ABSTRAK Sisviana Etyka Sari, PENINGKATKAN KEMAMPUAN .../Peningkatkan-kemampuan...penelitian berasal...

119
ABSTRAK Sisviana Etyka Sari, PENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI PENGGUNAAN MEDIA DEKAK-DEKAK PADA SISWA KELAS I SDN SUKOHARJO 02 SUKOHARJO SEMESTER GENAP TAHUN 2010, Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2010. Tujuan penelitian ini meningkatan kemampuan berhitung melalui penggunaan media Dekak-dekak pada siswa kelas I SDN Sukoharjo 02 Sukoharjo pada Semester genap Tahun 2010. Variabel masalah dan variabel tindakan dalam penelitian adalah kemampuan berhitung dan media dekak-dekak. Tempat dilaksanakannya penenlitian ini di SD Negeri Sukoharjo 02. Bentuk dan strategi penelitian adalah Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 3 siklus. Subjeknya adalah seluruh siswa kelas kelas I SDN Sukoharjo 02. Sumber data penelitian berasal dari guru dan siswa, hasil belajar Matematika, dan dokumen pembelajaran Matematika. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi untuk data keaktifan siswa dan guru, dokumen untuk data proses pembelajaran, dan tes untuk data hasil belajar. Validitas data menggunakan validitas isi. Teknik analisis menggunakan model analisis interaktif. Hasil penelitian dapat disimpulkan ada peningkatan kemampuan berhitung dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan media dekak-dekak. Hal itu dapat ditunjukkan dari data perubahan hasil tes dari sebelum tindakan, siklus I, siklus II, dan siklus III sebagai berikut : 63,1; 68,0; 71,4, dan 78,4. Dengan demikian diharapkan dalam pembelajaran Matematika dengan media dekak-dekak dapat meningkatkan kemampuan berhitung pada siswa kelas I SDN Sukoharjo 02 Sukoharjo pada Semester Genap Tahun 2010. Kata kunci : kemampuan berhitung, media dekak-dekak

Transcript of ABSTRAK Sisviana Etyka Sari, PENINGKATKAN KEMAMPUAN .../Peningkatkan-kemampuan...penelitian berasal...

ABSTRAK

Sisviana Etyka Sari, PENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG

MELALUI PENGGUNAAN MEDIA DEKAK-DEKAK PADA SISWA KELAS

I SDN SUKOHARJO 02 SUKOHARJO SEMESTER GENAP TAHUN 2010,

Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas

Maret Surakarta, Juni 2010.

Tujuan penelitian ini meningkatan kemampuan berhitung melalui

penggunaan media Dekak-dekak pada siswa kelas I SDN Sukoharjo 02 Sukoharjo

pada Semester genap Tahun 2010. Variabel masalah dan variabel tindakan dalam

penelitian adalah kemampuan berhitung dan media dekak-dekak. Tempat

dilaksanakannya penenlitian ini di SD Negeri Sukoharjo 02. Bentuk dan strategi

penelitian adalah Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 3 siklus.

Subjeknya adalah seluruh siswa kelas kelas I SDN Sukoharjo 02. Sumber data

penelitian berasal dari guru dan siswa, hasil belajar Matematika, dan dokumen

pembelajaran Matematika. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

observasi untuk data keaktifan siswa dan guru, dokumen untuk data proses

pembelajaran, dan tes untuk data hasil belajar. Validitas data menggunakan

validitas isi. Teknik analisis menggunakan model analisis interaktif.

Hasil penelitian dapat disimpulkan ada peningkatan kemampuan berhitung

dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan media dekak-dekak. Hal

itu dapat ditunjukkan dari data perubahan hasil tes dari sebelum tindakan, siklus I,

siklus II, dan siklus III sebagai berikut : 63,1; 68,0; 71,4, dan 78,4. Dengan

demikian diharapkan dalam pembelajaran Matematika dengan media dekak-dekak

dapat meningkatkan kemampuan berhitung pada siswa kelas I SDN Sukoharjo 02

Sukoharjo pada Semester Genap Tahun 2010.

Kata kunci : kemampuan berhitung, media dekak-dekak

ABSTRACT

Sisviana Etyka Sari, The Improvement of Computation Ability using

Dekak-dekak Media in the First Grade of SDN Sukoharjo 02 Sukoharjo in the

Second Semester of 2010, Minithesis, Surakarta ; Teacher Training and

Education Faculty, of Sebelas Maret Univercity, June 2010.

The purposes of this research is to increase the computation ability by

using dekak-dekak media to the first grade students of SDN Sukoharjo 02

Sukoharjo in the second semester of 2010. Problem variable and action variable in

research are computation ability and dekak-dekak media. The place of this

research in SDN Sukoharjo 02. Form and research strategy are classroom action

research executive by three cycles. This subjects are the first grade students SDN

Sukoharjo 02. The source data result of research from teacher and students, results

of mathematic learning, and documents of mathematics study. The data collecting

techniques are observation for liveliness data of students and teacher, document

for study process data, and testing for data result of learning. The data validity

applie content validity. The data analyzis model that use interactive analysis

model.

Result of the research can be summarized that there is a counting ability

improvement in mathematic learning by using dekak-dekak media. It can be

showed change results testing of data from before action, first cycle, second cycle,

and third cycle as follows : 63,1; 68,0; 71,4, and 78,4. Based on the whole the

axpected that mathematic learning using dekak-dekak media can improve the

computation ability to the first grade of students SDN Sukoharjo 02 Sukoharjo in

the second semester of 2010.

Key words : computation ability, dekak-dekak media

PENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI

PENGGUNAAN MEDIA DEKAK-DEKAK PADA SISWA

KELAS I SDN SUKOHARJO 02 SUKOHARJO

SEMESTER GENAP TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

SISVIANA ETYKA SARI

X7108753

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

PENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI

PENGGUNAAN MEDIA DEKAK-DEKAK PADA SISWA

KELAS I SDN SUKOHARJO 02 SUKOHARJO

SEMESTER GENAP TAHUN 2010

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas I SDN Sukoharjo 02,

Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo, Tahun Pelajaran 2009/2010)

Oleh:

SISVIANA ETYKA SARI

NIM : X7108753

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan

gelar Sarjana Pendidikan Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul :

Peningkatan Kemampuan Berhitung Melalui Penggunaan Media Dekak-dekak

pada Siswa Kelas I SDN Sukoharjo 02 Sukoharjo Semester Genap Tahun 2010.

Oleh :

Nama : Sisviana Etyka Sari

NIM : X7108753

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada Hari :

Tanggal :

Surakarta, Juni 2010

Pembimbing I

Drs. Sutijan, M. Pd.

NIP. 195201271979031001

Pembimbing II

Drs. Djaelani, M. Pd.

NIP. 195203171983031002

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul:

Peningkatan Kemampuan Berhitung Melalui Penggunaan Media Dekak-dekak

pada Siswa Kelas I SDN Sukoharjo 02 Sukoharjo Semester Genap Tahun 2010.

Oleh :

Nama : Sisviana Etyka Sari

NIM : X7108753

Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi

persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Hari :

Tanggal :

Tim Penguji Skripsi:

Nama Terang : Tanda Tangan

Ketua : Drs. Sukarno, M. Pd.

Sekretaris : Drs. Usada, M. Pd.

Anggota I : Drs. Sutijan, M. Pd.

Anggota II : Drs. Djaelani, M. Pd.

Disahkan oleh :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd.

NIP. 196007271987021001

ABSTRAK

Sisviana Etyka Sari, PENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG

MELALUI PENGGUNAAN MEDIA DEKAK-DEKAK PADA SISWA KELAS

I SDN SUKOHARJO 02 SUKOHARJO SEMESTER GENAP TAHUN 2010, Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas

Maret Surakarta, Juni 2010.

Tujuan penelitian ini meningkatan kemampuan berhitung melalui

penggunaan media Dekak-dekak pada siswa kelas I SDN Sukoharjo 02 Sukoharjo

pada Semester genap Tahun 2010. Variabel masalah dan variabel tindakan dalam penelitian adalah kemampuan berhitung dan media dekak-dekak. Tempat

dilaksanakannya penenlitian ini di SD Negeri Sukoharjo 02. Bentuk dan strategi

penelitian adalah Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 3 siklus.

Subjeknya adalah seluruh siswa kelas kelas I SDN Sukoharjo 02. Sumber data

penelitian berasal dari guru dan siswa, hasil belajar Matematika, dan dokumen pembelajaran Matematika. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

observasi untuk data keaktifan siswa dan guru, dokumen untuk data proses

pembelajaran, dan tes untuk data hasil belajar. Validitas data menggunakan

validitas isi. Teknik analisis menggunakan model analisis interaktif.

Hasil penelitian dapat disimpulkan ada peningkatan kemampuan berhitung dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan media dekak-dekak. Hal

itu dapat ditunjukkan dari data perubahan hasil tes dari sebelum tindakan, siklus I,

siklus II, dan siklus III sebagai berikut : 63,1; 68,0; 71,4, dan 78,4. Dengan

demikian diharapkan dalam pembelajaran Matematika dengan media dekak-dekak dapat meningkatkan kemampuan berhitung pada siswa kelas I SDN Sukoharjo 02

Sukoharjo pada Semester Genap Tahun 2010.

Kata kunci : kemampuan berhitung, media dekak-dekak

ABSTRACT

Sisviana Etyka Sari, The Improvement of Computation Ability using Dekak-dekak Media in the First Grade of SDN Sukoharjo 02 Sukoharjo in the

Second Semester of 2010, Minithesis, Surakarta ; Teacher Training and

Education Faculty, of Sebelas Maret Univercity, June 2010.

The purposes of this research is to increase the computation ability by

using dekak-dekak media to the first grade students of SDN Sukoharjo 02 Sukoharjo in the second semester of 2010. Problem variable and action variable in

research are computation ability and dekak-dekak media. The place of this

research in SDN Sukoharjo 02. Form and research strategy are classroom action

research executive by three cycles. This subjects are the first grade students SDN

Sukoharjo 02. The source data result of research from teacher and students, results of mathematic learning, and documents of mathematics study. The data collecting

techniques are observation for liveliness data of students and teacher, document

for study process data, and testing for data result of learning. The data validity

applie content validity. The data analyzis model that use interactive analysis

model. Result of the research can be summarized that there is a counting ability

improvement in mathematic learning by using dekak-dekak media. It can be

showed change results testing of data from before action, first cycle, second cycle,

and third cycle as follows : 63,1; 68,0; 71,4, and 78,4. Based on the whole the axpected that mathematic learning using dekak-dekak media can improve the

computation ability to the first grade of students SDN Sukoharjo 02 Sukoharjo in

the second semester of 2010.

Key words : computation ability, dekak-dekak media

MOTTO

Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat

menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar

Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

(Q.S. An Nahl : 18)

Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang

mengajar (manusia) dengan perantara kalam.

(Q.S. Al Alaq : 3-4)

Allah selalu mengikuti prasangka hamba-Nya, maka

berprasangkalah yang baik pada-Nya.

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan ketulusan hati Sisviana Etyka Sari mempersembahkan skripsi

ini kepada:

Bapak Sumardi dan Ibu Tri Susilawati, bapak ibuku yang mendoakanku,

mendidik, membimbing, dan memberikan segalanya

dalam tiap hembusan nafasku.

Adikku Anggih Martrianingrum yang membuatku tersenyum

saat sedih dan tertawa bersama dalam bahagia.

Sahabatku Sigit Hartanto yang selalu Ing Madya

Mangun Karsa dan menorehkan diari memori

cantik dalam menyelesaikan skripsi ini.

Sahabat-sahabat terbaikku yang selalu memberi semangat dan bantuan.

Teman-teman PGSD yang selalu memotivasi.

Rekan-rekan di SDN Sukoharjo 02.

Adik-adik TPQ Al Fitroh yang senantiasa mendoakan dan

menyemangati.

Semua pihak yang telah membantu.

Almamater tempat kutimba aneka ilmu.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang memberi

hidayah, inayah, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini guna memenuhi sebagian persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan.

Penulis menyadari bahwa penelitian tindakan kelas ini tidak akan

berhasil tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah

berpartisipasi dalam penyusunan skripsi ini, untuk itu dengan segala kerendahan

hati penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sangat tulus

kepada semua pihak, khususnya kepada :

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd., Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan

ijin penulisan skripsi.

2. Drs. Rusdiana Indianto, M. Pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan yang telah

memberikan persetujuan skripsi.

3. Drs. Kartono, M. Pd., Ketua Program Studi PGSD yang telah memberikan

izin penulisan skripsi.

4. Drs. Sutijan, M. Pd., pembimbing I dan Drs. Djaelani, M. Pd.,

Pembimbing II yang telah memberikan arahan, dorongan, dan bimbingan

kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

lancar.

5. Drs. Usada, M. Pd., Pembimbing Akademik yang memberikan arahan dan

bimbingan selama menjadi mahasiswa di Program Studi PGSD.

6. Drs. Sukarno, M. Pd., Ketua Tim Penguji Skripsi yang telah memberi

bimbingan dan arahan.

7. Bapak dan Ibu dosen Program Studi PGSD yang telah memberikan ilmu

dan bimbingan kepada penulis.

8. Rekan-rekan PGSD dan sahabat terbaik yang tidak dapat penulis sebutkan

satu per satu yang membantu dan memberi warna selama menjadi

mahasiswa dan dalam penyusunan skripsi ini

9. Kepala sekolah, guru, staf, dan murid-murid SDN Sukoharjo 02, terima

kasih atas kerja sama dan bantuannya.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Tak ada gading yang tak retak, tak ada sesuatu yang sempurna. Penulis

menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu

saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk lebih baik lagi

di masa yang akan datang. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca. Semoga Allah

menjadikan skripsi ini menjadi ilmu yang bermanfaat. Amin.

Surakarta, Juli 2010

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ………………………………………………………………………...

PENGAJUAN ……………………………………………………………….....

PERSETUJUAN …………………………………………………………….....

PENGESAHAN ………………………………………………………………..

ABSTRAK ……………………………………………………………………..

ABSTRACT …………………………………………………………………...

MOTTO ………………………………………………………………………..

PERSEMBAHAN ……………………………………………………………..

KATA PENGANTAR …………………………………………………………

DAFTAR ISI …………………………………………………………………..

DAFTAR TABEL ……………………………………………………………..

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………..

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah …………………………………………

B. Rumusan Masalah ……………………………………………......

C. Tujuan Penelitian ……………………………………………......

D. Manfaat Penenlitian ……………………………………………...

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka ………………………………………………...

1. Tinjauan tentang Perkembangan Belajar Siswa Kelas I

Sekolah Dasar ……………………………………………….

2. Tinjauan tentang Kemampuan berhitung…………………….

3. Tinjauan tentang Media Dekak-dekak ………………………

B. Penelitian yang Relevan …………………………………………

C. Kerangka Berpikir ……………………………………………….

D. Hipotesis Tindakan ……………………………………………

BAB III METODOLOGI PENENLITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………....

i

ii

iii

iv

v

vi

vii

viii

ix

xi

xiii

xv

xvi

1

5

5

5

7

7

11

20

35

36

38

39

B. Bentuk dan Strategi Penelitian …………………………………..

C. Subjek Penelitian ………………………………………………...

D. Sumber Data ……………………………………………………..

E. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………....

F. Validitas Data …………………………………………………....

G. Teknik Analisis Data …………………………………………….

H. Indikator Kinerja …………………………………………………

I. Prosedur Penelitian ………………………………………………

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Awal Kemampuan Menghitung Siswa ……………......

B. Deskripsi Hasil Penelitian ……………………………………….

C. Deskripsi Permasalahan Penelitian ………………………………

D. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian ………………………

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan ………………………………………………………..

B. Implikasi ………………………………………………………...

C. Saran …………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………...

LAMPIRAN ………………………………………………………………….

39

40

40

40

41

42

44

44

51

52

56

78

88

88

90

92

95

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Data Statistik Siswa SDN Sukoharjo 02 Sukoharjo……………….

2. Data Nilai Kemampuan Berhitung Siswa pada Pertemuan Pertama

Siklus I ……………………………………………………………

3. Data Nilai Kemampuan Berhitung Siswa pada Pertemuan Kedua

Siklus I ……………………………………………………………

4. Data Nilai Kemampuan Berhitung Siswa pada Pertemuan Pertama

Siklus II ………...…………………………………………………

5. Data Nilai Kemampuan Berhitung Siswa pada Pertemuan Kedua

Siklus II ………...…………………………………………………

6. Data Nilai Kemampuan Berhitung Siswa pada Pertemuan Pertama

Siklus III………...…………………………………………………

7. Data Nilai Kemampuan Berhitung Siswa pada Pertemuan Kedua

Siklus III ………..…………………………………………………

8. Data Frekuensi Nilai Kemampuan Berhitung Siswa Kelas I SD

Negeri Sukoharjo 02 Sebelum Tindakan …………………………

9. Data Frekuensi Nilai Kemampuan Berhitung Siswa Kelas I SD

Negeri Sukoharjo 02 Siklus I …………. …………………………

10. Data Frekuensi Nilai Kemampuan Berhitung Siswa Kelas I SD

Negeri Sukoharjo 02 Siklus II ………….…………………………

11. Data Frekuensi Nilai Kemampuan Berhitung Siswa Kelas I SD

Negeri Sukoharjo 02 Siklus III ………...…………………………

12. Rekapitulasi Nilai Kemampuan Berhitung Siswa Kelas I SD

Negeri Sukoharjo 02 Sebelum dan Sesudah Tindakan Siklus I…

13. Prosentase Siswa yang Memperoleh Nilai Kemampuan Berhitung

≥65 Sebelum dan Sesudah Tindakan Siklus I …………………….

55

155

156

157

158

159

160

79

80

82

83

84

84

14. Nilai Kemampuan Berhitung Siswa Kelas I SD Negeri Sukoharjo

02 Sebelum dan Sesudah Tindakan Siklus II……………………...

15. Prosentase Siswa yang Memperoleh Nilai Kemampuan Berhitung

≥70 Sebelum dan Sesudah Tindakan Siklus II ……………………

16. Nilai Kemampuan Berhitung Siswa Kelas I SD Negeri Sukoharjo

02 Sebelum dan Sesudah Tindakan Siklus III………………..…

17. Prosentase Siswa yang Memperoleh Nilai Kemampuan Berhitung

≥70 Sebelum dan Sesudah Tindakan Siklus III…….……………

85

85

86

86

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kartu Bilangan …………………………………………………………

2. Kartu Pasangan Bilangan ………………………………………………

3. Timbangan Bilangan …………………………………………………...

4. Tabel Penjumlahan …………………………………………………….

5. Kartu Pasangan Pengurangan …………………………………………

6. Dekak-dekak 19 biji…..………………………………………………...

7. Sempoa atau dekak-dekak Versi Jepang ………………………………

8. Dekak-dekak Batang …………………………………………………...

9. Dekak-dekak Versi Jepang / Cina ……………………………………..

10. Dekak-dekak Model Romawi ………………………………………….

11. Kerangka Berpikir ……………………………………………………..

12. Siklus Penelitian Tindakan ……………………………………………

13. Peragaan tentang nilai Tempat ………………………………………...

14. Peragaan Penjumlahan Tanpa Teknik Menyimpan ……………………

15. Peragaan Pengurangan Tanpa Teknik Meminjam ……………………..

16. Grafik Nilai Kemampuan Berhitung Siswa Kelas I SD Negeri

Sukoharjo 02 Sebelum Tindakan……………………………………….

17. Grafik Nilai Kemampuan Berhitung Siswa Kelas I SD Negeri

Sukoharjo 02 Siklus I ………………………………………………….

18. Grafik Nilai Kemampuan Berhitung Siswa Kelas I SD Negeri

Sukoharjo 02 Siklus II ………...……………………………………….

19. Grafik Nilai Kemampuan Berhitung Siswa Kelas I SD Negeri

Sukoharjo 02 Siklus III ……….……………………………………….

26

26

27

27

28

28

30

34

34

35

37

45

58

60

60

80

81

82

83

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kriteria Ketuntasan Minimal ………………………………

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ………………

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ………………

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ………………

5. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus I

Pertemuan I ………………………………………………………

6. Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Siklus I

Pertemuan I………………...……………………………………..

7. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus I

Pertemuan II ……………………………………………………

8. Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Siklus I

Pertemuan II…………………...………………………………….

9. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus II

Pertemuan I ………………………………………………………

10. Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Siklus II

Pertemuan II………………...…………………………………….

11. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus II

Pertemuan II ………………………………..……………………

12. Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Siklus II

Pertemuan II………………...…………………………………….

13. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus

III Pertemuan I …………………………...………………………

14. Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Siklus III

Pertemuan I……………………………………………………….

15. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus

95

96

102

108

115

116

117

118

119

120

121

122

123

124

125

III Pertemuan II ………………………………………………….

16. Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Siklus III

Pertemuan II………………………………………………………

17. Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan I ……………………….

18. Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan II ……………………

19. Lembar Kerja Siswa Siklus II Pertemuan I ……………………

20. Lembar Kerja Siswa Siklus II Pertemuan II ……………………

21. Lembar Kerja Siswa Siklu III Pertemuan I…. …………………..

22. Lembar Kerja Siswa Siklu III Pertemuan II ……………………

23. Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan I……………………………...

24. Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan II……..……………………...

25. Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan I……………………………...

26. Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan II…...………………………...

27. Soal Evaluasi Siklus III Pertemuan I…..………………………...

28. Soal Evaluasi Siklus III Pertemuan II…….……………………...

29. Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan I……..………

30. Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan II……………

31. Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan I……………

32. Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan II…..………

33. Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus III Pertemuan I……………

34. Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus III Pertemuan II…………

35. Nilai Kemampuan Berhitung Siswa pada Pertemuan pertama

Siklus I……………………………………………………………

36. Nilai Kemampuan Berhitung Siswa pada Pertemuan kedua

Siklus I……………………………………………………………

37. Nilai Kemampuan Berhitung Siswa pada Pertemuan pertama

Siklus II…………………………………………………………

38. Nilai Kemampuan Berhitung Siswa pada Pertemuan kedua

126

127

129

131

133

135

137

139

141

143

145

147

148

149

150

151

152

153

154

155

156

157

158

Siklus II…………………………………………………………...

39. Nilai Kemampuan Berhitung Siswa pada Pertemuan pertama

Siklus III………………………………………………………….

40. Nilai Kemampuan Berhitung Siswa pada Pertemuan kedua

Siklus III………………………………………………………….

41. Rekapitulasi Nilai Ulangan Harian Sebelum Tindakan…………

42. Rekapitulasi Nilai Ulangan Harian Siklus I …………………….

43. Rekapitulasi Nilai Ulangan Harian Siklus II…………………….

44. Rekapitulasi Nilai Ulangan Harian Siklus III…………………….

45. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Ulangan Harian Sebelum Tindakan,

Siklus I, Siklus II, dan Siklus III ………………………..………

46. Dokumentasi Kegiatan Penelitian ………………………………

47. Surat Keterangan Penelitian……………………………………..

159

160

161

162

163

164

165

166

171

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan khusus pengajaran matematika menurut GBPP mata pelajaran

Matematika di SD yaitu menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan

berhitung sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari mengembangkan pengetahuan

dasar matematika sebagai belajar lebih lanjut (Depdikbud, 2003:70). Harapan

tersebut seharusnya dapat terlaksana dengan baik apabila cara untuk

menumbuhkan keterampilan berhitung tersebut tepat. Namun kenyataan di

lapangan, banyak faktor yang menghambat tumbuhnya keterampilan berhitung

sehingga kemampuan anak untuk dapat berhitung juga rendah.

Kenyataan di lapangan membuktikan bahwa rata-rata siswa memiliki

kemampuan yang rendah dalam berhitung. Rendahnya kemampuan berhitung

tersebut berdampak pada nilai mata pelajaran Matematika yang juga rendah.

Dibuktikan dengan nilai rata-rata mata pelajaran Matematika kelas I SDN

Sukoharjo 02 adalah 63,1 sedangkan Kriteria Ketuntasn Minimal mata pelajaran

matematika kelas I sekolah dasar adalah 65.

Salah satu faktor penyebab rendahnya kemampuan berhitung pada siswa

kelas I SDN Sukoharjo 02 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo bersumber

dari guru. Dalam pembelajaran guru hanya menggunakan metode yang monoton

berupa ceramah melalui kata-kata secara lisan dan penugasan yang sangat

dominan. Guru salah memilih teknik komunikasi pembelajaran yang membuat

siswa tidak memiliki ketertarikan pada pembelajaran matematika. Guru juga

kurang memahami perkembangan belajar siswa kelas rendah pada Sekolah Dasar.

