Abu Sa’id Neno Triyono · muslimin adalah mencium tangan para guru atau mereka yang dianggap...

30
Abu Sa’id Neno Triyono Bahts seri-01

Transcript of Abu Sa’id Neno Triyono · muslimin adalah mencium tangan para guru atau mereka yang dianggap...

Page 1: Abu Sa’id Neno Triyono · muslimin adalah mencium tangan para guru atau mereka yang dianggap sebagai tokoh agama. Oleh sebab itu, kami ingin menghadirkan pembahasan yang tidak terlalu

Abu Sa’id Neno Triyono

Bahts seri-01

Page 2: Abu Sa’id Neno Triyono · muslimin adalah mencium tangan para guru atau mereka yang dianggap sebagai tokoh agama. Oleh sebab itu, kami ingin menghadirkan pembahasan yang tidak terlalu

PEMBAHASAN HADITS-HADITS NABI

2

Page 3: Abu Sa’id Neno Triyono · muslimin adalah mencium tangan para guru atau mereka yang dianggap sebagai tokoh agama. Oleh sebab itu, kami ingin menghadirkan pembahasan yang tidak terlalu

TENTANG KEBOLEHAN MENCIUM TANGAN

3

E

Page 4: Abu Sa’id Neno Triyono · muslimin adalah mencium tangan para guru atau mereka yang dianggap sebagai tokoh agama. Oleh sebab itu, kami ingin menghadirkan pembahasan yang tidak terlalu

PEMBAHASAN HADITS-HADITS NABI

4

Judul:

PEMBAHASAN

HADITS-HADITS NABI

TENTANG KEBOLEHAN MENCIUM TANGAN

Penulis :

Abu Sa’id Neno Triyono

Page 5: Abu Sa’id Neno Triyono · muslimin adalah mencium tangan para guru atau mereka yang dianggap sebagai tokoh agama. Oleh sebab itu, kami ingin menghadirkan pembahasan yang tidak terlalu

TENTANG KEBOLEHAN MENCIUM TANGAN

5

e

Mukadimah

Salah satu kebiasaan yang membudaya dikalangan kaum

muslimin adalah mencium tangan para guru atau mereka yang

dianggap sebagai tokoh agama. Oleh sebab itu, kami ingin

menghadirkan pembahasan yang tidak terlalu panjang terkait hadits-

hadits yang marfu’ (terangkat) sampai kepada Nabi kita Muhammad

Sholallahu 'alaihi wa Salaam, apakah mencium tangan ini

diperbolehkan atau bahkan sebaliknya

Kami menyebutkan hadits-hadits yang marfu’ tersebut dari dua

kitab ulama hadits mutaqodimin yakni Imam Ibnu Abi Syaibah

Rahimahullah (w. 235 H) dalam kitabnya yang berjudul “al-Adab”

dan Imam Muhammad bin Ibrahim al-Muqri` (w. 381 H) rahimahullah

yang telah menulis satu juz khusus seputar mencium tangan yang

berjudul "ar-Rukhshoh fii Taqbiil al-Yad". Kami sebutkan sanad-

sanad yang dibawakan oleh kedua Aimah tersebut, lalu dinilai

derajat haditsnya berdasarkan kondisi para perawi yang

dicantumkan dalam sanadnya untuk mengetahui apakah hadits

Page 6: Abu Sa’id Neno Triyono · muslimin adalah mencium tangan para guru atau mereka yang dianggap sebagai tokoh agama. Oleh sebab itu, kami ingin menghadirkan pembahasan yang tidak terlalu

PEMBAHASAN HADITS-HADITS NABI

6

tersebut layak dijadikan hujjah atau tidak berdasarkan kaedah-

kaedah dalam ilmu hadits

Kemudian setelah menyebutkan hadits-hadits marfu’ tersebut,

kami lengkapi juga dengan pendapat para ulama fiqih yang pandai

dalam hadits juga atau Muhaditsul Fuqoha, seputar hukum mencium

tangan orang-orang shalih, lalu kami tutup dengan kesimpulan dari

pembahasan hukum mencium tangan

Tentunya karya tulis ini masih banyak terdapat kekurangan,

oleh karenanya kami mengharapkan masukan dari pembaca

semuanya agar kami dapat melakukan perbaikan atau koreksi

seputar permasalahan ini, tentunya dengan batasan-batasan ilmiah

sebagaimana yang telah digariskan oleh para ulama kita

Rajab 1440 H

Yang senantiasa memohon ampunan Allah Al-Ghafuur

Abu Sa’id Neno Triyono

Page 7: Abu Sa’id Neno Triyono · muslimin adalah mencium tangan para guru atau mereka yang dianggap sebagai tokoh agama. Oleh sebab itu, kami ingin menghadirkan pembahasan yang tidak terlalu

TENTANG KEBOLEHAN MENCIUM TANGAN

7

Daftar Isi

Mukadimah ............................................................................. 5

Daftar Isi ................................................................................. 7

Pembahasan Hadits ............................................................... 9

Bagian Pertama...................................................................... 9

