ABSTRAK Sisviana Etyka Sari, PENINGKATKAN KEMAMPUAN .../Peningkatkan-kemampuan...penelitian berasal...
Transcript of ABSTRAK Sisviana Etyka Sari, PENINGKATKAN KEMAMPUAN .../Peningkatkan-kemampuan...penelitian berasal...
ABSTRAK
Sisviana Etyka Sari, PENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG
MELALUI PENGGUNAAN MEDIA DEKAK-DEKAK PADA SISWA KELAS
I SDN SUKOHARJO 02 SUKOHARJO SEMESTER GENAP TAHUN 2010,
Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta, Juni 2010.
Tujuan penelitian ini meningkatan kemampuan berhitung melalui
penggunaan media Dekak-dekak pada siswa kelas I SDN Sukoharjo 02 Sukoharjo
pada Semester genap Tahun 2010. Variabel masalah dan variabel tindakan dalam
penelitian adalah kemampuan berhitung dan media dekak-dekak. Tempat
dilaksanakannya penenlitian ini di SD Negeri Sukoharjo 02. Bentuk dan strategi
penelitian adalah Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 3 siklus.
Subjeknya adalah seluruh siswa kelas kelas I SDN Sukoharjo 02. Sumber data
penelitian berasal dari guru dan siswa, hasil belajar Matematika, dan dokumen
pembelajaran Matematika. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
observasi untuk data keaktifan siswa dan guru, dokumen untuk data proses
pembelajaran, dan tes untuk data hasil belajar. Validitas data menggunakan
validitas isi. Teknik analisis menggunakan model analisis interaktif.
Hasil penelitian dapat disimpulkan ada peningkatan kemampuan berhitung
dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan media dekak-dekak. Hal
itu dapat ditunjukkan dari data perubahan hasil tes dari sebelum tindakan, siklus I,
siklus II, dan siklus III sebagai berikut : 63,1; 68,0; 71,4, dan 78,4. Dengan
demikian diharapkan dalam pembelajaran Matematika dengan media dekak-dekak
dapat meningkatkan kemampuan berhitung pada siswa kelas I SDN Sukoharjo 02
Sukoharjo pada Semester Genap Tahun 2010.
Kata kunci : kemampuan berhitung, media dekak-dekak
ABSTRACT
Sisviana Etyka Sari, The Improvement of Computation Ability using
Dekak-dekak Media in the First Grade of SDN Sukoharjo 02 Sukoharjo in the
Second Semester of 2010, Minithesis, Surakarta ; Teacher Training and
Education Faculty, of Sebelas Maret Univercity, June 2010.
The purposes of this research is to increase the computation ability by
using dekak-dekak media to the first grade students of SDN Sukoharjo 02
Sukoharjo in the second semester of 2010. Problem variable and action variable in
research are computation ability and dekak-dekak media. The place of this
research in SDN Sukoharjo 02. Form and research strategy are classroom action
research executive by three cycles. This subjects are the first grade students SDN
Sukoharjo 02. The source data result of research from teacher and students, results
of mathematic learning, and documents of mathematics study. The data collecting
techniques are observation for liveliness data of students and teacher, document
for study process data, and testing for data result of learning. The data validity
applie content validity. The data analyzis model that use interactive analysis
model.
Result of the research can be summarized that there is a counting ability
improvement in mathematic learning by using dekak-dekak media. It can be
showed change results testing of data from before action, first cycle, second cycle,
and third cycle as follows : 63,1; 68,0; 71,4, and 78,4. Based on the whole the
axpected that mathematic learning using dekak-dekak media can improve the
computation ability to the first grade of students SDN Sukoharjo 02 Sukoharjo in
the second semester of 2010.
Key words : computation ability, dekak-dekak media
PENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI
PENGGUNAAN MEDIA DEKAK-DEKAK PADA SISWA
KELAS I SDN SUKOHARJO 02 SUKOHARJO
SEMESTER GENAP TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
SISVIANA ETYKA SARI
X7108753
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
PENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI
PENGGUNAAN MEDIA DEKAK-DEKAK PADA SISWA
KELAS I SDN SUKOHARJO 02 SUKOHARJO
SEMESTER GENAP TAHUN 2010
(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas I SDN Sukoharjo 02,
Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo, Tahun Pelajaran 2009/2010)
Oleh:
SISVIANA ETYKA SARI
NIM : X7108753
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan
gelar Sarjana Pendidikan Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul :
Peningkatan Kemampuan Berhitung Melalui Penggunaan Media Dekak-dekak
pada Siswa Kelas I SDN Sukoharjo 02 Sukoharjo Semester Genap Tahun 2010.
Oleh :
Nama : Sisviana Etyka Sari
NIM : X7108753
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pada Hari :
Tanggal :
Surakarta, Juni 2010
Pembimbing I
Drs. Sutijan, M. Pd.
NIP. 195201271979031001
Pembimbing II
Drs. Djaelani, M. Pd.
NIP. 195203171983031002
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul:
Peningkatan Kemampuan Berhitung Melalui Penggunaan Media Dekak-dekak
pada Siswa Kelas I SDN Sukoharjo 02 Sukoharjo Semester Genap Tahun 2010.
Oleh :
Nama : Sisviana Etyka Sari
NIM : X7108753
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi
persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang : Tanda Tangan
Ketua : Drs. Sukarno, M. Pd.
Sekretaris : Drs. Usada, M. Pd.
Anggota I : Drs. Sutijan, M. Pd.
Anggota II : Drs. Djaelani, M. Pd.
Disahkan oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd.
NIP. 196007271987021001
ABSTRAK
Sisviana Etyka Sari, PENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG
MELALUI PENGGUNAAN MEDIA DEKAK-DEKAK PADA SISWA KELAS
I SDN SUKOHARJO 02 SUKOHARJO SEMESTER GENAP TAHUN 2010, Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta, Juni 2010.
Tujuan penelitian ini meningkatan kemampuan berhitung melalui
penggunaan media Dekak-dekak pada siswa kelas I SDN Sukoharjo 02 Sukoharjo
pada Semester genap Tahun 2010. Variabel masalah dan variabel tindakan dalam penelitian adalah kemampuan berhitung dan media dekak-dekak. Tempat
dilaksanakannya penenlitian ini di SD Negeri Sukoharjo 02. Bentuk dan strategi
penelitian adalah Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 3 siklus.
Subjeknya adalah seluruh siswa kelas kelas I SDN Sukoharjo 02. Sumber data
penelitian berasal dari guru dan siswa, hasil belajar Matematika, dan dokumen pembelajaran Matematika. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
observasi untuk data keaktifan siswa dan guru, dokumen untuk data proses
pembelajaran, dan tes untuk data hasil belajar. Validitas data menggunakan
validitas isi. Teknik analisis menggunakan model analisis interaktif.
Hasil penelitian dapat disimpulkan ada peningkatan kemampuan berhitung dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan media dekak-dekak. Hal
itu dapat ditunjukkan dari data perubahan hasil tes dari sebelum tindakan, siklus I,
siklus II, dan siklus III sebagai berikut : 63,1; 68,0; 71,4, dan 78,4. Dengan
demikian diharapkan dalam pembelajaran Matematika dengan media dekak-dekak dapat meningkatkan kemampuan berhitung pada siswa kelas I SDN Sukoharjo 02
Sukoharjo pada Semester Genap Tahun 2010.
Kata kunci : kemampuan berhitung, media dekak-dekak
ABSTRACT
Sisviana Etyka Sari, The Improvement of Computation Ability using Dekak-dekak Media in the First Grade of SDN Sukoharjo 02 Sukoharjo in the
Second Semester of 2010, Minithesis, Surakarta ; Teacher Training and
Education Faculty, of Sebelas Maret Univercity, June 2010.
The purposes of this research is to increase the computation ability by
using dekak-dekak media to the first grade students of SDN Sukoharjo 02 Sukoharjo in the second semester of 2010. Problem variable and action variable in
research are computation ability and dekak-dekak media. The place of this
research in SDN Sukoharjo 02. Form and research strategy are classroom action
research executive by three cycles. This subjects are the first grade students SDN
Sukoharjo 02. The source data result of research from teacher and students, results of mathematic learning, and documents of mathematics study. The data collecting
techniques are observation for liveliness data of students and teacher, document
for study process data, and testing for data result of learning. The data validity
applie content validity. The data analyzis model that use interactive analysis
model. Result of the research can be summarized that there is a counting ability
improvement in mathematic learning by using dekak-dekak media. It can be
showed change results testing of data from before action, first cycle, second cycle,
and third cycle as follows : 63,1; 68,0; 71,4, and 78,4. Based on the whole the axpected that mathematic learning using dekak-dekak media can improve the
computation ability to the first grade of students SDN Sukoharjo 02 Sukoharjo in
the second semester of 2010.
Key words : computation ability, dekak-dekak media
MOTTO
Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat
menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(Q.S. An Nahl : 18)
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang
mengajar (manusia) dengan perantara kalam.
(Q.S. Al Alaq : 3-4)
Allah selalu mengikuti prasangka hamba-Nya, maka
berprasangkalah yang baik pada-Nya.
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan ketulusan hati Sisviana Etyka Sari mempersembahkan skripsi
ini kepada:
Bapak Sumardi dan Ibu Tri Susilawati, bapak ibuku yang mendoakanku,
mendidik, membimbing, dan memberikan segalanya
dalam tiap hembusan nafasku.
Adikku Anggih Martrianingrum yang membuatku tersenyum
saat sedih dan tertawa bersama dalam bahagia.
Sahabatku Sigit Hartanto yang selalu Ing Madya
Mangun Karsa dan menorehkan diari memori
cantik dalam menyelesaikan skripsi ini.
Sahabat-sahabat terbaikku yang selalu memberi semangat dan bantuan.
Teman-teman PGSD yang selalu memotivasi.
Rekan-rekan di SDN Sukoharjo 02.
Adik-adik TPQ Al Fitroh yang senantiasa mendoakan dan
menyemangati.
Semua pihak yang telah membantu.
Almamater tempat kutimba aneka ilmu.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang memberi
hidayah, inayah, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini guna memenuhi sebagian persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan.
Penulis menyadari bahwa penelitian tindakan kelas ini tidak akan
berhasil tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah
berpartisipasi dalam penyusunan skripsi ini, untuk itu dengan segala kerendahan
hati penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sangat tulus
kepada semua pihak, khususnya kepada :
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd., Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan
ijin penulisan skripsi.
2. Drs. Rusdiana Indianto, M. Pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan yang telah
memberikan persetujuan skripsi.
3. Drs. Kartono, M. Pd., Ketua Program Studi PGSD yang telah memberikan
izin penulisan skripsi.
4. Drs. Sutijan, M. Pd., pembimbing I dan Drs. Djaelani, M. Pd.,
Pembimbing II yang telah memberikan arahan, dorongan, dan bimbingan
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
lancar.
5. Drs. Usada, M. Pd., Pembimbing Akademik yang memberikan arahan dan
bimbingan selama menjadi mahasiswa di Program Studi PGSD.
6. Drs. Sukarno, M. Pd., Ketua Tim Penguji Skripsi yang telah memberi
bimbingan dan arahan.
7. Bapak dan Ibu dosen Program Studi PGSD yang telah memberikan ilmu
dan bimbingan kepada penulis.
8. Rekan-rekan PGSD dan sahabat terbaik yang tidak dapat penulis sebutkan
satu per satu yang membantu dan memberi warna selama menjadi
mahasiswa dan dalam penyusunan skripsi ini
9. Kepala sekolah, guru, staf, dan murid-murid SDN Sukoharjo 02, terima
kasih atas kerja sama dan bantuannya.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Tak ada gading yang tak retak, tak ada sesuatu yang sempurna. Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu
saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk lebih baik lagi
di masa yang akan datang. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca. Semoga Allah
menjadikan skripsi ini menjadi ilmu yang bermanfaat. Amin.
Surakarta, Juli 2010
Penulis
JUDUL ………………………………………………………………………...
PENGAJUAN ……………………………………………………………….....
PERSETUJUAN …………………………………………………………….....
PENGESAHAN ………………………………………………………………..
ABSTRAK ……………………………………………………………………..
ABSTRACT …………………………………………………………………...
MOTTO ………………………………………………………………………..
PERSEMBAHAN ……………………………………………………………..
KATA PENGANTAR …………………………………………………………
DAFTAR ISI …………………………………………………………………..
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………..
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………..
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah …………………………………………
B. Rumusan Masalah ……………………………………………......
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………......
D. Manfaat Penenlitian ……………………………………………...
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ………………………………………………...
1. Tinjauan tentang Perkembangan Belajar Siswa Kelas I
Sekolah Dasar ……………………………………………….
2. Tinjauan tentang Kemampuan berhitung…………………….
3. Tinjauan tentang Media Dekak-dekak ………………………
B. Penelitian yang Relevan …………………………………………
C. Kerangka Berpikir ……………………………………………….
D. Hipotesis Tindakan ……………………………………………
BAB III METODOLOGI PENENLITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………....
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
xi
xiii
xv
xvi
1
5
5
5
7
7
11
20
35
36
38
39
B. Bentuk dan Strategi Penelitian …………………………………..
C. Subjek Penelitian ………………………………………………...
D. Sumber Data ……………………………………………………..
E. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………....
F. Validitas Data …………………………………………………....
G. Teknik Analisis Data …………………………………………….
H. Indikator Kinerja …………………………………………………
I. Prosedur Penelitian ………………………………………………
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Awal Kemampuan Menghitung Siswa ……………......
B. Deskripsi Hasil Penelitian ……………………………………….
C. Deskripsi Permasalahan Penelitian ………………………………
D. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian ………………………
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan ………………………………………………………..
B. Implikasi ………………………………………………………...
C. Saran …………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………...
LAMPIRAN ………………………………………………………………….
39
40
40
40
41
42
44
44
51
52
56
78
88
88
90
92
95
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Data Statistik Siswa SDN Sukoharjo 02 Sukoharjo……………….
2. Data Nilai Kemampuan Berhitung Siswa pada Pertemuan Pertama
Siklus I ……………………………………………………………
3. Data Nilai Kemampuan Berhitung Siswa pada Pertemuan Kedua
Siklus I ……………………………………………………………
4. Data Nilai Kemampuan Berhitung Siswa pada Pertemuan Pertama
Siklus II ………...…………………………………………………
5. Data Nilai Kemampuan Berhitung Siswa pada Pertemuan Kedua
Siklus II ………...…………………………………………………
6. Data Nilai Kemampuan Berhitung Siswa pada Pertemuan Pertama
Siklus III………...…………………………………………………
7. Data Nilai Kemampuan Berhitung Siswa pada Pertemuan Kedua
Siklus III ………..…………………………………………………
8. Data Frekuensi Nilai Kemampuan Berhitung Siswa Kelas I SD
Negeri Sukoharjo 02 Sebelum Tindakan …………………………
9. Data Frekuensi Nilai Kemampuan Berhitung Siswa Kelas I SD
Negeri Sukoharjo 02 Siklus I …………. …………………………
10. Data Frekuensi Nilai Kemampuan Berhitung Siswa Kelas I SD
Negeri Sukoharjo 02 Siklus II ………….…………………………
11. Data Frekuensi Nilai Kemampuan Berhitung Siswa Kelas I SD
Negeri Sukoharjo 02 Siklus III ………...…………………………
12. Rekapitulasi Nilai Kemampuan Berhitung Siswa Kelas I SD
Negeri Sukoharjo 02 Sebelum dan Sesudah Tindakan Siklus I…
13. Prosentase Siswa yang Memperoleh Nilai Kemampuan Berhitung
≥65 Sebelum dan Sesudah Tindakan Siklus I …………………….
55
155
156
157
158
159
160
79
80
82
83
84
84
14. Nilai Kemampuan Berhitung Siswa Kelas I SD Negeri Sukoharjo
02 Sebelum dan Sesudah Tindakan Siklus II……………………...
15. Prosentase Siswa yang Memperoleh Nilai Kemampuan Berhitung
≥70 Sebelum dan Sesudah Tindakan Siklus II ……………………
16. Nilai Kemampuan Berhitung Siswa Kelas I SD Negeri Sukoharjo
02 Sebelum dan Sesudah Tindakan Siklus III………………..…
17. Prosentase Siswa yang Memperoleh Nilai Kemampuan Berhitung
≥70 Sebelum dan Sesudah Tindakan Siklus III…….……………
85
85
86
86
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kartu Bilangan …………………………………………………………
2. Kartu Pasangan Bilangan ………………………………………………
3. Timbangan Bilangan …………………………………………………...
4. Tabel Penjumlahan …………………………………………………….
5. Kartu Pasangan Pengurangan …………………………………………
6. Dekak-dekak 19 biji…..………………………………………………...
7. Sempoa atau dekak-dekak Versi Jepang ………………………………
8. Dekak-dekak Batang …………………………………………………...
9. Dekak-dekak Versi Jepang / Cina ……………………………………..
10. Dekak-dekak Model Romawi ………………………………………….
11. Kerangka Berpikir ……………………………………………………..
12. Siklus Penelitian Tindakan ……………………………………………
13. Peragaan tentang nilai Tempat ………………………………………...
14. Peragaan Penjumlahan Tanpa Teknik Menyimpan ……………………
15. Peragaan Pengurangan Tanpa Teknik Meminjam ……………………..
16. Grafik Nilai Kemampuan Berhitung Siswa Kelas I SD Negeri
Sukoharjo 02 Sebelum Tindakan……………………………………….
17. Grafik Nilai Kemampuan Berhitung Siswa Kelas I SD Negeri
Sukoharjo 02 Siklus I ………………………………………………….
18. Grafik Nilai Kemampuan Berhitung Siswa Kelas I SD Negeri
Sukoharjo 02 Siklus II ………...……………………………………….
19. Grafik Nilai Kemampuan Berhitung Siswa Kelas I SD Negeri
Sukoharjo 02 Siklus III ……….……………………………………….
26
26
27
27
28
28
30
34
34
35
37
45
58
60
60
80
81
82
83
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Kriteria Ketuntasan Minimal ………………………………
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ………………
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ………………
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ………………
5. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus I
Pertemuan I ………………………………………………………
6. Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Siklus I
Pertemuan I………………...……………………………………..
7. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus I
Pertemuan II ……………………………………………………
8. Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Siklus I
Pertemuan II…………………...………………………………….
9. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus II
Pertemuan I ………………………………………………………
10. Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Siklus II
Pertemuan II………………...…………………………………….
11. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus II
Pertemuan II ………………………………..……………………
12. Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Siklus II
Pertemuan II………………...…………………………………….
13. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus
III Pertemuan I …………………………...………………………
14. Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Siklus III
Pertemuan I……………………………………………………….
15. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus
95
96
102
108
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
III Pertemuan II ………………………………………………….
16. Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Siklus III
Pertemuan II………………………………………………………
17. Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan I ……………………….
18. Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan II ……………………
19. Lembar Kerja Siswa Siklus II Pertemuan I ……………………
20. Lembar Kerja Siswa Siklus II Pertemuan II ……………………
21. Lembar Kerja Siswa Siklu III Pertemuan I…. …………………..
22. Lembar Kerja Siswa Siklu III Pertemuan II ……………………
23. Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan I……………………………...
24. Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan II……..……………………...
25. Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan I……………………………...
26. Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan II…...………………………...
27. Soal Evaluasi Siklus III Pertemuan I…..………………………...
28. Soal Evaluasi Siklus III Pertemuan II…….……………………...
29. Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan I……..………
30. Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan II……………
31. Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan I……………
32. Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan II…..………
33. Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus III Pertemuan I……………
34. Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus III Pertemuan II…………
35. Nilai Kemampuan Berhitung Siswa pada Pertemuan pertama
Siklus I……………………………………………………………
36. Nilai Kemampuan Berhitung Siswa pada Pertemuan kedua
Siklus I……………………………………………………………
37. Nilai Kemampuan Berhitung Siswa pada Pertemuan pertama
Siklus II…………………………………………………………
38. Nilai Kemampuan Berhitung Siswa pada Pertemuan kedua
126
127
129
131
133
135
137
139
141
143
145
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
Siklus II…………………………………………………………...
39. Nilai Kemampuan Berhitung Siswa pada Pertemuan pertama
Siklus III………………………………………………………….
40. Nilai Kemampuan Berhitung Siswa pada Pertemuan kedua
Siklus III………………………………………………………….
41. Rekapitulasi Nilai Ulangan Harian Sebelum Tindakan…………
42. Rekapitulasi Nilai Ulangan Harian Siklus I …………………….
43. Rekapitulasi Nilai Ulangan Harian Siklus II…………………….
44. Rekapitulasi Nilai Ulangan Harian Siklus III…………………….
45. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Ulangan Harian Sebelum Tindakan,
Siklus I, Siklus II, dan Siklus III ………………………..………
46. Dokumentasi Kegiatan Penelitian ………………………………
47. Surat Keterangan Penelitian……………………………………..
159
160
161
162
163
164
165
166
171
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan khusus pengajaran matematika menurut GBPP mata pelajaran
Matematika di SD yaitu menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan
berhitung sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari mengembangkan pengetahuan
dasar matematika sebagai belajar lebih lanjut (Depdikbud, 2003:70). Harapan
tersebut seharusnya dapat terlaksana dengan baik apabila cara untuk
menumbuhkan keterampilan berhitung tersebut tepat. Namun kenyataan di
lapangan, banyak faktor yang menghambat tumbuhnya keterampilan berhitung
sehingga kemampuan anak untuk dapat berhitung juga rendah.
Kenyataan di lapangan membuktikan bahwa rata-rata siswa memiliki
kemampuan yang rendah dalam berhitung. Rendahnya kemampuan berhitung
tersebut berdampak pada nilai mata pelajaran Matematika yang juga rendah.
Dibuktikan dengan nilai rata-rata mata pelajaran Matematika kelas I SDN
Sukoharjo 02 adalah 63,1 sedangkan Kriteria Ketuntasn Minimal mata pelajaran
matematika kelas I sekolah dasar adalah 65.
Salah satu faktor penyebab rendahnya kemampuan berhitung pada siswa
kelas I SDN Sukoharjo 02 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo bersumber
dari guru. Dalam pembelajaran guru hanya menggunakan metode yang monoton
berupa ceramah melalui kata-kata secara lisan dan penugasan yang sangat
dominan. Guru salah memilih teknik komunikasi pembelajaran yang membuat
siswa tidak memiliki ketertarikan pada pembelajaran matematika. Guru juga
kurang memahami perkembangan belajar siswa kelas rendah pada Sekolah Dasar.
Siswa kelas rendah terutama kelas satu belum dapat menerima konsep yang
abstrak tetapi guru hanya menggunakan metode ceramah. Sehingga terjadi
verbalisme pada siswa karena pembelajaran hanya terpusat pada guru (teacher
centered) bukan bersumber pada siswa (student centered).
Masalah rendahnya kemampuan berhitung juga bersumber dari siswa.
Siswa sering tidak memperhatikan pembelajaran yang diberikan oleh guru.
Metode pembelajaran yang kurang bervariasi dan penyampaian informasi yang
monoton menyebabkan siswa mengalami kebosanan. Siswa hanya datang, duduk,
diam, dan mendengarkan. Selain itu siswa juga mendapat perlakuan yang sama
dari guru padahal kemampuan masing-masing siswa berbeda. Hal tersebut
membuat perhatian siswa menjadi bercabang dan informasi yang disampaikan
guru tidak terpusat. Siswa juga tidak terangsang untuk aktif dalam pembelajaran
karena proses pembelajaran hanya satu arah dari guru ke siswa dengan
menggunakan metode ceramah.
Metode yang paling sering digunakan guru adalah metode ceramah.
Karena metode ceramah mudah dilakukan, menghemat waktu, dan mengehemat
biaya. Metode ceramah hanya memaparkan konsep secara abstrak dengan bahasa
lisan dan langsung menggunakan simbol-simbol dalam penyampaian materi.
