ABSTRAK - sinta.unud.ac.id fileABSTRAK Karya ilmiah yang berjudul ... perjanjian antara pengiklan...

34
ABSTRAK Karya ilmiah yang berjudul “Penyelesaian Wanprestasi Berkaitan Dengan Pemasangan Iklan Pada Perusahaan Majalah Di Kota Denpasar” yang dilatarbelakangi oleh permasalahan tentang Semakin maju perusahaan-perusahaan di Kota Depasar membuat persaingan antara persuahan semakin tinggi,sehingga persuhaan melakukan promosi. Sehingga timbul hubungan untuk melakukan perjanjian antara pengiklan dan perusahaan iklan yang menimbulkan pertanyaan bagaimana pelaksanaan perjanjian pemasangan iklan antara pengiklan dengan perusahaan majalah dan penyelesaian wanprestasi yang dilakukan perusahaan majalah dengan pengiklan. Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah yuridis empiris yang artinya pendekatan dengan memadukan bahan-bahan hukum (data sekunder) dengan data primer. Pelaksanaan perjanjian yang dilakukan di kota Denpasar lebih banyak menggunakan perjanjian tertulis karena lebih mendapatkan kepastian hukum daripada lisan. Perusahaan yang melakukan wanprestasi di Kota Denpasar melakukan penyelesaian dengan pola penyelesaian negoisasi sehingga perusahaan dengan pengiklan mendapatkan ganti rugi. Kata Kunci: Wanprestasi, Perjanjian, Iklan.

Transcript of ABSTRAK - sinta.unud.ac.id fileABSTRAK Karya ilmiah yang berjudul ... perjanjian antara pengiklan...

ABSTRAK

Karya ilmiah yang berjudul “Penyelesaian Wanprestasi Berkaitan Dengan

Pemasangan Iklan Pada Perusahaan Majalah Di Kota Denpasar” yang

dilatarbelakangi oleh permasalahan tentang Semakin maju perusahaan-perusahaan di

Kota Depasar membuat persaingan antara persuahan semakin tinggi,sehingga

persuhaan melakukan promosi. Sehingga timbul hubungan untuk melakukan

perjanjian antara pengiklan dan perusahaan iklan yang menimbulkan pertanyaan

bagaimana pelaksanaan perjanjian pemasangan iklan antara pengiklan dengan

perusahaan majalah dan penyelesaian wanprestasi yang dilakukan perusahaan

majalah dengan pengiklan.

Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah yuridis empiris

yang artinya pendekatan dengan memadukan bahan-bahan hukum (data sekunder)

dengan data primer.

Pelaksanaan perjanjian yang dilakukan di kota Denpasar lebih banyak

menggunakan perjanjian tertulis karena lebih mendapatkan kepastian hukum daripada

lisan. Perusahaan yang melakukan wanprestasi di Kota Denpasar melakukan

penyelesaian dengan pola penyelesaian negoisasi sehingga perusahaan dengan

pengiklan mendapatkan ganti rugi.

Kata Kunci: Wanprestasi, Perjanjian, Iklan.

ABSTRACT

This thesis is titled with “ Completion of the Breach of Contract related to

Advertorial Installment on Magazine Company in Denpasar” based on companies

advance growth in Denpasar which creates level of rivalry between companies

higher, until it triggers the company to do promotions. Therefore this arises the

relation to do a contract between the advertiser and the advertisement company

which generates question about implementation of the contract for advertorial

installment between advertiser with magazine company and the completion of the

breach of contract conducts by magazine company with the advertiser.

Methods of this thesis is juridical-emprical, approaching by integrating legal

datas (secondary data) with primary data.

The implementation of the contract conducts in Denpasar tends to use written

contracts since it will gain legal certainty rather than unwritten. Company in

Denpasar which breached contract fulfills by the pattern of negotiation completion as

of company and advertiser will resolve in compensation.

Keywords: Breach of Contract, Contract, Advertisement

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM ............................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ iii

HALAMAN LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI .......................... iv

HALAMAN PERNYATAAN.............................................................................. v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

ABSTRAK ............................................................................................................ ix

ABSTRACT ........................................................................................................... x

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 5

1.3 Ruang Lingkup Masalah ............................................................................ 6

1.4 Orisinalitas Penelitian ................................................................................ 6

1.5 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 8

1.5.1 Tujuan Umum .................................................................................. 8

1.5.2 Tujuan Khusus ................................................................................. 8

1.6 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 8

1.6.1 Manfaat Teoritis ............................................................................... 8

1.6.2 Manfaat Praktis ................................................................................ 8

1.7 Landasan Teoritis ....................................................................................... 9

1.8 Metode Penelitian ...................................................................................... 25

1.8.1 Jenis Penelitian .................................................................................. 25

1.8.2 Jenis Pendekatan ............................................................................... 25

1.8.3 Sifat Penelitian .................................................................................. 26

1.8.4 Sumber Data ...................................................................................... 26

1.8.5 Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 27

1.8.6 Pengolahan dan Analisis Data........................................................... 27

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, IKLAN,

WANPRESTASI

2.1 Perjanjian ................................................................................................... 29

2.1.1 Pengertian Perjanjian dan Dasar Hukum .......................................... 29

2.1.2 Syarat-syarat Sahnya Perjanjian dan Asas-asas Perjanjian ............... 32

2.1.3 Bentuk-bentuk Perjanjian dan Jenis-jenis Perjanjian ....................... 39

2.2 Iklan .......................................................................................................... 44

2.2.1 Pengertian Iklan dan Dasar Hukum .................................................. 44

2.2.2 Fungsi Iklan dan Tujuan Iklan ......................................................... 46

2.2.3 Pihak-pihak Yang Terlibat Dalam Penyiaran Iklan ......................... 48

2.3 Wanprestasi ............................................................................................... 49

2.3.1 Pengertian Wanprestasi dan Dasar Hukum ....................................... 49

2.3.2 Macam-Macam Wanprestasi............................................................. 51

2.3.3 Akibat Wanprestasi ........................................................................... 52

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMASANGAN IKLAN ANTARA

PENGIKLAN PADA PERUSAHAAN MAJALAH DI KOTA

DENPASAR

3.1 Bentuk Perjanjian Antara Pengiklan Dengan Perusahaan Majalah Di Kota

Denpasar ................................................................................................... 54

