Adat Perkawinan Melayu

53
MAKALAH ADAT PERKAWINAN MELAYU Oleh: 1. Irfandi 1405121252 2. Novilia 1405120263 3. Nurfitria Sari 1405122035 Dosen Pengampu: Prof. Drs. H. Isjoni, M.Si, Ph.D FAKULTAS KEGURUAN dan ILMU PENNDIDIKAN UNIVERSITAS RIAU

description

adat

Transcript of Adat Perkawinan Melayu

Page 1: Adat Perkawinan Melayu

MAKALAH

ADAT PERKAWINAN MELAYU

Oleh:

1. Irfandi 14051212522. Novilia 14051202633. Nurfitria Sari 1405122035

Dosen Pengampu:

Prof. Drs. H. Isjoni, M.Si, Ph.D

FAKULTAS KEGURUAN dan ILMU PENNDIDIKAN

UNIVERSITAS RIAU

2015

Page 2: Adat Perkawinan Melayu

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-

Nya kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini dalam bentuk maupun

isinya yang sangat sederhana. Makalah ini membahas mengenai konsep

perkawinan dalam adat Melayu, juga menjelaskan tentang proses persiapan

menjelang hari perkawinan, proses perkawinan, dan proses pasca perkawinan

menurut masyarakat Melayu.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya sebagai

salah satu persyaratann untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Budaya Melayu.

Selain itu, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.

Oleh karna itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.

Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih

luas dan menambah pengetahuan bagi pembaca.

Pekanbaru, 15 April 2015

Penulis

Page 3: Adat Perkawinan Melayu

DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………….2

Daftar Isi…………………………………………………………………………..3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………………….5B. Rumusan Masalah…………………………………………………………6C. Tujuan…………………………………………………………………......6

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Perkawinan Melayu………………..……………………………..7B. Persiapan Menuju Hari Perkawinan……………………………………….8

B.1. Merisik dan Meninjau………………………………………………...9B.2. Merasi……………………………………………………………….10B.3. Melamar, Meminang dan Bertunangan…………………………..…11B.4. Berjanji Waktu……………………………………………………....13B.5. Mengantar Belanja…………………………………………………..14B.6. Ajak-Mengajak……………………………………………………...15B.7. Gotong-Royong……………………………………………………..15B.8. Pembacaan Barzanzi dan Persediaan Jamuan………………………16B.9. Menggantung-gantung……………………………………………...16B.10. Berinai……………………………………………………………..17B.11. Berandam………………………………………………………….18B.12. Khatam Al-Qur’an………………………………………………...20

C. Upacara Perkawinan Melayu…………………………………………….20C.1. Hari Akad…………………………………………………………...21

C.1.a. Antar Belanja atau Seserahan………………………………...21C.1.b. Akad Nikah…………………………………………………..22C.1.c. Menyembah…………………………………………………..23C.1.d. Tepuk Tepung Tawar…………………………………………23C.1.e. Nasehat Perkawinan…………………………………………..24C.1.f. Jamuan Santap Bersama………………………………………25

C.2. Hari Langsung………………………………………………..……..25C.2.a. Mengarak Pengantin Lelaki…………………………………..25C.2.b. Menyambut Arak-arakan Pengantin Lelaki…………………..26C.2.c. Bersanding……………………………………………………28C.2.d. Resepsi Perkawinan…………………………………………..29C.2.e. Ucapan Alu-aluan dan Tahniah………………………………29C.2.f. Pembacaan Doa……………………………………………….30

Page 4: Adat Perkawinan Melayu

C.2.g. Santap Nasi Hadap-hadapan…………………………………30C.2.h. Tahniah……………………………………………………….30

D. Pasca Upacara Perkawinan Melayu……………………………………...31D.1. Malam Keluarga………………………………………………….…31D.2. Mandi Damai………………………………………………………..31D.3. Suruk-surukan…………………………………………………….…32D.4. Jamuan Makan Bersama……………………………………….……33

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...……………………..……………………………………..34B. Saran.......………………………………………………………………....34

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………......35

Page 5: Adat Perkawinan Melayu

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkawinan merupakan hak setiap individu untuk melanjutkan keturunan

yang sah. Hal ini juga sudah ditetapkan dalam UUD 1945 pasal 28 B ayat (1)

yang berbunyi “Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan

keturunan melalui perkawinan yang sah.” Walaupun sudah memiliki Undang-

Undang tentang perkawinan, namun pada pelaksanaan perkawinan itu sendiri

tidak terlepas dari pengaruh adat istiadat setempat sebagai hukum yang masih

hidup dan tidak tertulis dalam perundang-undangan.

Indonesia adalah negara dengan berbagai macam suku dan bangsa yang

menghasilkan adat istiadat yang bermacam-macam pula. Masyarakat Indonesia

pada umumnya mengetahui adat yang dibawanya sejak lahir pada lingkungan

masyarakat dimana ia tinggal. Misalnya orang Melayu harus tahu harus tahu adat

istiadat orang Melayu. Namun dalam perkembangannya, adat di masa kini hanya

diketahui orang-orang tertentu saja. Orang-orang tertentu disini maksudnya yaitu

seperti orang-orang yang memang berada dalam organisasi adat atau orang-orang

tua yang masih mengingat adat dari generasi sebelumnya, khususnya tentang adat

perkawinan.

Kebanyakan orang-orang pada masa sekarang ini tidak mengetahui tentang

adat perkawinan dalam masyarakatnya sendiri. Padahal banyak makna dan nilai-

nilai baik yang dapat diperoleh melalui adat perkawinan itu, khususnya bagi

masyarakat Melayu. Oleh karena itu, penulis menyusun makalah ini untuk

Page 6: Adat Perkawinan Melayu

memberikan sedikit informasi tentang adat perkawinan terutama dalam

masyarakat melayu.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang masalah di atas, rumusan masalah yang akan dibahas

pada karya ilmiah ini mencakup beberapa hal. Rumusan masalah tersebut seperti

yang dipaparkan berikut ini.

