ABSTRAK MODEL KLASIFIKASI NUMERIK SPASIAL PADA … filei abstrak model klasifikasi numerik spasial...

23
i ABSTRAK MODEL KLASIFIKASI NUMERIK SPASIAL PADA KAWASAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DI KABUPATEN BADUNG DAN KOTA DENPASAR Pertambahan jumlah dan aktivitas penduduk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sangat mempengaruhi terhadap pemanfaatan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan untuk kegiatan dan aktivitas penduduk semakin lama terus bertambah, sedangkan ketersediaan lahan jumlahnya terbatas, sehingga akan terjadi perubahan penggunaan lahan. Akibatnya permasalahan yang dihadapi terjadinya degradasi lahan dan konversi lahan pertanian menjadi non-pertanian. Tujuan penelitian ini adalah (1) Menentukan parameter klasifikasi numerik spasial pertanian pangan berkelanjutan di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar (2) Mengetahui proyeksi neraca pangan di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar pada tahun 2020, 2030, 2040, dan 2050 (3) Menetapkan fungsi klasifikasi numerik spasial dalam pembuatan model zonasi kawasan lahan pertanian berkelanjutan di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar (4) Menentukan model kawasan yang sesuai untuk melindungi lahan pertanian berkelanjutan dalam skala ruang dan waktu di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif (survei dan analisis tanah) dan metode kualitatif (studi pustaka, wawancara dan analisis spasial). Parameter yang diamati untuk Kabupaten Badung sebanyak 11 parameter dan Kota Denpasar sebanyak 9 parameter. Klasifikasi numerik hasil analisis parameter menggunakan standar deviasi dan rata-rata dari populasi data serta hubungan proyeksi lahan sawah dalam neraca pangan dengan pemodelan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, jumlah parameter klasifikasi numerik di wilayah pedesaan (Kabupaten Badung) berbeda dengan di wilayah perkotaan (Kota Denpasar). Pada wilayah perkotaan jumlah parameter lebih sedikit dibandingkan dengan wilayah pedesaan. Klasifikasi numerik berdasarkan pembobotan dan skor menghasilkan sebaran populasi hasil analisis parameter yang memiliki standar deviasi dan nilai rata-rata. Klasifikasi numerik menghasilkan 5 model, yang terbagi menjadi 3 kawasan yaitu kawasan lestari, penyangga dan terkonversi di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar. Kurva populasi hasil analisis parameter di Kabupaten Badung menunjukkan kurva yang tidak normal berbeda dengan Kota Denpasar menunjukkan kurva normal. Oleh karena itu Kota Denpasar pemodelan dilakukan diseluruh wilayah sedangkan di Kabupaten Badung pemodelan dilakukan disetiap kecamatan. Hubungan pemodelan dan proyeksi lahan dalam neraca pangan di Kabupaten Badung ditentukan dari luas lahan lestari sedangkan di Kota Denpasar disesuaikan dengan

Transcript of ABSTRAK MODEL KLASIFIKASI NUMERIK SPASIAL PADA … filei abstrak model klasifikasi numerik spasial...

i

ABSTRAK

MODEL KLASIFIKASI NUMERIK SPASIAL PADA KAWASAN LAHAN

PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DI KABUPATEN BADUNG

DAN KOTA DENPASAR

Pertambahan jumlah dan aktivitas penduduk untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya sangat mempengaruhi terhadap pemanfaatan sumberdaya lahan.

Kebutuhan lahan untuk kegiatan dan aktivitas penduduk semakin lama terus

bertambah, sedangkan ketersediaan lahan jumlahnya terbatas, sehingga akan

terjadi perubahan penggunaan lahan. Akibatnya permasalahan yang dihadapi

terjadinya degradasi lahan dan konversi lahan pertanian menjadi non-pertanian.

Tujuan penelitian ini adalah (1) Menentukan parameter klasifikasi numerik spasial

pertanian pangan berkelanjutan di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar (2)

Mengetahui proyeksi neraca pangan di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar

pada tahun 2020, 2030, 2040, dan 2050 (3) Menetapkan fungsi klasifikasi

numerik spasial dalam pembuatan model zonasi kawasan lahan pertanian

berkelanjutan di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar (4) Menentukan model

kawasan yang sesuai untuk melindungi lahan pertanian berkelanjutan dalam skala

ruang dan waktu di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar.

Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif (survei dan analisis

tanah) dan metode kualitatif (studi pustaka, wawancara dan analisis spasial).

Parameter yang diamati untuk Kabupaten Badung sebanyak 11 parameter dan

Kota Denpasar sebanyak 9 parameter. Klasifikasi numerik hasil analisis parameter

menggunakan standar deviasi dan rata-rata dari populasi data serta hubungan

proyeksi lahan sawah dalam neraca pangan dengan pemodelan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, jumlah parameter klasifikasi

numerik di wilayah pedesaan (Kabupaten Badung) berbeda dengan di wilayah

perkotaan (Kota Denpasar). Pada wilayah perkotaan jumlah parameter lebih

sedikit dibandingkan dengan wilayah pedesaan. Klasifikasi numerik berdasarkan

pembobotan dan skor menghasilkan sebaran populasi hasil analisis parameter

yang memiliki standar deviasi dan nilai rata-rata. Klasifikasi numerik

menghasilkan 5 model, yang terbagi menjadi 3 kawasan yaitu kawasan lestari,

penyangga dan terkonversi di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar. Kurva

populasi hasil analisis parameter di Kabupaten Badung menunjukkan kurva yang

tidak normal berbeda dengan Kota Denpasar menunjukkan kurva normal. Oleh

karena itu Kota Denpasar pemodelan dilakukan diseluruh wilayah sedangkan di

Kabupaten Badung pemodelan dilakukan disetiap kecamatan. Hubungan

pemodelan dan proyeksi lahan dalam neraca pangan di Kabupaten Badung

ditentukan dari luas lahan lestari sedangkan di Kota Denpasar disesuaikan dengan

ii

RTH dalam RTRW Kota Denpasar 2011-2031. Pemodelan di Kecamatan Petang

pada tahun 2020, 2030, 2040 dan 2050 menggunakan model 5, di Kecamatan

Abiansemal pada tahun 2020, 2030, 2040 dan 2050 berturut-turut menggunakan

model 5, 4, 1, dan 2, di Kecamatan Mengwi pada tahun 2020, 2030, 2040 dan

2050 berturut-turut menggunakan model 5,4,3, dan 1, di Kecamatan Kuta Utara

pada tahun 2020, 2030, 2040 dan 2050 berturut-turut menggunakan model 5, 4, 4,

dan 4 dan di Kecamatan Kuta pada tahun 2020, 2030, 2040 dan 2050 berturut-

turut menggunakan model 4, 3, 1, dan 1. Di Kota Denpasar pada tahun 2020,

2030, 2040 dan 2050 berturut-turut menggunakan model 5, 4, 3 dan 2.

