Aep Saepudin 09210008 Juli 2013

89
i ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN PADA PT. MILLENNIUM PHARMACON INTERNATIONAL Tbk PALEMBANG S K R I P S I Oleh AEP SAEPUDIN 09 21 0008 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS IBA PALEMBANG 2013

Transcript of Aep Saepudin 09210008 Juli 2013

  • i

    ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS

    PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN PADA

    PT. MILLENNIUM PHARMACON INTERNATIONAL

    Tbk PALEMBANG

    S K R I P S I

    Oleh

    AEP SAEPUDIN

    09 21 0008

    AKUNTANSI

    FAKULTAS EKONOMI

    UNIVERSITAS IBA

    PALEMBANG

    2013

  • i

    ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS

    PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN PADA

    PT. MILLENNIUM PHARMACON INTERNATIONAL

    Tbk PALEMBANG

    S K R I P S I

    Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

    Oleh

    AEP SAEPUDIN

    09 21 0008

    AKUNTANSI

    FAKULTAS EKONOMI

    UNIVERSITAS IBA

    PALEMBANG

    2013

  • ii

    S K R I P S I

    ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PERSEDIAAN

    BARANG DAGANGAN PADA PT. MILLENNIUM

    PHARMACON INTERNATIONAL Tbk PALEMBANG

    Dipersiapkan dan disusun oleh :

    AEP SAEPUDIN

    09 21 0008

    AKUNTANSI

    Telah Dipertahankan di Depan Tim Penguji

    Pada Tanggal 4 Juli 2013

    Dan Dinyatakan Memenuhi Syarat

    TIM PENGUJI

    Ketua : Mas Amah, SE, M.Si .....................................

    Anggota : Pandriadi, SE,M.Si .....................................

    Anggota : Effriyanti, SE, M.Si .....................................

    Mengetahui

    Dekan Fakultas Ekonomi,

    R. Y. Efendi, SE.,M.Si

  • iii

    FAKULTAS EKONOMI

    UNIVERSITAS IBA

    PALEMBANG

    TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI

    Nama : AEP SAEPUDIN

    NPM : 09 21 0008

    Program Studi : AKUNTANSI

    Mata Kuliah Pokok : AKUNTANSI KEUANGAN

    Judul Skripsi : ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS

    PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN PADA

    PT. MILLENNIUM PHARMACON INTERNATIONAL

    Tbk PALEMBANG

    Tanggal Persetujuan :

    PEMBIMBING SKRIPSI

    Ketua, Anggota,

    Mas Amah, SE, M.Si Pandriadi, SE,M.Si

    Mengetahui

    Dekan Fakultas Ekonomi,

    R. Y. Efendi, SE.,M.Si

  • iv

    PERNYATAAN

    Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

    Nama : Aep Saepudin

    Tempat/Tanggal Lahir : Palembang, 2 Mei 1989

    Program Studi : Akuntansi

    NPM : 09 21 0008

    Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa :

    1. Seluruh data, informasi, interprestasi serta pernyataan dalam pembahasan

    dan kesimpulan yang disajikan dalam karya ilmiah ini, kecuali yang

    disebutkan sumbernya, adalah merupakan hasil pengamatan, penelitian,

    pengolahan, serta pemikiran saya dengan pengarahan dari para

    pembimbing yang ditetapkan.

    2. Karya ilmiah yang saya tulis ini adalah asli dan belum pernah diajukan

    untuk mendapatkan gelar akademik, baik di Universitas IBA maupun di

    perguruan tinggi lainnya.

    Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan apabila dikemudian

    hari ditemukan adanya bukti ketidakbenaran dalam pernyataan tersebut diatas,

    maka saya bersedia menerima sanksi akademis berupa pembatalan gelar yang

    saya peroleh melalui pengajuan karya ilmiah ini.

    Palembang, 13 Juni 2013

    Yang Membuat Pernyataan,

    AEP SAEPUDIN

    NPM 09 21 0008

  • v

    Motto :

    Three B (Be the best, Be the one, Be your self)

    Yakin dan Bersemangat pasti bisa.

    Dengan segala kerendahan hati

    Kupersembahkan skripsi ini kepada :

    Ayah dan Ibuku tercinta,

    Kakak dan Adik-adiku tersayang,

    Para Pendidikku yang sangat kuhormati,

    Teman-teman seperjuangan,

    Dan Almamaterku.

  • vi

    ABSTRAK

    EVALUASI PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PERSEDIAAN BARANG

    DAGANGAN PADA PT. MILLENNIUM PHARMACON

    INTERNATIONAL Tbk PALEMBANG

    Oleh

    AEP SAEPUDIN

    Penulisan skripsi ini dibawah bimbingan :

    Mas Amah, SE., M.Si

    Sebagai Ketua

    Pandriadi, SE., M.Si

    Sebagai Anggota

    Persediaan merupakan unsur penting yang harus dipenuhi untuk melakukan kegiatan pada perusahaan dagang. Dalam perhitungan persediaan ada

    pencatatan dan penilaiannya, serta penyajiannya dalam laporan keuangan. Dalam

    pencatatan ada dua metode, yaitu metode Fisik dan Perpetual. Begitu juga pada

    penilaian, yaitu dengan metode FIFO, LIFO dan Rata-rata Tertimbang. Penentuan

    metode mana yang digunakan oleh PT. Millennium Pharmacon Int, Tbk

    Palembang sangatlah mempengaruhi laporan keuangan perusahaan. Jika

    perusahaan dapat menentukan metode yang konsisten dan tepat maka laporan

    keuangan dapat diperbandingkan dari satu tahun ke tahun berikutnya dengan

    tujuan untuk mengetahui perkembangan yang telah dicapai perusahaan sehingga

    perusahaan tidak salah dalam pengambilan keputusan.

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perlakuan

    akuntansi atas persediaan barang dagangan pada PT. Millennium Pharmacon Int.

    Tbk Palembang. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    metode deskriptif analitis. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah data

    sekunder berupa laporan persediaan, pembelian dan penjualan serta laporan

    keuangan PT. Millennium Pharmacon Int, Tbk Palembang periode Desember

    2012.

    Hasil penelitian menunjukan bahwa metode pencatatan persediaan yang

    diterapkan perusahaan adalah metode pencatatan fisik dan metode penilaiannya

    tidak konsisten dan berubah-ubah, pada tahun 2011 perusahaan menggunakan

    metode FIFO, namun di tahun 2012 perusahaan menggunakan metode LIFO.

    Penilaian persediaan yang berubah-ubah mengakibatkan nilai harga pokok

    penjualan juga berubah dan akan mempengaruhi laba bersih. Penyajian persediaan

    di dalam laporan keuangan juga tidak konsisten, karena dalam hal metode

  • vi

    penilaian persediaan yang berubah-ubah dari metode FIFO menjadi metode LIFO

    mengakibatkan laporan keuangan tidak dapat dibandingkan dari tahun ke

    tahunnya. Diharapkan perusahaan dapat menerapkan prinsip akuntasi yang sesuai

    dengan PSAK, yaitu prinsip konsistensi. Perubahan metode penilaian persediaan

    mengakibatkan laporan laba rugi tidak sama. Jika perusahaan menerapkan prinsip

    konsistensi, maka laporan keuangan dapat diperbandingkan dari satu tahun ke

    tahun berikutnya dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan yang telah

    dicapai perusahaan sehingga perusahaan tidak salah dalam pengambilan

    keputusan.

  • vi

    ABSTRACT

    ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PERSEDIAAN BARANG

    DAGANGAN PADA PT. MILLENNIUM PHARMACON

    INTERNATIONAL Tbk PALEMBANG

    By

    AEP SAEPUDIN

    This Thesis under supervised :

    Mas Amah, SE., M.Si As Chairman

    Pandriadi, SE., M.Si As Member

    Provision is an important element that should be prepared in doing activity of trading company. In provision calculation, there are recording and assessment, also presenting in financial report. In recording, there are two methods; physical and perpetual method. It also contained in assessment; FIFO, LIFO and Average Weighted method. Determining what method is suitable for PT Millenium Pharmacon Int, Tbk Palembang, very influenced financial report. If company able to decide with consistent and appropriate method, so financial report can be compared from a year to year which aim to knows development of company instead of company unmistaken in making decision. The aim of this research is knowing how to evaluate of accounting treatment for provision of commodity in PT Millenium Pharmacon Int. Tbk palembang. Analysis method which is used in this research is descriptive analysis method. In this research, secondary data such as provision report, purchase and selling also financial report of PT Millenium Pharmacon Int, Tbk palembang december 2012. The result of this research indicate recording provision method that has been applicated this company is physical recording method, but this measurement method unconsistent and fluctuate. In 2011, this company using FIFO method, but in 2012 they used LIFO method. the fluctuating of assessment provision caused the changing of value goods selling and will effect net profit. The provision presentation in financial report is unconsistent too, because fluctuate assessment provision method from FIFO method to LIFO method that effect financial report uncompared every year. This company expected can adjust accounting principles which appropriate with PSAK ; principle of consistency. The changes of assessment provision method, caused profit and loss report inaccurate. If the company adjusted consistency principal, the financial report can be compared every year with the aim is knowing the progress that has been reached by company; in order to accurate in making decision.

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena

    berkat rahmat dan karunia-Nya jua penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

    judul Evaluasi Perlakuan Akuntansi atas Persediaan Barang Dagangan pada PT.

    Millennium Pharmacon International Tbk Palembang.

    Skripsi ini merupakan tugas dan kewajiban guna melengkapi sebagian

    syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi. Dalam penulisan skripsi ini penulis

    telah berusaha sebaik mungkin, namun penulis juga menyadari masih terdapat

    banyaknya kekurangan dalam penulisan skripsi ini, dan untuk itu kiranya

    pembaca dapat memaklumi kekurangan tersebut.

    Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih atas segala

    bantuan, bimbingan, petunjuk dan nasihat yang tak terhingga dari awal sampai

    selesainya skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin

    menyampaikan rasa terima kasih kepada :

    - Bapak Yudi Fahrian, SH., M.Hum selaku Rektor Universitas IBA

    Palembang.

    - Bapak R. Y. Effendi, SE., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi

    Universitas IBA Palembang.

    - Ibu Hj. Mas Amah, SE., M.Si selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi

    Universitas IBA dan selaku Ketua Pembimbing serta Pembimbing

    Akademik.

    - Ibu Sri Ermeila, SE., M.Si selaku Pembantu Dekan II Fakultas Ekonomi

    Universitas IBA Palembang.

    - Ibu Hj. Ellys, SE., MP selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ekonomi

    Universitas IBA Palembang.

    - Ibu Endang Kusdiah Ningsih, SE., M.Si selaku Ketua Program Studi

    Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas IBA Palembang.

    - Bapak Pandriadi, SE., M.Si selaku Anggota Pembimbing.

  • vii

    - Ibu Effriyanti., SE, M.Si selaku Dosen Penelaah.

    - Seluruh dosen dan staf tata usaha Fakultas Ekonomi Universitas IBA

    Palembang, yang telah banyak membantu dalam segala hal dari pertama

    hingga akhir penyusunan skripsi ini.

    - Kedua Orang Tua, kakak dan adik tercinta yang selalu membantu

    memberikan semangat, inspirasi, motivasi serta doa yang tak pernah putus

    untuk penulis.