Simbol-simbol tersebut tidak sesuai dengan perkembangan siswa kelas rendah
yang cenderung berpikir pada tahap operasional konkret dan belajar sesuai tahap
enaktif, ikonik, dan simbolik. Kesalahan yang dilakukan guru tersebut berdampak
kekacauan penafsiran pada murid. Hal tersebut terjadi karena perbedaan daya
tangkap murid dan tidak sesuai dengan perkembangan belajar siswa kelas I
sekolah dasar, sehingga sering terjadi pemahaman yang berbeda.
Pada materi penjumlahan dan pengurangan, guru sering mengabaikan
materi tentang nilai tempat. Padahal nilai tempat adalah sumber utama untuk
melakukan penjumlahan maupun pengurangan secara bersusun panjang. Materi
penjumlahan dan pengurangan dengan teknik tanpa meminjam akan lebih mudah
dipahami siswa dengan menggunakan benda-benda konkret. Benda konkret dapat
membuat siswa lebih nyata dalam menghitung. Siswa seharusnya mendapat
jembatan untuk belajar sesuai tahap perkembangan dan kemampuannya.
Untuk itu siswa harus menggunakan sesuatu dalam bentuk benda nyata,
salah satu benda nyata tersebut adalah media. Menurut Nasar (2006:31) Bagi anak
sekolah dasar belajar akan lebih efektif jika konkret. Sehingga perlu ada alat bantu
atau media bagi guru untuk mengkonkretkan pembelajaran Matematika yang guru
laksanakan. Sesuai harapan bagi siswa yaitu mendapatkan pelayanan pendidikan
yang sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya yang sesuai dalam Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 12 ayat 1 a.
Menurut Piaget dalam Sukaryati (2003) taraf berpikir anak usia Sekolah
Dasar adalah masih operasional konkret. Artinya memahami suatu konsep siswa
masih harus diberikan kegiatan yang berhubungan dengan benda nyata atau
kejadian nyata yang dapat diterima akal mereka. Sedangkan Bruner dalam
Nyimas Aisyah, dkk (2007:16) mengungkapkan bahwa dalam proses belajar anak
sebaiknya diberi kesempatan memanipulasi benda-benda atau alat peraga yang
dirancang secara khusus dan dapat diotak-atik oleh siswa dalam memahami suatu
konsep matematika. Maka materi pelajaran harus disajikan dengan
memperhatikan tahap perkembangan kognitif siswa. Sesuai dengan teori belajar
Bruner dalam belajar konsep matematika siswa melalui 3 model tahapan yaitu
model tahap enaktif, model tahap ikonik, dan model tahap simbolik. Tahap enaktif
yaitu tahap belajar dengan memanipulasi benda atau objek konkret, tahap ikonik
yaitu tahap belajar dengan proses belajar dengan menggunakan gambar, dan tahap
simbolik yaitu tahap belajar dengan manipulasi lambang atau simbol.
Ahli lain berpendapat bahwa belajar matematika merupakan proses
membangun/mengkontruksi konsep-konsep dan prinsip-prinsip, tidak sekedar
penggrojokan materi dari guru, namun belajar itu harus aktif dan peran yang
proporsional antara guru dan siswa. Hal ini sesuai dengan pandangan kontruktivis
yaitu suatu pandangan dalam mengajar dan belajar, dimana siswa membangun
sendiri arti dari pengalamannya dan interaksi dengan orang lain, sedangkan tugas
guru adalah memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa.
Guru cenderung langsung menggunakan simbol berupa angka-angka dan
simbol penjumlahan dan pengurangan sehingga tidak sesuai dengan teori belajar
Bruner yang harus melalui tahap enaktif, tahap ikonik, dan tahap simbolik. Selain
itu jumlah media yang kurang memadai juga menghambat keefektifan
pembelajaran, terutama pada siswa kelas rendah yang harus dapat merasakan hal
yang dilihatnya. Masalah ini perlu segera ditangani karena guru sering
mengabaikan penggunaan media maupun alat peraga untuk membuat
pembelajaran yang dapat mengkonkretkan konsep -konsep yang masih abstrak
sehingga siswa dapat belajar sesuai perkembangan belajarnya. Padahal harapan
besar bagi seorang guru adalah menciptakan pembelajaran yang efektif yang
sesuai dengan tingkat perkembangan siswa yang pada akhirnya menciptakan mutu
pendidikan sekolah yang lebih baik.
Seorang guru harus mengembangkan berbagai alat peraga maupun media
untuk membantu proses pembelajaran. Salah satu media dalam pembelajaran
Matematika adalah Dekak-dekak. Dekak-dekak adalah alat untuk berhitung yang
dibuat dengan sederetan poros berisi manik-manik yang bisa digeser-geserkan dan
digunakan untuk melakukan operasi aritmatika seperti nilai tempat, penjumlahan,
pengurangan, perkalian, pembagian dan akar kuadrat. Meskipun kenyataannya
media dekak-dekak tersebut hanya dimiliki oleh beberapa siswa. Oleh karena itu
untuk mengoptimalkan pembelajaran diperlukan jumlah media yang mencukupi.
Dengan menggunakan media dekak-dekak siswa diharapkan lebih tertarik
mengikuti pelajaran matematika dan dapat digunakan sebagai cara untuk
memanipulasi objek konsep penjumlahan, pengurangan dan nilai tempat.
Pembelajaran tentang konsep penjumlahan dan pengurangan sangat penting
untuk belajar konsep perkalian dan pembagian, untuk itu penanaman konsep harus
tepat dengan bantuan media. Dengan penggunaan media, siswa akan merasa
senang dan gembira mengikuti pembelajaran sehingga minatnya dalam
mempelajari matematika semakin besar. Sehingga terangsang untuk bersikap
positif terhadap pembelajaran matematika yang akan meningkatkan kemampuan
berhitungnya sesuai tingkat perkembangan operasional konkret.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tergerak melakukan penelitian
dengan judul “Peningkatan Kemampuan Berhitung Melalui Penggunaan Media
Dekak-dekak pada Siswa Kelas I SDN Sukoharjo 02 Sukoharjo Semester Genap
Tahun 2010”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan berikut:
“Apakah penggunaan media dekak-dekak dapat meningkatkan kemampuan
berhitung pada siswa kelas I SDN Sukoharjo 02 Sukoharjo pada semester
genap tahun 2010?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah:
Meningkatan kemampuan berhitung melalui penggunaan media Dekak-dekak
pada siswa kelas I SDN Sukoharjo 02 Sukoharjo pada Semester genap Tahun
2010.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara praktis
maupun teoritis.
1. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa, agar siswa dapat belajar sesuai dengan tingkat
perkembangannya dan belajar sesuai dengan minat siswa. Sehingga
hasilnya akan meningkatkan kemampuannya dalam berhitung.
b. Bagi Guru, untuk mencoba pembelajaran yang baru dan mengembangkan
pembelajaran Matematika yang sesuai dengan tingkat perkembangan
siswa. Serta menambah pengalaman guru untuk melaksanakan PTK.
c. Bagi Sekolah, untuk memberi gambaran tentang kompetensi guru dalam
mengajar, dan kompetensi siswa dalam pembelajaran Matematika,
sehingga diharapkan kualitas proses dan hasil pembelajaran Matematika
dapat ditingkatkan. Sehingga meningkatnya mutu pendidikan di sekolah
agar lebih baik.
d. Bagi Peneliti Lain, untuk menambah pemahaman wawasan keilmuan dan
penelitian guna merancang penelitian lebih lanjut dengan desain penelitian
dan fokus masalah yang berbeda.
2. Manfaat Teoritis.
Dimaksudkan bahwa hasil penelitian ini dapat dijadikan
pengembangan salah satu teori mengajar sehingga dapat menambah
referensi dan memperkaya khazanah teori/keilmuan yang terkait dengan
proses pembelajaran mata pelajaran Matematika secara efektif dengan
penggunaan media dekak-dekak.
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam BAB II landasan teori akan dipaparkan tinjauan pustaka, hasil
penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan.
A. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka menguraikan teori, temuan, dan bahan penelitian lain yang
diperoleh dari acuan (buku atau jurnal-jurnal ilmiah) yang dijadikan landasan
untuk melakukan penelitian yang diusulkan. Dalam tinjauan pustaka ini kajian
teori yang akan dikemukakan terdiri dari 3 tinjauan, yaitu tinjauan tentang
perkembangan belajar siswa kelas I SD, tentang tinjauan kemampuan berhitung,
dan tinjauan tentang media dekak-dekak. Berikut akan diuraikan satu persatu.
1. Tinjauan tentang Perkembangan Belajar S iswa Kelas I SD
a. Perkembangan
Setiap manusia pasti mengalami perubahan. Perubahan pada diri manusia
bukan hanya perubahan pada jasmaninya saja tetapi juga pada aspek
pemikirannya. Perubahan itu dikenal dengan istilah perkembangan.
Perkembangan juga berarti perubahan yang terjadi karena pengalaman-
pengalaman khusus yang dialami manusia selama manusia hidup, baik perubahan
fisik maupun psikis.
Menurut Samino Sangaji, dkk ( 2003:3) perkembangan memiliki enam
pengertian antara lain : a) perubahan dalam arti perkekmbangan terutama pada
unsur biologis; b) perkembangan dapat mencakup perubahan baik struktur
maupun fungsi; c) perubahan dalam arti perkembangan bersifat terpola, teratur,
terorganisir, dan dapat diprediksi; d) perkembangan bersifat unik bagi setiap
individu; e) perubahan dalam arti perkembangan secara bertahap dalam jangka
waktu yang lama; f) perkembangan dapat berlangsung sepanjang hayat dari sejak
mulai massa konsepsi hingga meninggal dunia.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan adalah proses
perubahan yang menyeluruh pada aspek fisik, pola berpikir, dan perubahan-
perubahan dalam aspek perasaan, emosi, kepribadian individu yang berhubungan
dengan orang lain.
b. Belajar
Menurut Ruminiati (2007 : 13) seorang dikatakan belajar jika dalam diri
orang tersebut terjadi suatu aktifitas yang mengakibatkan perubahan tingkah laku
yang dapat diamati relatif lama. Perubahan itu tidak muncul begitu saja, tetapi
sebagai akibat dari usaha orang tersebut. Menurut Tim UNS (2007:2) belajar
adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.
Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk
seperti berubahnya pengetahuan, sikap, dan tingkah lakunya, ketrampilannya,
kecakapannya, kemampuannya, daya reaksinya, dan daya penerimaannya.
Sedangkan menurut Tim Dosen Pengembang MKDK-IKIP Semarang
dalam Nabisi Lapono, dkk (2008 : 112) belajar mencakup hal-hal berikut antara
lain: a) perubahan tingkah laku yang terjadi secara sadar; b) perubahan dalam
belajar bersifat kontinu dan fungsional; c) perubahan dalam belajar bersikap
positif dan aktif; d) perubahan dalam belajar tidak bersifat sementara; e)
perubahan dalam belajar bertujuan; f) perubahan mencakup seluruh aspek tingkah
laku.
Menurut Fontana dalam Agus Lithanta (2007) padanan istilah belajar dan
pembelajaran yang dapat dijumpai dikepustakaan asing adalah learning dan
instruction. Istilah learning mengandung pengertian proses perubahan yang relatif
tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman. Belajar diartikan
pula sebagai proses tingkah laku manusia dalam arti luas yang diubah melalui
praktek atau latihan yang dilakukan secara terus menerus.
Dari pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu
perubahan tingkah laku yang terjadi pada individu yang relatif menetap dan
terjadi sebagai hasil dari pengalaman dan latihan dalam berinteraksi dengan
lingkungan sekitarnya.
c. Perkembangan Belajar S iswa Kelas I Sekolah Dasar
1) Pengertian Perkembangan Belajar Siswa Kelas I Sekolah Dasar
Perkembangan belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku
yang terjadi pada individu yang relatif menetap dan terjadi sebagai hasil dari
pengalaman dan latihan dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya yang
dimulai dari pengenalan hal sederhana ke hal yang rumit serta bertolak dari hal-
hal konkret ke hal-hal yang bersifat abstrak.
Siswa kelas I sekolah dasar adalah peserta didik dengan kisaran usia 6
sampai dengan 8 tahun, dengan tinggi badan sekitar 100 s.d 120 cm. Siswa kelas
I mulai belajar dengan bimbinganyang harus dilakukan oleh orang lain karena
masih memliki figur melekat dari seorang ibu.
Perkembangan belajar yang sesuai dengan siswa kelas I sekolah dasar
adalah Tahap Operasional Kongkret (7.1-11.0 tahun) yaitu suatu tindakan mental
yang dapat diputarbalikan berdasarkan objek yang riil dan kongkret. Ciri-ciri
operasional konkret menurut Slavin dalam Nabisi Lasono, dkk (2008 : 1.38)
antara lain:
Can form limited hypotheses, reasons with references to actions, objects,
and properties that are familiar or that can be experienced; may memorize
prominent words, phares, formulas, and procedures but will apply them with little understanding of the abstract meaning or principles underlying
them; has problems reasoning logically about ideas that are country to
fact or personal beliefs, or that are library; needs step-by-step instruction
when planning a leght, complex procedure; is unaware of inconsistencies
and contradictions withtn own thinking. Anak pada tahap operasional konkret dapat membentuk dugaan-dugaan,
dengan acuan pada tindakan, objek, dan benda-benda yang biasa atau yang dapat
membuat pengalamannya; anak mulai menghafal kata-kata yang biasa dia dengar,
frase, rumus-rumus, dan prosedur-prosedur tetapi akan membuat mereka memiliki
sedikti saja pemahaman pada prinsip-prinsip secara abstrak; memiliki masalah
pada pola pikir tentang gagasan, membutuhkan langkah demi langkah untuk
merencanakan suatu yang sesuai tahap perkembangannya.
2) Karakteristik Perkembangan Belajar Siswa Kelas I Sekolah Dasar
Menurut Kohnstamm dalam MG. Dwijiastuti, dkk (2003 : 14) seorang
anak memiliki periode perkembangan, periode perkembangan tersebut dibagi
menjadi tiga dan memiliki karakteristik antara lain: a) masa bayi dan kanak-
kanak; b) masa sekolah; dan c) masa sosial.
a) Masa Bayi dan Kanak-kanak
Masa ini berkisar antar usia 01;00-07;00 tahun. Pada masa ini anak
memiliki fantasi yang sangat kuat, fantasi yang dimiliki anak bebas, spontan,
mudah berubah, dan kreatif. Perasaan dan kehendak anak masih berpusat pada
anak sendiri (diri sendiri). Pada masa krisis pertama antara usia 3 s.d 7 tahun anak
memiliki sifat egosentris, ingin melakukan kemauan sendiri, mengukur kekuatan
kemauan sendiri, dan ingin menang.
b) Masa Sekolah
Pada umur tujuh tahun, anak ke sekolah dan masa bersekolah itu berjalan
sampai umur tigabelas tahun. Pada umur-umur itu, anak mulai belajar kecakapan
jasmani, belajar mendekati kenyataan, masuk ke perkumpulan sebaya, dan sudah
mulai belajar bekerja.
c) Masa Sosial
Masa ini adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
Karena anak mulai meninggalkan keluarga untuk masuk ke dalam kehidupan
sosial/masyarakat. Pada masa ini terjadi pubertas atau masa akil balik dan terjadi
perubahan baik aspek jasmani maupun rohani.
Ebutt dan Straker (Depdiknas 2004: 4), menjelaskan bahwa agar potensi
peserta didik di bidang matematika dapat dikembangkan secara optimal. M aka 4
karakteristik siswa dalam belajar matematika tersebut adalah :
a) Siswa akan mempelajari matematika jika mereka mempunyai motivasi.
Implikasinya : Guru memberi kegiatan yang menyenangkan, menantang,
yang memberi harapan, yang dihargai keberhasilannya.
b) Siswa mempelajari matematika dengan caranya sendiri.
Impilkasinya : Siswa belajar dengan cara dan kecepatan yang berbeda,
guru harus tahu kekurangan dan kelebihan siswa.
c) Siswa mempelajari matematika baik secara mandiri maupun
kelompok.
Implikasinya : Guru memberikan kesempatan belajar secara mandiri atau
kelompok, melatih kerjasama, mengajarkan cara mempelajari matematika.
d) Siswa memerlukan konteks dan situasi yang berbeda-beda dalam
mempelajari matematika.
Impilkasinya : Guru menyediakan media pembelajaran yang diperlukan.
2. Tinjauan tentang Kemampuan Berhitung
a. Kemampuan
Menurut Chaplin, kemampuan atau ability (kemampuan, kecakapan,
ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga atau daya kekuatan untuk
melakukan suatu perbuatan. Sedangkan menurut Robbins, kemampuan bisa
merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau
praktek (http:// digilib.petra.ac.id/jiunke/s1/eman/2008 diakses 5 Mei 2010).
Kemampuan berasal dari kata dasar mampu yang berarti dapat atau bisa. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993), kemampuan berasal dari kata mampu
yang berarti bisa atau dapat. Sedangkan kata kemampuan sendiri berarti
menguasai.
Berdasarkan pendapat di atas kemampuan dapat diartikan sebagai
kesanggupan atau kebisaan yang dibawa sejak lahir maupun dengan latihan-
latihan untuk menguasai sesuatu hal.
b. Berhitung
1) Pengertian Berhitung
Ada orang yang beranggapan berhitung sama dengan Matematika.
Anggapan tersebut tidak sepenuhnya keliru karena hampir semua cabang
matematika menggunakan berhitung. Dalam cabang matematika berjumlah
delapan puluh cabang besar dan selalu ada berhitung. Sebagai contoh dalam
pelajaran geometri dan pengukuranpun diperlukan keterampilan tentang
berhitung.
Menurut Munawir Yusuf, dkk (2003:127) berhitung adalah salah satu
cabang Matematika, ilmu hitung adalah suatu bahasa yang digunakan untuk
menjelaskan hubungan antara berbagai proyek, kejadian, dan waktu. Sedangkan
menurut Nurkhasanah dan Didik Turminto (2007:243), berhitung adalah
mengerjakan hitungan (menjumlahkan, mengurangi, dan sebagainya). Menurut
David Glover dalam Tatik Jarwani (2009:5) In Aritmetic you add , subtract
,multiply and divide numbers. You use arithmetic to find the ansers to problems
and sums. See also addition ,and subtraction. Aritmatika atau berhitung
berhubungan dengan menjumlah, mengurangi, mengali dan membagi bilangan
yang digunakan untuk menyelesaikan masalah sehari-hari.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa berhitung adalah salah satu
cabang dari matematika yang mempelajari operasi penjumlahan, operasi
pengurangan, operasi perkalian, dan operasi pembagian.
2) Tujuan Kegiatan Berhitung di Sekolah Dasar
Pembelajaran berhitung di sekolah dasar merupakan landasan dan wahana
pokok yang menjadi syarat mutlak yang harus dikuasai peserta didik untuk
menggali dan menimba pengetahuan yang lebih lanjut. Tanpa penguasaan yang
mantap terhadap pengetahuan tersebut sudah tentu ilmu-ilmu lain kurang dapat
dikuasai. Oleh karena itu kegiatan berhitung di sekolah dasar memiliki tujuan
antara lain; Menanamkan pengertian bilangan dan kecakapan dasar berhitung;
Memupuk dan mengembangkan kemampuan berpikir logis dan kritis dalam
memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, baik masa
kehidupan sekarang maupun di masa yang akan datang; Mengembangkan
kemampuan dan sikap rasional, ekonomis, dan menghargai waktu; dan
Meletakkan landasan berhitung yang kuat untuk mempelajari kemampuan lebih
lanjut.
3) Prinsip-prinsip Kegiatan Berhitung di Sekolah Dasar
Dalam kegiatan berhitung, diperlukan prinsip-prinsip yang dapat
menunjang dalam pelaksanaan kegiatan berhitung. Prinsip-prinsip kegiatan
berhitung tersebut antara lain: Dalam kegiatan berhitung guru mendorong
kreatifitas murid dengan membantu menanamkan pengertian ide dasar dan
prinsip-prinsip berhitung melalui kegiatan yang mendukung program pengajaran;
Dalam menyajikan topik-topik baru hendaknya dimulai dari tahapan yang mudah
menuju tahapan yang lebih sukar dari yang paling sederhanan menuju tahapan
yang lebih sukar dari yang paling sederhana menuju hal-hal yang komplek, dari
yang konkret menuju hal-hal yang abstrak, dari lingkungan yang dekat dengan
anak ke lingkungan yang lebih luas; Pengalaman-pengalaman sosial anak dan
penggunaan benda-benda konkret perlu dilakukan guru untuk membantu
pemahaman anak-anak terhadap pengertian-pengertian dalam berhitung; Setiap
langkah dalam pembelajaran hendaknya diusahakan melalui penyajian yang
menarik utuk menghindarkan terjadinya tekanan atau ketegangan pada diri anak;
Setiap anak belajar dengan persiapan dan kecepatannya sendiri-sendiri; Latihan
sangat penting untuk memantapkan pengertian dan kemampuan berhitung,
berlatih secara berkala, teratur dengan mengulang kembali secara ringkas akan
mendorong kegiatan belajar karena timbul rasa menyenangi dan menghindari
kebosanan; relevansi berhitung dengan kehidupan sehari-hari perlu ditekankan.
Dengan demikian kegitan berhitung yang didapatkan anak-anak akan lebih
bermakna baginya dan jauh lagi mereka dapat menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
4) Bentuk Kegiatan Berhitung
Dalam belajar berhitung di kelas I sekolah dasar terdapat kegiatan-
kegiatan yang menunjang berhitung, antara lain: mengenal banyaknya jumlah
kelompok benda; membilang banyak benda; memberi nama pada angka-angka;
menuliskan angka dengan benar; membilang urut berbagai jenis benda;
menentukan nilai tempat puluhan dan satuan; melakukan kegiatan operasi hitung
bilangan (penjumlahan dan pengurangan); menyelesaikan masalah yang
melibatkan operasi penjumlahan dan pengurangan; mengukur panjang atau
pendek suatu benda; membadingkan satuan berat suatu benda; pengukuran
bangun datar.
c. Kemampuan Berhitung
Kemampuan berhitung adalah kemampuan yang memerlukan penalaran
dan keterampilan aljabar termasuk operasi hitung. Kemampuan berhitung juga
merupakan salah satu bagian dari kemampuan Matematika, sebab salah satu
prasarat untuk belajar Metematika adalah belajar berhitung yang keduanya saling
mendukung. Oleh karena itu, berhitung dan Matematika tidak dapat dipisahkan.
Kemampuan berhitung merupakan salah satu kemampuan yang penting dalam
kehidupan sehari-hari, dapat dikatakan bahwa semua aktifitas kehidupan manusia
memerlukan kemampuan ini.
Kemampuan berhitung dapat diartikan pula sebagai kesanggupan untuk
menguasai pengerjaan suatu hitungan baik berupa menjumlahkan, mengurangi,
dan sebagainya. Kemampuan berhitung juga mengandung arti bahwa suatu hal
yang dapat atau mencukupi untuk melakukan perhitungan . Kemampuan
berhitung dapat dilihat secara langsung dalam pelaksanaan evaluasi yang
dilaksanakan. Dengan begitu kita dapat mengetahui apakah kemampuan berhitung
siswa rendah atau tinggi.
d. Pembelajaran Matematika
1) Pembelajaran
Ada pendapat bahwa pembelajaran merupakan padanan kata dari istilah
instruction, yang artinya lebih luas dari pengajaran. Menurut Belkin and Gray
dalam Depdiknas(2003:7) menyatakan bahwa istilah teaching mencakup konsep
instruction dan kegiatan-kegiatan lain yang bersifat psikologis, sosial, dan pribadi.
Hal ini berarti bahwa instruction merupakan bagian dari konsep teaching.
Menurut Depdiknas (2003:8) pembelajaran dapat didefinisikan sebagai
suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik/pebelajar yang direncanakan
atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik/
pebelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
Dengan demikian, jika pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem, maka
berarti pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisir antara lain
tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran,
media pembelajaran/alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran,
dan tindak lanjut pembelajaran. Sebaliknya, bila pembelajaran dipandang sebagai
suatu proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru
dalam rangka membuat siswa belajar.
