Adab Dalam Pelaksanaan Ibadah Haji

23
ADAB-ADAB DALAM PELAKSANAAN IBADAH HAJI (dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mandiri mata kuliah Manajemen Haji dan Umrah) ENTIN SURYATIN 1211307035 VII A MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH

description

tugas manajemen haji dan umrah

Transcript of Adab Dalam Pelaksanaan Ibadah Haji

Page 1: Adab Dalam Pelaksanaan Ibadah Haji

ADAB-ADAB DALAM PELAKSANAAN IBADAH HAJI

(dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mandiri mata kuliah Manajemen Haji dan Umrah)

ENTIN SURYATIN

1211307035

VII A

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

Page 2: Adab Dalam Pelaksanaan Ibadah Haji

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ibadah haji merupakan ibadah yang khas, memiliki sifat yang berbeda dengan ibadah-

ibadah lainnya, untuk itu Allah menetapkan ibadah ini pada rukun yang terakhir, rukun yang

kelima dalam rukun Islam.

Ibadah haji merupakan puncak ritual dari rukun Islam. Ibadah haji juga

mengintegrasikan seluruh tataran syariah di dalamnya. Bahkan ibadah haji merupakan

investasi syiar dan kekuatan Islam yang dahsyat. Hal ini terefleksi dalam prosesi Wukuf,

Thawaf, Sa‟i dan Jamarat. Dalam Undang-undang No 13 Tahun 2008 tentang

penyelenggaraan ibadah haji pada bab I pasal I disebutkan bahwa ibadah haji adalah rukun

Islam kelima yang merupakan kewajiban sekali seumur hidup bagi setiap orang Islam

yang mampu menunaikannya.

Karena ibadah haji ini adalah ibadah yang tata cara pelaksanaannya agak rumit dan sulit,

berhaji juga memerlukan waktu yang cukup lama dan hanya dapat dilakukan pada waktu-

waktu tertentu setiap tahun dan hanya dapat dilaksanakan di tanah suci Mekkah

Almukarramah. Ibadah haji juga menuntut pengorbanan besar dari seseorang hamba yang

melaksanakannya, menuntut fisik yang kuat serta biaya yang tidak sedikit.

Berdasarkan pernyataan tersebut tertulis jelas bahwa ibadah haji merupakan kewajiban

bagi seluruh umat Islam, maka dengan hal ini apabila orang Islam yang telah mampu baik

dilihat dari kemampuan materi maupun jasmani dan rohaninya maka wajib untuk

melaksanakan ibadah haji.

Dalam pelaksanaan ibadah haji perlu diperhatikan berbagai aspek supaya hajinya tidak

sia-sia dan memperoleh haji yang mabrur. Maka dalam hal ini seseorang yang hendak akan

melakukan perjalanan ibadah haji harus mengetahui adab-adab dalam menunaikan ibadah

haji.

Page 3: Adab Dalam Pelaksanaan Ibadah Haji

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah:

Bagaimana adab dalam pelaksanaan ibadah haji?

C. Tujuan Penulisan

Adapun penulisan makalah ini memiliki tujuan, diantaranya:

1. Untuk mengetahui adab-adab yang berkaitan dengan pelaksanaan haji

2. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Haji dan Umrah

Page 4: Adab Dalam Pelaksanaan Ibadah Haji

BAB II

PEMBAHASAN

A. Haji

Secara etimologis (bahasa) haji memiliki arti sengaja melakukan sesuatu. Secara

termologis (istilah) haji berarti sengaja datang ke Mekkah mengunjungi ka’bah dan tempat-

tempat lainnya untuk melakukan serangkaian ibadah tertentu dengan syarat-syarat yang telah

ditetapkan.1 Secara hukum, ibadah haji wajib dilakukan sekali seumur hidup oleh setiap

muslim yang memiliki kesanggupan. Akan tetapi bagi mereka yang bernazar haji, wajib

melaksanakannya.2 Waktu pelaksanaanya ialah bulan-bulan haji yang dimulai dari Syawal

sampai sepuluh hari pertama pada bulan Dzulhijjah.3

Tujuan beribadah haji, seperti ibadah-ibadah lainnya, adalah secara ikhlas menyembah

