ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM...

98
ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM (Studi Kasus Desa Bojong Menteng, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak Banten) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Disusun oleh: Muhamad Ihsan Daelami NIM.11140440000063 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1441 H/ 2019 M

Transcript of ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM...

Page 1: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM

(Studi Kasus Desa Bojong Menteng, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten

Lebak Banten)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Disusun oleh:

Muhamad Ihsan Daelami

NIM.11140440000063

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1441 H/ 2019 M

Page 2: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan
Page 3: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan
Page 4: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan
Page 5: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

ABSTRAK

Muhammad Ihsan Daelami. NIM 11140440000063. Administrasi

Perkawinan Masyarakat Baduy Muslim”(Studi Kasus Desa Bojong Menteng

Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Banten). Skripsi, Program Studi

Hukum Keluarga, Fakultas Syariah dan Hukum. Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta, 1441 H/ 2019 M. ( 60 halaman, dan 26 halaman

lampiran).

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui proses administrasi Perkawinan

pada masyarakat Suku Baduy Muslim di Desa Bojong Menteng serta untuk

mengetahui pandangan Hukum Islam dan Hukum Positif mengenai Perkawinan

pada Masyarakat Baduy Muslim di Desa Bojong Menteng.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian lapangan (field research),

dan merupakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian ini bersifat analitik

merupakan kelanjutan dari penelitian deskriptif yang bertujuan bukan hanya

sekedar memaparkan karakteristik tertentu. Tetapi juga menganalisa dan

menjelaskan mengapa atau bagaimana hal itu terjadi. Pendekatan yang digunakan

dalam penelitian ini menggunakan pendekatan normatif sosiologis. Kriteria data

yang digunakan adalah obvervasi, wawancara,studi pustaka, dan studi

dokumentasi

Masyarakat Baduy yang telah masuk Islam, mereka sudah tidak lagi

melaksanakan tradisi ataupun adat istiadat yang dilaksanakan oleh masyarakat

Baduy pada umumnya. Adapun administrasi perkawinan yang harus dipenuhi oleh

masyarakat Baduy Muslim Bojong Menteng adalah bukti identitas kedua calon,

kemudian meminta izin kepada Jaro (Pak RW). Kemudian Jaro tersebut

menuliskan di bukunya nama pasangan yang akan Nikah.

Masyarakat Baduy muslim dalam melangsungkan perkawinan terbagi

pada 2 cara, yaitu perkawinan yang dilangsungkam di depan Pegawai Pencatatan

Perkawinan dan dibawah tangan atau siri. Perkawinan yang dilangsungkan

masyarakat Baduy muslim di hadapan Pegawai Pencatatan Perkawinan atau KUA

sah menurut hukum positif dan hukum Islam. Kemudian perkawinan yang

dilangsungkan dibawah tangan atau siri tidak sah menurut hukum positif, karena

menurut hukum positif perkawinan sah apabila dilangsungkan di hadapan

Pegawai Pencatatan Perkawinan. Sedangkan menurut hukum Islam perkawinan

masyarakat Baduy muslim sah, karena telah memenuhi rukun dan syarat

perkawinan

Kata kunci : Adat Baduy, Baduy Muslim, Perkawinan Baduy

Muslim, Sunda Wiwitan

Pembimbing : Dr. Hj. Azizah MA

Daftar Pustaka : 1996-2019

Page 6: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

i

KATA PENGANTAR

بسم هللا الرمحن الرحيم

Segala puji bagi Allah Swt, tuhan semesta alam, yang telah memberikan

limpahan rahmat dan karunianya kepada umat manusia di muka bumi ini,

khususnya kepada penulis. Shalawat beriringan salam disampaikan kepada Nabi

Muhammad Saw, keluarga serta para sahabatnya yang merupakan suri tauladan

bagi seluruh umat manusia.

Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis menerima bantuan dari

berbagai pihak, sehingga dapat terselesainya atas izinya-Nya. Oleh karena itu,

dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih kepada semua

pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil, khususnya

kepada:

1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta beserta Wakil

Dekan I, II, dan III fakultas Syariah dan Hukum

2. Dr. Mesraini, M.Ag. Ketua Progam Studi Hukum Keluarga beserta Sekretaris

Prodi Hukum Keluarga, Ahmad Chairul Hadi, M.A yang senantiasa

memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis dalam mengerjakan

skripsi ini.

3. Dr. Hj. Azizah, MA., Dosen penasehat akademik penulis dan juga dosen

pembimbing skripsi penulis, yang telah sabar mendampingi hingga semester

akhir dan telah membantu penulis dalam merumuskan desain judul skripsi ini

dan seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah mendidik dan membimbing penulis selama masa

perkuliahan. yang tidak bisa penulis sebut semuanya tanpa mengurangi rasa

hormat penulis.

4. Dr. A. Juaini Syukri, Lc.,M.A dan Hotnidah Nasution M.A sebagai dosen

penguji I dan penguji II yang telah membantu agar selesainya skripsi ini.

Page 7: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

ii

5. Staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Staf

Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, Staf Perpustakaan Daerah

Sumenep yang telah memberikan pelayanan kepada penulis serta

memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan guna

menyelesaikan skripsi ini.

6. Para narasumber yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan

data-data terkait penelitian ini, bapak H. M. Abdul Muti, M.Pd., pak Jaro

Saija, A. Rahmat, ibu Jariyah, ibu Dewi, ibu Naspah, pak Juhedi, ibu

Kesih, pak Pasudin, pak H. Roni, ibu Sarminah dan pak Herman.

7. Teristimewa buat keluarga, abiku alm. Asep Saepuddin, S.Pd.I dan umiku

Khadijah, yang tak pernah berhenti untuk memberikan dukungan dan

mendoakan penulis dalam menempuh pendidikan. Adikku M. Zen Nafis

dan Isthofani Naifa Himmah yang tak pernah berhenti memberikan

support kepada penulis. Uwaku Drs. H. Uce Supriadi, M.H. yang telah

memberikan support langsung secara moril maupun materil.

8. Teman-teman seperjuangan penulis Fajri Ilhami, M. Ilham Ramadhan,

Riyad Ashomadi, Yasir Murodi, Indra Karisma, M. Qofal, Yunizar Fahmi,

Angga, Hilman Faisal, M. Dhiya Ulhaq, Sofyan Ariansyah, Aep

Fahrurrozi, Akhyaru Rizkilah, M. Diva Saputra Latifah Al Maulidiyah,

dan juga kepada teman teman hukum keluarga 2014 dan teman teman

Himpunan Mahasiswa Islam ciputat 2014 yang senantiasa meluangkan

waktu berdiskusi dengan penulis perihal skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya khususnya untuk

mahasiswa/i Fakultas Syariah dan Hukum.

Jakarta, 16 September 2019

Penulis

Page 8: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

iii

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ......................................................................................i

DAFTAR ISI .....................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................... 5

C. Batasan Masalah ..................................................................... 5

D. Rumusan Masalah...................................................................5

E. Tujuan dan Manfaat Penulisam .............................................. 6

F. Kajian Studi Terdahulu .......................................................... 6

G. Metode Penelitian ................................................................... 6

H. Sistematika Penulisan ............................................................. 10

BAB II Konsep Umum Tentang Administrasi Perkawinan

A. Pencacatan Perkawinan dalam UU No. 1 Tahun 1974 dan

Kompilasi Hukum Islam........................................................12

B. Sejarah Pencatatan Perkawinan di Indonesia....................... .. 16

C. Perkawinan Tidak Tercatat

1. Dampak Hukum Tidak Tercatatnya Perkawinan ............. 19

2. Sahnya Perkawinan .......................................................... 21

3. Tujuan Pencatatan Perkawinan ....................................... 22

4. Prosedur Pencatatan Perkawinan ........................................... 24

BAB III Pengenalan Terhadap Masyarakat Baduy Muslim

A. Profil Singkat Desa Bojong Menteng

1. letak Geografis ................................................................... 32

2. Keadaan Penduduk ............................................................. 32

3. Mata Pencaharian Masyarakat Desa Bojong Menteng ...... 33

B. Gambaran Umum Masyarakat Baduy Muslim

1. Demografis Masyarakat Baduy Muslim........................ ... 34

2. Tingkat Pendidikan Mayarakat Baduy Muslim ....... ........35

3. Mata Pencaharian Masyarakat Baduy Muslim..................36

Page 9: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

iv

4. Kondisi Agama dan Kepercayaan Masyarakat Suku

Baduy dan Baduy Muslim.................................................38

C. Pola Umum Masyarakat Baduy Muslim

1. Sejarah Suku Baduy ......................................................... 41

2. Sejarah Suku Baduy Muslim.............................................42

3. Adat dan Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Baduy

Muslim..............................................................................43

D. Proses Perkawinan Baduy Muslim di Desa Bojong

Menteng.......................................................................... ........... 45

BAB IV Administrasi Perkawinan Masyarakat Baduy Muslim di Desa

Bojong Menteng dalam Perspektif Hukum Positif dan Hukum

Islam

A. Administrasi Perkawinan Masyarakat Baduy Muslim

Menurut Hukum Positif..........................................................46

B. Administrasi Perkawinan Masyarakat Baduy Muslim

Menurut Hukum Islam...........................................................52

C. Analisis Penulis .....................................................................55

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................. 59

B. Saran-Saran ............................................................................ 59

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 10: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelaksanaan perkawinan dikalangan umat Islam, sejak awal kemerdekaan

pemerintah telah mengambil peran aktif dengan menetapkannya ketentuan tentang

perkawinan yaitu dalam Peraturan Perundang-undangan. Kebijakan ini diambil

sebagai upaya pemerintah untuk mengatur dan menertibkan pelaksanaan

perkawinan serta sebagai legalisasi dan kepastian hukum baik terghadap

kehidupan pribadi dan keluarga, termasuk juga akibat hukum yang ditimbulkan

dari sebuah perkawinan tersebut.1

Administrasi pencatatan Perkawinan adalah pendataan administrasi

perkawinan yang ditangani oleh petugas pencatat perkawinan (PPN) dengan

tujuan untuk menciptakan ketertiban hukum. Dalam kajian hukum Islam tidak

dikenal istilah pencatatan perkawinan. Undang- Undang yang berlaku di

Indonesia percatatan perkawinan telah diatur dalam UU No 22 tahun 1946, UU

No 1 tahun 1974, PP No 9 tahun 1975, kompilasi Hukum Islam dan RUU Hukum

Terapan Peradilan Agama bidang Perkawinan.

Masyarakat pada masa modern ini adalah mengenai pencatatan

perkawinan terutama mengenai di mana posisi pencatatan nikah dalam sebuah

akad perkawinan. Karena pada dasarnya syariat Islam tidak mewajibkan adanya

pencatatan terhadap setiap terjadinya akad Perkawinan, namun dilihat dari segi

manfaatnya pencatatan nikah amat sangat diperlukan.2

Perkawinan berkaitan erat dengan masalah-masalah kewarisan,

kekeluargaan sehingga perlu dicatat untuk menjaga agar adanya tertib hukum.

1 Yufi Wiyos Rini Masykuroh,S.Ag., M.S.i, Bp4 Kepenghuluan, (Bandar Lampung:

Fakultas Syari’ah IAIN Raden Intan Lampung, 2014), h. 1.

2 M. Ali Hasan, Pedoman Hidup Berumah Tangga dalam Islam, (Jakarta: Siraja,

2006), cet Ke-2, h. 123.

Page 11: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

2

Peran penghulu sejalan dengan penerapan dan syariat agama Islam dibidang

perkawinan bukan sekedar seremonial, akan tetapi tugas-tugas tersebut juga

menjadi sarana perwujudan ketaatan. Karena pencatatan nikah dapat dijadikan

alat bukti yang otentik agar seseorang mendapatkan kepastian hukum.

Pencatatan perkawinan diatur karena tanpa pencatatan suatu perkawinan

tidak mempunyai kekuatan hukum. Akibat yang timbul dari tidak dicatatkannya

suatu perkawinan adalah apabila salah satu pihak melalaikan kewajibannya maka

pihak lain tidak dapat melakukan upaya hukum, karena tidak memiliki bukti-bukti

yang sah dan otentik dari perkawinan yang dilangsungkannya. Tentu saja,

keadaan demikian bertentangan dengan misi dan tujuan perkawinan itu sendiri.10

Sebagaimana Undang-undang No. 22 Tahun 1946 Jo. UU No. 32 Tahun

1954 tentang Pencatatan Nikah, Talak, Rujuk, bahwa pelaksanaan Perkawinan

diawasi oleh Pegawai Pencatat Nikah (penghulu). Kemudian berdasarkan

peraturan MENPAN No. PER/62/M.PAN/6/2005 telah ditetapkan bahwa

penghulu sebagai pejabat fungsional sesuai dengan ketentuan Peraturan

Pemerintah No. 16 Tahun 1994, maka penghulu tersebut bertugas melakukan

pendaftaran, pencatatan, dan pengawasan pelaksanaan Perkawinan.3

Tahapan atau tatacara pelaksanaan perkawinan yang harus dilalui secara

hirarki, hal tersebut tertera pada Pasal 3 s/d pasal 13 Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang

Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, demikian juga serupa dengan Pasal 3

sampai dengan Pasal 18 Peraturan Mentri Agama Nomor 19 Tahun 2018

tentang Pencatatan Perkawinan, antara lain melakukan: Pendaftaran Kehendak

Perkawinan, Pengumuman Kehendak Perkawinan, Pelaksanaan Pencatatan

Perkawinan dan terakhir Penyerahan Buku Pencatatan Perkawinan.4

3 Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada, 2013), h. 11.

4 Pasal 2-11 Peraturan Pemerintah Repuplik Indones ia Nomor 9 Tahun 1975 Tentang

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan jo. Pasal 3 - Pasal

18 Peraturan Menteri Agama Nomor 19 Tahun 2018 tentang Pencatatan Perkawinan.

Page 12: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

3

Suku Baduy merupakan sebuah suku yang berada di Desa Kenakes

Kecamatan Leuwidamar Provinsi Banten. Masyarakat Suku Baduy merupakan

salah satu masyarakat yang unik, baik dari segi kehidupan mereka yang mana

penuh dari kesederhanaan dan juga dilihat dari tempat tinggalnya yang

semuanya hampir sama. Kesederhanaan mereka dapat dilihat dari penampilan

mereka tidak pernah meninggalkan ciri khasnya, dimanapun berhadapan dengan

siapa saja, tidak kenal fantasi dan variasi.5

Sebagaimana yang kita ketahui bahwasannya Suku Baduy itu terdiri dari

dua, yaitu Baduy Luar dan Baduy Dalam. Dari segi pola hidup antara Baduy

Dalam dengan Baduy Luar secara umum hampir sama, akan tetapi ada dalam

hal-hal tertentu memiliki perbedaan yang menonjol. Pada masyarakat Baduy

Dalam, mereka tidak boleh menggunakan alat elektronik, dan pembangunan

rumahpun tidak diperbolehkan menggunakan paku, akan tetapi hanya

menggunakan pasak dan tali dari rotan dan hanya satu pintu. Mereka juga

dilarang untuk menggunakan sendal, sepatu bahkan untuk bepergianpun tidak

diperbolehkan menggunakan kendaraan jenis apapun. Bahkan mereka juga

tidak memperbolehkan menyerupai pakaian orang Baduy Luar. Apabila

melanggar semua itu, mereka akan mendapatkan sanksi hukum sesuai dengan

hukum adat yang berlaku.6

Berbeda dengan masyarakat Suku Baduy Dalam, Baduy Luar sudah

mulai maju dibanding Baduy Dalam. Mereka sudah banyak mengadopsi pola

hidup masyarakat non Baduy kedalam pola kehidupan mereka sehari-hari. Akan

tetapi mereka tidak menghilangkan ciri khas mereka.7

Mengenai masalah perkawinan masyarakat Suku Baduy memegang

prinsip perkawinan monogami, seorang laki-laki Baduy tidak boleh beristri

5 Djoewisno, “Potret Kehidupan Masyarakat Baduy”, Orang-orang Baduy Bukan Suku

Terasing Mereka yang Mengasingkan Diri, (PT Cipta Pratama ADV), cet-Pertama, h.134. 6 Aan Hasanah, Jurnal Wacana, Pengembangan Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan

Lokal Pada Masyarakat Minoritas (Studi Atas Kearifan Lokal Masyarakat Adat Suku Baduy

Banten), (Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, Volume XXI, Nomor 1 Tahun

2012), h. 215-216. 7 Ayi Rukmana, Tradisi perkawinan baduy dalam dengan baduy luar, (studi kasus desa

kanekes kecamatan leuwidamar kabupaten lebak), (Jakarta: Uin Syarif Hidayatullah Jakarta,2016),

h.14.

Page 13: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

4

lebih dari seorang. Dalam kebiasaan masyarakat Baduy, anak laki-laki boleh

kawin apabila sudah berumur sekitar 23 tahun dan anak perempuan pada usia

18 tahun. Semua sistem yang berada di Suku Baduy berdasarkan Pikukuh

sebuah aturan yang sudah digariskan oleh leluhur Masyarakat Baduy. Pikukuh

merupakan prinsip masyarakat Baduy dalam menjalankan segala segi

kehidupan. Dalam aturan tersebut mengatur boleh atau tidaknya suatu aturan.

