ABSTRAK -...

14
1 ABSTRAK Anam, Khoirul. 2015. Pemetaan Zona Berpotensi Rip Current Sebagai Upaya Peningkatan Keselamatan Di Objek Wisata Pantai Trikora Desa Malang Rapat Kabupaten Bintan. Skripsi. Tanjungpinang: Jurusan Ilmu Kelautan dan Perikanan, Fakultas Ilmu kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Pembimbing I: Arief Pratomo, S.T M.Si. Pembimbing II: Andi Zulfikar, S.Pi, M.P. _________ Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa pada setiap kegiatan wisata pasti mengandung hal-hal yang dapat membahayakan keselamatan wisatawan, termasuk pada wisata pantai. Salah satunya adalah arus di sekitar pantai yang dapat membawa wisatawan ke tengah laut, arus ini disebut arus rip (Rip current). Kejadian wisatawan yang hanyut hingga ketengah laut akibat terseret rip current ini telah lama terjadi di Pantai Trikora. Pada kurun waktu 2010 hingga 2014 saja tercatat 12 orang telah menjadi korban. Penelitian ini dilakukan di Pantai Trikora Desa Malang Rapat Kabupaten Bintan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memetakan zona yang berpotensi rip current untuk meningkatkan keselamatan wisatawan. Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan visual terhadap citra landsat tahun 2014 dan citra spot tahun 2007 dan pegumpulan data beberapa faktor penyebab rip current yaitu tinggi dan periode gelombang, tipe gelombang pecah dan morfologi pantai yang selanjutnya data-data tersebut di tampilkan dalam bentuk peta dengan bantuan Software GIS. Pantai Trikora dibagi menjadi 2 zona, yaitu zona berpotensi rip current dan zona yang tidak berpotensi rip current. Zona yang paling berpotensi terletak pada titik pengamatan 5-7 (1,144611N 104.583500E sampai 1,141222N 104,586861E) dan titik pengamatan 15-17 (1,121917N 104,608278 E sampai 1,118167N 104,616750E). Bulan Desember-Februari merupakan waktu yang paling berpotensi rip current, mengingat pada bulan tersebut kondisi gelombang yang menuju Pantai Trikora berada pada kondisi puncak. Dilihat dari karakter sand bar nya, maka potensi rip current lebih besar saat kondisi perairan di Pantai Trikora menuju surut. Secara umum potensi rip current di Pantai Trikora masih tergolong rendah hingga menengah. Hal ini disebabkan karena kondisi gelombang laut yang relatif tenang dan terdapat beberapa karang tepi pada bagian pantai sehingga meredam energi gelombang yang datang. Namun mengingat gelombang dan morfologi pantai bersifat dinamis sehinga dapat berubah sewaktu-waktu, maka upaya peningkatan keselamatan wisatawan perlu untuk dilakuan. Peningkatan keselamatan ini dapat dilakukan dengan menerapkan sistem peringatan dini (early warning system) pada zona pantai yang berpotensi rip current. Kata kunci: Pantai Trikora, Pemetaan Zona Berpotensi Rip current, Keselamatan Berwisata.

Transcript of ABSTRAK -...

Page 1: ABSTRAK - jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Keselamatan Di Objek Wisata Pantai Trikora Desa Malang Rapat Kabupaten ... Salah

1

ABSTRAK

Anam, Khoirul. 2015. Pemetaan Zona Berpotensi Rip Current Sebagai Upaya Peningkatan

Keselamatan Di Objek Wisata Pantai Trikora Desa Malang Rapat Kabupaten Bintan.

Skripsi. Tanjungpinang: Jurusan Ilmu Kelautan dan Perikanan, Fakultas Ilmu kelautan

dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Pembimbing I: Arief Pratomo, S.T

M.Si. Pembimbing II: Andi Zulfikar, S.Pi, M.P.

_________

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa pada setiap kegiatan wisata pasti

mengandung hal-hal yang dapat membahayakan keselamatan wisatawan, termasuk pada

wisata pantai. Salah satunya adalah arus di sekitar pantai yang dapat membawa wisatawan ke

tengah laut, arus ini disebut arus rip (Rip current). Kejadian wisatawan yang hanyut hingga

ketengah laut akibat terseret rip current ini telah lama terjadi di Pantai Trikora. Pada kurun

waktu 2010 hingga 2014 saja tercatat 12 orang telah menjadi korban.

Penelitian ini dilakukan di Pantai Trikora Desa Malang Rapat Kabupaten Bintan.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memetakan zona yang berpotensi rip current

untuk meningkatkan keselamatan wisatawan. Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan

visual terhadap citra landsat tahun 2014 dan citra spot tahun 2007 dan pegumpulan data

beberapa faktor penyebab rip current yaitu tinggi dan periode gelombang, tipe gelombang

pecah dan morfologi pantai yang selanjutnya data-data tersebut di tampilkan dalam bentuk

peta dengan bantuan Software GIS.

Pantai Trikora dibagi menjadi 2 zona, yaitu zona berpotensi rip current dan zona yang

tidak berpotensi rip current. Zona yang paling berpotensi terletak pada titik pengamatan 5-7

(1,144611N 104.583500E sampai 1,141222N 104,586861E) dan titik pengamatan 15-17

(1,121917N 104,608278 E sampai 1,118167N 104,616750E). Bulan Desember-Februari

merupakan waktu yang paling berpotensi rip current, mengingat pada bulan tersebut kondisi

gelombang yang menuju Pantai Trikora berada pada kondisi puncak. Dilihat dari karakter

sand bar nya, maka potensi rip current lebih besar saat kondisi perairan di Pantai Trikora

menuju surut. Secara umum potensi rip current di Pantai Trikora masih tergolong rendah

hingga menengah. Hal ini disebabkan karena kondisi gelombang laut yang relatif tenang dan

terdapat beberapa karang tepi pada bagian pantai sehingga meredam energi gelombang yang

datang. Namun mengingat gelombang dan morfologi pantai bersifat dinamis sehinga dapat

berubah sewaktu-waktu, maka upaya peningkatan keselamatan wisatawan perlu untuk

dilakuan. Peningkatan keselamatan ini dapat dilakukan dengan menerapkan sistem peringatan

dini (early warning system) pada zona pantai yang berpotensi rip current.

Kata kunci: Pantai Trikora, Pemetaan Zona Berpotensi Rip current, Keselamatan Berwisata.

Page 2: ABSTRAK - jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Keselamatan Di Objek Wisata Pantai Trikora Desa Malang Rapat Kabupaten ... Salah

2

ABSTRACT

Anam, Khoirul. 2015. Mapping The potential Zone of Rip Current For Improving the Safety

In tourism destination Trikora Beach Malang Rapat village Bintan district. Skripsi.

Tanjungpinang: Department of Marine Sciences, Faculty of Marine Sciences and

Fisheries, Maritime University of Raja Ali Haji. Preceptor I: Arief Pratomo, S.T

M.Sc. Preceptor II: Andi Zulfikar, S.Pi, M.P.

