ABSTRAK MASYIANI MINA LAILI. Npm : 070901025. · PDF fileMetode penelitian yang digunakan...

155
i ABSTRAK MASYIANI MINA LAILI. Npm : 070901025. Proses Pembelajaran Tata cara Ibadah Sesuai Ajaran Islan di Taman Kanak-Kanak Islam se-Kota Depok. Skripsi : Depok : Fakultas Ilmu Pendidikan : Program studi : Pendidikan Anak Usia Dini Islam, Universitas Nurul Fikri, November 2011. Indonesia adalah Negara yang penganut sebagian besarnya beragama Islam. Islam sangat berpengaruh terhadap pendidikan di Indonesia, baik pendidikan jalur formal dan nonformal. Karena hal inilah, yang menjadi tujuan penelitian ini untuk mengetahui tentang seberapa besar pengetahuan dan ketelitian guru dalam mengajarkan tata cara ibadah sesuai dengan sunnah, yang disampaikan pada siswanya dalam pembiasaan ibadah di sekolah. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis dan survei, yang merupakan pengumpulan data ataupun informasi dari keadaan dan gejala yang muncul ketika penelitian berlangsung. Data dan sumber data penelitian ini diperoleh dari Badan Musyawarah Pendidikan Swasta, dan ditujukan pada guru-guru yang mengajar di Taman kanak-Kanak Islam dengan populasi 15 Sekolah yang berada di wilayah Depok. Instrumen penelitian yang digunakan berupa angket, wawancara, observasi, rekaman arsip (foto, satuan kegiatan harian dan rekaman suara saat wawancara) yang ditujukan pada guru kelas yang memberikan pengajaran pembiasaan ibadah di kelas. Serta menggunakan observen yang berbeda agar dapat meminimalisir persepsi yang dimanipulatif.

Transcript of ABSTRAK MASYIANI MINA LAILI. Npm : 070901025. · PDF fileMetode penelitian yang digunakan...

i

ABSTRAK

MASYIANI MINA LAILI. Npm : 070901025. Proses Pembelajaran Tata cara Ibadah Sesuai Ajaran Islan di Taman Kanak-Kanak Islam se-Kota Depok. Skripsi : Depok : Fakultas Ilmu Pendidikan : Program studi : Pendidikan Anak Usia Dini Islam, Universitas Nurul Fikri, November 2011. Indonesia adalah Negara yang penganut sebagian besarnya beragama Islam. Islam sangat berpengaruh terhadap pendidikan di Indonesia, baik pendidikan jalur formal dan nonformal. Karena hal inilah, yang menjadi tujuan penelitian ini untuk mengetahui tentang seberapa besar pengetahuan dan ketelitian guru dalam mengajarkan tata cara ibadah sesuai dengan sunnah, yang disampaikan pada siswanya dalam pembiasaan ibadah di sekolah. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis dan survei, yang merupakan pengumpulan data ataupun informasi dari keadaan dan gejala yang muncul ketika penelitian berlangsung. Data dan sumber data penelitian ini diperoleh dari Badan Musyawarah Pendidikan Swasta, dan ditujukan pada guru-guru yang mengajar di Taman kanak-Kanak Islam dengan populasi 15 Sekolah yang berada di wilayah Depok. Instrumen penelitian yang digunakan berupa angket, wawancara, observasi, rekaman arsip (foto, satuan kegiatan harian dan rekaman suara saat wawancara) yang ditujukan pada guru kelas yang memberikan pengajaran pembiasaan ibadah di kelas. Serta menggunakan observen yang berbeda agar dapat meminimalisir persepsi yang dimanipulatif.

ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : Masyiani Mina Laili

Npm : 070901025

Fakultas : Ilmu Pendidikan

Program Studi : Pendidikan Anak Usia Dini Islam

Judul Skripsi : Proses Pembelajaran Tata Cara Ibadah Sesuai Ajaran

Islam di Taman Kanak-Kanak Islam se-Kota Depok

Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan

pada tanggal, 14 November 2011

Pembimbing,

Yudha Aviratri, S. Pd

iii

UNIVERSITAS NURUL FIKRI

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Proses Pembelajaran Tata Cara Ibadah Sesuai Ajaran Islam di

Taman Kanak-kanak se-Kota Depok

Nama : Masyiani Mina Laili

NPM : 070901025

Telah diujikan, Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Skripsi,

dan Direvisi sesuai saran Penguji

Pada Hari : Senin

Tanggal : 14 November 2011

TIM PENGUJI

Tanda Tangan

Ketua : Yanthi Haryati, M. Pd.

...................................

Penguji I : Drs. Suharyono ..………………………

Penguji II : Yudha aviratri, S. Pd. ………………………

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Saya sebagai peneliti dari skripsi ini, menyatakan dengan

sesungguhnya bahwa skripsi ini merupakan hasil karya saya sendiri. Apabila

kemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian isi skripsi ini bukan hasil karya

saya sendiri, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai yang tertera pada

Undang-undang nomor 20 tahun 2003 Bab IV pasal 25 tentang Sistem

Pendidikan Nasional.

Depok, November 2011 Masyiani Mina Laili

v

LEMBAR MOTTO

Apa yang harus terjadi pasti akan terjadi

Maju terus, dan..........

” TETAPLAH BERDIRI TEGAK.....DISAAT SEMUA TELAH RUNTUH”

”Jangan pernah mundur sebelum berperang dan menang”

Skripsi ini kuperuntukkan kepada:

Seluruh pendidik islam yang berada di muka bumi ini

Allahu akbar

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Swt beserta para RasulNya yang telah

menjadi perantara hidayah bagi seluruh umat Islam di dunia. Alhamdulillahi

Rabbil A’lamin, segala puji atas segala nikmat dan rahmat yang telah

dilimpahkan kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan penulisan ini

dengan semaksimal mungkin dan selesai pada waktu yang tepat.

Shalawat serta salam selalu menyertai kepada Nabi besar Muhammad

Saw, yang telah menjadi inspiransi terbesar bagi hamba-hamba yang telah

Allah izinkan untuk mendapatkan hidayah-Nya dari zaman ke zaman sampai

hari kiamat nanti.

Skripsi yang berjudul Proses Pembelajaran Tata Cara Ibadah Sesuai

Ajaran Islam di Taman kanak-kanak Islam se-Kota Depok ini ditulis guna untuk

memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana di

Universitas Nurul Fikri.

Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah peneliti menyampaikan rasa

hormat dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikhlas

memberikan bantuan, motivasi serta dorongan kepada peneliti dalam

menyelesaikan skripsi ini, peneliti berterima kasih kepada :

1. Ibu Yudha Aviratri, S. Pd. Selaku Dosen Pembimbing. Terima kasih atas

kesabarannya, motivasinya yang sangat besar, sehingga skripsi ini selesai

lebih cepat dari waktu yang semestinya.

2. Ibu Yanthi Haryati, M. Pd. Selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Nurul

Fikri.

3. Drs. Suharyono, selaku Dosen Penguji, Terima Kasih atas masukkannya

selama pengujian berlangsung.

vii

4. Mamah dan Papah tersayang. Terima Kasih yang tidak terbatas atas setiap

Do’anya, subsidinya, dukungannya yang tidak pernah lelah untuk terus

tercurahkan.

5. My big brother (pakde lubis) selaku guru spiritual yang memberikan

inspirasi terbesar dalam penuisan ini, terima kasih atas bantuannya dan

telah menjawab kesulitan-kesulitan terutama yang berhubungan dengan

hadits-hadits.

6. Bude Uun, mbak A’yun, mas Muhajir, Pakde Daus, om Tole, bude Yuli,

bude Umi, anak-anakku tercinta, Firtsy, Mizan, Shahih, Jiran dan Hasna.

Sebagai penyemangat yang tak ternilai.

7. My best Friend; Putri, Ina, Ijah, Ari, Leni, Terima Kasih telah menjadi

kolabolator dalam penelitian ini dan tetap menjadi sahabat terbaik hingga

saat ini, luv u L.

8. Teman-teman PH, Eka, Dian, Bu Susi, Bu Eti, Umy dan semuanya yang

tidak bisa disebutkan namanya satu persatu, terima kasih atas waktu,

bantuan serta masukkannya.

9. Seluruh teman-teman di Universitas Nurul Fikri, baik Program S1 Paudi,

PGTK D1 dan D2, dan terutama kepada, Iin, Ade, Yuniar, Dani, Dwi, Kia,

Mitha, sheyla, Lala, Deski, Dewi, Dian, Eka, Cici. Yang telah mendukung

proses penulisan ini.

10. Seluruh teman-teman divisi SD Lentera Insan, terutama kepada Bu Elly

selaku Kepala Sekolah yang telah memberikan izinnya untuk proses

penelitian ini. Bu Aini, Pak Ary, Bu Wulan, Bu Sari, Pak Eko, Bu Ami dan

semuanya yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas

bantuan, masukan dan dukungannya.

11. Seluruh pihak sekolah yang bersangkutan di Taman Kanak-Kanak Islam

yang telah meluangkan waktu dan tenaganya.

viii

Peneliti menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, baik

isinya, penyusunannya maupun tata bahasanya. Oleh karena itu apabila ada

saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak, maka pihak peneliti akan

menerima dengan tangan terbuka. Semoga penelitian skripsi ini tepat

memenuhi sasarannya.

Depok, November 2011 Masyiani Mina Laili

ix

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................ i

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................... iv

LEMBAR MOTTO ............................................................................... v

KATA PENGANTAR ............................................................................ iv

DAFTAR ISI ........................................................................................ viii

DAFTAR TABEL ............................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................ 1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ............................ 8

C. Pembatasan Fokus Penelitian ........................................ 9

D. Perumusan Masalah Penelitian ...................................... 10

E. Kegunaan Hasil Penelitian .............................................. 10

1. Manfaat Teoritis ...................................................... 10

2. Manfaat Praktis ...................................................... 11

BAB II ACUAN TEORITIK

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang diteliti ....................... 13

1. Taman Kanak-Kanak .............................................. 13

1.1 Definisi Taman Kanak-Kanak......................... 13

1.2 Taman Kanak-Kanak Islam (TKI) / Pendidkan

x

Keagamaan .................................................... 16

2. Definisi Islam .......................................................... 17

2.1 Karakteristik Agama Islam ............................. 21

3. Definisi Sunnah ...................................................... 36

3.1 Pemeliharaan Sunnah ................................... 31

4. Definisi Ibadah ........................................................ 36

4.1 Praktik Ibadah (Do’a, dalil, shalat dan

hari peringatan) .............................................. 43

4.1.1 Do’a dan dalil ........................................ 43

4.1.2 Shalat .................................................... 73

4.1.3 Hari Peringatan ..................................... 80

5. Proses Pembelajaran ............................................. 84

1. Hakikat proses belajar ................................... 84

2. Entering Behavior Siswa ................................ 85

6. Pendidikan Terhadap Anak (Tarbiyatul Aulad)............. 86

6.1 Kewajiban Mencontoh Rasulullah Saw

dalam Mendidik

Anak 88

6.2 Mendidik Anak Menurut Rasullah .................. 90

B. Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan ..................... 94

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Khusus Penelitian ............................................... 97

B. Pendekatan Metode yang digunakan dan Alasannya ..... 97

C. Metode Penelitian ........................................................... 98

1. Deskriptif Analisis ................................................... 98

2. Metode Survei ........................................................ 99

D. Latar Penelitian ............................................................... 100

xi

1. Latar Penelitian ...................................................... 100

2. Waktu Penelitian .................................................... 101

E. Data dan Sumber Data ................................................... 101

F. Prosedur Pengumpulan dan Perekaman Data ............... 102

1. Teknilk Sampling .................................................... 102

2. Instrumen Penelitian ............................................... 104

G. Analisis Data ................................................................... 110

H. Pemeriksaan atau Pengecekkan Keabsahan Data ......... 113

BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Deskriptif Data ................................................................ 116

B. Temuan Penelitian .......................................................... 120

C. Pembahasan Temuan dikaitkan dengan Justifikasi

Teoritik yang Relevan ..................................................... 132

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan ..................................................................... 136

B. Implikasi ....................................................................... 137

C. Saran ....................................................................... 138

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Daftar Sampel Penelitian ................................................ 103

Tabel 2 Kisi-kisi Acuan Observasi Tata Cara Ibadah

sesuai ajaran Islam di Taman Kanak-Kanak

Islam se-kota Depok................................................................ 105

Tabel 3 Kisi-kisi Acuan Wawancara Tata Cara Ibadah

sesuai ajaran Islam di Taman Kanak-Kanak

Islam se-kota Depok................................................................ 106

Tabel 4 Kisi-kisi Acuan Kuisioner Tata Cara Ibadah

sesuai ajaran Islam di Taman Kanak-Kanak

Islam se-kota Depok................................................................ 107

Tabel 5 Contoh Kodefikasi Instrumen .......................................... 109

Tabel 6 Konotasi Observasi Terhadap Responden ..................... 110

Tabel 7 Konotasi Wawancara Terhadap Responden .................. 111

Tabel 8 Konotasi Kuisioner Terhadap Responden ...................... 111

Tabel 9 Tabulasi Persentase Data …………………………………….. 121

Tabel 10 Hasil Interpretasi Data ................................................... 124

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Format Kuisioner

2. Format Observasi

3. Format Wawancara

4. Tabulasi Pengelompokkan Data kuisioner

5. Catatan Lapangan Hasil Observasi

6. Catatan Lapangan Hasil Wawancara

7. Rekaman Arsip berupa SKH (satuan kegiatan harian)

8. Surat Pernyataan Kesediaan Publikasi

9. Daftar Riwayat Hidup

xiv

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman beragama, yang

dianut sesuai dengan kepercayaan setiap individu. Agama yang dianut

oleh masyarat di Indonesia sebagian besar adalah agama Islam. Menurut

pelitian Pew Research Center on Religion Life1 pada bulan November

2010, merilis jumlah populasi umat Islam di Indonesia yang menurutnya

mencapai 13% dari keseluruhan populasi Islam di dunia. Data-data

tersebut terdiri dari 10 Negara dengan populasi muslim terbesar, yaitu ;

Indonesia 205 juta, Iran 75 juta, Pakistan 178 juta, Turki 75 juta,

Bangladesh 149 juta, Algeria 35 juta, Mesir 80 juta, Marokko 32 juta, dan

Nigeria 76 juta.

Indonesia merupakan bangsa penganut agama Islam terbesar.

Walaupun letak geografisnya berjauhan dengan negara dimana pertama

kali agama ini diturunkan, namun hal itu tidak menyurutkan penganutnya

untuk menjalankan ibadah kepadaNYA. Setelah Islam masuk ke

Indonesia, Islam berpengaruh cukup besar dalam berbagai bidang,

1 http://pewforum.org/muslim/muslim-population-of-indonesia.aspx. Rabu 24 agustus 2011. 10.00 wib

xv

termasuk dibidang politik, sosial, ekonomi, maupun kebudayaan. Antara

lainnya adalah pengaruh bahasa Indonesia yang cukup banyak

dipengaruhi oleh kosa kata dari bahasa Arab seperti wajib, nikah, lahir,

bathin dll. Pengaruh dalam budaya dan seni berkembang menjadi sebuah

kebiasaan seperti memuliakan tamu, ucapan salam, dan syukuran. Dapat

dijumpai pula pada seni musik, tari dan saman seperti rebana, marawis.

Seni arsitektur rumah peribadatan yang dipengaruhi oleh arsitektur mesjid

yang ada di wilayah Timur Tengah dan simbol kejayaan Islam di Eropa

seperti mesjid di Indonesia bahkan gereja. Pengaruh Islam dalam bidang

politik pun dapat dilihat dalam sistem pemerintahan kerajaan-kerajaan

Islam di Indonesia, yang mengadaptasi konsep khilafah atau kesultanan

seperti kerajaan di Aceh, Banten dan wilayah lainnya. Islam juga

berpengaruh pada bidang politik yang berimbas pada pengaruhya bidang

ekonomi.

Pengaruh Islam tidak hanya sampai di bidang politik, seni dan

ekonomi saja, Islam pun berpengaruh pada dunia Pendidikan di

Indonesia bahkan Agama Islam dijadikan mata pelajaran wajib baik dari

pendidikan jalur formal dan nonformal. Karena pengaruhnya yang luar

biasa, dan telah menjadikan Islam sebagai identitas penganutnya

sehingga sebagian sekolah mendirikan kurikulum maupun indikator

khusus bagi pembiasaan keislaman seperti sekolah yang berbasis Islam

Terpadu. Ataupun madrasah yang mempelajari agama Islam lebih

xvi

banyak dibandingkan sekolah umum lainnya, semua ini tentu karena

pertimbangan akan pentingnya pendidikan Agama Islam. Namun untuk

mendapatkan kualitas pengajaran Agama Islam yang sesuai dengan

sunnahnya, tidaklah semudah itu karena para pendidik maupun guru

harus dibekali pengetahuan yang cukup dengan berdasarkan kebenaran

tuntunan Rasul. Sebaliknya tidak dibenarkan bagi para guru yang

mengajarkan anak didiknya untuk beribadah hanya sebatas mengikuti

pengetahuan mereka tanpa mengkaji apakah yang telah mereka

sampaikan telah sesuai berdasarkan sunnah dengan dalil yang shahih

dari Rasulullah SAW.

Pembelajaran tentang agama Islam telah menjadi pengetahuan

yang diajarkan secara turun menurun sehingga pendidik, orang tua dan

guru mengajarkan tentang tata cara ibadah sesuai dengan apa yang

mereka dapatkan di sekolah maupun orang tua mereka sebelumnya. Hal

ini sangat disayangkan, karena masuknya ajaran Islam di Indonesia

akhirnya lambat laun menjadi pencampuran antara ritual ibadah dengan

keperibadatan dan budaya yang melekat sebagai tradisi. Pencampuran

inilah menjadi titik dimana seseorang tidak dapat membedakan manakah

yang sebenarnya benar-benar ajaran Islam dan mana yang telah

tercampur dengan adat/budaya. Sebagai contoh hal yang sudah

membudaya dan menjadi suatu adat pembiasaan salah satunya adalah

mengadakan perayaan dengan sebutan yang berbeda-beda namun

xvii

mengatasnamakan Islam dan ibadah seperti tahun baru Islam, Maulid

Nabi dan lainnya yang diniatkan untuk mengingatkan syiar Islam, hampir

disetiap sekolah memperingati hari tersebut dengan cara yang berbeda-

beda tentunya yang disesuaikan dengan pembiasaan di lingkungan

tersebut. Memperingati suatu hari kelahiran bukanlah pembiasaan ajaran

Islam bahkan Rasulullah tidak pernah mencontohkannya selain itu para

Shahabat Rasul pun tidak pernah merayakan hari kelahiran Rasul.

Mensyi’arkan Islam tidak harus dengan cara meramaikan dengan

berkumpul-kumpul dan diingatkan dengan cara mengkhususkan suatu

hari tertentu, apalagi dengan cara yang tidak ada perintah-Nya. Dahulu

Islam memiliki masa kejayaannya. Islam berjaya karena potensi yang

dimiliki penganutnya tanpa harus mengadakan atau meramai-ramaikan

hari tertentu, Islam telah dikenal dengan kebaikannya bahkan sangat

berpengaruh pada agama di luar Islam pada masanya. Namun sebaliknya

syi’ar Islam tidak akan berpengaruh apabila Islam hanya terlihat baik dari

luarnya saja sedangkan keropos di dalamnya.

Contoh pembiasaan ibadah lainnya yang membudaya dan sering

dilakukan adalah menutup majeils (pertemuan) dengan pengurutan

do’a/dzikir dan diakhiri dengan membaca surat al-Ashr, atau doa lain

dengan urutan yang telah ditentukan dan dikhususkan sedangkan

Rasulullah tidak pernah mencontohkannya. Kurangnya pengetahuan

pemeluk Agama Islam di Indonesia untuk mengetahui kebenaran tersebut

xviii

tentu karena faktor dari ayat-ayat al-Qur’an dan Al-hadits yang tidak

mudah dipahami oleh orang awam. Karena memiliki kandungan

pengertian yang harus dikaji agar dapat diketahui maksud dari ayat-ayat

tersebut. Dalam memahami sebuah ayat maupun hadits harus

berdasarkan sunnah. Tidak hanya sekedar pemahamannya sendiri,

sebagai contoh sebagian orang masih menghadiahkan bacaan ayat-ayat

al-Qur’an untuk kedua orang tuanya maupun orang lain,

Contoh-contoh kejadian diatas hanya sebagian kecil dari

pembiasaan yang terus berlangsung, hal tersebut akan menjadi fatal

apabila sebagai penganut agama Islam tidak mengetahui kemurnian

ajaran yang hakiki tentang hadist shahih dan palsu sehingga apapun yang

diketahuinya dikerjakan semua tanpa mencari tahu kebenarannya. Tentu

hal ini dilakukan dengan cara yang berbeda-beda, termasuk dengan cara

dikerjakan sesuai dengan pengetahuan dan kepercayaan terhadap

Mahzab tertentu. Padahal pada awal permulaan Islam tidak ada mazhab

dan tidak ada sekte-sekte. Pada awal Islam muncul, Islam bersih dari

pengaruh luar seperti adat-adat yang telah dicontohkan di atas. Kaum

muslim pada waktu itu mencapai kejayaannya. Telah diketahui bahwa

dengan adanya sekte-sekte dan mazhab-mazhab tertentu dapat

memecah belah kaum muslim serta dapat meruncing jurang pemisah

xix

antara mereka2. Berpegang teguh pada imam Mahzab adalah suatu

keharusan karena mereka adalah para imam yang memurnikan sunnah

Rasul dengan pengetahuan yang mereka dalami, namun yang dilarang

adalah fanatik terhadap salah satunya dan meninggalkan yang lainnya

serta mengatasnamakan mereka tanpa meneliti lagi keshahihannya. Oleh

karena itu hal tersebut harus dikembalikan lagi pada pentingnya untuk

berpegang teguh pada tuntunan Allah dan Rasul, yang telah menjadi

kewajiban umat Islam untuk menjaganya. Sesuai ayat yang dijelaskan di

bawah ini. Tertera dalam surat Asy-Syura : 21

ولول كلمة الفصل ين ما لم يأذن به للاه أم لهم شركاء شرعوا لهم من الد

المين لهم عذاب أليم لقضي بينهم وإنه الظه

“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan

selain Allah yang mensyari’atkan/menetapkan aturan agama bagi mereka yang tidak diizinkan Allah (diridhai) dan sekiranya tidak ada ketetapan yang menunda (hukuman dari Allah) tentulah hukuman diantara mereka telah dilaksanakan. Dan sungguh orang - orang zalim itu akan mendapat azab yang sangat pedih”3.

2 (FIQIH LIMA MAZHAB, MUHAMMAD JAWAD MUGHNIYAH, JAKARTA:LENTERA 2010. hal xvi-xvii 3 Syaamil Al-Qur’an Terjemah Tafsir Perkata, Desember 2010. Hal. 485

xx

ها تمسكوا بفعليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين من بعدي

عليها بالنواجذ ، وإياكم ومحدثات األمور ، فإن كل محدثة بدعة وعضوا

)رواه أبو داود والترمذي وصححه وابن ماجه(وكل بدعة ضاللة

“Hendaklah kamu semua berpegang teguh kepada sunnahku dan dan sunnah al-Khulafa ar-Rasyidin yang mendapatkan petunjuk setelahku. Peganglah oleh kalian semua sunnah itu dan gigitlah dengan gigi gerahan kalian. Berhati-hatilah kalian dari perkara-perkara baru (dalam agama) karena sesungguhnya perkara yang baru dalam agama adalah kesesatan”4.

Dapat di intepretasikan dari setiap orang yang melakukan ibadah

dengan sesuatu yang tidak disyari’atkan Allah atau dengan sesuatu yang

tidak pernah dilakukan oleh Nabi SAW dan al-Khulafa’ ar-Rasyidun maka

dia seorang mubtadi ’(pelaku pengada-adakan) baik ibadah yang

dilakukannya berkaitan dengan asma’ Allah dan sifatNya atau yang

berkaitan dengan hukum dan syari’atNya.

Agama Islam yang diturunkan oleh Allah kepada Rasul-Nya, adalah

apa yang diamalkan dan didakwahkan Rasul bersama para Sahabatnya.

