Ada kusta diantara kita 2

34
LAPORAN PENDAHULUAN A. KONSEP MEDIS 1. Pengertian Penyakit kusta adalah penyakit menular yang menahun yang menyerang saraf perifer, kulit dan jaringan tubuh lainnya. Lepra : Morbus hansen, Hamseniasis Reaksi :Episode akut yang terjadi pada penderita kusta yang masih aktiv disebabkan suatu interaksi antara bagian- bagian dari kuman kusta yang telah mati dengan zat yang telah tertimbun di dalam darah penderita dan cairan penderita. Istilah kusta berasal dari bahasa sansekerta, yakni kushtha berarti kumpulan gejala-gejala kulit secara umum. Penyakit kusta disebut juga Morbus Hansen, sesuai dengan nama yang menemukan kuman yaitu Dr. Gerhard Armauwer Hansen pada tahun 1874 sehingga penyakit ini disebut Morbus Hansen. 2. Etiologi M. Leprae atau kuman Hansen adalah kuman penyebab penyakit kusta yang ditemukan oleh sarjana dari Norwegia, GH Armouer Hansen pada tahun 1873. Kuman ini bersifat tahan asam berbentuk batang dengan ukuran 1,8 micron, lebar 0,2-0,5 micron. Biasanya ada yang berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu, hidup dalam sel terutama jaringan yang bersuhu dingin dan tidak dapat di kultur dalam media buatan. Kuman ini dapat mengakibatkan infeksi sistemik pada binatang Armadillo. Penyakit kusta disebabkan oleh kuman yang dimakan sebagai microbakterium, dimana microbacterium ini adalah kuman aerob, tidak membentuk spora, berbentuk batang yang tidak mudah diwarnai namun jika diwarnai akan tahan terhadap

Transcript of Ada kusta diantara kita 2

Page 1: Ada kusta diantara kita 2

LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP MEDIS1. Pengertian

Penyakit kusta adalah penyakit menular yang menahun yang menyerang saraf perifer, kulit dan jaringan tubuh lainnya.

Lepra : Morbus hansen, Hamseniasis

Reaksi :Episode akut yang terjadi pada penderita kusta yang masih aktiv disebabkan suatu interaksi antara bagian-bagian dari kuman kusta yang telah mati dengan zat yang telah tertimbun di dalam darah penderita dan cairan penderita.

Istilah kusta berasal dari bahasa sansekerta, yakni kushtha berarti kumpulan gejala-gejala kulit secara umum. Penyakit kusta disebut juga Morbus Hansen, sesuai dengan nama yang menemukan kuman yaitu Dr. Gerhard Armauwer Hansen pada tahun 1874 sehingga penyakit ini disebut Morbus Hansen.

2. Etiologi

M. Leprae atau kuman Hansen adalah kuman penyebab penyakit kusta yang ditemukan oleh sarjana dari Norwegia, GH Armouer Hansen pada tahun 1873. Kuman ini bersifat tahan asam berbentuk batang dengan ukuran 1,8 micron, lebar 0,2-0,5 micron. Biasanya ada yang berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu, hidup dalam sel terutama jaringan yang bersuhu dingin dan tidak dapat di kultur dalam media buatan. Kuman ini dapat mengakibatkan infeksi sistemik pada binatang Armadillo.

Penyakit kusta disebabkan oleh kuman yang dimakan sebagai microbakterium, dimana microbacterium ini adalah kuman aerob, tidak membentuk spora, berbentuk batang yang tidak mudah diwarnai namun jika diwarnai akan tahan terhadap dekolorisasi oleh asam atau alkohol sehingga oleh karena itu dinamakan sebagai basil “tahan asam”. Selain banyak membentuk safrifit, terdapat juga golongan organism patogen (misalnya Microbacterium tubercolose, mycrobakterium leprae) yang menyebabkan penyakit menahun dengan menimbulkan lesi jenis granuloma infeksion.

Penyakit kusta disebabkan oleh kuman yang dimakan sebagaimicrobakterium, dimana microbacterium ini adalah kuman aerob, tidak membentukspora, berbentuk batang yang tidak mudah diwarnai namun jika diwarnai akan tahanterhadap dekolorisasi oleh asam atau alkohol sehingga oleh karena itu dinamakan

Page 2: Ada kusta diantara kita 2

sebagai basil “tahan asam”. Selain banyak membentuk safrifit, terdapat jugagolongan organism patogen (misalnya Microbacterium tubercolose, mycrobakteriumleprae) yang menyebabkan penyakit menahun dengan menimbulkan lesi jenisgranuloma infeksion.

3. Patofisiologi

Meskipun cara masuk M. Leprae ke tubuh belum diketahui pasti, beberapa penelitian, tersering melalui kulit yang lecet pada bagian tubuh bersuhu dingin dan melalui mukosa nasal.

Pengaruh M. Leprae ke kulit tergantung factor imunitas seseorang, kemampuan hidup M. Leprae pada suhu tubuh yang rendah, waktu regenerasi lama, serta sifat kuman yang Avirulen dan non toksis.

M. Leprae ( Parasis Obligat Intraseluler ) terutama terdapat pada sel macrofag sekitar pembuluh darah superior pada dermis atau sel Schwann jaringan saraf, bila kuman masuk tubuh tubuh bereaksi mengeluarkan macrofag ( berasal dari monosit darah, sel mn, histiosit ) untuk memfagosit.

Tipe LL ; terjadi kelumpuha system imun seluler tinggi macrofag tidak mampu menghancurkan kuman dapat membelah diri dengan bebas merusak jaringan.

