ABSTRACT - i-lib.ugm.ac.id

7
Jumal Perlindungan Tanaman Indonesia, Vol. 14, No.2, 2008: 63 - 69 PENGARUH PERLAKUAN UAP AIR PANAS DENGAN SISTEM PEMANASAN TERBUKA TERHADAP KESEHATAN DAN VIABILITAS BENIH JAGUNG THE EFFECTS OF OPEN SYSTEM HOT VAPOR TREATMENT ON CORN-SEED HEALTH AND VIABILITY Singgih Kurniawan, Ani Widiastuti, dan Y.M.S. Maryudani* Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, UGM, Yogyakarta .Penulis untuk korespondensi. E-mail: [email protected] ABSTRACT The existence of seed-borne fungi could degrade the seed quality in its viability and may cause disease after planting. The aim of this research was to know the hot vapor treatment effectiveness in controlling that fungal disease and its influence to the viability of corn seed. The treatment effectiveness was measured based on the reduction of the fungal growth and sporulation on Potato Dextrose Agar (PDA), the fungal infection on seed, and not reduced the seed viability significantly after treatment. Hot vapor treatment was done in 50"C, 60"C, and 70"C temperature for 20 minutes and a control. The temperature treatments cover 5 minutes of antecedent treatment in the form of appliance warm-up until the target temperature obtained, I 0 minutes in the treatment drum and 5 minutes for resting time while the faucet is being shut down but the exhaust fan remain to be opened. Result of the research show that in vitro test of hot water vapor on 60"C and 70"C killed Aspergillus flavus, A. niger, Fusarium sp., and Penicillium sp. isolates. Both of the temperatures reduced the corn seed viability significantly. Infection of A. flavus still dominant in corn seed after treated on the three temperatures. The hot vapor treatment with 50"C is good for seed treatment of 408.9 g corn seed although the seed had been stored for about 9 months. Key words: corn seed, hot vapor treatment, seed health, viability INTISARI Adanya jamur terbawa benih dapat menurunkan viabilitas dan kemungkinan dapat menimbulkan penyakit setelah benih ditanam di lapangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan perlakuan uap air panas untuk mengendalikan jamur terbawa benih dan pengaruhnya terhadap viabilitas benih jagung. Keefektifan perlakuan diukur berdasarkan kekuatan mereduksi pertumbuhan koloni dan sporulasi jamur yang ditumbuhkan pada medium Potato DextroseAgar (PDA), tingkat infeksijamur pada biji dan tidak menurunkan viabilitas biji. Perlakuan ini menggunakan suhu 50°C, 60°C, dan 70°C selama 20 menit serta tanpa perlakuan sebagai kontrol. Lama perlakuan meliputi 5 menit perlakuan pendahuluan berupa pemanasan awal sampai suhu yang diinginkan, 10 menit untuk pemanasan drum perlakuan, dan 5 menit waktu istirahat yaitu kran uap air dimatikan tetapi kipas exhaust tetap dihidupkan. Hasil penelitian in vitro menunjukkan bahwa perlakuan uap air panas bersuhu 60°C dan 70°C mematikan isolat Aspergillus flavus, A. niger, Fusarium sp. dan Penicillium sp. Kedua suhu tersebut menurunkan viabilitas benih jagung secara nyata. Infeksi A. flavus masih dominan dalam benih jagung walaupun telah diperlakukan dengan ketiga macam suhu uap air panas. Perlakuan uap air panas bersuhu 50°C pada benih jagung sebanyak 408,9 g dapat dipilih sebagai perlakuan yang baik untuk benih jagung walaupun telah disimpan sekitar 9 bulan. Kata kunci: benih jagung, kesehatan benih, perlakuan uap air panas, viabilitas benih PENGANTAR Jagung merupakan salah satu komoditas pertanian penting karena merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian penduduk Indonesia dan ketersediaannya akan mempengaruhi kondisi sosial ekonomi masyarakat. Namun berbagai teknologi untuk memaksimalkan produksi jagung seringkali terganggu oleh serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) antara lain serangan jamur. Perlakuan benih mungkin menjadi cara paling murah dan terkadang paling aman untuk mengendalikan penyakit terbawa biji karena jumlah bagian tanaman yang diperlakukan dalam jumlah relatif kecil (Neergard, 1979).Menurut Clear et at. (2002) perlakuan panas, meliputi perlakuan air panas, panas matahari, uap air panas, dan radiasi, merupakan cara yang efektif untuk menekan patogen terbawa benih. Penggunaan suhu yang tidak terlalu tinggi mempunyai pengaruh yang baik dalam menghemat energi dan dapat selektif untuk mematikan mikroorganisme tertentu. Kalangan industri susu, anggur, dan bir telah lama menggunakan cara pasteurisasi dengan suhu 60°C-61 ,67°C/30 menit untuk mematikan patogen yang menyerang manusia dan mikroorganisme lain yang tidak dikehendaki keberadaannya (Baker, 1970).

