Aditya Syahrul Majid

22
79 VOLUME 2 NO. 1 TAHUN 2019 Strategi Pembelajaran dalam Perspektif Al-Qur’an STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN Ahmad Zaki Muntafi [email protected] Aditya Syahrul Majid aditya.syahrul20@gmail.com Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Abstrak Pendidikan dalam prosesnya tidak terlepas instrumen yang menunjang didalamnya. Instrumen ini menjadi cukup penting karena bersifat vital bagi berlangsungnya proses pendidikan. Ketiadaan instrumen ini tentu berdampak negatif bagi proses pendidikan, khususnya bagi proses pembelajaran. Adanya eksistensi model pembelajaran yang tepat akan melahirkan dampak yang cukup signifikan, begitupun sebaliknya. Strategi pembelajaran menjadi alternatif dalam menyusun proses pembelajaran. Bagi proses pendidikan, strategi pembelajaran ini menjadi acuan penting. Sedangkan, bagi pendidikan Islam, strategi pembelajaran ini harus dilihat dalam perspektif Alquran, di mana Alquran menjadi pijakan teologis dalam beragama. Secara lebih jauh, strategi pembelajaran yang berpijakan terhadap eksistensi Alquran, diharapkan akan mampu melahirkan cita-cita spiritual yang ada didalamnya. Kata Kunci: Alquran, Pendidikan Islam, Strategi Pembelajaran Abstract Education in the process is inseparable with the supporting instruments in it. This instrument is quite important because it is vital for the ongoing educational process. The absence of this instrument certainly has a negative impact on the education process, especially for the learning process. The existence of an appropriate learning model will have a significant impact, and vice versa. Learning strategies become an alternative in compiling the learning process. For the education process, this learning strategy becomes an important reference. Meanwhile, for Islamic education, this learning strategy must be seen in the perspective of the Koran, where the Koran becomes theological footing in religion. Furthermore, learning strategies that are based on the existence of the Koran, are expected to be able to give birth to spiritual ideals that are in it. Keywords: Alquran, Islamic Education, Learning Strategies

Transcript of Aditya Syahrul Majid

Page 1: Aditya Syahrul Majid

79

VOLUME 2 NO. 1 TAHUN 2019

Strategi Pembelajaran dalam Perspektif Al-Qur’an

STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

Ahmad Zaki [email protected] Syahrul Majid

[email protected]

Sekolah Pascasarjana

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Abstrak

Pendidikan dalam prosesnya tidak terlepas instrumen yang menunjang didalamnya. Instrumen ini menjadi cukup penting karena bersifat vital bagi berlangsungnya proses pendidikan. Ketiadaan instrumen ini tentu berdampak negatif bagi proses pendidikan, khususnya bagi proses pembelajaran. Adanya eksistensi model pembelajaran yang tepat akan melahirkan dampak yang cukup signifikan, begitupun sebaliknya. Strategi pembelajaran menjadi alternatif dalam menyusun proses pembelajaran. Bagi proses pendidikan, strategi pembelajaran ini menjadi acuan penting. Sedangkan, bagi pendidikan Islam, strategi pembelajaran ini harus dilihat dalam perspektif Alquran, di mana Alquran menjadi pijakan teologis dalam beragama. Secara lebih jauh, strategi pembelajaran yang berpijakan terhadap eksistensi Alquran, diharapkan akan mampu melahirkan cita-cita spiritual yang ada didalamnya.

Kata Kunci: Alquran, Pendidikan Islam, Strategi Pembelajaran

Abstract

Education in the process is inseparable with the supporting instruments in it. This instrument is quite important because it is vital for the ongoing educational process. The absence of this instrument certainly has a negative impact on the education process, especially for the learning process. The existence of an appropriate learning model will have a significant impact, and vice versa. Learning strategies become an alternative in compiling the learning process. For the education process, this learning strategy becomes an important reference. Meanwhile, for Islamic education, this learning strategy must be seen in the perspective of the Koran, where the Koran becomes theological footing in religion. Furthermore, learning strategies that are based on the existence of the Koran, are expected to be able to give birth to spiritual ideals that are in it.

Keywords: Alquran, Islamic Education, Learning Strategies

Page 2: Aditya Syahrul Majid

80

VOLUME 2 NO. 1 TAHUN 2019

Ahmad Zaki MuntafiAditya Syahrul Majid

A. Pendahuluan

Pendidikan menjadi proses yang memiliki urgensi nyatadalam merekonstruksi masa depan suatu bangsa. Hal

ini menunjukkan bahwa implementasi pendidikan dibutuhkan keseriusan dan totalitas yang konkrit. Ekspektasi yang tinggi memang disematkan kepada proses pendidikan sekaligus semaian cita-cita yang ada didalamnya. Dalam pandangan Ki Hajar Dewantara, pendidikan memberikan cikal bakal lahirnya budi pekerti yang pada masanya akan selaras dengan alam dan masyarakat.1

Selain itu, menurut Azyumardi Azra, proses pendidikan bukan sekadar pengajaran belaka. Namun, pendidikan telah menjadi suatu proses, di mana suatu bangsa atau negara membina dan mengembangkan kesadaran diri diantara individu-individu. Lebih lanjut, Azra memberikan pandangan bahwa pendidikan merupakan latihan fisik, mental, dan moral dalam rangka mewujudkan manusia yang berbudaya.2