1. Apakah konsep utama dari adat perkawinan Melayu?

2. Bagaimanakah persiapan menuju hari perkawinan dalam adat Melayu?

3. Bagaimanakah proses atau upacara perkawinan dalam adat Melayu?

4. Bagaimanakah proses pasca upacara perkawinan Melayu?

C. TUJUAN

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dipaparkan di

atas, ada beberapa tujuan yang diharapkan dapat tercapai dalam pembuatan

makalah ini. Tujuan tersebut seperti yang dicantumkan berikut ini.

1. Menjelaskan konsep utama dari adat perkawinan Melayu.

2. Menjelaskan bagaimana persiapan menuju hari perkawinan dalam adat

Melayu.

3. Menjelaskan bagaimana proses atau upacara perkawinan dalam adat Melayu.

4. Menjelaskan bagaimana proses pasca upacara perkawinan Melayu.

Page 7: Adat Perkawinan Melayu

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Perkawinan Melayu

Perkawinan merupakan fase kehidupan manusia yang bernilai sakral dan

amat penting. Dibandingkan dengan fase kehidupan lainnya, fase perkawinan

boleh dibilang terasa sangat spesial. Perhatian pihak-pihak yang berkepentingan

dengan acara tersebut tentu akan banyak tertuju kepadanya, mulai dari

memikirkan proses akan menikah, persiapannya, upacara pada hari perkawinan,

hingga setelah upacara usai digelar.

Adat perkawinan dalam budaya Melayu terkesan rumit karena banyak

tahapan yang harus dilalui. Kerumitan tersebut muncul karena perkawinan dalam

pandangan Melayu harus mendapat restu dari kedua orang tua serta harus

mendapat pengakuan yang resmi dari tentangga maupun masyarakat. Dalam adat

perkawinan Melayu, rangkaian upacara perkawinan dilakukan secara rinci dan

tersusun rapi, yang keseluruhannya wajib dilaksanakan oleh pasangan calon

pengantin beserta keluarganya. Hanya saja, memang ada sejumlah tradisi atau

upacara yang dipraktekkan secara berbeda-beda di sejumlah daerah dalam wilayah

geo-budaya Melayu.    

Sebenarnya jika mengikuti ajaran Islam yang murni, tahapan upacara

perkawinan cukup dilakukan secara ringkas dan mudah. Ajaran Islam perlu

diterapkan di berbagai daerah dengan menyertakan adat-istiadat yang telah

menjadi pegangan hidup masyarakat tempatan. Dalam pandangan Melayu secara

Page 8: Adat Perkawinan Melayu

umum, prinsip (syariat) Islam perlu “dikawinkan” dengan adat budaya

masyarakat. Sehingga, integrasi ini sering diistilahkan sebagai “Adat bersendi

syarak, Syarak bersendi Kitabullah”, atau “Syarak mengata, adat memakai” (apa

yang ditetapkan oleh syarak itulah yang harus digunakan dalam adat).

Dalam pandangan budaya Melayu, kehadiran keluarga, saudara-mara,

tetangga, dan masyarakat kepada majelis perkawinan tujuannya tiada lain adalah

untuk mempererat hubungan kemasyarakatan dan memberikan kesaksian dan doa

restu atas perkawinan yang dilangsungkan. Untuk itulah, perkawinan perlu

dilakukan menurut adat yang berlaku dalam masyarakat, sehingga perkawinan

tersebut mendapat pengakuan dan restu dari seluruh pihak dan masyarakat. 

B. Persiapan Menuju Hari Perkawinan

Hari perkawinan merupakan hari yang ditunggu-tunggu oleh semua

anggota masyarakat yang berkenaan dengan perhelatan acara ini. Pada hari itu

semua keluarga, saudara, termasuk tetangga berkumpul dalam satu majelis. Dalam

adat melayu, banyak cara atau upacara yang biasa dilakukan sebelum akad nikah

dilangsungkan. Hal ini dilakukan agar lebih mengetahui dan mengenal calon

pengantinnya. Walaupun tidak selalu dilaksanakan, namun secara umum upacara

yang biasa dilakukan untuk mempersiapkan perkawinan itu sendiri adalah seperti

yang dijabarkan berikut ini.

Page 9: Adat Perkawinan Melayu

B.1. Merisik dan Meninjau

Merisik adalah kegiatan memilih jodoh yang dilakukan orang tua untuk

mencarikan calon istri bagi anak laki-lakinya. Para orang tua biasanya mulai

berpikir jika anak laki-lakinya dipandang sudah siap untuk berkeluarga mereka

akan mencari dan memperhatikan beberapa gadis yang dikenalinya. Kegiatan

merisik biasanya dilakukan apabila seorang laki-laki yang hendak menikah

dengan seorang gadis tetapi belum mengenali jati diri gadis tersebut atau jika

sudah kenal namun baru sebatas kenal sekilas saja.

Tujuan dari kegiatan merisik adalah untuk memastikan apakah gadis

tersebut sudah memiliki pasangan atau belum. Tentunya, jika gadis tersebut telah

memiliki tunangan maka laki-laki tersebut tidak bisa lagi berniat untuk

menikahinya. Sebab, dalam hukum Islam seseorang itu dilarang untuk meminang

tunangan orang lain. Kegiatan merisik juga dimaksudkan untuk mengetahui latar

belakang calon menantu perempuan, kesuciannya, dan juga kepribadiannya.

Kegiatan merisik juga mencakup hal-hal yang berkaitan dengan keterampilan

rumah tangga, adab sopan-santun, tingkah laku, bagaimana paras wajahnya, dan

juga pengetahuan gadis tersebut tentang agamanya.

Adat merisik biasanya dilakukan oleh pihak laki-laki, sedangkan adat

meninjau dilakukan oleh kedua pihak. Setelah kegiatan merisik dapat menentukan

bahwa gadis tersebut belum memiliki pasangan, selanjutnya dilakukan tahapan

meninjau. Kegiatan ini kadang dilakukan sekaligus dengan kegiatan merisik.

Kegiatan meninjau dimaksudkan untuk mengetahui tempat asal calon yang akan

dinikahi. Kegiatan meninjau dilakukan oleh seorang wakil yang dipercaya dapat

Page 10: Adat Perkawinan Melayu

melakukannya. Kegiatan meninjau akan dirasa mudah jika wakil tersebut sudah

mengenal gadis tersebut. Jika belum mengenalnya maka diperlukan waktu untuk

melakukan tahapan peninjauan.

