Abstrak jurnaldikbud2010 - 2011

113
1 KUMPULAN ABSTRAK JURNAL PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2010-2011

description

GOOD

Transcript of Abstrak jurnaldikbud2010 - 2011

  • 1

    KUMPULAN ABSTRAK JURNAL PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

    2010-2011

  • 2

    Optimalisasi Kompetensi Moral Anak Usia Dini

    Masganti Sit Fakultas Tarbiyah IAIN Sumatera Utara

    [email protected]

    Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengoptimalkan kompetensi moral anak usia dini melalui pembelajaran terpadu berbasis moral. Penelitian dilakukan di Taman Kanak-kanak Tri Karya dan Taman Kanak-kanak Nusa Indah di Medan pada tahun 2008 dengan jumlah sampel sebanyak 35 orang anak. Penelitian tindakan ini menggunakan model dari Kemmis dan Taggart. Model ini telah dilaksanakan dalam dua siklus dan setiap siklus memiliki empat langkah yaitu: 1) perencanaan, 2) tindakan, 3) pengamatan, dan 4) refleksi. Analisis data menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Hasil analisis kualitatif menunjukkan bahwa pembelajaran terpadu berbasis moral melibatkan berbagai aktivitas, media, dan metode. Hasil analisis kuantitatif menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang berarti antara tes awal dan tes akhir kompetensi moral anak usia dini. Untuk menerapkan pembelajaran terpadu berbasis moral disarankan kepada guru, pengelola pendidikan anak usia dini, peneliti, dan pemerintah untuk merencanakan, melaksanakan, mengembangkan dan mendukung model pembelajaran terpadu berbasis moral.

    Kata Kunci: Kompetensi Moral Anak Usia Dini, Pembelajaran Terpadu Berbasis Moral

    Abstract: The objective of this research is to make early childhoods moral competence optimally through the integrated learning based-moral model. The study was conducted at Tri Karya and Nusa Indah Kindergartens in Medan in the year of 2008 with n= 35. This action research was using Kemmis and Taggart model. The model has two cycles and each cycle has four steps. They are as follow (1) plan, (2) action, (3) observe and (4) reflect. To analyze the data, qualitative and quantitative were used. The result of the qualitative analyzes shows that the integrated learning based-moral model involved various activities, media and methods. The results of the quantitative analyze shows that there are significant differences between pre and post assessment of early childhoods moral competence. To applying the integrated learning based-moral model was suggested to teacher, manager of early childhood education institution, researcher, government to plan, act, develop, and promote integrated learning based-moral model.

    Key Words: early childhoods moral competence, integrated learning based-moral model

    Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 1, Januari 2010

  • 3

    Kondisi Lima Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di Tangerang dan

    Bandung dalam Upaya Meningkatkan Minat Baca Masyarakat

    Nur Listiawati Pusat Penelitian dan Kebijakan Inovasi Pendidikan

    Email: [email protected]

    Abstrak: Makalah ini menggambarkan kondisi lima Taman Bacaan Masyarakat (TBM) dalam upaya untuk meningkatkan minat baca masyarakat. Makalah ini bertujuan untuk mendapatkan data tentang sejarah berdirinya, fasilitas, manajemen dan jaringan TBM tersebut. Studi ini bersifat kualitatif dengan tujuan situasi sosial yang memiliki tiga unsur; tempat, pelaku dan kegiatan. Data yang dikumpulkan melalui pengamatan dan wawancara kepada manajer atau desainer dari TBM. TBM yang didirikan semata-mata pada upaya masyarakat yang didirikan untuk meningkatkan minat baca masyarakat dan budaya, sementara TBM didirikan atas gagasan pemerintah, yang didirikan karena instruksi dari pemerintah. Organisasi kegiatan telah dilakukan baik oleh TBM yang didirikan murni dari masyarakat; sedangkan kegiatan TBM yang diprakarsai oleh pemerintah tergantung pada dedikasi dan motivasi dari manajer. TBM yang didirikan oleh masyarakat murni bekerja keras untuk membangun jaringan dengan berbagai pihak, sementara TBM di bawah jaringan PKBM tergantung pada kreativitas para manajer. Berdasarkan data, penulis mencoba untuk membuat kesimpulan tentang kondisi TBM, dan memberikan saran untuk meningkatkan kualitas manajemen TBM termasuk organisasi dan program.

    Kata kunci: minat baca, taman bacaan masyarakat, manajemen, program, dan perpustakaan.

    Abstrak: The paper presents the condition of five Community Reading Places (TBM) in the effort to improve community reading interest. It aims to get data on the history of the establishment, facilities, the management, and networks of those TBM. This study is qualitative in nature with the object of social situation which has three elements; place, actors, and activities. The data collected by observation and interview to the manager or designer of TBM. TBM which was founded purely on community efforts established to improve public reading interest and culture , while the TBM founded on the idea of government, established because of instructions from the government. Organization of activities has already done well by the TBM which was founded purely from the community, whereas activities of the TBM initiated by the government depend on the dedication and motivation of the managers. TBM which was established purely by the community are working hard to build a network with various parties, while the TBM under PKBM network depends on the creativity of the managers. Based on the data, the writer tries to make a conclusion about TBM condition, and give suggestion to improve the quality of TBM including management of organization and programs.

    Key words: reading interest, community reading places, management, program,and library

  • 4

    Implementasi KTSP dalam Pembelajaran IPA SMP

    Sumiyati Pusat Kurikulum, Balitbang Kemendiknas

    Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan yang berkaitan dengan pemberlakuan KTSP khususnya pada pembelajaran IPA di SMP. Jenis penelitian ini adalah penelitian survei dengan jumlah sampel sebanyak 40 orang yang tersebar di 11 SMP Negeri dan Swasta di Kabupaten Bekasi. Data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase untuk setiap indikator dan untuk setiap dimensi implementasi KTSP. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) perencanaan program yang terdiri dari pembuatan silabus; pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan program remedial/pengayaan menunjukkan sebagian besar berada pada kategori cukup, hanya sebagian kecil saja berada pada kategori rendah dan kategori sangat rendah, 2) pelaksanaan program yang terdiri dari implementasi komponen silabus; implementasi komponen RPP, dan program remedial/pengayaan menunjukkan sebagian besar berada pada kategori cukup, dan sebagian kecil berada pada kategori sangat rendah, dan (3) pelaporan program yang terdiri dari penilaian proses dan penilaian hasil menunjukkan sebagian kecil saja berada pada kategori cukup, dan sebagian besar berada pada kategori sangat rendah

    Kata Kunci: KTSP, IPA di SMP, Kemampuan Guru IPA SMP, Silabus, dan RPP.

    Abstract: This research was aimed at describing teachers opinion about the implementation of the program comprises planning, activities in the classroom, and the report of Science Teaching-Learning of School-Based Curriculum implementation and its factors affecting it. There are 40 respondents from 11 State and Private Junior High Schools in Bekasi District. The instruments consist of questionnaires in the form of Liker Scale. The data is then analyzed using descriptive analyses in tables distributing frequency and percentage for each indicator and each dimension of School-Based Curriculum Implementation. The data shows that (1) The planning of the program: writing syllabus; lesson plan, and remedial/enrichment indicate that most respondents are at moderate level, others are at low level and the others are at very low level. (2) The implementation of the program including syllabus, lesson plan components and remedial/enrichment indicate most respondents are at moderate level while the remaining are at the very low level., and (3) The report consisting of process and outcome evaluations, indicate that only a few respondents are at moderate level, and most of them are at the level of very low.

    Key words: school-based curriculum, science at junior high school, Competency of the Science Teachers of Junior High School, syllabus, and lesson plan.

  • 5

    Peminimalan Beban dan Peminimalan Paksaan

    Sebagai Cara Berperilaku Santun dalam Berbahasa Indonesia

    Ngusman Abdul Manaf Fakultas Bahasa Sastra dan Seni Universitas Negeri Padang

    Abstrak: Tujuan penulisan artikel ini adalah mendeskripsikan dan menjelaskan cara penutur bahasa Indonesia berperilaku santun dalam berbahasa Indonesia melalui peminimalan beban dan peminimalan paksaan kepada petutur. Artikel ini ditulis berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Padang pada tahun 2006. Data penelitian berupa tuturan bahasa Indonesia yang dihasilkan oleh penutur bahasa Indonesia dari berbagai etnis di Indonesia yang berdomisili di Padang. Data penelitian dikumpulkan dengan teknik pengamatan terlibat dan wawancara. Data dianalisis dengan teknik kualitatif yang didasarkan pada teori pragmatik. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa peminimalan beban dan peminimalan paksaan kepada petutur yang dilakukan penutur dalam tuturannya menimbulkan dampak pelunakan daya ilokusi sehingga tuturan dirasakan lebih santun oleh petutur.

    Kata Kunci: tindak tutur, strategi bertutur, peminimalan beban, peminimalan paksaan, pelunakan daya ilokusi, kesantunan berbahasa Indonesia

    Abstract: this article describes and explains how bahasa Indonesia speakers try to be polite in using bahasa Indonesia by minimizing the load and force to the listener. This article written based on research carried out in Padang in 2006. The data of the research was bahasa Indonesia narration from bahasa Indonesia speakers from various ethnics of Indonesia domiciled in Padang. The data collection method were involved observation and interview. Data was analyzed with qualitative method based on pragmatic theory. The result shows that load minimizing and force minimizing to the listener by the speaker in their speech caused illocution softening so that their speech felt politer by the listener.

    Keyword: speaker behavior, speaker strategy, load minimizing, force minimizing, illocution softening, Bahasa Indonesia politeness.