Dalam kerangka pendidikan yang lebih spesifik, yakni tentang pendidikan Islam, Mohammad Natsir memberikan pandangannya bahwa pendidikan Islam menitik beratkan pada didikan jasmani dan ruhani menuju kesempurnaan sebagai manusia.3 Sedangkan, pendapat yang lebih kompleks dan komprehensif terdapat dalam pandangan Yusuf Qardhawi, di mana menurutnya pendidikan Islam berisi pada proses pendidikan akal dan hatinya, ruhani dan jasmaninya, serta akhlak dan keterampilannya.4 Pandangan ini

1 Ki Hajar Dewantara, Masalah Kebudayaan: Kenangan-Kenangan Promosi Doktor Honoris Causa, (Yogyakarta: LKiS, 1967), hlm. 42

2 Azyumardi Azra, Esei-Esei Intlektual Muslim dan Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1998), hlm. 3

3 Mohammad Natsir, Capita Selecta, (Bandung: Gravenhage, 1954), hlm. 874 Yusuf Al-Qardhawi, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan Al-Banna, (Jakarta:

Bulan Bintang, 1980), hlm. 39

Page 3: Aditya Syahrul Majid

81

VOLUME 2 NO. 1 TAHUN 2019

Strategi Pembelajaran dalam Perspektif Al-Qur’an

memberikan sudut pandang yang cukup mapan dan kompleks dalam melihat bagaimana Islam menjadi pijakan yang penting dalam proses pendidikan yang kian masif berkembang saat ini.

Abdurrahman Nahlawi telah memberikan potret bahwa Islam menampilkan manusia sesuai dengan hakikatnya, menjelaskan asal-usulnya, keistimewaan, tugas, hubungan dengan alam semesta untuk kesiapan menerima kebaikan atau keburukan.5 Disinilah peran pendidikan Islam lahir dalam merumuskan masa depan manusia itu sendiri. Disisi lain, proses pendidikan tidak terlepas dari pembelajaran yang ada. Implementasi pembelajaran yang tepat dan sesuai tentu akan memberikan dampak yang cukup positif. Namun, tentu sebaliknya, jika pembelajaran yang diimplementasikan kurang tepat, akan berakibat pada penyerapan materi pada peserta didik yang kurang maksimal.

Dalam pembelajaran proses belajar akan lebih bermakna, jika peserta didik mengalami apa yang dipelajarinya, bukan sekadar mengetahuinya saja. Pembelajaran yang berorientasi pada target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetensi mengingat jangka pendek, tetapi sering kali gagal dalam membekali anak memecahkan masalah dalam kehidupan jangka panjang.6 Dalam perspektif filsafat, bagi penganut filsafat idealisme hakikat realita terdapat dalam pikiran, serta sumber pengetahuan adalah ide dalam diri manusia, dan proses belajar adalah pengembangan ide yang telah ada dalam pikiran. Sedangkan, bagi penganut realisme, realita terdapat dalam dunia fisik, sumber pengetahuan adalah pengalaman sensori, dan belajar merupakan kontak atau interaksi individu dengan lingkungan fisik.7

5 Abdurrahman Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani, 1995), hlm. 37

6 Zulvia Trinova, “Pembelajaran Berbasis Student Centered Learning Pada Materi Pendidikan Agama Islam”, Jurnal Al-Ta’lim, Vol. 1, No. 4, Februari 2013, 324-335, hlm. 326

7 Udin S. Winataputra, Hakikat Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana,

Page 4: Aditya Syahrul Majid

82

VOLUME 2 NO. 1 TAHUN 2019

Ahmad Zaki MuntafiAditya Syahrul Majid

Keadaan seperti ini menjadikan strategi pembelajaran menjadi cukup penting dalam kerangka proses belajar mengajar. Strategi pembelajaran yang komprehensif akan membuat peserta didik memiliki capaian yang akan dicapai berdasarkan arah tujuan pendidikan yang diharapkan. Tulisan ini akan menguraikan strategi pembelajaran dalam perspektif Alquran.

B. Definisi Strategi Pembelajaran

Secara harfiah, kata strategi dapat diartikan sebagai seni (art) melaksanakan stratagem yaitu siasat atau rencana.8 Sedangkan, menurut Reber sebagaimana dikutip M. Syah, ia mendefinisikan strategi sebagai rencana tindakan yang terdiri atas seperangkat langkah untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan.9 Menurut J. Salusu sebagaimana dikutip Mulyani Sumantri dan Johar Permana, strategi sebagai suatu seni menggunankan kecakapan dan sumber daya untuk mencapai sasarannya melauihubungan yang efektif dengan lingkungan dan kondisi yang paling menguntungkan.10 Disisi lain, dalam pandangan Wina Sanjaya strategi merupakan pola umum rentetan kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.11

Strategi secara umum sebagai usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan strategi dapat diartikan sebagai a plan, method, or series

2007), hlm. 78 Junaidah, “Strategi Pembelajaran Dalam Perspektif Islam”, Al-Tadzkiyyah:

Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 6, Mei 2015, 118-133, hlm. 1209 M. Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Rosda

Karya, 2008), hlm. 3410 Mulyani Sumantri dan Johar Permana, Stategi dalam Pembelajaran, (Bandung:

Rosda Karya, 1996) hlm. 811 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,

(Jakarta: Kencana, 2007), hm. 99

Page 5: Aditya Syahrul Majid

83

VOLUME 2 NO. 1 TAHUN 2019

Strategi Pembelajaran dalam Perspektif Al-Qur’an

of activities designed to achieves a particular educational goal.12 Pada mulanya istilah strategi banyak digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan.13 Dalam perkembangannya istilah strategi juga digunakan dalam bidang pendidikan atau pengajaran, sehingga muncul istilah strategi pengajaran atau strategi belajar mengajar. Strategi dalam pengertian yang sama untuk menggambarkan keseluruhan prosedur yang sistematis untuk mencapai tujuan. Kemudian memberi batasan mengenai strategi belajar mengajar adalah sebagaimana digunakan untuk menunjukkan siasat atau keseluruhan aktivitas yang dilakukanoleh guru untuk menciptakan suasana belajar mengajar yang sangat kondusif bagi tercapainya tujuan pendidikan.

Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertenu.14 Dalam hal ini, tujuan yang dimaksud adalah tujuan pembelajaran bagi peserta didik yang telah direncanakan dan ditargetkan.

Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dalam pandangan Dick dan Carey (1985), mereka menyatakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan

12 M.E. Bell-Gredler, Learning and Instruction, (New York: Macmillan Publishing, 1986), hlm. 34

13 Direktorat Tenaga Kependidikan, Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2008), hlm. 3

14 Direktorat Tenaga Kependidikan, Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2008), hlm. 3

Page 6: Aditya Syahrul Majid

84

VOLUME 2 NO. 1 TAHUN 2019

Ahmad Zaki MuntafiAditya Syahrul Majid

secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.15 Strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu di perhatikan oleh seorang instruktur dan guru dalam proses pembelajaran yang akan berlangsung.

Menurut Raka Joni sebagaimana dikutip Mulyani Sumantri dan Johar Permana, ia mengatakan bahwa strategi belajar mengajaradalah beberapa alternatif model, cara-cara menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar, yang merupakan pola-pola umum kegiatan yang harus diikuti guru dan peserta didik didalam perwujudan kegiatan belajar mengajar.16 Istilah lain yang juga dipergunakan dan sama maksudnya dengan strategi belajar mengajar adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalammengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajardalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.17

Menurut Mulyasa strategi pembelajaran merupakan strategi yang digunakan dalam pembelajaran, seperti diskusi, pengamatan dan tanya jawab, serta kegiatan lain yang dapat mendorong pembentukkan kompetensi peserta didik.18 Lebih lanjut lagi, dalam pembelajaran, terdapat tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik.19 Kemudian menurut Morgan

15 Direktorat Tenaga Kependidikan, Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2008), hlm. 3

16 Mulyani Sumantri dan Johar Permana, Stategi dalam Pembelajaran, (Bandung: Rosda Karya, 1996) hlm. 9

17 Nurdyansyah dan Fitriyani Toyiba, “Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif Terhadap Hasil Belajar Pada Madrasah Ibtidaiyah”, Jurnal Tekpen, Vol. 1, No, 2, 2016, 83-101, hlm. 90

18 Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 76

19 Nurdyansyah dan Fitriyani Toyiba, “Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif

Page 7: Aditya Syahrul Majid

85

VOLUME 2 NO. 1 TAHUN 2019

Strategi Pembelajaran dalam Perspektif Al-Qur’an

sebagaimana dikutip Udin Saripudin Winataputra setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman disebut belajar.20 Dua konsep tersebut menjadi terpadu dalam satu kegiatan pada waktu terjadi interaksi antara guru dan siswa yangsama-sama aktif dalam pembelajaran.

Selain itu, terdapat beberapa istilah yang hampir sama dengan konteks yang ada didalam strategi, yakni pendekatan (approach), di mana merupakan titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Kemudian terdapat pula metode, yang merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Ada juga teknik, di mana merupakan cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode, serta yang terakhir adalah taktik yang merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu. Istilah-istilah tersebut memiliki distingsi yang sama dan melekat satu sama lain.

C. Konsep Dasar dan Jenis Strategi Pembelajaran

Menindak lanjuti strategi pembelajaran dalam aspek teoritis akan memberikan indikasi mendalam tentang konsep yang ada didalamnya. Hal ini menjadi cikal bakal dalam merumuskan strategi yang tepat digunakan. Menurut Karismanto secara singkat strategi pembelajaran pada dasarnya mencakup empat hal utama yaitu: (1) Penetapan tujuan pengajaran; (2) Pemilihan sistem pendekatan belajar mengajar; (3) Pemilihan dan penetapan prosedur, metodedan teknik belajar mengajar; dan (4) Penetapan kriteria keberhasilan proses belajarmengajar dari evaluasi yang dilakukan.21

Terhadap Hasil Belajar Pada Madrasah Ibtidaiyah”, Jurnal Tekpen, Vol. 1, No, 2, 2016, 83-101, hlm. 86

20 Udin S. Winataputra, Hakikat Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 16

21 Karismanto, Teknik, Model dan Strategi Pembelajaran dalam Matematika, (Yogjakarta: LKiS, 2003), hlm. 12

Page 8: Aditya Syahrul Majid

86

VOLUME 2 NO. 1 TAHUN 2019

Ahmad Zaki MuntafiAditya Syahrul Majid

Pada dasarnya konsep dasar strategi belajar mengajar ini meliputi beberapa hal; (1) menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan perilaku pebelajar; (2) menentukan pilihan berkenaan dengan pendekatan terhadap masalah belajar mengajar, memilih prosedur, metode dan teknik belajar mengajar; dan (3) norma dan kriteria keberhasilan kegiatan belajar mengajar.22 Strategi dapat diartikan sebagai suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditentukan. Jika dikaitkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan peserta didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Menurut Newman dan Mogan strategi dasar setiap usaha meliputi empat hal.23 Pertama, spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku yang diinginkan sebagai hasil belajar mengajar yang dilakukan. Dengan kata lain apa yang harus dijadikan sasaran dari kegiatan belajar mengajar tersebut. Sasaran ini harus dirumuskan secara jelas dan konkrit, sehingga mudah dipahami oleh peserta didik. Perubahan perilaku dan kepribadian yang diinginkan terjadi setelah peserta didik mengikuti suatu kegiatan belajar mengajar harus jelas, misalnya dari tidak bisa membaca berubah menjadi dapat membaca. Suatu kegiatan belajar mengajar tanpa sasaran yang jelas, berarti kegiatan tersebut dilakukan tanpa arah atau tujuan yang pasti. Lebih jauh suatu usaha atau kegiatan yang tidak punya arah atau tujuan pasti, dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan-penyimpangan dan tidak tercapainya hasil yang diharapkan.

