Administrasi Keuangan Daerah « Nurjati Widodo _ Official Blog

download Administrasi Keuangan Daerah « Nurjati Widodo _ Official Blog

of 12

Transcript of Administrasi Keuangan Daerah « Nurjati Widodo _ Official Blog

  • 8/13/2019 Administrasi Keuangan Daerah Nurjati Widodo _ Official Blog

    1/12

    05/01/14 Administrasi Keuangan Daerah Nurjati Widodo | Official Blog

    nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/2012/05/administrasi-keuangan-daerah-2/ 1/12

    Nurjati Widodo | Official Blog

    About Public Administration & My Life

    About Me

    Profil DaerahAPBD

    Keadaan Geografis

    Keadaan Penduduk

    Potensi Daerah

    Realisasi APBD

    Sejarah Daerah

    Struktur Organisasi

    RSS

    Administrasi Keuangan Daerah

    04May

    KONSEP KEUANGAN DAERAH DI INDONESIA

    Menurut Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005, keuangan daerah adalah Semua hak dankewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu, baik uang maupun barang yang

    dijadikan milik daerah berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban daerah tersebut.

    Dari uraian di atas, dapat diambil kata kunci dari keuangan daerah adalah hak dan kewajiban. Hak

    merupakan hakdaerah untuk mencari sumber pendapatan daerah berupa pungutan pajak daerah, retribusi

    daerah atau sumber penerimaan lain-lain yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

    Sedangkan kewajiban adalah kewajiban daerah untuk mengeluarkan uang dalam rangka melaksanakan

    semua urusan pemerintah di daerah (Mamesah, 1995:5).

    Salah satufaktor penting untuk melaksanakan urusan rumah tangga daerah adalah kemampuan keuangan

    daerah. Dengan kata lain faktor keuangan merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat kemampuan daerah

    dalam melaksanakan otonomi. Sehubungan dengan pentingnya posisi keuangan daerah ini Pamudji dalam

    Kaho (2007:138-139) menegaskan:

    Pemerintah daerah tidak akan dapat melaksanakan fungsinya dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang

    cukup untuk memberikan pelayanan dan pembangunan Dan keuangan inilah merupakan dalam satu

    dasar kriteria untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri.

    Sementara itu, untuk dapat memiliki keuangan yang memadai dengan sendirinya daerah membutuhkan sumber

    keuangan yang cukup pula. Lains dalam Kaho (2007:139-140) merinci ada beberapa cara yang bisa

    dilakukan oleh daerah untuk memperoleh keuangannya, antara lain:

    http://nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/feed/rss/http://nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/profil-daerah/sejarah-daerah/http://nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/profil-daerah/realisasi-apbd/http://nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/profil-daerah/keadaan-penduduk/http://nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/profil-daerah/keadaan-geografis/http://nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/profil-daerah/apbd/http://nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/about-me/http://nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/http://nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/feed/rss/http://nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/profil-daerah/struktur-organisasi/http://nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/profil-daerah/sejarah-daerah/http://nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/profil-daerah/realisasi-apbd/http://nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/profil-daerah/potensi-daerah/http://nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/profil-daerah/keadaan-penduduk/http://nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/profil-daerah/keadaan-geografis/http://nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/profil-daerah/apbd/http://nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/profil-daerah/http://nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/about-me/http://nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/
  • 8/13/2019 Administrasi Keuangan Daerah Nurjati Widodo _ Official Blog

    2/12

    05/01/14 Administrasi Keuangan Daerah Nurjati Widodo | Official Blog

    nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/2012/05/administrasi-keuangan-daerah-2/ 2/12

    1) Daerah dapat mengumpulkan dana dari pajak daerah yang sudah direstui oleh Pemerintah Pusat;

    2) Pemerintah daerah dapat melakukan pinjaman dari pihak ketiga, pasar uang atau Bank atau melalui

    pemerintah pusat;

    3) Daerah dapat ikut ambil bagian dalam pendapatan pajak sentral yang dipungut daerah, misalnya sekian

    persen dari pendapatan sentral tersebut (melalui bagi hasil);

    4) Pemerintah daerah dapat menambah tarif pajak setral tertentu; dan

    5) Pemerintah daerah dapat menerima bantuan atau subsidi dari Pemerintah Pusat.