    Problem Based Instruction sebagai Alternatif Model Pembelajaran

    Fisika di SMA

    Prayekti FKIP-Universitas Terbuka, email: [email protected]

    Abstrak: Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan model Problem Based Instructional (PBI) dapat meningkatkan hasil belajar, aktivitas dan respon siswa dalam pembelajaran. Model diterapkan pada 2 kelas XI paralel SMA Swasta di Jakarta Selatan. kelas XI IPA1 dan kelas XI IPA2 Siswa kelas XI IPA1 diberikan treatment dengan menerapkan model pembelajaran PBI sedangkan untuk kelas XI IPA2 dilakukan pembelajaran klasikal seperti biasa. Hasil penerapan model pembelajaran PBI treatment pertama diperoleh hasil Kelas XI IPA1 nilai rata-rata terendah untuk pretes 3,25 sedangkan nilai rata-rata tertinggi 6,75. Sementara itu untuk kelas XI IPA2 nilai rata-rata terendah 3,25 dan tertinggi 6,25. Postes untuk kelas pertama nilai rata-rata terendah 6,45 dan tertinggi 8,75, sedangkan postes untuk kelas XI IPA2 nilai rata-rata terendah 6,75 dan nilai tertinggi sebesar 9,00. Pada treatment kedua kelas XI IPA1, nilai rata-rata siswa terendah 5,00 dan nilai rata-rata tertinggi 7,35, sedangkan kelas XI IPA2 nilai rata-rata terendah 6,45 dan tertinggi

  • 6

    8,5. Pada treatment ketiga hasil pretes diperoleh nilai rata-rata siswa kelas XI IPA1 terendah 3,25 dan tertinggi 4,25. Nilai rata-rata postes terendah yang diperoleh siswa 1 adalah 7,25 dan tertinggi 9,75. Untuk kelas XI IPA22 nilai rata-rata siswa pada pretes terendah 3,00 dan tertinggi 4,5 sedangkan nilai postes rata-rata terendah 7,00 dan tertinggi 9,00. Pada akhirnya, guru dapat merancang model pembelajaran PBI dengan baik dan dapat memotivasi siswa terlibat aktif pada kegiatan pemecahan masalah, mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar serta menentukan langkah-langkah memecahkan masalah.

    Kata kunci: problem based instruction, kerja kelompok,dan lembar kerja siswa

    Abstract: This research was conducted to prove the PBI model can improve learning outcomes, activities and responses of students in learning. The model is applied to two classes XI of High school in South Jakarta. The first is class-XI of IPA1 and the other is class-XI of IPA2. IPA1 given treatment by applying PBI learning model, while for class-XI IPA2 performed as conventional classical learning. After the application of learning models obtained PBIs first treatment of Class-XI of IPA1 average value for the lowest pretes is 3.25 while the average value is the highest 6.75. Meanwhile, for class-XI of IPA2, value of the lowest average is 3.25 and the highest is 6.25. Posttes for first-class average score is 6.45 and the lowest the highest is 8.75, whereas for class XI posttes value IPA2 lowest average is 6.75 and the highest value of 9.00. In the second treatment available, IPA1 class-XI, the average value of the lowest student score is 5.00 and the highest average is 7.35, while for class-XI IPA2 average value is 6.45 the lowest and the highest is 8.5. In the third treatment results obtained pretes average grade XI of IPA1 lowest and the highest 3.25 for 4.25. and the average value posttes students obtained the lowest IPA1 is 7.25 and the highest 9.75. For class-XI IPA2 average score of students in the lowest pretes is 3.00 and the highest is 4.5. While the value posttes lowest average is 7.00 and the highest is 9.00. At first teachers were not used but the implementation of the third treatment teachers have mastered the learning model PBI well. Teachers have been able to design a model of the PBI with a good learning, teachers have been able to motivate students actively involved in problem-solving activities, define and organize learning tasks and determine the steps to solve the problem. Teachers motivate students to do reflection, and have been able to evaluate the process of investigations conducted so that students can understand their weaknesses and shortcomings of the reflection done.

    Keywords: Problem Based Instruction, working groups, Student Worksheet

    Fenomena Tari Kontemporer dalam Karya Tari Mahasiswa Sendratasik UNP dan STSI Padang Panjang

    Indrayuda

    FBSS Universitas Negeri Padang

    Abstrak: Tulisan ini bertujuan mengungkap fenomena karya tari kontemporer dari mahasiswa Sendratasik UNP dan STSI Padang Panjang dalam tugas akhir. Penelitian ini difokuskan pada fenomena kecenderungan mahasiswa dalam menciptakan karya tari dalam bentuk kontemporer. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan instrumen utama adalah peneliti sendiri. Pengumpulan data dilakukan melalui metode observasi, wawancara, dan studi kepustakaan. Data dianalisa secara konvensional. Hasil penelitian menunjukkan ada kecenderungan mahasiswa menciptakan karya mereka dalam tugas akhir (TA) dengan model kontemporer, seperti pada pola tarian, tipe tarian, bentuk pertunjukan, dan orientasi tarian. Pertumbuhan gejala ini disebabkan frekuensi yang tinggi dari mahasiswa untuk terlibat dalam berbagai forum tarian kontemporer dan apresiasi terhadap figure dan karya dosen. Kesimpulan penelitian

  • 7

    adalah gejala dan kecenderungan karya kontemporer muncul dalam karya mahasiswa karena 1) pengaruh dosen, 2) pengaruh forum tarian, 3) pengaruh karya tari artis-artis Sumatera, dan 4) kebebasan yang diberikan kepada mahasiswa. Dari penelitian ini sangat disarankan agar ada pedoman yang benar dari dosen Sendratasik FBSS UNP dan STSI Padang Panjang agar memperhatikan dasar-dasar pembelajaran tari sehingga ada keseimbangan pembelajaran tari dalam dunia akademis.

    Kata kunci: fenomena kontemporer, karya tari, metode penciptaan, dan tugas akhir.

    Abstract: The aim of this articel is to reveal the contemporary phenomenom of the dance work of the student of Sendratasik UNP and STSI Padang Panjang through last assignment. This research is focused on the phenomenom and students tendency on creating the dance work on a contemporary form. The research method used is descriptive qualitative and for the main instrument is the researcher himself. The collection of data dance through observation, interview and collecting the related literature. The analysis of the data done through conventional analysis. The result of the research shows that there is a tendency from the student on creating each of their work for the last assignment by using contemporary model, such as an the pattern of work, the type of dance, the form of performance and the orientation of creation. The growth of this sympton is caused from high frequency of the student to be involved in many forums of contemporary dance, and thruogh the appreciation of lecturers figur and work. This research can be concluded that the sympton and tendency of contemporary is appeared in the students dance work because of: 1) the influence of the lecturer, 2) the influence of dance forum, 3) the influence of dance work of the artists of West Sumatera and 4) the freedom given to the students. It is essential to be suggested from this articel so that there is correct guide from the lecturer available of Sendratasik FBSS UNP and STSI Padang Panjang to pay attention for the monumental dance learning, so that the balance is created on the dance learning in academic field.

    Key words : the contemporary phenomenom, dance work, creating method, and last assignment.

    Peningkatan Kreativitas Mahasiswa Melalui Pembelajaran Training Model dan Penilaian Portofolio

    Yuliarma

    Universitas Negeri Padang, Email: [email protected]

    Abstrak: Rumusan masalah penelitian adalah Apakah kreativitas mahasiswa dapat ditingkatkan melalui pembelajaran training model dan penilaian portofolio dalam pembuatan desain busana modifikasi pada mata kuliah busana daerah. Penelitian bertujuan untuk mengungkapkan bahwa metode pembelajaran training model dan penilaian portofolio dapat meningkatkan kreativitas belajar mahasiswa pada mata kuliah busana daerah. Pengembangan ini merupakan penelitian tindakan kelas, dilaksanakan 3 siklus, tindakan dilakukan dengan penerapan metode pembelajaran training model dan penilaian portofolio. Pada setiap siklus, penerapan metode training model dan penilaian portofolio diberikan selama 2 kali pertemuan, dengan 3 kali tugas latihan di sekolah dan 3 kali latihan di rumah dan 3 kali penilaian. Penelitian dilaksanakan di jurusan KK FT UNP. Instrumen yang digunakan adalah pedoman observasi, pedoman wawancara, dan tes. Hasil penelitian rata-rata kreativitas dan hasil belajar mahasiswa dapat ditingkatkan

  • 8

    melalui pembelajaran training dan portofolio. Pada setiap siklus terdapat peningkatan kreativitas mahasiswa.

    Kata kunci: Kreativitas, modifikasi, busana daerah, siklus, Fashion ilustrasi, Ragam hias, presentasi drawing.

    Abstract: The formulation of research subject is to determine if the student creativity can be improve through training model studies and portfolio examination in the making of fashion design modification in traditional attire major. The purpose of the research is to discover that the training model study method and portfolio examination can improve the student learning creativity in the tradition apparel major. These developments are class action research, which was held in 3 cycles, the actions were completed by training model method application and portfolio examination. In each cycles, the application of training model method and portfolio examination were given twice, with 3 times schools practice, 3 times homeworks and 3 evaluations. The research was held at KK FT UNP faculty. The instruments used are observation guide, interview guide and test. The result shows that the average of student creativity and learning process can be improved through training and portfolio studies. Each cycles display student creativity improvement, with the average score of the 1st cycle of design fashion illustration practice 1.70, 2nd cycle 2.27, 3rd cycle 3.19; decorative variation design 1st cycle 1.33, 2nd cycle 2.34, and 3rd cycle 3.17; drawing presentation practice 1st cycle 1.27, 2nd cycle 2.26, and 3rd cycle 3.23.

    Key words: Kreativitas, modifikasi, busana daerah, siklus, fashion ilustrasi, ragam hias, presentasi drawing.

    Pengembangan Kompetensi Profesional Guru Dalam Menghadapi Sertifikasi

    Ade Cahyana

    Pusat Statistik Pendidikan, Balitbang Kemendiknas

    Abstrak: Sertifikasi guru dinilai sebagai salah satu kebijakan reformasi pendidikan untuk meningkatkan profesionalisme guru. Keluarnya Undang-Undang Nomor 14/2006 tentang Guru dan Dosen adalah merupakan tonggak sejarah tentang bagaimana guru dan dosen diakui sejajar sebagai pekerja profesi sebagaimana pula dokter, insinyur, atau profesi lainnya. Hal ini akan mengubah opini publik terhadap guru menjadi semakin positif, selain juga akan meningkatkan kepercayaan diri mereka, juga akan menarik minat orang-orang yang potensial dan berkualitas untuk menjadi guru, serta mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada sekolah sebagai lembaga pendidikan yang berwibawa. Berdasarkan elaborasi aspek-aspek profesi guru, sangat disarankan bahwa peningkatan kemampuan profesional guru merupakan kegiatan yang terintegrasi dengan kegiatan pembelajaran di sekolah, satu sisi mampu meningkatkan kualitas mengajar mereka sebagai guru, di sisi lain dapat memberi peluang bagi mereka meningkatkan kemampuan profesional sekaligus menambah kredit akumulatif mereka untuk kepentingan sertifikasi.