Allah SWT, memperhambakan diri kepada-Nya, dan mematuhi perintah-Nya. Bagi ut

muslim, perjalanan ibadah haji tidak hanya ssekedar perjalanan ibadah fisik, akan tetapi juga

merupakan perjalanan spiritual yang dapat memberi pencerahan keagamaan bagi umat

muslim yang menjalaninya. Perjalanan haji juga merupakan perjalanan sosial-budaya karena

dalam perjalanan ini jamaah bertemu dengan umat muslim dari negara lain yang memiliki

karakter serta budaya yang berbeda.

B. Dasar Hukum Haji

Landasan hukum pelaksanaan ibadah haji terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits. Adapun

landasan hukumnya tersebut adalah sebagai berikut.4

1. Al-Qur’an

Ali ‘Imran: 97

1 Aden, Rosadi. Sejarah, perkembangan dan pemikiran pengelolaan ibadah haji di Indonesia, 2011(Bandung: CV

Arfino Raya), hlm. 1.2 Nasaruddin, Umar. Haji dan Umrah: Ibadah, Jiarah, Wisata, 2010, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve), hlm 2.

3Gus Arifin. Peta Perjalanan Haji dan Umrah, 2013, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo), hlm 17.

4 Aden, Rosadi. Sejarah, perkembangan dan pemikiran pengelolaan ibadah haji di Indonesia, 2011, (Bandung: Arfino Raya), hlm. 3-5.

Page 5: Adab Dalam Pelaksanaan Ibadah Haji

Artinya: mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi

orang-orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke baitullah.

Ayat in turun setelah 9 tahun Nabi Muhammad SAW berada dan menetap di Mdinah

atau satu tahun menjelang Nabi SAW wafat. Hal ini sangat masuk akal, karena haji

merupakan rukun Islam yang terakhir sekaligus sebagai penyempurna amal ibadah

yang harus dilaksanakan oleh setiap Muslim

Al-Baqarah: 197

Artinya: (Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barang siapa

yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak

boleh rafats, berbuat fasiq dan berbantah-bantahan didalam masa mengerjakan

haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah

mengetahuinya. Berberakalah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah

taqwa dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.

Al-Hajj: 27

Artinya: Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya

mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta yang

kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh.

Al-Baqarah: 196

Artinya: Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah. Jika kamu

terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), maka (sembelihlah) korban

yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban

sampai ditempat penyembelihannya. Jika ada diantaramu yang sakit atau ada

gangguan dikepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya farid-yah,

yaitu : berpuasa atau bersedekah atau berkorban. Apabila kamu telah (merasa)

aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan umrah sebelum haji (didalam

bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat……

2. Hadits

Riwayat Bukhari-Muslim

Dari Ibnu Umar r.a: Islam itu ditegakkan atas lima (dasar), yakni bersaksi bahwa

tiasa tuhan selain Allah Muhammad itu utusan (rasul) Allah, mendirikan shalat,

Page 6: Adab Dalam Pelaksanaan Ibadah Haji

menunaikan zakat, mengerjakan puasa ramadhan dan berhaji ke baitullah. (H.R

Bukhari-Muslim).

Riwayat Bukhari-Muslim

Haji yang mabrur tidak ada balasan kecuali surga (H.R Bukhari-Muslim).

C. Adab

Adab adalah norma atau aturan mengenai sopan santun yang didasarkan atas

aturan agama, terutama Agama Islam. Norma tentang adab ini digunakan dalam pergaulan

antarmanusia, antartetangga, dan antarkaum. Sebutan orang beradab sesungguhnya berarti

bahwa orang itu mengetahui aturan tentang adab atau sopan santun yang ditentukan dalam

agama Islam. Namun, dalam perkembangannya, kata beradab dan tidak beradab dikaitkan

dari segi kesopanan secara umum dan tidak khusus digabungkan dalam agama Islam5

Ada beberapa hadits yang berkaitan dengan pengertian adab yang di ambil dari kitab