Status hadits : ................................................................... 10

Bagian Kedua ....................................................................... 10

Status hadits : ................................................................... 10

Bagian ketiga ....................................................................... 12

Status hadits : ................................................................... 12

Bagian Keempat ................................................................... 13

Status Hadits : .................................................................. 13

Status Hadits : .................................................................. 14

Bagian Kelima ...................................................................... 15

Status Hadits : .................................................................. 16

Bagian Keenam .................................................................... 17

Status Hadits : .................................................................. 17

Bagian Ketujuh ..................................................................... 18

Status Hadits : .................................................................. 18

Bagian Kedelapan .............................................................. 19

Status hadits : ................................................................... 19

Bagian Kesembilan .............................................................. 20

Status Hadits : .................................................................. 20

Page 8: Abu Sa’id Neno Triyono · muslimin adalah mencium tangan para guru atau mereka yang dianggap sebagai tokoh agama. Oleh sebab itu, kami ingin menghadirkan pembahasan yang tidak terlalu

PEMBAHASAN HADITS-HADITS NABI

8

Bagian Kesepuluh ................................................................ 21

Status Hadits : .................................................................. 21

Bagian Kesebelas ................................................................ 22

Status Hadits : .................................................................. 22

Bagian Keduabelas .............................................................. 23

Status Hadits : .................................................................. 23

Pembahasan Fiqih Hadits .................................................... 24

Kesimpulan : ........................................................................ 29

Page 9: Abu Sa’id Neno Triyono · muslimin adalah mencium tangan para guru atau mereka yang dianggap sebagai tokoh agama. Oleh sebab itu, kami ingin menghadirkan pembahasan yang tidak terlalu

TENTANG KEBOLEHAN MENCIUM TANGAN

9

Pembahasan Hadits

Bagian Pertama

Imam ibnu Abi Syaibah rahimahullah meriwayatkan dalam

kitabnya "al-Adab" (no. 1) :

» .

"Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Fudhoil,

telah menceritakan kepada kami Yaziid bin Abi Ziyaad, dari Abdir

Rahman bin Abi Lailaa, dari Ibnu Umar radhiyallahu anhu, beliau

berkata : "kami pernah mencium tangan Rasulullah shalallahu alaihi

wa sallam".

Lanjutnya (no. 2) :

"telah menceritakan kepada kami Abdur Rahiim bin Sulaiman

dari Yaziid, dari Abdir Rahman bin Abi Lailaa, dari Ibnu Umar, dari

Nabi shalallahu alaihi wa sallam semisalnya".

Page 10: Abu Sa’id Neno Triyono · muslimin adalah mencium tangan para guru atau mereka yang dianggap sebagai tokoh agama. Oleh sebab itu, kami ingin menghadirkan pembahasan yang tidak terlalu

PEMBAHASAN HADITS-HADITS NABI

10

Status hadits :

Para perawinya, perawi Shahih Bukhori, kecuali Yazid bin Abi

Ziyaad al-Haasyimiy, Imam Bukhori hanya meriwayatkannya secara

mu'alaq, ia adalah perawi yang dhoif haditsnya.

Hadits ini didhoifkan oleh asy-Syaikh al-albani dan asy-Syaikh

Syu'aib Arnauth dan selainnya rahimahumullah.

Bagian Kedua

Imam ibnu Abi Syaibah rahimahullah dalam "al-Adab" (no. 3)

meriwayatkan :

»

"telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Idris, Ghundar,

dan Abu Usaamah, dari Syu'bah, dari 'Amr bin Murrah, dari Abdillah

bin Salamah, dari Shafwaan bin 'Assaal radhiyallahu 'anhu : "bahwa

ada sekelompok orang Yahudi yang mencium tangan dan kedua

kaki Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam".

Status hadits :

Semua perawi-nya, perawi tsiqoh, kecuali Abdullah bin

Salamah al-Muraadiy, sebagian ulama menilainya tsiqoh, sebagian

memberinya penilaian pertengahan dan sebagian lagi

mendhoifkannya. Biasanya para pengkaji hadits kontemporer

Page 11: Abu Sa’id Neno Triyono · muslimin adalah mencium tangan para guru atau mereka yang dianggap sebagai tokoh agama. Oleh sebab itu, kami ingin menghadirkan pembahasan yang tidak terlalu

TENTANG KEBOLEHAN MENCIUM TANGAN

11

merujuk kepada kitab "al-Kasyaf" tulisan Imam adz-Dzahabi dan

"Taqriib at-Tahdziib" karya Al Hafidz Ibnu Hajar, ketika terjadi

perselisihan penilaian status perawi. Lalu kita dapatkan :

Al-Kasyaaf : suwailih

At-Taqriib : Shaduq berubah hapalannya.

Asy-Syaikh Muhammad Naashiruddin al-Albani menilai dhoif

hadits ini dalam ta'liqnya terhadap Sunan Ibnu Majah (no. 3705).

