ABO Incompatibilitas Klp. 5 (1)

46
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem golongan darah pertama diterangkan oleh Karl Landsteiner pada abad ke 20. Pengetahuan tentang golongan darah telah berkembang dan hingga saat ini telah diketahui lebih dari 400 antigen sel darah merah dalam 24 sistem golongan darah. Masing-masing golongan darah mempunyai kelompok anggota dan masing-masing anggota tersebut terdiri dari satu atau lebih. Setiap antigen dikontrol oleh satu gena (Permono et al, 2010). Incompatibility ABO adalah suatu penyakit hemolitik bayi baru lahir karena ketidakcocokan (Incompatibility) golongan darah A dan B, yaitu bahwa biasanya ibu memiliki golongan darah O dan bayi memiliki golongan darah Aatau B (Nelson, 2000). Perlu diketahui bagi para calon ibu yang bergolongan darah O, ada baiknya mengetahui golongan darah sang suami. Bila suami selain golongan darah O, perlu di cek pula resesif atau dominan. Apabila dominan,bisa dipastikan anaknya nanti semua akan bergolongan darah ikut suami. Orang yang golongan darahnya O, memiliki antibodi yang akan menyerang sel darah merah gol A, B, AB. Jadi, antibodinya akan "menghancurkan" sel darah merah si bayi jika bayinya golongan darahnya bukan O. Antibodi ini masuk ke bayi dan titernya masih tinggi sampai bayi berusia 5 hari. Namun demikian, ada juga ibu O dan anak bukan O tapi anaknya tidak mengalami jaundice yg bermakna. Mungkin kadar

description

Miss Matching blood kind between Mom and infant

Transcript of ABO Incompatibilitas Klp. 5 (1)