    - Buat teman-teman seperjuangan angkatan Akuntansi tahun 2009, terima

    kasih banyak atas bantuannya selama ini kepada penulis. Hal terindah bisa

    mengenal kalian, semoga kebersamaan kita tak berhenti sampai disini.

    - Serta semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah

    banyak memberikan bantuan pada penyusunan skripsi ini.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini secara teknis maupun materi masih

    jauh dari sempurna sebagai suatu bentuk karya, mengingat keterbatasan

    kemampuan, serta pengetahuan dan pengalaman penulis yang masih minim.

    Meskipun demikian penulis yakin bahwa tulisan ini akan dapat memberikan

    kotribusi positif bagi pembaca. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran guna

    perkembangan ilmu pengetahuan.

    Akhir kata dengan segala kerendahan hati, semoga hasil karya tulis ini

    dapat bermanfaat dan berguna untuk kita semua. Amin.

    Palembang, 13 juni 2013

    Penulis

  • viii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    Halaman Judul .................................................................................................. viii

    Halaman Pengesahan ........................................................................................ viii

    Halaman Persetujuan Skripsi .......................................................................... viii

    Halaman Pernyataan ........................................................................................ iiiv

    Halaman Motto dan Persembahan .................................................................. iiiv

    Abstrak ............................................................................................................ iivi

    Abstract ............................................................................................................ iivi

    Kata Pengantar ................................................................................................. ivii

    Daftar Isi ............................................................................................................ viii

    Daftar Tabel ....................................................................................................... iiix

    Daftar Gambar .................................................................................................. iiix

    Daftar Lampiran ............................................................................................... v xi

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1

    1.2 Perumusan Masalah ...................................................................... 5

    1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 5

    1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 6

    1.5 Kerangka Pemikiran ..................................................................... 7

    1.6 Sistematika Penulisan ................................................................... 9

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Kajian Teoritis .............................................................................. 10

    2.1.1 Pengertian dan Jenis Persediaan .................................... 10

    2.1.2 Pengertian Laporan Keuangan ....................................... 12

    2.1.3 Peranan Persediaan Dalam Laporan Keuangan ............. 15

    2.1.4 Metode Pencatatan Persediaan ...................................... 18

    2.1.5 Metode Penilaian Persediaan ......................................... 23

    2.1.6 Penyajian Persediaan di Laporan Keuangan .................. 27

    2.2 Penelitian Terdahulu ..................................................................... 31

  • viii

    BAB III METODELOGI PENELITIAN

    3.1 Objek Penelitian ........................................................................... 32

    3.1.1 Sejarah Singkat PT. MPI. Tbk Palembang .................... 32

    3.1.2 Struktur Organisasi ........................................................ 33

    3.1.3 Pembagian Tugas (Job Description) ............................. 34

    3.1.4 Aktivitas Perusahaan ..................................................... 40

    3.1.4.1 Proses Pembelian Barang .................................. 40

    3.1.4.2 Proses Penerimaan Barang ................................ 41

    3.1.4.3 Proses Penjualan Barang ................................... 41

    3.1.4.4 Proses Pengeluaran Barang ............................... 42

    3.2 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ....................................... 42

    3.4 Metode Analisis ............................................................................ 43

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1 Persediaan Barang Dagangan pada PT. MPI. Tbk Palembang..... 44

    4.1.1 Pencatatan Persediaan PT. MPI. Tbk Palembang .......... 46

    4.1.2 Penilaian Persediaan PT. MPI. Tbk Palembang ............ 49

    4.1.3 Penyajian dan Pelaporan Keuangan PT. MPI. Tbk ....... 51

    4.2 Pembahasan .................................................................................. 52

    4.2.1 Analisis Pencatatan Persediaan ...................................... 57

    4.2.2 Analisis Penilaian Persediaan ........................................ 62

    4.2.3 Analisis Penyajian Persediaan Pada Laporan Keuangan

    (Laba Rugi & Neraca) ................................................... 65

    BAB V SIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Simpulan ....................................................................................... 70

    5.2 Saran ............................................................................................. 71

    DAFTAR PUSTAKA

  • ix

    DAFTAR TABEL

    Nomor Judul Tabel Halaman

    2.1 Metode Pencatatan Fisik dan Perpetual................................. . 23

    2.2 Daftar Laba Rugi PT. XXX.................................................... 29

    2.3 Daftar Neraca PT. XXX......................................................... 30

    4.1 Data Persedian Desember 2011.............................................. 45

    4.2 Data Persedian Desember 2012.............................................. 46

    4.3 Jurnal Umum Persediaan Desember 2011 (periodik)............. 47

    4.4 Jurnal Umum Persediaan Desember 2012 (periodik)............. 48

    4.5 Laporan Laba Rugi 31 Desember 2011 dan 2012.................. 51

    4.6 Jurnal Umum Persediaan Desember 2011 (perpetual)........... 58

    4.7 Jurnal Umum Persediaan Desember 2012 (perpetual)........... 60

    4.8 Penilaian Persediaan Metode LIFO Desember 2012.............. 63

    4.9 Penilaian Persediaan Metode FIFO Desember 2012.............. 64

    4.10 Laporan Laba Rugi periode 2012 (FIFO & LIFO)................. 66

    4.11 Laporan Neraca periode 2012 (FIFO & LIFO)...................... 67

    4.12 Perbandingan Metode FIFO & LIFO..................................... 68

  • x

    DAFTAR GAMBAR

    Nomor Judul Gambar Halaman

    1.1 Kerangka Pemikiran............................................................... 07

    2.1 Hubungan Persediaan Barang Dagang di Neraca dan

    Perhitungan Laba Rugi.......................................................... 16

    3.1 Struktur Organiasasi PT. MPI Tbk Palembang(cabang)........ 33

  • xi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Laporan Laba Rugi PT. Millennium Pharmacon Int. Tbk Palembang

    Lampiran 2 Laporan Neraca PT. Millennium Pharmacon Int. Tbk Palembang

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Masalah persediaan tidak hanya terbatas pada perusahaan pencari

    keuntungan saja tetapi juga dialami oleh organisasi sosial maupun perusahaan non

    profit oriented. Dalam perkembangan perekonomian yang tidak stabil setiap

    perusahaan dituntut untuk menciptakan iklim usaha yang tangguh serta mampu

    melaksanakan efisiensi agar tetap dapat bertahan dalam menghadapi kompetensi

    antar perusahaan yang semakin tajam.

    Hal ini sebanding dengan pertumbuhan perusahaan-perusahaan yang ada,

    dengan demikian suatu perusahaan dapat memenangkan kompetisi dan mencapai

    tujuan perusahaan yaitu pencapaian laba atau profit yang maksimal. Untuk itu

    setiap perusahaan selalu berusaha untuk melaksanakan strategi kebijakan di dalam

    mencapai tujuan yang telah ditetapkan seperti peningkatan mutu usaha, agar

    kelangsungan usahanya berkelanjutan. Persediaan merupakan unsur penting yang

    harus dipenuhi untuk melakukan kegiatan perusahaan. Pada perusahaan dagang,

    persediaan tersebut mencakup komponen persediaan barang dagangan saja.

    Laporan keuangan (Ikatan Akuntan Indonesia, 2012), adalah suatu

    penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas.

    Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi mengenai posisi

  • 2

    keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian

    besar kalangan pengguna laporan dalam pengambilan dan pembuatan keputusan

    ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban

    manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.

    Salah satu bentuk laporan keuangan yang digunakan untuk memberikan informasi

    mengenai suatu perusahaan adalah neraca. Neraca merupakan daftar aset ( harta ),

    kewajiban dan pemilik suatu kesatuan bisnis pada waktu tertentu. Salah satu akun

    perkiraan pada neraca adalah persediaan. Dalam neraca, persediaan dicantumkan

    pada kolom aset lancar. Sebagai aset lancar, jumlah persediaan mempunyai

    pengaruh langsung terhadap pelaporan solvensi perusahaan di neraca.

    Persediaan barang merupakan efek langsung yang berpengaruh terhadap

    keuntungan perusahaan. Tanpa adanya persediaan, para pengusaha akan

    dihadapkan pada resiko bahwa perusahaan pada suatu waktu tidak dapat

    memenuhi order penjualan. Sebaliknya jika persediaan melampaui kapasitas

    gudang maka memerlukan pengendalian dan pengawasan yang ketat. Perusahaan

    menghadapai resiko barang hilang, rusak, susut, dan yang paling penting akan

    memerlukan biaya yang sangat besar dalam penyelenggaraan persediaan tersebut.

    Persediaan merupakan salah satu harta yang penting bagi perusahaan. Banyak

    persediaan yang terdapat dalam perusahaan namun belum tentu dimiliki oleh

    perusahaan tersebut.

    Perusahaan dagang (Kieso et al, 2008), adalah perusahaan yang dalam

    aktivitas operasinya membeli barang-barang untuk dijual kembali kepada

  • 3

    konsumen. Pada perusahaan dagang terdapat persediaan barang dagangan untuk

    dijual, oleh sebab itu memerlukan metode pencatatan dalam setiap transaksi yang

    berhubungan dengan persediaan serta penilaian persediaan untuk menentukan

    harga pokok persediaan. Penilaian persediaan akan mempengaruhi penyajian

    persediaan barang dagangan dalam laporan keuangan khususnya dalam laporan

    laba rugi dan neraca. Penerapan pencatatan persediaan umumnya ada dua metode

    yaitu Metode Phisikal/fisik (stock opname) dan Metode Perpetual (pencatatan

    terus menerus).

    Menurut Zaki Baridwan (2008:151), di dalam penggunaan metode fisik

    mengharuskan adanya perhitungan barang yang masih ada pada tanggal

    penyusunan laporan keuangan. Perhitungan persediaan (stock opname) ini

    diperlukan untuk mengetahui berapa jumlah barang yang masih ada dan kemudian

    diperhitungkan harga pokoknya. Dalam metode ini mutasi persediaan barang tidak

    diikuti dalam buku-buku, setiap pembelian barang dicatat dalam rekening

    pembelian. Karena tidak ada catatan mutasi persediaan barang maka harga pokok

    penjualan juga tidak dapat diketahui sewaktu-waktu. Harga pokok penjualan baru

    dapat dihitung apabila persediaan akhir sudah dihitung. Sedangkan metode

    perpetual pada setiap adanya transaksi baik pembelian ataupun penjualan

    langsung dilakukan pencatatan.

    Penerapan dalam penilaian atas persediaan barang dagang dapat

    mempergunakan beberapa metode yaitu metode FIFO (First In First Out), metode

    LIFO (Last In First Out) ,Rata-rata Tertimbang (Weighted Average).

  • 4

    Menurut Zaki Baridwan (2008:158), untuk metode FIFO harga penjualan

    akan dibebankan sesuai dengan urutan terjadinya. Apabila ada penjualan atau

    pemakaian barang-barang maka harga pokok yang dibebankan adalah harga

    pokok yang paling terdahulu, disusul yang masuk berikutnya. Untuk metode LIFO

    barang-barang yang dikeluarkan dari gudang akan dibebani dengan harga pokok

    pembelian terakhir disusul dengan yang masuk sebelumnya. Persediaan akhir

    dihargai dengan harga pokok pembelian yang pertama dan berikutnya. Sedangkan

    untuk metode rata-rata tertimbang barang-barang yang dipakai untuk produksi

    atau dijual akan dibebani harga pokok rata-rata dilakukan dengan cara membagi

    jumlah harga perolehan dengan kuantitasnya.

