adedaffaef

51
Bahaya Pemberian Obat dan Penggunaan Obat Obat Infus 1. Ni Made Ayu Rahayuni ( P07120214001 ) 2. Ida Ayu Rika Kusumadewi ( P07120214002 ) 3. Dewa Gede Sastra Ananta Wijaya ( P07120214005 ) 4. Ni Nyoman Wita Wihayati ( P07120214006 ) 5. Ni Made Ayu Lisna Pratiwi ( P07120214009 ) 6. Ni Putu Meylitha Budyandani ( P07120214013 ) 7. Pande Putu Setiangingsih ( P07120214022 ) 8. Ida Ayu Diah Nareswari Keniten ( P07120214039 )

description

adaefaefaefa

Transcript of adedaffaef

PEMBERIAN OBAT-OBATAN DENGAN INFUS ( DRIP)

Bahaya Pemberian Obat dan Penggunaan Obat

Obat Infus

1. Ni Made Ayu Rahayuni

( P07120214001 )

2. Ida Ayu Rika Kusumadewi

( P07120214002 )3. Dewa Gede Sastra Ananta Wijaya( P07120214005 )4. Ni Nyoman Wita Wihayati

( P07120214006 )

5. Ni Made Ayu Lisna Pratiwi

( P07120214009 )6. Ni Putu Meylitha Budyandani( P07120214013 )

7. Pande Putu Setiangingsih

( P07120214022 )8. Ida Ayu Diah Nareswari Keniten( P07120214039 )

Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar

DIV Keperawatan Tingkat 1

20151. Pengertian Obat InfusPemberian cairan intravena (infus) yaitu memasukan cairan atau obat langsungkedalam pembuluh darah vena dalamjumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set (potter,2005) Teknik yang penusukan vena melalui transkut dengan stilet yang kaku, seperti angiokateler atau dengan jarum yang di sambungkan. Memasang Infus adalah memasukkan cairan atau obat langsung ke dalam pembuluh darah vena dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang lama dengan menggunakan infus set. (Protap RSUD Indrasari Kabupaten Indragiri Hulu, 2009). Terapi intravena (IV) digunakan untuk memberikan cairan ketika pasien tidak dapat menelan, tidak sadar, dehidrasi atau syok, untuk memberikan garam yang dirperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit, atau glukosa yang diperlukan untuk metabolisme dan memberikan medikasi. (Wahyuningsih, 2005 : 68)

Pemberian melalui infus diartikan sebagai pemberian obat secara perlahan-lahan dengan jangka waktu lama, sehingga didapatkan keseimbangan antara kecepatan masuknya obat ke sirkulasi sistemik dengan kecepatan eliminasi obat. Tujuan dari pemberian obat melalui infus terutama adalah agar didapatkan kadar terapetik yang terpelihara (konstan), yang memang diperlukan pada keadaan keadaan tertentu. Untuk itu, perlu dibedakan pemberian obat bersama infus atau pemberian obat secara perlahan-lahan. Pada saat akan dimulainya pemberian suatu obat secara infus, kadar obat dalam tubuh adalah nol. Kemudian diberikan infus, maka kadar obat akan naik, setelah waktu tertentu proses eliminasi akan seimbang dengan kecepatan masuknya obat, sehingga didapatkan keadaan yang disebut steady state atau plateau. Steady state ini dapat dipertahankan, apabila kecepatan infus diatur sedemikian rupa sehingga seimbang dengan kecepatan eliminasi.

Dengan demikian, secara matematis jumlah obat yang berada dalam tubuh (Ass) dan kadar obat dalam darah (Css) pada keadaan steady state (=tunak) dapat diprediksi dengan formula: Roa) Css = atau Ass = Css x Vd Kel Rob) Css = CLKeterangan : Css adalah kadar obat pada keadaan tunakRo adalah kecepatan infusCL adalah klirens tubuh totalAss adalah jumlah obat yang berada dalam tubuh pada keadaan tunak.Waktu untuk mencapai keadaan tunak pada pemberian obat melalui infus.Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencapai keadaan tunak? Bila infus diberikan dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan eliminasinya, maka keadaan tunak akan tercapai dalam waktu 3,3 x T 1/2. Pada keadaan tertentu, mungkin waktu ini terlalu lama. Untuk itu, pencapaian keadaan tunak dapat dipercepat dengan pemberian bolus, yaitu sejumlah dosis obat yang diberikan secara cepat. Pemberian bisa dilakukan dengan cara mempercepat tetesan infus selama waktu tertentu, bisa dengan memberikan sejumlah dosis per injeksi intravena

Apabila kadar obat selama infus dipertahankan supaya tidak berubah, maka setelah infus dihentikan, kadar obat akan menurun, mengikuti pola kinetika eliminasi yang dimiliki oleh obat tersebut.

1. Bahaya/Efek Samping Obat Infus

Umumnya bahaya dan efek samping obat tidak dipengaruhi oleh cara pemberian. Akan tetapi, awitan efek yang merigukan dapat jauh lebih cepat terjadi saat obat tersebut disuntikkan intravena sehingga diperlukan tindakan penjagaan ekstra.

a. Ekstravasasi (kebocoran)

Penyuntikan langsung dapat menimbulkan tekanan yang terlalu besar pada pembuluh darah yang rapuh sehingga terjadi thromboemboli atau ekstravasasi.Kebocoran cairan isotonik dalam jumlah yang kecil tidak membahayakan, tetapi kebocoran cairan infus yang mengandung obat mungkin sangat iritan. Necrosis jaringan yang berat dan rupture kulit yang memerlukan pencangkokan kulit (atau bahkan amputasi jika terjadi pada neonatus) dapat mengikuti ekstravasasi nonadrenalin (noepinedrine) atau adrenalin (epineprin). Cairan yang mengandung kalium atau glucose juga sangat iritan.

Ekstravasasi atau kebocoran lebih cenderung terjadi jika :

1) Digunakan jarum baja dan bukan kateter plastic

2) Pemasangan infus pada tempat didekat persendian

3) Pembuluh vena harus dipunksi selama lebih dari dua hari

4) Pemasangan jarum infus kurang dalam.

Luasnya ekstravasasi dapat dibatasi dengan melakukan pengecekan yang sering dan pemasangan kasa yang transparan.Ekstravasasi obat merupakan keadaan emergensi.Dalam keadaan ini, infus harus dihentikan, jumlah obat yang sudah masuk kedalam jaringan harus diperikirakan jumlah, tungkai ditinggikan dan dokter diberitahu.Setiap inflamasi yang terjadi dapat diatasi dengan kompres es.Namun, penghangatan tempat ekstravasasi tersebut dapat meningkatkan reabsorpsi cairan dari jaringan disekitarnya.

