Abortus NEW

10
DEFINISI Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun sebelum janin mampu bertahan hidup. Atau definisi lain yang sering digunakan adalah keluarnya janin-neonatus yang beratnya kurang dari 500 gram atau usia kehamilan kurang dari 20 minggu (Cunningham, 2005). EPIDEMIOLOGI Sembilan puluh persen kasus abortus terjadi pada trimester pertama pada kehamilan (Chan dan Johnson, 2008). Di Indonesia, kejadian abortus spontan diperkirakan sebanyak 10-15%. Sekitar 12-15% kehamilan secara klinis berakhir dengan abortus spontan pada usia kehamilan 4-20 minggu. Abortus spontan merupakan kejadian yang paling sering terjadi dengan insidens 50% dari semua kehamilan. Penyebab dari abortus ini adalah kelainan kromosom, faktor endokrin, faktor inkompetensi serviks, imunologik dan infeksi, dan kelainan uterus. ETIOLOGI 1. Faktor janin Abnormalitas kromosom adalah hal yang utama pada embrio dan janin yang mengalami abortus spontan, serta merupakan sebagian besar dari kegagalan kehamilan dini. Kelainan dalam jumlah kromosom (autosomal trisomy, monosomy X dan polyploidy ) lebih sering dijumpai

description

Abortus

Transcript of Abortus NEW

Page 1: Abortus NEW

DEFINISI

Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun sebelum janin mampu

bertahan hidup. Atau definisi lain yang sering digunakan adalah keluarnya janin-neonatus yang

beratnya kurang dari 500 gram atau usia kehamilan kurang dari 20 minggu (Cunningham, 2005).

EPIDEMIOLOGI

Sembilan puluh persen kasus abortus terjadi pada trimester pertama pada kehamilan

(Chan dan Johnson, 2008). Di Indonesia, kejadian abortus spontan diperkirakan sebanyak 10-

15%.

Sekitar 12-15% kehamilan secara klinis berakhir dengan abortus spontan pada usia

kehamilan 4-20 minggu. Abortus spontan merupakan kejadian yang paling sering terjadi dengan

insidens 50% dari semua kehamilan. Penyebab dari abortus ini adalah kelainan kromosom, faktor

endokrin, faktor inkompetensi serviks, imunologik dan infeksi, dan kelainan uterus.

ETIOLOGI

1. Faktor janin

Abnormalitas kromosom adalah hal yang utama pada embrio dan janin

yang mengalami abortus spontan, serta merupakan sebagian besar dari kegagalan

kehamilan dini. Kelainan dalam jumlah kromosom (autosomal trisomy, monosomy X dan

polyploidy ) lebih sering dijumpai daripada kelainan struktur kromosom. Abnormalitas

kromosom secara struktural dapatditurunkan oleh salah satu dari kedua orang tuanya

yang menjadi pembawa

abnormalitas tersebut (Cunningham et al., 2005).

2. Faktor ibu:

a. Infeksi (Treponema pallidum, Chlamydia trachomatis, Neisseria gonorrhoeae,

Streptococcus agalactiae, herpes simplex virus, cytomegalovirus, and Listeria

monocytogenes)

Page 2: Abortus NEW

b. Penyakit lain (kelainan endokrin: hipertiroid dan diabetes mellitus yang tidak

terkontrol, kelainan kardiovaskular: hipertensi atau penyakit gnjal, dan penyakit

jaringan ikat: SLE)

c. Malnutrisi berat

d. Pemakaian obat dan faktor lingkungan (tembakau, alkohol, kafein, radiasi,

kontrasepsi, toksin lingkungan)

e. Faktor imunologis (faktor autoimun, faktor aloimun)

f. Trombofilia herediter

g. Gamet yang menua

h. Laparatomi

a. Trauma (trauma langsung: cedera pada uterus dari luka tembak, atau trauma tidak

langsung: operasi pengangkaan uterus yang mengandung korpus luteum)

i. Cacat uterus (kelainan kongenital (distorsi) atau mengecilnya ukuran kavitas

uterus (unikomuat, bikomuat, septauterus), kelainan yang berhubungan dengan

dietilstilbestrol (T-shaped atau uterus hipoplastik dan juga mioma mukosa atau

intramural, bekas luka pada kavitas uterus pada dilatasi&kuretasem Asherman’s

syndrome, miomektomi)

j. Serviks inkompeten

3. Faktor ayah

Translokasi kromosom pada sperma dapat menyebabkan abortus.

FAKTOR RESIKO

1. Usia ibu yang lanjut

2. Riwayat Obstetri/ ginekologi yang kurang baik

3. Riwayat infertilitas

4. Adanya penyakit yang menyertai kehamilan ( Diabetes meilitus, penyakit imunologik

sistemik)

5. Berbagai macam infeksi ( variola, CMV, toxoplasma )

6. Paparan dengan bebrbagai macam zat kimia ( rokok, obat-obatan, alcohol, radiasi)

Page 3: Abortus NEW

7. Trauma abdomen / pelvis pada trimester pertama

8. Kelainan kromosom (trisomi/monosomi)

Dari aspek biologi molekuler, kelainan kromosom ternyata paling sering dan paling

berhubungan dengan terjadinya abortus.