BAB 1PENDAHULUAN1.1. Latar BelakangSistem golongan darah pertama diterangkan oleh Karl Landsteiner pada abad ke 20. Pengetahuan tentang golongan darah telah berkembang dan hingga saat ini telah diketahui lebih dari 400 antigen sel darah merah dalam 24 sistem golongan darah. Masing-masing golongan darah mempunyai kelompok anggota dan masing-masing anggota tersebut terdiri dari satu atau lebih. Setiap antigen dikontrol oleh satu gena (Permono et al, 2010).Incompatibility ABO adalah suatu penyakit hemolitik bayi baru lahir karena ketidakcocokan (Incompatibility) golongan darah A dan B, yaitu bahwa biasanya ibu memiliki golongan darah O dan bayi memiliki golongan darah Aatau B (Nelson, 2000).Perlu diketahui bagi para calon ibu yang bergolongan darah O, ada baiknya mengetahui golongan darah sang suami. Bila suami selain golongan darah O, perlu di cek pula resesif atau dominan. Apabila dominan,bisa dipastikan anaknya nanti semua akan bergolongan darah ikut suami. Orang yang golongan darahnya O, memiliki antibodi yang akan menyerang sel darah merah gol A, B, AB. Jadi, antibodinya akan "menghancurkan" sel darah merah si bayi jika bayinya golongan darahnya bukan O. Antibodi ini masuk ke bayi dan titernya masih tinggi sampai bayi berusia 5 hari. Namun demikian, ada juga ibu O dan anak bukan O tapi anaknya tidak mengalami jaundice yg bermakna. Mungkin kadar antibodi si ibu tidak tinggi. Kondisi ABO incompatibility tidak ada kaitan dengan rhesus si ibu (Wisegeek, 2013).Penyakit hemolitik ini dapat terjadi bila antigen golongan darah mayor fetus berbeda dari golongan darah ibunya. Golongan darah mayor adalah A, B, AB, dan O. Pada ras kulit putih Amerika Utara, 46% mempunyai golongan darah O, 42% golongan darah A, 9% golongan darah B, dan 3% golongan darah AB. Incompatibility ABO terjadi pada 12% kehamilan, tetapi hanya 1% yang berkaitan dengan hemolisis berat (Nelson, 2000). Di RSUD Cengkareng, Jakarta Barat dari bulan januari hingga juni 2010. Data yang dikumpulkan sebanyak 50 bayi dengan riwayat ibu bergolongan darah O. Setelah dilakukan pengolahan data ditemukan bayi bergolongan darah A, 18% mengalami hiperbilirubin. Dan bayi bergolongan darah B, 20% mengalami hiperbilirubin. Data ini menunjukkan bahwa ikterus dapat meningkat pada keadaan inkompatibilitas ABO(Thamrin).Incompatibility golongan darah ABO umumnya menyebabkan penyakit yang tidak terlalu berat. Incompatibility ABO terjadi pada 12% kehamilan, tetapi hanya 1% yang berkaitan dengan hemolisis berat. Ibu biasanya memiliki golongan darah O dan janin memiliki golongan darah A, B, atau AB. Manifestasi primer dari penyakit hemolitik ABO adalah ikterus. Biasanya, ikterus ini muncul pada 24 jam pertama kehidupan dan jika tidak ditangani, menjadi cukup berat dan menyebabkan kernikterus bahkan kematian. Akan tetapi, hanya 10%sampai 20% dari janin dengan incompatibilitas ABO yang mengalami ikterus(Christensen, 2000). Kasus yang paling berat terjadi pada bayi yang memiliki golongan darah A sedangkan ibu memiliki golongan darah O. Selain eritrosit, antigen yang terlibat pada incompatibility ini tersebar luas dalam jaringan, yang mungkin mengurangi efek transmisi antibodi melalui plasenta. Berbeda dengan incompatibility Rh, penyakit ini dapat terjadi pada kehamilan pertama. Bayi-bayi dengan incompatibility ABO yang memiliki tes Coomb positif cenderung dua kali lebih besar memiliki kadar bilirubin lebih dari 12mg/dl daripada bayi yang compatibel ABO(Bobak, 2005).Sedangkan menurut data statistik tahun 2010 kira-kira 20% dari seluruh kehamilan terlihat dalam ketidakselarasan golongan darah O dab janin golongan darah A atau B yang dapat menyebabkan ikterus pada bayi. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Donna Nurliana (2006) ikterus bisa disebabkan karena inkompatibilitas rhesus, kira-kira 85% orang kulit putih mempunyai rhesus positif dan 15% rhesus negative.Jika mengalami ABO incomptability, solusinya bayi harus banyak minum dan dijemur. Jangan panik bila bayi kuning dan kadar bilirubin naik turun, tetapi segera mencari pelayanan kesehatan terdekat. Hampir semua bayi yang menderita incompatibility ABO dapat ditangani dengan fototerapi. Ikterus berat disertai dengan incompatibility ABO memerlukan penanganan agresif yang sama seperti pada penyakit Rh karena adanya bukti peningkatan resiko berkembangnya ensepalopati bilirubin. Bayi-bayi ini juga perlu dipantau terhadap timbulnya anemia awitan lambat pada usia 2-3 minggu(Nelson,2000) dan (Wong, 2009).1.2. Tujuan1.2.1 Tujuan UmumMahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan ABO incompatibility.

1.2.2 Tujuan Khusus1. Dapat menguraikan konsep golongan darah ABO2. Dapat menguraikan definisi ABO incompatibility .3. Dapat menjelaskan etiologi dan faktor resiko ABO incompalibility4. Dapat menjelaskan patofisiologidari ABO incompalibility5. Dapat menjelaskan manifestasi klinis dari ABO incompalibility6. Dapat menjelaskan pemeriksaan diagnostik ABO incompalibility7. Dapat menjelaskan penatalaksanaan pasien dengan ABO incompatibility.8. Dapat menjelaskan prognosis dari ABO incompalibility.9. Dapat menjelaskan WOC dan komplikasi dari ABO incompalibility.10. Dapat melakukan asuhan keperawatan meliputi pengkajian melalui pemeriksaan fisik dan anamnese pada pasien dengan ABO incompatibility.11. Dapat merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan ABO incompatibility.12. Dapat menyusun rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan ABO incompatibility.1.3 Manfaat1) Diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam proses pembelajaran pada khususnya dan pembaca tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan ABO incompatibility.2) Dapat menjadi referensi ilmu bagi fakultas keperawatan dalam rangka pengembangan sumber daya manusia dalam menangani kasus pasien dengan ABO incompatibility.