    Dalam melaksanakan keuangan daerah perlu dibuatkan suatu perencanaan agar seluruh kegiatan yang akan

    dilaksanakan dapat dikelola dengan baik. Bentuk perencanaan keuangan daerah inilah yang dikenal dengan

    istilah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), sebagaimana telah digariskan dalam Undang-

    undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan

    Daerah. APBD adalah suatu rencana keuangan tahunan daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan

    daerah.

    Seperti halnya dalam kebijakan APBN, jika Pemerintah daerah menetapkan bahwa kebijakan anggarannya

    bersifat ekspansif, artinya APBD akan diprioritaskan untuk menstimulasi perekonomian daerah melalui

    pengeluaran pembangunan (development budget).Sebaliknya, jika pemerintah daerah menetapkan

    kebijakan APBD bersifatkontraksi, maka APBD kurang dapat diharapkan untuk menggerakkan

    perekonomian daerah, karena anggaran pembangunan jumlahnya relatif kecil dibandingkan dengan belanja

    rutin daerah (Saragih, 2003:82).

    Menurut Mamesah (1995:16) APBD sebagai sarana atau alat utama dalam menjalankan otonomi daerah

    yang nyata dan bertanggung jawab, karena fungsi APBD adalah sebagai berikut:

    1) Menentukan jumlah pajak yang dibebankan kepada rakyat dari daerah yang bersangkutan;

    2) Merupakan suatu sarana untuk mewujudkan otonomi;

    3) Memberikan isi dan arti tanggung jawab pemerintah daerah umumnya dan kepala daerah khususnya,

    karena APBD itu menggambarkan seluruh kebijaksanaan pemerintah daerah;

    4) Merupakan suatu sarana untuk melaksanakan pengawasan terhadap daerah dengan cara yang lebih

    mudah dan berhasil guna; dan

    5) Merupakan suatu pemberian kuasa kepada kepala daerah dalam batas-batas tertentu.

    Pengelolaan keuangan daerah yang berkaitan dengan pelaksanaan desentralisasi diatur secara mendetail

    dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 (yang kemudian dilengkapi dengan Peraturan

    Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007) menyatakan bahwa dalam pelaksanaan desentralisasi daerah,

    pemerintah daerah berhak menyelenggarakan pengelolaan keuangan daerah, yang komponen-komponennya

    sebagaimana tertuang dalam struktur APBD antara lain terdiri dari:

    A. Pendapatan Daerah

    Pendapatan Daerah adalah hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih

    dalam periode tahun bersangkutan. Pendapatan Daerah bersumber dari:

  • 8/13/2019 Administrasi Keuangan Daerah Nurjati Widodo _ Official Blog

    3/12

    05/01/14 Administrasi Keuangan Daerah Nurjati Widodo | Official Blog

    nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/2012/05/administrasi-keuangan-daerah-2/ 3/12

    1. Pendapatan Asli Daerah;

    Pendapatan Asli Daerah merupakan modal dasar Pemerintah Daerah dalam mendapatkan dana

    pembangunan dan memenuhi belanja daerah (Widjaja, 1998:42). Definisi lain seperti dalam Undang-undang

    No. 32 Tahun 2004, Pendapatan Asli Daerah merupakan penerimaan yang diperoleh dari sumber-sumber

    dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-

    undangan yang berlaku. Dan tentunya pendapatan tersebut diperoleh dari hasil yang berada dalam wilayahnya

    sendiri.

    Menurut Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004, Sumber PAD antara lain terdiri dari:

    1) Hasil pajak daerah, yaitu pungutan yang dilakukan oleh pemerintah Daerah kepada semua obyek pajak,

    seperti orang/badan, benda bergerak/tidak bergerak;

    2) Hasil retribusi daerah, yaitu pungutan yang dilakukan sehubungan dengan suatu jasa/fasilitas yang berlaku

    oleh Pemerintah Daerah secara langsung dan nyata;

    3) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, antara lain:

    a) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD;

    b) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah/BUMN;

    c) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat;

    4) Lain-lain PAD yang sah, antara lain:

    a) Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan;

    b) Jasa giro;

    c) Pendapatan bunga;

    d) Penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah;

    e) Penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan

    barang dan/atau jasa oleh daerah;

    f) Penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing;

    g) Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan;

    h) Pendapatan denda pajak;

    i) Pendapatan denda retribusi;

    j) Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan;

    k) Pendapatan dari pengembalian;

    l) Fasilitas sosial dan fasilitas umum;

    m) Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan; dan

  • 8/13/2019 Administrasi Keuangan Daerah Nurjati Widodo _ Official Blog

    4/12

    05/01/14 Administrasi Keuangan Daerah Nurjati Widodo | Official Blog

    nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/2012/05/administrasi-keuangan-daerah-2/ 4/12

    n) Pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan.