Kedua, memilih cara pendekatan belajar mengajar

22 Direktorat Tenaga Kependidikan, Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2008), hlm. 7

23 Direktorat Tenaga Kependidikan, Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2008), hlm. 7-9

Page 9: Aditya Syahrul Majid

87

VOLUME 2 NO. 1 TAHUN 2019

Strategi Pembelajaran dalam Perspektif Al-Qur’an

yang dianggap paling tepat dan efektif untuk mencapai sasaran. Bagaimana cara ini memandang suatu persoalan, konsep, pengertian dan teori apa yang gunakan dalam memecahkan suatu kasus yang akan mempengaruhi hasilnya. Suatu masalah yang dipelajari oleh dua orang dengan pendekatan berbeda, akan menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang tidak sama. Norma-norma sosial seperti baik, benar, adil, dan sebagainya akan melahirkan kesimpulan yang berbeda, bahkan mungkin bertentangan kalau dalam cara pendekatannya menggunakan berbagai disiplin ilmu.24 Pengertian-pengertian, konsep, dan teori ekonomi tentang baik, benar, atau adil, tidak sama dengan baik, benar atau adil menurut pengertian konsep dan teori antropologi. Juga akan tidak sama apa yang dikatakan baik, benar atau adil kalau kita menggunakan pendekatan agama karena pengertian, konsep, dan teori agama mengenai baik, benar atau adil itu jelas berbeda dengan konsep ekonomi maupun antropologi. Begitu juga halnya dengan cara pendekatan terhadap kegiatan belajar mengajar dalam pembelajaran.

Ketiga, memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif. Metode atau teknik penyajian untuk memotivasi siswa agar mampu menerapkan pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan masalah, berbeda dengan cara atau supaya peserta didik terdorong dan mampu berfikir bebas dan cukup keberanian untuk mengemukakan pendapatnya sendiri.25 Perlu dipahami bahwa suatu metode mungkin hanya cocok dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi dengan sasaran yang berbeda hendaknya jangan menggunakan teknik penyajian yang sama.

24 Karismanto, Teknik, Model dan Strategi Pembelajaran dalam Matematika, (Yogjakarta:LKiS, 2003), hlm. 34

25 Udin S. Winataputra, Hakikat Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 20

Page 10: Aditya Syahrul Majid

88

VOLUME 2 NO. 1 TAHUN 2019

Ahmad Zaki MuntafiAditya Syahrul Majid

Keempat, menetapkan norma-norma atau kriteria keberhasilan sehingga guru mempunyai pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai sampai sejauh mana keberhasilan tugas-tugas yang telah dilakukannya. Suatu program baru bisa diketahui keberhasilannya setelah dilakukan evaluasi. Sistem penilaian dalam kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu strategi yang tidak bisa dipisahkan dengan strategi dasar lain. Apa yang harus dinilai dan bagaimana penilaian itu harus dilakukan termasuk kemampuan yang harus dimiliki oleh guru. Seorang peserta didik dapat dikategorikan sebagai murid yang berhasil bisa dilihat dari berbagai segi. Bisa dilihat dari segi kerajinannya mengikuti tatap muka dengan guru, perilaku sehari-hari di sekolah, hasil ulangan, hubungan sosial, kepemimpinan, prestasi olah raga, keterampilan dan sebagainya atau dilihat dan berbagai aspek.26

Selain itu, klasifikasi strategi pembelajaran juga menjadi penting untuk disimak. Paling tidak ada tiga jenis strategi yang berkaitan dengan pembelajaran, yakni: pertama, strategi pengorganisasian pembelajaran, dalam pandangan Reigeluth, Bunderson dan Meril (1977), mereka menyatakan strategi mengorganisasi isi pelajaran disebut sebagai struktural strategi, yang mengacu pada cara untuk membuat urutan dan mensintesis fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang berkaitan.27 Strategi pengorganisasian, lebih lanjut dibedakan menjadi dua jenis, yaitu strategi mikro dan strategi makro. Strategi mikro mengacu kepada metode untuk pengorganisasian isi pembelajaran yang berkisar pada satu konsep, atau prosedur atau prinsip. Strategi makro mengacu kepada metode untuk mengorganisasi isi pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu konsep atau prosedur atau prinsip.

