Abstrak -...

113
i Abstrak Guru adalah salah satu referensi yang paling dominan bagi media belajar para siswa dibandingkan dengan beberapa sumber belajar lainnya. Dalam skripsi ini peran utama seorang guru dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an adalah sebagai motivator, fasilitator, dan evaluator bagi para siswanya karena itu seorang guru menjadi ujung tombak bagi keberhasilan belajar siswa di sekolah. Tugas dan tanggung jawab seorang guru PAI tidak hanya hadir untuk menyampaikan materi pelajaran didepan kelas, tetapi juga dapat mengetahui apa saja kendala yang dialami siswa sehingga siswa menemui kesulitan dalam membaca Al-Qur’an, dengan adanya peran guru tersebut diharapkan dapat mengatasi kesulitan-kesulitan siswa. Begitu banyak siswa mengalami kesulitan dalam belajar agama khususnya dalam belajar membaca Al-Qur’an, namun kesulitan ini belum diketahui secara pasti faktor penyebab yang menjadikan siswa mengalami kesulitan dalam membaca Al-Qur’an. Hal ini membuat penulis untuk melahirkan suatu rumusan masalah yaitu, kesulitan apa saja yang ditemui siswa dalam membaca Al-Qur’an, bagaimana cara mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an tersebut dan bagaimana peran guru PAI dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII dan kelas VIII SMP Islam Al-Ikhlas. Dalam penelitian ini penulis menetapkan sampel sebanyak 15% dari jumlah populasi 272 yaitu 41 orang dengan ketentuan penarikan sampel yaitu random sampling. Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian deskriptif analisis. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah observasi, wawancara, angket dan dokumentasi. Dengan metode ini diharapkan memperoleh data-data yang konkrit dan sesuai dengan kebutuhan dalam pelaksaan penelitian yang dilaksanakan di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : Peran guru PAI dalam pembelajaran Al-Qur’an sangat penting bagi siswa yang menemui kesulitan dalam membaca Al-Qur’an, karena dengan adanya peran guru seperti memberikan bimbingan, motivasi dan evaluasi dapat merangsang siswa agar dapat membaca Al-Qur’an lebih baik, sedangkan kesulitan siswa dalam membaca Al-Qur’an disebabkan oleh faktor intern atau dari dalam diri siswa itu sendiri dan ekstern. Faktor intern meliputi, kurangnya semangat siswa untuk mengulang kembali pelajaran Al-Qur’an di rumah, kurang membaca Al-Qur’an di rumah dengan menggunakan kaidah ilmu tajwid dan jarang mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru al-Qur’an, sedangkan faktor ekstern meliputi, kurangnya motivasi dan perhatian dari kedua orang tua, kurang mendapatkan pendidikan agama sebelumnya baik pendidikan formal maupun non formal.

Transcript of Abstrak -...

Page 1: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

i

Abstrak

Guru adalah salah satu referensi yang paling dominan bagi media

belajar para siswa dibandingkan dengan beberapa sumber belajar lainnya.

Dalam skripsi ini peran utama seorang guru dalam mengatasi kesulitan

membaca Al-Qur’an adalah sebagai motivator, fasilitator, dan evaluator

bagi para siswanya karena itu seorang guru menjadi ujung tombak bagi

keberhasilan belajar siswa di sekolah. Tugas dan tanggung jawab seorang

guru PAI tidak hanya hadir untuk menyampaikan materi pelajaran didepan

kelas, tetapi juga dapat mengetahui apa saja kendala yang dialami siswa

sehingga siswa menemui kesulitan dalam membaca Al-Qur’an, dengan

adanya peran guru tersebut diharapkan dapat mengatasi kesulitan-kesulitan

siswa.

Begitu banyak siswa mengalami kesulitan dalam belajar agama

khususnya dalam belajar membaca Al-Qur’an, namun kesulitan ini belum

diketahui secara pasti faktor penyebab yang menjadikan siswa mengalami

kesulitan dalam membaca Al-Qur’an. Hal ini membuat penulis untuk

melahirkan suatu rumusan masalah yaitu, kesulitan apa saja yang ditemui

siswa dalam membaca Al-Qur’an, bagaimana cara mengatasi kesulitan

membaca Al-Qur’an tersebut dan bagaimana peran guru PAI dalam

mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an siswa.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII dan kelas VIII

SMP Islam Al-Ikhlas. Dalam penelitian ini penulis menetapkan sampel

sebanyak 15% dari jumlah populasi 272 yaitu 41 orang dengan ketentuan

penarikan sampel yaitu random sampling.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian deskriptif

analisis. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah observasi,

wawancara, angket dan dokumentasi. Dengan metode ini diharapkan

memperoleh data-data yang konkrit dan sesuai dengan kebutuhan dalam

pelaksaan penelitian yang dilaksanakan di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete

Jakarta Selatan.

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : Peran guru PAI

dalam pembelajaran Al-Qur’an sangat penting bagi siswa yang menemui

kesulitan dalam membaca Al-Qur’an, karena dengan adanya peran guru

seperti memberikan bimbingan, motivasi dan evaluasi dapat merangsang

siswa agar dapat membaca Al-Qur’an lebih baik, sedangkan kesulitan siswa

dalam membaca Al-Qur’an disebabkan oleh faktor intern atau dari dalam

diri siswa itu sendiri dan ekstern. Faktor intern meliputi, kurangnya

semangat siswa untuk mengulang kembali pelajaran Al-Qur’an di rumah,

kurang membaca Al-Qur’an di rumah dengan menggunakan kaidah ilmu

tajwid dan jarang mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru al-Qur’an,

sedangkan faktor ekstern meliputi, kurangnya motivasi dan perhatian dari

kedua orang tua, kurang mendapatkan pendidikan agama sebelumnya baik

pendidikan formal maupun non formal.

Page 2: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

PERAN GURU PAI DALAM MENGATASI KESULITAN

MEMBACA AL-QUR’AN SISWA DI SMP ISLAM AL-IKHLAS

CIPETE JAKARTA SELATAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S,Pd.i)

Oleh

HANIFAH

NIM: 105011000139

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011 M

Page 3: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat
Page 4: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat
Page 5: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat
Page 6: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

i

Abstrak

Guru adalah salah satu referensi yang paling dominan bagi media

belajar para siswa dibandingkan dengan beberapa sumber belajar lainnya.

Dalam skripsi ini peran utama seorang guru dalam mengatasi kesulitan

membaca Al-Qur’an adalah sebagai motivator, fasilitator, dan evaluator

bagi para siswanya karena itu seorang guru menjadi ujung tombak bagi

keberhasilan belajar siswa di sekolah. Tugas dan tanggung jawab seorang

guru PAI tidak hanya hadir untuk menyampaikan materi pelajaran didepan

kelas, tetapi juga dapat mengetahui apa saja kendala yang dialami siswa

sehingga siswa menemui kesulitan dalam membaca Al-Qur’an, dengan

adanya peran guru tersebut diharapkan dapat mengatasi kesulitan-kesulitan

siswa.

Begitu banyak siswa mengalami kesulitan dalam belajar agama

khususnya dalam belajar membaca Al-Qur’an, namun kesulitan ini belum

diketahui secara pasti faktor penyebab yang menjadikan siswa mengalami

kesulitan dalam membaca Al-Qur’an. Hal ini membuat penulis untuk

melahirkan suatu rumusan masalah yaitu, kesulitan apa saja yang ditemui

siswa dalam membaca Al-Qur’an, bagaimana cara mengatasi kesulitan

membaca Al-Qur’an tersebut dan bagaimana peran guru PAI dalam

mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an siswa.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII dan kelas VIII

SMP Islam Al-Ikhlas. Dalam penelitian ini penulis menetapkan sampel

sebanyak 15% dari jumlah populasi 272 yaitu 41 orang dengan ketentuan

penarikan sampel yaitu random sampling.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian deskriptif

analisis. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah observasi,

wawancara, angket dan dokumentasi. Dengan metode ini diharapkan

memperoleh data-data yang konkrit dan sesuai dengan kebutuhan dalam

pelaksaan penelitian yang dilaksanakan di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete

Jakarta Selatan.

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : Peran guru PAI

dalam pembelajaran Al-Qur’an sangat penting bagi siswa yang menemui

kesulitan dalam membaca Al-Qur’an, karena dengan adanya peran guru

seperti memberikan bimbingan, motivasi dan evaluasi dapat merangsang

siswa agar dapat membaca Al-Qur’an lebih baik, sedangkan kesulitan siswa

dalam membaca Al-Qur’an disebabkan oleh faktor intern atau dari dalam

diri siswa itu sendiri dan ekstern. Faktor intern meliputi, kurangnya

semangat siswa untuk mengulang kembali pelajaran Al-Qur’an di rumah,

kurang membaca Al-Qur’an di rumah dengan menggunakan kaidah ilmu

tajwid dan jarang mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru al-Qur’an,

sedangkan faktor ekstern meliputi, kurangnya motivasi dan perhatian dari

kedua orang tua, kurang mendapatkan pendidikan agama sebelumnya baik

pendidikan formal maupun non formal.

Page 7: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

ii

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap Alhamdulillahhirobbil ‘Alamin, segala puji bagi Allah

semata, yang telah menganugerahkan rahmat dan karunia-nya kepada kita

semua. Atas Rahmat, Taufik dan Hidayah serta izin Allah SWT, akhirnya

penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang

berjudul “Peran Guru PAI dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Al-

Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Besar

Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.

Penulis menyadari dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, masih jauh

dari kesempurnaan tanpa adanya bantuan dari banyak pihak, baik berupa

motivasi, izin, pikiran, tenaga, dana dan lainnya. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Dosen pembimbing skripsi, Ibu Dra. Hj. Eri Rosatria, M. Ag, yang

telah memberikan bimbingan, motivasi serta meluangkan waktunya

untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Dosen Akademik, Bapak DR. Zaimuddin M.Ag yang telah

memberikan bimbingan dan arahannya dalam penulisan skripsi ini.

5. Staf PU dan Perpustakaan Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Kepala sekolah SMP Islam Al-Ikhlas, Bapak H. Prasetyo dan Stafnya,

yang telah mengijinkan dan membantu penulis untuk melakukan

penelitian.

7. Kedua orang tua yang tercinta dan penulis banggakan, Ayahanda (H.

Umar Ardawi) dan ibunda (Hj. Mariam), yang tidak pernah henti-

Page 8: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

iii

hentinya memberikan doa, motivasi dan dukungan baik moril maupun

materil sehingga skripsi ini dapat selesai. I Love You Forever…

8. Kakanda Abdul Rojak, Ubaidillah, Dzikru Yudi yang selalu

menanyakan kapan lulus, merupakan suatu motivasi untuk penulis

agar terus berjuang demi mencapai apa yang diharapkan.

9. Abie Andi Yanuarsyah yang telah meluangkan waktu dan tenaganya

demi membantu terselesaikannya skripsi ini, serta teman-temanku,

Candra, Rosyidin, Asep, Lia, Sikho, Ela, Ozy, Maya, Reka, Yani dan

seluruh PAI kelas D 2005. Terimakasih atas motivasinya semoga tali

siraturrahmi diantara kita selalu terjaga. Amin…

Dipenghujung tulisan ini, penulis menyadari bahwa penelitian ini

masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan kemempuan dan

pengetahuan yang penulis miliki. Dengan penuh kesadaran dengan segala

kekurangan dalam kata-kata di dalam penulisan, kaidah-kaidah dan lain

sebagainya, penulis mohon maaf kepada pembaca umumnya. Penulis

mohon saran dan kritiknya yang membangun dalam rangka membimbing

penulis untuk mengenali cara penulisan seperti apa yang benar dan lain

sebagainya. Semoga dari partisipasi pembaca, penulis bisa belajar dari

kesalahan.

Penulis mengucapkan terimakasih, semoga Allah SWT memberikan

balasan yang setimpal atas jasa dan bantuan serta pengorbanan yang telah

diberikan mereka semua, dan mudah-mudahan karya ini, bermanfaat bagi

penulis khususnya dan bagi para pembacanya.

Jakarta, 30 Maret 2011

Penulis

Page 9: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................ i

KATA PENGANTAR .......................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................... iv

DAFTAR TABEL ................................................................ v

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah ........................................ 1

A. Identifikasi Masalah ......................................... 5

B. Pembatasan Masalah ......................................... 5

C. Perumusan Masalah ........................................... 6

D. Tujuan Penelitian .............................................. 6

E. Manfaat Penelitian ............................................. 6

BAB II LANDASAN TEORETIK

A. Membaca Al-Qur’an ......................................... 7

1. Pengertian Membaca Al-Qur’an ................... 7

2. Keutamaan Membaca Al-Qur’an ................. 9

3. Adab Membaca Al-Qur’an ........................... 12

B. Adab Pengajar dan Pelajar Al-Qur’an ............... 15

1. Adab Pengajar Al-Qur’an ............................. 15

2. Adab Pelajar Al-Qur’an ................................ 17

C. Problematika dalam Membaca Al-Qur’an ........ 19

1. Kesulitan-kesulitan dalam Membaca

Al-Qur’an ................................................ 19

a. Faktor-faktor Kesulitan Membaca

Al-Qur’an .................................................. 19

b. Kesulitan-kesulitan dalam Membaca

Al-Qur’an .................................................. 23

Page 10: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

v

2. Cara Mengatasi Kesulitan Membaca

Al-Qur’an ...................................................... 26

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ke-

mampuan Siswa Dalam Membaca Al-Qur’an 27

4. Metode Belajar Membaca Al-Qur’an ........... 28

D. Peran dan Tugas Guru PAI ............................... 35

1. Pengertian Guru PAI .................................... 35

2. Peran Guru PAI ............................................ 36

3. Tugas Guru PAI ............................................ 40

4. Peran Guru PAI dalam Mengatasi

Kesulitan Membaca Al-Qur’an ................... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian .......................... 46

B. Metode Penelitian .............................................. 46

C. Populasi dan Sampel ......................................... 46

D. Teknik Pengumpulan Data ................................ 47

E. Instrumen Penelitian .......................................... 48

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ............... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum SMPI Al-Ikhlas .................... 52

1. Visi dan Misi ................................................. 52

2. Keadaan Guru, karyawan dan Siswa ............. 53

3. Keadaan Sarana dan Prasarana ...................... 55

4. Prestasi Siswa ................................................ 58

B. Pengolahan dan Analisis Data ........................... 59

C. Interpretasi Data ................................................ 80

D. Pembahasan Terhadap Temuan Penelitian ........ 84

Page 11: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

vi

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................... 85

B. Saran .................................................................. 86

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 12: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kisi-kisi angket ................................................... 49

Tabel 2 Keadaan guru, karyawan dan siswa SMP I

Al-Ikhlas ............................................................. 54

Tabel 3 Sarana .................................................................. 55

Tabel 4 Prasarana SMP Islam Al-Ikhlas .......................... 57

Tabel 5 Prestasi Siswa SMP Islam Al-Ikhlas ................... 59

Tabel 6 Guru PAI memberikan bantuan kepada siswa

kepada siswa yang mengalami kesulitan

dalam membaca Al-Qur’an ................................. 60

Tabel 7 Guru PAI memberikan bimbingan dalam

mengucapkan huruf-huruf hijaiyah dengan

bacaan yang benar ............................................... 61

Tabel 8 Guru PAI mengucapkan huruf-huruf hijaiyah

dengan fasih ........................................................ 62

Tabel 9 Guru PAI menganjurkan kepada siswa untuk

mengulangi pelajaran di rumah ........................... 62

Tabel 10 Guru PAI memberikan pujian kepada siswa

yang memperoleh nilai baik ................................ 63

Tabel 11 Guru PAI memberikan hadiah kepada siswa

yang baik dalam membaca Al-Qur’an ................ 63

Tabel 12 Guru Al-Qur’an memberikan dorongan untuk

belajar Al-Qur’an dengan sungguh-sungguh ...... 64

Tabel 13 Guru memerintahkan siswa untuk membaca

Al-Qur’an setiap hari .......................................... 65

Tabel 14 Guru Al-Qur’an memberikan kesempatan kepada

siswa untuk melafazkan hukum bacaan

tajwid satu persatu ............................................... 65

Tabel 15 Guru Al-Qur’an menegur siswa jika

tidak memperhatikan pelajaran Al-Qur’an ......... 66

Page 13: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

viii

Tabel 16 Guru Al-Qur’an memberikan sanksi jika siswa

tidak memperhatikan pelajaran AlQur’an .......... 67

Tabel 17 Guru Al-Qur’an memberikan sanksi jika siswa

tidak mengerjakan tugas ..................................... 67

Tabel 18 Guru Al-Qur’an bertanya kepada siswa tentang

materi yang sudah diajarkan sebelum memulai

pelajaran .............................................................. 68

Tabel 19 Guru Al-Qur’an memberikan tugas kepada siswa

setelah kegiatan belajar mengajar selesai ........... 68

Tabel 20 Guru Al-Qur’an memberikan penilaian dalam

setiap pelajaran Al-Qur’an .................................. 69

Tabel 21 Guru Al-Qur’an menegur siswa yang jarang hadir 69

Tabel 22 Guru Al-Qur’an memberikan tugas yang bervariasi

tiap siswa ............................................................. 70

Tabel 23 Guru Al-Qur’an menggunakan media belajar

untuk memperjelas penyampaian materi ............ 70

Tabel 24 Penggunaan media dalam belajar Al-Qur’an ...... 71

Tabel 25 Siswa membaca Al-Qur’an setiap hari di rumah 72

Tabel 26 Setiap membaca Al-Qur’an siswa membacanya

dengan tartil ........................................................ 72

Tabel 27 Siswa senang mengikuti pelajaran Al-Qur’an .... 73

Tabel 28 Siswa menemui kesulitan dalam mempelajari ilmu

tajwid (hukum bacaan izhar dan ikhfa ................ 73

Table 29 Siswa menemui kesulitan dalam membedakan

lafadz huruf أ dengan 75 ...................................... ع

Tabel 30 Siswa menemui kesulitan dalam melafalkan

hukum bacaan Iqlab ............................................ 76

Tabel 31 Siswa menemui kesulitan tentang perbedaan

hukum bacaan idghom bigunnah dengan idghom

bilagunnah ........................................................... 76

Tabel 32 Orang tua membimbing siswa dalam belajar

Page 14: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

ix

membaca Al-Qur’an ............................................ 77

Tabel 33 Orang tua siswa memberikan dorongan agar

belajar membaca Al-Qur’an dengan sungguh-

sungguh ............................................................... 78

Tabel 34 Setelah siswa faham tentang ilmu tajwid, minat

siswa semakin bertambah untuk terus belajar

membaca Al-Qur’an ............................................ 78

Tabel 35 Siswa senang mendengarkan penjelasan dari

guru Al-Qur’an tentang pelajaran ilmu tajwid .... 79

Tabel 36 Siswa mengulang kembali pelajaran Al-Qur’an

yang sudah dipelajari di sekolah ......................... 79

Tabel 37 Siswa senang mengerjakan tugas yang diberikan

oleh guru Al-Qur’an ............................................ 80

Page 15: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur‟an adalah pegangan atau pedoman yang paling pertama bagi umat

Islam karena Al-Qur‟an adalah sumber ajaran Islam yang memuat seluruh

aspek kehidupan berupa akidah, ibadah, akhlak, sejarah dan sosial.

Ajaran Islam dapat dilaksanakan dengan baik oleh seseorang muslim

apabila muslim tersebut bisa memahami kandungan ajaran yang terdapat

dalam kitab sucinya, yaitu Al-Qur‟an dan sunnah Rasul dan hal ini adalah

wajib bagi setiap muslim untuk belajar dan mengajarkan ilmunya.

Sebagai kitab suci umat Islam, Al-Qur‟an telah lama mendapatkan

perhatian khusus dari kaum muslimin di seluruh dunia. Sejak dini anak-anak

mereka telah diperkenalkan kepada Al-Qur‟an dengan cara meminta kepada

para guru atau pengajar Al-Qur‟an agar berkenan mengajarkan Al-Qur‟an.

Dalam hal ini Nabi saw. bersabda:

“Didiklah anak-anak kamu pada tiga hal: mencintai Nabi kamu, mencintai

keluarganya dan membaca Al-Qur’an. Sebab orang-orang yang ahli Al-

Qur’an itu berada dalam lindungan singgasana Allah pada hari tidak ada

perlindungan selain daripada perlindungan-Nya dan orang-orang yang

suci ”.(HR. Thabrani)

1

Page 16: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

2

Dalam buku yang di tulis oleh Abdullah Nasih Ulwan yang berjudul

pendidikan anak dalam Islam telah menjelaskan beberapa pernyataan yang

dilontarkan oleh para ulama pendidikan Islam tentang kewajiban mengajarkan

Al-Qur‟an kepada anak-anak; antara lain:

Sa‟ad bin Abi Waqash r.a, berkata: Kami mengajar anak-anak kami

tentang peperangan Rasulullah saw. Sebagaimana kami mengajarkan

surah Al-Qur‟an kepada mereka.

Ibn Khaldun, di dalam Mukaddimahnya, mengisyaratkan akan

pentingnya mengajarkan dan menghafalkan Al-Qur‟an kepada anak-

anak. Ia juga menjelaskan bahwa pengajaran Al-Qur‟an merupakan

dasar bagi seluruh kurikulum sekolah di berbagai Negara Islam. Sebab,

Al-Qur‟an salah satu syi‟ar agama yang dapat menguatkan akidah dan

keimanan.

Ibnu Sina, dalam buku As-Siyasah memberikan nasihat agar seorang

anak semenjak kecil sudah mulai diajari Al-Qur‟an. Hal ini

dimaksudkan agar ia mampu menyerap bahasa Al-Qur‟an serta

tertanam di dalam hati mereka ajaran-ajaran tentang iman.1

Dalam ajaran Islam, telah menempatkan budaya membaca pada posisi

yang penting dan mulia, lebih-lebih dengan perintah membaca Al-Qur‟an

yang dilakukan semata-mata karena Allah (niat beribadah kepada Allah),

maka tiada balasan yang setimpal kecuali balasan pahala. Seruan untuk

membaca Al-Qur‟an termaktub dalam firman Allah yang pertama kali

diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. dalam surat Al-„Alaq ayat 1-5.

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia

Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan

Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan

perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak

diketahuinya”.

Dari ayat ini dapat disimpulkan bahwa membaca sangat besar perannya

dalam membentuk suatu masyarakat yang berpendidikan dan berperadaban.

1 Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Amani, 2007),

Cet ke-3, Jilid 1, h. 169

Page 17: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

3

Dalam kehidupan manusia, membaca merupakan salah satu fungsi yang

sangat penting dan dapat dikatakan bahwa semua proses belajar diawali dari

hal membaca, karena dengan membaca, manusia dapat mengetahui apa yang

belum diketahuinya dan mendapatkan sedikit ilmu baik pengetahuan umum

atau pun pengetahuan agama.

Kemampuan membaca Al-Qur‟an merupakan hal yang sangat penting dan

urgen dikalangan umat Islam, dalam pengajaran Al-Qur‟an tidak dapat

disamakan dengan pengajaran membaca menulis di sekolah dasar, karena

dalam pengajaran Al-Qur‟an anak-anak hanya belajar huruf-huruf dan kata-

kata yang mereka tidak pahami artinya. Apalagi umumnya anak-anak hanya

belajar membaca, tidak menuliskannya. Mereka belajar kata-kata mati, mereka

belajar simbol huruf (bunyi) dan kata yang tidak ada wujudnya bagi mereka.

Mereka belajar bahasa yang tidak praktis dapat digunakan dalam kehidupan

sehari-hari. Hal ini mungkin dapat mempersulit dan memperlambat

berhasilnya pengajaran Al-Qur‟an itu. Meskipun demikian, anak (orang) Islam

mesti belajar membaca Al-Qur‟an, karena kepandaian membaca Al-Qur‟an itu

merupakan kebutuhan sehari-hari bagi kehidupan seorang muslim dalam

pengalaman ajaran agamanya.

Setiap sholat (minimal lima kali sehari semalam) mereka wajib membaca

(hafal) ayat Al-Qur‟an walaupun hafalannya itu tidak dicapai dengan melalui

belajar membaca, namun membaca Al-Qur‟an merupakan suatu ilmu

(kepandaian) yang berguna dan seharusnya ada pada setiap umat Islam dalam

rangka ibadat dan syi‟ar agamanya.2

Kemampuan membaca Al-Qur‟an adalah kemampuan hasil belajar yang

diperoleh siswa dengan diperlihatkannya setelah mereka menempuh

pengalaman belajar. Kemampuan membaca Al-Qur‟an dipengaruhi oleh

banyak faktor salah satunya adalah minat. Siswa yang mempunyai minat yang

tinggi dalam belajar Al-Qur‟an akan senantiasa berusaha untuk mengatasi

segala hambatan dan tangtangan.

2 Zakiyah Daradjat, dkk, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam… (Jakarta: Bumi

Aksara, 2004), Ed-2, Cet ke-3…h. 91-92

Page 18: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

4

Tidak menafikkan hahwa ada umat Islam yang masih komitmen dan

konsisten terhadap Al-Qur‟an, namun ada juga yang menjadikan Al-Qur‟an

tidak lebihnya sebagai nyanyian yang disuarakan dan dibacakan dengan

merdu, bahkan diperlombakan atau dijadikannya sebagai sarana mencari

kehidupan dunia dengan menjualnya dengan harga murah.