    PT. Millennium Pharmacon International Tbk Palembang merupakan

    salah satu perusahaan yang bergerak dibidang distributor obat yang

    merealisasikan transaksi secara tunai dan kredit. Hal ini memerlukan

    pengendalian ketat sehingga penyimpangan dan penyelewengan dapat dikurangi.

    Di dalam melakukan aktivitas operasionalnya perusahaan ini membeli dan

    menjual barang dagangan.

    PT. Millennium Pharmacon International Tbk melakukan pencatatan

    persediaan secara periodik/fisik dengan melihat persediaan akhir yang masih

    tersisa dan sistem penilaian persediaan dengan metode FIFO di tahun 2011 dan

    berganti menjadi LIFO di tahun 2012 dengan alasan perhitungan laba bersih

    metode LIFO akan menghasilkan pajak penghasilan yang lebih rendah (karena

    labanya lebih kecil) bila dibandingkan dengan metode FIFO, hal tersebut

  • 5

    tercantum pada Laporan Keuangan Catatan Atas Laporan Keuangan perusahaan

    periode 2012. Dalam melakukan pencatatan perhitungan persediaan juga sering

    kali tidak tepat. Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk

    membahasnya dalam skripsi dengan judul : Analisis Perlakuan Akuntansi Atas

    Persediaan Barang Dagangan Pada PT. Millennium Pharmacon

    International Tbk Palembang

    1.2. Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dirumuskan

    dalam penelitian ini yaitu, bagaimana perlakuan akuntansi atas persediaan barang

    dagangan pada PT. Millennium Pharmacon International Tbk Palembang?

    1.3. Tujuan penelitian

    Sesuai dengan penelitian skripsi yang berjudul Analisis Perlakuan

    Akuntansi atas Persedian Barang Dagangan pada PT. Millennium Pharmacon

    International Tbk Palembang , maka tujuan penelitian ini adalah untuk

    mengetahui bagaimana perlakuan akuntansi atas persediaan barang dagangan pada

    PT. Millennium Pharmacon Int. Tbk Palembang.

  • 6

    1.4. Manfaat Penelitian

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang dapat

    digunakan oleh pihak-pihak yang membutuhkannya, antara lain sebagai berikut :

    1. Bagi Penulis

    Menambah tingkat pengetahuan dan wawasan mengenai metode

    pencatatan dan penilaian persediaan yang digunakan di dalam perusahaan.

    2. Bagi Perusahaan

    Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan dalam

    pengambilan keputusan perencanaan dan pengendalian persediaan.

    3. Bagi Pembaca

    Sebagai bahan referensi dan masukan bagi pihak yang berkepentingan,

    khususnya kalangan akademik untuk penelitian selanjutnya.

  • 7

    1.5. Kerangka Pemikiran

    Gambar 1.1

    Model kerangka berpikir dapat dilihat pada bagan berikut ini :

    Sumber : Data olahan (2013)

    PT. MPI Tbk

    Akuntansi Persediaan

    Sistem Pencatatan Persediaan Sistem Penilaian Persediaan

    Perlakuan Akuntansi dalam

    Laporan Keuangan

    Laporan Laba/rugi Laporan Neraca

  • 8

    Persediaan merupakan bagian dari aset lancar yang jumlahnya paling besar

    diantara kelompok aset lancar lainnya. Pada tahap pembelian, dari segi akuntansi

    timbul masalah dalam penentuan harga perolehan dari barang dagangan yang

    berbentuk persediaan. Sedangkan pada saat penjualan timbul masalah penentuan

    harga pokok penjualan dari barang dagangan. Karena pentingnya persediaan

    tersebut maka harus dikelola secara efektif.

    Pada metode penilaian persediaan terdapat metode harga pokok yang kita

    kenal, diantaranya metode identifikasi khusus, metode FIFO, metode rata-rata

    tertimbang, metode LIFO. Metode penilaian persediaan yang digunakan dalam

    perusahaan ini tidak konsisten dan berubah-ubah, namun dalam satu tahun

    terakhir perusahaan menggunakan metode LIFO, yakni dengan mencocokkan

    harga pokok dari barang yang dibeli terakhir.

    Untuk dapat menyajikan persediaan dan laporan keuangan dengan tepat

    dan sesuai harus berdasarkan sistem pencatatan dan metode penilaian persediaan

    yang tepat dan benar. Penilaian persediaan yang salah mengakibatkan harga

    pokok penjualan berubah dan laba perusahaan juga akan berubah.

    Perlakuan akuntansi dalam laporan keuangan akan terbagi menjadi dua

    yaitu, dalam laporan laba/rugi dan laporan neraca berdasarkan perhitungan

    persediaan barang, baik barang yang masuk maupun yang keluar dalam satu

    periode harus sesuai dengan laba yang dihasilkan pada saat perhitungan akhir

    pada periode tersebut. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai pengelolaan

    persediaan dapat dilihat dalam model kerangka pemikiran diatas.

  • 9

    1.6. Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan dari penelitian ini terdiri dari:

    BAB I PENDAHULUAN

    Pada bab ini merupakan bab awal dimana bab ini terdiri dari

    latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

    penelitian, kerangka pemikiran, dan sistematika penulisan.

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    Pada bab ini menjelaskan teori yang relevan dengan masalah

    yang diteliti, berisi uraian tentang data sekunder, dan

    penelitian pihak lain yang dapat dijadikan asumsi.

    BAB III METODE PENELITIAN

    Bab ini menguraikan tentang objek penelitian, sumber dan

    teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan metode

    analisis yang digunakan dalam penelitian.

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Pada bab ini membahas tentang semua hasil penelitian pada

    objek penelitian yang akan dianalisis sesuai dengan teori yang

    ada pada BAB II.

    BAB V SIMPULAN DAN SARAN

    Pada bab ini terdapat kesimpulan atas temuan penelitian dan

    di akhiri dengan saran-saran yang berguna bagi semua pihak.

  • 10

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Kajian Toeritis

    2.1.1. Pengertian dan Jenis Persediaan

    Persediaan barang (Edi Susanto, 2009), adalah asset perusahaan yang

    dimiliki untuk dijual atau diolah lebih lanjut dalam proses produksi dan dijual

    dalam bentuk barang lain. Persediaan merupakan salah satu unsur yang paling

    aktif dalam operasional perusahaan, yang secara terus menerus diperoleh atau

    diproduksi sampai kemudian dijual.

    Penilaian persediaan mempengaruhi secara langsung jumlah laba atau rugi

    bersih yang dilaporkan untuk periode pelaporan. Penentuan besarnya nilai

    persediaan dicantumkan dalam neraca. Pada prinsipnya persediaan sebesar harga

    pokok atau harga perolehannya, jumlah yang dicantumkan tersebut tergantung

    pada metode penilaian yang digunakan. Kesalahan dalam menentukan penilaian

    persediaan akan mengakibatkan penyajian yang salah terutama pada laporan laba

    rugi dan neraca, persediaan tersebut akan membandingkan pendapatan dengan

    beban pada periode tertentu. Laba kotor dihitung sebagai perbedaan selisih antara

    penjualan bersih dengan harga pokok penjualan, sedangkan harga pokok

    penjualan diukur dengan mengurangkan persediaan akhir dari harga pokok barang

    yang tersedia untuk dijual. Dengan adanya hubungan-hubungan inilah, maka

  • 11

    semakin tinggi harga pokok persediaan akhir, akan semakin rendah harga pokok

    penjualan dan semakin tinggi laba kotornya.

    Istilah persediaan bukanlah sesuatu hal yang baru lagi di kalangan

    masyarakat, tetapi mengenai pengertian tersebut tidaklah semua orang tahu.

    Dalam mengungkapkan arti daripada persediaan seringkali terdapat persamaan

    dan perbedaan-perbedaan dalam pengungkapan istilah di kalangan para ahli.

    Untuk itu peneliti akan mengemukakan beberapa pendapat tentang pengertian

    persediaan sebagai berikut:

    1. Persediaan menurut Abdul Halim (2009), adalah barang dagangan yang

    dimiliki oleh perusahaan untuk dijual kembali.

    2. Menurut Skousen (2010), persediaan adalah aset lancar yang dimiliki oleh

    suatu perusahaan dengan maksud untuk dijual kembali atau untuk di

    proses menjadi barang jadi yang siap untuk di jual.

    3. Menurut Warren et al (2009), persediaan merupakan barang dagangan /

    bahan yang digunakan dalam proses produksi atau yang disimpan untuk

    kemudian dijual, kecuali untuk dipakai sendiri.

    Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah berupa

    barang-barang atau aset milik perusahaan, baik itu barang jadi maupun barang

    setengah jadi yang dibeli dan disimpan untuk kemudian dijual kembali.

    Sedangakan barang yang dimiliki untuk dipakai sendiri tidak termasuk dalam

    persediaan.

  • 12

    Berdasarkan P.SAK No. 14 (Ikatan Akuntan Indonesia (2009:142),

    persediaan meliputi barang yang dibeli dan dimiliki untuk dijual kembali

    misalnya, barang dagangan yang dibeli oleh pengecer untuk dijual kembali, atau

    pengadaan tanah dan property lainnya untuk dijual kembali.

    Berdasarkan P.SAK No. 14 (Ikatan Akuntan Indonesia (2009:142), yang

    termasuk dalam jenis persediaan yaitu :

    a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa

    b. Dalam proses produksi untuk penjualan tersebut

    c. Dalam bentuk bahan baku atau perlengkapan untuk digunakan dalam

    proses produksi atau pemberian jasa.

    Berdasarkan pengertian di atas dapat diketahui bahwa persediaan dalam

    suatu perusahaan meliputi sejumlah bahan dan barang yang disediakan untuk

    memenuhi permintaan para pelanggan setiap waktu sehingga semua kondisi

    barang yang sifatnya berwujud merupakan persediaan bagi perusahaan termasuk

    barang yang masih dalam perjalanan untuk dikirim maupun barang yang

    dititipkan kepada pihak lain dengan tujuan untuk dijual.

    2.1.2. Pengertian Laporan Keuangan

    Berdasarkan P.SAK No. 14 (Ikatan Akuntan Indonesia 2009:1), laporan

    keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan

    yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan

  • 13

    posisi keuanangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara, misalnya sebagai

    laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain, serta materi

    penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.

    Menurut Sofyan Safri Harahap (2008:24), laporan keuangan sebenarnya

    banyak, namun laporan keuangan utama ada tiga, yaitu :

    a. Daftar neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada satu

    tanggal tertentu.

    b. Perhitungan laba rugi yang menggambarkan jumlah hasil, biaya, dan

    laba/rugi perusahaan pada periode tertentu.

    c. Laporan arus kas, disini dimuat sumber dan penggunaan kas perusahaan

    selama satu periode.

    Para ahli menjelaskan bahwa laporan neraca adalah laporan yang

    menggambarkan keadaan masa kini, laba rugi menggambarkan keadaan masa lalu,

    dan laporan perubahan dana atau kas menggambarkan keadaan yang akan datang.