Pembelajaran secara umum diartikan sebagai suatu kegiatan yang
dilakukan guru sedemikian sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang
lebih baik. Pembelajaran secara khusus dapat diuraikan dalam empat pokok, yaitu
a) behavioristik; b) kognitif; c) gestalt; dan d) humanistik.
a) Behavioristik.
Pembelajaran adalah usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan
dengan menyediakan lingkungan atau stimulus.
b) Kognitif.
Pembelajaran adalah cara guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berpikir agar dapat mengenal dan memahami apa yang sedang dipelajari.
c) Gestalt.
Pembelajaran adalah usaha guru memberikan materi pembelajaran
sedemikian rupa, sehingga siswa mudah mengorganisasikannya menjadi suatu
pola bermakna.
d) Humanistik.
Pembelajaran adalah memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih
bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuan.
Pembelajaran merupakan perubahan tingkah laku yang didasari atas
pengalaman sebelumnya. Pembelajaran menjadikan tingkah laku atau perbuatan
manusia akan berubah. Perubahan ini terjadi karena adanya hubungan antara yang
dipelajari dengan pengalaman manusia sebelumnya. Learning is a change in
behavior based on previous experience. www.wikipedia.org/wiki/learning.
diakses pada tanggal 15 April 2010.
Pembelajaran menurut Gagne dalam St. Y. Slamet dan Suwarto
(2007:119) adalah suatu usaha untuk membuat siswa belajar sehingga
situasi tersebut merupakan peristiwa belajar (event of learning), yaitu
usaha untuk terjadinya perubahan tingkah laku dari siswa. Perubahan
tingkah laku yang terjadi pada siswa merupakan dampak dari adanya
interaksi antara siswa dengan lingkungan. Perubahan ini sebagai hasil
proses pembelajaran yang ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti
perubahan pengetahuan, pemahaman, daya reaksi, daya penerimaan dan
sebagainya.
Sedangkan menurut ahli lain pembelajaran berasal dari kata dasar belajar
yang artinya proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan
lingkungan Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun
2003 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Interaksi yang terjadi
adalah interaksi antara subjek dengan objek pembelajaran. Pendidik dan peserta
didik merupakan subjek pembelajaran. Sedangkan sumber belajar dalam
lingkungan merupakan objek yang akan dipelajari.
Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono dalam TIM UNS (2007:8)
adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional,
untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada
penyediaan sumber belajar. Pembelajaran merupakan suatu proses yang
dibangun guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa.
Pengembangan kreativitas siswa ditunjukkan dari meningkatnya berpikir
siswa dalam mengkonstruksikan kemampuan berpikir siswa dalam
mengkonstruksikan kemampuan barunya sebagai upaya peningkatan
penguasaan terhadap materi pelajaran.
Menurut Oemar Hamalik (1995 : 57) pembelajaran adalah suatu
kombinasi yang tersusun meliputi unsur manusiawi, material fasilitas
perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan
pembelajaran.
Pembelajaran juga diartikan sebagai upaya menciptakan iklim dan
pelayanan terhadap kemampuan. Potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta
didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan peserta didik
serta antara peserta didik dengan peserta didik.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses
untuk menciptakan suasana yang mendukung dalam rangka proses perubahan
tingkah laku ke arah yang lebih baik.
2) Matematika
a) Pengertian Matematika
Matematika sebagai salah satu ilmu dasar dewasa ini telah berkembang
cukup pesat baik materi maupun kegunannya. Oleh karena itu maka konsep-
konsep dasar matematika harus dikuasai anak didik sejak dini.
Menurut Ensiklopedia Indonesia dalam Depdikbud (1977:81) istilah
matematika berasal dari bahasa Yunani Mathematikos, yang berarti ilmu pasti
atau Matheis yang berarti ajaran, pengetahuan abstrak dan edukatif, dimana
kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keinderaan, tetapi atas
kesimpulan yang ditarik dari kaidah-kaidah tertentu melalui deduksi.
Materi matematika yang diajarkan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah dipilih dengan maksud untuk menumbuh kembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi, dengan demikian matematika yang diajarkan tidak
terpisahkan dari ciri-ciri matematika itu sendiri, antara lain : Memiliki obyek
kejadian abstrak; Berpola pikir deduktif dan konsisten ( kebenaran yang didasari
oleh kebenaran terdahulu).
Sedangkan menurut Kline dalam Mulyono Abdurrahman (1999: 252)
menyatakan bahwa Matematika adalah bahasa simbolis dari ciri utamanya adalah
penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar
induktif.
Dari pengertian Matematika yang telah dikemukakan di atas, berarti
Matematika adalah salah satu ilmu dasar dalam kehidupan sehari-hari, yang
merupakan bahasa simbolis dan universal yang memungkinkan manusia berfikir,
mencatat, dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas dengan
menggunakan cara bernalar deduktif dan induktif.
b) Tujuan Pengajaran Matematika
Tujuan matematika di Sekolah Dasar tidak lepas dari tujuan pendidikan itu
sendiri. Tujuan matematika juga sejalan dengan tujuan yang termuat dalam Garis-
Garis Besar Program Pengajaran, pada dasarnya pembelajaran matematika
bermaksud menata nalar, membentuk sikap siswa dan menumbuhkan
kemampuan, menggunakan dan menerapkan matematika.
Dalam pembelajaran matematika tidaklah cukup bila hanya memberikan
tekanan pada keterampilan menghitung dan menyelesaikan soal. Perhatian khusus
juga harus diberikan pada bagaimana nalar dan sikap siswa dapat terbentuk. Sikap
yang telah terbentuk dan kemampuan menerapkan matematika akan merupakan
penopang penting terbentuknya kemampuan siswa untuk memecahkan masalah
yang mungkin dihadapinya kelak.
Tujuan pengajaran matematika di Sekolah Dasar pada mata pelajaran
berhitung adalah : Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung;
Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialih gandakan Memberikan bekal
kemampuan dasar serta membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif, dan
disiplin.
c) Alat Hitung Matematika
Alat hitung matematika merupakan seperangkat media yang digunakan
sebagai alat bantu untuk menghitung dan atau mengoperasikan dua bilangan atau
lebih. Perkembangan alat hitung matematika mencirikan tingkat operasi
matematika, mulai dari alat yang sederhana untuk perhitungan sederhana sampai
ke alat yang lebih sanggih untuk perhitungan yang kompleks.
Alat hitung matematika yang sederhana diantaranya yaitu jari-jari tangan
atau jari-jari kaki kita, batang lidi atau bisa batu kerikil yang biasanya hanya
digunakan untuk operasi hitung (penjumlahan, pengurangan, perkalian dan
pembagian) dengan angka-angka dibawah 100. Kemudian berkembang dengan
alat abakus yang sekarang digunakan untuk pembelajaran aritmatika atau dekak-
dekak. Alat yang lebih modern diantaranya kalkulator dan komputer.
3) Pembelajaran Matematika
b) Pengertian Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika dengan pembelajaran pada umumya berbeda.
Pembelajaran matematika bertitik berat pada peserta didik, tujuan dari prosedur
kerja pada tujuan yang dicapai. Pembelajaran matematika peran guru sangat
memberi motivasi pada siswa sebab beberapa siswa beranggapan bahwa pelajaran
matematika merupakan pelajaran menakutkan dan membosankan.
Menurut Nyimas Aisiyah (2007:1-4) pembelajaran matematika adalah
proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana
lingkungan (kelas/sekolah) yang memungkinkan kegiatan belajar matematika di
sekolah. Menurut Bruner dalam Nyimas Aisiyah (2007:21-5) pembelajaran
matematika adalah pembelajaran mengenai konsep-konsep struktur-struktur
matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan
antara konsep-konsep dan struktur-struktur.
Berdasarkan pendapat dia atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
Matematika adalah proses yang dirancang untuk mencapai tujuan dalam kegiatan
belajar Matematika di sekolah.
c) Ciri Khas Pembelajaran Matematika
Unsur pembelajaran minimal yang harus dipenuhi ialah siswa, tujuan dan
prosedur kerja untuk mencapai tujuan. Dalam pembelajaran matematika ada 3 ciri
khas, yaitu : Sistem pembelajaran dalam rencana khusus yaitu keterangan,
material dan prosedur; Sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan
yaitu saling ketergantungan; Sistem pembelajaran yang mempunyai tujuan
tertentu.
Berdasarkan uraian tersebut guru matematika harus dapat memberi
motivasi terhadap siswa serta melakukan usaha dalam menyampaikan materi di
kelas sehingga siswa termotivasi untuk belajar matematika tanpa ada rasa takut dan
bosan.
3. Tinjauan tentang Media Dekak-dekak
a. Media
1) Pengertian Media
Secara harfiah kata media memiliki arti perantara atau pengantar. Media
berasal dari bahasa latin dengan bentuk jamak medium, berarti perantara.
Association for Education and Communication technology (AECT) dalam M.
Basyiruddin Usman dan H. Asnawir (2002:11), mendefinisikan media yaitu
segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses penyaluran informasi. Gagne
dalam Tim UNS (2007:109) berpendapat bahwa media merupakan salah satu
komponen dari satu sistem penyampaian. Komponen tersebut meliputi segala
peralatan fisik pada komunikasi seperti bukti, modul, komputer, slide, tape
recorder, dan semacamnya.
Menurut Nyimas Aisyah, dkk (2007:8.14) media pembelajaran merupakan
bagian dari sumber belajar yang dirancang secara khusus untuk mempelajarai
materi pembelajaran. Sedangkan menurut A. Dakir, dkk (2005 : 76) media
(unggulannya medium) merupakan saluran yang dilalui pesan dalam suatu
peristiwa komunikasi. Dalam pembelajaran, media memegang peranan sebagai
alat yang diharapkan dapat dijadikan sebagai sarana penyampaian pesan dalam
pembelajaran. Sedangkan menurut M. Basyiruddin Usman dan H. Asnawir
(2002:11), mengartikan media sebagai benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat,
didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan dengan
baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas program
instruktional.
Dari pendapat di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa media adalah
manipulasi dari suatu benda yang dapat digunakan sebagai pengantar informasi
yang merupakan alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar.
2) Pentingnya Penggunaan Media
Media dapat digunakan sebagai sarana untuk penyampai informasi yang
sangat penting dalam menunjang kegiatan belajar mengajar. Hal tersebut
disebabkan karena media memiliki nilai-nilai praktis, nilai-nilai praktis tersebut
antara lain: dapat mengatasi berbagai keterbatasan yang dimiliki siswa dan guru;
dapat menanamkan konsep yang realistis dan konkret; dapat membangkitkan
keinginan dan minat yang baru terhadap pelajaran yang diajarkan; dapat
meningkatkan motivasi dan hasrat ingin belajar; dapat memberikan pengalaman
belajar dari yang konkret ke abstrak.
3) Prinsip Pemanfaatan Media
Media pengajaran digunakan dalam rangka upaya peningkatan atau
mempertinggi mutu proses kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu menurut M.
Basyiruddin Usman dan H. Asnawir (2002:19) perlu diperhatikan prinsip-prinsip
penggunaannya antara lain: Penggunaan media pengajaran hendaknya dipandang
sebagai bagian yang integral dari suatu sistem pengajaran dan bukan hanya
sebagai alat bantu yang berfungsi sebagai tambahan yang digunakan bila dianggap
perlu hanya dimanfaatkan sewaktu-waktu dibutuhkan; media pengajaran
hendaknya dipandang sebagai sumber belajar yang digunakan dalam usaha
memecah masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar; guru hendaknya
benar-benar menguasai teknik-teknik dari suatu media pengajaran yang
digunakan; guru seharusnya memperhitungkan untung rugi tentang pemanfaatan
suatu media; penggunaan media pembelajaran harus diorganisir secara sistematia
bukan sembarang menggunakan; jika sekirannya suatu pokok bahasan
memerlukan lebih dari macam media, maka guru dapat memanfaatkan multi
media yang menguntungkan dan memperlancar proses belajar mengajar.
Selain prinsip-prinsip di atas, menurut Nyimas Aisyah (2007:8.14) ada
tiga prinsip yang digunakan dalam menyusun sumber belajar y ang dirancang
secara khusus untuk memahami materi pembelajaran. Prinsip -prinsip tersebut
yaitu: a) Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran; b) Kesesuaian dengan materi
pembelajaran; c) Kesesuaian dengan karakteristik peserta didik. a) Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran
Sumber belajar/media pembelajaran yang dipilih dapat
digunakan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Sebagai contoh,
modul/buku untuk tujan ranah kognitif, media audio visual untuk ranah
psikomotorik. b) Kesesuaian dengan materi pembelajaran
Sumber belajar/media pembelajaran yang dipilih dapat
memudahkan peserta didik. Materi yang diduga sulit dipahami siswa
hendaknya dapat didemonstrasikan dengan menggunakan alat peraga
maupun media lainnya. Sebagai contoh, lidi/sempoa digunakan untuk operasi hitung, model-model bangun ruang untuk mengilustrasikan
unsur-unsur bangun ruang.
c) Kesesuaian dengan karakteristik peserta didik
Sumber belajar/media pembelajaran yang dipilih sesuai dengan
tingkat perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa. Sebagai contoh, menggunakan benda-benda kongkret untuk
menjelaskan penjumlahan bilangan bulat pada awal pembelajaran dan
menggunakan gambar-gambar pada tingkat lanjutan.
Dari uraian di atas prinsip penggunaan media adalah pengguna media
yaitu guru harus memperhatikan substansi media dalam pembelajaran dan
mempertimbangkan untung dan rugi dalam penerapan media pembelajaran di
dalam kelas agar media yang digunakan sesuai dengan karakteristik dan tingkat
perkembangan belajar siswa sekolah dasar.
4) Fungsi Media
Dalam konsep tegnologi pendidikan, media memiliki fungsi bukan hanya
sekedar mengkomunikasikan hubungan antara sumber (pengajar) dan penerima (si
belajar), namun lebih dari hal tersebut media merupakan bagian integral dan
saling mempunyai keterkaitan antara komponen yang satu dengan lainnya, saling
mempengaruhi. Sehingga media mempunyai fungsi penting dalam proses
pembelajaran.
Menurut TIM UNS (2007:110) menerangkan bahwa ada beberapa hal
yang ingin dicapai dari penggunaan media pembelajaran, yaitu : memberikan
kemudahan kepada peserta didik untuk lebih memahami konsep, prinsip, sikap
dan keterampilan tertentu dengan menggunakan media yang paling tepat menurut
karakteristik bahan; memberikan pengalaman belajar yang berbeda dan bervariasi
sehingga lebih merangsang minat peserta didik untuk belajar; menunjukkan sikap
dan keterampilan tertentu dan teknologi karena peserta didik dibiasakan
menggunakan atau mengoperasikan media tertentu; menciptakan situasi belajar
yang tidak dilupakan peserta didik.
Media juga memiliki tiga fungsi dalam pembelajaran, seperti yang
diungkapkan Asep Hery hermawan (2008:11.21) bahwa media berfungsi:
mengatasi keterbatasan fisik; mengatasi verbalisme; mengatasi sikap pasif siswa
dalam belajar.
Menurut Arif Sadiman, dkk (1996:16) berpendapat bahwa media berguna
untuk: memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalisme, yaitu
dalam menyajikan materi pelajaran tidak hanya dalam bentuk kata-kata, tertulis,
atau lisan; mengatasi keterbatasn ruang, waktu, dan indera.
Selain itu fungsi media dalam kegiatan belajar mengajar yakni berupa
sarana yang dapat memberikan pengalaman visual bagi siswa dalam rangka
mendorong motivasi belajar, memperjelas, dan mempermudah konsep yang
kompleks dan abstrak menjadi lebih sederhana, serta mudah dipahami. Dengan
demikian media berfungsi untuk mempertinggi daya serap dan kemampuan anak
terhadap materi pembelajaran.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi media sebagai sarana
yang digunakan sebagai cara untuk mengatasi keterbatasan pembelajaran agar
materi lebih mudah dipahami dan mengatasi verbalisme serta mengaktifkan siswa.
5) Jenis-jenis Media Pembelajaran
Menurut Rudi Bretz dalam M. Basyiruddin Usman dan H. Asnawir
(2002:27) menyatahan bahwa media dibedakan menjadi 2, yaitu media siar dan
media rekam. Selain itu ia juga mengklasifikasikan 8 klasifikasi media, yaitu:
Media audio visual gerak; Media audio visual diam; Media audio visual semi
gerak; Media visual gerak; Media visual diam; Media visual semi gerak; Media
audio, dan; Media cetak.
Sedangkan menurut Sri Anitah Wiryawan dan Norhadi dalam Tim UNS
(2007:115) mengklasifikasikan media menjadi 3 jenis, yaitu: a) media visual; b)
media audio; c) media audio visual.
a) Media Visual
Media visual, yaitu yang dapat ditangkap dengan indera penglihatan. Jenis
media ini terdiri dari: media gambar diam(study pictures) dan grafis; media papan; media dengan proyeksi.
b) Media Audio
Media audio merupakan jenis media yang dapat didengar. Media ini
memiliki karakteristik pemanipulasian pesan hanya dilakukan melalui bunyi atau
suara. Jenis media ini antara lain: cassette tape recorder dan radio. c) Media Audio Visual
Media ini tidak hanya dapat dipandang atau diamatai tetapi juga dapat
didengar.
Disamping itu jenis media antara lain: media asli dan tiruan; media bentuk
papan; media bagan dan grafis; media proyeksi; media dengar (audio); media
cetak atau printed materials.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis media adalah
media visual, media audio, dan media audio visual, serta media gerak.
6) Kelengkapan Media Pembelajaran
Kegiatan belajar matematika dapat dilakukan dengan berbagai strategi
dan variasi sajian, misalnya: permainan, diskusi, pemecahan masalah yang sesuai
dengan pokok bahasan dan ditunjang dengan media yang sesuai. Agar media yang
digunakan terencana dengan baik, maka dibutuhkan identifikasi media dalam satu
tahun ajaran menurut jenjang kelas.
7) Media Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Dengan memperhatikan uraian di atas maka pembelajaran matematika
berjalan efektif apabila menggunakan media. Media pembelajaran yang
digunakan di Sekolah Dasar beraneka ragam sesuai materi dan tahap
perkembangan siswa. Penggunaan media tidak terlepas dari perencanaan dalam
penggunaan media pembelajaran demi terciptanya pembelajaran yang optimal dan
sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.
Berikut ini contoh perencanaan media pembelajaran Matematika di kelas I
sekolah dasar menurut Sukaryati (2003) antara lain: a) benda-benda konkret; b)
Kumpulan gambar-gambar benda yang dapat ditempel pada papa planel; c) Papan
flannel; d) Kartu bilangan 0 s.d 10 ; e) Kartu pasangan penjumlahan dengan
bilangan biasa; f) Timbangan bilangan; g) Tabel penjumlahan 0 s.d 20; h) Kartu
pasangan pengurangan 0 s.d 20; i) Kalender yang berlaku dan 2 kalender yang
sudah tidak berlaku yaitu tahun kabisat dan tahun bukan kabisat; j) Dekak-dekak;
k) Benda-benda konkret bangun datar, ruang, dan gambar; l) papan berpaku kecil
dan karet gelang berwarna; m) Mata uang logam, kertas, dan fotokopi tiruan baik
yang cetakan lama dan baru.
a) Benda-benda konkret
Benda-benda konkret digunakan pada penanaman konsep pengenalan
bilangan. Contohnya: batang korek api, kelereng, manik-manik, dan biji-bijian.
Jenis kegiatan yang dilakukan siswa adalah individual dan kelompok.
b) Kumpulan gambar-gambar benda yang ditempel pada papan flanel.
Contohnya : bunga dan binatang yang warnanya berbeda. Digunakan
untuk menjelaskan lebih dari, kurang dari, dan sama dengan, pengenalan bilangan,
operasi penjumlahan dan pengurangan.
c) Papan flannel
Papan flanel digunakan untuk menempel benda-benda yang dapat
digunakan pada operasi penjumlahan dan pengurangan.
d) Kartu bilangan 0 s.d 10
Kartu bilangan 0 s.d 20 ditempel pada papan flannel dan kartu
penjumlahannya
Gambar 1, kartu bilangan
Kartu bilangan 0 s.d 10 ini digunakan untuk pengenalan bilangan 0 s.d 10
pada kegiatan penanaman konsep dan pemahaman konsep. Kartu penjumlahan
dapat untuk menunjukkan sifat komutatif, meskipun sifat tersebut disampaikan
kepada siswa. Jenis kegiatan yang dilakukan siswa adalah kegiatan klasikal dan
kegiatan kelompok.
e) Kartu pasangan penjumlahan dengan bilangan biasa
Kartu pasangan penjumlahan dengan bilangan biasa. Setiap set ada 28
buah .
Contoh: dipasangkan
Gambar 2, kartu pasangan bilangan
Kartu tersebut bermanfaat untuk menterampilkan siswa pada fakta dasar
penjumlahan hasil sampai dengan 10. Jenis kegiatan yang dilakukan siswa
Kelompok
f) Timbangan bilangan
Gambar 3, timbangan bilangan
Contoh: 2+3 = 5
5+2 7
7
5+2
3+2 = 5
Bermanfaat untuk menunjukkan penjumlahan dan pengurangan. Jika hasil
penjumlahan atau pengurangan betul maka batang timbangan akan seimbang.
Jenis kegiatan yang dapat dilakukan siswa adalah kegiatan klasikal dan kegiatan
kelompok.
g) Tabel penjumlahan 0 s.d 20
Tabel ini sangat bermanfaat bagi siwa untuk menguasai kemampuan dasar
penjumlahan. Penempatan digantung tidak permanen untuk selalu mengingatkan
pada siswa apabila diperlukan. Jenis kegiatan yang dapat dilakukan siswa adalah
individual, klasikal dan kelompok.
+ 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Gambar 4, tabel penjumlahan
h) Kartu pasangan pengurangan 0 s.d 20
Gambar 5, kartu pasangan pengurangan
Bermanfaat dalam pemahaman keterampilan tentang pengurangan. Jenis
kegiatan yang dapat dilakukan siswa adalah kegiatan klasikal dan kegiatan
kelompok.
i) Kalender
Bermanfaat untuk mengenalkan hari dan hubungannya dalam satu minggu
dan satu bulan. Jenis kegiatan yang dapat dilakukan siswa adalah kegiatan klasikal
dan kegiatan kelompok.
j) Dekak-dekak
Berfungsi untuk menentukan nilai tempat, operasi penjumlahan, dan
operasi pengurangan. Jenis kegiatan yang dapat dilakukan siswa adalah kegiatan
klasikal dan kegiatan kelompok.
Gambar 6, dekak-dekak dengan 19 biji
k) Benda-benda konkret bangun datar, ruang, dan gambar.
Antara lain bangun ruang bola dan tabung, bangun datar lingkaran,
persegi, dan persegi panjang, dan segitiga. Berfungsi untuk mengenalkan bangu-
bangun geometri datar dan ruang. Jenis kegiatan yang dapat dilakukan siswa
adalah kegiatan klasikal dan kegiatan kelompok.
l) Papan berpaku besar, kecil, dan karet gelang berwarna.
