ABSTRAK Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Maret 2010 ...

33
ABSTRAK Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Maret 2010 Nama : Vina Luthfiana Npm : 10505240 Judul : Kontribusi manajemen waktu terhadap produktivitas kerja wartawan. Bibliografi 39 (1955-2008) Bekerja merupakan cara yang digunakan bagi individu untuk memperoleh mata pencaharian demi kelangsungan hidupnya. Dalam bekerja setiap individu pasti akan melakukan suatu usaha agar dapat terus bersaing dalam berkarir, maka seorang pekerja dituntut untuk lebih efisien, dan efektif demi meningkatkan produktivitas kerjanya. Pada bidang jurnalistik produktivitas kerja yang tinggi juga merupakan hal penting yang wajib dimiliki oleh para jurnalis atau wartawan. Manajemen waktu merupakan salah satu pendekatan yang penting dalam jenis pekerjaan jurnalistik dengan waktu kerja yang fleksibel, karena dengan melakukan manajemen waktu tersebut dapat mengontrol diri terhadap kekurangan-kekurangan seorang wartawan dalam bekerja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji kontribusi manajemen waktu terhadap produktivitas kerja pada wartawan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan uji hipotesis dilakukan dengan teknik analisis regresi sederhana. Subjek dalam penelitian ini adalah wartawan harian redaksi Radar Bogor. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner untuk mengukur skala manajemen waktu dan form penilaian produktivitas kerja wartawan berdasarkan jumlah berita yang diperoleh selama 1 bulan dari redaksi untuk mengukur produktivitas kerja. Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada kontribusi yang signifikan dari manajemen waktu terhadap produktivitas kerja wartawan. Peran manajemen waktu terhadap produktivitas kerja wartawan ditemukan hanya 3% sedangkan 97% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain, kemudian dari hasil penelitian juga dapat diketahui bahwa manajemen waktu subjek dalam penelitian berada pada kategori tinggi. Kata Kunci : manajemen waktu, produktivitas kerja, wartawan. A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Seiring meningkatnya laju pertumbuhan perekonomian pada era globalisasi, maka meningkat pula kebutuhan yang harus dipenuhi oleh manusia dalam setiap aspek kehidupannya. Kebutuhan terpenting dan utama bagi manusia adalah kebutuhan untuk bertahan hidup (Herimanto dan Winarno, 2008). Untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan dalam mempertahankan hidupnya, manusia berusaha untuk mengaktualisasikan segenap potensi yang ada dalam dirinya dan berupaya melakukan berbagai macam aktivitas untuk memenuhi kebutuhannya tersebut. Salah satu cara untuk memenuhi setiap kebutuhan tersebut dapat dilakukan dengan bekerja. Bekerja merupakan cara yang digunakan bagi individu untuk 1

Transcript of ABSTRAK Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Maret 2010 ...

Page 1: ABSTRAK Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Maret 2010 ...

ABSTRAK

Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Maret 2010 Nama : Vina Luthfiana Npm : 10505240 Judul : Kontribusi manajemen waktu terhadap produktivitas kerja wartawan. Bibliografi 39 (1955-2008)

Bekerja merupakan cara yang digunakan bagi individu untuk memperoleh mata pencaharian demi kelangsungan hidupnya. Dalam bekerja setiap individu pasti akan melakukan suatu usaha agar dapat terus bersaing dalam berkarir, maka seorang pekerja dituntut untuk lebih efisien, dan efektif demi meningkatkan produktivitas kerjanya. Pada bidang jurnalistik produktivitas kerja yang tinggi juga merupakan hal penting yang wajib dimiliki oleh para jurnalis atau wartawan. Manajemen waktu merupakan salah satu pendekatan yang penting dalam jenis pekerjaan jurnalistik dengan waktu kerja yang fleksibel, karena dengan melakukan manajemen waktu tersebut dapat mengontrol diri terhadap kekurangan-kekurangan seorang wartawan dalam bekerja.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji kontribusi manajemen waktu terhadap produktivitas kerja pada wartawan.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan uji hipotesis dilakukan dengan teknik analisis regresi sederhana. Subjek dalam penelitian ini adalah wartawan harian redaksi Radar Bogor. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner untuk mengukur skala manajemen waktu dan form penilaian produktivitas kerja wartawan berdasarkan jumlah berita yang diperoleh selama 1 bulan dari redaksi untuk mengukur produktivitas kerja.

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada kontribusi yang signifikan dari manajemen waktu terhadap produktivitas kerja wartawan. Peran manajemen waktu terhadap produktivitas kerja wartawan ditemukan hanya 3% sedangkan 97% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain, kemudian dari hasil penelitian juga dapat diketahui bahwa manajemen waktu subjek dalam penelitian berada pada kategori tinggi.

Kata Kunci : manajemen waktu, produktivitas kerja, wartawan.

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Seiring meningkatnya laju pertumbuhan perekonomian pada era globalisasi, maka

meningkat pula kebutuhan yang harus dipenuhi oleh manusia dalam setiap aspek

kehidupannya. Kebutuhan terpenting dan utama bagi manusia adalah kebutuhan untuk

bertahan hidup (Herimanto dan Winarno, 2008). Untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan

dalam mempertahankan hidupnya, manusia berusaha untuk mengaktualisasikan segenap

potensi yang ada dalam dirinya dan berupaya melakukan berbagai macam aktivitas untuk

memenuhi kebutuhannya tersebut. Salah satu cara untuk memenuhi setiap kebutuhan tersebut

dapat dilakukan dengan bekerja. Bekerja merupakan cara yang digunakan bagi individu untuk

1

Page 2: ABSTRAK Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Maret 2010 ...

memperoleh mata pencaharian demi kelangsungan hidupnya. Braude (dalam Suwandi, 1997)

mengatakan bahwa bekerja merupakan apa yang dilakukan setiap individu untuk dapat

bertahan hidup.

Dalam bekerja setiap individu pasti akan melakukan suatu usaha untuk bertahan dan

meningkatkan kinerja di dalam pekerjaannya. Forsyth (2009) memaparkan bahwa agar dapat

bertahan dan terus bersaing dalam berkarir (bekerja), maka setiap individu dituntut untuk

lebih produktif, efisien, dan efektif dalam suatu bidang yang ditekuni. Hal ini disebabkan

karena pada tiap aspek pekerjaan menuntut individu untuk bekerja dengan giat guna

menghasilkan kinerja yang maksimal dalam memperoleh suatu keluaran (output) baik itu

berupa barang atau jasa (Forsyth, 2009). Bekerja secara produktif, efisien dan efektif, maka

individu dapat memanfaatkan dengan sebaik-baiknya sarana dan prasarana yang telah

disediakan serta menghasilkan kinerja yang optimal dan dengan demikian dapat tercapailah

tingkat produktivitas yang tinggi.

Menurut Siagian (dalam Anoraga, 2005) produktivitas kerja dapat diartikan sebagai

kemampuan memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari sarana dan prasarana yang

tersedia dengan menghasilkan output yang optimal. Oleh karena itu produktivitas dapat

tercapai apabila seorang individu dapat melakukan suatu pekerjaan dengan maksimal dan

memiliki kemampuan yang baik dalam memanfaatkan fasilitas yang diberikan untuk

memperoleh suatu hasil yang optimal. Peningkatan produktivitas kerja dapat terjadi di setiap

bidang pekerjaan dan organisasi, baik yang berhubungan dengan bidang politik, ekonomi,

sosial, budaya, organisasi bisnis, nirlaba, keagamaan dan kenegaraan (Siagian, 2002). Seperti

bidang-bidang lain yang telah disebutkan, dalam bidang jurnalistik produktivitas kerja yang

baik juga merupakan hal penting yang wajib dimiliki oleh para jurnalis atau wartawan.

Mc Dougall (dalam Mondry, 2008) mengemukakan bahwa jurnalistik merupakan

kegiatan menghimpun berita, mencari fakta dan melaporkan berita secara akurat. Individu

yang bekerja dalam bidang jurnalistik disebut dengan jurnalis atau wartawan. Tugas seorang

jurnalis atau wartawan adalah untuk memunculkan informasi berita bagi masyarakat melalui

media cetak atau elektronik (Mondry,2008).

Berbeda dengan jenis pekerjaan di bidang lain yang sifatnya monoton dan memiliki

batasan baik dari segi waktu kerja maupun tugas kerjanya seperti pekerja di bidang

perkantoran, para pekerja di bidang jurnalistik tidak memiliki batasan waktu kerja yang pasti

(Mondry, 2008). Dengan memiliki tingkat fleksibilitas waktu kerja yang tinggi tersebut,

mereka dituntut untuk selalu dinamis dalam bekerja. Karena bagi wartawan, dalam

menghasilkan berita-berita yang akurat, terbaru dan menarik bagi penerima informasinya

2

Page 3: ABSTRAK Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Maret 2010 ...

mereka harus bekerja 24 jam sehari dan 7 hari seminggu. Waktu kerja yang tidak menentu

tersebut dapat menimbulkan dampak yang baik dan buruk bagi pekerja, seperti dikatakan

Raharyanti (2008) bahwa dampak positif yang ditimbulkan dari cara kerja dengan waktu yang

fleksibel antara lain dapat merekrut anggota yang berkualitas yang tidak terikat dengan jam

kerja, dapat berimprovisasi diri untuk mengefektifkan waktu sehingga sangat mengurangi

masalah dengan keterlambatan dan ketidakhadiran. Selain itu dampak positif lain yang timbul

adalah rasa komitmen dan tanggung jawab yang lebih baik, serta anggota dapat membuka

jaringan yang lebih luas untuk kepentingan organisasi sehingga mereka menjadi lebih

produktif. Sedangkan dampak negatif yang timbul akibat adanya waktu kerja yang fleksibel

adalah jika skema perencanaan tidak dikuasai secara sensitif, maka akan menjadi beban dan

terjebak dengan masalah pengaturan waktu, sehingga ia tidak bisa membatasi kapan waktu

untuk libur dan kapan untuk bekerja (Raharyanti, 2008). Maka untuk menghindari dampak

negatif yang terjadi diperlukan manajemen waktu yang baik.