Tipe TT ; fase system imun seluler tinggi macrofag dapat menghancurkan kuman hanya setelah kuman difagositosis macrofag, terjadi sel epitel yang tidak bergerak aktif, dan kemudian bersatu membentuk sel dahtian longhans, bila tidak segera diatasi terjadi reaksi berlebihan dan masa epitel menimbulkan kerusakan saraf dan jaringan sekitar.

4. Klasifikasi Kusta

Menurut Ridley dan Joplin membagi klasifikasi kusta berdasarkan gambaran klinis, bakteriologik, histo patologik, dan status imun penderita menjadi :

1. TT : Lesi berupa makula hipo pigmantasi/eutematosa dengan permukaan kering dan kadang dengan skuama di atasnya. Jumlah biasanya yang satudenga yang besar bervariasi. Gejala berupa gangguan sensasibilitas, pertumbuhan langsung dan sekresi kelenjar keringat. BTA ( - ) dan uji lepramin ( + ) kuat.

2. BT : Lesi berupa makula/infiltrat eritematosa dengan permukaan kering bengan jumlah 1-4 buah, gangguan sensibilitas ( + )

Page 3: Ada kusta diantara kita 2

3. Lesi berupa mamakula/infiltrat eritematosa permukaan agak mengkilat. Gambaran khas lesi ”punched out” dengan infiltrat eritematosa batas tegas pada tepi sebelah dalam dan tidak begitu jelas pada tepi luarnya.

Gangguan sensibilitas sedikit, BTA ( + ) pada sediaan apus kerokan jaringan kulit dan uji lepromin ( - ).

4. BL : Lesi infiltrat eritematosa dalam jumlah banyak, ukuran bervariasi, bilateral tapi asimetris, gangguan sensibilitas sedikit/( - ), BTA ( + ) banyak, uji Lepromin ( - ).

5. LL : Lesi infiltrat eritematosa dengan permukaan mengkilat, ukuran kecil, jumlah sangat banyak dan simetris. BTA ( + ) sangat banyak pada kerokan jaringan kulit dan mukosa hidung, uji Lepromin ( - ).

WHO membagi menjadi dua kelompok, yaitu :

1. Pansi Basiler (PB) : I, TT, BT2. Multi Basiler (MB) : BB, BL, LL

Penyakit kusta terdapat dalam bermacam-macam bentuk, yakni bentuk leproma mempunyai kelainan kulit yang tersebar secara simetris pada tubuh. Untuk ini menular karena kelainan kulitnya mengandung banyak kuman. Bentuk tuber koloid mempunyai kelainan pada jaringan syaraf, yang mengakibatkan cacat pada. tubuh. Bentuk ini tidak menular karena kelainan kulitnya mengandung sedikitkuman. Diantara bentuk leproma dan tuber koloid ada bentuk peralihan yang bersifattidak stabil dan mudah berubah-ubah.

5. Manifestasi Klinis

Menurut klasifikasi Ridley dan Jopling

1. Tipe Tuberkoloid ( TT )

Mengenai kulit dan saraf.

Lesi bisa satu atau kurang, dapat berupa makula atau plakat, batas jelas, regresi, atau, kontrol healing ( + ).

Page 4: Ada kusta diantara kita 2

Permukaan lesi bersisik dengan tepi meninggi, bahkan hampir sama dengan psoriasis atau tinea sirsirata. Terdapat penebalan saraf perifer yang teraba, kelemahan otot, sedikit rasa gatal.

Infiltrasi Tuberkoloid ( + ), tidak adanya kuman merupakan tanda adanya respon imun pejamu yang adekuat terhadap basil kusta.

2. Tipe Borderline Tuberkoloid ( BT )

Hampir sama dengan tipe tuberkoloid

Gambar Hipopigmentasi, kekeringan kulit atau skauma tidak sejelas tipe TT.

Gangguan saraf tidak sejelas tipe TT. Biasanya asimetris.

Lesi satelit ( + ), terletak dekat saraf perifer menebal.

3. Tipe Mid Borderline ( BB )

Tipe paling tidak stabil, jarang dijumpai.

Lesi dapat berbentuk macula infiltrate.

Permukaan lesi dapat berkilat, batas lesi kurang jelas, jumlah lesi melebihi tipe BT, cenderung simetris.

Lesi sangat bervariasi baik ukuran bentuk maupun distribusinya.

Bisa didapatkan lesi punched out, yaitu hipopigmentasi berbentuk oralpada bagian tengah dengan batas jelas yang merupaan ciri khas tipe ini.

4. Tipe Borderline Lepromatus ( BL )

Dimulai makula, awalnya sedikit lalu menjadi cepat menyebar ke seluruh tubuh. Makula lebih jelas dan lebih bervariasi bentuknya, beberapa nodus melekuk bagian tengah, beberapa plag tampak seperti punched out. Tanda khas saraf berupa hilangnya sensasi, hipopigmentasi, berkurangnya keringat dan gugurnya rambut lebih cepat muncil daripada tipe LL dengan penebalan saraf yang dapat teraba pada tempat prediteksi.

5. Tipe Lepromatosa ( LL )

Page 5: Ada kusta diantara kita 2

Lesi sangat banya, simetris, permukaan halus, lebih eritoma, berkilap, batas tidak tegas atau tidak ditemuka anestesi dan anhidrosis pada stadium dini.

Distribusi lesi khas :

o Wajah : dahi, pelipis, dagu, cuping telinga.

o Badan : bahian belakang, lengan punggung tangan, ekstensor tingkat bawah.

Stadium lanjutan :

o Penebalan kulit progresif

o Cuping telinga menebal

o Garis muka kasar dan cekung membentuk fasies leonine, dapat disertai madarosis, intis dan keratitis.