26 Udin S. Winataputra, Hakikat Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 23

27 Direktorat Tenaga Kependidikan, Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2008), hlm. 4

Page 11: Aditya Syahrul Majid

89

VOLUME 2 NO. 1 TAHUN 2019

Strategi Pembelajaran dalam Perspektif Al-Qur’an

Kedua, strategi penyampaian pembelajaran, strategi penyampaian isi pembelajaran merupakan komponen variabel metode untuk melaksanakan proses pembelajaran. Fungsi strategi penyampaian pembelajaran adalah menyampaikan isi pembelajaran kepada pebelajar, dan menyediakan informasi atau bahan-bahan yang diperlukan pebelajar untuk menampilkan unjuk kerja.28 Ketiga, strategi pengelolaan pembelajaran, strategi pengelolaan pembelajaran merupakan komponen variabel metode yang berurusan dengan bagaimana menata interaksi antara pebelajar dengan variabel metode pembelajaran lainnya. Strategi ini berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian, di mana yang digunakan selama proses pembelajaran. Paling tidak, ada tiga klasifikasi penting variabel strategi pengelolaan, yaitu penjadwalan, pembuatan catatan kemajuan belajar siswa, dan motivasi.29

D. Pandangan Al-Qur’an Tentang Strategi Pembelajaran

Sebagaimana dipaparkan di atas terdapat istilah yang memiliki kesamaan dengan strategi, yakni metode, di mana metode sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata. Hal ini dimaksudkan agar tujuan yang telah disusun akan tercapai secara optimal dan maksimal sesuai dengan harapan. Dalam hal ini, metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peran yang sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran. Oleh karenanya, suatu strategi pembelajaran

28 Direktorat Tenaga Kependidikan, Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2008), hlm. 4

29 Direktorat Tenaga Kependidikan, Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2008), hlm. 5

Page 12: Aditya Syahrul Majid

90

VOLUME 2 NO. 1 TAHUN 2019

Ahmad Zaki MuntafiAditya Syahrul Majid

hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran.

Secara umum terdapat beberapa macam metode pembelajaran yang dapat digunakan, diantaranya metode ceramah, demonstrasi, diskusi, simulasi, tugas dan resitasi, tanya jawab, kelompok, problem solving, team teaching, karyawisata, serta lain sebagainya.30 Metode ini pada dasarnya akan senantiasa dapat dikembangan sedemikian rupa agar dapat menunjang akserelasi proses pembelajaran dengan tujuan yang akan dicapai bagi peserta didik.

Dalam kerangka teologis, Islam memberikan pandangan yang konstruktif dan distingtif mengenai metode pembelajaran. Hal ini tentunya berkaitan dengan eksplorasi ajaran yang ada didalam Alquran. Eksplorasi ini dimaksudkan untuk dapat mengimplementasikan secara totalitas ajaran yang ada didalamnya. Secara historis, sejak masa Nabi Saw. sudah dikenal adanya kegiatan belajar mengajar, sehingga kalau dilihat kembali maka pembelajaran itu sendiri sudah ada dan diimplementasikan oleh Nabi Saw. di zamannya.31

Didalam Alquran telah dijelaskan secara eksplisit tentang metode pembelajaran yang dapat digunakan. Pertama, metode al-Hikmah, kedua, metode Maw’idhah al-Hasanah, dan ketiga, metode al-Mujadalah. Ketiga metode ini tercermin dalam Alquran surat al-Nahl ayat 125

30 Lebih lengkap lihat Direktorat Tenaga Kependidikan, Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2008), hlm. 13-41

31 M. Ramli, “Media Pembelajaran Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Al-Hadits”, Ittihad: Jurnal Kopertais Wilayah XI Kalimantan, Vol. 13 No.23, April 2015, 130-154, hlm. 131

Page 13: Aditya Syahrul Majid

91

VOLUME 2 NO. 1 TAHUN 2019

Strategi Pembelajaran dalam Perspektif Al-Qur’an

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Q.s. al-Nahl/16: 125)

Ketiga metode ini sejatinya menyesuaikan dengan sasaran yang menjadi objek pembelajaran. Kepada seseorang telah memiliki ilmu, maka dapat menggunakan al-Hikmah, yakni perkataan yang bijak yang disesuaikan dengan tingkat keilmuan mereka. Seringkali al-Hikmah juga diartikan sebagai perkataan yang tegas dan benar, di mana dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil. Dalam pandangan Quraish Shihab didalam tafsir al-Misbah kata al-Hikmah berarti yang paling utama dari segala sesuatu, baik pengetahuan maupun berbuatan.32 Sedangkan, menurut Imam al-Qurtubi menafsirkan al-hikmah dengan makna kalimat yang lemah lembut.33

Akan tetapi, bagi seseorang yang awam dapat menggunakan Maw’idhah al-Hasanah, yakni dengan memberikan nasihat yang menyentuh jiwa sesuai dengan taraf pengetahuan yang sederhana. Maw’idhah al-Hasanah terdiri dari dua kata, yakni wa’azha yang berarti nasihat dan hasanah yang berarti baik. Maka dapat diartikan sebagai nasihat yang baik. Nasihat yang diberikan kepada peserta didik tentunya harus membawa dampak positif bagi mereka. Hal ini dapat dilakukan secara berkelanjutan.

Sedangkan, jika kepada Ahli Kitab atau pemeluk agama lain menggunakan al-Mujadalah, yakni perdebatan dengan cara terbaik

32 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta: Lntera Hati. 2012), hlm. 132

33 Al-Qurtubi, Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, (Beirut: Daar El-Fikr, 2006), hlm. 298

Page 14: Aditya Syahrul Majid

92

VOLUME 2 NO. 1 TAHUN 2019

Ahmad Zaki MuntafiAditya Syahrul Majid

melalui logika dan retorika yang halus dan terlepas dari kekerasan dan umpatan.34 Kata al-Mujadalah secara etimologis memiliki akar bahasa Arab dari kata jadala yang bermakna berdebat. 35 Menurut Ibnu Faris makna kata Jadal berada pada seputar penguasaan sesuatu dengan segala yang terurai darinya, memperpanjang permusuhan, dan berdialog atau mendebat pembicaraan.36 Selain itu, dalam pandangan Manna al-Qathan Jadal atau Jidal adalah bertukar pikiran dengan cara bersaing dan berlomba mengalahkan lawan. Pengertian ini bersumber dari kata jadaltu al-habla, yang berarati aku kokohkan jalinan tali itu.37 Sedangkan, dalam pandangan al-Jurjani, menjelaskan Jadal dalam konteks penggunaan nalar dan analogi yang berasal dari beberapa ketetapan, dengan tujuan mengalahkan lawan bicara atau orang yang belum mengerti premis pembicaraan.38