Bermanfaat membentuk bangun-bangun geometri datar. Jenis kegiatan
yang dapat dilakukan siswa adalah kegiatan klasikal dan kegiatan kelompok.
m) Mata uang logam, kertas, dan fotokopi tiruan baik yang cetakan
lama dan baru
Puluhan Satuan
Misalnya : 1 rupiah, 5 rupiah, 10 rupiah, 25 rupiah, 50 rupiah, dan 100
rupiah. Bermanfaat untuk pengenalan mata uang. Kegiatan berupa permainan jual
beli. Jenis kegiatan yang dapat dilakukan siswa adalah kegiatan klasikal dan
kegiatan kelompok.
b. Tinjauan tentang Dekak-dekak
1) Sejarah Dekak-dekak
Pada masa prasejarah, orang tidak mengenal berhitung. Mereka tidak
pernah menghitung jumlah hewan yang mereka buru untuk dijadikan makanan
atau pakaian . mereka baru mulai berhitung saat bisa menjinakkan hewan untuk
bisa dijadikan ternak. Mereka ingin tahu jumlah biri-biri atau kambing yang
mereka miliki. Akhirnya mereka menggunakan jari untuk berhitung,. Caranya,
dengan menyentuhkan jari pada hewan ternak mereka. Kesulitan mulai muncul
saat jumlah hewan lebih dari jumlah jari tangan. Penghitungan berhenti pada
angka 10. Mereka lalu kembali menghitung dari awal. Akhirnya, mereaka
menggunakan batu kerikil. Setiap angka sepiuluh mereka wakili dengan satu batu.
Begitu seterusnya.
5000 tahun lalu, masyarakat Babilonia menggunakan kerikil yang
dijejerkan dalam pasir beralur. Kerikil pada alur kanan menunjukkan angka
satuan. Kerikil di kiri menunjukkan angka puluhan. Lama kelamaan cara
menghitung di pasir ini dirasa sangat merepotkan. Akhirnya pasir dihilangkan dan
hanya menggunakan kerikil. Kerikil inilah yang pada akhirnya memberi ide
terciptanaya dekak-dekak.
Dekak-dekak telah digunakan berabad-abad sebelum dikenalnya sistem
bilangan Hindu Arab dan sampai sekarang masih digunakan pedagang di berbagai
belahan dunia seperti di Tiongkok. Dekak-dekak sering digunakan sebagai alat
hitung bagi tuna netra karena manik-manik pada dekak-dekak dapat dengan
mudah dirasakan dengan jari-jari. Sehelai kain lembut atau selembar karet
biasanya diletakkan dibawah dekak-dekak untuk mencegah manik-manik
bergerak secara tidak sengaja.
Professor Liu Shan Tang adalah penemu metode sempoa bayangan (tanpa
alat, minimal hanya menggerakkan jari tangan). Beliau dikenal sebagai seorang
peneliti dan penemu sempoa atau dekak-dekak. Sempoa atau dekak-dekak sering
digunakan senbagai alat hitung bagi tuna netra karena manik-manik pada sempoa
dapat dengan mudah dirasakan dengan jari-jari.
Gambar 7, sempoa atau dekak-dekak versi Jepang
Dekak-dekak sistem 1-4 atau sempoa Jepang (soroban) merupakan sistem
desimal murni yang hanya terdiri dari 2 baris manik-manik. Baris bagian atas
terdiri dari 1 baris manik-manik dan baris bagian bawah terdiri dari 4 baris manik-
manik. Ada juga soroban dengan 5 baris manik-manik pada setiap kolom.
Baris manik-manik bagian atas (sebuah manik-manik per batang) bernilai
5, sedangkan manik-manik bagian bawah (4 manik-manik per batang) bernilai 1.
Garis tengah di antara kelompok manik-manik tersebut disebut garis nilai. Pada
kondisi nol, tidak ada manik-manik yang menempel pada garis nilai. Batang
sempoa pada posisi paling kanan bernilai satuan, dengan batang di sebelah kirinya
bernilai puluhan, ratusan, dan begitu seterusnya ke arah kiri. Dekak-dekak
diajarkan di sekolah dasar di Jepang sebagai bagian dari pelajaran operasi operasi
aritmatik untuk memperlihatkan bilangan decimal secara visual. Pada waktu
belajar menghitung dengan soroban di kelas, guru biasanya memberi instruksi
penambahan atau pengurangan dengan bernyanyi.
2) Pengertian Dekak-dekak
Dalam bahasa Inggris, dekak-dekak dikenal dengan nama abacus.
Penggunaan kata abacus sudah dimulai sejak tahun 1387, meminjam kata dalam
bahasa Latin abakos yang berasal dari kata abax yang dalam bahasa Yunani
berarti tabel perhitungan. Dalam bahasa Yunani, kata abax juga berarti tabel untuk
menggambar bentuk-bentuk geometris di atas debu atau pasir. Kebanyakan orang
menggunakan dekak-dekak dengan cara berbeda-beda.
Abacus atau dekak-dekak juga diartikan sebagai berikut:
The abacus, also called a counting frame, is a calculating tool used
primarily in parts of Asia for performing arithmetic processes. Today, abacuses
are often constructed as a bamboo frame with beads sliding on wires, but
originally they were beans or stones moved in grooves in sand or on tablets of
wood, stone, or metal(http://en.org/wiki/Abacus, di akses 6 april 2010).
Yang artinya kurang lebih adalah Abacus, juga disebut suatu dekak-dekak,
adalah suatu alat yang digunakan untuk menghitung terutama pada sebagian
wilayah Asia untuk melaksanakan proses-proses aritmetika. Dewasa ini, dekak-
dekak sering dibangun sebagai suatu bingkai bambu dengan embun/manik-manik
yang meluncur di kawat-kawat, tetapi mula-mula mereka adalah kacang-kacang
atau batu-batu pindah ke alur-alur di dalam pasir atau di atas tablet-tablet dari
kayu, batu, atau logam.
Menurut Erwin Edi Putranto (2007:54) dekak-dekak atau Sempoa adalah
alat kuno untuk berhitung yang dibuat dari rangka kayu dengan sederetan poros
berisi manik-manik yang dapat digeser-geserkan. Dekak-dekak digunakan untuk
melakukan operasi aritmatika seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian,
pembagian, dan akar kuadrat.
Pendapat lain mengatakan abacus berasal dari kata abak yang dalam
keluarga bahasa Fenisia berarti pasir. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia
(1993:21) dekak-dekak atau swipoa di Indonesia lebih dikenal dengan sempoa.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dekak-dekak adalah alat
untuk berhitung yang dibuat dengan sederetan poros berisi manik-manik yang bisa
digeser-geserkan dan digunakan untuk melakukan operasi aritmatika seperti niali
tempat, penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian dan akar kuadrat.
3) Fungsi Dekak-dekak
Fungsi dekak-dekak antara lain : The standard abacus can be used to
perform addition, subtraction, division, and multiplication; the abacus can also
be used to extract square-roots and cubic roots
(http://en.wikipedia.org/wiki/Abacus), di akses 6 april 2010). Yang kurang lebih
berarti dekak-dekak standar dapat digunakan untuk melakukan penambahan,
pengurangan, pembagian, dan perkalian, dekak-dekak juga dapat digunakan untuk
operasi akar-akar kuadrat dan kubik. Sehingga dekak-dekak dapat digunakan
untuk melakukan operasi-operasi hitung bilangan.
Menurut Depdikbud (2000:9) dekak-dekak memiliki fungsi untuk
membantu guru dalam mengajarkan konsep nilai tempat, operasi hitung,
penjumlahan, dan pengurangan. Selain itu, dekak-dekak atau sempoa memiliki
fungsi, antara lain: Untuk menentukan nilai tempat suatu bilangan; Untuk
menghitung hasil operasi penjumlahan suatu bilangan; Untuk menghitung hasil
operasi pengurangan suatu bilangan; Untuk mengitung hasil operasi perkalian
pada suatu bilangan; Untuk mengitung hasil operasi pembagian pada suatu
bilangan; Untuk mengitung hasil akar kuadrat.
4) Cara Menggunakan Dekak-dekak
Misalnya kita akan menyelesaikan 13+24. Cara memperagakannya ialah
sebagai berikut:
a) Mula-mula pada posisi puluhan kita tarik satu biji, sedangkan pada
posisi satuan kita tarik tiga biji.
b) Kemudian pada posisi puluhan tarik lagi sejumlah dua biji, sedangkan
pada posisi satuan kita tarik empat biji.
c) Dengan demikian pada posisi puluhan ada tiga biji, sedangkan pada
posisi satuan sebanyak tujuh biji.
5) Kelebihan Belajar Dekak-dekak
Dekak-dekak memiliki berbagai kelebihan yang dapat digunakan sebagai
dasar penggunaan dekak-dekak dalam pembelajaran Matematika. Menurut Erwin
Adi Putranto (2007) dekak-dekak memiliki kelebihan antara lain: a) Karena bisa
berhitung dengan tepat dan cepat, siswa yang awalnya tidak suka matematika
jadi cinta matematika. Rasa cinta diripun tumbuh; b) Dekak-dekak melatih daya
ingat, daya konsentrasi dan daya tangkap siswa; c) Saat ada pelajaran di sekolah
siswa pasti bisa menyimak dengan baik; d) Tidak hanya pintar berhitung, siswa
juga makin kreatif; d) Apalagi, kalau siswa sudah sampai pada tahap mental
arimatika (menghitung menggunakan sempoa bayangan).
Karena soroban/dekak-dekak mengembangkan melalui suatu pengurangan
di dalam banyaknya embun/manik-manik-embun/manik-manik dari tujuh, untuk
enam, dan lalu kepada yang saat ini lima, metode ini dapat digunakan di suanpan
seperti halnya pada soroban/dekak-dekak.
Dari uraian di atas, dekak-dekak dapat digunakan dalam pembelajaran
dikarenakan dekak-dekak dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar dan
menghitung sehingga kemampuan berhitung siswa dapat berkembang dan
meningkat.
6) Kekurangan Belajar Dekak-dekak
Selain kelebihan, dalam setiap media juga memiliki kekurangan.
Kekurangan media dekak-dekak Menurut Erwin Adi Putranto (2007) antara lain:
Dekak-dekak memang membantu berhitung secara cepat dan tepat. Namun, hanya
untuk hitungan murni misalnya 13 + 12; Lain halnya kalau siswa berhadapan
dengan soal cerita. Misalnya, siswa punya uang 100, lalu ingin membeli permen
seharga 25 . berapa buah permen yang akan siswa dapatkan; Mungkin siswa bisa
kurang dapat menghitung cepat, jauh lebih cepat dari teman yang menggunakan
kalkulator.
7) Jenis-jenis Dekak-dekak
Dekak-dekak memiliki berbagai macam jenis, bukan hanya jenis dekak-
dekak batang tetapi masih banyak jenis dekak-dekak yang lain, antara lain:
a) Dekak-dekak batang.
Puluhan Satuan
Gambar 8 : dekak-dekak batang
Gambar 9 : Dekak-dekak versi Jepang/ Cina
c) Dekak-dekak model Romawi
Gambar 10 : dekak-dekak model Romawi
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan adalah
penelitian yang pernah dilakukan oleh Tatik Jarwani (2009) yang mengadakan
penelitian penggunaan media abakus untuk meningkatkan kemampuan berhitung
siswa kelas I SD Negeri Sukorejo Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali. Dalam
penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan penggunaan media
abakus dapat meningkatkan kemampuan berhitung siswa.
b) Dekak-dekak versi Jepang/China
Sugiyanto (2007) yang meneliti tentang Peningkatan Prestasi Belajar
matematika dengan Menggunakan Media Dekak-dekak terhadap Siswa Kelas III
SD Negeri Tlogolele 2 Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali. Pada penelitian
tersebut membuktikan bahwa prestasi belajar meningkat dengan menggunakan
media dekak-dekak pada siswa kelas III SD Negeri Tlogolele Kecamatan Selo,
Kabupaten Boyolali. Berdasarkan penelitian tersebut dapat digunakan sebagai
tolok ukur dan pembandingan penelitian yang akan dilakukan dengan media
dekak-dekak.
C. Kerangka Berpikir
Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang dirasakan sukar di
sekolah, baik di Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Oleh karena itu perlu
inovasi-inovasi dalam pembelajaran matematika. Agar siswa merasa senang dan
tertarik dengan pelajaran tersebut. Para guru (termasuk guru matematika) sebagai
kunci dalam penyampaian bahan ajar yang akan disampaikan, tentunya harus
menggunakan media yang sesuai dengan perkembangan belajar siswa dan dapat
membuat siswa tertarik dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran seringkali guru
hanya menggunakan metode ceramah, tanpa ada perantara agar siswa dapat
memaipulasi objek sehingga konsep yang diajarkan guru haruslah konkret dan
jelas dipelajari oleh siswa.
Pada penelitian ini, peneliti memfokuskan pada kemampuan berhitung,
karena berhitung materi nilai tempat, penjumlahan, dan pengurangan merupakan
konsep dasar untuk belajar pada operasi matematika yang lebih tinggi. Penelitian
ini akan menggunakan media dekak-dekak untuk meningkatkan kemampuan
berhitung siswa melalui tiga siklus. Pada Siklus I peran guru pada Proses
pembelajaran 40% dan siswa 60% dengan menggunakan media dekak-dekak pada
operasi nilai tempat puluhan dan satuan. Pada Proses pembelajaran Siklus II
peran guru 30% dan siswa 70% dengan menggunakan media dekak-dekak pada
operasi nilai tempat puluhan dan satuan. Pada Proses pembelajaran siklus III
peran guru hanya 25 % dan siswa 75% dengan media dekak-dekak dalam
penjumlahan dan pengurangan dua angka.
Oleh karena itu Penggunaan media dekak-dekak pada siswa kelas I SDN
Sukoharjo 02 Sukoharjo pada Semester Genap Tahun 2010 diupayakan untuk
meningkatakan kemampuan berhitung siswa. Untuk lebih jelasnya, kerangka
berpikir ini akan divisualkan pada gambar 11 berikut ini.
Kondisi
Awal
1. Guru kurang
mengoptimalkan
penggunaan media.
2. Pembelajaran bersifat
konvensional.
3. Pembelajaran
didominasi oleh guru
(teacher centered)
Kemampuan berhitung
rendah
Tindakan Penggunaan media
pembelajaran berupa media
dekak-dekak dan
penerapan metode yang
inovatif.
Siklus I: Proses
pembelajaran peran guru
40% dan siswa 60%
dengan menggunakan
media dekak-dekak pada
operasi nilai tempat
puluhan dan satuan.
Siklus II: Proses
pembelajaran peran guru
30% dan siswa 70%
dengan menggunakan
media dekak-dekak pada
operasi nilai tempat
puluhan dan satuan.
Gambar 11, kerangka berpikir
D. Hipotesis Tindakan
Menurut I.G.A.K Wardani, dkk (2006:2.10) hipotesis tindakan adalah
dugaan guru tentang cara yang terbaik untuk mengatasi masalah. Dugaan atau
hipotesis ini dibuat berdasarkan kajian berbagai teori, kajian penelitian yang
pernah dilakukan dalam masalah serupa, diskusi dengan teman sejawat atau
dengan pakar, serta refleksi pengalaman sendiri sebagai guru. Berdasarkan hasil
kajian tersebut, guru menyusun berbagai alternatif tindakan. Tujuan pada
alternatif tindakan tersebut dapat tersirat dalam kerangka berpikir.
Dari landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka dapat dirumuskan
hipotesis penelitian sebagai berikut:
“Melalui penggunaan media dekak-dekak pada pembelajaran matematika,
kemampuan berhitung akan meningkat pada siswa kelas I SDN Sukoharjo 02
Sukoharjo pada Semester Genap Tahun 2010”.
Siklus III: Proses
pembelajaran peran guru
hanya 25 % dan siswa
75% dengan media
dekak-dekak dalam
penjumlahan dan
pengurangan dua angka. Diduga dengan
menggunakan media
dekak-dekak kemampuan
berhitung siswa
meningkat.
Kondisi
Akhir
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitan ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Sukoharjo 02
Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo yang dilaksanakan pada semester
genap tahun pelajaran 2009/2010 . Alasan dipilihnya Sekolah Dasar Negeri
Sukoharjo 02 sebagai tempat penelitian karena peneliti sebagai guru di SDN
Sukoharjo 02. Sehingga peneliti sudah mengetahui seluk beluk Sekolah Dasar
Negeri Sukoharjo 02 yang dapat membantu penulis dalam melaksanakan
penelitian. Selain itu, latar belakang intelegensi dan kehidupan sosial siswa yang
cenderung heterogen, guru-guru yang sudah cukup berpengalaman, dan fasilitas
sekolah yang cukup memadai. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian di Sekolah Dasar Negeri Sukoharjo 02.
Penelitian ini dilakukan selama enam bulan, mulai dari bulan Pebruari–
Juli tahun 2010. Pelaksanaan dilakukan dengan tiga siklus. Masing-masing siklus
terdiri dari 2 kali pertemuan.
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action
research). Menurut Sarwiji Suwandi (2008:15), penelitian tindakan kelas
merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan
yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan.
Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan guru yang dilakukan
oleh siswa.
Strategi dalam penelitian tindakan kelas adalah dengan model siklus.
Langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan kelas menurut Sarwiji Suwandi
(2008:34) ada 4 tahapan yaitu: Perencanaan (planning), Tindakan (acting),
Pengamatan (observing), dan Refleksi (reflecting).
Tahap-tahap di atas digambarkan sebagai siklus, yang dapat dilanjutkan ke
siklus berikutnya secara ulang sampai permasalahan yang dihadapi dapat
teratasi/terpecahkan. Pada tahap perencanaan berisi rencana pelaksanaan
pembelajaran yang disiapkan sebelum pelaksanaan tindakan/aksi. Kemudian
dilakukan tindakan sebagai implementasi perencanaan dan ditindak lanjuti dengan
tindakan nyata secara terstruktur. Selanjutnya merekam segala peristiwa dan
kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung . Dilanjutkan
dengan merenungkan secara intens apa yang telah terjadi dan tidak terjadi.
C. Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas I yang
berjumlah 37 siswa di SD Negeri Sukoharjo 02 Sukoharjo semester genap tahun
pelajaran 2009/2010. Yang terdiri dari 19 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan.
D. Data dan Sumber Data
Data atau informasi yang paling penting untuk dikumpulkan dan dikaji
dalam penelitian ini berupa informasi tentang hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Matematika, serta kemampuan guru dalam menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran. Adapun sumber data
yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini meliputi:
1. Informasi data dari narasumber yang terdiri dari siswa kelas I dan wali kelas I
Sekolah Dasar Negeri Sukoharjo 02.
2. Hasil pengamatan selama pelaksanaan pembelajaran Matematika di kelas I
SDN Sukoharjo 02 dan kegiatan yang berhubungan dengan pembelajaran.
3. Arsip atau dokumen, berupa hasil belajar Matematika kelas I, Silabus, rencana
pelaksanaan pembelajaran, lembar kerja siswa dan buku tugas siswa.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas meliputi
pengamatan, kajian dokumen, dan tes yang masing-masing secara singkat
diuraikan sebagai berikut:
1. Pengamatan (observasi)
Pengamatan itu dilakukan terhadap guru dalam proses pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar di kelas maupun kinerja siswa selama proses belajar
mengajar. Pengamatan difokuskan pada tingkat partisipasi siswa dalam
mengikuti pelajaran nilai tempat, penjumlahan, dan pengurangan. Keaktifan
bertanya dan menanggapi stimuli antara siswa dengan guru, maupun siswa
dengan siswa lain.
2. Kajian dokumen
Kajian juga dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip data yang
ada seperti kurikulum, rencana pelaksanaan pembelajaran, silabus, materi
pembelajaran, lembar kerja siswa, lembar pengamatan aktivitas siswa, lembar
pengamatan aktivitas guru, dokumentasi berupa foto dan nilai pelajaran
Matematika.
3. Tes
Pemberian tes pada materi nilai tempat, operasi penjumlahan, dan operasi
pengurangan dua angka. Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa
jauh kemampuan awal berhitung sebelum pengoptimalan media dekak-dekak hasil
yang diperoleh siswa dalam pelaksanaan maupun setelah penggunaan media
dekak-dekak dalam mata pelajaran Matematika sesuai dengan siklus yang ada.
F. Validitas Data
Validitas data merupakan kebenaran dari proses penelitian. Validitas data
dipertanggungjawabkan dan dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik
simpulan. Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa
validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat
dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Teknik yang
digunakan untuk memeriksa validitas data antara lain validitas isi.
Sebuah tes dikatakan memiliki isi apabila didalamnya mengukur tujuan
khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan oleh
guru dalam pembelajaran. Pada penelitian ini data yang diukur menggunakan
validitas isi yaitu tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan berhitung
materi nilai tempat, penjumlahan dan pengurangan sesuai dengan materi yang
diajarkan di kelas I, maka pada penyusunan dilakukan dengan cara memerinci
materi kurikulum ataupun materi pelajaran pada kelas I. Oleh karena materi yang
diajarkan tertera dalam kurikulum maka validitas isi ini sering disebut validitas
kurikuler.
Validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis
rasional(professional judgment), “sejauh mana item-item dalam tes mencakup
keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur atau sejauh mana isi tes
mencerminkan cirri atribut yang hendak diukur”. Estimasi validitas ini tidak
melibatkan perhitungan statistic apapun melainkan hanya analisis rasional maka
idaklah diharapkan setiap orang akan sama sependapat mengenai sejauh mana isi
suatu tes telah tercapai.
Validitas isi berhubungan dengan kemampuan instrumen untuk
menggambarkan atau melukiskan secara tepat mengenai domain perilaku yang
akan diukur. Misalnya instrumen yang dibuat untuk mengukur aktivitas siswa
dalam belajar, maka instrumen tersebut harus dapat melukiskan secara benar
mengenai aktivitas siswa sebagaimana diuraikan dalam deskripsi kegitan siswa.
Selain itu instrumen yang dibuat untuk mengukur hasil belajar siswa, maka
instrumen yang dibuat harus sesuai dengan materi berhitung yang diuraikan dalam
silabus.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah cara mengolah data yang sudah diperoleh dari
dokumen. Teknik analisis data yang digunakan dalam penenlitian ini adalah
model analisi interaktif Miles dan Huberman (2000:19). Dengan demikian maka
dalam tahapan ini ada tiga komponen pokok yang harus dilaksanakan yaitu
reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
1. Reduksi Data
Reduksi data yaitu proses menyeleksi data awal, memfokuskan,
menyederhanakan dan mengabstraksi data kasar yang ada dalam fieldnote
(catatan lapangan). Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan
penelitian. Data reduksi adalah sesuatu bentuk analisis yang mempertegas,
memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting dan
mengatur data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dilakukan.
2. Sajian Data
Sajian data adalah suatu rangkaian organisasi informasi yang
memungkinkan penelitian dapat dilakukan dan adanya penarikan kesimpulan.
Dengan melihat penyajian data, maka akan dimengerti apa yang terjadi dan
memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada analisis ataupun tindakan
lain berdasarkan pengertian tersebut.
3. Penarikan Kesimpulan
Data-data yang telah didapat dari hasil penelitian kemudian diuji
kebenarannya. Dalam tahapan ini apabila ditemukan data yang akurat, maka
peneliti tidak segan-segan untuk melakukan penyimpulan ulang. Peneliti
dalam hal ini bersifat terbuka. Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar
dan tidaknya hasil laporan penalitian.
Menurut Miles dan Huberman (2000:19) langkah yang akan ditempuh
dalam sebuah penelitian adalah melakukan analisis awal bila data yang
didapat sudah cukup; mengembangkan bentuk sajian data dengan menyusun
coding dan matrik yang berguna untuk penelitian selanjutnya; melakukan
analisis data di kelas dan mengembangkan matrik antar unsur dalam
penelitian; merumuskan simpulan akhir sebagai temuan penelitian; dan
merumuskan kebijakan sebagai bagian dari pengembangan saran dalam
laopran akhir penelitian.
H. Indikator Kinerja
Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan
dalam menentukan keberhasilan keefektifan penelitian. Kriteria Ketuntasan
Minimal untuk mata pelajaran Matematika adalah 65, sehingga siswa harus
mencapai nilai lebih dari 65. Indikator kinerja pada penelitian ini adalah
peningkatan kemampuan berhitung siswa pada mata pelajaran Matematika.
Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah lebih dari 75% siswa mengalami
peningkatan kemampuan berhitung.
Pada siklus I pembelajaran dikatakan berhasil apabila kemampuan
berhitung siswa mencapai rata- rata kelas 65 dan siswa yang memperoleh nilai >
65 mencapai 65% siswa.
