ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN...

206
EVALUASI PERATURAN DAERAH NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN WAJIB BELAJAR MADRASAH DINIYAH DI KOTA CILEGON SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara Oleh Herdandi NIM.6661110443 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG, JANUARI 2016

Transcript of ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN...

Page 1: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

EVALUASI PERATURAN DAERAH NOMOR 1

TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN

WAJIB BELAJAR MADRASAH DINIYAH

DI KOTA CILEGON

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh

Herdandi

NIM.6661110443

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG, JANUARI 2016

Page 2: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

ABSTRAK

Herdandi . 6661110443. Evaluasi Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2008 Tentang

Penyelenggaraan Wajib Belajar Madrasah Diniyah Di Kota Cilegon. Program

Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Dosen

Pembimbing I: Titi Stiawati, S.Sos, M.Si. Dosen Pembimbing II: Listyaningsih,

S.Sos., M.Si.

Penyelenggaraan wajib belajar Madrasah Diniyah di Kota Cilegon merupakan

kebijakan inisiatif dari masyarakat, dalam pelaksanaanya kebijakan tersebut

belum berjalan dengan optimal karena banyaknya hambatan yang terjadi dan

terdapatnya dua acuan hukum yang berbeda. Tujuan penelitian ini untuk

mengetahui Evaluasi Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2008 Tentang

Penyelenggaraan Wajib Belajar Madrasah Diniyah Di Kota Cilegon. Penelitian ini

menggunakan teori Evaluasi Hanif Nurcholis (2007). Metode yang digunakan

adalah kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah

model Prasetya Irawan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan

penyelenggaran wajib belajar Madrasah Diniyah telah berjalan seiring dengan

munculnya Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2008 dan Peraturan Walikota

Nomor 44 Tahun 2011, akan tetapi kebijakan tersebut baru hanya sebatas pada

kewajiban belajar Madrasah Diniyah tetapi untuk kewajiban penggunaan

Syahadah Diniyah sebagai salah satu persyaratan pendaftaran sekolah SMP dan

MTs belum terlaksana dengan baik, yang hal ini disebabkan karena terdapatnya

dua Peraturan Walikota yang berbeda, dan tidak setaranya jumlah Madrasah

Diniyah dengan Sekolah Dasar serta tidak bertemunya satu pemahaman yang

sama antara LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon. Saran

yang dapat diberikan yaitu melakukan revisi kedua peraturan walikota tersebut

karena telah bertentangan dengan Perda Madrasah Diniyah, memperbanyak

gedung Madrasah Diniyah dan membangun sinergitas antara Ormas

LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon

Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan, LPPTKA/BKPRMI, Madrasah Diniyah

Page 3: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

ABSTRACT

Herdandi. 6661110443. Evaluation of Local Regulation Number. 1/ 2008 on the

Implementation of Compulsory Madrasah Diniyah In Cilegon City. Departement

of Public Administration. Faculty of Social and Political Science. The 1st advisor:

Titi Stiawati,S.Sos.,M.Si. 2nd

advisor :Listyaningsih, S.Sos., M.Si.

Implementation of compulsory Madrasah Diniyah in Cilegon City is an initiative

of the community, in the implementation of the policy has not run optimally

because of the many obstacles that occur and the presence of two different legal

reference. The purpose of this research to know Evaluation of Local Regulation

Number 1/2008 on the Implementation of Compulsory Madrasah Diniyah In

Cilegon City. This research using the theory Hanif Nurcholis Evaluation (2007).

The method used is a descriptive qualitative. Data collection techniques used is

interview, observation and documentation. Analysis of the data used is the model

Prasetya Irawan. The results show that the policy of organizing compulsory

Madrasah Diniyah has gone along with the advent of Local Regulation 1/2008

and Mayor Regulation 44/2011, but the policy is only new in terms of the

obligation to learn Madrasah Diniyah but to the obligation to use Syahadah

Diniyah as one of the registration requirements Junior High School has not done

well, that this was due to the presence of two distinct Mayor Regulation, and is

not equivalent amount Diniyah Madrasah with primary school, and no meeting a

common understanding between LPPTKA / BKPRMI with the Ministry of

Religious Cilegon. Advice can be given that the revision of two perwal because

contrary to Regulation Diniyah Madrasah, reproduce of building Madrasah

Diniyah and build synergy between community organization LPPTKA / BKPRMI

with the Ministry of Religious Cilegon

Keywords: Policy Evalution, LPPTKA/BKPRMI, Madrasah Diniyah

Page 4: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,
Page 5: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,
Page 6: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,
Page 7: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang

perempuan, dan menjadikan berbangsa-bangsa,dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal

mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antaramu disisi Allah ialah orang yang

paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha mengenal."(Q.S Al

Hujuraat: 13)

Bersabar, Berusaha, dan Bersyukur

#Bersabar dalam berusaha

#Berusaha dengan tekun dan pantang menyerah

#dan Bersyukur atas apa yang telah diperoleh

ياني صغيرا اللهم اغفرلي ولوالدي وارحمهماكمارب

Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada

terhingga kupersembahkan karya kecil ini kepada Emak dan Bapak yang

telah memberikan kasih sayang. Segala dukungan, do’a, dan cinta kasih

yang tiada terhingga serta kakak dan adikku dan tak lupa untuk semua

yang saya sayangi

Terima Kasih Emak..Terima Kasih Bapak...

Page 8: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

i

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Segala puji bagi Allah, Dzat Pemangaku langit dan bumi, Yang mengatur

seluruh makhluk-Nya. Yang mengutus para rasul sebagai pembawa petunjuk dan

menjelaskan syari’at agama dengan keterangan yang jelas dan bukti-bukti yang

nyata. Peneliti memohon tambahan karunia dan kemudahan-Nya yang telah

memberikan hidayah dan kelapangan ilmu ketika menempuh belajar di Program

Studi Ilmu Administrasi Negara FISIP Untirta. Sholawat beserta salam semoga

tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi suri teladan

yang baik (uswatun hasanah) bagi seluruh manusia dan menjadi pembimbing bagi

orang-orang yang mencari petujuk-Nya

Skripsi ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat dalam melakukan

penelitian tugas akhir Strata 1 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dengan judul

penelitian “Evaluasi Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2008 Tentang

Penyelenggaran Wajib Belajar Madrasah Diniyah Kota Cilegon”.

Dalam penyusunan tugas ini tentunya tidak lepas dari bantuan banyak pihak

yang selalu mendukung peneliti baik secara moril maupun materil. Untuk itu,

peneliti sampaikan rasa terima kasih kepada :

Page 9: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

ii

1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan

Ageng Tirtaysa;

2. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;

3. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos. M.Si., Wakil Dekan I Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, juga

sebagai dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan bimbingan,

arahan dan motivasi selama proses perkuliahan dan menganjurkan peneliti

untuk lulus tahun ini

4. Ibu Mia Dwianna W, M.I.Kom., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;

5. Bapak Gandung Ismanto, S.Sos, MM., Wakil Dekan III Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;

6. Ibu Rahmawati, S.Sos, M.Si., Ketua Program Studi Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa;

7. Ibu Ipah Ema Jumiati, S.IP, M.Si., Sekretaris Program Studi Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sultan Ageng Tirtayasa;

8. Ibu Titi Stiawati, S.Sos, M.Si., Dosen pembimbing I Skripsi. Terima kasih

atas bimbingan dan motivasi yang telah diberikan baik selama proses

penyusunan skripsi maupun selama proses perkuliahan;

Page 10: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

iii

9. Ibu Listyaningsih, M.Si., Dosen pembimbing II Skripsi. Terima kasih atas

bimbingan dan motivasi yang telah diberikan baik selama proses

penyusunan Skripsi maupun selama proses perkuliahan;

10. Semua dosen dan staf Program Studi ilmu Administrasi Negara Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa,

terima kasih atas bimbingan dan bantuanya selama proses perkuliahan;

11. Para narasumber penelitian ini, Bapak Drs. H. Muchtar Gozali Kepala

Dinas Pendidikan Kota Cilegon, Bapak Suhendi, MM. Kabid Dikmen

Dinas Pendidikan Kota Cilegon, Bapak H. Ubik Baehaqi, M.Si Kepala

Kantor Kementrian Agama Kota Cilegon, Bapak H. Abu Nashor, M.Si

Kepala Seksi Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam Kementrian

Agama Kota Cilegon, Ibu Hj. Titim Fatimah, M.Si Kepala Pendidikan

Madrasah Kementrian Agama Kota Cilegon, Bapak H. Muhyi, terkhusus

kepada Bapak Bayu Panatagama, MM, Direktur LPPTKA/BKPRMI Kota

Cilegon, yang telah memberikan waktu luang dan diskusi yang hangat di

Kantor Kesbanglingmas Kota Cilegon, Bapak Muizudin, M.Ag, guru

peneliti ketika menempuh studi di MAN Pulomerak terimakasih atas

masukan dan data-data yang peneliti perlukan, Bapak Mahruri, S.Pd.I,

Ketua FKDT Kota Cilegon, pengurus FKDT Kota Cilegon, Bapak

Supriyadi, S.Pd.I., Pengajar MDTA Daarul Muta’alimin, selain sebagai

guru beliau juga sahabat dan teman diskusi peneliti tentang berbagai

permasalahan baik masalah agama dan penelitian Madrasah Diniyah di

Pondok Pesantren Daarul Muta’alimin, Cilegon; tak lupa pula kepada

Page 11: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

iv

bapak Sabililah, Ibu Ruenah, Ibu Sukesih, Bapak Jahidi, dan Bapak

Baehaqi yang telah bersedia menjadi narasumber;

12. Ustad Abah Ahmad Nasruddin, S.Ag., dan Umi Oom Romlah,

S.Pd.,(semoga Allah meridhai keduanya), Pengasuh Pondok Pesantren

Daarul Muta’alimin, salam takzim dan hormat peneliti bagi beliau, selain

sebagai guru juga sebagai orang tua peneliti yang selalu memberikan

wejangan-wejangan kebajikan, ilmu agama dan petuah-petuah yang mulia

selama di Ponpes Daarul Muta’alimin. Terima kasih Abah dan Umi atas

keikhlasan dan keridhoan ilmu yang murid dapat ketika nyantri, mohon

maaf santrimu yang bodoh ini belum bisa berbakti dan mengabdi dengan

tulus ikhlas.

13. Bapak Suhardi dan Ibu Hastuti (semoga Allah Merahmati keduanya),

kedua orang tua peneliti, salam takzim dan hormat yang mendalam

peneliti sampaikan, terima kasih emak bapak yang telah berjuang dengan

tetesan air mata dan keringat demi tercapainya cita-cita putramu ini, terima

kasih atas doa-doa yang engkau panjatkan setiap malam. Emak Bapak

yakinlah semua itu tidak sia-sia ketika berusaha dan berserah diri kepada

Allah SWT, maafkan putramu ini belum bisa membahagiakanmu, doakan

kami agar menjadi anak-anak yang sholeh-sholehah, sukses, bahagia dunia

akhirat dan dapat membahagikan emak dan bapak

14. Bapak Suparman, S.Pd.I., paman, dan teman diskusi yang menyenangkan,

selalu memberikan motivasi, saran, masukan juga telah banyak

Page 12: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

v

memberikan bantuan moril maupun meteril kepada peneliti ketika sedang

menempuh studi Ilmu Administrasi Negara FISIP UNTIRTA

15. Kakaku tercinta Susilawati, S.Pd.I., dan adiku Ahmad Rifadi yang sedang

belajar di Pesantren, semoga Allah merahmati kita semua dan menjadikan

kita sebagai anak yang sholeh dan sholehah, berbakti kepada orang tua,

Nusa dan Bangsa. Amin

16. Teman-teman seperjuangan, para santriwan dan santriwati Ponpes Daarul

Muta’alimin, yang telah memberikan warna dan mengisi hari-hari peneliti

di Pesantren, teruslah kalian belajar dan bermimpi karena Tuhan akan

memeluk mimpi-mimpi kalian, jangan patah semangat dan tetap tawakal

kepada Allah karena itu akan menguatkan jiwa kalian

17. Teman-teman kelas ANE C Reguler, terima kasih telah menjadi teman

belajar yang baik bagi peneliti, juga kepada Alek, Bang Adi, Budi, Bang

Katno, Bang Hendrik, Bang Nayef, Raidhil, Andani, Ressa, Hendar,

Cahyo, Mursi, Besar, Azil, Aida NP, Rohiyat, Fani, Sirojus, Ika H, Dewi

Sulastri, Arditia Resna, Iman Haerudin, dan teman-teman yang lain yang

tidak bisa saya sebutkan satu persatu

18. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Persip,

Forum Silaturahim Mahasiswa Islam (FosMaI) FISIP 2011, DPM FISIP

2013, UKM TRAS, PKMI GEMPITA, dan Geger Pemuda, dari sanalah

peneliti belajar tentang organisasi, bergelut dengan berbagai pemikiran,

tempat diskusi dan belajar menjadi peneliti.

Page 13: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

vi

19. Kawan kawan Pengmas ILP2MI (Ikatan Lembaga Penelitian dan

Penalaran Mahasiswa Indonesia) di Pulau Panjang, Bang Apri UNP, bang

Dika UNP, Mas Rizky UNJ, Mas Karis UM Puroworejo, Mba Mas

UNDIP, mba Mekar UNS, Mas Hudi Unnes, Mas Raka UNEJ, Mas Aslam

UGM, Mba Aya UNTAN, Mas Malik Unismuh Makasar dan semuanya

peserta Pengmas Realita IV Pulau Panjang, Banten, terimakasih telah

datang dan mengujungi Banten;

20. Dan kepada semua pihak yang telah membantu dan terlibat baik secara

langsung maupun tidak dalam penyusunan skripsi perda Madrasah

Diniyah

Dalam penyusunan skripsi ini tentunya banyak kekurangan, baik dari

segi penulisan maupun metodologinya, besar harapan peneliti kepada para

pembaca yang budiman untuk memberikan saran,masukan dan kritik yang

membangun bagi kesempurnaan penelitian ini. Semoga penelitian ini bermanfaat

bagi kita semua terutama bagi perkembangan Ilmu Administrasi Negara. Amin.

Hanya kepada Allah-lah peneliti menyandarkan diri, dan kepada-Nya pula peneliti

berserah diri. Bagi-Nya segala puji dan hanya dengan kehendak-Nya kita

mendapat petunjuk dan dan perlindungan

Billahi Taufiq wal Hidayah Wassalamu ‘alaikum Wr.Wb.

Cilegon, Januari 2016

Peneliti

Page 14: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

ABSTRAK

ABSTRACT

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

LEMBAR PERSETUJUAN

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ........i

DAFTAR ISI..........................................................................................................vii

DAFTAR TABEL....................................................................................................x

DAFTAR GRAFIK.................................................................................................xi

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xii

DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xiii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah.........................................................................1

1.2 Identifikasi Masalah..............................................................................19

1.3 Batasan Masalah....................................................................................19

1.4 Rumusan Masalah......................................................................... ........20

1.5 Tujuan Penelitian...................................................................................20

1.6 Manfaat Penelitian.................................................................................20

1.7 Sistematika Penelitian............................................................................22

Page 15: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

viii

BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI

DASAR PENELITIAN

2.1 Deskrpisi Teori.......................................................................................24

2.1.1 Pengertian Kebijakan.................................................................24

2.1.2 Kebijakan Publik .......................................................................27

2.1.3 Implementasi Kebijakan Publik.................................................34

2.1.4 Evaluasi Kebijakan Publik.........................................................36

2.1.5 Metode Evaluasi Kebijakan.......................................................41

2.1.6 Fungsi Evaluasi..........................................................................49

2.1.7 Konsep Madrasah.....................................................................50

2.1.8 Madrasah Diniyah......................................................................51

2.1.9 Klasifikasi Madrasah Diniyah...................................................54

2.2 Deskripsi Kebijakan..............................................................................54

2.2.1 Deskripsi Kebijakan Pendidikan................................................54

2.2.2 Deskripsi Peraturan Daerah Kota Cilgon...................................58

2.3 Penelitian Terdahulu.............................................................................59

2.4 Kerangka Berpikir ................................................................................62

2.5 Asumsi Dasar.........................................................................................65

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian .......................................................66

3.2 Fokus Penelitian....................................................................................68

3.3 Lokasi Penelitian..................................................................................68

3.4 Variabel Penelitian................................................................................68

Page 16: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

ix

3.4.1 Definisi Konseptual...................................................................68

3.4.2 Definisi Operasional..................................................................69

3.5 Instrumen Penelitian...................................................................................70

3.6 Penetuan Informan ....................................................................................74

3.7 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data....................................................76

3.8 Pengujian Data dan Keabsahan Data........................................................82

3.9 Jadwal Penelitian .......................................................................................83

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian....................................................................84

4.1.1 Profil Kota Cilegon.......................................................................84

4.1.2 Profil Kementrian Agama Kota Cilegon .....................................88

4.1.3 Penyelenggaraan Wajib Belajar Madrasah Diniyah di Kota

........................................................................

4.2 Deskripsi Data......................................................................................100

4.2.1 Daftar Informan Penelitian...........................................................100

4.2.2 Deskripsi Data Penelitian..............................................................102

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian......................................................................102

4.3.1 Dimensi Input................................................................................102

4.3.2 Dimensi Proses...............................................................................118

4.3.3 Dimensi Outputs............................................................................140

4.3.4 Dimensi Outcomes.........................................................................144

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian..................................................................154

BAB V PENUTUP

Cilegon........................................................................................97

Page 17: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

x

5.1 Kesimpulan...........................................................................................179

5.2 Saran ....................................................................................................180

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................xiv

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

Page 18: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

x

DAFTAR TABEL

Halaman

1.1 Jumlah MTs, dan SMP serta Jumlah Murid dan Guru SMP dan MTs

Menurut Kecamatan di Kota Cilegon Tahun Ajaran

2013/2014..............................................................................................

13

1.2 Perbandingan Jumlah Madrasah Diniyah dan Sekolah Dasar

Beserta Murid, dan Guru Menurut Kecamatan di Kota Cilegon,

2013/2014..............................................................................................

14

2.1 Kriteria Evaluasi menurut Dunn........................................................... 45

3.1 Daftar Informan Penelitian................................................................... 75

3.2 Pedoman Wawancara .......................................................................... 78

3.3 Rencana Penelitian.............................................................................. 83

4.1 Perbandingan Jumlah Madrasah Diniyah dan Sekolah Dasar Beserta

Murid,dan Guru Menurut Kecamatan di Kota Cilegon,

2013/2014.....................................................................................

126

4.2 Ilustarasi Jenjang Pendidikan.............................................................. 130

Page 19: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

xi

DAFTAR GRAFIK

Halaman

4. 1 Perkembangan Jumlah Madrasah Diniyah.......................................177

Page 20: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Kerangka Berpikir...........................................................................................64

3.1 Proses Analisis Data.............................................................................................81

4.1 Peta Kota Cilegon................................................................................................88

4.2 Struktur Kementrian Agama Kota Cilegon...........................................................97

4.3 Bangunan Madrasah MDTA Daarul Muta’alimn.........................................113

4.4 Direktur LPPTKA/BKPRMI Bayu Pantagama sedang membuka dokumen

dokumen-dokumen........................................................................................137

Page 21: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 1 tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan

Wajib Belajar Madrasah Diniyah Kota Cilegon

Peraturan Walikota Cilegon Nomor 44 tahun 2011 Tentang Wajib Belajar

Pendidikan Diniyah di Kota Cilegon

Peraturan Walikota Nomor 25 tahun 2014 Tentang Perubahan Peratuaran

Walikota Nomor 44 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Wajib Belajar

Pendidikan Diniyah di Kota Cilegon

Surat ijin Penelitian

Pedoman Wawancara

Membercheck

Transkip Data

Koding data

Kategorisasi Data

Lembar Bimbingan

Dokumentasi Lapangan

Riwayat Hidup

Page 22: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kebijakan mengenai pendidikan merupakan kebijakan yang ditujukan

untuk mencapai tujuan pembangunan bangsa dibidang pendidikan, karena salah

satu tujuan pembangunan bangsa adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

Mencerdasakan kehidupan bangsa tersebut hendaknya terus-menerus untuk

dibangun sehingga akhirnya akan mencapai tujuan yang diharapkan yaitu

kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia.

Kesejahteraan ini dapat terwujud manakala manusia yang menjadi warga

negara mempunyai tingkat kecerdasan yang memadai, untuk dapat menguasai dan

mempraktekkan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki. Agar ilmu yang dimiliki

dapat bermanfaat baik bagi dirinya maupun orang lain. Dengan kemampuan

keilmuan itulah diharapkan manusia mampu menghadapi, menyelesaikan

persoalan kehidupan - yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, rasional

dan bertanggungjawab. Hanya saja tingkat kecerdasan tersebut juga harus

memperhatikan nilai-nilai moral, baik nilai moral keagamaan maupun nilai moral

yang telah diyakini kebenarannya oleh masyarakat

Usaha pemerintah dalam membangun pelayanan pendidikan memang

terlihat melalui langkah-langkah penyiapan dan penyesuaian perangkat peraturan

dan perundang-undangannya. Langkah-langkah ini seiring dengan perubahan

1

Page 23: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

2

tatanan politik pemerintahan, hal ini ditandai dengan disyahkannya undang-

undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.

Dalam era otonomi, sebenarnya terbuka peluang besar untuk membangun

dunia pendidikan di daerah menjadi lebih berkualitas. Hal ini terjadi karena

Bupati/Walikota memiliki kewenangan yang penuh dalam menentukan kualitas

pendidikan sesuai dengan konteks daerahnya. Jadi dalam era otonomi, kualitas

pendidikan untuk masa yang akan datang lebih banyak tergantung pada komitmen

daerah untuk merumuskan visi dan misi di daerahnya masing-masing. Jika daerah

cukup visioner, pengembangan sektor pendidikan akan memiliki peluang yang

besar untuk dapat memenuhi standar kualitas sesuai dengan harapan para

stakeholders.

Manakala pemerintah daerah memiliki political will yang kuat dan

kemudian disertai dengan kebijakan dan sistem perencanaan yang

mengedepankan arti penting pendidikan sebagai upaya human investment di

daerah, dapat dipastikan pendidikan di daerah itu akan memiliki praksis yang

baik, dan kualitas pendidikan akan dapat ditegakkan.

Namun sebaliknya, manakala pemerintah daerah memandang pendidikan

tidak penting, sehingga visi dan misi pendidikan di daerah itu tidak dirumuskan

secara jelas dalam sistem perencanaan yang baik, maka kemungkinan besar tidak

dapat diderivasikan menjadi praksis pendidikan yang solid. Jika hal ini terjadi,

praksis pendidikan akan berjalan secara tidak profesional. Akhirnya, setiap

berbicara visi dan misi pada satuan pendidikan berubah menjadi sesuatu yang

dipandang terlalu mewah.

Page 24: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

3

Kondisi seperti ini akan mendorong para praktisi pendidikan di daerah

kehilangan arah dalam menjalankan fungsinya secara profesional. Oleh karena itu,

di era otonomi pendidikan dewasa ini merupakan saat yang menentukan

membangun budaya tatakelola pendidikan di daerah melalui pengembangan

sistem perencanaan pendidikan yang efektif.

Pendidikan nasional diselenggarakan bertujuan untuk meningkatkan

keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia peserta didik seperti dinyatakan

dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, pada Pasal 31, ayat (3)

bahwa:”Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan

nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha

Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang

diatur dengan undang-undang”.

Untuk melaksanakan amanat itu, pemerintah telah menetapkan suatu

kebijakan nasional bidang pendidikan dengan memberlakukan Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional sebagai pelaksanaan

dari Undang-Undang Dasar. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional dalam

Pasal 3 menyebutkan bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Page 25: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

4

Sebelumnya, Pemerintah Orde baru menetapkan kebijakan publik dibidang

pendidikan berupa undang-undang nomor 2 tahun 1989 Tentang Sistem

pendidikan Nasional. Kebijakan ini ditetapkan pada saat kebijakan publik tentang

penyelenggaraan pembangunan menganut pola yang cenderung sentralistik, yaitu

melalui Undang-undang nomor 5 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan

di Daerah.

UU ini menyebutkan bahwa negara kesatuan RI dibagi kedalam daerah-

daerah otonom diselenggarakan melalui tiga pelaksanaan asas yaitu, asas

desentralisasi, asas dekonsentrasi dan asa pembantuan. Pasal 2 UU tersebut

menetapkan bahwa titik berat otonomi daerah diletakkan pada daerah tingkat II

yang pelaksanaannya diatur dengan peraturan pemerintah (PP). Adapun tujuan

daripada otonomi kepada daerah adalah untuk memungkinkan daerah yang

bersangkutan bisa mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.

Undang-undang nomor 5 tahun 1974 tentang Pemerintahan di Daerah,

menurut hemat penulis aturan ini cenderung bersifat sentralistik daripada

desentralistik, kemudian muncul kebijakan baru yaitu Undang-undang nomor 22

tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah. Dalam UU nomor 22 tahun 1999

mengubah pola pembangunan dari sentralistik menjadi desentralistik, dengan

memberikan kekuasaan otonom secara luas kepada pemerintah Kabupaten dan

Kota.

Efek samping dari pada kekuasaan otonomi yang sangat luas kepada

daerah, pada prakteknya mengakibatkan sedikit terhambatnya proses

Page 26: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

5

desentralisasi pembangunan dan pelayanan publik, juga pemerintah daerah

berpeluang untuk melakukan desentralisasi kekuasaan pada elit-elit politik daerah.

Salah satu pesan UU nomor 22 tahun 1999 adalah bahwa daerah

mempunyai kewajiban menangani pendidikan yang rambu-rambunya telah

dijabarkan dalam Peraturan pemerintah nomor 25 tahun 2000 tentang

Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom.

Persoalan mendasar dalam desentralisasi pengelolaan pendidikan adalah

apa yang seharusnya dilakukan, oleh siapa hal itu dilakukan, dengan cara

bagaimana dan mengapa demikian. Dengan semangat pemberian kesempatan

otonomi kepada daerah khususnya Kabupaten dan Kota, dan tetap terjaminnya

kepentingan nasional yang paling esensial.

Disadari betul bahwa kewenangan dan kekuasaan saja belumlah cukup,

dibutuhkan kemampuan daerah untuk mengimplementasikan otonomi daerah.

Kemampuan ini bisa diuraikan menjadi sangat luas, mencakup keharusan

memiliki wawasan yang mumpuni, kualitas sumber daya manusia, kapasitas

kelembagaan serta kemampuan menggali dan mengelola pembiayaan.

Dengan demikian melalui pengelolaan yang desentralistik, diharapkan

pendidikan dapat dilaksanakan dengan lebih baik, bermanfaat bagi daerah dan

juga bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Tentunya dengan desentralisasi

tersebut tidak dikehendaki terjadinya kemunduran dalam pendidikan dan tidak

juga justru melemahkan semangat integrasi nasional

Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

pada pasal; 50, 51 dan 52 secara khusus mengatur tentang pengelolaan pendidikan

Page 27: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

6

tingkat pusat dan daerah, yang menyatakan bahwa sifat desentralistik dari

penyelenggaraan pembangunan pendidikan nasional. Di dalamnya memberikan

panduan mengenai mekanisme desentralisasi penyelenggaraan pendidikan

nasional yaitu antara lain siapa yang bertanggung jawab dalam pengelolaan sistem

pendidikan nasional, bagaimana standar nasional pendidikan, siapa yang

bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan dasar, menengah dan

pendidikan tinggi dan sebagainya

Kebijakan pemerintah terhadap pendidikan Islam di Indonesia, secara

legalitas-normatif tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007

tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan. Berdasarkan peraturan

pemerintah tersebut, pendidikan Diniyah dapat dikategorikan ke dalam

pendidikan Diniyah formal dan pendidikan Diniyah nonformal. Pendidikan

Diniyah formal menyelenggarakan pendidikan ilmu-ilmu yang bersumber dari

ajaran agama Islam pada jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar,

pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Pendidikan Islam yang bersifat nonformal dalam bentuk Madrasah Diniyah

pada dasarnya merupakan lembaga pendidikan pertama dan tertua di Indonesia.

Madrasah Diniyah telah beraktivitas sebelum masa penjajahan hingga bangsa ini

merdeka sampai sekarang. Lembaga ini telah berjasa mencerdaskan anak-anak

bangsa yang kurang mampu. Namun begitu, keberadaan pendidikan Madrasah

Diniyah hingga saat ini belum dapat memenuhi harapan masyarakat, karena

penyelenggaraannya belum kondusif.

Page 28: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

7

Pencitraan terhadap lembaga pendidikan Islam yang kumuh, tenaga

pendidiknya tidak berkualifikasi serta manajemennya semrawut masih belum

sirna dalam pikiran masyarakat. Hal ini memberi kesan negatif sehingga lembaga

ini tidak dilirik masyarakat sebagai tujuan utama pendidikan bagi anaknya.

Pada masa otonomi daerah, peran Kementrian Agama, selanjutnya disebut

Kemenag secara fungsional tetap mempunyai tanggung jawab yang penuh

terhadap keberadaan, pembinaan dan pengembangan pendidikan Islam dari pusat

sampai daerah. Namun demikian, Kemenag sebagai instansi vertikal akan

mengalami hambatan struktural dalam memberikan bantuan dan pengawasan

terhadap pendidikan agama terhadap lembaga pendidikan Madrasah Diniyah di

daerah.

Kemenag merupakan lembaga yang tidak diotonomikan oleh pemerintah,

dan lembaga pendidikan yang berada di bawah Kemenag masih berisfat

sentralistik dan terpusat tidak seperti pendidikan umum dibawah Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan yang sudah terdesentralisasi semenjak otonomi

daerah digulirkan.

Kendala ini yang mengakibatkan keberadaan pendidikan Diniyah di Kota

Cilegon perlu mendapat perhatian yang sama dengan pendidikan formal.

Pendidikan Islam yang dilaksanakan melalui pendidikan jalur nonformal seperti

Madrasah Diniyah Takmiliyah ini banyak mengalami hambatan sehingga tidak

dapat berkembang sesuai dengan harapan masyarakat. Demikian juga pihak

pemerintah dan pemerintah daerah di masa otonomi daerah ini menunjukan

kurang perhatian terhadap pendidikan Islam. Alasan inilah salah satunya yang

Page 29: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

8

menjadi pemicu munculnya gerakan Wajib Belajar Madrasah Diniyah di Kota

Cilegon

Alasan lain tentang adanya Peraturan Daerah Wajib Belajar Madrasah Diniyah

di Kota Cilegon ialah terjadinya krisis nilai-nilai keagamaan khusunya agama

Islam bagi peserta didik di Kota Cilegon. Budaya Cilegon yang semula santri

mulai bergeser sedikit demi sedikit. Diantaranya terjadi pergeseran budaya

masyarakat dari religius kepada kehidupan yang hanya berorientasi matrealistis,

sehingga ada diantara masyarakat yang menganggap tidak penting terhadap

pendidikan keagamaan di Madrasah dan Madrasah Diniyah pun banyak

ditinggalkan oleh masyarakat.

Melihat fenomena ini terjadi dimasyarakat, lalu munculah kekhawatiran dari

para tokoh agama di Cilegon, hal ini jika dibiarkan maka tidak menutup

kemungkinan masyarakat Cilegon semakin jauh dari agama dan memiliki

pemahaman yang dangkal terhadap agamanya karena tidak lagi menyekolahkan

anaknya ke Madrasah

Kebijakan tentang pendidikan Madrasah Diniyah di Kota Cilegon terwujud

dengan terbitnya Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2008 tentang

Penyelenggaraan Wajib Belajar Madrasah Diniyah (selanjutnya disebut Perda),

dan Peraturan Walikota Nomor 44 Tahun 2011 tentang Penyelenggaran Wajib

Belajar Madrasah di Kota Cilegon yang kemudian direvisi dengan diterbitkanya

Peraturan Walikota Nomor 25 Tahun 2014 (selanjutnya disebut Perwal).

Berdasarkan pemikiran itulah Perda Diniyah diberlakukan sebagai terobosan

untuk menghadapi kendala dalam pengelolaan Madrasah Diniyah Takmiliyah.

Page 30: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

9

Kebijakan wajib belajar Madrasah Diniyah ini diperuntukkan bagi setiap

warga negara untuk menempuh jenjang pendidikan minimal atas tanggungjawab

Pemerintah Daerah. Lembaga pendidikan Madrasah Diniyah adalah satuan

pendidikan keagamaan pada jalur pendidikan nonformal yang menyelenggarakan

pendidikan Agama Islam tingkat dasar. Madrasah Diniyah berfungsi untuk

memenuhi masyarakat terhadap pendidikan Agama Islam bagi peserta didik yang

beragama Islam di Sekolah Umum. Selain itu juga untuk memberi bekal

kemampuan Agama Islam kepada peserta didik sebagai warga muslim supaya

beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia.

Wajib belajar Madrasah Diniyah diselenggarakan selama 4 (empat) tahun

yang wajib diikuti oleh setiap warga belajar berusia 6-12 tahun. Wajib belajar

Madrasah dijadikan sebagai persyaratan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang

pendidikan yang lebih tinggi yang dibuktikan dengan Surat Tanda Tamat Belajar

selanjutnya disebut Syahadah Madrasah Diniyah. Kebijakan tersebut dipihak satu

dapat memperkuat pendidikan Islam bagi masyarakat, namun dipihak lain

pemerintah daerah wajib menyiapkan sarana, prasarana, sumber daya guru dan

biaya pendidikan Diniyah.

Kepala sub Pendidkan Menengah (Kasub Dikmen) Dinas Pendidikan Kota

Cilegon, Suhendi, S.Pd, MM yang peneliti wawancarai pada tanggal 21 April

2015 Pukul 10.00, beliau mengatakan bahwa adanya perda Diniyah di bentuk ini

bukan bertujuan hanya sebagai syarat untuk masuk SMP dan MTs sederajat tetapi

untuk memberikan pemahaman kegamaan terhadap peserta didik pada tingkat

Page 31: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

10

sekolah dasar seperti membaca Al-Qur’an, pelajaran fiqih, hadis, akhlak, tauhid

dan ilmu keagamaan lainya, hal ini disebabkan karena siswa yang masuk SMP

adalah kebanyakan siswa sekolah umum (SD), oleh karenanya perlu diberikan

pelajaran agama mengingat Kota Cilegon adalah kota yang religius, yang kental

akan nilai-nilai keIslaman, masih menurut beliau kewajiban wajib belajar Diniyah

sudah berlaku sejak adanya perwal No. 44 Tahun 2011, akan tetapi pada

pelaksanaan syarat untuk masuk SMP/Mts dengan menggunakan Syahadah

Diniyah akan berlaku pada tahun ajaran baru 2015

Menurut Beliau, dalam masalah penerapan Diniyah yang belum terlaksana

ini disebabkan karena perda ini perlu banyak tahapan yang harus dilalui,

penyempurnaan perwal dan sebagainya seperti sosialisasi kemasyarakat dan

sekolah-sekolah yang ada di Kota Cilegon, serta masukan-masukan dari Dinas

Pendidikan, Kementrian Agama, Tokoh Masyarakat dan Lembaga Penelitian

Pendidikan Taman Kanak Al-Qur’an/Badan Koordinasi Pemuda Remaja Masjid

Indonesia (LPPTKA/BKPRMI) supaya nanti tidak ada yang di rugikan.

Berdasarkan observasi awal dengan melakukan wawancara dengan bapak

Muizuddin, M.Ag (pengurus Forum Komunikasi Madrasah Diniyah Takmiliyah

(FKDT) Kota Cilegon ), peneliti mengetahui bahwa pelaksanaan atau

implementasi Peraturan Daerah tersebut, dari awal perda inisiatif ini diusulkan

hingga diterbitkan, hambatan dan tantangan datang dari Lembaga Penelitian

Pendidikan Taman Kanak Al-Qur’an/Badan Koordinasi Pemuda Remaja Masjid

Indonesia Kota Cilegon selanjutnya di sebut LPPTKA/BKPRMI, lembaga

Page 32: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

11

tersebut bersikukuh, agar lembaga yang berada dibawah naungan yaitu Taman

Pendidikan Al-Qur’an (TPA) disamakan dengan Madrasah Diniyah atau MDTA

Bayu Panatagama sebagai Direktur LPPTKA/BKPRMI Kota Cilegon

seperti dilansir dalam Radar Banten (4 Juni 2007) menurutnya perda Diniyah

tidak sesuai dengan aturan hukum dan perundang-undangan. Antara lain bertolak

belakang dengan perda-perda yang sudah berlaku di Kota Cilegon yang

menguatkan tentang pendidikan, maupun Undang-Undang No. 22 Tahun 2003

pasal 9 (1) tentang perlindungan anak dan Undang-Undang No. 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), yang berisikan, pendidikan usia

dini dilaksanakan oleh siapapun baik secara formal dan non-formal.

Bayu Panatagama mengatakan, perda tersebut secara jelas, sudah melanggar

Undang-undang Sisdiknas Bab 3 pasal 4, tentang pendidikan yang harus

diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif

dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultur dan

kemajemukan bangsa. Beliau juga menangkap pada bab 11 pasal 22 Perda

tersebut seolah-olah menutup ruang gerak anak-anak yang masuk SMP.

Sedangkan jumlah SD lebih banyak daripada jumlah Madrasah Diniyah, sehingga

nantinya akan banyak anak-anak tidak bisa sekolah (Radar Banten edisi 4 Juni

2007)

Selanjutnya berdasar pada hasil kajian evaluasi yang dilakukan oleh unsur

Bappeda Kota Cilegon yamg disampaikan pada rapat di DPRD Kota Cilegon

tanggal 7 Oktober 2015, ditemukan permasalahan yang dialami dalam

impelementasi Wajib Belajar Madrasah Diniyah di Kota Cilegon, dalam hasil

Page 33: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

12

kajian Bappeda tersebut dapat diketahui dan disimpulkan bahwa implementasi

Perda Wajib Belajar Madrasah Diniyah tersebut masih belum berjalan dengan

baik hal ini dikarenakan banyaknya pasal dalam perda tersebut yang mempunyai

makna yang bias sehingga sulit untuk dimengerti seperti masalah jenjang

pendidikan, kaitan dengan TPA/TPQ, siswa asal daerah lain yang tidak

mempunyai ijazah (syahadah) Madrasah Diniyah, kurikulum, dan terget capain

implementasi yang banyak mengukur waktu.

Sedangkan temuan lapangan yang dilakukan oleh peneliti pada saat

observasi lapangan dengan melakukan wawancara dengan pihak para narasumber

menuturkan permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam implementasi perda

tersebut :

Pertama, Menurut Bapak Muizuddin, M.Ag (pengurus FKDT Kota

Cilegon), Perda Diniyah dalam capaian implementasinya belum terlaksana dengan

baik, dikarenakan pada saat proses pembentukanya hingga implementasinya

masih terdapat hambatan dari LPPTKA/BKPRMI Kota Cilegon yang berusaha

menjadikan lembaga yang berada dalam asuhanya disetarakan dengan Madrasah

Diniyah.

