ADVOKA T DAN PENEGAKAN HUKUM DALAM ... - Universitas Indonesia

9
616 ADVOKAT DAN PENEGAKAN HUKUM DALAM PERSPEKTIF PERADILAN PIDANA Oleh: Luhut M.P. Pangaribuan, S.H. _----'- ____ _ Pendahuluan Advokat adalah salah satu profesi hukurn yang berada dalarn sektor swas- ta, sarna seperti konsultan hukurn, corporate lawyer dan lain-lain. Profesi hukurn selain yang berada di sektor swasta ini, banyak juga berada dalarn sektor pernerintahan, seperti anggota DPR, biro-biro hukurn departernen dan lain sebagainya. Jadi profesi hu- kurn itu hampir di segala aktivitas rnasyarakat rnuncul. Hal ini logis, ka- rena hukurn selalu rnengikuti aktivitas so sial (ubi societas, ibi lex est). Advokat adalah profesi kepercaya- an, di samping rohaniawan dan dokter. Ke-3 profesi ini adalah profesi yang paling tua dalarn sejarah peradaban rnanusia (James W. Jeans dalarn Trail Advocacy, 1975). Profesi advokat di- dasarkan pada kepercayaan, rnaka pro- fesi ini sangat terhormat (officium no- bile). Profesi rnenurut Ensiclopedia Ame- ricana harnpir sarna dengan suatu kerjaan (vacation) atau kedudukan (occupation), artinya walaupun ada perbedaan tidak begitu tajarn. Narnun secara urnurn suatu profesi dapat di- garnbarkan sebagai kedudukan (occu- pation) yang rnerniliki spesialisasi in- telektual dalam pelayanan, yang ideal- nya rnerniliki tiga ciri yang prinsip ; 1. Suatu badan dari yang terpeiajar yakni perangkat sikap dan teknik yang diaplikasikan ketika rnernberi pelayanan kernanusiaan rnelalui ke- lornpok-kelornpok pendidikan ; 2. Suatu standar keberhasilan yang di- ukur dengan pelaksanaan dalarn pe- layanan yang rnemerlukan lebih da- ri yang diberikan oleh pribadi; dan 3. Suatu sistern pengawasan ij:faktek pekerjaan dan pendidikan dari rne- reka rnelalui sarana asosiasi dan ko- de etik. Dalarn negara-negara yang sudah rnaju, pernerintah rnengatur sejurnlah profesi dengan rnenerbitkan lisensi un- tuk boleh berpraktek. Hal ini dilaku- kan untuk rnelindungi kesejahteraan urnurn. Sernentara itu dalarn beberapa negara garnbaran dari suatu pendidik- an profesi rnernberi hak yang dengan sendirinya untuk boleh berpraktek, tapi sernentara di negara lain, izin untuk boleh praktek berada pada ke- wenangan board of eximin er. Di In- donesia pendidikan profesi advokat (seperti fakultas hukurn) belurn de- ngan sendirinya rnernberi hak untuk boleh praktek, tetapi harus rnernper- oleh pengangkatan bukan dari board of eximiner IKADIN), tetapi dari Menteri Kehakirnan atas rekomen- dasi Ketua Mahkarnall Agung . IKADIN sebagai organisasi profesi sarna sekali tidak berperan untuk penerbitan lisen-

Transcript of ADVOKA T DAN PENEGAKAN HUKUM DALAM ... - Universitas Indonesia

Page 1: ADVOKA T DAN PENEGAKAN HUKUM DALAM ... - Universitas Indonesia

616

ADVOKA T DAN PENEGAKAN HUKUM DALAM PERSPEKTIF PERADILAN PIDANA

Oleh: Luhut M.P. Pangaribuan, S.H. _----'-____ _

Pendahuluan

Advokat adalah salah satu profesi hukurn yang berada dalarn sektor swas­ta, sarna seperti konsultan hukurn, corporate lawyer dan lain-lain. Profesi hukurn selain yang berada di sektor swasta ini, banyak juga berada dalarn sektor pernerintahan, seperti anggota DPR, biro-biro hukurn departernen dan lain sebagainya. Jadi profesi hu­kurn itu hampir di segala aktivitas rnasyarakat rnuncul. Hal ini logis, ka­rena hukurn selalu rnengikuti aktivitas so sial (ubi societas, ibi lex est).