    Karakteristik kualitatif laporan keuangan berdasarkan P.SAK No. 14

    (Ikatan Akuntan Indonesia, 2009) sebagai berikut :

    a. Dapat dipahami

    Kualitas penting informasi yang ditampung, dalam laporan keuangan

    adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pengguna.

    Untuk makssud ini, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan

    yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta

    kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.

  • 14

    b. Relevan

    Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan

    pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki

    kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi

    pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa

    lalu, masa kini, atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi hasil

    evaluasi pengguna di masa lalu.

    c. Dapat dibandingkan

    Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan keuangan

    perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan

    posisi dan kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat

    memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk

    mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi

    keuangan secara relatif.

    Laporan keuangan dianggap menggambarkan pandangan yang wajar

    terhadap penyajian posisi keungan, kinerja serta perubahan posisi keuangan

    suatu perusahaan. Meskipun kerangka dasar ini tidak menangani secara

    langsung konsep tersebut, penerapan karakteristik kualitatif pokok dan

    Standar Akuntansi Keuangan yang sesuai biasanya menghasilkan laporan

    keuangan yang menggambarkan apa yang pada umumnya dipahami sebagai

    suatu pandangan yang wajar dari informasi penyajian semacam itu.

  • 15

    2.1.3. Peranan Persediaan Dalam Laporan Keuangan

    Penilaian persediaan adalah sangat penting bagi suatu perusahaan. Dalam

    laporan keuangan persediaan barang dagang disajikan baik di neraca maupun laba

    rugi. Persediaan barang dagang di neraca mencerminkan nilai barang dagang yang

    ada pada tanggal neraca yang biasanya juga merupakan akhir dari suatu periode

    akuntansi. Dalam perhitungan laba rugi nilai persediaan (awal dan akhir)

    mempengaruhi besarnya harga pokok penjualan. Harga pokok penjualan dihitung

    persediaan barang dagang awal ditambah pembelian bersih selama periode

    akuntansi dikurangi persediaan barang dagang akhir periode. Kalau digambarkan,

    hubungan persediaan barang dagang yang ada di neraca dan perhitungan laba rugi

    seperti dalam gambar berikut ini :

  • 16

    Gambar : 2.1

    Hubungan Persediaan Barang Dagang di Neraca dan Perhitungan Laba

    Rugi

    Berikut ini penulis membuat bagan hubungan persediaan barang dagang di

    neraca dan perhitungan laba rugi di bawah ini :

    Neraca 200A 200B

    Aset:

    Kas xx xx

    Persediaan barang dagang xx xx

    Aset Lainnya xx xx

    Kewajiban dan :

    Hutang dagang xx xx

    Hutang jangka panjang xx xx

    Saham biasa xx xx

    Laba ditahan xx xx

    xx xx

    LABA RUGI

    Penjualan xx xx

    Harga pokok penjualan: xx xx

    Persediaan barang dagang awal xx xx

    Pembelian bersih xx xx

    Persediaan barang tersedia dijual xx xx

    Persediaan barang dagang akhir xx xx

    Total harga pokok penjualan xx xx

    Laba bruto xx xx

    Biaya usaha xx xx

    Laba bersih xx xx

    Laba ditahan awal tahun xx xx

    Laba ditahan akhir tahun xx xx

    sumber : Soemarso (2009)

    Berdasarkan data diatas menunjukan bahwa ada hubungan antara

    persediaan barang dagang di neraca dan perhitungan laba rugi. Bahkan ada

    hubungannya antara persediaan barang dagang pada tahun berjalan dengan tahun

    sebelumnya dan tahun yang bersangkutan. Dari adanya hubungan ini, terlihat

  • 17

    betapa pentingnya pos ini dalam menentukan laba rugi dan posisi keuangan

    perusahaan, tidak saja terhadap tahun berjalan, tetapi juga tahun sebelumnya dan

    tahun yang akan datang. Kesalahan dalam menentukan nilai persediaan barang

    dagang akan mempengaruhi perhitungan laba rugi dan neraca tahun berjalan tetapi

    juga neraca dan laba rugi sebelumnya dan tahun yang akan datang.

    Pengaruh dari rendahnya persediaan pada akhir tahun berjalan adalah

    terlalu rendahnya laba bersih, total aset, total laba ditahan dan total tahun

    sebelumnya. Dalam tahun berikutnya, laba bersih menjadi terlalu tinggi. Total

    laba ditahan dan menjadi normal karena terlalu rendahnya laba bersih tahun

    berjalan telah diimbangi dengan terlalu tingginya laba tahun berikutnya.

    Sebaliknya pengaruh terlalu rendahnya persediaan yang ada pada awal tahun

    berjalan adalah terlalu tinggi laba bersih tahun berikutnya. Apabila persediaan

    barang dagang dinyatakan terlalu tinggi, maka pengaruhnya merupakan kebalikan

    dari apa yang diterangkan di muka.

    Dari keterangan di atas dapat dilihat betapa pentingnya perlakuan

    akuntansi terhadap persediaan di dalam penyajian laporan keuangan. Oleh karena

    itu, dalam penyusunan laporan keuangan persediaan merupakan hal yang sangat

    penting, baik laporan laba rugi maupun neraca tidak akan dapat disusun tanpa

    mengetahui nilai persediaan. Kesalahan dalam penilaian persediaan akan langsung

    berakibat mempengaruhi kesalahan dalam laporan laba rugi maupun neraca. Nilai

    persediaan barang dagang ditentukan oleh dua gabungan faktor, yaitu kuantitas

    dan harga pokok. Kuantitas persediaan dapat diperoleh melalui penghitungan

    secara fisik. Harga pokok persediaan adalah harga untuk memperoleh persediaan

  • 18

    tersebut. Di samping harga beli, termasuk dalam harga pokok persediaan adalah

    semua biaya yang terjadi sampai dengan persediaan siap untuk dijual, misalnya :

    biaya pengangkutan, bea masuk dan asuransi dapat dibagi sama rata. Biaya-biaya

    yang jumlahnya kecil dan susah dialokasikan tidak perlu dimasukkan sebagai

    harga pokok barang. Biaya-biaya ini diperlukan sebagai biaya usaha periode

    berjalan. Potongan pembelian, secara rat-rata harus diperhitungkan dalam

    menentukan harga pokok persediaan.

    Kesulitan dalam menetapkan harga pokok persediaan adalah apabila

    selama periode, barang yang sama diperoleh dengan beberapa harga yang

    berbeda. Apabila demikian, perlu ditentukan harga yang akan digunakan untuk

    menetapkan harga pokok persediaan.

    2.1.4. Metode Pencatatan Persediaan

    Perhitungan pencatatan persediaan dan perhitungan harga pokok atau nilai

    lainnya untuk dibandingkan dengan pendapatan berjalan memerlukan penentuan

    kuantitas fisik dan juga penetapan harga pada setiap unsur barang. Agar tercapai

    tujuan dari perusahaan, maka pihak dari perusahaan harus melakukan sistem

    pencatatan baik secara cermat dan teliti. Selain untuk acuan dan tindakan pada

    masa lalu dan akan datang, juga untuk pengendalian persediaan secara efektif.

    Persediaan barang dagangan memerlukan faktor kunci dalam penentuan

    harga pokok penjualan. Akibatnya, perusahaan dagang membutuhkan sistem yang

  • 19

    bermanfaat dan dapat diandalkan untuk penentuan kuantitas dan harga pokok

    barang-barang yang ada di gudangnya.

    Dalam melakukan pencatatan terhadap pembelian barang dagang ada dua

    metode menurut Zaki Baridwan (2008), yaitu :

    1) Metode Pencatatan Fisik (Physical Inventory Method)

    Pada system persediaan periodik/fisik, perusahaan tidak mencatat

    setiap mutasi yang terjadi pada persediaan yang dimiliki, dimana persediaan

    barang dagang ditentukan dengan menghitung, menimbang atau mengukur

    unsur-unsur persediaan barang dagang di gudang. Perhitungan secara fisik

    dilakukan perusahaan pada setiap akhir periode. Rekening persediaan tidak

    terpengaruh oleh pembelian maupun penjualan persediaan selama periode

    berjalan.

    Penggunaan metode fisik mengharuskan adanya perhitungan barang

    yang masih ada pada tanggal penyusunan laporan keuangan. Perhitungan

    persediaan (stock opname) ini diperlukan untuk mengetahui berapa jumlah

    barang yang masih ada dan kemudian diperhitungkan harga pokoknya.

    Karena tidak ada catatan mutasi persediaan barang maka harga pokok

    penjualan juga tidak dapat diketahui sewaktu-waktu. Harga pokok penjualan

    baru dapat dihitung apabila persediaan akhir sudah dihitung.

    Metode pencatatan fisik, dimana persediaan tidak dicatat dalam

    rekening persediaan tetapi dicatat dalam rekening pembelian. Saldo

  • 20

    persediaan barang dagangan dapat diketahui setelah dilakukan stock

    opname, hasil stock opname nantinya harus di adjustment. Hasil

    perhitungan fisik ini dibandingkan dengan saldo rekening persediaan dalam

    kartu persediaan dan buku pembantu, sehingga dapat diketahui apakah ada

    selisih. Apabila dalam saldo rekening buku pembantu persediaan tidak

    cocok dengan hasil perhitungan fisik maka saldo rekening-rekening tersebut

    dikoreksi agar sesuai dengan jumlah barang dalam gudang. Selisih

    persediaan yang ada dicatat dalam bukti buku memorial dan menjadi dasar

    pencatatan dalam jurnal.

    Ada masalah yang timbul jika digunakan metode fisik, yaitu jika

    diinginkan menyusun laporan keuangan jangka pendek misalnya bulanan,

    yaitu keharusan mengadakan perhitungan fisik atas persediaan barang. Bila

    barang yang dimiliki jenisnya dan jumlahnya banyak, maka peritungan fisik

    akan memakan waktu yang cukup lama dan akibatnya laporan keuangan

    juga akan terlambat. Tidak diikutinya mutasi persediaan dalam buku

    menjadikan metode ini sangat sederhana baik pada saat pencatatan

    pembelian maupun pada waktu melakukan pencatatan penjualan.

    2) Metode Pencatatan Perpetual (Perfetual Inventory Method)

    Pada system perpetual, perusahaan akan mencatat setiap mutasi atau

    keluar masuknya persediaan dalam kartu persediaan, yaitu persediaan akan

    selalu menunjukkan nilai persediaan setiap saat. Pencatatan secara perpetual

    berguna untuk menyediakan laporan bulanan, kuartalan, ataupun laporan

  • 21

    intern. Pencatatan cara perpetual juga berguna untuk persediaan yang

    dimiliki tanpa harus menghitung persediaan fisik terlebih dahulu.

    Sistem persediaan perpetual tidak memerlukan jurnal penyesuaian

    untuk mencatat persediaan tersebut karena nilai yang tercatat sudah

    menggambarkan posisi persediaan yang dimiliki perusahaan. Dibandingkan

    dengan metode fisik maka metode perpetual merupakan cara yang lebih baik

    untuk mencatat persediaan yaitu dapat membantu memudahkan penyusunan

    neraca dan laporan laba rugi, juga dapat digunakan untuk mengawasi

    barang-barang dalam gudang.