Transcript of ABSTRACT - i-lib.ugm.ac.id

Jumal Perlindungan Tanaman Indonesia, Vol. 14, No.2, 2008: 63 - 69

PENGARUH PERLAKUAN UAP AIR PANAS DENGAN SISTEM PEMANASAN TERBUKATERHADAP KESEHATAN DAN VIABILITAS BENIH JAGUNG

THE EFFECTS OF OPEN SYSTEM HOT VAPOR TREATMENTON CORN-SEED HEALTH AND VIABILITY

Singgih Kurniawan, Ani Widiastuti, dan Y.M.S. Maryudani*Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan,Fakultas Pertanian, UGM, Yogyakarta

.Penulis untuk korespondensi. E-mail: [email protected]

ABSTRACT

The existence of seed-borne fungi could degrade the seed quality in its viability and may cause disease afterplanting. The aim of this research was to know the hot vapor treatment effectiveness in controlling that fungal diseaseand its influence to the viability of corn seed. The treatment effectiveness was measured based on the reduction of thefungal growth and sporulation on Potato Dextrose Agar (PDA), the fungal infection on seed, and not reduced the seedviability significantly after treatment. Hot vapor treatment was done in 50"C, 60"C, and 70"C temperature for 20minutes and a control. The temperature treatments cover 5 minutes of antecedent treatment in the form of appliancewarm-up until the target temperature obtained, I 0 minutes in the treatment drum and 5 minutes for resting time whilethe faucet is being shut down but the exhaust fan remain to be opened. Result of the research show that in vitro test ofhot water vapor on 60"C and 70"C killed Aspergillus flavus, A. niger, Fusarium sp., and Penicillium sp. isolates. Bothof the temperatures reduced the corn seed viability significantly. Infection of A. flavus still dominant in corn seed aftertreated on the three temperatures. The hot vapor treatment with 50"C is good for seed treatment of 408.9 g corn seedalthough the seed had been stored for about 9 months.

