AD-ART-IPHI.pdf

18
1 ANGGARAN DASAR IKATAN PERSAUDARAAN HAJI INDONESIA MUQADIMAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM Bahwa kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 adalah suatu karunia dan berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa kepada seluruh bangsa Indonesia. Bahwa dengan kemerdekaan tersebut, telah membuka jalan bagi keinginan luhur para pendiri Negara Indonesia merdeka agar kaum muslimin Indonesia dapat menunaikan Ibadah Haji ke Tanah Suci dengan aman, mudah, tertib, lancar dan khidmat serta memperoleh haji mabrur. Untuk tercapainya maksud tersebut diperlukan suasana yang kondusif bagi kaum muslimin yang akan melaksanakan ibadah haji. agar calon jamaah haji lebih siap dan mandiri dalam menunaikan ibadah haji. Untuk itu diperlukan pembinaan yang meliputi bimbingan, penyuluhan dan penerangan. Bahwa para haji Indonesia menyadari sedalam-dalamnya, negara berkewajiban melindungi segenap bangsanya dan seluruh tumpah darahnya dengan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka pengamalan haji mabrur merupakan panggilan dan sekaligus jawaban nurani dan naluri para haji Indonesia. Bahwa para haji Indonesia merupakan potensi yang dapat dikembangkan, diarahkan, dan dibina guna berperan aktif dalam pembangunan Indonesia untuk meningkatkan mutu kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara terutama melalui pengabdian dan pengamalan ajaran agama Islam. Bahwa berdirinya organisasi Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia merupakan keinginan para haji untuk meningkatkan kesatuan dan persatuan bangsa, keimanan, dan ketaqwaan serta amal nyata dalam upaya melestarikan kemabruran hajinya. Maka dengan penuh kesadaran seraya memohon hidayah Allah SWT. Muktamar V Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia sebagai organisasi kebajikan, merupakan wadah untuk menampung dan penyalur aspirasi hujjaj yang berpedoman pada ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku, dengan Anggaran Dasar sebagai berikut : BAB I NAMA, KEDUDUKAN, DAN WAKTU Pasal 1 (1) Organisasi ini bernama Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia disingkat IPHI dan selanjutnya disebut "PERSAUDARAAN HAJI". (2) Kedudukan "PERSAUDARAAN HAJI" meliputi seluruh wilayah Republik Indonesia dan bila memungkinkan perwakilan di luar negeri. (3) "PERSAUDARAAN HAJI" didirikan oleh Muktamar organisasi-organisasi Persaudaraan Haji tanggal 24 Sya'ban 1410 Hijriyah bertepatan dengan tanggal 22 Maret 1990 Miladiyah,

Transcript of AD-ART-IPHI.pdf

Page 1: AD-ART-IPHI.pdf

1

ANGGARAN DASAR

IKATAN PERSAUDARAAN HAJI INDONESIA

MUQADIMAH

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Bahwa kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945

adalah suatu karunia dan berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa kepada seluruh bangsa

Indonesia.

Bahwa dengan kemerdekaan tersebut, telah membuka jalan bagi keinginan luhur para

pendiri Negara Indonesia merdeka agar kaum muslimin Indonesia dapat menunaikan Ibadah Haji

ke Tanah Suci dengan aman, mudah, tertib, lancar dan khidmat serta memperoleh haji mabrur.

Untuk tercapainya maksud tersebut diperlukan suasana yang kondusif bagi kaum muslimin yang

akan melaksanakan ibadah haji. agar calon jamaah haji lebih siap dan mandiri dalam menunaikan

ibadah haji. Untuk itu diperlukan pembinaan yang meliputi bimbingan, penyuluhan dan

penerangan.

Bahwa para haji Indonesia menyadari sedalam-dalamnya, negara berkewajiban

melindungi segenap bangsanya dan seluruh tumpah darahnya dengan memajukan kesejahteraan

umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka pengamalan haji mabrur

merupakan panggilan dan sekaligus jawaban nurani dan naluri para haji Indonesia.

Bahwa para haji Indonesia merupakan potensi yang dapat dikembangkan, diarahkan, dan

dibina guna berperan aktif dalam pembangunan Indonesia untuk meningkatkan mutu kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara terutama melalui pengabdian dan pengamalan ajaran

agama Islam.

Bahwa berdirinya organisasi Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia merupakan keinginan

para haji untuk meningkatkan kesatuan dan persatuan bangsa, keimanan, dan ketaqwaan serta

amal nyata dalam upaya melestarikan kemabruran hajinya.

Maka dengan penuh kesadaran seraya memohon hidayah Allah SWT. Muktamar V

Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia sebagai organisasi kebajikan, merupakan wadah untuk

menampung dan penyalur aspirasi hujjaj yang berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku, dengan Anggaran Dasar sebagai berikut :

BAB I

NAMA, KEDUDUKAN, DAN WAKTU

Pasal 1 (1) Organisasi ini bernama Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia disingkat IPHI dan selanjutnya

disebut "PERSAUDARAAN HAJI".

(2) Kedudukan "PERSAUDARAAN HAJI" meliputi seluruh wilayah Republik Indonesia dan

bila memungkinkan perwakilan di luar negeri.

(3) "PERSAUDARAAN HAJI" didirikan oleh Muktamar organisasi-organisasi Persaudaraan

Haji tanggal 24 Sya'ban 1410 Hijriyah bertepatan dengan tanggal 22 Maret 1990 Miladiyah,

Page 2: AD-ART-IPHI.pdf

2

yang diprakarsai oleh organisasi Persaudaraan Haji Indonesia, untuk waktu yang tidak

ditentukan.