Siswa kelas rendah terutama kelas satu belum dapat menerima konsep yang

abstrak tetapi guru hanya menggunakan metode ceramah. Sehingga terjadi

verbalisme pada siswa karena pembelajaran hanya terpusat pada guru (teacher

centered) bukan bersumber pada siswa (student centered).

Masalah rendahnya kemampuan berhitung juga bersumber dari siswa.

Siswa sering tidak memperhatikan pembelajaran yang diberikan oleh guru.

Metode pembelajaran yang kurang bervariasi dan penyampaian informasi yang

monoton menyebabkan siswa mengalami kebosanan. Siswa hanya datang, duduk,

diam, dan mendengarkan. Selain itu siswa juga mendapat perlakuan yang sama

dari guru padahal kemampuan masing-masing siswa berbeda. Hal tersebut

membuat perhatian siswa menjadi bercabang dan informasi yang disampaikan

guru tidak terpusat. Siswa juga tidak terangsang untuk aktif dalam pembelajaran

karena proses pembelajaran hanya satu arah dari guru ke siswa dengan

menggunakan metode ceramah.

Metode yang paling sering digunakan guru adalah metode ceramah.

Karena metode ceramah mudah dilakukan, menghemat waktu, dan mengehemat

biaya. Metode ceramah hanya memaparkan konsep secara abstrak dengan bahasa

lisan dan langsung menggunakan simbol-simbol dalam penyampaian materi.

Simbol-simbol tersebut tidak sesuai dengan perkembangan siswa kelas rendah

yang cenderung berpikir pada tahap operasional konkret dan belajar sesuai tahap

enaktif, ikonik, dan simbolik. Kesalahan yang dilakukan guru tersebut berdampak

kekacauan penafsiran pada murid. Hal tersebut terjadi karena perbedaan daya

tangkap murid dan tidak sesuai dengan perkembangan belajar siswa kelas I

sekolah dasar, sehingga sering terjadi pemahaman yang berbeda.

Pada materi penjumlahan dan pengurangan, guru sering mengabaikan

materi tentang nilai tempat. Padahal nilai tempat adalah sumber utama untuk

melakukan penjumlahan maupun pengurangan secara bersusun panjang. Materi

penjumlahan dan pengurangan dengan teknik tanpa meminjam akan lebih mudah

dipahami siswa dengan menggunakan benda-benda konkret. Benda konkret dapat

membuat siswa lebih nyata dalam menghitung. Siswa seharusnya mendapat

jembatan untuk belajar sesuai tahap perkembangan dan kemampuannya.

Untuk itu siswa harus menggunakan sesuatu dalam bentuk benda nyata,

salah satu benda nyata tersebut adalah media. Menurut Nasar (2006:31) Bagi anak

sekolah dasar belajar akan lebih efektif jika konkret. Sehingga perlu ada alat bantu

atau media bagi guru untuk mengkonkretkan pembelajaran Matematika yang guru

laksanakan. Sesuai harapan bagi siswa yaitu mendapatkan pelayanan pendidikan

yang sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya yang sesuai dalam Undang-

Undang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 12 ayat 1 a.

Menurut Piaget dalam Sukaryati (2003) taraf berpikir anak usia Sekolah

Dasar adalah masih operasional konkret. Artinya memahami suatu konsep siswa

masih harus diberikan kegiatan yang berhubungan dengan benda nyata atau

kejadian nyata yang dapat diterima akal mereka. Sedangkan Bruner dalam

Nyimas Aisyah, dkk (2007:16) mengungkapkan bahwa dalam proses belajar anak

sebaiknya diberi kesempatan memanipulasi benda-benda atau alat peraga yang

dirancang secara khusus dan dapat diotak-atik oleh siswa dalam memahami suatu

konsep matematika. Maka materi pelajaran harus disajikan dengan

memperhatikan tahap perkembangan kognitif siswa. Sesuai dengan teori belajar

Bruner dalam belajar konsep matematika siswa melalui 3 model tahapan yaitu

model tahap enaktif, model tahap ikonik, dan model tahap simbolik. Tahap enaktif

yaitu tahap belajar dengan memanipulasi benda atau objek konkret, tahap ikonik

yaitu tahap belajar dengan proses belajar dengan menggunakan gambar, dan tahap

simbolik yaitu tahap belajar dengan manipulasi lambang atau simbol.

Ahli lain berpendapat bahwa belajar matematika merupakan proses

membangun/mengkontruksi konsep-konsep dan prinsip-prinsip, tidak sekedar

penggrojokan materi dari guru, namun belajar itu harus aktif dan peran yang

proporsional antara guru dan siswa. Hal ini sesuai dengan pandangan kontruktivis

yaitu suatu pandangan dalam mengajar dan belajar, dimana siswa membangun

sendiri arti dari pengalamannya dan interaksi dengan orang lain, sedangkan tugas

guru adalah memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa.

Guru cenderung langsung menggunakan simbol berupa angka-angka dan

simbol penjumlahan dan pengurangan sehingga tidak sesuai dengan teori belajar

Bruner yang harus melalui tahap enaktif, tahap ikonik, dan tahap simbolik. Selain

itu jumlah media yang kurang memadai juga menghambat keefektifan

pembelajaran, terutama pada siswa kelas rendah yang harus dapat merasakan hal

yang dilihatnya. Masalah ini perlu segera ditangani karena guru sering

mengabaikan penggunaan media maupun alat peraga untuk membuat

pembelajaran yang dapat mengkonkretkan konsep -konsep yang masih abstrak

sehingga siswa dapat belajar sesuai perkembangan belajarnya. Padahal harapan

besar bagi seorang guru adalah menciptakan pembelajaran yang efektif yang

sesuai dengan tingkat perkembangan siswa yang pada akhirnya menciptakan mutu

pendidikan sekolah yang lebih baik.

Seorang guru harus mengembangkan berbagai alat peraga maupun media

untuk membantu proses pembelajaran. Salah satu media dalam pembelajaran

Matematika adalah Dekak-dekak. Dekak-dekak adalah alat untuk berhitung yang

dibuat dengan sederetan poros berisi manik-manik yang bisa digeser-geserkan dan

digunakan untuk melakukan operasi aritmatika seperti nilai tempat, penjumlahan,

pengurangan, perkalian, pembagian dan akar kuadrat. Meskipun kenyataannya

media dekak-dekak tersebut hanya dimiliki oleh beberapa siswa. Oleh karena itu

untuk mengoptimalkan pembelajaran diperlukan jumlah media yang mencukupi.

Dengan menggunakan media dekak-dekak siswa diharapkan lebih tertarik

mengikuti pelajaran matematika dan dapat digunakan sebagai cara untuk

memanipulasi objek konsep penjumlahan, pengurangan dan nilai tempat.

Pembelajaran tentang konsep penjumlahan dan pengurangan sangat penting

untuk belajar konsep perkalian dan pembagian, untuk itu penanaman konsep harus

tepat dengan bantuan media. Dengan penggunaan media, siswa akan merasa

senang dan gembira mengikuti pembelajaran sehingga minatnya dalam

mempelajari matematika semakin besar. Sehingga terangsang untuk bersikap

positif terhadap pembelajaran matematika yang akan meningkatkan kemampuan

berhitungnya sesuai tingkat perkembangan operasional konkret.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tergerak melakukan penelitian

dengan judul “Peningkatan Kemampuan Berhitung Melalui Penggunaan Media

Dekak-dekak pada Siswa Kelas I SDN Sukoharjo 02 Sukoharjo Semester Genap

Tahun 2010”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan berikut:

“Apakah penggunaan media dekak-dekak dapat meningkatkan kemampuan

berhitung pada siswa kelas I SDN Sukoharjo 02 Sukoharjo pada semester

genap tahun 2010?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah:

Meningkatan kemampuan berhitung melalui penggunaan media Dekak-dekak

pada siswa kelas I SDN Sukoharjo 02 Sukoharjo pada Semester genap Tahun

2010.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara praktis

maupun teoritis.

1. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa, agar siswa dapat belajar sesuai dengan tingkat

perkembangannya dan belajar sesuai dengan minat siswa. Sehingga

hasilnya akan meningkatkan kemampuannya dalam berhitung.

b. Bagi Guru, untuk mencoba pembelajaran yang baru dan mengembangkan

pembelajaran Matematika yang sesuai dengan tingkat perkembangan

siswa. Serta menambah pengalaman guru untuk melaksanakan PTK.

c. Bagi Sekolah, untuk memberi gambaran tentang kompetensi guru dalam

mengajar, dan kompetensi siswa dalam pembelajaran Matematika,

sehingga diharapkan kualitas proses dan hasil pembelajaran Matematika

dapat ditingkatkan. Sehingga meningkatnya mutu pendidikan di sekolah

agar lebih baik.

d. Bagi Peneliti Lain, untuk menambah pemahaman wawasan keilmuan dan

penelitian guna merancang penelitian lebih lanjut dengan desain penelitian

dan fokus masalah yang berbeda.

2. Manfaat Teoritis.

Dimaksudkan bahwa hasil penelitian ini dapat dijadikan

pengembangan salah satu teori mengajar sehingga dapat menambah

referensi dan memperkaya khazanah teori/keilmuan yang terkait dengan

proses pembelajaran mata pelajaran Matematika secara efektif dengan

penggunaan media dekak-dekak.

BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam BAB II landasan teori akan dipaparkan tinjauan pustaka, hasil

penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan.

A. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka menguraikan teori, temuan, dan bahan penelitian lain yang

diperoleh dari acuan (buku atau jurnal-jurnal ilmiah) yang dijadikan landasan

untuk melakukan penelitian yang diusulkan. Dalam tinjauan pustaka ini kajian

teori yang akan dikemukakan terdiri dari 3 tinjauan, yaitu tinjauan tentang

perkembangan belajar siswa kelas I SD, tentang tinjauan kemampuan berhitung,

dan tinjauan tentang media dekak-dekak. Berikut akan diuraikan satu persatu.

1. Tinjauan tentang Perkembangan Belajar S iswa Kelas I SD

a. Perkembangan

Setiap manusia pasti mengalami perubahan. Perubahan pada diri manusia

bukan hanya perubahan pada jasmaninya saja tetapi juga pada aspek

pemikirannya. Perubahan itu dikenal dengan istilah perkembangan.

Perkembangan juga berarti perubahan yang terjadi karena pengalaman-

pengalaman khusus yang dialami manusia selama manusia hidup, baik perubahan

fisik maupun psikis.

Menurut Samino Sangaji, dkk ( 2003:3) perkembangan memiliki enam

pengertian antara lain : a) perubahan dalam arti perkekmbangan terutama pada

unsur biologis; b) perkembangan dapat mencakup perubahan baik struktur

maupun fungsi; c) perubahan dalam arti perkembangan bersifat terpola, teratur,

terorganisir, dan dapat diprediksi; d) perkembangan bersifat unik bagi setiap

individu; e) perubahan dalam arti perkembangan secara bertahap dalam jangka

waktu yang lama; f) perkembangan dapat berlangsung sepanjang hayat dari sejak

mulai massa konsepsi hingga meninggal dunia.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan adalah proses

perubahan yang menyeluruh pada aspek fisik, pola berpikir, dan perubahan-

perubahan dalam aspek perasaan, emosi, kepribadian individu yang berhubungan

dengan orang lain.

b. Belajar

Menurut Ruminiati (2007 : 13) seorang dikatakan belajar jika dalam diri

orang tersebut terjadi suatu aktifitas yang mengakibatkan perubahan tingkah laku

yang dapat diamati relatif lama. Perubahan itu tidak muncul begitu saja, tetapi

sebagai akibat dari usaha orang tersebut. Menurut Tim UNS (2007:2) belajar

adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.

Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk

seperti berubahnya pengetahuan, sikap, dan tingkah lakunya, ketrampilannya,

kecakapannya, kemampuannya, daya reaksinya, dan daya penerimaannya.

Sedangkan menurut Tim Dosen Pengembang MKDK-IKIP Semarang

dalam Nabisi Lapono, dkk (2008 : 112) belajar mencakup hal-hal berikut antara

lain: a) perubahan tingkah laku yang terjadi secara sadar; b) perubahan dalam

belajar bersifat kontinu dan fungsional; c) perubahan dalam belajar bersikap

positif dan aktif; d) perubahan dalam belajar tidak bersifat sementara; e)

perubahan dalam belajar bertujuan; f) perubahan mencakup seluruh aspek tingkah

laku.

Menurut Fontana dalam Agus Lithanta (2007) padanan istilah belajar dan

pembelajaran yang dapat dijumpai dikepustakaan asing adalah learning dan

instruction. Istilah learning mengandung pengertian proses perubahan yang relatif

tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman. Belajar diartikan

pula sebagai proses tingkah laku manusia dalam arti luas yang diubah melalui

praktek atau latihan yang dilakukan secara terus menerus.

Dari pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu

perubahan tingkah laku yang terjadi pada individu yang relatif menetap dan

terjadi sebagai hasil dari pengalaman dan latihan dalam berinteraksi dengan

lingkungan sekitarnya.

c. Perkembangan Belajar S iswa Kelas I Sekolah Dasar

1) Pengertian Perkembangan Belajar Siswa Kelas I Sekolah Dasar

Perkembangan belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku

yang terjadi pada individu yang relatif menetap dan terjadi sebagai hasil dari

pengalaman dan latihan dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya yang

dimulai dari pengenalan hal sederhana ke hal yang rumit serta bertolak dari hal-

hal konkret ke hal-hal yang bersifat abstrak.

Siswa kelas I sekolah dasar adalah peserta didik dengan kisaran usia 6

sampai dengan 8 tahun, dengan tinggi badan sekitar 100 s.d 120 cm. Siswa kelas

I mulai belajar dengan bimbinganyang harus dilakukan oleh orang lain karena

masih memliki figur melekat dari seorang ibu.

Perkembangan belajar yang sesuai dengan siswa kelas I sekolah dasar

adalah Tahap Operasional Kongkret (7.1-11.0 tahun) yaitu suatu tindakan mental

yang dapat diputarbalikan berdasarkan objek yang riil dan kongkret. Ciri-ciri

operasional konkret menurut Slavin dalam Nabisi Lasono, dkk (2008 : 1.38)

antara lain:

Can form limited hypotheses, reasons with references to actions, objects,

and properties that are familiar or that can be experienced; may memorize

prominent words, phares, formulas, and procedures but will apply them with little understanding of the abstract meaning or principles underlying

them; has problems reasoning logically about ideas that are country to

fact or personal beliefs, or that are library; needs step-by-step instruction

when planning a leght, complex procedure; is unaware of inconsistencies

and contradictions withtn own thinking. Anak pada tahap operasional konkret dapat membentuk dugaan-dugaan,

dengan acuan pada tindakan, objek, dan benda-benda yang biasa atau yang dapat

membuat pengalamannya; anak mulai menghafal kata-kata yang biasa dia dengar,

frase, rumus-rumus, dan prosedur-prosedur tetapi akan membuat mereka memiliki

sedikti saja pemahaman pada prinsip-prinsip secara abstrak; memiliki masalah

pada pola pikir tentang gagasan, membutuhkan langkah demi langkah untuk

merencanakan suatu yang sesuai tahap perkembangannya.

2) Karakteristik Perkembangan Belajar Siswa Kelas I Sekolah Dasar

Menurut Kohnstamm dalam MG. Dwijiastuti, dkk (2003 : 14) seorang

anak memiliki periode perkembangan, periode perkembangan tersebut dibagi

menjadi tiga dan memiliki karakteristik antara lain: a) masa bayi dan kanak-

kanak; b) masa sekolah; dan c) masa sosial.

a) Masa Bayi dan Kanak-kanak

Masa ini berkisar antar usia 01;00-07;00 tahun. Pada masa ini anak

memiliki fantasi yang sangat kuat, fantasi yang dimiliki anak bebas, spontan,

mudah berubah, dan kreatif. Perasaan dan kehendak anak masih berpusat pada

anak sendiri (diri sendiri). Pada masa krisis pertama antara usia 3 s.d 7 tahun anak

memiliki sifat egosentris, ingin melakukan kemauan sendiri, mengukur kekuatan

kemauan sendiri, dan ingin menang.

b) Masa Sekolah

Pada umur tujuh tahun, anak ke sekolah dan masa bersekolah itu berjalan

sampai umur tigabelas tahun. Pada umur-umur itu, anak mulai belajar kecakapan

jasmani, belajar mendekati kenyataan, masuk ke perkumpulan sebaya, dan sudah

mulai belajar bekerja.

c) Masa Sosial

Masa ini adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

Karena anak mulai meninggalkan keluarga untuk masuk ke dalam kehidupan

sosial/masyarakat. Pada masa ini terjadi pubertas atau masa akil balik dan terjadi

perubahan baik aspek jasmani maupun rohani.

Ebutt dan Straker (Depdiknas 2004: 4), menjelaskan bahwa agar potensi

peserta didik di bidang matematika dapat dikembangkan secara optimal. M aka 4

karakteristik siswa dalam belajar matematika tersebut adalah :

a) Siswa akan mempelajari matematika jika mereka mempunyai motivasi.

Implikasinya : Guru memberi kegiatan yang menyenangkan, menantang,

yang memberi harapan, yang dihargai keberhasilannya.

b) Siswa mempelajari matematika dengan caranya sendiri.

Impilkasinya : Siswa belajar dengan cara dan kecepatan yang berbeda,

guru harus tahu kekurangan dan kelebihan siswa.

c) Siswa mempelajari matematika baik secara mandiri maupun

kelompok.

Implikasinya : Guru memberikan kesempatan belajar secara mandiri atau

kelompok, melatih kerjasama, mengajarkan cara mempelajari matematika.

d) Siswa memerlukan konteks dan situasi yang berbeda-beda dalam

mempelajari matematika.

Impilkasinya : Guru menyediakan media pembelajaran yang diperlukan.

2. Tinjauan tentang Kemampuan Berhitung

a. Kemampuan

Menurut Chaplin, kemampuan atau ability (kemampuan, kecakapan,

ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga atau daya kekuatan untuk

melakukan suatu perbuatan. Sedangkan menurut Robbins, kemampuan bisa

merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau

praktek (http:// digilib.petra.ac.id/jiunke/s1/eman/2008 diakses 5 Mei 2010).

Kemampuan berasal dari kata dasar mampu yang berarti dapat atau bisa. Menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993), kemampuan berasal dari kata mampu

yang berarti bisa atau dapat. Sedangkan kata kemampuan sendiri berarti

menguasai.

Berdasarkan pendapat di atas kemampuan dapat diartikan sebagai

kesanggupan atau kebisaan yang dibawa sejak lahir maupun dengan latihan-

latihan untuk menguasai sesuatu hal.

b. Berhitung

1) Pengertian Berhitung

Ada orang yang beranggapan berhitung sama dengan Matematika.

Anggapan tersebut tidak sepenuhnya keliru karena hampir semua cabang

matematika menggunakan berhitung. Dalam cabang matematika berjumlah

delapan puluh cabang besar dan selalu ada berhitung. Sebagai contoh dalam

pelajaran geometri dan pengukuranpun diperlukan keterampilan tentang

berhitung.

Menurut Munawir Yusuf, dkk (2003:127) berhitung adalah salah satu

cabang Matematika, ilmu hitung adalah suatu bahasa yang digunakan untuk

menjelaskan hubungan antara berbagai proyek, kejadian, dan waktu. Sedangkan

menurut Nurkhasanah dan Didik Turminto (2007:243), berhitung adalah

mengerjakan hitungan (menjumlahkan, mengurangi, dan sebagainya). Menurut

David Glover dalam Tatik Jarwani (2009:5) In Aritmetic you add , subtract

,multiply and divide numbers. You use arithmetic to find the ansers to problems

and sums. See also addition ,and subtraction. Aritmatika atau berhitung

berhubungan dengan menjumlah, mengurangi, mengali dan membagi bilangan

yang digunakan untuk menyelesaikan masalah sehari-hari.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa berhitung adalah salah satu

cabang dari matematika yang mempelajari operasi penjumlahan, operasi

pengurangan, operasi perkalian, dan operasi pembagian.

2) Tujuan Kegiatan Berhitung di Sekolah Dasar

Pembelajaran berhitung di sekolah dasar merupakan landasan dan wahana

pokok yang menjadi syarat mutlak yang harus dikuasai peserta didik untuk

menggali dan menimba pengetahuan yang lebih lanjut. Tanpa penguasaan yang

mantap terhadap pengetahuan tersebut sudah tentu ilmu-ilmu lain kurang dapat

dikuasai. Oleh karena itu kegiatan berhitung di sekolah dasar memiliki tujuan

antara lain; Menanamkan pengertian bilangan dan kecakapan dasar berhitung;

Memupuk dan mengembangkan kemampuan berpikir logis dan kritis dalam

memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, baik masa

kehidupan sekarang maupun di masa yang akan datang; Mengembangkan

kemampuan dan sikap rasional, ekonomis, dan menghargai waktu; dan

Meletakkan landasan berhitung yang kuat untuk mempelajari kemampuan lebih

lanjut.

3) Prinsip-prinsip Kegiatan Berhitung di Sekolah Dasar

Dalam kegiatan berhitung, diperlukan prinsip-prinsip yang dapat

menunjang dalam pelaksanaan kegiatan berhitung. Prinsip-prinsip kegiatan

berhitung tersebut antara lain: Dalam kegiatan berhitung guru mendorong

kreatifitas murid dengan membantu menanamkan pengertian ide dasar dan

prinsip-prinsip berhitung melalui kegiatan yang mendukung program pengajaran;

Dalam menyajikan topik-topik baru hendaknya dimulai dari tahapan yang mudah

menuju tahapan yang lebih sukar dari yang paling sederhanan menuju tahapan

yang lebih sukar dari yang paling sederhana menuju hal-hal yang komplek, dari

yang konkret menuju hal-hal yang abstrak, dari lingkungan yang dekat dengan

anak ke lingkungan yang lebih luas; Pengalaman-pengalaman sosial anak dan

penggunaan benda-benda konkret perlu dilakukan guru untuk membantu

pemahaman anak-anak terhadap pengertian-pengertian dalam berhitung; Setiap

langkah dalam pembelajaran hendaknya diusahakan melalui penyajian yang

menarik utuk menghindarkan terjadinya tekanan atau ketegangan pada diri anak;

Setiap anak belajar dengan persiapan dan kecepatannya sendiri-sendiri; Latihan

sangat penting untuk memantapkan pengertian dan kemampuan berhitung,

berlatih secara berkala, teratur dengan mengulang kembali secara ringkas akan

mendorong kegiatan belajar karena timbul rasa menyenangi dan menghindari

kebosanan; relevansi berhitung dengan kehidupan sehari-hari perlu ditekankan.

Dengan demikian kegitan berhitung yang didapatkan anak-anak akan lebih

bermakna baginya dan jauh lagi mereka dapat menerapkannya dalam kehidupan

sehari-hari.

4) Bentuk Kegiatan Berhitung

Dalam belajar berhitung di kelas I sekolah dasar terdapat kegiatan-

kegiatan yang menunjang berhitung, antara lain: mengenal banyaknya jumlah

kelompok benda; membilang banyak benda; memberi nama pada angka-angka;

menuliskan angka dengan benar; membilang urut berbagai jenis benda;

menentukan nilai tempat puluhan dan satuan; melakukan kegiatan operasi hitung

bilangan (penjumlahan dan pengurangan); menyelesaikan masalah yang

melibatkan operasi penjumlahan dan pengurangan; mengukur panjang atau

pendek suatu benda; membadingkan satuan berat suatu benda; pengukuran

bangun datar.

c. Kemampuan Berhitung

Kemampuan berhitung adalah kemampuan yang memerlukan penalaran

dan keterampilan aljabar termasuk operasi hitung. Kemampuan berhitung juga

merupakan salah satu bagian dari kemampuan Matematika, sebab salah satu

prasarat untuk belajar Metematika adalah belajar berhitung yang keduanya saling

mendukung. Oleh karena itu, berhitung dan Matematika tidak dapat dipisahkan.