Selain itu pula, dalam implementasinya hanya sekolah yang berada

dinaungan Kemenag yang melaksanakan kewajiban menyerahkan syahadah

diniyah, sedangkan sekolah yang berada dinaungan Dinas Pendidikan yaitu

Sekolah Menengah Pertama (SMP) sampai saat ini belum melaksanakan amanat

perda tersebut, menurut Kepala Dinas Pendidikan Kota Cilegon Muchtar Gozali

Page 34: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

13

seperti dilansir di Radar Banten edisi 10 Agustus 2015 menyampaikan bahwa

apabila perda ini dilaksanakan maka khawatir masyarakat akan berbondong-

bondong ke Madrasah Diniyah dan TPA untuk meminta surat keterangan supaya

bisa masuk SMP. Berikut ini data MTs dan SMP Sekota Cilegon

Tabel 1.1

Jumlah MTs dan SMP serta Jumlah Murid,

dan Guru SMP dan MTs Menurut Kecamatan

di Kota Cilegon, 2013/2014

No Kecamatan MTs Murid Guru SMP Murid Guru

1 Ciwandan 11 1778 267 4 1737 111

2 Citangkil 8 1700 195 6 1066 78

3 Pulomerak 2 146 35 5 1809 119

4 Purwakarta 4 1198 112 4 2.020 100

5 Grogol 5 1482 170 2 869 59

6 Cilegon 2 625 69 3 1600 115

7 Jomblang 1 106 19 9 2273 173

8 Cibeber 6 1874 180 7 3263 198

JUMLAH 39 8.909 1047 40 14.637 953

(Sumber : Cilegon Dalam Angka, BPS, 2014)

Dari data diatas dapat diketahui bahwa jumlah Madrasah Tsanawiyah

berjumlah 39 Madrasah dengan jumlah murid 8.909, sedangkan jumlah SMP

sebanyak 40 sekolah dengan jumlah murid sebanyak 14.637, dengan demikian

dapat diketahui siswa yang tidak menggunakan syahadah diniyah sebanyak

jumlah siswa SMP yaitu 14.637 siswa.

Kedua, terdapatnya acuan yang berbeda antara Kementrian Agama Kota

Cilegon dan Dinas Pendidikan Kota Cilegon beserta LPPTKA/BKPRMI, dalam

versi Kemenag melalui Surat Edaran No. Kd.28.06/5/PP.00.8/2328/2014 tentang

wajib Pemberlakuan wajib belajar Madrasah Diniyah Awaliyah mengacu pada

Page 35: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

14

perwal No. 44 tahun 2011 yang menyatakan bahwa siswa yang akan masuk ke

jenjang SMP/MTs wajib menyerahkan syahadah Diniyah sedangkan dalam versi

Dinas Pendidikan dan LPPTKA/BKPRMI Kota Cilegon mengacu pada perwal

No. 25 tahun 2014 yang merupakan revisi Perwal No. 44 Tahun 2011 yang

menyatakan bahwa untuk masuk ke SMP/MTs boleh menggunakan Syahadah

Diniyah dan boleh juga dengan ijazah TPA

Ketiga, Semenjak perda ini digulirkan jumlah Madrasah tidak setara

dengan jumlah Sekolah Dasar (SD) sehingga ada banyak anak Sekolah Dasar

(SD) yang tidak sekolah di Madrasah Diniyah karena tidak berimbangnya jumlah

Madrasah Diniyah tersebut di Kota Cilegon tercatat saat ini seperti yang dilansir

dari BPS Kota Cilegon (2014) jumlah SD baik swasta maupun negeri terdapat

sekitar 175 sekolah sedangkan untuk MDTA hanya terdapat sekitar 144 Madrasah

(BPS, 2014)

Tabel 1.2

Perbandingan Jumlah Madrasah Diniyah dan Sekolah Dasar Beserta Murid,

dan Guru Menurut Kecamatan di Kota Cilegon, 2013/2014

(Sumber : Cilegon Dalam Angka, BPS. 2014

No Kecamatan

MDTA Sekolah Dasar

Madrasah Murid Guru Sekolah Murid Guru

1 Ciwandan 29 3. 818 368 20 5.217 312

2 Citangkil 26 3.113 333 25 7.159 438

3 Pulomerak 13 1.525 125 23 5.119 294

4 Purwakarta 10 1.295 119 22 5.526 317

5 Grogol 15 2.300 172 15 3.467 203

6 Cilegon 16 2.095 178 15 3.787 234

7 Jombang 14 2. 016 147 32 8.371 492

8 Cibeber 21 2. 493 295 23 6.797 399

JUMLAH 144 18.655 1.737 175 45.433 2.689

Page 36: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

15

Berdasarkan tabel 1.4 dapat diketahui bahwa jumlah Madrasah Diniyah

atau Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah (MDTA) sekota Cilegon berjumlah

144 Madrasah dengan jumlah murid 18.655 dan tenaga pengajar sebanyak 1.737

yang sangat jauh berbeda dengan jumlah Sekolah Dasar yang memiliki jumlah

murid sekitar 38.556 dan jumlah sekolah 175 Sekolah, perbedaan tersebut akan

menyebabkan ada banyak siswa Sekolah Dasar yang tidak terakomodir di

Madrasah Diniyah seharusnya jumlah Madrasah Diniyah di Kota Cilegon

sebanyak jumlah SD, dengan demikian siswa SD tersebut dapat terakomodir

untuk belajar di madrasah dengan efektif.

Keempat, dalam aturan kebijakan pemerintah, sebuah kebijakan publik yang

telah di undang-undangakan baik berupa Undang-Undang, Peraturan Pemerintah,

dan Peratuan Daerah harus sudah dilaksanakan maksimal empat tahun setelah

kebijakan tersebut dikeluarkan, dan untuk kasus Perda No. 1 tahun 2008 Tentang

Penyelenggaraan Wajib Belajar Madrasah Diniyah di Kota Cilegon harusnya

sudah dilaksanakan atau diimplementasikan maksimal pada tahun 2012, tetapi

ternyata hal tersebut tidak terjadi, implementasi tersebut hanya baru pada

kewajiban belajar Madrasah Diniyah tetapi untuk kewajiban menggunakan

syahadah Diniyah hanya pada lembaga pendidikan di bawah naungan Kementrian

Agama yaitu Madrasah Tsanawiyah sedangkan untuk lembaga pendidikan

dibawah naungan Dinas Pendidikan yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP)

belum terlaksana sampai saat ini.

Penyebab lamanya implementasi kebijakan tersebut dalam penerapan

kewajiban menyerahkan syahadah Diniyah tersebut ialah pertama, belum

Page 37: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

16

bertemunya kesapakatan antara Kementrian Agama dan LPPTKA/BKPRMI

dalam implementasi kebijakan tersebut, pihak Kementrian Agama menyatakan

bahwa siswa Sekolah Dasar yang hendak melanjutkan pendidikan ke SMP dan

MTs wajib hanya menyerahkan Syahdah Diniyah, sementara pihak

LPPTKA/BKPRMI menyatakan bahwa siswa yang hendak masuk SMP/MTs

boleh menggunakan ijazah TPA dan juga boleh menggunakan Syahadah Diniyah.

Kedua, kehkawatiran dari pihak Dinas Pendidikan, Dinas Pendidikan

mengkhawatirkan nanti masyarakat berbondong-bondong meminta surat

pernyataan dari Madrasah Diniyah dan TPA untuk masuk ke SMP, dan hal ini

tidak diinginkan oleh Dinas Pendidikan (Radar Banten, 10 Agustus 2015)

Selain itu pula dalam perda tersebut belum terdapat kejelasan sanksi bagi

peserta didik apabila tidak mengikuti belajar Madrasah Diniyah, dalam pasal 19

Bab IX hanya berisikan kewajiban melampirkan syahadah Diniyah ketika hendak

memasuki jenjang SMP/MTs dan bagi calon siswa/i SMP dan MTs yang belum

memiliki Syahadah Diniyah dapat diterima dengan ketentutan yang bersangkutan

wajib mengikuti belajar Madrasah Diniyah yang dilaksanakan secara khusus, akan

tetapi ketentuan tersebut tidak diikuti dengan adanya sanksi yang harus diterima

apabila tidak melampirkan Syahadah Diniyah atau siswa tersebut ketika sudah

menjadi siswa SMP dan MTs tidak mengikuti Belajar Masdrasah Diniyah secara

khsusus seperti yang dimaksud dalam Bab X Pasal 20 tentang ketentuan

peralihan.

Page 38: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

17

Sekilas memang penelitian ini terlihat seperti penelitian yang dilakukan oleh

mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, tetapi sebenarnya terdapat

perbedaan, yaitu pada fokusnya, fokus penelitian ini lebih kepada kajian kebijakan

publik terhadap perda tersebut.

Menurut hemat penulis, kajian dan paradigma Ilmu Administrasi Negara

dewasa ini tidak hanya terbatas pada permasalahan birokrasi, organisasi

pemerintahan dan pelayanan publik, tetapi sudah menyangkut seluruh aspek

kegiatan penyelenggaraan dan urusan negara (Public affair) yang melahirkan

sebuah kebijakan, baik kebijakan mengenai sosial-budaya, politik, ekonomi,

kependudukan, kesehatan maupun pendidikan.

Kebijakan tentang wajib belajar Madrasah Diniyah di Kota Cilegon yang

tertuang dalam Peraturan Daerah No.1 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan

Wajib Belajar Madrash Diniyah dalam hemat penulis merupakan bagian dari

kajian disiplin Ilmu Administrasi Negara, karena merupakan bagian dari urusan

publik (Public affair) yang menyangkut hajat hidup orang banyak.

Disiplin Ilmu Adminitrasi Negara dalam hal ini hanya mengambil fokus

pada ranah kebijakanya (Public Policy), melihat sejauh mana implementasinya,

evaluasinya, dan kenapa kebijakan ini harus muncul, berbeda dengan FKIP yang

hanya fokus pada metodologi pembelajaranya, usaha-usaha yang harus dilakukan

untuk menghasilkan peserta didik yang berkualitas sesuai tujuan pendidikan

nasional.

Page 39: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

18

Selanjutnya, menurut peneliti terdapat perbedaan antara pendidikan dan

kajian pendidikan yang dilakukan oleh lembaga FKIP, dalam FKIP seperti telah

diterangkan di atas hanya fokus kepada metodologi pembelajaran, usaha-usaha

untuk menghasilkan kualitas pendidikan dan hal-hal yang bersifat pembelajaran,

sedangkan pendidikan merupakan ranah yang komplek yang dapat dikaji dari

berbagi sudut pandang, baik dikaji dari segi kebijakan, sosial-budaya, politik

maupun ekonomi, oleh karenanya kebijakan tentang wajib belajar Madrasah

Diniyah di Kota Cilegon juga dapat dikaji dari segi disiplin Ilmu Administrasi

Negara dengan fokus kepada kebijakanya

Dengan berbagai permasalahan yang telah disebutkan di atas, peneliti sangat

tertarik untuk melakukan penelitian evaluasi terhadap perda Diniyah, terbitnya

Perda Diniyah dan adanya dua Perwal yang masing-masing lembaga hanya

mengakui satu Perwal sebagai acuan hukumnya, serta tentang awal pembentukan

perda Diniyah dan hal yang menghambatnya merupakan fenomena yang sangat

menarik untuk dilakukan kajian evaluasi dari segi kebijakan publik.

Perda Diniyah di Kota Cilegon mempunyai nilai researchable yang sangat

penting untuk dilakukan penelitian dari segi kebijakan publik dan evaluasinya

dengan menggali berbagai informasi dan memaparkan dengan analisa sebagai

upaya untuk mengevaluasi dan menjelaskan sedetil mungkin tentang

permasalahan yang terdapat dalam perda tersebut sesuai dengan displin ilmu yang

sedang ditempuh penulis, oleh karenanya penelitian ini berjudul “Evaluasi Perda

No 1 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Wajib Belajar Madrasah Diniyah di

Kota Cilegon”

Page 40: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

19

1.2 Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah

Setelah melakukan analisis terhadap berbagai permasalahan yeang terdapat

dalam penelitian ini sebagaimana telah digambarkan oleh peneliti di bagian latar

belakang masalah maka peneliti melakukan identifikasi masalah sebagai upaya

untuk memudahkan penelitian, adapun identifikasi masalahnya sebagai berikut :

1. Bedanya acuan hukum antara Kementrian Agama dengan

LPPTKA/BKPRMI beserta Dinas Pendidikan Kota Cilegon dalam

implementasi perda tersebut

2. Lambatnya implementasi Perda No. 1 tahun 2008 Tentang

Penyelenggaraan Wajib Belajar Madrasah Diniyah di Kota Cilegon

3. Tidak meratanya penerapan kewajiban menyerahkan Syahadah Diniyah ke

SMP dan MTs

4. Tidak setaranya jumlah Madrasah dengan jumlah Sekolah Dasar (SD)

dengan Jumlah MDTA yang ada di Cilegon

1.3 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah supaya tidak bias dengan

batasan sebagai berikut :

a. Fokus pada evaluasi Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2008 Tentang

Wajib Belajar Diniyah di Kota Cilegon

b. Faktor yang menghambat dan mendukung dalam implementasi Perda

tersebut.

Page 41: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

20

1.4 Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil rumusan masalah sebagai berikut :

“Bagaimana Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2008 tentang

Wajib Belajar Diniyah di Kota Cilegon?”

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan peneliti melakukan

penelitian ini adalah untuk mengevaluasi dari Peraturan Daerah Kota Cilegon

Nomor 1 Tahun 2008 tentang wajib belajar Diniyah di Kota Cilegon.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat secara teoritis

1. Menambah ilmu pengetahuan melalui penelitian yang dilaksanakan

sehingga memberikan kontribusi pemikiran bagi pengembangan teori

ilmu administarsi negara

2. Sebagai bahan pemahaman dan pembelajaran bagi peneliti maupun

mahasiswa lain untuk melakukan penelitian-penelitain yang lebih

mendalam mengenai kebijakan-kebijakan pemerintah

Page 42: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

21

Manfaat secara praktis

1. Bagi Peneliti

Melalui penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan

tentang kebijakan publik khususnya tentang Peraturan Daerah, dan juga

menambah pengetahuan tentang Madrasah Diniyah, selain itu pula untuk

mengetahui sejauh mana penulis telah menguasai ilmu-ilmu yang

diperoleh selama mengikuti program pendidikan dan sejauh mana penulis

dalam menganilisis dan memecahkan masalah yang di teliti

2. Bagi Instansi

Dengan penelitian ini, diharapkan mampu memberikan masukan

terhadap instansi dan lembaga terkait terutama Kementrian Agama Kota

Cilegon, Dinas Pendidikan Kota Cilegon dan pengurus Forum

Komunikasai Madrasah Diniyah (FOKMADA) Kota Cilegon sebagai

referensi dan acuan dalam evaluasi kebijakan dari Peraturan Daerah

Nomor 1 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar Diniyah di Kota Cilegon

3. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini bisa dijadikan sebagai referensi sekaligus bahan

pembelajaran untuk penelitian selanjutnya

Page 43: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

22

1.7 Sistematika Penulisan

Dalan penelitian menggunakan sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan ini berisikan mengenai latar belakang masalah

yang menjaadi dasar penelitian, dinetifikasi masalah, batasan masalah dan

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian baik secara

praktis maupun teoritis, serta sistematika penulisan.

BAB II DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN

Bab ini terdiri dari tiga point, yaitu deskripsi teori, kerangka berpikir,

dan hipotesis penelitian. Dalam deskripsi teori akan dijelaskan tentang

pendapat ahli mengenai teori-teori yang relevan terhadap masalah dan

variable penelitian. Setelah memaprkan teori lalu peneliti membuat

kerangka berpikir yang menggambarkan alur pemikiran peneliti sebagai

kelanjutan dari deskripsi teori. Kemudian dibuatlah asumsi dasar penelitian

yang metupakan rumusan dari kajian teori serta kerangka berpikir.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menguraikan metode yang digunakan dalam penelitian, isntrumen

penelitian, informan, teknik pengelolaan data, teknik analisis data dan

lokasi jadwal penelitians

Page 44: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

23

BAB IV HASIL PENELITIAN

Pada bab ini berisi mengenai data yang berhubungan dengan masalah

penelitian, baik hasil wawancara maupun observasi lengkap dengan

analisisnya

BAB V PENUTUP

Berisi tentang kesimpulan dari keseluruhan pembahasan atas Evaluasi

Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Wajib Belajar Diniyah di

Kota Cilegon beserta paparan saran yang bisa disampaikan

DAFTAR PUSTAKA

Bagian ini berisi daftar referensi yang digunakan dalam penelitian

skripsi

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Bagian ini berisi lampiran hasil dokumentasi lapangan, matriks,

wawancara, surat ijin penelitian, dan data-data penunjang lainya yang

berkaitan dengan penelitian skripsi

Page 45: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

24

BAB II

DESKRIPSI TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI DASAR

PENELITIAN

2.1 Deskripsi Teori

Deskripsi teori merupakan kajian berbagai teori dan konsep-konsep yang

relevan dengan permasalahan penelitian yang disusun secara sistematis. Dengan

mengkaji berbagai teori dan konsep-konsep maka peneliti akan memilih konsep

penelitian yang jelas.

Penggunaan teori dalam penelitian akan memberikan acuan bagi peneliti

dalam melakukan analisis terhadap masalah sehingga dapat menyusun pertanyaan

dengan rinci untuk penyelidikan sehingga memperoleh temuan lapangan yang

menjadi jawaban atas masalah yang telah dirmuskan. Oleh karena itu, pada bab ini

peneliti akan menjelaskan beberapa teori yang berkaitan dengan permasalahan

penelitian, antara lain.

2.1.1 Pengertian Kebijakan

Kebijakan adalah sebuah instrumen pemerintahan, bukan saja dalam arti

government, (hanya menyangkut aparatur negara), melainkan pula governance

yang menyentuh berbagai kelembagaan, baik swasta, dunia usaha, maupun

masyarakat madani (civil society). Kebijakan pada intinya merupkan keputusan

24

Page 46: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

25

atau pilihan tindakan yang secara langsung mengatur pengelolaan dan

pendistribusian sumber daya alam, finansial dan manusia demi kepentingan

publik, yakni rakyat banyak, atau warga negara.

Kebijakan dalam bahasa inggris modren adalah “ A courseof action or plan,

a set of political purposes as apposed to administration “ (seperangkat aksi atau

rencana yang mengandung tujuan politik yang berbeda dengan makna

administrasi) (Wicaksono : 2006 : 53)

Berbeda dengan Dunn dalam bukunya Pengantar Analisis Kebijakan Publik,

beliau mendefinisikan kata kebijakan dari kata asalnya. Secara etimologis, istilah

policy (kebijakan) berasal dari bahasa yunani, Sansekerta dan latin, akar kata

dalam bahasa Yunani dan Sansekerta yaitu polis (Negara-kota) dan Pur (kota)

(Dunn:2003:53)

Dalam buku Policy Analisys for The Real Word yang diterbitkan tahun1984

dan telah direvisi pada tahun 1990. Howgood dan Gunn menyebutkan 10

(sepuluh) penggunaan istilah kebijakan dalam pengertian modern (Wicaksono :

2006:53) diantarnya :

a. Sebagai label untuk sebuah bidang aktivitas (as label for a field af actvity)

contohnya : statment umum pemerintah tentang kebijakan ekonomi,

kebijakan industri, kebijakan industri, atau kebijakan hukum dan

ketertiban.

b. Sebagai ekspresi tujuan umum atau aktivitas negara yang diharapkan (as

expression of general purpose or desired state of affairs)

Page 47: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

26

Contohnya : untuk menciptakan lapangan kerja seluas mungkin atau

pengembangan demokrasi melalui desentralisasi

c. Sebagai proposal spesifik (as specific proposal)

Contohnya : membatasi pemegang lahan pertanian hingga 10 hektar atau

menggratiskan pendidikan dasar

d. Sebagai keputusan pemerintah (as decesions of government)

Contohnya : keputusan kebijakan sebagaimana yang di umumkan Dewan

Perwakilan Rakyat atau Presiden

e. Sebagai otorisasi formal (as formal authorization)

Contohnya : tindakan-tindakan yang diambil oleh parlemen atau lembaga-

lembaga pembuat kebijakan lainya

f. Sebagai sebuah program (as a programe)

Contohnya : sebagai ruang aktivitas pemerintah yang sudah didefinisikan,

seperti program reformasi agrarian atau program peningkatan kesehatan

perempuan

g. Sebagai output( as output)

Contohnya : apa yang secara aktual telah disediakan, seperti sejumlah

lahan yang diredistribusukan dalam program reformasi agraria dan jumlah

penyewa yang terkena dampaknya.

h. Sebagai hasil ( as outcome)

Contohnya : apa yang secara aktual tercapai, seperti dampak terhadap

pendapatan petani dan standar hidup dan output agriculutural dari

program reformasi agraria.

Page 48: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

27

i. Sebagai teori atau model (as theory or model)

Contohnya apabila kamu melakukan X maka akan terjadi Y, misalnya

apabila kita meningkatkan insentif kepada industri manufaktur, maka

ouput industri akan berkembang.

j. Sebagai sebuah proses (as a process)

Sebagai sebuah proses yang panjang yang di mulai dengan issues lalu

bergerak melalui tujuan yang sudah di setting, pengambilan keputusan

untuk diimplemetasikan.

2.1.2 Kebijakan Publik

Studi mengenai pembuatan kebijakan publik merupkan studi yang penting

dalam administrasi negara. Beragam pengertian mengenai kebijakan publik ini

tidak bisa di hindarkan, karena kata “kebijakan” merupakan penjelasan ringkas

yang berupaya untuk menerangkan berbagai kegiatan mulai dari pembuatan

keputusan-keputusan, penerapan dan evaluasinya.

Dalam konsep pemerintahan kita sering mendengar kebijakan dan

kebijaksanaan yang terlihat seperti sama, pada dasarnya ada perbedaan antara

konsep “kebijakan” dan “kebijaksanaan”. Kebijaksanaan merupakan suatu

rangkaian alternatif yang siap dipilih berdasarkan prinsip-prinsip tertentu.

Sedangkan kebijaksanaan berkenaan dengan suatu keputusan yang

memperbolehkan sesuatu yang sebenarnya dilarang berdasarkan alasan-alasan

tertentu seperti pertimbangan kemanusiaan, keadaan gawat dan lain-lain

Page 49: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

28

Kebijakan merupakan suatu hasil analisis yang mendalam terhadap berbagai

alternatif yang bermuara kepada keputusan tentang alternatif terbaik. Sedangkan

kebijaksanaan selalu mengandung makna melanggar sesuatu yang telah ditetapkan

karena alasan tertentu. Kebijakan merupakan pengejawantahan aturan yang sudah

ditetapkan sesuai situasi dan kondisi setempat oleh person pejabat yang

berwenang. Dengan perbedaan kondisi tersebut diatas, maka seharusnya dalam

implementasinya juga harus berbeda

Dalam berbagai referensi ilmiah, kaitannya dengan studi kebijakan,

penggabungan antara kata “kebijakan” dan “publik” menjadi kebijakan publik

(public policy) merupakan salah satu topik pokok yang sering dikaji. Menurut

Thoha (2002:56), orang pertama yang menggambarkan ide tentang kebijakan

yang publik dapat dipelajari secara sistematis adalah Dewey. Di dalam bukunya

Logic: The Theory of Inquiry, Dewey memberikan perhatian terhadap sifat

eksperimen dari cara mengukur kebijakan. Ilmuwan ini berhasil menggambarkan

bagaimana rencana-rencana tindakan harus dipilih dari berbagai alternatif dan

bagaimana mengamati berbagai akibat yang dapat dipergunakan sebagai uji coba

yang tepat (Thoha, 2002:56)

Hasil buah pemikiran Dewey (Thoha, 2002:57) tersebut kemudian

digunakan oleh Harold Lasswell seorang eksperimentalis ilmu politik yang

pertama kali mempertajam ide ilmu kebijakan sebagai disiplin yang tidak

terpisahkan dari disiplin ilmu-ilmu lain. Lasswell (Nugroho, 2003:3)

mendefinisikan kebijakan publik sebagai suatu program yang diproyeksikan

dengan tujuan-tujuan tertentu, nilai-nilai tertentu, dan proyek-proyek tertentu.

Page 50: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

29

Menurut pandangannya, kebijakan merupakan studi tentang proses

pembuatan keputusan atau proses memilih dan mengevaluasi informasi yang

tersedia, kemudian memecahkan masalah-masalah tertentu. Adapun kebijakan

publik sebagaimana yang dirumuskan oleh Easton (Thoha, 2002:62-63)

merupakan alokasi nilai yang otoritatif oleh seluruh masyarakat. Akan tetapi,

hanya pemerintah sajalah yang berbuat secara otoritatif untuk seluruh masyarakat,

dan semuanya yang dipilih oleh pemerintah untuk dikerjakan atau untuk tidak

dikerjakan adalah hasil-hasil dari nilai-nilai tersebut.

Secara konseptual kebijakan publik dapat dilihat dari kamus administrasi

Publik Chandler dan Plano dalam Pasolong, mengatakan bahwa kebijakan publik

adalah pemanfaatn yang strategi terhadap sumber-sumber daya yang ada untuk

memecahkan masalah kebijakan publik atau pemerintah (Pasalong, 2010:38).

Dunn dalam Pasalong (2010) mengartikan kebijakan publik sebagai berikut :

“Kebijakan publik adalah suatu rangkaian pilihan-pilihan yang saling

berhubungan yang dibuat oleh lembaga-lembaga atau pejabat pemerintah

pada bidang-bidang yang menyangkut tugas pemerintahan, seperti

pertahanan, kemananan, energy, kesehatan, pendidikan, kesejahteraan,

masyarakat, kriminalitas, perkotaan dan lain-lain”

Menurut Dye dalam Subarsono ( 2006:2) menyatakan bahwa kebijakan

publik meliputi apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan

sesuatu (public policy is whatever governments choose to do or not to do ). Dari

pengertian diatas dapat diartikan bahwa kebijakan publik merupakan keputusan

pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu hal. Sedangkan

Page 51: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

30

menurut Helco dalam Tankilisan, & Nogi ( 2003:3) menyatakan bahwa kebijakan

adalah cara bertindak yang sengaja untuk menyelasikan beberapa permasalahan.

Kebijakan publik biasanya tidak bersifat spesifik dan sempit tetapi luas dan

berada pada strata strategis. Oleh sebab itu, kebijakan publik berfungsi sebagai

pedoman umum untuk kebijakan dan keputsan-keputusan khusus dibawahnya

Eyestone dalam bukunya The Threads of Public Policy mendefinisikan

kebijakan publik sebagai “hubungan antara unit pemerintahan dengan

lingkunganya”. Namun sayangnya definisi tersebut masih terlalu luas untuk

dipahami sehingga artinya menjadi tidak menentu bagi sebagian besar scholar

yang mempelajarinya. “hubungan antara unit pemerintah dengan lingkunganya”

dapat meliputi hampir semua elemen dalam konteks negara. Padahal dalam

lingkup real kebijakan publik tidak selalu menggambarkan keluasan definisi

Eyestone (Agustino, 2008:7)

Eulau dan Prewitt mendefinisikan kebijakan publik sebagai “ keputusan

tetap yang dicirikan dengan konsistensi dan pengulangan (repitisi) tingkah laku

dari mereka yang membuat dan dari mereka yang mematuhi ( Agustino: 2008:7)

Young dan Quinn dalam Suharto (2007) memberikan beberapa konsep

kunci yang termuat dalam kebijakan publik yaitu :

a. Tindakan pemerintah yang berwenang. Kebijakan publik adalah tindakan

yang di buat dan diimplementasikan oleh badan pemerintah yang memiliki

kewenangan hukum, politis dan finansial untuk melakukanya.

Page 52: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

31

b. Sebuah reaksi terhadap kebutuhan dan masalah dunia nyata. Kebijakan

publik berupaya merespon masalah atau kebutuhan kongkrit yang

berkembang di masyarakat.

c. Seperangkat tindakan yang berorientasi pada tujuan. Kebijakan publik

biasanya bukanlah sebuah keputusan tunggal, melainkan terdiri dari

beberapa pilihan tindakan atau strategi yang di buat untuk mencapai tujuan

tertentu demi kepentingan orang banyak.

d. Sebuah keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.

Kebijakan publik pada umumnya merupakan tindakan kolektif untuk

memecahkan masalah sosial. Namun, kebijakan publik bisa juga di

rumuskan berdasarkan keyakinan bahwa masalah sosial akan dapat

dipecahkan oleh kerangka kebijakan yang sudah ada dan karenanya tidak

memerlukan tertentu.

e. Sebuah justifikasi yang dibuat oleh seseorang atau beberapa orang aktor.

Kebijakan publik berisi sebuah pernyataan atau justifikasi terhadap

langkah-langkah atau rencana tindakan yang telah dirumuskan, bukan

sebuah maksud atau janji yang belum dirumuskan. Keputusan yang telah

dirumuskan dalam kebijakan publik bisa dibuat oleh badan pemerintah,

maupun oleh beebrapa perwakilan lembaga pemerintah.

Nugroho dalam bukunya Public Policy memahami kebijakan publik sebagai

berikut :

“ Suatu aturan yang mengatur kehidupan bersama yang harus di taati dan

berlaku mengikat seluruh warganya. Setiap pelanggaran akan diberi sanksi

dengan bobot pelanggarnya yang dilakukan dan sanksi dijatuhkan didepan

Page 53: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

32

masyarakat oleh lembaga yang mepunyai tugas menjatuhkan saknsi”

(Nugroho: 2004:3)

Kebijakan publik ialah kebijakan pemerintah, implikasi dari kebijakan

pemerintah merupakan kebijakan publik dapat disebutkan sebagai berikut :

a. Bahwa apa yang dimaksudkan dengan kebijakan pemerintah atau publik

adalah setiap tindakan yang berorientasi pada tujuan yang dikehendaki

pada situasi yang memungkinkan berubah secara terus-menerus.

b. Kebijakan pemerintah atau kebijakan publik mengandung pola atau bentuk

tindkan yang dilakukan oleh aparat pemerintah

c. Kebijakan pemerintah atau kebijakan publik timbul karena respon

terhadap tuntuan, atau penyelesaian atas isu publik.

d. Kebijakan pemerintah atau kebijakan publik memuat apa yang pemerintah

selalu lakukan, bukan apa yang pemerintah hendak lakukan atau apa yang

pemerintah rencanakan akan dilakukan.

e. Kebijakan pemerintah atau kebijakan publik bisa mungkin berdampak

positif selain dampak negataif. Ia memuat beberapa bentuk tindakan

pemerintah sekaligus dengan sejumlah masalah dimana tindakan

diinginkan (positif), atau bisa mungkin memuat beberapa hal yang sedang

di cari pemecahanya (negatif)

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik adalah

serangkaian keputusan atau tindakan yang ditetapkan oleh pemerintah yang

berorientasi pada kepentingan publik yang ditandai dengan adanya pemilihan

alternatif kebijakan. Jadi, kebijakan publik memiliki tiga unsur pokok, yaitu : (1)

Page 54: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

33

kebijakan publik dibuat oleh pemerintah yang berupa tindakan-tindakan

pemerintah, (2) kebijakan publik harus berorientasi pada kepentingan publik, dan

(3) kebijakan publik adalah tindakan pemilihan alternatif untuk dilaksanakan atau

tidak dilaksanakan oleh pemerintah demi kepentingan publik.

Kebijakan publik sebagai suatu proses yang sangat komplek dan dinamis,

memiliki komponen-komponen beragam, yang masing-masing memberikan

kontribusi berbeda bagi proses tersebut. Proses tersebut memutuskan pedoman

umum untuk tindakan yang diarahkan pada masa depan, terutama yang dilakukan

oleh lembaga pemerintah. Pedoman tersebut secara formal dimaksudkan untuk

mencapai tujuan yang tercermin dalam kepentingan umum yang dilakukan dengan

cara sebaik mungkin (LAN. 2004:115)

Sedangkan menurut peneliti kebijakan publik adalah usaha-usaha yang

ditempuh oleh pemerintah dalam menampung aspirasi rakyat dan demi

berlangsungnya sebuah pemerintahan dalam dekade tertentu, kebijakan

merupakan hasil dari adanya sebuah pemerintahan dan negara, dengan demikian

kebijakan publik merupakan sebuah konsekwensi logis yang harus diterima oleh

masyarakat ketika berdirinya sebuah negara dengan tujuan kepntingan publik dan

untuk menopang lajunya roda pemerintahan.

Jadi idealnya suatu kebijakan publik adalah (1) kebijakan publik untuk

dilaksanakan dalam bentuk rill, bukan untuk sekedar dinyatakan, (2) kebijakan

untuk dilaksanakan atau tidak dilaksanakan karena didasarkan pada kepentingan

publik itu sendiri.

Page 55: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

34

2.1.3 Implementasi Kebijakan Publik

Studi implementasi merupakan suatu kajian mengenai studi kebijakan

yang mengarah pada proses pelaksanaan dari suatu kebijakan. Dalam praktiknya

implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang begitu kompleks bahkan

tidak jarang bermuatan politis dengan adanya intervensi berbagi kepentingan.

Untuk melukiskan kerumitan dalam proses implementasi tersebut dapat dilihat

pada pernyataan yang dikemukan oleh seorang ahli studi kebijakan Bardach

dalam Agustino (2008:138) :

“Adalah cukup untuk membuat sebuah program dan kebijakan umum

yang `kelihatanya bagus diatas kertas. Lebih sulit lagi merumuskannya

dalam kata-kata dan slogan-slogan yang kedengaranya mengenakan bagi

telinga para pemimpin dan para pemilih yang mendengarkanya. Dan lebih

sulit lagi untuk melaksankanya dalam bentuk cara yang memuaskan semua

orang termasuk mereka anggap klien”

Masih dalam Agustino (2008:139) Mazmanian dan Sabiter dalam bukunya

Implementation and Public Policy mendefinisikan Implementasi Kebijakan

Sebagai :

“Pelaksanaan Keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang-

undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-

keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan.

Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasi masalah yang ingin

diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau saasaran yang ingin dicapai,

dan berbagi cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses

implementasinya”

Sedangkan, Meter dan Horn (Agustino, 2008:139) mendefiniskan Implementasi

kebijakan, sebagai :

Page 56: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

35

“Tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau

pejabat-pejabat atau kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan

pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan

kebijakan”

Dari tiga definisi tersebut diatas dapat diketahui bahwa implementasi

kebijakan menyangkut tiga hal, yaitu : (1) adanya tujuan atau sasaran kebijakan;

(2) adanya aktivitas atau kegiatan pencapain tujuan; dan (3) adanya hasil kegiatan

yang dilakukan

Implementasi kebijakan seringkali dipandang sebagai tahap kedua setelah

penetapan suatu kebijakan yang mengarah pada pelaksanaan kebijakan.

Implementasi juga dipandang sebagai suatu proses, output maupun sebagai suatu

outcome. Menurut Winarno (2007:144), implementasi di konseptualisasikan

sebagai suatu proses, atau serangkain keputusan dan tindakan yang di tujukan agar

keputusan-keputusan yang diterima oleh lembaga legislatif bisa dijalankan.

Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah

kebijakan dapat mencapai tujuanya. Tidak lebih dan tidak kurang. Untuk

mengimplementasikan kebijakan publik, maka ada dua pilihan langkah yang ada,

yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program-program atau

melalui formulasi kebijakan derivat atau turunan dari kebijakan tersebut

(Nugroho, 2003:158)

Dalam sejarah perkembangan studi implementasi kebijakan terdapat dua

pendekatan, yakin pendekatan top down dan bootom up. Pendekatan top down,

merupakan pendekatan yang mendominasi awal perkembangan studi implemtassi

Page 57: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

36

kebijakan, kemudian diantara pengikut pendekatan ini terdapat perbedaan-

perbedaan sehingga melahirkan pendekatan bottom up.

Dalam pendekatan top down, implementasi kebijakan yang dilakukan

tersentralisir dan mulai dar aktor tingkat pusat, dan keputusanya pun diambil dari

tingkat pusat. Pendekatan top down bertitik dari perspektif bahwa keputusan-

keputusan politik (kebijakan) yang telah ditetapkan oleh pembuat kebijakan harus

dilaksanakan oleh administrator-administrator atau birokrat-birokrat pada level

bawahnya. Jadi inti pendekatan top down adalah sejauh mana tindak para

pelaksana sesuai dengan prosedur serta tujuan yang telah digariskan oleh para

pembuat kebijakan di tingkat pusat (Agustino, 2008:140)

2.1.4 Evaluasi Kebijakan Publik

Setelah kebijakan ditetapkan dan diimplementasikan, maka tahap

selanjutnya adalah mengevaluasinya. Evaluasi kebijakan publik dimaksudkan

untuk melihat atau mengukur tingkat kinerja pelaksanaan sesuatu kebijakan

publik yang latar belakang dan alasan-alasanya diambil sesuatu atau kebijakan,

tujuan dan kinerja kebijakan, berbagai instrumen kebijakan yang di kembangkan

dan dilaksanakan, respon kelompok sasaran dan stakeholder lainya serta

konsistensi aparat, dampak yang timbul dan perubahan yang ditimbulkan,

perkiraan perkembangan tanpa kehadirannya dan kemajuan yang di capai apabila

kebijakan dilanjutkan atau diperluas.

Page 58: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

37

Evaluasi kebijakan publik acapkali hanya dipahami sebagai evaluasi atas

implementasi kebijakan saja, sesungguhnya evaluasi kebijakan publik mempunyai

tiga lingkup makna, yaitu evaluasi perumusan kebijakan, evaluasi implementasi

kebijakan, dan evaluasi lingkungan kebijakan. Oleh karena ketiga komponen

tersebutlah yang menentukan apakah kebijakan akan berhasil guna atau tidak

(Nugroho, 2003:184). Namun demikian, konsep didalam konsep “evaluasi”

sendiri selalu terikut konsep “kinerja”, sehingga evaluasi kebijakan publik pada

ketiga wilayah bermakna “kegiatan pasca”.

Oleh karena itu, evaluasi kebijakan publik berkenaan tidak hanya dengan

implementasinya, melainkan berkenaan dengan perumusan, implementasi, dan

lingkungan kebijakan.

Suatu evaluasi mempunyai karakteristik tertentu yang membedakan dari

analisis, yaitu: fokus nilai, interdependensi fakta nilai, orientasi masa kini dan

masa lampau, dualitas nilai.

1. Fokus Nilai. Evaluasi ditujukan kepada pemberian nilai dari sesuatu

kebijakan, program maupun kegiatan. Evaluasi terutama ditujukan untuk

menentukan manfaat atau kegunaan dari suatu kebijakan, program maupun

kegiatan, bukan sekedar usaha untuk mengumpulkan informasi mengenai

sesuatu hal. Ketepatan suatu tujuan maupun sasaran pada umumnya

merupakan hal yang perlu dijawab. Oleh karena itu suatu evaluasi

mencakup pula prosedur untuk mengevaluasi tujuan dan sasaran itu

sendiri.

Page 59: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

38

2. Interdepedensi Fakta – Nilai. Suatu hasil evaluasi tidak hanya

tergantung kepada “fakta” semata namun juga terhadap “nilai”. Untuk

memberi pernyataan bahwa suatu kebijakan, program atau kegiatan telah

mencapai hasil yang maksimal atau minimal bagi seseorang, kelompok

orang atau masyarakat; haruslah didukung dengan bukti-bukti (fakta)

bahwa hasil kebijakan, program dan kegiatan merupakan konsekuensi dari

tindakan-tindakan yang telah dilakukan dalam mengatasi/memecahkan

suatu masalah tertentu. Dalam hal ini kegiatan monitoring merupakan

suatu persyaratan yang penting bagi evaluasi.

3. Orientasi Masa Kini dan Masa Lampau. Evaluasi diarahkan pada hasil

yang sekarang ada dan hasil yang diperoleh masa lalu. Evaluasi tidaklah

berkaitan dengan hasil yang diperoleh di masa yang akan dating. Evaluasi

bersifat retrospektif, dan berkaitan dengan tindakantindakan yang telah

dilakukan (ex-post). Rekomendasi yang dihasilkan dari suatu evaluasi

bersifat prospektif dan dibuat sebelum tindakan dilakukan (ex-ante).

