ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang...

62
ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng Keke, Kepulauan Spermonde. Dibawah bimbingan Nurjannah Nurdin dan Chair Rani Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan luasan tutupan terumbu karang pada kondisi pasang dan kondisi surut menggunakan citra satelit Landsat di pulau Kodingareng Keke, Kepulauan Spermonde. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 Oktober 2016. Pengolahan citra satelit pada tahap klasifikasi menggunakan metode klasifikasi tidak terbimbing dan koreksi kolom air menggunakan algoritma Lyzenga. Validasi klasifikasi jenis obyek penutup dasar perairan dangkal menggunakan uji Kappa berdasarkan hasil survei. Hasil pengamatan luasan tutupan terumbu karang di pulau Kodingareng Keke dibagi menjadi 10 kelas yang kemudian diperkecil menjadi 4 kelas, yaitu karang hidup, karang mati dan pecahan karang, pasir, dan pasir terekspos. Pada kondisi surut, karang hidup 28,26 ha, karang mati dan pecahan karang 11,16 ha, pasir 10,8 dan pasir terekspos 0,81 ha dengan luas keseluruhan 51,03 ha. Sedangkan pada kondisi pasang luas karang hidup 24,75 ha, karang mati dan pecahan karang 11,16 dan pasir 11,61 ha, dengan luas keseluruhan 47,52 ha. Berdasarkan data yang diperoleh maka kesimpulan dari penelitian ini yaitu luasan terumbu karang pada kondisi surut lebih luas dibandingkan dengan luasan terumbu karang pada kondisi pasang. Kata Kunci : Terumbu Karang, Pasang Surut, Landsat, Pulau Kodingareng Keke.

Transcript of ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang...

Page 1: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

ABSTRAK

Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang

Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau

Kodingareng Keke, Kepulauan Spermonde. Dibawah bimbingan Nurjannah

Nurdin dan Chair Rani

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan luasan

tutupan terumbu karang pada kondisi pasang dan kondisi surut menggunakan

citra satelit Landsat di pulau Kodingareng Keke, Kepulauan Spermonde.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 – Oktober 2016.

Pengolahan citra satelit pada tahap klasifikasi menggunakan metode klasifikasi

tidak terbimbing dan koreksi kolom air menggunakan algoritma Lyzenga. Validasi

klasifikasi jenis obyek penutup dasar perairan dangkal menggunakan uji Kappa

berdasarkan hasil survei.

Hasil pengamatan luasan tutupan terumbu karang di pulau Kodingareng

Keke dibagi menjadi 10 kelas yang kemudian diperkecil menjadi 4 kelas, yaitu

karang hidup, karang mati dan pecahan karang, pasir, dan pasir terekspos. Pada

kondisi surut, karang hidup 28,26 ha, karang mati dan pecahan karang 11,16 ha,

pasir 10,8 dan pasir terekspos 0,81 ha dengan luas keseluruhan 51,03 ha.

Sedangkan pada kondisi pasang luas karang hidup 24,75 ha, karang mati dan

pecahan karang 11,16 dan pasir 11,61 ha, dengan luas keseluruhan 47,52 ha.

Berdasarkan data yang diperoleh maka kesimpulan dari penelitian ini yaitu

luasan terumbu karang pada kondisi surut lebih luas dibandingkan dengan

luasan terumbu karang pada kondisi pasang.

Kata Kunci : Terumbu Karang, Pasang Surut, Landsat, Pulau Kodingareng Keke.

Page 2: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

HALAMAN JUDUL

ANALISIS LUASAN TERUMBU KARANG BERDASARKAN PERIODIK

PASANG SURUT MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI PULAU

KODINGARENG KEKE, KEPULAUAN SPERMONDE

Oleh :

Muh. Zoel Ikram Noer

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada

Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2017

Page 3: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng
Page 4: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

iv

RIWAYAT PENULIS

Penulis lahir di Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan,

pada tanggal 16 Januari 1993, putra tunggal dari pasangan

H. Muh. Noer Yasin dan Indrawati Ambari. Menyelesaikan

Pendidikan sekolah dasar di SDN. Percontohan 12 Pagi,

Jakarta Utara pada tahun 2004, sekolah menengah pertama

di SMP. Kartika Wirabuana I pada tahun 2007 dan sekolah menengah atas di

SMAN. 16 Makassar pada tahun 2010. Pada tahun 2010 melalui Jalur

Pemanduan Potensi Belajar (JPPB) di perguruan tinggi, penulis diterima di

Program Studi Ilmu Kelautan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di bidang kelembagaan baik

intra maupun ekstra kampus seperti SEMA Kelautan Unhas, HMI Komisariat

Kelautan Unhas, MSDC Unhas serta Lembaga Survei dan Pemetaan Nypah

Indonesia.

Penulis pernah mengikuti beberapa pelatihan seperti Latihan

Kepemimpinan Tingkat I, Pelatihan Sistem Informasi Geografis, Pendidikan dan

Pelatihan Selam Bintang I (One Star Scuba Diver) CMAS-POSSI, Pelatihan

Metode Pemantauan Terumbu Karang, dan Pelatihan Scientific Dive yang

diadakan oleh IBRC (Indonesian Biodiversity Research Center) di Bali.

Penulis melakukan rangkaian tugas akhir yaitu Kuliah Kerja Nyata Profesi

di Desa Samaello, Kecamatan Barebbo, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi

Selatan serta melakukan penelitian di Pulau Kodingareng Keke, Kepulauan

Spermonde, Provinsi Sulawesi Selatan dengan judul penelitian “Analisis Luasan

Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut menggunakan Citra

Landsat di Pulau Kodingareng Keke, Kepulauan Spermonde” pada tahun

2016.

Page 5: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

v

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur yang terdalam penulis sembahkan atas ke hadirat Allah SWT,

karena dengan Rahmat dan Ridho-nya penulis dapat menyusun dan

menyelesaikan tahap demi tahap penyusunan skripsi ini dengan judul “Analisis

Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan

Citra Landsat Di Pulau Kodingareng Keke, Kepulauan Spermonde” yang

merupakan laporan hasil penelitian yang dilaksanakan penulis pada bulan

Desember 2015 serta sebagai salah satu syarat kelulusan pada Departemen

Ilmu Kelautan, Universitas Hasanuddin.

Terhaturkan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW beserta

keluarga dan seluruh sahabatnya yang telah menyampaikan nikmat Iman dan

Islam di seluruh penjuru dunia.

Ternyata kata-kata yang tertuang dalam karya ini tidak dapat mewakili

makna dari sebuah harapan. Untuk Ibunda dan Ayahanda aku panjatkan doa

kepada Allah SWT untukmu. Semoga itu pula yang dapat menerangi hatiku, yang

dapat menuntun pengabdianku kepadamu.

Terima kasih sebesar-besarnya saya haturkan kepada kedua orang

tuaku, Ayahanda H. Muh. Noer Yasin dan Ibunda Indrawati Ambari tersayang,

atas kasih sayang, do’a, nasehat, bimbingan, segala pengertian dan

pengorbanan serta dorongannya baik secara moril dan materil.

Page 6: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Awal penelitian hingga penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peran

berbagai pihak yang sudah memberikan saran, motivasi, doa dan bantuan materi

sehingga selesainya skripsi ini. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan

terima kasih setulusnya dan penghargaan kepada :

1. Ibu Dr. Nurjannah Nurdin. ST, M.Si dan Prof. Dr. Ir. Chair Rani, M.Si selaku

pembimbing dalam penyelesaian skripsi yang telah banyak membantu dalam

berbagai hal terlebih untuk waktu di sela-sela kesibukan yang telah

diluangkan untuk penulis dalam berkonsultasi, memberikan saran dan

motivasi dalam penyelesaian skripsi.

2. Bapak Dr. Syafyudin Yusuf, ST, M.Si dan Dr. Ir. Amir Hamzah Muhiddin, M.Si

selaku dosen penguji yang telah menguji, memberikan tanggapan dan saran

untuk penyempurnaan skripsi ini.

3. Bapak Ir. Marzuki Ukkas, DEA sebagai penasehat akademik sekaligus dosen

penguji dalam skripsi ini yang telah banyak memberikan bimbingan dan

arahan sehingga penulis dapat menjalani perkuliahan dengan baik.

4. Dekan, Wakil Dekan, Ketua Jurusan dan para Dosen Fakultas Ilmu Kelautan

dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, yang telah membagikan ilmu

pengetahuan dan pengalamannya kepada penulis.

5. Para staf Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP, yang telah membantu dan melayani

penulis dengan baik dan tulus.

6. Kedua orang tua penulis, Ayahanda tercinta H. Muh. Noer Yasin dan Ibunda

tercinta Indrawati Ambari, yang selama ini membimbing, mendoakan, dan

memberikan dorongan selama masa studi.

Page 7: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

vii

7. Saudara Hans Agung, Andryanto, Fahri Angriawan dan saudari Nurul

Amaliah yang sudah bersedia meluangkan waktu dan tenaganya membantu

dengan tulus dalam pengambilan data di lapangan.

8. Saudara Fachril Muhajir, Abdy Wunanto, Budy Santoso, Hermansyah

Prasyad dan Nugraha Maulana yang telah membantu dalam memberikan

masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Saudara-saudaraku angkatan 2010 kelautan (KONSERVASI) yang tidak

sempat disebutkan namanya. Terima kasih untuk kebersamaannya selama

perkuliahan, canda tawa dan hari-hari yang sungguh berkesan.

10. Untuk semua pihak yang telah membantu tapi tidak sempat disebutkan satu

persatu, terima kasih untuk segala bantuannya.

Semoga skripsi ini bisa memberikan manfaat dan Semoga Tuhan Yang Maha

Esa membalas semua bentuk kebaikan dan ketulusan yang telah diberikan oleh

semua pihak.