Has become common knowledge that in any tourist activity certainly contain things that

could endanger the safety of tourists, including on beach tourism. One of them is the current

around the coast that can take tourists to the middle of the sea, this current is called rip

currents. Incident tourists drifting to the middle of the sea dragged from rip current has long

been occurred in Trikora Beach. In the period 2010 to 2014 have recorded 12 people have

been victimized.

This research was conducted in the Malang Rapat Village Trikora Beach Bintan

District. This research was conducted with the purpose for mapping the zone that could

potentially rip currents to improve the safety of tourists. This research was conducted by

visual observation of the Landsat image in 2014 and the image of the spot in 2007 and data

collection some of the factors that cause rip currents is wave high, wave periods, types of

breaking waves and coastal morphology that further the data displayed in available detailed

maps with help of GIS software.

Trikora beach is divided into two zones, those are potentially rip current zone and a

zone that is not potentially rip currents. Zones with the most potential lies in the observation

point 5-7 (1,144611N 104.583500E until 1,141222N 104,586861E) and observation points

15-17 (1,121917N 104.608278 E until 1,118167N 104,616750E). December to February is

the best time potentially rip current, considering the month wave conditions that led to

Trikora Beach are on the top condition. Viewed from the character of its sand bar, the greater

of potential for rip currents when the conditions trikora Beach aquatic recede heading.

Generally the potential for rip currents at Trikora Beach is still relatively low to medium.

This is because the condition of the sea waves are relatively calm and there is some fringing

reef on the coast so that dampen wave energy that came. But considering the waves and

coastal morphology is dynamic so that it can change any time, the efforts to increase the

safety of tourists needs to be done. These safety improvements can be done by implementing

an early warning system in the coastal zone that could potentially rip currents.

Keywords: Trikora Beach, Mapping the potential zone of Rip current, Safety Tourism.

Page 3: ABSTRAK - jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Keselamatan Di Objek Wisata Pantai Trikora Desa Malang Rapat Kabupaten ... Salah

3

PENDAHULUAN

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa

pada setiap kegiatan wisata pasti

mengandung hal-hal yang dapat

membahayakan keselamatan wisatawan,

termasuk pada wisata pantai. Salah satunya

adalah arus di sekitar pantai yang dapat

membawa wisatawan ke tengah laut, arus

ini disebut arus rip (Rip current). Kejadian

wisatawan yang hanyut hingga ketengah

laut akibat terseret rip current ini telah lama

terjadi di Pantai Trikora. Pada kurun waktu

2010 hingga 2014 saja tercatat 12 orang

telah menjadi korban.

Menurut Triatmodjo (1999), Apabila garis

puncak gelombang sejajar dengan garis

pantai, maka akan terjadi arus dominan di

pantai berupa sirkulasi sel dengan rip

current yang menuju kelaut. Arus ini terjadi

setiap hari dengan kondisi yang sangat

bervariasi, mulai dari yang kecil, pelan dan

tidak berbahaya, sampai yang dapat

menyeret orang ke tengah laut (NOAA-

National Weather Service, 2005).

Arus rip terdiri dari beberapa bagian, yaitu:

arus pengisi, leher arus dan kepala arus.

Arus pengumpul tersusun atas beberapa

arus sepanjang pantai yang merupakan hasil

pantulan gelombang yang bertemu ,

berkumpul dan berbelok arah ke tengah

laut. Leher arus rip merupakan sebuah jalur

arus yang relatif sempit. Arus di bagian ini

mengalir dengan sangat deras dan kuat

menuju ke tengah laut. Bagian leher arus ini

dapat mengalahkan gelombang yang datang

sehingga jalur gelombang terputus. Kepala

arus rip adalah bagian ujung arus rip yang

yang arah arusnya melebar karena kekuatan

arus melemah.

Kepala arus rip terus melebar seiring dengan

melemahnya arus rip dan akhirnya arus rip

menghilang (Setyawan et al., 2010).

Besarnya volume air yang mengalir sebagai

rip current, kecepatan rip current, dan

panjangrip current ditentukan oleh tinggi

gelombang (Mac Mahan et al., 2006 dalam

Kusmanto dan Setyawan, 2011).

Lokasi kemunculan arus rip di pantai

ditentukan oleh kondisi batimetri, gelombang

dan morfologi pantai. Teluk menjadi tempat

pertemuan dua arus sepanjang pantai

sehingga berpotensi terbentuk arus retas.

Arah arus retas selalu berubah, dipengaruhi

oleh kondisi morfologi pantai dan kondisi

gelombang (Tyas, 2013).

Gelombang pecah tipe plunging adalah yang

paling efektif dalam membentuk kondisi rip

current. Gelombang menghasilkan swash

pada saat pecah yang dapat mempengaruhi

muka pantai. Gelombang pecah tipe plunging

paling banyak menghasilkan buih-buih

ombak, yang dapat mendorong swash menuju

pantai, kemudian secara alami mengalir

kembali ke laut karena adanya slope

(Khairunnisa, 2013).

Indikasi kehadiran rip current dapat terlihat

dari adanya perpotongan pada zona

gelombang pecah (surf zone) pada citra satelit

maupun foto udara (Retnowati, 2010 dalam

Khairunnisa, 2013) atau adanya jalur keruh

atau buih-buih yang memanjang melintasi

surf zone dan breaker zone (Setyawan et al.,

2010).

Melihat hal ini, perlu kiranya memahami

proses dan karakteristik rip current serta

memetakan zona-zona yang berpotensi

timbulnya rip current di Pantai Trikora .

Semua ini dalam rangka menjaga

keselamatan wisatawan yang berkunjung ke

pantai ini.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini akan dilakukan mulai dari April

hingga Mei 2015 bertempat di kawasan

wisata Pantai Trikora, yang terletak di Desa

Malang Rapat, Kabupaten Bintan, Provinsi

Kepulauan Riau. Sedangkan untuk mengolah

dan menganalisis data dilakukan di

laboratorium sistem informasi dan

komputasi, Fakultas Ilmu Kelautan dan

Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali

Haji.

Page 4: ABSTRAK - jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Keselamatan Di Objek Wisata Pantai Trikora Desa Malang Rapat Kabupaten ... Salah

4

Gambar 1. Lokasi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian

ini adalah metode survei dan metode

kuantitatif. Metode survei adalah

melakukan penyelidikan untuk memperoleh

data dari gejala- gejala yang ada dan

mencari keterangan secara faktual pada

lokasi penelitian. Sedangkan metode

kuantitatif adalah metode yang bersifat

realistis dan dapat diklasifikasikan, konkrit

teramati, serta terukur. Metode ini memiliki

karakteristik desain yang spesifik, jelas,

rinci, ditentukan secara mantap sejak awal,

dan menjadi pegangan langkah demi

langkah (Suryana, 2010).

