Abu Vulkanik Lebih Berbahaya Dari Debu Biasa

download Abu Vulkanik Lebih Berbahaya Dari Debu Biasa

of 22

Transcript of Abu Vulkanik Lebih Berbahaya Dari Debu Biasa

Abu Vulkanik Lebih Berbahaya Dari Debu Biasa0 Komentar

Share:

beritaunik! | Nov 07, 2010 | Kategori Unik

Aktivitas gunung berapi yang meningkat selalu dibarengi dengan semburang abu vulkanik, dalam waktu terakhir beberapa gunung berapi di Indonesia menunjukan peningkatan aktifitas vulkaniknya yang paling parah adalah Merapi yang terkenal dengan wedus gembelnya, selain itu Anak Krakatau, Semeru, Papandayan dan beberapa lainnya juga meningkat.

Lalu seberapa berbahaya abu vulkanik bagi kesehatan? tentu berbahaya bila kita menghirupnya. Abu vulkanik diketahui bisa menyebabkan iritasi mata, penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), hingga gangguan pada kulit. Menurut dr Andreas Dewanto, dokter Puskesmas Ngemplak, Sleman, yang bertugas di Posko Glagahmalang, dan kini berpindah tugas ke Stadion Maguwoharjo, Yogyakarta, kandungan abu vulkanik sangat berbahaya. Kandungan material dari abu yang dimuntahkan itu mengandung S102 atau pasir kuarsa yang biasa digunakan untuk membuat gelas, katanya.

Bentuk pasir kuarsa itu tidak bulat layaknya debu biasa. Di bawah mikroskop, pasir kuarsa itu tampak berujung runcing. Ini tentunya bisa melukai saluran pernapasan, mata, bahkan kulit. Jadi partikelnya memang membahayakan. Selama berada di Posko Glagahmalang, Desa Glagah Harjo, Andreas mengatakan anak-anak berusia 2-12 tahun adalah korban yang paling banyak terkena dampak abu vulkanik. Keluhannya paling banyak infeksi saluran pernapasan akut, batuk, pilek, dan iritasi mata, kata Andreas.

Sementara itu, menurut Heru Trisno Nugroho, Kepala Bagian Hukum dan Hubungan Masyarakat Rumah Sakit Umum Daerah dr Sardjito, pada hampir mayoritas korban awan panas letusan Gunung Merapi yang dirawat di rumah sakit tersebut, sebagian besar dari mereka mengalami trauma inhalasi karena saluran pernapasan terbakar.Mereka kesulitan bernapas, sehingga membutuhkan alat bantu pernapasan (ventilator).

Penampakan Abu Vulkanik diperbesar

Masalahnya, Heru mengungkapkan, saat ini rumah sakit kekurangan alat bantu pernapasan itu. Stok alat di rumah sakit menipis, sedangkan jumlah korban terus naik. Kami sudah berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan. Kalau ada alat itu, segera dikirim, dia menerangkan. Saat meletus, gunung berapi memang umumnya menyemburkan uap air (H2O), karbon dioksida (CO2), sulfur dioksida (SO2), asam klorida (HCl), asam fluorida (HF), dan abu vulkanik ke atmosfer. Abu vulkanik mengandung silika, mineral, dan bebatuan. Unsur yang paling umum adalah sulfat, klorida, natrium, kalsium, kalium, magnesium, dan fluoride. Ada juga unsur lain, seperti seng, kadmium, dan timah, tapi dalam konsentrasi yang lebih rendah.

Sangat tajam dan bahaya bagi paru2 serta bisa membuat iritasi

Dr Mukhtar Ikhsan, SpP(K), dokter spesialis paru-paru dari Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta, yang dihubungi Tempo, mengatakan, khusus silika, sebenarnya memang ada di sekitar kita, dan sangat mungkin terhirup dalam kondisi normal. Tapi kan intensitasnya tidak besar, dan kalaupun terpapar tidak terus-menerus seperti saat bencana seperti Merapi kini, kata Mukhtar. Dengan intensitas tinggi, bisa jadi bulu-bulu hidung tak cukup kuat menahan serangan partikel polutan berbahaya. Belum lagi ada kemungkinan suhu panas dan gas-gas beracun yang mungkin ikut keluar bersama abu vulkanik. Akumulasi silika dalam paru-paru bisa mengakibatkan silikosis yang menyebabkan kerusakan pada paru-paru. Silikosis umumnya menyerang pekerja tambang. Namun mereka terserang silikosis karena paparan silika konsentrasi tinggi dari jangka waktu yang lama, kata Mukhtar.

Bandingkan dengan debu biasa yang bulat (tidak tajam)

Muhktar khawatir terhadap kondisi pengungsi yang mungkin mengalami stres, kurang istirahat, dan kurang makanan bergizi, sehingga akan mengakibatkan daya tahan tubuh pengungsi turun. Lemahnya daya tahan tubuh para pengungsi ditambah paparan silika bisa membuat infeksi semakin mudah menyerang. Pernapasan memang paling mudah terpengaruh oleh abu vulkanik. Tapi besar-kecilnya dampak abu vulkanik sebenarnya bergantung pada sejumlah faktor, seperti konsentrasi partikel di udara yang sebaiknya kurang dari 10 mikron dalam diameter, frekuensi dan lama pemaparan, kandungan abu, cuaca, serta kondisi kesehatan seseorang.