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Dan Fisiologi DarahDarah merupakan larutan koloid cair serta elektrolit yang berfungsi sebagai medium pertukaran antara sel tubuh (lingkungan interior) dan eksterior. Komponen darah memiliki karakteristik yang jelas, termasuk warna yang beragam (darah arterial berwarna merah terang dan darah vena berwarna merah gelap), viskositas (darah tiga sampai mepat kali ;ebih kental dibandingkan air), pH (7.35 7.4), dan volume sekitar 70-75 ml/kgBB. Plasma terdiri dari sekitar 55% volume darah, sedangkan sisanya adalah unsur selular yang tercangkup di dalamnya terdiri dari 45%.Fungsi penting darah adalah :1. Mengangkut oksigen dan nutrien yang diabsorpsi kedalam sel2. Mengangkut karbondioksida dan produk buangan lainnya ke paru-paru, ginjal, sistem pencernaan, serta kulit3. Mengangkut hormon dari kelenjar endokrin ke organ serta jaringan sasaran4. Melindungi tubuh dari mikroorganisme yang mengancam hidup5. Mengatur keseimbangan asam basa6. Melindungi dari pengeluaran darah melalui mekanisme hemostasis7. Mengatur suhu tubuh dengan cara memindahkan panasMembran sel darah manusia mengandung berbagai antigen, juga dikenal aglutinogen, suatu substansi yang mampu memproduksi respons imun bila dikenali oleh tubuh sebagai benda asing. Hubungan timbal balik antara antigen pada SDM dan antibodi dalam plasmamenyebabkan aglutinasi (penggumpalan). Dengan kata lain, antibodi dalam plasma salah satu golongan darah (kecuali golongan AB, yang tidak mengandung antibodi) menghasilkan aglutinasi bila dicampur dengan antigen dari golongan darah yang berbeda. Golongan darahadalah pengklasifikasian darah dari suatu individu berdasarkan ada atau tidak adanya zatantigenwarisanpada permukaan membransel darah merah. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan jeniskarbohidratdanproteinpada permukaan membran sel darah merah tersebut. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolonganABOdanRhesus(faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenisantigenselain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai.Transfusi darahdari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibatanemia hemolisis,gagal ginjal,syok, dankematian.Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenisantigendanantibodiyang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut: Individu dengan golongan darahAmemiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalamserumdarahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif. Individu dengan golongan darahBmemiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif. Individu dengan golongan darahABmemiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebutresipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif. Individu dengan golongan darahOmemiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebutdonor universal. Namun, orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-negatif.Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai di dunia, meskipun di beberapa negara sepertiSwediadanNorwegia, golongan darah A lebih dominan. Antigen A lebih umum dijumpai dibanding antigen B. Karena golongan darah AB memerlukan keberadaan dua antigen, A dan B, golongan darah ini adalah jenis yang paling jarang dijumpai di dunia.

B. Inkontabilitas ABO1. Pengertian Inkompatibilitas ABO adalah ketidak sesuaian golongan darah antara ibu dan bayi. Inkompatibilitas ABO dapat meyebabkan reaksi isoimun berupa hemolisis yang terjadi apabila antibodi anti-A dan anti-B pada ibu dengan golongan darah O, A, atau B dapat melewati plasenta dan mensensitisasi sel darah merah dengan antigen A, B, atau AB pada janin.2. Sistem golongan darah ABOSistem ABO ditemukan pada tahun 1900 oleh Karl Landsteiner. Antigenantigen utamanya disebut A dan B, antibodi utamanya adalah anti-A dan anti-B. Adanya antibodi ini serta spesifitasnya tidak ditentukan secara genetis. Antibodi ini terbentuk setelah tubuh terpajan ke antigen-antigen yang banyak terdapat di alam yang memiliki kemiripan struktur dan spesifisitas dengan antigen sel darah merah Berikut pada tabel 2.1 adalah klasifikasi golongan darah ABO oleh Karl Landsteiner.