Kegiatan meninjau juga dapat dilakukan oleh pihak perempuan. Bapak dan

ibu pihak perempuan misalnya bisa meninjau keadaan sesungguhnya seputar diri

dan keluarga calon suami dari anak gadisnya. Kegiatan peninjauan ini biasanya

dimaksudkan untuk memastikan status bujang laki-laki tersebut dan bagaimana

latar belakanng ekonominya. Orang tua pihak perempuan biasanya perlu

memastikan bahwa calon suami dari anaknya mampu membiayai hidup rumah

tangga yang kelak dibangun.   

B.2. Merasi

Tujuan merasi adalah untuk memastikan apakah pasangan yang hendak

dijodohkan itu sebenarnya cocok atau tidak. Artinya, merasi adalah kegiatan

meramal atau menilik keserasian antara pasangan yang hendak dijodohkan.

Kegiatan ini biasanya dilakukan melalui perantaraan seorang ahli yang sudah

terbiasa bertugas mencari jodoh kepada orang yang hendak menikah. Pencari

jodoh tersebut akan memberikan pendapatnya bahwa pasangan tersebut dinilai

cocok (sesuai) atau tidak.

Pada masa lalu, masyarakat adat mempercayai bahwa kegiatan ini dirasa

penting karena kerukunan rumah tangga ditentukan oleh adanya keserasian antara

pasangan suami-istri. Jika hasil  keputusan merasi adalah bahwa pasangan tersebut

tidak cocok, maka biasanya orang tua dari masing-masing pasangan akan

Page 11: Adat Perkawinan Melayu

membatalkan rencana perkawinan anak-anak mereka. Alasannya, jika mereka

tetap dijodohkan maka konsekuensinya akan berdampak pada ketidakharmonisan,

ketidakrukunan, dan keutuhan rumah tangga mereka akan hancur.

B.3. Melamar, Meminang dan Bertunangan

Setelah dirasa bahwa pasangan yang akan menikah sudah cocok, langkah

kemudian adalah tahapan melamar dan meminang. Sebelum meminang, keluarga

pihak laki-laki melamar terlebih dahulu gadis yang akan dinikahi. Maksud dari

kegiatan melamar adalah menanyakan persetujuan dari pihak calon pengantin

perempuan sebelum dilangsungkannya acara meminang. Jika masih dalam tahap

melamar, maka rencana perkawinan belum dapat dipastikan.

Lamaran dilakukan oleh pihak calon pengantin laki-laki, yaitu dengan cara

mengantarkan beberapa wakil yang terdiri dari beberapa orang yang dipercaya

dapat memikul tanggung jawab tersebut. Dalam pertemuan tersebut terjadi

pembicaraan untuk mendapatkan jawaban yang pasti dari pasangan yang akan

dijodohkan. Biasanya pihak perempuan akan memberikan jawaban dalam tempo

Page 12: Adat Perkawinan Melayu

beberapa hari. Adanya tenggat waktu adalah agar perempuan tersebut tidak

dianggap “menjual murah” yang begitu mudah langsung menerima lamaran dan

juga difungsikan untuk berunding dengan keluarga dan saudara pihak perempuan.

Setelah calon laki-laki disetujui oleh keluarga pihak perempuan, mereka

kemudian menemui wakil pihak laki-laki untuk memberitahukan keputusan

tersebut. Dalam adat Melayu, biasanya pihak laki-laki sendiri yang akan datang ke

rumah pihak perempuan untuk menanyakan keputusan tersebut. Setelah kedua

pihak berbincang dan bersepakat, utusan dari wakil pihak laki-laki akan datang

lagi untuk menetapkan kapan hari pertunangan. Dalam pertemuan ini juga

diperbincangkan seputar jumlah barang antaran dan jumlah rombongan pihak

laki-laki yang akan datang secara bersama. Hal itu dimaksudkan agar pihak

perempuan mudah membuat persiapan dalam menerima kedatangan mereka.

Istilah “meminang” digunakan karena buah pinang merupakan bahan

utama yang dibawa saat acara meminang beserta daun sirih dan bahan lainnya.

Buah pinang adalah lambang untuk laki-laki karenanya bentuknya yang keras.

Sirih adalah lambang untuk perempuan. Buah pinang dan sirih adalah lambang

laki-laki dan perempuan yang bersatu dan tidak dapat dipisahkan. Artinya bahwa

seseorang itu tidak mungkin makan sirih tanpa pinang.

Pada saat acara meminang, rombongan pihak laki-laki beserta antarannya

akan disambut oleh keluarga pihak perempuan. Antaran diletakkan di tengah

majelis yang disaksikan di depan para keluaarga. Sebelum memulai adat

meminang, biasanya wakil pihak perempuan duduk berhadapan dengan ketua

wakil pihak laki-laki. Sirih junjung diletakkan di hadapan mereka berdua.

Page 13: Adat Perkawinan Melayu

Bukan uang dibilang, bukan emas-berlian dipandang,

Namun ketulusan hati membalut barang antaran sebagai wujud kasih sayang.

Mereka kemudian memulai acara meminang dengan saling berkenalan

terlebih dahulu. Setelah berkenalan wakil pihak perempuan memulai adat ini

dengan bertanya kepada wakil pihak laki-laki tentang siapa yang memiliki sirih

tersebut. Wakil pihak laki-laki akan menjawab dengan menyebutkan nama laki-

laki diwakilinya dan juga nama perempuan yang hendak dipinang. Mereka juga

menyatakan maksud kedatangan mereka. Setelah itu tepak sirih yang diterima

oleh wakil pihak perempuan kemudian dikembalikan kepada wakil pihak laki-laki

sambil mengatakan bahwa pinangan mereka diterima atau ditolak. Wakil pihak

laki-laki kemudian mendatangi calon pengantin perempuan untuk mengenakan

cincin di jari manisnya. Perempuan tersebut biasanya berada di balik bilik yang

telah berpakaian indah. Dengan demikian, calon pengantin perempuan tersebut

telah resmi bertunangan dengan calon pengantin laki-laki.

B.4. Berjanji waktu

Setelah pinangan diterima maka kedua belah pihak berunding untuk

menentukan hari pelaksanaan pernikahan yang tepat (hari baik, bulan baik).