Menurut Forsyth (2009) manajemen waktu adalah cara bagaimana membuat waktu

menjadi terkendali sehingga menjamin terciptanya sebuah efektifitas dan efisiensi juga

produktivitas. Dengan manajemen waktu, individu dapat memprioritaskan kegiatan yang

sebenarnya memiliki konsekuensi tinggi untuk dituntaskan tetapi cenderung ditunda-tunda

penyelesaiaannya. Selain itu dengan belajar mengatur waktu secara baik individu dapat

belajar mengesampingkan kegiatan-kegiatan yang memiliki tingkat tanggung jawab kecil

namun seringkali menarik untuk dituntaskan terlebih dahulu.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Forsyth (2009) dapat dikatakan

manajemen waktu sangat dibutuhkan dalam bidang pekerjaan jurnalistik, karena bidang

jurnalistik sangat terkait dengan waktu pemberitaan (deadline) yang harus diterima redaksi

untuk disampaikan kepada masyarakat. Wartawan yang memiliki kemampuan mengelola

waktu dengan baik dapat mengoptimalkan cara kerjanya dengan waktu yang diberikan untuk

mencari berita dengan akurat, mereka tidak akan melewatkan sumber informasi penting,

mencari kepastian dan kebenaran tentang suatu informasi secara cepat dan kemudian diolah

untuk diserahkan pada redaksi untuk diterbitkan. Hal tersebut dapat meningkatkan

produktivitas kerja yang tinggi pada wartawan juga dapat memberikan keuntungan yang besar

bagi redaksi yang mencetak berita (Mondry, 2008). Cara kerja yang cepat, tepat dan akurat

dapat memberikan suatu keuntungan bagi kedua belah pihak antara perusahaan dan pekerja

sehingga menghasilkan produktivitas kerja yang baik pula (Anoraga, 2005).

Lain halnya dengan wartawan yang tidak memiliki kemampuan dalam melakukan

manajemen waktu, mereka akan bekerja dengan santai tanpa memilah mana pekerjaan yang

3

Page 4: ABSTRAK Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Maret 2010 ...

harus diselesaikan dengan segera dan pekerjaan yang memiliki kualitas yang rendah untuk

diselesaikan. Sikap seperti tak acuh tersebut akan mengakibatkan dampak yang buruk bagi

pekerjaannya, pemberitaan yang seharusnya sampai kepada masyarakat dengan tepat waktu

menjadi terlambat sehingga dapat merugikan pihak perusahaan (kantor redaksi). Hal itu

berarti kinerja seorang wartawan buruk yang akan mengakibatkan produktivitas kerjanyanya

menurun.

Pekerjaan yang sangat fleksibel tersebut dapat mempengaruhi hasil kerja yang

diperoleh seorang wartawan. Wartawan yang memiliki kemampuan manajemen waktu yang

baik maka ia akan berusaha menyusun dan menjalankan tugasnya sesuai dengan arah yang

telah dibuat, sehingga pekerjaan tidak terlantar dan mendapatkan hasil yang maksimal. Begitu

pula sebaliknya wartawan yang tidak memiliki kemampuan manajemen waktu yang baik,

setiap pekerjaan yang dikerjakan akan terbengkalai karena individu tersebut tidak dapat

mengatur pekerjaan yang harus dilaksanakan terlebih dahulu dan mana yang dikerjakan

kemudian. Oleh karena itu dengan memiliki kemampuan manajemen waktu yang baik sangat

berpengaruh terhadap produktivitas kerja wartawan itu sendiri. Melihat latar belakang dari

cara kerja wartawan yang fleksibel dengan segala tuntutan kerjanya maka manajemen waktu

sangat diperlukan dalam bidang pekerjaan jurnalistik. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk

meneliti seberapa besar sumbangan manajemen waktu terhadap produktivitas kerja pada

wartawan.

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris peran manajemen waktu

terhadap produktivitas kerja pada wartawan.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi perkembangan ilmu Psikologi

Industri dan Organisasi dengan memberikan data empiris mengenai peran manajemen

waktu terhadap produktifitas kerja. Disamping itu diharapkan hasil penelitian ini dapat

menjadi acuan bagi peneliti berikutnya.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini secara umum diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi

perusahaan yang bergerak dalam bidang jurnalistik dalam merekrut karyawan. Demikian

pula bagi wartawan yang memiliki fleksibilitas waktu kerja untuk memanfaatkan waktu

4

Page 5: ABSTRAK Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Maret 2010 ...

agar lebih efektif dengan melakukan manajemen waktu sehingga memberikan produktivitas

kerja yang baik.

B. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Produktivitas Kerja

Menurut Sedarmayanti (2004) produktivitas berasal dari bahasa Inggris yaitu

product : result, outcome kemudian berkembang menjadi productive yang berarti

menghasilkan, maka produktivitas dapat diartikan sebagai kekuatan atau kemampuan

menghasilkan sesuatu. Produktivitas sendiri dapat berhubungan dengan sesuatu yang

bersifat material dan non material, baik yang dapat dinilai maupun yang tidak dapat

dinilai dengan uang. Produktivitas tenaga kerja sebagai suatu konsep, menunjukan

adanya kaitan antara hasil kerja dengan satuan waktu yang dibutuhkan untuk

menghasilkan produk (barang dan jasa) dari seorang tenaga kerja.

Istilah produktivitas identik dengan istilah lain seperti kinerja dan efektivitas,

serta memberi label atau indikator terhadap istilah produktivitas dengan output,

kualitas, dan lain-lain. Produktivitas kerja merupakan ukuran dari keluaran (output)

seperti hasil kerja yang berkualitas baik dan berhubungan dengan masukan (input) dari

bawahan, material dan peralatan (Cascio, 1998).

Produktivitas didefinisikan sebagai fungsi ekonomis yang berkenaan dengan

usaha atau kegiatan manusia untuk menghasilkan barang dan jasa yang berguna untuk

pemenuhan kebutuhan hidup manusia dan masyarakat pada umumnya (Anoraga,

2005). Sedangkan Siagian (dalam Anoraga, 1995) mengemukakan produktivitas kerja

adalah kemampuan memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari sarana dan

prasarana yang tersedia dengan menghasilkan output yang optimal.

Menurut Robbins (1993) produktivitas kerja adalah keluaran tiap jam kerja

dengan memperhatikan kualitas produk yang dihasilkan. Produktivitas bukan hanya

sebagai hasil usaha manusia saja tetapi merupakan hasil kerja sama semua faktor yang

digunakan dalam proses produksi yaitu modal, manusia, teknologi.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa produktivitas kerja adalah hasil

keluaran tiap jam kerja yang menunjukan adanya kaitan antara hasil kerja dengan

satuan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk (barang dan jasa) dari

seorang tenaga kerja.

5

Page 6: ABSTRAK Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Maret 2010 ...

2. Dimensi Produktivitas Kerja

Beberapa pakar yang meneliti tentang produktivitas kerja mengemukakan

pandangan tentang beberapa dimensi yang menunjang tingkat produktivitas kerja.

Hendrojuwono (1996) mengemukakan bahwa dimensi tersebut harus selalu dikaitkan

dengan keefektifan dan keefisienan tampilan kerja, dalam hal ini tentunya dimensi

efektifitas dan efisiensi saling berhubungan. Sehinggga secara ideal dapat dikatakan

produktivitas kerja dapat dicapai melalui tampilan kerja yang tinggi (efektivitas) dan

disertai rasa puas pada orang yang melaksanakan kerjanya (efisiensi).

Menurut Sedarmayanti (2004) mengemukakan dimensi produktivitas kerja

terdiri atas :

a. Efektivitas

adalah seberapa baik (besar) dihasilkan keluaran dan masukan sumber daya yang

ada, dengan kata lain seberapa efektif sumber daya yang ada digunakan untuk

menghasilkan keluaran yang optimal. Efektivitas berfokus pada keluaran.

b. Efisiensi

adalah seberapa hemat masukan sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan

keluaran yang ditentukan. Efisiensi berfokus pada masukan. Hasil yang diperoleh

(output) dapat berupa barang, jasa, dan kepuasan. Sedangkan sumber kerja yang

digunakan (input) dapat berupa tenaga, mesin, bahan, tempat kerja, perlengkapan,

tanah, dan gedung.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa produktivitas kerja memiliki dua

dimensi yang dapat menunjang tingkat produktivitas kerja, yaitu dimensi efektivitas

dan dimensi efisiensi yang saling berhubungan. Efisiensi adalah seberapa hemat

masukan sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan keluaran yang ditentukan,

kemudian efektivitas adalah seberapa baik (besar) dihasilkan keluaran dan masukan

sumber daya yang ada untuk menghasilkan keluaran yang optimal.

3. Aspek-aspek produktivitas kerja

Menurut Siagian (2002) aspek-aspek produktivitas kerja antara lain yaitu :

a. Perbaikan terus-menerus

Dalam upaya pencapaian produktivitas kerja, salah satu implikasinya adalah

bahwa seluruh komponen organisasi harus melakukan perbaikan secara terus-

menerus. Hal tersebut dikarenakan suatu pekerjaan selalu dihadapkan pada

tuntutan yang terus-menerus berubah seiring dengan perkembangan zaman.

6

Page 7: ABSTRAK Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Maret 2010 ...

b. Peningkatan mutu hasil pekerjaan

Peningkatan mutu tidak hanya berkaitan dengan produk yang dihasilkan, baik

berupa barang maupun jasa akan tetapi menyangkut segala jenis kegiatan di mana

organisasi terlibat. Hal tersebut mengandung arti, mutu menyangkut semua jenis

kegiatan yang diselenggarakan oleh semua satuan kerja, baik pelaksana tugas

pokok maupun pelaksana tugas penunjang dalam organisasi.

c. Tugas pekerjaan yang menantang

Harus diakui bahwa tidak semua orang dalam bekerja bersedia menerima tugas

yang penuh tantangan. Artinya, dalam jenis pekerjaan apapun akan selalu terdapat

pekerja yang menganut prinsip minimalis, yang berarti sudah puas jika

melaksanakan tugasnya dengan hasil yang sekedar memenuhi standar minimal.

Akan tetapi tidak sedikit orang yang justru menginginkan tugas yang penuh

tantangan. Tugas-tugas yang bersifat rutinistik dan mekanistik akan menimbulkan

kebosanan dan kejenuhan yang pada gilirannya berakibat pada sering terjadinya

kesalahan, mutu hasil pekerjaan rendah.

d. Kondisi fisik tempat bekerja

Telah umum diakui baik oleh para pakar maupun oleh para praktisi manajemen

bahwa kondisi fisik tempat bekerja yang menyenangkan diperlukan dan

memberikan kontribusi nyata dalam meningkatkan produktivitas kerja.