    Pemberian sumber PAD bagi daerah ini bertujuan untuk memberikan kewenangan kepada Pemerintah

    Daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi Daerah sebagai perwujudan

    desentralisasi.

    Menurut Mahi (2000:58), pendapatan asli daerah belum bisa diandalkan sebagai sumber pembiayaan utama

    otonomi daerah kabupaten/kota disebabkan oleh beberapa hal berikut.

    1) Relatif rendahnya basis pajak/retribusi daerah.

    2) Perannya yang tergolong kecil dalam total penerimaan daerah.

    3) Kemampuan administrasi pemungutan di daerah masih rendah.

    4) Kemampuan perencanaan dan pengawasan keuangan yang lemah.

    2. Dana Perimbangan;

    Dana Perimbangan dikeluarkan bertujuan untuk mengurangi kesenjangan fiskal antara Pemerintah dan

    Pemerintahan Daerah dan antar-Pemerintah Daerah. Pasal 10, UU No. 33 Tahun 2004 mengatur tentang

    Dana Perimbangan yang setiap tahun ditetapkan untuk menjadi hak Pemerintah Provinsi dan Daerah

    Kabupaten/Kota terdiri dari:

    1) Dana Bagi Hasil, bagian Daerah bersumber dari penerimaan pajak dan penerimaan dari sumber daya

    alam;

    a) Dana Bagi Hasil Pajak yang bersumber dari:

    - Pajak Bumi dan Bangunan (PBB);

    - Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB);

    - Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh

    Pasal 21.

    b) Dana Bagi Hasil Bukan Pajak yang bersumber dari sumber daya alam, berasal dari:

    - kehutanan;

    - pertambangan umum;

    - perikanan;

    - pertambangan minyak bumi;

    - pertambangan gas bumi; dan

    - pertambangan panas bumi.

    Pembagian Dana Bagi Hasil dibagi menurut persentase yang berbeda-beda pada setiap sumber Dana Bagi

    Hasil yang diatur dalam pasal 12 sampai dengan pasal 21.

  • 8/13/2019 Administrasi Keuangan Daerah Nurjati Widodo _ Official Blog

    5/12

    05/01/14 Administrasi Keuangan Daerah Nurjati Widodo | Official Blog

    nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/2012/05/administrasi-keuangan-daerah-2/ 5/12

    2) Dana Alokasi Umum;

    Besarnya Persentasi Dana Alokasi Umum (DAU) ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari Pendapatan

    Dalam Negeri Neto yang ditetapkan dalam APBN. DAU tersebut dibagi atas dasar celah fiskal dan alokasi

    dasar. Celah fiskal adalah kebutuhan fiskal dikurangi dengan kapasitas fiskal Daerah. Alokasi dasar dihitung

    berdasarkan jumlah gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah.

    3) Dana Alokasi Khusus.

    Besaran Dana Alokasi Khusus (DAK) ditetapkan setiap tahun dalam APBN. DAK dialokasikan kepada

    Daerah tertentu untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Daerah. Pemerintah menetapkan

    kriteria DAK yang meliputi kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis. Kriteria umum ditetapkan

    dengan mempertimbangkan kemampuan Keuangan Daerah dalam APBD. Kriteria khusus ditetapkan dengan

    memperhatikan peraturan perundang-undangan dan karakteristik Daerah. Kriteria teknis ditetapkan oleh

    kementerian negara/departemen teknis.

    3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

    Kelompok lain-lain pendapatan daerah yang sah bertujuan memberi peluang kepada Daerah untuk

    memperoleh pendapatan selain Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Pinjaman Daerah. Lain-lain

    pendapatan daerah yang sah ini terdiri atas:

    1) Hibah, adalah penerimaan daerah yang berasal dari pemerintah negara asing, badan/lembaga asing,

    badan/lembaga internasional, badan/lembaga dalam negeri/perorangan, baik dalam bentuk devisa, rupiah,

    maupun barang dan/atau jasa termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang tidak perlu dibayar kembali dan

    bersifat tidak mengikat.

