ADF DAN NDF

115
LEMBAGA KAJIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN (LKPP) LAPORAN MODUL PEMBELAJARAN BERBASIS SCL Judul : Modul Pembelajaran Berbasis SCL Mata Kuliah Pengemasan, Pengepakan dan Labeling Produk Hasil Ternak Oleh : HIKMAH. M. ALI Dibiayai oleh Dana DIPA Universitas Hasanuddin Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan Nomor : 469/H4.23/PM.15/08 Tanggal 4 Januari 2008 PS. TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2008

Transcript of ADF DAN NDF

Page 1: ADF DAN NDF

LEMBAGA KAJIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

(LKPP)

LAPORAN MODUL PEMBELAJARAN BERBASIS SCL

Judul : Modul Pembelajaran Berbasis SCL

Mata Kuliah Pengemasan, Pengepakan dan Labeling Produk Hasil Ternak

Oleh :

HIKMAH. M. ALI

Dibiayai oleh Dana DIPA Universitas Hasanuddin Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan Nomor : 469/H4.23/PM.15/08 Tanggal 4 Januari 2008

PS. TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2008

Page 2: ADF DAN NDF

1

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengemasan disebut juga pembungkusan, pewadahan atau pengepakan pada

produk yang bertujuan untuk memberikan perlindungan dan memegang peranan

penting dalam penanganan, pendistribusian dan pengawetan bahan pangan.

Untuk memamin secara utuh prinsip dasar dalam mempelajari ilmu pengemasan

dan labeling, maka Modul I Pembelajaran Berbasis SCL Mata Kuliah

Pengemasan, Pengepakan dan Labeling ini memuat tentang pengertian dan

sejarah pengemasan. Setelah mempelajari bagian ini dilanjutkan dengan

pembahasan tentang fungsi dan klasifikasi kemasan. Adanya sifat-sifat bahan

dan fungsi kemasan yang berbeda-beda, maka dfipandang pelu mempelajari

tentang sifat perpinadahan material dari kemasan pada produk ataupun

perpindahan material dari lingkungan ke produk atau sebailknya maka pada

bagian berikutnya dipelajari tentang kemasan dan hubungannya dengan mutu

produk. Pada bagian akhir modul yang merupakan bahan perkuliahan pada

minggu kelima akan dibahas salah satu jenis pengemasan yang banyak

dipergunakan untuk bahan mudah rusak, terutama pada produk hasil ternak

yakni pengemasan dengan mengatur kompsosisi udara atau penghilangan unsur

udara dalam kemasan yang dapat meningkatkan keawetan produk.

B. Ruang Lingkup Isi

Isi modul ini terdiri atas 5 bagian, satu dengan lainnya saling berkaitan yang

merupakan satu kesatuan untuk memberikan pemahaman prinsip dasar tentang

ilmu pengemasan. Kelima nagian tersebut adalah :

∞ Pengertian dan Sejarah Pengemasan

∞ Fungsi Pengemasan

∞ Klasifikasi Kemasan

∞ Hubungan Pengemasan dan Mutu Pangan

Page 3: ADF DAN NDF

2

∞ Pengemasan Hermetis dan Modified Atmosfir

C. Kaitan Modul

Modul ini merupakan modul pertama dari mata kuliah Pengemasan, Pengepakan

dan Labeling Hasil Ternak (410 I 123) yang menjelaskan prinsip dasar dalam

pengemasan dan labeling yang juga merupakan dasar dalam mempelajari

modul-modul berikutnya.

D. Sasaran Pembelajaran Modul

Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat :

1. Menjelaskan pengertian, pengepakan dan labeling.

2. Menjelaskan sejarah perkembangan pengemasan pada produk pangan

secara umum dan khususnya produk hasil ternak.

3. Menjelaskan fungsi kemasan pada produk pangan secara umum dan

khususnya produk hasil ternak.

4. Menjelaskan klasifikasi pada produk pangan secara umum dan khususnya

produk hasil ternak.

5. Menjelaskan pengaruh kemasan terhadap produk hasil ternak yang di

kemas.

6. Menjelaskan teknik pengemasan hermetis dan modified atmosfir yang

banyak dipergunakan dalam pengemasan hasil ternak.

Page 4: ADF DAN NDF

3

BAB II. PEMBELAJARAN

A. PENGERTIAN DAN SEJARAH PENGEMASAN

Pengemasan disebut juga pembungkusan, pewadahan atau pengepakan,

memegang peranan penting dalam pengawetan bahan hasil pertanian. Adanya

wadah atau pembungkus dapat membantu mencegah atau mengurangi

kerusakan, melindungi bahan pangan yang ada di dala!nnya, melindungi dan

bahaya pencemaran serta gangguán fisik (gesekan, benturan, getaran). Di

samping itu pengemasan berfungsi untuk menempatkan suatu hasil pengolahan

atau produk industri agar mempunyai bentuk-bentuk yang memudahkan dalam

penyimpanan, pengangkutan dan distribusi. Dan segi promosi wadah atau

pembungkus berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik pembeli. Karena itu

bentuk, warna dan dekorasi dari kemasan perlu diperhatikan dalam

perencanaannya.

Pengemasan merupakan salah satu bagian yang penting dalam

keseluruhan proses pengolahan pangan di tingkat industri. Tahapan proses

pengolahan pangan di tingkat industri umumnya diakhiri dengan tahap

pengemasan. Setelah dilakukan serangkaian tahapan proses pengolahan

sehingga dihasilkan produk yang baik, kemudian produk tersebut dikemas.

Pengemasan yang tidak baik akan dapat merusak produk yang sudah dihasilkan

dengan baik. Dengan demikian pengemasan pada akhirnya turut menentukan

mutu produk yang dihasilkan.

Sebelum manusia membuat kemasan, alam sendiri telah menyajikan

kemasan, seperti misalnya jagung yang dibungkus seludang, buah-buahan

terbungkus kulitnya, buah kelapa yang terlindunq baik dengan sabut dan

tempurung, polong-polongan terbungkus kulit polong. Tidak hanya bahan

pangan, kosmetika dan barang industri lainnya, bahkan manusiapun

Page 5: ADF DAN NDF

4

menggunakan kemasan sebagai pelindung tubuhnya dari gangguan cuaca, serta

supaya tampak lebih anggun dan menarik.

Menurut catatan sejarah, pengemasan telah ada sejak 4000 SM. Pada

waktu itu peradaban manusia telah tinggi dengan disertai adanya pertukaran

barang niaga antara Mesir dan Mesopotamia, serta Cina dan India.

Kosmetika merupakan produk yang lebih dahulu dikemas sebelum bahan

pangan. Karena itu pengemasan produk kometika bahkan produk farmasi

dewasa ini tampak lebih maju dibandingkan dengan hasil industri lainnya.

Penemuan penggunaan kemasan untuk berbagai jenis minyak wangi atau parfum

dan kosmetika lainnya dijumpai di makam orang Mesir purba sekitar 3000 SM.

Secara tradisional nenek moyang kita menggunakan bahan kemasan

alami untuk mewadahi bahan pangan seperti buluh bambu, daun-daunan,

pelepah atau kulit pohon, kulit binatang, rongga batang pohon, batu, tanah liat,

tulang dan sebagainya. Pada industri modern berbagai kemasan dan proses

pengemasan telah beragam. Kemasan dengan variasi atmosfir, kemasan aseptik,

kemasan transportasi dengan suhu rendah dan lain-lain telah memperluas

horizon dan cakrawala pengemasan hasil pertanian.

Faktor-taktor yang mempengaruhi kerusakan bahan pangan sehubungan

dengan kemasan yang digunakan dapat dibagi dalam dua golongan utama yaitu :

a. Kerusakan yang sangat ditentukan oleh sifat alamiah dan produk

sehingga tidak dapat dicegah dengan pengemasan saja (perubahan-

perubahan fisik, biokimia dan kimia serta mikrobiologis).

b. Kerusakan yang tergantung pada lingkungan dan hampir seluruhnya

dapat dikontrol dengan kemasan yang digunakan (kerusakan mekanis,

perubahan kadar air bahan pangan, absorpsi dan interaksi dengan

oksigen, kehilangan dan penambahan cita rasa yang tidak diinginkan).

Page 6: ADF DAN NDF

5

B. FUNGSI PENGEMASAN

Fungsi utama pengemasan adalah mengawetkan dan melindungi produk

pangan yang dikemas. Pengemasan melindungi produk dari kerusakan fisik,

kimia dan biologi. Kontaminasi fisik, kimia dan biologi dapat diminimalkan

dengan pengemasan yang baik. Pengemasan melindungi produk dari

lingkungan luar. Uap air dan oksigen dari lingkungan luar yang kontak dengan

produk pangan umumnya dapat menyebabkan kerusakan produk terutama

produk kering dan produk yang sensitif terhadap oksidasi. Pengemasan dapat

menghindarkan produk pangan dari kontak dengan uap air dan oksigen dari

lingkungan luar. Cahaya juga dapat mempercepat terjadinya oksidasi. Banyak

bahan kemasan yang dapat melindungi produk pangan dari ekspose cahaya.

Produk pangan menjadi lebih mudah diangkut, didistribusikan dan

disimpan apabila dikemas. Pengemasan memudahkan produk untuk

dipindahkan dan ditumpuk. Dalam hal ini pengemasan membuat penggunaan

alat angkut dan ruang menjadi lebih efisien.

Pengemasan membantu konsumen dapat menggunakan produk dengan

baik. Produk yang dikemas lebih mudah dipegang, diambil, dikonsumsi atau

disimpan kembali. Hal ini penting terutama untuk produk pangan yang tidak

”sekali habis”, misalnya margarin, kecap, saos, sirup, biskuit, dan sebagainya.

Pengemasan memungkinkan produk untuk diberi label. Label

merupakan informasi mengenai identitas produk, identitas produsen, serta

petunjuk penggunaan produk bagi konsumen. Bagi produsen label dapat

menjadi sarana iklan dan promosi, sedangkan bagi konsumen label merupakan

informasi penting yang menjadi acuan untuk keputusan membeli atau tidak.

Bagi produsen, pengemasan merupakan salah satu komponen biaya.

Pada beberapa produk pangan, biaya kemasan dapat mencapai 30-40% dari

keseluruhan biaya produksi.

Bahan kemasan yang kontak langsung dengan produk pangan dapat

menjadi sumber kontaminasi. Kontaminasi terhadap produk pangan dari bahan

Page 7: ADF DAN NDF

6

kemasan dapat menyebabkan perubahan warna, aroma atau citarasa, bahkan

dapat menyebabkan produk pangan menjadi tidak aman dikonsumsi. Beberapa

komponen bahan kemasan diketahui bersifat toksik.

Secara ringkas pengemasan mempunyai fungsi antara lain (1)

pengawetan, (2) proteksi terhadap kerusakan fisik, kimia, biologi (3) proteksi

terhadap kontaminasi fisik, kimia, biologi, (4) memudahkan distribusi, dan (5)

pengenalan produk. Untuk dapat berfungsi dengan baik bahan kemasan produk

pangan seharusnya memenuhi kriteria (1) tidak toksik, (2) berfungsi sebagai

barier terhadap air, (3) barier terhadap oksigen, (4) barier terhadap mikroba, (6)

mencegah kehilangan produk, (7) mudah dibuka atau ditutup, (8) tidak merusak

lingkungan, (9) memenuhi kebutuhan ukuran, bentuk, dan berat, (10) cocok

dengan produk pangan yang dikemas.

Berdasarkan hal-hal di atas, maka pengetahuan terhadap bahan kemasan

menjadi sangat penting bagi produsen dan konsumen. Produsen membutuhkan

pengetahuan bahan kemasan yang dapat melindungi produk yang dihasilkan,

membuat produk lebih menarik, ekonomis, dan aman. Konsumen perlu

mengetahui bahan kemasan yang mampu mempertahankan mutu produk, dan

aman.

Pengepakan diperlukan sesuai dengan kondisi lingkungan bahan

makanan dari saat pengepakan hingga konsumen, sehingga pengepakan

mempunyai fungsi sebagai berikut: penghalang kontaminan seperti debu,

kotoran, dan kontaminan lain termasuk mikrobiologis ; mencegah kehilangan

nutrien, penyusutan produk dan kerusakan, misalnya karena bocor ; melindungi

produk dari kerusakan fisik, kemis karena pengaruh yang merugikan, misalnya

cahaya / sinar, insekta dan rodensia ; melindungi dan memfasilitasi penanganan

dan transportasi selama distribusi dan pemasaran ; membantu pelanggan, dan

konsumen dalam mengidentifikasi bahan makanan dan menginstruksikan

mereka tentang bagaimana menggunakan produk dengan benar, dan ;

meningkatkan daya tarik konsumen untuk membeli.

Page 8: ADF DAN NDF

7

Bahan kemas baik bahan logam, ataupun bahan lain seperti bermacam-

macam plastik, gelas, kertas dan karton seyogyanya mempunyai 6 fungsi utama

berikut ini :

a. Menjaga produk bahan pangan tetap bersih dan merupakan pelindung

terhadap kotoran dan kontaminasi lain.

b. Melindungi makanan terhadap kerusakan fisik, perubahan kadar air dan

penyinaran (cahaya).

c. Mempunyai fungsi yang baik, efisien dan ekonomis khususnya selama

proses penempatan makanan ke dalam wadah kemasan.

d. Mempunyai kemudahan dalam membuka atau menutup dan juga

memudahkan dalam tahap-tahap penanganan, pengangkutan, dan

distribusi.

e. Mempunyai ukuran, bentuk dan bobot yang sesuai dengan norma atau

standar yang ada, mudah dibuat, dan mudah dibentuk atau dicetak.

f. Menampakkan identifikasi, informasi dan penampilan yang jelas agar

dapat membantu promosi atau penjualan.

Dalam menentukan fungsi perlindungan dari pengemasan, maka perlu

dipertiumbangkan pada aspek-aspek mutu yang dapat dilindungi. Mutu produk

ketika mencapai konsumen tergantung pada kondisi bahan mentah, metode

pengolahan dan kondisi penyimpanan.

Dengan banyaknya persyaratan yang diperlukan bagi bahan kemas, maka

tentu saja bahan kemas alami tidak dapat memenuhi sebagian besar persyaratan

tersebut. Karena itu manusia dengan bantuan teknologi berhasil membuat bahan

kemas sintetik yang dapat memenuhi sebagian besar dari persyaratan minimal

yang diperlukan.

Page 9: ADF DAN NDF

8

C. KLASIFIKASI KEMASAN

Kemasan dapat digolongkan berdasarkan berbagai hal antara lain : frekuensi

pemakaian, struktur sistim kemasan, sifat kekakuan bahan kemas, sifat

perlindungan terhadap lingkungan, dan tingkat kesiapan pakai.

1. Frekuensi pemakaian

a. Kemasan sekali pakai (disposable), yaitu kemasan yang langsung

dibuang setelah satu kali pakai. Contohnya bungkus plastik untuk es,

bungkus permen dan kertas, bungkus yang berasal dari daun-daunan,

kaleng hermetis, karton dus.

b. Kemasan yang dapat dipakai berulang kali (multi trip), seperti

beberapa jenis botol minuman (limun, bir, minuman ringan), botol

kecap. Wadah-wadah ini umumnya tidak dibuang oleh konsumen, akan

tetapi dikembalikan lagi pada agen penjual untuk kemudian

dimanfaatkan ulang oleh pabrik.

c. Kemasan atau wadah yang tidak dibuang atau dikembalikan oleh

konsumen (semi disposable). Wadah-wadah tersebut biasanya

digunakan untuk kepentingan lain di rumah konsumen, setelah dipakai,

seperti beberapa jenis botol, wadah dan kaleng (susu, makanan bayi)

2. Struktur sistim kemas

Berdasarkan letak atau kedudukan suatu bahan kemas di dalam sistim

kemasan keseluruhan dapat dibedakan atas :

a. Kemasan primer, yaitu apabila bahan kemas langsung mewadahi atau

membungkus bahan pangan (kaleng susu, botol minuman, bungkus

tempe).

b. Kemasan sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi

kelompok-kelompok kemasan lainnya, seperti halnya kotak karton

Page 10: ADF DAN NDF

9

untuk wadah susu dalam kaleng, kotak kayu untuk wadah buah-buahan

yang sudah dibungkus, kerangjang tempe dan sebagainya.

c. Kemasan tersier, kuaterner, yaitu apabila masih diperlukan lagi

pengemasan setelah kemasan primer, sekunder, dan tersier (untuk

kemasan kuaterner). Umumnya digunakan sebagai pelindung selama

pengangkutan.

3. Sifat kekakuan bahan kemas :

a. Kemasan fleksibel, yaitu bila bahan kemas mudah dilenturkan tanpa

adanya retak atau patah. Bahan kemas pada umumnya tipis, misalnya :

plastik, kertas, foil.

b. Kemasan kaku, yaitu bila bahan kemas bersifat keras, kaku, tidak tahan

lenturan, patah bila dipaksa dibengkokkan. Relatif lebih tebal daripada

kemasan fleksibel, misalnya : kayu, gelas dan logam.

c. Kemasan semi kaku atau semi fleksibel, yaitu bahan kemas yang

memiliki sifat-sifat antara kemasan fleksibel dan kemasan kaku, seperti

botol plastik (susu, kecap, saus) dan wadah bahan yang terbentuk

pasta.

4. Sifat perlindungan terhadap lingkungan :

a. Kemasan hermetis (tahan uap dan gas), yaitu wadah yang secara

sempurna tidak dapat dilalui oleh gas, udara maupun uap air. Selama

masih hermetis maka wadah tersebut juga tidak dapat dilalui oleh

bakteri, ragi, kapang dan debu. Wadah-wadah yang biasanya

digunakan untuk pengemasan secara hermetis adalah kaleng dan botol

gelas, tetapi penutupan atau penyumbatan yang salah dapat

mengakibatkan wadah tidak lagi hermetis. Wadah fleksibel tidak selalu

hermetis, karena beberapa diantaranya dapat ditembus uap air atau gas.

Kemasan hermetis masih bisa memberikan bau (odor) yang berasal

Page 11: ADF DAN NDF

10

dari wadah itu sendiri, misalnya pada wadah kaleng yang tidak

berenamel.

b. Kemasan tahan cahava, yaitu wadah yang tidak bersifat transparan

(kemasan logam, kertas, foil). Botol atau wadah gelas dapat dibuat

gelap atau keruh. Kemasan tahan cahaya sangat cocok untuk bahan

pangan yang mengandung lemak dan vitamin yang tinggi, serta

makanan yang difermentasi (cahaya dapat mengaktifkan reaksi kimia

dan aktifitas enzim).

c. Kemasan tahan suhu tinggi, jenis wadah ini digunakan untuk bahan

pangan yang memerlukan proses pemanasan, sterilisasi atau

pasteurisasi. Umumnya wadah logam dan gelas. Kemasan fleksibel

pada umumnya tidak tahan panas. Perlu diperhatikan agar perbedaan

suhu antara bagian dalam dan bagian luar khususnya untuk wadah

logam tidak melebihi 45°C.

5. Tingkat kesiapan pakai :

a. Wadah siap pakai, yaitu bahan kemas yang siap untuk diisi dengan

bentuk yang telah sempurna sejak keluar dari pabrik. Contohnya

adalah botol, wadah kaleng dan sebagainya.

b. Wadah siap dirakit atau disebut juga wadah lipatan, yaitu kemasan

yang masih memerlukan tahap perakitan sebelum pengisian, misalnya

kaleng yang keluar dari pabrik dalam bentuk lempengan (flat) atau

silinder fleksibel, wadah yang terbuat dari kertas, foil atau plastik.

