Adakah Jimat dalam Islam ???
description
Transcript of Adakah Jimat dalam Islam ???
Bersumber dari:http://almakassari.com/artikel-islam/aqidah/adakah-jimat-dalam-islam.html
Microsoft PowerPoint By [email protected]&JuRaiZMicrosoft PowerPoint By [email protected]&JuRaiZ
1
Jimat merupakan hal yang tidak asing lagi bagi kita,
karena tersebar beragam jenisnya. Bahkan, jimat
tersebut sudah menjadi “komoditi dagang” yang laris
diperjualbelikan seperti halnya mantra-mantra, rajah-
rajah, batu akik pelancar rezki, sabuk bertuah, liontin
ajaib, kain dan semacamnya. Kini benda-benda itu
bukan lagi sekedar benda mati, tapi telah “naik
kelas”, karena diyakini bisa memberikan
perlindungan atau kekebalan, mendatangkan rezeki,
ataukah pemikat lawan jenis. Namun yang jadi
pertanyaan, bagaimana hal ini jika ditimbang oleh
syari’at, adakah ia dalam islam?
1
2
Allah -Subhanahu wa Ta’ala- telah
menyempurnakan agama ini sebagaimana
yang Allah nyatakan dalam firman-Nya:
ت�ي �ت�م�م�ت� ع�ل�ي�ك�م� ن�ع�م� أ ل�ت� ل�ك�م� د�ين�ك�م� و� ال�ي�و�م� أ�ك�م�
م� د�ين�ا ال� �س� يت� ل�ك�م� اإل� ض� و�ر�
“Pada hari ini telah Kusenpurnakan bagi
kalian agama kalian dan telah Kucukupkan
nikmatKu kepada kalian dan telah Kurhidhoi
Islam sebagai agama bagi kalian”. (QS. Al-
Maidah: 3)
2
3
Al-Imam Abul Fida` Ibnu Katsir -rahimahullah- berkata,
“Ini adalah karunia Allah -Ta’ala- yang paling besar
terhadap umat ini, di saat Allah telah menyempurnakan
agama bagi mereka, maka mereka pun tidak butuh lagi
kepada agama yang lain dan tidak kepada nabi yang
lain selain Nabi mereka -Shollallahu ‘alaihi wasallam-.
Oleh karena itu, Allah menjadikan beliau sebagai
penutup para nabi. Dia telah mengutus beliau kepada
bangsa manusia dan jin. Jadi, tidak ada perkara yang
halal, selain yang beliau halalkan dan tidak ada perkara
yang haram selain yang dia haramkan, serta tidak ada
ajaran agama selain yang dia syariatkan. [Lihat Tafsir
Ibnu Katsir (2/14) cet. Darul Ma’rifah]
3
4
Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,
د� ب�ي$ن� د� م�ن� الن)ار� إ�ال) و�ق� ي�ب�اع� ن)ة� و� ب� م�ن� ال�ج� ر$ ي�ئ2 ي�ق�� ي� ش� ا ب�ق� م�
ل�ك�م�
“Tiada suatu perkara yang mendekatkan kepada
surga dan menjauhkan dari neraka melainkan telah
dijelaskan kepada kalian”. (HR. Ath-Thabranydalam
Al-Kabir (1647), di-shohih-kan oleh Syaikh Al-
Albaniy dalam Ash-Shohihah (1803), dan Syaikh Ali
bin Hasan Al-Atsariy dalam ‘Ilmu Ushul Al-Bida’
(hal.19)]
4
5
Jadi, segala perkara kebaikan yang bisa
mengantarkan seseorang meraih surga telah
dijelaskan dan dituntunkan dalam syari’at.
Demikian pula sebaliknya, segala perkara
yang jelek bila menjerumuskan seseorang ke
dalam neraka, telah dijelaskan dalam
syari’at.
5
6
Seandainya jimat ini adalah perkara disyari’atkan,
tentunya kita akan mendapatkan tuntunannya dalam
syari’at dan pastilah Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi
wasallam-, para sahabat -radhiyallahu ‘anhum-, dan
imam-imam setelahnya adalah orang yang pertama
kali mengejakannya. Namun, jika kita tidak
dapatkan hal tersebut dikerjakan oleh mereka, maka
hal tersebut bukanlah perkara yang baik, bahkan
termasuk kepada hal-hal yang diada-adakan di
dalam syari’at yang telah sempurna ini, yang Allah -
Subhanahu wa Ta’ala- dan Rasul-Nya berlepas diri
dari hal-hal tersebut.