Oleh karena itu, apabila dikatakan keyakinan atau perbuatan yang tidak

pernah ada atau tidak pernah terjadi pada zaman Nabi dan zaman

Sahabat maka artinya keyakinan atau perbuatan tersebut tidak ada

Sunnahnya. Apabila tidak berdasarkan Sunnah maka itu bukan dari

Islam. Hal-hal baru dalam Islam setelah Islam tersebut disempurnakan

4 Abu Dawud (4607), at-Tirmidzi (2676), Ibnu Majah (42)

xxi

ataupun hal-hal baru setelah Rasulullah SAW, baik berupa perkataan

ataupun perbuatan maka semua itu disebut sesuatu yang mengada-ada

karena hal inilah dalam masalah apapun yang berhubungan dengan

agama/ibadah harus dikembalikan lagi pada hukumnya, sesuai dengan

hadist berikut :

ضاللة ، و كل ضاللة في النار" ، و كل بدعة كل محدثة بدعة

“Sejelek-jelek urusan adalah yang baru (muhdats), dan setiap muhdats adalah mengada-ada (bid’ah) dan setiap bid’ah adalah sesat dan setiap kesesatan tempatnya di neraka”5.

وأ ها الهذين آمنوا أطيعوا للاه سول وأولي األمر منكم فإن تنازعتم يا أي طيعوا الره

واليوم الخر ذلك خير سول إن كنتم تؤمنون بالله والره وه إلى للاه في شيء فرد

وأحسن تأويالا

“Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah RasulNYA, dan ulil amri diantara kamu. Kemudian, jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama(bagimu) dan lebih baik akibatnya.”(an Nisaa’: 59)6

B. Indentifikasi Area dan Fokus Penelitian

Sebagai seorang guru yang mengajarkan anak didik mereka tentang

tata cara ibadah seharusnya berdasarkan sandaran dari Rasul

5 Muslim (3/11), Nasaa’I (3/188-189) 6 Syaamil Al-Qur’an Terjemah Tafsir Perkata, Desember 2010. Hal. 87

xxii

sebagaimana yang telah diperintahkan Rasul untuk ittiba’ (mengikuti) dan

dilarang ittida’ (mengada-ngada). Karena agama Islam telah sempurna

dan agama yang disyariatkan Allah dan Rasul-Nya. Oleh karena itu perlu

adanya identifikasi lebih lanjut kepada guru yang mengajarkan anak

didiknya, tentang pembiasaan beribadah berdasarkan tuntunan Allah dan

Rasul. Sebagaimana yang disabdakan Nabi :

هو ردما ليس منه ف من أحدث في أمرناعن عائشة رضي للا عنها قالت قال رسول للا

“Barang siapa yang mengada-ngadakan (suatu hal baru) dalam .7urusan (agama) kami ini yang bukan ajarannya, maka ia ditolak”

عليه أمرنا فهو رد من عمل عمالا ليس

“Barangsiapa yang mengerjakan suatu perbuatan yang tidak dilandasi oleh perintah kami, maka (perbuatan) itu ditolak”8.

ا اليوم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم السالم دينا

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu”. (al Maidah ayat 3)

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Setelah ditinjau dari luasnya pembahasan tentang tata cara ibadah

dan pembiasaan yang telah di ajarkan guru kepada siswanya dan akan

dilanjutkan tentang pengetahuan guru dalam mengkaji tata cara ibadah

7 (HR. Al-Bukhari. 2697). 8(HR. Muslim (1718).

xxiii

sesuai dengan sunnah. Maka peneliti membatasi masalah hanya tentang

ketelitian guru dalam mengajarkan tata cara ibadah sesuai dengan

sunnah, yang disampaikan pada siswanya dalam pembiasaan ibadah di

sekolah (berdoa, dalil, shalat dan perayaan/peringatan hari tertentu).

D. Perumusan Masalah Penelitian

Kurangnya pengetahuan dan ketelitian guru di Taman Kanak-Kanak

tentang tata cara ibadah kepada siswa di Taman Kanak-kanak sesuai

dengan ajaran Islam yang dilandasi sunnah Rasulullah SAW.

E. Kegunaan Hasil Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan dan

pertimbangan untuk penelitian selanjutnya tentang tata cara ibadah

termasuk pembiasaan berdoa maupun keagamaan di Taman

Kanak-kanak Islam yang sesuai tuntunan Sunnah dan Hadist yang

shahih sesuai dengan ajaran Allah dan Rasul. Sebagaimana yang

tertera dalam surat dan hadist yang menerangkan :

xxiv

قوا ا ول تفره جميعا واعتصموا بحبل للاه

”Berpegang kamu semua dengan tali Allah (al Qur’an dan as Sunnah), dan janganlah kamu berpecah belah.” (surat Ali ’imran ayat 103)9

صلى للا عليه وسلم ) عن ابن مسعود رضي للا عنه قال: قال رسول للاه

ة وما يزال دق يهدي إلى البر وإنه البره يهدي إلى الجنه دق فإنه الص عليكم بالص

دق حتهى ى الص جل يصدق ويتحره اكم والكذب فإنه الره يقاا وإيه صد يكتب عند للاه

جل يكذب ار وما يزال الره الكذب يهدي إلى الفجور وإنه الفجور يهدي إلى النه

ا ( ابا كذه فق عليه حتهى يكتب عند للاه مته

Dari Ibnu Mas'ud Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Hendaklah kalian selalu melakukan kebenaran karena kebenaran akan menuntun kepada kebaikan dan kebaikan itu menuntun ke surga. Jika seseorang selalu berbuat benar dan bersungguh dengan kebenaran ia akan ditulis di sisi Allah sebagai orang yang sangat benar. Jauhkanlah dirimu dari bohong karena bohong akan menuntun kepada kedurhakaan dan durhaka itu menuntun ke neraka. Jika seseorang selalu bohong dan bersungguh-sungguh dengan kebohongan ia akan ditulis di sisi Allah sebagai orang yang sangat pembohong." Muttafaq Alaihi10

2. Manfaat Praktis

Ditinjau dari kepentingan inilah menjadikan saya sebagai

peneliti ingin mengetahui lebih jauh tentang pembiasaan ibadah di

sekolah taman kanak-kanak khususnya yang berbasis Islam.

9Syaamil Al-Qur’an Terjemah Tafsir Perkata, Desember 2010. Hal. 63 10 Bulughul Maram min Adillatil Ahkaam (no. 1548)

xxv

Penelitian ini supaya dapat melihat pembiasaan di setiap sekolah,

selanjutnya akan diteliti lebih lanjut apakah sesuai dengan hadist

yang shahih atau tidak. Diharapkan para pendidik akan

mendapatkan pemahaman dan pengetahuan lebih dalam tentang

tata cara ibadah yang diterapkan sehingga mudah-mudahan dapat

menjadi amal jariyah kelak. Sesuai hadist di bawah ini;

صلى للا عليه وسلم ) من يرد و عن معاوية رضي للا عنه قال: قال رسول للاه

ين ( ا يفقهه في الد به خيرافق عليه للاه مته

Dari Muawiyah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah ia akan diberi pemahaman tentang agama." Muttafaq Alaihi11

11 Ibid (no. 1551)

xxvi

BAB II

ACUAN TEORITIK

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti

1. Taman Kanak-Kanak

Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan wadah pendidikan yang

menyediakan fasilitas pembelajaran yang disesuaikan dengan

kebutuhan setiap anak. Jalur formal, nonformal dan informal

menjadi sarana yang mendukung untuk membangun suatu pondasi

awal bagi generasi bangsa termasuk pendidikan TK yang menjadi

sasaran awal pembelajaran kejenjang berikutnya. Mengingat

kesadaran masyarakat akan pendidikan semakin meningkat, maka

TK akan menjadi salah satu solusi untuk memberikan kebutuhan

bagi masyarakat.

1. 1 Definisi Taman Kanak-Kanak

Undang-undang Republik Indonesia, nomor 20 tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 28

menerangkan bahwa; Pendidikan anak usia dini

diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, dapat

diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal,

dan atau informal. Pada jalur pendidikan formal berbentuk

xxvii

Taman kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau bentuk

lain yang sederajat. Pada jalur pendidikan nonformal

berbentuk kelompok bermain (KB), taman penitipan anak

(TPA), atau bentuk lain yang sederajat. pada jalur pendidikan

informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang

diselenggarakan oleh lingkungan. Ketentuan mengenai

pendidikan anak usia dini sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan

peraturan pemerintah12.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 58 tahun

2009, tanggal 17 september 2009, standar Pendidikan Anak

Usia Dini menyatakan13, bahwa Undang-undang Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 14

menyatakan ; Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu

upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar

anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih

lanjut. Perkembangan dalam masyarakat telah menunjukkan

12 Sisdiknas.pdf.sistem pendidikan 2 th 2003. hal 9 13 Permen-no-58-th-2009-ttg-paud

xxviii

kepedulian terhadap masalah pendidikan, pengasuhan, dan

perlindungan anak usia dini untuk usia 0-6 tahun dengan

berbagai jenis layanan sesuai dengan kondisi dan

kemampuan yang ada, baik dalam jalur pendidikan formal

maupun non formal. Penyelenggaraan PAUD jalur pendidikan

formal berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK)/Raudhatul Atfal

(RA) dan bentuk lain yang sederajat, yang menggunakan

program untuk anak usia 4–6 tahun. Pendidikan anak usia dini

(PAUD) jalur pendidikan nonformal berbentuk Taman

Penitipan Anak (TPA) dan bentuk lain yang sederajat, yang

menggunakan program untuk anak usia 0–<2 tahun, 2–<4

tahun, 4–6 tahun dan Program Pengasuhan untuk anak usia

0-6 tahun; Kelompok Bermain (KB) dan bentuk lain yang

sederajat, menggunakan program untuk anak usia 2-<4 tahun

dan 4–6 tahun.

Pendidikan bagi anak usia dini merupakan tahap awal

sebagai program pengembangan yang didukung oleh semua

kalangan baik pemerintah, pendidik dan masyarakat. Usia

anak yang masih relatif muda, pendidikan dimulai sedini

mungkin agar anak-anak memiliki proses yang matang dalam

tahapan awal kehidupannya. Mengingat pentingnya proses

yang akan dijalani maka menjadi sangat penting untuk

xxix

menjaga tahapan pembelajaran yang sesuai dengan

kebutuhannya.

1.2 Taman Kanak–Kanak Islam (TKI)/Pendidikan Keagamaan

Pasal 30, tentang Pendidikan keagamaan

diselenggarakan oleh Pemerintah dan atau kelompok

masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Pendidikan keagamaan berfungsi

mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat

yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran

agamanya dan atau menjadi ahli ilmu agama. Pendidikan

keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan

formal, nonformal, dan informal. Pendidikan keagamaan

berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, pasraman,

pabhaja samanera, dan bentuk lain yang sejenis. Ketentuan

mengenai pendidikan keagamaan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut

dengan peraturan pemerintah. Diperkuat pada Pasal 12

bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan

berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan

agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang

xxx

seagama serta mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai

dengan bakat, minat, dan kemampuannya14.

Pendidikan keagamaan menjadi sorotan besar bagi

warga Indonesia yang mayoritas beragama Islam, untuk

mendapatkan pembelajaran agama Islam yang mendalam

dibutuhkan jalur-jalur pendidikan yang mengedepankan etika

dalam beragama. Ajaran Islam menjadi sumber tuntunan

utama bagi penganutnya, karena pentingnya pengetahuan

ilmu untuk menjalani pondasi spiritual sesorang dengan

Tuhannya. Oleh karena itulah jalur pendidikan berbasis Islam

menjadi kian meluas karena kebutuhan dan keingintahuan

warganya akan pengetahuan tersebut. Salah satunya adalah

Taman Kanak-Kanak berbasis Islam yang menjadi

pengharapan bagi orang tua agar anak-anak mereka sejak dini

sudah memiliki pondasi awal beragama dengan harapan akan

menjadi amal jariyah mereka kelak.

2. Definisi Islam

Manusia hidup seyogianya memiliki nurani untuk beragama

sebagai sandaran kehidupannya. Keyakinan dalam beragama telah

14 Sisdiknas.pdf.sistem pendidikan 2 th 2003. hal 20

xxxi

menunjukkan seseorang untuk percaya keberadaan tuhannya yang

maha kuasa atas ketidakberdayaan dan lemahnya kemampuan

manusia yang terbatas.

Islam merupakan agama yang dipilih penganutnya sebagai

pondasi kekuatan untuk menghadapi jalan kehidupan yang akan

dipilihnya. Islam mengajarkan seseorang untuk selalu berbuat

sesuatu hal yang dapat memuliakan kehidupannya, karena pada

dasarnya Islam mengajarkan sesuatu yang mudah dan tidak

mempersulit bagi yang mengamalkannya. Oleh karena itu dalam

menjalankan syari’at Islam tidak dapat sesuka hati untuk membuat

peraturannya sendiri, sebab Islam agama milik Allah sang pencipta,

maka menjalankannyapun harus dikembalikan pada peraturan sang

pencipta-Nya. Pengertian ini menunjukkan bahwa Islam diakui

dengan lisan, keyakinan dalam hati dan berserah diri kepada Allah

atas semua yang telah ditentukan dan ditakdirkan.

Islam secara etimologi (bahasa) berarti tunduk, patuh, atau

berserah diri. Menurut terminologi (istilah syari’at) memiliki

pengertian yang mencakup seluruh Islam, baik ushul (pokok), furu

(cabang), juga termasuk masalah ’aqidah, ibadah, keyakinan,

perkataan dan perubahan15.

15 Yazid bin Abdul Qadir Jawas.2011. Prinsip Dasar Islam. Hal 21-23

xxxii

السالم وما اختلف الهذين أوتوا الكتاب إله من بعد ما جاءهم العلم بغيا إنه الد ا ين عند للاه

سريع الحساب فإنه للاه بينهم ومن يكفر بآيات للاه

Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian diantara mereka. Barang siapa yang ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitunganNYA. (Qs. Ali ’Imran:19)16

ا فلن يقبل منه وهو في الخرة من الخاسرين وم ن يبتغ غير السالم دينا

Dan barang siapa yang mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi. (Qs. Ali ’Imran:85)17

Menurut Syaikh al-Imam Muhammad bin A’bdul Wahhab,

definisi Islam adalah :

Islam adalah berserah diri kepada Allah dengan mentauhidkan-Nya, tunduk dan patuh kepadaNya dengan ketaatan dan berlepas diri dari perbuatan syirik dan para pelakunya.

Apabila ”Islam” disebut bersamaan dengan kata iman, maka

yang dimaksud Islam adalah perkataan dan amal-amal lahiriyah

yang dengannya terjaga diri dan hartanya (tidak boleh diperangi

(dibunuh) dan tidak boleh dirampas hartanya). Baik dia meyakini

16Syaamil Al-Qur’an Terjemah Tafsir Perkata, Desember 2010. Hal 52 17Hal 61, Ibid

xxxiii

Islam atau tidak. Sedangkan kata iman berhubungan dengan amal

hati.

Sebagaimana firman Allah,

ا يدخل اليمان في قلوبكم ا قل لم تؤمنوا ولكن قولوا أسلمنا ولمه إن و قالت األعراب آمنه

ورسوله ل يلتكم من أ غفور رحيم تطيعوا للاه

ا إنه للاه عمالكم شيئا

Orang-orang arab Badui berkata, ”kami telah beriman”. Katakanlah kepada mereka, ”kamu belum beriman”, tetapi katakanlah, kami telah tunduk (Islam), iman belum masuk ke dalam hati kalian. Dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dia tidak akan mengurangi sedikitpun (pahala) amalmu. Sungguh Allah maha pengampun, maha penyayang. (Qs. Al-Hujuraat:14)18

Islam merupakan agama yang menjadi pilihan Allah SWT,

oleh karena itu untuk memahami dan mendalami tentang Islam

tidak bisa memakai logika manusia semata, namun harus

dikembalikan pada tuntunan sang penciptaNya. Setiap individu

berhak mengaku dirinya sebagai Islam baik dengan lisan ataupun

perbuatannya, namun untuk menjadi seseorang yang benar-benar

Islam membutuhkan keyakinan dengan hati dan berserah diri

kepada Allah secara utuh tanpa ada rasa pamrih terhadap satu

orang pun. Hal ini menjadi tuntutan untuk mengikhlaskan dirinya

untuk bergantung hanya kepadaNya, dan hanya orang tersebut

18 Ibid Hal 517,

xxxiv

dan Allah yang mengetahui apakah seseorang itu benar-benar

Islam atau Islam hanya sebagai formalitas semata.

2. 1 Karakteristik Agama Islam

Karakteristik yang terdapat pada Islam dapat

mengokohkan kelebihan Islam dan membuat manusia sangat

membutuhkannya. Islam yang datang dari sisi Allah

merupakan Islam dengan peraturan dan larangan yang telah

ditetapkan-Nya, semua itu dikarenakan Allah maha

mengetahui terhadap kebutuhan makhluk yang diciptakan-

Nya.

Sesungguhnya Allah lebih mengetahui apa yang menjadi

mashlahat (kebaikan) bagi hamba-hamba-Nya, , termasuk

kejadian awal dan akhir manusia serta tujuan diciptakannya19.

Sesuai firman Allah;

أل يعلم من خلق وهو اللهطيف الخبير

Apakah (pantas) Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui? Dan Dia Mahahalus, maha mengetahui. (Qs. Al-Mulk:14)

خرىمنها خلقناكم وفيها نعيدكم ومنها نخرجكم تارةا أ

19 Dinukil dan diringkas dari ath-thariiq ilal Islaam oleh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, cet. I, Darul Wathm, th. 1412 H dan kitab-kitab lainnya.

xxxv

”Darinya (tanah) itulah kami menciptakan kamu dan kepadanyalah kami akan mengembalikan kamu dan dari sanalah kami akan mengeluarkan kamu pada waktu yang lain”. (Qs. Taahaa:55)

Islam tidak pernah bertentangan dengan fitrah dan akal

manusia. Islam memperhatikan akal dan mengajaknya berfikir,

melarang ketidaktahuan dan taqlid buta, oleh karena itu

menuntut ilmu syar’i dalam Islam adalah kewajiban setiap

muslim dan muslimah. Ilmu yang akan mengangkat derajat

orang-orang yang mengamalkannya menujun ke derajat yang

paling tinggi. Dalam firman Allah;

ر أولو األلباب ما يتذكه قل هل يستوي الهذين يعلمون والهذين ل يعلمون إنه

Katakanlah, ”apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” sesungguhnya orang yang berakal yang mengambil peringatan (Qs. Az-zumar:9)

مع والبصر والفؤاد كل أولئك كان عنه ول تقف ما ليس لك به علم إنه السه

مسئولا

Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggung jawaban.(Qs. Al-israa:36)

بما تعملون خبير الهذين آمنوا منكم والهذين أوتوا العلم درجات وللاه يرفع للاه

xxxvi

Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. (Qs. Al-Mujaadilah:11)20

Allah menjamin kebahagiaan, kemuliaan dan

kemenangan bagi orang-orang yang berpegang teguh dan

menerapkan Islam dalam kehidupannya. Islam juga terdapat

penyelesaian bagi segala problematika, karena syari’at dan

dasar-dasar ajarannya mencakup segala hukum bagi segala

peristiwa yang tidak terbatas. Termasuk syari’at Islam yang

bijak dalam mengatur semua bangsa, yang memberikan solusi

dari setiap masalah, memperhatikan kemaslahatan dan hak-

hak manusia. Sesuai firman Allah;

هم في األرض كما الحات ليستخلفنه الهذين آمنوا منكم وعملوا الصهوعد للاه

ننه لهم دينهم الهذ ي ارتضى لهم استخلف الهذين من قبلهم وليمك

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, (Qs. An-nuur:55)

Islam merupakan agama cinta, kebersamaan,

persahabatan dan kasih sayang sesama kaum mukminin yang

20 Hal 357. Ibid

xxxvii

mengedepankan kesungguan, keseriusan, beramal dan

berakhlak mulia. Karena Islam adalah agama yang sangat

jauh dari kontradiksi. Islam merupakan ajaran yang sangat

jelas dan mudah dipahami. Berpegang teguh kepada Islam

akan memberikan maslahat (manfaat) bagi semua umat

disetiap masa dan tempat. Oleh karena itu dunia tidak akan

menjadi baik melainkan dengan agama Islam. Semakin

modern zaman dan semakin majunya bangsa akan selalu

muncul bukti baru yang menunjukkan keabsahan Islam serta

ketinggian nilainya dan semua itu bukan berarti Islam tunduk

(mengikuti) kamauan manusia namun justru sebaliknya.

Sebagaimana yang tersirat di dalam hadits ini;

الرحمن، فارحموا من في األرض يرحمكم من في السماء( الراحمون يرحمهم)

Orang-orang yang saling sayang menyayangi akan dikasihi oleh Allah Yang Maha Pengasih, Maha Perkasa lagi Maha Tinggi. Maka sayangilah orang yang ada di muka bumi, niscaya kalian disayangi oleh Allah yang ada di langit21.

عيف وفى كل خير احرص المؤمن القوى خير وأحب إلى للا من المؤمن الضه

على ما ينفعك واستعن بالل ول تعجز وإن أصابك شىء فال تقل لو أنى فعلت

يطان كان كذا وكذا. ولكن قل قدر للا وما شاء فعل فإنه لو تفتح عمل الشه

21 Shahih:Hr. Abu Dawud (no.4941)

xxxviii

”Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan. Bersungguh-sunnguhlah dalam menuntut sesuatu yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah (dalam segala urusanmu)serta janganlah sekali-kali engkau merasa lemah. Apabila engkau terkena musibah, janganlah engkau berkata, ”seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini dan begitu”, tetapi katakanlah, ”ini telah ditakdirkan Allah, dan Allah berbuat apa yang Dia kehendaki, karena ucapan ”seandainya”, akan membuka pintu perbuatan syaitan22.

لوجدوا فيه اختالفاا رون القرآن ولو كان من عند غير للاه أفال يتدبه

ا كثيرا

Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya (Qs. An-Nisaa:82) ئة ادفع بالهتي هي أحسن فإذا الهذي بينك وبينه ي ول تستوي الحسنة ول السه

ه ولي حميم عداوة كأنه

Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia (Qs. Fushshilat:34)

Islam turun untuk memuliakan umat manusia agar

menjadi lebih baik, karena tatanannya yang mencakup

seluruh aspek kehidupan manusia. Apabila seseorang

22 Shahih : HR. Muslim (no. 2664(34)) dari sahabat Abu Hurairah

xxxix

memahami dan memperdalam akan ajaran Islam maka ia

akan mengetahui bahwa Islam itu mudah dan menuntun

seseorang hidup dalam kedamaian serta memiliki tujuan arah

hidupnya. Islam akan mengiring seseorang hidup bahagia

dikehidupan selanjutnya. Jika seseorang dengan Islam

merasa disulitkan dan tidak bahagia maka ia belum

memahami secara hakiki agama Islam dengan sebenar-

benarnya ataupun, karena Allah belum mengizinkannya

mendapatkan rahmat dan nikmatnya hidayah yang Allah

berikan untuk hamba-hamba yang dipilih-Nya.

3. Definisi Sunnah

Sunnah merupakan bagian dari cara menjalankan syari’at

Islam, tanpa sunnah maka seseorang tidak dapat menjalankan

Islam dengan sempurna. Oleh karena itu menjadi sangat penting

bagi seseorang untuk mempelajari tata cara sunnah yang berperan

sangat penting untuk memurnikan Islam. Apabila suatu keyakinan

ataupun perbuatan yang sama sekali tidak ada asal usulnya dari

agama yang mulia ini maka itu bukan Sunnah atau dapat diartikan

mengada-ada.

Sunnah menurut bahasa artinya “ath thariqah” atau “as sirah”

(jalan atau perjalanan.) Menurut istilah artinya setiap perkataan,

xl

perbuatan dan taqriri (persetujuan) dari Nabi SAW (Sunnah muradif)

yaitu hadist 23. Sunnah memiliki arti yang sesuai dengan bahasanya,

yaitu “jalan” atau “perjalanan”, maksudnya perjalanan Nabi SAW di

dalam mengamalkan dan mendakwahkan Islam yang meliputi

‘aqidah, ibadah, mu’alamat, ahklak dan praktek atau perbuatan

yang terjadi pada zaman Rasulullah SAW atau yang telah disepakati

oleh para Shahabat baik perbuatan yang terjadi pada zaman

mereka. Karena hal inilah yang mewajibkan seorang muslim untuk

berpegang teguh kepada ajaran yang telah ditetapkan Allah dan

Rasul-NYA tanpa memilih-memilih amalan terhadap yang lebih

disukainya. Sesuai dengan ayat di bawah ini.