    Kata Kunc: profesionalisme guru, UU Guru dan Dosen, Sertifikasi, profesi guru

    Abstract: Certification of teacher have been accounted for as one of the education core reforms to improve teacher professionalism. The release of the Act No. 14/ 2006 for Teacher and Lecturer (at higher education) is noticeable to be a historical tombstone

  • 9

    which sets teacher and lecturer as profession as well as doctor , engineer or others. This will change the public perception to teacher to become more positive, to build up the teacher self-confident, and to magnetize the interest of those first quality candidates to turn out to be teachers, and to give the public trust back to school as an educational institution. It is highly recommended that the enhancement of teacher professional capacity to be integrated with the instructional activities implemented at schools, which, on one hand are capable of improving their quality of teaching as teachers, on the other hand capable of giving them the opportunities to improve their professional capacity while toting-up their cummulative credits mandatory for teacher certification.

    Key words: Teacher professionalism, Act for Teacher and Lecturer, Certification, Teacher Profession

    Penuntasan Wajib Belajar 12 Tahun di Provinsi DKI Jakarta

    Muhamad Husin

    Guru SMA Negeri 111 Jakarta, e-mail: [email protected]

    Abstrak: Program wajib belajar sembilan tahun pendidikan di Indonesia mulai dicanangkan pada tahun 1994 dan ditargetkan penuntasannya pada tahun 2008. Akan tetapi dalam pelaksanaannya masih menemui banyak kendala, antara lain adalah faktor biaya, sarana persekolahan, dan keadaan yang mengharuskan anak didik bekerja, sehingga target penuntasan wajib belajar sembilan tahun secara keseluruhan belum tercapai. Khusus Provinsi DKI Jakarta program wajib belajar 9 tahun telah berhasil dituntaskan. Angka Partisipasi Kasar (APK) Sekolah Menengah Pertama Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2004 telah mencapai 102,86%, sedangkan untuk Sekolah Menengah mencapai 81,41%. Berdasarkan fakta ini, seharusnya provinsi DKI Jakarta mulai meningkatkan kualitas pendidikan warganya dengan program wajib belajar 12 tahun. Hal ini sesuai dengan perkembangan kota Jakarta sebagai kota jasa yang sejajar dengan kota-kota besar lainnya di Asia, yang membutuhkan sumber daya manusia yang unggul dan tangguh dalam bidang industri jasa. Dalam rangka menuntaskan wajib belajar 12 tahun, masih dibutuhkan tambahan anggaran baik dari APBN, APBD maupun partisipasi masyarakat dan dunia usaha. Pembiayaan program wajib belajar 12 tahun, harus diarahkan pada pengelolaan dan pengawasan sumber daya pembiayaan dan peningkatan kualitas pendidikan.

    Kata kunci: penuntasan wajib belajar sembilan tahun, APK dan APM, kualitas lulusan, perencanaan pembiayaan, manajemen strategis.

    Abstract: Program nine years of compulsory education in Indonesia started launched in 1994 and finished in the year targeted 2008. However, in practice still have a lot of obstacles, among others, is the cost factor, the means of schooling, and the circumstances that require students to work, so that the target of completing the nine-year compulsory education as a whole have not been met. Special Province of DKI Jakarta program compulsory education of 9-year, has been successfully completed. Gross Enrollment Rate (GER) Junior High School for DKI Jakarta province in 2004 has reached 102.86%, while for senior high school by 81.41%. Based on these facts, it should provincial DKI Jakarta began improving education quality by improving citizens 12 years of mandatory programs. This is in accordance with the development of Jakarta as a city

  • 10

    service that is parallel to the major cities the other in Asia, which requires human resources and strong excel in the service industry. In order for completing compulsory education reached 12 years, still required additional budget from the state budget, budget and community participation and the business world. Financing programs compulsory education to 12-year, should be directed to the management and supervision of financial resources and improving the quality of education.

    Key words: completion of nine-year compulsory education, GER and NER, the quality of graduates, financial planning, strategic management.

    Belajar dari Iran: Dialektika Agama dan Politik Pasca Khomeini

    Saefur Rochmat Universitas Negeri Yogyakarta

    Abstrak: Ehthesami dan Abrahamian menamakan Iran Pasca Khomeini sebagai the Second Republic dengan alasan yang berbeda. Sedangkan Halliday menamainya dengan post-akhundism. Tulisan ini ingin menampilkan dialektika agama dan politik yang berlangsung secara rasional, agar bisa dijadikan cermin bagi umat Islam di Indonesia. Tulisan ini menggunakan pendekatan sejarah multidimensional agar didapat pandangan yang lebih utuh. Pendekatan ini diharapkan dapat menampung baik pandangan Ehthesami yang lebih menekankan pada aspek ekonomi, dan pandangan Abrahamian yang lebih menekankan pada aspek budaya, maupun pandangan Halliday yang melihat keterlibatan ulama dalam politik. Modifikasi sistem pemerintahan Islam Iran pasca Khomeini tidak dapat dilepaskan dari dasar-dasar perubahan yang telah diletakkan oleh Khomeini.

    Kata kunci: agama, politik, Iran, dialektika, dan Khomeini.

    Abstract: Ethesami and Abrahamian named Iran Pst Khomeini as the Second Republic with a different reason. While Halliday name it with post-achundism. This paper is conduxted to show dialectic of religion and politics that goes rationally, so it can be used as the reflectionfor Moeslem in Indonesia. This paper used a multidimensional historical approach in order to get a complete view. This approach is expected to accomodate both of Enthesami view which focus on economic aspectsm and Abrahamian view which focus on cultural aspects, also Halliday view which saw the involvement of clerics in politics. The modification of Islamic system of government of Iran post Khomeini can not be separated from the basics of the changes that have been placed by Khomeini.

    Key words: religion, politics, Iran, dialectic, and Khomeini.

  • 11

    Upaya Peningkatan Mutu Sekolah Melalui Otonomi Satuan Pendidikan

    Ade Cahyana

    Pusat Statistik Pendidikan, Balitbang Kemendiknas

    Abstrak: Beragamnya kondisi lingkungan sekolah dan bervariasinya kebutuhan siswa di dalam proses pembelajaran ditambah lagi dengan kondisi geografi Indonesia yang sangat kompleks, seringkali tidak dapat diapresiasikan secara lengkap oleh birokrasi pusat. Oleh karena itu, dalam proses peningkatan mutu pendidikan perlu dicari alternatif pengelolaan sekolah. Hal ini mendorong lahirnya konsep manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah. Manajemen alternatif ini memberikan kemandirian pada sekolah untuk mengatur dirinya sendiri dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, tetapi masih tetap mengacu pada kebijakan nasional. Konsekwensi dari pelaksanaan program ini antara lain komitmen yang tinggi dari berbagai pihak yaitu: orang tua/masyarakat, guru, kepala sekolah, siswa dan staf lainnya di satu sisi dan pemerintah (Kemendiknas) di sisi lainnya sebagai mitra dalam mencapai tujuan peningkatan mutu.

    Kata kunci: manajemen berbasis sekolah (MBS), mutu pendidikan berbasis sekolah, pelaksanaan MBS di tingkat sekolah.

    Abstract: The diversity of school environtment conditions and student needs in learning process alongside with the complexity in Indonesia geographical condition quite often can not be easily concluded completely in one piece by the central bureaucracy in a comprehensive way. It stimulates the deliverance of school based quality management improvement. This type of alternative management empowers independency to school to initiate its self-governing capacity to manage its own activities in the framework of eduactional quality improvement, while consistently aligned to national policies. Some of the strategies applied at schools comprise self-evaluation to scrutinize the schools strengths and weaknessses. On the basis of the evaluation, school alongside with parents and community settleon school vision and mission of education quality improvement or to put together the expected eduaction quality for further developing on the planning of school program which includes school financing by refering to the scale of priorities and national policies in corresponding to the school condition and the capacity of its human resources. The consequences of the program implementation should imply a highly committed engagement among diversified parties, i.e., parents/community, teachers, principals, pupils and other staffs on one hand, and government (MONE) on the other hand, as the equal partner to attain the objective of quality improvement.

    Key words: school-based management (SBM), school-based quality management, improvement concept and self-evaluation.

    Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 2, Maret 2010

  • 12

    Peran Faktor Non-Ekonomis dalam Penyelenggaran Pendidikan

    Iskandar Agung dan Gatot Subroto Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan, Balitbang - Kemendiknas

    Abstrak: Tujuan studi ini untuk mengidentifikasi pengaruh langsung, tidak langsung, dan total dari variabel budaya organisasi, kepemimpinan, dan kepuasan kerja terhadap kinerja pendidik/guru. Studi dilaksanakan di 10 SMA Negeri kategori unggulan (plus kotamadya, provinsi, dan berstandar nasional/ internasional) di provinsi DKI Jakarta. Sampel responden dalam studi berjumlah 150 orang yang diambil melalui teknik proporsional random sampling. Data diperoleh melalui penyebaran kuesioner. Sebelum kuesioner disebarkan kepada responden, dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas dengan menggunakan tes product moment correlation dan alpa cronbach. Untuk pengujian hipotesis, dilakukan pengujian persyaratan analisis terhadap data untuk mengetahui normalitas, homogenitas, dan linearitas data, termasuk pengujian fit model. Hasil studi menunjukkan bahwa: 1) budaya organisasi dan kepemimpinan di sekolah memiliki pengaruh positif terhadap kepuasan kerja; 2) budaya organisasi, kepemimpinan, dan kepuasan kerja memiliki pengaruh positif terhadap kinerja guru di sekolah.

