A.
description
Transcript of A.
Disuatu pagi dihari minggu, jam menunjukkan jam menunjukkan ja,m 4.40 pagi saya
terbangun dari tidurku lalu saya bergegas mandi untuk mengerjakan sholat shubuh berjamaah
di musholla dekat rumah, setelah selesai sholat saya pun bersiap-siap siap untuk pergi
kesiring untuk mewancarai pedagang pasar terapung.
Sesampai disana saya mencari pedagang yang pas untuk saya wancarai ternyata
kenyataannya pedadang disana kebanyakan berusia lanjut, saya pun bingung ibu-ibu yang
mana yang saya ingin wawancarai .
Dengan memberanikan diri saya pun mewancarai seorang pedagang yang bernama
ibu rasnah yang berumur 35 tahun beliau sudah bekeja sebagai pedagang pasar terapung sejak
2 tahun yang lalu .
Beliau memiliki 2 orang anak. Anak pertama pertama beliau sudah menginjak kelas 3
madrasah tsyanawiyah di lok baitan , sedang anak kedua beliau saat ini masih bersekolah
dikelas 4 madrasah ibtidaiyah dilok baitan .
Beliau berangkat kerja dari lok baitan jam 12 malam dan sampai ke siring jam 2
malam betapa besar perjuangan beliau untuk mencari penghidupan untuk keluarga beliau.
Beliau mendapatkan barang jualan dari orang lain untuk dijual kembali ke siring
diantara barang jualan yang ada dijukung beliau adalah sayur dan buah buahan seperti buah
pisang, sawo, dll.
Penghasilan beliau tak begitu sebanding dengan kerja keras beliau, yaitu hanya
sebesar 50 ribu rupiah pada saat hari minggu disiring. begitu berat perjuangan beliau tapi
hanya mendapatkan hasil yang tak sebanding. tetapi beliau tetap bersyukur dengan apa yang
dimilikinya .
Bagaimana coba dengan penghasilan 50 ribu pada saat hari minggu desiring
bagaimana dengan hari lain apakah sampai segitu pendapatan beliau yang harus membiayai
anak sekolah yang semakin hari biaya pendidikan semakin mahal belum lagi untuk
penghidupan anak-anak beliau dirumah .
Saya begitu prihatin melihan kondisi ini, saya berharap pemeritah kota Banjarmasin
bisa memperhatikan mereka para pedagang pasar terapung ini . karena mereka merupakan
salah satu daya tarik wisata dibanjarmasin bagi pewisata dari dalam kota maupun luar kota
terutama turis asing .
Mereka menjadi penyebab turis asing datang keindonesia. apakah mereka harus
dibiarkan begitu saja. mereka adalah salah satu daya tarik wisata asing untuk berwisata ke
indonesia terutama di banjarmasin.
Meskipun menurut saya pemeritah sudah sedikit perhatian dengan mereka , yaitu
dengan memindahkan mereka dari pasar terapung asal mereka yang sering dilalui ketika turis
pada saat berkunjung kepulau kembang . mungkin karena pengunjung pulai kambang yang
semakin hari semakin sedikit maka dari itu pemerintah kota Banjarmasin pada saat hari
minggu dan malam minggu memindahkan para pedagang pasar terapung dari tempat biasa
mereka berjualan ke siring.
Kami kemudian bergerak mencari pedagang lain yang akan kami warancarai,
kesulitan kami adalah para pedagang tidak tepat dipinggir batang untuk dengan mudah dapat
kami warancarai tapi beliau ada diatas jukung yang cukup jauh untuk kami warancarai .
Jadi kami sangat kesulitan mewancarai para pedagang pasar terapung ini, akhirnya
saya mewancarai sorang ibu yang bernama ibu sumrah beliau berumur 52 tahun beliau
berasal dari lok baitan.