بع غير سبيل المؤمنين نوله ما ن له الهدى ويته سول من بعد ما تبيه ومن يشاقق الره

ا م وساءت مصيرا تولهى ونصله جهنه

“Barang siapa yang menentang /memusuhi Rasul sesudah nyata baginya al hidayah (kebenaran) dan dia mengikuti selain jalannya orang-orang mu’min, niscaya akan kami palingkan (sesatkan) dia kemana dia berpaling (tersesat) dan akan kami masukkan dia ke dalam jahannam dan jahannam adalah seburuk-buruknya tempat kembali”. (an Nisaa’: 115)

23 Abdul Hakim bin Amir Abdat, 2008. Risalah Bid’ah. Hal 9-10

xli

Berdasarkan kaidah yang berlaku menurut ulama

sebagaimana perkataan syaikhul Islam Ibnu Taimiyah24 :

“Sesungguhnya amalan makhluk terbagi kepada: Pertama; Ibadah yang mereka jadikan sebagai agama, dengan adanya mereka akan mendapatkan manfaat diakhirat atau di dunia dan akhirat. Dan kedua; Adat Istiadat (tradisi) yang dengannya mereka akan mendapatkan manfaat dalam kehidupan mereka”.

Hukum perkara ibadah dianjurkan melakukannya sesuai

dengan apa yang disyari’atkan oleh Allah SWT sedangkan

hukum perkara Al-‘Adat (adat-istiadat)25 yaitu hal yang

diperbolehkan untuk dilakukan kecuali apa yang telah dilarang

oleh Allah SWT. Allah memperbolehkan untuk melakukan

inovasi di dunia dan di bidang produksi, dengan syarat harus

tetap memperhatikan nilai-nilai keadilan yang mendatangkan

manfaat bagi kepentingan banyak orang dan tidak

mengakibatkan kerugian (mafsadat)26. Sebagai contoh

seorang guru melarang anak didiknya membawa bekal

makanan yang terbuat dari bahan berbahaya (seperti

makanan yang mengandung bahan pengawet) guna

ditinggalkan dan makanan yang tidak berbahaya untuk dapat

24 Al-iqtidha’ (2/582) 25 Al-I’tisham (1/37) 26 Ushul fi al-Bida’I wa as-Sunan (hal. 106)

xlii

dikonsumsi. Hal ini sama sekali tidak berarti bahwa guru telah

menghalalkan makanan yang tidak berbahaya atau

mengharamkan makanan yang berbahaya, akan tetapi

sebatas memberikan petunjuk atau hanya saran saja. Karena

yang menetapkan haram dan halal hanya Allah dan Rasul-

NYA, sebagaimana yang Allah firmankan :

م عليهم الخبائث بات ويحر ي ويحل لهم الطه

“Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk”. (Al-a’raf:157)

Perkara yang dilarang dalam hal baru maksudnya

bukanlah perkara biasa atau lazim yang berkaitan dengan adat

dan kebiasaan duniawi27. Walau perkara tersebut merupakan

sesuatu yang baru seperti perkara baru yang terjadi di masa

kini, semisal mikrofon, pesawat terbang ataupun pencetakan

al-Qur’an. Hal tersebut bukanlah yang dimaksud dengan hal

baru yang menyalahi sunnah. Para ulama’ mengartikan hal

baru yang diada-adakan adalah hal yang berkaitan dengan

agama. Mengada-adakan urusan agama dalam bentuk ibadah

yang tidak pernah disyari’atkan oleh Allah adalah larangan,

sedangkan dalam urusan keduniaan jika di dalamnya ada sisi

27 Al-Lajnah ad-Da’imah li al-Buhuts al-Ilmiyah wa al-Ifta’, fatwa no. 2577

xliii

kebaikan dan manfaat lebih besar dari pada kerusakan dan

kerugian maka hal itu diperbolehkan, namun jika tidak

demikian maka tidak diperbolehkan. Seperti berbagai jenis

kendaraan, yang termasuk adat keduniaan yang baru yang

tidak ada larangan dari syari’at berkenaan dengannya selama

tidak dalam rangka membantu kemungkaran.

Allah SWT menurunkan Islam bersama dengan tata cara

menjalaninya melewati kitab (al Qur’an) dan untusan-Nya

(Rasul dan Sunnah) sehingga untuk menjalankan perintah dan

larangan-Nya pun telah ada tuntunannya. Artinya seseorang

tidak bisa membuat peraturannya sendiri dalam menjalankan

Islam yang telah Allah buat peraturannya. Termasuk terhadap

tata cara ibadah yang telah Allah tentukan cara sahnya agar

suatu ibadah dapat diterima disisi-Nya. Menjalankan tata cara

ibadah seseorang tidak bisa menggunakan logika maupun

pendapatnya sendiri, walaupun ia merasa hal itu baik. Allah

telah menurunkan Islam secara sempurna. Islam bukanlah

agama buatan manusia sehingga menjalankannya pun tidak

dengan pemikiran manusia, melainkan apa yang menurut-Nya

benar. Semua harus berdasarkan perintah dan larangan-Nya

beserta Rasul yang telah ditetapkan-Nya. Termasuk dalam

bidang metode dan sarana adalah dua hal yang berbeda,

xliv

sarana yang mendukung kelancaran beribadah maka hal itu

diperbolehkan namun untuk sebuah metode tidak bisa dengan

cara yang dibuat sendiri karena metode/tata cara beribadah

telah ada tuntunannya.

Ibadah merupakan salah satu cara seseorang

mendapatkan keridha’an dan surganya, namun jika cara

menjalankannya tidak sesuai dengan tuntunan Allah dan

Rasul maka perbuatan tersebut tidak akan diterima. Oleh

karena itu sangatlah penting bagi setiap individu untuk meneliti

terlebih dahulu terhadap Ibadah yang akan dijalankannya

bahkan tata cara ibadah yang akan diajarkan kepada orang

lain, karena semua itu akan dipertanggungjawabkan. Jika

bertindak tidak sesuai dengan tuntunan sunnah maka dengan

otomatis ia menjalankan sesuatu yang tidak diakui sebagai

penganut-Nya dan umat Rasul-Nya.

3. 1 Pemeliharaan Sunnah

Allah menetapkan diri-Nya untuk menjaga dan

memelihara kesempurnaannya Al Qur’an dan Al Hadits

sampai hari kiamat, walaupun ada hadits-hadits yang diakui

sebagai hadits Rasul yang telah banyak dipalsukan. Hadits

shahih justru didustakan, ditolak, digugat dan dihujat. Allah

xlv

menegaskan bahwa Dialah yang menurunkan dan

menjaganya. Inilah yang dimaksud dengan pemeliharaan

tersebut. Pemeliharaan dan penjagaan terhadap dasar hukum

Islam, Al Qur’an dan As sunnah. Seperti yang ditegas oleh

Abdul Hakim bahwa Allah tidak menjelaskan di dalam Al

Qur’an bagaimana cara mendirikan shalat dari takbir sampai

salam begitu pula tentang kisah Nabi SAW dari awal sampai

akhir secara terperinci28. Inilah sebabnya apabila hadist tidak

terpelihara maka Al Qur’an pun tidak terjaga, yang menjadikan

Al Qur’an tidak bisa diamalkan karena menafsirkan sunnah

atau hadist yang tidak terpelihara.

Sunnah atau hadits merupakan wahyu kedua setelah wahyu

yang pertama yaitu Al Qur’an sebagaimana firman Allah;

كر وإنه لنا الذ ا نحن نزه ا له لحافظون إنه

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami jugalah yang akan tetap memeliharanya.” (Qs. Al Hijr ayat 9)

وما ينطق عن الهوى إن هو إله وحي يوحى

“Dan dia (Muhammad) tiadaklah berbicara dengan kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)”. (Qs. An Najm ayat 3 & 4).

28Abdul Hakim bin Amir Abdat. 2011. Hadist-hadist Dha’if & Maudhu” .hal 37-39

xlvi

Menurut madzhab Imam Malik, Syafi’iy, Ahmad bin

Hambal, Yahya bin Ma’in, Abdurrahman bin Mahdi, Ibnul

Madini, Bukhari, Muslim, Ibnu Abdil Bar, Ibnu Hazm dan lain-

lain dari para imam ahli hadist (seperti Syaikh Albani pada

abad ini) mereka semua tidak memperbolehkan secara

mutlak mengamalkan hadist-hadist dha’if meskipun hanya

untuk fadhaa-ilul a’mal dan lain-lain. Tidak ada lagi hujjah

kecuali dari hadist-hadist yang telah sah datangnya dari

Rasulullah SAW.

Kesalahan yang terjadi di dalam memahami hadist dha’if,

diantaranya jika seseorang menyangka bahwa masalah

mengamalkan hadist-hadist dha’if untuk fadhaa-ilul a’mal atau

targhib (hadist-hadist yang menggemarkan untuk

mengerjakan suatu amalan) dan tarhib (hadist-hadist yang

menakuti agar menjauhi dari mengerjakan suatu amalan) tidak

ada lagi perselisihan tentang kebolehannya diantara para para

ulama.

Kesalahan dalam memahami hadits dha’if salah satunya

ialah dengan mengamalkan hadits dha’if menurut sebagian

orang untuk menetapkan tentang suatu amal. Adakalanya

mewajibkan, menyunahkan, mengharamkan atau

memakruhkannya meskipun tidak datang nash dari Al Kitab

xlvii

dan Sunnah. Seperti halnya menetapkan hadist-hadist dha’if

pada beberapa macam shalat-shalat sunnah dan ibadah

lainnya yang sama sekali tidak ada dalilnya yang shahih dari

sunnah secara tafsil (terperinci) yang menjelaskan tentang

sunnah, jika hal tersebut terjadi maka jelas telah menyalahi

ijma’ ulama sebagaimana yang telah ditegaskan oleh Syaikhul

Islam Ibnu Taimiyyah. Karena barang siapa yang

menetapkan/istbat tentang suatu amal yang tidak ada

nash/dalilnnya dari Al Kitab dan Sunnah, baik secara

jumlah/mujmal yakni garis besarnya saja dan tafshil

(terperinci) atau secara tafshilnya saja, maka sungguh dia

telah membuat syari’at baru yang tidak diizinkan oleh Allah.

Imam Syafi’iy telah memperingatkan dengan perkataannya

yang sangat mashyur, yaitu;

“Barang siapa yang menganggap baik tentang sesuatu amal yang tidak ada nashnya dari Al kitab dan Sunnah, maka sesungguhnya dia telah membuat syari’at/agama baru” 29.

Hadits dha’if memiliki perbedaan derajat satu sama lain,

semua itu disebabkan banyak atau sedikitnya syarat-syarat

hadist shahih atau hasan yang tidak dipenuhi. Hadist yang

29 Abdul Hakim bin Amir Abdat. 2011. Hadist-hadist Dha’if & Maudhu. .hal 46-50

xlviii

dikarenakan tidak bersambung sanadnya dan tidak adil

rawinya, adalah lebih dha’if daripada hadist dha’if yang hanya

keguguran satu syarat makbul (syarat-syarat yang diterima

untuk hadist shahih dan hasan) saja baik pada sanadnya

maupun rawinya30. Satu hadist dikatakan dha’if adakalanya

dikarenakan terputus sanadnya (jalannya orang yang

meriwayatkan hadist dari fulan ke fulan dan seterusnya).

Misalnya seorang perawi tidak berjumpa atau mendengar

hadist tersebut dari syaikhnya (gurunya). Adakalanya karena

cacat dan tercelanya seorang rawi atau lebih di dalam satu

hadist. Cacat dan tercelanya seorang rawi diantaranya, dia

berbohong dengan mengatasnamakan Nabi SAW atau dia

biasa berbohong kepada manusia, atau dia seorang yang

fasiq, atau dia seorang ahlul bid’ah yang mengajak manusia

kepada bid’ahnya, atau dia tidak dikenal dirinya (majhul) atau

dia tidak dikenal namanya (mubham) atau dia seorang buruk

hafalannya atau sering salah, dan lain-lain31. Adapun yang

dimaksud hadist dha’if ialah;

ما فقدشرطا اواكثر من شروط الصحيح اوالحسن

30 Drs. Fatchur Rahman. 1974. Mushthalahul Hadist. Hal 166 31 Abdul Hakim bin Amir Abdat. 2011. Hadist-hadist Dha’if & Maudhu. .hal 58

xlix

“hadist yang kehilangan satu syarat atau lebih dari syarat-syarat hadist-hadist shahih atau hadist hasan”32.

4. Definisi Ibadah

Sunnah merupakan syari’at yang berkaitan erat dengan tata

cara ibadah. Karena untuk menjalankan suatu ibadah dibutuhkan

tuntunan dan tata cara yang mengatur di dalamnya. Mengkaji dan

mengenal sunnah di dalam menjalankan ibadah menjadikan

mubtadi (pelaku) tidak akan keluar dari syari’at yang telah ada

ketentuannya dan yang menjadi syarat sah diteimanya suatu

ibadah. Ibadah adalah suatu amalan yang akan mengantarkan

seseorang ke gerbang pintu kebahagiaan setelah kehidupannya di

dunia oleh karena itu amalan yang di jalankan sepanjang hayatnya

akan menjadi sia-sia jika tidak dapat memahami kaidah sunnah.

Seperti yang telah diterangkan sebelumnya bahwa keyakinan

(I’tiqad) atau perbuatan yang sama sekali tidak ada asal usulnya

dari agama yang mulia ini maka itu bukan Sunnah atau dapat

32 Manhaj Dzawi’n-Nadhar, Muh. Mahfudh At-Tarmusy, hal:29

l

diartikan mengada-ada dengan cara membuat aturan sendiri dalam

beribadah.

Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri

serta tunduk. Sedangkan menurut istilah syar’i (terminologi), ibadah

mempunyai beberapa definisi, tetapi makna dan maksudnya tetap

sama, yaitu taat kepada Allah ta’ala dengan melaksanakan

perintah-Nya melalui lisan para rasul-Nya, merendahkan diri kepada

Allah dengan tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan

rasa muhabbah (kecintaan) yang paling tinggi. Ibadah merupakan

sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diradhai

Allah baik berupa ucapan dan perbuatan, yang zhahir maupun

bathin yang menjadi tujuan penciptaan manusia33, sesuai firman

Allah :

-أريد منهم من رزق وما أريد أن يطعمون -ماوما خلقت الجنه والنس إله ليعبدون

ة المتين اق ذو القوه زه هو الره إنه للاه

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh (Qs. Adz-Dzaariyaat:56-58)

33 Yazid bin Abdul Qadir Jawas.2011. Prinsip Dasar Islam. Hal 113-114

li

Ibadah adalah perkara taufiqiyah (tidak ada suatu bentuk

ibadah yang disyari’atkan kecuali berdasarkan Al-qur’an dan As-

Sunnah). Apa yang tidak disyari’atkan berarti bid’ah mardudah

(bid’ah yang ditolak). Agar ibadah dapat diterima, dan dikatakan

benar apabila dilakukan dengan Ikhlas karena Allah semata, bebas

dari syirik besar dan kecil serta Ittiba’ sesuai dengan tuntunan

Rasulullah dengan mengawali syahadat (laa ilaaha illallah) yang

mengharuskannya ikhlas beribadah hanya kepada Allah dan jauh

dari syirik kepadaNya, dan kedua syahadat bersaksi pada

Muhammad Rasulullah SAW, dengan mengikuti syari’atnya dan

meninggalkan bid’ah atau ibadah-ibadah yang diada-adakan. Hal ini

diperkuat oleh Syaikhul Islam mengatakan, ”inti agama ada dua pilar

yaitu beribadah hanya kepada Allah, dan beribadah sesuai dengan

yang disyari’atkan34. Sebagaimana firman Allah,

ا ما تدعوا فله األسماء الحسنى ول تجهر بصالتك حمن أي ا أو ادعوا الرهقل ادعوا للاه

ول تخافت بها وابتغ بين ذلك سبيالا

Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".(Qs. Al-Kahfi:110)

34 Ibid, 117

lii

عليه أمرنا فهو رد من عمل عمالا ليس

“Barang siapa yang melakukan suatu amal yang tidak kami perintahkan, maka hal itu tertolak”35.

Arti ibadah yang dijelaskan oleh syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah

di muqaddimah kitabnya Al Ubudiyyah, “ibadah ialah satu nama

yang mencakup sesuatu yang Allah cintai dan ridhai dari segala

perkataan dan perbuatan yang batin dan zhahir (seperti): Shalat,

zakat, puasa, berkata benar (tidak bohong), menunaikan amanat,

Kebaikan kepada kedua orang tua, silaturrahim, memenuhi janji,

amar ma’ruf nahi munkar, berjihad kepada orang kuffar dan

munafik, berbuat kebaikan (kepada tetangga, anak yatim, orang

miskin, ibnu sabil, dan budak. Berbuat kebaikan itu kepada manusia

dan kepada hewan), berdo’a, berdzikir, membaca Al-Qur’an,

mencintai Allah dan Rasul Nya, takut kepada Allah, kembali kepada

Allah, ikhlas di dalam beragama kepada-Nya, sabar terhadap

hukum-Nya, bersyukur kepada nikmat-Nya, ridha terhadap

keputusanNya, bertawakal kepada-Nya, mengharapkan rahmatNya

dan takut dari ahzab-Nya.

Allah memerintahkan untuk mengikhlaskan ibadah kepada-

Nya semata. Maka, beribadah kepada selain Allah adalah

35 HR. Muslim (1718) (18)

liii

kesyirikan. Selain itu Allah mempunyai hak dan wewenang Tasyri’

(memerintah dan melarang). Hak Tasyri’ adalah hak Allah semata.

Maka bagi seseorang yang beribadah kepada-Nya bukan dengan

cara yang diperintahkan-Nya maka ia telah melibatkan dirinya di

dalam Tasyri’. Sesungguhnya Allah telah menyempurnakan

agamanya, maka orang yang membuat tata cara ibadah sendiri,

berarti ia telah menambah ajaran agama dan menuduh bahwa

agama ini tidak sempurna (mempunyai kekurangan). Apabila setiap

orang diperbolehkan untuk beribadah dengan tata cara yang

dihendakinya, maka niscaya setiap orang akan memiliki caranya

sendiri dalam beribadah. Jika hal tersebut terjadi, maka yang terjadi

di dalam kehidupan manusia adalah kekacauan yang tiada taranya

karena perpecahan akan meliputi kehidupan mereka, disebabkan

perbedaan kehendak dan perasaan, padahal agama Islam

mengajarkan kebersamaan dan kesatuan menurut syari’at yang

diajarkan Allah dan Rasul-Nya, firman Allah;

ين ا له الد مخلصاا أنزلنا إليك الكتاب بالحق فاعبد للاه إنه

Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. (Qs. Az-Zumar: 2)

Penjelasan di atas telah diketahui bahwa penting dan

wajibnya mengikuti tata cara ibadah sesuai dengan tuntunan Allah

liv

beserta Sunnah Rasul-Nya. Sebagaimana yang dikatakan

Muhammad bin Sirin dan Imam Ahmad bin Hanbal :

“Mereka (para Sahabat) mengatakan, ”jika ada seseorang berada di atas atsar (Sunnah), maka sungguh ia berada di atas jalan yang lurus.36 Dan prinsip Ahlul Sunnah adalah berpegang dengan apa yang dilaksanakan oleh para Shahabat dan mengikuti jejak mereka, meninggalkan bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat”.37

Menurut perkataan Imam al-Barbahary, yang menguatkan

tentang arti ibadah berdasarkan sunnah yaitu sesungguhnya Islam

adalah Sunnah dan Sunnah adalah Islam dan masing-masing tidak

dapat dipisah-pisahkan. Termasuk bagian dari Sunnah adalah tetap

di atas al-Jama’ah, barang siapa condong kepada selain al-Jama’ah

dan menyelisihinya, maka ia telah melepas tali Islam dari

pundaknya dan telah sesat menyesatkan. Landasan dan tolak ukur

al-Jama’ah adalah para Sahabat Nabi Muhammad mereka adalah

Ahlus Sunnah wal Jama’ah.38 Barang siapa yang tidak mengambil

kebenaran dari mereka, maka ia telah memilih jalan kesesatan dan

kebid’ahan. Setiap bid’ah adalah sesat dan setiap perilaku

kesesatan diancam menjadi penghuni Neraka39.

Ilmu agama Islam bersumber dari Allah dan Rasul-Nya, maka

sangat dilarang untuk mengikuti hawa nafsu sehingga terhempas

36 Diriwayatkan oleh ad-Darimi (I/54) 37 Ushulus Sunnah oleh Imam Ahmad (hlm. 25-30) 38 Syarhus Sunnah lil Imam al-Barbahary, tahqiq Khalid bin Qasim ar-Raddadi (point 1-5, hlm. 59-60) 39 HR. An-Nasa’i (III/188)

lv

dari agama dan keluar dari Islam dengan membuat tatanan cara

beribadah tanpa berinduk pada Allah dan Rasul. Rasulullah telah

menjelaskan tentang Sunnah kepada umatnya dan mengajarkan

secara tuntas kepada semua para Shahabatnya, oleh karena inilah

diwajibkannya untuk mengikuti ajaran tata cara ibadah dari Rasul

dan para Sahabat Rasulullah. Segala hukum yang terjadi pada

kehidupan manusia telah ada solusinya di dalam Islam, dan semua

dikembalikan kepada individu itu sendiri untuk mempelajari dan

memperdalam ilmu yang telah Allah bentangkan untuk umatNya.

Seluruh syi’ar yang ada di dalam agama Islam sudah ada

tuntunannya di kitab yang Allah turunkan. Oleh karena itu dalam

menghukumi suatu syari’at tidak diperkenankan dengan

pendapatnya sendiri. Apabila terjadi suatu permasalahan dalam

agama baik tata cara ibadahnya maupun hukum-hukum lain yang

telah Allah syari’atkan maka harus dikembalikan pada hukum Allah

dan Rasul.

Ibadah merupakan perbuatan yang mencakup sesuatu yang

Allah cintai baik dari segi perbuatan dan perkataan yang batin dan

zahir seperti shalat, doa, dzikir, puasa dan sebagainya. Ibadah

memiliki tata cara yang telah Allah tentukan dan hanya Allah yang

memilki hak serta wewenang untuk Tasyri’ (memerintah dan

melarang). Oleh karena itu seseorang yang niat beribadah kepada-

lvi

Nya namun bukan dengan cara yang diperintahkanNya, maka ia

melibatkan dirinya dalam Tasyri’ yang artinya tidak di perkenankan

untuk membuat tatanan cara beribadah sendiri dan

mengatasnamakan Islam. Hal ini termasuk membuat kegiatan

ataupun perayaan yang mengatasnamakan islam dan membuat

cara ibadah sendiri, seperti Maulid nabi, tahun baru Islam dan

lainnya yang tidak pernah ada contohnya dari Rasulullah.

4.1 Praktik Ibadah (Do’a, dalil, shalat dan hari peringatan )

4.1.1 Do’a dan Dalil

Berdzikir dan berdo’a memiliki cara dalam

mengamalkannya, yang didasarkan pada syri’at

Rasulullah. Berdzikir maupun berdo’a yang diucapkan

bersama-sama setelah selesai shalat fardhu atau

shalat sunnah tidak pernah dikerjakan oleh Rasulullah.

Pada dasarnya dalam berdzikir dan berdoa

merupakan perkata taufiqi (harus sesuai dalil) tidak

boleh beribadah kepada Allah kecuali sesuai dengan

yang disyari’atkan. Begitu halnya dengan

keumumannya, waktu dan tata caranya serta batasan

jumlahnya harus sesuai dengan syari’at baik berupa

do’a, dzikir, atau ibadah lainya. Tidak boleh

lvii

menetapkan sendiri tata cara, waktu atau jumlahnya,

semua harus sesuai tuntunan. Ibadah yang ditetapkan

oleh dalil berupa perkataan atau amalan yang dibatasi

dengan waktu, jumlah, tempat dan tata caranya harus

dilakukan seperti yang telah ditetapkan syari’atnya.

Sementara itu tidak pernah ada tuntunan dari Rasul

baik berupa perkataan, perbuatan maupun

persetujuan tentang berdoa bersama-sama setelah

shalat, setelah membaca al Qur’an ataupun setiap

selesai pelajaran, baik doanya diamini atau berdoa

secara bersama-sama, di dalam surat ghafir ayat 60

yang menerangkan firman Allah, bahwa Allah SWT

akan mengabulkan doa hambanya adalah dalil

dengan nash umum yang tidak mengandung

ketentuan tentang caranya. Sesuai yang dijelaskan

oleh Hammud40, apabila menetapkan cara tertentu itu

dibenarkan (disyari’atkan) tentu Rasul telah

melakukan terlebih dahulu begitu halnya para khalifah

namun pengamalan tersebut tidak ada contohnya dari

dari rasul dan sahabat sementara, kebaikan diperoleh

40 Hammud bin Abdullah al Mathar.2009. ”Ensiklopedia Bid’ah”.hal 368-369

lviii

dengan mengikuti dasar yang berasal dari tuntunan

Rasul dan sahabatnya.

