Abses Skrotum Dan Fornier Gangren

19
Abses Skrotum merupakan salah satu kasus dalam bidang urologi yang harus segera ditangani untuk mencegah terjadinya kerusakan pada testis dan terjadinya Fournier’s gangrene. Abses Srotum adalah kumpulan purulen pada ruang diantara tunika vaginalis parietalis dan viseralis yang berada mengelilingi Testis [1] Abses skrotum,terjadi apabila terjadi infeksi bakteri dalam skrotum. Bakteri dapat menyebar dari kandung kemih atau uretra atau dapat berasal dari penyakit menular seksual (PMS). Apabila bila tidak diobati, infeksi dapat mengakibatkan terjadinya abses skrotum. [2] Abses Skrotum terjadi akibat suatu infeksi,dan membutuhkan tindakan pembedahan. Pembentukan abses merupakan suatu komplikasi dari abses pelvis,dan komplikasi dari infeksi pada suatu luka. Abses Skrotum dapat terjadi superficial maupun intraskrotal. Skrotum merupakan kelanjutan dari lapisan dinding perut. Isi skrotum terdiri dari testis, epididimis, dan struktur korda spermatika. [2]

description

fdxfxf

Transcript of Abses Skrotum Dan Fornier Gangren

Abses Skrotum merupakan salah satu kasus dalam bidang urologi yang harus segera ditangani untuk mencegah terjadinya kerusakan pada testis dan terjadinya Fourniers gangrene. Abses Srotum adalah kumpulan purulen pada ruang diantara tunika vaginalis parietalis dan viseralis yang berada mengelilingi Testis[1] Abses skrotum,terjadi apabila terjadi infeksi bakteri dalam skrotum. Bakteri dapat menyebar dari kandung kemih atau uretra atau dapat berasal dari penyakit menular seksual (PMS). Apabila bila tidak diobati, infeksi dapat mengakibatkan terjadinya abses skrotum.[2]Abses Skrotum terjadi akibat suatu infeksi,dan membutuhkan tindakan pembedahan. Pembentukan abses merupakan suatu komplikasi dari abses pelvis,dan komplikasi dari infeksi pada suatu luka. Abses Skrotum dapat terjadi superficial maupun intraskrotal. Skrotum merupakan kelanjutan dari lapisan dinding perut. Isi skrotum terdiri dari testis, epididimis, dan struktur korda spermatika.[2]

Anatomi skrotumStruktur luar dari sistem reproduksi pria terdiri dari penis dan skrotum( kantung zakar). Struktur dalamnya terdiri dari: sepasang testis,epididimis dan vas deferens. Sedangkan kelenjar tambahan terdiri dari: vesikula seminalis,kelenjar prostat,dan bulbourethralis. Skrotum merupakan kantong longgar yang tersusun dari: kulit,fasia,dan otot polos yang membungkus dan melindungi testis di luar tubuh dan pada suhu optimum berfungsi untuk memproduksi sperma.3Skrotum juga merupakan sebuah kantong dari jaringan fibromuskular yang terdapat septum atau sekat dibagian tengahnya yang memisahkan skrotum kiri dan kanan. Setiap skrotum terdiri dari: testis,epididimis dan bagian dari spermatic cord.

Gambar lapisan kulit skrotum dan testis

Lapisan pada skrotum terdiri dari: kulit skrotum, muskulus Dartos (kelanjutan dari fasia colles), fascia spermatic external (kelanjutan dari apponeurosis dari muskulus oblikus abdominus eksternus),fascia cremasteric (kelanjutan dari muskulus oblikus abdominus internus), dan fascia spermatica internal (kelanjutan dari muskulus transversalis),yang mana bagian luarnya berhubungan dengan lapisan parietal dari tunika vaginalis,lapisan visceral dari tunika vaginalis yang melekat pada testis.2Kulit dan muskulus dartos pada skrotum disuplai oleh cabang arteri pudendal interna pada daerah perineal,dan pudendal external yang merupakan cabang dari arteri femoralis. Bagian paling dalam dari muskulus dartos disuplai oleh arteri cremasterica yang merupakan cabang dari arteri epigastrika inferior.Vena pada skrotum berjalan bersama-sama dengan arteri,yang menuju ke vena pudendal externa dan setelah itu ke vena safena magna. Aliran sistem limfatik pada kulit skrotum dimulai dari pembuluh darah pudendal externa ke pembuluh limfe secara superficial pada inguinal medial. Pada skrotum banyak terdapat saraf sensorik yang disuplai oleh saraf genitofemoralis (pada permukaan skrotum bagian anterior dan lateral), saraf ilioinguinal (permukaan anterior skrotum),dan oleh percabangan nervus perineal (permukaan skrotum bagian posterior). Percabangan dari nervus cutaneus femoral posterior(permukaan inferior skrotum).3Skrotum merupakan sebuah kantong yang mempunyai isi. Isi dari skrotum terdiri dari: Testis Testis berbentuk lonjong dengan ukuran sebesar buah zaitun dan terletak di dalam skrotum. Biasanya testis kiri agak lebih rendah dari testis kanan. Testis merupakan organ reproductive primer pada pria dan memproduksi testosterone dan sperma. Setiap testis mempunyai panjang: 4-5 cm.