3.2 Hak dan Kewajiban Pengiklan Terhadap Perusahaan Majalah ................. 57

3.3 Hak dan Kewajiban Perusahaan Majalah Terhadap Pengiklan ................ 59

BAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI YANG DILAKUKAN

PERUSAHAAN MAJALAH DENGAN PENGIKLAN DI KOTA

DENPASAR

4.1 Faktor- Faktor Penyebab Terjadinya Wanprestasi Perusahaan Majalah

Terhadap Pengiklan ................................................................................... 62

4.2 Penyelesaian Wanprestasi Yang Dilakukan Oleh Perusahaan Majalah..... 64

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 67

5.2 Saran ......................................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR INFROMAN

LAMPIRAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perikatan merupakan salah satu hal yang sangat penting dan dibutuhkan dalam

hubungan-hubungan berbentuk bisnis, baik untuk menimbulkan hubungan berupa hak

dan kewajiban maupun dalam penyelesaian hukum mengenai bisnis apabila

terjadinya suatu sengketa dikemudian hari. Ketentuan tentang perikatan pada

umumnya ini berlaku juga terhadap perikatan yang lahir dari perjanjian tertentu,

seperti jual beli, sewa-menyewa, melakukan pekerjaan, pinjam–meminjam, dan lain-

lain. Menurut Pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum Perdata bahwa perjanjian

adalah suatu perbuatan dengan mana suatu pihak atau lebih mengikatkan dirinya

terhadap satu orang atau lebih. Sehingga dalam perjanjian mengakibatkan seseorang

mengikatkan dirinya terdapat orang lain, ini berarti dari suatu perjanjian lahirlah

kewajiban atau prestasi dari satu atau lebih orang (pihak) kepada satu atau lebih

orang (pihak) lainnya, yang berhak atas prestasi tersebut.1Menimbulkan sebuah

prestasi adalah apayang mejadi hak kreditor dan kewajiban debitor. Prestasi itu

sendiri diatur dalam Pasal 1234 Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang

menyatakan bahwa “tiap-tiap perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, berbuat

sesuatu, dan tidakberbuat sesuatu”.Dari

1Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, 2014, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjia, PT. RajaGrafindo

Persada, Jakarta, h. 92.

perjanjian yang melahirkan prestasi membuatpara pihak yang saling terikat dalam

perjanjian harus mematuhi kesepakatan yang diperbuat oleh kedua belah pihak

tersebut dengan adanya etikad yang baik sesuai dalam ketentuan Pasal 1338 ayat 3

Kitab Undang-undang Hukum Perdata yaitu perjanjian harus dilaksanakan dengan

itikad baik.

Mengenai definisi perjanjian dalam Pasal 1313 ini adalah: (1) tidak jelas, karena

setiap perbuatan dapat disebut perjanjian, (2) tidak tampak asas konsensualisme, dan

(3) bersifat dualisme.2 Bahwa dalam pasal tersebut masih dianggap kurang jelas,

maka perlu untuk memperjelas pengertian tersebut harus dicari melalui dua teori

yaitu teori lama dan teori baru. Menurut doktrin (teori lama), yang disebut perjanjian

adalah perbuatan hukum berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum.

dari definisi atas, telah tampak adanya asas konsesnualisme dan timbulnya akibat

hukum (tumbuh/lenyapnya hak dan kewajiban).3 Menurut teori baru untuk

memperjelas pengertian tentang perjanjian Van Dunne memberikan definisi: “Suatu

hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk

menimbulkan akibat hukum”. Dari teori tersebut dapat di simpulkan terdapat tiga

tahap dalam membuat perjanjian, yaitu;

a. Tahap precontractual yaitu adanya penawaran dan penerimaan.

2 Salim HS, 2011, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), Sinar Grafika, Jakarta, h. 160.

3Ibid

b. Tahap contractual yaitu adanya persesuaian kehendak antara para pihak.

c. Tahap post contractual yaitu pelaksanaan perjanjian.4

Teori baru tersebut tidak hanya melihat perjanjian semata-mata, tetapi juga harus

dilihat perbuatan-perbuatan sebelumnya atau yang mendahuluinya. Sehingga dari

kedua teori yang telah diberikan mengenai definisinya perjanjian tersebut dapat

memberikan kejalasan atau kepastian hukum dari pengertian perjanjian.

Sebelum kedua belah pihak saling mengikat atau mencapai kesepakatan dalam

membuat suatu perjanjian yang menyangkut hak dan kewajiban antara pihak-pihak

yang bersangkutan, maka perlu untuk mengetauhi mengenai asas-asas umum dalam

melakukan perjanjian yang terdapat dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata,

sehingga menjadikan asas-asas sebagai suatu pedoman dalam melakukan perjanjian

dan membuat para pihak mendapatkan keseimbangan mengenai hak dan kewajiban

para pihak dalam perjanjian yang disepakati bersama. Asas – asas umum dalam

melakukan perjanjian yaitu:

1. Asas Personalitas

2. Asas Konsensualitas

3. Asas Kebebasan Berkontrak

4. Perjanjian Berlaku Sebagai Undang-undang (Pacta Sunt Servande).

4 I Ketut Artadi dan I Dewa Nyoman Rai Asmara Putra, 2010, Implementasi Ketentuan-Ketentuan

Hukum Perjanjian Kedalam Perancangan Kontrak, Udayana University Press, Bali,h. 77.