Penulis

Muh. Zoel Ikram Noer

Page 8: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

viii

DAFTAR ISI

ABSTRAK .................................................................................................................. i

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................ Error! Bookmark not defined.

RIWAYAT PENULIS ................................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ................................................................................................. v

DAFTAR ISI ............................................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... xii

I. PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1

B. Tujuan dan Kegunaan ................................................................................ 2

C. Ruang Lingkup ........................................................................................... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 3

A. Penginderaan Jauh .................................................................................... 3

1. Interaksi Radiasi Elektromagnetik dengan Kolom Air .................................. 4

2. Satelit LDCM (Landsat Data Continuity Mission) ........................................ 5

3. Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh Bidang Kelautan ........................... 6

B. Terumbu Karang ......................................................................................... 7

1. Ekosistem Perairan Dangkal ....................................................................... 8

2. Fungsi dan Manfaat Terumbu Karang ........................................................ 9

3. Ancaman Terumbu Karang ....................................................................... 10

4. Bentuk dan Zonasi Terumbu Karang ........................................................ 10

C. Pengaruh Pasang Surut terhadap Terumbu Karang ................................. 12

III. METODE PENELITIAN ................................................................................ 14

A. Waktu dan Tempat ................................................................................... 14

B. Alat dan Bahan ......................................................................................... 14

C. Data .......................................................................................................... 15

1. Sumber Data ............................................................................................ 15

Page 9: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

ix

2. Diagram Alir Penelitian ............................................................................. 15

3. Pengolahan Citra ...................................................................................... 17

4. Survei Lapangan ...................................................................................... 18

5. Analisis Data Lapangan ............................................................................ 20

6. Uji Akurasi ................................................................................................ 22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................... 23

A. Gambaran Umum Lokasi .......................................................................... 23

B. Pengolahan Awal Citra ............................................................................. 24

C. Batimetri ................................................................................................... 28

D. Luasan Terumbu Karang .......................................................................... 30

V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 38

A. Kesimpulan ............................................................................................... 38

B. Saran ........................................................................................................ 38

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 39

Page 10: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Titik pengamatan pada perairan dangkal pulau Kodingareng Keke .. 14

Gambar 2. Diagram alir penelitian ..................................................................... 16

Gambar 3. Alur pengambilan data batimetri ....................................................... 19

Gambar 4. Metode pengambilan data tutupan karang ...................................... 20

Gambar 5. Dokumentasi Pengambilan Data Tutupan Karang ............................ 20

Gambar 6. Kondisi Pulau Kodingareng Keke ..................................................... 24

Gambar 7. Citra Landsat 8 pada Path/Row 114/64 akuisisi 9 Agustus 2016 ; (A) Sebelum pemotongan citra dan (B) Setelah pemotongan citra ......... 24

Gambar 8. Hasil Masking citra, (A) Sebelum masking dan (B) Sesudah masking ......................................................................................................... 25

Gambar 9. Citra hasil klasifikasi tidak terbimbing pada periode pasang ............. 26

Gambar 10. Citra hasil klasifikasi tidak terbimbing pada periode surut ............... 27

Gambar 11. Peta batimetri kondisi surut ............................................................ 29

Gambar 12. Peta tutupan terumbu karang pada kondisi pasang ........................ 32

Gambar 13. Peta tutupan terumbu karang pada kondisi surut ........................... 33

Gambar 14. Peta tutupan terumbu karang pada kondisi pasang dan surut ........ 35

Gambar 15. Penambahan luasan terumbu karang pada saat kondisi surut ....... 36

Page 11: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Spesifikasi Orbit Satelit LDCM (Sitanggang, 2010) ................................ 6

Tabel 2. Parameter yang diukur, sumber dan proses ekstraksinya .................... 15

Tabel 3. Kategori Kondisi Karang ...................................................................... 21

Tabel 4. Karakteristik tipe matriks antara K (kelas) dan N (survei lapangan) ..... 22

Tabel 5. Selisih luasan terumbu karang perairan dangkal pada kondisi pasang dan surut ............................................................................................. 30

Tabel 6. Jumlah dan warna piksel hasil klasifikasi terumbu karang pada peraian

dangkal saat kondisi pasang dan surut .............................................................. 31

Tabel 7. Uji Ketelitian menggunakan Uji Kappa (Jensen, 2005) ......................... 34

Page 12: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Pasang Surut dari Badan Informasi Geospasial (BIG) ........... 42

Lampiran 2. Analisis Algoritma Lyzenga ............................................................ 44

Lampiran 3. Data Hasil Survei Terumbu Karang di Lapangan............................ 46

Lampiran 4. Peta Nilai Spektral tiap Piksel......................................................... 48

Lampiran 5. Analisis Uji Ketelitian ...................................................................... 50

Page 13: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penginderaan jauh dapat juga disebut sebagai observasi bumi. Hal itu

mengacu pada kemampuan dalam memperoleh informasi tentang obyek atau

daerah di permukaan bumi tanpa kontak langsung dengan objek atau daerah

tersebut. Manusia melakukan hal ini dengan bantuan indera penglihatan.

Kebanyakan perangkat penginderaan merekam informasi tentang obyek dengan

mengukur transmisi obyek energi elektromagnetik yang dipancarkan permukaan

benda tersebut (Aggarwal, 2003).

Teknik penginderaan jauh memungkinkan mengambil gambar dari

permukaan bumi di berbagai panjang gelombang daerah spektrum

elektromagnetik. Salah satu karakteristik utama dari citra penginderaan jauh

adalah wilayah panjang gelombang itu mewakili di spektrum elektomagnetik.

Beberapa gambar mewakili pantulan radiasi matahari yang tampak dan daerah

inframerah dekat dari spektrum elektromagnetik (Aggarwal, 2003).

Selain itu Citra landsat merupakan salah satu data penginderaan jauh yang

biasa digunakan, karena mudah untuk di dapat dan memiliki resolusi spasial

yang dapat digunakan untuk membuat peta skala menengah (Molidena dan Abd.

Rahman, 2012).

Pulau Kodingareng Keke memiliki keindahan bawah laut yang menyajikan

susunan-susunan terumbu karang yang padat, serta pantai yang memiliki pasir

yang putih membuat wisatawan tertarik untuk berkunjung ke pulau ini. Kondisi

pulau ini yang tidak berpenghuni juga sebagai salah satu faktor yang membuat

wisatawan tertarik untuk berkunjung, karena wisatawan dengan dapat dengan

leluasa melakukan kegiatan kemah. Selain itu jarak yang tidak jauh yaitu 14 km

dari daratan utama Kota Makassar, membuat pulau ini sering dijadikan salah

satu pilihan ketika musim liburan. Sebagian besar dari wisatawan yang

Page 14: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

2

berkunjung ke pulau ini untuk melakukan kegiatan penyelaman. Dengan

melakukan pemetaan sebaran terumbu karang pada pulau ini dapat memberikan

informasi luasan terumbu karang dan sebagai sumber data dalam melihat

dinamika luasan di kemudian hari. Berhubung kondisi pasang surut yang terjadi

setiap hari, maka penting untuk kita menganalisis perbedaan luasan pada kondisi

pasang dan kondisi surut.

B. Tujuan dan Kegunaan

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis perbedaan luasan

tutupan terumbu karang pada kondisi pasang dan kondisi surut menggunakan

citra satelit resolusi menengah di Pulau Kodingareng Keke.

Kegunaan dari penelitian ini yaitu sebagai informasi tentang pengaruh

pemilihan akuisisi citra satelit pada kondisi pasang dan surut terhadap luasan

terumbu karang Pulau Kodingareng Keke.

C. Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan citra Landsat 8 dengan akuisisi

tanggal 9 Agustus 2016 dan 21 September 2016 path/row 114/64. Selanjutnya

pada penelitian ini dilakukan pengolahan citra satelit dan pengambilan data

lapangan, meliputi data kedalaman dan data kondisi terumbu karang. Serta

dilakukan pengolahan data lapangan.

Page 15: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Penginderaan Jauh

Penginderaan jauh merupakan ilmu dan seni untuk memperoleh informasi

tentang suatu objek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh

dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau fenomena

yang dikaji. Selain itu, penginderaan jauh juga didefinisikan sebagai seni dalam

mengolah dan menafsirkan citra untuk mendapatkan suatu informasi. Energi dari

pantulan dan pancaran gelombang elektromagnetik dari obyek di permukaan

bumi yang diterima oleh sensor yang dimanfaatkan oleh sistem penginderaan

jauh untuk memperoleh nilai spektral dari suatu obyek. Nilai spektral dari obyek

dipermukaan bumi berasal dari nilai energi yang diterima oleh sensor tersebut

(Molidena dan Abd. Rahman, 2012).

Setiap obyek memiliki karakteristik dan respon yang berbeda terhadap suatu

panjang gelombang elektromagnetik, dan panjang gelombang elektromagnetik

tertentu memiliki respon yang berbeda ketika berinteraksi dengan obyek,

sehingga dapat ditemukan obyek yang sama akan memiliki respon spektral yang

berbeda jika berada pada kondisi yang berbeda. Respon spektral obyek

dipermukaan bumi dipengaruhi oleh azimut matahari, sudut ketinggian matahari,

arah relatif sensor terhadap nadir dan kondisi obyek tersebut. Sudut azimuth

matahari adalah sudut yang terbentuk antara arah utara dengan matahari. Sudut

ketinggian matahari adalah sudut vertikal yang terbentuk antara permukaan

dengan arah matahari (Molidena dan Abd. Rahman, 2012).

Sejak akhir 1970-an metode ini telah diakui bahwa sebagai alternatif alat

penginderaan jauh yang paling sering dibahas. Dalam metode ini kedalaman air

dangkal juga dapat diperkirakan dengan menggunakan citra satelit multi-band.