Gambar Testis:

Testis bagian dalam terbagi atas lobus yang terdiri dari tubulus seminiferus,sel-sel sertoli,dan sel-sel leydig. Setiap testis dibungkus oleh :tunika vaginalis testis,tunika albuginea,tunika vaskulosa.2 Epididimis Struktur berbentuk huruf C yang berada disisi posterior testis dan membesar dari bagian caput,corpus dan cauda. Tunika vaginalis membungkus epididimis kecuali pada bagian posterior.[3] Vaskularisasi dan inervasi epididimis sama dengan testis. Epididimis juga merupakan tuba terlilit yang panjangnya mencapai 20 kaki atau 4m-6m.4Epididimis terdiri dari kepala yang terletak di atas katup-kutup testis, badan dan ekor epididimis sebagian ditutupi oleh lapisan visceral, lapisan ini pada mediastinum menjadi lapisan parietal. Saluran epididimis dikelilingi oleh jaringan ikat, Duktuli efferent yang merupakan bagian dari kaput (kepala) epididimis.Gambar epididimis:2

Cross-section illustration of a testicle and epididymis. A: Caput or head of the epididymis. B: Corpus or body of the epididymis. C: Cauda or tail of the epididymis. D: Vas deferens. E: Testicle. Illustration by David Schumick, BS, CMI. Reprinted with the permission of the Cleveland Clinic Center for Medical Art and Photography 2009. Vas Deferens Merupakan kelanjutan dari epididimis dengan panjang 30-45 cm dan berfungsi untuk membawa sperma ke duktus ejakulatorius. Lilitan portio dari duktus deferens menjadi lurus dengan diameter 2-3 mm,kemudian berjalan ke posterior dari testis dan ke arah medial epididimis sesudah itu ke duktus asendens pada bagian posterior dari spermatic cord sampai pada daerah cincin inguinal medial yang mana berperan dalam pembentukan spermatic cord.3Perjalanan duktus deferens sepanjang lateral dinding pelvik,medial,dan distal ureter,sepanjang dinding posterior dari buli-buli sampai pada vesika seminalis dan bagian dorsal dari prostat. Duktus deferens mempunyai arteri yang biasanya berasal dari arteri vesikal superior. Dengan aliran vena ke pelvik pleksus venosus. Aliran limfe pada duktus deferens menuju ke nodus iliaka eksternal dan internal,dan inervasi utamanya adalah saraf simpatis dari pleksus pelvik.3 Spermatic CordMerupakan perpanjangan dari cincin inguinal yang ,menuju ke kanalis inguinalisdan ke testis. Urutan lapisan spermatic cord dari luar ke dalam: fascia spermatic eksterna(berasal dari fascia terdalam dari muskulus oblikus abdominalis eksterna,fascia Cremasterika(dari muskulus oblikus interna),dan fascia spermatic interna(dari fascia tranversalis). Struktur pambentuk spermatic cord terdiri dari:duktus deferens,hubungan pembuluh darah dan persarafan(dinding posterior dari cord),arteri testikularis,pleksus venosus pampiniformis. Akhirnya membentuk vena testikularis,dan percabangan genital dari nervus genitofemoral.3

Gambar spermatic cord dan komponennya:

VI.EpidemiologiPada sumber tertentu menyebutkan bahwa Abses skrotum adalah suatu kondisi langka di usia anak.[9] dan penyakit ini lebih banyak terjadi pada pria yang aktif. Abses skrotum banyak ditemukan pada pasien yang menderita diabetes mellitus.[8]VII.PatofisiologiSkrotum berkembang sebagai bagian dari rongga perut, dan prosesus vaginalis tetap paten 80-90% dari bayi yang baru lahir, dan secara bertahap menurun sampai 15-37% selamadewasa.[11]pada beberapa penyakit infeksi yang terjadi intraabdominal mungkin menemukan jalan ke skrotum melalui PPV(Paten Prosesus Vaginalis)[11]