Keuntungan kemasan siap dirakit adalah penghematan ruang dalam

pengangkutan serta kebebasan dalam menentukan ukuran.

Untuk kemasan sosis dan permen saat ini dapat dijumpai sejenis kemasan yang

disebut edible. Jenis kernasan ini berasal dan pati, gelatin atau gum sehingga

bisa langsung dimakan dengan produk yang dibungkusnya.

Page 12: ADF DAN NDF

11

D. PENGEMASAN DAN PENYIMPANGAN MUTU PRODUK

a. Penyimpangan Mutu

Penyimpangan mutu bahan pangan dan produk olahan adalah penyusutan

kualitatif dimana bahan tersebut mengalarni penurunan mutu sehingga

menjadi tidak layak lagi untuk dikonsumsi manusia. Bahan pangan

dikatakan rusak apabila telah mengalami perubahan cita rasa, penurunan

nilal gizi, atau tidak aman lagi untuk dimakan karena dapat mengganggu

kesehatan. Makanan rusak adalah makanan yang sudah kadaluarsa atau

melampaui masa-simpan (shelflife). Makanan kadaluarsa barangkali masih

tampak bagus akan tetapi mutunya sudah menurun, demikian pula nilai

gizinya. Walaupun penyimpangan mutu dapat berarti positip yaitu bahan

pangan menjadi lebih baik secara subjektif, akan tetapi pada umumnya

penyimpangan rnutu hasil pertanian diartikan negatif yaitu makanan atau

hasil ternak menjadi rusak atau telah kadaluarsa.

Disamping penyusutan kualitatip dikenal pula penyusutan kuantitatip, yaitu

kehilangan jumlah atau bobot hasil ternak baik karena penanganan yang

kurang baik ataupun karena gangguan biologi (proses fisiologi, serangan

mikroba, serangga dan tikus) . Susut kualitatip dan kuantitatip sangat penting

dalam proses pengemasan. Apabila dibandingkan antara kedua jenis susut

tersebut, rnaka susut kualitatip lebih berperan dalam pengemasan pangan.

Pengemasan sebagai bagian integral dan proses produksi dan pengawetan

bahan pangan dapat pula mempengaruhi mutu serti antara lain :

a. Perubahan fisik dan kimia karena migrasi zat-zat kimia dari bahan

kemas (monomer plastik, timah putih, korosi).

b. Perubahan aroma (flavour), warna, tekstur yang dipengaruhi oleh

perpindahan uap air dan oksigen.

Page 13: ADF DAN NDF

12

b. Perubahan Biokimia, Kimiawi dan Migrasi Unsur-unsur

1. Perubahan Biokimiawi

Perubahan biokimiawi terutama terjadi pada komoditi

pertanian/peternakan segar (belum terolah), misalnya biji-bijian, sayur,

buah, daging segar dan susu. Reaksi kompleks terjadi akibat aktifitas

enzim yang ditunjang oleh kadar air yang tinggi, menyebabkan

perubahan warna, tekstur, aroma dan nilai gizi. Daging segar yang rusak

berwarna hijau dan bau busuk, atau perubahan warna menjadi coklat

pada buah yang memar merupakan contoh dan kerusakan biokimiawi.

2. Perubahan Kimiawi dan Migrasi Unsur-unsur

Antioksidan, fungisida, plasticizer, bahan pewarna, dan pestisida dapat

bermigrasi ke bahan pangan.

Sangat sulit mengukur dan menganalisa tingkat keracunan, oleh sebab itu

kemasan yang baik harus dapat mencegah migrasi racun ke dalam

makanan.

a. Keracunan logam

Timah, besi, timbal dan alumunium selain menyebabkan keracunan,

jika jumlahnya melewati batas (menurut standar FAO/WHO, timah

maksimal 250 ppm, besi maksimat 250 ppm dan timbal maksimal 1

ppm). Logam-logam lain yang mungkin mencemari makanan antara

lain merkuri, kadmiuin, arsen, antimoni, tembaga dan seng

kemungkinan berasal dari kontaminasi selama proses pengolahan

benlangsung (wadah dan mesin pengolah) atau dan campuran bahan

kemasan. Keracunan yang ditimbulkan bersifat ringan atau berat

bahkan sampai berakibat seperti mual, muntah-muntah, pusing dan

keluar keringat dingin berlebih. Korosif sangat dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti asam organik, kadar nitrat, kehadiran zat

Page 14: ADF DAN NDF

13

pengoksidasi atau pereduksi, lama penyimpanan, suhu, kelembaban,

ada tidaknya lackuer atau bahan pelapis (enamel).

b. Migrasi plastik ke dalam makanan

Plastik dan bahan-bahan tambahan untuk pembuatan palastik

(plasticizer, stabilizer, antioksidan) sering dijumpai penyebab

pencemaran organoleptik dan keracunan. Monomer vinil kiorida dan

akrilonitril cukup tinggi potensinya untuk menimbulkan kanker pada

manusia. Kedua monomer ini dapat bereaksi dengan komponen-

komponen DNA seperti guanin dan citosin pada vinilklorida, adenin

pada akrilonitril (vinil sianida). Metabolit vinil kiorida berupa

senyawa epoksi klorethilin oksida sangat reaktif dan bersifat

karsinogen. Tetapi metabolit ini hanya bereaksi dengan DNA bila

adenin tidak berpasangan dengan citosin. Vinil asetat menimbulkan

kanker tyroid, uterus dan liver pada bewan. Vinil kiorida dan vinil

sianida keduanya bersifat mutagenik terhadap mikroba Salmonella

typhimurium . Akrilonitril mampu menimbulkan cacat lahir pada

tikus-tikus yang memakannya. Monomer-monomer lain seperti

akrilat, stirena dan metakrilat serta senyawa-senyawa turunannya

seperti vinil asetat, polivinil kiorida, kaprolaktam, formaldehida,

kresol, isosianat organik, heksa-metilendiamin, melamin,

epidilorohidrin, bispehol dan akrilonitril dapat menyebabkan iritasi

pada saluran pencernaan terutama mulut, tenggorokan dan lambung.

“Plasticizer” seperti ester posporik, ester ptatik dan glikolik

“chlorinated aromatic’ serta ester asam alipatik dapat menyebabkan

iritasi.

Pemlastik jenis dibutil ptalat (DBP) dan dioktil ptalat (DOP) pada

PVC termigrasi cukup banyak ke dalam minyak zaitun, minyak

jagung, minyak biji kapas dan minyak kedelai pada suhu 30°C

selama 60 hari kontak. Jumlah aditif DBP atau DOP yang termigrasi

Page 15: ADF DAN NDF

14

tersebut berkisar dari 155-189 mg. Pemlastik jenis DEHA [di (2-

etilheksil) adipat] pada PVC termigrasi ke dalam daging yang

dbungkusnya, pada daging yang berkadar lemak antara 20 – 90

persen, DEHA yang termigrasi 14,5 - 23,5 mg tiap dm2 pada suhu

4°C selama 72 jam.

Beberapa “plasticizer” dinyatakan tidak berbahaya untuk kemasan

makanan. Jenis “plasticizer” ini antara lain heptil ptalat, dioktil

adipat, dimetil heptil aclipat, di-N-desil adipat, benzil aktil adipat,

ester dan asarn stearat, oleat dan sitrat. Stabilizer seperti garam-

garam Ca, Mg dan Na pada umumnya digunakan, sedangkan

antioksidan jarang digunakan mengingat sifat karsinogenik.

Toleransi maksimal yang ditetapkan di Belanda adalah 60 ppm

migran di dalam makanan atau 0,12 mg per cm2 permukaan plastik,

sedangkan di Jerman Barat 0,06 mg per cm2 lembaran plastik. Bahan

berbahaya

c. Kerusakan Mikrobiologis

Kerusakan karena jasad renik menentukan pilihan jenis kemasan yang cocok

untuk suatu produk. Kemasan yang baik akan mencegah pencemaran

mikroba dan menekan pertumbuhan jasad renik dalam kemasan. Hal ini

erat hubungannya dengan aktifitas air (Tabel 1).

Tabel 1. Aktifitas air (aw) untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroba.

Jenis mikroba minimum Bakteri Khamir Kapang Bakteri osmofIlik Ragi osmofilik

0,90 0,62 0,62 0,75 0,61

Page 16: ADF DAN NDF

15

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam seleksi jenis kemasan

antara lain :

a. Perlindungan isi produk terhadap kontaminasi jasad renik dan luar ke

dalam

b. Kemungkinan berkembang-biaknya jasad renik di ruangan antara produk

dengan tutup (head space)

c. Serangan jasad renik terhadap material kemasan.

d. Kerusakan Mekanis

Beberapa komoditi hasil pertanian dan peternakan seperti telur, buah-buahan

segar, biskuit, produk-produk kering sangat memerlukan perlindungan

terhadap faktor-faktor mekanis. Faktor—faktor mekanis tersebut yaitu :

a. Stress atau tekanan fisik

Yang disebabkan oleh “dropping” (jatuhan), dan “shunting” (gesekan)

atau tumbukan yang mengakibatkan kerusakan produk.

b. Vibrasi (getaran)

Vibrasi dapat mengakibatkan kerusakan kemasan dalam perjalanan dan

distribusi (penyok, isi berhamburan). Penggunaan bahan anti getaran

sangat diperlukan untuk menanggulanginya.

Tumpukan barang atau kemasan, jenis transportasi (darat, laut, udara) dan

jenis barang sangat menentukan macam perlindungan yang harus diberikan

untuk mencegah hancurnya bahan. Selain itu perlu perlindungan terhadap

debu, sengatan panas dan serangan serangga. Debu berupa partikel halus

atau kasar yang lebih ringan dari udara. Jika partikel-partikel ini bersatu,

makin lama makin besar sehingga mengendap dan mengotori produk.

Page 17: ADF DAN NDF

16

e. Perpindahan Air

1. Mekanisme Perpindahan Air

Dalarn pengemasan pangan karakteristik hidratasi sangat penting

khususnya yang menyangkut uap air. Faktor hidratasi dapat dinyatakan

dengan aktifitas air (aw), kadar air (KA), dan kelengasan nisbi atau

kelembaban relatif (RH). Hubungan antara karakteristik-karakteristik

hidratasi produk dengan lingkungannya dapat digambarkan dengan

kurva sorpsi isotermik.

Secara analogi kesetimbangan kelembaban relatif (ERR) dapat

dinyatakan sebagai berikut :

ERH = aw x 100

aw = PoP

dimana : P = tekanan uap air pada suhu tertentu

Po = tekanan uap air jenuh pada suhu yang sama.

Apabila tidak terjadi kesetimbangan, misalnya terdapat perbedaan

kelembaban relatif antara produk dengan lingkungannya atau antara satu

produk dengan produk lainnya maka, akan terjadi perpindahan uap air.

Perpindahan uap air ini berlangsung dan produk yang rnernpunyai

tekanan uap air lebih tinggi ke produk yang bertekanan lebih rendah.

Disamping itu sifat hidropilik dan hidropobik dari bahan pangan akan

mempengaruhi perpindahan air. Produk yang hidropilik tidak mungkin

melepaskan air sedangkan yang bersifat hidropobik dapat melepaskan air

bebasnya dengan mudah.

Page 18: ADF DAN NDF

17

2. Cara-cara Perlindungan Produk Dalam Kemasan

Berpedoman pada uraian sebelumnya maka langkah-langkah untuk dapat

melakukan perlindungan produk pangan atau hasil pertanian dalam

kemasan dan kemungkinan perpindahan air antara lain sebagai berikut

a. Mencegah masuknya uap air Produk kering terutama yang bersifat hidrofilik harus dilindungi

terhadap masuknya uap air. Umumnya produk-produk ini memiliki

ERH yang rendah, sebab itu harus dikemas dalam kontainer yang

mempunyai nilai permeabilitas air rendah untuk mencegah produk

yang berkadar gula tinggi merekat, atau produk-produk tepung

menjadi basah sehingga tidak lagi bersifat “mawur” (free flowing)

b. Menceqah keluarnya uap air

Untuk komoditi yang memiliki kadar air tinggi seperti buah, sayur

dan daging, penguapan air dari bahan yang dikemas harus dijaga

supaya tetap segar, tidak mengerak di bagian atasnya. Untuk

mencegah keluarnya uap air dari produk dapat dilakukan dengan

mengatur sirkulasi udara di luar kemasan.

c. Mengontrol uap air

Untuk produk-produk yang dapat berkeringat jika hari panas dan

berkondensasi jika dingin, maka kontrol uap air harus dijaga.

Misalnya untuk produk pangan semi basah (Intermediate Moisture

Food) dikemas dengan jenis pengemas semipermeabel.

f. Perubahan Suhu

Tingkat suhu tertentu dan fluktuasi suhu sangat mempengaruhi mutu produk.

Sesuai dengan kaidah Arhaenius yaitu setiap kenaikan suhu sebesar 10°C

terjadi kenaikan kecepatan reaksi sebanyak dua kali. Pengaruh suhu dapat

dihindari dengan memberi isolator (penghambat panas) pada kemasan.

Beberapa perubahan yang dapat terjadi karena fluktuasi suhu adalah :

Page 19: ADF DAN NDF

18

(1) Untuk produk yang peka harus disimpan pada suhu rendah -18°C

sampai 0,5°C untuk mencegah kristalisasi es, pertumbuhan bakteri

psikrofilik sebaiknya dikemas dengan foil atau saran (PVDC)

(2) Produk konfeksioneri (seperti coklat batangan) sebaiknya disimpan

ditempat kering dan teduh untuk mencegah “blooming” yaitu

mengumpulnya gula di permukaan.

(3) Produk pangan kaleng atau botol, harus disimpan di tempat kering dan

suhu rendah, untuk mencegah tumbuhnya bakteri pembentuk spora

yang tahan panas.

g. Perpindahan Oksigen

Oksigen menyebabkan oksidasi terutama pada produk pangan yang

mempunyai kandungan lemak dan vitamin yang peka terhadap oksidasi

seperti vitamin A dan C. Permeabilitas oksigen dapat terjadi melalui pori-

pori film atau laminat. Reaksi oksidasi yang dapat menyebabkan perubahan

warna seperti pada daging atau perubahan rasa dan aroma seperti pada

minyak atau lemak, dapat dicegah dengan cara-cara berikut :

(1) Pengaturan kadar oksigen. Untuk produk-produk yang peka terhadap

oksidasi seperti susu, minyak dan lemak dapat disimpan dengan

mengatur konsentrasi oksigen sekitar 3 - 5 persen. Ambang batas

respirasi bahan segar memerlukan oksigen 2 persen. Di bawah

konsentrasi ini produk akan rusak.

(2) Pengaturan kadar CO2. Beberapa komoditi pertanian dapat disimpan

segar dengan mengatur CO2 sebesar 5 - 10 persen, kecuali apel, to- mat

dan jeruk. Pada apel terjadi reaksi pencoklatan sedangkan pada tomat

dan jeruk terjadi pembusukan.

(3) Pengemasan dalam “Gas tight-packs” Komoditi seperti keju, makanan

bayi sebaiknya dikemas dalam kemasan hermetis dan vakum, untuk

menekan sekecil-kecilnya kandungan oksigen.

Page 20: ADF DAN NDF

19

Dalam penyimpanan hasil pertanian dikenal juga teknik pengendalian

atmosfir yaitu penyimpanan atmosfir terkendali (CA, controll atmosphere),

atmosfir termodifikasi (MA, modified atmosphere), dan penyimpanan

hipobarik. Teknik penyimpanan dengan atmosfir terkendali dan atmosfir

termodifikasi hampir sama, perbedaannya hanya pada ketepatan

pengendalian, karena pada teknik atmosfir terkendali perubahan komposisi

atmosfir lebih bersifat spontan karena aktifitas fisiologi (respirasi) dan

produk hasil pertanian (produk segar) . Pada teknik atmosfir termodifikasi,

komposisi udara dengan sengaja diubah. Sistem hipobarik adalah juga teknik

memodifikasi atmosfir dengan mengontrol kombinasi tekanan rendah, suhu

rendah, kelembaban tinggi disertai sistem aerasi.

h. Migrasi Komponen Volatil dan Perubahan oleh Ultra Violet

1. Migrasi Komponen Volatil

Bahan makanan yang memiliki komponen aromatik umumnya

memerlukan kemasan yang dapat menahan keluarnya komponen volatil.

Komponen ini sangat mempengaruhi rasa disamping aroma sehingga

diperlukan kemasan yang kedap. Sifat kedap ini ditujukan agar :

(1) Kedap terhadap migrasi komponen volatil produk (komponen

aromatik).

(2) Kedap terhadap migrasi komponen volatil dan material kemasan.

Penelitian mengenai kehilangan aroma pada berbagai jenis bahan pangan

(konsentrat bawang putih, vanili dan anggur) dengan kemasan yang

berbeda-beda (botol gelas, PE pouch, poly/foil/polypouch) untuk periode

waktu tertentu. Hasilnya menunjukkan bahwa kantung Polietilen (PE)

dan botol gelas memberikan perlindungan yang baik terhadap aroma.

Untuk analisa aroma anggur dapat di deteksi komponen metil antranilat

Page 21: ADF DAN NDF

20

yang merupakan komponen volatil yang mengandung aroma dan

citarasa.

Bau yang berasal dari wadah atau kemasan plastik dapat timbul dari :

(1) Pembentukan grup karbonil apabila plastik PE dipanaskan pada suhu

tinggi.

(2) Zat anti oksidan yang dapat mengadakan interaksi dan mernbentuk

produk yang berbau.

(3) Pecahan-pecahan molekul pada kemasan.

2. Perubahan Akibat Sinar Ultra Violet

Makanan yang peka terhadap sinar matahari atau ultra violet seperti

daging, saus tomat, wortel, susu dan minuman ringan, sebaiknya

disimpan ditempat terlindung (teduh). Perubahan yang terjadi antara

lain :

(1) Pemudaran warna antara lain pada daging, saus tomat

(2) Ketengikan pada mentega (terutama jika terdapat katalis Cu atau

tembaga)

(3) “Brwoning” pada anggur, jus buah-buahan

(4) Perubahan bau (menjadi rusak) dan menurunnya vitamin A, D, E, K,

dan C, serta penyimpangan aroma bir.

Perlindungan produk terhadap sinar UV, dapat dilakukan dengan

menggunakan botol berwarna (cokiat atau hijau)

E. PENGEMASAN DENGAN UDARA TERMODIFIKASI

Pengepakan modified atmosphere atau modified atmosphere packaging (

MAP ) merupakan cara terbaik pengepakan produk tanpa mengorbankan daya

tarik dibandingkan dengan pengepakan tradisional. Fungsi modified atmosphere

Page 22: ADF DAN NDF

21

packaging dalam pengawetan produk hasil ternak adalah melindungi produk

dari kerusakan fisik, perubahan-perubahan kemis, dan kontaminasi mikrobial.

Jadi MPA mempertahankan / memperpanjang masa simpan / kualitas produk.