Salah seorang pengungsi Merapi yang sedang mengalami gangguan pernapasan akibat abu vulkanik

Cara sederhana menghindari paparan abu adalah menghindari sumber polusi dengan mengungsi. Orang dengan penyakit pernapasan atau hanya gejala harus meninggalkan area paparan tinggi abu vulkanik. Jika konsentrasi silika melebihi batas yang direkomendasikan: lebih dari 50 mikrogram per meter kubik. Penggunaan masker menjadi suatu keharusan dalam kondisi tingginya tingkat polusi udara seperti dalam bencana Merapi. Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Prof Faisal Yunus, MD, PhD, FCCP, sejak letusan Merapi pertama pada 26 Oktober lalu, sudah memprediksi tingginya jumlah pengidap ISPA menyusul letusan Gunung Merapi.

Bukan hanya berbahaya bagi mahluk hidup tapi juga bisa merusak mesin pesawat

Faisal saat itu menjelaskan, ada sembilan jenis respirator yang direkomendasikan berdasarkan kemampuan menyaring partikel dengan ukuran 0,3 mikron atau satu per 1.000 milimeter, yaitu respirator 95 persen, 99 persen, dan 100 persen, serta kemampuan filtrasi terhadap minyak, yaitu tipe N (Non-resistant to oil), R (Resistant to oil), dan P (oil Proof). Masker bedah yang terbuat dari kertas atau kain yang banyak beredar sebenarnya hanya menutupi area sekitar hidung. Masker jenis itu memiliki keterbatasan filtrasi karena ada celah di sekitar hidung dan mulut yang memungkinkan tetap masuknya kuman dan polutan yang ada di udara. Respirator lebih memberi perlindungan ketimbang masker bedah. Respirator lebih melindungi dan menyaring partikel berukuran satu mikron. Alat ini terpasang pas di wajah dan berfungsi mencegah kebocoran.

Betapa bahayanya bila sampai terhirup secara langsung abu vulkanik

Sayangnya, justru yang beredar di kalangan pengungsi Merapi adalah jenis masker bedah itu. Menurut Andreas, masker ini memang belum memenuhi standar keamanan tubuh manusia. Masker yang paling aman pada situasi sekarang ini, menurut dia, adalah masker jenis N95. Ini masker mirip untuk pasien isolasi flu burung, katanya. Idealnya memang menggunakan respirator N95, tapi kan sangat mahal dan dalam kondisi darurat. Masker apa pun bisa digunakan daripada tidak sama sekali. Memang kurang nyaman, tapi penting dilakukan, kata Mukhtar mengiyakan Andreas. Untuk mata, Andreas menambahkan, sebaiknya masyarakat menggunakan kacamata goggle guna menahan abu. Pasalnya, kacamata ini bisa menutup rapat sekeliling mata, sehingga abu vulkanik tak akan masuk.sumber: ruanghati.com

http://www.beritaunik.net/unik-aneh/abu-vulkanik-lebih-berbahaya-dari-debu-biasa.htmltambahan penjelasan mengenai kandungan abu vulkanikAbu vulkanik mengandung silika, mineral, dan bebatuan. Unsur yang paling umum adalah sulfat, klorida, natrium, kalsium, kalium, magnesium, dan flouride. Ada juga unsur lain, seperti seng, kadmium, dan timah, tapi dalam konsentrasi yang lebih rendah. 1. Silicon dioksida (SiO2) atau Silica atau anhidra silikat, secara alami terdapat dalam batu akik, pasir, batu ametis, kalkedoni, kristobalit, batu api, kuarsa, dan tridimit. bahan ini merupakan salah satu bahan utaman porselen gigi dan filter yang lazim pada campuran resin, dalam bentuk granular berfungsi sebagai abrasif gigi dan memoles agen. (kamus kedokteran DORLAND edisi 31, halaman 1999).

Silicosis [silica + -osis] pneumokoniosis akibat inhalasi debu, pasir, atau batu api yang mengandung silika, dengan pembentukan perubahan fibrotik nodular generalisata pada kedua paru. karena banyak bahan yang mengandung silika, terdapat sejumlah silikosis yang berbeda. (kamus kedokteran DORLAND edisi 31, halaman 1999).

Pneumokoniosis, [pneumo- + coniosis] pengendapan sejumlah besar debu atau bahan partikel lain di dalam paru-paru,dan reaksi jaringan yang menyertainya (diambil sebagian dari pneu-mo-co-nio-sis, kamus kedokteran DORLAND edisi 31, halaman 1709). 2. Sulfate [L. sulphas] berbagai garam dari asam sulfat.

acid s. garam sulfat yang hanya separuh hidrogen asam sulfatnya yang diganti; bisulfat.

basic s. sulfat yang sulfat normal basanya digabung dengan satu hidroksida dari basa yang sama; subsulfat. conjugated s's, ethereal s's zat-zat aromatik, seperti fenol, skatoxyl, dan indoxyl, yang terdapat di dalam urine bersama dengan mineral sulfat. minerlas s's, garam sulfat dalam urin yang merupakan campuran asam sulfat dengan zat-zat mineral seperti natrium, kalium, kalsium, dan magnesium. neutral s's., normal s. garam sulfat yang seluruh hidrogen asam sulfatnya digantikan performed s's mineral s's (kamus kedokteran DORLAND edisi 31, halaman 2099).

http://fkunsoed-2010.blogspot.com/2010/12/tambahan-penjelasan-mengenai-kandungan.htmlSaat terjadinya dan paska meletusnya Gunung Berapi maka ada yang selalu menjadi bahan pembicaraan beberapa kalangan, yakni Pasir dan Abu Vulkanik. Pasir dan Abu Vulkanik menjadi salah satu topik pembicaraan beberapa kalangan karena Pasir dan Abu Vulkanik memiliki sisi lain selain menyebabkan banyak kerugian ternyata memilki nilai dan manfaat positif.