Kesimpulan umum menunjukkan bahwa klasifikasi numerik menghasilkan 5

model, yang terbagi menjadi 3 kawasan yaitu kawasan lestari, penyangga dan

terkonversi di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar. Pemodelan di Kabupaten

Badung (perdesaan) berbeda dengan di Kota Denpasar (perkotaan), begitu juga

kurva populasi hasil analisis parameter di Kabupaten Badung menunjukkan kurva

tidak normal sedangkan di Kota Denpasar menunjukkan kurva normal. Hubungan

pemodelan dan proyeksi lahan dalam neraca pangan di Kabupaten Badung

didasarkan dari luas lahan lestari sedangkan di Kota Denpasar disesuaikan dari

RTHK dalam RTRW Kota Denpasar 2011-2031.

Kata Kunci : spasial, sistem informasi spasial, klasifikasi numerik, model pertanian

pangan berkelanjutan

iii

ABSTRACT

MODEL OF NUMERICAL SPATIAL CLASIFICATION IN

SUSTAINABLE AGRICULTURE REGION IN BADUNG REGENCY AND

DENPASAR CITY

Increase in the number and activity of the population to meet the needs

of their lives greatly affect the utilization of land resources. Land needs for

activities and activities of the population continues to grow, while the availability

of land is limited, so that there will be changes in land use. As a result, the

problems faced by land degradation and conversion of agricultural land become

non-agricultural. The objectives of this research are: (1) Determine parameter of

spatial numerical classification of sustainable food agriculture in Badung Regency

and Denpasar City (2) To know the projection of food balance in Badung Regency

and Denpasar City in 2020, 2030, 2040, and 2050 (3) The specify of function of

spatial numerical classification in the making of zonation model of sustainable

agricultural land area in Badung regency and Denpasar city (4) Determine the

appropriate model of the area to protect sustainable agricultural land in spatial and

time scale in Badung and Denpasar regencies. The method used are quantitative methods (survey and soil analysis) and

qualitative methods (literature review, interviews and spatial analysis). The parameters

observed for a total of 11 parameters Badung regency and Denpasar as much as 9

parameters. Numerical classification parameter analysis results using the standard

deviation and the mean of the population data and projections relationship rice field in the

food balance sheet by modeling.

The result of the reasearch showed that, the number of different numerical

classification parameters in rural areas (Badung) and urban areas (Denpasar), in urban

areas the number of parameters is less than the rural areas. The based on numerical

classification weighting and scores generate population distribution parameter analysis

results of a standard deviation and average value. Numerical classification produces 5

models, which is divided into three zones are sustainable neighborhood, buffer and

converted in Denpasar and Badung. The results of Population curve parameter analysis in

Denpasar showed normal curve, in contrast to the Badung regency showed abnormal

curve, therefore Denpasar modeling carried out throughout the region, while in the

Badung regency modeling done in each district. Relationship modeling and projections

lands role in food balance in Badung views of sustainable land area whereas in Denpasar

seen from any connection to the green open spaces in the spatial plan Denpasar 2011-

2031. Modeling in District of Petang in 2020, 2030, 2040 and 2050 model 5, in District of

Abiansemal in 2020, 2030, 2040 and 2050 respectively using a model 5, 4, 1, and 2, in

District of Mengwi in 2020, 2030, 2040 and 2050 respectively using the model 5,4,3, and

1, in the district of North Kuta in 2020, 2030, 2040 and 2050 respectively using a model

5, 4, 4, and 4 and in the district of Kuta on 2020, 2030, 2040 and 2050 respectively using

model 4, 3, 1 and Denpasar City in 2020, 2030, 2040 and 2050 respectively using a

model 5, 4, 3 and 2. The general conclusion shows that the numerical classification

produces 5 models, which is divided into three area ie sustainable region, buffer and

converted in Badung and Denpasar. Modeling in Badung (rural) is different in Denpasar

(urban), as well as population curve parameter analysis results in Badung showed

abnormal curve while in Denpasar showed normal curve. Relationship modeling and

projections lands role in food balance in the Badung regency sustainable in terms of land

iv

area, while in Denpasar in terms of linkages with RTHK in Denpasar City RTRW 2011-

2031.

Keywords: Spatial, GIS, Model of numerical classification, Model of sustainable

food agriculture.

v

RINGKASAN

MODEL KLASIFIKASI NUMERIK SPASIAL PADA KAWASAN

PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DI KABUPATEN BADUNG

DAN KOTA DENPASAR

Pertambahan jumlah dan aktivitas penduduk untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya sangat mempengaruhi terhadap pemanfaatan sumberdaya lahan.

Kebutuhan lahan untuk kegiatan dan aktivitas penduduk semakin lama terus

bertambah, sedangkan ketersediaan lahan jumlahnya terbatas, sehingga akan

terjadi perubahan penggunaan lahan. Disamping itu permasalahan yang dihadapi

dalam pangan nasional saat ini adalah degradasi kesuburan tanah, adanya impor

beras, kompetisi pemanfaatan air semakin meningkat dan infrastruktur

pertanian/pedesaan masih kurang memadai serta maraknya fenomena

konversi/alih fungsi lahan pertanian saat ini.