Pada siklus II pembelajaran dikatakan berhasil apabila kemampuan
berhitung siswa mencapai rata- rata kelas 70 dan siswa yang memperoleh nilai >
70 mencapai 65% siswa.
Pada siklus III pembelajaran dikatakan berhasil apabila kemampuan
berhitung siswa mencapai rata- rata kelas 70 dan siswa yang memperoleh nilai >
70 mencapai 70% siswa.
I. Prosedur Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas (action research) dengan pendekatan kualitatif. Oleh karena itu
rancangan yang harus dilaksanakan meliputi empat tahap yaitu, Tahap
perencanaan (planning), Tahap pelaksanaan (acting), Tahap pengamatan
(observing), Tahap Refleksi (reflecting. Dalam penelitian ini pelaksanaan
tindakan dilaksanakan dalam 2 siklus. Siklus-siklus tersebut dapat digambarkan
pada gambar 12 berikut ini:
SIKLUS I
PERENCANAAN I
PELAKSANAAN I
OBSERVASI I
REFLEKSI I
SIKLUS II
SIKLUS III
Gambar 12, Siklus Penelitian Tindakan
Keterangan dari gambar di atas adalah sebagai berikut:
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) I mata
pelajaran Matematika dengan Kompetensi Dasar (KD) Melakukan
penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka. Indikator yang
PELAKSANAAN II REFLEKSI II
OBSERVASI II
PERENCANAAN II
PERENCANAAN
SIKLUS III
PELAKSANAAN III
OBSERVASI III
REFLEKSI III
akan dicapai adalah menuliskan bilangan dua angka dalam bentuk
puluhan dan satuan, menentukan nilai tempat puluhan dan satuan
serta menjumlah dua bilangan tanpa menyimpan dan
Mengurangkan dua bilangan tanpa meminjam.
2) Menyiapakan media dekak-dekak.
3) Membuat lembar observasi proses kegiatan belajar mengajar.
4) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
1) Guru menerangkan cara menggunakan dekak-dekak di hadapan
siswa.
2) Guru menerangkan kegunaan dekak-dekak sesuai nilai tempat baik
puluhan maupun satuan.
3) Siswa bersama dengan kelompoknya belajar menulis bilangan
angka yang ditunjukkan melalui media dekak-dekak.
4) Siswa berdiskusi dengan kelompok untuk menentukan nilai tempat
menggunakan media dekak-dekak.
5) Siswa dengan bimbingan guru memperagakan cara mengerjakan
operasi hitung penjumlahan dan pengurangan dengan media
Dekak-dekak.
6) Siswa dengan bimbingan guru menentukan nilai tempat bersamaan
dengan menuliskan angka yang ada.
7) Siswa beserta kelompoknya mengerjakan operasi hitung
penjumlahan dan pengurangan dengan media Dekak-dekak.
c. Tahap Observasi
1) Melakukan pengamatan kemampuan siswa sebelum menggunakan
media dekak-dekak.
2) Melakukan observasi atau pengamatan selama proses pembelajaran
berlangsung dengan materi lambang bilangan dua angka dan
menentukan nilai tempat puluhan dan satuan.
3) Melakukan pengamatan kemampuan siswa setelah menggunakan
media dekak-dekak.
d. Tahap refleksi
Refleksi dilakukan setelah proses pembelajaran dan telah
melaksanankan tindakan dan observasi. Apabila hasil yang diharapkan
belum tercapai, maka dilaksanakan pada siklus berikutnya.
2. Siklus II
a. Tahap Perencanaan
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) II mata
pelajaran Matematika dengan Kompetensi Dasar (KD) Melakukan
penjumlahan dan pengurangan dua angka. Indikator yang akan
dicapai adalah menuliskan bilangan dua angka dalam bentuk
puluhan dan satuan, menentukan nilai tempat puluhan dan satuan
serta menjumlah dua bilangan tanpa menyimpan dan
Mengurangkan dua bilangan tanpa meminjam.
2) Menyiapakan media dekak-dekak.
3) Membuat lembar observasi proses kegiatan belajar mengajar.
4) Membagi siswa menjadi kelompok kecil atau satu kelompok dalam
satu meja.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
1) Guru menerangkan kegunaan dekak-dekak sesuai nilai tempat baik
puluhan maupun satuan.
2) Guru menerangkan penjumlahan dan pengurangan dua angka
dengan media dekak-dekak.
3) Siswa bersama teman satu meja belajar menjumlahkan dan
mengurangkan bilangan dua angka dengan penggunaan media
dekak-dekak.
4) Siswa belajar mengurangkan bilangan dua angka dengan cara
bersusun tanpa teknik meminjam dengan penggunaan media
dekak-dekak.
5) Siswa dengan bimbingan guru menentukan pemecahan masalah
yang berkenaan dengan nilai tempat dan operasi hitung
penjumlahan dan pengurangan dua angka.
c. Tahap Observasi
1) Melakukan observasi atau pengamatan kembali selama proses
pembelajaran berlangsung dengan materi menentukan nilai tempat
puluhan dan satuan, penjumlahan dua angka, dan pengurangan dua
angka.
2) Melakukan pengamatan kemampuan siswa setelah menggunakan
media dekak-dekak.
d. Tahap refleksi
Refleksi dilakukan setelah proses pembelajaran dan telah
melaksanankan tindakan dan observasi. Apabila hasil yang diharapkan
telah tercapai, maka siklus dihentikan. Apabila hasil pada siklus II ini
telah menunjukkan bahwa adanya peningkatan kemampuan setelah
penggunaan media dekak-dekak pada siswa kelas I SDN Sukoharjo 02
dan hasil sesuai dengan harapan guru maka tidak perlu diadakan siklus
berikutnya. Namun apabila indikator kinerja yang telah ditetapkan
belum tercapai, maka perlu dilaksanakan tindakan Siklus III.
3. Siklus III
a. Tahap Perencanaan
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) III mata
pelajaran Matematika dengan Kompetensi Dasar (KD) Melakukan
penjumlahan dan pengurangan dua angka. Indikator yang akan
dicapai adalah menuliskan bilangan dua angka dalam bentuk
puluhan dan satuan, menentukan nilai tempat puluhan dan satuan
serta menjumlah dua bilangan tanpa menyimpan dan
Mengurangkan dua bilangan tanpa meminjam.
2) Menyiapakan media dekak-dekak.
3) Membuat lembar observasi proses kegiatan belajar mengajar.
4) Membuat alat evaluasi bagi siswa.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
1) Guru menerangkan kepada siswa cara menentukan nilai tempat
dengan menggunakan media Dekak-dekak diikuti siswa yang
secara individu memperagakan dengan menggunakan media
Dekak-dekak.
2) Guru menerangkan penjumlahan dan pengurangan dua angka
dengan media dekak-dekak.
3) Siswa secara mandiri belajar menjumlahkan dan mengurangkan
bilangan dua angka dengan penggunaan media dekak-dekak.
4) Siswa belajar mengurangkan bilangan dua angka dengan cara
bersusun tanpa teknik meminjam dengan penggunaan media
dekak-dekak.
5) Siswa dengan bimbingan guru menentukan pemecahan masalah
yang berkenaan dengan penjumlahan dan pengurangan dua angka.
c. Tahap Observasi
1) Melakukan observasi atau pengamatan kembali selama proses
pembelajaran berlangsung dengan materi menentukan nilai tempat
puluhan dan satuan, penjumlahan dua angka, dan pengurangan dua
angka.
2) Melakukan pengamatan kemampuan siswa setelah menggunakan
media dekak-dekak.
d. Tahap refleksi
Refleksi dilakukan setelah proses pembelajaran dan telah
melaksanankan tindakan dan observasi. Apabila hasil yang diharapkan
telah tercapai, maka siklus dihentikan. Apabila hasil pada siklus III ini
telah menunjukkan bahwa adanya peningkatan kemampuan setelah
penggunaan media dekak-dekak pada siswa kelas I SDN Sukoharjo 02
dan hasil sesuai dengan harapan guru maka tidak perlu diadakan siklus
berikutnya.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Awal Kemampuan Menghitung Siswa
Berdasarkan pengamatan dan pencatatan terhadap proses pembelajaran
Matematika materi nilai tempat, penjumlahan, dan pengurangan. Diperoleh
informasi sebagai data awal bahwa siswa kelas I SD Negeri Sukoharjo 02
sebanyak 37 siswa masih terdapat 18 siswa atau 48,6% yang belum mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65. Setelah dilakukan pemeriksaan
pada lembar pekerjaan siswa ternyata sebagian besar siswa belum dapat
memahami konsep yang diajarkan oleh guru yaitu berhitung penjumlahan dan
pengurangan.
Selain kurangnya pemahaman siswa dalam nilai tempat siswa juga
mengalami kesulitan dalam berhitung penjumlahan dan pengurangan. Hal ini juga
mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa. Sebab dalam lembar pekerjaan
siswa sebagian besar kesalahan yang dilakukan oleh siswa berasal dari kesalahan
siswa dalam menentukan nilai tempat dan kesalahan siswa dalam menentukan
hasil penjumlahan dan pengurangan pada bilangan dua angka.
Siswa juga kurang tertarik pada pembelajaran karena guru hanya
menggunakan metode konvensional yang membuat siswa kurang tertarik dalam
pembelajaran yang berdampak pada hasil tes awal yang rendah.
Dari jumlah siswa yang ada yakni 37 siswa, hanya 19 siswa atau 51,4%
yang nilainya sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65.
Sedangkan untuk siswa yang lain nilainya masih dibawah Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM). Siswa yang nilainya sudah mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) itu pun nilainya hanya berkisar antara 70-80. Hanya ada 6 siswa
atau 16,2% dari jumlah siswa yang nilainya >80.
B. Deskripsi/ Hasil Penelitian
1. Riwayat S ingkat SDN Sukoharjo 02
SDN Sukoharjo 02 merupakan salah satu sekolah dasar tertua di wilayah
Kabupaten Sukoharjo. Sekolah ini berdiri pada tahun 1918, dan didirikan oleh
Pemerintahan Kolonial Belanda. Beberapa bangunan di SDN Sukoharjo 02 masih
asli arsitektur Belanda bahkan pintu dan jendelannya masih asli belum pernah
dipugar semenjak dibangunnya pada tahun 1918. SDN Sukoharjo 02 yang sudah
berdiri hampir satu abad sudah mengalami berbagai fase perubahan kurikulum
sekolah. Pada tahun 1918 sampai kemerdekaan Indonesia sekolah ini menjadi
sekolah rakyat yang pertama berdiri di wilayah Kabupaten Sukoharjo. Setelah
Indonesia merdeka, SDN Sukoharjo 02 berubah menjadi sekolah khusus bagi
siswa putri atau sekolah putri sampai tahun 1973. Setelah tahun 1973 SDN
Sukoharjo 02 menjadi sekolah umum yang memiliki siswa putra dan putri dari
berbagai kelas sosial. SDN Sukoharjo 02 pada masa itu disebut sebagai SD
Center, karena SDN Sukoharjo 02 menjadi pusat kegiatan guru Se-kabupaten
Sukoharjo bahkan Se-karisidenan Surakarta. SDN Sukoharjo 02 mengalami masa
kejayaan pada tahun 1980-an, berbagai prestasi diperoleh oleh guru dan siswa
sehingga SDN Sukoharjo 02 disebut juga sebagai SD Kerajaan. Sarana, prasarana,
dan kualitas pendidik yang unggul menjadikan SDN Sukoharjo 02 sebagai salah
satu sekolah dasar favorit di wilayah Kabupaten Sukoharjo.
SDN Sukoharjo 02 berada di pusat perkotaan Kabupaten Sukoharjo,
tepatnya di Jalan Mayor Sunaryo No.20 Sukoharjo atau berada tepat di belakang
Pasar Sukoharjo. SDN Sukoharjo 02 di sebelah barat berbatasan dengan gedung
Dewan Pimpinan Daerah(DPD) Golkar dan Dinas Pekerjaan Umum(DPU)
Kabupaten Sukoharjo. Sedangkan di sebelah utara atau di depan berbatasan
dengan Komando Distrik Militer(KODIM) Sukoharjo. Sedangkan di sebelah
timur berbatasan langsung dengan pasar Sukoharjo.
Adanya pasar juga mempengaruhi suasana lingkungan sekolah yang cukup
ramai, tetapi para guru tetap dapat mengupayakan pembelajaran yang baik bagi
siswa. Letak yang stategis tersebut membuat siswa berasal bukan hanya dari
kecamatan Sukoharjo tetapi juga dari wilayah kecamatan lain antara lain wilayah
Kecamatan Tawangsari, Bendosari dan Nguter. Rata-rata siswa merupakan putra
dan putri dari pedagang pasar Sukoharjo yang setiap harinya berjualan di pasar
Sukoharjo.
Dalam perkembangannya SDN Sukoharjo 02 mengalami perkembangan
yang cukup baik. Meskipun telah berganti kepemimpinan SDN Sukoharjo 02
sampai sekarang tetap menjadi pusat kegiatan guru se-kecamatan Sukoharjo
bahkan Se-kabupaten Sukoharjo. SDN Sukoharjo 02 memiliki Nomor Statistik
Sekolah(NSS) 101031104002. Pada saat ini Kepala Sekolah dijabat oleh Bapak
Dwi Wiyono, S. Pd yang memiliki banyak prestasi yang membawa SDN
Sukoharjo 02 mencapai kemajuan di bidang akademik maupun non akademik.
Tenaga pendidik di SDN Sukoharjo 02 terdiri dari 14 guru PNS dan 3 guru WB
yang semuanya sudah relevan sesuai bidang akademik masing-masing.
2. Kondisi SDN Sukoharjo 02 Tahun Ajaran 2009/2010
a. Sarana dan Prasarana
Untuk meningkatkan pembelajaran yang optimal, dibutuhkan sarana dan
prasarana yang menunjang keberhasilan pelaksana pembelajaran. Untuk itu sarana
prasarana harus diupayakan agar tujuan pendidikan dapat tercapai.
Sekolah Dasar Negeri Sukoharjo 02 berdiri di atas tanah seluas 2.000 m2
dengan luas bangunan 1.300 m2. Bangunan yang ada diantaranya 11 ruang kelas,
1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 perpustakaan, 1 ruang UKS, 1 aula, 1
ruang agama Kristen, 1 mushola, 1 ruang kesenian, 1 dapur dan 1 gudang. Selain
itu juga ada 6 bangunan WC murid dan 1 WC guru, tempat parkir sepeda yang
luas bagi siswa dan guru yang letaknya terpisah dengan bangunan sekolah.
SD Negeri Sukoharjo 02 juga memiliki 2 halaman yang luas, halaman
depan dapat digunakan untuk upacara dan memiliki halaman yang khusus
digunakan untuk pembelajaran penjaskes dan kegiatan ekstrakurikuler di bagian
belakang. Halaman yang luas dan rindang juga digunakan untuk tempat bermain
siswa saat istirahat dan tidak jarang digunakan guru untuk pembelajaran di luar
kelas. Selain itu juga memiliki kebun sekolah yang dapat dimanfaatkan sebagai
sumber pembelajaran bagi guru dan siswa.
Sedangkan untuk sarana penunjang lainnya seperti daya listrik telah
memadai yakni 1200 W. Daya listrik yang cukup besar tersebut digunakan untuk
laboratorium komputer bahkan di SDN Sukoharjo 02 sudah dilengkapi fasilitas
hot spot atau internet yang dapat digunakan siswa dan guru untuk menunjang
pembelajaran. Fasilitas hot spot ini merupakan suatu fasilitas istemewa yang
belum dimiliki oleh sekolah dasar lain di sekitar wilayah Gugus Sukoharjo.
Pembelajaran juga dilengkapi dengan sarana LCD proyektor yang memudahkan
bagi guru untuk mengajar. Sumber air dari sumur tanah dan air dari PDAM juga
mencukupi kebutuhan sekolah. Keadaan sarana prasarana tersebut sangat
menunjang berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di SDN Sukoharjo 02.
b. Keadaan Personalia SDN Sukoharjo 02
Secara rinci jumlah guru dan karyawan di SDN Sukoharjo 02, Kecamatan
Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo sebanyak 17 orang , yang terdiri dari 13
pegawai negeri sipil dan 3 lainnya masih berstatus wiyata bhakti atau tenaga
honorer dan 1 penjaga. Semua guru dan karyawan berpendidikan minimal DII dan
S1, kecuali penjaga yang hanya SMP. Selain personalia tersebut ada 4 orang
tenaga bulanan lepas untuk menunjang kegiatan pengembangan diri di berbagai
bidang. Di SDN Sukoharjo 02 ada empat jenis pengembangan diri bagi siswa
yaitu vocal, seni tari, seni musik, dan seni drama yang semuanya berjalan dengan
baik bahkan akan dipentaskan dalam beberapa acara peringatan hari besar.
Peneliti juga sebagai salah satu guru pegawai negeri di SDN Sukoharjo 02
sehingga peneliti dapat melaksanakan penelitian dengan lancar sesuai kebutuhan
peneliti.
Dalam kegiatan sehari-hari semua tenaga pengajar maupun staf karyawan
SDN Sukoharjo 02 memiliki hubungan yang baik dalam kerjasama dalam
berbagai bidang, hal tersebut yang membuat para personalia SDN Sukoharjo 02
memiliki rasa kekeluargaan yang erat di sekolah.
Pihak sekolah juga berhubungan langsung dengan orang tua wali maupun
komite sekolah bila terjadi masalah yang menyangkut kegiatan sekolah. Orang
tua wali siswa sering berkonsultasi secara langsung dengan guru ketika mengantar
anaknya ke sekolah, karena setiap pagi diadakan kegiatan menyambut siswa yang
rutin dilakukan guru piket maupun karyawan.
Para guru dan karyawan lainnya merupakan faktor yang secara tidak
langsung turut mempengaruhi tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar
mengajar. Semua personil senantiasa melaksanakan tugas sesuai dengan
kewajibannya dan senantiasa didasari rasa pengabdian pada masyarakat. Peran
serta masyarakat diwujudkan dalam wadah komite sekolah. Keberhasilan
pendidikan di SDN Sukoharjo 02 diwujudkan oleh seluruh komponen warga
sekolah, lingkungan, dan komite sekolah
c. Keadaan Siswa
Sampai dengan tahun pelajaran 2009/2010 ini perkembangan siswa
bervariasi, baik dari segi jumlah maupun prestasi. Prestasi yang diperoleh SDN
Sukoharjo 02 cukup memuaskan baik di tingkat kecamatan maupun kabupaten,
pada bulan April 2010 SDN Sukoharjo 02 mendapatkan Juara Harapan I
olimpiade MIPA dan peringkat 10 besar dokter kecil di tingkat kabupaten.
Prestasi di bidang olahraga juga cukup memuaskan karena salah satu siswa SDN
Sukoharjo 02 ada yang mengikuti pelatihan nasional pada cabang badminton di
Jakarta. Jumlah siswa SDN Sukoharjo 02 tiap tahun berkisar antara 240 sampai
270 siswa. Sedangkan pada tahun ajaran 2009/2010 jumlah siswa adalah 240
siswa. Untuk perkembangan siswa dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 1
Data Statistik S iswa SDN Sukoharjo 02 Sukoharjo
No Banyaknya Siswa
Awal Bulan Keluar Masuk Akhir Bulan
L P Jml L P Jml L P Jml L P Jml
1 19 18 37 - - - - - - 19 18 37
2 19 14 33 - - - - - - 19 14 33
3 36 16 52 - - - - - - 36 16 52
4 28 23 51 - - - - - - 28 23 51
5 20 18 38 - - - - - - 20 18 38
6 14 15 29 - - - - - - 14 15 29
Jumlah 136 104 240 136 104 240
( Sumber : Laporan Bulan SDN Sukoharjo 02, Bulan April 2010 )
Kebanyakan siswa adalah anak pedagang pasar Sukoharjo, yang mengikuti
orang tua mereka. Banyak pula merupakan anak dari pegawai dari berbagai
instansi pemerintahan Kabupaten Sukoharjo. Latar belakang sosial ekonomi siswa
yang berada pada tingkat menengah membantu siswa untuk mendapat pengajaran
di luar sekolah dalam bidang akademik maupun non akademik. Lingkungan siswa
di wilayah perkotaan dan latar belakang ekonomi di tingkat menengah turut
berpartisi aktif mendukung perkembangan belajar siswa SDN Sukoharjo 02.
C. Deskripsi Permasalahan Penelitian
1. Tindakan Siklus I
Tindakan Siklus I dilaksanakan selama 2 kali pertemuan (2x35 menit)
selama satu minggu dalam bulan April 2010. Adapun tahapan- tahapan yang
dilakukan pada siklus I adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan
Pada tahap ini dilakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran
Matematika yang dilakukan di Kelas I untuk mengetahui media yang digunakan
oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran Matematika, serta keaktifan
siswa dalam mengikuti pembelajaran yang dilaksanakan. Di samping itu untuk
mencatat hasil belajar siswa berupa nilai formatif mata pelajaran Matemat ika pada
daftar nilai.
Berdasarkan pengamatan dan pencatatan terhadap pembelajaran dan
hasil belajar tersebut diperoleh informasi sebagai data awal bahwa siswa kelas I
SD Negeri Sukoharjo 02 sebanyak 37 siswa terdapat 18 siswa atau 48,6% yang
belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65. Setelah dilakukan
pemeriksaan pada lembar pekerjaan siswa ternyata sebagian besar siswa belum
dapat memahami konsep yang diajarkan yaitu menentukan nilai tempat dan
operasi hitung penjumlahan dan pengurangan. Bertolak dari kenyataan tersebut
diadakan konsultasi dengan Kepala Sekolah mengenai alternatif peningkatan
kemampuan pembelajaran Matematika dengan menggunakan media Dekak-
dekak.
Dengan berpedoman Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2007 Kelas
I tentang operasi penjumlahan dan pengurangan tersebut, dilakukan langkah-
langkah untuk merencanakan pembelajaran dengan menggunakan media Dekak-
dekak antara lain :
1) Memilih Kompetensi Dasar atau indikator yang sesuai dengan materi nilai
tempat, penjumlahan dan pengurangan. Alasan memilih kompetensi dasar atau
indikator tersebut adalah :
a) Kompetensi dasar atau indikator tentang nilai tempat, penjumlahan dan
pengurangan harus betul- betul dikuasai siswa, karena hal tersebut
merupakan salah satu materi dasar dalam pembelajaran Matematika.
Sehingga akan mempermudah penguasaan materi pembelajaran
Matematika selanjutnya.
b) Kompetensi dasar atau indikator tentang nilai tempat, penjumlahan dan
pengurangan nantinya dapat dipergunakan dalam kehidupan sehari- hari.
c) Pemilihan kompetensi dasar atau indikator tentang nilai tempat,
penjumlahan dan pengurangan didasarkan pada Kurikulum yang berlaku
dan harapan masyarakat terhadap hasil belajar siswa.
2) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran berdasarkan indikator yang
telah dibuat. Rencana pelaksanaan pembelajaran yang disusun 2 kali
pertemuan masing- masing pertemuan 2 jam pelajaran dilaksanakan dalam
satu minggu. Megenai langkah- langkah dan susunan rencana pelaksanaan
pembelajaran terlampir pada lampiran 2.
3) Menyiapkan media Dekak-dekak yang akan digunakan dalam pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Dalam tahap ini guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan
media Dekak-dekak dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah
disusun. Siklus I dilaksanakan dengan 2 kali pertemuan.
1) Pertemuan I
Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah nilai tempat dengan
indikator menentukan nilai tempat sampai dengan puluhan. Kegiatan diawali
dengan menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Dilanjutkan
dengan apersepsi dengan menyanyikan lagu Balonku kemudian menanyakan
tentang hubungan lagu dengan penjumlahan dan pengurangan.