Metode ini juga efektif untuk pemetaan ekosistem perairan dangkal termasuk

Page 16: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

4

terumbu karang, tetapi metode ini tidak memberikan kontinuitas yang sama dan

akurasi sebagai alat penginderaan jauh aktif. Dalam beberapa tahun terakhir,

metode ini telah dimodifikasi dan dikembangkan (Ehses and John. 2015).

Data penginderaan jauh direkam dengan sensor inderaja menggunakan

detektor elektronik. Cara perekamannya dengan menggunakan tenaga

elektromagnetik yang luas, yaitu spektrum tampak, ultraviolet, inframerah dekat,

infrmerah termal, dan gelombang mikro (Berhitu, 2011).

Energi elektromagnetik dapat dimodelkan sebagai gelombang, dimana

memiliki 2 bidang, yakni bidang listrik atau Electrical (E) dan bidang Magnetik (M)

yang berbentuk saling tegak lurus. Kedua bidang tersebut merambat melalui

ruang hampa udara dengan kecepatan sebesar 299,790,000 m/s atau 3.108 m/s.

Gelombang elektromagnetik memiliki panjang, biasa diistilahkan sebagai panjang

gelombang (wavelength), dimana panjang gelombang didefinisikan sebagai jarak

antara 2 puncak gelombang. Panjang gelombang diukur dalam satuan meter (m).

Sedangkan jumlah gelombang yang melalui suatu titik dalam satuan waktu

diistilahkan sebagai frekuensi. Frekuensi ini memiliki satuan Hertz (Hz) yang

ekuivalen dengan satu siklus per detik. Frekuensi dipengaruhi oleh kecepatan

rambatnya gelombang. Karena kecepatan elektromagnetik konstan yakni 3.108

m/s, maka panjang gelombang berbanding terbalik (Ardiansyah, 2015).

1. Interaksi Radiasi Elektromagnetik dengan Kolom Air

Kemampuan radiasi elektromagnetik melakukan penetrasi ke dalam perairan

sangatlah penting, ketika informasi tentang kondisi dan fenomena di bawah

permukaan air diperlukan. Sehubungan dengan penginderaan dasar perairan

dangkal ini, sebaiknya digunakan sinar dengan panjang gelombang 0,48 µm

hingga 0,60 µm (Aitiando, 2008).

Untuk lebih menonjolkan obyek dasar perairan, dengan melakukan

penggabungan secara logaritma natural dua kanal sinar tampak, maka akan

Page 17: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

5

didapat citra baru yang menampakkan dasar perairan yang informatif.

Pendekatan yang dilakukan untuk mendapatkan algoritma dikembangkan oleh

Lyzenga pada tahun 1978 yaitu Exponential Attenuation Model (Aitiando, 2008).

Pantulan dasar perairan tidak dapat diamati secara langsung pada citra

satelit karena dipengaruhi oleh serapan dan hamburan pada lapisan permukaan

air. Pengaruh ini dapat dihitung, jika pada setiap titik di suatu wilayah diketahui

kedalaman dan karakteristik optis airnya. Prinsip ini sebagai dasar untuk

mengembangkan teknik penggabungan informasi dari beberapa saluran spektral

untuk menghasilkan indeks pemisah kedalaman (depth invariant index) dari

material penutup dasar perairan (Aitiando, 2008).

2. Satelit LDCM (Landsat Data Continuity Mission)

Satelit LDCM (Landsat Data Continuity Mission) telah diluncurkan pada

tahun 2011 dari VAFB, CA dengan pesawat peluncur Atlas-V-401. Setelah

meluncur di orbitnya, satelit tersebut akan dinamakan sebagai Landsat-8. Satelit

LDCM (Landsat- 8) dirancang diorbitkan pada orbit mendekati lingkaran sikron-

matahari, Satelit LDCM (Landsat-8) dirancang membawa Sensor pencitra OLI

(Operational Land Imager) yang mempunyai kanal-kanal spektral yang

menyerupai sensor ETM+ (Enhanced Thermal Mapper plus) dari Landsat-7.

Sensor pencitra OLI ini mempunyai kanal-kanal baru yaitu: kanal-1: 443 nm

untuk aerosol garis pantai dan kanal 9: 1375 nm untuk deteksi cirrus; akan tetapi

tidak mempunyai kanal inframerah termal .Sensor lainnya yaitu Thermal Infrared

Sensor (TIRS) ditetapkan sebagai pilihan (optional), yang dapat menghasilkan

kontinuitas data untuk kanal-kanal inframerah termal yang tidak dicitrakan oleh

OLI. Tulisan ini menguraikan karakteristik teknis satelit LDCM (Landsat-8),

karakteristik teknis sensor pencitra OLI dan karakteristik data citra, subsistem

pendukung missi, aplikasi data satelit LDCM (Landsat-8) serta analisis

pemanfaatan satelit masa depan: LDCM( Landsat-8) (Sitanggang, 2010).

Page 18: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

6

Aspek-aspek kunci dari dayaguna satelit LDCM (Landsat-8) yang

berhubungan dengan kalibrasi pencitra dan validasi adalah pengarahan titik

(pointing), stabilitas dan kemampuan melakukan manuver. Pengarahan titik dan

stabilitas satelit mempengaruhi dayaguna geometrik. Kemampuan melakukan

manuver memungkinkan akuisisi data untuk kalibrasi dengan menggunakan

matahari, bulan dan bintang-bintang. Parameter-parameter orbit satelit LDCM

(Landsat-8) ditunjukkan pada Tabel 1 (Sitanggang, 2010).

Tabel 1. Spesifikasi Orbit Satelit LDCM (Sitanggang, 2010)

Jenis Orbit Mendekati lingkaran sinkron-

matahari

Ketinggian 705 km

Inklinasi 98,2O

Periode 99 Menit

Waktu liput ulang (resolusi

temporal) 16 hari

Waktu melintas katulistiwa Jam 10.00 – 10.15

3. Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh Bidang Kelautan

Teknologi penginderaan jauh dapat diimplikasikan ke bidang kelautan

khususnya dalam pendeteksian obyek di dasar perairan dangkal (terumbu

karang). Pemantauan terumbu karang hingga sampai pada penilaian kondisi

terumbu karang memang sangat dimungkinkan, akan tetapi metode yang

dilakukan masih dalam taraf pengembangan. Pada saat ini teknologi

penginderaan jauh hanya dapat membantu memberikan data penyebaran dan

kondisi secara umum saja (Aitiando, 2008).

Pemetaan terumbu karang menggunakan citra satelit sumberdaya alam

merupakan alternatif yang dapat dikedepankan dengan melihat kenyataan bahwa

pengamatan obyek bawah air dapat dilakukan melalui citra pada kondisi air laut

yang jernih dan mempunyai karakteristik yang homogen (Aitiando, 2008).

Page 19: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

7

Penelitian tentang pengamatan luasan terumbu karang menggunakan

pendekatan penginderaan jauh di Indonesia juga telah berkembang. Salah

satunya pada penelitian yang berlokasi di Jawa Timur. Analisis data

penginderaan jauh menggunakan data satelit ALOS (Advanced Land Observing

Satellite) dengan sensor yang digunakan adalah AVNIR-2 (Advanced Visible and

Near Infrared Radiometer type 2) yang memiliki 4 kanal (cahaya tampak biru,

hijau, merah dan inframerah-dekat). Ekstraksi informasi terumbu karang

menggunakan pendekatan algorithma yang diturunkan dari transformasi Lyzenga

(1978) dengan kanal yang digunakan adalah kanal biru dan hijau. Hasil

interpretasi citra satelit ALOS AVNIR-2 menunjukkan bahwa sebaran ekosistem

terumbu karang di wilayah pesisir Banyuputih dijumpai rataan karang (reef flat),

karang tepi (fringing reef), dan karang yang terpisah dari daratan (barrier reef).

Klasifikasi terumbu karang menjadi tiga klas yaitu karang (reef), pasir (sand), dan

lamun (seagrass) (Suwargana, 2014).

B. Terumbu Karang

Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem di bumi yang paling

produktif dan paling kaya dari segi hayati. Terumbu karang memberikan manfaat

sangat besar bagi jutaan penduduk yang hidup dekat pesisir. Ini merupakan

sumber pangan dan pendapatan yang penting, menjadi tempat asuhan bagi

berbagai spesies ikan yang diperdagangkan, menjadi daya tarik wisatawan

penyelam dan pengagum terumbu karang dari seluruh dunia, memungkinkan

terbentuknya pasir di pantai pariwisata, dan melindungi garis pantai dari

hantaman badai (Burke. dkk., 2012).

Terumbu karang adalah struktur fisik yang terbentuk oleh kegiatan banyak

hewan karang kecil yang hidup dalam koloni besar dan membentuk kerangka

kapur bersama-sama. Selama ribuan tahun, gabungan massa kerangka kapur

tersebut membentuk terumbu besar, yang sebagian diantaranya tampak dari

Page 20: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

8

angkasa. ada sekitar 800 spesies karang pembentuk terumbu, yang

membutuhkan persyaratan yang rumit, yakni membutuhkan perairan yang jernih,

tembus cahaya, dan hangat. Hewan karang yang hidup sendiri, yang dikenal

dengan polip, memiliki tubuh seperti tabung dan mulut yang berada di tengah

yang dikelilingi oleh tentakel penyengat, yang dapat menangkap makanan. di

dalam jaringan tubuh polip, hidup mikroalga (zooxanthellae) yang membutuhkan

cahaya matahari agar tetap hidup. alga ini mengubah cahaya matahari menjadi

zat gula (glukosa), yang menghasilkan tenaga untuk membantu kehidupan inang

karangnya. alga ini juga memberikan warna cerah pada karang. Permukaan tiga

dimensi yang rumit dari terumbu karang menjadi tempat tinggal bagi banyak

spesies lain. Sekitar 4.000 spesies ikan ditemui di sini (lebih kurang seperempat

dari keseluruhan spesies ikan laut), bersama dengan beraneka ragam biota

lainnya – moluska, krustasea, bulu babi, bintang laut, spons, cacing tabung, dan

banyak lagi lainnya. kemungkinan ada sejuta spesies ditemui di dalam habitat

seluas kira-kira 250.000 km persegi (lebih kurang seluas negeri inggris) (Burke.

dkk., 2012).