Advokat adalah profesi kepercaya­an, di samping rohaniawan dan dokter. Ke-3 profesi ini adalah profesi yang paling tua dalarn sejarah peradaban rnanusia (James W. Jeans dalarn Trail Advocacy, 1975). Profesi advokat di­dasarkan pada kepercayaan, rnaka pro­fesi ini sangat terhormat (officium no­bile).

Profesi rnenurut Ensiclopedia Ame­ricana harnpir sarna dengan suatu p~­kerjaan (vacation) atau kedudukan (occupation), artinya walaupun ada perbedaan tidak begitu tajarn. Narnun secara urnurn suatu profesi dapat di­garnbarkan sebagai kedudukan (occu­pation) yang rnerniliki spesialisasi in­telektual dalam pelayanan, yang ideal­nya rnerniliki tiga ciri yang prinsip ; 1. Suatu badan dari yang terpeiajar

yakni perangkat sikap dan teknik yang diaplikasikan ketika rnernberi pelayanan kernanusiaan rnelalui ke­lornpok-kelornpok pendidikan ;

2. Suatu standar keberhasilan yang di­ukur dengan pelaksanaan dalarn pe­layanan yang rnemerlukan lebih da-

• •

ri yang diberikan oleh pribadi ; dan 3. Suatu sistern pengawasan ij:faktek

pekerjaan dan pendidikan dari rne­reka rnelalui sarana asosiasi dan ko­de etik.

Dalarn negara-negara yang sudah rnaju, pernerintah rnengatur sejurnlah profesi dengan rnenerbitkan lisensi un­tuk boleh berpraktek. Hal ini dilaku­kan untuk rnelindungi kesejahteraan urnurn. Sernentara itu dalarn beberapa negara garnbaran dari suatu pendidik­an profesi rnernberi hak yang dengan sendirinya untuk boleh berpraktek, tapi sernentara di negara lain, izin untuk boleh praktek berada pada ke­wenangan board of eximin er. Di In­donesia pendidikan profesi advokat

(seperti fakultas hukurn) belurn de-ngan sendirinya rnernberi hak untuk boleh praktek, tetapi harus rnernper­oleh pengangkatan bukan dari board of eximiner (rni~alnya IKADIN), tetapi dari Menteri Kehakirnan atas rekomen­dasi Ketua Mahkarnall Agung. IKADIN sebagai organisasi profesi sarna sekali tidak berperan untuk penerbitan lisen-

Page 2: ADVOKA T DAN PENEGAKAN HUKUM DALAM ... - Universitas Indonesia

,

Advokat dan Penegakan Hukum

•• • SI mI.

Advokat sebagai profesi hukum di­kenaI dalam sejarah peradilan Indone­sia melalui konkordasi. 1) Tetapi profe­si itu masih terlalu eHt dan terbatas hanya untuk satu golongan penduduk, yaitu golongan Eropa.

Oleh karena itu istilah advokat dan pengacara hanya untuk golongan Ero­pa saja yang ditemukan di Raad van Justitie seperti diatur dalam R.v.2) dan RO ,3) tapi kita tidak jumpai da­lam HIR yang cukup lama menjadi hukum positif dalam proses peradilan pidana sebelum digantikan oleh KU­HAP tahun 1981.

Sampai saat ini kita belum mempu­nyai UU Profesi Advokat, dengan da­sar hukum pasal-pasal peradilan UUD 1945. Ketentuan-ketentuan zaman ko- . lonial tersebut hingga sekarang masih digunakan untuk mengangkat, meng­awasi dan menindak seorang advokat. Misalnya saja syarat-syarat pengang­katan harus berpengalaman menangani sejumlah tertentu perkara bukan dida­sarkan pada Undang-undang tertentu. Ini menandakan bahwa pengangkatan itu masih didasarkan pada ketentuan kolonial itu. Sudah pasti dalam pene­rapannya membawa banyak masalah karena berbagai hal, antara lain, per­tama, teks asH ketentuan itu dalam bahasa Belanda (yang kenyataannya saat ini semakin langka para yuris kita mampu berbahasa itu); kedua, konsep­si yang ada dalam ketentuan tersebut

1) Dimulai dengan Finnan Raja tertanggal 16 Mei 1948, No. 1.