Kenyataan ini pun berimplikasi juga dikalangan pelajar dalam dunia

pendidikan formal, yang merasa enggan atau malas untuk membaca Al-

Qur‟an. Ketika dilembaga sekolah, khususnya bernuansakan Islam, baik dari

tingkat pendidikan sampai perguruan tinggi, maka mereka wajib diberikan

pelajaran mengenai pendidikan Al-Qur‟an sebagai tuntunan bagi kehidupan,

karena Al-Qur‟an merupakan salah satu bagian dari rukun yang wajib

diamalkan.

Di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete, sebagai akibat dari otonomi daerah yang

berimplikasi juga terhadap otonomi pendidikan, maka pihak pengelola

yayasan mengambil suatu kebijakan yaitu membahas masalah Al-Qur‟an

dengan menjadikannya sebagai salah satu bidang studi.

Bidang studi Al-Qur‟an ini dilaksanakan supaya lebih menambah dan

mengembangkan pengetahuan siswa-siswa dalam mempelajari ilmu-ilmu

agama yang dirasakan sedikit sekali waktu belajar pendidikan agama, apalagi

mayoritas siswa yang ada di SMP Islam Al-Ikhlas ini berlatar belakang dari

sekolah umum. Oleh sebab itu dalam pengajaran agama Islam di sekolah

banyak sekali problem yang dihadapi guru PAI, khususnya dalam membaca

Al-Qur‟an. Siswa yang berasal dari sekolah dasar memasuki sekolah yang

berbasis Islam yakni SMP Islam atau Madrasah, mungkin pengetahuan dan

pengalaman belajar yang diperolehnya dalam membaca Al-Qur‟an sangat

minim.

Adapun diantara kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam membaca

Al-Qur‟an adalah dalam pengucapan makharijul huruf, pemahaman ilmu

tajwid yang masih kurang, serta kelancaran membaca Al-Qur‟an yang masih

terbata-bata.

Page 19: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

5

Dengan dasar itulah, pihak sekolah merasa perlu menambah jam pelajaran

khusus untuk bidang studi Al-Qur‟an yang diharapkan berpengaruh bagi

siswa-siswinya dalam upaya mengatasi kesulitan membaca Al-Qur‟an, baik

ketika belajar di sekolah maupun diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk merealisasikan semua itu tentu tidak mudah, maka terlebih dahulu

perlu diperhatikan oleh setiap pendidik bahwa dalam kegiatan belajar

mengajar harus memperhatikan faktor kesulitan membaca, yang merupakan

salah satu dari sekian banyak faktor penghambat dari proses belajar.

Melihat fenomena yang ada di SMP Islam Al-Ikhlas, penulis merasa

tertarik untuk meneliti fenomena di atas dan dituangkan dalam sebuah judul,

yaitu: “Peran Guru PAI dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Al-Qur‟an

Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete”.

B. Identifikasi Masalah

Dengan mengacu pada latar belakang masalah di atas, maka dapat

diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Kurangnya minat siswa dalam belajar membaca Al-Qur‟an di SMP Islam

Al-Ikhlas.

2. Kurangnya pemahaman siswa tentang ilmu tajwid.

3. Metode mengajar yang kurang menarik.

4. Kurangnya jam pelajaran di sekolah untuk belajar Al-Qur‟an, sehingga

tidak dapat memberikan semua materi yang harus disampaikan.

5. Kurangnya motivasi dari keluarga khususnya orang tua.

6. Latar belakang pendidikan yang berbeda.

C. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah dalam penelitian ini diperlukan pembatasan

masalah, sehingga diharapkan pembahasan ini tidak meluas. Adapun masalah

dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut:

1. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam membaca Al-Qur‟an.

2. Metode yang tepat digunakan dalam pembelajaran Al-Qur‟an.

Page 20: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

6

3. Peran yang dilakukan guru dalam mengatasi kesulitan siswa membaca Al-

Qur‟an.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah yang telah

diuraikan, maka penulis rumuskan masalah yang akan dibahas dalam skripsi

ini, yaitu:

1. Kesulitan apa saja yang ditemui siswa SMPI Al-Ikhlas dalam membaca

Al-Qur‟an?

2. Bagaimana peran guru PAI dalam mengatasi kesulitan membaca Al-

Qur‟an?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk kesulitan siswa dalam belajar membaca

Al-Qur‟an.

2. Untuk mengetahui peran guru PAI dalam mengatasi kesulitan membaca

Al-Qur‟an siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete.

3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan guru PAI dalam mengatasi

kesulitan membaca Al-Qur‟an siswa di SMP Islam Al-Ikhlas.

F. Manfaat Penelitian

1. Dapat dijadikan acuan oleh para guru maupun calon guru agar dapat

memberikan layanan bantuan dan bimbingan yang tepat kepada siswa

dalam proses kegiatan belajar mengajar khususnya dalam pembelajaran

Al-Qur‟an.

2. Sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatkan kualitas PAI di SMP

Islam Al-Ikhlas Cipete.

3. Menambah khazanah keilmuan, khususnya bidang PAI

Page 21: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

7

BAB II

LANDASAN TEORETIK

A. Membaca Al-Qur’an

1. Pengertian Membaca Al-Qur’an

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa membaca adalah,

“Melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis”.1 Sedangkan menurut

Bamberger sebagaimana dikutip oleh Imam Siregar dalam jurnal PENAMAS

membaca adalah, “Suatu proses kognitif sekaligus kebahasaan”.2 Selanjutnya

dia menjelaskan bahwa secara kognitif, membaca adalah “Proses

mentrasformasikan simbol-simbol grafis ke dalam konsep-konsep intelektual,

sedangkan dari segi proses kebahasaan, membaca adalah satu sarana efektif

pengembangan kemampuan berbahasa dan kepribadian”.3 Dengan kata lain

membaca berarti berbuat atau melakukan sesuatu pekerjaan atau kegiatan atau

perbuatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh pesan atau informasi

yang berbentuk teks atau tulisan.

Al-Qur‟an secara bahasa berasal dari kata Arab qara‟a- yaqra‟u- qira‟atan-

qur‟anan, yang berarti bacaan atau hal membaca.4 Sedangkan secara

terminologi, para ahli mengemukakan pengertian yang berbeda-beda.

1 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed. ke-

3, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 83 2 Imam Siregar, “Kemampuan Membaca dan Memahami Al-Qur‟an”, dalam PENAMAS,

Vol. XXII, No. I, Januari-April 2009, h. 37 3 Ibid…h. 37

4 Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab-Indonesia, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1990),

Cet. ke-8, h. 79.

Page 22: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

8

Imam Fakhlur Razi dan Syeikh Mahmud Syaltut, menyatakan: “Al-Qur‟an

adalah lafal Arab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. yang

diturunkan kepada kita secara mutawattir”.

Sedangkan DR. Abdul Wahab Khallaf, mendefinisikan Al-Qur‟an

dengan: Kalam Allah yang diturunkan melalui perantaraan malaikat

Jibril (Ar-Ruh Al-Amin) ke dalam hati Rasulullah saw dengan

menggunakan bahasa Arab serta makna-makna yang benar untuk

dijadikan hujjah (argumentasi) dalam pengakuannya sebagai Rasul dan

dijadikan sebagai dustur (undang-undang) bagi seluruh umat manusia,

dimana mereka mendapatkan petunjuk dari pada-Nya di samping

merupakan amal ibadah bagi kaum Muslimin yang membacanya.5

Menurut M. Samsul Ulum dalam bukunya yang berjudul Menangkap

Cahaya Al-Qur‟an “Al-Qur‟an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada

Nabi Saw. untuk semua manusia yang hidup sejak Nabi Muhammad diutus

menjadi rasul sampai manusia yang hidup di akhir zaman”.6 Sedangkan

menurut Manna al-Qaththan, Al-Qur‟an adalah “Firman Allah (kalamullah)

yang diturunkan kepada Muhammad saw. yang membacanya menjadi suatu

ibadah”.7

Lebih lanjut Totok Jumantoro menyimpulkan pengertian Al-Qur‟an

sebagai berikut: Wahyu atau firman Allah SWT, yang diturunkan kepada

Nabi Muhammad Saw, dengan perantaraan malaikat Jibril, atau dengan

cara lain, dengan menggunakan bahasa Arab untuk pedoman dan

perunjuk bagi manusia, dan merupakan mukjizat Nabi Muhammad saw.

yang terbesar, yang diterima oleh umat Islam secara mutawattir, dan

dinilai ibadah bagi orang yang membacanya.8

Dari pengertian membaca Al-Qur‟an di atas penulis dapat simpulkan bahwa

membaca Al-Qur‟an adalah suatu perbuatan atau kegiatan yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh kesan dan pesan dari sebuah ajaran Ilahi dan

sudah berbentuk kitab yang merupakan ibadah bagi orang yang membacanya,

karena merupakan kalamullah yang diturunkan kepada Rasul-Nya yaitu

5 Totok Jumantoro, Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Ushul Fikih, (Jakarta: Amzah,

2009), Cet. Ke-2, h. 8. 6 M. Samsul Ulum, Menangkap Cahaya Al-Qur‟an, (Malang: PT. UIN Malang Press,

2007),…h. 2. 7 Manna al-Qaththan, Pengantar Studi Islam Al-Qur‟an, Terj. dari Mahabits Fi „Ulum Al-

Qur‟an, oleh Aunur Rafiq el- Mazni, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2009), Cet. Ke-4, h. 18. 8 Totok Jumantoro, Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Ushul Fikih… h. 7-8.

Page 23: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

9

Muhammad Saw dan sebagai pedoman serta petunjuk bagi manusia kepada

jalan yang lurus yaitu jalan keselamatan di dunia dan di akhirat.

2. Keutamaan Membaca Al-Qur’an

Bagi umat Islam, Al-Qur‟an adalah kitab suci yang memiliki keistimewaan

luar biasa yang telah diwahyukan kepada nabi Muhammad SAW baik di dunia

maupun di akhirat. Membaca Al-Qur‟an tidaklah sama dengan membaca

buku-buku lainnya, karena dengan membaca Al-Qur‟an disertai dengan

memahami dan mengamalkannya akan membawa kita kepada kehidupan yang

lebih baik dan kepada Al-Qur‟anlah semua kehidupan umat Islam dirujukan.

Oleh karena itu, setiap orang Islam harus membacanya supaya bisa memahami

isinya kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk memompa semangat belajar membaca Al-Qur‟an, sangat penting

mengetahui fadilah (keutamaan) membaca Al-Qur‟an. Diantaranya yaitu;

Irfan Abdul „Azhim dalam bukunya yang berjudul Agar Bacaan Al-Qur‟an

Anda Tidak Sia-sia menjelaskan bahwa “Orang yang membaca Al-Qur‟an

akan mendapat banyak kebaikan di dunia dan di akhirat, hidupnya dinamis,

penuh gairah, jauh dari duka dan dekat Yang Maha Kuasa”.9 Hal ini terdapat

dalam hadits yang diriwayatkan dari „Utsman bin „Affan RA, ia berkata:

“Rasulullah bersabda: paling baik kamu adalah orang yang

mempelajari Al-Qur‟an dan mengajarkannya”.

Kandungan dari hadits tersebut menegaskan bahwa orang yang belajar Al-

Qur‟an dan setelah mampu, maka mengajarkannya kepada orang lain adalah

orang yang terbaik, yaitu orang yang mendapat banyak kebaikan di dunia dan

di akhiratnya.

9 Irfan Abdul „Azhim, Agar Bacaan Al-Qur‟an Anda Tidak Sia-sia, (Solo: PT. Pustaka

Iltizam, 2009), Cet Ke-I, h. 92-93

Page 24: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

10

Selanjutnya Ahmad Syarifuddin menjelaskan bahwa “Membaca Al–Qur‟an

merupakan obat (terapi) jiwa yang gundah”.10

Lebih lanjut ia menjelaskan

bahwa “Membaca Al-Qur‟an bukan saja amal ibadah, namun bisa juga

menjadi obat dan penawar jiwa gelisah, pikiran kusut, nurani tidak tentram

dan sebagainya”.11

Allah SWT berfirman dalam surat Al-Isra‟: 82, yang

berbunyi:

...

"Dan kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan

rahmat bagi orang-orang yang beriman” .

Hal ini juga sesuai dengan pernyataan para ulama ahli terapi hati, mereka

menyatakan bahwa ”Membaca Al-Qur‟an merupakan salah satu obat hati yaitu

dengan cara membacanya secara khusyu‟ seraya merenungkan makna

kandungannya disamping lima hal yang lain, yaitu berteman dengan orang

shaleh, dzikir di waktu sunyi, shalat malam, dan puasa”. 12

Sedangkan pendapat Rochman Na‟im, dalam bukunya yang berjudul

“Bacalah Al-Qur‟an Jangan Hijrah Darinya”, beliau menjelaskan beberapa

keutamaan orang yang membaca Al-Qur‟an diantaranya yaitu;

1. Dapat mensucikan atau membersihkan hati. Hal ini terdapat dalam hadits

Rasulullah SAW, yang berbunyi:

“Rasulullah saw bersabda: “sesungguhnya qalbu itu berkarat

sebagaimana besi berkarat. Kemudian Rasulullah ditanya: Wahai

Rasulullah apa yang membuatnya menjadi terang. Rasulullah

menjawab: membaca Al-Qur‟an dan mengingat mati”.13

10

Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis dan Mencintai Al-Qur‟an,

(Jakarta: Gema Insani, 2006), Cet ke-3, h. 47 11

Ibid…h. 47 12

Ibid…h. 48 13

Rochman Naim, Bacalah Al-Qur‟an Jangan Hijrah Darinya, (Bogor: PT. Cahaya Ilmu,

2006), Cet. Ke- 1, h. 22

Page 25: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

11

2. Keimanannya akan bertambah dalam qalbunya sehingga ia tidak akan

mudah terguncang apalagi rubuh. Diriwayatkan oleh Ibnu „Abbas RA, ia

berkata:

“Rasulullah SAW bersabda: sesungguhnya orang yang tidak ada dalam

ruang tubuhnya sesuatu dari Al-Qur‟an bagaikan rumah yang rubuh”.

3. Akan mendapat pahala dari Allah dan akan bersama para malaikat yang

mulia dan taat kepada Allah. Dalam Hadits yang diriwayatkan dari „Aisyah

RA, ia berkata:

“Rasulullah saw bersabda: “orang yang membaca Al-Qur‟an dan dia

mahir (pintar) dalam membacanya akan bersama malaikat yang mulia

dan taat. Dan orang yang membaca Al-Qur‟an dan dia terbata-bata dan

menghadapi kesulitan dalam membacanya maka baginya dua pahala”.

4. Akan mendapatkan syafa‟at di akhirat kelak. Sebagaimana dalam hadits

dari Umamah RA, ia berkata:

“Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: “bacalah oleh kamu

sekalian Al-Qur‟an maka sesungguhnya ia akan datang pada hari

kiamat sebagai pemberi syafa‟at kepada yang membacanya”.

5. Akan diberi ganjaran oleh Allah sepuluh kebaikan. Diriwayatkan dari

„Abdullah bin Mas‟ud RA, ia berkata:

“Rasulullah SAW bersabda: siapa yang membaca satu huruf dari

kitabullah (Al-Qur‟an) maka baginya satu kebaikan dan satu kebaikan

dibalas dengan sepuluh kebaikan yang sama. Tidaklah aku berkata alif

lam mim satu huruf, akan tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim

satu huruf”.14

Demikianlah keutamaan orang yang membaca Al-Qur‟an, selalu

mempunyai nilai lebih bagi orang-orang yang membacanya, baik di dunia

14

Rochman Naim, Bacalah Al-Qur‟an Jangan Hijrah Darinya, (Bogor: PT. Cahaya Ilmu,

2006), Cet. Ke- 1, h. 15-22

Page 26: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

12

maupun di akhirat. Begitu mulianya Al-Qur‟an sehingga Orang yang

membaca Al-Qur‟an secara terbata-bata saja akan mendapatkan dua pahala,

yaitu pahala terbata-batanya dan pahala membacanya. Apalagi orang yang

pintar membaca Al-Qur‟an, akan bersama para malaikat yang mulia dan taat.

3. Adab Membaca Al-Qur’an

Seperti telah disinggung diatas bahwa membaca Al-Qur‟an tidaklah sama

dengan membaca sebuah buku, majalah, surat kabar dan semacamnya, ada

adab dan tata cara tertentu yang mesti dilakukan agar si pembaca bukan hanya

mampu membaca, tetapi harus mampu memahami dan menyelami ke dalam

makna ayat-ayatnya dengan baik dan benar, walaupun sekedar membacanya

saja sudah mendapat pahala. Oleh sebab itu dianjurkan bagi orang yang

membaca Al-Qur‟an memperhatikan adab-adab membaca Al-Qur‟an;

diantaranya yaitu:

Syaikh Manna‟ Al-Qaththan menerangkan dalam bukunya Mahabits Fi

„Ulum Al-Qur‟an yang diterjemahkan oleh Aunur Rafiq el- Mazni bahwa adab

membaca Al-Qur‟an sebagai berikut:

1. Membaca Al-Qur‟an sesudah berwudhu karena ia termasuk dzikir yang

paling utama, dan bersiwak sebelum memulai membaca.

2. Membacanya di tempat yang bersih dan suci, untuk menjaga keagungan

membaca Al-Qur‟an.

3. Membacanya dengan khusyu‟, tenang dan penuh hormat, dan membaca

ta‟awudz pada permulaannya serta membaca basmalah pada permulaan

setiap surah.

4. Membacanya dengan tartil, yaitu dengan bacaan yang pelan-pelan dan jelas

serta memberikan hak setiap huruf. Seperti membaca mad dan idghom.

5. Membaguskan suara dengan membaca Al-Qur‟an dan mengeraskan bacaan

Al-Qur‟an, karena membacanya dengan suara jahar (keras) lebih utama.

6. Membaca Al-Qur‟an dengan melihat langsung kepada mushaf dan

membacanya dengan hafalan.15

Sedangkan Sirojuddin SA menjelaskan sebagaimana yang dikutip oleh

Jalaluddin As-Syuyuthi dalam buku Al-Itqan fi Ulumi Al-Qur‟an bahwa adab

membaca Al-Qur‟an antara lain sebagai berikut:

15

Manna al-Qaththan, Pengantar Studi Islam Al-Qur‟an, Terj. dari Mahabits Fi „Ulum Al-

Qur‟an, oleh Aunur Rafiq el- Mazni…h. 233-237

Page 27: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

13

1. Disunnahkan membaca Al-Qur‟an di tempat yang suci dan bersih. Dan

tempat yang paling baik adalah masjid.

2. Disunnahkan menggosok gigi terlebih dahulu sebelum membaca Al-

Qur‟an.

3. Disunnahkan membaca Al-Qur‟an dalam keadaan duduk tenang dan kepala

ditundukkan.

4. Disunnahkan membaca Al-Qur‟an dengan suara merdu dan indah dengan

tetap memlihara kaidah-kaidah ilmu tajwid.

5. Membaca Al-Qur‟an tidak boleh dipotong-potong oleh pembicaraan

apapun.

6. Tidak dibolehkan membaca Al-Qur‟an dengan bahasa selain bahasa Arab,

baik dalam sholat maupun diluar sholat.

7. Disunnahkan sujud tilawah ketika membaca ayat-ayat sajadah.

8. Setelah khatam Al-Qur‟an disunnahkan berdoa yang dimulai dengan

hamdallah, sholawat, dan istighfar.16

Lebih lanjut Sirajuddin SA menjelaskan sebagaimana yang dikutip oleh

Ismael Tekan, dalam buku Tajwid Al-Qur‟an Al-Karim, bahwa adab membaca

Al-Qur‟an adalah sebagai berikut:

1. Tiap-tiap selesai membaca Al-Qur‟an, hendaklah diakhiri dengan

membaca:

“Maha Benar Allah Yang Maha Agung. Dan telah menyampaikan Rasul-

Nya yang tercinta lagi mulia. Dan kami termasuk orang-orang yang

menjadi saksi dan bersyukur terhadap yang demikian itu. Dan segala

puji bagi Allah semesta alam”.

2. Setelah selesai membaca Al-Qur‟an hendaklah diletakkan pada tempat yang

bersih dan tertinggi dari buku-buku lain.

3. Jangan menjulurkan kaki ke arah Al-Qur‟an, karena termasuk penghinaan

dan berdosa.17

Menurut Ahsin W. Alhafidz, dalam bukunya yang berjudul Bimbingan

Praktis Menghafal Al-Qur‟an, bahwa adab membaca Al-Qur‟an ada delapan,

yaitu;

16

Sirajuddin SA, 24 Tuntunan Membaca Al-Qur‟an dengan Tartil, (Jakarta: PT. Mizan

Publika, 2005), cet, ke-1, h. 139- 140 17

Ibid…h.140-141.

Page 28: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

14

1. Berwudhu, lebih lanjut dia menjelaskan bahwa membaca Al-Qur‟an

sesudah berwudhu, termasuk Zikrullah yang paling utama. Rasulullah saw

bersabda:

“Dari An-Nu‟man bin Basyir r.a., bahwa Nabi saw. bersabda:Yang

paling utama dari ibadah umatku adalah membaca Al-Qur‟an.” (HR. Al

Baihaqi).18

2. Menbacanya di tempat yang suci dan bersih. Ini dimaksudkan untuk

menjaga keagungan Al-Qur‟an.

3. Membacanya dengan khusyu‟, tenang dan penuh hikmat Allah berfirman

dalam surat Al-Isra‟ :17;

“Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan

mereka bertambah khusyu'.”

4. Bersiwak sebelum memulai membaca.

5. Membaca ta‟awuz sebelum memulai membaca ayat Al-Qur‟an. Allah

berfirman:

“Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta

perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk”. (QS. AN-Nahl/16:

98).

6. Membaca basmalah pada setiap permulaan surah, kecuali surat At-Taubah.

7. Membacanya dengan tartil. Allah berfirman:

“Atau lebih dari seperdua itu. dan Bacalah Al Quran itu dengan

perlahan-lahan”. (QS. Al-Muzamil/73: 4).19

8. Tadabbur/Memikirkan Terhadap Ayat-ayat yang Dibacanya. Allah

berfirman dalam surat Shaad/38: 29 :

“Ini adalah sebuah Kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan

berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya

mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran”.

18

Ahsin W. Alhafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur‟an, (Jakarta: Bumi Aksara,

1994), cet. Ke- 1, h. 32 19

Irfan Abdul „Azhim, Agar Bacaan Al-Qur‟an Anda Tidak Sia-sia…h. 146-147

Page 29: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

15

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa dengan membaca seperti itu, artinya

penuh perhatian terhadap ayat-ayat yang dibacanya, maka seorang pembaca

akan memahami dan respek terhadap ayat-ayat yang sedang dibaca. Dengan

demikian, maka seorang pembaca akan membaca „tasbih‟ ketika ia bertemu

dengan ayat-ayat yang mengandung perintah bertasbih, membaca ta‟awudz

ketika membaca ayat-ayat yang bernada ancaman , dan lain sebagainya.20

Jadi jelas bahwa tidaklah sama Al-Qur‟an dengan buku ensikopedia,

kamus, atau buku-buku yang lainnya. Meski zahir-nya sama-sama terbuat dari

kertas yang ditulisi tinta dan dicetak serta dijual dipasaran, namun di

dalamnya menuntut perlakuan yang berbeda terhadap Al-Qur‟an. Seperti

adab-adab tersebut yang harus kita lakukan untuk memulai bacaan Al-Qur‟an,

yaitu apabila ingin membaca Al-Qur‟an harus diawali dengan membersihkan

diri terlebih dahulu dengan cara berwudhu, bersiwak atau gosok gigi dan

sebagainya.

Demikianlah antara lain adab membaca dan menyikapi Al-Qur‟an yang

terpenting, yang harus kita pelihara demi menjaga kesucian Al-Qur‟an

menurut arti yang sesungguhnya.

B. Adab Pengajar dan Pelajar Al-Qur’an

Setiap mukmin yang mempercayai Al-Qur‟an, mempunyai kewajiban dan

tanggung jawab terhadap kitab sucinya itu. Diantara kewajiban dan tanggung

jawab itu adalah mempelajarinya dan mengajarkannya. Namun dalam

mempelajari dan mengajarkannya memiliki adab masing-masing.

a. Adab Pengajar Al-Qur’an

Dalam melaksanakan pembelajaran Al-Qur‟an, terdapat beberapa

ketentuan yang sebaiknya dilalui oleh pembelajar, yaitu guru dan murid. Bagi

seorang guru ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam mengajar Al-

Qur‟an diantaranya yaitu;

Menurut Abdul Aziz dalam bukunya yang berjudul Bersanding Dengan Al-

Qur‟an, adab pengajar Al-Qur‟an ada 5; diantaranya yaitu:

20

Ahsin W. Alhafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur‟an…h. 33.