Sedangkan Amrun (2008) mengemukakan aspek-aspek produktivitas kerja

meliputi :

a. Pemahaman substansi dasar tentang bekerja.

b. Sikap terhadap karyawan.

c. Perilaku ketika bekerja.

d. Etos kerja.

e. Sikap terhadap waktu.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek produktivitas kerja

mencakup perbaikan yang terus-menerus dalam bekerja, peningkatan mutu hasil

pekerjaan, sikap terhadap karyawan, pemahaman substansi dasar tentang bekerja, etos

kerja, perilaku ketika bekerja, menyelesaikan tugas yang menantang, kondisi fisik

tempat bekerja, dan sikap terhadap waktu.

7

Page 8: ABSTRAK Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Maret 2010 ...

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Produktivitas Kerja

Menurut Simanjuntak (dalam Ndraha, 1999) faktor-faktor yang mempengaruhi

produktivitas kerja adalah :

a. Kemampuan dan kualitas kerja karyawan : kemampuan dan kualitas kerja

karyawan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, pengalaman kerja, usia, gender,

kepribadian atau kemampuan mental dan kemampuan fisik karyawan.

b. Sarana pendukung : meliputi alat-alat dan perlengkapan kerja, seperti mesin-mesin

produksi, alat-alat tulis, sampai dengan kacamata, kursi roda, dan tongkat bagi

karyawan tertentu yang membutuhkannya.

c. Supra sarana : meliputi hal-hal yang berhubungan dengan peraturan pemerintah,

undang-undang, perpajakan, status hukum suatu pekerjaan.

Sedangkan Anoraga (2005) mengemukakan bahwa terdapat 10 faktor yang

dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan, yaitu :

a. Pekerjaan yang menarik : apabila seorang karyawan mengerjakan suatu pekerjaan

dengan senang atau menarik bagi dirinya, maka hasil pekerjaannya akan

memuaskan dikarenakan karyawan tersebut dapat menikmati pekerjaannya.

b. Upah yang baik : pada dasarnya seseorang yang bekerja, mengharapkan imbalan

yang sesuai dengan jenis pekerjaannya. Dengan terpenuhinya upah yang baik

maka rasa kecukupan untuk memenuhi kebutuhan hidup akan semakin terasa,

sehingga ada rasa timbal balik yang selaras terhadap pekerjaannya.

c. Keamanan dan perlindungan dalam pekerjaan : untuk pekerjaan tertentu yang

berhubungan langsung dengan fisik sangat diperlukan keamanan dan perlindungan

dalam bekerja, sehingga dapat mengurangi rasa kekhawatiran dalam bekerja.

Dengan terpenuhinya jaminan atas pekerjaan maka dalam bekerja tidak akan ada

lagi peragaan ragu dan karyawan pun dapat bekerja dengan maksimal.

d. Penghayatan atas maksud dan makna pekerjaan : dengan memberitahu betapa

sangat pentingnya pekerjaan tersebut dan kegunaan dari hasil produk yang

dikerjakannya baik dengan cara langsung menunjukan kegunaannya ataupun

dengan cara memberikan contoh, maka dalam mengerjakan pekerjaannya seorang

karyawan akan lebih meningkatkan produktivitas kerjanya karena terciptanya rasa

tanggung jawab yang tinggi terhadap pekerjaannya.

e. Lingkungan atau suasana kerja yang baik : lingkungan kerja yang baik akan

membawa pengaruh yang baik pula pada segala pihak, baik pada para pekerja,

pimpinan ataupun pada hasil pekerjaannya.

8

Page 9: ABSTRAK Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Maret 2010 ...

f. Promosi dan perkembangan diri pekerja sejalan dengan perkembangan

perusahaan: seorang pekerja akan merasa bangga bila perusahaan dimana ia

bekerja mengalami kemajuan yang sangat pesat, sehingga seorang pekerja akan

menjaga citra baik di dalam perusahaan atau diluar pekerjaannya.

g. Merasa terlibat dalam kegiatan-kegiatan organisasi : dengan adanya keterlibatan

dalam organisasi dimana para pekerja tetap itu bekerja, maka seorang pekerja akan

merasakan bahwa dirinya bener-benar dibutuhkan dalam perusahaan. Oleh karena

itu dengan timbulnya rasa tersebut seorang pekerja akan lebih meningkatkan

produktivitas kerjanya karena jika produktivitasnya menurun akan mengakibatkan

perusahaan mengalami kerugian, dengan ruginya perusahaan seorang pekerja pun

akan merasakan dampak kerugiannya.

h. Pengertian dan simpati atas persoalan pribadi : dengan adanya rasa pengertian dan

perhatian dari pemimpin terhadap karyawannya, maka hal tersebut akan

mendorong motivasi pekerja untuk lebih giat lagi dalam bekerja karena terciptanya

rasa kekeluargaan antara pemimpin dan pekerja.

i. Kesetiaan pimpinan pada diri pekerja : kesetiaan pimpinan pada diri pekerja

merupakan dasar rasa kepercayaan pekerja terhadap perusahaan dimana ia bekerja.

Kesetiaan pimpinan merupakan suatu wibawa dari perusahaan.

j. Disiplin kerja yang keras : disiplin kerja yang terlalu keras akan mengakibatkan

seorang pekerja terkekang dan tidak merasakan kenyamanan dalam bekerja.

Menurut Balai Pengembangan Produktivitas Daerah (dalam Sedarmayanti,

2001) terdapat 6 faktor yang menentukan produktivitas tenaga kerja, antara lain :

a. Sikap kerja, seperti : kesediaan untuk bekerja secara bergiliran (shift work), dapat

menerima tambahan tugas, dan bekerja dalam satu tim.

b. Tingkat keterampilan yang ditentukan oleh pendidikan, latihan dalam manajemen

dan supervisi serta keterempilan dalam teknik industri.

c. Hubungan antara tenaga kerja dan pimpinan organisasi yang tercermin dalam

usaha bersama antara pimpinan organisasi dan tenaga kerja untuk meningkatkan

produktivitas melalui lingkaran pengawasan mutu (quality control circles) dan

panitia mengenai kerja unggul.

d. Manajemen produktivitas, yaitu : manajemen yang efisien mengenai sumber dan

sistem kerja untuk mencapai peningkatan produktivitas.

e. Efisiensi tenaga kerja, seperti : perencanaan tenaga kerja dan tambahan tugas.

9

Page 10: ABSTRAK Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Maret 2010 ...

f. Kewiraswastaan, yang tercermin dalam pengambilan resiko, kreativitas dalam

berusaha, dan berada pada jalur yang benar dalam usaha

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa produktivitas kerja dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kemampuan dan kualitas kerja karyawan,

sarana pendukung, supra sarana, pekerjaan yang menarik, upah yang baik, keamanan

dan perlindungan dalam pekerjaan, penghayatan atas maksud dan makna pekerjaan,

suasana kerja yang baik, promosi dan perkembangan diri pekerja sejalan dengan

perkembangan perusahaan, merasa terlibat dalam kegiatan-kegiatan organisasi,

pengertian dan simpati atas persoalan pribadi, disiplin kerja yang keras, tingkat

keterampilan yang ditentukan oleh pendidikan, latihan dalam manajemen dan

supervisi serta keterampilan dalam teknik industri, hubungan antara tenaga kerja dan

pimpinan organisasi, manajemen produktivitas kerja, efisiensi tenaga kerja, dan

kewiraswastaan.

5. Metode pengukuran produktivitas kerja

Ghiselli & Brown (1955) mengemukakan bahwa pengukuran produktivitas

kerja menyangkut (output) yang dihasilkan dalam kurun waktu tertentu, alat untuk

mengukur produktivitas kerja yaitu :

a. Pengukuran kuantitas dan kualitas, yang didasari pada jumlah produksi dan

mutu serta keahlian kerja.

b. Tes contoh pekerjaan yang digunakan untuk mengukur hambatan-hambatan

dalam produksi. Tujuan penggunaan alat ini untuk mempertimbangkan secara

tepat bagaimana agar pekerjaan itu dapat dilakukan sebaik-baiknya.

c. Lamanya jabatan, diukur berdasarkan lamanya seseorang memegang suatu

jabatan untuk mengukur kemampuan kerjanya.

d. Lamanya latihan yang dibutuhkan, diukur dengan membandingkan penyelesaian

tugas dalam waktu jangka pendek dan dalam waktu jangka panjang.

e. Penilaian pengawasan (rating by supervisor), pengukuran dengan menunjuk

seorang pengawas (supervisor).

Sedangkan dalam hal pengukuran produktivitas menurut Sedarmayanti (2004)

dapat diukur dari dua hal, yaitu :

a. Produktivitas yang diukur dengan nilai uang

Produktivitas dapat dikatakan akan lebih tinggi apabila : pertama hasil

yang diperoleh lebih besar daripada sumber kerja yang dipergunakan atau

10

Page 11: ABSTRAK Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Maret 2010 ...

output lebih banyak, sedangkan biaya tetap atau sama atau berkurang.

Kemudian yang kedua output tetap atau sama sedangkan biaya berkurang.

Sebaliknya produktivitas dikatakan berkurang apabila hasil yang diperoleh lebih

kecil daripada sumber kerja yang dipergunakan. Oleh karena itu tolak ukurnya

adalah uang. Selanjutnya hasil yang dicapai tidak sekedar dihitung dari jumlah

dan mutu sesuatu yang dihasilkan, tetapi dari segi banyaknya yang

dimanfaatkan oleh konsumen. Dengan demikian produktivitas kerja dipengaruhi

oleh pemasaran hasil yang dicapai atau tingkat pemanfaatan sesuatu yang

dihasilkan harus bernilai ekonomis dalam arti dapat dipasarkan pada

masyarakat.

b. Produktivitas yang diukur dari daya guna (efisiensi) penggunaan personel

sebagai tenaga kerja.

Produktivitas ini digambarkan dari ketepatan penggunaan metode atau cara

kerja dan alat yang tersedia, sehingga volume dan beban kerja dapat

diselesaikan sesuai dengan waktu yang tersedia. Hasil yang diperoleh bersifat

non material yang tidak dapat dinilai dengan uang, sehingga produktivitas hanya

dapat digambarkan melalui efisiensi personel dalam melaksanakan tugas

pokoknya.