BAB II

AKIDAH DAN ASAS

Pasal 2 "PERSAUDARAAN HAJI" berakidah Islam dan berasaskan Pancasila.

BAB III

SIFAT, TUJUAN, TUGAS, DAN FUNGSI

Pasal 3

SIFAT "PERSAUDARAAN HAJI" merupakan organisasi kebajikan bersifat independen.

Pasal 4

TUJUAN "PERSAUDARAAN HAJI" bertujuan untuk memelihara dan mengupayakan pelestarian haji

mabrur guna meningkatkan partisipasi umat dalam pembangunan bangsa dan negara yang

diridhoi Allah SWT.

Pasal 5

TUGAS "PERSAUDARAAN HAJI" bertugas melaksanakan pembinaan, bimbingan, penyuluhan, dan

penerangan kepada calon jamaah haji/prahaji dan pasca haji.

Pasal 6

FUNGSI "PERSAUDARAAN HAJI" berfungsi sebagai :

1. Wahana penghimpun potensi para haji Indonesia, penyerap dan penyalur aspirasi umat.

2. Organisasi Kemasyarakatan untuk menyukseskan program pembangunan bangsa.

3. Sarana untuk mempererat ukhuwah Islamiyah sesama umat.

BAB IV

PROGRAM UMUM

Pasal 7 (1) "PERSAUDARAAN HAJI" menyusun program umum yang sistematis, terarah, terpadu, dan

berkesinambungan.

(2) Program Umum "PERSAUDARAAN HAJI" ditetapkan oleh Muktamar.

BAB V

K E A N G G O T A A N

Pasal 8 (1) Anggota Persaudaraan Haji adalah umat Islam Indonesia yang telah menunaikan ibadah haji.

(2) Syarat-syarat menjadi anggota, hak dan kewajiban serta pemberhentiannya diatur di dalam

Anggaran Rumah Tangga.

Page 3: AD-ART-IPHI.pdf

3

BAB VI

SUSUNAN ORGANISASI, KEPENGURUSAN,

HUBUNGAN KERJA, SERTA RANGKAP JABATAN

Pasal 9

SUSUNAN ORGANISASI (1) Susunan organisasi “PERSAUDARAAN HAJI” terdiri atas :

1. Tingkat Pusat.

2. Tingkat Wilayah.

3. Tingkat Daerah.

4. Tingkat Cabang.

5. Tingkat Ranting.

6. Perwakilan Luar Negeri.

Pasal 10

KEPENGURUSAN (1) Kepengurusan “PERSAUDARAAN HAJI” tersusun atas :

a. Pengurus Pusat berkedudukan di Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia.

b. Pengurus Wilayah berkedudukan di Ibukota Provinsi.

c. Pengurus Daerah berkedudukan di Kabupaten/Kota.

d. Pengurus Cabang berkedudukan di Kecamatan.

e. Pengurus Ranting berkedudukan di Kelurahan/Desa.

f. Pengurus Perwakilan Luar Negeri (bila memungkinkan)

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kepengurusan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 11

HUBUNGAN KERJA Hubungan kerja antara Pengurus Pusat dengan Pengurus Wilayah, Pengurus Daerah, Pengurus

Cabang, Pengurus Ranting, dan sebaliknya, merupakan hubungan kerja vertikal organisatoris,

termasuk dengan Pengurus Perwakilan dari Luar Negeri bila ada.

Pasal 12

RANGKAP JABATAN Seorang pengurus tidak diperbolehkan merangkap jabatan dalam kepengurusan Ikatan

Persaudaraan Haji Indonesia dalam masa bakti yang sama.

BAB VII

MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT

Pasal 13 Musyawarah dan rapat-rapat "PERSAUDARAAN HAJI" diatur di dalam Anggaran Rumah

Tangga.

BAB VIII

KEUANGAN DAN KEKAYAAN

Pasal 14 Keuangan dan kekayaan "PERSAUDARAAN HAJI" diatur di dalam Anggaran Rumah Tangga.

Page 4: AD-ART-IPHI.pdf

4

BAB IX

LAMBANG, ATRIBUT, MARS DAN HYMNE

Pasal 15 (1) Lambang dan atribut "PERSAUDARAAN HAJI" berbentuk Ka’bah dengan 2 (dua) menara

Mesjid, dilingkari rantai berwarna kuning emas dengan tulisan IPHI di bagian bawah.

(2) Mars dan Hymne IPHI adalah pemersatu para hujjaj Indonesia pada umumnya, haji mabrur

pada khususnya.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Lambang, atribut, Mars, dan Hymne sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dan (2) diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB X

BADAN DAN LEMBAGA

Pasal 16 (1) Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia dapat membentuk Badan dan Lembaga

untuk melaksanakan tugas-tugas dalam bidang tertentu.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan dan Lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB X1

PERUBAHAN ANGGARAN DASAR

Pasal 17 Perubahan Anggaran Dasar hanya dapat dilaksanakan melalui Muktamar.

BAB XII

P E M B U B A R A N

Pasal 18 (1) “PERSAUDARAAN HAJI" hanya dapat dibubarkan melalui Muktamar yang

diselenggarakan secara khusus untuk itu.

(2) Dalam hal "PERSAUDARAAN HAJI" dibubarkan, maka kekayaannya dihibahkan kepada

organisasi / lembaga sosial Islam di Indonesia.

BAB XIII

P E N U T U P

Pasal 19

KETENTUAN PENUTUP (1) Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini diatur lebih lanjut di dalam Anggaran

Rumah Tangga.