Dalam konteks pembelajaran, metode al-Mujadalah ini seringkali diartikan juga dengan diskusi. Metode diskusi yang dimaksud dalam al-Qur’an ini adalah diskusi yang dilaksanakan dengan tata cara yang baik dan sopan. Yang mana tujuan dari metode ini ialah untuk lebih memantapkan pengertian dan sikap pengetahuan mereka terhadap suatu masalah. Definisi diskusi bisa diartikan sebagai cara penyampaian bahan pelajaran dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membicarakan, menganalisa guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan masalah.

34 Najmuddin Al-Tufi, ‘Alam Al-Jazal fi Ilmi Al-Jadal, (Wiesbaden: Franz Stainer Verlag, 1987), hlm. 62

35 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Hida Karya Agung, 1998), hlm 95

36 Ibnu Faris, Mu’jam Maqayis fi Al-Lughah, (Beirut: Daar El-Fikr, 1994), hlm. 387

37 Manna Al-Qathan, Mabahits fi ‘Ulumil Qur’an, (Riyadh: Mansyurat Al-‘Ashri Al-Haditsah, 2001), hlm. 214

38 Ali M. Syarif Al-Jurjani, Al-Tarifat, (Beirut: Darun Nafa’is, 2003), hlm. 137

Page 15: Aditya Syahrul Majid

93

VOLUME 2 NO. 1 TAHUN 2019

Strategi Pembelajaran dalam Perspektif Al-Qur’an

Keempat, metode cerita. Metode ini tercermin dalam Alquran Yusuf ayat 3

Artinya: “Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan Sesungguhnya kamu sebelum (kami mewahyukan) nya adalah Termasuk orang-orang yang belum mengetahui.” (Q.s. Yusus/12: 3)

Ahsanal Qashash dapat dimaknai sebagai materi pembelajaran yang diajarkan melalui metode bercerita maupun dapat diartikan sebagai kisah yang paling baik.39 Dalam pandangan Quraish Shihab kisah adalah upaya mengikuti jejak peristiwa yang benar-benar terjadi atau imajinatif sesuai dengan urutan kejadiannya dan dengan jalan menceritakannya. Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa kini Alquran mengajak menuju kepada kisah yang diwahyukan.40 Hal ini seperti kisah Nabi Yusuf A.s.

Kelima, metode Amtsal (perumpamaan). Metode ini tercermin dalam Alquran surat al-Nahl ayat 75-76

Artinya: “Allah membuat perumpamaan dengan seorang hamba sahaya yang dimiliki yang tidak dapat bertindak terhadap

39 Syahraini Tambak, “Metode Bercerita dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam”, Jurnal Al-Thariqah, Vol. 1, No. 1, Juni 2016, 1-27, hlm. 5

40 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati. 2012), hlm. 12

Page 16: Aditya Syahrul Majid

94

VOLUME 2 NO. 1 TAHUN 2019

Ahmad Zaki MuntafiAditya Syahrul Majid

sesuatupun dan seorang yang Kami beri rezki yang baik dari Kami, lalu Dia menafkahkan sebagian dari rezki itu secara sembunyi dan secara terang-terangan, Adakah mereka itu sama? segala puji hanya bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tiada mengetahui. Dan Allah membuat (pula) perumpamaan: dua orang lelaki yang seorang bisu, tidak dapat berbuat sesuatupun dan Dia menjadi beban atas penanggungnya, ke mana saja Dia disuruh oleh penanggungnya itu, Dia tidak dapat mendatangkan suatu kebajikanpun. Samakah orang itu dengan orang yang menyuruh berbuat keadilan, dan Dia berada pula di atas jalan yang lurus?” (Q.s. al-Nahl/16: 75-76)

Maksud dari perumpamaan ayat di atas untuk membantah orang-orang musyrikin yang menyamakan Tuhan yang memberi rezeki dengan berhala-berhala yang tidak berdaya. Amtsal dalam Alquran merupakan visualisasi yang abstrak yang dituangkan dalam berbagai ragam kalimat dengan cara menganalogikan sesuatu dengan hal yang serupa dan sebanding, maka untuk dapat memahaminya secara baik dan benar memerlukan pemikiran yang cermat dan mendalam serta harus ditopang dengan penguasaan stilitik (ilmu Balaghah).41 Sedangkan, dalam pandangan Ibn al-Qayyim, amtsal adalah menyerupakan dengan sesuatu yang lain dalam hal hukumnya, dan mendekatkan sesuatu yang bersifat abstrak dengan yang bersifat indrawi atau mendekatkan salah satu dari dua yang kongkrit atas yang lainya dan menganggap yang satu sebagai yang lain.42

Dalam dunia pendidikan Islam, amtsal yang telah ditampilkan didalam Alquran sering digunakan sebagai salah satu metode pendekatan yang efektif dalam proses belajar mengajar.43

41 Mahbub Nuryadien, “Metode Amtsal: Metode Al-Quran Membangun Karakter”, Jurnal Al-Tarbawi Al Haditsah, Vol. 1 No. 1, 2015, 1-19, hlm. 2