Kemampuan berhitung merupakan salah satu kemampuan yang penting dalam

kehidupan sehari-hari, dapat dikatakan bahwa semua aktifitas kehidupan manusia

memerlukan kemampuan ini.

Kemampuan berhitung dapat diartikan pula sebagai kesanggupan untuk

menguasai pengerjaan suatu hitungan baik berupa menjumlahkan, mengurangi,

dan sebagainya. Kemampuan berhitung juga mengandung arti bahwa suatu hal

yang dapat atau mencukupi untuk melakukan perhitungan . Kemampuan

berhitung dapat dilihat secara langsung dalam pelaksanaan evaluasi yang

dilaksanakan. Dengan begitu kita dapat mengetahui apakah kemampuan berhitung

siswa rendah atau tinggi.

d. Pembelajaran Matematika

1) Pembelajaran

Ada pendapat bahwa pembelajaran merupakan padanan kata dari istilah

instruction, yang artinya lebih luas dari pengajaran. Menurut Belkin and Gray

dalam Depdiknas(2003:7) menyatakan bahwa istilah teaching mencakup konsep

instruction dan kegiatan-kegiatan lain yang bersifat psikologis, sosial, dan pribadi.

Hal ini berarti bahwa instruction merupakan bagian dari konsep teaching.

Menurut Depdiknas (2003:8) pembelajaran dapat didefinisikan sebagai

suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik/pebelajar yang direncanakan

atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik/

pebelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

Dengan demikian, jika pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem, maka

berarti pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisir antara lain

tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran,

media pembelajaran/alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran,

dan tindak lanjut pembelajaran. Sebaliknya, bila pembelajaran dipandang sebagai

suatu proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru

dalam rangka membuat siswa belajar.

Pembelajaran secara umum diartikan sebagai suatu kegiatan yang

dilakukan guru sedemikian sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang

lebih baik. Pembelajaran secara khusus dapat diuraikan dalam empat pokok, yaitu

a) behavioristik; b) kognitif; c) gestalt; dan d) humanistik.

a) Behavioristik.

Pembelajaran adalah usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan

dengan menyediakan lingkungan atau stimulus.

b) Kognitif.

Pembelajaran adalah cara guru memberikan kesempatan kepada siswa

untuk berpikir agar dapat mengenal dan memahami apa yang sedang dipelajari.

c) Gestalt.

Pembelajaran adalah usaha guru memberikan materi pembelajaran

sedemikian rupa, sehingga siswa mudah mengorganisasikannya menjadi suatu

pola bermakna.

d) Humanistik.

Pembelajaran adalah memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih

bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuan.

Pembelajaran merupakan perubahan tingkah laku yang didasari atas

pengalaman sebelumnya. Pembelajaran menjadikan tingkah laku atau perbuatan

manusia akan berubah. Perubahan ini terjadi karena adanya hubungan antara yang

dipelajari dengan pengalaman manusia sebelumnya. Learning is a change in

behavior based on previous experience. www.wikipedia.org/wiki/learning.

diakses pada tanggal 15 April 2010.

Pembelajaran menurut Gagne dalam St. Y. Slamet dan Suwarto

(2007:119) adalah suatu usaha untuk membuat siswa belajar sehingga

situasi tersebut merupakan peristiwa belajar (event of learning), yaitu

usaha untuk terjadinya perubahan tingkah laku dari siswa. Perubahan

tingkah laku yang terjadi pada siswa merupakan dampak dari adanya

interaksi antara siswa dengan lingkungan. Perubahan ini sebagai hasil

proses pembelajaran yang ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti

perubahan pengetahuan, pemahaman, daya reaksi, daya penerimaan dan

sebagainya.

Sedangkan menurut ahli lain pembelajaran berasal dari kata dasar belajar

yang artinya proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan

lingkungan Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun

2003 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Interaksi yang terjadi

adalah interaksi antara subjek dengan objek pembelajaran. Pendidik dan peserta

didik merupakan subjek pembelajaran. Sedangkan sumber belajar dalam

lingkungan merupakan objek yang akan dipelajari.

Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono dalam TIM UNS (2007:8)

adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional,

untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada

penyediaan sumber belajar. Pembelajaran merupakan suatu proses yang

dibangun guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa.

Pengembangan kreativitas siswa ditunjukkan dari meningkatnya berpikir

siswa dalam mengkonstruksikan kemampuan berpikir siswa dalam

mengkonstruksikan kemampuan barunya sebagai upaya peningkatan

penguasaan terhadap materi pelajaran.

Menurut Oemar Hamalik (1995 : 57) pembelajaran adalah suatu

kombinasi yang tersusun meliputi unsur manusiawi, material fasilitas

perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan

pembelajaran.

Pembelajaran juga diartikan sebagai upaya menciptakan iklim dan

pelayanan terhadap kemampuan. Potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta

didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan peserta didik

serta antara peserta didik dengan peserta didik.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses

untuk menciptakan suasana yang mendukung dalam rangka proses perubahan

tingkah laku ke arah yang lebih baik.

2) Matematika

a) Pengertian Matematika

Matematika sebagai salah satu ilmu dasar dewasa ini telah berkembang

cukup pesat baik materi maupun kegunannya. Oleh karena itu maka konsep-

konsep dasar matematika harus dikuasai anak didik sejak dini.

Menurut Ensiklopedia Indonesia dalam Depdikbud (1977:81) istilah

matematika berasal dari bahasa Yunani Mathematikos, yang berarti ilmu pasti

atau Matheis yang berarti ajaran, pengetahuan abstrak dan edukatif, dimana

kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keinderaan, tetapi atas

kesimpulan yang ditarik dari kaidah-kaidah tertentu melalui deduksi.

Materi matematika yang diajarkan pada jenjang pendidikan dasar dan

menengah dipilih dengan maksud untuk menumbuh kembangkan ilmu

pengetahuan dan teknologi, dengan demikian matematika yang diajarkan tidak

terpisahkan dari ciri-ciri matematika itu sendiri, antara lain : Memiliki obyek

kejadian abstrak; Berpola pikir deduktif dan konsisten ( kebenaran yang didasari

oleh kebenaran terdahulu).

Sedangkan menurut Kline dalam Mulyono Abdurrahman (1999: 252)

menyatakan bahwa Matematika adalah bahasa simbolis dari ciri utamanya adalah

penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar

induktif.

Dari pengertian Matematika yang telah dikemukakan di atas, berarti

Matematika adalah salah satu ilmu dasar dalam kehidupan sehari-hari, yang

merupakan bahasa simbolis dan universal yang memungkinkan manusia berfikir,

mencatat, dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas dengan

menggunakan cara bernalar deduktif dan induktif.

b) Tujuan Pengajaran Matematika

Tujuan matematika di Sekolah Dasar tidak lepas dari tujuan pendidikan itu

sendiri. Tujuan matematika juga sejalan dengan tujuan yang termuat dalam Garis-

Garis Besar Program Pengajaran, pada dasarnya pembelajaran matematika

bermaksud menata nalar, membentuk sikap siswa dan menumbuhkan

kemampuan, menggunakan dan menerapkan matematika.

Dalam pembelajaran matematika tidaklah cukup bila hanya memberikan

tekanan pada keterampilan menghitung dan menyelesaikan soal. Perhatian khusus

juga harus diberikan pada bagaimana nalar dan sikap siswa dapat terbentuk. Sikap

yang telah terbentuk dan kemampuan menerapkan matematika akan merupakan

penopang penting terbentuknya kemampuan siswa untuk memecahkan masalah

yang mungkin dihadapinya kelak.

Tujuan pengajaran matematika di Sekolah Dasar pada mata pelajaran

berhitung adalah : Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung;

Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialih gandakan Memberikan bekal

kemampuan dasar serta membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif, dan

disiplin.

c) Alat Hitung Matematika

Alat hitung matematika merupakan seperangkat media yang digunakan

sebagai alat bantu untuk menghitung dan atau mengoperasikan dua bilangan atau

lebih. Perkembangan alat hitung matematika mencirikan tingkat operasi

matematika, mulai dari alat yang sederhana untuk perhitungan sederhana sampai

ke alat yang lebih sanggih untuk perhitungan yang kompleks.

Alat hitung matematika yang sederhana diantaranya yaitu jari-jari tangan

atau jari-jari kaki kita, batang lidi atau bisa batu kerikil yang biasanya hanya

digunakan untuk operasi hitung (penjumlahan, pengurangan, perkalian dan

pembagian) dengan angka-angka dibawah 100. Kemudian berkembang dengan

alat abakus yang sekarang digunakan untuk pembelajaran aritmatika atau dekak-

dekak. Alat yang lebih modern diantaranya kalkulator dan komputer.

3) Pembelajaran Matematika

b) Pengertian Pembelajaran Matematika

Pembelajaran matematika dengan pembelajaran pada umumya berbeda.

Pembelajaran matematika bertitik berat pada peserta didik, tujuan dari prosedur

kerja pada tujuan yang dicapai. Pembelajaran matematika peran guru sangat

memberi motivasi pada siswa sebab beberapa siswa beranggapan bahwa pelajaran

matematika merupakan pelajaran menakutkan dan membosankan.

Menurut Nyimas Aisiyah (2007:1-4) pembelajaran matematika adalah

proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana

lingkungan (kelas/sekolah) yang memungkinkan kegiatan belajar matematika di

sekolah. Menurut Bruner dalam Nyimas Aisiyah (2007:21-5) pembelajaran

matematika adalah pembelajaran mengenai konsep-konsep struktur-struktur

matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan

antara konsep-konsep dan struktur-struktur.

Berdasarkan pendapat dia atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

Matematika adalah proses yang dirancang untuk mencapai tujuan dalam kegiatan

belajar Matematika di sekolah.

c) Ciri Khas Pembelajaran Matematika

Unsur pembelajaran minimal yang harus dipenuhi ialah siswa, tujuan dan

prosedur kerja untuk mencapai tujuan. Dalam pembelajaran matematika ada 3 ciri

khas, yaitu : Sistem pembelajaran dalam rencana khusus yaitu keterangan,

material dan prosedur; Sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan

yaitu saling ketergantungan; Sistem pembelajaran yang mempunyai tujuan

tertentu.

Berdasarkan uraian tersebut guru matematika harus dapat memberi

motivasi terhadap siswa serta melakukan usaha dalam menyampaikan materi di

kelas sehingga siswa termotivasi untuk belajar matematika tanpa ada rasa takut dan

bosan.

3. Tinjauan tentang Media Dekak-dekak

a. Media

1) Pengertian Media

Secara harfiah kata media memiliki arti perantara atau pengantar. Media

berasal dari bahasa latin dengan bentuk jamak medium, berarti perantara.

Association for Education and Communication technology (AECT) dalam M.

Basyiruddin Usman dan H. Asnawir (2002:11), mendefinisikan media yaitu

segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses penyaluran informasi. Gagne

dalam Tim UNS (2007:109) berpendapat bahwa media merupakan salah satu

komponen dari satu sistem penyampaian. Komponen tersebut meliputi segala

peralatan fisik pada komunikasi seperti bukti, modul, komputer, slide, tape

recorder, dan semacamnya.

Menurut Nyimas Aisyah, dkk (2007:8.14) media pembelajaran merupakan

bagian dari sumber belajar yang dirancang secara khusus untuk mempelajarai

materi pembelajaran. Sedangkan menurut A. Dakir, dkk (2005 : 76) media

(unggulannya medium) merupakan saluran yang dilalui pesan dalam suatu

peristiwa komunikasi. Dalam pembelajaran, media memegang peranan sebagai

alat yang diharapkan dapat dijadikan sebagai sarana penyampaian pesan dalam

pembelajaran. Sedangkan menurut M. Basyiruddin Usman dan H. Asnawir

(2002:11), mengartikan media sebagai benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat,

didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan dengan

baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas program

instruktional.

Dari pendapat di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa media adalah

manipulasi dari suatu benda yang dapat digunakan sebagai pengantar informasi

yang merupakan alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar.

2) Pentingnya Penggunaan Media

Media dapat digunakan sebagai sarana untuk penyampai informasi yang

sangat penting dalam menunjang kegiatan belajar mengajar. Hal tersebut

disebabkan karena media memiliki nilai-nilai praktis, nilai-nilai praktis tersebut

antara lain: dapat mengatasi berbagai keterbatasan yang dimiliki siswa dan guru;

dapat menanamkan konsep yang realistis dan konkret; dapat membangkitkan

keinginan dan minat yang baru terhadap pelajaran yang diajarkan; dapat

meningkatkan motivasi dan hasrat ingin belajar; dapat memberikan pengalaman

belajar dari yang konkret ke abstrak.

3) Prinsip Pemanfaatan Media

Media pengajaran digunakan dalam rangka upaya peningkatan atau

mempertinggi mutu proses kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu menurut M.

Basyiruddin Usman dan H. Asnawir (2002:19) perlu diperhatikan prinsip-prinsip

penggunaannya antara lain: Penggunaan media pengajaran hendaknya dipandang

sebagai bagian yang integral dari suatu sistem pengajaran dan bukan hanya

sebagai alat bantu yang berfungsi sebagai tambahan yang digunakan bila dianggap

perlu hanya dimanfaatkan sewaktu-waktu dibutuhkan; media pengajaran

hendaknya dipandang sebagai sumber belajar yang digunakan dalam usaha

memecah masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar; guru hendaknya

benar-benar menguasai teknik-teknik dari suatu media pengajaran yang

digunakan; guru seharusnya memperhitungkan untung rugi tentang pemanfaatan

suatu media; penggunaan media pembelajaran harus diorganisir secara sistematia

bukan sembarang menggunakan; jika sekirannya suatu pokok bahasan

memerlukan lebih dari macam media, maka guru dapat memanfaatkan multi

media yang menguntungkan dan memperlancar proses belajar mengajar.

Selain prinsip-prinsip di atas, menurut Nyimas Aisyah (2007:8.14) ada

tiga prinsip yang digunakan dalam menyusun sumber belajar y ang dirancang

secara khusus untuk memahami materi pembelajaran. Prinsip -prinsip tersebut

yaitu: a) Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran; b) Kesesuaian dengan materi

pembelajaran; c) Kesesuaian dengan karakteristik peserta didik. a) Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran

Sumber belajar/media pembelajaran yang dipilih dapat

digunakan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Sebagai contoh,

modul/buku untuk tujan ranah kognitif, media audio visual untuk ranah

psikomotorik. b) Kesesuaian dengan materi pembelajaran

Sumber belajar/media pembelajaran yang dipilih dapat

memudahkan peserta didik. Materi yang diduga sulit dipahami siswa

hendaknya dapat didemonstrasikan dengan menggunakan alat peraga

maupun media lainnya. Sebagai contoh, lidi/sempoa digunakan untuk operasi hitung, model-model bangun ruang untuk mengilustrasikan

unsur-unsur bangun ruang.

c) Kesesuaian dengan karakteristik peserta didik

Sumber belajar/media pembelajaran yang dipilih sesuai dengan

tingkat perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa. Sebagai contoh, menggunakan benda-benda kongkret untuk

menjelaskan penjumlahan bilangan bulat pada awal pembelajaran dan

menggunakan gambar-gambar pada tingkat lanjutan.

Dari uraian di atas prinsip penggunaan media adalah pengguna media

yaitu guru harus memperhatikan substansi media dalam pembelajaran dan

mempertimbangkan untung dan rugi dalam penerapan media pembelajaran di

dalam kelas agar media yang digunakan sesuai dengan karakteristik dan tingkat

perkembangan belajar siswa sekolah dasar.

4) Fungsi Media

Dalam konsep tegnologi pendidikan, media memiliki fungsi bukan hanya

sekedar mengkomunikasikan hubungan antara sumber (pengajar) dan penerima (si

belajar), namun lebih dari hal tersebut media merupakan bagian integral dan

saling mempunyai keterkaitan antara komponen yang satu dengan lainnya, saling

mempengaruhi. Sehingga media mempunyai fungsi penting dalam proses

pembelajaran.

Menurut TIM UNS (2007:110) menerangkan bahwa ada beberapa hal

yang ingin dicapai dari penggunaan media pembelajaran, yaitu : memberikan

kemudahan kepada peserta didik untuk lebih memahami konsep, prinsip, sikap

dan keterampilan tertentu dengan menggunakan media yang paling tepat menurut

karakteristik bahan; memberikan pengalaman belajar yang berbeda dan bervariasi

sehingga lebih merangsang minat peserta didik untuk belajar; menunjukkan sikap

dan keterampilan tertentu dan teknologi karena peserta didik dibiasakan

menggunakan atau mengoperasikan media tertentu; menciptakan situasi belajar

yang tidak dilupakan peserta didik.

Media juga memiliki tiga fungsi dalam pembelajaran, seperti yang

diungkapkan Asep Hery hermawan (2008:11.21) bahwa media berfungsi:

mengatasi keterbatasan fisik; mengatasi verbalisme; mengatasi sikap pasif siswa

dalam belajar.

Menurut Arif Sadiman, dkk (1996:16) berpendapat bahwa media berguna

untuk: memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalisme, yaitu

dalam menyajikan materi pelajaran tidak hanya dalam bentuk kata-kata, tertulis,

atau lisan; mengatasi keterbatasn ruang, waktu, dan indera.

Selain itu fungsi media dalam kegiatan belajar mengajar yakni berupa

sarana yang dapat memberikan pengalaman visual bagi siswa dalam rangka

mendorong motivasi belajar, memperjelas, dan mempermudah konsep yang

kompleks dan abstrak menjadi lebih sederhana, serta mudah dipahami. Dengan

demikian media berfungsi untuk mempertinggi daya serap dan kemampuan anak

terhadap materi pembelajaran.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi media sebagai sarana

yang digunakan sebagai cara untuk mengatasi keterbatasan pembelajaran agar

materi lebih mudah dipahami dan mengatasi verbalisme serta mengaktifkan siswa.

5) Jenis-jenis Media Pembelajaran

Menurut Rudi Bretz dalam M. Basyiruddin Usman dan H. Asnawir

(2002:27) menyatahan bahwa media dibedakan menjadi 2, yaitu media siar dan

media rekam. Selain itu ia juga mengklasifikasikan 8 klasifikasi media, yaitu:

Media audio visual gerak; Media audio visual diam; Media audio visual semi

gerak; Media visual gerak; Media visual diam; Media visual semi gerak; Media

audio, dan; Media cetak.

Sedangkan menurut Sri Anitah Wiryawan dan Norhadi dalam Tim UNS

(2007:115) mengklasifikasikan media menjadi 3 jenis, yaitu: a) media visual; b)

media audio; c) media audio visual.

a) Media Visual

Media visual, yaitu yang dapat ditangkap dengan indera penglihatan. Jenis

media ini terdiri dari: media gambar diam(study pictures) dan grafis; media papan; media dengan proyeksi.

b) Media Audio

Media audio merupakan jenis media yang dapat didengar. Media ini

memiliki karakteristik pemanipulasian pesan hanya dilakukan melalui bunyi atau

suara. Jenis media ini antara lain: cassette tape recorder dan radio. c) Media Audio Visual

Media ini tidak hanya dapat dipandang atau diamatai tetapi juga dapat

didengar.

Disamping itu jenis media antara lain: media asli dan tiruan; media bentuk

papan; media bagan dan grafis; media proyeksi; media dengar (audio); media

cetak atau printed materials.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis media adalah

media visual, media audio, dan media audio visual, serta media gerak.

6) Kelengkapan Media Pembelajaran

Kegiatan belajar matematika dapat dilakukan dengan berbagai strategi

dan variasi sajian, misalnya: permainan, diskusi, pemecahan masalah yang sesuai

dengan pokok bahasan dan ditunjang dengan media yang sesuai. Agar media yang

digunakan terencana dengan baik, maka dibutuhkan identifikasi media dalam satu

tahun ajaran menurut jenjang kelas.

7) Media Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Dengan memperhatikan uraian di atas maka pembelajaran matematika

berjalan efektif apabila menggunakan media. Media pembelajaran yang

digunakan di Sekolah Dasar beraneka ragam sesuai materi dan tahap

perkembangan siswa. Penggunaan media tidak terlepas dari perencanaan dalam

penggunaan media pembelajaran demi terciptanya pembelajaran yang optimal dan

sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.

Berikut ini contoh perencanaan media pembelajaran Matematika di kelas I

sekolah dasar menurut Sukaryati (2003) antara lain: a) benda-benda konkret; b)

Kumpulan gambar-gambar benda yang dapat ditempel pada papa planel; c) Papan

flannel; d) Kartu bilangan 0 s.d 10 ; e) Kartu pasangan penjumlahan dengan

bilangan biasa; f) Timbangan bilangan; g) Tabel penjumlahan 0 s.d 20; h) Kartu

pasangan pengurangan 0 s.d 20; i) Kalender yang berlaku dan 2 kalender yang

sudah tidak berlaku yaitu tahun kabisat dan tahun bukan kabisat; j) Dekak-dekak;

k) Benda-benda konkret bangun datar, ruang, dan gambar; l) papan berpaku kecil

dan karet gelang berwarna; m) Mata uang logam, kertas, dan fotokopi tiruan baik

yang cetakan lama dan baru.

a) Benda-benda konkret

Benda-benda konkret digunakan pada penanaman konsep pengenalan

bilangan. Contohnya: batang korek api, kelereng, manik-manik, dan biji-bijian.

Jenis kegiatan yang dilakukan siswa adalah individual dan kelompok.

b) Kumpulan gambar-gambar benda yang ditempel pada papan flanel.

Contohnya : bunga dan binatang yang warnanya berbeda. Digunakan

untuk menjelaskan lebih dari, kurang dari, dan sama dengan, pengenalan bilangan,

operasi penjumlahan dan pengurangan.

c) Papan flannel

Papan flanel digunakan untuk menempel benda-benda yang dapat

digunakan pada operasi penjumlahan dan pengurangan.

d) Kartu bilangan 0 s.d 10

Kartu bilangan 0 s.d 20 ditempel pada papan flannel dan kartu

penjumlahannya

Gambar 1, kartu bilangan

Kartu bilangan 0 s.d 10 ini digunakan untuk pengenalan bilangan 0 s.d 10

pada kegiatan penanaman konsep dan pemahaman konsep. Kartu penjumlahan

dapat untuk menunjukkan sifat komutatif, meskipun sifat tersebut disampaikan

kepada siswa. Jenis kegiatan yang dilakukan siswa adalah kegiatan klasikal dan

kegiatan kelompok.

e) Kartu pasangan penjumlahan dengan bilangan biasa

Kartu pasangan penjumlahan dengan bilangan biasa. Setiap set ada 28

buah .

Contoh: dipasangkan

Gambar 2, kartu pasangan bilangan

Kartu tersebut bermanfaat untuk menterampilkan siswa pada fakta dasar

penjumlahan hasil sampai dengan 10. Jenis kegiatan yang dilakukan siswa

Kelompok

f) Timbangan bilangan

Gambar 3, timbangan bilangan

Contoh: 2+3 = 5

5+2 7

7

5+2

3+2 = 5

Bermanfaat untuk menunjukkan penjumlahan dan pengurangan. Jika hasil

penjumlahan atau pengurangan betul maka batang timbangan akan seimbang.

Jenis kegiatan yang dapat dilakukan siswa adalah kegiatan klasikal dan kegiatan

kelompok.

g) Tabel penjumlahan 0 s.d 20

Tabel ini sangat bermanfaat bagi siwa untuk menguasai kemampuan dasar

penjumlahan. Penempatan digantung tidak permanen untuk selalu mengingatkan

pada siswa apabila diperlukan. Jenis kegiatan yang dapat dilakukan siswa adalah

individual, klasikal dan kelompok.

+ 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Gambar 4, tabel penjumlahan

h) Kartu pasangan pengurangan 0 s.d 20

Gambar 5, kartu pasangan pengurangan

Bermanfaat dalam pemahaman keterampilan tentang pengurangan. Jenis

kegiatan yang dapat dilakukan siswa adalah kegiatan klasikal dan kegiatan

kelompok.

i) Kalender

Bermanfaat untuk mengenalkan hari dan hubungannya dalam satu minggu

dan satu bulan. Jenis kegiatan yang dapat dilakukan siswa adalah kegiatan klasikal

dan kegiatan kelompok.

j) Dekak-dekak

Berfungsi untuk menentukan nilai tempat, operasi penjumlahan, dan

operasi pengurangan. Jenis kegiatan yang dapat dilakukan siswa adalah kegiatan

klasikal dan kegiatan kelompok.