6
7
Masalah jimat telah dijelaskan oleh Nabi -
Shollallahu ‘alaihi wasallam- dalam hadits-hadits. Di
antaranya, hadits yang diriwayatkan dari sahabat
Ibnu Mas’ud -radhiyallahu ‘anhu-, Rasulullah -
Shollallahu ‘alaihi wasallam- mangisyaratkan
tentang jimat dan hukumnya,
ك2 ر� ل�ة� ش� الت$و� ائ�م� و� الت�م� ق�ى و� إ�ن) الر8
“Sesungguhnya jampi-jampi, jimat-jimat, dan guna-
guna adalah syirik”. [HR. Abu Dawud (3883). Hadits
ini di-shohih-kan oleh syaikh Al-Albany dalam
Shohih Al-Jami’ (1632), dan di-hasan-kan oleh
Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’iy dalam Al-Jami’
Ash-Shohih (3/499)]
7
8
Syaikh Muhammad Al-Wushobiy Al-Yamaniy berkata
dalam mengomentari hadits ini, “Bisa dipetik hukum
dari hadits ini tentang haramnya menggantungkan
jimat, baik pada manusia, hewan, kendaraan, rumah,
toko, pohon, atau selainnya. Apakah sesuatu yang
dgantungkan itu berupa tulang, tanduk, sandal, rambut,
benang-benang, batu-batu, besi, kuningan, atau yang
lainnya, karena perkara tersebut, di dalamnya ada
bentuk penyandaran sesuatu kepada selain Allah, (yang
ia itu adalah kesyirikan )”. [Lihat Al-Qaulul Mufid
Fiadilati At-Tauhid (145 jilid 7)]
8
9
Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- juga pernah
bersabda,
ك� ر� د� أ�ش� ق� ة� ف� ي�م� م�ن� ع�ل)ق� تم��
“Siapa yang menggantungkan jimat maka sungguh
dia telah berbuat kesyirikan”. [HR. Ahmad dalam
Al-Musnad (4/56), Al-Hakim dalam Al-Mustadrak
(4/291). Hadits ini di-shohih-kan oleh Syaikh Al-
Albaniy dalam Ash-Shohih (629), dan di-hasan-kan
oleh Syaikh Muqbil dalam Al-Jami’ Ash-Shohih
(6/294)]
9
10
Abdur Ra’uf Al-Munawiy -rahimahullah- berkata,
“Siapa yang menggantungkan jimat, diantara
jimat-jimat jahiliah, sedang ia menyangka hal
tersebut bisa mendatangkan suatu mudharat atau
manfaat, maka sesungguhnya itu adalah perbuatan
yang haram. Sedangkan sesuatu yang haram, di
dalamnya tidaklah terdapat obat”. [lihat Faidh Al-
Qadir (6/107), cet. Al-Maktabah At-Tijariyyah Al-
Kubra]
10
11
Syaikh Abdirrahman bin Hasan Alusy Syaikh -rahimahullah-
berkata, “Menggantungkan jimat adalah kesyirikan, karena
maksud orang yang menggantungkan jimat tersebut untuk
menolak suatu kemudharatan (bala’), atau meraih suatu
manfaat dengannya dari selain Allah. Hal itu juga meniadakan
kesempurnaan keikhlasan kepada Allah, yang merupakan
makna dari L a Il aha Illall ah, karena sesungguhnya orang yang
ikhlas tidaklah meminta tercapainya suatu manfaat atau
hilangnya suatu mudharat kecuali hanya kepada Allah,
sebagaimana firman-Nya,
ن2 س� و� م�ح� ه� ل�ل)ه� و�ه� ه� ل�م� و�ج� س�ن� د�ين�ا م�م)ن� أ� و�م�ن� أ�ح�س�
Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang
ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun
mengerjakan kebaikan”. (QS. An-Nisa`: 125) [ Lihat Quratul
Uyun (hal. 54)]
11
12
Ketika ada yang mengingkari dari kalangan para
pemakai jimat, sebagian orang -terlebih lagi para
pemakai jimat- menyangka jimat itu sebagai sebab
dan sarana saja. Benarkah itu? Perlu diketahui
bahwa meyakini sesuatu sebagai sebab dan sarana
-padahal ia bukan sebab-, maka ini tergolong syirik
kecil. Selain itu, meyakini sesuatu sebagai sebab
dan sarana yang mendatangkan manfaat
(kebahagian), atau mudharat, harus berdasarkan
dalil dari Al-Qur’an dan Sunnah.[lihat Al-Qaulul
Mufid (1/208)]
12
13
Jadi, mengerjakan sebab yang telah disyari’atkan adalah termasuk
dari bagian syari’at. Namun para ulama menyebutkan sesuatu itu bisa
menjadi sebab atau bukan dengan dua pekara:
Pertama , melalui penetapan syari’at, yakni syari’at menetapkan
bahwa sesuatu itu bisa menjadi sebab, misalnya madu. Allah -
Subhanahu wa Ta’ala- berfirman tentangnya,
اء2 ل�لن)اس� ف� يه� ش� ف�
“Di dalamnya (madu) terdapat obat yang menyembuhkan bagi
manusia”. (QS. An-Nahl: 69)
Jika kita menggunakan madu sebagai sebab kesembuhan, maka sah
dianggap sebagai sebab, karena syari’at telah menetapkannya.