Kegiatan pembelajaran diawali dengan penjelasan guru mengenai media
Dekak-dekak. Diantaranya adalah cara menggunakan, manfaat, dan tujuan
penggunaan media Dekak-dekak. Selanjutnya guru membagi siswa sebanyak 9
kelompok belajar masing-masing kelompok terdiri dari 4 sampai 5 siswa. Hal ini
dilakukan agar di dalam proses pembelajaran nantinya ada interaksi siswa yang
multi arah. Kegiatan dilanjutkan dengan mengajak setiap kelompok untuk
menghitung jumlah benda yang siswa letakkan di atas meja, misalnya buku dan
pensil. Siswa dengan kelompoknya diajak untuk mencoba cara menggunakan
media Dekak-dekak. Siswa meletakkan biji Dekak-dekak warna kuning satu
persatu sambil dihitung sampai 10 biji Dekak-dekak pada tempat satuan. Guru
mengajak siswa untuk mengambil 10 biji Dekak-dekak warna kuning tersebut dan
menggantinya dengan sebuah biji Dekak-dekak warna biru dan diletakkan pada
tempat puluhan. Sehingga satu biji Dekak-dekak warna biru nilainya adalah 10.
Kemudian dilanjutkan dengan memasukkan biji warna kuning satu persatu sambil
menghitung sebelas, dua belas, tiga belas, sampai sembilan belas. Hal ini di ulang-
ulang sehingga anak tahu bahwa satu biji Dekak-dekak di tempat puluhan nilainya
sepuluh. Siswa yang lain menulis bilangan yang ditunjukkan temannya melalui
demonstrasi. Siswa diajak membuat bilangan yang terdiri 2 angka secara
bervariasi. Kegiatan di atas juga diselingi dengan tanya jawab tentang nilai biji
Dekak-dekak tersebut.
Contoh:
Bilangan 14
1 4
Gambar 13, Peragaan tentang nilai tempat
Gambar tersebut menggambarkan bahwa nilai satu menempati nilai
puluhan yang nilainya 10 dan empat menempati nilai satuan yang nilainya 4.
Sehingga gambar di atas menunjukkan nilai 14. Kegiatan semacam ini dilakukan
secara berulang-ulang oleh siswa bersama kelompoknya sampai siswa benar-
benar mengetahui tentang penulisan bilangan sesuai yang diharapkan. Salah satu
siswa meletakkan biji dekak-dekak sedangkan siswa yang lain menjawab nilai
dari biji dekak- dekak yang telah diletakkan. Sehingga diharapkan sudah tidak
ada lagi siswa kelas I menulis bilangan yang terbalik dan dapat menempatkan
angka sesuai dengan tempatnya. Contoh: menulis angka 14 (empat belas) tidak
ditulis 41 (empat puluh satu). Untuk mengetahui keberhasilan materi, guru
memberikan tugas pada beberapa siswa untuk mengerjakan di papan tulis.
Kelas I sebagian siswa belum lancar dalam membaca sehingga dalam
mengerjakan lembar kerja masih didektekan oleh guru. Siswa mengerjakan
lembar soal sesuai dengan apa yang dibacakan guru. Hasilnya langsung dijawab
secara kelompok, setelah selesai mengerjakan lembar kerja tersebut, guru
menanyakan kepada siswa tentang materi yang belum jelas.
Setelah sekiranya semua siswa jelas, guru membuat kesimpulan pada
pembelajaran. Selanjutnya guru memberikan soal evaluasi pada siswa untuk
dikerjakan secara mandiri. Sebagai tindak lanjut guru memberikan pesan- pesan
agar selalu rajin belajar.
2) Pertemuan II
Pada pertemuan II materi Matematika yang diajarkan adalah
penjumlahan dan pengurangan dengan indikator melakukan operasi hitung
penjumlahan dua angka tanpa teknik menyimpan dan pengurangan tanpa teknik
meminjam . Kegiatan diawali dengan berdoa bersama dan melakukan apersepsi.
Untuk menuju pada materi penjumlahan siswa diajak untuk menjumlahkan pensil
dari setiap siswa bersama dengan kelompoknya. Setelah itu guru melanjutkannya
dengan tanya jawab kepada siswa tentang penjumlahan. Pembelajaran dilanjutkan
dengan penjelasan guru kepada masing-masing kelompok mengenai materi
penjumlahan dan pengurangan dengan menggunakan media Dekak-dekak.
Contoh : bilangan kedua
1 4
2 2 +
3 6
Gambar 14, Peragaan penjumlahan tanpa teknik menyimpan.
Keterangan :
= Satuan
= Puluhan
Sebagai hasil penjumlahan yaitu menghitung biji dekak-dekak pada masing-
masing tiang.
Seperti halnya menghitung penjumlahan, materi pengurangan dua angka
dengan dua angka tanpa teknik meminjam dengan menggunakan media Dekak-
dekan dapat dikerjakan dengan meletakkan sebuah biji dekak-dekak warna kuning
di tempat satuan maupun puluhan sesuai dengan bilangan yang akan dikurangi.
Selanjutnya mengganti biji dekak-dekak yang berwarna kuning dengan
biji dekak-dekak yang berwarna biru sesuai dengan bilangan yang mengurangi
dan biji warna kuning yang tersisa merupakan hasil dari pengurangan. Seperti
pada contoh berikut:
Contoh :
2 5
1 2
1 3
Gambar 15, Peragaan pengurangan tanpa teknik meminjam.
Keterangan :
Puluhan =
Satuan =
Kegiatan ini perlu diulang-ulang sampai siswa benar- benar jelas tentang
materi yang diajarkan. Untuk latihan bagi siswa bersama kelompoknya, guru
memberikan lembar kerja untuk dikerjakan oleh siswa bersama dengan
kelompoknya. Selanjutnya guru membahas hasil kerja kelompok secara bersama.
Pada kegiatan akhir guru memberi penguatan tentang materi
pembelajaran. Setelah siswa dirasa jelas, guru memberikan soal evaluasi kepada
siswa untuk dikerjakan secara individu.
c. Observasi
Dalam tahap ini dilaksanakan pemantauan terhadap pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan media Dekak-dekak, yang dilaksanakan
dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi dan rekaman dengan
kamera foto. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai
kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan media Dekak-dekak dengan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun serta mengetahui
seberapa besar pembelajaran dengan media Dekak-dekak yang dilaksanakan
menghasilkan perubahan pada kemampuan berhitung siswa kelas I. Oleh karena
itu pengamatan tidak hanya ditujukan pada aktivitas atau partisipasi dalam proses
pembelajaran, namun juga pada aspek tindakan guru dalam melaksanakan
pembelajaran termasuk suasana kelas pada setiap pertemuan.
Uraian observasi tiap pertemuan pada Siklus I sebagai berikut :
Pertemuan : I (satu)
Indikator : Menentukan nilai tempat sampai bilangan puluhan dan satuan
Media : Dekak-dekak
Hasil Observasi :
1) Kegiatan Siswa
a) Siswa aktif memperhatikan penjelasan guru, b) Siswa aktif menjawab
pertanyaan guru, c) Rasa ingin tahu dan keberanian cukup tinggi, d) Siswa
aktif mengerjakan tugas baik secara individu maupun kelompok.
Prosentase keaktifan siswa: jumlah skor x 100%
Skor maksimal x jumlah siswa
Prosentase keaktifan siswa: 74 x 100% = 40% 5 x 37
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 5.
2) Kegiatan Guru
a) Sudah memberikan informasi secara tepat, b) Menggunakan berbagai
sumber, c) Menggunakan waktu secara tepat sesuai dengan perencanaan, d)
Penuh perhatian terhadap siswa, e) Memotivasi individu dan kelompok, f)
Sudah menggunakan multi metode, g) Sudah melakukan penilaian proses, h)
Sudah melakukan penilaian hasil belajar, i) Sudah memberikan tindak lanjut.
Prosentase keaktifan guru: jumlah skor x 100%
Skor maksimal x jumlah item
Prosentase keaktifan guru: 27 x 100% = 68 %
40
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 7
Pertemuan : II (dua)
Indikator : - Melakukan operasi hitung penjumlahan tanpa teknik menyimpan
- Melakukan operasi hitung pengurangan tanpa teknik meminjam
Media : Dekak-dekak
Hasil Observasi :
1) Kegiatan Siswa
a) Siswa aktif memperhatikan penjelasan guru, b) Siswa aktif mengerjakan
tugas- tugas, c) Siswa aktif menjawab pertanyaan guru, d) Masih banyak
siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan dengan perkalian.
Prosentase keaktifan siswa: jumlah skor x 100%
Skor maksimal x jumlah siswa
Prosentase keaktifan siswa: 81 x 100% = 44%
5 x 37
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 7.
2) Kegiatan Guru
a) Sudah memberikan informasi secara tepat, b) Menggunakan waktu secara
tepat sesuai dengan perencanaan, c) Penuh perhatian terhadap siswa, d)
Memberikan motivasi kepada siswa baik secara individu maupun kelompok,
e) Menggunakan multi metode, f) Melakukan penilaian proses, g) Melakukan
penilaian hasil belajar, h) Memberikan tindak lanjut.
Prosentase keaktifan guru: jumlah skor x 100%
Skor maksimal x jumlah item
Prosentase keaktifan guru: 29 x 100% = 73 %
40
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 8
d. Refleksi
Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan untuk dianalisis.
Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan selama proses pelaksanaan
tindakan belum menunjukkan perubahan, khususnya pada pencapaian hasil
belajar. Sehingga semua materi yang telah disampaikan belum menunjukkan
perubahan yang berarti.
Hasil refleksi selengkapnya dapat diuraikan sebagai berikut :
Pertemuan : I (satu)
Indikator : Menentukan nilai tempat sampai bilangan puluhan dan satuan
Media : Dekak-dekak
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung,
siswa cukup aktif memperhatikan penjelasan guru dan menjawab pertanyaan guru.
Namun siswa belum begitu memahami tentang konsep nilai tempat. Sehingga
kemampuan menentukan nilai tempat pada pertemuan I belum menunjukkan
perubahan yang berarti, karena nilai rata- rata siswa baru mencapai 64,6 dan siswa
yang memperoleh nilai > 65 hanya sebanyak 20 siswa atau 54,1% dari 37 siswa.
Pembelajaran dikatakan berhasil apabila kemampuan berhitung siswa
mencapai rata- rata kelas 65 dan siswa yang memperoleh nilai > 65 mencapai
65% siswa. Dengan demikian nilai rata- rata kelas yang mencapai 64,6 dan siswa
yang memperoleh nilai >65 sebanyak 20 siswa atau 54,1% dari 37 siswa
menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media Dekak-dekak
belum berhasil. Data nilai kemampuan menentukan nilai tempat pada pertemuan
pertama Siklus I selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2 dalam halaman lampiran.
Pertemuan : II (dua)
Indikator : - Melakukan operasi hitung penjumlahan tanpa teknik menyimpan
- Melakukan operasi hitung pengurangan tanpa teknik meminjam
Media : Dekak-dekak
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung,
siswa cukup aktif memperhatikan penjelasan guru dan menjawab pertanyaan guru.
Siswa juga aktif dalam mengerjakan tugas baik secara individu maupun
kelompok. Namun demikian kemampuan siswa dalam berhitung penjumlahan dan
pengurangan masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Nilai rata- rata siswa
sudah mencapai 71,4 namun siswa yang memperoleh nilai > 65 hanya sebanyak
24 siswa atau 64,8% dari 37 siswa..
Pembelajaran dikatakan berhasil apabila kemampuan berhitung siswa
mencapai rata- rata kelas 65 dan siswa yang memperoleh nilai > 65 mencapai
65% siswa. Dengan demikian nilai rata- rata kelas yang mencapai 71,4 dan siswa
yang memperoleh nilai >65 sebanyak 24 siswa atau 64,8% dari 37 siswa
menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media Dekak-dekak
belum berhasil. Data nilai kemampuan berhitung siswa pada pertemuan kedua
Siklus I selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3 dalam halaman lampiran.
Berdasarkan nilai kemampuan berhitung siswa pada Siklus I dapat
diketahui bahwa materi menentukan nilai tempat dan operasi hitung penjumlahan
dan pengurangan belum dipahami siswa secara optimal atau belum berhasil.
Dengan catatan untuk siswa yang nilainya kurang dari rata- rata kelas diberikan
perbaikan dengan menambah waktu belajar dan latihan soal- soal agar
kemampuan belajarnya meningkat. Pertemuan I dan II belum menunjukkan
perubahan yang signifikan, sehingga pembelajaran dilanjutkan pada Siklus II pada
materi menentukan nilai tempat dan operasi hitung penjumlahan dan
pengurangan.
2. Tindakan Siklus II
Tindakan Siklus II dilaksanakan selama satu minggu dalam bulan April
2010. Tindakan dalam siklus II dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Adapun
tahapan- tahapan yang dilakukan pada siklus I adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada
Siklus I diketahui bahwa belum menunjukkan adanya peningkatan kemampuan
berhitung siswa. Karena dari indikator- indikator yang telah ditetapkan belum
menunjukkan hasil yang diharapkan. Oleh karena itu, praktikan dengan
pengarahan Kepala Sekolah dan masukan dari guru- guru yang lain, kembali
menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan lebih cermat dan
teliti untuk mengulang pembelajaran Matematika dengan indikator menentukan
nilai tempat, Menghitung penjumlahan tanpa teknik menyimpan dan menghitung
pengurangan tanpa teknik meminjam.
Adapun penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada
Siklus II yaitu: 1) Memilih atau menentukan kompetensi dasar, hasil belajar, dan
indikator yang hendak dicapai, 2) Mempersiapkan alat- alat atau media yang akan
digunakan, 3) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) II.
Mengingat analisis pekerjaan siswa pada Siklus I menunjukkan bahwa
sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan dalam menentukan nilai tempat,
Menghitung penjumlahan tanpa teknik menyimpan dan menghitung pengurangan
tanpa teknik meminjam, Maka rencana kegiatan pembelajaran menekankan pada
pemahaman konsep kembali yang diikuti dengan kegiatan penjelasan dan
peragaan dengan media Dekak-dekak. Jadi segala kegiatan ditujukan untuk
memantapkan pemahaman konsep terhadap siswa, tentang materi menentukan
nilai tempat, Menghitung penjumlahan tanpa teknik menyimpan dan menghitung
pengurangan tanpa teknik meminjam. Hal ini juga merupakan pengulangan
kegiatan pada pertemuan 1 dan 2 Siklus I.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan pada Siklus II dengan menggunakan media dekak-
dekak dilaksanakan dua kali pertemuan.
1) Pertemuan I
Guru mengawali pembelajaran dengan berdoa bersama, mengabsen
siswa dan apersepsi. Selanjutnya guru mengulang secara garis besar pembelajaran
yang disampaikan pada Siklus I. kemudian guru menjelaskan kepada siswa tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai. Guru membagi siswa menjadi beberapa
kelompok kecil. Setiap kelompok terdiri atas dua siswa dalam satu meja. Tiap
kelompok dalam satu meja disediakan sebuah media dekak-dekak. Selanjutnya
setiap kelompok siswa dalam satu meja meletakkan biji dekak-dekak warna
kuning satu demi satu pada tempat satuan. Setelah biji dekak-dekak berjumlah 10
maka penghitungan dihentikan. 10 biji dekak-dekak berwarna kuning tersebut
diambil dan diganti dengan sebuah biji dekak-dekak warna biru yang diletakkan
pada tempat puluhan. Setelah itu baru dilanjutkan dengan meletakkan kembali biji
dekak-dekak warna kuning tersebut pada letak satuan sambil menghitung 11
sampai dengan 19. Kegiatan ini dilakukan bergantian oleh siswa dalam
kelompoknya. Sehingga setiap siswa mampu untuk memahami jika 10 biji dekak-
dekak warna kuning ditempat satuan sama dengan sebuah biji dekak-dekak warna
biru di tempat puluhan atau senilai dengan 10.
Kegiatan dilanjutkan dengan memberikan lembar kerja kepada masing-
masing kelompok. Setiap kelompok saling bekerjasama untuk mengerjakan tugas
dari guru. Pada saat siswa mengerjakan soal latihan, guru memberikan bimbingan
kepada siswa yang kurang aktif dan kepada siswa yang pada Siklus I nilainya
masih kurang. Setelah selesai mengerjakan, setiap kelompok menuliskan hasil
pekerjaannya di papan tulis untuk dikoreksi bersama dengan kelompok yang lain.
Guru memberikan penguatan pada kegiatan akhir pembelajaran.
Selanjutnya melakukan evaluasi dengan memberikan lembar evaluasi kepada
siswa untuk dikerjakan secara mandiri. Data nilai kemampuan siswa dalam
menentukan nilai tempat pada pertemuan pertama Siklus II selengkapnya dapat
dilihat pada Tabel 4 dalam halaman lampiran.
2) Pertemuan II
Pada pertemuan dua pembelajaran dimulai dengan berdoa bersama dan
mengabsen siswa dilanjutkan dengan apersepsi tentang menghitung menghitung
penjumlahan dan pengurangan. Pada kegiatan ini guru menyuruh salah satu siswa
untuk meletakkan 5 biji dekak-dekak warna kuning di tempat satuan, kemudian
guru bertanya kepada siswa yang lain berapa nilai dari biji dekak-dekak yang
telah dipasang oleh teman kamu. Setelah siswa selesai menjawab, guru menyuruh
kembali kepada siswa yang tadi meletakkan biji dekak-dekak untuk meletakkan
lagi biji dekak-dekak warna kuning di tempat satuan sebanyak 4 biji. Kemudian
guru bertanya kepada siswa berapa nilai dari biji dekak-dekak yang telaj
terpasang. Kegiatan ini dilakukan dengan bergantian antara siswa yang
meletakkan biji dekak-dekak dengan siswa yang menghitung nilai atau hasil
penjumlahan dengan menggunakan dekak-dekak.
Kegiatan dilanjutkan dengan melakukan operasi hitung pengurangan.
Guru bersama dengan siswa memperagakan menghitung operasi pengurangan
dengan menggunakan media Dekak-dekak. kegiatan dilakukan dengan membuat
contoh operasi pengurangan yang akan dikerjakan. Kemudian memperagakan
bilangan yang akan dikurangi pada media Dekak-dekak dengan biji yang sama
(kuning). Kemudia mengganti biji yang sudah terpasang dengan biji warna lain
(biru) sesuai dengan bilangan yang mengurangi. Sisa biji (kuning) yang ada
merupakan hasil dari operasi pengurangan yang dicontohkan.
Guru kemudian memberikan soal latihan kepada masing-masing
kelompok untuk dikerjakan secara berkelompok atau bersama dengan satu meja.
Siswa mengerjakan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan dengan
menggunakan media dekak-dekak. Pada saat siswa mengerjakan soal latihan, guru
memberikan bimbingan kepada siswa yang kurang aktif dan kepada siswa yang
pada Siklus I nilainya masih kurang. Setelah siswa selesai mengerjakan soal
latihan, guru bersama siswa mengoreksi dan membahas jawaban siswa secara
bersama- sama. Guru selanjutnya melakukan evaluasi dengan memberikan lembar
evaluasi kepada siswa untuk dikerjakan secara mandiri. Kegiatan dilanjutkan
dengan memberikan pekerjaan rumah sebagai tindak lanjut. Data nilai
kemampuan siswa dalam menghitung penjumlahan dan pengurangan pada
pertemuan kedua Siklus II selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5 dalam
halaman lampiran.
c. Observasi
Guru kelas secara kolaboratif bersama guru kelas yang lain
melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan cermat dan
teliti pada masing- masing pertemuan. Observasi ini ditujukan pada kegiatan guru
dalam melaksanakan pembelajaran maupun aktivitas siswa dalam pembelajaran
serta suasana pembelajaran. Keseluruhan data yang diperoleh dalam kegiatan ini
termasuk pencatatan hasil tes akan digunakan sebagai bahan atau masukan untuk
menganalisis perkembangan kemampuan berhitung siswa dalam diskusi balikan
yaitu menganalisis nilai kemampuan berhitung siswa dari tiap - tiap Siklus yang
telah dilaksanakan yang akan digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
pelaksanaan tindakan selanjutnya. Adapun uraian hasil observasi Siklus II sebagai
berikut :
Pertemuan : I (satu)
Indikator : Menentukan nilai tempat sampai bilangan puluhan dan satuan
Media : Dekak-dekak
Hasil Observasi :
1) Kegiatan Siswa
a) Siswa aktif memperhatikan penjelasan guru, b) Siswa aktif mengerjakan
tugas- tugas, c) Siswa aktif menjawab pertanyaan guru, d) Masih banyak
siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan dengan perkalian.
Prosentase keaktifan siswa: jumlah skor x 100%
Skor maksimal x jumlah siswa
Prosentase keaktifan siswa: 105 x 100% = 57%
5 x 37
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 9.
2) Kegiatan Guru
a) Sudah memberikan informasi secara tepat, b) Menggunakan waktu secara
tepat sesuai dengan perencanaan, c) Penuh perhatian terhadap siswa, d)
Memberikan motivasi kepada siswa baik secara individu maupun kelompok,
e) Menggunakan multi metode, f) Melakukan penilaian proses, g) Melakukan
penilaian hasil belajar, h) Memberikan tindak lanjut.
Prosentase keaktifan guru: jumlah skor x 100%
Skor maksimal x jumlah item
Prosentase keaktifan guru: 30 x 100% = 75 %
40
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 8
Pertemuan : II (dua)
Indikator : - Melakukan operasi hitung penjumlahan tanpa teknik menyimpan
- Melakukan operasi hitung pengurangan tanpa teknik meminjam
Media : Dekak-dekak
Hasil Observasi :
1) Kegiatan Siswa
a) Siswa aktif memperhatikan penjelasan guru, b) Siswa aktif mengerjakan
tugas- tugas, c) Siswa aktif menjawab pertanyaan guru, d) Masih banyak
siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan dengan perkalian.
Prosentase keaktifan siswa: jumlah skor x 100%
Skor maksimal x jumlah siswa
Prosentase keaktifan siswa: 111 x 100% = 60%
5 x 37
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 11.
2) Kegiatan Guru
a) Sudah memberikan informasi secara tepat, b) Menggunakan waktu secara
tepat sesuai dengan perencanaan, c) Penuh perhatian terhadap siswa, d)
Memberikan motivasi kepada siswa baik secara individu maupun kelompok,
e) Menggunakan multi metode, f) Melakukan penilaian proses, g) Melakukan
penilaian hasil belajar, h) Memberikan tindak lanjut.
Prosentase keaktifan guru: jumlah skor x 100%
Skor maksimal x jumlah item
Prosentase keaktifan guru: 31 x 100% = 78 %
40
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 12
d. Refleksi
Hasil analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan media Dekak-dekak pada Siklus II dapat diuraikan sebagai berikut :
Pertemuan : I (satu)
Indikator : Menentukan nilai tempat sampai bilangan puluhan dan satuan
Media : Dekak-dekak
Hasil Refleksi :
Siswa cukup aktif memperhatikan penjelasan guru dan menjawab
pertanyaan guru. Guru memberikan informasi secara tepat, memberi motivasi dan
melaksanakan penilaian proses dengan hasil rata- rata kelas mencapai 70,5 dan
siswa yang memperoleh nilai >70 sebanyak 20 siswa atau 54,1% dari 37 siswa.
Pembelajaran dikatakan berhasil apabila kemampuan berhitung siswa
mencapai rata- rata kelas 70 dan siswa yang memperoleh nilai > 70 mencapai
65% siswa. Dengan demikian nilai rata- rata kelas mencapai 70,5 dan siswa yang
memperoleh nilai >70 sebanyak 20 siswa atau 54,1% dari 37 siswa menunjukkan
bahwa pembelajaran dengan menggunakan media Dekak-dekak yang dilakukan
belum berhasil.