Terumbu karang mempunyai fungsi sebagai Rumah berbagai aneka ragam

biota laut, tempat bertelur, tempat memijah, pembesaran, tempat mencari

makanan serta tempat tinggal sementara bagi biota laut. Terumbu karang juga

berfungsi sebagai benteng hempasan ombak, arus dan pasang surut bagi pulau-

pulau dan berbagai ekosistem pantai lainnya seperti padang lamun dan

mangrove (Suharsono,1996).

1. Ekosistem Perairan Dangkal

Dilihat dari bentuk pertumbuhannya, karang dibedakan menjadi enam

kategori utama, yaitu karang bercabang (branching), karang padat (massive),

karang mengerak (encrusting), karang meja (tabulate), karang berbentuk daun

(foliose), dan karang jamur (mushroom). Sedangkan berdasarkan struktur

Page 21: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

9

geomorphologi dan proses pembentukannya, terumbu karang terdiri atas empat

tipe terumbu, yaitu terumbu karang tepi (fringing reef), terumbu karang

penghalang (berrier reef), terumbu karang cincin (attol), dan terumbu karang taka

/ gusung (Patch reef) (Sudiono, 2008).

2. Fungsi dan Manfaat Terumbu Karang

Terumbu karang mempunyai nilai dan arti yang penting baik dari segi sosial,

ekonomi maupun budaya masyarakat kita. Hampir sepertiga penduduk indonesia

yang tinggal di pesisir menggantungkan hidupnya dari perikanan laut dangkal.

Mereka umunya masih menggunakan cara-cara tradisional dan terbatas.

Disamping itu terumbu karang mempuyai nilai penting sebagai pendukung dan

penyedia bagi perikanan pantai termasuk didalamnya sebagai penyedia bahan

dan tempat budidaya berbagai hasil laut. Terumbu karang juga berfungsi sebagai

daerah rekreasi baik rekreasi pantai maupun rekreasi bawah laut. Terumbu

karang juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana penelitian dan pendidikan serta

sebagai tempat perlindungan biota-biota langka. (Sudiono, 2008).

Sebagaimana tertera pada Lampiran Keputusan Menteri Kelautan dan

Perikanan Nomor : KEP.38/MEN/2004, bahwa terumbu karang dan segala

kehidupan yang terdapat di dalamnya merupakan salah satu kekayaan alam

yang bernilai tinggi. Manfaat yang terkandung di dalam ekosistem terumbu

karang sangat besar dan beragam, baik manfaat langsung dan manfaat tidak

langsung. Manfaat langsung antara lain sebagai habitat ikan dan biota lainnya,

pariwisata bahari, dan lain-lain. Sedangkan manfaat tidak langsung, antara lain

sebagai penahan abrasi pantai dan pemecah gelombang. Terumbu karang

adalah salah satu ekosistem laut yang paling penting sebagai sumber makanan,

habitat berbagai jenis biota komersial, menyokong industri pariwisata,

menyediakan pasir untuk pantai, dan sebagai penghalang terjangan ombak dan

erosi pantai (Sudiono, 2008).

Page 22: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

10

3. Ancaman Terumbu Karang

Berdasarkan laporan hasil penelitian LIPI (Amin, 2009) bahwa terumbu

karang di Indonesia hanya 7 % yang berada dalam kondisi sangat baik, 24 %

berada dalam kondisi baik, 29 % dalam kondisi sedang dan 40 % dalam kondisi

buruk. Diperkirakan terumbu karang akan berkurang sekitar 70 % dalam waktu

40 tahun jika pengelolaannya tidak segera dilakukan. Saat ini, ekosistem

terumbu karang secara terus menerus mendapat tekanan akibat berbagai

aktivitas manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung (Suharsono,

1998).

Beberapa aktivitas manusia yang secara langsung dapat menyebabkan

kerusakan terumbu karang diantaranya, menangkap ikan dengan menggunakan

bom dan racun sianida (potas), pembuangan jangkar, berjalan di atas terumbu,

penggunaan alat tangkap muroami, penambangan batu karang, penambangan

pasir, dan sebagainya. Aktivitas manusia yang secara tidak langsung dapat

menyebabkan kerusakan terumbu karang adalah sedimentasi yang disebabkan

aliran lumpur dari daratan akibat penggundulan hutan-hutan dan kegiatan

pertanian, penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebihan untuk kebutuhan

pertanian, sampah plastik, dan lain-lain. Ancaman terhadap ekosistem terumbu

karang juga dapat disebabkan oleh karena adanya faktor alam. Ancaman oleh

alam dapat berupa angin topan, badai tsunami, gempa bumi, pemangsaan oleh

CoTs (crown-of-thorns starfish) dan pemanasan global yang menyebabkan

pemutihan karang (Amin, 2009).

4. Bentuk dan Zonasi Terumbu Karang

Ada tiga bentuk utama terumbu karang yaitu terumbu karang tepi,

penghalang dan atol. Terumbu karang tepi terdapat di sepanjang pantai dan

mencapai kedalaman tidak lebih dari 40 meter. Antara Punggung terumbu dan

pantai biasanya terdapat rataan terumbu. Terumbu karang penghalang berada

Page 23: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

11

jauh dari pantai, dipisahkan oleh laguna yang dalam sekitar 40-75 meter. Atol

merupakan terumbu karang yang bentuknya melingkar seperti cincin atau sabit

yang mengitari laguna yang mempunyai dalam 40-100 meter (Nontji.,1987).

Zona-zona karang/terumbu karang meliputi (Sorokin,1993) :

a) Zona tebing terumbu dengan kedalaman ± 80-200 meter, biasa

terbentuk oleh tebing curam berbatu dari bagian dasar terumbu masa

lampau, umumnya ditumbuhi oleh karang ahermatipik dan sponge.

b) Zona tebing terumbu dengan kedalaman 40-80 meter, dibentuk oleh

tebing curam berbatu dari bagian dasar terumbu masa lampau,

ditumbuhi karang, sponge berkapur, polychaeta menetap dan alga

karang.

c) Zona tebing terumbu dengan kedalaman 20-40 meter, dibentuk oleh

tebing curam berbatu dari bagian dasar terumbu masa lampau,

ditumbuhi oleh karang, sponge berkapur, bryozoa, gorgonacea, dan

hydroid yang berlimpah.

d) Zona penopang (buttres) dengan kedalaman 8-20 meter, disini

pertumbuhan karang sangat subur, dengan spesies karang yang

keanekaragamannya tinggi, serta gorgonacea.

e) Zona campuran dengan kedalaman 6-8 meter, ditumbuhi dengan

subur oleh karang yang tumbuh pada kondisi tekanan ombak yang

cukup besar yang mengsuplai oksigen dan makanan serta

membersihkan karang dari endapan sedimen.

f) Zona Frontal moat dengan kedalaman 4-6 meter, disini pertumbuhan

karang dihambat oleh sedimen dan patahan karang dari rataan

terumbu, biasanya ditutupi oleh pasir dan patahan karang yang

ditumbuhi oleh perifiton.

Page 24: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

12

g) Zona pemecah ombak dengan kedalaman 0-2 meter, pada terumbu

lautan atlantik zona ini biasanya ditumbuhi oleh ganggang karang.

C. Pengaruh Pasang Surut terhadap Terumbu Karang

Pasang surut merupakan fenomena alam mengenai permukaan perairan

seperti lautan, yang berubah-ubah tunggang (range) dan ketinggiannya sesuai

dengan perubahan posisi bulan dan matahari terhadap bumi menurut fungsi

waktu. Pada umumnya, kehidupan manusia sehari-hari yang berkaitan dengan

perairan laut dan muara sungai tidak dapat dipisahkan dengan fenomena alam

pasang surut, baik secara langsung atau tidak langsung. Hal ini menunjukkan

adanya kemungkinan pasang surut dapat mempengaruhi cara hidup, cara kerja

dan bahkan budaya dari masyarakat (Rampengan, 2013).

Pada hakekatnya sumber penggerak pasang surut adalah benda-benda

astronomis yang berada di luar bumi, tetapi penampilan pasang surut di pantai

akan dipengaruhi oleh faktor lokal seperti topografi dasar laut, lebar selat, bentuk

teluk, dan sebagainya sehingga dalam kenyataannya dapat terlihat adanya ciri

pasang surut yang berbeda pada berbagai lokasi (Nontji, 1999).

Data pasang surut laut diperoleh berdasarkan pengamatan yang dilakukan di

stasiun pasang surut laut. Karakteristik pasang surut laut dapat berbeda antara

satu daerah dengan daerah lain. Terkadang karakteristik pasang surut laut untuk

suatu daerah tidak diketahui. Padahal, karakteristik ini sangat diperlukan oleh

banyak pihak seperti nelayan ataupun para pemegang keputusan (Haryono dan

Sri Nami, 2004).

Pariwono (1989) "mengelompokkan dua karakteristik pasang surut laut di

Indonesia yaitu pasang surut tunggal mendominasi perairan Indonesia sebelah

barat dan pasang surut ganda mendominasi perairan Indonesia sebelah timur.