Key words: corn seed, hot vapor treatment, seed health, viability

INTISARI

Adanya jamur terbawa benih dapat menurunkan viabilitas dan kemungkinan dapat menimbulkan penyakit setelahbenih ditanam di lapangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan perlakuan uap air panas untukmengendalikanjamur terbawa benih dan pengaruhnya terhadap viabilitas benih jagung. Keefektifan perlakuan diukurberdasarkan kekuatan mereduksi pertumbuhan koloni dan sporulasi jamur yang ditumbuhkan pada medium PotatoDextroseAgar (PDA), tingkat infeksijamur pada biji dan tidak menurunkan viabilitas biji. Perlakuan ini menggunakansuhu 50°C, 60°C, dan 70°C selama 20 menit serta tanpa perlakuan sebagai kontrol. Lama perlakuan meliputi 5 menitperlakuan pendahuluan berupa pemanasan awal sampai suhu yang diinginkan, 10 menit untuk pemanasan drumperlakuan, dan 5 menit waktu istirahat yaitu kran uap air dimatikan tetapi kipas exhaust tetap dihidupkan. Hasilpenelitian in vitro menunjukkan bahwa perlakuan uap air panas bersuhu 60°C dan 70°Cmematikan isolat Aspergillusflavus, A. niger, Fusarium sp. dan Penicillium sp. Kedua suhu tersebut menurunkan viabilitas benih jagung secaranyata. Infeksi A. flavus masih dominan dalam benih jagung walaupun telah diperlakukan dengan ketiga macam suhuuap air panas. Perlakuan uap air panas bersuhu 50°C pada benih jagung sebanyak 408,9 g dapat dipilih sebagaiperlakuan yang baik untuk benih jagung walaupun telah disimpan sekitar 9 bulan.

Kata kunci: benih jagung, kesehatan benih, perlakuan uap air panas, viabilitas benih

PENGANTAR

Jagung merupakan salah satu komoditaspertanian penting karena merupakan bahan panganpokok bagi sebagian penduduk Indonesia danketersediaannya akan mempengaruhi kondisi sosialekonomi masyarakat. Namun berbagai teknologiuntuk memaksimalkan produksi jagung seringkaliterganggu oleh serangan organisme pengganggutanaman (OPT) antara lain serangan jamur.Perlakuan benih mungkin menjadi cara palingmurah dan terkadang paling aman untukmengendalikan penyakit terbawa biji karena jumlahbagian tanaman yang diperlakukan dalam jumlah

relatif kecil (Neergard, 1979).Menurut Clear et at.(2002) perlakuan panas, meliputi perlakuan airpanas, panas matahari, uap air panas, dan radiasi,merupakan cara yang efektif untuk menekanpatogen terbawa benih.

Penggunaan suhu yang tidak terlalu tinggimempunyai pengaruh yang baik dalam menghematenergi dan dapat selektif untuk mematikanmikroorganisme tertentu. Kalangan industri susu,anggur, dan bir telah lama menggunakan carapasteurisasi dengan suhu 60°C-61 ,67°C/30 menituntuk mematikan patogen yang menyerangmanusia dan mikroorganisme lain yang tidakdikehendaki keberadaannya (Baker, 1970).

64 Jumal Perlindungan Tanarmn Indonesia Vol. 14 No.2

Perlakuan benih dengan uap air panasberpengaruh lebih baik dari pada perlakuan denganair panas; dalam hal ini kadar air biji setelahperlakuan uap air panas lebih rendah daripadaperlakuan dengan air panas (Neergard, 1979).Penilaian mutu benih didasarkan pada viabilitasmeliputipersentase perkecambahan, vigor. (Sutopo,2004) dan berdasar kesehatan benih. Dalampenelitian ini perlakuan benih dengan uap air panasmendasarkan pada penghantaran kalor secarakonveksi dan konduksi dengan menggunakanevaporator (boiler) (Lewis, 1987);uap air panas iniakan memenetrasi biji jagung dan diharapkanmikroorganisme yang berada di dalamnya dapatmati namun mutu benih masih cukup tetjaga. Aliranuap air panas setelah memenetrasi biji jagung teruskeluar dari drum perlakuan ke udara melaluiexhaust fan maka perlakuan ini disebut dengansistem terbuka.

