AFIKS VERBA BAHASA SASAK ISOLEK PERINA DI JONGGATeprints.unram.ac.id/8219/1/JURNAL .pdfFAKULTAS...

30
1 AFIKS VERBA BAHASA SASAK ISOLEK PERINA DI JONGGAT JURNAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Pregram Strata Satu (S-1) Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah oleh Nurul Waki’ah E1C014047 UNIVERSITAS MATARAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA 2018

Transcript of AFIKS VERBA BAHASA SASAK ISOLEK PERINA DI JONGGATeprints.unram.ac.id/8219/1/JURNAL .pdfFAKULTAS...

Page 1: AFIKS VERBA BAHASA SASAK ISOLEK PERINA DI JONGGATeprints.unram.ac.id/8219/1/JURNAL .pdfFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI ... Jonggat. Metode

1

AFIKS VERBA BAHASA SASAK ISOLEK PERINA DI JONGGAT

JURNAL SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Pregram Strata

Satu (S-1) Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah

oleh

Nurul Waki’ah

E1C014047

UNIVERSITAS MATARAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA

2018

Page 2: AFIKS VERBA BAHASA SASAK ISOLEK PERINA DI JONGGATeprints.unram.ac.id/8219/1/JURNAL .pdfFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI ... Jonggat. Metode

2

Page 3: AFIKS VERBA BAHASA SASAK ISOLEK PERINA DI JONGGATeprints.unram.ac.id/8219/1/JURNAL .pdfFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI ... Jonggat. Metode

3

AFIKS VERBA BAHASA SASAK ISOLEK PERINA DI JONGGAT

Nurul Waki‟ah, Dr. H. Muhammad Sukri, M. Hum, Drs. Kaharuddin, M. Hum

PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH

JURUSAN PENDIDIKAN DAN SENI

FAKULTAL KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

ABSTRAK

Penelitian ini mengkaji tentang afiks verba bahasa Sasak isolek Perina di Jonggat.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk afiks pembentuk verba,

kategori kata dasar yang melekat pada afiks pembentuk verba, serta proses

morfofonemik yang terjadi pada pembentukan verba bahasa Sasak isolek Perina di

Jonggat. Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode

simak, cakap, dan introspeksi.metode yang digunakan untuk menganalisis data

adalah metode padan intralingual dan distribusional. Hasil dari penelitian ini yaitu:

Bahasa Sasak isolek Perina memiliki delapan wujud afiks pembentuk verba, yakni

prefiks {pe-} dengan alomorf {pe-, peñ-, dan pe-}, prefiks {be-} dengan alomorf

{be-, ber-, dan bel-}, prefiks {-} dengan alomorf {-, n-, ñ-, dan m-}, prefiks {te-

}, sufiks {-an}, konfiks {pe-an}, konfiks {be-an} dengan alomorf {be-an dan ber-

an}, dan kombinasi afiks {te- dan pe-}. Adapun kata dasar yang melekat pada afiks

pembentuk verba bahasa Sasak isolek Perina di Jonggat ini ada empat kategori,

yakni kata benda (nomina), kata kerja (verba), kata sifat (adjektifva), dan numeralia.

Pada bahasa Sasak isolek Perina di Jonggat ini mengalami proses morfofonemik

berupa penambahan, perubahan dan pelesapan fonem.

Kata kunci : bentuk, afiks, verba,isolek

Page 4: AFIKS VERBA BAHASA SASAK ISOLEK PERINA DI JONGGATeprints.unram.ac.id/8219/1/JURNAL .pdfFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI ... Jonggat. Metode

4

VERBAL AFFIX OF SASAK ISOLEK PERINA LANGUAGE AT JONGGAT

ABSTRACT

This study examines verbal affix in sasak isolek perina language in Jonggat. This

study aimed to describe the form of affix which forms verbal, the basic category

attached in affix which forms the verbal, as well as the process of morphophonemic

which occur in affix formation of sasak isolek perina language. The methods in

collecting the data are comprehending, speaking, and introspecting. In analyzing the

data, intralingua equivalent and distributional technique are used. and the result of

the study shows that sasak isolek perina language have eight form of affixes in verbs

formation, those are prefix {pe-} with the allomorphs {pe-, peñ-, and pe-}, prefix

{be-} with the allomorphs {be-, ber-, and bel-}, prefix {-}with the allomorphs {-, n-, ñ-, and m-}, prefix {te-}, suffix {-an}, Confix {pe-an}, Confix {be-an} with the

allomorphs {be-an and ber-an}, and affix combination {te- and pe-}. As the stem

that is attached in verbal affixes formation in sasak islek perina language it is

divided into four categories those are noun (nominal) verb (verbal), adjective

(adjectival) and numeral. In sasak isolek perina language there is morphophonemic

process occurs in phoneme such as affixation, alteration, and extrication.

Keyword: form, affix, verbal, isolek

Page 5: AFIKS VERBA BAHASA SASAK ISOLEK PERINA DI JONGGATeprints.unram.ac.id/8219/1/JURNAL .pdfFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI ... Jonggat. Metode

5

A. PENDAHULUAN

Bahasa adalah alat untuk

berkomunikasi atau menyampaikan

pesan kepada pendengar atau lawan

bicara. Sebagai alat komunikasi,

bahasa selalu dilukiskan dalam

sistem lambang yang arbitrer yang

dipergunakan suatu masyarakat

untuk bekerjasama, berinteraksi, dan

mengidentifikasi diri (Sukri dan

Rusdiawan, 2008:109).

Selain sebagai alat

komunikasi, bahasa termasuk

bahasa-bahasa daerah beserta dialek-

dialeknya, juga merupakan bagian

atau aspek-aspek budaya daerah

yang turut memberikan kontribusi

bagi pembinaan dan pengetahuan

budaya nasional dan budaya daerah

itu sendiri.

Bahasa Sasak merupakan

salah satu bahasa daerah yang ada di

wilayah Nusantara tepatnya berada

di pulau Lombok, Nusa Tenggara

Barat. Bahasa tersebut dipakai dan

didukung oleh para penuturnya

dalam berbagai bentuk kegiatan

berkomunikasi seperti komunikasi

pada media massa lokal dan televisi

lokal yang ada di Lombok.

Selain itu, bahasa Sasak

dibina dan dikembangkan dalam

bentuk penelitian yang dilakukan

oleh para ahli bahasa dan para

mahasiswa dalam berbagai aspek

kebahasaannya. Penelitian yang

dimaksud mencakup struktur bahasa

(fonologi, morfologi, sintaksis dan

semantik); serta bahasa dalam

kaitannya dengan sosial

(sosiolinguistik).

Salah satu aspek bahasa

Sasak yang belum diteliti secara

mengkhusus adalah aspek morfologi

verba bahasa Sasak isolek Perina di

kecamatan Jonggat. Bahasa Sasak

isolek Perina Kecamatan Jonggat ini

merupakan bahasa ibu penulis. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini

penulis akan meneliti aspek tersebut,

yaitu afiks verba bahasa Sasak isolek

Perina di Jonggat.

Dalam penelitian ini, hal-hal

yang dikaji di dalamnya dibatasi

pada pembentukan verba bahasa

Sasask isolek Perina melalui proses

afiksasi. Hal ini bertujuan demi

ketuntasan pembahasan. Pembatasan

ini juga dimaksudkan agar

penelititan ini dapat memberikan

sumbangsih yang berarti bagi

Page 6: AFIKS VERBA BAHASA SASAK ISOLEK PERINA DI JONGGATeprints.unram.ac.id/8219/1/JURNAL .pdfFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI ... Jonggat. Metode

6

perkembangan ilmu linguistik,

khususnya morfologi bahasa Sasak.

Berdasarkan pemaparan latar

belakang, maka dapat dirumuskan

permasalahan dalam penelitian ini

sebagai berikut. Bagaimanakah

bentuk afiks pembentuk verba

bahasa Sasak isolek Perina di

Jonggat? Bagaimanakah kategori

kata dasar yang dilekati afiks verba

bahasa Sasak isolek Perina di

Jonggat?, dan bagaimanakah proses

morfofonemik yang terjadi dalam

pembentukan verba bahasa Sasak

isolek Perina di Jonggat?.

Berdasarkan rumusan masalah,

tujuan penelitian ini adalah sebagai

berikut. Mendeskripsikan bentuk

afiks pembentuk verba bahasa Sasak

isolek Perina di Jonggat,

mendeskripsikan kategori kata dasar

yang dilekati afiks verba bahasa

Sasak isolek Perina di Jonggat,

mendeskripsikan proses

morfofonemik yang terjadi pada

pembentukan verba bahasa Sasak

isolek Perina di Jonggat. Manfaat

teoretis dari penelitian ini adalah

sebagai tambahan perbendaharaan

literatur kebahasaan mengenai

pembentukan verba khususnya

morfologi, sebagai gambaran bagi

pembaca mengenai pembentukan

verba bahasa Sasak, dan sebagai

bahan perbandingan bagi peneliti

selanjutnya yang akan

mengembangkan penelitian

mengenai afiks verba khususnya

bahasa Sasak. Sedangakan manfaat

praktis dari penelitian ini adalah

Sebagai bahan penunjang pengajaran

bahasa yang akan menimbulkan

minat untuk mempelajari bahasa

daerah terutama pada bahasa Sasak.