2) Reg/ement opde rechlWoordering (acara perdata), Reg/ement opde strafvondering (SV) untuk acara pidana.

3) Regiement opde rechterlijke organisatie en Het be/eid de Justitie.

617

berbeda dengan konsepsi kita sekarang. Misalnya saJa pandangan peraturan itu terhadap keadilan sosial, pendekatan­pendekatan yang boleh dan tidak bo­leh dalam menyelesaikan suatu kasus dan ruang lingkup berlakunya.

Oleh karena itu, ketika ada usaha 'mengadili' adVokat yang dianggap me­lakukan contempt of court baru-baru ini terlihat jelas masalah itu. Antara lain yang dipermasalahkan adalah da­sar hukum untuk mengadili, hukum acara yang digunakan serta instansi at au institusi mana yang berwenang.

Seorang calon advokat yang telah diangkat oleh Menteri Kehakirnan dan sebelumnya telah mendapat rekomen­dasi dari Ketua Mahkamah Agung, sebelum boleh menjalankan praktek harus mengangkat sumpahnya yang la­falnya berbunyi sebagai berikut:

"Soya bersumpah bahwa SlJya akan setill kepada Negara dan UU Dasar Negara RI".

" Bahwa saya berkewajiban untuk meng­hormati pejabat-pejabat kekuasaan ke­hakiman'~

" Bahwa saya tidak akan, baik langsung maupun dengan tidak langsung, de­rtgan menggunakan nama atau dalih apa pun juga untuk memperoleh ja­batan saya, te/ah atau akan memberi atau menjanjikan barang sesuatu kepa­da sillpa pun juga ".

" Bahwa SlJya tidak akan menganjurkan seseorang untuk berperkara atau m em­bela sesuatu' perkara yang ada tidak yakin ada dasar hukumnya".

"Semoga Tuhan menolong saya".

Advokat-advokat yang telah men­dapatkan pengangkatan (Iisensi) dalam menjalankan fungsinya melalui pela­yanan hukum (legal services), secara umum dapat dibedakan dari sarjana hukum/ahIi hukum yang melaksana-

Desember 1987

Page 3: ADVOKA T DAN PENEGAKAN HUKUM DALAM ... - Universitas Indonesia

618

.

kan bantuan hukum (legal aid). Bia-sanya mereka itu disebut dengan Pem­bela Urn urn (public defender, public attorney). Misalnya perbedaan itu da­pat kita lihat dari car a pendekatan dalam melayani pencari keadilan (T. Mulya Lubis, 1986). Secara ringkas perbedaan itu ialah seorang advokat pendekatannya (1) individual, (2) ur­ban, (3) pasif, (4) legistis (legal orien­ted), (5) gerakan hukum (legal move­ment), (6) persamaan distribusi pela­yanan (equal distribution of services). Sedangkan seorang pembela umum pendekatannya (1) struktural (kolek­tif), (2) urban-rural, (3) aktif, (4) legist is dan nonlegistis (legal dan non­legal oriented), (5) gerakan sosial (social movement), (6) perubahan so­sial (structural change).

Seorang pembela umum, yang da­lam banyak hal tidak memerlukan pengangkatan Menteri Kehakirnan se­belum menjalankan tugasnya (seperti di LBH Jakarta) harus mengucapkan janji sebagai berikut:

"Saya berjanji bahwa soya ahm setUz kepada Negara dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia; Bahwa saya akall setia kepada milksud dan tujuan dari Lembaga Bantuan Hu­kum Jakarta dan ahm mematuhi se­tiap peraturan dan tata tertib dari Lembaga Bantuan Hukum Jakarta; Bahwa soya akan mengutamakan dan

menjunjung tinggi hukum, keadilan dan kebenaran serta kejujuran di da­lam melaksanakan setiap tugas ytlng diberikan kepada saya oleh Lembaga Bantuan Hukum Jakarta; Bahwa saya tidak akan menganjurkan seseorallg untuk berperkara atau mem­bela -suatu perkara yang soya yakilli tidak ada dasar. hukumnya; Bahwa soya akan menjaga rahflsUz klien dan rahasUz Lembaga Bantwzn · Hukum Jakarta di dalam melakSlllltl·

HUkum dan Pembanllunan

kan setiop tugas yang diberikan oleh Lemhaga Bantuan Huku m lilkarta ".

