Acara 6.doc.rtf

download Acara 6.doc.rtf

If you can't read please download the document

description

...

Transcript of Acara 6.doc.rtf

MORFOMETRI

HUBUNGAN KEKERABATAN HEWAN

Nama: Atika Laeli SukmawatiNIM: B1J010004Rombongan: IIKelompok: 2Asisten: Goldha Biggest D. P. N.

LAPORAN PRAKTIKUM TAKSONOMI HEWAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO2012I. PENDAHULUANA. Latar BelakangKlasifikasiadalah pengelompokan aneka jenis hewan atau tumbuhan ke dalam kelompok tertentu. Pengelompokan ini disusun secara runtut sesuai dengan tingkatannya (hierarkinya), yaitu mulai dari yang lebih kecil tingkatannya hingga ke tingkatan yang lebih besar. Ilmu yang mempelajari prinsip dan caraklasifikasi makhluk hidupdisebuttaksonomiatau sistematik. Prinsip dan cara mengelompokkan makhluk hidup menurut ilmu taksonomi adalah dengan membentuk takson. Takson adalah kelompok makhluk hidup yang anggotanya memiliki banyak persamaan ciri.Takson dibentuk dengan jalan mencandra objek atau makhluk hidup yang diteliti dengan mencari persamaan ciri maupun perbedaan yang dapat diamati (Mayr, 1982).Studi kekerabatan merupakan salah satu aspek yang dipelajari dalam taksonomi hewan. Kekerabatan mencakup dua pengertian, yaitu kekerabatan filogenetik dan kekerabatan fenetik. Kekerabatan filogenetik adalah kekerabatan yang didasarkan pada hubungan filogeni antara takson yang satu dengan takson yang lain, sedangkan kekerabatan fenetik adalah kekerabatan yang didasarkan pada persamaan dan perbedaan ciri-ciri yang tampak pada takson (Clifford dan Stephenson, 1975). Penentuan kekerabatan fenetik dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitaif. Kekerabatan fenetik secara kualitaif umumnya dilakukan dengan cara membandingkan persamaan dan perbedaan ciri-ciri taksonomik yang dimiliki oleh masing-masing takson. Oleh Mayr (1982), disebutkan bahwa ciri taksonomik meliputi ciri morfologi, antomi, fisiologi, ekologi, dan geografi. Ciri yang dibandingkan sebanyak mungkin paling tidak ada 50 ciri.Makin banyak jumlah ciri yang yang mirip antara dua takson yang di bandingkan, berarti makin dekat hubungan kekerabatanya dan sebaliknya semakin sedikit jumlah ciri yang mirip antara dua takson, berarti semakin jauh hubungan kekerabatanya. Hasil perbandingan antara ciri yang mirip dengan semua ciri yang digunakan berupa nilai rata-rata kemiripan ciri, sekaligus menunjukan tingkat hubungan kekerabatan antara taksa yang dibandingakan. Nilai rata-rata kemiripan ciri, selanjutnya dapat digunakan untuk membuat fenogram (Djuhanda, 1981).

B. TujuanTujuan pada praktikum kali ini adalah untuk menyusun karakter morfologi yang digunakan sebagai dasar menentukan kekerabatan fenetik, serta umtuk melakukan uji kekerabatan fenetik pada kelompok hewan (ikan).

II. MATERI DAN METODEMateri

Materi yang diamati adalah empat species ikan antara lain, ikan layur (Trichiurus savala), ikan lidah (Cynoglossus lingua), ikan lele (Clarias batrahus), ikan kembung (Rastrellinger karagurta) dan ikan brek (Puntiusjavanicus) yang telah dikoleksi atau masih dalam keadaan segar.Alat-alat yang digunakan adalah perangkat lunak untuk analisis data (NTSys), buku gambar, bak preparat, pinset, sarung tangan, masker, dan alat tulis.

