ABSTRAK - Unissularepository.unissula.ac.id/4343/5/ABSTRAK.pdfSyekh Abdul Karim al-Bantani dan...

1
xiii ABSTRAK Penyebaran Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Banten berlangsung sangat cepat dibawah mursyid Syekh Abdul Karim al-Bantani. Ditangannya pengikut tarekat bertambah banyak. Kehadiran orang-orang Belanda di Banten dengan menghapus sistem lama menggantinya dengan sistem modern, memicu terjadinya sejumlah konflik, diantaranya kesetaraan antara sistem lama yang berwujud kraton berubah menjadi modern, penarikan pajak yang semakin menjerat, hadirnya sejumlah wabah penyakit, dan traumatik terhadap efek dari meletusnya gunung krakatau pada 1883. Banten dengan segi geografis yang agraris tentu bergantung pada tanah, namun seiring perubahan sistem tejadi konflik tanah. Konflik demi konflik berujung pada Pemberontakan Petani Banten pada 1888. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan biografis-sosiologis dengan menggunakan jenis penelitian library-research. Yaitu upaya untuk mengumpulkan data dengan menggunakan sumber karya tulis kepustakaan. Dalam hal ini yang menjadi acuan utama adalah disertasi karya Prof. Dr. Sartono Kartodirjo dengan judul bukunya Pemberontakan Petani Banten 1888. Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan peran Syekh Abdul Karim al-Bantani dan tarekat yang beliau pimpin yaitu Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah dalam pemberontakan yang terjadi di Banten pada tahun 1888. Berdasarkan data yang diperoleh, Syekh Abdul Karim al-Bantani tidak terlibat secara langsung dalam pemberontakan ini. Namun ideologi yang ditanamkan kepada para pengikut tarekat membuat mereka harus memberontak kepada Belanda (Penjajah asing). Ideologi ini diantaranya harus mendirikan dar al-Islam sesuai dengan pesan terakhir Syekh Abdul Karim al-Bantani sebelum berangkat ke Mekkah menggantkan gurunya menjadi khalifah Tarekat Qadiriyah wa Naqsayabandiyah di Mekkah. Pemberontakan ini pula terjadi akibat adanya upaya pembatasan terhadap kegiatan keagamaan di Banten. Kata Kunci: Tarekat Qadiriyah wa Naqsyandiyah, Syekh Abdul Karim al- Bantani, Pemberontakan Petani Banten 1888.

Transcript of ABSTRAK - Unissularepository.unissula.ac.id/4343/5/ABSTRAK.pdfSyekh Abdul Karim al-Bantani dan...

Page 1: ABSTRAK - Unissularepository.unissula.ac.id/4343/5/ABSTRAK.pdfSyekh Abdul Karim al-Bantani dan tarekat yang beliau pimpin yaitu Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah dalam pemberontakan

xiii

ABSTRAK

Penyebaran Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Bantenberlangsung sangat cepat dibawah mursyid Syekh Abdul Karim al-Bantani.Ditangannya pengikut tarekat bertambah banyak. Kehadiran orang-orangBelanda di Banten dengan menghapus sistem lama menggantinya dengan sistemmodern, memicu terjadinya sejumlah konflik, diantaranya kesetaraan antarasistem lama yang berwujud kraton berubah menjadi modern, penarikan pajakyang semakin menjerat, hadirnya sejumlah wabah penyakit, dan traumatikterhadap efek dari meletusnya gunung krakatau pada 1883. Banten dengan segigeografis yang agraris tentu bergantung pada tanah, namun seiring perubahansistem tejadi konflik tanah. Konflik demi konflik berujung pada PemberontakanPetani Banten pada 1888.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatanbiografis-sosiologis dengan menggunakan jenis penelitian library-research. Yaituupaya untuk mengumpulkan data dengan menggunakan sumber karya tuliskepustakaan. Dalam hal ini yang menjadi acuan utama adalah disertasi karyaProf. Dr. Sartono Kartodirjo dengan judul bukunya Pemberontakan PetaniBanten 1888.

Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan peranSyekh Abdul Karim al-Bantani dan tarekat yang beliau pimpin yaitu TarekatQadiriyah wa Naqsyabandiyah dalam pemberontakan yang terjadi di Bantenpada tahun 1888.

Berdasarkan data yang diperoleh, Syekh Abdul Karim al-Bantanitidak terlibat secara langsung dalam pemberontakan ini. Namun ideologi yangditanamkan kepada para pengikut tarekat membuat mereka harus memberontakkepada Belanda (Penjajah asing). Ideologi ini diantaranya harus mendirikan daral-Islam sesuai dengan pesan terakhir Syekh Abdul Karim al-Bantani sebelumberangkat ke Mekkah menggantkan gurunya menjadi khalifah Tarekat Qadiriyahwa Naqsayabandiyah di Mekkah. Pemberontakan ini pula terjadi akibat adanyaupaya pembatasan terhadap kegiatan keagamaan di Banten.

Kata Kunci: Tarekat Qadiriyah wa Naqsyandiyah, Syekh Abdul Karim al-Bantani, Pemberontakan Petani Banten 1888.