Dalam melakukan perjanjian perlu untuk memperhatikan asas-asas tersebut

sehingga dapat menjadi dasar pemahaman dalam berkontrak. Sebagaimana dalam

asas kebebasan berkontrak yang terdapat dalam angka 4 Pasal 1320 Kitab Undang-

undang Hukum Perdata. Dengan asas kebebasan berkontrak ini, para pihak yang

membuat dan mengadakan perjanjian diperbolehkan untuk menyusun dan membuat

kesepakatan atau perjanjian yang melahirkan kewajiban apa saja, selama dan

sepanjang prestasi yang wajib dilakukan tersebut bukanlah sesuatu yang terlarang.5

Melakukan atau menciptakan suatu perjanjian haruslah dengan itikad yang

baik agar hubungan para pihak terjaga dengan baik dalam berkontrak, namu apabila

salah satu pihak tidak melakukan kewajibanya dengan benar atau lalai dalam

melakukan sesuatu dalam perjanjian maka timbulah wanprestasi. Wanprestasi adalah

tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban sebagaimana yang ditentukan

dalam perjanjian yang dibuat antara kreditor dan debitor.6 Tidak terpenuhinya

prestasi yang telah di perbuat membuat salah satu pihak mengalami suatu kerugian,

maka perlu untuk para pihak menyelesaikan dan melakukan perstasinya dengan rasa

tanggung jawab dalam melakukan perjanjian.

Di Kota Denpasar perusahaan-perusahaan semakin maju, persaingan antara

persuahan semakin tinggi sehingga persuhaan melakukan perencanaan untuk dapat

dikenal dalam masyarakat, maka dirasa perlu untuk melakukan promosi. Promosi

5 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, op.cit,, h. 46.

6 Salim HS, op.cit, h. 180.

iklan dengan melalui media cetak yaitu berupa majalah lebih mudah dipromosikan

dan juga sangat mudah untuk mencapai konsumennya karena lebih fleksibel. Pelaku

usaha dalam mempromosikan usahanya yang baru memulai usahanya dapat

meminimkan pengeluaran untuk melakukan promosi usahanya. Mengiklan usaha juga

tidak terlalu mahal dan lebih terjangkau, sehingga banyak perusahan yang baru

merintis usahanya menggunakannya jasa pengiklanan melalui majalah. Dari

mempromosikan usaha tersebut maka timbulah hubungan untuk melakukan

perjanjian antara pengiklan dan perusahaan iklan.

Maka perlu untuk diteliti mengenai pelaksanaan perjanjian pemasangan iklan

antara pengiklan dengan perusahaan majalah serta mengetahui cara penyelesaian

wanprestasi yang dilakukan perusahaan majalah dengan pengiklan, untuk itu perlu

dilakukan penelitian, yang hasilnya dijabarkan dalam suatu karya ilmiah yang

berjudul PENYELESAIAN WANPRESTASI BERKAITAN DENGAN

PEMASANGAN IKLAN PADA PERUSAHAAN MAJALAH DI KOTA

DENPASAR.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah tersebut dapat dirumuskan masalah-masalah

mengenai perjanjian sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan perjanjian pemasangan iklan antara pengiklan

dengan perusahaan majalah?

2. Bagaimanakah penyelesaian wanprestasi yang dilakukan perusahaan

majalah dengan pengiklan?

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Dalam penulisan karya ilmiah diperlukan materi-materi yang tepat untuk

diuraikan dikarenakan agar dapat mencegah terjadinya penyimpangan dari pokok-

pokok permasalahan. Ruang lingkup dalam penulisan ini masalahnya hanya dibatasi

pada pembahasan mengenai pelaksanaan perjanjian pemasangan iklan antara

pengiklan dengan perusahaan majalah dan penyelesaian wanprestasi yang dilakukan

perusahaan majalah dengan pengiklan.

1.4 Orisinalitas Penelitian

Dengan ini menyatakan bahwa tulisan yang berjudul Penyelesaian Wanprestasi

Berkaitan Dengan Pemasangan Iklan Pada Perusahaan Majalah Di Kota Denpasar

adalah hasil dari pemikiran dan tulisan yang ditulis sendiri dengan menggunakan 2

(dua) skripsi sebagai referensi dalam pembuatan penelitian. Beberapa penelitian yang

ditelusuri berkaitan dengan penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut :

No Judul Skripsi Penulis Rumusan Masalah

1 Akibat Hukum

Wanprestasi Dalam

Perjanjian Utang

Piutang Pada

Pengadilan Negeri

Denpasar

Gede Geya Aditya

Rachman , Fakultas

Hukum Universitas

Udayana, tahun 2014

1. Bagaimanakah

penetapan debitur

dalam keadaan

wanprestasi pada

perjanjian utang

piutang ?

2. Bagaimanakah

pelaksanaan

pembayaran ganti rugi

pada perjanjian utang

piutang ?

2 Penyelesaian

Wanprestasi Dalam

Perjanjian Pinjam

Meminjam Uang Di

PT. Pegadaian

Ida Bagus Indrawan,

Fakultas Hukum

Universitas Udayana,

Tahun 2014

1. Bagaimana cara

penyelesaian bila

terjadi wanprestasi

dalam pelaksanaan

perjanjian pinjam

meminjam uang di

PT. Pengadaian?

2. Bagaimana

penyelesaian

wanprestasi dimana

barang yang dijadikan

jaminan adalah barang

milik orang lain??

1.5 Tujuan Penelitian

1.5.1 Tujuan Umum

1. Untuk memenuhi dan sudah menjadi syarat mutlak dalam menyelesaikan

pendidikan guna mencapai gelar Sarjana Hukum.

2. Sebagai pelaksanaan dari Tri Perguruan Tinggi.

1.5.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pelaksanaan perjanjian pemasangan iklan antara

pengiklan dengan perusahaan majalah yang terdapat di Kota Denpasar.

2. Untuk mengetahui penyelesaian wanprestasi yang dilakukan perusahaan

majalah dengan pengiklan.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang

permasalahan hukum yang penulis hadapi dan memberikan gambaran secara jelas

terhadap perjanjian iklan majalah mengenai pelaksanaan pemasangan iklan antara

pengiklan dengan perusahaan majalah, sehingga menjadi dasar pemikiran yang

teoritis. Dan dapat memberikan pencerahan bagi para pembaca dan penulis tentang

penyelesaian wanprestasi yang dilakukan perusahaan majalah dengan pengiklan.