BAHAN DAN METODE

Pembuatan Alat Perlakuan Benih

Alat ini terdiri dari tabung boiler. Uap air dariboiler dialirkan menuju ke drum perlakuan melaluipipa yang diberi kran untuk mengatur jumlah uapair dan juga dipasang termometer untuk mengukursuhu uap air yang melewati pipa. Dalam drumperlakuan dipasang pipa penyalur uap air dan diatasnya ada baki berlubang-lubang tempat menaruhbiji jagung atau bahan lain. Drum ini dilengkapidengan exhaustfan untuk memperlancar aliran uap,membuang sisauap yang telah melewatibiji jagung,dan juga untuk mengontrol suhu perlakuan denganmemanfaatkan daya hisap exhaust fan yang diaturdengandimmer. Pada drum perlakuanjuga dipasangtermometer digital untuk mengukur suhu uap airdalam ruang perlakuan; bila suhu sudah terlalutinggi, suhu diturunkan dengan mengecilkan apikompor. Alat ini diamati kinerjanya denganparameter: stabilitas suhu, keseragaman suhu disela-sela biji jagung yang diperlakukan, kapasitasjumlah biji jagung sekali perlakuan, kontrol waktu,dan konsumsi energi.

Selanjutnya alat ini dipergunakan untuk melihatpengaruh uap air panas terhadap kadar air benih,viabilitas benih jagung, pertumbuhan isolat jamurdan infeksi jamur pada benih jagung.

Isolasi Jamur TerbawaBiji Jagung

Isolasijamur dari bijijagung putih varietas lokalTemanggung dengan medium DG-18 dilakukandengan metode dari Singh et al. (1991).

Perlakuan UapAir Panas pada Benih Jagung

Bijijagung sebanyak 400 gram atau isolatjamurdiperlakukan dengan uap air panas dalam drumperlakuan pada suhu 50°C, 60°C, dan 70°C selama20 menit; sebagai kontrol biji tidak diperlakukan.Lama perlakuan selama 20 menit tersebut meliputi:5 menit sebagai perlakuan pendahuluan berupapemanasan alat sampai suhu yang diinginkan, 10menit perlakuan biji, lalu 5 menit berikutnyasebagai waktu istirahat yaitu kran uap air ditutuptetapi exhaust fan tetap dihidupkan. Setelahperlakuan benih jagung selesai kemudian diuji:a) Perkecambahan benih pada kertas saring basah

dan vigor benih dengan metode kertas digulung(Sutopo, 2004).

b) Tingkat infeksijamur pada biji jagung.Setiap kelompok biji tersebut di atas

ditumbuhkan pada medium Potato Dextrose Agar(PDA) sebanyak 10biji per petridis dengan ulangan4 kali, diinkubasikan dalam ruang gelap/terang 12jam untuk diamati persentase biji terinfeksi jamurdan identifikasijamur yang tumbuh pada biji.

Perlakuan Uap Air Panas pada Isolat JamurTerbawaBenih Jagung secara In Vitro

Isolat-isolatjamur hasil isolasipada metodebutir2, ditumbuhkan pada medium PDA selamaseminggu pada suhu kamar lalu dipotong denganbor gabus; selanjutnya potongan biakan besertamediumnya dipindahkan pada kertas saring dalampetridis sebanyak 5 potong per petridis dengan 3ulangan. Berikutnyaisolat diperlakukandenganuapair panas pada berbagai suhu selama 20 menit;sebagai kontrol isolat tidak diperlakukan. Selesaiperlakuan isolat jamur dipindahkan ke mediumPDA, diinkubasikan dalam suhu kamar untukdiukur diameter koloni dan pada akhir pengamatandihitung kerapatan sporanya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Alat Perlakuan Benih dengan Uap Air PanasSistem Terbuka

Konsep alat perlakuan benih. Alat ini beketjadengan prinsip penghantaran kalor secara konveksidan konduksi dengan uap air panas sebagaimedium. Alat disebut dengan sistem terbuka(Gambar 1) karena sisa uap air panas setelahmelewati bahan (di sini berupa benih jagung)dialirkan keluar drum perlakuan, tidak digunakanlagi untuk pemanasan bahan.