Bahan-bahan pengepak disesuaikan dengan tujuan pengepakan, tipe produk,

misalnya produk segar, beku, atau ( daging ) proses. Pengepak harus melindungi

produk selama penyimpanan, distribusi dan pemasaran. Persyaratan pengepak

berhubungan dengan transmisi oksigen, kadar/uap air, kelenturan, kekuatan, dan

ketahanan / kedap lemak / minyak, temperatur, kelembaban, dan tipe produk.

a. Pengepakan Vakum

Penggunaan bahan pengepak disesuaikan dengan metode prosesing

produk, bentuk, dan tipe produk. misalnya untuk produk daging beku,

berbeda dengan untuk produk daging proses atau produk hasil ternak

lainnya.

Pengepakan vakum produk daging refrigerasi seperti daging pres

masak, daging cured masak, dan berbagai tipe sosis kominusi dengan

pengepakan vakum, biasanya dilakukan pada temperatur 4 - 9°C. Tujuan

preservasi antara lain adalah mengeliminasi ransiditas, dan susut berat,

kontrol pertumbuhan mikroorganisme, dan diskolorasi, agar penampilan

produk menjadi lebih menarik, dan pengepak dapat diberi label informasi

produk.

Pengepakan vakum memperpanjang masa simpan daging.

Keberhasilan proses tergantung pada jumlah mikrobia awal saat pengepakan,

material pengepakan yang mempunyai premeabilitas sangat rendah terhadap

oksigen dan cairan dan temperatur penyimpanan diatas titik beku daging

segar -1,5°C. Pada kondisi ini masa simpan daging dapat mencapai 2 – 3

minggu, sementara daging sapi giling / cacahan dapat mencapai satu

minggu. Warna daging merah terang dan merah jambu dapat berubah jika

pengepakan menggunakan film yang mempunyai permeabilitas oksigen

Page 23: ADF DAN NDF

22

rendah. Masalah ini dapat diatasi dengan pengepakan yang menggunakan

film-film permeabel oksigen.

Contoh aplikasi metode pengepakan vakum mudah mengkerut :

produk daging dimasukkan ke dalam kantung plastik mudah kerut; udara

dikeluarkan dari dalam kantung melalui ujung logam ( nozzle ) pengepak ;

klip aluminium digunakan untuk menyatukan ( sealed ) dan terbentuk ikatan

yang ketat ; pengepak yang sudah disealed dicelup ke dalam air panas

temperature 90 - 95°C selama sedetik mengkerutkan pembungkusan produk

sesuai dengan bentuk produk. plastic pengepak mengkerut dalam air panas

dan menyesuaikan bentuk dengan bentuk produk. Tujuan perlakuan adalah

agar penampilan produk lebih menarik, peluang kerusakan fisik kecil, dan

bila bocor, oksigen dan kerusakan produk minimal.

Pengepakan vakum nonkerut. Laminat, misalnya nilon plus

polietilen, poliester dan polietilen dapat digunakan sebagai alternatif

pengepak kerut, dapat divakum dan disealed panas pada sealed panas ruang

vakum mesin, misalnya Multivac, dan Supervac, menggunakan pompa

vakum.

Pengepakan vakum thermoform nonkerut. Laminat, misalnya

nilon pembentuk web ( selaput ) dan poliester poli untuk bagian atas, dapat

digunakan, misalnya menggunakan Multivac. Impermeabilitas oksigen dan

uap air dalam pengepakan vakum akan memberikan karakteristik hasil yang

diinginkan.

Deteriorasi produk. Penyimpanan tanpa preservasi tertentu dapat

menimbulkan masalah dan mempercepat kerusakan produk, karena:

pengeringan, susut berat, pertumbuhan mikroorganisme, ransiditas oksidatif,

atau pada prinsipnya perubahan fisis, kemis, dan mikrobiologis. Setiap

masalah yang timbul dapat ditangani secara terpisah / khusus yang akhirnya

seluruh permasalahan dapat diatasi.

Beberapa masalah yang berhubungan dengan distribusi,

penyimpanan, dan preservasi adalah : ransiditas karena oksidasi lemak,

Page 24: ADF DAN NDF

23

menyebabkan bau dan rasa tidak enak, dan diskolorasi. Belum ada metode

yang memuaskan untuk mengatasi ransiditas selain membungkus produk

dengan membran impermeabel, misalnya plastik impermeabel. Oksigen

atmosfer dapat dikeluarkan dari dalam plastik pengepak impermeabel,

sehingga dapat menghambat ransiditas.

Jamur tergantung pada oksigen permukaan produk pada kondisi

refrigerasi. Pertumbuhan jamur dapat terjadi dalam waktu relatif cepat,

namun biasanya bagian yang berjamur dapat dipotong sementara bagian

lainnya masih relatif baik. Metode pengeringan permukaan produk, misalnya

pengasapan dan pengeringan dapat mencegah pertumbuhan jamur.

Kemungkinan kerugian adalah susut berat, kehilangan properti termasuk

nilai nutrisi. Pengepakan dalam kantung plastik impermeabel oksigen juga

dapat mengatasi pertumbuhan jamur.

Bakteri aerobik dapat menyebabkan kerusakan, permukaan produk

menjadi hijau dan putrefaksi. Metode yang efektif untuk mencegah bakteri

aerobik adalah dengan menggunakan pengepak impermeabel oksigen.

Bakteri anaerobik berkembang biak pada kondisi tanpa oksigen,

sehingga penyimpanan produk dilakukan pada temperatur dibawah 3°C

diatas titik beku produk -3°C. Bakteri fakultatif anaerobik mampu tumbuh

berkembang pada kondisi tanpa oksigen atau dengan adanya oksigen.

Bakteri ini tumbuh lambat pada temperatur kira-kira -12°C. Makin rendah

temperatur, pertumbuhan makin lambat. Penyimpanan produk sebaiknya

dilakukan pada temperatur rendah diatas titik beku yang berarti menghambat

perkembangan biak bakteri ini. Penanganan yang paling efektif adalah

penanganan produk sehigienis mungkin sejak dari bahan baku sampai

dengan produk jadi dan pemasaran. Jadi, pada prinsipnya faktor higienis dan

kontrol temperatur harus diimplementasikan untuk mencegah, mengatasi

masalah bakteri fakultatif anaerobik.

Susut berat karena evaporasi, dehidrasi dan pengeringan akan

menimbulkan kerugian ekonomi produk. Masalah ini dapat diatasi dengan

Page 25: ADF DAN NDF

24

pengepakan dalam plastik tahan air. Film permeabel oksigen dapat dapat

menghentikan susut berat produk, namun kondisi permeabel oksigen dapat

menyebabkan ransiditas, pertumbuhan jamur dan bakteri aerobik. Film (

plastik ) tahan air, kantung plastic kerut atau sistem pengepakan vakum

nonkerut dapat mencegah susut berat.

Aksi enzimatik tidak tergantung oksigen, tetapi aksi enzim

proteolitik tergantung pada temperatur. Aksi enzim proteolitik sering

diperlukan pada daging mentah ( segar ) untuk meningkatkan keempukan

selama penyimpanan atau pelayuan, pada keju disebut maturing atau curing.

Aksi enzimatik menurun pada temperatur rendah. Kontrol aksi enzimatik

dapat dilakukan dengan menurunkan temperatur, sedang efek sampingan

dapat diatasi dengan pengepakan tahan air dan film impermeabel oksigen.

Enzim menjadi tidak aktif pada pemanasan produk.

Diskolorasi atau penyimpangan warna produk daging dapat

disebabkan oleh dehidrasi, ransiditas lemak, dan terlalu sedikit atau terlalu

banyaknya nitrit pada proses curing. Warna hijau produk daging cured

adalah akibat oksidasi nitroso-miokromogen yang dapat dikatalisasi oleh

aksi bakteri karena produksi peroksida atau oleh adanya oksigen pada

kondisi tertentu, misalnya sinar. Porfirin warna hijau biasa terbentuk dalam

proses diskolorasi. Diskolorasi dapat diatasi dengan mencegah oksidasi

produk dan pengepakan vakum, controlled atmosphere yang benar atau

modified atmosphere packaging.

b. Controlled Atmosphere Packaging

Pengaruh protektif utama pengepakan vakum berhubungan dengan

pembentukan karbon dioksida. Pembentukan warna merah terang dalam

pengepak vakum tergantung pada level oksigen, sehingga atmosfer dalam

pengepak harus dikontrol, dimodifikasi untuk mempertahankan level

oksigen yang relatif tepat. Campuran gas 80 persen oksigen dan 20 persen

karbon dioksida dapat menghambat/mengontrol pertumbuhan

Page 26: ADF DAN NDF

25

mikroorganisme, namun oksigen dapat menurunkan pengaruh yang

menguntungkan, sehingga daya tahan / masa simpan hanya sedikit lebih

lama daripada pengepak permeabel oksigen.

Controlled Atmosphere Packaging ( CAP ) adalah proses evakuasi

oksigen sesempurna mungkin dari proses vakum kemudian digantikan

dengan nitrogen atau karbon dioksida. CAP dapat digunakan untuk

pengepakan daging proses iris yang sulit dipisah-pisahkan bila dipak vakum.

Tipe lain CAP adalah yang disebut gas flushing yaitu suatu metode

penggunaan nitrogen atau karbon dioksida yang dimasukkan dengan tekanan

ke dalam pak terbuka atau ruang yang mengelilingi area sealing. Tujuan

utama Controlled Atmosphere Packaging adalah eliminasi oksigen hingga

level oksigen 1% atau kurang. Hasil pengepakan juga tergantung pada

permeabilitas pengepak dan jumlah residual oksigen dalam daging.

Diskolorasi dapat terjadi karena residual oksigen di dalam pengepak vakum

dan nitrogen atmosfer jika pengepak diekspose ke cahaya langsung setelah

pengepakan.

c. Modified Atmosphere Packaging

Dua faktor penting yang dipertimbangkan dalam teknologi preservasi

pangan adalah : memperpanjang masa simpan / kualitas produk, dan

mereduksi jumlah aditif yang dipergunakan dalam pembuatan produk.

Modified atmosphere packaging (MAP) dapat memenuhi kedua faktor

tersebut. MAP melibatkan atmosfer di sekeliling produk pangan di dalam

pembungkus / pengepak. Modifikasi atmosfer dalam pengepak dapat

mengontrol reaksi-reaksi enzimatis, atau mikrobiologis, sehingga mereduksi

atau mengeliminasi proses-proses utama kerusakan produk.

Kombinasi tiga elemen independen sebagai basis teknologi adalah

mesin pengepakan, material pengepak / pembungkus tipe penghalang /

penghambat, dan gas atau campuran gas. Dibandingkan dengan pengepakan

konvensional seperti pengepakan vakum atau udara MAP merupakan

Page 27: ADF DAN NDF

26

metode yang terbaik untuk mempreservasi produk pangan tanpa

mengorbankan daya tarik produk dengan pengepakan tradisional.

Tergantung pada tipe produk, teknik MA menggunakan gas-gas khusus atau

campuran gas dengan properti berbeda. MAP dapat dipergunakan untuk

bermacam-macam produk termasuk daging, sosis dan salami, produk-produk

masak, keju, susu bubuk, kopi, jus buah, dan banyak lagi.

Keuntungan modified atmosphere packaging : perpanjangan periode

preservasi meningkatkan skala ekonomi produksi, efisiensi manajemen dan

biaya transpor, pemasaran lebih luas, maksimalisasi revenue dan

minimalisasi kerugian ; pengepak yang dirancang dengan regulasi higienis

yang ketat, menjamin kualitas produk secara maksimal tanpa mempengaruhi

penampilan estetis ; praktis dan murah dari sudut teknis, namun aplikasi

teknik ini membutuhkan mesin pengepakan dengan karakteristik khusus ;

level aditif dan preservatif dapat direduksi.

Ada dua tipe utama prosedur MAP, tergantung pada jenis produk dan

bentuk / model / shape pembungkus/pengepak yaitu :

• pencucian dengan gas, mesin pengepakan vertikal atau

horisontal memproduksi tabung kontinyu bahan pembungkus, dan

gas diintroduksikan ke dalam pembungkus,

• kompensasi pengepakan vakum.

Telah dijelaskan bahwa modified atmosphere packaging dapat

memperpanjang masa simpan ( shelf life ) tergantung pada kemampuan

pengepak memproteksi produk secara benar dan mengontrol konsentrasi gas

pada batas-batas yang dikehendaki. Fungsi komplementer pengepakan

termasuk : melindungi produk dari agensia eksternal yang mencemari

produk; memberikan nilai pemasaran produk; menyediakan konsumen

dengan informasi tentang ingredien penyusun produk atau cara

menggunakan produk.

MAP tidak akan berhasil baik tanpa memperhitungkan kontaminasi

mikrobiologis saat pengepakan, kontrol kondisi higienis dan kritis, dan

Page 28: ADF DAN NDF

27

sanitasi. Jadi, pengaruh gas di dalam produk dapat meningkat jika faktor

higienis dan kondisi kontrol kualitas produk diadopsi sebaik mungkin,

sehingga kandungan bakteri sampai tahap pengepakan seminimal mungkin.

Sistem Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) harus

diimplementasikan selama proses produksi hingga pengepakan dan

pemasaran.

Topac ( www.topac.com ) menawarkan berbagai instrumen yang

berhubungan dengan Modified Atmosphere Packaging ( MAP ) dan

Controlled Atmosphere Packaging ( CAP ) termasuk yang berikut:

Analisis Headspace untuk Modified Atmosphere Packaging:

CheckMate automatic Oxygen and Oxygen / Carbon Dioxide digital

headspace analyzers for MAP yang ideal untuk aplikasi headspace kecil;

Combi Check O2/CO2 digital headspace analyzers dengan akurasi CO2

yang tinggi dan ideal untuk studi respirasi MAP; Hand ⁄⁄Held Oxygen

headspace analyzers ; On line analyzers untuk Oksigen dan

Karbondioksida ; On line residual oxygen monitor untuk mesin-mesin

pengepakan vakum ; On line residual oxygen monitor with integrated gas

flow control and mixing.

Deteksi kebocoran pengepak-pengepak Modified Atmosphere : Pack

Check Non Destructive Leak Detection for MAP packages with CO2.

Pencampuran gas untuk MAP : Gas Mixers for Nitrogen Oxygen and

Carbon Dioxide and Air ; In-line monitoring of Oxygen in inert gas purge

systems.

Monitor-monitor keamanan transportasi : Temperature data logging;

Temperature time display data logging ; Temperature RH data logging.

Instrumen laboratorium pangan : Lab water activity monitor;

Portable water activity meter; Moisture Analyzers; Digital Thermometers;

IR Non contact thermometers ; pH meters ; Blenders untuk mikrobiologi

pangan ; Filter bags; Spiral Platers untuk bacteria ; Automatic Colony

Counter; Brix Refractometers.

Page 29: ADF DAN NDF

28

d. Implikasi

Fungsi-fungsi preservatif pengepak termasuk pengepak daging dan

produk daging terutama adalah memberikan perlindungan terhadap

kerusakan fisik, kemis / perubahan kimia, kontaminasi mikroorganisme.

Pengepakan vakum, controlled atmosphere, dan modified atmosphere

packaging diaplikasikan sesuai dengan tujuan pengepakan. Modified

atmosphere packaging ( MAP ) termasuk teknologi preservasi bahan

makanan dengan tujuan memperpanjang masa simpan / kualitas produk, dan

mereduksi jumlah aditif yang digunakan.

MAP memodifikasi atmosfer di sekeliling produk di dalam pengepak

untuk mengontrol reaksi-reaksi kimia, enzimatis, dan mikrobiologis, jadi

mereduksi atau mengeliminasi proses-proses utama kerusakan produk.

Penggunaan bahan pengepak disesuaikan dengan metode prosesing

produk, bentuk / shape produk dan macam / tipe produk. Pengepak dari

plastik yang Banyak digunakan, misalnya adalah film-film fleksibel selulosa,

politen densitas rendah, politen densitas tinggi, polipropilen, film-film lapis

polimer atau aluminium, dan film-film laminasi.

Teknologi MAP berbasis pada kombinasi tiga elemen yaitu mesin

pengepakan, bahan / material pembungkus / pengepak tipe penghalang, dan

gas atau campuran gas seperti oksigen, nitrogen, karbon dioksida, udara, dan

campuran.Penanganan higienis sejak dari bahan baku / mentah, prosesing,

hingga produk jadi dan pengepakan sangat menentukan kualitas simpan

produk.

Page 30: ADF DAN NDF

29

BAB III. PENUTUP

Kuliah ini merupakan kuliah pada pertemuan ke-1 sampai dengan ke-5 dari mata

kuliah Pengemasan, Pengepakan dan labeling Hasil Ternak (4120 I 123). Pada kuliah

pertama menyajikan kontrak pembelajaran dan pembentukan kelompok, serta kuliah

perdana tentang sejarah dan fungsi kemasan. Penjelasan 6 fungsi kemasan disertai

contoh pada produk ternak, setiap mahasiswa dapat memberi contoh. Pada kuliah

selanjutnya secara berturut-turut dibahas klasifikasi kemasan, pengaruh kemasan

tehadap produk dan pengemasan dengan udara termodifikasi juga dengan contoh

aplikasi, setiap mahasiswa diminta mengemukakan pengalaman mereka pada setiap

pertemuan dan di diskusikan secara berkelompok.

Dengan demikain dengan penyajian kelima sub pokok bahasan tersebut, dapat

membuka khasanah pengetahuan mahasiswa tentang pengemasan dan labeling,

sehingga dapat menerima pelajaran selanjutnya yang bersifat lebih dalam dan menuntut

pengahayatan dan kreatifitas. Perlu juga dipelajari secara mandiri mekanisme kerja

masing-masing fungsi kemasan, perlindungan dan penurunan mutu, serta pengemasan

dengan udara termodifikasi dari teks book lain ataupun dari internet. Untuk

memperdalam pembahasan mahasiswa diberikan tugas, diskusi kelompok dan portfolio.

Tugas :

1. Minggu 2 dan 3

Ambil satu kemasan bekas produk hasil ternak (merk dan jenis apapun). Lakukan

identifikasi fungsi pengemasan pada produk tersebut dan jelaskan mekanisme

kerja fungsi masing-masing sesuai denganm pustaka yang dimiliki. Lakukan

diskusi dengan teman dalam kelompok untuk menysusun suatu paper/portfolio

kelompok yang memuat sebanyak mungkin fungsi kemasan yang ditemukan

(minimal 20 fungsi).

2. Minggu 4 dan 5

Berdasarkan contoh kemasan bekas yang digunakan pada soal no 1 diatas, lakukan

identifikasi jenis kemasan meneurut klasifikasi kemasan yang ada. Diskusikan

dengan teman sekelompok anda, dan buat sebuah prot folio yang memuat tentang :

Page 31: ADF DAN NDF

30

• Mengapa produk tersebut menggunakan jenis bahan, dan klasifikasi

kemasan untuk produk tersebut.

• Mungkinkah jenis kemasan dan klasifikasi tersebut diubah oleh produsen?

Berikan alasan.

.

Page 32: ADF DAN NDF

31

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006. Pengemasan Produk Hasil Ternak. Direktorat Jenderal Pengolahan Hasil Pertanian, Deptan. Jakarta.

Ahvenainen, R. 2003. Novel food packaging techniques. First Edition. Woodhead Publishing Limited and CRC Press LLC, Boca Raton.