Karena belum adanya UU yang mengatur profesi Advokat dan UU yang mengatur bantuan hukum, maka dalam masyarakat kita dewasa ini se­butan (istilah) untuk orang yang mem­berikan pelayanan dan bantuan hukum cukup beraneka-ragam. Sehingga tidak jarang menirnbulkan kesulitan untuk mengidentifikasikannya, tidak saja ba­gi orang awam tetapi juga untuk para sarjana hukum itu sendiri. Sebutan­sebutan itu seperti advokat, pengacara, penasihat hukum, pengacara praktek, pokrol bambu, pembela umum. Belum lagi istilah-istilah yang diambil dari bahasa asing, · yang kecenderungan pemakaiannya cukup juga, se­perti advocate, solicitor, attorney at law, public defender, public attorney, student attorney dan lain sebagainya. Karena demikian banyaknya sehingga tidak mudah untuk segera memilah-mi­lahnya. Sebab seperti disebut di atas, belum ada ketentuan yang mengatur­nya secara baku. Dalam hubungan dengan istilah-istilah ini advokat Su­narto Surodibroto mengatakan Quo Vadis! (Kompas, l3 September 1987).

Dalam era sebelum kemerdekaan is­tilah-istilah advocaat dan procureur, yang pada dasarnya pekerjaannya sarna tetapi ruang lingkupnya berbeda. Ad­vocaat dapat mewakili kliennya di se­mua pengadilan negara, sedangkan pro­cureur hanya pada pengadilan negeri tertentu atau pengadilan tinggi terten­tu. Dalam era republik (kemerdekaan) dari UU 19/1964 Jo. 14/1970 Jo. UU 8/1981 menggunakan istilah penasihat hukum. Dan terakhir dengan SKB Mahkamah Agung dan Menteri Keha­kirnan tentang Tata Cara Pengawasan,

Page 4: ADVOKA T DAN PENEGAKAN HUKUM DALAM ... - Universitas Indonesia

,

Advokat dan Peneiakan Hukum

Penindakan dan Pembelaan Diri Pena­sihat Hukum akan istilah pe~ nasihat hukum. Namun menurut Pasal 1 ayat 3 UU 8/1981 penasihat hukut}l" adalah seorang yang memenuhi syarat yang ditentukan oleh atau berdasarkan UU untuk memberi bantuan hukum. Dan syarat-syarat itu sampai sekarang belum ditentukan, sehingga istilah itu. menjadi semakin tidak jelas.

Kendatipun demikian kacaunya se­butan itu namun jika dilihat dari as­pek, lllotivasi, sifat, prinsip, maksud dan tujuan masing-masing, maka dapat dipolarisasikan ke dalam dua kategori besar. Satu kategori adalah istilah yang digunakan oleh kelompok pemberi bantuan hukum (legal aid group) se­perti Yayasan LBH Indonesia, dan ka­tegori kedua istilah yang biasa diguna­kan oleh pelayanan (jasa) hukum (le­gal services group) seperti IKADIN. Istilah yang sering digunakan lembaga­lembaga bantuan hukum ialah pembela umum, atau jika dalam bahasa asing public defender, public attorney . Isti­lah yang sering digunakan pelayanan (jasa) hukum ialah advokat, pengacara, pengacara praktek. Tapi walaupun be­gitu, permasalahan substansial yang adit tetap tidak terpecahkan.