Antidote atau preparat pendispersi yang dapat disuntikkan subkutan dengan dosis kecil disekitar daerah kerusakan sudah tersedia bagi beberapa obat yang mengalami ekstravasasi, misalnya; hialurodinase (Hyalase) digunaka bila terjadi ekstravasasi aminofilin, kalsium, kalium, dekstrose, larutan nutrisi parentral total atau media kontras; preparat ini juga dapat dipakai bila cairan yang berlebihan dalam jaringan tersebut harus diserap. Hialurodinase bekerja dengan cara memecah substansi dasar dermis sehingga cairan bisa terdispersi. Takaran 1500 unit dalam 1 ml water for injection atau dalam 1 ml larutan NaCl 0,9% disuntikkan secara infiltrasi secepat mungkin kedalam daerah yang terkena. Hialorudinase tidak boleh diberikan pada bayi dengan riwayat persalinan premature yang tidak bisa dijelaskan sebabnya atau pada daerah terdapatnya infeksi atau malignitas (BNF, 2000).

b. Plebitis

Merupakan inflamasi pembuluh vena yang biasanya terjadi karena kerusakan dinding vena yang menyebabkan pelepasan mediator inflamasi dan pembentukan bekuan.Gejalanya kemerahan, nyeri serta edema yangbiasanya timbul dalam waktu dua hingga tiga hari sesudah pemasangan jarum infus. Jika selang infusnya tidak lepas, maka akan terjadi infeksi. Fenitoin, erythromisin dan diazepam merupakan preparat iritan, sebagaimana halnya dengan kalium, multivitamin, deksrose dan asam amino yang konsentrasinya tinggi.Phlebitis lebih cenderung terjadi pada cairan infus yang asam atau alkalis atau sangat pekat.

Kewaspadaan yang perlu dilakukan untuk mengurangi ekstravasasi dan phlebitis meliputi tindakan :

1) Memastikan agar rute IV tetap paten

2) Menghindari pemasangan infus pada punggung tangan, karena tendon dan saraf dibagian tersebut mudah rusak.

3) Menghindari vena yang sirkulasinya mudah terganggu, misalnya vena yang sudah cedera akibat fungsi vena

4) Menghindari daerah pergelangan tangan dan jari-jari yang sulit diimobilisasi.

5) Memilih tempat yang memudahkan akses proksimal

6) Memeriksa bocoran sabelum memberikan obat lewat infus; pemasangan tornikuet diatas pembuluh vena harus dapat menghentikan aliran infus, jika tidak; berarti terjadi kebocoran

7) Mengobservasi lokasi infus untuk menemukan pembengkakan atau kemerahan

8) Meminta kepada pasien untuk melaporkan setiap rasa terbakar, gatal, atau nyeri

9) Menggunakan kasa yang memungkinkan inspeksi

10) Pembilasan obat dengan beberapa milliliter larutan salin

c. Infeksi

Saluran infus merupaka sumber infeksi yang sudah dikenal; mikroorganisme yang sering menyebabkan infeksi meliputi candidida sp., Enterobacter sp., staphylococcus epidermis, staphylococcus aureus dan sklebsiella sp. Tindakan asepsis yang ketat selalu diperlukan ketika kita menangani set infus (Perry & Leaper, 1994).

Insidens infeksi dapat dikurangi dengan cara :

1) Mengganti kanula intravena setiap 48 jam

2) Melakukan disinfeksi tangan dengan sabun dan air sebelum menanganni selang infus

3) Menggunakan sarung tangan steril

4) Desinfeksi kulit pasien

5) Hanya memakai plaster steril yang mengenai tempat pemasangan infus

6) Mencantolkan tempat infus ditempat yang aman

7) Mengganti kasa jika terlihat penumpukan cairan dibawahnya/basah

8) Memeriksa tempat infus paling sedikit sekali dalam setiap hari untuk menemukan tanda infeksi

9) Meminta pasien untuk memperhatikan bagian tubuhnya yang menjadi tempat pemasangan infus dan memberitahu petugas bila terdapat gejala kemerahan atau sakit pada daerah tersebut.

10) Memeriksa pasien untuk menemukan adanya tanda demam.

11) (Keenlyside, 1992; loeb et al, 1993; Wilson, 1994)

d. InfiltrasiInfiltrasi terjadi ketika cairan IV memasuki ruang subkutan di sekeliling tempat pungsi vena. Infiltrasi ditunjukkan dengan adanya pembengkakan (akibat peningkatan cairan di jaringan), palor (disebabkan oleh sirkulasi yang menurun) di sekitar area insersi, ketidaknyamanan dan penurunan kecepatan aliran secara nyata. Infiltrasi mudah dikenali jika tempat penusukan lebih besar daripada tempat yang sama di ekstremitas yang berlawanan. Suatu cara yang lebih dipercaya untuk memastikan infiltrasi adalah dengan memasang torniket di atas atau di daerah proksimal dari tempat pemasangan infus dan mengencangkan torniket tersebut secukupnya untuk menghentikan aliran vena. Jika infus tetap menetes meskipun ada obstruksi vena, berarti terjadi infiltrasi.Intervensi:1) Menghentikan infus (infus IV seharusnya dimulai di tempat baru atau proksimal dari infiltrasi jika ekstremitas yang sama digunakan)2) Meninggikan ekstremitas klien untuk mengurangi ketidaknyamanan (meningkatkan drainase vena dan membantu mengurangi edema)3) Pemberian kompres hangat (meningkatkan sirkulasi dan mengurangi nyeri)Pencegahan: 1) Mengobservasi daerah pemasangan infus secara kontinyu2) Penggunaan kanula yang sesuai dengan vena3) Minta klien untuk melaporkan jika ada nyeri dan bengkak pada area pemasangan infuse. Iritasi venaKondisi ini ditandai dengan nyeri selama diinfus, kemerahan pada kulit di atas area insersi. Iritasi vena bisa terjadi karena cairan dengan pH tinggi, pH rendah atau osmolaritas yang tinggi (misal: phenytoin, vancomycin, eritromycin, dan nafcillin)Intervensi:Turunkan aliran infusPencegahan: 1) Encerkan obat sebelum diberikan2) Jika terapi obat yang menyebabkan iritasi direncanakan dalam jangka waktu lama, sarankan dokter untuk memasang central IV.f. HematomaHematoma terjadi sebagai akibat kebocoran darah ke jaringan di sekitar area insersi. Hal ini disebabkan oleh pecahnya dinding vena yang berlawanan selama penusukan vena, jarum keluar vena, dan tekanan yang tidak sesuai yang diberikan ke tempat penusukan setelah jarum atau kateter dilepaskan. Tanda dan gejala hematoma yaitu ekimosis, pembengkakan segera pada tempat penusukan, dan kebocoran darah pada tempat penusukan.Intervensi:1) Melepaskan jarum atau kateter dan memberikan tekanan dengan kasa steril

2) Memberikan kantong es selama 24 jam ke tempat penusukan dan kemudian memberikan kompres hangat untuk meningkatkan absorpsi darah3) Mengkaji tempat penusukan4) Memulai lagi uintuk memasang pada ekstremitas lain jika diindikasikan

Pencegahan:1) Memasukkan jarum secara hati-hati2) Lepaskan torniket segera setelah insersi berhasil

g. TromboflebitisTromboflebitis menggambarkan adanya bekuan ditambah peradangan dalam vena. Karakteristik tromboflebitis adalah adanya nyeri yang terlokalisasi, kemerahan, rasa hangat, dan pembengkakan di sekitar area insersi atau sepanjang vena, imobilisasi ekstremitas karena adanya rasa tidak nyaman dan pembengkakan, kecepatan aliran yang tersendat, demam, malaise, dan leukositosis.Intervensi:1) Menghentikan IV2) Memberikan kompres hangat3) Meninggikan ekstremitas4) Memulai jalur IV di ekstremitas yang berlawanan

Pencegahan:1) Menghindarkan trauma pada vena pada saat IV dimasukkan2) Mengobservasi area insersi tiap jam3) Mengecek tambahan pengobatan untuk kompabilitas

h. TrombosisTrombosis ditandai dengan nyeri, kemerahan, bengkak pada vena, dan aliran infus berhenti. Trombosis disebabkan oleh injuri sel endotel dinding vena, pelekatan platelet.