Abses skrotum terjadi karena adanya infeksi yang menyebabkan terkumpulnya cairan dalams tunika vaginalis. Epididimitis dan orchitis mengakibatkan terjadinya akumulasi abses yang mengganggu suplai darah ke testicular,terutama menimbulkan infeksi dan infark testicular,sehingga terjadi ruptur pada tunika albugenia. Trauma dapat mengakibatkan terjadinya infeksi dan menimbulkan akumulasi abses , apabila bakteri masuk dan merusak kulit sampai terjadinya hidrocel. Setelah infeksi intra-abdomen maka terjadi ,mekanisme pembentukan abses maka dengan cepat terjadi penyebaran bakteri dari abdomen ke skrotum melalui prosesus vaginalis.[8] VIII.Manifestasi KlinikPada pasien yang mengalami abses skrotum mungkin memiliki gejala yang berkaitan dengan etiologi abses seperti gejala infeksi saluran kemih atau penyakit menular seksual, seperti frekuensi, urgensi, disuria,dan ukuran penis.[3] Diagnosis abses skrotum sering ditegakan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Skrotum sering eritema dan terjadi peradangan selain itu dapat teraba fluktuasi pada skrotum.[3] Anamnesis Dari anamnesis dapat di temukan: pasien yang baru menderita epididimitis atau orchitis namun tidak menjalani pengobatan secara teratur,komplikasi dari perforasi appendisitis, komplikasi dari operasi,sirkumsisi,vasektomi dan Chrons disease.[8] Pasien datang dengan keluhan nyeri dan dapat pula disertai dengan demam. Hal ini juga dapat terjadi pada pasien yang telah di drainase atau pada pasien dengan gejala massa pada testis.[8] Pasien biasanya mengeluh rasa sakit skrotum yang hebat, kemerahan, panas, nyeri dan toksisitas sistemik termasuk demam dan leukositosis. Pasien mungkin atau tidak mengeluh muntah. Gambar abses skrotum pada anak:[12]

Apabila terjadi trauma pada skrotum maka dapat ditemukan gambaran klinis : Nyeri akut pada skrotum, pembengkakan, memar, dan kerusakan akibat cedera kulit skrotum yang merupakan gejala klinis utama. Bahkan dapat terjadi pada luka terisolasi/tertutup, sakit perut, mual, muntah, dan dapat menimbulkan kesulitan berkemih.[10]

Pemeriksaan FisikPemeriksaan ini sangat membantu karena ditemukan skrotum teraba lembut atau kenyal. Pada pemeriksan fisik dapat ditemukan: bengkak pada skrotum,tidak keras,dan merah pada skrotum,dan dapat menjadi fluktuan. Selain itu palpasi pada testis untuk menentukan epididimo-orchitis dan gejala karsinoma testis.[13] Pada pemeriksaan skrotum dapat juga menggambarkan ukuran,karakteristik,dan massa yang terjadi pada testis.[14]Adanya pembesaran pasa skrotum bisa berhubungan dengan pembesaran testis atau epididimis,hernia,varikokel,spermatokel,dan hidrokel. Pembesaran pada testis dapat disebabkan oleh tumor atau peradangan. Pembesaran pada skrotum yang nyeri dapat disebabkan oleh peradangan akut epididimis atau testis,torsio korda spermatika,atau hernia strangulata. Apabila skrotum membesar dan dicurigai hidrokel maka dapat dilakukan tes transluminasi.[15]IX.Pemeriksaan penunjang Laboratorium 1. Pada pemeriksaan laboratorium biasanya ditemukan peningkatan sel darah putih(leukosit) yang diakibatkan oleh terjadinnya inflamasi atau infeksi pada skrotum.2. Selain itu dapat dilakukan Kultur urin dan pewarnaan gram untuk mengetahui kuman penyebab infeksi. 3. Analisa urin untuk melihat apakah disertai pyuria atau tidak 4. Tes penyaringan untuk klamidia dan gonorhoeae. 5. Kultur darah bila dicurigai telah terjadi infeksi sistemik pada penderita UltrasonografiPada pemeriksaan Ultrasonografi pyocele akan memberikan gambaran yang lebih parah, Hal itu membedakan dari hidrocele. Septa atau lokulasi, level cairan menggambarkan permukaan dari hidrocele /pyocele,dan gas pada pembentukan organisme. Pemeriksaan USG biasanya menunjukankan akumulasi cairan ringan dengan gambaran internal atau lesi hypoechoic yang diserai dengan isi skrotum normal atau bengkak.[9]USG skrotum sangat membantu dalam mendiagnosis abses intraskrotal terutama jika ada massa inflamasi. USG skrotum dapat menggambarkan perluasan abses ke dinding skrotum, epididimis, dan atau testis.[3] USG skrotum adalah tambahan yang berguna untuk mendiagnosis dan pemeriksaan fisik dalam penilaian abses skrotum. Hal ini memungkinkan untuk lokalisasi abses skrotum serta evaluasi vaskularisasi dari epididimis dan testis, yang mungkin terlibat.[3]

Gambar:{dikutip dari kepustakaan 3} Scrotal sonogram showing the testes adjacent to the inflamed epididymis with a reactive hydrocele.

