Adab Menerima Tamu

30
Apabila kamu diberi salam dengan ucapan salam, maka balaslah salam tersebut dengan yang lebih baik atau balaslah (dengan yang serupa).” (An-Nisa’: 86)

description

Adab Menerima Tamu

Transcript of Adab Menerima Tamu

Page 1: Adab Menerima Tamu

Apabilakamu diberi salam dengan ucapan

salam, maka balaslah salam tersebut dengan yang

lebih baik atau balaslah (dengan yang serupa).” (An-Nisa’: 86)

Page 2: Adab Menerima Tamu
Page 3: Adab Menerima Tamu

JOHN MEREDEY NM.KEMAL THORIQ M.P

Page 4: Adab Menerima Tamu

Ketahuilah rekan-rekan semua, seorang muslim yang beriman kepada Allah dan hari akhir akan mengimani wajibnya memuliakan tamu sehingga ia akan menempatkannya sesuai dengan kedudukannya. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

من كان يؤمن بالله واليوم األخر فليكرم ضيفه

“Barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhari)

Page 5: Adab Menerima Tamu

Tata Cara Menerima Tamu: Segera membuka pintu untuk tamu.

Menyapa tamu: selamat pagi Pak/Bu. Mempersilahkan tamu untuk masuk: mari Pak/Bu,

silahkan masuk. Mempersilahkan tamu untuk duduk. Menanyakan siapa tamu tersebut dan dari mana: boleh

tahu dengan Bapak/Ibu siapa dan dari instansi mana? Menanyakan keperluannya dengan kalimat yang sopan:

ada yang bisa kami bantu Pak/Bu? Jika tamu berkepentingan dengan orang lain, minta tamu

menunggu sebentar untuk dipanggilkan orang yang bersangkutan.

Layani dengan sopan, ramah, dan sikap membantu. Sabar dan jangan terpancing jika tamu kurang

menyenangkan. Apabila tamu hendak pulang, antar sampai pintu pagar.

Page 6: Adab Menerima Tamu

Hal-hal yang perlu diperhatikan:

Apabila sudah ada janji, tepati waktu, apabila sedang ada tugas di luar kantor harus memberitahukan dan minta maaf untuk datang terlambat (prioritas perlu dipertimbangkan).

Apabila tamu masuk, Anda hendaknya berdiri, tersenyum, dan bersalaman.

Berikan sapaan ramah kepada tamu. Seorang perempuan dilarang menerima tamu

ketika dia ditinggal suaminya dan sendirian dirumah.

Page 7: Adab Menerima Tamu

Undangan jamuan hendaknya tidak diniatkan berbangga-bangga dan berfoya-foya, akan tetapi niat untuk mengikuti sunnah Rasululloh SAW dan membahagiakan teman-teman sahabat, ataupun syukuran dalam rangka bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Allah SWT.

Tidak memaksakan diri untuk mengundang tamu. Di dalam hadits Anas Radhiallaahu anhu ia menuturkan:“Pada suatu ketika kami ada di sisi Umar, maka ia berkata: “Kami dilarang memaksa diri” (membuat diri sendiri repot).” (HR. Al-Bukhari)

Page 8: Adab Menerima Tamu

Etika Menerima Tamu 1. Menjawab Salam

Dari Abu Hurairoh berkata: Saya mendengar Rosulullah bersabda: "Hak orang muslim terhadap muslim lainnya ada lima; Menjawab salam…" (HR. Bukhari)‘Wa idzaa huyyiitum bi tahiyyatin fa hayyuu bi ahsana minhaa au rudduuhaa …..’ – “Dan, apabila kamu diberi ucapan Salaam, maka ucapkanlah Salaam yang lebih baik dari itu, atau paling tidak, balasan yang sama.”(An Nisaa’, 4:87)

Page 9: Adab Menerima Tamu

2. Boleh Menanyakan Siapa Namanya

Ketika sohibul bait (tuan rumah) mengetahui ada tamu yang sedangmeminta izin masuk ke rumahnya sedangkan dia tidak mengenal sebelumnya,maka boleh menanyakan namanya. Misalnya dengan menggunakan pertanyaan:“Siapa nama Anda?”, “Siapa itu?”atau pertanyaan serupa lainnya. Dari Qotadah dia berkata: “Aku pernah bertanya kepada sahabat Anas: Apakah berjabattangan itu ada pada zaman sahabat Nabi” Maka dia menjawab:“Ya”.

Page 10: Adab Menerima Tamu

3. Boleh Menolak TamuAlloh memberi wewenang kepada shohibul bait untuk menentukansikap terhadap tamu yang datang antara menerima dan menolak. Jikamemang harus menolaknya karena suatu hal, maka hendaknya dia menolakdengan sopan, menyampaikan udzurnya dan dengan adab yang baik.