Data yang dibutuhkan dalam penelitian

terdiri atas dua jenis data, yaitu data primer

dan data sekunder. Data primer yang

dibutuhkan dari penelitian ini adalah:

1. Tipe dan morfologi pantai

2. Periode dan tinggi gelombang selama

periode tahun 2010 - 2014

3. Tipe sand bar atau reef bar

Sedangkan data sekunder yang dibutuhkan

dalam penelitian ini adalah :

1. Citra satelit dari lokasi penelitian.

2. Data angin selama 5 tahun terakhir

3. Data pasang surut perairan kawasan

Pantai Trikora bulan April - Juni 2015.

1. Intepretasi dan Pengamatan Visual

Citra Satelit

Metode yang digunakan dalam pengamatan

ini adalah metode deskriptif, yaitu metode

yang digunakan untuk menganalisis data

dengan cara menggambarkan data yang

telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa

Bermaksud membuat kesimpulan yang

berlaku untuk umum atau general (Sugiyono,

2011).

Pada citra satelit lokasi penelitian, dilakukan

pengamatan visual dan intepretasi untuk

melihat indikasi kehadiran rip current pada

lokasi penelitian. Indikasi kehadiran rip

current dapat dilihat pada pantai yang

berbentuk teluk karena teluk merupakan

tempat terjadinya pertemuan dua arus

sepanjang pantai sehingga berpotensi terjadi

rip current. Selain itu daerah pantai yang

dibatasi oleh beting pasir atau karang, adanya

beach cups, perpotongan pada zona

gelombang pecah (surf zone) dan adanya

jalur keruh atau buih-buih yang memanjang

melintasi surf zone atau breaker zone juga

menjadi indikasi kehadiran rip current. Dari

pengamatan ini ditandai lokasi dan zona yang

terindikasi hadirnya rip current, kemudian

hasil dari pengamatan ini di tuangkan dalam

bentuk peta, yang selanjutnya disebut peta 1.

Peta ini akan menjadi dasar dalam

pengambilan data dilapangan.

2. Pengamatan Lapangan

Pengamatan lapangan dimaksudkan untuk

mengamati morfologi pantai sekaligus

mendeteksi jejak-jejak rip current di sekitar

lokasi penelitian. Lokasi pengamatan

lapangan di tentukan berdasarkan hasil dari

interpretasi dan pengamatan visual citra

satelit. Pengamatan lapangan ini juga

dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

seputar kejadian rip current dari masyarakat

di sekitar lokasi penelitian. Hal-hal yang

diukur dan diamati adalah sebagai berikut :

a. Pengukuran Slope Pantai

Pengukuran Slope (Kemiringan) pantai

dilakukan berdasarkan pada metode Beach

Monitoring Procedure Manual , yaitu dengan

menancapkan dua tiang berskala (penggaris

panjang) dan diberi jarak diantara keduanya,

kemudian menyiapkan selang atau pipa

transparan yang berisi air tanpa adanya

gelembung yang ditempatkan diantara kedua

tiang tersebut, permukaan air pada ujung

Page 5: ABSTRAK - jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Keselamatan Di Objek Wisata Pantai Trikora Desa Malang Rapat Kabupaten ... Salah

5

selang akan naik dan turun mengikuti profil

kemiringan pantai. Oleh karena itu, profil

pantai dapat terukur (Khoirunnisa, 2013).

b. Survei Global Positioning System

(GPS)

Survei ini dilakukan untuk menentukan

stasiun pengukuran kemiringan (slope)

pantai serta pengamatan adanya

kenampakan sand bar dan struktur

bangunan pada pantai. Pengamatan ini

dilakukan pada saat air laut surut, sehingga

kenampakan sand bar dapat lebih terlihat.

3. Penghitungan Gelombang

Peramalan tinggi dan periode gelombang

dilakukan berdasarkan data angin dari tahun

2010 hingga tahun 2014. Data ini diperoleh

dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan

Geofisika (BMKG) kelas III

Tanjungpinang.

Tahapan konversi data angin mejadi data

tinggi dan perioda gelombang adalah

sebagai berikut :

1. Melakukan konversi kecepatan

angin. Hal ini dilakukan karena data angin

yang digunakan adalah data angin hasil

pengukuran di daratan, padahal didalam

rumus-rumus pembangkitan gelombang

data angin yang digunakan adalah yang ada

di atas permukaan laut.

RL = UW / UL

Dimana :

UL : Kecepatan angin darat

UW : Kecepatan angin laut

RL : Hubungan angin laut dan didarat

2. Melakukan penghitungan tegangan

angin.

UA = 0,71 U1,23

Dimana, U adalah kecepatan angin dalam

m/det.

3. Mengelompokkan arah dan

kecepatan angin per bulan.

4. Melakukan penghitungan fetch

efektif (Feff).

5. Melakukan peramalan gelombang untuk

gelombang yang menuju pantai digunakan

persamaan Wilson (Horikawa K, 1997

dalam Ramadhani, 2013), dengan rumus

sebagai berikut.

Dimana :

g = Percepatan gravitasi (m/s2)

H = Tinggi gelombang (m)

UA2 = Faktor tegangan angin

F = Fetch Efektif (m)

π = 3,14

4. Penentuan Tipe Gelombang Pecah

Perhitungan dan penentuan jenis gelombang

pecah dominan di masing-masing stasiun,

menggunakan rumus berikut (Sulaiman dan

Soehardi, 2008) :

Dimana :

Ni : Surf Similarity (Bilangan

Iribarren)

β : Kelandaian pantai

H0 : Tinggi gelombang laut dalam

L0 : Panjang gelombang laut dalam

g : Percepatan gravitasi bumi (9,8 m/s2)

Dengan parameter tersebut, tipe gelombang

pecah dapat dibedakan sebagai berikut :

Ni < 0,4 : spilling

0,4 < Ni < 2,3 : plunging

2,3<Ni<3,2 : collapsing

Ni > 3,2 : surging

Hasil dari penentuan jenis gelombang pecah

di masing-masing stasiun selanjutnya di

buat dalam bentuk peta, yang kemudian

disebut sebagai peta 2.

Page 6: ABSTRAK - jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Keselamatan Di Objek Wisata Pantai Trikora Desa Malang Rapat Kabupaten ... Salah

6

5. Penentuan Tingkat Resiko Rip

Current

Penentuan tingkat resiko rip current di

pantai trikora dilakukan dengan metode

indeks, yaitu dengan memberikan nilai

terhadap data-data yang telah dikumpulkan.

Sistem penilaian ini berdasarkan pada

faktor-faktor yang mempengaruhi

timbulnya rip current. Sistem penilaian ini

mengacu pada Rip Current Hazard

Assesment Guied yang di terbitkan oleh

Royal National Lifeboat Institution (RNLI)

United Kingdom bersama Plymouth

University. Hasil dari penilaian ini

selajutnya di buat dalam bentuk peta, yang

kemudian disebut peta 3.