    2) Dana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan korban/kerusakan akibat bencana alam.

    3) Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota.

    4) Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang ditetapkan oleh pemerintah.

    5) Bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah daerah lainnya.

    B. Belanja

    Belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana,dan merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak akan diperoleh pembayarannya

    kembali oleh daerah.

    Klasifikasi belanja menurut urusan pemerintahan terdiri atas belanja urusan wajib dan belanja urusan pilihan.

    Klasifikasi belanja menurut urusan wajib mencakup:

    1) Pendidikan;

    2) Kesehatan;

    3) Pekerjaan umum;

    4) Perumahan rakyat;

  • 8/13/2019 Administrasi Keuangan Daerah Nurjati Widodo _ Official Blog

    6/12

    05/01/14 Administrasi Keuangan Daerah Nurjati Widodo | Official Blog

    nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/2012/05/administrasi-keuangan-daerah-2/ 6/12

    5) Penataan ruang;

    6) Perencanaan pembangunan;

    7) Perhubungan;

    8) Lingkungan hidup;

    9) Pertanahan;

    10) Kependudukan dan catatan sipil;

    11) Pemberdayaan perempuan;

    12) Keluarga berencana dan keluarga sejahtera;

    13) Sosial;

    14) Tenaga kerja;

    15) Koperasi dan usaha kecil menengah;

    16) Penanaman modal;

    17) Kebudayaan;

    18) Pemuda dan oleh raga;

    19) Kesatuan bangsa dan politik dalam negeri;

    20) Pemerintahan umum;

    21) Kepegawaian;

    22) Pemberdayaan masyarakat dan desa;

    23) Statistik;

    24) Arsip; dan

    25) Komunikasi dan informatika.

    Klasifikasi belanja menurut urusan pilihan mencakup:

    1) Pertanian;

    2) Kehutanan;

    3) Energi dan sumber daya mineral;

    4) Pariwisata;

    5) Kelautan dan perikanan;

  • 8/13/2019 Administrasi Keuangan Daerah Nurjati Widodo _ Official Blog

    7/12

    05/01/14 Administrasi Keuangan Daerah Nurjati Widodo | Official Blog

    nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/2012/05/administrasi-keuangan-daerah-2/ 7/12

    6) Perdagangan;

    7) Perindustrian; dan

    8) Transmigrasi.

    Klasifikasi belanja menurut organisasi disesuaikan dengan susunan organisasi pada masing-masing pemerintah

    daerah dan klasifikasi belanja menurut program dan kegiatan disesuaikan dengan urusan pemerintahan yang

    menjadi kewenangan daerah. Sedangkan belanja menurut kelompok belanja, terdiri dari:

    1) Belanja tidak langsung. Kelompok belanja tidak langsung ini tidak terkait langsung dengan pelaksanaan

    program dan kegiatan. Kelompok belanja tidak langsung terbagi menurut jenis belanja yang terdiri dari:

    a) Belanja pegawai;

    b) Bunga;

    c) Subsidi;

    d) Hibah;

    e) Bantuan sosial;

    f) Belanja bagi hasil;

    g) Bantuan keuangan; dan

    h) Belanja tidak terduga.

    2) Belanja langsung. Kelompok belanja langsung merupakan belanja yang terkait secara langsung dengan

    pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja langsung dari suatu kegiatan dibagi menurut jenis

    belanja yang terdiri atas:

    a) Belanja pegawai;

    b) Belanja barang dan jasa; dan

    c) Belanja modal.

    C. Pembiayaan

    Pembiayaan daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan

    diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.

    Pembiayaan daerah meliputi semua transaksi keuangan untuk menutup defisit atau untuk memanfaatkan

    surplus.

    Apabila APBD diperkirakan surplus diutamakan untuk membayar pokok utang, penyertaan modal (investasi)

    daerah, pemberian pinjaman kepada pemerintah pusat/pemerintah daerah lain, dan/atau pendanaan belanja

    peningkatan jaminan sosial. Sementara itu, jika APBD diperkirakan defisit maka ditetapkan pembiayaanuntuk menutup defisit tersebut yang diantaranya dapat bersumber dari sisa lebih perhitungan anggaran tahun

    anggaran sebelumnya, pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan,

    penerimaan pinjaman, dan penerimaan kembali pemberian pinjaman atau penerimaan piutang.