Sebagai pembanding antara bahasa

daerah Sasak dengan bahasa daerah

lainnya yang ada di Nusantara, dan

Sebagai khazanah ilmu pengetahuan

muatan lokal di sekolah.

B. LANDASAN TEORI

Penelitian ini membahas tentang

afiks pembentuk verba. Oleh karena

itu, pada bagian ini akan diuraikan

tentang konsep afiks, konsep

kategori kata, dan konsep

morfofonemik. Berikut ketiga hal

tersebut akan diuraikan satu persatu.

Sebelum diuraikan ketiga konsep itu,

akan disinggung tentang konsep

morfologi karena studi ini termasuk

ke dalam bagian morfologi.

Page 7: AFIKS VERBA BAHASA SASAK ISOLEK PERINA DI JONGGATeprints.unram.ac.id/8219/1/JURNAL .pdfFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI ... Jonggat. Metode

7

Ramlan(2009:21) mengemukakan

bahwa morfologi ialah bagian dari

ilmu bahasa yang membicarakan

atau yang mempelajari seluk beluk

bentuk kata serta pengaruh

perubahan-perubahan bentuk kata

terhadap golongan dan arti kata atau

dengan kata lain, bahwa morfologi

mempelajari seluk-beluk bentuk kata

serta fungsi perubahan-perubahan

bentuk kata itu baik fungsi gramatik

maupun fungsi semantik.

1. Afiks

Ramlan (2009:55)

menambahkan bahwa afiks ialah

satuan gramatik terikat yang di

dalam suatu kata merupakan unsur

yang bukan kata dan bukan pokok

kata, yang memiliki kesanggupan

melekat pada satuan-satuan lain

untuk membentuk kata atau pokok

kata baru. Misalnya kata minuman.

Kata ini terdiri dari dua unsur ialah

minum yang merupakan kata dan –an

yang merupakan satuan terikat.

Maka, morfem –an diduga

merupakan afiks. Setiap afiks berupa

satuan terikat, artinya dalam tuturan

biasa tidak dapat berdiri sendiri, dan

secara gramatikal selalu melekat di

depan bentuk dasar yang terletak di

jalur tengah disebut infiks karena

selalu melekat di tengah bentuk

dasar, dan yang terletak dibelakang

disebut sufiks karena selalu melekat

di belakang bentuk dasar.

Ciri-ciri afiks adalah, Afiks

merupakan unsur langsung, afiks

memiliki kesanggupan melekat pada

bentuk-bentuk lain, Afiks merupakan

bentuk terikat, afiks tidak sama

kedudukannya dengan klitik, afiks

tidak memiliki leksis. Jenis afiks

yaitu, Prefiks (awalan), yaitu afiks

yang diletakkan di depan bentuk

dasar, contohnya: {meŋ-},{ ber}-,{

ter-}, {pə-},{ pər}-, dan{ sə-}, infiks

(sisipan) yaitu afiks yang diletakkan

pada bentuk dasar, contohnya: {-el-},

{-ər-}, {-əm-}, dan {–in}-, sufiks

(akhiran) yaitu afiks yang diletakkan

di belakang bentuk dasar, contohnya:

{-an}, {-kan}, {-i}, simulfiks, yaitu

afiks yang dimanifestasikan dengan

ciri segmental yang yang dileburkan

pada bentuk dasar. Dalam bahasa

Indonesia, simulfiks

dimanifestasikan dengan nasalisasi

dari fonem pertama suatu bentuk

dasar, dan fungsinya ialah

membentuk verba atau memverbakan

nomina, adjektifa, atau kelas kata

Page 8: AFIKS VERBA BAHASA SASAK ISOLEK PERINA DI JONGGATeprints.unram.ac.id/8219/1/JURNAL .pdfFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI ... Jonggat. Metode

8

lain. Contoh berikut dalam bahasa

Indonesia nonstandar: kopi menjadi

ngopi dan soto menjadi nyoto,

Konfiks, yaitu afiks yang terdiri dari

dua unsur, yaitu di depan dan di

belakang, contoh konfiks {ke-an},

kepandaian, keramaian. Afiksasi

adalah proses pembentukan kata

dengan membubuhkkan bubuhan

yang disebut afiks.

2. Verba kompleks

Verba adalah kelas kata yang

menunjukkan suatu tindakan atau

perbuatan atau keadaan, sedangkan

kata kompleks adalah adalah satuan

yang terdiri dari satuan-satuan yang

lebih kecil lagi. Jadi, verba kompleks

adalah verba yang terdiri atas dua

unsur atau lebih.

Proses Morfofonemik adalah

ilmumempelajari perubahan-

perubahan fonem yang timbul

sebagai akibat pertemuan fonem

dengan morfem lain. proses ini

terjadi melalui proses perubahan

fonem, penambahan fonem,

pelesapan fonem, dan penghilangan

fonem.

C. METODE PENELITIAN

Pendekatan penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini

adalah metode kualitatif, yaitu

pendekatan yang digunakan untuk

memaparkan/mendeskripsikan

fenomena dan pembentukan verba

secara apa adanya dan berdasarkan

dengan fakta-fakta yang ada. Data

adalah sebuah informasi yang

dijadikan sebagai bahan analisis.

Data dalam penelitian ini adalah

berupa verba kompleks. Verba

kompleks yang dimaksud adalah

verba yang dibentuk dari dua unsur,

unsur yang dimaksud yaitu afiks dan

unsur kata dasar yang berupa verba,

nomina, adjektifa, dan numeralia.

Adapun sampel dalam penelitian ini

adalah 2 orang informan utama dan

beberapa orang sebagai informan

tambahan yang memenuhi kriteria.

Adapun tiga metode pengumpulan

data yang digunakan dalam

penelitian ini, yaitu metode simak

beserta tekniknya (libat cakap dan

catat), metode wawancara disertai

tekniknya(pancing, catat, rekam),

dan metode intospeksi. Metode

penganalisissan data yang dipakai

adalah metode padan intralingual

dengan teknik hubung banding

menyamakan dan metode

distribusional dengan teknik urai

Page 9: AFIKS VERBA BAHASA SASAK ISOLEK PERINA DI JONGGATeprints.unram.ac.id/8219/1/JURNAL .pdfFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI ... Jonggat. Metode

9

unsur terkecil. Hasil penganalisisan

data disajikan secara formal dan

informal (Mahsun, 2014: 279).

Secara formal data sisajikan

menggunakan tanda-tanda atau

lambang. Sedangkan secara informal,

data disajikan menggunakan kata-

kata biasa.

D. PEMBAHASAN

Bahasa Sasak isolek Perina

memiliki delapan wujud afiks

pembentuk verba, yakni prefiks {pe-

} dengan alomorf {pe-, peñ-, dan

pe-}, prefiks {be-} dengan alomorf

{be-, ber-, dan bel-}, prefiks {-}

dengan alomorf {-, n-, ñ-, dan m-},

prefiks {te-}, sufiks {-an}, konfiks

{pe-an}, konfiks {be-an} dengan

alomorf {be-an dan ber-an}, dan

kombinasi afiks {te- dan pe-}.

A. Bentuk Afiks Pembentuk

verba

1. Prefiks {pe-}

Alomorf {pə-}

Prefiks {pə-} akan tetap

berbentuk {pə-} apabila melekat

pada bentuk dasar berfonem awal /s,

k, p, dan m/. berikut contoh data

hasil bentukan alomorf {pə-}.

(1) {pə-} + /sɔŋko?/‟topi‟

/pesongkoq/ [pəsɔŋko?]

„memakaikan topi‟

(2) {pə-} + /kandɔ?/ ‟lauk‟

/pekandoq/ [pəkandɔ?]