Shahih al-Bukhari dengan judul Adabiyyat al-Bukhari. Para ulama berbeda pendapat tentang

pengertian kata adab. Kata adab yang dikenal orang adalah berupa syair, kisah-kisah, dan

yang serupa dengan itu. Tetapi adab menurut para ahli fiqih dan ahli hadits mempunyai

makna dan pengertian yang berbeda. Mereka mengatakan bahwa pengertian adab adalah

menggunakan perkataan, perbuatan, dan hal ihwal yang bagus. Ada pula di antara mereka

yang mengatakan bahwa adab adalah meninggalkan sesuatu yang membawa kejelekan (aib).

Di samping itu ada yang mengatakan bahwa pengertian adab adalah menghiasi diri dengan

hiasan orang-orang yang memiliki keutamaan. Menurut pendapat lain, arti adab adalah tidak

bermaksiat kepada Allah dan tidak merusak harga diri. Ada pula yang mengatakan bahwa

adab berarti takwa kepada Allah. Jadi, orang yang bertakwa kepada Allah adalah orang yang

beradab.

Al-Bukhari telah menyusun kitab tersendiri yang berjudul al- Adab al-Mufrad. Kitab ini

tidak mengikuti kriteria (persyaratan) kitab Shahih-nya. Di dalam kitab al-Adab al-Mufrad

terdapat hadits shahih, hasan, maupun dha'if. Sedangkan kitab Shahih al- Bukhari yang di

dalamnya juga terdapat kitab (bab) al-Adab, semua haditsnya shahih berdasarkan persyaratan

al-Bukhari. Untuk keshahihan suatu hadits, al-Bukhari membuat persyarat-persyaratan yang

5 Ensiklopedi Nasional Indonesia. 2004. Bekasi: Delta Pamungkas. ISBN 979-9327-00-8. Hlm.63.

Page 7: Adab Dalam Pelaksanaan Ibadah Haji

sulit (ketat), sehingga hadits al-Bukhari merupakan perkataan yang paling shahih setelah

Kitabullah.

Al-Bukhari mengatakan, "[ini] kitab adab." Yaitu, adab yang diambil dari Muhammad

saw, bukan adab yang diambil dari al-Hathiah, Umru'ul Qais, Jarir, atau Farazdaq, karena

apabila seorang yang beradab tidak mempunyai iman atau pesan maka ia tidak memiliki

manfaat dalam agama dan tidak pula di akhirat. Syair yang tak memiliki pesan, kisah-kisah

yang tak memiliki pesan, dan drama yang tak memiliki misi, di sisi Allah tidak mempunyai

pengarah maupun manfaat.

Jadi, adab ini adalah adab Rasulullah yang telah mengajarkannya kepada kita. Dalam

riwayat Ibn 'Asakir terdapat perkataan yang dinisbahkan kepada Nabi saw bahwa beliau

mengatakan:Tuhanku telah mendidikku dengan didikan yang sebaik-baik-nya

D. Adab Pelaksanaan Ibadah Haji

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa adab pelaksanaan ibadah haji

adalah aturan/norma yang didasarkan atas aturan agama yang berkaitan dengan proses, cara,

perbuatan melaksanakan (rancangan, keputusan) yang berkaitan dengan ibadah haji.

Sebelum membahas mengenai adab dalam pelaksanaan haji, adapun adab-adab yang

harus dilakukan oleh calon Jemaah haji sebelum menunaikan ibadah haji agar hajinya

semakin mabrur.

1. Adab sebelum menunaikan ibadah haji6

Ada beberapa adab sebelum menunaikan ibadah haji yang perlu dipatuhi agar dapat

memperoleh haji mabrur, diantaranya:

Niat yang ikhlas

6 Gus Arifin, Peta Perjalanan Haji dan Umrah (Edisi Revisi), 2013, (Jakarta: PT Elex Media Komutindo), hlm. 22-23.

Page 8: Adab Dalam Pelaksanaan Ibadah Haji

Niat umumnya merupakan langkah awal bagi seseorang dalam melaksanakan ibadah atau

apapun yang hendak dilakukan.