Lebih lanjut

o Deformitas hidung

o Pembesaran kelenjar limfe, orkitis atrofi, testis

o Kerusakan saraf luas gejala stocking dan glouses anestesi.

o Penyakit progresif, makula dan popul baru.

o Tombul lesi lama terjadi plakat dan nodus.

Stadium lanjut

Serabut saraf perifer mengalami degenerasi hialin/fibrosis menyebabkan anestasi dan pengecilan tangan dan kaki.

6. Tipe Interminate ( tipe yang tidak termasuk dalam klasifikasi Redley & Jopling)

Beberapa macula hipopigmentasi, sedikit sisik dan kulit sekitar normal.

Lokasi bahian ekstensor ekstremitas, bokong dan muka, kadang-kadang dapat ditemukan makula hipestesi dan sedikit penebalan saraf.

Page 6: Ada kusta diantara kita 2

Merupakan tanda interminate pada 20%-80% kasus kusta.

Sebagian sembuh spontan.

Gambaran klinis organ lain

Mata : iritis, iridosiklitis, gangguan visus sampai kebutaan Tulang rawan : epistaksis, hidung pelana

Tulang & sendi : absorbsi, mutilasi, artritis

Lidah : ulkus, nodus

Larings : suara parau

Testis : ginekomastia, epididimitis akut, orkitis, atrofi

Kelenjar limfe : limfadenitis

Rambut : alopesia, madarosis

Ginjal : glomerulonefritis, amilodosis ginjal, pielonefritis, nefritis interstitial.

Tanda-tanda penyakit kusta bermacam-macam, tergantung dari tingkat atautipe dari penyakit tersebut. Di dalam tulisan ini hanya akan disajikan tanda-tandasecara umum tidak terlampau mendetail, agar dikenal oleh masyarakat awam, yaitu:Adanya bercak tipis seperti panu pada badan/tubuh manusiaPada bercak putih ini pertamanya hanya sedikit, tetapi lama-lama semakinmelebar dan banyak.Adanya pelebaran syaraf terutama pada syaraf ulnaris, medianus, aulicularismagnus seryta peroneus. Kelenjar keringat kurang kerja sehingga kulitmenjadi tipis dan mengkilat.Adanya bintil-bintil kemerahan (leproma, nodul) yarig tersebar pada kulitAlis rambut rontokMuka berbenjol-benjol dan tegang yang disebut facies leomina (muka singa)Gejala-gejala umum pada lepra, reaksi :Panas dari derajat yang rendah sampai dengan menggigil.Anoreksia.Nausea, kadang-kadang disertai vomitus.Cephalgia.Kadang-kadang disertai iritasi, Orchitis dan Pleuritis.Kadang-kadang disertai dengan Nephrosia, Nepritis dan hepatospleenomegali.Neuritis.

Page 7: Ada kusta diantara kita 2

Epidemiologi Penyakit KustaCara-cara penularan penyakit kusta sampai saat ini masih merupakan tandatanya. Yang diketahui hanya pintu keluar kuman kusta dari tubuh si penderita, yakniselaput lendir hidung. Tetapi ada yang mengatakan bahwa penularan penyakit kustaadalah:a. Melalui sekret hidung, basil yang berasal dari sekret hidung penderita yang sudahmengering, diluar masih dapat hidup 2–7 x 24 jam.b. Kontak kulit dengan kulit. Syarat-syaratnya adalah harus dibawah umur 15 tahun,keduanya harus ada lesi baik mikoskopis maupun makroskopis, dan adanyakontak yang lama dan berulang-ulang.Klinis ternyata kontak lama dan berulang-ulang ini bukanlah merupakanfaktor yng penting. Banyak hal-hal yang tidak dapat di terangkan mengenaipenularan ini sesuai dengan hukum-hukum penularan seperti halnya penyakitpenyakiterinfeksi lainnya.Menurut Cocrane (1959), terlalu sedikit orang yang tertular penyakit kustasecara kontak kulit dengan kasus-kasus lepra terbuka.Menurut Ress (1975) dapat ditarik kesimpulan bahwa penularan danperkembangan penyakit kusta hanya tergantung dari dua hal yakni jumlah ataukeganasan Mocrobakterillm Leprae dan daya tahan tubuh penderita. Disamping itufaktor-faktor yang berperan dalam penularan ini adalah :- Usia : Anak-anak lebih peka dari pada orang dewasa- Jenis kelamin : Laki-laki lebih banyak dijangkiti- Ras : Bangsa Asia dan Afrika lebih banyak dijangkiti- Kesadaran sosial :Umumnya negara-negara endemis kusta adalah negaradengan tingkat sosial ekonomi rendah- Lingkungan : Fisik, biologi, sosial, yang kurang sehat

Penyakit ini diduga berasal dari Afrika atau Asia Tengah yang kemudianmenyebar keseluruh dunia lewat perpindahan penduduk ini disebabkan karenaperang, penjajahan, perdagangan antar benua dan pulau-pulau.Berdasarkan pemeriksaan kerangka-kerangka manusia di Skandinaviadiketahui bahwa penderita kusta ini dirawat di Leprosaria secara isolasi ketat.Penyakit ini masuk ke Indonesia diperkirakan pada abad ke IV-V yang didugadibawa oleh orang-orang India yang datang ke Indonesia untuk menyebarkanagamanya dan berdagang.