Berikut saya mencoba merangkum manfaat dan nilai ekonomi Pasir dan Abu Vulkanik yang berupa pasir dan debu gunung yang terkandung dalam material vulkanik yang dimuntahkan gunung api, termasuk Gunung Merapi :

1. Material debu dapat dimanfaatkan untuk memperkaya unsur hara dalam tanah. Material debu hanya dapat dimanfaatkan untuk memperkaya unsur hara dalam tanah, kandungan unsur hara material gunung api dapat digunakan untuk menetralisasi kecapaian tanah yang selama ini banyak diberi pupuk anorganik. 2. Debu Gunung Api sebagai pupuk Fungsi debu gunung api sebagai pupuk sangat ditentukan oleh ketebalan dan lokasinya. Debu gunung yang tebal belum dapat digunakan langsung karena masih panas dan kandungan gasnya tinggi. 3. Abu Gunung Api cukup efektif memberantas hama Abu yang mengandung beberapa unsur kimia seperti belerang ternyata cukup efektif untuk secara alamiah memberantas hama tanaman sayuran berupa ulat dan serangga. 4. Endapan Material Gunung Api dapat menjadi pasir material berupa pasir dan batu yang mengendap di sungai merupakan sumber penghidupan bagi masyarakat yang berprofesi sebagai penambang pasir tradisonal. 5. Abu dapat membuat tanah sangat kaya mineral Abu vulkanik merupakan hasil dari peleburan dan pembakaran bahan-bahan mineral. Lapisan tanah yang dilapisi abu tersebut kemudian menjadi sangat kaya mineral dan bisa menumbuhkan aneka tanaman dengan baik tanpa memerlukan tambahan pupuk. Namun, jika tanah vulkanis diberi tambahan pupuk organik atau kotoran hewan, kondisinya akan semakin prima. 6. Pasir pada material vulkanik merupakan pasir kualitas terbaik. Pasir gunung api memiliki kandungan silika (SiO) yang tinggi membuat kualitasnya menjadi sangat baik. 7. Pasir gunung api baik digunakan untuk penjernih air. Pola silika yang berujung runcing membuat kemampuan pasir menyerap partikel tidak diinginkan jauh lebih baik ketimbang pasir biasa. Meski demikian, penggunaan pasir gunung api sebagai penjernih air tetap membutuhkan bahan lain, seperti zeolit dan arang kayu. 8. Pasir gunung api juga sangat baik digunakan untuk bahan beton. Ujung silika yang runcing membentuk partikel yang memiliki sudut, pola partikel bersudut itulah yang membuat ikatan pasir gunung api dengan semen menjadi lebih kuat. Pasir biasa memiliki ujung bulat sehingga kekuatan ikatannya dengan bahan pembuat beton lainnya lebih lemah. 9. Pasir gunung api sangat baik untuk campuran bahan bangunan. Selain silika, pasir gunung api juga memiliki kandungan besi (FeO). Kandungan besi pasir gunung api sangat baik karena belum mengalami pelapukan sehingga baik untuk campuran bahan bangunan. 10. Pasir gunung api membuat beton semakin kuat Pasir gunung api juga memiliki kandungan lempung yang sangat sedikit. Selain membuat beton semakin kuat, sedikitnya lempung juga akan meningkatkan daya tahan beton dan membuat tingkat kekeroposan beton lebih rendah. 11. Harga Pasir Gunung Api bisa mencapai Rp 900.000/ truk. Di Jawa Tengah, pasir Gunung Merapi menjadi incaran, sedangkan di Jawa Barat pasir Gunung Galunggung menjadi primadona. Harga pasir Gunung Galunggung bisa mencapai Rp 900.000 per truk, sedangkan pasir biasa yang didatangkan dari Garut hanya dihargai Rp 500.000 per truk. Material vulkanik yang dapat dimanfaatkan untuk bangunan hanya yang berupa pasir atau kerikil. Material berukuran besar itu hanya terdapat di sekitar letusan gunung api. Jika mencermati letusan Gunung Merapi saat ini, pasir yang dapat dipergunakan diperkirakan hanya yang berada dalam radius 15 kilometer dari puncak Gunung Merapi. Berapapun besar manfaat dan nilai ekonomis akibat meletusnya gunung berapi tentunya tidak dapat menggantikan kerugian yang diderita korban masyarakat bencana tersebut, namun Pasir dan Abu Vulkanik harus segera di kelola secara cepat dan benar agar dampak negatifnya bagi kesehatan dapat berkurang. Abu Vulkanik berbahaya bagi kesehatan karena mengandung gas berbahaya, antara lain, sulfur dioksida dan karbon monoksida. Partikel lain yang terkandung di abu vulkanik adalah silika. Silika yang merupakan komponen penyusun kaca ini bisa bersifat karsigonik dan bisa menimbulkan penyakit kanker. [jw/jiputro.net] Sumber : 1. Eko Teguh Paripurno, Dosen Vulkanologi dan Kepala Pusat Studi Manajemen Bencana UPN (Universitas Pembangunan Nasional Veteran) Yogyakarta, Harian Kompas Minggu (7/11/2010) 2. Asnawir Nasution, Dosen Panas Bumi dan Gunung Api Institut Teknologi Bandung (ITB), Harian Kompas Minggu (7/11/2010)