(2) Anggaran Dasar "PERSAUDARAAN HAJI" ini diubah dan disahkan oleh Muktamar V

Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia yang berlangsung pada tanggal 6 s.d 8 Sya’ban 1431

Hijriyah bertepatan dengan tanggal 18 – 20 Juli 2010 Miladiyah dan berlaku sejak tanggal

ditetapkan.

Ditetapkan di : Palembang

Pada tanggal : 07 Sya’ban 1431 H

19 Juli 2010 M

Page 5: AD-ART-IPHI.pdf

5

ANGGARAN RUMAH TANGGA

IKATAN PERSAUDARAAN HAJI INDONESIA

BAB I

KEANGGOTAAN

Pasal 1

JENIS DAN PERSYARATAN

(1) Keanggotaan Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia terdiri atas :

a. Anggota Biasa.

b. Anggota Luar Biasa.

(2) Syarat menjadi Anggota Biasa :

a. Warga negara Indonesia beragama Islam dan telah menunaikan ibadah haji.

b. Masuk menjadi anggota atas kesadaran sendiri.

c. Bersedia membayar uang pangkal, uang iuran, dan mentaati segala peraturan serta ketentuan

organisasi "PERSAUDARAAN HAJI".

(3) Syarat menjadi Anggota Luar Biasa adalah orang-orang yang beragama Islam, telah

menunaikan ibadah haji, dan berjasa bagi pengembangan dan kemajuan Ikatan Persaudaraan Haji

Indonesia.

Pasal 2

TATA CARA PENERIMAAN

(1) Seorang yang akan menjadi anggota mengajukan surat permohonan kepada Pengurus Ikatan

Persaudaraan Haji Indonesia terdekat.

(2) Pengurus Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia tersebut pada ayat (1) meneruskan kepada

Pengurus Daerah untuk diteliti dan disahkan.

(3) Kepada anggota baru tersebut diberikan Kartu Tanda Anggota (KTA) dan diumumkan

kepada seluruh anggota di daerah tersebut.

Pasal 3

HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA

(1) Anggota "PERSAUDARAAN HAJI" mempunyai hak yang meliputi :

a. Hak untuk berbicara/bersuara.

b. Hak untuk memilih dan dipilih.

c. Hak untuk membela diri.

d. Hak untuk mendapatkan penghargaan.

(2) Setiap anggota berkewajiban untuk :

a. Membayar uang pangkal dan iuran anggota.

b. Menyetujui dan mewujudkan tujuan serta Melaksanakan program “PERSAUDARAAN HAJI”

c. Melaksanakan usaha dan kegiatan “PERSAUDARAAN HAJI”.

d. Memelihara nama baik "PERSAUDARAAN HAJI" dan identitas haji.

Page 6: AD-ART-IPHI.pdf

6

Pasal 4

PEMBERHENTIAN ANGGOTA DAN PEMBELAAN

(1) Seseorang berhenti menjadi anggota, karena :

a. Meninggal dunia.

b. Berhenti atas permohonan sendiri.

c. Diberhentikan karena melanggar disiplin dan / atau merusak nama baik "PERSAUDARAAN

HAJI".

(2) Anggota yang diberhentikan dapat membela diri di dalam Muktamar dan/atau Musyawarah

Daerah satu tingkat di atas pengurus yang memberhentikannya.

BAB II

K E P E N G U R U S A N

Pasal 5

PENGURUS PUSAT (1) Pengurus Pusat "PERSAUDARAAN HAJI" terdiri atas :

a. Dewan Penasihat.

b. Dewan Pembina.

c. Pengurus Pleno yang terdiri dari Pengurus Harian dan Departemen.

(2) Dewan Penasihat terdiri dari seorang Ketua, seorang Wakil Ketua, seorang Sekretaris, dan

Anggota yang berjumlah sebanyak-banyaknya 9 (sembilan) orang, termasuk Ketua, Wakil

Ketua, dan Sekretaris.

(3) Dewan Pembina terdiri atas seorang Ketua, seorang Wakil Ketua, seorang sekretaris, dan

anggota yang berjumlah sebanyak-banyaknya 9 (sembilan) orang, termasuk Ketua, Wakil Ketua,

dan Sekretaris.

(4) Pengurus Harian sebanyak-banyaknya 18 orang terdiri atas :

a. Seorang Ketua Umum.

b. Seorang Wakil Ketua Umum.

c. Ketua-ketua sebanyak-banyaknya 7 (tujuh) orang.

d. Seorang Sekretaris Jenderal.

e. Sekretaris-sekretaris sebanyak-banyaknya 4 (empat) orang.

f. Bendahara Umum.

g.Bendahara-bendahara sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang.

(5) Departemen-departemen sebanyak-banyaknya 7 (tujuh) departemen dengan masing-masing

departemen 4 (empat) orang, terdiri atas :

a. Departemen Organisasi, Keanggotaan, Kaderisasi, dan Hubungan Luar Negeri.

b. Departemen Pembinaan, Penelitian, dan Pengembangan.

c. Departemen Ibadah Sosial, Kesejahteraan Umat, dan Advokasi Hukum.

d. Departemen Bina Usaha dan Pemberdayaan Umat.

e. Departemen Pendidikan dan Pelatihan.

f. Departemen Dakwah.

g. Departemen Pemberdayaan Perempuan.

Page 7: AD-ART-IPHI.pdf

7

Pasal 6

PENGURUS WILAYAH (1) Pengurus Wilayah "PERSAUDARAAN HAJI" terdiri atas :

a. Penasihat.

b. Pembina.

c. Pengurus Pleno yang terdiri atas Pengurus Harian dan Biro.

(2) Penasihat terdiri atas seorang ketua, seorang wakil ketua, seorang sekretaris, dan anggota

yang berjumlah sebanyak-banyaknya 7 (tujuh) orang.