Berdasarkan uraian diatas maka disimpulkan bahwa metode pengukuran

produktivitas kerja dapat diukur menggunakan lamanya latihan yang dibutuhkan,

lamanya jabatan, pengukuran kuantitas dan kualitas yang didasari pada jumlah

produksi dan mutu serta keahlian kerja, tes contoh pekerjaan yang digunakan untuk

mengukur hambatan-hambatan dalam produksi, produktivitas yang diukur dengan

nilai uang, produktivitas yang diukur dari daya guna (efisiensi) penggunaan personel

sebagai tenaga kerja

6. Penilaian Produktivitas Kerja

Untuk melihat tingkat produktivitas kerja karyawan dibutuhkan penilaian

khusus terhadap hasil kerja yang diperoleh seorang karyawan, penilaian tersebut dapat

dilakukan oleh atasan dan rekan kerja. Miner (1992) menyatakan bahwa terdapat dua

penilaian produktivitas kerja yang digunakan untuk menilai produktivitas kerja

karyawan. Pertama penilaian dari atasan (appraisal by superior), penilaian ini

dilakukan oleh atasannya langsung dimana atasan mengobservasi dan melakukan

penilaian langsung. Kedua adalah penilaian dari teman kerja (appraisal by peers or

11

Page 12: ABSTRAK Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Maret 2010 ...

sub ordinates) dimana karyawan menilai teman kerjanya. Lebih lanjut Robbins

(1993) mengemukakan bahwa terdapat tiga cara untuk mengetahui produktivitas kerja

karyawan antara lain, individual task outcomes (penilaian yang dilakukan atasan untuk

mengetahui jumlah yang dihasilkan), behaviors (perilaku karyawan dalam bekerja),

traits (berhubungan dengan perilaku yang baik, berinisiatif).

Berdasarkan uraian diatas maka disimpulkan bahwa penilaian produktivitas

dapat dilakukan oleh atasan yang disebut dengan appraisal by superior (penilaian

yang dilakukan oleh atasan), individual task outcomes (penilaian yang dilakukan

atasan untuk mengetahui jumlah yang dihasilkan), appraisal by peers or sub ordinates

(penilaian dari teman kerja) dimana karyawan menilai teman kerjanya.

B. Manajemen Waktu

1. Pengertian Manajemen Waktu

Manajemen waktu adalah suatu jenis keterampilan yang berkaitan dengan

segala bentuk upaya dan tindakan seseorang yang dilakukan secara terencana agar

individu dapat memanfaatkan waktunya dengan sebaik-baiknya (Atkinson, 1994). Orr

(dalam Atkinson, 1994) mengemukakan bahwa manajemen waktu sebagai

kemampuan menggunakan waktu secara efektif dan efisien untuk memperoleh

manfaat yang maksimal.

Lebih lanjut Haynes (1994) menyatakan bahwa manajemen waktu adalah suatu

proses pribadi dengan memanfaatkan analisis dan perencanaan dalam menggunakan

waktu untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi.

Higgins (dalam Atkinson, 1994) mendefinisikan manajemen waktu sebagai

proses untuk menjadikan waktu lebih produktif, dengan cara mengatur apa yang

dilakukan dalam waktu tersebut. Hal serupa juga dikemukakan oleh Forsyth (2009)

mengatakan bahwa manajemen waktu adalah cara bagaimana membuat waktu menjadi

terkendali sehingga menjamin terciptanya sebuah efektifitas dan efisiensi juga

produktivitas.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen waktu adalah suatu

kemampuan menggunakan waktu secara efektif dan efisien sehingga tercapai

produktivitas yang maksimal.

12

Page 13: ABSTRAK Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Maret 2010 ...

2. Aspek-aspek Manajemen Waktu

Menurut Atkinson dkk. (1990), aspek-aspek dalam manajemen waktu

mencakup adanya usaha untuk :

a. Menetapkan tujuan

Bagian utama dari pengelolaan waktu adalah menetapkan tujuan dari hal-hal yang

ingin dicapai atau yang akan dikerjakan. Keenan (1995) mengatakan bahwa

dengan menetapkan tujuan dapat membantu individu untuk memfokuskan

perhatian ke arah tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan merencanakan

sesuatu yang harus dikerjakan dalam batasan waktu yang tersedia sehingga dapat

mencapai target yang diinginkan.

b. Menyusun prioritas

Sebelum mengerjakan sesuatu, perlu disusun terlebih dahulu urutan prioritas yang

akan dilakukan. Hal tersebut dikarenakan waktu yang tersedia terbatas dan tidak

semua pekerjaan memiliki nilai kepentingan yang sama. Urutan prioritas dibuat

berdasarkan peringkat, yaitu dari prioritas yang tertinggi sampai dengan prioritas

yang terendah. Urutan prioritas dibuat dengan mempertimbangkan hal-hal mana

yang dirasakan penting, mendesak, dan seharusnya dikerjakan terlebih dahulu

sehingga target dapat tercapai sesuai dengan keinginan dalam batas waktu yang

ditentukan. Menurut Atkinson (1990), dalam menyusun prioritas dibutuhkan

ketelitian tinggi dan kemampuan menyusun strategi agar hasil pokok dan

penggunaan waktu dapat tercapai secara maksimal.

c. Menyusun jadwal

Jadwal adalah daftar kegiatan yang akan dilakukan beserta urutan waktu dalam

suatu periode tertentu. Kegiatan dalam menyusun jadwal tersebut terdiri dari dua

jenis, yaitu kegiatan yang bersifat rutin dan kegiatan yang bersifat sementara.

Menurut Taylor (1990) fungsi dari pembuatan jadwal adalah agar individu dapat

menghindari bentrokan kegiatan, menghindari kealpaan, dan mengurangi

ketergesaan.

d. Bersikap asertif

Bersikap asertif dapat didefinisikan sebagai ekspresi yang bertanggung jawab dari

perasaan dan pikiran seseorang terhadap orang tertentu pada waktu yang tepat

(Orr, dalam Haynes 1994). Lebih lanjut Atkinson (1990) menjelaskan bahwa

sikap asertif dapat diartikan sebagai suatu sikap tegas untuk berkata, “Tidak !” atau

menolak suatu permintaan maupun tugas dari orang lain dengan cara yang positif

13

Page 14: ABSTRAK Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Maret 2010 ...

tanpa harus merasa bersalah atau menjadi agresif. Bersikap tegas dalam hal ini

merupakan strategi yang diterapkan guna menghindari pelanggaran hak dan

memastikan bahwa orang lain tidak mengurangi efektifitas penggunaan waktu.

Dalam bersikap asertif tetap dibutuhkan suatu pertimbangan yang matang dari segi

konsekuensi atau besar kecilnya dampak positif dan negatif yang akan diterima

oleh individu.

e. Menghindari penundaan

Penundaan adalah penangguhan sesuatu hal hingga terlambat dikerjakan, dimana

pekerjaan tersebut seharusnya diselesaikan sekarang atau lebih dini lagi (Orr,

dalam Haynes 1994). Penundaan dalam melaksanakan tugas dapat menyebabkan

ketidakberhasilan dalam menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya, kemudian

merusak jadwal kegiatan yang telah disusun dan mengganggu tercapainya tujuan

yang telah ditetapkan. Beberapa hal untuk menghindari penundaan adalah

menetapkan apa saja pekerjaan yang lebih utama yang harus dikerjakan, kejelasan

sasaran yang ingin dicapai, meningkatkan motivasi diri, adanya rasa percaya diri,

dan disiplin dalam mengerjakan tugas (Atkinson, 1990).

f. Meminimumkan waktu yang terbuang

Pemborosan waktu mencakup segala kegiatan yang menyita waktu dan kurang

memberikan manfaat yang maksimal. Hal tersebut sering menjadi penghalang bagi

individu untuk mencapai keberhasilannya karena sering membuat individu

menunda melakukan kegiatan yang penting, sumber-sumber pemborosan waktu

antara lain; menonton televisi, menelepon, perjalanan pulang pergi, melamun,

menunggu, dan melayani tamu tak diundang, mengerjakan sesuatu yang

seharusnya dikerjakan orang lain.

Kegiatan-kegiatan yang memboros waktu merupakan segala bentuk kegiatan baik

pasif maupun aktif yang dilakukan secara berlebihan serta diluar jadwal dan

perencanaan. Untuk dapat meminimumkan waktu yang terbuang, pertama-tama

individu perlu mengidentifikasikan sumber-sumber pemborosan waktu dan

memperkirakan berapa persen waktu dalam sehari yang terbuang untuk kemudian

mengambil tindakan guna mengendalikan kegiatan-kegiatan yang menyita waktu

(Orr & Tracy, 1997). Menurut Atkinson (1990) peminimuman waktu harus

didukung oleh sikap positif serta keinginan untuk mengubah kebiasaan,

mempunyai rencana yang tepat, dan membina disiplin pribadi.

14

Page 15: ABSTRAK Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Maret 2010 ...