Dari Abu Hurairah dari Nabi Beliau berkata:… barang siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhir maka hendaknyamemuliakan tamunya, dan barang siapa yang beriman kepada Alloh danhari akhir maka hendaknya bicara yang benar atau diam.

Page 11: Adab Menerima Tamu

4. Boleh Saling Berpelukan dan Berjabat Tangan

Dari Sya'bi dengan sanadnya: "Sesungguhnya sahabat Nabi apabila mereka bertemu, mereka saling berjabat tangan dan bila datang dari bepergian mereka berpeluk-pelukan. Dari Abu Ja’far dia berkata: Ketika aku datang menghadap Rosulullah dari Najasi beliau menjumpaiku lalu memelukku.Dari Ummu Darda’ dia berkata: Ketika Salman tiba, dia bertanya "Dimana saudaraku?" Lalu aku menjawab: "Dia di masjid", lalu dia menuju ke masjid dan setelah melihatnya, dia memeluknya, sedangkan sahabat yang lain saling berpeluk-pelukan pula. (Syarh Ma'anil Atsar:4/281.)

Page 12: Adab Menerima Tamu

5 Tidak Memasukkan Tamu Lain Jenis

Dari Ibnu Abbas dari Nabi beliau bersabda: "Janganlah seorang laki-laki menyepi dengan seorang perempuan kecuali ada mahromnya, lalu ada seorang laki-laki berdiri seraya bertanya: "Wahai Rosulullah, istriku akan menjalankan haji, sedangkan aku telah mewajibkan diriku untuk mengikuti perang ini dan ini?" Beliau berkata: "Kembalilah dan berangkatlah haji bersama istrimu ". (HR. Bukhori)

Page 13: Adab Menerima Tamu

6. Menyambut Tamu Dengan Gembira

Hendaknya shohibul bait menyambut tamunya dengan penuh gembira, wajah berseri-seri sekalipun hati kurang berkenan karena melihat sikap atau akhlaknya yang jelek.

Dari Aisyah ia berkata: "Sesungguhnya ada seorang yang mints izin kepada Nabi. Ketika Nabi melihatnya sebelum dia masuk, beliau berkata: "Dialah saudara golongan terjelek, dialah anak golongan terjelek" Kemudian setelah dia duduk, Nabi berseri-seri wajahnya, dan mempersilakan padanya. Setelah lakilaki itu pergi, Aisyah berkata kepada Rosulullah: "Wahai Rosulullah ketika engkau lihat laki-laki itu tadi, engkau berkata begini dan begitu, kemudian wajahmu berseri-seri dan engkau mempersilakan padanya?" Maka Rosulullah bersabda: "Wahai Aisyah, kapan engkau tahu aku mengucap kotor? Sesungguhnya sejelek-jelek manusia di sisi Allah pada hari Qiamat adalah orang yang ditinggalkan manusia karena takut akan kejelekannya ". (HR. Bukhari)

Page 14: Adab Menerima Tamu

7. Menjamu Tamu Sesuai Kemampuan

Dari Abu Hurairoh, sesungguhnya ada seorang laki-laki bertamu kepada Nabi, lalu beliau menyuruh utusan untuk meminta makanan kepada istrinya. Sang istri berkata: "Kita tidak mentpunyai apa-apa kecuali air". Lalu Rosulullah bertanya kepada sahabatnya: "Siapa yang bersedia menjamu dan menanggung tamu ini?" Ada salah seorang sahabatAl-Anshor berkata: "Saya sanggup wahai Nabi." Maka dibawalah tamu tersebut ke rumah istrinya, lalu sahabat itu berkata kepada istrinya: "Jamulah tamu Rosulullah ini". Istrinya menjawab: "Kita tidak punya apa-apa kecuali makanan untuk anak-anak kita yang masih kecil ini". Sahabat itu berkata: "Siapkan makananmu itu sekarang. Nyalakan lampu, tidurkan anakmu bila dia ingin makan malam ".