Berdo'a merupakan permohonan atau permintaan

pertolongan kepada Allah SWT, tetapi bukan berarti

hanya orang yang terkena musibah saja yang layak

memanjatkan do'a. Sebagai seorang Muslim

diperkenankan berdo'a walaupun dalam keadaan

sehat. Do'a merupakan unsur yang paling esensial

dalam ibadah. Sebagaimana Sabda Rasulullah saw

"Do'a itu ibadah". "Tiada sesuatu yang paling mulia

dalam pandangan Allah, selain dari berdo'a kepada-

Nya, sedangkan seseorang tersebut dalam keadaan

lapang"(H.R. Al Hakim). Berdo'a memliki tata cara

waktu dan tempat yang telah Allah dan Rasul tentukan

sehingga seseorang tidak diperkenankan untuk

membuat aturan dan tata cara sendiri di dalamnya,

karena berdo’a merupakan ibadah yang telah ada

tuntunannya. Berdoa memiliki beberapa tata cara

dalam menjalankannya baik tempat dan waktunya,

yaitu;

1. Tata cara berdo’a

a. Menghadap Kiblat

lix

Saat berdoa usahakanlah untuk menghadap

ke kiblat, sesuai dengan yang telah Rasul

contohkan, saat Rasulullah datang ketempat

wuquf di Arafah dan ia menghadap kiblat lalu

terus menerus berdo'a sehingga tenggelam

matahari.

b. Membaca Hamdalah atau pujian, Istighfar dan

membaca Shalawat

Sebelum berdoa / meminta sesuatu

kepada Allah maka awalilah dengan

membaca hamdalah atau memuji kepada

Allah terlebih dahulu, seperti yang telah Rasul

ingatkan dalam kisah yang terjadi pada zaman

Rasul yaitu salah seorang Sahabat Nabi

berkata : "Ketika Nabi Muhammad saw duduk

dimesjid, tiba-tiba datang seorang laki-laki

masuk, lalu ia shalat. Setelah selesai ia

membaca doa, ”Allahummaghfirlii warhamnii”.

Maka waktu itu Rasulullah pun berkata, wahai

kawan, engkau terburu-buru. Jika kau shalat,

duduklah dahulu kemudian bacalah puji-pujian

kepada Allah. Karena dia yang memiliki pujian

lx

itu, lalu kau baca shalawat kepadaku

kemudian baru berdo'a .Kemudian datang

seorang yang lain setelah shalat ia memuji

Allah dan membaca shalawat untuk Nabi

Muhammad saw. dan setelah itu Nabi

bersabda, Berdo'alah akan dipenuhi."

c. Dengan suara lembut dan rasa takut

Berdoalah dengan suara yang lembut dan

dengan rasa takut, karena Allah mendengar

lagi mengetahui. Sebagaimana Firman Allah

SWT;

ه ل يحب المعتدين ا وخفيةا إنه عا كم تضر ول -ادعوا ربه

ا إنه تفسدوا في األرض بعد إصالحها وادعوه خوفاا وطمعا

قريب من المحسنين رحمة للاه

"Berserulah (Berdo'a) kepada Tuhanmu dengan merendahkan diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah engkau berbuat kerusakan dibumi sesudah Allah SWT memperbaikinya, dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak diterima) dan harap (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik." (Q.S. Al A'raf : 55-56)

lxi

d. Yakin akan dipenuhi

Berdoa merupakan hal yang dilakukan

seseorang yang membutuhkan kedekatan

kepada Allah agar kebutuhannya terpenuhi

oleh karena itu dalam berdo’a harus yakin dan

berprasangka baik kepada Allah,

"Sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla

berfirman : Aku akan mengikuti prasangka

hamba-Ku kepada-Ku. Dan Aku selalu

menyertainya apa bila ia berdoa kepada-Ku".

كم ادعوني أستجب لكم إنه الهذين وق ال رب

م داخرين يستكبرون عن عبادتي سيدخلون جهنه

"Dan Tuhanmu berkata, ”Berdo'alah kamu kepada-Ku, Pasti akan kuperkenankan permintaanmu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina-dina" (Q.S. Al Mu'min : 60).

2. Tempat-tempat yang paling baik/afdhal untuk

berdo'a

Islam memiliki peraturan dalam menentukan

tempat-tempat yang baik dalam berdo’a. Sebagai

orang yang beriman tentu akan lebih

lxii

mendahulukan dan berlomba-lomba pada

kebaikan yang telah ditetapkan peraturannya dan

bukan sebaliknya. Membuat peraturan sendiri

dalam menentukan tempat mustajab dengan

alasan apapun maka hal tersebut tidak

dibenarkan, Islam memiliki tempat-tempat suci

untuk bedo’a, dan tempat tersebut adalah tempat

suci yang menjadi sebagian besar dalam sejarah

Islam, berikut tempat-tempat baik untuk berdo’a;

(a). Di depan dan didalam Kabah (b). Di masjid

Rasulullah saw (c). Di belakang maqam Nabi

Ibrahim as (d). Di atas bukit Safa dan Marwah (e).

Di Arafah, di Muzalifah, di Mina dan disisi jamarat

yang tiga (f). Di tempat-tempat yang mulia lainnya

seperti Masjid atau Mushalla.

3. Waktu yang paling baik/Afdhal

Saat seseorang memanjatkan do’a artinya ia

menunjukkan kelemahan dan kebutuhannya

dihadapan Allah Swt dan berharap do’anya akan

terkabulkan dengan berusaha memenuhi

persyaratannya. Allah maha adil dan mengetahui

kemampuan hamban-Nya termasuk tempat-

lxiii

tempat yang paling baik untuk berdo’a yang

mungkin menjadi tempat yang sulit untuk

didatangi bagi sebagian hamba-Nya, maka Allah

pun membuat peraturan dalam waktu berdo’a

yang telah ditentukan agar memudahkan bagi

hamba-Nya yang sulit untuk mendatangi tempa-

tempat suci tersebut, diantaranya; (a). Antara

azan dan Iqamat (b). Menjelang waktu shalat dan

sesudahnya (c). Waktu sepertiga malam yang

terakhir (d). Sepanjang hari jum'at (e). Antara

Dzuhur dan Ashar, serta Ashar dan Maghrib (f).

Ketika Khatam membaca Al-Qur'an (g). Ketika

Turun hujan (h). Ketika melakukan Tawaf (i).

Ketika menghadapi musuh dimedan perang. Di

luar waktu-waktu yang telah ditentukan, tidak

diperkenankan untuk membuat atau

mengkhususkan waktu tertentu tanpa adanya

hadits shahih yang menerangkan.

Dzikir/doa yang berasal dari Rasul Saw baik yang

bersumber dari al-Qur’an maupun dzikir Nabawi

seperti do’a masuk atau keluar rumah (do’a pada

lxiv

waktu tertentu) maka hal itu diperbolehkan karena

bersumber dari tuntunan Rasul. Seperti menutup

majelis (pertemuan) dengan pembacaan surat al-Asrh

adalah hal yang mengada-ada karena tidak ada

dasarnya41. Doa adalah ibadah, oleh sebab itu

pelaksanaanya pun harus sesuai dengan perintahNya

melalui melalui lisan dan perbuatan RasulNya.

Walaupun niatnya baik dengan pengaharapan yang

tulus namun cara pengamalannya salah dan bertindak

atas kehendaknya sendiri maka amalan tersebut tidak

akan diterima.

عمان بن بشير عنهما-وعن الن بي صلى للا عليه -رضي للاه عن النه

عاء هو ا رمذي لعبادة (وسلم قال: ) إنه الد حه الت رواه األربعة وصحه

Dari Nu'man Ibnu Basyir Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya doa adalah ibadah42

Penerapan doa-doa ataupun membaca surat-

surat yang ditentukan waktu dan tempatnya telah

dipraktikkan oleh sekolah-sekolah pada umumnya,

dan menjadi pembiasaan yang rutin secara generasi

41 Liqa’ al-Bab al-Maftuh, 20/19’ Syaikh Ibnu Utsaimin 42 Riwayat Imam Empat. Hadits shahih menurut Tirmidzi. 1577

lxv

ke generasi. Salah satu contoh umum, pembacaan

surat Al Fatihah yang sering diajarkan guru pada anak

didiknya, digunakan dalam hampir segala kondisi,

seperti membacakan atau mengirimkan surat Al

Fatihah bagi orang telah meninggal dunia, yang

sedang berulang tahun, pembiasaan sebelum

melakukan kegiatan membacakan Al Fatihah untuk

kesuksesan suatu hajat, dan lain sebagainya dengan

niat yang berbeda-beda. Apapun niatnya tetap saja

mengkhususkan membaca Al Fatihah pada waktu-

waktu tertentu tetap tidak dibenarkan.

الفاتحة لما قرئت له. الأصل له

Surat Al Fatihah itu tergantung niatnya untuk apa ia dibaca.

Hadits ini adalah hadits yang tidak ada asalnya,

apalagi jika menyandarkan atas nama Nabi dengan

mengucapkan “ila hadhratin Nabiy Al Fatihah”. Apabila

hal ini terjadi maka ia akan berkenaan hadits di bawah

ini;

أ ار مقعده من قال عليه ما لم أقل ، فليتبوه من النه

Barang siapa yang mengatakan atas namaku sesuatu yang tidak pernah aku ucapkan, maka

lxvi

hendaklah dia menyiapkan tempat duduknya dari api neraka43.

Begitu pula mengkhususkan menutup kegiatan

dengan pembiasaan membaca surat al Ashr. Semua

kegiatan tersebut dikerjakan dengan waktu dan

tempat yang ditentukan tanpa adanya syari’at yang

dicontohkan Rasul dan para sahabatnya. Pembiasaan

membaca surat-surat yang ditentukan tidak ada di

dalam kitabullah dan tidak pula diriwayatkan

Rasulullah SAW maupun para sahabatnya

menunjukkan dalil yang mensyari’atkan dalil

menghadiahkan bacaan al-Qur’an untuk orang lain,

sedangkan yang Allah syari’atkan adalah membaca al-

Qur’an untuk mengambil manfaat bagi dirinya sendiri,

sebagaimana yang tertera dalam hadist di bawah ini :

ه فانه ياتي شفيعا لصحاب اقراءوا القرانوقال صلى للا عليه وسلم ))

)رواه مسلم( يوم القيامة

“Bacalah al-Qur’an, sesungguhnya ia akan datang sebagai pemberi syafaat pada hari kiamat bagi para pembacanya”44.

43 Ibid, hal 6 44 (H.R. Muslim : 405)

lxvii

Maksud dari ayat diatas itu diturunkan untuk

diamalkan, dihayati, beribadah dengan membacanya

dan memperbanyak membacanya, bukan untuk

dihadiahkan kepada orang-orang yang telah

meninggal atau yang lainnya. Hal ini tidak dapat

diketahui dasar yang dapat dijadikan sandaran

tentang menghadiahkan bacaan al-Qur’an bagi orang

lain, ataupun mengkhususkan suatu surat pada waktu

dan niat tertentu. sementara itu Rasululllah telah

bersabda,

عليه أمرنا فهو رد من عمل عمالا ليس

“Barang siapa yang melakukan suatu amal yang tidak kami perintahkan, maka hal itu tertolak”.45

Taman Kanak-kanak merupakan ajang dimana

pembiasaan-pembiasaan baik ditanamkan sejak

memasuki usia tersebut, termasuk pembiasaan

berdoa beserta tata caranya yang diamalkan setiap

hari khususnya Taman Kanan-kanak berbasis Islam.

Saat berdoa anak-anak diajarkan untuk mengangkat

kedua tangannya lalu mengusapkan kewajahnya

45 HR. Muslim (1718) (18)

lxviii

dengan kedua telapak tangannya setelah selesai

berdoa, perhatikan hadits berikut ini;

اذا رفع يديه في الد عاء لم كان رسول هللا صلي هللا عليه وسلم

يحطهما حتي يمسح بهما وجهه

Rasulullah SAW mengangkat kedua tangannya waktu berdoa, beliau tidak menurunkan kedua tangannya sehingga mengusap wajahnya terlebih dahulu dengan kedua telapak tangannya.

Diriwayatkan Imam Tirmidzi, hadits ini sangat

lemah karena sanadnya ada perawi yang bernama

Hammad bin Isa Al Juhani, ia adalah perawi yang

dilemahkan oleh imam-imam seperti Abu Dawud, Abu

Hatim dan Daruquthni. Imam Al Hakim dan Naqasy

telah berkata dia telah meriwayatkan dari ibnu Juraij

dan Ja’far Ash Shadiq hadits-hadits palsu (Al Mizaanul

I’tidal jilid 1 halaman 598) ataupun hadits Abu Dawud

pun menda’ifkan hadits yang sama, berbunyi.

ان النبي صلي هللا عليه وسلم كان اذا دعا رفع يديه مسح وجهه بيديه

Bahwasannya Nabi SAW apabila beliau berdoa mengangkat kedua tangannya, setelah selesai beliau mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya46.

46 Abu Dawud. No 1492

lxix

Hadits ini sangat lemah karena sanad perawinya

yang bernama Ibnu Lahi’ah, dia ini seorang rawi yang

lemah selain itu Hafs bin Hasyim bin ‘Utbah bin Abi

Waqqash ia adalah rawi tidak diketahui/dikenal

(majhul)

Hadits serupa yang meriwayatkan shahihnya doa

dengan mengangkat kedua tangan namun tanpa

mengusapkan kewajah terdapat pada hadits yang

diriwayatkan oleh Abu Dawud, sebagai berikut;

اذا سالتم ا لل فاسالوه ببطون اكفكم ول تسالوه بظهورها صحيح

رواه ابو داود

Apabila kamu meminta berdoa kepada Allah, maka mintalah kepadaNya dengan telapak tanganmu, dan janganlah kamu meminta

47kepadanya dengan punggung (tangan)

بي صلهى للاه كم حي كريم عن النه يستحي عليه وسلهم قال " إنه رب

ا من عبده إذا رفع هما صفرا يديه إليه أن يرد

Rasulullah telah bersabda, sesungguhnya Allah memiliki sifat malu dan mulia, ia malu kepada hambaNya apabila hambaNya mengankat kedua tangannya berdoa kepadaNya, lalu ditolak keduanya dengan hampa48.

47 Shahih Abu Dawud no. 1486 48 Shahih Abu Dawud no. 1488, Tirmidzi no. 5/217, Ibnu Majah no. 3865

lxx

Hadits-hadits di atas terdapat dalil tentang

bolehnya mengangkat kedua tangan ketika berdoa

(hukumnya sunah). Ketika Nabi SAW menceritakan

tentang seseorang yang sedang berdoa sambil

mengangkat kedua tangannya ke langit, namun orang

tersebut tidak dikabulkan doanya karena makanan,

minuman dan pakaiannya dari barang haram, artinya

salah satu syarat diterimanya doa ialah makan dan

minum yang halal, bukanlah dari mengusapkan tangan

ke wajah.

Berikut ini adalah pembiasaan-pembiasaan do’a

yang akan dibahas, keshahihan dan keda’ifannya

sehingga akan diketahui salah satu praktik doa yang

disunnahkan Rasulullah dalam hadits yang shahih;

a. Doa sebelum belajar

علماا زدنيرب

Ya Allah tambahkanlah ilmuku (Qs. Tahaa ayat 114)

Hadits do’a di atas adalah do’a yang berkaitan

dengan hal yang umum. Tidak temukan dari satu

periwayatan pun bahwa do’a ini adalah doa

khusus untuk sebelum belajar. Doa ini merupakan

do’a umum yang tidak dibatasi waktu dan

lxxi

tempatnya, namun dapat dibaca kapapun. Doa ini

terdapat pada surat Tahaa ayat 114 dan tidak ada

tambahan meminta kefahaman/kecerdasan. Ayat

ini turun karena adanya Rasul diperintahkan

berdoa agar bertambah ilmu yang

mengisyaratkan ilmu itu sesuatu yang sangat

penting yang dimaksudkan perintah untuk

meminta tambahan ilmu dan bukan harta. Apabila

ayat Al Qur’an digunakan untuk do’a khusus maka

harus ada tuntunan hadits dari Rasulullah49.

b. Doa sebelum makan

ا اللههمه بارك لنا فيما رزقتنا وقنا عذاب النه

Ya Allah berkahilah rizki yang telah engkau berikan dan jauhkanlah kami dari siksa api neraka

Hadits ini telah diriwayatkan oleh Imam Ibnu

Sunniy di dalam kitabnya Al Kamiil (7/427), dari

jalan Muhammad Ibnu Abi Az Zu’aizi”ah. Bahwa

hadits ini sangat da’if karena Muhammad Ibnu Abi

Az Zu’aizi”ah, telah berkata Imam Bukhari dan Abu

Hatim tentangnya “Munkarul hdits jiddan (sangat

49 Lilhafidz ibnu katsir, tafsir quranil a’dzim hal327

lxxii

munkar hadits). Adapun yang menerangkan hadits

shahih yang menerangkan sabda Rasul apabila

kalian hendak makan makan, maka membacalah;

بسم للاه

Dengan nama Allah50

c. Doa setelah makan

الحمد لل الذي أطعمنا وسقانا وجعلنا من المسلمين

Atau

الحمد لل الذي أطعمنا وسقانا وجعلنا مسلمين

Segala puji bagi Allah yang telah memberi kami makan dan minum dan menjadikan kami orang-orang muslim51

Diriwayatkan oleh sunan Tirmidzi dan Ibnu

majah bahwa status hadits ini adalah da’if karena

memiliki dua illat(kecatatan hadits) yang pertama

perawi yang bernama Hajaaj Bin Arthoh, dia

perawi yang da’if lagi mudallis (penipu dalam

periwayatan, sering menggunakan mu’an-an

(mengaku-ngaku seorang guru tanpa saksi

ataupun menyembunyikan nama gurunya) lagi

50 HR. Shahih Abu Dawud 3/347, Tirmidzi 4/288 dan 2/167 51 Tirmidzi no 3457 dan Ibnu Majah no 3283

lxxiii

banyak salah daif secara matan maupun sanad

yang kedua seorang perawi bernama Ryakh yang

majhul (tidak dikenal). Adapun do’a setelah makan

yang shahih berikut ini mempunyai keutamaan

pengampunan dosa;

ا ثمه قال : الحمد أن رسول للا قال : ) من أكل طعاما

عام لل الذي أطعمني ورزقنيه من غير حول هذا الطه

م من ذنبه ة غفر له ما تقده ر مني ول قوه وما تأخه

segala puji bagi Allah yang telah mamberikanku makan makanan ini dan merizikikannya kepadaku, tanpa ada daya dan kekuatan dariku52

d. Do’a Keluar Kamar Mandi

األذى وعافاني الحمد لل الذي أذهب عني

Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan kotoran dan penyakit dari kami

Pada hakikatnya do’a ini riwayat

kedudukannya shahih, namun tidak ada yang

meriwayatkan bahwa doa tersebut adalah do’a

khusus keluar kamar mandi, doa ini adalah doa

meminta dihilangkan dari penyakit dan kotoran

52 Hadits Shahih Sunan Abi Dawud II/760

lxxiv

yang diperbolehkan untuk dibaca kapan pun,

tanpa dibatasi waktu dan tempat. Adapun do,a

keluar kamar mandi yang disunnahkan adalah

sebagi berikut;

53غفرانك

Ya Allah, aku memohon ampunan Mu

e. Do’a berbuka pusa

حدثنا مسدد حدثنا هشيم عن حصين عن معاذ بن زهرة أنه بلغه

اللهم لك صمتأن النبي صلى للا عليه و سلم كان إذا أفطر قال

وعلى رزقك أفطرت ) ضعيف (

Atau

ك امنت و علي رزقك افطرة برحمتك يا ارحم اللهم لك صمت وب

الرحمين

Dari Mu’adz bin Zuhrah, bahwasanya telah sampai kepadanya sesungguhnya Nabi SAW apabila berbuka puasa beliau mengucapkan (Allahumma laka tsumtu …….)54

Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Baihaqy, yang

menjelaskan bahwa sanad hadits ini mempunyai dua

penyakit, yaitu Mu’adz bin Zuhrah bukanlah sahabat

Nabi SAW melainkan seorang Tabi’in artinya hadits ini

53 Shahih at Tirmidzi (1/5) 54 Abu Dawud no. 2358 dan Baihaqy 4/239

lxxv

mursal karena tidak bisa seorang Tabi’in

meriwayatkan secara langsung hadits dari Nabi SAW

tanpa adanya perantara dari sahabat. Selain itu

Mu’adz bin Zuhrah adalah seorang perawi yang

majhul. Adapun do’a berbuka puasa yang

diriwayatkan Abu Dawud berikut ini akan diterangkan

hadits dengan sanad yang hasan yang dibaca Rasul;

صلى للا عليه -رأيت ابن عمر فذكر الحديث قال : وكان رسول للاه

:» إذا أفطر قال -وسلم مأ وابتلهت العروق وثبت األجر إن شاء ذهب الظه

للاه

Dari Ibnu Umar, Rasulullah SAW apabila berbuka puasa beliau mengucapkan (Zhahabazh zhaama’u………….) telah hilang dahaga dan telah basah urat-urat , dan telah tetap pahala, Insya Allah55

Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan

Nasa’i ini kedudukan sanadnya hasan. Rawi-rawi di

dalam sanad hadits ini semuanya terpercaya (tsiqah),

kecuali Husain bin Waqid seorang Rawi yang tsiqah

tapi ia memiliki sedikit kelemahan maka karena inilah

hadits ini dikatakan hasan. Beberapa do’a yang telah

dipaparkan kedudukan hadistnya, akan dilanjutkan

55 Abu Dawud no. 2357 dan Nasa’i 1/66

lxxvi

keterangan penjelasan tentang dalil-dalil yang biasa

diajarkan dan dikenalkan kepada anak-anak usia

Taman Kanak-kanak di sekolah, berikut

penjelasannya;

a. Dalil Shalat adalah tiang agama

الصالة عماد الدين, من أقامها فقد أقام الدين, ومن تركها)هدمها( فقد

هدم الدين

Shalat adalah tiang agama, barangsiapa menegakkannya berarti telah menegakkan agama dan barangsiapa yang meninggalkannya (merobohkannya) berarti dia telah merobohkan agama.

Hadist ini masyur / terkenal di kalangan

masyarakat dan sering disampaikan dalam

berbagai acara pengajian khususnya dalam topik

kedudukan shalat dalam Islam. isi hadist lengkap

seperti di atas tidak dijumpai dalam kitab-kitab

hadist. Hanya Imam al-Baihaqi meriwayatkan

dalam Syu’abul Iman yang berhenti pada

penggalan kalimat pertama yaitu ”Ash-shalatu

‘imaduddin’’.

حديث " (863/ ص 1)ج -تخريج أحاديث اإلحياء

" الصالة عماد الدين

lxxvii

رواه البيهقي في الشعب بسند ضعفه من حديث عمر قال

من عمر قال ورواه ابن عمر لم الحاكم : عكرمة لم يسمع

غير يقف عليه ابن الصالح فقال في مشكل الوسيط إنه

معروف

Imam al-‘Iraqi dalam Takhrij Ahadist al-

Ihya’ (1/368) menyatakan bahwa hadist di atas

diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dalam asy-

Syu’ab (al-Iman)dengan sanad (jalur) dhaif/lemah

dari hadist Umar. Al-Hakim berkata: ‘Ikrimah tidak

mendengar dari ‘Umar. Imam as-Sakhowi dalam

al-Maqashid mengatakan: hadist ini diriwayatkan

oleh al-Baihaqi dengan sanad yang lemah dari

‘Ikrimah dari Umar secara marfu’. Beliau juga

mengutip pendapat Imam an-Nawawi bahwa

hadist ini bathil. Penggalan pertama hadist di atas

tidak shahih, bahkan para imam hadist

menegaskan hadist di atas dhaif/lemah dan bathil.