Canfield (1987) dalam teorinya mengemukakan aspek-aspek manajemen

waktu mencakup :

a. Perencanaan

Canfield (1987) mengemukakan bahwa perencanaan diperlukan untuk membuat

seseorang tetap pada pilihannya untuk menyeleksi pekerjaan yang ada dengan

didorong oleh tekad yang kuat untuk menyelesaikan tugas sampai tuntas. Aspek

penetapan tujuan ini akan sangat membantu sebagai usaha untuk mencapai sasaran

hidup, sasaran hidup yang ingin dicapai tentu saja mencakup kepuasaan dalam

bekerja dan peran dalam kehidupan sehari-hari.

b. Menetapkan prioritas

Menentukan prioritas berarti seseorang berusaha untuk menentukan dari sekian

banyak hal yang harus dikerjakan dan mana yang perlu didahulukan berdasarkan

tingkat kepentingannya. Sejalan dengan Canfield (1987), Martin & Osborne

(1989) mengemukakan bahwa menetapkan prioritas berarti mengidentifikasi

sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan mana yang penting yang harus dituntaskan,

selain itu penetapan prioritas diperlukan untuk meminimumkan kecenderungan

untuk membuang-buang waktu pada kegiatan-kegiatan yang kurang bermanfaat.

c. Melakukan delegasi

Martin & Osborne (1989) mengemukakan delegesi artinya menyerahkan suatu

pekerjaan kepada orang lain yang dinilai lebih tepat dan dapat menyelesaikan

suatu pekerjaan tersebut. Sehingga waktu yang kita miliki akan lebih efisien,

kemudian kita akan lebih dimudahkan untuk melakukan pekerjaan lain yang lebih

penting dan perlu dikerjakan dengan menjadikan waktu lebih berproduktif.

d. Disiplin diri

Disipin diri akan mengarahkan individu untuk berorientasi pada tugasnya sendiri

dan menghindarkan diri dari hal-hal yang bisa menghambat penyelesaian tugas.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek manajemen waktu

mencakup adanya perencanaan, menetapkan tujuan, menyusun prioritas, menghindari

penundaan, menyusun jadwal, bersikap asertif, meminimumkan waktu yang terbuang,

melakukan delegasi, kemudian adanya disiplin diri.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Manajemen Waktu

Macan dkk (dalam Taylor, 1990) mengemukakan bahwa manajemen waktu

tiap individu berbeda dengan individu lainnya, hal tersebut dikarenakan adanya faktor-

15

Page 16: ABSTRAK Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Maret 2010 ...

faktor yang dapat mempengaruhi manajemen waktu. Faktor-faktor tersebut antara lain

sebagai berikut :

a. Usia

Hasil penelitian Macan dkk. (dalam Taylor, 1990) yang menunjukan bahwa

terdapat hubungan antara usia dengan manajemen waktu. Semakin tinggi usia

seseorang maka semakin baik pula kemampuan manajemen waktunya, sebaliknya

semakin rendahnya usia seseorang maka semakin kurang kemampuan manajemen

waktunya.

b. Jenis kelamin

Macan, dkk (Taylor, 1990) juga berpendapat bahwa apabila wanita mempunyai

waktu luang, maka wanita lebih suka mengisi waktu luang tersebut dengan

melakukan pekerjaan yang ringan daripada bersantai-santai. Oleh karena itu dapat

dikatakan bahwa hampir seluruh waktunya cenderung digunakan untuk diisi

dengan berbagai macam aktivitas.

Lebih lanjut Srijanti (2007) mengemukakan faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi manajemen waktu yaitu :

a. Adanya target yang jelas

Dengan adanya target pencapaian maka hidup akan lebih terarah dan waktupun

dapat diatur dengan sebaik-baiknya.

b. Adanya prioritas kerja

Individu dapat menjalankan manajemen waktu dengan baik akan mencurahkan

seluruh konsentrasi dan energinya untuk mencapai prioritas yang telah

ditetapkannya. Adanya prioritas dalam bekerja merupakan salah satu faktor utama

yang membuat individu berhasil melakukan pekerjaan dengan baik.

c. Penundaan pekerjaan

Kebiasaan menunda pekerjaan seringkali menyebabkan kehabisan waktu dan

tenaga saat akan mengerjakannya. Sehingga bila dipaksakan melaksanakannya

maka hasilnya bukanlah yang terbaik karena dilakukan dengan sia-sia

d. Pendelegasian tugas

Sifat kurang percaya pada orang lain dan ingin semua pekerjaan selesai dengan

sempurna seringkali membuat tersitanya waktu yang kita miliki. Perlu kiranya di

ingat bahwa pekerjaan yang dilakukan orang lain mungkin tidak sebaik jika di

lakukan sendiri, akan tetapi jika pekerjaan tersebut tidak yang utama kenapa tidak

didelegasikan saja pada orang lain dengan tetap diawasi. Hal itu dapat lebih

16

Page 17: ABSTRAK Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Maret 2010 ...

meringankan pekerjaan, waktu yang ada dapat di gunakan melakukan pekerjaan

lain yang lebih berkualitas disamping dapat meningkatkan rasa percaya diri,

kebahagiaan dan rasa hormat dari orang yang kita kasih tugas.

e. Penataan ruang kerja

Ruang kerja yang membosankan dapat membuat pekerja kurang merasa nyaman

dalam melakukan suatu pekerjaannya sehingga dapat mengakibatkan sulitnya

mendapat hasil kerja yang baik.

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen waktu dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain usia, jenis kelamin, adanya target yang

jelas, adanya prioritas kerja, penundaan pekerjaan, pendelegasian tugas, penataan

ruang kerja.

4. Efek-efek Manajemen Waktu

Orr dan Tracy (1997) mengatakan bahwa efek-efek dari manajemen waktu

terbagi menjadi 10 macam yaitu :

a. Dapat meningkatkan keteraturan hidup, percaya diri dan disiplin.

b. Dapat meningkatkan kualitas kehidupan diluar jam kerja.

c. Dapat meningkatkan penghasilan (gaji) pada tiap individu.

d. Dapat meningkatnya kepuasan kerja pada individu.

e. Dapat mengurangi kesalahan yang dibuat dalam pekerjaan.

f. Dapat mengurangi jumlah krisis yang dihadapi individu.

g. Menurunnya tingkat stress pada individu.

h. Dapat menyelesaikan lebih banyak pekerjaan dan diperolehnya prestasi kerja yang

baik. Dapat meningkatkan kecepatan kerja.

i. Dapat meningkatkan kualitas dan produktivitas kerja.

Sedangkan Forsyth (2009) mengemukakan bahwa dampak dari penggunaan

manajemen waktu, antara lain :

a. Memiliki prioritas yang jelas dalam bekerja.

b. Dapat mengurangi keterlambatan dan kasalahan dalam bekerja.

c. Dapat tepat waktu dalam melakukan suatu pekerjaan sehingga dapat meningkatkan

kepuasan kerja.

d. Memiliki kemampuan untuk tetap berkonsentrasi terhadap pekerjaan sehingga

dapat meningkatkan produktivitas kerja yang baik.

17

Page 18: ABSTRAK Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Maret 2010 ...

e. Dapat melatih kebiasaan disiplin untuk hal-hal yang berhubungan dengan waktu

sehingga pekerjaan yang dilakukan akan lebih efisien.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa begitu banyak efek-efek yang

dihasilkan dari penggunaan manajemen waktu antara lain, individu dapat

meningkatkan keteraturan hidup, percaya diri dan disiplin, meningkatkan kualitas

kehidupan diluar jam kerja, meningkatkan penghasilan (gaji) pada tiap individu,

meningkatnya kepuasan kerja pada individu, dapat menyelesaikan lebih banyak

pekerjaan dan diperolehnya prestasi kerja yang baik, dapat meningkatkan kecepatan

kerja, dapat mengurangi kesalahan yang dibuat dalam pekerjaan, mengurangi jumlah

krisis yang dihadapi individu, menurunnya tingkat stress pada individu, memiliki

prioritas yang jelas dalam bekerja, memiliki kemampuan untuk tetap berkonsentrasi

terhadap pekerjaan sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja yang baik, dapat

melatih kebiasaan disiplin untuk hal-hal yang berhubungan dengan waktu sehingga

pekerjaan yang dilakukan akan lebih efisien.

C. Wartawan

1. Pengertian Wartawan

Jurnalistik (journalistic) secara harfiah memiliki arti kewartawanan atau

kepenulisan. Kata jurnalistik berasal dari kata Latin : diurnalis (Latin), journal

(Inggris) atau du jour (Prancis) yang memiliki arti informasi atau peristiwa yang

terjadi sehari-hari. Sedangkan jurnalis (wartawan) merupakan seorang pers yang

bertugas mencari informasi guna menjadi bahan berita (Mondry, 2008).

Jurnalis atau wartawan adalah orang pers memiliki aktivitas mencari,

mengolah, menulis dan menyebarluaskan informasi kepada publik melalui media

massa (Romli, 2004). Nurudin (2009) mengemukakan bahwa wartawan adalah

individu-individu yang bekerja mencari, mengolah, mengedit, dan menyiarkan

informasi untuk diberitakan pada masyarakat.

Wartawan atau jurnalis adalah seorang yang melakukan jurnalisme, yaitu

orang yang secara teratur menuliskan berita berupa laporan dan tulisannya dikirimkan

atau dimuat di media massa secara teratur. Laporan tersebut kemudian dapat

dipublikasi dalam media masa seperti koran, televisi, radio, majalah, film

dokumentasi, dan internet (http://id.wikipedia.org/wiki/Wartawan).

18

Page 19: ABSTRAK Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Maret 2010 ...

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan jurnalis atau wartawan adalah

individu yang bekerja untuk mencari, mengolah, menulis dan menyebarluaskan

informasi kepada masyarakat melalui media massa.

2. Kode etik Wartawan

Guna menjamin tegaknya kebebasan pers serta terpenuhinya hak-hak

masyarakat diperlukan suatu landasan moral atau etika profesi yang dapat menjadi

pedoman operasional dalam menegakkan integritas dan profesionalitas wartawan

(Nurudin, 2009). Atas dasar tersebut Wartawan Indonesia menetapkan Kode Etik,

sebagai berikut :

a. Wartawan Indonesia menghormati hak masyarakat untuk memperoleh informasi

yang benar.

b. Wartawan Indonesia menempuh tata cara yag etis untuk memperoleh dan

menyiarkan informasi serta memberikan identitas kepada sumber informasi.

c. Wartawan Indonesia menghormati asas praduga tak bersalah, tidak mencampurkan

fakta dengan opini, berimbang dan selalu meneliti kebenaran informasi, serta tidak

melakukan plagiat.

d. Wartawan Indonesia tidak menyiarkan informasi yang bersifat dusta, fitnah, sadis,

dan cabul, serta tidak menyebut identitas korban kejahatan asusila.

e. Wartawan Indonesia tidak menerima suap, dan tidak menyalahkan profesi.

f. Wartawan Indonesia memiliki hak tolak, menghargai ketentuan embargo,

informasi latar belakang dan off the record sesuai kesepakatan.

g. Wartawan Indonesia segera mencabut dan meralat kekeliruan dalam pemberitaan

serta melayani hak jawab.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa wartawan memiliki kode etik

dalam bekerja yang mencakup menghormati hak masyarakat untuk memperoleh

informasi yang benar, menempuh tata cara yag etis untuk memperoleh dan

menyiarkan informasi serta memberikan identitas kepada sumber informasi,

menghormati asas praduga tak bersalah, tidak mencampurkan fakta dengan opini,

berimbang dan selalu meneliti kebenaran informasi, serta tidak melakukan plagiat,

tidak menyiarkan informasi yang bersifat dusta, fitnah, sadis, dan cabul, serta tidak

menyebut identitas korban kejahatan asusila, tidak menerima suap, dan tidak

menyalahkan profesi, wartawan memiliki hak tolak, menghargai ketentuan embargo,

informasi latar belakang dan off the record sesuai kesepakatan, kemudian wartawan

19

Page 20: ABSTRAK Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Maret 2010 ...