MetodeDisiapkan 4 species ikan yang akan diamatiDicari ciri-ciri taksonomi ikan.Dicocokan semua cirri-ciri dengan masing-masing sampel angka (1) menunjukkan ada persamaan dan angka (0) menunjukkan tidak ada persamaan.Dihitung jumlah karakter (1) dan (0), dihitung dengan koefisien asosiasi.Dihitung kedekatan hubungan kekerabatan dengan koefisien asosiasi.

III. HASIL DAN PEMBAHASANA. HasilGambar 1. Fenogram Hubungan Kekerabatan Lima Spesies Ikan Menggunakan Program Ntsys

Tabel 2. Matrik Nilai Hubungan Kekerabatan Antar Species IkanNoSpeciesABCDE1A========0,530,650,480,442B================0,370,490.493C========================0,700,474D=================================0,585E========================================

Tabel 3. Matrik Nilai Pengelompokan Pertama

NoSpeciesCDABE1CD==============================2A0,42========================3B0,28========================4E0,37========================

NoSpeciesACDBE1ACD======================2B0,19================3E0,20================

CDAEBCDAE============B0,07======

B. PembahasanBerdasarkan hasil percobaan, menunjukkan bahwa hubungan kekerabatan yang paling dekat adalah ikan kembung dan ikan brek, yang ditunjukkan pada nilai koefisien asosiasi sebesar 0,70, Hubungan kekerabatan antara ikan kembung, ikan brek, dan ikan layur menunjukkan nilai koefisien asosiasi 0,42. Hubungan kekerabatan antara ikan kembung, ikan brek, ikan layur, dan ikan lidah menunjukkan nilai koefisien asosiasi 0,20. Sedangkan hubungan kekerabatan paling jauh ditunjukkan antara ikan kembung, ikan brek, ikan layur, ikan lidah dengan ikan lele yang menunjukkan nilai koefisien asosiasi sebesar 0,07. Besarnya nilai koefisien asosiasi pada fenogram menunjukkan dekat jauhnya hubngan kekerabatan hewan. Adapun nilai fenogram berdasarkan perhitungan nilai matrik perbandingan antara jumlah persamaan dengan jumlah karakter yang digunakan. Menurut Djuhanda (1981), makin banyak jumlah ciri yang yang mirip antara dua takson yang di bandingkan, berarti makin dekat hubungan kekerabatanya dan sebaliknya semakin sedikit jumlah ciri yang mirip antara dua takson, berarti semakin jauh hubungan kekerabatannya.Hubungan kekerabatan hewan merupakan hubungan antara tiap species yang memiliki asal-usul silsilah yang sama. Kekerabatan terbagi menjadi dua, yaitu kekerabatan filogenetik dan kekerabatan fenetik. Kekerabatan filogenetik dapat diketahui dari analisis kluster menggunakan metode UPGMA cluster analisys melalui program Numerical Taxonomy and Multivariate System (NTSYS). Kekerabatan fenetik adalah kekerabatan yang didasarkan pada persamaan dan perbedaan ciri-ciri yang tampak pada takson (Clifford dan Stephenson, 1975). Menurut Hadiati et. al., (2002), untuk menghitung koefisien kemiripan genetik dan hubungan kekerabatannya dilakukan berdasarkan pada enzim yang bersifat polimorfik.Menurut Mutiara (2006), klasifikasi makhluk hidup memiliki tujuan sebagai berikut :mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan persamaan ciri-ciri yang dimilikimendeskripsikan ciri-ciri suatu jenis makhluk hidup untuk membedakannya dengan makhluk hidup dari jenis yang lainmengetahui hubungan kekerabatan antarmakhluk hidupmemberi nama makhluk hidup yang belum diketahui namanya

Berdasarkan tujuan tersebut, sistem klasifikasi makhluk hidup memiliki manfaat seperti berikut.Memudahkan kita dalam mempelajari makhluk hidup yang sangat beraneka ragam.Mengetahui hubungan kekerabatan antara makhluk hidup satu dengan yang lain.