    Kata kunci: budaya organisasi, kepemimpinan, kepuasan kerja, dan kinerja pendidik/guru.

    Abstract: The objectives of this study is to identify direct effect, indirect effect, and totally effect of variables of organizational culture, leadership, and job satisfaction to teachers performance. The study was conducted in several Public Senior High Schools categorized as outstanding schools in Jakarta in 2009. Outstanding schools are schools which have already achieved the plus school criteria by the Jakarta Province Education Office. From the 41 selected schools categorized as outstanding schools in Jakarta, ten of them was selected as sample schools. The samples of the respondents are 150 teachers who are selected using proportional random sampling technique. Data was collected by using questionnaire. Before the questionnaire was distributed, the study performs some initial testing in order to make sure its validity and reliability using Product Moment Correlation test and Alpha Cronbach test. To do the hypothetical testing, the researcher firstly tests the data being obtained with normality, homogeunity, and linearity testing, included model testing. The finding of this study shows that: 1) organizational culture and leadership has a significant influences to job satisfaction of the teachers; 2) organizational culture, leadership, and job satisfaction also have a significant influences to teachers performance.

    Key words: organizational culture, leadership, job satisfaction, and teachers performance.

  • 13

    Impresi Moderasi Jalur Pembelajaran dengan Proses Belajar Kewirausahaan Terhadap Persepsi Keberhasilan Usahawan

    Surakarta

    H. Rohmat STAIN Surakarta

    Abstrak: Tujuan penelitian adalah mengkaji hubungan aspek proses pembelajaran kewirausahaan dengan persepsi keberhasilan usahawan kecil, material dan bukan material; serta impresi moderasi jalur pembelajaran terhadap hubungan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek proses pembelajaran kewirausahaan berhubungan dengan persepsi; keberhasilan, tetapi tidak dengan keberhasilan material, namun berhubungan dengan persepsi keberhasilan bukan material. Hubungan terkuat adalah dengan persepsi keberhasilan bukan material. Selain itu, jalur pembelajaran berimpresi moderasi dengan proses pembelajaran kewirausahaan terhadap persepsi; keberhasilan, keberhasilan material, dan keberhasilan bukan material. Diantara ketiga jalur pembelajaran, impresi moderasi yang terkuat ialah hubungan proses pembelajaran terhadap persepsi keberhasilan material usahawan kecil.

    Kata kunci: moderasi jalur pembelajaran, proses belajar kewirausahaan dan Keberhasilan

    Abstract: this research aims at reviewing the relations of entrepreneurial learning process aspect to the perception of the success of the small business entrepreneur, material and non material; also impression of moderation laerning line toward those relation. The result shows that the entrepreneurial learning process aspect related to the perception; success, but not with the material succes. The strong relations is the one with the perception of succes not material. Moreover, learning line impressed moderation to the entrepernuerial learning process toward perception; success, material success and non-material success. Among the three lines of learning, the strongest impression of moderation is the relationship of perceptual learning material success small business.

    Key words: moderation of learning line, entrepreneurial learning process and success

    Sistem Informasi Manajemen Perguruan Tinggi dalam Bidang Pendataan Pendidikan Tinggi

    Bambang S. Joko

    [email protected]

    Abstrak: Tujuan studi deskriftif ini adalah untuk mengetahui berbagai permasalahan dan hambatan, mekanisme pendataan, serta pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam mendukung sistem informasi manajemen perguruan tinggi. Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan kuantitatif melalui observasi atau pengukuran data untuk mendapatkan gambaran permasalahan yang dihadapi PT. Sampel studi terdiri atas 30 PTN dan 30 PTS dari 30 provinsi di Indonesia yang dipilih secara stratified random sampling. Teknik analisis data dilakukan secara kualitatif, yakni secara deskriptif

  • 14

    argumentatif dengan langkah-langkah pendeskripsian data, analisis data, dan penyimpulan. Hasil studi menunjukkan bahwa sebagian PT telah melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data secara rutin setiap tahun. Pendataan didominasi oleh pengumpulan data melalui instrumen kuesioner, baik oleh Ditjen Dikti maupun oleh PSP Balitbang Depdiknas. Dua penyebab utama terhambatnya pendataan dari Ditjen Dikti dan PSP Balitbang Depdiknas dan dari institusi PT itu sendiri. SDM merupakan hambatan yang dominan dalam pengelolaan SIM PT dan belum semua PT yang menjadi sampel studi memiliki SIM PT, dan hampir separuh responden menunjukkan bahwa belum semua aplikasi SIM PT beroperasi dengan baik.

    Kata Kunci: sistem informasi manajemen, pendidikan tinggi, pendataan. Abstrak: The purpose of descriptive research is to determine the objective conditions of the problems and constraints, data collection mechanisms, and use of information and communication technology to support higher education management information system. The approach used is kunatitatif approach that leads to the observation or measurement data expressed in numbers to get a picture of the problems faced by PT. This sample includes 30 countries and 30 private universities from 30 provinces in Indonesia. Please note, there are currently 83 government-run public universities, private universities and 2598 are managed by the private sector. With stratified random sampling method. PT PT grouped by type, then from each PT group took some samples to represent the 30 provinces. In qualitative data analysis techniques, namely descriptive measures argumentative with data description, data analysis, and conclusions. Study results showed that the majority of PT has conducted data collection and processing on a regular basis every year. Documenting all this walking is still dominated by the instrument of data collection via questionnaires, either by the Directorate General of Higher Education and Ministry of Education Research and Development Center for Education Statistics. There are two main causes of delay in data collection, the first coming from the government (Directorate General of Higher Education Department of Education and Research and Development PSP), and the second coming of PTs own institution. Not to mention, there were respondents who felt not received a census questionnaire. The dominant constraints in SIM management of PT is a problem of human resources, and yet all the PT who become SIM PT sample of this study, and nearly half of the respondents complained that some of the applications used for SIM PT they are still not operating correctly.

    Keywords: management information system, higher education, data collection

    Implementasi Model Siklus Belajar (Learning Cycle) untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Pembelajaran Mengelas

    dengan Gas Metal Siswa Kelas XII Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 Makassar

    Nurlaela, Muh. Tawil, Lukman Bambang

    Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 3 Makassar Abbas M, Lukman Tamaluddin, Syahril Ramli Rani

    Universitas Negeri Makassar

    Abstrak: Penelitian tindakan ini bertujuan mengimplementasikan model Siklus Belajar untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar mengelas dengan gas

  • 15

    metal siswa kelas XII di SMK Negeri 3 Makassar. Masalah penelitian adalah 1) bagaimana cara agar melalui model siklus belajar dapat ditingkatkan proses pembelajaran mengelas dengan gas metal siswa kelas XII SMK Negeri 3 Makassar, dan 2) bagaimana cara agar melalui model siklus belajar dapat ditingkatkan hasil belajar mengelas dengan gas metal siswa kelas XII SMK Negeri 3 Makassar. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif. Hasil penelitian tindakan yang diperoleh adalah terjadi peningkatan kualitas proses pembelajaran siswa kelas XII semester 2 SMK Negeri 3 dari siklus I ke siklus II, meliputi: 1) aktivitas belajar semakin baik, 2) reliabilitas pengelolaan pembelajaran model siklus belajar sebesar 51%, 3) respon siswa terhadap pembelajaran sangat baik dan hasil belajar, yang meliputi (a) produk: sebesar 47 persen (ketuntasan individu) dan 55 persen (ketuntasan klasikal), (b) aspek afektif sebesar 30 persen, dan (c) aspek psikomotor 60 persen. Dengan demikian dengan mengimplementasikan model Siklus Belajar dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar mengelas dengan gas metal siswa kelas XII SMK Negeri 3 Makassar.

    Kata Kunci : model siklus belajar, kualitas proses pembelajaran, hasil belajar

    Abstract: This action research aims to implement the Learning Cycle model to improve the quality of the learning process and learning outcomes with the gas metal welding class XII students in SMK 3 Makassar. Research problems are (1) how to get through the learning cycle model can be improved with the learning process gas metal welding class XII student of SMK 3 Makassar, and (2) how to get through the learning cycle model of learning outcomes can be improved with the gas metal welding class XII students SMK 3 Makassar. The data analysis technique used is descriptive statistical analysis. The results obtained by the action is an increase in the quality of the learning process of students of class XII SMK 3 semester 2 of the cycle I to cycle II, include: (1) the better the learning activities, (2) reliability management of the learning cycle model learning of 51%, (3 ) students responses to a very good learning and learning outcomes, which include (a) the product: for 47 percent (exhaustiveness of individuals) and 55 percent (exhaustiveness classical), (b) affective aspects of 30 percent, and (c) 60 percent of psychomotor aspects . Thus to implement the Learning Cycle model can improve the quality of the learning process and learning outcomes with the gas metal welding class XII student of SMK 3 Makassar.

    Key Words: learning cycle model, the quality of the learning process, learning outcomes

    Minat Siswa dalam Kurikulum Muatan Lokal

    Sumiyati Pusat Kurikulum, Balitbang-Kemendiknas

    Abstrak: Penelitian survei ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara motivasi dan kondisi belajar dengan minat belajar muatan lokal siswa SMP di Jakarta Timur. Hipotesis penelitian ini ada tiga yaitu, pertama terdapat hubungan positif antara motivasi dengan minat belajar muatan lokal siswa, kedua terdapat hubungan positif antara kondisi belajar dengan minat belajar muatan lokal siswa, dan ketiga terdapat hubungan positif antara motivasi dan kondisi belajar dengan minat belajar muatan lokal siswa. Subjek penelitian ini adalah siswa SMP di Jakarta Timur yang

  • 16

    terdaftar dalam tahun ajaran 2009/2010, dengan jumlah sampel 55 orang. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan menggunakan angket. Dari hasil analisis data dan pembahasan diperoleh bahwa F hitung > dari F tabel atau 4,66 lebih

    besar dari 3,18 artinya terdapat hubungan positif antara motivasi belajar dan kondisi belajar dengan minat belajar muatan lokal siswa.