Apakah Hujan Abu Vulkanik Berbahaya?BY BAGUS RAHMAT PRABOWO 04/11/2010

Beriringan dengan meletusnya Gunung Merapi, saat ini di Yogyakarta dan Magelang serta kota-kota yang berada di sekitar lereng Merapi mendapatkan dampak dari letusan berupa debu vulkanik. Untuk daerah yang terlalu dekat bahkan sampai menimbulkan hujan kerikil. Ada beberapa korban yang meninggal dikarenakan menghirup debu vulkanik. Ada juga beberapa warga yang mengeluhkan iritasi pada kulit dan rambut yang menjadi kusam. Bagaimana penanganan hujan debu pada aktifitas seharihari? Apakah debu vulkanik akan membahayakan bagi kesehatan? Sejauh mana dampak yang yang dapat menimbulkan kegawatdaruratan? Berikut ini akan coba dibahas mengenai debu vulkanik dan cara penanganannya. Debu vulkanik terbentuk selama letusan gunung berapi. Debu vulkanik tersusun dari fragmen batuan halus, mineral dan kaca, debu yang keras, kasar, agak korosif dan tidak larut dalam air. Masyarakat biasanya mengkhawatirkan tentang efek dari hujan debu vulkanik ini. Pertanyaan biasanya muncul mengenai isi dan kandungan debu vulkanik terutama tentang mineral kuarsa, kristobalit, atau tridimit. Ini adalah kristal silika bebas yang diketahui menyebabkan silikosis, penyakit paru-paru yang berpotensi menimbulkan kefatalan dan biasanya ditemukan di tambang bawah tanah dan pekerja tambang terbuka dengan paparan udara yang disertai dengan debu silika konsentrasi tinggi selama jangka waktu yang lama. Batas yang direkomendasikan bagi masyarakat untuk menghirup debu vulkanik adalah konsentrasi silika yang tidak melebihi 50 micrograms/m3. Partikel debu kecil bisa ditiup oleh angin selama ribuan kilometer jauhnya dari gunung berapi, tergantung pada kecepatan angin dan jenis letusan. Debu vulkanik yang terdiri dari partikel halus batuan vulkanik yang terfragmentasi tersebut kemudian dapat menyebar. Debu berkisar dalam warna dari abu-abu terang sampai hitam dan bervariasi dalam konsistensi dari grit sampai bubuk halus. Hujan debu dapat menghalangi sinar matahari, mengurangi visibilitas dan dapat menyebabkan keadaan gelap gulita di siang hari. Hal ini juga dapat menimbulkan guntur dan kilat yang terjadi karena adanya gesekan antara partikel halus di udara. Pengaruh debu pada kesehatan bisa dibagi menjadi beberapa kategori: yaitu yang menimbulkan efek pada pernapasan, gejala mata, iritasi kulit, kesehatan anak-anak dan efek tidak langsung. Partikel vulkanik dapat memiliki lapisan asam yang bisa menyebabkan iritasi pada paru-paru, mata dan kulit. Partikel mikroskopis debu vulkanik dapat dihirup dalam ke dalam paru-paru dan menimbulkan masalah pernapasan. Masalah-masalah pernapasan tergantung pada beberapa hal: * Berapa banyak dan seberapa besar partikel debu yang Anda hirup? * Seberapa sering dan berapa lama Anda bernapas dalam situasi hujan debu vulkanik? * Apakah Anda juga menghirup gas vulkanik? * Apakah Anda sudah memiliki masalah jantung dan paru-paru sebelumnya? Partikel debu yang lebih berat dapat mengakibatkan runtuhnya atap sehingga dapat mematikan bagi orang-orang yang tinggal di dalam bangunan. Debu dan partikel kasar yang masih panas jika dihirup melalui saluran pernafasan dapat menyebabkan panas piroklastik dan hampir selalu menjadi penyebab kematian dari luka bakar internal atau sesak napas. Setiap orang harus menghindari paparan dari debu vulkanik dengan memakai masker hidung yang efektif saat berada di luar untuk mengurangi inhalasi partikel debu. Pasien dengan kondisi penyakit penyerta sebelumnya antara lain bronkitis kronis, emfisema, dan asma harus melakukan tindakan pencegahan lebih khusus untuk menghindari paparan partikel debu. Penggunaan masker sangat dianjurkan. Masalah Saluran Pernafasan Gejala pernafasan yang ditimbulkan dari efek menghirup debu vulkanik bergantung pada sejumlah faktor seperti yang sudah disebutkan di atas, diantaranya konsentrasi partikel tersuspensi total di dalam udara, proporsi partikel terhirup dalam debu (kurang dari 10 mikron dalam diameter), frekuensi dan lama pemaparan, adanya kristal silika bebas dan gas vulkanik atau aerosol dicampur dengan debu, kondisi meteorologi, faktor manusianya (kondisi kesehatan sebelumnya), dan penggunaan alat pelindung pernafasan. Gejala pernafasan akut yang sering dilaporkan selama dan setelah debu jatuh antara lain :

Iritasi hidung (biasanya hidung meler) Iritasi tenggorokan dan sakit tenggorokan, kadang disertai dengan batuk kering Gejala bronchitis parah yang berlangsung hingga beberapa hari setelah paparan hujan debu vulkanik Keluhan umum dari penderita asma termasuk sesak nafas, mengi, dan batuk Napas menjadi tidak nyaman Efek-efek jangka pendek tidak dianggap berbahaya bagi orang-orang yang tidak memiliki keluhan saluran pernafasan sebelumnya .

Masalah Pada Mata Karena bentuk partikelnya keras maka efek umum yang ditimbulkan oleh grit vulkanik bisa menyebabkan rasa nyeri di depan mata dan konjungtivitis. Karena merasa seolah-olah ada sesuatu di mata dan gatal maka akan menimbulkan godaan untuk menggosok mata dan menyebabkan kerusakan lebih lanjut. Gejala pada mata sebagai akibat pajanan debu meliputi:

Mata menjadi merah. Abrasi atau Lecet pada kornea (diakibatkan oleh goresan pada bola mata) Peradangan pada sakus di sekitar bola mata yang akan menyebabkan kemerahan, rasa terbakar, fotosensitif (meningkatkan kepekaan terhadap cahaya), konjungtivitis Bagi anda pemakai lensa kontak disarankan untuk meninggalkan lensa kontaknya guna menghindari kerusakan permanen dari abrasi kornea. Hindari menggosok mata dan gunakan gogle yang sesuai ukurannya. Masalah pada kulit Ruam pada kulit dapat muncil dari sifat asam yang dimiliki oleh debu vulkanik. Gejala yang mungkin terjadi pada saat-saat hujan debu dapat berupa:

Iritasi dan kemerahan kulit Infeksi sekunder akibat garukan Sebaiknya selalu tutupi kulit dengan jaket atau baju berlengan panjang. Juga lindungi kepala karena sifat asam yang ada dapat menimbulkan kerusakan rambut. Segera cuci kulit atau rambut dengan air yang tidak tercemar debu segera setelah paparan debu vulkanik. Masalah Pada Kesehatan Anak Anak-anak lebih rentan terhadap efek dari debu vulkanik. Orangtua harus waspada dan melakukan beberapa tindakan pencegahan meliputi:

Jauhkan anak-anak dari udara luar (masuk ke dalam ruangan) Jika terpaksa pergi ke luar, anak-anak harus memakai masker dengan ukuran yang sesuai. Jangan biarkan bermain di tumpukan debu dan debu. Jauhkan anak-anak dari bahaya efek tidak langsung seperti bahaya kecelakaan.

Efek Abu Vulkanik Bagi Kesehatan ManusiaHL | 24 February 2012 | 12:39 Dibaca: 214 Komentar: 14 4 dari 4 Kompasianer menilai bermanfaat

ilustrasi/admin(KOMPAS.com/RMY)Letusan gunung berapi sangatlah besar pengaruhnya bagi kehidupan manusia, baik dari segi financial, ekonomi, sosial, sampai pada kesehatan. Secara umum, asap, abu, dan gas yang dihasilkan oleh letusan tersebut memberikan dampak negatif bagi manusia, salah satunya bagi kesehatan manusia. Memang, abu gunungapi tidak menyebabkan masalah kesehatan dalam jangka waktu lama, namun reaksi akut terhadap abu tersebut sudah cukup mengkhawatirkan. Orang-orang dapat menjadi lebih takut terhadap bahaya abu dan gas gunungapi terhadap kesehatan daripada risiko kematian akibat bahaya primer letusan gunung api.

Paru, mata, dan kulit merupakan organ yang paling terganggu akibat abu gunung api. Seseorang dapat mengalami luka bakar, cedera karena terjatuh/terpeleset, atau penyakit infeksi dan pernapasan. Berikut adalah penuturan spesifik mengenai pengaruh abu vulkanik bagi kesehatan manusia dan bagaimana cara meminimalisir dampak abu tersebut bagi kesehatan manusia.

Gangguan pernafasan akut Dari semua gangguan yang ditimbulkan abu terhadap kesehatan, gangguan pernafasan merupakan salah satu dampak yang paling utama dari abu vulkanik. Iritasi hidung dan tenggorokan, batuk, bronkitis, sesak napas, hingga penyempitan saluran napas yang dapat menyebabkan kematian mungkin terajdi. Gangguan pernafasan harus cepat ditangani, karena nafas adalah salah satu hal vital ynag menunjang hidup manusia. Dari penelitian yang dilakukan terhadap 12 letusan gunung berapi pada kurun waktu 10 tahun di dunia, salah satu penyebab kematian dari korban bencana letusan adalah kesulitan bernafas yang sangat parah. Gangguan tersebut dapat terjadi karena debu bersifat korosif. Partikel abu yang sangat halus (kurang dari 10 mikron) sangat mengganggu pernafasan, khususnya bagi mereka yang sudah memiliki permasalahan paru-paru. Para penderita gangguan pernafasan, mempunyai riwayat gangguan pernafasan, dan sedang mengalami gangguan jantung adalah mereka yang paling berisiko. Selain itu, paparan debu sangat berbahaya bagi bayi, anak-anak, warga usia lanjut dan orang dengan penyakit paru kronis seperti asma. Beberapa gejala gangguan pernafasan yang sering dilaporkan masyarakat sepanjang hujan abu adalah sebagai berikut :

iritasi hidung dan hidung berair iritasi dan radang tenggorokan, terkadang disertai batuk kering simptom bronkitis akut (batuk parah, produksi riak yang berlebihan, bunyi nafas seperti menderita asma, dan sesak nafas) pada orang dengan riwayat penyakit paru sebelumnya (asma, penyakit paru kronik, ataupun perokok dalam jangka waktu lama) ketidaknyamanan dalam bernafas, akibat kontraksi saluran pernafasan untuk mengeluarkan abu yang masuk

jelaga yang masuk ke saluran pernafasan dapat mempersempit saluran pernafasan dan menyebabkan reaksi radang.

Berat ringannya gejala yang ditimbulkan akibat menghirup abu gunung api bervariasi. Konsentrasi partikel di udara, proporsi partikel halus dalam abu, frekuensi dan lama pemaparan, kondisi awal kesehatan dan penggunaan peralatan pelindung pernafasan yang kompatibel ikut mempengaruhi tingkat gejala. Sebenarnya, gejala di atas tidak menyebabkan gangguan jangka panjang bagi orang yang tidak menderita penyakit paru. Tetapi lain halnya jika di dalam abu terkandung silica, yang dapat menyebabkan penyakit silikosis. Silika adalah unsur utama dari pasir, sehingga pemaparan biasanya terjadi pada buruh tambang logam, pekerja pemotong batu dan granit, pekerja pengecoran logam, dan pembuat tembikar. Namun gejala baru timbul jika terjadi setelah pemaparan selama 20-30 tahun. Pada letusan gunung berapi, jika abu tersebut mengandung silika, maka kadar silika yang dihasilkan sangat tinggi. Akibatnya, gejala dapat timbul dalam waktu kurang dari 10 tahun. Gangguan pada mata Selain pada pernafasan, abu gunung berapi memiliki pengaruh terhadap kondisi mata. Abu gunung berapi memiliki butiran yang tajam, sehingga dapat menimbulkan gangguan pada mata. Masuknya benda asing pada mata, konjungtivitis (radang pada konjungtiva), abrasi kornea (goresan pada kornea) menjadi variasi dari gangguan pada mata akibat abu gunung berapi. Umumnya, penduduk yang terkena abu vulkanik cenderung mengalami iritasi dan gangguan mata ringan sepanjang hujan abu. Gejala umum pada mata yang sering dialami adalah :