4. Dualitas Nilai. Nilai yang ada dari suatu evaluasi mempunyai kualitas

ganda, karena evaluasi dipandang sebagai tujuan sekaligus cara (Dunn,

.2003:608)

Evaluasi ditujukan untuk menilai sejauhmana keefektifan kebijakan publik

guna dipertanggungjawabkan kepada konstituenya. Sejauhmana tujuan dicapai.

Evaluasi diperlukan untuk melihat kesenjangan antar harapan dan kenyataan

(Agustino, 2006:140-141).

Page 60: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

39

Agustino dalam bukunya yang berjudul Politik dan Kebijakan Publik

(2006:55) menyatakan bahwa :

“Evaluasi kebijakan adalah rangkaian aktivitas fungsional yang berusaha

untuk membuat penilaian melalui pendapat mengenai manfaat atau

pengaruh dari kebijakan, program, dan proyek yang tengah dan atau telah

dilaksanakan”

Kebijakan publik adalah suatu proses untuk melihat seberapa jauh kebijakan

publik dapat membuahkan hasil yaitu dengan membandingkan antara hasil yang

diperoleh dengan tujuan dan target kebijakan publik yang di tentukan.

Menurut Weiss dalam Parson (2006:547) mengatakan bahwa evaluasi dapat

dibedakan dari bentuk-bentuk analisis lainya dari enam hal:

1) Evaluasi dimaksudkan untuk pembuatan keputusan, dan untuk

menganalisis problem seperti yang didefinisikan oleh pembuat

keputusan, bukan oleh pejabat

2) Evaluasi adalah penilaian karakter

3) Evaluasi adalah riset yang dilakukan dalam setting kebijakan, bukan

dalam setting akademik

4) Evaluasi seringkali melibatkan konflik antar periset dan praktisi

5) Evaluasi biayanya tidak di publikasikan

Menurut Sondang Siagian istilah evaluasi diartikan sebagai penilaian, yaitu:

“Proses pengukuran dan pembandingan dari pada hasil -hasil pekerjaan yang

nyatanya dicapai dengan hasil-hasil yang seharusnya dicapai”. Selanjutnya beliau

mengemukakan bahwa hakikat dari penilaian itu adalah:

1. Penilaian ditujukan kepada satu fase tertentu dalam satu proses setelah

fase itu seluruhnya selesai dikerjakan. Berbeda dengan pengawasan yang

ditujukan kepada fase yang masih dalam proses pelaksanaan. Secara

sederhana dapat dikatakan dengan selesainya pekerjaan tidak dapat

Page 61: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

40

diawasi lagi karena pengawasan hanya berlaku bagi tugas yang sedang

dilaksanakan.

2. Penilaian bersifat korektif terhadap fase yang telah selesai dikerjakan.

Mungkin akan timbul pertanyaan: Jika sesuatu telah selesai dikerjakan,

nilai korektif yang diperoleh untuk apa? “Korektifitas” yang menjadi sifat

dari penilaian sangat berguna, bukan untuk fase yang telah selesai, tetapi

untuk fase berikutnya. Artinya, melalui penilaian harus dikemukakan

kelemahan-kelemahan sistem yang dipergunakan dalam fase yang baru

saja selesai itu. Juga harus dikemukakan penyimpangan-penyimpangan

dan/atau penyelewengan-penyelewengan itu terjadi Jika ini telah

dilakukan, maka akan diperoleh bahan yang sangat berguna untuk

dipergunakan pada fase yang berikutnya sehingga kesalahan-kesalahan

yang dibuat pada fase yang baru diselesaikan tidak terulang, sehingga

dengan demikian organisasi tumbuh dan berkembang dalam bentuk tingkat

“performance” yang lebih tinggi dan efisien yang semakin besar, atau

peling sedikit, inefisiensi yang semakin berkurang.

3. Penilaian bersifat “prescriptive”. Sesuatu yang bersifat “prescriptive”

adalah yang bersifat “mengobati”. Setelah melalui diketemukan

kelemahan-kelemahan yang terdapat pada sistem pelaksanaan dalam fase

yang lalu, setelah sumber-sumber yang menyebabkan mungkinnya

penyimpangan dan/atau penyelewengan terjadi, melalui penilaian harus

pula dapat diberikan “resep” untuk mengobati penyakit-penyakit proses itu

Page 62: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

41

penyakit yang sama tidak timbul kembali, dan sekaligus jika mungkin,

dicegah pula timbulnya “penyakit” yang baru.

4. Penilaian ditujukan kepada fungsi-fungsi organik lainnya. Fungsifungsi

administrasi dan manajemen itu tidak merupakan fungsi-fungsi, yang

“berdiri sendiri” dalam arti lepas dari fungsi-fungsi lainnya. Malahan

sesungguhnya kelima fungsi organic administrasi dan manajemen itu

merupakan satu rantai kegiatan dan masing-masing fungsi itu merupakan

mata rantai yang terikat kepada semua mata rantai yang lain. (Siagian,

1970:143-144)

Dalam pada ini peneliti lebih menekankan bahwa evaluasi kebijakan

merupakan sebuh anlisis hasil dari sebuah kebijakan yang bertujuan untuk melihat

sejauh mana keberhasilan kebijakan tersebut dalam memenuhi aspek publik,

evaluasi di pandang perlu dalam sebuah pemerintahan atau kebijakan karena akan

menyangkut kepentingan publik atau masyarakat, dengan evaluasi ini maka akan

menjadi sebuah rekomendasi bagi pembuat kebijakan untuk membuat kebijakan

yang baru.

2.1.5 Metode Evaluasi Kebijakan

Dalam rangka mengevaluasi kebijakan, secara rinci Casley dan Kumar

dalam Wibawa (1994:16-17) menunjukkan sebuah metode dengan enam langkah

sebagai berikut :

Page 63: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

42

1. Identifikasi masalah. Yaitu membatasi masalah yang akan dipecahkan atau

dikelola dan memisahkan dari gejala yang mendukungnya, yaitu dengan

merumuskan sebuah hipotesis.

2. Menentukan faktor-faktor yang menjadikan adanya masalah, dengan

mengumpulkan data kuantitatif maupun kualitatif yang memperkuat

hipotesis.

3. Mengkaji hambatan dalam pembuatan keputusan dengan menganalisis

situasi politik dan organisasi yang mempengaruhi pembuatan kebijakan.

Berbagai variabel seperti komposisi staf, moral dan kemampuan staf,

tekanan politik, kepekaan budaya, kemauan penduduk dan efektivitas

manajemen.

4. Mengembangkan solusi-solusi alternatif.

5. Memperkirakan/mempertimbangkan solusi yang paling layak, dengan

menentukan kriteria yang jelas dan aplikatif untuk menguji kelebihan dan

kekurangan setiap solusi alternatif.

6. Memantau secara terus-menerus umpan balik dari tindakan yang telah

dilakukan guna menentukan tindakan selanjutnya.

Menurut Dunn (2000:601) menyatakan bahwa evaluasi memberi sumbangan

pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan

dan target. Pada dasarnya nilai juga dapat dikritik dengan menanyakan secara

sistematis kepantasan tujuan dan target dalam hubungan dengan masalah yang

dituju. Evaluasi kebijakan adalah proses untuk menilai seberapa jauh suatu

Page 64: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

43

kebijakan membuahkan hasil, yaitu membandingkan antara hasil yang diperoleh

dengan tujuan atau target kebijakan yang ditentukan

Selanjutnya Ripley (Wibawa,1994:8-9) mengatakan bahwa kegiatan evaluasi

kebijakan merupakan langkah awal untuk meningkatkan proses pembuatan

kebijakan berikut hasilnya. Beberapa persoalan yang harus dijawab oleh suatu

kegiatan evaluasi adalah :

1. Kelompok dan kepentingan mana yang memiliki akses di dalam

pembuatan kebijakan.

2. Apakah proses pembuatannya cukup rinci, terbuka dan memenuhi

prosedur.

3. Apakah program didesain secara logis.

4. Apakah sumber daya yang menjadi input program telah cukup memadai

untuk mencapai tujuan.

5. Apakah standar implementasi yang baik menurut kebijakan tersebut.

6. Apakah program dilaksanakan sesuai standar efisien dan ekonomi

7. Apakah uang digunakan dengan jujur dan tepat.

8. Apakah kelompok sasaran memperoleh pelayanan dan barang seperti yang

didesain dalam program.

9. Apakah program memberikan dampak kepada kelompok nonsasaran.

10. Apa dampaknya, baik yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan,

terhadap masyarakat.

11. Kapan tindakan program dilakukan dan dampaknya diterima oleh

masyarakat.

Page 65: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

44

12. Apakah tindakan dan dampak tersebut sesuai dengan yang diharapkan.

Evaluasi kebijakan publik tidak hanya untuk melihat hasil (outcomes) atau

dampak (impacts), akan tetapi dapat pula untuk melihat bagaimana proses

pelaksanaan suatu kebijakan dilaksanakan. Ada dua macam tipe dalam evaluasi

kebijakan, yaitu sebagai berikut :

1. Tipe evaluasi semu (outcomes of public policy implementation) merupakan

riset yang mendasarkan diri pada tujuan kebijakan. Ukuran keberhasilan

pelaksanaan kebijakan adalah sejauh mana apa yang menjadi tujuan

program dapat dicapai.

2. Tipe evaluasi yang mendasarkan proses (Process of public policy

implementation), yaitu riset evaluasi yang mendasarkan diri pada petunjuk

pelaksanaan (juklak) dan petunjuk jenis (juknis). Ukuran keberhasilan

pelaksanaan kebijakan dengan garis petunjuk (guide lines) yang ditetapkan

Dalam melakukan riset evaluasi mempunyai tujuan yang dimana riset evaluasi

untuk mengukur dampak dari suatu program yang mengarah pada pencapaian dari

serangkaian tujuan yang ditetapkan dan sebagai sarana untuk memberikan

kontribusi (rekomendasi) dalam membuat keputusan dan perbaikan program pada

masa mendatang. Dari tujuan riset evalusi terdapat unsur-unsur penting dalam

evaluasi, yakni :

1. Untuk mengukur dampak (to measure the effects) dengan bertumpu pada

metodologi riset yang di gunakan

Page 66: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

45

2. Dampak (effects) tadi menekankan pada suatu hasil (outcomes) dari

efesiensi, kejujuran, moral yang melekat pada aturan-aturan atau standar

3. Perbandingan antara dampak (effects) dengan tujuan (goal) menekankan

pada penggunaan kriteria (criteria) yang jelas dalam menilai bagaimana

seutu kebijakan telah dilaksanakan dengan baik.

4. Memberikan kontribusi pada perbuatan keputusan selanjutnya dan

perbaikan kebijakan pada masa yang mendatang sebagai tujuan sosial (the

social purpose) dari evaluasi

Kriteria evaluasi atau indikator evaluasi menurit Dunn seperti dibawah ini :

Tabel. 2.1

Kriteria Evaluasi menurut Dunn

Efektivitas Apakah hasil yang diinginkan telah tercapai

Efesiensi Seberapa banyak usaha yang diperlukan untuk

mencapai hasil yang diinginkan

Kecukupan Seberapa jauh hasil yang tercapai dapat memcahkan

masalah

Pemerataan Adakah biaya dan manfaat didistribusikan merata

kepada kelompok-kelompok yang berbeda

Responsivitas Apakah hasil kebijakan memuat preferensi atau nilai

kelompok dan dapat memuaskan mereka

Ketepatan Adakah hasil yang dicapai benar-benar berguna atau

bernilai

Sumber : Dunn (2006 : 610)

Page 67: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

46

Dari tabel diatas 2.1 mengenai kriteria evaluasi, dapat dijabarkan lebih jauh,

yaitu :

Efektivitas, berkenaan dengan apakah suatu alternatif mencapai hasil yang

diharapkan, atau mencapai tujuan dari diaadakanya tindakan. Efesiensi, berkenaan

dengan julah usaha yang dihasilkan untuk menghasilkan tingkat efektivitas

tertentu. Kebijakan yang mencapai efektivitas tertinggi dengan biaya yang terkecil

disebut efisien.

Kecukupan, berkenaan dengan seberapa jauh tingkat efektivitas

memuaskan kebutuhan, nilai atau kesempatan yang menimbulkan adanya

masalah. Kriteria kecukupan ini berkenaan dengan 4(empat) tipe masalah, yaitu :

(1) masalah tipe I, meliputi ongkos tetap dan efektivitas yang berubah. Kebijakan

yang paling memadai adalah yang dapat memaksimalkan pencapaian tujuan

dengan biaya yang tetap sama, (2) Masalah Tipe II, menyangkut efektivitas yang

sama dan biaya yang berubah. Kebijakan yang paling memadai adalah yang dapat

meminimalkan biaya dalam mencapai tingkat efektivitas yang tetap. (3) Masalah

Tipe III, menyangkut biaya yang berubah dan efektivitas yang berubuah.

Kebijakan yang paling memadai adalah yang dapat memaksimalkan rasio

efektivitas tetap. Alternatif yang dapat dilakukan ialah dengan tidak melakukan

tindakan apapun.

Perataan atau kesamaan, maksudnya adalah sejauhmana suatu kebijakan

dapat didistribusikan secara adil baik, akibatnya maupun usaha dari kebijakan

Page 68: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

47

tersebut. Seperti misalanya pelayanan publik biasanya dirancang dengan kriteria

kesamaan.

Responsivitas, berkenaan denagn seberapa jauh suatu kebijakan dapat

memenuhi kebutuhan, preferensi atau nilai kelompok-kelompok masyarakat

tertentu. Dan yang terahir adalah Ketepatan, merujuk pada nilai atau harga dari

tujuan program dan kepada kuatnya asumsi yang melandasi tujuan-tujuan

tersebut.

Nugroho (2009) memberikan definisi evaluasi kebijakan ialah di tujukan

untuk menilai sejauh mana keefektifan kebijakn publik guna

dipertanggungjawabkan kepada konstiteunya. Sejauh mana tujuan di capai.

Evaluasi diperlukan untuk melihat kesenjangan antara “harapan” dan “kenyataan”.

(Nugroho, 2009:669)

House membuat taksonomi evaluasi yang cukup berbeda, yang membagi

model evaluasi menjadi :

1. Model sistem, dengan indikator utama adalah efisiensi.

2. Model perilaku, dengan indikator untama adalah produktivitas dan

akuntabilitas

3. Model formulasi keputusan, dengan indikator utama adalah keefektifan

dan keterjagaaan kualitas.

4. Model tujuan bebas (goal free), dengan inidkator utama adalah pilihan

pengguna dan manfaat sosial.

5. Model kekrtisan seni (art criticism), dengan indikator utama adalah

standar yang semakin baik dan kesadaran yang semakin meningkat.

6. Model review profesional, dengan indikator utama adalah penerimaan

profesional.

7. Model kuasi-legal (quasi-legal), dengan indikator utama adalah resolusi.

8. Model studi kasus, dengan indikator utama dalah pemahaman atas

diverisitas (Nugroho, 2009:674)

Page 69: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

48

Subarsono memberikan sebuah alasan mengapa evaluasi dalam sebuah kebijakan

perlu dilakukan.

1. Untuk mengetahui tingkat efektivitas suatu kebijakan, yakni seberapa jauh

suatu kebijakan mencapai tujuanya.

2. Mengetahui apakah suatu kebijakan berhasil atau gagal. Dengan melihat

tingkat efektivitasnya, maka dapat disimpulkan apakah suatu kebijakan

berhasil atau gagal.

3. Memenuhi aspek akuntabilitas publik. Dengan melakukan penilaian kerja

suatu kebijakan, maka dapat dipahami sebagai bentuk

pertanggungjawaban pemerintah kepada publik sebagai pemilik dana dan

mengambil manfaat dari kebijakan dan program pemerintah.

4. Menunjukan pada Stakeholder manfaat suatu kebijakan. Apabila tidak

dilakukan evaluasi terhadap sebuah kebijakan, para stakeholders, terutama

kelompok sasaran tidaak mengetahui secara pasti manfaat dari sebuah

kebijakan atau program pemerintah.

5. Agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. Pada akhirnya, evaluasi

kebijakan bermanfaat memberikan masukan bagi proses pengambilan

kebijakan yang akan datang agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Sebaliknya, dari hasil evaluasi diharapkan dapat ditetapkan kebijakan yang

lebih baik (Subarsono, 2012).

Secara terpisah Nurcholis mengatakan bahwa evaluasi kebijakan adalah

penilaian secara menyeluruh yang menyangkut Input, Proses, outputs, dan

outcames dari kebijakan Pemerintah daerah (Nurcholis, 2007 :274). Evaluasi

adalah proses yang mendasarkan diri pada disiplin yang ketat dan tahapan waktu.

Menurutnya evaluasi membutuhkan sebuah skema umum penilaian, yaitu :

1) Input, yaitu masukan yang diperlukan untuk pelaksanaan kebijakan

2) Proses, yaitu bagaiman sebuah kebijakan diwujudkan dalam bentuk

pelayanan langsung kepada masyarakat, bagiamana hambatan dan

tantangannya

3) Outputs, yaitu hasil dari pelaksanaan kebijakan. Apakah suatu pelaksanaan

kebijakan menghasilkan produk sesuai dengan tujuan yang ditetapkan?

4) Outcomes, yaitu apakah suatu pelaksanaan kebijakan berdampak nyata

terhadap kelompok sasaran sesuai dengan tujuan kebijakan?

Page 70: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

49

Skema umum penilaian menurut Nurcholis ini merupakan penilaian secara

menyeluruh terhadap suatu kebijakan . penilaian tersebut meliputi masukan awal

yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kebijakan, proses pelaksanaan kebijakan,

hasil kebijakan hingga kesesusaian antara tujuan kebijakan dengan dampaka yang

dtimbulkan. Dengan menggunakan teori evaluasi kebijakan ini dapat dibuat

penilaian secara menyeluruh terhadapa kebijakan yang akan dievalusi

2.1.6. Fungsi Evaluasi

Menurut Dunn (2003) terdapat tiga fungsi utama evaluasi dalam analisis

kebijakan, yaitu :

Pertama, evaluasi memberikan informasi yang valid dan dapat dipercaya

mengenai kinerja kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan

telah dapat dicapai melalui tindakan publik. Dalam hali ini evaluasi

mengungkapkan seberapa jauh tujuan dan target yang telah ditetapkan telah

tercapa.

Kedua, evaluasi memberikan sumbangan pada kalrifikasi dan kritik

terhadap nilai-nilai yang mendasari pemilihan dan target. Nilai tersebut dikrtik

mengenai kepantasan tujuan dari target yang telah ditetapkan dan keterkaitan dan

kesesuian dengan permasalahan yang dituju.

Ketiga, evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis

kebijakan lainya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi. Informasi yang

dihasilkan dari proses evaluasi dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk

Page 71: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

50

merumuskan ulang masalah dan memberikan alternatif kebijakan baru maupun

revisi kebijakan sebelumnya

Terdapat enam hal tujuan evaluasi yang disampaikan Sudjana (2006:48),

yaitu untuk :

1. Memberikan masukan bagi perencanaan program;

2. Menyajikan masukan bagi pengambil keputusan yang berkaitan dengan

tindak lanjut, perluasan atau penghentian program;

3. Memberikan masukan bagi pengambil keputusan tentang modifikasi atau

perbaikan program;

4. Memberikan masukan yang berkenaan dengan faktor pendukung dan

penghambat program;

5. Memberikan masukan untuk kegiatan motivasi dan pembinaan

(pengawasan, supervisi, dan monitoring) bagi penyelenggara,pengelola

dan pelaksana program.

Dari definisi diatas disimpulkan yaitu terdapat dua macam tujuan evaluasi

yaitu tujuan umum dan khusus. Tujuan umum diarahkan pada program secara

keseluruhan, sedangkan tujuan khusus diarahkan pada masing-masing komponen.

Dalam hak tersebut keduanya menyarankan agar dapat melakukan tugasnya, maka

seorang evaluator program dituntut untuk mampu mengenali komponen-

komponen program

2.1.7 Konsep Madrasah

Kata “madrasah” dalam bahasa Arab adalah benuk kata keterangan tempat

(zharaf makan) dari akar kata “darasa”. Secara harfiah “madrasah” diartikan

sebagai temapt belajar para pelajar, atau tempat untuk memberikan pelajaran”

(Jahari, 2013:3).

Page 72: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

51

Kata “madrasah‟ juga ditemukan dalam bahasa Hebrew atau Aramy, dari

akar kata yang sama yaitu “darasa”, yang berarti “membaca dan belajar‟ atau “

tempat duduk untuk belajar” dari kedua bahasa tersebut, kata “madrasah”

mempunyai arti yang sama “tempat belajar”. Jika diterjemahkan kedalam Bahasa

Indonesia, kata “madrasah” memiliki arti “sekolah” kendati pada mulanya kata

“sekolah” itu sendiri bukan berasal dari bahasa Indonesia, melainkan dari bahasa

asing, yaitu school atau scola.(Jahari, 2013:4)

2.1.8 Madrasah Diniyah

Madrasah Diniyah adalah salah satu lembaga pendidikan keagamaan pada

jalur luar sekolah yang diharapkan mampu secara menerus memberikan

pendidikan agama Islam kepada anak didik yang tidak terpenuhi pada jalur

sekolah yang diberikan melalui sistem klasikal serta menerapkan jenjang

pendidikan yaitu: Madrasah Diniyah Awaliyah, dalam menyelenggarakan

pendidikan agama Islam tingkat dasar selama selama 4 (empat) tahun dan jumlah

jam belajar 18 jam pelajaran seminggu, Madrasah Diniyah Wustho, dalam

menyelenggarakan pendidikan agama Islam tingkat menengah pertama sebagai

pengembangan pengetahuan yang diperoleh pada Madrasah Diniyah Awaliyah,

masa belajar selama selama 2 (dua) tahun dengan jumlah jam belajar 18 jam

pelajaran seminggu dan Madrasah Diniyah Ulya, dalam menyelenggarakan

pendidikan agama Islam tingkat menengah atas dengan melanjutkan dan

mengembangkan pendidikan Madrasah Diniyah Wustho, masa belajar 2 (dua)

tahun dengan jumlah jam belajar 18 jam per minggu (Depag RI.1998:30)

Page 73: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

52

Kesadaran Masyarakat Islam akan pentingnya Pendidikan Agama telah

membawa kepada arah pembaharuan dalam Pendidikan. Salah satu Pembaharuan

Pendidikan Islam di indonesia di tandai dengan lahirnya beberapa Madrasah

Diniyah, seperti Madrasah Diniyah (Diniyah School) yang didirikan oleh

Zainuddin Labai al Yunusi tahun 1915 dan Madrasah diniyah Putri yang didirikan

oleh Rangkayo Rahmah El Yunusiah tahun 1923 (Jahari, 2013:15).

Dalam sejarah, Keberadaaan Madrasah diniyah di awali lahirnya Madrasah

Awaliyah telah hadir pada masa Penjajahan Jepang dengan pengembangan secara

luas. Majelis tinggi Islam menjadi penggagas sekaligus penggerak utama

berdirinya Madrasah-Madrasah Awaliyah yang diperuntukkan bagi anak-anak

berusia minimal 7 tahun. Program Madrasah Awaliyah ini lebih ditekankan pada

pembinaan keagamaan yang diselenggarakan sore hari (El Widdah, 2012 :17)

Berdasarkan Undang-undang Pendidikan dan Peraturan Pemerintah,

Madrasah Diniyah adalah bagian terpadu dari pendidikan nasional untuk

memenuhi Permintaan masyarakat tentang pendidikan agama. Madrasah Diniyah

termasuk ke dalam pendidikan yang dilembagakan dan bertujuan untuk

mempersiapkan peserta didik dalam penguasaan terhadap pengetahuan agama

Islam.

UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang

ditindaklanjuti dengan disyahkannya PP No. 55 Tahun 2007 tentang pendidikan

agama dan keagamaan memang menjadi babak baru bagi dunia pendidikan agama

dan keagamaan di Indonesia. Karena itu berarti negara telah menyadari

Page 74: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

53

keanekaragaman model dan bentuk pendidikan yang ada di Indonesia.

Keberadaan peraturan perundangan tersebut telah menjadi ”tongkat penopang”

bagi madrasah diniyah yang sedang mengalami krisis identitas. Karena selama ini,

penyelenggaraan pendidikan diniyah ini tidak banyak diketahui bagaimana pola

pengelolaannya. Tapi karakteristiknya yang khas menjadikan pendidikan ini layak

untuk dimunculkan dan dipertahankan eksistensinya.

Sebagian Madrasah Diniyah khususnya yang didirikan oleh organisasi-

organisasi Islam, memakai nama Sekolah Islam, Islamic School, Norma Islam dan

sebagainya. Setelah Indonesia merdeka dan berdiri Departemen Agama yang

tugas utamanya mengurusi pelayanan keagamaan termasuk pembinaan lembaga-

lembaga pendidikan agama, maka penyelenggaraan Madrasah Diniyah mendapat

bimbingan dan bantuan Departemen Agama (El Widdah, 2012: 21)

Dalam perkembangannya, Madrasah Diniyah yang didalamnya terdapat

sejumlah mata pelajaran umum disebut Madrasah lbtidaiyah. sedangkan Madrasah

Diniyah khusus untuk pelajaran agama. Seiring dengan munculnya ide-ide

pembaruan pendidikan agama, Madrasah Diniyah pun ikut serta melakukan

pembaharuan dari dalam. Beberapa organisasi penyelenggaraan Madrasah

Diniyah melakukan modifikasi kurikulum yang dikeluarkan Departemen Agama,

namun disesuaikan dengan kondisi lingkungannya, sedangkan sebagian Madrasah

Diniyah menggunakan kurikulum sendiri menurut kemampuan dan persepsinya

masing-masing.

Page 75: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

54

2.1.9 Klasifikasi Madrasah Diniyah dan Syarat Penerimaan

1. Pendidikan Diniyah Formal

Sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 55

Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama Dan Pendidikan Keagamaan pada pasal

15 mengenai Pendidikan Diniyah Formal yang berbunyi “Pendidikan diniyah

formal menyelenggarakan pendidikan ilmu-ilmu yang bersumber dari ajaran

agama Islam pada jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar,

pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Hal ini diatur dalam pasal. Tindak

lanjut dari penjelasan di atas terdapat pada pasal 16 ayat 123 dan 17 ayat 1234.

2. Pendidikan Diniyah Nonformal

Pendidikan Nonformal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal

yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan diniyah

nonformal, dijelaskan secara detail pada pasal 21, 22, 23, 24 dan 25 dalam

Undang-Undang Pendidikan Agama Dan Pendidikan Keagamaan Nomor 55

Tahun 2007.

2.2 Deskripsi Kebijakan

2.2.1 Deskripsi Kebijakan Pendidikan

Berbicara pendidikan adalah juga berbicara tentang kebijakan, karena

pendidikan merupakan kebijakan yang dibuat pemerintah untuk dilaksanakan.

Karena pendidikan merupakan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah, maka

Page 76: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

55

kebijakan pendidikan adalah salah satu kebijakan publik dalam bidang

pendidikan.

Berbagai aturan dan perundang-undangan yang ada misalnya, undang-

undang nomor 5 tahun 1974 tentang Pemerintahan di Daerah. Menurut hemat

penulis aturan ini cenderung bersifat sentralistik daripada desentralistik.

Kemudian muncul kebijakan baru yaitu Undang-undang nomor 22 tahun 1999

tentang Pemerintah Daerah. Dalam UU nomor 22 tahun 1999 mengubah pola

pembangunan dari sentralistik menjadi desentralistik, dengan memberikan

kekuasaan otonom secara luas kepada pemerintah Kabupaten dan Kota.

Efek samping dari pada kekuasaan otonomi yang sangat luas kepada

daerah, pada prakteknya mengakibatkan sedikit terhambatnya proses

desentralisasi pembangunan dan pelayanan publik, juga pemerintah daerah

berpeluang untuk melakukan desentralisasi kekuasaan pada elit-elit politik daerah.

Salah satu pesan UU nomor 22 tahun 1999 adalah bahwa daerah

mempunyai kewajiban menangani pendidikan yang rambu-rambunya telah

dijabarkan dalam Peraturan pemerintah nomor 25 tahun 2000 tentang

Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom.

Bahwa persoalan mendasar dalam desentralisasi pengelolaan pendidikan

adalah apa yang seharusnya dilakukan, oleh siapa hal itu dilakukan, dengan cara

bagaimana dan mengapa demikian. Dengan semangat pemberian kesempatan

otonomi kepada daerah khususnya Kabupaten dan Kota, dan tetap terjaminnya

kepentingan nasional yang paling esensial.

Page 77: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

56

Disadari betul bahwa kewenangan dan kekuasaan saja belumlah cukup,

dibutuhkan kemampuan daerah untuk mengimplementasikan otonomi daerah.

Kemampuan ini bisa diuraikan menjadi sangat luas, mencakup keharusan

memiliki wawasan yang mumpuni, kualitas sumber daya manusia, kapasitas

kelembagaan serta kemampuan menggali dan mengelola pembiayaan. Dengan

demikian melalui pengelolaan yang desentralistik, diharapkan pendidikan dapat

dilaksanakan dengan lebih baik, bermanfaat bagi daerah dan juga bagi kehidupan

berbangsa dan bernegara. Tentunya dengan desentralisasi tersebut tidak

dikehendaki terjadinya kemunduran dalam pendidikan dan tidak juga justru

melemahkan semangat integrasi nasional.

Kebijakan publik penyelenggaraan pembangunan Indonesia Pasca

reformasi ditata dengan pola desentralistik, yaitu dengan lahirnya undang-undang

nomor 22 Thun 1999 tentang Pemerintah Daerah, yang dilengkapi dengan

Undang-undang nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan

Daerah. Hanya saja kebijakan publik ini menurut hemat penulis terdapat

kelemahan, diantaranya adalah adanya kesenjangan kesejahteraan antara pusat

dengan daerah.

Undang-undang nomor 22 tahun 2009 tentang Pemerintah Daerah

diperbaharui lagi dengan lahirnya Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah. Munculnya berbagai peraturan dan perundang-undangan

ini adalah dalam rangka perbaikan sistem yang selama ini berlaku, sehingga

kedepan akan lebih baik lagi.

Page 78: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

57

Pemerintah Orde baru menetapkan kebijakan publik dibidang pendidikan

berupa undang-undang nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem pendidikan Nasional.

Kebijakan ini ditetapkan pada saat kebijakan publik tentang penyelenggaraan

pembangunan menganut pola yang cenderung sentralistik, yaitu melalui Undang-

undang nomor 5 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah.

UU ini menyebutkan bahwa negara kesatuan RI dibagi kedalam daerah-

daerah otonom diselenggarakan melalui tiga pelaksanaan asas yaitu, asas

desentralisasi, asas dekonsentrasi dan asa pembantuan.

Pasal 2 UU tersebut menetapkan bahwa titik berat otonomi daerah

diletakkan pada daerah tingkat II yang pelaksanaannya diatur dengan peraturan

pemerintah (PP). Adapun tujuan daripada otonomi kepada daerah adalah untuk

memungkinkan daerah yang bersangkutan bisa mengatur dan mengurus rumah

tangganya sendiri.

Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

pada pasal; 50, 51 dan 52 secara khusus mengatur tentang pengelolaan pendidikan

tingkat pusat dan daerah, yang menyatakan bahwa sifat desentralistik dari

penyelenggaraan pembangunan pendidikan nasional. Namun didalamnya

memberikan panduan mengenai mekanisme desentralisasi penyelenggaraan

pendidikan nasional yaitu antara lain siapa yang bertanggung jawab dalam

pengelolaan sistem pendidikan nasional, bagaimana standar nasional pendidikan,

siapa yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan dasar,

menengah dan pendidikan tinggi dan sebagainya

Page 79: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

58

2.2.2 Deskripsi Peraturan Daerah Kota Cilgon Nomor 1 tahun 2008

Tentang Penyelenggaraan Wajib Belajar Madrasah Diniyah

Dalam Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan

wajib belajar Madrasah Diniyah di kota Cilegon terdapat 11 Bab dan 22 Pasal.

Pada bagian pertama perda ini berisikan tentang ketentuan umum kemudian

dilanjut dengan dasar, fungsi dan tujuan diterbitkanya perda tersebut pada Bab II.

Dalam Bab 3 dan Bab 4, dijelaskan tentang lamanya pendidikan wajib

belajar Madrasah Diniyah dan ketentuan-ketentuan mengenai peserta didik.

Dalam pengelolaan, pembinaan dan pengawasan wajib belajar madrasah diniyah

ini diatur dalam Bab VII Pasal 14 yang menyebutkan bahwa pengelolaan,

pembinaan dan pengawasan dilakukan Kementrian Agama Kota Cilegon dalam

bidang kurikulum dan Dinas pendidikan Kota Cilegon dalam bidang sarana dan

prasarana (pasal 14 ayat 2 dan 4).

Selanjutnya pada Bab VIII berisikan kewajiban Kementrian Agama dan

Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan wajib belajar Madrasah Diniyah di

Kota Cilegon dan juga tentang mekanisme pendirian Madrasah Diniyah yang

harus memperoleh ijin operasional dari Kementrian Agama.

Kemudian pada Bab IX mengenai evaluasi dan syahadah yang berisikan

tentang ketentuan bagaiamana sebuah evaluasi dilakukan dengan melihat pada

kemajuan dan keberhasilan belajar pada peserta didik. Pada pasal 18 dijelaskan

tentang kewenangan Kementrian Agama dalam mengeluarkan Sertifikat syahadah

(Ijazah Diniyah dan pada pasal 19 dijelaskan tentang kewajiban melampirkan

Page 80: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

59

syahadah diniyah atau sederajat ketika peserta didik yang beragama Islam

memasuki Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (Mts)

2.3 Penelitian Terdahulu

Dalam melakukan penelitian . Peneliti melakukan peninjauan terhadap

penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, baik berupa skripsi maupun tesis,

yang terkait dengan tema yang diambil dalam penelitian ini. Peneliti mengambil

dua penelitian terdahulu sebagai pembanding dengan penelitian yang dilakukan.

Penelitian pertama yaitu diambil dari skripsi yang berjudul “Implementasi

Amaliyah Diniyah Dalam Mewujudkan Budaya Sekolah Islami Di SD Islam

Sultan Agung 4 Semarang”, yang dilakukan oleh Saikhul Aris pada Tahun 2014,

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode

deskriptif analisis melalui rancangan studi kasus. Teknik pengumpulan data

dilakukan dengan: (1) wawancara (2) observasi dan (3) dokumentasi. Teknik

analisis datanya dilakukan dengan cara: reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan. Sedangkan pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan

perpanjangan waktu dan ketekunan observasi, tekknik triangulasi dan diskusi

rekan sejawat, serta menggunakan referensi.

Adapun hasil penelitian dari skripsi ini, antara lain: 1) Implementasi

amaliyah diniyah dalam rangka mewujudkan budaya sekolah Islami (BUSI) di SD

Islam Sultan Agung 4 Semarang dilakukan dengan cara menerapkan secara

Page 81: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

60

langsung standar operasional BUSI yang telah dibuat oleh tim motivator BUSI

dan disepakati oleh ketua II Bidang Dikdasmen YBWSA (Yayasan Badan Wakaf

Sultan Agung). Adapun persiapan-persiapan yang dilakukan oleh yayasan

bersama sekolah sebelum diterapkannya BUSI ini, antara lain: Pertama,

Merumuskan standar oiperasional prosedur BUSI, Kedua, Membentuk tim

motivator BUSI, Ketiga, Membentuk tim penegak disiplin sekolah (petugas piket

BUSI), Keempat, Mensosialisasikan standar operasional prosedur BUSI. 2)

Bentuk-bentuk amaliyah diniyah yang dibiasakan dan diterapkan di SD Islam

Sultan Agung 4 Semarang dalam rangka mewujudkan budaya sekolah Islami

(BUSI) antara lain yaitu: a) Pembiasaan hidup bersih (Thoharoh), b) Berbusana

Islami, c) Pembiasaan Akhlak yang baik, d) Pembiasaan Shalat berjama‟ah, dan e)

Pembinaan Baca Tulis al-Qur‟an (BTQ).

Persamaan penelitian ini dengan penulis teliti yaitu peneliti melakukan

penelitian dengan objek utama yang sama yaitu tentang Madrasah Diniyah.

Dengan melihat objek yang sama maka peneliti menjadi dapat lebih memahami

tentang Madrasah Diniyah. Perbedaan penelitian ini dengan penulis yaitu fokus

yang dipilih penelitian terdahulu yaitu lebih kepada implementasi amaliyah

Madrasah Diniyah di sebuah sekolah SD Islam Sultan Agung 4 Semarang, dan

kajian dalam penelitian ini lebih spesifik yang ditekankan pada mewujudkan

budaya sekolah islami pada sekolah tertentu tetapi penelitian yang penulis ambil

saat ini berfokus pada evaluasi Peraturan Daerah tentang wajib belajar Madrasah

Diniyah yang cakupanya lebih luas dan kompleks, karena lokusnya di Kota

Cilegon.

Page 82: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

61

Selanjutnya pada penelitian skripsi yang berjudul “Peran Madrasah

Diniyah Nurul Anam dalam Pengembangan Pendidikan Islam di Desa Kranji

Kecamatan Kedungwuni Pekalongan” yang dilakukan oleh Ciyarti 2009, IAIN

Walisongo, Semarang

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif lapangan (field

research) dengan teknis analisis deskriptif kualitatif. Teknik pengambilan sampel

menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel

sumber data dengan tujuan tertentu pertimbangan bahwa informan dipandang

mengetahui tentang situasi sosial Madrasah Diniyah Nurul Anam. Adapun jumlah

informan dalam penelitian ini adalah sebanyak 57 informan. Diambil dari 3 orang

tokoh agama, 3 orang tokoh masyarakat, 3 orang pengurus Yayasan Madrasah

Diniyah, 1 orang pengurus Madrasah Diniyah, 25 orang pengajar madrasah

Diniyah baik Awaliyah, Wustha maupun „Ulya, dan 22 masyarakat Kranji yang

sekaligus merupakan orang tua santri. Pengumpulan data menggunakan teknik

wawancara, observasi, dokumentasi dan triangulasi. Data penelitian yang

terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif

kualitatif dengan pendekatan deduktif dan induktif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Pengembangan pendidikan Islam

di Kranji ditempuh melalui beberapa cara, meliputi: pengajian, majelis ta‟lim,

pesantren, Madrasah Diniyah dan organisasi masyarakat/organisasi pemuda. 2)

Madrasah Diniyah Nurul Anam merupakan media yang paling mengena dan

berpengaruh di masyarakat desa Kranji dalam proses pengembangan pendidikan

Islam melalui anak-anak mereka. Peran Madrasah Diniyah tersebut yaitu: a)

Page 83: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

62

Sebagai lembaga pentransfer pengetahuan agama, b) Sebagai media pelestarian

ajaran Islam, c) Media pembentukan dan pembinaan akhlaqul kharimah, d)

Sebagai media pengenalan dan penanaman ajaran Islam secara dini, e) sebagai

salah satu pilar pendidikan Islam, f) Untuk melengkapi pendidikan agama Islam di

sekolah umum

Persamaan penelitian ini dengan penulis yaitu obyek yang diteliti sama

yaitu tentang Madrasah Diniyah sehingga memberikan tambahan referensi bagi

peneliti. Perbedaannya yaitu pada fokus yang diteliti yaitu penulis meneliti pada

evaluasi Perda Madarsah Diniyah sedangkan dalam penelitian tersebut lebih

kepada Peran Madrasah Diniyah Nurul Anam di Desa Kranji Kecamatan

Kedungwuni Pekalongan.

2.4 Kerangka Bepikir

Penelitian ini akan meneliti tentang Evaluasi Peraturan Darah Kota Cilegon

Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Wajib Belajar Madrasah Diniyah.