13
14
Kedua , melalui pembuktiaan secara alami bahwa ia
memiliki manfaat dengan syarat pengaruhnya jelas
dan terjadi secara langsung, seperti berobat dengan
Biji Keling yang bisa menghancurkan batu ginjal,
atau minum Konidin yang bisa menghilangkan sakit
kepala. [Lihat Al-Qaul Al-Mufid Syarah Kitab
Tauhid (1/165)]
Jadi, kedua perkara di atas tidak terpenuhi pada
jimat. Tidak ada satu dalil pun yang men-syari’at-
kan jimat, bahkan jimat dilarang. Jimat adalah
sesuatu yang belum jelas pengaruhnya dan secara
tidak langsung, sehingga batillah dan tidak sah ia
dianggap sebagai sebab.
14
15
Dari uraian di atas, maka jelaslah tentang haramnya jimat di
dalam syariat islam, baik jimat itu berupa benda-benda mati -
sebagaimana yang telah disebutkan-, ataukah terbuat dari Al-
Qur’an, dan doa yang dijadikan sebagai jimat. Ini pun dilarang
disebabkan beberapa hal, diantaranya: [1] keumuman
larangaan akan semua jenis jimat, dan tidak adanya dalil yang
mengkhususkannya. [2] Jika kita menggunakan Al-Qur’an
sebagai jimat, maka akan terjadi penghinaan terhadap Al-Qur’an
dan nama-nama Allah, sebab akan dibawa ke tempat yang najis
atau dipakai mencuri dan berkelahi. [3] Fungsi Al-Qur’an,
dibaca, bukan digantungkan. [4] Para sahabat membenci
penggunaan jimat [5] Penggunaan jimat yang terbuat dari Al-
Qur’an akan mengantarkan kepada penggunaan jimat yang
terbuat dari selain Al-Qur’an.
15
16
Lajnah Da’imah (Lembaga Fatwa KSA) berfatwa
secara resmi, “Penggantungan jimat-jimat pada
manusia atau selainnya, berupa ayat-ayat Al-Qur’an
adalah haram menurut pendapat yang shahih dari
dua pendapat ulama. Jika yang digantungkan
tersebut dari selain Al-Qur’an, maka
pengharamannya lebih keras lagi. Tingkatan-
tingkatan hukum orang yang mengantungkan jimat
berbeda beda sesuai dengan maksudnya.
Terkadang bisa menjadi syirik besar (yaitu syirik
yang bisa mengeluarkan pelakunya dari islam), jika
dia meyakini bahwasanya jimat tersebut
mempunyai pengaruh dari selain Allah.
16
16
Terkadang juga bisa menjadi syirik kecil (syirik
yang tidak mengeluarkan pelakunnya dari Islam),
namun ia terhitung sebagai dosa besar. Terkadang
menjadi bid’ah (suatu perkara baru yang diada-
adakan) atau maksiat yang di bawah dari kesirikan.
Jadi bagaimana pun keadaannya, tidak boleh
melakukannya atau menggantungkannya [ Lihat
Fatawa Al-Lajnah (1/204/no. 2775), dan Al-Qaulul
Mufid fi Adillah At-Tauhid (hal 148)]
17
16
Ringkasnya, segala bentuk jimat baik dari Al-Qur’an, atau
pun bukan dari Al-Qur’an adalah suatu hal yang
diharamkan, karena keumuman larangan Rasulullah -
Shollallahu ‘alaihi wasallam-. Jadi, hendaknya setiap
muslim meninggalkan perkara-perkara ini,
mewaspadainya dan ia hanya menggantungkan segala
urusannya hanya kepada Allah semata; Dia meminta
suatu manfaat dan berlindung dari mudharat hanya
kepada-Nya, sebab inilah aqidah kaum muslimin yang
diyakini oleh Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam-,
dan para sahabatnya -Radhiyallahu ‘anhum yang benar.
Sedang tidak ada setelah kebenaran itu, melainkan
kebatilan, Wallahu A’lam.
18
16
Sumber : Buletin Jum’at Al-Atsariyyah edisi 08 Tahun I. Penerbit :
Pustaka Ibnu Abbas. Alamat : Pesantren Tanwirus Sunnah, Jl. Bonto
Te’ne No. 58, Kel. Borong Loe, Kec. Bonto Marannu, Gowa-Sulsel.
HP : 08124173512 (a/n Ust. Abu Fa’izah). Pimpinan
Redaksi/Penanggung Jawab : Ust. Abu Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary,
Lc. Dewan Redaksi : Santri Ma’had Tanwirus Sunnah – Gowa.
Editor/Pengasuh : Ust. Abu Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary, Lc.
Layout : Abu Muhammad Mulyadi. Untuk berlangganan hubungi
alamat di atas. (infaq Rp. 200,-/exp)
19
Di Buat Agar Mudah Di Baca Download PowerPoint Ini di http://mysalafy.wordpress.com
Sumber Artikel ini bisa di lihat di http://almakassari.com/artikel-islam/aqidah/adakah-jimat-dalam-islam.html