3. PatofisiologiPatofisologi yang dapat menjelaskan timbulnya reaksi hemolitik pada inkompatibilas ABO akibat kesalahan transfusi adalah akibat antibodi dalam plasma pasien akan melisiskan sel darah merah yang inkompatibel. Meskipun volume darah inkompatibel hanya sedikit (10-50 ml) namun sudah dapat menyebabkan reaksi berat. Semakin banyak volume darah yang inkompatibel maka akan semakin meningkatkan risiko.Sedangkan patofisologi yang dapat menjelaskan timbulnya penyakit inkompabilitas Rh dan ABO adalah terjadi ketika sistem imun ibu menghasilkan antibodi yang melawan sel darah merah janin yang dikandungnya. Pada saat ibu hamil, eritrosit janin dalam beberapa insiden dapat masuk kedalam sirkulasi darah ibu yang dinamakan fetomaternal microtransfusion. Bila ibu tidak memiliki antigen seperti yang terdapat pada eritrosit janin, maka ibu akan distimulasi untuk membentuk imun antibodi. Imun anti bodi tipe IgG tersebut dapat melewati plasenta dan kemudian masuk kedalam peredaran darah janin sehingga sel-sel eritrosit janin akan diselimuti (coated) dengan antibodi tersebut dan akhirnya terjadi aglutinasi dan hemolisis, yang kemudian akan menyebabkan anemia (reaksi hipersensitivitas tipe II). Hal ini akan dikompensasi oleh tubuh bayi dengan cara memproduksi dan melepaskan sel-sel darah merah yang imatur yang berinti banyak, disebut dengan eritroblas (yang berasal dari sumsum tulang) secara berlebihan.Produksi eritroblas yang berlebihan dapat menyebabkan pembesaran hati dan limpa yang selanjutnya dapat menyebabkan rusaknya hepar dan ruptur limpa. Produksi eritroblas ini melibatkan berbagai komponen sel-sel darah, seperti platelet dan faktor penting lainnya untuk pembekuan darah. Pada saat berkurangnya faktor pembekuan dapat menyebabkan terjadinya perdarahan yang banyak dan dapat memperberat komplikasi. Lebih dari 400 antigen terdapat pada permukaan eritrosit, tetapi secara klinis hanya sedikit yang penting sebagai penyebab penyakit hemolitik. Kurangnya antigen eritrosit dalam tubuh berpotensi menghasilkan antibodi jika terpapar dengan antigen tersebut. Antibodi tersebut berbahaya terhadap diri sendiri pada saat transfusi atau berbahaya bagi janin.Hemolisis yang berat biasanya terjadi oleh adanya sensitisasi maternal sebelumnya, misalnya karena abortus, ruptur kehamilan di luar kandungan, amniosentesis, transfusi darah Rhesus positif atau pada kehamilan kedua dan berikutnya. Penghancuran sel-sel darah merah dapat melepaskan pigmen darah merah (hemoglobin), yang mana bahan tersebut dikenal dengan bilirubin. Bilirubin secara normal dibentuk dari sel-sel darah merah yang telah mati, tetapi tubuh dapat mengatasi kekurangan kadar bilirubin dalam sirkulasi darah pada suatu waktu. Eritroblastosis fetalis menyebabkan terjadinya penumpukan bilirubin pada bayi. Bayi dapat berkembang menjadi kernikterus.Gejala lain yang mungkin hadir adalah peningkatan kadar insulin dan penurunan kadar gula darah, dimana keadaan ini disebut sebagai hydrops fetalis. Hydrops fetalis ditujukkan oleh adanya penumpukan cairan pada tubuh, yang memberikan gambaran membengkak (swollen). Penumpukan cairan ini menghambat pernafasan normal, karena paru tidak dapat mengembang maksimal dan mungkin mengandung cairan. Jika keadaan ini berlanjut untuk jangka waktu tertentu akan mengganggu pertumbuhan paru. Hydrops fetalis dan anemia dapat menimbulkan masalah jantung (Leveno, et al., 2004)(Benson & Pernoll, 2009) (Bherman, et al., 2000).