Intervensi:1) Menghentikan IV

2) Memberikan kompres hangat

3) Perhatikan terapi IV yang diberikan (terutama yang berhubungan dengan infeksi, karena thrombus akan memberikan lingkungan yang istimewa/baik untuk pertumbuhan bakteri)

Pencegahan:1) Menggunakan tehnik yang tepat untuk mengurangi injuri pada vena

i. OcclusionOcclusion ditandai dengan tidak adanya penambahan aliran ketika botol dinaikkan, aliran balikdarah di selang infus, dan tidak nyaman pada area pemasangan/insersi. Occlusion disebabkan oleh gangguan aliran IV, aliran balik darah ketika pasien berjalan, dan selang diklem terlalu lama.

Intervensi:1) Bilas dengan injeksi cairan, jangan dipaksa jika tidak sukses

Pencegahan:1) Pemeliharaan aliran IV2) Minta pasien untuk menekuk sikunya ketika berjalan (mengurangi risiko aliran darah balik)3) Lakukan pembilasan segera setelah pemberian obat

j. Spasme venaKondisi ini ditandai dengan nyeri sepanjang vena, kulit pucat di sekitar vena, aliran berhenti meskipun klem sudah dibuka maksimal. Spasme vena bisa disebabkan oleh pemberian darah atau cairan yang dingin, iritasi vena oleh obat atau cairan yang mudah mengiritasi vena dan aliran yang terlalu cepat.

Intervensi:1) Berikan kompres hangat di sekitar area insersi2) Turunkan kecepatan aliran

Pencegahan:1) Apabila akan memasukkan darah (missal PRC), buat hangat terlebih dahuilu.k. Reaksi vasovagalKondisi ini digambarkan dengan klien tiba-tiba terjadi kollaps pada vena, dingin, berkeringat, pingsan, pusing, mual dan penurunan tekanan darah.. Reaksi vasovagal bisa disebabkan oleh nyeri atau kecemasan

Intervensi:1) Turunkan kepala tempat tidur

2) Anjurkan klien untuk nafas dalam

3) Cek tanda-tanda vital (vital sign)

Pencegahan:1) Siapkan klien ketika akan mendapatkan terapi, sehingga bisa mengurangi kecemasan yang dialami2) Gunakan anestesi lokal untuk mengurangi nyeri (untuk klien yang tidak tahan terhadap nyeri)

l. Kerusakan syaraf, tendon dan ligamentKondisi ini ditandai oleh nyeri ekstrem, kebas/mati rasa, dan kontraksi otot. Efek lambat yang bisa muncul adalah paralysis, mati rasa dan deformitas. Kondisi ini disebabkan oleh tehnik pemasangan yang tidak tepat sehingga menimbulkan injuri di sekitar syaraf, tendon dan ligament.

Intervensi:1) Hentikan pemasangan infus

Pencegahan:1) Hindarkan pengulangan insersi pada tempat yang sama2) Hindarkan memberikan penekanan yang berlebihan ketika mencari lokasi vena

m. Septikemia/bakteremiaAdanya susbtansi pirogenik baik dalam larutan infus atau alat pemberian dapat mencetuskan reaksi demam dan septikemia. Perawat dapat melihat kenaikan suhu tubuh secara mendadak segera setelah infus dimulai, sakit punggung, sakit kepala, peningkatan nadi dan frekuensi pernafasan, mual dan muntah, diare, demam dan menggigil, malaise umum, dan jika parah bisa terjadi kollaps vaskuler. Penyebab septikemi adalah kontaminasi pada produk IV, kelalaian tehnik aseptik. Septikemi terutama terjadi pada klien yang mengalami penurunan imun.

Intervensi:1) Monitor tanda vital2) Lakukan kultur kateter IV, selang atau larutan yang dicurigai.3) Berikan medikasi jika diresepkan

Pencegahan:1) Gunakan tehnik steril pada saat pemasangan2) Gantilah tempat insersi, dan cairan, sesuai ketentuan yang berlaku

n. Reaksi alergiKondisi ini ditandai dengan gatal, hidung dan mata berair, bronkospasme, wheezing, urtikaria, edema pada area insersi, reaksi anafilaktik (kemerahan, cemas, dingin, gatal, palpitasi, paresthesia, wheezing, kejang dan kardiak arrest). Kondisi ini bisa disebabkan oleh allergen, misal karena medikasi.

Intervensi :1) Jika reaksi terjadi, segera hentikan infus2) Pelihara jalan nafas3) Berikan antihistamin steroid, antiinflamatori dan antipiretik jika diresepkan4) Jika diresepkan berikan epinefrin5) Jika diresepkan berikan kortison

Pencegahan:1) Monitor pasien setiap 15 menit setelah mendapat terapi obat baru2) Kaji riwayat alergi klien

o. Overload sirkulasiMembebani sistem sirkulasi dengan cairan intravena yang berlebihan akan menyebabkan peningkatan tekanan darah dan tekanan vena sentral, dipsnea berat, dan sianosis. Tanda dan gejala tambahan termasuk batuk dan kelopak mata yang membengkak. Penyebab yang mungkin termasuk adalah infus larutan IV yang terlalu cepat atau penyakit hati, jantung dan ginjal. Hal ini juga mungkin bisa terjadi pada pasien dengan gangguan jantung yang disebut denga kelebihan beban sirkulasi.

Intervensi:1) Tinggikan kepala tempat tidur

2) Pantau tanda-tanda vital setiap 30 menit sampai 1 jam sekali

3) Jika diperlukan berikan oksigen

4) Mengkaji bunyi nafas

5) Jika diresepkan berikan furosemid

Pencegahan:1) Sering memantau tanda-tanda vital2) Menggunakan pompa IV untuk menginfus3) Melakukan pemantauan secara cermat terhadap semua infus

p. Embolisme udaraEmboli udara paling sering berkaitan dengan kanulasi vena-vena sentral. Manifestasi klinis emboli udara adalah dipsnea dan sianosis, hipotensi, nadi yang lemah dan cepat, hilangnya kesadaran, nyeri dada, bahu, dan punggung bawah.