Syarat penerimaan segala ibadah adalah niat. Niat yang ikhlas untuk membersihkan jiwa

dari segala sifat-sifat seperti riya, ujub, sombong dan lain-lain, serta mengharap keridoan

Allah.

Biaya haji berasal dari sumber yang halal, tidak mengandung syubhat atau harta

yang haram

Biaya yang disediakan hendaknya diperoleh dengan cara yang halal. Menurut Imam

Syafi’i, Imam Malik dan Imam Hanafi mengenai harta haram untuk pergi haji: “sah secara

lahir tetapi tidak mabrur dan jauh dari penerimaan/ridha Allah SAW. Menurut Imam Ahmad

Bin Hanbal : “tidak sah hajinya dengan harta haram”.7

Selain itu, hendaknya ia melepaskan segala kesibukannya, baik yang berupa perdagangan

ataupun pekerjaan lainnya yang dapat merisaukan hati ataupun membuyarkan

konsentrasinya. Hal itu amat penting, agar himmah dan perhatiannya hanya tertuju kepada

Allah SWT dan hatinya menjadi tenang serta berpaling sepenuhnya kepada dzikrullah dan

pengagungan syiar-syiar-Nya.

Telah diriwayatkan melalui jalur Ahlul-Bait a.s, artinya: “kelak pada akhir zaman,

manusia yang pergi haji terdiri atas empat kelompok: para penguasa (atau pejabat tinggi)

pergi haji untuk berpariwisata, para hartawan untuk berdagang, para fakir miskin untuk

meminta-minta dan para ulama (para ilmuan) untuk memperoleh nama serta pujian.8

Hadits tersebut mengisyaratkan tentang beberapa tujuan dan motivasi yang diperkirakan

dapat berkaitan dengan haji. Semua itu menghalangi diperolehnya keutamaan haji dan

menjauhkannya dari kesempurnaan. Lebih-lebih lagi apabila “berdagang” dengan haji itu

sendiri. Yaitu jika ia mengerjakannya untuk menggantikan orang lain dengan menerima

upah. Dengan perbuatannya itu, ia telah mencari dunia dengan mengerjakan amalan akhirat.

7 Ibid, hlm. 22

8 Diriwayatkan oleh Al-Khatib dari Anas. Juga oleh Abu Utsman As-Shabuni dalam kitab Al-Miatain dengan

beberapa perbedaan susunan kata.

Page 9: Adab Dalam Pelaksanaan Ibadah Haji

Karena itulah orang-orang yang wara’ (yang selalu menjaga kebersihan hidupnya) tidak

menyukai hal itu. Kecuali apabila tujuannya ialah untuk bermukim di Mekah sedangkan ia

tidak memiliki biaya untuk kesana. Maka tidak apa-apa apabila ia menerima upah tersebut

demi tercapainya maksudnya itu. Jadi, bukan memperalat agama demi memperoleh dunia,

melainkan memperalat dunia demi memperoleh agama. Dalam keadaan seperti itu,

hendaknya yang menjadi tujuannya ialah berkunjung ke Ka’bah sambil menolong saudaranya

yang Muslim agar terbebas dari ibadah haji yang diwajibkan oleh agama atas dirinya. Bagi

orang seperti itu berlaku hadist Nabi SAW:

“ada kalanya Allah SWT memasukkan tiga orang sekaligus ke surga dengan pelaksanaan

satu kali (yakni) orang yang mewasiatkannya, yang melaksanakan wasiatnya itu dan yang

mengerjakan haji atas nama saudaranya si pembuat wasiat”.

Dengan hal ini jelas bahwa uang hasil upah seperti itu adalah sesuatu yang halal, akan

tetapi lebih baik untuk tidak melakukannya dan juga tidak menjadikannya sebagai sumber

penghasilan ataupun bagian dari perdagangan seseorang.