1.6.2 Manfaat Praktis

Secara praktis diharapkan dalam penelitian ini untuk dapat mengetahui

terhadap cara pelaksanaan perjanjian persuahaan yang ingin memasangan iklan

terhadap perusahaan majalah dan mengetahui tindakan yang akan dilakukan apabila

terjadi kelalaian dalam perjanjian tersebut sehingga dapat memberikan informasi

tambahan mengenai perjanjian.

1.7 Landasan Teoritis

Berdasarkan pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum Perdata disebutkan bahwa

Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih

mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.

Pasal ini menerangkan secara sederhana tentang pengertian perjanjian yang

menggambarkan tentang adanya dua pihak yang saling mengikatkan diri. Pengertian

ini sebenarnya tidak begitu lengkap, tetapi dengan pengertian ini, sudah jelas bahwa

dalam perjanjian itu terdapat satu pihak mengikatkan diri kepada pihak lain.7

Namun dalam melengkapi penjelasan mengenai perjanjian perlu adanya teori

melalui doktrin (toeri lama) dan teori baru. Menurut doktrin (teori lama) perjanjian

adalah perbuatan hukum berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum.

dari pengertian tersebut jelas terlihat adanya asas konsensualisme dan timbulnya

akibat hukum yang lahir atau berakhir mengenai hak dan kewajiban antara para pihak

yang melakukan kesepakatan. Unsur-unsur dalam perjanjian menurut teori lama,

yaitu:

a. Adanya perbuatan hukum ;

b. Persesuaian pernyataan kehendak dari beberapa orang;

c. Persesuaian kehendak ini harus dipublikasikan dinyatakan;

7 Ahmadi Miru dan Sakka Pati, 2012, Hukum Perikatan: Penjelasan Makna Pasal 1233 Sampai 1456

BW, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 63.

d. Perbuatan hukum itu terjadi karena kerjasama antara dua orang atau lebih;

e. Pernyataan kehendak (wilsverklaring) yang sesuai itu harus saling

bergantung satu sama lain;

f. Kehendak itu ditunjukan untuk menimbulkan akibat hukum;

g. Akibat hukum itu untuk kepentingan yang satu atas beban yang lain atau

timbal balik;

h. Persesuaian kehendak itu harus dengan mengingat peraturan perundang-

undangan.

Sedangkan menurut teori baru yang dikemukakan oleh Van Dunne, yang

diartikan dengan perjanjian adalah:

“Suatu hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat

untuk menimbulkan akibat hukum.”

Mengenai teori baru yang dikemukakan oleh Van Dunne, bahwa suatu perjanjian

tidak hanya dilihat perjanjiannya saja namun juga harus diperhatikan mengenai

perbuatan-perbuatan sebelum perjanjian itu dilakukan atau yang telah menahuluinya.

Adanya tiga tahap dalam membuat perjanjian menurut toeri baru, yaitu:

a. Tahap Pracontractual, yaitu adanya penawaran dan penerimaan;

b. Tahap contractual, yaitu adanya persesuaian pernyataan kehendak antara

para pihak;

c. Tahap post contractual, yaitu pelaksanaan perjanjian.

Setelah tahapan tersebut terpenuhi baru para pihak saling terikat dan memiliki

hubungan dalam suatu perajnjian, sehingga menimbulkan hak dan kewajiban yang

harus di penuhi antara pihak satu dengan pihak lainnya.

Mengenai fungsinya, Perjanjian dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu

fungsi yuridis dan fungsi ekonomis. Fungsi yuridis dalam perjanjian adalah dapat

memberikan kepastian hukum bagi para pihak, dan Fungsi ekonomis alam perjanjian

adalah menggerakkan (hak milik) sumber daya dari nilai penggunaan yang lebih

rendah menjadi nilai yang lebih tinggi.8

Melakukan suatu perjanjian dilakukan dengan para pihak sehingga menciptakan

suatu kesepakatan, pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian yaitu antara orang

dengan orang, Antara orang dengan badan usaha berbadan hukum, Antara orang

dengan badan usaha bukan badan hukum. Sehingga pihak tersebut tidak hanya orang

dengan orang namun juga dapat orang dengan suatu badan usaha berbadan hukum

atau yang tidak berbadan hukum.

Dalam ilmu hukum, membuat suatu perjanjian tidak diwajibkan untuk membuat

perjanjian dalam bentuk tertulis, namun juga dapat melalui secara lisan atau tidak

tertulis, terkecuali dalam perjanjain tesebut terdapat hal-hal tertentu yang telah diatur

dalam undang-undang. Hal tersebut didasarkan atas adanya asas “kebebasan” yang

seluas-luasnya untuk membuat perjanjian bagi para pihak yang dilaksanakan dengan

suatu itikad baik yang diatur dalam pasal 1338 Kitab Undang-undang Hukum

8 Salim HS, op.cit, h.168.

Perdata. Mengenai pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa orang leluasa untuk

membuat perjanjin apa saja asal tidak melanggar ketertiban umum atau kesusilaan.

Tidak saja orang leluasa untuk membuat perjanjian apa saja, asal tidak melanggar

ketertiban umum yang diatur dalam bagian Kitab Undang-undang Hukum Perdata,

tetapi pada umumnya juga diperbolehkan menyampingkan peraturan-peraturan yang

termuat dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata itu.9

Dengan asas kebebasan berkontrak, para pihak dapat menciptakan atau membuat

perjanjian yang diperbolehkan untuk menyusun kesepakatan yang telah

diperundingan sebelumnya oleh para pihak sehingga dari kesepakatan tersebut

melahirkan hak dan kewajiban yang harus dipenuhi, selama dalam perjanjian tidak

melanggar atau terlarang. Setiap orang bebas untuk mengadakan suatu perjanjian,

akan tetapi tidak semua perjanjian itu mempunyai kekuatan hukum yang mengikat,

maka haruslah dipenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk itu oleh undang-undang.