Intervensi:1) Klem atau hentikan infus2) Membaringkan pasien miring ke kiri dalaam posisi Trendelenburg3) Mengkaji tanda-tanda vital dan bunyi nafas4) Memberikan oksigen

Pencegahan:1) Pastikan sepanjang selang IV telah bebas dari udara, baru memulai menyambungkan infus2) Pastikan semua konektor tersambung dengan baik2. Bahaya Pemberian Obat-Obatan dengan Infus1) Dopamin Hidroklorida

IndikasiKoreksi ketidakseimbangan hemodinamik pada saat terjadi sindroma syok yang disebabkan infark miokardial, trauma, septikemia endotoksis, bedah jantung terbuka, gagal ginjal, dekompensasi jantung kronik seperti pada gagal jantung kongestif.

Kontra indikasiFeokromositoma, takhiaritmia atrium atau ventrikular.

PerhatianHipertiroidism, penyakit jantung dan pembuluh darah, aneurisma (pelebaran pembuluh darah setempat saja, karena salah perkembangan atau kemunduran dinding pembuluh), angina pektoris, diabetes melitus, glukoma sudut tertutup, asma.

Interaksi obat

Penggunaan bersama antara dopamin hcl dan zat-zat diuretik bisa menghasilkan efek aditif atau efek potensiasi pada aliran urin.

Efek sampingGangguan lambung-usus, nyeri dada karena angina, berdebar, henti jantung, hipotensi, pusing, kemerahan pada wajah dan leher, sulit untuk buang air kecil, sesak nafas, berkeringat, sakit kepala.

Indeks keamanan pada wanita hamilPenelitian pada hewan menunjukkan efek samping pada janin (teratogenik atau embriosidal atau lainnya) dan belum ada penelitian yang terkendali pada wanita atau penelitian pada wanita dan hewan belum tersedia. Obat seharusnya diberikan bila hanya keuntungan potensial memberikan alasan terhadap bahaya potensial pada janin.

2) Dobuthamin Hydroklorida ( Dobuthrex ).

Indikasi

Pengobatan syok syndrom

Pre syok, severe hypotension.

Kontra indikasi

Bukan untuk koreksi aritmia, ventikel fibrilasi.

Hypothyroidism.

PerhatianEcg (electrocardiogram), tekanan darah, tekanan dalam paru serta kekuatan dan banyaknya darah yang tercurah dari jantung harus dimonitor secara terus-menerus.

Jangan ditambahkan pada larutan alkalin.

Efek sampingMeningkatkan denyut jantung, tekanan darah & aktivitas ventrikular ektopik.

Indeks keamanan pada wanita hamilBaik penelitian reproduksi hewan tidak menunjukkan risiko pada janin maupun penelitian terkendali pada wanita hamil atau hewan coba tidak memperlihatkan efek merugikan (kecuali penurunan kesuburan) dimana tidak ada penelitian terkendali yang mengkonfirmasi risiko pada wanita hamil semester pertama (dan tidak ada bukti risiko pada trisemester selanjutnya).

3) Lidocain / Xylocard

Lidocaine adalah anastesi lokal jenis amide dan umumnya digunakan sebagaianti-arrhythmicyang menggunakan pengaruhnya pada axon syarafsodium channels, untuk mencegah depolarisasi.

Indikasi

VES sering atau > 6 x/mntVES yang berturut-turut

VES multivokal

Aritmia ventrikel yang mengancam

Kontra indikasi

AV Blok grade II & III

Bradicardi

Efek Samping:Efek CV (bradycardia, hipotensi, sumbatan jantung,arrhythmia, gagal jantung, supresi batang sinus, peningkatan defibrilator, insufisiensi vascular, kejang urat nadi); Efek CNS (agitasi, kecemasan, koma, kepeningan, mengantuk,euphoria, halusinasi,lethargy, lightheadedness, paresthesia, psychosis, seizure, slurred speech).Instruksi Khusus:Berkontra-indikasi pada pasien dengan hipersensitivitas dan anestesi tipe amide, sindrom Adam-Stokes, CHF, hipoksia akut dan sumbatan jantung tingkat pertama

4) Isuprel ( Isoprotenorol Hidroclorida )

Indikasi

Untuk meningkatkan curah jantung dan kerja myocard.

Penanganan untuk henti jantung , ventricular tachicardie.

Kontra indikasiTakiaritmia, takikardia atau blok jantung krn intoksikasi digitalis, aritmia ventrikular yg membutuhkan terapi indrotropik, angina pektoris.

Perhatian

PJK, insufisiensi koroner, syok kardiogenik, DM, hipertiroid, anestesi halotan. Perbaiki ggn keseimbangan elektrolit & hipovolemia sblm pemberian terapi.

Efek SampingKecemasan, pusing, sakit kepala, palpitasi, angina, serangan Adam-Stokes, edema pulmonasi, hipertensi, hipotensi, aritmia ventrikular, takiaritmia, flushing, berkeringat.

Interaksi Obat:

Isoproterenol & epinefrin dpt menyebabkan aritmia.

5) Adrenalin ( Ephineprin Hidroclorida)

Indikasi

Meningkatkan aliran darah myocard dan susunan saraf pusat saat ventilasi dan kompresi (RJP).

Merubah VF halus menjadi kasar.

Kontraindikasi

Meskipun diindikasikan untuk open-angled glaucoma, epinefrin kontraindikasi mutlak pada closed-angle glaucoma karena dapat memperparah kondisi ini. Hindari ekstravasasi epinefrin, karena dapat menyebabkan kerusakan jaringan da/atau gangren atau reksi injeksi setempat di sekitar suntikan. Epinefrin jangan disuntikkan ke dalam jari tangan, ibu jari, hidung, dan genitalia, dapat menyebabkan nekrosis jaringan karena terjadi vasokonstriksi pembuluh kapiler. Epinefrin, terutama bila diberikan IV, kontraindikasi mutlak pada syok selain syok anafilaksi. Gangguan kardiovaskuler yang kontraindikasi epinefrin misalnya syok hemoragi, insufisiensi pembuluh koroner jantung, penyakit arteri koroner (mis., angina, infark miokard akut) dilatasi jantung dan aritmia jantung (takikardi). Efek epinefrin pada kardiovaskuler (mis., peningkatan kebutuhan oksigen miokard, kronotropik, potensial proaritmia, dan vasoaktivitas) dapat memperparah kondisi ini.

Efek Samping

Kardiovaskuler : Angina, aritmia jantung, nyeri dada, flushing, hipertensi, peningkatan kebutuhan oksigen, pallor, palpitasi, kematian mendadak, takikardi (parenteral), vasokonstriksi, ektopi ventrikuler.

Interaksi

Dengan Obat Lain :Karena epinefrin merupakan obat simpatomimetik dengan aksi agonis pada reseptor alfa maupun beta, harus digunakan hati-hati bersama obat simpatomimetik lain karena kemungkinan efek farmakodinamik yang aditif, yang kemungkinan tidak diinginkan. Juga hati-hati digunakan pada pasien yang menerima obat-obat seperti: albuterol, dobutamin, dopamin, isoproterenol, metaproterenol, norepinefrin, fenilefrin, fenilpropanolamin, pseudoefedrin, ritodrin, salmeterol dan terbutalin.