- Organisasi Advokat dan Kode Etik

Setelah melihat aspek profesionalis­me, konsep-konsep dan istilah-istilah yang dipergunakan dalam dunia kead­vokatan tennasuk bantuan hukum, maka berikut ini uraian ten tang organi­sasi advokat dan kode etiknya. Bagian ini cukup menarik karena dalam per­kembangannya khususnya dalam nega­ra-negara berkembang seperti Indone­sia ini profesi apa pun termasuk advo­kat tidak dapat dilepaskan dengan ma-

619

salah-masalah yang tirnbul dalam ma­syarakat baik yang menyangkut masa­lah-masalah ekonomi, budaya dan polio tik.")· Bukan berarti organisasi profesi itu telah ada akan menjadi penyaluran aspirasi politik praktis ! Bukan.

Tetapi adalah lebih merupakan cara memandang dan selanjutnya mende­kati suatu kasus yang tengah ditangani yaitu tidak berlaku pada aspek laten­nya saja artinya yang disembuhkan tidak terbatas pada 'sakit hukumnya' saja tetapi juga sebabnya 'sakit hukum' itu. Karena hukum itu bisa dilihat se­bagai perundang-undangan produk po­litik, yang mengatur pelbagai aspek ke­hidupan, seperti budaya, ekonomi dan lain sebagainya yang dalam banyak hal dipengaruhi jaringan kepentingan sego­longan pada kurun tertentu.

Oleh karena itu advokat di negara­negara yang sedang berkembang seper­ti di Indonesia ini dalam menjalankan tugasnya seperti di atas menjadi tam­bah berat dan kompleks. Sehingga perlu saran a berupa suatu organisasi, untuk memperjuangkan keadilan dan kebenaran melalui kasus-kasus yang

. tengah ditangani. Dengan latar-bela­kang seperti itu, maka pada tanggal 14 Maret 1963 di Jakarta berdiri pertama kali organisasi advokat dengan nama Persatuan Advokat Indonesia (PAl)

dan kemudian pada tahun 1964 di-ubah menjadi Persatuan Advokat In­donesia (PERADIN). Terakhir pada tanggal 10 November 1985 IKADIN terlebur dalam Ikatan Advokat Indo­nesia (IKATIN), termasuk di dalam­nya kode etik profesi.

4) Lihat lebih jauh Adnan Buyung Nasu­tion, Bantuan Hukum di Indonesiti (Ja­karta, LP3 ES, 1981).

Desember 1987

Page 5: ADVOKA T DAN PENEGAKAN HUKUM DALAM ... - Universitas Indonesia

620

Oalam mukadimah anggaran dasar IKATIN diikrarkan hal-hal sebagai be­rikut: 1. Bahwa negara Repub1ik Indonesia

adalah Negara Hukum yang berda­sarkan Pancasila dan UUD 1945, oleh karena itu setiap orang tanpa dibedakan keyakinan, agama, suku, . bangsa, golongan dan kedudukan­nya tunduk pada serta menjunjung tinggi Hukum demi tegaknya ke­adilan dan kebenaran bagi setiap orang guna melindungi dan mem­pertahankan hak-hak asasi manusia yang sesuai dengan harkat dan mar­tabatnya berdasarkan falsafah bang­sa Indonesia.

2. Bahwa Advokat adalah salah satu unsur Catur Wangsa Penegak Hu­kum dalam kerangka-kerangka ke­kuasaan kehakiman yang bebas dan merdeka, wajib mengemban tugas dan tanggung jawab untuk mengab­di, mempertahankan dan mene­gakan hukum, demi tercapainya kepastian Hukum yang meflcermin­kan nilai-nilai hidup yang luhur da­lam hati nurani serta kesadaran hu­kum masyarakat.

3. Bahwa kekuasaan kehakiman yang bebas dan merdeka memerlukan

profesi advokat yang bebas dan bertanggung jawab gun a mencapai peradilan yang menjadi benteng terakhir dalam menegakan kebenar­an dan keadilan berdasarkan hukum yang menjamin serta mempertahan­kan hak-hak asasi manusia tersebut .

4. Bahwa Advokat Indonesia mempu­nyai kewajiban serta tanggung ja­wab kemasyarakatan untuk mem­bawakan peranan sebagai penggerak pembangunan yang turut memelo­pori pembaharuan, pembangunan

Hukum dan Pembanl1unan

dan pembemukan hukum sesuai dengan arah serta tujuan pemba­ngunan dan pembinaan hukum se­bagai sarana pelJunjang tercapainya masyarakat adil makmur, berdasar­kan falsafah bangsa Indonesia.