Page 15: Adab Menerima Tamu

Sang istri itu mentaati suaminya, lalu dia menyiapkan makanan untuk tamunya, menyalakan lampu dan menidurkan anaknya. Lalu sang istri berdiri seolah-olah hendak memperbaiki lampu lalu mentadamkannya, maksudnya untuk meyakinkan tamunya seolah-olah keduanya ikut makan, lalu semalaman suanti istri tidur dengan menahan lapar. Maka pada pagi hari dia pergi menuju ke nunah Rosulullah. Lalu Rosulullah bersabda: "Tadi malam Allah tertawa, atau heran (takjub) dengan perbuatan kamu berdua ", maka turunlah ayat: Dan mereka (yaitu sahabat. Al-Anshor) mengutamakan kepentingan (sahabat muhajirin daripada kepentingan dirinya sendiri), sekalipun mereka dalam keadaan sangat membuutuhkan, dan barangsiapa yang dijaga dari kebakhilan maka mereka itulah orang yang beruntung. (Al-Hasyr:9)

Page 16: Adab Menerima Tamu

Adab Bagi Tuan Rumah 1. Ketika mengundang seseorang, hendaknya

mengundang orang-orang yang bertakwa, bukan orang yang fajir (bermudah-mudahan dalam dosa), sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

تقي مؤمنا,وال يأكل طعامك إال ال تصاحب إال

“Janganlah engkau berteman melainkan dengan seorang mukmin, dan janganlah memakan makananmu melainkan orang yang bertakwa!” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Page 17: Adab Menerima Tamu

2. Jangan hanya mengundang orang-orang kaya untuk jamuan dengan mengabaikan/melupakan orang-orang fakir. Rasululloh SAW bersabda:“Seburuk-buruk makanan adalah makanan pengantinan (walimah), karena yang diundang hanya orang-orang kaya tanpa orang-orang faqir.” (Muttafaq’ alaih).

3. Tidak mengkhususkan mengundang orang-orang kaya saja, tanpa mengundang orang miskin, berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

شر الطعام طعام الوليمة يدعى لها األغنياء ، ويترك الفقراء

“Sejelek-jelek makanan adalah makanan walimah di mana orang-orang kayanya diundang dan orang-orang miskinnya ditinggalkan.” (HR. Bukhari Muslim)

Page 18: Adab Menerima Tamu

4. Disunahkan mengucapkan selamat datang kepada para tamu sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya tatkala utusan Abi Qais datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau bersabda,

ذين جاءوا غير خزايا وال ندامى مرحبا بالوفد ال

“Selamat datang kepada para utusan yang datang tanpa merasa terhina dan menyesal.” (HR. Bukhari)

Page 19: Adab Menerima Tamu

Berpakaian yang pantasSebagaimana orang yang bertamu, tuan rumah hendaknya mengenakan pakaian yang pantas pula dalam menerima kedatangan tamunya. Berpakaian pantas dalam menerima kedatangan tamu berarti menghormati tamu dan dirinya sendiri. Islam menghargai kepada seorang yang berpakaian rapih, bersih dan sopan. Rasululah SAW bersabda yang artinya: “Makan dan Minunmlah kamu, bersedekahlah kamu dan berpakaianlah kamu, tetapi tidak dengan sombong dan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah amat senang melihat bekas nikmatnya pada hambanya.” (HR Baihaqi)

Page 20: Adab Menerima Tamu

5. Menghormati tamu dan menyediakan hidangan untuk tamu makanan semampunya saja. Akan tetapi, tetap berusaha sebaik mungkin untuk menyediakan makanan yang terbaik. Allah ta’ala telah berfirman yang mengisahkan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam bersama tamu-tamunya:

به إليهم قال آال فراغ إلى أهله فجاء بعجل سمين . فقرتأكلون

“Dan Ibrahim datang pada keluarganya dengan membawa daging anak sapi gemuk kemudian ia mendekatkan makanan tersebut pada mereka (tamu-tamu Ibrahim-ed) sambil berkata: ‘Tidakkah kalian makan?’” (Qs. Adz-Dzariyat: 26-27)

Page 21: Adab Menerima Tamu

6. Dalam penyajiannya tidak bermaksud untuk bermegah-megah dan berbangga-bangga, tetapi bermaksud untuk mencontoh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Nabi sebelum beliau, seperti Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Beliau diberi gelar “Abu Dhifan” (Bapak para tamu) karena betapa mulianya beliau dalam menjamu tamu.

7. Hendaknya juga, dalam pelayanannya diniatkan untuk memberikan kegembiraan kepada sesama muslim.

8. Mendahulukan tamu yang sebelah kanan daripada yang sebelah kiri. Hal ini dilakukan apabila para tamu duduk dengan tertib.

Page 22: Adab Menerima Tamu

9. Mendahulukan tamu yang lebih tua daripada tamu yang lebih muda, sebagaimana sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam:

ا من لم يرحم صغيرنا ويجل كبيرنا فليس من

“Barang siapa yang tidak mengasihi yang lebih kecil dari kami serta tidak menghormati yang lebih tua dari kami bukanlah golongan kami.” (HR Bukhari dalam kitab Adabul Mufrad). Hadits ini menunjukkan perintah untuk menghormati orang yang lebih tua.