Dengan Makanan :Epinefrin tidak digunakan melalui oral

Pengaruh

Terahadap Kehamilan :Klasifikasi kehamilan untuk epinefrin adalah kategori C. Epinefrin kontraindikasi mutlak sewaktu proses kelahiran karena merupakan agonis reseptor beta2, yang dapat menunda kelahiran.

Terhadap Ibu Menyusui :Tidak diketahui apakah epinefrin dikeluarkan melalui ASI. Secara teori, epinefrin akan rusak di dalam saluran pencernaan bayi, jadi pemaparannya terbatas. Bagaimanapun, tetap harus hati-hati jika diberikan pada ibu menyusui.

Peringatan

Epinefrin dikontraindikasikan pada penyakit serebrovaskuler seperti arteriosklerosis serebral atau 'organic brain syndrome' karena efek simpatomimetik (diduga alfa) pada sistem serebrovaskuler dan potensial perdarahan otak pada penggunaan IV. Hati-hati penggunaan epinefrin pada pasien hipertensi karena risiko menambah berat penyakit. 'Hati-hati penggunaan epinefrin pada pasien DM, obat ini dapat meningkatkan kadar gula darah dengan cara meningkatkan glikogenolisis di hepar, mengurangi ambilan glukosa oleh jaringan dan menghambat pelepasan insulin dari pankreas.

6) NITROGLICERIN ( NITRBID )

Indikasi

Sangat efektif untuk mengatasi angina atau unstable angina pectoris.

Chest pain yang tidak hilang dengan nitrobat.

Kontra IndikasiHipersensitif terhadap nitrat organik; hipersensitif terhadap isosorbide, nitrogliserin, atau komponen lain dalam sediaan, penggunaan bersama penghambat phosphodiesterase-5 (PDE-5) seperti sildenafil, tadalafil, atau vardenafil; angle-closure glaucoma ;(terjadi peningkatan tekanan intraokuler); trauma kepala atau perdarahan serebral (meningkatkan tekanan intrakranial); anemia berat. ;Kontraindikasi IV: Hipotensi; hipovolemia yang tidak terkoreksi; gangguan sirkulasi serebral; constrictive pericarditis; perikardial tamponade karena obat mengurangi aliran darah balik, mengurangi preload dan mengurangi ;output jantung sehingga memperparah kondisi ini. ;Nitrogliserin jangan diberikan pada pasien hipovolemia yang tidak terkoreksi (atau dehidrasi) karena risiko menginduksi hipotensi,gangguan sirkulasi serebral, perikarditis konstriktif, pericardial tamponade.;Nitrogliserin harus digunakan hati-hati pada pasien hipotensi atau hipotensi ortostatik karena obat ini dapat memperparah hipotensi, menyebabkan bradikardi paradoksikal, atau memperberat angina. ;Terapi nitrat dapat memperberat angina karena kardiomiopati hipertropik. ;Penggunaan nitrogliserin pada awal infark miokar akut perlu pemantauan hemodinamika dan status klinis. ;Nitrogliserin harus digunakan hati-hati setelah infark miokardiak karena hipotensi dan takikardia dapat memperparah iskemia.

Efek SampingKardiovaskuler: Hipotensi, hipotensi postural, pallor, kolaps kardiovaskuler, takikardi, syok, kemerahan, edema perifer. ;SSP: sakit kepala (paling sering), pusing (karena perubahan tekanan darah), tidak bisa tidur. ;Gastrointestinal: Mual, muntah, diare. ;Genitourinari: inkontinensia urin. ;Hematologi: Methemoglobinemia (jarang, bila overdosis). ;Neuromuskuler & skelet: Lemah/letih. ;Mata: Pandangan kabur. Insiden hipotensi dan efek yang tidak diharapkan akan meningkat bila digunakan bersama sildenafil (Viagra).

Interaksi ObatPemberian bersama alkaloid ergot potensial menyebabkan vasospasme koroner dan dapat memperberat angina. ;Alkaloid ergot kontraindikasi pada pasien hipertensi, angina atau penyakit arteri koroner yang mendapat terapi nitrogliserin.;Penggunaan bersama obat-obat simpatomimetik (dapat meningkatkan nadi dan tekanan darah) seperti epinefrin, norepinefrin, fenilefrin, efedra, atau efedrin, bersifat antagonis efek antiangina dari nitrat. ;Efek vasodilatasi nitrat dapat menghambat efek adrenergik alfa dari epinefrin sehingga memperberat takikardi dan hipotensi berat.;Nitrit dan nitrat merupakan antagonis asetilkolin dan histamin. Sehingga, nitrogliserin dapat mengurangi efek obat ini (mis, asetilkolin, norepinefrin dan histamin dihidroklorid) bila digunakan bersama.

Pengaruh AnakKeamanan dan efektivitas nitrogliserin pada anak-anak belum diketahui.

Pengaruh KehamilanNitrogliserin diklasifikasikan dalam kategori C pada kehamilan. Meskipun tidak dilakukan penelitian pada manusia, tetapi penelitian pada binatang menunjukkan adanya efek yang tidak diharapkan pada janin. ;Jadi apabila memutuskan pemberian obat ini pada kehamilan, harus dipertimbangkan keuntungan terhadap ibu dan risikonya terhadap janin.

Pengaruh MenyusuiTidak diketahui apakah nitrogliserin atau metabolitnya diekskresikan dalam ASI. Karena banyak obat diekskresikan dalam ASI, hati-hati bila diberikan pada ibu menyusui.

PeringatanDapat terjadi hipotensi yang berat. ;Gunakan hati-hati pada hipovolemia, hipotensi, dan infark ventrikel kanan. Selain hipotensi, juga disertai bradikardi paradoksal dan angina pektoris. Dapat juga terjadi hipotensi postural. ;Dapat terjadi toleransi terhadap nitrat, diperlukan dosis yang tepat untuk meminimalkan efek ini. ;Keamanan dan efikasi tidak diketahui bila digunakan pada pasien anak-anak. ;Hindari penggunaan jangka waktu lama pada pasien infark miokard akut atau gagal jantung kongestif. ;Nitrat dapat memperparah angina yang disebabkan oleh kardiomiopati hipertropik. ;Nitrat dapat memperberat angina yang disebabkan kardiomiopati hipertropik.

7) STREPTOKINASE (Trombolitik)Indikasi

Usia 70 tahun

sakit dada khas infark/equivalent lebih dari 20 menit, tidak hilang dengan pemberian nitrat.

Dalam 12 jam sejak mulainya sakit dada.

ST elevasi >0.1mv pada sekurang-kurangnya 2 sandapan.

Kontra IndikasiHipersensitif terhadap anistreplase, streptokinase, atau komponen lain dalam sediaan; pendarahan internal aktif; riwayat serangan jantung; dalam jangka 2 bulan sebelumnya menjalani bedah/mengalami trauma intrakranial atau intraspinal; ;neoplasma intrakranial, malformasi arteriovena, atau aneurisma, perdarahan diatesis dan hipertensi berat yang tidak terkontrol.