Waktu yang lazim digunakan untuk melaksanakan pernikahan tersebut adalah

pada bulan Rabi’ul Awal, Rabi’ul Akhir, Jumadil Awal, Jumadi Akhir, Sa’ban,

dan Zulhijah. Bulan yang jarang diambil untuk pelaksanaan pernikahan adalah

bulan Syafar dan Zulkaedah atau disebut juga dengan nama bulan Apit, pada

umumnya ada kepercayaan dalam masyarakat, pada bulan apit ini banyak

Page 14: Adat Perkawinan Melayu

mendatangkan mudaharat. Dalam memilih hari, yang dianggap hari baik adalah

hari senin, kamis, jum’at, sabtu, dan minggu. Sedangkan hari selasa dan rabu

dianggap juga mendatangkan mudharat.

Maksud dan tujuan diadakan berjanji waktu ini adalah untuk mencari hari

baik dan bulan baik agar pasangan yang menikah nanti mendapatkan hal yang

baik-baik dan terhindar dari kemudharatan.

B.5. Mengantar belanja

Mengantar tanda bermaksud menunjukkan rasa tanggung jawab dari pihak

laki-laki untuk mempersunting gadis idamannya. Pada hakekatnya mengantar

belanja mencerminkan rasa senasib sepenanggungan, se-aib se-malu, yang berat

sama dipikul, yang ringan sama dijinjing. Dalam ungkapan Melayu disebutkan :

Adat orang mengantar belanja

Tanda beban sama dipikul

Tanda hutang sama dibayar

Tanda adat sama diisi

Tanda lembaga sama dituang

Antar belanja bukan bersifat jual beli atau menghitung untung rugi, tetapi

sepenuhnya mengacu pada nilai kekeluargaan dan kekerabatan, seperti dalam

ungkapan sebagai berikut ;

Yang lebih tambah menambah

Yang kurang isi mengisi

Yang berat sama dipikul

Yang ringan sama dijinjing

Yang pahit sama dirasa

Yang manis sama dicecah

Page 15: Adat Perkawinan Melayu

Adat Melayu melarang serta memantangkan tawar menawar dalam

menentukan besar kecilnya hantaran. Dalam memberikan hantaran terbagi atas

dua cara, yaitu hantaran tidak sama naik dan hantaran sama naik. Hantaran tidak

sama naik maksudnya, uang hantaran (uang hangus) dihantarkan jauh-jauh hari

sebelum acara pernikahan dilaksanakan. Sedangkan uang hantaran sama naik

bermaksud, uang hantaran diberikan pihak laki-laki sewaktu pelaksanaan

pernikahan. Jumlah uang hantaran tidak menjadi konsumsi umum, yang

mengetahui besaran uang hantaran yang diberikan hanya keluarga dan kerabat

dekat pengantin saja.

B.6. Ajak mengajak

Prosesi ini dilakukan untuk meminta pertolongan kerabat, sekaligus

memberi kabar baik pada sanak saudara, kaum kerabat, dan tetangga terdekat

yang secara khusus diminta datang untuk menolong mempersiapkan acara. Prosesi

ini dilakukan sekurang-kurangnya tiga hari sebelum acara gantung-gantung.

Maksud dan tujuan mengajak adalah untuk membantu bergotong royong membuat

bangsal, tempat berkhatam – berzanzi, mencari kayu api, dan segala hal yang

perlu disiapkan.

B.7. Gotong Royong

Sebelum datangnya hari perkawinan perlu dilakukan acara gotong-royong

atau rewang (jw). Pihak tuan rumah perlu menyediakan berbagai macam kue

Page 16: Adat Perkawinan Melayu

Melayu untuk mereka yang bergotong-royong. Kegiatan gotong-royong biasanya

dilakukan hingga larut malam sambil menikmati kue-kue yang dihidangkan.

Kegiatan gotong-royong ini dimulai dengan membagi aktivitas yang perlu

dilakukan antara laki-laki dan perempuan. Pada pagi harinya, pihak perempuan

biasanya sibuk menyediakan berbagai keperluan dalam rumah, sedangkan pihak

laki-lakinya mengeluarkan semua alat yang diperlukan, seperti piring, tempat

penyajian makanan, gelas, dan sebagainya yang tersusun secara rapi. Pada petang

harinya, dilakukan penyembelihan ayam, kambing, atau lembu yang kemudian

dimasak bersama-sama untuk persiapan upacara perkawinan.

B.8. Pembacaan Barzanzi dan Persediaan Jamuan

Kegiatan (majelis) membaca barzanzi dilakukan selepas shalat isya.

Majelis ini biasanya diikuti oleh mereka yang telah melakukan kegiatan gotong-

royong selama sehari-semalam, juga diikuti oleh keluarga dan saudara dari tuan

rumah, termasuk para jemputan yang diundang secara khusus pada majelis ini.

Dalam kegiatan pembacaan barzanzi juga dihidangkan jamuan. Persediaan jamuan

biasanya ditentukan secara berbeda-beda, tergantung pada bagaimana keinginan

keluarga dari tuan rumah.

B.9. Menggantung-Gantung

Upacara ini dilakukan dalam tenggang waktu yang cukup panjang,

biasanya 3 hari sebelum hari perkawinan. Bentuk kegiatan dalam upacara ini

biasanya disesuaikan dengan adat di masing-masing daerah yang berkisar pada

Page 17: Adat Perkawinan Melayu

kegiatan menghiasi rumah atau tempat akan dilangsungkannya upacara

pernikahan, memasang alat kelengkapan upacara, dan sebagainya. Yang termasuk

dalam kegiatan ini adalah: membuat tenda dan dekorasi, menggantung

perlengkapan pentas, menghiasi kamar tidur pengantin, serta menghiasi tempat

bersanding kedua calon mempelai. Upacara ini menadakan bahwa budaya gotong-

royong masih sangat kuat dalam tradisi Melayu.

Upacara ini harus dilakukan secara teliti dan perlu disimak oleh orang-

orang yang dituakan agar tidak terjadi salah pasang, salah letak, salah pakai, dan

sebagainya. Ungkapan adat mengajarkan hal ini sebagai berikut:

Pengantin ibarat raja dan ratu sehari, maka untuk keduanya

disiapkan pelaminan yang megah bak singgasana.