„memberi lauk nasi‟

(3) {pə-} + /sɔgɔl/‟keluar‟

/pesogol/ [pəsɔgɔl]

„mengeluarkan‟

(4) {pə-} + /pirik/ „hindari‟

/pepirik/ [pəpirik]

„menghindari‟

(5) {pə-} + /sɔpɔ?/‟satu‟

/pesopoq/ [pəsɔpɔ?] „menjadi

nyatu‟

(6) {pə-} + /sɔlah/‟cantik‟

/pesolah/ [pəsɔlah] „menjadi

indah‟

(7) {pə-} + /məlt/‟suka‟

/pemelet/ [pəməlt]„tawaran

basa basi

(8) {pə-} + /sakit/‟sakit‟

/pesakit/ [pəsakit] „memaksa‟

Berdasarkan data yang telah

dipaparkan, dapat dilihat bahwa

prefiks {pə-} pembentuk verba di

atas merupakan bentuk terikat dan

tidak bisa disisipkan dengan bentuk

lain dan juga kedudukannya tidak

sama dengan preposisi ataupun

klitik. Bukti bahwa {pə-} termasuk

Page 10: AFIKS VERBA BAHASA SASAK ISOLEK PERINA DI JONGGATeprints.unram.ac.id/8219/1/JURNAL .pdfFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI ... Jonggat. Metode

10

afiks verba bahasa Sasak isolek

Perina adalah prefiks {pe-} mampu

melekat pada banyak kata dasar.

Kata dasar songkoq dan kandoq

adalah kata dasar berupa nomina,

namun dilekatkan dengan afiks {pe-}

menjadi pesongkoq dan pekandoq

sehingga berubah bentuk menjadi

verba karena bisa didahului dengan

leksem endeq .

Alomorf {peñ-}

Prefiks {pə-} akan berbentuk

{pəñ-} apabila melekat pada bentuk

dasar berfonem awal /s/. Berikut

contoh data hasil bentukan alomorf

{pəñ-}.

(9) {pəñ-} + /susu/‟susu‟

/penyusu/ [peñusu]

„menyusui‟

(10) {pəñ-} + /sumpa?/‟cacimaki‟

/penyumpaq/ [pəñumpa?]

„mencacimaki‟

Berdasarkan paparan data di

atas, pada prefiks {pe-} dengan

alomorf {pəñ-} yang membentuk

verba merupakan bentuk terikat yang

tidak dapat disisipkan dengan unsur

lain dan juga kedudukannya tidak

sama dengan preposisi ataupun

klitik.

Alomorf {pəŋ-}

Prefiks {pə-} akan berbentuk

{pəŋ-} apabila melekat pada bentuk

dasar berfonem awal /a, k, dan o /.

Kemudian prefiks {pə-} akan luluh

ketika bertemu dengan bentuk dasar

berfonem awal /k/. Berikut contoh

data hasil bentukan alomorf {pəŋ-}.

(11) {pəŋ-} + /anak/‟anak‟

/penganak/ [pəŋanak] „suka

memeras‟

(12) {pəŋ-} + /kupi/‟kopi‟

/pəngupi/ [pəŋupi] „suka

mengopi‟

(13) {pəŋ-} + /oloq/‟hina‟

/pengoloq/[pəŋolo?] „suka

menghina‟

Merujuk paparan data di atas,

prefiks {pe-} dengan alomorf {pəŋ-}

yang membentuk verba merupakan

bentuk terikat yang tidak dapat

disisipkan dengan unsur lain dan

juga kedudukannya tidak sama

dengan preposisi ataupun klitik.

2. Prefiks {be-}

Di bawah ini adalah bahasan

mengenai prefiks {bə-} yang melekat

pada bentuk dasar. Prefiks {bə-}

dalam bahasa sasak sama denga

prefiks {bər-} dalam bahasa

Page 11: AFIKS VERBA BAHASA SASAK ISOLEK PERINA DI JONGGATeprints.unram.ac.id/8219/1/JURNAL .pdfFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI ... Jonggat. Metode

11

Indonesia. Prefiks {bə-} memiliki

alomorf yaitu {bə-}, {bər-}, {bəl}.

Berikut data hasil bentukan alomorf

tersebut.

Alomorf {bə-}

Prefiks {bə-} akan tetap

berbentuk {bə-} apabila melekat

pada bentuk dasar berfonem awal /s,

b, dan k/. Berikut contoh data hasil

bentukan alomorf {bə-}.

(14) {bə-} + /sandəl/‟sendal‟

/besandel/ [bəsandəl]

„memakai sendal‟

(15) {bə-} + /suntik/‟suntik

/besuntik/ [bəsuntik]

„bersuntik‟

(16) {bə- } + /sambəl/‟sambel‟

/besambel/ [bəsambəl] „

menaruhkan sambel‟

(17) {bə-} + /boyaq/‟cari‟

/beboyaq/ [bəbɔya?]

„mencari‟

(18) {bə-} + /kedek/‟kecil‟

/bekedek/ [bəkədk]

„bermain‟

(19) {bə-} + /sɔpɔq/‟satu‟

/besopok/ [bəsɔpɔ?] „ bersatu/

menyatu‟

Mencermati data yang telah

dipaparkan, dapat dilihat bahwa

prefiks {bə-} pembentuk verba di

atas, merupakan bentuk terikat dan

tidak bisa disisipkan dengan unsur

lain dan juga kedudukannya tidak

sama dengan preposisi ataupun

klitik. Bukti bahwa {bə-} termasuk

afiks verba bahasa Sasak isolek

Perina adalah prefiks {be-} mampu

melekat pada banyak kata dasar.

Kata dasar sandel dan suntik adalah

kata dasar berupa nomina, namun

dilekatkan dengan afiks {be-}

menjadi besandel dan besuntuk

sehingga berubah bentuk menjadi

verba karena bisa didahului dengan

leksem endeq .

Alomorf {bər-}

Prefiks {bə-} akan berbentuk

{bər-} apabila melekat pada bentuk

dasar berfonem awal /e, j, o dan a/.

Berikut contoh data hasil bentukan

alomorf {bər-}.

(20) {bər-} + /əmas/‟emas‟

/beremas/ [bərəmas]

„memakai emas‟

(21) {bər-} + /jam/‟jam‟

/berjam/ [berjam] „ memakai

jam‟

(22) {bər-} + /oas/‟cuci‟

/beroas/ [bəroas] „mencuci‟

Page 12: AFIKS VERBA BAHASA SASAK ISOLEK PERINA DI JONGGATeprints.unram.ac.id/8219/1/JURNAL .pdfFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI ... Jonggat. Metode

12

(23) {bər-} + /ajah/‟ajar‟

/berajah/ [bərajah] „belajar‟

Berdasarkan paparan data di

atas, pada prefiks {be-} dengan

alomorf {bər-} yang membentuk

verba merupakan bentuk terikat yang

tidak dapat disisipkan dengan unsur

lain dan juga kedudukannya tidak

sama dengan preposisi ataupun

klitik.

3. Prefiks {ŋ-}

Di bawah ini adalah bahasan

mengenai prefiks {ŋ-} yang melekat

pada bentuk dasar. Prefiks {ŋ-}

dalam bahasa Sasak memiliki

padanan prefiks dalam bahasa

Indonesia {məŋ-}. Hal ini diketahui

melalui makna dari kata hasil

bentukan prefiks tersebut. Prefiks {ŋ-

] dalam bahasa sasak memiliki tiga

alomorf yaitu {ŋ-, n-, ñ-, dan m-}.

Berikut data hasil bentukan alomorf

tersebut.

Alomorf {ŋ-}

Prefiks {ŋ-} akan tetap

berbentuk {ŋ-} apabila melekat pada

bentuk dasar berfonem awal /k dan

o/. Berikut contoh data hasil

bentukan alomorf {ŋ-}.

(24) {ŋ-} + /karuŋ/ „karung‟

/ngarung/[ŋaruŋ]„memasukka

n barang ke dalam karung]

(25) {ŋ-} + /kupi/‟kopi‟

/ngupi/ [upi] „ meminum

kopi‟

(26) {ŋ-} + /ɔpɔ/‟angkat‟

/ngopong/ [opo]

„mengangkat barang‟

(27) {ŋ-} + /oloq/„hina‟

/ngoloq/ [olo?]‟ menhina‟

Berdasarkan data yang telah

dipaparkan di atas, dapat dilihat

bahwa prefiks {ŋ-} pembentuk verba

di atas, merupakan bentuk terikat dan

tidak bisa disisipkan dengan unsur

lain dan juga kedudukannya tidak

sama dengan preposisi ataupun

klitik. Bukti bahwa {-} termasuk

afiks verba bahasa Sasak isolek

Perina adalah prefiks {-} mampu

melekat pada banyak kata dasar.

Kata dasar karung dan kopi adalah

kata dasar berupa nomina, namun

dilekatkan dengan afiks {-}

menjadi ngarung dan ngupi sehingga

berubah bentuk menjadi verba

karena bisa didahului dengan leksem

endeq .

Page 13: AFIKS VERBA BAHASA SASAK ISOLEK PERINA DI JONGGATeprints.unram.ac.id/8219/1/JURNAL .pdfFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI ... Jonggat. Metode

13

Alomorf {n-}

Pelekatan prefiks {-] pada

bentuk dasar berfonem awal /t/

menyebabkan peluluhan fonem,

yaitu peluluhan fonem /t/ dan

disenyawakan oleh fonem /n/. Oleh

sebab itu, prefiks [-] akan berubah

bentuk menjadi [n-] apabila melekat

pada bentuk dasar berfonem awal /t/.