Diagnosa Penyakit Kusta

Menyatakan (mendiagnosa seseorang menderita penyakit kusta menimbulkanberbagai masalah baik bagi penderita, keluarga atapun masyarakat disekitarnya).Bila ada keraguan-raguan sedikit saja pada diagnosa, penderita harus beradadibawah pengamatan hingga timbul gejala-gejala yang jelas, yang mendukungbahwa penyakit itu benar-benar kusta. Diagnosa kusta dan kelasifikasi harus dilihatsecara menyeluruh dari segi :a. Klinis

Page 8: Ada kusta diantara kita 2

b. Bakteriologisc. Immunologisd. HispatologisNamun untuk diagnosa kusta di lapangan cukup dengan ananese danpemeriksaan klinis. Bila ada keraguan dan fasilitas memungkinkan sebaiknyadilakukan pemeriksaan bakteriologis.Kerokan dengan pisau skalpel dari kulit, selaput lendir hidung bawah atau daribiopsi kuping telinga, dibuat sediaan mikrokopis pada gelas alas dan diwarnaidengan teknis Ziehl Neelsen. Biopsi kulit atau saraf yang menebal memberikangambaran histologis yang khas. Tes-tes serologik bukan treponema untuk sifilissering menghasilkan positif palsu pada lepra.

Pengobatan Penyakit KustaPengobatan penyakit kusta dilakukan dengan Dapson sejak tahun 1952 diIndonesia, memperhatikan hasil yang cukup memuaskan, hanya saja pengobatanmono terapi ini sering mengakibatkan timbul masalah resistensi, hal ini disebabkanoleh karena :Dosis rendah pengobatan yang tidak teratur dan terputus akibat dari leprareaksiWaktu makan obat sangat lama sehingga membosankan, akibatnya penderitamakan obat tidak teraturSelain penggunaan Dapson (DDS), pengobatan penderita kusta dapatmenggunakan Lamprine (B663), Rifanficin, Prednison, Sulfat Feros dan vitamin A(untuk menyehatkan kulit yarlg bersisik).Setelah penderita menyelesaikan pengobatan MDT sesuai dengan peraturanmaka ia akan menyatakan RFT (Relasif From Treatment), yang berarti tidak perlulagi makan obat MDT dan dianggap sudah sembuh.Sebelum penderita dinyatakan RFT, petugas kesehatan harus :1. Mengisi dan menggambarkan dengan jelas pada lembaran tambahan RFT secarateliti.* Semua bercak masih nampak.* Kulit yang hilang atau kurang rasa terutama ditelapak kaki dan tangan.* Semua syaraf yang masih tebal.* Semua cacat yang masih ada.2. Mengambil skin semar (sesudah skin semarnya diambil maka penderita langsungdinyatakan RFT tidak perlu menunggu hasil skin semar).3. Mencatat data tingkat cacat dan hasil pemeriksaan skin semar dibuku register.Pada waktu menyatakan RFT kepada penderita, petugas harus memberipenjelasan tentang arti dan maksud RFT, yaitu :Pengobatan telah selesai.Penderita harus memelihara tangan dan kaki dengan baik agar janga sampailuka.Bila ada tanda-tanda baru, penderita harus segera datang untuk periksaanulang.

Page 9: Ada kusta diantara kita 2

Pencegahan Penularan Penyakit KustaHingga saat ini tidak ada vaksinasi untuk penyakit kusta. Dari hasil penelitiandibuktikan bahwa kuman kusta yang masih utuh bentuknya, lebih besarkemungkinan menimbulkan penularan dibandingkan dengan yang tidak utuh. Jadifaktor pengobatan adalah amat penting dimana kusta dapat dihancurkan, sehinggapenularan dapat dicegah. Disini letak salah satu peranan penyuluhan kesehatankepada penderita untuk menganjurkan kepada penderita untuk berobat secarateratur.Pengobatan kepada penderita kusta adalah merupakan salah satu carapemutusan mata rantai penularan. Kuman kusta diluar tubuh manusia dapat hidup24-48 jam dan ada yang berpendapat sampai 7 hari, ini tergantung dari suhu dancuaca diluar tubuh manusia tersebut. Makin panas cuaca makin cepatlah kumankusta mati. Jadi dalam hal ini pentingnya sinar matahari masuk ke dalam rumah danhindarkan terjadinya tempat-tempat yang lembab.Ada beberapa obat yang dapat menyembuhkan penyakit kusta. Tetapi kitatidak dapat menyembuhkan kasus-kasus kusta kecuali masyarakat mengetahui adaobat penyembuh kusta, dan mereka datang ke Puskesmas untuk diobati. Dengandemikian penting sekali agar petugas kusta memberikan penyuluhan kusta kepadasetiap orang, materi penyuluhan kusta kepada setiap orang, materi penyuluhanberisikan pengajaran bahwa :a. Ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit kustab. Sekurang-kurangnya 80 % dari semua orang tidak mungkin terkena kustac. Enam dari tujuh kasus kusta tidaklah menular pada orang laind. Kasus-kasus menular tidak akan menular setelah diobati kira-kira 6 bulan secaraterature. Diagnosa dan pengobatan dini dapat mencegah sebagian besar cacat fisik

PENANGGULANGAN PENYAKIT KUSTAPenanggulangan penyakit kusta telah banyak diderigar dimana-mana denganmaksud mengembalikan penderita kusta menjadi manusia yang berguna, mandiri,produktif dan percaya diri.Metode penanggulangan ini terdiri dari : metode pemberantasan danpengobatan, metode rehabilitasi yang terdiri dari rehabilitasi medis, rehabilitasisosial, rehabilitasi karya dan metode pemasyarakatan yang merupakan tujuan akhirdari rehabilitasi, dimana penderita dan masyarakat membaur sehingga tidak adakelompok tersendiri. Ketiga metode tersebut merupakan suatu sistem yang salingberkaitan dan tidak dapat dipisahkan.