Penelitian tersebut merupakan lanjutan penelitian yang pernah dilakukan oleh

Wyrtki (1961) (dalam Haryono dan Sri Nami, 2004) . Di dalam kedua penelitian

Page 25: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

13

tersebut, data pasang surutlaut yang dipakai masih sedikit (Haryono dan Sri

Nami, 2004).

Tipe pasang surut di perairan bergantung pada kondisi perubahan

kedalaman perairan atau geomorfologi pantai setempat. Secara kuantitatif, tipe

pasang surut suatu perairan ditentukan oleh nisbah antara amplitudo unsur-unsur

pasang surut tunggal utama dengan unsur-unsur pasang surut ganda utama

(Pariwono, 1989).

Kematian karang akibat pasang surut dapat terjadi apabila terjadi pasang

surut yang sangat rendah sehingga terumbu karang muncul di atas permukaan

air laut dan terjadinya pada siang hari (matahari terik) atau pada saat hujan

sehingga air hujan langsung mengenai terumbu karang. Kematian karang akibat

pasang surut biasanya terjadi satu atau dua kali dalam setahun dan meliputi area

yang cukup luas (Pariwono, 1989).

Page 26: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

14

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama yaitu melakukan

analisis citra dan tahap kedua melakukan pengambilan data lapangan. Analisis

citra pulau Kodingareng Keke dilakukan di Puslitbang Wilayah Tata Ruang dan

Informasi Spasial dan pengambilan data lapangan dilakukan pada tanggal 15-17

Desember 2015 di Pulau Kodingareng Keke, Kepulauan Spermonde, Sulawesi

Selatan.

Gambar 1. Titik pengamatan pada perairan dangkal pulau Kodingareng Keke

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam analisis citra yaitu komputer untuk menganalisis

citra lokasi penelitian. Sedangkan alat yang digunakan dalam pengambilan data

di lapangan yaitu perahu sebagai alat transportasi, alat selam dasar untuk

membantu dalam pengambilan data ekosistem, kamera bawah air untuk

1:6.000

Page 27: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

15

mendokumentasikan titik pengambilan data dan Global Positioning System

(GPS) untuk menandai titik pengambilan data ekosistem.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu citra Landsat 8, software

pengolah gambar dan kertas bawah air untuk mencatat data ekosistem.

C. Data

1. Sumber Data

a. Data primer adalah citra satelit Landsat 8 dengan akusisi pada 9 Agustus

2016 dan 21 September 2016 dan hasil pengukuran sifat fisik (data karang

surut dan data kedalaman).

b. Data sekunder yaitu data yang secara tidak langsung dikumpulkan, namun

yang diperoleh dari studi kepustakaan, Badan Informasi Geospasial (BIG)

2016 (Lampiran 1). Data sekunder yang dikumpulkan yaitu data pasang

surut pada tahun 2016 (Tabel 2).

Tabel 2. Parameter yang diukur, sumber dan proses ekstraksinya

No. Parameter Bahan/Sumber Proses Ekstraksi Data

1 Pasang Surut Badan Informasi

Geospasial (BIG)

Mengunduh pada laman BIG

(http://tides.big.go.id/)

2 Batimetri MapSounder Survei Lapangan

3 Penutupan

dasar perairan

dangkal

• Citra Landsat 8

Path/Row : 114//64

Akuisisi : 9 Agustus

2016 dan 21

September 2016

• RRA (Rapid Reef

Assessment))

Mengunduh citra

(https://earthexplorer.usgs.gov/)

Survei lapangan

2. Diagram Alir Penelitian

Diagram alir peneilitan merupakan tahapan-tahapan teknis dari sebuah

penelitian yang dilakukan secara bertahap, mulai dari pengolahan citra awal

Page 28: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

16

sampai pada pengolahan citra akhir yaitu melakukan klasifikasi akhir sesuai

dengan hasil survei lapangan ( Gambar 2 ).

Gambar 2. Diagram alir penelitian

Page 29: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

17

3. Pengolahan Citra

Dalam pengolahan data citra mencakup pemotongan (cropping) citra

Landsat 8 yang bertujuan untuk memfokuskan pengolahan citra pada satu

daerah saja, sesuai dengan daerah penelitian. Kemudian melakukan koreksi

radiometrik yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas citra dengan mengurangi

gangguan yang timbul oleh kesalahan sistem optik pada sensor dan gangguan

atmosferik. Setelah itu melakukan Masking untuk menghilangkan nilai digital dari

daratan dan hanya menampilkan nilai digital dari daerah laut. Setelah melakukan

proses Masking, dilakukan proses penajaman citra bertujuan untuk

meningkatkan mutu citra, baik untuk memperoleh keindahan gambar maupun

untuk kepentingan analisis citra. Penajaman citra pada data penginderaan jauh

dilakukan sebelum interpretasi visual. Setelah itu maka akan dilakukan proses

klasifikasi menggunakan pendekatan algoritma Lyzenga. Pengolahan ini

dimaksudkan untuk mendapatkan informasi objek dibawah permukaan air,

karena informasi yang didapatkan dari citra awal masih tercampur dengan

informasi lain seperti kedalaman air dan kekeruhan.

Tranformasi citra menggunakan koefisien atenuasi data Landsat-8 kanal 2

(Biru) dan kanal 3 (Hijau) yang mampu menembus kolom air hingga kedalaman

tertentu dan dikombinasikan secara alogaritma natural dan menghasilkan kanal

baru.

Pada pemetaan perairan dangkal khususnya untuk melihat sebaran

terumbu karang, Siregar (1996) telah merumuskan persamaan dengan

mengembangkan pendekatan algoritma menjadi persamaan seperti berikut

(Persamaan 1) :

Page 30: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

18

)3log(./)2log( BandaKjkiBandaY ……………... (1)

Dimana :

Y = Ekstraksi informasi dasar

Band 2 = Nilai Kanal Biru

Band 3 = Nilai Kanal Hijau

Ki/Kj = Koofisien atenuasi

4. Survei Lapangan

Pengecekan lapangan dilakukan bertujuan untuk mengetahui kondisi yang

sebenarnya di lapangan meliputi Ground Truth pada wilayah terumbu karang,

pengukuran batimetri dan pengukuran pasang surut.

a. Data Batimetri

Pengambilan data batimetri (kedalaman) bertujuan untuk mengetahui pola

substrat dasar perairan lokasi penelitian yang kemudian akan digabungkan

dengan hasil klasifikasi citra. Alat pengukur kedalaman yang digunakan untuk

melakukan pemetaan batimetri ini berupa Echosounder (single-beam). Sistem

alat ini terdiri dari seperangkat perekam data, transducer (pemancar) dan

hidrofon (penerima). Prinsip kerja sistem ini yaitu transducer memancarkan

gelombang akustik dengan frekuensi tertentu menuju ke dasar perairan secara

tegak lurus. Gelombang tersebut kemudian dipantulkan kembali dan diterima

oleh hidrofon. Pada umumnya semakin rendah frekuensi gelombang suara yang

dipancarkan, kedalaman perairan yang dapat dicapai juga semakin tinggi. Data

yang diperoleh dari proses tersebut berupa selang waktu gelombang mulai

dipancarkan dan gelombang kembali diterima, sehingga diperoleh data

kedalaman yang dicatat alat perekam dan merupakan fungsi dari selang waktu.

Pengambilan data dalam pemetaan batimetri ini menggunakan Lajur perum

utama. Lajur perum utama adalah lajur perum yang direncanakan sehingga

Page 31: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

19

seluruh daerah survei dapat tercakup dan dapat digambarkan bentuk dasar

perairannya (Meygan, 2016).

Pada penelitian ini daerah yang dilalui saat perekaman kedalaman

merupakan daerah terluar batas perairan dangkal yang dapat dideteksi oleh

satelit (Gambar 3). Sedangkan pada daerah yang memiliki kedalaman kurang

dari 1 meter dilakukan pengukuran secara manual.

Gambar 3. Alur pengambilan data batimetri

b. Data Terumbu Karang

Data terumbu karang digunakan sebagai data untuk menguji keakuratan dari

hasil klasifikasi citra yang digunakan. Pengambilan data terumbu karang

dilakukan dengan menggunakan metode Rapid Reef Assessment (RRA).

Dalam pengamatan terumbu karang ini dilakukan dengan total luas

pengamatan yaitu 30 m x 30 m. Pengamatan dilakukan dengan berenang

sepanjang 20 meter. Dengan jarak pandang 6 meter ke kiri dan 6 meter ke

kanan, seperti yang telah tertera pada Gambar 4 dan 5.

Page 32: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

20

Gambar 4. Metode pengambilan data tutupan karang

Gambar 5. Dokumentasi Pengambilan Data Tutupan Karang

5. Analisis Data Lapangan

a. Analisis data Batimetri

Data kedalaman yang diperoleh selanjutnya dikoreksi dengan muka rata-

rata air laut dari hasil analisa pasang surut menggunakan formula pada

persamaan 2 (Poerbandono dan Djunarsyah, 2005), posisi dan data kedalaman

perairan terkoreksi kemudian digambarkan ke dalam bentuk kontur yang

menghubungkan titik–titik pada kedalaman yang sama dengan menggunakan

bantuan software pengolah grafis untuk menampilkannya.

d = dt – (ht – MSL)…………………………….(2)

Page 33: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

21

Keterangan : d = Kedalaman suatu titik pada dasar perairan

dt = Kedalaman suatu titik pada dasar laut pada pukul t

ht = Ketinggian permukaan air pasut pada pukul t

MSL = Mean Sea Level (Duduk Tengah Muka Air)

b. Analisis data Pengukuran Kondisi Karang

Untuk mendapatkan data dan informasi tentang kondisi karang pada lokasi

lokasi penelitian digunakan metode survei Rapid Reef Assessment (RRA) (Long,

et al,. 2004 dalam Hukom dan Daniel, 2012). RRA memiliki keunggulan karena

pengamatan dapat dilakukan secara cepat, sehingga dapat mencakup area yang

luas, sedangkan kelemahannya yaitu data yang diperoleh tidak terlalu rinci,

meskipun demikian dapat memberikan informasi umum tentang kondisi terumbu

karang di lokasi penelitian. Pengambilan data tutupan substrat dasar perairan

dilakukan berdasarkan titik pada peta unsupervised (klasifikasi tidak terbimbing)

yang telah terklasifikasi berdasarkan citra multispektral.