Kinerja alat perlakuan uap air panas. Uap airsebagai media penghantar panas akan bergerakmelewati sela-sela biji dan memenetrasi biji jagung

Kurniawan et 01.: Pengaruh Perlakuan Uap Air Panas terhadap Kesehatan dan Viabilitas Benih Jagung 65

yang ditumpuk. Menurut Fosberg (2004) untukperlakuanjenis tumpuk, benih perlu diatur sehinggamembentuk tumpukan setebal sekitar I em.

Perubahan suhu perlakuan menunjukkantluktuasi (Gambar 2); keeenderungan tersebutterjadi karena eara mempertahankansuhupada suhutarget (50°C,600C,dan 70°C)dilakukandenganearamengeeilkan atau membesarkan api kompor sertamengatur bukaan kran pada pipa penyalur uap air;eara ini masih kurang efektif untuk mengontrolstabilitas suhu uap air untuk perlakuan.

Kelembapan relatifuap air pada lubang exhaust,pada perlakuan suhu 50°, 60°, dan 70°C terukur94%. Menurut Fosberg (2004) pada tingkatkelembapan >90% uap air memiliki daya penetrasiuntuk mematikan mikroorganisme.

Keseragaman suhu pada semua bagianperlakuan dapat terjadi karena benih jagung yangdiperlakukan ditumpuk setebal sekitar I em; namunde-ngan eara ini alat tersebut hanya mampu untukbenihjagung sebanyak sekitar 1268butir (408,9 g).Untuk skala pertanian alat ini perlu perbaikandesain. Pengendalian periode waktu perlakuandapat dilakukan sesuai dengan tiga fase perlakuan.Konsumsi energi gas untuk perlakuan benih seberat408,9 gram memerlukanbiaya sebesarRp 1.215,00.

Pengaruh uap air panas terhadap kadar air benihjagung bila dibandingkan antar suhu 50°C, 60°C,

E

B

F..........................-.......................

D

70°C tidak menunjukkan perbedaan yang nyata;namun bila dibandingkan dengan kontrol perlakuanpada 70°C menyebabkan kenaikan kadar air yangnyata. Namun demikian pada ketiga perlakuantersebut kadar aimya masih di bawah 14% berartibenih masih berada dalam kondisi penyimpananyang diijinkan (Tabel 2). Peningkatan kadar airbenih ini selain karena uap air panas dapatmemenetrasi jaringan benih, juga karena benihbersifat higroskopis. Peningkatan kadar air yangtidak terlalu besar tersebut nampaknya karena efekwaktu istirahat selama 5 menit dengan exhaustfantetap hidup.

Pengaruh Perlakuan Uap Air Panas terhadapViabilitasBenih Jagung

Pada uji viabilitas benih jagung digunakanparameter persentase perkeeambahan dan tingkatvigor (TabeI3). Benih biasa disebut bermutu tinggibila menunjukkan persentase perkeeambahan diatas 80% dengan vigor kuat. Menurut Delouehe &Baskin (1971), umur simpanjagung pada suhu 300Cpada kelembapan nisbi 75% adalah 6 minggu(Justice & Bass, 2002); dengan demikian benihjagung pada penelitian ini termasuk yang mutunyakurang baik. Benih tersebutdiambil dari benih yangtelah disimpan oleh petani sekitar 9 bulan dalamkondisi lingkungan penyimpanan yang tidakterkontrol. Pada Tabel 3 terlihat bahwa perlakuan

c

Gambar 1. Skema aliran uap air panas pada sistem pemanasan terbukaA. Boiler penghasil uap panasB. Drum perlakuanC. Aliran uap air panas melalui pipaD. Aliran uap air panas menyebar dalam drum perlakuanE. Uap air panas dibuang ke udara terbuka melalui exhaust fanF. Biji jagung ditumpuk seteball em

- --- - -

------

Jurnal Perlindungan Tanannn Indonesia Vol. 14 No.2

SUHU SO.C SUHU 6lfOC

12 J 4 S 6 7 I' 1011 12 IJI4 IS 1617 II 19:m

Waktu (menit)

1234567891OUUUUBMnU020

Waktu (menit)

Tabel I. Penilaian kinerja alat perlakuan benih dengan uap air panasNo Parameter Penilaian

1.2.3.4.5.