KOMPLIKASI

Seseorang yang merasakan dirinya menderita penyakit kusta akanmengalami trauma psikis. Sebagai akibat dari trauma psikis ini, si penderita antaralain sebagai berikut :a. Dengan segera mencari pertolongan pengobatan.b. Mengulur-ulur waktu karena ketidaktahuan atau malu bahwa ia atau keluarganyamenderita penyakit kusta.©2003 Digitized by USU digital library 6

Page 10: Ada kusta diantara kita 2

c. Menyembunyikan (mengasingkan) diri dari masyarakat sekelilingnya, termasukkeluarganya.d. Oleh karena berbagai masalah, pada akhirnya si penderita bersifat masa bodohterhadap penyakitnya.Sebagai akibat dari hal-hal tersebut diatas timbullah berbagai masalah antaralain:1. Masalah terhadap diri penderita kustaPada umumnya penderita kusta merasa rendah diri, merasa tekan batin, takutterhadap penyakitnya dan terjadinya kecacatan, takut mengahadapi keluarga danmasyarakat karena sikap penerimaan mereka yang kurang wajar. Segan berobatkarena malu, apatis, karena kecacatan tidak dapat mandiri sehingga beban bagiorang lain (jadi pengemis, gelandangan dsb).2. Masalah Terhadap Keluarga.Keluarga menjadi panik, berubah mencari pertolongan termasuk dukun danpengobatan tradisional, keluarga merasa takut diasingkan oleh masyaratdisekitarnya, berusaha menyembunyikan penderita agar tidak diketahuimasyarakat disekitarnya, dan mengasingkan penderita dari keluarga karena takutketularan.3. Masalah Terhadap Masyarakat.Pada umumnya masyarakat mengenal penyakit kusta dari tradisi kebudayaan danagama, sehingga pendapat tentang kusta merupakan penyakit yang sangatmenular, tidak dapat diobati, penyakit keturunan, kutukan Tuhan, najis danmenyebabkan kecacatan. Sebagai akibat kurangnya pengetahuan/informasitentang penyakit kusta, maka penderita sulit untuk diterima di tengah-terigahmasyarakat, masyarakat menjauhi keluarga dari perideita, merasa takut danmenyingkirkannya. Masyarakat mendorong agar penderita dan keluarganyadiasingkan.

B. KONSEP KEPERAWATAN

Pengkajian

1. pengumpulan dataa. Identitas

Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku dan kebangsaan, pendidkan , pekerjaan, alamat, nomor registrasi, tanggal masuk RS, diagnosa medis.

b. Keluhan utamaKeluhan yang paling dirasakan yaitu gangguan pada bagian integumen

c. Riwayat penyakit sekarangAlasan masuk rumah sakit

klien mengatakan masuk Rumah Sakit karena kusta yang dirasakan pada bagian integumen semakin parah.

Page 11: Ada kusta diantara kita 2

d. Riwayat kesehatan dahulu Mempunyai riwayat penyakit integumen

e. Riwayat kesehatan keluargaTerdapat riwayat pada keluarga dengan penyakit kusta

f. Aktivitas/istrahat Gejala : terjadi gangguan aktivtas

g. makanan / cairan Gejala : terjadi gangguan nutrisi

h. Nyeri / kenyamanan Gejala ; Nyeri ringan dirasakan pada bagian integumen, hipertermi,

i. penyuluhan / pembelajaran gejala : kurang pengetahuan mengenai penyakit

pertimbangan rencana pemulangan : DR menunjukkan rerata lamanya dirawat (biasanya dilakukan sebagai

prosedur pasien rawat jalan).

j. Data psikologiPerlu dikaji konsep diri, apakah ada gangguan dan bagaimana persepsi klien akan penyakitnya terhadap konsep dirinya

k. Data sosial Bagaimana hubungan klien dengan keluarga dan bagaimana peran klien di rumah dan di rumah sakit

l. Data spiritualBagaimana persepsi klien terhadap penyakit dan hubungan dengan agama yang dianut

m. Pemeriksaan fisik Secara umum :

Meliputi keadaan klien Kesadaran klien Observasi tanda-tanda vital : tekanan darah, Nadi, suhu, dan respirasi TB dan BB untuk mengetahui keadaan nutrisi

Secara khusus:

Page 12: Ada kusta diantara kita 2

Dilakukan secara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi yang meliputi dari chepalo kearah kaudal terhadap semua organ tubuh antara lain :

Rambut Mata,telinga, Hidung, mulut Tenggorokan Leher Dada Abdomen Genetalia Musculoskeletal Integument

6. Diagnosa Keperawatan1. Gangguan konsep diri : HDR b/d inefektif koping indifidu

2. Gangguan rasa nyaman : nyeri b/d proses infeksi

3. Gangguan aktivitas b/d post amputasi

4. Resti injuri b/d invasif bakteri

5. Kecemasan b/d perubahan status kesehatan

6. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d kusta pada daerah mulut, hidung

7. Gangguan integritas kulit b/d lesi pada integument

8. Bersihan jalan napas inefektif b/d deformitas pada hidung

7. Intervensi

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah berhubungan dengan inefektif koping indifidu

Tujuan :

Klien dapat memnerima perubahan dirinya setelah diberi penjelasan dengan kriteria hasil :

Klien dapat menerima perubahan dirinya

Page 13: Ada kusta diantara kita 2

Klien tidak merasa kotor (selalu menjaga kebersihan)

Klien tidak merasa malu

Intervensi :

Bantu klien agar realistis, dapat menerima keadaanya dengan menjelaskan bahwa perubahan fisiknya tidak akan kembali normal.