Asy-Syaikh Syu'aib Arnauth dkk, tidak memberikan sikap dalam

memutuskan shahih tidaknya hadits ini dalam tahqiqnya terhadap

Sunan Ibnu Majah, sekalipun kelihatannya mereka condong kepada

menerima hadits ini.

Namun kalau kita mengikuti pendapat sebagian ulama yang

mengatakan jika terjadi perbedaan penilaian dari Al Hafidz dalam

"at-Taqriib" dengan Imam adz-Dzahabi dalam "al-Kasyaaf", maka

diunggulkan al-Kasyaaf. Oleh sebab itu Abdullah bin Salamah

perawi diatas, haditsnya layyin (lunak) artinya dhoif, namun masih

bisa naik derajatnya jika ada yang menguatkannya dan dalam kajian

ini, belum ada hadits yang menguatkannya dengan lafazh seperti

diatas.

Kemudian saya melihat penelitian DR. Basyaar 'Awaad Ma'ruf

dan Asy-Syaikh Syu'aib Arnauth yang berkolaborasi dalam meneliti

"Taqriib at-Tahdziib" yang dicetak bersamanya dengan judul "Tahriir

Taqriib at-Tahdziib" (hal. 399), mereka berdua memberikan koreksi

dengan menilai Abdullah bin Salamah al-Muradiy sebagai perawi

dhoif yu'tabaru bih (yang bisa dijadikan penguat). Sehingga

kesimpulan hadits diatas adalah dhoif munjabir atau dhoif yang

ringan.

Page 12: Abu Sa’id Neno Triyono · muslimin adalah mencium tangan para guru atau mereka yang dianggap sebagai tokoh agama. Oleh sebab itu, kami ingin menghadirkan pembahasan yang tidak terlalu

PEMBAHASAN HADITS-HADITS NABI

12

Bagian ketiga

Imam Muhammad bin Ibrahim al-Muqri` (w. 381 H)

rahimahullah menulis satu juz khusus seputar mencium tangan yang

berjudul "ar-Rukhshoh fii Taqbiil al-Yad". Mari kita lihat hadits-hadits

yang marfu' terlebih dahulu yang beliau bawakan dengan sanadnya

dalam kitabnya tersebut. Al-Imam berkata (no. 1) :

"

"telah menceritakan kepada kami Abu Muhammad 'Abdaan

bin Ahmad ia berkata, telah menceritakan kepada kami Masruuq bin

Marzubaan, telah menceritakan kepada kami Abdus Salam bin

Harb, dari Ishaq bin Abdillah bin Abi Farwah, dari Abdir Rahman bin

Ka'ab bin Malik dari Bapaknya ia berkata : "tatkala turun ayat

tentang taubatku, maka aku mendatangi Nabi shalallahu 'alaihi wa

sallam, lalu kucium tangan dan kedua lututnya".

Status hadits :

Semua perowinya tsiqoh, kecuali Masruuq, beliau hanya

perawi yang berderajat shoduq, hasan haditsnya dan Ishaq bin

Abdillah bin Abi Farwah, Al Hafidz dan Imam adz-Dzahabi kompak

me-matruk-kannya, sehingga hadits ini sangat lemah, tidak layak

dijadikan hujjah.

Page 13: Abu Sa’id Neno Triyono · muslimin adalah mencium tangan para guru atau mereka yang dianggap sebagai tokoh agama. Oleh sebab itu, kami ingin menghadirkan pembahasan yang tidak terlalu

TENTANG KEBOLEHAN MENCIUM TANGAN

13

Bagian Keempat

Imam Muhammad bin Ibrahim al-Muqri` (w. 381 H)

rahimahullah berkata (no. 2) :

"

"telah menceritakan kepada kami Muhammad bin al-Husain

bin Syahrayaar al-Baghdadiy ia berkata, telah menceritakan kepada

kami Muhammad bin Yaziid bin Rifaa'ah Abu Hisyaam ar-Rifaa'iy ia

berkata, telah menceritakan kepada kami Sa'id bin 'Aamir ia berkata,

telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Ziyaad bin 'Ilaaqah,

dari Usaamah bin Syariik radhiyallahu anhu beliau berkata : "kami

berdiri menuju Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam, lalu kami mencium

tangan Beliau".

Status Hadits :

Semua perawinya tsiqoh, kecuali Muhammad bin al-Husain,

hasanul hadits dan Muhammad bin Yazid ar-Rifa'iy terjadi

perbedaan para ulama dalam menilainya. Al Hafidz Ibnu Hajar

menilainya tidak kuat. Akan tetapi, anehnya dalam kitabnya "Fathul

Bariy" (XI/57) Al Hafidz menilai hadits ini sanadnya kuat.