Adapun untuk menghitung persentase tutupan setiap kategori dilakukan

dengan cara (Persamaan 3) :

Kategori subtrat (%) = .......................(3)

Penilaian persentase setiap tutupan dasar perairan mengacu pada kriteria

Menteri Lingkungan Hidup No. 4 tahun 2011 yang kemudian tebagi menjadi

beberapa kategori, sebagai berikut (Tabel 3):

Tabel 3. Kategori Kondisi Karang

No. Kategori / Persentase Kondisi

1 75 % - 100 % Sangat Baik

2 50 % - 74,9 % Baik

3 25 % - 49,9 % Sedang

4 0 % - 24,9 % Buruk

Page 34: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

22

6. Uji Akurasi

Kondisi terumbu karang didasarkan pada persentase tutupan karang

hidup dan komponen hidup lainya serta karang mati untuk menentukan kondisi

terumbu karang.

Uji akurasi dilaksanakan dengan metode analisis Kappa dengan

persamaan sebagai berikut (Congalton., et. al., 1983 dalam Jensen, 2005):

……………... (12)

Dimana N = jumlah data

Dengan model matriks ketelitian sebagai berikut :

Tabel 4. Karakteristik tipe matriks antara K (kelas) dan N (survei lapangan)

Informasi Hasil Ground Test

Ha

sil

kla

sifik

asi

citra

Kelas 1 2 3 k

Baris

total

1

2

3

K

Kolom

total

Page 35: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi

Pulau Kodingareng Keke merupakan salah satu dari pulau karang yang

terbentuk di Kepulauan Spermonde dengan luas sekitar 11.680 m2, terletak di

sebelah barat kota Makassar dengan jarak 13,48 km dan termasuk dalam

wilayah kecamatan Sangkarang. Secara geografis berada pada posisi 119°17′17”

- 119°17′20” Bujur Timur dan 5°6’18” – 5°6′22” Lintang Selatan.

Perairan di seputar pantai Pulau Kodingareng Keke merupakan perairan

yang dangkal. Pada saat pasang terendah, terdapat dataran cukup luas yang

tersusun atas material pecahan karang khususnya pada perairan sebelah barat

yang terbentuk akibat proses sedimentasi. Kedalaman bervariasi antara 5 hingga

20 meter. Pada sisi selatan pulau, pantainya tersusun oleh pecahan karang

beraneka ukuran, sedang pada sisi utara pulau terhampar pasir putih berukuran

halus – sedang. Sedangkan perairan sebelah timur dan selatan merupakan alur

pelayaran masuk dan keluar dari Pelabuhan Makassar. Dengan kondisi perairan

yang jernih tanpa kontaminasi limbah kota, perairan ini menjadi lokasi yang ideal

untuk menyelam menyaksikan indahnya terumbu karang dan keanekaragaman

biota laut di dasar laut. Sementara di pantai, pasir putih terhampar dan di

sekitarnya ditumbuhi pohon (Gambar 6). Pulau ini juga sering terkena abrasi,

terutama pada musim barat.

Pulau ini tidak dihuni penduduk namun sesekali ada yang datang untuk

menjaga ataupun membersihkan pulau ini. Tidak ada pelayaran reguler menuju

ke pulau Kodingareng Keke, sehingga untuk menjangkau lokasi pulau dilakukan

dengan menyewa perahu motor yang tersedia di dermaga Kayu Bangkoa.

Perjalanan ke pulau ini memakan waktu sekitar 40 menit (Gambar 6).

Page 36: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

24

Gambar 6. Kondisi Pulau Kodingareng Keke

B. Pengolahan Awal Citra

Dalam pengolahan data citra dilakukan beberapa tahap yaitu tahap

pemotongan (cropping), tahap masking dan tahap klasifikasi tidak terbimbing

menggunakan algoritma Lyzenga.

1. Tahap Pemotongan (Cropping)

Pemotongan citra bertujuan untuk memfokuskan areal penelitian pada

wilayah objek dasar perairan dangkal di pulau Kodingareng Keke sehingga akan

mempermudah proses pengolahan citra selanjutnya (Gambar 7).

Gambar 7. Citra Landsat 8 pada Path/Row 114/64 akuisisi 9 Agustus 2016 ; (A) Sebelum pemotongan citra dan (B) Setelah pemotongan citra

A B

Page 37: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

25

2. Tahap Masking

Masking merupakan sebuah cara yang dilakukan untuk menutup sementara

sebagian areal atau kawasan. Tujuan dilakukannya masking adalah

memfokuskan areal penelitian pada tutupan dasar perairan. Masking yang

dilakukan pada penelitian ini yakni dengan menghilangkan daratan utama dan

laut. Masking ini dilakukan dengan membuat polygon sesuai dengan kawasan

yang diinginkan (Gambar 8).

Gambar 8. Hasil Masking citra, (A) Sebelum masking dan (B) Sesudah masking

3. Tahap Klasifikasi

Pada tahap klasifikasi, pengolahan citra menggunakan algoritma Lyzenga.

Hasil penerapan algoritma ini pada daerah perairan dangkal Pulau Kodingareng

Keke menghasilkan nilai koefisien ki/kj = 0,7160 dan a = 0,34 untuk citra periode

pasang dan niai koefisien ki/kj = 0,4084 dan a = 1,02 untuk citra pada periode

surut (Lampiran 2). Visualisasi objek yang menutupi dasar perairan pada citra

hasil transformasi Lyzenga berdasarkan nilai hasil analisis statistik. Untuk

mendapatkan nilai koefisien atenuasi air (ki/kj) citra, sebelumnya dilakukan

training area sebanyak 30 region untuk seluruh warna pada daerah perairan

kawasan terumbu karang. Setelah dilakukan pemilihan training area, maka

software akan membuat klasifikasi sebanyak 10 kelas sesuai dengan jumlah

kelas yang diinginkan (Gambar 9 dan 10).

A B

Page 38: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

26

Gambar 9. Citra hasil klasifikasi tidak terbimbing pada periode pasang

Page 39: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

27

Gambar 10. Citra hasil klasifikasi tidak terbimbing pada periode surut

Page 40: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

28

C. Batimetri

Pembuatan peta batimetri merupakan salah satu bidang kajian hidrografi.

Batimetri adalah ukuran dari tinggi rendahnya dasar laut yang merupakan

sumber informasi utama mengenai dasar laut. Perubahan kondisi hidrografi di

wiiayah perairan laut dan pantai, disamping disebabkan oleh faktor alam, juga

disebabkan oleh fenomena perubahan penggunaan lahan di wilayah tersebut

dan proses-proses yang terjadi di wilayah hulu sungai. Terbawanya berbagai

material partikel dan kandungan padatan tersuspensi oleh aliran sungai semakin

mempercepat proses pendangkalan di perairan pantai. Berdasarkan hal tersebut,

perlu dilakukan suatu upaya pengkajian yang berkaitan dengan faktor-faktor

keselamatan pelayaran, salah satunya adalah pengukuran kedalaman perairan.

Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh dapat digunakan untuk mendapatkan

informasi kondisi hidro oseanografi secara cepat dengan cakupan wilayah yang

luas.

Sirajuddin., dkk. 2008 mengungkapkan bahwa bentuk morfologi pulau yang

tingginya ± 1,7 m tersusun oleh endapan pasir dan kerikil karang, menampakkan

di bagian barat relatif terjal dengan kemiringan 50o – 60o. Hal ini diakibatkan oleh

aktivitas erosi gelombang di munson barat yang merombak dan menghempaskan

material sedimen ke bagian atas pulau, sehingga bagian barat pulau semakin

tinggi, sedang di bagian timur pulau pada dasar pantai akan mendapatkan

penimbunan sedimen, menyebabkan lereng pantai relatif landai. Terumbu

karang sebagai inti pulau merupakan terumbu purba yang telah mati akibat faktor

pendangkalan sehingga dapat muncul di permukaan laut, sebagian tertutup oleh

pecahan karang berupa pasir dan kerikil.

Page 41: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

29

Gambar 11. Peta batimetri kondisi surut

Page 42: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

30

D. Luasan Terumbu Karang

Berdasarkan dari hasil pengambilan data terumbu karang pada saat

Ground Truth dengan jumlah titik sampling sebanyak 50 titik tersebar di sekitar

perairan Pulau Kodingareng Keke secara acak (Lampran 3). Obyek – obyek yang

diamati berupa karang hidup, karang mati, lamun, pasir dan perairan dalam.

Pengamatan dilakukan dengan mengamati dasar perairan sepanjang 30 m,

sesuai dengan resolusi spasial citra Landsat-8.

Berdasarkan hasil pengolahan citra yang telah disesuaikan dengan hasil

pengamatan di lapangan maka di dapatkan luasan substrat perairan dangkal

pada pulau Kodingareng Keke yaitu seluas 47,52 ha pada kondisi pasang.

Luasan tersebut terbagi menjadi beberapa kategori, yaitu karang hidup 24,75 ha

(52,1 %), karang mati 11,16 ha (23,5 %), dan pasir 11,61 ha (24,4 %).