Penuhi hak-hak Allah: shalat, zakat, nadzar,dll

Shalat menurut bahasa artinya berdoa, sedangkan menurut istilah shalat adalah suatu

perbuatan serta perkataan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam sesuai

dengan persyaratan yang ada9. Hukum shalat adalah fadrhu ‘ain, sehingga seluruh umat Islam

yang aqil baligh wajib mendirikan shalat. Shalat ini merupakan rukun Islam yang kedua,

sehingga sebelum melaksanakan ibadah haji terlebih dahulu laksanakan ibadah shalat.

Adapun salah satu dasar hukum shalat tersurat dalam Al-Qur’an

Q.S Thaha ayat 14, artinya: sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan

(yang hak) selain aku, maka sembahlah Aku dan dirikan shalat untuk mengingat Aku.

Q.S A l-Baqarah ayat 110, artinya: “Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat…..”

Zakat menurut bahasa berarti “tumbuh dan bertambah” , juga bisa berarti berkah,

bersih dan suci. Menurut agama Islam, zakat adalah ukuran/kadar harta tertentu yang

harus dikeluarkan oleh pemiliknya untuk diserahkan kepada golongan/orang-orang 9 Godam, Pengertian Shalat Wajib/Fardhu, Hukum, Rukun, Syarat sah, Tujuan dan Kondisi Batal Shalat,

www.organisasi.org (15 April 2008).

Page 10: Adab Dalam Pelaksanaan Ibadah Haji

yang berhak menerimanya dengan syarat-syarat tertentu. Zakat ini merupakan salah

satu rukun islam yang ke tiga, dan zakat ini merupakan fardu ‘ain10, sehingga sebelum

melakukan ibadah haji terlebih dahulu tunaikanlah zakat. Adapun penjelasan terkait

zakat secara tersurat ada didalam Al-Qur’an salah satunya di Q.S Al-Baqarah ayat

110, artinya: “Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat…..”

Berdasarkan penjelasan diatas, dasar hukum shalat dan zakat sama, ketika ada dalam Al-

Qur’an terkait dengan dasar hukum shalat pasti berbarengan dengan zakat. Hal ini berarti

pekerjaan dalam rukun Islam harus dikerjakan secara beruntun. Tidak bisa (akan sia-sia)

ketika orang mengeluarkan zakat tapi tidak shalat, karena shalat itu adalah tiang agama.

Begitu juga dengan haji, seseorang tidak bisa haji jika belum memenuhi rukun Islam yang

pertama, kedua, ketiga dan keempat.

Bertaubat dengan taubat nasuha (taubat yang sebenar-benarnya)

Hendaklah bersungguh-sungguh bertaubat dari maksiat, dosa dan segala yang di benci

oleh Allah SWT, baik dengan membiasakan mengucapkan istigfar, berusaha serta bertekad

untuk meninggalkan maksiat/dosa selama-lamanya serta memperbaiki diri dengan beramal

atau berbuat dengan amal shaleh yang terbaik.

Selesaikan hak-hak dengan manusia

Meminta maaf atas segala kekhilafan dan kesalahan.

Membayar utang-utang serta yang terkait dengan muamalah lainnya seperti urusan-

urusan yang terkait dengan harta atau kewajiban lain dengan saudara, tetangga atau

rekan kerja.

Menyelesaikan urusan-urusan yang masih belum terselesaikan dengan orang ataupun

pihak lain.

Menulis wasiat menyangkut hak-hak Allah maupun hak kerabat atau saudara dan

keluarga.

Memberi bekal yang cukup untuk keluarga yang ditinggalkan yang dapat mencukupi

kebutuhan sampai dengan kembali dari menunaikan ibadah haji.

10 Pendidikan Islam, Pengertian Zakat, www.masuk-islam.com (11 januari 2014).

Page 11: Adab Dalam Pelaksanaan Ibadah Haji

Memohon keridoan dan doa

Berusaha memohon keridoan dan doa dari orang tua, keluarga/kerabat, dan sahabat. Agar

ibadah haji yang hendak diajalankan oleh calon Jemaah haji lancar tanpa halangan apapun,

sehingga memperoleh haji yang mabrur.