5. Bahwa Advokat Indonesia dalam menjalankan tugasnya memberikan nasiliat, bantuan pelayanan dan pembelaan hukum, baik di luar maupun di dalam pengadilan, ber­tanggung jawab untuk memper­juangkan asas-asas keadilan dengan melindungi hak-hak asasi manusia, meningkatkan kesadaran hukum de­ngan penuh rasa jawab yang didasarkan atas pengabdian dan ilmu hukum yang didorong oleh cita-cita luhur profesi.

6. Bahwa Advokat daTi seluruh Indo­nesia dengan tekad yang bulat, se­pakat untuk melaksanakan hal-hal terse but di atas dengart ini mem­bentuk Ikatan Advokat Indonesia yang tunggal dan mandiri. Oi samping ikrar itu, IKADIN seba­

gai organisasi perjuangan menentukan tujuan organisasi itu sebagai berikut : 1. Menegakkan hukum, kebenaran dan

keadilan serta meningkatkan kesa­daran hukum anggota · masyarakat dalam negara hukum Indonesia.

2. Menegakkan hak-hak asasi manusia sesuai dengan falsafah bang~ Indo­nesia (Pancasila).

3 . Menumbuhkan dan memelihara rasa setia kawan di antara para advokat.

4. Membela dan memperjuangkan hak dan kepentingan para advokat d a­

. lam melakukan tugasnya. 5. Turut aktif dalam pembangunan

hukum nasional. 6. Menegakkan kekebalan dalam men­

jalankan profesi.

Page 6: ADVOKA T DAN PENEGAKAN HUKUM DALAM ... - Universitas Indonesia

Advokat dan Peneflakan Hukum

Selanjutnya advokat (IKADIN) se­bagai profesi hukum dalam menjalan­kan tugasnya dituntun oleh satu kode etik yang disebut Kode Erik Advokat Indonesia. Kode Etik ini mengatur pe­rihal: (1) kepribadian advokat, (2) hubungan dengan klien, (3) hubungan dengan ternan sejawat, (4) cara bertin­dak dalammenangani perkara, (5) sanksi terhadap pelanggaran kode etik dan lain-lain. Pengawasan dan peng­aturan sanksi ini dilakukan oleh orga­nisasi itu sendiri sebagai lembaga yang independen dan yang secara teknis bebas paham.

Menurut Yap Thiam Hien bahwa maksud dan tujuan kode etik ialah un­tuk mengatur dan memberi kualitas kepada pelaksanaan profesi serta un­tuk menjaga kehonuatan dan nama baik organisasi profesi serta untuk me­lindungi publik yang memerlukan jasa­jasa baik profesional. Oleh karena itu, suatu kode etik merupakan me kanis­me pendisiplinan, pembinaan dan pe­ngontrolan atas kerja angota-anggota organisasi profesi. (Dr. Mr. Yap Thiam Hien, 26 Oktober 1986). Sejalan de­ngan pendapat ini, Kartono Moham­

mad menyatakan: "Etika profesi itu­lah yang diharapkan akan dapat men­jaga martabat profesi itu sendiri dan menjamin kesungguhal) pemegang pro­fesi terse but dalam mengamalkan pro­fesinya". (dr. Kartono Muhammad, 26 Oktober 1986).

Mengapa kode etik ini dibutuhkan , ialah karena konsekuensi dari advokat sebagai institusi profesional, di mana kebebasan merupakan bagian yang in­herent dalam menjalankan tugasnya yang dicenninkan dengan tiadanya hierarkis dan dimilikinya hak tolak atau hak ingkar ; artinya adanya kewa-

621

jiban menyicnpan rahasia yang diper­cayakan padanya oleh pencari keadil­an. Sehingga dalam salah satu pasal KUHP yaitu Pasal 322 ayat 1 menen­tukan "Barang siapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disicn­pannya karena jabatan atau pencaha­riannya, baik yang sekarang, maupun yang dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling banyak enam ratus rupiah". Sebagaicnana diketahui Pasal 178 KUHAP menentukan "Mereka yang karena pekerjaan, harkat marta­bat at au jabatannya diwajibkan me­nyicnpan rahasia, dapat minta dibebas­kan dad kewajiban untuk memberi keterangan sebagai saksi, yaitu tentang hal yang dipercayakan kepada mere­ka".