Namun bisa jadi Al Hafidz menemukan adanya penguat atau

memandang Muhammad bin Yazid ini ada sebagian ulama yang

menilainya positif. Asy-Syaikh Nabiil dalam kitabnya "Aniis As-

Page 14: Abu Sa’id Neno Triyono · muslimin adalah mencium tangan para guru atau mereka yang dianggap sebagai tokoh agama. Oleh sebab itu, kami ingin menghadirkan pembahasan yang tidak terlalu

PEMBAHASAN HADITS-HADITS NABI

14

Saariy" (V/3838) menemukan penguat untuk sanad diatas dalam

kitabnya Imam Ibnul A'rabiy yang berjudul "al-Qabbal" dengan

sanad sebagai berikut :

»

"dan telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id al-Haaritsiy

secara imlaa` ia berkata, telah menceritakan kepada kami Sa'id bin

'Aamir ia berkata, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari

Ziyaad bin 'Ilaaqah dari Usamaah bin Syariik beliau berkata : "aku

mendatangi Rasulullah shalallahu Ta'aalaa alaihi wa sallam dan

disisinya para sahabat Beliau khusyu' seolah-olah kepalanya ada

burung, lalu datang sekelompok arab Badui bertanya kepada

Rasulullah, lalu Rasulullah pun berdiri dan manusia pun ikut berdiri,

mereka menciumi tangan Beliau, aku mengambilnya dan

meletakkannya di wajahku, maka kurasakan ia lebih harum dari

minyak Misk dan lebih dingin dari salju".

Status Hadits :

Dalam hal ini Muhammad ar-Rifa'iy mendapatkan mutaba'ah

dari Abu Sa'id al-Haritsiy yang nama aslinya Ahmad bin Abdil

Page 15: Abu Sa’id Neno Triyono · muslimin adalah mencium tangan para guru atau mereka yang dianggap sebagai tokoh agama. Oleh sebab itu, kami ingin menghadirkan pembahasan yang tidak terlalu

TENTANG KEBOLEHAN MENCIUM TANGAN

15

Hamiid, perawi yang shaduq, oleh karenanya asy-Syaikh Nabiil

menilai sanad hadits Ibnul A'rabiy adalah hasan.

Jadi kesimpulannya hadits Usaamah bin Syariik radhiyallahu

anhu adalah hasan.

Bagian Kelima

Imam Muhammad bin Ibrahim al-Muqri` (w. 381 H)

rahimahullah berkata (no. 6) :

..."

"telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Abdillah az-

Zainabiy al-'Askaraiy dan Abu Ya'laa al-Maushiliy, keduanya

berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Shodroon

ia berkata, telah menceritakan kepada kami Thaalib bin Hujair al-

'Abdiy ia berkata, telah menceritakan kepada kami Huud al-'Ashriy

al-'Abdiy dari kakeknya Beliau berkata : Tatkala Rasulullah

shalallahu alaihi wa sallam sedang berbincang-bincang dengan para

sahabatnya...sampai ia mendatangi Nabi shalallahu alaihi sallam,

lalu mengambil tangan Beliau dan menciumnya...".

Page 16: Abu Sa’id Neno Triyono · muslimin adalah mencium tangan para guru atau mereka yang dianggap sebagai tokoh agama. Oleh sebab itu, kami ingin menghadirkan pembahasan yang tidak terlalu

PEMBAHASAN HADITS-HADITS NABI

16

Status Hadits :

Kakeknya Huud diatas adalah shohabi Jaliil al-Mundzir Asyja'

Abdul Qois Radhiyallahu anhu.

Asy-Syaikh Nabiil dalam kitabnya "Aniis as-Saariy" (III/1878)

menukil penilaian Imam al-Haitsamiy terhadap hadits diatas :

"Diriwayatkan oleh ath-Thabaraniy dan Abu Ya'laa, para

perawinya tsiqoh, namun sebagian perawinya ada perselisihan" (al-

Majma' (IX/388).

Kemudian asy-Syaikh mengeluarkan hasil kajian beliau

terhadap sanad diatas, kata beliau :

"kukatakan, Huud al-'Ishriy disebutkan oleh Ibnu Hibban dalam

"ats-Tsiqaat" (dan telah maklum kaedah beliau), Ibnul Qathaan al-

Faasiy menilainya, "Majhuul". Adz-Dzahabi mengatakan dalam "al-

Mizaan" : "hampir tidak dikenali, Thalib bin Hujair menyendiri dalam

meriwayatkan darinya, Ibnu Hajar dalam "at-Taqriib" menilainya

"maqbul", yaitu ketika mendapatkan penguat, jika tidak maka lunak

haditsnya.

Adapun Thaalib bin Hujair, ditsiqohkan Ibnu Hibban dan Ibnu

Abdil Barr. Adz-Dzahabi dalam al-Mizaan menilainya “shoolihul

amr”, in Sya Allah, sedangkan Al Hafidz dalam "at-Taqriib"

menilainya, Shoduuq. Adapun ibnul Qathaaan menilainya, "Majhuul

Haal" -selesai-.

Kesimpulannya, hadits ini lunak alias ringan kedhoifannya.