B.10. Berinai

Adat atau upacara berinai merupakan pengaruh dari ajaran Hindu. Makna

dan tujuan dari perhelatan upacara ini adalah untuk menjauhkan diri dari bencana,

membersihkan diri dari hal-hal yang kotor, dan menjaga diri segala hal yang tidak

Page 18: Adat Perkawinan Melayu

baik. Di samping itu tujuannya juga untuk memperindah calon pengantin agar

terlihat lebih tampak bercahaya, menarik, dan cerah. Upacara ini merupakan

lambang kesiapan pasangan calon pengantin untuk meninggalkan hidup

menyendiri dan kemudian menuju kehidupan rumah tangga. Dalam ungkapan adat

disebutkan:

Malam berinai disebut orang

Membuang sial muka belakang

Memagar diri dari jembalang

Supaya hajat tidak terhalang

Supaya niat tidak tergalang

Supaya sejuk mata memandang

Muka bagai bulan mengambang

Serinya naik tuah pun datang

Upacara berinai bagi pasangan calon pengantin dilakukan dalam waktu

yang bersama-sama. Hanya saja, secara teknis tempat kegiatan ini dilakukan

secara terpisah, bagi pengantin perempuan dilakukan di rumahnya sendiri dan

bagi pengantin laki-laki dilakukan di rumahnya sendiri atau tempat yang

disinggahinya. Namun, dalam adat perkawinan Melayu biasanya pengantin lak-

laki lebih didahulukan.

B.11. Berandam

Upacara berandam dilakukan pada sore hari ba‘da Ashar yang dipimpin

oleh Mak Andam didampingi oleh orang tua atau keluarga terdekat dari pengantin

perempuan. Awalnya dilakukan di kediaman calon pengantin perempuan terlebih

dahulu yang diringi dengan musik rebana. Setelah itu baru kemudian dilakukan

Page 19: Adat Perkawinan Melayu

kegatan berandam di tempat calon pengantin laki-laki. Sebelum berandam kedua

calon pengantin harus mandi berlimau dan berganggang terlebih dahulu.

Makna dari upacara berandam adalah membersihkan fisik (lahiriah)

pengantin dengan harapan agar batinnya juga bersih. Makna simbolisnya adalah

sebagai lambang kebersihan diri untuk menghadapi dan menempuh hidup baru.

Sebagaimana disebutkan dalam ungkapan adat:

Adat Berandam disebut orang

Membuang segala yang kotor

Membuang segala yang buruk

Membuang segala sial

Berandam yang paling utama adalah mencukur rambut karena bagian

tubuh ini merupakan letak kecantikan mahkota perempuan. Di samping itu,

berandam juga mencakup kegiatan: mencukur dan membersihkan rambut-rambut

tipis sekitar wajah, leher, dan tengkuk; memperindah kening; menaikkan seri

muka dengan menggunakan sirih pinang dan jampi serapah.

Setelah berandam kemudian dilakukan kegiatan “mandi tolak bala”, yaitu

memandikan pengantin dengan menggunakan air bunga dengan 5, 7, atau 9 jenis

bunga agar terlihat segar dan berseri. Kegiatan ini harus dilakukan sebelum waktu

shalat ashar. Mandi tolak bala kadang disebut juga dengan istilah “mandi bunga”.

Tujuan mandi ini adalah menyempurnakan kesucian, menaikkan seri wajah, dan

menjauhkan dari segala bencana.

Page 20: Adat Perkawinan Melayu

B.12. Khatam Al-Qur’an

Pelaksanaan upacara khatam Qur‘an biasanya dilakukan setelah upacara

berandam dan mandi tolak bala sebagai bentuk penyempurnaan diri, baik secara

lahir maupun batin. Upacara khatam Qur‘an sebenarnya bermaksud menunjukkan

bahwa pengantin perempuan sudah diajarkan oleh kedua orang tuanya tentang

bagaimana mempelajari agama Islam dengan baik. Sebagaimana ungkapan adat:

Pendidikan boleh tiada tamat, ijazah boleh tiada dapat, tetapi

khatam Al Qur‘an tiada boleh terlewat.

Upacara ini dipimpin oleh guru mengajinya atau orang tua yang ditunjuk

oleh keluarga dari pihak pengantin. Upacara ini khusus dilakukan oleh calon

pengantin perempuan yang biasanya perlu didampingi oleh kedua orang tua, atau

teman sebaya, atau guru yang mengajarinya mengaji. Mereka duduk di atas tilam

di depan pelaminan. Khatam dimulai dengan membaca surat Adh-Dhuha sampai

dengan surat al-Fatihah dan beberapa ayat al-Qur‘an lainnya yang diakhiri dengan

doa khatam al-Qur‘an.

C. Upacara Perkawinan Melayu

Upacara perkawinan Melayu ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu hari

akad dan hari langsung (hari bersanding). Hari langsung biasanya dilaksanakan

sehari setelah hari akad. Namun, ada juga sebagian orang yang hanya

melaksanakan hari akad saja, sedangkan hari langsung menyusul di kemudian

hari. Hal ini tergantung pada kesepakatan kedua belah pihak saja. Secara umum,

hari akad dan hari langsung akan dijelaskan sebagai berikut.

Page 21: Adat Perkawinan Melayu

C.1. Hari Akad

Hari akad adalah hari paling penting dari perkawinan ini, karena

merupakan hari dimana berlangsungnya akad nikah itu. Hari akad ini diawali

dengan datangnya mempelai pria beserta keluarganya ke kediaman mempelai

wanita dengan membawa beberapa seserahan dan sebagainya. Proses-proses yang

biasanya dilakukan pada hari akad ini antara lain seperti yang dijabarkan berikut

ini.

C.1.a. Antar Belanja atau Seserahan

Antar belanja atau yang biasanya dikenal dengan seserahan dapat

dilakukan beberapa hari sebelum upacara akad atau sekaligus menjadi satu

rangkaian dalam upacara akad nikah. Jika antar belanja diserahkan pada saat

berlangsungnya acara perkawinan, maka antar belanja diserahkan sebelum

upacara akad nikah.