Beliau menekuni pekerjaan sebagai penjual dipasar terapung sekitar kurang lebih 10
tahun yang lalu, beliau melakukan perjalanan dari rumah beliau di lok baitan lamanya
perjalanan sekitar 3 jam. Begitu besar perjuangan beliau untuk mendapatkan rezeky dengan
usia yang sekarang ini saya begitu prihatin dengan beliau . apakah beliau masih mampu
Beliau memiliki dua anak, yang alhamdulillah kedua anaknya sudah hidup
berkeluarga. Anak pertama ini sudah bekerja bengkel kecil-kecilan didepan rumah. Yang
penghasilannya pun cukup cukupan yang dia juga berusaha untuk memberikan sedikit
uangnya untuk ibunya.Anak kedua beliau juga sudah berkeluarga yaitu bekerja sebagai petani
sama dengan anak pertama diapun juga berusaha untuk mencukupi kebutuhan ibunya
disamping untuk kebutuhan keluarganya.
Beliau menjual sayuran dan buah-buahan, penghasilan beliau dihari minggu di siring
yaitu 50 ribu rupiah. Sangat tidak layak bukan diusia beliau yang sekarang ini beliau masih
mencari uang untuk kehidupan beliau. Padahal anak-anak beliau sudah besar-besar dan sudah
berkeluarga. Harusnya mereka berdua bisa membiayai sisa hidup orang tua meraka
sebagaibalas budi mereka ketiak kecil sudah dirawat hingga besar padal itu pun tidak akan
mampu untuk membalas budi ibumereka yangsuadah tua dan renta ini.
Harapannya agar anak-anak mereka bisa melihat ibu mereka yang rela berangkat
tengah malam dari rumah untuk mencari penghidupan disisa umur beliau.
Dan juga harapannya kepada pemerintah kota banjar masin agar lebih memperhatikan
pedagang pasar terapung ini. Karena ini merupakan bagian dari objek wisata di Indonesia dan
khususnya kota Banjarmasin.
Banyak turis dari luar kota ataupun luar negeri yang datang untuk melihat pasar
terapung ini. Bagi saya sendiri ini merupakan sebuah kebanggaaan karena pedagang pasar
terapung ini pernah menjadi iklannya RCTI TV ditahun 90an . yang saya sendiri ingat sekali
dengan ikln itu yang dulunya setiap pagi saya sering nonton kartun di RCTI yang ada iklan
ibu-ibu pedagang pasar terapung yang memberikan isyarat dengan jempolnya seperti
iklannya tersebut yaitu ‘’RCTI OKEE’’.
Dengan adanya iklan itu pedang pasar terapung khas Banjarmasin terkenal diseluruh
Indonesia. Dan mungkin sampai kenegara tetangga. Tapi karena seirig perkembangan jaman
pedagang pasar terapung mulai dilupakan dan iklannya pun sekarang sudah berganti.
Saya berharap masa-masa terkenalnya pedagang pasar terapung bisa terulang kembali
lagi. Agak banyak pembeli yang datang membeli dagangan pedagang pasar terapung ini.
Kami hanya bisa berdo’a agar masa-masa itu kenbali datang. Dan kami berterima kasih
kepada seluruh pedagang pasar terapung. Karena kalian Banjarmasin yang dikenal sebagai
kota seribu sungai pernah dikenal oleh seluruh masyarakat di Indonesia maupun dunia.
Lanjut kepedagang pasar terapung berikutnya yaitu benama ibu Dizah berumur 45
tahun, beliau sudah 5 tahun menjadi pedagang pasar terapung ini. Mulai dari pasar terapung
yang di lok baitan sampai sekarang beliau di pindah untuk berjualan kesiring.
Beliau menjual berbagai macam buah-buahan dan sayur-sayuran akan tetapi tidak
banyak karena mengingat kapasitas jukung beliau yang kecil yang tidak bisa membawa beban
lebih dan kalau dipaksakan bisa membuat beliau dalam bahaya. Apalagi perjalanan dari lok
baitan kesiring tidak sebentar jadi bahayanya sangat besar. Apalagi kalau tidak bisa beranang
bisa nyawa taruhannya.