Blanchfield, J. R. 2000. Food labeling. Woodhead Publishing Limited and CRC Press LLC, Boca Raton

Tung, M. A., I. J. Britt, and S. Yada,2000. Packaging Considerations. In : Food shelf life stability : chemical, biochemical, and microbiological changes / edited by N.A. Michael Eskin and David S. Robinson. CRC Press LLC, Boca Raton.

Syarif, R., S. Santausa dan S. Isyana. 1989. Teknologi Pengemasan pangan. Laboratorium Rekayasa Proses Pangan, PAU-Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Page 33: ADF DAN NDF

32

LAMPIRAN

Page 34: ADF DAN NDF

33

RENCANA PEMBELAJARAN BERBASIS KBK MATAKULIAH : PENGEMASAN, PENGEPAKAN DAN LABELING (410I123)

Kompetensi Utama : Kemampuan dalam menerapkan (analisis dan evaluasi) prinsip pengendalian mutu dan

perlindungan keamanan pada produk hasil ternak (Kompetensi N0 8)

Kompetensi Pendukung : Kemampuan komunikasi, berpikir logis dan analisis, kreativitas, dan kerjasama team (Kompetensi No 10, 11, 12 dan 14 PS THT) Kompetensi Lainnya (Institusial) : - Kemampuan dalam penguasaan bahasa inggris (Kompetensi No 9) - Kemampuan memotivasi stakeholder dalam pengembangan peternakan (No. 12)

Minggu ke :

Materi Pembelajaran

Bentuk Pembelajaran

Kompetensi Akhir Sesi Pembelajaran Indikator Penilaian

Bobot Nilai (%)

1 Informasi Kontrak dan Rencana Pembelajaran

Kuliah Interaktif, Diskusi

Terbentuk 3 kelompok diskusi lengkap dengan ketua dan sekretaris

2 – 5

Karakteristik Kemasan dan Kualitas Produk : - Sejarah, Fungsi dan

klasifikasi kemasan, - Pengemasan dan

penyimpangan mutu

- Pengemasan hermetis dan modified atmosfir

Kuliah Interaktif, cooperative learning, port folio, Diskusi

Mampu Menemukan paling sedikit 20 fungsi kemasan, mengkalisifikasi kemasan dan menjelaskan hubungannya dengan mutu produk

Ketepatan konsep, kejelasan uraian, dan kemutakhiran bahan pustaka (bahasa asing), serta tumbuhnya kemampuan komunikasi, menganalisis, kreativitas, kedisiplinan, kerjasama team

25

Page 35: ADF DAN NDF

34

6 – 10

Jenis dan karakteristik Bahan Kemasan serta desain dan labeling

Kuliah interaktif, colaborative learning, diskusi kelompok

Mampu menyusun portfolio tentang perbedaan dan persamaan karakteristik bahan kemas, disain dan labeling kemasan

Kelengkapan isi, kejelasan dan penguasaan konsep, dan kemutakhiran pustaka (bahasa asing), serta kreatifitas, kemampuan komunikasi, menganalisis, kreativitas, kedisiplinan, kerjasama team

35

11 – 16

Jenis dan disain kemasan produk hasil ternak : daging, susu dan telur

Kuliah Interatif, Pj.BL, Presentasi Kelompok

Mampu Menyusun Portfolio tentang jenis bahan dan desain kemasan serta labeling kemasan yang tepat untuk minimal 1 produk hasil ternak dari daging, susu maupun telur

Kelengkapan isi, kejelasan dan penguasaan konsep, dan kemutakhiran pustaka (bahasa inggris), serta kreatifitas, kemampuan komunikasi, menganalisis, kreativitas, kedisiplinan, kerjasama team

40

Page 36: ADF DAN NDF

35

MODUL I

JUDUL : EVALUASI KUALITAS BAHAN PAKAN TERNAK

BAB I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

B. Ruang Lingkup Isi

C. Kaitan Modul

D. Sasaran Pembelajaran Modul

BAB II. Pembahasan

A. Evaluasi Pakan Secara Fisik

B. Evaluasi Pakan Secara Kimia

C. Evaluasi Pakan Secara Biologis

D. Evaluasi pakan secara ekonomis

E. Indikator Penilaian

BAB III. PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

Page 37: ADF DAN NDF

36

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam menyusun ransum untuk ternak diketahui kualitas dari bahan baku

pakan yang akan digunakan. Kualitas bahan baku pakan sangat menentukan

produktivitas ternak yang diusahakan. Kualitas bahan baku pakan atau mutu

bahan pakan dapat dilakukan dengan melakukan pengujian terhadap kualitas

bahan pakan. Berbagai cara yang digunakan untuk menentukan kualitas bahan

pakan ternak antara lain : 1). Evaluasi pakan secara fisik, 2). Evaluasi pakan

secara kimiawi, 3) evaluasi pakan secara biologis, 4). Evaluasi secara ekonomis.

B. Ruang Lingkup Isi : A. Evaluasi Pakan Secara Fisik

B. Evaluasi Pakan Secara Kimia

C. Evaluasi Pakan Secara Biologis

D. Evaluasi pakan secara ekonomis

C. Kaitan modul : Modul ini merupakan modul pertama sebelum

mahasiswa mempelajari modul Energi dan

penggunaannya dalam tubuh ternak.

D. Sasaran Pembelajaran Modul

Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan mampu menentukan

kualitas bahan pakan melalui pengamatan secara fisik (inderawi), evaluasi secara

kimiawi, biologis, dan evaluasi secara ekonomis.

Page 38: ADF DAN NDF

37

BAB.II. PEMBAHASAN

A. Evaluasi Pakan Secara Fisik

Evaluasi pakan secara fisik prinsipnya adalah melakukan suatu kegiatan

pengamatan yang melibatkan pengumpulan data-data atau keterangan-keterangan

dengan alat indera sebagai penerima. Pengamatan secara fisik (inderawi)

dilakukan dengan mengamati bentuk dan ukuran, bau, warna dan kemurnian

bahan.

a). indera tanpa alat Bantu ; meliputi indera lihat (melihat jumlah sedikit

banyaknya kerusakan), indera cium (mencium baunya mis; tengik, asam dan

lainnya), indera rasa (asin, tawar, asam, anyir, dan lainnya )dan raba (halus,

padat, kering, lembap dan lainnya).

b). indera dengan alat Bantu ; alat Bantu berupa mikroskopis atau kaca pembesar.

Selain itu dikenal juga pengujian fisik kuantitatif yang terdiri dari :

• faktor bahan ( feed factor)

• teknik pemisahan ( separation technique )

B. Evaluasi Pakan secara Kimia

Pengujian bahan pakan secara kimiawi yang umum dilakukan terdiri dari

analisis proksimat dengan beberapa parameter uji dan anlisis Van Soest.

Pengujian pakan secara kemik dapat bersifat :

1. Kemik kuantitatif, seperti analisa proksimat (air, abu, serat kaar, karbohidrat )

analisa serat (ADF/NDF), penentuan kecernaan, Penentuan energi bruto

2. kemik kualitatif, bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak adanya suatu

nutrient organic maupun anorganik didalam suatu pakan

a. Analisa proksimat

Metode ini dikenal dengan nama analisis Proksimat Wendee (Wendee

Proximat Analysis). Proximus (latin) berarti terdekat. Dinamakan demikian

karena metode terdekat dalam menggambarkan komposisi zat makanan suatu

bahan makanan. Kamal (1994) menyatakan bahwa disebut analisis proksimat

karena hasil yang diperoleh hanya mendekati nilai yang sebenarnya, oleh karena

itu untuk menunjukkan nilai dari sistem analisis proksimat selalu dilengkapi

dengan istilah minimum atau maksimum sesuai dengan manfaat fraksi tersebut.

Page 39: ADF DAN NDF

38

Pengelompokan zat makanan suatu bahan makanan menurut analisis proksimat

digambarkan dalam ilustrasi berikut :

Pakan

Air

Bahan OrganikAbu

Bahan Kering

Protein Kasar

LemakKasar

Serat Kasar

Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

Protein murniAsam aminoAmidaPeptidaPurinAsam Nukleat

TrigliseridaPhosfolipidSteroidWaxesCarotenXanophil

CellulosaHemicellulosaLigninCutin

GulaPatiGlikogenFruktanPeptinHemicellulosa

Bagan pembagian zat makanan menurut analisis proksimat

b. Analisis Van Soest

Metode analisis Van Soest (1967) lahir sebagai reaksi atas kegagalan

analisis proksimat dalam membagi fraksi KH. Semula diduga bahwa Beta-N

mewakili fraksi KH mudah dicerna, seperti gula, pati dan sebagainya. Ternyata

selain gula dan pati Beta –N juga mengandung lignn. Kandungan ligninnya

acapkali lebih tinggi daripada SK.

Sehubungan dengan hal tersebut Van Soest mengembangkan metoda

analisis lain khususnya untuk pakan sumber serat seperti rumput. Van Soest

mengembangkan reaksi weende di mana pada reaksi weende hanya didapat fraksi

karbohidrat menjadi crude fiber dalam NFE (Nitrogen free Extract). Oleh Van

Soest fraksi karbohidrat (NFE) dikembangkan kedalam :

1). komponen sangat mudah dicerna (Neutral Detergent Solubles; NDS).

Page 40: ADF DAN NDF

39

2). Dicerna tidak sempurna yaitu bagian dinding sel (NDF)

3). Sebagian besar tidak dicerna yaitu lignin dan celulose (tergantung dari

lignifikasinya).

Di dalam analisis Van Soest dapat diketahui bahwa zat-zat yang termasuk

Nonnutritive adalah lignin dan silika (Si).

C. Evaluasi Pakan Secara Biologis

Penilaian secara biologis dilakukan dengan mengujicobakan bahan baku

kepada ternak (in vivo) sehingga dapat diketahui kecernaan bahan pakan tersebut

maupun dapat dilakukan dengan cara in vitro.

Penentuan Koefisien Cerna Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam pengukuran koefisiem

cerna suatu pakan atau bahan pakan adalah sebagai berikut:

• Mengukur ransum yang dimakan dan feces yang dieksresikan

• Zat makanan yang dicerna sama dengan zat makanan yang dimakan

(intake) dikurangi zat makanan yang keluar dari tubuh melalui feces

• Feces yang dikumpulkan harus terpisah (tidak tercerna) dari urin.

Metode yang umum dalam penentuan koefisien cerna adalah:

1) metode koleksi total

2) metode indikator

1.Metoda Koleksi Total

• Mengumpulkan/menimbang seluruh ransum yang dimakan

• Mengumpulkan/menimbang seluruh feces yang di eksresikan

• Mengambil contoh dan menganalisa ransum

• Mengambil contoh dan menganalisa feces

a. Apparent Digestible Coeficient (ADC) = Koefisien Cerna Semu

Seluruh zat makanan yang dikeluarkan dalam feces berasal dari makanan

yang dimakan tetapi tidak dicerna

Rumus :

Page 41: ADF DAN NDF

40

b. True Digestible Coeficient (ADC) = Koefisien Cerna Sejati

Tidak seluruh zat makanan yang keluar dalam feces berasal dari makanan

tetapi ada sebagian yang berasal dari saluran pencernaan (jaringan dinding

alat pencernaan yang aus, bakteri-bakteri yang mati, enzim-enzim yang

masuk ke dalam saluran pencernaan yang keluar bersama-sama dengan zat

makanan. yang tidak dicerna). Zat makanan yang bukan berasal dari bahan

makanan disebut Metabolic Fecal Nutrient (MFN). Zat makanan ini

(umumnya senyawa N) sulit diukur karena ternak harus diberi ransum tanpa

N (purified diet) yang tidak disukai.

2. Metoda Indikator

Prinsip pengukuran kecernaan menggunakan indikator adalah :

• Tidak perlu mengumpulkan seluruh feces

• Pengambilan contoh untuk analisa secara acak

• Analisa contoh mencakup zat makanan dan zat indikator

Indikator yang umum digunakan adalah indikator internal dan ekternal.

Indikator internal secara alamiah terdapat didalam makanan, misalnya kromogen,

lignin atau SiO2 (silikat). Sedangkan indikator eksternal, atau sengaja

ditambahkan dari luar umumnyza adalah Fe2O3 ? Cr2O3, karet gelang, potongan

plastik atau radioisotop.

Syarat Indikator :

1. zat perunut (indikator) harus dapat bercampur secara homogen dengan

makanan/ransum

2. tidak dapat dicerna (relatif bisa dicerna < 5-10%)

3. mudah dianalisa

4. tidak menggangu kesehatan ternak

5. sedapat mungkin tersedia secara alamiah

Page 42: ADF DAN NDF

41

4. Evaluasi Pakan Secara Ekonomis

Evalusi kualitas pakan ternak secara ekonomis harus mempertimbangkan

beberapa syarat atau kriteria antara lain : harga bahan pakan, daya saing pakan

terhadap bahan makanan manusia, ketersediaan bahan pakan dan kandungan gizi

bahan pakan.

Untuk lebih jelasnya pemilihan bahan pakan untuk unggas berdasarkan

kriteria harga dapat dilihat pada contoh berikut:

Tepung ikan tuna Tepung ikan putih

- Harga absolut Rp. 5.000/kg - harga absolut Rp. 5.200/kg

- Protein kasar 63% - Protein kasar 69%

- Harga relatif : - Harga relatif :

Rp. 5000 = Rp. 83,3/ %PK Rp. 5.200 = Rp. 82,5/ % PK

63 69

Kriteria pemilihan yaitu bahan pakan yang memiliki harga relatif rendah

yaitu tepung ikan putih, karena harga setiap % proteinnya lebih murah

dibandingkan tepung ikan tuna. Dalam penyusunan ransum ternak unggas, protein

merupakan kandungan nutrisi bahan pakan yang sangat dibutuhkan.

D. INDIKATOR PENILAIAN

Indikator penilaian dalam modul ini terdiri dari mampu membedakan dan

menentukan kualitas pakan melalui pengamatan secara inderawi(dengan kriteria,

bentuk dan ukuran, bau,warna dan kemurnian bahan), kimiawi (proksimat) dan

biologis (kecernaan). Sedangkan indikator penilaian dalam diskusi

kelompok/presentasi meliputi

Keaktifan Individu dalam kelompok (10%)

Pengenalan bahan pakan (15%)

Kesiapan kelompok (10%)

Penyajian materi (10%)

Isi materi (20%)

Penguasaan materi

(20%)

Kerjasama tim (15%)

Page 43: ADF DAN NDF

42

PENUTUP

Pengujian pakan bertujuan antara lain untuk menyusun formula pakan,

mengevaluasi Kualitas pakan, memeriksa nutrisi yang dapat tercerna ,dan

memastikan nilai nutrisi dari Pakan tersebut. Kualitas pakan secara umum dapat

ditunjukkan dari nilai TDN (ME dan NE ) yang diperhitungkan dari nilai hasil

analisa pakan. Kualitas bahan pakan sangat menentukan produktivitas ternak yang

dipelihara, bahkan kualitas pakan yang sangat buruk dapat mengancam kehidupan

ternak yang mengkonsumsinya.

Bau tengik misalnya disebabkan oksidasi dari asam-asam lemak tidak

jenuh yang terdapat pada minyak dan lemak. Terjadinya perubahan warna pada

bahan pakan menandakan bahwa pakan tersebut menurun kualitasnya dijumpai

misalnya pada dedak terjadi perubahan warna dari warna asli kuning kecoklatan

menjadi merah jambu bahkan sampai hitam, pada jagung kuning yang berwarna

kuning berubah menjadi coklat sampai hitam akibat tumbuh jamur pada jagung

tersebut.

Page 44: ADF DAN NDF

43

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, R., 2002. Pengolahan Pakan Ayam dan Ikan Secara Modern. Penerbit Swadaya.

Ensminger, M.E. 1960. Animal Science. Fourth Edition. The Interstate Printersand Publishing, Inc. Danville, Illinois. USA.

Maynard L.A., J.K. Loosli., H.F Hintz and R.G. Warner, 1984. Animal

Nutrition. 7th Ed. Tata McGraw-Hill Publishing Comp. Ltd.

McDonald, P., RA. Edwards, JFG. Greenhalgh, and CA. Morgan. 2002. Animal Nutriotion. Prentice Hall

Mustari,S.P. dkk., 2000. Pembuatan Pakan Ternak Unggas. Penerbit. CV.

Amissco. Jakarta. Sutardi, 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan

Ternak. Fakultas Peternakan IPB. Bogor

Page 45: ADF DAN NDF

44

MODUL II JUDUL : ENERGI DAN PENGGUNAANNYA DALAM TUBUH TERNAK

BAB I. Pendahuluan

A. Latar Belakang B. Ruang Lingkup Isi C. Kaitan Modul D. Sasaran Pembelajaran Modul

BAB II. Pembahasan A. Defenisi dan Terminologi Energi

B.Unit Energi dan Satuan Energi Pakan

C. Penggunaan Energi Oleh Ternak

D. Disposisi Energi dari Pakan Dalam tubuh Ternak

E. Indikator Penilaian

BAB III. PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

Page 46: ADF DAN NDF

45

BAB I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Energi diperlukan untuk kelangsungan hidup ternak diantaranya untuk: (1) kerja secara mekanis dari aktivitas muskular yang

esensial; (2) kerja secara kimiawi seperti pergerakan zat terlarut melawan gradien konsentrasi; dan (3) sintesis dari konstituen tubuh

seperti enzim dan hormon. Energi diperlukan untuk mempertahankan fungsi-fungsi tubuh (respirasi, aliran darah dan fungsi sistem

syaraf), untuk pertumbuhan dan pembentukan produk (susu, telur, wool, daging).

Sebagian besar porsi dari makanan/pakan yang dikonsumsi oleh ternak atau manusia digunakan untuk memenuhi kebutuhan

energi, karena reaksi anabolik dan katabolik dalam tubuh memerlukan energi. maka dalam pokok bahasan energi ini harus mampu

menjawab beberapa pertanyaan di bawah ini

1. Energi itu apa?

2. Apa fungsi energi untuk ternak?

3. Apa dan dari mana sumber energi untuk ternak?

4. Bagaimana penggunaan energi yang berasal dari pakan di dalam tubuh ternak.

B. Ruang Lingkup Isi : • Defenisi dan terminologi energi

• Unit Energi dan Satuan Energi Pakan

• Penggunaan Energi Oleh Ternak

• Disposisi Energi dari Pakan Dalam Tubuh Ternak

C. Kaitan modul : Modul ini merupakan modul kedua setelah mahasiswa

memahami modul cara mengevaluasi kualitas bahan

Page 47: ADF DAN NDF

46

pakan dan sebelum mahasiswa mempelajari jenis-jenis

bahan pakan.

D. Sasaran Pembelajaran Modul

Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan mampu :

• Menjelaskan defenisi dan Terminologi Energi

• Menjelaskan Unit Energi dan Satuan Energi Pakan

• Menjelaskan Penggunaan energi oleh ternak

• Menjelaskan Disposisi Energi dari Pakan Dalam Tubuh Ternak

Page 48: ADF DAN NDF

47

BAB II. PEMBAHASAN

A. Defenisi dan Terminologi Energi

Page 49: ADF DAN NDF

48

Istilah energi merupakan kombinasi dari dua suku kata Yunani (Greek), yaitu: en, artinya in (bahasa Inggris) atau di dalam

(bahasa Indonesia) dan ergon, artinya work (bahasa Inggris) atau kerja (bahasa Indonesia). Dari kombinasi kata tersebut, Scott et

al.(1982) mendefinisikan bahwa ENERGI adalah sesuatu yang dapat menimbulkan kerja. Jadi energi yang ada hubungannya dengan proses-proses tubuh dinyatakan unit panas (kalori). Energi sangat diperlukan pada

setiap langkah mahluk hidup, tanpa adanya energi berarti tidak ada kehidupan. Sebagian besar porsi dari makanan/pakan yang

dikonsumsi oleh ternak atau manusia digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi, karena reaksi anabolik dan katabolik dalam tubuh

memerlukan energi.