Efek SampingSeperti obat lain yang mempengaruhi hemostasis, efek yang tidak diharapkan pada streptokinase adalah perdarahan. Risiko perdarahan ini tergantung pada banyak variabel, termasuk dosis, penggunaan obat-obat lain yang mempengaruhi hemostasis, ;dan predisposisi pasien (termasuk hipertensi). Efek lisis yang cepat terhadap trombus pada penggunaan obat trombolisis dapat menyebabkan aritmia artrial atau ventrikular karena terjadinya reperfusi yang cepat.;>10% : hipotensi, pendarahan pada lokasi penyuntikan.;1%-10% : demam, perubahan warna pada kulit karena luka, rash, pruritus, pendarahan gastrointestinal,mual, muntah,pendarahan genitouriner, anemia, sakit otot, pendarahan mata, edema periorbital, bronkospasma, epitaksis,diaforesis.;< 1%: nekrosis tubular akut, reaksi alergi, syok anafilaktik, reaksi anafolaktoid, anafilaksis, edema angioneurotik, sakit punggung, embolisasi kolesterol, erysipelas like rash, hemarthrosis, pendarahan intrakarnial, edema laringeal, ;morbiliform,pemdarahan perikardial, depresi pernapasan, pendarahan retroperitonial, ruptur splenik, peningkatan transaminase, urtikaria.

Interaksi MakananObat ini tidak diberikan per oral, jadi makanan tidak mempengaruhi farmakokinetika/ farmakodinamikanya

Interaksi ObatObat antifibrinolitik, seperti asam aminokaproat, aprotinin, dan asam traneksamat, dapat melawan aksi trombolitik. ;Meskipun antifibrinolitik dapat digunakan pada perdarahan karena induksi trombolitik, keamanan pemberian obat ini secara bersamaan belum didapatkan.;Antibiotika yang berefek hemostasis dapat meningkatkan risiko perdarahan bila digunakan selama atau segera sebelum trombolitik. Sefalosporin dengan rantai samping metiltiotetrazol (MTT), seperti sefamandol, sefoperazon, dan sefotetan,;dapat menyebabkan hipoprotrombinemia, yang potensial meningkatkan perdarahan.;Efek lain, sefalosporin ini juga merusak sintesa faktor klot yang tergantung vitamin K pada hepar. Antibiotik ini harus digunakan hati-hati bersama trombolitik karena kemungkinan terjadi perdarahan.

Pengaruh AnakKemanan dan efektivitas penggunaan streptokinase pada anak-anak tidak diketahui.

PeringatanPenggunaan bersama antikoagulan heparin dapat memperparah perdarahan; hati-hati terhadap semua tempat yang peka terhadap risiko perdarahan. Injeksi IM harus dihindari. ;Pada kondisi risiko perdarahan lebih besar supaya dipertimbangkan keuntungan penggunaan trombolitik, misalnya pada: baru saja ( dalam 10 hari) menjalani bedah mayor (mis, CABG - coronary artery bypass graft, melahirkan, biopsi organ),;gangguan serebrovaskular, baru saja (dalam 10 hari) perdarahan gastrointestinal atau genitourinari, trauma (dalam 10 hari) termasuk CPR, hipertensi (TD sistolik >180 mmHg dan/atau TD diastolik >110 mmHg), stenosis mitral dengan fibrilasi atrial,;perikarditis akut, endokarditis bakteri sub akut, kegagalan hemostatik karena disfungsi ginjal atau hepar, kehamilan, retinopati hemoragik diabetik, tromboplebitis sepsis atau penyumbatan kanula AV pada infeksi serius, ;usia lanjut (mis, >75 tahun), pasien menerima antikoagulan oral.

Informasi PasienInformasikan kepada dokter tentang obat-obat dan herbal yang diminum saat ini. Obat ini hanya diberikan melalui infus, anda akan dipantau selama dan setelah pemberian obat. ;Segera konsultasi kepada dokter atau apoteker apabila mengalami rasa terbakar, sakit, kemerahan, bengkak, sakit kepala yang muncul tiba-tiba, nyeri sendi, nyeri dada, atau gangguan penglihatan. ;Apabila terjadi perdarahan, segera lapor dan tekan pusat perdarahan hingga berhenti.

8) HEPARIN (HEPARINISASI DRIP)

Indikasi

Pencegahan dan penanganan terhadap trombosis vena dan emboli arteri. Pencegahan terhadap pembekuan pada arteri dan pada bedah jantung. Sebagai anticoagulan pada pada transfusi darah.

Kontra Indikasi

1. Hipersensitifitas terhadap heparin atau komponen lain dalam sediaan.

2. Semua gangguan perdarahan atau risiko perdarahan : gangguan koagulasi, hemofilia, trombositopenia, penyakit hati berat, ulkus peptikum, perdarahan intrakranial, aneurisma serebral, karsinoma visceral, abortus.

3. Retinopati perdarahan hemoroid, tuberculosis aktif, endokarditis.

Efek Samping1. Sakit dada, vasospasmus, syok hemoragi, demam, sakit kepala, kedinginan, urtikaria, alopesia, dysesthesia pedis, purpura, ekzema, nekrosis kutan, plak erithemathosus, hiperkalemia, hiperlipidemia, mual, muntah, konstipasi, hemorage

2. Ditemukan darah pada urin, epistaksis, hemoragi adrenal, hemoragi retriperitonial, trombositopenia, peningkatan enzim SGOT, SGPT, ulserasi, nekrosis kutan yang disebabkan oleh injeksi sub kutan, neuropati perifer, osteoporosis, konjungtivitis

3. Hemoptisis, hemoragi pulmonari, asma, artritis, rinitis, bronkospasma, reaksi alergi, reaksi anafilaktik.

Peringatan1. Tempat suntikan : di dinding perut atau beberapa tempat daerah iliaka, gunakan jarum sangat halus, semprit tuberkulin dan lakukan penekanan selama 5 menit untuk mengurangi kemungkinan perdarahan.

2. Hati-hati agar heparin jangan tertinggal pada tempat suntikan. Cara pemberian ini tidak menimbulkan perdarahan spontan, tidak diperlukan pemantauan (monitoring) efek antikoagulan.

3. Harus hati-hati pada penderita dengan riwayat alergi, harus dilakukan tes pendahuluan dengan dosis tidak melebihi 100 IU.

4. Jangan suntik intramuskulus, berisiko iritasi, pendarahan lokal dan hematoma, sedang absorpsi tidak dapat diandalkan. Pemberian intravena hanya boleh dilakukan bila tersedia alat pemantau efek antikoagulan.

5. Harus dilakukan pemeriksaan masa pembekuan darah dan jumlah trombosit.

6. Ada resiko perdarahan spontan selama pengobatan pada usia lanjut, penderita insufisiensi ginjal, jantung.

7. Hindarkan obat berisiko ulkus lambung, menurunkan perlekatan trombosit (adhesiveness).

8. Hentikan heparin bila pada minggu kedua jumlah trombosit menurun diakibatkan peningkatan fibrinogenesis intravaskular.