Tambahan lafadz “man aqamaha faqad aqmaddin

...” dan seterusnya tidak diketahui asal-usulnya

artinya maudhu/palsu. Hadits bathil bermakna

dalam pengertian dalil adalah ketidakmungkinan

Agama itu akan rubuh hanya karena orang

lxxviii

meninggalkan shalat, namun yang akan rubuh dan

hancur ialah orang yang meninggalkan shalat itu

sendiri. Maka cukup bagi kita menggunakan hadist

shahih dari Muadz bin Jabal yaitu 56;

...رأس المر اإلسالم وعموده (202/ ص 9)ج -سنن الترمذي

الة ... الص

Intisari perkara adalah Islam dan tiangnya adalah shalat

b. Dalil kebersihan sebagian dari iman

تدعو إلى اليمان و اليمان مع النظافةتخللوا فإنه نظافة و

صاحبه في الجنة .تخريج السيوطي) طس ( عن ابن مسعود

في 4242.تحقيق األلباني) موضوع ( انظر حديث رقم :

النظافة من اليمان ضعيف الجامع .

Kebersihan itu mengajak pada iman atau kebersihan itu sebagian dari iman

Al Iraqiy di takhrij Ihya (1/49) yang dikeluarkan

oleh Thabraniy di dalam kitabnya Al Ausats

mengatakan bahwa dalil ini sanad yang sangat

lemah, bahkan diriwayatkan oleh Al Bani bahwa

dalil ini maudhu57

56 (HR Ahmad-V/231,237; HR Tirmidzi-IX/202; Ibn Majah hadist no. 3973)

57 Abdul Hakim bin Amir abdat. 2011. “Hadits-hadits Dha’if & Maudhu’”. Hal 107 dan Maktabah Syamilah (6163)

lxxix

c. Dalil larangan minum sambil berdiri

فليستقئ ال يشربن أحد منكم قائما فمن نسي

Abu Hurairah radhiallahu anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah sekali-kali salah seorang di antara kalian minum sambil berdiri. Apabila dia lupa maka hendaknya dia muntahkan.”58

ه نهى أن يشر جل قائماأن ب الر

Dari Anas radhiallahu anhu dari Nabi Saw beliau bersabda : “Bahwa beliau melarang seseorang minum sambil berdiri”59.

عليه وسلم من زمزم فشرب صلى هللا سقيت رسول هللا

قائما

Ibnu ‘Abbas radhiallahu anhuma berkata “Aku memberi minum kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari air zam-zam, lalu beliau minum sambil berdiri”60.

Diperbolehkannya minum sambil berdiri ini jika

hanya ada hajat, maka itu terjawab oleh hadits

‘Aliy bin Abi Thaalib dimana ia mengingkari

ketidaksukaan sebagian orang minum sambil

berdiri. Banyak nukilan sahabat dan tabi’in dimana

58 (HR. Muslim no. 2026) 59 (HR. Muslim no. 2024) 60 (HR. Al-Bukhari no. 1637 dan Muslim no. 2027)

lxxx

mereka minum sambil berdiri tanpa ada hajat.

Oleh karena itu, kebolehan ini adalah bersifat

umum (dalam segala keadaan). sedangkan

pendapat yg palig rajih (diunggulkan) adalah

pendapat jumhur ulama yang memperbolehkan

minum dan makan sambil berdiri namun yang

lebih utama dan lebih sempurna adalah makan

dan minum dengan duduk61. Pilihan tersebut tentu

dikembalikan kepada masing-masing individu,

namun sebagai orang iman tentu saja akan

berlomba-lomba kepada hal yangg lebih utama,

wallahu 'alam.

Al-Kailani mengatakan, “Minum dan makan sambil duduk, lebih sehat. Minum dan makan sambil berdiri, menyebabkan jatuhnya cairan dengan keras kedasar usus, menabraknya dengan keras. jika hal ini terjadi berulang-ulang akan menyebabkan jatuhnya usus, dan disfungsi pada pencernaan62.

Rasulullah pernah minum sambil berdiri,

dikarenakan ada sesuatu yang menghalanginya

untuk duduk, seperti sesaknya manusia pada

61 Syarh Shahih Muslim 13/195 62Dr. Abdurrazzaq Al-Kailani, Qiblati edisi 04. tahun 2011. Judul: ‘’Larangan Minum sambil berdiri”

lxxxi

tempat-tempat suci, bukan merupakan

kebiasaannya. Sehingga apabila dalam keadaan

yang tidak memungkinkan untuk duduk

diperbolehkan, namun tidak sabagai pembiasaan.

d. Dalil Saling memberi hadiah

وا تهادوا تحاب

“Saling memberi hadiahlah kalian niscaya kalian akan saling mencintai”63

Hadits di atas menunjukkan bahwa pemberian

hadiah akan menarik rasa cinta di antara sesama.

Tabiat jiwa seseorang memang senang terhadap

orang yang berbuat baik kepadanya. Maksud dari

hadiah tersebut merupakan pengaruh secara

maknawi, bukan materi. Sungguh dengan adanya

hadiah walaupun kecil atau sedikit namun akan

dapat menumbuhkan cinta dan persaudaraan.

Rasulullah Saw berpesan pada Abu Dzar

radhiyallohu ’anhu :

63 ”. (HR. Al Bukhori dalam Al-Adabul Mufrad no. 594, dihasankan Al Imam Al Albani rohimah…ullohu dalam Irwa’ul

Gholil no. 1601).

lxxxii

، إذا طبخت مرقة فأكثر ماءها وتعاهد جيرانك يا أبا ذر

“Wahai Abu Dzar, bila engkau memasak makanan berkuah maka perbanyaklah air (kuahnya) dan berikanlah kepada tetanggamu64

Al Asqolani65 rohimahullohu menyatakan

bahwa hadits Abu Hurairah radhiyallahu anhu, di

atas memberikan isyarat ditekankannya

memberikan hadiah walaupun dengan sesuatu

yang sedikit atau kecil, dan ditekankannya

menerima pemberian atau hadiah walaupun

sedikit atau tidak berarti66. Hendaknya seseorang

jangan menahan diri untuk memberi hadiah,

karena menganggap kecil dan remeh hadiah yang

akan diberikan. Tidak diperkenankan untuk

menganggap tidak pentingnya apa yang ada pada

dirinya, bahkan hendaknya menghadiahkan apa

yang mudah baginya, saling memberi hadiah

merupakan hal yang manusiawi dan akan

64 .” (HR. Muslim no. 6631) 65 Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqolani 66 (Fathul Bari 5/244, 245).

lxxxiii

menambah pada kecintaan bagi sesama muslim.

wallohu a’lam bish showab. Allah SWT berfirman ;

ة خيرا يره فمن يعمل مثقال ذر

“Maka barangsiapa yang mengerjakan kebaikan walau seberat dzarroh kebaikan niscaya akan melihat (balasan)nya. (QS.Al Zalzalah : 7).

e. Dalil larangan meniup makanan

نهي رسول اللة صلي اللة عليه وسالم عن انفث في الشرب

والطعام

Sebagaimana dalam Hadits Ibnu Abbas menuturkan “Bahwasanya Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam melarang bernafas pada bejana minuman atau meniupnya67

ثنا شيبان عن يحيى عن عبد ثنا أبو نعيم حد بن أبي حد هللا

عليه وسلم إذا قتادة عن أبيه قال قال رسول هللا صلى هللا

يتنفس في اإلناء فال شرب أحدكم

Diriwayatkan dari Abu Mutsanna al-Juhani berkata, "Ketika aku bersama Marwan bin Hakam, datanglah Abu Sa'i al-Khudri. Lantas Marwan bin Hakam bertanya kepadanya, “apakah Anda pernah mendengar Rasulullah saw. melarang menghembus di dalam tempat minuman?' Abu Sa'id menjawab, 'Pernah”. Diriwayatkan dari Sahl bin Sa'id, bahwasanya Nabi saw. melarang meniup minuman dan makanan dari bibir gelas"68.

67”. (HR. Shahih bukhari 5199, At Turmudzi dan dishahihkan oleh Al-Albani)

68 (Hasan lighairihi, HR ath-Thabrani [5722]).

lxxxiv

Intinya larangan tersebut shahih namun lebih

kepada "makruh" bukan "haram". Meniup lebih

kuat daripada bernafas. Oleh karena itu keduanya

memiliki perbedaan hukum antara “makruh” dan

“haram”. Hadits ini bukan menjadi alasan

seseorang untuk mengerjakan perintah atau

menjauhi larangan melainkan karena hal ini

datangnya shahih dari Allah dan Rasulnya69.

Menurut al Hilali hikmah dari segi hukum

mengharamkan meniup di dalam bejana karena

dapat mengakibatkan orang lain merasa jijik

terhadap air atau minuman tersebut.70.

Hikmah dari segi kesehatan secara teori kimia

menjelaskan apabila menghembuskan napas

pada minuman, maka akan mengeluarkan CO2

yaitu carbon dioxide, yang apabila bercampur

dengan air H20, akan menjadi H2CO3, yaitu sama

dengan cuka, menyebabkan minuman atau

makanan menjadi acidic. Rasulullah Saw

69 Syaikh Salim bin 'Ied al-Hilali, Al-Manaahisy Syar'iyyah fii Shahiihis Sunnah an-Nabawiyyah, atau Ensiklopedi

Larangan menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah 70 Abu Ihsan al-Atsari (Pustaka Imam Syafi'i, 2006), hlm. 3/166-166.

lxxxv

memerintahkan minumlah seteguk demi seteguk,

jangan langsung satu gelas sambil bernapas di

dalam gelas, hal ini juga dilarang, namun semua

kebenaran rahasia alam sejatinya adalah milik

Allah swt dan hanya Dia lah yang benar-benar

mengetahui. Wallahu a’lam.

f. Dalil jangan marah

ن أبى هريرة رضي هللا عنه أن رجال قال: يا رسول هللا صلى قال: ال تغضب، فردد مرارا، وقال هللا عليه وسلم، أوصنى،

أخرجه البخاري .ال تغضبDari Abi Hurairah r.a bahawasanya seorang lelaki telah berkata : "Wahai RasulAllah S.A.W berikanlah aku wasiat (nasihat)", Rasulullah bersabda : "Janganlah engkau marah", lalu diulang oleh Beliau S.A.W beberapa kali. Dan Beliau bersabda lagi: "Janganlah engkau marah..." (Riwayat al-

Bukhari) قال رسول هللا صلى هللا :عن أبى هريرة رضي هللا عنه قال

ما الشديد الذى يملك نفسهإن عليه وسلم ليس الشديد بالصرعة، )متفق عليه( عند الغضب

Dari Abi Hurairah r.a berkata: Telah bersabda Rasulullah S.A.W : "Bukanlah orang yang gagah itu yg mampu menewaskan lawannya, tetapi yang kuat itu adalah orang yang mampu mnguasai nafsunya ketika dia sedang marah.(Riwayat

al-Bukhari dan Muslim)

Kedua hadith di atas dirujuk dari Kitab Bulugh

al-Maram, susunan Ibnu Hajar al-'Asqalani

(Syeikh al-Islam Qadhi al-Hafiz Ahmad Bin Ali Bin

lxxxvi

Hajar al-'Asqalani) bearada di bagian Kitab al-

Jaami' pada bab al-Tarhib min Masawia al-Akhlaqi

(Bab Menghindar Akhlak Buruk)

وجاء رجل إلى النبي صلى هللا عليه وسلم فقال : يا رسول

ال هللا علمني علما يقربني من الجنة ويبعدني من النار قال:

تغضب ولك الجنة

Dan telah datang seorang lelaki kepada Nabi S.A.W lalu berkata: "Wahai RasulAllah, ajarkan kepadaku ilmu yang dapat mendekatkanku kepada surga dan menjauhkan dari siksaan api neraka",Rasulullah S.A.W bersabda : "Janganlah engkau marah, maka bagimu surga’’71.

4. 1.2 Shalat

Shalat merupakan rukun Islam yang kedua, dan

menjadi salah satu pondasi keimanan seseorang.

Shalat adalah ibadah yang dapat mendekatkan diri

seseorang kepada sang penciptanya. Oleh karena itu

dalam mengerjakan shalat tentu harus sesuai

tuntunan Allah dan Rasul karena hal itu merupakan

salah satu syarat diterimanya suatu amalan. Shalat

fardhu yang dikerjakan sebanyak lima kali dalam

71 Bulughul Maram min Adillatil Ahkam. No. 1521

lxxxvii

sehari adalah kewajiban bagi setiap muslim untuk

menjalankannya, sangat disayangkan apabila sebagai

muslim namun tidak mengerti dan tidak mengkaji tata

cara shalat yang disunnahkan. Selain itu bukan pula

shalat yang hanya dikerjakan dengan cara ikut-ikutan

melainkan shalat yang disunnahkan Rasulullah.

Sangatlah besar dosanya bagi seseorang yang

beribadah dengan menyandarkan dan

mengatasnamakan Rasul, sama halnya saat

menjalankan shalat serta tata caranya pun tidak boleh

mengaku-mengaku sunnah dari Rasul apabila ia tidak

memiliki hadits yang membenarkannya, perhatikan

sabda Rasulullah Saw di bawah ini;

أ ار من قال عليه ما لم أقل ، فليتبوه مقعده من النه

Barang siapa yang mengatakan atas namaku sesuatu yang tidak pernah aku ucapkan, maka hendaklah dia menyiapkan tempat duduknya dari api neraka.72

Salah satu syarat sah dalam shalat adalah wudhu,

tanpa berwudhu maka shalat seseorang tidak sah.

Oleh sebab itu diwajibkannya seseorang untuk

mengetahui tata cara berwudhu yang disunnahkan

72 Muhammad Nashiruddin Al Bani.2010, Sifat-sifat Shalat Nabi. Hal. 6

lxxxviii

Rasul, wudhu yang diajarkan kepada anak-anak

biasanya menggunakan pembiasaan pengulangan

sebanyak tiga kali-tiga kali setiap membasuh anggota

wudhu. Perlu diketahui bahwa mengusap tiga kali

pada saat wudhu memang disunnahkan, namun pada

saat mengusap kepala hal tersebut tidak termasuk

dalam sunnah Rasul, perhatikan hadits berikut ini;

عن عامر بن شقيق بن ] جمرة [ ، عن شقيق بن سلمة . قال : '

برأسه ثالثا ، ومسحثالثا رأيت عثمان بن عفان غسل ذراعيه

ذا فعل ه ثالثا ، ثم قال : رأيت رسول للا صلى للا عليه وآله وسلم

' . عامر بن شقيق هذا ضعفه أبو حاتم ويحيى بن معين ، وقال

النسائي : عامر ابن شقيق ليس به بأس .

Dari Amir bin Syaqiq bin Jamrah, dari Syaqiq bin Salamah, ia berkata; aku pernah melihat Utsman bin Affan berwudhu, beliau mencuci kedua tangannya masing-masing tiga kali, dan beliau mengusap kepalanya tiga kali, kemudian beliau berkata, ”aku pernah melihat Rasulullah Saw mengerjakan seperti ini”.

Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 110), Tirmidzi

(no. 31 cetakan Ahmad Syakir), Ibnu Majah (no. 430),

Ahmad (1/59, 66) yang mendha’ifkan hadits di atas

karena Amir bin Syaqiq bin Jamrah telah dilemahkan

oleh Yahya bin Ma’in.

lxxxix

ار بفتح الباء -، نا )ابن( البيلماني عن )صالح( بن عبد الجبه

الموحدة ، ثمه ياء مثناة تحت ساكنة ، ثمه لم ثمه ميم ، ثمه ألف ، ثمه

أنهه »عن أبيه ، عن عثمان بن عفهان -نون ، ثمه ياء مثناة تحت

أ بالمقاعد مقاعد بالمدينة حيث يصلى على الجنائز عند وال -توضه

ا ، -المسجد ا ، وتمضمض ثالثا ا ، واستنثر ثالثا ا ثالثا فغسل كفيه ثالثا

ا ، ومسح برأسه ا ، ويديه إلى المرفقين ثالثا وغسل وجهه ثالثا

ا .………ثالثا

Dari Shalih bin Abdul Jabbar, ia bekata ”telah menceritakan kepada kami Ibnu Bailamaaniy, dari bapaknya, dari Utsman bin Affan ia berkata tentang sifat wudhu Nabi Saw,........dan beliau mengusap kepala tiga kali...........

Ibnu Al Bailamaaniy yang bernama Muhammad

bin abdurrahman adalah seorang perawi yang dhaifun

jiddan (sangat lemah) dan bapaknya yang bernama

Aburrahman Al Bailamaaniy juga seorang perawi yang

dha’if. Selain itu perawi yang bernama Shalih bin

Abdul Jabbar adalah rawi yang majhul hal73.

Hadits-hadits yang menerangkan mengusap

kepala sebanyak tiga kali ketika berwudhu, tidak ada

satupun yang sah (shahih atau hasan), hal tersebut

telah menyalahi hadits shahih atau hasan dari para

73 Abul Hakim bin Amin Abdat.2011. Hdits-hadits Dha’if & Maudhu’. Hal 274-275

xc

sahabat. Keterangan dari para sahabat tentang sifat

wudhu Nabi Saw adalah Nabi mengusap kepala dan

kedua telinganya hanya satu kali, diantaranya riwayat

dari Utsman bin Affan yang terdapat pada hadits

Bukhari dan Muslim, selain itu riwayat dari Ali bin Abi

Thalib dengan lafal ;

……………مسحة واحدةثم مسح برأسه ………

................Kemudian beliau mengusap kepalanya dengan satu kali usapan……………....

فمسح يتوضأ . قالت : رسول للا صلى للا عليه وآله وسلم

ومسح ما أقبل منه وما أدبر ، وصدغيه وأذنيه مرة واحدة رأسه

الترمذي عن الربيع ' أنها رأت النبي ' . اللفظ ألبي داود ، وقال

صلى للا عليه وآله وسلم

Lalu Rasulullah mengusap mengusap kepalanya, beliau mengusap depan dan belakang dan kedua telnganya satu kali74

Demikianlah salah satu tata cara berwudhu

menurut hadist shahih dan hasan tentang mengusap

kepala. Selanjutnya pembahasan tentang

pembiasaan niat berwudhu dan shalat yang

dilafazhkan dengan lisan. Anak-anak sebelum

melakukan praktik shalat yang akan diajarkan,

74 Maktabah Syamilah Riwayat Abu Dawud no. 466

xci

tentunya mereka akan diajarkan berwudhu terlebih

dahulu baik dengan cara pantomin ataupun langsung

dengan menggunakan air.

Pembiasaan melafazhkan niat dengan lisan

sebelum wudhu dan shalat adalah hal yang umum

dipraktikkan di sekolah-sekolah dengan tujuan agar

siswa terbiasa dan menguatkan niat yang ada

didalam hatinya ataupun dengan tujuan lainnya.

Sangat disayangkan niat yang diharapkan

mendapatkan kebaikan namun tidak pada jalur

sunnahnya maka hal tersebut tetap ditolak. Niat

adalah salah satu syarat atau rukun dalam ibadah

termasuk berwudhu dan shalat. Melafazhkan niat

sebelum berwudhu ataupun shalat adalah hal yang

mengada-ngada, sedangkan membaca niat dengan

suara nyaring lebih dosa lagi, yang disunnahkan

adalah niat dalam hati, karena Allah maha

mengetahui rahasia yang tersembunyi, sesuai firman

Allah;

ماوات وما في األرض يعلم ما في السه بدينكم وللاه

قل أتعلمون للاه

بكل شيء عليم وللاه

xcii

Katakanlah: "Apakah kamu akan memberitahukan kepada Allah tentang agamamu (keyakinanmu) padahal telah Allah mengetahui apa yang di langit dan apa yang di bumi dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu". (Al Hujurat : 16)

Melafazhkan niat tidak pernah diriwayatkan oleh

Nabi Saw, maupun salah seorang sahabatnya, begitu

pula dari para ulama’ yang mengikuti sunnah.

Melafazhkan niat tidak disyari’atkan bahkan hal itu

termasuk mengada-ada (bid’ah), hanya Allah lah yang

memiliki kuasa untuk membuat perintah dan

laranganNya, termasuk cara berniat seseorang75.

Pembiasaan-pembiasaan lain dalam shalat

adalah dzikir dan berdoa bersama-sama dan

beberapa kesalahan setelah selesai shalat seperti

mengusap wajah ketika selesai salam, lalu bersalam-

salaman dan merutinkan berdoa setiap selesai shalat

fardhu. Amalan-amalan tersebut tidak ada dalam

sunnah Rasulullah yang berarti tidak boleh dikerjakan

walaupun dengan niat yang baik76.

4.1.3 Hari Peringatan

75 Hammud bin Abdullah al Mathar. 2009. “Ensiklopedia Bid’ah”.hal 411-412 76 Muhammad Nashiruddin al Bani. 2010. “Sifat Shalat Nabi”. Hal 70

xciii

Allah Azza wa Jalla telah menyempurnakan

agama Islam untuk hamba-hambaNya yang beriman

dan menjadikan Sunnah RasulNya sebagai sebaik-

baik petunjuk yang diikuti. Allah Swt tidak mewafatkan

RasulNya kecuali setelah selesainya segala sesuatu

yang disyari’atkan dengan jelas, baik lewat perkataan

maupun perbuatan Rasulullah. Oleh karena itu setiap

amalan yang dijalankan umat Islam juga harus sesuai

syari’at yang telah ditentukan Allah dan RasulNya.

Memperingati suatu hari kelahiran bukanlah

pembiasaan ajaran Islam bahkan Rasulullah tidak

pernah mencontohkannya, selain itu para Shahabat

Rasul pun tidak pernah merayakan hari kelahiran

Rasul. Seandainya mengkhususkan untuk

memperingati hari tertentu (mauld Nabi, Tahun baru

Islam, Nisfu Sa’ban, ulang tahun dll) itu benar-benar

termasuk ajaran agama yang diridhai Allah Azza wa

Jalla, niscaya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam

telah menerangkannya kepada umatnya. Allah

Subhanahu wa Ta'ala tidak pernah menurunkan

keterangan sedikit pun tentang ilmu itu, Nabi

Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak pernah

xciv

mensyariatkannya baik melalui lisan, perbuatan

maupun ketetapan beliau. Allah Subhanahu wa Ta'ala

berfirman :

إنه للاه

قوا للاه سول فخذوه وما نهاكم عنه فانتهوا واته وما آتاكم الرهالعقاب شديد

“…Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah...”[al-Hasyr/59:7]77

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

من أحدث فـي أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد

"Barangsiapa yang mengadakan suatu yangbaru yang tidak ada dalam urusan agama kami, maka amalan itu tertolak".78

Khulafa-ur Rasyidîn dan para Shahabat Nabi

Shallallahu 'alaihi wa sallam lainnya tidak pernah

mengadakan peringatan hari-hari tersebut dan tidak

pernah mengajak untuk melakukannya. Padahal

mereka adalah sebaik-baik umat setelah Nabi Saw.

Perhatikan sabda Nabi berikut ini :

اشدين ، فعليكم ... ين الر ة الـخلـفاء الـمهدي تي وسن كوا بـهـا بسن تـمسواجذ ، وا عليها بالن اكم ومـحدثات المور ؛ فإن كل مـحدثة وعض وإي ضاللة لة بدعة ، وكل بدعة ضال . ”…Maka wajib atas kalian berpegang teguh

77 Syaamil Al-Qur’an Terjemah Tafsir Perkata, Desember 2010. Hal. 546 78 (HR. Al-Bukhari. 2697)

xcv

kepada Sunnahku dan Sunnah Khulafâ-ur Râsyidîn yang mendapat petunjuk. Peganglah erat-erat dan gigitlah dia dengan gigi gerahammu. Dan jauhilah perkara-perkara yang diada-adakan (dalam agama), karena setiap perkara yang diada-adakan adalah bid‘ah, dan setiap bid‘ah adalah kesesatan.” 79

Memperingati hari tertentu yang tidak pernah

diperintahkan atau dicontohkan oleh Rasulullah Saw

dan para Sahabatnya. Seandainya perbuatan itu baik

niscaya mereka telah lebih dahulu melakukannya.

Mencintai Islam dan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa

Sallam bukanlah dengan menyelenggarakan acara-

acara perayaan tertentu, terutama peringatan

maulid/ulang tahun yang telah menjadi budaya

dikalangan masyarakat pada umumnya, akan tetapi

cara mencintai Rasulullah adalah dengan mentaati

perintahnya, membenarkan semua yang

dikabarkannya, menjauhi segala larangan dan

peringatannya, dan beribadahlah kepada Allah

dengan mengikuti semua yang disyati’atkanNya80.