Dalam penyusunan kerangka berpikir, peneliti menggunakan teori evaluai

kebijakan yang dikemukakan oleh Nurcholis (2007 :274). Menurutnya evaluasi

membutuhkan sebuah skema umum penilaian, yaitu :

1. Input, yaitu masukan yang diperlukan untuk pelaksanaan kebijakan

2. Proses, yaitu bagaimana sebuah kebijakan diwujudkan dalam bentuk

pelayanan langsung kepada masyarakat

3. Outputs, yaitu hasil dari pelaksanaan kebijakan. Apakah suatu

pelaksanaan kebijakan menghasilkan produk sesuai dengan tujuan yang

ditetapkan?

Page 84: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

63

4. Outcomes, yaitu apakah suatu pelaksanaan kebijakan berdampak nyata

terhdapa kelompok sasaran sesuai dengan tujuan kebijakan?

Dengan mengacu kepada keempat skema umum penilitian tersebut, peneliti

diharapkan mampu melakukan analisis dilapangan secara lebih mendalam dan

mampu menemukan jawaban atas rumusan masalah dalam penelitian ini, hasil

evaluasi yang dilakukan diharapkan dapat memberikan umpan balik (feed back)

untuk rekomendasi dalam pelaksanaan kebijakan berikutnya. Untuk

menggambarkan alur pemikiran peneliti dapat terlihat dalam kerangka berpikir

sebagai berikut :

Page 85: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

64

Gambar. 2.1

Kerangka Berpikir

Peraturan Daerah Nomor 1

Tahun 2008 Tentang

Penyelenggaraan Wajib Belajar

Madrasah Diniyah di Kota

Cilegon

Permasalahan :

1. Bedanya acuan hukum antara Kementrian Agama dengan

LPPTKA/BKPRMI beserta Dinas Pendidikan Kota Cilegon

dalam implementasi perda tersebut

2. Lambatnya implementasi Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2008

Tentang Penyelenggaraan Wajib Belajar Madrasah Diniyah di

Kota Cilegon

3. Tidak meratanya penerapan kewajiban menyerahkan Syahadah

Diniyah ke SMP dan MTs

4. Tidak setaranya jumlah Madrasah Diniyah dengan jumlah

Sekolah Dasar (SD) dengan Jumlah MDTA yang ada di Cilegon

Dinas

Pendidikan

Kota Cilegon

Kriteria evaluasi kebijakan menurut

Nurcholis (2007 :274)

1. Input

2. Proses

3. Outputs

4. Outcomes.

Menilai dan memberikan gambaran atas pelaksanaan Peraturan

Daerah Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Wajib

Belajar Madrasah Diniyah di Kota Cilegon dan sebagai

rekomendasi untuk kebijakan selanjutnya

Kementrian

Agama Kota

Cilegon

Page 86: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

65

2.4 Asumsi Dasar

Berdasarkan hasil observasi awal dan kerangka berpikir yang telah

dipaparkan terhadap fokus penelitian, maka peneliti berasumsi bahwa pelaksanaan

Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan

Wajib Belajar Madrasah Diniyah di Kota Cilegon belum berjalan optimal.

Page 87: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

66

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

Penulis menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan diskriptif-

analitis. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, ‘analitis’ (analistis) artinya adalah

bersifat analisis, yang artinya proses pemecahan masalah yang dimulai dengan

dugaan akan kebenarannya (Yashin,1997:34). Sedangkan analisa diskriptif

dilakukan terutama ditujukan untuk pemecahan masalah yang ada pada masa

sekarang, terutama masalah-masalah Evaluasi Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun

2008 Tentang Penyelenggaraan Wajib Belajar Diniyah.

Dimana pendekatan kualitatif ini melihat proses dari peristiwa yang satu ke

peristiwa yang lain secara komprehensif. Dalam prakteknya tidak terbatas pada

pengumpulan dan penyusunan klasifikasi data saja tetapi juga menganalisis dan

menginterprestasikan tentang arti data tersebut, itulah alasan mengapa peneliti

mengambil penelitian deskriptif kualitatif.

Pada prinsipnya perspektif pendekatan penelitian merupakan rencana

menyeluruh tentang tahapan kerja yang dilakukan dalam mencapai tujuan

penelitian. Dalam penelitian ini penulis ingin mendapatkan gambaran yang

komprehensif tentang fokus penelitian yaitu evaluasi kebijakan Peraturan Daerah

66

Page 88: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

67

Kota Cilegon Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Wajib Belajar

Diniyah.

Metode penelitian digunakan untuk menjawab permasalahan dalam

penelitian dan metode yang digunakan harus dapat sesuai dengan masalah

penelitian, namun demikian setiap metode memiliki kelemahan dan kelebihan,

maka untuk menjawab permasalahan penelitian menggunakan metode yang dapat

saling mengisi dan melengkapi.

Dalam suatu penelitian ilmiah, metode penelitian diperlukan sebagai frame

dalam suatu garis pemikiran yang tidak bias. Ada beberapa jenis penelitian antara

lain, penelitian survey, eksperimen, grounded, kombinasi pendekatan kualitatif

dan kuantitatif dan analisa data sekunder.

Untuk menggali informasi yang dibutuhkan dalam menjawab pertanyaan-

pertanyaan penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini, maka peneliti

menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, analisis serta

wawancara mendalam secara langsung.

Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong,2001:3) yang menyatakan bahwa

penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Hasil penelitian akan dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan

nyata dengan memberikan gambaran atau deskripsi secara sistematis, faktual dan

akurat terhadap objek yang akan diteliti.

Penelitian deskripitif dimaksud untuk pengukuran yang cermat terhadap

fenomena sosial tertentu, dimana peneliti mengembangkan konsep dan

Page 89: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

68

menghimpun konsep serta menghimpun fakta, tetapi tidak melakukan hipotesa.

Dengan menggunakan metode penelitian ini, peneliti akan menggambarkan dan

menterjemahkan fakta aktual yang ada di lapangan.

Dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, maka penelitian ini

berupaya melakukan kajian dan evaluasi pada pelaksanan Perda No. 1 Tahun

2008 tentang penyelenggaraan wajib Belajar Diniyah dan fenomena-feomena

yang terkait dengan pelaksanaan perda tersebut

3.2 Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini fokus pada evaluasi Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun

2008 Tentang Wajib Belajar Madrasah Diniyah di Kota Cilegon, menganalisis

permasalahan-permasalahan dan hambatan dalam pelaksanaan Perda tersebut

3.3 Lokasi Penelitian

Locus penelitian ini di Kota Cilegon, Provinsi Banten, peneliti tertarik

mengambil tempat ini karena Perda Diniyah di kota Cilegon telah ada sejak lama

tapi dalam implementasinya belum berjalan dengan sempurna.

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Definisi Konseptual

Definisi konseptual digunakan untuk menegaskan konsep-konsep

yang jelas, yang digunakan supaya tidak menjadi perbedaan penafsiran

Page 90: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

69

antara penulis dan pembaca. Konsep-konsep yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

1) Evaluasi Kebijakan

Evaluasi kebijakan merupakan sebuah analisis baik terhadap

perumusan, proses maupun hasil dari sebuah kebijakan yang bertujuan

untuk melihat sejauh mana keberhasilan kebijakan tersebut dalam

memenuhi aspek publik.

2) Wajib Belajar Madrasah Diniyah

Merupakan sebuah kebijakan tentang wajib belajar Madrasah

Diniyah yang dkeluarkan oleh Pemerintah Daerah Kota Cilegon dan

wajib diikuti oleh setiap warga belajar berusia 7-12 tahun dengan lamanya

pendidkan selama 4 (empat) tahun sebagai persyaratan untuk melanjutkan

pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi yang dibuktikan dengan

Surat Tanda Tamat Belajar Madrasah Diniyah

3.4.2 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah evaluasi Peraturan

Daerah Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Wajib Belajar

Madrasah Diniyah di Kota Cilegon. Karena penelitian ini menggunakan

metode penelitian kualitiatif, maka dalam penjelasan definisi operasional

ini akan dikemukakan fenomena-fenomena penelitian yang dikaitkan

dengan konsep yang digunakan yaitu empat kriteria evaluasi kebijakan

yang dikemukan oleh Nurcholis, yaitu:

1) Input, yakni mengamati sumber daya pendukung, bahan-bahan dasar

yang diperlukan untuk melaksanakan kebijakan wajib belajar

Page 91: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

70

Madrasah Diniyah, melihat seberapa Sumber Daya Manusia (SDM),

dana dan Infrastruktur pendukung yang diperlukan, dan masukan

dalam implementasi kebijakan wajib belajar Madrasah Diniyah, serta

sosialisasi kebijakan tersebut

2) Proses, yaitu melihat pada transformasi kebijakan wajib belajar

Madrasah Diniyah, termasuk didalamnya tentang hambatan dan

permasalahan dalam Implementasi kebijakan tersebut

3) Outputs, yaitu melihat pada ketepatan, dan sasaran Peraturan Daerah

tentang Penyelenggaraan Wajib Belajar Madrasah Diniyah kepada

Masyarakat Kota Cilegon terutama peserta didik usia7-12 tahun

4) Outcomes, yaitu melihat pada dampak yang diterima oleh masyarakat

Kota Cilegon dengan adanya Kebijakan Peraturan Daerah Nomor 1

Tentang Penyelenggaraan Wajib Belajar Madrasah Diniyah baik

berupa dampak positif maupun negatif

3.5 Instrumen penelitian

Instrumen adalah alat untuk mengumpulkan data. Instrumen yang baik

harus absah (valid) dan dapat dipercaya (reliabel). Instrumen yang valid

adalah instrumen yang dengan tepat mengukur apa yang harus diukur.

Instrumen reliabel bila hasil penguuran itu bersifat ajek.

Dalam penelitian kualitatif instrumenya adalah peneliti sendiri. oleh

karena itu peneliti dalam penelitian kualitatif harus divalidasi terlebih dahulu,

hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh peneliti siap melakukan

Page 92: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

71

penelitian di lapangan. Untuk itu peneliti di tuntut memiliki wawasan

mengenai bidang yang akan diteliti, karena ini dapat membantu peneliti

dalam memasuki objek penelitian.

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi ,

melainkan situasi sosial, yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place),

pelaku( actor), dan aktivitas (activity), yang berinteraksi secara sinergis.

Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan dengan responden,

tetapi sebagai narasumber, atau partisipan , informan, (sugiyono, 2008:49-50)

Menurut Nasution dalam Sugiyono, peneliti sebagai instrumen

penelitian serassi unuk penelitian karean memiliki ciri sebagai berikut :

1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap stimulus dari

lingkungan yang diperkirakanya bermakna atau tidak bagi

penelitian

2. Sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek

sehingga dapat mendapatkan ragam data sekaligus

3. Tiap situsi merupakan keseluruhan. Tidak ada lagi suatu instrumen

berupa test atau angket yyang dapat mengungkap keseluruhan

situasi, kecuali manusia

4. Situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami

dengan penegtahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering

merasakanya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.

Page 93: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

72

5. Peneliti sebagi instrumen dapat segera menganalisis data yang

diperoleh, ia dapat menafsirkanya, melahirkan hipotesis dengan

segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis

yang timbul seketika

6. Hanya manusia sebagi instrumen dapat mengambil kesimpulan

berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan

menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan,

perubahan, perbaikan atau pelakan.

7. Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh, yang

menyimpang justru di beti perhatian. Respon yang lain daripada

yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi

tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang

diteliti (Sugiyono, 2008:224)

Selain itu dalam melakukan penelitian ini peneliti memperoleh data dari

beberapa sumber data, yaitu :

1. Data primer

Data primer ada dua yang diambil langsung tanpa perantara

dari sumbernya (Irawan, 2005:55). Sumber ini dapat berupa benda-

bedan, situs, atau manusia. Seorang peneliti kualitatif bisa

mendapatkan data-data primer dengan cara melakukan wawancara

atau melakukan pengamatan langsung terhadap suatu aktivitas

masyarakat.

Page 94: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

73

Dalam hal ini peneliti mendapatkan data primier dengan

cara melakukan wawancara dari informan dan melakukan

pengamatan langsung terhadap aktivitas informan

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung

dari sumbernya (Irawan, 2005:55). Data sekunder biasanya diambil

daridokumen-dokumen (laporan, karya tulis orang lain, koran,

majalah) atau seseorang memperoleh infomasi dari orang lain

Dalam penelitian ini peneliti ini peneliti memperoleh data

sekunder melalui studi dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data

dari informasi dengan cara mengkaji berbagi dokumen yang terkait

dengan judul penelitian.

3. Alat bantu lainya

Alat pengumpul data yang yang digunakan dalam penelitian ini,

khususnya dalam melakukan wawancara adalah :

1) Alat tulis, yang digunakan untuk mencatat percakapan dengan

informan, yang berupa buku catatan dan pulpen

2) Alat perekam, yang digunakan untuk merekam semua percakapan.

Hal ini dilakukan guna mengantisipasi apabila perkataan yang

disampaikan informan terlalu cepat sehingga tidak sempat ditulis.

3) Camera/Handphone, untuk memotret kegiatan yang berkaitan

dengan penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan

keabsahan data

Page 95: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

74

3.6 Penentuan Informan

Dalam menentukan informan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang

dianggap memiliki informasi kunci (key informan) yang dibutuhkan di wilayah

penelitian. Penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena penelitian

kualitatif berangkat dari kasus tertentu dan pada situasi sosail tertentu sehingga

hasil tujuanya tidak akan digeneralisasikan ke populasi, tetapi dapat diterapkan

ketempat lain apabila situasi sosial tersebut memiliki kemiripan atau kesamaan

dengan situasi sosial yang diteliti

Informan diperoleh dari observasi awal peneliti yang dilakukan di Kota

Cilegon dipilih secara purposive yang merupakan metode penetapan informan

dengan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu berdasarkan informasi yang

dibutuhkan artinya pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu.

Informan tersebut ditentukan dan ditetapkan tidak berdasarkan pada jumlah

yang dibutuhkan, melainkan berdasarkan pertimbangan fungsi dan peran informan

sesuai fokus masalah penelitian. Adapun yang menjadi key informan dalam

penelitian ini adalah aktor-aktor yang berperan dalam pembuatan dan pelaksanaan

kebijakan Peraturan Daeerah Kota Cilegon Nomor 1 Tahun 2008 Tentang

Penyelenggaraan Wajib Belajar Madrasah Diniyah . Informan tersebut ialah :

1. Kantor Kementrian Agama Kota Cilegon

2. FKDT Kota Cilegon

3. LPPTKA/BKPRMI Kota Cilegon

4. Dinas Pendidikan Kota Cilegon

5. Kepala Sekolah SMP/Mts

Page 96: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

75

6. Wali Murid

Tabel 3.1

Daftar Informan Penelitian

No. Kategori Informan Kode Informan Keterangan

I Instansi :

a. Kepala Kantor Kementrian Agama Kota

Cilegon

I1-1

Key Informan

b. Kepala Seksi Pendidikan Agama dan

Keagmaan Islam Kementrian Agama

Kota Cilegon

I1-2 Key Informan

c. Kepala Seksi Pendidikan Madrasah

Kementrian Agama Kota Cilegon

I1-3

Key Informan

d. Kepala Sub Bagian TU Kementrian

Agama

I1-4

Secondary Informan

II Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah :

a. Ketua Forum Komunikasi Madrasah

Diniyah Takmiliayh Kota Cilegon

I2-1 Key Informan

b. Pengurus Forum Kominkasi

Madrasah Diniyah Takmiliyah Kota

Cilegon

I2-2 Key Informan

III Dinas Pendidikan :

a. Kepala Dinas Pendidikan Kota

Cilegon

I3-1

Key Informan

b. Kepala Bidang Pendidikan

Menengah Dinas Pendidikan Kota

Cilegon

I3-2 Key Informan

IV LPPTKA/BKPRMI :

a. Direktur LPPTKA/BKPRMI I4 Key Informan

V Kepala MTs/SMP :

a. Kepala Madrasah MTSN Pulomerak I5-1

Secondary Informan

b. Kepala SMPN 3 Kota Cilegon I5-2

Secondary Informan

VI a. Wali Murid Madrasah Dimiyah I6-1 – I6-6

Secondary Informan

(Sumber : Peneliti, 2015)

Page 97: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

76

3.7 Teknik pengumpulan dan analisis data

Teknik pengumpulan data akan menjelaskan cara pengumpulan data

serta jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian. Mengenai

teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini memakai

beberapa teknik, yaitu:

1. Observasi

Observasi dalam penelitian kualitatif merupakan teknik

pengumpulan data yang paling lazim dipakai, observasi dilakukan

untuk memperoleh informasi tentang perilaku manusia seperti terjadi

dalam kenyataan. Dengan observasi dapat kita peroleh gambaran dan

keterangan yang lebih jelas dan banyak tentang masalah obyek

penelitian. Observasi sebagai alat pengumpul data harus sistematis,

artinya observasi serta pencatatannya dilakukan menurut prosedur dan

aturan-aturan tertentu sehingga dapat diulangi kembali oleh peneliti

lain, selain itu hasil observasi harus memberi kemungkinan untuk

menafsirkannya secara ilmiah.

Data kualitatif diungkapkan dalam bentuk kalimat serta uraian,

sebagai ciri khasnya adalah menjelaskan kasus-kasus tertentu serta

tidak bertujuan untuk digeneralisasikan, data kualitatif disebut sebagai

data primer karena data yang diambil dari sumber pertama subjek

penelitian dilapangan (Bungin, 2001: 128).

Observasi atau pengamatan langsung merupakan salah satu

teknik pengumpulan data dimana peneliti terjun langsung ke lapangan

Page 98: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

77

sebagai partisipan atau nonpartisipan. Dengan teknik observasi,

peneliti dapat memperoleh gambaran langsung dan mengetahui

keadaan yang sesungguhnya yang terjadi di lapangan. Dalam

penelitian ini peneliti melakukan studi lapangan dengan terjun

langsung kemasyarakat dengan melihat-melihat pelaksanan secara

langsung program tersebut.

2. Wawancara

Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal yang

bertujuan memperoleh informasi. Wawancara merupakan bentuk

komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin

memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu.

Wawancara juga merupakan percakapan dengan maksud

tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewancara

dan terwawancara. Wawancara dalam penelitian kualitatif bersifat

mendalam (indepth interview). Pada penelitian ini, peneliti

menggunakan wawancara semiterstuktur, dimana wawancara

dilakukan secara bebas untuk menggali informasi lebih dalam dan

bersifat dinamis, namun tetap terkait dengan pokok-pokok wawancara

yang telah peneliti buat terlebih dahulu dan tidak menyimpang dari

konteks yang akan dibahas dalam fokus penelitian. Dalam sebuah

wawancara tentu dibutuhkan suatu pedoman. Pedoman wawancara

digunakan peneliti dalam mencari data dari para informan dan

memudahkan peneliti dalam menggali sumber informan untuk

Page 99: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

78

mendapatkan informasi. Adapun pedoman wawancara yang telah

disusun yaitu sebagai berikut.

Tabel 3.2

Pedoman Wawancara

NO DIMENSI KISI-KISI INFORMAN

1 Input Meliputi : Struktur

Kelembagaan,

SDM, Sarana,

Prasarana, dan

Sosialisasi

- Kepala Dinas Pendidikan

Kota Cilegon

- Kasub Dikdasmen Dindik

Kota Cilegon

- Kepala Kantor

Kementrian Agama Kota

Cilegon,

- Kasi Pakis Kementrian

Agama Kota Cilegon

- Pengurus Fokmada Kota

Cilegon,

- Direktur

LPPTKA/BKPRMI Kota

Cilegon

- Kepala Sekolah

SMP/MTs

- Wali Murid

- Anggota DPRD Kota

Cilegon

2 Proses Meliputi :

transformasi

kebijakan dalam

bentuk pelayanan

kepada masyarakat,

Pemerataan

kebijakan dan

hambatan Peraturan

Daerah tersebut

- Kepala Dinas Pendidikan

Kota Cilegon

- Kasub Dikdasmen Dindik

Kota Cilegon

- Kasi Pakis Kementrian

Agama Kota Cilegon

- Kepala Kantor

Kementrian Agama Kota

Cilegon,

- Pengurus Fokmada Kota

Cilegon,

- Direktur

LPPTKA/BKPRMI Kota

Cilegon

- Kepala Sekolah

SMP/MTs

Page 100: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

79

- Anggota DPRD Kota

Cilegon

3 Outputs Meliputi : ketepatan,

dan sasaran

Peraturan Daerah

tersebut

- Kepala Dinas Pendidikan

Kota Cilegon

- Kepala Kantor

Kementrian Agama Kota

Cilegon,

- Pengurus Fokmada Kota

Cilegon,

- Pengajar (ustad) Madrasah

- Kasub Dikdasmen Dindik

Kota Cilegon

- Kasi Pakis Kementrian

Agama Kota Cilegon

- Anggota DPRD Kota

Cilegon

4 Outcomes Meliputi : dampak

yang diterima oleh

masyarakat luas

atau pihak yang

terkena kebijakan,

ada tidaknya

dampak negatif dan

positifnya

- Kepala Dinas Pendidikan

Kota Cilegon Kasub

Dikdasmen Dindik Kota

Cilegon

- Kasi Pakis Kementrian

Agama Kota Cilegon

- Kepala Kantor

Kementrian Agama Kota

Cilegon,

- Pengurus Fokmada Kota

Cilegon,

- Direktur

LPPTKA/BKPRMI Kota

Cilegon

- Kepala Sekolah

SMP/MTs

- Wali Murid

- Anggota DPRD Kota

Cilegon (Sumber : Peneliti, 2015)

3. Studi Dokumentasi

Disamping melakukan observasi dan wawancara peneliti

menggunakan tekinik pengumpulan data berupa studi dokuemntasi. Dalam

Page 101: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

80

hal ini dokumen yang dikumpulkan berupa gambar, misalnya foto, tabel,

serta telaah peraturan per undang-undangan

Alat pengumpul data yang yang digunakan dalam penelitian ini,

khususnya dalam melakukan wawancara adalah :

4) Alat tulis, yang digunakan untuk mencatat percakapan dengan

informan, yang berupa buku catatan dan pulpen

5) Alat perekam, yang digunakan untuk merekam semua percakapan.

Hal ini dilakukan guna mengantisipasi apabila perkataan yang

disampaikan informan terlalu cepat sehingga tidak sempat ditulis.

6) Camera/Handphone, untuk memotret kegiatan yang berkaitan

dengan penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan

keabsahan data.

Teknik analisis data kualitatif adalah analisis yang dilakukan terhadap

data-data non angka. Seperti wawancara atau catatan laporan, buku-buku, artikel,

juga termasuk non tulisan seperti foto, gambar atau film (Irawan, 2005:19)

Proses analisis data dilakukan secara terus-menerus sejak data awal

dikumpulkan ssampai dengan penelitian berakhir. Untuk memberikan makna

terhadap data yang telah dikumpulkan, dianalisis dan diinterpretasi. Mengingat

penelitian ini dilaksanakan melalui pendekatan kualitatif, maka analisis dilakukan

sejak data pertama sampai penelitian terakhir.

Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan teknik analisis data kualitatif mengikuti konsep yang diberikan oleh

Prasetya Irawan, yakni sebagai berikut

Page 102: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

81

Gambar 3.1

Proses Analisis Data

.

(Sumber : Prasetya Irawan, 2005)

1. Pengumpukan data mentah

Tahap pertama yang dilakuakn oleh peneliti adalah mengumpulkan

data mentah. Hal ini diperoleh melalui wawancara mendalam,

observasi ke lapangan, studi dokumentasi

2. Transkip Data

Pada tahap ini peneliti mulai merubah data yang diperoleh (baik dari

hassil rekaman saat wawancara, hasil observasi maupun catatan

lapangan yang sebelumnya belum tersusun rapih) kedalam bentuk

tertulis

3. Pembuatan koding

Pada tahap ketiga, peneliti membaca secara teliti transkip data yang

telah dibuat sebelumnya, kemudai memahami secara seksama

sehingga menemukan kata kunci yang akan diberi kode. Hal ini

Pengumpulan

data mentah

Transkip data Pembuatan

koding

Kategorisasi

Data

Penyimpulan

sementara

Penyimpulan

akhir

Triangulasi

Page 103: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

82

dilakuakn untuk mempermudah peneliti pada saat akan

mengkategorisasikan data

4. Kategorisasi data

Pada tahap keempat peneliti mulai menyederhanakan data dengan

membuat kategori-kategori tertentu

5. Penyimpulan sementara

Pada tahap ini peneliti mengambil kesimpulan sementara data yang

telah dikategorikan sebelumnya

6. Triangulasi

Triangulasi adala proses check dan recheck antar satu sumber data

dengan sumber data lainya.

7. Penyimpulan akhir

Pada tahap terakhir, peneliti melakukan penyampain akhir atas hasil

penelitian. Dimana pada tahap ini peneliti dapat mengembangkan teori

baru, maupun mengembangkan teori yang sudah ada.

3.8 Teknik Pengujian Data dan Keabsahan Data

Adapun untuk mengujia keabsahan datanya , peneliti pada penelitian ini

menggunakan dua cara , antara lain:

1. Triangulasi

Terdapat tiga jenis triangulasi yaitu triangulasi sumber, triangulasi

teknik, triangulasi waktu. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara

mengecek data yang telah diperoleh dari lapangan melalui beberapa

Page 104: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

83

sumber. Sedangkan triangulasi teknik dilakukan dengan cara

mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang

berbeda. Pengecekan dilakukan dengan menggunakan teknik

wawancara dan studi dokumentasi. Dalam penelitian ini menggunakan

triangulasi sumber.

2. Membercheck

Memberchek adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti

kepada informan. Tujuannya adalah untuk mengetahui kesesuaian data

yang diberikan oleh pemberi data.

3.9 Jadwal Penelitian

Penelitian ini dimulai dari bulan Desember 2014 dan direncanakan akan

selesai sampai bulan Januari tahun 2016. Rencana kegiatan penelitian skripsi

sebagaimana dimaksud yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.3

Rencana Penelitian

No Kegiatan

Waktu

Des 2014

Jan 2015

Feb 2015

Maret 2015

April 2015

Mei 2015

Juni 2015

Juli 2015

Agust 2015

Sept 2015

Okt 2015

Nov 2015

Des 2015

Jan 2016

1. Perijinan dan Observasi Awal

2. Penyusunan Proposal Skripsi

3. Seminar Proposal dan

Revisi Proposal

Skripsi

4. Penelitian

kelapangan

5. Pengolahan

Page 105: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

84

Data

6. Bimbingan

BAB IV

7. Bimbingan

BAB V

8. Sidang Skripsi

9. Revisi Skripsi

(Sumber: Peneliti, 2015)

Page 106: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

85

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1 Profil Kota Cilegon

Kota Cilegon merupakan wilayah bekas Kewadenaan (Wilayah kerja

pembantu Bupati KDH Serang Wilayah Cilegon), yang meliputi 3 (tiga)

Kecamatan yaitu Cilegon, Bojonegara dan Pulomerak.

Berdasarkan Pasal 27 Ayat (4) UU No 5 tahun 1974 tentang Pokok Pokok

Pemerintahan di Daerah, Cilegon kiranya sudah memenuhi persyaratan untuk

dibentuk menjadi Kota Administratif. Melalui surat Bupati KDH Serang No.

86/Sek/Bapp/VII/84 tentang usulan pembentukan administratif Cilegon dan atas

pertimbangan yang obyektif maka dikeluarkan Peraturan Pemerintah No. 40 tahun

1986, tentang pembentukan Kota Administratif Cilegon dengan luas wilayah

17.550 Ha yang meliputi 3 (tiga) wilayah Kecamatan meliputi Pulomerak,

Ciwandan, Cilegon dan 1 Perwakilan kecamatan Cilegon di Cibeber ,sedangkan

kecamatan Bojonegara masuk Wilayah kerja pembantu Bupati KDH Serang

Wilayah Kramatwatu.

Berdasarkan PP No. 3 Tahun 1992 tertanggal 7 Februari 1992 tentang

Penetapan Perwakilan Kecamatan Cibeber, Kota Administratif Cilegon bertambah

menjadi 4 (empat) Kecamatan yaitu Pulomerak, Ciwandan, Cilegon dan Cibeber.

85

Page 107: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

86

Dalam perkembangannya Kota Administratif Cilegon telah

memperlihatkan kemajuan yang pesat di berbagai bidang baik bidang Fisik, Sosial

maupun Ekonomi. Hal ini tidak saja memberikan dampak berupa kebutuhan

peningkatan pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan dan

kemasyarakatan, tetapi juga memberikan gambaran mengenai perlunya dukungan

kemampuan dan potensi wilayah untuk menyelenggarakan otonomi daerah.

Dengan ditetapkannya dan disahkannya UU No. 15 tahun 1999 tanggal 27

April 1999 tentang pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan

Kotamadya Daerah Tingkat II Cilegon, status Kota Administratif Cilegon berubah

menjadi Kotamadya Cilegon, dengan duet kepemimpinan Drs. H. Tb. Rifai Halir

sebagai Pejabat Walikota Cilegon dan H. Zidan Rivai sebagai Ketua DPRD

Cilegon.

Berdasarkan letak geografisnya, Kota Cilegon berada dibagian paling

ujung sebelah Barat Pulau Jawa dan terletak pada posisi : 5°52'24" - 6°04'07"

Lintang Selatan (LS), 105°54'05" - 106°05'11" Bujur Timur (BT). Secara

administratif wilayah berdasarkan UU No.15 Tahun 1999 tentang terbentuknya

Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan Kotamadya Daerah Tingkat II Cilegon

pada tanggal 27 April 1999, Kota Cilegon mempunyai batas-batas wilayah

sebagai berikut:

Sebelah Utara: berbatasan dengan Kecamatan Bojonegara (Kabupaten

Serang)

Sebelah Barat: berbatasan dengan Selat Sunda

Page 108: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

87

Seblah Selatan: berbatasan dengan Kecamatan Anyer dan Kecamatan

Mancak (Kabupaten Serang)

Sebelah Timur: berbatasan dengan Kecamatan Kramatwatu tepat di

wilayah serdang (Kabupaten Serang)

Kota Cilegon memiliki luas 175.5 Km2, dengan iklim tropis dan

temperatur berkisar antara 21.9 C-33,5 C dan curah hujan rata-rata 100 mm per

bulan. Pada tahun 2013 jumlah penduduk Kota Cilegon berjumlah 398.304 jiwa,

dengan komposisi 203.502 laki-laki dan 194.802 perempuan dengan tingkat

kepadatan mencapai 2.269 jiwa/Km2

Kota Cilegon memiliki wilayah yang relatif landai di daerah tengah dan

pesisir barat hingga timur kota, tetapi di wilayah utara cilegon topografi menjadi

berlereng karena berbatasan langsung gunung batur, sedangkan di wilayah selatan

topografi menjadi sedikit berbukit-bukit terutama wilayah yang berbatasan

langsung dengan Kecamatan Mancak.

Berdasarkan Undang-Undang No. 32 tentang pemerintahan daerah,

Pemerintah Kota Cilegon telah mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 7 tahun

2007 tentang pembentukan kelurahan di Kota Cilegon yang menyatakan bahwa

daerah Kota Cilegon memiliki 43 kelurahan dan 8 Kecamatan, yaitu :

1. Kecamatan Ciwandan berjumlah 6 Kelurahan

2. Kecamatan Citangkil berjumlah 7 Kelurahan

3. Kecamatan Pulomerak berjumlah 4 Kelurahan

4. Kecamatan Purwakarta berjumlah 6 Kelurahan

Page 109: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

88

5. Kecamatan Grogol berjumlah 4 Kelurahan

6. Kecamatan Cilegon berjumlah 5 Kelurahan

7. Kecamatan Jombang berjumlah 5 Kelurahan

8. Kecamatan Cibeber berjumlah 6 Kelurahan

Gambar 4.1

Peta Kota Cilegon

4.1.2 Profil Kementrian Agama Kota Cilegon

Kementerian Agama adalah kementerian dalam pemerintahan Indonesia

yang membidangi Urusan Agama. Menurut KMA 373 tahun 2002 Departemen

Agama Kota Cilegon Provinsi Banten merupakan Instansi Vertikal Departemen

Agama yang berada dan bertanggung jawab langsung kepada Kantor Wilayah

Propinsi Banten.

( Sumber : BPS, 2014)

Page 110: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

89

A. VISI

Visi yang hendak diwujudkan Kantor Kementerian Agama Kota Cilegon

adalah : “Terwujudnya Masyarakat Cilegon yang beriman, bertaqwa, cerdas,

rukun, dan berbudaya”.

B. MISI

Sejalan dengan visi tersebut di atas, Kantor Kementerian Agama Kota

Cilegon memiliki misi sebagai berikut :

1. Meningkatkan kualitas pelayanan kehidupan beragama.

2. Meningkatkan kualitas pemahaman dan pengamalan keagamaan.

3. Meningkatkan kualitas kerukunan umat beragama.

4. Meningkatkan kualitas pendidikan agama dan pendidikan keagamaan.

5. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan ibadah haji.

6. Penciptaan tata kelola kepemerintahan yang bersih dan berwibawa.

C. ARAH KEBIJAKAN

Dengan mengacu kepada kebijakan Kementerian Agama Republik

Indonesia dan Kebjakan Kementerian Agama Provinsi Banten, maka arah

Kebijakan Kementerian Agama Kota Cilegon adalah sebagai berikut :

1. Peningkatkan kualitas pelayanan kehidupan beragama.

2. Peningkatkan kualitas pemahaman dan pengamalan keagamaan.

3. Peningkatkan kualitas kerukunan umat beragama.

4. Peningkatkan kualitas pendidikan agama dan pendidikan keagamaan.

5. Peningkatkan kualitas penyelenggaraan ibadah haji dan umrah.

Page 111: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

90

6. Penciptaan tata kelola kepemerintahan yang bersih dan berwibawa.

D. TUJUAN

Adapun tujuan jangka panjang pembangunan Bidang Agama yang hendak

dicapai oleh Kementerian Agama Kota Cilegon adalah Terwujudnya Masyarakat

Cilegon yang beriman, bertaqwa, cerdas, rukun, dan berbudaya dalam wadah

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

E. SASARAN STRATEGIS 2010 - 2014

Dengan mempertimbangkan kondisi, potensi dan permasalahan yang ada,

sinergitas dengan visi , misi dan tujuan jangka panjang yang telah ditetapkan,

maka Kantor Kementerian Agama Kota Cilegon menetapkan sasaran strategis

yang hendak dicapai dalam periode 2010-2014 berdasarkan lima bidang prioritas,

yaitu : Pelayanan Administrasi Pemerintahan, Pendidikan Islam dan Pendidikan

Keagamaan, kehidupan beragama, kerukunan umat beragama dan pemberdayaan

umat dan lembaga keagamaan dan penyelenggaraan Ibadah Haji.

1). Pelayanan Administrasi.

Sasaran Strategis bidang Pelayanan Administrasi adalah terwujudnya

penyelenggaraan administrasi yang efektif, efisien dan akuntabel, serta

tersedianya aparatur pelayanan keagamaam yang professional. Hal ini

menjadi tugas dan fungsi Subbagian Tata Usaha pada Kantor Kementerian

Agama Kota Cilegon.

Page 112: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

91

2). Pendidikan Islam dan Pendidikan Keagamaan.

Sasaran Strategis bidang Pendidikan Islam dan Pendidikan Keagamaan

adalah terwujudnya pelayanan pendidikan yang merata, bermutu dan

berdaya saing, serta mampu menunjang kemandirian daerah. Hal ini

menjadi tugas dan fungsi Seksi Pendidikan Madrasah dan Seksi

Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam pada Kementerian Agama Kota

Cilegon.

3). Kerukunan Umat Beragama, Peningkatan Pemberdayaan Umat

Beragama dan Fungsi Lembaga Keagamaan.

Sasaran Strategis bidang kerukunan umat beragama adalah terwujudnya

kehidupan harmoni intern dan antar umat beragama sebagai pilar

kerukunan nasional. Hal ini menjadi tugas dan fungsi Seksi Bimbingan

Masyarakat Islam dan Penyelenggara Syari’ah pada Kantor Kementerian

Agama Kota Cilegon.

4). Bidang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah.

Sasaran strategis Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah adalah

tercapainya tingkat kepuasan jama’ah dalam berbagai bidang pelayanan

dan pengelolaan ibadah haji dan umrah. Hal ini menjadi tugas dan fungsi

Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah pada Kantor Kementerian Agama

Kota Cilegon.

Page 113: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

92

F. KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan,

Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik

Indonesia, yang telah disempurnakan dengan Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun

2005 Pasal 63, Departemen Agama mempunyai tugas membantu Presiden dalam

menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang keagamaan.

Selanjutnya berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 373 tahun

2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Agama

Provinsi dan Kantor Departemen Agama Kabupaten/ Kota, Peraturan Menteri

Agama Nomor 3 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen

Agama, Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2010 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Kementerian Agama dan Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun

2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Kementerian Agama,

maka Kantor Departemen Agama Kota Cilegon yang selanjutnya disebut Kantor

Kementerian Agama Kota Cilegon memiliki kedudukan, tugas, fungsi, susunan

organisasi dan tata kerja sebagai berikut :

1. Kedudukan

Kantor Kementerian Agama Kota Cilegon merupakan instansi Vertikal

Kementerian Agama yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung

kepada Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Banten.

Kementerian Agama Kota Cilegon berdiri berdasarkan Keputusan Menteri Agama

Nomor 30 tahun 2000 tertanggal 20 Oktober berkedudukan di :

Page 114: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

93

Alamat : Jl. Sukabumi II Kav. Blok I Ciwedus Kota Cilegon Provinsi

Banten.

Kode Pos : 42416

Telp./ Fax. : (0254) 399536

Tahun Berdiri : 2000

No. Pendirian : KMA No. 30 Tahun 2000 Tanggal 20 Oktober 2000

Luas Tanah : 3.000 m

Luas Bangunan : 820 m

Status Tanah : Hak Guna Bangun

Status Bangunan : APBN Th. 2004

2. Tugas

Kantor Kementerian Agama Kota Cilegon merupakan instansi Vertikal

Kementerian Agama yang memiliki tugas melaksanakan tugas pokok dan fungsi

Kementerian Agama Republik Indonesia dalam wilayah Kota Cilegon

berdasarkan kebijakan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi

Banten dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, maka Kantor

Kementerian Agama Kota Cilegon menyelenggarakan fungsi :

a. Perumusan Visi, Misi dan kebijakan teknis di bidang pelayanan dan

bimbingan kehidupan beragama pada masyarakat Kota Cilegon.

b. Pembinaan dan Pelayanan Bimbingan Masyarakat Islam, Pelayanan Ibadah

Haji dan Umrah, Pengembangan Zakat dan Wakaf, Pendidikan Agama dan

Page 115: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

94

Keagamaan, Pondok Pesantren, Pendidikan Agama Islam pada Masyarakat

dan Pemberdayaan Masjid, Urusan Agama, Pendidikan Agama, Bimbingan

Masyarakat dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

c. Pelaksanaan kebijakan teknis pengelolaan administrasi dan informasi

keagamaan.

d. Pelayanan dan bimbingan di bidang kerukunan umat beragama.

e. Pengkoordinasian perencanaan, pengendalian dan pengawasan.

f. Pelaksanaan hubungan dengan Pemerintah Daerah, Instansi terkait dan

lembaga masyarakat dalam rangka pelaksanaan tugas Kementerian Agama

di Kota Cilegon.