Indonesia segera mencabut dan meralat kekeliruan dalam pemberitaan serta melayani

hak jawab.

3. Unsur-unsur yang harus diperhatikan dalam pembuatan berita

Unsur-unsur berita biasanya tidak berdiri sendiri dalam sebuah berita, tetapi

dapat lebih dari satu. Semakin banyak unsur yang terdapat dalam berita, tentu berita

tersebut semakin baik dan akan semakin menarik (Mondry, 2008). Unsur-unsur

tersebut meliputi :

a. Akurat atau cermat

Suatu berita harus ditulis dengan cermat, baik data, seperti angka, nama, maupun

pernyataan. Karenanya, seorang wartawan perlu melakukan check dan recheck

sebelum menulis berita.

b. Lengkap

Penulisan berita harus lengkap dan utuh sehingga pihak lain tahu informasinya

dengan benar, tetapi bukan berarti menulis berita harus dipanjang-panjangkan

karena hal itu tidak efisien.

c. Kronologis

Berita sebaiknya ditulis berdasarkan waktu peristiwa agar urutannya jelas dan

lancar, tidak membingungkan pembaca.

d. Magnitude (daya tarik)

Penulisan berita harus mempertimbangkan daya tariknya. Bila daya tarik

informasi yang diperoleh tidak ada, artinya informasi tersebut tidak layak jadi

berita.

e. Balance (berimbang)

Penulisan berita harus berimbang yang diistilahkan cover both side. Artinya,

dalam menulis tidak boleh ada pemihakan bila terdapat para pihak yang berbeda.

Tidak dibenarkan wartawan menulis berita hanya berdasarkan informasi dari satu

pihak saja.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur yang harus

diperhatikan dalam membuat berita yaitu suatu berita harus ditulis dengan cermat

atau akurat, penulisan berita harus lengkap dan utuh sehingga pihak lain tahu

informasinya dengan benar, berita sebaiknya ditulis berdasarkan waktu peristiwa

agar urutannya jelas dan lancar, penulisan berita harus mempertimbangkan daya

tariknya, penulisan berita harus berimbang.

20

Page 21: ABSTRAK Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Maret 2010 ...

4. Tugas-tugas Wartawan

Wartawan adalah orang yang bekerja dan mendapat nafkah sepenuhnya dari

media massa. Oleh karena itu seorang wartawan memiliki tugas dan tanggung jawab

dalam memproses sebuah berita, tugas dan kewajiban wartawan adalah

menyampaikan serta meneruskan informasi atau kebenaran kepada publik tentang apa

saja yang perlu diketahui publik. Romli (2004) mengemukakan bahwa tugas-tugas

wartawan, sebagai berikut :

a. Peliput

Seorang wartawan bertugas meliput setiap peristiwa yang terjadi untuk menjadi

bahan berita.

b. Penyusun

Peristiwa yang telah diliput akan disusun menjadi suatu berita yang menarik buat

publik.

c. Penyebar informasi

Berita yang telah disusun akan disampaikan kepada publik, berita itu menjadi

informasi untuk khalayak.

Kemudian Rentjoko (2008) menyatakan bahwa tugas wartawan adalah sebagai

berikut :

a. Mencari berita.

b. Mengolah berita.

c. Menyimpan berita.

d. Menyampaikan informasi kepada masyarakat.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tugas wartawan dalam

menjalankan pekerjaannya yaitu sebagai peliput suatu informasi, menyusun atau

mengolah berita, menyimpan informasi kemudian menyampaikan atau menyebarkan

informasi kepada masyarakat.

D. Kontribusi Manajemen Waktu terhadap Produktivitas Kerja pada Wartawan

Di setiap jenis pekerjaan pasti dibutuhkan peningkatan produktivitas kerja.

Produktivitas kerja diartikan sebagai suatu hasil keluaran yang dihasilkan pada fungsi atau

aktivitas kerja tertentu selama periode tertentu, dengan kata lain produktivitas identik dengan

hasil upaya dalam menjalankan tugasnya (Benardin dalam Moeljono, 2003). Kusriyanto

(1993) mengemukakan produktivitas kerja juga merupakan indikator yang paling peka bagi

21

Page 22: ABSTRAK Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Maret 2010 ...

proses ekonomisasi dan merupakan tolak ukur utama bagi kemajuan ekonomis yang dicapai.

Oleh karena itu peningkatan produktivitas kerja tidak hanya diperlukan pada pekerjaan

tertentu saja tetapi semua jenis pekerjaan membutuhkan produktivitas yang baik, begitu pula

halnya dengan jenis pekerjaan bidang jurnalistik, produktivitas kerja merupakan hal yang

sangat penting yang harus dimiliki seorang jurnalis atau wartawan.

McDougall (dalam Mondry, 2008) mengatakan bahwa wartawan adalah individu

yang bekerja dalam pers yang memiliki tugas untuk menghimpun berita, mencari fakta,

melaporkan berita menjadi sebuah informasi untuk disebarluaskan pada khalayak melalui

media massa. Pada bidang jurnalistik tidak memiliki batasan waktu kerja yang pasti, sangat

berbeda dengan jenis pekerjaan di bidang lain yang sifatnya rutin (monoton) dan memiliki

batasan baik dari segi waktu kerja maupun tugas kerjanya. Dengan memiliki waktu kerja yang

tidak menentu dapat memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri dalam suatu pekerjaan,

kelebihan yang didapat dari cara kerja yang fleksibel adalah wartawan dapat mencari berita

dengan komprehensip sehingga informasi yang diperoleh dapat dipercaya. Kemudian

kekurangan yang didapat adalah karena tidak adanya waktu kerja yang pasti sehingga

menyebabkan wartawan terjebak dalam pengaturan waktu dan jika hal tersebut tidak segera

diatasi, maka akan mengalami banyak kerugian tidak hanya perusahaan tetapi juga wartawan

itu sendiri. Melihat cara kerja wartawan yang tak kenal waktu maka dibutuhkan kemampuan

manajemen waktu yang baik untuk dapat meningkatkan hasil kerjanya (Stanley, 2008).

Wartawan yang tidak memiliki kemampuan manajemen waktu yang baik, akan

memiliki hambatan dalam menjalankan setiap pekerjaan yang dikerjakannya dimana ia harus

menyelesaikan tugasnya dengan batasan waktu pemberitaan agar sampai tepat waktu pada

pembaca, apabila seorang wartawan gagal dalam melakukannya maka penerbit (redaksi) akan

mengalami kerugian hal tersebut mengartikan bahwa produktivitas wartawan menurun.

Sebaliknya jika seorang wartawan mampu mengelola waktu dengan baik, akan berusaha

menjalankan tugasnya sesuai dengan arah yang telah disusun dengan cara memilah pekerjaan

yang penting untuk segera diselesaikan dan pekerjaan yang tidak terlalu penting untuk segera

diselesaikan, sehingga pekerjaan tidak terlantar dan mendapatkan hasil yang maksimal dalam

memperoleh berita. Dengan demikian produktivitas seorang wartawan pun akan meningkat.

E. Hipotesis

Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian adalah

terdapat kontribusi manajemen waktu terhadap produktivitas kerja pada wartawan.

22

Page 23: ABSTRAK Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Maret 2010 ...

F. METODE PENELITIAN

1. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diteliti adalah :

1. Variabel bebas : Manajemen waktu

2. Variabel terikat : Produktivitas kerja

2. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah :

a. Manajemen waktu

Manajemen waktu adalah suatu kemampuan menggunakan waktu secara efektif dan

efisien sehingga tercapai produktivitas yang maksimal. Manajemen waktu dalam

penelitian ini diukur dengan skala manajemen waktu yang disusun berdasarkan aspek-

aspek manajemen waktu (dalam Atkinson, 1990) yaitu menetapkan tujuan, menyusun

prioritas, menyusun jadwal, bersikap asertif, menghindari penundaan, meminimumkan

waktu yang terbuang.

b. Produktivitas kerja

Produktivitas kerja adalah hasil keluaran tiap jam kerja yang menunjukan adanya kaitan

antara hasil kerja dengan satuan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk

(barang dan jasa) dari seorang tenaga kerja. Produktivitas kerja dalam penelitian ini diukur

berdasarkan penilaian dari atasan (appraisal by superior) dengan menggunakan form

penilaian produktivitas kerja wartawan berdasarkan jumlah berita yang didapat selama 1

bulan dari redaksi.

3. Subjek penelitian

Subjek penelitian ini adalah wartawan media cetak Radar Bogor baik pria maupun

wanita.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang diterapkan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan angket atau kuesioner. Untuk mengukur skala manajemen waktu disusun

berdasarkan aspek-aspek manajemen waktu yaitu menetapkan tujuan, menyusun prioritas,

menyusun jadwal, bersifat asertif, menghindari penundaan dan meminimumkan penundaan

23

Page 24: ABSTRAK Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Maret 2010 ...

(Atkinson, 1990). Sedangkan pengukuran produktivitas kerja diperoleh berdasarkan form

penilaian dari atasan (appraisal by superior) yang dinilai berdasarkan jumlah berita yang

didapat wartawan selama 1 bulan.

a. Skala Manajemen waktu

Manajemen waktu mengandung aspek-aspek yaitu menetapkan tujuan, menyusun

prioritas, menyusun jadwal, bersifat asertif, menghindari penundaan dan meminimumkan

penundaan. Berlandaskan konsep tersebut diatas, peneliti menyusun pernyataan yang

mengungkap manajemen waktu pada wartawan dalam bentuk favorable dan

unfavorable. Bentuk skala yang digunakan dengan model skala likert.

b. Produktivitas kerja

Dalam penelitian ini produktivitas kerja diperoleh dari data redaksi Radar Bogor

dinilai berdasarkan kualitas dan jumlah jenis berita yang didapat wartawan selama 1

bulan. Hasil penilaian produktivitas kerja wartawan dinilai berdasarkan jumlah total dari

hasil berita yang diperoleh wartawan.

5. Validitas dan Reliabilitas Alat Pengumpul Data

Dalam penelitian ini untuk menguji validitas item dilakukan dengan cara

mengkorelasikan skor setiap item dengan skor total item, dengan menggunakan korelasi

product moment dari Karl Person. Untuk mengukur reliabilitas alat pengumpul data yang

mengunakan analisis alpha cronbach dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS

versi 17. for windows.