Page 30: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

16

1. Yang harus diperhatikan oleh pengajar Al-Qur‟an adalah niat.

Niat mengajar Al-Qur‟an adalah untuk mencari keridhoan Allah SWT. Di

dalam Shohihain di sebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya amal-amal itu tergantung niatnya dan setiap orang

tergantung dengan apa yang diniatkan”.21

2. Menghiasi diri dengan akhlak mulia sesuai tuntunan syar‟i.

Seyogyanya seorang pengajar Al-Qur‟an berakhlak luhur sesuai tuntunan

syar‟i, menghiasi dirinya dengan sifat-sifat terpuji, berperilaku yang

diridhoi Allah, seperti penuh kekhusyu‟an, tenang, berwibawa, dan rendah

hati, dan berperilaku lembut terhadap murid.22

Lebih lanjut Imam Nawawi

menjelaskan bahwa guru sepatutnya tidak merasa besar diri berhadapan

dengan murid-muridnya. Seharusnya dia hendaklah berlembut dan

merendahkan diri. Hal ini tertulis dalam hadits Rasulullah SAW:

“Berlemah lembutlah terhadap muri-murid kamu dan terhadap guru-

guru kamu”.23

3. Suka memberi nasihat.

Seorang guru Al-Qur‟an harus ikhlas menasihati para murid yang

merupakan bagian dari umat Islam dan pengikut Nabi Muhammad SAW.

Yang termasuk bagian dari nasihat bagi Allah dan Kitab-Nya ialah

memuliakan murid dan pelajar, menunjuki kepada mereka kemaslahatan,

menyikapi dengan lembut, murah hati dalam menuturkan pengajaran dan

ramah, bertutur kata lembut serta mendorong mereka giat belajar.24

4. Bersemangat dalam memberikan pengajaran Al-Qur‟an.

Seorang pengajar Al-Qur‟an haruslah mengajari dan mendidik pelajarnya

dengan penuh semangat sehingga dapat memberikan pengaruh kepada para

pelajarnya, dan Para guru Al-Qur‟an harus berupaya membuat pelajarnya

paham. Memberi pengajaran kepada masing-masing anak sesuai dengan

kemampuannya. Ia tidak boleh mengajar mereka lebih banyak atau lebih

lama, sementara mereka tidak menyanggupinya. Sebaiknya, pengajar tidak

boleh mengajar terlalu singkat untuk pelajar yang memerlukan tuntunan

pengajaran yang lebih banyak. 25

5. Memuliakan ilmu

21

Abdul Aziz, Bersanding Dengan Al-Qur‟an, (Bogor: Pustaka Ulil Albab, 2007), Cet

ke- I, h.25-26 22

Ibid...h. 30 23

Imam Nawawi, Adab Pengemban Al-Qur‟an, (Jakarta: Pustaka Salam SDN. BHD,

1996), Cet ke-I, h. 36 24

Abdul Aziz, Bersanding Dengan Al-Qur‟an...h. 31 25

Ibid...h. 32

Page 31: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

17

Di antara adab-adab yang amat perlu diperhatikan adalah ilmu tidak boleh

di hina. Termasuk adab yang ditekankan dan diperhatikan adalah tidak

merendahkan ilmu dengan pergi ke suatu tempat untuk mengajarkan

muridnya disana. Meskipun yang didatangi itu seorang pemimpin atau

dibawahnya.26

Sedangkan Imam Nawawi menjelaskan bahwa adab guru dalam mengajar

Al-Qur‟an ialah guru jangan mendengki para pelajarnya yang cemerlang dan

jangan pula terlalu membesar-basarkan nikmat yang diperoleh oleh pelajarnya

itu. Karena perasaan dengki terhadap orang lain adalah diharamkan sekeras-

kerasnya. Kemudian seorang guru Al-Qur‟an hendaklah menjaga tangannya

daripada merayau-rayau ketika mengajar, menjaga matanya daripada

memandang tanpa ada keperluan.27

b. Adab Pelajar Al-Qur’an

Sedangkan hal yang harus dilakukan oleh seorang pelajar dalam

melaksanakan pembelajaran Al-Qur‟an yaitu;

Menurut Abdul Aziz bahwa adab membaca Al-Qur‟an bagi seorang pelajar

Al-Qur‟an adalah sebagai berikut:

1. Niat untuk mencari keridhoan Allah SWT.

2. Berperilaku tawadhu terhadap guru dan berperilaku sopan

Meskipun gurunya lebih muda, kurang terkenal, tidak berasal dari keluarga

terpandang dan yang lainnya; pelajar harus tetap tawadhu‟ kepada gurunya,

maka dengan sikap tawadhu‟ tersebut, ia akan mendapatkan ilmu. Seorang

penyair berucap: “Ilmu itu jauh dari murid yang sombong, Bagaikan air

(bah) yang menjauhi tempat yang tinggi”.

3. Pelajar harus bersedia menerima nasihat guru

Pelajar yang menerima nasihat dari guru seperti seorang yang sakit yang

pintar menerima nasihat dari dokter yang cerdik lagi pemberi nasihat.

Maka guru lebih mulia ucapannya daripada dokter.28

4. Semangat dan tekun

Termasuk adab-adab yang penting bagi seorang pelajar adalah semangat

menggebu dalam menuntut ilmu, giat dan rajin belajar pada setiap saat yang

memungkinkan untuk belajar. Ia tidak boleh merasa puas dengan ilmunya

yang sedikit jika masih mempunyai kemungkinan untuk mendapatkan ilmu

26

Ibid…h. 33 27

Imam Nawawi, Adab Pengemban Al-Qur‟an…h. 38 28

Abdul Aziz, Bersanding Dengan Al-Qur‟an...h. 36

Page 32: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

18

yang banyak. Meskipun demikian, setiap pelajar tidak boleh memaksakan

diri untuk mencapai ilmu yang lebih tinggi yang melewati kemampuan

dirinya. Sebab boleh jadi hal itu akan menimbulkan kebosanan, bahkan

merusak ilmu yang telah dicapainya. Dan hal ini tentunya berbeda-beda,

tergantung keadaan dan kondisi pelajar.29

Sedangkan menurut H. Ramlan Mardjoned, bahwa seorang pelajar Al-

Qur‟an harus mempunyai adab sebagai berikut:

a) Adab terhadap guru

Adab pelajar terhadap guru harus dimulai dengan niat ikhlas untuk belajar

dan menimba ilmu dari gurunya, agar mendapatkan kemudahan dalam

belajar menulis dan membaca Al-Qur‟an untuk diamalkan, yaitu:

- Membaca Ayat Al-Qur‟an dengan tartil, memahami pelajaran yang

diberikan, disiplin menghapal ayat kemudian mengamalkannya;

- Bersikap sopan dan santun atau hormat dengan akhlakul karimah

terhadap guru yang mengajar,.

- Bersikap taat, patuh dan hormat kepada guru, dan senantiasa

bekonsultasi kepadanya dalam hal pelajaran dan memperhatikan

nasihatnya;

- Bersikap merendahkan suara, agar jangan suara pelajar lebih keras dari

gurunya.

b) Disiplin belajar, sikap disiplin belajar bagi pelajar, yaitu;

- Datang ke ruang belajar atau kelas hendaklah secara disiplin, sesuai

dengan waktu belajar yang ditetapkan guru.

- Taat pada peraturan yang telah ditetapkan guru atau sekolah.

c) Sikap terhadap sahabat

Di dalam pergaulan antar sesama teman atau kawan belajar di ruang kelas

hendaknya;

- Saling menebarkan kasih sayang untuk menyambung silaturrahmi dan

membina ukhuwah, saling melepaskan senyum tanda persahatan.

- Jangan saling mengejek dan mentertawakan dengan tujuan merendahkan

sahabat atau kawan.

- Pelajar jangan saling melihat ke kiri dan kanan atau kebelakang, dengan

tujuan menggoda teman dan berbincang-bincang.30

Demikianlah adab-adab yang harus dilaksanakan oleh seorang pengajar

(guru) dan pelajar agar ilmu yang diperolehnya bermanfaat. Adab yang paling

utama bagi pengajar dan pelajar yaitu niat, apa yang diniatkan haruslah

semata-mata karena mencari keridhoan Allah SWT. Dan dari penjelasan di

29

Ibid...h. 40 30

Ramlan Mardjoned, Akhlak Belajar dan Mengajar Al-Qur‟an, (Jakarta: LPPTKA-

BKPRMI, 1994), Cet ke-I, h. 48-49

Page 33: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

19

dalam adab-adab ini juga mengajak kita untuk saling menyayangi sesama

manusia (hablum minannas).

Dalam rangka menciptakan iklim yang lebih kondusif dalam interaksi dan

juga sebagai pendukung tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, maka bagi

seorang murid harus dapat melaksanakan adab-adab tersebut. Begitu pula bagi

seorang guru atau pengajar diusahakan agar dapat menyikapi pelajar dengan

sikap lembut, bijaksana dan membantunya dalam mendapatkan apa yang

mereka cari dan selalu mendorong mereka untuk lebih giat dalam belajar.

C. Problematika dalam Membaca Al-Qur’an

1. Kesulitan-kesulitan dalam Membaca Al-Qur’an

Penyebab kesulitan membaca Al-Qur‟an dalam bahan penelitian yang

dimaksud disini adalah sebagai bentuk problematika yang sering dihadapi oleh

siswa dalam membaca Al-Qur‟an. Pengetahuan yang diberikan kepada anak

didik melalui proses pendidikan disuatu lembaga tidak mudah dilaksanakan

sesuai dengan tujuan yang dimaksud, hal ini disebabkan banyaknya perbedaan

potensi yang dibawa anak didik. Dalam keadaan di mana anak didik atau

siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut dengan

kesulitan belajar, kesulitan dalam belajar ini pula yang dapat mempersulit

siswa dalam belajar membaca Al-Qur‟an.

a. Faktor-faktor Kesulitan Membaca Al-Qur’an

Faktor penyebab kesulitan belajar dalam membaca Al-Qur‟an dapat

digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu:

1. Faktor Intern Siswa, meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-

fisik siswa, yakni:

a. Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya

kapasitas intelektual atau intelegensi siswa;

b. Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi

dan sikap;

Page 34: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

20

c. Yang bersifat psikomotorik (ranah rasa), antara lain terganngunya alat-

alat indera penglihat dan pendengar.

2. Faktor Ekstern Siswa, melputi semua situasi dan kondisi lingkungan

sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar. Faktor ini dapat dibagi tiga

macam:

a. Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan ayah

dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.

b. Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya: wilayah

perkampungan kumuh (slum area), dan teman sepermainan yang

nakal.

c. Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi letak gedung sekitar yang

buruk seperti pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas

rendah.31

Dalam diri siswa memiliki intelegensi yang berbeda-beda untuk menerima

suatu pelajaran. Siswa yang memiliki intelegensi yang rendah akan menemui

kesulitan dalam menerima pelajaran, yang demikian dapat menyebabkan

kesulitan dalam belajar. Dalam membaca Al-Qur‟an, alat indera yang

memegang peranan penting adalah lisan (alat ucapan), mata (alat lihat), dan

telinga (alat dengar). Jika alat indera ini berfungsi kurang baik, maka hal ini

akan menjadikan hambatan dan kesulitan bagi anak untuk menerima

pengajaran dengan baik dan sempurna.

Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama. Tetapi

dapat juga sebagai faktor penyebab kesulitan dalam belajar. Yang termasuk

dalam faktor ini adalah orang tua. Orang tua yang kurang memperhatikan

pendidikan anaknya dalam belajar agama khususnya belajar membaca Al-

Qur‟an, tidak memperhatikan kemajuan belajar anaknya dalam membaca Al-

Qur‟an, akan menyebabkan anak tersebut sulit untuk membaca Al-Qur‟an.

Begitu pula bagi seorang guru dapat menjadi faktor kesulitan dalam

belajar membaca Al-Qur‟an, apabila:

31

Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya Offset, 1995), Cet Ke-1, h. 173

Page 35: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

21

a) Guru tidak kualified dalam pengambilan metode yang digunakan dalam

belajar membaca Al-Qur‟an. Sehingga cara menerangkan kurang jelas,

sukar dimengerti oleh murid-muridnya.

b) Hubungan guru dengan murid kurang baik. Hal ini bermula pada sifat dan

sikap guru yang tidak disenangi oleh murid-muridnya, seperti: kasar, suka

marah, tak pernah senyum, tak pandai menerangkan, menjengkelkan,

tinggi hati tak adil dan lain-lain.

c) Metode mengajar guru yang dapat menimbulkan kesulitan siswa dalam

belajar Al-Qur‟an, antara lain:

1. Guru dalam mengajar tidak menggunakan alat peraga atau media yang

memungkinkan semua alat inderanya berfungsi.

2. Metode belajar yang menyebabkan murid pasif, sehingga anak tidak

ada aktifitas.

3. Metode mengajar tidak menarik, kemungkinan materinya tinggi atau

tidak menguasai bahan.

4. Guru hanya menggunakan satu metode saja dan tidak variasi. Hal ini

menunjukkan metode guru yang sempit, tidak mempunyai kecakapan

diskusi, tanya jawab, eksperimen, sehingga menimbulkan aktivitas

murid dan suasana menjadi hidup.32

Sedangkan menurut Prof. Dr. Jalaluddin, kesulitan membaca Al-Qur‟an

memiliki empat faktor, diantaranya sebagai berikut:

1. Orientasi Cara Berfikir

Pengaruh modernisasi banyak mempengaruhi pemikiran orang. Kemajuan

teknologi dengan segala hasil yang disumbangkan bagi hidup manusia,

dapat mengalihkan perhatian untuk hidup lebih erat kepada alam

kebendaan. Hal ini mendorong mereka untuk menuntu ilmu yang

diperkiranakan dapat membantu kea rah pemikiran praktis dan dapat

menunjang prestise kehidupan duniawi. Maka tidak heran kalau

pengetahuan tentang Al-Qur‟an dan cara membacanya kalah bersaing

dengan kepentingan hidup yang lain hingga hampir diabaikan.

2. Kesempatan dan tenaga

Arah berpikir yang material telah mendudukkan status wajib belajar Al-

Qur‟an ke proporsi yang lebih kecil. Pengaruh ini telah menimbulkan

gejala baru, yaitu belajar Al-Qur‟an secara sambilan. Akibatnya terjadi

kelangkaan penyediaan kesempatan dan kelangkaan tenaga. Waktu yang

digunakan untuk belajar Al-Qur‟an lebih sedikit dibandingkan dengan

waktu yang digunakan untuk menuntut pengetahuan lain. Akhirnya tenaga

pengajar yang tersedia tidak sempat berkembang seimbang dengan

kebutuhan.

3. Metode

32

Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991) h. 84-85

Page 36: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

22

Perkembangan teknologi telah merubah kecenderungan masyarakat untuk

menuntut pengetahuan secara lebih mudah dan lebih cepat., yaitu dengan

memanfaatkan jasa teknologi untuk media pendidikan baik media-visual,

audio-visual atau komputer dengan cara yang semakin tepat guna.

Khusus untuk pendidikan Al-Qur‟an cara ini masih langka dan mahal.

Metode lama dengan beberapa seginya mungkin sudah kurang serasi

dengan keinginan yang tepat guna ini. Akibatnya metode yang demikian

berangsur kurang diminati. Akhirnya minat untuk mempelajari Al-Qur‟an

kian menyurut.

4. Aksara

Kitab suci Al-Qur‟an ditulis dengan aksara dan bahasa Arab. Factor ini

menyulitkan bagi mereka yang berpendidikan non pesantren/madrasah

karena pengetahuan itu tidak dikembangkan secara khusus di sekolah

umum. Akibatnya pelajar yang berpendidikan umum sebagian besar buta

aksara Kitab Sucinya.33

Faktor-faktor di atas menurut Prof. Dr. Jalaluddin banyak mempengaruhi

kecenderungan yang menimbulkan sikap masa bodoh dan anggapan siswa

bahwa belajar Al-Qur‟an sulit.

b. Kesulitan-kesulitan dalam Membaca Al-Qur’an

Dalam membaca Al-Qur‟an terdapat metode belajar yang sangat variatif,

karena belajar Al-Qur‟an bukan hanya sekedar mengenalkan huruf-huruf Arab

beserta syakal yang menyertainya, akan tetapi harus juga mengenalkan segala

aspek yang terkait dengannya seperti, makharijul huruf, ilmu tajwid dan

bagian-bagiannya. Dengan demikian, Al-Qur‟an dapat dibaca sebagaimana

mestinya. Hal inilah yang sering dianggap sulit oleh siswa untuk memahami

cara belajar membaca Al-Qur‟an agar lebih baik.

Macam-macam kesulitan yang sering kita jumpai dalam membaca Al-

Qur‟an diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Melafalkan Huruf-huruf Hijaiyah (Makharijul Huruf)

Mengenal huruf hijaiyah adalah langkah awal bagi siapa saja sebelum

membaca Al-Qur‟an dengan baik, demikian juga dengan siswa. Oleh karena

33

Jalaluddin, Metode Tunjuk Silang, (Jakarta: Kalam Mulia, 1998), h. 6-7

Page 37: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

23

itu, bila belum mengenal dengan baik huruf-huruf aksara Al-Qur‟an maka

untuk melafalkannya akan terasa sulit.

Ketika membaca Al-Qur‟an setiap huruf harus dibunyikan sesuai

makhrajnya. Kesalahan dalam pengucapan huruf dapat menimbulkan

perbedaan makna atau kesalahan arti pada bacaan yang sedang di baca. Dalam

kondisi tertentu, kesalahan ini bahkan dapat menyebabkan kekafiran apabila

dilakukan dengan sengaja dan benar.

Contoh kesalahan makhraj yang menyebabkan berubahnya arti misalnya

„Ain-nya lafaz pada kalimat “ yang terbaca Hamzah. Arti ”الحمداهلل رب العا لمين

Dengan Hamzah ” االلمين“ dengan „Ain adalah semesta alam, sedang ”العا لمين“

adalah (segala) penyakit.34

Untuk membunyikan huruf-huruf hijaiyah yang baik dan benar, kita harus

sering-sering melatih membiasakan lidah kita untuk mengucapkan huruf-huruf

itu dengan tepat menurut bunyinya yang khas, sehingga satu sama lain tidak

bertukar, misalnya:

ث dengan س

ع dengan ا

س dengan ص

س dengan ز

dan sebagainya.

Pertukaran bunyi bukan saja dapat merusak bacaan, akan tetapi juga dapat

merusak makna (arti) dari lafadz itu sendiri, contoh lain:

berarti dosa اثم berarti nama sedangkan اسم

berarti pemberian عرض berarti bumi sedangkan ارض

berarti tasbih سبح berarti subuh sedangkan صبح

Dan lain sebagainya.35

2. Penguasaan Ilmu Tajwid

34

Acep Iim Abdurohim, Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap, (Bandung: CV Penerbit

Diponegoro, 2003), h. 21 35

H. Abdurrahman Thaha, Seluk Beluk Hukum Membaca Al-Qur‟an, (Bandung: CV.

Pelita Fajar), Cet ke-I, h. 23

Page 38: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

24

Kaidah ilmu tajwid merupakan hal penting bagi siapapun yang membaca

Al-Qur‟an. Tajwid sebagai suatu disiplin ilmu mempunyai kaidah-kaidah

tertentu yang harus dipedomani dalam pengucapan huruf-huruf dari

makhrajnya. Disamping itu harus pula diperhatikan hubungan setiap huruf

dengan yang sebelum dan sesudahnya dalam cara pengucapannya. Oleh

karena itu tidak dapat diperoleh hanya sekedar dipelajari namun harus melalui

latihan, praktek dan menirukan orang yang baik bacaannya.36

Membaca Al-Qur‟an termasuk ibadah, oleh karena itu membacanya harus

sesuai dengan aturan yang telah ditentukan. Sikap memperbaiki bacaan Al-

Qur‟an dengan menata huruf sesuai dengan tempat atau haknya merupakan

suatu ibadah pula, sama halnya meresapi, memahami, dan mengamalkan isi

kandungan Al-Qur‟an merupakan suatu ibadah. Sahabat Abdullah bin Mas‟ud

berpesan, “Jawwidul Qur‟an” „bacalah Al-Qur‟an dengan baik (bertajwid)‟.

Para ulama menjelaskan, membaca Al-Qur‟an yang tidak sesuai dengan ilmu

tajwid sebagai al-Lahn, yakni kekeliruan atau cacat dalam membaca.

Atas dasar itu perlunya membaca Al-Qur‟an secara bertajwid, anak (siswa)

hendaknya diajarkan ilmu tajwid. Karena dalam ilmu tajwid diajarkan

bagaimana cara melafalkan huruf yang berdiri senndiri, huruf yang dirangkai

dengan huruf lain, melatih lidah mengeluarkan huruf dari makhrajnya, belajar

mengucapkan bunyi yang panjang dan pendek, cara menghulangkan bunyi

huruf dengan menggabungkannya (idghom) berat atau ringan, berdesis atau

tidak, mempelajari tanda-tanda berhenti dalam bacaan dan sebagainya.37

3. Kelancaran Bacaan

Kurangnya kemampuan siswa baik dalam melafalkan huruf hijaiyah

(makharijul huruf) maupun kaidah ilmu tajwid dapat menyebabkan

pengucapan atau bacaannya terbata-bata. Hal ini disebabkan kurangnya latihan

anak (siswa) dalam membaca Al-Qur‟an baik di sekolah maupun di rumah,

sehingga anak (siswa) dalam membaca Al-Qur‟annya masih kurang lancer.

36

Manna al-Qaththan, Aunur Rafiq el- Mazni (penterjemah), Pengantar Studi Islam Al-

Qur‟an…h. 229-230 37

Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis dan Mencintai Al-Qur‟an…h.

91-92

Page 39: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

25

Membaca Al-Qur‟an tidak sama dengan membaca bahan bacaan lainnya

karena Al-Qur‟an adalah kalam Allah SWT. Oleh karena itu, membacanya

mempunyai etika zahir, yaitu membacanya dengan tartil. Makna tartil adalah

dengan perlahan-lahan sambil memperhatikan huruf dan barisnya.

Al-Ghozali mengatakan bahwa tartil disunnahkan tidak semata untuk

tadabbur karena non-Arab yang tidak memahami makna Al-Qur‟an juga

disunnahkan untuk membaca dengan tartil, karena tartil lebih dekat dengan

pemuliaan dan penghormatan terhadap Al-Qur‟an, dan lebih berpengaruh bagi

hati daripada membaca dengan tergesa-gesa dan cepat.38

Bahrun Abu Bakar menjelaskan dalam bukunya yang berjudul: al Burhan

Fi Tajwidil Qur‟an, Ilmu Tajwid Syarah Tuhfatul Athfal dan Al Jazariyah,

bahwa membaca Al-Qur‟an mempunyai empat macam bacaan, yaitu:

1) Tartil, yaitu bacaan yang dilakukan dengan perlahan-lahan, tenang, dan

membunyikan setiap huruf dari makhrajnya masing-masing dengan

memberikan hak serta mustahaknya, lalu memikirkan makna bacaannya.

2) Tahqiq, sama dengan bacaan tartil, hanya bacaan tahqiq lebih ditekankan

kepada factor ketenangannya.

3) Hadar, bacaan cepat, tetapi dengan mengeja (menyesuaikan hokum-

hukum) bacaan.

4) Tadwir, bacaan pertengahan antara tartil dan hadar.

Tingkatan yang paling utama di antara semuanya ialah bacan tartil karena

Al-Qur‟an diturunkan dengan memakai bacaan ini. Hal ini diterangkan

oleh firman Allah SWT dalam surat Al-Furqan;32.

...

“Dan Kami membacanya dengan tartil”.

39

Jadi di dalam membaca Al-Qur‟an disunnahkan dengan cara tartil, yaitu

membacanya dengan perlahan-lahan sambil diiringi dengan kaidah ilmu

tajwid bukan dengan cara terbata-bata ataupun dengan tergesa-gesa atau cepat

tanpa mengikuti pedoman ilmu tajwid. Karena membaca Al-Qur‟an yang tidak

mengikuti pedoman ilmu tajwid sebagai Al-Lahn, yaitu sebuah kekeliruan atau

38

Yusuf Qardawi, Berinteraksi dengan Al-Qur‟an, (Jakarta: Gema Insani, 1999), h. 235 39

Bahrun Abu Bakar, al Burhan Fi Tajwidil Qur‟an: Ilmu Tajwid Syarah Tuhfatul Athfal

dan Al Jazariyah, (Bandung: Trigenda Karya, 1995), Cet ke-I, h. 14

Page 40: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

26

cacat dalam membaca yang apabila salah dalam pengucapan makhrajnya,

maka salah pula arti yang dibacanya.

2. Cara Mengatasi Kesulitan Membaca Al-Qur’an

Agar dapat membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar maka usaha yang

harus kita lakukan yaitu dengan cara bertahap. Adapun cara-cara yang dapat

kita lakukan, diantaranya yaitu:

Menurut Agus Syafii, cara mudah belajar membaca Al-Qur'an itu secara

garis besar seseorang harus menguasai 5 hal berikut;

1) Menguasai huruf hijaiyyah yang berjumlah 28 huruf berikut makharijul

hurufnya. Hal ini dikarenakan untuk bisa membaca Al-Qur'an, 90 %

ditentukan oleh penguasaan huruf hijaiyyah dan selebihnya 10 % lagi

sisanya seperti tanda baca, hukum dan lain–lain.