    Kata kunci: kurikulum muatan lokal, kondisi belajar, minat belajar, motivasi belajar, penelitian survei.

    Abstract: This research is a survey research, which aim to know what is the relationship between motivation and lerning condition with learning interest of student local content at junior high school in West Jakarta. There are three research hypothesis, first is there is a positive relation between motivation with learning interest of student local content, second is there is a positive relation between learning condition with learning interest of student local content, and third is there is a positive relation between motivation and learning condition with learning interest of student local content. This subject research is student of junior high school in West Jakarta enlisted in the year lesson 2009/2010 with the sample amount 55 people. Technique of data collecting performed is use questionnaire. Based of the result analysis data and solution obtained that Fhit is more than Ftable or 4,66 more than 3,18. It means that there is a positive relation between

    motivation and learning condition with learning interest of student local content.

    Key Words: local content curriculum, survey research, learning interest, learning motivation, learning condition, simple regression analysis and double regression analysis.

    Mengelola Potensi Destruktif Olahraga ke Arah Pengembangan Kebijakan Olahraga yang Komprehensif

    Syarifudin

    Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Jakarta Abdi Rahmat

    Jurusan Sosiologi Universitas Negeri Jakarta

    Abstrak: Olahraga umumnya mencerminkan nilai-nilai apa yang menjadi rujukan masyarakat. Olahraga dapat menjadi wahana untuk membina dan sekaligus membentuk watak kepribadian. Di sisi lain, olahraga dapat pula menyebarkan nilai-nilai pertentangan atau konflik dan bahkan bisa mempersubur masalah sosial seperti: diskriminasi, ketidakjujuran, korupsi dan praktek suap, pemukulan wasit, perkelahian antarpemain atau antarsupporter, bahkan antarkeduanya, serta berbagai bentuk konflik lainnya. Karena itu, tulisan ini bertujuan untuk menguraikan akar permasalahan perilaku potensi destruktif olahraga tersebut yang dapat mengancam integrasi sosial bahkan integrasi bangsa. Tulisan ini juga mengajukan tawaran suatu pola pengembangan olahraga yang dapat meminimalisir potensi destruktif tersebut melalui suatu kebijakan keolahragaan yang komprehensif.

    Kata Kunci: olahraga, perilaku destruktif, integrasi sosial, pembinaan olahraga

    Abstract: Sport reflects positive values referred by society. Sport can be a medium for building people character and personality. In the other hand, sport can also be an arena in spreading tensions and conflicts among groups of people, even fostering other social

  • 17

    problems, like discrimination, unfairness, corruption and bribery, violence among players or supporters, and etc. Therefore, this article aims at describing the root of problem of destructive dimensions of sport that can threaten social integration, even national integration. This article offers some formulas of sport development that can minimize destructive potencies of the sport through a comprehensive sport policy.

    Key words: sport, destructive behavior, social integration, sport coaching

    Kontroversi Ujian Nasional Sepanjang Masa

    Suke Silverius [email protected]

    Abstrak: Keberadaan dan penerapan UN menuai kritik dan kontroversi apabila dikaitkan dengan UU Sisdiknas Nomor 20, Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Rangkaian butir-butir kritik itu terjalin dalam tujuh untaian pelanggaran UN yakni hanya mengukur aspek kognitif sehingga tidak dapat dijadikan standar untuk mengukur mutu pendidikan, mengabaikan diversifikasi potensi daerah dan peserta didik, merampas hak guru untuk melakukan evaluasi hasil belajar peserta didiknya, mendasarkan evaluasi pada peserta didik semata, penentuan kelulusan bukan oleh guru, pemerintah dan pemerintah daerah merampas hak pemberian ijazah kepada peserta didik setelah lulus ujian. UN hanya mengevaluasi hasil akhir proses pembelajaran secara momental dan tidak komprehensif serta mengabaikan orientasi tujuan pendidikan sehingga tidak mengindikasikan mutu pendidikan. Paparan kontroversi ini dimaksudkan untuk dimanfaatkan para pendidik dan pemerhati pendidikan guna menemukan solusi dalam rangka pembenahan kebijakan penilaian pendidikan demi peningkatan pendidikan yang berakses pada pembangunan nasional bangsa menuju bertambahnya kesejahteraan rakyat.

    Kata Kunci: kontroversi, ujian nasional, pembenahan, kebijakan

    Abstract: The existence and application of National Examination initiate critics and controversies correlated with the National Education System Act Number 20, Year 2003 about the National Education System. The set of Critics is composed of seven disagreements linked with the national examination matter which are appraising the cognitive aspects only with the result that it cannot be used as a standard made to measure up education quality, disregarding the diversification of regional potency and of students competence, taking away the teachers right to do the evaluation of students achievement, establishing the evaluation based merely on the students, determining the passing grade of the examination in the absence of teachers, national and regional government take away the right of teachers in giving the diploma to the graduate students. National examination evaluates the only process of momentary and incomprehensive learning activity and at the same time neglecting educational goal orientation that brings to an end without indicating the education quality. Explication of these controversies is aimed at providing teachers and education observers the prospect of the solutions in terms of educational evaluation policy improvement for the sake of the education enhancement that have access to national development for the augmentation of peoples prosperity.

    Key Words: controversy, national examination, improvement, policy.

  • 18

    Model Posdaya Dalam Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun

    Oos M. Anwas

    Pustekkom Kemendiknas, Email: [email protected]

    Abstrak:. Tulisan ini bertujuan mengkaji solusi dalam mengatasi masalah tersebut melalui model Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya). Teori-teori yang digunakan mengacu pada teori perubahan sosial dan teori pemberdayaan masyarakat. Dengan kompleksnya masalah yang dihadapi kelompok masyarakat hard rock tersebut, penuntasan wajar 9 tahun perlu dilakukan melalui upaya pemberdayaan keluarga dalam wahana Posdaya. Posdaya merupakan forum silaturahmi, komunikasi, advokasi dan wadah kegiatan penguatan delapan fungsi-fungsi keluarga secara terpadu. Pengembangan Posdaya tidak harus membuat lembaga baru dalam masyarakat, tetapi dapat mengoptimalkan yang ada melalui aktivitas pemberdayaan. Posdaya menjadi wahana diskusi dalam memecahkan permasalahan sehari-hari, khususnya kendala-kendala penuntasan wajar 9 tahun secara bersama antara anak, orang tua, dan masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan potensi/peran masing-masing. Posdaya juga mampu membangun kembali kearifan lokal dan modal sosial. Pada akhirnya Posdaya tidak hanya memecahkan masalah pendidikan, akan tetapi juga masalah kemiskinan dan masalah sosial lainnya. Oleh karena itu penuntasan wajar 9 tahun perlu kerja sama lintas departemen di bawah koordinasi Menkokesra, terutama sektor pendidikan, kesehatan, dan kewirausahaan, bersama pemerintah daerah dan masyarakat.

    Kata Kunci: wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, Posdaya, pemberdayaan keluarga, forum komunikasi, modal sosial.

    Abstract: This paper aims to analyze solutions for the problems using Family and The Community Empowering (Posdaya). Theories used within this model refers to social change and community empowerment theories. Since the complexity of problems face by those hard rock society, the accomplishment of nine-year compulsory learning must be done by means of family empowerment within Posdaya. Posdaya is a forum for communications, silaturahmi, advocacy and education, and simultaneously the institution for activities to strengthen family functions in an integrated manner. Instead of establishing a new institution, the development of Posdaya can be done by optimizing the existing one by empowering activities. Posdaya become a place for discussing daily matters, especially the obstacles in accomplishing the nine-year compulsory learning, among children, parents and community that are fit with their own needs and potential/roles. Posdaya is also capable in re-developing local wisdom and social capital. At the end Posdaya is not only to solve educational problems but also to solve poverty and other social problems. For those reasons the accomplishment of nine-year compulsory learning requests cooperation across departments within coordination of welfare ministry in collaboration with local government and society.

    Key words: nine-year compulsory education, Posdaya, family empowerment, communication forum, social capital.

  • 19

    Model Penilaian Bahasa Indonesia dalam Pelaksanaan Kurikulum

    Sekolah Dasar

    Ambari Sutardi Pusat Kurikulum, Balitbang, Kemendiknas

    Abstrak: Model penilaian Bahasa Indonesia dalam pelaksanaan kurikulum SD berbeda dari sebelumnya, di mana perbedaan tersebut dimaksudkan agar para pelaksana memahami dalam menerapkan model penilaian di beberapa SD di kabupaten/kota yang berbeda. Perbedaan menggunakan model mulai dari yang sederhana hingga ke yang kompleks. Sederhana artinya hanya mencantumkan satu nilai untuk mata pelajaran tersebut dan kompleks karena mencantumkan empat nilai, untuk empat kategori kompetensi dalam berbahasa Indonesia, yaitu: mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Penggunaan aneka ragam model penilaian Bahasa Indonesia akan menimbulkan permasalahan karena sistem penilaian memiliki pengaruh kuat terhadap pelaksanaan pembelajaran di kelas. Dikhawatirkan keempat kategori kompetensi Bahasa Indonesia yang telah ditetapkan tidak akan tercapai secara optimal oleh peserta didik, terutama sekolah yang menggunakan model penilaian yang sederhana. Oleh karena itu, model penilaian Bahasa Indonesia yang ideal merupakan model yang kompleks, dengan harapan agar penyampaian informasi tentang prestasi dapat dicapai peserta didik secara rinci dan objektif.

    Kata kunci: multi teknik, model penilaian ideal.

    Abstract: The evaluation model for Indonesian language sustaining the implementation of the in-effect primary school curriculum is different from the previous one. Accordingly, this results in different perceptions and different use of the model by the implementers at some primary schools in different districts/ municipalities. The difference of using the model are ranging from the simple to the more complext. The simple one merely covers one score for the subject concerned while the complext one encompasses four scores, for: listening, speaking, reading and writing respectively. The use of various evaluation models for Indonesian language would certainly results in a problem because the evaluation system has strong impact againsts the learning process in the classroom. So it is worried that the four predetermined competence catagories of Indonesian language would not totally be achieved by students in the primary schools which use the simple model one. Because of such reason, the ideal evaluation model to sustain the implementation of the an in-effect primary school curriculum is the complex one so that it would tell the information about learners achievement in more detailed and transparent.