Di bawah ini contoh data bentukan

alomorf {n-}.

(28) {-} + tulis‟tulis‟

/nulis/ [nulis]‟menulis‟

(29) {-} + tamak‟masukkan‟

/namaq/ [nama?]

„memasukkan‟

(30) {-} + timbaq‟timba‟

/nimbaq/ [nimba?]‟menimba‟

(31) {-} + tunuq‟bakar‟

/nunuq/ [nunu?] membakar‟

(32) {-} + tais‟tangis‟

/nangis/ [nais] „ menangis‟

(33) {-} + tunah‟sayang‟

/nunah/ [nunah]

„menyayangi‟

Berdasarkan paparan data di

atas, pada prefiks {ŋ-} dengan

alomorf {n-} yang membentuk verba

merupakan bentuk terikat yang tidak

dapat disisipkan dengan unsur lain

dan juga kedudukannya tidak sama

dengan preposisi ataupun klitik.

A. Alomorf {ñ-}

Pelekatan prefiks {-] pada

bentuk dasar berfonem awal /s/

menyebabkan peluluhan fonem,

yaitu peluluhan fonem /s/ dan

disenyawakan oleh fonem /ñ/. Oleh

sebab itu, prefiks [-] akan berubah

bentuk menjadi [ñ-] apabila melekat

pada bentuk dasar berfonem awal /s/.

Di bawah ini contoh data bentukan

alomorf {ñ-}.

(34) {-} + /sapu/‟sapu‟

/nyapu/ [ñapu]‟ menyapu‟

(35) {-} + /shr/‟sihir;

/nyeher/ [ñhr] „ menyihir‟

(36) {-} + /sədot/‟sedot‟

/nyedot/ [ñədot]‟ menyedot‟

(37) {-} + /sdaq/‟rusak‟

/nyedaq/ [sda?] „ merusak‟

Berdasarkan paparan data di

atas, pada prefiks {ŋ-} dengan

alomorf {ñ-} yang membentuk verba

merupakan bentuk terikat yang tidak

dapat disisipkan dengan unsur lain

dan juga kedudukannya tidak sama

dengan preposisi ataupun klitik

Page 14: AFIKS VERBA BAHASA SASAK ISOLEK PERINA DI JONGGATeprints.unram.ac.id/8219/1/JURNAL .pdfFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI ... Jonggat. Metode

14

Alomorf {m-}

Pelekatan prefiks {-] pada

bentuk dasar berfonem awal /p/

menyebabkan peluluhan fonem,

yaitu peluluhan fonem /p/ dan

disenyawakan oleh fonem /m/. Oleh

sebab itu, prefiks [-] akan berubah

bentuk menjadi [m-] apabila melekat

pada bentuk dasar berfonem awal

/m/. Di bawah ini contoh data

bentukan alomorf {m-}.

(38) {-} + /pali/‟paling‟

/maling/ [mali]‟ mencuri‟

(39) {-} + /pələ/‟potong‟

/meleng/ [mələ]

„memotong‟

(40) {-} + /pantok/‟pukul‟

/mantok/ [mantok}‟

memukul‟

berdasarkan paparan data di

atas, pada prefiks {ŋ-} dengan

alomorf {m-} yang membentuk

verba merupakan bentuk terikat yang

tidak dapat disisipkan dengan unsur

lain dan juga kedudukannya tidak

sama dengan preposisi ataupun klitik

4. Prefiks {te-}

Di bawah ini adalah bahasan

mengenai prefiks {tə-} yang melekat

pada bentuk dasar. Prefiks {tə-}

dalam bahasa Sasak sama denga

prefiks {di-} dalam bahasa

Indonesia. Prefiks {tə-} sama sekali

tidak memilikli alomorf. Prefiks

dapat melekat pada kata dasar berupa

verba /.

(41) {tə-} + bau‟petik/mengambil‟

/tebau/ [təbau] „dipetik‟

(42) {tə-} + /pinaq/‟buat‟

/tepinaq/ [təpina?] „dibuat‟

(43) {te-} + /rasaq/‟cicip‟

/terasaq/ [tərasa?] „dicicip‟

(44) {tə-} + /kakoq/‟gigit‟

/tekakoq/ [təkako?]‟digigit‟

Mencermati data yang telah

dipaparkan, dapat dilihat bahwa

prefiks {tə-} pembentuk verba di

atas, merupakan bentuk terikat dan

tidak bisa disisipkan dengan unsur

lain dan juga kedudukannya tidak

sama dengan preposisi ataupun

klitik. Bukti bahwa {tə-} termasuk

afiks verba bahasa Sasak isolek

Perina adalah prefiks {te-} mampu

melekat pada banyak kata dasar.

Kata dasar bau dan buat adalah kata

dasar berupa verba, namun

dilekatkan dengan afiks {te-}

menjadi tebau dan tebuat sehingga

berubah bentuk menjadi verba

Page 15: AFIKS VERBA BAHASA SASAK ISOLEK PERINA DI JONGGATeprints.unram.ac.id/8219/1/JURNAL .pdfFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI ... Jonggat. Metode

15

karena bisa didahului dengan leksem

endeq .

5. Sufiks {-an}

Terdapat hanya satu sufiks

pembentuk verba yang diperoleh

penulis pada bahasa Sasak isolek

Perina, yakni sufiks {-an}. Padanan

sufiks {-an} dalam bahasa Indonesia

adalah sufiks [-kan] yang dilekati

oleh kata dasar berupa nomina,

verba, adjektiva maupun numeralia.

6. /sikat/‟sikat‟ + {-an}

/sikatan/

[sikatan]‟sikatkan‟

7. /sabun/‟sabun‟ + {-an}

/sabun/ [sabunan]

„sabunan‟

8. /pinaq/‟buat‟ + {-an}

/pina?an/

[pinaqan]‟buatkan‟

9. /baet/‟ambil‟ + {-an}

/baetan/ [baetan]‟

ambilkan‟

10. /ŋəs/‟cantik‟ + {-an}

/engesan/

[ŋəsan]‟cantikan‟

11. /mulus/‟mulus‟+ {-an}

/mulusan/ [mulusan]

„mulusan‟

Merujuk yang telah dipaparkan

dapat dilihat bahwa sufiks {tə-}

pembentuk verba di atas, merupakan

bentuk terikat dan tidak bisa

disisipkan dengan unsur lain dan

juga kedudukannya tidak sama

dengan preposisi ataupun klitik.

Bukti bahwa {-an} termasuk afiks

verba bahasa Sasak isolek Perina

adalah sufiks {-an} mampu melekat

pada banyak kata dasar. Kata dasar

sabun dan sikat adalah kata dasar

berupa nomina, namun dilekatkan

dengan sufiks {-an} menjadi

sabunan dan sikatan sehingga

berubah bentuk menjadi verba

karena bisa didahului dengan leksem

endeq .

6. Konfiks {pe-an}

Di bawah ini adalah bahasan

mengenai konfiks {pə-an} yang

melekat pada bentuk dasar. Konfiks

{pə-an} dalam bahasa Indonesia }

sama sekali tidak memiliki padanan.

Konfiks {pə-an}melekat pada kata

dasar yang berfonem awal /k, s, dan

l/. konfiks {pə-an} ini juga sama

sekali juga tidak memiliki alomorf.

Berikut data yang diperoleh oleh

peneliti.

Page 16: AFIKS VERBA BAHASA SASAK ISOLEK PERINA DI JONGGATeprints.unram.ac.id/8219/1/JURNAL .pdfFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI ... Jonggat. Metode

16

4. {pə-an} + /karuŋ/‟karung‟

/pekarungan/[pekarungan]„m

emasukkan sesuatu ke dalam

karung

5. {pə-an} + /kaiŋ/‟selimut‟

/pekaingan/ [pəkaiŋan]

„memakaikan selimut‟

6. {pə-an} + /sɔgɔl/‟keluar‟

/pesogolan/ [pəsɔgɔlan]

„mengeluarkan‟

7. {pə-an} + /lampaq/‟jalan‟

/pəlampaqan/[pelampa?an]

„memjalankan‟

Mencermati data yang telah

dipaparkan di atas, dapat dilihat

bahwa prefiks {pə-an} pembentuk

verba di atas, merupakan bentuk

terikat dan tidak bisa disisipkan

dengan unsur lain dan juga

kedudukannya tidak sama dengan

preposisi ataupun klitik.

7. Konfiks {be-an}

Di bawah ini adalah bahasan

mengenai konfiks {bə-an} yang

melekat pada bentuk dasar. Konfiks

{bə-an} dalam bahasa Indonesia

sama sekali tidak memiliki padanan.

konfiks {bə-an} memiliki alomorf

{bə-an} dan {bər-an}.