Macam klasifikasi makhluk hidupmenurut Simpson (2011), ada bermacam sistem klasifikasi makhluk hidup. Sistem klasifikasi ini berkembang mulai dari yang sederhana hingga berdasar sistem yang lebih modern.1. Sistem artifisial / buatanSistem yang mengelompokkan makhluk hidupberdasarkan persamaan ciri yang ditetapkan oleh peneliti sendiri, misalnya, ukuran, bentuk, dan habitat makhluk hidup. Penganut sistem ini di antaranya Aristoteles dan Theophratus (370 SM).2. Sistem natural / alamiSistem yang mengelompokkan makhluk hidupberdasarkan persamaan ciri struktur tubuh eksternal (morfologi) dan struktur tubuh internal (anatomi)secara alamiah. Penganut sistem ini, di antaranya,Carolus Linnaeus (abad ke-18). Linnaeus berpendapat bahwa setiap tipe makhluk hidup mempunyai bentuk yang berbeda. Oleh karena itu, jika sejumlah makhluk hidup memiliki sejumlah ciri yang sama, berarti makhluk hidup tersebut sama spesiesnya. Dengan cara ini, Linnaeus dapat mengenal 10.000 jenis tanaman dan 4.000 jenis hewan.3. Sistem modern (filogenetik)Sistem klasifikasi makhluk hidupberdasarkan pada hubungan kekerabatan secara evolusioner. Beberapa parameter yang digunakan dalam klasifikasi ini adalah sebagai berikut:Persamaan struktur tubuh dapat diketahui secara eksternal dan internalMenggunakan biokimia perbandingan. Misalnya, hewan Limulus polyphemus, dahulu dimasukkan ke dalam golongan rajungan (Crab) karena bentuknya seperti rajungan, tetapi setelah dianalisis darahnya secara biokimia, terbukti bahwa hewan ini lebih dekat dengan laba-laba (Spider). Berdasarkan bukti ini, Limulus dimasukkan ke dalam golongan laba-laba.Berdasarkan genetika modern. Gen dipergunakan juga untuk melakukan klasifikasi makhluk hidup. Adanya persamaan gen menunjukkan adanya kekerabatan.

1. Ikan Layur (Trichiurus savala)Layur merupakan ikan laut yang mudah dikenal dari bentuknya yang panjang dan ramping. Ikan ini tersebar di banyak perairan dunia. Jenis yang ditemukan di Pasifik dan Atlantik merupakan populasi yang berbeda. Ukuran tubuhnya dapat mencapai panjang 2 m, dengan berat maksimum tercatat 5 kg dan usia dapat mencapai 15 tahun. Kegemarannya pada siang hari berkeliaran di perairan dangkal dekat pantai yang kaya plankton krustasea. Pada waktu malam ikan ini mendekat ke dasar perairan. Layur mudah dijumpai di tempat penjualan ikan di Indonesia. Ia juga menjadi ikan umpan. Orang Jepang menyebutnya tachiuo dan memakannya mentah (sebagai sashimi) atau dibakar. Orang Korea menyebutnya galchi dan mengolahnya dengan digoreng atau dibakar. Ikan ini disukai karena dagingnya yang kenyal, tidak terlalu amis, tidak berminyak, serta mudah dilepas tulangnya (Saanin, 1968).Ikan Layur (Trychiurus savala) tergolong kepada keluarga Trichiuridae, bentuk tubuh panjang gepeng, ekornya panjang seperti pecut. Kulitnya tidak bersisik, warnanya memutih keperak-perakkan sedikit kuning. Sirip punggungnnya satu, dimulai dari belakang kepala terus sampai di ekor, jumlah jari-jari sirip lunaknya antara 140-150 buah. Sirip ekor tidak tumbuh, sirip dubur terdiri dari sebaris duri-duri kecil yang lepas-lepas. Tidak mempunyai sirip perut dan ikan ini bersifat karnivor (Djuhanda, 1981).Menurut Saanin (1968), klasifikasi Ikan layur adalah sebagai berikut:Kingdom: Animalia Phylum: ChordataClass`: ActinopterygiiOrdo : PerciformesFamily: TrichiuridaeGenus TrichiurusSpecies: Trichiurus lepturus