G. ASPEK STRATEGIS

Berdasarkan UUD 1945 (Pasal 29 ayat 2) yang berbunyi : “Negara

menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-

masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaanya itu”, dan

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara, Penetapan

Presiden Nomor 1/SD/1946 tentang Pembentukan Kementerian Agama,

Keputusan Presiden Nomor 49 Tahun 2002 tentang Kementerian Agama,

Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi

Kementerian Negara, Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang

Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Negara, KMA Nomor 373 Tahun 2002, Peraturan Menteri Agama Nomor 10

Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama, Peraturan

Page 116: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

95

Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi

Vertikal Kementerian Agama, maka ditetapkanlah Prioritas Pelayanan di Kantor

Kementerian Agama Kota Cilegon sebagai berikut :

a. Meningkatkan kualitas kehidupan beragama bagi seluruh lapisan

masyarakat;

b. Meningkatkan peran serta lembaga sosial keagamaan dan lembaga

pendidikan keagamaan dalam pembangunan nasional;

c. Meningkatkan kualitas pendidikan agama dan pendidikan keagamaan pada

semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan;

d. Meningkatkan kerukunan intern dan antar umat beragama dalam rangka

terwujudnya kehidupan yang harmonis, toleran dan saling menghormati;

e. Meningkatkan kualitas penelitian dan pengembangan agama untuk

mendukung perumusan kebijakan pembangunan bidang agama;

f. Meningkatkan kualitas tenaga penyuluh agama, penghulu dan pelayan

keagamaan lainnya;

g. Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar zakat serta

profesionalisme pengelola.

H. STRUKTUR ORGANISASI

Struktur Organisasi Kantor Kementerian Agama Kota Cilegon berdasrkan

Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Organisasi dan Tata

Kerja Instansi Vertikal Kementerian Agama adalah sebagai berikut :

Page 117: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

96

a. Subbagian Tata Usaha;

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan koordinasi

perumusan kebijakan teknis dan perencanaan, pelaksanaan pelayanan dan

pembinaan administrasi, keuangan dan barang milik negara di lingkungan

Kantor Kementerian Agama Kota Cilegon.

b. Seksi Pendidikan Madrasah

Seksi Pendidikan Madrasah mempunyai tugas melakukan pelayanan,

bimbingan teknis, pembinaan, serta pengelolaan data dan informasi di

bidang RA, MI, MTs, MA, dan MAK.

c. Seksi Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam

Seksi Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam mempunyai tugas

melakukan pelayanan, bimbingan teknis, pembinaan, serta pengelolaan

data dan informasi di bidang pendidikan agama Islam dan pendidikann

keagamaan Islam.

d. Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah

Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah mempunyai tugas melakukan

pelayanan, bimbingan teknis, pembinaan, serta pengelolaan data dan

informasi di bidang penyelenggaraan haji dan umrah.

e. Seksi Bimbingan Masyarakat Islam

Seksi Bimbingan Masyarakat Islam mempunyai tugas melakukan

pelayanan, bimbingan teknis, pembinaan, serta pengelolaan data dan

informasi di bidang bimbingan masyarakat Islam.

Page 118: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

97

f. Penyelenggara Syariah

Penyelenggara Syariah mempunyai tugas melakukan pelayanan,

bimbingan teknis, pembinaan, serta pengelolaan data dan informasi di

bidang pembinaan syariah.

Gambar 4.3

Strukutur Kementrian Agama Kota Cilegon

4.1.3 Penyelenggaraan Wajib Belajar Madrasah Diniyah di Kota Cilegon

Pelaksana dalam penerapan kewajiban belajar Madrasah Diniyah di Kota

Cilegon adalah Kementrian Agama dengan sasaran siswa SD yang hendak masuk

kejenjang SMP/MTs.

Kepala Kantor

Drs. H. Ubik Baehaqi, M.Si

Kepala Seksi Pendidikan

Madrasah

Dra. Hj. Titim Fatimah, MM

Kasi. Bimas islam

H. Ishomuddin, S.H. M.Pd

Penyelenggaraan Syariah

Drs. H. Dedi Suryadi. MM

Kepala Seksi Pendidikan Agama dan

Keagamaan Islam

Drs. H. Abu Nashor. M.Si

KASUBAG TU

Drs. H. Muhyi.MM

Kasi. Peny. Haji dan Umroh

H. Untung Sudirman

(Sumber : Profil Kemenag, 2015)

Page 119: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

98

Madrasah Diniyah sebagai lembaga pendidikan nonformal berada dalam

bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam (Pakis) Kementrian Agama

tingkat Kabupaten/Kota yang kemudian pada tingkat Kecamatan di bawah bidang

Waspendais (Pengawas Pendidikan Agama Islam) Kecamatan, Waspendais inilah

yang bertanggung jawab penuh dalam masalah Madrasah Diniyah di lingkup

Kecamatanya, Waspendais berfungsi sebagai koordinasi antara Madrasah Diniyah

dengan Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam Kantor Kementrian Agama

Kota Cilegon (Pakis Kemenag).

Penerapan kebijakan penyelenggaran wajib belajar Madrasah Diniyah juga

berkaitan dengan Dinas Pendidikan sebagai objek dari penerapan kebijakan

tersebut. Sasaran dalam perda tersebut tidak hanya lembaga pendidikan yang

berada dalam naungan Kemenag seperti Madrasah Tsanawiyah tetapi juga

lembaga pendidikan yang berada dalam naungan Dinas Pendidikan seperti

Sekolah Menengah Pertama oleh karenaya Dinas Pendidikan juga berperan dalam

penerapan kebijakan wajib belajar Madrasah Diniyah tersebut.

Penyelenggaraan wajib belajar Madrasah Diniyah di Kota Cilegon resmi

diberlakukan setelah keluarkanya Peraturan Daerah Nomor 1 Tentang

Penyelenggaran Wajib Belajar Madrasah Diniyah di Kota Cilegon kemudian

diperjelas dengan munculnya Perwal Nomor 44 Tahun 2011 yang kemudian di

revisi dengan Perwal Nomor 25 Tahun 2014.

Kementrian Agama sebagai lembaga yang menaungi pendidikan

Keagamaan sebenarnya telah lama memberlakukan kewajiban menyerahkan

Syahadah Diniyah bagi siswa yang hendak belajar kejenjang Madrasah

Page 120: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

99

Tsanawiyah, hanya lembaga pendidikan yang berada dinaungan Dinas Pendidikan

yang belum melaksanakan kewajiban tersebut.

4.2 Deskripsi Data

4.2.1 Daftar Informan Penelitian

Pada bab sebelumnya mengenai metodologi penelitian, peneliti telah

menjelaskan dalam pemilihan informan penelitian, peneliti menggunakan teknik

Purposive (bertujuan). Adapun pihak pihak yang peneliti tentukan merupakan

orang-orang yang menurut peneliti memiliki informasi yang dibutuhkan dalam

penelitian ini, karena pihak tersebut senantiasa keseharianya berurusan dengan

permasalahan yang peneliti baik secara langsung maupun tidak langsung.

Informan dalam penelitian ini adalah stakeholder (semua pihak) yang

terlibat dan memiliki informasi mengenai penjelasan Peraturan Daerah Nomor 1

Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Wajib Belajar Madrasah Diniyah di Kota

Cilegon. Adapun nama-nama yang terlibat dalam penelitian ini, yaitu sebagai

berikut :

1. Bapak Drs. H. Ubik Baehaqi, M.Si (45) Kepala Kantor Kementrian

Agama Kota Cilegon (I1-1)

2. Bapak Drs. H. Abu Nashor, M.Si (37) Kepala Seksi Pendidikan

Agama dan Keagamaan Islam Kementrian Agama Kota Cilegon (I1-

2)

3. Ibu Dra. Hj. Titim Fatimah, MM (41) Kepala Seksi Pendidikan

Madrasah Kementrian Agama Kota Cilegon (I1-3)

Page 121: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

100

4. Bapak H. Muhyi, MM (50) Kepala Sub Bagian TU Kementrian

Agama (I1-4)

5. Bapak Mahruri, S.Pd.I (45) Ketua Forum Komunikasi Madrasah

Diniyah Takmiliayh Kota Cilegon (I2-1)

6. Bapak Muizzudin, M. Ag (39) Pengurus Forum Komunikasi

Madrasah Diniyah Takmiliyah Kota Cilegon (I2-2)

7. Bapak Drs. Muchtar Gozali (51) Kepala Dinas Pendidikan Kota

Cilegon (I3-1)

8. Bapak Suhendi, MM (49) Kepala Bidang Pendidikan Dasar dan

Menengah Dinas Pendidikan Kota Cilegon (I3-2)

9. Bapak Bayu Panatagama, MM (50) Direktur LPPTKA/BKPRMI

Kota Cilegon (I4)

10. Bapak Rafiuddin, M. Pd (48) Kepala Madrasah MTSN Pulomerak

(I5-1)

11. Bapak Drs. Dedi Rustandi (50) Kepala Sekolah SMPN 3 Cilegon

(I5-2)

12. Ibu Ruenah, (43)Wali Murid Diniyah (I6-1)

13. Bapak Sabililah, (55)Wali Murid Diniyah (I6-2)

14. Umi Habibah, (38) Wali Murid Diniyah (I6-3)

15. Bapak Jahidi, (39) Wali Murid Diniyah (I6-4)

16. Ibu Sukesih, (38) Wali Murid Diniyah (I6-5)

17. Bapak Baehaqi, (39) Wali Murid Diniyah (I6-6)

Page 122: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

101

4.2.2 Deskripsi Data Penelitian

Deskripsi data penelitian merupakan penjelasan mengenai data yang telah

didapatkan selama proses penelitian di lapangan. Dalam penelitian ini mengenai

Evaluasi Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Wajib

Belajar Madrasah Diniyah di Kota Cilegon menggunakan jenis dan analisis data

menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam pendekatan kualitatif maka data yang

diperoleh berbentuk kata dan kalimat berdasarkan hasil wawancara dengan

informan penelitian, observasi lapangan serta studi dokumentasi yang relevan

dengan fokus penelitian.

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dengan

sejumlah informan penelitian yang memiliki informasi terkait permasalahan yang

sedang di teliti. Selain wawancara pengumpulan data juga dilakukan melalui

observasi langsung ke lokasi penelitian serta dokumentasi. Data tersebut

merupakan data-data yang berkaitan Evaluasi Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun

2008 Tentang Penyelenggaraan Wajib Belajar Madrasah Diniyah di Kota Cilegon.

hasil pengumpulan data-data tersebut kemudian di analisis menggunakan teknik

analisis data kualitatif sehingga data-data tersebut dapat menghasilkan suatu

pemahaman baru.

Data-data yang telah diperoleh selama proses penelitian dirubah kedalam

bentuk tertulis, kemudian dilakukan pengkodingan pada aspek tertentu. Dalam

menyusun jawaban penelitian, peneliti memberikan kode yaitu :

1. Kode I1-1-I1-4 menunjukkan daftar urutan informan dari pihak

Kementrian Agama

Page 123: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

102

2. Kode I2-1-I2-2 menunjukkan daftar urutan informan dari Forum

Komunikasi Madrasah Diniyah Takmiliyah

3. Kode I3-1-I3-2 menunjukkan daftar urutan informan dari Dinas

Pendidikan

4. Kode I4 Menunjukkan daftar Informan dari pihak LPPTKA/BKPRMI

5. Kode I5-1-I5-2 Menunjukkan daftar informan dari pihak Kepala Sekolah

SMP dan MTs

6. Kode I6-1-I6-6 menunjukkan informan dari wali murid

Setelah memberikan kode pada aspek tertentu yang berkaitan dengan

masalah penelitian sehingga polanya ditemukan, maka dilakukan kategorisasi

berdasarkan jawaban-jawaban yang ditemukan dari penelitian di lapangan dengan

membaca dan menelaah jawaban-jawaban tersebut. Analisa data yang akan

dilakukan dalam penelitian ini menggunakan beberapa kategori dengan beberapa

dimensi yang dianggap sesuai dengan permasalahan penelitian dan kerangka teori

yang telah diuraikan sebelumnya.

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian

4.3.1 Dimensi Input

Dimensi input ialah merupakan dimensi awal pada sebuah kebijakan

yang berisikan masukan-masukan yang diperlukan pada kebijakan tersebut,

dimensi ini merupakan point penting karena akan menentukan hasil dan

tujuan kebijakan, dimensi input ini meliputi struktur kelembagaan, sumber

daya manusia, sarana dan prasarana dan sosialisasi.

Page 124: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

103

Pertama, struktur kelembagaan, dalam penyelenggaran wajib belajar

Madrasah Diniyah di Kota Cilegon langsung dibawah Seksi Pendidikan

Agama dan Keagamaan Islam Kementrian Agama Kota Cilegon dengan

Kepala Seksi Bapak Abu Nashor, M.Si, dalam Seksi Pendidikan Agama

dan Keagamaan Islam terdapat lembaga khusus untuk menangani secara

teknis penyelenggaraaan wajib belajar Madrasah Diniyah tersebut yaitu

Forum Komunikasi Madrasah Diniyah Takmiliyah atau yang biasa disebut

dengan FKDT. FKDT inilah yang secara teknis mengatur dan

mengordinasikan berbagai macam kegiatan madrasah baik itu berupa

pembinaan, pembuatan kurikulum madrasah dan pelaksanaan pelaksnaan

teknis lainya. Sebagaimana disampaikan oleh Kepala Seksi Pendidikan

Agama dan Kegamaan Islam Kementrian Agama Kota Cilegon

“Kita merupakan lembaga yang sudah diberikan amanah untuk

membina diniyah, ada yang namanya Forum Komunikasi Diniyah

Takmiliyah namanya FKDT itulah yang mewadahi supaya segala

sesuatunya terkoordinasi, ada strukturnya, dipilih oleh mereka,

ada ketua, sekertaris, ada FKDT Kota, turun FKDT Kecamatan,

jadi ada 8 FKDT, FKDT inilah yang mengoordinasikan teman-

teman Madrasah Diniyah Cilegon yang saat ini sudah 152

Madrasah Diniyah, semuanya ada yang mengkoordinasikan,

seperti ulangan semester, mereka yang buat bersama”

(Wawancara dengan Bapak Abu Nashor, Rabu 07 Oktober 2015.

Pukul 14 .00 Wib, di Kantor Kementrian Agama Kota Cilegon)

Dari hasil wawancara di atas diketahui bahwa penyelenggaraan

Madrasah Diniyah berada pada bagian seksi Pendidikan Agama dan

Keagamaan Islam, dan secara teknisnya dibuat lembaga yang disebut

dengan Forum Komunikasi Madrasah Diniyah Takmiliyah atau FKDT yang

Page 125: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

104

berfungsi untuk menkoordinasikan Madrasah Diniyah yang ada di Cilegon,

FKDT ini terbagi menjadi FKDT Kota dan FKDT Kecamatan, sehingga

terdapat delapan FKDT Kecamatan dan satu FKDT Kota. Selain sebagai

mengkoordinasikan, FKDT juga mempunyai fungsi untuk melakukan

pembinaan madrasah dan para ustad, membuat kurikulum dan melakukan

evaluasi belajar dan mengajar. Sebagaimana disampaikan oleh Kepala

Forum Komunikasi Madrasah Diniyah Takmiliyah Kota Cilegon

“FKDT ini mempunyai fungsi untuk memberikan pembinaan

madrasah dan para guru, melakukan evaluasi belajar mengajar,

bahkan kita juga yang membuat soal-soal UAS dan UTS, strukturnya

kami punya, tapi kebetulan hari ini saya tidak membawanya, adanya

di lapotop. Saya sebagai ketuanya dan Bapak Hilman sebagai

wakilnya “(Wawancara dengan Bapak Mahruri, Rabu 07 Oktober

2015. Pukul 16.26 Wib di Kantor Kementrian Agama Kota Cilegon)

Adanya lembaga khusus yang menangani penyelenggaraan wajib

belajar Madrasah Diniyah di atas juga dikuatkan juga oleh, Kepala Kantor

Kementrian Agama, yang menyatakan sebagai berikut

“lembaga tersebut sudah ada yang menangani yaitu di PAKIS,

PAKIS yang punya hak dan wilayah dalam pelaksanaan perda

tersebut, dan sekarang ada namanya FKDT, FKDT merupakan

lembaga mitra Kementrian Agama dalam Madrasah

Diniyah..mereka dibentuk supaya Madrasah Diniyah ini optimal dan

membantu Kementrian Agama dalam melaksanakan pengawasan

dan pengoordinasian” (Wawancara dengan Bapak Ubiq Baehaqi.

Jum’at. 16 Oktober 2015. Pukul 09.00. WIB di Kantor Kementrian

Agama Kota Cilegon)

Page 126: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

105

Lebih lanjut diterangkan oleh Bapak Muizudin, Pengurus FKDT Kota

Cilegon tentang pembentukan Fokmada yang kemudian menjadi FKDT,

berikut paparanya:

“Awal sekali berdiri dalam memperjuangkan perda tersebut

masyarakat diniyah membentuk forum namanya Fokmada yang

menggagas namanya bapak H. Amin Mahtum dari Ciwandan,

ketika pertama kali beliau menggagas sewaktu itu dibentuknya

digedung dewan semua kepala madrasah sekota Cilegon mersepon

positif dan menyatakan diri bergabung sehingga tiap-tiap

kecamatan waktu itu ada, waktu itu namanya, belum ada FKDT,

setelah berjalan sekian tahun kemudian, selalu koordinasi dengan

Kemenag kemudian atas usulan Kemenag supaya sesuai dengan

tupoksi, karena di Propinsi juga ada, di nasional juga ada yang

membidangi diniyah maka di buatlah KKMD, Kelompok Kerja

Madrasah Diniyah, dibawah bimbingan langsung pengawas dan

Kasi Pekapontren, sekarang karena sudah ada nama-nama lain

sesudah KKMD itu FKDT, KKMD otomatis berubah menjadi

FKDT dan sampe sekarang yang ada itu organisasinya FKDT

(Wawancara dengan Bapak Muizudin, M.Pd. Kamis 8 Oktober

2015 pukul 15.00 Wib Di MDTA langon)

Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa kepengurusan

Madrasah Diniyah di Kota Cilegon telah berjalan dengan baik, bahkan

sudah dibentuk semenjak perjuangan perda Madrasah Diniyah, ini dapat

dilihat dari adanya struktur yang berjenjang dari tingkat Kecamatan sampai

tingkat Kota.

Kedua, Sumber Daya Manusia (SDM), Sumber daya manusia ini

ialah para pengajar/ustad Madrasah Diniyah. Dalam aturan Peraturan

Daerah disebutkan bahwa untuk menjadi pengajar mempunyai klasifikasi

atau standar minimal lulus SMA/MA atau sederajat atau juga bisa dari

Page 127: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

106

pesantren, menurut hasil wawancara dengan I1-2 , beliau memaparkan

sebagai berikut :

“Kalau tidak punya basic keagamaan tentu tidak, memang kami

tidak mempersyaratkan secara khusus, misal harus S1, lulus SMA

dan lain sebagainya, tetapi yang penting bisa dan mengerti agama

saja sudah cukup, bahkan ada yang dari pesantren juga, tetapi yang

sudah kami verivikasi bahwa banyak pengajar diniyah paginya

ngajar di sekolah biasa, SD, SMP, Mts, MA, atau kegiatan lain dan

sorenya ngajar diniyah (Wawancara dengan Bapak Abu Nashor,

Rabu 07 Oktober 2015. Pukul 14 .00 Wib, di Kantor Kementrian

Agama Kota Cilegon)

Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa Kementrian

Agama tidak memberikan persyaratan khusus bagi pengajar Madrasah

Diniyah walaupun dalam aturan perda dan perwal mempersyaratkan untuk

menjadi pengajar Madrasah Diniyah minimal SMA/MA dan alumni

Pesantren.

Kementrian Agama dalam urusan tenaga pengajar lebih melihat pada

kemampuan agama tidak pada lulusan sekolah yang berstandar umum, oleh

karenanya dalam Madrasah Diniyah ada yang memang hanya lulusan

pesantren

Pernyataan berbeda disampaikan oleh Bapak Mahruri, Ketua Forum

Komunikasi Madrasah Diniyah Takmiliyah Kota Cilegon yang

menyampaikan sebagai berikut :

“Mestinya punya ijazah keguruan supaya dapat mengajar dengan

baik, seperti lulusan PAI, tapi untuk yang belum PAI atau yang

bukan luluasan PAI sementara ini masih boleh, tapi kedepanya

Page 128: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

107

diharapkan semuanya sudah PAI seperti guru Madrasah

Tsanawiyah”(Wawancara dengan Bapak Mahruri, Ketua FKDT

Kota Cilegon Rabu 07 Oktober 2015. Pukul 16.26 Wib di Kantor

Kementrian Agama Kota Cilegon)

Hal yang hampir senada juga disampaikan oleh I2-2, sebagai berikut :

“Kalau mengacu di Kementrian Agama memang pendidikanya

minimal harus S1, karena mengikuti UU Sisdiknas Nomor 20

Tahun 2003, tapi tidak terlalu saklek, karena diniyah itu berasal

dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat, tapi

untuk segala persyaratan administrasi yang diminta oleh Kemenag

tersebut hal itu benar karena aturan formalnya begitu, adapun

pelaksanaanya yang penting guru madrasah itu bisa ngaji, bisa

sholat, ahklaknya bagus, mempunyai dedikasi yang tinggi, siap

ikhlas, karena Madrasah Diniyah bukan untuk mencari

kekayaan,tetapi untuk mengabdi kepada masyarakat” (Wawancara

dengan Bapak Muizudin, M.Pd, Pengurus FKDT Kota Cilegon.

Kamis 8 Oktober 2015 pukul 15.00 Wib Di MDTA langon)

Dari pernyataan di atas Forum Komunikasi Madrasah Diniyah

Takmiliyah mengin ginkan bahwa untuk menjadi pengajar harus

memiliki ijazah S-1 Pendidikan Agama Islam, walaupun untuk saat ini

belum berjalan tetapi kedepanya akan diterapkan seperti itu, saat ini pihak

FKDT sama seperti Kementrian Agama memprioritaskan dalam masalah

kemampuan agama yang dimiliki oleh pengajar dan tidak pada legalitas

yang miliki oleh pengajar tersebut

Terkait dengan pembinaan yang dilakukan oleh Kementrian Agama Kota

Cilegon I1-2 memaparkan sebagai berikut :

Page 129: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

108

“Memang dalam hal ini kami melakukanya rutin setahun sekali,

bahkan oleh Kemenag menyumbang adanya tunjangan fungsional

sekarang diganti menjadi insentiv guru MDTA, ada BOP, ada

rehab, sekarang juga ada program Madrasah Diniyah

percontohan, FKDT juga di bantu BOP, walau jumlahnya tidak

besar, sekitar setahun 5 juta Rupiah (Wawancara dengan Bapak

Abu Nashor, Kepala Seksi Pendidikan Agama Dan Keagamaan

Kementrian Agama Kota Cilegon.Rabu 07 Oktober 2015. Pukul 14

.00 WIB. di Kantor Kementrian Agama Kota Cilegon)

Dari informasi di atas, dapat diketahui bahwa Kementrian Agama

telah melakukan pembinaan terhadap pengajar Madrasah Diniyah

walaupun hanya dilakukan setahun sekali, bahkan Kementrian Agama

telah memberikan bantuan-bantuan terhadap para pengajar yang berupa

insentiv guru MDTA, BOP dan rehab.

Ketiga, sarana dan prasarana, dalam Madrasah Diniyah ini masalah

sarana dan prasaran masih minim, ada banyak madrasah yang gedungnya

belum punya dan masih menumpang pada gedung sekolah lain seperti

geudung sekolah dasar, seperti yang terjadi pada SDIT Al Azhar, SDIT

Rauhdhatul Jannah, SDIT Tamadun, dan SD YPWKS 1 sampai 5,

Kementrian Agama beralasan bahwa di berlakukanya demikian ialah;

pertama, tidak memadai jumlah Madrasah Diniyah di Cilegon, padahal

keberadaan Madrasah Diniyah itu penting mengingat sudah diperdakan,

kedua, lembaga-lembaga tersebut meminta ijin operasional kepada

Kementrian Agama Kota Cilegon untuk diterbitkanya ijin operasional

pendirian madrasah di lembaga tersebut, berikut ini pemaparan dari I1-2

Page 130: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

109

“ Dalam masalah sarana prasarana kami sudah berupaya mungkin

untuk menambah gedung madrasah dan membuka ijin selebar-

lebarnya bagi yayasan yang ingin mendirikan Madrasah Diniyah,

bahkan ada yang meminta legalitas, sekarang sekolah-sekolah

dasar islam terpadu atau yang biasa disebut SDIT sudah memohon

ijin operasional Madrasah Diniyah dan saat ini sudah kami

terbitkan sepuluh, SDIT KS 1, 2,3 sampai 5, SDIT RJ, SDIT Al

Azhar, SDIT Uswatun Hasanah, dan SDIT Tamadun, sudah

hampir 10, itu berarti mereka juga sudah mengerti bahwa perda

itu harus diberlakukan dan diamalkan, bahkan SD umumpun pun

saat ini, seperti Madintaul Hadid dan sekolah yang jauh-jauh

lokasi diniyahnya meminta supaya dibuatkan ijin operasional,

hanya ada satu tapi kami belum bisa memberikan ijin karena

belum ada rekomendasi dari Dinas Pendidikan. Jadi dalam SD

tersebut ada madrasah diniyah, kalau yang terpadu bisa dipola,

sedangkan SD umum pulangnya sekolahya pukul 1;00 setelah

solat, makan maka berngkat lagi untuk ke Madrasah Diniyah,

untuk teknisnya di lapangan mereka yang lebih tau, karena disana

juga ada PAI, yang penting kedua duanya jalan” (Wawancara

dengan Bapak Abu Nashor, Kepala Seksi Pendidikan Agama Dan

Keagamaan Kementrian Agama Kota Cilegon.Rabu 07 Oktober

2015. Pukul 14 .00 WIB. di Kantor Kementrian Agama Kota

Cilegon)

Dari wawancara di atas dapat diketahui bahwa gedung Madrasah

Diniyah saat ini belum mencukupi dan ada yang menumpang pada sekolah

lain seperti di SD YPWKS 1 sampai 5, dan beberapa SDIT yang ada di

Kota Cilegon dan untuk memperbanyak Madrasah Diniyah, Kementrian

Agama Kota Cilegon membuka perijinan operasional selebar-lebarnya

bagi yayasan-yayasan pendidikan yang berada di Kota Cilegon untuk

mendirikan Madrasah Diniyah.

Upaya Kementrian Agama saat ini dalam mengatasi masalah

gedung Madrasah yang kurang seperti yang disampaikan di atas ialah

bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Lembaga-lembaga Pendidikan

Page 131: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

110

swasta untuk mendirikan ijin operasional pendirian Madrasah, juga

dibenarkan oleh I1-1, berikut pernyataanya :

“Dalam masalah sarana- prasarana kami sudah berupaya

mungkin untuk membangun gedung-gedung baru dan bekerja sama

dengan yayasan-yayasan pendidikan untuk mendirikan Madrasah

Diniyah, dan untuk Dinas Pendidikan juga saat ini belum

sepenuhnya membantu kalau masalah sarana prasarana baru

membantu dalam Honor Daerah, dan saat ini juga kami sudah

bekerja sama dengan sekolah sekolah swasta untuk mendirikan

Madrasah Diniyah disekolah tersebut, dan bagi sekolah yang

negeri nanti kita minta ijin terlebih dahulu ke Dinas Pendidikan

untuk sementara waktu mengadakan pendirian madrasah ditempat

tersebut, supaya siswa tersebut dapat sekolah madrasah

sorenya...dan Dinas Pendidikan juga merespon hal itu dan siap

bekerja sama dengan kita” (Wawancara dengan Bapak Drs. Ubiq

Baehaqi, M.Si, Kepala Kantor Kementrian Agama Kota Cilegon.

Jum’at. 16 Oktober 2015. Pukul 09.00 WIB. di Kantor Kementrian

Agama Kota Cilegon)

Sebenarnya dalam Peraturan Daerah juga dijelaskan bahwa

Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas pendidikan juga membantu dalam

masalah sarana dan prasarana, tetapi ini belum berjalan, Dinas Pendidikan

hanya baru membantu dalam masalah honor daerah kepada guru-guru

Madrasah Diniyah, seperti yang dipaparkan oleh I1-2 sebagai berikut :

“Karena ini nonformal maka bagaimana peraturan walikotanya,

pada dasarnya sarana dan prasarana dari pemda belum kecuali

untuk tenaga pendidik yang saat ini dari 1700 tenaga pendidik

yang ada di Madrasah Diniyah sudah tercover 1.260 yang

mendapatkan honor daerah dengan besaran 400.000 sebulan jadi

sekitar 500 yang belum dapat honor, kalau untuk sarana

prasarana belum. Ada juga yang pernah di bantu oleh Dinas

Pendidikan di Ciwedus ini dibangunkan gedungnya dan hanya

baru satu atau dua” (Wawancara dengan Bapak Abu Nashor,

Page 132: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

111

Kepala Seksi Pendidikan Agama Dan Keagamaan Kementrian

Agama Kota Cilegon.Rabu 07 Oktober 2015. Pukul 14 .00 Wib. di

Kantor Kementrian Agama Kota Cilegon)

Menanggapi hal demikian, Dinas Pendidikan beranggapan bahwa

hal itu bila semuanya dibantu oleh Pemerintah Kota maka khawatir akan

melampui kewenangan karena Madrasah Diniyah berada dalam naungan

Kementrian Agama, dan Kementrian Agama merupakan lembaga yang

tidak diotonomikan masih menjadi kewenangan pusat, berikut ini

pernyataan dari I3-1 :

“Bukan apa-apa, kami sangat mendukung dengan adanya

Madrasah Diniyah di Cilegon, tapi kami tidak bisa membantu

sepenuhnya karena khawatir melampaui kewenangan, karena

Madrasah Diniyah merupakan lembaga yang ada di Kementrian

Agama bukan pada kami, kami khawatir jika ini dilakukan bisa di

jadikan temuan BPK, karena tahun yang lalu BPK menanyakan

tentang pembebasan dana SPP bagi Madrasah Aliyah Negeri

dengan APBD Kota Cilegon, beruntung kami bisa menjelaskan

sehingga tidak jadi masalah” (Wawancara dengan Bapak Muchtar

Gozali. Kmis 22 Oktober 2015. Pukul 09.00 WIB. Di Kantor Dinas

Pendidikan Kota Cilegon)

Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa Dinas

Pendidikan sangat mendukung adanya kebijakan tersebut, dan sudah

banyak membantu Madrasah Diniyah seperti honor para pengajar, akan

tetapi bantuan tersebut tidak bisa secara besar-besaran diberikan seperti

pembangunan gedung-gedung madrasah ataupun sarana fisik lainya karena

Page 133: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

112

khawatir melampui kewenangan yang diberikan kepada pemerintah

daerah.

Minimnya sarana dan prasaran Madrasah Diniyah juga dibenarkan

oleh I2-2, menurutnya memang sampai saat ini perhatian pemerintah

terhadap Madrasah Diniyah masih kurang, akan tetapi walaupun kurang

mendapat perhatian dari pemerintah Madrasah Diniyah masih tetap hidup

karena memang Madrasah Diniyah itu merupakan dari, oleh, dan untuk

masyarakat, berikut paparanya :

“Kalau melihat pada sarana dan prasarana memang kita masih

kurang, pemerintah belum sepenuhnya memperhatikan Madrasah

Diniyah, tetapi walaupun demikian, madrasah akan tetap hidup

walau tanpa bantuan pemerintah, adanya Madrasah Diniyah ini

sudah lama, bahkan sebelum kemerdekaan, yang membuat

masyarakat dan juga untuk masyarakat, kalau dahulu dikenal

dengan sekolah sore atau madrasah” (Wawancara dengan Bapak

Muizudin, M.Pd, Pengurus FKDT Kota Cilegon. Kamis 8 Oktober

2015 pukul 15.00 WIB. Di MDTA langon)

Dari hasil wawancara dengan para narasumber di atas, dapat

diketahui dan disimpulkan bahwa sarana dan prasarana Madrasah Diniyah

masih kurang, saat ini pemerintah Kota Cilegon hanya baru membantu

dalam bidang honorer para ustadz, sedangkan sarana prasarana secar fisik

belum, hal ini juga menyebabkan sedikitnya gedung-gedung Madrasah

Diniyah karena untuk membangunya memerlukan dana yang tidak sedikit,

seperti halnya yang terjadi pada Madrasah Diniyah Daarul Muta’alimin

Desa Gerem yang pembangunanya sampai sekarang masih terbengkalai.

Page 134: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

113

Pemerintah Daerah Kota Cilegon beralasan kenapa tidak

membantu sepenuhnya ialah karena khawatir akan melampui batas

kewenangan Pemerintah Daerah, seperti diketahui bahwa Kementrian

Agama merupakan instansi vertikal kepusat dan tidak diotonomikan

Gambar 4.4

Bangunan Madrasah MDTA Daarul Muta’alimn

Keempat, Sosialisasi, dalam sebuah kebijakan dan program

pemerintah sosialisasi merupakan bagian paling penting, karena ini akan

memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang tujuan dam manfaat

kebijakan tersebut, masyarakat yang merupakan objek atau saasaran

kebijakan publik harus mengetahui tentang kebijakan tersebut karena

bagaimana pun juga masyarakatlah yang akan menerima dampaknya.

Terkait dengan kebijakan pemerintah Kota Cilegon yang

mengeluarkan peraturan wajib belajar Madrasah Diniyah upaya sosialisasi

telah dilakukan oleh Kementrian Agama kepada Masyarakat Kota

(Sumber : Peneliti, 2015)

Page 135: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

114

Cilegon, sosialisasi ini dilakukan terhadap sekolah-sekolah yang ada di

Cilegon, berikut pernyataan dari I1-1

“Sebelum saya ada disini, disini saya ada tahun 2011, sosialisasi

sudah dilakukan ke sekolah-sekolah dan masyarakat Kota Cilegon,

apabila ada kegiatan masyarakat kita selalu mensosialisasikan.

Kitapun meminta kepada sekolah-sekolah untuk mensosialisasikan

perda Madrasah Diniyah” (Wawancara dengan Bapak Drs. Ubiq

Baehaqi, M.Si, Kepala Kantor Kementrian Agama Kota Cilegon.

Jum’at. 16 Oktober 2015. Pukul 09.00 WIB. di Kantor Kementrian

Agama Kota Cilegon)

Hal yang senada juga disampaikan oleh I2-1, beliau menyampaikan

sebagai berikut: “Kalau masalah sosialisasi, semenjak adanya perda ini

sudah disosialisasikan ke Masyarakat” (Wawancara dengan Bapak

Mahruri, Ketua FKDT Kota Cilegon Rabu 07 Oktober 2015. Pukul 16.26

WIB di Kantor Kementrian Agama Kota Cilegon). Tetapi untuk masalah

pemerataan sosialisasi belum semuanya terpenuhi karena ada pihak-pihak

tertentu yang membuat pemahaman publik terpecah, berikut pernyataan

dari I1-2

“ Untuk sosialisasi sudah kami lakukan, tetapi saat ini masyarakat

di bingungkan karena untuk masuk SMP/MTs boleh menggunakan

Syahadah TPA dan juga Diniyah, tetapi walaupun demikian kami

tetap memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa

syahadah diniyahlah yang berlaku, karena perdanya juga tentang

perda diniyah, adapun keluar perwal terbaru tetap tidak akan

merubah menjadi ke ijazah TPA, tetap harus Syahadah Diniyah,

karena kewajiban syahadah diniyah merupakan amanat perda”

(Wawancara dengan Bapak Abu Nashor, Kepala Seksi Pendidikan

Agama Dan Keagamaan Kementrian Agama Kota Cilegon.Rabu

Page 136: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

115

07 Oktober 2015. Pukul 14 .00 Wib. di Kantor Kementrian Agama

Kota Cilegon)

Dari wawancara di atas, dapat dikatakan bahwa sosialisasi perda

ini telah berjalan tetapi terdapat hambatan karena ada pihak-pihak tertentu

yang memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa untuk masuk

SMP dan MTs boleh menggunakan syahadah Diniyah dan juga ijazah

TPA. Pihak Dinas Pendidikan juga menyatakan demikian, seperti yang di

sampaikan oleh I3-2 sebagai berikut:

“Sampai saat ini kita masih sosialisasi, kita tidak serta merta

bahwa untuk masuk SMP dan MTs hanya menggunakan syahadah

diniyah, karena ada juga pihak-pihak lain seperti

LPPTKA/BKPRMI yang menginginkan juga ijazah TPA untuk bisa

digunakan untuk masuk SMP/MTs, kita harus merangkul itu,

karena mereka juga mempunyai tujuan yang sama, sama-sama

memperjuangkan pendidikan agama islam” (Wawancara dengan

bapak Suhendi, MM. Kabid Pendidikan Menengah Dinas

Pendidikan Kota Cilegon.Kamis. 22 Oktober 2015. Pukul 08.37

WIB. Di Kantor Dinas Pendidikan Kota Cilegon)

Adapun Pihak sekolah SMP atau Madrasah Tsanawiyah yang

peneliti wawancarai tentang sosialisasi, I5-1, menyatakan sebagai berikut :

“Kalau sosialisasi kesini secara umum sudah, sudah disampaikan

sosialisasi sejak lama dari Kemenag, dan kami sudah informasikan

ke wali murid bahkan sekarang sudah diberlakukan kewajiban

syahadah diniyah itu” (Wawancara dengan Bapak Rafiuddin,

M.Pd, Kepala Madrasah MTsN Pulomerak Kota Cilegon Rabu 14

Oktober 2015. Pukul 10.00 WIB. Di Kantor Kepala MTsN

Pulomerak)

Page 137: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

116

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa sosialisasi telah

berjalan dan diterima oleh pihak MTsN Pulomerak bahkan pihak MTsN

Pulomerak telah mewajibkan Syahadah Diniyah sebagai persyaratan

pendaftaran siswa baru, dan hal yang sama juga dibenarkan oleh SMPN 3

Kota Cilegon yang menyatakan bahwa sosialisasi telah diterima dari Dinas

Pendidikan akan tetapi pihak SMPN 3 Kota Cilegon belum mewajibkan

syahadah Diniyah sebagai persyaratan pendaftaran siswa baru, berikut

pernyataan I5-2 :

“Kalau untuk sosialisasi sudah kami terima melalui kepala

sekolah, kemudian keguru-guru baru ke masyarakat, tetapi kalau

SK untuk mewajibkannya belum turun, kami masih menunggu dari

Dinas Pendidikan tentang kewajiban pakai syhadah diniyah”

(Wawancara dengan Bapak Drs. Dedi Rustendi, Wakil Kepala

Sekolah SMPN 3 Kota Cilegon Rabu 14 Oktober 2015. Pukul

10.00. Di SMPN 3 Kota Cilegon)

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa sosialisasi telah

diterima oleh pihak Madrasah Tsanawiyah dan SMP, yang kemudian

sosialisasi tersebut diteruskan kepada wali murid akan tetapi mengenai

kewajiban menyerahkan syahadah diniyah sebagai persyaratan belum

dilakukan, baru hanya di Madrasah Tsanawiyah

Sedangkan masyarakat Kota Cilegon yang penulis wawancarai

mengenai sosialisasi perda Diniyah ini juga beragam, seperti yang

disampaikan oleh I6-1

Page 138: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

117

“Mendengar tapi masih samar, sekarang infonya wajib sekolah

diniyah, secara pribadi saya tidak tau apa-apa, kalau di suruh

sekolah tentu saya sekolahkan anak saya, dari pada hanya

bermain-main,supaya dapat mengaji dengan baik” (Wawancara

dengan Ibu Ruenah, Wali Murid Madrasah Diniyah Minggu, 25

Oktober 2015 . pukul 14.00 Wib.)