Gambar 6, dekak-dekak dengan 19 biji

k) Benda-benda konkret bangun datar, ruang, dan gambar.

Antara lain bangun ruang bola dan tabung, bangun datar lingkaran,

persegi, dan persegi panjang, dan segitiga. Berfungsi untuk mengenalkan bangu-

bangun geometri datar dan ruang. Jenis kegiatan yang dapat dilakukan siswa

adalah kegiatan klasikal dan kegiatan kelompok.

l) Papan berpaku besar, kecil, dan karet gelang berwarna.

Bermanfaat membentuk bangun-bangun geometri datar. Jenis kegiatan

yang dapat dilakukan siswa adalah kegiatan klasikal dan kegiatan kelompok.

m) Mata uang logam, kertas, dan fotokopi tiruan baik yang cetakan

lama dan baru

Puluhan Satuan

Misalnya : 1 rupiah, 5 rupiah, 10 rupiah, 25 rupiah, 50 rupiah, dan 100

rupiah. Bermanfaat untuk pengenalan mata uang. Kegiatan berupa permainan jual

beli. Jenis kegiatan yang dapat dilakukan siswa adalah kegiatan klasikal dan

kegiatan kelompok.

b. Tinjauan tentang Dekak-dekak

1) Sejarah Dekak-dekak

Pada masa prasejarah, orang tidak mengenal berhitung. Mereka tidak

pernah menghitung jumlah hewan yang mereka buru untuk dijadikan makanan

atau pakaian . mereka baru mulai berhitung saat bisa menjinakkan hewan untuk

bisa dijadikan ternak. Mereka ingin tahu jumlah biri-biri atau kambing yang

mereka miliki. Akhirnya mereka menggunakan jari untuk berhitung,. Caranya,

dengan menyentuhkan jari pada hewan ternak mereka. Kesulitan mulai muncul

saat jumlah hewan lebih dari jumlah jari tangan. Penghitungan berhenti pada

angka 10. Mereka lalu kembali menghitung dari awal. Akhirnya, mereaka

menggunakan batu kerikil. Setiap angka sepiuluh mereka wakili dengan satu batu.

Begitu seterusnya.

5000 tahun lalu, masyarakat Babilonia menggunakan kerikil yang

dijejerkan dalam pasir beralur. Kerikil pada alur kanan menunjukkan angka

satuan. Kerikil di kiri menunjukkan angka puluhan. Lama kelamaan cara

menghitung di pasir ini dirasa sangat merepotkan. Akhirnya pasir dihilangkan dan

hanya menggunakan kerikil. Kerikil inilah yang pada akhirnya memberi ide

terciptanaya dekak-dekak.

Dekak-dekak telah digunakan berabad-abad sebelum dikenalnya sistem

bilangan Hindu Arab dan sampai sekarang masih digunakan pedagang di berbagai

belahan dunia seperti di Tiongkok. Dekak-dekak sering digunakan sebagai alat

hitung bagi tuna netra karena manik-manik pada dekak-dekak dapat dengan

mudah dirasakan dengan jari-jari. Sehelai kain lembut atau selembar karet

biasanya diletakkan dibawah dekak-dekak untuk mencegah manik-manik

bergerak secara tidak sengaja.

Professor Liu Shan Tang adalah penemu metode sempoa bayangan (tanpa

alat, minimal hanya menggerakkan jari tangan). Beliau dikenal sebagai seorang

peneliti dan penemu sempoa atau dekak-dekak. Sempoa atau dekak-dekak sering

digunakan senbagai alat hitung bagi tuna netra karena manik-manik pada sempoa

dapat dengan mudah dirasakan dengan jari-jari.

Gambar 7, sempoa atau dekak-dekak versi Jepang

Dekak-dekak sistem 1-4 atau sempoa Jepang (soroban) merupakan sistem

desimal murni yang hanya terdiri dari 2 baris manik-manik. Baris bagian atas

terdiri dari 1 baris manik-manik dan baris bagian bawah terdiri dari 4 baris manik-

manik. Ada juga soroban dengan 5 baris manik-manik pada setiap kolom.

Baris manik-manik bagian atas (sebuah manik-manik per batang) bernilai

5, sedangkan manik-manik bagian bawah (4 manik-manik per batang) bernilai 1.

Garis tengah di antara kelompok manik-manik tersebut disebut garis nilai. Pada

kondisi nol, tidak ada manik-manik yang menempel pada garis nilai. Batang

sempoa pada posisi paling kanan bernilai satuan, dengan batang di sebelah kirinya

bernilai puluhan, ratusan, dan begitu seterusnya ke arah kiri. Dekak-dekak

diajarkan di sekolah dasar di Jepang sebagai bagian dari pelajaran operasi operasi

aritmatik untuk memperlihatkan bilangan decimal secara visual. Pada waktu

belajar menghitung dengan soroban di kelas, guru biasanya memberi instruksi

penambahan atau pengurangan dengan bernyanyi.

2) Pengertian Dekak-dekak

Dalam bahasa Inggris, dekak-dekak dikenal dengan nama abacus.

Penggunaan kata abacus sudah dimulai sejak tahun 1387, meminjam kata dalam

bahasa Latin abakos yang berasal dari kata abax yang dalam bahasa Yunani

berarti tabel perhitungan. Dalam bahasa Yunani, kata abax juga berarti tabel untuk

menggambar bentuk-bentuk geometris di atas debu atau pasir. Kebanyakan orang

menggunakan dekak-dekak dengan cara berbeda-beda.

Abacus atau dekak-dekak juga diartikan sebagai berikut:

The abacus, also called a counting frame, is a calculating tool used

primarily in parts of Asia for performing arithmetic processes. Today, abacuses

are often constructed as a bamboo frame with beads sliding on wires, but

originally they were beans or stones moved in grooves in sand or on tablets of

wood, stone, or metal(http://en.org/wiki/Abacus, di akses 6 april 2010).

Yang artinya kurang lebih adalah Abacus, juga disebut suatu dekak-dekak,

adalah suatu alat yang digunakan untuk menghitung terutama pada sebagian

wilayah Asia untuk melaksanakan proses-proses aritmetika. Dewasa ini, dekak-

dekak sering dibangun sebagai suatu bingkai bambu dengan embun/manik-manik

yang meluncur di kawat-kawat, tetapi mula-mula mereka adalah kacang-kacang

atau batu-batu pindah ke alur-alur di dalam pasir atau di atas tablet-tablet dari

kayu, batu, atau logam.

Menurut Erwin Edi Putranto (2007:54) dekak-dekak atau Sempoa adalah

alat kuno untuk berhitung yang dibuat dari rangka kayu dengan sederetan poros

berisi manik-manik yang dapat digeser-geserkan. Dekak-dekak digunakan untuk

melakukan operasi aritmatika seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian,

pembagian, dan akar kuadrat.

Pendapat lain mengatakan abacus berasal dari kata abak yang dalam

keluarga bahasa Fenisia berarti pasir. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia

(1993:21) dekak-dekak atau swipoa di Indonesia lebih dikenal dengan sempoa.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dekak-dekak adalah alat

untuk berhitung yang dibuat dengan sederetan poros berisi manik-manik yang bisa

digeser-geserkan dan digunakan untuk melakukan operasi aritmatika seperti niali

tempat, penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian dan akar kuadrat.

3) Fungsi Dekak-dekak

Fungsi dekak-dekak antara lain : The standard abacus can be used to

perform addition, subtraction, division, and multiplication; the abacus can also

be used to extract square-roots and cubic roots

(http://en.wikipedia.org/wiki/Abacus), di akses 6 april 2010). Yang kurang lebih

berarti dekak-dekak standar dapat digunakan untuk melakukan penambahan,

pengurangan, pembagian, dan perkalian, dekak-dekak juga dapat digunakan untuk

operasi akar-akar kuadrat dan kubik. Sehingga dekak-dekak dapat digunakan

untuk melakukan operasi-operasi hitung bilangan.

Menurut Depdikbud (2000:9) dekak-dekak memiliki fungsi untuk

membantu guru dalam mengajarkan konsep nilai tempat, operasi hitung,

penjumlahan, dan pengurangan. Selain itu, dekak-dekak atau sempoa memiliki

fungsi, antara lain: Untuk menentukan nilai tempat suatu bilangan; Untuk

menghitung hasil operasi penjumlahan suatu bilangan; Untuk menghitung hasil

operasi pengurangan suatu bilangan; Untuk mengitung hasil operasi perkalian

pada suatu bilangan; Untuk mengitung hasil operasi pembagian pada suatu

bilangan; Untuk mengitung hasil akar kuadrat.

4) Cara Menggunakan Dekak-dekak

Misalnya kita akan menyelesaikan 13+24. Cara memperagakannya ialah

sebagai berikut:

a) Mula-mula pada posisi puluhan kita tarik satu biji, sedangkan pada

posisi satuan kita tarik tiga biji.

b) Kemudian pada posisi puluhan tarik lagi sejumlah dua biji, sedangkan

pada posisi satuan kita tarik empat biji.

c) Dengan demikian pada posisi puluhan ada tiga biji, sedangkan pada

posisi satuan sebanyak tujuh biji.

5) Kelebihan Belajar Dekak-dekak

Dekak-dekak memiliki berbagai kelebihan yang dapat digunakan sebagai

dasar penggunaan dekak-dekak dalam pembelajaran Matematika. Menurut Erwin

Adi Putranto (2007) dekak-dekak memiliki kelebihan antara lain: a) Karena bisa

berhitung dengan tepat dan cepat, siswa yang awalnya tidak suka matematika

jadi cinta matematika. Rasa cinta diripun tumbuh; b) Dekak-dekak melatih daya

ingat, daya konsentrasi dan daya tangkap siswa; c) Saat ada pelajaran di sekolah

siswa pasti bisa menyimak dengan baik; d) Tidak hanya pintar berhitung, siswa

juga makin kreatif; d) Apalagi, kalau siswa sudah sampai pada tahap mental

arimatika (menghitung menggunakan sempoa bayangan).

Karena soroban/dekak-dekak mengembangkan melalui suatu pengurangan

di dalam banyaknya embun/manik-manik-embun/manik-manik dari tujuh, untuk

enam, dan lalu kepada yang saat ini lima, metode ini dapat digunakan di suanpan

seperti halnya pada soroban/dekak-dekak.

Dari uraian di atas, dekak-dekak dapat digunakan dalam pembelajaran

dikarenakan dekak-dekak dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar dan

menghitung sehingga kemampuan berhitung siswa dapat berkembang dan

meningkat.

6) Kekurangan Belajar Dekak-dekak

Selain kelebihan, dalam setiap media juga memiliki kekurangan.

Kekurangan media dekak-dekak Menurut Erwin Adi Putranto (2007) antara lain:

Dekak-dekak memang membantu berhitung secara cepat dan tepat. Namun, hanya

untuk hitungan murni misalnya 13 + 12; Lain halnya kalau siswa berhadapan

dengan soal cerita. Misalnya, siswa punya uang 100, lalu ingin membeli permen

seharga 25 . berapa buah permen yang akan siswa dapatkan; Mungkin siswa bisa

kurang dapat menghitung cepat, jauh lebih cepat dari teman yang menggunakan

kalkulator.

7) Jenis-jenis Dekak-dekak

Dekak-dekak memiliki berbagai macam jenis, bukan hanya jenis dekak-

dekak batang tetapi masih banyak jenis dekak-dekak yang lain, antara lain:

a) Dekak-dekak batang.

Puluhan Satuan

Gambar 8 : dekak-dekak batang

Gambar 9 : Dekak-dekak versi Jepang/ Cina

c) Dekak-dekak model Romawi

Gambar 10 : dekak-dekak model Romawi

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan adalah

penelitian yang pernah dilakukan oleh Tatik Jarwani (2009) yang mengadakan

penelitian penggunaan media abakus untuk meningkatkan kemampuan berhitung

siswa kelas I SD Negeri Sukorejo Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali. Dalam

penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan penggunaan media

abakus dapat meningkatkan kemampuan berhitung siswa.

b) Dekak-dekak versi Jepang/China

Sugiyanto (2007) yang meneliti tentang Peningkatan Prestasi Belajar

matematika dengan Menggunakan Media Dekak-dekak terhadap Siswa Kelas III

SD Negeri Tlogolele 2 Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali. Pada penelitian

tersebut membuktikan bahwa prestasi belajar meningkat dengan menggunakan

media dekak-dekak pada siswa kelas III SD Negeri Tlogolele Kecamatan Selo,

Kabupaten Boyolali. Berdasarkan penelitian tersebut dapat digunakan sebagai

tolok ukur dan pembandingan penelitian yang akan dilakukan dengan media

dekak-dekak.

C. Kerangka Berpikir

Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang dirasakan sukar di

sekolah, baik di Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Oleh karena itu perlu

inovasi-inovasi dalam pembelajaran matematika. Agar siswa merasa senang dan

tertarik dengan pelajaran tersebut. Para guru (termasuk guru matematika) sebagai

kunci dalam penyampaian bahan ajar yang akan disampaikan, tentunya harus

menggunakan media yang sesuai dengan perkembangan belajar siswa dan dapat

membuat siswa tertarik dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran seringkali guru

hanya menggunakan metode ceramah, tanpa ada perantara agar siswa dapat

memaipulasi objek sehingga konsep yang diajarkan guru haruslah konkret dan

jelas dipelajari oleh siswa.

Pada penelitian ini, peneliti memfokuskan pada kemampuan berhitung,

karena berhitung materi nilai tempat, penjumlahan, dan pengurangan merupakan

konsep dasar untuk belajar pada operasi matematika yang lebih tinggi. Penelitian

ini akan menggunakan media dekak-dekak untuk meningkatkan kemampuan

berhitung siswa melalui tiga siklus. Pada Siklus I peran guru pada Proses

pembelajaran 40% dan siswa 60% dengan menggunakan media dekak-dekak pada

operasi nilai tempat puluhan dan satuan. Pada Proses pembelajaran Siklus II

peran guru 30% dan siswa 70% dengan menggunakan media dekak-dekak pada

operasi nilai tempat puluhan dan satuan. Pada Proses pembelajaran siklus III

peran guru hanya 25 % dan siswa 75% dengan media dekak-dekak dalam

penjumlahan dan pengurangan dua angka.

Oleh karena itu Penggunaan media dekak-dekak pada siswa kelas I SDN

Sukoharjo 02 Sukoharjo pada Semester Genap Tahun 2010 diupayakan untuk

meningkatakan kemampuan berhitung siswa. Untuk lebih jelasnya, kerangka

berpikir ini akan divisualkan pada gambar 11 berikut ini.

Kondisi

Awal

1. Guru kurang

mengoptimalkan

penggunaan media.

2. Pembelajaran bersifat

konvensional.

3. Pembelajaran

didominasi oleh guru

(teacher centered)

Kemampuan berhitung

rendah

Tindakan Penggunaan media

pembelajaran berupa media

dekak-dekak dan

penerapan metode yang

inovatif.

Siklus I: Proses

pembelajaran peran guru

40% dan siswa 60%

dengan menggunakan

media dekak-dekak pada

operasi nilai tempat

puluhan dan satuan.

Siklus II: Proses

pembelajaran peran guru

30% dan siswa 70%

dengan menggunakan

media dekak-dekak pada

operasi nilai tempat

puluhan dan satuan.

Gambar 11, kerangka berpikir

D. Hipotesis Tindakan

Menurut I.G.A.K Wardani, dkk (2006:2.10) hipotesis tindakan adalah

dugaan guru tentang cara yang terbaik untuk mengatasi masalah. Dugaan atau

hipotesis ini dibuat berdasarkan kajian berbagai teori, kajian penelitian yang

pernah dilakukan dalam masalah serupa, diskusi dengan teman sejawat atau

dengan pakar, serta refleksi pengalaman sendiri sebagai guru. Berdasarkan hasil

kajian tersebut, guru menyusun berbagai alternatif tindakan. Tujuan pada

alternatif tindakan tersebut dapat tersirat dalam kerangka berpikir.

Dari landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka dapat dirumuskan

hipotesis penelitian sebagai berikut:

“Melalui penggunaan media dekak-dekak pada pembelajaran matematika,

kemampuan berhitung akan meningkat pada siswa kelas I SDN Sukoharjo 02

Sukoharjo pada Semester Genap Tahun 2010”.

Siklus III: Proses

pembelajaran peran guru

hanya 25 % dan siswa

75% dengan media

dekak-dekak dalam

penjumlahan dan

pengurangan dua angka. Diduga dengan

menggunakan media

dekak-dekak kemampuan

berhitung siswa

meningkat.

Kondisi

Akhir

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitan ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Sukoharjo 02

Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo yang dilaksanakan pada semester

genap tahun pelajaran 2009/2010 . Alasan dipilihnya Sekolah Dasar Negeri

Sukoharjo 02 sebagai tempat penelitian karena peneliti sebagai guru di SDN

Sukoharjo 02. Sehingga peneliti sudah mengetahui seluk beluk Sekolah Dasar

Negeri Sukoharjo 02 yang dapat membantu penulis dalam melaksanakan

penelitian. Selain itu, latar belakang intelegensi dan kehidupan sosial siswa yang

cenderung heterogen, guru-guru yang sudah cukup berpengalaman, dan fasilitas

sekolah yang cukup memadai. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian di Sekolah Dasar Negeri Sukoharjo 02.

Penelitian ini dilakukan selama enam bulan, mulai dari bulan Pebruari–

Juli tahun 2010. Pelaksanaan dilakukan dengan tiga siklus. Masing-masing siklus

terdiri dari 2 kali pertemuan.

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action

research). Menurut Sarwiji Suwandi (2008:15), penelitian tindakan kelas

merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan

yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan.

Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan guru yang dilakukan

oleh siswa.

Strategi dalam penelitian tindakan kelas adalah dengan model siklus.

Langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan kelas menurut Sarwiji Suwandi

(2008:34) ada 4 tahapan yaitu: Perencanaan (planning), Tindakan (acting),

Pengamatan (observing), dan Refleksi (reflecting).

Tahap-tahap di atas digambarkan sebagai siklus, yang dapat dilanjutkan ke

siklus berikutnya secara ulang sampai permasalahan yang dihadapi dapat

teratasi/terpecahkan. Pada tahap perencanaan berisi rencana pelaksanaan

pembelajaran yang disiapkan sebelum pelaksanaan tindakan/aksi. Kemudian

dilakukan tindakan sebagai implementasi perencanaan dan ditindak lanjuti dengan

tindakan nyata secara terstruktur. Selanjutnya merekam segala peristiwa dan

kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung . Dilanjutkan

dengan merenungkan secara intens apa yang telah terjadi dan tidak terjadi.

C. Subjek Penelitian

Yang menjadi subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas I yang

berjumlah 37 siswa di SD Negeri Sukoharjo 02 Sukoharjo semester genap tahun

pelajaran 2009/2010. Yang terdiri dari 19 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan.

D. Data dan Sumber Data

Data atau informasi yang paling penting untuk dikumpulkan dan dikaji

dalam penelitian ini berupa informasi tentang hasil belajar siswa pada mata

pelajaran Matematika, serta kemampuan guru dalam menyusun rencana

pelaksanaan pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran. Adapun sumber data

yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini meliputi:

1. Informasi data dari narasumber yang terdiri dari siswa kelas I dan wali kelas I

Sekolah Dasar Negeri Sukoharjo 02.

2. Hasil pengamatan selama pelaksanaan pembelajaran Matematika di kelas I

SDN Sukoharjo 02 dan kegiatan yang berhubungan dengan pembelajaran.

3. Arsip atau dokumen, berupa hasil belajar Matematika kelas I, Silabus, rencana

pelaksanaan pembelajaran, lembar kerja siswa dan buku tugas siswa.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas meliputi

pengamatan, kajian dokumen, dan tes yang masing-masing secara singkat

diuraikan sebagai berikut:

1. Pengamatan (observasi)

Pengamatan itu dilakukan terhadap guru dalam proses pelaksanaan

kegiatan belajar mengajar di kelas maupun kinerja siswa selama proses belajar

mengajar. Pengamatan difokuskan pada tingkat partisipasi siswa dalam

mengikuti pelajaran nilai tempat, penjumlahan, dan pengurangan. Keaktifan

bertanya dan menanggapi stimuli antara siswa dengan guru, maupun siswa

dengan siswa lain.

2. Kajian dokumen

Kajian juga dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip data yang

ada seperti kurikulum, rencana pelaksanaan pembelajaran, silabus, materi

pembelajaran, lembar kerja siswa, lembar pengamatan aktivitas siswa, lembar

pengamatan aktivitas guru, dokumentasi berupa foto dan nilai pelajaran

Matematika.

3. Tes

Pemberian tes pada materi nilai tempat, operasi penjumlahan, dan operasi

pengurangan dua angka. Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa

jauh kemampuan awal berhitung sebelum pengoptimalan media dekak-dekak hasil

yang diperoleh siswa dalam pelaksanaan maupun setelah penggunaan media

dekak-dekak dalam mata pelajaran Matematika sesuai dengan siklus yang ada.

F. Validitas Data

Validitas data merupakan kebenaran dari proses penelitian. Validitas data

dipertanggungjawabkan dan dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik

simpulan. Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa

validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat

dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Teknik yang

digunakan untuk memeriksa validitas data antara lain validitas isi.

Sebuah tes dikatakan memiliki isi apabila didalamnya mengukur tujuan

khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan oleh

guru dalam pembelajaran. Pada penelitian ini data yang diukur menggunakan

validitas isi yaitu tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan berhitung

materi nilai tempat, penjumlahan dan pengurangan sesuai dengan materi yang

diajarkan di kelas I, maka pada penyusunan dilakukan dengan cara memerinci

materi kurikulum ataupun materi pelajaran pada kelas I. Oleh karena materi yang

diajarkan tertera dalam kurikulum maka validitas isi ini sering disebut validitas

kurikuler.

Validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis

rasional(professional judgment), “sejauh mana item-item dalam tes mencakup

keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur atau sejauh mana isi tes

mencerminkan cirri atribut yang hendak diukur”. Estimasi validitas ini tidak

melibatkan perhitungan statistic apapun melainkan hanya analisis rasional maka

idaklah diharapkan setiap orang akan sama sependapat mengenai sejauh mana isi

suatu tes telah tercapai.

Validitas isi berhubungan dengan kemampuan instrumen untuk

menggambarkan atau melukiskan secara tepat mengenai domain perilaku yang

akan diukur. Misalnya instrumen yang dibuat untuk mengukur aktivitas siswa

dalam belajar, maka instrumen tersebut harus dapat melukiskan secara benar

mengenai aktivitas siswa sebagaimana diuraikan dalam deskripsi kegitan siswa.

Selain itu instrumen yang dibuat untuk mengukur hasil belajar siswa, maka

instrumen yang dibuat harus sesuai dengan materi berhitung yang diuraikan dalam

silabus.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah cara mengolah data yang sudah diperoleh dari

dokumen. Teknik analisis data yang digunakan dalam penenlitian ini adalah

model analisi interaktif Miles dan Huberman (2000:19). Dengan demikian maka

dalam tahapan ini ada tiga komponen pokok yang harus dilaksanakan yaitu

reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

1. Reduksi Data

Reduksi data yaitu proses menyeleksi data awal, memfokuskan,

menyederhanakan dan mengabstraksi data kasar yang ada dalam fieldnote

(catatan lapangan). Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan

penelitian. Data reduksi adalah sesuatu bentuk analisis yang mempertegas,

memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting dan

mengatur data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dilakukan.

2. Sajian Data

Sajian data adalah suatu rangkaian organisasi informasi yang

memungkinkan penelitian dapat dilakukan dan adanya penarikan kesimpulan.

Dengan melihat penyajian data, maka akan dimengerti apa yang terjadi dan

memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada analisis ataupun tindakan

lain berdasarkan pengertian tersebut.

3. Penarikan Kesimpulan

Data-data yang telah didapat dari hasil penelitian kemudian diuji

kebenarannya. Dalam tahapan ini apabila ditemukan data yang akurat, maka

peneliti tidak segan-segan untuk melakukan penyimpulan ulang. Peneliti

dalam hal ini bersifat terbuka. Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar

dan tidaknya hasil laporan penalitian.