(3) Pembina terdiri atas seorang Ketua, seorang Wakil Ketua, seorang Sekretaris, dan anggota

yang berjumlah sebanyak-banyaknya 7 (tujuh) orang, termasuk Ketua, Wakil Ketua, dan

Sekretaris.

(4) Pengurus Harian sebanyak-banyaknya 13 orang terdiri atas :

a. Seorang Ketua.

b.Wakil-wakil ketua sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang.

c. Seorang Sekretaris.

d.Wakil-wakil sekretaris sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang.

e. Seorang Bendahara.

f. Wakil-wakil bendahara sebanyak-banyaknya 2 (dua) orang.

(5) Biro-biro dibentuk sesuai dengan kebutuhan Pengurus Wilayah.

Pasal 7

PENGURUS DAERAH (1) Pengurus Daerah “PERSAUDARAAN HAJI” terdiri atas :

a. Penasihat.

b. Pembina.

c. Pengurus Pleno yang terdiri atas Pengurus Harian dan Bagian.

(2) Penasihat terdiri atas seorang ketua, seorang wakil ketua, seorang sekretaris, dan anggota

yang berjumlah sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang, termasuk Ketua, Wakil Ketua, dan

Sekretaris.

(3) Pembina terdiri atas seorang Ketua, seorang Wakil Ketua, seorang Sekretaris, dan anggota

yang berjumlah sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang, termasuk Ketua, Wakil Ketua, dan

Sekretaris.

(4) Pengurus Harian sebanyak-banyaknya 11 orang terdiri atas :

a. Seorang ketua.

b. Wakil-wakil ketua sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang.

c. Seorang sekretaris.

d. Wakil-wakil sekretaris sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang.

e. Seorang bendahara.

f. Wakil-wakil bendahara sebanyak-banyaknya 2 (dua) orang.

(5) Bagian-bagian dibentuk sesuai dengan kebutuhan Pengurus Daerah.

Page 8: AD-ART-IPHI.pdf

8

Pasal 8

PENGURUS CABANG (1) Pengurus Cabang “PERSAUDARAAN HAJI” terdiri atas :

a. Penasihat.

b. Pembina.

c. Pengurus Pleno yang terdiri atas Pengurus Harian dan Seksi.

(2) Penasihat berjumlah sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang.

(3) Pembina berjumlah sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang.

(4) Pengurus Harian sebanyak-banyaknya 6 (enam) orang terdiri atas :

a. Seorang ketua.

b. Seorang wakil ketua.

c. Seorang sekretaris.

d. Seorang wakil sekretaris.

e. Seorang bendahara.

f. Seorang wakil bendahara.

(5) Seksi-seksi dibentuk sesuai dengan kebutuhan Pengurus Cabang.

Pasal 9

PENGURUS RANTING (1) Pengurus Ranting “PERSAUDARAAN HAJI” terdiri atas Pengurus Harian dan Kelompok

Kerja.

(2) Pengurus Harian terdiri sebanyak-banyaknya 6 (enam) terdiri atas :

a. Seorang ketua.

b. Seorang wakil ketua.

c. Seorang sekretaris.

d. Seorang wakil sekretaris.

e. Seorang bendahara.

f. Seorang wakil bendahara.

(3) Kelompok Kerja dibentuk sesuai dengan kebutuhan Pengurus Ranting.

Pasal 10

PENGURUS PERWAKILAN LUAR NEGERI

Posisi dan jumlah Pengurus Perwakilan Luar Negeri disesuaikan dengan kebutuhan dan

berpedoman kepada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 11

MASA JABATAN KETUA UMUM DAN KETUA

Ketua Umum Pengurus Pusat, Ketua Pengurus Wilayah, Ketua Pengurus Daerah, Ketua

Pengurus Cabang, dan Ketua Pengurus Ranting memegang jabatannya selama 5 (lima) tahun,

sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama hanya untuk 1 (satu) kali masa

jabatan.

Page 9: AD-ART-IPHI.pdf

9

Pasal 12

PEMILIHAN DAN PENETAPAN PENASEHAT

(1) Penasihat Pengurus Pusat dipilih dan ditetapkan oleh Formatur hasil Muktamar.

(2) Penasihat Pengurus Wilayah dipilih dan ditetapkan oleh Formatur hasil Musyawarah

Wilayah.

(3) Penasihat Pengurus Daerah dipilih dan ditetapkan oleh Formatur hasil Musyawarah Daerah.

(4) Penasihat Pengurus Cabang dipilih dan ditetapkan oleh Formatur hasil Musyawarah Cabang.

Pasal 13

PERSYARATAN PENASEHAT Penasihat terdiri atas tokoh masyarakat yang telah menunaikan Ibadah Haji serta mempunyai

komitmen terhadap perjuangan dan pengembangan untuk mewujudkan tujuan

“PERSAUDARAAN HAJI”.

Pasal 14

PEMILIHAN DAN PENETAPAN PEMBINA (1) Pembina Pengurus Pusat dipilih dan ditetapkan oleh Formatur hasil Muktamar.

(2) Pembina Pengurus Wilayah dipilih dan ditetapkan oleh Formatur hasil Musyawarah

Wilayah.

(3) Pembina Pengurus Daerah dipilih dan ditetapkan oleh Formatur hasil Musyawarah Daerah.

(4) Pembina Pengurus Cabang dipilih dan ditetapkan oleh Formatur hasil Musyawarah Cabang.

Pasal 15

PERSYARATAN PEMBINA Persyaratan Pembina adalah :

1. Ex officio pejabat Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Agama yang telah

menunaikan ibadah haji sesuai dengan tingkatannya.