Makna dalam upacara antar belanja ini adalah rasa kekeluargaan yang

terbangun antara keluarga pengantin laki-laki dan pengantin perempuan. Oleh

karena makna dan tujuannnya adalah membangun rasa kekeluargaan, maka tidak

Page 22: Adat Perkawinan Melayu

dibenarkan jumlah seserahan yang diantarkan menimbulkan masalah yang

menyakiti perasaan di antara mereka. Ungkapan adat mengajarkan:

Adat Melayu sejak dahulu

Antar belanja menebus malu

Tanda senasib seaib semalu

Berat dan ringan bantu-membantu.

C.1.b. Akad Nikah

Ketika rombongan calon pengantin laki-laki Upacara akad nikah

merupakan inti dari seluruh rangkaian upacara perkawinan. Sebagaimana

lazimnya dalam adat perkawinan menurut ajaran Islam, upacara akad nikah harus

mengandung pengertian ijab dan qabul. Dalam ungkapan adat disebutkan bahwa:

Seutama-utama upacara pernikahan

Ialah ijab kabulnya

Di situlah ijab disampaikan

Si situlah kabul dilahirkan

Di situlah syarak ditegakkan

Di situlah adat didirikan

Di situlah janji dibuhul

Di situlah simpai diikat

Di situlah simpul dimatikan

Pemimpin upacara ini biasanya adalah kadi atau pejabat lain yang

berwenang. Setelah penyataan ijab dan qabul telah dianggap sah oleh para saksi,

kemudian dibacakan doa walimatul urusy yang dipimpin oleh kadi atau orang

yang telah ditunjuk. Setelah itu, baru kemudian pengantin laki-laki mengucapkan

Page 23: Adat Perkawinan Melayu

taklik (janji nikah) yang dilanjutkan dengan penandatanganan Surat Janji Nikah.

Penyerahan mahar oleh pengantin laki-laki baru dilakukan sesudahnya.

C.1.c. Menyembah

Setelah upacara akad nikah selesai dilakukan seluruhnya, kedua pengantin

kemudian melakukan upacara menyembah kepada ibu, bapak, dan seluruh sanak

keluarga terdekat. Makna dari upacara ini tidak terlepas dari harapan agar berkah

yang didapat pengantin nantinya berlipat ganda. Acara ini dipimpin oleh orang

yang dituakan bersama Mak Andam. Sebagaimana ungkapan adat:

Sembah sujud kepada orang tua tiada boleh lupa, agar tuah

dan berkah turun berlipat ganda.

C.1.d. Tepuk Tepung Tawar

Setelah upacara menyembah selesai, kemudian dilanjutkan dengan upacara

tepuk tepung tawar. Makna dari upacara adalah pemberian doa dan restu bagi

Page 24: Adat Perkawinan Melayu

kesejahteraan kedua pengantin dan seluruh keluarganya, di samping itu juga

bermakna sebagai simbol penolakan terhadap segala bala dan gangguan yang

mungkin diterimanya kelak. Upacara ini dilakukan oleh unsur keluarga terdekat,

unsur pemimpin atau tokoh masyarakat, dan unsur ulama. Yang melakukan

tepung tawar terakhir juga bertindak sebagai pembaca doa.

Tepuk Tepung Tawar hakikatnya adalah pertanda, bahwa

para tetua melimpahkan restu dan doa, bahwa marwah

pengantin kekal terjaga.

Kegiatan ini dilakukan dengan rincian: menaburkan tepung tawar ke

telapak tangan kedua pengantin, mengoleskan inai ke telapak tangan mereka, dan

menaburkan beras kunyit dalam bunga rampai kepada kedua pengantin. Setelah

upacara ini selesai berarti telah selesai upacara inti perkawinan. Setelah itu tinggal

melakukan upacara-upacara pendukung lainnya, seperti upacara nasehat

perkawinan dan jamuan makan bersama.

C.1.e. Nasehat Perkawinan

Seperti halnya adat upacara lainnya, setelah upacara akad nikah diadakan

upacara nasehat perkawinan. Maksud dari perhelatan upacara ini adalah

penyampaian petuah, pesan, dan nasehat bagi kedua pengantin agar mereka

mampu membangun rumah tangga yang sejahtera (lahir sekaligus batin), rukun,

dan damai. Yang menyampaikan nasehat perkawinan sudah seharusnya adalah

seseorang yang benar-benar telah mempraktekkan bagaimana caranya

membangun keluarga yang sakinah sehingga dapat dijadikan teladan bagi yang

Page 25: Adat Perkawinan Melayu

lain. Setelah nasehat perkawinan selesai disampaikan, maka kemudian upacara

perkawinan ditutup.

C.1.f. Jamuan Santap Bersama

Setelah upacara perkawinan selesai ditutup, maka acara selanjutnya adalah

upacara jamuan santap bersama sebagai akhir dari prosesi upacara akad nikah

secara keseluruhan. Upacara ini boleh dikata adalah sama di berbagai adat

perkawinan manapun. Tuan rumah memberikan jamuan makan bersama terhadap

seluruh pengunjung yang hadir pada acara perkawinan tersebut.

C.2. Hari Langsung

Setelah upacara perkawinan dan akad nikah selesai, prosesi selanjutnya

adalah melakukan upacara hari langsung. Yang dimaksud dengan upacara hari

langsung ini adalah kegiatan yang berkaitan dengan bagaimana mengarak

pengantin laki-laki, upacara menyambut arak-arakan pengantin laki-laki, upacara

bersanding, upacara resepsi, upacara ucapan alu-aluan dan tahniah, upacara

pembacaan doa, upacara santap nasi hadap-hadapan, hingga memberikan ucapan

tahniah atau terima kasih kepada para pengunjung yang telah datang.

C.2.a. Mengarak Pengantin Lelaki

Upacara ini bentuknya adalah mengarak pengantin laki-laki ke rumah

orang tua pengantin perempuan. Tujuan dari upacara ini sebagai media

pemberitahuan kepada seluruh masyarakat sekitar tempat dilangsungkannya

Page 26: Adat Perkawinan Melayu

perkawinan bahwa salah seorang dari warganya telah sah menjadi pasangan

suami-istri. Di samping itu, tujuanya adalah memberitahukan kepada semua

lapisan masyarakat agar turut meramaikan acara perkawinan tersebut, termasuk

ikut memberikan doa kepada kedua pengantin. Upacara ini beragam bentuknya,

tergantung adat yang berlaku di masing-masing daerah Melayu.