Stabilitas suhuKeseragaman suhu di semua benih yang diperlakukanKapasitas jumlah benih untuk sekali perlakuanKontrol waktuKonsumsi energi (gas)

+ : menunjukkan kemampuan- : tidak menunjukkan kemampuan

+

++

Keterangan:

Tabel 2. Kadar air (%) benih jagung diperlakukan dengan uap air panas pada tiga suhu berbeda

Perlakuan suhu *)60°C

13,17ab

50°C

Kadar air**) 12,93 a 13,10 abKeterangan: *) 3 ulangan

**) Data dianalisis setelah ditransformasi arc sin ..Jx

Kontrol*)700C

13,23 b

suhu uap air panas 50°C pengaruhnya terhadappenurunan perkecambahan dan tingkat vigor (c)lebih kecil daripada perlakuan dengan suhu 60°Cdan 70°C. Nampak di sini makin kuat suhu uap air,paparan panas ke dalam jaringan biji makin besar,akibatnya proses tisiologis perkecambahanterganggu.

Pengaruh Perlakuan Uap Air Panas terhadapJamur TerbawaBenih Jagung

Pada benih jagung yang ditumbuhkan padamedium DG-18 (Singh et al., 1991) ditemukan 4macam jamur yaitu Aspergillus jlavus, A. niger,Fusarium sp., dan Penicillium sp. Keempat isolatjamur tersebut kemudian diperlakukan dengan uap

66

110

,.,

a...,,;..= 30-==

U):m

10

0

70

60

50

=40

-== ]0

U)20

10

0

.70 /\6D / V'

a 50 .-/SUHU 700C= 4D-=

=U) 30

20

10

.1 2 :1 4 5 6 7 I 9 10 II 12 11 14 IS 16 17 II 19 20

Waktu (menit)

Gambar 2. Pergerakan suhu pada ruang perlakuan

Kurniawan et al.: Pcngaruh Pcrlakuan Uap Air Panas tcrhadap Kcschatan dan Viabilitas Bcnih Jagung 67

Tabel3. Perkecambahan (%) dan tingkat vigor (%) benihjagung pada perlakuan uap air panas dengan tigasuhu yang berbeda

Parameter (*) Kontrol50"C

Perlakuan suhu

60°C

73,33 e 41,67 be 21,67 ab 7,78 aPerkeearnbahan benih

Tingkat vigor (**):a) Matib) Less vigorc) Vigor

Keterangan:*) Data dianalisia setelah ditransformasi dengan arc sin ..Jx.

Angka yang diikuti dengan huruf yang sarna dalarn 1 baris rnenunjukkan tidak ada beda nyata pada taraf 5%.**) Tingkat vigor (Sutopo, 2004):

Mati: benih tidak berkeearnbah; Less vigor: benih berkeearnbah tetapi kurang kuat perturnbuhannya;Vigor: benih berkeearnbah dengan perturnbuhan kuat.

20,00 a34,44 a45,56 b

41,11 b33,33 a25,56 b

80,00 e10,00ab10,00 a

76,66 e14,45 ab7,78 a

Tabel 4. Diameter koloni (mm) jamur pada medium PDA setelah jamur diperlakukan uap air panas padaberbagai suhu

eterangan:*) 3 ulangan

Data dianalisis setelah data ditransformasi ..Jx.Angka yang diikuti hurufyang sarna dalarn 1bans rnenunjukkan tidak ada beda nyata rnenurut uji DMRT 5%.

Tabel 5. Kerapatan spora jamur (x I07/ml) pada medium PDA setelah jamur diperlakukan uap air panas padaberbagai suhu

Jarnur Kontrol (*)

Aspergillus j1avusA. nigerFusarium sp.Penicillium sp.