B. Unit Energi dan Satuan Energi Pakan

1. Unit energi

International System Unit atau SI (dari kata perancis: ‘le Systeme International d’unites) dibuat di kanada pada tahun

1973; SI digunakan di eropa juga pada tahun yang sama (1973).

Unit SI adalah Joule (J), bukan kalori, digunakan untuk energi mekanis, listrik, kinetis, panas, gravitasi dan cairan.

ME dinyatakan dalam KJ/g, bukan Kkal/kg.

KJ/g disebut simbol, bukan kependekan.

2. Satuan energi pakan

1. Martabat Pati (Starch Equivalent).

2. Nilai Kalor Fisiologis (Physiological Fuel Value ; PFV)

3 .Total Digestible Nutrients (TDN)

TDN = DCP + DNFE + DCF + 2,25 DEE x 100 = %/kg BK

Konsumsi pakan (kg)

DCP = Digestible Crude Protein (protein kasar dapat dicerna)

Page 50: ADF DAN NDF

49

DNFE = Digestible Nitrogen- Free Extract (karbohidrat dapat dicerna)

DCF = Digestible Crude Fiber (serat kasar dapat dicerna)

DEE = Digestible Ether Extract (kemak kasar dapat dicerna)

atau

TDN = Prt + 2,25 Lt + SKt + Beta-Nt

Prt = protein tercerna, Lt = lemak tercerna, Skt = Serat kasar tercerna, dan Beta-Nt = Beta –N tercerna. TDN dapat pula

dinyatakan seperti berikut :

TDN = Bit + 1,25 Lt

4. Martabat susu (Milchwert)

5.Satuan Pakan (futter Einheit; FE)

C. Penggunaan Energi Oleh Ternak

Diantara gizi lainnya, lemak mempunyai kandungan energi paling tinggi yaitu sebesar 2.25 kali karbohidrat dan protein.

Perbedaan ini disebabkan oleh kandungan oksigen dalam molekul. Dalam molekul karbohidrat terdapat cukup oksigen untuk

pembakaran hidrogen yang dikandungnya, sehingga panas yang dikeluarkan hanya dari pembakaran atau oksidasi karbon (C). Pada

lemak, relatif sedikit oksigen, sehingga memerlukan oksigen lebih banyak untuk pembakaran hidrogen (H) dan karbon (C). Untuk

pembakaran 1 gram H menghasilkan panas 4 kali lebih banyak dari pembakaran C, sehingga panas yang dihasilkan lebih tinggi

dibandingkan dengan protein dan karbohidrat.

D. Partisi Energi dari pakan Dalam Tubuh Ternak

Energi pakan yang dikonsumsi ternak dapat digunakan dalam 3 cara: (1) menyediakan energi untuk aktivitas; (2) dapat

dikonversi menjadi panas; dan (3) dapat disimpan sebagai jaringan tubuh. Energi disimpan di dalam karbohidrat, lemak dan protein

dari bahan makanan. Semua bahan tersebut mengandung karbon (C) dan hidrogen (H) dalam bentuk yang bisa dioksidasi menjadi

Page 51: ADF DAN NDF

50

karbondioksida (CO2) dan air (H2O) yang menunjukan energi potensial untuk ternak. Partisi energi pakan dalam tubuh ternak dapat

dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 3.

Partisi Energi Pakan Dalam

Proses Nutrisi

a.Energi Bruto (EB) = Gross Energy (GE)

Energi bruto dalam makanan/pakan dapat diukur dengan alat bomb calorimeter. Diketahui bahwa energi dalam bentuk GE

dari suatu bahan makanan kurang bermanfaat digunakan untuk menilai suatu bahan makanan atau ransum sebagai sumber energi

untuk ternak, karena tidak ada informasi tentang ketersediaan energi untuk hewan bersangkutan.

b. Energi tercerna (Digestible Energy) = DE

Page 52: ADF DAN NDF

51

Nilai DE bahan makanan dapat didefenisikan sebagai berikut Gross Energi dari bahan makanan dikurangi dengan energi yang

hilang melalui feses disebut energi yang dapat dicerna (Digestible Energy = DE). Namun demikian, kandungan DE bahan makanan

biasanya tidak dinyatakan dalam %, akan tetapi dalam satuan Mkla DE/Kg BK.

Konsumsi GE – Eksresi Ge dalam Tinja % DE =

Konsumsi GE X 100%

Terdapat tiga macam bentuk kehilangan energi lainnya yaitu :

1. Energi yang hilang dalam urin dan hasil sisa nitrogen lainnya yang dikeluarkan dalam urin;

2. Sejumlah kecil energi hilang dalam gas-gas yang terbakar terutama metana, hasil fermentasi selulosa, pentosan, dan karbohidrat

lainnya di dalam alat pencernaan, terutama di dalam rumen ruminansia.

3. Kehilangan energi yang lebih besar terjadi pada berbagai proses seperti mengunyah, mencerna, dan asimilasi bahan makanan.

Semua kehilangan energi dalam bentuk panas disebut energi termis adalah jumlah tambahan panas yang dihasilkan dalam tubuh

akibat konsumsi makanan.

c. Energi yang Termetabolisme (Metabolizable Energy = ME)

Energi yang dapat termetabolisme (ME) adalah energi dari makanan yang tersedia untuk metabolisme setelah energi tercerna

(DE) dikurangi dengan energi yang hilang melalui urin dan yang hilang melalui gas (terutama metan).

Faktor yang Mempengaruhi ME:

Faktor yang mempengaruhi produksi ME dari suatu bahan makanan antara lain :

1. Spesies ternak

2. Sifat Fisik/Kimia dari Makanan

3.Level dan Frekuensi Pemberian Makan

Page 53: ADF DAN NDF

52

4. cara penyediaan makanan

5.keserasian zat-zat makanan

6. Status Produktivitas Ternak

a). Untuk Hidup Pokok

b). Untuk pertumbuhan

d. Energi feses

Energi yang hilang via feses adalah yang paling penting, paling bervariasi dan paling mudah diukur. Variasi terutama oleh

jenis bahan makanan.

e. Energi Urin (Urine)

Energi yang keluar melalui urin relatif kecil dan konstan; diukur dengan membakar bagian padat dari urin (setelah dievaporasi)

dalam bom-kalorimeter. Energy urine tidak seluruhnay berasal dari luar (makanan). Sebagian berasal dari dalam (tubuh). Antara lain

berasal dari tenunan tubuh yang aus dan katabolisme zat-zat makanan asal tubuh.

f. Metan (Methan CH4)

Gas-gas hasil metabolisme hampir semuanya terdiri dari gas metane yang dihasilkan dalam suasana anaerobik dalam retikulo-

rumen, kebanyakan terjadi karena reaksi hidrogen dengan CO2. Produksi gas metane berhubungan erat dengan konsumsi makanan

dan pada jumlah makanan yang dimakan lebih tinggi, maka gas berjumlah 6 sampai 7 % dari energi total, dan ini adalah kira-kira 12

% dari energi dapat dicerna (semu).

g. Heat Increament (HI) atau Specific Dynamic Action (SDA)

HI adalah panas yang timbul dalam tubuh oleh reaksi biokimia dalam saluran pencernaan atau dalam sel (asimilasi). HI adalah

istilah yang dipakai untuk menerangkan kenaikan produksi panas bila sesudah seekor ternak yang dipuasakan diberi makanan.

h. Energi Neto (Net Energy = NE)

Page 54: ADF DAN NDF

53

NE adalah jumlah neto dari energi makanan yang didapatkan/diretensi dalam hewani/produk hewani. Retensi tersebut bisa

negatif bila energi yang diberikan kepada hewan di bawah kebutuhan untuk hidup pokok.

secara konvensional diketahui bahwa setiap bahan makanan ada dua macam NE yang tersedia yaitu NE untuk hidup pokok (NEm) dan

NE untuk produksi/pertumbuhan (NEg).

E. Indikator Penilaian

Indikator penilaian dalam modul adalah menentukan nilai energi beberapa bahan pakan dan menentukan jumlah energi untuk

ternak sesuai kebutuhannya.

- Diskusi kelompok/presentasi tugas indikator penilaian adalah

Mampu menjelaskan kadar energi bahan pakan, penggunaan energi oleh ternak dan partisi energi dari pakan dalam tubuh ternak

Keaktifan Individu dalam kelompok (15%)

acuan up to date (10 %)

kesiapan kelompok (10%)

Penyajian materi (10%)

Isi materi (20%)

Penguasaan materi

(20%)

Kerjasama tim (15%)

BAB III. PENUTUP

Energi yang terdapat dalam bahan makanan tidak seluruhnya dapat dipergunakan oleh tubuh. Untuk setiap bahan makanan

minimal ada 4 nilai energi yaitu energi bruto (goss energy atau combustible energy), energi dapat dicerna, energi metabolis dan energi

Page 55: ADF DAN NDF

54

neto. Nilai energi metabolis dalam bahan makanan adalah penggunaan yang paling banyak dan aplikasi prakts karena pengukuran

energi ini tersedia untuk semua tujuan termasuk hidup pokok, pertumbuhan, penggemukan dan produksi telur (Wahyu, 1991)

Ada beberapa sistem energi dalam dunia peternakan untuk menyatakan nilai energi dari suatu bahan makanan atau ransum dan

menyatakan kebutuhan energi hewan, yaitu system TDN (Total Digestible Nutrient), MP (Martabat Pati = Starch Equivalent) dan

Sistem Kalori (yang dapat diurai dalam berbagai bentuk).

Page 56: ADF DAN NDF

55

DAFTAR PUSTAKA

1. Amrullah. I.K., 2002. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunungbudi, Bogor.

2. Maynard L.A., J.K. Loosli., H.F Hintz and R.G. Warner, 1984. Animal Nutrition. 7th Ed. Tata McGraw-Hill Publishing Comp. Ltd.

3. McDonald, P., RA. Edwards, JFG. Greenhalgh, and CA. Morgan. 2002. Animal Nutriotion. Prentice Hall.

4. Sutardi, 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan IPB. Bogor

5. Sofyan, L.A, dkk.2000. Diktat Pengetahuan Bahan Makanan Ternak. Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Fakultas

Peternakan IPB.

.

Page 57: ADF DAN NDF

56

MODUL III

JUDUL : JENIS-JENIS BAHAN PAKAN

BAB I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

B. Ruang Lingkup Isi

C. Kaitan Modul

D. Sasaran Pembelajaran Modul

BAB II. Pembahasan

Page 58: ADF DAN NDF

57

A. Penggolongan bahan Pakan

B. Bahan Pakan konvensional

C. Bahan Pakan Inkonvensional

D. Syarat- Syarat Bahan Baku Pakan

E. Indikator Penilaian

BAB III. PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

Page 59: ADF DAN NDF

58

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengetahuan mengenai bahan baku pakan merupakan salah satu unsur terpenting (esensial) untuk diperhatikan dalam

penyusunan formulasi ransum karena hasilnya akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ternak. Oleh karena itu sebelum

meramu (Formulasi) dan mengolah bahan pakan menjadi bahan jadi, informasi yang berhubungan dengan bahan pakan terlebih dahulu

harus dipahami. Untuk memahami bahan pakan tersebut dalam modul ini akan disajikan tentang jenis-jenis bahan pakan.

B. Ruang Lingkup Isi : A. Penggolongan bahan Pakan

B. Bahan Pakan konvensional

C. Bahan Pakan Inkonvensional

D. Syarat- Syarat Bahan Baku Pakan

r E. Indikator Penilaian

C. Kaitan modul : Modul ini merupakan modul ketiga sebelum

mahasiswa mempelajari modul karakteristik fisik

bahan pakan.

D. Sasaran Pembelajaran Modul

Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan mampu memilih dan mengidentifikasi jenis-jenis bahan pakan ternak

berdasarkan sumbernya, kandungan gizinya, berdasarkan bentuk fisiknya, bahan pakan biji-bijian dan bahan pakan konvensional dan

inkonvensional serta syarat bahan baku pakan.

Page 60: ADF DAN NDF

59

BAB II. PEMBAHASAN

A. Penggolongan Bahan Pakan

Penggolongan bahan pakan ternak khususnya ternak unggas digolongkan berdasarkan sumber/asal , kandungan nutrisi dan

bentuk fisik.

1. Berdasarkan sumber/asalnya dikelompokkan menjadi dua yaitu ;

a. Bahan pakan asal tumbuhan (nabati) misalnya jagung kuning, dedak halus, bekatul, dan lain-lain.

b. Bahan pakan asal hewan misalnya tepung ikan, tepung tulang, tepung sisa rumah potong dan lain-lain.

2. Berdasarkan kandungan nutrisinya digolongkan kedalam :

a. Bahan pakan sumber protein, Bahan pakan yang termasuk dalam golongan ini mempunyai kandungan protein 20 % atau lebih

antara lain;tepung ikan, dan sebagainya.

b.Bahan pakan sumber energi, Bahan pakan ini mengandung protein kurang dari 20% dan serat kasar kurang dari 18%, misalnya

jagung kuning, dedak halus/bekatul, dan sebagainya.

c. Bahan pakan sumber mineral, misalnya tepung tulang, tepung kerang, kapur dan sebagainya.

Page 61: ADF DAN NDF

60

d. Bahan pakan sumber vitamin. Contohnya hijauan segar, tepung hijauan, feed supplement.

e. Feed suplement (Feed additive). Merupakan bahan pakan yang terdiri dari campuran vitamin, mineral, asam-asam amino serta

jenis-jenis obat tertentu seperti antibiotik, occidiostat yang komposisinya tidak selalu terdapat secara bersama-sama

3. Berdasarkan bentuk fisiknya. Digolongkan kedalam

a. Bahan pakan butiran.

b. Bahan pakan yang berbentuk tepung

c. Bahan pakan yang berbentuk cair.

B. Bahan Pakan Konvensional

Bahan pakan konvensional adalah bahan baku yang sering digunakan (yang bumum ada dipasar) dalam pakan yang biasanya

mempunyai kandungan nutrisi yang cukup (misalnya; protein) dan disukai ternak

C. Bahan Pakan inkonvensional

Bahan pakan inkonvensional (Bahan Pakan Substitusi) adalah bahan baku yang berasal dari bahan yang selama ini belum

banyak dimanfaatkan sebagai bahan pakan, akan tetapi dari kandungan nutrisinya (mis; protein) masih memadai untuk diolah menjadi

ransum atau pakan.

Bahan substitusi ini sebagai pengganti bahan baku konvensional biasa berasal dari : 1) bahan hasil pertanian yang selama ini

tidak banyak digunakan untuk produksi pakan jadi; 2). Bahan yang berasal dari hasil samping (by product) proses produksi industri

agro.

Permasalah yang ada pada bahan baku ini antara lain :

Page 62: ADF DAN NDF

61

1. Makin tingginya kadar serat dalam bahan

2. Kemungkinan adanya zat antinutrisi dalam bahan

3. protein yang siap pakai

4. kandungan garam atau mineral dalam bahan.

D.Syarat-syarat Bahan Baku Pakan

Bahan baku pakan yang akan digunakan dalam ransum hendaknya memenuhi beberapa persyaratan, antara lain :

1. mengandung nilai nutrisi tinggi

2. mudah diperoleh dan mudah diolah

3. tidak mengandung racun

4. Harga murah dan terjangkau

5. diusahakan bukan merupakan bahan makann pokok manusia

6. Butirannya halus atau bisa dihaluskan

E. Indikator Penilaian

Indikator penilaian terdiri dari pengelompokan, pemilihan dan mengidentifikasi bahan pakan sesuai kriteria. Sedangkan dalam

diskusi / presentasi kelompok indikator penilaian terdiri dari : keaktifan individu dalam kelompok, kesiapan dan kerjasama kelompok,

penyajian dan penguasaan materi

Page 63: ADF DAN NDF

62

Page 64: ADF DAN NDF

63

PENUTUP

Bahan pakan merupakan bahan-bahan yang digunakan untuk menyusun ransum yang siap diberikan kepada ternak dan

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup serta kebutuhan produksi ternak. Oleh karena itu, bahan-bahan pakan penyusun ransum

harus memenuhi kebutuhan ternak yang tidak hanya bersifat kuantitasvakan tetapi juga harus memperhatikan kandungan nutrisinya,

dimana kebutuhan nutrisi ternak bervariasi sesuai jenis, umur, pertumbuhan dan tujuan produksi .

Penggunaan bahan substitusi (bahan pakan inkonvensional) sebagai pengganti bahan baku konvensional aspek terpenting yang

harus diperhatikan adalah masih mempunyai nilai nutrisi atau kandungan protein. Untuk meningkatkan nilai nutrisi dari bahan

substitusi (pakan inkonvensional) dan agar aman untuk dijadikan bahan pakan, maka diperlukan perlakuan pendahuluan (treatmen).

Dengan demikian bahan pakan tersebut dapat diolah menjadi ransum.

Page 65: ADF DAN NDF

64

DAFTAR PUSTAKA Alamsyah, R, 2002. Pengolahan Pakan Ayam dan Ikan Secara Modern. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta. Mustari,S.P. dkk., 2000. Pembuatan Pakan Ternak Unggas. Penerbit. CV. Amissco. Jakarta.

Page 66: ADF DAN NDF

65

MODUL IV

Page 67: ADF DAN NDF

66

JUDUL : KARAKTERISTIK SIFAT FISIK PAKAN

BAB I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

B. Ruang Lingkup Isi

C. Kaitan Modul

D. Sasaran Pembelajaran Modul

BAB II. Pembahasan

A Berat Jenis Pakan

B. Sudut Tumpukan

C. Kerapatan Tumpukan

D. Kerapatan Pemadatan Tumpukan Pakan

E. Indikator Penilaian

BAB III. PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

Page 68: ADF DAN NDF

67

BAB I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karakteristik atau sifat bahan makanan ternak sangat berpengaruh dalam proses pengolahan bahan pakan. Banyak jenis pakan

lokal yang ketersediannya cukup potensil tetapi penggunaan bahan baku lokal ini sering menimbulkan kesulitan bagi pengelola pabrik

pakan yang menangani dan memprosesnya, karena adanya perbedaan sifat.Pengetahuan tentang sifat fisik pakan belum berkembang

dibanduing dengan sifat fisik pada bahan pangan yang telah banyak diteliti.

Karakteristik sifat fisik pakan sangat berhubungan dengan pengolahan atau penanganan bahan pakan secara mekanik. Ada

beberapa karaktaristik sifat fisik pakan yang penting antara lain Berat Jenis Pakan,Sudut Tumpukan, Kerapatan Tumpukan, Kerapatan

Pemadatan Tumpukan Pakan

B. Ruang Lingkup Isi : • Berat Jenis Pakan

Page 69: ADF DAN NDF

68

• Sudut Tumpukan

• Kerapatan Tumpukan

• Kerapatan Pemadatan Tumpukan Pakan

C. Kaitan modul : Modul ini merupakan modul keempat setelah mahasiswa

memahami jenis-jenis bahan pakan dan sebelum

mempelajari Teknik pengolahan dan penyimpanan bahan

pakan hubungannya dengan kualitas pakan.