4. Manifestasi KlinisJaundis muncul segera setelah lahir (selama 24 jam pertama) dan kadar bilirubin tak terkonjunggasi dalam serum meningkat cepat. Anemia terjadi akibat hemolysis sejumlah besar eritrosit. Hiperbilirubinemiadan jaundis terjadi akibat ketidak mampuan hati mengonjugasi dan mengekskresi kelebihan bilirubin. Kebanyakan bayi baru lahir dengan HDN tidak jaundis saat lahir. Akan tetapi, hepatosplenomigali dan berbagai derajat hidrops tampak jelas. Bila bayi terserang hebat, tanda anemia (terlihat sangat pucat) Dan syok hipovolemik sangat jelas. Hiploglikemia dapat terjadi sebagai akibat hiperplasia sel pangkreas (Wong, 2009).5. Pemeriksaan DiagnostikDiagnosis Incompatibility ABO dapat ditegakkan secara :1. Uji Coombs direkDalam uji Coombs direk ditemukan hasil positif lemah sampai dengan sedang, hasil ini dapat terus positif setiap minggu minggu pertama.2. Adanya sferosit pada hapusan darahKadang memberi kesan adanya sferositosis herediter3. HiperbilirubinemiaSering merupakan satu-satunya kelainan laboratorium 4. Darah lengkap terutama HbKadar Hb biasanya normal tetapi kadang serendah 10-12 g/dl (100-120 g/L) maka bayi cenderung mengalami anemia hingga berat.5. RetikulositKadar retikulosit dapat naik sampai 10-15%6. PolikromasiaHasilnya yang luas dan kenaikan jumlah sel darah merah berinti7. Serum bilirubin tak terkonjugasiKadar serum bilirubin tak terkonjugasinya dapat mencapai 20mg/dl atau lebih jika tidak dilakukan fototerapi.8. Ultrasonografi (USG)USG ini sangat penting dalam mendeteksi isoimunisasi yang berhubungan dengan plasenta, volume cairan amnion, dan syaraf umbilikal.

6. PenatalaksanaanPengobatan Incompatibility ABO dapat dilakukan dengan cara (Nelson, 2000) dan (Klaus& Fanaroff, 1998):1. FototerapiSejak pengamatan oleh Cremer menyatakan bahwa konsentrasi serum bilirubin menurun lebih cepat bila bayi terpapar cahaya matahari atau cahaya fluresein biru, maka fototerapi digunakan secara luas untuk pengobatan hiperbilirubin neonatal.Cahaya menurunkan konsentrasi bilirubin serum melalui dua mekanisme dasar yaitu: fotoisomerisasi dan oksidasi fotosensitif. Sirkulasi intramolekuler bilirubin dapat terjadi dari paparan cahaya untuk membentuk isomer lain (isomer luminar), fotobilirunin dan luminar adalah zat yang larut dalam air dan dapat di ekskresi melalui empedu dan urin tanpa konjugasi oleh hati. Fototherapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan Transfusi Penggantiuntuk menurunkan Bilirubin. Memaparkan neonatus pada cahaya dengan intensitasyang tinggi (a boun of fluorencent light bulbs or bulbs in the blue-light spectrum)akan menurunkan Bilirubin dalam kulit. Fototherapi menurunkan kadar Bilirubindengan cara memfasilitasi eksresi Biliar Bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorsi jaringan mengubah Bilirubin tak terkonjugasi menjadi dua isomer yang disebut Fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke pembuluhdarah melalui mekanisme difusi. Di dalam darah Fotobilirubin berikatan denganAlbumin dan dikirim ke Hati. Fotobilirubin kemudian bergerak ke Empedu dandiekskresi ke dalam Deodenum untuk dibuang bersama feses tanpa proses konjugasioleh Hati. Hasil Fotodegradasi terbentuk ketika sinarmengoksidasi Bilirubin dapat dikeluarkan melalui urine. Fototherapi mempunyaiperanan dalam pencegahan peningkatan kadar Bilirubin, tetapi tidak dapat mengubahpenyebab Kekuningan dan Hemolisis dapat menyebabkan Anemia.Secara umumindikasi dari tindakan Fototherapi adalah (Klaus& Fanaroff, 1998):a. Fototerapiyang diberi fototerapi pada umur 24 jam. b. Fototerapi efektif untuk mengontrol hiperbilirubinemia pada bayi dengan berat badan lahir antara 2000-2500 gram jika konsentrasi bilirubin serum awal diatas 10mg/dl dan pada bayi yang lebih berat daripada 2500 gram dengan konsentrasi bilirubin serum bilirubin lebih dari 13mg/dl dengan syarat tidak terdapat penyakit hemolitik.Kemajuan fototerapi dalam penurunan konsentrasi bilirubin serum biasanya tergantung pada spektrum cahaya atau aliran yang terus menerus dari sumber cahaya dalam interval 400-800nm tergantung sinar apa yang digunakan. Sinar biru mempunyai panjang gelombang antara 400-500nm, sinar hijau 550-800nm, dan sinar putih 350-800nm. Cahaya biru atau blue violet biasanya lebih efektif daripada cahaya yang lain karena pancarannya lebih tinggi berdasarkan panjang gelombangnya, tetapi juga mempunyai kerugian yaitu cahaya biru menyebabkan bayi tampak biru dan menurunkan kemampuan untuk mengetahui klinis sianosis. Logaritma keluaran energi dalam interval biru berhubungan positif dengan kecepatan penurunan konsentrasi bilirubin serum. Bola lampu (neon) juga merupakan alternatif lain yang efektif untuk cahaya fluoresen dalam pemberian fototerapi (Klaus& Fanaroff, 1998).Pada saat bayi dialakukan fototerapi ada hal yang harus diperhatikan antara lain:a. Memonitor suhu bayi tiap 4 jam. Untuk bayi dalam inkubator harus dilindungi dari cahaya dengan memberi selimut.b. Menimbang bayi setiap hari dan mengawasi penurunan berata badan yang bermakna akibat peningkatan hilangnya air secara evaporasi atau diare, terutama pada bayi prematur dan anjurka untuk meningkatkan asupan cairan dan nitrisi.c. Melindungi mata dan gonad dari sumber cahayad. Mengubah posisi bayi tiap 6 jam maksimale. Memeriksa konsentrasi bilirubin serum secara teratur, jangan percaya pada kulit bayi untuk melihat derajat ikterusf. Menghentikan fototerapi saat orang tua mengunjungi bayinya dan membuka pelindung mata untuk memudahkan interaksi alami antara orang tua dan bayi.g. Memonitor konsentrasi bilirubin sehari setelah fototerapi dihentikan untuk mendeteksi adanya kenaikan kembali dari konsentrasi bilirubin serum.Bayi yang menjalani fototerapi dapat mengalami efek samping diantaranya adalah kerusakan iradiasi atau komplikasi fotodinamik. Oleh karena itu observasi yang ketat sangat diperlukan dalam menentukan penghentian fototerapi atau saat mengadakan tindakan perbaikan. Berikut ini dijelaskan masing-masing komplikasi dan mekanisme penyebabnya dalam sebuah tabel.