    Setiap ada transaksi baik pembelian atau penjualan langsung

    dilakukan pencatatan. Rekening yang digunakan untuk mencatat persediaan

    terdiri dari beberapa kolom yang dapat dipakai untuk mencatat pembelian,

    penjualan dan saldo persediaan yang dibuat dalam kartu stock atau kartu

    persediaan. Setiap pembelian dalam persediaan diikuti dengan pencatatan

    dalam rekening persediaan sehingga jumlah persediaan dapat diketahui

    dengan melihat kolom saldo rekening persediaan.

    Jumlah persediaan yang ada di perusahaan dapat terjamin

    keserasiannya dan kerugian yang terjadi karena kerusakan dan pencurian

    akan terungkap. Pada metode ini setiap jenis persediaan mempunyai

    rekening tersendiri yang disebut buku besar pembantu. Semua transaksi

    yang berhubungan dengan persediaan dicatat secara terinci dalam masing-

    masing rekening persediaan buku besar pembantu tersebut. Bertambah atau

  • 22

    berkurangnya suatu persediaan akan selalu dicatat ke dalam rekening

    persediaan beserta harga pokoknya, sehingga setiap saat saldo persediaan

    dapat diketahui berapa jumlahnya pada suatu waktu.

    Dalam metode ini mutasi persediaan lansung dapat diketahui dari

    saldo buku besar. Walaupun demikian di akhir tahun tutup buku masih perlu

    stock opname untuk mengecek kebenaran data buku besar. Kalau ada

    perbedaan antara hasil stock opname dengan saldo persediaan barang

    dagangan di buku besar maka perlu dilakukan adjustment.

    Dasar utama yang digunakan dalam akuntansi persediaan adalah harga

    pokok yang dirumuskan sebagai harga yang dibayar atau yang

    dipertimbangkan untuk memperoleh suatu aset. Dalam hubungannya dengan

    persediaan, harga pokok adalah jumlah semua pengeluaran-pengeluaran

    langsung atau tidak langsung yang berhubungan dengan perolehan,

    penyiapan, dan penempatan persediaan tersebut agar dapat dijual.

    Untuk memberikan gambaran mengenai penerapan kedua metode

    diatas, diberikan contoh sebagai berikut :

  • 23

    Tabel 2.1

    Metode Pencatatan Fisik dan Perpetual

    Tgl Ket

    Q Harga

    JURNAL

    Fisik Perpetual

    02-Jan Pembelian 400 Rp30 Pembelian Rp 12.000 Persediaan Rp 12.000

    Hutang dagang/Kas Rp 12.000 Hutang dagang/Kas Rp 12.000

    08-Jan Penjualan 200 Rp20 Piutang Dagang/Kas Rp 400 Piutang Dagang/Kas Rp 400

    Penjualan 00 000000Rp 4000 Penjualan 0000000000Rp 4000

    HPP00000 Rp 400

    Persediaan 000000000 Rp 4000

    15-Jan Penjualan 100 Rp20 Piutang Dagang/Kas Rp 200 Piutang Dagang/Kas Rp 200

    Penjualan 000000000Rp 2000 Penjualan 0000000000Rp 20000

    HPP00000 Rp 200

    Persediaan 000000000 Rp 20000

    25-Jan Pembelian 300 Rp30 Pembelian Rp 9.000 Persediaan Rp 9.000

    Hutang dagang/Kas Rp 9.000 Hutang dagang/Kas Rp 9.000

    Sumber : Data olahan (2013)

    2.1.5. Metode Penilaian Persediaan

    Metode penilaian persediaan barang adalah menentukan nilai persediaan

    yang dicantumkan dalam neraca. Persediaan akhir bisa dihitung harga pokoknya

    dengan menggunakan beberapa cara penentuan harga pokok persediaan akhir,

    tetapi nilai ini tidak selalu nampak dalam neraca tergantung kepada metode

    penilaian yang dipakai. Untuk penentuan hasil usaha selama periode tertentu,

    maka persediaan memegang peranan yang sangat penting. Hal ini terutama

    disebabkan karena jumlah barang yang dibeli/produksi dalam periode yang sama.

  • 24

    Menurut Kieso et al, (2008), ada juga yang disebut metode identifikasi

    khusus yaitu mengidentifikasi masing-masing barang yang dijual dan masing-

    masing barang yang tersedia untuk dijual. Metode ini hanya digunakan dalam

    praktik apabila masing-masing persediaan dapat diidentifikasi secara khusus dan

    dapat dipisahkan untuk setiap pembelian. Oleh karena itu, banyak perusahaan

    hanya menerapkan metode ini pada persediaan yang jumlahnya relatif sedikit.

    Dalam metode identifikasi khusus, arus biaya harus sesuai dengan arus barang dan

    untuk mengatasi kesulitan dalam metode ini, digunakanlah metode yang arus

    biaya tidak perlu sesuai dengan arus barang.

    Menurut Warren Reeve dan Duchac, (2008), untuk mengatasi kesulitan

    dalam metode identifikasi khusus, perusahaan umumnya menggunakan metode di

    bawah ini dalam mencatat persediaan, yaitu :

    1) Metode FIFO (First In First Out)

    Metode FIFO mengasumsikan bahwa barang-barang digunakan

    (dikeluarkan) sesuai urutan pembeliannya. Dengan kata lain, metode ini

    mengasumsikan bahwa barang pertama yang dibeli adalah barang pertama

    yang digunakan. Oleh karena itu, persediaan yang tersisa merupakan barang

    yang dibeli paling terakhir. Dalam semua kasus FIFO, persediaan dan harga

    pokok penjualan akan sama pada akhir bulan terlepas dari apakah yang dipakai

    adalah sistem persediaan perpetual atau periodik. Kelebihan metode FIFO

    adalah tidak memungkinkan perusahaan memanipulasi laba karena perusahaan

    tidak bebas memilih item-item biaya tertentu untuk dimasukkan kedalam

  • 25

    beban. Kelebihan lain dari metode FIFO adalah metode FIFO mendekatkan

    nilai persediaan akhir dengan biaya berjalan. Kelemahan mendasar dari metode

    FIFO adalah bahwa biaya berjalan tidak ditandingkan dengan pendapatan

    berjalan pada laporan laba rugi. Biaya-biaya yang paling tua dibebankan ke

    pendapatan paling akhir, yang mungkin akan mendistorsi laba kotor dan laba

    bersih.

    2) Metode LIFO (Last In First Out)

    Metode LIFO adalah metode yang menandingkan biaya dari barang-

    barang yang paling akhir dibeli terhadap pendapatan. Metode LIFO

    mengasumsikan bahwa barang terakhir yang dibeli adalah barang pertama yang

    digunakan. Jika yang digunakan adalah persediaaan periodik, maka akan

    diasumsikan bahwa biaya dari total kuantitas yang terjual atau dikeluarkan

    selama suatu bulan berasal dari pembelian terakhir.

    3) Metode Rata-rata Tertimbang (Weighted average method)

    Dalam metode rata-rata tertimbang, biaya rata-rata per unit yang baru

    akan dihitung setiap kali pembelian dilakukan. Pemakaian metode rata-rata

    tertimbang biasanya dapat dibenarkan dari sisi praktis. Metode ini mudah

    diterapkan, objektif, dan tidak dapat dimanfaatkan untuk memanipulasi laba

    seperti halnya beberapa metode penentuan harga persediaan lainnya. Selain itu,

    perusahaan tidak mungkin mengukur arus fisik persediaan secara khusus, oleh

    karena itu, ada baiknya menghitung biaya persediaan atas dasar biaya rata-rata.

  • 26

    Untuk memberikan gambaran mengenai penerapan ketiga metode diatas,

    diberikan contoh sebagai berikut :

    Tanggal Keterangan Kuantitas Harga

    02-Jan Persediaan awal 200 unit Rp.. 9.000

    10-Mar Pembelian 300 unit Rp.10.000

    05-Apr Penjualan 200 unit Rp.15.000

    07-Mei Penjualan 100 unit Rp.15.000

    21-Sep Pembelian 400 unit Rp.11.000

    18 Nov Pembelian 100 unit Rp.12.000

    20 Nov Penjualan 200 unit Rp.17.000

    10-Des Penjualan 200 unit Rp.18.000

    Transaksi diatas akan dicatat persediaan akhir dan harga pokoknya dalam

    metode FIFO, Metode LIFO dan Rata-rata Tertimbang seperti dibawah ini :

    1) Persediaan Akhir

    a) Metode FIFO

    Tanggal Unit Harga/unit Total Harga

    21-Sep 200 Rp11.000 Rp2.200.000

    18-Nop 100 Rp12.000 Rp1.200.000

    Jumlah 300 Rp3.400.000

    b) Metode LIFO

    Tanggal Unit Harga/unit Total Harga

    02-Jan 200 Rp09.000 Rp1.800.000

    10-Mar 100 Rp10.000 Rp1.000.000

    Jumlah 300 Rp2.800.000

  • 27

    c) Metode Rata-rata :

    Harga rata-rata per unit = Rp. 10.400.000 / 1.000 unit

    = Rp. 10.400

    Persediaan akhir = 300 unit x Rp. 10.400

    = Rp. 3.120.000

    2) Harga Pokok Penjualan

    Sumber : Data olahan (2013)

    2.1.6. Penyajian dan Pelaporan Persediaan di Laporan Keuangan

    Tujuan perusahaan dalam suatu perekonomian yang bersaing adalah

    memperoleh laba maksimal sesuai dengan pertumbuhan perusahaan dalam jangka

    panjang. Laporan keuangan yang ada di perusahaan merupakan sumber informasi

    yang berguna untuk pengambilan keputusan ekonomi.

    Tujuan utama laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia,

    (2009:3), adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,

    kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi

    sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.

    Keterangan FIFO LIFO Rata-rata

    Persediaan awal Rp1.800.000 Rp1.800.000 Rp1.800.000

    Pembelian Rp8.600.000 Rp8.600.000 Rp8.600.000

    Barang tersedian untuk

    dijual Rp10.400.000 Rp10.400.000 Rp10.400.000

    Persediaan akhir (Rp3.400.000) (Rp2.800.000) (Rp3.120.000)

    Harga Pokok Penjualan Rp 7.000.000 Rp 7.600.000 Rp 7.280.000

  • 28

    Untuk dapat menyajikan laporan keuangan yang layak dan wajar, salah

    satu unsur yang sangat mempengaruhi adalah sistem pencatatan dan metode

    penilaian persediaan yang tepat dan benar. Nilai harga pokok dari persediaan

    barang akan mempengaruh kelayakan laporan laba rugi yang disajikan oleh pihak

    perusahaan.

    Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian persediaan

    adalah proses mempertemukan pendapatan dan biaya untuk satu periode, harga

    pokok dari barang dagang yang ditetapkan dalam persediaan akan dicantumkan di

    dalam neraca sebagai aset lancar dan harga pokok penjualan dilaporkan dalam

    perhitungan laba rugi sebagai unsur pengurang terhadap penjualan bersih sehingga

    menghasilkan laba kotor.

    Di dalam neraca, persediaan disajikan berdasarkan harga pokok atau harga

    yang paling rendah di antar harga pokok dan harga pasarnya. Persediaan

    disajikaan menurut tiap-tiap jenis spesifikasi barangnya, yang penggolongannya

    dilakukan sesuai dengan sifat dan jenis usaha perusahaan. Dasar penilaian yang

    digunakan terhadap persediaan harus dinyatakan, umumnya berupa catatan (di

    belakang rekening yang bersangkutan).