  • 8/13/2019 Administrasi Keuangan Daerah Nurjati Widodo _ Official Blog

    8/12

    05/01/14 Administrasi Keuangan Daerah Nurjati Widodo | Official Blog

    nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/2012/05/administrasi-keuangan-daerah-2/ 8/12

    Pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. Penerimaan

    pembiayaan mencakup:

    1) Sisa lebih perhitungan anggaran Daerah;

    2) Penerimaan pinjaman Daerah;

    Pinjaman Daerah bertujuan memperoleh sumber pembiayaan dalam rangka penyelenggaraan urusan

    Pemerintahan Daerah. Pinjaman Daerah bersumber dari:

    a) Pemerintah;

    b) Pemerintah Daerah lain;

    c) Lembaga keuangan bank;

    d) Lembaga keuangan bukan bank; dan

    e) Masyarakat berupa Obligasi Daerah.

    3) Penerimaan kembali pemberian pinjaman;

    4) Pencairan dana cadangan daerah;

    5) Penerimaan piutang; dan

    6) Hasil penjualan kekayaan Daerah yang dipisahkan.

    Sedangkan pengeluaran pembiayaan mencakup:

    1) Pembentukan dana cadangan;

    2) Penanaman modal (investasi) pemerintah daerah;

    3) Pembayaran pokok utang; dan

    4) Pemberian pinjaman daerah.

    Menurut Saragih (2003:82), apapun komposisi dari APBD suatu daerah tentu harus disesuaikan dengan

    perkembangan keuangan pemerintah daerah yang bersangkutan. Setiap daerah tidak harus memaksakan diri

    untuk menggenjot pengeluaran tanpa diimbangi dengan kemampuan pendapatannya, khususnya kapasitas

    PAD. Dikhawatirkan jika pemerintah daerah menetapkan kebijakan defisit pada APBD-nya, maka sumber

    pembiayaan untuk menutupi sebagian atau seluruh defisit anggaran berasal dari pinjaman atau utang.

    Oleh sebab itu, masih menurut Saragih (2003:82), yang lebih aman adalah tidak mendesain anggaran daerah

    yang ekspansif tanpa diimbangi dengan kemampuan pendapatannya. Bisa-bisa keuangan pemerintah daerah

    bangkrut hanya karena mengikuti ambisi untuk menggenjot pengeluaran, baik rutin maupun pembangunan.

    Upaya yang dapat dilakukan untuk menciptakan struktur APBD yang baik adalah dengan memperkecil

    (didasari efisiensi dan efektivitas) belanja rutin daerah pada pos-pos yang tidak perlu dan mendesak. Halinilah yang mendorong perubahan paradigma penganggaran dari yang berbasis line item(tradisional) ke arah

    penganggaran berbasis kinerja. Artinya, penganggaran berbais kinerja ini melihat penilaian kinerja lembaga

    berdasarkan besarnya dana yang terserap dari suatu program atau kegiatan. Setiap rupiah yang dikeluarkan

  • 8/13/2019 Administrasi Keuangan Daerah Nurjati Widodo _ Official Blog

    9/12

    05/01/14 Administrasi Keuangan Daerah Nurjati Widodo | Official Blog

    nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/2012/05/administrasi-keuangan-daerah-2/ 9/12

    harus dapat menghasilkan (yield)nilai tambah bagi perekonomian daerah atau kemakmuran masyarakat yang

    diindikasikan melalui target yang bersifat kuantitatif. Selanjutnya dalam proses penganggarannya, sistem ini

    juga menghendaki dipertimbangkannya beberapa fungsi, yakni fungsi alokasi, distribusi, dan stabilisasi.

    DESENTRALISASI FISKAL

    Otonomi daerah dan termasuk di dalamnya desentralisasi fiskal mengharuskan daerah mempunyai

    kemandirian keuangan yang tinggi. Beberapa daerah dengan sumber daya yang dimiliki mampu

    menyelenggarakan otonomi daerah, namun tidak tertutup kemungkinan ada beberapa daerah akan

    menghadapi kesulitan dalam menyelenggarakan tugas desentralisasi, mengingat keterbatasan sumber daya

    yang dimiliki (Bappenas, 2003:1).