Peraturan Baduy Luar tidak semengikat Peraturan yang ada pada Baduy

Dalam. Bahkan dalam hal Perkawinan, Baduy Luar masih mengizinkan

masyarakatnya menikah dengan orang luar Baduy.

Dari segi agama, tentu masyarakat Baduy bukan bagian dari agama

Islam walaupun ada sebagaian syariat agama Islam yang ditunaikan oleh

masyarakat Baduy. Kepercayaan masyarakat Baduy adalah sunda wiwitan, yang

mana mempercayai roh nenek moyang.

Masyarakat asli Baduy yang merupakan penduduk asli Desa Kenakes

dewasa ini telah banyak yang pindah ke agama Islam. Adapun faktor yang

mempengaruhi banyaknya masyarakat Baduy masuk Islam adalah karena

seringnya masyarakat asli Kenakes berinteraksi dengan masyarakat luar

Kenakes.

Masyarakat yang telah pindah agama dari Sunda Wiwitan ke Islam,

secara tidak langsung mereka telah menyatakan siap untuk pergi dari kampung

asal atau Desa Kenakes. Karena barang siapa yang pindah keyakinan disuruh

pergi dari Desa Kenakes. Masyarakat Baduy yang telah pindah agama, mereka

pindah ke Desa Bojong Menteng. Mereka yang Muallaf tersebar di kampung

Lendeuih

Mengenai masalah administrasi pencatatan perkawinan di KUA, Desa

Kanekes bila di bandingkan dengan desa-desa yang lainnya tergolong desa yang

minim adminisrasi pencatatan perkawinan di KUA. Pada tahun 2018 di Desa

Kanekes terjadi 42 peristiwa perkawinan yang tercatat di desa tetapi tidak ada

satu pun peristiwa perkawinan yang tercatat di KUA.8 Tidak heran karena

8 Badan Pusat Statistik, Kecamatan Leuwidamar dalam Angka 2018, ( Lebak : Badan

Pusat Statistik, 2018) , h. 59.

Page 14: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

5

masyarakat yang ada di Kenakes memang bukan orang Islam.

Namun pada penelitian ini, penulis fokus kepada penelitian yang di

khusukan untuk masyarakat Baduy yang telah masuk Islam (Muallaf). Adapun

yang ingin penulis teliti disini adalah mengenai pencatatan perkawinan

masyarakat baduy muslim dengan judul “ADMINISTRASI PERKAWINAN

MASYARAKAT BADUY MUSLIM” (Studi Kasus Desa Bojong Menteng

Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Banten)

B. Identifikasi Masalah

1. Bagaimana proses administrasi perkawinan pada masyarakat suku Baduy

Dalam dan Baduy Luar?

2. Bagaimana administrasi perkawinan masyarakat Baduy Muslim?

3. Bagaimana pandangan Hukum Islam dan Hukum Positif mengenai

Perkawinan pada Masyarakat Baduy Muslim?

C. Batasan Masalah

Untuk mempermudah pembahasan dalam skripsi ini, penulis membatasi

masalah yang akan dibahas untuk menghindari kemungkinan tumpang-tindih

dengan permasalahan di luar tema penelitian. Di sini penulis hanya akan

membahas mengenai proses administrasi perkawinan pada masyarakat Baduy

Muslim yang berada di Desa Bojong Menteng Kecamatan Leuwidamar

Kabupaten Lebak.

D. Rumusan Masalah

Masalah pokok dari judul adalah bagaimana sistem administrasi

perkawinan dalam masyarakat Baduy di Desa Kanekes. Untuk menjawab masalah

pokok di atas penulis menguraikan dalam rumusan sebagai berikut:

1. Bagaimana proses administrasi Perkawinan pada masyarakat suku Baduy

Muslim di Desa Bojong Menteng?

2. Bagaimana pandangan Hukum Positif dan Hukum Islam mengenai

Perkawinan pada Masyarakat Baduy Muslim di Desa Bojong Menteng?

Page 15: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

6

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan permasalahan di atas, maka tujuan yang

hendak dicapai dalam penulisan ini adalah :

a. Untuk mengetahui proses administrasi Perkawinan pada masyarakat

Suku Baduy Muslim di Desa Bojong Menteng.

b. Untuk mengetahui pandangan Hukum Islam dan Hukum Positif

mengenai Perkawinan pada Masyarakat Baduy Muslim di Desa Bojong

Menteng.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

teoritis maupun praktis

a. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam

bentuk sumbang pemikiran untuk penelitian lanjutan, baik sebagai

bahan awal maupun sebagai bahan perbandingan untuk penelitian

yang lebih luas dan berhubungan dengan peranan dan proses

administrasi pencatatan perkawinan di Desa Bojong Menteng

Kecamatan Leuwidamar.

b. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

khazanah pengetahuan dibidang hukum terkait persoalan Peranan

dan Proses administrasi pencatatan perkawinan di Desa Bojong

Menteng Kecamatan Leuwidamar.

F. Kajian Studi Terdahulu

Studi yang berkaitan terhadap Administrasi Perkawinan pada

masyarakat Baduy telah dilakukan oleh peneliti terdahulu antara lain:

1. Karya Ayi Rukmana, S.Sy. dengan judul “Tradisi Perkawinan Baduy

Luar dengan Baduy Dalam” (Studi Kasus Desa Kenakes Kecamatan

Page 16: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

7

Leuwidamar Kabupaten Lebak Banten)

2. Karya Isti Astuti Safitri,S.Sy dengan judul “Efektifitas pencatatan

perkawinan pada KUA Kecamatan Bekasi Utara”

3. Karya Anisaul Fauziyah, S.H. dengan judul “Peran penghulu terhadap

pencatatan perkawinan”

4. Karya Otom Mustomi, dengan judul “Perubahan Tatanan Budaya Hukum

Pada Masyarakat Adat Suku Baduy Provinsi Banten”

Perbedaanya dengan penelitian penulis adalah penelitian ini lebih

difokuskan kepada proses administrasi perkawinan masyarakat Baduy Dalam

dan Baduy Luar, dan juga proses Administrasi Perkawinan antara Suku Baduy

dengan masyarakat luar Baduy.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian berarti cara yang dipakai untuk mencari, mencatat,

menemukan dan menganalisis sampai menyusun laporan guna mencapai

tujuan, Adapun metode penelitian yang digunakan dalam melakukan

penelitian ini diuraikan sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk pada jenis penelitian kualitatif, penelitian

kualitatif merupakan salah satu cara dalam penelitian yang bertujuan

untuk memahami masyarakat, masalah atau gejala dalam masyarakat

dengan mengumpulkan sebanyak mungkin fakta secara mendalam. Dan

data disajikan dalam bentuk verbal bukan dalam bentuk angka. Penelitian

yang dilakukan dalam kehidupan yang sebenarnya.9 Dalam penelitian

kualitatif sejak awal ingin mengungkapkan data secara kualitatif dan

disajikan secara naratif.10

9 Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosisal, (Bandung: Cv Mandar Maju,

1996), h. 32. 10 A Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan,

(Jakarta: Kencana, 2014), h. 331.

Page 17: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

8

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui

pendekatan normatif soisologis, yaitu menggunakan data sekunder yakni

data premier yang sudah jadi atau sudah tersaji dalam bentuk sistem

hukum, norma, atau kaidah dari peraturan perundang-undangan, serta

penelitian yang berupa studi-studi empiris untuk menemukan teori-teori

mengenai proses bekerjanya hukum di dalam masyarakat.

3. Sumber Data

a. Sumber Primer

Data Primer merupakan teknik pengumpulan data dengan

menggunakan cara wawancara kepada objek penelitian guna

mendapatkan hasil data yang mendalam dari informan yang

mengalamai langsung persoalan tersebut atau yang paling tahu

tentang dirinya, masyarakat maupun lemabaga sosial lainnya dan

membenarkan bahwa benar apa adanya pertanyaan pertanyaan yang

diajukan oleh peneliti kepada objek penelitian. Pokok –pokok

penelitian digunakan untuk menghindari penyimpangan pembahasan

pada penelitian.11

b. Data Sekunder

Data sekunder, diperoleh melalui dokumen-dokumen resmi,

buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan, buku harian

dan seterusnya yang berkaitan dengan topik penelitian ini.12

4. Pengumpulan Data

Adapun pengumpulan data penelitian ini penulis mengunakan

dengan metode :

11 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung; Alfabeta,

2015), h.56. 12 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-Press, 2015), cet.3, h.

12.

Page 18: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

9

a. Teknik Wawancara

Teknik wawancara atau interview yaitu suatu metode

pengumpulan data yang sering digunakan dalam metode penelitian.

Bagian dari survey adalah teknik wawancara dengan mencari

informasi dari informan terhadap persoalan yang terjadi di

masyarakat.13

Teknik sampling yang digunakan untuk menentukan

narasumber yang diwawancarai dengan teknik probability sampling

dan berfokus pada teknik simple random sampling. Probability

sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan

peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih

menjadi anggota sampel, sedangkan simple random sampling

dikatakan simpel (sederhana) karena pengambilan anggota sampel

dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang

ada di dalam populasi itu.14

Wawancara dengan tokoh adat, masyarakat dan KUA

beberapa masyarakat yang pernah melaksanakan Perkawinan di

Baduy.

b. Penelitian Perpustakaan

Sumber data utama kajian ini adalah menelaah buku-buku yang

berkaitan dengan penelitian ini baik bentuk skripsi, thesis, jurnal, dan

literatur lain yang terkait dengan penelitian ini.

5. Teknik Penulisan

Teknik penulisan ini merujuk pada pedoman penulisan skripsi

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

diterbitkan oleh Pusat Peningkatan dan Jaminan Mutu (PPJM) Fakultas

Syariah dan Hukum Tahun 2017.

13 Silalahi Ulber, Metode Penelitian Sosial, (Bandung; Refika Aditama, 2009), h.35. 14 Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen, (Bandung: Alfabeta, 2015), cet.4, h. 151-

152.

Page 19: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

10

H. Sistematika Penulisan

Agar penelitian ini lebih terarah penulis enjadikan sistematika

penulisan dalam lima bab, yang mana dalam kelima bab tersebut dari sub-sub

bab yang terkait. Sistematika penulisan sebagai berikut :

Bab I berisi tentang pendahuluan yang berhubungan erat dengan

permasalahan yang akan dibahas. Identifikasi masalah, mendata dan

mengidentifikasi permsalahan yang berhubungan dengan tema penelitian.

Pembatasan dan perumusan masalah, yang dimaksudkan agar lebih terfokuskan

dalam permasalahan, supaya tidak ada tumpang tindih dengan masalah lain yang

tidak ada kaitannya dengan penelitian. Rumusan masalah, berisikan tentang uraian

masalah yang akan diteliti, yaitu pernyataan tegas mengenai apa yang akan jadi

tema penelitian. Tujuan penelitian, yaitu rumusan mengenai apa sebenarnya yang

ingin diketahui oleh peneliti sehingga menjawab seluruh pertanyaan penelitian.

Manfaat penelitian, diharapkan dari hasil penelitia yang dilakukan menghasilkan

nilaiguna penelitian. Metode penelitian,menguraian bagaimana cara kerja dan

prosedur pelaksanaan penelitian, dalam arti kata metode apa yang akan digunakan

dalam menjalanan penelitian ini. Review studi terdahulu, menjelaskan mengenai

kajian-kajian terdahulu yang berkaitan dengan tema penelitian. Sistematika

penulisan, menjelaskan sistematika penuliasn yang berisikan deskripsi karya

tulisan perbab, uraian tersebut menggambarkan alur daari bahan skripsi yang akan

dijelaskan.

Bab II adalah administrasi Perkawinan di Indonesia dalam bab ini

penulis akan membahas secara umum tentang pengertian Administrasi, dasar

hukum, pengertian Administrasi Perkawinan menurut Hukum Islam dan

Hukum Positif.

Bab III akan menguraikan tentang profil masyarakat Baduy.

Gambaran umum tentang masyarakat yang meliputi letak geografis , sistem

kemasyarakatan, adat istiadat dan kebudayaan,

Bab IV membahas tentang administrasi perkawinan masyarakat Baduy

muslim di Bojong Menteng dalam hukum positif dan hukum Islam. Di

Page 20: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

11

dalamnya berupa hasil dari penelitian dan analisis mengenai administrasi

perkawinan masyarakat Baduy dalam perkawinan di Desa Kenakes dan

Masyarakat Baduy muslim di Desa Bojong Menteng, dan bagaimana

penerapan hukum positif pada masyarakat Baduy muslim Desa Bojong

menteng Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak.

Bab V akan dipaparkan bahasan penutup, dalam bab ini merupakan

penutup kajian ini, dalam bab ini penulis akan menyimpulkan berkaitan

dengan pembahasan yang penulis lakukan sekaligus menjawab rumusan

masalah yang ada. Uraian terakhir adalah saran yang dapat dilakukan untuk

kegiatan lebih lanjut berkaitan dengan apa yang telah penulis kaji.

Page 21: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

11

BAB II

KONSEP UMUM TENTANG ADMINISTRASI PERKAWINAN

A. Pencacatan Perkawinan dalam UU No.1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum

Islam

Pencatatan perkawinan telah digulirkan sebagai masalah sejak awal

dibentuknya Rancangan Undang-undang Perkawinan (RUUP) tahun 1971 yang

menjadi Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3019; untuk selanjutnya disebut UU 1/1974) hingga

dewasa ini. Hal ini terkait dengan pemaknaan hukum (legal meaning) pencatatan

perkawinan dalam peraturan perundang-undangan perkawinan1

Mengenai Ketentuan pencatatan perkawinan telah diatur dalam Pasal 2

UU 1/1974 yang menyatakan:

1. Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing

agamanya dan kepercayaannya itu.

2. Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Pencatatan perkawinan merupakan suatu kegiatan pengadministrasian dari

terjadinya perkawinan yang dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah (PPN) yang

berkedudukan di Kantor Urusan Agama (KUA) di dalam ruang lingkup wilayah

kedua calon mempelai melangsungkan perkawinan yang beragama Islam, dan di

Kantor Catatan Sipil (KCS) bagi non Islam.2

Dalam syariat Islam baik al-Qur’an maupun Hadis tidak mengatur secara

jelas tentang pencatatan perkawinan dan akta nikah sebagai alat bukti. Ini berbeda

1 Hartono Mardjono, 1997, Menegakkan Syari’at Islam dalam Konteks Keindonesiaan: Proses

Penerapan Nilai-nilai Islam dalam Aspek Hukum, Politik, dan Lembaga Negara, Mizan,

Bandung, h. 91-96. 2 Mardani, Hukum Keluarga Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2016), h. 53.

Page 22: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

12

dengan ayat muamalah (mudayyanah) yang dalam situasi tertentu diperintahkan

untuk mencatatkannya.3

Dalam Hukum Islam, mencatatkan perkawinan merupakan hal yang wajib,

sebagaimana yang dijelaskan dalam Firman Allah surat Al- Baqarah ayat 282.

) 282البقرة(

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah

tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu

menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu

menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan

menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia

menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa

yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya,

dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. jika yang

berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau

Dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah walinya

mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan dua orang saksi

dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua oang lelaki, Maka

3 Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), Cet, Ke-6,

h. 107

Page 23: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

13

(boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang

kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang seorang

mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan)

apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu,

baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang

demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan

lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah

mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang

kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika)

kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli;

dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu

lakukan (yang demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu

kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah; Allah

mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu” ) Al Baqarah

282)

Mengenai ayat ini, ulama berbeda pendapat tentang hukum pencatatan

tersebut. Sebagian ulama mengatakan bahwa pencatatan tersebut hukumnya tidak

wajib karena hanya bersifat anjuran. Hal ini menurut Quraish Shihab berdasarkan

praktik para sahabat Nabi ketika itu, keadaan kaum muslimin ketika turunnya ayat

ini belum banyak yang memilki kepandaian tulis menulis, maka jika perintah

tersebut bersifat wajib tentunya akan sangat memberatkan masyarakat muslim

pada saat itu. Namun demikian ayat ini mengisyaratkan pentingnya belajar tulis

menulis, karena dalam hidup seseorang bisa saja mengalami kebutuhan pinjam

dan meminjamkan. Hal ini diisyaratkan dengan penggunaan kata اذا (apabila) yang

terdapat pada awal penggalan ayat ini, yang lazim digunakan untuk kepastian

akan terjadinya sesuatu.4

Berdasarkan pendapat Quraish Shihab tersebut, dapat disimpulkan bahwa

pada kondisi sekarang, di mana keahlian tulis menulis sudah dikuasai oleh

sebagian besar masyarakat, serta penggunaan pencatatan sebagai salah satu bukti

yang diterima di mata hukum, maka pencatatan tersebut hukumnya menjadi wajib.

4 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta:

Lentera Hati, 2002), Cet. Ke-1, h. 564-565.