Perayaan hari kelahiran yang biasa di kenal dengan

79 Abu Dawud (4607), at-Tirmidzi (2676), Ibnu Majah (42) 80 http://adarossyat.blogspot.com/2010/02/larangan-peringatan-maulid-nabi.html. Minggu 09 Oktober 2011. 11.00

Wib

xcvi

ulang tahun menjadi suatu pembiasaan di kalangan

penganut Islam yang telah membudaya dan meniru

kebiasaan di luar syari’at Islam. Sama halnya dengan

memperingati hari nisfu sa’ban dengan mengadakan

shalat-shalat tertentu. Seluruh hadits tentang shalat

pada malam nisfu sa’ban, semuanya adalah dusta dan

dipalsukan atas nama Nabi Saw81. Oleh karena itu

belajar tentang disiplin ilmu dalam agama sangatlah

penting untuk menjaga kemurnian sunnah agama ini.

5. Proses Pembelajaran

1. Hakikat proses belajar

Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat

pengalaman dan latihan. Artinya, belajar yang bertujuan dalam

sebuah kegiatan adalah perubahan tingkah laku baik yang

menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap,

bahkan meliputi segenap aspek organisme/pribadi. Kegiatan

81 Ibid, 126

xcvii

belajar mengajar seperti mengorganisasikan pengalaman

belajar, mengolah kegiatan belajar mengajar, menilai proses

dan hasil belajar. Kesemuanya termasuk dalam cakupan

tanggung jawab guru. Jadi hakikat belajar adalah perubahan.

Elizabeth Hurlock berpendapat bahwa belajar

merupakan perkembangan yang berasal dari latihan dan

usaha. Melalui belajar, anak memperoleh kemampuan

menggunakan sumber yang diwariskan82. Proses

pembelajaran menurut Gagne adalah pembelajaran terjadinya

proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga

menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam

pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-

kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi

internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan

untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi

dalam individu. Kondisi internal mencakup atensi, motivasi,

dan mengingat kembali (recall). Sedangkan kondisi eksternal

adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi

individu dalam proses pembelajaran.83

82 http://www.scribd.com/doc/22588479/Hakikat-Belajar. senin 24 Oktober 2011. 23.00 83 http://catatannana.blogspot.com/2011/01/pendekatan-pemrosesan-informasi-dan.html. Senin 24 Oktober 2011. 23.10

xcviii

2. Entering Behavior Siswa

Hasil kegiatan belajar mengajar tercermin dalam

perubahan perilaku, baik secara material-subtansial,

struktural-fungsional maupun behavior, yang dipersoalkan

adalah kepastian bahwa tingkat prestasi yang dicapai siswa itu

apakah benar merupakan hasil kegiatan belajar mengajar

yang bersangkutan untuk kepastiannya, guru harus

mengetahui tentang karakteristik perilaku anak didik saat

mereka mau masuk sekolah dan mulai dengan kegiatan

belajar mengajar dilangsungkan. Tingkat dan jenis

karakteristik perilaku anak didik yang telah dimilikinya ketika

akan mengikuti kegiatan belajar mengajar, itulah yang

dimaksud entering behavior siswa.84

Belajar mengajar merupakan suatu proses terjadinya

pertukaran ilmu baik antara siswa dan guru. Sebagai pengajar

guru dituntut untuk menguasai ilmu yang akan diberikan

kepada siswa termasuk guru harus mengetahui kapan siswa

siap untuk menerima ilmu tersebut sesuai dengan kebutuhan

dan kemampuan yang akan dicapai karena tingkat prestasi

84 Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta, Jakarta 2002 (Hal . 6 dan 11)

xcix

ataupun pemahaman seorang siswa tergantung pula pada

kesiapan dan pemahaman guru itu sendiri.

6. Pendidikan Terhadap Anak (Tarbiyatul Aulad)

Wajib bagi setiap pendidik, mendidik anak-anak dengan

pendidikan agama yang mulia ini (Islam). Karena sebenar-benar

orang yang berpendidikan ialah mereka yang dididik oleh Al Qur’an

dan Sunnah Nabi SAW. Pendidikan tersebut adakalanya diajarkan

sendiri secara lansung kepada anaknya apabila ia mengetahui

tentang agama, adakalanya diserahkan kepada ahlinya, dengan

syarat tentunya pendidikan tersebut wajib berdasarkan Al kitab dan

Sunnah Nabi SAW bukan berdasarkan adat-adat dan segala

sesuatu yang disandarkan kepada Islam.

Kewajiban mendidik anak dengan pendidikan agama

berlangsung terus sepanjang hayat dan tidak pernah berhenti

kecuali nafasnya berhenti. Ini disebabkan karena manusia sangat

membutuhkan ilmu agama melebihi kebutuhannya kepada

makanan dan minuman. Rata-rata manusia makan dalam sehari

hanya dua sampai tiga kali, akan tetapi kebutuhannya kepada ilmu

sepanjang bilangan nafasnya.

Setiap anak yang dilahirkan pada hakikatnya dalam keadaan

bersih dan suci. Allah SWT menciptakan bayi yang dilahirkan di

c

muka bumi ini dengan anugrah yang telah ditentukan. Potensi yang

berbeda-beda dan keunikannya yang beranekaragam menjadikan

kebutuhan dan stimulasi yang berbeda pula. Semua potensi itu

dikembalikan lagi oleh para pendidik yang ada di sekitarnya untuk

menjadikan anak tersebut sebagai masa depan yang disiapkan

untuk menghadapi masa depan. Pendidikan anak yang dimulai

dengan pendidikan al Qur’an dan hadist adalah pendidikan yang

diwajibkan, karena hanya dengan mengikuti kitab yang telah Allah

turunkanlah yang mampu menghadapi era zaman di masa depan.

6.1 Kewajiban mencontoh Rasulullah SAW dalam mendidik

anak

Rasulullah merupakan contoh bagi orang-orang yang

beriman. Termasuk bagaimana caranya menididik anak dalam

Islam. Seseorang tidak mungkin taat kepada Allah apapun

alasannya kecuali dia taat kepada Rasul untuk taat kepada

Allah. Salah satu bentuk ketaatan kepada Rasul ialah dengan

mengikuti beliau dalam mendidik anak. Oleh karena itu

perintah Allah kepada hambanya untuk menerima apa-apa

ci

yang datang dari Rasul baik perintah ataupun larangan dan

salah satu yang datang dari Rasul adalah bagaimana cara

beliau mendidik anak dengan perkataan dan perbuatan.

Seseorang yang ingin berakhlak mulia untuk diri dan

keluarganya, maka wajib mencontoh akhlak Nabi SAW.

Karena tidak ada akhlak kemuliaan tanpa mencontoh akhlak

Nabi SAW. Seseorang tidak mungkin mengamalkan Al Qur’an

tanpa melihat Rasul. Seseorang tidak mungkin berakhlak

dengan akhlak A Qur’an tanpa mencontoh beliau. Mendidik

anak dengan mencontoh Rasul berarti mendidik anak dengan

pendidikan Al Qur’an. Ancaman keras bagi setiap orang yang

menyalahi sunnah Rasulullah, bahwa dia akan terkena fitnah

(kufur, syirik, nifak, bid’ah dan maksiat) di dunia dan dan azab

di akhirat. Seseorang yang menyalahi sunnah Rasul akan

terkena salah satu fitnah tersebut. Oleh karena itu apabila

pendidikan kepada anak-anak menyalahi sunnah Rasul maka

niscaya akan tampillah anak-anak yang terkena fitnah

tersebut.

واليوم ال أسوة حسنة لمن كان يرجو للاه خر وذكر لقد كان لكم في رسول للاه

ا كثيرا للاه

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang

cii

mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.(Al-ahzab: 21)

قال : ' إنما بعثت ألتمم النبي صلى للا عليه وآله وسلمعن أبي هريرة ، عن

البخاري : حدثنا علي ، ثنا سفيان ، عن أبي الزناد ، عن : مكارم األخالق

األعرج ،

Dari Abi Hurairah, dia berkata: telah bersabda Rasulullah, “bahwsanya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan-kemuliaan akhlak.

Seseorang tidak mungkin dapat mengamalkan Al-Qur’an

tanpa melihat kepada Rasulullah, dan seseorang tidak

mungkin berakhlak dengan akhlak Al-Qur’an tanpa mencontoh

beliau. Mendidik dengan mencontoh Rasul berarti mendidik

anak dengan pendidikan Al-Qur’an.

6.2 Mendidik anak menurut Rasulullah

Mendidik anak di dalam Islam menurut sunnah

Rasulullah memiliki dasar yang sangat penting untuk

diketahui, yaitu dengan pendidikan Rasulullah berdasarkan

dua wahyu dari Rabbul ‘Alamin yaitu wahyu Al-Qur’an dan As

Sunnah. Pendidikan Rasulullah menjadikan manusia sesuai

fungsinya untuk beribadah kepadaNya, perhatikan dalil di

dalam surat berikut ini;

ciii

ا كان بما تعملون خبيراك إنه للاه بع ما يوحى إليك من رب واته

Dan ikutilah apa yang diwahyukan Tuhan kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (Qs. Al-Ahzab:2)

إن هو إله وحي يوحى -وما ينطق عن الهوى

Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya (Muhammad). Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). (Qs. An Najm:3-4)

وشر المور : أما بعد ، فإن خير الحديث كتاب هللا ، وخير الهدي هدي محمد

محدثاتها ، وكل بدعة ضاللة

Amma ba’du! Maka sesungguhnya sebaik-baiknya perkataan kitab Allah (Al Quran) dan sebaik-baiknya petunjuk adalah petunjuk Muhammad. Dan sejelek-jelek urusan/perkara adalah yang muhdats (yang baru yang diada-adakan) dan bid’ah itu sesat85.

وما خلقت الجنه والنس إله ليعبدون

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (Qs. Adz Dzaariyaat: 56)

Kewajiban mendidik anak tentang urusan agama sesuai

dengan apa yang telah Allah syari’atkan melalui lisan Nabi-

Nya dan kewajiban ini terletak dipundak para orang tua dan

ahli ilmu secara umum. Karena anak-anak selalu menyertai

85 (HR. muslim juz 3 hal 11)

civ

orang-orang dewasa kecuali di dalam hal-hal tertentu seperti

perang.

اس والحجارة عليها ا وقودها النه ها الهذين آمنوا قوا أنفسكم وأهليكم نارا يا أي

ما أمرهم ويفعلون ما يؤمرون مالئكة غالظ شداد ل يعصون للاه

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.(Qs. At Tahriim:6)

Fiqih hadist menjelaskan didiklah anak-anak dengan

diajak berbicara dan berkomunikasi yang baik, sama seperti

orang dewasa dengan cara yang mudah dipahami oleh

mereka. Ajarkanlah tentang segala sesuatu yang bermanfaat

untuk di dunia dan akhirat. Ajarkan pula perintah-perintah

Allah, larangan-larangan-Nya dan hak-hak-Nya agar mereka

memelihara dan menjaganya meskipun belum terkena taklif

(kewajiban). Akan tetapi kewajiban ini dipikul tanggung jawab

oleh orang tua mereka dan ahli ilmu. Tanamkan tentang halal-

haram, perintah larangan dan seterusnya, walaupun mereka

tidak berdosa apabila melanggarnya seperti mengerjakan

amal taat akan diberi pahala sunnah. Jelaskan tentang tauhid

dan aqidah shahih (yang benar) seperti ketika Nabi

cv

mengajarkan kepada anak kecil yang bernama Ibnu Abbas

tentang “tauhid ‘ubudiyyah”, “wahai anak! apabila engkau

meminta, maka mintalah kepada Allah, apabila engkau

memohon pertolongan, maka mohonlah pertolongan kepada

Allah. Ingatkanlah tentang kesabaran dalam menghadapi

segala sesuatu, bahwa pertolongan itu akan datang sesudah

ada kesabaran setelah itu akan ada kesusahan dan

kesempitan yang akan selalu diiringi dengan kemudahan dan

kelapangan86.

Pendidikan agama bagi anak, dapat dimulai sejak usia

dini dengan melalui tahapan sampai balighnya. Yaitu sebelum

tamyiiz (dari lahir sampai usia lima tahun dan sempurnanya

pada usia 7 tahun) dan sesudah tamyiiz (dari usia 7 tahun

sampai baligh). Pendidikan yang terbaik bagi anak sebelum

dan sesudah tamyiiz ialah dengan jalan mendengar dan

melihat kepada sesuatu yang baik dan terbaik menurut agama

bukan menurut akal pikiran dan adat-adat manusia yang

menyalahi agama. Pendidikan dengan cara mendengarkan

dan melihat akan memberikan bekas di dalam pikiran dan hati

anak. Karena pada usia tersebut rekaman seorang anak

86 Abdul Hakim bin Amir Abdat. 2009.”Menanti Buah Hati & Hadiah untuk yang Dinanti”. Hal 334-335

cvi

terhadap sesuatu yang didengar dan dilihat masih sangat kuat

sekali87.

Anak-anak memiliki ingatan yang cukup kuat

dibandingkan orang dewasa, oleh sebab inilah jika sejak kecil

didikan dan ajaran yang diberikan salah atau tidak sesuai

dengan tuntunan Allah dan Rasul. Maka hal ini pun akan

melekat diingatan mereka, sehingga praktik ibadah sehari-hari

ataupun tauhid yang mereka kerjakan sesuai dengan apa yang

mereka dapatkan. Hal ini apabila tidak benahi maka akan

menjadi proses yang turun menurun dan mengakibatkan

meluasnya kesalahan, bahkan generasi yang memurnikan al

Qur’an dan sunnah pun menjadi hilang karena ketidaktahuan

mereka. Oleh karena itu Mendidik dan membimbing anak

dimulai sedini mungkin seperti yang telah dicontohkan

Rasulullah sangatlah penting, tentunya dengan cara mencari

ilmu, memiliki disiplin ilmu dan meneliti terus menerus

sehingga para orang tua dan pendidik dapat terus membenahi

dan menyempurnakan cara mendidik dan mengajarkan anak-

anak mereka sesuai tuntunanNya.

87 Ibid. Hal 346,

cvii

B. Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan

Sebagian besar taman kanak-kanak yang berdiri, dari fakta yang

terjadi dilapangan Taman Kanak-Kanak (TK) Islam, yang beralamat

Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, salah satu contok TK yang

menyelenggarakan shalat dhuha setiap hari bagi peserta didik. Tujuan ini

dilakukan untuk menanamkan kebiasan shalat kepada siswa. Para siswa

di sekolah ini melaksanakan shalat dhuha dengan bimbingan guru.

Kegiatan tersebut diawali dengan berwudhu secara tertib. dilanjutkan

dengan shalat dhuha bersama. Agar setiap anak dapat menghapal

bacaan shalat mulai takbiratulihram sampai dengan salam secara fasih

dan lancar. Bacaan shalat dilakukan dengan cara zhahir (suara yang

keras).

Siswa ditugaskan untuk menjadi imam secara bergantian. Imam

juga memimpin zikir, takbir, tahlil, dan tahmid serta pembacaan doa

shalat dhuha. Kegiatan tersebut ditutup dengan bersalaman sambil

diiringi shalawat.Pembiasaan shalat dhuha sejak dini, diharapkan akan

menumbuhkan rasa ketergantungan seseorang kepada Allah Sang

Pemberi Rezeki. "Sehingga akan menjauhkan mereka dari sifat putus asa

ketika rezeki yang diharapkan tidak kunjung tiba. Juga menghindarkan

diri dari mengambil sesuatu yang bukan haknya"88.

88 http://bataviase.co.id/node/631521, sabtu 17 sept 2011. 21.30

cviii

Sebagai contoh hasil kajian yang relevan untuk pembiasaan doa

sehari-hari di Taman Kanak-kanak yang merupakan suatu pembiasaan

untuk membantu perkembangan prilaku dan kemampuan dasar anak

sesuai dengan perkembangannya. Program kegiatan belajar dan

mengajar di TK, yang dilakukan setiap hari pada pagi hari, yaitu Sebelum

masuk kelas anak-anak mengadakan upacara untuk membaca ikrar yang

diawali dengan membaca dua kalimat syahadat, membaca surat Al

Fatihah dan do'a menuntut ilmu89. Setelah itu sebagai penutup sebagai

doa rutinitas dengan membaca surat al Ashr.

Generasi muda yang tergabung dalam suatu organisasi di sebuah

lembaga besarpun melakukan kegiatan beribadah di berbagai tempat.

Sebagian melakukan rutinitas keagamaan, seperti tahlilan, yasinan, dzikir

bersama-sama dan sebagainya. Semua itu kerjakan secara terpimpin

dengan cara menunggu instruktur dari pemimpinnya sebelum memulai

kegiatan.

Proses pengamalan-pengamalan di atas diperkuat dengan hadirnya

kelompok pemuda yang lebih sering dijumpai di pesantran-pesantren dan

di kampung-kampung. Sebagian lagi, berada di Sekolah-Pesantren,

Sekolah Umum dan Perguruan Tinggi melakukan kegiatan yang sama90.

89 http://www.darunnajah.com/?p=16, sabtu 17 sept 2011. 21.33 90 http://ahmadnaufa.wordpress.com/2010/04/20/sekilas-tentang-ipnu-ippnu/ sabtu 17 sept 2011. 21.33

cix

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Khusus Penelitian

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mencari data tentang

pengetahuan dan ketelitian guru dalam mengajarkan tata cara ibadah

sesuai dengan sunnah, yang disampaikan pada siswanya dalam

pembiasaan ibadah di sekolah.

B. Pendekatan Metode yang digunakan dan alasannya

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif karena

dalam penelitian ini peneliti akan melakukan pengkajian yang lebih

mendalam terhadap proses belajar mengajar yang menjadi pembiasaan

di dalamnya. Selain itu penelitian dengan metode kualitatif dapat lebih

luwes sebab rancangan studinya dapat dimodifikasi walaupun sedang

dilaksanakan dan teorinya dapat dikembangkan dilapangan. Proses

penelitian kualitatif diharapkan dapat menghasilkan temuan yang benar-

benar bermanfaat, serta akan mendapatkan perhatian yang lebih serius

terhadap berbagai hal yang dipandang perlu.

cx

C. Metode Penelitian

Pendekatan metode yang digunakan penelitian ini adalah metode

deskriptif analisis dan survei, dengan alasan agar hasil dari penelitian

yang telah diujicobakan kepada guru dapat dijabarkan sehingga

penelitian menitikberatkan kepada pengetahuan dan ketelitian guru.

1. Deskriptif Analisis

Sesuai dengan tujuan peneliti, untuk mengetahui tentang

pengetahuan dan ketelitian guru dalam mengajarkan perilaku

keagamaan, maka metode deskriptif adalah pendekatan metode

yang pilih oleh peneliti. Adapun yang dimaksud metode deskriptif

yaitu metode penyelidikan yang menuturkan, menganalisa dan

mengklasifikasi berupa penyelidikan dengan teknik survei, teknik

interview, angket, observasi, atau degan teknik test.91

Pelaksanaan metode deskripstif tidak terbatas hanya sampai

pengumpulan data, tetapi meliputi analisa dan intepretasi tentang

data tersebut. Penelitian ini diarahkan untuk menggambarkan

variabel atau kondisi apa adanya dalam situasi. Bukan untuk

menguji hipotesis penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat

Arikunto yang menyatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan

91 Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik (Bandung, 1990. hal. 139)

cxi

penelitian non hipotesis sehingga dalam langkah penelitian tidak

perlu merumuskan hipotesis.92

2. Metode Survei

Metode survei adalah metode pemeriksaan dan pengukuran

metode penelitian yang dilakukan untuk mengadakan pemeriksaan

dan pengukuran-pengukuran terhadap gejala empirik yang

berlangsung di lapangan atau lokasi penelitian, umumnya dilakukan

terhadap unit sampel yang dihadapi sebagai responden dan bukan

terhadap seluruh populasi sasaran, salah satunya dikenal dengan

jenis survei deskriptif yaitu survei untuk mengadakan pemeriksaan

dan melakukan pengukuran-pengukuran terhadap gejala empirik

yang diperiksa93.

Penelitian survei lebih berarti sebagai suatu cara melakukan

pengamatan dimana indikator mengenai variabel adalah jawaban-

jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan kepada responden

baik secara lisan maupun tertulis. Survei biasanya dilakukan satu

kali. Peneliti tidak berusaha untuk mengatur atau menguasai situasi.

Jadi perubahan dalam variabel adalah hasil dari peristiwa yang

92 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta 1998) hal, 12 93 Prof. DR. H. Abdurrahmat Fathoni, M. Si. ”Metode Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi”. Jakarta 2006. Hal 100

cxii

terjadi dengan sendirinya. Penelitian survei termasuk ke dalam jenis

penelitian deskriptif, meskipun dalam survei sudah banyak

dikembangkan menjadi penelitian-penelitian yang sudah mulai

melakukan prediksi tertentu. Jika hanya menggunakan survei, maka

yang berlaku teknik sampling atau yang disebut survei sampling.

Survei sampling artinya kegiatan survei yang menggunakan

sampling. Maksudnya tidak semua unit analisis dalam populasi

diamati satu per satu, akan tetapi hanya sebagian saja, yang diwakili

oleh sampel. Proses pengambilan sampel dikenal dengan teknik

sampling. Ukuran sampel bisa beragam karena bergantung kepada

berbagai faktor dan pertimbangan, baik teknik maupun statistik94.

D. Latar Penelitian

1. Latar Penelitian

Mengacu pada masalah penelitian yang telah dirumuskan,

maka penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data-data yang

tepat tentang pembiasaan pembelajaran ibadah di Taman Kanak-

kanak Islam se-Kota Depok, dengan latar dari Kota Depok yang

telah berkembang menjadi kota pendidikan yang mengundang

peserta didik dari berbagai daerah di Indonesia. Perkembangan ini

94 <http://surveyonline.wordpress.com/>http://surveyonline.wordpress.com/2008/07/08/metode-penelitian-survey/

jum'at 7/10/2011. 14.45

cxiii

terjadi sejak dibangunnya kampus-kampus besar di Kota Depok

serta sejumlah sekolah tinggi swasta di sekitar kawasan strategis

Kota Depok. Bahkan terdapat sejumlah kampus program

pendidikan yang diselenggarakan oleh sejumlah universitas atau

sekolah tinggi swasta yang justru pusatnya berada jauh di luar Kota

Depok. Penyelenggaraan program pendidikan seperti ini

berlangsung di Kota Depok karena mungkin didasarkan pada

pertimbangan bisnis bahwa Kota Depok yang berkembang menjadi

kota pendidikan target market yang potensial95.

2. Waktu Penelitian

Waktu pelaksaan penelitian yaitu dimulai pada bulan Oktober

sampai November. Bertempat di Taman Kanak-Kanak Islam se-

Kota Depok.

E. Data dan sumber data

Data yang diperoleh untuk mendapatkan daftar Taman Kanak-

kanak Islam se-Kota Depok melalui BMPS (Badan Musyawarah

Pendidikan Swasta). Sumber data digunakan penelitian sebagai

kegiatan informan, anak dan guru. Data pendukung dan penguat

kesiapan dari data yang didapat, peneliti menggunakan data primer

95 file:///C:/Documents%20and%20Settings/Administrator/My%20Documents/depok-menuju-kota-pendidikan.html.

jum’at 07/10/2011. 14.00

cxiv

sebagai penguat dari berbagai dokumentasi penelitian berupa observasi

secara langsung, setelah itu dilanjutkan dengan wawancara setengah

tertutup guna mengetahui kevalidan dari angket/kuisioner yang

sebelumnya telah disebarkan. Peneliti juga menggunakan dokumenter

berupa portopolio (satuan kegiatan harian), foto dan rekaman suara hasil

dari wawancara yang telah dilakukan. Sumber data dilakukan pula oleh

kolabolator sebagai data sekunder dari hasil penelitian serta

menggunakan metode dan dokumentasi penelitian yang sama dengan

waktu yang bersamaan.

F. Prosedur Pengumpulan dan Perekaman Data

Prosedur dalam pengumpulan data-data penelitian ini

menggunakan beberapa metode yaitu ;

1. Teknik sampling

a. Simple Random Sampling (cara undian)

Memberikan nomor-nomor pada seluruh anggota

populasi, lalu memilih nomor-nomor pada banyaknya jumlah

sampel yang dibutuhkan secara acak, dengan cara sampel

yang telah terpilih tidak akan dipilih lagi atau sampel yang telah

terpilih ada kemungkinan dipilih lagi agar menghasilkan nilai

probalitas yang konstan.

b. Ukuran sampel

cxv

Ukuran minimum sampel yang dapat diterima

berdasarkan desain penelitian kualitatif deskriptif, sampelnya

10% dari populasi. Merujuk pada data BMPS yang diperoleh

dapat diketahui bahwa ada sekitar 180 sekolah TK Islam yang

terdaftar di dalamnya.