    Menurut Saragih (2003:83), yang dimaksud dengan desentralisasi fiskal adalah suatu proses distribusi

    anggaran dari tingkat pemerintahan yang lebih tinggi kepada pemerintahan yang lebih rendah, untuk

    mendukung fungsi atau tugas pemerintahan dan pelayanan publik, sesuai dengan banyaknya kewenangan

    bidang pemerintahan yang dilimpahkan. Dan dalam pelaksanaannya, prinsip money should follow functionmerupakan salah satu prinsip yang harus diperhatikan dan dilaksanakan.

    Desentralisasi Fiskal dalam otonomi daerah ditujukan untuk menciptakan kemandirian daerah. Sidik (2002:1)

    menyatakan bahwa dalam era ini, pemerintah daerah diharapkan mampu menggali dan mengoptimalkan

    potensi (keuangan lokal), khususnya pendapatan asli daerah. Pemerintah daerah diharapkan mampu

    mengurangi ketergantungan terhadap pemerintah pusat mengingat ketergantungan semacam ini akan

    mengurangi kreatifitas lokal untuk mengambil kebijakan terkait dengan penerimaan lokal yang lebih efisien.

    Menurut Sidik (2002:2), ada tiga sumber daya yang harus mampu dikelola oleh pemerintah daerah guna

    mencapai tujuan yang telah ditentukan, yakni pengelolaan atas pegawai, keuangan, dan kelembagaan.

    Kemampuan pemerintah daerah untuk menyediakan layanan publik dan menjalankan pembangunan sangat

    tergantung pada kemampuan keuangannya. Tanpa uang, pemerintah daerah tidak dapat membayar pegawai,

    perlengkapan dan peralatan, serta berbagai kontrak penyediaan layanan lokal, dan lain sebagainya.

    Desentralisasi fiskal dan devolusi tampak sebagai dua sisi yang berbeda dari satu koin mata uang yang sama

    sehingga desentralisasi fiskal menuntut adanya devolusi, dan begitu pula sebaliknya.

    Menurut Muluk (2005), desentralisasi fiskal pada dasarnya berkaitan dengan dua hal pokok, yakni

    kemandirian daerah dalam memutuskan pengeluaran guna menyelenggarakan layanan publik dan

    pembangunan, dan kemandirian daerah dalam memperoleh pendapatan untuk membiayai pengeluarantersebut. Selain persoalan desentralisasi fiskal, daerah pada dasarnya juga menghadapi persoalan internal

    yang menyangkut kesanggupan daerah mengelola keuangan daerahnya berdasarkan prinsip 5E, yakni:

    efficient, effective, economic, equal, excellent.

    POTENSI FISKAL DAERAH

    Potensi fiskal merupakan kemampuan daerah dalam menghimpun dana melalui sumber-sumber yang sah.

    Potensi fiskal daerah tercermin dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang meliputi pajak daerah, retribusidaerah, laba BUMD, dan lain-lain pendapatan yang sah. Salah satu wujud desentralisasi fiskal adalah

    pemberian sumber-sumber penerimaan bagi daerah yang dapat digali dan digunakan sendiri sesuai potensinya

    masing-masing (Firmansyah, 2006:41).

  • 8/13/2019 Administrasi Keuangan Daerah Nurjati Widodo _ Official Blog

    10/12

  • 8/13/2019 Administrasi Keuangan Daerah Nurjati Widodo _ Official Blog

    11/12

    05/01/14 Administrasi Keuangan Daerah Nurjati Widodo | Official Blog

    nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/2012/05/administrasi-keuangan-daerah-2/ 11/12

    Keberadaan sumber daya kelembagaan ini tidak dapat diabaikan dalam kaitannya dengan upaya peningkatan

    PAD, sebab sumber daya kelembagaan inilah yang dapat melaksanakan operasional kegiatan untuk

    meningkatkan PAD tersebut. Di sini sistem manajemen pemerintahan, khususnya yang menangani tentang

    keuangan daerah sangat penting dalam melaksanakan dan menopang penggalian sumber-sumber keuangan

    maupun pemanfaatannya.