Tujuan umum penelitian ini adalah (1) Menentukan parameter klasifikasi

kawasan lahan pertanian berkelanjutan (2) Proyeksi neraca pangan di Kabupaten

Badung dan Kota Denpasar pada tahun 2020, 2030, 2040, dan 2050 (3) Membuat

model klasifikasi numerik untuk menentukan zonasi kawasan lahan pertanian

berkelanjutan (4) Menentukan model yang sesuai untuk melindungi lahan

pertanian berkelanjutan dengan bertambahnya waktu di Kabupaten Badung dan

Kota Denpasar.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif

(survei dan analisis tanah) dan metode kualitatif (studi pustaka, wawancara dan

analisis spasial). Parameter yang diamati dalam penelitian untuk Kabupaten

Badung sebanyak 11 parameter dan Kota Denpasar sebanyak 9 parameter.

Adapun parameter klasifikasi numerik dan data spasial meliputi yaitu : (1)

kesesuaian lokasi sawah dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), (2)

penggunaan lahan, (3) posisi dan lokasi subak pada DAS, (4) sumber air, (5)

bentuk wilayah, (6) curah hujan, (7) tinggi tempat, (8) kesesuaian lahan

agroekosistem, (9) produktivitas, (10) jarak dari pusat kota, dan (11) luas

minimal. Sedangkan parameter yang tidak diamati dari 11 parameter untuk Kota

Denpasar hanya parameter nomor (5) dan (7) yaitu tinggi tempat dan bentuk

wilayah. Citra yang dipakai untuk Kabupaten Badung adalah Citra Quick Bird

2013 liputan tahun 2012, sedangkan untuk Kota Denpasar menggunakan Citra

Wordview tahun 2015.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proyeksi neraca pangan di

Kabupaten Badung yaitu di Kecamatan Petang dengan model IP = 2,5 dan

produktivitas sebesar 7 ton/ha, Kecamatan Abiansemal, Mengwi, Kuta Utara dan

Kuta masing-masing dengan model IP = 2,5 dan produktivitas 8 ton/ha didapatkan

kondisi neraca pangan pada tahun 2015 yaitu defisit pangan (-32843,44 ton beras),

tahun 2020 yaitu surplus pangan (25155,19 ton beras), tahun 2030 yaitu surplus

pangan (3401,79 ton beras), tahun 2040 yaitu defisit pangan (- 18434,78 ton

beras) dan tahun 2050 yaitu defisit pangan (-11824,82 ton beras). Proyeksi neraca

pangan di Kota Denpasar dengan model IP =2,5 dan produktivitas 8 ton/ha

didapatkan kondisi neraca pangan pada tahun 2015 yaitu defisit pangan

vi

(-90931,35 ton beras), tahun 2020 yaitu defisit pangan (-112514,73 ton beras),

tahun 2030 yaitu defisit pangan (-142065,17 ton beras), tahun 2040 yaitu defisit

pangan (-173229,00 ton beras), dan tahun 2050 yaitu defisit pangan (-203716,97

ton beras).

Luas lahan pertanian pangan berkelanjutan merupakan luas sawah lestari

sesuai proyeksi luas lahan sawah dengan neraca pangan.

Kabupaten Badung meliputi :

(a) Kecamatan Petang tahun 2020 luas sawah lestari sama dengan luas sawah

lestari tahun 2030, tahun 2040 dan tahun 2050 yaitu sebesar 1.173 ha dan

seluruhnya menggunakan model 5,

(b) Kecamatan Abiansemal, luas sawah lestari tahun 2020 sebesar 2.848,51 ha

yang menggunakan model 5, tahun 2030 luas sawah lestari sebesar 2.808,80

ha dengan menggunakan model 4, tahun 2040 luas sawah lestari sebesar

2.767,85 ha menggunakan model 1, dan tahun 2050 luas sawah lestari

sebesar 2.727,52 ha menggunakan model 2,

(c) Kecamatan Mengwi tahun 2020 dengan luas sawah lestari seluas 4.348,05

ha yang menggunakan model 5, tahun 2030 luas sawah lestari sebesar

4.204,08 ha dengan menggunakan model 4, tahun 2040 luas sawah lestari

sebesar 4.060,11 ha menggunakan model 3, dan tahun 2050 luas sawah

lestari sebesar 3916,14 ha menggunakan model 1,

(d) Kecamatan Kuta Utara tahun 2020 luas sawah lestari sebesar 1.425,35 ha

menggunakan model 5, tahun 2030 luas sawah lestari sebesar 1.370,25 ha

dengan menggunakan model 4, tahun 2040 luas sawah lestari sebesar

1.315,15 ha menggunakan model 4, dan tahun 2050 luas sawah lestari

sebesar 1.260,05 ha menggunakan model 4,

(e) Kecamatan Kuta tahun 2020 luas sawah lestari sebesar 18,5 ha

menggunakan model 4, tahun 2030 luas sawah lestari sebesar 1,5 ha dengan

menggunakan model 3, tahun 2040 luas sawah lestari sebesar 0 ha

menggunakan model 1, dan tahun 2050 luas sawah lestari sebesar 0 ha

menggunakan model 1.

Kota Denpasar (perkotaan), tahun 2020 luas sawah lestari sebesar 1705,21

ha yang menggunakan model 5, tahun 2030 luas sawah lestari sebesar 1563,62 ha

yang menggunakan model 4, tahun 2040 luas sawah lestari sebesar 964,22 ha

yang menggunakan model 3, dan tahun 2050 luas sawah lestari sebesar 556,6 ha

yang menggunakan model 2.

Faktor dominan yang mempengaruhi kawsasan lestari, penyangga dan

terkonversi di Kabupaten Badung adalah kesesuaian lahan sawah dengan RTRW,

morfologi DAS, curah hujan, tinggi tempat, dan bentuk wilayah (lereng)

sedangkan di Kota Denpasar faktor dominan yang mempengaruhi adalah

kesesuaian lahan sawah dengan RTRW dan Posisi Sawah subak dalam DAS.

vii

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM.......................................................................................... i

PRASYARAT GELAR ................................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI KELAYAKAN HASIL PENELITIAN.. iv

UCAPAN TERIMAKASIH ............................................................................ v

ABSTRAK ...................................................................................................... viii

ABSTRACT .................................................................................................... x

RINGKASAN ................................................................................................. xii

DAFTAR ISI ................................................................................................. xiv

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xix

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xxii

. DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH.................... xxiii

BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 6

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................... 7

1.3.1 Tujuan Umum ........................................................... 7

1.3.2 Tujuan Khusus .......................................................... 7

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................. 8

1.4.1 Manfaat Akademik..................................................... 8

1.4.2 Manfaat Praktis.......................................................... 8

BAB II.

TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................

9

2.1 Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (PLP2 ............... .................. 9

2.2 ZonasiKawasan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan ........................................................................

15

2.3

Kriteria Perencanaan dan Penetapan Kawasan, Lahan, dan

Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan...............

18

2.3.1 Pertumbuhan penduduk dan kebutuhan konsumsi pangan

........................................................................

19

2.3.2 Kebutuhan Pangan Indonesia dan Bali ....................... 20

2.3.3 Pengembangan Ilmu Pengetahuan .............................. 22

2.3.4 Musyawarah Petani ..................................................... 23

2.3.5 Kesesuaian lahan lokasi penelitian ............................. 24

2.3.6 Ketersediaan infrastruktur ........................................... 29

2.3.7 Penggunaan lahan ......................................................... 29

2.4 Kriteria Kawasan Lahan Pangan Pertanian Berkelanjutan ... 32

2.5 Penetapan Kawasan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

Berbasis Geography Information System (GIS) ................... 38

viii

BAB III. KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN ................ 42

3.1 Kerangka Berpikir ................................................................................. .................. 42

3.2 Kerangka Konsep ................................................................................... .................. 49

3.3 Hipotesis Penelitian ............................................................................... .................. 53

BAB IV. METODE PENELITIAN ...................................................................... 56

4.1 Rancangan Penelitian ............................................................................. .................. 56

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. .................. 57

4.2.1 Lokasi Penelitian ............................................................ 57

4.2.2 Waktu Penelitian ............................................................ 58

4.3 Penentuan Sumber Data ......................................................................... .................. 58

4.4 Variabel Penelitian ................................................................................. .................. 61

4.5 Bahan Penelitian .................................................................................... .................. 61

4.6 Instrumen Penelitian .............................................................................. .................. 64

4.7 Prosedur Penelitian ............................................................................... .................. 64

4.7.1 Penelitian Pendahuluan ................................................ 64

4.7.2 Analisis Data dan Interpretasi Citra Satelit ................ 65

4.7.3 Pemutakhiran Sumberdaya Lahan (SDL).................... 66

4.7.4 Penetapan Luas Baku Sawah ....................................... 69

4.7.5 Kriteria Parameter Klasifikasi dan Pemetaan PLP2B .. 70

4.7.6 Neraca Pangan Tahun 2020, 2030, 2040 dan 2050 di

Kabupaten Badung dan Kota Denpasar ......................

83

BAB V.

HASIL DAN PEMBAHASAN

91

5.1 Hasil Penelitian....................................................................... 91

5.1.1 Parameter Klasifikasi Numerik Spasial Di Kawasan Lahan

Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) Di Kabupaten

Badung dan Kota Denpasar ...................................................

91

5.1.1.1 Kesesuaian sawah dengan RTRW (Rencana Tata

Ruang Wilayah) Kabupaten Badung dan Kota

Denpasar ..................................................................

92

5.1.1.2 Penggunaan Lahan .................................................. 95

5.1.1.3 Posisi Sawah dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) . 97

5.1.1.4 Jenis Pengairan Sawah ......................................... 103

5.1.1.5 Curah Hujan ............................................................ 105

5.1.1.6 Bentuk Wilayah ....................................................... 110

5.1.1.7 Tinggi Tempat ........................................................ 111

5.1.1.8 Kesesuaian Lahan Agroekosistem ........................... 113

5.1.1.9 Produksi Padi Sawah .............................................. 122

5.1.1.10 Jarak Dari Pusat Kota ............................................ 123

5.1.1.11 Luas Sawah Minimal ............................................ 126

5.1.2

Proyeksi Jumlah Penduduk, Luas Sawah dan Neraca Pangan di

Kabupaten Badung dan Kota Denpasar.................

131

5.1.2.1 Proyeksi Jumlah Penduduk di Kabupaten Badung dan

ix

Kota Denpasar ........................................................ 131

5.1.2.2 Proyeksi Luas Sawah di Kabupaten Badung dan Kota

Denpasar ..........................................................

134

5.2.3 Neraca Pangan di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar

..................................................................

152

5.1.3

Klasifikasi Numerik, Zonasi Kawasan Lahan di Kabupaten

Badung dan Kota Denpasar .................................................

157

5.1.3.1 Model Klasifikasi Numerik dan Zonasi Kawasan

Lahan sawah di Kabupaten Badung.........................

157

5.1.3.2 Model Zonasi Kawasan Lahan Sawah Subak di Kota

Denpasar...........................................................

177

5.1.4 Hasil Hubungan Pemodelan Neraca Pangan dan Pemodelan

Skoring Parameter di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar

.........................................................................

190

5.2 Pembahasan Umum ......................................................... 198

Kebaharuan (Novelty) Hasil Penelitian ............................ 201

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 202

6.1 Simpulan .................................................................................... 202

6.2 Saran ........................................................................................... 204

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 206

LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................... 212

x

DAFTAR TABEL

Halaman

2.1 Luas Lahan Sawah di Provinsi Bali Tahun 1999 - 2013 ................... 14

2.2 Luas Tanah Menurut Penggunaan Lahan di Kabupaten Badung

Per Kecamatan Tahun 2015................................................................ 31

2.3 Luas Wilayah Kota Denpasar Dirinci per Kecamatan (hektar) .........

2.4 Kriteria Pembobotan dan Penskoran Masing-Masing Parameter

Untuk Klasifikasi Subak ..................................................................... 32

4.1 Hubungan Variabel dengan Sumber Data (Data Primer, Data

Sekunder dan Analisis Data).............................................................. 34

4.2 Hubungan Parameter dengan Jenis Analisis dan Metode Analisis...... 59

4.3 Kriteria Pembobotan dan Penskoran masing-masing Parameter untuk

Klasifikasi Lahan Pertanian pada Kabupaten Badung ...............................