Sehingga terlihat bahwa suatu perjanjian tidak dapat dilakukan dengan

sewenang-wenangnya saja karena dalam perjanjian dapat dibuat olah para pihak

dengan melalui syarat – syarat tertentu dalam melakukannya, yang diatur dalam

ketentuan pasal 1320 Kitab Undang-undang Hukum Perdata mengenai syarat sahnya

suatu perjanjian. Syarat sahnya ada 4 (empat) yaitu:

a. Adanya kesepakatan (toesteming/izin) kedua belah pihak

9 Subekti, 2011, Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT. Intermasa, Jakarta, h. 127.

Yang dimaksud dengan kesepakatan adalah persesuaian pernyataan kehendak

antara satu orang atau lebih dengan pihak lainnya.

b. Kecakapan bertindak

Kecakapan bertindak adalah kecakapan atau kemampuan untuk melakukan

perbuatan hukum. Perbuatan hukum adalah perbuatan yang menimbulkan

akibat hukum. Orang-orang yang mengadakan perjanjian haruslah orang-

orang yang cakap dan wenang untuk melakukan perbuatan hukum

sebagaimana yang ditentukan oleh Undang-undang.

c. Adanya objek perjanjian

Yang menjadi objek perjanjian adalah prestasi (pokok perjanjian). Prestasi

adalah apa yang menjadi kewajiban debitor dan apa yang menjadi hak

kreditor. Prestasi ini terdiri dari perbuatan positif dan negatif. Prestasi terdiri

atas: (1) memberikan sesuatu, (2) berbuat sesuatu, dan (3) tidak berbuat

sesuatu (Pasal 1234 Kitab Undang-undang Hukum Perdata).

d. Adanya causa yang halal (geoorloofde oorzaak)

Dalam Pasal 1320 Kitab Undang-undang Hukum Perdata tidak jelaskan

pengertian orzaak (causa yang halal). Di dalam Pasal 1337 Kitab Undang-

undang Hukum Perdata hanya disebutkan causa yang terlarang. Suatu sebab

adlaah terlarang apabila bertentnagan dengan Undang-undang, kesusilaan,

dan ketertiban umum. Hoge Raad sejak tahun 1927 mengartikan orzaak

sebagai sesuatu yang menjadi tujuan para pihak.

Oleh karena itu maka dapat dikatakan bahwa setiap perjanjian itu sudah sah

(mengikat) jika syarat – syarat tersebut telah dipenuhi oleh para pihak sesuai dengan

ketentuan Pasal 1320 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, namun apabila salah

satu tidak terpenuhi maka perjanjian tersebut menyebabkan cacat dalam perjanjian,

baik dapat dibatalkan (jika terdapat pelanggaran terhadap unsur subyektifnya),

maupun dapat dibatalkannya perjanjian demi hukum (tidak terpenuhinya unsur

obyektif). Unsur dalam subyektif tersebut yaitu mengenai kesepakatan mereka yang

mengikatkan dirinya dan kecakapan untuk melakukan suatu perikatan, sedangkan

dalam syarat obyeknya yaitu mengenai suatu persoalan tertentu atau objek yang

diperjanjikan dan suatu sebab yang tidak terlarang atau suatu causa yang halal

mengenai hal-hal pokok dari perjanjian ini.

Perjanjian yang menciptakan hubungan hukum antara pihak-pihak yang

membuatnya, mengandung kewajiban dan hak yang bertimbal balik antara pihak-

pihak dapat terjadi karena peristiwa hukum yang berupa jual beli, sewa-menyewa,

tukar-menukar, dan utang piutang. Dalam memberikan keseimbangan dan

memelihara dalam hubungan para pihak mengenai hak-hak yang dimiliki sebelum

kesepakatan yang dilakukan oleh pihak yang akan terikat oleh Kitab Undang-undang

Hukum Perdata diberikan berbagai asas umum, yang menjadikan asas-asas tersbeut

sebagai suatu pedoman atau patokan, serta sebagai pengarah atau menjadi batasan

dalam membuat aturanya dan membentuk perjanjian yang pada akhirnya menjadi

periktan bagi para pihak yang terkait dalam kesepakatan perjanjian. Asas-asas hukum

perjanjian yang diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata yaitu:

a. Asas personalitas (personality)

Diatur dalam ketentuan Pasal 1315 Kitab Undang-undang Hukum Perdata,

yang berbunyi “Pada umumnya tak seorang pun dapat mengikatkan diri atas

nama sendiri atau meminta ditetapkannya suatu janji selain untuk dirinya

sendiri.” Pada dasarnya suatu perjanjian yang dibuat oleh seseorang dalam

kapasitasnya sebagai individu, subyek hukum pribadi, hanya akan berlaku

dan mengikat untuk dirinya sendiri.10

b. Asas konsensualitas (consensualism)

Dalam Pasal 1320 ayat (1) Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang

berbunyi: “Salah Satu syarat sahnya perjanjian adalah kesepakatan kedua

belah pihak.” Bahwa perjanjian pada umumnya tidak diadakan secara formal,

tetapi cukup dengan adanya kesepakatan kedua belah pihak.11

c. Asas kebebasan berkontrak (freedom of contract)

Ketentuan Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-undang Hukum Perdata, yang

berbunyi: “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-

undang bagi mereka yang membuatnya.” Asas kebebasan berkontrak

(freedom of contract) adalah suatu asas yang memberikan kebebasan kepada

10

Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, op.cit, h. 15.

11 Salim HS, op.cit, h. 157.

para pihak untuk: (1) membuat atau tidak membuat perjanjian; (2)

mengadakan perjanjian dengan siapa pun; (3) menentukan isi perjanjian,

pelaksanaan, dan persyaratannya; (4) menentukan bentuknya perjanjian, yaitu

tertulis atau lisan.12

d. Perjanjian beraku sebagai Undang-undang (Pacta Sunt Servanda)

Dalam Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-undang Hukum Perdata, yang

berbunyi: “Perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-

undang.”