Kemudian dari hasil pengolahan citra pada kondisi surut dan telah

disesuaikan dengan hasil pengamatan di lapangan, maka didapatkan luasan

perairan dangkal pada Pulau Kodingareng Keke seluas 51,03 ha. Luas tersebut

terbagi antara lain luas karang hidup 28,26 ha (55,4 %), karang mati 11,16 ha

(21,9 %), pasir 10,8 ha (21,2 %) dan pasir terekspos 0,81 ha (1,6 %). Hal ini

ditunjukkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Selisih luasan terumbu karang perairan dangkal pada kondisi pasang

dan surut

Substrat

Luasan Substrat Selisih

Luas (ha) Pasang Surut

ha % ha %

Karang Hidup 24,75 52,1 28,26 55,4 -3,51

Karang Mati + Pecahan Karang

11,16 23,5 11,16 21,9 0

Pasir 11,61 24,4 10,8 21,2 0,81

Pasir Terekspos 0 0 0,81 1,6 -0,81

Total 47,52 51,03 -3,51

Page 43: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

31

Sesuai dengan keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 4

tahun 2001 tentang kriteria baku kerusakan terumbu karang, bahwa kondisi

terumbu karang pada pulau Kodingareng Keke yaitu termasuk dalam kategori

baik (50 % – 74,9 %). Hal ini disebabkan karena persentase luasan karang hidup

pada kondisi pasang dan surut lebih dari 50 %.

Hasil klasifikasi dasar terumbu karang pada perairan dangkal (Gambar 12

dan 13) menghasilkan jumlah piksel yang berbeda pada kondisi pasang dan

kondisi surut (Gambar 17). Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan nilai spektral

yang dipantulkan oleh obyek dasar perairan (Lampiran 4) . Pada Tabel 6

diuraikan bahwa jumlah piksel terbanyak adalah karang hidup sebanyak 275

piksel dengan nilai keabuan antara 0,14-0,155 pada kondisi pasang dan

sebanyak 314 piksel dengan nilai keabuan antara 0,12-0,139 pada kondisi surut.

Tabel 6. Jumlah dan warna piksel hasil klasifikasi terumbu karang pada peraian dangkal saat kondisi pasang dan surut

No. Klasifikasi Dasar Perairan Dangkal

Warna Piksel

Jumlah Piksel Kisaran Nilai Spektral

Pasang Surut Pasang Surut

1 Karang Hidup 275 314 0,14-0,155 0,12-0,139

2 Karang Mati dan Pecahan Karang 124 124 0,156-0,17 0,14-0,145

3 Pasir 129 120 0,171-0,19 0,146-0,16

4 Pasir Terekspos 0 9

0,161-0,19

Total

528 567

Page 44: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

32

Gambar 12. Peta tutupan terumbu karang pada kondisi pasang

Page 45: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

33

Gambar 13. Peta tutupan terumbu karang pada kondisi surut

Page 46: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

34

Berdasarkan dengan hasil pengambilan data terumbu karang di lapangan

yang kemudian digabungkan dengan hasil pengolahan citra makanya didapatkan

rata-rata kemunculan tiap kategori pada setiap kelas yang berbeda, seperti data

yang ditampilkan pada Tabel 3.

Tabel 7. Uji Ketelitian menggunakan Uji Kappa (Jensen, 2005)

Hasil Ground truth

Kla

sif

ikas

i C

itra

Kategori Karang Hidup

Karang Mati + Pecahan Karang Pasir Total

Karang Hidup 14 2 2 18

Karang Mati + Pecahan Karang 2 9 2 13

Pasir 1 3 15 19

Total 21 17 12 50

Berdasarkan hasil uji ketelitian pada Tabel 6 didapatkan bahwa nilai akurasi

dari metode ini sebesar 64,14 % (Lampiran 4). Uji ketelitian dalam penelitian

penginderaan jauh di bagi atas 3 yaitu jika K > 80 % nilai akurasi yang sangat

kuat (strong agreement), K = 40 – 80 % disebut nilai akurasi moderat (moderate

agreement) dan jika K < 40 % maka akurasinya kurang bagus (pooragreement).

(Jensen, 2005). Berdasarkan pernyataan tersebut maka tingkat ketelitian

penelitian ini masuk dalam kategori moderate agreement.

Menurut Nurdin, et. al. (2013) ketelitian dipengaruhi oleh beberapa faktor

seperti kondisi objek perairan pada saat perekaman citra dan kesalahan

pengambilan data di lapangan. Beberapa objek di dasar perairan pada keadaan

tertentu dapat memiliki reflektansi spektral yang mirip sehingga pada citra terlihat

sama, selain itu faktor kesalahan pengamat (human error) juga sangat

memengaruhi hasil pengambilan data lapangan.

Page 47: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

35

Gambar 14. Peta tutupan terumbu karang pada kondisi pasang dan surut

Page 48: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

36

Gambar 15. Penambahan luasan terumbu karang pada saat kondisi surut

Page 49: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

37

Berdasarkan hasil dari pengolahan citra landsat-8 pada kondisi pasang dan

kondisi surut, yang kemudian disesuaikan dengan hasil pengambilan data di

lapangan maka didapatkan luasan pada kondisi surut lebih luas daripada kondisi

pasang. Dimana luas perairan dangkal pada kondisi surut yaitu 51,03 ha,

sedangkan pada kondisi pasang seluas 47,52 ha. Sehingga selisih luasan antara

kondisi pasang dan surut adalah 3,51 ha.

Lokasi yang mengalami penambahan luasan pada kondisi surut yaitu pada

bagian sebelah timur pulau. Dan kategori substrat yang paling banyak

mengalami penambahan luasan yaitu kategori karang hidup. Kemudian luasan

pasir pada kondisi surut lebih kecil daripada kondisi pasang. Hal tersebut

disebabkan karena daratan yang pada saat surut mengalami perubahan kategori

menjadi pasir pada saat pasang.

Pasang surut merupakan parameter yang mempengaruhi hasil perhitungan

luasan substrat dikarenakan kedalaman saat keadaan pasang dan surut

berbeda. Kondisi kedalaman yang berbeda mempengaruhi hasil interpretasi citra

terhadap luasan, dimana kedalaman menjadi salah satu faktor pembatas pada

penginderaan jauh dalam mengidentifikasi obyek. Saat kondisi pasang,

ketinggian air menyebabkan cahaya yang masuk ke dalam kolom air semakin

sedikit sehingga pada kedalaman tertentu substrat tidak terdeteksi lagi oleh

satelit. Menurut Nurdin et al. (2008) citra hanya mampu menembus kolom air

dengan kedalaman maksimal hingga 10 - 12 meter.

Page 50: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

38

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Terumbu karang pada saat surut lebih luas daripada saat pasang di perairan

Kodingareng Keke, Kepulauan Spermonde. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil

pengamatan di lapangan dan hasil pengolahan citra satelit yang menyatakan

bahwa terumbu karang pada saat kondisi surut lebih luas 3,51 ha daripada luas

terumbu karang pada saat kondisi pasang.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka disarankan :

• Untuk penelitian pada terumbu karang yang menggunakan citra satelit, maka

data dasar yang harus diinformasikan adalah kondisi pasang surut saat

akuisisi citra satelit yang digunakan.

• Citra yang sebaiknya digunakan jika ingin melakukan survei luasan terumbu

karang disarankan untuk menggunakan citra satelit yang akuisisinya pada

saat kondisi surut, jika ingin mendapatkan cakupan area pendeteksian pada

perairan dangkal yang maksimal.

Page 51: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

39

DAFTAR PUSTAKA

Aggarwal, Shefali. 2003. Principles of Remote Sensing. Photogrammetry and Remote Sensing Division. Indian Institute of Remote Sensing. Dehra Dun.

Aitiando, Riza. 2008. Studi Perubahan Luasan Terumbu Karang Dengan Menggunakan Data Penginderaan Jauh di Perairan Bagian Barat Daya Pulau Moyo, Sumbawa. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Amin. 2009. Terumbu Karang ; Aset Yang Terancam. Akar Masalag dan Alternatif Solusi Penyelamatannya. UNISMA. Bekasi

Ardiansyah, 2015. Pengolahan Citra Penginderaan Jauh Menggunakan ENVI 5.1 dan ENVI LiDAR. LABSIG INDERAJA. Jakarta

Berhitu, Th. Pieter. 2011. Pemanfaatan Citra Pengindraan Jauh Untuk Pengelolaan Wilayah Pesisir Antai Kota Ambon Sebagai Kota Pantai. Jurnal Teknologi, Universitas Pattimura. Vol.8, No. 2, 2011 : 948-957.

Burke, Lauretta., Kathleen Reytar., Mark Spalding dan Allison Perry. 2012. Menengok Kembali Terumbu Karang yang Terancam di Segitiga Terumbu Karang. World Resources Institute

Ehses, Julia S. and John J. Rooney. 2015. Depth Derivation Using Multispectral WorldView-2 Satelite Imagery. NOAA Technical Memorandum. NOAA-TM-NMFS-PIFSC-46, 24 p.

Firman, Farid. 2011. Pemetaan Terumbu Karang Menggunakan Citra Alos di Pulau Kangean Kabupaten Sumenep. Universitas Trunojoyo. Madura

Haryono dan Sri Narni. 2004. Karakteristik Pasang Surut Laut di Pulau Jawa. UGM. Yogyakarta

Hukom. F.D. dan Daniel Pelasula. 2012. Baseline Studi Kondisi Terumbu Karang, Lamun dan Mangrove Di Perairan Pantai Utara Sebelah Timur (Lautem, s.d. Com) Timor Leste. ATSEA Project. Jakarta

Jensen, J. R. 2005. Introductory Digital Image Processing A Romete Sensing Prespective. Third Edition. Prentice Hall. New Jersey

Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan. 2004. Pedoman Umum Pengelolaan Terumbu Karang. Lampiran 1

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup. 2001. Kriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang. Lampiran 1

Lyzenga, David R. 1978. Passive Remote Sensing Techniques for Mapping

Water Depth and Bottom Features. Applied Optics. 17: 379-383.