63

4.4 Kriteria Pembobotan dan Penskoran masing-masing Parameter untuk Klasifikasi Lahan Pertanian pada Kota Denpasar ........................................

76

4.5 Kriteria Pembobotan dan Penskoran masing-masing Parameter untuk Klasifikasi Lahan Pertanian pada Kabupaten Badung .........................

80

5.1 Rata-rata Produksi Padi Sawah per Kecamatan di Kabupaten Badung

(BPP Kecamatan Petang, Kecamatan Abiansemal, Kecamatan Mengwi,

Kuta Utara 2015) .........................................................................................

75

5.2 Data Proyeksi Jumlah Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Badung

pada Tahun 2015, 2020, 2040 dan 2050 ......................................................

122

5.3 Data Hasil Proyeksi Luas Sawah Per Kecamatan di Kabupaten Badung

pada Tahun 2020, 2030, 2040 dan 2050........................................................

132

5.4 Data Neraca Pangan di Kabupaten Badung Tahun 2015, 2020,

2030, 2040 dan 2050..........................................................................

135

5.5 Data Hasil Analisis Neraca Pangan di Kota Denpasar

pada Tahun 2020, 2030, 2040 dan 2050............................................

152

5.6 Data Hasil Overlay Poligon Parameter di Kabupaten Badung ......... 153

5.7 Zonasi Kawasan Dalam Berbagai Pemodelan di Kabupaten

Badung..............................................................................................

156

5.8 Data Hasil Overlay Poligon Parameter di Kota Denpasar ............... 158

5.9 Zonasi Kawasan dalam berbagai Pemodelan di Kabupaten

Denpasar............................................................................................

176

5.10 Data Luas Lahan Sawah Dalam Neraca Pangan di Kabupaten

Badung..............................................................................................

178

5.11 Data Luas Kawasan Dalam Pemodelan di Kabupaten Badung ....... 189

5.12 Data Kesesuaian Luas Lahan Sawah Dalam Neraca Pangan Dengan

xi

Pemodelan di Kabupaten Badung .................................................... 190

5.13 Data Luas Lahan Sawah Dalam Neraca Pangan di Kota Denpasar .. 191

5.14 Data Luas Kawasan Dalam Pemodelan di Kota Denpasar .............. 195

5.15 Data Kesesuaian Luas Lahan Sawah Dalam Neraca Pangan Dengan

Pemodelan di Kota Denpasar ............................................................

196

xii

DAFTAR GAMBAR

2.1 Grafik batang luas lahan sawah di Provinsi Bali

Tahun 1999-2013.....................................................................................................

3.1 Bagan alir kerangka berpikir penelitian ...........................................................

3.2 Bagan alir kerangka konsep penelitian...........................................................

4.1 Peta lokasi penelitian dan lokasi sampel di Kabupaten Badung ...............

4.2 Peta lokasi penelitian dan lokasi sampel di Kota Denpasar.......................

4.3 Diagram alir penelitian tahap I – III ................................................................

5.1. Peta kesesuaian lahan sawah dengan RTRW Kabupaten Badung .............

5.2. Peta kesesuaian sawah tahun 2015 dengan RTRW Kota Denpasar

Tahun 2011-2031 ............................................................................................

5.3. Peta penggunaan lahan di Kabupaten Badung ..............................................

5.4. Peta penggunaan lahan sawah tahun 2015 di Kota Denpasar .....................

5.5. Peta posisi sawah dalam DAS di Kabupaten Badung....................................

5.6. Peta posisi sawah dalam DAS di Kota Denpasar............................................

5.7. Peta jenis pengairan sawah di Kabupaten Badung.........................................

5.8. Peta jenis pengairan sawah di Kota Denpasar................................................

5.9. Peta curah hujan di Kabupaten Badung ........................................................

5.10. Peta curah hujan di Kota Denpasar ..............................................................

5.11. Peta bentuk wilayah sawah di Kabupaten Badung ......................................

5.12. Peta ketinggian tempat sawah di Kabupaten Badung ..................................

5.13. Peta kesesuaian lahan potensial sawah di Kabupaten Badung....................

5.14. Peta kesesuaian lahan potensial pada lahan sawah Kota Denpasar ...........

5.15. Peta produksi padi sawah di Kabupaten Badung .......................................

5.16. Peta produksi padi sawah di Kota Denpasar ..............................................

5.17. Peta jarak sawah dari pusat kota di Kabupaten Badung ...........................

5.18 Peta jarak sawah dari pusat kota di Kota Denpasar ....................................

5.19. Peta luas sawah di Kabupaten Badung .......................................................

5.20 Peta luas sawah di Kota Denpasar ..............................................................

Hal.

15

49

55

60

62

90

94

95

98

99

101

102

106

107

109

110

112

114

118

121

124

125

127

128

130

131

xiii

5.21. Grafik Proyeksi Jumlah Penduduk di Kota Denpasar pada Tahun 2020,

2030, 2040 dan 2050 ..................................................................................

5.22 Grafik Proyeksi Luas Lahan di Kota Denpasar pada Tahun

2020, 2030, 2040 dan 2050 ........................................................................

5.23 Grafik Hubungan Jumlah Penduduk, Kebutuhan pangan, Luas lahan dan

Kesediaan Pangan di Kecamatan Petang dengan IP = 1 dan produktivitas

6,53ton/ha ...................................................................................................

5.24 Grafik Hubungan Jumlah Penduduk, Kebutuhan pangan, Luas lahan dan

Kesediaan Pangan di Kecamatan Petang dengan IP = 2,5 dan produktivitas

7 ton/ha .............................................................................................

5.25 Grafik Hubungan Jumlah Penduduk, Kebutuhan pangan, Luas lahan dan

Kesediaan Pangan di Kecamatan Abiansemal dengan IP = 1 dan

produktivitas 6,4 ton/ha .................................................................................

5.26 Grafik Hubungan Jumlah Penduduk, Kebutuhan pangan, Luas lahan dan

Kesediaan Pangan di Kecamatan Abiansemal dengan IP = 2,5 dan

produktivitas 8 ton/ha ................................................................................