2) Menguasai tanda baca (a, i, u atau disebut fathah, kasrah, dan dhommah).

3) Menguasai isyarat baca seperti panjang, pendek, dobel (tasydid), dan

seterusnya

4) Menguasai hukum-hukum tajwid seperti cara baca dengung, samar, jelas

dan sebagainya.

5) Latihan yang istiqamah dengan seorang guru yang ahli.40

Sedangkan menurut Zakiyah Daradjat dalam bukunya yang berjudul

Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, bahwa yang paling penting dalam

pengajaran Al-Qur‟an ialah “Mengenal keterampilan membaca Al-Qur‟an

dengan baik dan sesuai dengan kaidah yang disusun dalam ilmu tajwid.

Selanjutnya latihan dan pembiasaan pengucapan huruf dengan makhrajnya

yang benar pada tingkat permulaan, yang akan membantu dan mempermudah

mengajarkan tajwid”.41

Dari beberapa uraian di atas yang paling terpenting agar dapat membaca

Al-Qur‟an terlebih dahulu yaitu seorang anak harus dapat mengenal huruf-

huruf hijaiyah dan terus praktek bagaimana cara pengucapan makhraj yang

baik dan benar, kemudian selalu berlatih membaca Al-Qur‟an di rumah oleh

seorang guru yang ahli atau mahir dalam membaca Al-Qur‟an.

40

http://agussyafii.blogspot.com/2008/09/cara mudah belajar membaca al-quran 41

Zakiyah Draradjat, dkk, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2004), Ed-2, Cet ke-3…h. 93

Page 41: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

27

Selain itu, untuk mempermudah siswa dalam melaksanakan belajar

membaca Al-Qur‟an, hendaknya dipenuhi fasilitas dan sarananya seperti, alat-

alat untuk mengaji, misalnya: Al-Qur‟an, buku-buku ilmu tajwid, kursi, meja

dan sebagainya, hal-hal tersebut memungkinkan siswa dapat terkesan untuk

selalu belajar membaca Al-Qur‟an.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Siswa Membaca Al-

Qur’an

1. Motivasi

Motivasi adalah dorongan atau kekuatan dari dalam diri seseorang

yang mendorong orang untuk bertingkah lakuatau berbuat sesuatu

untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Berupa suatu kebutuhan, tujuan,

cita-cita atau suatu hasrat/keinginan yang merupakan daya penggerak

dari dalam diri untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu dalam

mencapai suatu tujuan.42

Macam-macam motivasi

a. Motivasi Intrinsik

Motivasi yang berasal dari diri siswa itu sendiri atau tidak adanya

rangsangan dari luar. Misalnya siswa yang gemar membaca Al-

Qur‟an, tidak perlu adanya orang yang menyuruh atau mendorongnya.

Karena siswa ingin sekali menguasai pelajaran Al-Qur‟an.

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi yang pendorongnya diluar kaitan atau tidak adan

hubungannya dengan nilai yang terkandung di dalam objek atau

tujuan pekerjaannya. Misalnya siswa mau membaca Al-Qur‟an karena

takut kepada guru atau karena ingin memperoleh nilai baik dan

sebagainya.43

2. Pola Latihan

a. Sikap

42

M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman

Ilmu Jaya, 1993), Cet ke-1, h. 128. 43

M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 82

Page 42: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

28

Sikap (Attitude) sebagai suatu kecenderungan untuk mereaksikan

suatu hal, orang atau benda dengan suka, tidak suka atau acuh tak

acuh. Bisa dengan tiga kemungkinan, yaitu suka (menerima atau

senang) mempelajari Al-Qur‟an, tidak suka (menolak atau tidak

senang) dengan pelajaran Al-Qur‟an, dan sikap acuh tak acuh.

b. Minat

Minat (Interest) kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan

mengingat sesuatu secara terus menerus. Minat ini erat kaitannya

dengan perasaan senang, karena itu dapat dikatakan minat terjadi

karena sikap senag terhadap pelajaran Al-Qur‟an. Siswa yang senang

pelajaran Al-Qur‟an berarti sikapnya senang kepada pelajaran Al-

Qur‟an.44

4. Metode Belajar Membaca Al-Qur’an

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa “Metode adalah

cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan guna

mencapai tujuan yang telah ditentukan”.45

Seiring dengan itu, Mahmud Yunus

mengatakan “Metode adalah jalan yang hendak ditempuh oleh seseorang

supaya sampai kepada tujuan tertentu, baik dalam lingkungan perusahaan, atau

perniagaan, maupun dalam kupasan ilmu pengetahuan dan lainnya”.46

Jadi metode pembelajaran Al-Qur‟an adalah suatu cara yang sistematis

guna memudahkan guru untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan yaitu

supaya siswa bisa atau kompeten membaca Al-Qur‟an dengan lancar dan

sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.

Pada saat masyarakat mulai merasakan kebutuhan akan belajar Al-Qur‟an,

maka para pakar sekaligus para pemerhati pembelajaran A-Qur‟an melakukan

upaya-upaya untuk mencari solusi agar belajar membaca Al-Qur‟an menjadi

lebih mudah dan diminati. Seiring dengan perkembangan zaman, sejak

44

Ibid…h. 84 45

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, 1995), Ed. 2, cet ke-4, h. 652-653 46

Mahmud Yunus, Ilmu Mengajar, (Jakarta: Pustaka Mahmudiyah, 1954), Cet ke-I, h. 90

Page 43: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

29

pertengahan abad 19, banyak metode-metode pengajaran baca Al-Qur‟an.

Mulai dari yang dianggap klasik seperti al-baghdady, kemudian dilanjutkan

dengan metode yang bernama qiro‟ati, dan sebagainya. Metode-metode

tersebut disusun secara sistematis dan diupayakan mencakup materi-materi

yang dibutuhkan, terdiri dari beberapa jilid dan setiap jilid memiliki tahapan

serta target kemampuan yang terencana.

Keberhasilan suatu program, terutama pengajaran dalam proses belajar

mengajar tidak terlepas dari pemilihan metode. Pada sekarang ini begitu

banyaknya metode belajar membaca Al-Qur‟an yang digunakan, yang

tujuannya untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa. Diantaranya yaitu:

a) Metode Al-Baghdady

Metode Baghdady berasal dari Baghdad Irak. Metode Al-Baghdady adalah

metode tersusun (tarkibiyah), maksudnya yaitu suatu metode yang tersusun

secara berurutan dan merupakan sebuah proses ulang atau lebih kita kenal

dengan metode alif, ba‟, ta‟. Metode ini adalah metode yang paling lama

muncul dan metode yang pertama berkembang di Indonesia.

Cara pembelajaran metode ini adalah:

- Hafalan

- Eja

- Modul

- Tidak variatif

- pemberian contoh yang absolut

b) Metode Hattaiyyah

Adalah suatu metode pengajaran membaca Al-Qur‟an dengan pendekatan

pengenalan huruf Arab, tanda baca melalui huruf latin.

c) Metode Al-Barqi

Metode ini sifatnya bukan mengajar namun mendorong, disini siswa

dianggap telah memiliki persiapan dengan pengetahuan yang tersedia. Siswa

membuka atau melihat peraga/papan tulis, tidak dalam keadaan kosong.

Karena sudah punya kesiapan, maka siswa hanya membaca, memisah,

memilih dan memandu sendiri.

d) Metode Iqro’

Page 44: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

30

Metode iqro‟ ini disusun oleh Ustadz As‟ad Human yang berdomisili di

Yogyakarta. Metode Iqro‟ adalah suatu metode membaca Al-Qur‟an yang

menekankan langsung pada latihan membaca. Adapun buku panduan iqro‟

terdiri dari 6 jilid di mulai dari tingkat yang sederhana , tahap demi tahap

sampai pada tingkatan yang sempurna.

Model pengajaran metode iqro‟ yaitu, a) Cara Belajar Siswa Aktif

(CBSA), guru tak lebih hanya sebagai penyimak, bukan penuntun bacaan, b)

Privat, guru menyimak seorang dengan seorang, c) Asistensi, yaitu jika guru

tidak mencukupi, murid yang mahir bisa turut membantu mengajar murid-

murid yang lainnya.47

e) Metode Jibril

Metode ini ditemukan oleh KH. M. Bashori Alwi (dalam Taufiqur-

Rohman) sebagai pencetus metode jibril, bahwa dasar metode jibril bermula

dengan membaca satu ayat atau lanjutan ayat atau waqaf, lalu ditirukan oleh

seluruh orang-orang yang mengaji. Sehingga mereka dapat menirukan bacaan

guru dengan pas.

Istilah metode jibril yang digunakan sebagai nama dari pembelajaran Al-

Qur‟an yang diterapkan di Pendidikan Ilmu Al-Qur‟an (PIQ) Singosari

Malang, adalah dilatarbelakangi perintah Allah SWT kepada Nabi Muhammad

SAW untuk mengikuti bacaan Al-Qur‟an yang telah diwahyukan melalui

malaikat Jibril. Dalam pelaksanaannya metode Jibril menempuh dua tahap, yaitu tahqiq dan

tartil.

1) Tahap tahqiq adalah pembelajaran Al-Qur‟an dengan pelan dan

mendasar.Tahap ini dimulai dengan pengenalan huruf dan suara, hingga

kata dan kalimat. Tahap ini memperdalam artikulasi (pengucapan)

terhadap sebuah huruf dengan tepat dan benar sesuai dengan makhraj dan

sifat-sifat huruf.

2) Tahap tartil adalah pembelajaran membaca Al-Qur‟an dengan durasi

sedang dan bahkan cepat sesuai dengan irama lagu. Tahap ini dimulai

dengan pengenalan sebuah ayat atau beberapa ayat yang dibacakan guru,

lalu ditirukan oleh para santri secara berulang-ulang. Disamping

pendalaman artikulasi (pengucapan), dalam tahap tartil juga diperkenalkan

praktek hukum-hukum ilmu tajwid seperti: bacaan mad, waqaf, dan

ibtida‟, hukum nun mati dan tanwin, hukum mim mati, dan sebagainya.48

f) Metode Qira’ati

Metode Qiro‟ati disusun oleh Ustadz H. Dahlan Salim Zarkasy pada tahun

1986. Metode ini ialah membaca Al-Qur‟an yang langsung memasukkan dan

47

Tombak Alam, Metode Membaca Menulis Al-Qur‟an 5 Kali Pandai, (Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 1995), .134 48

http://idb4.wikispaces.com/file/view/ur4001.pdfIQ,2005

Page 45: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

31

mempraktekkan bacaan tartil sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Dan dalam

metode qira‟ati ini telah mempunyai beberapa macam strategi, yaitu;

1. Strategi mengajar umum (global)

a. Individu atau privat yaitu santri bergiliran membaca satu persatu.

b. Klasikal Individu yaitu sebagian waktu digunakan guru/ustadz untuk

menerangkan pokok pelajaran secara klasikal.

c. Klasikal baca simak yaitu strategi ini digunakan untuk mengajarkan

membaca dan menyimak bacaan Al-Qur‟an orang lain.

2. Strategi mengajar khusus (detil)

Dalam strategi ini mengajarkannya secara khusus atau detil. Dalam

Strategi ini agar berjalan dengan baik maka perlu di perhatikan syarat-

syaratnya. Dan strategi ini meng-ajarkannya secara khusus atau detil.

Dalam mengajar-kan metode qiro‟ati ada I sampai VI yaitu:

a. Jilid I

Ilid I adalah kunci keberhasilan dalam belajar membaca Al-Qur'an.

Apabila Jilid I lancar pada jilid selanjutnya akan lancar pula, guru

harus memperhatikan kecepatan santri.

b. Jilid II

Jilid II adalah lanjutan dari Jilid I yang disini telah terpenuhi target

Jilid I.

c. Jilid III

Jilid III adalah setiap pokok bahasan lebih ditekankan pada bacaan

panjang (huruf mad).

d. Jilid IV

Jilid ini merupakan kunci keberhasilan dalam bacaan tartil dan

bertajwid.

e. Jilid V

Jilid V ini lanjutan dari Jilid IV. Disini diharapkan sudah harus mampu

membaca dengan baik dan benar

f. Jilid VI

Jilid ini adalah jilid yang terakhir yang kemudian dilanjutkan dengan

pelajaran Juz 27.49

Prinsip-prinsip pengajaran Al-Qur‟an pada dasarnya bisa dilakukan

dengan bermacam-macam metode. Pada umumnya metode-metode yang

dilakukan oleh seorang guru dalam mengajar membaca Al-Qur‟an adalah

Metode Musyafahah, „Ardul Qiro‟ah (Sorogan), dan Metode Mengulang-

ngulang Bacaan.

1. Metode Musyafahah (adu lidah), yaitu guru membaca terlebih dahulu,

kemudian disusul oleh siswa. dengan metode ini, guru dapat menerapkan

cara membaca huruf dengan benar melalui lidahnya. Siswa juga akan

49

http://darussalam-comunity.blogspot.com

Page 46: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

32

dapat melihat dan menyaksikan langsung praktik keluarnya huruf dari

lidah guru untuk ditirukannya. Metode ini diterapkan oleh nabi SAW pada

kalangan sahabat.

2. Metode „Ardul Qiro‟ah (sorogan), yaitu siswa membaca di depan guru,

sedangkan guru menyimaknya. Metode ini dipraktikkan oleh Rasulullah

SAW bersamaan dengan malaikat Jibril pada setiap tes bacaan Al-Qur‟an

di bulan Ramadhan.

3. Guru Mengulang-ngulang Bacaan (metode drill), sedangkan siswa

menirukannya kata perkata, kalimat perkalimat juga secara berulang-ulang

sehingga terampil dan benar.50

Dari ketiga metode ini, metode yang banyak diterapkan dikalangan siswa

pada masa kini ialah metode kedua, karena dalam metode ini terdapat sisi

positifnya yaitu, aktifnya murid dalam membaca atau dapat disebut juga

dengan Cara belajar Siswa Aktif. Untuk tahap awal pembaca Al-Qur‟an, yaitu

proses pengenalan huruf-huruf hijaiyah kepada anak-anak pemula, maka

metode yang tepat adalah metode yang pertama. Sehingga siswa mampu

mengekspresikan bacaan huruf-huruf hijaiyah secara tepat dan benar.

sedangkan metode ketiga cocok untuk mengajar siswa dalam menghafal Al-

Qur‟an.

H. Hafni Ladjid, menjelaskan bahwa tujuan unsur pokok Al-Qur‟an lebih

banyak menyangkut ranah cognitive dan psychomotor, seperti dalam membaca

Al-Qur‟an dengan benar dan baik sesuai dengan ilmu tajwid, menghafal,

menerjemahkan dan mengartikan dan memahami isi kandungan ayat-ayat Al-

Qur‟an. Sehingga metode yang ditekankan adalah: Metode Drill (latihan),

Metode Demonstrasi, Metode Ceramah, Metode Tanya jawab, dan Metode

Resitasi.51

a. Metode Drill/Latihan

Metode Drill/latihan adalah suatu cara penyampaian bahan pengajaran

dalam bentuk latihan-latihan khusus dalam rangka mengembangkan

keterampilan tertentu dikalangan peserta didik. Penerapan metode ini adalah

sebagai berikut:

50

Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis dan Mencintai Al-Qur‟an,

(Jakarta: Gema Insani, 2006), Cet ke-3, h. 81 51

Hafni Ladjid, Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi,

Jakarta: PT. Ciputat Pres Group, 2005, h. 32.

Page 47: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

33

1. Dilakukan dalam KBM Individual/privat atau Klasikal kelompok privat,

dan dapat dipadukan atau disertai metode ceramah, tanya jawab atau

pemberian tugas.

2. Bahan pengajaran yang sesuai dengan metode latihan ini ialah pengajaran

Iqro, Tadarus, Materi Hafalan, Ilmu Tajwid, Praktek Shalat, Tahsinul

Khitabah dan sebagainya.52

b. Metode Demonstrasi

Metode Demonstrasi adalah suatu cara penyampaian bahan untuk

disaksikan dan ditiru oleh peserta didik. Penerapan metode ini adalah sebagai

berikut:

1. Dapat dilakukan dalam KBM Klasikal maupun KBM Individual, dan

dapat dipadukan atau disertai metode ceramah (dalam rangka penjelasan

lisan), metode latihan atau metode pemberian tugas.

2. Bahan pengajaran yang sesuai dengan penggunaan metode ini adalah,

Bacaan Iqro, Bacaan Tadarus, Ilmu Tajwid, dan sebagainya.53

c. Metode Ceramah

Metode ceramah adalah suatu cara penyampaian bahan pengajaran dalam

bentuk penuturan atau penerangan lisan oleh guru terhadap peserta didik.

Praktik penerapannya adalah sebagai berikut:

1. Dilakukan pada saat KBM Klasikal awal, atau Klasikal akhir. Sebaiknya

didukung oleh alat Bantu berupa gambar, bagan atau sketsa, alat peraga

dan alat bantu lainnya.

2. Dapat divariasikan dengan kemasan seni BBM (Bermain, Bercerita dan

Menyanyi) atau dipadukan dengan metode tanya jawab.

3. Bahan pengajarannya yang dapat disajikan dengan metode ceramah pada

umumnya adalah bahan pengajaran yang menuntut pemahaman dan

pembentukan sikap, seperti Materi Adab (Doa dan Adab Harian), Ilmu

Tajwid, Pengajaran Shalat dan sebagainya.

d. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah suatu cara penyampaian bahan pengajaran

melalui proses tanya jawab. Siapa yang bertanya dan siapa yang menjawab, hal

ini perlu diatur dengan baik agar KBM berjalan efektif dan efisien.

Penerapannya adalah sebagai berikut:

1. Metode ini dapat diterapkan pada saat individual atau pada saat

pendekatan klasikal kelompok privat. Bisa juga pada klasikal akhir, sesuai

situasi dan kondisinya, dan dapat digunakan untuk semua bahan

pengajaran.

2. Pola interaksi tanya jawab dapat dilakukan dengan bervariasi:

52

U. Syamsudin MZ, Panduan Kurikulum dan Pengajaran Taman Kanak-kanak Al-

Qur‟an (TKA) Taman Pendidikan Al-Qur‟an (TPA), (Jakarta: PT LPPTKA BKPRMI Pusat,

2006), Edisi Revisi, h. 60 53

Ibid... h. 58

Page 48: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

34

Guru bertanya dan siswa menjawabnya secara perorangan. Lalu guru

memberi pengarahan atau pengembangan seperlunya. Atau,

Siswa dirangsang untuk bertanya atau membuat pertanyaan.

Minat peserta didik untuk berani bertanya dan berani menjawab atau

mengemukakan pendapatnya dapat dirangsang dengan pemberian

“hadiah pujian” bagi anak yang berani tampil bertanya dan anak yang

bisa memberi jawaban dengan benar. dan bilamana perlu disediakan

hadiah khusus.

e. Metode Resitasi/Pemberian Tugas

Metode pemberian tugas adalah suatu cara penyampaian bahan pengajaran

dalam bentuk pemberian tugas tertentu dalam rangka mempercepat target

pencapaian tujuan pengajaran dan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Penerapan metode ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat dilakukan pada saat KBM Klasikal kelompok privat. Tugas tersebut

sewaktu-waktu dapat berupa PR, tugas ini diperuntukkan bagi siswa yang

dinilai lambat dalam memenuhi target pencapaian pengajarannya.

2. pemberian tugas dapat berupa petunjuk lisan atau tertulis, misalnya berupa

soal-soal yang harus dicari sendiri jawabannya, tugas menyalin bahan

tulisan dan sebagainya.54

Dalam pembelajaran Al-Qur‟an metode merupakan faktor dominan dalam

menentukan berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar. Oleh karena itu,

pendidik diharapkan dapat memberikan metode yang cocok dan efektif dalam

pengajaran Al-Qur‟an agar tidak mengalami kesulitan dan dapat mencapai tujuan

pengajaran dengan seefektif mungkin.

Metode dalam suatu pembelajaran mempunyai peranan sangat penting

dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran. Keragaman atau banyaknya

metode dalam pembelajaran tentulah bukan untuk membuat kita bingung

dalam memutuskan pemilihan. Sebaliknya, justru dengan semakin banyaknya

metode yang diangkat oleh para pakar pendidikan akan dapat lebih

memudahkan kita sebagai pendidik dalam memilih metode yang tepat guna.

Dalam kegiatan belajar mengajar, guru tidak harus terpaku dengan

menggunakan satu metode, tetapi guru sebaiknya menggunakan metode yang

bervariasi agar jalannya pengajaran tidak membosankan, tetapi menarik

perhatian anak didik. Tetapi juga penggunanaan metode yang bervariasi tidak

54

Ibid…h. 61

Page 49: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

35

akan menguntungkan kegiatan belajar mengajar bila penggunaannya tidak

tepat dan sesuai dengan situasi dan kondisi psikologis anak didik.

D. Peran dan Tugas Guru PAI

a. Pengertian Guru PAI

Dalam dunia pendidikan guru adalah sosok manusia yang mempunyai

tanggung jawab berat dan besar, yaitu membawa siswanya pada suatu taraf

kematangan tertentu. Guru merupakan salah satu faktor pendidikan yang

sangat berperan, karena guru itulah yang akan bertanggung jawab dalam

upaya membina dan membimbing perilaku anak didik guna pembentukan

pribadinya, terlebih-lebih guru agama, karena mempuyai tanggung jawab

terhadap pembinaan sikap siswa yang sesuai dengan ajaran agama Islam yang

bertanggung jawab kepada Allah.

Menurut Undang-undang Sisdiknas, “Pendidik (guru) merupakan tenaga

professional yang bertugas merencanakan, melaksanakan proses

pembelajaran, memahami hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan

pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,

terutama bagi pendidik perguruan tinggi”.55

Sedangkan guru atau pendidik menurut Dra. Hj. Nur Uhbiyati adalah

“Orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan

kepada anak didik dalam perkembangan jasamani dan rohaninya agar

mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk

Allah, khalifah di permukaan bumi, sebagai makhluk sosial dan sebagai

individu yang sanggup berdiri sendiri”.56

Selanjutnya pengertian pendidikan agama Islam menurut Aat Syafaat TB

sebagaimana yang dikutip oleh Sahilun A. Nasir, yaitu:

55

Departemen Pendidikan Nasional, Undang-undang Pendidikan Nasional, (Jakarta: CV.

Tamita Utama, 2004), h. 22.

Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998), Cet. Ke-

2, h. 65. 56

Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998), Cet. Ke-2,

h. 65.

Page 50: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

36

Suatu usaha yang sistematis dan pragmatis dalam mendidik anak didik

yang beragama Islam dengan cara sedemikian rupa, sehingga ajaran-

ajaran Islam itu benar-benar dapat menjiwai, menjadi bagian yang

integral dalam dirinya. Yakni, ajaran Islam itu benar-benar dipahami,

diyakini kebenarannya, diamalkan menjadi pedoman hidupnya, menjadi

pengontrol terhadap perbuatan, pemikiran dan sikap mental.

Lebih lanjut Aat Syafaat TB menjelaskan pendidikan agama Islam yaitu

“Usaha yang berupa pengajaran, bimbingan dan asuhan terhadap anak agar

kelak selesai pendidikannya dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan

agama Islam, serta menjadikannya sebagai jalan kehidupan baik pribadi

maupun kehidupan masyarakat”.57

Sedangkan Prof. DR. Ramayulis merumuskan bahwa pendidikan agama

Islam sebagai berikut, Pendidikan agama Islam yaitu upaya sadar dan

terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,

menghayati, mengimani, bertakwa berakhlak mulia, mengamalkan

ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur‟an dan Al-

Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran latihan, serta

penggunaan pengalaman.58

Jadi dari beberapa pengertian di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan

bahwa guru pendidikan agama Islam ialah orang yang bertanggung jawab atau

orang yang mempunyai tugas mengajar dan membimbing serta melatih siswa

tentang pendidikan agama Islam dalam kehidupan sehari-hari baik bagi

pribadi, masyarakat, bangsa dan Negara. Adapun guru agama Islam yang

penulis maksud dalam pembahasan ini yaitu seseorang yang berprofesi

sebagai pengajar sub bidang studi agama Islam di SMP Islam Al-Ikhlas

Cipete Jakarta Selatan.

b. Peran Guru Agama

Seorang guru dalam melaksanakan aktivitas keguruannya memiliki banyak

peran yang harus dilaksanakan. Diantaranya dalam kegiatan belajar mengajar

57

Aat Syafaat. Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah Kenakalan Remaja

(Juvenile Delinquency), (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), Ed-I…h. 15-16. 58

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet.

Ke-4, h. 21.

Page 51: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

37

dimana seorang guru sangat memiliki pengaruh yang besar sekali terhadap

keberhasilan kegiatan belajar mengajar, agar tujuan pendidikan dapat terwujud

dengan baik.