Mengaji dan mengkaji

Banyak membaca Al-Qur’an, berdoa dan beri’tikaf.

Memahami maksud dan tujuan haji, fiqih haji, dan tata cara manasik serta hukum atau

fiqih lainnya seperti mengenai wudhlu, tayamum, shalat dan juga adab dan akhlak

selama pelaksanaan dan selesainya ibadah haji, sebagaimana sabda Rasulullah SAW

“pergilah manasik haji dariku karena aku tidak tahu, mungkin aku tidak lagi bisa

berhaji setelah tahun ini…..”

2. Adab pelaksanaan ibadah haji

Ada beberapa adab dalam pelaksanaan ibadah haji yang perlu dipatuhi oleh calon Jemaah

haji agar dapat memperoleh haji mabrur, diantaranya:11

Menambah bekal

Sebaiknya menambah bekal yang dibawanya dan bersikap murah hati untuk membantu

orang lain dengan sewajarnya tidak bakhil dan tidak pula boros.

Adapun yang dimaksud pemborosan adalah memanjakan diri dengan berbagai makanan

dan minuman yang mahal-mahal seperti kebiasaan orang-orang yang hidupnya bermeah-

mewahan. Sedangkan pemberian yang banyak sekalipun kepada orang-orang yang

memerlukan tidaklah dianggap pemborosan, sebab “tiada kebaikan dalam pemborosan dan

tiada pemborosan dalam kebaikan”.

Memberikan bekal kepada orang lain dalam perjalanan haji merupakan infaq fi sabilillah.

Sebagaimana Rasulullah SAW telah bersabda:

11 Abu Hamid, Alghazali. Rahasia Haji dan Umrah, 2001, (Bandung: Karisma), hlm. 106-120.

Page 12: Adab Dalam Pelaksanaan Ibadah Haji

“haji yang mabrur (yakni yang baik dan diterima) tidak ada balasan baginya kecuali

surge. Seseorang bertanya:”apa yang dimaksud dengan kebaikan dalam haji, ya

Rasululah?” maka beliau menjawab: “ucapan yang baik dan memberi makan orang lain.”

Menjauhkan diri dari rafats, fusuq, dan jidal

Sebagaimana yang disebutkan oleh Al-Qur’an, yang dimaksud dengan rafats adalah

segala macam ucapan yang sia-sia, kotor dan keji. Termasuk didalamnya, rayuan yang

ditujukan kepada kaum wanita.

Adapun yang dimaksud dangan fusuq adalah segala perbuatan yang melanggar ketaatan

kepada Allah SWT, sedangkan yang dimaksud dengan jidal ialah berlebihan dalam

pertengkaran dan perdebatan yang dapat menimbulkan perasaan dendam, memecah belah

diantara sesame. Sebagaimana dikatakan oleh Sufyan ast-Tsaury : “barang siapa yang

melakukan rafats, maka hajinya batal.”

Sebaiknya pergi haji dengan berjalan kaki jika mampu

Karena hal ini lebih afdhal. Abdullah Bin Abbas r.a pada saat menjelang kematiannya,

berpesan kepada putra-putrinya : “wahai anak-anakku, berhajilah kalian dengan berjalan

kaki. Sebab siapa yang melakukannya akan beroleh tujuh ratus pahala kebaikan yang

dikerjakan dalam haram (tanah suci) pada setiap langkahnya.” Ketika ditanyakan

kepadanya, tentang perbuatan baik di tanah suci, ia menjawab :”setiap perbuatan baik disana

seimbang dengan seratus ribu ditempat selainnya.”

Berjalan kaki ketika sedang mengerjakan manasik dan ketika pergi dan pulang antara

Mekkah, ‘Arafah dan Mina, lebih dianjurkan daripada dalam perjalanan dari tanah airnya

menuju tanah suci dan sebaliknya. Dan sekiranya disamping berjalan kaki menambahkan lagi

dengan mulai ber ihram dari rumah tempat kediamannya, maka yang demikian itu, menurut

sebagian pendapat termasuk dalam kategori “penyempurnaan haji”. Pendapat itu antara lain

dinyatakan oleh Umar, Ali dan Ibn Mas’ud r.a dalam rangka menafsirkan firman Allah

SWT :” Dan hendaknya kamu ‘menyempurnakan’ ibadah haji dan umrah demi Allah….”