Sensasi adanya benda asing yang masuk ke mata Mata yang sakit, perih, gatal atau kemerahan Mengeluarkan air mata dan kotoran mata yang lengket Kornea lecet atau tergores Radang akut pada konjungtiva mata atau pembengkakan kantong mata sekitar bola mata sehingga mata menjadi merah, sangat sensitif terhadap cahaya, dan adanya sensasi terbakar pada mata.

Sejauh ini, tidak pernah ada laporan mengenai efek jangka panjang dari abu ini terhadap mata. Seperti yang dicatat pada tahun 1980 dari erupsi Gunung St.Helens, sekitar 4-8% populasi mengalami iritasi mata, tetapi hanya 1 dari 10 orang yang memerlukan tindakan medis lebih lanjut. Satu hal yang perlu diperhatikan untuk kesehatan mata ketika terjadi letusan gunung berapi. Gunakan kacamata alih- alih lensa kontak untuk mencegah lecetnya kornea. Iritasi pada kulit Gangguan ringan pada kulit terkadang ditemukan sepanjang hujan abu, namun sejauh ini, belum pernah ada pelaporan tentang efek jangka panjang dari pengaruh debu terhadap gangguan kulit. Abu gunung api dapat menyebabkan iritasi kulit untuk sebagian orang, terutama ketika abu gunung api tersebut bersifat asam.

Gejala yang umum terjadi akibat abu gunung berapi adalah :

Iritasi kulit yang ditandai dengan kulit menjadi merah dan gatal. Infeksi pada kulit akibat garukan. Luka bakar, mulai dari derajat ringan sampai berat. Pada beberapa keadaan, luka bakar dapat terjadi pada hampir seluruh tubuh. Dalam kondisi tersebut, seseorang harus segera ditangani karena nyawanya dalam keadaan kritis.

Efek mekanikal Efek mekanikal yang terjadi dapat berupa runtuhnya atap rumah atau kecelakaan di jalan raya. Atap bisa runtuh karena beban berat dari abu, apalagi jika abu tersebut basah dan bangunan tidak dibangun untuk menyangga beban berat. Atap yang runtuh menyebabkan orang yang tertimpa mengalami luka, bahkan meninggal seketika. Luka yang terjadi dapat berupa patah tulang, luka memar, luka robek, dan perdarahan yang memerlukan tindakan medis lebih lanjut. Selain atap rumah yang runtuh, efek mekanikal lain yang dapat terjadi adalah kecelakaan di jalan raya. Kecelakaan dapat terjadi akibat berkurangnya jarak pandang akibat abu gunungapi yang menutupi lapang pandang. Bahaya ini diperparah oleh jalan yang ditutupi oleh abu dan jalanan yang licin akibat abu yang basah. PROTEKSI DAN PERTOLONGAN PRAKTIS TERHADAP ABU VULKANIK

Gambar diunduh dari www.images.ctv.ca Setelah mengetahui apa saja yang terjadi pada kesehatan manusia saat mengalami bencana letusan gunung berapi, tentunya dapat ditindaklanjuti dengan tindakan proteksi. Selain proteksi, pengetahuan mengenai pertolongan praktis dan efektif diperlukan agar dapat diterapkan jika memang ada yang mengalami gangguan tersebut. Gangguan pernafasan akut

Tentu cara yang paling mudah untuk memproteksi jalan pernafasan adalah dengan menggunakan masker, yang dirancang sedemikian rupa sehingga mampu menyaring debu yang paling kecil sekalipun (kurang dari 10 mikron). Masker jenis tersebut sudah disetujui dan direkomendasikan oleh International Volcanic Health Hazard Network (IVHHN). Masker tersebut harus mampu memberikan perlindungan yang memadai dansesuai dengan peralatan pelindung lainnya yang dikenakan pada saat yang sama.Selain itu, masker tersebut harus dipakai secara tepat agar sepenuhnya efektif.

Masker yang direkomendasikan (diunduh dari www.ivhhn.org) Tidak ada rotan, akar pun jadi. Jika masker layak pakai tidak tersedia, maka dapat digunakan sapu tangan,kain, atau pakaian yang setidaknya dapat menghalangi debu berukuran besar yang bisa mengiritasi tenggorokan dan mata. Merendam kain dengan air dapat meningkatkan efektivitas masker sederhana tersebut. Bagi keluarga yang memiliki anak-anak sebaiknya sediakan masker khusus untuk anak-anak. Selain itu,anak dilarang bermain di luar untuk meminimalkan paparan. Pasien dengan bronkitis kronis, emfisema, dan asma disarankan untuk tinggal di dalam dan menghindari paparan abu yang tak perlu. Perlu juga dilakukan pencegahan abu untuk masuk ke rumah, dan membasahi abu dalam rumah bila memungkinkan untuk mencegah pergerakan abu. Bila sudah mengalami gangguan seperti serangan asma akut atau sesak nafas, sebisa mungkin segera hubungi paramedik yang tersedia agar mendapatkan bantuan medis lebih lanjut. Bagi pasien yang memang memiliki riwayat asma, sediaan inhaler yang berisi obat asma tentunya dapat menolong. Gangguan pada mata

Pada lingkungan yang penuh abu, melindungi mata dengan google atau kacatamata dapat membantu melindungi mata dari iritasi. Sekali lagi ditekankan, jangan memakai lensa kontak saat kejadian seperti ini.