Berdasarkan ketentuan pasal 1338 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, semua

persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebaga Undang-undang bagi mereka yang

membuatnya. Persetujuan-persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan

sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang

dinyatakan cukup untuk itu. Persetujuan-persetujuan harus dilaksanakan dengan

itikad baik.

Dalam pasal 1338 Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang dimaksud dengan

itikad baik adalah ukuran obyektif untuk menilai pelaksanaaan perjanjian, apakah

pelaksanaan perjanjian itu mengindahkan norma-norma kepatutan dan kesusilaan.

Apabila suatu perjanjian tersebut terjadi kelalaian salah satu pihak dan membuat

pihak lain merasa dirugikan disebut suatu perbuatan wanprestasi. Wanprestasi adalah

tidak memenuhi atau lali melaksanakan kewajiban sebagaimana yang ditentukan

12

Salim HS, op.cit, h. 158

dalam perjanjian yang dibuat antara kreditor dan debitor.13

Mengenai bentuk-bentuk

dalam wanprestasi dapat berupa tidak melaksanakan prestasi sama sekali,

melaksanakan tetapi tidak tepat waktu (terlambat) melaksanakan tetapi tidak seperti

yang diperjanjikan, dan debitur melaksanakan yang menurut perjanjian tidak boleh

dilakukan. Sehingga suatu perbuatan tersebut dapat dikatakan sebagai melakukan

wanprestasi.

Seseorang debitor baru disebut melakukan wanprestasi terhadap perjanjian

apabila debitor telah di berikan somasi oleh kreditor. Somasi adalah adalah teguran

dari si berpiutang (kreditor) kepada si berutang (debitor) agar dapat memenuhi

prestasi sesuai dengan isi perjanjian yang telah disepakati antara keduanya14

. Maka

debitur perlu diberikan teguran berupa peringatan tertulis, yang dalam isinya

menyatakan bahwa debitur wajib untuk memenuhi prestasi dalam waktu yang

ditentukan, bila prestasi tidak dilaksanakan, maka sudah tentu tidak dapat

diharapakan prestasi. Dalam waktu itu debitur tidak memenuhinya, debitur telah

dinyatakan telah lalai dan wanprestasi.

Peringatan tertulis dapat dilakukan secara resmi maupun secara tidak resmi.

Peringatan tertulis secara resmi dilakukan oleh pihak juru sita menyampaikan surat

peringatan minimal selama tiga kali kepada debitur, apabila tidak diindahkannya,

maka kreditor berhak untuk membawa berita acara penyampaiaanya kepada

13

Salim HS, op.cit, h. 180.

14Salim HS, op.cit, h. 178.

pengadilan negeri. Sedangkan peringatan tidak tertulis tidak resmi misalnya melalui

surat tercatat, telegram atau disampaikan sendiri oleh kreditur kepada debitur dengan

tanda terima. Surat peringatan ini disebut dengan ingebreke stelling.

Perjanjian yang telah terjadi wanprestasi yang telah disepakati pihak yang telah

melakukan wanprestasi apabila dalam tenggang waktu pelaksanaan pemenuhan

prestasi “tidak ditentukan”, maka perlu untuk memperingatkan pihak yang melakukan

wanprestasi supaya memenuhi prestasinya. Tetapi apabila hal tersebut telah

ditentukan mengenai masa tenggang waktunya, menurut pasal 1238 Kitab Undang-

undang Hukum Perdata pihak yang telah melakukan wanprestasi dianggap lalai

dengan lewatnya waktu yang telah ditetapkan dalam perikatan. Akibat yang timbul

terhadap telah terjadinya wanprestasi dalam perjanjian ada empat, yaitu:

a. Perikatan tetap ada

Kreditor masih dapat menuntut kepada debitor pelaksanaan prestasi, apabila

debitor telambat memenuhi prestasi. Di samping itu, kreditor berhak untuk

menuntut prestasi. Di samping itu, kreditor berhak untuk menuntut ganti rugi

akibat keterlambatan melaksanakan prestasinya. Hal ini disebabkan kreditor

mendapat keuntungan apabila debitor melaksanakan prestasi tepat pada

waktunya

b. Debitor harus membayar ganti rugi kepada kreditor (Pasal 1243 Kitab

Undang-undang Hukum Perdata).

c. Beban risiko beralih untuk kerugian debitor jika halangan itu timbul setelah

debitor wanprestasi, kecuali bila ada kesengajaan atau kesalahan besar dari

pihak kreditor. Oleh karena itu, debitor tidak dibenarkan untuk berpegang

pada keadaaan memaksa.

d. Jika perikatan lahir dari perjanjian timbal balik, kreditor dapat membebaskan

diri dari kewajibannya memberikan kontrak prestasi dengan menggunakan

Pasal 1266 Kitab Undang-undang Hukum Perdata.

Dalam melindungi debitur dari tuntutan sewenang-wenang pihak kreditur, Kitab

Undang-undang Hukum Perdata telah memberikan batasan-batasan terhadap ganti

kerugian yang harus dibayar oleh debitur sebagai akibat dari kelalaiaanya. Kerugian

yang dibayarkan oleh debitur terhadap kreditur meliputi:

1. Kerugian yang dapat diduga ketika membuat perikatan. Dapat diduga tidak hanya

mengenai kemungkinan timbulnya kerugian, melainkan juga meliputi besarnya

jumlah kerugian. Jika jumlah kerugian melampaui batas dengan itu tidak boleh

dibebankan pada debitur, dugaan juga debitur ternyata telah melakukan tipu daya

(Pasal 1247 Kitab Undang-undang Hukum Perdata).

2. Kerugian sebagai akibat langsung dari wanprestasi (kelalaian debitur, seperti yang

ditentukan dalam Pasal 1248 Kitab Undang-undang Hukum Perdata).