Bernaung payung iram, diiringi rentak rebana dan gendang,

pengantin laki-laki datang kepada dewi pujaan.

Dalam upacara arak-arakan ini, yang dibawa adalah beragam alat

kelengkapan. Namun, yang paling utama dibawa adalah jambar. Isi dalam jambar

terdiri dari tiga unsur, yaitu: unsur kain baju atau pakaian dengan kelengkapan

perias, unsur makanan, dan unsur peralatan dapur. Ketiga unsur tersebut

mengandung makna tentang kehidupan manusia sehari-hari. Jumlah jambar

ditentukan berdasarkan adat setempat, asalkan maknanya sesuai dengan nilai

Islam.

C.2.b. Menyambut Arak-arakan Pengantin Lelaki

Page 27: Adat Perkawinan Melayu

Sesampainya rombongan arak-arakan pengantin laki-laki di kediaman

keluarga pengantin perempuan, kemudian dilanjutkan dengan upacara

penyambutan sebagai bentuk ketulushatian dalam menerima kedatangan mereka.

Upacara penyambutan arak-arakan pengantin laki-laki biasanya bentuknya

tiga macam, yaitu permainan pencak silat, bertukar tepak induk, dan berbalas

pantun pembuka pintu. Dalam kegiatan permainan pencak silat, makna yang

terkandung di dalamnya adalah bahwa pengantin laki-laki sebagai calon kepala

rumah tangga perlu ditantang kejantanan dan kepiawainnya. Setelah permainan

silat, rombongan pengantin melanjutkan perjalanannya, biasanya diteruskan

dengan kegiatan “perang beras kunyit” antara pihak pengantin laki-laki dan pihak

yang menyambutnya.

Perang Beras Kunyit antar kedua pihak pengantin, bukan mengo-

barkan permusuhan, melainkan menyuburkan persaudaraan.

Setelah permainan silat dan perang beras kunyit selesai, kemudian

dilanjutkan dengan kegiatan bertukar tepak induk. Kenapa tepak perlu ditukar?

Sebab, simbol tepak melambangkan rasa tulus hati dalam menyambut tamu dan

juga sebagai lambang persaudaraan. Isi dalam tepak berupa daun sirih, kapur,

gambir, pinang, dan tembakau. Kegiatan ini dilakukan setelah rombongan

pengantin laki-laki masuk ke halaman rumah pengantin perempuan. Kegiatan ini

dapat dilakukan di dalam atau di luar rumah.

Kegiatan terakhir dalam upacara langsung adalah berbalas pantun

pembuka pintu yang dilakukan di ambang pintu rumah pengantin perempuan.

Kegiatan ini bentuknya adalah saling bersahutan pantun antara pemantun pihak

Page 28: Adat Perkawinan Melayu

pengantin laki-laki dengan pemantun pihak pengantin perempuan yang disaksikan

oleh Mak Adam. Fungsi dari kegiatan ini biasanya dipahami sebagai bentuk izin

untuk memasuki rumah pengantin perempuan.

C.2.c. Bersanding

Acara bersanding merupakan puncak dari seluruh upacara perkawinan.

Wakil pihak pengantin perempuan menemui wakil pihak pengantin laki-laki

dengan membawa sebuah bunga yang telah dihias dengan begitu indah. Bunga

yang diberikan ini menandakan bahwa pengantin perempuan telah siap menanti

kedatangan pengantin laki-laki ke tempat persandingan. Pengantin laki-laki

kemudian dijemput untuk disandingkan dengan pasangannya.

Acara bersanding adalah menyandingkan penganting laki-laki dengan

pengantin perempuan yang disaksikan oleh seluruh keluarga, sahabat, dan

jemputan. Inti dari kegiatan ini adalah mengumumkan kepada khalayak umum

bahwa pasangan pengantin sudah sah sebagai pasangan suami-istri.

Page 29: Adat Perkawinan Melayu

C.2.d. Resepsi Perkawinan

Upacara ini merupakan lanjutan dari upacara bersanding yang disaksikan

oleh masyarakat umum secara lebih luas. Upacara ini dimulai dengan proses

kedatangan iring-iringan rombongan pengantin memasuki pintu gerbang tempat

dilangsungkannya resepsi perkawinan. Rombongan pengantin akan disambut

dengan bunyi-bunyian kopang dan diarak sampai pengantin duduk di pelaminan.

Upacara ini biasanya dimulai dengan pembacaan ayat-ayat suci al-Qur‘an.

C.2.e. Ucapan Alu-aluan dan Tahniah

Upacara ini merupakan penyampaian rasa syukur kepada Allah SWT dan

rasa terima kasih yang dilakukan pihak keluarga pengantin perempuan kepada

seluruh pihak yang terlibat dalam perhelatan acara perkawinan. Dalam ungkapan

adat disebutkan:

Tanda orang memegang agama

Tahu mensyukuri nikmat Allah

Tahu membalas budi manusia

Sambutan penyampaian salam tahniah dari wakil jemputan kepada kedua

pengantin juga kepada seluruh keluarganya, yang tentunya diiringi dengan doa

dan harapan baik terhadap masa depan perkawinan mereka.

Rentang antara ucapan alu-aluan dan ucapan tahniah biasanya diselingi dengan

adanya penyampaian nasehat perkawinan oleh seseorang yang telah ditunjuk.

Page 30: Adat Perkawinan Melayu

C.2.f. Pembacaan Doa

Upacara pembacaan doa sudah umum dilakukan di berbagai adat

perkawinan, termasuk dalam adat Melayu. Dengan dibacakannya doa diharapkan

bahwa semua yang dihadir dalam majelis perkawinan, termasuk kedua

pengantinnya, agar diberikan rahmat, karunia, dan keselamatan dalam mengarungi

bahtera hidup ini.