PATOLOGI

Pada aborsi spontan, perdarahan pada desidua basalis sering terjadi. Nekrosis dan

inflamasi muncul pada area implantasi. Kehamilan menjadi lepas sebagian atau seluruhnya.

Kontraksi uterus dan dilatasi serviks menunjukan adanya pengeluaran paksa dari sebagian atau

seluruh hasil konsepsi.

DIAGNOSIS

Tiap wanita pada usia reproduktif yang mengalami dua dari tiga gejala ( perdarahan pada

vagina, nyeri pada abdomen bawah, riwayat amenorea) harus dipikirkan kemungkinan terjadinya

abortus (WHO, 2004).

Pada pemeriksaan Ultrasonografi penting untuk mengidentifikasikan status kehamilan

dan memastikan bahwa suatu kehamilan adalah intrauterine.

Page 4: Abortus NEW
Page 5: Abortus NEW

KLASIFIKASI ABORTUS

a. Threatened Abortion (Abortus Iminens)

Merupakan abortus yang mengancam, atau yang akan terjadi. Sekitar 25%

kejadian perdarahan berupa threatened abortion.

Pemeriksaan :

Pemeriksaan -Hcg

Pemeriksaan fisik untuk mencari sumber perdarahan

Pemeriksaan ultrasonografi untuk menilai ada tidaknya kantong gestasi. USG

transabdominal dapat mengetahui masih ada atau tidaknya kantung gestasi jika -

Hcg kuantitatif mencapai 5000-6000 IU/ml. Pada USG tranvaginal dapat

dideteksi lebih awal, yaitu pada kadar -Hcg 1500 IU/ml. Biasanya terlihat

kantung ketuban masih baik serta terdapat tanda-tanda kehidupan janin.

b. Inevitable Abortion (Abortus Insipiens)

Merupakan abortus yang tidak dapat dicegah, yaitu terjadi setelah dilatasi serviks

dan ketuban udah pecah. Keadaan ini umumnya diikti oleh pengeiuaran hasil konsepsi.

c. Incomplete Abortion

Page 6: Abortus NEW

Merupakan keluarnya sebagian hasil konsepsi dari uterus. Pada usia kehamilan

kurang dari 10 minggu, maka janin dan plasenta dapat keluar secara bersamaan,

sementara pada usia kehamilan lebih dari 10 minggu, janin dan plasenta dapat keluar

terpisah sehingga meninggalkan sisa konsepsi di dalam uterus. Sisa jaringan ini dapat

menyebabkan rasa nyeri dan perdarahan.

Gambar 1. Abortus Inkomplit

d. Complete Abortion

Merupakan keadaan dimana jaringan maupun hasil konsepsi telah keluar seluruhnya.

Gambar 2. Abortus Komplit

e. Missed Abortion

Pada kasus-kasus kegagalan kehamilan trimester pertama, embrio atau janin tidak

berkembang beberapa lama sebelum adanya tanda-tanda keguguran.

PENATALAKSANAAN

Page 7: Abortus NEW

Penatalaksanaan abortus dapat dilakukan dengan cara kimiawi maupun mekanis

- Kimiawi : pemberian secara intrauterine atau ekstrauterin obagt abortus seperti

prostaglandin, anti progesterone atau oksitosin

- Mekanis :

1. Pemasangan batang laminaria atau dilapan akan membuka serviks secara perlahan

dan tidak traumatis sebelum kemudian dilakukan evakuasi dengan kuret tajam

atau vakum.

2. Dilatasi serviks dilanjutkan dengan evakuasi, dipakai dilator Hegar dilanjutkan

dengan kuretasi

3. Histeretomi / Histerektomi

Teknik Pengeluaran Sisa Abortus.

Setelah serviks terbuka (primer maupun dilatasi), jaringan konsepsi dapat dikeluarkan

secara manual, dilanjutkan dengan kuretase :

1. Sondage, menentukan posisi dan ukuran uterus

2. Masukan tang abortus sepanjang besar uterus, buka dan putar 90⁰ untuk melepaskan

jaringan, kemudian tutup dan keluarkan jaringan tersebut.

3. Sisa abortus dikeluarkan dengan kuret tumpul, gunakan sendok terbesar yang bisa

masuk

4. Pastikan sisa konsepsi telah keluar semua, dengan eksplorasi jari maupun kuret.

KOMPLIKASI

1. Perdarahan presisten atau berat selama aborsi mengancam nyawa

2. Sepsis

Page 8: Abortus NEW

3. Infeksi

4. Sinekia intra uterin

5. Infertilitas

6. Perforasi dari dinding uterus

7. Cedera pada usus dan kandung kemih

8. Pembentukan fistula

PENCEGAHAN

Perawatan obstetric dini dengan treatment yang adekuat pada pasien yang mengalami

kelainan maternal seperti diabetes dan hipertensi. Dan dengan perlindungan ibu hamil dari

lingkungan yang berbahaya dan dari paparan penyakit menular.

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham, et al. 2005. Obstetri Williams Edisi 21 Vol. 2. Jakarta: EGC.

2. DeCherney, Nathan. 2003. Current Obstetric and Gynecologic Diagnosis and Treatment

Edisi 9. Boston: McGraw Hill.