    Key words: Multi-techniques, the ideal evaluation model.

  • 20

    Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Menciptakan Akhlak Mulia

    Sabar Budi Raharjo Sekretariat Balitbang Kemdiknas e-mail: [email protected]

    Abstrak: Pendidikan pada dasarnya adalah upaya meningkatkan kemampuan sumber daya manusia supaya dapat menjadi manusia yang memiliki karakter dan dapat hidup mandiri. Berdasarkan hal tersebut, yang menjadi permasalahan dalam kajian ini adalah apakah pendidikan karakter dapat mewujudkan akhlak mulia? Dari rumusan masalah tersebut, tujuan kajian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pendidikan karakter dapat mempengaruhi akhlak mulia. Membangun karakter dan watak bangsa melalui pendidikan mutlak diperlukan, bahkan tidak bisa ditunda. Pendidikan karakter dapat berjalan efektif dan berhasil apabila dilakukan secara integral dimulai dari lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karakter yang harus ditanamkan kepada peserta didik di antaranya adalah; cinta kepada Allah dan alam semesta beserta isinya, tanggungjawab, disiplin dan mandiri, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli, dan kerja sama, percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan, baik dan rendah hati, dan toleransi, cinta damai dan persatuan. Sedangkan akhlak mulia adalah keseluruhan kebiasaan manusia yang berasal dalam diri yang di dorong keinginan secara sadar dan dicerminkan dalam perbuatan yang baik. Dengan demikian apabila karakter-karakter yang luhur tertanam dalam diri peserta didik maka akhlak mulia secara otomatis akan tercermin dalam perilaku peserta didik dalam kehidupan keseharian.

    Kata kunci: Pendidikan karakter, akhlak mulia

    Abstract: Education is basically an effort to improve human resource capacity in order to become a man with characters and live independently. Based on this, the main problem in this study is whether moral education can realize the noble morality? From the formulation of the problem, the purpose of this study is to determine how education can affect noble morality. Building the national character through education is absolutely necessary, even can not be postponed. Character education can be effective and successful if performed integrally starting from the home environment, schools and communities. Characters that should be instilled to students include: love of God and the universe and its contents, responsibility, discipline and self-reliant, honest, respectful and well mannered, affectionate, caring, and cooperation, confidence, creative, hard work and do not give up easily, fair and has a character of a leader, nice and humble, and tolerance, love peace and unity. While the noble morality is the overall human habit comes from within encouraged by conscious desire and reflected by good deeds. Thus, if the noble characters embedded in the learners themselves, noble character will automatically be reflected in the behavior of students in their daily life.

    Key words: character education, and noble morallity

    Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 3, Mei 2010

  • 21

    Kajian Kebutuhan Peningkatan Kompetensi Mengajar Guru

    Mahdiansyah Puslitjaknov, Balitbang Kemdiknas, e-mail: [email protected]

    Abstrak. Tujuan studi ini adalah untuk mengidentifikasi kondisi obyektif kebutuhan sekolah, yang dapat dijadikan dasar dalam menentukan intervensi kebijakan melalui perencanaan program pendidikan. Secara khusus studi ini dimaksudkan untuk mengetahui: (a) karakteristik guru yang dipandang sebagai determinan kualitas guru, dan (b) kualitas guru yang difokuskan pada kompetensi guru dalam proses belajar mengajar dan identifikasi kebutuhan pelatihannya. Hasil studi menunjukkan bahwa latar belakang guru banyak yang tidak sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan (mismatch), terutama guru SMP/MTs dan SMA/SMK/MA yang berasal dari sekolah swasta. Penguasaan guru SD/MI terhadap materi pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya masih memprihatinkan. Namun, guru SMP/MTs dan SMA/SMK/MA sudah menguasai sebagian besar materi mata pelajaran. Upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru dilakukan melalui kegiatan pelatihan, meskipun lebih dari dua perlima guru tidak pernah mengikuti penataran/pelatihan. Pelatihan tentang pengembagan kurikulum dan penyusunan tes dibutuhkan hampir oleh semua guru, terutama guru MI, MTs dan MA serta guru yang berlatar belakang pendidikan non-keguruan.

    Kata kunci: Kompetensi mengajar, kebutuhan peningkatan mutu guru

    Abstract. This study aims to identify the objective read of the school needs objectively which can be taken into account in determining policy intervention through educational planning. The specific aims of the study are to obtain information on: a) teacher characteristics perceived as determinants of teacher quality b) teacher quality which focuses on their competence in teaching and learning process and need assessment of teacher training. Findings of the study show that there are many teachers whose educational backgrounds did not match with the subject they teach (mismatch). This is especially true in the case of private junior and senior secondary school teachers. There was a concern on the mastery of primary school teachers in the subjects they teach. At the junior and senior secondary levels most of the teachers had the mastery in most parts of the subjects they teach. Attempts to improve teacher professionalism were conducted through training. However, more than two fifth of teachers did not participate in any training. Training on how to develop curriculum and tests were needed by most of Islamic primary, junior secondary and senior secondary teachers who had non-teaching qualification background.

    Key words: teaching competence, teacher quality improvement

  • 22

    Portofolio demi Sertifikasi Guru, Harapan atau Impian

    Suke Silverius, [email protected]

    Abstrak: Guru profesional menjadi dambaan bangsa karena akan menjadi pencipta sumber daya manusia berkualitas demi tersedianya tenaga pembangun berkualitas bagi bangsa Indonesia. Pemerintah mewujudkan dambaan itu melalui program sertifikasi guru yang bertujuan untuk menentukan kelayakan guru sebagai agen pembelajaran, meningkatkan mutu hasil pendidikan dan martabat guru, serta meningkatkan profesionalitas guru dan kesejahteraannya. Untuk mendapatkan sertifikasi itu guru harus memiliki kualifikasi akademik minimum sarjana atau diploma empat dan kompetensi mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Demi mendapatkan sertifikasi itu guru harus lulus dalam uji sertifikasi yang dibuktikan dengan berbagai dokumen dalam berkas portofolio. Banyak pihak bersikap skeptis terhadap pelaksanaan sertifikasi karena kuatir terjadinya praktik-praktik KKN demi selembar sertifikat sakti menuju peningkatan kualitas dan pendapatan guru. Tulisan ini menyorotkan berbagai kesulitan dan kendala yang dihadapi guru dalam memenuhi tuntutan portofolio sehingga sertifikasi guru dapat menjadi suatu harapan yang bakal terpenuhi atau sebaliknya merupakan impian semata karena kemustahilan memenuhi tuntutan sertifikasi.

    Kata kunci: sertifikasi, portofolio, kualitas, dan kesejahteraan

    Abstract: A professional teacher is a yearned-for personnel in terms of creating qualified human resource for the Indonesian development. The government accomplished the yearning by the program of teacher certification that is aimed at specifying teacher appropriateness to become a teaching agent, increasing the quality of education success and teachers status, promote teachers professionalism and prosperity. In order to get a certificate the teacher has to possess academic qualification at least of bachelor or fourth diploma degree and has competency to realize the national education goal. In order to get the certificate the teacher has to pass the certification test as shown by various documents in the set of portfolio. Many people are skeptical towards the certification accomplishment because of the practices of corruption activities for the purpose of obtaining a piece of magical certificate that should be used to get the increase of teacher quality and income. This article is to spotlight numerous difficulties and barriers faced by the teachers in fulfilling the demands of portfolio so that the teacher certificate could become an aspiration that would be accomplished or on the contrary it would be nothing other than a dream because of the impossibility to fulfill the certification demands.

    Key words: certification, portfolio, quality, and prosperity

    Pengembangan Kurikulum Sekolah Bertaraf Internasional

    Herry Widyastono Pusat Kurikulum Balitbang Kemdiknas, email: [email protected]

  • 23

    Abstrak: Sejak berlakunya UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pemerintah telah menyelenggarakan rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI). Namun, dalam pengembangan kurikulumnya belum seperti yang diharapkan. Kurikulum yang digunakan seharusnya kurikulum yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) yang diperkaya dengan mangacu pada kurikulum salah satu negara anggota Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu di bidang pendidikan. Diperkaya dapat dilaksanakan melalui dua cara: 1) Adaptasi, yaitu penyesuaian unsur-unsur tertentu yang sudah ada dalam SI/SKL dengan mengacu pada kurikulum salah satu negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya, dan 2) Adopsi, yaitu penambahan unsur-unsur tertentu yang belum ada dalam SI/SKL dengan mengacu pada kurikulum salah satu negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya. Dengan demikian, lulusannya dapat memiliki sertifikat (ijazah) dari Indonesia dan dari salah satu negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya.

    Kata kunci: Sekolah Bertaraf Internasional, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, kurikulum, adaptasi, dan adopsi.

    Abstract: Since the government of Indonesia has launched the Decree of Republic Indonesia Number 20 year 2003 regarding The National Education System and The Government Regulation year 2005 in relation to National Education Standard, the government was implemented the schools piloting on international standard. However, in its curriculum development was not expected with the intended regulation. The expectation of the school curriculum is supposed to be the curriculum used by the country under the OECD (Organization for Economic Co-operation and Development). The intended curriculum in this matter particularly is the curriculum used by the educational concern which is reference to the Graduate Competence Standard (SKL) and the Content Standard (SI) that all enrich to with reference to the OECD member country or the curriculum used by developed countries. To enrich the curriculum can be done by two ways. First is adaptation. It means to adapt certain part of the National Education Standard with reference to the OECD member countries. Second is adoption. It means to add some certain parts of curriculum of the OECD member countries or others which is not included in the national content standard. Therefore, the graduates have qualification from both the national education system as well as from the OECD member countries.