Alomorf {be-an}

Konfiks {bə-an} akan tetap

berbentuk {bə-an}apabila melekat

pada bentuk dasar berfonem awal /r,

k, dan g/. berikut contoh data hasil

bentukan alomorf {bə-an}.

8. {bə-an} + / rkeŋ/‟hitung‟

/berekengan/

[bərkŋan]‟melakukan

hitungan‟

9. {bə-an} + /kədek/‟main‟

10. /bekedekan/ [bəkədkan]

„bermain‟

11. {bə-an} +

/gɔmpɔ?/‟bertengkar‟

begompo’an [bəgɔmpɔ?an]

„bertengkar hebat‟

Melihat paparan data di atas,

pada prefiks {ŋ-} dengan alomorf

{m-} yang membentuk verba

merupakan bentuk terikat yang tidak

dapat disisipkan dengan unsur lain

dan juga kedudukannya tidak sama

dengan preposisi ataupun klitik.

Alomorf {bər-an}

Konfiks {bə-an] berubah menjadi

{bər-an} pada bentuk dasar

berfonem awal /u dan a/. Di bawah

Page 17: AFIKS VERBA BAHASA SASAK ISOLEK PERINA DI JONGGATeprints.unram.ac.id/8219/1/JURNAL .pdfFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI ... Jonggat. Metode

17

ini contoh data bentukan alomorf

{bər-an}.

12. {bər-an} +/utaŋ/‟hutang‟

/berutangan/ [bərutaŋ]

„berhutang‟

13. {bər-an} + /ampəs/„lempar‟

/berampesan/[bərampəsan]sal

ing lempar‟

Dari data yang telah

dipaparkan dapat dilihat bahwa

konfiks {pə-an} pembentuk verba di

atas, merupakan bentuk terikat dan

tidak bisa disisipkan dengan unsur

lain dan juga kedudukannya tidak

sama dengan preposisi ataupun

klitik.

8. Kombinasi Afiks

Di bawah ini adalah bahasan

mengenai kombinasi afiks {te-}dan

{pe-} yang melekat pada bentuk

dasar. Padanan kombinasi afiks {tə-}

dan {-pə} dalam bahasa Indonesia

adalah afiks {di-}, {di-kan}, dan {di-

i}, tetapi jika dilekatkan dengan

bentuk dasar nomina kombinasi afiks

{tə-pə} tidak mempunyai padanan

dalam bahasa Indonesia. Berikut ini

contoh kombinasi afiks temuan

peneliti.

9. {tə- + pə-} + /kaiŋ/‟selimut‟

/tepekaing/

[təpəkaiŋ]‟diselimuti‟

10. {tə- + pə} + /kando?/‟sayur‟

/tepekandoq/[təpəkandɔ?]‟dib

erikan lauk‟

11. {tə- + pə-} + /sila?/‟undang‟

/tepesilaq/ [təpəsila?]

„diundang‟

12. {tə- + pə-} + gita?‟lihat‟

/təpəgitaq/ [təpəgita?]

„diperlihatkan‟

13. {tə- + pə-} + /kəna?/‟benar‟

/tepekenaq/ [təpəkəna?]

„dibenarkan‟

14. {tə- + pə-} + /lila?/‟malu‟

tepelikaq

[təpəlila?]‟dipermalukan‟

15. {tə- + pə-} + /sɔpɔ?/‟satu‟

/tepesopoq/ [təpəsɔpɔ?]

„dipersatukan‟

Dari data yang telah

dipaparkan dapat dilihat bahwa

kombinasi afiks {te- + pə-}

pembentuk verba di atas, merupakan

bentuk terikat dan tidak bisa

disisipkan dengan unsur lain dan

juga kedudukannya tidak sama

dengan preposisi ataupun klitik.

Page 18: AFIKS VERBA BAHASA SASAK ISOLEK PERINA DI JONGGATeprints.unram.ac.id/8219/1/JURNAL .pdfFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI ... Jonggat. Metode

18

B. Kategori kata dasar yang

dilekati afiks verba bahasa

Sasak isolek Perina di Jonggat

Berikut afiks yang melekat

pada bentuk dasar berupa nomina,

verba, adjektiva dan numeralia.

1. Prefiks {pe-}

Kategori kata dasar yang dilekati

oleh afiks {pə-} ialah sebagai

berikut.

A. Kategori kata dasar berupa

nomina, contohnya:

(1) {pə-} + /sɔŋko?/‟topi‟

/pesongkoq/ [pəsɔŋko?]

„memakaikan topi‟

(2) {pə-} + /kandɔ?/ „lauk‟

/pekandoq/ [pəkandɔ?]

„memberi lauk pada nasi‟

(3) {pəŋ-} + /anak/‟anak‟

/penganak/ [pəŋanak]

„membantu melahirkan‟

(4) {pəŋ-} + /kupi/‟kopi‟

/pəngupi/ [pəŋupi] „memberi

kopi‟

Berdasarkan data di atas, kata

dasar songkoq, kandoq, anak dan

kupi yang melekat pada afiks {pə}

merupakan kata dasar yang

berkategori nomina (kata benda)

karena tidak dapat di dampingi

dengan leksem endeq, melainkan

dapat bergabung dengan leksem

endeq iye.

B. Kategori kata dasar berupa

verba, contohnya:

(5) {pə-} + /pirik/ „hindari‟

/pepirik/ [pəpirik]

„menghindari‟

(6) {pə-} + /sɔgɔl/‟keluar‟

/pesogol/[pəsɔgɔl]

„mengeluarkan‟

(7) {pəŋ-} +/oloq/‟hina‟

/pengoloq/ [pəŋolo?] „orang

yang suka menghina‟

Berdasarkan data di atas, kata

dasar pirik, sogol dan oloq yang

melekat pada afiks {pə-} merupakan

kategori kata dasar berbentuk verba,

karena kata dasar tersebut bermakna

melakukan kegiatan atau perbuatan.

Kata dasar pirik, sogol dan oloq

dapat didampingi oleh leksem endeq

pada suatu kontruksi dan tidak dapat

di damping oleh preposisi joq, eleq,

dan leq.

C. Kategori kata dasar berupa

adjektiva, contohnya:

(8) {pə-} + /sɔlah/‟cantik‟

/pesolah/ [pəsɔlah]

„memperindah‟

Page 19: AFIKS VERBA BAHASA SASAK ISOLEK PERINA DI JONGGATeprints.unram.ac.id/8219/1/JURNAL .pdfFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI ... Jonggat. Metode

19

(9) {pə-} + /məlt/‟suka‟

/pemelet/ [pəməlt] „tawaran

basa basi‟

(10) {pə-} + /sakit/‟sakit‟

/pesakit/ [pəsakit]

„memaksa/membuat sakit‟

Berdasarkan data di atas,

kata dasar solah, melet dan sakit

yang melekat pada afiks {pə-}

merupakan kata dasar berkategori

adjektiva (kata sifat), karena dapat

diterangkan atau didahului dengan

kata lebih, agak, paling, sangat dan

cukup.

D. Kategori kata dasar berupa

numeralia, contohnya

(11) {pə-} + /sɔpɔ?/‟satu‟

/pesopoq/ [pəsɔpɔ?]

„persatukan‟

Berdasarkan data di atas,

kata dasar sopoq yang melekat pada

afiks {pə-} merupakan kata dasar

berkategori numeralia (kata

bilangan), karena menyatakan

jumlah bilangan.

2. Prefiks {bə-}

Kategori kata dasar yang dilekati

oleh prefiks {bə-} ialah sebagai

berikut.

A. Kategori kata dasar berupa

nomina {kata benda},

contohnya:

(12) {bə-} + /sandəl/‟sendal‟

/besandel/ [bəsandəl]

„memakai sendal‟

(13) {bə-} + /suntik/‟suntik

/besuntik/ [bəsuntik]

„bersuntik‟

(14) {bə-} + /sambəl/‟sambel‟

/besambel/[bəsambəl]„men

aruhkan sambel‟

(15) {bər-} + /əmas/‟emas‟

/beremas/ [bərəmas]

„memakai emas‟

(16) {bər-} + /jam/‟jam‟

/berjam/ [bərəjam] „

memakai jam‟

Berdasarkan data di atas, kata

dasar sandel, sambel, suntik, emas

dan jam yang melekat pada afiks

{bə} merupakan kata dasar yang

berkategori nomina (kata benda)

karena sandel, sambel, suntik, emas

dan jam merupakan benda, tidak

dapat bergabung dengan leksem

endeq, melainkan dapat bergabung

dengan leksem endek iye.

B. Kategori kata dasar berupa

verba, contohnya:

Page 20: AFIKS VERBA BAHASA SASAK ISOLEK PERINA DI JONGGATeprints.unram.ac.id/8219/1/JURNAL .pdfFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI ... Jonggat. Metode

20

(17) {bə-} + /boyaq/‟cari‟

/beboyaq/ [bəbɔya?]