Menurut Miles dan Huberman (2000:19) langkah yang akan ditempuh

dalam sebuah penelitian adalah melakukan analisis awal bila data yang

didapat sudah cukup; mengembangkan bentuk sajian data dengan menyusun

coding dan matrik yang berguna untuk penelitian selanjutnya; melakukan

analisis data di kelas dan mengembangkan matrik antar unsur dalam

penelitian; merumuskan simpulan akhir sebagai temuan penelitian; dan

merumuskan kebijakan sebagai bagian dari pengembangan saran dalam

laopran akhir penelitian.

H. Indikator Kinerja

Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan

dalam menentukan keberhasilan keefektifan penelitian. Kriteria Ketuntasan

Minimal untuk mata pelajaran Matematika adalah 65, sehingga siswa harus

mencapai nilai lebih dari 65. Indikator kinerja pada penelitian ini adalah

peningkatan kemampuan berhitung siswa pada mata pelajaran Matematika.

Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah lebih dari 75% siswa mengalami

peningkatan kemampuan berhitung.

Pada siklus I pembelajaran dikatakan berhasil apabila kemampuan

berhitung siswa mencapai rata- rata kelas 65 dan siswa yang memperoleh nilai >

65 mencapai 65% siswa.

Pada siklus II pembelajaran dikatakan berhasil apabila kemampuan

berhitung siswa mencapai rata- rata kelas 70 dan siswa yang memperoleh nilai >

70 mencapai 65% siswa.

Pada siklus III pembelajaran dikatakan berhasil apabila kemampuan

berhitung siswa mencapai rata- rata kelas 70 dan siswa yang memperoleh nilai >

70 mencapai 70% siswa.

I. Prosedur Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian

Tindakan Kelas (action research) dengan pendekatan kualitatif. Oleh karena itu

rancangan yang harus dilaksanakan meliputi empat tahap yaitu, Tahap

perencanaan (planning), Tahap pelaksanaan (acting), Tahap pengamatan

(observing), Tahap Refleksi (reflecting. Dalam penelitian ini pelaksanaan

tindakan dilaksanakan dalam 2 siklus. Siklus-siklus tersebut dapat digambarkan

pada gambar 12 berikut ini:

SIKLUS I

PERENCANAAN I

PELAKSANAAN I

OBSERVASI I

REFLEKSI I

SIKLUS II

SIKLUS III

Gambar 12, Siklus Penelitian Tindakan

Keterangan dari gambar di atas adalah sebagai berikut:

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) I mata

pelajaran Matematika dengan Kompetensi Dasar (KD) Melakukan

penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka. Indikator yang

PELAKSANAAN II REFLEKSI II

OBSERVASI II

PERENCANAAN II

PERENCANAAN

SIKLUS III

PELAKSANAAN III

OBSERVASI III

REFLEKSI III

akan dicapai adalah menuliskan bilangan dua angka dalam bentuk

puluhan dan satuan, menentukan nilai tempat puluhan dan satuan

serta menjumlah dua bilangan tanpa menyimpan dan

Mengurangkan dua bilangan tanpa meminjam.

2) Menyiapakan media dekak-dekak.

3) Membuat lembar observasi proses kegiatan belajar mengajar.

4) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

1) Guru menerangkan cara menggunakan dekak-dekak di hadapan

siswa.

2) Guru menerangkan kegunaan dekak-dekak sesuai nilai tempat baik

puluhan maupun satuan.

3) Siswa bersama dengan kelompoknya belajar menulis bilangan

angka yang ditunjukkan melalui media dekak-dekak.

4) Siswa berdiskusi dengan kelompok untuk menentukan nilai tempat

menggunakan media dekak-dekak.

5) Siswa dengan bimbingan guru memperagakan cara mengerjakan

operasi hitung penjumlahan dan pengurangan dengan media

Dekak-dekak.

6) Siswa dengan bimbingan guru menentukan nilai tempat bersamaan

dengan menuliskan angka yang ada.

7) Siswa beserta kelompoknya mengerjakan operasi hitung

penjumlahan dan pengurangan dengan media Dekak-dekak.

c. Tahap Observasi

1) Melakukan pengamatan kemampuan siswa sebelum menggunakan

media dekak-dekak.

2) Melakukan observasi atau pengamatan selama proses pembelajaran

berlangsung dengan materi lambang bilangan dua angka dan

menentukan nilai tempat puluhan dan satuan.

3) Melakukan pengamatan kemampuan siswa setelah menggunakan

media dekak-dekak.

d. Tahap refleksi

Refleksi dilakukan setelah proses pembelajaran dan telah

melaksanankan tindakan dan observasi. Apabila hasil yang diharapkan

belum tercapai, maka dilaksanakan pada siklus berikutnya.

2. Siklus II

a. Tahap Perencanaan

1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) II mata

pelajaran Matematika dengan Kompetensi Dasar (KD) Melakukan

penjumlahan dan pengurangan dua angka. Indikator yang akan

dicapai adalah menuliskan bilangan dua angka dalam bentuk

puluhan dan satuan, menentukan nilai tempat puluhan dan satuan

serta menjumlah dua bilangan tanpa menyimpan dan

Mengurangkan dua bilangan tanpa meminjam.

2) Menyiapakan media dekak-dekak.

3) Membuat lembar observasi proses kegiatan belajar mengajar.

4) Membagi siswa menjadi kelompok kecil atau satu kelompok dalam

satu meja.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

1) Guru menerangkan kegunaan dekak-dekak sesuai nilai tempat baik

puluhan maupun satuan.

2) Guru menerangkan penjumlahan dan pengurangan dua angka

dengan media dekak-dekak.

3) Siswa bersama teman satu meja belajar menjumlahkan dan

mengurangkan bilangan dua angka dengan penggunaan media

dekak-dekak.

4) Siswa belajar mengurangkan bilangan dua angka dengan cara

bersusun tanpa teknik meminjam dengan penggunaan media

dekak-dekak.

5) Siswa dengan bimbingan guru menentukan pemecahan masalah

yang berkenaan dengan nilai tempat dan operasi hitung

penjumlahan dan pengurangan dua angka.

c. Tahap Observasi

1) Melakukan observasi atau pengamatan kembali selama proses

pembelajaran berlangsung dengan materi menentukan nilai tempat

puluhan dan satuan, penjumlahan dua angka, dan pengurangan dua

angka.

2) Melakukan pengamatan kemampuan siswa setelah menggunakan

media dekak-dekak.

d. Tahap refleksi

Refleksi dilakukan setelah proses pembelajaran dan telah

melaksanankan tindakan dan observasi. Apabila hasil yang diharapkan

telah tercapai, maka siklus dihentikan. Apabila hasil pada siklus II ini

telah menunjukkan bahwa adanya peningkatan kemampuan setelah

penggunaan media dekak-dekak pada siswa kelas I SDN Sukoharjo 02

dan hasil sesuai dengan harapan guru maka tidak perlu diadakan siklus

berikutnya. Namun apabila indikator kinerja yang telah ditetapkan

belum tercapai, maka perlu dilaksanakan tindakan Siklus III.

3. Siklus III

a. Tahap Perencanaan

1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) III mata

pelajaran Matematika dengan Kompetensi Dasar (KD) Melakukan

penjumlahan dan pengurangan dua angka. Indikator yang akan

dicapai adalah menuliskan bilangan dua angka dalam bentuk

puluhan dan satuan, menentukan nilai tempat puluhan dan satuan

serta menjumlah dua bilangan tanpa menyimpan dan

Mengurangkan dua bilangan tanpa meminjam.

2) Menyiapakan media dekak-dekak.

3) Membuat lembar observasi proses kegiatan belajar mengajar.

4) Membuat alat evaluasi bagi siswa.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

1) Guru menerangkan kepada siswa cara menentukan nilai tempat

dengan menggunakan media Dekak-dekak diikuti siswa yang

secara individu memperagakan dengan menggunakan media

Dekak-dekak.

2) Guru menerangkan penjumlahan dan pengurangan dua angka

dengan media dekak-dekak.

3) Siswa secara mandiri belajar menjumlahkan dan mengurangkan

bilangan dua angka dengan penggunaan media dekak-dekak.

4) Siswa belajar mengurangkan bilangan dua angka dengan cara

bersusun tanpa teknik meminjam dengan penggunaan media

dekak-dekak.

5) Siswa dengan bimbingan guru menentukan pemecahan masalah

yang berkenaan dengan penjumlahan dan pengurangan dua angka.

c. Tahap Observasi

1) Melakukan observasi atau pengamatan kembali selama proses

pembelajaran berlangsung dengan materi menentukan nilai tempat

puluhan dan satuan, penjumlahan dua angka, dan pengurangan dua

angka.

2) Melakukan pengamatan kemampuan siswa setelah menggunakan

media dekak-dekak.

d. Tahap refleksi

Refleksi dilakukan setelah proses pembelajaran dan telah

melaksanankan tindakan dan observasi. Apabila hasil yang diharapkan

telah tercapai, maka siklus dihentikan. Apabila hasil pada siklus III ini

telah menunjukkan bahwa adanya peningkatan kemampuan setelah

penggunaan media dekak-dekak pada siswa kelas I SDN Sukoharjo 02

dan hasil sesuai dengan harapan guru maka tidak perlu diadakan siklus

berikutnya.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Awal Kemampuan Menghitung Siswa

Berdasarkan pengamatan dan pencatatan terhadap proses pembelajaran

Matematika materi nilai tempat, penjumlahan, dan pengurangan. Diperoleh

informasi sebagai data awal bahwa siswa kelas I SD Negeri Sukoharjo 02

sebanyak 37 siswa masih terdapat 18 siswa atau 48,6% yang belum mencapai

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65. Setelah dilakukan pemeriksaan

pada lembar pekerjaan siswa ternyata sebagian besar siswa belum dapat

memahami konsep yang diajarkan oleh guru yaitu berhitung penjumlahan dan

pengurangan.

Selain kurangnya pemahaman siswa dalam nilai tempat siswa juga

mengalami kesulitan dalam berhitung penjumlahan dan pengurangan. Hal ini juga

mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa. Sebab dalam lembar pekerjaan

siswa sebagian besar kesalahan yang dilakukan oleh siswa berasal dari kesalahan

siswa dalam menentukan nilai tempat dan kesalahan siswa dalam menentukan

hasil penjumlahan dan pengurangan pada bilangan dua angka.

Siswa juga kurang tertarik pada pembelajaran karena guru hanya

menggunakan metode konvensional yang membuat siswa kurang tertarik dalam

pembelajaran yang berdampak pada hasil tes awal yang rendah.

Dari jumlah siswa yang ada yakni 37 siswa, hanya 19 siswa atau 51,4%

yang nilainya sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65.

Sedangkan untuk siswa yang lain nilainya masih dibawah Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM). Siswa yang nilainya sudah mencapai Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) itu pun nilainya hanya berkisar antara 70-80. Hanya ada 6 siswa

atau 16,2% dari jumlah siswa yang nilainya >80.

B. Deskripsi/ Hasil Penelitian

1. Riwayat S ingkat SDN Sukoharjo 02

SDN Sukoharjo 02 merupakan salah satu sekolah dasar tertua di wilayah

Kabupaten Sukoharjo. Sekolah ini berdiri pada tahun 1918, dan didirikan oleh

Pemerintahan Kolonial Belanda. Beberapa bangunan di SDN Sukoharjo 02 masih

asli arsitektur Belanda bahkan pintu dan jendelannya masih asli belum pernah

dipugar semenjak dibangunnya pada tahun 1918. SDN Sukoharjo 02 yang sudah

berdiri hampir satu abad sudah mengalami berbagai fase perubahan kurikulum

sekolah. Pada tahun 1918 sampai kemerdekaan Indonesia sekolah ini menjadi

sekolah rakyat yang pertama berdiri di wilayah Kabupaten Sukoharjo. Setelah

Indonesia merdeka, SDN Sukoharjo 02 berubah menjadi sekolah khusus bagi

siswa putri atau sekolah putri sampai tahun 1973. Setelah tahun 1973 SDN

Sukoharjo 02 menjadi sekolah umum yang memiliki siswa putra dan putri dari

berbagai kelas sosial. SDN Sukoharjo 02 pada masa itu disebut sebagai SD

Center, karena SDN Sukoharjo 02 menjadi pusat kegiatan guru Se-kabupaten

Sukoharjo bahkan Se-karisidenan Surakarta. SDN Sukoharjo 02 mengalami masa

kejayaan pada tahun 1980-an, berbagai prestasi diperoleh oleh guru dan siswa

sehingga SDN Sukoharjo 02 disebut juga sebagai SD Kerajaan. Sarana, prasarana,

dan kualitas pendidik yang unggul menjadikan SDN Sukoharjo 02 sebagai salah

satu sekolah dasar favorit di wilayah Kabupaten Sukoharjo.

SDN Sukoharjo 02 berada di pusat perkotaan Kabupaten Sukoharjo,

tepatnya di Jalan Mayor Sunaryo No.20 Sukoharjo atau berada tepat di belakang

Pasar Sukoharjo. SDN Sukoharjo 02 di sebelah barat berbatasan dengan gedung

Dewan Pimpinan Daerah(DPD) Golkar dan Dinas Pekerjaan Umum(DPU)

Kabupaten Sukoharjo. Sedangkan di sebelah utara atau di depan berbatasan

dengan Komando Distrik Militer(KODIM) Sukoharjo. Sedangkan di sebelah

timur berbatasan langsung dengan pasar Sukoharjo.

Adanya pasar juga mempengaruhi suasana lingkungan sekolah yang cukup

ramai, tetapi para guru tetap dapat mengupayakan pembelajaran yang baik bagi

siswa. Letak yang stategis tersebut membuat siswa berasal bukan hanya dari

kecamatan Sukoharjo tetapi juga dari wilayah kecamatan lain antara lain wilayah

Kecamatan Tawangsari, Bendosari dan Nguter. Rata-rata siswa merupakan putra

dan putri dari pedagang pasar Sukoharjo yang setiap harinya berjualan di pasar

Sukoharjo.

Dalam perkembangannya SDN Sukoharjo 02 mengalami perkembangan

yang cukup baik. Meskipun telah berganti kepemimpinan SDN Sukoharjo 02

sampai sekarang tetap menjadi pusat kegiatan guru se-kecamatan Sukoharjo

bahkan Se-kabupaten Sukoharjo. SDN Sukoharjo 02 memiliki Nomor Statistik

Sekolah(NSS) 101031104002. Pada saat ini Kepala Sekolah dijabat oleh Bapak

Dwi Wiyono, S. Pd yang memiliki banyak prestasi yang membawa SDN

Sukoharjo 02 mencapai kemajuan di bidang akademik maupun non akademik.

Tenaga pendidik di SDN Sukoharjo 02 terdiri dari 14 guru PNS dan 3 guru WB

yang semuanya sudah relevan sesuai bidang akademik masing-masing.

2. Kondisi SDN Sukoharjo 02 Tahun Ajaran 2009/2010

a. Sarana dan Prasarana

Untuk meningkatkan pembelajaran yang optimal, dibutuhkan sarana dan

prasarana yang menunjang keberhasilan pelaksana pembelajaran. Untuk itu sarana

prasarana harus diupayakan agar tujuan pendidikan dapat tercapai.

Sekolah Dasar Negeri Sukoharjo 02 berdiri di atas tanah seluas 2.000 m2

dengan luas bangunan 1.300 m2. Bangunan yang ada diantaranya 11 ruang kelas,

1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 perpustakaan, 1 ruang UKS, 1 aula, 1

ruang agama Kristen, 1 mushola, 1 ruang kesenian, 1 dapur dan 1 gudang. Selain

itu juga ada 6 bangunan WC murid dan 1 WC guru, tempat parkir sepeda yang

luas bagi siswa dan guru yang letaknya terpisah dengan bangunan sekolah.

SD Negeri Sukoharjo 02 juga memiliki 2 halaman yang luas, halaman

depan dapat digunakan untuk upacara dan memiliki halaman yang khusus

digunakan untuk pembelajaran penjaskes dan kegiatan ekstrakurikuler di bagian

belakang. Halaman yang luas dan rindang juga digunakan untuk tempat bermain

siswa saat istirahat dan tidak jarang digunakan guru untuk pembelajaran di luar

kelas. Selain itu juga memiliki kebun sekolah yang dapat dimanfaatkan sebagai

sumber pembelajaran bagi guru dan siswa.

Sedangkan untuk sarana penunjang lainnya seperti daya listrik telah

memadai yakni 1200 W. Daya listrik yang cukup besar tersebut digunakan untuk

laboratorium komputer bahkan di SDN Sukoharjo 02 sudah dilengkapi fasilitas

hot spot atau internet yang dapat digunakan siswa dan guru untuk menunjang

pembelajaran. Fasilitas hot spot ini merupakan suatu fasilitas istemewa yang

belum dimiliki oleh sekolah dasar lain di sekitar wilayah Gugus Sukoharjo.

Pembelajaran juga dilengkapi dengan sarana LCD proyektor yang memudahkan

bagi guru untuk mengajar. Sumber air dari sumur tanah dan air dari PDAM juga

mencukupi kebutuhan sekolah. Keadaan sarana prasarana tersebut sangat

menunjang berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di SDN Sukoharjo 02.

b. Keadaan Personalia SDN Sukoharjo 02

Secara rinci jumlah guru dan karyawan di SDN Sukoharjo 02, Kecamatan

Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo sebanyak 17 orang , yang terdiri dari 13

pegawai negeri sipil dan 3 lainnya masih berstatus wiyata bhakti atau tenaga

honorer dan 1 penjaga. Semua guru dan karyawan berpendidikan minimal DII dan

S1, kecuali penjaga yang hanya SMP. Selain personalia tersebut ada 4 orang

tenaga bulanan lepas untuk menunjang kegiatan pengembangan diri di berbagai

bidang. Di SDN Sukoharjo 02 ada empat jenis pengembangan diri bagi siswa

yaitu vocal, seni tari, seni musik, dan seni drama yang semuanya berjalan dengan

baik bahkan akan dipentaskan dalam beberapa acara peringatan hari besar.

Peneliti juga sebagai salah satu guru pegawai negeri di SDN Sukoharjo 02

sehingga peneliti dapat melaksanakan penelitian dengan lancar sesuai kebutuhan

peneliti.

Dalam kegiatan sehari-hari semua tenaga pengajar maupun staf karyawan

SDN Sukoharjo 02 memiliki hubungan yang baik dalam kerjasama dalam

berbagai bidang, hal tersebut yang membuat para personalia SDN Sukoharjo 02

memiliki rasa kekeluargaan yang erat di sekolah.

Pihak sekolah juga berhubungan langsung dengan orang tua wali maupun

komite sekolah bila terjadi masalah yang menyangkut kegiatan sekolah. Orang

tua wali siswa sering berkonsultasi secara langsung dengan guru ketika mengantar

anaknya ke sekolah, karena setiap pagi diadakan kegiatan menyambut siswa yang

rutin dilakukan guru piket maupun karyawan.

Para guru dan karyawan lainnya merupakan faktor yang secara tidak

langsung turut mempengaruhi tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar

mengajar. Semua personil senantiasa melaksanakan tugas sesuai dengan

kewajibannya dan senantiasa didasari rasa pengabdian pada masyarakat. Peran

serta masyarakat diwujudkan dalam wadah komite sekolah. Keberhasilan

pendidikan di SDN Sukoharjo 02 diwujudkan oleh seluruh komponen warga

sekolah, lingkungan, dan komite sekolah

c. Keadaan Siswa

Sampai dengan tahun pelajaran 2009/2010 ini perkembangan siswa

bervariasi, baik dari segi jumlah maupun prestasi. Prestasi yang diperoleh SDN

Sukoharjo 02 cukup memuaskan baik di tingkat kecamatan maupun kabupaten,

pada bulan April 2010 SDN Sukoharjo 02 mendapatkan Juara Harapan I

olimpiade MIPA dan peringkat 10 besar dokter kecil di tingkat kabupaten.

Prestasi di bidang olahraga juga cukup memuaskan karena salah satu siswa SDN

Sukoharjo 02 ada yang mengikuti pelatihan nasional pada cabang badminton di

Jakarta. Jumlah siswa SDN Sukoharjo 02 tiap tahun berkisar antara 240 sampai

270 siswa. Sedangkan pada tahun ajaran 2009/2010 jumlah siswa adalah 240

siswa. Untuk perkembangan siswa dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 1

Data Statistik S iswa SDN Sukoharjo 02 Sukoharjo

No Banyaknya Siswa

Awal Bulan Keluar Masuk Akhir Bulan

L P Jml L P Jml L P Jml L P Jml

1 19 18 37 - - - - - - 19 18 37

2 19 14 33 - - - - - - 19 14 33

3 36 16 52 - - - - - - 36 16 52

4 28 23 51 - - - - - - 28 23 51

5 20 18 38 - - - - - - 20 18 38

6 14 15 29 - - - - - - 14 15 29

Jumlah 136 104 240 136 104 240

( Sumber : Laporan Bulan SDN Sukoharjo 02, Bulan April 2010 )

Kebanyakan siswa adalah anak pedagang pasar Sukoharjo, yang mengikuti

orang tua mereka. Banyak pula merupakan anak dari pegawai dari berbagai

instansi pemerintahan Kabupaten Sukoharjo. Latar belakang sosial ekonomi siswa

yang berada pada tingkat menengah membantu siswa untuk mendapat pengajaran

di luar sekolah dalam bidang akademik maupun non akademik. Lingkungan siswa

di wilayah perkotaan dan latar belakang ekonomi di tingkat menengah turut

berpartisi aktif mendukung perkembangan belajar siswa SDN Sukoharjo 02.

C. Deskripsi Permasalahan Penelitian

1. Tindakan Siklus I

Tindakan Siklus I dilaksanakan selama 2 kali pertemuan (2x35 menit)

selama satu minggu dalam bulan April 2010. Adapun tahapan- tahapan yang

dilakukan pada siklus I adalah sebagai berikut :

a. Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran

Matematika yang dilakukan di Kelas I untuk mengetahui media yang digunakan

oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran Matematika, serta keaktifan

siswa dalam mengikuti pembelajaran yang dilaksanakan. Di samping itu untuk

mencatat hasil belajar siswa berupa nilai formatif mata pelajaran Matemat ika pada

daftar nilai.

Berdasarkan pengamatan dan pencatatan terhadap pembelajaran dan

hasil belajar tersebut diperoleh informasi sebagai data awal bahwa siswa kelas I

SD Negeri Sukoharjo 02 sebanyak 37 siswa terdapat 18 siswa atau 48,6% yang

belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65. Setelah dilakukan

pemeriksaan pada lembar pekerjaan siswa ternyata sebagian besar siswa belum

dapat memahami konsep yang diajarkan yaitu menentukan nilai tempat dan

operasi hitung penjumlahan dan pengurangan. Bertolak dari kenyataan tersebut

diadakan konsultasi dengan Kepala Sekolah mengenai alternatif peningkatan

kemampuan pembelajaran Matematika dengan menggunakan media Dekak-

dekak.

Dengan berpedoman Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2007 Kelas

I tentang operasi penjumlahan dan pengurangan tersebut, dilakukan langkah-

langkah untuk merencanakan pembelajaran dengan menggunakan media Dekak-

dekak antara lain :

1) Memilih Kompetensi Dasar atau indikator yang sesuai dengan materi nilai

tempat, penjumlahan dan pengurangan. Alasan memilih kompetensi dasar atau

indikator tersebut adalah :

a) Kompetensi dasar atau indikator tentang nilai tempat, penjumlahan dan

pengurangan harus betul- betul dikuasai siswa, karena hal tersebut

merupakan salah satu materi dasar dalam pembelajaran Matematika.

Sehingga akan mempermudah penguasaan materi pembelajaran

Matematika selanjutnya.

b) Kompetensi dasar atau indikator tentang nilai tempat, penjumlahan dan

pengurangan nantinya dapat dipergunakan dalam kehidupan sehari- hari.

c) Pemilihan kompetensi dasar atau indikator tentang nilai tempat,

penjumlahan dan pengurangan didasarkan pada Kurikulum yang berlaku

dan harapan masyarakat terhadap hasil belajar siswa.

2) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran berdasarkan indikator yang

telah dibuat. Rencana pelaksanaan pembelajaran yang disusun 2 kali

pertemuan masing- masing pertemuan 2 jam pelajaran dilaksanakan dalam

satu minggu. Megenai langkah- langkah dan susunan rencana pelaksanaan

pembelajaran terlampir pada lampiran 2.