6. Pembuatan Peta Zona Berpotensi Rip

Current

Peta 1, 2 dan 3 kemudian di overlay

menggunakan software GIS. Selanjutnya

dari hasil overlay tersebut akan dihasilkan

peta zona berpotensi rip current di Pantai

Trikora Desa Malang Rapat Kabupaten

Bintan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Intepretasi dan Pengamatan Visual

Citra Satelit

Dalam proses ini citra yang digunakan

adalah citra landsat tahun 2014 dan citra

spot tahun 2007. Pada proses ini dilakukan

penerjemahan objek-objek pada citra

dengan menggunakan parameter seperti

warna, rona, bentuk, pola, dan seterusnya.

Secara umum, indikasi kehadiran rip

current pada citra satelit tidak dapat terlihat

secara jelas. Hanya bentuk pantai berteluk

yang dapat menjadi indikasi rip xurrent. Hal

ini disebabkan karena rendahnya tingkat

resolusi pada citra satelit yang digunakan.

Gambar 2. Indikasi Kehadiran rip current

2. Pengamatan Lapangan

Pengamatan lapangan dilakukan pada

beberapa 30 titik pengamatan berdasarkan

hasil interpretasi dan pengamatan visual

terhadap citra satelit. Adapun titik titik

pengamatan lapangan tersebut dapat dilihat

pada peta dibawah ini.

Gambar 3. Titik pengamatan lapangan

a. Pengukuran Slope Pantai

Hasil pengukuran slope pantai tertinggi

adalah pada koordinat 1o08'00,4''N;

104o35'34,8''E yaitu sebesar 8,9 derajat.

Berdasarkan karakteristik kemiringan pantai,

NOAA Ocean Service (2002) dalam

Khoirunnisa (2013) membagi kelas pantai

sebagai berikut:

Slope >30o : Pantai curam

5o< Slope < 30

o : Pantai landai

Slope < 5o : Pantai datar.

Berikut ini penggolongan kelas pantai

berdasarkan hasil pengukuran slope di objek

wisata Pantai Trikora.

Page 7: ABSTRAK - jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Keselamatan Di Objek Wisata Pantai Trikora Desa Malang Rapat Kabupaten ... Salah

7

Tabel 1. Kelas Pantai Berdasarkan

Kemiringan No N E θ

o Kelas Pantai

1 1,162278 104,578389 8,0 Landai

2 1,156694 104,577250 2,5 Datar

3 1,154194 104,578028 2,2 Datar

4 1,153500 104,578806 2,5 Datar

5 1,144611 104,583500 5,9 Landai

6 1,142417 104,585278 6,2 Landai

7 1,141222 104,586861 5,8 Landai

8 1,136028 104,592333 2,1 Datar

9 1,133444 104,593000 8,9 Landai

10 1,133000 104,594556 3,9 Datar

11 1,132194 104,595972 5,1 Landai

12 1,125250 104,597583 5,2 Landai

13 1,125028 104,600639 3,8 Datar

14 1,123833 104,603167 6,1 Landai

15 1,121917 104,608278 7,0 Landai

16 1,119639 104,611194 4,5 Datar

17 1,118167 104,616750 8,3 Landai

18 1,117111 104,619861 6,4 Landai

19 1,115056 104,623833 5,7 Landai

20 1,112306 104,628583 7,0 Landai

21 1.109749 104.631970 6,4 Landai

22 1.106294 104.633969 - Abrasi/dibatu

miring

23 1.103095 104.633560 - Abrasi/dibatu

miring

24 1.099752 104.632642 - Abrasi/dibatu

miring

25 1.097041 104.634188 - Abrasi/dibatu

miring

26 1.094059 104.635896 - Abrasi/dibatu

miring

27 1.091049 104.637089 6,1 Landai

28 1.086846 104.637523 6,8 Landai

29 1.082969 104.638146 6,8 Landai

30 1.078983 104.640478 8,8 Landai

Kemirigan Rata-rata 5,7 Landai

Dari table diatas dapat dillihat bahwa Pantai

Trikora didominasi oleh kelas pantai landai

dengan nilai slope pantai terbesar 8,9

derajat yaitu pada titik 1o08'00,4''N;

104o35'34,8''E. Nilai slope pantai terkecil

terdapat pada titik 1o08'09,7''N;

104o35'32,4''E, dengan nilai 2,1 derajat.

Sedangkan nilai slope pantai rata-rata pada

Pantai Trikora adalah 5,7 derajat.

Data slope pantai ini selanjutnya akan

menjadi salah satu komponen dalam

mencari surf similarity (bilangan irribaren/

Ni), yang akan menentukan tipe gelombang

pecah pada pantai tersebut.

b. Survei Global Positioning System

(GPS)

Survei ini dilakukan untuk mencocokkan

titik-titik pengamatan yang telah ditentukan

di peta lokasi penelitian dengan keadaan

dilapangan. Selain itu juga untuk melihat

adanya bangunan pantai, karang (crest), batu

(rock), pulau(island) dan gosong pasir

(sandbar). Berikut ini hasil dari survei

tersebut.

Tabel 2. Hasil Survei Global Positioning

System (GPS)

No N E

Kenampakan Pantai

(o = ada; x = tidak ada)

Cr Rk Bs Is Sb

1 1,162278 104,578389 O X X X O

2 1,156694 104,577250 O X X X O

3 1,154,94 104,578028 X X X X O

4 1,153500 104,578806 O X X X O

5 1,144611 104,583500 X X X X O

6 1,142417 104,585278 X X X X O

7 1,141222 104,586861 O X X X O

8 1,136028 104,592333 O X X X O

9 1,133444 104,593000 X X X X O

10 1,133000 104,594556 X X X X O

11 1,132194 104,595972 O X X X O

12 1,125250 104,597583 X O X O O

13 1,125028 104,600639 O O X O O

14 1,123833 104,603167 O X X X O

15 1,121917 104,608278 O X X X O

16 1,119639 104,611194 O X O X O

17 1,118167 104,616750 X O X O O

18 1,117111 104,619861 O O X O O

19 1,115056 104,623833 O O X O X

20 1,112306 104,628583 O O O O X

21 1,109749 104,631970 O X O O O

22 1,091049 104,637089 O X O O O

23 1,086846 104,637523 O X O O O

24 1,082969 104,638146 O X O O X

35 1,078983 104,640478 O O O X O

Ket : Cr = crest; Rk = Rock; Bs = Beach structur; Is = Island; Sb =

Sand bar.

Pada saat pengamatan dilapangan ditemukan

bagian pantai yang telah diberi bangunan

pelindung berupa batu miring karena

terjadinya abrasi pada pantai tersebut.

Sehingga titik pengamatan yang berada di

lokasi tersebut diabaikan pada perhitungan

selanjutnya.