    Dalam hal ini, peranan organisasi pengelola dinilai sangat penting. Sebagai organisasi pengelola PAD adalah

    Dinas Pendapatan Daerah (Dipenda) yang secara khusus dan bersama-sama instansi terkait bertugas untukmelakukan pendataan, penagihan, dan penyetoran PAD. Dipenda sebagai organisasi pengelola PAD

    mempunyai tugas antara lain meningkatkan PAD.

    B. Faktor-faktor pendukung

    Potensi sumber-sumber PAD adalah seluruh obyek yang dapat memberikan kontribusi terhadap jumlah

    PAD. Sementara faktor pendukungnya adalah kemampuan penyelenggara administrasinya. Ukuran yang

    dapat digunakan untuk pengukuran perekonomian daerah adalah rata-rata pendapatan per-kapita atau rata-

    rata daya beli penduduk di daerah tersebut. Dengan kata lain tergantung tingkat kesejahteraan

    masyarakatnya. Faktor pendukung yang lain adalah:

    1) Letak geografis wilayah;

    2) Kesuburan tanah;

    3) Kekayaan hasil-hasil tambang;

    4) Jumlah penduduk; dan

    5) Usaha-usaha ekonomi produktif sebagai lapangan kerja dan berusaha.

    Comments Off

    Posted in Artikel, Keuangan Daerah

    Comments are closed.

    Search

    Search

    Search

    Calendar

    May 2012

    http://nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/category/perkuliahan/keuangan-daerah/http://nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/category/artikel/
  • 8/13/2019 Administrasi Keuangan Daerah Nurjati Widodo _ Official Blog

    12/12

    05/01/14 Administrasi Keuangan Daerah Nurjati Widodo | Official Blog

    M T W T F S S

    Mar Jul

    1 2 3 4 5 6

    7 8 9 10 11 12 13

    14 15 16 17 18 19 20

    21 22 23 24 25 26 27

    28 29 30 31

    Recent Post

    Tugas Praktikum MSIP untuk Kamis tgl 5 Des: Excel & Access

    Tugas Praktikum MSIP untuk tanggal 13 & 14 November

    Daftar Tugas Praktikum MSIP Ganjil 2013

    Tugas Praktikum MSIP Hari Rabu

    MK Manajemen Sumber Daya Aparatur

    Categories

    Akademis

    Informasi

    Artikel

    Perkuliahan

    Arsitektur & Sistem Operasi Komputer

    Class Action DATEkologi Administrasi

    Keuangan Daerah

    Manajemen Keuangan Publik

    Manajemen Pelayanan Publik

    Manajemen Sistem Informasi Publik

    Manajemen Sumber Daya Aparatur

    Organisasi Informasi

    Pemerintahan Daerah

    Praktikum MSIP

    Praktikum SIM

    Uncategorized

    ChocoTheme by .css{mayo}| powered by WordPress

    Entries (RSS)and Comments (RSS)

    http://nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/comments/feed/http://nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/feed/rss/http://cssmayo.com/http://nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/category/uncategorized/http://nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/category/perkuliahan/praktikum-sim/http://nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/category/perkuliahan/praktikum-msip/http://nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/category/perkuliahan/pemerintahan-daerah/http://nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/category/perkuliahan/organisasi-informasi/http://nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/category/perkuliahan/manajemen-sumber-daya-aparatur/http://nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/category/perkuliahan/manajemen-sistem-informasi-publik/http://nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/category/perkuliahan/manajemen-pelayanan-publik/http://nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/category/perkuliahan/manajemen-keuangan-publik/http://nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/category/perkuliahan/keuangan-daerah/http://nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/category/perkuliahan/ekologi-administrasi/http://nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/category/perkuliahan/sertifikasi-dat/http://nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/category/perkuliahan/arsitektur-sistem-operasi-komputer/http://nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/category/perkuliahan/http://nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/category/artikel/http://nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/category/akademis/informasi/http://nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/category/akademis/http://nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/2013/09/mk-manajemen-sumber-daya-aparatur/http://nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/2013/10/tugas-praktikum-msip-hari-rabu/http://nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/2013/10/daftar-tugas-praktikum-msip-ganjil-2013/http://nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/2013/11/tugas-praktikum-msip-untuk-tanggal-13-14-november/http://nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/2013/11/tugas-praktikum-msip-excel/http://nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/2012/05/23/http://nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/2012/05/04/http://nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/2012/07/http://nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/2012/03/