Ajarkan pada klien agar dapat selalu menjaga kebersihan tubuhnya dan latihan otot tangan dan kaki untuk mencegah kecacatan lebih lanjut.

Anjurkan klien agar lebih mendekatkan pada Tuhan YME.

Gangguan rasa nyaman : nyeriberhubungan dengan luka amputasi

Tujuan :

Rasa nyaman terpenuhi dan nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan, dengan kriteria hasil :

Klien merasakan nyeri berkurang di daerah operasi Klien tenang

Pola istirahat-tidur normal, 7-8 jam sehari

Intervensi :

1. Kaji skala nyeri klien2. Alihkan perhatian klien terhadap nyeri

3. Monitor keadaan umum dan tanda-tanda vital

4. Awasi keadaan luka operasi

5. Ajarkan cara nafas dalam & massage untuk mengurangi nyeri

6. Kolaborasi untuk pemberian obat antibiotik dan analgetik.

Perubahan pola aktivitas berhubungan dengan post amputasi

Tujuan :

Page 14: Ada kusta diantara kita 2

Klien dapat beraktivitas mandiri sesuai keadaan sekarang setelah dilakukan tindakan keperaatan dengan kriteria hasil :

Klien dapat beraktivitas mandiri Klien tidak diam di tempat tidur terus

Intervensi :

1. Motivasi klien untuk bisa beraktivitas sendiri2. mengajarkan Range of Motion : terapi latihan post amputasi

3. Motivasi klien untuk dapat melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya.

Kecemasan b/d perubahan status kesehatan

Tujuan : menyatakan kesadaran perasaan dan menerimanya dengan cara sehat

Mengatakan ansietas atau ketakutan menurun sampai tingkat di tangani

Intervensi :

1. Berikan penmjelasan dengan sering dan inforrmasi tentang prosedir perawatan

R/ ; pengetahuan apa yang diharapkan menurunkan ketakutan dan ansietas

2. Tunjukkan keinginan untuk mendengar dan berbicara pada pasien bila prosedur bebas dari nyeri

R/ : membantu pasien dan orang terdekat untuk menmgetahui bahwa dukungan tersedia dan bahwa pemberi asuhan tertarik pada orang tersebut

3. Berikan orientasi konstan dan konsistetn

R/ : membantu pasien tetap berhubungan dengan lingkungan dan realitas

Kolaborasi :

1. Libatkan seluruh Tim kesehatan dari mulai penerinmaan sampai pulang termasuk pekerja social dan sumber psikiatrik

Page 15: Ada kusta diantara kita 2

R/ : memberikan system pendukung lebih luas dan meningkatkan kesinambungan perawatan dan kordinasi aktivitas

Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d kusta pada daerah mulut, hidung

Tujuan dan criteria hasil : menunjukkan pemasukan nitrisi adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolic di buktikan oleh berat badan stabil

Intervensi :

1. Pertahankan jumlah kalori tetap , tim bang tiap hari , kaji ulang persen area permukaan tubuh terbuka

R/ : pedokman tepat untuk penmasukan kalori tepat

2. Berikan makanna sdikit tapi sering

R/ : membantu mencegah distensi gaster/ ketidak nyamanan dan meningkatkan pemasukan

3. Dorong pasien memandfang diet sebagai pengopbatan dan untuk membuat pilihan maknanatau minuman tinggi kalori atau protein

R/ : kalori dan protein di perlikan untuk mempertahankan berat badan kebutuhan metabolic dan menigkatkan penyembuhan

4. Beriakn kenbersihan oral sebelum makan

R/ ; mulut atau palatum bersih meningkatkan rasa dan membantu napsu makan yang baik

Kolaborasi :

1. Pasang ataun pertahankan makanna sedikit malalui selang anterik / tambahan jika di butuhkan

R/ ; memberikan makan kontinyu bila pasien rtidak mampu untuk mengkomsumsi kalori total harian secara oral

Gangguan integritas kulit b/d lesi pada integument

Page 16: Ada kusta diantara kita 2

Tujuan dan criteria hasil : menunjukkan regenerasi jaringan mencapai penyuluhan

Intervensi :

1. Hindari atau kurangi kontak dengan agen atau bahan yang diketahuin mencetuskan reaksi kulit atau kekambuhan lesi kulit

R/ : pasien dapat terhindar darin agen pencetus sehingga mikroorganisme tidak dapat masuk

2.3.

Bersihan jalan napas inefektif b/d deformitas pada hidung

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN INDIVIDU

No.RM :………………..Tanggal :……………….Tempat :……………….

Page 17: Ada kusta diantara kita 2

I. DATA UMUM1. Identitas klien

Nama : Ny.H Umur : 40 Tahun

Jenis Kelamin : PerempuanTTL : Kendari, 1 Februari 1969

Status perkawinan : menikah Pendidikan terakhir : SMA Pekerjaan : Ibu rumah tangga Alamat : Lorong Melati No. 5 Blok E Tanggal Masuk RS : 29 Maret 2009 Golongan darah : A Agama : Islam Suku : Tolaki Lama Bekerja : - Telp : - Ruangan : Anggrek Sumber Informasi : suami

2. Penanggung jawab/ pengantarNama : Tn. MPendidikan terakhir : SMAAlamat : Lorong Melati No. 5 Blok EUmur : 42 TahunPekerjaan : Buruk Pabrik

II. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI

1. Keluhan Utama : klien mengatakan sesak napas2. Alasan masuk RS : keluarga klien mengatakan klien telah menderita penyakit kusta3. Riwayat penyakit :

Provocative : penumpukan secret, deformitas hidung Quality : sesak yang dirasakan sangat mengganggu Region : pada bagian hidung Severity : -