Keterangan:*) 3 ulangan; data dianalisis setelah data ditransformasi ..Jx.

Angka yang diikuti hurufyang sarna dalarn 1 bans rnenunjukkan tidak ada beda nyata rnenurut uji DMRT 5%.

83,6 b470,0 b470,0 b

17,2b

air panas (Tabel 4) lalu ditumbuhkan pada mediumPDA selama 6 han untuk diamati diameter kolonidan kerapatan sporanya.

Pengaruh suhu uap air panas terhadappertumbuhan koloni dan kerapatan spora (Tabel 4dan 5) terlihat bahwa pada A. niger yangdiperlakukan uap air panas suhu 50°C sudah mati;bagi Penicillium sp. suhu tersebut tidak adapengaruhnya sedang bagi Fusarium sp. dan A.flavus suhu tersebut sudah dapat menghambatpertumbuhan koloni dan sporulasinya walaupunpada A. flavus penghambatannya tidak nyata.

Perlakuan suhu (*)60°C

79,0 ab0,0 a0,0 a

24,1 b

0,0 a0,0 a0,0 a0,0 a

0,0 a0,0 a0,0 a0,0 a

Namun demikian pada perlakuan suhu 60°C dan70°C dapat menyebabkan kematian semua jamuryang diperlakukan.

Pengaruh Perlakukan Uap Air Panas terhadapPersentase Benih Jagung Terinfeksi Jamur

Pada benih jagung setelah diperlakukan denganuap air panas bersuhu 50°C, 60°C, dan 70°Ckemudian diuji dengan metode blottermenunjukkan bahwa infeksi A.flavus paling tinggidibandingkandengan infeksiA. niger, Fusarium sp.dan Penicillium sp. (Gambar 3) karena memangbenih jagung merupakan salah satu komoditas

- - -- - - - - - -

Jarnur Kontrol (*)Perlakuan suhu (*)

50°C 60"C 70°C

Aspergillusj1avus 33,0 e 13,8b 0,0 a 0,0 aA. niger 29,5 b 0,0 a 0,0 a 0,0 aFusarium sp. 17,0b 5,5 a 0,0 a 0,0 aPenicillium sp. 40,Ob 40,Ob 0.0 a 0,0 a

- - - - -- - - - - - -

68 Jumal Perlindungan Tanaman Indonesia Vol. 14 No.2

Perbkuan uap u panas (0C)

Gambar 3. Infeksi beberapa jamur pada benih jagung yang diperlakukan dengan uap air panas pada beberapasuhu

Kontrol (*)

Tabel 6. Persentase benih jagung berjamur setelah diperlakukan dengan uap air panas

Perlakuan suhu (*)60°C

Biji berjarnur (%) 57,533 c

Ketemngan:*) Data dianalisis setelah ditransformasi arc sin ..Jx.

Angka yang diikuti dengan huruf yang sarna dalarn I bans rnenunjukkan tidak ada beda nyata pada taraf 5%.

pertanian yang cocok untuk pertumbuhan A.flavus(Maryudani, 2000; Maryudani et ai., 200I)

Merujuk pada pengujian in vitro (Tabel4 dan 5),jamur A. flavus dan Penicillium sp. setelahmengalami pemanasan pada suhu 50°C baikpertumbuhan koloni maupun produksi spora lebihtinggi dibandingkan dengan A. niger dan Fusariumsp. sedang pada suhu 60°C dan 70°C semua jamurmati. Pada Gambar 3 terlihat bahwa infeksi semuajamur yang diuji mencapai jaringan dalam benihjagung, karena intensitas panas yang kontakdengan jamur lebih rendah daripada yang terjadipada uji in vitro. Akibatnya pada perlakuansuhu 60°C dan 70°C infeksi jamur tetap ada.Namun demikian perlakuan suhu tersebut telahmemengaruhi viabilitas biji (perkecambahan danvigor) turun secara nyata (Tabel 2). Dengandemikian pemanasan uap air suhu 50°C pada bijijagung yang telah tersimpan sekitar 9 bulan inidapat sebagai pilihan yang baik karena dapatmelemahkanjamur (Tabel4 dan 5) dan menurunkanpersentase infeksi jamur (Gambar 3, Tabel 6) sertapersentaseperkecambahandan vigor biji tidak turunsecara nyata (Tabel 2).