„mencari‟

(18) {bə-} + /kedek/‟main‟

/bekedek/ [bəkədk]

„bermain‟

(19) {bər-} + /ajah/‟ajar‟

/berajah/ [bərajah] „belajar‟

Berdasarkan data di atas, kata

dasar boyaq, kedek, dan ajar yang

melekat pada afiks {bə-} merupakan

kategori kata dasar berbentuk verba,

karena kata dasar tersebut bermakna

melakukan kegiatan atau perbuatan.

Kata dasar boyaq, kedek dan ajah

dapat didampingi oleh leksem endeq

pada suatu kontruksi dan tidak dapat

di damping oleh preposisi joq, eleq,

dan leq.

C. Kategori kata dasar berupa

numeralia, contohnya:

(20) {bə-} + /sɔpɔq/‟satu‟

/besopok/ [bəsɔpɔ?] „

menjadi satu/ menyatu‟

Berdasarkan data di atas,

kata dasar sopoq yang melekat pada

afiks {bə-} merupakan kata dasar

berkategori numeralia (kata

bialangan), karena menyatakan

jumlah benda.

3. Prefiks {ŋ-}

Kategori kata dasar yang dilekati

oleh afiks {pə-} ialah sebagai

berikut.

A. Kategori kata dasar berupa

nomina, contohnya:

(21) {ŋ-} + /karuŋ/‟karung‟

/ngarung/

[ŋaruŋ]„memasukkan

barang ke dalam dalam

karung]

(22) {ŋ-} + /kupi/‟kopi‟

/ngupi/ [upi] „ meminum

kopi‟

(23) {-} + timbaq‟timba‟

/nimbaq/

[nimba?]‟menimba‟

(24) {-} + sapu‟sapu‟

/nyapu/ [ñapu]‟ menyapu‟

Berdasarkan data di atas, kata

dasar karung, kopi, timbaq, dan sapu

yang melekat pada afiks {ŋ-}

merupakan kata dasar yang

berkategori nomina (kata benda)

karena kata dasar tersebut

merupakan benda dan tidak dapat

bergabung dengan leksem endeq,

melainkan dapat bergabung dengan

leksem endek iye.

Page 21: AFIKS VERBA BAHASA SASAK ISOLEK PERINA DI JONGGATeprints.unram.ac.id/8219/1/JURNAL .pdfFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI ... Jonggat. Metode

21

B. Kategori kata dasar berupa

verba, contohnya:

(22) {ŋ-} + /oloq/ „hina‟

/ngoloq/ [olo?]‟ menhina‟

(23) {-} + /tulis/‟tulis‟

/nulis/ [nulis]‟menulis‟

(24) {-} +

/tamaq/‟masukkan‟

/namaq/ [nama?]

„memasukkan‟

(25) {-} + /sədot/‟sedot‟

/nyedot/ [ñədot]‟

menyedot‟

(26) {-} + /kərisa?/‟perbaiki‟

/ngerisaq/

[ərisa?]‟memperbaiki‟

(27) {-} + /kəla?/‟masak

/ngelaq/ [əla?]‟

memasak‟

(28) {-} + /pali/‟curi‟

/maling/ [mali]‟ mencuri‟

(29) {-} + /pələ/‟potong‟

/meleng/ [mələ]

„memotong‟

(30) {-} + /pantok/‟pukul‟

/mantok/ [mantok}‟

memukul‟

Berdasarkan data di atas, kata

dasar tulis, tamaq, sedot,

kerisaq,kelaq, paling, peleng dan

pantok yang melekat pada afiks {ŋ-}

merupakan kategori kata dasar

berbentuk verba, karena kata dasar

tersebut bermakna melakukan

kegiatan atau perbuatan. Kata dasar

oloq, tulis, tamaq, sedot, kerisaq,

dan kelaq dapat didampingi oleh

leksem endeq pada suatu kontruksi

dan tidak dapat di damping oleh

preposisi joq, eleq, dan leq.

C. Kategori kata dasar berupa

adjektiva, contohnya:

(31) {-} + /tunah/‟sayang‟

/nunah/ [nunah]

„menyayangi‟

Berdasarkan data di atas,

kata dasar tunah yang melekat pada

afiks {ŋ-} merupakan kata dasar

berkategori adjektiva (kata sifat),

karena dapat diterangkan atau

didahului dengan kata lebih, agak,

paling, sangat dan cukup.

4. Prefiks {tə-}.

Kategori kata dasar yang dilekati

oleh afiks {tə-} ialah sebagai berikut.

A. Kategori kata dasar berupa

verba, contohnya:

Page 22: AFIKS VERBA BAHASA SASAK ISOLEK PERINA DI JONGGATeprints.unram.ac.id/8219/1/JURNAL .pdfFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI ... Jonggat. Metode

22

(32) {tə-} + /bau/‟petik/ambil‟

/tebau/ [təbau]

„dipetik/diambil‟

(33) {tə-} + /pinaq/‟buat‟

/tepinaq/ [təpina?] „dibuat‟

(34) {te-} + /rasaq/‟cicip‟

/terasaq/ [tərasa?] „dicicip‟

(35) {tə-} + /kakoq/‟gigit‟

/tekakoq/ [təkako?]‟digigit‟

Berdasarkan data di atas, kata

dasar bau, pinaq, rasaq dan kakoq

yang melekat pada afiks {ŋ-}

merupakan kategori kata dasar

berbentuk verba, karena kata dasar

tersebut bermakna melakukan

kegiatan atau perbuatan. Kata dasar

bau, pinaq, rasaq, dan kakoq dapat

didampingi oleh leksem endeq pada

suatu kontruksi dan tidak dapat di

damping oleh preposisi joq, eleq, dan

leq.

5. Sufiks {-an}

Terdapat hanya satu sufiks

pembentuk verba yang diperoleh

penulis pada bahasa Sasak isolek

Perina, yakni sufiks {-an}.

A. Kategori kata dasar berupa

verba, contohnya:

(36) /sikat/‟sikat‟ + {-an}

/sikatan/ [sikatan]‟sikatkan‟

(37) /sabun/‟sabun‟ + {-an}

/sabun/ [sabunan] „sabunan‟

Berdasarkan data di atas, kata

dasar sikat dan sabun yang melekat

pada sufiks {-an} merupakan kata

dasar yang berkategori nomina (kata

benda) karena kata dasar tersebut

merupakan benda dan tidak dapat

bergabung dengan leksem endeq,

melainkan dapat bergabung dengan

leksem endeq iye

B. Kategori kata dasar berupa

verba, contohnya:

(38) /Pinaq/‟buat‟ + {-an}

pina?an [pinaqan]‟buatkan‟

(39) /Baet/‟ambil‟ + {-an}

baetan [baetan]‟ ambilkan‟

Berdasarkan data di atas, kata

dasar pinaq dan baet yang melekat

pada sufiks {-an} merupakan

kategori kata dasar berbentuk verba,

karena kata dasar tersebut bermakna

melakukan kegiatan atau perbuatan.

Kata dasar pinaq dan baet dapat

didampingi oleh leksem endeq pada

suatu kontruksi dan tidak dapat di

damping oleh preposisi joq, eleq, dan

leq.

Page 23: AFIKS VERBA BAHASA SASAK ISOLEK PERINA DI JONGGATeprints.unram.ac.id/8219/1/JURNAL .pdfFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI ... Jonggat. Metode

23

C. Kategori kata dasar berupa

adjektiva, contohnya:

(40) /ŋəs/‟cantik‟ + {-an}

/engesan/ [ŋəsan]‟cantikan‟

(41) /mulus/‟mulus‟+ {-an}

/mulusan/ [mulusan]

„mulusan‟

Berdasarkan data di atas,

kata dasar enges dan mulus yang

melekat pada sfiks {-an} merupakan

kata dasar berkategori adjektiva (kata

sifat), karena dapat diterangkan atau

didahului dengan kata lebih, agak,

paling, sangat dan cukup.

6. Konfiks {pe-an}

Kategori kata dasar yang dilekati

oleh afiks {pə-an} ialah sebagai

berikut.

A. Kategori kata dasar berupa

nomina, contohnya

(42) {pə-an} + /karuŋ/‟karung‟

/pekarungan/[pekarungan]

„memasukkan delam karung

(43) {pə-an} + /kaiŋ/‟selimut‟

/pekaingan/[pəkaiŋan]

„memakaikan selimut‟

Berdasarkan data di atas, kata

dasar kaing dan karung yang

melekat pada konfik {pə-an}

merupakan kata dasar yang

berkategori nomina (kata benda)

karena kata dasar tersebut

merupakan benda dan tidak dapat

bergabung dengan leksem endeq,

melainkan dapat bergabung dengan

leksem endeq iye.