Senada dengan yang di atas, I6-2 juga menyatakan bahwa pernah

mendengar wajib Madrasah Diniyah :

“Info yang saya dapatkan seperti itu, saya hanya ikut-ikutan saja,

itu pun dari bapak H, Halil yang mengatakan bahwa saat ini

siswa-siswa SD diharuskan belajar Madrasah Diniyah”

(Wawancara dengan Bapak Sabililah, Wali Murid Madrasah

Diniyah.Minggu, 25 Oktober 2015 Pukul 10.21 Wib)

Berbeda dengan I6-3 yang menjawab tidak tahu menahu adanya

perda ini, baginya yang penting anaknya sekolah sore (madrasah) :

“Masalah seperti itu saya tidak mengerti sama sekali, dan saya

hanya mengikuti para tetangga saja” (Wawancara dengan Umi

Habibah, Wali Murid Madrasah Diniiyah Senin, 26 Oktober 2015.

Pukul13.04 Wib)

Dari wawancara dengan masyarakat di atas diketahui bahwa untuk

masalah sosialisasi perda tersebut masih belum maksimal, masyarakat

hanya baru mendengar dan hanya ikut-ikutan tetapi tidak mengerti tentang

kewajiban tersebut bahkan dan ada pula yang anaknya tidak di sekolahkan

ke madrasah.

Page 139: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

118

Berdasarkan paparan di atas dalam dimensi input dapat

disimpulkan bahwa dalam struktur kelembagaan kepengurusan Madrasah

Diniyah di Kota Cilegon telah berjalan dengan baik, bahkan sudah

dibentuk semenjak perjuangan perda Madrasah Diniyah, ini dapat dilihat

dari adanya struktur yang berjenjang dari tingkat Kecamatan sampai

tingkat Kota. Pada Sumber Daya Manusia yaitu para pengajar/ustad

Madrasah Diniyah belum memenuhi standar klasifikasi yang ditentukan

oleh perda, dan begitu pula dalam hal pembinaan yang dilakukan oleh

Kementrian Agama terhadap para pengajar/ustad Madrasah Diniyah belum

optimal.

Dalam masalah sarana dan prasarana Madrasah Diniyahpun masih

minim, banyak Madrasah Diniyah yang gedungnya masih satu atap dengan

Sekolah Dasar seperti pada SDIT Al-Azhar, SDIT Raudhtaul Jannah dan

beberapa SD lainya. Pihak Dinas Pendidikan hanya baru membantu dalam

masalah honor para pengajar Madrasah tetapi dalam masalah sarana dan

prasarana sesuai amanat perda belum dapat dilaksanakan, sedangkan

dalam sosialisasi belum berjalan dengan baik karena saat ini masyarakat

terpecah pemahamanya dengan adanya sosialisasi yang berbeda yang

dlakukan oleh Kementrian Agama dengan LPPTKA/BKPRMI.

4.3.2 Dimensi Proses

Dimensi proses merupakan dimensi transformasi kebijakan kepada

masyarakat dalam bentuk pelayanan langsung, pemerataan kebijakan, dan

Page 140: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

119

dalam dimensi ini lebih menekankan pada pelaksanaan kebijakan yang

berupa hambatan dan tantangan kebijakan tersebut.

a. Pelayanan langsung kepada Masyarakat.

Kebijakan tentang penyelenggaraan Madrasah Diniyah di Kota

Cilegon tentu membutuhkan banyak gedung-gedung baru, sumber daya

manusia seperti pengajar dan kebutuhan-kebutuhan lainya. Untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat yang hendak menyekolahkan anaknya

kedalam madrasah sedangkan jumlah atau gedung madrasah tidak

memenuhi maka Kementrian Agama bekerjasama dengan Dinas

Pendidikan dan Yayasan-Yayasan yang membawahi pendidikan untuk

mendirikan Madrasah Diniyah di sekolah tersebut, seperti di SDIT

Raudhatul Jannah, SDIT Tamadun, SDIT Al Azhar,SD YPWKS 1 sampai

dan 5 dan beberapa SD lainya, mekanismenya adalah yayasan tersebut

meminta ijin operasional kepada Kementrian Agama untuk mendirikan

Madrasah Diniyah setelah Kementrian Agama meninjau dan mensurvei

barulah ijin tersebut di terbitkan, seperti yang di sampaikan oleh I1-2 :

“Sekarang sekolah-sekolah yang dasar islam terpadu sudah

memohon ijin operasional Madrasah Diniyah dan saat ini sudah

kami terbitkan sepuluh, SDIT KS 1, 2,3 sampai 5, SDIT RJ sudah,

SDIT Al Azhar sudah, SDIT Uswatun hasanah sudah, SDIT

Tamadun sudah hampir 10, hal itu berarti mereka juga sudah

mengerti bahwa perda ini harus diberlakukan dan diamalkan,

bahkan SD negeri pun saat ini, seperti Madintaul Hadid dan yang

lokasinya jauh madrasah diniyahnya meminta supaya dibuatkan

Page 141: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

120

ijin operasional, hanya ada satu tetapi kami belum dapat

memberikan dikarenakan belum ada rekomendasi dari Dinas

Pendidikan. Jadi dalam SD nya ada diniyah, kalau yang terpadu

itu bisa dipola, kalau SD umum pulangnya pukul 1;00, setelah

solat, makan maka berangkat lagi untuk belajar ke Madrasah

Diniyah, untuk teknisnya di lapangan mereka yang lebih tahu,

karena disana juga ada PAI, yang terpenting kedua-duanya jalan”

(Wawancara dengan Bapak Abu Nashor, Kepala Seksi Pendidikan

Agama Dan Keagamaan Kementrian Agama Kota Cilegon.Rabu 07

Oktober 2015. Pukul 14 .00 Wib. di Kantor Kementrian Agama

Kota Cilegon)

Hal yang sama juga disampaikan oleh I1-1, yang menyatakan bahwa

saat ini Kementrian Agama bekerjasama dengan Yayasan-yayasan

Pendidikan dan Dinas Pendidikan dalam upaya dalam meminimalisir

sedikitnya gedung Madrasah Diniyah, berikut pernyataanya :

“Dalam masalah sarana-prasarana kami sudah berupaya mungkin

untuk membangun gedung-gedung baru dan bekerja sama dengan

yayasan-yayasan pendidikan untuk mendirikan Madrasah Diniyah

dan untuk Dinas Pendidikan juga saat ini belum sepenuhnya

membantu kalau masalah sarana prasarana hanya baru membantu

dalam Honor Daerah, dan saat ini juga kami sudah bekerja sama

dengan sekolah-sekolah swasta untuk mendirikan Madrasah

Diniyah disekolah tersebut, dan bagi sekolah yang negeri nanti

kita minta ijin terlebih dahulu ke Dinas Pendidikan untuk

sementara waktu mengadakan pendirian madrasah ditempat

tersebut, supaya siswa-siswa terssebut dapat sekolah madrasah

pada sore harinnya, dan Dinas Pendidikan juga merespon hal itu

dan siap bekerja sama dengan kita” (Wawancara dengan Bapak

Drs. Ubiq Baehaqi, M.Si, Kepala Kantor Kementrian Agama Kota

Cilegon. Jum’at. 16 Oktober 2015. Pukul 09.00 WIB. di Kantor

Kementrian Agama Kota Cilegon)

Pembentukan Madrasah Diniyah di sekolah-sekolah tersebut juga

dibenarkan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kota Cilegon, Muchtar Gozali,

Page 142: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

121

menurut beliau Dinas Pendidikan akan bekerjama sama dengan

Kementrian Agama untuk melaksanakan peraturan Daerah tersebut,

berikut pernyataaan I3-1 :

“ Benar, memang ada beberapa sekolah yang mendirikan

Madrasah Diniyah, selama itu tidak bertentangan dengan aturan,

semua persaratanya lengkap, kami tidak masalah, dan kami

mendorong terus supaya memang perda ini berjalan dengan baik”

(Wawancara dengan Bapak Muchtar Gozali. Kamis 22 Oktober

2015. Pukul 09.00 WIB. Di Kantor Dinas Pendidikan Kota

Cilegon)

Akan tetapi tindakan yang dilakukan Kementrian Agama dengan

menerbitkan ijin Operasional tersebut mendapatkan kritikan dari pengurus

LPPTKA/BKPRMI, berikut pernyataanya I4 :

“Hal ini adalah sebuah pemaksaan, seharusnya untuk mendirikan

madrasah atau sekolah itu harus ada gedungya, gurunya siapa

saja, siswanya mana saja, ada tida administrasinya, tetapi hal ini

tidak terjadi, tiba-tiba langsung diikutkan ujian saja, ini sama

sekali tidak mencerminkan pendidikan keagamaan Islam”

(Wawancara dengan Bapak Bayu Panatagama, MM, Direktur

LPPTKA/BKPRMI Kota Cilegon. Selasa, 06 Oktober 2015, Pukul

13.30 WIB Di Kantor Kesbanglinmas Kota Cilegon)

Menanggapi hal tersebut Pihak Kementrian Agama mengatakan bahwa

hal itu tidak bertentangan, berikut pernyataan I1-2 :

“Coba Herdandi sekarang lihat, dalam satu yayasan ada SD-nya,

ada SMP, SMA-nya, bahkan ada MTs terus juga SMA, hal itu

tidak apa-apa, dan itu tidak jadi masalah, tidak melanggar aturan

yang berlaku” (Wawancara dengan Bapak Abu Nashor, Kepala

Seksi Pendidikan Agama Dan Keagamaan Kementrian Agama

Page 143: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

122

Kota Cilegon.Rabu 07 Oktober 2015. Pukul 14 .00 Wib. di Kantor

Kementrian Agama Kota Cilegon)

Dari wawancara di atas terlihat Kementrian Agama tidak

mempermasalahkan adanya Madrasah Diniyah dalam satu gedung dengan

Sekolah Dasar dan berargumen bahwa hal itu banyak dijumpai dalam

Yayasan-yayasan pendidikan dan hal itu tidak melanggar peraturan.

Setelah peneliti observasi kelapangan, ternyata memang benar dalam satu

gedung paginya digunakan oleh sekolah dasar dan sorenya digunakan

untuk madrasah, dengan guru yang sama dan ada juga yang berbeda

seperti di SD YPWKS 1 sampai 5, sedangkan Sekolah Dasar Islam

Terpadu yang didalamnya terdapat pembelajaran keagaaman tidak perlu

lagi belajar Madrasah Diniyah tetapi langsung mengikuti ujian Madrasah

Diniyah.

Dari hasil paparan di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan

langsung kepada msayarakat belum berjalan dengan optimal hal ini

dikarenakan sedikitnya julmah gedung Madrasah Diniyah yang berakibat

tidak sanggupnya menerima siswa Sekolah Dasar dan untuk

meminimalisir hal tersebut pihak Kementrian Agama bersama dengan

Dinas Pendidikan dan Yayasan-Yayasan Pendidikan berkerja sama untuk

mendirikan ijin operasional pendirian Madrasah Diniyah.

Akan tetapi perijinan operasional Madrasah Diniyah tersebut tidak

dibarengi dengan penempatan prosedur yang jelas, fakta berbeda terjadi

dilapangan seperti yang terjadi di SD YPWKS Sekolah Dasar milik

Page 144: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

123

Krakatau Steel, dari hasil wawancara dengan Bapak Bayu Pantagama

bahwa apa yang dinamakan belajar Madrasah Diniyah tidak terjadi dalam

sekolah tersebut, para siswa tersebut tidak belajar Madrasah Diniyah tetapi

diikutkan pada ujian madrasah.

Fenomena di atas menunjukkan terlihat bahwa pelayanan yang

diberikan oleh Kementrian Agama belum memenuhi aspek publik, apa

yang dilakukan Kementrian Agama dengan mengikutkan Siswa SD

YPWKS kedalam ujian Madrasah tetapi tidak pernah mengikuti

pembelajaran Madrasah Diniyah merupakan sebuah kesalahan yang

menyalahi prosedur Perda Diniyah.

b. Pemerataan Kebijakan

Pemerataan kebijakan ini dapat dilihat dari merata tidaknya

pelaksanaan kebijakan ini ke masyarakat, output dari kebijakan wajib

belajar Madrasah Diniyah ini ialah berupa kewajiban menyerahkan

syahadah diniyah ketika hendak melanjutkan ke SMP/MTs, dari informasi

yang peneliti dapatkan kewajiban ini belum berjalan baru hanya pada

sekolah-sekolah yang berada di bawah Kementrian Agama seperti MTsN

Pulomerak, ketika peneliti wawancarai pihak MTsN Pulomerak

membenarkan hal tersebut, berikut penyampaian yang di sampaikan oleh

I5-1

“ Kami sudah mendapatkan instruksi dari Kementrian Agama Kota

Cilegon untuk mewajibkan syahadah diniyah ketika hendak masuk

ke madrasah kami, dan ini sudah berjalan lama, kira-kira kurang

Page 145: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

124

lebih tiga tahun” (Wawancara dengan Bapak Rafiuddin, M.Pd,

Kepala Madrasah MTsN Pulomerak Kota Cilegon Rabu 14

Oktober 2015. Pukul 10.00 WIB. Di Kantor Kepala MTsN

Pulomerak)

Hal tersebut juga dibenarkan oleh Kepala Seksi Pendidikan Madrasah

Kementrian Agama Kota Cilegon, I1-3 menyampaikan sebagai berikut :

“Kami sudah menginstrusikan kepada madrasah-madrasah yang

berada dinaungan kami terutama yang negeri seperti MTsN

Pulomerak, MTsN Cilegon dan MTsN Ciwandan, dan itu sudah

lama ketika sudah muncul Perwal No. 44 Tahun 2011”

(Wawancara dengan Ibu Titim Fatimah, MM. Kepala Seksi

Pendidikan Madrasah Kementrian Agama Kota Cilegon Jum’at, 16

Oktober 2015, Pukul 08.00 Wib. Di Kantor Kementrian Agama

Kota Cilegon)

Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa kewajiban

menyerahkan Madrasah Diniyah tersebut hanya baru pada lembaga

pendidikan di bawah Kementrian Agama sedangkan yang berada dibawah

Dinas Pendidikan belum sama sekali, Kepala Bidang Pendidikan

Menengah Dinas Pendidikan Kota Cilegon menyampaikan bahwa hal

tersebut belum bisa dilakukan karena masih ada perselisihan antara

LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama, berikut penyampaian I3-2 :

“ Saat ini kami belum bisa melaksanakan kebijakan mewajibkan

syahadah diniyah ke sekolah-sekolah, karena masih ada

perselisihan dan permasalahan yang belum selesai sampai saat

ini, jika nanti LPPTKA/BKPRMI sudah ada kesepakatan dengan

Kementrian Agama barulah kami bisa melaksanakan”

Page 146: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

125

(Wawancara dengan bapak Suhendi, MM. Kabid Pendidikan

Menengah Dinas Pendidikan Kota Cilegon.Kamis. 22 Oktober

2015. Pukul 08.37 Wib. Di Kantor Dinas Pendidikan Kota

Cilegon)

Pendapat yang hampir sama juga di sampaikan oleh I3-1 :

“Kami belum melakukan hal tersebut karena keberadaaan

Madrasah Diniyah itu belum sepenuhnya berjalan dan juga jumlah

SD dengan Madrasah itu berbeda lebih banyak jumlah SD, kami

khawatir jika ini dilakukan nanti akan ada masyarakat meminta

surat pernyataan ke madrasah-Madrasah Diniyah, minta surat

keterangan sedang belajar, padahal siswanya tidak belajar, kami

tidak menginginkan hal itu” (Wawancara dengan Bapak Muchtar

Gozali. Kamis 22 Oktober 2015. Pukul 09.00 WIB. Di Kantor

Dinas Pendidikan Kota Cilegon)

Dari pendapat I3-1 di atas lebih melihat kepada jumlah Sekolah

Dasar yang tidak berimbang dengan jumlah MDTA dan ini akan

menghawatirkan bila kebijakan ini dipaksakan maka akan terjadi praktek

meminta surat keterangan sedang belajar Madrasah Diniyah, padahal

siswanya tidak belajar.

Untuk diketahui saat ini jumlah Sekolah Dasar dan jumlah SD

memang tidak sama, seperti dapat dilihat dalam tabel berikut :

Page 147: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

126

Tabel 4.1

Perbandingan Jumlah Madrasah Diniyah dan Sekolah Dasar Beserta Murid,

dan Guru Menurut Kecamatan di Kota Cilegon, 2013/2014

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa jumlah Madrasah

Diniyah atau Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah (MDTA) sekota

Cilegon berjumlah 144 Madrasah dengan jumlah murid 18.655 dan tenaga

pengajar sebanyak 1.737 yang sangat jauh berbeda dengan jumlah Sekolah

Dasar yang memiliki jumlah murid sekitar 38.556 dan jumlah sekolah 175

Sekolah, perbedaan tersebut akan menyebabkan ada banyak siswa Sekolah

Dasar yang tidak terakomodir di Madrasah Diniyah seharusnya jumlah

Madrasah Diniyah di Kota Cilegon sebanyak jumlah SD, dengan demikian

siswa SD tersebut dapat terakomodir untuk belajar di madrasah dengan

efektif.

Dari pendapat pihak Dinas Pendidikan di atas disimpulkan bahwa

keterlambatan pelaksanaan kewajiban menyerahkan syahadah diniyah

ketika masuk SMP ialah :

No Kecamatan

MDTA Sekolah Dasar

Madrasah Murid Guru Sekolah Murid Guru

1 Ciwandan 29 3. 818 368 20 5.217 312

2 Citangkil 26 3.113 333 25 7.159 438

3 Pulomerak 13 1.525 125 23 5.119 294

4 Purwakarta 10 1.295 119 22 5.526 317

5 Grogol 15 2.300 172 15 3.467 203

6 Cilegon 16 2.095 178 15 3.787 234

7 Jombang 14 2. 016 147 32 8.371 492

8 Cibeber 21 2. 493 295 23 6.797 399

JUMLAH 144 18.655 1.737 175 45.433 2.689

(Sumber : Cilegon Dalam Angka, BPS. 2014

Page 148: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

127

Pertama, belum ada kesepakatan antara Pihak Kementrian Agama

dengan LPPTKA/BKPRMI Kota Cilegon, pihak Dinas Pendidikan tidak

menginginkan ada pihak yang dirugikan dengan kebijakan tersebut, dan

menginginkan semuanya dirangkul baik dari MDTA maupun dari pihak

LPPTKA/BKPRMI.

Kedua, tidak setaranya jumlah Sekolah Dasar dengan jumlah

MDTA, yang apabila ini tetap dilaksanakan maka dikhawatirkan akan ada

praktek jual beli ijazah

Berdasarkan pada pemaparan di atas dapat diketahui dan

disimpulkan bahwa pemerataan kebijakan melampirkan syahadah diniyah

sebagai persyaratan pendaftaran di SMP/MTS belum berjalan dengan baik,

yang baru melaksanakan hanya baru pada lembaga pendidikan yang

dibawah Kementrian Agama yang negeri, sedangkan pada lembaga

pendidikan dibawah Dinas Pendidikan belum berjalan sama sekali.

c. Hambatan dan Tantangan

Dimensi ini menurut peneliti merupakan dimensi yang sangat

penting dalam penelitian Eavaluasi Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun

2008 Tentang Penyelenggaraan Wajib Belajar Madrasah Diniyah di Kota

Cilegon, karena pada dimensi ini permasalahan utama kebijakan tersebut.

Perjalanan kebijakan penyelenggaraan wajib belajar Madrasah

Diniyah sejak tahun 2008 sampai sekarang masih memiliki hambatan

Page 149: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

128

sehingga kebijakan mewajibkan syahadah diniyah ketika hendak masuk

SMP/MTs belum terlaksana dengan baik.

Pihak Forum Komunikasi Madrasah Diniyah Takmiliyah

menganggap bahwa hambatan tersebut berasal dari pihak

LPPTKA/BKPRMI Kota Cilegon, yang hendak menyamakan TPA dengan

MDTA, berikut pernyataan dari I2-2:

“Sebenarnya perda ini harus sudah dijalankan karena sudah ada

perwalnya yang keluar pada tahun 2011, akan tetapi sampai

sekarang belum terlaksana, karena pihak LPPTKA/BKPRMI

hendak menyamakan TPA sama dengan Diniyah, penyamaan ini

tidak bisa diterima dikarenakan beda jenjang, beda umur dan juga

beda kurikulum” (Wawancara dengan Bapak Muizudin, M.Pd,

Pengurus FKDT Kota Cilegon. Kamis 8 Oktober 2015 pukul 15.00

Wib Di MDTA langon)

Hal yang sama disampaikan oleh I2-1 bahwa hambatan dalam

pelaksanaan Madrasah Diniyah berasal dari pihak LPPTKA/BKPRMI

Kota Cilegon yang meminta disamakan antara TPA dengan Madrasah

Diniyah, berikut pernyataanya :

“Bapak Bayu yang ngotot minta disamakan, dan hal tidak bisa,

TPA tidak bisa disamakan dengan MDTA, di PMA dengan di PP

55 2007 juga dijelaskan kalau TPA itu tidak sama dengan MDTA,

harusnya melihat kesitu, dalam maslah pendidikan Agama dan

Keagamaan harus mengikut ke Kemenag tidak mengatur sendiri,

jadi repot nantinya. (Wawancara dengan Bapak Mahruri, Ketua

FKDT Kota Cilegon Rabu 07 Oktober 2015. Pukul 16.26 Wib di

Kantor Kementrian Agama Kota Cilegon)

Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa pihak Forum

Komunikasi Madrasah Diniya Takmiliyah menganggap bahwa hambatan

Page 150: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

129

atau rintangan dalam pelaksanaan kebijakan Peraturan Daerah Nomor 1

Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Wajib Belajar Madrasah Diniyah di

Kota Cilegon adalah LPPTKA/BKPRMI. Pihak LPPTKA/BKPRMI

menginginkan TPA disamakan dengan MDTA, sedangkan Forum

Komunikasi Madrasah Diniyah Takmiliyah tidak bisa menerima

persamaan tersebut karena berbeda jenjang umur dan kurikulum antara

TPA dengan Madrasah Diniyah atau MDTA

Pihak Kementrian Agama juga mempunyai pendapat yang sama

dengan Forum Komunikasi Madrasah Diniyah Takmiliyah, berikut

pernyataan I1-2 :

“ TPA itu sama dengan TPQ, dan TPQ itu pra diniyah, jadi tidak

bisa disamakan, dengan keluarnya PMA No 3 tahun 2013, disitu di

jelaskan bahwa kedudukan TPA berada dibawah MDTA”

(Wawancara dengan Bapak Abu Nashor, Kepala Seksi Pendidikan

Agama Dan Keagamaan Kementrian Agama Kota Cilegon.Rabu

07 Oktober 2015. Pukul 14 .00 Wib. di Kantor Kementrian Agama

Kota Cilegon)

Dari pendapat di atas terlihat jelas bahwa pihak Kementrian

Agama dan pihak FKDT menganggap bahwa hambatan utama

pelaksanaan kebijakan Perda Madrasah Diniyah adalah

LPPTKA/BKPRMI Kota Cilegon yang hendak menyamakan TPA dengan

MDTA, dan persamaan ini tidak bisa diterima oleh Kementrian Agama

Kota Cilegon, Kementrian Agama menganggap TPA sebagai pendidikan

Pra Madrasah Diniyah, lebih lanjut pihak Kementrian Agama dan FKDT

Page 151: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

130

meenjelaskan tentang beda usia antara TPA dengan Madrasah Diniyah

seperti pada tabel berikut :

Tabel 4.2

Ilustarasi Jenjang Pendidikan

No DIKNAS DEPAG BKPRMI

USIA

FORMAL FORMAL NON FORMAL

NON

FORMAL

1

TK Kelompok

A

RA Kelompok

A

TKQ Kelompok

A TKA Paket A 4-5 Tahun

TK Kelompok

B

RA Kelompok

B

TKQ Kelompok

B TKA Paket B 5-6 Tahun

2

SD Kelas 1 MI Kelas1 TPQ Kelompok A TPA Paket A 6-7 Tahun

SD Kelas 2 MI Kelas 2 TPQ Kelompok B TPA Paket B 7-8 Tahun

SD Kelas 3 MI Kelas 3 MDTA Kelas 1 8-9 Tahun

SD Kelas 4 MI Kelas 4 MDTA Kelas2 9-10 Tahun

SD Kelas 5 MI Kelas 5 MDTA Kelas 3 10-11 Tahun

SD Kelas 6 MI Kelas6 MDTA Kelas 4 11-12 Tahun

(sumber : Perwal No. 44 Tahun 2011)

Dari tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut bahwa TPA

merupakan pendidikan Pra-Madrasah Diniyah dengan TPA paket A berada

pada usia 6-7 tahun, dan TPA paket B pada usia 7-8 tahun, dan usia

tersebut masuk pada usia kelas 1 dan 2 SD maupun MI, sedangkan untuk

MDTA berada pada usia 8-12 tahun dan setara dengan kelas 3 sampai

dengan kelas 6 untuk SD dan MI.

Perbedaan dan pengklasifikasian tersebut tidak dibenarkan oleh

pihak LPPTKA/BKPRMI Kota Cilegon, berikut pernyataan I4 :

Page 152: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

131

“Atas dasar apa mereka membedakan hal tersebut, coba lihat PP

No.55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan,

disitu dijelaskan ada pasal mengenai pendidikan keagamaan

islam, dalam pasal tersebut ada point-pointya, salah satunya

bahwa pendidikan kegaamaan islam itu berupa Madrasah

Diniyah, TPA dan Majlis Ta’lim, itu tidak dibedakan, harusnya

melihat kesitu, kita ini hierarki peraturanya” (Wawancara dengan

Bapak Bayu Panatagama, MM, Direktur LPPTKA/BKPRMI Kota

Cilegon. Selasa, 06 Oktober 2015, Pukul 13.30 WIB Di Kantor

Kesbanglinmas Kota Cilegon)

Lebih dalam pihak LPPTKA/BKPRMI mengatakan bahwa

pengkalsifikasian tersebut bertentangan dengan peraturan yang

dikeluarkan oleh Kementrian Agama Pusat yaitu tentang Standar Nasional

dan Mutu Pendidikan Al-Qur’an, dalam peraturan tersebut bahwa siswa

TPA itu berusia pada kisaran 7-12 tahun :

“Bahkan ada di Kementrian Agama aturan mengenai standar

nasional dan mutu pendidikan Al-Qur’an, disitu dijelaskan bahwa

TPA itu sama dengan Diniyah dalam masalah umuruya, sekarang

Kemenag Cilegon mau tidak menggunakanya aturan tersebut.”

(Wawancara dengan Bapak Bayu Panatagama, MM, Direktur

LPPTKA/BKPRMI Kota Cilegon. Selasa, 06 Oktober 2015, Pukul

13.30 WIB Di Kantor Kesbanglinmas Kota Cilegon

Menyikapi hal tersebut pihak Kementrian Agama yang

disampaikan oleh I1-3 menyatakan sebagai berikut:

“Dalam masakah tersebut mereka tidak membaca Perda No. 1

Tahun 2008, disitu dijelaskan bahwa masalah pendidikan

keagamaan islam di serahkan ke Kemenag, mereka sebagai ormas

harus mengikuti kita, karena kita yang punya wewenang, harusnya

Page 153: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

132

mereka meminta izin operasionl pendirian pendidikan agama

Islam di Kota Cilegon, tapi sekarang belum ada ijin operasional

tersebut” (Wawancara dengan Ibu Titim Fatimah, MM. Kepala

Seksi Pendidikan Madrasah Kementrian Agama Kota Cilegon

Jum’at, 16 Oktober 2015, Pukul 08.00 Wib. Di Kantor Kementrian

Agama Kota Cilegon)

Dalam kesempatan lain pihak FKDT yang peneliti wawancarai

menyampaikan sebagai berikut :

“Kalau TPA hendak disamakan dengan Madrasah Diniyah, yang

bersangkutan harus ijin operasioanal pendirian Madrasah Diniyah

di TPA tersebut, kurikulumnya harus sama, jam belajarnya juga

harus sama, nah sekarang yang bersangkutam alergi tidak dengan

Madrasah Diniyah, sebenarnya hanya itu saja,” (Wawancara

dengan Bapak Muizudin, M.Pd, Pengurus FKDT Kota Cilegon.

Kamis 8 Oktober 2015 pukul 15.00 Wib Di MDTA langon)

Menanggapi hal tersebut, pihak LPPTKA/BKPRMI seperti yang

disampaikan oleh I4 :

“Kalau untuk disamakan tentu tidak bisa, tapi jika memuat

kurikulum yang sama kami bisa, dan memang saat ini kami sudah

mempunyai kuruikulum yang baru yang sama seperti MDTA”

(Wawancara dengan Bapak Bayu Panatagama, MM, Direktur

LPPTKA/BKPRMI Kota Cilegon. Selasa, 06 Oktober 2015, Pukul

13.30 WIB Di Kantor Kesbanglinmas Kota Cilegon)

Dari wawancara di atas dapat terlihat bahwa masing-masing pihak

antara Kementrian Agama dan LPPTKA/BKPRMI masih saling bersitegang

dan mempunyai dasar masing-masing sebagai argumenya, dengan adanya

perseslisihan tersebut Peraturan Daerah Nomor 1 Tentang Penyelenggaraan

Wajib Belajar Madrasah Diniyah tersebut tidak berjalan dengan semestinya.

Page 154: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

133

Pada dasarnya permasalahan pokok lamanya implementasi kebijakan

ini ialah masalah jenjang TPA dan MDTA, Pihak LPPTKA/BKPRMI

menginginkan TPA dan MDTA disamakan dan dapat digunakan ijazahnya

untuk masuk SMP/MTs, sedangkan Kementrian Agama tidak bisa

menerima persamaan tersebut, TPA dianggap sebagai pra MDTA, dan

ijazah yang digunakan untuk masuk SMP/MTs hanya menggunakan

ijazah/Syahadah MDTA.

Saat ini masyarakat terpecah dengan adanya Peraturan Daerah

Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Wajib Belajar Madrasah

Diniyah di Kota Cilegon tersebut, sebagian menganggap bahwa perda ini

mandul, dan sebagian lagi menganggap perda berjalan dan sedang dalam

proses pengimplementasian.

Berdasarkan pada paparan diatas dapat disimpulkan Kementrian

Agama dan Forum Komunikasi Madrasah Diniyah Takmiliyah (FKDT)

menganggap bahwa hambatan dalam penyelenggaraan wajib belajar

Madrasah Diniyah di Kota Cilegon adalah LPPTKA/BKPRMI. Kementrian

Agama menolak keinginan LPPTKA/BKPRMI yang ingin menyamkan TPA

dengan Madrasah Diniyah karena dianggap beda jenjang, umur dan

kurikulum.

Permasalahan di atas disebabkan karena terdapatnya penafsiran, dan

pola pikir yang berbeda antara Kementrian Agama Kota Cilegon dan

LPPTKA/BKPRMI Kota Cilegon dalam menerjemahkan PP No. 55 tahun

Page 155: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

134

2007 dan PMA No. 13 Tahun 2014 sehingga menyebabkan perbedaam

acuan hukum antara Pihak Kementrian Agama Kota Cilegon dengan

LPPTKA/BKPRMI Kota Cilegon, pihak Kementrian Agama mengacu pada

Perwal No. 44 Tahun 2014, sedangkan LPPTKA/BKPRMI mengacu pada

Perwal No. 25 tahun 2014.

Proses Perumusan dan Perubahan Peraturan Walikota

Pada hari senin tanggal 18 Oktober Tahun 2010, bertempat di Kantor

Kementrian Agama Kota Cilegon telah diadakan pembahasan akhir draft

Rancangan Peraturan Walikota Cilegon Tentang Wajib Belajar Pendidikan

Diniyah Awaliyah yang selanjutnya diajukan kepada Biro Hukum Setda

Pemerintah Kota Cilegon untuk diadakan kajian lebih lanjut sebelum

akhirnya ditetapkan sebagai Peraturan Walikota Cilegon untuk

melaksanakan Perda No. 1 Tahun 2008.

Dalam pembahasan akhir draft tersebut dihadiri oleh Kepala Kantor

Kementrian Agama Kota Cilegon, Drs. H. Mahmudi, M.Si, Kepala Bidang

Pendidikan Menengah Dinas Pendidikan Kota Cilegon, Drs. H. Romli

Rohani, M.Pd, Kepala Seksi Pekapontren dan Penmas Kementrian Agama

Kota Cilegon, Dra. Hj. Titim Fatimah, MM, Direktur Daerah

LPPTKA/BKPRMI Kota Cilegon, Bayu Panatagam, S.Pd, Sekretaris

Daerah LPPTKA/BKPRMI Kota Cilegon, M. Rohman, Ketua KKMD Kota

Cilegon, Tb. Mastur, S.Pd, Sekretaris KKMD Kota Cilegon, Ahmad Yani,

Page 156: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

135

S.Pd.I, Wakil Sekertaris FOKMADA Kota Cilegon, Sekretaris POKJAWAS

Kementrian Agama Kota Cilegon.

Dalam perumusan tersebut disepakatilah bahwa pendidikan diniyah

bersifat umum dan terbuka dengan perserta usia didik antara 7-12 tahun

(pasal 6 ayat 1 dan 2) dan membolehkan satuan pendidikan yang telah

memuat kurikulum pendidikan diniyah sebagai penyelenggara pendidikan

diniyah (pasal 13 ayat 1 dan 2), tetapi pada tanggal 16 April 2011 rumusan

tersebut tersebut dirubah atau direvisi oleh Forum Komunikasi Madrasah

Diniyah Kota Cilegon, yaitu pada pasal 6 ditambahkan dengan 1 pasal yang

mengkalsifikasikan jenjang peserta didik dengan usia didik 6-7 tahun

sebagai usia TPA paket A atau TPQ paket A, usia 7-8 tahun untuk TPA

paket B atau TPQ paket B, dan MDTA kelas 1-4 pada usia 8-12 tahun,

sedangkan pada pasal 13 dihapus karena tidak sesuai dengan Perda

Diniyah.

Setelah revisi Raperwal tersebut, maka jadilah sebuah Peraturan

Walikota Nomor 44 Tahun 2011 yang isinya sesuai dengan yang diajukan

oleh Forum Komunikasi Madrasah Diniyah (FOKMADA) Kota Cilegon,

setelah adanya perwal tersebut lalu keluar Surat Edaran Kementrian Agama

Kota Cilegon Nomor. Kd.28.06./5/PP.00.8/2328/2014 Tentang

Pemberlakuan wajib Belajar Madrasah Diniyah Awaliyah di Kota Cilegon.

dalam Surat Edaran tersebut dinyatakan bahwa untuk masuak SMP/MTs

wajib menyerahkan Syahadah Diniyah.

Page 157: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

136

Ketentuan tersebut mendapatkan pertentangan dari

LPPTKA/BKPRMI Kota Cilegon, pihak LPTTKA/BKPRMI mengatakan

bahwa ketentuan dalam Perwal Nomor 44 Tahun 2011 dan Surat Edaran

Kementrian Agama tersebut telah menyalahi kesepakatan yang telah dibuat

bersama-sama dengan Dinas Pendidikan, Kementrian Agama,

LPPTKA/BKPRMI, KKMD dan FOKMADA Kota Cilegon,berikut

pernyataan I4 :

“Ceritanya seperti ini pada hari senin tanggal 18 Oktober Tahun

2010, bertempat di Kantor Kementrian Agama Kota Cilegon (sambil

memperlihatkan dokumen), kami bersama-sama dengan dinas

Pendidikan, Kemenag, Fokmada dan KKMD merumuskan raperwal

tersebut, dan kami telah sepakat, tetapi tiba-tiba ketika muncul di

perwal Nomor 44 Tahun 2011 berbeda dengan apa yang kami

usulkan bersama-sama, ini siapa yang melakukan, Masya Allah ini

dokumen negara, kalau dituntut bisa dibawa kepengadilan, tapi

kami berusaha sabar, kenapa bisa-bisanya rumusan ini dirubah,

siapa ini yang merubah, padahal pada awalnya tidak seperti ini, ini

lihat dokumen dan BAP-nya (sambil menyodorkan BAP dan

Dokumen rumusan Perwal), ini yang benar, ini ada cap Kementrian

Agama dan legal, sedangkan yang ini, ini tanda tangan siapa, dan

juga ini bukan cap Kemenag tapi cap Fokmada” (Wawancara

dengan Bapak Bayu Panatagama, MM, Direktur LPPTKA/BKPRMI

Kota Cilegon. Selasa, 06 Oktober 2015, Pukul 13.30 WIB Di Kantor

Kesbanglinmas Kota Cilegon)

Page 158: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

137

Gambar. 4.5

Direktur LPPTKA/BKPRMI Bayu Pantagama

sedang membuka dokumen

Menyikapi hal tersebut ketika peneliti tanyakan ke Kementrian

Agama, mengenai adanya perubahan revisi sepihak yang dilakukan oleh

FOKMADA, I1-3 menjawab “ tidak jadi masalah, kontenya masih tetap

sama baik yang belum direvisi maupun yang sudah direvisi” (Wawancara

dengan Ibu Titim Fatimah, MM. Kepala Seksi Pendidikan Madrasah

Kementrian Agama Kota Cilegon Jum’at, 16 Oktober 2015, Pukul 08.00

Wib. Di Kantor Kementrian Agama Kota Cilegon)

Sebagai bentuk rasa protes pihak LPTTKA/BKPRMI Kota Cilegon

mendatangi Bapak Iman Ariyadi, M,Si Walikota Cilegon untuk melakukan

perubahan Peraturan Walikota Nomor 44 Tahun 2011 menjadi seperti

semula seperti pada pembahasan draft pada tanggal 18 Oktober tahun

2010. Atas protes dan audiensi tersebut Walikota Cilegon mengeluarkan

Perwal No. 44 Tahun 2014 sebagai bentuk revisi terhadap Perwal Nomor

(Sumber : Peneliti, 2015)

Page 159: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

138

44 tahun 2011, yang isinya bahwa bahwa jenjang umur pendidikan diniyah

itu berkisar 7-12, dan TPA masuk didalamnya.

Pihak Kementrian Agama menanggapi adanya perubahan Perwal

tersebut mengatakan tidak akan memberikan pengaruh bagi Madrasah

Diniyah, dan tetap mempertahankan bahwa ketika masuk SMP/MTs hanya

boleh menggunakan ijazah Syahadah Diniyah bukan TPA, berikut

pernyataan I1-2 :

“Saat ini masyarakat dibingungkan karena untuk masuk SMP/MTs

boleh menggunakan Syahadah TPA dan juga Diniyah, tetapi

walaupun demikian kami tetap memberikan pemahaman kepada

masyarakat bahwa syahadah diniyahlah yang berlaku, karena

perdanya juga tentang perda diniyah, adapun keluar perwal

terbaru tetap tidak akan merubah menjadi ke ijazah TPA, tetap

harus Syahadah Diniyah” (Wawancara dengan Bapak Abu

Nashor, Kepala Seksi Pendidikan Agama Dan Keagamaan

Kementrian Agama Kota Cilegon.Rabu 07 Oktober 2015. Pukul 14

.00 Wib. di Kantor Kementrian Agama Kota Cilegon)

Ketika peneliti tanyakan kepada Dinas Pendidikan mengenai

adanya perwal terbaru dan adanya perbedaaan antara LPPTKA/BKPRMI,

dengan Kementrian Agama tersebut I3-1 menyampaikan:

“Itu urusan mereka, mereka yang harus menyelesaikan, tapi dalam

perda hanya disebutkan syhadah, selain syahadah tidak kami

terima di sekolah-sekolah negeri, dan yang mengeluarkan

syahadah itu Kementrian Agama Kota Cilegon, kalau TPA ingin

mendapatkan syahadah harus Kementrian Agama, meminta ijin

operasional pendirian diniyah” (Wawancara dengan Bapak

Muchtar Gozali. Kamis 22 Oktober 2015. Pukul 09.00 WIB. Di

Kantor Dinas Pendidikan Kota Cilegon)

Page 160: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

139

Dari wawancara dengan Dinas Pendidikan di atas dapat

disimpulkan bahwa Dinas Pendidikan juga mempunyai pandangan yang

sama dengan Kementrian Agama, bahwa untuk masuk SMP/Mts harus

menggunakan syahadah diniyah yang dikeluarkan oleh Kementrian

Agama Kota Cilegon, menanggapi adanya perubahan perwal tersebut

Dinas Pendidikan juga mempunyai pandangan yang sama bahwa hal

tersebut tidak merubah membolehkan Syahadah Diniyah digantikan

dengan ijajzah TPA.