Page 17: Abu Sa’id Neno Triyono · muslimin adalah mencium tangan para guru atau mereka yang dianggap sebagai tokoh agama. Oleh sebab itu, kami ingin menghadirkan pembahasan yang tidak terlalu

TENTANG KEBOLEHAN MENCIUM TANGAN

17

Bagian Keenam

Imam Muhammad bin Ibrahim al-Muqri` (w. 381 H)

rahimahullah berkata (no. 8 ):

"telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Muhammad

bin Badr al-Baahiliy di Mesir ia berkata, telah menceritakan kepada

kami Muhammad bin al-Waziir ad-Dimasyqiy ia berkata, telah

menceritakan kepada kami Marwaan bin Muhammad ia berkata,

telah menceritakan kepada kami Abu Abdil Malik al-Qaariy ia

berkata, aku mendengar Yahya bin al-Haarits ia berkata, Waatsilah

bin al-Asqa' radhiyallahu anhu berkata kepada kami : "engkau

pernah melihat dua telapak tangan ini, aku pernah berbaiat kepada

Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam dengan kedua telapak tangan

ini, lalu aku berkata kepada Beliau, ulurkanlah tangan Engkau

kepadaku, maka Beliau pun mengulurkan tangannya kepadaku, lalu

aku pegang dan aku menciumnya".

Status Hadits :

Para perawinya tsiqoh, kecuali Abu Abdil Malik al-Qaariy, ia

perawi yang majhul haal, sehingga sanad ini lemah, jika tidak ada

penguatnya dan kami belum menemukan penguatnya.

Page 18: Abu Sa’id Neno Triyono · muslimin adalah mencium tangan para guru atau mereka yang dianggap sebagai tokoh agama. Oleh sebab itu, kami ingin menghadirkan pembahasan yang tidak terlalu

PEMBAHASAN HADITS-HADITS NABI

18

Bagian Ketujuh

Imam Muhammad bin Ibrahim al-Muqri` (w. 381 H)

rahimahullah berkata (no. 9):

"

"telah menceritakan kepada kami al-Husain bin Ismail al-

Qadhiy ia berkata, telah menceritakan kepada kami Ali bin Ahmad

al-Jawaaribiy ia berkata, telah menceritakan kepada kami Yahya bin

Raasyid Abu Bakar Mustamliy Abi 'Aashim ia berkata, telah

menceritakan kepada kami Thaalib bin Hujair al-'Abdiy ia berkata,

telah menceritakan kepadaku Huud bin Abdillah bin Sa'ad ia

mendengar Maziidah al-'Abdiy ia berkata : "kami diutus menemui

Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, lalu katanya, maka saya pun

menemui Beliau, lalu aku cium tangan Beliau".

Status Hadits :

Thaalib dan Huud telah berlalu penyebutan tentang

perbincangan para ulama terhadap mereka berdua, yang

menyebabkan hadits ini lemah dengan kelemahan yang ringan.

Page 19: Abu Sa’id Neno Triyono · muslimin adalah mencium tangan para guru atau mereka yang dianggap sebagai tokoh agama. Oleh sebab itu, kami ingin menghadirkan pembahasan yang tidak terlalu

TENTANG KEBOLEHAN MENCIUM TANGAN

19

Bagian Kedelapan

Imam Muhammad bin Ibrahim al-Muqri` (w. 381 H)

rahimahullah berkata (no. 11):

"

"telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Ja'far al-Qashiir

ia berkata, telah menceritakan kepada kami Ahmad bin al-Husain

Sajjaadah ia berkata, telah menceritakan kepada kami Shaalih bin

Mubaarak ia berkata, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah bin

Sa'id Qaa`id al-A'masy, dari al-A'masy, dari Abi Sufyan, dari Jaabir

radhiyallahu anhu : "bahwa Umar radhiyallahu anhu berdiri menuju

Nabi shalallahu alaihi wa sallam, lalu mencium tangannya".

Status hadits :

Abdullah bin Ja'far dan Shaalih bin Mubaarak, keduanya

perawi majhul. Kemudian Ubaidillah bin Sa'id, Imam Abu Dawud

mengomentarinya, bahwa ia memiliki hadits-hadits palsu. Oleh

karenanya hadits ini dhoif.

Page 20: Abu Sa’id Neno Triyono · muslimin adalah mencium tangan para guru atau mereka yang dianggap sebagai tokoh agama. Oleh sebab itu, kami ingin menghadirkan pembahasan yang tidak terlalu

PEMBAHASAN HADITS-HADITS NABI

20

Bagian Kesembilan

Imam Muhammad bin Ibrahim al-Muqri` (w. 381 H)

rahimahullah berkata (no. 12):

"

"telah menceritakan kepada kami Ahmad bin al-Hasan bin

Abdil Jabbaar ash-Shuufiy di Baghdad ia berkata, telah

menceritakan kepada kami Abu Nashr at-Tammaar ia berkata, telah

menceritakan kepada kami 'Athaaf bin Khoolid al-Makhzuumiy, dari

Abdir Rahman bin Raziin, dari Salamah bin al-Akwa' radhiyallahu

anhu beliau berkata : "aku berbaiat dengan kedua tanganku ini

kepada Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, lalu kami mencium

tangannya dan Beliau tidak mengingkarinya".

Status Hadits :

'Athaaf dan Abdur Rahman bin Raziin, dinilai sebagai perawi

shoduq oleh Al Hafidz Ibnu Hajar, sedangkan sisa perawinya adalah

perawi tsiqoh, sehingga sanad hadits ini hasan.