B. Kategori kata dasar berupa verba,

contohnya:

(44) {pə-an} + /sɔgɔl/‟keluar‟

/pesogolan/ [pəsɔgɔlan]

„mengeluarkan‟

(45) {pə-an} + /lampaq/‟jalan‟

/pəlampa’an/[pelampa?an]

„menjalankan‟

Berdasarkan data di atas, kata

dasar sogol dan lampaq yang

melekat pada konfiks {pə-an}

merupakan kategori kata dasar

berbentuk verba, karena kata dasar

tersebut bermakna melakukan

kegiatan atau perbuatan. Kata dasar

sogol dan lampaq dapat didampingi

oleh leksem endeq pada suatu

kontruksi dan tidak dapat di damping

oleh preposisi joq, eleq, dan leq.

7. Konfiks {be-an}

Page 24: AFIKS VERBA BAHASA SASAK ISOLEK PERINA DI JONGGATeprints.unram.ac.id/8219/1/JURNAL .pdfFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI ... Jonggat. Metode

24

Kategori kata dasar yang dilekati

oleh afiks {bə-an} ialah sebagai

berikut.

A. Kategori kata dasar berupa

nomina, contohnya

(46) {bər-an} + /utaŋ/‟hutang‟

/berutangan/ [bərutaŋ]

„berhutang‟

Berdasarkan data di atas, kata

dasar utang yang melekat pada

konfik {bə-an} merupakan kata dasar

yang berkategori nomina (kata

benda) karena kata dasar tersebut

merupakan benda dan tidak dapat

bergabung dengan leksem endeq,

melainkan dapat bergabung dengan

leksem endeq iye.

B. Kategori kata dasar berupa verba,

contohnya

(47) {bə-an} + /rkeŋ/‟hitung‟

/berekengan/

[bərkŋan]‟melakukan

hitungan‟

(48) {bə-an} + /kədek/‟main‟

/bekedekan/[bəkədkan]

„bermain‟

Berdasarkan data di atas, kata

dasar rekeng dan kedek yang

melekat pada konfiks {bə-an}

merupakan kategori kata dasar

berbentuk verba, karena kata dasar

tersebut bermakna melakukan

kegiatan atau perbuatan. Kata dasar

rekeng dan kedek dapat didampingi

oleh leksem endeq pada suatu

kontruksi dan tidak dapat di damping

oleh preposisi joq, eleq, dan leq.

8. Kombinasi afiks

Terdapat hanya satu

kombinasi afiks pembentuk verba

yang diperoleh penulis pada bahasa

Sasak isolek Perina, yakni kombinasi

afiks {tə-} dan {pə-}.

A. Kategori kata dasar berupa

nomina, contohnya:

(49) {tə- + pə-} + / kaiŋ/‟selimut‟

/tepekaing/

[təpəkaiŋ]‟diselimuti‟

(50) {tə- + pə-} + /kando?/‟sayur‟

/tepekandoq/[təpəkandɔ?]‟dib

erikan lauk‟

Berdasarkan data di atas, kata

dasar kaing dan kandoq yang

melekat pada kombinasi afiks {tə-pə-

} merupakan kata dasar yang

berkategori nomina (kata benda)

karena kaing dan kandoq tidak dapat

bergabung dengan leksem endeq,

melainkan dapat bergabung dengan

endeq iye.

Page 25: AFIKS VERBA BAHASA SASAK ISOLEK PERINA DI JONGGATeprints.unram.ac.id/8219/1/JURNAL .pdfFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI ... Jonggat. Metode

25

B. Kategori kata dasar berupa verba,

contohnya:

(51) {tə- + pə-} + /sila?/‟suruh‟

/tepesilaq/ [təpəsila?]

„dipersilahkan‟

(52) {tə- + pə-} + /gita?/‟lihat‟

/təpəgitaq/

[təpəgita?]„diperlihatkan‟

Berdasarkan data di atas, kata

dasar silaq dan gitaq yang melekat

pada konfiks {bə-an} merupakan

kategori kata dasar berbentuk verba,

karena kata dasar tersebut bermakna

melakukan kegiatan atau perbuatan.

C. Kategori kata dasar berupa

adjektiva, contohnya:

(53) {tə- + pə-} + kəna?‟benar‟

tepekenaq [təpəkəna?]

„dibenarkan‟

(54) {tə- + pə-} + lila?‟malu‟

tepelikaq

[təpəlila?]‟dipermalukan‟

Berdasarkan data di atas,

kata dasar kenaq dan lilaq yang

melekat pada kombinasi afiks {-an}

merupakan kata dasar berkategori

adjektiva (kata sifat), karena dapat

diterangkan atau didahului dengan

kata lebih, agak, paling, sangat dan

cukup.

D. Kategori kata dasar berupa

numeralia, contohnya:

(55) {tə- + pə-} + /sɔpɔ?/‟satu‟

/tepesopoq/ [təpəsɔpɔ?]

„dipersatukan‟

Berdasarkan data di atas,

kata dasar sopoq yang melekat pada

kombinasi afiks {tə-pə-} merupakan

kata dasar berkategori numeralia

(kata bilangan), karena menyatakan

jumlah benda.

C. Proses morfofonemik yang

terjadi dalam pembentukan

verba bahasa Sasak isolek

Perina.

Pada bagian ini akan

diuraikan proses morfofonemik yang

terjadi pada pembentukan verba

bahasa Sasask Isolek Perina. Pada

bahasa Sasak isolek Perina di

temukan tiga proses yakni,

penambahan fonem, perubahan

fonem, dan pelesapan fonem.

1. Proses penambahan fonem

Berikut di bawah ini contoh

data berupa penambahan fonem yang

melekat pada prefiks {pe-} dan {be-

}.

Page 26: AFIKS VERBA BAHASA SASAK ISOLEK PERINA DI JONGGATeprints.unram.ac.id/8219/1/JURNAL .pdfFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI ... Jonggat. Metode

26

A. Proses penambahan fonem

yang melekat pada prefiks

{pe-}.

Berikut contoh data berupa

penambahan fonem yang dilekatkan

dengan prefiks {pe-}:

(1) {pəŋ-} + /anak/‟anak‟

/penganak/ [pəŋanak]

„membantu melahirkan‟

(2) {pəŋ-} + /oloq/‟ejek‟

/pengoloq/ [pəŋolo?] „orang

yang suka menghina‟

(3) {pəñ + /susu/‟susu‟

/penyusuq/

peñusu?]‟memberi air susu‟

Berdasarkan paparan data di

atas, terdapat adanya proses

morfofonemik berupa penambahan

fonem // yang diletakkan setelah

afiks {pə-} sehingga menjadi {pə-

} pada kata dasar anak dan oloq

sehingga menjadi penganak dan

pengoloq. Selanjutnya, terdapat

adanya penambahan fonem /q/

setelah kata dasar susu sehingga

menjadi penyusuq.

B. Proses penambahan fonem

yang melekat pada prefiks

{be-}

Berikut data contoh data

berupa penambahan fonem yang

dilekatkan dengan prefiks {be-}.

(4) {bər-} + /əmas/‟emas‟

/beremas/ [bərəmas]

„memakai emas‟

(5) {bər-} + /jam/‟jam‟

/berejam/ [berjam] „ memakai

jam‟

(6) {bər-} + /oas/‟cuci‟

/beroas/ [bəroas] „mencuci‟

(7) {bər- + /ajah/‟ajar‟

/berajah/ [bərajah] „belajar‟

Merujuk paparan data di atas,

terdapat adanya proses

morfofonemik berupa penambahan

fonem /r/ yang diletakkan setelah

afiks {bə-} sehingga menjadi {bər-}

pada bentuk dasar yang diawali

fonem e, o, dan pada kata dasar

emas, oas, dan ajah sehingga

menjadi beremas, beroas, dan

berajah. Sedangkan penambahan

fonem /re/ pada afiks {bə-} sehingga

menjadi {bərə-} pada bentuk dasar

yang di awali oleh fonem j pada kata

dasar jam sehingga menjadi berejam.

2. Proses perubahan fonem

Page 27: AFIKS VERBA BAHASA SASAK ISOLEK PERINA DI JONGGATeprints.unram.ac.id/8219/1/JURNAL .pdfFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI ... Jonggat. Metode

27

Berikut di bawah ini data

berupa perubahan fonem yang

melekat pada prefiks {pe-} dan {ŋ-}.

A. Proses perubahan fonem yang

melekat pada prefiks {pe-}.