3. Bunga dalam hal terlambat membayar sejumlah utang (Pasal 1250 ayat 1 Kitab

Undang-undang Hukum Perdata). Besarnya bunga didasarkan pada ketentuan

yang ditentukan oleh pemerintah.

Terjadinya suatu sengketa dalam perjanjian dapat diselesaikan dalam melalui

forum prosedur peradilan (Litigastion) atau diluar pengadilan (Non Litigasi) agar

permasalahan atau sengketa tersebut dapat diselesaikan antara kedua belah pihak.

Melalui pengadilan (Litigation) sebagaian besar tugasnya menjatuhkan suatu

putusan (constitutif) dan sebagaian kecil tugasnya adalah penangkalan sengketa

dengan menjatuhkan penetapan pengadilan (deklaratoir).

a. Pengadilan Umum

Pengadilan umum merupakan pelaksana kekuasaan kehakiman di Indonesia.

Menurut Pasal 50 Undang-undang Nomor 2 Tahun 1986, dinyatakan

pengadilan negeri bertugas dan berwenang memeriksa, mengadili, memutus,

dan menyelesaikan perkara pidana dan perdata di tingkat pertama. Dengan

demikian, pengadilan negeri berwenang memeriksa sengketa bisnis.15

b. Pengadilan Niaga

Menurut Pasal 306 Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang kepailitan,

telah dinyatakan bahwa Pengadilan Niaga atau Pengadilan Komersial

(Commercial Court) adalah pengadilan khusus yang berbeda di bawah

pengadilan Negeri yang mempunyai wewenang untuk memeriksa dan

memutuskan sengketa bisnis seperti sengketa kepailitan, sengketa hakatas

kekayaan intelektual (HaKI) dan sengketa lainnya di bidang perniagaan.16

15

Abdul R. Saliman, 2011, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan : Teori dan Contoh Kasus,Kencana,

Jakarta, h. 282

16Abdul R. Saliman, op.cit, h. 284.

Sedangkan Penyelesaian sengketa secara nonlitigasi adalah penyelesaian sengketa

di luar pengadilan yang didasarkan kepada hukum, dan penyelesaian tersebut dapat

digolongkan kepada penyelesaian yang berkualitas tinggi, karena sengketa yang

diselesaikan secara demikian akan dapat selesai tuntas tanpa meninggalkan sisa

kebencian dan dendam.17

Penyelesaian sengketa alternatif telah diatur dalam dalam Undang-undang Nomor

30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Dijelaskan

dalam Pasal 1 angka 10 Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan

Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa atau

perbedaan pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian

di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negoisasi, mediasi, konsiliasi, atau

penilaian ahli.

Sebagaian besar tugasnya untuk penyelesaian sengketa di luar pengadilan dengan

melalui perdamaian (tentram damai) dan sebagian kecil tugasnya penangkalan

sengketa dengan perancangan-perancangan kontrak yang baik. Artinya bahwa semua

sengketa yang dapat diselesaikan tanpa melalui pengadilan atau penangkalan

sengketa yang dapat dilakukan denagn ikatan hukum tanpa melalui pengadilan adalah

keterampilan nonlitigasi sesuai dengan Pasal 66 Undang-undang Nomor 30 Tahun

1999. Penyelesaian sengketa dengan nonlitigasi dapat dilakukan dengan beberapa

cara, yaitu:

17

I Wayan Wiryawan dan I Ketut Artadi, 2010, Penyelesaian Sengketa Di Luar Pengadilan, Udayana

University Perss,Bali, h. 4

1. Negosiasi (Negotiation)

Negosiasi merupakan proses tawar-menawar dengan melaui proses

pembicaraan atau perundingan secara damai untuk mencapai kesepakatan

antara pihak yang berperkara, tanpa melibatkan pihak ketiga sebagai

penengah. Hasil dari kesepakatan wajib didaftarkan ke pengadilan setempat

30 hari sejak tanggal dicapainya kesepakatan (Pasal 6 Undang-undang No. 30

Tahun 1999).

2. Mediasi

Mediasai merupakan proses penyelesaian sengketa antarpihak yang

bersengketa yang melibatkan pihak ketiga (mediator) sebagai penasihat,

mediator tidak memiliki kekuatan apa pun untuk memberikan keputusan, ia

hanya berfungsi sebagai yang memberikan jalan tengah, keputusan akhir dan

eksekusi tetap ada di para pihak. Sedangkan Peraturan Mahkamah Agung

Nomor 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan (Perma No. 1

Tahun 2008) mendefinisikan mediasi sebagai cara penyelesaian sengketa

melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak

dengan dibantuk oleh mediator.18

3. Konsiliasi

Seperti halnya mediasi, konsiliasi adalah usaha untuk mempertemukan

keinginan pihak yang berselisih untuk mencapai suatu penyelesaian dengan

18

Frans Hendra Winarta, 2013, Hukum Penyelesaian Sengketa Arbitrase Nasional Indonesia dan

Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, h. 16.

melibatkan pihak ketiga (konsiliator). Dalam menyelesaikan perselisihan,

konsiliator berhak menyampaikan pendapat secara terbuka tanpa memihak

salah satu pihak. Konsiliator hanya melakukan tindakan-tindakan seperti

mengatur waktu dan tempat pertemuan para pihak, mengarahkan seubjek

pembicaraan, membawa pesan dari satu pihak kepada pihak lain jika pesan

tersebut tidak mungkin disampaikan langsung atau tidak mau bertemu muka

langsung, dan lain-lain.