6. Teknik Analisis Data

Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan teknik regresi sederhana, yaitu

dengan cara menganalisis kontribusi manajemen waktu sebagai variabel bebas terhadap

produktivitas kerja sebagai variabel terikat.

G. ANALISIS DATA

1. Uji Asumsi

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi.

Uji asumsi yang terpenuhi dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan uji homogenitas.

24

Page 25: ABSTRAK Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Maret 2010 ...

a. Uji Normalitas

Sebaran skor digunakan dalam uji normalitas adalah uji Kolmogrof-Smirnov.

Berdasarkan hasil uji normalitas menggunakan Kolmogrof-Smirnov pada skala manajemen

waktu diketahui nilai statistik sebesar 0.121 dengan nilai signifikansi sebesar 0.200 (P >

0.05). Hal ini menunjukkan bahwa distribusi skor skala manajemen waktu pada subjek

penelitian adalah normal.

Hasil uji normalitas pada skala produktivitas kerja diketahui nilai statistik sebesar

0.112 dengan nilai signifikansi sebesar 0.200 (P > 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa

distribusi skor skala produktivitas kerja pada subjek penelitian adalah normal.

b. Uji Linearitas

Dari hasil pengukuran regresi sederhana diperoleh nilai F sebesar 0,089 dengan

signifikansi 0,768 (p>0,05). Hasil pengujian ini menunjukan bahwa hubungan variabel-

variabel diatas tidak linear.

2. Analisis Data

Berdasarkan analisa data yang dilakukan dengan menggunakan teknik regresi

sederhana diperoleh F sebesar 0,089 dengan sigifikansi sebesar 0,768 (p>0,05) dan diperoleh

R square sebesar 0,003. Hal ini berarti tidak terdapat kontribusi yang significant dari

manajemen waktu terhadap produktivitas kerja wartawan, kontribusi yang diperoleh hanya

0,3%. Dengan demikian hipotesis yang berbunyi ada kontribusi manajemen waktu terhadap

produktivitas kerja wartawan, ditolak.

3. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji kontribusi manajemen waktu terhadap

produktivitas kerja wartawan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tidak ada

kontribusi yang signifikan dari manajemen waktu terhadap produktivitas kerja, kontribusi

yang didapatkan sebesar 0,3% sedangkan 99,7% lainnya kemungkinan disebabkan oleh faktor

lain. Tidak adanya kontribusi yang signifikan dari manajemen waktu terhadap produktivitas

kerja, kemungkinan dikarenakan keunikan dari profesi wartawan itu sendiri. Dengan waktu

kerja yang fleksibel pada satu sisi profesi wartawan sangat memerlukan kemampuan

manajemen waktu yang baik, namun di sisi lain yang dapat menentukan berhasil atau

tidaknya seorang wartawan memperoleh suatu berita sangat tergantung dari perolehan sumber

berita tersebut (narasumber). Meskipun seorang wartawan memiliki kemampuan manajemen

25

Page 26: ABSTRAK Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Maret 2010 ...

waktu yang tinggi tidak akan berpengaruh manakala waktu yang disediakan narasumber tidak

sesuai dengan jadwal yang dimiliki wartawan, sehingga terjadi ketidaksesuaian antara jadwal

yang telah disusun dengan kegiatan yang telah dilakukan.

Kesediaan narasumber dalam memberikan suatu informasi sangat mempengaruhi

kuantitas maupun kualitas berita yang diperoleh wartawan setiap harinya. Oleh karena itu

dalam perolehan berita narasumberlah faktor yang paling dominan yang dapat menunjang

produktivitas seorang wartawan. Sebagaimana dikemukakan oleh Hartoyo (2008) bahwa

penilaian yang dilakukan pihak redaksi terhadap pengukuran produktivitas kerja wartawan

diperoleh berdasarkan jumlah dan kualitas berita yang dihasilkan wartawan setiap harinya.

Lebih lanjut dari hasil penelitian diketahui bahwa kontribusi yang diberikan

manajemen waktu terhadap produktivitas kerja hanya sebesar 0,3%, kemungkinan 99,7%

lainnya dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti usia pekerja, masa kerja, dan jenis

kelamin. Berdasarkan faktor usia Dale (2003) berpendapat bahwa para pekerja di usia muda

pada umumnya mempunyai tingkat harapan dan ambisi yang tinggi untuk mencapai

tujuannya, sehingga dapat pula meningkatkan produktivitas kerjanya. Individu yang bekerja

di usia muda memiliki keinginan untuk bekerja dengan penuh tantangan dalam pekerjaannya

dan kurang puas dengan pekerjaan yang rutin atau monoton. Levinson (dalam Monk, 1999)

memberikan batasan-batasan usia pada dewasa awal yaitu usia 17 sampai 22 tahun individu

berada dalam dua masa, dimana individu meninggalkan masa pra dewasa dan memasuki

dewasa awal. Sedangkan pada usia 22 sampai 28 tahun adalah periode pengenalan dengan

usia orang dewasa, menjadikan diri lebih bertanggung jawab, lebih berproduktif dan berusaha

untuk membentuk stuktur kehidupan yang stabil. Kemudian usia antara 28 sampai 33 tahun

individu telah memasuki struktur kehidupan yang lebih stabil dan tetap, dimana individu

memiliki keyakinan yang mantap dan berusaha untuk memajukan karir sebaik-baiknya. Usia

33 sampai 40 tahun individu memasuki fase kemantapan dalam segala hal (Levinson, dalam

Monk 1999).

Dalam penelitian ini jumlah subjek yang bekerja di redaksi Radar Bogor didominasi

oleh wartawan berusia muda berkisar antara 22 sampai 28 tahun berjumlah 19 orang dengan

perolehan mean produktivitas kerja yang paling tinggi sebesar 83,32, kemudian wartawan

yang berusia 29 sampai 33 tahun berjumlah 12 orang dengan mean produktivitas kerja yang

sedang sebesar 73,50 sedangkan wartawan yang bekerja pada usia 34 sampai 40 tahun hanya

berjumlah 1 orang dengan mean yang terrendah sebesar 63,00. Dengan banyaknya wartawan

muda yang bekerja pada redaksi Radar Bogor kemungkinan hal ini dapat menyebabkan

26

Page 27: ABSTRAK Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Maret 2010 ...

tingginya tingkat produktivitas kerja pada wartawan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

rincian dalam berikut ini:

data produktivitas kerja berdasarkan usia

0

20

40

60

80

100

22 - 28tahun

29 - 33tahun

34 - 40tahun

usia

scor

e pr

oduk

tivita

ske

rja

Selanjutnya faktor lain yang kemungkinan dapat mempengaruhi produktivitas kerja

adalah jenis kelamin. Gibson (1996) menyatakan bahwa pria mempunyai harapan lebih tinggi

dalam keberhasilan pekerjaan dari pada wanita. Pria lebih kompetitif dibandingkan wanita,

keadaan ini disebabkan adanya perasaan takut akan sukses yang dimiliki wanita serta

konsekuensi sosial yang negatif yang akan diterimanya. Bila wanita sukses bersaing dengan

pria mungkin akan merasa semakin kehilangan feminimitas, popularitas, takut tidak layak

untuk menjadi pasangan hidup bagi pria dan takut dikucilkan. Keadaan tersebut dapat

membuat produktivitas seorang wanita lebih rendah daripada pria. Berdasarkan data dari

identitas subjek dapat diketahui bahwa wartawan yang bekerja pada redaksi Radar Bogor

mayoritas didominasi oleh wartawan pria sebanyak 24 orang dengan perolehan mean

produktivitas kerja yang paling tinggi sebesar 79,17. Sedangkan wartawan wanita yang

bekerja pada redaksi Radar Bogor hanya berjumlah 8 orang dengan mean yang lebih rendah

sebesar 78,50. Tingginya tingkat produktivitas kerja pada wartawan kemungkinan dapat

disebabkan oleh banyaknya jumlah wartawan pria yang bekerja pada redaksi Radar Bogor, hal

tersebut dapat dilihat dari besarnya mean yang diperoleh wartawan pria. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat rincian dalam berikut ini:

27

Page 28: ABSTRAK Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Maret 2010 ...

data produktivitas kerja berdasarkan jenis kelamin

7878,278,478,678,8

7979,279,4

pria wanita

jenis kelamin

scor

e pr

oduk

tivita

s ke

rja

Masa lamanya bekerja kemungkinan dapat pula memberikan kontribusi terhadap

produktivitas kerja. Nitisemito (2000) berpendapat bahwa pada pekerja dengan masa kerja

yang baru cenderung memiliki produktivitas yang baik, mereka memiliki semangat kerja yang

tinggi, lebih giat bekerja, mengaplikasikan kemampuannya dalam bekerja dengan lebih ulet.