(Al-Baqarah: 196).

Page 13: Adab Dalam Pelaksanaan Ibadah Haji

Tetapi sebagian ulama berpendapat bahwa menggunakan kendaraan lebih afdhal,

mengingat bahwa untuk itu harus mengeluarkan biaya (yang menambah beban bagi dirinya

sendiri dan dirasakan manfaatnya oleh orang lain). Juga karena hal itu dapat menghindari

kebosanan, mengurangi gangguan atas dirinya dan lebih menjamin keselamatan baginya serta

kesempurnaan pelaksanaan hajinya.

Semua itu apabila diteliti lebih seksama, tidaklah bertentangan dengan cara yang

pertama. Namun untuk itu, haruslah dibuat keterangan yang lebih terperinci. Yaitu bahwa

berjalan kaki adalah lebih afdhal bagi yang mudah dan ringan melakukannya. Tetapi apabila

hal itu dapat menyebabkan fisiknya menjadi lemah, lalu membuat perilakunya kurang

terkendali, atau mengakibatkan pelaksanaan ibadahnya itu menjadi kurang sempurna, maka

menggunakan kendaraan baginya lebih afdhal. Sebagaimana mempertahankan puasa bagi

orang sakit dan musafir lebih afdhal, selama tidak mengakibatkan kelemahan dalam fisik

atau kesempitan dalam akhlaknya.

Menjaga penampilan sesederhana

Hendaknya menjaga penampilannya sesederhana mungkin dengan membiarkan kusut

rambutnya serta debu pada tubuhnya, menghindari segala jenis perhiasan serta menjauh dari

segala yang dapat menimbulkan sikap membanggakan diri ataupun memamerkan

kekayaan.Mengenai hal demikian, diriwayatkan bahwa

Rasulullah SAW telah memerintahkan agar menjaga penampilan amat sederhana

dan jangan menonjolkan diri.

Dan dalam hadits yang dirawikan oleh Fudhalah bin U’baid, Nabi SAW melarang

(orang yang sedang berhaji) menampakkan kekayaan dan kemewahan.

Disamping itu, Nabi SAW pernah pula bersabda: “yang sesuai dengan atribut orang

yang sedang berhaji hanyalah yang berpenampilan kusut dan kusam”

Dan dalam sebuah hadits qudsi, Allah SWT berfirman:“lihatlah para peziarah

Rumah-Ku; mereka telah datang kepada-Ku dari segenap penjuru yang jauh. Dalam

keadaan kusut dan kusam.”

Dan Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Hajj: 29: “……kemudian

hendaklah mereka menghilangkan kotorang yang ada pada tubuh mereka….” (yang

Page 14: Adab Dalam Pelaksanaan Ibadah Haji

dimaksud dengan kotoran dalam ayat ini adalah kekusutan rambut serta debu yang

menempel dan sebagainya. Menghilangkannya ialah dengan mencukur rambut

kepala, menggunting kumis, memotong kuku dan mandi).

Senantiasa merasa senang dan tenang hatinya ketika mengeluarkan harta

Hendaknya ia senantiasa merasa senang dan tenang hatinya aka harta yang dibelanjakan

untuk biaya haji serta had-yu-nya, dan juga rela sepenuhnya atas kerugian dalam harta

ataupun musibah yang menimpanya, baik dalam kekayaannya, ataupun kesehatan badannya,

jika hal itu memang benar-benar terjadi atas dirinya. Sikap seperti itu termasuk diantara

tanda-tanda bahwa hajinya diterima oleh Allah SWT; mengingat bahwa musibah yang terjadi

selama pelaksanaan haji adalah seimbang dengan menafkahkan harta fi sabilillah (demi

perjuangan dijalan Allah SWT).