    Key words: International level standard school, graduate competence standard, content standard, curriculum, adaptation, and adoption.

    Daya Dukung Dunia Industri Terhadap Pelaksanaan Praktik Kerja Industri (Prakerin)

    (Studi kasus terhadap pelaksanaan Prakerin siswa SMKN 27 Jakarta)

    Soeprijanto Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta, E-mail: [email protected]

    Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar daya dukung dunia industri terhadap prakerin siswa SMK Negeri 27 Jakarta dan sekaligus untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai pelaksanaan prakerin yang dilakukan oleh

  • 24

    SMKNegeri 27 Jakarta. Penelitian ini dilaksanakan di Industri mitra SMKN 27 Jakarta. Pengambilan data dilakukan pada bulan Juli November 2007. Penelitian menggunakan metode survei, dengan populasi semua perusahaan yang telah menjalin kerja sama dengan SMKN 27 Jakarta. Jumlah Sampel penelitian 20 perusahaan mitra SMK 27 Jakarta. Pengambilan sampel dilakukan secara acak. Instrumen penelitian berbentuk kuisioner yang diisi melalui wawancara langsung pada industri sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Sebagian besar pimpinan industri mitra SMK 27 menyatakan sangat mendukung program praktik kerja industri di Perusahaan yang di pimpin; 2) Bentuk-bentuk dukungan yang diberikan Industri untuk siswa Prakerin meliputi: manjadikan Prakerin sebagai program tetap perusahaan, menerima siswa Prakerin lebih dari 5x (lima kali) dalam setahun, Industri mitra berinisiatif memberikan informasi kesempatan Prakerin kepada sekolah; dan 3) Pelaksanaan Prakerin di Industri mitra SMK 27 Jakarta telah terlaksana dengan baik hal ini ditunjukan dengan adanya: penempatan siswa sesuai dengan bidang keahliannya, adanya bimbingan dari pihak Industri, Pemberian kesempatan kepada Sekolah untuk memonitor pelaksanaan praktik industri, Pemberian kesempatan kepada siswa untuk kerja sendiri, dan pihak Industri melakukan evaluasi, serta memberi sertifikat.

    Kata kunci: keterkaitan dan kesepadanan, pendidikan sistem ganda, dan praktik kerja industri

    Abstract: The purpose of this research is to find supporting capacity of the industry to the field work of SMK Negeri 27 Jakarta students and also to provide a clear picture of how SMK Negeri 27 Jakarta has performed the apprentice program. This research was conducted at SMK 27 Jakarta Industrial partners Data collecting was conducted in July-November 2007 from 20 industrial partners who were randomly selected. Executives of these industrial partners were interviewed and the result indicated that: (1) Majority of industrial partners executives were in favor of the apprentice program (2) Their support materialized in: making apprentice program a permanent one in their company, conducting apprentice program in 5 batches each year to accommodate more students, actively inform schools of such apprentice opportunities (3) apprentice programs in those industrial partners have been performing well as indicated by: student placement by their expertise, supervisory and guidance from assigned officer where the apprentice took place, allowing school to monitor the implementation of industrial apprenticeship and allowing apprentice students to work by themselves, evaluation and certificates issued by company at the end of apprenticeship.

    Key words: link and match, dual system, and apprentice

    Penelitian dan Pengabdian Masyarakat pada Perguruan Tinggi

    Idris HM Noor Puslitjaknov Balitbang Kemdiknas. Email: [email protected]

    Abstrak: Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui implementasi kebijakan dan pelaksanaan program penelitian dan pengabdian masyarakat pada perguruan tinggi (PT). Metode penelitian adalah metode campuran kuantitatif dan kualitatif dengan teknik analisis deskriptif. Sampel penelitian berjumlah 160 responden yang diambil secara purposive yaitu ketua/anggota lembaga penelitian dan pengabdian masyarakat di

  • 25

    perguruan tinggi Negeri (PTN) dan perguruan tinggi Swasta (PTS). Penelitian dilaksanakan selama 7 bulan mulai bulan April sampai bulan Oktober 2008 di 6 provinsi yaitu provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), provinsi Bali, provinsi Daerah Khusus Yogyakarta (DIY), provinsi Jawa Barat, provinsi Sumatera Barat, dan provinsi Sumatera Utara. Alat dan teknik pengumpulan data adalah pedoman studi dokumentasi, kuesioner, wawancara, dan focus group discussion (FGD). Data primer adalah nara sumber di PT, sedangkan data sekunder adalah dokumen mengenai peraturan perundang-undangan dan penelitian-penelitian terkait sebelumnya. Hasil penelitian adalah: 1) kebijakan program penelitian dan pengabdian masyarakat di PT berdasarkan kebijakan umum Direktorat Pendidikan Tinggi, Depdiknas; 2) implementasi kebijakan dalam meningkatkan kualitas pendidikan tinggi masih ada kendala antara lain lembaga penelitian dan pengabdian masyarakat masih terpisah, sosialisasi P2M masih kurang, dan kemampuan metodologi penelitian dosen masih rendah 3) hasil-hasil penelitian yang dilaksanakan oleh PTN/PTS dapat dimanfaatkan untuk pengembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan. Namun masih sedikit yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan jumlah materi ajar, publikasi nasional/internasional, dan perolehan hak paten; dan 4) kegiatan pengabdian masyarakat belum berdasarkan hasil penelitian.

    Kata kunci: Penelitian, pengabdian masyarakat, analisis kebijakan, ilmu pengetahuan, materi ajar

    Abstract: The objectives of the research is to know the implementation of policy and implementation of the research program and the public service at Higher Education (HE). The research method is the mixed of quantitative and qualitative methods with a descriptive analysis. Sample of the research is 160 repondents taken purposively of head and members of the research and public service institutions at public and private of HE. The research was conducted for 7 months from April to October 2008 at six provinces: West Nusa Tenggara province, Bali province, Special Yogyakarta province, West Java province, West Sumatera province, and South Sumatera province. Tools and the techniques of data collecting are using documentation study, questionnaires, inteview, and focus group discussion. Primary data is the information from the resource persons from HE while the secondary data is taken from the documents about the rules as well as the laws and the related research done by other people. The findings of the research are: 1) the policy of research program and the public service at HE is based on the general policy of the HE Directorate, Ministry of National Education; 2) the implementation of policy in improving quality of HE still has constraints such as the institutions of research and public service are still separate, the socialization of programs of public service is still low, and most lecturers at HE are stil lack of having research methodolgy; 3) the research findings of both public and private HE can be implemented to develop and improve science. However, there has a few of the research findings that can be used for improving teaching and learning materials for higher education, very few of national as well international publications, and very few of having patent rights; and 4) the activities in public service are not based on the findings of the research yet.

    Key words: research, public service, policy analysis, science, learning materials

  • 26

    Kegiatan Sains dalam Kurikulum TK untuk Mengembangkan

    Kreativitas Anak Didik

    Sumiyati Pusat Kurikulum, Balitbang Kemdiknas

    Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui gambaran tentang kreativitas anak didik dalam kegiatan sains dengan pendekatan Kontekstual pada TK; 2) mengetahui gambaran tentang kreativitas anak didik dalam kegiatan sains dengan pendekatan konvensional yang diterapkan guru pada TK; 3) mengetahui perbedaan antara kreativitas anak didik yang diajar menggunakan pendekatan kontekstual dengan kreativitas anak didik yang diajar menggunakan pendekatan konvensional pada kegiatan sains di TK. Data dianalisis dengan analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial; Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Kreativitas anak didik TK; dalam kegiatan sains yang diajar dengan pendekatan kontekstual mempunyai skor rata-rata lebih tinggi dari pada yang diajar dengan pendekatan konvensional; 2) Dari hasil penelitian dengan pendekatan kontekstual diketahui anak didik yang mempunyai skor di atas skor rata-rata lebih banyak dari pada yang memiliki skor dibawah skor ratarata, dan hasil penelitian dengan pendekatan konvensional diketahui anak didik yang mempunyai skor diatas skor rata-rata juga lebih banyak dari pada anak didik yang memiliki skor di bawah skor rata-rata; 3) Anak didik yang memperoleh skor di atas rata-rata pada pendekatan kontekstual lebih banyak dibanding anak didik yang memperoleh skor di atas rata-rata pada pendekatan konvensional;

    Kata kunci: kegiatan sains, kurikulum TK, kreativitas anak, pendekatan pembelajaran konseptual, dan pendekatan pembelajaran konvensional.

    Abstract: The purposes of this research are: 1) to get the picture of students creativity in science activity by implementing contextual approach to kindergartens students; 2) to get the picture of students creativity in science activity by implementing conventional approach to kindergartens students; 3) to know the different of kindergartens students creativity between the students taught by implementing contextual approach and the other ones taught by implementing conventional approach in science activity. Data are analyzed with the descriptive and inferential statistics; The result of this research shows that 1) In the science activity, the creativity of kindergartens students; taught by implementing contextual approach having a higher average point to the ones taught by implementing the conventional approach; 2) In contextual approach teaching, the number of students having higher point than the average point are higher to the ones having lower point than the average point. The same result is obtained in conventional approach teaching as well; 3) The number of students having higher point than the average point in contextual approach teaching are higher to the ones in conventional approach teaching.

    Key words: Science Activity, Kindergarten Curriculum, Student s Creativity, contextual approach, and conventional approach

  • 27

    Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Inggris

    Mutiara O. Panjaitan

    Pusat Kurikulum, Balitbang Kemdiknas

    Abstrak: Proses pembelajaran bahasa Inggris dikemas untuk mengembangkan kemampuan peserta didik menggunakan bahasa Inggri dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan pembelajaran dan penilaian merupakan proses terpadu, artinya penilaian dilakukan ketika kegiatan pembelajaran berlangsung. Berdasarkan kajian pada dokumen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), bahwa pada umumnya kegiatan penilaian mata pelajaran Bahasa Inggris dirancang sebagai komponen lepas dari kegiatan pembelajaran dan terkesan formal. Di samping itu, kemampuan guru merancang tugas-tugas penilaian juga beragam yang berdampak pada kualitas hasil belajar peserta didik. Memperhatikan kondisi ini, dipandang perlu untuk mengembangkan model penilaian mata pelajaran Bahasa Inggris yang dapat dijadikan acuan bagi guru untuk mengembangkan kurikulum sekolah. Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulis. Kompetensi berkomunikasi merupakan kemampuan seseorang untuk berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis dalam berkomunikasi. Untuk dapat berkomunikasi diperlukan seperangkat kompetensi lainnya: tindak bahasa, kebahasaan, pembentuk wacana, sosio kulural, dan strategi. Kompetensi-kompetensi tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan saling mendukung yang diwujudkan dalam keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.