3. Penghitungan Gelombang

Penghitungan gelombang yang semula akan

dilakukan dengan menggunakan metode grafik

peramalan gelombang tidak dapat dilakukan.

Hal ini disebabkan keterbatasan dari grafik

tersebut dalam mengakomodir jarak fetch

efektif. Oleh karena itu penghitungan

gelombang yang menuju ke tepi pantai pada

penelitian ini menggunakan persamaan Wilson

(Horikawa K, 1997 dalam Ramadhani, 2013),

dengan rumus sebagai berikut.

Page 8: ABSTRAK - jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Keselamatan Di Objek Wisata Pantai Trikora Desa Malang Rapat Kabupaten ... Salah

8

Dimana :

g = Percepatan gravitasi (m/s2)

H = Tinggi gelombang (m)

UA2 = Faktor tegangan angin

F = Fetch Efektif (m)

π = 3,14

Hasil dari perhitungan gelombang perbulan

selama 5 tahun dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 3. Tinggi dan Periode Gelombang

Perbulan Tahun 2010-2014 TAHUN 2010

BULAN H (meter) T (detik)

1 0.956477582 4.35493

2 1.35575279 5.180167

3 0.955176509 4.432417

4 0.95426367 4.43052

5 0 0

6 0 0

7 0 0

8 0 0

9 0.898212718 4.242401

10 0 0

11 0.685686825 3.760988

12 0.803839557 4.031356

TAHUN 2011

BULAN H (meter) T (detik)

1 0.875567493 4.187537

2 1.016288713 4.473379

3 0.787816002 4.065023

4 0.889361137 4.292817

5 0 0

6 0 0

7 0 0

8 0.950614905 4.304146

9 1.071846735 4.537586

10 0 0

11 0 0

12 0.829927224 4.089073

TAHUN 2012

BULAN H (meter) T (detik)

1 0.890587816 4.21928

2 0.917122031 4.274595

3 0.787069333 3.99367

4 0.789464941 4.005587

5 0 0

6 0 0

7 0 0

8 0.90072841 4.202993

9 0 0

10 0.736631774 3.883588

11 0.69770616 3.790381

12 0.646018296 3.716129

Tabel 3. Lanjutan TAHUN 2013

BULAN H (meter) T (detik)

1 0.865355445 4.165773

2 0.800351848 4.023556

3 0.907808517 4.332539

4 0.669230469 3.72025

5 0 0

6 0 0

7 0 0

8 0 0

9 0 0

10 0 0

11 0.683563229 3.755763

12 0.734488257 3.872357

TAHUN 2014

BULAN H (meter) T (detik)

1 0.773538661 3.962919

2 1.033985626 4.507635

3 1.043528327 4.611225

4 0.683563229 3.755763

5 0 0

6 0 0

7 0 0

8 0 0

9 0.812230367 4.015089

10 0.644914073 3.658966

11 0.630504896 3.622011

12 0.630504896 3.622011

Berdasarkan hubungannya dengan

pembangkitan arus rip, didalam Rip Current

Hazard Assesment Guied yang di terbitkan

oleh Royal National Lifeboat Institution

(RNLI) United Kingdom bersama Plymouth

University, gelombang menurut

ketinggiannya dibagi menjadi 4 jenis, yaitu:

1. Flat = tinggi gelombang < 0,25 meter

2. Low Waves = tinggi gelombang 0,25 –

0,75 meter

3. Medium Waves = tinggi gelombang 0,75 -

1.5 meter

4. High Waves = tinggi gelombang >1,5

meter

Sedangkan menurut periodenya, gelombang

dibagi menjadi 2 jenis yaitu Wind Waves

(periode gelombang dibawah 8 detik), dan

Swell Waves (periode gelombang diatas 8

detik).

Dari data perhitungan gelombang yang

didapat maka berdasarkan ketinggiannya,

gelombang di lokasi penelitian tergolong

kepada gelombang dengan tipe low waves

sampai pada medium waves. Tinggi dan

periode gelombang tertinggi terjadi pada

bulan Februari 2010 dengan tinggi

1.35575279 meter dan periode 5.180167

Page 9: ABSTRAK - jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Keselamatan Di Objek Wisata Pantai Trikora Desa Malang Rapat Kabupaten ... Salah

9

detik dan tinggi gelombang terendah terjadi

pada bulan November – Desember 2014

yaitu dengan tinggi 0.630504896 meter dan

periode 3.622011 detik.

Berdasarkan periodenya, gelombang di

lokasi penelitian tergolong kepada wind

waves yaitu dengan periode antara 3.622011

- 5.180167 detik. Sedangkan untuk tinggi

gelombang rata-rata selama 5 tahun adalah 0.841936902 meter dengan periode rata-rata 4.113734 detik, tergolong medium waves (jika berdasarkan tinggi gelombang) dan wind waves (jika berdasarkan periode gelombang).

4. Penentuan Tipe Gelombang Pecah

Tipe gelombang pecah ditentukan dengan

mencari nilai surf similarity (bilangan

irribaren/ Ni). Berikut ini tipe gelombang

pecah pada 25 titik pengamatan di Pantai

Trikora.

Tabel 4. Tipe Gelombang Pecah Pada

Pantai Trikora Desa Malang Rapat

No Titik Koordinat Ni Tipe

1 1.162278 104.578389 0.587945 plunging

2 1.156694 104.577250 0.182806 spilling

3 1.154194 104.578028 0.158103 spilling

4 1.153500 104.578806 0.182806 spilling

5 1.144611 104.583500 0.435908 plunging

6 1.142417 104.585278 0.451856 plunging

7 1.141222 104.586861 0.425276 plunging

8 1.136028 104.592333 0.154437 Spilling

9 1.133444 104.593000 0.654484 plunging

10 1.133000 104.594556 0.288723 Spilling

11 1.132194 104.595972 0.371504 Spilling

12 1.125250 104.597583 0.381782 Spilling

13 1.125028 104.600639 0.279974 Spilling

14 1.123833 104.603167 0.444664 plunging

15 1.121917 104.608278 0.515741 plunging

16 1.119639 104.611194 0.326636 Spilling

17 1.118167 104.616750 0.610852 plunging

18 1.117111 104.619861 0.469368 plunging

19 1.115056 104.623833 0.419961 plunging

20 1.112306 104.628583 0.509952 plunging

21 1.109749 104.63197 0.472456 plunging

22 1.091049 104.637089 0.444664 plunging

23 1.086846 104.637523 0.498703 plunging

24 1.082969 104.638146 0.498703 plunging

25 1.078983 104.640478 0.643939 plunging

Nilai Ni Rata-Rata 0.41645 plunging

Keterangan :

Ni < 0,4 : spilling

0,4 < Ni < 2,3 : plunging

2,3<Ni<3,2 : collapsing Ni > 3,2 : surging

Menurut De Bruijn (2005) dalam

Khoirunnisa (2013), gelombang pecah tipe

plunging terjadi secara tiba-tiba dan dapat

membawa manusia dengan gaya yang sangat

besar ke dasar, gelombang pecah tipe inilah

yang dapat menyebabkan terbentuknya rip

current di sekitar pantai.