C.2.g. Santap Nasi Hadap-hadapan

Upacara ini bentuknya adalah makan bersama antara kedua pengantin

dengan para tetua keluarga yang dilakukan di depan pelaminan. Pesan yang ingin

disampaikan dalam kegiatan ini adalah kerukunan yang terbina antara pasangan

pengantin dengan seluruh keluarga, saudara, dan sahabatnya.  

Makan Nasi Hadap-hadapan mencerminkan kerukunan pasangan

suami istri dengan sanak keluarga, sahabat handai, serta saudara mara

C.2.h. Tahniah

Sebagai penutup dalam upacara hari langsung biasanya ditandai dengan

ucapan tahniah (penyampaian ucapan selamat) dari seluruh yang hadir kepada

kedua pasangan pengantin. Bedanya dengan ucapan tahniah sebelumnya, dalam

kegiatan ini yang disampaikan adalah ucapan selamat yang langsung tertuju pada

pasangan pengantin dengan cara bersalam-salaman.

Page 31: Adat Perkawinan Melayu

D. Pasca Upacara Perkawinan Melayu

D.1. Malam Keluarga

Setelah melakukan upacara hari langsung, kedua pengantin kemudian

berkunjung ke rumah orang tua pengantin laki-laki untuk “menyembah”

(menghormati) mereka termasuk bertemu dengan seluruh keluarganya. Sebelum

melakukan upacara menyembah, perlu dilakukan perkenalan keluarga pengantin

laki-laki kepada keluarga pengantin perempuan jika hal itu dirasa perlu oleh

karena letak kedua keluarga yang jauh. Dalam upacara menyembah, yang

“disembah” bukan hanya kedua orang tua pengantin laki-laki tetapi juga bagian

dari keluarga tersebut yang termasuk dihormati. Acara ini bisa dilakukan setelah

selesainya seluruh rangkaian upacara pekawinan. Sebuah ungkapan adat

menyebutkan:

Mertua sama jua orang tua,

maka sembah sujud pun diunjukkan pula

D.2. Mandi Damai

Kegiatan yang pertama kali dilakukan dalam upacara ini adalah mandi

damai atau mandi hias. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menunjukkan kepada

Page 32: Adat Perkawinan Melayu

masyarakat bahwa kedua pengantin telah bersatu menjadi pasangan suami-istri

yang sah. Untuk itulah, pihak keluarga menyampaikan rasa syukur dan terima

kasih kepada seluruh sahabat dan handai taulan yang telah menyukseskan

terselenggaranya upacara pernikahan mereka. Dalam sebuah ungkapan adat

disebutkan:

Bila pengantin dah mandi damai

Habislah bimbang ragu pun usai

Niat terkabul pinta pun sampai

Dunia akhirat rukun dan damai

Pasangan pengantin dimandikan dengan air bunga dan tolak bala yang

maknanya adalah sebagai perlambang terhadap pensucian niat mereka dalam

menghadapi bahtera hidup berumah tangga dan agar mereka dapat terhindar dari

segala malapetaka, hasrat dengki, dan sebagainya. Menjejakkan kaki di atas padi

dan beras maknanya adalah sebagai perlambang harapan agar mereka dapat hidup

makmur, aman, dan dikaruniai keturunan yang baik. Sedangkan berjalan meniti

gelang cincin adalah sebagai perlambang agar mereka dapat sabar dalam

menghadapi segala bahaya dan tantangan dalam hidup. 

D.3. Suruk-surukan

Setelah melakukan kegiatan mandi damai, kemudian dilakukan kegiatan

suruk-surukan. Dalam kegiatan ini, pengantin perempuan “disurukkan” di antara

kumpulan ibu-ibu dan nenek-nenek secara terselubung. Pengantin laki-laki

kemudian diminta untuk mencari mana istrinya di antara kumpulan-kumpulan

tersebut.

Page 33: Adat Perkawinan Melayu

D.4. Jamuan Makan Bersama

Upacara ini ditutup dengan jamuan santap siang bersama sebagai tanda

syukur kepada Allah SWT atas terselengaranya upacara perkawinan dengan

sukses. Di samping itu, upacara ini juga sebagai bentuk pernyataan rasa terima

kasih terhadap seluruh keluarga dan masyarakat yang ikut menyukseskan acara

ini. Kegiatan ini menandai berakhirnya seluruh rangkaian upacara perkawinan.

Page 34: Adat Perkawinan Melayu

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa ada banyak

tahapan-tahapan yang dilakukan masyarakat Melayu dalam melaksanakan

perkawinan yang bersifat adat istiadat. Semua tahap-tahap ini dilakukan

berdasarkan kenyataan yang diyakini oleh masyarakat Melayu sebagai pedoman

untuk memulai kehidupan yang baru yang lebih baik dan masing-masing kegiatan

dalam pelaksanaan perkawinan tersebut memiliki makna-makna tersendiri.

Walaupun ada beberapa perbedaan, namun secara umum adat perkawinan Melayu

itu adalah seperti yang telah dijelaskan di atas. Adat perkawinan ini sudah

dilakukan sejak zaman dahulu dan diteruskan sampai sekarang dengan tujuan

untuk melestarikan budaya yang sudah dilaksanakan sejak dulu.

B. SARAN

Setelah membaca makalah ini, penulis mengharapkan kritikan yang

membangun dari pembaca agar makalah ini bisa diperbaiki dan bisa menjadi lebih

baik lagi. Sehingga makalah ini dapat berguna bagi orang banyak dan diterima

dengan baik bagi pembaca.

Page 35: Adat Perkawinan Melayu

DAFTAR PUSTAKA

Dwirizki, Andini. 2013. Makalah Perkawinan. Diambil dari: http://andinidr.blogspot.com/2013/04/makalah-perkawinan.html?m=1. (diakses pada 3 April 2013).

Susanto, Happy. Adat Perkawinan Melayu. http://melayuonline.com/ind/culture/dig/1545.

Effendi, Nasrun. 2004. Rangkaian Acara Perhelatan Pernikahan. Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu.

Effendy, Tenas. 2004. Pemakaian Ungkapan dalam Upacara Perkawinan Orang Melayu. Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu.

Effendy, Tenas. 2006. Tunjuk Ajar Melayu. Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu.

Kasimin, Arman. 2002. Perkahwinan Melayu. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.