    Untuk memberikan gambaran mengenai pencatatan dan pelaporan keuangan

    (laba rugi dan neraca) diatas, diberikan contoh sebagai berikut :

  • 29

    Tabel : 2.2

    PT. XXX

    Daftar Laba Rugi

    Untuk Tahun Yang Berakhir Pada

    31 Desember 2012

    Penjualan Bersih : Rp xxxx

    Harga Pokok Penjualan

    Persediaan Barang awal : Rp xxxx

    Pembelian : Rp xxxx

    Harga Pokok brg tersedia dijual : Rp xxxx

    Persediaan Barang akhir : ( Rp xxxx)

    Harga Pokok Penjualan : Rp xxxx

    Laba Kotor : Rp xxxx

    Biaya Operasional : ( Rp xxxx)

    Laba sebelum Pajak : Rp xxxx

    Pajak Pendapatan(10% X Rp xxxx) : ( Rp xxxx)

    Laba Bersih Setelah Pajak : Rp xxxx

    Sumber : Munawir. S (2009)

  • 30

    Tabel : 2.3

    PT. XXX

    Daftar Neraca

    31 Desember 2012

    Aset

    Aset Lancar

    Kas : Rp xxxx

    Bank : Rp xxxx

    Piutang : Rp xxxx

    Persediaan akhir : Rp xxxx

    Jumlah Aset Lancar : Rp xxxx Aset Tetap

    Gedung : Rp xxxx

    Akumulasi Penyusutan Gedung : ( Rp xxxx)

    : Rp xxxx

    Peralatan : Rp xxxx

    Akumulasi Penyusutan Peralatan : ( Rp xxxx)

    : Rp xxxx

    Jumlah Aset Tetap : Rp xxxx

    Total Aset : Rp xxxx

    Hutang & Kewajiban

    Hutang Lancar : Rp xxxx

    Hutang Jangka Panjang : Rp xxxx

    Jumlah Hutang : Rp xxxx Ekuitas

    Ekuitas : Rp xxxx

    Saldo laba : Rp xxxx

    Jumlah Ekuitas : Rp xxxx

    Total Hutang : Rp xxxx Sumber : Kasmir (2012)

  • 31

    2.2. Penelitian Terdahulu

    Penelitian terdahulu di bawah ini merupakan bahan yang bisa dijadikan

    acuan oleh peneliti antara lain :

    1. Penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati (2010), Evaluasi Perlakuan

    Akuntansi atas Persediaan dalam hubungannya dengan Laporan Keuangan

    pada CV. Anugrah Palembang. Dari hasil penelitian, disimpulkan bahwa

    ada hubungannya antara persediaan barang dagangan di neraca dan

    perhitungan laba rugi. Bahkan ada hubungan antara persediaan barang

    dagangan pada tahun berjalan dengan tahun sebelumnya dan tahun yang

    akan datang, dari adanya hubungan ini terlihat betapa pentingnya post

    persediaan ini dalam menentukan laba/rugi perusahaan dan posisi

    keuangan perusahaan, tidak saja di tahun berjalan, tetapi juga di tahun

    sebelumnya dan tahun yang akan datang.

    2. Penelitian yang dilakukan oleh Ratri Widiastuti (2011), Evaluasi

    Pencatatan dan Penilaian Persediaan Material PT. DOC & Perkapalan

    Kodja Bahari ( Persero ) Cabang Palembang. Dalam penelitiannya

    penulis membahas tentang metode pencatatan dan penilaian yang

    digunakan PT. DOC dengan kesimpulan tidak adanya pemisahan fungsi

    dalam pengelolaan persediaan barang dagangan.

  • 32

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1. Objek Penelitian

    3.1.1. Sejarah Singkat PT. Millennium Pharmacon Int. Tbk Palembang

    PT. Millennium Pharmacon Int. Tbk Palembang (MPI) terletak di Jalan

    Letnan Hadin No.1867 Km. 3,3 Palembang, yang bergerak di bidang perdagangan

    distribusi obat. PT. Millennium Pharmacon Int. Tbk merupakan perusahaan

    cabang yang berpusat di Jakarta dan didirikan oleh Bapak Soedarpo Sastrosatomo

    dan Ibu Minarsih Soedarpo Sastrosatomo Wiranatakusumah pada 20 Oktober

    1952 dengan nama NV Consists Dagang Soedarpo Corporation. Pada tahun 2000

    NVPD Soedarpo Corporation berubah nama menjadi PT. MPI. Saat ini PT. MPI

    komit untuk menjadi perusahaan distribusi yang memberikan pelayanan terbaik

    kepada semua pelanggan.

    Dengan kualitas layanan handal dan pengalaman dalam industri farmasi,

    perusahaan mendistribusikan berbagai produk farmasi, suplemen makanan, dan

    diagnostik / peralatan medis. Produk ini didistribusikan ke berbagai saluran

    distribusi seperti toko obat, apotek, rumah sakit, supermarket dan toko ritel.

    PT. MPI terus berupaya untuk melayani prinsipal dan pelanggan antara lain

    dengan membentuk Divisi Komersial yang menyediakan layanan konsultasi

    berkaitan dengan pendaftaran ke prinsipal.

  • 33

    Untuk mendukung komitmen perusahaan, pada tahun 2008-2009

    perusahaan telah menginvestasikan uang untuk penggunaan Teknologi Informasi

    dengan program Oracle-EBS dengan real time online ke seluruh cabang dan

    kantor pusat. Di masa depan strategi teknologi informasi ini bertujuan untuk

    memberikan nilai tambah kepada pelanggan sesuai dengan visi perusahaan.

    3.1.2. Struktur Organisasi

    Gambar 3.1

    Struktur Organiasasi PT. MPI Tbk Palembang(cabang)

    Sumber : PT. MPI Tbk Palembang (2012)

    Kepala Cabang

    Stock Supervisor

    Apoteker

    / APJ

    Sales Supervisor Finance Supervisor

    TOS

    /Claim

    Sales

    Kasir

    Collector

    Chip

    Collector

    Kepala

    Gudang

    Pngantar

    Barang

    Fakturis

    Staf

    Gudang

  • 34

    3.1.3. Pembagian Tugas (Job Description)

    1) Kepala Cabang (Branch Manager)

    Kepala Cabang Palembang dipimpin oleh Bapak Tridasa Agus

    Yonandar, kepala cabang bertanggung jawab terhadap semua aktivitas

    karyawan yang berada di cabangnya, serta bertanggung jawab untuk

    melakukan pelaporan kepada jabatan atasannya di kantor pusat.

    Adapun tugas kepala cabang secara rinci yaitu :

    1. Mempimpin seluruh karyawan yang ada di cabang dan

    menciptakan berbagai macam kegiatan demi tercapainya target

    penjualan perusahaan.

    2. Bertanggung jawab atas pencapaian target penjualan perusahaan

    secara keseluruhan.

    3. Bertanggung jawab atas kegiatan pelaporan secara berkala ke

    Kantor Pusat, memberikan pelatihan dan melakukan pengarahan

    atas pelaksanaan rencana strategis perusahaan.

    4. Memastikan seluruh karyawan di kantor cabang mematuhi seluruh

    aturan dan ketentuan perusahaan.

    5. Memberikan pelatihan secara komperehensif.

    6. Memastikan seluruh karyawan di cabang bekerja secara profesional

    sesuai peraturan yang berlaku.

    7. Memberikan informasi kepada manajemen mengenai keadaan pasar

    sekitar cabang mengenai perubahan dan perkembangan yang terjadi

    secara signifikan.

  • 35

    2) Sales Supervisor

    Sales Supervisor dipegang oleh Bapak Iwan Gunawan adalah

    seseorang yang memimpin tim sales atau tim penjualan dalam suatu

    bisnis atau perusahaan. Adapun tugas dari Sales Supervisor adalah :

    1. Mengkoordinir tim penjualan, agar dapat meningkatkan penjualan

    dan apakah penjualan sesuai dengan target.

    2. Membantu tim sales dan memberikan pelatihan dalam mencari dan

    melayani konsumen.

    3. Membantu mengatasi permasalahan tim sales dan ikut melakukan

    atau mendampingi presentasi tim sales jika diperlukan.

    4. Membuat strategi-strategi penjualan dan mensosialisasikan kepada

    tim sales.

    5. Memberikan laporan penjualan tim sales baik itu mingguan,

    bulanan atau tahunan.

    6. Memonitoring aktivitas tim sales.

    7. Memonitoring penjualan dan pembayaran customer dari tim sales.

    8. Menentukan pemberian diskon produk kepada tim sales dengan

    persetujuan pusat, yaitu dari Manajer Pemasaran atau Direktur

    Pemasaran terlebih dahulu.

    9. Mensosialisasikan dan memberitahu informasi mengenai penjualan

    yang baru kepada tim sales.

    3) Finance Supervisor

    Posisi Finance Supervisor dipegang oleh Bapak Dicki yang

    bertugas merencanakan, mengembangkan, dan mengontrol fungsi

    keuangan dan akuntansi di perusahaan dalam memberikan informasi

  • 36

    keuangan secara komprehensif dan tepat waktu untuk membantu

    perusahaan dalam proses pengambilan keputusan yang mendukung

    pencapaian target financial perusahaan. Adapun tugas utamanya yaitu :

    1. Mengelola fungsi akuntansi dalam memproses data dan informasi

    keuangan untuk menghasilkan laporan keuangan yang dibutuhkan

    perusahaan secara akurat dan tepat waktu.

    2. Mengkoordinasikan dan mengontrol perencanaan, pelaporan dan

    pembayaran kewajiban pajak perusahaan agar efisien, akurat,

    tepatwaktu, dan sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku.

    3. Merencanakan dan mengkoordinasikan penyusunan anggaran

    perusahaan, dan mengontrol penggunaan anggaran tersebut untuk

    memastikan penggunaan dana secara efektif dan efisien dalam

    menunjang kegiatan operasional perusahaan.

    4. Merencanakan dan mengkoordinasikan pengembangan sistem

    danprosedur keuangan dan akuntansi, serta mengontrol

    pelaksanaannya untuk memastikan semua proses dan transaksi

    keuangan berjalan dengan tertib dan teratur, serta mengurangi risiko

    keuangan.

    5. Mengkoordinasikan dan melakukan perencanaan dan analisa

    keuangan untuk dapat memberikan masukan dari sisi keuangan bagi

    pimpinan perusahaan dalam mengambil keputusan bisnis, baik untuk

    kebutuhan investasi, ekspansi, operasional maupun kondisi

    keuangan lainnya.

    6. Merencanakan dan mengkonsolidasikan perpajakan seluruh

    perusahaan untuk memastikan efisiensi biaya dan kepatuhan

    terhadap peraturan perpajakan.

  • 37

    4) Stock Supervisor

    Stock Supervisor di pegang oleh Ibu Villia Agustine dengan

    tugas mengkoordinasi serta mengontrol seluruh kegiatan mengenai

    persediaan bahan baku baik dengan pihak internal perusahaan seperti

    staff atau karyawan lain yang memerlukan bahan baku untuk

    mendukung kegiatan logistik maupun pihak eksternal perusahaan

    seperti suplier. Berikut tugas Stock Supervisor yang lebih terperinci :

    1. Melakukan koordinasi dan pengontrolan penerimaan persediaan

    barang.