Meygan, Dasita. 2016. Analisis Hasil Pengukuran Posisi Horizontal Kapal

Usv “Arossel” (Autonomous Remotely Operated Surface Vessel)

Page 52: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

40

Mengacu Standar Iho Untuk Pemetaan Batimetri Skala Besar. UGM.

Yogykarta.

Molidena, Elis dan Abd. Rahman As-syakur. 2012. Karakteristik Pola Spektral

Vegetasi Hutan dan Tanaman Industri Berdasarkan Data

Penginderaan Jauh. MAPIN XIX Tahun 2012 : 127-137.

Nontji, A., 1987. Laut Nusantara. Lembaga Oseanologi Nasional – LIPI.

Djambatan, Jakarta.

Nurdin, Nurjannah., Hermansyah Prasyad dan Muh. Akbar A.S. 2013. Dinamika

Spasial Terumbu Karang Pada Perairan Dangkal Menggunakan Citra

Landsat Di Pulau Langkai, Kepulauan Spermonde. Jurnal Ilmiah

Geomatika Volume 19. No. 2 Desember 2013 : 83-89.

Pariwono, J.I., 1989. Gaya Penggerak Pasang Surut. Dalam Pasang Surut.

Penyunting Ongkosongo dan Suyarso. Puslitbang Oseanologi LIPI.

Jakarta

Poerbandono dan Djunarsyah, E., 2005. Survey Hidrografi, PT. Refika Aditama,

Bandung

Rampengan. Royke.M., 2003. Tunggang Air Pasang Surut dan Muka Laut

Rata-Rata Di Perairan Sekitar Kota Bitung, Sulawesi Utara. Sulawesi

Utara. Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis Volume IX-1, April 2003.

Sirajuddin, Haerany., dkk. 2008. Analisis Perubahan Morfologi Pulau

Kodingareng Keke Berdasarkan Interpretasi Citra Landsat dan Spot.

UNHAS. Sulawesi Selatan

Siregar. V.P. 1996. Pemetaan Terumbu Karang Dengan Menggunakan Kombinasi Citra Satelit SPOT-1 Kanal XSI dan Kanal XS2 Aplikasi Pada Karang Congkak dan Karang Lebar di Kepulauan Seribu. Jakarta Utara. Buletin PSP Vol. 1 No. 1 Tahun 1996

Sitanggang, Gokmaria. 2010. Kajian Pemanfaatan Satelit Masa Depan : Sistem Penginderaan Jauh Satelit LDCM (Landsat – 8). Jakarta : Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Berita Dirgantara Volume 11 No. 2 Juni 2010: 47-58.

Sorokin, Y.L., 1993. Coral Reef Ecology. Springer-Verlag,Germany

Sudiono, Gatot. 2008. Analisis Pengelolaan Terumbu Karang Pada Kawasan Konservasi Laut Daerah (Kkld) Pulau Randayan Dan Sekitarnya Kabupaten Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat. Universitas Diponegoro. Semarang

Suharsono, 1996, Jenis-Jenis karang yang Umum Dijumpai di Perairan Indonesia. Proyek Penelitian dan Pengembangan Daerah Pantai P30-LPI, Jakarta.

Page 53: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

41

Suharsono. 1998. Condition of Coral Reef Resources in Indonesia. Indonesian Journal of Coastal and Marine Resources Management. PKSPL – IPB. Volume 1, No.2, pp. 44-52

Suwargana, Nana. 2014. Analisis Citra Alos Avnir-2 Untuk Pemetaan Terumbu Karang. LAPAN. Jawa Timur

Wyrtki, K. 1961. Physical oceanography of Southeqst Asian waters. Naga

report. Vol II, University of California, La Lolla.

Page 54: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

42 Lampiran 1. Data Pasang Surut dari Badan Informasi Geospasial (BIG)

Page 55: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

43

Page 56: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

44

Lampiran 2. Analisis Algoritma Lyzenga

Kondisi Surut

ROI

Mean Varian Band 2

Varian Band 3

Covarian Band2.Band3 a ki/kj Band 2 Band 3

1 119 227.67 646.86 3595.45 1445.27 -1.02 0.4084

2 86.33 160

3 95.5 170.75

4 127.5 248

5 153.17 294

6 130.5 255.25

7 98.4 197.2

8 106 214.5

9 125.69 261.31

10 134.78 265.22

11 110.23 228.46

12 116.25 242.5

13 139.75 291.08

14 126.62 264.38

15 122.4 260.6

16 166.42 350.92

17 145.11 306

18 125.71 254.43

19 104.25 212.87

20 130.6 265.6

21 126.62 252.25

22 121 249.33

23 155.2 328.6

24 180.83 389.83

25 157.67 331.67

26 68 106.67

27 147.67 262.83

28 146.33 298

29 141.33 284.33

30 172.25 362.75

Page 57: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

45

Kondisi Pasang

ROI

Mean Varian Band 2

Varian Band 3

Covarian Band2.Band3 a ki/kj Band 2 Band 3

1 11012.83 10099.50 457827.29 866272.44 600065.70 -0.34 0.7160

2 10601.50 9640.50

3 10797.00 9759.00

4 11190.25 10327.75

5 11707.17 10927.67

6 11260.38 10449.38

7 11123.20 10400.20

8 11353.13 10635.38

9 11770.92 11198.77

10 11889.67 11091.00

11 11707.23 11225.46

12 11658.33 11161.33

13 12276.67 11820.08

14 11706.38 11248.23

15 12195.90 11938.20

16 12812.50 12592.08

17 12330.89 11985.00

18 11336.29 10680.14

19 11251.25 10561.75

20 11508.80 10871.40

21 11338.25 10604.50

22 11798.67 11259.67

23 12654.80 12395.60

24 13175.17 13081.33

25 12707.00 12484.00

26 10295.33 9042.33

27 12064.83 10900.33

28 11838.67 11232.33

29 11610.00 10957.33

30 12641.25 12339.00

Page 58: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

46 Lampiran 3. Data Hasil Survei Terumbu Karang di Lapangan

Kategori Class 2 Class 3

RRA1 RRA3 RRA 33

RRA 36

RRA 38

RRA 39 RRA4

RRA 48 RRA5 RRA7 RRA12

RRA 14

RRA 17

RRA 30

RRA 42

RRA 43 RRA8 RRA9

HC 0 20 20 0 10 70 50 30 45 50 60 70 60 50 40 30 60 30

SC 0 0 20 30 30 10 10 10 20 10 0 0 0 20 25 20 10 0

A 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

OT 0 0 0 0 0 0 0 10 0 0 0 0 0 0 0 10 0 0

DC 60 0 30 60 40 0 5 20 0 0 30 20 20 10 15 10 0 0

DCA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

R 0 0 0 0 0 0 15 0 0 0 0 0 0 0 20 20 0 0

SP 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

S 40 80 30 10 20 20 20 30 35 40 10 10 20 20 10 10 30 70

SI 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Page 59: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

47

Kategori Class 4 Class 5 Class 6

RRA13 RRA35 RRA44 RRA6 RRA15 RRA40 RRA49 RRA11 RRA20 RRA34 RRA41 RRA45 RRA50

HC 30 20 20 70 30 20 20 20 70 20 20 30 20

SC 0 0 10 0 0 5 10 0 0 10 5 10 10

A 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

OT 0 0 10 0 0 0 10 0 0 0 0 0 10

DC 50 50 20 0 30 15 20 50 20 20 15 30 10

DCA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

R 0 0 20 0 0 60 30 0 0 30 50 20 10

SP 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

S 20 30 20 30 40 0 10 30 10 20 10 10 40

SI 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Kategori Class 7 Class 8 Class 9 Class 10

RRA 16

RRA 18

RRA 2

RRA 22

RRA 31

RRA 19

RRA 23

RRA 24

RRA 26

RRA 32

RRA 10

RRA 21

RRA 25

RRA 27

RRA 47

RRA 28

RRA 29

RRA 37

RRA 46

HC 20 70 20 20 10 60 40 30 20 40 30 20 40 50 30 20 30 0 20

SC 0 0 0 10 5 10 10 0 10 20 0 0 10 10 15 0 10 30 10

A 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

OT 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0

DC 50 10 10 60 10 20 30 40 50 10 0 40 30 20 20 20 10 0 20

DCA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

R 0 0 0 0 5 0 0 0 0 20 0 0 0 0 0 0 0 30 0

SP 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

S 30 20 70 10 70 10 20 30 20 10 70 40 20 20 30 60 50 40 50

SI 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Page 60: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

48 Lampiran 4. Peta Nilai Spektral tiap Pikse

Page 61: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

49

Page 62: ABSTRAK · 2017-10-14 · ABSTRAK Muh. Zoel Ikram Noer (L111 10 004) Analisis Luasan Terumbu Karang Berdasarkan Periodik Pasang Surut Menggunakan Citra Landsat Di Pulau Kodingareng

50

Lampiran 5. Analisis Uji Ketelitian

Hasil Ground truth

Kla

sif

ikas

i C

itra

Kategori Karang Hidup

Karang Mati + Pecahan Karang Pasir Total

Karang Hidup 14 2 2 18

Karang Mati + Pecahan Karang 2 9 2 13

Pasir 1 3 15 19

Total 21 17 12 50

Dimana N = 50

= (14+9+15) = 38

) = (18x21)+(13x17)+(19x12) = 827

Maka K =

=

=

= 0,64

= 64,14 %