Timing : continue

Page 18: Ada kusta diantara kita 2

III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

1. Penyakit yang pernah dialami Saat kecil / kanak – kanak : klien mengatakan bahwa klien pernah mengalami

varicella Riwayat perawatan : klien tidak pernah dirawat di Rumah Sakit

Riwayat pengobatan : -Riwayat Alergi : klien mengatakan, klien tidak pernah alergi

terhadap makanan apapun2. Riwayat Imunisasi : Klien mengatakan imunisasi lengkap

IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Keteragan : =laki-laki

= Perempuan = Meninggal = Klien G1 = ayah klien meninggal tidak ditahu sebabnya,

Ibu klien teelah meninggal karena penyakit kusta Ayah mertua klien telah meninggal karena kecelakaan Ibu mertua klien telah meninggal karena kecelakaan

GII = klien anak pertama dari dua bersaudara Suami klien anak ketiga dari tiga bersaudara

Klien tinggal bersama dengan suami dan kedua anaknyaGIII = anak pertama klien laki-laki dan anak kedua klien perempuan.

RIWAYAT PSIKO – SOSIO – SPIRITUAL

1. Pola koping : koping individu klien tak efektif, di tandai klien mengatakan tidak tahan dengan kondisinys seperti ini, klien tampak putus asa

Page 19: Ada kusta diantara kita 2

2. Harapan dengan penyakitnya : klien dan keluarga berharap penyakit klien dapat sembuh setelah masuk Rumah Sakit

3. Factor stressor : klien tampak stress, cemas

4. Konsep diri : klien sangat terganggu dengan penyakitnya, klien malu dengan kondisinya

5. Pengetahuan klien tentang penyakitnya : klien tidak mengetahui tentang penyakitnya.anak

klien mengatakan, klien dan keluarga tidak mengetahui tentang hal-hal yang dapat menyebabkan kusta, prosedur tindakan dan pengobatan serta prognosis kesembuhan klien.

6. Adaptasi : klien kurang beradaptasi di lingkungan keluarga, masyarakat dan rumah sakit.

7. Hubungan dengan anggota keluarga : kurang baik

8. Hubungan dengan masyarakat : klien kurang berinteraksi dengan tetangganya karena

malu dengan penyakitnya9. Perhatian terhadap orang

lain dan lawan bicara : kurang baik10. Aktifitas sosial : klien tidak melakukan aktivitas sosial 11. Bahasa yang sering

digunakan : klien sering menggunakan bahasa indonesia12. Keadaan lingkungan : lingkungaan di sekitar tempat tinggal klien cukup

kotor13. Kegiatan keagamaan /

pola ibadah : klien sering melaksanakan kewajibannya yaitu shalat 5 waktu dan mengaji

14. Keyakinan tentang kesehatan : Klien menyerahkan sepenuhnya kesembuhan

penyakitnya kepada Allah SWT

V. KEBUTUHAN DASAR/POLA KEBIASAAN SEHARI – HARI

1. MakanSebelum MRS : suami klien mengatakan makan 3x sehari dengan porsi yang

sedikit, klien sering makan bubur

Page 20: Ada kusta diantara kita 2

Setelah MRS : Klien makan 3 x sehari, porsi diatur sesuai yang di sediakan di RS, klien mengalami penurunan nafsu makan, klien tidak mengalami gangguan nutrisi

2. Minum Sebelum MRS : Klien minum 6-7 gelas sehari, Setelah MRS : Klien minum 6-7 gelas sehari, dalam hal ini klien tidak

mengalami gangguan pola minum.3. Tidur

Sebelum MRS : klien jarang tidur siang, pada malam hari tidur jam 21.00 dan bangun jam 05.00 pagi

Setelah MRS : Klien tidur siang sekitar 1-2 jam dan tidur malam klien pukul 20.30, dan bangun pukul 05.00, klien tidak mengalami gangguan pola tidur.

4. Pola Eliminasi fekal/BABSebelum MRS : - Frekuensi : 1x sehari- Waktu : pagi hari- Konsistensi : normal Setelah MRS : - Frekuensi : 1 x sehari- Waktu : pagi hari- Konsistensi : normal seperti orang sehat. Klien tidak mengalami gangguan

eliminasi fekal5. Pola Eliminasi urine

Sebelum MRS : - Frekuensi : 3-4 jam sekali dalam sehari Waktu- Warna : kuning- Bau : amoniaSetelah MRS :

- Frekuensi : 3-4 jam sekali dalam sehari, klien tidak mengalami gangguan eliminasi urine.

6. Aktifitas dan latihan Sebelum MRS : suami klien mengatkan sejak klien mengalami kusta, klien

tidak pernah melakukan aktivitas yang berat, aktivitas yang di lakukan klien hanya dalam lingkup keluarga

Setelah MRS : Klien tidak pernah melakukan aktivitas sebagaimana biasanya.7. Personal Hygiene

Page 21: Ada kusta diantara kita 2

Sebelum MRS : klien mandi 1 x sehari, mencuci rambut 1x seminggu, memotong kuku 1 minggu sekali. Klien dibantu dengan keluarga

Setelah MRS : Klien mandi 2 x sehari dan dibantu perawat

VII. PEMERIKSAAN FISIKHari : tgl : 30 jam : 08.00

1. Keadaan UmumKehilangan BB : Klien tidak mengalami penurunan berat badan selama sakit,

BB klien sebelum sakit sama dengan ketika klien berada di RS

Kelemahan : Klien tidak mengalami kelemahan,Perubahan Mood : Klien tampak kurang mood dalam menjalani kehidupan

sehari-hariTanda-tanda vital :- Suhu : 39,5oC- Nadi : 90x / menit- pernapasan : 32 kali / menit- Tekanan darah : 130 / 80 mmHg