9) INSULIN DRIP

Indikasi

Untuk therapy DM.

Kontra indikasiHypoglycemia

Efek SampingEfek samping terapi insulin yang paling sering terjadi adalah hipoglikemia. Keadaan ini dapat terjadi akibat :

a) Dosis insulin yang berlebihan

b) Saat pemberian yang tidak tepat

c) Penggunaan glukosa yang berlebihan, misalnya olahraga anaerobic berlebihan

d) Faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan kepekaan individu terhadap insulin, misalnya gangguan fungsi adrenal atau hipofisis

10) ALBUMIN

Indikasi

Hypovolemia, syok, hypoproteinaemia, burn.

Kontra Indikasi

Cardiac failure, chronic anemia, renal insufficiency

PerhatianBila terjadi tanda-tanda kelebihan cairan, infus harus dihentikan dengan segera.

Efek SampingRuam kulit, hipertensi, hipotensi, takhikardia, bradikardia, mual, muntah, sesak nafas, peningkatan suhu tubuh dan atau menggigil (panas-dingin).

Indeks Keamanan Pada Wanita Hamil

11) Na- BICARBONAT

IndikasiUntuk koreksi asidosis metabolik dan acid intoksikasi.

Kontra IndikasiAlkalosis metabolik maupun respiratori, hipokalsemia, pasien yang mengalami banyak kehilangan klorida akibat muntah maupun pembersihan (suction) gastrointestinal secara kontinyu, dan pada pasien dengan risiko mengalami alkalosis hipokloremik yang diinduksi oleh diuretik. Natrium bikarbonat secara oral tidak boleh digunakan apabila digunakan sebagai antidotum untuk mengatasi keracunan akut akibat asam mineral kuat.

Efek SampingPeregangan (disletion) lambung, flatulen, perdarahan serebral, udem, kejang tetanus, udem paru, hipernatremia, hiperosmolalitas, hipokalsemia, hipokalemia, asidosis intrakranial, alkalosis metabolik

Pengaruh AnakInjeksi cepat (10 mL/menit) larutan hipertonik natrium bikarbonat pada neonatus dan anak dengan usia di bawah 2 tahun dapat menyebabkan terjadinya hipernatremia, penurunan tekanan cairan serebrospinal (CSF) dan perdarahan intrakranial.Pengaruh KehamilanBelum dilakukan studi mengenai pengaruh natrium bikarbonat pada janin, oleh karena itu natrium bikarbonat sebaiknya hanya diberikan apabila benar-benar diperlukan.

PeringatanSuplemen natrium dapat meningkatkan tekanan darah atau menyebabkan retensi cairan dan udem paru-paru pada mereka yang berisiko; hipokalemia dapat memburuk. Bila asidosis hiperkloremik berhubungan dengan kekurangan kalium,;sebagaimana pada beberapa gangguan tubular ginjal dan saluran cerna, mungkin tepat untuk memberikan kalium bikarbonat oral, walaupun defisiensi akut atau yang berat harus ditangani dengan pemberian intravena. Hindari pada asidosis respiratori. ;Sebaiknya dihindari pada pasien yang membatasi masukan garam

12) KALIUM / POTASIUMIndikasi

Untuk koreksi KCL (hypokalemia)

Kontra IndikasiKerusakan ginjal yang berat kadar plasma kalium diatas 5 mmol/L ;Allergi terhadap obat , penyakit Addisons, dehidrasi akut, kadar serum kalium dalam darah tinggi

Efek SampingGaram kalium menyebabkan mual dan muntah (gejala yang berat dapat merupakan tanda obstruksi) sehingga rendahnya kepatuhan pengobatan merupakan kendala utama efektifitas obat; jika memungkinkan penggunaan diuretik hemat kalium;lebih dianjurkan (lihat juga diatas). Efek samping yang lain berupa ulserasi pada oesophagus dan usus kecil. Efek samping yang jarang terjadi skin rash

Interaksi ObatMeningkatkan efek/toksisitas : diuretic hemat kalium, substitusi garam, ACE inhibitor, siklosporin dan obat yang mengandung kalium seperti garam kalium dari penisilin.

Pengaruh AnakKeamanan dan efikasi penggunaan obat pada anak-anak belum terbukti

Pengaruh KehamilanFaktor risiko : A;Tidak diketahui apakah penggunaan garam kalium pada ibu hamil dapat membahayakan janin atau dapat mempengaruhi kapasitas reproduksi. Berikan obat pada wanita hamil hanya jika memang diperlukan.

PeringatanPenderita lanjut usia, kerusakan ginjal ringan sampai sedang (diperlukan monitoring ketat) , intestinal stricture, riwayat peptic ulcer , hiastus hernia (untuk sediaan lepas lambat) ;Penting: berbahaya jika diberikan bersamaan dengan obat-obat yang dapat meningkatkan kadar kalium plasma seperti diuretik hemat kalium, inhibitor ACE Iatau siklosporin.

13) MAGNESIUMEfek SampingBiasanya dihubungkan dengan hipermagnesemia, mual, muntah, haus, flushing kulit, hipotensi, aritmia, koma, depresi nafas, ngantuk, bingung, hilang refleks tendon, lemah otot, kolik dan diare pada pemberian oral.

Interaksi ObatBarbiturat, opiat dan anestesi umum atau depresan syaraf pusat harus berhati-hati jika diberikan bersama sama magnesium sulfat sebab akan menambah efek depresan syaraf pusat. Terjadi blokade neuromuscular berlebih pada pasien yang diberikan magnesium sulfat secara parenteral dan neuromuscular blocking agent, oleh karena itu hati-hati bila diberikan bersamaan. Garam Magnesium harus diberikan dengan sangat hati-hati pada pasien yang diberi glikosida jantung.

Pengaruh AnakPada pemberian magnesium sulfat secara parenteral pada ibu menyusui harus berhati-hati karena magnesium sulfat didistribusikan melalui air susu

Pengaruh MenyusuiPada pemberian magnesium sulfat secara parenteral pada ibu menyusui harus berhati-hati karena magnesium didistribusikan melalui air susu. Konsentrasi magnesium meningkat hanya untuk sekitar 24 jam setelah terapi magnesium sulfat dihentikan.

PeringatanHati-hati pada penderita kerusakan ginjal dan pasien yang mendapat pengobatan digitalis; pantau magnesium dan elektrolit lain; pada hipomagnesemia yang berat mula-mula diberikan melalui alat kontrol infus (lebih disukai syringe pump).

14) MORPHIN

Indikasi

Menghilangkan rasa sakit dalam waktu yang lamaKontra indikasi

Depresi pernafasan, penyakit obstruksi jalan nafas , kelainan fungsi hati , ilieus paralitik , sensitif terhadap morphin , kehamilan.

Kontra IndikasiOral jangan diberikan pasien dengan paralytic ileus. Pasien dengan hipersensitivitas, depresi pernapasan yg parah. ;Injeksi intratekal & epidural tidak boleh digunakan pada kasus pemberian yg kontraindikasi dengan rute ini, seperti infeksi pada tempat penyuntikan, ;perdarahan diatesis yg tidak terkontrol, penggunaan antikoagulan atau penggunaan kortikosteroid injeksi dalam 2 minggu.