Gambar diunduh dari www.survival-nz.com Iritasi kulit Gunakan pakaian pelindung yang dapat memproteksi kulit dari abu gunung berapi. Pakaian pelindung yang ideal adalah yang menutupi seluruh tubuh dan terbuat dari bahan dengan pori-pori sangat kecil atau rapat, sehingga abu yang berukuran kecil tidak mengenai kulit . Selain itu, pakaian tersebut tidak boleh menghambat pergerakan saat evakuasi. Jika terjadi luka bakar, segera bungkus luka bakar tersebut dengan kain kering. Tidak dianjurkan memakai odol atau mentega pada luka bakar karena justru dapat memperparah luka bakar dan memperlambat penyembuhan. Gelembung yang timbul pada luka pun tidak boleh dipecahkan, karena jika dipecahkan, dapat mengarah pada infeksi sekunder. Efek mekanikal Pada gangguan mekanik, pastikan atap bangunan Anda cukup kuat untuk menahan abu. Jika terjadi luka atau patah tulang pada orang sekitar, dapat diberikan pertolongan sementara sambil menunggu bantuan datang. Pertolongan pertama pada luka robek adalah menutup luka dengan kain bersih agar tidak terjadi infeksi . Pada perdarahan, tidak disarankan untuk mengikat perdarahan, tetapi cukup membalutnya dengan kain kering dan bersih. Untuk patah tulang, segera fiksasi bagian yang patah dengan sepasang papan atau benda lain yang keras dan papan tersebut segera dililitkan agar dapat menyangga. Jangan mengurut bagian tubuh yang mengalami patah tulang karena letak tulang dapat semakin bergeser, sehingga menyulitkan proses penyembuhan.

Cara fiksasi pada kasus patah tulang (diambil dari www.chestofbooks.com) Jika memang perlu berkendara saat terjadi hujan abu, jaga jarak antar kendaraan sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya kecelakaan. Disarankan juga untuk mengendarai mobil dengan kecepatan lambat sehingga kemungkinan tabrakan antar kendaraan lebih kecil. Demikianlah efek abu vulkanik bagi kesehatan manusia. Tentunya dengan pengetahuan sederhana ini, masyarakat sudah siap melindungi diri sendiri ketika terjadi letusan gunung berapi, walaupun tentunya kejadian ini tidak diharapkan. o o o oLaporkan Tanggapi Beri Nilai

BPPT MANFAATKAN ABU VULKANIK GUNUNG MERAPI DAN BROMO SEBAGAI BAHAN GLASIR KERAMIKSENIN, 09 MAY 2011 14:59 0 COMMENTS

Bencana alam merupakans ebuah musibah yang menimbulkan banyak kerugian material. Meski demikian, selalu ada hikmah dan manfaat yang timbul seusai bencana. Dalam hal ini khususnya di bidang teknologi, BPPT mampu memanfaatkan abu vulkanik sisa letusan Gunung Merapi dan Bromo.

Abu vulkanik yang keluar dari gunung berapi memiliki ciri kandungan mineral allophan yang sangat tinggi. Allophan adalah Aluminosilikat amorf yang dengan bahan organik dapat membentuk ikatan kompleks. Sifat material vulkanik semacam ini sangat baik untuk bercocok tanam dan juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku keramik, ungkap IGA Suradharmika, Kepala Unit Pelaksana Teknis Pengembanan Seni Teknologi Keramik dan Porselen (UPT-PSTKP) BPPT, Bali. UPT-PSTKP BPPT telah memanfaatkan abu vulkanik dari gunung Merapi dan gunung Bromo sebagai bahan glasir keramik dengan suhu pembakaran tinggi 1250oC. Suradharmika, yang biasa disapa Tommy menambahkan bahwa keunggulan bahan abu vulkanik gunung Merapi dan gunung Bromo adalah dapat diterapkan secara tunggal tanpa tambahan bahan apapun. Dapat pula dengan menambahahkan calcium carbonat (kapur) dengan persentase > 10%. Hasil yang diperoleh adalah glasir keramik suhu tinggi dengan warna hitam dan coklat dop, jelasnya. Dalam kondisi biasa untuk membuat glasir suhu tinggi dengan warna hitam dan coklat dop diperlukan 7 jenis bahan. Bahan tersebut terdiri dari bahan glasir dasar dan ditambah oksida-oksida pewarna. Namun dengan bahan abu gunung Merapi dan gunung Bromo jumlah jenis bahan yang digunakan untuk membuat glasir tersebut akan dapat dikurangi. Sisi lain untuk mendapatkan bahan tersebut juga lebih mudah dan lebih murah, karena abu gunung yang ada terserak dimana-mana.

Glasir tersebut telah diterapkan pada beberapa disain keramik diantaranya asbak, mangkuk, teko, cangkir, vas bunga serta beberapa benda pajang. Penampakan glasirnya dop untuk warna hitam sedangkan untuk warna coklat tampilannya dop serta membentuk motif yang menarik. Pemanfaatan abu gunung berapi ini menjadi sebuah solusi atas ketergantungan akan bahan baku impor oleh industri keramik Indonesia. Selama ini industri keramik masih mengimpor bahan baku seperti pigmen dan oksida keramik. Bagi penduduk setempat, musibah bencana gunung berapi ini dapat dimanfaatkan dengan jalan mengumpulkan dan mengemas abu tersebut untuk kemudian menawarkan kepada industri keramik yang ingin memanfaatkannya. Tentu akan bertambah lagi nilai tambahnya jika penduduk tersebut dibekali ketrampilan pembuatan keramik, ungkap Tommmy. Hasil pengembangan ini oleh UPT-PSTKP BPPT akan dipresentasikan kepada stakeholder di daerah bencana dalam hal pemanfaatan abu gunung berapi sebagai bahan baku keramik. Semoga pihak-pihak yang terkait akan menindaklanjutinya, harap Tommy. (SYRA/humas)

http://www.bppt.go.id/index.php/lpnk/58-teknologi-material/767-bppt-manfaatkan-abu-vulkanikgunung-merapi-dan-bromo-sebagai-bahan-glasir-keramikABU VULKANIK GUNUNG MERAPI BERPOTENSI SEBAGAI MATERIAL KERAMIKNov 19th, 2010 | Posted by m-amin | Filed under Keramik Leave a comment | Trackback