CT-Scan CT Scan juga dapat digunakan untuk melihat adanya penyebaran abses.[8]Pemeriksaan Real-time ultrasound harus dilakukan jika terjadi fraktur,dan harus ditangani dengan eksplorasi skrotal. Testis yang mengalami kontusio biasanya memberikan respon yang baik terhadap istirahat dan analgesia.[16]

PenangananManajemen abses intrascrotal, terlepas dari penyebabnya, memerlukan drainase bedah dimana rongga abses harus dibuka dan dikeringkan, termasuk testis jika terlibat. Rongga harus dibiarkan terbuka. Abses Superficial juga memerlukan insisi dan drainase.3 Dapat dilakukan drainase dan pertimbangan untuk orkidoctomy yang diikuti dengan pemberian agen antimicrobial untuk abses intratestikular. Abses skrotum yang terjadi superficial dapat ditangani dengan insisi dan drainase. Tidak ada kontraindikasi terhadap drainase abses intrascrotal,selain pada pasien yang terlalu sakit untuk menahan operasi. Pasien dengan gangren Fournier (necrotizing fasciitis) membutuhkan penanganan yang cepat.Abses skrotum Superfisial, yang terbatas pada dinding skrotum, sering dapat diobati dengan infiltrasi kulit sekitar abses dan kemudian menggores diatas abses dengan pisau sampai rongga dibuka dan dikeringkan. Rongga tersebut kemudian dibiarkan untuk tetap terbuka dan dikeringkan.Sayatan dan drainase abses intrascrotal biasanya dilakukan dengan anestesi umum. Kulit yang, melapisi area fluktuasi massa.Pada Jaringan subkutan digunakan elektrokauter sampai ditemui tunika vagina.3Jaringan devitalized, termasuk epididimis dan testis dilakukan debridement. Luka skrotum dibiarkan terbuka dan dikeringkan untuk mencegah berulangnya abses.3Gambar:{dikutip dari kepustakaan 11} Scrotal drainage following groin exploration.Langkah-langkah penanganan abses skrotum:3 Anestesi Sayatan dan drainase abses skrotum yang dangkal sering dapat dilakukan dengan infiltrasi daerah abses dengan anestesi intravena. Pengobatan bedah pada abses intrascrotal sering memerlukan anestesi umum atau spinal. Pasien dengan gangren Fournier (necrotizing fasciitis) sering dieksplorasi di bawah anestesi umum sesuai keparahan penyakit dan luasnya potensi penyakit. Gangren Fournier merupakan nekrosis dan fasikulitis pada perineum atau daerah kelamin laki-laki,yang merupakan tanda awal gangguan pada skrotum.17 Pasien-pasien ini memerlukan resusitasi agresif dan institusi antibiotik spektrum luas yang mencakup kedua organisme aerobik dan anaerobik. Peralatan Instrumentasi yang diperlukan untuk pengobatan abses intrascrotal adalah bahwa banyak digunakan untuk berbagai eksplorasi bedah. Rongga luka harus dibiarkan terbuka dan dikemas atau dibersihkan. Cystoscopt A harus tersedia untuk menyingkirkan patologi uretra sebagai sumber infeksi serta instrumentasi untuk sigmoidoskopi /anoskopis untuk menyingkirkan sumber anorektal penyakit.2.8.1 Penanganan pasca-pembedahan:Setelah eksplorasi bedah awal, luka skrotum di jaga secara teratur untuk mencegah akumulasi materi purulen dan debridement jaringan devitalized. Menjaga luka terbuka memungkinkan untuk granulat dari dasar, mencegah terjadinya luka tertutup sehingga mencegah terjadinya infeksi sekunder. Terapi antibiotik pascaoperasi harus disesuaikan dengan kultur urin dan sensitivitas luka dan harus dilanjutkan sampai infeksi teratasi.[3]2.9 KomplikasiApabila abses skrotum tidak ditangani dengan baik maka dapat menyebabkan Fourniers gangrene,yaitu: nekrosis pada kulit skrotum,dan merupakan kasus kegawatdaruratan[1]. Fournier gangren (necrotizing fasciitis) dapat menyebabkan kehilangan jaringan yang signifikan memerlukan pencangkokan kulit berikutnya untuk skrotum,serta hilangnya kulit perut dan perineum. Individu mungkin memerlukan penempatan tabung suprapubik untuk pengalihan cara berkemih serta kolostomi.