26,4 b

70°C

10,833 b a30,833 b

KESIMPULAN DAN SARAN

I. Uap air panas pada suhu 50°C dapat digunakanuntuk perlakuan benih jagung yang telahdisimpan sekitar 9 bulan.

2. Perlakuanuap airpanas pada suhu 60°Cdan 70°Cmematikan semua jamur yang diuji danmenurunkanviabilitasbenihjagung secaranyata.

3. Jamur Aspergillusflavus merupakanjamur yangmasih dominan keberadaannya pada benihjagung walaupun telah diperlakukandengan suhu50°C, 60°C, dan 70°C.

4. Pada penelitian ini suhu yang digunakan masihfluktuatif karena kontrol suhu hanyamenggunakan uliran kompor untuk membesardan mengecilkan api, dengan demikian masihperlu diperbaiki. Untuk keperluan pertanian alatini perlu didesain kembali supaya kapasitasnyalebih besar.

DAFTAR PUSTAKA

Baker, K.F. 1970. Selective Killing of SoilMicroorganisms by Aerated Steam, p. 234-239. InT.A. Tousson, R.v. Bega, & P.E. Nelson (eds.), RootDiseases and Soil-borne Pathogens. University ofCalifornia Press, Berkeley.

30Ii]Apergi/lusjlavus

25 Ell [;IAspergillus niger

2011

Ii Fusarium sp.es . I1!EI r;;JPeniJ:illiJDn sp.- .'" 15

E 10

5

0

Koutrol 50 60 70

Kurniawan et af.: Pcngaruh Pcrlakuan Uap Air Panas tcrhadap Kcschatan dan Viabilitas Bcnih Jagung

Clear, R.M., S.K. Patrick, T.K. Turkington, & R.Wallis. 2002. Effect of Dry Heat Treatmenton SeedBorn 3 Fusarium graminearum and Other CerealPathogens. Plant Pathology 24: 489-498.

Fosberg, G. 2004. Control of Cereal Seed-borneDiseases by Hot Humid Air Seed Treatment.Swedish University of Agriculture Sciences.Doctoral Thesis.

Justice, O.L. & L.N. Bass. 2002. Prinsip danPraktek Penyimpanan Benih. Raja GrafindoPersada, Jakarta. Alih bahasa: R. Roesli. 446 p.

Lewis, M.J. 1987.Physical Properties of Food andFood Processing Systems. Ellis Horwood Ltd. &V.e.H. Verlagsgegesallchaft, Chichester. England.465 p.

Maryudani, Y.M.S. 2000. Skrining Aspergillusjlavus Isolat Jagung dengan Enzyme LinkedImmunosorbent Assay. Mediagama 3: 37-44.

69

Maryudani, Y.M.S., A. Wibowo, S. Somowiryo, O.Suherman, & S. Rahamma, 2001. Pemilihan BijiJagung Tahan Aspergillus jlavus. p. 84-87.Prosiding Kongres XVI dan Seminar Nasional PFI.Bogor 22-24 Agustus 200 I.

Neergard, P. 1979. Seed Pathology. Vol. I. MacMillan Press, London. 839 p.

Singh, K., J.e. Frisvad, U. Thrane, & S.B. Mathur.1991. An Illustrated Manual on Identification ofSome Seed-borne Aspergilli, Fusaria, Penicillia andtheir Mycotoxins. Danish Government Institute,Hellerup, Denmark. 133 p.

Sutopo, L. 2004. Teknologi Benih. Raja GrafindoPersada, Malang. 161 p.