D. Sasaran Pembelajaran Modul

Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan karekteristik fisik pakan berdasarkan Berat jenis, sudut

tumpukan, kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan Tumpukan Pakan

BAB. I I. PEMBAHASAN

A. Berat Jenis Pakan

Berat jenis (BJ) atau berat spesifik merupakan perbandingan antara massa bahan terhadap valumenya, satuannya adalah

gram/ml. Berat jenis diukur dengan menggunakan prinsip Hukum Archimedes. Berat jenis dinyatakan dalam satuan gram/ml.

Page 70: ADF DAN NDF

69

Berat jenis memegang peranan penting dalam berbagai proses pengolahan, penanganan dan penyimpanan. Pertama BJ

merupakan faktor penentu dari kerapatan tumpukan. Kedua BJ memberikan pengaruh besar terhadap daya ambang partikel bahan,

dan ketiga adalah BJ bersama dengan ukuran partikel bertanggung jawab terhadap homogenitas penyebaran partikel dan stabilitasnya

dalam suatu campuran pakan. Ransum yang terdiri dari partikel yang perbedaan BJ-nya cukup besar, maka campuran ini tidak akan

stabil dan cenderung untuk terpisah kembali. Keempat adalah BJ sangat menentukan tingkat ketelitian dalam proses penakaran secara

otomatis pada pabrik pakan, seperti dalam proses pengemasan dan pengeluaran bahan dari dalam silo untuk dicampur dan digiling.

Pengecilan ukuran partikel dan kadar air tidak berpengaruh nyata terhadap pengukuran berat jenis dari berbagai kelompok

bahan pakan sumber energi, sumber hijauan, sumber protein nabati dan hewani serta bahan pakan sumber mineral. Berat jenis akan

berhubungan erat dengan porositas ransum. Porositas adalah ratio antara kerapatan tumpukan dengan berat jenis. Porositas ini akan

menunjukkan besarnya volume ruang antara partikel dalam suatu tumpukan ransum dan berperan penting dalam mencapai efisiensi

pengeringan bahan kerena berkaitan erat dengan daya hantar panas di dalam tumpukan bahan.

B. Sudut Tumpukan

Sudut tumpukan atau sudut curah adalah sudut yang terbentuk jika bahan dicurahkan pada bidang datar melalui sebuah corong

dengan satuan (o). Pergerakan partikel bahan yang ideal ditunjukkan oleh pakan yang berbentuk cair, dengan sudut tumpukan sama

dengan nol. Sudut ini merupakan kriterian kebebasan bahan bergerak partikel dari suatu tumpukan bahan. Pergerakan partikel bahan

yang ideal ditunjukkan oleh pakan yang berbentuk cair, dengan sudut tumpukan sama dengan nol.

Pakan bentuk padat mempunyai sudut tumpukan berkisar antara 20 0 dan 50 0. Besarnya sudut tumpukan sangat dipengaruhi

oleh ukuran partikel bahan, bentuk, berat jenis, kerapatan tumpukan dan kadar air bahan. Kecepatan dan keefisienan pada proses

pengosongan silo vertikl untuk memindahkan bahan menuju unit penimbangan atau pencampuran pakan sangat ditentukan oleh sifat

bahan yaitu kemampuan bahan mengalir (flowability)., dan flowability ini sangat ditentukan oleh pembentukan sudut tumpukan dari

bahan tersebut.

Page 71: ADF DAN NDF

70

Besarnya sudut tumpukan sangat dipengaruhi oleh ukuran partikel bahan, bentuk, berat jenis, kerapatan tumpukan dan kadar

air bahan. Ukuran partikel yang semakin kecil maka akan membentuk sudut tumpukan yang semakin besar, dan apabila bahan pakan

mempunyai sudut tumpukan kecil maka akan lebih mudah dan lebih akurat di dalam penakaran baik secara volumetris maupun

gravimetris. Bahan pakan yang bersudut tumpukan kecil akan lebih baik disimpan dalam kemasan atau berwadah. Selain itu kadar

airpun sangat berpengaruh terhadap nilai sudut tumpukan, dimana semakin tinggi kadar air bahan pakan maka semakin tinggi sudut

tumpukannya.

C. Kerapatan Tumpukan

Kerapatan tumpukan adalah perbandingan antara berat bahan dengan volume ruang yang ditempatinya, satuannya adalah

gram/ml. Sifat ini memegang peranan penting dalam memperhitungkan volume ruang yang dibutuhkan suatu bahan dengan berat

tertentu, seperti misalnya dalam pengisian silo dan gudang (curah atau wadah), elevator dan ketelitian dalam penakaran secara

otomatis.

Ukuran partikel bahan sangat berpengaruh terhadap kerapatan tumpukan yaitu pengecilan ukuran partikel akan menurunkan

nilai kerapatan tumpukan pada bahan pakan. Selain pengecilan ukuran, kandungan air juga turut berpengaruh dimana nilai kerapatan

tumpukan akan semakin turun dengan meningkatnya kadar air bahan pakan.

D. Kerapatan Pemadatan Tumpukan

Kerapatan pemadatan tumpukan adalah merupakan perbandingan antara berat bahan pakan terhadap volume ruang yang

ditempatinya setelah melalui proses pemadatan seperti penggoyangan. Kapasitas silo, kontainer dan kemasan seperti karung terletak

antara kerapatan tumpukan dan kerapatan pemadatan tumpukan.

Besarnya nilai kerapatan pemadatan tumpukan sangat tergantung pada intensitas proses pemadatan. Sedangkan volume yang

dibaca merupakan volume terkecil yang diperoleh selama penggetaran. Sebaiknya pemadatan dilakukan tidak lebih dari 10 menit.

Page 72: ADF DAN NDF

71

E. Indikator Penilaian

Indikator penilaian terdiri dari pretest (kuis), post test, sedangkan untuk presentasi/diskusi kelompok indikatoer penilaian terdiri dari

keaktifan individu kejelasan uraian (isi materi), kerjasama tim, penyajian materi,acuan up to date

Page 73: ADF DAN NDF

72

BAB III. PENUTUP

Karakteristik sifat fisik bahan merupakan pemahaman tentang sifat-sifat dan bahan serta perubahan-perubahan yang terjadi

pada pakan dapat digunakan untuk menilai dan menetapkan mutu pakan.

Sifat bahan merupakan faktor mutu yang penting karena kegunaan dan keragaan dari komodiiti itu ditentukan oleh sifat-sifat

bahan. Pada bidang teknologi pangan data tentang sifat fisik ini sangat berguna, misalnya dalam merancang suatu alat (pemrosesan,

penanganan) dan Sarana (penyimpanan dan transportasi).

Pengecilan ukuran partikel dan kadar air tidak berpengaruh nyata terhadap pengukuran berat jenis dari berbagai

kelompok bahan pakan sumber energi, sumber hijauan, sumber protein nabati dan hewani serta bahan pakan sumber mineral. Berat

jenis akan berhubungan erat dengan porositas ransum. Porositas adalah ratio antara kerapatan tumpukan dengan berat jenis. Porositas

ini akan menunjukkan besarnya volume ruang antara partikel dalam suatu tumpukan ransum dan berperan penting dalam mencapai

efisiensi pengeringan bahan kerena berkaitan erat dengan daya hantar panas di dalam tumpukan bahan.

Page 74: ADF DAN NDF

73

DAFTAR PUSTAKA

Khalil. 1999. Pengaruh kandungan air dan ukuran partikel terhadap sifat fisik pakan lokal : sudut tumpukan, daya ambang dan faktor

higroskopis. Media Peternakan, 22 (1) : 33-42 Muchtadi, R.T dan Sugiyono. 1989. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Petunjuk Laboratorium. PAU Pangan dan Gizi IPB, Bogor Purwadaria, H.K. 1995. Physical factors affecting grain drying ang storage system in humid tropics. Material for Training Course on

Pest Management for Storage Food and Feed. Institut Pertanian Bogor, Bogor Syarief, R dan A. Irawati. 1988. Pengetahuan Bahan Makanan untuk Industri Pertanian. PT. Mediyatama Perkasa, Jakarta

Page 75: ADF DAN NDF

74

MODUL V

JUDUL : TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAN PENYIMPANAN PAKAN

Page 76: ADF DAN NDF

75

BAB I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

B. Ruang Lingkup Isi

C. Kaitan Modul

D. Sasaran Pembelajaran Modul

BAB II. Pembahasan

A. Teknik Pengolahan Pakan

B. Penyimpanan Pakan

C. Indikator Penilaian

BAB III. PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

Page 77: ADF DAN NDF

76

BAB I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ada 2 masalah utama yang menyebabkan pakan ternak khususnya pakan

ternak ruminansia yang diberikan tidak memenuhi kecukupan jumlah dan asupan

nutrient. Masalah pertama adalah bahan pakan pada umumnya berasal dari limbah

pertanian yang rendah kadar protein kasarnya dan tinggi serat kasarnya. Tingginya

kadar serat ini yang umumnya didominasi komponen lignoselulosa (karbohidrat komplek) yang sulit dicerna (McDonald et al., 2000).

Masalah lainnya adalah

ketersedian pakan yang tidak kontinyu. Ini dikarenakan langkanya bahan pakan

terutama di musim kemarau. Untuk mengatasi masalah tersebut berbagai terobosan

telah dilakukan antara lain bagaimana melakukan pengolahan dan penyimpanan bahan pakan agar masalah tersebut diatas dapat

teratasi, yang umum dilakukan dalam pengolahan pakan khususnya hiajauan adalah dengan membuat menjadi hijauan kering (hay),

Page 78: ADF DAN NDF

77

penambahan urea (amoniasi) dan awetan hijauan (silase). Selain itu pengetahuan tentang aspek-aspek yang harus diperhatikan dan

masalah yang sering timbul dalam penyimpanan pakan seriang terabaikan sehingga dapat berpengaruh besar terhadap kualitas pakan

yang disimpan, sehingga dianggap perlu untuk memperhatikan faktor penyimpanan pakan.

B. Ruang Lingkup Isi : • Teknologi pengolahan pakan

• Penyimpanan Pakan

C. Kaitan modul : Modul ini merupakan modul kelima setelah mahasiswa

memahami/mempelajari modul karakteristik fisik pakan.

D. Sasaran Pembelajaran Modul

Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan mampu menentukan cara-cara pengolahan pakan dan penyimpanan pakan yang

tepat untuk mempertahankan kualitas pakan .

BAB II. PEMBAHASAN

A. Teknologi Pengolahan Pakan

1. Teknologi Pengolahan Silase

Silase adalah hijauan makanan ternak yang disimpan dalam keadaan segar (kadar air 60 – 70%). Tujuan pembuatan silase

adalah sebagai persediaan makanan ternak, untuk menampung kelebihan hijauan makanan ternak dan untuk memanfaatkan hijauan

pada saat-saat berlimpah yang belum digunakan sepenuhnya. Pengawetan hijauan dengan cara ini akan memberikan banyak

Page 79: ADF DAN NDF

78

keuntungan diantaranya, hijauan masih mengandung kadar air yang cukup tinggi dan juga jika pembuatan dan penyimpanan yang

bagus, maka hijauan dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Hijauan yang biasa diawetkan dalam bentuk silase adalah,

umunya adalah rumput. Legum juga merupakan hijauan makanan ternak, masih kurang karena hal ini disebabkan oleh banyak faktor

antara lain karena kandungan karbohidrat siap pakai (karbohidrat terlarut) lebih rendah dari rumput, karena kadar karbohidrat terlarut

dalam pada hijauan sangat diperlukan karena karbohidrat terlarut yang sangat banyak dipakai dalam proses ensilase. Pada proses ini

mikroorganisme akan mengadakan fermentasi dengan dengan mendegradasi karbohidrat tanaman terutama yang mudah larut untuk

menghasilkan kalori (panas), karbohidrat dan air . dengan reaksi sebagai berikut :

C6H12O6 + O2 CO2 + H2O + panas.

Kesenjangan produksi hijauan antara musim hujan dengan musim kemarau dapat diatasi dengan jalan pengawetan hijauan

dalam bentuk silase dari produksi hijauan yang berlebihan pada musim hujan yang dapat digunakan untuk menutupi kekurangan

hijauan dimusim kemarau.

Pembuatan Silase

Prinsip pembuatan silase adalah memanfaatkan sejumlah bakteri anaerob, pada proses fermentasi/pemeraman untuk

memproduksi asam laktat sehingga mencapai pH 3,4 sampai 4,2.

Pembuatan silase berlangsung 4 fase, yaitu :

1. Fase aerob berlangsung pada 0 hari 3 hari

2. Fase fermentasi

3. Fase stabil

4. Fase Panen

Page 80: ADF DAN NDF

79

Kualitas Silase

Kualitas silase yang baik menunjukkan tanda-tanda yaitu :Warna masih hijau, rasa dan bau asam, tekstur hijauan masih jelas, tak

berjamur, pH rendah 3 ½ - 4. selaian itu faktor yang mempengaruhi nilai nutrisi silase yaitu :

a. Perubahan kimia dalam bahan silase,

b. Sifat bahan silase,

c. Derajat produksi zat (effluent) pada proses ensilase.

Disamping itu hal-hal yang mempengaruhi kualitas silase :

1. Kualitas hijuan asal

2. Perombakan mineral

3. Kadar magnesium (Mg) berkurang, terjadi perubahan warna dari hijau menjadi coklat.

4. Faktot fisik,

5. Faktor kimiawi

Penggunaan Additive (Pengawet)

Pemberian bahan pengawet pada silase mempunyai dua arti ganda yang mempengaruhi fermentasi dan mengubah komposisi

serta nilai nutrisi menjadi lebih baik. Untuk memperoleh hasil silase yang berkualitas tinggi, maka bahan baku harus mempunyai

imbangan antara gula dan protein dengan nilai yang tinggi. Sedangkan untuk memperoleh keadaan tersebut ditambahkan bahan

pengawet.

Derajat Keasaman (pH) dan Total Asam Silase

Silase yang mempunyai standar yang baik adalah : bersih, rasa dan bau keasam-asaman, tidak terdapat asam butirat , tidak

terdapat cendawan, lendir maupun proteolisis, pH 3,5 – 4,2 N – amonia 10 % dari N total. Sedang terdapat asam butirat yang tinggi,

banyak terjadi proteolisis, banyak cendawan dan lendir, pH diatas 4,8 N-amonia 20 % atau N lebih dari N-total.

Page 81: ADF DAN NDF

80

Kandungan Water Soluble Carbohydrate

Keberhasilan silase ditentukan oleh perbandingan (ratio) antara WSC terhadap kapasitas buffer dengan persentase bahan

kering. Kandungan WSC akan dipengaruhi oleh spesies, dan varitas dari hijauan yang akan dibuat silase. Ada tiga kelompok dasar

komponen kimia dari hijauan hasil panen yang mengalami perubahan sehubungan dengan fermentasi silase. Ketiganya adalah Water

Soluble Carbohydrate (WSC), asam-asam organik dan kandungan nitrogen. fruktosa, glukosa dan sukrosa adalah merupakan gula-gula

yang terdapat dalam hijauan hasil panen dan sukrosa serta frultosa keduanya cepat mengalami hidrolisa selama proses ensilase.

2. Teknologi Pengolahan dengan Amoniasi

Amoniasi merupakan suatu cara pengolahan bahan makanan ternak secara kimiawi dengan menggunakan gas amonia atau

dengan menggunakan urea CO(NH2)2.

Beberapa manfaat dari amoniasi yaitu;

• Memperkaya kandungan protein 2 sampai 4 kali lipat dari kandungan protein semula.

• Meningkatkan daya cerna.

• Meningkatkan kuantitas konsumsi pakan

3. Teknologi Pengolahan dengan Pengeringan (Hay)

Hay merupakan hijauan makanan ternak yang sengaja dipotong dan dikeringkan agar bisa diberikan kepada ternak pada

kesempatan yang lain. Prinsip-prinsip dalam pembuatan hay adalah menurunkan kadar air menjadi 15 sampai 20 % dalam waktu

yang singkat.

Pembuatan hay bisa diperoleh dengan dua macam cara pengeringan, yaitu:

1. Pengeringan dengan panas matahari.

2. Pengeringan dengan panas buatan.

Page 82: ADF DAN NDF

81

Hay yang baik memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut:

• warna hijau kekuning-kuningan.

• tidak banyak daun yang rusak,dan tidak kotor atau berjamur.

• tidak mudah patah bila batang dilipat dengan tangan.

B. Penyimpanan Pakan

a. Aspek Kimiawi Dalam Penyimpanan Pakan

Proses kimiawi yang dapat terjadi dalam penyimpanan pakan adalah terjadi perubahan atau kerusakan kandungan lemak dari

pakan tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam mempercepat kerusakan lemak dari pakan adalah kandungan minyak,

kontak dengan udara, cahaya, temperatur ruangan, kadar air bahan dan adanya katalis. Kerusakan bijian dan bahan makanan pada

penyimpanan dengan kondisi temperatur dan kadar air tinggi, terutama disebabkan oleh meningkatnya aktivitas enzim lipase dalam

hidrolisis lemak dimana lemak dipecah menjadi asam lemak bebas dan glycerol. Ketengikan yang terjadi pada bahan yang

mengandung minyak dan lemak yaitu ketengikan hidrolisis dan ketengikan oksidasi yang berbeda dalam mekanismenya

Ketengikan hidrolisis merupakan akibat reaksi antara bahan pakan dengan air. Pada penyimpanan terlalu lama dimana terjadi

kenaikan kandungan air biasanya terjadi ketengikan hidrolisis, akan tetapi ketengikan ini tidak selamanya terjadi bersamaan dengan

ketengikan yang lain. Pada reaksi hidrolisis akan dihasilkan gliserida dan asam lemak bebas dengan rantai pendek (C4 - C12). Akibat

yang ditimbulkan dari reaksi ini adalah terjadinya perubahan bau dan rasa dari minyak atau lemak, yaitu timbulnya rasa tengik.

Sebagai illustrasi, dedak padi yang mempunyai kandungan minyak yang tinggi mudah terhidrolisis oleh enzim lipase bebas.

Hidrolisis diakibatkan oleh reaksi antara lipase dan minyak di dalam dedak padi yang menghasilkan asam lemak bebas. Kadar asam

lemak bebas semakin meningkat seiring dengan bertambahnya waktu penyimpanan yaitu sebelum penyimpanan 16.5 % dan setelah

Page 83: ADF DAN NDF

82

dua bulan penyimpanan 80.7 % . Hasil ini menunjukkan bahwa aktivitas enzim lipase sangat tinggi sehingga hampir seluruh minyak

dapat terhidrolisa dalam waktu dua bulan penyimpanan

Ketengikan oksidasi yang umum dijumpai yaitu reaksi oksidasi pada ikatan rangkap dari asam lemak tidak jenuh. Asam

lemak tidak jenuh mempunyai ikatan rangkap yang mempengaruhi reaksi ini menyebabkan lemak menjadi keras dan kental.

Peroksida merupakan hasil antara yang biasanya dipakai sebagai ukuran tingkat ketengikan. Ketengikan oksidatif merupakan reaksi

autocatalytic dimana laju reaksi meningkat sejalan dengan meningkatnya waktu penyimpanan. Hal ini disebabkan karena adanya hasil

oksidasi awal yang dapat mempercepat reaksi oksidasi selanjutnya, dan reaksi ini dikenal sebagai reaksi berantai.