Kebanyakan barang jualan pedang pasar terapung ini diambil dari orang lain sehingga
harganya berbeda dari harga pasaran. Bisa dibilang agak sedikit mahal, namun itu sebanding
dengan apa yang mereka usahakan.
Para pedagang pasar terapung biasanya kalau hari minggu bejualan dari selepas
shubuh sampai sekitar jam 11 siang. Saya ga bisa bayangin tuh dengan waktu yang selama itu
berada dijukung apakah mereka tidak merasa pusing karena jukung diatas air itu kalau ada
ombak pasti bergoyang-goyang.
Kebanyakan para pedagang pasar terapung berasal dari lok baitan.
Beliau ini memiliki 5 orang anak . Anak pertama beliau sudah berkeluarga, yang mana dia
berjualan kecil-kecilan ditempat suaminya . Anak kedua beliau suadah berkeluarga juga
tetapi dia hanya ikut suaminya sebagai ibu rumah tangga, sedangkan anak ketiga belum
berkeluarga yaitu sebagai kuli bangunan. Kemudian anak keempat beliau adalah perempuan
dia dirumah bantu-bantu pekerjaan rumah. Lalu anak terakhir beliau laki-laki yaitu masih
duduk dibangku SMA kelas 2 .
Yang langsung terbersit diikiran saya adalah bagaimana ibu ini membiayai kedua
anaknya yang masih belum berkeluarga ini. Tapi saya yakin rezeky Allah subhanahu wataala
takkan pernah tertukar atau salah beri karena Allah Maha teliti lagi Maha Adil.
Saya tahu dengan hal itu makanya walaupun harga buah-buahannya agak mahal
banyak pembeli yang tidak menawar, meskipun seperti itu saya sendiri sebagai anak kos
masih menawar harga yang beliau berikan itu.
Padahal harga tersebut merupakan sudah harga pasaran disana. Apa lagi kan di
ibarakan hari minggu disana merupakan hari paling rame pasar terapung dibanjarmasin yang
saya tahu. Tapi kalau di tempat lain saya tidak tahu apakah juga rame ketika ada pasar
terapung.
Tapi menurut saya tidak serame di siring pasar terapungnya karena banyak pedagang
lain yang juga menjadi pendukung orang datang kepasar terapung di setiap pagi minggu.
Selain sebagai jalan-jalan atau olahraga bisa senam atau jogging pengunjung juga bisa
menikmati pemandangan sungai dan makanan yang banyak tersedia dari para pedagang jalan
yang berjualan di atas “siring” sebrang mesjid raya sabilal muhtadin ini .
Pedagang pasar terpung berikutnya yang kami kunjungi adalah ibu Hj. Rusnah umur
beliau 41 tahun dan bekerja sebagai pedagang pasar terapung sejak 3 tahun yang lalu. Tempat
asal beliau sama seperti pedagang-pedagang sebelumnya yaitu dilok baitan.
Beliau berangkat dari rumah sekitar jam 12 malam, setelah hampir 3-4 jam menembus
dinginnya malam degan pedagang lainnya beliau akhirnya sampai di siring, tempat beliau
mangkal pada setiap hari minggu.
Beliau datang di siring setiap hari minggu subuh sekitar jam 4an. Ketika kota
Banjarmasin masihn diselimuti embun beliau dengan sabar beratapkan langit yang dipenuhi
beribu bintang yang menjadi saksi bisu perjuangan para ibu-ibu pasar terapung untuk mencari
rejeki didinginya pagi yang gelap . Disaat orang lain masih enak-enakan di kasur yang empuk
sedang beliau sudah harus berjuang membelah ombak dan heningnya malam dengan dayung
kayu yang setia menemani terpaan angin malam yang dingin.