2. Ikan Lidah (Cynoglossus lingua)Menurut Saanin (1968), klasifikasi ikan lidah adalah sebagai berikut:Kingdom: AnimaliaPhylum: ChordataClass: ActinopterygiiOrdo: PleuronectiformesFamily: CynoglossidaeGenus: CynoglossusSpecies: Cynoglosus linguaIkan lidah merupakan ikan laut, secara morfologi ikan lidah memiliki bentuk kepala yang dorsoventral, posisi mulut inferior, mulut relatif sempit dan tidak dapat disembulkan, mata relati sempit dan terletak pada satu sisi, bentuk tubuh pipih dorsoventral, tipe sisik sikloid relatif besar, dan bentuk luar sirip ekor yang meruncing. Menurut (Kottelat,1993)ikan ini hidup dilaut tropika tetapi beberapa terbatas hidupnya di air tawar. Kedua mata terletak disamping kiri badan. Tidak memiliki sirip dada hanya sirip punggung yang berkembang. Sirip punggung , dubur dan ekor bersatu. Lubang mulut pada ikan ini sempit dan gigi pada sebelah badan yang tak berwarna lebih baik. Jenis ikan lidah di Indonesia tidak memiliki arti ekonomi penting karena jumlahnya yang sedikit dan besarnya tidak seberapa(Djuhanda, 1981).

3. Ikan Kembung (Rastrellinger brachysoma)Saanin (1968), menyatakan bahwa dalam taksonomi mengklasifikasikan ikan kembung jantan (Scomber canagorta) sebagai Ordo Scombriformes, famili Scombridae, genus Scomber, dan spesiesnya adalah Scomber canagorta. Ikan kembung laki-laki tergolong ikan pelagik yang menghendaki perairan yang bersalinitas tinggi. Ikan ini suka hidup secara bergerombol, kebiasaan makanan adalah memakan plankton besar/kasar, Copepode atau Crustacea (Kriswantoro dan Sunyoto, 1986).Ikan kembung jantan (Rasterliger branchysoma) termasuk kedalam kelas Condrichthyes yang memiliki rahang, tubuh bilateral simetris, mulutnya terminal, dan memiliki tutup insang, Ikan kembung jantan (Rasterliger branchysoma) juga memiliki liniea lateralis, rudimeter, finlet, memiliki lubang hidung dua buah (dirhinous), bersisik dan tidak memiliki sungut. Ikan kembung jantan (Rasterliger branchysoma) juga memiliki sirip punggung I, II sirip perut, sirip pectoralis, sirip anal dan sirip ekor bercagak (Djuhanda, 1981).

Ikan Lele (Clarias batrachus)Kekerabatan yang paling dekat adalah ikan layur dan ikan kembung, sedangkan hubungan kekerabatan yang paling jauh adalah ikan layur dan ikan lele. Makin banyak jumlah ciri yang yang mirip antara dua takson yang di bandingkan, berarti makin dekat hubungan kekerabatanya dan sebaliknya semakin sedikit jumlah ciri yang mirip antara dua takson, berarti semakin jauh hubungan kekerabatanya (Sokal dan Sneath, 1963).