3) Menyiapkan media Dekak-dekak yang akan digunakan dalam pembelajaran.

b. Pelaksanaan

Dalam tahap ini guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan

media Dekak-dekak dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah

disusun. Siklus I dilaksanakan dengan 2 kali pertemuan.

1) Pertemuan I

Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah nilai tempat dengan

indikator menentukan nilai tempat sampai dengan puluhan. Kegiatan diawali

dengan menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Dilanjutkan

dengan apersepsi dengan menyanyikan lagu Balonku kemudian menanyakan

tentang hubungan lagu dengan penjumlahan dan pengurangan.

Kegiatan pembelajaran diawali dengan penjelasan guru mengenai media

Dekak-dekak. Diantaranya adalah cara menggunakan, manfaat, dan tujuan

penggunaan media Dekak-dekak. Selanjutnya guru membagi siswa sebanyak 9

kelompok belajar masing-masing kelompok terdiri dari 4 sampai 5 siswa. Hal ini

dilakukan agar di dalam proses pembelajaran nantinya ada interaksi siswa yang

multi arah. Kegiatan dilanjutkan dengan mengajak setiap kelompok untuk

menghitung jumlah benda yang siswa letakkan di atas meja, misalnya buku dan

pensil. Siswa dengan kelompoknya diajak untuk mencoba cara menggunakan

media Dekak-dekak. Siswa meletakkan biji Dekak-dekak warna kuning satu

persatu sambil dihitung sampai 10 biji Dekak-dekak pada tempat satuan. Guru

mengajak siswa untuk mengambil 10 biji Dekak-dekak warna kuning tersebut dan

menggantinya dengan sebuah biji Dekak-dekak warna biru dan diletakkan pada

tempat puluhan. Sehingga satu biji Dekak-dekak warna biru nilainya adalah 10.

Kemudian dilanjutkan dengan memasukkan biji warna kuning satu persatu sambil

menghitung sebelas, dua belas, tiga belas, sampai sembilan belas. Hal ini di ulang-

ulang sehingga anak tahu bahwa satu biji Dekak-dekak di tempat puluhan nilainya

sepuluh. Siswa yang lain menulis bilangan yang ditunjukkan temannya melalui

demonstrasi. Siswa diajak membuat bilangan yang terdiri 2 angka secara

bervariasi. Kegiatan di atas juga diselingi dengan tanya jawab tentang nilai biji

Dekak-dekak tersebut.

Contoh:

Bilangan 14

1 4

Gambar 13, Peragaan tentang nilai tempat

Gambar tersebut menggambarkan bahwa nilai satu menempati nilai

puluhan yang nilainya 10 dan empat menempati nilai satuan yang nilainya 4.

Sehingga gambar di atas menunjukkan nilai 14. Kegiatan semacam ini dilakukan

secara berulang-ulang oleh siswa bersama kelompoknya sampai siswa benar-

benar mengetahui tentang penulisan bilangan sesuai yang diharapkan. Salah satu

siswa meletakkan biji dekak-dekak sedangkan siswa yang lain menjawab nilai

dari biji dekak- dekak yang telah diletakkan. Sehingga diharapkan sudah tidak

ada lagi siswa kelas I menulis bilangan yang terbalik dan dapat menempatkan

angka sesuai dengan tempatnya. Contoh: menulis angka 14 (empat belas) tidak

ditulis 41 (empat puluh satu). Untuk mengetahui keberhasilan materi, guru

memberikan tugas pada beberapa siswa untuk mengerjakan di papan tulis.

Kelas I sebagian siswa belum lancar dalam membaca sehingga dalam

mengerjakan lembar kerja masih didektekan oleh guru. Siswa mengerjakan

lembar soal sesuai dengan apa yang dibacakan guru. Hasilnya langsung dijawab

secara kelompok, setelah selesai mengerjakan lembar kerja tersebut, guru

menanyakan kepada siswa tentang materi yang belum jelas.

Setelah sekiranya semua siswa jelas, guru membuat kesimpulan pada

pembelajaran. Selanjutnya guru memberikan soal evaluasi pada siswa untuk

dikerjakan secara mandiri. Sebagai tindak lanjut guru memberikan pesan- pesan

agar selalu rajin belajar.

2) Pertemuan II

Pada pertemuan II materi Matematika yang diajarkan adalah

penjumlahan dan pengurangan dengan indikator melakukan operasi hitung

penjumlahan dua angka tanpa teknik menyimpan dan pengurangan tanpa teknik

meminjam . Kegiatan diawali dengan berdoa bersama dan melakukan apersepsi.

Untuk menuju pada materi penjumlahan siswa diajak untuk menjumlahkan pensil

dari setiap siswa bersama dengan kelompoknya. Setelah itu guru melanjutkannya

dengan tanya jawab kepada siswa tentang penjumlahan. Pembelajaran dilanjutkan

dengan penjelasan guru kepada masing-masing kelompok mengenai materi

penjumlahan dan pengurangan dengan menggunakan media Dekak-dekak.

Contoh : bilangan kedua

1 4

2 2 +

3 6

Gambar 14, Peragaan penjumlahan tanpa teknik menyimpan.

Keterangan :

= Satuan

= Puluhan

Sebagai hasil penjumlahan yaitu menghitung biji dekak-dekak pada masing-

masing tiang.

Seperti halnya menghitung penjumlahan, materi pengurangan dua angka

dengan dua angka tanpa teknik meminjam dengan menggunakan media Dekak-

dekan dapat dikerjakan dengan meletakkan sebuah biji dekak-dekak warna kuning

di tempat satuan maupun puluhan sesuai dengan bilangan yang akan dikurangi.

Selanjutnya mengganti biji dekak-dekak yang berwarna kuning dengan

biji dekak-dekak yang berwarna biru sesuai dengan bilangan yang mengurangi

dan biji warna kuning yang tersisa merupakan hasil dari pengurangan. Seperti

pada contoh berikut:

Contoh :

2 5

1 2

1 3

Gambar 15, Peragaan pengurangan tanpa teknik meminjam.

Keterangan :

Puluhan =

Satuan =

Kegiatan ini perlu diulang-ulang sampai siswa benar- benar jelas tentang

materi yang diajarkan. Untuk latihan bagi siswa bersama kelompoknya, guru

memberikan lembar kerja untuk dikerjakan oleh siswa bersama dengan

kelompoknya. Selanjutnya guru membahas hasil kerja kelompok secara bersama.

Pada kegiatan akhir guru memberi penguatan tentang materi

pembelajaran. Setelah siswa dirasa jelas, guru memberikan soal evaluasi kepada

siswa untuk dikerjakan secara individu.

c. Observasi

Dalam tahap ini dilaksanakan pemantauan terhadap pelaksanaan

pembelajaran dengan menggunakan media Dekak-dekak, yang dilaksanakan

dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi dan rekaman dengan

kamera foto. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai

kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan media Dekak-dekak dengan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun serta mengetahui

seberapa besar pembelajaran dengan media Dekak-dekak yang dilaksanakan

menghasilkan perubahan pada kemampuan berhitung siswa kelas I. Oleh karena

itu pengamatan tidak hanya ditujukan pada aktivitas atau partisipasi dalam proses

pembelajaran, namun juga pada aspek tindakan guru dalam melaksanakan

pembelajaran termasuk suasana kelas pada setiap pertemuan.

Uraian observasi tiap pertemuan pada Siklus I sebagai berikut :

Pertemuan : I (satu)

Indikator : Menentukan nilai tempat sampai bilangan puluhan dan satuan

Media : Dekak-dekak

Hasil Observasi :

1) Kegiatan Siswa

a) Siswa aktif memperhatikan penjelasan guru, b) Siswa aktif menjawab

pertanyaan guru, c) Rasa ingin tahu dan keberanian cukup tinggi, d) Siswa

aktif mengerjakan tugas baik secara individu maupun kelompok.

Prosentase keaktifan siswa: jumlah skor x 100%

Skor maksimal x jumlah siswa

Prosentase keaktifan siswa: 74 x 100% = 40% 5 x 37

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 5.

2) Kegiatan Guru

a) Sudah memberikan informasi secara tepat, b) Menggunakan berbagai

sumber, c) Menggunakan waktu secara tepat sesuai dengan perencanaan, d)

Penuh perhatian terhadap siswa, e) Memotivasi individu dan kelompok, f)

Sudah menggunakan multi metode, g) Sudah melakukan penilaian proses, h)

Sudah melakukan penilaian hasil belajar, i) Sudah memberikan tindak lanjut.

Prosentase keaktifan guru: jumlah skor x 100%

Skor maksimal x jumlah item

Prosentase keaktifan guru: 27 x 100% = 68 %

40

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 7

Pertemuan : II (dua)

Indikator : - Melakukan operasi hitung penjumlahan tanpa teknik menyimpan

- Melakukan operasi hitung pengurangan tanpa teknik meminjam

Media : Dekak-dekak

Hasil Observasi :

1) Kegiatan Siswa

a) Siswa aktif memperhatikan penjelasan guru, b) Siswa aktif mengerjakan

tugas- tugas, c) Siswa aktif menjawab pertanyaan guru, d) Masih banyak

siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan dengan perkalian.

Prosentase keaktifan siswa: jumlah skor x 100%

Skor maksimal x jumlah siswa

Prosentase keaktifan siswa: 81 x 100% = 44%

5 x 37

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 7.

2) Kegiatan Guru

a) Sudah memberikan informasi secara tepat, b) Menggunakan waktu secara

tepat sesuai dengan perencanaan, c) Penuh perhatian terhadap siswa, d)

Memberikan motivasi kepada siswa baik secara individu maupun kelompok,

e) Menggunakan multi metode, f) Melakukan penilaian proses, g) Melakukan

penilaian hasil belajar, h) Memberikan tindak lanjut.

Prosentase keaktifan guru: jumlah skor x 100%

Skor maksimal x jumlah item

Prosentase keaktifan guru: 29 x 100% = 73 %

40

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 8

d. Refleksi

Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan untuk dianalisis.

Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan selama proses pelaksanaan

tindakan belum menunjukkan perubahan, khususnya pada pencapaian hasil

belajar. Sehingga semua materi yang telah disampaikan belum menunjukkan

perubahan yang berarti.

Hasil refleksi selengkapnya dapat diuraikan sebagai berikut :

Pertemuan : I (satu)

Indikator : Menentukan nilai tempat sampai bilangan puluhan dan satuan

Media : Dekak-dekak

Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung,

siswa cukup aktif memperhatikan penjelasan guru dan menjawab pertanyaan guru.

Namun siswa belum begitu memahami tentang konsep nilai tempat. Sehingga

kemampuan menentukan nilai tempat pada pertemuan I belum menunjukkan

perubahan yang berarti, karena nilai rata- rata siswa baru mencapai 64,6 dan siswa

yang memperoleh nilai > 65 hanya sebanyak 20 siswa atau 54,1% dari 37 siswa.

Pembelajaran dikatakan berhasil apabila kemampuan berhitung siswa

mencapai rata- rata kelas 65 dan siswa yang memperoleh nilai > 65 mencapai

65% siswa. Dengan demikian nilai rata- rata kelas yang mencapai 64,6 dan siswa

yang memperoleh nilai >65 sebanyak 20 siswa atau 54,1% dari 37 siswa

menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media Dekak-dekak

belum berhasil. Data nilai kemampuan menentukan nilai tempat pada pertemuan

pertama Siklus I selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2 dalam halaman lampiran.

Pertemuan : II (dua)

Indikator : - Melakukan operasi hitung penjumlahan tanpa teknik menyimpan

- Melakukan operasi hitung pengurangan tanpa teknik meminjam

Media : Dekak-dekak

Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung,

siswa cukup aktif memperhatikan penjelasan guru dan menjawab pertanyaan guru.

Siswa juga aktif dalam mengerjakan tugas baik secara individu maupun

kelompok. Namun demikian kemampuan siswa dalam berhitung penjumlahan dan

pengurangan masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Nilai rata- rata siswa

sudah mencapai 71,4 namun siswa yang memperoleh nilai > 65 hanya sebanyak

24 siswa atau 64,8% dari 37 siswa..

Pembelajaran dikatakan berhasil apabila kemampuan berhitung siswa

mencapai rata- rata kelas 65 dan siswa yang memperoleh nilai > 65 mencapai

65% siswa. Dengan demikian nilai rata- rata kelas yang mencapai 71,4 dan siswa

yang memperoleh nilai >65 sebanyak 24 siswa atau 64,8% dari 37 siswa

menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media Dekak-dekak

belum berhasil. Data nilai kemampuan berhitung siswa pada pertemuan kedua

Siklus I selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3 dalam halaman lampiran.

Berdasarkan nilai kemampuan berhitung siswa pada Siklus I dapat

diketahui bahwa materi menentukan nilai tempat dan operasi hitung penjumlahan

dan pengurangan belum dipahami siswa secara optimal atau belum berhasil.

Dengan catatan untuk siswa yang nilainya kurang dari rata- rata kelas diberikan

perbaikan dengan menambah waktu belajar dan latihan soal- soal agar

kemampuan belajarnya meningkat. Pertemuan I dan II belum menunjukkan

perubahan yang signifikan, sehingga pembelajaran dilanjutkan pada Siklus II pada

materi menentukan nilai tempat dan operasi hitung penjumlahan dan

pengurangan.

2. Tindakan Siklus II

Tindakan Siklus II dilaksanakan selama satu minggu dalam bulan April

2010. Tindakan dalam siklus II dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Adapun

tahapan- tahapan yang dilakukan pada siklus I adalah sebagai berikut :

a. Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada

Siklus I diketahui bahwa belum menunjukkan adanya peningkatan kemampuan

berhitung siswa. Karena dari indikator- indikator yang telah ditetapkan belum

menunjukkan hasil yang diharapkan. Oleh karena itu, praktikan dengan

pengarahan Kepala Sekolah dan masukan dari guru- guru yang lain, kembali

menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan lebih cermat dan

teliti untuk mengulang pembelajaran Matematika dengan indikator menentukan

nilai tempat, Menghitung penjumlahan tanpa teknik menyimpan dan menghitung

pengurangan tanpa teknik meminjam.

Adapun penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada

Siklus II yaitu: 1) Memilih atau menentukan kompetensi dasar, hasil belajar, dan

indikator yang hendak dicapai, 2) Mempersiapkan alat- alat atau media yang akan

digunakan, 3) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) II.

Mengingat analisis pekerjaan siswa pada Siklus I menunjukkan bahwa

sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan dalam menentukan nilai tempat,

Menghitung penjumlahan tanpa teknik menyimpan dan menghitung pengurangan

tanpa teknik meminjam, Maka rencana kegiatan pembelajaran menekankan pada

pemahaman konsep kembali yang diikuti dengan kegiatan penjelasan dan

peragaan dengan media Dekak-dekak. Jadi segala kegiatan ditujukan untuk

memantapkan pemahaman konsep terhadap siswa, tentang materi menentukan

nilai tempat, Menghitung penjumlahan tanpa teknik menyimpan dan menghitung

pengurangan tanpa teknik meminjam. Hal ini juga merupakan pengulangan

kegiatan pada pertemuan 1 dan 2 Siklus I.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan pada Siklus II dengan menggunakan media dekak-

dekak dilaksanakan dua kali pertemuan.

1) Pertemuan I

Guru mengawali pembelajaran dengan berdoa bersama, mengabsen

siswa dan apersepsi. Selanjutnya guru mengulang secara garis besar pembelajaran

yang disampaikan pada Siklus I. kemudian guru menjelaskan kepada siswa tujuan

pembelajaran yang hendak dicapai. Guru membagi siswa menjadi beberapa

kelompok kecil. Setiap kelompok terdiri atas dua siswa dalam satu meja. Tiap

kelompok dalam satu meja disediakan sebuah media dekak-dekak. Selanjutnya

setiap kelompok siswa dalam satu meja meletakkan biji dekak-dekak warna

kuning satu demi satu pada tempat satuan. Setelah biji dekak-dekak berjumlah 10

maka penghitungan dihentikan. 10 biji dekak-dekak berwarna kuning tersebut

diambil dan diganti dengan sebuah biji dekak-dekak warna biru yang diletakkan

pada tempat puluhan. Setelah itu baru dilanjutkan dengan meletakkan kembali biji

dekak-dekak warna kuning tersebut pada letak satuan sambil menghitung 11

sampai dengan 19. Kegiatan ini dilakukan bergantian oleh siswa dalam

kelompoknya. Sehingga setiap siswa mampu untuk memahami jika 10 biji dekak-

dekak warna kuning ditempat satuan sama dengan sebuah biji dekak-dekak warna

biru di tempat puluhan atau senilai dengan 10.

Kegiatan dilanjutkan dengan memberikan lembar kerja kepada masing-

masing kelompok. Setiap kelompok saling bekerjasama untuk mengerjakan tugas

dari guru. Pada saat siswa mengerjakan soal latihan, guru memberikan bimbingan

kepada siswa yang kurang aktif dan kepada siswa yang pada Siklus I nilainya

masih kurang. Setelah selesai mengerjakan, setiap kelompok menuliskan hasil

pekerjaannya di papan tulis untuk dikoreksi bersama dengan kelompok yang lain.

Guru memberikan penguatan pada kegiatan akhir pembelajaran.

Selanjutnya melakukan evaluasi dengan memberikan lembar evaluasi kepada

siswa untuk dikerjakan secara mandiri. Data nilai kemampuan siswa dalam

menentukan nilai tempat pada pertemuan pertama Siklus II selengkapnya dapat

dilihat pada Tabel 4 dalam halaman lampiran.

2) Pertemuan II

Pada pertemuan dua pembelajaran dimulai dengan berdoa bersama dan

mengabsen siswa dilanjutkan dengan apersepsi tentang menghitung menghitung

penjumlahan dan pengurangan. Pada kegiatan ini guru menyuruh salah satu siswa

untuk meletakkan 5 biji dekak-dekak warna kuning di tempat satuan, kemudian

guru bertanya kepada siswa yang lain berapa nilai dari biji dekak-dekak yang

telah dipasang oleh teman kamu. Setelah siswa selesai menjawab, guru menyuruh

kembali kepada siswa yang tadi meletakkan biji dekak-dekak untuk meletakkan

lagi biji dekak-dekak warna kuning di tempat satuan sebanyak 4 biji. Kemudian

guru bertanya kepada siswa berapa nilai dari biji dekak-dekak yang telaj

terpasang. Kegiatan ini dilakukan dengan bergantian antara siswa yang

meletakkan biji dekak-dekak dengan siswa yang menghitung nilai atau hasil

penjumlahan dengan menggunakan dekak-dekak.

Kegiatan dilanjutkan dengan melakukan operasi hitung pengurangan.

Guru bersama dengan siswa memperagakan menghitung operasi pengurangan

dengan menggunakan media Dekak-dekak. kegiatan dilakukan dengan membuat

contoh operasi pengurangan yang akan dikerjakan. Kemudian memperagakan

bilangan yang akan dikurangi pada media Dekak-dekak dengan biji yang sama

(kuning). Kemudia mengganti biji yang sudah terpasang dengan biji warna lain

(biru) sesuai dengan bilangan yang mengurangi. Sisa biji (kuning) yang ada

merupakan hasil dari operasi pengurangan yang dicontohkan.

Guru kemudian memberikan soal latihan kepada masing-masing

kelompok untuk dikerjakan secara berkelompok atau bersama dengan satu meja.

Siswa mengerjakan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan dengan

menggunakan media dekak-dekak. Pada saat siswa mengerjakan soal latihan, guru

memberikan bimbingan kepada siswa yang kurang aktif dan kepada siswa yang

pada Siklus I nilainya masih kurang. Setelah siswa selesai mengerjakan soal

latihan, guru bersama siswa mengoreksi dan membahas jawaban siswa secara

bersama- sama. Guru selanjutnya melakukan evaluasi dengan memberikan lembar

evaluasi kepada siswa untuk dikerjakan secara mandiri. Kegiatan dilanjutkan

dengan memberikan pekerjaan rumah sebagai tindak lanjut. Data nilai

kemampuan siswa dalam menghitung penjumlahan dan pengurangan pada

pertemuan kedua Siklus II selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5 dalam

halaman lampiran.

c. Observasi

Guru kelas secara kolaboratif bersama guru kelas yang lain

melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan cermat dan

teliti pada masing- masing pertemuan. Observasi ini ditujukan pada kegiatan guru

dalam melaksanakan pembelajaran maupun aktivitas siswa dalam pembelajaran

serta suasana pembelajaran. Keseluruhan data yang diperoleh dalam kegiatan ini

termasuk pencatatan hasil tes akan digunakan sebagai bahan atau masukan untuk

menganalisis perkembangan kemampuan berhitung siswa dalam diskusi balikan

yaitu menganalisis nilai kemampuan berhitung siswa dari tiap - tiap Siklus yang

telah dilaksanakan yang akan digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk

pelaksanaan tindakan selanjutnya. Adapun uraian hasil observasi Siklus II sebagai

berikut :

Pertemuan : I (satu)

Indikator : Menentukan nilai tempat sampai bilangan puluhan dan satuan

Media : Dekak-dekak

Hasil Observasi :

1) Kegiatan Siswa

a) Siswa aktif memperhatikan penjelasan guru, b) Siswa aktif mengerjakan

tugas- tugas, c) Siswa aktif menjawab pertanyaan guru, d) Masih banyak

siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan dengan perkalian.

Prosentase keaktifan siswa: jumlah skor x 100%

Skor maksimal x jumlah siswa

Prosentase keaktifan siswa: 105 x 100% = 57%

5 x 37

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 9.

2) Kegiatan Guru

a) Sudah memberikan informasi secara tepat, b) Menggunakan waktu secara

tepat sesuai dengan perencanaan, c) Penuh perhatian terhadap siswa, d)

Memberikan motivasi kepada siswa baik secara individu maupun kelompok,

e) Menggunakan multi metode, f) Melakukan penilaian proses, g) Melakukan

penilaian hasil belajar, h) Memberikan tindak lanjut.

Prosentase keaktifan guru: jumlah skor x 100%

Skor maksimal x jumlah item

Prosentase keaktifan guru: 30 x 100% = 75 %

40

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 8

Pertemuan : II (dua)

Indikator : - Melakukan operasi hitung penjumlahan tanpa teknik menyimpan

- Melakukan operasi hitung pengurangan tanpa teknik meminjam

Media : Dekak-dekak

Hasil Observasi :

1) Kegiatan Siswa

a) Siswa aktif memperhatikan penjelasan guru, b) Siswa aktif mengerjakan

tugas- tugas, c) Siswa aktif menjawab pertanyaan guru, d) Masih banyak

siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan dengan perkalian.

Prosentase keaktifan siswa: jumlah skor x 100%

Skor maksimal x jumlah siswa

Prosentase keaktifan siswa: 111 x 100% = 60%

5 x 37

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 11.

2) Kegiatan Guru

a) Sudah memberikan informasi secara tepat, b) Menggunakan waktu secara

tepat sesuai dengan perencanaan, c) Penuh perhatian terhadap siswa, d)

Memberikan motivasi kepada siswa baik secara individu maupun kelompok,

e) Menggunakan multi metode, f) Melakukan penilaian proses, g) Melakukan

penilaian hasil belajar, h) Memberikan tindak lanjut.

Prosentase keaktifan guru: jumlah skor x 100%

Skor maksimal x jumlah item

Prosentase keaktifan guru: 31 x 100% = 78 %

40

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 12

d. Refleksi

Hasil analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan media Dekak-dekak pada Siklus II dapat diuraikan sebagai berikut :

Pertemuan : I (satu)

Indikator : Menentukan nilai tempat sampai bilangan puluhan dan satuan

Media : Dekak-dekak

Hasil Refleksi :

Siswa cukup aktif memperhatikan penjelasan guru dan menjawab

pertanyaan guru. Guru memberikan informasi secara tepat, memberi motivasi dan

melaksanakan penilaian proses dengan hasil rata- rata kelas mencapai 70,5 dan

siswa yang memperoleh nilai >70 sebanyak 20 siswa atau 54,1% dari 37 siswa.

Pembelajaran dikatakan berhasil apabila kemampuan berhitung siswa

mencapai rata- rata kelas 70 dan siswa yang memperoleh nilai > 70 mencapai

65% siswa. Dengan demikian nilai rata- rata kelas mencapai 70,5 dan siswa yang

memperoleh nilai >70 sebanyak 20 siswa atau 54,1% dari 37 siswa menunjukkan

bahwa pembelajaran dengan menggunakan media Dekak-dekak yang dilakukan

belum berhasil.