Pertemuan : II (dua)
Indikator : - Melakukan operasi hitung penjumlahan tanpa teknik
menyimpan
- Melakukan operasi hitung pengurangan tanpa teknik
meminjam
Media : Dekak-dekak
Hasil Refleksi :
Siswa cukup aktif memperhatikan penjelasan guru, rasa ingin tahu dan
keberaniannya meningkat, siswa aktif dalam mengerjakan tugas- tugas yang
diberikan oleh guru. Guru sudah memberikan informasi secara tepat, memberikan
motivasi dan melaksanakan penilaian. Dalam pembahasan proses dengan nilai
rata- rata kelas yang dicapai pada pertemuan II adalah 72,2 dan siswa yang
memperoleh nilai >70 sebanyak 23 siswa atau 62,2% dari 37 siswa.
Pembelajaran dikatakan berhasil apabila kemampuan berhitung siswa
mencapai rata- rata kelas 70 dan siswa yang memperoleh nilai > 70 mencapai
65% siswa. Dengan demikian nilai rata- rata kelas mencapai 72,2 dan siswa yang
memperoleh nilai >70 sebanyak 23 siswa atau 62,2% dari 37 siswa menunjukkan
bahwa pembelajaran dengan menggunakan media Dekak-dekak yang dilakukan
belum berhasil.
Hasil analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran pada Siklus II,
secara umum belum menunjukkan perubahan yang signifikan. Masih banyak
siswa yang belum memahami cara menentukan nilai tempat dan melakukan
operasi hitung penjumlahan dan pengurangan. Hal ini ditunjukkan dari jumlah
siswa yang nilainya telah memenuhi KKM belum sesuai dengan indikator yang
ditetapkan. Masih banyak siswa yang nilainya rendah atau di bawah KKM. Siswa
yang nilainya rendah tersebut rata-rata karena kurang aktif dalam melakukan
kegiatan berhitung menggunakan media Dekak-dekak. Sehingga siswa tersebut
merasa kesulitan saat mengerjakan lembar evaluasi yang diberikan oleh guru yang
dikerjakan secara individu. Dengan demikian guru perlu melanjutkan tindakan
pada siklus berikutnya dengan kegiatan pembelajaran yang dapat lebih
mengaktifkan semua siswa.
3. Tindakan Siklus III
Tindakan Siklus III dilaksanakan selama satu minggu dalam bulan Mei
2010. Tindakan dalam siklus III dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Adapun
tahapan- tahapan yang dilakukan pada siklus III adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada
Siklus II diketahui bahwa masih belum menunjukkan adanya peningkatan
kemampuan berhitung siswa. Karena dari indikator- indikator yang telah
ditetapkan belum menunjukkan hasil yang diharapkan. Oleh karena itu, praktikan
dengan pengarahan Kepala Sekolah dan masukan dari guru- guru yang lain dan
didasarkan atas pengalaman pembelajaran sebelumnya, kembali menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan lebih cermat dan lebih teliti
untuk mengulang pembelajaran Matematika dengan indikator menentukan nilai
tempat, menghitung penjumlahan tanpa teknik menyimpan dan menghitung
pengurangan tanpa teknik meminjam.
Adapun penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada
Siklus II yaitu: 1) Memilih atau menentukan kompetensi dasar, hasil belajar, dan
indikator yang hendak dicapai, 2) Mempersiapkan alat- alat atau media yang akan
digunakan, 3) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) III.
Mengingat analisis pekerjaan siswa pada Siklus II menunjukkan bahwa sebagian
besar siswa masih mengalami kesulitan dalam menentukan nilai tempat,
menghitung penjumlahan tanpa teknik menyimpan dan menghitung pengurangan
tanpa teknik meminjam, Maka rencana kegiatan pembelajaran menekankan pada
pemahaman konsep kembali yang diikuti dengan kegiatan penjelasan dan
peragaan dengan media Dekak-dekak yang dilakukan siswa secara individu. Jadi
segala kegiatan ditujukan untuk memantapkan pemahaman konsep terhadap siswa
khususnya yang bagi siswa yang pada pembelajaran sebelumnya kurang aktif
dalam berhitung menggunakan media Dekak-dekak, tentang materi menentukan
nilai tempat, menghitung penjumlahan tanpa teknik menyimpan dan menghitung
pengurangan tanpa teknik meminjam. Hal ini juga merupakan pengulangan
kegiatan pada pertemuan 1 dan 2 Siklus I dan II.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan pada Siklus III dengan menggunakan media Petak
Persegi Satuan dilaksanakan dua kali pertemuan.
1) Pertemuan I
Guru mengawali pembelajaran dengan berdoa bersama, mengabsen
siswa dan apersepsi. Selanjutnya guru mengulang secara garis besar pembelajaran
yang disampaikan pada Siklus I dan II. Selanjutnya guru membagikan sebuah
media Dekak-dekak kepada masing-masing siswa. Hal ini dilakukan agar setiap
siswa dapat fokus dalam menggunakan media Dekak-dekak tanpa harus
bergantian dengan siswa yang lain.
Setelah setiap siswa memegang satu media Dekak-dekak, guru mengajak
siswa untuk kembali memeragakan cara menentukan nilai tempat. Yakni dengan
menghitung 1 sampai dengan 10 dan diiringi dengan memasukkan sebuah biji
Dekak-dekak yang berwarna kuning pada tempat satuan. Setelah terdapat 10 biji
berwarna kuning di tempat satuan, guru menggantinya dengan sebuah biji Dekak-
dekak warna biru di tempat puluhan. Hal ini menunjukkan kepada siswa bahwa 10
biji di tempat satuan nilainya sama dengan sebuah biji di tempat puluhan, yakni
10. Selanjutnya guru melanjutkan kembali dari bilangan sebelas sampai dengan
sembilan belas dengan cara menambahkan kembali satu persatu biji Dekak-dekak
warna kuning di tempat satuan.
Setelah siswa dirasa mampu dan sudah dapat mempraktikan dengan
media Dekak-dekak, maka guru memberikan soal latihan kepada setian siswa
untuk dikerjakan secara mandiri dengan menggunakan media yang ada. Siswa
secara individu mengerjakan soal yang telah diberikan oleh guru. Setelah selesai
guru bersama siswa membahas jawaban lembar kerja yang telah dikerjakan oleh
masing- masing siswa. Guru selanjutnya melakukan evaluasi dengan memberikan
lembar evaluasi kepada siswa untuk dikerjakan secara mandiri. Data nilai
kemampuan siswa dalam menentukan nilai tempat pada pertemuan pertama Siklus
III selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6 dalam halaman lampiran.
2) Pertemuan II
Pada pertemuan dua pembelajaran dimulai dengan berdoa bersama dan
mengabsen siswa dilanjutkan dengan apersepsi tentang menghitung penjumlahan
dan pengurangan. Pada kegiatan pembelajaran ini guru bersama siswa
memperagakan cara menghitung penjumlahan tanpa teknik meny impan dengan
menggunakan media Deka-dekak, sebagai contoh dalam mengerjakan operasi
penjumlahan 12 + 15. Caranya yakni dengan meletakkan sebuah biji Dekak-dekak
berwarna biru pada tempat puluhan dan dua biji Dekak-dekak warna kuning di
tempat satuan, ini menunjukkan bilangan 12. Selanjutnya menambahkan sebuah
biji dekak-dekak berwarna biru pada tempat puluhan dan lima biji Dekak-dekak
warna kuning di tempat satuan. Sehingga hasil akhirnya tersebut merupakan hasil
penjumlahan dari 12 + 15. Kegiatan ini dilakukan oleh guru bersama dengan
siswa, setiap siswa secara individu memperagakan dengan sebuah media Dekak-
dekak dan juga dilakukan secara berulang-ulang dengan contoh operasi
penjumlahan yang berbeda.
Selanjutnya guru menerangkan cara mengerjakan operasi p engurangan
tanpa teknik meminjam. Sebagai contoh mengerjakan operasi berikut 18 – 17.
Caranya dengan memperagakan bersama siswa dengan meletakkan sebuah biji
Dekak-dekak warna kuning di tempat puluhan dan delapan biji Dekak-dekak
warna kuning di tempat satuan, ini menunjukkan bilangan 18. Selanjutnya sebuah
biji warna kuning di tempat puluhan dan tujuh di tempat satuan diambil sehingga
tersisa satu biji dekak-dekak warna biru. Jumlah biji Dekak-dekak berwarna biru
yang masih tersisa merupakan hasil dari operasi pengurangan 18 – 17 yakni 1.
Selanjutnya kegiatan dilakukan dengan memberikan soal latihan kepada
setian siswa untuk dikerjakan secara mandiri dengan menggunakan media yang
ada. Siswa secara individu mengerjakan soal yang telah diberikan oleh guru.
Setelah selesai guru bersama siswa membahas jawaban lembar kerja yang telah
dikerjakan oleh masing- masing siswa. Guru selanjutnya melakukan evaluasi
dengan memberikan lembar evaluasi kepada siswa untuk dikerjakan secara
mandiri. Data nilai kemampuan siswa dalam menghitung operasi penjumlahan
dan pengurangan pada pertemuan kedua Siklus III selengkapnya dapat dilihat
pada Tabel 7 dalam halaman lampiran.
c. Observasi
Guru kelas secara kolaboratif bersama guru kelas yang lain
melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan cermat dan
teliti pada masing- masing pertemuan. Observasi ini ditujukan pada kegiatan guru
dalam melaksanakan pembelajaran maupun aktivitas siswa dalam pembelajaran
serta suasana pembelajaran. Keseluruhan data yang diperoleh dalam kegiatan ini
termasuk pencatatan hasil tes akan digunakan sebagai bahan atau masukan untuk
menganalisis perkembangan kemampuan berhitung siswa dalam diskusi balikan
yaitu menganalisis nilai kemampuan berhitung siswa dari tiap - tiap Siklus yang
telah dilaksanakan yang akan digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
pelaksanaan tindakan selanjutnya. Adapun uraian hasil observasi Siklus III
sebagai berikut :
Pertemuan : I (satu)
Indikator : Menentukan nilai tempat sampai bilangan puluhan dan satuan.
Media : Dekak-dekak
Hasil Observasi :
1) Kegiatan Siswa
a) Siswa aktif memperhatikan penjelasan guru, b) Siswa aktif mengerjakan
tugas- tugas, c) Siswa aktif menjawab pertanyaan guru, d) Masih banyak
siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan dengan perkalian.
Prosentase keaktifan siswa: jumlah skor x 100%
Skor maksimal x jumlah siswa
Prosentase keaktifan siswa: 115 x 100% = 62%
5 x 37
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 13.
2) Kegiatan Guru
a) Sudah memberikan informasi secara tepat, b) Menggunakan waktu secara
tepat sesuai dengan perencanaan, c) Penuh perhatian terhadap siswa, d)
Memberikan motivasi kepada siswa baik secara individu maupun kelompok,
e) Menggunakan multi metode, f) Melakukan penilaian proses, g) Melakukan
penilaian hasil belajar, h) Memberikan tindak lanjut.
Prosentase keaktifan guru: jumlah skor x 100%
Skor maksimal x jumlah item
Prosentase keaktifan guru: 33 x 100% = 83 %
40
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 14
Pertemuan : II (dua)
Indikator : - Melakukan operasi hitung penjumlahan tanpa teknik menyimpan
- Melakukan operasi hitung pengurangan tanpa teknik meminjam
Media : Dekak-dekak
Hasil Observasi :
1) Kegiatan Siswa
a) Siswa aktif memperhatikan penjelasan guru, b) Siswa aktif mengerjakan
tugas- tugas, c) Siswa aktif menjawab pertanyaan guru, d) Masih banyak
siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan dengan perkalian.
Prosentase keaktifan siswa: jumlah skor x 100%
Skor maksimal x jumlah siswa
Prosentase keaktifan siswa: 118 x 100% = 64%
5 x 37
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 15.
2) Kegiatan Guru
a) Sudah memberikan informasi secara tepat, b) Menggunakan waktu secara
tepat sesuai dengan perencanaan, c) Penuh perhatian terhadap siswa, d)
Memberikan motivasi kepada siswa baik secara individu maupun kelompok,
e) Menggunakan multi metode, f) Melakukan penilaian proses, g) Melakukan
penilaian hasil belajar, h) Memberikan tindak lanjut.
Prosentase keaktifan guru: jumlah skor x 100%
Skor maksimal x jumlah item
Prosentase keaktifan guru: 36 x 100% = 90 %
40
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 16
d. Refleksi
Hasil analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan media Dekak-dekak pada Siklus II dapat diuraikan sebagai berikut :
Pertemuan : I (satu)
Indikator : Menentukan nilai tempat sampai bilangan puluhan dan satuan
Media : Dekak-dekak
Hasil Refleksi :
Siswa cukup aktif memperhatikan penjelasan guru dan menjawab
pertanyaan guru. Guru memberikan informasi secara tepat, memberi motivasi dan
melaksanakan penilaian proses dengan hasil rata- rata kelas mencapai 75,9 dan
siswa yang memperoleh nilai >70 sebanyak 29 siswa atau 78,4% dari 37 siswa.
Pembelajaran dikatakan berhasil apabila kemampuan berhitung siswa
mencapai rata- rata kelas 70 dan siswa yang memperoleh nilai > 70 mencapai
70% siswa. Dengan demikian nilai rata- rata kelas mencapai 75,9 dan siswa yang
memperoleh nilai >70 sebanyak 29 siswa atau 78,4% dari 37 siswa menunjukkan
bahwa pembelajaran dengan menggunakan media Dekak-dekak yang dilakukan
sudah berhasil.
Pertemuan : II (dua)
Indikator : - Melakukan operasi hitung penjumlahan tanpa teknik
menyimpan
- Melakukan operasi hitung pengurangan tanpa teknik
meminjam
Media : Dekak-dekak
Hasil Refleksi :
Siswa cukup aktif memperhatikan penjelasan guru, rasa ingin tahu dan
keberaniannya meningkat, siswa aktif dalam mengerjakan tugas- tugas yang
diberikan oleh guru. Guru sudah memberikan informasi secara tepat, memberikan
motivasi dan melaksanakan penilaian. Dalam pembahasan proses dengan nilai
rata- rata kelas yang dicapai pada pertemuan II adalah 80,8 dan siswa yang
memperoleh nilai >70 sebanyak 31 siswa atau 83,8% dari 37 siswa.
Pembelajaran dikatakan berhasil apabila kemampuan berhitung siswa
mencapai rata- rata kelas 70 dan siswa yang memperoleh nilai > 70 mencapai
70% siswa. Dengan demikian nilai rata- rata kelas mencapai 80,8 dan siswa yang
memperoleh nilai >70 sebanyak 31 siswa atau 83,8% dari 37 siswa menunjukkan
bahwa pembelajaran dengan menggunakan media Dekak-dekak yang dilakukan
sudah berhasil.
Hasil analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran pada Siklus III,
secara umum telah menunjukkan perubahan yang signifikan. Guru dalam
melaksanakan pembelajaran semakin mantap dan luwes dengan kekurangan-
kekurangan kecil di antaranya kurang waktu kontrol. Prosentase aktivitas atau
partisipasi siswa dalam pembelajaran meningkat. Mereka lebih banyak
memperhatikan dan mampu menyelesaikan soal- soal latihan dengan
menggunakan media Dekak-dekak sehingga keterampilan menggunakan media
Dekak-dekak meningkat. Partisipasi siswa dalam pembelajaran semakin
meningkat, suasana kelas menjadi lebih hidup dan menyenangkan, pada akhirnya
diharapkan kemampuan berhitung siswa di kelas I SD Negeri Sukoharjo 02,
Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo meningkat. Berdasarkan
peningkatan kemampuan yang telah dicapai siswa, maka pelaksanaan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) dianggap cukup dan diakhiri pada Siklus III.
D. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data, dapat dilihat adanya
peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran, serta perkembangan kemampuan
berhitung siswa kelas I SD Negeri Sukoharjo 02, Kecamatan Sukoharjo,
Kabupaten Sukoharjo. Peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran antara
lain:
1. Siswa lebih aktif memperhatikan penjelasan guru.
2. Siswa lebih aktif menjawab pertanyaan guru.
3. Rasa ingin tahu dan keberanian siswa untuk bertanya semakin meningkat.
4. Kerjasama antar siswa meningkat.
5. Keterampilan berdiskusi lebih meningkat.
6. Siswa lebih aktif mengerjakan tugas- tugas yang diberikan oleh guru.
Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan skor rata-rata pada lembar
observasi keaktifan siswa dari siklus I pertemuan I, Siklus I pertemuan II, siklus II
pertemuan I, Siklus II pertemuan II, siklus III pertemuan I, dan Siklus III
pertemuan II sebagai berikut 40%; 44%; 57%; 60%; 62%; dan 64%. Sedangkan
aktivitas guru juga mengalami peningkatan yang ditunjukkan dari meningkatnya
skor rata-rata lembar observasi aktiviatas guru dari siklus I pertemuan I, Siklus I
pertemuan II, siklus II pertemuan I, Siklus II pertemuan II, siklus III p ertemuan I,
dan Siklus III pertemuan II sebagai berikut 68%; 73%; 75%; 78%; 83%; dan 90%.
Perkembangan kemampuan berhitung siswa tercantum dalam Tabel
frekuensi nilai kemampuan berhitung pada siswa kelas I SD negeri Sukoharjo 02
sebelum tindakan, seperti tabel 8:
Tabel 8, Data Frekuensi Nilai Kemampuan Berhitung Siswa Kelas I SD Negeri
Sukoharjo 02 Sebelum Tindakan.
NO Interval Nilai Frekuensi Prosentase Kategori
1 90 – 100 0 0 Baik sekali
2 79 – 89 6 16,2 Baik
3 68 – 78 13 35,2 Lebihdari cukup
4 57 – 67 7 18,9 Cukup
5 46 – 56 6 16,2 Hampir cukup
6 35 – 45 4 10,8 Kurang
7 24 – 34 1 2,7 Kurang sekali
Jumlah 37 100
Sumber : Data Nilai Harian
Dari tabel 8 tersebut dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan tindakan
siswa yang memperoleh nilai dengan kategori kurang sekali hanya 1 siswa atau
2,7%. Siswa yang memperoleh nilai dengan kategori kurang sebanyak 4 siswa
atau 10,8%, siswa yang memperoleh nilai dengan kategori hampir cukup
sebanyak 6 siswa atau 16,2%. Siswa yang memperoleh nilai dengan kategori
cukup sebanyak 7 siswa atau 18,9%, siswa yang memperoleh nilai dengan
kategori lebih dari cukup sebanyak 13 siswa atau 35,2%. Siswa yang memperoleh
nilai dengan kategori baik sebanyak 6 siswa atau 16,2% dan siswa yang
memperoleh nilai dengan kategori baik sekali tidak ada.
Bila ditunjukkan dalam bentuk grafik akan terlihat seperti gambar 16.
Gambar 16, Grafik Nilai Kemampuan Berhitung Siswa Kelas I SD Negeri
Sukoharjo 02 Sebelum Tindakan.
Setelah dilaksanakan tindakan pada Siklus I dengan menerapkan
pembelajaran dengan media Dekak-dekak pada pembelajaran Matematika
diperoleh data hasil penilaian kemampuan berhitung siswa Kelas I SD Negeri
Sukoharjo 02 seperti terlihat pada tabel 9:
Tabel 9, Data Frekuensi Nilai Kemampuan Berhitung Siswa Kelas I SD Negeri
Sukoharjo 02 pada Siklus I.
NO Interval Nilai Frekuensi Prosentase Kategori
1 90 – 100 4 10,8 Baik sekali
2 79 – 89 11 29,8 Baik
3 68 – 78 5 13,5 Lebihdari cukup
4 57 – 67 6 16,2 Cukup
5 46 – 56 4 10,8 Hampir cukup
6 35 – 45 7 18,9 Kurang
7 24 – 34 0 0 Kurang sekali
Jumlah 37 100
Dari tabel 9 tersebut dapat dilihat bahwa setelah dilaksanakan tindakan
pada Siklus I siswa yang memperoleh nilai dengan kategori kurang sekali tidak
ada atau 0%. Siswa yang memperoleh nilai dengan kategori kurang sebanyak 7
siswa atau 18,9%, siswa yang memperoleh nilai dengan kategori hampir cukup
sebanyak 4 siswa atau 10,8%. Siswa yang memperoleh nilai dengan kategori
cukup sebanyak 6 siswa atau 16,2%, siswa yang memperoleh nilai dengan
kategori lebih dari cukup sebanyak 5 siswa atau 13,5%. Siswa yang memperoleh
nilai dengan kategori baik sebanyak 11 siswa atau 29,8% dan siswa yang
memperoleh nilai dengan kategori baik sekali sebanyak 4 siswa atau 10,8%.
Jumlah keseluruhan siswa yang memperoleh nilai >70 sebanyak 20 siswa atau
54,1%.
Data frekuensi nilai kemampuan menghitung luas persegi dan persegi
panjang pada Siklus I dapat ditunjukkan dengan grafik pada gambar 17:
Gambar 17, Grafik Nilai Kemampuan Berhitung Siswa Kelas I SD Negeri
Sukoharjo 02 Siklus I.
Untuk data nilai kemampuan berhitung siswa kelas I SD Negeri
Sukoharjo 02 pada Siklus II dapat dilihat pada tabel 10:
Tabel 10, Data Frekuensi Nilai Kemampuan Berhitung Siswa Kelas I SD Negeri
Sukoharjo 02 Siklus II.
NO Interval Nilai Frekuensi Prosentase Kategori
1 90 – 100 3 8,1 Baik sekali
2 79 – 89 12 32,5 Baik
3 68 – 78 6 16,2 Lebihdari cukup
4 57 – 67 14 37,8 Cukup
5 46 – 56 2 5,4 Hampir cukup
6 35 – 45 0 0 Kurang
7 24 – 34 0 0 Kurang sekali
Jumlah 37 100
Dari tabel 10 tersebut dapat dilihat bahwa setelah dilaksanakan tindakan
pada Siklus I siswa yang memperoleh nilai dengan kategori kurang dan kurang
sekali tidak ada atau 0%. Siswa yang memperoleh nilai dengan kategori hampir
cukup sebanyak 2 siswa atau 5,4%. Siswa yang memperoleh nilai dengan kategori
cukup sebanyak 14 siswa atau 37,8%, siswa yang memperoleh nilai dengan
kategori lebih dari cukup sebanyak 6 siswa atau 16,2%. Siswa yang memperoleh
nilai dengan kategori baik sebanyak 12 siswa atau 32,5% dan siswa yang
memperoleh nilai dengan kategori baik sekali sebanyak 3 siswa atau 8,1%.
Jumlah keseluruhan siswa yang memperoleh nilai >70 sebanyak 21 siswa atau
56,8%.
Data tersebut dapat digambarkan dalam bentuk grafik pada gambar 18:
Gambar 18, Grafik Nilai Kemampuan Berhitung Siswa Kelas I SD Negeri
Sukoharjo 02Siklus II.
Untuk data nilai kemampuan berhitung siswa kelas I SD Negeri
Sukoharjo 02 pada Siklus III dapat dilihat pada tabel 11:
Tabel 11, Data Frekuensi Nilai Kemampuan Berhitung Siswa Kelas I SD Negeri
Sukoharjo 02 Siklus III.
NO Interval Nilai Frekuensi Prosentase Kategori
1 90 – 100 9 24,3 Baik sekali
2 79 – 89 10 27,1 Baik
3 68 – 78 9 24,3 Lebihdari cukup
4 57 – 67 9 24,3 Cukup
5 46 – 56 0 0 Hampir cukup
6 35 – 45 0 0 Kurang
7 24 – 34 0 0 Kurang sekali
Jumlah 37 100
Dari tabel 11 tersebut dapat dilihat bahwa setelah dilaksanakan tindakan
pada Siklus II jumlah keseluruhan siswa yang memperoleh nilai >70 sebanyak 28
siswa atau 75,7% dan tinggal 9 siswa yang belum memperoleh nilai >70.
Data tersebut dapat digambarkan dalam bentuk grafik pada gambar 19:
Gambar 19, Grafik Nilai Kemampuan Berhitung Siswa Kelas I SD Negeri
Sukoharjo 02Siklus II.