Tabel 2. Komplikasi fototerapi menurut (Klaus& Fanaroff, 1998)AbnormalitasMekanisme Penyebab yang Diusulkan

Tanning (perubahan warna kulit)Induksi sintesis melanin dan/ atau dispersi oleh cahaya ultraviolet

Sindrom bayi bronzePenurunan ekskresi hepatik dari foto produk bilirubin

DiareBilirubin menginduksi sekresi usus

Intoleransi laktosaTrauma mukosa dan epitel viili

HemolisisTrauma fotosensitif pada erirosit sirkulasi

Kulit terbakarPaparan berlabihan karena emisi gelombang pendek lampu fluoresen

DehidrasiPeningkatan kehilangan air yang tidak disadari karena energi feton yang diabsorbsi

Ruam kulitTrauma fotosensitif pada sel mast kulit dengan pelepasan histamin

2. Transfusi tukarTranfusi tukar adalah tindakan menukar darah neonatus dengan darah yang berasal dari donor, dengan tujuan mengganti darah untuk memperbaiki keadaan bayi dan mempertahankan bilirubin serum pada tingkat yang tidak menimbulkan keracunan pada saraf oleh sebab apapun (Klaus& Fanaroff, 1998).a. Indikasi dilakukan transfusi tukar adalah:1) Hiperbilirubinemia2) Penyakit hemolisis pada neonatus3) Koagulasi intravaskuler secara menyeluruh (DIC)4) Hiperkalemia yang tidak berhasil dalam pengobatan (Calsium Glukonas, Natrium Bikarbonat, Insulin)5) Hipermagnesia disertai gangguan nafas berat6) Gangguan metabolik7) SepsisPada tindakan transfusi tukar, darah yang diperlikan harus sesegera mungkin didapatkan. Heparin dapat digunakan sebagai antikoagulan. Jika darah diambil sebelum persalinan darah seharusnya diambil dari donor golongan O, Rh negatif dengan titer anti A dan anti B yang rendah serta harus cocok dengan serum ibu dengan uji Coomb indirek. Sesudah persalinan darah harus diambil dari donor Rh negatif yang sel-selnya cocok dengan serum bayi maupun ibu, bila mungkin biasanya digunakan sel donor golongan O, tetapi sel-sel golongan darah ABO bayi dapat digunakan bila ibu mempunyai golongan yang sama. Intinya pada transfusi tukar memakai golongan darah yang sam seperti golongan darah ibu bayi (tipe Rh harus diuji silang dengan darah bayi) (Nelson, 2000).Kriteria untuk dilakukan transfusi tukar pada neonatus adalah berdasarkan evaluasi hemoglobin dan level bilirubin tali pusat atau serum seperti dalam tabel 4 di bawah ini, sedangkan apabila dalam keadaan dimana kadar antibodi ibu tidak dapat terdeteksi maka kebutuhan transfusi tukar tergantung berat badan bayi dan kadar bilirubin serta ada atau tidaknya komplikasi

Tabel 5. Kriteria Transfusi TukarTemuanMonitoringPertimbangan transfusi tukarTransfusi tukar