2. Tokoh-tokoh yang telah menunaikan ibadah haji dapat menjembatani dan mempunyai

komitmen terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi “PERSAUDARAAN HAJI”.

Pasal 16

PENGGANTIAN ANTAR WAKTU PENGURUS (1) Anggota Pengurus di berbagai tingkatan dapat diberhentikan karena :

a. Mengundurkan diri.

b. Meningal Dunia.

c. Terbukti melanggar Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang diputuskan oleh

Rapat Pengurus Harian.

(2) Anggota Pengurus yang berhenti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf “a” dan “b”

diganti melalui Rapat Pengurus Harian.

(3) Anggota pengurus yang berhenti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf “c” diganti

melalui Rapat Pleno Pengurus.

(4) Pergantian antar waktu dilaksanakan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah rapat

pengurus sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) dan (3).

BAB III

PERMUSYAWARATAN

Page 10: AD-ART-IPHI.pdf

10

Pasal 17

JENIS PERMUSYAWARATAN Permusyawaratan terdiri atas :

1. Muktamar, tingkat Pusat / Nasional.

2. Musyawarah Wilayah (Muswil), Tingkat Provinsi.

3. Musyawarah Daerah (Musda), Tingkat Kabupaten/Kota.

4. Musyawarah Cabang (Muscab), Tingkat Kecamatan.

5. Musyawarah Ranting (Musran), Tingkat Kelurahan/Desa.

6. Rapat Kerja.

7. Rapat Pengurus.

Pasal 18

MUKTAMAR (1) Muktamar diselenggarakan setiap 5 (lima) tahun sekali, untuk :

a. Menyempurnakan dan menetapkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

b. Menyampaikan Pertanggungjawaban Pengurus Pusat.

c. Menetapkan Program Umum.

d. Memilih dan menetapkan Pengurus Pusat.

e. Menetapkan dan memutuskan hal-hal lain yang dianggap perlu.

(2) Peserta Muktamar terdiri atas :

a. Penasihat Pengurus Pusat.

b. Pembina Pengurus Pusat

c. Pengurus Pusat

d. Utusan Pengurus Wilayah.

e. Utusan Pengurus Daerah.

(3) Muktamar dinyatakan sah apabila dihadiri oleh sedikitnya lebih dari setengah jumlah peserta

yang membawa mandat resmi.

(4) Keputusan Muktamar diambil berdasarkan :

a. Musyawarah untuk mencapai mufakat.

b. Dalam hal keputusan yang diambil berdasarkan pemungutan suara maka keputusan hanya sah,

apabila mendapat dukungan lebih dari 1/2 (setengah) jumlah peserta yang hadir secara fisik dan

menandatangani daftar hadir.

(5) Muktamar Luar Biasa dapat diadakan apabila :

a. Pengurus Pusat terbukti melanggar Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART).

b. Diusulkan oleh lebih dari 1/2 (setengah) jumlah anggota Pengurus Pusat.

c. Disetujui atau diusulkan oleh lebih dari 1/2 (setengah) jumlah Pengurus Wilayah.

(6) Muktamar Luar Biasa mempunyai kewenangan dan kekuasaan yang sama dengan Muktamar.

Pasal 19

MUSYAWARAH WILAYAH (1) Musyawarah Wilayah (Muswil) diselenggarakan setiap 5 (lima) tahun sekali untuk :

a. Memilih dan menetapkan Pengurus Wilayah.

Page 11: AD-ART-IPHI.pdf

11

b. Menyampaikan Pertanggungjawaban Pengurus Wilayah.

c. Menetapkan Program Kerja Pengurus Wilayah sebagai penjabaran program umum Pengurus

Pusat sesuai dengan kemampuan Pengurus Wilayah.

d. Menetapkan/memutuskan hal-hal lain yang dianggap perlu.

(2) Peserta Musyawarah Daerah Wilayah terdiri atas :

a. Utusan Pengurus Pusat.

b. Penasihat Pengurus Wilayah.

c. Pembina Pengurus Wilayah.

d. Pengurus Wilayah.

e. Utusan Pengurus Daerah.

(3) Musyawarah Wilayah sah apabila dihadiri oleh sedikitnya lebih dari 1/2 (setengah) jumlah

yang membawa mandat resmi.

(4) Musyawarah Wilayah diselenggarakan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum

penyelenggaraan Muktamar.

(5) Keputusan Musyawarah Wilayah diambil berdasarkan :

a. Musyawarah untuk mencapai mufakat.

b. Dalam hal keputusan diambil berdasarkan pemungutan suara, maka keputusan hanya sah

apabila mendapat dukungan lebih dari 1/2 (setengah) jumlah Peserta yang hadir secara fisik dan

menandatangani daftar hadir.

(6) Musyawarah Wilayah Luar Biasa (Muswillub) dapat diadakan apabila :

a. Pengurus Wilayah terbukti melangar Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD /

ART).

b. Diusulkan oleh lebih dari ½ (setengah) jumlah anggota Pengurus Wilayah.

c. Disetujui atau diusulkan oleh lebih dari ½ (setengah) jumlah Pengurus Daerah.

(7) Musyawarah Wilayah Luar Biasa diselengarakan setelah mendapat persetujuan Pengurus

Pusat dan mempunyai kewenangan serta kekuasaan yang sama dengan Musyawarah Wilayah.