Pemecahan unsur lemak oleh ion-ion hidrogen menyebabkan terjadinya reaksi awal terbentuknya lemak radikal bebas dan

hidrogen radikal bebas yang merupakan awal kerusakan lemak. Kondisi oksigen atmosfir bereaksi dengan lemak radikal bebas

membentuk molekul lemak radikal bebas peroksida, yang berlanjut membentuk molekul hidroperoksida yang stabil dan lemak radikal

bebas lain. Tahap akhir oksidasi lemak terjadi reaksi antar lemak radikal bebas, antara lemak radikal bebas dengan lemak radikal

bebas peroksida, dan antar lemak radikal bebas peroksida sehingga membentuk senyawa peroksida. Lama penyimpanan akan

meningkatkan oksidasi lemak dedak padi yang ditunjukkan dengan bertambahnya bilangan peroksida.

b. Aspek Mikrobiologi dalam Penyimpanan pakan

Selama penyimpanan, pakan dapat mengalami kerusakan akibat adanya aktifitas mikroba seperti tumbuhnya jamur. Beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan jamur pada pakan adalah : 1) aktivitas air, yang dinyatakan dengan aw yaitu jumlah air

bebas yang dapat dimanfaatkan oleh mikroorganisme, 2) konsentrasi ion hidrogen, 3) temperatur, 4) konsistensi ; cair dan padat, 5)

status nutrien, dan 6) adanya bahan pengawet.

Kerusakan pakan bentuk biji-bijian terjadi karena adanya kontaminasi jasad renik dapat menyebabkan penurunan mutu karena

kemungkinan mengandung racun. Sering dijumpai kerusakan bahan yang disimpan lama karena ditumbuhi kapang Aspergillus sp dan

Page 84: ADF DAN NDF

83

Penicillium sp yang tumbuh dominan selama penyimpanan. Kapang Aspergillus flavus tumbuh dimana-mana, baik di udara, air,

tanah, bahan pangan maupun pakan seperti jagung, beras dan biji kapas.

Kadar air dalam bahan pakan serta kelembaban relatif sangat berpengaruh pada pertumbuhan A.flavus penghasil aflatoksin.

Kenaikan kadar air selama penyimpanan akibat pakan menyerap uap air dari udara menyebabkan pertumbuhan jamur semakin

meningkat karena bertambah banyak spora jamur dari udara terbawa masuk. Kadar aflatoksin dalam dedak padi meningkat seiring

dengan meningkatnya kadar air dedak padi selama penyimpanan. Species Aspergillus dan Penicillium sangat cepat tumbuh pada biji-

bijian, kacang-kacangan dan produk lainnya selama proses penyimpanan terutama jika kandungan air bahan cukup tinggi. Jenis jamur

yang menyebabkan kerusakan bahan pakan butiran dan bijian selama penyimpanan dan bentuk kerusakan yang ditimbulkannya,

seperti ditampilkan pada Tabel dibawah ini

Jenis Jamur Perusak Bahan Pakan Butiran dan Bijian Selama Penyimpanan Jenis Jamur Kadar Air

Optimal (%) Bentuk Kerusakan

Aspergillus halophilicus

13.5 – 14.3 warna berubah (gelap), mematikan embrio

A. restrictus 13.8 – 14.5 Warna berubah (gelap), mematikan embrio, spora menyebabkan bau apek

A.glaucus 14.0 – 14.5 warna berubah (gelap), mematikan embrio, spora menyebabkan bau apek

A.candidus 15.0 – 15.5 warna berubah, mematikan embrio, spora menyebabkan bau apek, suhu tumpukan meningkat

A.ochraceus 15.0 –15.5 warna berubah, mematikan embrio, menghasilkan racun okhratoxin

A.flavus 17.5 – 18.5 warna berubah (gelap), mematikan embrio, mengahasilkan racun aflatoxin

Chaetomium sp Mempengaruhi daya kecambah, degradasi

Page 85: ADF DAN NDF

84

sellulosa Penicillium cyclopium

17.0 – 23.0 Menyebabkan pembusukan, perubahan warna nyata, produksi mycotoxin

Penicillium sp 17.0 – 23.0 Menyebabkan pembusukan, perubahan warna nyata, mycotoxin

Trichothecium spp

17.0 – 23.0 perubahan warna, menghasilkan T2-toxin (trichothecenes)

Sumber : Williams (1991)

A.flavus dan A.parasiticus memerlukan kelembaban relatif untuk pertumbuhan dengan batas optimum 82 - 85 % dan suhu 30 -

32°C, sedangkan kondisi optimum untuk menghasilkan aflatoksin adalah pada suhu 25 - 30°C dengan kelembaban relatif 85 % dan

pertumbuhan jamur tersebut optimum pada kandungan air 15 - 30 %.

Aflatoksin adalah racun hasil metabolisme sekunder dari kapang A. flavus dan A. parasiticus yang banyak dijumpai pada

berbagai pakan yang berasal dari komoditi pertanian maupun hasil sampingannya. Adanya pengaruh lingkungan yang mendukung

pertumbuhan kapang tersebut dan penyimpanan bahan yang kurang memadai menyebabkan kontaminasi aflatoksin dapat terjadi setiap

saat dan disetiap tempat. Aflatoksin diberi nama sesuai penampakan pada kromatografi lapis tipis (TLC) yaitu B1 dan B2 untuk

fluoresensi biru dan G1 dan G2 untuk fluoresensi hijau. Kadar toksisitas dari tiap jenis aflatoksin berdeda, yang paling toksik adalah

aflatoksin B1 dengan urutan kadar toksisitas adalah B1 > G1 > B2 > G2 .

Di daerah tropis dengan kelembaban relatif tinggi, praktis tidak ada bahan yang tidak terkontaminasi oleh aflatoksin.

Kontaminasi aflatoksin pada pakan ternak dapat dikurangi dengan mengendalikan fungi penghasil aflatoksin dan detoksifikasi.

Beberapa bahan kimia yang dapat menghambat pertumbuhan A.flavus adalah etilen oksida, sulfur oksida, theobromine, etil alkohol,

metil alkohol, asam asetat, asam propionat, sodium bisulfat dan amonium polipropionat.

Pengaruh aflatoksin terhadap kesehatan ternak terutama ternak unggas telah banyak dipublikasikan. Tergantung pada tinggi

rendahnya level aflatoksin dalam bahan pakan, jenis dan umur ternak, maka pengaruh negatif aflatoksin dapat bervariasi mulai dari

Page 86: ADF DAN NDF

85

tingkat aflatoksikosis ringan sampai dengan kematian, dan aflatoksin dapat menjadi penyebab kerugian dalam usaha peternakan

melalui makanan ternak.

Kerugian di bidang peternakan yang disebabkan oleh aflatoksin meliputi beberapa hal, yaitu dapat menurunkan kuantitas dan

kualitas produksi (telur dan daging), terganggunya fungsi metabolisme dan absorbsi lemak, tembaga, besi, kalsium, fosfor, beta-

karoten serta memperlemah sistem kekebalan. Selain itu dengan adanya aflatoksin dalam pakan perlu diimbangi dengan kebutuhan

energi, protein, vitamin yang lebih tinggi yang menyebabkan biaya produksi menjadi lebih mahal. Aflatoksin dapat menurunkan

pertambahan berat badan pada itik, kalkun, angsa, burung. dan pada ayam menyebabkan pertumbuhan menurun, konversi makanan

tidak efisien, pembesaran hati, jantung dan pankreas, serta pucatnya warna jengger, kaki dan sumsum tulang.

C. Indikator Penilaian

Indikator penilaian terdiri dari menentukan Bentuk pengolahan pakan, aspek penyimpanan yang mempengaruhi kualitas pakan,

hubungan pengolahan dan penyimpanan pakan. Sedangkan dalam diskusi / presentasi kelompok indikator penilaian terdiri dari : keaktifan

individu dalam kelompok, kesiapan dan kerjasama kelompok, penyajian dan penguasaan materi

BAB III. PENUTUP

Proses pengolahan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap mutu pakan jadi (ransum), disamping faktor

lain, seperti bahan baku, bahan tambahan, serta perhitungan formulasi.

Penyimpanan pakan sebaiknya pada tempat yang tidak terlalu gelap. Hal ini bertujuan untuk mencegah timbulnya proses

enzimatis pada pakan yang berakibat penurunan mutu produk. Disamping itu, tempat penyimpanan harus tidak lembap (diusahaklan di

tempat yang kering dan bervertilasi). Kerusakan bahan pakan yang dapat terjadi karena penyimpanan yang buruk antara lain

kerusakan fisik dan mekanik, kerusakan kimiawi, kerusakan enzimatik, dan kerusakan biologis yang terjadi akibat serangan

serangga, binatang pengerat, burung, mikroorganisme selama penyimpanan.

Page 87: ADF DAN NDF

86

DAFTAR PUSTAKA

Page 88: ADF DAN NDF

87

Bolsen, K.K., G. Ashbell and J.M. Wilkinson. 1995. Silage Additives. In : Biotechnology in Animal Feed and Animal Feeding. Editors : RJ Wallace and A. Chesson. VCH, Weinheim

Henderson, N. 1993. Silage additives. Anim.Feed and Tech. 45 : 35-56 Ibrahim, M.N.M. 1983. Physical, chemical, physico-chemical and biological treatment of crop residues. An Overline I Workshop

AFAR, Los Banos Komar, A. 1984. Tehnologi pengolahan jerami sebagai makanan ternak. Yayasan Dian Grahita, Jakarta Rechcigl, M. Jr. 1882. Handbook of Nutritive Value of Processed Food. Vol. II Animal Feedstuff. CRC Press, Inc. Boca Raton,

Florida. Hall, C.W. 1970. Handling and Storage of Food Grains in Tropical and Subtropical Areas. FAO, Rome.

Page 89: ADF DAN NDF

88

MODUL V1

JUDUL : FORMULASI RANSUM TERNAK

BAB I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

B. Ruang Lingkup Isi

C. Kaitan Modul

D. Sasaran Pembelajaran Modul

BAB II. Pembahasan

A. Fungsi Gizi Bagi Ternak Unggas

B. Pemilihan Bahan untuk Ransum

C. Aspek kegiatan pedoman penyusunan ransum

D. Metode penyusunan ransum

BAB III. PENUTUP

Page 90: ADF DAN NDF

89

DAFTAR PUSTAKA

BAB.I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Page 91: ADF DAN NDF

90

Pedoman formulasi ransum adalah suatu acuan dasar/patokan dalam menghitung formulasi ransum untuk ternak unggas.

Acuan dasar yang digunakan berpedoman pada nilai teknis dan ekonomis dari bahan yang akan digunakan, sehingga pada akhirnya

diharapkan akan dihasilkan formulasi pakan yang berkualitas mendekati produksi pabrik dengan biaya yang lebih murah. Kegunaan

dari formulasi ransum adalah untuk menuangkan pengetahuan tentang zat/beberapa bahan makanan menjadi suatu makanan (ransum)

yang dapat memenuhi kebutuhan ternak yang mempunyai tingkat produksi tertentu yang dikehendaki oleh peternak.

Berbicara mengenai penyusunan ransum ternak tidak terlepas dari masalah gizi untuk ternak itu sendiri. Karena itu dalam

penyusunan formulasi ransum seseorang terlebih dahulu harus mengetahui fungsi gizi dan jumlah kebutuhan gizi ternak, pemilihan

bahan untuk ransum, aspek kegiatan pedoman penyusunan ransum dan metode penyusunan ransum.

B. Isi Ruang Lingkup : A.Fungsi Gizi Bagi Ternak

B. Pemilihan bahan untuk Ransum

C. Aspek kegiatan pedoman penyusunan ransum

D. Metode penyusunan ransum

C. Kaitan modul : Modul ini merupakan modul keenam setelah mahasiswa

memahami modul pengolahan dan penyimpanan pakan.

D. Sasaran Pembelajaran Modul

Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan mampu memilih, menyusun dan membuat formulasi ransum dengan berbagai

metode sesuai standar kebutuhan jenis ternak khususnya ternak unggas.

Page 92: ADF DAN NDF

91

BAB II. PEMBAHASAN

A. Fungsi Gizi Bagi ternak

Gizi dibutuhkan ternak untuk mempertahankan hidup dan berproduksi. Jika gizi yang terdapat dalam ransum kurang atau

hanya mencukupi kebutuhan untuk mempertahankan hidup saja, maka ternak yang dipelihara menjadi tidak produktif. Untuk hidup

dan berproduksi ternak membutuhkan protein, mineral, energi dan vitamin. Semua zat gizi tersebut harus ada dalam ransum dalam

jumlah yang proporsional.

B. Pemilihan Bahan untuk Ransum

Bahan-bahan yang akan digunakan sebagai ransum (untuk ternak unggas) harus dipilih dari bahan-bahan yang memenuhi

syarat :

- Berkualitas bagus

- Tidak berjamur atau berdebu

- Bahan tergiling halus, sehingga ayam tidak memilih biji-bijian melulu dan meninggalkan konsentratnya

- Bahan yang hendak dipakai harus fresh (baru), sebab bahan yang telah lama tersimpan zat-zat yang terkandung didalamnya telah

rusak atau menjadi tengik dan tidak enak.

- Bahan yang tidak terlampau banyak mengandung serat kasar, garam dan lemak, sebab bahan yang banyak mengandung serat kasar

akan sukar dicerna, sedangkan bahan yang banyak mengandung garam akan menimbulkan keracunan

- Bahan-bahan yang tidak palsu

Page 93: ADF DAN NDF

92

C. Pedoman penyusunan ransum

Pedoman dalam menyusun formulasi ransum meliputi aspek-aspek kegiatan antara lain 1). studi/kajian kelayakan yaitu suatu

kajian dasar dalam penyusunan ransum. Dengan adanya studi kelayakan dalam pengadaan bahan baku dasar penyusunan

ransum,diharapkan resiko yang muncul dapat ditekan seminimal mungkin.

Dalam studi kelayakan ini dibahas kajian mengenai pengadaan bahan baku yang akan digunakan untuk ransum, yang meliputi aspek-

aspek ; Potensi darah, ketersediaan bahan baku ( jumlah dan kontinuitas bahan baku ),ekonomis ( harga dan persaingan dengan

kebutuhan manusia ), alternatif bahan baku pengganti.2).Riset terapan yang merupakan kelanjutan dari evaluasi data yang diperoleh

dari studi kelayakan di lapangan. Misalnya dari hasil studi kelayakan diperoleh 9 bahan baku pakan yang dapat digunakan, antara lain:

jagung, tupung, ikan, bungkil, kedelai,bungkil kacang tanah, bungkil kelapa,tepung tulang, tepung kerang, dedak halus, dan susu

bubuk. Dari 9 bahan baku pakan tersebut kemudian disusun beberapa formulasi ransum untuk ternak unggas, yang secara teknis dan

ekonomis telah memenuhi syarat. Tetapi ternyata formulasi tersebut kurang disukai oleh ternak unggas.3).Analisis perhitungan

formulasi nutrisi pakan, dalam penyusunan ransum untuk ternak diperlukan beberapa anlisis yang yang berhubungan dengan bahan

baku pakan, tingkat kebutuhan ternak dan ambang batas penggunaan bahan baku pakan. Masing- masing analisis mempunyai

spesifikasi yang berbeda tetapi satu sama lain saling berhubungan. Analisis bahan baku pakan adlah analisis yang menyangkut jumlah

nutrisi/gizi yang ada dalam bahan pakan. Hal ini menyangkut perserentase kandungan gizi pakan meliputi : protein, lemak

karbohidrat, vitamin, mineral dan energi yang ada dalam bahan pakan.

B. Metode Penyusunan Ransum

Sebelum memulai bermanipulasi dengan berbagai cara perhitung, hendaknya dimulai dengan langkah memperkirakan

kebutuhan zat makanan dari ternak bersangkutan. Untuk itu dibutuhkan suatu tabel kebutuhan zat makanan (kalau berupa tabel,

Page 94: ADF DAN NDF

93

umumnya direkomendasikan ) yang akan digunakan sebagai patokan. Data komposisi zat makanan dari berbagai bahan makanan

biasanya tersedia dalam bentuk persen dari as fed, kering udara atau kering oven.

Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam menghitung formulasi ransum, ada yang secara manual maupun dengan

menggunakan program komputer. Cara perhitungan yang akan dibahas dalam modul ini mencakup 3 teknik perhitungan formulasi

ransum yaitu :

1. Teknik coba-coba (trial and error)

2. Teknik pearson squere method (teknik segiempat person)

3. Teknik persamaan matematik

4. linear programming (biasanya digunakan dalam menggunakan komputer) dan lain-lain.

Formulasi ransum yang disusun biasanya berpedoman kebutuhan protein, energi atau berpedoman imbangan protein-energi

khususnya banyak dilakukan dalam menyusun formulasi ransum ternak unggas. Perhitungan formulasi ransum berpedoman protein

artinya menghitung formulasi pakan dengan melihat besarnya kandungan protein dalam bahan baku pakan dan besarnya kebutuhan

protein ternak. Formulasi ransum berpedoman energi merupakan perhitungan dengan mengabaikan kandungan protein dalam ransum

dan kebutuhan protein ternak, cara ini banyak sekali digunakan karena secara teoritis ternak memerlukan pakan untuk kebutuhan

energinya. Sedangkan formulasi ransum berpedoman imbangan protein-energi memperhitungkan kombinasi kebutuhan protein dan

energi sehingga dalam penggunaannya lebih tepat guna selain itu juga lebih memperhatikan kebutuhan gizi lainnya.

Dalam formulasi ransum juga dikenal istilah tipe ransum, yang dimaksud tipe ransum adalah lengkap dan tidak lengkap. Yang

dimaksud ransum lengkap adalah ransum yang disusun demikian rupa sehingga tidak membutuhkan lagi tambahan bahan/zat makanan

apa pun dari luar dan siap diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan fisiologis dari hewan bersangkutan. Sedangkan ransum

tidak lengkap dapat dibagi atas dua macam yaitu ransum berupa konsentrat yang akan ditambahkan pada hijauan dan ransum berupa

Page 95: ADF DAN NDF

94

sumber protein (atau sumber zat-zat makanan lainnya) yang akan ditambahkan pada ransum lain yang rendah akan protein (atau zat

makanan lainnya).

BAB III. PENUTUP

Formulasi merupakan salah satu tahap operasi esensial dalam pengolahan pakan. Akurasi penyusunan formulasi sangat

menentukan hasil produksi yang diperolah atau feed convertion ratio (FCR) dan efisiensi biaya pengolahan. Sebaliknya kekeliruan

didalam formulasi selain berpengaruh terhadap efek pertumbuhan ternak juga mengakibatkan pemborosan pemakaian bahan baku,

defisiensi nutrisi, serta menimbulkan efek terhadap penurunan daya tahan terhadap penyakit.Upaya untuk mengatasi hal tersebut dapat

dilakukan dengan menyusun suatu formulasi pakan seimbang dan bermutu dengan menggunakan teknik atau metode formulasi yang

tepat dengan mempertimbangkan kebutuhan zat makanan ternak yang bersangkutan, ketersedian bahan makanan, tipe ransum yang

dikehendaki dan lain sebagainya.