Gambar 4. Sebaran tipe gelombang pecah di

Pantai Trikora Desa Malang Rapat

E. Penentuan Tingkat Resiko Rip Curret

Berdasarkan Rip Current Hazard Assesment

Guied yang di terbitkan oleh Royal National

Lifeboat Institution (RNLI) United Kingdom

bersama Plymouth University, dilakukan

penilaian terhadap lokasi penelitian. Faktor-

faktor yang dinilai meliputi, tipe pantai

(beach type), tipe gosong pasir (sand bar

type), dan faktor gelombang (wave factor).

Dari hasil penilaian, tipe pantai yang dominan

di Pantai Trikora Desa Malang Rapat adalah

termasuk kedalam tipe pantai pantai yang

memiliki rentang pasang surut kurang dari 2

meter (wave dominate). Berdasarkan besar

energinya, pantai ini tergolong intermediate

beaches, yaitu pantai dengan energi yang

lebih kecil dari reflective beaches dan lebih

besar dari dissipative beaches (Short, 2005).

Secara spesifik di dominasi oleh tipe pantai

low tide terrace and bar/rip (LTT+R).

Biasanya pantai ini memiliki kemiringan

antara 3-10 derajat pada zona

supraintertidalnya dan 0,5-1,5 derajat pada

bagian intertidalnya (RNLI).

Page 10: ABSTRAK - jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Keselamatan Di Objek Wisata Pantai Trikora Desa Malang Rapat Kabupaten ... Salah

10

Sedangkan menurut Scott, et.al (2011),

pantai tipe ini memiliki kemiringan 1,5-3

derajat pada zona intertidalnya.

Dalam bukunya yang berjudul Beaches of

The Western Australian Coast: Eucla to

Roebuck Bay, Short (2005) menjelaskan

mengenai karakteristik tipe pantai LTT.

Tipe pantai ini biasanya terdapat di perairan

terbuka dimana ukuran butir pasirnya fine

hingga medium dan tinggi rata-rata

gelombang antara 0,5 – 1 meter. Sesuai

dengan namanya low tide terrace (LTT),

memiliki bagian muka pantai yang relatif

curam, dimana saat air surut berdampingan

dengan bar atau berteras. Panjang bar ini

biasanya antara 20 sampai 50 meter kearah

laut dan seterusnya sepanjang pantai. Bar

dapat rata dan biasa saja, atau dengan

sedikit karang ditengahnya (ridge) dan

mungkin pada beberapa bagian terpotong

oleh small shallow rip channel, atau yang

disebut mini rip.

Tipe pantai LTT memiliki tingkat resiko

yang paling rendah dari seluruh tipe pantai

intermediate, hal ini disebabkan karena

karakteristik gelombangnya rendah dan

teras yang dangkal. Akan tetapi, berubahnya

kondisi gelombang dan pasang-surut akan

mempengaruhi tingkat resiko untuk

perenang dan peselancar, namun masih

aman jika tinggi gelombang kurang dari 1

meter dan dalam keadaan kondisi pasang

surut medium hingga tinggi.

Sedangkan untuk tipe pasir penghalang

(sand bar) didominasi oleh tipe mid/high

tide bars (MHTB). Dicirikan dengan sand

bar yang dapat terlihat keseluruhannya saat

air surut dan terendam air saat pasang.

Gambar 5. Sebaran tingkat resiko rip current

di Pantai Trikora

Desa Malang Rapat

F. Pembuatan Peta Zona Berpotensi Rip

Curret

Peta potensi rip current merupakan hasil dari

overlay tiga buah peta yaitu peta indikasi

kehadiran rip current, peta hasil skoring

pantai dan juga peta tipe gelombang pecah

pada lokasi penelitian. Proses ini dilakukan

dengan bantuan tools fuzzy overlay dari

ArcMap 10.1, yang merupakan salah satu

jenis dari software GIS. Hasil dari proses ini

adalah sebagai berikut.

Gambar 6. Sebaran potensi rip current di

Pantai Trikora Desa Malang Rapat

Page 11: ABSTRAK - jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Keselamatan Di Objek Wisata Pantai Trikora Desa Malang Rapat Kabupaten ... Salah

11

Dari peta diatas, dapat terlihat besarnya

potensi rip current pada bagian-bagian

Pantai Trikora. Tingkat potensi ditandai

dengan perbedaan warna (cloropeth).

Semakin merah warna yang dimiliki maka

semakin besar potensi rip current pada

pantai tersebut. Sehingga Pantai Trikora

dapat dibagi menjadi dua zona, yaitu zona

berpotensi rip current dan zona tidak

berpotensi rip current. Zona berpotensi rip

current terletak pada titik pengamatan 5-7,

titik pengamatan 9-10, titik pengamatan 14-

16, titik pengamatan 21, titik pengamatan

22-23 dan titik pengamatan 25. Titik

pengamatan 5-7 dan 15-17 menjadi zona

paling berpotensi, karena sebaran warna

jingga – merah yang merata yang

menandakan tingkat potensi yang besar.

Pantai yang berteluk memiliki potensi yang

lebih besar dibanding dengan daerah yang

tidak berteluk, terutama jika garis puncak

gelombang sejajar dengan garis pantai.

Garis puncak gelombang yang sejajar ini

akan menimbulkan sirkulasi arus sejajar

pantai (longshore current) pada pantai

berteluk dan arus ini akan bertemu pada

suatu daerah yang akhirnya akan

membentuk rip current. Selain itu pada

beberapa bagian pantai juga ditemukan

beach cups. Komar (1976) dalam Kusmanto

dan Setiyawan (2010), mengatakan bahwa

morfologi yang rithmis atau yang disebut

dengan beach cups pada pantai yang

melengkung berbentuk teluk dapat

mengontrol terjadinya rip current

Secara umum, Pantai Trikora memiliki

potensi rip current yang rendah sampai

medium. Hal ini disebabkan karena pantai

ini memiliki gelombang laut relatif tenang

dan pada beberapa bagian terdapat karang

tepi (fringing reef) yang meredam energi

gelombang yang menuju pantai. Namun

seperti yang kita ketahui sifat gelombang

sangat dinamis sehingga dapat berubah

sewaktu-waktu. Bertambahnya tinggi dan

periode gelombang maka akan

memperbesar energi gelombang. Data

lapangan dari penelitian berbagai penelitian

pengeras suara dan perlengkapan lainnya

sebelumnya menunjukkan bahwa peningkatan

kekuatan rip current terjadi akibat

meningkatnya energi gelombang dengan

pengurangan kedalaman air di daerah

hempasan gelombang (surf zone) (Setyawan et

al., 2010). Selain itu perubahan iklim yang

mulai terjadi akhir-akhir ini juga perlu

diwaspadai akan meningkatkan potensi rip

current pada pantai-pantai yang terletak di

Desa Malang Rapat.