Pasal 20

MUSYAWARAH DAERAH (1) Musyawarah Daerah (Musda) diselenggarakan setiap 5 (lima) tahun sekali untuk :

a. Memilih dan menetapkan Pengurus Daerah.

b. Menyampaikan Pertanggungjawaban Pengurus Daerah.

c. Menetapkan Program Kerja Pengurus Daerah sebagai penjabaran Program Umum Pengurus

Pusat sesuai dengan kemampuan Pengurus Daerah.

d. Menetapkan/memutuskan hal-hal lain yang dianggap perlu.

(2) Peserta Musyawarah Daerah terdiri atas :

a. Utusan Pengurus Wilayah.

b. Penasihat Pegurus Daerah.

c. Pembina Pengurus Daerah.

d. Pengurus Daerah.

e. Utusan Pengurus Cabang.

Page 12: AD-ART-IPHI.pdf

12

(3) Musyawarah Daerah dinyatakan sah apabila dihadiri oleh sedikitnya lebih dari ½ (setengah)

jumlah peserta yang membawa mandate resmi.

(4) Musyawarah Daerah diselenggarakan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum

penyelenggaraan Musyawarah Wilayah.

(5) Keputusan Musyawarah Daerah diambil berdasarkan :

a. Musyawarah untuk mencapai mufakat

b. Dalam hal keputusan diambil berdasarkan pemungutan suara, maka keputusan hany sah

apabila mendapat dukungan lebih dari 1/2 (setengah) jumlah peserta yang hadir secara fisik dan

menandatangani daftar hadir.

(6) Musyawarah Daerah Luar Biasa (Musdalub) dapat diadakan apabila :

a. Pengurus Daerah terbukti melangar Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

b. Diusulkan oleh lebihh dari ½ (setengah) jumlah anggota Pengurus Daerah.

c. Disetujui atau diusulkan oleh lebih dari ½ (setengah) jumlah Pengurus Cabang.

(7) Musyawarah Daerah Luar Biasa diselenggarakan setelah mendapat persetunjuan pengurus

Wilayah dan mempunyai kewenangan serta kekuasaan yang sama dengan Musyawarah Daerah.

Pasal 21

MUSYAWARAH CABANG (1) Musyawarah Cabang (Muscab) diselenggarakan setiap 5 (lima) tahun sekali dan selambat-

lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum penyelenggaraan Musda untuk :

a. Memilih dan menetapkan Pengurus Cabang

b. Menyampaikan Pertanggungjawaban Pengurus Cabang

c. Menyusun Program Kerja Cabang sebagai penjabaran program umum Pengurus Pusat sesuai

dengan kemampuan Pengurus Cabang.

d. Membahas permasalahan yang ada untiuk disampaikan kepada pengurus daerah.

(2) Peserta Musyawarah Cabang terdiri atas :

a. Utusan Pengurus Daerah.

b. Penasehat Pengurus Cabang.

c. Pembina Pengurus Cabang.

d. Pengurus Cabang.

e. Utusan Pengurus Ranting.

(3) Musyawarah Cabang diselengarakan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum

penyelengaraan Musyawarah Daerah.

(4) Musyawarah Cabang sah apabila dihadiri oleh sedikitnya lebih dari 1/2 (setengah) jumlah

peserta yang membawa mandate resmi.

(5) Keputusan Musyawarah Cabang diambil berdasarkan :

a. Musyawarah untuk mencapai mufakat.

b. Dalam hal keputusan diambil berdasarkan pemungutan suara, maka keputusan hanya sah

apabila mendapat dukungan lebih dari 1/2 (setengah) jumlah peserta yang hadir secara fisik dan

menandatangani daftar hadir.

(6) Musyawarah Cabang Luar Biasa (Muscalub) dapat diadakan apabila :

Page 13: AD-ART-IPHI.pdf

13

a. Pengurus Cabang terbukti melanggar Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

b. Diusulkan oleh lebihh dari ½ (setengah) jumlah anggota Pengurus Cabang.

c. Disetujui atau diusulkan oleh lebih dari ½ (setengah) jumlah Pengurus Ranting.

(7) Musyawarah Cabang Luar Biasa diselenggarakan setelah mendapat persetunjuan Pengurus

Daerah dan mempunyai kewenangan serta kekuasaan yang sama dengan Musyawarah Cabang.

Pasal 22

MUSYAWARAH RANTING (1) Musyawarah Ranting (Musran) diselenggarakan 5 (lima) tahun sekali selambat-lambatnya 3

(tiga) bulan sebelum penyelenggaraan Musyawarah Cabang untuk :

a. Memilih dan menetapkan Pengurus Ranting.

b. Menyampaikan Pertanggungjawaban Pengurus Ranting.

c. Menyusun Program Kerja Ranting sebagai penjabaran program umum Pengurus Pusat sesuai

dengan kemampuan Pengurus Ranting.

d. Membahas permasalahan yang ada untuk disampaikan kepada Pengurus Cabang.

(2) Peserta Musyawarah Ranting terdiri atas :

a. Utusan Pengurus Cabang

b. Pengurus Ranting

c. Kelompok Kerja Anggota Persaudaraan Haji.

(3) Musyawarah Ranting diselenggarakan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum

penyelengaraan Musyawarah Cabang.

(4) Musyawarah Ranting sah apabila dihadiri oleh sedikitnya lebih dari 1/2 (setengah) jumlah

peserta yang membawa mandat resmi.

(5) Keputusan Musyawarah Ranting diambil berdasarkan :

a. Musyawarah untuk mencapai mufakat.

b. Dalam hal keputusan diambil berdasarkan pemungutan suara, maka keputusan dianggap sah

apabila mendapat dukungan lebih dari 1/2 (setengah) jumlah peserta yang hadir.