    2. Memastikan keakuratan data persediaan, yang akan di input ke

    dalam database.

    3. Melakukan rekonsiliasi data stok fisik persediaan dengan data dari

    sistem.

    4. Melakukan rekonsiliasi bon pembelian barang dari supplier.

    5. Melakukan koordinasi pengiriman barang dengan pihak supplier,

    baik dari segi kelengkapan dokumen maupun pelaksanaan di

    lapangan.

    6. Melakukan pengawasan pelaksanaan pengambilan stock yang

    dilakukan secara periodik (harian, mingguan dan bulanan) telah

    sesuai dengan standar operasional perusahaan.

    7. Memonitor, menganalisa dan membuat perencanaan pelaksanaan

    untuk perbaikan serta peluang untuk menciptakan pengembangan

    8. Menjamin semua proses penerimaan dan pemakaian sesuai dengan

    prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

  • 38

    5) Sales

    Tugas dari salesman adalah menjual produk dan hal lain yang

    berkaitan dengannya, mulai dari pengembangan pasar, membina

    loyalitas dengan outlet, implementasi aktivitas promosi sampai dengan

    membuat laporan atas penjualan dan hasil implementasi promosi.

    6) TOS (Tele Ordering System)

    Tanggung jawab seorang TOS adalah menjawab semua telepon

    yang masuk secara sopan dan menyambungkan ke nomor tujuan.

    Selain itu juga harus menguasai produk penjualan dari perusahaan,

    namun tetap menjaga kerahasiaan perusahaan. TOS juga bisa

    merangkap sebagai Customer Service dan terkadang membantu tugas

    administrasi kantor seperti menerima dan mengirim fax, mencatat

    nomor telepon penting dan mengarsip file-file.

    7) Kasir (casier)

    Tugas kasir ialah menyusun buku kas dan buku bank,

    menangani proses penerimaan dan pengeluaran kas, melakukan kliring

    ke bank, menjalankan proses penjualan dan pembayaran, melakukan

    pencatatan atas semua transaksi, melakukan pencatatan kas fisik dan

    melakukan pelaporan kepada atasan, melakukan penghitungan secara

    teliti agar tidak terjadi selisih antara produk dan uang yang ada dengan

    laporan yang dibuat.

  • 39

    8) Fakturis

    Tugas utama fakturis adalah bertanggung jawab kepada

    supervisor penjualan dan menerbitkan faktur serta memasukkan data

    penjualan kedalam komputer / data entri.

    9) Collector

    Tugas seorang Penagih (collector) ialah melaksanakan

    pengaturan tagihan (invoice) ke outlet, melaksanakan inventarisasi

    seluruh tagihan dan piutang perusahaan, melaksanakan pengumpulan

    hasil tagihan pendapatan dan piutang perusahaan, melaporkan hasil

    penagihan kepada Staf Penagihan & Perpajakan.

    10) Kepala Gudang (logistik)

    Tugas utama Kepala Gudang adalah bertanggung jawab atas

    segala proses keluar masuknya barang pada gudang dan mencatat semua

    transaksi keluar masuknya barang dari gudang.

    11) APJ (Apoteker Penanggung Jawab)

    Tugas seorang APJ ialah mengawasi persediaan obat OKT (Obat

    Keras Tertentu) atau psikotropika dan menyusun laporan mengenai

    persediaan obat psikotropika secara berkala.

  • 40

    3.1.4. Aktivitas Perusahaan

    3.1.4.1.Proses Pembelian Barang

    Proses pembelian barang diawali dengan permintaan pembelian dari

    cabang dengan menggunakan dokumen Additional Stock Request (ASR) ataupun

    pembelian yang di lakukan secara manual dengan kondisi tertentu seperti pada

    kasus di mana stock barang yang ada di pabrik kosong. Sementara

    PT. Millennium Pharmacon International Tbk mempunyai kuota pembelian yang

    harus dipenuhi dengan Supplier, maka pihak logistik akan menggantinya dengan

    barang-barang fast moving tanpa perlu adanya cabang yang melakukan

    permintaan atas barang tersebut. Adapun Supplier dan customer PT. MPI. Tbk

    antara lain :

    - Supplier / principal : - Customer :

    1. PT. Lapi Laboratories

    2. PT. Nutrindo

    3. PT. Guardian Pharm

    4. PT. Meprofarm

    5. PT. Gracia Pharmindo

    6. PT. Metiska Farma

    7. PT. Promed

    8. PT. Danpac Pharma

    9. PT. Dipa Pharmalab

    10. PT. NJA

    1. Apotek

    2. Toko Obat

    3. Distributor obat (skla kecil)

    4. Klinik dan rumah sakit Pertamina

    5. Outlet Guardian

    6. Supermarket dan minimarket

  • 41

    3.1.4.2.Proses Penerimaan Barang

    Proses penerimaan barang diawali dengan diterimanya barang oleh staff

    gudang serta di lampirkannya delivery order. staff gudang akan melakukan

    inspeksi kesesuain barang yang di terima dengan delivery order yang berasal dari

    supplier ataupun gudang PT Millennium Pharmacon International, Tbk, jika

    barang yang di terima telah sesuai maka staff gudang akan mencetak laporan

    untuk proses put away (memasukan barang ke gudang) dan akan tercatat di

    account payables (AP) sebagai pembelian barang. Jika barang yang di terima

    tidak sesuai, maka staff gudang akan melaporkan hal tersebut ke bagian logistik

    kemudian bagian logistik akan menerbitkan dokumen pengembalian barang ke

    supplier.

    3.1.4.3.Proses Penjualan

    Proses penjualan dimulai dari form Surat Pesanan Barang yang diisi oleh

    TOS (Tele Ordering System) berdasarkan pesanan dari customer. Form surat

    pesanan barang kemudian disetujui oleh Sales Supervisor / Kepala Cabang,

    Branch Finance Officer / Chief Collector dan Apoteker. Atas dasar Surat Pesanan

    Barang tersebut bagian Fakturis mengentry Surat Pesanan (Sales Order).

  • 42

    3.1.4.4.Proses Pengeluaran Barang

    Barang dapat di keluarkan dari gudang untuk keperluan pengiriman barang

    ke cabang PT Millennium Pharmacon International, Tbk lainnya ataupun dikirim

    ke customer. Permintaan pengambilan barang diajukan oleh sales admin dan di

    terima oleh staff gudang, selanjutnya asisten apoteker akan memeriksa kesesuaian

    dan ketersediaan barang digudang. Pengambilan barang di gudang di lakukan oleh

    staff gudang setelah keluar surat picking slip dari asisten apoteker. Staff gudang

    akan mencetak faktur untuk pengeluaran barang ke customer dan surat permintaan

    barang (SPB) untuk pengriman ke cabang PT Millennium Pharmacon

    International Tbk lain. Selanjutnya barang akan di kirim melalui kurir dan gudang

    akan menerima konfirmasi penerimaan barang dari sales admin setelah barang di

    terima oleh customer atau cabang. Setelah proses pengiriman barang selesai,

    pihak accounting akan mencatat pengeluaran barang sebagai Account Receivables

    (AR).

    3.2. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

    Data yang digunakan penulis dalam menyusun skripsi ini bersumber dari

    data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan dengan cara meneliti dan mengelola

    laporan-laporan berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun

    dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan

    untuk kemudian menjadi data penunjang dalam proses penganalisaan.

  • 43

    Teknik yang digunakan dalam sistem penulisan penelitian ini dengan

    menggunakan teknik dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara

    melihat dokumendokumen yang dianggap memiliki keterkaitan dengan aspek-

    aspek yang diteliti. Teknik pengumpulan data ini dimaksudkan untuk memperoleh

    datadata tentang pedoman atau ketentuan yang ditetapkan oleh perusahaan.

    3.3. Metode Analisis

    Metode analisis yang digunakan dalam penulisan penelitian ini ialah

    dengan menggunakan teknik deskriptif analitis, yaitu dengan menguraikan toeri-

    toeri yang ada di dalam buku-buku dan literatur yang berhubungan dengan

    perhitungan persediaan. Selanjutnya menganalisis data-data yang ada pada

    perusahaan, yaitu daftar persediaan, pembelian dan penjualan serta data-data

    pendukung lainnya. Proses selanjutnya ialah membandingkan teori-teori yang ada

    di buku-buku dan literatur dengan data-data yang didapat dari perusahaan.

  • 44

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1. Persediaan Barang Dagangan pada PT. Millennium Pharmacon

    International Tbk Palembang

    PT Millennium Pharmacon International Tbk Palembang melakukan

    pencatatan persediaan dengan menggunakan metode pencatatan secara

    fisik/periodik, dimana perusahaan tidak mencatat semua mutasi yang terjadi pada

    persediaan yang dimiliki, persediaan barang dagangan ditentukan dengan

    mengukur unsur-unsur persediaan barang dagang di gudang. Sedangkan penilaian

    persediaan yang digunakan PT MPI tidak konsisten karena tidak hanya

    mengunakan metode FIFO, tetapi terkadang juga menggunakan metode LIFO,

    namun pada tahun 2012 perusahaan telah menggunakan metode LIFO. Pada

    perhitungan penilaian persediaan yang tidak konsisten akan menunjukan jumlah

    harga pokok penjualan yang berbeda dalam setiap tahunnya, karena harga pokok

    penjualan ditentukan dengan perhitungan penilaian persediaan yang digunakan.

    Data mengenai persediaan yang penulis sajikan adalah data persediaan

    bulan Desember 2011 dan bulan Desember 2012 dan hanya menggunakan satu

    produk sebagai sampel, obat dari PT. Lapi Laboratories yaitu imunos sirup,

    sebagai acuan dalam melakukan pencatatan dan penilaian serta penyajian dan

    pelaporan keuangan (laporan laba rugi dan neraca). Berikut datanya seperti

    dibawah ini :

  • 45

    Tabel 4.1

    Data Persedian Desember 2011

    Tanggal Keterangan Kuantitas Harga Jumlah

    Des *01 Persediaan Awal 500 Rp6.000 Rp3.000.000

    *03 Penjualan 60 7.000 420.000

    *05 Penjualan 65 7.000 455.000

    *06 Penjualan 100 7.000 700.000

    *07 Penjualan 180 7.000 1.260.000

    *08 Pembelian 600 6.500 3.900.000

    *09 Penjualan 95 7.000 665.000

    *10 Penjualan 65 7.000 455.000

    13 Penjualan 30 7.000 210.000

    14 Penjualan 165 7.000 1.155.000

    15 Penjualan 195 7.000 1.365.000

    16 Pembelian 650 7.000 4.550.000

    19 Penjualan 150 8.000 1.200.000

    20 Pembelian 300 7.000 2.100.000

    21 Penjualan 110 8.000 880.000

    22 Penjualan 125 8.000 1.000.000

    23 Penjualan 60 8.000 480.000

    24 Pembelian 100 7.500 750.000

    28 Penjualan 165 8.000 1.320.000

    29 Penjualan 125 8.000 1.000.000

    30 Penjualan 35 8.000 280.000

    Sumber : PT. MPI Palembang (2011)