Page 24: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

14

Menurut Imam asy-Syafi’i sahnya perkawinan apabila telah memnuhi

Rukun Nikah. Adapun Rukun Nikah menurut imam asy-Syafi’i adalah calon

suami, calon isteri, wali, dua orang saksi dan sigat5

Perintah pencatatan perkawinan bagi umat Islam, termasuk pencatatan

talak dan rujuk

sebelumnya diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1946 tentang

Pencatatan Nikah, Talak, dan Rujuk, yang kemudian berlaku di seluruh daerah

luar Jawa dan Madur berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1954 tentang

Penetapan Berlakunya Undang-Undang Republik Indonesia Tanggal 21

Nopember 946 No. 22 Tahun 1946 tentang Pencatatan Nikah, Talak, dan Rujuk di

Seluruh Daerah Luar Jawa dan Madura (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1954 Nomor 98, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

694; untuk selanjutnya disebut UU 22/1946). Kemudian keberlakuan UU 22/1946

ini diperkuat oleh Pasal 12 UU 1/1974, yang penjelasannya menyatakan, bahwa

"ketentuan Pasal 12 ini tidak mengurangi ketentuan yang diatur dalam Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 1946 jo. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1954".

Ketentuan pencatatan perkawinan bagi mereka beragama Islam, diatur

dalam ketentuan Pasal 5 dan Pasal 6 KHI. Pasal 5 ayat (1) Agar terjamin

ketertiban perkawinan bagi masyarakat Islam setiap perkawinan harus dicatat.

Ayat (2) Pencatatan perkawinan tersebut pada ayat 1 dilakukan oleh Pegawai

Pencatat Nikah sebagaimana yang diatur dalam Undang-undang No.22 Tahun

1946 jo Undang-undang No. 32 Tahun 1954. Pasal 6 Untuk memenuhi ketentuan

dalam pasal 5, setiap perkawinan harus dilangsungkan

Demikianlah pentingnya pencatatan perkawinan menjadi hal yang sangat

berpengaruh bagi kehidupan berumah tangga, kehidupan bermasyarakat maupun

kehidupan bernegara. Sehingga perkawinan yang tidak dicatatkan dapat

menimbulkan dampak negatif, yaitu: 6

5 Ahmad Atabik dan Khoridatul Madhiiah, Pernikahan dan Hikmahnya Perspektif Hukum

Islam, Yudisia,Vol.5 No. 2 Desember 2014. 6 Mardani, Hukum Keluarga di Indonesia, (Jakarta: Prenamedia Group, 2016), h. 58

Page 25: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

15

a. Perkawinan tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum apa pun dalam

melindungi hak dan pemenuhan kewajiban masing-masing pihak, baik suami

maupun isteri

b. Jika dikemudian hari terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh salah satu

pihak, maka pihak yang dirugikan tidak dapat menuntut hak apapun secara

hukum. Pelaku yang mangkir dari kewajibannya, secara hukum tidak

berkewajiban mempertanggungjawabkan apa yang telah dilakukan terhadap

pasangannya. Sebab ikatan yang dibangun dalam perkawinan tersebut tidak

sesuai dengan ketentuan hukum perkawinan yang berlaku di Indonesia dan

perkawinan tersebut dianggap illegal di mata hukum. Dengan demikian,

perkawinan yang dilangsungkan tanpa didaftarkan dan dicatatkan oleh

Pejabat Pencatat Nikah, maka perkawinan tersebut berpotensi menimbulkan

kemudaratan dan pengingkaran kewajiban dalam ikatan perkawinan.

B. Sejarah Pencatatan Pernikahan di Indonesia

Pencatatan perkawinan merupakan salah satu bentuk intervensi pemerintah

atau negara untuk melindungi dan menjamin terpenuhinya hak-hak sosial setiap

warga negara, khususnya pasangan suami isteri, serta anak-anak yang lahir dari

perkawinan itu. Terpenuhinya hak-hak sosial itu, akan melahirkan tertib sosial

sehingga akan tercipta keserasian dan keselarasan hidup bermasyarakat.7

Upaya yang dilakukan Pemerintah dalam rangka penertiban kebijaksanaan

administratif perkawinan sudah lama dilakukan. Hal ini dilakukan karena

perkawinan selain merupakan akad yang suci, ia juga mengandung hubungan

keperdataan yang mengatur perikatan antara suami isteri dalam ikatan

perkawinan, juga konsekuensi-konsekuensi lain seperti anak dan tanggung jawab

lainnya. Dimulai dengan dikeluarkannya UU No 22/1946 tentang Pencatatan

7 Ahmad Sanusi, “Pelaksanaan Isbat Nikah di Pengadilan Agama Pandeglang”, Ahkam: Jurnal

Ilmu Syariah, XVI, 01, (Januari, 2016), h. 120.

Page 26: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

16

Nikah, Talak dan Rujuk yang disusul dengan UU No 32/1954 tentang penerapan

berlakunya UU No 22/1946.8

Pencatatan perkawinan pada zaman Belanda diatur dalam

Huwelijksordonantie Staatblad 1926 Nomor 348. Verstenlandsche

Huwelijksordonantie Staatblad 1933 Nomor 48 dan Huwelijksordonantie

Buitengewesten Staatblad 1932 Nomor 482. 9 Undang-undang pertama pencatatan

perkawinan yang sekaligus dikelompokan sebagai usaha pembaharuan pertama

adalah dengan keluarnya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1946 tentang

Pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk. Awalnya undang-undang tersebut berlaku

untuk daerah Jawa dan Madura. Kemudian untuk daerah Sumatera oleh

pemerintah darurat RI diberlakukan Ketetapan Nomor 01/PDRI/KA pada tanggal

16 Juni 1949. Setelah terbentuknya NKRI, terhitung sejak tanggal 26 Oktober

1954 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1946 mulai diberlakukan untuk seluruh

wilayah Nusantara. Kemudian untuk pengganti Huwelijksordonantie

Buitengewesten Staatblad 1932 Nomor 482 di keluarkan Undang-Undang Nomor

32 Tahun 1954.10

Kedua peraturan perundang-undangan di atas diberlakukan bagi

masyarakat Indenesia yang beragam Islam, sedangkan selain yang beragama

Islam dilakukan oleh Kantor Catatan Sipil. Dalam Undang-Undang Nomor 22

Tahun 1946 dikenal istilah Pegawai Pencatat Nikah, Talak dan Rujuk (P2NTT).

Sehubungan dengan luasnya daerah tugas di luar daerah Jawa dan Madura

bagi Pegawai Pencatat Nikah, Talak dan Rujuk ini, Menteri Agama dengan

Penetapan Nomor 14 Tahun 1955 membentuk lembaga Pembantu Pegawai

Pencatat Nikah, Talak dan Rujuk ini bukan pegawai negeri, para pembantu itu

ditunjuk oleh tokoh masyarakat sekitar. Kewajiban Pegawai Pencatat Nikah,

Talak dan Rujuk ini sejalan dengan kewajiban Pegawai Pencatatan Nikah Talak

8Yayan Sopyan, Islam-Negara: Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam Hukum

Nasional, h. 132. 9 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia,(Jakarta: Kencana, 2008),

h. 53. 10 Abdul Manan, Aneka Maslah Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 54

Page 27: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

17

dan Rujuk sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 1

Tahun 1955 dan Nomor 2 Tahun 1954.11

Undang-undang Nomor 22 tahun 1946 ini kemudian diikuti dengan

lahirnya Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan yang diterima

dengan suara bulat pada tanggal 22 Desember 1973 setelah melewati proses yang

cukup panjang. Diundangkan pada tanggal 2 Januari 1974 sebagai Undang-

undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang berlaku secara efektif

sejak tanggal 1 Oktober 1975. Undang-undang ini merupakan undang-undang

pertama yang mencakup seluruh unsur-unsur dalam Perkawinan dan Perceraian

yang berlaku untuk seluruh masyarakat Indonesia.

Pada tanggal 1 April 1975 diundangkan Peraturan Pemerintah Nomor 9

Tahun 1975 tentang Perkawinan. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 ini

terdiri dari 49 pasal dan 10 bab. Pelaksanaan yang diatur dalam peraturan ini

terdapat dua bagian yaitu:

1. Pelaksanaan yang berhubungan dengan pelaksanaan nikah yang menjadi

tugas Pegawai Pencatat Nikah (PPN)

2. Pelaksanaan yang dilaksanakan oleh pengadilan, yang dalam hal ini

dilaksanakan oleh Peradilan Umum bagi warga negara yang non-muslim dan

Peradilan Agama yang muslim. Pelaksanaan terhadap hal terakhir ini

dilaksanakan terhadap beberapa persoalan hukum yang berkenaan dengan

pelaksanaan perkawianan dan perceraian.12

Setelah lahirnya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan dan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan maka masalah

pencatatan tidak lagi menjadi tugas pemerintah, melainkan beralih menjadi tugas

Direktorat Agama Islam Departemen Agama RI bagi yang beragama Islam, dan

bagi yang selain beragama Islam tetap di Kantor Catatan Sipil. Pedoman

11 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 54. 12 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 13.

Page 28: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

18

pencatatannya sendiri masih merujuk kepada Undang-Undang Nomor 22 Tahun

1946 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1954. Sedangkan Agama RI Nomor

1 Tahun 1955 dan Nomor 2 Tahun 1954. Seiring dengan adanya perubahan dan

berkembangnya organisasi Departemen Agama RI, kedua Peraturan Menteri

Agama RI terakhir ini dicabut dan diganti dengan PP No. 3 Tahun 1975.

Terakhir sehubungan dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 7 Tahun

1989 tentang Peradilan Agama, Menteri Agama RI dengan Peraturan Menteri

Agama RI Nomor 22 Tahun 1991 menetapkan tentang kewajiban-kewajiban yang

harus dilaksanakan oleh Kantor Urusan Agama selaku Pegawai Pencatat Nikah.13

Demikian sejarah pencatatan perkawinan yang tidak bisa dilepaskan dari

sejarah pembentukan Undang-undang Perkawinan itu sendiri dengan

perjalanannya yang cukup panjang. Karena pencatatan perkawianan itu sendiri

tercakakup dalam Undang-undang Perkawinan.

C. Dampak Hukum dengan Tidak Tercatatnya Perkawinan

1. Dampak Hukum Pencatatan Perkawinan

Perkawinan pada dasarnya adalah sah ketika telah memenuhi syarat

dan rukunnya, yaitu ketika adanya mempelai laki-laki dan perempuan, adanya

wali bagi mempelai perempuan, adanya dua orang saksi, dan ijab qabul (akad

nikah). Namun sebagai negara hukum tidak cukup dengan syarat-syarat

tersebut, di Indonesia, perkawinan itu sah apabila telah dicatatkan.14

Pencatatan perkawinan menjadi perdebatan di kalangan masyarakat,

karena dalam Islam sendiri tidak ada mewajibkan untuk melakukan

pencatatan perkawinan. Adapun alasan dari masyarakat yang menerima

pencatatan perkawinan adalah karena mereka berasalan ini merupakan hal

yang positif dan mengandung kemaslahatan bagi pasangan suami isteri.

13 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 55.

14 Muhammad Fu’ad Syakit, PerkawinanTerlarang, Jakarta: CV. Cendekia Sentra Muslim

(anggota IKAPI), 2002, h.58-59

Page 29: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

19

Pencatatan perkawinan menjadi unsur yang sangat penting bagi

keabsahan perkawinan. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi warga negara

dalam membina keluarga, selain itu perkawinan yamg dicatatkan akan

memberikan kepastian dan perlindungan serta kekuatan hukum bagi suami ,

isteri dan anak-anak, juga memberikan jaminan dan perlindungan terhadap

hak-hak tertentu yang timbul karena perkawinan antara lain hak untuk

mewaris dan sebagainya15

a. Ketentuan Hukum

Para ulama sepakat bahwa pernikahan harus dicatatkan secara

resmi pada lembaga yang berwenang, sebagai langkah preventif untuk

menolak dampak negatif /saddan lidz-dzari ‘ah. Pernikahan Dibawah

Tangan hukumnya sah karena telah terpenuhinya syarat dan rukun nikah,

tetapi haram jika terdapat mudharat.11

Perkawinan semacam ini termasuk dalam kategori zina,

berdasarkan hal-hal sebagai berikut:

1) Perkawinan ini dilakukan tanpa sepengetahuan wali perempuan, setiap

perkawinan yang dilaksanakan tanpa adanya wali maka perkawinan

itu tidak sah. Hal ini sangat bertentangan dengan maksud-maksud

syari’ah.

2) Karena tidak adanya pemberitahuan dan walimah maka perkawinan

ini tidak ubahnya dengan zina tersembunyi.

3) Tanpa ada ketentuan untuk menyediakan tempat dan mahar.

b. Pentingnya Pencatatan Perkawinan

Dasar hukum pencatatan perkawinan tiap-tiap perkawinan dicatat

menurut peraturan yang berlaku (pasal 2 ayat 1 Undang-Undang

Perkawinan nomor 1 tahun 1974). Bagi mereka yang melakukan

15 Liky Faizal, Akibat Hukum Pencatatan Perkawinan, Lampung, Dosen Fakultas Syariah IAIN

Raden Intan Lampung,58

Page 30: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

20

perkawinan menurut agama Islam, pencatatan dilakukan di Kantor Urusan

Agama (KUA). Sedang bagi yang beragama Katholik, Kristen, Budha,

Hindu, pencatatan itu dilakukan di Kantor Catatan Sipil (KCS).

c. Akibat Hukum Tidak Dicatatnya Perkawinan

1) Perkawinan dianggap tidak sah

2) Meski perkawinan dilakukan menurut agama dan kepercayaan, namun

di mata negara perkawinan dianggap tidak sah jika belum dicatat oleh

Kantor Urusan Agama atau Kantor Catatan Sipil.

3) Nikah siri dapat mempengaruhi kondisi Psikologis karena adanya

persaan tidak nyaman tidak memiliki dokumen dokumen seperti akta

kelahiran.16

4) Anak hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibu dan keluarga

ibu akibat lebih jauh dari perkawinan yang tidak tercatat adalah,

baik isteri maupun anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut

tidak berhak menuntut nafkah ataupun warisan dari ayahnya.

Namun demikian, Putusan Mahkamah Konstitusi mengabulkan

permohonan Macicha Muktar sehingga anak hasil perkawinan siri

memiliki hubungan perdata dengan ayahnya.17

2. Sahnya Perkawinan

Sahnya perkawinan apabila dilakukan menurut hukum masing-masing

agamanya dan kepercayaannya.18 Ini berarti bahwa jika suatu perkawinan

telah memenuhi syarat dan rukun nikah atau ijab kabul telah dilaksanakan

(bagi umat Islam) atau pendeta/pastur telah melaksanakan pemberkatan atau

ritual lainnya (bagi yang non muslim), maka perkawinan tersebut adalah

sah,menurut agama dan kepercayaan masyarakat.

16 Drs. Ali Uraidy., MH., “Perkawinan Sirri dan Akibat Hukumnya Ditinjau dari Undang

Undang No.1 Tahun 1974”, Jurnal Ilmiah FENOMENA, Volume X, Nomor 2, November 2012

hal. 990 17 Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010 18 Undang-Undang No. 1 Tahun1974 Pasal 2 Ayat 1. “ Perkawinan adalah sah apabila

dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaan itu.”

Page 31: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

21

Masyarakat yang menganggap sah, sudah tidak peduli lagi dengan

yang namanya proses administrasi, itu semua dikarenakan ada yang beralasan

prosesnya yang berbelit belit, dan ada juga yang beralasan biayanya mahal.

Perkawinan tak dicatatkan ini dikenal dengan istilah Perkawinan Siri.19

3. Tujuan Pencatatan Perkawinan

Ketentuan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 di dalam pasal 2 ayat

(2) yang berbunyi “Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan

perundang-undangan yang berlaku”. UU ini telah berlaku sejak dahulu dan

telah jalankan oleh sebagian masyarakat Indonesia. Akan tetapi, ini masih

menimbulkan banyak persoalan, karena masih banyak orang yang telah

melangsungkan perkawinan namun ia tidak mencatatkan perkawinannya pada

Pegawai Pencatat Nikah (PPN) Kantor Urusan Agama atau di Kantor Catatan

Sipil.

Yang menjadi faktor utama sebenarnya adalah ketidak pedulian

masyarakat terhadap sistem administrasi yang ada di negara, dan juga faktor

ke awaman masyarakat terhadap hukum, dan memanfaatkan celah hukum

bagi mereka yang akan melangsungkan poligami

Selain itu, keyakinan sebagian masyarakat Indonesia yang masih

berpegang teguh pada pemahaman bahwa pernikahan sudah cukup apabila

dilaksanakan menurut ketentuan hukum Islam dan tidak perlu dicatatkan di

hadapan Pegawai Pencatat Nikah (PPN) Kantor Urusan Agama dan Catatan

Sipil, sehingga pernikahan di bawah tangan masih saja terjadi dan seolah

tumbuh subur karena rendahnya kesadaran hukum dalam masyarakat.

Pencatatan perkawinan tidak pernah ada dalam fikih konvensional

bahkan dalam tumpukan kitab yang mendasarkan pada perkataan Rasulullah

SAW, tetapi karena tujuannya untuk konteks saat ini sangat mendesak, maka

tidak ada salahya jika pencatatan perkawinan menjadi salah satu komponen

dasar perkawinan masyarakat modern suatu negara.