Kebanyakan para pedagang pasar terapung menjual buah buahan dan sayur-mayur di
atas jukungnya, saya kira pertama kali untuk bekunjung kepasar terapung saya begitu bayak
pula barang-barang jualan yang yang mereka jual, akan tetapi ternyata tidak sesuai dengan
yang saya bayangkan. Saya kira ada yang menjual masakan-masakan khas Banjarmasin
terutama masak habang yang saya sangat suka karena selama saya mengkos saya sagat jarang
makan masak habang. Padahal kalu di kampung saya makan hampir setiap hari .
Saya kira juga ada pedang yang menjual dan bisa makan dijukungnya karena suasana
seperti itu mengingatkan kembali suasana dikampung halaman saya. Walaupun itu juga
dikapung halaman saya juga mulai sudah tidak terlihat. Atau mungkin umur saya yang
bertambah sehingga saya jarang main kesungai besar lagi . dan kenyataannya pun hal itu
tidak ada di pasar terapung di siring saya sedikit kecewa. Tapi taka pa hal itu sudah
terbayarkan dengan melihan senyuman para ibu-ibu pedagang ini ketika kami datang
menhampiri intuk mewancarai ataupun membeli barang dagangan beliau.
Barang dagangan yang dibawa oleh ibu-ibu dipasar terapung ini kebanyakan adalah
barang-barang atau buah-buahan yang juga dibelinya dari orang lain jadi wajar saja kalau
harganya sedikit mahal karena sudah ditangan kedua .
Beliau memiliki 2 orang anak, anak pertama laki-laki masih dibangku SMA dan anak
kedua adalah wanita yang kini masih mengeyam pendidikan diingkat SMP dilok baitan juga.
Saya akan bercerita sedikit tentang asal mula pasar terapung yang saat ini mulai
dilupakan .
Asal mula pasar terapung Menurut penuturan salah seorang khatib dayan ulama
kerajaan banjar, bernama Syarif Bistamy., SE , keberadaan pasar terapung memang tak lepas
dengan berdirinya kerajaan banjar sekitar tahun 1595 . selanjutnya saat itu, pengelolaan
pelabuhan sungai ini diserahkan kepada patih masih dan patih kuin . Dua enguasa bersaudara
yang dipercaya Syarif dan sebagian masyarakat kuin merupakan keturunan dari hasil
perkawinan(asimilasi) antara suku melayu yang berdiam di pesisir(tepi sungai) dan suku
dayak terutama dari sub etnis Ngaju. Selanjutnya, pelabuhan kuin ini diberi nama
Bandarmasih atau kotanya orang melayu.
Dalam perkembangannya pasar terapung semakin dijadikan sebagai tujuan wisata air
oleh pemprov Kalimantan selatan. Sekarang dibanjarmasin terdapat dua lokasi, yaitu dimuara
kuin dan didepan mesjid raya ataun siring sebrang sungai mesjid raya “siring” tendean.
Sedangkan satunya adalah di lok baitanyang termasuk dalam kabupaten banjar – martapura .
3 lokasi tersebut merupakan adalah andalan kunjungan wisatawan , artinya disungai-sungai
subdas barito masih terdapat pasar terapung, namun dalam jumlah yang tidak terlalu besar .
Factor pendukung keberadaan pasar terapung dipengaruhi oleh budaya orang banjar,
salah satunya suka berdagang . Namun karena jaman dahulu terkendala oleh jangkauan jalan,
maka masyarakat, maka masyarakat banyak menggunakan jalur sungai sebagai sebagai
penghubung antar lokasi yang menjadi komunitas mereka. Faktor lain yang penting adanya
pasar terapung pada masa itu adalah karena tersedianya bahan baku berupa kayu-kayu
gelondongan sebagai bahan baku pembuatan jukung atau perahu tanpa mesin . Jenis jenis
kayu yang sering dijadikan bahan jukung adalah kayu ulin dan jenis kayu meranti.