.000 (0,01 mg-0,03 mg/kg BB) Cara : i.v atau endotrakeal. Dapat diulang setiap 3-5 menit bila perlu. 2. Volume ekspander

Indikasi : -Bayi baru lahir yang dilakukan resusitasi mengalami hipovolemia dan tidak ada respon dengan resusitasi.

-Hipovolemia kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok. Klinis ditandai adanya pucat, perfusi buruk, nadi kecil/lemah, dan pada resusitasi tidak memberikan respon yang adekuat.

Jenis cairan :-Larutan kristaloid yang isotonis (NaCl 0,9%, Ringer Laktat)

-Transfusi darah golongan O negatif jika diduga kehilangan darah banyak.

Dosis : dosis awal 10 ml/kg BB i.v pelan selama 5-10 menit.

Dapat diulang sampai menunjukkan respon klinis.

3. Bikarbonat

Indikasi :-Asidosis metabolik, bayi-bayi baru lahir yang mendapatkan resusitasi. Diberikan bila ventilasi dan sirkulasi sudah baik.

-Penggunaan bikarbonat pada keadaan asidosis metabolik dan hiperkalemia harus disertai dengan pemeriksaan analisa gas darah dan kimiawi.

Dosis : 1-2 mEq/kg BB atau 2 ml/Kg BB (4,2%) atau 1 ml/kg

bb (8,4%)

Cara : Diencerkan dengan aquabides atau dekstrose 5% sama

banyak diberikan secara intravena dengan kecepatan

minimal 2 menit.

Efek samping : Pada keadaan hiperosmolaritas dan kandungan

CO2 dari bikarbonat merusak fungsi

miokardium dan otak.4. Nalokson

Nalokson hidrochlorida adalah antagonis narkotik yang tidak menyebabkan depresi pernafasan. Sebelum diberikan nalakson ventilasi harus adekuat dan stabil.

Indikasi :-Depresi pernafasan pada bayi baru lahir yang ibunya menggunakan narkotik 4 jam sebelum persalinan.

-Jangan diberikan pada bayi baru lahir yang ibunya baru dicurigai sebagai pemakai obat narkotika sebab akan menyebabkan tanda with drawltiba-tiba pada sebagian bayi.

Dosis : 0,1 mg/kg BB (0,4 mg/ml atau 1 mg/ml)

Cara : Intravena, endotrakeal atau bila perpusi baik diberikan

i.m atau s.c

Suportif Jaga kehangatan.

Jaga saluran napas agar tetap bersih dan terbuka.

Koreksi gangguan metabolik (cairan, glukosa darah dan elektrolit)H. Prognosa

Prognosis untuk asfiksia neonatorum tergantung pada berapa lama baru lahir tidak dapat bernapas. Sebagai contoh, studi klinis menunjukkan bahwa hasil dari bayi dengan rendah lima menit skor Apgar secara signifikan lebih baik daripada mereka dengan skor yang sama pada 10 menit. Dengan asfiksia berkepanjangan, otak, jantung, ginjal, dan paru-paru dapat mengakibatkan kerusakan dan juga kematian, jika sesak napas terjadi selama lebih dari 10 menit.BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUTAKALahir Asfiksia dan Otak: Ilmu Dasar dan Implikasi Klinis. Diedit oleh Steven M. Donn dkk. Malden, MA: Futura Publishing Co, 2002. BERKALACheung, P. Y., dan C. M. Robertson. "Memprediksi hasil neonatus panjang dengan intrapartum asfiksia." Acta Paediatrica 89, tidak. 3 (Maret 2000): 262-264.Clark, R., dan J. A. Carcillo. "Apakah sudah waktunya untuk meninjau kembali peran untuk terapi antitrombotik di asfiksia neonatorum?" Pediatric Critical Care Medicine 5, no. 2 (Maret 2004): 198-199.Wiswell, T. E. "resusitasi neonatal." Pernafasan Perawatan 48, tidak. 3 (Maret 2003): 288-294. ORGANISASIAmerican Academy of Pediatrics (AAP). 141 Northwest Point Blvd, Elk Grove Village, IL, 60007.. Situs Web: > SITUS WEBDave Woods. "Neonatal resusitasi." Asosiasi Internasional untuk Kesehatan Ibu dan Bayi. Tersedia online di www.gfmer.ch/Medical_education_En/PGC_RH_2004/Neonatal_asphyxia.htm (diakses 11 Oktober 2004).

Kattwinkel J, Short J, Niermeyer S, Denson SE, Zaichkin J, Simon W. Neonatal resuscitation textbook; edisi ke-4. AAP & AHA, 2000; 1-1 2-25.

Khosim S, Indarso F, Irawan G, Hendrarto TW. Buku acuan pelatihan pelayanan obstetri Neonatal Emergensi Dasar. Jakarta : Depkes RI, 2006; 69-79.

Ringer SA. Resuscitation in the delivery room. Dalam: Cloherty JP, Stark AR, eds. Manual of neonatal care; edisi ke-5. Boston : Lippincott Williams & Wilkins, 2004;53-71.Aurora S, Snyder EY. Perinatal asphyxia. Dalam : Cloherty JP, Stark AR, eds. Manual of neonatal care; edisi ke-5. Boston : Lippincott Williams & Wilkins, 2004; 536-54.Gomella TL, Cunningham MD, Eyal FG, Zenk KE. Neonatology, management, procedures, on call problems disease and drugs; edisi ke-5. New York : Lange Books/Mc Graw-Hill, 2004; 12-20.Gomella TL, Cunningham MD, Eyal FG, Zenk KE. Neonatology, management, procedures, on call problems disease and drugs; edisi ke-5. New York : Lange Books/Mc Graw-Hill, 2004; 512-21.Rennie MJ, Roberton NRC. A manual of neonatal intensive care; edisi ke-4. London : Arnold, 2002; 62-88.

____________1985, Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : FKUIMochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC___________2005, Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP

_1399918102.xlsSheet1

Tanda012

Frekuesi JantungTidak ada< 100/m>100/m

Usaha BernafasTidak adaLambat, tidak teraturMenangis kuat

Tonus OtotLumpuhExtrimitas Sedikit FlexiGerakan Aktif

RefleksTidak adaGerakan sedikitMenangis

WarnaBiru / pucatTubuh kemerahan ekstrimitas biruTubuh dan ekstrimitas kemerahan

Extrimitas Sedikit Flexi

Sheet2

Sheet3