Disebutkan pula bahwa diantara tanda-tanda diterimanya haji seseorang ialah apabila ia

sepulang dari hajinya ternyata meninggalkan sama sekali segala macam maksiat dan

pelanggarnya yang awalnya biasa ia kerjakan. Juga mengganti teman-temannya yang

berperilaku buruk dengan teman-teman yang shaleh, demikian pula tempat-tempat perbuatan

sia-sia yang biasa dikunjunginya dengan majlis-majlis yang mengingatkannya kepada Allah

SWT.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Page 15: Adab Dalam Pelaksanaan Ibadah Haji

Berdasarkan penjelasan diatas yang telah dipaparkan oleh penulis berkaitan dengan

berbagai adab yang berkaitan dengan pelaksanaan haji, dapat disimpulkan sebagai berikut:

Haji merupakan rukun islam yang kelima, maka dalam hal ini diwajibkan bagi setiap

muslim yang mampu (materi, fisik dan mental) untuk menunaikan ibadah haji ini,

kemudian karena ibadah haji ini merupakan ibadah yang sulit dilakukan dibandingkan

dengan ibadah-ibadah yang lainnya karena hanya dilakukan pada bulan-bulan haji

saja dan hanya dilakukan di kota Mekkah saja, maka dari itu harus disiapkan

sebelumnya oleh calon Jemaah haji baik itu materi, fisik maupun pengetahun-

pengetahuan yang terkait dengan pelaksanaan ibadah haji, supaya hajinya mabrur.

Supaya ibadah haji dikatakan mabrur, maka dalam hal ini para calon Jemaah haji

harus mengetahui dan mematuhi segala ketentuan yang berkaitan dengan adab ibadah

haji, baik adab ketika sebelum menunaikan ibadah haji maupun adab ketika hendak

melaksanakan ibadah haji.

Adab-adab sebelum menunaikan ibadah haji yang harus dipatuhi oleh calon Jemaah

haji diantaranya: niat yang ikhlas; biaya haji harus bersumber dari yang halal dan

tidak mengandung syubhat atau harta yang haram; penuhi terlebih dahulu hak-hak

Allah seperti shalat, zakat, dll; bertaubt dengan taubat yang sungguh-sungguh;

menyelesaikan hak-hak dengan manusia, memohon keridoan dan doa dari sanak

saudara maupun orang lain; dan perbanyak mengaji dan mengkajiAl-Qur’an.

Adab-adab dalam pelaksanaan haji yang harus dipatuhi oleh calon Jemaah haji

diantaranya: menambahkan bekal yang dibawanya dan selalu bersikap murah hati;

menjauhkan diri dari berbagai sifat tercela; sebaiknya pergi haji dengan berjalan kaki;

menjaga penampilannya secara sesederhana mungkin; dan hendaknya senantiasa

merasa senang dan tenang hatinya akan harta yang dikeluarkannya untuk biaya haji.

DAFTAR PUSTAKA

Aden Rosadi. Perkembangan dan Pemikiran Pengelolaan Ibadah Haji di Indonesia,

Bandung: CV Arfindo Raya, 2011.

Abu Hamid, Alghazali. Rahasia Haji dan Umrah, Bandung: Karisma, 2001.

Page 16: Adab Dalam Pelaksanaan Ibadah Haji

Godam, Pengertian Shalat Wajib/Fardhu, Hukum, Rukun, Syarat sah, Tujuan dan

Kondisi Batal Shalat, www.organisasi.org (15 April 2008).

Gus Arifin. Peta Perjalanan Haji dan Umrah (Edisi Revisi), Jakarta: PT Elex Media

Komputindo, 2013.

Ensiklopedi Nasional Indonesia. Bekasi: Delta Pamungkas. ISBN 979-9327-00-8, 2004.

Maisaroh. Haji dan Pencerahan Jati Diri Muslim, Bandung: Alfabeta, 2005.

Nasaruddin. Haji dan Umrah: Ibadah, Ziarah, Wisata, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van

Hoeve, 2010.

Pendidikan Islam, Pengertian Zakat, www.masuk-islam.com (11 januari 2014).