Vulkanik/tanah gunung berapi adalah tanah yang terbentuk dari lapukan materi dari letusan gunung berapi yang subur mengandung unsur hara yang tinggi. Vulkanik yang dapat dijumpai di sekitar lereng gunung berapi umumnya dicirikan oleh kandungan mineral liat allophan yang tinggi. Allophan adalah Aluminosilikat amorf yang dengan bahan organik dapat membentuk ikatan kompleks. Sifat-sifat tanah allophan adalah sebagai berikut: 1. Profil tanahnya dalam. 2. Lapisan atas maupun permukaannya gembur serta berwarna hitam. 3. Lapisan subsoil berwarna kecoklatan dan terasa licin bila digosok diantara jari-jari. 4. Bulk densitynya sangat rendah (< 0, 85). 5. Daya tahan terhadap air tinggi. 6. Perkembangan struktur tanah baik. 7. Daya lekat maupun plastisitasnya tidak ada bila lembab. 8. Sukar dibasahi kembali bila sudah kering serta dapat mengapung di atas permukaan air. Mineralogi tanah yang berasal dari gunung Merapi dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu: 1. Mineral skeletal yang berasal dari mineral primer (mineral pasir dan debu) serta agregat mikro kristalin. 2. Fragment yang semuanya berasal dari bahan induk, mineral liat dan liat amorf. Mineral skeletal terdiri atas: a. Pasir atau debu yang masing-masing butir merupakan satu macam mineral primer. b. Agregat mikro kristalin yang terdiri atas abu vulkan (campuran berbagai mineral primer) c. Chert (silica mikrokristalin). Fragmen merupakan pecahan batuan dalam ukuran pasir maupun debu yang terdiri dari berbagai macam mineral primer. Fragmen dalam bentuk mineral liat dan liat amorf terdiri atas: a. Layer aluminium silicate clay (liat aluminium silikat berkisi/berlapis). b. Hydrous iron oxide yang merupakan hidroksida Fe serta gibbist yang berupa hidroksida dari Al pada tanah-tanah dengan pelapukan lanjut. c. Allophan yang merupakan Allumino Silicate amorph pada tanah dari abu vulkanik di daerah humid. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sudaryo Dan Sutjipto (2009) di tujuh daerah lokasi sekitar Gunung Merapi yaitu: Lokasi 1. Sungai Kaligendol, Kaliadem, kelurahan Kepuharjo, Cangkringan. Lokasi 2. Sungai Kaligendol, Jambu, kelurahan Kepuharjo, Cangkringan. Lokasi 3. Sungai Kaligendol, Kinahrejo, kelurahan Umbulharjo, Cangkringan. Lokasi 4. Sungai Kaligendol, Manggong, kelurahan Kepuharjo, Cangkringan. Lokasi 5. Sungai Kaligendol, Kopeng, kelurahan Kepuharjo, Cangkringan. Lokasi 6. Hulu sungai Kaliopak, Ngrangkah, kelurahan Umbulharjo, Cangkringan. Lokasi 7. Sungai Kalikuning, Grogol, kelurahan Umbulharjo, Cangkringan, kabupaten Sleman, provinsi Yogyakarta. Menghasilkan bahwa: 1. Tanah vulkanik yang berasal dari lokasi sepanjang sungai Kaliadem, Kabupaten Sleman, Provinsi Yogyakarta mengandung unsur logam Al, Mg, Si dan Fe. 2. Distribusi kandungan unsur logam yang tersebar didalam tanah vulkanik untuk Al berkisar antara: (1,8 5,9 %); Mg (1 2,4 %); Si (2,6 28 %) dan Fe (1,4 9,3 %).

Berdasarkan Uji Komposisi Kimia Tanah Abu Vulkanik Gunung Merapi Yogyakarta yang dilakukan oleh Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL), 1994 Yogyakarta menunjukkan bahwa: SiO2 (54.56 %), Al2O3 (18.37 %), Fe2O3 (18.59 %), CaO (8.33 %), MgO (2.45 %), Na2O (3.62 %), K2O (2.32 %), MnO (0.17 %), TiO2 (0.92 %), P2O5 (0.32 %), H2O (0.11 %), HD (0.2 %). Apabila diamati terutama pada uji komposisi kimia Abu Vulkanik Gunung Merapi bahwa VulkanikGunung Merapi memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai material keramik berbasis Allumino Silicate. Pemanfaatan Abu Vulkanik Gunung Merapi ini dapat dilakukan apabila tersedianya vulkanik yang sangat melimpah dan sudah menjadi barang limbah dan mengganggu karena Abu Vulkanik sangat baik untuk dipergunakan sebagai media bercocok tanam. Selain itu ada juga sisi lain Abu Vulkanik bernilai ekonomi. Referensi: Sudaryo dan Sutjipto (2009), Identifikasi Dan Penentuan Logam Pada Tanah Vulkanik Di Daerah Cangkringan Kabupaten Sleman Dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron Cepat, Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir Batan Yogyakarta.