42 Ibn Al-Qayyim, A’lan al Munaqqi’in, (Beirut : Dar al Kutub al Ilaiyah, 1993), hlm. 116

43 H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Angkasa, 1991), hlm.77

Page 17: Aditya Syahrul Majid

95

VOLUME 2 NO. 1 TAHUN 2019

Strategi Pembelajaran dalam Perspektif Al-Qur’an

Metode pendekatan ini digunakan untuk memperjelas sasaran utama maksud dan tujuan pembicara dalam menyampaikan materi pendidikan. Peranan amtsal Alquran terhadap penafsiran dan dalam dunia pendidikan menjadi cukup penting. Artinya, bahwa para pendidik dan anak didik sangat membutuhkannya, sebab disamping memberikan informasi kepada penerimanya mengenai sesuatu yang belum penah diketahuinya, juga dapat membantu memahmi apa yang dirasa masih musykil (sulit) diterima oleh keterbatasan akal manusia.44

Pada dasarmya beberapa metode di atas merupakan bagian kecil yang ada didalam Alquran. Sifat Alquran yang bersifat holistik dan universal secara lebih jauh memberikan pola strategi yang mapan pula. Oleh sebab itu, implementasi dan pengkajian akan strategi pembelajaran perspektif Alquran perlu upaya yang lebih masif dan berkelanjutan.

E. Memetik Cita-Cita Al-Qur’an Tentang Strategi Pembelajaran

Dalam kerangka keilmuan posisi Alquran menempati tempat yang sentral. Posisi ini menjadikan Alquran sebagai pijakan utama dalam menyusun kerangka pendidikan yang akan dilangsungkan. Alquran juga merupakan petunjuk yang lengkap bagi manusia dan bersifat universal.45 Pola strategi pembelajaran yang ada didalam Alquran merupakan corak keislaman yang perlu dikembangan dalam pendidikan Islam. Hal ini perlu dikembangkan di masa urban saat ini, di mana arus modernisasi kian meningkat tajam. Bahkan, tidak jarang dapat menimbulkan dampak yang negatif bagi generasi penerus. Afir Alquran sebagai pijakan pertama dan utama dalam

44 Mahbub Nuryadien, “Metode Amtsal: Metode Al-Quran Membangun Karakter”, Jurnal Al-Tarbawi Al Haditsah, Vol. 1 No. 1, 2015, 1-19, hlm. 15

45 M. Akmansyah, “Alquran dan Sunnah sebagai Dasar Ideal Pendidikan Islam”, Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam, Vol. 8, No. 2, Agustus 2015, 127-142, hllm. 129

Page 18: Aditya Syahrul Majid

96

VOLUME 2 NO. 1 TAHUN 2019

Ahmad Zaki MuntafiAditya Syahrul Majid

pendidikan Islam tercermin dalam surat al-Nahl ayat 64:46

Artinya: “Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (Q.s. al-Nahl/16: 64)

Dalam histrositasnya Alquran, kehadirannya telah menjadi cikal bakal dalam pengajaran sekaligus pendidikan bagi Nabi Saw. dan para sahabat saat itu. Dalam pandangan yang distingtif, menurut Abdurrahman Nahlawi kelebihan Alquran terletak pada metode yang menakjubkan dan unik, sehingga dalam konsep pendidikan yang terkandung didalamnya, Alquran mampu menciptakan individu yang beriman dan senantiasa mengesakan Allah Swt.47 Dalam hal ini, instrumen teologis yang menjadi tolok ukur pendidikan Islam dalam kerangka nilai-nilai qurani.

Alquran mengawali konsep pendidikan dari hal yang sifatnya konkrit, seperti hujan, angin, dan tumbuh-tumbuhan. Kemudian hal ini menuju kepada yang bersifat asbtrak, seperti kebesaran dan kekuasaan Allah Swt yang cukup sulit dinalar. Dalam penyajian masalah ini, Alquran seringkali menyajikan materi dalam bentuk metode bertanya, metode untuk menyukakan, atau menyebutkan keindahan untuk menggali dan menumbuhkan spirit ketuhanan.48 Secara holistik tentu Alquran memberikan wajah yang

46 Azyumardi Azra, Esei-Esei Intlektual Muslim dan Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1998), hlm. 9

47 Abdurrahman Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani, 1995), hlm. 29

48 Abdurrahman Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat,

Page 19: Aditya Syahrul Majid

97

VOLUME 2 NO. 1 TAHUN 2019

Strategi Pembelajaran dalam Perspektif Al-Qur’an

beragam dalam memberikan pola pengajaran. Hal ini dilakukan karena pada historisasinya tidak terlepas dari asbabun nuzul yang melatarbelakanginya. Artinya, dalam proses pendidikan penggunaan metode sebenarnya disesuaikan dengan peserta didik dan tujuan yang akan dicapai.

Penekanan penggunaan strategi pembelajaran yang bernuansa qurani dalam kerangka masyarakat yang plural juga dianggap cukup penting. Hal ini dikarenakan keberadaan Alquran cukup bersifat holistik dalam kerangka pendidikan Islam. Dalam pandangan Azyumardi Azra, pendidikan Islam memiliki tiga tujuan utama, yakni tujuan individual, tujuan sosial, dan tujuan profesional.49 Tujuan ini secara terpadu dan terarah tersemaikan dalam Alquran.