Menurut Drs. M. Uzer Usman, peranan guru dalam kegiatan belajar

mengajar adalah “Terciptanya tingkah laku yang saling berkaitan yang

dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan

perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa menjadi tujuannya”.59

Peranan dan kompetensi guru dalam proses belajar mengajar meliputi

banyak hal sebagaimana yang dikemukakan oleh Uzer Usman, sebagai

berikut:

1) Informator

Guru sebagai informator yaitu guru menjadi sumber informasi bagi murid

baik dalam kegiatan akademik maupun umum.

2) Mediator dan Fasilitator

Guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup

tentang media pendidikan, karena media pendidikan merupakan alat

komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Dengan

demikian media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang

bersifat melengkapi dan dan merupakan bagian integral demi berhasilnya

proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.60

Lebih lanjut Sadirman A, M, dalam bukunya yang berjudul Interaksi dan

Motivasi Belajar Mengajar menjelaskan bahwa “Guru sebagai fasilitator, yaitu

guru memberikan fasilitas dan kemudahan dalam proses belajar mengajar.

Misalnya dengan menciptakan suasana belajar mengajar yang sedemikian rupa,

serasi dengan perkembangan siswa, sehingga interaksi belajar mengajar akan

berlangsung secara efektif”.61

3) Directur

Yaitu guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar

mengajar siswa sesuai tujuan yang dicita-citakan.

59

Muhammad Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya,

1994), Cet. Ke-8, h. 4 60

Ibid…h. 9-10 61

Sadirman A, M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2004), Cet. Ke-11, h. 145

Page 52: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

38

4) Demonstrator

Guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang

akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti

meningkatkan kemampuannya dalam hal ini ilmu yang dimilikinya.

5) Motivator

Hendaknya guru berusaha untuk menimbulkan, memelihara dan

meningkatkan motivasi anak untuk belajar. Seiring dengan itu Uzer Usman

menjelaskan ada empat hal yang dapat dilakukan guru dalam memberikan

motivasi, yaitu:

1. Membangkitkan dorongan kepada siswa untuk belajar.

2. Menjelaskan secara konkrit kepada siswa apa yang dapat dilakukan

pada akhir pengajaran.

3. Memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai sehingga dapat

merangsang prestasi yang lebih baik.

4. Membentuk kebiasaan belajar yang baik.62

Syaiful Bahri Djamarah menjelaskan peranan guru dalam proses belajar

mengajar sebagai motivator yaitu “Guru hendaknya dapat mendorong anak

didik agar bergairah dan aktif belajar, dalam upaya memberikan motivasi,

guru dapat menganalisis motif-motif yang melatarbelakangi anak didik malas

belajar dan menurun prestasinya di sekolah”.63

Sedangkan Dr. Wina Sanjaya, M.Pd, menjelaskan bahwa agar proses

pengajaran menjadi optimal, maka peran guru diantaranya yaitu;

1) Guru sebagai Sumber Belajar

Peran sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi

pelajaran. Bisa kita menilai baik atau tidaknya seseorang guru hanya dari

penguasaan materi pelajaran.

2) Guru sebagai Fasilitator

Sebagai fasilitator guru dituntut agar mempunyai kemampuan dalam

berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa. Hal ini sangat penting,

kemampuan berkomunikasi secara efektif dapat memudahkan siswa

menangkap pesan sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar mereka.

3) Guru sebagai Pengelola

Sebagai pengelola pembelajaran (learning manajer), guru berperan dalam

menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara

nyaman. Melalui pengelolaan kelas guru juga dapat menjaga kelas agar tetap

kondusif untuk terjadinya proses belajar seluruh siswa.

62

Muhammad Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional…h. 11-12 63

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2000), Cet ke-I, h.

Page 53: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

39

4) Guru sebagai Demonstrator

Peran guru sebagai demonstrator adalah peran untuk mempertunjukkan

kepada siswa segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan

memahami setiap pesan yang disampaikan.

5) Guru sebagai Pembimbing

Guru sebagai pembimbing, yaitu guru harus dapat membimbing dan

mengarahkan kegiatan belajar mengajar siswa sesuai dengan tujuan yang

dicita-citakan.64

Sebagai pembimbing dalam proses pembelajaran, ini berarti guru dituntut

untuk mampu memberikan bimbingan belajar kepada siswanya. Tujuan

bimbingan secara umum adalah membantu murid-murid agar mendapat

penyesuaian yang baik dalam situasi belajar, sehingga setiap murid dapat

belajar dengan efisien sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

Untuk jelasnya tujuan pelayanan bimbingan belajar dirinci sebagai berikut:

1. Memberikan cara-cara belajar yang efisien dan efektif bagi seorang anak

atau kelompok anak.

2. Menunjukkan acara-cara mempelajari dan menggunakan buku pelajaran.

3. Memberikan informasi (sarana dan petunujuk) bagi yang memanfaatkan

perpustakaan.

4. Menunjukan cara-cara menghadapi kesulitan belajar dalam bidang studi

tertentu.65

Siswa adalah individu yang unik. Keunikan itu dapat dilihat dari adanya

perbedaan. Walaupun secara fisik mungkin memiliki kemiripan, tetapi pada

hakikatnya mereka tidaklah sama, baik dalam bakat, minat, kemampuan dan

sebagainya. Perbedaan itulah yang menuntut guru harus berperan sebagai

pembimbing. Membimbing siswa agar dapat menemukan potensi yang

dimilikinya sebagai bekal hidup mereka. Membimbing siswa agar dapat

mencapai dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka, sehingga

dengan ketercapaian itu ia dapat tumbuh berkembang sebagai manusia ideal

yang menjadi harapan setiap orang tua dan masyarakat.

64

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,

(Jakarta: PT. Kencana, 2006), Ed- I, Cet ke-5, h. 21-26 65

Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), Cet

ke-I, h. 105

Page 54: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

40

6) Guru sebagai Motivator

Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai motivasi

dalam belajar. Oleh sebab itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar

siswa. Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif

mengembangkitkan motivasi belajar siswa, yaitu dengan cara:

a. Memperjelas tujuan yang ingin dicapai

b. Membangkitkan minat siswa

c. Menciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar

d. Berilah pujian yang wajar terhadapsetiap keberhasilan siswa

e. Berikan penilaian

f. Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa

g. Ciptakan persaingan dan kerja sama.66

Dalam proses pembelajaran, motivasi merupakan salah satu aspek dinamis

yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi rendah

bukan berarti oleh kemampuannya yang rendah tetapi dikarenakan tidak

adanya motivasi untuk belajar sehingga ia tidak berusaha untuk mengerahkan

segala kemampuannya. Dengan demikian dapat dikatakan siswa yang

berprestasi rendah belum tentu disebabkan oleh kemampuannya yang rendah

pula, tetapi mungkin disebabkan oleh tidak adanya dorongan atau motivasi.

7) Guru sebagai Evaluator

Sebagai evaluator, guru berperan untuk mengumpulkan data atau

informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan. Yang

mempunyai fungsi untuk menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai

tujuan yang telah ditentukan atau menentukan keberhasilan siswa dalam

menyerap materi kurikulum, dan untuk menentukan keberhasilan guru dalam

melaksanakan seluruh kegiatan yang telah diprogramkan.67

Sebagai seorang guru hendaknya harus memiliki kemampuan dan terampil

dalam melaksanakan penilaian, karena dengan penilaian guru dapat

mengetahui prestasi yang dicapai siswa setelah melaksanakan proses belajar ,

dan dengan penilaian juga dapat memotivasi seorang guru untuk mengajar

lebih maksimal lagi.

66

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan…h. 29-

30 67

Ibid…h. 31-32

Page 55: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

41

c. Tugas Guru Agama

Salah satu faktor yang paling menentukan dalam proses pembelajaran di

kelas adalah guru. Tugas guru yang paling utama adalah Mengajar dan

mendidik. Sebagai pengajar guru merupakan peranan aktif (medium) antara

peserta didik dengan ilmu pengetahuan. Secara umum dapat dikatakan bahwa

tugas dan tanggungjawab yang harus dilaksanakan oleh guru adalah mengajak

orang lain berbuat baik. Tugas tersebut identik dengan dakwah islamiyah yang

bertujuan mengajak umat Islam untuk berbuat baik. Di dalam Al-Qur‟an Ali

Imran ayat 104 Allah berfirman:

“Dan hendaklah di antara kamu segolongan umat yang menyeru

kepada kebaikan, menyeru kepada yang ma‟ruf dan mencegah dari

yang mungkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung.”68

Guru agama tidak hanya bertugas melaksanakan pendidikan Agama

dengan baik, akan tetapi guru agama juga harus bisa memperbaiki pendidikan

agama yang terlanjur salah diterima oleh anak didik, baik dalam keluarga, dan

pembinaan kembali terhadap pribadi anak.

Menurut Slameto dalam bukunya Belajar dan Faktor-faktor yang

Mempengaruhinya menerangkan bahwa tugas guru adalah “a) mendidik

dengan titik berat memberikan arah motivasi pencapaian tujuan baik jangka

pendek maupun jangka panjang, b) memberikan fasilitas pencapaian tujuan

pengalaman belajar yang memadai, c) membantu perkembangan aspek-aspek

pribadi seperti sikap, nilai-nilai dan penguasaan diri”.69

Sedangkan menurut Heri Jauhari Muhtar dalam bukunya “Fiqih

Pendidikan”, mengatakan bahwa secara umum tugas pendidik atau guru yaitu:

68

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Jakarta: Toha Putra, 1989), h.

93 69

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Memengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta

2003), Cet. Ke-4, h.97.

Page 56: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

42

1) Mujaddid, yaitu sebagai pembaharu ilmu, baik dalam teori maupun

praktek, sesuai dengan syariat Islam;

2) Mujtahid yaitu sebagai pemikir yang ulung; dan

3) Mujahid yaitu sebagai pejuang kebenaran.70

Sedangkan Uzer Usman menjelaskan beberapa tugas guru diantaranya:

a. Tugas Propesional

Tugas profesianal yaitu tugas yang berkenaan dengan profesi tugas guru,

yang meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan

dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Lebih lanjut ia menjelaskan mengajar

berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada

siswa, dalam hal ini guru berprofesi untuk dapat melaksanakan tugasnya

dengan baik maka seorang guru hendaknya memahami segala aspek pribadi

anak didiknya, baik segi jasmani maupun segi rohani. Guru hendaknya

mengenal dan memahami tingkat perkembangan anak didik.71

Di samping memahami siswa, guru juga harus mengenal dan memahami

dirinya, agar terhindar dari konflik yang berhubungan dengan tugasnya seperti

frustasi dan ketidakmampuan menyesuaikan dirinya, sehingga ia dapat

memahami dan membantu siswa dengan sebaik-baiknya.

b. Tugas Kemanusiaan

Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan

dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati sehingga ia

menjadi idola para siswaanya. Pelajaran apapun yang diberikan, hendaknya

dapat menjadi motivasi bagi siswanya dalam belajar. Bila seorang guru dalam

penampilannya sudah tidak menarik, maka kegagalan pertama adalah ia tidak

akan dapat menanamkan benih pengjarannya itu kepada para siswanya. Para

siswa enggan menghadapi guru yang tidak menarik (rapih). Pelajaran tidak

dapat diserap sehingga setiap lapisan masyarakat dapat mengerti bila

menghadapi guru.Pelajaran tidak dapat serap sehingga

c. Tugas Kemasyarakatan

Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormmat di

lingkungannya karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat

memperoleh pengetahuan. Ini berarti bahwa guru berkewajiban untuk

mencerdaskan kemajuan masyarakat dan bangsa ini, dengan kata lain bahwa

guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia

Indonesia seutuhnya yang berdasarkan pancasila.72

70

Heri Jauhari Muhtar, Fiqih Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Cet

ke-I, h. 155 71

Muhammad Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional… h. 6 72

Ibid…h. 6-7

Page 57: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

43

Adapun menurut Abu Ahmad, tugas professional guru agama adalah

sebagai berikut:

1. Guru harus dapat menetapkan dan merumuskan tujuan instruksional dan

target yan hendak dicapai.

2. Guru agama harus memilik pengetahuan yang cukup mengenai berbagai

metode mengunakan dalam situasi yang sesuai.

3. Guru agama harus dapat memilih bahan dan mempergunakan alat-alat

pembantu dan menciptakan kegiatan yang dilakukan anak didik dalam

pengalaman kaifiyah pelajaran agama tersebut.

4. Guru agama harus dapat menetapkan cara-cara penilaian setiap hasil sesuai

dengan target dan situasi yang khusus. Adapun yang dinilai adalah apa

yang dilakukan anak didik setelah menerima pelajaran agama.73

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan walaupun pada dasarnya

tugas pokok guru ada dua, yaitu medidik dan mengajar siswa di sekolah, tetapi

untuk menciptakan pengajaran dan pendidikan yang lebih baik, seorang guru

dituntut untuk professional dalam tugasnya seperti menciptakan suasana

pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis serta memberi

teladan yang baik kepada siswa maupun masyarakat disekitarnya dan

sebagainya.

d. Peran Guru PAI dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Al-Qur’an

Kata peran atau role dalam kamus oxford dictionary diartikan: Actor‟s

part; one‟s task or function. Yang berarti aktor; tugas seseorang atau fungsi.74

Sedangkan Istilah peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai

arti pemain sandiwara (film), tukang lawak pada permainan makyong,

perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di

masyarakat.75

Ketika istilah peran digunakan dalam lingkungan pekerjaan, maka

seseorang yang diberi (atau mendapatkan) sesuatu posisi, juga diharapkan

73

Abu Ahmad, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Bandung: Amrico,1986), h. 100. 74

The New Oxford Illustrated Dictionary, ( Oxford University Press, 1982), 1466. 75

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 854

Page 58: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

44

menjalankan perannya sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pekerjaan

tersebut.

Begitu pula seorang guru sangat berperan dalam mengatasi kesulitan siswa

dalam membaca Al-Qur‟an atau proses pembelajaran di sekolah, dengan

adanya peran guru diharapkan dapat memberikan segala pengajaran dan

pembinaan dengan pendidikan yang belum dapat dipahami dan dimengerti

oleh siswa.

Peran yang dilakukan oleh guru PAI dalam mengatasi kesulitan membaca

Al-Qur‟an di sekolah SMP Islam al-khlas diantaranya yaitu:

1. Memberikan bimbingan bagaimana cara melafazkan huruf-huruf hijaiyyah

dengan benar sesuai dengan makharijul hurufnya.

2. Pembinaan dalam membaca Al-Qur‟an, yaitu dengan cara menerapkan

metode pengajaran sebagai berikut:

a) Metode Individu atau Privat

Metode ini dilakukan yaitu dengan cara siswa Al-Ma‟arif satu persatu.

Al-Ma‟arif yaitu suatu kurikulum pembelajaran Al-Qur‟an yang

diajarkan di SMP Islam ini. Pembelajaran Al-Ma‟arif memiliki 6 jilid,

dengan rincian sebagai berikut:

Jilid I : Siswa belajar mengenal huruf-huruf hijaiyyah

Jilid II : Mengenal huruf sambung dan bacaan panjang pendek

(mad thabi‟i)

Jilid III : Mengenal huruf panjang pendek dengan 4-5 harakat (mad

wajib, mad jaiz dan sebagainya)

Jilid IV : Mengenal hukum nun mati dan mim mati

Jilid V : Mengenal mad „arid lissukun

Jilid VI : Praktek membaca juz „amma

b) Metode Klasikal

Metode ini diterapkan pada sebagian waktu yang digunakan guru

untuk menerangkan pokok pelajaran secara klasikal, yaitu menjelaskan

ilmu tajwid dengan metode ceramah dan mengulang-ngulang hukum

bacaan tajwid dengan benar.

Page 59: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

45

c) Penerapan Ilmu Tajwid

Metode ini diterapkan oleh guru kepada siswa yang sudah lancar

dalam membaca Al-Qur‟an, yaitu dengan cara siswa membaca satu

ayat kemudian dijabarkan hukum tajwidnya.

3. Mengevaluasi serta mementoring bacaan siswa

Setiap jam pelajaran Al-Qur‟an siswa diwajibkan untuk membaca Al-

Ma‟arif satu per satu, kemudian guru menilainya dari segi tajwid,

makhorijul huruf atau kefasihannya dan setiap siswa memiliki lembar

mentoring baca Al-Qur‟an yang telah di handle oleh 2 orang guru dalam 1

kelas.

4. Hafalan Juz „Amma

Hafalan juz „amma bertujuan melatih siswa agar dapat mengucapkan

makhorijul huruf dan hukum bacaan tajwid dengan benar.76

76

Abdullah,Guru pelajaran Al-Qur‟an SMP Islam Al-Ikhlas, Wawancara, Jakarta,

24/02/2011.

Page 60: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

46

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete-Jakarta

Selatan mulai 24 Februari 2011 sampai dengan 21 Maret 2011

B. Metode Penelitian

Untuk memudahkan pengumpulan data, fakta dan informasi yang akan

mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian tentang

Peran Guru PAI dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Al-Qur’an, penulis

melaksanakan penelitian lapangan dengan menggunakan metode

“Deskriptif Analisis”.

Jenis penelitian lapangan dimaksud agar dapat memperoleh fakta, data

dan informasi yang lebih obyektif dan akurat mengenai peran guru PAI

yang dilakukan dalam mengatasi kesultan membaca Al-Qur’an di sekolah

SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan.

C. Populasi dan Sampel

Adapun populasi target dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa/i SMP

Islam Al-Ikhlas, kelas VII, VIII, dan IX yang berjumlah 425 orang siswa.

Sedangkan populasi terjangkau yaitu siswa kelas VII dan kelas VIII, yang

berjumlah 272 orang siswa. Dari populasi terjangkau tersebut, penulis

mengambil sample 15 % (41 orang).

Page 61: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

47

Selanjutnya dalam menentukan sample penelitian, penulis

menggunakan teknik Random Sampling (pengambilan secara acak).

Penulis mengambil berdasarkan absensi siswa dengan memilih nomor

yang ganjil siswa.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan empat teknik

penelitian, yaitu:

1. Observasi/ Pengamatan

Dalam metode ini, penulis melihat dan mengamati secara langsung

keadaan sekolah di SMP Islam Al-Ikhlas dan kegiatan pembelajaran Al-

Qur’an yang dilaksanakan seminggu satu kali pertemuan (2 jam pelajaran).

Observasi ini dilakukan untuk mendapatkan data mengenai keadaan dan

kegiatan pembelajaran Al-Qur’an yang diterapkan di SMP Islam Al-

Ikhlas.

2. Wawancara

Wawancara penulis lakukan dengan bentuk wawancara terstruktur

dengan pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar pertanyaan

yang akan ditanyakan. Dalam hal ini penulis melakukan wawancara

dengan guru Al-Qur’an SMP Islam Al-Ikhlas berkenaan dengan kesulitan

siswa dalam membaca Al-Qur’an dan beberapa siswa.

3. Angket

Angket diberikan kepada seluruh responden penelitian sebanyak 41

orang siswa. Angket yang disebarkan kepada responden berbentuk angket

tertutup atau terstruktur dengan alternativ jawaban yang telah disediakan.

Teknik angket dilakukan untuk mendapatkan data tentang “Peran Guru

Pendidikan Agama Islam Dalam Menghadapi Kesulitan Siswa Membaca

Al-Qur’an”.

Page 62: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

48

4. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data

yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Studi dokumentasi yang

penulis lakukan adlah dengan mengumpulkan data berupa profil sekolah,

keadaan guru, karyawan, siswa, hasil mentoring bacaan siswa dan hasil

nilai raport mata pelajaran Al-Qur’an siswa SMP Islam Al-Ikhlas. Nilai

raport tersebut penulis gunakan untuk melihat kemampuan siswa dalam

pelajaran Al-Qur’an.

E. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian adalah alat ukur yang digunakan dalam

penelitian sebagai alat pengumpulan data. Instrument penelitian yang

digunakan untuk memperoleh data mengenai permasalahan yang dihadapi

siswa dalam kesulitan membaca Al-Qur’an. Instrument yang digunakan

dalam penelitian ini berupa angket yang terdiri dari 19 butir soal untuk

mengukur peran guru pendidikan agama islam dan 16 butir soal untuk

mengukur kesulitan siswa dalam membaca Al-Qur’an.

Kemudian instrument non tes dalam bentuk wawancara diperuntukan

kepada guru pendidikan agama Islam yang digunakan untuk mempertajam

informasi mengenai permasalahan yang dihadapi siswa dalam membaca

Al-Qur’an, dan upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan

membaca Al-Qur’an melalui angket.

Page 63: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

49

Tabel I

KISI-KISI ANGKET PERAN GURU PAI DALAM MENGATASI

KESULITAN SISWA MEMBACA AL-QUR’AN

Variabel Dimensi Indikator No. Item

Pertanyaan

Jumlah

Item

1. Kesulitan

dalam

membaca

Al-Qur’an

Faktor yang

mempe-

ngaruhi

kemampuan

siswa dalam

membaca

Al-Qur’an

1.1. Melafalkan

huruf-huruf

hijaiyah

(makharijul

huruf)

1.2. Pengetahuan

tentang ilmu

tajwid

1.3. Kelancaran

membaca Al-

Qur’an

1.4. Minat dan

motivasi

dalam

membaca Al-

Qur’an

1. Kemampuan dalam mengucapkan

makharijul huruf

1. Pengetahuan tentang hukum

bacaan izhar

2. Pengetahuan tentang hukum

bacaan ikhfa

3. Pengetahuan tentang hukum

bacaan idghom

4. Pengetahuan tentang hukum

bacaan iqlab

1. Kemampuan membaca Al-Qur’an

dengan tenang dan teratur (tartil)

2. Senang membaca Al-Qur’an

setiap hari

3. Senang mengikuti pelajaran Al-

Qur’an

1. Minat dalam membaca Al-Qur’an

2. Orang tua memberikan motivasi

dan bimbingan dalam belajar

membaca Al-Qur’an

3. Senang mengulang kembali

pelajaran Al-Qur’an di rumah

27

23-24

25-26

29

28

21

20

33

32

30-31

34

1

2

2

1

1

1

1

1

1

2

1

Page 64: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

50

4. Senang mengerjakan tugas yang

diberikan guru

35 1

2. Peran guru

PAI dalam

mengatasi

kesulitan

membaca

Al-Qur’an

2.1 Guru sebagai

pembimbing

2.2. Guru sebagai

motivasi

4.3. Guru sebagai

evaluator

4.4. Guru sebagai

mediator

1. Guru memberikan bantuan

kepada siswa dalam belajar Al-

Qur’an

2. Guru membimbing siswa dalam

pengucapan huruf-huruf hijaiyah

dengan benar

1. Guru menyuruh siswa untuk

mengulangi pelajaran di rumah

2. Guru memberikan pujian dan

hadiah kepada siswa

3. Guru memberikan motivasi

kepada siswa

4. Guru memberikan kesempatan

kepada siswa untuk melafazkan

contoh hukum bacaan tajwid

5. Guru memberi sanksi kepada

siswa

6. Guru menegur siswa

1. Guru bertanya kepada siswa

2. Guru memberikan tugas kepada

siswa

3. Guru memberikan penilaian

kepada siswa

1. Guru menggunakan media dalam

belajar Al-Qur’an

2. Media belajar Al-Qur’an yang

memadai

1

2-3

4

5-6

7-8

9

11-12

10,16

13

14,17

15

18

19

1

2

1

2

2

1

2

2

1

2

1

1

1

Page 65: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

51

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah diperoleh berdasarkan angket yang diberikan kepada

siswa, kemudian diolah dalam bentuk table dengan menggunakan teknik

deskriptif persentase. Dari angket yang telah terkumpulkan kemudian

diolah dengan tahapan sebagai berikut:

a. Editing, yaitu memeriksa jawaban-jawaban responden untuk

diteliti, telaah dan dirumuskan. Pada tahap ini penulis mengecek

kembali kelengkapan dan kebenaran pengisisn angket agar

terhindar dari kekeliruan atau kesalahan, yaitu dengan memilih

angket yang diisi dengan lengkap dan menyisihkan yang tidak

lengkap.

b. Tabulating, yaitu perhitungan statistik sederhana. Dengan cara

menstabulasikan atau memindahkan jawaban responden dalam

table kemudian dicari persentase untuk dianalisa dan

dipersentasekan.

Untuk menganalisa data, yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisa deskriptif, yaitu teknik menganalisa data dengan cara

mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul dan

telah diolah dengan tujuan untuk membuat deskriptif atau gambaran secara

sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat yang

diteliti. Teknik yang digunakan adalah teknik persentase, dengan rumus:

F

P = X 100%

N

Ket:

P = Persentase

F = Frekuensi yang sedang dicari presentasenya

N = Jumlah populasi yang ada

Page 66: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

52

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum

SMPI Al-Ikhlas didirikan oleh Almarhum Bapak Rusli pada tanggal 05 Juli

1988 di atas tanah seluas 2.382 m2, yang beralamat di Jl. Cipete III No. 6–8,

Cilandak Jakarta Selatan. Sekolah ini berada di bawah yayasan Masjid Al-Ikhlas

Cipete dan terakreditasi dengan nilai A1. Sekarang SMP Islam Al-Ikhlas telah

ditetapkan menjadi “Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)” dengan SK.

