Aceh vs Portugis dan VOC

11
Aceh vs Portugis dan VOC

Transcript of Aceh vs Portugis dan VOC

Aceh vs Portugis dan VOC

ANGGOTA :1. Ajeng Ayu W (01)2. Aji Faris B (02)3. Alfin Nurul I zzah (03)4. Cantika Dyah A (10)5. Chafiduddin (11)6. Devita Galuh A (12)7. Lisna Nur Aisyah (19)8. M. Saiful Rizal (20)9. M. Zam zami N (21)10.A11.Nur Sulistiyowati (29)12.Rifqiyah (30)

Pada 1511 banyak para pedagang Islam yang menyingkir dari Malaka menuju ke Aceh dikarenakan jatuhnya Malaka ketangan

Portugis. Dengan demikian perdagangan di Aceh semakin ramai. Perkembangan Aceh

yang begitu pesat ini dipandang oleh Portugis sebagai ancaman, oleh karena itu, Portugis berkehendak untuk menghancurkan Aceh.

Pada tahun 1523 Portugis melancarkan serangan ke Aceh di bawah pimpinan

Henrigues, dan menyusul pada tahun 1524 dipimpin oleh de Sauza.

Persiapan Aceh melakukan

perlawanan pada Portugis :

1. Melengkapi kapal-kapal dagang Aceh dengan persenjataan, Meriam dan prajurit.

2. Mendatangkan bantuan persenjataan, sejumlah tentara dan beberapa ahli dari Turki pada tahun 1567.

3. Mendatangkan bantuan persenjataan dari Jepara.

PERANG ACEH

Perang Aceh merupakan perang yang berlangsung antara kerajaan Aceh dan Belanda. Perang tersebut berlangsung kurang lebih sekitar tahun 1873 -1904.

Semangat juang rakyat Aceh yang tidak pernah surut membuat pihak Belanda kesulitan untuk

menakhlukkan Aceh. Walaupun akhirnya Belanda berhasil menguasai Aceh dan mengikat Sultan Aceh dengan perjanjian, tetapi perlawanan-perlawanan dari rakyat Aceh kepada pihak belanda masih terus

berlangsung selama awal abad 20.

• Perang Aceh Pertama (1873-1874) dipimpin oleh Panglima Polim dan Sultan Mahmud Syah melawan Belanda yang dipimpin Köhler. Köhler dengan 3000 serdadunya dapat dipatahkan, di mana Köhler sendiri tewas pada tanggal 14 April 1873.

• Perang Aceh Kedua (1874-1880). Pasukan Belanda dipimpin oleh Jenderal Jan van Swieten. Belanda berhasil menduduki Keraton Sultan, 26 Januari 1874, dan dijadikan sebagai pusat pertahanan Belanda. Pada 31 Januari 1874 Jenderal Van Swieten mengumumkan bahwa seluruh Aceh jadi bagian dari Kerajaan Belanda.

• Perang ketiga (1881-1896), perang dilanjutkan secara gerilya dan dikobarkan perang fi sabilillah. Di mana sistem perang gerilya ini dilangsungkan sampai tahun 1903. Dalam perang gerilya ini pasukan Aceh di bawah Teuku Umar bersama Panglima Polim dan Sultan. Pada tahun 1899 ketika terjadi serangan mendadak dari pihak Van der Dussen di Meulaboh, Teuku Umar gugur. Tetapi Cut Nyak Dhien istri Teuku Umar kemudian tampil menjadi komandan perang gerilya.

• Perang keempat (1896-1910) adalah perang gerilya kelompok dan perorangan dengan perlawanan, penyerbuan, penghadangan dan pembunuhan tanpa komando dari pusat pemerintahan Kesultanan.

Dampak perang Aceh bagi Belanda :

Waktu perang Aceh yang sangat lama yakni sekitar tahun 1873-1904 sangat menguras kas keuangan Belanda dan juga menimbulkan jatuhnya banyak korban dari pihak Belanda. Bahkan panglima perang Belanda untuk perang Aceh yang pertama yakni Kohler juga gugur dalam penyerangan.

Dampak perang Aceh bagi kerajaan Aceh :

Jatuhnya seluruh Aceh ke tangan Pemerintah Hindia Belanda. Perang Aceh diakhiri dengan kemenangan dipihak Belanda. Setelah berhasil menguasai seluruh Aceh, jenderal Hindia Belanda untuk Aceh, yakni Van Heutz memaksa Sultan Aceh untuk menandatangani perjanjian yang berisi tentang pengakuan kedaulatan Hindia Belanda oleh Aceh dan sultan aceh harus tunduk dengan perintah Belanda. hal tersebut sudah menghilangkan hak Aceh untuk merdeka.

Menguatnya rasa persatuan dan kesatuan diseluruh lapisan masyarakat Aceh. Pertempuran yang berlangsung terus-menerus membuat rasa persatuan laskar Aceh semakin terjalin kuat. Apalagi para ulama yang mengobarkan semangat perang sabil diantara laskar Aceh membuat rakyat tidak gentar dalam menghadapi Belanda.

Jatuh banyak korban dipihak Aceh. Perang yang berlangsung selama kurang lebih 33 tahun, membuat jatuhnya banyak korban dari pihak Aceh juga gugurnya beberapa panglima Perang Aceh. Hal tersebut juga didorong oleh semangat perang sabil yang berkobar di hati para pejuang Aceh.

Sulta

n Is

kand

ar M

uda