Page 96: ADF DAN NDF

95

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, H.R. 1995. Nutrisi Aneka ternak Unggas. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Parakassi, A. 1999. Ilmu Nutrisi Dan Makanan Ternak Ruminansia. Penerbit Universitas Indonesia.

Page 97: ADF DAN NDF

96

Sutardi, 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan IPB. Bogor McDonald, P., RA. Edwards, JFG. Greenhalgh, and CA. Morgan. 2002. Animal Nutriotion. Prentice Hall Mustari,S.P. dkk., 2000. Pembuatan Pakan Ternak Unggas. Penerbit. CV. Amissco. Jakarta.

Page 98: ADF DAN NDF

97

RANCANGAN PEMBELAJARAN BERBASIS SCL

Matakuliah Pengemasan, Pengepakan dan Labeling (410I123)

Oleh:

( Hikmah M. Ali, S.Pt, M.Si / Koordinator)

Program Studi: Teknologi Hasil Ternak Fakultas : Peternakan

Universitas Hasanuddin,

Page 99: ADF DAN NDF

98

Makassar 13 September 2007

Page 100: ADF DAN NDF

99

Daftar Isi

No Hal.1 Sampul 1 2 Halaman Pengesahan 2 3 Daftar Isi 3 4 Tabel Kompetensi Kurikulum PS 4 5 Rancangan Pembelajaran Matakuliah 6 6 Tabel Penilaian Kinerja Mahasiswa 8 7 Kontrak Pembelajaran 10 8 Buku Panduan Kerja Keterampilan (Bila ada) …9 Buku Pegangan Tutor (Modul ….) …

10 Buku Kerja Mahasiswa (Modul …..) …11 Lembar Penilaian Indikator Pencapaian Kompetensi

12 Lembar Konsultasi Catatan:

1. Laporan yang harus segera di setor ke LKPP memuat Daftar isi No 1 s.d. 8, dan No. 13. 2. Daftar Isi No. 9 s.d. 12 akan diperoses untuk kebutuhan selanjutnya.

Page 101: ADF DAN NDF

100

TABEL KOMPETENSI PROGRAM STUDI

ELEMEN KOMPETENSI KELOMPOK KOMPETENSI NO RUMUSAN KOMPETENSI

a b c d e

1 Kemampuan dalam memahami sains dasar dan ilmu peternakan √ √

2 Kemampuan dalam memahami prinsip dasar ilmu peternakan dan pengolahan hasil ternak

√ √

3 Kemampuan dalam menerapkan sains dasar dan ilmu peternakan dalam bidang peternakan dan pengolahan hasil ternak

√ √ √

4 Kemampuan dalam manajemen teknologi peternakan dan pengolahan hasil ternak

√ √ √

5 Kemampuan dalam perencanaan dan analisis data √ √ √

6 Kemampuan dalam penerapan teknologi peternakan dan pengolahan hasil ternak

√ √ √

7 Kemampuan dalam menerapkan prinsip ilmu ekonomi dan pemasaran

√ √ √ √

KOMPETENSI UTAMA

8 Kemampuan dalam menerapkan prinsip pengendalian mutu dan perlindungan keamanan produk hasil ternak

√ √

9 Kemampuan dalam penguasaan bahasa Inggeris √ √ √

10 Kemampuan bekerjasama, baik sebagai pimpinan maupun anggota dari sebuah tim kerja √ √

11 Kemampuan berkomunikasi dan beradaptasi dalam lingkungan kerja √ √

KOMPETENSI PENDUKUNG

12 Kemampuan memotivasi stakeholder dalam √ √

Page 102: ADF DAN NDF

101

pengembangan peternakan

13 Kemampuan untuk terlibat dalam kehidupan sosial bermasyarakat berdasarkan budaya bahari √ √

KOMPETENSI LAINNYA

14 Kemampuan mengembangkan diri dan berfikir secara logis dan analitis untuk menyelasaikan masalah-masalah yang dihadapi secara profesional

√ √ √

ELEMEN KOMPETENSI : a. landasan kepribadian; b. penguasaan ilmu dan keterampilan; c. kemampuan berkarya; d. sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan keterampilan yang

dikuasai; e. pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya

Page 103: ADF DAN NDF

102

RENCANA PEMBELAJARAN BERBASIS KBK MATAKULIAH : PENGEMASAN, PENGEPAKAN DAN LABELING (410I123)

Kompetensi Utama : Kemampuan dalam menerapkan (analisis dan evaluasi) prinsip pengendalian mutu dan

perlindungan keamanan pada produk hasil ternak (Kompetensi N0 8)

Kompetensi Pendukung : Kemampuan komunikasi, berpikir logis dan analisis, kreativitas, dan kerjasama team (Kompetensi No 10, 11, 12 dan 14 PS THT) Kompetensi Lainnya (Institusial) : - Kemampuan dalam penguasaan bahasa inggris (Kompetensi No 9) - Kemampuan memotivasi stakeholder dalam pengembangan peternakan (No. 12)

Minggu ke :

Materi Pembelajaran

Bentuk Pembelajaran

Kompetensi Akhir Sesi Pembelajaran Indikator Penilaian

Bobot Nilai (%)

1 Informasi Kontrak dan Rencana Pembelajaran

Kuliah Interaktif, Diskusi

Terbentuk 3 kelompok diskusi lengkap dengan ketua dan sekretaris

2 – 5

Karakteristik Kemasan dan Kualitas Produk : - Sejarah, Fungsi

dan klasifikasi kemasan,

- Pengemasan dan penyimpangan mutu

- Pengemasan hermetis dan modified atmosfir

Kuliah Interaktif, cooperative learning, port folio, Diskusi

Mampu Menemukan paling sedikit 20 fungsi kemasan, mengkalisifikasi kemasan dan menjelaskan hubungannya dengan mutu produk

Ketepatan konsep, kejelasan uraian, dan kemutakhiran bahan pustaka (bahasa asing), serta tumbuhnya kemampuan komunikasi, menganalisis, kreativitas, kedisiplinan, kerjasama team

25

Page 104: ADF DAN NDF

103

6 – 10

Jenis dan karakteristik Bahan Kemasan serta desain dan labeling

Kuliah interaktif, colaborative learning, diskusi kelompok

Mampu menyusun portfolio tentang perbedaan dan persamaan karakteristik bahan kemas, disain dan labeling kemasan

Kelengkapan isi, kejelasan dan penguasaan konsep, dan kemutakhiran pustaka (bahasa asing), serta kreatifitas, kemampuan komunikasi, menganalisis, kreativitas, kedisiplinan, kerjasama team

35

11 – 16

Jenis dan disain kemasan produk hasil ternak : daging, susu dan telur

Kuliah Interatif, Pj.BL, Presentasi Kelompok

Mampu Menyusun Portfolio tentang jenis bahan dan desain kemasan serta labeling kemasan yang tepat untuk minimal 1 produk hasil ternak dari daging, susu maupun telur

Kelengkapan isi, kejelasan dan penguasaan konsep, dan kemutakhiran pustaka (bahasa inggris), serta kreatifitas, kemampuan komunikasi, menganalisis, kreativitas, kedisiplinan, kerjasama team

40

Catatan : Kompetensi Utama, Pendukung dan Lainnya (Institusional) di adopsi dari Kurikulum

Page 105: ADF DAN NDF

104

KOMPETENSI AKHIR SESI PEMBELAJARAN DAN INDIKATOR PENILAIANNYA

Mampu Menemukan paling sedikit 20 fungsi kemasan, mengkalisifikasi kemasan dan menjelaskan hubungannya dengan mutu produk (25%)

No NIM NAMA MAHASISWA Ketepatan

konsep kejelasan

uraian kemutakhiran pustaka

Kemam-puan

komunikasi

Kemam-puan

analisis Kreatifitas Kedi-

siplinan Kerjasama

team

1 I 411 02 032 Rusnadi Salu 2 I 411 02 044 Arman M 3 I 411 02 059 Agustinus Takke 4 I 411 03 010 Herman 5 I 411 03 013 A. Mansur Mappaewa 6 I 411 03 019 Irma Suryani 7 I 411 03 021 Sulaiman 8 I 411 04 004 Nur Ilham Akbar 9 I 411 04 005 Muh. Nayazi

… ………….

Page 106: ADF DAN NDF

105

KOMPETENSI AKHIR SESI PEMBELAJARAN DAN INDIKATOR PENILAIANNYA

Mampu menyusun portfolio tentang perbedaan dan persamaan karakteristik bahan kemas, disain dan labeling kemasan (35%)

No NIM NAMA MAHASISWA Kelengkap

an isi kejelasan konsep

Kemu-takhiran pustaka

Kemam-puan

komunikasi

Kemam-puan

analisis Kreatifitas Kedi-

siplinan Kerjasama

team

1 I 411 02 032 Rusnadi Salu 2 I 411 02 044 Arman M 3 I 411 02 059 Agustinus Takke 4 I 411 03 010 Herman 5 I 411 03 013 A. Mansur Mappaewa 6 I 411 03 019 Irma Suryani 7 I 411 03 021 Sulaiman 8 I 411 04 004 Nur Ilham Akbar 9 I 411 04 005 Muh. Nayazi

… ………….

Page 107: ADF DAN NDF

106

KOMPETENSI AKHIR SESI PEMBELAJARAN DAN INDIKATOR PENILAIANNYA

Kelengkapan isi, kejelasan dan penguasaan konsep, dan kemutakhiran pustaka, serta kreatifitas, kemampuan komunikasi, menganalisis, kreativitas,

kedisiplinan, kerjasama team (40%) No NIM NAMA MAHASISWA

Kelengkapan isi

kejelasan konsep

Kemu-takhiran pustaka

Kemam-puan

komunikasi

Kemam-puan

analisis Kreatifitas Kedi-

siplinan Kerjasama

team

1 I 411 02 032 Rusnadi Salu 2 I 411 02 044 Arman M 3 I 411 02 059 Agustinus Takke 4 I 411 03 010 Herman 5 I 411 03 013 A. Mansur Mappaewa 6 I 411 03 019 Irma Suryani 7 I 411 03 021 Sulaiman 8 I 411 04 004 Nur Ilham Akbar 9 I 411 04 005 Muh. Nayazi

… ………….

Page 108: ADF DAN NDF

107

KONTRAK PEMBELAJARAN

Nama Mata Kuliah : Pengemasan, Pengepakan, dan Labeling

Kode Mata Kuliah : 410I123

Pembelajar : Hikmah M. Ali, S.Pt, M.Si

Semester : Ganjil (VII)

Hari Pertemuan/Jam : Senin / 08.00 – 09.40

Tempat Pertemuan : RK 01

1. MANFAAT MATA KULIAH

Mata kuliah ini merupakan mata kuliah pilihan kurikulum Program Studi Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan yang dapat

diprogramkan oleh setiap mahasiswa dari Program Studi Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan. Pengemasan, Pengepakan

dan Labeling adalah mata kuliah lanjutan yang mengantar pembelajar memahami dan menganalisis fungsi dan jenis kemasan,

sifat-sifat fisik dan kimiawi bahan kemasan, teknik pengemasan, pengepakan dan labeling yang digunakan dalam industri pangan

hasil ternak. Penguasaan terhadap konsep tersebut akan membantu mahasiswa dalam memahami prinsip penentuan jenis bahan

kemasan, desain kemasan, serta lebaling yang tepat untuk setiap produk hasil ternak, sehingga produk tersebut menjadi aman

dalam penyimpanan dan distribusi, dan dapat diterima oleh konsumen dalam kondisi yang baik.

2. DESKRIPSI MATA KULIAH

Membahas tentang fungsi dan jenis kemasan, sifat-sifat fisik dan kimiawi bahan kemasan, teknik pengemasan, pengepakan dan

labeling yang digunakan dalam industri pangan hasil ternak

Page 109: ADF DAN NDF

108

3. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Menemukan paling sedikit 20 fungsi kemasan, mengkalisifikasi kemasan dan menjelaskan hubungannya dengan mutu

produk

2. Mampu menjelaskan sifat-sifat fisik dan kimiawi bahan kemasan yang dapat dipergunakan pada produk hasil ternak

3. Mampu menentukan jenis bahan dan desain kemasan serta labeling kemasan yang tepat untuk minimal 1 produk hasil

ternak dari daging, susu maupun telur.

4. Mampu menyusun portfolio tentang karakteristik desain kemasan dan labeling salah satu produk ternak dan menyelesaikan

problem yang dihadapi produk tersebut dengan desain dan labeling yang ada.

Page 110: ADF DAN NDF

109

4. ORGANISASI MATERI

01. Sejarah dan Fungsi kemasan pada produk pangan

02. Pengemasan dan penyimpangan mutu

04. Pengemasan hermetis dan Modified Atmosfir

05. Jenis serta karakteristik Fisik dan Kimia Bahan

06. Teknik desain kemasan dan labeling

03. Jenis dan klasifikasi kemasan

07. Jenis bahan dan desain kemasan daging dan produk daging

08. Jenis bahan dan desain kemasan susu dan produk susu

09. Jenis bahan dan desain kemasan telur dan produk telur

Page 111: ADF DAN NDF

110

5. STRATEGI PEMBELAJARAN

Mata kuliah ini menggunakan metode Ceramah interaktif yang dipadu dengan metode Cooperative/Collaborative Learning pada

topik yang menuntut keterampilan bekerja secara Tim seperti pada penyelesaian tugas kajian pustaka dan penyusunan Portofolio.

Sedang, pada tugas-tugas yang bersifat kerja individu digunakan metode kombinasi kuliah interaktif, PBL, dan atau Pj.BL.

Perkembangan kemajuan peserta dipantau melaui aktivitas Tutorial dan presentasi di depan kelas. Dokumen perjalanan

pengalaman belajar mahasiswa menyangkuit hasil diskusi-diskusi kelompok, hasil penelusuran pustaka, dan penilaian selama

proses pembelajaran diilaporkan dalam bentuk Dokumen Portofolio mahasiswa per individu.

6. MATERI/BAHAN BACAAN

1. Anonim. 2006. Pengemasan Produk Hasil Ternak. Direktorat Jenderal Pengolahan Hasil Pertanian, Deptan. Jakarta.

2. Ahvenainen, R. 2003. Novel food packaging techniques. First Edition. Woodhead Publishing Limited and CRC Press LLC, Boca Raton.

3. Blanchfield, J. R. 2000. Food labeling. Woodhead Publishing Limited and CRC Press LLC, Boca Raton

4. Tung, M. A., I. J. Britt, and S. Yada,2000. Packaging Considerations. In : Food shelf life stability : chemical, biochemical, and microbiological changes / edited by N.A. Michael Eskin and David S. Robinson. CRC Press LLC, Boca Raton.

5. Syarif, R., S. Santausa dan S. Isyana. 1989. Teknologi Pengemasan pangan. Laboratorium Rekayasa Proses Pangan, PAU-Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Page 112: ADF DAN NDF

111

7. TUGAS-TUGAS

1. Buku bacaan materi kuliah telah dibaca oleh mahasiswa sebelum mengikuti perkuliahan.

2. Mahasiswa diwajibkan menyelesaikan tugas yang diberikan dan dikumpul sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

8. KRITERIA PENILAIAN

Kriteria yang dinilai pada mata kuliah ini sebagai berikut :

1. Ketepatan konsep, kejelasan uraian, dan kemutakhiran bahan pustaka, serta tumbuhnya kemampuan komunikasi,

menganalisis, kreativitas, kedisiplinan, kerjasama team pada diskusi kelompok dan penyusunan portfolio fungsi dan klasifikasi

kemasan (30 %)

2. Kelengkapan isi, kejelasan dan penguasaan konsep, dan kemutakhiran pustaka, serta kreatifitas, kemampuan komunikasi,

menganalisis, kreativitas, kedisiplinan, kerjasama team pada diskusi kelompok dan penyusunan portfolio jenis bahan kemas

serta desasin dan labeling (30 %)

3. Kelengkapan isi, kejelasan dan penguasaan konsep, dan kemutakhiran pustaka, serta kreatifitas, kemampuan komunikasi,

menganalisis, kreativitas, kedisiplinan, kerjasama team pada diskusi kelompok dan penyusunan portfolio desain kemasan

produk hasil ternak.(40%)

Penentuan nilai akhir (A, B, C, dan E) berdasarkan PAP

A = >85 B = >70 - 85

Page 113: ADF DAN NDF

112

C = >60 - 70 E = < 60

Atau berdasarkan distribusi normal (A, B, C, dan E)

9. NORMA AKADEMIK

a. Mahasiswa harus berpakaian rapih dan pakai sepatu

b. Mahasiswa wajib membawa minimal satu buku teks tentang teknologi hasil ternak (buku ajar)

c. Peserta matakuliah yang menunjukkan prestasi yang memuaskan diangkat menjadi Peer Tutor.

10. JADWAL PEMBELAJARAN

Minggu Topik Bahasan Metode Dosen I Informasi Kontrak dan Rencana Pembelajaran

Sejarah dan Fungsi kemasan pada produk pangan Kuliah Interatif, Diskusi Hikmah M Ali

II. Pengemasan dan hubungannya dengan penyimpangan mutu produk

Kuliah Interatif, Diskusi Hikmah M Ali

III Jenis dan klasifikasi kemasan Kuliah Interatif, Diskusi Hikmah M Ali IV. Pengemasan hermetis dan aseptic Kuliah Interaktif, Diskusi Prof. Effendi

Abustam V Pengemasan Modified Atmosfir Kuliah Interaktif, Diskusi Prof. Effendi

Abustam VI. Jenis serta karakteristik Fisik dan Kimia Bahan Kemasan :

Plastik Kuliah Interatif, Cooperative Learning, Presentasi Kelompok

Wahniyathi Hatta

Page 114: ADF DAN NDF

113

VII Jenis serta karakteristik Fisik dan Kimia Bahan Kemasan : Gelas

Kuliah Interatif, Cooperative Learning, Presentasi Kelompok

Wahniyathi Hatta

VIII Jenis serta karakteristik Fisik dan Kimia Bahan Kemasan : Kertas

Kuliah Interatif, Cooperative Learning, Presentasi Kelompok

Wahniyathi Hatta

IX Jenis serta karakteristik Fisik dan Kimia Bahan Kemasan : Logam

Kuliah Interatif, Cooperative Learning, Presentasi Kelompok

Wahniyathi Hatta

X. Teknik desain kemasan dan labeling Diskusi kelompok + Portofolio + Uji Kompetensi

Hikmah M Ali

XI Jenis bahan dan desain kemasan daging dan produk daging Kuliah interaktif + Pj.BL + Diskusi Kelompok + Portofolio

Prof. Effendi Abustam

XII. Jenis bahan dan desain kemasan daging dan produk daging Kuliah interaktif + Pj.BL + Diskusi Kelompok + Portofolio

Prof. Effendi Abustam

XIII. Jenis bahan dan desain kemasan daging dan produk daging Kuliah interaktif + Pj.BL + Diskusi Kelompok + Portofolio

Prof. Effendi Abustam

XIV. Jenis bahan dan desain kemasan susu dan produk susu Kuliah interaktif + Pj.BL + Diskusi Kelompok + Portofolio

M. Irfan Said

XV. Jenis bahan dan desain kemasan susu dan produk susu Kuliah interaktif + Pj.BL + Diskusi Kelompok + Portofolio

M. Irfan Said

XVI. Jenis bahan dan desain kemasan telur dan produk telur Kuliah interaktif + Pj.BL + Diskusi Kelompok + Portofolio

M. Irfan Said

Page 115: ADF DAN NDF

114