Page 21: Abu Sa’id Neno Triyono · muslimin adalah mencium tangan para guru atau mereka yang dianggap sebagai tokoh agama. Oleh sebab itu, kami ingin menghadirkan pembahasan yang tidak terlalu

TENTANG KEBOLEHAN MENCIUM TANGAN

21

Bagian Kesepuluh

Imam Muhammad bin Ibrahim al-Muqri` (w. 381 H)

rahimahullah berkata (no. 19):

"Telah menceritakan Yunus bin Hubaib, telah menceritakan

kepada kami Abu Dawud, telah menceritakan kepada kami Mathar

al-A'naq ia berkata, telah menceritakan kepadaku Ummu Abaan

bintu al-Waazi' bin az-Zaari', bahwa kakeknya az-Zaari' pergi

sebagai utusan kepada Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam,

"tidaklah kami menguasai diri kami untuk tidak melompat dari

tunggangan kami, lalu kami segera mencium kedua tangan dan kaki

Beliau".

Status Hadits :

Sebagian ulama seperti Imam Ibnu Abdil Barr dan imam al-

Haitsamiy menilai hasan haditsnya Ummu Abaan dari kakeknya.

Namun Ummu Abaan sendiri adalah perawi wanita yang majhul

sebagaimana dikatakan oleh Imam adz-Dzahabi, sehingga hadits ini

lemah, walaupun tidak berat kelemahannya.

Page 22: Abu Sa’id Neno Triyono · muslimin adalah mencium tangan para guru atau mereka yang dianggap sebagai tokoh agama. Oleh sebab itu, kami ingin menghadirkan pembahasan yang tidak terlalu

PEMBAHASAN HADITS-HADITS NABI

22

Bagian Kesebelas

Imam Muhammad bin Ibrahim al-Muqri` (w. 381 H)

rahimahullah berkata (no. 23):

"

"telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Muhammad bin

Hayyaan, telah menceritakan kepada kami Abu Khubaib al-'Abbaas

bin Ahnad bin Muhammas al-Qadhiy al-Birtiy, telah menceritakan

kepada kami Ahmad bin Muhammad bin Abdillah bin al-Qaasim bin

Naafi' bin Abi Bazzah ia berkata, telah menceritakan kepadaku Abi

Muhammad dari Bapaknya dari Kakeknya dari Abi Bazzah

radhiyallahu anhu beliau berkata : "aku masuk bersama maulaku

Abdullah bin as-Saa`ib menemui Rasulullah shallallahu alaihi wa

sallam, lalu aku pun berdiri menemui Beliau, kemudian kucium

kepala, tangan dan kaki Beliau".

Status Hadits :

Ahmad bin Muhammad, perawi yang dhoif yang meriwayatkan

hadits-hadits mungkar. Lalu bapaknya dan bapaknya bapak,

keduanya majhul. Oleh karenanya hadits ini dhoif.

Page 23: Abu Sa’id Neno Triyono · muslimin adalah mencium tangan para guru atau mereka yang dianggap sebagai tokoh agama. Oleh sebab itu, kami ingin menghadirkan pembahasan yang tidak terlalu

TENTANG KEBOLEHAN MENCIUM TANGAN

23

Bagian Keduabelas

Imam Muhammad bin Ibrahim al-Muqri` (w. 381 H)

rahimahullah berkata (no. 24):

"telah menceritakan kepada kami ibnu Hayyaan, telah

menceritakan kepada kami Ibrahim bin Muhammad bin al-Hasan,

telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Muawiyyah bin

Shoolih, dari Abdir Rahman bin Malik bin Mighwal, dari Laits, dari

Mujaahid, dari Ibni Abbaas radhiyallahu anhu beliau berkata :

"Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berbuat hal yang ma'ruf

kepadaku, maka aku pun mencium tangan Rasulullah lima kali".

Status Hadits :

Abdur Rahman, dinilai Imam Abu Dawud sebagai pemalsu

hadits, lalu Laits bin Abi Sulaim perawi dhoif juga. Berdasarkan hal

ini, hadits diatas sangat lemah sekali.

Page 24: Abu Sa’id Neno Triyono · muslimin adalah mencium tangan para guru atau mereka yang dianggap sebagai tokoh agama. Oleh sebab itu, kami ingin menghadirkan pembahasan yang tidak terlalu

PEMBAHASAN HADITS-HADITS NABI

24

Pembahasan Fiqih Hadits

Imam ibnu Bathol rahimahullah dalam "Syarah Bukhori"

mengatakan :

...

"Para ulama berselisih pendapat terkait mencium tangan,

Imam Malik mengingkarinya dan beliau juga mengingkari riwayat

tentang hal ini, namun ulama yang lain membolehkannya....".