Efek SampingDepresi pernapasan;Sistem saraf : sakit kepala, gangguan penglihatan, vertigo, depresi, rasa mengantuk, koma, eforia, disforia, lemah, agitasi, ketegangan, kejang;Pencernaan : mual, muntah, konstipasi;Kardiovaskular : aritmia, hipotensi postural;Reproduksi, ekskresi & endokrin : retensi urin, oliguria;Efek kolinergik : bradikardia, mulut kering, palpitasi, takikardia, tremor otot, pergerakan yang tidak terkoordinasi, delirium atau disorientasi, halusinasi;Lain-lain : Berkeringat, muka merah, pruritus, urtikaria, ruam kulit

PeringatanHati-hati pada pasien dengan disfungsi hati & ginjal krn akan memperlama lama kerja & efek kumulasi opiod, pasien usia lanjut, hati-hati pada psikosis toksik,;infark miokard, alergi thd sulfit, depresi sistem saraf pusat yg parah, anoksia, hiperkapnia, depresi

Informasi PasienHindari pemakaian alkohol. Menyebabkan ngantuk (hati-hati mengendarai mobil atau menjalankan mesin), gangguan koordinasi, pada penggunaan jangka panjang menyebabkan ketergantungan fisik dan psikologi

15) AMINOPHILIN

Indikasi

Asthma , Bronchopneumonia , bronchitis , paroksimal dyspnoe dengan gagal jantung kiri

Efek samping

mual sampai muntah , hipotensi , tachicardia

Kontra indikasi

peptic ulcer , alergi terhadap aminophilin , active gastritis.

Kontra IndikasiHipersensitivitas terhadap teofilin dan ethylendiamine. (2)

Efek SampingEfek samping yang sering terjadi :;Saluran cerna : diare, mual dan muntah;Neurologi : pusing, sakit kepala, insomnia, dan tremor;Renal : diuresis;Efek samping serius :;Cardiovascular : Atrial fibrilasi, Bradiaritmia apabila administrasi terlalu cepat dapat menyebabkan Cardiac arrest, ;Takiaritmia Dermatologic : Erythroderma;Gastrointestinal : Necrotizing enterocolitis in fetus OR newborn;Immunologic : Immune hypersensitivity reaction;Neurologic : perdarahan pada intracranial, kejang. (2)

Interaksi MakananHindari konsumsi Caffein yang berlebihan. Hindari diet protein dan karbohidrat yang berlebihan. Batasi konsumsi charcoal-broiled foods. (4)

Interaksi ObatObat-obat yang dapat meningkatkan kadar Teofilin: ;Propanolol, Allopurinol (>600mg/day), Erythromycin, Cimetidin, Troleandomycin, Ciprofloxacin (golongan Quinolon yang lain), kontrasepsi oral, Beta-Blocker, Calcium Channel Blocker, ;Kortikosteroid, Disulfiram, Efedrin, Vaksin Influenza, Interferon, Makrolida, Mexiletine, Thiabendazole, Hormon Thyroid, Carbamazepine, Isoniazid, Loop diuretics. ;Obat lain yang dapat menghambat Cytochrome P450 1A2, seperti: Amiodaron, Fluxosamine, Ketoconazole, Antibiotik Quinolon). (4);Obat-obat yang dapat menurunkan kadar Teofilin: ;Phenytoin, obat-obat yang dapat menginduksi CYP 1A2 (seperti: Aminoglutethimide, Phenobarbital, Carbamazepine, Rifampin), Ritonavir, IV Isoproterenol, Barbiturate, Hydantoin, Ketoconazole, ;Sulfinpyrazone, Isoniazid, Loop Diuretic, Sympathomimetics. (4)

Pengaruh AnakNeonatus (term and premature), anak - anak dibawah satu tahun mengalami penurunan clearance; risiko terjadinya "fatal theophylline toxicity" meningkat.(2)

Pengaruh Hasil LabTeofilin menyebabkan reaksi positif palsu terhadap peningkatan kadar asam urat apabila diukur dengan menggunakan metode Bittner atau Colorimetric tetapi tidak demikian halnya apabila diukur dengan menggunakan metode Uricase. ;Penelitian in vitro yang telah dilakukan dengan metode pengukuran menggunakan spektrofotometri menunjukkan peningkatan palsu kadar teofilin dalam darah akibat pengaruh penggunaan furosemide, sulfathiazole, fenilbutazon, ;probenesid, theobromin, kafein, coklat, dan asetaminofen. Tidak demikian halnya apabila metode pengukuran yang digunakan adalah HPLC.3

Pengaruh KehamilanTermasuk dalam kategori C. (2);Teofilin dapat melewati plasenta, efek obat yang tidak dikehendaki dapat terlihat pada bayi yang baru lahir. ;Metabolisme Teofilin dapat mengalami perubahan selama kehamilan sehingga perlu dilakukan pemantauan kadar Teofilin dalam darah. (4)

SOAL

1. Pemberian cairan intravena (infus) yaitu memasukan cairan atau obat langsung kedalam pembuluh darah vena dalamjumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set merupakan pengertian menurut ?a. Nursalam

b. Potter

c. NANDAd. Carpenitoe. Wahit2. Mikroorganisme yang menginfeksi saluran infus adalah, kecuali ?a. Lactobacillus sp

b. candidida sp c. Enterobacter sp d. staphylococcus epidermis e. staphylococcus aureus3. Efek samping dari Ephineprin Hidroclorida adalah, kecuali ?a. Angina, b. aritmia jantung,c. nyeri dada,d. flushing, e. Diabetes Melitus4. Kontraindikasi dari Morphin adalah,kecuali ?

a. Depresi pernafasan, b. penyakit obstruksi jalan nafas ,c. stomad. kelainan fungsi hati , e. ilieus paralitik5. Indikasi dari Aminophilin, adalah kecuali ?

a. Asthma b. Bronchopneumonia c. bronchitis d. ileus paralitik

e. paroksimal dyspnoe

DAFTAR PUSTAKAAndri, Pamuji. 2011. Pemberian Obat Pervaginam Dan Suppositoria. (Online) (Available: https://pamujiandri.wordpress.com/2011/07/25/pemberian-obat-pervaginam-dan-suppositoria) 28 April 2015

Anonym. Obat (Online). Available: http://klikdokter.com/direktori/obat 28 April 2015Anonym. Informasi Obat. (Online). Available: http://www.informasiobat.com/ 28 April 2015Maria Finit. 2014. Farmakologi. www.academia.edu. Diakses pada 28 April 2015P. Widjojo. 2009. Obat. eprints.undip.ac.id. Diakses pada 28 April 2015

Yulistina, Metti Ria. 2011. Farmakokinetika Obat Obat Adrenergik. (Online). (Available: http://mettidagger.blogspot.com/2011/08/farmakokinetika-obat-obat-adrenergik.html) 28 April 2015