Ciri – ciri tubuh :- Tinggi badan : 157 cm- BB : 52 Kg- Rambut : lurus ,pendek, hitam dan tidak berketombe serta tampak bersih

- Kulit : ditemukan adanya ruam pada daerah badan,wajah,tangan dan kakiTingkat Kesadaran : composmetis

2. Head TO Toe

Kulit/ integumen: a. Inspeksi : ditemukan adanya ruam pada daerah badan,wajah,tangan dan kaki

Kepala dan rambuta. Inspeksi

- Bentuk kepala normal- Simetris kiri dan kanan- Kulit kepala terdapat ketombe- Warna rambut hitam lurus

Page 22: Ada kusta diantara kita 2

- Tidak mudah rontok- Tidak ada bekas luka diatas kepala

b. Palpasi- Tidak ada nyeri tekan- Tidak benjolan/massa

Wajah a. Inspeksi

- Wajah simetris kiri kanan- Tidak ada bekas luka / benjolan- Ekspresi wajah klien tampak cemas

b. Palpasi- Tidak ditemukan benjolan.- Tidajk ada udema- Tidak ada nyeri tekan di sekitar wajah klien

Mata/penglihatan a. Inspeksi

- Bentuknya simetris kiri dan kanan- Konjungtiva normal- Tidak ada kelainan pada pupil- Klien menggunakan alat bantu kaca mata dalam membaca tulisan, tatapi

dalam melakukan aktiivitas jarang memakai kaca mata b. Palpasi

- Tidak ditemukan benjolan- Tidak ada nyeri tekan

Hidung a. Inspeksi

- Terdapat akumulasi sekret- Deformitas pada hidung- Fungsi penciuman kurang baik

b. Palpasi- Tidak ada nyeri tekan pada bagian hidung klien

Telingaa. Inspeksi

- Tidak ada cairan yang keluar dari telinga- Tidak tampak adanya peradangan- Rongga telinga tampak bersih- Telinga klien simetris kiri dan kanan- Tidak terlihat deformitas

Page 23: Ada kusta diantara kita 2

- Klien tidak Kehilangan fungsi pendengaranb. Palpasi - Tidak ada nyeri tekan pada daerah telinga

Mulut dan Gigia. Inspeksi

- Rongga mulut bersih- Tidak ada peradangan pada gusi- Tidak ada caries- Tidak ada gangguan menelan dan mengunyah

b. Palpasi- Tidak ada nyeri tekan

Lehera. Inspeksi

- Tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid- Tidak ada pembesaran vena juga laris- Tidak ada udema

b. Palpasi- Tidak ada nyeri tekan pada leher

Dada a. Inspeksi

- Dada kiri dan kanan simetris- Pergerakan/pengembangan dada tidak sama ketika ekspirasi dan inspirasi

b. Palpasi- Tidak ada nyeri tekan pada daerah dada

c. Askultasi- inspirasi > ekspirasi

Jantung / TDPalpasi- Denyut nadi 90 x / menitAskultasi- Bunyi jantung normal

Abdomena. Inspeksi

- Tidak tampak pembesaran abdomen secara abnormal- Terdapat ruam pada bagian badan

b. Palpasi- Tidak ada masa / nyeri tekan - Tidak ada nyeri tekan pada daerah abdomen

Page 24: Ada kusta diantara kita 2

c. Auskultasi- Peristaltik usus normal

Ekstremitas- pengecilan kaki dan tangan- Ekstremitas atas dan bawah tidak normal

Kulit- ditemukan adanya ruam pada daerah badan,wajah,tangan dan kaki

2. pengkajian data fokus ( pengkajian sistem) sistem pendengaran :

- Tidak ada cairan yang keluar dari telinga - Tidak tampak adanya peradangan- Rongga telinga tampak bersih- Telinga klien simetris kiri dan kanan- Tidak terlihat deformitas- Tidak Kehilangan fungsi pendengaran - Tidak memakai alat bantu pendengaran

Sistem penglihatan

- Bentuknya simetris kiri dan kanan- Konjungtiva normal- Tidak ada kelainan pada pupil- Klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan- Tidak ditemukan benjolan- Tidak ada nyeri tekan

Sistem urinaria- Tidak terjadi gangguan pada sistem urinaria

Sistem respiratory- terjadi gangguan pada sistem repiratory- Pernapasan 32 kali / menit- Deformitas pada hidung- Terdapat akumulasi sekret

KLASIFIKASI DATA Data subyektif

Page 25: Ada kusta diantara kita 2

Klien mengatakan penyakitnya ini merupakan penyakit keturunan karena sebelumnya almarhumah ibu Ny.H juga mengalami penyakit yang sama

Klien mengatakan klien jarang keluar rumah karena malu dengan tetangganya

klien melaporkan bahwa klien menderita penyakit kusta

klien mengatakan sesak napas

Data obyektif

Terdapat akumulasi sekret

Ditemukan adanya ruam pada daerah badan,wajah,tangan dan kaki

Pemeriksaan TTV menunjukkan TD=130/80 mmHg,Nadi=90x/menit,P=32x/menit dan suhu 39,50C

klien tampak stress, cemas

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan napas inefektif berhubungan dengan deformitas,ditandai dengan akumulasi secret

2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan infeksi bakteri, ditandai dengan ruam pada kulit

3. Hipertermi behubungan dengan infeksi, ditandai dengan suhu badan 39,50C

4. Gangguan konsep diri : HDR berhubungan dengan inefektif koping individu, ditandai dengan klien jarang keluar rumah

Page 26: Ada kusta diantara kita 2