Anti D antibodi ibu< 1: 64>1:64-

Hb tali pusat>14 g/dl12-14 g/dl12gm/dl14

b. Cyanosis pada bayi hipoxiac. Sefalohematoma besar mungkin terlihat pada satu atau kedua tulang parietal karena truma lahiran (ekstraksi vakum, forcep).d. Fontanela menonjol2. DadaPernafasan apnea, dispnea pada kernikterus, dan asfixia.3. Peruta. Abdomen yang membesarb. Pembesaran hati dan limpac. Bising usus hipoaktif, pasase mekoneum mungkin lambatd. Distensi abdomen dengan gambaran usus yang tampak pada dinding abdomen dan muntah campur empedu adalah tanda obstruksi intestinal.4. EkstremitasTampak ikterik padas seluruh ekstremitas atau hanya sebagian, letargi, tonus otot meninggi.5. NeurologiHipotonia, tremor, reflek moro dan menghisap menurun.6. Urogenenetaliaa. Warna urine gelap pekatb. Feses lunak/ coklat kehijauan selama pengeluaran bilirubin atau warna feses seperti dempul1. DiagnosaKeperawatan1. Kekurangan Volume cairan berhubungan dengan kehilangan aktif volume cairan (evaporasi), diare, efek sekunder terhadap fototerapi, kemampuan menghisap menurun.1. Kerusakan integritas kulit berhubungan denganhiperbilirubinemia, diare (efek fototerapi)1. Resiko cidera internal : kernikterus berhubungan dengan peningkatan kadar bilirubin dalam darah.1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penururnan O2 kejaringan perifer. 1. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kemampuan menghisap menurun, anoreksia, gangguan metabolisme hati.1. Kurang pengetahuan orang tua tentang bayinya berhubungan dengan kurangnya / tidak mempunyai pengalaman1. Ansietas orang tua berhubungan dengan status kesehatan (hospitalitasi dan fototerapi)1. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan bayi berhubungan dengan kerusakan system saraf pusat1. Intervensi0. Kekurangan Volume cairan berhubungan dengan kehilangan aktif volume cairan (evaporasi), diare, efek sekunder terhadap fototerapi, kemampuan menghisap menurun.Tujuan : Bayi tidak mengalami deficit volume cairan selama pelaksanaan foto terapi dan suhu badan dalam batas normal.Kriteria Hasil : Turgor kulit baik Penurunan berat badan tidak boleh lebih dari 2% Produksi urine 1-2 cc/kgBB/jam Ubun-ubun besar tidak cekung Mukosa lembab Suhu axial 36,5-37,5 OCIntervensi :1) Pertahankan intake cairan/ASIadekuat (berikan minum sesuai jadwal).R/ Intake cairan yang adekuat sesuai kebutuhan dapat mencegah dehidrasi. Bayi dapat tidur lebih lama dalam hubungan dengan foto terapi. Hal ini dapat meningkatkan resiko dehidrasi jika jadwal pemberian minum yang sering tidak dipertahankan.2) Berikan ASI dengan cara pemberiannya memakai sendok, dan anjurkan orangtua berinteraksi dengan bayi (kontak mata, bicara dengan bayi selama pemberian minum)R/ Membantu mengembangkan proses kedekatan, yang mungkin lambat karena perpisahan yang diperlukan untuk foto terapi. Stimulasi visual, taktil dan auditorius membantu bayi mengatasi penyimpangan sensori.3) Observasi kemampuan menghisapR/ Kemampuan menghisap baik asupan ASI / nutrisi adekuat.4) Timbang berat badan setiap hariR/ Penurunan