  • 46

    Tabel 4.2

    Data Persedian Desember 2012

    Tanggal Keterangan Kuantitas Harga Jumlah

    Des *01 Persediaan Awal 500 Rp 9.000 Rp 4.500.000

    *03 Penjualan 25 10.000 250.000

    *04 Penjualan 25 10.000 250.000

    *05 Penjualan 55 10.000 550.000

    *06 Penjualan 60 10.000 600.000

    *07 Pembelian 500 10.000 5.000.000

    10 Penjualan 105 11.000 1.155.000

    11 Penjualan 65 11.000 715.000

    12 Penjualan 33 11.000 363.000

    14 Penjualan 145 11.000 1.595.000

    17 Penjualan 185 11.000 2.035.000

    18 Pembelian 150 11.000 1.650.000

    20 Penjualan 250 11.500 2.875.000

    21 Pembelian 250 12.000 3.000.000

    28 Penjualan 252 12.500 3.150.000

    29 Penjualan 30 12.500 375.000

    Sumber : PT. MPI Palembang (2012)

    4.1.1. Pencatatan Persediaan PT. Millennium Pharmacon International Tbk

    Palembang

    PT. Millennium Pharmacon International Tbk Palembang melakukan

    pencatatan persediaan dengan menggunakan metode pencatatan secara

    fisik/periodik, dimana perusahaan tidak mencatatat semua mutasi yang terjadi

    pada persediaan yang dimiliki, persediaan barang dagangan ditentukan dengan

    mengukur unsur-unsur persediaan barang dagangan di gudang. Dari data

    persediaan pada tabel 4.1 dan 4.2 maka akan terlihat metode pencatan perusahaan

    yaitu metode fisik/periodik seperti dibawah ini :

  • 47

    Tabel 4.3

    Jurnal Umum Persediaan Desember 2011

    (metode fisik/periodik)

    Tanggal Keterangan Saldo

    Debet Kredit

    Des *01 Persediaan awal Rp 3.000.000

    Kas Rp 3.000.000

    *03 Piutang Dagang Rp 420.000

    Penjualan

    Rp 420.000

    *05 Piutang Dagang Rp 455.000

    Penjualan

    Rp 455.000

    *06 Piutang Dagang Rp 700.000

    Penjualan

    Rp 700.000

    *07 Piutang Dagang Rp 1.260.000

    Penjualan

    Rp 1.260.000

    *08 Pembelian Rp 3.900.000

    Hutang Dagang Rp 3.900.000

    *09 Piutang Dagang Rp 665.000

    Penjualan

    Rp 665.000

    10 Piutang Dagang Rp 455.000

    Penjualan

    Rp 455.000

    13 Piutang Dagang Rp 210.000

    Penjualan

    Rp 210.000

    14 Piutang Dagang Rp 1.155.000

    Penjualan

    Rp 1.155.000

    15 Piutang Dagang Rp 1.365.000

    Penjualan

    Rp 1.365.000

    16 Pembelian Rp 4.550.000

    Hutang Dagang Rp 4.550.000

    19 Piutang Dagang Rp 1.200.000

    Penjualan

    Rp 1.200.000

    20 Pembelian Rp 2.100.000

    Hutang Dagang

    Rp 2.100.000

    21 Piutang Dagang Rp 1.100.000

    Penjualan

    Rp 1.100.000

    22 Piutang Dagang Rp 1.000.000

    Penjualan

    Rp 1.000.000

    23 Piutang Dagang Rp 480.000

    Penjualan

    Rp 480.000

    24 Pembelian Rp 750.000

    Hutang Dagang Rp 750.000

    28 Piutang Dagang Rp 1.320.000

    Penjualan

    Rp 1.320.000

    29 Piutang Dagang Rp 1.000.000

    Penjualan

    Rp 1.000.000

    30 Piutang Dagang Rp 280.000

    Penjualan

    Rp 280.000

    Sumber : PT. MPI Palembang (2011)

  • 48

    Tabel 4.4

    Jurnal Umum Persediaan Desember 2012

    (metode fisik/periodik)

    Tanggal Keterangan Saldo

    Debet Kredit

    Des *01 Persediaan awal Rp 4.500.000

    Kas Rp 4.500.000

    *03 Piutang Dagang Rp 250.000

    Penjualan

    Rp 250.000

    *04 Piutang Dagang Rp 250.000

    Penjualan Rp 250.000

    *05 Piutang Dagang Rp 550.000

    Penjualan Rp 550.000

    *06 Piutang Dagang Rp 600.000

    Penjualan Rp 600.000

    *07 Pembelian Rp 5.000.000

    Hutang Dagang Rp 5.000.000

    10 Piutang Dagang Rp 1.155.000

    Penjualan Rp 1.155.000

    11 Piutang Dagang Rp 715.000

    Penjualan Rp 715.000

    12 Piutang Dagang Rp 363.000

    Penjualan Rp 363.000

    14 Piutang Dagang Rp 1.595.000

    Penjualan Rp 1.595.000

    17 Piutang Dagang Rp 2.035.000

    Penjualan Rp 2.035.000

    18 Pembelian Rp 1.650.000

    Hutang Dagang Rp 1.650.000

    20 Piutang Dagang Rp 2.875.000

    Penjualan Rp 2.875.000

    21 Pembelian Rp 3.000.000

    Hutang Dagang

    Rp 3.000.000

    28 Piutang Dagang Rp 3.150.000

    Penjualan

    Rp 3.150.000

    29 Piutang Dagang Rp 375.000

    Penjualan Rp 375.000 Sumber : PT. MPI Palembang (2012)

  • 49

    4.1.2. Penilaian Persediaan PT. Millennium Pharmacon International Tbk

    Palembang

    PT. Millennium Pharmacon International Tbk Palembang melakukan

    penilaian persediaan dengan menggunakan metode penilaian secara FIFO di tahun

    2011 dan metode LIFO di tahun 2012. Penilaian persediaan dengan acuan data

    pada tabel 4.1 dan 4.2 adalah sebagai berikut :

    Penilaian Persediaan 2011

    Sistem Periodik / Fisik Persediaan awal (01 Des 2011) 500 unit

    Pembelian

    1.650 unit

    Barang tersedia untuk dijual 2.150 unit

    Penjualan

    (1.725unit)

    Persediaan akhir (31 Des 2011) 425 unit

    Barang Tersedia dijual

    Tanggal Keterangan Kuantitas Harga Jumlah

    Des *01 Persediaan awal 500 Rp 6.000 Rp 3.000.000

    *08 Pembelian 600 6.500 3.900.000

    16 Pembelian 650 7.000 4.550.000

    20 Pembelian 300 7.000 2.100.000

    23 Pembelian 100 7.500 750.000

    Total Perseiaan 2.150 Rp 14.300.000

    Persediaan akhir FIFO

    Tanggal Kuantitas Harga Jumlah

    Des 16 25 7.000 175.000

    20 300 7.000 2.100.000

    23 100 7.500 750.000

    Jumlah 400 Rp 3.025.000

    Sumber : PT. MPI Palembang (2011)

  • 50

    Penilaian Persediaan 2012

    Sistem Periodik / Fisik

    Persediaan awal (01 Des 2012) 500 unit

    Pembelian

    900 unit

    Barang tersedia untuk dijual

    1.400 unit

    Penjualan

    (1.230unit)

    Persediaan akhir (31 Des 2012) 170 unit

    Barang Tersedia dijual

    Tanggal Keterangan Kuantitas Harga Jumlah

    Des *01 Persediaan awal 500 Rp 9.000 Rp 4.500.000

    *07 Pembelian 500 10.000 5.000.000

    18 Pembelian 150 11.000 1.650.000

    21 Pembelian 250 12.000 3.000.000

    Total Persediaan 1.400 Rp 14.150.000

    Persediaan akhir LIFO

    Tanggal Kuantitas Harga Jumlah

    Des *01 170 9.000 1.530.000

    Jumlah 170 1.530.000

    Sumber : PT. MPI Palembang (2012)

    Data diatas adalah data penilaian persediaan tahun 2011 dan 2012. Adapun

    alasan perusahaan menggunakan metode LIFO di tahun 2012 ialah sesuai dengan

    catatan atas laporan keuangan PT. Millennium Pharmacon International Tbk

    Palembang mengenai persediaan, perhitungan laba bersih dengan metode LIFO

    akan menghasilkan pajak penghasilan yang lebih rendah (karena labanya lebih

    kecil) bila dibandingkan dengan metode FIFO.

  • 51

    4.1.3. Penyajian dan Pelaporan Keuangan PT. Millennium Pharmacon

    International Tbk Palembang

    PT. Millennium Pharmacon International Tbk Palembang adalah

    perusahaan yang bergerak di bidang distributor obat, dimana di dalam penyajian

    dan pelaporan keuangannya terdapat laporan keuangan berupa laporan laba rugi,

    laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan laporan neraca serta catatan atas

    laporan keuangan. Penulis dalam penyajian dan pelaporan keuangan hanya

    menyajikan laporan laba rugi. Berikut penyajian dan pelaporannya seperti

    dibawah ini :

    Tabel 4.5

    PT. MPI Palembang (cabang)

    Laporan Laba Rugi

    Untuk Tahun Yang Berakhir Pada

    31 Desember 2011 dan 2012

    Ket 2011(FIFO) 2012(LIFO)

    Penjualan Bersih Rp 14.945.000 Rp 13.913.000

    Harga Pokok Penjualan

    Persediaan Brg 01 Des Rp03.000.000 Rp04.500.000

    Pembelian Rp09.200.000 Rp09.650.000

    Harga Pokok brg tsdia djual Rp12.200.000 Rp14.150.000

    Persediaan Brg 31 Des (Rp3.025.000) (Rp1.530.000)

    Harga Pokok Penjualan Rp 9.175.000 Rp 12.620.000

    Laba Kotor Rp 5.770.000 Rp 1.293.000

    Biaya Operasional

    Perusahaan Rp (750.000) Rp (750.000)

    Laba Sebelum Pajak Rp 5.020.000 Rp 543.000

    Pajak Pendapatan

    2011 (10%XRp5.020.000) Rp (502.000)

    2012 (10%XRp0.543.000) Rp (54.300)

    Laba Bersih Setelah Pajak

    Rp 4.518.000

    Rp 713.700

    Sumber : PT. MPI, data diolah (2013)

  • 52

    4.2. Pembahasan

    Laporan keuangan PT. Millennium Pharmacon Int. Tbk Palembang terdiri

    dari laporan Neraca dan Laba rugi yang menunjukan keadaan keuangan suatu unit

    usaha pada tanggal tertentu. Keadaan keuangan ini ditunjukan dengan jumlah

    harta yang dimiliki dan sekarang disebut dengan asset dan jumlah

    hutang/kewajiban perusahaan, atau dengan kata lain asset adalah investasi di

    dalam perusahaan dan hutang merupakan sumber-sumber yang digunakan untuk

    investasi tersebut.

    Dalam pengertian asset, selain barang-barang dan hak-hak yang dimiliki,

    di dalamnya termasuk juga biaya-biaya yang belum dibebankan dalam periode

    yang akan datang. Oleh karena itu di dalam asset akan termasuk juga pos-pos kas,

    tagihan-tagihan, surat-surat berharga dan pengeluaran-pengeluaran yang akan

    memberi manfaat di masa yang akan datang. Asset pada PT. MPI Tbk Palembang

    dibagi menjadi :

    1. Aset Lancar

    2. Aset Tetap

    Aset lancar adalah uan