    Kata kunci: penilaian, kompetensi, berwacana, komunikatif, bahasa kurikulum, pembelajaran, dan teks

    Abstract: The learning process of English subject is designed in line with the way English is used in society in everyday life. Teaching learning activity and assessment are integrated process. It means that assessment executed while learning activity is going on. Based on the investigation on school curriculum it is that learning activity and assessment were designed as separate components and in formal way. The task of assessment does not depict the real word. Besides, teachers ability in designing assessment is various that will influence quality of output. Based on this situation it is needed to develop a model of assessment on English subject that could be used as a reference for teacher and stakeholders when developing school curriculum. Language is a tool for communication orally and written. Communication competence or discourse competence is a competence to communicate orally and written as well in certain communication event. Communicative competence needs a set of competencies i.e. actional competence, linguistic competence, discourse competence, sociocultural competence, and strategic competence. These competencies could not be separated and support each other which are realized through four language skills, i.e. listening, speaking, reading, and writing.Teachers are encourage to teach language using the four language skills in an integrated manner.

    Key words: assessment, competence, discourse, coomunicative, language, curriculum, learning, and text

  • 28

    Pengaruh Kekohesifan, Gaya Kepemimpinan dan Budaya Kerja

    Terhadap Efektivitas Organisasi

    Bambang Dwidjo Kustoro Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta, E-mail: [email protected]

    Abstrak: Obyek penelitian adalah untuk meneliti pengaruh kekohesifan, gaya kepemimpinan, budaya kerja, daya saing terhadap efektivitas organisasi. Penelitian dilaksanakan pada perusahaan pengadaan alat-alat teknik pendidikan dengan mempergunakan metoda Path Analysis untuk membuktikan hipotese. Dilakukan pada 417 perusahaan yang diwakili oleh 120 sampel dan setiap sampel diwakili oleh direktur yang ditunjuk oleh perusahaan atau oleh pemilik perusahaan dalam menjawab instrumen penelitian berupa questioinaires. Penelitian membuktikan; terdapat pengaruh positif langsung kekohesifan terhadap budaya kerja, terdapat pengaruh langsung positif kekohesifan terhadap efektivitas organisasi, terdapat pengaruh positif langsung gaya kepemimpinan terhadap budaya kerja, terdapat pengaruh positif langsung gaya kepemimpinan terhadap efektivitas organisasi, terdapat pengaruh positif langsung budaya kerja terhadap efektivitas organisasi, terdapat pengaruh positif tidak langsung kekohesifan terhdap efektivitas organisasi melalui budaya kerja, terdapat pengaruh positif tidak langsung gaya kepeminpinan terhadap efektivitas organisasi. melalui budaya kerja. Hasil penelitian menjelaskan bahwa kekohesifan,gaya kepemimpinan dan budaya kerja adalah varian dari efektivitas organisasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa efektivitas organisasi dapat ditingkatkan dengan mengembangkan kekohesifan, gaya kepemimpinan dan budaya kerja.

    Kata kunci: penelitian, analisis jalur, kekohesifan, gaya kepemimpinan, budaya kerja, efektivitas organisasi, pengaruh langsung, dan pengaruh tidak langsung.

    Abstract: The research was conducted at educational tools companies to obtain with the effect of cohesiveness, leadership style and organizational culture on organizational effectiveness , by using a survey method with path analysis applied in testing hypothesis. The amount of 417 companies selected by simple random sampling with 120 samples and each sample was represented by its director or owner to fill the data. The research reveals that: 1) there is a direct positive effect of cohesiveness on organizational culture; 2) there is a direct positive effect of cohesiveness on organizational effectivenes; 3) there is a direct positive effect of leadership style on organizational culture; 4) there is a positive direct effect of leadership style on organizational effectivenes; and 5) there is a direct positive effect of organizational culture on organizational effectivenes. Due to this findings it could be drawn that 6) there is a indirect positive effect of cohesiveness on organizational effectivenes through organizational culture; and 7) there is an indirect positive effect of ledership style on organizational effectivenes through organizational culture.The result explain that the cohesiveness, leadership style, organizational culture are the variances of organizational effectivenes. Therefore, it implies that the organizational effectivenes can be improved by developing the cohesiveness, leadership style, organizational culture.

  • 29

    Key words: Research, Path Analysis, Cohessiveness, Leadership Style, .Organizational culture, Organizational effectiveness, Direct effect, and Indirect effect

    Kritik Sosial Terhadap Praktik Pendidikan dalam Film Laskar Pelangi

    Nanang Martono

    FISIP Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto email: [email protected]

    Abstrak: Artikel ini merupakan analisis mengenai kritik terhadap praktik pendidikan di Indonesia. Kritik ini lebih didasarkan pada alur cerita yang disampaikan dalam film Laskar Pelangi (LP). Artikel ini bertujuan untuk menganalisis esensi film LP yang dilihat melalui kaca mata sosiologi. Esensi film lebih difokuskan pada kritik sosial yang disampaikan melalui film ini. Secara teoritis, pendidikan memiliki dua fungsi yang saling bertentangan. Menurut perspektif fungsional, pendidikan berfungsi positif untuk mentransmisikan nilai-nilai antargenerasi. Sebaliknya, perspektif konflik menjelaskan bahwa pendidikan justru menyebabkan terjadinya ketimpangan sosial. Perspektif interaksionisme simbolik lebih melihat pada bagaimana aktor-aktor yang terlibat dalam proses pendidikan saling berhubungan. Beberapa kritik yang disampaikan di antaranya adalah mengenai proses pendidikan formal yang meninggalkan hakikat pendidikan itu sendiri, eksklusifitas fungsi sekolah, formalisasi pendidikan, ketidakmerataan akses pendidikan bagi masyarakat kelas bawah yang menyebabkan ketidaksetaraan sosial, otonomi pendidikan yang sepenuhnya belum otonom serta dikotomi sekolah favorit dan tidak favorit. Kondisi-kondisi inilah yang mewarnai dinamika pendidikan nasional sampai saat ini yang telah menyebabkan terjadinya ketidaksetaraan sosial.

    Kata Kunci: laskar pelangi, kritik sosial, pendidikan, dan ketidaksetaraan sosial.

    Abstract: This article is an analysis of the criticisms of the practice of education in Indonesia. This criticism is based on the storyline presented in the Laskar Pelangi (LP) movie. This article aims to analyze the essence of the LP movie seen through the sociologycal perspective. The essence of the film is more focused on social criticism conveyed through this film. Theoretically, education has two conflicting functions. According to the functional perspective, the positive function of education are transmit values across generations. Instead, the conflict perspective to explain that education actually leads to social inequality. More symbolic interactionism perspective see how the actors involved in the education process related to each other. Some of the criticism is delivered in between the formal education process that leaves the essence of education itself, the exclusivity of school functions, the formalization of education, inequality of access to education for lower-class society that cause social inequality, educational autonomy have not fully autonomous and the dichotomy of your favorite school and favorite. These conditions that characterize the dynamics of national education so far has led to social inequality.

    Key words: laskar pelangi, social criticism, education, and social inequality.

  • 30

    Pengembangan Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD): Peran Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga Dalam Pos PAUD

    J.M. Tedjawati

    Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan, Balitbang Kemdiknas

    Abstrak: Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi tentang: 1) penyelenggaraan Pos PAUD di lingkungan masyarakat; 2) peran PKK dalam penyelenggaraan Pos PAUD; dan 3) hambatan dan upaya yang dilakukan. Metodologi yang digunakan adalah penelitian kualitataif, dengan lingkup penelitian pelaksanaan program Pos PAUD dan peran PKK di Kabupaten Limapuluh Koto, Kabupaten Gorontalo, dan Kabupaten Gowa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Pelaksanaan Pos PAUD di tiga kabupaten sudah diselenggarakan berintegrasi dengan kegiatan Posyandu dan BKB; 2) PKK telah bekerjasama dengan Posyandu/Puskesmas dan BKB sesuai dengan harapan Direktorat PAUD dalam menumbuh kembangkan anak usia dini; dan 3) Hambatan yang ditemukan antara lain masih terbatasnya: (a) tenaga kader dan masih rendahnya pendidikan kader, (b) penguasaan ilmu pendidikan para kader, (c) dana untuk pembelian alat permainan (PAUD), (c) ruang untuk bermain, dan (d) evaluasi program PAUD. Upaya yang dilakukan antara lain dengan cara: 1) menggunakan tempat kegiatan secara bergiliran; 2) menggunakan alat bantu mengajar dengan bahan sederhana; dan 3) memberikan kesempatan pada kader PAUD untuk mengikuti pelatihan PAUD.

    Kata kunci: Program Pos PAUD dan PKK

    Abstract: The purpose of this research is to find informataion and data about: 1) Post implementation of the Post Early Childhood Education (Pos PAUD) in the community environment that includes characteristics of students, teachers, and administrators, the process of activities, evaluation and coaching; 2) PKK role in post implementation of the Post ECE; and 3) Obstacles and problems faced in the implementation of ECE services and attempt what can be done to overcome them. The methodology used is qualitative research, with the scope of this research is the implementation of ECE programs and the role of PKK Limapuluh Koto district, Gorontalo district, and Gowa district. The result showed that: 1) Post implementation of the region have implemented ECE integrated with IHC (Posyandu) and BKB activities; 2) the PKK has been carrying out its duties in cooperation with IHC (Posyandu)/ PHC (Puskesmas) and BKB, according to the ECE