(8) {pəŋ-} + /kupi/‟kopi‟

/pəngupi/ [pəŋupi]

„memberikan/membuatkan

kopi‟

Berdasarkan paparan data di

atas, terdapat adanya proses

morfofonemik berupa perubahan

fonem /k/ pada bentuk dasar kupi

yang digantikan menjadi // ketika

dilekatkan dengan afiks {pə-}

menjadi {pə-} sehingga menjadi

pengupi

B. Proses perubahan fonem yang

melekat pada prefiks {ŋ-}

(9) {ŋ-} + /karuŋ/‟karung‟

/ngarung/

[ŋaruŋ]„memasukkan barang ke

dalam dalam karung]

(10) {ŋ-} + /kupi/‟kopi‟

/ngupi/ [upi] „ meminum

kopi‟

(11) {-} + /kərisa?/,perbaiki‟

/ngerisaq/

[ərisa?]‟memperbaiki‟

(12) {-} + /kəramak/‟cakar‟

/ngeramaq/

[əramak] „mencakar‟

(13) {-} + /kəla?/‟masak

/ngelaq/ [əla?]‟ memasak‟

(14) {-} + /tulis/‟tulis‟

/nulis/ [nulis]‟menulis‟

(15) {-} + /tamak/‟masukkan‟

/namaq/ [nama?]

„memasukkan‟

(16) {-} + /timbaq/‟timba‟

/nimbaq/ [nimba?]‟menimba‟

(17) {-} + /tunuq/‟bakar‟

/nunuq/ [nunu?] membakar‟

(18) {-} + /tais/‟tangis‟

/nangis/ [nais] „

menangis‟

(19) {-} + /tunah/‟sayang‟

/nunah/ [nunah]

„menyayangi‟

(20) {-} + /pali/‟paling‟

/maling/ [mali]‟

mencuri‟

(21) {-} + /pələ/‟potong‟

/meleng/ [mələ]

„memotong‟

(22) {-} + /pantok/‟pukul‟

/mantok/ [mantok}‟

memukul‟

Page 28: AFIKS VERBA BAHASA SASAK ISOLEK PERINA DI JONGGATeprints.unram.ac.id/8219/1/JURNAL .pdfFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI ... Jonggat. Metode

28

Merujuk paparan data di atas,

terdapat adanya proses

morfofonemik berupa perubahan

fonem dari /k/ mejadi // pada

bentuk dasar karung, kupi,

kerisaq,keramak dan kelaq sehingga

menjadi ngarung, ngupi, ngerisaq,

ngeramak dan ngelaq. Sedangkan

perubahan fonem /t/ menjadi /n/

pada bentuk dasar timbaq, tunuq,

tangis, dan tunah sehingga menjadi

nimbaq, nunuq, nangis dan nunah.

Sedangkan perubahan fonem /p/

menjadi /m/ pada bentuk dasar

paling, peleng, dan pantok menjadi

maling, meleng, dan mantok.

3. Proses pelesapan fonem

Berikut di bawah ini adalah

contoh data berupa pelesapan fonem

yang melekat pada prefiks {pe-} dan

{ŋ-}.

A. Proses pelesapan fonem yang

melekat pada prefiks {pe-}.

Berikut ini contoh data

berupa pelesapan fonem yang

melekat pada prefiks {pe-}:

(23) {pəñ-} + /susu/‟susu‟

penyusu [peñusu?]

„menyusui‟

(24) {pəñ-} + /sumpa?/‟cacimaki

Penyumpaq [pəñumpa?]

„mencacimaki‟

Mencermati paparan data di

atas, terdapat adanya proses

morfofonemik berupa pelesapan

fonem /s/ yang digantikan menjadi

/ñ/ pada morfem afiks {pə-} yang

menjadi {pəñ-} yang dilekatkan

pada bentuk dasar susu, sumpaq dan

sehingga menjadi penyusu,

penyumpaq.

B. Proses pelesapan fonem yang

melekat pada prefiks {ŋ-}.

Berikut contoh data berupa

pelesapan fonem yang melekat pada

prefiks {-}

(25) {-} + /sapu/‟sapu‟

/nyapu/ [ñapu]‟ menyapu‟

(26) {-} + /shr‟/sihir;

/nyeher/ [ñhr] „ menyihir‟

(27) {-} + /sədot/‟sedot‟

/nyedot/ [ñədot]‟ menyedot‟

(28) {-} + /sdaq/‟rusak‟

/nyedaq/ [sda?] „ merusak‟

Berdasarkan paparan data di

atas, terdapat adanya proses

morfofonemik berupa pelesapan

fonem /s/ yang digantikan menjadi

Page 29: AFIKS VERBA BAHASA SASAK ISOLEK PERINA DI JONGGATeprints.unram.ac.id/8219/1/JURNAL .pdfFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI ... Jonggat. Metode

29

/ñ/ pada morfem afiks {-} yang

dilekatkan pada bentuk dasar sapu,

seher, sedot dan sedaq sehingga

menjadi nyapu, nyeher nyedot, dan

nyedaq.

SIMPULAN

Berdasarkan uraian yang

telah disajikan mengenai afiks verba

bahasa Sasak isolek Perina di

Jonggat, ada beberapa hal yang perlu

disimpulkan yakni sebagai berikut.

1. Bahasa Sasak isolek Perina

memiliki delapan wujud afiks

pembentuk verba, yakni prefiks

{pe-} dengan alomorf {pe-,

peñ-, dan pe-}, prefiks {be-}

dengan alomorf {be-, ber-, dan

bel-}, prefiks {-} dengan

alomorf {-, n-, ñ-, dan m-},

prefiks {te-}, sufiks {-an},

konfiks {pe-an}, konfiks {be-

an} dengan alomorf {be-an dan

ber-an}, dan kombinasi afiks

{te- dan pe-}.

2. Adapun kata dasar yang melekat

pada afiks pembentuk verba

bahasa Sasak isolek Perina di

Jonggat ini ada empat kategori,

yakni kata benda (nomina), kata

kerja (verba), kata sifat

(adjektifva), dan numeralia.

3. Pada bahasa Sasak isolek Perina

di Jonngat di temukan adanya

tiga proses morfofonrmik, yakni

penambahan fonem, perubahan

fonem, dan pelesapan fonem.

Saran

Penelitian ini diharapkan

mampu menjadi sumber pustaka bagi

peneliti lain yang akan melakukan

penelitian pada bidang morfologi

khususnya afiksasi dan diharapkan

dapat mengkaji lebih luas mengenasi

afiks tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah, Siti Rabiatul. 2007.

“Afiksasi Verba Bahasa

Sasak Dialek Meno-mene:

Sebuah Kajian Morfologi

Transformasi Generatif”.

Mataram: Perpustakaan

FKIP Universitas Mataram.

Ashriany, Ratna Yulida. 2008.

“Sistem Verba Bahasa

Sasak Dialek Bayan dari

Dasar Verba dan

Nomina”.Tesis, Surakarta:

Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret.

Chaer, Abdul. 2012. Linguistik

Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Kridalaksana, Harimurti. 2005.

Kelas Kata dalam Bahasa

Page 30: AFIKS VERBA BAHASA SASAK ISOLEK PERINA DI JONGGATeprints.unram.ac.id/8219/1/JURNAL .pdfFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI ... Jonggat. Metode

30

Indonesia.Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Mahsun. 2014. Metode Penelitian

Bahasa . Jakarta: PT Raja Gafindo.

Permatasari, Linda. 2015. “System

Afiksasi Bahasa Indonesia

Ragam Nonformal Pada

Kalangan Remaja Di Kota

Mataram”. Mataram:

Perpustakaan FKIP

Universitas Mataram.

Putrayasa, Ida Bagus. 2010. Kajian

morfologi (bentuk

derivasional dan

infleksional). Bandung: PT

refika Aditama.

Ramlan, M. 2009. Morfologi Suatu

Tinjauan Deskriptipf.

Yogyakarta: C.V.Karyono.

Syahrawati, Chairani. 2013.

“Prefiksasi Pembentukan

Kata Kerja dalam Bahasa

Sumbawa Dialek Jereweh”.

Mataram: Perpustakaan

FKIP Universitas Mataram.

Subroto, Edi. 2007. Pengantar

Metode Penelitian

“Linguistik Struktural”.

Surakarta: UNS Press.

Subroto, Edi. 2012. Pemerian

Morfologi Bahasa

Indonesia Berdasarkan

Persfektif Derivasi dan

Infleksi Proses

Afiksasi”.Surakarta:

Cakrawala Media.

Sukri, H Muhammad dan

Rusdiawan. 2008. “Bahasa

Dalam Realitas Sosial”.

Mataram: Lembaga Cerdas

Press.

Sukri, H Muhammad. 2008.

“{mə-} sebagai Afiks Derivasional dan

Infleksional dalam Bahasa

Sasak Dialek Kuto-Kute”.

Disertasi, Bali: Universitas

Udayana.

Sumadi. 2012. Morfologi Bahasa

Indonesia. Malang.

Universitas Negeri Malang.

Tarigan, Henry Guntur. 2009.

Pengajaran Morfologi.

Bandung. Penerbit

Angkasa.

Verhaar. 2010. Asas-Asas

Linguistik Umum.

Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.