Di samping itu dalam menjalankan tugasnya seorang advokat dilindungi oleh hukum pidana agar terhindar da­ri segala pengaruh dengan ancaman hukuman tertentu. Pasill 210 ayat 1 ke-2 menentukan "Barang siapa mem­beri atau menjanjikan sesuatu kepada seorang, yang menurut ketentuan Un­dang-undang ditentukan menjadi pe­nasihat atau advisieur untuk mengha­diri sidang suatu pengadilan, dengan maksud untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan berhubung dengan perkara yang dise­rahkan kepada pengadilan untuk di­ad iii" . Ancaman hukuman terhadap pelanggaran ketentuan ini pidana pen­jara paling lama 7 tahun.

. Peranan dalam Penegakan Hukum

Penegakan hukum adalah suatu pro­ses dinamik yang dijalankan oleh in­stitusi-institusi tertentU sesuai dengan prosedural yang sudah tertentu pula.

Desember 1987

Page 7: ADVOKA T DAN PENEGAKAN HUKUM DALAM ... - Universitas Indonesia

622

Proses di sini dapat juga disebut mata rantai peradilan yang bisa berarti law enforcement dan peace maintenan­ce (Soerjono Soekanto, 29 Oktober 1987). Jika proses peradilan itu ada­lah perkara pidana, maka proses itu dimulai dari adanya suatu laporan/ pengaduan, penyelidikan/penyidikan, prapenuntutan/penuntutan, pelaksana­an putusan hakim.

Setiap tahapan itu dilaksanakan oleh institusi-institusi tertentu sesuai dengan tugas dan kewenangan ma­sing-masing. Tugas dan kewenangan ini secara sosiologis dapat diartikan seba­gai peranan (raZe), yang dijalankan

Hukum dan Pembanllunan

atas telah menjelaskannya, namun ti­dak demikian halnya dengan advokat. Karena belum ada kejelasan ini, se­mentara yang dibela adalah orang 'yang diduga telah melakukan keja­hatan', maka sering ada tuduhan si­nikal terhadap advokat, misalnya advo­kat membela kesalahan pynjahat, mem­buat rum it perkara yang sederhana dan setetusnya.

Untuk sekedar menggambarkan ma­salah di atas khususnya dalam forum pengadilan berikut ini diketengahkan pendapat seorang ahli pidana P.M. Trapman yang dikutip oleh Prof. Van Bemmelen dalam bukunya strafvorde-

loleh kepolisian, kefaksaan, pel'gadilan ' ring mengatakan bahwa masing-masing 'dan advokat. Karena terdiri 4 institusi . pihak dalam satu persidangan yaitu: maka dalam praktek sering disebut jaksa, pembela dan hakim adalah mem-'catur wangsa', Apa saja dan bagaima- punyai fungsi yang sama, meskipun l1.a menjalankan peranan itu untuk se- masing-masing mempunyai posisi dan bahagian diatur . dalam perundang-un- pendirian yang berbeda, dangan. Misalnya peranan Kepolisian Fungsi yang sama karena masing-dalam . bidang peradilan diatur dalam masing pihak berusaha (1) mencari UU 13/1963 10. UU 8/1981; Kejaksa- kebenaran dengan menyeliCliki secara an diatur dalam UU 15/1965 Jo. UU jujur fakta-fakta perbuatan, maksud 8/1981, Pengadilan diatur dalam UU dan akibatnya; (2) menilai apakah 14/1970 Jo. UU 8/1981. fakta-fakta perbuatan itu memenuhi

Tetapi peranan advokat dalam pro- unsur pidana untuk dapat atau tidak-ses peradilan belum dituangkan dalam nya mempersalahkan; (3) menilai hu-suatu perundang-undangan tertentu, kuman apakah yang seadil-adilnya pa­tetapi secara terse bar dapat ditemukan tut dijatuhkan. dalam pasal-pasal UU 14/1970 dan UU Fungsi yang berbeda karena jaksa 8/1981. Dan untuk profesi advokat hal meskipun selaku pejabat umum (open­ini merupakan masalah dasar hingga baar ambtenaar) mempunyai posisi sekarang. yang objektif, namun sebagai akibat