Secara lebih rinci perkembangan kemampuan berhitung siswa kelas I SD
Negeri Sukoharjo 02 dapat disajikan pada tabel 12:
Tabel 12, Rekapitulasi Nilai Kemampuan Berhitung Siswa Kelas I SD Negeri
Sukoharjo 02 Sebelum dan Sesudah Tindakan Siklus I.
NO Materi Pembelajaran Rata-rata Nilai Hasil Belajar
Keterangan Sebelum Sesudah
1 Menentukan Nilai Tempat 62,2 64,6 Meningkat
2 Menghitung Penjumlahan
dan Pengurangan 64,1 71,4 Meningkat
Rata-rata 63,1 68,0 Meningkat
Tabel 13, Prosentase Siswa yang Memperoleh Nilai Kemampuan Berhitung >65
Sebelum dan Sesudah Tindakan Siklus I.
NO Materi Pelajaran Nilai siswa >65 Prosentase
Ket Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
1 Menentukan Nilai
Tempat 19 20 51,4 54,1 Meningkat
2
Menghitung
Penjumlahan dan
Pengurangan
19 24 51,4 64,8 Meningkat
Rata-rata 19 22 51,4 59,5 Meningkat
Dari tabel 8 dan 9 menunjukkan bahwa pembelajaran dengan media
Dekak-dekak yang dilaksanakan pada Siklus I pada materi menentukan nilai
tempat, menghitung operasi penjumlahan dan menghitung operasi pengurangan
pada siswa kelas I SD Negeri Sukoharjo 02, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten
Sukoharjo secara klasikal belum memperlihatkan adanya peningkatan. Karena
secara umum prosentase siswa yang mendapat nilai >65 belum mengalami
peningkatan yang berarti. Dengan demikian penelitian dilanjutkan pada Siklus II
untuk materi menentukan nilai tempat, menghitung operasi penjumlahan dan
menghitung operasi pengurangan.
Setelah dilaksanakan tindakan untuk materi menentukan nilai tempat,
menghitung operasi penjumlahan dan menghitung operasi pengurangan pada
Siklus II terlihat adanya peningkatan kemampuan berhitung antara sebelum dan
sesudah diadakan tindakan Siklus II. Adapun hasilnya dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14, Nilai Kemampuan Berhitung pada Rata-rata Kelas Sebelum dan
Sesudah Tindakan Siklus II.
NO Materi Pembelajaran Rata-rata Nilai Tes Hasil Belajar
Keterangan Sebelum Sesudah
1 Menentukan Nilai Tempat 64,6 70,5 Meningkat
2 Menghitung Penjumlahan
dan Pengurangan 71,4 72,2 Meningkat
Rata-rata 68,0 71,4 Meningkat
Selanjutnya dari perhitungan jumlah siswa yang memperoleh nilai di
atas rata- rata pada Siklus II dapat dipaparkan pada Tabel 15.
Tabel 15, Prosentase Siswa yang Memperoleh Nilai Kemampuan Berhitung >70
Sebelum dan Sesudah Tindakan Siklus II.
NO Materi Pelajaran Nilai siswa >70 Prosentase
Keterangan Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
1 Menentukan Nilai Tempat 20 22 54,1 59,5 Meningkat
2 Menghitung Penjumlahan
dan Pengurangan 24 24 64,8 64,8 Sama
Rata-rata 22 23 59,5 62,2 Meningkat
Dari tabel 15 di atas pembelajaran dengan media Dekak-dekak yang
dilaksanakan pada Siklus II pada materi menentukan nilai tempat, menghitung
operasi penjumlahan dan menghitung operasi pengurangan pada siswa kelas I SD
Negeri Sukoharjo 02, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo secara klasikal
telah memperlihatkan adanya peningkatan. Yakni rata- rata kelas pada Siklus I
adalah 68,0 pada Siklus II Menjadi 72,0. Akan tetapi, jumlah siswa yang
mendapat nilai >70 tidak banyak mengalami peningkatan. Dengan demikian
penelitian dilanjutkan pada Siklus III untuk materi menentukan nilai tempat,
menghitung operasi penjumlahan dan menghitung operasi pengurangan.
Setelah dilaksanakan tindakan materi menentukan nilai tempat,
menghitung operasi penjumlahan dan menghitung operasi pengurangan pada
Siklus III terlihat adanya peningkatan kemampuan berhitung antara sebelum dan
sesudah diadakan tindakan Siklus III. Adapun hasilnya dilihat pada Tabel 16
Tabel 16, Nilai Kemampuan Berhitung Siswa pada Rata-rata Kelas Sebelum dan
Sesudah Tindakan Siklus III.
NO Materi Pembelajaran Rata-rata Nilai Tes Hasil Belajar
Keterangan Sebelum Sesudah
1 Menentukan Nilai Tempat 70,5 76,0 Berhasil
2 Menghitung Penjumlahan 72,2 80,8 Berhasil
dan Pengurangan
Rata-rata 71,4 78,4 Meningkat
Selanjutnya dari perhitungan jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas
rata- rata pada Siklus III dapat dipaparkan pada Tabel 17.
Tabel 17, Prosentase Siswa yang Memperoleh Nilai Kemampuan Berhitung >70
Sebelum dan Sesudah Tindakan Siklus III.
NO Materi Pelajaran Nilai siswa >70 Prosentase
Keterangan Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
1 Menentukan Nilai Tempat 22 34 59,5 91,8 Berhasil
2 Menghitung Penjumlahan
dan Pengurangan 24 35 64,8 94,6 Berhasil
Rata-rata 23 34,5 62,2 93,2 Meningkat
Berdasarkan Tabel 16 dan 17 pembelajaran pada Siklus III menunjukkan
peningkatan rata- rata kelas dan peningkatan jumlah siswa yang memperoleh nilai
>70 baik pada materi menentukan nilai tempat maupun menghitung operasi
penjumlahan dan menghitung operasi pengurangan sehingga pembelajaran pada
Siklus III sudah berhasil.
Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan selama tiga Siklus dapat
disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan berhitung siswa kelas I SD negeri
Sukoharjo 02, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo dapat dilakukan
dengan media Dekak-dekak. Hal ini tampak jelas dengan adanya peningkatan-
peningkatan nilai yang diperoleh siswa baik secara perorangan maupun klasikal
pada setiap Siklus sebagaimana terlihat pada Tabel 12, 13, 14, 15, 16 dan 17.
Dengan demikian dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa penggunaan
media Dekak-dekak efektif untuk meningkatkan kemampuan berhitung siswa
kelas I SD Negeri Sukoharjo 02, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo
khususnya dan siswa kelas I Sekolah Dasar- Sekolah Dasar lain pada umumnya.
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan
dalam tiga siklus dengan menggunakan media Dekak-dekak dalam pembelajaran
Matematika pada siswa kelas I SD Negeri Sukoharjo 02, Kecamatan Sukoharjo,
Kabupaten Sukoharjo dapat ditarik simpulan sebagai berikut :
Pembelajaran dengan menggunakan media Dekak-dekak dapat
meningkatkan kemampuan berhitung siswa kelas I SD Negeri Sukoharjo 02,
Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2009/ 2010.
Peningkatan ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai kemampuan siswa
dalam berhitung nilai tempat, penjumlahan, dan pengurangan pada setiap
siklusnya, yaitu : Sebelum tindakan nilai rata- rata tes hasil belajar 63,1, siklus I
nilai rata- rata tes hasil belajar 68,0 dan siklus II nilai rata- rata tes hasil belajar
71,4 dan Siklus III nilai rata-rata tes hasil belajar 78,4.
B. Implikasi
Berdasarkan simpulan penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka
dapat diketahui bahwa penggunaan media pembelajaran Dekak-dekak efektif
untuk meningkatkan proses pembelajaran dan meningkatkan kemampuan
berhitung siswa kelas I Sekolah Dasar.
Upaya-upaya dalam meningkatkan kemampuan berhitung tersebut
melalui beberapa kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan dan tindakan
melalui : 1) Guru melakukan penjajagan pada materi ajar menentukan nilai
tempat, operasi hitung penjumlahan dan pengurangan, 2) Guru menganalisis
tingkat kemampuan berhitung siswa, 3) Guru menyampaikan materi dengan
menggunakan media Dekak-dekak, 4) Guru menggunakan multi metode pada saat
proses pembelajaran berlangsung.
Penjajagan materi merupakan langkah paling awal dalam guru
merencanakan pembelajaran. Pendalaman materi dilakukan guna menentukan
media dan metode yang hendak digunakan pada saat penyampaian materi. Dengan
penjajagan materi, guru akan mengetahui tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai pada suatu proses pembelajaran. Sehingga guru akan mampu menentukan
media dan metode yang tepat untuk digunakan dalam mencapai tujuan
pembelajaran tersebut.
Selain penjajagan materi guru juga perlu memperhatikan keadaan siswa.
Hal ini dapat dilakukan dengan memperhatikan tingkat kemampuan berhitung
siswa dengan cara menganalisis nilai hasil belajar pada setiap tindakan. Kegiatan
ini dilakukan sebagai dasar melaksanakan tindakan pada pembelajaran berikutnya.
Diantaranya sebagai dasar pemilihan metode dan media yang akan digunakan
dalam proses pembelajaran berikutnya.
Penyampaian materi khususnya pada pembelajaran Matematika
hendaknya dengan menggunakan media pembelajaran. Pola pikir anak yang masih
operasional konkret dan materi pembelajaran Matematika yang bersifat abstrak
mendorong guru untuk menggunakan media dalam pembelajaran Matematika.
Media yang dipilih pun harus media yang dapat menarik perhatian siswa.
Sehingga siswa akan tertarik pada proses pembelajaran dan dapat menerima
pembelajaran yang telah dikemas secara konkret dan menarik dengan
menggunakan media.
Hal lain yang dilakukan guru dalam meningkatkan kemampuan
berhitung siswa adalah dengan menggunakan multi metode pada saat
pembelajaran berlangsung. Penggunaan multi metode dilakukan guru dengan
tetap mengacu pada tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, tingkat penguasaan
guru dalam menggunakan metode yang akan dipilih dan kondisi siswa.
Dengan demikian, implikasi khusus bagi para guru Sekolah Dasar dalam
penelitian tindakan kelas ini adalah :
1. Materi menentukan nilai tempat, operasi hitung penjumlahan dan pengurangan
yang akan disampaikan kepada siswa hendaknya sudah dikuasai oleh guru.
Sehingga guru akan mengetahui cara dan strategi dalam mengajarkannya
kepada siswa.
2. Pemanfaatan dan penggunaan media pembelajaran Dekak-dekak diteruskan
dan dibiasakan pada setiap guru yang mengajarkan materi pembelajaran
menentukan nilai tempat, operasi hitung penjumlahan dan pengurangan siswa
kelas I Sekolah Dasar.
3. Media Dekak-dekak harus dibuat sebagus mungkin. Hal ini perlu dilakukan
agar siswa merasa senang, mau menggunakan secara optimal sehingga
kemampuan siswa menentukan nilai tempat, operasi hitung penjumlahan dan
pengurangan meningkat.
4. Guru harus melaksanakan pembelajaran yang inovatif dalam rangka
meningkatkan keaktifan siswa saat proses pembelajaran berlangsung.
C. Saran
Sesuai dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian, serta dalam
rangka ikut menyumbang pemikiran bagi guru dalam meningkatkan kemampuan
menghitung luas persegi dan persegi panjang khususnya pada mata pelajaran
Matematika, maka dapat disampaikan saran- saran kepada berbagai pihak
diantaranya:
1. Kepada Sekolah
Sekolah hendaknya mengupayakan pengadaan berbagai alat peraga
Matematika khususnya dan alat peraga lain pada umumnya. Hal ini
diharapkan dapat menunjang dalam penanaman konsep- konsep Matematika
secara lebih nyata, sekaligus meningkatkan aktivitas belajar siswa dan
memperdayakan penggunaan media dalam proses pembelajaran Matematika.
2. Kepada Guru
Guru hendaknya mempersiapkan secara cermat fasilitas belajar yang
diperlukan, karena sangat mempengaruhi efektivitas dan efisiensi
pembelajaran, fasilitas belajar tersebut pada akhirnya berpengaruh pada proses
dan hasil belajar Matematika siswa.
3. Kepada Siswa
Siswa hendaknya berperan aktif dalam proses pembelajaran, selalu
mengerjakan tugas- tugas yang diberikan guru, meningkatkan penguasaan
media Dekak-dekak dan meningkatkan usaha belajar sehingga dapat
memperoleh hasil belajar yang optimal.
4. Kepada Orang Tua
Peran serta dan perhatian orang tua sangat menentukan keberhasilan
pendidikan anak, sebab bersama orang tualah anak lebih lama tinggal dari
pada di sekolah.
Tanpa bantuan orang tua apapun usaha guru tidak akan berhasil
secara maksimal. Oleh karena itu bimbingan orang tua di rumah, masukan,
informasi tentang kemajuan dan kekurangan anak tersebut sangatlah
diperlukan guru guna menunjang keberhasilan pendidikan anak. Untuk itu
kerjasama dan jalinan kekeluargaan antara orang tua dan sekolah harus selalu
dibina.
DAFTAR PUSTAKA
A. Dakir, dkk. 2005. Pendidikan IPS di Sekolah Dasar. Surakartaa: UNS Perss.
Agus Lithanta. 2008. Alat Peraga Perkalian Model Matrik Sebagai Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan. Jurnal Pendidikan:
Yogyakarta.
Arief Sadiman, dkk. 1996. Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya. Jakarta : Pustekomdikbud dan PT. Raja Grafindo Persada.
Asep Hary Hernawan. 2008. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Universitas Terbuka.
BSNP. 2003. Model Silabus Tematik Kelas I. Departemen Pendidikan
Nasional:Jakarta.
Depdikbud. 1977. Pendidikan Matematika. Depdikbud : Jakarta
. 1993. Pengajaran Berhitung Kelas I, II, III di Sekolah Dasar. Depdikbud: Jakarta.
. 2000. Pedoman Pembuatan dan Penggunaan Alat Peraga/Praktik
Sederhana Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar. Depdikbud:
Jakarta.
Depdiknas. 2003. Model Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Departemen
Pendidikan Nasional:Jakarta.
. 2003.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Departemen Pendidikan
Nasional:Jakarta.
_________ Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1993. Jakarta : Balai Pustaka.
Eman. 2008. http: // digilib. Petra.ac.id/junke/sI/eman/2008. Diakses 5 Mei 2010.
Erwin Adi Putranto. 2007. Penemuan yang Mengubah Dunia. Jakarta: CV.
Pamularsih.
I.G.A.K. Wardani, dkk. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.
Lexy J.Moelong. 1995. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:PT.Remaja
Rosdakarya.
M. Basyiruddin Usman, dkk.2002.Media Pembelajaran.Jakarta:Delia Utama
Citra.
MG. Dwijiastuti, dkk. 2003. Landasan-landasan Pendidikan Sekolah Dasar. Surakarta : UNS Perss.
Miles & Huberman. 2000. Analisis Data Kualitatif. Jakarta : Universitas
Indonesia.
Mulyono Abdurrahman.1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Munawir Yusuf, dkk. 2003. Pendidikan bagi Anak dengan Problema Belajar.
Surakarta : Tiga Serangkai.
Nabisi Lapono, dkk. 2008. Belajar dan Pembelajaran SD. Jakarta: Dirjen Dikti.
Nasar. 2006. Merancang Pembelajaran Aktif dan Kontekstual Berdasarkan
“SISKO” 2006. Jakarta: PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia.
Nur Kasanah dan Didik Tuminto. 2007. Kamus Bergambar. Jakarta.
Nyimas Aisyah, Dkk. 2007. Pengembangan Prmbelajaran Matematika. Jakarta :
Dirjen Dikti.
Oemar Hamalik. 1995. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Purnomosidi, dkk. 2008. Matematika untuk SD Kelas I. Jakarata: Pusat
Perbukuan.
Purwoto dan Wahyudi. 1995. Pendidikan Metematika III B. Surakarta : UNS Perss.
Purwoto. 2002. Pendidikan Metematika II. Surakarta : UNS Perss.
Ratna Megawangi. 2007. Pendidikan Karakter. Jakarta: Indonesia Heritage
Foundation.
Rumiati. 2007. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Dirjen Dikti.
Samino Sangaji, dkk. 2003. Perkembangan Belajar Peserta Didik. Surakarta :
UNS Perss.
Sarwiji Suwandi, 2008. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Karya Ilmiah .
Surakarta : UNS Press.
Sugiyanto. 2007. Peningkatan Prestasi Belajar Matematika dengan
Menggunakan Media Dekak-dekak pada Siswa Kelas III SDNegeri Tlogolele
2. Skripsi tidak diterbitkan. Surakarta. UNS.
Sukaryati. 2003. Contoh Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar.
Yogyakarta : Depdiknas.
S.Ty.Slamet dan Suwarto. 2007.Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Surakarta :
UNS Press.
Tatik Jarwani. 2009. Peningkatan Kemampuan Berhitung dengan Menggunakan
Media Abakus Pada Siswa Kelas I Sekolah Dasar. Skripsi tidak diterbitkan.
Surakarta: UNS Press.
Tim. Petunjuk Penggunaan Alat Peraga Matematika Sekolah Dasar. 2008.
PUDAK SCIENTIFIC.
Tim UNS. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta : UNS Perss.
www. Wikipedia.org/wiki/learning. Diakses 15 April 2010
www. en.wikipedia.org/wiki/Abacus, diakses 9 Maret 2010.
Zainal Aqib. 2009. Penelitian Tindakan Kelas.Bandung: Yrama Widya.
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan
dalam tiga siklus dengan menggunakan media Dekak-dekak dalam pembelajaran
Matematika pada siswa kelas I SD Negeri Sukoharjo 02, Kecamatan Sukoharjo,
Kabupaten Sukoharjo dapat ditarik simpulan sebagai berikut :
Pembelajaran dengan menggunakan media Dekak-dekak dapat
meningkatkan kemampuan berhitung siswa kelas I SD Negeri Sukoharjo 02,
Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2009/ 2010.
Peningkatan ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai kemampuan siswa
dalam berhitung nilai tempat, penjumlahan, dan pengurangan pada setiap
siklusnya, yaitu : Sebelum tindakan nilai rata- rata tes hasil belajar 63,1, siklus I
nilai rata- rata tes hasil belajar 68,0 dan siklus II nilai rata- rata tes hasil belajar
71,4 dan Siklus III nilai rata-rata tes hasil belajar 78,4.
B. Implikasi
Berdasarkan simpulan penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka
dapat diketahui bahwa penggunaan media pembelajaran Dekak-dekak efektif
untuk meningkatkan proses pembelajaran dan meningkatkan kemampuan
berhitung siswa kelas I Sekolah Dasar.
Upaya-upaya dalam meningkatkan kemampuan berhitung tersebut
melalui beberapa kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan dan tindakan
melalui : 1) Guru melakukan penjajagan pada materi ajar menentukan nilai
tempat, operasi hitung penjumlahan dan pengurangan, 2) Guru menganalisis
tingkat kemampuan berhitung siswa, 3) Guru menyampaikan materi dengan
menggunakan media Dekak-dekak, 4) Guru menggunakan multi metode pada saat
proses pembelajaran berlangsung.
Penjajagan materi merupakan langkah paling awal dalam guru
merencanakan pembelajaran. Pendalaman materi dilakukan guna menentukan
media dan metode yang hendak digunakan pada saat penyampaian materi. Dengan
penjajagan materi, guru akan mengetahui tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai pada suatu proses pembelajaran. Sehingga guru akan mampu menentukan
media dan metode yang tepat untuk digunakan dalam mencapai tujuan
pembelajaran tersebut.
Selain penjajagan materi guru juga perlu memperhatikan keadaan siswa.
Hal ini dapat dilakukan dengan memperhatikan tingkat kemampuan berhitung
siswa dengan cara menganalisis nilai hasil belajar pada setiap tindakan. Kegiatan
ini dilakukan sebagai dasar melaksanakan tindakan pada pembelajaran berikutnya.
Diantaranya sebagai dasar pemilihan metode dan media yang akan digunakan
dalam proses pembelajaran berikutnya.
Penyampaian materi khususnya pada pembelajaran Matematika
hendaknya dengan menggunakan media pembelajaran. Pola pikir anak yang masih
operasional konkret dan materi pembelajaran Matematika yang bersifat abstrak
mendorong guru untuk menggunakan media dalam pembelajaran Matematika.
Media yang dipilih pun harus media yang dapat menarik perhatian siswa.
Sehingga siswa akan tertarik pada proses pembelajaran dan dapat menerima
pembelajaran yang telah dikemas secara konkret dan menarik dengan
menggunakan media.
Hal lain yang dilakukan guru dalam meningkatkan kemampuan
berhitung siswa adalah dengan menggunakan multi metode pada saat
pembelajaran berlangsung. Penggunaan multi metode dilakukan guru dengan tetap
mengacu pada tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, tingkat penguasaan guru
dalam menggunakan metode yang akan dipilih dan kondisi siswa.
Dengan demikian, implikasi khusus bagi para guru Sekolah Dasar dalam
penelitian tindakan kelas ini adalah :
1. Materi menentukan nilai tempat, operasi hitung penjumlahan dan pengurangan
yang akan disampaikan kepada siswa hendaknya sudah dikuasai oleh guru.
Sehingga guru akan mengetahui cara dan strategi dalam mengajarkannya
kepada siswa.
2. Pemanfaatan dan penggunaan media pembelajaran Dekak-dekak diteruskan
dan dibiasakan pada setiap guru yang mengajarkan materi pembelajaran
menentukan nilai tempat, operasi hitung penjumlahan dan pengurangan siswa
kelas I Sekolah Dasar.
3. Media Dekak-dekak harus dibuat sebagus mungkin. Hal ini perlu dilakukan
agar siswa merasa senang, mau menggunakan secara optimal sehingga
kemampuan siswa menentukan nilai tempat, operasi hitung penjumlahan dan
pengurangan meningkat.
4. Guru harus melaksanakan pembelajaran yang inovatif dalam rangka
meningkatkan keaktifan siswa saat proses pembelajaran berlangsung.
C. Saran
Sesuai dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian, serta dalam
rangka ikut menyumbang pemikiran bagi guru dalam meningkatkan kemampuan
menghitung luas persegi dan persegi panjang khususnya pada mata pelajaran
Matematika, maka dapat disampaikan saran- saran kepada berbagai pihak
diantaranya:
1. Kepada Sekolah
Sekolah hendaknya mengupayakan pengadaan berbagai alat peraga
Matematika khususnya dan alat peraga lain pada umumnya. Hal ini
diharapkan dapat menunjang dalam penanaman konsep- konsep Matematika
secara lebih nyata, sekaligus meningkatkan aktivitas belajar siswa dan
memperdayakan penggunaan media dalam proses pembelajaran Matematika.
2. Kepada Guru
Guru hendaknya mempersiapkan secara cermat fasilitas belajar yang
diperlukan, karena sangat mempengaruhi efektivitas dan efisiensi
pembelajaran, fasilitas belajar tersebut pada akhirnya berpengaruh pada proses
dan hasil belajar Matematika siswa.
3. Kepada Siswa
Siswa hendaknya berperan aktif dalam proses pembelajaran, selalu
mengerjakan tugas- tugas yang diberikan guru, meningkatkan penguasaan
media Dekak-dekak dan meningkatkan usaha belajar sehingga dapat
memperoleh hasil belajar yang optimal.
4. Kepada Orang Tua
Peran serta dan perhatian orang tua sangat menentukan keberhasilan
pendidikan anak, sebab bersama orang tualah anak lebih lama tinggal dari
pada di sekolah.
Tanpa bantuan orang tua apapun usaha guru tidak akan berhasil
secara maksimal. Oleh karena itu bimbingan orang tua di rumah, masukan,
informasi tentang kemajuan dan kekurangan anak tersebut sangatlah
diperlukan guru guna menunjang keberhasilan pendidikan anak. Untuk itu
kerjasama dan jalinan kekeluargaan antara orang tua dan sekolah harus selalu
dibina.