Selain itu pada daerah yang terdapat karang

tepi (fringing reef) tetap perlu diwaspadai,

mengingat terdapat jenis rip current yang

pembangkitannya justru dikontrol oleh

kenampakan topografik yang biasanya berupa

struktur solid seperti headland, terumbu

karang, groin atau jetty. Arus ini terjadi bila

struktur-struktur tersebut berada di surf zone

(Setyawan et al., 2010), terutama jika kondisi

gelombang laut tinggi.

G. Peningkatan Keselamatan Di Objek

Wisata Pantai

Carey et al (2004) dalam Khoirunnisa (2013)

mengatakan bahwa ciri khas yang membuat

rip current dikatakan sangat berbahaya adalah

kurangnya kewaspadaan dan ketidaktahuan

pengunjung pantai. Rip current tidak akan

mengakibatkan orang tenggelam, hanya saja

arus ini membawa orang menjauh dari pantai

sampai ke tengah laut. Mati tenggelam

biasanya terjadi ketika orang yang terkena

arus ini tidak bisa mempertahankan dirinya

mengapung atau floating dan berenang

kembali menuju pantai. Hal ini karena

kepanikan, ketakutan, kelelahan, dan

kurangnya keterampilan berenang, atau

kombinasi dari semua faktor-faktor tersebut.

Maka perlu dilakukan peningkatan

keselamatan pada daerah-daerah wisata

sepanjang pantai trikora yang memiliki

tingkat potensi rip current yang besar.

Peningkatan keselamatan ini dilakukan

dengan menerapkan sistem peringatan dini

(early warning system).

Untuk menunjang berjalannya sistem

peringatan dini maka penyediaan sarana dan

prasarana penjagaan pantai (cost guard),

seperti pos penjaga pantai, papan peringatan

Page 12: ABSTRAK - jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Keselamatan Di Objek Wisata Pantai Trikora Desa Malang Rapat Kabupaten ... Salah

12

perlu dilakukan. Selain itu sumber daya

manusia yang terlatih menangani hal yang

berkaitan dengan fenomena rip current

perlu di persiapkan dan di stand by kan di

sekitar pantai.

Terkadang papan peringatan maupun tanda

peringatan sering tidak dihiraukan oleh para

wisatawan. Bahaya rip current bersifat

personal, artinya rip current hanya

berbahaya bagi individu yang berhubungan

atau kontak langsung dengan rip current.

Maka perlu adanya edukasi terkait bahaya

rip current dan tindakan yang tepat jika

terjebak pada rip current, kepada para

wisatawan.

Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh

wisatawan saat terjebak dalam rip current

adalah sebagai berikut:

Cobalah untuk tetap tenang dan tidak

panik

Berusahalah untuk menjaga posisi badan

agar tetap terapung

Rip current akan membawa anda ke

tengah laut dengan kecepatan 0,3 – 2.4

m/s, maka jangan mencoba berenang

untuk melawan arus ini sekalipun anda

perenang yang handal.

Berenanglah menuju ke laut sampai anda

merasakan rip current ini melemah atau

biarkan arus ini membawa anda sampai

kekuatannya melemah. Jika dirasa

kekuatan arus telah melemah

berenanglah keluar dari zona arus,

kemudian berenang menuju ke pantai

atau biarkan gelombang membawa anda

ke pantai dan berteriaklah untuk meminta

pertolongan.

Pada bulan Desember hingga Februari para

wisatawan disarankan untuk memilih

berwisata pada pantai yang termasuk

kedalam zona yang tidak berpotensi rip

current. Hal ini di sebabkan karena

berdasarkan hasil perhitungan gelombang,

pada bulan Desember hingga Februari

kondisi tinggi dan periode gelombang

berada pada puncaknya. Salah satu bagian

Pantai Trikora yang disarankan adalah yang

terletak pada titik pengamatan 2, 3 dan 4.

KESIMPULAN

Pantai Trikora terbagi menjadi dua zona yaitu

zona berpotensi rip current dan zona tidak

berpotensi rip current. Zona yang paling

berpotensi rip current pada Pantai Trikora

terletak pada titik pengamatan 5-7

(1.144611N 104.583500E sampai 1.141222N

104.586861E) dan titik pengamatan 15-17

(1.121917N 104.608278 E sampai 1.118167N

104.616750E). Bulan Desember-Februari

merupakan waktu yang paling berpotensi rip

current, mengingat pada bulan tersebut

kondisi gelombang yang menuju Pantai

Trikora berada pada kondisi puncak. Dilihat

dari karakter sand bar nya, maka potensi rip

current lebih besar saat kondisi perairan di

Pantai Trikora menuju surut.

Secara umum potensi rip current di Pantai

Trikora masih tergolong rendah hingga

menengah. Hal ini disebabkan karena kondisi

gelombang laut yang relatif tenang dan

terdapat beberapa karang tepi pada bagian

pantai sehingga meredam energi gelombang

yang datang. Namun mengingat gelombang

dan morfologi pantai bersifat dinamis sehinga

dapat berubah sewaktu-waktu, maka upaya

peningkatan keselamatan wisatawan perlu

untuk dilakuan. Peningkatan keselamatan ini

dapat dilakukan dengan menerapkan sistem

peringatan dini (early warning system) pada

zona pantai yang berpotensi rip current.

Bahaya rip current merupakan bahaya yang

bersifat personal, artinya rip current hanya

berbahaya bagi individu yang berhuungan

atau kontak langsung dengan rip current.

Dengan kata lain arus ini dapat menjadi

bahaya bagi manusia bila terjadi interaksi

langsung secara fisik antara manusia dengan

rip current. Berkaca dari hal itu maka perlu

dilakukan edukasi terkait rip current baik

karakteristik nya maupun tindakan yang tepat

saat terjebak di dalam arus tersebut.

SARAN

Penelitian terkait rip current yang peneliti

lakukan saat ini masih sebatas melihat

potensinya, sehingga perlu dilakukan

penelitian lanjutan dengan berbagai instrumen

Page 13: ABSTRAK - jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Keselamatan Di Objek Wisata Pantai Trikora Desa Malang Rapat Kabupaten ... Salah

13

teknik dan metode yang lebih baik lagi

dalam memprediksi kehadiran rip current

di Pantai Trikora. MacMahan et.al., (2006)

dalam Setyawan et.al., (2010) memberikan

berbagai instrumen, metode dan teknik yang

berkaitan dengan penelitian terhadap rip

current. Dengan adanya bukti-bukti lain

keberadaan rip current maka upaya

peningkatan keselamatan wisatawan di

Pantai Trikora dapat lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, H.Z. 2007. Konsep Dasar

Pemetaan. Kelompok Keilmuan Geodesi

ITB, Bandung.