Pertemuan : II (dua)

Indikator : - Melakukan operasi hitung penjumlahan tanpa teknik

menyimpan

- Melakukan operasi hitung pengurangan tanpa teknik

meminjam

Media : Dekak-dekak

Hasil Refleksi :

Siswa cukup aktif memperhatikan penjelasan guru, rasa ingin tahu dan

keberaniannya meningkat, siswa aktif dalam mengerjakan tugas- tugas yang

diberikan oleh guru. Guru sudah memberikan informasi secara tepat, memberikan

motivasi dan melaksanakan penilaian. Dalam pembahasan proses dengan nilai

rata- rata kelas yang dicapai pada pertemuan II adalah 72,2 dan siswa yang

memperoleh nilai >70 sebanyak 23 siswa atau 62,2% dari 37 siswa.

Pembelajaran dikatakan berhasil apabila kemampuan berhitung siswa

mencapai rata- rata kelas 70 dan siswa yang memperoleh nilai > 70 mencapai

65% siswa. Dengan demikian nilai rata- rata kelas mencapai 72,2 dan siswa yang

memperoleh nilai >70 sebanyak 23 siswa atau 62,2% dari 37 siswa menunjukkan

bahwa pembelajaran dengan menggunakan media Dekak-dekak yang dilakukan

belum berhasil.

Hasil analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran pada Siklus II,

secara umum belum menunjukkan perubahan yang signifikan. Masih banyak

siswa yang belum memahami cara menentukan nilai tempat dan melakukan

operasi hitung penjumlahan dan pengurangan. Hal ini ditunjukkan dari jumlah

siswa yang nilainya telah memenuhi KKM belum sesuai dengan indikator yang

ditetapkan. Masih banyak siswa yang nilainya rendah atau di bawah KKM. Siswa

yang nilainya rendah tersebut rata-rata karena kurang aktif dalam melakukan

kegiatan berhitung menggunakan media Dekak-dekak. Sehingga siswa tersebut

merasa kesulitan saat mengerjakan lembar evaluasi yang diberikan oleh guru yang

dikerjakan secara individu. Dengan demikian guru perlu melanjutkan tindakan

pada siklus berikutnya dengan kegiatan pembelajaran yang dapat lebih

mengaktifkan semua siswa.

3. Tindakan Siklus III

Tindakan Siklus III dilaksanakan selama satu minggu dalam bulan Mei

2010. Tindakan dalam siklus III dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Adapun

tahapan- tahapan yang dilakukan pada siklus III adalah sebagai berikut :

a. Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada

Siklus II diketahui bahwa masih belum menunjukkan adanya peningkatan

kemampuan berhitung siswa. Karena dari indikator- indikator yang telah

ditetapkan belum menunjukkan hasil yang diharapkan. Oleh karena itu, praktikan

dengan pengarahan Kepala Sekolah dan masukan dari guru- guru yang lain dan

didasarkan atas pengalaman pembelajaran sebelumnya, kembali menyusun

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan lebih cermat dan lebih teliti

untuk mengulang pembelajaran Matematika dengan indikator menentukan nilai

tempat, menghitung penjumlahan tanpa teknik menyimpan dan menghitung

pengurangan tanpa teknik meminjam.

Adapun penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada

Siklus II yaitu: 1) Memilih atau menentukan kompetensi dasar, hasil belajar, dan

indikator yang hendak dicapai, 2) Mempersiapkan alat- alat atau media yang akan

digunakan, 3) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) III.

Mengingat analisis pekerjaan siswa pada Siklus II menunjukkan bahwa sebagian

besar siswa masih mengalami kesulitan dalam menentukan nilai tempat,

menghitung penjumlahan tanpa teknik menyimpan dan menghitung pengurangan

tanpa teknik meminjam, Maka rencana kegiatan pembelajaran menekankan pada

pemahaman konsep kembali yang diikuti dengan kegiatan penjelasan dan

peragaan dengan media Dekak-dekak yang dilakukan siswa secara individu. Jadi

segala kegiatan ditujukan untuk memantapkan pemahaman konsep terhadap siswa

khususnya yang bagi siswa yang pada pembelajaran sebelumnya kurang aktif

dalam berhitung menggunakan media Dekak-dekak, tentang materi menentukan

nilai tempat, menghitung penjumlahan tanpa teknik menyimpan dan menghitung

pengurangan tanpa teknik meminjam. Hal ini juga merupakan pengulangan

kegiatan pada pertemuan 1 dan 2 Siklus I dan II.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan pada Siklus III dengan menggunakan media Petak

Persegi Satuan dilaksanakan dua kali pertemuan.

1) Pertemuan I

Guru mengawali pembelajaran dengan berdoa bersama, mengabsen

siswa dan apersepsi. Selanjutnya guru mengulang secara garis besar pembelajaran

yang disampaikan pada Siklus I dan II. Selanjutnya guru membagikan sebuah

media Dekak-dekak kepada masing-masing siswa. Hal ini dilakukan agar setiap

siswa dapat fokus dalam menggunakan media Dekak-dekak tanpa harus

bergantian dengan siswa yang lain.

Setelah setiap siswa memegang satu media Dekak-dekak, guru mengajak

siswa untuk kembali memeragakan cara menentukan nilai tempat. Yakni dengan

menghitung 1 sampai dengan 10 dan diiringi dengan memasukkan sebuah biji

Dekak-dekak yang berwarna kuning pada tempat satuan. Setelah terdapat 10 biji

berwarna kuning di tempat satuan, guru menggantinya dengan sebuah biji Dekak-

dekak warna biru di tempat puluhan. Hal ini menunjukkan kepada siswa bahwa 10

biji di tempat satuan nilainya sama dengan sebuah biji di tempat puluhan, yakni

10. Selanjutnya guru melanjutkan kembali dari bilangan sebelas sampai dengan

sembilan belas dengan cara menambahkan kembali satu persatu biji Dekak-dekak

warna kuning di tempat satuan.

Setelah siswa dirasa mampu dan sudah dapat mempraktikan dengan

media Dekak-dekak, maka guru memberikan soal latihan kepada setian siswa

untuk dikerjakan secara mandiri dengan menggunakan media yang ada. Siswa

secara individu mengerjakan soal yang telah diberikan oleh guru. Setelah selesai

guru bersama siswa membahas jawaban lembar kerja yang telah dikerjakan oleh

masing- masing siswa. Guru selanjutnya melakukan evaluasi dengan memberikan

lembar evaluasi kepada siswa untuk dikerjakan secara mandiri. Data nilai

kemampuan siswa dalam menentukan nilai tempat pada pertemuan pertama Siklus

III selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6 dalam halaman lampiran.

2) Pertemuan II

Pada pertemuan dua pembelajaran dimulai dengan berdoa bersama dan

mengabsen siswa dilanjutkan dengan apersepsi tentang menghitung penjumlahan

dan pengurangan. Pada kegiatan pembelajaran ini guru bersama siswa

memperagakan cara menghitung penjumlahan tanpa teknik meny impan dengan

menggunakan media Deka-dekak, sebagai contoh dalam mengerjakan operasi

penjumlahan 12 + 15. Caranya yakni dengan meletakkan sebuah biji Dekak-dekak

berwarna biru pada tempat puluhan dan dua biji Dekak-dekak warna kuning di

tempat satuan, ini menunjukkan bilangan 12. Selanjutnya menambahkan sebuah

biji dekak-dekak berwarna biru pada tempat puluhan dan lima biji Dekak-dekak

warna kuning di tempat satuan. Sehingga hasil akhirnya tersebut merupakan hasil

penjumlahan dari 12 + 15. Kegiatan ini dilakukan oleh guru bersama dengan

siswa, setiap siswa secara individu memperagakan dengan sebuah media Dekak-

dekak dan juga dilakukan secara berulang-ulang dengan contoh operasi

penjumlahan yang berbeda.

Selanjutnya guru menerangkan cara mengerjakan operasi p engurangan

tanpa teknik meminjam. Sebagai contoh mengerjakan operasi berikut 18 – 17.

Caranya dengan memperagakan bersama siswa dengan meletakkan sebuah biji

Dekak-dekak warna kuning di tempat puluhan dan delapan biji Dekak-dekak

warna kuning di tempat satuan, ini menunjukkan bilangan 18. Selanjutnya sebuah

biji warna kuning di tempat puluhan dan tujuh di tempat satuan diambil sehingga

tersisa satu biji dekak-dekak warna biru. Jumlah biji Dekak-dekak berwarna biru

yang masih tersisa merupakan hasil dari operasi pengurangan 18 – 17 yakni 1.

Selanjutnya kegiatan dilakukan dengan memberikan soal latihan kepada

setian siswa untuk dikerjakan secara mandiri dengan menggunakan media yang

ada. Siswa secara individu mengerjakan soal yang telah diberikan oleh guru.

Setelah selesai guru bersama siswa membahas jawaban lembar kerja yang telah

dikerjakan oleh masing- masing siswa. Guru selanjutnya melakukan evaluasi

dengan memberikan lembar evaluasi kepada siswa untuk dikerjakan secara

mandiri. Data nilai kemampuan siswa dalam menghitung operasi penjumlahan

dan pengurangan pada pertemuan kedua Siklus III selengkapnya dapat dilihat

pada Tabel 7 dalam halaman lampiran.

c. Observasi

Guru kelas secara kolaboratif bersama guru kelas yang lain

melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan cermat dan

teliti pada masing- masing pertemuan. Observasi ini ditujukan pada kegiatan guru

dalam melaksanakan pembelajaran maupun aktivitas siswa dalam pembelajaran

serta suasana pembelajaran. Keseluruhan data yang diperoleh dalam kegiatan ini

termasuk pencatatan hasil tes akan digunakan sebagai bahan atau masukan untuk

menganalisis perkembangan kemampuan berhitung siswa dalam diskusi balikan

yaitu menganalisis nilai kemampuan berhitung siswa dari tiap - tiap Siklus yang

telah dilaksanakan yang akan digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk

pelaksanaan tindakan selanjutnya. Adapun uraian hasil observasi Siklus III

sebagai berikut :

Pertemuan : I (satu)

Indikator : Menentukan nilai tempat sampai bilangan puluhan dan satuan.

Media : Dekak-dekak

Hasil Observasi :

1) Kegiatan Siswa

a) Siswa aktif memperhatikan penjelasan guru, b) Siswa aktif mengerjakan

tugas- tugas, c) Siswa aktif menjawab pertanyaan guru, d) Masih banyak

siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan dengan perkalian.

Prosentase keaktifan siswa: jumlah skor x 100%

Skor maksimal x jumlah siswa

Prosentase keaktifan siswa: 115 x 100% = 62%

5 x 37

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 13.

2) Kegiatan Guru

a) Sudah memberikan informasi secara tepat, b) Menggunakan waktu secara

tepat sesuai dengan perencanaan, c) Penuh perhatian terhadap siswa, d)

Memberikan motivasi kepada siswa baik secara individu maupun kelompok,

e) Menggunakan multi metode, f) Melakukan penilaian proses, g) Melakukan

penilaian hasil belajar, h) Memberikan tindak lanjut.

Prosentase keaktifan guru: jumlah skor x 100%

Skor maksimal x jumlah item

Prosentase keaktifan guru: 33 x 100% = 83 %

40

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 14

Pertemuan : II (dua)

Indikator : - Melakukan operasi hitung penjumlahan tanpa teknik menyimpan

- Melakukan operasi hitung pengurangan tanpa teknik meminjam

Media : Dekak-dekak

Hasil Observasi :

1) Kegiatan Siswa

a) Siswa aktif memperhatikan penjelasan guru, b) Siswa aktif mengerjakan

tugas- tugas, c) Siswa aktif menjawab pertanyaan guru, d) Masih banyak

siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan dengan perkalian.

Prosentase keaktifan siswa: jumlah skor x 100%

Skor maksimal x jumlah siswa

Prosentase keaktifan siswa: 118 x 100% = 64%

5 x 37

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 15.

2) Kegiatan Guru

a) Sudah memberikan informasi secara tepat, b) Menggunakan waktu secara

tepat sesuai dengan perencanaan, c) Penuh perhatian terhadap siswa, d)

Memberikan motivasi kepada siswa baik secara individu maupun kelompok,

e) Menggunakan multi metode, f) Melakukan penilaian proses, g) Melakukan

penilaian hasil belajar, h) Memberikan tindak lanjut.

Prosentase keaktifan guru: jumlah skor x 100%

Skor maksimal x jumlah item

Prosentase keaktifan guru: 36 x 100% = 90 %

40

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 16

d. Refleksi

Hasil analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan media Dekak-dekak pada Siklus II dapat diuraikan sebagai berikut :

Pertemuan : I (satu)

Indikator : Menentukan nilai tempat sampai bilangan puluhan dan satuan

Media : Dekak-dekak

Hasil Refleksi :

Siswa cukup aktif memperhatikan penjelasan guru dan menjawab

pertanyaan guru. Guru memberikan informasi secara tepat, memberi motivasi dan

melaksanakan penilaian proses dengan hasil rata- rata kelas mencapai 75,9 dan

siswa yang memperoleh nilai >70 sebanyak 29 siswa atau 78,4% dari 37 siswa.

Pembelajaran dikatakan berhasil apabila kemampuan berhitung siswa

mencapai rata- rata kelas 70 dan siswa yang memperoleh nilai > 70 mencapai

70% siswa. Dengan demikian nilai rata- rata kelas mencapai 75,9 dan siswa yang

memperoleh nilai >70 sebanyak 29 siswa atau 78,4% dari 37 siswa menunjukkan

bahwa pembelajaran dengan menggunakan media Dekak-dekak yang dilakukan

sudah berhasil.

Pertemuan : II (dua)

Indikator : - Melakukan operasi hitung penjumlahan tanpa teknik

menyimpan

- Melakukan operasi hitung pengurangan tanpa teknik

meminjam

Media : Dekak-dekak

Hasil Refleksi :

Siswa cukup aktif memperhatikan penjelasan guru, rasa ingin tahu dan

keberaniannya meningkat, siswa aktif dalam mengerjakan tugas- tugas yang

diberikan oleh guru. Guru sudah memberikan informasi secara tepat, memberikan

motivasi dan melaksanakan penilaian. Dalam pembahasan proses dengan nilai

rata- rata kelas yang dicapai pada pertemuan II adalah 80,8 dan siswa yang

memperoleh nilai >70 sebanyak 31 siswa atau 83,8% dari 37 siswa.

Pembelajaran dikatakan berhasil apabila kemampuan berhitung siswa

mencapai rata- rata kelas 70 dan siswa yang memperoleh nilai > 70 mencapai

70% siswa. Dengan demikian nilai rata- rata kelas mencapai 80,8 dan siswa yang

memperoleh nilai >70 sebanyak 31 siswa atau 83,8% dari 37 siswa menunjukkan

bahwa pembelajaran dengan menggunakan media Dekak-dekak yang dilakukan

sudah berhasil.

Hasil analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran pada Siklus III,

secara umum telah menunjukkan perubahan yang signifikan. Guru dalam

melaksanakan pembelajaran semakin mantap dan luwes dengan kekurangan-

kekurangan kecil di antaranya kurang waktu kontrol. Prosentase aktivitas atau

partisipasi siswa dalam pembelajaran meningkat. Mereka lebih banyak

memperhatikan dan mampu menyelesaikan soal- soal latihan dengan

menggunakan media Dekak-dekak sehingga keterampilan menggunakan media

Dekak-dekak meningkat. Partisipasi siswa dalam pembelajaran semakin

meningkat, suasana kelas menjadi lebih hidup dan menyenangkan, pada akhirnya

diharapkan kemampuan berhitung siswa di kelas I SD Negeri Sukoharjo 02,

Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo meningkat. Berdasarkan

peningkatan kemampuan yang telah dicapai siswa, maka pelaksanaan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) dianggap cukup dan diakhiri pada Siklus III.

D. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data, dapat dilihat adanya

peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran, serta perkembangan kemampuan

berhitung siswa kelas I SD Negeri Sukoharjo 02, Kecamatan Sukoharjo,

Kabupaten Sukoharjo. Peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran antara

lain:

1. Siswa lebih aktif memperhatikan penjelasan guru.

2. Siswa lebih aktif menjawab pertanyaan guru.

3. Rasa ingin tahu dan keberanian siswa untuk bertanya semakin meningkat.

4. Kerjasama antar siswa meningkat.

5. Keterampilan berdiskusi lebih meningkat.

6. Siswa lebih aktif mengerjakan tugas- tugas yang diberikan oleh guru.

Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan skor rata-rata pada lembar

observasi keaktifan siswa dari siklus I pertemuan I, Siklus I pertemuan II, siklus II

pertemuan I, Siklus II pertemuan II, siklus III pertemuan I, dan Siklus III

pertemuan II sebagai berikut 40%; 44%; 57%; 60%; 62%; dan 64%. Sedangkan

aktivitas guru juga mengalami peningkatan yang ditunjukkan dari meningkatnya

skor rata-rata lembar observasi aktiviatas guru dari siklus I pertemuan I, Siklus I

pertemuan II, siklus II pertemuan I, Siklus II pertemuan II, siklus III p ertemuan I,

dan Siklus III pertemuan II sebagai berikut 68%; 73%; 75%; 78%; 83%; dan 90%.

Perkembangan kemampuan berhitung siswa tercantum dalam Tabel

frekuensi nilai kemampuan berhitung pada siswa kelas I SD negeri Sukoharjo 02

sebelum tindakan, seperti tabel 8:

Tabel 8, Data Frekuensi Nilai Kemampuan Berhitung Siswa Kelas I SD Negeri

Sukoharjo 02 Sebelum Tindakan.

NO Interval Nilai Frekuensi Prosentase Kategori

1 90 – 100 0 0 Baik sekali

2 79 – 89 6 16,2 Baik

3 68 – 78 13 35,2 Lebihdari cukup

4 57 – 67 7 18,9 Cukup

5 46 – 56 6 16,2 Hampir cukup

6 35 – 45 4 10,8 Kurang

7 24 – 34 1 2,7 Kurang sekali

Jumlah 37 100

Sumber : Data Nilai Harian

Dari tabel 8 tersebut dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan tindakan

siswa yang memperoleh nilai dengan kategori kurang sekali hanya 1 siswa atau

2,7%. Siswa yang memperoleh nilai dengan kategori kurang sebanyak 4 siswa

atau 10,8%, siswa yang memperoleh nilai dengan kategori hampir cukup

sebanyak 6 siswa atau 16,2%. Siswa yang memperoleh nilai dengan kategori

cukup sebanyak 7 siswa atau 18,9%, siswa yang memperoleh nilai dengan

kategori lebih dari cukup sebanyak 13 siswa atau 35,2%. Siswa yang memperoleh

nilai dengan kategori baik sebanyak 6 siswa atau 16,2% dan siswa yang

memperoleh nilai dengan kategori baik sekali tidak ada.

Bila ditunjukkan dalam bentuk grafik akan terlihat seperti gambar 16.

Gambar 16, Grafik Nilai Kemampuan Berhitung Siswa Kelas I SD Negeri

Sukoharjo 02 Sebelum Tindakan.

Setelah dilaksanakan tindakan pada Siklus I dengan menerapkan

pembelajaran dengan media Dekak-dekak pada pembelajaran Matematika

diperoleh data hasil penilaian kemampuan berhitung siswa Kelas I SD Negeri

Sukoharjo 02 seperti terlihat pada tabel 9:

Tabel 9, Data Frekuensi Nilai Kemampuan Berhitung Siswa Kelas I SD Negeri

Sukoharjo 02 pada Siklus I.

NO Interval Nilai Frekuensi Prosentase Kategori

1 90 – 100 4 10,8 Baik sekali

2 79 – 89 11 29,8 Baik

3 68 – 78 5 13,5 Lebihdari cukup

4 57 – 67 6 16,2 Cukup

5 46 – 56 4 10,8 Hampir cukup

6 35 – 45 7 18,9 Kurang

7 24 – 34 0 0 Kurang sekali

Jumlah 37 100

Dari tabel 9 tersebut dapat dilihat bahwa setelah dilaksanakan tindakan

pada Siklus I siswa yang memperoleh nilai dengan kategori kurang sekali tidak

ada atau 0%. Siswa yang memperoleh nilai dengan kategori kurang sebanyak 7

siswa atau 18,9%, siswa yang memperoleh nilai dengan kategori hampir cukup

sebanyak 4 siswa atau 10,8%. Siswa yang memperoleh nilai dengan kategori

cukup sebanyak 6 siswa atau 16,2%, siswa yang memperoleh nilai dengan

kategori lebih dari cukup sebanyak 5 siswa atau 13,5%. Siswa yang memperoleh

nilai dengan kategori baik sebanyak 11 siswa atau 29,8% dan siswa yang

memperoleh nilai dengan kategori baik sekali sebanyak 4 siswa atau 10,8%.

Jumlah keseluruhan siswa yang memperoleh nilai >70 sebanyak 20 siswa atau

54,1%.

Data frekuensi nilai kemampuan menghitung luas persegi dan persegi

panjang pada Siklus I dapat ditunjukkan dengan grafik pada gambar 17:

Gambar 17, Grafik Nilai Kemampuan Berhitung Siswa Kelas I SD Negeri

Sukoharjo 02 Siklus I.

Untuk data nilai kemampuan berhitung siswa kelas I SD Negeri

Sukoharjo 02 pada Siklus II dapat dilihat pada tabel 10:

Tabel 10, Data Frekuensi Nilai Kemampuan Berhitung Siswa Kelas I SD Negeri

Sukoharjo 02 Siklus II.

NO Interval Nilai Frekuensi Prosentase Kategori

1 90 – 100 3 8,1 Baik sekali

2 79 – 89 12 32,5 Baik

3 68 – 78 6 16,2 Lebihdari cukup

4 57 – 67 14 37,8 Cukup

5 46 – 56 2 5,4 Hampir cukup

6 35 – 45 0 0 Kurang

7 24 – 34 0 0 Kurang sekali

Jumlah 37 100

Dari tabel 10 tersebut dapat dilihat bahwa setelah dilaksanakan tindakan

pada Siklus I siswa yang memperoleh nilai dengan kategori kurang dan kurang

sekali tidak ada atau 0%. Siswa yang memperoleh nilai dengan kategori hampir

cukup sebanyak 2 siswa atau 5,4%. Siswa yang memperoleh nilai dengan kategori

cukup sebanyak 14 siswa atau 37,8%, siswa yang memperoleh nilai dengan

kategori lebih dari cukup sebanyak 6 siswa atau 16,2%. Siswa yang memperoleh

nilai dengan kategori baik sebanyak 12 siswa atau 32,5% dan siswa yang

memperoleh nilai dengan kategori baik sekali sebanyak 3 siswa atau 8,1%.

Jumlah keseluruhan siswa yang memperoleh nilai >70 sebanyak 21 siswa atau

56,8%.

Data tersebut dapat digambarkan dalam bentuk grafik pada gambar 18:

Gambar 18, Grafik Nilai Kemampuan Berhitung Siswa Kelas I SD Negeri

Sukoharjo 02Siklus II.

Untuk data nilai kemampuan berhitung siswa kelas I SD Negeri

Sukoharjo 02 pada Siklus III dapat dilihat pada tabel 11:

Tabel 11, Data Frekuensi Nilai Kemampuan Berhitung Siswa Kelas I SD Negeri

Sukoharjo 02 Siklus III.

NO Interval Nilai Frekuensi Prosentase Kategori

1 90 – 100 9 24,3 Baik sekali

2 79 – 89 10 27,1 Baik

3 68 – 78 9 24,3 Lebihdari cukup

4 57 – 67 9 24,3 Cukup

5 46 – 56 0 0 Hampir cukup

6 35 – 45 0 0 Kurang

7 24 – 34 0 0 Kurang sekali

Jumlah 37 100

Dari tabel 11 tersebut dapat dilihat bahwa setelah dilaksanakan tindakan

pada Siklus II jumlah keseluruhan siswa yang memperoleh nilai >70 sebanyak 28

siswa atau 75,7% dan tinggal 9 siswa yang belum memperoleh nilai >70.