Tabel 1.

Daftar Sampel Penelitian

No Nama inisial Sekolah Kecamatan

1 TK Islam Ak Pancoran Mas

2 R. A. PH Cimanggis

3 TK Islam DA Beiji

4 TK Islam AR Cipayung

5 TK Islam Ks Sukmajaya

6 R. A. Um Pancoran Mas

7 TK Islam Mt Sawangan

8 TK Islam As Cinere

9 TK NI Limo

10 R.A AI Sukmajaya

11 TK Islam BA Bojongsari

12 R. A An SukmaJaya

13 R. A. AF Tapos

14 TK Islam AH Cimanggis

15 TK Islam PH Cilodong

Demi kepentingan bersama, maka daftar nama sekolah

yang tertera hanya dicantumkan nama inisialnya saja, guna

melindungi kerahasiaan responden.

cxvi

2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti untuk

mengumpulkan data-data yang dibutuhkan, sebagai sarana

pendukung pencapaiannya kualitas instrumen yang akan

menentukan kualitas data yang terkumpul. Instrumen penelitian

yang digunakan adalah sebagai berikut;

a. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang

dilakukan melalui suatu pengamatan, dengan disertai

pencatatan-pencatatan yang diperoleh langsung dari obyek

yang diteliti baik berupa struktur dan data tentang pembiasaan

pembelajaran ibadah yang ada di Taman Kanak-kanak Islam.

Format pengumpulan data observasi dapat dilihat dilembar

lampiran.

cxvii

Tabel 2

Kisi-kisi Acuan Observasi

Tata Cara Ibadah sesuai ajaran Islam di Taman Kanak-Kanak Islam

se-kota Depok

Aspek yang diteliti

Indikator Item Observasi No. item

Jumlah item

Doa - Berdo'a adalah memohon atau meminta pertolongan kepada Allah SWT.

- Sesungguhnya doa adalah ibadah

- Ibadah yang disyari’atkan berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah

1. Cara guru mengajarkan pembiasaan berdoa sesudah/sebelum kegiatan/pulang

1, 2 2

2. Pembiasaan membacakan/mengirimkan al Fatihah untuk orang lain yang disandarkan pada Rasulullah.

13, 14, 15, 16

4

3. Pembiasaan doa yang diajarkan

8, 9, 10 3

4. Pengetahuan guru tentang tata cara berdoa

3 1

Dalil Setiap perkataan, perbuatan dan taqriri (persetujuan) dari Nabi SAW

1. Pembelajaran tentang pembiasaan hadist/dalil

11, 12, 17, 18, 19, 20

6

Shalat barang siapa beribadah kepada-Nya bukan dengan cara yang diperintahkan-Nya maka ia telah melibatkan dirinya di dalam Tasyri’

1. Pengetahuan guru tentang tata cara shalat sesuai tuntunan Rasul.

4, 5, 6, 7 4

TOTAL ITEM OBSERVASI 20 20

b. Interview/wawancara,

Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui

proses tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah, yaitu

pertanyaan yang datang dari peneliti dan dijawab oleh guru

cxviii

Taman Kanak-Kanak Islam yang bersangkutan. Format

pengumpulan data wawancara dapat dilihat dilembar lampiran.

Tabel 3

Kisi-kisi Acuan Wawancara

Tata Cara Ibadah sesuai ajaran Islam di Taman Kanak-Kanak Islam

se-kota Depok

Aspek yang diteliti

Indikator Item Wawancara No. item Jumlah

item

Doa - Berdo'a adalah memohon atau meminta pertolongan kepada Allah SWT.

- Sesungguhnya doa adalah ibadah

- Ibadah yang disyari’atkan berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah

1. Cara guru mengajarkan pembiasaan berdoa sesudah/sebelum kegiatan/pulang

1 1

2. Pembiasaan membacakan/mengirimkan al Fatihah untuk orang lain yang disandarkan pada Rasulullah.

2 1

3. Ketelitian guru terhadap kedudukan hadits doa yang diajarkan /dipraktikan

6 1

Dalil Setiap perkataan, perbuatan dan taqriri (persetujuan) dari Nabi SAW

1. Pengetahuan guru tentang dalil yang disandarkan kepada sabda Rasul

7, 10 2

3. Pemahaman guru tentang fungsi mempelajari disiplin ilmu

8, 9 2

Shalat barang siapa beribadah kepada-Nya bukan dengan cara yang diperintahkan-Nya maka ia telah melibatkan dirinya di dalam Tasyri’

1. Pengetahuan guru tentang tata cara shalat sesuai tuntunan Rasul.

4, 5 2

Peringatan hari

Keyakinan (I’tiqad) atau perbuatan yang tidak ada

1. Memperingati hari khusus di sekolah

3 1

cxix

asal usulnya dari agama Islam maka itu bukan Sunnah

TOTAL ITEM WAWANCARA 10 10

c. Kuisioner

Penyebaran kuisioner adalah teknik untuk memperoleh

data dengan membuat daftar pertanyaan disertai

kemungkinan jawaban yang harus dipilih untuk diisi langsung

oleh guru Taman Kanak-kanak Islam. Pengisian kuisioner

memberikan jawaban sesuai dengan diri yang sesungguhnya,

karena tidak ada jawaban yang salah. Format pengumpulan

data kuisioner dapat dilihat dilembar lampiran.

Tabel 4

Kisi-kisi Acuan Kuisioner

Tata Cara Ibadah sesuai ajaran Islam di Taman Kanak-Kanak Islam

se-kota Depok

Aspek yang diteliti

Indikator Item kuisioner No. item Jumlah

item

Doa - Berdo'a adalah memohon atau meminta pertolongan kepada Allah SWT.

- Sesungguhnya doa adalah ibadah

- Ibadah yang disyari’atkan berdasarkan Al-

1. Cara guru mengajarkan pembiasaan berdoa sesudah/sebelum kegiatan/pulang

3, 10, 11, 14, 20, 35

6

2. Pembiasaan membacakan/mengirimkan Al Fatihah untuk orang lain yang disandarkan pada Rasulullah.

2, 12, 18, 24, 27, 31, 37, 45

8

cxx

Qur’an dan As-Sunnah

3. Pembiasaan doa yang diajarkan

1, 9, 32 3

4. Pengetahuan guru tentang tata cara berdoa

4, 25, 59 3

5. Ketelitian guru terhadap kedudukan hadits doa yang diajarkan/dipraktikan

7, 13, 16, 19, 26, 30, 33, 36, 39, 49, 43, 46

12

Dalil Setiap perkataan, perbuatan dan taqriri (persetujuan) dari Nabi SAW

1. Pembelajaran tentang pembiasaan hadist/dalil

17, 23, 50, 52, 55, 53, 55

7

2. Pengetahuan guru tentang dalil yang disandarkan kepada sabda Rasul

28, 43, 51, 54, 56

5

3. Pemahaman guru tentang fungsi mempelajari disiplin ilmu

58, 60, 61, 62, 63, 64, 64

7

Shalat barang siapa beribadah kepada-Nya bukan dengan cara yang diperintahkan-Nya maka ia telah melibatkan dirinya di dalam Tasyri’

1. Pengetahuan guru tentang tata cara shalat sesuai tuntunan Rasul.

6, 8, 15, 21, 57

5

Peringatan hari

Suatu keyakinan (I’tiqad) atau perbuatan yang tidak ada asal usulnya dari agama Islam maka itu bukan Sunnah atau dapat diartikan mengada-ada

1. Memperingati hari khusus di sekolah

22, 34, 38, 39, 40, 47

6

2. Ketelitian guru dalam mengkaji sunnah Rasul dalam memperingati hari yang dikhususkan

5, 29, 41, 45, 48

5

TOTAL ITEM KUISIONER 66 66

d. Rekaman Arsip

Rekaman arsip merupakan teknik pengumpulan data

dengan menghimpun dan menganalisis dokumen baik

dokumen tertulis berupa rencana kegiatan harian (RKH), suara

cxxi

(rekaman/kaset), maupun gambar (foto) pada TK Islam yang

sedang diteliti. Data tersebut akan dijadikan sebagai bukti

yang relevan agar menjaga kevalidan rekaman data yang telah

dilakukan. Rekaman arsip akan menjadi pendukung untuk

rujukan dari hasil data dan tindakan kolabolator terhadap

prosedur pengumpulan data kepada subyek yang diteliti.

Pencatatan data dilakukan dalam format catatan

lapangan dengan pengkodean untuk memudahkan dalam

menganalisis data, seperti form Ob 01 untuk observasi atau

pengamatan, form Ww 01 untuk wawancara, form Pf 01 untuk

rekaman arsip, adapun prosedur kuisioner akan dilakukan

dengan menggunakan rumus persen yang telah ditentukan.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat contoh tabel sebagai berikut;

Tabel 5

Contoh Kodefikasi Instrumen

Instrumen Kodefikasi

Keterangan Peneliti ke- Sekolah ke- Frekuensi ke-

Angket 1 A 1 Ak 1. A. 1

Observasi 2 B 2 Ob. 2.B. 2

Wawancara 1 C 3 Ww. 1. C. 3

Portofolio 1 A 1 Pf. 1. A. 1

Pengkodean tersebut bertujuan agar rekaman arsip

dapat dibedakan dengan lebih mudah. Rekaman arsip akan

menjadi data yang berhubungan langsung dengan subjek

cxxii

penelitian, guna melihat fakta yang muncul di TK Islam yang

diteliti.

G. Analisis Data

Data yang akan dianalisa oleh peneliti untuk melakukan analisa dan

pengelompokkan data jawaban yang sejenis maka peneliti memberikan

nama yang bermakna oleh kolabolator yaitu; iya dan tidak, yang akan

masuk ke dalam tabulasi pengelompokkan data. Jawaban iya

berkonotasi bahwa responden telah melakukan yang bermakna

responden tidak mengetahui kesesuaian tentang tata cara ibadah sesuai

sunnah sedangkan jawaban tidak berkonotasi bahwa responden tidak

melakukan yang bermakna responden mengetahui kesesuaian tata cara

ibadah yang sesuai dengan sunnah.

Tabel 6

Konotasi Observasi Terhadap Responden

Konotasi positif ( + ) (Responden tidak melaksanakan

kesesuaian tentang tata cara ibadah sesuai sunnah)

Konotasi positif ( - ) (Responden melaksanakan kesesuaian

tata cara ibadah sesuai sunnah)

ya Tidak ya Tidak

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16

17, 18, 19, 20

17, 18, 19, 20 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16

Jumlah : 16 Jumlah : 4 Jumlah : 4 Jumlah : 16

Tabel 7

Konotasi Wawancara Terhadap Responden

cxxiii

Konotasi positif ( + ) (Responden tidak melaksanakan

kesesuaian tentang tata cara ibadah sesuai sunnah)

Konotasi positif ( - ) (Responden melaksanakan kesesuaian

tata cara ibadah sesuai sunnah)

ya Tidak ya Tidak

1, 2, 3, 4, 5, 6 7, 8, 9, 10 7, 8, 9, 10 1, 2, 3, 4, 5, 6

Jumlah : 6 Jumlah : 4 Jumlah : 4 Jumlah : 6

Tabel 8

Konotasi Kuisioner Terhadap Responden

Konotasi positif ( + ) (Responden tidak melaksanakan

kesesuaian tentang tata cara ibadah sesuai sunnah)

Konotasi positif ( - ) (Responden melaksanakan kesesuaian

tata cara ibadah sesuai sunnah)

ya Tidak ya Tidak

1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44,

45, 46, 47

48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62,

63, 64, 65

48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62,

63, 64, 65

1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 11, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44,

45, 46, 47

Jumlah : 47 Jumlah : 18 Jumlah : 18 Jumlah : 47

Hasil pengolahan data tersebut akan dianalisis dengan

menggunakan dua pendekatan yaitu analisis data kualitatif yang

dijabarkan melalui pengamatan yang tidak berupa angka-angka untuk

hasil penelitian. maksudnya adalah dilakukan dengan cara menguraikan

dalam bentuk kalimat kemudian direlevansikan dengan rujukan teori yang

mendukung dan analisis data kuantitaif yaitu analisis terhadap data yang

dihasilkan berupa presentasi berdasarkan konotasi yang telah ditetapkan

cxxiv

sebelumnya untuk instrument kuisioner yang sesuai dengan konotasi

yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut:

P = F x 100% N

Keterangan : P = Persentase (%) F = Frekuensi jawaban

N = Jumlah guru/sampel

Analisa data tersebut untuk jawaban hasil kuisioner, selanjutnya

peneliti menginterpretasikan dengan menggunakan rentang skala

gradasi, konotasi positif (+) apabila mencapai 51% ke atas berarti

responden tidak melaksanakan kesesuaian tentang tata cara ibadah

sesuai sunnah, jika konotasi negatif (-) mencapai 51% ke bawah maka

responden telah melaksanakan kesesuaian tentang tata cara ibadah

sesuai sunnah.

Hasil interpretasi yang telah dipersentasekan akan menjadi bahan

kesimpulan peneliti yang diperkuat sumber dari hasil angket, interview,

observasi dan dokumentasi. Oleh karena itu hasil sebanyak 51% telah

mencukupi pemerolehan suatu kesimpulan yang benar-benar akurat dan

dapat dipertanggung jawabkan.

cxxv

H. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data

Pemeriksaan data dan pengecekan dilakukan agar data yang

diperoleh menjadi valid, sehingga hasil penelitian dapat diterima dan

dipertanggungjawabakan. Pemerikasaan dalam penelitian ini berupa: (1)

perpanjangan waktu keikutsertaan, (2) pengamatan secara tekun, (3)

kecukupan referensi, (4) triangulasi. Teknik tersebut dipilih karena

disesuaikan dengan latar penelitian survei yang kapasitas penelitian yang

bertujuan untuk menguji validitas untuk menecocokkan antara temuan

dengan yang lapangan.

1. Perpanjangan waktu keikutsertaan

Tujuan dari perpanjangan waktu untuk mempelajari subyek

yang diteliti agar lebih valid dan agar dapat memperoleh data yang

mendalam guna mengantisipasi jawaban yang dirasa belum

lengkap maka peneliti membutuhkan perpanjangan waktu dua hari

untuk penelitian dari 10 hari menjadi 12 hari dari waktu yang telah

ditentukan.

2. Pengamatan secara tekun

Ketekunan dari pengamatan dilakukan secara obyektif dan

teliti terhadap data yang sedang diamati sehingga peneliti dan

kolabolator memiliki data jenuh dan mampu menganalisi data

dengan meneliti kembali hasil dari dokumentasi yang telah

dilakukan.

cxxvi

3. Kecukupan Referensi

Referensi yang ditemukan di lapangan merupakan bahan

pendukung terhadap data yang ditemukan di sekolah dan

referensinya langsung dari guru yang mengajarkan berupa

mengobservasi secara langsung, mewawancarai guru yang

bersangkutan, penyebaran kuisioner serta rekaman data.

4. Triangulasi

Keabsahan bentuk batasan berkaitan dengan suatu

kepastiaan bahwa yang terukur benar-benar merupakan variabel

yang ingin diukur. Keabsahan ini juga dapat dicapai dengan proses

pengumpulan data yang tepat. Salah satunya dengan cara proses

triangulasi. Seperti yang dikemukakan oleh Patton bahwa teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang

lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau Sebagai

pembanding terhadap data tersebut96.

a. Triangulasi data

Menggunakan berbagai sumber data seperti rekaman

arsip, hasil wawancara, hasil observasi atau juga dengan

96 Analisis Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam Mencegah Kenakalan Siswa Sekolah, hal 19

cxxvii

mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap memiiliki

sudut pandang yang berbeda.

b. Triangulasi metode

Penggunaan berbagai instrumen penelitian untuk

meneliti suatu hal, seperti wawancara dan observasi. Dalam

penelitian ini, peneliti melakukan wawancara yang ditunjang

dengan observasi oleh obsrven yang berbeda. Hal ini ditujukan

agar manipulatif persepsi dari peneliti dapat diminimalisir.

BAB IV

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Deskripsi Data

1. Latar Penelitian

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh paradikma pendidik dalam

melakukan pembiasaan keIslaman di sekolah tempat mereka

mengajar. Kesediaan dari pihak sekolah ketika penelitian

berlangsung dapat dikatakan bahwa pendidik mengutarakan

jawaban yang apa adanya, sesuai dengan kebiasaan yang berlaku

di sekolah. Tidak ada jawaban yang salah dalam tanya jawab ini.

cxxviii

Jawaban yang diberikan saat wawancara terlihat muncul pada saat

observasi dilakukan, begitu halnya jawaban yang tertera di dalam

angket.

Para pendidik berasumsi tentang pembiasaan keIslaman di

sekolah adalah hal yang telah membudaya dan umum

dimasyarakat, oleh karena itu kegiatan yang diberikan kepada anak

didiknyapun mengikuti budaya yang marak dikalangan masyarakat.

Bahkan dengan gamblangnya salah seorang guru menyatakan jika

kebiasaan ibadah tersebut ada pada masyarakat berarti hal itu juga

ada pada zaman Rasulullah. Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya

ketelitian pendidik dalam mencari tahu kebenaran sunnah

Rasulullah.

Pembiasaan ibadah yang dilakukan di sekolah, telah mengikuti

sistem yang telah ada dari sistem sebelumnya sehingga para

pendidik hanya menjalankan sistem yang sudah ada. Ketika peneliti

mengajukan pertanyaan pada pendidik tentang tata cara ibadah

yang mereka ajarkan adakalanya mereka mengakui bahwa mereka

memang tidak tahu apa yang mereka ajarkan, baik pembiasaan

do’a, dalil dan lain sebagainya telah sesuai dengan hadits yang

shahih yang telah disunnahkan Rasulullah. Namun ada juga yang

menyakinkan bahwa apa yang mereka ajarkan telah sesuai

walaupun mereka meyakini tanpa adanya dalil yang nyata.

cxxix

Fenomena yang terjadi menunjukkan kurangnya kepedulian

dan pengetahuan guru untuk mengungkapkan kebenaran tersebut.

Hal ini diperkuat oleh pernyataan seorang guru kelas disalah satu

TK Islam di Depok yang mengungkapkan kerisauannya terhadap

cara ibadah yang selama ini diajarkan pada anak didiknya apakah

telah sesuai sunnah Rasulullah. Pembisaan beribadah yang

diajarkan di sekolah diharapkan dapat menjadi amal jariyah bagi

para guru, namun apabila hal tersebut tidak didasari kebenaran Al

Qur’an dan Hadits justru akan menjadi pertanggungjawaban yang

berat disisi Allah Swt.

2. Pelaksanaan penelitian

Pelaksanaan penelitian secara keseluruhan dilakukan pada

bulan Oktober sampai November 2011 ditiga kecamatan yang

berbeda dengan melakukan instrumen penelitian observasi,

wawancara, penyebaran angket dan rekaman arsip (foto, rekaman

suara pada saat wawancara dan satuan kegiatan harian).Selain itu

peneliti memperkuat data dengan menyebarkan angket kedelapan

kecamatan yang berbeda dan tiga sekolah dari kecamatan yang

sama.

Peneliti melakukan penelitian observasi secara langsung, ke

Taman Kanak-kanak Islam dari tiga kecamatan yang berbeda.

Bersama kolabolator untuk meninjau langsung keadaan dilapangan.

cxxx

Form Ob 1. A. 2 untuk kode observasi yang pertama dilakukan di

TK Islam yang terletak di kecamatan Pancoranmas. Peneliti

melakukan wawancara dengan kode form Ww 1. A. 1 kepada salah

satu guru di TK tersebut. Kolabolator melakukan peninjauan

observasi pada kelas yang berbeda untuk menguatkan hasil satu

sama lain. Disela-sela waktu istirahat peneliti memberikan angket

dengan form Ak 1. A. 1 untuk sekolah pertama, Ak 1. B. 1 untuk

sekolah kedua, dan seterusnya, untuk seluruh guru yang mengajar

di TK tersebut. Penelitian dilanjutkan di TK Islam di Kecamatan

cimanggis dan cipayung dengan cara bergantian bersama

kolabolator untuk wawancara dan observasi.

3. Kolabolator Penelitian

Peneliti melibatkan kolabolator dalam penelitian ini, dengan

tujuan agar hasil observasi maupun wawancara yang diperoleh

bukanlah hasil persepsi dari sudut pandang satu peneliti saja. Oleh

karena itu dibutuhkan lebih dari satu peneliti agar memiliki sudut

pandangan yang berbeda. Kolabolator juga berperan penting dalam

penelitian ini. Observasi dan wawancara yang dilaksanakan telah

melalui kesepakatan dalam menentukan kriteria bersama.

4. Keterbatasan Penelitian

Saat melaksanakan observasi, situasi lapangan telah

ditentukan oleh jadwal pembiasaan di sekolah, seharusnya hal

cxxxi

tersebut menjadi keberuntungan bagi peneliti. Namun beberapa

poin data yang akan diamati ada yang tidak muncul, seperti pada

saat observasi sekolah sedang tidak melaksanakan praktik shalat,

wudhu maupun bertepatan dengan hari peringatan khusus.

Keterbatasan yang lainnya adalah sulitnya menyamakan jadwal

antara peneliti dan kolabolator sehingga kesulitan untuk

mengobservasi dihari jadwal pembiasaan ibadah di sekolah.

Keterbatasan lainnya adalah dokumen portofolio yang ternyata dari

tiga sekolah hanya satu yang memiliki data lengkap sedangkan dua

sekolah lainnya hanya mencantumkan kegiatan intinya saja.

B. Temuan penelitian

1. Analisis Data Kuesioner

Data yang dikumpulkan analisa peneliti analisa dengan

mengelompokkan jawaban yang sejenis, yaitu ; iya dan tidak, yang

akan masuk ke dalam tabulasi pengelompokkan data. Jawaban

“iya” berkonotasi bahwa responden telah melakukan, sedangkan

jawaban “tidak” berkonotasi bahwa responden tidak melakukan.