Jika polisi, jaksa, hakim dan' advo- sifat akusator dari proses peradilan kat masing-masing mempunyai peran- pidana di mana jaksa dan terdakwa

an tertentu dalam proses peradilan" saling berhadapan dalam kedudukan pertanyaan awal dap.at diajukan di ma- yang sejajar, maka jaksa sebagai pe-nakah perbedaan fungsi dari peranan nuntut dengan sendirinya mempunyai itu? Barangkali antara polisi, jaksa dan pendirian yang subjektif. , .

hakirn tidak begitu stikar karena dalam , Sementara itu, advokat oleh karena perundang-undangan yang disebut di , bukan pejabat U.ll1um, maka dengan

Page 8: ADVOKA T DAN PENEGAKAN HUKUM DALAM ... - Universitas Indonesia

Advokat dan Pene6akan Hukum

sendirinya mempunyai posisi yang sub­jektif. Akan tetapi karena pada dasar­nya berfungsi mengemukakan pendiri­annya mengenai perbuatan-perbuatan terdakwa ditinjau dari sudut hukum­nya, formal maupun material, maka pend irian yang sedemikian itu dikata­kan pend irian yang objektif.

Akhirnya, hakirn sebagai pejabat umum dengan sendirinya mempunyai posisi yang objektif karena menjalan­kan fungsi mengadili terhadap masing­masing pendirian subjektif dari kedua belah pihak yang bertengkar di hadap­annya. OIeh karena itu dengan sendiri-

623

nya wajib atau setidak-tidaknya diha­rapkan memegang teg!.lh pendirian yang tidak memihak, dengan kata lain objektif.

Lebih lanjut bila kita in gin melihat peranan advokat ini, dengan meng­ingat juga posisinya sepihak dengan terdakwa, maka harapan-harapan yang melekat pada peranan itu untuk dija­lankan adalah bagairnana merealisasi­kan butir-butir hak (baik yang bersifat legal atau fundamental) yang eksplisit diakui dan dijamin hukum itu dalam proses peradilan yang sedang berjalan. Hak-hak yang dirnaksud ialah: .

KETENlUAN DALAM P ASAL-P ASAL

NO. HAK-HAK KUHAP UU 14/1970 HIR .

1. Pemeriksaan segera 50 - 76 & 83 D

2. Persiapan pembelaan 50,72 - 257,386

3. Memberi keterangan 52,53 - 284 (1) ,

secara bebas 177,178 - 285

4. Bantuan hukum 54,55 36 254 (2) 56,57

5. Menerima kunjungan 58,59 - -(dokter, keluarga 60,61 rohaniawan) dan 62,63 korespondensi •

6. Sidang terbuka untuk 64 17, 18 -umum

7. Tindak dibebani ke- 66 - -wajiban pembuktian

8. Upayahukum 67, 244 19 -263

9. Ganti rugi dan 68 9 -rehabilitas

• Desember 1987 . \ •

Page 9: ADVOKA T DAN PENEGAKAN HUKUM DALAM ... - Universitas Indonesia

624 HUkum dan Pembangunan

Daftar Pustaka •

Jeans, W. James, Trial Advocacy (St. Paul, Minn.: West Publishing Co., 1975). Lubis, T. Mulya, Bantuan Hukum dan Kemiskinan Struktural (Jakarta: LP3ES, 1986). Nasu tion, Adnan Buyung, Bantuan Hukum di Indonesia (Jakarta: LP3ES, 1981). Mohammad, Kartono, Erik dan Penegakan Keadilan, tidak diterbitkan, 1986. Soekanto, Soerjono, Masalah Penegakan Hukum di Indonesia Suatu Tinjauan Sosiologis,

tidak diterbitkan, 1986. Yap Thiam Hien, Masalah Pelanggaran Kode Erik Protesi dalam Penegakan Keadilan dan

Hukum, tidak diterbitkan, 1986.