Anonim, 2002. Modul Sosialisasi dan

Ruang Orientasi Penataan Ruang Laut,

Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil.

Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-

Pulau Kecil, Departemen Kelautan dan

Perikanan. Jakarta

Alek, 2014. Jelang Akhir Tahun Pantai

Trikora Telan Dua Korban.

http://terkininews.com/kepri-

terkini/bintan/4383-jelang-2015-pantai-

trikora-memakan-korban.html . diakses

pada tanggal 27 Januari 2015.

Armos, Nikanor Hersal. 2013. Studi

Kesesuaian Lahan Pantai Wisata Boe

Desa Mappakalompo Kecamatan

Galesong Ditinjau Berdasarkan

Biogeofisik (Skripsi). Jurusan Ilmu

Kelautan UNHAS. Makassar.

Asr, 2013. Pantai Trikora Butuh Tenaga

Pengaman. http://batampos.co.id/06-09-

2013/pantai-trikora-butuh-tenaga-

pengaman/ . diakses pada tanggal 27

Januari 2015.

Azis, M Furqon. 2006. Gerak Air Dilaut.

Oseana Vol 31:4 Hal 9-21 LIPI. Jakarta.

Bird, Eric. 2007. Coastal Geomorphology

An Introduction Second Edition. John

Wiley and Sons Ltd. West Sussex.

England.

Castro, Peter dan Michael. E. H. 2003.

Marine Biology, Fourt Edition. The

McGraw-Hill Companies.

Dewi, Ratna., Pratomo, Arief dan Jaya, Yales

Veva. 2012. Pendugaan Tinggi

Gelombang Berdasarkan Kecepatan Angin

Pada Zona Alur Pelayaran Di Perairan

Tanjungpinang (Skripsi). FIKP UMRAH.

Tanjungpinang.

Febriansyah. 2012. Perencanaan Pemecah

Gelombang (Berakwater) di Pelabuhan

Merak. Fakultas Teknik Universitas

Indonesia. Jakarta.

Goesmayanti, F. 2011. Pelayanan Lifeguard

Balawista di Pantai Kuta, Bali. Artikel

Ilmiah. STBA Yapari-ABA. Bandung.

Hallaf, Abdul. 2006. Modul Geomorfologi

Indonesia. UNM. Malang.

Hidayat, Nur. 2005. Kajian Hidro-Osenografi

Untuk Deteksi Proses-proses Fisik Di

Pantai. SMARTek Vol 3:2 Hal 73-85.

Palu.

Hutabarat, Sahala dan Stewart M.E. 2008.

Pengantar Oseanografi. UI-Press. Jakarta.

Hutabarat, S. dan Stewart, M.E. 1985.

Pengantar Oseanografi. Universitas

Indonesia Press. Jakarta.

Khoirunnisa, Nurfa., Haryadi dan Rifai, Azis.

2013. Pemetaan Zona Rip Current

Sebagai Upaya Peringatan Dini Untuk

Bahaya Pantai (Lokasi Kajian : Pantai

Kuta) (Skripsi). Jurusan Oseanografi

Universitas Diponegoro. Semarang.

Kusmanto, Edi dan Setyawan, W.B. 2011.

Arus Rip di Teluk Parigi dan Pantai

Pangandaran. Ikatan Sarjana Oseanologi

Indonesia (ISOI), Jakarta.

Lanuru, Mahatma dan Suwarni. 2011. Bahan

Ajar Pengantar Oseanografi. Jurusan Ilmu

Kelautan FIKP UNHAS: Makassar.

Muhaimin, Haidir. 2013. Distribusi

Makrozoobentos Pada Sedimen Bar (Pasir

Penghalang) Di Intertidal Pantai Desa

Mappakalompo Kabupaten Takalar

(Skripsi). Universitas Hasanudin.

Makassar.

Mutiara, I. 2004. Pendidikan dan Pelatihan

(DIKLAT) Teknis Pengukuran dan

Pemetaan Bab IV Proyeksi Peta. Fakultas

Teknik Sipil dan Perencanaan ITS,

Surabaya.

Nontji, A. 2007. Laut Nusantara. Djambatan :

Jakarta.

Page 14: ABSTRAK - jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Keselamatan Di Objek Wisata Pantai Trikora Desa Malang Rapat Kabupaten ... Salah

14

Ramadhani, Sri Dewi. 2013. Studi Kinerja

Bangunan Groin Tanjung Bunga.

Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.

Makassar.

Royal National Lifeboat Institution (RNLI)

dan Plymouth University, 2013. Rip

Current Hazard Assessment Guide.

http://www.ripcurrents.co.uk . diakses

dan di unduh pada tanggal 09 Februari

2015.

Scott, Tim., Masselink, Gerhard dan

Russell, Paul. 2011. Morphodynamic

Characteristics and Classification of

Beaches in England and Wales.

http://www.elsevier.com/locate/margeo .

diakses dan di unduh pada tanggal 10

Juli 2015.

Setyandito, Oki., Yuwono, Nur., dan

Pandin, Panggua. 2012. Studi Slope Pada

Pantai Pasir Akibat Gelombang. Jurnal

Teknik Rekayasa Vol 13:2. Universitas

Mataram. Mataram.

Setyawan, Wahyu Budi., Kusmanto, Edi.,

Natsir, Suhartati M dan Hasanudin.

2010. Morfologi Pantai Pasir Dan Pola

Arus Dekat Pantai Di Kawasan Wisata

Pantai Teluk Parigi, Pangandaran,

Kabupaten Ciamis, Propinsi Jawa Barat.

Pusat Penelitian Oseanografi LIPI.

Jakarta.

Short, A.D. 2007. Australian rip system –

friend or foe?. J. Coast. Res. 50: 7-19.

Short, A.D. 2005. Beaches of The Western

Australian Coast: Eucla to Roebuck Bay.

Sydney University Press. Sydney.

Subagio. 2002. Pengetahuan Peta. ITB.

Bandung.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian

Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.

Alfabeta. Bandung.

Suryana. 2010. Metodologi Penelitian. Buku

Ajar Perkuliahan. Universitas

Pendidikan Indonesia. Bandung.

Sulaiman, A dan Soehardi. 2008.

Pendahuluan Geomorfologi Pantai

Kuantitif. BPPT. Jakarta.

Triatmodjo, B. 1999. Teknik Pantai. Beta

Offset. Yogyakarta.

Tyas, D.W. dan Dibyosaputro, S. 2012.

Pengaruh Morfodinamika Pantai Glagah,

Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa

Yogyakarta Terhadap Keselamatan

Pengunjung Pantai. Jurnal Bumi Indonesia

Vol 1:3. Yogyakarta.

Wibisono, M. S. 2005. Pengantar Ilmu

Kelautan. Grasindo. Jakarta.