Klasifikasi ikan lele menurut Saanin (1968) sebagai berikut:Kingdom : AnimaliaPhyllum : ChordataKelas : Pisces Sub-klas : Teleostei Ordo : Ostariophysi Sub-ordo : Siluroidea Familia : Clariidae Genus : ClariasSpecies : Clarias batrachus

5. Ikan Brek (Puntius javanicus)Ikan Tawes Brek mudah dikenali dengan ciri-ciri fisik warna biru pada punggung dan sisik perak, serta sirip anal dengan warna merah menyala. Ikan ini diketahui bisa mencapai bobot maksimal 4 ons atau kira-kira sebesar telapak tangan orang dewasa. Tapi sangat jarang ditemui dengan bobot 4 ons, rata-rata ikan yang tertangkap pemancing dan penjala hanya seberat 1 ons hingga 2 ons.Tawes Brek memijah (musim kawin) pada musim kemarau dengan cuaca dingin. Dengan sekali memijah bisa menghasilkan antara 50 ribu hingga 100 ribu telur yang siap menetas. Dengan rentang satu tahun dari penetasan, larva ikan sudah menjadi ikan dewasa yang siap kawin. Pengamatan yang saya lakukan ketika memancing di sungai-sungai pedalaman Jawa, ikan ini menyebar luas di hulu sungai Serayu, sungai Klawing, sungai Progo, sungai Brantas hingga sungai Ciliwung dan sungai-sungai besar lain (Saanin, 1968).Klasifikasi Ikan Brek menurut Saanin (1968) :Kingdom :AnimaliaFilum :ChordataKelas :ActinopterygiiOrdo :CypriniformesFamili :CyprinidaeGenus :PuntiusSpesies :PuntiusjavanicusAnalisis filogenetik adalah pusat untuk banyak penelitiandaerah dalam biologi dan biasanya melibatkan diidentifikasi homolog urutan, beberapa merekakeselarasan, rekonstruksi dan filogenetikrepresentasi grafis dari pohon filogen disimpulkan. Hal initerutama dirancang untuk ahli biologi dengan pengalaman tidak adadi filogeni, tetapi juga dapat memenuhi kebutuhanspesialis; yang pertama akan menemukan up-to-date alatdirantai dalam pipa filogeni untuk menganalisis data merekadengan cara yang sederhana dan kuat, sementara para spesialisasikan dapat dengan mudah membangun dan menjalankan canggihanalisis (Dereeper, 2008).

IV. KESIMPULAN DAN SARANA. KesimpulanBerdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:Hubungan kekerabatan dibagi menjadi dua yaitu kekerabatan filogenetik dan kekerabatan fenetik.Hubungan kekerabatan yang paling dekat adalah ikan kembung dan ikan brek sedangkan yang paling jauh adalah ikan layur dan ikan lidah.

B. SaranPraktikan lebih berhati-hati dalam mengamati spesimen, karena preparat spesimen mudah rusak dan lebih teliti dalam penghitungan koefisien asosiasi dan lebih memahami proses pembuatan fenogram..

DAFTAR REFERENSIClifford dan Stephenson. 1975. An Introduction to Numerical Classification. Academic Press, New York.

Djuhanda, T. 1981. Anatomi dari Empat Species Hewan Vertebrata. Armico, Bandung.

Dereeper, A. Et al. 2008. Phylogeny.fr: robust phylogenetic analysis for the non-specialist. Nucleic Acids Research, 2008, Vol. 36.

Hadiati, S. murdaningsih, A., Baihaki & N. Rostini. 2002. Variasi Pola Pita dan Hubungan Kekerabatan Nanas Berdasarkan Analisis Isozim. Zuriat Vol.13 (2) : 65-72.

Mayr, Ernest. 1982. Principles of Systematic Zoology. Tata McGraw-Hill Publishing Company, New Delhi.

Mutiara, T., Ernawati., Miarsyah, M., Luvfiati, D. 2006. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SMA dan MAK kelas X. Erlangga. Jakarta.Saanin, H. 1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan I. Bina Tjipta, Bandung.

Simpson, M. G. 2011. Plant Systematics. Elsevier Academic Press. Canada.