Page 23: Adab Menerima Tamu

10. Jangan mengangkat makanan yang dihidangkan sebelum tamu selesai menikmatinya.

11. Di antara adab orang yang memberikan hidangan ialah mengajak mereka berbincang-bincang dengan pembicaraan yang menyenangkan, tidak tidur sebelum mereka tidur, tidak mengeluhkan kehadiran mereka, bermuka manis ketika mereka datang, dan merasa kehilangan tatkala pamitan pulang.

12. Mendekatkan makanan kepada tamu tatkala menghidangkan makanan tersebut kepadanya sebagaimana Allah ceritakan tentang Ibrahim ‘alaihis salam,

به إليهم فقر“Kemudian Ibrahim mendekatkan hidangan tersebut pada mereka.” (Qs. Adz-Dzariyat: 27)

Page 24: Adab Menerima Tamu

13. Mempercepat untuk menghidangkan makanan bagi tamu sebab hal tersebut merupakan penghormatan bagi mereka.

14. Merupakan adab dari orang yang memberikan hidangan ialah melayani para tamunya dan menampakkan kepada mereka kebahagiaan serta menghadapi mereka dengan wajah yang ceria dan berseri-seri.

Page 25: Adab Menerima Tamu

15. Adapun masa penjamuan tamu adalah sebagaimana dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

ام وجائزته يوم وليلة وال يحل لرجل مسلم الضيافة ثالثة أيى يؤثمه قالوا يارسول الله وكيف أن يقيم عند أخيه حتيؤثمه؟ قال :يقيم عنده وال شيئ له يقريه به

“Menjamu tamu adalah tiga hari, adapun memuliakannya sehari semalam dan tidak halal bagi seorang muslim tinggal pada tempat saudaranya sehingga ia menyakitinya.” Para sahabat berkata: “Ya Rasulullah, bagaimana menyakitinya?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Sang tamu tinggal bersamanya sedangkan ia tidak mempunyai apa-apa untuk menjamu tamunya.”

Page 26: Adab Menerima Tamu

16) Lama waktuSesuai dengan hak tamu, kewajiban memuliakan tamu adalah tiga hari, termasuk hari istimewanya. Selebihnya dari waktu itu adalah sedekah baginya. Sabda Rasulullah SAW:ام فما كان وراء ذالك فهو صدقة عليه الضيافة ثالثة اي)متفق عليه(Artinya: “ Menghormati tamu itu sampai tiga hari. Adapun selebihnya adalah merupakan sedekah baginya,.” (HR Muttafaqu Alaihi)

Page 27: Adab Menerima Tamu

6) Antarkan sampai ke pintu halaman jika tamu pulangSalah satu cara terpuji yang dapat menyenangkan tamu adalah apabila tuan rumah mengantarkan tamunya sampai ke pintu halaman. Tamu akan merasa lebih semangat karena merasa dihormati tuan rumah dan kehadirannya diterima dengan baik.

Page 28: Adab Menerima Tamu

Wanita yang sendirian di rumah dilarang menerima tamu laki-laki masuk ke dalam rumahnya tanpa izin suaminyaLarangan ini bermaksud untuk menjaga fitnah dan bahaya yang mungkin terjadi atas diri wanita tersebut. Allah berfirman: ”…Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada SAW lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena SAW telah memelihara (mereka)…” (QS An Nisa : 34

Page 29: Adab Menerima Tamu

Rasulullah SAW bersabda;المرأة راعية فى بيت زوجها و هي مسئولة عن راعيتها )رواه احمد و البجارى و مسلم و ابو داود و الترمدى و ابن عمر(Artinya: “ Wanita itu adalah (ibarat) pengembala di rumah suaminya. Dia akan ditanya tentang pengembalaannya (dimintai pertanggung jawaban).” (HR Ahmad, bukhari, Muslim, Abu Daud, Turmudzi dan Ibnu Umar)Oleh sebab itu, tamu lelaki cukup ditemui diluar rumah saja, atau diminta datang lagi (jika perlu) saat suaminya telah pulang bekerja. Membiarkan tamu lelaki masuk ke dalam rumah padahal dia (wanita tersebut) hany seorang diri, sama saja dengan membuka peluang besar akan timbulnya bahaya bagi diri sendiri. Bahaya yang dimaksud dapat berupa hilangnya harta dan mungkin sekali akan timbul fitnah yang mengancam kelestarian rumah tangganya.

Page 30: Adab Menerima Tamu