DEPDIKNAS No. 1880/C3/Ds/2008.

Adapun tujuan akademik SMPI Al-Ikhlas ini adalah 1) Untuk meningkatkan

kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual siswa. 2) Siswa memiliki

karakteristik salimul aqidah, shahihul ibadah dan musqaful fikri. 3)

Mengakomodasi keberagaman potensi siswa dan lebih mendekatkan pendidikan

pada dunia riil.1

1. Visi dan Misi

Visi SMP Islam Al-IKhlas adalah “Menjadikan Sekolah Islam Berwawasan

Global Yang Melahirkan Siswa Cerdas dan Berakhlak”. Sedangkan misi SMP

Islam Al-Ikhlas, diantaranya yaitu:

1. Melaksanakan pembelajaran secara efektif dengan kurikulum nasional

yang terintegrasi dengan muatan Islam.

2. Melaksanakan pembelajaran agama Islam yang berkualitas.

1 Buku pedoman SMP Islam Al-Ikhlas, h. 1

Page 67: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

53

3. Mengembangkan dan membina potensi siswa dalam bidang non akademik

(ekstrakurikuler).

4. Melaksanakan bimbingan pembinaan kepribadian siswa yag Islami.

5. Melahirkan siswa yang mampu mengenali potensi diri dan mampu

menghadapi tantangan.

6. Menciptakan lingkungan sekolah yang bernuansa Islami.

7. Menciptakan brand image positif di masyarakat;

8. Menyediakan SDM yang unggul dalam belajar.2

2. Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa

Sekolah ini memiliki 33 guru dengan kategori 20 guru tetap/PNS dan 13 guru

bantu. 20 guru tetap terdiri dari 19 guru berpendidikan S1 dan 1 guru

berpendidikan D1. Adapun 13 guru bantu terdiri dari 12 guru berpendidikan S1

dan 1 guru berpendidikan S2. Lebih lanjut dapat dilihat dalam tabel 2 point a.

Mengenai guru yang mengajar di SMP Islam Al-Ikhlas dapat dikatakan sudah

cukup baik, walaupun masih ada guru yang mengajar bukan pada bidangnya,

karena sebagian besar guru sudah mengajar pada bidang studi yang ditekuninya.

Seperti guru dalam bidang studi Al-Qur’an, akhir pendidikannya rata-rata dari

jurusan Pendidikan agama Islam, lebih jelasnya dapat di lihat pada lampiran 2.

Selanjutnya tenaga kerja atau karyawan SMP Islam Al-Ikhlas sebanyak 10

orang, 2 orang pendidikan SMP, 6 orang pendidikan SMA, 1 orang lulusan

sarjana muda (D3) dan 1 orang lulusan Sarjana (S1). Sedangkan siswa-siswi SMP

Al-Islam seluruhnya berjumlah 425 orang, yang terdiri dari 222 orang laki-laki

dan 203 orang perempuan, lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel 2 point b dan c.

2 Ibid...h. 1

Page 68: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

54

Tabel 2

Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa

a. Kualifikasi pendidikan, status, jenis kelamin, dan jumlah guru

No.

Tingkat

Pendidikan

Jumlah dan Status Guru

Jumlah GT/PNS GTT/Guru Bantu

L P L P

1. S2 1 1

2. S1 9 10 8 4 31

3. D1 1 1

Jumlah 9 11 9 4 33

b. Jumlah tenaga pendukung/karyawan dan kualifikasi pendidikannya

No. Tenaga Pendukung

Jumlah tenaga pendukung dan

Kualifikasi pendidikannya Jumlah

SMP SMA D3 S1

1. Tata Usaha 2 1 3

2. Perpustakaan 1 1

3. Penjaga sekolah 2 1 3

4. Keamanan 3 3

Jumlah 2 6 1 1 10

c. Jumlah keadaan siwa SMP Islam Al-Ikhlas

No. Kelas

A B C D E Jumlah

L P L P L P L P L P L P Jml

seluruhnya

1 VII 15 16 16 15 18 12 12 10 - - 73 63 136

2 VIII 16 13 15 14 13 15 16 12 12 10 72 64 136

3 IX 16 14 17 14 15 15 15 16 14 17 77 76 153

Jumlah 222 203 425

Page 69: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

55

3. Keadaan Sarana dan Prasarana

Sekolah SMP Islam Al-Ikhlas mempunyai sarana dan prasarana yang baik dan

memadai, membantu untuk kelancaran proses belajar mengajar, dengan sarana

dan prasarana yang sangat mencukupi murid dapat belajar dengan nyaman begitu

pula guru bisa mengajar dengan tenang. Dalam tabel 3 dan 4 menggambarkan

bentuk sarana dan prasarana yang ada di sekolah SMP Islam Al-Ikhlas.

Tabel 3

Sarana SMP Islam Al-Ikhlas

a. Data Ruang Belajar

No. Jenis Ruangan

(Inventaris) Jumlah Unit Kondisi

1. Perpustakaan 1 Baik

2. Lab. Biologi 1 Baik

3. Keterampilan 1 Baik

4. Multimedia 1 Baik

5. Kesenian 1 Baik

6. Lab. Bahasa 1 Baik

7. Lab. Komputer 1 Baik

8. Lab. Fisika 1 Baik

9. Serbaguna 1 Baik

10. Kelas 15 Baik

Page 70: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

56

d. Data Ruang Kantor

No. Jenis Ruangan

(Inventaris) Jumlah Unit Kondisi

1. Kepala Sekolah 1 Baik

2. Wakil Kepala Sekolah 1 Baik

3. Guru 1 Baik

4. Tata Usaha 1 Baik

5. Tamu 1 Baik

e. Data Ruang Penunjang

No. Jenis Ruangan

(Inventaris) Jumlah unit

Kondisi

1. Gudang 1 Baik

2. Dapur 1 Baik

3. Reproduksi 1 Baik

4. KM/WC Guru 1 Baik

5. KM/WC Siswa 1 Baik

6. BK 1 Baik

7. UKS 1 Baik

8. PMR/Pramuka 1 Baik

9. Osis 1 Baik

10. Ibadah 1 Baik

11. Ganti 1 Baik

12. Koperasi 1 Baik

13. Hall 1 Baik

14. Kantin 1 Baik

15. Pos Jaga 1 Baik

Dalam ruang penunjang seperti ruang ibadah (musholla), sangat berperan

dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Islam Al-Ikhlas, dengan adanya

musholla dapat dijadikan tempat praktek sholat berjama’ah, dan juga sebagai sarana

bagi siswa yang gemar membaca Al-Qur’an.

Page 71: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

57

Tabel 4

Prasarana SMP Islam Al-Ikhlas

a. Perabot Ruang Kelas (belajar)

No. Inventaris Jumlah Unit Kondisi

1. Meja siswa 420 Baik

2. Kursi Siswa 420 Baik

3. Al-mari + Rak buku/alat 12 Baik

4. Papan tulis 12 Baik

b. Perabot Ruang Belajar Lainnya

No. Ruang Inventaris Jumlah

Unit Kondisi

1. Perpustakaan Meja

Kursi

Almari+Rak buku/alat

40

40

10

Baik

2. Lab. IPA Meja

Kursi

Almari+Rak buku/alat

4

70

10

Baik

3. Lab. Bahasa Meja

Kursi

40

40 Baik

4. Lab. Komputer Meja

Kursi

40

40 Baik

5. Kesenian Meja

kursi

20

20 Baik

c. Perabot Ruang Kantor

No. Ruang Inventaris Jumlah

unit Kondisi

1. Kepala Sekolah Meja

Kursi

Almari+Rak buku/alat

1

1

1

Baik

2. Wk. Kep.Sek. Meja

Kursi

3

3 Baik

3. Guru Meja

Kursi

30

30 Baik

4. Tata Usaha Meja

Kursi

Almari+Rak buku/alat

3

7

4

Baik

5. Tamu Meja

Kursi

2

8 Baik

Page 72: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

58

d. Perabot Ruang Penunjang

No. Ruang Inventaris Jumlah

Unit

Kondisi

1. BK Meja

Kursi

Almari+Rak buku/alat

2

2

2

Baik

2. UKS Almari+Rak buku/alat 1 Baik

3. OSIS Meja

Kursi

Almari+Rak buku/alat

1

12

1

Baik

4. Gudang Almari+Rak buku/alat 4 Baik

5. Koperasi Meja

Kursi

Almari+Rak buku/alat

4

4

4

Baik

6. Pos jaga Meja

Kursi

1

3

Baik

Dari uraian tabel 3 dan 4 dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana yang

dimiliki sekolah SMP Islam Al-Ikhlas sudah sangat baik, hal ini terlihat dengan

banyaknya ruangan yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar serta adanya

ruangan penunjang salah satunya adalah tempat ibadah, yang dapat digunakan

untuk latihan sholat berjamaah dan sholat dhuha, semua ruangan dalam kondisi

baik.

4. Prestasi siswa

Begitu banyak jenis prestasi yang diraih oleh siswa SMP Islam Al-Ikhlas, baik

dari tingkat kabupaten/kota maupun tingkat propinsi dengan kategori sebagai

finalis, juara 1, 2 dan 3, lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.

Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa prestasi yang paling menonjol di SMP

Islam Al-Ikhlas yaitu dalam bidang Ilmu Teknologi (IT). Hal ini dapat di lihat dari

berbagai macam prestasi yang diraihnya rata-rata pada bidang IT atau komputer,

seperti dalam lomba pada tingkat kabupaten kompetisi komputer lazuardi dengan

kategori sebagai juara I, web design bakti idhata dengan kategori sebagai juara I

dan merakit komputer bakti idhata dengan kategori sebagai juara II.

Namun prestasi siswa dalam hal membaca Al-Qur’an belum begitu

dikembangkan, sehingga prestasi siswa dalam membaca Al-Qur’an kurang

berkembang.

Page 73: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

59

Tabel 5

Prestasi Siswa SMP Islam Al-Ikhlas

No. Nama Lomba

Tahun 2004/2005 Tahun 2005/2006

Tingkat Tingkat

Kab/Kota Propinsi Juara

ke:

Kab/Kota Juara

ke:

1. Pembuatan

Mading Al Azhar 3

2. Keberbakatan

Bahasa Indonesia 1 & 3

3. Olimpiade Sains Finalis

4. Kompetisi

Komputer Lazuardi 1

5. Kompetisi B.

Inggris

1

6. Puisi Al-Qur’an

Darul Ma’arif

2

7. Bid. Studi IPS

SMU Cikini

2

8. Listening &

Reading Percik

2

9. Web Design

Bakti Idhata

1

10. Merakit Komputer

Bakti Idhata

2

B. Pengolahan dan Analisa Data

Pada pembahasan sebelumnya penulis telah kemukakan bahwa salah satu

tekhnik pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui angket. Angket yang

penulis sebarkan adalah berjumlah 41 angket yang dibagikan kepad 41 siswa dari

272 siswa-siswi kelas VII dan VIII SMP Islam Al-Ikhlas sebagai sampel. Angket

yang penulis sebarkan terdiri dari 2 komponen pertanyaan yang berjumlah 35 item

pertanyaan yang disusun berdasarkan pokok penelitian dan indikator dari variabel

yang diteliti, yaitu mengenai Peran Guru PAI dalam Mengatasi Kesulitan

Membaca Al-Qur’an siswa.

Dari angket yang telah terkumpulkan kemudian diolah dengan tahapan sebagai

berikut:

Page 74: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

60

a. Editing, pada tahap ini penulis mengecek kembali kelengkapan dan

kebenaran pengisisn angket agar terhindar dari kekeliruan atau kesalahan.

Apabila ada angket yang tidak lengkap dalam pengisiannya maka penulis

bertanya kembali kepada responden yang bersangkutan untuk

menjawabnya.

b. Tabulating, yaitu perhitungan statistik sederhana. Dengan cara

menstabulasikan atau memindahkan jawaban responden dalam tabel

kemudian dicari persentase untuk dianalisa dan dipersentasekan dan

ditabulasikan ke dalam bentuk persentase kemudian diolah sehingga

diperoleh kesimpulan, hal ini dapat dilihat dan dijelaskan dalam analisis

secara keseluruhan.

Data yang telah terkumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan

distribusi frekuensi dengan rumus persentase sebagai berikut:

F

P = X 100

N

P = Presentase

F = Frekuensi jawaban responden

N= Jumlah sampel.

Analisis data

1. Peran Guru PAI

Tabel berikut ini mengemukakan data-data mengenai peran guru PAI di SMP

Islam Al-Ikhlas.

Tabel 6

Memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan

dalam membaca Al-Qur’an

No. Jawaban Frekuensi Persentase

1.

Selalu 17 42%

Sering 18 44%

Jarang 5 12%

Tidak pernah 1 2%

Jumlah 41 100%

Page 75: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

61

Tabel tersebut memberikan gambaran hampir setengah siswa (44%)

mengatakan bahwa guru PAI sering memberikan bantuan kepada siswa yang

mengalami kesulitan. Hampir setengah siswa (42%) mengatakan guru PAI selalu

memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca Al-

Qur’an, sebagian kecil siswa (12%) mengatakan jarang, dan tidak ada siswa (2%)

mengatakan bahwa guru PAI tidak pernah memberikan bantuan kepada siswa

yang mengalami kesulitan dalam membaca Al-Qur’an. Dengan demikian dapat

diambil kesimpulan bahwa guru PAI memberikan bantuan kepada siswa yang

mengalami kesulitan dalam membaca Al-Qur’an.

Tabel 7

Memberikan bimbingan dalam mengucapkan huruf-huruf hijaiyah

dengan bacaan yang benar

No. Jawaban Frekuensi Persentase

2.

Selalu 22 54%

Sering 15 36%

Jarang 4 10%

Tidak pernah 0 0%

Jumlah 41 100%

Dari tabel 7 di atas dapat diketahui bahwa setengah siswa (54%) mengatakan

bahwa guru PAI selalu memberikan bimbingan kepada siswa dalam mengucapkan

huruf-huruf hijaiyah dengan bacaan yang benar. Sebagian kecil siswa (36%)

mengatakan guru PAI sering memberikan bimbingan kepada siswa dalam

mengucapkan huruf-huruf hijaiyah dengan bacaan yang benar. Hampir tidak ada

siswa (10%) menjawab jarang, dan tidak ada siswa (0%) yang mengatakan bahwa

guru PAI tidak pernah memberikan bimbingan kepada siswa dalam mengucapkan

hurf-huruf hijaiyah dengan bacaan yang benar. Hal ini berarti guru PAI dapat

memberikan bimbingan kepada siswa dalam mengucapkan huruf-huruf hijaiyah

dengan bacaan yang benar dan itu sering dilakukan dalam mengajar Al-Qur’an.

Selanjutnya apakah guru mengucapkan huruf-huruf hijaiyah dengan fasih

dapat di lihat pada tabel 8. Hampir sebagian besar siswa (78%) menjawab bahwa

guru PAI selalu mengucapkan huruf-huruf hijaiyah dengan fasih. Hampir sebagian

Page 76: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

62

kecil siswa (17%) menjawab sering, hampir tidak ada siswa (5%) menjawab guru

PAI sering mengucapkan huruf-huruf hijaitah dengan fasih dan tidak ada siswa

(0%) yang menjawab bahwa guru PAI tidak pernah mengucapkan huruf-huruf

hijaiyah dengan fasih.

Tabel 8

Mengucapkan huruf-huruf hijaiyah dengan fasih

No. Jawaban Frekuensi Persentase

3.

Selalu 32 78%

Sering 7 17%

Jarang 2 5%

Tidak pernah 0 0%

Jumlah 41 100%

Dari uraian di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa guru PAI dapat

membimbing dan mengucapkan huruf-huruf hijaiyah dengan fasih dan benar, dan

hal itu selalu dilakukan dalam mengajar Al-Qur’an.

Tabel 9

Menyuruh untuk mengulangi pelajaran di rumah

No. Jawaban Frekuensi Persentase

4.

Selalu 19 46%

Sering 8 20%

Jarang 12 29%

Tidak pernah 2 5%

Jumlah 41 100%

Data tersebut menggambarkan setengah siswa (46%) menjawab bahwa guru

PAI selalu menyuruh kepada siswa untuk mengulangi pelajaran di rumah. Hampir

sebagian kecil siswa (29%) menjawab jarang, hampir sebagian kecil siswa (20%)

menjawab sering, dan hampir tidak ada siswa (5%) menjawab bahwa guru PAI

tidak pernah menyuruh siswa untuk mengulangi pelajaran di rumah. Hal ini berarti

Page 77: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

63

guru Al-Qur’an selalu menyuruh kepada siswa untuk mengulangi pelajaran di

rumah.

Tabel 10

Memberikan pujian kepada siswa

yang memperoleh nilai baik

No. Jawaban Frekuensi Persentase

5.

Selalu 15 36%

Sering 11 27%

Jarang 12 29%

Tidak pernah 3 8%

Jumlah 41 100%

Dari tabel 10 dapat di lihat bahwa sebagian kecil siswa (36%) menjawab

bahwa guru PAI selalu memberikan pujian kepada siswa yang memperoleh nilai

baik, hampir sebagian kecil siswa (29%) menjawab jarang, hampir sebagian kecil

siswa (27%) menjawab sering, dan hampir tidak ada siswa (8%) menjawab bahwa

guru PAI tidak pernah memberikan pujian kepada siswa yang memperoleh nilai

baik dalam membaca Al-Qur’an. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan

bahwa guru PAI senang memberikan pujian kepada siswa yang memperoleh nilai

baik sebagai motivasi bagi siswa yang kurang baik dalam membaca Al-Qur’an.

Tabel 11

Memberikan hadiah kepada siswa yang baik dalam membaca Al-Qur’an

No. Jawaban Frekuensi Persentase

6.

Selalu 1 2%

Sering 0 0%

Jarang 9 22%

Tidak pernah 31 76%

Jumlah 41 100%

Tabel 11 memberikan gambaran sebagian besar siswa (76%) menjawab bahwa

guru PAI tidak pernah memberikan hadiah kepada siswa yang baik dalam

membaca Al-Qur’an. Hampir sebagian kecil siswa (22%) menjawab jarang, dan

Page 78: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

64

tidak ada siswa (0%) menjawab bahwa guru PAI sering memberikan hadiah

kepada siswa yang baik dalam membaca Al-Qur’an. Dengan demikian dapat

ditarik kesimpulan bahwa guru kurang sekali dalam hal memberikan hadiah

kepada siswa yang baik dalam membaca Al-Qur’an.

Tabel 12

Memberikan dorongan untuk belajar Al-Qur’an dengan sungguh-sungguh

No. Jawaban Frekuensi Persentase

7.

Selalu 21 51%

Sering 14 34%

Jarang 6 15%

Tidak pernah 0 0%

Jumlah 41 100%

Tabel 12 di atas dapat diketahui bahwa setengah siswa (51%) menjawab

bahwa guru Al-Qur’an selalu memberikan dorongan untuk belajar Al-Qur’an

dengan sungguh-sungguh, sebagian kecil siswa (34%) menjawab sering, hampir

sebagian kecil siswa (15%) menjawab guru Al-Qur’an jarang memberikan

dorongan untuk belajar Al-Qur’an dengan sungguh-sungguh, dan tidak ada siswa

(0%) menjawab bahwa guru PAI tidak pernah tidak memberikan dorongan untuk

belajar Al-Qur’an dengan sungguh-sungguh.

Selanjutnya mengenai apakah guru memerintahkan siswa untuk membaca Al-

Qur’an setiap hari dapat dilihat dalam tabel 13. Hampir setegah siswa (44%)

menjawab guru PAI selalu memerintahkan siswa untuk membaca Al-Qur’an

setiap hari, hampir setengah juga (36% siswa) menjawab sering, hampir sebagian

kecil siswa (20%) menjawab jarang, dan tidak ada siswa (0%) menjawab bahwa

guru PAI tidak pernah tidak memerintahkan siswa untuk membaca Al-Qur’an

setiap hari.

Page 79: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

65

Tabel 13

Memerintahkan siswa untuk membaca Al-Qur’an setiap hari

No. Jawaban Frekuensi Persentase

8.

Selalu 18 44%

Sering 15 36%

Jarang 8 20%

Tidak pernah 0 0%

Jumlah 41 100%

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa mayoritas siswa menjawab

guru PAI selalu memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar membaca Al-

Qur’an dengan sungguh-sungguh dan selalu memerintahkan siswa untuk

membaca Al-Qur’an setiap hari. Dapat dikatakan juga bahwa guru memerintahkan

kepada siswa untuk membaca Al-Qur’an setiap hari merupakan suatu motivasi

agar siswa dapat belajar membaca Al-Qur’an dengan sungguh-sungguh.

Tabel 14

Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melafazkan contoh hukum

bacaan tajwid satu persatu

No. Jawaban Frekuensi Persentase

9.

Selalu 3 7%

Sering 4 10%

Jarang 22 54%

Tidak pernah 12 29%

Jumlah 41 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa setengah siswa (54%) menjawab bahwa

guru Al-Qur’an jarang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melafazkan

contoh hukum bacaan tajwid satu persatu, hampir sebagian kecil siswa (29%)

menjawab guru Al-Qur’an tidak pernah memberikan kesempatan kepada siswa

untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk melafazkan contoh hukum

bacaan tajwid satu persatu, hampir tidak ada siswa (10%) menjawab sering, dan

hampir tidak ada siswa (7%) menjawab bahwa guru Al-Qur’an selalu memberikan

kesempatan kepada siswa untuk melafazkan contoh hkum bacaan tajwid satu

Page 80: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

66

persatu. Jadi dapat disimpulkan bahwa guru Al-Qur’an kurang sekali memberikan

kesempatan kepada siswa untuk melafazkan contoh hkum bacaan tajwid satu

persatu .

Tabel 15

Menegur siswa jika tidak memperhatikan

pelajaran Al-Qur’an

No. Jawaban Frekuensi Persentase

10.

Selalu 28 68%

Sering 9 22%

Jarang 3 8%

Tidak pernah 1 2%

Jumlah 41 100%

Tabel 15 memberikan gambaran bahwa hampir sebagian besar siswa (68%)

menjawab guru Al-Qur’an selalu menegur siswa jika tidak memperhatikan

pelajaran Al-Qur’an, hampir sebagian kecil siswa (22%) menjawab sering, sedikit

sekali siswa (8%) menjawab jarang, dan hampir tidak ada siswa (2%) menjawab

bahwa guru Al-Qur’an tidak pernah menegur siswa yang tidak memperhatikan

pelajaran Al-Qur’an.

Selanjutnya apakah guru memberikan sanksi jika siswa tidak memperhatikan

pelajaran Al-Qur’an dapat di lihat pada tabel 16. Sebagian kecil siswa (37%)

menjawab bahwa guru Al-Qur’an selalu memberikan sanksi jika siswa tidak

memperhatikan pelajaran Al-Qur’an, hampir sebagian kecil siswa (29%)

menjawab jarang, hampir sebagian kecil siswa (27%) menjawab sering, dan

hampir tidak ada siswa (7%) menjawab bahwa guru tidak memberikan sanksi

kepada siswa yang tidak memperhatikan pelajaran Al-Qur’an.

Page 81: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

67

Tabel 16

Memberikan sanksi jika siswa tidak memperhatikan pelajaran Al-Qur’an

No. Jawaban Frekuensi Persentase

11.

Selalu 15 37%

Sering 11 27%

Jarang 12 29%

Tidak pernah 3 7%

Jumlah 41 100%

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa menyatakan

bahwa guru selalu menegur dan memberikan sanksi jika siswa tidak

memperhatikan pelajaran Al-Qur’an.

Tabel 17

Memberikan sanksi jika siswa tidak mengerjakan tugas

No. Jawaban Frekuensi Persentase

12.

Selalu 11 27%

Sering 15 37%

Jarang 12 29%

Tidak pernah 3 7%

Jumlah 41 100%

Tabel 17 dapat diketahui bahwa sebagian kecil siswa (37%) menjawab bahwa

guru Al-Qur’an sering memberikan sanksi jika siswa tidak mengerjakan tugas,

hampir sebagian kecil siswa (29%) siswa menjawab jarang, hampir sebagian kecil

(27%) siswa menjawab selalu dan hampir tidak ada siswa (7%) menjawab bahwa

guru Al-Qur’an tidak pernah memberikan sanksi jika siswa tidak mengerjakan

tugas. Hal ini dapat di tarik kesimpulan bahwa guru Al-Qur’an sering sekali

memberikan sanksi kepada siswa yang tidak memberikan tugas.

Page 82: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

68

Tabel 18

Bertanya kepada siswa tentang materi yang sudah diajarkan

sebelum memulai pelajaran

No. Jawaban Frekuensi Persentase

13.