19 Liky Faizal, Akibat Hukum Pencatatan Perkawinan, Lampung, Dosen Fakultas Syariah IAIN

Raden Intan Lampung, hal.66

Page 32: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

22

Adapun beberapa tujuan adanya pencatatan perkawinan adalah:

a. salah satu bentuk upaya untuk mewujudkan rumah tangga yang sakinah,

mawaddah, dan rahmah yang menjadi suatu keharusan dan

keniscayaan.20

b. untuk memberikan jaminan hukum terhadap perkawinan yang dilakukan,

bahwa perkawinan itu dilaksanakan dengan sungguh-sungguh,

berdasarkan i’tikad baik, serta suami sebagai pihak yang melakukan

transaski benar-benar akan menjalankan segala konsekuensi atau akibat

hukum dari perkawinan yang dilaksanakannya itu.21

c. Untuk mewujudkan ketertiban perkawinan dalam masyarakat. Ini

merupakan suatu upaya yang diatur melalui undang-undang untuk

melindungi martabat dan kesucian perkawinan22

d. Untuk tujuan preventif yaitu untuk menanggulangi agar tidak terjadi

kekurangan atau penyimpangan rukun dan syarat perkawinan, baik

menurut hukum dan kepercayaan itu, maupun menurut UU23

e. Selain untuk melengkapi syarat administrasi yang substansinya bertujuan

untuk mewujudkan ketertiban umum, namun juga bermanfaat bagi

kepentingan dan kelangsungan suatu perkawinan.24

f. Adapun manfaat pencatatan nikah yang bersifat represif adalah sebagai

bukti hukum, dimana suatu perkawinan dianggap ada dan diakui sebagai

suatu perkawinan ketika ada tanda bukti perkawinan atau akta nikah. Dan

akta nikah merupakan akta otentik

20Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 188-

189. 21 Yayan Sopyan, Islam-Negara: Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam Hukum

Nasional, h. 131. 22 Sri Mulyani, Relasi Suami Isteri Dalam Islam, (Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Syarif

Hidayatullah, 2004), h. 9.

23 Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), Cet, Ke-6,

h. 105. 24 Yayan Sopyan, Islam-Negara: Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam Hukum

Nasional, h. 134.

Page 33: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

23

g. Mewujudkan ketertiban perkawinan dalam masyarakat dan untuk

melindungi martabat dan kesucian perkawinan dan khususnya perempuan

dalam kehidupan rumah tangga

h. Memberikan perlindungan terhadap status perkawinan;

i. Memberikan perlindungan terhadap hak-hak sipil yang diakibatkan

adanya perkawinan

j. Untuk menjaga kepastian hukum

4. Prosedur Pencatatan Perkawinan di KUA

Dalam UUD 1945 Pasal 1 Ayat 3 telah dikatakan bahwasannya negara

Indonesia merupakan hukum, maka dari itu semua masyarakat yang hidup di

negara hukum tentu wajib untuk mematuhi aturan-aturan yang ada disebuah

negara tersebut. Perihal Perkawinan di Indonesia sebagaimana yang telah

diatur dalam UU Perkawinan, bahwasannyan Perkwainan itu sah apabila telah

dicatatkan.

Pegawai Pencatat Nikah (PPN) mempunyai kedudukan yang jelas

dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, hal ini diatur dalam UU

No. 22 Tahun 1946 jo UU No. 32 Tahun 1954. PPN merupakan satu-satunya

pejabat yang berwenang mencatat perkawinan yang dilangsungkan menurut

hukum agama Islam dalam wilayahnya. Untuk memenuhi ketentuan itu maka

setiap perkawinan yang dilangsungkan harus di hadapan dan di bawah

pengawasan PPN karena PPN mempunyai tugas dan kedudukan yang kuat

menurut hukum, ia adalah Pegawai Negeri yang diangkat oleh Menteri

Agama pada tiap-tiap KUA Kecamatan.

Masyarakat dalam merencanakan perkawinan agar melakukan

persiapan sebagai berikut:25

a. Masing-masing calon mempelai saling mengadakan penelitian apakah

mereka saling cinta/setuju dan apakah kedua orang tua mereka

menyetujui/merestuinya. Ini erat kaitannya dengan surat-surat

25 Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji Proyek Peningkatan

Sarana Keagamaan Islam, Zakat dan Wakaf, Pedoman Pegawai Pencatat Nikah dan Pembantu

Pegawai Pencatat Nikah, (Jakarta: Bimas Islam, 1999), h. 8.

Page 34: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

24

persetujuan kedua calon mempelai dan surat izin orang tua bagi yang

belum berusia 21 tahun.

b. Masing-masing berusaha meneliti apakah ada halangan perkawinan baik

menurut hukum munakahat maupun menurut peraturan perundang-

undangan yang berlaku. (untuk mencegah terjadinya penolakan atau

pembatalan perkawinan).

c. Calon mempelai supaya mempelajari ilmu pengetahuan tentang

pembinaan rumah tangga hak dan kewajiban suami isteri dsb.

d. Dalam rangka meningkatkan kualitas keturunan yang akan dilahirkan

calon mempelai supaya memeriksakan kesehatannya dan kepada calon

mempelai wanita diberikan suntikan imunisasi tetanus toxoid.26

Setelah persiapan tersebut di atas terpenuhi maka prosedur selanjutnya

adalah sebagai berikut :

a. Pendaftaran Pemberitahuan Kehendak Nikah

Setelah persiapan pendahuluan dilakukan secara matang maka

orang yang hendak menikah memberitahukan kehendaknya kepada PPN

yang mewilayahi tempat akan dilangsungkannya akad nikah sekurang-

kurangnya 10 hari kerja sebelum akad nikah dilangsungkan.

Pemberitahuan kehendak nikah berisi data tentang nama kedua calon

mempelai, hari dan tanggal pelaksanaan akad nikah. Data

mahar/maskawin dan tempat pelaksanaan upacara akad nikah (di Balai

Nikah/Kantor atau di rumah calon mempelai, masjid, gedung dll).

Pemberitahuan kehendak nikah dilakukan oleh calon mempelai,

wali (orang tua) atau wakilnya dengan membawa surat-surat yang

diperlukan:27

26 Andhika Kharis Ahmadi, “Respon Penghulu KUA Kecamatan Pamulang Tentang

Pembebasan Biaya Administrasi Nikah dan Rujuk”. (Skripsi S-1 Fakultas Suariah dan Hukum,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013), h. 37, t.d. 27 Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji Proyek Peningkatan

Sarana Keagamaan Islam, Zakat dan Wakaf, Pedoman Pegawai Pencatat Nikah dan Pembantu

Pegawai Pencatat Nikah, (Jakarta: Bimas Islam, 1999), h. 9.

Page 35: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

25

1) Perkawinan Sesama WNI

a) Foto Copy KTP dan Kartu Keluarga (KK) untuk calon pengantin

(Catin) masing-masing 1 (satu) lembar.

b) Surat pernyataan belum pernah menikah (masih gadis/jejaka) di

atas segel/materai bernilai minimal Rp. 6.000,- (enam ribu rupiah)

diketahui RT, RW dan Lurah setempat.

c) Surat keterangan untuk nikah dari Kelurahan setempat yaitu

Model N1, N2, N4, baik calon suami maupun calon isteri.

d) Pas photo catin ukuran 2x3 masing-masing 4 (empat) lembar,

bagi anggota ABRI berpakaian dinas.

e) Bagi yang berstatus duda/janda harus melampirkan Surat

Talak/Akta Cerai dari Pengadilan Agama, jika duda/janda mati

harus ada surat kematian dan surat Model N6 dari Lurah

setempat.

f) Harus ada izin/Dispensasi dari Pengadilan Agama bagi:

a. Catin laki-laki yang umurnya kurang dari 19 tahun;

b. Catin perempuan yang umurnya kurang dari 16 tahun;

c. Laki-laki yang ingin berpoligami.

g) Izin Orang Tua (Model N5) bagi catin yang umurnya kurang dari

21 baik laki-laki maupun perempuan.

h) Bagi catin yang tempat tinggalnya bukan di wilayah KUA

Malingping harus ada surat Rekomendasi Nikah dari KUA

setempat.

i) Bagi anggota TNI/POLRI harus ada izin Kawin dari pejabat

Atasan/Komandan.

j) Bagi catin yang akan melangsungkan pernikahan ke luar wilayah

kecamatan Malingping harus ada surat rekomendasi nikah dari

KUA Kecamatan Malingping.

k) Kedua catin mendaftarkan diri ke KUA Malingping sekurang-

kurangnya 10 (sepuluh) hari kerja dari waktu melangsungkan

Page 36: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

26

pernikahan. Apabila kurang dari 10 (sepuluh) hari kerja, harus

melampirkan surat Dispensasi Nikah dari Camat Malingping.

l) Bagi WNI keturunan, selain syarat-syarat tersebut dalam point 1-

10 harus melampirkan foto copy Akta Kelahiran dan status

kewarganegaraannya (K1).

m) Surat Keterangan Tidak Mampu dari Lurah/Kepala Desa bagi

mereka yang tidak mampu.

2) Perkawinan Campuran

a) Akta Kelahiran/Kenal Lahir.

b) Surat Tanda Melapor Diri (STMD) dari Kepolisian

c) Surat keterangan Model K II dari Dinas Kependudukan (bagi

yang menetap lebih dari satu tahun)

d) Tanda lunas pajak bangsa asing (bagi yang menetap lebih dari

satu tahun)

e) Keterangan izin masuk sementara (KIMS) dari Kantor Imigrasi

f) Foto Copy Pasport

g) Surat Keterangan dari Kedutaan/perwakilan Diplomatik yang

bersangkutan

h) Semua surat-surat yang berbahasa asing harus diterjemahkan ke

bahasa Indonesia oleh penterjemah resmi.

b. Pemeriksaan Nikah

Pemerikasaan terhadap calon suami, calon isteri dan wali nikah

sebaik-baiknya dialkukan secara bersama-sama, akan tetapi tak ada halangan

apabila pemeriksaan itu dilakukan sendiri-sendiri. pemerikasaan dianggap

selesai jika ketiga-tiganya telah diperiksa secara baik dan benar.

Setelah dilakukan pemeriksaan nikah ternyata tidak memenuhi

persyaratan yang telah ditentukan oleh Hukum Munakahat maupun peraturan

perundang-undangan yang berlaku, maka PPN berhak menolak kehendak

nikah apabila:

1) Tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan menurut hukum Islam

maupun peraturan perundang-undangan.

Page 37: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

27

2) Dalam melakukan penolakan, Pegawai Pencatat Nikah harus membuat

surat penolakan kepada yang bersangkutan dengan alasan-alasan

penolakan tersebut.

3) Apabila masyarakat keberatan terhadap penolakan tersebut, dapat

mengajukan keberatan tersebut kepada Pengadilan Agama.

4) Apabila Pengadilan memerintahkan dilangsungkan pernikahan, Pegawai

Pencatat Nikah harus melaksanakan perintah Pengadilan Agama, yaitu

melangsungkan akad nikah.28

Dalam melaksakan pernikahan harus diawasi oleh pejabat, yang

mengawasi pernikahan diantaranya:

1) Nikah diawasi oleh PPN29

a) Pemeriksaaan ditulis dalam Daftar Pernikahan Nikah (Model NB)

b) Masing-masing calon suami, calon isteri dan wali nikah mengisi

ruang II, III,IV dalam daftar pemerikasaan nikah dan ruang lainnya

diisi oleh PPN.

c) Dibaca dan di mana perlu diterjemahkan ke dalam bahasa yang

dimengerti oleh yang bersangkutan

d) Setelah dibaca, kemudian ditandatangani oleh yang diperiksa.

e) Untuk tertibnya administrasi dan memudahkan ingatan, PPN

membuat buku yang diberi nama “Catatan Pemeriksaan Pernikahan”

f) Pada unjungh model NB sebelah kiri atas diberi nomor yang sama

dengan nomor urut buku diatas dan kode desa serta tahun

g) PPN mengumumkan kehendak Nikah

2) Nikah diawasi oleh pembantu PPN (diluar Jawa dan Madura

a) Pemeriksaan ditulis dalam Daftar Pemeriksaan Nikah (model

NB)rangkap dua

28 Abdul Qodir, Pencatatan Pernikahan dalam Perspektif Undang-undang dan Hukum Islam,

(Depok : Azza Media, 2014), h. 138 29 Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji Proyek Peningkatan

Sarana Keagamaan Islam, Zakat dan Wakaf, Pedoman Pegawai Pencatat Nikah dan Pembantu

Pegawai Pencatat Nikah, (Jakarta: Bimas Islam, 1999), h. 11-12.

Page 38: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

28

b) Masing-masing calon suami dan isteri dan wali nikah harus mengisi

ruang II, III,IV dalam Daftar Pemeriksaan Nikah dan ruang lainnya

diisi oleh pembantu.

c) Dibaca dan di mana perlu diterjemahkan ke dalam bahasa yang

dimengerti oleh yang bersangkutan

d) Kemudian ditandatangani

e) Ditandatangani oleh pembantu PPN

c. Pengumuman Kehendak Nikah

Setelah persyaratan dipenuhi PPN mengumumkan kehendak nikah

(model NC) pada papan pengumuman di KUA Kecamatan tempat

pernikahan akan dilangsungkan dan KUA Kecamatan tempat tinggal

masing-masing calon mempelai.

Petugas Pencatat Nikah (PPN) tidak boleh melaksanakan akad

nikah sebelum lampau 10 hari kerja sejak pengumuman, kecuali seperti

yang diatur dalam pasal 3 ayat (3) PP No. 9 tahun 1975 yaitu apabila

terdapat alasan yang sangat penting misalnya salah seorang calon

mempelai akan segera bertugas keluar negeri, maka dimungkinkan yang

bersangkutan memohon dispensasi kepada Camat selanjutnya Camat atas

nama Walikota/Bupati memberikan dispensasi.

d. Pembinaan Catin

Adapun pembinaan yang dilakukan oleh Kantor Urusan Agama

(KUA) kepada para calon pengantin adalah:

1) Setelah pendaftaran diterima oleh KUA, kedua calon pengantin dan

Wali nikah, mengikuti pembinaan Kursus Calon Pengantin.

2) Penghulu/Kepala KUA melakukan pemeriksaan tentang ada tidaknya

halangan untuk menikah, dan memberikan bimbingan keluarga

sakinah dan tata cara ijab qobul.

3) Penghulu/Kepala KUA dilarang melangsungkan, atau membantu

melangsungkan, atau mencatat atau menyaksikan pernikahan yang

tidak memenuhi persyaratan.

Page 39: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

29

e. Proses Akad Nikah

1) Pelaksanaan akad nikah di balai nikah/kantor atau di luar balai nikah,

rumah calon mempelai, masjid atau gedung, dll.

2) Pemeriksaan ulang:

3) Sebelum pelaksanaan upacara akad nikah PPN/Penghulu terlebih

dahulu memeriksa/mengadakan pengecekan ulang persyaratan nikah

dan administrasinya kepada kedua calon pengantin dan walinya untuk

melengkapi kolom yang belum terisi pada waktu pemeriksaan awal di

kantor atau apabila ada perubahan data dari hasil pemeriksaan awal.

Setelah itu PPN/Penghulu menetapkan dua orang saksi yang

memenuhi syarat.

4) Pemberian izin

Sesaat sebelum akad nikah dilangsungkan dianjurkan bagi ayah

untuk meminta izin kepada anaknya yang masih gadis atau anak

terlebih dahulu minta/memberikan izin kepada ayah atau wali, dan

keharusan bagi ayah meminta izin kepada anaknya untuk menikahkan

bila ia berstatus janda.

5) Sebelum pelaksanaan ijab qobul sebagaimana lazimnya upacara akad

nikah bisa didahului dengan pembacaan khutbah nikah, pembacaan

istighfar dan dua kalimat syahadat.

6) Akad Nikah/Ijab qobul

7) Pelaksanaan ijab qobul dilaksanakan sendiri oleh wali nikahnya

terhadap calon mempelai pria, namun apabila karena sesuatu hal wali

nikah/calon mempelai pria dapat mewakilkan kepada orang lain yang

ditunjuk olehnya.

8) Penandatanganan Akta Nikah oleh kedua mempelai, wali nikah, dua

orang saksi dan PPN yang menghadiri akad nikah.

9) Pembacaan Ta’lik Talak

10) Penandatanganan Ikrar Ta’lik Talak

11) Penyerahan maskawin/mahar

12) Penyerahan Buku Nikah/Kutipan Akta Nikah

Page 40: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

30

13) Nasihat perkawinan dan do’a penutup.

f. Biaya Pencatatan Pernikahan

Setelah dinyatakan telah memenuhi syarat, maka catin dan walinya

menandatangani Daftar Pemeriksaan Nikah. Setelah itu yang bersangkutan

membayar biaya Administrasi Pencatatan Nikah sesuai dengan ketentuan

yang berlaku. Besaran biaya yang dikenakan pada catin sebesar Rp.

600.000,- (enam ratus ribu rupiah) sesuai dengan Peraturan Pemerinath

No. 19 Tahun 2015 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara

Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Agama, untuk

pembayarannya bisa disetorkan langsung ke KUA atau bisa melalui pihak

Bank, hal ini berlaku akad yang diluar kantor KUA atau di rumah pihak

catin. Sedangkan jika akad dilakukan di kantor KUA dan pada jam kerja

maka dikenakan biaya sebesar Rp. 0,- (nol rupiah).

Page 41: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

31

BAB III

PENGENALAN TERHADAP MASYARAKAT BADUY MUSLIM

A. Profil Singkat Desa Bojong Menteng

1. Letak Geografis

Desa Bojong Menteng merupakan salah satu desa yang berada di

wilayah Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak dengan ketinggian

daratan dari permukaan laut setinggi 200M dengan curah hujan 2820mm/

Tahun. Desa Bojong Menteng memiliki wilayah dengan luas 1500,75 Ha.