5.27 Grafik Hubungan Jumlah Penduduk, Kebutuhan pangan, Luas lahan dan

Kesediaan Pangan di Kecamatan Mengwi dengan IP = 1 dan produktivitas

6,42 ton/ha ...................................................................................................

5.28 Grafik Hubungan Jumlah Penduduk, Kebutuhan pangan, Luas lahan dan

Kesediaan Pangan di Kecamatan Mengwi dengan IP = 2,5 dan

produktivitas 8 ton/ha ..............................................................................

5.29 Grafik Hubungan Jumlah Penduduk, Kebutuhan pangan, Luas lahan dan

Kesediaan Pangan di Kecamatan Kuta Utara dengan IP = 1 dan

produktivitas 6,5 ton/ha ..............................................................................

5.30 Grafik Hubungan Jumlah Penduduk, Kebutuhan Pangan, Luas Lahan dan

Ketersediaan Pangan di Kecamatan Kuta Utara dengan IP = 2,5 dan

Produktivitas 8 ton / ha ................................................................................

5.31 Grafik Hubungan Jumlah Penduduk, Kebutuhan Pangan, Luas Lahan dan

Ketersediaan Pangan di Kecamatan Kuta dengan IP= 1 dan

Produktivitas 4,4 ton/ha .................................................................................

134

136

139

140

141

142

143

145

148

149

150

xiv

5.32 Grafik Hubungan Jumlah Penduduk, Kebutuhan Pangan, Luas Lahan dan

Ketersediaan Pangan di Kecamatan Kuta dengan IP= 2, dan

Produktivitas 7 ton/ha .................................................................................

5.33 Grafik Hubungan Jumlah Penduduk, Kebutuhan Pangan, Luas Lahan dan

Ketersediaan Pangan di Kota Denpasar dengan IP = 1, dan

Produktivitas 6,53 ton / ha ..........................................................................

5.34 Grafik Hubungan Jumlah Penduduk, Kebutuhan Pangan, Luas Lahan dan

Ketersediaan Pangan di Kota Denpasar dengan IP = 2,5, dan

Produktivitas 8 ton / ha ..............................................................................

5.35 Total Populasi Poligon Hasil Overlay Parameter Kabupaten Badung........

5.36 Model Zona Lestari, Penyangga dan Terkonversi di Kabupaten Badung...

5.37 Peta Model 1 Zonasi sawah Subak Pada Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan di Kabupaten Badung .........................................................

5.38 Peta Model 2 Zonasi Lahan Sawah Subak Pada Pertanian Pangan

Berkelanjutan di Kabupaten Badung .........................................................

5.39 Peta Model 3 Zonasi Lahan Sawah Subak pada Pertanian Pangan

Berkelanjutan di Kabupaten Badung .........................................................

5.40 Peta Model 4 Zonasi Lahan sawah Subak Pada Pertanian Pangan

Berkelanjutan di Kabupaten Badung .........................................................

5.41 Peta Model 5 Pertanian Pangan Berkelanjutan di Kabupaten Badung ......

5.42 Grafik Batang Pemodelan Sawah dari Model 1- 5 di Kabupaten Badung..

5.43 Total Populasi Poligon Hasil Overlay Parameter di Kota Denpasar ............

5.44 Model Zona Lestari, Penyangga dan Terkonversi di Kota Denpasar...........

5.45 Peta Model 1 Pertanian Pangan Berkelanjutan Kota Denpasar ..................

5.46 Peta Model 2 Pertanian Pangan Berkelanjutan Kota Denpasar ...................

5.47 Peta Model 3 Pertanian Pangan Berkelanjutan Kota Denpasar ..................

5.48 Peta Model 4 Pertanian Pangan Berkelanjutan Kota Denpasar ...................

5.49 Peta Model 5 Pertanian Pangan Berkelanjutan Kota Denpasar ..................

5.50Kriteria subak dalam lima (5) pemodelan di Kota Denpasar ........................

151

154

155

157

160

162

163

165

167

168

169

177

180

181

183

184

185

186

187

xv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Rekapitulasi Data Survei Lapang di Kabupaten Badung ...............................

2. Hasil Analisis Sifat Kimia dan Fisik Tanah Sawah di Kabupaten Badung

3. Rekapitulasi Data Survei Lapang di Kota Denpasar....... ..............................

4. Data Analisis Sifat Kimia dan Fisik Tanah Sawah di Kota Denpasar.........

5 Kriteria kesesuaian Lahan Sawah (Ritung dkk., 2011) .................................

6. Neraca Pangan Kabupaten Badung...........................................................

7 Neraca Pangan Kota Denpasar .................................................................

8 Data Kesesuaian Lahan Sawah Subak dengan Kawasan Pertanian

dan Kriteria Subak Dalam berbagai Permodelan di Kabupaten Badung......

9. Data Kesesuaian Lahan Subak dengan RTHK dan Kriteria Subak

Dalam berbagai Permodelan di Kota Denpasar.........................................

10 Proyeksi Luas Lahan Sawah per Kecamatan di Kabupaten

Badung (Tahun 2020, 2030, 2040, dan 2050) ...............................................

11. Perhitungan Proyeksi Luas Lahan Sawah di Kota Denpasar

(Tahun 2020, 2030, 2040, dan 2050).............................................................

12. Data Luas Sawah per Kecamatan di Kabupaten Badung .............................

13. Data Jumlah Penduduk per Kecamatan di Kabupaten Badung ....................

14. Data Perhitungan Proyeksi Jumlah Penduduk di Kabupaten Badung dan

Kota Denpasar ...............................................................................................

Hal

212

216

223

226

229

230

237

240

252

258

261

263

263

264

xvi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertambahan jumlah dan aktivitas penduduk untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya sangat mempengaruhi terhadap pemanfaatan sumberdaya lahan.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Naional (2015), laju pertumbuhan penduduk

Indonesia mencapai 1,3%, ini berarti setiap tahunnya jumlah penduduk bertambah

3 juta jiwa dari jumlah penduduk Indonesia saat ini mencapai 252 juta jiwa.