Pelaksanaan pendidikan Islam yang selaras dengan nilai-nilai qurani akan mampu mengarahkan dan mengantarkan manusia bersifat dinamis-kreatif, serta mampu mencapai nilai-nilai ubudiyah. Tidak dapat dipungkiri bahwa dua pertiga dari ayat-ayat Alquran mengandung nilai-nilai membudayakan manusia dan memotivasi manusia untuk mengembangkannya lewat proses pendidikan.50 Dari sinilah, misi dan gaya kependidikan yang bersifat, motivatif, persuasif-dinamis, sebagai suatu sistem pendidikan yang utuh dan demokratis lewat proses manusiawi.51

Akan tetapi, sekali lagi proses pendidikan Islam ini tidak terlepas dari nilai-nilai qurani yang terintegrasikan dengan strategi pembelajaran yang ada didalamnya. Eksistensi pendidikan Islam semacam ini yang akan dapat mampu menyesuaikan dengan

(Jakarta: Gema Insani, 1995), hlm. 2949 Azyumardi Azra, Esei-Esei Intlektual Muslim dan Pendidikan Islam, (Jakarta:

Logos, 1998), hlm. 7 50 H. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 4851 M. Akmansyah, “Alquran dan Sunnah sebagai Dasar Ideal Pendidikan Islam”,

Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam, Vol. 8, No. 2, Agustus 2015, 127-142, hllm. 131

Page 20: Aditya Syahrul Majid

98

VOLUME 2 NO. 1 TAHUN 2019

Ahmad Zaki MuntafiAditya Syahrul Majid

tantangan zaman. Oleh sebab itu, membumikan strategi pembelajaran perspektif Alquran perlu dikembangan dalam rangka pengembangan pendidikan Islam secara komprehensif dan optimal.

F. Penutup

Pendidikan dalam perspektif Alquran akan melahirkan pendidikan Islam yang memiliki potensi yang mapan. Tentunya hal ini harus diimbangi dengan strategi pembelajaran yang tepat sebagaimana yang tercermin dan ada di dalam Alquran. Implementasi strategi yang bernuansa qurani diharapkan akan mewujudkan eksistensi pendidikan Islam yang selaras dengan zaman.

Page 21: Aditya Syahrul Majid

99

VOLUME 2 NO. 1 TAHUN 2019

Strategi Pembelajaran dalam Perspektif Al-Qur’an

DAFTAR PUSTAKA

Akmansyah, M. “Alquran dan Sunnah sebagai Dasar Ideal Pendidikan Is-lam”. Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam. Vol. 8. No. 2. Agustus 2015. 127-142

Al-Jurjani, Ali M. Syarif. Al-Tarifat. Beirut: Darun Nafa’is. 2003

Al-Tufi, Najmuddin. ‘Alam Al-Jazal fi Ilmi Al-Jadal. Wiesbaden: Franz Stainer Verlag. 1987

Al-Qurtubi. Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an. Beirut: Daar El-Fikr. 2006

Al-Qayyim, Ibn. A’lan al Munaqqi’in. Beirut : Dar al Kutub al Ilaiyah. 1993

Al-Qathan, Manna. Mabahits fi ‘Ulumil Qur’an. Riyadh: Mansyurat Al-‘Ashri Al-Haditsah. 2001

Al-Qardhawi, Yusuf. Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan Al-Banna. Ja-karta: Bulan Bintang. 1980

Arifin, H.M. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Angkasa. 1991

Azra, Azyumardi. Esei-Esei Intlektual Muslim dan Pendidikan Islam. Ja-karta: Logos. 1998

Bell-Gredler, M.E. Learning and Instruction. New York: Macmillan Pub-lishing. 1986

Dewantara, Ki Hajar. Masalah Kebudayaan: Kenangan-Kenangan Promosi Doktor Honoris Causa. Yogyakarta: LkiS. 1967

Faris, Ibnu. Mu’jam Maqayis fi Al-Lughah. Beirut: Daar El-Fikr. 1994

Junaidah. “Strategi Pembelajaran Dalam Perspektif Islam”. Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam. Vol. 6. Mei 2015. 118-133

Karismanto, Teknik, Model dan Strategi Pembelajaran dalam Matematika. Yogjakarta: LKiS. 2003

Kependidikan, Direktorat Tenaga. Strategi Pembelajaran dan Pemilihann-ya. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. 2008

Page 22: Aditya Syahrul Majid

100

VOLUME 2 NO. 1 TAHUN 2019

Ahmad Zaki MuntafiAditya Syahrul Majid

Mulyasa. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandi-rian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara. 2009

Nahlawi, Abdurrahman. Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Mas-yarakat. Jakarta: Gema Insani. 1995

Natsir, Mohammad. Capita Selecta. Bandung: Gravenhage. 1954

Nuryadien, Mahbub. “Metode Amtsal: Metode Al-Quran Membangun Karakter”. Jurnal Al Tarbawi Al-Haditsah. Vol. 1 No. 1. 2015. 1-19

Ramli, M. “Media Pembelajaran Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Al-Had-its”. Ittihad: Jurnal Kopertais Wilayah XI Kalimantan. Vol. 13 No. 23. April 2015. 130-154

Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendi-dikan. Jakarta: Kencana. 2007

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati. 2012

Sumantri, Mulyani dan Johar Permana. Stategi dalam Pembelajaran. Band-ung: Rosda Karya. 1996

Syah, M. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosda Karya. 2008

Tambak, Syahraini. “Metode Bercerita dalam Pembelajaran Pendidikan Ag-ama Islam”. Jurnal Al-Thariqah, Vol. 1, No. 1, Juni 2016. 1-27

Trinova, Zulvia. “Pembelajaran Berbasis Student Centered Learning Pada Materi Pendidikan Agama Islam”. Jurnal Al-Ta’lim. Vol. 1. No. 4. Februari 2013. 324-335

Winataputra, Udin S. Hakikat Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana. 2007

Yunus, Mahmud. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Hida Karya Agung. 1998