Desa Bojong Menteng Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak

terdiri dari 4 RW yang terbagi menjadi 16 RT dan di huni sekitar 1146 rumah

tangga.1

2. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk di Desa Bojong Menteng adalah sebanyak 4.052

jiwa dengan jumlah laki-laki sebesar 2.069 jiwa dan perempuan sebesar 1.983

jiwa. Jumlah penduduk sebanyak 4.052 jiwa tersebut dilihat dari jumlah

penduduk menurut umur dapat dirinci sebagai berikut:2

Tabel 3.2

Jumlah Penduduk Menurut Umur3

Kelompok umur Jumlah

Umur 00-04 tahun 348 Jiwa

Umur 05-09 tahun 714 Jiwa

Umur 10-14 Tahun 630 Jiwa

1 Badan Pusat Statistik, Kecamatan Leuwidamar dalam Angka 2018, ( Lebak : Badan

Pusat Statistik, 2018) , h. 14.

2 Badan Pusat Statistik, Kecamatan Leuwidamar dalam Angka 2018, ( Lebak : Badan

Pusat Statistik, 2018) , h. 25.

3 Badan Pusat Statistik, Kecamatan Leuwidamar dalam Angka 2018, ( Lebak : Badan

Pusat Statistik, 2018) , h. 29-31.

Page 42: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

32

Umur 15-19 Tahun 366 Jiwa

Umur 20-24 Tahun 388 Jiwa

Umur 25-29 Tahun 570 Jiwa

Umur 30-34 Tahun 540 Jiwa

Umur 35-39 Tahun 412 Jiwa

Umur 40-44 Tahun 416 Jiwa

Umur 45-49 Tahun 329 Jiwa

Umur 50-54 Tahun 241 Jiwa

Umur 60-64 Tahun 154 Jiwa

Umur 65-69 Tahun 83 Jiwa

Umur 70-74 Tahun 46 Jiwa

Umur 75+ Tahun 43 Jiwa

3. Mata Pencaharian Masyarakat Desa Bojong Menteng

Masyarakat Desa Bojong Menteng memiliki beraneka ragam mata

pencaharian, diantaranya Pegwai Negeri Sipil, petani, buruh tani pedagang

dan lain-lain. Sebagian besar masyarakat Desa Tenajar bermata

pencaharian sebagai buruh tani. Untuk lebih jelasnya, akan diurkan

dibawah ini jumlah penduduk menurut jenis mata pencaharian:

Tabel 3.2

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian

NO Jenis Mata Pencaharian Jumlah

1 Petani 481 orang

2 Buruh Tani 620 orang

3 Pegawai Negeri Sipil 21 orang

4 Industri 98 orang

5 Pedagang 125 orang

6 Lain-lain 459

Orang

Page 43: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

33

B. Gambaran Umum Masyarakat Baduy Muslim

1. Demografis Suku Baduy Muslim

a. Demografi Suku Baduy Muslim

Masyarakat Suku Baduy merupakan masyarakat yang secara

sengaja mengasingkan dirinya dari pengaruh luar (kehidupan moderen)

sebagai bentuk usaha mematuhi amanat leluhur. Kehidupan masyarakat

Baduy penuh dengan kesederhanaan, yang mana kesederhanaan

merupakan tujuan inti dari kehidpan mereka.

Secara Umum masyarakat Suku Baduy dibagi menjadi dua

kelomopok besar, yaitu Baduy Dalam dan Baduy Luar. Jika kita lihat

secara luas, antara Baduy Dalam dan Baduy Luar tidak memiliki

perbedaan yang signifikan. Namun kalau kita lihat secara mendalam,

tentu sangat terlihat perbedaan antara Baduy Dalam dan Baduy Luar.

Dalam Masyarakat Baduy Dalam, mereka tidak diperbolehkan

untuk menggunakan alat-alat modern, sebagaimana yang digunakan oleh

masyarakat Baduy Luar, diantaranya seperti, menggunakan alat elektronik,

menggunakan sendal, membangun rumah tidak boleh menggunakan paku,

tidak diperbolehkan menggunakan motor, berpendidikan non formal dan

berpakaian tidak boleh selain warna hitam dan putih.

Adapun dalam masyarakat Baduy Luar, mereka sudah mulai

terkontaminasi dengan budaya luar Baduy. Mereka sudah mulai

meninggalkan beberapa kebiasaan dari leluhurnya. Diantaranya seperti

menggunakan HP, menggunakan Sepeda Motor, berpakaian yang sudah

tidak hitam-putih, dan mereka sudah banyak yang bersekolah di sekolah

formal.

Seiring perkembangan zaman, masyarakat Baduy sudah mulai

terbuka dengan masyarakat luar Baduy. Mereka sudah tidak menutup diri

dengan masyarakat sekitar bahkan sering berinteraksi dengan masyarakat

luar. Inilah salah satu faktor yang menyebabkan banyaknya masyarakat

asli Baduy untuk berpindah keyakinan ke agama Islam.

Page 44: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

34

2. Tingkat Pendidikan Mayarakat Baduy Muslim

Masyarakat Baduy merupakan salah satu suku yang menolak adanya

pendidikan formal ditanah ulayatnya hingga untuk bersekolah formal juga

dilarang. Namun sekarang ini, dengan seiring perkembangan zaman dan

semakin besar juga beban kehidupan, tentu membawa dampak terhadap pola

kehidupan yang mereka jalani.

Pada masyarakat Baduy Dalam mereka tetap melarang untuk

bersekolah formal. Mereka beranggapapan bahwa pendidikan itu tujuannya

adalah mempertahankan amanat leluhurnya. Sedangakan sekolah formal

menurut mereka hanyalah pengetahuan umum yang nantinya akan mengubah

pola pikir masyarakat Baduy.4

Masyarakat Baduy dalam belajar, lebih banyak memperoleh ilmu dari

keluarga, adat dan teman sebaya. Menurut mereka pembelajaran dari keluarga

merupakan pendidakan yang utama, adapun diantaranya pendidikan dari

orang tua yaitu memberikan pengetahuan tentang aturan-aturan adat dan

mengajarkan keterampilan.5 Alam merupakan sumber ilmu yang disarikan

oleh orang-orang tua dan diturunkan kepada anak-anak nereka. Prinsip

dengan perubahan sekecil-kecilnya menjadi landasan pelajaran yang

diajarkan kepada anak-anak.6

Adapun tempat belajar kedua bagi masyarakat Baduy adalah Tokoh

Adat. Tokoh adat mempunyai peran penting dalam mengawasi aturan-aturan

yang telah ditetapkan untuk masyarakat Baduy, seperti peraturan berpakaian.

Pendekatan pendidikan masyarakat Baduy dilakukan dirumah-rumah

ataupun dilapangan. Disana tidak ada tempat ataupun bangunan sekolah

formal, meskipun demikian, masyarakatnya banyak juga yang bisa membaca,

ada sekita 40% masyarakatnya yang dapat membaca dan menulis.

4 Rudini Irawan, “Pendidikan dalam Pandangan Mayarakat Baduy Dalam”. (Skripsi S-1

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017), h.

62, t.d 5 Rudini Irawan, “Pendidikan dalam Pandangan Mayarakat Baduy Dalam”. (Skripsi S-1

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017), h.

67, t.d 6 Ade Luqman Hakim, “Suku Baduy”.(Skripsi S-1 Fakultas Ilmu Sosial, Universitas

Negeri Yogyakarta, 2005), h.10, t.d

Page 45: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

35

Adapun pada masyarakat Baduy Muslim, mereka sekarang sudah

banyak yang bersekolah formal. Hal ini disebabkan karena di Desa Bojong

Menteng sudah banyak bangunan-bangunan sekolah formal. Inilah salah satu

faktor tingginya minat dari masyarakat Baduy Muslim untuk sekolah.

Sekarang ini sudah banyak masyarakat asli Baduy yang telah masuk Islam

bisa membaca dan menulis.

Menurut KBBI Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan

tata laku seseoang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia

melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Sarana pendidikan di Desa Bojong

Menteng terbilang sudah cukup memadai dengan tersedianya sekolah dari

tingkat TK sampai tingkat SLTA. Hal ini dapat dilihat dari:7

a. Gedung TK terdapat 1 lokal

b. Gedung SD terdapat 4 lokal

c. Gedung SLTP terdapat 2 lokal

d. Gedung SLTA terdapat 1 lokal

e. Gedung Madrasah terdapat 3 lokal

Seluruh masyarakat Desa Bojong Menteng beragama Islam, hal ini

terbukti data dari Desa Tenajar yang memiliki 10 Masjid dan 8 Mushala dan

tidak terdapat tempat ibadah agama lain yang ada di Desa Bojong Menteng.8

3. Mata Pencaharian Masyarakat Suku Baduy Muslim

Dalam hal mata pencaharian masyarakat Baduy Muslim masih sama

dengan masyarakat Baduy biasanya. Dalam memenuhi keberlangsungan

hidup, masyarakat Baduy Muslim melakukan cocok tanam seperti yang

dilakukan masyarakat Baduy lainnya. Adapun tanaman yang ditanam adalah

padi huma, pisang dan rempah-rempah. Untuk bercocok tanam, mereka

menghabiskan waktu sekitar 4 jam untuk sampai ke tempat mereka bertanam.

7 Badan Pusat Statistik, Kecamatan Leuwidamar dalam Angka 2018, ( Lebak : Badan

Pusat Statistik, 2018) , h. 39 - 43. 8 Badan Pusat Statistik, Kecamatan Leuwidamar dalam Angka 2018, ( Lebak : Badan

Pusat Statistik, 2018) , h. 57-58.

Page 46: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

36

Yang sangat menarik dari Suku Baduy Muslim ini adalah anak-anak yang

berumur 12 tahun pun sudah mulai bercocok tanam.

Selain bercocok tanam, mata pencaharian masyarakat Baduy Muslim

lainnya adalah Kerajinan Tangan. Seperti membuat kalung, gelang,

gantungan kunci, dan tas. Kerajinan yang mereka buat itu biasanya

dipasarkan bahkan ada juga buat pesanan orang.9

Adapun kerajinan buat perempuan adalah menenun. Para perempuan

Baduy biasanya menenum untuk membuat baju dan selendang. Hasil tenunan

mereka itu awalnya dibuat untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, namun

sekarang mereka sudah mulai memasarkannya kepada pengunjung.

Masyarakat Baduy Muslim walaupun sudah pindah tempat tinggal ke

Desa Bojong Menteng, tetap juga bercocok tanam. Karena memang Desa

Kenakes dengan Desa Bojong Menteng tidak jauh beda kondisi geografisnya.

4. Kondisi Agama dan Kepercayaan Masyarakat Suku Baduy Muslim

a. Kepercayaan Sukun Baduy

Baduy merupakan masyarakat setempat yang dijadikan mandala

(kawasan suci) secara resmi oleh raja, sebab masyarakatnya berkewajiban

memilihara kebuyutan, tempat pemujaan nenek moyang, bukan hindu dan

budha. Dia dikenal dengan Kebuyutan Jati Sunda dan Sunda

Wiwitan.10orientasi konsep-konsep dan kegiatan-kegiatan keagamaan

lainnya ditujukan kepada pikukuh Baduy untuk belerja menurut alur itu

dalam mensejahterakan kehidupan Baduy dan dunia ramai.11

Sunda wiwitan yang artinya “sunda mula-mula” yaitu penyebutan

untuk nama identitas agama orang baduy. Penamaan ini muncul untuk

menggambarkan bagaiman keyakinan itu adalah yang paling awal dari

masyarakat Sunda Dalam Literatur Sunda Kuno. Sunda Wiwitan

9 Riswandi saputra13.blogspot.com, diakses pada 5 maret 2019 pukul11.40 10 Maskur Wahid, Jurnal Wacana, Sunda Wiwitan Baduy Agama Penajaga Alam Lindung

Di Desa Kenakaes Banten. IAIN Sultan Maulana Hasanudin Banten, h.4-5. 11 Wilodati, Jurnal Sistem Tatanan Masyarakat dan Kebudayaan Orang Baduy (Suatu

Kajian Terjhadap Perubahan Sosial dan Kelestarian Nilai-Nilai Tradisional Masyarakat Baduy),

h.4

Page 47: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

37

merupakan perubahan nama dari agama yang dianut oleh Wangsa

Pajajaran.12

Nama sunda wiwitan berawal dari ritual pemujaan dimana Arca

Domas disimbolkan sebagai leluhur mereka. Arca Domas merupakan

tempat suci yang dirahasiakan keberadaanya oleh orang Baduy .Bentuk

Wujud Arca Domas ini seperti manusi yang lagi bertapa. Yang letaknya

itu berada di tengah hutan larangan yang tak jauh dari air hulu Sungai

Ciujung.

Menurut Masyarakat Baduy dalam Sunda Wiwitan adalah ajaran

yang bersifat monoteis, penghormatan kepada roh nenek moyang dan

kepercayaan kepada satu kekuasaan yaitu, yakni Sanghyang Keresa (Yang

Maha Kuasa) yang disebut juga Batara Tunggal (Yang Maha Esa), Batara

Jagat (Penguasa Alma), dan Batara Seda Niskala (Yang Maha Gaib) yang

bersemayam di Buana Nyungcung (Buana Atas). Orientasi, Konsep dan

pengamalan keagamaan ditunjukan kepada pikukuh untuk mensejahtrakan

kehidupan di jagat mahpar (dunia ramai).13

Dalam Tradisi Religius Sunda Wiwitan, plaksanaan ajarannya

memiliki 4 tujuan, diantanya adalah: 14

1) Menghormati keturunan nenek moyang;

2) Menyucikan pancar bumi,atau isi jagat dan dunia pada umumnya;

3) Menghormati dan menumbuhkan dan mengawkan dewi padi;

4) Melaksanakan pikukuh Baduy (hukum di Baduy);

Masyarakat Baduy beriman kepada yang gaib yang tidak bisa dilihat

dengan mata tetapi dapat diaraba dengan hati Nabi-nabi yang diimani secara

12 Rudini Irawan, “Pendidikan dalam Pandangan Mayarakat Baduy Dalam”. (Skripsi S-1

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017), h.

51, t.d 13 Ayi Rukmana, “Tradisi Perkawinan Baduy Luar Dengan Baduy Dalam (Studi Kasus

Desa Kenakes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Banten)”. (Skripsi S-1 Fakultas Syariah

dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016), h. 51-52,t.d 14 Ira Indrawardana,Sunda Wiwitan Dalam Dinamika dan Zaman, Konferensi Nasional

Budaya Sunda, Desember 2011, h. 7

Page 48: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

38

eksplisit15adalah nabi Adam dan Nabi Muhammad mereka beriman kepada

hidup, sakit, mati dan nasib adalah titipan umat. Sunda Wiwitan untuk

menjalankan ritual ibadah sunah Rasul yaitu Sunat (khitan)

Mereka juga melaksanakan ibadah pemujaan di Sasaka Domes

(mandala parahiyangan)sebagai bentuk penghormatan kepada roh nenek

moyang. Bagi masyarakat Sunda Wiwitan, Nabi Adam dianggap sebagai

simbol penciptaan manusia pertama yang berada di Sasaka Domas.

Keyakinan ini terdapat juga di dalam agama masyarakat jawa sekarang

masih menghormati raja-raja, nenek moyang.

Kepercayaan Suku Baduy terhadap Arca Domas dianggap sebagai

tempat berkimpulnya para leluhur atau nenek moyang. Menurut mereka para

leluhur itu selalu memantau anak keturunannya melalui leuwing kolot dan

leuwung lembur yang biasa kita sebut dengan hutan kampung.

Dalam beribadah mereka juga menjadikan Arca Domas itu menjadi

acuan kiblat mereka. Mereka menganggap Arca Domas itu adalah tempat

suci yang mana disitu tempat berkumpulnya para nenek moyang. Di Arca

Domas mereka juga berdoa dan juga pemujaan. Dalam pemujaan ini yang

memimpin adalah Purun.

Konsep Keagamaan dan Adat terpenting yang menjadi inti Pikukuh

Baduy adalah seperti yang tertuang dalam ungkapan sebagai berikut:16

Gunung teu meunang dilebur

Lebak teu meunang dirusak

Larangan teu meunang dirempak

Buyut teu meunang dipotong

Pondok teu meunang disambung

Nu lain kudu dilainkeun

Nu uulah kudu diulahkeun

Nu enya kudu dienyakeun

15 Eksplisit, Tegas, Gamnblang, Tidak Tersembunyi, Tidak Bertele-Tele, Jelas : Isi Berita,

Majalah, Koran, Pidato 16 R. Cecep Eka Permana, Kearifan Lokal Masyarakat Baduy Menghadapi Perubahan

Indonesia, (SEBUMI3), 16-18 Desember 2010 di Universitas Kebangsaan Malaysia, h.4

Page 49: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

39

Artinya:

“Gunung tidak boleh dihancurkan

Lembah tidak boleh dirusak

Larangan tidak boleh diubah

Panjang tidak boleh dipotong

Pendek tidak boleh disambung

Yang bukan harus ditiadakan

Yang lain harus dilainkan

Yang benar harus dibenarkan

Kesakralan nilai ajaran yang dimiliki oleh agama orang Baduy

membentuk mereka secara berhati-hati dan patuh dalam menjalankan

berbagai Pikukuh adat dalam kehidupan sehari-hari. Adat Baduy tidak

memiliki kitab suci seperti agama lain, akan tetapi Pikukuh inilah yang

dijadikan masyarakat suku Baduy sebagai pedoman mereka.17

b. Kondisi Agama Baduy Muslim

Masyarakat Baduy yang masuk Islam setiap tahunnya bertambah.