Kebutuhan lahan untuk kegiatan dan aktivitas penduduk semakin lama terus

bertambah, sedangkan ketersediaan lahan jumlahnya terbatas, sehingga akan

terjadi perubahan penggunaan lahan. Disamping itu permasalahan yang dihadapi

dalam pangan nasional saat ini adalah degradasi kesuburan tanah, adanya impor

beras, kompetisi pemanfaatan air semakin meningkat dan infrastruktur

pertanian/pedesaan masih kurang memadai serta maraknya fenomena

konversi/alih fungsi lahan pertanian saat ini (Fahar, 2012). Kondisi ini dapat

dilihat dari ketersediaan lahan garapan cenderung terus menurun karena degradasi

lahan, perluasan industri, perkembangan pariwisata, perumahan, dan sektor-sektor

lainnya.

Konversi lahan sawah di Indonesia untuk kepentingan bukan pertanian

(pariwisata, pemukiman, pedagangan, industri kecil, dan prasarana bisnis), saat ini

sudah berada pada kondisi yang sangat memperihatinkan. Badan Pusat Statistik

(BPS) Nasional, 2010) menyatakan bahwa, konversi lahan sawah menjadi bukan

pertanian sebesar 110.000 ha/tahun. Kebutuhan pangan nasional ± 32 juta ton

xvii

beras/tahun untuk mencukupi 238 juta jiwa (BPS Nasional, 2010), sementara

persediaan pangan hanya 26 juta ton beras (defisit pangan sebanyak 6 juta ton

beras) apabila indeks panen (IP) satu kali dalam setahun (IP = 1 kali/tahun). Pada

tahun yang sama Provinsi Bali sudah mengalami defisit pangan, akibat pesatnya

alih fungsi lahan sawah/subak mencapai 800 ha/tahun (Subadiyasa et al. 2010).

Persediaan pangan 132.009 ton beras, sementara kebutuhan pangan 572.040 ton

beras untuk penduduk 3.891.428 jiwa (BPS Provinsi Bali, 2010). Defisit pangan

akan terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan konversi

lahan sawah untuk kebutuhan lahan pemukiman. Akibatnya berdampak pada

berkurangnya lahan sawah dan keberadaan subak di Bali akan semakin berkurang.

Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana

Tata Ruang Wilayah (RTRW), selama ini belum mampu mengendalikan alih

fungsi lahan dengan berbagai permasalahannya, dan belum cukup untuk

melindungi lahan sawah sebagai produksi pangan. Pasal 60 ayat (3) butir f

dituangkan mengenai pencegahan dan pembatasan alih fungsi lahan sawah

beririgasi. Untuk mencegah perubahan penggunaan lahan/alih fungsi lahan sawah

diperlukan peraturan perundang-undangan yang lebih mengikat agar tidak

kehilangan sistem subak di Bali.

Menurut Hutauruk, et al., (2015), Kota Denpasar sudah kehilangan subak

Peraupan Timur yang seluas 15 ha akibat terjadinya alih fungsi lahan, tetapi

dalam data BPS masih tercantum keberadaannya. Berdasarkan data hasil

intrepretasi citra, subak tersebut sudah tidak memiliki lahan sejak tahun 1992.

Selain itu Subak Dangin Puri Kangin juga sudah tidak ada akibat adanya

xviii

pembangunan perkantoran dan pemukiman. Oleh karena itu Kota Denpasar hanya

memiliki 41 subak. Disamping itu Kabupaten Badung juga sudah kehilangan

satu sawah subak Uluntanjung di Kecamatan Kuta, akibat d=adanya alih fungsi

lahan pertanian menjadi non-pertanian seperti pemukiman dan sarana prasarana

pariwisata. Selain itu Kabupaten Badung juga mengalami permasalahan yang sulit

diatasi seperti meningkatnya laju pertumbuhan penduduk yang sangat pesat akibat

dari jumlah urban/penduduk pendatang yang masuk ke wilayah Badung dan

Denpasar setiap tahun semakin meningkat. Tahun 2010 laju pertumbuhan

penduduk di Kabupaten Badung tertinggi jika dibandingkan dengan tahun

sebelumnya, yakni mencapai 4,63% jauh di atas rata-rata nasional 1,47 % dan

Provinsi Bali 2,15 %. Di Kota Denpasar lahan sawah yang ada sebagian sistem

irigasinya sudah rusak, karena Land Consolidation (LC). Rusaknya jaringan

irigasi khususnya di wilayah pemukiman dan juga diakibatkan oleh pemanfaatan

sumber air untuk sektor bukan pertanian (kemasan), PDAM, sehingga

ketersediaan air pengairan untuk sawah semakin berkurang. Pengembangan

pertanian tanaman pangan di Kota Denpasar mengalami gangguan dengan adanya

kemajuan pembangunan di sektor pariwisata, industri, perdagangan, dan sektor

lain di luar pertanian. Oleh karena itu lahan sawah yang berada di Kabupaten

Badung dan Kota Denpasar perlu dilindungi agar tidak terjadi defisit pangan dan

kehilangan subak.

Subak merupakan lahan lestari yang perlu dilindungi keberadaannya,

sebagai aktivitas pertanian yang memiliki kelembagaan adat yang dijiwai oleh

filosofi Tri Hita Karana. Tri Hita Karana, meliputi palemahan (wilayah subak),

xix

pawongan (petani) dan parahiyangan (relegi/Pura Bedugul). Ketiga konsep yang

terkandung dalam pengelolaan subak memberi makna bahwa anggota subak

harus menyelaraskan hubungannya dengan Sang Pencipta (adanya pura dan

upacara keagamaan), dengan sesama manusia (aktivitas anggota subak), dan

dengan lingkungannya (lahan pertanian). Oleh karena itu subak sebagai “Warisan

Budaya Dunia” tidak hanya bentang persawahannya saja, melainkan kawasan

yang luas merupakan satu kesatuan, meliputi danau/sumber air, desa, areal

pertanian, petani, dan pura di dalamnya (Suastika, 2013 dan Lanya 2007).