Berdasarkan pemaparan diatas dalam dimensi proses dapat

disimpulkan, pada pelayanan langsung dan pemerataan kebijakan saat ini

Madrasah Diniyah belum memenuh aspek publik karena kurangnya

gedung-gedung madrasah yang menyebabkan kebijakan menyerahkan

Syahadah Diniyah ketika hendak melanjutkan kesekolah SMP/MTs belum

berjalan dengan baik, yang baru melaksanakan hanya baru pada lembaga

pendidikan yang dibawah Kementrian Agama yaitu MTs-MTs Negeri,

sedangkan pada lembaga pendidikan dibawah Dinas Pendidikan belum

berjalan sama sekali.

Selanjutnya indikator hambatan, dalam indikator ini permasalahan

terjadi karena terdapatnya penafsiran, dan pola pikir yang berbeda antara

Kementrian Agama Kota Cilegon dan LPPTKA/BKPRMI Kota Cilegon

dalam melaksanakan amanat Perda tersebut sehingga menyebabkan

Page 161: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

140

perbedaam acuan hukum antara Pihak Kementrian Agama Kota Cilegon

dengan LPPTKA/BKPRMI Kota Cilegon, pihak Kementrian Agama

mengacu pada Perwal No. 44 Tahun 2014, sedangkan LPPTKA/BKPRMI

mengacu pada Perwal No. 25 tahun 2014.

Penyebebab adanya multitafsir dan pemahaman yang berbeda

tersebut dikarenakan kedua Perwal Madrasah Diniyah tidak sesuai dan

telah menyalahi atau bertentangan dengan Perda Madrasah Diniyah, kedua

perwal tersebut tentang pendidikan diniyah bukan Madrasah Diniyah,

permasalahan inilah yang menyebabkan LPPTKA/BKPRMI Kota Cilegon

dan Kementrian Agama Kota Cilegon mempunyai pemahaman yang tidak

sama

4.3.3 Dimensi Outputs

Outputs yaitu hasil dari pelaksanaan kebijakan, apakah sutau

kebijakan menghasilkan produk sesuai dengan tujuan yang ditetapkan,

Outputs antara lain meliputi ketepatan, dan sasaran yang tertangani.

a. Ketepatan

Pemberlakuan adanya Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan

Wajib Belajar Madrasah Diniyah, menurut beberapa narasumber memang

tepat untuk diberlakukan di Kota Cilegon, seperti yang disampaikan oleh

I2-2 :

Page 162: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

141

“Perda ini diawali dengan inisiatif kita pada waktu itu ketuanya

pak Haji Amin makhtum, melihat fenomena di masyarakat Kota

Cilegon sekarang sudah berubah, nilai-nilai keagmaan ini sudah

semakin hilang, jadi adanya perda ini tepat sekali bahkan

mendesak untuk diadakan” Wawancara dengan Bapak Muizudin,

M.Pd, Pengurus FKDT Kota Cilegon. Kamis 8 Oktober 2015 pukul

15.00 Wib Di MDTA langon

Hal yang sama juga disampaikan oleh I1-2

“Bukan tepat lagi tapi memang benar-benar dibutuhkan, dulu itu

madrasah berkembang, tapi sekarang sudah sedikit yang minat,

masyarakat sudah sedikit yang menyekolahkan anaknya

kemadrasah, jadi perda ini memang harus dilakukan supaya

generasi mendatang pada bisa memahami agama dengan baik”

(Wawancara dengan Bapak Abu Nashor, Kepala Seksi Pendidikan

Agama Dan Keagamaan Kementrian Agama Kota Cilegon.Rabu

07 Oktober 2015. Pukul 14 .00 Wib. di Kantor Kementrian Agama

Kota Cilegon)

Dari wawancara di atas adanya peraturan daerah tentang kewajiban

belajar Madrasah Diniyah di Cilegon merupakan hal yang penting

mengingat Cilegon adalah kota santri, tetapi predikat tersebut semakin

bergeser dengan masuknya budaya-budaya asing yang secara tidak

langsung merubah tatanan budaya Wong Cilegon yang agamis menajdi

hedonis dan matrealisitis, nilai nilai keagamaan sudah semakin hilang,

madrasah menjadi sepi dan tidak yang meminati, jadi dengan adanya perda

ini diharapkan mampu menghidupkan lagi madrasah yang sudah hampir

hilang.

Page 163: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

142

Pendapat yang berbeda disampaikan oleh I4 menyampaikan

sebagai berikut :

“Pada awalnya saya menolak adanya perda ini, karena memang

tidak di ikutkan, kami tidak dianggap sebagai lembaga pendidikan

keagamaan, dan saya juga tidak setuju dengan judul perda,

seharusnya bukan Madrasah Diniyah tapi pendidikan keagamaan

Islam” (Wawancara dengan Bapak Bayu Panatagama, MM,

Direktur LPPTKA/BKPRMI Kota Cilegon. Selasa, 06 Oktober

2015, Pukul 13.30 WIB Di Kantor Kesbanglinmas Kota Cilegon)

Dari pendapat I4 dapat diketahui bahwa pada awalnya menolak

karena lembaga pendidikan TPA tidak diikutsertakan menjadi bagian dari

pendidikan diniyah, penolakan tersebut bukan pada penolakan substansi

perlunya belajar keagamaan islam di Cilegon tetapi pada redaksi judul

perda dan diabaikanya TPA sebagai lembaga pendidikan diniyah.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa adanya perda ini

memang tepat untuk diberlakukan di Cilegon, adapun yang menolak hanya

pada redaksi isi perda bukan pada substansi pentingnya pendidikan

keagamaan di Kota Cilegon.

b. Sasaran yang ditangani

Sasaran perda ini adalah siswa SD yang berusia 7-12 tahun, saat ini

berdasarkan hasil wawancara bahwa banyak siswa Sekolah Dasar yang

belum masuk Madrasah Diniyah dikarenakan lokasinya yang jauh seperti

yang disampaikan oleh I6-6:

“ Seperti tempat saya di Warnasari itu diniyahnya jauh, berapa

kilo itu, itu harus bagaimana, tetap masuk diniyah atau ada solusi

Page 164: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

143

seperti apa, ini perlu dibicarakan oleh Kementrian Agama

(Wawancara dengan Bapak Baehaki, Wali Murid Diniyah Rabu, 7

Oktober 2015. Pukul 02.00. WIB)

Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa Madrasah

Diniyah belum sepenuhnya dapat mewadahi siswa Sekolah Dasar

dikarenakan jumlah gedung yang belum memadai.

Pihak Kementrian Agama pun mengakui demikian, pihaknya akan

meminta ijin kepada Dinas Pendidikan untuk mendirikan Madrasah

Diniyah di SD tersebut, berikut penyampaian dari I1-1 :

“ masalah hal itu kita minta ijin terlebih dahulu ke Dinas

Pendidikan untuk sementara waktu mengadakan pendirian

madrasah disitu, supaya anak -anaknya sekolah madrasah pada

sore harinya ” (Wawancara dengan Bapak Drs. Ubiq Baehaqi,

M.Si, Kepala Kantor Kementrian Agama Kota Cilegon. Jum’at. 16

Oktober 2015. Pukul 09.00 WIB. di Kantor Kementrian Agama

Kota Cilegon)

Pendapat yang berbeda disampaikan oleh I4 :

“ Perda diniyah harusnya melihat kekami, kami punya ribuan

murid yang sekolah di TPA, kalau dipaksakan ke MDTA, kasihan

mereka, dan bisa jadi pindah, apa sih bedanya padahal kami

sama-sama pendidikan keagamaaan” (Wawancara dengan Bapak

Bayu Panatagama, MM, Direktur LPPTKA/BKPRMI Kota

Cilegon. Selasa, 06 Oktober 2015, Pukul 13.30 WIB Di Kantor

Kesbanglinmas Kota Cilegon

Pihak I4 menyatakan bahwa sasaran Madrasah Diniyah telah

mengambil jatah murid TPA, menurutnya seharusnya tidak boleh terjadi,

MDTA dan TPA harus berjalan seiringan tidak berebut murid dan tidak

Page 165: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

144

boleh ada pemaksaan bahwa pesertad didik yang berusia 7-12 tahun harus

ke MDTA karena dalam aturan Kementrian Agama pun murid TPA

berkisar 7-12 tahun.

Kesimpulan dari paparan di atas ialah bahwa sasaran perda ini

belum sepenuhnya maskimal, ada banyak siswa sekolah dasar yang belum

masuk MDTA, dan ada pihak yang keberatan jika peserta didik dari 7-12

tahun harus masuk ke MDTA semua, karena ada lembaga pendidikan

keagamaan seperti TPA yang juga mempunyai usia peserta didik 7-12

tahun.

Berdasar pada paparan diatas dimensi Ouputs dapat disimpulkan

bahwa sasaran dan ketepatan kebijakan perda Madrasah Diniyah tersebut

belum optimal karena belum sepenuhnya dapat mewadahi peserta didik

disebabkan jumlah gedung yang belum memadai dan adanya kebijakan ini

juga telah merugikan lembaga pendidikan TPA dibawah naungan

LPPTKA/BKPRMI Kota Cilegon.

4.3.4 Dimensi Outcomes

Outcomes yaitu apakah suatu pelaksanaan kebijakan berdampak

nyata terhadap kelompok sasaran sesuai dengan tujuan kebijakan. Untuk

mengetahui outcomes yang dihasilkan dari penyelenggaraan kebijakan

wajib belajar Madrasah Diniyah di Kota Cilegon, maka peneliti

menganalisis tentang perubahan apa yang terjadi dimasyarakat dan juga

Page 166: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

145

dipemerintahan yaitu Pemerintah Kota Cilegon dan Kementrian Agama

dan berbagai macam dampak lain baik berupa dampak negatif dan positif.

Data yang berkaitan dengan outcomes yang ditimbulkan dari

adanya kebijakan tersebut dapat dilihat dari hasil wawancara peneliti

dengan I4 :

“Besar sekali dampaknya, pertama menurunya jumlah santri kami,

dari 160 unit TKA TPA, 20 unit TKA TPA yang telah kami bina

bertahun-tahun hijrah ke Madrasah Diniyah dan ada juga yang

menjadi TPQ, Dampak yang kedua yaitu secara moral walaupun

hal ini tidak terasa, masyarakat masih mengakui

LPPTKA/BKPRMI, yaitu terjadinya komunikasi yang tidak baik

antara kami dengan pemerintah, tadi sudah dikatakan yang

menjadi penghambat kan LPPTKA, itu merupakan kesan yang

dimunculkan, seharusnya mereka berterima kasih kepada kami

karena telah membantu mereka, kami adalah mitra pemerintah,

mereka yang salah dan kami luruskan” (Wawancara dengan Bapak

Bayu Panatagama, MM, Direktur LPPTKA/BKPRMI Kota

Cilegon. Selasa, 06 Oktober 2015, Pukul 13.30 WIB Di Kantor

Kesbanglinmas Kota Cilegon)

Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa dampak

adanya kebijakan tersebut ialah pertama berkurangnya jumlah sekolah-

sekolah TPA di bawah naungan LPPTKA/BKPRMI Kota Cilegon dari 160

unit menjadi 140 unit, 20 unit tersebut pindah menjadi Madrasah Diniyah

dan sebagian lagi menjadi TPQ (Taman Pendidikan Qur’an).

Kedua, terjadinya komunikasi yang tidak baik antara ormas

LPPTKA/BKPRMI dengan pemerintah, yaitu Dinas Pendidikan Kota

Cilegon dan Kementrian Agama, pihak LPPTKA/BKPRMI menganggap

Page 167: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

146

penyudutan lembaganya sebagai pihak yang menghalangi pelaksanaan

Peraturan Daerah Tentang Tentang Penyelenggaraan Wajib Belajar

Madrasah Diniyah merupakan kesan yang negatif dimata masyarakat Kota

Cilegon.

Selain di atas juga dampak dari adanya kebijakan Perda Diniyah ialah :

a. Pemerintah Daerah.

Dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2014 pada

BAB IV pasal 53 dijelaskan bahwa pembiayaan pendidikan keagamaan

Islam bersumber dari penyelenggara, pemrintah pusat, pemerintah daerah,

masyarakat atau sumber lain yang sah, dalam Peraturan Mentri Agama

tersebut jelas bahwa salah satu pembiayaan pendidikan keagamaan islam

dari pemerintah daerah, dalam hal ini ialah pemerintah kota Cilegon.

Dalam hal ini pemerintah Kota Cilegon telah banyak membantu

dalam penyelenggaraan Madrasah Diniyah, berikut penuturan I3-1 :

“Untuk masalah bantuan, saat ini kami pemerintah Kota Cilegon

telah banyak membantu terhadap Madrasah Diniyah, dimulai dari

honor gaji guru-guru madrasah walau masih kecil juga, supaya

mereka mau mengaajar, termasuk juga sarana prasarana, tetapi

karena ini tidak diotonomikan, jadi tidak bisa dianggarkan secara

kegiatan, tapi harus bentuk proposal ke Kesra, sekarang udah

banyak yang mengajukan” (Wawancara dengan Bapak Muchtar

Gozali. Kmis 22 Oktober 2015. Pukul 09.00 WIB. Di Kantor Dinas

Pendidikan Kota Cilegon)

Page 168: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

147

Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa Pemerintah

Kota Cilegon telah banyak membantu Madrasah Diniyah sebagai bentuk

kepedulian terhadap pendidikan keagmaaan, khususnya agama islam

dalam bentuk honor gaji para guru-guru madrasah walaupun besaranya

tidak besar yaitu Rp.400.000,00.

Bantuan pemerintah Kota Cilegon terhadap Madrasah Diniyah juga

dibenarkan oleh I1-2 :

“Pada dasarnya sarana dan prasarana dari pemda belum kecuali

untuk tenaga pendidik yang saat ini dari 1700 tenaga pendidik

yang ada di Madrasah Diniyah sudah tercover 1.260 yang

mendapatkan honor daerah yang besaranya 400.000 sebulan jadi

sekitar 500 yang belum mendapatkan honor, kalau untuk sarana

prasarana belum. Ada juga yang pernah dibantu oleh Dinas

Pendidikan di Ciwedus ini dibangunkan gedungnya dan itu pun

hanya satu atau dua” (Wawancara dengan Bapak Abu Nashor,

Kepala Seksi Pendidikan Agama Dan Keagamaan Kementrian

Agama Kota Cilegon.Rabu 07 Oktober 2015. Pukul 14 .00 Wib. di

Kantor Kementrian Agama Kota Cilegon)

Dari wawancara di atas dapat diketahui bahwa pemerintah daerah

telah membantu Madrasah Diniyah terutama dalam honor daerah bagi para

guru-guru madrasah dinyah dengan besaran Rp. 400.000 bagi 1.260 guru-

guru madrasah, saat ini jumlah tenaga pendidik atau pengajar Madrasah

Diniyah berjumlah 1.700 pengajar yang berarti sekitar 440 pengajar yang

belum tercover atau belum mendapatkan honor dari pemerintah Kota

Cilgon, untuk memenuhi rasa keadilan bersama honor tersebut tidak

dibagikan lengsung ke pengajar tetapi diakumulasikan dan dibagi rata

Page 169: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

148

keseluruh guru madrasah, sehingga besaran yang diterima tidak sebanyak

Rp.400.000,00 tetapi sekitar Rp.300.000,00 per-guru.

Pendapat yang berbeda di sampaikan oleh I1-4 :

“Bantuan tersebut belum ada nominalnya berapa, untuk

pembangunan gedung berapa, untuk honor berapa, hanya masih

bersifat membantu, kalau membantu tentu semua juga harus

membantu, kami inginya dinominalkan berapa, karena PMA

Nomor 13 Tahun 2014 juga dijelaksan bahwa pembiayaan tersebut

juga berasal dari Pemerintah Daerah” (Wawancara dengan Bapak

H. Muhyi. Kepala Sub Bagian TU Kementrian Agama Senin, 05

Oktober 2015, Pukul 10.00 WIB Di Kantor Kementrian Agama

Kota Cilegon)

Dari pendapat di atas I1-4 menginginkan bahwa pemerintah daerah

harus menganggarkan dalam bentuk kegiatan untuk Madrasah Diniyah

dengan jumlah nominal tertentu, akan tetapi pendapat tersebut oleh Dinas

Pendidikan terlalu berlebihan karena khawatir akan melampaui

kewenangan, berikut pernyataan I3-1 :

“Bukan apa-apa, kami sangat mendukung dengan adanya

Madrasah Diniyah di Cilegon, tapi kami tidak bisa membantu

sepenuhnya karena khawatir melampaui kewenangan, karena

Madrasah Diniyah merupakan lembaga yang ada di Kementrian

Agama bukan pada kami, kami khawatir jika ini bisa di jadikan

temuan BPK, karena tahun yang lalu BPK menanyakan tentang

pembebasan dana SPP bagi Madrasah Aliyah Negeri dengan

APBD Kota Cilegon beruntung kami bisa menjelaskan sehingga

tidak jadi masalah” (Wawancara dengan Bapak Muchtar Gozali.

Kmis 22 Oktober 2015. Pukul 09.00 WIB. Di Kantor Dinas

Pendidikan Kota Cilegon)

Page 170: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

149

Pihak Dinas Pendidikan seperti yang disampaikan di atas

menyampaikan bahwa pemerintah Kota Cilegon sudah banyak membantu

pendidikan keagamaan yang berada di bawah naungan Kementrian Agama

berupa dana honor guru madrasah, pembebasan SPP bagi Madrasah

Aliyah Negeri, apabila nanti Dinas Pendidikan membantu lagi dan

menominalkan anggararn dalam bentuk kegitan khawatir nanti melebihi

kewenangan pemerintah daerah, dan akan dipermasalahkan dengan BPK.

Dari pendapat dan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa

pembiayaan madrasah oleh pemerintah Kota Cilegon telah banyak digulirkan

dalam bentuk honor daerah walaupun besaranya masih kecil, sedangkan

dalam bidang sarana-prasarana belum sepenuhnya dapat dilakukan sesuai

amant perda.

b. Kementrian Agama dan Forum Komunikasi Diniyah Takmilyah

(FKDT) Kota Cilegon

Kementrian Agama sebagai lembaga pemerintah yang memiliki

otoritas dalam pendidikan kegamaan tentunya dengan adanya perda ini

akan bekerja lebih keras lagi, Kementrian Agama harus menyiapkan

Sumber Daya Manusia, pengawasan, pembiayaan (supervisi) dan berbagai

macam keperluan teknis lainya seperti ijin operasional pendirian Madrasah

Diniyah, berikut penyampaian yang disampaikan oleh I1-2 :

“Adanya kebijakan ini membuat kita harus lebih ekstra lagi,

menyiapkan sumber daya manusia, supervisi madrasah, ijin

pendirian madrasah, pembutan kurikulum, pelatihan para tenaga

Page 171: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

150

pendidik, tapi hal itu tidak jadi masalah bagi kami, kami siap

dengan semua itu” (Wawancara dengan Bapak Abu Nashor,

Kepala Seksi Pendidikan Agama Dan Keagamaan Kementrian

Agama Kota Cilegon.Rabu 07 Oktober 2015. Pukul 14 .00 Wib. di

Kantor Kementrian Agama Kota Cilegon)

Dari apa yang disampaikan di atas pihak Pendidikan Agama dan

Keagamaan Islam (PAKIS) Kementrian Agama menyatakan bahwa

memang ada tugas yang lebih ekstra tetapi hal itu tidak menjadi masalah

bagi Kementrian Agama, karena memang pendidikan diniyah atau

Madrasah Diniyah sudah ada semenjak belum adanya Peraturan Daerah

Nomor 1 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Wajib Belajar Madrasah

Diniyah di Kota Cilegon.

Pihak Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (FKDT) Kota

Cilegon juga membenarkan pendapat yang disampaikan oleh I1-2, FKDT

tidak keberatan bahkan mendukung adanya Peraturan Daerah tersebut,

berikut penyampaian I2-2 :

“Adanya Peraturan daerah ini merupakan atas usulan kita-kita,

yang pada waktu itu Bapak H. Amin Makhtum ketuanya, kami

terus berupaya supaya perda ini digolkan didewan, dan

alhamdulilah gol, dampaknya sangat baik, karena ini akan

menjadikan madrasah hidup lagi” ( Wawancara dengan Bapak

Muizudin, M.Pd, Pengurus FKDT Kota Cilegon. Kamis 8 Oktober

2015 pukul 15.00 Wib Di MDTA Langon)

Dari wawancara dengan para narasumber di atas dari Kementrian

Agama dan pihak FKDT dapat disimpulkan bahwa Kementrian Agama

dan FKDT tidak keberatan dengan adanya perda tersebut bahkan sangat

Page 172: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

151

mendukung jika diberlakukan di Cilegon, karena image Kota Cilegon

adalah Kota santri dan kental akan nilai-nilai keislaman, sehingga dengan

adanya perda ini akan memberikan dampak yang positif bagi masyarakat

Cilegon.

c. SMP/MTs

Kewajiban belajar Madrasah Diniyah di kota Cilegon

dipergunakan salah satunya dalam bentuk kewajiban melampirkan

syahadah diniyah ketika melanjutkan jenjang sekolah ke SMP/MTs.

Adapun dampak yang diterima oleh pihak SMP dan MTs ialah seperti

yang di sampaikan oleh I5-2 :

“Kami mendukung adanya kebijakan ini, supaya anak-anak bisa

ngaji, bisa paham agama, dan ini sangat membantu sekali,

terutama bagi guru PAI, dan juga mengenai pendidikan karakter,

sesuai dengan ikon Cilegon sebagai Kota santri, kami dari SMPN

3 Cilegon sangat setuju, dan tidak jadi masalah bagi kami kalau

nanti ketika masuk harus menggunakan syahadah diniyah”

(Wawancara dengan Bapak Drs. Dedi Rustendi, Wakil Kepala

Sekolah SMPN 3 Kota Cilegon Rabu 14 Oktober 2015. Pukul

10.00. Di SMPN 3 Kota Cilegon)

Dari paparan yang disampaikan oleh I5-2 dapat diketahui bahwa

perda ini berdampak positif bagi pihak SMP karena ini akan sangat

membantu guru PAI dalam mengajarkan bacat tulis Al-Quran, dan

pemahaman tentang masalah agama seperti fiqih, praktek ibadah, Al-

Qur’an Hadis dan lain sebagainya, selain hal tersebut juga membantu

dalam problema pendidikan karakter bagi peserta didik.

Page 173: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

152

Hal yang senada juga disampaikan oleh I5-1 :

“ Dengan adanya perda ini saya mendukung sekali supaya anak-

anak dapat mengaji dan dapat membaca Al-Qur’an, jadi ketika di

Tsanawiyah tinggal melanjutkan saja, kalau masalah syahadah

diniyah itu sudah diterapkan disini dan semuanya berjalan dengan

baik, tidak menjadi beban atau apapun” (Wawancara dengan

Bapak Rafiuddin, M.Pd, Kepala Madrasah MTsN Pulomerak Kota

Cilegon Rabu 14 Oktober 2015. Pukul 10.00 WIB. Di Kantor

Kepala MTsN Pulomerak)

Dari paparan para narasumber di atas dapat disimpulkan bahwa

adanya perda ini merupakan hal yang positif tidak menjadi beban bahkan

mendukung karena akan membantu guru-guru PAI dan sekolah dalam

memberikan pemahaman agama dan pendidikan karakter.

d. Masyarakat

Masyarakat dalam teori kebijakan publik merupakan objek atau

sasaran kebijakan. Masyarakat secara langsung yang merasakan kebijakan

tersebut dalam bentuk dampak baik itu secara negatif maupun positif.

Adanya kebijakan peraturan daerah tentang penyelenggaraan wajib belajar

Madrasah Diniyah ini juga memberikan dampak bagi masyarakat Cilegon,

berikut pernyataan dari I6-1 “kita tidak tau apa-apa dan, menurut saya hal

itu baik jika memang diterapkan” (Wawancara dengan Ibu Ruenah, Wali

Murid Madrasah Diniyah Minggu, 25 Oktober 2015 . pukul 14.00 Wib).

I6-2 juga mengatakan demikian “tentu sangat positif, mengurangi aktivitas

Page 174: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

153

anak-anak yang kebanyakan bermain” (Wawancara dengan Bapak

Sabililah, Wali Murid Madrasah Diniyah.Minggu, 25 Oktober 2015 Pukul

10.21 Wib)

Pendapat yang berbeda yang disampaikan oleh I6-3 mengatakan

sebagai berikut :“katanya adanya yang bilang tidak wajib syahadah

diniyah, ada juga yang bilang bisa ijazah TPA, saya bingung acaun apa

yang harus saya pakai, ini aturanya tidak jelas” (Wawancara dengan Umi

Habibah, Wali Murid Madrasah Diniiyah Senin, 26 Oktober 2015.

Pukul13.04 Wib)

Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa sebagian masyarakat

ada yang merespon positif, ada yang acuh tak acuh, dan ada yang bingung,

tetapi sebagian besar masyarakat mersepon positif adanya perda ini.

Ketika peneliti tanyakan apakah menambah beban bagi para orang

tua untuk mengeluarkan uang lebih banyak lagi, karena harus membayar

SPP, bayar bangunan gedung dan keperluan-keperluan lainya, I6-4

menyampaikan sebagai berikut :“ biasa aja, paling cuma bayar SPP

10.000 Rupiah” (Wawancara dengan Bapak Jahidi, Wali Murid Madrasah

Diniyah Sabtu, 24 Oktober 2015 Pukul 11.44 Wib), ada juga yang

berpendapat demikian “tidak jadi masalah demi anak sekolah”

(Wawancara dengan Umi Habibah, Wali Murid Madrasah Diniiyah Senin,

26 Oktober 2015. Pukul13.04 Wib)

Page 175: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

154

I6-5 juga mengatakan“tidak menjadi masalah, terlebih saat ini

Sekolah Dasar Geratis ( Wawancara dengan Ibu Sukesih, Wali Murid

Madrasah Diniyah Sabtu, 24 Oktober 2015 Pukul 16.20 Wib)

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bhawa masyarakat

sebenarnya tidak keberatan dengan adanya kebijakan tersebut begitu juga

dengan dana yang harus dikeluarkan untuk bayar SPP dan bangunan

gedung madrasah.

Dalam dimensi Outcomes dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya

adanya kebijakan perda Madrasah Diniyah mempunyai dampak yang

positif hanya saja adanya kebijakan tersebut telah merugikan

LPPTKA/BKPRMI Kota Cilegon dikarenakan banyaknya sekolah-sekolah

TPA dibawah naungan LPPTKA/BKPRMI Kota Cilegon beralih menjadi

Madrasah Diniyah dan citra LPPTKA/BKPRMI Kota Cilegon menjadi

negatif dimata pemerintah karena dianggap telah menghalangi adanya

kebijakan wajib belajar Madrasah Diniyah di Kota Cilegon.

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan hasil penelitian merupakan isi dari hasil analisis data dan

fakta yang peneliti dapatkan dilapangan serta disesuaikan dengan teori yang

digunakan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori evaluasi menurut

Nurcholis (2007) dalam bukunya Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi

Page 176: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

155

Daerah dimana evaluasi kebijakan merupakan penilaian secara menyeluruh

terhadap aspek input, proses, output dan outcomes.

Selanjutnya dalam penelitian mengenai Evaluasi Peraturan Daerah Nomor

1 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Wajib Belajar Madrasah Diniyah di

Kota Cilegon dari hasil penelitian dilapangan dapat dilihat dari asepk input,

proses, output dan outcomes dari kebijakan tersebut. Adapun pembahasan yang

dapat peneliti paparkan adalah sebagai berikut :

1. Input

Dimensi input merupakan dimensi pertama dalam evaluasi yang

dikemukakan oleh Nurcholis (2007), dimensi ini melihat pada struktur organisasi

kelembagaan, sumber daya, dan sosialisasi kebijakan.

Pada bagian pertama yaitu mengenai struktur organisasi, dalam Madrasah

Diniyah ini telah ada lembaga yang membidangi yaitu bagian Pendidikan Agama

dan Keagamaan Islam di Kementrian Agama Kota Cilegon, dan lembaga tersebut

juga memiliki lembaga teknisnya yaitu Forum Komunikasi Madrasah Diniyah

Takmiliah atau FKDT.

Sebagai lembaga bentukan Kementrian Agama yang menangani masalah

Madrasah Diniyah FKDT mempunyai tanggungjawab penuh dalam pengelolaan

madrasah dan mempunyai fungsi teknis seperti pembelajaran, kurikulum,

pembinaaan para pengajar Madrasah Diniyah dan bentuk kegiatan teknis lainya.

Untuk lebih mempermudah koordinasi FKDT terbagi dalam setiap

Kecamatan, dan saat ini telah terdapat delapan FKDT sesuai dengan jumlah

Page 177: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

156

kecamatan yang ada di Cilegon, dengan fungsi yang begitu besar terhadap

pengelolaan Madrasah Diniyah sampai saat ini FKDT belum memilki gedung

sekretariat sendiri dan masih bergabung dengan Kementrian Agama, padahal

kepemilikan gedung merupakan hal yang penting bagi sebuah organisasi terlebih

saat ini Madrasah Diniyah telah diPerdakan.

Kesimpulanya ialah bahwa untuk struktur kelembagaan dalam

pelaksanaan kebijakan wajib belajar Madrasah Diniyah ini telah berjalan dengan

baik, akan tetapi struktur kelembagaan yang baik tersebut tidak dibarengi dengan

adanya gedung kesekretariatan yang berfungsi sebagai pusat kegiatan FKDT

dalam mengelola dan membina Madrasah Diniyah.

Kedua, mengenai sumber daya. Sumber daya (resouces) memilik peran

penting dalam implementasi kebijakan. Edward III dalam Widodo (2007 :198)

mengemukakan bahwa bagaimanapun jelas dan konsistenya ketentutan-ketentuan

atau aturan-aturan tersebut, jika para pelaksana kebijakan yang bertanggung

jawab untuk melaksanakan kebijakan kurang mempunyai sumber-sumber daya

untuk melaksanakan kebijakan secara efektif maka implementassi kebijakan

tersebut tidak efektif. Implementasi kebijakan tidak akan berhasil tanpa adanya

dukungan dari sumber daya manusia yang cukup kualitas dan kuantitasnya.

Kualitas sumber daya manusia berkaitan dengan keterampilan,

dedikasi,profesionalitas, dan kompetensi dibidangnya, dan adanya kualitas yang

baik tersebut dimulai dari kualifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya atau

standar yang ditetapkan dalam proses penyeleksian. Sedangkan kuantitas

Page 178: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

157

berkaitan dengan jumlah sumber daya manusia apakah sudah cukup untuk

melingkupi seluruh kelompok sasaran. Sumber daya manusia sangat berpengaruh

terhadap keberhasilan implementasi, sebab tanpa sumber daya manusia yang

handal maka implementasi kebijakan tersebut akan berjalan dengan lambat.

Berkaitan dengan penelitian ini, sumber daya yang dimaksud ialah para

pengajar dan guru Madrasah Diniyah. Saat ini untuk kuantitas atau jumlah para

pengajar Madrasah Diniyah telah mencukupi, akan tetapi dalam masalah

kualifikasi dan penyeleksian pengajar atau tenaga pendidik belum sesuai dengan

standar yang berlaku. Kementrian Agama tidak melakukan seleksi secara khusus

bagi para pengajar Madrasah Diniyah karena dianggap sebagai pendidikan

nonformal yang tidak perlu sebuah aturan yang baku dalam masalah tenaga

pengajar yang terpenting adalah mengerti tentang agama.

Dalam analisa peneliti apa yang dilakukan oleh Kementrian Agama

tersebut dalam segi kebijakan publik kurang tepat mengingat sumber daya

manusia dalam kebijakan publik sangatlah penting seperti yang diungkapkan oleh

Edward III diatas, dalam kebijakan publik tidak memandang apakah kebijakan

tersebut berkaitan dengan masalah formal, informal ataupun nonformal seperti

pada Madrasah Diniyah, tetapi melihat pada usaha-usaha yang perlu dilakukan

untuk mewujudkan tujuan kebijakan tersebut, dan dalam kesuksesesan tujuan

kebijakan tesebut segi seumber daya manusia adalah kunci utamanya.

Kesuksesan tujuan kebijakan wajib belajar Madrasah Diniyah terletak

pada kemampuan dan profesionalitas pengajarnya, seorang pengajar tidak hanya

Page 179: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

158

cukup paham dalam masalah agama tetapi juga harus paham dan mengerti

bagaimana caranya mengajar dan mendidik supaya tujuan dari kebijakan adanya

perda wajib belajar terwujud dengan baik, oleh karenanya pendidikan formal yang

dimiliki oleh pengajar adalah penting seperti harus lulusan S1 Pendidikan Agama

Islam.

Selain memperioritaskan pada kualifikasi pada penerimaan tenaga

pengajar, Kementrian Agama juga perlu melakukan pembinaan kepada para

pengajar Madrasah Diniyah Kota Cilegon, terlebih saat ini tenaga pengajar

Madrasah Diniyah tidak melakukan kualifikasi secara khusus. Pembinaan tersebut

berupa keterampilan dan melatih keprofesionalan para pengajar Madrasah

Diniyah supaya tujuan kebijakan tersebut benar-benar tercapai.

Pembinaan yang dilakukan oleh Kementrian Agama setahun sekali dengan

kondisi pengajar yang tidak ada kualifikasinya merupakan sebuah hal yang tidak

tepat, seharusnya Kementrian Agama rutin untuk melakukan pembinaan tersebut

terutama bagi para pengajar yang hanya lulusan pesantren. Pembinaan tersebut

seperti yang disampaikan diatas berupa pelatihan-pelatihan, keterampilan dan

keprofesionalan tenaga pengajar dalam mendidik peserta didiknya.

Sumber daya manusia yang tidak terampil dan profesional akan

menghambat daripada tujuan kebijakan wajib belajar Madarasah Diniyah di Kota

Cilegon, terlebih saat ini kondisi yang terjadi dimasyarakat sangat begitu

kompleks yang hal ini tentunya membutuhkan kualitas sumber daya manusia yang

Page 180: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

159

handal dan dapat menjadi problem solver terhadap permasalahan yang terjadi

dimasyarakat.

Ketiga, mengenai sosialisasi, sosialisasi dalam kebijakan merupakan hal

yang penting setidaknya memiliki dua hal menurut Pasalong (2010 : 56). Pertama,

sebagai upaya memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang adanya

kebijakan tersebut, kedua, sebagai control dari masyarakat, dengan adanya

sosialisasi tersebut masyarakat pada nantinya akan menilai apakah kebijakan yang

telah disosialisasikan tersebut berjalan dengan baik atau tidak serta memberikan

dampak yang positif atau negatif kepada masyarakat.

Dalam masalah kebijakan perda wajib belajar Madrasah Diniyah di Kota

Cilegon sosialisasi telah dilakukan oleh Kementrian Agama sejak tahun 2008

kepada masyarakat Kota Cilegon, bahkan untuk melegitimasikan sosialisasi

Kementrian Agama mengeluarkan surat edaran Nomor.

Kd.28.06./5/PP.00.8/2328/2014 kepada setiap sekolah dan lembaga pendidikan

yang ada di Kota Cilegon tentang kewajiban Madrasah Diniyah.

Tetapi dalam pelaksanaanya sosialisasi ini berbenturan dengan Perwal Nomor

25 Tahun 2014, dalam perwal tersebut dijelaskan bahwa TPA disamakan dengan

MDTA yang berarti siswa TPA tidak perlu untuk belajar Madrasah Diniyah lagi.

Fenomena ini tentu membingungkan masyarakat dan juga pihak sekolah

terutama SMP dan MTs, informasi tentang kewajiban syahadah diniyah tidak lagi

menjadi isu sentral bagi masyarakat karena pihak LPPTKA/BKPRMI juga

Page 181: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

160

mensosialisasikan tentang kebolehan kewajiban menggunakan ijazah TPA ketika

masuk SMP/MTs.

Apa yang terjadi dilapangan dengan adanya dua sosialisasi yang berbeda

akan menyebabkan kekuatan peraturan tersebut dianggap lemah oleh masyarakat,

masyarakat menganggap bahwa Kementrian Agama serta Dinas Pendidikan tidak

sanggup untuk melaksanakan kebijakan tersebut. Sebagai otoritas pemerintah

yang mempunya wewenang, Kementrian Agama dan Dinas Pendidikan berhak

untuk mengekseskusi kebijakan tersebut dan juga mensosialisasikanya sesuai

dengan peraturan yang berlaku.

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan sosialisasi telah berjalan

dengan baik tetapi mengalami hambatan ketika LPPTKA/BKPRMI Kota Cilegon

juga mensosialisasikan tentang kebolehan menggunakan ijazah TPA, sehingga

saat ini perhatian masyarakat terpecah dengan adanya dua sosialisasi yang

berbeda tersebut dan juga terlihat lemahnya Kementrian Agama dan Dinas

Pendidikan sebagai seksekutor sosialisasi kebijakan Wajib Belajar Madrasah

Diniyah.

2. Proses.

Dimensi proses dalam penelitian ini merupakan dimensi yang paling

penting karena dari dimensi ini permasalahan utama kebijakan tentang wajib

belajar Madrasah Diniyah, dimensi ini menggambarkan tentang pelbagai macam

permasalahan yang menyebabkan lamanya penyelenggaraan kebijakan wajib

Page 182: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

161

belajar Madrasah Diniyah diimpelentasikan secara baik sesuai dengan amanat

perda.

Pertama mengenai pelayanan langsung kepada masyarakat, dalam

indikator pertama dapat dilihat bahwa pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan

wajib belajar madrasah ini belum memenuhi aspek kebutuhan masyarakat, dengan

jumlah peserta didik yang banyak dan sedikitnya gedung madrasah mengharuskan

Kementrian Agama untuk mendirikan pendirian ijin operasional dalam sebuah

sekolah dasar, seperti SDIT Raudhatul Jannah, SDIT Tamadun, dan beberapa

sekolah SD lainya yang berjumlah sepuluh Sekolah Dasar.

Pihak Kementrian Agama mengatakan bahwa hal tersebut harus dilakukan

karena kebutuhan yang mendesak dan juga atas permintaan pihak lembaga

tersebut untuk mendirikan Madrasah Diniyah. Pihak Dinas Pendidikan pun tidak

keberatan apabila Sekolah Dasar yang negeri dapat digunakan sebagai madrasah.

Tetapi fakta dilapangan berbeda seperti yang terjadi di SD YPWKS

Sekolah Dasar milik Krakatau Steel, dari hasil wawancara dengan Bapak Bayu

Pantagama bahwa apa yang dinamakan belajar Madrasah Diniyah tidak terjadi

dalam sekolah tersebut, para siswa tersebut tidak belajar Madrasah Diniyah tetapi

diikutkan pada ujian madrasah.

Fenomena di atas menunjukkan terlihat bahwa pelayanan yang diberikan

oleh Kementrian Agama belum memenuhi aspek publik, apa yang dilakukan

Kementrian Agama dengan mengikutkan Siswa SD YPWKS kedalam ujian

Page 183: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

162

Madrasah tetapi tidak pernah mengikuti pembelajaran Madrasah Diniyah

merupakan sebuah kesalahan yang menyalahi prosedur Perda Diniyah.