Hal ini disebabkan karena kehidupan masyarakat suku Baduy asli sendiri

sudah mulai terbuka dengan masyarakat luar. Adapun masyarakat yang

telah masuk Islam, mereka cepat beradaptasi dengan masyarakat sekitar,

yang ada di Desa Bojong Menteng. Mereka yang baru masuk Islam dijari

oleh tokoh-tokoh agama yang ada di Desa Bonjong Menteng.

Di desa Bojong Menteng sendiri, didirikan tempat belajar khusus

orang Baduy yang baru masuk Islam. Untuk tempat belajarnya, diberikan

anggran dana oleh donatur kaya yang peduli terhadap umat muslim. Salah

satu donatur tetapnya adalah berasal darin Serpong. Beliau selalu

memberikan bantuan kepada nmasyarakat Baduy Muslim agar semangat

dan giat untuk meempelajari agama.

17 Wilodati, sistem tatanan masyarakat dan kebudayaan orang baduy (suatu kajian

terjhadap nperubahan sosial dan kelestarian nilai-nilai tradisional masyarakat baduy), h.4

Page 50: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

40

C. Pola Umum Masyarakat Baduy Muslim

1. Sejarah Suku Baduy

Menurut Masyarakat Baduy, Suku Baduy merupakan bagian dari

Suku Sunda, yaitu suku asli masyarakat Provinsi Jawa Barat yang sekarang

telah menjadi Provinsi Banten, namun bahasa mereka tetap memakai Bahasa

Sunda. Mereka pindah dari Gunung Kendeng sekitar Abad 16 seiring

runtuhnya Kerajaan Pajajaran. Sebelum Islam masuk ke Jawa pengaruh

agama Hindu dan Budha sangat kuat, termasuk kerajaan Pajajaran. Hingga

Pajajaran dihancurkan oleh Islam pada Tahun 1579, dan setelah itu ada yang

masuk Islam ada yang menolak untuk masuk Islam, yaitu Suku Baduy 18

Penyebutan Baduy awalnya diberikan oleh orang Belanda ketika

melakukan penjajahan di Indonesia. Mereka menyebut dengan sebutan

badoe’i, badoej, badoewi, urang kanekes dan urang rawayan. Penyebutan

istilah ini didasari beberapa alasan, yaitu Baduy berasal dari sebuah gunung

Baduy yang kini menjadi tempat huniannya, kemudian karena Baduy berasal

dari kata Budha makanya disebut Baduy, kemudian berasal dari kata Baduyut

kerena di itempat inilah banyak ditumbuhi pepohonan beduyut, ada juga yang

mengatakan bahwa berasal dari bahasa arab,yaitu Baduwi yang artinya lautan

pasir.

Berbeda dengan pendapat masyarakat Baduy, ahli sejarah berpendapat

bahwasannya keberadaan masyarakat Baduy berasal dari Kerajaan

Padjajaran. Pada Abad 12- 13 M kerajaan Pajajaran menguasai Banten ,

Bogor, hingga ke Cirebon. Yang memimpin pada saat itu adalah Prabu

Pucuk.

Pertempuran antara kerajaan Sunda melawan Kerajaan Banten,

dimenangi oleh Kerajaan Banten. Karena kalah Prabu Pucuk dengan

penggawanya ke daerah hutan pedalaman. Mereklah yang hidup menetap dan

berkembang biak, yang saat ini disebut dengan suku Baduy.

18 Feri Prihantono, Kehidupan Berkelanjutan Masyarakat suku Baduy, Dalam Jurnal Asia

Good ESD Practice Project, Bintari,(Bina kArta Lestari ), Foundation, 2006, h.2

Page 51: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

41

Pendapat lain dari ahli sejarah bahwasannya, masyarakat Baduy

merupakan penduduk asli dari daerah tersebut yang mempunyai daya tolak

yang kuat terhadap pengaruh dari luar Baduy. 19

2. Sejarah Masyarakat Baduy Muslim

Menurut para tetua adat (kokolot) yang sudah memeluk Islam, konon

masyarakat Baduy memiliki kepercayaan bahwa asal usul mereka

berhubungan langsung dengan silsilah Nabi Adam sebagai nenek moyang

pertama. Di sisi lain, sebagian mereka masih menaruh kepercayaan pada

kekuasaan tujuh Dewa (Batara Cikal) yang mengutus mereka sebagai khalifah

untuk menjaga kelestarian bumi. Sebagian sejarawan menolak pandangan

yang dianggap irasional tersebut. Ada yang menyebut bahwa mereka berasal

dari keturunan kerajaan Pajajaran. Pada abad ke-13, ketika seluruh tanah

Pasundan dikuasai Pajajaran (Prabu Siliwangi) maka wilayah teritorial

Pasundan terus meluas hingga membentang meliputi daerah Banten, Bogor,

Priangan hingga ke Cirebon

Ketika memasuki abad ke-17, kerajaan Sunda berhasil ditaklukkan

balatentara Sultan Hasanudin dari Cirebon, hingga atas instruksi pimpinannya

(Prabu Pucuk Umun) mereka melarikan diri ke daerah pedalaman. Di sana

mereka menetap dan berkembang-biak, dalam suatu kelompok masyarakat

yang kemudian kita sebut dengan masyarakat Baduy. Pendapat seorang

doktor peneliti Van Tricht, lebih mendekati kesepakatan para tetua Baduy,

bahwa mereka adalah asli dari daerah setempat, bukan pelarian dari kerajaan

Pajajaran. Mereka adalah sekumpulan masyarakat pedalaman yang memiliki

daya tolak yang tangguh dari unsur-unsur budaya luar (modern).

Tidak sedikit dari mereka yang meyakini keberadaan dirinya selaku

khalifah yang diutus, manusia terpilih yang diberikan tugas dari Dewa untuk

menjaga mandala (kawasan suci), tempat pemujaan leluhur (kabuyutan), yang

19 Ayi Rukmana, “Tradisi Perkawinan Baduy Luar Dengan Baduy Dalam (Studi Kasus

Desa Kenakes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Banten)”. (Skripsi S-1 Fakultas Syariah

dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016), h. 3

Page 52: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

42

di sekelilingnya dihuni sebagai kediaman mereka. Dari pemaparan di atas,

dapat ditarik kesimpulan seakan-akan masyarakat Baduy dikenal sebagai

komunitas yang eksklusif dan taat pada kepercayaannya. Namun, pada tahun-

tahun terakhir semakin banyak orang Baduy yang memeluk Islam, dan

kemudian disebut sebagai “Baduy Dangka”.

Salah seorang pemimpin pesantren Sultan Hasanudin, Kiai Zainuddin

Amir (Leuwidamar), perpindahan kepercayaan itu bukannya tanpa risiko.

Orang Baduy yang memeluk Islam akan terusir dari daerah Baduy Dalam,

juga tidak diakui sebagai penduduk Baduy Luar. Masyarakat Baduy Dangka

bertempat tinggal tak begitu jauh dengan Baduy Luar. Cara berpakaian

mereka hampir sama, kecuali sebagian wanitanya yang sudah memakai jilbab.

Dalam acara-acara tertentu yang dianggap sebagai kesakralan dari nenek-

moyang, masyarakat Baduy Dangka masih turut-serta menjalankannya.

Beberapa faktor yang membuat mereka memeluk ajaran Islam adalah karena

pilihan dari hati nuraninya sendiri, bahwa di dalam Islam terdapat

kemerdekaan dan keleluasaan dalam aturan-aturan keberagamaan.

Kemudian salah satu tokoh yaitu William James juga berpendapat

bahwa hal-hal yang menimbulkan pindahnya kepercayaan (agama) terjadi

karena faktor internal dan eksternal dari penganutnya. Misalnya karena faktor

kepribadian yang semakin terbuka. Penulis berpendapat hal ini juga

merupakan hidayah dari Allah Swt.

3. Adat dan Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Baduy Muslim

Masyarakat Baduy merupakan penduduk asli Desa Kenakes.

Penduduk asli Baduy menganut kepercayaan sunda wiwitan, yang mana

mempercayai monoteis, penghormatan kepada roh nenek moyang dan

kepercayaan kepada satu kekuasaan.

Dengan berkembangnya zaman, sekarang sudah banyak masyarakat

baduy yang memeluk agama Islam. dalam data 3 tahun terakhir terdapat

sejumlah 30 orang masyarakat baduy yang masuk Islam (Muallaf). Data

Page 53: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

43

jumlah masyarakat Baduy yang masuk islam (Muallaf) meningkat setiap

tahunnya.

Masyarakat Baduy yang pindah agama (Muallaf) otomastis harus

keluar dari kampung Baduy. Karena dalam aturan adat Baduy, masyarakat

yang berpindah agama harus pindah dari tanah adat. Masyarakat yang pindah

agama Islam (Muallaf) bisanya sebelum pindah mereka sudah dahuluan

pindah tempat tinggal.

Faktor yang menyebabkan masyarakat baduy pindah agama adalah

bukan karena banyaknya ulama yang mengenalkan Islam kepada masyarakat

Baduy, akan tetapi yang menjadi faktor utamanya adalah keterbukaan

masyarakat baduy dengan masyarakat Islam yang mana mereka sering

berinteraksi.20

Masyarakat Baduy yang masuk Islam (Muallaf) pindah ke Desa

sebelah yaitu Desa Bojong Menteng. Mereka harus pindah dari Kenakes

sesuai dengan aturan adat. Untuk daerah pindahan masyarakat Baduy,

tersebar di Kampung Lendeuh

Salah satu tokoh agama Bojong Menteng pak Rahmat mengatakan,

bahwa masyarakat Baduy yang Muallaf banyak mendapatkan simpati dan

bantuan dari lembaga sosial. Justru sebaliknya bantuan dari pemerintah

sendiri yang sangat minim, dan tidak adanya perhatian dari pemerintah.21

Bantuan yang diberikan oleh lembaga sosial itu adalah, diantaranya

bantuan tempat tinggal, membaca, menulis, menghitung, dan memberikan

pengajaran agama dengan cara pengajian rutinan. Selain itu ada juga program

untuk anak-anak yang masih remaja, untuk memberikan dana pendidikan

untuk sekolah di pondok pesantren.

Dalam adat dan kebiasaan masyarakat Baduy Muslim, mereka sudah

meninggalkan kebiasaan masyarakat suku Baduy. Diantaranya:

a. Berpakaian.

20 Wawancara Pribadi dengan Rahmat, Tokoh Agama, Bojong Menteng, 4 Juli 2019 21 Wawancara Pribadi dengan Rahmat, Tokoh Agama, Bojong Menteng, 4 Juli 2019

Page 54: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

44

Masyarakat Baduy Muslim berpakaian sebagaimana layaknya

masyarakat lainnya. mereka sudah tidak lagi mengenakan pakaian seperti

Baduy . Adapun pakaian masyarakat Baduy Luar mengenakan pakaian

berwarna gelap, sedangkan Baduy Dalam mengenakan pakaian berwarna putih

alami. Masyarakat Baduy Dalam mengenakan celana tanpa dijahit dan hanya

dikuatkan dengan kait pengikat berwarna putih yang berfungsi sebagai penguat

untuk masyarakat Baduy Luar mereka sudah mengenakan pakaian yang

dijahit dengan mesin jahit, bahkan membeli pakaian yang sudah jadi.

b. Bentuk Rumah

Dalam bentuk rumah, masyarakat Baduy Muslim kebanyakan

masih mengikuti bentuk rumah suku Baduy. Namun ada juga yang

membuat rumah seperti masyarakat luar Baduy. Adapun bentuk rumah

suku Baduy sangatlah sederhana, terbuat dari bahan- bahan seperti kayu yang

berasal dari alamnya, bilik bamboo, atap rumbia, genting ijuk dan lain-lain yang

sangat sederhana dengan semua rumah menghadap ke arah utara selatan secara

logika memiliki proses pergantian dan penyinaran matahari yang sangat baik

c. Cara Hidup Tradisional

Masyarakat Baduy Muslim yang sederhana dan penuh toleransi

lebih melihat kehidupa njauh kedepan, sehingga tetap menjaga

keberlanjutan hidupnya proteksi terhadap lingkungan ditujukan untuk

mempertahankan kehidupan mereka supaya tetap utuh dan dapat

memenuhi kebutuhan hidup sendiri pandangan mereka dalam kelestarian

lingkuangan, sama dengan pemikiran dalam pembangunan berkelanjutan

dimana mereka beranggapan bahwa kerusakan lingkungan atau

perubahan terhadap bentuk lingkungan akan mengancam sumber

kehidupan mereka yang berakibat dengan kelaparan dan kekurangan

secara ekonomi lainnya.

D. Proses Perkawinan Baduy Muslim di Desa Bojong Menteng

Dalam proses perkawinan, masyarakat Baduy yang telah masuk Islam

sudah tidak lagi melaksanakan tradisi yang ada di suku Baduy. Masyarakat Baduy

Muslim sudah mengikuti tradisi yang ada pada masyarakat Desa Bojong Menteng.

Adapun kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat Baduy Muslim adalah:

Page 55: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

45

1. Ngolotkeun

Pada prosesi ini, pihak dari calon mempelai wanita akan mengirim utusan

untuk memastikan calon mempelai pria masih lajang. Jika sekiranya sudah merasa

cocok, barulah akan dilanjutkan dengan pembicaraan seputar persiapan hari

pernikahan

2. Buka Pintu

Pada tradisi ini, pengantin wanita akan duduk menghadap pintu keluar

sedangkan pengantin pria duduk di depan pintu mengahadap pintu masuk.

Keduanya dibatasi oleh kain penghalang yang menjadi syarat sekaligus ciri khas

adat Buka Pintu

3. Huap Lingkung

Pada tradisi ini Kedua mempelai akan duduk di alas tikar

berdampingan untuk kemudian disuapi nasi punar oleh sesepuh atau tetua

adat setempat.

4. Ngeroncong

Pada tradisi ini Para keluarga dan tamu akan menyalami pengantin di

pelaminan lalu memberikan uang receh di wadah yang telah disiapkan. Adat

ngeroncong ini dipercaya sebagai simbol pemberian bekal untuk kedua

mempelai dalam memulai hidup baru.

Page 56: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

46

BAB IV

ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM

MENURUT HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

A. Administrasi Perkawinan Masyarakat Baduy Muslim Menurut Hukum

Positif

Masyarakat Suku Baduy merupakan salah satu suku yang memiliki prinsip

yang sangat kuat. Hal ini dapat kita lihat dalam perkawinan masyarakat Baduy.

Masyarakat Baduy sangat kuat mengatur mengenai perkawinan. Bagi masyarakat

Baduy perkawinan merupakan hukum alam yang harus dilaksanakan, yang

biasanya disebut oleh orang Baduy Perkawinan sebagai “rukun hirup”, yaitu

bahwa perkawinan harus dilaksanakan agar mereka tidak menyalahi kodratnya

sebagai manusia.

Perkawinan sebagaimana yang dijelaskan dalam UU No 1 Tahun 1974

dalam pasal 1 ayat 2 yang berbunyi “perkawinan adalah ikatan lahir dan bathin

antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami dan isteri dengan tujuan

membentuk keluaraga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan yang Maha

Esa. Begitupun juga menurut menurut Kompilasi Hukum Islam, dikatakan bahwa

Perkawinan merupakan akad yang sangat kuat untuk mentaati perinta Allah SWT

dan melaksakannya merupakan ibadah.

Dalam melaksanakan perkawinan, hal yang terpenting yang harus

dipenuhi adalah rukun dan syarat pernikahan. Rukun nikah adalah merupakan

bagian dari hakikat keberlangsungan. Apabila salah satu Rukun tidak dipenuhi,

maka perkawinan terebut tidak sah alias batal. Adapun syarat nikah adalah sesuatu

yang wajib ada ketika berlangsungnya perkawinan1

Dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 14 menjelaskan bahwa rukun dari

pernikahan terdiri dari 5 yaitu,

1. Calon suami

2. Calon isteri

3. Wali nikah

4. Dua orang saksi

5. Ijab dan qabul

1 Muhammad Asnawi, Nikah dalam Perbincangan dan Perbedaan (Yogyakarta: Darussalam,

2004) h. 50

Page 57: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

47

Selain Rukun dan Syarat perkaiwnan, hal lain yang lebih penting lagi

adalah terkait administrasi perkawinan. Karena administrasi perkawinan ini

berdampak terhadap pencatatan perkawinannya. Tercatatnya perkawinan

merupakan bentuk bukti tertulis telah dilaksanaknnya perkawinan

Mengenai Ketentuan pencatatan perkawinan telah diatur dalam Pasal 2

UU No. 1/1974 yang menyatakan:

3. Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing

agamanya dan kepercayaannya itu.

4. Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Pencatatan perkawinan merupakan suatu kegiatan pengadministrasian dari

terjadinya perkawinan yang dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah (PPN) yang

berkedudukan di Kantor Urusan Agama (KUA) di dalam ruang lingkup wilayah

kedua calon mempelai melangsungkan perkawinan yang beragama Islam, dan di

Kantor Catatan Sipil (KCS) bagi non Islam.2

Perintah pencatatan perkawinan bagi umat Islam, termasuk pencatatan

talak dan rujuk

sebelumnya diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1946 tentang

Pencatatan Nikah, Talak, dan Rujuk, yang kemudian berlaku di seluruh daerah

luar Jawa dan Madur berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1954 tentang

Penetapan Berlakunya Undang-Undang Republik Indonesia Tanggal 21

Nopember 946 No. 22 Tahun 1946 tentang Pencatatan Nikah, Talak, dan Rujuk di

Seluruh Daerah Luar Jawa dan Madura (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1954 Nomor 98, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

694; untuk selanjutnya disebut UU 22/1946). Kemudian keberlakuan UU 22/1946

ini diperkuat oleh Pasal 12 UU 1/1974, yang penjelasannya menyatakan, bahwa

"ketentuan Pasal 12 ini tidak mengurangi ketentuan yang diatur dalam Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 1946 jo. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1954".

2 Mardani, Hukum Keluarga Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2016), h. 53.

Page 58: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

48

Demikianlah pentingnya pencatatan perkawinan menjadi hal yang sangat

berpengaruh bagi kehidupan berumah tangga, kehidupan bermasyarakat maupun

kehidupan bernegara. Sehingga perkawinan yang tidak dicatatkan dapat

menimbulkan dampak negatif, yaitu: 3. Perkawinan tersebut tidak mempunyai

kekuatan hukum apa pun dalam melindungi hak dan pemenuhan kewajiban

masing-masing pihak, baik suami maupun isteri

Jika dikemudian hari terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh salah satu

pihak, maka pihak yang dirugikan tidak dapat menuntut hak apapun secara

hukum. Pelaku yang mangkir dari kewajibannya, secara hukum tidak

berkewajiban mempertanggungjawabkan apa yang telah dilakukan terhadap

pasangannya. Sebab ikatan yang dibangun dalam perkawinan tersebut tidak sesuai

dengan ketentuan hukum perkawinan yang berlaku di Indonesia dan perkawinan

tersebut dianggap illegal di mata hukum. Dengan demikian, perkawinan yang

dilangsungkan tanpa didaftarkan dan dicatatkan oleh Pejabat Pencatat

Perkawinan, maka perkawinan tersebut berpotensi menimbulkan kemudaratan dan

pengingkaran kewajiban dalam ikatan perkawinan

Sebagaimana yang kita ketahui, masyarakat Baduy menganut agama

sunda wiwitan. Kepercayaan sunda wiwitan ini merupakan kepercayaan pemujaan

terhadap kekuatan alam dan arwah leluhur (animisme dan dinamisme) yang dianut

oleh masyarakat tradisional. Setiap orang Baduy pasti agamanya sunda wiwitan.

Akan tetapi adapun yang beragama Islam, itu merupakan masyarakat Baduy yang

masuk Islam (Muallaf).

Masyarakat Baduy sebelum menikah harus di dahului dengan tahap

peminangan. dalam kebiasaannya jodoh dipilihkan oleh orang tua, lalu kedua

belah pihak bertemu dan saling bersilaturahmi, tahap pengenalan jodoh ini

dinamakan "bobogohan" yang merupakan tahapan penting menuju pernikahan.4

Dalam acara bobogohan ini biasanya ditemani dengan lantunan alat musik

kecapi yang dibawa oleh pihak laki-laki. Orang Baduy menyebutnya perkawinan

3 Mardani, Hukum Keluarga di Indonesia, (Jakarta: Prenamedia Group, 2016), h. 58 4 Wawancara Pribadi dengan Ibu Kesih Tokoh Masyarakat, Kenakes, 3 Juli 2019

Page 59: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

49

sebagai rukun hirup, artinya bahwa perkawinan harus dilakukan, karena jika tidak

maka ia akan menyalahi kodratnya sebagai manusia. Setelah adanya kesepakatan

kedua belah pihak untuk menikah, maka dilaksanakanlah tahapan lamaran.5

1. Proses Lamaran

Proses lamaran dilakukan oleh pihak lak-laki ke pihak perempuan. Adapun

proses lamaran yang harus dilakukan adalah:6

a. Melapor kepada Jaro (Pak RW) dengan membawa daun sirih, pinang, dan

gambir.;

b. Calon pria pergi kerumah calon perempuan membawa sirih, pinang,

gambir, cincin, baju untuk calon mempelai wanita ;

Pada Masyarakat Baduy Muslim, rangkaian ini tidak dilaksanakan

lagi oleh mereka. Hal yang berhubungan dengan tradisi maupun adat sudah

tidak dilaksanakan oleh masyarakat Baduy Muslim.

2. Proses Perkawinan dan Pencatatan

Setelah semua proses dilalui maka diadakanlah upacara pernikahan

yang hanya boleh diadakan pada bulan kalima, kagenep, katujuh. Tanggal ini

berdasarkan pikukuh, aturan aturan yang sudah digariskan oleh leluhur. Pada

pelaksanaann pernikahan, masyarakat Baduy yang menganut agama sunda

wiwitan tidak melakukan pernikahan di depan pejabat pencatatan pernikahan.

Berdasarkan peraturan perundangan undangan, bagi masyarakat yang

beragama non muslim di catatkan di pencatatan sipil, dan yang beragama

Islam di KUA.

Berdasarkan wawancara dengan ketua adat di Kenakes, masyarakat

tidak mengakui adanya perkawinan di KUA, karena masyarakat Baduy hanya

mengakui perkawinan yang dilaksanakan di depan penghulu. Dan juga dia

mengatakan sunda wiwitan tidak bagian dari agama Islam, makanya mereka

tidak mau menikah di KUA. Kemudian beliau juga mengatakan bahwasannya

5 Wawancara Pribadi dengan Pasudin ,Tokoh Adat, Kenakes, 3 Juli 2019 6 Wawancara Pribadi dengan Pasudin ,Tokoh Adat, Kenakes, 3 Juli 2019

Page 60: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

50

yang ditunjuk menjadi penghulu nikah adalah orang paham mengenai agama

dan berasal dari luar desa Kenakes.7

Untuk permasalahan legalitas atas perkawinan masyarakat Baduy ini

tentu tidak ada legalitasnya, dan perkawinan ini pun tidak diakui oleh negara,

karena perkawinan ini hanya dilaksakan di depan penghulu yang

dilangsungkan berdasarkan adat. Pernikahan ini pun tidak di catatkan di

kantor catatan sipil sesuai yang terdapat dalam ketentuan pencatatan

perkawinan telah diatur dalam Pasal 2 UU 1/1974 dan Undang-undang No.22

Tahun 1946 jo Undang-undang No. 32 Tahun 1954

Jadi untuk pernikahan, masyarakat Baduy tidak ada ada kewajiban

untuk pada prosesi pernikahan mempelai akan mengucapkan kalimat

syahadat (seperti ijab kabul), disaksikan oleh penghulu. Menurut informasi

yang saya dapatkan pencatatan pernikahan oleh KUA tidak berlaku di Baduy,

karena terbentur oleh kepercayaan yang mereka yakini.

Masyarakat Baduy yang telah pindah ke agama Islam otomatis telah

pindah dari kampung Baduy yaitu Desa Kenakes.8 Mereka yang masuk Islam

tinggal di Desa Bojongmenteng, yang mana Desa ini bersebelahan dengan

kampung Baduy. Masyarakat Baduy Muslim terdapat di kampung Landeuh yang

ada di Desa Bojong Menteng

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala Desa Bojong Menteng, ada

33 kepala keluarga yang telah masuk Islam. Beliau mengatakan bahwasannya

warga Baduy yang masuk Islam meningkat setiap tahunnya.9

Dalam hal perkawinan pada masyarakat Baduy Muslim, sedikit dari

masyarakat Baduy yang menikah secara prosedural yang berlaku di Indonesia.

Masyarakat Baduy yang telah masuk Islam mereka melaksakan pernikahan di luar

daerah Baduy. Diantara beberapa masyarakat Baduy, ada yang menikah di KUA

7 Wawancara Pribadi, Mawan, Tokoh Masyarakat, Desa Kenakes, 3 Juli 2019 8 Wawancara Pribadi, Mawan, Tokoh Masyarakat, Desa Kenakes, 3 Juli 2019 9 Wawancara Pribadi dengan Saija,Kepala Desa Bojong Menteng, Interview Pribadi, 4 Juli

2019

Page 61: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

51

dan ada yang diluar KUA. Namun sebagian besar dari masyarakat Baduy

melangsungkan pernikahan di bawah tangan atau nikah siri.

Masyarakat Baduy Muslim yang melangsungkan perkawinan di bawah

tangan atau yang sering disebut nikah siri, tidak melaksanakan lagi tradisi tradisi

yang ada pada masyarakat Baduy.10 Adapun adminitrasi yang harus dipenuhi oleh

masyarakat Baduy Muslim yang nikah diantaranya, bukti identitas kedua calon

dan minta izin kepada RT/RW yang biasa disebut masyarakat Baduy yaitu Jaro.

Kemudian bapak Jaro menuliskan di bukunya daftar nama-nama pasangan yang

segera menikah.11

Selanjutnya ada masyarakat Baduy yang menikah di KUA. Mereka yang

menikah di KUA ini kebanyakan masyarakat Baduy yang telah lama pindah ke

Desa Bojongm Menteng. Adapun syarat administrasi yang harus mereka penuhi

adalah:

1. Foto Copy KTP dan Kartu Keluarga (KK) untuk calon pengantin (Catin)

masing-masing 1 (satu) lembar.

2. Surat pernyataan belum pernah menikah (masih gadis/jejaka) di atas

segel/materai bernilai minimal Rp. 6.000,- (enam ribu rupiah) diketahui RT,

RW dan Lurah setempat.

3. Surat keterangan untuk nikah dari Kelurahan setempat yaitu Model N1, N2,

N4, baik calon Suami maupun calon Isteri.

4. Pas photo catin ukuran 2x3 masing-masing 4 (empat) lembar, bagi anggota

ABRI berpakaian dinas.

5. Bagi yang berstatus duda/janda harus melampirkan Surat Talak/Akta Cerai

dari Pengadilan Agama, jika duda/janda mati harus ada surat kematian dan

surat Model N6 dari Lurah setempat.

6. Harus ada izin/Dispensasi dari Pengadilan Agama bagi:

d. Catin laki-laki yang umurnya kurang dari 19 tahun;

e. Catin perempuan yang umurnya kurang dari 16 tahun;

10 Wawancara Pribadi dengan Saija, Kepala Desa, Bojong Menteng, 4 Juli 2019 11 Wawancara Pribadi dengan Saija, Kepala Desa, Bojong Menteng, 4 Juli 2019

Page 62: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

52

f. Laki-laki yang ingin berpoligami.

7. Izin Orang Tua (Model N5) bagi catin yang umurnya kurang dari 21 baik

laki-laki maupun perempuan.

8. Bagi catin yang tempat tinggalnya bukan di wilayah KUA Leuwidamar

harus ada surat Rekomendasi Nikah dari KUA setempat.

9. Bagi anggota TNI/POLRI harus ada izin Kawin dari pejabat

Atasan/Komandan.

10. Bagi catin yang akan melangsungkan pernikahan ke luar wilayah kecamatan

Leuwidamar harus ada surat rekomendasi nikah dari KUA Kecamatan

Leuwidamar.

11. Kedua catin mendaftarkan diri ke KUA Leuwidamar sekurang-kurangnya

10 (sepuluh) hari kerja dari waktu melangsungkan pernikahan. Apabila

kurang dari 10 (sepuluh) hari kerja, harus melampirkan surat Dispensasi

Nikah dari Camat Leuwidamar.

12. Bagi WNI keturunan, selain syarat-syarat tersebut dalam point 1-10 harus

melampirkan foto copy Akta Kelahiran dan status kewarganegaraannya

(K1).

13. Surat Keterangan Tidak Mampu dari Lurah/Kepala Desa bagi mereka yang

tidak mampu.

Semua syarat inilah yang dipenuhi dan dilakukan oleh masyarakat Baduy

Muslim. Adapun syarat maupun tradisi yang dilakukan masyarakat Baduy yang

masih menganut kepercayaan sunda wiwitan, tidak lagi dilaksanakan oleh muallaf

Baduy. Mereka sudah benar benar meninggalkan adat Baduy.12

B. Administrasi Perkawinan Masyarakat Baduy Muslim Menurut Hukum

Islam

Setiap tahunnya msyarakat asli Baduy yang masuk Islam meningkat setiap

tahunnya. Adapun faktor yang mempengaruhinya adalah semakin terbukanya

kepribadian mereka, sehingga memunculkan perbedaan pandangan dan ketidak

harmonisan rumah tangga. Yang mana perbedaan itu menimbulkan tekanan batin

12 Wawancara Pribadi dengan Saija, Kepala Desa, Bojong Menteng, 4 Juli 2019

Page 63: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

53

sehingga terjadi konversi untuk mencari hal hal baru dalam upaya merdakan

tekanan psikologis. Kalau kita kaji secara agama, memang ini adalah bentuk

kekuasaan Allah, dan hidayah dari Allah swt.

Masyarakat Baduy yang masuk Islam, yang telah menikah secara adat

Baduy, mereka tidak mengulang pernikahannya lagi. Dalam Literatur fikihpun

dikatakan bahwasannya, pasangan yang telah menikah dengan cara agama

mereka, kemudian sepasang kekasih itu masuk Islam, maka dalam Islam mereka

tidak perlu menikah ulang lagi secara Islam.13

Dalam syariat Islam baik al-Qur’an maupun Hadis tidak mengatur secara

jelas tentang pencatatan perkawinan dan akta nikah sebagai alat bukti. Ini berbeda

dengan ayat muamalah (mudayyanah) yang dalam situasi tertentu diperintahkan

untuk mencatatkannya.14 Dalam Hukum Islam, mencatatkan perkawinan

merupakan hal yang wajib, sebagaimana yang dijelaskan dalam Firman Allah

surat Al- Baqarah ayat 282.

) 282البقرة(

13 Http: //Islam.nu.or.id/102450 Suami isteri muallaf apakah mengulang akad nikah diakses

pada tanggal 15 September 2019 14 Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), Cet, Ke-6,

h. 107

Page 64: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

54

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak

secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan

hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan

janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya,

meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu

mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada

Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya.

jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau

Dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah walinya mengimlakkan

dengan jujur. dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki

(di antaramu). jika tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua

orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa

Maka yang seorang mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi

keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang

itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang demikian

itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat

kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali

jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, Maka

tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah

apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit

menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian), Maka Sesungguhnya hal itu

adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah; Allah

mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu”.

Mengenai ayat ini, ulama berbeda pendapat tentang hukum pencatatan

tersebut. Sebagian ulama mengatakan bahwa pencatatan tersebut hukumnya tidak

wajib karena hanya bersifat anjuran. Hal ini menurut Quraish Shihab berdasarkan

praktik para sahabat Nabi ketika itu, keadaan kaum muslimin ketika turunnya ayat

ini belum banyak yang memilki kepandaian tulis menulis, maka jika perintah

tersebut bersifat wajib tentunya akan sangat memberatkan masyarakat muslim

pada saat itu. Namun demikian ayat ini mengisyaratkan pentingnya belajar tulis

menulis, karena dalam hidup seseorang bisa saja mengalami kebutuhan pinjam

dan meminjamkan. Hal ini diisyaratkan dengan penggunaan kata اذا (apabila) yang

terdapat pada awal penggalan ayat ini, yang lazim digunakan untuk kepastian

akan terjadinya sesuatu.15

Mayoritas masyarakat Baduy Muslim melangsungkan pernikhan siri.

Adapun adminitrasi yang harus dipenuhi oleh masyarakat Baduy Muslim yang

15 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta:

Lentera Hati, 2002), Cet. Ke-1, h. 564-565.

Page 65: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

55

nikah diantaranya, bukti identitas kedua calon dan minta izin kepada RT/RW yang

biasa disebut masyarakat Baduy yaitu jaro. Kemudian bapak jaro menuliskan di

bukunya daftar nama-nama pasangan yang segera menikah.

Dalam agama Islam pernikahan sah apabila telah memenuhi syarat dan

Rukun Nikah. Menurut Imam asy-Syafi’i sahnya perkawinan apabila telah

memenuhi Rukun Nikah. Adapun Rukun Nikah menurut imam asy-Syafi’i adalah

calon suami, calon isteri, wali, dua orang saksi dan sigat. 16Berdasarkan penelitian

yang penulis lakukan, bahwa semua rukun ini telah tercukupi oleh masyarakat

Baduy itu sendiri. Jelas pernikahan masyarakat Baduy Muslim sah menurut

hukum Islam.

C. Analisis Penulis

Masyarakat Baduy yang telah masuk Islam menikah sudah tidak lagi

meggunakan tradi ataupun adat mereka sebelumya. Berdasarkan hasil penelitian

penulis, pernikahan masyarakat Baduy Muslim terbagi kepada dua

pengelompokan. Yang pertama menikah secara siri atau menikah dibawah tangan.

Adapun pernikahan mereka itu dilangsungkan di depan Penghulu. Penghulu ini

merupakan orang alim atau pemuka agama yang ada di kampung tersebut.