Pasal 23

RAPAT KERJA NASIONAL (1) Rapat Kerja Nasional (Rakernas) "PERSAUDARAAN HAJI" diadakan sekurang-kurangnya

2 (dua) kali dalam 5 (lima) tahun masa bakti Pengurus Pusat yang bersangkutan untuk:

a. Menjabarkan program umum Keputusan Muktamar.

b. Memantapkan koordinasi organisasi Tingkat Nasional.

c. Membuat evaluasi kegiatan Pasca Muktamar

d. Menyiapkan perencanaan untuk melaksanakan program

e. Menampung dan membahas berbagai permasalahan.

(2) Peserta Rakernas terdiri atas :

a. Penasihat Pengurus Pusat.

b. Pembina Pengurus Pusat.

c. Pengurus Pusat.

d. Utusan Pengurus Provinsi Wilayah yang membawa mandat resmi.

Page 14: AD-ART-IPHI.pdf

14

(3) Rakernas dinyatakan sah apabila dihadiri oleh sedikitnya lebih dari ½ (setengah) jumlah

peserta.

(4) Keputusan Rakernas diambil berdasarkan :

a. Musyawarah untuk mencapai mufakat.

b. Dalam hal keputusan harus diambil berdasarkan pemungutan suara maka keputusan hanya sah

apabila menda pat dukungan lebih dari ½ (setengah) jumlah peserta yang hadir secara fisik dan

menandatangani daftar hadir.

Pasal 24

RAPAT KERJA WILAYAH

(1) Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) "PERSAUDARAAN HAJI" diadakan sekurang-kurangnya

2 (dua) kali dalam 5 (lima) tahun masa bakti Pengurus Wilayah kepengurusan yang bersangkutan

untuk:

a. Menjabarkan program umum sesuai dengan kemampuan dan prioritas di wilayah yang

bersangkutan.

b. Memantapkan koordinasi organisasi tingkat Wilayah.

c. Membuat evaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan.

d. Menyiapkan perencanaan yang berkesinambungan.

e. Menampung dan membahas berbagai permasalahan yang terdapat di wilayahnya.

(2) Peserta Rakerwil terdiri atas :

a. Utusan Pengurus Pusat dengan Surat Tugas.

b. Penasihat Pengurus Wilayah.

c. Pembina Pengurus Wilayah

d. Pengurus Wilayah.

e. Utusan Pengurus daerah yang membawa mandat resmi.

(3) Rakerwil dinyatakan sah apabila dihadiri oleh sedikitnya lebih dari 1/2 (setengah) jumlah

peserta.

(4) Keputusan Rakerwil diambil berdasarkan :

a. Musyawarah untuk mencapai mufakat.

b. Dalam hal keputusan harus diambil berdasarkan pemungutan suara, maka keputusan hanya sah

apabila mendapat dukungan lebih dari 1/2 (setengah) jumlah peserta yang hadir secara fisik dan

menandatangani daftar hadir.

Pasal 25

RAPAT KERJA DAERAH (1) Rapat Kerja Daerah (Rakerda) "PERSAUDARAAN HAJI" diadakan sekurang-kurangnya 2

(dua) kali dalam 5 (lima) tahun masa bakti Pengurus Daerah kepengurusan yang bersangkutan

untuk :

a. Membuat Program Kerja sesuai dengan kemampuan dan prioritas di daerah yang

bersangkutan.

Page 15: AD-ART-IPHI.pdf

15

b. Memantapkan koordinasi organisasi tingkat daerah

c. Membuat evaluasi kegiatan yang telah melaksanakan

d. Menyiapkan perencanaan yang berkesinambungan.

e. Menampung dan membahas berbagai permasalahan yang terdapat di daerahnya.

(2) Peserta Rakerda terdiri atas :

a. Utusan Pengurus Wilayah dengan Surat Tugas.

b. Penasihat Daerah.

c. Pembina Pengurus Daerah.

d. Pengurus Daerah.

e. Utusan Pengurus Cabang yang membawa mandat resmi.

(3) Rakerda dinyatakan sah apabila dihadiri oleh sedikitnya lebih dari 1/2 (setengah) jumlah

peserta.

(4) Keputusan Rakerda diambil berdasarkan :

a. Musyawarah untuk mencapai mufakat.

b. Dalam hal keputusan harus diambil berdasarkan pemungutan suara, maka keputusan hanya sah

apabila mendapat dukungan lebih dari 1/2 (setengah) jumlah peserta yang hadir secara fisik dan

menandatangani daftar hadir.

Pasal 26

RAPAT KERJA CABANG (1) Rapat Kerja Cabang (Rakercab) "PERSAUDARAAN HAJI" diadakan sekurang-kurangnya 2

(dua) kali dalam 5 (lima) tahun masa bakti Pengurus Cabang kepengurusan yang bersangkutan

untuk :

a. Membuat Program kerja sesuai dengan kemampuan prioritas di cabang yang bersangkutan.

b. Memantapkan koordinasi organisasi tingkat Cabang.

c. Membuat evaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan.

d. Menyiapkan perencanaan yang berkesinambungan.

e. Menampung dan membahas berbagai permasalahan yang terdapat di cabangnya.

(2) Peserta Rakercab terdiri atas :

a. Utusan Pengurus Daerah dengan Surat Tugas.

b. Penasihat Pengurus Cabang.

c. Pembina Pengurus Cabang

d. Pengurus Cabang.

e. Utusan Pengurus Ranting yang membawa surat mandat resmi.

(3) Rakercab dinyatakan sah apabila dihadiri oleh sedikitnya lebih dari 1/2 (setengah) jumlah

peserta.

(4) Keputusan Rakercab diambil berdasarkan :

a. Musyawarah untuk mencapai mufakat.

b. Dalam hal keputusan diambil berdasarkan pemungutan suara, maka keputusan hanya sah

apabila mendapat dukungan lebih dari 1/2 (setengah) jumlah peserta yang hadir secara fisik dan

menandatangani daftar hadir.