Selalu 16 39%

Sering 10 24%

Jarang 11 27%

Tidak pernah 4 10%

Jumlah 41 100%

Tabel 18 menunjukkan bahwa sebagian kecil siswa (39%) menjawab bahwa

guru PAI selalu bertanya kepada siswa tentang materi yang sudah diajarkan

sebelum memulai pelajaran, hampir sebagian kecil siswa (24%) menjawab sering,

hampir sebagian kecil siswa (27%) menjawab jarang, dan sedikit sekali (10%)

siswa menjawab bahwa guru PAI tidak pernah bertanya kepada siswa tentang

materi yang sudah diajarkan sebelum memulai pelajaran. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa guru PAI suka bertanya kepada siswa tentang materi yang

sudah diajarkan sebelum memulai pelajaran baru.

Tabel 19

Memberikan tugas kepada siswa setelah kegiatan belajar mengajar selesai

No. Jawaban Frekuensi Persentase

14.

Selalu 10 22%

Sering 13 29%

Jarang 18 40%

Tidak pernah 4 9%

Jumlah 45 100%

Tabel di atas dapat ketahui bahwa hampir setengah siswa (40%) menjawab

guru Al-Qur’an jarang memberikan tugas kepada siswa setelah kegiatan belajar

mengajar selesai, hampir sebagian kecil siswa (29%) menjawab sering, hampir

sebagian kecil siswa (22%) menjawab guru Al-Qur’an selalu memberikan tugas

kepada siswa setelah kegiatan belajar mengajar selesai, dan hampir tidak ada

siswa (9%) menjawab tidak pernah. Dari sini dapat di ambil kesimpulan bahwa

Page 83: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

69

guru Al-Qur’an jarang sekali memberikan tugas kepada siswa setelah kegiatan

belajar mengajar selesai.

Tabel 20

Memberikan penilaian dalam setiap pelajaran Al-Qur’an

No. Jawaban Frekuensi Persentase

15.

Selalu 21 51%

Sering 15 37%

Jarang 5 12%

Tidak pernah 0 0%

Jumlah 41 100%

Data di atas menggambarkan setengah siswa (51%) menjawab bahwa guru Al-

Qur’an selalu memberikan penilaian dalam setiap pelajaran Al-Qur’an, hampir

sebagian kecil siswa (37%) menjawab sering, hampir tidak ada siswa (12%)

menjawab jarang dan tidak ada siswa (0%) yang menjawab bahwa guru Al-

Qur’an tidak pernah memberikan penilaian. Dari hasil ini dapat disimpulkan

bahwa Guru Al-Qur’an selalu memberikan penilaian dalam setiap pelajaran Al-

Qur’an berakhir, hal ini memotivasi siswa agar selalu mengerjakan tugas yang

diberikan oleh guru Al-Qur’an.

Tabel 21

Menegur siswa yang jarang hadir

No. Jawaban Frekuensi Persentase

16.

Selalu 14 34%

Sering 16 39%

Jarang 11 27%

Tidak pernah 0 0%

Jumlah 41 100%

Tabel ini menunjukkan bahwa sebagian kecil siswa (39%) menjawab bahwa

guru Al-Qur’an selalu menegur siswa yang jarang hadir, sebagian kecil siswa

(34%) menjawab sering, hampir sebagian kecil (27%) siswa menjawab guru Al-

Page 84: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

70

Qur’an jarang menegur siswa yang jarang hadir, dan tidak ada siswa (0%)

menjawab bahwa guru Al-Qur’an tidak pernah menegur siswa yang jarang hadir.

Dari sini dapat di ambil kesimpulan bahwa guru selalu menegur siswa yang

jarang hadir dalam pelajaran Al-Qur’an.

Tabel 22

Memberikan tugas yang bervariasi

No. Jawaban Frekuensi Persentase

17.

Selalu 3 7%

Sering 8 20%

Jarang 12 29%

Tidak pernah 18 44%

Jumlah 41 100%

Tabel 22 memberikan gambaran hampir setengah siswa (44%)

menjawab bahwa guru PAI tidak pernah memberikan tugas yang bervariasi

tiap siswa, hampir sebagian kecil siswa (29%) menjawab jarang, hampir

sebagian kecil siswa (20%) menjawab sering, dan hampir tidak ada siswa (7%)

menjawab guru PAI selalu memberikan tugas yang bervariasi tiap siswa.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa guru PAI tidak pernah

memberikan tugas yang bervariasi tiap siswa.

Tabel 23

Menggunakan media belajar untuk memperjelas penyampaian materi

No. Jawaban Frekuensi Persentase

18.

Selalu 3 7%

Sering 9 22%

Jarang 20 49%

Tidak pernah 9 22%

Jumlah 41 100%

Tabel di atas menggambarkan setengah siswa (49%) menjawab guru Al-

Qur’an jarang menggunakan media belajar untuk memperjelas penyampaian

Page 85: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

71

materi. Hampir sebagian kecil siswa (22%) menjawab sering, hampir sebagian

kecil siswa (22%) menjawab tidak pernah, dan hampir tidak ada siswa (7%)

menjawab guru Al-Qur’an selalu menggunakan media belajar untuk

memperjelas penyampaian materi. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan

bahwa mayoritas siswa menyatakan guru kurang sekali dalam menggunakan

media belajar untuk memperjelas penyampaian materi tentang pelajaran Al-

Qur’an.

Tabel 24

Penggunaan media dalam belajar Al-Qur’an

No. Jawaban Frekuensi Persentase

19.

Sangat memadai 8 20%

Cukup memadai 25 60%

Kurang memadai 8 20%

Tidak memadai 0 0%

Jumlah 41 100%

Tabel 24 menunjukkan bahwa hampir sebagian besar siswa (60%) menjawab

bahwa media yang digunakan dalam belajar Al-Qur’an sudah cukup memadai.

Hampir sebagian kecil siswa (20%) menjawab sangat memadai, hampir sebagian

kecil juga (20%) siswa menjawab kurang memadai, dan tidak ada siswa (0%)

menjawab penggunaan media dalam belajar Al-Qur’an tidak memadai. Hal ini

berarti media yang digunakan dalam belajar Al-Qur’an sudah cukup memadai

dalam meningkatkan pembelajaran Al-Qur’an.

Page 86: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

72

2. Kesulitan Siswa dalam Membaca Al-Qur’an

Tabel berikut ini adalah data-data mengenai kesulitan-kesulitan yang dihadapi

siswa dalam membaca Al-Qur’an

Tabel 25

Membaca Al-Qur’an setiap hari di rumah

No. Jawaban Frekuensi Persentase

20.

Selalu 1 2%

Sering 6 15%

Jarang 34 83%

Tidak pernah 0 0%

Jumlah 41 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa (83%) menjawab

jarang, yaitu siswa jarang membaca Al-Qur’an setiap hari di rumah. Hampir

sebagian kecil siswa (15%) siswa menjawab sering, hampir tidak ada siswa

(2%) menjawab selalu, dan tidak ada siswa (0%) menjawab tidak pernah tidak

membaca Al-Qur’an di rumah setiap hari. Dengan demikian dapat ditarik

kesimpulan bahwa mayoritas siswa menyatakan jarang sekali membaca Al-

Qur’an di rumah.

Tabel 26

Setiap membaca Al-Qur’an dengan tartil

No. Jawaban Frekuensi Persentase

21.

Selalu 3 8%

Sering 21 51%

Jarang 17 41%

Tidak pernah 0 0%

Jumlah 45 100%

Data di atas memberikan gambaran setengah siswa (51%) menjawab bahwa

sering membaca Al-Qur’an dengan bacaan tartil, hampir setengah siswa (41%)

menjawab jarang, hampir tidak ada siswa (8%) menjawab selalu membaca Al-

Qur’an dengan tartil, dan tidak ada siswa (0%) menjawab tidak pernah membaca

Page 87: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

73

Al-Qur’an dengan tartil. Hal ini berarti siswa apabila membaca Al-Qur’an

mereka sering membacanya dengan bacaan tartil.

Tabel 27

Senang mengikuti pelajaran Al-Qur’an

No. Jawaban Frekuensi Persentase

22.

Selalu 11 27%

Sering 18 44%

Jarang 12 29%

Tidak pernah 0 0%

Jumlah 41 100%

Dari data di atas dapat diketahui bahwa hampir setengah siswa (44%)

menjawab sering senang mengikuti pelajaran Al-Qur’an di sekolah, hampir

sebagian kecil siswa (29%) menjawab jarang, hampir sebagian kecil siswa

(27%) menjawab selalu dan tidak ada siswa (0%) yang menjawab tidak pernah

tidak senang mengikuti pelajaran Al-Qur’an di sekolah. Dari hasil ini maka

dapat disimpulkan bahwa mayoritas siswa senang mengikuti pelajaran Al-

Qur’an di sekolah.

Tabel 28

Kesulitan dalam mempelajari ilmu tajwid (Ikhfa dan Izhar)

No. pernyataan Jawaban F P

23. Kesulitan dalam membedakan hukum bacaan

izhar dengan hukum bacaan ikhfa

Selalu 10 24%

Sering 15 37%

Jarang 9 22%

Tidak pernah 7 17%

Jumlah 41 100%

24. Kesulitan dalam memberikan contoh hukum

izhar

Selalu 7 17%

Sering 14 34%

Jarang 12 29%

Tidak pernah 8 20%

Jumlah 41 100%

Page 88: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

74

25. Kesulitan dalam menghafal 15 huruf yang ada

di dalam hukum bacaan ikhfa

Selalu 5 12%

Sering 18 44%

Jarang 13 32%

Tidak pernah 5 12%

Jumlah 41 100%

26. Kesulitan dalam memberikan contoh hukum

ikhfa

Selalu 4 10%

Sering 19 46%

Jarang 12 29%

Tidak pernah 6 15%

Jumlah 41 100%

Dari data no. 23 di atas menunjukkan bahwa hampir setengah siswa (36%)

sering menemui kesulitan dalam membedakan hukum bacaan izhar dengan

hukum bacaan ikhfa, hampir sebagian kecil siswa (25%) menjawab sering

menemui kesulitan dalam membedakan hukum bacaan izhar dengan hukum

bacaan ikhfa, hampir sebagian kecil juga (25%) jarang menemui kesulitan, dan

hampir sebagian kecil siswa (17%) menjawab tidak pernah menemui kesulitan

dalam membedakan hukum bacaan izhar dengan hukum bacaan ikhfa.

Selanjutnya data no. 24 mengenai apakah siswa memenui kesulitan dalam

memberikan contoh hukum izhar, hampir setengah siswa (34%) sering menemui

kesulitan dalam memberikan contoh hukum izhar, sebagian kecil siswa (29%)

menjawab jarang, hampir sebagian kecil (20%) siswa menjawab tidak pernah

menemui kesulitan dalam memberikan contoh hukum izhar, hampir sebagian

kecil siswa (17%) menjawab bahwa selalu menemui kesulitan dalam

memberikan hukum izhar.

Sedangkan dalam data no. 25 menunjukkan bahwa setengah siswa (44%)

sering menemui kesulitan dalam menghafal 15 huruf yang ada di dalam hukum

bacaan ikhfa, sebagian kecil siswa (32%) menjawab jarang, hampir sebagian

kecil siswa (12%) menjawab selalu menemui kesulitan dalam menghafal 15

huruf yang ada di dalam hukum bacaan ikhfa, dan sebagian kecil siswa (12%)

menjawab tidak pernah menemui kesulitan dalam menghafal 15 huruf yang ada

di dalam hukum bacaan ikhfa.

Page 89: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

75

Dari data no. 26 dapat diketahui bahwa setengah siswa (46%) menjawab

sering menemui kesulitan dalam memberikan hukum ikhfa, hampir sebagian

kecil siswa (29%) menjawab jarang, hampir sebagian kecil siswa (15%)

menjawab tidak pernah menemui kesulitan dalam memberikan hukum ikhfa,

dan hampir tidak ada siswa (10%) menjawab selalu menemui kesulitan dalam

memberikan contoh hukum ikhfa.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hampir sebagian besar siswa

menemui kesulitan dalam membedakan hukum bacaan izhar dengan hukum

bacaan ikhfa, setengah siswa masih menemui kesulitan dalam memberikan

contoh hukum izhar, setengah siswa masih menemui kesulitan dalam menghafal

15 huruf yang ada dalam hukum bacaan ikhfa, dan setengah siswa menemui

kesulitan dalam memberikan hukum ikhfa. Dapat dikatan juga bahwa masih

kurangnya pemahaman siswa tentang ilmu tajwid.

Tabel 29

Menemui kesulitan dalam membedakan lafadz huruf أ dengan ع

No. Jawaban Frekuensi Persentase

27.

Selalu 4 10%

Sering 11 27%

Jarang 17 41%

Tidak pernah 9 22%

Jumlah 41 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa hampir setengah siswa (41%) jarang

menemui kesulitan dalam membedakan bunyi lafadz huruf أ dengan ع , hampir

sebagian kecil siswa (27%) menjawab sering, hampir sebagian kecil siswa (22%)

menjawab tidak pernah menemui kesulitan dalam membedakan lafadz huruf أ

dengan ع , dan hampir tidak ada siswa (10%) yang selalu menemui kesulitan

dalam membedakan lafadz huruf أ dengan ع . Dari gambaran tersebut dapat

disimpulkan bahwa jarang sekali siswa menemui kesulitan dalam membedakan

lafadz huruf huruf أ dengan ع yang dari pengucapannya agak sama.

Page 90: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

76

Tabel 30

Menemui kesulitan dalam melafalkan hukum bacaan Iqlab

No. Jawaban Frekuensi Persentase

28.

Selalu 1 2%

Sering 13 32%

Jarang 15 37%

Tidak pernah 12 29%

Jumlah 41 100%

Tabel di atas menggambarkan bahwa sebagian kecil siswa (37%) jarang

menemui kesulitan dalam melafadzkan hukum bacaan iqlab, sebagian kecil siswa

(32%) sering menemui kesulitan dalam melafadzkan hukum bacaan iqlab, hampir

sebagian kecil siswa (29%) tidak pernah menemui kesulitan dalam melafadzkan

hukum bacaan iqlab, dan hampir tidak ada siswa (2%) menjawab bahwa selalu

menemui kesulitan dalam melafadzkan hukum bacaan iqlab. Dari hasil ini dapat

disimpulkan bahwa jarang sekali siswa yang menemui kesulitan dalam

melafadzkan hukum bacaan iqlab.

Tabel 31

Menemui kesulitan tentang perbedaan

hukum bacaan idghom bigunnah dengan idghom bilagunnah

No. Jawaban Frekuensi Persentase

29.

Selalu 4 10%

Sering 14 34%

Jarang 12 29%

Tidak pernah 11 27%

Jumlah 45 100%

Tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian kecil siswa (34%) sering

menemui kesulitan tentang perbedaan hukum bacaan idghom bigunnah dengan

idghom bilagunnah, hampir sebagian kecil siswa (29%) jarang menemui

kesulitan tentang perbedaan hukum bacaan idghom bigunnah dengan idghom

bilagunnah, hampir sebagian kecil siswa (27%) tidak pernah menemui kesulitan

tentang perbedaan hukum bacaan idghom bigunnah dengan idghom bilagunnah,

Page 91: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

77

dan hampir tidak ada siswa (10%) menjawab selalu menemui kesulitan tentang

perbedaan hukum bacaan idghom bigunnah dengan idghom bilagunnah. Dengan

demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa mengerti tentang hukum bacaan

idghom bigunnah dengan idghom bilagunnah.

Tabel 32

Orang tua membimbing dalam belajar membaca Al-Qur’an

No. Jawaban Frekuensi Persentase

30.

Selalu 15 37%

Sering 17 41%

Jarang 8 20%

Tidak pernah 1 2%

Jumlah 41 100%

Tabel 32 dapat digambarkan bahwa hampir setengah siswa (41%) menjawab

bahwa orang tua sering membimbing mereka dalam membaca Al-Qur’an,

hampir setengah siswa (37%) menjawab selalu, hampir sebagian kecil siswa

(20%) menjawab orang tua jarang membimbing mereka dalam membaca Al-

Qur’an, dan hampir tidak ada siswa (2%) menjawab orang tua tidak pernah

membimbing mereka dalam membaca Al-Qur’an.

Selanjutnya tabel 33 mengenai apakah orang tua memberikan dorongan agar

siswa dapat belajar membaca Al-Qur’an dengan sungguh-sungguh, setengah

siswa (48%) menjawab selalu, hampir setengah siswa (37%) menjawab sering,

hampir sebagian kecil siswa (15%) menjawab jarang, dan tidak ada siswa (0%)

yang menjawab bahwa orang tua tidak pernah memberikan dorongan kepada

siswa agar belajar membaca Al-Qur’an dengan sungguh-sungguh.

Page 92: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

78

Tabel 33

Orang tua memberikan dorongan agar belajar membaca Al-Qur’an

dengan sungguh-sungguh

No. Jawaban Frekuensi Persentase

31.

Selalu 20 48%

Sering 15 37%

Jarang 6 15%

Tidak pernah 0 0%

Jumlah 41 100%

Dari uraian tabel 32 dan tabel 33 dapat ditarik kesimpulan bahwa banyaknya

orang tua siswa yang membimbing dan memberikan dorongan kepada anaknya

untuk selalu belajar membaca A-Qur’an dan bersungguh-sungguh dalam

mempelajarinya.

Tabel 34

Setelah faham tentang ilmu tajwid, minat semakin bertambah untuk

terus belajar membaca Al-Qur’an

No. Jawaban Frekuensi Persentase

32.

Selalu 3 7%

Sering 21 51%

Jarang 15 37%

Tidak pernah 2 5%

Jumlah 41 100%

Tabel di atas dapat diketahui bahwa setengah siswa (51%) minat mereka

sering bertambah setelah faham ilmu tajwid, hampir setengah siswa (37%)

menjawab minat mereka jarang bertambah setelah faham ilmu tajwid, hampir

tidak ada siswa (7%) menjawab selalu bertambah minatnya setelah faham ilmu

tahjwid, dan hampir tidak ada juga (5%) siswa menjawab bahwa minat mereka

tidak pernah bertambah untuk terus belajar ilmu tajwid walaupun mereka sudah

faham ilmu tajwid. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa minat siswa sering

bertambah untuk terus belajar Al-Qur’an setelah mereka memahami ilmu tajwid.

Page 93: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

79

Tabel 35

Senang mendengarkan penjelasan dari guru Al-Qur’an

tentang pelajaran ilmu tajwid

No. Jawaban Frekuensi Persentase

33.

Selalu 10 25%

Sering 17 41%

Jarang 13 32%

Tidak pernah 1 2%

Jumlah 41 100%

Tabel 35 menunjukkan hampir setengah siswa (44%) menjawab bahwa

mereka selalu mendengarkan penjelasan dari guru Al-Qur’an tentang pelajaran

ilmu tajwid, sebagian kecil siswa (31%) menjawab sering, hampir sebagian kecil

siswa (18%) menjawab jarang mendengarkan penjelasan dari guru Al-Qur’an

tentang pelajaran ilmu tajwid, dan hampir tidak ada siswa (7%) menjawab tidak

pernah mendengarkan penjelasan guru tentang pelajaran ilmu tajwid. Dengan

demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa selalu mendengarkan

penjelasan guru tentang ilmu tajwid.

Tabel 36

Mengulang kembali pelajaran Al-Qur’an yang sudah

dipelajari di sekolah

No. Jawaban Frekuensi Persentase

34.

Selalu 0 0%

Sering 3 7%

Jarang 32 78%

Tidak pernah 6 15%

Jumlah 41 100%

Tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa (78%) menjawab

jarang mengulang kembali pelajaran Al-Qur’an yang sudah dipelajari di

sekolah. Sedangkan yang menjawab tidak pernah mengulang kembali pelajaran

Page 94: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

80

Al-Qur’an yang sudah dipelajari di rumah hampir sebagian kecil siswa (15%).

Sedikit sekali siswa (7%) yang menjawab sering dan tidak ada siwa (0%)

menjawab selalu mengulang kembali pelajaran Al-Qur’an yang sudah dipelajari

di sekolah. Dari gambaran tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

siswa jarang sekali mengulang kembali pelajaran Al-Qur’an yang sudah

dipelajari di sekolah.

Tabel 37

Senang mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru Al-Qur’an

No. Jawaban Frekuensi Persentase

35.

Selalu 2 5%

Sering 13 31%

Jarang 18 44%

Tidak pernah 8 20%

Jumlah 41 100%

Data di atas menggambarkan hampir setengah siswa (44%) jarang mengerjakan

tugas yang diberikan oleh guru Al-Qur’an. Sebagian kecil siswa (31%) sering

mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru Al-Qur’an, hampir sebagian kecil

siswa (20%) menjawab bahwa mereka tidak pernah mengerjakan tugas yang

diberikan oleh guru Al-Qur’an, dan hampir tidak ada siswa (5%) yang selalu

mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru Al-Qur’an. Hal ini berarti siswa

jarang sekali mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru Al-Qur’an, hanya ada

5% siswa yang selalu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru Al-Qur’an.

C. Interpretasi data

Berdasarkan data keseluruhan yang telah diuraikan pada temuan penelitian,

dapat diketahui bahwa peran guru PAI sebagai pembimbing yaitu memberikan

bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar membaca Al-

Qur’an, hampir setengah siswa menjawab sering dengan persentase 43%, guru

membimbing siswa dalam pengucapan huruf-huruf hijaiyah dengan benar sebesar

54% (setengah siswa). Hal ini menyatakan bahwa peran guru PAI sebagai

pembimbing sudah cukup baik. Guru sebagai pembimbing dalam membaca Al-

Page 95: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

81

Qur’an adalah guru yang mempunyai tugas tanggung jawab agar siswa-siswinya

dapat membaca Al-Qur’an dengan benar, baik dari segi pengucapannya

(makharijul huruf) dan dari ilmu tajwidnya. Oleh sebab itu guru Al-Qur’an

seharusnya memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam

membaca Al-Qur’an.

Peran guru sebagai motivasi yaitu menyuruh siswa untuk mengulangi

pelajaran di rumah setegah siswa menjawab selalu persentase terbesar 46%, guru

memberikan pujian sebagian kecil siswa (36%) menyatakan selalu, guru

memberikan hadiah sebagian besar siswa (75%) menjawab guru Al-Qur’an tidak

pernah memberikan hadiah kepada siswa yang baik dalam membaca Al-Qur’an.

Guru memberikan dorongan untuk belajar Al-Qur’an, setengah siswa menjawab

selalu dengan persentase 51%. Guru selalu memerintahkan untuk membaca Al-

Qur’an setiap hari hampir setengah siswa (44%). Guru memberikan kesempatan

kepada siswa untuk presentasi sebagian kecil (29%) siswa menjawab jarang.

Sebagian besar (68%) guru selalu menegur siswa yang tidak memperhatikan,

sebagian kecil siswa (37%) guru selalu memberikan sanksi kepada siswa yang

tidak memperhatikan pelajaran. Sebagian kecil siswa (37%) guru sering memberi

sanksi kepada siswa yang tidak mengerjakan tugas. Hampir setengah siswa (41%)

guru sering menegur siswa yang jarang hadir. Hal ini membuktikan dari hasil

wawancara bahwa guru PAI hanya dapat memberikan dorongan atau motivasi

kepada siswa-siswinya dengan cara selalu memberikan nasehat kepada siswa agar

selalu membaca Al-Qur’an di rumah dengan sungguh-sungguh, mengajak siswa

untuk selalu fokus dalam memperhatikan pelajaran Al-Qur’an dan bagi yang belum

bisa membaca Al-Qur’an guru PAI juga menyarankan untuk privat membaca Al-

Qur’an di rumah. 3

Peran guru PAI sebagai evaluator yaitu untuk mengevaluasi, sebagian kecil

siswa menjawab selalu dengan persentase sebesar yaitu 36% guru memberikan

tugas kepada siswa setelah kegiatan belajar mengajar selesai. Guru Al-Qur’an

selalu memberikan penilaian dalam setiap pelajaran Al-Qur’an setengah siswa

(51%). Guru Al-Qur’an memberikan tugas yang bervariasi hamper setengah (44%)

siswa menjawab tidak pernah. Hal ini membuktikan hasil wawancara bahwa guru

PAI selalu mengevaluasi siswa dengan memberikan penilaian terhadap pelaksanaan

3Tri Wahyu Ningrum, Guru Al-Qur’an, Wawancara Pribadi, Cipete 28 Februari 2011.

Page 96: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

82

pembelajaran Al-Qur’an itu berdasarkan kemampuan siswa dalam membaca Al-

Qur’an.

Pengajaran yang dilakukan dalam SMP Islam Al-Ikhlas yaitu menggunakan

buku panduan Ma’arif. Dan siswa siswi selalu dimentoring dan diberi nilai baik

dari segi tartil, tajwid dan kefasihannya dalam setiap pertemuan pembelajaran Al-

Qur’an.

Peran guru PAI sebagai mediator yaitu apabila mengajar menggunakan media

atau alat mengajar untuk memperjelas penyampaian materi, setengah siswa dengan

persentase terbesar (49%) menjawab jarang, media yang digunakan dalam belajar

Al-Qur’an hamper sebagian besar (60%) siswa menjawab sudah cukup memadai.

Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dan dapat dipertanggungjawabkan

secara didaktis pedagogis, maka pengajaran Al-Qur’an yang efektif adalah

menggunakan alat peraga, bagan dan alat sebagainya dengan maksud memberikan

kejelasan yang dapat dimengerti dan dipahami oleh siswa. Dengan media yang ada,

diharapkan proses pengajaran terhindar dari verbalisme yaitu siswa hanya tahu

kata-kata yang diucapkan oleh guru tetapi tidak tahu maksudnya, sedangkan dalam

belajar membaca Al-Qur’an banyak sekali kata-kata yang kurang dimengerti oleh

siswa, seperti dalam pembelajaran makharijul huruf.

D. Pembahasan Terhadap Temuan Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diketahui bahwa peran guru PAI

dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an siswa di SMP Islam Al-Ikhlas

adalah sebagai pembimbing, motivator, evaluator dan mediator.

Adapun bimbingan yang diberikan oleh guru PAI dalam bentuk memberikan

bantuan kepada siswa yang menemui kesulitan dalam membaca Al-Qur’an serta

memberikan bimbingan kepada siswa dalam mengucapkan huruf-huruf hijaiyah

dengan benar dan fasih dapat dikatakan sudah baik, karena rata-rata siswa

memjawab guru selau membantu dan memberikan bimbingan kepada siswa yang

menemui kesulitan dalam membaca Al-Qur’an. Guru sebagai pembimbing dalam

hal memberikan bimbingan mengucapkan huruf hijaiyah dengan fasih sangat

berperan untuk mengatasi siswa yang menemui kesulitan dalam membaca Al-

Qur’an, agar siswa senantiasa dapat mengucapkan huruf-huruf hijaiyah

(makharijul huruf) dengan baik dan benar. Guru sebagai pembimbing dalam

proses pembelajaran, ini berarti guru dituntut untuk mampu memberikan

Page 97: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

83

bimbingan belajar kepada siswanya. Tujuan bimbingan secara umum adalah

membantu murid-murid agar mendapat penyesuaian yang baik dalam situasi

belajar, sehingga setiap murid dapat belajar dengan efisien sesuai dengan

kemampuan yang dimilikinya.4

Sedangkan peran guru sebagai motivator yaitu dalam bentuk menyuruh siswa

untuk mengulangi pelajaran Al-Qur’an di rumah 46% selalu dilakukan oleh guru

agar siswa dapat terlatih secara khusus dalam memahami ilmu tajwid. Kemudian

motivasi dalam bentuk memberikan pujian kepada siswa yang memperoleh nilai

baik 36% selalu dilakukan agar dapat merangsang siswa untuk terus bersaha

mengembangkan pengetahuannya dalam belajar membaca Al-Qur’an. Selanjutnya

motivasi dalam bentuk memberikan hadiah kepada siswa yang baik dalam

membaca Al-Quran 76% tidak pernah dilakukan, atau dapat dikatakan guru kurang

sekali dalam hal memberikan hadiah kepada siswa yang baik dalam membaca Al-

Qur’an. Sedangkan motivasi untuk selalu belajar membaca Al-Qur’an setiap hari di

rumah 44% selalu dilakukan oleh guru agar siswa terbiasa membaca Al-Qur’an di

luar jam belajar, yakni di rumahnya masing-masing di bawah pengawasan dan

bimbingan dari orang tua.

Dari uraian di atas mengenai peran guru PAI sebagi motivator dapat dikatakan

cukup baik, yaitu dengan memberikan dorongan agar siswa selalu belajar membaca

Al-Qur’an dengan sungguh-sungguh dan membacanya setiap hari di rumah,

sedangkan dalam bentuk materil kurang dilakukan. Keberhasilan sebuah proses

pembelajaran khususnya pendidikan formal ditentukan oleh banyak faktor, salah

satunya adalah interaksi antara siswa dan guru, selain materi pembelajaran yang

disampaikan, dorongan semangat dari guru ditambah dengan faktor kepribadian

guru juga sangat mempengaruhi dalam mendorong motivasi siswa demi

meningkatkan keberhasilan dalam belajar.

Peran guru sebagai evaluator yaitu dengan cara memberikan penilaian kepada

siswa untuk mengetahui apakah siswa sudah berhasil atau faham terhadap pelajaran

yang telah disampaikan. Peran guru sebagai evaluator dalam hal memberikan

kesempatan kepada siswa untuk memperagakan bacaan di depan kelas 54% atau

jarang sekali dilakukan dan dalam bentuk memberikan tugas kepada siswa setelah

4 Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), Cet ke-I,

h. 105

Page 98: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

84

kegiatan belajar mengajar selesai juga jarang sekali dilakukan oleh guru, karena

pada saat pelajaran berlangsung dengan sistem membaca Al-Ma’arif (buku

panduan belajar membaca Al-Qur’an SMP Islam Al-Ikhlas) secara individual,

siswa yang tidak dapat giliran membaca diberikan tugas oleh guru.5 Selanjutnya

dalam memberikan penilaian 51% selalu dilakukan dalam setiap pelajaran Al-

Qur’an dan 44% guru tidak pernah memberikan tugas yang bervariasi kepada

siswa. Hal ini dapat disimpulkan bahwa peran guru sebagai evaluator sudah cukup

baik, hanya dalam penyampaiannya terlalu monoton.

Selanjutnya dalam penggunaan media tentang pengajaran ilmu tajwid sebagian

kecil siswa (49%) mengatakan jarang dilakukan oleh guru. Untuk mendapatkan

hasil yang memuaskan dan dapat dipertanggungjawabkan secara didaktis

pedagogis, maka pengajaran Al-Qur’an yang efektif adalah menggunakan alat

peraga, bagan dan alat sebagainya dengan maksud memberikan kejelasan yang

dapat dimengerti dan dipahami oleh siswa. Dengan media yang ada, diharapkan

proses pengajaran terhindar dari verbalisme yaitu siswa hanya tahu kata-kata yang

diucapkan oleh guru tetapi tidak tahu maksudnya.

Sedangkan kesulitan yang dialami siswa adalah kurangnya pemahaman siswa

terhadap materi pelajaran tajwid, hal ini disebabkan karena siswa menganggap

bahwa materi yang diajarkan cukup sulit, akibatnya siswa tidak dapat membaca Al-

Qur’an dengan baik dan lancar. Selain itu kesulitan siswa dalam membaca Al-

Qur’an disebabkan oleh faktor intern atau dari dalam diri siswa itu sendiri dan

ekstern. Faktor intern meliputi, kurangnya semangat siswa untuk mengulang

kembali pelajaran Al-Qur’an di rumah, kurang membaca Al-Qur’an di rumah

dengan menggunakan kaidah ilmu tajwid dan jarang mengerjakan tugas yang

diberikan oleh guru al-Qur’an, sedangkan faktor ekstern meliputi, kurangnya

motivasi dan perhatian dari kedua orang, kurang mendapatkan pendidikan agama

sebelumnya baik pendidikan formal maupun non formal serta guru kurang melatih

murid-muridnya secara personal dalam pengucapan hokum bacaan tajwid.

5 Tri Wahyu Ningrum, Guru Al-Qur’an, Wawancara Pribadi.

Page 99: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

85

Guru adalah pejuang bagi peradaban dunia pendidikan. Semua tetesan keringat

dan air mata guru tidak akan sia-sia, karena semua itu melahirkan kebaikan di

dunia dan akhirat. Kebaikan guru tersebut tak mengharap balasan dari para

siswanya. Melihat siswanya sukses pun bagi seorang guru adalah lebih dari cukup

dan menjadi kebahagiaan tersendiri. Profesi guru memang sangat mulia.

Sedangkan metode yang dilakukan dalam pembelajaran Al-Qur’an di SMP Al-

Ikhlas memiliki beberapa metode dan masing-masing guru memiliki ide-ide

tersendiri dalam mengajarkannya, diantaranya yaitu:

Bukan hanya motivasi dari guru, motivasi dari orang tua juga sangat

mempengaruhi juga sangat mempengaruhi minat siswa dalam belajar membaca Al-

Qur’an baik di rumah maupun di sekolah. Dengan kurangnya motivasi yang

diberikan oleh orang tua, anak pun akan merasa tidak adanya beban untuk bisa atau

mampu dalam membaca Al-Qur’an. Sesungguhnya adanya semangat bagi anak

Page 100: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

86

untuk membaca Al-Qur’an akan lebih meningkatkan kemampuannya dalam

membaca Al-Qur’an. Sementara faktor lain, seperti ketersediaan sarana dan

prsarana pembelajaran sebagai pendukung bagi proses pembelajaran yang ada.

1. Metode Individual, yaitu dengan cara siswa bergiliran baca satu persatu

dengan gurunya masing-masing.

2. Metode Drill, yaitu latihan siap yang dimaksudkan untuk memperoleh

ketangkasan atau keterampilan latihan terhadap apa yang dipelajari.

3. Metode Tanya jawab, yaitu cara mengajar dimana seorang guru mengajukan

pertanyaan kepada peserta didik tentang pelajarn yang telah diajarkan, atau

sebaliknya peserta didik bertanya tentang pelajaran yang belum dimengerti.

4. Metode Ceramah, yaitu menerangkan secara lisan oleh guru terhadap peserta

didiknya. Dalam metode ceramah ini hanya satu orang guru yang

menerangkan tentang pelajaran ilmu tajwid.

Kegiatan Pembelajaran Al-Qur’an

Dalam kegiatan pembelajaran Al-Qur’an, buku panduan yang digunakan yaitu

Al-Ma’arif yang memiliki 6 jilid. Hasil penelitian yang penulis dapatkan yaitu

setiap pembelajaran Al-Qur’an masing-masing kelas diajarkan oleh tiga orang

guru, khususnya guru Al-Qur’an. Satu orang guru membimbing + 10 orang siswa

agar dapat memonitoring hasil bacaan Al-Ma’arif siswa tersebut. Dengan catatan

sebagai berikut:

berdasarkan pengalaman sebagai pembimbing dan penguji skripsi, thesis dan disertas,

berikut ini adalah beberapa pertanyaan yang umumnya diajukan oleh penguji

skripsi/thesis, atau disertasi:

Judul: Apakah judul Anda telah mencerminkan pertanyaan penelitian Anda?

Pertanyaan penelitian. Ini adalah inti penelitian Anda. Oleh karena itu

pertanyaan penelitian ini amatlah penting.

1. Apakah pertanyaan itu penting bagi pemecahan sebagian persoalan di

masyarakat atau pengembangan ilmu pengetahuan?

2. Apakah pertanyaan tersebut belum terjawab oleh peneliti lain?

Latar belakang penelitian: Apakah uraian Anda dalam latar belakang

penelitian itu dengan jelas menunjukkan mengapa pertanyaan penelitian Anda

Page 101: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

87

itu penting sekali diketahui jawabannya? Penting di sini bukan hanya penting

bagi Anda (yang ingin segera menyelesaikan studi) tapi, terutama, bagi

pemecahan masalah di masyarakat dan/atau di bidang ilmu pengetahuan.

Anda harus menunjukkan hal itu.

Signifikansi penelitian: Apakah pentingnya menjawab pertanyaan penelitian

Anda itu? (Secara rinci, ini mestinya sudah Anda kemukakan dalam latar

belakang penelitian. Di sini Anda hanya menegaskan kembali secara ringkas.)

Kajian pustaka yang relevan/terkait. Tujuan bagian ini adalah untuk (1)

membuktikan bahwa pertanyaan penelitian Anda benar-benar belum terjawab

oleh eneliti lain dan/atau (2) memberikan penjelasan tentang teori yang Anda

gunakan dalam menjawab pertanyaan penelitian Anda tersebut. Oleh karena

itu, pertanyaan yang biasa diajukan penguji adalah:

1. Apakah uraian dalam bagian kajian pustaka ini telah membuktikan bahwa

pertanyaan penelitian Anda tersebut belum terjawab oleh peneliti-peneliti lain

yang juga meneliti topik Anda? Apakah pengetahuan Anda tentang hasil-hasil

penelitian sejenis itu cukup luas?

2. Apakah penjelasan tentang teori yang Anda gunakan dalam penelitian itu jelas

dan relevan dengan penelitian Anda (atau hanya sekedar memperbanyak

halaman saja)?

Metode penelitian:

1. Bagaimana cara Anda mengumpulkan informasi (data) untuk menjawab

pertanyaan penelitian itu? Apakah data itu dapat dipercaya (valid dan

reliabel)? Apakah penguji (pembaca) bisa mendapatkan gambaran yang rinci

tentang bagaimana Anda melakukannya?

2. Bagaimana cara Anda menganalisa informasi (data) yang telah Anda

kumpulkan itu? Apakah analisa Anda itu dapat dipercaya (valid dan

reliabel)? Apakah penguji (pembaca) dapat bisa mendapatkan gambaran yang

rinci tentang bagaimana Anda melakukannya?

3. Apa hasil (kesimpulan) analisa Anda? Apakah hasil (temuan/kesimpulan) itu

konsisten dengan data dan analisa yang telah Anda sajikan?

Penyajian dan analisa data

1. Apakah data yang Anda sajikan relevan dengan pertanyaan penelitian

Anda? Apa data tersebut Anda sajikan sehingga memudahkan

pembaca memahaminya? Apakah data tersebut memudahkan pembaca

memahami cara berfikir Anda untuk sampai pada kesimpulan yang

Anda ambil?

2. Apakah analisa Anda relevan dan tepat untuk digunakan pada data

Anda? Apakah penyajian cara Anda menganalisa data tersebut

memudahkan pembaca untuk memahami cara berfikir Anda sehingga

sampai pada kesimpulan yang Anda tarik?

Kesimpulan/penutup

1. Apakah kesimpulan terakhir Anda merupakan jawaban atas pertanyaan

penelitian Anda?

Page 102: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

88

2. Apakah saran yang Anda berikan sesudah kesimpulan itu didasarkan

atas apa yang telah Anda tulis dalam bab-bab sebelumnya (terutama di

bagian analisa atau diskusi)?

Diskusi. Kadang-kadang mahasiswa juga diminta untuk membicarakan

implikasi temuan/hasil penelitian itu dalam bagian tersendiri. Dalam hal ini,

mahasiswa diharapkan membicarakan bagaimana implikasi temuan/hasil

penelitian itu bagi pemecahan sebagian masalah di masyarakat atau

pengembangan pengetahuan (yang sudah diutarakan dalam latar belakang

penelitian). Oleh karena itu, pertanyaan yang biasanya diajukan penguji

adalah ’bagaimana peneliti (mahasiswa) menunjukkan implikasi temuan

penelitian itu bagi pemecahan sebagian masalah masyarakat atau

pengembangan ilmu pengetahuan itu.’

Masalah teknis penulisan. Penguji juga memperhatikan kejelasan uraian dan

hal-hal teknis yang dapat mengganggu kemudahan pembaca memahami isi

laporan penelitian (skripsi) Anda. Hal itu mekiputi penomoran halaman,

kesalahan ketik/eja, tanda baca, format laporan (sudah memenuhi ketentuan

perguruan tinggi atau belum), tata bahasa, penggunaan istilah (kosakata), dsb.

Itulah beberapa pertanyaan yang umumnya sering diajukan penguji skripsi guna

memastikan bahwa skripsi Anda sudah memenuhi kriteria laporan penelitian ilmiah

dan mudah difahami pembaca. Semua jawaban atas pertanyaan ini harus tertulis

secara lugas, jelas, dan rinci dalam skripsi Anda. Jangan hanya dijawab secara lisan

dalam ujian. Ingat, skripsi Anda akan diletakkan di perpustakaan agar dapat dibaca

dan difahami orang lain tanpa kehadiran Anda.

Semoga bermanfaat dan selamat ujian.

Page 103: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

85

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penelitian maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Peran guru PAI dalam pembelajaran Al-Qur’an sangat penting bagi siswa

yang menemui kesulitan dalam membaca Al-Qur’an, karena dengan adanya

peran guru seperti memberikan bimbingan, motivasi dan evaluasi dapat

merangsang siswa agar dapat membaca Al-Qur’an lebih baik.

2. Upaya yang dilakukan oleh guru PAI dalam mengatasi kesulitan membaca Al-

Qur’an yaitu dengan selalu memberikan bimbingan dan motivasi yang dapat

mendorong siswa untuk selalu belajar membaca Al-Qur’an dengan sungguh-

sungguh, menghafal juz ‘Amma dan selalu mementoring siswa secara

individual di setiap jam pelajaran Al-Qur’an.

3. Motivasi dari orang tua dan guru sangat mempengaruhi minat siswa dalam

belajar membaca Al-Qur’an baik di rumah maupun di sekolah. Dengan

kurangnya motivasi yang diberikan oleh orang tua dan guru, anak pun akan

merasa tidak adanya beban untuk bisa atau mampu dalam membaca Al-

Qur’an. Sesungguhnya adanya semangat bagi anak untuk membaca Al-Qur’an

akan lebih meningkatkan kemampuannya dalam membaca Al-Qur’an.

4. Kesulitan siswa dalam membaca Al-Qur’an disebabkan oleh faktor intern atau

dari dalam diri siswa itu sendiri dan ekstern. Faktor intern meliputi, kurangnya

semangat siswa untuk mengulang kembali pelajaran Al-Qur’an di rumah,

kurang membaca Al-Qur’an di rumah dengan menggunakan kaidah ilmu

tajwid dan jarang mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru al-Qur’an,

sedangkan faktor ekstern meliputi, kurangnya motivasi dan perhatian dari

kedua orang tua, kurang mendapatkan pendidikan agama sebelumnya baik

Page 104: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

86

pendidikan formal maupun non formal serta guru kurang melatih murid-

muridnya secara personal dalam pengucapan hukum bacaan tajwid.

B. Saran-Saran

1. Untuk Sekolah

Khusus kepada guru:

a. Hendaknya benar-benar memperhatikan unsur-unsur metodis dan psikologis

dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat tercapai secara

optimal.

b. Hendaknya dapat memberikan motivasi, baik yang bersifat moril maupun

materil agar siswa dapat belajar dengan baik dan memberikan kebebasan kepada

siswa untuk mengembangkan pengetahuannya.

2. Untuk orang tua/wali murid

a. Hendaknya menjadi tauladan yang baik yaitu dengan membiasakan membaca

Al-Qur’an di rumah dengan bacaan yang benar atau menggunakan kaidah ilmu

tajwid, agar anak termotivasi untuk ikut serta membaca Al-Qur’an dengan

bacaan yang benar.

Page 105: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Abu. Metodik Khusus Pendidikan Agama, Bandung: Amrico,1986.

Ahmadi, Abu, dan Supriyono, Widodo. Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta,

1991, Cet ke-I.

Abdurohim, Acep, Iim. Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap, Bandung: CV Penerbit

Diponegoro, 2003.

Abu, Bakar Bahrun. Al Burhan Fi Tajwidil Qur’an: Ilmu Tajwid Syarah Tuhfatul

Athfal dan Al Jazariyah, Bandung: Trigenda Karya, 1995, Cet ke-I.

Alam, Tombak. Metode Membaca Menulis Al-Qur’an 5 Kali Pandai, Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 1995.

Azhim, Irfan, Abdul. Agar Bacaan Al-Qur’an Anda Tidak Sia-sia, Solo: PT. Pustaka

Iltizam, 2009, Cet Ke-I.

Aziz, Abdul. Bersanding Dengan Al-Qur’an, (Bogor: Pustaka Ulil Albab, 2007), Cet

ke- I.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Toha Putra, 1989.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (akarta:

Balai Pustaka, 1995, Ed. 2, cet ke-4.

Departemen Pendidikan Nasional, Undang-undang Pendidikan Nasional, Jakarta:

CV. Tamita Utama, 2004.

Djamarah, Syaiful, Bahri. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, Jakarta:

PT. Rineka Cipta, 2000, Cet ke-I.

Dradjat, Dzakiyah, dkk. Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi

Aksara, 2004, Ed-2, Cet ke-3.

Hafidz, W. Ahsin. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, Jakarta: Bumi Aksara,

1994, cet. Ke- 1.

Jalaluddin, Metode Tunjuk Silang, Jakarta: Kalam Mulia, 1998.

Jumantoro, Totok, dan Amin, Samsul, Munir. Kamus Ilmu Ushul Fikih, Jakarta:

Amzah, 2009, Cet. Ke-2.

Ladjid, Hafni. Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi,

Jakarta: PT. Ciputat Pres Group, 2005.

Page 106: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

Mardjoned, Ramlan. Akhlak Belajar dan Mengajar Al-Qur’an, Jakarta: LPPTKA-

BKPRMI, 1994, Cet ke-I.

Muhtar, Heri, Jauhari. Fiqih Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005,

Cet ke-I.

Naim, Rochman. Bacalah Al-Qur’an Jangan Hijrah Darinya, (Bogor: PT. Cahaya

Ilmu, 2006), Cet. Ke- 1.

Nawawi, Imam. Adab Pengemban Al-Qur’an, Jakarta: Pustaka Salam SDN. BHD,

1996, Cet ke-I.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed.

ke-3, Jakarta: Balai Pustaka, 2007.

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet.

Ke-4.

Sabri, M. Alisuf , Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta:

Pedoman Ilmu Jaya, 1993), Cet ke-1.

Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996).

Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,

(Jakarta: PT. Kencana, 2006), Ed- I, Cet ke-5.

Sardirman A, M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2004, Cet. Ke-11.

Siregar, Imam. “Kemampuan Membaca dan Memahami Al-Qur’an”, dalam

PENAMAS, Vol. XXII, No. I, Januari-April 2009.

Sirajuddin SA, 24 Tuntunan Membaca Al-Qur’an dengan Tartil, Jakarta: PT. Mizan

Publika, 2005, Cet, ke-1.

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Memengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta

2003, Cet. Ke-4.

Syafaat, Aat. Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah Kenakalan

Remaja (Juvenile Delinquency), Jakarta: Rajawali Pers, 2008, Ed.I.

Syafii, Agus. “Cara Mudah Belajar Membaca Al-Qur’an”, dari blogspot.com,

September 2008.

Syah Muhibin, Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: Pt.

remaja Rosdakarya Offset, 1995), Cet Ke-1.

Page 107: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

Syamsudin MZ, Panduan Kurikulum dan Pengajaran Taman Kanak-kanak Al-

Qur’an (TKA) Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA), Jakarta: PT LPPTKA

BKPRMI Pusat, 2006, Edisi Revisi.

Syarifuddin, Ahmad. Mendidik Anak Membaca, Menulis dan Mencintai Al-Qur’an,

Jakarta: Gema Insani, 2006, Cet ke-3.

Thaha, Abdurahman. Seluk Beluk Hukum Membaca Al-Qur’an, (Bandung: CV.

Pelita Fajar), Cet ke-I.

Tohirin. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2006, Ed. I.

Uhbiyati, Nur. Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998), Cet. Ke-

2.

Usman, M. Uzer. Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya,

1994), Cet. Ke-8.

Qardawi, Yusuf. Berinteraksi dengan Al-Qur’an, Jakarta: Gema Insani, 1999.

Qaththan, Manna. Pengantar Studi Islam Al-Qur’an, Terj. dari Mahabits Fi ‘Ulum

Al-Qur’an, oleh Aunur Rafiq el- Mazni, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2009),

Cet. Ke-4.

Yunus, Mahmud. Ilmu Mengajar, Jakarta: Pustaka Mahmudiyah, 1954, Cet ke-I.

Page 108: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

Nomor : ET/TL/31.01/1/2011 Jakarta, 31 Januari 2011

Lamp : -

Hal : Penyebaran Angket

Kepada Yth.

Kepala Sekolah SMP N 132 Jakarta

Di

Tempat

Assalamu’alaikum wr.wb.

Dengan hormat kami sampaikan bahwa:

Nama : Hanifah

NIM : 10501100139

Semester : XI

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : “Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menghadapi Kesulitan

Membaca Al-Qur’an Siswa di SMP I Al-Ikhlas Cipete Jakarta

Selatan”.

Adalah benar mahasiswa/i Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang

sedang menyusun skripsi, dan akan mengadakan penyebaran angket untuk menguji

validitas data yang sedang diteliti di instansi yang Saudara pimpin. Untuk itu kami

mohon Saudara dapat mengizinkan mahasiswa/i tersebut untuk melaksanakan

penyebaran angket pada penelitian yang dimaksud.

Atas perhatian dan kerjasama Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Page 109: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat

1. Struktur Organisasi SMP Islam Al-Ikhlas

-------------------------------

KEPALA SMP ISLAM AL IKHLAS

Kepala

Tata Usaha

Staff TU

IT

Staff TU

Akademik

Staff TU

Adm. Siswa

Koordinator RSBI Wakil Bidang

Kurikulum Intra & Ekstra Wakil Bidang

Kesiswaan & Humas

Koord. Hub

Internasional Koord.

Standar Inter.

Koord.

HUMAS

Koord.

Osis Koord.

Intrakurikuler

Koord.

Ekstrakurikuler

Divisi

Hubungan

Antar SBI

Divisi

Standar

Lokal

Divisi

Internal &

Eksternal

Divisi

Pengembangan

Kepemimpinan

Siswa

Divisi

Pelatihan &

Kompetensi

Divisi

Perencanaan

& Evaluasi

Divisi

MGMP WALI KELAS WALI KELAS

DEWAN GURU

BP 3

Page 110: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat
Page 111: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat
Page 112: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat
Page 113: Abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/308/1/101690... · Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini. Shalawat