Penghulu ini merupakan orang yang pernah ditunjuk oleh kepala KUA (naib)

untuk membantu naib menikahkan masyarakat muslim yang ada di Bojong

Menteng. Penghulu yang diangkat oleh naib orang yang paham agama. Namun

sejak tahun 2018 surat perintah dari kepala KUA (naib) itu telah di cabut. Akan

tetapi masyarakat muslim tersebut tetap menggunakan jasa penghulu itu untuk

menikahkan masyarakat Baduy Muslim. Adapun peranan dari Penghulu ini hanya

menikahkan, tidak merangkap menjadi wali.

Yang kedua masyarakat Baduy Muslim menikah di KUA. Berdasarkan

penelitian yang penulis lakukan, yang mana data ini di dapatkan ketika

wawancara dengan kepala KUA. Bahwa masyarakat yang telah melakukan nikah

16 Ahmad Atabik dan Khoridatul Madhiiah, Pernikahan dan Hikmahnya Perspektif Hukum

Islam, Yudisia,Vol.5 No. 2 Desember 2014

Page 66: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

56

di KUA sejak 2017 ada 3 pasangan. Pada tahun 2017 ada 1 pasangan, 2018 tidak

ada, dan 2019 ada 2 pasangan.17. Dengan jumlah ini tentu masih minim sekali

Baduy Muslim yang menikah di KUA. Salah satu warga kampung Lendeuh

Herman mengatakan dia tidak mengetahui bagaimana prosedur perkawinan,

karena dari pemerintah sendiri tidak pernah mengadakan sosialisasi.18 Masyarakat

Baduy Muslim sangat berharap adanya program dari pemerintah untuk itsbat

nikah, karena mereka juga ingin memiliki buku nikah.19

Sedikitnya masyarakat Baduy Muslim yang melangsungkan pernikahan di

KUA disebabkan beberapa faktor, diantaranya:

1. Rendahnya pendidikan dari masyarakat Baduy yang menyebabkan

terhambatnya mereka menangkap suatu informasi

2. Tidak masifnya sosialisasi dari pemerintah

3. Kurangnya informasi yang di dapat oleh masyarakat Baduy Muslim itu

sendiri, karena memang mereka tidak memiliki tv dan yang lain-lain.

4. Sikap apatis dari masyarakat Baduy Muslim, yang tidak mau susah untuk

mengurus persyaratan untuk menikah.

5. Tidak lengkapnya persyaratan, seperti KTP dan lain-lain.

Berdasarkan wawancara dengan Sanah salah satu penyuluh agama honorer

yang ada di Kecamatan Leuwidamar, beliau memang mengakui bahwasannya

kurangnya sosialisai dari pemerintah KUA setempat. Hal ini disebabkan karena

sedikitnya sumber daya manusia yang ada di Leuwidamar. Selain sumber daya

manusia yang sedikit, honor yang diberikan kepada penyuluh itu bisa dikatakan

jauh dari cukup.20 Menurut penulis hal inilah yang menyebabkan kurang

maksimalnya kinerja dari penyuluh yang ada.

Penulis menyimpulkan, perkawinan pada masyarakat Baduy Muslim

terbagi dua, menikah secara siri, dan menikah secara resmi yang di catatkan di

17 Wawancara Pribadi dengan HM Abdul Mufti, Kepala KUA, Leuwidamar, 5 Juli 2019 18 Wawancara Pribadi dengan Herman, Masyarakat, Bojong Menteng, 5 Juli 2019 19 Wawancara Pribadi dengan Naspah,Tokoh Masyarakat, Bojong Menteng, 5 Juli 2019 20 Wawancara Pribadi dengan Sarminah, Penyuluh Agama Honorer, Leuwidamar, 5 Juli 2019

Page 67: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

57

KUA. Perintah pencatatan perkawinan tertuang dalam Undang-Undang Nomor 22

Tahun 1946 tentang Pencatatan Nikah, Talak, dan Rujuk Data yang penulis dapat

bahwasannya masyarakat Baduy Muslim lebih banyak menikah secara siri

dibanding yang menikah di KUA.

Dampak hukum yang timbul apabila menikah secara siri adalah tidak

tercatatnya perkawinan tersebut di KUA, dengan kata lain perkawinan itu tidak

sah secara hukum indonesia karena tidak memiliki legalitas. Adapun dampak dari

tidak tercatatnya perkawinan adalah:

1. Perkawinan dianggap tidak sah

2. Tidak adanya kejelasan terhadap status anak

Anak hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibu dan

keluarga ibu akibat lebih jauh dari perkawinan yang tidak tercatat

adalah, baik isteri maupun anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan

tersebut tidak berhak menuntut nafkah ataupun warisan dari ayahnya.

Namun demikian, Putusan Mahkamah Konstitusi mengabulkan

permohonan Macicha Muktar sehingga anak hasil perkawinan siri

memiliki hubungan perdata dengan ayahnya.21

3. Nikah siri dapat mempengaruhi kondisi Psikologis karena adanya perasaan

tidak nyaman tidak memiliki dokumen dokumen seperti akta kelahiran.22

4. Kesulitan untuk administrasi tertentu.

Salah satu syarat untuk naik haji bagi pasangan yang telah menikah

adalah Buku Nikah. Berdasarkan wawancara dengan salah satu pegawai

Pengadilan Agama Kota Tangerang, setiap tahunnya banyak masyarakat

yang mengajukan permohonan itsbat nikah dengann alasan untuk salah

satu syarat naik haji.23

21 Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010 22 Drs. Ali Uraidy., MH., “Perkawinan Sirri dan Akibat Hukumnya Ditinjau dari Undang

Undang No.1 Tahun 1974”, Jurnal Ilmiah FENOMENA, Volume X, Nomor 2, November 2012

hal. 990 23 Wawancara Pribadi dengan Pak Ibro, Pegawai PA Tangerang, Tangerang, 2 September 2019

Page 68: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

58

Menurut hukum Islam perkawinan masyarakat Baduy Muslim telah

memenuhi syarat perkawinan, dan bisa kita katakan perkawinannya sah secara

Islam. Diantara rukun yang dipenuhi adalah ada mempelai laki-laki, mempelai

perempuan, wali nikah, dua orang saksi laki-laki dan ijab kabul. Kemudian syarat

yang telah dipenuhi adalah, pengantin beragama islam, keduanya bukan mahram,

mengetahui wali akad nikah, tidak sedang melaksanakan haji, bukan paksaan.

Page 69: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

59

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Masyarakat Baduy yang telah masuk Islam, mereka sudah tidak lagi

melaksanakan tradisi ataupun adat istiadat yang dilaksanakan oleh

masyarakat Baduy pada umumnya. Adapun administrasi perkawinan yang

harus dipenuhi oleh masyarakat Baduy Muslim Bojong Menteng adalah

identitas kedua calon, kemudian meminta izin kepada Jaro (Pak RW).

Kemudian Jaro tersebut menuliskan di bukunya nama pasangan yang akan

menikah. Berdasarkan hukum Islam perkawinan seperti ini sah, akan tetapi

dalam hukum positif tidak sah karena dalam UU No.1 Tahun 1974

perkawinan harus dilaksanakan di depan pejabat yang berwenang

2. Masyarakat Baduy muslim dalam melangsungkan perkawinan terbagi dengan

2 cara, yaitu perkawinan yang dilangsungkam di depan Pegawai Pencatatan

Perkawinan dan dibawah tangan atau siri. Perkawinan yang dilangsungkan

masyarakat Baduy muslim di hadapan Pegawai Pencatatan Perkawinan atau

KUA sah menurut hukum positif dan hukum Islam. Kemudian perkawinan

yang dilangsungkan dibawah tangan atau siri tidak sah menurut hukum

positif, karena menurut hukum positif perkawinan sah apabila dilangsungkan

di hadapan Pegawai Pencatatan Perkawinan. Sedangkan menurut hukum

Islam perkawinan masyarakat Baduy Muslim sah, karena telah memenuhi

rukun dan syarat perkawinan.

B. Saran-saran

1. Diharapkan kepada penyuluh agama Leuwidamar agar memberikan arahan

dan pendidikan keagamaan kepada masyarakat Baduy Muslim mengenai

ajaran Islam secara menyeluruh .

2. Peniliti yang ingin meneliti dengan tema yang sama dengan skripsi ini, agar

melakukan penelitiannya dari berbagai aspek, bukan saja di bidang

perkawinan.

3. Diharapkan kepada Pemerintah Daerah memberi fasilitas yang memadai

untuk terselenggaranya administrasi perkawinan yang tertib.

Page 70: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Asnawi, Muhammad, Nikah Dalam Perbincangan Dan Perbedaan. Yogyakarta:

Darussalam.2004

Badan Pusat Statistik. Kecamatan Leuwidamar dalam Angka 2018.Lebak : Badan

Pusat Statistik. 2018.

C.E Permana. Kesetaraan Gender dalam adat inti jagat Baduy. Jakarta:

Wedatama Widya Sastra.2001.

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji Proyek

Peningkatan Sarana Keagamaan Islam, Zakat dan Wakaf, Pedoman

Pegawai Pencatat Nikah dan Pembantu Pegawai Pencatat Nikah. Jakarta:

Bimas Islam. 1999.

Djoewisno. Potret Kehidupan Masyarakat Baduy”, Orang-orang Baduy Bukan

Suku Terasing Mereka yang Mengasingkan Diri. PT Cipta Pratama ADV.

Eksplisit,Tegas. Gamnblang, Tidak Tersembunyi, Tidak Bertele-Tele,

Faizal, Liky. Akibat Hukum Pencatatan Perkawinan. Lampung. Dosen Fakultas

Syariah IAIN Raden Intan Lampung.

Hasan, M. Ali. Pedoman Hidup Berumah Tangga dalam Islam. Jakarta: Siraja.

2006.

Hasanah Aan. Jurnal Wacana. Pengembangan Pendidikan Karakter Berbasis

Kearifan Lokal Pada Masyarakat Minoritas (Studi Atas Kearifan Lokal

Masyarakat Adat Suku Baduy Banten), (Universitas Islam Negeri Sunan

Gunung Djati Bandung, Volume XXI, Nomor 1 Tahun 2012.

Indrawardana, Ira. Sunda Wiwitan Dalam Dinamika dan Zaman. Konferensi

Nasional Budaya Sunda. 2011.

Kartono, Kartini, Pengantar Metodologi Riset Sosisal. Bandung: CV Mandar

Maju. 1996.

Kharlie, Ahmad Tholabi, Hukum Keluarga Indonesia. Jakarta: Bumi

Aksara.2013.

Madhiiah, Khoridatul dan Ahmad Atabik. Pernikahan dan Hikmahnya Perspektif

Hukum Islam, Yudisia,Vol.5 No. 2 Desember 2014

Page 71: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

Manan, Abdul, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia. Jakarta:

Kencana. 2008.

Mardani, Hukum Keluarga Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana.2016.

Mardjono, Hartono. Menegakkan Syari’at Islam dalam Konteks Keindonesiaan:

Proses Penerapan Nilai-nilai Islam dalam Aspek Hukum, Politik, dan

Lembaga Negara. Bandung: Mizan. 1997.

Masykuroh, Yufi Wiyos Rini. Bp4 Kepenghuluan. Bandar Lampung: Fakultas

Syari’ah IAIN Raden Intan Lampung. 2014.

Mulyani, Sri, Relasi Suami Isteri Dalam Islam. Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN

Syarif Hidayatullah. 2004

Oktavia, Yolla. Jurnal Wacana. Resepsi Masyarakat Kabupaten Lebak Banten

Terhadap Upacara Seba Suku Baduy”,Universitas Diponegoro.

Pasal 2-11 Peraturan Pemerintah Repuplik Indones ia Nomor 9 Tahun 1975

Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan jo. Pasal 3 - Pasal 18 Peraturan Menteri Agama Nomor

19 Tahun 2018 tentang Pencatatan Perkawinan.

Permana, R. Cecep Eka. Kearifan Lokal Masyarakat Baduy Menghadapi

Perubahan Indonesia, (SEBUMI3) Universitas Kebangsaan Malaysia.

2010.

Prihantono, Feri, Kehidupan Berkelanjutan Masyarakat suku Baduy, Dalam

Jurnal Asia Good ESD Practice Project, Bintari. Bina Karta Lestari.

Foundation. 2006.

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010

Qodir, Abdul, Pencatatan Pernikahan dalam Perspektif Undang-undang dan

Hukum Islam. Depok : Azza Media. 2014.

Rofiq, Ahmad. Hukum Perdata Islam di Indonesia. Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada. 2013.

Rukmana, Ayi. Tradisi perkawinan baduy dalam dengan baduy luar, (studi kasus

desa kanekes kecamatan leuwidamar kabupaten lebak). Jakarta: Uin

Syarif Hidayatullah Jakarta.2016.

Sanusi, Ahmad “Pelaksanaan Isbat Nikah di Pengadilan Agama Pandeglang”,

Ahkam: Jurnal Ilmu Syariah. Januari, 2016.

Saputra, Riswandi 13.blogspot.com, diakses pada 5 maret 2019.

Page 72: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

60

Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an.

Jakarta: Lentera Hati. 2002.

Sihabudi, Ahmad dan Asep Kurnia. Saatnya Baduy Bicara. Jakarta; Bumi Aksara.

2010.

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI-Press. 2015.

Sopyan, Yayan. Islam-Negara: Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam

Hukum Nasional.

Sugiyono.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung; Alfabeta.

2015.

Suryani, Ita. Jurnal Wacana. Menggali Keindahan Alam Dan Kearifan Lokal

Suku Baduy. Akademi Komunikasi Bina Sarana Informatika. 2014.

Syakit, Muhammad Fu’ad. PerkawinanTerlarang. Jakarta: CV. Cendekia Sentra

Muslim (anggota IKAPI). 2002.

Ulber, Silalahi. Metode Penelitian Sosial. Bandung; Refika Aditama. 2009.

Undang-Undang No. 1 Tahun1974 Pasal 2 Ayat 1. “ Perkawinan adalah Sah

Apabila dilakukan Menurut Hukum Masing-Masing Agama dan

Kepercayaan itu.”

Uraidy, Ali. “Perkawinan Sirri dan Akibat Hukumnya Ditinjau dari Undang

Undang No.1 Tahun 1974”. Jurnal Ilmiah FENOMENA, Volume X,

Nomor 2, November 2012

Wahid, Maskur. Jurnal Wacana. Sunda Wiwitan Baduy Agama Penajaga Alam

Lindung Di Desa Kenakaes Banten. IAIN Sultan Maulana Hasanudin

Banten.

Wilodati. Sistem Tatanan Masyarakat dan Kebudayaan Orang Baduy (Suatu

Kajian Terjhadap Perubahan Sosial dan Kelestarian Nilai-Nilai

Tradisional Masyarakat Baduy.

Yusuf, A Muri. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian

Gabungan. Jakarta: Kencana. 2014.

Http: //Islam.nu.or.id/102450 Suami isteri muallaf apakah mengulang akad

nikah diakses pada tanggal 15 September 2019

Page 73: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

B. Skripsi dan Tesis

Ahmadi, Andhika Kharis, “Respon Penghulu KUA Kecamatan Pamulang Tentang

Pembebasan Biaya Administrasi Nikah dan Rujuk”.Skripsi S-1 Fakultas

Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

2013.

Hakim, Ade Luqman,“Suku Baduy”. Skripsi S-1 Fakultas Ilmu Sosial, Universitas

Negeri Yogyakarta. 2005.

Irawan, Rudini, “Pendidikan dalam Pandangan Mayarakat Baduy Dalam”.

(Skripsi S-1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam

Syarif Hidayatullah Jakarta. 2017.

C. Wawancara

Wawancara Pribadi dengan Rahmat, Tokoh Agama, Bojong Menteng, 4 Juli 2019

Wawancara Pribadi dengan Ibu Kesih Tokoh Masyarakat, Kenakes, 3 Juli 2019

Wawancara Pribadi dengan Pasudin ,Tokoh Adat, Kenakes, 3 Juli 2019

Wawancara Pribadi dengan Mawan, Tokoh Masyarakat, Desa Kenakes, 3 Juli

2019

Wawancara Pribadi dengan Saija, Kepala Desa, Bojong Menteng, 4 Juli 2019

Wawancara Pribadi dengan HM Abdul Mufti, Kepala KUA, Leuwidamar, 5 Juli

2019

Wawancara Pribadi dengan Herman, Masyarakat, Bojong Menteng, 5 Juli 2019

Wawancara Pribadi dengan Naspah,Tokoh Masyarakat, Bojong Menteng, 5 Juli

2019

Wawancara Pribadi dengan Sarminah, Penyuluh Agama Honorer, Leuwidamar, 5

Juli 2019

Wawancara Pribadi dengan Pak Ibro, Pegawai PA Tangerang, Tangerang, 2

September 2019

Page 74: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

LAMPIRAN

Page 75: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan
Page 76: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan
Page 77: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan
Page 78: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan
Page 79: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan
Page 80: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan
Page 81: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan

60

Page 82: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan
Page 83: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan
Page 84: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan
Page 85: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan
Page 86: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan
Page 87: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan
Page 88: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan
Page 89: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan
Page 90: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan
Page 91: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan
Page 92: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan
Page 93: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan
Page 94: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan
Page 95: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan
Page 96: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan
Page 97: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan
Page 98: ADMINISTRASI PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KATA PENGANTAR ميحرلا نحمرلا الله مسب ... (PPN) dengan