Kuisioner akan di kelompokkan dan akan dipresentasekan dengan

rumus yang telah ditetapkan ke dalam tabel 9, dengan rumus yang

telah ditetapkan sebagai berikut;

P = F x 100%

cxxxii

N Keterangan : P = Persentase (%) F = Frekuensi jawaban N = Jumlah guru/sampel

Konotasi positif (+) apabila mencapai 51% ke atas berarti

responden tidak melaksanakan kesesuaian tentang tata cara

ibadah sesuai sunnah, jika konotasi negatif (-) mencapai 51% ke

bawah maka responden telah melaksanakan kesesuaian tentang

tata cara ibadah sesuai sunnah.

a. Pengolahan Data kuisioner

Hasil jawaban akan di interpretasikan sesuai jumlah

responden sebanyak 55 guru. Selanjutnya hasil penjumlahan

penggabungan antara persentase berupa frekuensi jawaban

dibagi dengan jumlah guru kemudian dikalikan 100%. Data

yang telah masuk akan diolah dengan cara mentabulasi ke

dalam pengelompokkan data dengan menghitung persentase

dari masing-masing jawaban ke dalam tabel 9, sebagai

berikut;

Tabel 9

Tabulasi Pengelompokkan dan Persentase Data

Pertanyaan ke-

Konotasi positif ( + ) Konotasi positif ( - )

Frekuensi Jawaban

Persentase % Frekuensi Jawaban

Persentase %

cxxxiii

No Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

1 55 100 - -

2 49 89 5 9

3 54 98 1 1

4 47 86 8 14

5 13 24 40 73

6 50 91 4 7

7 44 80 10 18

8 49 89 6 11

9 55 100 - -

10 13 24 40 73

11 53 96 2 4

12 32 58 23 42

13 30 54 24 44

14 54 98 1 1

15 44 80 11 20

16 45 82 10 18

17 33 60 20 36

18 26 47 27 49

19 40 72 14 24

20 50 91 4 7

21 39 71 14 25

22 25 45 29 53

23 32 58 23 42

24 35 64 20 36

25 27 49 28 51

26 41 74 13 24

27 42 76 13 24

28 31 56 23 42

29 21 38 34 62

30 54 98 1 1

31 42 76 12 22

32 53 96 1 1

33 34 62 20 36

cxxxiv

34 34 62 20 36

35 38 69 15 27

36 31 56 21 38

37 32 58 22 40

38 4 7 50 91

39 28 51 26 47

40 37 67 17 31

41 10 18 44 80

42 32 58 23 42

43 41 74 12 22

44 19 34 36 65

45 26 47 29 52

46 23 42 30 55

47 40 73 15 27

48 1 1 54 98

49 21 38 32 58

50 15 27 39 71

51 35 63 20 36

52 41 74 9 16

53 19 34 36 65

54 9 16 43 78

55 10 18 46 84

56 37 67 16 29

57 17 30 36 65

58 12 22 42 78

59 4 7 49 89

60 10 18 47 86

61 32 58 25 45

62 22 40 32 58

63 24 44 30 54

64 21 38 34 62

65 29 52 26 47

Total item jawaban di atas 51%

36 5 13 10

cxxxv

b. Interpretasi Data

Hasil penelitian yang telah dijabarkan di dalam tabel 9,

dengan rentang gradasi yang telah ditetapkan yaitu; Konotasi

positif (+) apabila mencapai 51% ke atas berarti responden

tidak melaksanakan kesesuaian tentang tata cara ibadah

sesuai sunnah, jika konotasi negatif (-) mencapai 51% ke

bawah maka responden telah melaksanakan kesesuaian

tentang tata cara ibadah. Kemudian hasil penjumlahan yang

telah di total akan dibagi lagi dengan jumlah soal pertanyaan

sebanyak 65. selanjutnya penggabungan antara persentase

berupa frekuensi jawaban akan dikalikan 100%. Jumlah antara

jawaban ”iya” dan ”tidak” akan dibandingkan antara konotasi

positif dan negatif, yang akan dituangkan dalam tabel 10

sebagai berikut;

Tabel 10

Hasil Interpretasi Data

No Konotasi

Responden Pilihan

Jawaban Frekuensi Persentase Total No item

1 Konotasi Positif (+)

Iya 36 55 62 %

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 21, 23, 24, 26, 27, 28, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 37, 39, 40, 42, 43, 47

Tidak 5 7 51, 52, 56, 61, 65

cxxxvi

2 Konotasi Negatif (-) Iya 13 23

38%

48, 49, 50, 53, 54, 55, 57, 58, 59, 60, 62, 63, 64

Tidak 10 15 5, 10, 22, 25, 29, 38, 41, 44, 45, 46

64 100% 100% 64

Hasil jawaban yang tertera pada tabel 10 telah menunjukkan

sebuah kesimpulan bahwa konotasi positif (+) lebih tinggi dari

konotasi negatif (-) dengan perbandingan 62 % untuk konotasi

positif (+) dan 38 % untuk konotasi negatif (–). Jawaban tersebut

menyimpulkan bahwa responden tidak melaksanakan kesesuaian

tentang tata cara ibadah sesuai sunnah.

Setiap responden memiliki cara pandang sendiri untuk

mengajarkan keislaman menurut pengetahuan mereka. Meskipun

kesimpulan akhir menunjukkan responden tidak melaksanakan tata

cara ibadah sesuai sunnah, namun tidak menutup kemungkinan

bahwa responden mengetahui akan hal tersebut. Tetapi pada

kenyataannya terkadang reponden tidak memilki kekuasaan untuk

merubah suatu sistem yang telah terbentuk. Lain halnya responden

yang telah menyadari bahwa mereka tidak mengetahui keislaman

yang diajarkan, telah sesuai sunnah atau tidak. Namun mereka tidak

tahu bagaimana caranya untuk mencari tahu atau bahkan memang

dengan sengaja tidak memiliki keinginan untuk mencari tahu

kebenaran tersebut. Lain hal lagi responden yang meyakini bahwa

cxxxvii

keislaman yang diajarkan merupakan sunnah Rasul, namun pada

kenyataannya mereka hanya meyakini sesuatu yang mereka sendiri

tidak memiliki nash/dalilnya.

2. Hasil Wawancara

Wawancara pertama dengan pengkodean form Ww. 1. A. 1

oleh peneliti di sekolah pertama, wawancara di sekolah kedua di

laksanakan oleh kolabolator form Ww. 2. B. 2 terakhir wawancara

dilaksanakan oleh peneliti dengan form Ww. 1. C. 3 semua hasil

wawancara yang telah dilaksanakan, memiliki jawaban yang

mendekati sama, oleh karena itu peneliti dan kolabolator

memberikan kesimpulan sebagai berikut;

a. Guru kelas menyatakan dalam pengajaran pembiasaan

berdo’a baik pada saat membuka dan menutup kegiatan, guru

memberikan urutan berdo’a yang telah ditentukan secara

berkesinambungan, seperti memulai kegiatan dengan

mengawali membaca Al Fatihah dan ditutup surat Al Ashr saat

akan menutup kegiatan/pulang.

cxxxviii

b. Guru kelas menyetujui adanya pembiasaan membaca surat Al

Fatihah dalam segala kondisi dengan cara mengirimkan untuk

seseorang.

c. Guru kelas menyetujui diadakannya peringatan hari khusus di

sekolah (Maulid Nabi, Ulang Tahun, Tahun Baru Islam dan

sebagainya), namun sebagian menyatakan ketidaktahuan

mereka bahwa hal itu benar-benar terjadi di zaman Rasulullah

dan sahabat, sebagian lainnya meyakini bahwa peringatan

hari khusus memang ada di zaman Rasul dan sahabat ditinjau

dari masyarakat sekitar yang ikut memperingati. Tanpa dapat

menunjukkan dalil yang nyata.

d. Semua guru kelas membenarkan cara mengajarkan sebelum

shalat dan berwudhu dengan didahulukan melafazhkan niat

setelah itu berdo’a dan berdzikir bersama setelah

menyelesaikan shalat. Mereka meyakini hal tersebut

diamalkan pula oleh Rasulullah, walaupun mereka belum

mengkaji hadits shahihnya.

e. Guru kelas sepakat untuk mengakui bahwa mereka belum

mengkaji kedudukan hadits doa-doa maupun dalil yang

mereka ajarkan.

f. Semua guru kelas menjawab dengan jawaban yang sama

tentang pengertian sunnah yang mereka ketahui, yaitu sunnah

cxxxix

dengan hukum ibadah sunnah dan wajib, adapun kaidah

sunnah sebagai amalan yang dicontohkan Rasulullah dari

setiap perkataan, perbuatan dan persetujuannya, para guru

tidak memahami walaupun sebagian mereka menyatakan

telah mempelajari salah satu disiplin ilmu, seperti ulumul

hadits, ulumul Qur’an, nahwu sorof dan sebagainya.

Kesimpulan di atas menunjukkan hasil konotasi positif (+)

bahwa responden tidak melaksanakan kesesuaian tentang tata cara

ibadah sesuai sunnah sebesar 80%, karena dari 10 pertanyaan

yang diajukan pada saat wawancara sekitar 8 pertanyaan

responden menjawab tanpa berdasarkan dalil yang menguatkan

argumen mereka. Meskipun responden mengetahui bahwa yang

mereka ajarkan belum tentu sesuai sunnah namun responden tetap

melaksanakan dan mengajarkannya. Hasil jawaban mengenai

wawancara akan dicantumkan lebih rinci di dalam lembar lampiran.

3. Hasil Observasi

Observasi pertama dengan pengkodean form Ob. 2. A. 1 oleh

kolabolator di sekolah pertama, observasi di sekolah kedua di

laksanakan oleh peneliti form Ob. 1. B. 2. Terakhir observasi

dilaksanakan oleh kolabolator dengan form Ob. 2. C. 3.

Berdasarkan hasil pengamatan observasi yang telah dilaksanakan

cxl

peneliti dan diperkuat oleh kolabolator di TK Islam yang diamati

menghasilkan gambaran dari keseluruhan yang muncul secara

garis besar sebagai berikut;

a. Guru bersama murid membaca do’a dengan urutan yang telah

ditentukan pada saat memulai dan mengakhiri kegiatan.

b. Guru bersama murid mengangkat kedua tangan saat berdo’a

lalu mengusapkan ke wajahnya.

c. Guru mengkhususkan pembiasaan berdo’a sehari-hari seperti

(Alhamdulillahi ladzi adzhaba ’annil addza wa a’fani) saat

keluar kamar mandi (Allahumma baarik lana fiima rajaqtana

wa qina adzabannar) sebelum makan dan (Alhamdulillahi ladzi

’ath ’amana wasaqana waj’allana minal muslimin) setelah

makan.

d. Saat praktik shalat guru mengajarkan melafazhkan niat

sebelum wudhu dan sebelum shalat serta berdo’a/berdzikir

bersama sestelahnya.

e. Guru mengajarkan dalil-dalil yang belum mereka kaji seperti

dalil (Annadzofatun minal iman) dan (Asshalatu imaddhudin)

kepada anak didiknya.

f. Guru dan murid bersama-sama mengirimkan surat Al Fatihah

untuk salah seorang murid yang sedang sakit.

cxli

Hasil pengamatan keseluruhan di atas menunjukkan konotasi

positif (+) bahwa responden tidak melaksanakan kesesuaian

tentang tata cara ibadah sesuai sunnah sebesar 75%, karena dari

22 aspek yang diamati sekitar 18 aspek muncul pada saat observasi

dilaksanakan. Hasil pengamatan mengenai observasi akan

dicantumkan lebih rinci di dalam lembar lampiran.

4. Hasil Rekaman Arsip

Rekaman Arsip berupa foto saat kegiatan berlangsung

sebagai data yang menguatkan adanya pembiasaan urutan do’a

yang dilaksanakan secara rutinitas dan telah menjadi ketentuan

pembiasaan di Taman Kanak-kanak Islam yang sedang diteliti.

(Pf. 1. A. 1)

Kegiatan berdo’a pada saat makan

cxlii

(Pf. 1. B. 2)

Kegiatan pembiasaan Shalat berjama’ah

(Pf. 2. C. 3)

cxliii

Kegiataan pembiasaan berdoa sebelum memulai kegiatan

Pengambilan foto secara bergantian antara peneliti dan

kolabolator, menunjukkan adanya pembiasaan ibadah serta tata

caranya yang disesuaikan dengan kegiatan keislaman yang telah

ditentukan. Sedangkan untuk data SKH (satuan kegiatan harian)

secara berkesinambungan akan dicantumkan ke dalam lembaran

lampiran.

C. Pembahasan temuan dikaitkan dengan justifikasi teoritik yang

relevan

Hasil seluruh dari temuan yang telah diteliti, merupakan suatu fakta

adanya kerterikatan pengetahuan anak didik dari hasil yang telah

diajarkan guru mereka. Usia TK adalah dimana anak mulai belajar

menghargai orang dewasa disekitarnya selain orang tua mereka. Guru

berpengaruh besar untuk membentuk anak didik mereka di sekolah,

bahkan pada awal masa anak-anak masuk jenjang sekolah, mereka lebih

memperhatikan dan mendengarkan ucapan dan perilaku guru

dibandingkan orang tua mereka. Inilah sebabnya pada masa Taman

cxliv

Kanak-kanak guru sangat berperan penting untuk mengolah karakter dan

pengetahuan mereka yang paling dasar.

Rasulullah telah mencontohkan cara mendidik anak sejak dini

termasuk bagaimana cara bertauhid kepada Allah Swt, namun hal ini

terlihat seperti hanya teori atau hanya untuk pengetahuan saja. Karena

pada kenyataannya para pendidik kurang mengkaji dan tidak mencari

tahu lebih dalam tentang hal tersebut. Terkadang pendidik kurang

memperhatikan dampak dari apa yang telah mereka sampaikan untuk

kelangsungan kebenaran Islam.

Pendidik hanya melihat dari sisi masa depan yang sementara,

seperti kasus pembiasaan melafazhkan niat sebelum shalat. Sebagian

guru mengetahui bahwa jika hal tersebut dijadikan pembiasaan apalagi

diwajibkan, maka amalan itu bukanlah yang dicontohkan dalam tata cara

ibadah yang sesuai. Pembiasaan melafazhkan niat tetap dipraktikkan

dengan alasan agar saat masuk sekolah dasar anak tersebut sudah hafal.

Saat anak memasuki sekolah dasar, usia mereka lebih matang dan lebih

dapat diberi pengertian. Jika lafal niat memang harus dihafalkan di

sekolah dasar maka anak dapat diberi pengertian bahwa lafal niat shalat

tidak untuk dipraktikkan saat shalat dan diberi penjelasan tentang tata

cara yang sebenarnya.

Sebagai contoh lain yang diketahui pendidik bahwa pengamalan

tersebut tidak ada dasar dan contohnya adalah memperingati hari

cxlv

tertentu. Terkadang pendidik ragu atau bahkan telah mengetahui bahwa

memperingati hari tertentu bukanlah sunnah Rasul dan para sahabatnya,

namun peringatan tersebut tetap diperingati dan dikhususkan sebagai

hari mengingat Rasul ataupun Islam dikarenakan paradikma yang telah

menyatu dengan masyarakat. Peringatan hari tersebut seakan-akan

untuk mengingat Rasulullah hanya dalam waktu setahun sekali, lalu

bagaimana hari-hari yang lainnya, ataupun dengan cara menyantuni

anak yatim yang seakan-akan jika dilaksanakan dihari lain seperti tidak

mendapatkan afdhal dari Allah dan Rasul-Nya. Bukankah Allah Swt

menghisab pengamalan hambanya setiap hari bahkan setiap saat. Entah

dengan cara atau maksud lainnya tetap saja hal tersebut tidak dapat

dibenarkan.

Sunnah yang diketahui para pendidik pada umumnya sunnah yang

mencakup tentang hukum sunnah dan wajib, meskipun beberapa dari

mereka mengakui telah belajar disiplin ilmu termasuk ulumul hadits.

Kedudukan dan kaidah sunnah itu sendiri mereka masih kurang

memahami bahwa yang dimaksud sunnah adalah pengamalan dari

setiap perkataan, perbuatan dan taqriri (persetujuan) dari Rasulullah

yang artinya suatu keyakinan atau perbuatan yang sama sekali tidak ada

asal usulnya dari agama Islam maka itu bukanlah sunnah. Hukum amalan

ibadah sunnah dan ibadah wajib merupakan pengertian hukum dari

kedudukan amalan ibadah antara amalan yang harus dan tidak harus

cxlvi

diamalkan, dengan hukum yang telah Allah tetapkan. Hal ini

menandakan walaupun seseorang telah mempelajari tentang disiplin ilmu

seperti ulumul hadits, namun jika tidak mengkaji lagi dan mempelajari

lebih dalam maka akan sulit memahami dengan rinci karena mempelajari

disiplin ilmu membutuhkan waktu yang tidak sebentar dan instan.

Doa-doa dan dalil-dalil yang diamalkan masuk ke dalam pengertian

sunnah dari hadits Rasulullah Saw. Doa, dalil dan praktik amalan yang

lain beserta tata cara ibadahnya apabila bukan dari ucapan, perbuatan

dan persetujuan Rasul maka pengamalan itu ditolak. Seperti yang telah

dijelaskan dilandasan teori bab dua. Hafalan doa dan dalil yang cukup

banyak anak-anak hafalkan apabila tidak ada dasarnya maka amalan

tersebut ditolak.

Contoh-contoh diatas hanya sebagian kecil dari pembiasaan yang

diajarkan. Pendidik harus meninjau kembali bahwa konsekuensi dari

pengamalan yang diajarkan dan dipraktikkan walaupun mudah bagi anak,

namun tidaklah sebanding dengan konsekuensi yang akan

dipertanggungjawabkan di sisi Allah Swt.

cxlvii

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah menjalankan berbagai instrumen penelitian berupa

observasi, wawancara, kuisioner dan rekaman arsip dengan bantuan

kolabolator guna memperkuat data. Menghasilkan suatu kesimpulan

bahwa, Taman Kanak-kanak Islam rata-rata memiliki tujuan yang sama

yaitu mengharapkan agar anak didik mereka dapat mengamalkan ibadah

dengan cara yang mudah. Selain anak-anak mudah menghafal dan

mengamalkannya, gurupun berharap mendapatkan hasil pahalanya yang

mengalir karena telah diamalkan anak didik mereka. Tanpa meninjau

kembali adanya kebenaran yang sangat penting untuk dikaji ulang.

Mempelajari sunnah Rasulullah semestinya dengan cara pemikiran

yang terbuka, dengan begitu seseorang akan berusaha untuk memahami

isi kandungannya. Apabila dalam memahami sunnah hanya berdasarkan

pendapatnya sendiri atau bahkan dengan taqlid buta (ikut-ikutan) tanpa

mengkaji terlebih dahulu. Hal ini menyebabkan tidak dapat masuknya

ilmu atau pemahaman yang hakiki, sehingga jika membahas tentang

sunnah seolah-olah menjadi hal yang sentitif bahkan disebut aliran

tertentu. Seharusnya apabila seseorang merasa ragu dengan apa yang

cxlviii

diajarkannya atau bahkan terlalu yakin dengan tanpa dalil yang

disunnahkan maka sudah selayaknya ia meninjau kembali ajaran

tersebut kepada Al Qur’an dan sunnah dan berguru pada seseorang yang

berkompeten dibidangnya, bukan dengan memperkirakan menurut

logikanya dan asal dalam berbicara tanpa menguasai ilmunya.

Taman Kanak-kanak Islam merupakan pondasi awal generasi Islam

yang akan melanjutkan perjuangan kebenaran islam. Hal itu tidak

menutup kemungkinan rusaknya kebenaran Islam karena tercampurnya

ajaran dari hadits yang shahih, da’if bahkan hadits palsupun diajarkan,

sehingga lambat laun ajaran-ajaran tersebut tidak dapat dibedakan

antara sunnah dan bahkan dengan yang palsu.

B. Implikasi

Seseorang yang menganggap dirinya sebagai muslimin dan

muslimat tentu akan selalu berusaha agar tidak luput dari pengamalan

ibadahnya, terutama ibadah wajib yang telah Allah syari’atkan. Berdoa

dan shalat termasuk pengamalan ibadah yang diamalkan sehari- hari

oleh setiap muslimin dan muslimat. Bayangkan jika penerapan amalan

dengan harapan mendapat ridha dan pahala dari Allah Swt ternyata

ditolak karena kecerobohan dari muslim itu sendiri. Apabila seseorang

menganggap dirinya muslim sudah semestinya memiliki pemahaman

bahwa ibadah yang akan mengantarkannya kekehidupan bahagia kelak,

cxlix

harus sesuai pemahaman Islam. Saat ini telah beredar buku-buku, tafsir

maupun mushaf yang telah diterjemahkan kebahasa Indonesia dengan

rujukan dalil yang lengkap dan dapat dilihat langsung dihaditsnya. Hal ini

dapat menjadi salah satu solusi untuk memperbaiki suatu amalan. Allah

dengan sifat-Nya yang maha pengampun dan maha penyayang tentu

akan mengampuni bagi hamba-Nya yang telah berusaha untuk terus

mencari kebenaran tersebut, begitu pula sebaliknya bagi hamba-Nya

yang acuh dan tidak berusaha untuk memperbaikinya. Selain memiliki

guru atau ustadz yang berkompeten, seseorang tetap harus dapat

melihat fakta dari hadits atau sunnah yang disampaikan dan

dikembalikan lagi pada pondasi Al Qur’an dan Hadits sehingga dapat

terhindar dari taqlid (tidak hanya mengikuti apa kata gurunya).

C. Saran

Sebagai pendidik seharusnya lebih bersemangat lagi untuk belajar

dan mencari tahu kebenaran dalam amalan-amalan ibadah, khususnya

yang dipraktikkan sehari-hari. Hal ini menjadi sangat penting karena

pendidik merupakan salah satu wadah pokok sebagai penyalur ilmu

terhadap masyarakat luas.

Diharapkan pendidik lebih berhati-hati dan lebih bijak dalam

mengambil keputusan sebelum memutuskan program keislaman yang

cl

akan diajarkan kepada anak didik mereka. Kesalahan baik yang

disengaja atau tidak, tetap akan berdampak negatif dan menimbulkan

keresahan bagi semua pihak. Hal penting yang harus dimiliki sebagai

seorang pendidik adalah sifat jiwa besar dan rendah hati sehingga ia

menyadari akan kekurangannya dan terus merasa bahwa ilmunya masih

kurang, dengan begitu seseorang akan termotivasi untuk terus belajar.

Program keislaman yang beredar di sekolah pada umumnya

mengikuti sistem dari pemerintah yang telah diterapkan di sekolah-

sekolah terutama sekolah yang bernaung di bawah Diknas ataupun

Depag. Hal ini menunjukkan antara pihak pemerintah, sekolah maupun

ulama’-ulama’ yang berkompeten seharusnya ada kerjasama yang saling

menguatkan. Walaupun dalam praktiknya semua dikembalikan pada

kebijakan sekolah dan guru namun dalam pembelajaran termasuk

keislaman adalah tanggung jawab bersama.

cli

DAFTAR PUSTAKA

Referensi Buku;

Mughniyah, Muhammad Jawaid . Fiqih Lima Mazhab, Jakarta:Lentera 2010.

Jawas, Yazid bin Abdul Qadir. Prinsip Dasar Islam. Jakarta: At Taqwa 2011.

Abdat, Abdul Hakim bin Amir. Risalah Bid’ah. Jakarta:Pustaka Mu’awiyah

bin Abi Sufyan 2008.

Abdat, Abdul Hakim bin Amir. Hadist-hadist Dha’if & Maudhu” . Jakarta:

Maktabah Mu’awiyah bin Abi Sufyan 2011

Drs. Rahman, Fatchur. Mushthalahul Hadist. Bandung: PT Alma’arif 1974.

At-Tarmusy, Muh. Mahfudh. Manhaj Dzawi’n-Nadhar.

al Mathar, Hammud bin Abdullah, ”Ensiklopedia Bid’ah”. Jakarta:Darul Haq

2009.

Dr. Al-Kailani, Abdurrazzaq. ‘’Larangan Minum sambil berdiri”. Qiblati edisi

04. 2011.

Abu Ihsan al-Atsari (Pustaka Imam Syafi'i, 2006)

clii

Al Bani, Muhammad Nashiruddin. Sifat-sifat Shalat Nabi. Bogor : Media

Tarbiyah 2010.

Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta, Jakarta 2002

Abdat, Abdul Hakim bin Amir. ”Menanti Buah Hati & Hadiah untuk yang

Dinanti”. Jakarta:Pustaka Mu’awiyah bin Abi Sufyan2009.

Surakhmad, Winarno. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik Bandung 1990.

Arikunto, Suharsin. Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta 1998)

Prof. DR. H. Fathoni,. Abdurrahmat M. Si. ”Metode Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi”. Jakarta 2006.

Referensi Hadits;

HR. Abu Dawud

HR. At-Tirmidzi

HR. Ibnu Majah

HR. Muslim

HR. An-Nasaa’i

HR. Al-Bukhari.

HR. Imam Ahmad

Maktabah Syamilah

cliii

Referensi Tafsir;

Syaamil Al-Qur’an Terjemah Tafsir Perkata, Desember 2010

Bulughul Maram min Adillatil Ahkaam (no. 1548)

Ath-thariiq ilal Islaam oleh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, cet. I, Darul Wathm, th. 1412 H.

Al-iqtidha’

Al-I’tisham

Ushul fi al-Bida’I wa as-Sunan

Al-Lajnah ad-Da’imah li al-Buhuts al-Ilmiyah wa al-Ifta’, fatwa.

Ad-Darimi (I/54)

Syarhus Sunnah lil Imam al-Barbahary, tahqiq Khalid bin Qasim ar-Raddadi

Liqa’ al-Bab al-Maftuh, Syaikh Ibnu Utsaimin

Lilhafidz ibnu katsir, tafsir quranil a’dzim

Al- Baihaqy

Fathul Bari

Ath-Thabrani

cliv

Referensi Internet;

http://pewforum.org/muslim/muslim-population-of-indonesia.aspx.

http://adarossyat.blogspot.com/2010/02/larangan-peringatan-maulid-

nabi.html.

http://www.scribd.com/doc/22588479/Hakikat-Belajar.

http://catatannana.blogspot.com/2011/01/pendekatan-pemrosesan-informasi-dan.html.

http://bataviase.co.id/node/631521

http://www.darunnajah.com/?p=16

http://ahmadnaufa.wordpress.com/2010/04/20/sekilas-tentang-ipnu-ippnu

http://surveyonline.wordpress.com/>http://surveyonline.wordpress.com/2008/07/08/metode-penelitian-survey/

file:///C:/Documents%20and%20Settings/Administrator/My%20Documents/depok-menuju-kota-pendidikan.html.

File;

Sisdiknas.pdf.sistem pendidikan 2 th 2003.

Permen-no-58-th-2009-ttg-paud

clv