Data tersebut dapat digambarkan dalam bentuk grafik pada gambar 19:

Gambar 19, Grafik Nilai Kemampuan Berhitung Siswa Kelas I SD Negeri

Sukoharjo 02Siklus II.

Secara lebih rinci perkembangan kemampuan berhitung siswa kelas I SD

Negeri Sukoharjo 02 dapat disajikan pada tabel 12:

Tabel 12, Rekapitulasi Nilai Kemampuan Berhitung Siswa Kelas I SD Negeri

Sukoharjo 02 Sebelum dan Sesudah Tindakan Siklus I.

NO Materi Pembelajaran Rata-rata Nilai Hasil Belajar

Keterangan Sebelum Sesudah

1 Menentukan Nilai Tempat 62,2 64,6 Meningkat

2 Menghitung Penjumlahan

dan Pengurangan 64,1 71,4 Meningkat

Rata-rata 63,1 68,0 Meningkat

Tabel 13, Prosentase Siswa yang Memperoleh Nilai Kemampuan Berhitung >65

Sebelum dan Sesudah Tindakan Siklus I.

NO Materi Pelajaran Nilai siswa >65 Prosentase

Ket Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

1 Menentukan Nilai

Tempat 19 20 51,4 54,1 Meningkat

2

Menghitung

Penjumlahan dan

Pengurangan

19 24 51,4 64,8 Meningkat

Rata-rata 19 22 51,4 59,5 Meningkat

Dari tabel 8 dan 9 menunjukkan bahwa pembelajaran dengan media

Dekak-dekak yang dilaksanakan pada Siklus I pada materi menentukan nilai

tempat, menghitung operasi penjumlahan dan menghitung operasi pengurangan

pada siswa kelas I SD Negeri Sukoharjo 02, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten

Sukoharjo secara klasikal belum memperlihatkan adanya peningkatan. Karena

secara umum prosentase siswa yang mendapat nilai >65 belum mengalami

peningkatan yang berarti. Dengan demikian penelitian dilanjutkan pada Siklus II

untuk materi menentukan nilai tempat, menghitung operasi penjumlahan dan

menghitung operasi pengurangan.

Setelah dilaksanakan tindakan untuk materi menentukan nilai tempat,

menghitung operasi penjumlahan dan menghitung operasi pengurangan pada

Siklus II terlihat adanya peningkatan kemampuan berhitung antara sebelum dan

sesudah diadakan tindakan Siklus II. Adapun hasilnya dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14, Nilai Kemampuan Berhitung pada Rata-rata Kelas Sebelum dan

Sesudah Tindakan Siklus II.

NO Materi Pembelajaran Rata-rata Nilai Tes Hasil Belajar

Keterangan Sebelum Sesudah

1 Menentukan Nilai Tempat 64,6 70,5 Meningkat

2 Menghitung Penjumlahan

dan Pengurangan 71,4 72,2 Meningkat

Rata-rata 68,0 71,4 Meningkat

Selanjutnya dari perhitungan jumlah siswa yang memperoleh nilai di

atas rata- rata pada Siklus II dapat dipaparkan pada Tabel 15.

Tabel 15, Prosentase Siswa yang Memperoleh Nilai Kemampuan Berhitung >70

Sebelum dan Sesudah Tindakan Siklus II.

NO Materi Pelajaran Nilai siswa >70 Prosentase

Keterangan Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

1 Menentukan Nilai Tempat 20 22 54,1 59,5 Meningkat

2 Menghitung Penjumlahan

dan Pengurangan 24 24 64,8 64,8 Sama

Rata-rata 22 23 59,5 62,2 Meningkat

Dari tabel 15 di atas pembelajaran dengan media Dekak-dekak yang

dilaksanakan pada Siklus II pada materi menentukan nilai tempat, menghitung

operasi penjumlahan dan menghitung operasi pengurangan pada siswa kelas I SD

Negeri Sukoharjo 02, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo secara klasikal

telah memperlihatkan adanya peningkatan. Yakni rata- rata kelas pada Siklus I

adalah 68,0 pada Siklus II Menjadi 72,0. Akan tetapi, jumlah siswa yang

mendapat nilai >70 tidak banyak mengalami peningkatan. Dengan demikian

penelitian dilanjutkan pada Siklus III untuk materi menentukan nilai tempat,

menghitung operasi penjumlahan dan menghitung operasi pengurangan.

Setelah dilaksanakan tindakan materi menentukan nilai tempat,

menghitung operasi penjumlahan dan menghitung operasi pengurangan pada

Siklus III terlihat adanya peningkatan kemampuan berhitung antara sebelum dan

sesudah diadakan tindakan Siklus III. Adapun hasilnya dilihat pada Tabel 16

Tabel 16, Nilai Kemampuan Berhitung Siswa pada Rata-rata Kelas Sebelum dan

Sesudah Tindakan Siklus III.

NO Materi Pembelajaran Rata-rata Nilai Tes Hasil Belajar

Keterangan Sebelum Sesudah

1 Menentukan Nilai Tempat 70,5 76,0 Berhasil

2 Menghitung Penjumlahan 72,2 80,8 Berhasil

dan Pengurangan

Rata-rata 71,4 78,4 Meningkat

Selanjutnya dari perhitungan jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas

rata- rata pada Siklus III dapat dipaparkan pada Tabel 17.

Tabel 17, Prosentase Siswa yang Memperoleh Nilai Kemampuan Berhitung >70

Sebelum dan Sesudah Tindakan Siklus III.

NO Materi Pelajaran Nilai siswa >70 Prosentase

Keterangan Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

1 Menentukan Nilai Tempat 22 34 59,5 91,8 Berhasil

2 Menghitung Penjumlahan

dan Pengurangan 24 35 64,8 94,6 Berhasil

Rata-rata 23 34,5 62,2 93,2 Meningkat

Berdasarkan Tabel 16 dan 17 pembelajaran pada Siklus III menunjukkan

peningkatan rata- rata kelas dan peningkatan jumlah siswa yang memperoleh nilai

>70 baik pada materi menentukan nilai tempat maupun menghitung operasi

penjumlahan dan menghitung operasi pengurangan sehingga pembelajaran pada

Siklus III sudah berhasil.

Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan selama tiga Siklus dapat

disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan berhitung siswa kelas I SD negeri

Sukoharjo 02, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo dapat dilakukan

dengan media Dekak-dekak. Hal ini tampak jelas dengan adanya peningkatan-

peningkatan nilai yang diperoleh siswa baik secara perorangan maupun klasikal

pada setiap Siklus sebagaimana terlihat pada Tabel 12, 13, 14, 15, 16 dan 17.

Dengan demikian dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa penggunaan

media Dekak-dekak efektif untuk meningkatkan kemampuan berhitung siswa

kelas I SD Negeri Sukoharjo 02, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo

khususnya dan siswa kelas I Sekolah Dasar- Sekolah Dasar lain pada umumnya.

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan

dalam tiga siklus dengan menggunakan media Dekak-dekak dalam pembelajaran

Matematika pada siswa kelas I SD Negeri Sukoharjo 02, Kecamatan Sukoharjo,

Kabupaten Sukoharjo dapat ditarik simpulan sebagai berikut :

Pembelajaran dengan menggunakan media Dekak-dekak dapat

meningkatkan kemampuan berhitung siswa kelas I SD Negeri Sukoharjo 02,

Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2009/ 2010.

Peningkatan ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai kemampuan siswa

dalam berhitung nilai tempat, penjumlahan, dan pengurangan pada setiap

siklusnya, yaitu : Sebelum tindakan nilai rata- rata tes hasil belajar 63,1, siklus I

nilai rata- rata tes hasil belajar 68,0 dan siklus II nilai rata- rata tes hasil belajar

71,4 dan Siklus III nilai rata-rata tes hasil belajar 78,4.

B. Implikasi

Berdasarkan simpulan penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka

dapat diketahui bahwa penggunaan media pembelajaran Dekak-dekak efektif

untuk meningkatkan proses pembelajaran dan meningkatkan kemampuan

berhitung siswa kelas I Sekolah Dasar.

Upaya-upaya dalam meningkatkan kemampuan berhitung tersebut

melalui beberapa kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan dan tindakan

melalui : 1) Guru melakukan penjajagan pada materi ajar menentukan nilai

tempat, operasi hitung penjumlahan dan pengurangan, 2) Guru menganalisis

tingkat kemampuan berhitung siswa, 3) Guru menyampaikan materi dengan

menggunakan media Dekak-dekak, 4) Guru menggunakan multi metode pada saat

proses pembelajaran berlangsung.

Penjajagan materi merupakan langkah paling awal dalam guru

merencanakan pembelajaran. Pendalaman materi dilakukan guna menentukan

media dan metode yang hendak digunakan pada saat penyampaian materi. Dengan

penjajagan materi, guru akan mengetahui tujuan pembelajaran yang hendak

dicapai pada suatu proses pembelajaran. Sehingga guru akan mampu menentukan

media dan metode yang tepat untuk digunakan dalam mencapai tujuan

pembelajaran tersebut.

Selain penjajagan materi guru juga perlu memperhatikan keadaan siswa.

Hal ini dapat dilakukan dengan memperhatikan tingkat kemampuan berhitung

siswa dengan cara menganalisis nilai hasil belajar pada setiap tindakan. Kegiatan

ini dilakukan sebagai dasar melaksanakan tindakan pada pembelajaran berikutnya.

Diantaranya sebagai dasar pemilihan metode dan media yang akan digunakan

dalam proses pembelajaran berikutnya.

Penyampaian materi khususnya pada pembelajaran Matematika

hendaknya dengan menggunakan media pembelajaran. Pola pikir anak yang masih

operasional konkret dan materi pembelajaran Matematika yang bersifat abstrak

mendorong guru untuk menggunakan media dalam pembelajaran Matematika.

Media yang dipilih pun harus media yang dapat menarik perhatian siswa.

Sehingga siswa akan tertarik pada proses pembelajaran dan dapat menerima

pembelajaran yang telah dikemas secara konkret dan menarik dengan

menggunakan media.

Hal lain yang dilakukan guru dalam meningkatkan kemampuan

berhitung siswa adalah dengan menggunakan multi metode pada saat

pembelajaran berlangsung. Penggunaan multi metode dilakukan guru dengan

tetap mengacu pada tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, tingkat penguasaan

guru dalam menggunakan metode yang akan dipilih dan kondisi siswa.

Dengan demikian, implikasi khusus bagi para guru Sekolah Dasar dalam

penelitian tindakan kelas ini adalah :

1. Materi menentukan nilai tempat, operasi hitung penjumlahan dan pengurangan

yang akan disampaikan kepada siswa hendaknya sudah dikuasai oleh guru.

Sehingga guru akan mengetahui cara dan strategi dalam mengajarkannya

kepada siswa.

2. Pemanfaatan dan penggunaan media pembelajaran Dekak-dekak diteruskan

dan dibiasakan pada setiap guru yang mengajarkan materi pembelajaran

menentukan nilai tempat, operasi hitung penjumlahan dan pengurangan siswa

kelas I Sekolah Dasar.

3. Media Dekak-dekak harus dibuat sebagus mungkin. Hal ini perlu dilakukan

agar siswa merasa senang, mau menggunakan secara optimal sehingga

kemampuan siswa menentukan nilai tempat, operasi hitung penjumlahan dan

pengurangan meningkat.

4. Guru harus melaksanakan pembelajaran yang inovatif dalam rangka

meningkatkan keaktifan siswa saat proses pembelajaran berlangsung.

C. Saran

Sesuai dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian, serta dalam

rangka ikut menyumbang pemikiran bagi guru dalam meningkatkan kemampuan

menghitung luas persegi dan persegi panjang khususnya pada mata pelajaran

Matematika, maka dapat disampaikan saran- saran kepada berbagai pihak

diantaranya:

1. Kepada Sekolah

Sekolah hendaknya mengupayakan pengadaan berbagai alat peraga

Matematika khususnya dan alat peraga lain pada umumnya. Hal ini

diharapkan dapat menunjang dalam penanaman konsep- konsep Matematika

secara lebih nyata, sekaligus meningkatkan aktivitas belajar siswa dan

memperdayakan penggunaan media dalam proses pembelajaran Matematika.

2. Kepada Guru

Guru hendaknya mempersiapkan secara cermat fasilitas belajar yang

diperlukan, karena sangat mempengaruhi efektivitas dan efisiensi

pembelajaran, fasilitas belajar tersebut pada akhirnya berpengaruh pada proses

dan hasil belajar Matematika siswa.

3. Kepada Siswa

Siswa hendaknya berperan aktif dalam proses pembelajaran, selalu

mengerjakan tugas- tugas yang diberikan guru, meningkatkan penguasaan

media Dekak-dekak dan meningkatkan usaha belajar sehingga dapat

memperoleh hasil belajar yang optimal.

4. Kepada Orang Tua

Peran serta dan perhatian orang tua sangat menentukan keberhasilan

pendidikan anak, sebab bersama orang tualah anak lebih lama tinggal dari

pada di sekolah.

Tanpa bantuan orang tua apapun usaha guru tidak akan berhasil

secara maksimal. Oleh karena itu bimbingan orang tua di rumah, masukan,

informasi tentang kemajuan dan kekurangan anak tersebut sangatlah

diperlukan guru guna menunjang keberhasilan pendidikan anak. Untuk itu

kerjasama dan jalinan kekeluargaan antara orang tua dan sekolah harus selalu

dibina.

DAFTAR PUSTAKA

A. Dakir, dkk. 2005. Pendidikan IPS di Sekolah Dasar. Surakartaa: UNS Perss.

Agus Lithanta. 2008. Alat Peraga Perkalian Model Matrik Sebagai Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan. Jurnal Pendidikan:

Yogyakarta.

Arief Sadiman, dkk. 1996. Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan

Pemanfaatannya. Jakarta : Pustekomdikbud dan PT. Raja Grafindo Persada.

Asep Hary Hernawan. 2008. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Universitas Terbuka.

BSNP. 2003. Model Silabus Tematik Kelas I. Departemen Pendidikan

Nasional:Jakarta.

Depdikbud. 1977. Pendidikan Matematika. Depdikbud : Jakarta

. 1993. Pengajaran Berhitung Kelas I, II, III di Sekolah Dasar. Depdikbud: Jakarta.

. 2000. Pedoman Pembuatan dan Penggunaan Alat Peraga/Praktik

Sederhana Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar. Depdikbud:

Jakarta.

Depdiknas. 2003. Model Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Departemen

Pendidikan Nasional:Jakarta.

. 2003.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Departemen Pendidikan

Nasional:Jakarta.

_________ Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1993. Jakarta : Balai Pustaka.

Eman. 2008. http: // digilib. Petra.ac.id/junke/sI/eman/2008. Diakses 5 Mei 2010.

Erwin Adi Putranto. 2007. Penemuan yang Mengubah Dunia. Jakarta: CV.

Pamularsih.

I.G.A.K. Wardani, dkk. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

Lexy J.Moelong. 1995. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:PT.Remaja

Rosdakarya.

M. Basyiruddin Usman, dkk.2002.Media Pembelajaran.Jakarta:Delia Utama

Citra.

MG. Dwijiastuti, dkk. 2003. Landasan-landasan Pendidikan Sekolah Dasar. Surakarta : UNS Perss.

Miles & Huberman. 2000. Analisis Data Kualitatif. Jakarta : Universitas

Indonesia.

Mulyono Abdurrahman.1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.

Jakarta: Rineka Cipta.

Munawir Yusuf, dkk. 2003. Pendidikan bagi Anak dengan Problema Belajar.

Surakarta : Tiga Serangkai.

Nabisi Lapono, dkk. 2008. Belajar dan Pembelajaran SD. Jakarta: Dirjen Dikti.

Nasar. 2006. Merancang Pembelajaran Aktif dan Kontekstual Berdasarkan

“SISKO” 2006. Jakarta: PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Nur Kasanah dan Didik Tuminto. 2007. Kamus Bergambar. Jakarta.

Nyimas Aisyah, Dkk. 2007. Pengembangan Prmbelajaran Matematika. Jakarta :

Dirjen Dikti.

Oemar Hamalik. 1995. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Purnomosidi, dkk. 2008. Matematika untuk SD Kelas I. Jakarata: Pusat

Perbukuan.

Purwoto dan Wahyudi. 1995. Pendidikan Metematika III B. Surakarta : UNS Perss.

Purwoto. 2002. Pendidikan Metematika II. Surakarta : UNS Perss.

Ratna Megawangi. 2007. Pendidikan Karakter. Jakarta: Indonesia Heritage

Foundation.

Rumiati. 2007. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Dirjen Dikti.

Samino Sangaji, dkk. 2003. Perkembangan Belajar Peserta Didik. Surakarta :

UNS Perss.

Sarwiji Suwandi, 2008. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Karya Ilmiah .

Surakarta : UNS Press.

Sugiyanto. 2007. Peningkatan Prestasi Belajar Matematika dengan

Menggunakan Media Dekak-dekak pada Siswa Kelas III SDNegeri Tlogolele

2. Skripsi tidak diterbitkan. Surakarta. UNS.

Sukaryati. 2003. Contoh Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar.

Yogyakarta : Depdiknas.

S.Ty.Slamet dan Suwarto. 2007.Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Surakarta :

UNS Press.

Tatik Jarwani. 2009. Peningkatan Kemampuan Berhitung dengan Menggunakan

Media Abakus Pada Siswa Kelas I Sekolah Dasar. Skripsi tidak diterbitkan.

Surakarta: UNS Press.

Tim. Petunjuk Penggunaan Alat Peraga Matematika Sekolah Dasar. 2008.

PUDAK SCIENTIFIC.

Tim UNS. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta : UNS Perss.

www. Wikipedia.org/wiki/learning. Diakses 15 April 2010

www. en.wikipedia.org/wiki/Abacus, diakses 9 Maret 2010.

Zainal Aqib. 2009. Penelitian Tindakan Kelas.Bandung: Yrama Widya.

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan

dalam tiga siklus dengan menggunakan media Dekak-dekak dalam pembelajaran

Matematika pada siswa kelas I SD Negeri Sukoharjo 02, Kecamatan Sukoharjo,

Kabupaten Sukoharjo dapat ditarik simpulan sebagai berikut :

Pembelajaran dengan menggunakan media Dekak-dekak dapat

meningkatkan kemampuan berhitung siswa kelas I SD Negeri Sukoharjo 02,

Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2009/ 2010.

Peningkatan ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai kemampuan siswa

dalam berhitung nilai tempat, penjumlahan, dan pengurangan pada setiap

siklusnya, yaitu : Sebelum tindakan nilai rata- rata tes hasil belajar 63,1, siklus I

nilai rata- rata tes hasil belajar 68,0 dan siklus II nilai rata- rata tes hasil belajar

71,4 dan Siklus III nilai rata-rata tes hasil belajar 78,4.

B. Implikasi

Berdasarkan simpulan penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka

dapat diketahui bahwa penggunaan media pembelajaran Dekak-dekak efektif

untuk meningkatkan proses pembelajaran dan meningkatkan kemampuan

berhitung siswa kelas I Sekolah Dasar.

Upaya-upaya dalam meningkatkan kemampuan berhitung tersebut

melalui beberapa kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan dan tindakan

melalui : 1) Guru melakukan penjajagan pada materi ajar menentukan nilai

tempat, operasi hitung penjumlahan dan pengurangan, 2) Guru menganalisis

tingkat kemampuan berhitung siswa, 3) Guru menyampaikan materi dengan

menggunakan media Dekak-dekak, 4) Guru menggunakan multi metode pada saat

proses pembelajaran berlangsung.

Penjajagan materi merupakan langkah paling awal dalam guru

merencanakan pembelajaran. Pendalaman materi dilakukan guna menentukan

media dan metode yang hendak digunakan pada saat penyampaian materi. Dengan

penjajagan materi, guru akan mengetahui tujuan pembelajaran yang hendak

dicapai pada suatu proses pembelajaran. Sehingga guru akan mampu menentukan

media dan metode yang tepat untuk digunakan dalam mencapai tujuan

pembelajaran tersebut.

Selain penjajagan materi guru juga perlu memperhatikan keadaan siswa.

Hal ini dapat dilakukan dengan memperhatikan tingkat kemampuan berhitung

siswa dengan cara menganalisis nilai hasil belajar pada setiap tindakan. Kegiatan

ini dilakukan sebagai dasar melaksanakan tindakan pada pembelajaran berikutnya.

Diantaranya sebagai dasar pemilihan metode dan media yang akan digunakan

dalam proses pembelajaran berikutnya.

Penyampaian materi khususnya pada pembelajaran Matematika

hendaknya dengan menggunakan media pembelajaran. Pola pikir anak yang masih

operasional konkret dan materi pembelajaran Matematika yang bersifat abstrak

mendorong guru untuk menggunakan media dalam pembelajaran Matematika.

Media yang dipilih pun harus media yang dapat menarik perhatian siswa.

Sehingga siswa akan tertarik pada proses pembelajaran dan dapat menerima

pembelajaran yang telah dikemas secara konkret dan menarik dengan

menggunakan media.

Hal lain yang dilakukan guru dalam meningkatkan kemampuan

berhitung siswa adalah dengan menggunakan multi metode pada saat

pembelajaran berlangsung. Penggunaan multi metode dilakukan guru dengan tetap

mengacu pada tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, tingkat penguasaan guru

dalam menggunakan metode yang akan dipilih dan kondisi siswa.

Dengan demikian, implikasi khusus bagi para guru Sekolah Dasar dalam

penelitian tindakan kelas ini adalah :

1. Materi menentukan nilai tempat, operasi hitung penjumlahan dan pengurangan

yang akan disampaikan kepada siswa hendaknya sudah dikuasai oleh guru.

Sehingga guru akan mengetahui cara dan strategi dalam mengajarkannya

kepada siswa.

2. Pemanfaatan dan penggunaan media pembelajaran Dekak-dekak diteruskan

dan dibiasakan pada setiap guru yang mengajarkan materi pembelajaran

menentukan nilai tempat, operasi hitung penjumlahan dan pengurangan siswa

kelas I Sekolah Dasar.

3. Media Dekak-dekak harus dibuat sebagus mungkin. Hal ini perlu dilakukan

agar siswa merasa senang, mau menggunakan secara optimal sehingga

kemampuan siswa menentukan nilai tempat, operasi hitung penjumlahan dan

pengurangan meningkat.

4. Guru harus melaksanakan pembelajaran yang inovatif dalam rangka

meningkatkan keaktifan siswa saat proses pembelajaran berlangsung.

C. Saran

Sesuai dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian, serta dalam

rangka ikut menyumbang pemikiran bagi guru dalam meningkatkan kemampuan

menghitung luas persegi dan persegi panjang khususnya pada mata pelajaran

Matematika, maka dapat disampaikan saran- saran kepada berbagai pihak

diantaranya:

1. Kepada Sekolah

Sekolah hendaknya mengupayakan pengadaan berbagai alat peraga

Matematika khususnya dan alat peraga lain pada umumnya. Hal ini

diharapkan dapat menunjang dalam penanaman konsep- konsep Matematika

secara lebih nyata, sekaligus meningkatkan aktivitas belajar siswa dan

memperdayakan penggunaan media dalam proses pembelajaran Matematika.

2. Kepada Guru

Guru hendaknya mempersiapkan secara cermat fasilitas belajar yang

diperlukan, karena sangat mempengaruhi efektivitas dan efisiensi

pembelajaran, fasilitas belajar tersebut pada akhirnya berpengaruh pada proses

dan hasil belajar Matematika siswa.

3. Kepada Siswa

Siswa hendaknya berperan aktif dalam proses pembelajaran, selalu

mengerjakan tugas- tugas yang diberikan guru, meningkatkan penguasaan

media Dekak-dekak dan meningkatkan usaha belajar sehingga dapat

memperoleh hasil belajar yang optimal.

4. Kepada Orang Tua

Peran serta dan perhatian orang tua sangat menentukan keberhasilan

pendidikan anak, sebab bersama orang tualah anak lebih lama tinggal dari

pada di sekolah.

Tanpa bantuan orang tua apapun usaha guru tidak akan berhasil

secara maksimal. Oleh karena itu bimbingan orang tua di rumah, masukan,

informasi tentang kemajuan dan kekurangan anak tersebut sangatlah

diperlukan guru guna menunjang keberhasilan pendidikan anak. Untuk itu

kerjasama dan jalinan kekeluargaan antara orang tua dan sekolah harus selalu

dibina.