berat badan >2% dapat merupakan gejala dari dehidrasi.5) Observasi suhu tubuh setiap 3 jam atau bila perlu.R/ Fluktuasi pada suhu tubuh dapat terjadi sebagai respons terhadap pemajanan sinar, radiasi, dan konveksi.6) Pantau masukan dan haluaran cairan (perhatikan tanda-tanda dehidrasi) jumlash dan warna urineR/ Peningkatan kehilangan air melalui feses dan evaporasi dapat menyebabkan dehidrasi.7) Kolaborasi dalam pemberian cairan per parenteral sesuai indikasi.R/ Mungkin perlu untuk memperbaiki atau mencegah dehidrasi berat/ jika ada penurunan BB > 2%, peningkatan suhu tubuh, BAB yang berlebihan, dan mencret.8) Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi : Kadar bilirubin setiap 12 jamR/ Penurunan kadar bilirubin menandakan keefektifan foto terapi : peningkatam yang kontinyu menandakan hemolisis yang kontinyu dan dapat menandakan kebutuhan terhadap transfusi tukar. Kadar HbR/ Hemolisis lanjut di manifestasikan oleh penurunan kontinyu pada kadar Hb Trombosit dan sel darah putihR/ Trombositopenia selama foto terapi telah dilaporkan pada beberapa bayi penurunan SDP menunjukkan kemungkinan efek pada limfosit perifer.9) Ukur suhu tubuh klien tiap 4 jam atau lebih sering bila diperlukanR/ Mengetahui peningkatan suhu yang drastis10) Anjurkan klien untuk memakai baju yang tipis dan menyerap keringatR/ Evaporasi akan menjadi cepat terjadi11) Berikan selimut bila klien menggigilR/ Untuk mengatasi vasokontriksi pembuluh darah0. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan hiperbilirubinemia, diare (efek fototerapi)Tujuan : Klien tidak mengalami gangguan integritas kulitKriteria Hasil : Tidak ada rash pada kulit Tidak ada iritasi kulit genetalia / sekitar gluteaIntervensi :1) Observasi dan catat adanya perubahan pada kulit seperti rash dan iritasiR/ Efek samping tidak umum dari foto terapi meliputi perubahan pigmen menyolok (hitam kecoklatan) yang dapat terjadi bila kadar bilirubin terkonjugasi meningkat.2) Perhatikan warna dan frekuensi defekasi dan urine.R/ Defekasi encer, sering dan kehijauan serta urin kehijauan menandakan keefektifan foto terapi dengan pemecahan dan ekskresi bilirubin.3) Dengan hati-hati cuci area perional setiap selesai defekasi inspeksi kulit terhadap kemungkinan iritasi atau kerusakanR/ Membantu mencegah iritasi dan ekskoriasi dari defekasi yang sering atau encer.4) Ubah posisi tiap 6 jamR/ Memungkinkan pemajanan berlebihan dari bagian tubuh individu/ dan membatasi are tertekan5) Jaga popok tetap kering dan bersihR/ Kontak kulit dan popok bayi yang terus menerus / dalam waktu lama dapat menimbulkan iritasi pada kulit dan kehilangan suhu secara konduksi.6) Berikan penutup/pelindung untuk menutup mata.R/ Mencegah kemungkinan kerusakan retina dan konjungtiva dari sinar intensitas tinggi0. Resiko cidera internal : kernikterus berhubungan dengan peningkatan kadar bilirubin dalam darah.Tujuan : Klien tidak terjadi injuri internal (kernikterus) Kriteria Hasil: Keadaan umum baik Kesadaran compos mentis Tidak ada tangis melengking Tidak kejang Kadar bilirubin indirek