Adanya Undang-undang (UU) No. 41 Tahun 2009 mengamanatkan lahan

pertanian pangan perlu diselamatkan dari lahan cadangan yang disusun

berdasarkan kriteria yang mencakup kesesuaian lahan, ketersediaan infrastruktur,

penggunaan lahan, potensi lahan dan adanya luasan dalam suatu hamparan (Pasal

9, UU No 41, 2009). Amanat UU tersebut perlu ditindaklanjuti dengan

mengidentifikasi lahan pertanian yang ada di Kabupaten Badung dan Kota

Denpasar dengan menentukan kriteria dan variabel sesuai dengan karakteristik

wilayah penelitian. Untuk membangun variabel diperlukan data-data penunjang

yang relevan. Data-data karakteristik wilayah di Kabupaten Badung dan Kota

Denpasar belum tersedia secara spasial. Data yang tersedia umumnya berbentuk

tabular, dan tidak lengkap, oleh karena itu untuk menyediakan data spasial

dibutuhkan teknologi spasial.

Salah satu teknologi spasial yang digunakan adalah sistem informasi

geografis (SIG) dan remote sensing. SIG merupakan suatu teknologi yang dapat

digunakan sebagai alat bantu untuk mengumpulkan, menyimpan, mengolah,

xx

menganalisis, dan menampilkan kondisi alam dengan bantuan data atribut dan

spasial (Harseno et al. (2007). Disamping itu SIG dapat mengarsipkan

(penyimpanan) semua data-data yang penting dalam suatu sistem informasi dan

kita juga dapat mengelola, memproses atau memanipulasi, menganalisis, serta

menampilkan kembali dalam bentuk data kompleks. Struktur data kompleks

tersebut mencakup baik jenis data spasial maupun atribut, oleh karena itu untuk

mengelola data yang kompleks ini, diperlukan suatu sistem informasi yang secara

terintegrasi mampu mengolah baik data spasial maupun data atribut ini secara

efektif dan efisien. SIG juga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu media

mempresentasikan semua data-data tentang subak (khususnya data spasial), serta

menyajikan karakteristik-karakteristik subak dan informasi yang terkait dengan

subak ke dalam komputerisasi. Remote Sensing (penginderaan jauh) merupakan

ilmu dan seni yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi dari suatu

objek di permukaan bumi dengan menggunakan suatu alat yang tidak

berhubungan langsung dengan objek yang dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1994).

Seluruh data-data variabel akan disajikan dalam bentuk spasial.

Data-data spasial di masing-masing daerah akan dilakukan analisis

spasial untuk mendapatkan nilai populasi data. Nilai populasi data akan

menunjukkan keragaman karakteristik wilayah. Nilai populasi juga menghasilkan

statistik sebaran data yang digunakan untuk mengklasifikasikan kawasan lestari,

penyangga dan terkonversi dalam berbagai pemodelan secara numerik.

Kawasan lestari menunjukkan areal sawah subak yang harus dilindungi

dalam kurun waktu tertentu. Kawasan penyangga menunjukkan areal sawah subak

xxi

yang dapat berfungsi sebagai kawasan lestari dan kawasan terkonversi. Kawasan

terkonversi menunjukkan areal sawah subak yang dapat mengalami alih fungsi

lahan dalam kurun waktu tertentu. Masing-masing areal sawah subak di setiap

kawasan dalam kurun waktu tertentu akan ditunjukkan di setiap areal subak di

Kabupaten Badung dan Kota Denpasar dalam sistem informasi geografis.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penulis melakukan penelitian

tentang lahan pertanian pangan berkelanjutan dengan judul “ Model Klasifikasi

Numerik Spasial Kawasan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan di Kabupaten

Badung dan Kota Denpasar “

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan utama yang ditemukan adalah :

1. Apakah parameter klasifikasi numerik spasial pertanian pangan

berkelanjutan di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar?

2. Bagaimanakah proyeksi neraca pangan di Kabupaten Badung dan Kota

Denpasar pada tahun 2020, 2030, 2040 dan 2050?

3. Bagaimanakah fungsi klasifikasi numerik spasial dalam pembuatan model

zonasi kawasan (lestari, penyangga dan terkonversi) lahan pertanian pangan

berkelanjutan di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar ?

4. Bagaimanakah model kawasan yang sesuai untuk melindungi lahan

pertanian pangan berkelanjutan dalam skala ruang dan waktu di Kabupaten

Badung dan Kota Denpasar?

1.3 Tujuan Penelitian

xxii

Tujuan penelitian dijabarkan dalam bentuk tujuan umum dan tujuan

khusus penelitian.

1.3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum penelitian ini adalah untuk menentukan model

klasifikasi numerik spasial yang berbasis informasi teknologi. Model yang akan

diadopsi dalam penelitian ini adalah model zonasi pertanian pangan

berkelanjutan yang sesuai dengan RTHK maupun dengan zonasi pertanian yang

dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakat dan dapat menyediakan lahan

untuk zonasi pertanian abadi dan lestari untuk dilindungi.

1.3.2 Tujuan Khusus

(1) Menentukan parameter klasifikasi numerik spasial pertanian pangan

berkelanjutan di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar.

(2) Mengetahui proyeksi neraca pangan di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar

tahun 2020, 2030, 2040, dan 2050.

(3) Menetapkan fungsi klasifikasi numerik spasial dalam pembuatan model zonasi

kawasan lahan pertanian berkelanjutan di Kabupaten Badung dan Kota

Denpasar.

(4) Menentukan model kawasan yang sesuai untuk melindungi lahan pertanian

berkelanjutan dalam skala ruang dan waktu di Kabupaten Badung dan Kota

Denpasar.

1.4 Manfaat Penelitian

xxiii

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masayarakat tani,

pemerintah sebagai pengambil kebijakan, dan perguruan tinggi sebagai

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1.4.1 Manfaat Akademik

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk :

a. Meningkatkan ilmu dan teknologi di bidang sumberdaya lahan (SDL)

b. Bahan kuliah di bidang Ilmu Tanah dan Lingkungan: perencanaan wilayah,

sistem informasi geografi (SIG), penginderaan jauh, dan Konservasi Tanah

dan air.

1.4.2 Manfaat Praktis

Model klasifikasi numerik dapat digunakan untuk membuat kajian

akademik PLP2B dan peta zonasi : kawasan lindung/lestari, penyangga dan

terkonversi.