Kemudian Imam Ibnu Bathol, menyebutkan klarifikasi dari

salah seorang ulama mazhab Maliki terkait apa yang diingkari oleh

Imam Malik, kata beliau :

"Hanyalah yang dimakruhkan Imam Malik, jika hal tersebut

menyebabkan kesombongan dan pengagungan berlebihan. Adapun

jika dilakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah, atau

karena agamanya, ilmunya atau kemuliannya, maka hal tersebut

diperbolehkan" (Fathul Bari V/56-57).

Al-Hafidz Ibnu Hajar menukil pendapat Imam Nawawi yang

berkata :

Page 25: Abu Sa’id Neno Triyono · muslimin adalah mencium tangan para guru atau mereka yang dianggap sebagai tokoh agama. Oleh sebab itu, kami ingin menghadirkan pembahasan yang tidak terlalu

TENTANG KEBOLEHAN MENCIUM TANGAN

25

"Mencium tangan seseorang karena kezuhudan, keshalihan

atau ilmunya atau kemuliannya atau penjagaan dirinya atau yang

semisalnya dari perkara-perkara agama tidak dimakruhkan bahkan

dianjurkan. Namun jika karena kekayaan atau hartanya atau

kedudukannya dimata ahli dunia, maka sangat dimakruhkan. Abu

Sa'id al-Mutawaliy malah tidak membolehkannya" (al-Fath, V/57).

Al-'Alamah al-Buhuuty dari kalangan Hanabilah berkata :

"Diperbolehkan mencium tangan dan kepala, karena agama,

memuliakan dan menghormatinya, bersamaan aman dari syahwat"

(Kasyaaf al-Qinaa', II/157).

Al-'Alamah ibnu Utsaimin rahimahullah pernah berfatwa :

"Mencium tangan untuk penghormatan kepada orang yang

layak dihormati, seperti bapak, orang yang sudah lanjut usia dan

guru tidaklah mengapa, kecuali jika ditakutkan adanya

Page 26: Abu Sa’id Neno Triyono · muslimin adalah mencium tangan para guru atau mereka yang dianggap sebagai tokoh agama. Oleh sebab itu, kami ingin menghadirkan pembahasan yang tidak terlalu

PEMBAHASAN HADITS-HADITS NABI

26

kemudhorotan yaitu orang yang dicium tangannya merasa kagum

dengan dirinya, ia merasa di tempat yang tinggi, maka disini kami

melarangnya karena ada kerusakan ini" (Liqaa` al-Baab al-Maftuuh,

XXX/177).

Asy-Syaikh ibnu Jibriin rahimahullah berfatwa :

.

"Kami berpendapat bolehnya hal itu, jika untuk

menghormatinya dan segan kepada orang tua, ulama, pemilik

keutamaan dan kerabat yang sudah lanjut usia dan yang

semisalnya. Ibnul A'rabiy telah menulis risalah tentang hukum

mencium tangan dan yang semisalnya, maka silakan dirujuk

kesana.

Kapanpun boleh mencium tangan kerabat yang lebih tua dan

para pemilik keutamaan, maka ini ada pemulian bukan

merendahkan dan terlalu mengagungkan. Kami melihat sebagian

guru-guru kami mengingkari dan melarangnya, yang demikian

karena tawadhu', bukan karena diharamkan menurut yang nampak

dariku, wallahu a'lam".

(https://islamqa.info/ar/answers/207107/).

Page 27: Abu Sa’id Neno Triyono · muslimin adalah mencium tangan para guru atau mereka yang dianggap sebagai tokoh agama. Oleh sebab itu, kami ingin menghadirkan pembahasan yang tidak terlalu

TENTANG KEBOLEHAN MENCIUM TANGAN

27

DR. Kholid bin Abdillah al-Muslih Hafizhahullah berkata :

.

"Mayoritas ulama salaf dan setelahnya dari kalangan fuqoha

Hanafiyyah, Syafi'iyyah dan Hanabilah berpendapat akan bolehnya

mencium tangan seorang alim, imam, orang tua, guru dan orang-

orang yang memiliki keutamaan, jika hal tersebut dilakukan untuk

berbuat baik dan menghormatinya".

Lalu asy-Syaikh Khoolid menyampaikan hadits yang zhahirnya

menunjukkan keengganan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam

dicium tangannya :

"Hanyalah perbuatan mencium tangan ini dilakukan orang-

orang ajam kepada para rajanya, dan aku bukanlah seorang raja,

aku hanyalah seorang laki-laki dari kalangan kalian" (HR.

Thabarani).

Asy-Syaikh menilai hadits ini dhoif, karena ada kelemahan

dalam sanadnya.

Page 28: Abu Sa’id Neno Triyono · muslimin adalah mencium tangan para guru atau mereka yang dianggap sebagai tokoh agama. Oleh sebab itu, kami ingin menghadirkan pembahasan yang tidak terlalu

PEMBAHASAN HADITS-HADITS NABI

28

Akan tetapi apa yang disampaikan oleh al-'Alamah al-Albani

Rahimahullah dalam "adh-Dhoifah" (no. 574) setelah menilai

palsunya hadits yang dibawakan oleh DR. Kholid tersebut, dapat

dijadikan pegangan dimana beliau rahimahullah berkata :

"Telah shahih dari Nabi shalallahu alaihi wa sallam bahwa

sebagian sahabat mencium tangan Beliau, dan tidak diingkari oleh

Beliau, maka ini menunjukkan kebolehan mencium tangan alim.