Hal itu dikarenakan harapannya untuk terus mendapatkan posisi kerja yang lebih tinggi. Lebih

lanjut Dharma (2001) menyatakan bahwa tidak ada alasan bahwa karyawan yang lebih lama

bekerja (senior) akan lebih produktif dari pada yang junior. Karyawan senior biasanya

memiliki tingkat kejenuhan yang lebih tinggi dalam bekerja daripada karyawan baru. Dalam

penelitian ini jumlah subjek yang bekerja di redaksi Radar Bogor didominasi oleh wartawan

dengan masa usia kerja dibawah 5 tahun yang berjumlah sebanyak 28 orang dengan mean

produktivitas kerja tertinggi sebesar 80,18, sedangkan wartawan yang bekerja diatas 5 tahun

hanya berjumlah 4 orang dengan mean yang lebih kecil sebesar 70,75. Hal inilah yang

mungkin dapat menyebabkan tingginya tingkat produktivitas kerja pada wartawan Radar

Bogor. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat rincian dalam berikut ini:

28

Page 29: ABSTRAK Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Maret 2010 ...

data produktivitas kerja berdasarkan lama kerja

65

70

75

80

85

dibawah 5 tahun diatas 5 tahunlama kerja

scor

e pr

oduk

tivita

ske

rja

Berdasarkan Mean Empirik (ME) dan Mean Hipotetik (MH) pada skala manajemen

waktu, diketahui Mean Empirik (ME) dan Mean Hipotetik (MH) yang dapat dilihat pada tabel

11 dibawah ini :

Tabel 11

Mean Empirik dan Mean Hipotetik

Manajemen waktu

Variabel Mean Empirik Mean Hipotetik SD Hipotetik

Manajemen waktu 60,50 47,5 9,5

Deskripsi mengenai kategori subjek (sangat tinggi, tinggi, rata-rata atau sedang,

rendah dan sangat rendah) dalam skala manajemen waktu dapat diketahui dengan cara

perhitungan di bawah ini :

Diketahui mean empirik manajemen waktu sebesar 60,50 dengan jumlah item valid

sebanyak 19 item dengan menggunakan kriteria nilai dari 1 sampai dengan 4. Ini berarti nilai

skala terkecil berjumlah 1 dan terbesar 4. Rentang minimum yaitu nilai terkecil dikalikan

dengan jumlah item yang valid (1 x 19 = 19), kemudian dapat diketahui rentang maksimum

yaitu nilai terbesar dikalikan dengan jumlah item yang valid (4 x 19 = 76), sehingga di dapat

rentangan 19 – 76. Dengan jarak sebaran 19 – 76 = 57. Dengan demikian standart deviasi

sebesar 57 : 6 =9,5. Nilai 6 di dapat dari kurva distribusi normal yang terbagi atas 6 wilayah,

yaitu 3 daerah positif dan 3 daerah negatif. Setelah mendapatkan nilai standart deviasi,

selanjutnya mencari nilai mean hipotetik dengan cara mengalikan nilai tengah dengan jumlah

29

Page 30: ABSTRAK Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Maret 2010 ...

item yang valid (2,5 x 19 = 47,5). Nilai 2,5 di dapat dari median atau nilai tengah dari kriteria

nilai yang digunakan yaitu antara 1sampai 4.

Adapun penggolongan skala manajemen waktu diperoleh dengan cara menghitung:

X – 2SD = 47,5 – (2 x 9,5) = 28,5

X – 1SD = 47,5 – (1 x 9,5) = 38

X + 1SD = 47,5 + (1 x 9,5) = 57

X + 2SD = 47,5 + (2 x 9,5) = 66,5

Sangat rendah : (x ≤ MH – 2 SDH) = < 28,5

Rendah : (MH – 2 SDH < x ≤ MH – SDH) = 28,5 - 38

Rata-rata : (MH – SDH < x ≤ MH + SDH) = 38 - 57

Tinggi : ( MH + SDH < x ≤ MH + 2 SDH) = 57 - 66,5

Sangat tinggi : (x > MH + 2 SDH) = > 66,5

Keterangan : MH = Mean Hipotetic

SDH = Standar Deviasi Hipotetik

-2SD -1SD MH +1SD +2SD 28,5 38 47,5 57 66,5

60,50

Rendah Sedang Tinggi

Gambar 1. Kurva Distribusi Normal Skala Manajemen waktu

Berdasarkan perhitungan pada skala manajemen waktu dimana mean empirik memiliki

nilai skor sebesar 60,50 lebih besar dari mean hipotetik ditambah satu standar deviasi

(47,5+9,5), hal ini menunjukan bahwa manajemen waktu pada subjek penelitian tergolong

tinggi. Tingginya manajemen waktu pada wartawan mungkin dikarenakan keunikan waktu

30

Page 31: ABSTRAK Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Maret 2010 ...

kerjanya yang fleksibel, sehingga wartawan dituntut untuk dapat memiliki manajemen waktu

yang baik. Stanley (2008) menjelaskan bahwa dilihat dari cara kerja wartawan yang tak kenal

waktu maka dibutuhkan kemampuan manajemen waktu yang baik untuk dapat meningkatkan

hasil kerjanya.

H. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak ada kontribusi yang signifikan

dari manajemen waktu terhadap produktivitas kerja pada wartawan. Hal tersebut

kemungkinan dikarenakan faktor lain yang lebih dominan yang dapat mempengaruhi

produktivitas kerja wartawan. Faktor lain tersebut seperti usia pekerja, jenis kelamin, masa

kerja. Disamping itu kemungkinan faktor lain yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja

wartawan dapat dilihat dari keunikan profesi wartawan, dimana untuk mendapatkan berita

sangat tergantung dari perolehan sumber berita yang didapatkan wartawan. Berdasarkan hasil

penelitian diketahui manajemen waktu pada wartawan tergolong tinggi, kemungkinan juga

dapat dipengaruhi oleh waktu kerja yang fleksibel. Dengan waktu kerja yang fleksibel seorang

wartawan dituntut untuk memiliki kemampuan manajemen waktu yang baik

I. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. Saran untuk Redaksi

Bagi redaksi yang terkait, mengingat bahwa narasumber merupakan salah

satu faktor yang dapat menunjang produktivitas wartawan dalam memperoleh suatu

berita, maka diharapkan dari pihak redaksi agar memberikan suatu pelatihan bagi

wartawan untuk meningkatkan keterampilan wartawan dalam memperoleh sumber

berita. Dengan memiliki keterampilan yang baik dalam memperoleh narasumber

berita yang akurat kemungkinan para wartawan pun dapat mengembangkan

produktivitas kerja sehingga lebih maksimal dan berkualitas.

2. Saran untuk Subjek Penelitian

Bagi wartawan diharapkan untuk lebih ulet dalam mencari narasumber berita,

sehingga akan diperoleh berita dengan kuantitas dan kualitas yang baik yang dapat

meningkatkan produktivitas kerjanya.

3. Saran untuk Penelitian Lebih Lanjut

Bagi peneliti berikutnya yang ingin meneliti produktivitas kerja pada

wartawan dapat meneliti lebih lanjut hal-hal yang mungkin memiliki peran terhadap

31

Page 32: ABSTRAK Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Maret 2010 ...

produktivitas kerja wartawan seperti keuletan wartawan dalam memperoleh berita,

jenis kelamin, usia pekerja, dan masa lamanya bekerja.

DAFTAR PUSTAKA

Amrun, Ahmadi. (2008). Produktivitas dan Budaya Kerja. http://ahmadiamrun.multiply.com/journal/item/18/090106.html.

Anastasi, A. & Urbina, S. (2003). Tes psikologi. Alih bahasa : Robertus, H. Iman. Jakarta: PT. Indeks Gramedia Group.

Anoraga, P. (1995). Psikologi Industri sosial. Jakarta: Pustaka Jaya.

Anoraga, P. (2005). Psikologi kerja. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Atkinson, P.E. (1990). Manajemen waktu yang efektif. Jakarta: Binarupa Aksara.

Azwar, S. (2002). Tes prestasi:Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi Belajar. Edisi Kedua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Canfield, A.A. (1987). Time problems inventory reveised manual. Los Angles. Western Psychological and service.

Cascio, W. F. (1998). Managing human resources productivity quality of work life. NewYork: Mc Graw-hill.

Dale, M. (2003). Developing Management Skill (diterjemahkan). Jakarta: PT. Gramedia.

Dharma, Agus. (2001). Gaya Kepemimpinan Yang Efektif Bagi Manajer. Bandung: Sinar Baru.

Forsyth, P. (2009). Jangan sia-siakan waktumu. Yogyakarta: PT Garailmu.

Ghiselli,E.E., & E. W. Brown. (1955). Personal and industri psychology. London: Mc Graw-hill.

Gibson, James.L.,& John. M. Invancevich. (1996). Organisasi, perilaku, struktur, proses (diterjemahkan). Jakarta: Binarupa Aksara.

Hartoyo, Budiman S. (2008). Produktivitas Wartawan. http: budimanshartoyo.multiply.com/journal/item/20+produktivitas+wartawan&cd=19&hl=id&ct=clnk&gl=id

Haynes, M.E. (1994). Manajemen waktu untuk diri sendiri. Jakarta: Binarupa aksara.

Hendrojuwono, W. (1996). Mempersiapkan manusia produktif (suatu usulan dan gagasan). Jurnal Psikologi. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Herimanto & Winarno . (2008). Ilmu sosial dan budaya dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

http://id.wikipedia.org/wiki/wartawan

32

Page 33: ABSTRAK Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Maret 2010 ...

Keenan, K. (1995). Pedoman manajemen waktu. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti

Kusriyanto. (1993). Meningkatkan produktivitas karyawan. Jakarta: Pustaka Binaan Pressindo

Martin. & Osbrone. (1989). Behavior modification: what it is how to do it. Englewood Cliffs: Prentice Hall.

Miner, J.B. (1992). Industrial-organization psychology. Singapore: Mc Graw-hill.

Moeljono. (2003). Budaya koperat dan keunggulan koprasi. Jakarta: Elex Media.

Mondry. (2008). Pemahaman teori dan praktik jurnalistik. Bogor: Ghalia Indonesia

Monks, F. J.,& A. M. D. Knoers. (1999). Psikologi perkembangan: pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Ndraha, T. (1999). Pengantar teori: pengembangan sumber daya manusia. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Nitisemito, Alex S. (2000). Manajemen Personalia. Bogor: Ghalia Indonesia

Nurudin. (2009). Jurnalisme masa kini. Jakarta: Rajawali Pers.

Orr. & Tracy. (1997). Management; organization and practice. New York: Haper-Row.

Prabowo, H., & Fakhrurrozi, M. (2005). Skala psikologi. Jakarta: Universitas Gunadarma

Raharyanti, Fenny. (2008). Fleksibilitas Waktu dalam Organisasi. http ://www.fennybgr.multiply.com/component/content/article/5

Robbins, S.P. (1986). Organizational bahavior: concept, controversies, and Application. New Jersey: Englewood cliffs.

Romli, A. S. (2004). Broadcast journalism: panduan menjadi penyiar, reporter, script writter. Bandung: PT Nuansa.

Sedarmayanti. (2001). Sumber daya manusia dan produktivitas kerja. Bandung: Mandar Maju.

Sedarmayanti. (2004). Mengembangkan kepribadian pegawai. Bandung: Mandar Maju.

Siagian, P. (2002). Kiat meningkatkan produktivitas kerja. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Srijanti, P.,& P. Artiningrum. (2007). Etika membangun sikap profesionalisme sarjana. Jakarta: Graha Ilmu.

Stanley. (2008). 18 Sikap Wartawan. http://mediacare.multiply.com/journal/6

Suwandi. (1997). Hubungan antara manejemen waktu dengan konflik peran ibu bekerja. Skripsi (tidak diterbitkan). Jakarta: Fakultas Psikologi Indonesia

33