Pasal 27

RAPAT PENGURUS

Page 16: AD-ART-IPHI.pdf

16

(1) Rapat Pengurus "PERSAUDARAAN HAJI" meliputi :

a. Rapat Pengurus Pusat.

b. Rapat Pengurus Wilayah.

c. Rapat Pengurus Daerah.

d. Rapat Pengurus Cabang.

e. Rapat Pengurus Ranting.

f. Rapat Pengurus Luar Negeri.

(2) Rapat Pengurus dapat atas :

a. Rapat Pengurus Pleno.

b. Rapat Pengurus Harian.

(3) Pengaturan waktu rapat pengurus ditentukan oleh Pengurus Harian, minimal 1 (satu) bulan

dan/dan atau sesuai dengan kebutuhan.

Pasal 28

HAK SUARA Hak suara masing-masing Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah, Pengurus Daerah, Pengurus

Cabang, Pengurus Ranting, diatur dalam Peraturan Tata Tertib Muktamar, Musyawarah, dan

Rapat-rapat.

BAB IV

LAMBANG, ATRIBUT, MARS, DAN HYMNE

Pasal 29

MAKNA LAMBANG, ATRIBUT, MARS, DAN HYMNE (1) Lambang Ka'bah bermakna arah ketaatan umat Islam kepada Allah Subhanu wa Ta'ala

sebagai pusat ibadah Haji yang berada di kota suci Makkah.

(2) 2 (dua) menara Mesjid bermakna 2 (dua) kalimat Syahadat serta Rukun Islam dan Rukun

Iman.

(3) Rantai berwarna kuning emas bermakna persatuan dan kesatuan untuk mewujudkan tujuan

Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia.

(4) Warna hijau bermakna kemakmuran serta kesejahteraan lahir dan batin bagi seluruh ummat

Islam pada umumnya, anggota Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia pada khususnya.

(5) Warna hitam bermakna kokoh dan konsisten (istiqomah) dalam menjalankan ibadah.

(6) Warna kuning keemasan bermakna kebangkitan ummat Islam bagi kemaslahatan seluruh

ummat Islam.

(7) Warna putih bermakna kesucian dan ketulusan dalam mewujudkan tujuan Ikatan

Persaudaraan Haji Indonesia.

(8) Mars IPHI dimaksudkan untuk membina ukhuwah Islamiyah dan meningkatkan semangat

juang para haji mabrur.

(9) Hymne IPHI dimaksudkan untuk lebih meningkatkan rasa cinta tanah air, Rasullullah, dan

Allah Swt.

BAB V

BADAN DAN LEMBAGA

Pasal 30

Page 17: AD-ART-IPHI.pdf

17

KEBERADAAN BADAN DAN LEMBAGA (1) Badan dan/atau Lembaga dapat dibentuk oleh Pengurus Pusat sesuai dengan kebutuhan yang

berkedudukan sebagai sarana penunjang pelaksanaan tugas dan fungsi Ikatan Persaudaraan Haji

Indonesia.

(2) Struktur organisasi dan kepengurusan badan dan/atau lembaga disahkan oleh Pengurus Pusat

Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia.

(3) Badan dan/atau Lembaga dapat membentuk Pedoman Kerja sesuai dengan ketentuan dalam

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia.

(4) Badan dan/atau Lembaga yang sudah ada antara lain :

Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah, (LAZIS) dan Yayasan Kesejahteraan Haji Mabrur

Indonesia (YKHMI).

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan badan/atau lembaga akan diatur oleh Pengurus

Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia.

BAB VI

KEUANGAN DAN KEKAYAAN

Pasal 31

Pengelolaan keuangan dan kekayaan

(1) Keuangan dan kekayaan "PERSAUDARAAN HAJI" diperoleh dari :

a. Uang pangkal dan iuran anggota yang besarnya ditetapkan oleh Pengurus Pusat.

b. Zakat, infaq, shodaqoh dari anggota dan masyarakat.

c. Sumber-sumber lain yang sah dan tidak bertentangan dengan

peraturan perundangan yang berlaku dan hukum Islam.

d. Usaha yang halal dan tidak mengikat.

(2) Keuangan dan kekayaan :"PERSAUDARAAN HAJI" sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diatas dikelola sesuai dengan keputusan Rapat Pleno dan bersifat terbuka.

(3) Keuangan "PERSAUDARAAN HAJI" dilaporkan secara berkala setelah diaudit oleh akuntan

publik.

BAB VII

KESEKRETARIATAN

Pasal 32

PENGURUSAN KANTOR (1) Untuk menjalankan administrasi organisasi, Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia membentuk

sekretariat di berbagai tingkat Pengurus Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh

Pengurus Harian dalam bentuk surat keputusan dengan imbal jasa yang memadai.

BAB VIII

P E N U T U P

Pasal 33

KETENTUAN PENUTUP (1) Segala sesuatu yang belum cukup diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini akan diputuskan

oleh Pengurus Pusat.

(2) Anggaran Rumah Tangga ini diubah dan disahkan oleh Muktamar V Ikatan Persaudaraan

Haji Indonesia yang berlangsung pada tanggal 6 s.d 8 Sya’ban 1431 Hijriyah bertepatan dengan

Page 18: AD-ART-IPHI.pdf

18

tanggal 18 - 20 Juli 2010 Miladiyah bertempat di Asrama Haji Kota Palembang dan berlaku

sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Palembang

Pada tanggal : 07 Sya’ban 1431 H/19 Juli 2010 M