Para salaf telah melakukannya dan banyak atsar dari mereka yang

bisa dilihat di kitab "al-Qabbal wa al-Mu'aniqah" karya Abu Sa'id

ibnul A'rabiy, murid Imam Abu Dawud, juga di "al-Adab al-Mufrad"

karya Bukhori (hal. 142).

Namun bukanlah artinya untuk mencium tangan ulama

sebagai suatu kebiasaan, janganlah seorang berjumpa dengan

ulama, kecuali ia harus cium tangan, sebagaimana yang dilakukan

oleh sebagian mereka, karena ini menyelisihi petunjuk Nabi

shalallahu alaihi wa sallam secara pasti, karena tidak ada yang cium

tangan Nabi, kecuali segelintir sahabat yang belum mengetahui

petunjuk Nabi dalam hal ini dan apa saja yang Beliau sukai, yaitu

berjabat tangan. Oleh sebab itu tidak datang dari para sahabat

dekat Beliau dari kalangan sahabat yang sangat mengenal Beliau

seperti Abu Bakar dan 10 orang yang dijamin surga, mereka

semuanya mencium tangan Nabi yang mulia.

Maka hal ini menyelisihi sebagian masyaikh (yang

membiarkan dicium tangannya), sekalipun tidak dijadikan

kebiasaan, karena dapat mencederai sunnah qouliyyah dan

amaliyyah yang sangat dianjurkan oleh Nabi shallallahu alaihi wa

sallam, yakni berjabat tangan sudahlah cukup.." –selesai-.

Page 29: Abu Sa’id Neno Triyono · muslimin adalah mencium tangan para guru atau mereka yang dianggap sebagai tokoh agama. Oleh sebab itu, kami ingin menghadirkan pembahasan yang tidak terlalu

TENTANG KEBOLEHAN MENCIUM TANGAN

29

Al-'Alamah Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz pun senada

dengan asy-Syaikh al-Albani pendapatnya, kata beliau

Rahimahullah :

"Adapun mencium tangan, maka sejumlah ulama berpendapat

makruh, terlebih lagi jika dijadikan kebiasaan, adapun jika dikerjakan

kadang-kadang pada sebagian pertemuan, maka tidak mengapa,

yakni mencium tangan orang sholih atau pemimpin sholih atau

orang tuanya, maka tidak mengapa, namun menjadikannya sebagai

kebiasaan maka dimakruhkan. Sebagian ulama mengharamkan jika

senantiasa dijadikan kebiasaan ketika bertemu, adapun

mengerjakan kadang-kadang, tidaklah mengapa..".

(https://binbaz.org.sa/fatwas/4878/).

Kesimpulan :

1. Terdapat dua buah hadits dari 12 hadits yang kami bawakan

diatas, yang berstatus hasan yaitu hadits Usaamah bin Syarik

dan Salamah bin al-Akwa’ Rodhiyallahu 'anhumaa, yang

menunjukkan kedua shahabi yang mulia ini pernah mencium

tangan Nabi Sholallahu 'alaihi wa Salaam dan Beliau pun

Page 30: Abu Sa’id Neno Triyono · muslimin adalah mencium tangan para guru atau mereka yang dianggap sebagai tokoh agama. Oleh sebab itu, kami ingin menghadirkan pembahasan yang tidak terlalu

PEMBAHASAN HADITS-HADITS NABI

30

membiarkannya tidak mengingkarinya yang menunjukkan taqrir

Beliau atas perbuatan ini.

2. Mayoritas ulama membolehkan mencium tangan orang-orang

yang dianggap memiliki keutamaan dalam perkara agama ini.

3. Apabila ada indikasi menyebabkan sang alim atau orang yang

memiliki keutamaan tersebut, jika diciumi tangannya kemudian

menjadikannya tertipu kondisinya, ia merasa tinggi hati dan

menjadi takabur, maka untuk mencegah kemafsadan yang

besar, kebolehan mencium tangannya dalam hal ini harus

dihindari demi menyelamatkan agamanya.

4. Mencium tangan para alim janganlah dijadikan kebiasaan,

karena ulama salaf kita tidak menjadikan hal tersebut sebagai

kebiasaan tatkala mereka bertemu dengan orang alim diantara

mereka.

5. Yang sesuai petunjuk Nabi Sholallahu 'alaihi wa Salaam dan

disukai Nabi Sholallahu 'alaihi wa Salaam adalah ketika

berjumpa dengan berjabat tangan, bukan mencium tangannya,

sebagaimana para sahabat senior tatkala berjumpa Rasulullah

Sholallahu 'alaihi wa Salaam, mereka tidak mencium tangan

Beliau, seandainya ini sebagai sunnah yang utama, tentu

mereka yang paling terdepan didalam mengamalkannya.

Wallahu a’lam bish-Shawaab.