Kedua, pemerataan kebijakan, pemerataan kebijakan ini dapat dilihat dari

belum meratanya Madrasah Diniyah keseluruh Kota Cilegon, Madrasah Diniyah

hanya berkembang pada masyarakat tradisional tetapi pada masyarakat yang

hidupnya di komplek perumahan, Madrasah Diniyah belum berkembang, seperti

yang terjadi di komplek perumahan Warnasari Citangkil, dengan penyebaran yang

belum merata ini pihak Kementrian Agama seperti diawal dijelaskan bekerjasama

dengan Dinas Pendidikan untuk mendirikan ijin operasional Madrasah Diniyah di

Sekolah Dasar terdekat.

Pemerataan kebijakan juga dapat dilihat dari sudah berlaku atau tidaknya

kewajiban melampirkan Syahadah Diniyah di Kota Cilegon, dari hasil wawancara

dengan para narasumber dapat diketahui bahwa hanya lembaga pendidikan yang

berada dinaungan Kementrian Agama terutama yang negeri seperti MTsN

Pulomerak, MTsN Cilegon, dan MTsN Ciwandan yang melaksanakan kewajiban

melampirkan syahadah diniyah sebagai persaratan masuk ketika pendaftaran

siswa baru, sedangkan untuk lembaga pendidikan yang berada dibawah Dinas

Pendidikan belum sama sekali melakukan kewajiban Syahadah Diniyah tersebut.

Dinas Pendidikan berpendapat bahwa mulai berlaku wajib belajar

Madrasah Diniyah dimulai dengan adanya Surat Edaran Kementrian Agama Kota

Cilegon Nomor. Kd.28.06./5/PP.00.8/2328/2014 Tentang Pemberlakuan wajib

Belajar Madrasah Diniyah Awaliyah di Kota Cilegon, sedangkan untuk kewajiban

Page 184: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

163

melampirkan syahadah diniyah nanti ketika setelah empat tahun yaitu ketika

peserta didik tersebut lulus dengan demikian pada tahun 2018.

Alasan utama diberlakukanya nanti pada tahun 2018 dikarenakan saat ini

tidak semua siswa Sekolah Dasar belajar pada Madrasah Diniyah, yang apabila

diberlakukan sekarang maka akan banyak jumlah siswa Sekolah Dasar yang tidak

mempunyai ijazah, Dinas Pendidikan mengkhawatirkan apabila dipaksakan akan

jual beli ijazah atau ramai-ramai akan membuat surat keterangan sedang belajar

Madrasah Diniyah.

Pemberlakuan kewajiban syahadah diniyah sebagai persaratan masuk SMP

oleh Dinas Pendidikan dengan beralasan bahwa apabila dipaksakan akan banyak

siswa SD yang tidak belajar ke Madrasah Diniyah tetapi kemudian meminta surat

keterangan belajar Madrasah Diniyah dan akan menimbulkan masalah baru,

dalam hemat peneliti apa yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan tersebut kurang

tepat, mengingat dalam perda pada BAB X Ketentuan Peralihan Pasal 20

dijelaskan bahwa apabila siswa tersebut tidak memiliki syahadah diniyah tetap

diperbolehkan dan diterima dengan syarat siswa tersebut wajib mengikuti belajar

Madrasah Dinyah yang dilaksanakan secara khusus selama satu tahun dan pihak

Sekolah SMP tetap melakukan pengawasan seperti pada pada Madrasah

Tsanawiyah kepada siswanya yang belum memiliki syahadah untuk belajar di

Madrasah Diniyah, dan ketika kelas tiga syahadah diniyah tersebut diminta

sebagai persyaratan Ujian Nasional (UN) atau untuk pengambilan ijazah.

Page 185: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

164

Asumsi yang digunakan oleh Dinas Pendidikan bahwa pemberlakukan

wajib belajar Madrasah baru dimulai pada Tahun 2014 dan kemudian kewajiban

melampirkan atau menyerahkan syahadah sebagai persaratan pendaftaran SMP

diberlalukan pada tahun 2018 merupakan sebuah kekeliruan yang besar, yaitu:

a. Keberadaan Madrasah Diniyah di Kota Cilegon sudah ada bahkan sebelum

kemerdekaan Negara Indonesia hal ini dapat dilihat pada usia Madrasah

Diniyah yang sangat tua seperti di MDTA langon yang menurut pengurusnya

sudah ada semenjak tahun 1928, begitu pula untuk di daerah lain seperti di

Cibeber, Citangkil, dan Karang tengah, yang basicnya banyak pesantren dan

kegiatan pembelajaran di Madrasah Diniyah sudah berjalan semenjak

sebelum kemerdekaan.

Apa yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan dengan menyatakan bahwa

mulai belajar Madrasah Diniyah pada tahun 2014 pada sisi lain telah

menghilangkan nilai historis Madrasah Diniyah di Kota Cilegon, Dinas

pendidikan telah menganggap keberadaaan Madrasah Diniyah di Kota

Cilegon dimulai ada pada tahun 2014 padahal Madrasah Diniyah sudah ada

semenjak sebelum adanya Kemeerdekaan Negara Indonesia.

Adanya kebijakan atau dimunculkan kebijakan wajib belajar Madrasah

Diniyah di Kota Cilegon bukanlah ditujukan untuk memulai baru adanya

Madrasah Diniyah di Kota Cilegon, tetapi untuk menghidupkan kembali

Madrasah Diniyah yang kini mulai redup dan hilang dari Masyarakat Kota

Cilegon, Madrasah Diniyah sekarang sudah tidak lagi diminati oleh

masyarakat, dan lebih memilih kepada sekolah-sekolah umum dan kursus-

Page 186: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

165

kursus tertentu. Jadi harapanya dengan adanya kebijakan ini Madrasah

Diniyah hidup kembali dan banyak masyarakat Kota Cilegon yang kembali

menyekolahkan anaknya ke Madrasah Diniyah.

b. Dalam segi kebijakan publik, hal tersebut telah melanggar peraturan

perundang-undangan yang mana dalam impelementasi sebuah perda harus

dilaksanakan maksimal empat tahun setelah diundangkan, kebijakan tentang

wajib belajar Madrasah Diniyah di Kota Cilegon diterbitkan pada tahun 2008

yang seharusnya sudah dilaksanakan pada tahun 2012 seiring dengan

munculnya Perwal Nomor 44 Tahun 2011. Proses perubahan dan perumusan

perwal yang terjadi selama dua kali pada jangka tahun yang lama selama

kurang lebih tiga tahun dan polemik ketidaksepahaman antara

LPTTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama juga merupakan bentuk dari

ketidakefktifan dan ketidak efisienya kebijakan tersebut dan tentu saja banyak

menghabiskan banyak waktu dan energi yang berimbas pada kemandegan

implementasi kebijakan wajib belajar Madrasah Diniyah

c. Keterlambatan pelaksanaan kebijakan wajib belajar Madrasah Diniyah di

Kota Cilegon akan menyebabkan ketidakpercayaan masyarakat Kota Cilegon

dengan kebijakan tersebut, padahal sosialisasi telah diterima oleh Masyarakat

semenjak pada tahun 2008. Dalam aspek Kebijakan publik, masyarakat

merupakan sasaran dalam kebijakan, apabila kepercayaan masyarakatnya

hilang maka Kebijakan tersebut akan menjadi mandul dan tidak lagi menjadi

prioritas untuk dilaksanakan oleh masyarakat.

Page 187: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

166

Berdasarkan pemaparan di atas dapat diketahui bahwa pemerataan

penerapan Madrasah Diniyah belum berjalan dengan baik, bahkan Dinas

Pendidikan ingin menerapkan kebijakan tersebut pada tahun 2018, yang secara

aturan kebijakan ini sudah kadaluarsa karena terlalu lama dan butuh sepuluh tahun

untuk diimplementasikan padahal dalam aturan, sebuah perda harus dilaksanakan

maksimal empat tahun setelah undangkan, dan hal ini menyebabakan tiga efek

yang harus diterima seperti yang telah dipaparkan diatas yaitu, terabaikanya nilai

historis Madrasah Diniyah Kota Cilegon, menyalahi peraturan dan perundang-

undangan, dan yang terahir kepercayaan masyarakat (publik) menurun.

Ketiga, hambatan, indikator ini merupakan indikator yang utama dalam

dimensi proses, karena indikator inilah yang menghabiskan banyak tenaga dan

waktu dalam penelitian ini. Pada indikator ini dapat menjelasakan apa yang

menjadi halangan utama pelaksanaan wajib belajar Madrasah Diniyah di Kota

Cilegon.

Pihak Kementrian Agama dan Forum Komunikasi Madrasah Diniyah

mengatakan bahwa hambatan utama dalam pelaksanaan perda ini ialah dari pihak

LPPTKA/BKPRMI Kota Cilegon. menurutnya pihak LPPTKA/BKPRMI

menginginkan lembaga TPA disamakan dengan Madrasah Diniyah, dan pihak

Kementrian Agama pun menolak atas persamaan tersebut, karena TPA adalah

lembaga pra Madrasah Diniyah yang kedudukanya disamakan dengan TPQ.

Pihak LPPTKA/BKPRMI pun menolak jika TPA dijadikan pra Madrasah

Diniyah karena usia peserta didik sama antara TPA dan MDTA atau Madrasah

Page 188: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

167

Diniyah yaitu dalam rentang 7-12 tahun. Pihak LPPTKA/BKPRMI juga

berargumen bahwa TPA sebagai pra Madrasah Diniyah itu telah bertentangan

dengan peraturan di atasnya yaitu PP No. 55 tahun 2007 Tentang Pendidikan

Agama dan Keagamaan dan Peraturan Menteri Agama Nomor Tahun 2014

Tentang Pendidikan Keagamaan Islam, dalam kedua peraturan tersebut tidak

menjelasakan bahwa TPA dibawah Madrasah Diniyah.

Ketidaksepakatan tersebut akhirnya mempunyai titik temu pada

pembahasan Raperwal pada hari senin tanggal 18 Oktober tahun 2010, di Kantor

Kementrian Agama Kota Cilegon yang akan diajukan kepada Biro Hukum Setda

Pemerintah Kota Cilegon untuk ditetapkan sebagai Peraturan Walikota Cilegon

sebagai bentuk pelaksanaan teknis Perda No. 1 Tahun 2008.

Dalam pembahasan akhir draft tersebut dihadiri oleh Kepala Kantor

Kementrian Agama Kota Cilegon, Drs. H. Mahmudi, M.Si, Kepala Bidang

Pendidikan Menengah Dinas Pendidikan Kota Cilegon, Drs. H. Romli Rohani,

M.Pd, Kepala Seksi Pekapontren dan Penmas Kementrian Agama Kota Cilegon,

Dra. Hj. Titim Fatimah, MM, Direktur Daerah LPPTKA/BKPRMI Kota Cilegon,

Bayu Panatagam, S.Pd, Sekretaris Daerah LPPTKA/BKPRMI Kota Cilegon, M.

Rohman, Ketua KKMD Kota Cilegon, Tb. Mastur, S.Pd, Sekretaris KKMD Kota

Cilegon, Ahmad Yani, S.Pd.I, Wakil Sekertaris FOKMADA Kota Cilegon,

Sekretaris POKJAWAS Kementrian Agama Kota Cilegon.

Dalam perumusan tersebut disepakatilah bahwa pendidikan diniyah

bersifat umum dan terbuka dengan perserta usia didik antara 7-12 tahun (pasal 6

Page 189: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

168

ayat 1 dan 2) dan membolehkan satuan pendidikan yang telah memuat kurikulum

pendidikan diniyah sebagai penyelenggara pendidikan diniyah (pasal 13 ayat 1

dan 2), tetapi pada tanggal 16 April 2011 rumusan tersebut tersebut dirubah atau

direvisi oleh Forum Komunikasi Madrasah Diniyah Kota Cilegon, yaitu pada

pasal 6 ditambahkan dengan 1 pasal yang mengkalsifikasikan jenjang peserta

didik dengan usia didik 6-7 tahun sebagai usia TPA paket A atau TPQ paket A,

usia 7-8 tahun untuk TPA paket B atau TPQ paket B, dan MDTA kelas 1-4 pada

usia 8-12 tahun, sedangkan pada pasal 13 dihapus karena tidak sesuai dengan

Perda Madrasah Diniyah.

Setelah revisi Raperwal tersebut, maka terbentuklah sebuah Peraturan

Walikota Nomor 44 Tahun 2011 yang isinya sesuai dengan yang diajukan oleh

Forum Komunikasi Madrasah Diniyah (FOKMADA) Kota Cilegon, setelah

adanya perwal tersebut lalu keluar Surat Edaran Kementrian Agama Kota Cilegon

Nomor. Kd.28.06./5/PP.00.8/2328/2014 Tentang Pemberlakuan wajib Belajar

Madrasah Diniyah Awaliyah di Kota Cilegon. dalam Surat Edaran tersebut

dinyatakan bahwa untuk masuk SMP/MTs wajib menyerahkan syahadah Diniyah.

Ketentuan tersebut mendapatkan pertentangan dari LPPTKA/BKPRMI

Kota Cilegon, pihak LPTTKA/BKPRMI mengatakan bahwa ketentuan dalam

Perwal Nomor 44 Tahun 2011 dan Surat Edaran Kementrian Agama tersebut telah

menyalahi kesepakatan yang telah dibuat bersama-sama dengan Dinas

Pendidikan, Kementrian Agama, LPPTKA/BKPRMI, KKMD dan FOKMADA

Kota Cilegon.

Page 190: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

169

Sebagai pihak yang merasa dirugikan LPPTKA/BKPRMI mendatangi

Kantor Walikota Cilegon untuk dilakukan perubahan Perwal Nomor 44 Tahun

2011, seteleh LPPTKA/BKPRMI menunjukkan fakta-fakta dilapangan dan

menerangkan sebenarnya apa yang telah terjadi akhirnya perubahan Perwal

tersebut dilakukan dan kemudian terbit Perwal 25 Tahun 2014 yang merupakan

revisi perwal dari Perwal Nomor 44 Tahun 2011. Revisi perwal tersebut

mengembalikan pasal 6 dan 13 sesuai dengan kesepakatan bersama antara

Kementrian Agama, KKMD dan LPPTKA/BKPRMI pada bulan Oktober tahun

2010 yang lalu.

Pihak Kementrian Agama menjelaskan bahwa sampai saat ini tetap

mengacu kepada Peraturan Walikota yang pertama yaitu Perwal Nomor 44 Tahun

2011, walaupun dengan adanya perubahan perwal tersebut tidak akan menjadikan

adanya standar ganda yang berlaku yaitu ijazah TPA dan Syahadah Diniyah

terhadap masyarakat Cilegon.

Pihak Kementrian Agama mengatakan jika TPA ingin disamakan dengan

Madrasah Diniyah maka TPA harus menyelenggarakan Pendidikan Diniyah di

TPA tersebut dengan cara meminta ijin operasional kepada Kementrian Agama

dan juga mempunyai kurikulum yang sama dengan Madrasah Diniyah seperti

pada Sekolah Dasar Islam Terpadau (SDIT).

Pihak TPA atau LPPTKA/BKPRMI pun menyatakan bahwa lembaganya

sudah berulang kali mengajukan permohonan ijin operasional kepada Kementrian

Agama, tetapi sampai sekarang pihak Kementrian Agama Kota Cilegon belum

Page 191: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

170

mengeluarkan ijin operasional tersebut dengan alasan bahwa pengajuan ijin

operasional tersebut bersifat kolektif yang dikumpulkan dari semua TPA kepada

LPPTKA/BKPRMI, dan kemudian LPPTKA/BKPRMI yang mengajukan secara

kepada Kementrian Agama. Pihak Kementrian Agama Kota Cilegon

menginginkan pengajuan tersebut perlembaga TPA, karena hal ini akan

mempermudah untuk melakukan peninjaun dan supervisi lapangan

Sebenarnya permasalahan tersebut dikarenakan adanya beda penafsiran

antara LPPTKA/BKPRMI Kota Cilegon dengan Kementrian Agama Kota Cilegon

dalam menerjemahkan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang

Pendidikan Agama dan Keagamaan dan Peraturan Menteri Agama Nomor 13

Tahuun 2014 Tentang Pendidikan Keagamaan Islam.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007, pasal 21 dijelaskan

sebagai berikut “Pendidikan Diniyah Nonformal diselenggarakan dalam bentuk

Pengajian Kitab, Majelis Taklim, Pendidikan Al-Qur’an. Diniyah Takmiliyah,

atau bentuk lain yang sejenis”. Dan dalam Peraturan Menteri Agama Nomor : 13

Tahun 2014. Tentang Pendidikan Keagamaan Islam, pasal 45 Ayat (1) juga

menjelaskan bahwa Pendidikan Diniyah nonformal diselenggarakan dalam

bentuk :

a. Madrasah Diniyah Takmiliyah

b. Pendidikan Al-Qur’an

c. Majelis Taklim, atau

d. Pendidikan Keagamaan Islam lainya

Page 192: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

171

Dan pada BAB I Ketentuan Umum dalam PP No. 55 tahun 2007 serta

PMA No. 13 Tahun 2014 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan Pendidikan

Diniyah adalah pendidikan keagamaan Islam yang sejalur dan bertingkat, ini

dapat dipahami bahwa pendidikan diniyah itu merupakan pendidikan agama yang

mempunyai berbagai macam cabang salah satunya adalah Madrasah Diniyah dan

TPA.

Atas dasar inilah pihak LPPTKA/BKPRMI berargumen bahwa TPA setara

dan sama dengan Madrasah Diniyah, tetapi jika dilihat lebih dalam penyebutan

bahwa Pendidikan Diniyah adalah : Madrasah Diniyah, Pendidikan Al-Qur’an,

dan Majlis Taklim, pada dasarnya bukan menunjukkan persamaan dan kesetaraan

bahwa ketiga bentuk pendidikan tersebut adalah sama dan setara, majelis taklim

berbeda dengan TPA dan MDTA, dan begitu juga MDTA berbeda dengan TPA

dan Majlis Takilm. Oleh karenanya menurut hemat peneliti adalah benar apabila

TPA tidak bisa disamakan dengan Madrasah Diniyah Takmiliyah dan juga benar

bahwa TPA bukan pula pra-Madrasah Diniyah seperti yang dimaksud Kementrian

Agama Kota Cilegon, karena kedua-keduanya mempunyai jenjang umur yang

sama tetapi dengan kurikulum yang berbeda, hal ini dapat dilihat pada pasal 46,

47,48,49 dan 50 PMA No. 13 Tahun 2014, tentang perbedaan TPA dengan

Madrasah Diniyah dan buku Standarisasi Nasional Mutu Pendidikan Al-Qur’an

terbitan Kementrian Agama Tahun 2012

Penyamaan TPA dengan Madrasah Diniyah atau menjadikan TPA sebagai

pra-Madrasah Diniyah merupakan upaya pemaksaan kehendak yang tidak dalam

Page 193: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

172

aturannya baik dalam Perda No. 1 Tahun 2008, PP.55 tahun 2007 maupun PMA

No.13 Tahun 2014.

Selain permasalahan di atas, terdapat juga permasalahan yang sangat

krusial karena hal ini penyebab utama penfsiran yang berbeda antara Kementrian

Agama Kota Cilegon dengan LPPTKA/BKPRMI Kota Cilegon yaitu dalam

masalah Perwal, dalam Perwal tersebut baik Perwal yang Pertama Nomor 44

Tahun 2011 ataupun Perwal yang kedua Nomor 25 tahun 2014 bukan tentang

Madrasah Diniyah tetapi tentang Pendidikan Diniyah.

PP No. 55 Tahun 2007 dan PMA No.13 Tahun 2014 dalam BAB I

Ketentuan Umum menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Pendidikan Diniyah

adalah pendidikan keagamaan Islam yang sejalur dan bertingkat, lebih lanjut

diterangkan dalam PMA Nomor 13 Tahun 2014, BAB III pasal 20 tentang

pendidikan diniyah yaitu bahwa pendidikan diniyah terbagi menjadi :

a. Pendidikan diniyah formal

b. Pendidkan diniyah nonformal

c. Pendidikan diniyah informal

Dan pada pasal 21 PP No. 55 Tahun 2007 dan pasal 45 Ayat (1) Peraturan PMA

No. 13 Tahun 2014, dijelaskan sebagai berikut “Pendidikan Diniyah Nonformal

diselenggarakan dalam bentuk Pengajian Kitab, Majelis Taklim, Pendidikan Al-

Qur’an, Diniyah Takmiliyah, atau bentuk lain yang sejenis”

Sedangkan Madrasah Diniyah Dalam PMA No.13 Tahun 2014 di BAB 1

Ketentuan Umum, Madrasah Diniyah didefiniskan sebagai berikut “ Diniyah

Page 194: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

173

Takmiliyah yang selanjutnya disebut Madrasah Diniyah Takmiliyah adalah

lembaga pendidikan keagamaan Islam pada jalur pendidikan nonformal yang

diselenggarakan secara terstruktur dan berjenjang sebagai pelengkap pelaksanaan

pendidikan agama islam pada jenjang pendidikan dasar, menengah dan tinggi”

Melihat definisi di atas sungguh sangat jelas perbedaan antara Madrasah

Diniyah dengan Pendidikan Diniyah, Pendidkan Diniyah ialah pendidikan

keagamaan Islam yang mencakup seluruh pendidkan Islam baik yang formal,

informal maupun nonformal, sedangkan Madrasah Diniyah merupakan salah satu

bagian dari pendidikan diniyah yaitu pendidikan diniyah nonformal yang

diselenggarakan secara terstruktur dan berjenjang sebagai pelengkap pelaksanaan

pendidikan agama Islam pada jenjang pendidikan dasar, menengah dan tinggi.

Apabila kedua perwal tersebut baik yang pertama No. 44 Tahun 2014,

maupun yang terbaru No. 25 Tahun 2011 dijadikan sebagai acuan teknis dalam

implementasi Perda No. 1 Tahun 2008, maka, argumen yang dilakukan pihak

LPPTKA/BKPRMI untuk memasukan TPA dalam perwal tersebut adalah benar

karena TPA bagian dari pendidikan diniyah yaitu pendidikan diniyah nonformal

seperti yang dimaksud dalam PMA Nomor 13 Tahun 2014 BAB III pasal 20,

tetapi pada sisi lain secara hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia

perwal tersebut telah bertentangan atau menyalahi peraturan di atasnya yaitu

Perda No. 1 Tahun 2008, karena perda tersebut tentang kewajiban belajar

Madrasah Diniyah bukan kewajiban pendidikan diniyah, seharusnya bunyi perwal

tersebut ialah mengikuti sesuai dengan bunyi perda.

Page 195: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

174

Atas dasar inilah kiranya perlu diadakan peninjauan kembali (PK) dan

melakukan revisi terhadap Perwal No. 44 Tahun 2011 dan Perwal No. 25 Tahun

2014, karena klausul perwal tersebut telah menyalahi Peraturan Daerah Nomor 1

Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Wajib Belajar Madrasah Diniyah dengan

catatan tetap mengikut sertakan TPA dalam pasal-pasalnya sesuai dengan amanat

pasal 13 point (c) Perda Madrasah Diniyah.

Bagi penyelenggara TPA, tidak perlu merasa khawatir dengan adanya

perubahan perwal tersebut karena sesungguhnya perda telah memberikan jalan

keluar bagi TPA yaitu pada pasal 13 point (c) Perda Madrasah Diniyah yang

berbunyi “bagi penyelenggara TPA Paket B atau TQA wajib menyesuaikan masa

lamanya belajar dan kurikulum Diniyah Awaliyah”.

Dari pasal tersebut sangat jelas solusi yang diberikan bagi penyelenggara

TPA khususnya TPA Paket B apabila ingin disamakan dengan Madrasah Diniyah

harus mempunyai kurikulum dan waktu belajar yang sama dengan Madrasah

Diniyah, dengan ketentuan hal tersebut harus memperoleh ijin opersional dari

Kementrian Agama Kota Cilegon, hanya saja nanti dalam point-point perwal

tersebut harus menjelaskan tetang aturan main (rule of game) TPA paket B supaya

tidak bertentangan dari pasal 13 point (c) di atas.

c. Output

Dimensi output merupakan dimensi tentang hasil kebijakan yang dapat diamati

dari indikator sebagai berikut :

Page 196: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

175

a. Ketepatan

Adanya Kebijakan ini sangat tepat untuk diberlakukan di Kota Cilegon,

mengingat Kota Cilegon merupakan kota yang kental dengan nilai-nilai

keislaman. Ditengah arus globalisai saat ini budaya keislaman tersebut telah

hampir terkikis dan hilang, Madrasah Diniyah tidak ada yang meminati dan sepi

peserta didik, melihat fenomena ini para guru Madrasah Diniyah yang tergabung

dalam Forum Komunikasi Madrasah Diniyah (Fokmada) mengusulkan kepada

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Cilegon untuk membuat perda tentang

wajib belajar Madrasah Diniyah.

Akan tetapi perda ini telah mengabaikan salah satu lembaga pendidikan

Islam yaitu TPA yang berada dibawah naungan LPPTKA/BKPRMI Kota Cilegon.

padahal TPA tersebut sudah lama berkembang dan eksis di Kota Cilegon dengan

adanya kewajiban belajar Madrasah Diniyah tersebut TPA akan dirugikan, karena

sedikit yang meminati

b. Sasaran yang tertangani

Kebijakan perda tentang wajib belajar Madrasah Diniyah di Kota Cilegon

ditujukan kepada peserta didik dengan usia 7-12 tahun, dalam artian sasaran

kebijakan ini adalah siswa Sekolah Dasar.

Fakta dilapangan saat ini masih banyak siswa Sekolah Dasar yang belum

belajar di Madrasah Diniyah, hal ini disebabkan tidak berimbangnya jumlah

Sekolah Dasar dengan Madrasah Diniyah, bahkan ada beberapa tempat di Kota

Cilegon yang belum ada Madrasah Diniyahnya.

Page 197: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

176

Solusi yang diajukan oleh Kementrian Agama ialah bekerja sama dengan

Dinas Pendidikan dan lembaga-lembaga atau yayasan pendidikan untuk

mendirikan Madrasah Diniyah ditempat tersebut, kendati demikian hal tersebut

juga belum memenuhi aspek publik dan belum mampu menampung sasaran

peserta didik Madrasah Diniyah yang ada di Kota Cilegon

Adanya kebijakan ini juga pada sisi yang lain telah merugikan salah satu

lembaga pendidikan yaitu Taman Pendidikan Al-Qur’an atau TPA. Sasaran murid

TPA juga sama yaitu peserta didik dengan usia 7-12 tahun, dengan adanya

kebijakan ini maka akan banyak peserta didik TPA yang beralih ke Madrasah

Diniyah dan apabila diwajibkan untuk menggunakan syahadah diniyah ketika

memasuki jenjang yang lebih tinggi maka secara otomatis keberdaan TPA akan

ditinggalkan dan kemungkinan tidak diakui oleh masyarakat.

Dari paparan di atas dapat diketahui bahwa sasaran kebijakan Madrasah

Diniyah belum semuanya optimal dan telah merugikan salah satu pendidikan

keagamaan Islam yaitu TPA yang sasaranya sama-sama peserta didik dengan usia

7-12 tahun.

d. Outcomes

Adanya kebijakan perda diniyah memberikan dua dampak yaitu positif

dan negatif. Dampak positifnya yaitu keberadaan Madrasah semakin berkembang

di masyarakat dan terjadi peningkatan setiap tahunya, peningkatan ini karena

kebutuhan madrasah yang begitu besar dari masyarakat Kota Cilegon.

Page 198: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

177

Grafik 4. 1

Perkembangan Jumlah Madrasah Diniyah

Dari data di atas terlihat terdapat penambahan jumlah Madrasah per tiap

tahunya dengan penambahan per tahun tiga madrasah. Penambahan jumlah

Madrasah Diniyah ini menunjukkan bahwa Madrasah Diniyah semakin

berkembang dan maju pesat, dan juga menunjukkan apresiasi masyarakat yang

begitu tinggi terhadap Madrasah Diniyah

Selain itu pula masyarakat merespon positif dengan adanya kebijakan

perda tersebut, berdasarakan hasil wawancara dengan masyarakat dapat diketahui

bahwa masyarakat tidak mempermasalahkan adanya kebijakan tersebut, begitu

juga dengan pemerintah Kota Cilegon, pemerintah Kota Cilegon sangat

mendukung pemberlakuan wajib belajar Madrasah Diniyah di Kota Cilegon, dan

sebagai bentuk dukungan pemerintah Kota Cilegon memberikan honor bagi para

pengajar/ustad Madrasah Diniyah.

Adapun dampak lain yang ditimbulkan oleh adanya kebijakan ini ialah,

banyaknya sekolah-sekolah TPA yang di bawa asuhan LPPTKA/BKPRMI Kota

Cilegon yang beralih menjadi Madrasah Diniyah, peralihan menjadi Madrasah

135 138

141 142

130

132

134

136

138

140

142

144

2011 2012 2013 2014

Jumah MadrasahDiniyah Takmiliyah

(Sumber : BPS, 2014)

Page 199: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

178

Diniyah ini sangat merugikan lembaga LPPTKA/BKPRMI, selain itu pula

dampak yang diterima oleh LPPTKA/BKPRMI dengan adanya kebijakan ini ialah

LPPTKA/BKPRMI mempunyai image yang buruk di masyarakat Kota Cilegon

dan Kementrian Agama sebagai lembaga yang mempunyai tugas dalam

pendidikan keagamaan, image ini dikarenakan LPPTKA/BKPRMI dianggap

sebagai penghalang perda diniyah.

Page 200: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

179

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan analisis teori dari

Nurcholis yang berupa input, proses, output,dan outcomes peneliti menyimpulkan

bahwa Evaluasi Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan

Wajib Belajar Madrasah Diniyah belum berjalan dengan optimal. Hal tersebut

dikarenakan banyaknya permasalahan yang terjadi dalam penyelenggaraan

kebijakan yang hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa factor :

Pertama, Input, yaitu Sumber Daya Manusia para pengajar/ustad

Madrasah Diniyah belum memenuhi standar klasifikasi yang ditentukan oleh

perda, pembinaan yang belum optimal, sarana dan prasarana Madrasah Diniyah

yang masih minim, dan terdapatnya sosialisasi yang berbeda yang dilakukan oleh

Kementrian Agama dengan LPPTKA/BKPRMI.

Kedua, Proses, yaitu pada pelayanan langsung kepada masyarakat dan

pemerataan kebijakan yang belum optimal dan memenuhi aspek publik,

terdapatnya penafsiran, dan pola pikir yang berbeda antara Kementrian Agama

Kota Cilegon dan LPPTKA/BKPRMI Kota Cilegon.

Ketiga, Outputs, yaitu pada ketepatan dan sasaran kebijakan yang belum

sepenuhnya dapat mewadahi peserta didik dan jumlah gedung yang belum

179

Page 201: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

180

memadai serta telah merugikan lembaga pendidikan TPA dibawah naungan

LPPTKA/BKPRMI Kota Cilegon.

Keempat, Outcomes. Yaitu adanya kebijakan perda Madrasah Diniyah

mempunyai dampak yang positif hanya saja adanya kebijakan tersebut telah

merugikan LPPTKA/BKPRMI Kota Cilegon dan citra LPPTKA/BKPRMI Kota

Cilegon menjadi negatif dimata pemerintah karena dianggap telah menghalangi

adanya kebijakan Wajib Belajar Madrasah Diniyah di Kota Cilegon.

5. 2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti maka saran

yang peneliti ajukan dalam bentuk rekomendasi dan masukan adalah sebagai

berikut :

1. Kepada Kementrian Agama perlu mengadakan seleksi dan kualifikasi bagi

para pengajar Madrasah Diniyah, memperbanyak pelatihan bagi para

pengajar Madrasah Diniyah, bentuk pola rekrutmen sesuai dengan

satandar yang telah ditentukan, dan memperbanyak sarana dan prasarana

pembangunan gedung madrasah.

2. Kepada Kementrian Agama dan Dinas Pendidikan untuk terus

meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat dengan memberikan satu

pemahaman yang jelas terkait dengan legalitas yang digunakan dalam

masalah ijazah TPA dan Syahadah Diniyah dan mempercepat

pengimplemtasian kebijakan menggunakan Syahadah Diniyah sebagai

persaratan pendftaran SMP/MTs, karena apabila terlalu lama dan masih

Page 202: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

181

terdapat tarik ulur maka kepercayaan publik akan hilang, dan tujuan

kebijakan tersebut tidak berhasil.

3. Bagi penyelenggara TPA, tidak perlu merasa khawatir dengan adanya

kebijakan Perda tersebut karena sesungguhnya perda telah memberikan

jalan keluar bagi TPA yaitu pada pasal 13 point (c). Pasal tersebut telah

memberikan solusi bagi penyelenggara TPA khususnya TPA Paket B

apabila ingin disamakan dengan Madrasah Diniyah harus mempunyai

kurikulum dan waktu belajar yang sama dengan Madrasah Diniyah,

dengan ketentuan hal tersebut harus memperoleh ijin opersional dari

Kementrian Agama Kota Cilegon.

4. Meninjau kembali dan perlu melakukan revisi terhadap kedua Perwal baik

Perwal Nomor 44 Tahun 2011, dan Perwal Nomor 25 Tahun 2014, karena

kedua perwal tersebut telah menyalahi Perda Nomor 1 Tahun 2008

Tentang Penyelenggaraan Wajib Belajar Madrasah Diniyah.

Page 203: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

xiv

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Agustino, Leo. 2006a.Dasar-Dasar Kebijakan Publik:Bandung:AIPI Bandung-

Puslit KP2W Lemlit Unpad

2006b. Politik dan Kebijakan Publik. Bandung:AIPI Bandung-

Puslit KP2W Lemlit Unpad

Dunn, William, 2003. Pengantar Anaslisis Kebijakan Publik (Edisi Terjemahan)

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

El Widdah, Minnah, dkk, 2012. Kepemimpinan Berbasis Nilai Dan

Pengembangan Mutu Madrasah. Bandung : Alfabeta

Irawan, Prasetyo.2005. Materi Pokok Metodologi Penelitian Administrasi.

Jakarta: Universitas Terbuka

Jahari, Jaja, dkk. 2013, Manajemen Madrasah Teori, Strategi, dan

Implementasi.Bandung : Alfabeta

Lembaga Administrasi Negara, 2004. Sistem Adminstrasi Negara kesatuan

Republik Indonesia, Edisi revisi, Buku III. Landasan dan Pedoman Pokok

Penyelenggraan dan Pengembangan Sistem Administrasi Negara. Jakarta:

CV Raga Meulaba

Moleong. L. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya

Nugroho, Riant. 2003. Kebijakan Publik, Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi.

Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Nurcholis, Hanif.2007.Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah.

Jakarta: Grasindo

Pasalong, Harbani.2010.Teori Administrasi Publik.Bandung:Alfabeta

Parsons, Wayne.2006. Public Policy:Pengantar Teori dan Praktik Analisis

Kebijakan.Jakarta:Kencana Prenada Media Group

Subarsono, AG. 2012. Analisis Kebijakan Publik. Konsep, Teori, dan Aplikasi.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Page 204: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

xv

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung, Alfabeta

. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, R &D. Bandung.

Alfabeta

Suharto, Edi. 2007. Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Public. Bandung:

Alfabeta

Thoha, Miftah. 2002. Dimensi-Dimensi Prima Ilmu Administrasi Negara. Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada

Widodo. Joko 2007. Analisis Kebijakan Publik : Konsep dan Aplikasi Proses

Kebijakan Publik. Malang : Bayumedia

Winarno, Budi.2007. Kebijakan Publik; Teori dan Proses. Jakarta:Media Presindo

Widya Wicaksono, Kristian. 2006. Administrasi dan Birokrasi Pemerintah.

Yogyakarta : Graha ILMU

Wibawa, Samodra, dkk, 1994, Evaluasi Kebijakan Publik, Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Yashin, Sulcahn. 1997. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (KBI-Besar) serta

Ejaan Yang Disempurnakan Dan Kosa Kata Baru. Surabaya: Amanah

.

Dokumen :

Uundang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 Tentang Pendidikan dan Kebudayaan

Undang-Undang Nomor 5 tahun 1974 Tentang Pokok-pokok Pemerintahan di

Daerah.

Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 Tentang Pemerintah Daerah

Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional

Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama dan

Keagamaan

Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2014 Tentang Pendidikan Keagamaan

Islam

Page 205: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

xvi

Peraturan Daerah Kota Cilegon No. 1 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaran Wajib

Belajar Madrasah Diniyah Di Kota Cilegon

Peraturan Walikota Cilegon No. 44 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaran Wajib

Belajar Madrasah Diniyah Di Kota Cilegon

Peraturan Walikota Cilegon No. 25 Tahun 2014 Tentang Perubahan Peraturan

Walikota Nomor 44 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Wajib Belajar

Pendidikan Diniyah di Kota Cilegon

Surat Edaran Kementrian Agama No. Kd.28.06/5/PP.00.8/2328/2014 Tahun 2014

Tentang Wajib Pemberlakuan Wajib Belajar Madrasah Diniyah Awaliyah

Pedoman Operasioanl Madrasah Diniyah. 2013

Standarisasi Nasional Mutu Pendidikan Al-Qur’an Kementrian Agama 2012

Sumber lain :

Fadullah. 2012. Doktrin dan Gerakan Pesantren di Cilegon Banten.Sebuah jurnal

ADDIN. STAIN Kudus Jateng

Ciyarti.2009. Peran Madrasah diniyah Nurul Anam Dalam Pengembangan

Pendidikan Islam di Desa Kranji Kecamatan Kedungwuni Pekalongan.

IAIN Walisongo Semarang

Saikhul Aris. 2014. Implementasi Amaliyah Diniyah Dalam Mewujudkan Budaya

Sekolah Islami di SD Islam Sultan Agung 4 Semarang. IAIN Walisongo

Miftahudin. 2009. Evaluasi Kebijakan Peraturan Walikota Semarang Nomor 6

Tahun 2008 Tentang Sistem dan Tata Cara Penerimaan Peserta Didik di

Kota Semarang (Kasus Penerimaan Peserta Didik Melalui Seleksi Khusus

SMP Negeri 10 Kota Semarang). Universitas Diponegoro Seamarang

Mariah. 2013. Evaluasi Peraturan Daerah Kabupaten Tanggerang Nomor 10

Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Perhubungan (Studi Kasus

Penyelenggaraan Terminal Balaraja). Untirta Serang

Page 206: ABSTRAK - FISIP Untirta Repositoryrepository.fisip-untirta.ac.id/617/1/EVALUASI PERATURAN DAERAH... · LPPTKA/BKPRMI dengan Kementrian Agama Kota Cilegon Kata Kunci: Eavalusi Kebijakan,

RIWAYAT HIDUP

Nama : Herdandi

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Tempat Tanggal Lahir : Legundi, 20 Januari 1993

Agama : Islam

Alamat : Jl. H. Leman Pintu Air Link. Kagungan Kelurahan Gerem

Kecamatan Grogol Kota Cilegon, Banten 42438

Email : [email protected]

Pendidikan Formal :

1999-2005 : SD Negeri 2 Legundi

2005-2008 : MTs Al Munawwaroh

2008-2011 : MAN Pulomerak

2011-2015 : Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Pengalaman Organisasi:

2012-2013 : Ketua Komisi Legislasi DPM FISIP UNTIRTA

2012-2103 : Bendahara Umum HMI Komisariat Pertanian-FISIP

2013-2014 : Wakil Ketua 1 DPM FISIP UNTIRTA