4. Arbitrase

Berdasarkan Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999, arbitrase merupakan

cara penyelesaian sengketa perdata di luar pengadilan umum yang didasarkan

perjanjian arbitrase secara tertulis oleh pihak yang bersengketa. Penyelesaian

melalui arbitrase merupakan suatu proses yang mudah dan sederhana yang

dipilih oleh para pihak secara sukarela yang ingin agar perkaranya diputus

sesuai dengan pilihan mereka, dimana putusan mereka didasarkan dalil-dalil

dalam perkara. Para pihak setuju sejak semula untuk menerima putusan

tersebut secara final dan mengikat.19

Kelebihan penyelesaian sengketa melalui arbitrase ini karena putusannya

langsung final dan mempunyai kekuatan hukum tetap dan mengikat para

pihak. Putusan arbitrase ini memiliki kekuatan eksekutorial sehingga apabila

19

Abdul R. Saliman, op.cit,h. 282.

pihak yang dikalahkan tidak memenuhi putusan secara sukarela, pihak yang

menang dapat meminta eksekusi ke pengadilan.20

5. Penilaian Ahli

Penilaian ahli merupakan salah satu mekanisme penyelesaian sengketa di luar

pengadilan (Pasal 1 angka 10 Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999).

Penilaian ahli adalah suatu proses yang menghasilkan pendapat objektif,

independen dan tidak memihak atas fakta atau isu yang diperselisihkan, oleh

seorang ahli yang ditunjuk oleh para pihak yang bersengketa, di mana

pendapat para ahli bersifat final dan mengikat sesuai persetujuan para pihak.

Dalam Pasal 52 Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999) dinyatakan para

pihak dalam suatu perjanjian berhak untuk memohon pendapat yang mengikat

dari lembaga arbitrase atas hubungan hukum terntentu dari suatu perjanjian.

1.8 Metode Penelitian

1.8.1 Jenis Penelitian

Sebagai suatu karya ilmiah dan untuk mendapatkan hasil yang ilmiah

sehingga dapat dipertahankan secara ilmiah pula, maka dalam penulisan skripsi ini,

penelitian yang digunakan adalah penelitian Yuridis empiris. Penelitian

menggunakan metode dengan yuridis empiris bermasuk untuk menggambukan antara

data sekunder dengan data primer. Ilmu-ilmu empiris mengandalkan observasi dan

20

Ahmadi Miru, 2014, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta,

h.15.

ekspresimen dalam membuktikan kebenaran. Observasi dan eksperimen merupakan

cara untuk membuktikan hipotesis. Bukti yang didapatkan melalui observasi dan

eksperimen itulah yang disebut empiris, yaitu bukti yang dapat diindra.21

Penelitian

yuridis empiris yang artinya: pendekatan dengan aspek hukum dari hasil penelitian

lapangan karena data-data yang dikumpulkan melalui wawancara dan menggunakan

undang-undang atau bahan hukum lainnya.

1.8.2 Jenis Pendekatan

Pada penelitian ini menggunakan 3 jenis pendekatan yaitu :

1. Pendekatan Perundang-undangan (The Statue Approach).

2. Pendekatan Fakta (The Fact Approach).

3. Pendekatan Kasus (The Case Approach).

1.8.3 Sifat Penelitian

Sifat penelitian yang dipergunakan dengan melakukan penelitian deskriptif

yaitu penelitian secara umum dan termasuk penelitian ilmu hukum agar mendapatkan

gambaran secara tepat dan jelas suatu sifat, keadaan maupun gejala baik secara

individu maupun kelompok tertentu.

1.8.4 Sumber Data

21

Peter Mahmud Marzuki, 2014, Penelitian Hukum Revisi, Kencana, Jakarta, h.23.

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini berasal dari penelitian

kepustakaan dan lapangan, dengan data umunnya yaitu primer yang berasal dari

penelitian lapangan, sedangkan hasil dari data kepustakaan adalah sebagai data

sekunder. Adapun sumber data tersebut dapat diperoleh melalui dua sumber data

yaitu:

1. Data Primer (Field Research)

Data primer adalah data yang didapat langsung dari masyarakat sebagai

sumber pertama dengan melalui penelitian lapangan atau field research,

dilakukan baik melalui wawancara atau interview. Dalam hal ini

pengumpulan dara diperoleh berdasarkan hasil wawancara langsung.

2. Data Sekunder (Library Research)

Data sekunder terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier,

bahan hukum primer yaitu bahan yang diperboleh dari peraturan

perundang-undangan. Bahan hukum sekunder berupa buku-buku hukum

(Library Research), jurnal-jurnal hukum, dokumen putusan Pengadilan.

Sedangkan bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan

petunjuk, penunjang ataupun penjelasan terhadap bahan hukum primer

dan sekunder, contohnya: kamus, ensiklopedia, indeks, kumulatif dan

seterusnya.

1.8.5 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik yang dipakai dalam pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian skripsi ini adalah dengan study dokumen, yaitu data-data dalam penelitian

ini dapat dikumpulkan mengenai keputusan yang dilakukan dengan melalui cara

membaca dan memahami, selanjutnya dengan penjelasan dan teori-teori dari bahan

referensi yang revelan dengan materi karya tulis ini. Setelah itu dengan teknik

pengumpulan data primer (lapangan), yaitu dengan menggunakan teknik wawancara

dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sebelumnya telah dipersiapkan

kepada infroman yang dipandang mengerti agar memproleh jawaban atau infromasi

yang dibutuhkan dalam karya tulis ini, hal ini berjutuan untuk mengetahui

pelaksanaan perjanjian pemasangan iklan antara pengiklan dengan perusahaan

majalah dan mengetahui penyelesaian wanprestasi yang dilakukan perusahaan

majalah dengan pengiklan. Untuk data sekunder, dilakukan teknik pengumpulan data

dengan cara membuat catatan dalam kertas-kertas lepas sesuai dengan hasil data dari

masalah yang dibahas.

1.8.6 Pengolahan dan Analisis Data

Setelah data terkumpul, baik data lapangan (data primer) maupun data

sekunder, dipilih, dianalisi, secara kualitatif yaitu dengan mengambil data yang

berkaitan erat dengan permasalahan dan data tersebut mendukung penyelesaian

masalah yang telah disebutkan yang selanjutnya akan diolah dan dianalisis dengan

cara menyusun data secara sistematis, dihubungkan antara satu dengan data yang lain.

Setelah dilakukan analisis secara kualitatif, kemudian data akan disajikan secara

deskriptif kualitatif.